BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kondisi perekonomian Indonesia yang tidak menentu membuat usaha kecil menengah menjadi wahana yang baik untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang produktif karena proses produksi dalam industri berskala kecil dan menengah pada umumnya bersifat padat karya. Berbicara kondisi perekonomian Indonesia tentu tidak terlepas dari usaha pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan lokal Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah saat ini semakin gencar menggalakkan program pemanfaatan bahan lokal dengan nilai tambah yang lebih agar mampu memenuhi kebutuhan dan keanekaragaman konsumsi pangan masyarakat. Ketahanan merupakan suatu kondisi ketersediaan pangan yang cukup bagi setiap orang dan kemudahan individu untuk memperolehnya. Ketahanan pangan dapat bearti pula terpenuhinya pangan bagi rumah tangga, mutu baik, aman, bergizi, dan beragam serta merata dan terjangkau oleh masyarakat. Dalam mencapai kesejahteraan yang layak, ketahanan pangan merupakan prasyarat utama. Pada perkembangan zaman saat ini untuk menjawab ketahanan pangan yang baik tentu seorang pengusaha dituntut untuk menjadi pengusaha yang memiliki ide dan pikiran yang inovatif untuk dapat bertahan dan bersaing dalam dunia bisnis, khususnya bidang kuliner. Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah untuk diolah sehingga tidak mengherankan jika
dikenal keunikannya dan keberagaman kulinernya. Salah satu makanan kuliner Indonesia adalah mides. Mides adalah salah satu produk kuliner yang dikembangkan oleh Kabupaten Bantul sebagai produk ketahanan pangan. Mides merupakan mie pedes, makanan khas daerah Bantul khususnya daerah Pundong yang terbuat dari pati ubi kayu (singkong) yang diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan mie berbentuk balok berukuran besar yang dipotong kecil-kecil sekitar 5-10 cm yang biasanya disebut mie iris. Mie tersebut dapat digunakan sebagai bahan alternatif pengganti beras karena mengandung karbohidrat sebanyak 18,87 gram (Erma, 2012). Mie tersebut memiliki rasa yang pedas dan memiliki karakteristik lebih kenyal daripada mie yang biasa. Apabila mie tersebut disajikan akan terlihat hidangan mie yang berbeda dengan mie ayam, bakmi jawa, ataupun mie-mie lainnya yang dapat ditemukan di sekitar Yogyakarta. Mides merupakan olahan mie yang memiliki potensi pangan olahan yang cukup besar untuk dikembangkan karena dapat memenuhi kebutuhan dan keanekaragaman konsumsi pangan masyarakat serta dengan didukung Kabupaten Bantul yang memiliki banyak obyek wisata yang dapat mendatangkan wisatawan untuk berkunjung ke wisata kuliner di daerah Pundong yang menawarkan makanan khas, yaitu mides. Namun, ternyata distribusi dari produk mie pedes tersebut saat ini masih terbatas lokal, yaitu hanya di sekitar Kabupaten Bantul sehingga perlu dilakukan pengembangan pasar agar dapat mengembangkan potensi pangan lokal. Distribusi produk
mides dapat dilihat dari jumlah warung mides yang ada pada saat ini di tabel 1.1. Dari penelitian yang dilakukan oleh Fitria (2012) dapat diketahui bahwa saat ini jumlah rumah makan yang membuka usaha
warung mie pedes
kurang lebih 17 rumah makan yang tersebar di daerah Kecamatan Bambanglipuro, Jetis, Sanden, Pundong, Pandak, Sabdodadi, dan Imogiri. Tabel 1.1 Jumlah Warung Mides Kecamatan Pundong Bambanglipuro Jetis Pandak Sabdodadi Imogiri Sanden
Jumlah Warung 9 warung 3 warung 1 warung 1 warung 1 warung 1 warung 1 warung
Selain distribusi masih terbatas lokal, warung mides tersebut juga belum melakukan strategi pemasaran efektif sehingga banyak wisatawan maupun warga Yogyakarta yang kurang tahu dengan adanya produk mie tersebut. Strategi pemasaran yang dilakukan selama ini hanya dalam bentuk promosi dari mulut ke mulut dan hanya melalui blog penggemar yang menyukai makanan khas mides tersebut. Pada awalnya pengusaha yang membuka usaha di produk mie pedes hanya berada di wilayah kecamatan Pundong, namun saat ini rumah makan yang menyajikan produk mides sudah banyak dijumpai di Kabupaten Bantul. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Erma (2012) dapat diketahui bahwa hasil olahan dari mie potong tersebut, yaitu mie pedes belum menerapkan fungsi-fungsi pemasaran secara efektif. Dari penelitian tersebut
juga dapat diketahui bahwa berdasar hasil survei pusat studi pangan gizi (PSPG, 2011) terdapat permasalahan, yaitu jangkauan pemasaran yang masih terbatas. Padahal atribut mutu bahan baku untuk membuat mides tersebut sudah bagus hanya strategi pemasarannya yang kurang efektif. Mengingat produk mides merupakan produk yang memiliki potensi pangan olahan yang cukup besar dalam memenuhi kebutuhan dan keanekaragaman pangan masyarakat serta agar produk mides memiliki jangkauan distribusi yang lebih luas dan dapat unggul dalam persaingan perlu dilakukan kajian terhadap pangan olahan, khususnya pada aspek pemasaran. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai perancangan strategi pemasaran untuk pengembangan pasar produk mides. Penelitian ini diawali dengan uji kesukaan atribut mutu produk untuk melihat penerimaan konsumen terhadap produk tersebut yang selanjutnya dilakukan penelitian penentuan segmentasi, target, dan posisi pasar serta disusun strategi pemasaran yang dapat mengembangkan pasar sehingga dapat meningkatkan potensi pangan lokal daerah. Dengan melakukan uji kesukaan ke pelanggan baru dapat diketahui preferensi konsumen terhadap produk mides tersebut, pendapat dan kesenangan konsumen terhadap produk tersebut sehingga nantinya dapat diketahui strategi pemasaran yang tepat. Dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Chandrasari (1997) dapat diketahui bahwa faktor dominan yang mempengaruhi minat beli konsumen terhadap produk mie instan adalah faktor mutu. Selanjutnya dipengaruhi oleh faktor kemasan, harga, dan
terakhir faktor promosi. Dari penelitian yang dilakukan oleh Erma dan Nurul Fitria (2012) yang berjudul ”Analisis Sikap Konsumen Terhadap Produk UMKM Mie Pentil untuk Perancangan Strategi Pemasaran” dapat diketahui bahwa skor sikap konsumen untuk variabel lokasi dan harga memiliki skor yang paling tinggi. Selanjutnya disusul variabel promosi, proses, people, dan yang terakhir bukti fisik. Hasil tersebut menunjukan bahwa pengambilan keputusan dalam pembelian mie pentil sangat dipengaruhi variabel marketing mix. Dalam pengembangan pemasaran untuk memastikan keberhasilan suatu pemasaran salah satu faktor yang tidak boleh diabaikan adalah segmentasi pasar. Dengan penentuan segmentasi, target dan posisi pasar dapat membantu pemilik usaha mengidentifikasi peluang pasar dengan lebih baik sehingga pemilik usaha dapat mengembangkan produk yang tepat, serta mampu menyesuaikan harga, saluran distribusi, dan periklanan bagi masingmasing target dengan lebih efisien (Kotler, 1999). Dengan melakukan segmentasi dapat memungkinkan perusahaan lebih fokus masuk ke pasar sesuai keunggulan kompetitif perusahaan. Setelah diketahui segmentasi, target dan posisi pasar dapat diketahui strategi pemasaran.
B. Rumusan Masalah Mides merupakan olahan mie dari pati ketela yang memiliki potensi pangan olahan yang cukup besar untuk dikembangkan karena dapat memenuhi
kebutuhan
dan keanekaragaman
konsumsi
pangan
lokal
masyarakat dalam rangka ketahanan pangan. Namun, ternyata distribusi dari produk mie pedes tersebut saat ini masih terbatas lokal, yaitu hanya di sekitar Kabupaten Bantul sehingga perlu dilakukan pengembangan pasar. Strategi pemasaran yang dilakukan warung mides yang berada di Kabupaten Bantul saat ini juga kurang efektif sehingga banyak konsumen yang tidak tahu dengan produk mides. Padahal atribut mutu bahan baku untuk membuat mides tersebut sudah bagus hanya strategi pemasarannya yang kurang efektif.
C. Batasan Penelitian Batasan penelitian digunakan agar dalam menyelesaikan masalah tidak menyimpang dari tujuan dan menghindari meluasnya pembahasan dari yang diteliti. Berikut batasan masalah dari penelitian ini: 1.
Responden untuk penelitian ini adalah pelanggan baru yang belum pernah makan mie pedes (mides).
2.
Jenis mie pedes yang digunakan dalam penelitian ini adalah mie goreng.
3.
Atribut mutu yang digunakan untuk uji kesukaan, yaitu meliputi rasa, warna, tekstur, aroma, dan kenampakan.
4.
Penelitian difokuskan pada penerimaan konsumen terhadap produk mie pedes (mides), segmentasi, target, dan posisi pasar serta strategi pengembangan pasar berdasarkan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat).
D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Mengetahui penerimaan konsumen terhadap atribut mutu produk mie pedes, yaitu rasa, warna, tekstur, aroma dan kenampakan.
2.
Mengetahui segmentasi, target, dan posisi pasar produk mides.
3.
Menyusun strategi pemasaran berdasarkan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat).
E. Manfaat Penelitian 1.
Bagi produsen dapat sebagai bahan masukan dalam mengembangkan strategi pemasaran agar lebih efektif sehingga dapat menarik minat konsumen dan unggul dalam persaingan yang ketat.
2.
Bagi peneliti/mahasiswa dapat digunakan sebagai media untuk belajar, menambah pengetahuan dan pemahaman, serta memperluas wawasan dari teori yang diperoleh di kuliah dengan penerapannya dalam permasalahan yang nyata.
3.
Bagi masyarakat umum dapat digunakan sebagai bahan tambahan pengetahuan mengenai strategi pemasaran yang perlu dilakukan untuk mengembangkan suatu usaha agar unggul dalam bersaing.