e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014)
VARIASI MENGAJAR GURU DALAM PEMBELAJARAN MENGUBAH PENGALAMAN PRIBADI MENJADI NASKAH DRAMA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 MELAYA Ni Luh Gede Wahyuni Lestari, I Wayan Wendra, I Made Astika Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) variasi mengajar yang digunakan guru dalam pembelajaran mengubah pengalaman pribadi menjadi naskah drama pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Melaya, (2) alasan dipilihnya variasi mengajar tersebut, dan (3) kendala-kendala yang dialami guru dalam menggunakan variasi mengajar tersebut. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia kelas XI di SMA Negeri 1 Melaya. Objek penelitian ini adalah variasi mengajar guru dalam pembelajaran mengubah pengalaman pribadi menjadi naskah drama, alasan dipilihnya variasi mengajar tersebut, dan kendala dalam menggunakan variasi mengajar tersebut. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, perekaman, dan wawancara. Data dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) variasi mengajar yang ditampilkan guru sudah bervariasi terlihat dari sudah diterapkannya komponen-komponen variasi mengajar, (2) alasan dipilihnya variasi mengajar tersebut, yaitu (a) variasi gaya mengajar tersebut digunakan untuk menjaga konsentrasi siswa, memberikan penegasan kepada siswa mengenai hal-hal penting yang harus diingat dan dipahami, serta memberikan suatu penghargaan atau respons positif terhadap keberanian dan kemauan siswa untuk aktif selama KBM berlangsung, (b) variasi penggunaan media dan bahan ajar digunakan untuk mengefisienkan waktu serta mendayagunakan fasilitas yang ada dikelas, dan (c) variasi pola interaksi digunakan agar siswa mau aktif berinteraksi baik dengan guru atau teman sejawatnya, dan (3) Kendala-kendala yang dihadapi guru bersumber dari faktor guru, siswa, sarana dan prasarana, lingkungan khususnya dalam pengorganisasian kelas, dan alokasi waktu. Kata kunci: variasi mengajar, menulis naskah drama.
ABSTRACT This study was aimed at describing (1) the teaching variations used by the teacher in teaching the material of changing personal experience to a drama script in XI grade of SMA Negeri 1 Melaya. (2) The reasons of using those teaching variations, and (3) the difficulties faced by the teacher in using those teaching variations. This study used descriptive-qualitative dsign. The subject was the teachers of XI graders of SMA Negeri 1 Melaya. The object was the teacher’s skill in using teaching variations
1
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014) in teaching the material of changing personal experience to a drama script, the reasons of using thise variations and the difficulties faced by the teacher in using those teaching variations. The data collection method was observation, recording, and interview. The data were analyzed descriptive qualitatively. The result showed that (1) the teaching variation performed by the teacher was already diverse observed from the presence of teaching variations components, (2) the reason of using the teaching variations were (a) the teaching variation style was used to keep the students ‘ concentration in giving stress toward the important parts of the lesson as well as giving the appreciation or positive response toward the students’ willingness and bravery during the teaching and learning process, (b) the variation of using media and learning material were used to concise the time and to make use the media provided in the class, and (c) the variation of learning interaction was used to make the students actively interacted with the teacher and their peers, and (3) the difficulties faced by the teacher came from (a) teacher, (b) student, (c) facilities, (d) environment specifically in class organization, and (e) time allotment. Keywords: teaching variation, writing a drama script
PENDAHULUAN Sastra dalam arti khusus dapat diartikan sebagai bentuk tulisan yang memberikan kesenangan, hiburan, keindahan, keharuan, dan kekaguman kepada pembacanya. Sastra ditulis memang untuk menyenangkan orang lain. Oleh karena itu, sastra harus diungkapkan secara indah. Keindahan yang dimaksud adalah selalu menyenangkan, menarik, menawan, dan memesona. Dalam pengertian ini, drama termasuk di dalamnya (Raharjo, 1986:14). Hubungan antara drama dan sastra dapat dikatakan sangat erat, karena keduanya merupakan pasangan yang tidak dapat dipisahkan. Drama dikelompokkan sebagai karya sastra karena ditulis dalam bahasa yang memikat dan mengesankan. Drama lahir dan ditulis karena adanya peristiwa perenungan akal dan perasaan yang dilakukan oleh seorang pengarang. Kegunaan sastra termasuk drama tidak perlu dipertanyakan lagi, antara lain mendidik manusia agar memahami kehidupan lebih baik karena mempelajari drama menyebabkan manusia semakin tahu tentang hidupnya. Berbagai aspek pendidikan drama yang di antaranya adalah pendidikan akhlak dan pendidikan kecerdasan akan menempa diri manusia agar lebih humanis. Drama membawa pesan humanistik untuk memanusiakan manusia. Pernyataan tersebut diperkuat dengan apa yang disampaikan Damono (dalam Endraswara, 2011:290) bahwa
sastra dikatakan sebagai benda budaya yang bisa dijadikan tauladan yang di dalamnya terungkap nilai-nilai, kaidahkaidah, tindak-tanduk yang baik dan buruk. Dalam hal ini sastra dianggap sebagai alat pendidik. Sastra ditulis berdasarkan tata nilai tertentu yang selalu bergeser tiap zaman. Dengan mencermati drama akan dapat memetik nilai didik tertentu baik dari segi pendidikan akhlak dan pendidikan kecerdasan yang secara tidak langsung akan menunjang keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan, mengembangkan cipta, karsa, dan rasa, serta mengembangkan pembentukan watak. Melihat banyak hal yang dapat diperoleh dari drama, pemerintah kemudian menerapkannya pada pembelajaran di sekolah. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia tingkat SMA/MA dijelaskan bahwa Standar Isi pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tertulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan Indonesia (dalam Winawan, 2010:20). Kurikulum ini juga memuat Standar Kompetensi Sastra Indonesia pada keterampilan menulis, yaitu menggunakan berbagai kegiatan menulis untuk mengungkapkan pikiran,
2
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014) perasaan, informasi, dan pengalaman dalam kegiatan apresiatif yang menghasilkan transformatif karya sastra, kritik dan esai, dan berbagai karya sastra berbentuk puisi, cerita pendek, drama serta transliterasi atau transkripsi naskah drama berhuruf Arab Melayu. Salah satu aspek pengajaran sastra di sekolah adalah pengajaran drama. Waluyo (2001:23) menjelaskan bahwa pengajaran drama di sekolah dapat ditafsirkan dua macam, yaitu pengajaran teori drama dan pengajaran apresiasi drama. Masing-masing pengajaran tersebut terdiri atas dua macam, yaitu pengajaran teori tentang teks (naskah) drama dan pengajaran tentang teori pementasan drama. Pengajaran apresiasi membahas naskah drama dan apresiasi pementasan drama. Meteri teori drama diambil dari buku pegangan teoretis drama yang berupa naskah drama. Pemilihan naskahnya harus disesuaikan dengan jenjang pendidikan (unsur perkembangan psikologis). Pengajaran drama di kelas kerap kali menemui kesulitan, yaitu dalam hal memperoleh naskah-naskah drama khususnya naskah dengan lama pentas (durasi) 30 menit. Naskah yang sering ditemui biasanya memerlukan waktu yang lebih lama saat dipentaskan, hal itu kurang tepat dipentaskan pada drama kelas. Untuk itu, mau tidak mau siswa harus menyusun naskah drama sendiri. Keterampilan menulis sastra, khususnya menulis naskah drama terdapat pada kurikulum SMA kelas XI. Salah satunya terdapat pada semester dua yang tertuang dalam Standar Kompetensi yaitu “Menulis naskah drama dengan Kompetensi Dasar menarasikan pengalaman manusia dalam bentuk adegan dan latar pada naskah drama” (Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Melaya). Pada materi ini, siswa tidak hanya mengetahui teori drama maupun menulis naskah drama, tetapi juga berlatih membuat naskah drama. Keterampilan menulis naskah drama sangat penting dimiliki dan dapat dilakukan oleh siswa. Dengan menulis naskah drama, siswa dapat melakukan kegiatan apresiasi sastra. Terlebih lagi
bagi siswa yang memang menyukai sastra. Dengan drama, siswa dapat menuju kedewasaannya melalui berbagai macam pengalaman hidup manusia dalam naskah drama (Moody dalam Waluyo, 2007:161). Namun, pembelajaran menulis naskah drama dalam proses belajarmengajar tidak akan sukses jika siswa itu sendiri tidak memiliki minat untuk menulis yang disebabkan oleh proses pembelajarannya sangat membosankan. Djamarah dan Zain (2006:160) mengatakan bahwa pada dasarnya semua orang tidak menghendaki adanya kebosanan dalam hidupnya. Sesuatu yang membosankan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Merasakan makanan yang sama terus-menerus akan menimbulkan kebosanan, melihat film yang sama dua kali saja orang sudah tidak mau, juga karena bosan. Orang akan lebih suka bila hidup itu diisi dengan penuh variasi dalam arti yang positif. Demikian juga dalam proses belajar mengajar. Bila guru dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan variasi, maka akan membosankan bagi siswa, perhatian siswa berkurang, mengantuk, dan akibatnya tujuan belajar tidak tercapai. Dalam hal ini, guru memerlukan adanya variasi dalam mengajar. Mengingat bahwa guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual, karena antara peserta didik yang satu dengan yang lain memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Untuk itu dalam bukunya, Djamarah dan Zain (2006:160) juga memaparkan keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar akan meliputi tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, dan variasi dalam interaksi antara guru dan siswa. Apabila ketiga komponen tersebut dikombinasikan dalam penggunaannya atau secara integrasi, akan meningkatkan perhatian siswa, membangkitkan keinginan, dan kemauan belajar. Contohnya, ketika seorang guru mengajarkan materi membaca dongeng
3
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014) kepada siswanya. Agar pembelajaran tersebut lebih bervariasi dan mampu menarik perhatian siswa, guru perlu memvariasikan suaranya ketika memerankan tokoh yang berbeda pada cerita tersebut. Selain itu guru juga bisa menggunakan media berupa boneka atau topeng yang tentunya berhubungan dengan dongeng yang akan diceritakan. Keterampilan dalam mengadakan variasi ini lebih luas penggunaannya daripada keterampilan lainnya, karena merupakan keterampilan campuran atau diintegrasikan dengan keterampilan yang lain. Misalnya, variasi dalam memberikan penguatan, variasi dalam memberi pertanyaan, dan variasi dalam tingkat kognitif. Berdasarkan observasi awal dalam bentuk wawancara yang dilakukan di SMA Negeri 1 Melaya, data awal yang peneliti peroleh yaitu bahwa dalam pemebelajaran sebelumnya Ni Nengah Redani, S.Pd. dan Maryatini, S.Pd. selaku guru bahasa Indonesia yang mengajar kelas XI di SMA Negeri 1 Melaya ini, dalam mengajarkan materi menulis naskah drama menggunakan sumber pengalaman pribadi siswa. Penggunaan pengalaman pribadi ini karena dianggap mampu memudahkan dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis naskah drama. Dengan menggunakan pengalaman pribadi, siswa akan dengan mudah mengembangkan naskah drama karena siswa telah menguasai topik naskah drama tersebut. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa topik hendaknya memiliki asas fisibilitas. Artinya, topik yang dipilih merupakan ide yang akan mampu digarap. Sesuai dengan pengertian pengalaman pribadi itu sendiri, yaitu segala sesuatu yang pernah dialami oleh setiap manusia dan itu merupakan suatu hal yang sangat mengesankan serta tidak terlupakan (Depdiknas, 2003:52). Karena sudah dialami langsung oleh siswa, pengalaman tersebut akan sangat mudah untuk dijadikan sumber dalam menulis naskah drama. Sesuai dengan apa yang disampaikan Endraswara (2011:16) bahwa drama hadir atas dasar imajinasi terhadap kehidupan.
Berdasarkan wawancara tersebut, kedua guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas XI menyatakan bahwa nilai yang diperoleh siswa sebagian besar mencapai 80 ke atas, dan masih ada beberapa siswa yang memperoleh nilai 80 ke bawah. Akan tetapi, secara umum semua siswa sudah melampaui KKM yang telah ditentukan yaitu 75 atau dengan kata lain secara umum pemerolehan nilai siswa tersebut sudah dalam kategori baik. Keberhasilan inilah yang membuat guruguru di SMA Negeri 1 Melaya menjadikan pengalaman pribadi sebagai sumber dalam menulis naskah drama pada setiap periodenya Keberhasilan nilai yang diperoleh siswa tersebut, tentunya tidak lepas dari variasi mengajar yang dilakukan guru bahasa Indonesia kelas XI di SMA Negeri 1 Melaya. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, kedua guru tersebut secara umum sudah melakukan variasi mengajar mulai dari variasi gaya mengajar, variasi media dan bahan ajar, dan variasi pola interaksi. Dalam pelaksanaannya, kedua guru ini juga menemui beberapa kendala saat KBM berlangsung. Kendala-kendala tersebut seperti dalam mempersiapkan media ajar dan pada saat pola interaksi dua arah. Pada saat penerapan pola interaksi dua arah, hampir sebagian siswa tidak mampu berkomunikasi dengan baik disebabkan oleh siswa tersebut merasa gugup dan takut apa yang disampaikan akan salah dihadapan gurunya. Penelitian mengenai keterampilan mengadakan variasi mengajar dalam pembelajaran mengubah pengalaman pribadi menjadi naskah drama belum pernah dilakukan. Namun, ada beberapa penelitian yang sejenis dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Penelitian itu di antaranya dilakukan oleh Ni Putu Sukerni pada tahun 2013 dengan judul penelitian “Variasi Penggunaan Media dalam Pembelajaran Sastra oleh Guru pada Siswa Kelas VII di SMP se-Kota Singaraja”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa guru kelas VII di SMP se-Kota Singaraja sudah menggunakan media yang bervariasi. Selain sudah membawa media yang bervariasi, guru-guru tersebut
4
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014) juga sudah mampu menggunakan media tersebut secara efektif serta penggunaan media tersebut sudah mampu menumbuhkan respons siswa untuk belajar. Kemudian untuk penelitian sejenis selanjutnya dilakukan oleh Ni Made Dwi Aryastini (2011) dengan judul penelitian “Pembelajaran Menulis Naskah Drama yang Bersumber dari Pengalaman Pribadi pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Singaraja”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa langkahlangkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru terlaksana dengan baik. Hambatanhambatan yang dihadapi oleh guru disebabkan oleh faktor siswa dan pembelajaran menulis naskah drama yang bersumber dari pengalaman pribadi mendapat respons positif dari siswa Berdasarkan pemaparan di atas, tampak bahwa belum ada yang meneliti mengenai keterampilan mengadakan variasi secara menyeluruh. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai keterampilan guru dalam menggunakan variasi mengajar khususnya pada pembelajaran drama mengingat selama ini pembelajaran drama dianggap membosankan bagi peserta didik. Untuk itu peneliti melakukan penelitian yang diberi judul “Variasi Mengajar Guru dalam Pembelajaran Mengubah Pengalaman Pribadi Menjadi Naskah Drama pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Melaya”. Tujuan dilaksanakannya penelitian ini, yaitu (1) untuk mengetahui variasi mengajar yang digunakan guru dalam pembelajaran mengubah pengalaman pribadi menjadi naskah drama pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Melaya; (2) untuk mengetahui alasan dipilihnya variasi mengajar tersebut; dan (3) untuk mengetahui kendala-kendala yang dialami guru dalam menggunakan variasi mengajar tersebut. Manfaat dari penelitian ini, yaitu (1) Bagi siswa hasil penelitian ini dapat memudahkan siswa dalam belajar menulis naskah drama, (2) Bagi guru hasil penelitian ini dapat menjadikan guru lebih kreatif dalam memvariasikan keterampilan mengajar yang selalu menyesuaikan
dengan kondisi dan kebutuhan siswa khususnya pada pembelajaran menulis naskah drama, (3) Bagi peneliti hasil penelitian ini memberikan pengalaman yang sangat bermanfaat. Sebagai calon guru bahasa Indonesia, peneliti dapat mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan variasi mengajar, dan Bagi peneliti lain hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan informasi dan bahan perbandingan untuk melakukan penelitian lain yang terkait dengan variasi mengajar. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Rancangan penelitian deskriptif ini dipilih karena mampu menggambarkan secara keseluruhan keterampilan mengadakan variasi mengajar oleh guru dalam pembelajaran mengubah pengalaman pribadi menjadi naskah drama. Selain itu, rancangan penelitian deskriptif juga dapat menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas XI SMA Negeri 1 Melaya. Guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas XI ada dua orang, yaitu Ni Nengah Redani, S.Pd. dan Maryatini, S.Pd. Objek penelitian ini adalah variasi mengajar guru dalam pembelajaran mengubah pengalaman pribadi menjadi naskah drama yang meliputi penggunaan variasi mengajar, alasan dipilihnya variasi mengajar tersebut, dan kendala-kendala yang dialami saat menggunakan variasi mengajar tersebut. Untuk mendapatkan data yang akurat, metode pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi: (1) metode observasi, (2) metode perekaman, dan (3) metode wawancara. Sesuai dengan metode observasi, instrumen penelitian (instrumen pengumpulan data) yang digunakan adalah lembar observasi. Pada saat melaksanakan observasi, hasil observasi dicatat dalam lembar observasi tersebut. Selain itu, sebagai pendukung pengumpulan data, pada metode
5
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014) observasi juga digunakan alat perekam yang berupa handycam untuk merekam pembelajaran menulis naskah drama yang berlangsung. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang lebih lengkap yang tidak bisa penulis catat dalam lembar observasi. Untuk metode wawancara, peneliti menggunakan instrument berupa lembar wawancara. Dalam lembar observasi yang telah peneliti siapkan berisi tentang komponen keterampilan mengadakan variasi yang ditampilkan guru pada saat KBM berlangsung. Begitu pula lembar wawancara yang telah peneliti siapkan berisikan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada rumusan masalah kedua dan ketiga, yaitu mengenai alasan pemilihan variasi mengajar serta kendalakendala yang dihadapi guru saat menggunakan variasi tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Teknik deskriptif kualitatif adalah suatu teknik menganalisis data dengan cara menginterpretasikan data yang diperoleh dengan kata-kata. Analisis data dalam penelitian ini mencakup empat tahap, yaitu 1) identifikasi data, 2) klasifikasi data, 3) penyajian data, dan 4) verifikasi dan penarikan simpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Keterampilan mengadakan variasi pada pembelajaran mengubah pengalaman pribadi menjadi naskah drama di kelas XI SMA Negeri 1 Melaya telah dilakukan guru secara bervariatif. Guru tampaknya sudah memahami bahwa variasi mengajar merupakan kegiatan guru dalam menghilangkan kejenuhan atau kebosanan siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang disampaikan Djamarah (2002:64) bahwa menggunakan variasi diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks proses belajar-mengjar yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam proses belajar siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiasan, serta berperan secara aktif. Pada saat mengajar dari kegiatan awal hingga akhir, guru satu (G1) telah
menunjukkan pemanfaatan keterampilan mengadakan variasi, seperti variasi gaya mengajar dengan aspek penggunaan suara yang tidak monoton dan penggunaan suara tersebut dikombinasikan dengan aspek gaya mengajar lainnya, seperti mimik dan gerak, pemberian waktu/kesenyapan, perubahan posisi, pemusatan perhatian, dan kontak pandang sehingga menjadi satu kesatuan. Guru memvariasikan suara dengan intonasi, kecepatan, dan nada yang menyesuaikan dengan situasi dan kondisi kelas pada saat itu. Suara yang lembut dilakukan guru ketika menjelaskan materi dan memberikan sedikit tekanan ketika menjelaskan poin-poin penting. Ekspresi ceria dan bersahabat dengan diimbangi gerakan tangan dilakukan guru untuk memperjelas penyajiannya. Ketika terdapat siswa yang ribut, guru menggunakan suara keras dengan nada tinggi untuk menarik perhatian siswa. Setelah kelas kembali tenang, guru mengatur suaranya normal kembali dan lebih lembut. Kontak pandang yang dilakukan guru dengan siswa dilakukan secara merata tanpa ragu memandang siswa yang melakukan hal yang dirasa mengganggu kegiatan belajar mengajar, baik ketika menjelaskan maupun ketika kegiatan siswa yang dilakukan guru sambil berdiri di depan kelas ataupun ketika duduk. Kesenyapan dilakukan guru dengan sengaja dengan maksud memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir pada saat diberikan pertanyaan oleh guru atau pemberian waktu untuk mencatat hal-hal penting setelah guru menjelaskan. Hal ini dilakukan agar siswa benar-benar konsentrasi memperhatikan penjelasan guru. Selain itu, guru juga sering menggunakan waktu/kesenyapan untuk menghentika keributan siswa. Ketika terdapat siswa yang ribut, guru tiba-tiba diam sejenak seperti mematung untuk menarik perhatian siswa kembali. Ketika mengajar, perubahan posisi guru bervariasi dan tidak monoton seperti duduk atau berdiri ditempat yang sama dalam waktu yang lama. Guru biasanya
6
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014) berdiri di depan kelas kemudian ke tengah, samping kiri dan kanan selama masih dapat dilihat seluruh siswa ketika menjelaskan, terkadang menghampiri siswa ketika mengerjakan tugas dan ketika ada siswa yang bertanya. Perubahan posisi yang dilakukan guru masih bersifat wajar atau tidak berlebihan sehingga tidak mengganggu konsentrasi siswa. Pemberian tekanan pada butir-butir yang penting selalu dilakukan guru ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung. Pemberian tekanan yang dilakukan guru seperti mengulang kembali poin-poin penting terkait materi yang dijelaskan secara bersamaan dengan siswa dan diikuti pemusatan nonverbal (menyebutkan dengan jari). Selain itu guru juga menggunakan kata “Coba perhatikan slide di depan ini” ketika guru menampilkan langkah-langkah menulis naskah drama pada slide. Penampilan guru dalam pemanfaatan variasi penggunaan media dan bahan ajar dilakukan guru sudah bervariasi, terlihat selama pengamatan guru menggunakan media pandang berupa power point selama menjelaskan dan divariasikan dengan penggunaan media lainnya yakni media dengar yang berasal dari suara guru sendiri dan siswa, serta media taktil yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memanfaatkan fasilitas yang ada di kelas seperti spidol. Penggunaan media yang bervariasi tersebut mampu membangkitkan minat belajar siswa. Hal tersebut sesuai dengan salah satu fungsi dan manfaat penggunaan media pembelajaran yang disampaikan oleh Sanjaya (2008:209) bahwa penggunaan media dapat menambah motivasi belajar siswa sehingga perhatian siswa terhadap materi pembelajaran dapat lebih meningkat. Guru jarang menggunakan buku lain selain buku yang dimiliki siswa dikarenakan waktu yang tidak memungkinkan. Namun, terkadang guru mencantumkan referensi yang di dapat dari internet sebagai bahan penyempurnaan materi yang sedang diajarkan.
Penampilan guru dalam pemanfaatan pola interaksi baik itu pola interaksi satu arah, dua arah, ataupun multi arah dalam kegiatan siswa terlihat serius tetapi santai dan terjadi hubungan yang baik dan menyenangkan. Serius dalam arti tetap semangat belajar dan sungguh-sungguh, namun tetap santai tanpa rasa tegang, tertekan, takut terhadap guru atau hal-hal lain yang menyebabkan proses belajar mengajar kurang menyenangkan. Sikap guru yang humoris dan bersahabat dengan siswa timbul karena guru tidak pernah berkata kasar, marah yang berlebihan, ataupun bertidak sesuatu yang menyinggung perasaan. Secara umum, kegiatan siswa dalam aktivitas belajar mengajar sebagai berikut. Guru menjelaskan materi pelajaran, siswa memperhatikan dan mencatat, sesekali guru melontarkan pertanyaan untuk memotivasi siswa. Setelah itu meminta beberapa orang siswa untuk bersedia membacakan sebuah naskah drama yang sudah dibuat guru berdasarkan pengalaman pribadinya sebagai contoh naskah drama yang akan dibuat siswa. Setelah siswa paham guru meminta siswa membentuk beberapa kelompok untuk pembuatan naskah drama. Sebelumnya siswa diminta untuk saling bertukar pengalaman terlebih dahulu dengan teman dikelompoknya kemudian dipilih satu pengalaman yang akan dijadikan sumber menulis naskah. Kegiatan kelompok/diskusi ini dipilih guru agar siswa berlatih menyelesaikan masalah bersama-sama, berbagi pendapat, dan mau belajar berbicara. Hal tersebut sejalan dengan pengertian diskusi yang disampaikan Wiyanto (2000:1) bahwa diskusi adalah proses bertukar pikiran antara dua orang atau lebih tentang suatu masalah untuk mencapai tujuan tertentu. Setelah diputuskan pengalaman siapa yang digunakan, kemudian siswa menjadikan pengalaman tersebut menjadi naskah drama berdasarkan langkah-langkah pembuatan naskah drama yang sebelumnya sudah disampaikan oleh guru. Dalam proses pembuatannya, tidak jarang pula siswa yang mau bertanya
7
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014) ketika mengalami kesulitan atau ada yang kurang dimengerti. Jadi, proses pembelajarannya menjadi aktif dan tidak menjenuhkan. Penampilan guru kedua dalam pemanfaatan keterampilan mengadakan variasi dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir menunjukkan bahwa guru telah memanfaatkan variasi mengajar. Penampilan guru dalam memanfaatkan variasi gaya mengajar seperti variasi suara dengan menyesuaikan intonasi, nada, dan kecepatan suara sesuai dengan kondisi dan situasi kelas walaupun penggunaannya relatif sama. Suara yang ditampilakan guru ketika menjelaskan materi yakni volume suara yang keras dan mengurangi sedikit kecepatan ketika menyampaikan poin-poin penting. Saat terdapat siswa yang ribut, guru menegur dengan suara yang keras dan nada yang tinggi. Sikap humor dengan ekspresi wajah tersenyum ditunjukkan guru sebagai selingan untuk membuat suasana yang nyaman bagi siswa. Ketika siswa menjawab pertanyaan guru dengan benar, guru menampilkan mimik wajah dan gerak tubuh sesuai dengan ucapan diikuti pemberian penguatan dengan tepuk tangan. Guru memberikan waktu senyap atau hening ketika melontarkan pertanyaan sebelum dijawab oleh siswa. Ketika ada siswa yang ribut dan susah untuk dikendalikan, guru juga memberikan waktu/senyap agar siswa diam dan kembali fokus belajar. Yang dilakukan oleh guru ini sejalan dengan teori pemberian waktu/kesenyapan yang disampaikan oleh Djamarah dan Zain (2006) bahwa kesenyapan merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian siswa. Waktu hening yang diberikan guru tidak terlalu lama dan tidak terlalu sedikit sehingga penggunaan waktu hening sudah tepat guna. Kontak pandang yang dilakukan guru secara menyeluruh ketika menjelaskan materi ataupun ketika guru duduk saat kegiatan siswa (siswa mengerjakan tugas). Ketika mengajar, guru menunjukkan perubahan posisi yang bervariasi. Perubahan tersebut seperti duduk (ketika melakukan pengecekan kehadiran siswa, setelah selesai
menjelaskan sambil menunggu siswa selesai mencatat), berdiri di depan kelas, terkadang ke tengah, ataupun berdiri di belakang saat siswa mencatat poin-poin penting yang ditulis di papan. Perubahan posisi yang dilakukan guru tidak secara berlebihan dan tidak dibuat-buat tetapi memang selalu diterapkan guru ketika mengajar. Pemusatan perhatian yang dilakukan guru yakni meminta siswa untuk tenang dan tetap fokus dengan kata-kata “Coba tenang dulu dan perhatikan baikbaik” sambil mengetuk meja. Dalam kegiatan belajar mengajar, penampilan guru dalam pemanfaatan variasi penggunaan media dan alat bantu pengajaran terlihat monoton yakni dengan memanfaatkan penggunaan media pengajaran berupa papan tulis dan spidol untuk mencatat hal-hal penting yang berkaitan dengan menulis naskah drama yang bersumber dari pengalaman pribadi. Sebagai selingan, terkadang guru memerintahkan siswa untuk menulis halhal yang dianggap penting di papan tulis. Untuk variasi audio, guru menggunakan suara guru sendiri serta suara siswa saat pembacaan contoh naskah drama yang ditulis berdasarkan pengalaman pribadi. Penampilan guru dalam pemanfaatan variasi pola interaksi adalah guru tidak hanya terpaku pada pola interaksi satu arah saja yang mana didominasi oleh guru dan siswa sebagai penerima saja melainkan guru memvariasikan dengan pola interaksi yang lain yakni pola interaksi dua arah seperti tanya jawab antara guru dan siswa atau sebaliknya dan multi arah ketika kegiatan diskusi dalam kelompok berlangsung. Dalam pembelajaran, diawali dengan interaksi satu arah pada saat guru menjelaskan materi. Dilanjutkan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya ada berpendapat seputar materi yang dijelaskan. Akan tetapi, guru masih terlihat kurang mampu memancing siswa untuk bertanya, sehingga hanya beberapa siswa yang aktif mengajukan pertanyaan. Guru terlihat lebih cenderung memberi pertanyaan dan siswa yang menjawab. Ini adalah jenis interaksi dua arah yang telah ditampilakan guru. Pola interaksi multi arah terlihat pada saat guru
8
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014) membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk berdiskusi. Selama pengamatan, secara umum kedua subjek sudah menunjukkan adanya pemanfaatan keterampilan mengadakan variasi mengajar dengan terampil dan apa adanya. Guru telah mamanfaatkan ketiga komponen variasi mengajar yang telah disampaikan oleh Djamarah dan Zain (2006: 167–172), yaitu variasi gaya mengajar, variasi penggunaan media dan bahan ajar, dan variasi pola interaksi untuk menghilangkan kejenuhan siswa. Selain itu, variasi mengajar ini sudah digunakan oleh kedua guru secara berkesinambungan, apa adanya, dan sudah mampu mendorong peserta didik untuk belajar. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan dan prinsip penggunaan variasi dalam mengajar yang disampaikan Djamarah dan Zain (2006:169) bahwa salah satu tujuan mengadakan variasi adalah mendorong anak didik untuk belajar, dalam menggunakan keterampilan variasi sebaiknya digunakan semuanya, digunakan secara lancar dan berkesinambungan, serta digunakan apa adanya sesuai dengan umpan balik yang diperoleh dari siswa. Jadi, dapat diambil simpulan bahwa kedua guru bahasa Indonesia kelas XI di SMA Negeri 1 Melaya sudah mampu menerapkan keterampilan variasi mengajar dengan baik sesuai dengan teori yang ada dan selama kegiatan pembelajaran berlangsung guru sudah mampu menggunakan semua variasi mengajar dan penggunaannya juga sudah secara berkesinambungan dan apa adanya. Berdasarakan wawancara yang peneliti lakukan dengan kedua guru bahasa Indonesia kelas XI di SMA Negeri 1 Melaya, alasan kedua guru tersebut dalam memilih penggunaan variasi mengajar selama pembelajaran menulis naskah drama yang bersumber dari pengalaman pribadi ini sesuai teori mengenai tujuan mengadakan variasi. Djamarah dan Zain (2006:169) menyatakan ada lima tujuan dalam mengadakan variasi, yaitu (1) meningkatkan dan memlihara perhatian
peserta didik terhadap relevansi proses belajar mengajar, (2) memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi, (3) membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah, (4) memberikan kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual, dan (5) mendorong anak didik untuk belajar. Secara umum variasi mengajar yang digunakan kedua guru tersebut bertujuan untuk menarik perhatian siswa untuk tetap fokus dan aktif selama pembelajaran berlangsung, sehingga materi yang disampaikan guru dapat dipahami oleh siswa. Siswa juga diajarkan sopan santun bahwa selama guru masih berbicara untuk menjelaskan materi, siswa diharapkan tidak ikut berbicara apalagi mengganggu teman yang sedang belajar. Selain itu, secara tidak langsung siswa juga diperkenalkan dengan alat elektronik berupa laptop dan LCD serta cara menggunakannya. Jadi, kedua guru bahasa Indonesia tersebut yang merupakan subjek dalam penelitian ini dalam menerapkan variasi mengajar sudah memperhitungkannya terlebih dahulu tujuan atau manfaat yang akan diperoleh. Alasan penggunaan variasi mengajar tersebut juga sudah sesuai dengan tujuan mengadakan variasi mengajar itu sendiri. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, kendala yang dihadapi guru dapat dilihat dari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembelajaran dan komponen-komponen pembelajaran. Sanjaya (2009:52) menyatakan bahwa faktor-faktor pembelajaran meliputi (1) guru, (2) siswa, (3) sarana dan prasarana, dan (4) lingkungan, sedangkan komponen pembelajaran meliputi (1) siswa, (2) tujuan, (3) kondisi, (4) sumber-sumber belajar, dan (5) hasil belajar. Kendala yang dihadapi terlihat ketika guru mengalami kesulitan untuk mendapatkan media yang lebih bervariasi namun masih berhubungan dengan materi yang sedang dijelaskan. Sejauh ini guru hanya menggunakan power point dan fasilitas yang ada di kelas saja. Hal ini menjadi ketakutan bagi kedua guru jika dalam beberapa periode ke depannya siswa lainnya akan mengalami
9
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014) kebosanan. Selama ini biasanya guru mengakalinya dengan bertukar pendapat mengenai media pembelajaran dengan guru bahasa Indonesia yang ada di SMA Negeri 1 Melaya dan guru-guru di sekolah lain. Selain itu, guru belum bisa menyiapakan media pembelajaran untuk menarik perhatian siswa seperti salah satu guru yang menjadi subjek. Ketika mengajar guru hanya mampu memanfaatkan fasilitas yang ada di kelas saja seperti spidol dan papan tulis dan suara guru sendiri. Padalah penggunaan media yang lebih bervariasi sangat membantu dalam memotivasi siswa dan dapat menarik perhatian siswa. Ini sejalan dengan pendapat Djamarah (2002:137) yang menyatakan bahwa media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Karena gurulah yang menghendaki untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada anak didik. Menurunnya perhatian siswa terhadap pelajaran juga menjadi kendala bagi guru saat KBM berlangsung. Perhatian siswa merupakan faktor penting yang memengaruhi pemahaman siswa terhadap pembelajaran. Saat siswa tidak fokus memperhatikan penjelasan guru, siswa akan melakukan hal-hal diluar belajar, seeperti: mengobrol, melamun, atau mengganggu temannya. Faktor siswa ini juga disampaikan oleh Slameto (2003:56), bahwa untuk menjamin hasil belajar yang baik, siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajari, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, timbullah kebosanan sehingga ia tidak suka lagi belajar. Kurangnya partisipasi siswa juga menjadi kendala bagi guru dalam variasi pola interaksi. Selain itu, guru juga mengalami kendala dilihat dari sarana dan prasarana. Ketika guru hendak menggunakan media berupa LCD (power point) pada kelaskelas tertentu masih belum terpasang listrik sehingga guru dan siswa harus meminjam listrik di kelas sebelah dan hal itu tentunya cukup menguras waktu pelajaran, sedangkan selama ini waktu
yang tersedia dirasa kurang oleh kedua guru mengingat materi yang perlu disampaikan juga tergolong cukup banyak. Guru juga mengalami kesulitan mengatur siswa yang di kelas tersebut karena didominasi oleh jenis kelamin laki-laki. Hal ini lebih terlihat pada saat jam pelajaran terakhir, sebagian siswa laki-laki yang duduk dibelakang selalu membuat keributan atau melakukan hal-hal yang dapat mengganggu konsentrasi siswa lain yang sedang serius belajar. Untuk mengatasi hal tersebut, guru berusaha untuk mengacak posisi duduk siswa, agar siswa laki-laki yang nakal tidak berkumpul disatu tempat. Dari pemaparan tersebut terlihat bahwa masih banyak kendala yang dihadapi guru baik dilihat dari segi faktorfaktor pembelajaran ataupun komponen pembelajaran itu sendiri. Kendala yang cukup menganggu waktu/alokasi waktu pembelajaran dilihat dari faktor sarana dan prasarana. Saat menerapkan variasi mengajar khusunya penggunaan media dan bahan ajar, guru mengalami kendala dari segi sarana dan prasarana. Permasalahan yang dihadapi guru ini harus segera ditanggapi oleh pihak sekolah guna memperlancar kegiatan pembelajaran. Dari pihak sekolah hendaknya bisa menyamaratakan fasilitas yang ada dimasing-masing kelas. Namun berkat kemampuan guru yang cukup terampil dalam menerapkan variasi mengajar, kendala-kendala tersebut untuk sementara masih bisa diatasi oleh kedua guru tersebut. Temuan peneliti mengenai penggunaan media dan kendala-kendala yang dialami guru pada pembelajaran mengubah pengalaman pribadi menjadi naskah drama sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sukerni (2013) yang berjudul “Variasi Penggunaan Media dalam Pembelajaran Sastra oleh Guru pada Siswa Kelas VII di SMP se-Kota Singaraja” dan Aryastini (2011) dengan judul “Pembelajaran Menulis Naskah Drama yang Bersumber dari Pengalaman Pribadi pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Singaraja”. Pada penelitian yang dilakukan Sukerni, guru sudah membawa media dan mampu menggunakannya,
10
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014) guru juga sudah menggunakan media dari awal sampai pembelajaran berakhir, dan penggunaan media ini membuat siswa lebih antusias untuk belajar. Pada penelitian Aryastini (2011), hambatanhambatan yang dialami guru selama KBM berlangsung disebabkan oleh faktor siswanya. Dengan demikian, temuan peneliti dengan temuan Sukerni (2013) dan Aryastini (2011) dapat dikatakan sejalan. Selain itu, secara umum pembelajaran menulis naskah drama yang bersumber dari pengalaman pribadi di SMA Negeri 1 Melaya sudah tergolong dalam kategori baik. Kategori baik yang diperoleh ini tentunya tidak lepas dari kelihaian guru dalam memanfaat keterampilan variasi mengajar ketika kegiatan pembelajaran itu berlangsung. Variasi mengajar yang diterapkan kedua guru secara umum sudah baik dan perlu dipertahankan dan bila perlu ditingkatkan agar kedepannya pembelajaran menulis naskah drama ini lebih baik lagi. Penelitian ini hanya sebatas membahas mengenai variasi mengajar yang digunakan guru dalam pembelajaran mengubah pengalaman pribadi menjadi naskah drama pada kelas XI SMA Negeri 1 Melaya serta kendala-kendala yang dialami guru saat menerapkan variasi mengajar tersebut. Kendala-kendala yang dialami guru ini sudah tentu perlu dicari jalan keluar atau cara mengatasi dan penyelesaiannya. Untuk itu perlu ditemukan teknik, strategi atau metode yang dirasa tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan kegiatan berupa penelitian yang lebih akurat lagi. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pemaparan di atas, simpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, variasi mengajar yang ditampilkan guru sudah bervariasi terlihat dari sudah diterapkannya komponen-komponen variasi mengajar, yaitu (1) variasi gaya mengajar yang terdiri atas suara, mimik dan gerak, pemberian waktu/kesenyapan, kontak pandang, perubahan posisi, dan pemusatan perhatian; (2) variasi
penggunaan media dan bahan ajar yang terdiri atas media pandang, media dengar, dan media taktil; dan (3) variasi pola interaksi yang terdiri atas pola interaksi satu arah, pola interaksi dua arah, dan pola interaksi multi arah. Kedua, alasan dipilihnya variasi mengajar yang telah digunakan guru pada saat pembelajaran menulis naskah drama yang bersumber dari pengalaman pribadi, yaitu (a) variasi gaya mengajar tersebut digunakan dengan alasan untuk menjaga konsentrasi siswa selama pembelajaran berlangung, memberikan penegasan kepada siswa mengenai hal-hal penting yang harus diingat dan dipahami, serta memberikan suatu penghargaan atau respons positif terhadap keberanian dan kemauan siswa untuk aktif selama KBM berlangsung. (b) variasi penggunaan media dan bahan ajar digunakan untuk mengefisienkan waktu serta mendayagunakan fasilitas yang ada dikelas, dan (c) variasi pola interaksi digunakan agar siswa mau aktif berinteraksi baik dengan guru atau teman sejawatnya. Ketiga, kendala-kendala yang dihadapi guru saat menerapkan variasi mengajar pada pembelajaran menulis naskah drama yang bersumber dari pengalaman pribadi ini dilihat dari (a) faktor guru, yaitu mengalami kesulitan dalam memvariasikan media dan bahan ajar, mengelola waktu yang tersedia; (b) faktor siswa, yaitu kurangnya partisipasi dan konsetrasi siswa; (c) faktor sarana dan prasarana, yaitu kurang meratanya fasilitas yang tersedia dimasing-masing kelas seperti listrik dan LCD; (d) faktor lingkungan khususnya dalam pengorganisasian kelas, yaitu tidak meratanya jumlah siswa dengan jenis kelamin laki-laki pada kelas tertentu; dan (e) alokasi waktu, yaitu guru mengalami kendala dalam mengelola waktu yang tersedia melihat materi yang akan disampaikan juga dalam jumlah yang cukup banyak. Berdasarkan simpulan di atas, saransaran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) secara umum penggunaan variasi mengajar oleh kedua guru kelas XI di SMA Negeri 1 Melaya pada pembelajaran menulis naskah drama yang bersumber
11
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014) dari pengalaman pribadi ini sudah tergolong baik. Prestasi yang membanggakan ini perlu dipertahankan dan bila perlu ditingkatkan lagi, (2) variasi mengajar khususnya pada komponen penggunaan media dan bahan ajar di SMA Negeri 1 Melaya ini sedikit mengalami permasalahan, hendaknya dari pihak sekolah itu sendiri mampu menyamaratakan fasilitas di setiap ruang kelas seperti listrik dan LCD agar pembelajaran berjalan lancar, dan (3) penelitian ini hanya menampilkan variasi mengajar yang digunakan guru serta kendala-kendala yang dihadapi. Peneliti lain dapat melakukan penelitian mengenai strategi, teknik atau metode untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi guru pada pembelajaran mengubah pengalaman pribadi menjadi naskah drama.
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sukerni, Ni Putu. 2013. “Variasi Penggunaan Media dalam Pembelajaran Sastra oleh Guru pada Siswa Kelas VII di SMP seKota Singaraja”. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta Waluyo, Herman J. 2001. Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: PT Hanindita Graha Widya. Wiyanto, Asul. 2000. Terampil Diskusi. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Aryastini, Ni Made Dwi. 2011. “Pembelajaran Menulis Naskah Drama yang Bersumber dari Pengalaman Pribadi pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Singaraja”. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Depdiknas. 2003. Modul Acuan Proses Pembelajaran Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian. Jakarta: Teguh Karya. Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Endraswara, Suwardi. 2011. Metode Pembelajaran Drama (Apresiasi, Ekspresi, dan Pengkajian). Yogyakarta: CAPS. Raharjo, J. Budhy. 1989. Materi Pelajaran Pendidikan Seni (Seni Teater/Drama). Bandung: CV. Yrama. Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. -------. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
12