ISSN 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin” Vol. 11 No. 2, Oktober 2007
VARIABILITAS DAN HERITABILITAS BEBERAPA KARAKTER BUAH DARI 15 AKSESI PEPAYA GENERASI F1 Variability and Heritability of Fruit Characters in F1 Generation of 15 Accession of Papaya Oleh: T. Budiyanti Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Solok. Jl. Raya Solok-Aripan Km. 8. PO Box 5 Solok 27301. Sumatera Barat. ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai duga daya waris (heritabilitas), besarnya variabilitas genetik dan fenotip karakter buah pada 15 jenis papaya generasi F1 . Penelitian dilakukan di kebun percobaan Aripan Balitbu pada tahun 2004. Bahan yang digunakan adalah 15 jenis papaya generasi F1 Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan 4 ulangan. Karakter yang diamati di dapatkan dari tanaman hermaprodit yang terdiri dari karakter tinggi buah pertama, berat buah, panjang buah, lingkar buah, tebal daging, kekerasan kulit, kekerasan daging buah dan nilai TSS buah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varian genetik tergolong luas untuk karakter tinggi buah pertama, panjang tangkai, bobot buah, panjang buah, lingkar buah, kekerasan daging dan kadar gula terlarut (TSS). Nilai heritabilitas (h2 ) menunjukkan kriteria tinggi untuk 6 karakter yaitu tinggi buah pertama, panjang tangkai buah, bobot buah, panjang buah, lingkar buah dan TSS. Ada 6 karakter buah yang memiliki nilai heritabilitas tinggi dan variabilitas genetik yang luas, sehingga seleksi pada populasi ini akan lebih efisien dan efektif dibanding karakter lainnya. Katakunci: Pepaya (Carica papaya L.), variabilitas genetik, heritabilitas,
ABSTRACT. The aims of this research were to know heritability and genetic variability of some fruit characters in F1 generation of 15 accession papaya (Carica papaya L.). The experiment was conducted at Aripan field station Indonesian Fruits Research Institute on January until December 2004 and was aranged in a randomized block design with four replications. The characters obtained from hermaphrodite plant. Result of this experiment showed: genetic variability of the first fruit high, long of petiole fruit, weight of fruit, long of fruit, circle of fruit, hardness of skin fruit and total soluble solid (TSS) had a wide range. The heritability of of the first fruit high, long of petiole fruit, weight of fruit, long of fruit, circle of fruit, and total soluble solid (TSS) were high. The research finds out six characters of fruit that has a wide range genetic variability and high heritability, and hence the selections of papaya populations will more efficient and more effective than other characters. Keywords: Carica papaya L, genetic variability, heritability.
PENDAHULUAN Peningkatan produksi dan nilai ekspor pepaya dapat dilakukan dengan perbaikan kualitas tanaman. Peningkatan tersebut dapat dilakukan
melalui kegiatan perakitan varietas baru yang lebih baik dari yang sudah ada sehingga memiliki daya saing pasar cukup tinggi. Berbagai penelitian dalam perbaikan varietas tanaman pepaya terus dilakukan baik di dalam maupun luar negeri.
103
ISSN 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin” Vol. 11 No. 2, Oktober 2007
Perkawinan silang merupakan metode yang lazim digunakan untuk mendapatkan tanaman unggul dengan teknik pemuliaan. Tanaman unggul berupa varietas hibrida F1 diperoleh melalui persilangan tetua terpilih. Heterosis pada hibrida F1 dalam beberapa kasus telah meningkatkan vigor tanaman dan hasil (Dinesh et al. 1992; Chan 2001). Perbaikan varietas tanaman pepaya dengan persilangan, penggaluran dan bioteknologi terus dilakukan di berbagai negara. Di Hawai telah dihasilkan kultivar transgenik Rainbow hasil persilangan Sun Up x Kapoho ditambah gen resisten terhadap PRSV. Di Australia 65% tanaman pepaya komersial merupakan jenis hibrida 1B (Grant 2004). Sementara itu, di Malaysia telah dihasilkan varietas unggul eksotika (Sun Rise Solo x Subang 6) dan Eksotika II (Eksotika Line 19 x20) (Chan 1994). Pemuliaan tanaman yang telah banyak dilakukan bertujuan untuk memperbaiki dan mendapatkan potensi genetik tanaman sehingga dapat beradaptasi pada agroekosistem tertentu dengan hasil tinggi dan sesuai dengan selera konsumen (Zen & Bahar 2002). Keberhasilan usaha tersebut ditunjang oleh kemampuan pemulia untuk memisahkan genotipegenotipe superior dalam tahapan seleksi. Setiap tahapan dilakukan seleksi secara visual berdasarkan nilai parameter genetik dan fenotipik. Seleksi berdasarkan data analisis kuantitatif yang berpedoman pada nilai heritabilitas, keragaman genetik dan fenotipik dapat membantu ketajaman seleksi sehingga hasil yang didapatkan lebih baik. Variabilitas
104
genetik yang tinggi mempengaruhi keragaman fenotipik suatu populasi, sehingga pemulia mempunyai peluang lebih besar dalam melakukan seleksi. Variabilitas genetik yang rendah tidak memberi peluang yang besar dalam memilih fenotip yang diinginkan. Keragaman yang sempit menunjukkan bahwa suatu individu dalam populasi tersebut memiliki karakter yang hampir sama sehingga proses seleksi tidak efektif (Kartikaningrum et al., 2005). Variasi genetik suatu populasi tanaman dapat diduga dengan menganalisis sumber variasi dari variasi total pada suatu analisis varians. Heritabilitas merupakan suatu parameter genetik yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu genotip dalam populasi tanaman dalam mewariskan karakter-karakternya baik yang dikendalikan secara kuantitatif maupun kualitatif. Nilai duga heritabilitas dalam arti luas (h2) dapat diketahui dari analisis heritabilitas yang merupakan total ragam genotip dibagi dengan total ragam genotip ditambah total ragam lingkungan. Heritabilitas dalam arti sempit merupakan ragam genetik aditif dibagi dengan total ragam genotip ditambah total ragam lingkungan. Nilai heritabilitas dalam arti sempit akan lebih kecil dari atau maksimum sama dengan nilai heritabilitas dalam arti luas karena ragam genetik aditif merupakan sebagian dari ragam genetik total (Amilin et al. 1995; Bari et al. 1074; Pinaria et al. 1995; Canto 2005; Saraladevi 1998; Das 1999a; Das 1999b; Jabeen et al. 1999; Nawalagatti & Chetti 1999; Stansfield 1991; Ben 2000). Tujuan penelitian ini adalah mempelajari variasi genotip dan fenotip, serta heritabilitas beberapa karakter buah pada 15 aksesi pepaya generasi F1. Informasi ini selanjutnya dapat digunakan dalam penentuan seleksi lebih lanjut dalam program perbaikan varietas pepaya.
ISSN 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin” Vol. 11 No. 2, Oktober 2007
METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di kebun percobaan Aripan Balitbu pada bulan Januari sampai Desember 2004. Bahan yang digunakan adalah 15 (lima belas) genotip hasil persilangan pepaya. Biji F1 yang dipergunakan berasal dari hasil persilangan 9 (sembilan) tetua pepaya yaitu T1 (Semangko),T2 (Mexico), T3 (Suria), T4 (PyRIF-90), T5 (Solo Sunrise), T6 (Dampit), T7 (Smn-001), T8 (Sari Gading merah) dan T9 (Hawai). Genotipe yang digunakan adalah 15 (lima belas) hasil persilangan pepaya dengan kombinasi persilangan T1XT4,T2XT1, T2XT4, T3XT4, T4XT5, T4XT6, T7XT1, T7XT2, T7XT4 dan T9XT4.. .Penelitian lapang menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan perlakuan 15 genotip pepaya F1 dan diulang sebanyak 4 kali. Setiap unit percobaan terdiri atas 10 tanaman dan diamati 3 tanaman. Buah yang dikarakter sebanyak empat sampai enam buah tiap tanaman. Karakter yang diamati didapatkan dari tanaman hermaprodit yang terdiri atas karakter tinggi buah pertama, berat buah, panjang buah, lingkar buah, tebal daging, kekerasan kulit, kekerasan daging buah dan nilai TSS buah. Data yang diperoleh dianalisis variansnya untuk mendapatkan nilai kuadrat tengah perlakuan/varietas (KTv) dan nilai kuadrat tengah galat (KTg) yang selanjutnya digunakan untuk menentukan nilai varians genetik (σ²g) dan nilai varians fenotip(σ²p). Nilai varians fenotipik dan genotip untuk setiap karakter diduga melalui analisis dan nilai harapan
variansnya (Singh dan Chaudary, 1979) yaitu: MSr MSe 2 Varians genetik g r 2
2
Varians fenotip f g MSe Luas sempitnya variabilitas genetik dan fenotipik suatu karakter ditentukan berdasarkan varians genetik( g2 ) , varians fenotip( 2f )
serta
standar
deviasi
genetik( 2 ) dan standar deviasi fenotip g
( 2 ) menurut Anderson dan Brancoff f
(1952), cit.Darajat (1987) sebagai berikut :
2
2 r2
MSr 2 MSe 2 dbgenotip 2 dbgalat 2
2
2 r2
MSr 2 dbgenotip 2
g
f
Apabila : g2 2 2 : va riabilitas genetik luas g
2 g
2 2 : variabilitas genetik sempit g
2 f
2 2f : va riabilitas fenotipik luas 2f 2 2f
: variabilitas fenotipik sempit
Nilai heritabilitas dalam arti luas dihitung 2g 2g berdasar rumus: h 2 2 2 p g 2e Kriteria nilai heritabilitas menurut Stansfield (1991) adalah: rendah bila 0.0 < h2 ≤ 0.2, sedang bila 0.2 < h2 ≤ 0.5, dan tinggi bila 0.5 < h2 ≤ 1.
HASIL DAN PEMBAHASAN Penampilan beberapa karakter buah pada 15 genotip pepaya F1 disajikan pada tabel 1. Tinggi buah pertama bervariasi
105
ISSN 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin” Vol. 11 No. 2, Oktober 2007
antara 56,75 cm sampai dengan 109,25 cm Genotip yang memiliki tinggi buah terendah yaitu pada T1xT4 (56,75 cm) sedangkan yang tertinggi T1xT4 ( 109,25 cm). Panjang tangkai buah pada populasi yang diamati antara 2,48 cm – 5,96 cm. Tanaman yang bertangkai buah panjang yaitu pada genotip T6xT4. Berdasarkan ukuran buah yaitu bobot buah, panjang buah, lingkar buah dapat dikelompok ukuran kecil, sedang dan besar. Menurut Wisnu Broto et al. 1991, bobot buah ukuran kecil sejenis Sunrise ( kurang dari 350 gram/buah) sangat disukai konsumen klas menengah ke atas dan peluang ekspor cukup tinggi. Pada hasil pengamatan terhadap 15 genotip pepaya F1 pada tabel 2 terlihat bahwa aksesi yang termasuk ukuran buah kecil yaitu T3xT4 dengan bobot buah 332,44 gram/buah), panjang buah 14, 26 cm dan lingkar buah 22,01 cm. Kelompok genotip yang berukuran sedang yaitu dengan bobot buah kurang dari 1000 gram/buah terdiri dari 13 Genotip. Genotip yang berukuran buah besar yaitu T6xT4 dengan bobot buah 1184 gram/buah, panjang buah 26,08 cm dan lingkar buah 32,14 cm. Buah ukuran besar biasanya lebih disukai konsumen pasar lokal atau golongan ekonomi menengah ke bawah, karena satu buah dapat dikonsumsi oleh seleruh anggota keluarga yang berjumlah banyak (Wisnu Broto et al., 1991). Parameter yang digunakan untuk menduga kualitas daging buah yaitu tebal daging buah, kekerasan kulit, kekerasan daging dan total padatan terlarut (TSS) daging buah. Daging buah yang diinginkan pada tanaman
106
pepaya yaitu daging yang tebal karena bagian yang dapat diamakan menjadi lebih banyak Tanaman yang memiliki daging buah paling tebal yaitu T6xT4 ( 2,37 cm) sedangkan tebal daging paling tipis yaitu T3xT4 ( 1,71 cm). Kekerasan kulit dan kekerasan daging buah diperlukan untuk menggambarkan daya tahan kulit dan daging buah dari gangguan luar. Semakin keras kulit dan daging buah menunjukkan semakin lama daya simpan buah. Namun hal tersebut perlu didukung dengan perlakuan waktu penyimpanan buah, tetapi dalam penelitian ini tidak melakukan pengamatan daya simpan buah. Kekerasan kulit buah berkisar antara 68,16 kg/cm2 sampai dengan 76,88 kg/cm2 . Sedangkan kekerasan daging buah antara 58,71 kg/cm2 samapai dengan 85,93 kg/cm2. Buah yang mempunyai kulit paling keras yaitu i T4xT2, sedangkan yang mempunyai daging paling keras yaitu T1 X T2. Rasa manis pada daging buah pepaya dapat dilihat dari nilai TSS, karena semakin tinggi nilai TSS maka rasa daging buah akan semakin manis. Berpedoman pada kualitas buah Eksotika maka nilai TSS yang ideal untuk buah kulitas ekspor yaitu antara 1216 obrix (Chan, 2002).Pada pengamatan TSS terhadap 15 genotip pepaya F1, maka TSS yang paling tinggi dimiliki oleh T2xT4 (12,14 obrix) sedangkan TSS terendah yaitu T2xT1 (9,00 obrix). Pada umumnya terdapat variasi karakter buah cukup besar diantara 15 aksesi pepaya generasi F1 yang diamati (Tabel 2). Varian genetik tergolong luas untuk karakter tinggi buah pertama, panjang tangkai, bobot buah, panjang buah, lingkar buah, kekerasan daging dan kadar gula terlarut (TSS). Sedangkan karakter tebal daging dan kekerasan kulit mempunyai varian genotip yang sempit. Keragaman genetik yang sempit menunjukkan bahwa suatu individu
ISSN 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin” Vol. 11 No. 2, Oktober 2007
Tabel 1. Penampilan beberapa karakter buah pada 15 genotip tanaman pepaya F1. Aksesi
Kekerasan Tinggi buah Panjang Panjang buah Lingkar buah Tebal daging Kekerasan o Berat buah (g) TSS ( brix) pertama (cm) tangkai (cm) (cm) (cm) (cm) kulit (kg/cm2 ) daging (kg/cm2 )
T1XT2 109.25±12.84
2.77±0.24
842.18±186.90
24.84±2.89
27.73±3.79 2.28±0.15 72.05±3.37
85.93±4.46
10.79±0.66
T1XT4 56.75±4.11
2.93±0.16
831.12±133.20
23.89±1.31
28.36±1.42 2.14±015
69.66±2.41
68.59±3.83
9.64±1.04
T2XT1 86.50±12.71
3.40±0.55
854.72±124.04
23.98±1.91
28.06±2.33 2.22±0.09 71.71±1.66
77.86±2.14
9.00±0.18
T2XT4 59.25±6.07
2.96±0.66
409.66±122.10
16.65±1.61
25.69±4.80 1.97±0.14 72.59±0.87
76.24±3.38
12.14±1.02
T3XT4 73.25±11.98
2.77±0.38
332.44±66.01
14.26±0.86
22.01±1.13 1.71±0.06 74.44±0.52
81.16±4.47
11.55±0.67
T4XT1 77.25±6.50
3.45±0.26
880.94±87.62
23.86±1.88
30.07±0.88 2.15±0.10 69.57±1.19
70.31±4.28
10.25±0.43
T4XT2 89.25±19.55
2.48±0.58
505.31±5.60
19.75±1.25
23.57±0.79 2.00±0.09 76.88±3.31
88.88±9.86
11.37±1.58
T4XT5 65.25±3.68
3.77±0.57
556.61±95.46
19.44±1.73
25.19±1.62 2.10±0.24 71.49±0.77
69.51±6.85
10.97±0.31
T4XT6 70.75±10.21
3.59±0.21
707.11±181.86
22.47±1.55
28.03±1.91 2.06±0.32 68.85±2.50
69.93±7.09
10.49±0.89
T6XT4 90.25±8.42
5.96±1.24
1184.37±212.46 26.08±2.45
32.14±2.91 2.37±0.13 70.87±1.94
74.96±18.28
9.16±0.70
T7XT1 64.50±4.50
3.28±0.72
761.82±64.69
19.54±0.66
28.18±0.90 2.27±0.08 68.16±1.67
58.71±4.55
11.39±0.74
T7XT2 70.25±2.87
3.17±0.51
628.86±100.62
18.59±1.24
27.19±1.70 2.29±0.22 73.81±1.40
84.36±2.93
12.03±0.45
T7XT4 82.00±14.11
3.25±0.56
521.78±55.49
18.59±0.92
24.18±2.00 1.94±0.20 69.55±3.93
74.82±9.23
11.48±0.29
T8XT4 68.75±10.81
3.30±0.62
719.84±33.42
22.80±1.08
29.52±1.50 1.86±0.15 69.35±6.17
75.75±17.12
9.67±0.83
T9XT4 64.25±6.44
3.27±0.80
472.07±98.92
16.02±0.63
24.90±2.32 1.89±0.11 74.75±8.17
65.97±5.34
11.79±0.53
Tabel 2.
Karakter Tinggi buah (cm)
Nilai varians genetik dan fenotipik, standart deviasi varians genetik dan fenotipik dan nilai heritabilitas beberapa karakter buah pada 15 genotip pepaya generasi F1
Dua kali standar Kriteria Varian genotip deviasi σ2 genotip varian 2 (σ g) (2 X stdev σ2g) genotip
Varian fenotip (σ2p)
Dua kali standar Kriteria Nilai Kriteria deviasi σ2 fenotip varian heretabilitas heretabilitas 2 2 fenotip h (%) (2 X stdev σ p)
172.22
140.82
Luas
277.43
140.37
Luas
62
Tinggi
0.57
0.45
Luas
0.85
0.45
Luas
68
Tinggi
46145.87
35080.34
Luas
59834.98
35049.98
Luas
77
Tinggi
Panjang buah (cm)
12.02
8.95
Luas
14.54
8.95
Luas
83
Tinggi
Lingkar buah (cm)
6.07
5.19
Luas
10.98
5.16
Luas
55
Tinggi
Tebal daging (cm)
0.03
0.03
Sempit
0.06
0.03
Luas
48
Sedang
Kekerasan kulit
3.91
4.62
Sempit
13.74
4.50
Luas
28
Sedang
47.44
46.76
Luas
118.65
46.14
Luas
40
Sedang
0.92
0.76
Luas
1.52
0.76
Luas
60
Tinggi
Panjang tangkai (cm) Berat buah ( g)
Kekerasan daging TSS
107
ISSN 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin” Vol. 11 No. 2, Oktober 2007
dalam populasi tersebut memiliki karakter yang hampir sama sehingga proses seleksi tidak akan efektif. Apabila keragaman genetik luas maka peluang untuk usaha perbaikan varietas pada karakter tersebut dapat berlangsung efektif (Wahyuni et.al, 1997). Selain itu seleksi terhadap karakter-karakter tersebut akan lebih efisien apabila mempunyai nilai heritabilitas yang tinggi. Heritabilitas dalam arti luas sangat bermakna bila varians genotip didominasi oleh varian aditif. Nilai duga heritabilitas tinggi disertai harapan kemajuan genetik yang tinggi menunjukkan besarnya peranan gen aditif (Falconer 1989, Dalam Pinaria et al. 1995). Hasil penaksiran heritabilitas dalam arti luas (h2) menunjukkan kriteria tinggi untuk 6 karakter yaitu tinggi buah pertama, panjang tangkai buah, bobot buah, panjang buah, lingkar buah dan TSS. Nilai heritabilitas yang tinggi ini disebabkan oleh lebih besarnya varians genetik daripada varians fenotip. Untuk karakter tebal daging, kekerasan kulit dan kekerasan daging buah mempunyai nilai duga heritabilitas sedang. Untuk 6 karakter buah yang memiliki nilai heritabilitas tinggi dan variabilitas genitik yang luas maka seleksi pada populasi ini akan lebih efisien dan efektif dibanding karakter lainnya. Keragaman genetik yang luas dan heritabilitas yang tinggi untuk beberapa karakter tanaman anggrek memberikan peluang yang lebih mudah untuk melakukan seleksi karena mempunyai ketepatan yang tinggi. Karakter tersebut akan diturunkan pada generasi selanjutnya sehingga generasi tersebut memiliki karakter yang diinginkan (Kartikaningrum et.al., 2005). Dalam kegiatan pemuliaan tanaman apabila seleksi dilakukan secara serentak
108
untuk beberapa karakter maka akan sangat menguntungkan bila nilai heritabilitas semua karakter tinggi (Indriyani, 2003 dan Pinaria et.al., 1995). Berdasarkan nilai heritabilitas maka seleksi massa dapat dilakukan dengan memilih individu-individu dengan penampilan karakter terbaik. Karena belum diketahui keterpautan gen-gen yang mengendalikan karakter buah di atas maka pemilihan kombinasi karakterkarakter dengan nilai heritabilitas tinggi dan sedang masih dapat dibenarkan (Sukartini et al., 2006). Untuk aksesi yang sudah memiliki beberapa karakter buah yang ideal dapat dilakukan seleksi dengan metode pemuliaan silang balik.. Metode ini menggunakan serentetan persilangan balik kepada genotip yang diperbaiki diarahkan pada sifat baru yang akan ditambahkan (Bari et al., 1974).
KESIMPULAN Karakter tinggi buah pertama, panjang tangkai, bobot buah, panjang buah, lingkar buah, kekerasan daging dan kadar gula terlarut (TSS) tergolong varian genetik luas. Tinggi buah pertama, panjang tangkai buah, bobot buah, panjang buah, lingkar buah dan TSS memiliki heritabilitas dalam arti luas (h2). Dengan demikian, seleksi pada populasi ini akan lebih efisien dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA Amilin, A., R. Setiamihardja, A.Baihaki, dan M.H. Karmana. 1995. Pewarisan, heritabilitas, dan kemajuan genetik ketahanan terhadap penyakit antraknose pada
ISSN 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin” Vol. 11 No. 2, Oktober 2007
persilangan cabai rawit x cabai merah. Zuriat. 6(2): 74-80.
Frontier in Tropical Fruit Research. http://www.actahort.org/.
Ben, C.A. 2000. Genetik analysis of quantitative traits in pepper (Capsicum annuum L.). J. Am. Soc Hort. Sci. 125(1): 66-70.
Dudley, J.W. & R.H. Moll. 1969. Interpretation and use of estimates of heritability and genetic variances in plant breeding. Crop Sci. (9): 257-262.
Bari,A.,S.Musa & E.Sjamsudin. 1974. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Departemen Agronomi Fakultas Pertanian IPB.Bogor.124 hal. Canto, E. 2005. Keragaman genetik galur-galur S1 jagung Bisma pada lingkungan populasi jarang. Stigma. XIII(3): 411-419. Chan et.al 1994. Penanaman Betik. MARDI. Kualumpur Malaysia Chan, Y.K. 2001. Progress in breeding of F1 papaya hybrids in Malaysia. ISHS Acta Horticulturae 292. http://www.actahort.org/ Daradjat, A.A. 1987. Variabilitas dan adaptasi genotip terigu pada beberapa lingkungan tumbuh di Indonesia. Disertasi. Unpad. Das, S. 1999. Genetik variability in summer chilli (Capsicum annuum L.). J. App. Biol. 9(1): 8-10. Devi, D.S. 1999a. Genetic variability in F2 generation of chilli (Capsicum annuum L.). Crop. Res. Hisar.. 18(1): 112-114.
Gaspersz, V. 1991. Metode perancangan percobaan untuk ilmu-ilmu pertanian, ilmu-ilmu teknik, biologi. Armico. Bandung. Grand, G. 2004. http://www.Papaya Seed Australia, pers. com Indriyani, NLP., 2003. Heritabilitas dan korelasi komponen hasil dengan hasil papaya generasi F1. Stigma XI(1): 40-42. Kartikaningrum, S. Dan K.Efendi. 2005. Keragaman genetik plasmanutfah anggrek Spathoglothis. J. Hort. 15(4): xxx – xxx. Jabeen, N., Ahmad N., Tanki M.I. 1999. Genetik variability in hot pepper (Capsicum annuum L.). App Biol Res. 1(1): 87-89. Nawalagatti, C.M., Chetti, M.B. 1999. Evaluation of chilli (Capsicum annuum L.) genotypes for quality parameters. Crop. Res. Hisar. 18(2): 218-221.
Devi, D.S. 1999b. Genetiks of yield components in F1 generation of chilli (Capsicum annuum L.). Crop Res Hisar. 18(1):108-111.
Pinaria, A., A.Baihaki, R. Setiamihardja, dan A.A. Daradjat. 1995. Variabilitas genetik dan heritabilitas karakter-karakter biomasa 53 genotipe kedelai. Zuriat 6(2):88-92.
Dinesh,M.R, CPA.Iyer and M.D. Subramanyam.1992. Genetical study in papaya (Carica papaya L.). ISHS Acta Horticulturae 321:
Ram Mansha & B.N. Singh. 1996. Improving productivity, quality and product potential of papaya. Proc. of the International Conference on
109
ISSN 1410-0029 Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian “Agrin” Vol. 11 No. 2, Oktober 2007
Tropical Fruits. Kuala Lumpur, Malaysia 23-26 July 1996. I: 59-68. Saraladevi, D. 1998. Variability, heritability and genetic advance in F1 generation of chilly (Capsicum annuum L.). South Indian Hort J.. 46(3-6): 323-325. Stansfield, W.D. 1991. Genetika. 2nd Ed. Teori dan soal-soal. Erlangga. Jakarta. Sukartini dan T. Budiyanti. 2007. Variabilitas genetik dan heritabilitas empat karakter mutu buah pepaya (Carica papaya L.). Laporan Hasil Penelitian. Belum dipublikasikan.
110
Wahyuni,D.G dan Eka Wiyanti. 1997. Variabilitas genetic dan heritabilitas sifat penting tanaman cabai (Capsicum annum L.). Akta Agrosia J. 1(2): 5-8. Wisnu Broto, Suyanti dan Sjaefuloh, 1991. Karakterisasi varietas untuk standarisasi mutu buah pepaya (Carica papaya. L). J. Hort.1(2): 41 Zen, S. 1995. Heritabilitas, korelasi genotipik dan fenotipik karakter padi gogo. Zuriat 6(1): 25-32. Zen, S & H. Bahar. 2002. Parameter genetik karakter agronomi padi gogo. J. Stigma Juli-September 2002. X(3): 208-213.