BAB II
LANDASAN TEORI
A. Siklus Hidup Produk
Seperti halnya manusia, barang juga memiliki siklus kehidupan yang terdiri dan beberapa tahapan sejak barang itu diperkenalkan sampai tidak lagi terdapat dipasaran. Panjangnya siklus kehidupan produk itu berbeda-beda menurut jenis produknya. Panjangnya waktu pada masing-masing tahap juga dapat berbeda-beda tergantung pada faktor:
a.
Tingkat pengakuan atau penerimaan pembeli
b.
Jumlah pesaing baru.
1.
Pengertian Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle)
Pengertian Siklus hidup produk menurut Griffin (2002:234) adalah
sebagai berikut : "Siklus hidup produk (product life cycle) adalah suatu model yang menunjukkan bagaimana volume penjualan dapat berubah selama hidup suatu produk".
Pengertian lain seperti yang dikemukakan oleh Mulyadi (2001:36)
adalah sebagai berikut: "Siklus hidup produk (product life cycle) adalah waktu suatu produk mampu memenuhi kebutuhan customer, sejak lahir sampai diputuskan dihentikan pemasarannya ".
Btocher et al. (2000:166) menyatakan bahwa siklus hidup produk dipandang atas dua aspek, yaitu : a.
Biaya selama siklos hidup produk (cost life cycle) Merupakan urutan aktivitas dalam perusahaan mulai dari riset dan pengembangan, kemudian desain, produksi (atau penyediaan jasa), pemasaran dan pelayanan kepada pelanggan.
b. Penjualan selama siklus hidup produk (sales life cycle)
Merupakan urutan atau fase-fase hidup produk dan jasa dipasar, mulai dari pengenalan produk atau jasa sampai pada pertumbuhan dalam penjualan dan akhiraya kematangan, penurunan dan penarikan dari pasar.
Bila dikatakan bahwa produk mempunyai suatu siklus
hidup, ini
akan sama saja dengan mengatakan bahwa sebuah produk memiliki siklus hidup berarti menegaskan empat hai
seperti yang dikemukakan oleh
Philip Kotler (2002:347) yaitu : 1.
Produk memiliki umur yang terbatas.
2.
Penjualan produk melalui beibagai tahap yang berbeda, masingmasing memberikan tantangan, peluang dan masalah
yang berbeda
bagi penjual.
3.
Laba naik dan turun pada berbagai tahap yang berbeda selama siklus hidup produk.
4. Produk
memerlukan
strategi
pemasaran,
keuangan,
manufaktur,
pembelian dan sumber daya manusia yang berbeda dalam tiap tahap siklus hidupnya.
2.
Tahap-tahap Siklus Hidup Produk
Memahami keempat tahap dalam siklus hidup produk membantu
manajer dalam mengenali strategi yang diperlukan untuk menghadapi setiap
tahap-tahap
dalam
siklus
hidup
produknya.
Seperti
yang
ditunjukkan oleh Gambar 1, siklus dimulai ketika produk atau teknologi baru pertama kali diperkenalkan.
Tinggi
A
Tahapan
Perkenalan
Pertumbuhan
Kematangan
e
n
j u a
I a
V Rendah
Waktu
Sumber: Griffin (2002:236)
Gambar 1 Siklus Kehidupan Produk
Penurunan
Empat tahap siklus hidup produk yang umum terjadi adalah : a) Tahap perkenalan (introduction)
Tahap ini sering juga disebut sebagai tahap peluncuran produk,
dimana penjualan masih rendah karena produk baru saja diperkenalkan ke pasar. Pelanggan belum mencari atau belum membutuhkan produk
tersebut, mereka bahkan tidak mengetahui adanya produk yang baru ini. Pada tahap ini promosi sangat dibutuhkan untuk memberitahukan
kepada pelanggan manfaat dan cara penggunaan produk baru tersebut. Meskipun
perusahaan mempromosikan
produk
barunya,
tetapi
diperlukan waktu bagi pelanggan untuk menyadari bahwa produk tersebut ada dan mempunyai manfaat Kebanyakan perusahaan mengatami kerugian selama tahap perkenalan ini karena mereka
mengeluarkan banyak biaya untuk promosi produk dan pengembangan tempat (saluran distribusi). Pada tahap ini, produk mulai dipasarkan
dalam jumiah yang terbatas dengan maksud untuk melihat respon dari pelanggan.
Pada tahap ini
biasanya perusahaan tidak menghasilkan laba
karena besarnya biaya-biaya untuk memperkenalkan produk baru tersebut
b) Tahap pertumbuhan (growth)
Tahap pertumbuhan produk, dimana produk diterima oleh pasar
dan penjualan tumbuh dengan cepat pada saat produk mulai mencapai pasar. Produsen mulai meraih laba besar dengan semakin banyaknya
pelanggan (costumer) membeli produk mereka. Tetapi pada tahap ini pesaing/kompetitor melihat peluang yang sangat besar dan mulai ikut
masuk pasar. Beberapa pesaing yang
dibilang
menyempuraakan
paling
hanya menjiplak produk yang ada
sukses
atau
hanya
mencoba
untuk
produk yang ada agar dapat bersaing secara lebih
baik. Pesaing lain mencoba untuk mempertajam penawaran mereka dengan memikat pasar sasaran tertentu dan dengan menurunkan harga produk
mereka,
dan
dengan
datangnya
pesaing-pesaing
mengakibatkan munculnya beragam produk.
maka
Inilah saatnya laba
industri mencapai tingkat tertinggi tetapi pada saat ini juga laba
industri mulai menurun. Sementara perusahaan berpotensi untuk melakukan kesalahan perencanaan strategi yang besar pada tahap ini
karena tidak memahami siklus hidup produk, mereka hanya melihat peluang penjualan dan laba yang besar pada saat awal pertumbuhan pasar tetapi melupakan pesaing-pesaing yang akan segera datang. Dan
ketika mereka mulai menyadari kesalahan ini, mereka sudah terlambat.
Tahap ini dicirikan oleh peningkatan penjualan, peningkatan kompetisi, dan harga produk turun, tetapi laba total yang diperoleh meningkat dan mencapai puncaknya.
c) Tahap Kedewasaan (maturity)
Setelah mengalami tahap perkenalan, pertumbuhan, produk memasuki tahap ketiga. Tahap kedewasaan terjadi bila penjualan mulai mendatar dan persaingan semakin sengit, banyak pesaing agresif
10
masuk pasar untuk ikut berebut laba. Laba menurun disepanjang tahap
kejenuhan pasar karena biaya promosi meningkat dan beberapa peserta persaingan menurunkan harga untuk memperoleh bisnis, Perusahaan yang kurang efisien tidak mampu mengatasi tekanan ini dan akan terlempar dari pasar. Perusahaan-perusahaan bam mungkin masih
banyak yang masuk pasar pada tahap kedewasaan ini, yang berarti menambah sengitnya persaingan. Promosi yang lebih menjadi lebih
penting selama tahap kejenuhan pasar ini, produk-produk yang ada mungkin hanya berbeda sedikit kalaupun ada. Kebanyakan pesaingpesaing telah menemukan daya tank paling efektif atau meniru
pemimpin pasar. Berbagai merck menjadi nyaris sama menurut pandangan konsumen potensial.
Ciri pada tahap ini adalah penjualan memuncak serta sedikitnya
jumtah perusahaan yang mampu bertahan, dan laba stabil atau menurun karena persaingan yang meningkat.
d) Tahap penarunan (declining)
Penurunan produk diraana penjualan mulai menurun sejalan
dengan perubahan selera konsumen atau diluncurkannya produk baru yang lebih bagus. Permintaan sering kali menurun karena konsumen yang tertarik membeli produk tertentu yang baru telah melakukan hal
tersebut Produk baru menggantikan produk lama, persaingan harga
dari produk yang sekarat menjadi lebih tajam, tetapi perusahaanperusahaan yang berhasil mendiferensialkan produk mereka dapat
11
memperoleh
laba
sampai
pada
saat
terakhir.
Mereka
dapat
mempertahankan penjualan mereka dengan mengikat pelanggan-
pelanggan yang setia atau mereka yang lamban dalam mencoba gagasan-gagasan baru. Tetapi perusahaan-perusahaan yang gagal
dalam mengantisipasi tahap penurunan dalam tahap awal siklus hidup mungkin akan mengalami kebangkrutan.
Ciri Dari tahap ini adalah berkuranngnya penjualan dan permintaan konsumen, juga keuntungan atau laba yang dihasilkan menjadi menurun.
3. Arus Kas dan Laba setiap tahap Siklus Hidup Produk
Arus Kas Bebas
Arus Kas Operasi
Perkenalan
*~-
Pertunjbriharf
,*
1
/
j
1 ^ .PenUmnan
'— ■*-.:—
Ams Kas Investasi
-**
Sumber: Jhon J.Wild (2005:107)
Gambar 2
Arus kas dan Laba sepanjang Siklus Hidup suatu Produk
12
Gambar 2 menjelaskan mengenai siklus hidup perusahaan pada arus
kas dan laba. Arus kas investasi berada di posisi negatif sampai tahap kedewasaan (maturity). Pada akhir tahap kedewasaan dan awal tahap penurunan, perusahaan menginvestasikan aktivanya dan menghasilkan
arus kas investasi yang positif. Begitu pula dengan arus kas bebas, pada
tahap perkenalan dan pertumbuhan anis kas bebas belum memperlihatkan adanya kenaikan. Pada awal tahap kedewasaan dan penurunan arus kas
bebas baru mengalami kenaikan hal ini dikarenakan adanya pengaruh dari arus
kas
investasi pada tahap
kedewasaan
dan penurunan dia
mengainvestasikan aktivanya dan berakibat pada kenaikan arus kas bebas.
Kedua arus kas tersebut memberikan pesan berlawanan mengenai prospek suatu perusahaan. Sedangkan arus kas operasi tidak dipengaruhi oleh investasi.
Arus kas operasi pada tahap perkenalan belum mengalami kenaikan, pada tahap perkenalan berada pada posisi negatif sama halnya dengan
laba. Hal ini disebabkan karena pada tahap tersebut perusahaan belum
banyak menghasilkan kas dari operasi juga laba karena banyaknya biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk melakukan promosi secara besarbesaran guna memperkenalkan produk baru mereka ke pasar. Pada tahap pertumbuhan arus kas operasi mulai mengalami kenaikan sama seperti laba yang juga mengalami kenaikan pada pertengahan tahap
pertumbuhan. Pada tahap pertumbuhan perusahaan mulai mengalami
kenaikan pada laba dan arus kas operasi karena banyaknya konsumen yang
13
mulai mengenal produk dan mengetahui kualitas juga manfaat dari produk tersebut sehingga perusahaan pada tahap ini mengalami kenaikan karena
produk mereka laku keras di pasar dan dengan harga yang sangat mahal dan persaingan yang sangat kecil.
Puncak dari kenaikan laba dan arus kas operasi yang dihasilkan terjadi pada awal sampai pertengahan tahap kedewasaan. Tetapi pada akhir tahap
kedewasaan perusahaan mulai mengalami penurunan secara bertahap, karena
banyaknya pesaing
yang
mulai
memasuki
pasar dengan
menawarkan produk yang sama dengan kualitas yang lebih bagus dan
harga yang sangat murah. Hal tersebut mengakibatkan banyaknya konsumen yang mulai berpindah ke produk baru tersebut karena pada tahap ini banyak konsumen yang mengalami titik kejenuhan/kebosanan pada produk yang ditawarkan perusahaan dan mereka menginginkan hal baru yang ditawarkan ke pasar.
Pada tahap penurunan laba yang dihasilkan berada pada posisi negatif dan arus kas operasi yang dihasilkan perusahaan juga mulai mengalami penurunan meskipun tidak berada diposisi negatif. Penurunan yang terjadi pada tahap ini disebabkan karena perusahaan mengalami
kerugian materi yang cukup besar sehingga banyak perusahaan yang menutup usahanya.
Gambar 2 menjelaskan bahwa arus kas operasi merupakan satusatunya arus kas yang mengalami perubahan yang baik pada setiap tahap
14
siklus hidup produk. Berdasarkan penjelasan tersebut maka penelitian ini dilakukan hanya berfokus pada arus kas operasi.
4. Strategi Pemasaran
4.1
Strategi Pemasaran dalam Tahap Perkenalan
Dalam meluncurkan suatu produk baru atau dalam tahap perkenalan, manajemen pemasaran bisa mengikuti salah satu dari empat strategi seperti yang dikemukan oleh Philip Kotler (2002:350) yaitu:
a.
Strategi Peluncuran Cepat (rapid skimming strategy)
b. Strategi Peluncuran Lambat (slow skimming strategy) c. Strategi Penerobosan Cepat (rapidpenetration strategy)
d. Strategi Penerobosan Lambat (slow penetration strategy) 4.2
Strategi Pemasaran dalam Tahap Pertumbuhan
Melonjaknya
hasil
penjualan
merupakan
tanda
jelas
berlangsungnya tahap pertumbuhan. Selama tahap ini, beberapa strategi bisa digunakan untuk mempertahankan pertumbuhan pasar yang pesat selama mungkin. Strategi tersebut adalah :
a. Mutu produk ditingkatkan dan ciri serta model ditambahkan.
b. Model dan produk baru ditambahkkan. c. Memasuki segmen pasar baru.
produk
15
43
Strategi Pemasaran dalam Tahap Kedewasaan
Dalam tahap kedewasaan, orang-orang pemasaran harus sitematis memikirkan modifikasi strategi, produk dan bauran pemasaran sebagai alternatif strategi yang diambil adalah: a.
Modifikasi Pasar
b. Modifikasi Produk c.
4.4
Modifikasi Bauran Pemasaran
Strategi Pemasaran dalam Tahap Penurunan
Pada akhirnya penjuaian sebagian besar bentuk produk dan merek akan menurun. Dalam tahap ini maka strategi yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi produk yang lemah
b. Menetapkan strategi pemasaran c.
Keputusan menarik produk
B. Kinerja Keuangan
Menurut Mulyadi (2001:3) kinerja dapat diartikan sebagai hasil ataupun prestasi yang telah dicapai oleh perusahaan dalam usahanya selama jangka waktu tertentu.
Dengan demikian pengukuran kinerja dapat diartikan sebagai suatu
usaha yang dilaksanakan oleh seseorang untuk mengevaluasi secara kuantitatif
hasil dari aktivitas-aktivitas yang telah dilaksanakan oleh perusahaan pada
16
periode tertentu. Terdapat berbagai alteniatif metode pengukuran kinerja keuangan yang biasa digunakan oleh perusahaan, antara lain: 1. Analisis Laporan Keuangan 2. Analisis Arus Kas
3. Analisis Nilai Tambah
Dari ketiga metode tersebut penulis hanya menggunakan analisis
laporan keuangan dan analisis arus kas. Analisa laporan keuangan dan arus kas khusus mencurahkan perhatian pada perhitungan rasio agar dapat mengukur kinerja perusahaan.
1. Analisis Laporan Keuangan
Analisa rasio keuangan merupakan bentuk atau cara yang umum
digunakan dalam analisa laporan keuangan untuk mengukur kekuatan dan kelemahan yang dihadapi perusahan dibidang keuangan.
Rasio keuangan yang sering digunakan menurut Sofyan (2004:300), yaitu sebagai berikut:
1) Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan atau memenuhi kewajiban yang berjangka pendek tepat
waktu. Rasio yang dapat digunakan untuk menilai likuiditas perusahaan dapat berupa:
17
a.
Rasio Lancar {Current ratio)
Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Rasio lancar dihitung dengan cara: Rasio Lancar =
Aktiva Lancar Utang lancar
b. Rasio Cepat (Quick ratio)
Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi utang lancar. Rasio cepat dihitung dengan cara :
Rasio Cepat
=
Aktiva Lancar - Persediaan Utang Lancar
2) Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio-rasio yang digunakan adalah : a. Rasio Utang atas Modal (total debt to equity ratio)
Rasio ini menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar. Rasio utang atas modal dihitung dengan cara:
Rasio Utang atas Modal
=
Total Utang
Modal (Equity)
18
b. Rasio Utang atas Aktiva
Rasio ini menunjukkan sejauhmana utang dapat ditutupi oleh aktiva. Rasio utang atas aktiva ini dihitung dengan cara:
Rasio Utang atas Aktiva
Total Utang
=
Total Aktiva
3) Rasio Rentabilitas/Profitabilitas
Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga Operating Ratio dalam kaitannya dengan jumlah dana yang
diinvestasikan. Oleh sebab itu, rasio ini sangat berguna untuk menaksir efektifitas manajemen secara keseluruhan.
Rasio-rasio yang biasa digunakan untuk menilai profitabilitas adalah : a.
Margin Laba {profit margin)
Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Rasio margin laba ini dihitung dengan cara:
Margin Laba
Pendapatan Bersih Penjualan
b. Aset turn Over (Return On Asset)
Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Rasio ROA ini dihitung dengan cara: Aset Turn Over (ROA)
=
Penjualan Bersih — Total Aktiva
19
c. Return On Invesment (ROI)
Rasio ini menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur
dari modal pemilik. Semakin besar semakin bagus karena rasio ini menggambarkan
kondisi
perusahaan
yang
semakin
baik
dalam
menghasilkan laba. Rasio ROI ini dihitung dengan cara:
Return On Investment (ROI)
=
Laba Bersih
_^_
Total Aktiva
d.
Return On Total Asset
Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva. Rasio ROA ini dihitung dengan cara : Laba Bersih
Return On Total Asset
Rata-rata Total Asset
e.
Contribution Margin
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang akan menutupi biaya-biaya tetap atau biaya operasional lainnya. Rasio contribution margin ini dihitung dengan cara: Contribution Margin
=
Laba Kotor
Penjualan
20
4) Rasio Leverage
Rasio ini menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun asset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak lain dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity). Rasio leverage ini dihitung dengan cara: Utang
Leverage
=
x 100% Modal
5) Rasio Aktivitas
Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam
menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan
kegiatan lainnya. Rasio-rasio yang biasa digunakan dalam menilai aktivitas perusahaan, antara lain :
a.
Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)
Rasio ini menunjukkan berapa cepat perputaran persediaan dalam
siklus produksi normal. Rasio perputaran persediaan ini dihitung dengan cara:
Perputaran Persediaan
=
Harga Pokok Penjualan Rata-rata Persediaan
b. Perputaran Piutang (Receivable Turn Over)
Rasio ini menunjukkan berapa cepat penagihan piutang. Rasio perputaran piutang ini dihitung dengan cara :
21
Penjualan
Perputaran Piutang = Rata-rata Piutang
c.
Perputaran Total Aktiva {Total Asset Turn Over)
Rasio ini menunjukkan perputaran total kativa diukur dari volume penjualan dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aktiva menciptakan penjualan. Rasio perputaran total aktiva ini dihitung dengan cara:
Perputaran Total Aktiva
=
Penjualan Total Aset
6) Rasio Pertumbuhan (Growth)
Rasio ini menggambarkan persentasi pertumbuhan pos-pos perusahaan dari tahun ke tahun. Rasio-rasio ini diantaranya rasio kenaikan penjualan, kenaikan laba bersih, kenaikan deviden. Rasio dari pertumbuhan ini misalnya:
a,
Kenaikan Penjualan
Rasio ini menunjukkan persentasi kenaikan penjualan tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu.
Kenaikan Penjualan =
Penjualan Thn Ini - Penjualan Thn Lalu Penjualan Thn Lalu
22
7) Rasio Penilaian Pasar (Market Based Ratio)
Rasio ini merupakan rasio yang lazim dan yang khusus dipergunakan
di pasar modal yang menggambarkan situasi/keadaan prestasi perusahaan di pasar modal.
Rasio-rasio penilaian pasar ini antara lain :
a. Price Earning Ratio (PER)
Rasio ini adalah merupakan rasio harga per saham terhadap laba per
saham. Rasio ini menunjukkan berapa rupiah yang hams di bayar investor untuk setiap mpiah laba periode berjalan. Rasio PER ini dihitung dengan cara:
Price Earning Ratio (PER) =
Haga Pasar Saham Laba Bersih
b. Price Book Value Ratio (PBV)
Rasio ini merupakan rasio nilai harga pasar terhadap nilai buku, mengindikasikan bagaimana investor menilai suatu perusahaan. Rasio PBV ini dihitung dengan cara:
Price Book Value (PBV)
=
Nilai Pasar Saham NUai Baku
8) Rasio Produktivitas
Jika perusahaan ingin dinilai dari segi produktivitas unit-unitnya maka
bisa dihitung dengan rasio produktivitas. Rasio ini menunjukkan tingkat produktivitas dari unit atau kegiatan yang dinilai, misalnya :
23
a. Rasio Karyawan atas Penjualan. Rasio ini dihitung sebagai berikut : Jumlah Penjualan Bersih Jumlah Karyawan
Rasio
ini
menunjukkan
sejauhmana
kemampuan
karyawan
menghasilkan laba. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap lebih produktif.
2. Analisis Arus Kas
Arus kas sangat bermanfaat bagi para investor dan kreditor dalam
rangka melakukan prediksi, perbandingan dan evaluasi terhadap aliran kas potensial. Dengan menggunakan tekhnik analisa arus kas, pengelola perusahaan dapat memperoleh infonnasi mengenai sebab-sebab terjadinya surplus ataupun defisit kas selama periode tertentu, sehingga informasi
tersebut dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan tentang kas.
Rasio arus kas yang digunakan oleh penulis adalah arus kas operasi, yaitu terdiri dari:
A. Rasio Kualitas Penerimaan/Laba
Tujuan rasio kualitas penerimaan/laba adalah untuk menilai kualitas
laba yang dihasilkan perusahaan dibandingkan kas yang dihasilkan oleh aktivitas arus kas. Analisa dengan rasio tersebut terbagi atas :
24
a) Laba bersih terhadap kas dan penerimaan operasi, dihitung dengan rumus:
Laba Bersih
Kas dari kegiatan operasi
Rasio kualitas penerimaan/laba ini bertujuan untuk mengetahui
besamya laba bersih yang dihasilkan perusahaan jika dibandingkan arus kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi. b) Arus kas yang memadai Dapat dihitung dengan rumus :
Kas dari kegiatan operasi
Investasi + Tambahan Persediaan + Deviden + Penggunaan Hutang
Melalui rasio arus kas memadai tersebut, dapat diketahui apakah arus kas dari aktivitas operasi cukup memadai untuk memenuhi aktivitas perusahaan lainnya. B. Rasio Efesiensi
Rasio tersebut digunakan untuk menilai sebaik apa perusahaan dalam menghasilkan kas dari kegiatannya selama satu tahun, dan bagaimana bila
dibandingkan dengan perusahaan lain. Rasio tersebut juga menunjukkan
hubungan antara kas dengan perkiraan-perkiraan yang terdapat dalam laporan laba rugi. Rasio efesiensi ini terbagi atas :
25
a) Arus kas terhadap penjualan Dapat dihitung dengan menggunakan rumus
Kas dari operasi Penjualan
Rasio ini bertujuan untuk membandingkan antara kas yang
diperoleh melalui kegiatan operasi dengan penjualan. Melalui rasio ini dapat diketahui bagaimana tingkat pengembalian arus kas terhadap hasil penjualan.
b) Arus kas terhadap pendapatan Dapat dihitung dengan rumus:
Kas dari operasi
Pendapatan
Melalui rasio tersebut tingkat pengembalian pendapatan terhadap arus kas operasi dapat dibandingkan.
c) Hasil pengembalian arus kas atas aktiva Dapat dihitung dengan rumus :
Kas dari operasi Total aktiva
26
Rasio
tersebut
ditujukan
untuk
membandingkan
tingkat
pengembalian operasi terhadap aktiva. Sehingga dapat dikaetahui tingkat efesiensi dalam penggunaan aktiva.
Untuk
melakukan
pengukuran
kinerja
keuangan
pada
perusahaan manufaktur, maka dalam skripsi ini penulis akan menggunakan rasio-rasio:
1. Arus Kas Operasi 2.
Return On Investment
3. Price Earning Ratio
C. Review Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai siklus kehidupan produk dan kinerja keuangan
perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta sebelumnya telah dilakukan oleh Tatang A. Gumantri dan Novi Puspitasari, Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Jember. Populasi yang digunakan pada penelitian terdahulu adalah perusahaan yang listed di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1992-1996. Penulis melakukan penelitiannya terhadap 103 Perusahaan publik dari 259 perusahaan yang terdaftar di BEJ, karena sampel yang digunakan oleh peneliti Nonprobability
Sampling
yaitu
Purposive
Sampling
adalah
metode
pengambilan sampel dengan kriteria tertentu. Dan kriteria yang digunakan oleh penulis adalah:
1. Perusahaan terpilih sudah harus menjadi perusahaan publik sejak tahun 1992.
27
2. Perusahaan terpilih bukan termasuk kelompok perusahaan asuransi, perbankan, jasa keuangan, dan konstniksi.
Kriteria pertama ditetapkan untuk mengeleminasi efek krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997, karena krisis ekonomi yang
melanda Indonesia dalam banyak hal pasti mempengaruhi kinerja keuangan. Oleh sebab itu pembatasan sampai dengan tahun 1996 dimaksudkan agar sampel yang terpilih terbebas dan efek krisis ekonomi. Sedangkan kriteria yang kedua ditetapkan karena peruasahaan asuransi, perbankan, jasa
keuangan, dan konstruksi tidak terpilih sebab jenis laporan keuangannya
berbeda dengan laporan keuangan perusahaan manufaktur pada umumnya, khususnya dalam hal istilah dan cara pengakuannya. Sampel perusahaan yang diteliti di dominasi oleh dua sektor yaitu Industri Dasar dan Kimia dan Aneka Industri yang masing-masing diwakili oleh 30 perusahaan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 1992
sampai 1996. Variabel-variabel yang digunakan oleh peneUti adalah : Market
Value Ratio, Divident Payout Ratio, Price Book Value Ratio, Price Earning Ratio dan Profit.
Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini dan memudahkan
dalam menganalisis data maka peneliti menggunakan langkah-langkah seperti, Mengelompokkan rata-rata pertumbuhan penjualan (average sales growth) perusahaan selama tahun 1992-1996 dalam lima kelompok sesuai yang dilakukan oleh Gup dan Agrrawal (1996) yaitu :
28
1.
Tahap perkenalan
2. Tahap Ekspansi Awal
3. Tahap Ekspansi Akhir 4. Tahap Kedewasaan 5.
Tahap Penurunan
Metode analisis yang digunakan oleh Tatang dan Novi yaitu dengan menggunakan Uji Statistik Korelasi Pearson dan uji beda rata-rata (uji-t) yang digunakan untuk menguji hipotesis.
Penelitian ini menurut Tatang dan Novi memiliki dua tujuan. Tujuan peitama adalah menguji ada tidaknya hubungan antara sejumlah ukuran
kinerja keuangan perusahaan (sales, sales growth, market value, DPR, PBV, PER dan profit). Tujuan kedua adalah untuk menguji ada tidaknya perbedaan pada beberapa ukuran kinerja keuangan antar siklus kehidupan produk.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis sekarang hampir sama dengan yang dilakukan oleh peneliti terdahulu, hanya sampel yang digunakan sekarang lebih sedikit yaitu 59 perusahaan manufaktur, dan metode sampel yang digunakan adalah metode sampel random sederhana, sedangkan ukuran sampel yang digunakan adalah menggunakan rumus Siovin. Perusahaan yang
digunakan pun masih di dominasi oleh sektor dasar dan kimia, Dalam penelitian kali ini juga masih menggunakan data sekunder yaitu data yang
diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) dan juga dan internet Data keuangan yang digunakan adalah antara tahun 2001-2004.
29
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian sekarang yaitu menggunakan Arus Kas Operasi, Return On Invesment dan Price Earning
Ratio. Dalam penelitian kali ini pun penulis akan mengelompokkan pertumbuhan penjualan perusahaan selama tahun 2001-2004 dalam empat
kelompok, yaitu : 1) tahap perkenalan, 2) tahap pertumbuhan, 3) tahap
kedewasaan dan 4) tahap kemunduran. Dan metode analisa data yang digunakan menggunakan uji beda rata-rata (uji-F) One Way Anova yaitu analisis varian dengan satu variabel independen. Analisis varian digunakan
untuk menguji hipotesis kesamaan rata-rata antara dua grup atau lebih. Maksud dan penenlitian ini apakah terdapat perbedaan ukuran
kinerja
keuangan (arus kas operasi, ROI, PER) pada setiap tahap siklus kehidupan produk.