Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN DIVIDEN DAN PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE DI BURSA EFEK INDONESIA Yoandhika Nabela Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus Air Tawar Padang (
[email protected]) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis (1) pengaruh kepemilikan institusional (2) kebijakan dividen, (3) profitabilitas terhadap kebijakan hutang pada perusahaan properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini tergolong penelitian kausatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di BEI. Sedangkan sampel penelitian ini ditentukan dengan metode purposive sampling berdasarkan kriteria perusahaan yang menyajikan laporan keuangan selama periode tahun 2005-2009 dan menyajikan datanya secara lengkap yang mencakup data dari variabel yang diteliti, sehingga diperoleh sampel sebanyak 12 perusahaan. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari www.idx.co.id. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menyimpulkan (1) kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang (debt equity ratio) pada perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di BEI (2) kebijakan dividen berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang (debt equity ratio) pada perusahaan yang terdaftar di BEI (3) profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang (debt equity ratio) pada perusahaan yang terdaftar di BEI. Kata Kunci : Kebijakan Hutang, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen, Profitabilitas ABSTRACT This study aims to analyze (1) the effect of institutional ownership (2) dividend policy, (3) the profitability of the company's policy of debt on the property and real estate in the Indonesia Stock Exchange (IDX). This study considered the causative research. The population in this study are all property and real estate companies listed on the Stock Exchange. While the sample was determined by the method of purposive sampling based on the criteria of the company that serves the financial statements during the period 2005-2009 and presents the complete data that includes data from the variables studied, in order to obtain a sample of 12 companies. Types of data used is secondary data obtained from www.idx.co.id. The method of analysis used is multiple regression analysis. The results of this study concluded (1) institutional ownership have a positive and significant impact on debt policy (debt equity ratio) on the property and real estate companies listed on the Stock Exchange (2) dividend policy has positive and significant impact on policy loans (debt equity ratio) at companies listed on the Stock Exchange (3) profitability and significant negative effect on debt policy (debt equity ratio) in companies listed on the Stock Exchange. Keywords: Debt Policy, Institutional Ownership, Dividend Policy, Profitability
1
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
Manajemen keuangan bertujuan untuk memaksimumkan kesejahteraan pemilik (shereholders) melalui tiga keputusan, yakni: keputusan finansial (financial decision), keputusan investasi (investment decision), dan kebijakan dividen (dividend policy). Keputusan penting yang dihadapi oleh manajemen keuangan dalam kaitannya dengan kelangsungan operasi perusahaan adalah keputusan finansial atau keputusan pendanaan. Keputusan pendanaan adalah keputusan keuangan tentang dari mana dana untuk membeli aktiva tersebut berasal (Lukas, 2003). Salah satu keputusan pendanaan tersebut adalah kebijakan hutang, merupakan kebijakan pendanaan perusahaan yang bersumber dari eksternal. Penggunaan sumber dana eksternal yang berasal dari hutang dapat memberikan manfaat pada perusahaan yaitu untuk mengurangi atau mengontrol konflik keagenan (internal control). Hal ini bisa mengurangi keinginan manajer untuk menggunakan free cash flow guna membiayai kegiatan-kegiatan yang tidak optimal. Menurut Brealey, Myers dan Marcus pada pecking order Theory (2008) ada empat alasan mengapa perusahaan mengutamakan hutang dari pada modal sendiri saat pendanaan eksternal dibutuhkan yaitu 1) pasar menderita kerugian karena adanya asimetri antara manajer dan pasar. Manajemen cenderung tertarik untuk menerbitkan saham baru saat overpriced sedangkan penerbitan saham baru akan menyebabkan harga saham mengalami penurunan. 2) hutang dan saham sama-sama membutuhkan biaya transaksi bagi perusahaan. Namun biaya transaksi hutang lebih kecil jika dibandingkan dengan saham. 3) perusahaan mendapatkan manfaat pajak dengan mengeluarkan sekuritas hutang. Manfaat pajak ini diperoleh oleh perusahaan karena adanya biaya bunga yang dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan kena pajak. 4) kontrol manajemen lebih besar adanya hutang baru daripada menerbitkan saham baru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemilikan institusional, kebijakan dividen dan profitabilitas terhadap kebijakan hutang perusahaan. Penelitian ini menggunakan debt equity ratio sebagai variabel dependen, dan kepemilikan institusional, kebijakan dividen dan profitabilitas sebagai variabel independen. 2
Kepemilikan institusional merupakan proposi saham yang dimiliki institusi pada akhir tahun yang diukur dengan persentase (Erni, 2005). Investor institusional tersebut seperti perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi maupun kepemilikan lembaga dan perusahaan lain. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham. Dengan adanya kepemilikan institusional menyebabkan perilaku manajer lebih terkontrol dengan baik oleh pihak pemegang saham eksternal. Menurut Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa dengan adanya kepemilikan institusional yang semakin tinggi, menyebabkan kontrol eksternal terhadap perusahaan semakin kuat, sehingga dapat mengurangi biaya keagenan. Semakin tinggi kepemilikan institusional perusahaan maka akan semakin kecil hutang yang digunakan untuk mendanai perusahaan. Hal ini disebabkan oleh timbulnya suatu pengawasan oleh lembaga institusi lain seperti bank dan asuransi terhadap kinerja perusahaan. Apabila perusahaan menggunakan hutang dalam jumlah yang besar untuk mendanai proyek yang berisiko tinggi mempunyai kemungkinan kegagalan, maka pemegang saham institusional tersebut langsung dapat menjual saham yang dimilikinya. Dengan memperhatikan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis pertama: H₁ : Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang perusahaan. Dividen pada dasarnya merupakan bagian dari keuntungan perusahaan yang akan dibagikan kepada pemilik perusahaan atau investor. Kebijakan deviden menurut Brigham, et al (1999) adalah keputusan tentang apakah akan membagi laba atau menahannya untuk diinvestasikan kembali dalam perusahaan. Kebijakan dividen merupakan suatu keputusan untuk menentukan berapa besar bagian dari pendapatan perusahaan yang akan diberikan kepada pemegang saham, yang diinvestasikan kembali atau ditahan dalam perusahaan. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa jika perusahaan meningkatkan
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
pembayaran dividennya maka dana yang tersedia untuk pendanaan (laba ditahan) akan semakin kecil. Untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan, manajer lebih cenderung menggunakan hutang lebih banyak (Erni, 2005). Dengan memperhatikan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis kedua: H₂ : Kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang perusahaan. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Agus, 2001). Dengan kata lain profitabilitas merefleksikan laba untuk pendanaan investasi. Berdasarkan pecking order theory, pilihan pertama dalam keputusan pendanaan adalah dengan menggunakan retained earning, baru kemudian menggunakan hutang dan ekuitas. Oleh karena itu, terdapat hubungan negatif antara profitabilitas perusahaan dengan hutang (Erni, 2005). Menurut Weston dan Brigham (1994) seringkali hasil pengamatan menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Semakin tinggi profit yang diperoleh perusahaan maka akan semakin kecil penggunaan hutang yang digunakan dalam pendanaan perusahaan karena perusahaan dapat menggunakan internal equity yang di peroleh dari laba ditahan terlebih dahulu. Apabila kebutuhan dana belum tercukupi, perusahaan dapat menggunakan hutang. Dengan memperhatikan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis ketiga: H₃ : Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang perusahaan. Metodologi Penelitian Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan Properti dan Real Estate yang terdaftar di BEI tahun 2005-2009 yaitu sebanyak 46 perusahaan. Sampel penelitian diambil dari populasi dengan metode purposive sampling dengan beberapa kriteria yang harus dipenuhi sebagai berikut: perusahaan yang menyajikan laporan keuangan selama periode tahun 20052009, dan perusahaan sampel menyajikan datanya secara lengkap yang mencakup data dari variabel
yang sedang diteliti yaitu kepemilikan institusional, kebijakan dividen,profitabilitas dan kebijakan hutang. Berdasarkan kriteria tersebut, maka perusahaan yang akan dijadikan sampel yaitu sebanyak 12 perusahaan. Data yang digunakan adalah data sekunder dan diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi dengan melihat data perusahaan properti dan real estate yang memenuhi kriteria selama periode penelitian dan laporan keuangan perusahaan sampel. Data diperoleh melalui Indonesian Capital Market Directory (ICMD), Pojok BEI FE UNP, situs resmi BEI di alamat www.idx.co.id dan website terkait lainnya serta dengan cara mempelajari literatur yang berkaitan dengan permasalahan penelitian baik media cetak maupun elektronik. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan hutang yang di ukur dengan debt equity ratio (DER). Rasio ini mengukur perbandingan antara total utang dengan total modal sendiri. Kepemilikan institusional adalah proporsi saham yang dimiliki institusi pada akhir tahun yang di ukur dengan persentase. Variabel kepemilikan institusional dapat dirumuskan dengan membandingkan jumlah saham yang dimiliki institusi dengan jumlah saham yang beredar. Dalam penelitian ini dividen merupakan variabel dummy yang digunakan karena tidak semua perusahaan properti dan real estate yang membayarkan dividen selama periode analisis. Variabel dummy yang digunakan terdiri dari dua kategori yaitu perusahaan yang membayar dividen dan perusahaan yang tidak membayar dividen. Dimana nilai 1 untuk perusahaan yang membayar dividen dan nilai 0 untuk perusahaan yang tidak membayar dividen. Profitabilitas merupakan ukuran tingkat perusahaan yaitu rasio antara laba bersih terhadap total aktiva. Profitabilitas di ukur dengan rasio ROA. Rasio ini mengukur efektivitas perusahaan, dalam memanfaatkan seluruh dananya, menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh profitabilitas yang diperoleh dengan membandinkan laba bersih dengan total aktiva. 3
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
Hasil Penelitian dan Pembahasan Debt equity ratio menunjukkan struktur modal perusahaan, yang juga merupakan cerminan keputusan dalam pembiayaan kegiatan operasional perusahaan. Berdasarkan Tabel 1 (lampiran) dapat dilihat bahwa jumlah data yang memenuhi kriteria penelitian adalah 60 perusahaan selama periode 2005 – 2009. Nilai minimum debt equity ratio (DER) adalah 0,17 kali, nilai maksimum 2.81 kali, nilai rata-rata 1,04 kali, dan standar deviasi sebesar 0,68 kali. Kepemilikan institusional menunjukkan seberapa besar persentase saham perusahaan yang dimiliki institusi. Dari Tabel 1 menunjukkan kepemilikan istitusional mempunyai nilai ratarata sebesar 64,00%. Nilai ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan properti dan real estate di Indonesia 50% lebih sahamnya dimiliki oleh institusi. Nilai minimum adalah 6,68%, nilai maksimum adalah 94,67%, dan standar deviasi sebesar 23,46%. Variabel kebijakan dividen merupakan variabel dummy kerena tidak semua perusahaan properti dan real estate membayarkan dividen selama periode analisis. Kebijakan dividen mempunyai nilai minimum 0, nilai maksimum adalah 1, nilai rata-rata sebesar 0,52%, dan nilai standar deviasi sebesar 0, 50%. Variabel profitabilitas mempunyai nilai maksimum sebesar -4,72%, nilai maksimum sebesar 18,69%, nilai rata-rata sebesar 5,02%, dan nilai standar deviasi sebesar 4,94%. Sebelum dilakukan analisis regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik untuk menguji validitas apakah data yang digunakan telah memenuhi model regresi yaitu: uji normalitas, uji multikolonieritas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas. Dalam mendeteksi apakah antara variabel independen mempunyai kolinearitas yang tinggi atau tidak, digunakan Variance Inflation Factor (VIF) dan tolerance value. Jika nilai VIF kurang dari 10 (VIF<10) atau nilai tolerance lebih besar dari 0,10 maka akan disimpulkan bahwa midel tersebut tidak memiliki gejala multikolonieritas. Berdasarkan Tabel 2 (lampiran), nilai tolerance untuk semua variabel independen dalam penelitian ini lebih besar dari 0,10. Dengan demikian tidak terdapat multikolinearitas yang berbahaya dalam model penelitian. Nilai 4
Variance Inflation Factor (VIF) untuk semua variabel independen di dalam penelitian ini kurang dari 10. Selanjutnya, asumsi Autokorelasi diuji dengan Durbin-Watson (Tabel 3), yang menunjukkan nilai sebesar 2,205, dengan nilai du sebesar 1,689 dan nilai dl sebesar 1,480, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi. Masalah heteroskedastisitas di uji dengan Spermen’s Rank Correlation dengan syarat nilai residualnya adalah > 0,05. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4 (lampiran). Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh hasil seperti yang ditujukkan dalam Tabel 5 (lampiran). Variabel kepemilikan institusional, kebijakan dividen dan profitabilitas akan dibahas satu persatu bagaimana pengaruhnya terhadap kebijakan hutang (debt equity ratio/DER) perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap DER yang berarti dalam penelitian ini H₁ di tolak . Implikasi dari pengaruh positif dalam penelitian ini adalah kepemilikan institusional tidak berfungsi sebagai kontrol internal perusahaan sehingga manajemen bekerja sesuai dengan kepentingan stockholders. Artinya keberadaan pemilik institusional tidak mampu memantau lebih ketat kebijakan pendanaan yang dilakukan manajemen, sehingga manajemen lebih banyak menggunakan hutang dalam jumlah besar untuk kepentingan manajemen sendiri seperti melakukan ekspansi besar-besaran untuk membuat kinerjanya seakan-akan terlihat baik oleh pemegang saham. Pada variabel kebijakan dividen hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dummy DPR berpengaruh positif tetapi tidak signifikan secara statistik terhadap kebijakan hutang perusahaan yang berarti H₂ di tolak . Sehingga teori tentang kebijakan dividen sesuai dengan penelitian walaupun tidak signifikan. Jika perusahaan meningkatkan pembayaran dividennya maka dana yang tersedia untuk pendanaan (laba ditahan) akan semakin kecil sehingga perusahaan juga akan meningkatkan hutangnya (Erni, 2005). Tidak signifikannya hasil penelitian ini diprediksi disebabkan karena sebagian besar perusahaan membagikan dividennya yang didapat dari selisih laba bersih yang diperoleh dengan
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
laba ditahan yang dibutuhkan untuk mendanai investasi baru, sehingga perusahaan tersebut tidak perlu lagi menggunakan hutang untuk membagikan dividennya kepada pemegang saham. Variabel profitabilitas menunjukkan bahwa ROA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang sehingga H₃ diterima. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Erni (2005) dan Yeniatie (2010) yaitu profitabilitas memberikan pengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan. Artinya perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi, maka akan diikuti dengan kebijakan hutang yang rendah karena perusahaan akan memilih pendanaan internal untuk membiayai kegiatan perusahaan. Penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil (Weston dan Brigham,1994). Semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka akan semakin rendah hutang yang digunakan untuk kegiatan pendanaan. Hal ini berkaitan dengan pecking order theory, yang menyatakan bahwa dalam kegiatan pendanaan perusahaan akan menggunakan dana internal yang berasal dari retained earnings terlebih dahulu baru kemudian menggunakan dana eksternal (hutang dan ekuitas). Perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang tinggi akan menggunakan hutang lebih kecil karena perusahaan mampu menyediakan dana yang cukup melalui retained earnings. Kesimpulan Berdasarkan pendahuluan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan. Sementara kebijakan dividen berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang pada perusahaan. Sedangkan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang pada perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di BEI. Saran Agar investor hendaknya mencari informasi yang cukup sebelum melakukan pilihan investasi
pembelian saham perusahaan dengan memperhatikan persentase profitabilitas perusahaan mana dana mereka akan diinvestasikan karena profitabilitas yang tinggi akan mengurangi pendanaan melalui hutang sehingga memperoleh keuntungan yang besar dengan berinvestasi yang tepat pada perusahaan yang tepat. Dan bagi perusahaan sebaiknya perusahaan meningkatkan profitabilitas karena dengan profitabilitas yang tinggi maka akan mengurangi pendanaan perusahaan melalui hutang. Daftar Pustaka Agus Sartono.2001. Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE. Bathala C.T., K.P. Moon, dan R.P, 1994. Manajerial ownership, debt policy, and institutional holdings: an agency perspective, Financial Management, 23:38-50. Brealey, Richard A. Myers, Stewart C. Marcus, Alan J. 2008. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Perusahaan (Terjemahan). Jakarta: Erlangga. Brigham, Eugene F.dan Joel F Houston. 2001. Manajemen Keuangan edisi ke Delapan, Buku 2 (Terjemahan). Jakarta: Erlangga. Brigham, Eugene F. dan Joel F Houston. 2007. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Buku 2 (Terjemahan). Jakarta: Salemba Empat. Brigham E. F, Gapenski C. Louis, Daves R. Phillip.1999. Intermediate Financial Management. Sixth Edition, The Dryden Press Brace College Publisher. Erni Masdupi. 2005. Analisis Dampak Struktur Kepemilikan Pada Kebijakan Hutang Dalam Mengontrol Konflik Keagenan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Inonesia, Vol. 20, No1, Hlm 57-69. Idris. 2010. Aplikasi Model Analisis Data Kuantitatif Dengan Program SPSS. Padang: FE-UNP. Institute for Economic and Financial Research. 2005,2006,2007,2008,2009. Indonesian Capital Market Directory. Jakarta. Jensen, M. dan W.H. Meckling. 1976, Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency 5
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
Cost and Ownership Structure, Jurnal of Finasncial Economic, 3:305-360. Lukas Atmaja Setia. 2003. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Andi. Meri Sartika. 2011. “Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Kebijakan Hutang dalam Mengontrol Konflik Keagenan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”. Skipsi. Universitas Negeri Padang..
6
Weston, J. Fred, Eugene F. Brigham. 1994. Dasar- Dasar Manajelen Keuangan. Jakarta: Erlangga. Yeniatie dan Nicken Destriana. 2010. Faktorfaktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.12, No. 1, Hlm, 1-6. www.idx.com
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
LAMPIRAN Tabel 1 Statistik Deskriptif N 60 60 60 60 60
DER INSTL DPR ROA Valid N (listwise)
Minimum .17 6.68 .00 -4.72
Maximum 2.81 94.67 1.00 18.69
Mean 1.0423 64.0017 .5167 5.0255
Std. Deviation .68110 23.45616 .50394 4.93974
Sumber: Hasil Olahan SPSS
Tabel 2 Uji Multikolonieritas Mo del 1
Unstandardized Coefficients B
(Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error
Collinearity Statistics
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
.599
.251
2.383
.021
INSTL
.009
.004
.303
2.392
.020
.956
1.046
DPR
.214
.201
.158
1.062
.293
.692
1.444
ROA
-.046
.021
-.332
-2.205
.032
.675
1.481
Sumber: Hasil Olahan SPSS
Tabel 3 Uji Autokorelasi Model 1
R .375(a)
R Square .140
Adjusted R Square .094
Std. Error of the Estimate .64815
Durbin-Watson 2.205
a Predictors: (Constant), ROA, INSTL, DPR b Dependent Variable: DER
Tabel 4 Uji Heteroskedastisitas Correlations
Spearman's rho
INSTL
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
DPR
Unstandardized Residual
ROA
1.000
.074
.035
.032
.
.573
.792
.809
60
60
60
60
1.000
.584(**)
-.047
.573
.
.000
.720
60
60
60
60
Correlation Coefficient
.035
.584(**)
1.000
.000
Sig. (2-tailed)
.792
.000
.
1.000
60
60
60
60
.032
-.047
.000
1.000
.809
.720
1.000
.
60
60
60
60
N
N Unstandardiz ed Residual
DPR
.074
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
ROA
INSTL
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
7
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
Tabel 5 Hasil Analisis Regresi Unstandardized Coefficients
Model 1
B .599 .009 .214 -.046
(Constant) INSTL DPR ROA
Standardized Coefficients
Std. Error .251 .004 .201 .021
Beta
t 2.383 2.392 1.062 -2.205
.303 .158 -.332
Sumber: Hasil Olahan SPSS
Uji Normalitas Unstandardized Residual 60
N Normal Parameters(a,b)
Mean
.0000000
Std. Deviation Most Extreme Differences
.63145828
Absolute
.114
Positive
.114
Negative
-.072
Kolmogorov-Smirnov Z
.885
Asymp. Sig. (2-tailed)
.413
a Test distribution is Normal. b Calculated from data. ANOVA(b)
Model 1
Regression
Sum of Squares
Mean Square 3
1.282
Residual
23.526
56
.420
Total
27.370
59
a Predictors: (Constant), ROA, INSTL, DPR b Dependent Variable: DER
8
df
3.845
F
Sig.
3.051
.036(a)
Sig. .021 .020 .293 .032