USULAN PERBAIKAN SISTEM INVENTORI DAN TATA LETAK KSU DENGAN METODE ABC PADA PT. DAYA ADICIPTA MUSTIKA LAPORAN KERJA PRAKTEK Diajukan untuk memenuhi persyaratan kelulusan Matakuliah TI-4400 Kerja Praktek
Disusun oleh : Nama : Cindy Claudia NIM : 1512022
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI HARAPAN BANGSA BANDUNG 2015
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI HARAPAN BANGSA
LEMBAR PENGESAHAN
USULAN PERBAIKAN SISTEM INVENTORI DAN TATA LETAK KSU DENGAN METODE ABC PADA PT. DAYA ADICIPTA MUSTIKA Photo 4 X 6
Disusun Oleh:
Nama
:Cindy Claudia
NIM
:1512022
Telah Diperiksa dan Disetujui Sebagai Tugas Akhir Departemen Teknik Industri Institut Teknologi Harapan Bangsa Bandung, 27 Oktober 2015
Disetujui oleh,
Diketahui oleh,
Dosen Pembimbing
Sekretaris Departemen Teknik Industri
Anggoro Prasetyo Utomo, MT.
Eka Kurnia Asih Pakpahan, MT.
ii
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI HARAPAN BANGSA
LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN
iii
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI HARAPAN BANGSA
PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Cindy Claudia NIM
: 1512022
Dengan ini menyatakan bahwa laporan kerja praktek dengan Judul “USULAN
PERBAIKAN SISTEM INVENTORI DAN TATA LETAK KSU DENGAN METODE ABC DAN PADA PT. DAYA ADICIPTA MUSTIKA” adalah hasil pekerjaan saya dan seluruh ide, pendapat atau materi dari sumber lain telah dikutip dengan cara penulisan referensi yang sesuai. Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan jika pernyataan ini tidak sesuai dengan kenyataan maka saya bersedia menanggung sanksi yang akan dikenakan pada saya.
Bandung, 27 Oktober 2015 Yang membuat pernyatan,
Cindy Claudia
iv
ABSTRAKSI
PT. Daya Adicipta Mustika (DAM) bergerak dalam distribusi unit sepeda motor Honda yang diproduksi oleh PT. Astra Honda Motor (AHM). Sebagai main dealer, PT. DAM akan mengirimkan unit kepada dealer. Unit yang dimaksud terdiri atas unit sepeda motor dan Kelengkapan Standar Unit (KSU). Terdapat permasalahan dalam tahap penyiapan, yaitu waktu penyiapan yang cukup lama. Hal ini terjadi salah satunya karena susunan KSU yang disimpan tidak teratur sehingga pekerja harus mencari KSU dan melakukan gerakan berulang untuk mengambil KSU sesuai picking list. Metode ABC digunakan untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut. Klasifikasi ABC dilakukan berdasarkan jumlah unit masuk dari AHM dan frekuensi unit keluar menuju dealer. Gabungan keduanya membantu penempatan KSU dengan efektif. KSU yang disimpan terbagi atas helm, accu, spion, tool kit, buku Service, dan plat nomor. Usulan perubahan layout yang disarankan untuk diubah mencangkup perubahan urutan penyimpanan buku Service per kolom per lemari, urutan penyimpanan spion, urutan isi keranjang tool kit yang disertai peletakan palet tambahan untuk meletakan plat nomor untuk mempermudah penyiapan, peletakan plat motor pada temporary area, dan helm TRX-R pada area plat motor sebelumnya.
Keyword: Klasifikasi ABC berdasarkan jumlah dan frekuensi, Kelengkapan Standar Unit (KSU), safety stock, layout
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kasih-Nya dan berkatNya yang tak berkesudahan, analisis kerja praktek telah dilaksanakan di PT. Daya Adicipta Mustika. Laporan ini dapat diselesaikan dengan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis berterimakasih kepada: 1. My Beloved Father in Heaven, thanks Dad for your grace upon me. Thank you for strengthen me, guide me, love me, and bless me abundantly. Your work in my life are more than just amazing. With You, I can do everything. 2. Bapak Anggoro Prasetyo, MT. selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek yang sudah memberikan waktu, dukungan, masukkan, dan penjelasan dalam menyelesaikan laporan kerja praktek ini. 3. PT. Daya Adicipta Mustika yang sudah memberikan kesempatan untuk melakukan kerja praktek selama bulan Juni-Juli 2015. 4. Seluruh pekerja yang ada di PT. Daya Adicipta Mustika (Cibereum dan Cimahi) yang mau membantu memberikan data dan dukungan. Untuk Kak Augie, terimakasih ya Kak atas bantuannya. Untuk Bu Lusi, Pak Trisna, Pak Wawan, Pak Henry, Pak Babay, Pak Opik, Pak Deden, Pak Rey, Pak Dedi, Pak Mamat, Pak Heri dan Tim KSU, Pak CS serta Pak Satpam, terimakasih banyak bantuannya. Sukses selalu PT. DAM! 5. My super lovely Mommy. Thank you so much for struggling alone so hard until now. Thank you for your support, your love, your advices, and everything you give. Very proud to have you. Just remember, I’ll do my best for us. Hug and kiss for you, my SuperMom. 6. Om John, Tante Jo, Ka Jolissa, Ka Jovial yang sudah membantu selama tinggal di Cimahi. Terimakasih dukungan dan nasihatnya. Maaf merepotkan, God bless you all. 7. My lovely slanted huge boyfriend. Thank you for your support, help, motivation, knowledge, and extra fat that you gave. Now I can smile
vi
brighter with all good things you’ve been shared. Love you yummy fatty, Nixon (1112030). 8. Teman-teman Teknik Industri 2012 yang berjuang bersama. Kalian luar biasa! Ayo lulus barengan ya mba, mas, sist, bro. Go alumni 2016!! 9. Teman-teman seperjuanganku, Marissa, Levi, Candra atas dukungan, doa, dan semangatnya. Anak-anak Pak Anggoro pasti bisa, yeah! 10. Teman-teman
Teknik
Industri 2011
yang senantiasa berbagi
pengalaman saat kerja praktek dahulu. Untuk Ci Marla dan Ci Angel yang sudah berbagi informasi tentang materi KP, sukses di dunia kerja. 11. Teman-teman Teknik Industri lain yang memberikan semangat dan inspirasi. 12. Pak Dede yang baik hati bersama rekannya, dalam membantu mencari jurnal, buku referensi, dan informasi buku. Sukses terus karirnya, Pak. 13. Pihak-pihak yang secara tidak langsung berkontribusi membantu menyelesaikan laporan ini. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat dan memberikan inspirasi bagi pembaca, serta dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan untuk dunia pendidikan dan masyarakat luas. Seluruh saran dan kritik yang membangun dari pembaca kepada penulis akan diterima dengan senang hati.
Bandung, 27 Oktober 2015 Hormat Saya,
Cindy Claudia
vii
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN ....................................................... iii PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI ....................................................... iv ABSTRAKSI .......................................................................................................... v KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii DAFTAR TABEL ................................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... I-1 I .1
Latar Belakang Masalah ........................................................................ I-1
I .2
Rumusan Masalah .................................................................................. I-2
I .3
Tujuan Kerja Praktek ............................................................................. I-2
I .4
Batasan Masalah ..................................................................................... I-3
I .5
Waktu dan Tempat Kerja Praktek .......................................................... I-3
I .6
Metode Kerja Praktek ............................................................................. I-4
I .7
Sistematika Penulisan ............................................................................. I-4
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. II-1 II .1
Logistik ............................................................................................. II-1
II .1.1
Definisi Manajemen Logistik........................................................ II-1
II .1.2
Aktivitas Logistik ...................................................................... II-2
II .2
Sistem Inventori Secara Umum ........................................................ II-6
II .2.1
Jenis Inventori ........................................................................... II-7
II .2.2
Kriteria Kinerja Sistem Inventori .............................................. II-8
II .2.3
Analisis ABC........................................................................... II-10
II .2.4
Prinsip Klasifikasi ABC .......................................................... II-10
II .2.5
Pengaruh Sistem ABC pada Layout ........................................ II-13
II .3
Manajemen Gudang ........................................................................ II-14
II .3.1
Definisi Gudang ...................................................................... II-14
II .3.2
Fungsi Gudang ........................................................................ II-15
II .3.3
Aktivitas Gudang..................................................................... II-16
II .3.4
Kebijakan Penyimpanan (Storage Policy) ............................... II-18
II .3.5
Konsep Stock Keeping Unit (SKU) ........................................ II-19
II .3.6
Performansi Gudang ................................................................ II-19
viii
II .4
Metode First In First Out (FIFO) .................................................... II-21
BAB III PROFIL PERUSAHAAN .................................................................... III-1 III .1
Sejarah PT. Astra Honda Motor (AHM) ......................................... III-1
III .2
PT. Daya Adicipta Mustika (DAM) ................................................ III-2
III .2.1
Sejarah PT. DAM ..................................................................... III-3
III .2.2
Visi dan Misi PT. DAM ........................................................... III-4
III .2.3
Proses Bisnis PT. DAM ........................................................... III-4
III .2.4
Struktur Organisasi PT. DAM .................................................. III-7
III .2.5
Layout Warehouse Bandung PT. DAM ................................... III-9
BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS ......................................... IV-1 IV .1
Data yang Dibutuhkan dalam Analisis ABC ................................... IV-1
IV .2
Analisis ABC ................................................................................... IV-1
IV .2.1
Analisis ABC Menurut Jumlah .............................................. IV-11
IV .2.2
Analisis ABC Menurut Frekuensi .......................................... IV-13
IV .2.3
Analisis ABC Menurut Jumlah dan Frekuensi ....................... IV-14
IV .3
Safety Stock (SS) ............................................................................ IV-15
IV .3.1
Safety Stock KSU .................................................................... IV-16
IV .4
Usulan Layout Berdasarkan Klasifikasi ABC ............................... IV-17
IV .5
Perubahan Setelah Usulan Diterapkan .......................................... IV-23
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. V-1 V .1 Kesimpulan........................................................................................... V-1 V .2 Saran ..................................................................................................... V-4 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... xii LAMPIRAN A DOKUMENTASI ...................................................................... xiii LAMPIRAN B DATA PENYIAPAN UNIT ....................................................... xiv
ix
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Penyimpanan Unit sesuai Prioritas Frekuensi Penggunaan ............. II-14 Tabel III.1Kapasitas Maksimum Penyimpanan tiap KSU ................................. III-2 Tabel IV.1 Data Jumlah Unit yang Digolongkan per Tipe Unit ........................ IV-2 Tabel IV.2 Data Jumlah Frekuensi yang Digolongkan per Tipe Unit ............... IV-4 Tabel IV.3Tipe KSU per Tipe Unit Sepeda Motor ............................................ IV-6 Tabel IV.4 Urutan Total Unit Masuk ................................................................. IV-8 Tabel IV.5 Urutan Total Frekuensi Unit Keluar ................................................ IV-9 Tabel IV.6 Contoh KSU yang Digolongkan sesuai dengan Urutan Jumlah Unit ...................................................................................................... IV-10 Tabel IV.7 Klasifikasi ABC Berdasarkan Jumlah ........................................... IV-12 Tabel IV.8Klasifikasi ABC Berdasarkan Frekuensi ........................................ IV-13 Tabel IV.9 Klasifikasi ABC Berdasarkan Frekuensi dan Jumlah.................... IV-14 Tabel IV.10 Safety Stock KSU Harian ............................................................ IV-16 Tabel IV.11 Service Level……………………………………………....…… IV-17 Tabel IV.12 Usulan Perubahan Peletakan Buku Service ................................. IV-18 Tabel IV.13Usulan Perubahan Peletakan Spion…………………………....…IV-19 Tabel IV.14 Usulan Perubahan Peletakan Tool Kit………………….….…....IV-20 Tabel V.1 Tabel Klasifikasi ABC Berdasarkan Jumlah dan Frekuensi .............. V-1
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Kurva Persentase ABC ................................................................. II-11 Gambar III.I Proses Bisnis Honda Motorcycle and Sparepart ........................... III-2 Gambar III.2 Alur Proses Receiving-Storing ..................................................... III-6 Gambar III.3 Alur Proses Shipping.................................................................... III-7 Gambar III.4 Struktur Organisasi PT. DAM………………………………….. III-8 Gambar III.5 Motorcycle Sales Marketing and Logistic Division……………… III-9 Gambar III.6 Layout KSU PT. DAM………………………………………… III-10 Gambar IV.1 Kolom Rak Buku Service…………………………………………………… IV-17 Gambar IV.2 Layout Area Buku Service dan Admin KSU………………………….. IV-18 Gambar IV.3 Kolom Rak Spion……………………………………………………....IV-19 Gambar IV.3 Usulan Layout Area Spion (4) dan Tool Kit (5)………………………...IV-20 Gambar IV.4 Meja dan Keranjang Tool Set………………………………………………..IV-20 Gambar IV.5 Usulan Layout Area Plat Nomor……………………………………….IV-21 Gambar IV.6 Usulan Layout Area Helm TRX-R…………………………………………..IV-21 Gambar IV.7 Layout Awal KSU……………………………………………………...IV-22 Gambar IV.8 Usulan Perubahan Layout KSU………………………………………...IV-23
BAB I PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang Masalah Di Indonesia terdapat berbagai macam alat transportasi, salah satu yang
sering digunakan oleh masyarakat adalah sepeda motor. Sepeda motor selalu laris di pasaran, penjualannya rata-rata mengalami peningkatan setiap tahunnya (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia/AISI, 2014). Peningkatan penjualan tahun 2012-2013 sebesar 8%, sementara tahun 2013-2014 sebesar 2,5%. Hal ini menimbulkan persaingan antar industri penghasil sepeda motor. Untuk tetap bertahan dalam persaingan, perusahaan dituntut melakukan perbaikan secara terus menerus untuk menjadi lebih baik. PT. Daya Adicipta Mustika (DAM) merupakan salah satu main dealer sepeda motor Honda di area Jawa Barat yang bergerak dalam bidang penjualan, distribusi, dan logistik. Motor diproduksi dan dikirimkan oleh PT. Astra Honda Motor (AHM). Unit yang dikirimkan bervariasi dan berfluktuasi. PT. DAM dituntut mampu menyimpan seluruh unit yang dikirimkan mencapai kapasitas gudang maksimum 10.000 unit. Unit yang pertama disimpan akan dikeluarkan pertama, sesuai dengan metode First In First Out (FIFO). Aplikasi yang digunakan untuk menerapkan metode tersebut adalah Warehouse Management System (WMS) Oracle. Setiap unit sepeda motor memiliki Kelengkapan Standar Unit (KSU) yang berbeda. KSU terdiri atas helm, spion, tool kit, accu, plat nomor, dan buku Service. KSU disimpan terpisah dengan unit sepeda motor. Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyiapkan KSU, karena disimpan kurang teratur. Kegiatan berulang juga dilakukan oleh operator saat mengambil KSU, yang menyebabkan kelelahan. Dari masalah-masalah tersebut, penulis ingin mengusulkan tentang penyusunan tata letak gudang KSU pada PT. DAM. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah klasifikasi ABC berdasarkan jumlah unit sepeda motor dan
BAB I-PENDAHULUAN
I-2
klasifikasi frekuensi berdasarkan seberapa seringnya unit sepeda motor dikirimkan menuju dealer. Dengan membuat usulan tata letak, dibutuhkan perhitungan berapa banyak KSU (safety stock) yang akan disimpan dalam suatu periode tertentu. Terutama untuk menghadapi permintaan yang berfluktuasi. Setiap jenis dan tipe KSU yang disimpan akan menghasilkan perhitungan berbeda. Perhitungan didasari atas jumlah permintaan, lead time dan Service level pada perusahaan.
I.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah
yang dapat diangkat pada kerja praktek ini adalah: 1. Tata letak penyimpanan Kelengkapan Standar Unit (KSU) sepeda motor di PT. Daya Adicipta Mustika masih belum teratur. 2. Safety stock KSU belum dihitung per periode untuk memudahkan penyiapan. I.3
Tujuan Kerja Praktek Tujuan umum dari kerja praktek ini, untuk memenuhi tujuan-tujuan berikut: 1. Untuk memenuhi SKS yang ada di Departemen Teknik Industri Institut Teknologi Harapan Bangsa (Departemen TI-ITHB). 2. Mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di perkuliahan ke dalam dunia kerja. 3. Mengetahui dan mempelajari dunia kerja secara nyata. 4. Menulis laporan berdasarkan pekerjaan yang telah dijalani selama kerja praktek, dengan tema tata letak gudang. 5. Memperluas wawasan dan pengalaman.
BAB I-PENDAHULUAN
I-3
Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam kerja praktek kali ini adalah sebagai berikut: 1.
Mengetahui proses bisnis yang ada di PT. Daya Adicipta Mustika terutama departemen logistik.
2. Melakukan penyusunan tata letak gudang KSU pada PT. Daya Adicipta Mustika dengan metode ABC. 3. Mengusulkan sistem peletakan dan pengambilan barang di gudang KSU. I.4
Batasan Masalah Untuk memperoleh hasil kajian di PT. Daya Adicipta Mustika, maka
ditentukanlah beberapa batasan masalah: 1. Pengamatan ini terdapat di Warehouse PT. Daya Adicipta Mustika 2. Pengamatan hanya dilakukan pada masa kerja praktek bulan Juni-Juli 2015. 3. Metode ABC (Cindy Claudia, 2015) yang telah dibuat adalah benar. 4. KSU yang dibahas hanya KSU sepeda motor Honda yang tidak cacat, SKU lama dan terdapat dalam periode Januari-Juni 2015. 5. Penyimpanan unit sepeda motor pada PT. Daya Adicipta Mustika berubah mengikuti tren penjualan dalam setahun, maka harus ada perubahan tata letak ulang setiap tahunnya. I.5
Waktu dan Tempat Kerja Praktek Masa kerja praktek ini dilakukan pada:
Waktu: 1 Juni – 1 Agustus 2015
Kerja: Senin hingga Jumat pukul 07.00-16.00 WIB (Istirahat pukul 12.00-13.00 WIB)
Tempat:
Jl. HMS Mintareja SH, Baros Cimahi Tengah Kota Cimahi, Jawa Barat
BAB I-PENDAHULUAN
I.6
I-4
Metode Kerja Praktek Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini bertujuan untuk
menyederhanakan dan mengarahkan secara rinci satu proses dalam 4ystem perusahaan saat ini. Penyusunan laporan ini menggunakan metode deskriptif analitis dengan pendekatan secara logis dan sistematis, sehingga dalam pengumpulan data-data yang diperlukan akan dilakukan: 1. Metode wawancara, yaitu dengan menanyakan kepada pihak perusahaan. 2. Metode eksplorasi dokumen, yaitu pengumpulan data dari dokumen perusahaan yang tersedia. Data-data yang dikumpulkan sebagai berikut: a. Profil perusahaan. b. Struktur organisasi PT. Daya Adicipta Mustika c. Struktur organisasi departemen Logistic PT. Daya Adicipta Mustika. d. Alur proses (flow process) pada departemen Logistic PT. Daya Adicipta Mustika. e. Data history transaksi pada gudang PT. Daya Adicipta Mustika. f. Tipe KSU yang disimpan saat ini. I.7
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada penyajian laporan kerja praktek ini dipaparkan
sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, pembahasan masalah, metode dan teknik pengumpulan data, serta sistematika penyajian. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini memuat tentang konsep-konsep dasar dan teori mengenai 4ystem4c, klasifikasi ABC berdasarkan jumlah dan frekuensi, gudang, metode FIFO, serta perhitungan safety stock.
BAB I-PENDAHULUAN
I-5
BAB III PENGUMPULAN DATA PERUSAHAAN Bab ini menguraikan penjelasan singkat sejarah PT. Astra Honda Motor dan profil PT. Daya Adicipta Mustika beserta visi, misi, proses bisnis, struktur organisasi, dan layout warehouse. BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS Bab ini memuat data-data yang kemudian diolah berdasarkan landasan teori yang sesuai untuk menghasilkan analisis yang tepat sesuai dengan permasalahan yang dikaji. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini memuat kesimpulan berdasarkan hasil pembahasan dan pengolahan data pada bab sebelumnya, serta dilengkapi dengan saran untuk proses pengembangan dan implementasi 5ystem dalam perusahaan di masa mendatang.
BAB II LANDASAN TEORI
II.1
Logistik Seluruh aktivitas yang berkaitan dengan material, barang jadi, atau barang
setengah jadi termasuk ke dalam kegiatan logistik. Seluruh aktivitas tersebut membutuhkan pengaturan dengan tujuan optimalisasi performansi. Salah satu strategi pengaturan adalah dengan manajemen logistik. II.1.1 Definisi Manajemen Logistik Logistik adalah proses yang menciptakan nilai lewat manajemen pesanan perusahaan, inventaris, transportasi, pergudangan, penanganan material, dan pengemasan yang terintegrasi (Bowersox, 1978). Tujuan logistik yaitu koordinasi antara organisasi dan rantai pasok dalam perusahaan untuk menyampaikan produk ke pasaran (Hugos, 2006). Dalam proses logistik terdapat input, proses, dan output. Sumber daya alam, sumber daya manusia, keuangan, dan sumber daya informasi merupakan input. Sementara proses dilakukan oleh pelaku logistik, berupa pimpinan dan pekerja. Bentuk output yang dihasilkan berupa barang setengah jadi atau barang jadi, yang memberikan keuntungan kompetitif terhadap perusahaan. Seluruh kegiatan terkait logistik tersebut harus diatur dengan tujuan menciptakan efisiensi dan efektivitas pada perusahaan. Manajemen logistik merupakan rangkaian proses dari merencanakan, mengimplementasikan, dan mengontrol alur penyimpanan barang, pelayanan, serta informasi terkait kebutuhan konsumen. Kebijakan manajemen logistik selalu berubah mengikuti kebutuhan perusahaan. Manajemen logistik termasuk bagian dari proses manajemen rantai pasok (supply chain management). Kegiatan ini pada umumnya terkait pada area produksi, inventori, lokasi, transportasi dan informasi di dalam perusahaan. Seluruh
BAB II-LANDASAN TEORI
II-2
keputusan yang diambil pada area tersebut akan menentukan kapabilitas dan efektivitas dari rantai pasok perusahaan. II.1.2 Aktivitas Logistik Terdapat beberapa aktivitas yang mendukung kegiatan logistik menurut Council of Logistic Management (CLM), yaitu:
Customer Service Customer Service merupakan bentuk jasa pelayanan perusahaan terhadap konsumen. Kegiatan ini dilakukan tergantung dari jenis pasar yang menjadi target perusahaan. Karena konsumen pada setiap pasar memiliki ekspektasi berbeda terhadap pelayanan yang diberikan. Pelayanan berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pelanggan. Semakin tepat pelayanan yang diberikan untuk memenuhi ekspektasi konsumen, semakin besar peluang meningkatnya profit perusahaan. Maka, kegiatan ini menjadi penting untuk mendukung aktivitas manajemen logistik lainnya.
Demand Forecasting Perhitungan terhadap permintaan konsumen terhadap jumlah produk dan waktu pemenuhannya disebut juga sebagai peramalan (forecasting). Dalam perhitungan ini terdapat banyak fungsi dan variable yang digunakan. Peramalan dilakukan perusahaan untuk mengantisipasi lost sales atau back order dimasa mendatang. Hal tersebut dapat terjadi saat permintaan konsumen tidak dapat terpenuhi, yang dapat menimbulkan kerugian bagi pihak perusahaan. Peramalan dapat membantu organisasi lain yang terkait dengan logistic. Seperti menentukan jumlah raw material yang akan dipesan (procurement), menentukan jumlah raw material yang akan diproduksi (production), atau menentukan jumlah finish goods yang akan disimpan dalam periode tertentu (warehouse). Kegiatan ini menentukan strategi promosi, alokasi penjualan, harga, dan aktivitas penelitian pasar.
BAB II-LANDASAN TEORI
II-3
Inventori Management Kebanyakan perusahaan ingin mengurangi biaya penyimpanan dengan menerapkan sistem zero inventori. Namun, pada kenyataannya inventori sangat sulit dihilangkan. Karena inventori menutupi tingkat kekurangan pasokan produk dan membantu memenuhi permintaan konsumen. Aktivitas yang dapat membantu mengurangi biaya penyimpanan adalah kontrol terhadap pengaturan penyimpanan. Bahan mentah, barang setengah jadi, atau barang jadi biasanya disimpan dalam gudang. Seluruhnya diatur untuk meminimasi ruang fisik, waktu, dan biaya yang dibutuhkan.
Logistic Communication Dalam proses bisnis yang diterapkan pada perusahaan, terdapat berbagai organisasi yang diatur untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapainya dibutuhkan kerjasama dan komunikasi antar organisasi yang baik. Komunikasi dilakukan antar organisasi, pemasok, dan konsumen dengan tujuan saling menyebarkan informasi. Kerjasama dilakukan oleh seluruh pelaku organisasi yang terlibat. Aktivitas tersebut dapat terlaksana dengan baik jika didukung dengan koordinasi.
Material Handling Aliran dari bahan mentah, barang setengah jadi, atau barang jadi dalam suatu gudang penyimpanan disebut material handling. Aliran tersebut diatur untuk meminimasi biaya. Pengaturannya dapat berupa eliminasi material handling jika memungkinkan, eliminasi jarak aliran, minimasi work-in-process, minimasi bottleneck area, atau minimasi kerusakan yang ditimbulkan saat produksi.
Order Processing Pemesanan yang dilakukan oleh konsumen harus dipenuhi oleh perusahaan. Aktivitas yang dilakukan dalam proses logistik bertujuan memenuhi pemesanan tersebut. Pengaturan komponen aktivitas tersebut
BAB II-LANDASAN TEORI
II-4
penting dilakukan untuk memenuhi ekspektasi konsumen. Komponen dari proses pemesanan dapat digolongkan menjadi: -
Elemen Operasional (perbaikan, penjadwalan, persiapan pengiriman order, faktur)
-
Elemen Komunikasi (modifikasi pemesanan, status pemesanan, pemeriksa kesalahan, pemesanan informasi produk)
Elemen Koleksi dan Kredit (pemeriksaan kredit dan pengumpulan akun)
Packing Pengepakan (packing) memberikan nilai tambahan bagi produk yang dipasarkan. Pengepakan merupakan bentuk promosi dan iklan terhadap konsumen. Konsumen umumnya tertarik dengan warna, ukuran, berat, dan informasi yang terdapat dalam bungkus produk. Kegunaan pengepakan lainnya adalah untuk melindungi produk, memudahkan proses penyimpanan, serta mengurangi biaya handling.
Parts and Service Support Pelayanan yang diberikan terhadap konsumen akan diberikan bahkan setelah produk diterima oleh konsumen. Pelayanan tersebut dapat berbentuk garansi atau jasa penyedia suku cadang. Umumnya garansi memiliki jangka waktu yang sesuai dengan jenis produk. Sementara penyediaan suku cadang didasari pada eliminasi biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi ulang suatu produk. Produk yang memiliki suku cadang terdiri atas beberapa bagian atau komponen yang bisa dirakit. Kegiatan pendukung ini tergolong pelayanan yang terjadi pasca penjualan produk yang membantu meningkatkan kepuasan konsumen.
Plant and Warehouse Site Selection Strategi penempatan gudang dan pabrik dapat menentukan tignkat pelayanan terhadap konsumen. Area yang secukupnya dapat dibuat optimal untuk memaksimalkan penggunaan biaya yang ada. Lokasi antar fasilitas
BAB II-LANDASAN TEORI
II-5
dapat membantu mengurangi gerak berulang, dan meningkatkan perpindahan produk, transportasi, serta pegawai dalam fasilitas. Pemilihan lokasi pabrik ditentukan dari target pasar, lokasi sumber daya, serta komponen peralatan.
Procurement Proses pengadaan (procurement) merupakan kegiatan pemesanan material untuk kegiatan produksi. Pengadaan ditentukan dari banyaknya jumlah pesanan oleh konsumen atau hasil forecasting. Fungsi pengadaan termasuk pemilihan pemasok, jadwal pembayaran, penetapan harga, dan pengendalian kualitas. Perusahaan akan menghabiskan sebagian besar pendapatannya untuk kegiatan pengadaan.
Reverse Logistic Seluruh barang yang diproduksi dan telah diterima oleh konsumen, jika mengalami cacat, kadaluarsa, kesalahan pengiriman, dan lainnya dapat dikembalikan oleh konsumen. Kejadian tersebut merupakan reverse logistic. Pengembalian dapat menimbulkan biaya yang lebih tinggi dibandingkan biaya yang dibutuhkan saat pengiriman. Akan lebih baik jika produk yang akan dikirim melewati tahapan inspeksi terlebih dahulu.
Traffic and Transportation Berbagai jenis transportasi dapat digunakan untuk mengangkut bahan baku hingga menjadi produk jadi. Transportasi tergolong membutuhkan biaya yang tinggi. Maka, perencanaan, perawatan, dan penggunaan transportasi harus diatur agar efektif. Pengaturan transportasi meliputi jenis dan jumlah produk, pergerakan produk, metode pengiriman, serta penjadwalan perawatan.
Warehouse and Storage Gudang merupakan bangunan komersial untuk penyimpanan barang yang akan digunakan dalam produksi, sampai barang tersebut diminta sesuai jadwal produksi. Aktivitas penyimpanan termasuk menyewa,
BAB II-LANDASAN TEORI
II-6
membeli atau menyicil fasilitas gudang dan desain gudang, pertimbangan jenis produk yang disimpan, prosedur keamanan dan perawatan serta pengukuran produktivitas. II.2
Sistem Inventori Secara Umum Menurut Koher, Eric L.A (2009) inventori adalah "Bahan baku dan
penolong, barang jadi dan barang dalam proses produksi dan barang-barang yang tersedia, yang dimiliki dalam perjalanan dalam tempat penyimpanan atau konsinyasikan kepada pihak lain pada akhir periode". Secara umum pengertian inventori adalah suatu aset yang ada dalam bentuk barang-barang yang dimiliki untuk dijual dalam operasi maupun barang-barang yang sedang diproduksi. Keberadaan inventori dapat dipandang sebagai pemborosan (waste) yang mengakibatkan ongkos tinggi bagi unit usaha. Maka, inventori harus dieliminasi atau diminimasi dengan memperhitungkan kelancaran pemenuhan permintaan pemakaian. Setiap permintaan atas inventori harus terpenuhi tepat pada waktu, tepat jenis, serta tepat lokasi. Hal ini akan mendukung objektif perusahaan dari segi pelayanan, produktivitas, keuntungan, dan return on investment. Inventori merupakan salah satu asset termahal bagi banyak perusahaan. Sekitar 50% dari jumlah modal yang diinvestasikan terdapat pada inventori. Sehingga inventori berfungsi untuk memisahkan berbagai bagian dari proses produksi, menghindarkan perusahaan dari fluktuasi permintaan, menyediakan persediaan barang-barang sesuai dengan pilihan pelanggan, mengambil keuntungan dari potongan harga karena kuantitas order, dan melindungi nilai terhadap inflasi (Lembito, 2014). Setiap level harus mengambil keputusan dengan konsisten dan terintegrasi. Dengan tujuan untuk mencapai tingkat pelayanan pelanggan yang diinginkan, dan mencapai objektif dalam investasi biaya inventori. Situasi tersebut digolongkan menjadi
dua
kategori
besar
yaitu
deterministik/stokastik,
dan
independen/dependen. Deterministik merupakan permintaan di masa depan untuk item inventori tertentu yang diketahui secara pasti. Sedangkan stokastik bersifat random. Apabila permintaan akan suatu barang tidak berhubungan dengan barang
BAB II-LANDASAN TEORI
II-7
lain dan dipengaruhi oleh kondisi pasar dinamakan dengan permintaan independen. Sedangkan permintaan suatu barang yang diturunkan dari permintaan akan barang lain dinamakan permintaan dependen, seperti sparepart untuk kebutuhan produksi mobil. II.2.1 Jenis Inventori Inventori dapat digolongkan menjadi empat jenis (Herjanto, 1999), yaitu: a. Fluctuation stock Persediaan untuk menjaga fluktuasi permintaan yang tidak diperkirakan sebelumnya. Hal ini membantu mengantisipasi kesalahan atau penyimpangan dalam perkiraan penjualan, waktu produksi atau pengiriman barang. b. Anticipation stock Persediaan untuk menghadapi permintaan sesuai dengan peramalan, seperti saat permintaan tinggi tetapi kapasitas produksi rendah. Hal ini mencegah kemungkinan sulitnya memperoleh bahan baku, agar produksi tetap berlangsung. c. Lot size inventori Persediaan yang diadakan dalam jumlah yang lebih besar daripada kebutuhan saat itu. Hal ini membantu mendapatkan keuntungan dari harga bahan baku (potongan kuantitas) karena pembelian dalam jumlah (lot size) yang besar, atau untuk mendapatkan penghematan dari biaya pengangkutan per unit yang lebih rendah. d. Pipeline inventori Persediaan yang sedang dalam proses pengiriman dari tempat asal ke tempat dimana barang itu akan digunakan. Contohnya saat barang dikirim dari pabrik menuju tempat penjualan. Hal itu dapat memakan waktu beberapa hari atau beberapa minggu.
BAB II-LANDASAN TEORI
II-8
II.2.2 Kriteria Kinerja Sistem Inventori Inventori terkait dengan penyimpanan berbagai macam produk yang mudah diambil untuk diberikan kepada konsumen. Tapi banyak hal yang harus dipertimbangkan sebelum menerapkan sistem inventori. Keputusan akan tergantung dari sudut pandang dan kepentingan pemakai, pengelola, atau pemilik modal. Fokus pengambilan keputusan adalah optimalitas sistem inventori tersebut. Terdapat tiga bidang seputar permasalahan sistem inventori yang dapat meningkatkan efektivitas manajemen menurut Zeng dan Hayya (1998) dalam Ansori (1999). Tiga bidang tersebut adalah tingkat pelayanan, total biaya inventori, dan inventori turn over. 1. Tingkat pelayanan Tingkat pelayanan merupakan ukuran kinerja dari kepentingan pemakai. Tingkat pelayanan dapat diukur dari tingkat ketersediaan barang (availability) dan cara memberikan pelayanan (Service ability). a. Tingkat ketersediaan barang (availability) Ukuran
yang
menunjukkan
kemampuan
sistem
inventori
menanggapi permintaan tanpa penundaan. Diukur lewat persentase pemenuhan segera jumlah order yang dilayani, persentase waktu tersedianya inventori. b. Kemampuan pelayanan (Service ability) Ukuran ini mempresentasikan kemampuan inventori dalam memberikan pelayanan pada konsumen. Diukur lewat kecepatan waktu pelayanan, seperti waktu pengiriman, waktu proses, waktu tunggu.
2. Total biaya inventori Biaya inventori adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat adanya inventori selama horizon perencanaan tertentu. Biaya inventori terdiri atas biaya pembelian, biaya pengadaan, biaya simpan, biaya kekurangan, biaya sistemik (Bahagia, 2006). a. Biaya pembelian
BAB II-LANDASAN TEORI
II-9
Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang inventori. Besarnya biaya pembelian ditentukan oleh harga barang dan jumlah barang yang dibeli. b. Biaya pengadaan Biaya pengadaan adalah biaya yang dikeluarkan untuk proses pengadaan barang. Biaya pengadaan ini dapat berupa biaya pesan dan/atau biaya setup. Biaya pesan dikeluarkan untuk pengadaan barang dari luar sistem, sedangkan biaya setup dikeluarkan untuk pengadaan barang dari dalam sistem. c. Biaya simpan Biaya simpan adalah biaya yang dikeluarkan sebagai akibat adanya aktivitas penyimpanan barang. Biaya simpan dihitung berdasarkan persentase terhadap harga barang. Besarnya biaya simpan ini meliputi biaya modal dan biaya operasional fasilitas penyimpanan dan administrasi. Komponen biaya simpan, antara lain biaya memiliki inventori, biaya gudang, biaya kerusakan dan penyusutan, biaya kadaluarsa, biaya asuransi, biaya administrasi. d. Biaya kekurangan Biaya kekurangan adalah biaya yang mempresentasikan kerugian atau kehilangan kesempatan akibat tidak tersedianya barang untuk memenuhi permintaan. Biaya kekurangan biasanya dihitung dari kuantitas yang tidak dapat dipenuhi, waktu pemenuhan, biaya pengadaan darurat. e. Biaya sistemik Biaya sistemik adalah biaya yang dialokasikan sebagai investasi untuk membangun dan memperbaiki sistem inventori. Biaya ini meliputi biaya perancangan dan perencanaan sistem yang akan digunakan. f. Inventori turn over Inventori turn over merupakan ukuran efektivitas modal dan kemampuan manajemen menghasilkan keuntungan (profit) bagi perusahaan.
BAB II-LANDASAN TEORI
II-10
II.2.3 Analisis ABC Pada umumnya produk yang disimpan terdiri atas berbagai jenis barang. Setiap jenis barang memiliki cara pengendalian yang berbeda demi mencapai tingkat pengendalian inventori yang lebih efisien. Hal itu tergantung dari tingkat kepentingan dan penggunaan. Oleh karena itu diperlukan suatu metode pemilhan atau pengelompokkan. Analisis ABC berasal dari sebuah konsep yang dikenal dengan nama Hukum Pareto (Ley de Pareto), dari nama ekonom dan sosiolog Italia, Vilfredo Pareto (1848-1923). Berawal dari pemahaman Pareto atas pengamatan dari 20% peapods di kebunnya terdapat 80% kacang polong. Pemahaman tersebut digunakan untuk menanggapi persoalan wajib pajak di Italia. Pareto mencoba menggambarkan hubungan atara kontribusi pajar dengan jumlah wajib pajaknya. Kesimpulannya 80% kontribusi pajak diberikan oleh 20% wajib pajak, 15% kontribusi dihasilkan oleh 30% wajib pajak, dan 5% kontribusi dihasilkan oleh mayoritas 50% wajib pajak (Koch, 2001). Metode tersebut berkembang dalam bidang ekonomi, bisnis, dan sebagainya. Salah satunya di bidang logistik, khususnya sitem inventori. Pada tahun 1940-an, Ford Dickie dari General Electric mengembangkan konsep Pareto ini untuk menciptakan konsep ABC dalam klasifikasi barang persediaan. Tujuannya mengoptimalkan persediaan barang, biaya penyimpanan, dan pengisian simpanan. II.2.4 Prinsip Klasifikasi ABC Analisis ABC merupakan suatu sistem pengendalian inventori dengan mengukur performansi. Analisis ini melibatkan dua hal, yaitu:
Mengklasifikasikan
barang-barang
inventori
berdasarkan
tingkat
kepentingan relatif
Menerapkan manajemen pengendalian berbeda untuk hasil tiap klasifikasi dengan tingkat control yang disesuaikan ukuran kepentingan tiap klasifikasi Oleh karena itu prinsip analisis ABC perupakan pengelompokan jenis
barang berdasarkan tingkat investasi tahunan yang terserap dalam penyediaan
BAB II-LANDASAN TEORI
II-11
inventori dalam setiap jenis barang. Menurut Bahagia (2006), hal ini terdiri dari 3 kategori: a. Kategori A Kategori ini termasuk jenis barang dengan penyerapan dana sekitar 80% dari seluruh modal yang disediakan untuk inventori dan kuantitas barangnya sekitar 20% dari semua jenis barang yang dikelola. b. Kategori B Kategori ini termasuk jenis barang dengan penyerapan dana sekitar 15% dari seluruh modal yang disediakan untuk inventori (sesudah kategori A), sedangkan kuantitas barangnya sekitar 30% dari semua jenis barang yang dikelola. c. Kategori C Kategori ini termasuk jenis barang dengan penyerapan dana sekitar 5% dari seluruh modal yang disediakan untuk inventori (yang tidak termasuk kategori A dan B) dan kuantitas barangnya sekitar 50% dari semua jenis barang yang dikelola.
Besaran masing-masing kategori di atas akan membentuk suatu kurva sebagaimana terlihat pada Gambar 2.1.
Gambar 0.1 Kurva Persentase ABC
BAB II-LANDASAN TEORI
II-12
Sistem klasifikasi ABC merupakan suatu prosedur sederhana, didasarkan pada nilai rupiah pembelian. Klasifikasi sistem ABC merupakan petunjuk bagi manajemen dalam memberikan prioritas pengawasan persediaan. Item kelompok A harus dilakukan pengawasan secara ketat dibandingkan dengan item kelompok B maupun C. Fogarty (1991) menyatakan bahwa kriteria untuk mengklasifikasikan harus merefleksikan tingkat kesulitan untuk mengontrol barang-barang tersebut dan dampak setiap barang pada ongkos dan pendapatan. Kriteria ini untuk pengklasifikasian tersebut antara lain adalah: Ongkos tahunan untuk transaksi barang Harga barang perunit Kelangkaan material yang digunakan untuk memproduksi barang Ketersediaan sumber daya, tenaga kerja, dan fasilitas untuk memproduksi barang Waktu tunggu (leadtime) Kapasitas penyimpanan yang dibutuhkan barang Kemungkinan barang tercuri, kualitas barang, umur barang serta faktor kritis lainnya Ongkos kekurangan Kekritisan desain teknik Langkah-langkah atau prosedur klasifikasi barang dalam analisis ABC adalah sebagai berikut: 1. Menentukan jumlah unit untuk setiap tipe barang. 2. Menentukan harga per unit untuk setiap tipe barang. 3. Mengalikan harga per unit dengan jumlah unit untuk menentukan total nilai uang dari masing-masing tipe barang. 4. Menyusun urutan tipe barang menurut besarnya total nilai uang, dengan urutan pertama tipe barang dengan total nilai uang paling besar. 5. Menghitung persentase kumulatif barang dari banyaknya tipe barang. 6. Menghitung persentase kumulatif nilai uang barang dari total nilai uang.
BAB II-LANDASAN TEORI
II-13
7. Membentuk kelas-kelas berdasarkan persentase barang dan persentase nilai uang barang. 8. Menggambarkan kurva analisis ABC (bagan Pareto) atau menunjuk tingkat kepentingan masalah. Analisa ABC berdasarkan usage frekuensi dalam arti menggolongkan sesuai seberapa seringnya barang keluar digolongkan menjadi 4 kelas jika terdapat 12 periode, yaitu: -
Kelas A: Frekuensi pemakaian 10-12 kali/tahun
-
Kelas B: Frekuensi pemakaian 7-9 kali/tahun
-
Kelas C: Frekuensi pemakaian 4-6 kali/tahun
-
Kelas D: Frekuensi pemakaian 1-3 kali/tahun
II.2.5 Pengaruh Sistem ABC pada Layout Sistem ABC sangat penting untuk membantu menerapkan tata letak. karena menyangkut frekuensi yakni menyatakan fast moving, medium moving, dan slow moving (yaitu seberapa sering barang diminta atau dikirim ke konsumen).
-
Kategori A adalah Fast Moving Diletakan pada “Golden Zone” yaitu area dimana stock paling cepat dan mudah dimobilisasi.
-
Kategori B adalah Medium moving Diletakkan di “Silver Zone” yaitu area dimana stock diletakan sesudah atau paling dekat dengan Golden Zone.
-
Kategori C adalah Slow Moving Diletakan pada “Bronze Zone” yaitu area yang jauh dari pintu keluar masuk barang atau diletakan di rak paling atas atau paling belakang. Penentuan kategori ABC dan system penempatan disepakati antara bagian
demand planning, gudang, penjualan, dan transportasi. Tujuannya untuk menjaga
BAB II-LANDASAN TEORI
II-14
sevice level efisiensi operasional, stock counting, dan Inventori Record Accuracy (IRA).
Tabel II.1 Penyimpanan Unit sesuai Prioritas Frekuensi Penggunaan
Prioritas Low C
Frekuensi penggunaan
Tempat penyimpanan
Kurang dari sekali dalam setahun.
Simpan jauh dari tempat
Slow Moving
kerja.
Medium B Kurang dari sekali dalam seminggu. Simpan ditempat kerja tetapi Kurang dari sekali dalam sebulan.
jauh dari area operasional.
Medium Moving High A
Setiap hari
Ditempatkan ditempat kerja
Fast Moving
dan lebih dekat ke area oprasional.
II.3
Manajemen Gudang Manajemen gudang merupakan suatu tatanan untuk mengelola pergudangan
dan pendistribusian barang. Barang yang disimpan diatur agar tetap dalam keadaan baik dan didistribusikan kepada pada waktu, spesifikasi, dan jumlah yang tepat.
II.3.1 Definisi Gudang Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi dan operasi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi yang belum didistribusikan. Selain untuk penyimpanan, gudang juga berfungsi untuk melindungi bahan (baku dan pengemas) dan obat jadi dari pengaruh luar dan binatang pengerat, serangga, serta melindungi obat dari kerusakan. Agar dapat menjalankan fungsi tersebut, maka harus dilakukan pengelolaan pergudangan secara benar atau yang sering disebut dengan manajemen pergudangan (Priyambodo, 2007).
BAB II-LANDASAN TEORI
II-15
Definisi lain dari gudang adalah sebuah bagian integral dari setiap sistem logistik yang menyimpan produk (bahan baku, komponen, barang setengah jadi, dan barang jadi) di lokasi produksi dan diantara lokasi produksi dengan titik konsumsi, serta menyediakan informasi mengenai status, kondisi, dan disposisi dari produk yang disimpan bagi pihak manajemen (Lambert, 1998).
II.3.2 Fungsi Gudang Menurut Frazelle (2002), terdapat tujuh fungsi gudang dalam rantai suplai, yaitu: 1. Raw material and component warehouses Gudang berfungsi sebagai tempat menyimpan bahan baku, gudang berada pada posisi terdekat dengan tempat manufaktur. 2. Work in-process warehouses Gudang berfungsi sebagai tempat menyimpan barang/produk setengah jadi, posisi gudang berada pada berbagai titik sepanjang lini produksi atau assembly. 3. Finished goods warehouses Gudang berfungsi sebagai penyeimbang dan penyangga variasi yang terjadi antara jadwal produksi dengan permintaan. 4. Distribution warehouses and distribution centers Gudang digunakan sebagai tempat mengumpulkan dan mengkonsolidasikan produk-produk yang berasal dari berbagai pabrik (satu atau beberapa perusahaan) untuk dikirimkan kepada pelanggan yang sama secara bersamaan. 5. Fulfillment warehouses and fulfillment centers Fungsi gudang adalah untuk melayani permintaan-permintaan kecil dari konsumen individual. 6. Local warehouses
BAB II-LANDASAN TEORI
II-16
Gudang berfungsi untuk memperpendek jarak transportasi daerah tertentu sehingga respon terhadap permintaan pelanggan dapat dilakukan dengan cepat. 7. Value-added Service warehouse Fungsi dari gudang adalah fasilitas dimana product customization dilakukan yaitu pengemasan, pemberian label, penandaan, pemberian label harga, harga, dan pemrosesan ulang.
II.3.3 Aktivitas Gudang Frazelle (2002) mengklasifikasikan aktivitas gudang menjadi delapan aktivitas, yaitu: 1. Receiving Kumpulan aktivitas yang terdiri dari menerima semua material yang masuk ke gudang, memastikan jumlah dan kualitas setiap material sesuai dengan yang dipesan, dan memindahkan material ke tempat penyimpanannya atau organisasi lain yang membutuhkannya. 2. Prepackaging Aktivitas ini baru akan dilakukan jika material yang diterima dari supplier dalam jumlah besar dan dikemas menjadi satu. Sehingga untuk mempermudah dalam memproses material lebih lanjut, maka material tersebut perlu dikemas dalam kemasan tertentu. 3. Putaway Menempatkan barang pada tempat penyimpanannya. Aktivitas ini terdiri dari kegiatan penanganan material, verifikasi lokasi, dan penempatan produk. 4. Storage Aktivitas menyimpan atau menahan barang selama menunggu permintaan terhadap barang tersebut. Metode yang digunakan dalam aktivitas ini sangat tergantung dari ukuran dan jumlah benda yang disimpan, dan ciri penanganan dari produk tersebut.
BAB II-LANDASAN TEORI
II-17
5. Order picking Aktivitas ini adalah proses pemindahan barang dari tempat penyimpanan untuk memenuhi permintaan tertentu. 6. Packaging and/or pricing Aktivitas ini adalah kegiatan pengemasan barang dan pemberian label harga. Tidak semua gudang melakukan aktivitas ini. 7. Sortation and/or accumulation Sortation adalah aktivitas pemisahan barang menjadi satuan kecil, sedangkan accumulation adalah pengumpulan beberapa item sesuai dengan pesanan yang diterima. 8. Unitsizing and shipping Aktivitas ini adalah kegiatan pengiriman barang ke luar pabrik. Kegiatan ini terdiri dari pengecekan pemenuhan permintaan, pengemasan barang, penyiapan
administrasi
pengiriman,
penimbangan,
pengumpulan
permintaan dengan tujuan yang sama, dan loading barang ke truk.
BAB II-LANDASAN TEORI
II-18
II.3.4 Kebijakan Penyimpanan (Storage Policy) Heragu (2006) mengklasifikasikan kebijakan penyimpanan menjadi lima, yaitu: 1. Random storage policy Barang yang datang disimpan dilokasi manapun yang tersedia. Secara teoritis semua barang yang datang/masuk memiliki probabilitas yang sama untuk ditempatkan pada setiap lokasi kosong yang tersedia. 2. Dedicated policy Kebijakan ini bertolak belakang dengan belakang dengan kebijakan random storage policy, yaitu satu tempat penyimpanan dikhususkan untuk menyimpan satu barang tertentu saja. 3. Cube-per-order-index (COI) Kebijakan penyimpanan yang digunakan adalah menggunakan rasio dari kebutuhan tempat penyimpanan suatu item dengan jumlah transaksi storage/ retrieval (S/R) dari item tersebut. Semakin kecil nilai COI suatu item, maka item akan diletakkan dekat dengan pintu masuk/keluar (I/O) gudang. 4. Class based storage policy Prinsip dasar kebijakan ini adalah mengikuti aturan pareto, dimana 80% aktivitas S/R sebuah gudang adalah akumulasi aktivas dari 20% barang pada gudang. Oleh sebab itu barang-barang yang ada di gudang dikelompokkan menjadi 3, yaitu A, B dan C. Kelompok A akan ditempatkan dekat dengan I/O gudang, diikuti kelompok B, dan C. Barang-barang dalam satu kelompok diletakkan secara random. 5. Shared storage policy Penempatan beberapa SKU dalam satu area yang dikhususkan untuk SKUSKU tersebut. Kebijakan ini mengurangi maksimum ruang yang dibutuhkan suatu gudang dan peningkatan utilitas suatu area penempatan persediaan. Dua hal ini akan mengurangi rata-rata waktu pengambilan barang (Goetschalck, et al, 2010).
BAB II-LANDASAN TEORI
II-19
II.3.5 Konsep Stock Keeping Unit (SKU) Menurut Maynard (2004), Stock-Keeping Unit (SKU) adalah suatu jenis barang akhir yang diperuntukan distribusi secara berbeda antara satu jenis dengan yang lainnya kepada. SKU juga dapat merujuk sebagai pengenal yang unik atau kode yang mengacu pada satuan tertentu untuk menjaga stok. Kode-kode ini tidak diatur atau distandarisasi. Setiap perusahaan dapat mempertahankan SKU dari vendor atau membuatnya sendiri. Seluruh unit yang telah diberi kode tertentu akan disimpan terpisah untuk mempermudah pengambilan dan pendataan. SKU dapat didukung dengan perhitungan safety stock. Safety stock berguna untuk menghadapi jumlah permintaan yang berfluktuatif. Seluruh jumlah unit diasumsikan harus disimpan dalam jumlah tetap. Safety stock dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
(II.1) Keterangan: SS: safety stock Lt: lead time D: standard deviasi demand II.3.6 Performansi Gudang Performansi gudang digunakan sebagai ukuran pembanding dalam melakukan perbaikan tata letak yang akan dilakukan pada penelitian. Frazell (2002) menyebutkan bahwa ada empat ukuran performansi yang dapat digunakan, yaitu finansial, produktivitas, kualitas, dan waktu siklus. Berikut ini penjelasan masingmasing alat ukur tersebut: a. Warehouse financial performance Pada ukuran performansi finansial, penghitungan biaya yang digunakan adalah activity based costing, yaitu biaya dihitung berdasarkan aktivitas yang terjadi digudang tersebut.
BAB II-LANDASAN TEORI
II-20
b. Warehouse productivity performance Ukuran yang digunakan adalah ratio of the output of resource to the input required to achieve that output. Terdapat dua ukuran ratio outputinput yang dapat digunakan, yaitu:
(II.2) Rasio dari unit, permintaan, lini, dan berat yang keluar dari gudang dengan jumlah jam yang dihabiskan untuk mengoprasikan, mengawasi, dan mengatur gudang.
(II.3) Rasio dari jumlah barang yang disimpan dengan luas gudang. Rasio menunjukan kepadatan suatu SKU tertentu pada luas yang dibutuhkan SKU tersebut untuk dapat disimpan pada gudang. c. Warehouse quality performance Terdapat empat ukuran performansi yang dapat digunakan, dua ukuran untuk penanganan material masuk dan dua ukuran lainnya untuk penanganan material keluar. Berikut adalah ukuran performansi tersebut: -
Putaway accuracy: persentase peletakan barang dengan tepat.
-
Inventori accuracy: persentase kesesuaian antara data barang yang disimpan dengan kenyataan yang ada.
-
Picking accuracy: persentase pengambilan barang tanpa kesalahan.
-
Shipping accuracy: persentase pengiriman barang dilakukan tanpa kesalahan.
BAB II-LANDASAN TEORI
II-21
d. Warehouse cycle time performance Performansi gudang diukur dengan menggunakan waktu siklus dock to stock (DTS), dan warehouse order cycle time. Berikut penjelasan kedua waktu tersebut: - DTS adalah waktu yang dibutuhakan operator untuk menyimpan barang. - Warehouse order cycle time adalah waktu yang dibutuhkan operator mulai dari munculnya permintaan sampai dengan barang diambil (picked), dikemas (packed), dan siap untuk dikirim. II.4
Metode First In First Out (FIFO) Metode FIFO menganggap bahwa harga pokok dari barang-barang yang
pertama kali dibeli akan merupakan barang yang dijual pertama kali. Dengan kata lain, biaya yang terkait dengan persediaan yang dibeli pertama adalah biaya yang dibankan pertama. Metode ini digunakan untuk menghindari expired, mengurangi kerusakan, mempermudah penyimpanan dan perhitungan keuangan, yang cocok diterapkan untuk barang-barang kecil. FIFO seringkali tidak nampak secara langsung pada aliran fisik barang, karena
pengambilan
barang
dari
gudang
didasari
pada
pengaturan
penyimpanannya. FIFO lebih nampak pada perhitungan harga pokok barang, seperti biaya yang digunakan pertama kali untuk membeli barang atau Cost of Goods Sold (COGS).
BAB III PROFIL PERUSAHAAN
III.1
Sejarah PT. Astra Honda Motor (AHM) PT. Astra Honda Motor (AHM) dengan nama awal PT. Federal Motor,
adalah perusahaan pelopor industri sepeda motor di Indonesia yang telah berdiri sejak 11 Juni 1971. Berawal dengan merakit komponen-komponen berbentuk Completely Knock Down (CKD) yang diimpor dari Jepang. Tipe sepeda motor yang pertama kali diproduksi Honda adalah tipe bisnis, S 90 Z bermesin 4 tak dengan kapasitas 90cc. Jumlah produksi awal 1500 unit, meningkat hingga 30.000 unit dan terus meningkat hingga saat ini. Peningkatan terjadi karena sepeda motor menjadi salah satu jenis transportasi andalan masyarakat. Kebijakan pemerintah dalam hal lokalisasi komponen otomotif mendorong PT Federal Motor memproduksi berbagai komponen sepeda motor Honda tahun 2001 di dalam negeri melalui beberapa anak perusahaan. Diantaranya adalah: -
PT Honda Federal (1974) yang memproduksi komponen-komponen dasar sepeda motor Honda seperti rangka, roda, knalpot dan sebagainya.
-
PT Showa Manufacturing Indonesia (1979) yang khusus memproduksi peredam kejut (shock breaker).
-
PT Honda Astra Engine Manufacturing (1984) yang memproduksi mesin sepeda motor.
-
PT Federal Izumi Mfg. (1990) yang khusus memproduksi piston. Seiring dengan perkembangan kondisi ekonomi serta tumbuhnya pasar
sepeda motor, terjadi perubahan komposisi kepemilikan saham di pabrikan sepeda motor Honda ini. Pada tahun 2001 PT. Federal Motor dan beberapa anak perusahaan disatukan menjadi PT Astra Honda Motor. Dengan komposisi kepemilikan saham 50% milik PT Astra International Tbk dan 50% milik Honda Motor Co. Japan.
BAB III-PROFIL PERUSAHAAN
III-2
Saat ini PT Astra Honda Motor memiliki 4 fasilitas pabrik perakitan yang memiliki kapasitas produksi 5,3 juta unit sepeda motor tiap tahunnya, yaitu: -
Pabrik Sunter, Jakarta Utara yang juga berfungsi sebagai kantor pusat,
-
Pabrik ke dua berlokasi di Pegangsaan Dua, Kelapa Gading.
-
Pabrik ke 3 berlokasi di kawasan MM 2100 Cikarang Barat, Bekasi.
-
Pabrik ke 4 berlokasi di Karawang, merupakan fasilitas pabrik perakitan terbaru yang mulai beroperasi sejak tahun 2014.
Astra Honda Motor (AHM)
Main Dealer
Dealer
Konsumen
Gambar III.1 Proses Bisnis Honda Motorcycle and Sparepart
PT. Astra Honda Motor menyalurkan sepeda motor yang telah dirakit beserta Kelengkapan Standart Unit (KSU) kepada konsumen melalui main dealer dan dealer. Main dealer bertugas menyimpan unit dan mengirimkan unit ke dealer, sementara dealer bertugas menjual unit langsung ke konsumen. Produk yang dikirimkan selalu dijamin kualitasnya lewat pengecekan berulang pada tiap akhir proses sebelum mencapai konsumen. Hal ini dilakukan untuk menjamin kepuasan pelanggan. Usaha lain untuk meningkatkan kepuasan pelanggan adalah dengan dukungan 1.800 showroom penjualan, 3.600 layanan Service atau bengkel AHASS (Astra Honda Authorized Service Station), serta 7.550 gerai suku cadang yang siap melayani jutaan penggunaan sepeda motor Honda di seluruh Indonesia. III.2
PT. Daya Adicipta Mustika (DAM) Analisis dilakukan pada PT. Daya Adicipta Mustika yang bergerak dalam
distribusi sepeda motor, yaitu sebagai main dealer sepeda motor Honda. Distribusi dilakukan sesuai dengan demand dari dealer. Rata-rata demand sepeda motor per hari sekitar 1000 unit. Unit yang dikirimkan menuju dealer adalah unit sepeda motor beserta unit KSU.
BAB III-PROFIL PERUSAHAAN
III-3
III.2.1 Sejarah PT. DAM PT. Daya Adicipta Mustika, tumbuh dari sebuah entitas bisnis kecil yang didirikan di Bandung oleh Bpk. Raphael Adi Rahmat pada tahun 1970. Entitas yang diberi nama PD. Matras itu menjalankan bisnis penjualan sepeda motor Honda di wilayah Jawa Barat. Berkat kerja keras dan upaya untuk terus-menerus menjaga reputasinya, pada tahun 1972 PT. Federal Motor, produsen sepeda motor Honda di Indonesia (sekarang PT. Astra Honda Motor), memberikan kepercayaan kepada PD. Matras untuk menjadi main dealer sepeda motor dan suku cadang resmi Honda di wilayah Jawa Barat. Pada tahun yang sama, PD.Matras berubah nama menjadi PD. Daya. Bisnis main dealer ini terus berkembang setiap tahunnya, sehingga pada tahun 1984, PD. Daya berubah menjadi PT. Daya Adicipta Mustika. Perusahaan melibatkan pekerja profesional dalam perkembangannya. Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses, diterapkan manajemen modern dan teknologi terbaru. Manajemen terhadap sumber daya manusia, fasilitas dan infrastruktur pendukung dapat meningkatkan kompetitif perusahaan. Pada tahun 1998, Bpk. TP. Rachmat menggabungkan perusahaan-perusahaan yang beliau rintis menjadi satu bentuk korporasi yang dinamakan PT. Triputra Investindo Arya (Triputra Group). Saat ini, PT. Daya Adicipta Mustika telah berkembang menjadi main dealer sepeda motor dan suku cadang resmi Honda dengan kontribusi yang signifikan bagi PT. Astra Honda Motor. Dominasi merek Honda di wilayah Jawa Barat makin kuat dari waktu ke waktu dan berbagai prestasi diraih PT. Daya Adicipta Mustika, baik dalam lingkup main dealer se-Indonesia, maupun Triputra Group.
BAB III-PROFIL PERUSAHAAN
III-4
Pada tahun 2008, kepercayaan yang lebih besar dari share holder dan principal diberikan kepada PT. Daya Adicipta Mustika, berupa kesempatan untuk menjadi main dealer sepeda motor dan suku cadang Honda untuk wilayah Sulawesi Utara, Maluku Utara dan Gorontalo. Untuk menyambut kepercayaan tersebut, didirikan entitas baru yang dinamakan PT. Daya Adicipta Wisesa. Pertumbuhan penjualan sepeda motor dan suku cadang Honda di wilayah pemasaran PT. Daya Adicipta Wisesa tumbuh dengan pesat, berbagai strategi dan program
dilakukan untuk meningkatkan dominasi merek Honda di wilayah
tersebut. Sejalan dengan hal tersebut, PT. Daya Adicipta Wisesa juga berupaya untuk meningkatkan standar layanan, sistem pengelolaan jaringan, serta kualitas sumber daya manusia di seluruh jaringan penjualan dan purna jual sepeda motor Honda. III.2.2 Visi dan Misi PT. DAM Visi PT. Daya Adicipta Mustika adalah to be the best Honda motorcycle main dealer in Indonesia. Untuk merealisasikannya terdapat beberapa misi, yaitu: -
To make each customer Honda as “Customer for Life”.
-
To build and maintain “Reliable, Passionate, and Profitable Honda Networks”.
-
To continually strive for “People and Process Excellence”.
-
To be involved in “Social Community Development”.
III.2.3 Proses Bisnis PT. DAM Proses bisnis yang terjadi pada PT. Daya Adicipta Mustika terbagi atas proses receiving-storing dan proses shipping. Proses receiving-storing berawal dari proses pengambilan unit yang datang hingga unit disimpan pada lokasi yang telah ditentukan. Sementara proses shipping merupakan proses pengambilan unit yang disimpan untuk dikirim menuju dealer. Kedua proses ini berlangsung secara rutin, dilakukan pada gate berbeda.
BAB III-PROFIL PERUSAHAAN
III-5
Receiving-storing o Truk dari PT. AHM yang tiba dengan unit sepeda motor dan KSU akan parkir dan menyerahkan surat jalan dari AHM ke administrasi. o Seluruh unit dibongkar dan diletakan di area receiving oleh tim picker. Lalu didata, dicek dan discan sebelum disimpan. o Tim KSU akan mendata KSU yang masuk, sebelum disimpan. o Seluruh unit sepeda motor dan KSU yang masuk akan dimasukkan ke dalam laporan harian. Shipping o Unit sepeda motor dan KSU akan disiapkan sesuai dengan permintaan dealer yang tertera pada picking list. o Unit akan dicek dan discan sebelum masuk ke dalam truk. o Seluruhnya akan dimuat ke dalam truk. o Truk dapat berangkat menuju dealer setelah mendapatkan surat jalan dan telah melewati pemeriksaan oleh tim security.
BAB III-PROFIL PERUSAHAAN
III-6
PROSES RECEIVING-STORING TIM EKSPEDISI
ADMIN
TIM PICKER
PARKIR TRUK
SURAT JALAN DARI AHM
BUKA TALI PENGIKAT UNIT
MERAPIKAN BESI, PELANA, SPONGE
KELUARKAN TRUK DARI GATE BONGKAR UNIT
MENUJU AHM
MEMBUAT SUSUNAN ANTRIAN BONGKAR UNIT
KONFIRMASI PAS PENGELUARA N BARANG (PBB) DI ORACLE
REGISTRASI BONGKARAN (UNLOADING UNIT)
BUAT LAPORAN MS. EXCEL
MEMBONGKAR UNIT
MELETAKAN UNIT DI AREA RECEIVING
LAPORAN BONGKARAN HARIAN
CEK UNIT
TIM CHECKER APAKAH CACAT?
TIM REPAIR
TIDAK
TIM SCANNER
SCAN UNIT
TIM STORING
KSU
AMBIL KSU
YA
PERBAIKI UNIT
DATA UNIT DAN LETAK UNIT
MENYIMPAN UNIT SESUAI LOKASI
MERAPIKAN UNIT DI AREA STORING
SIMPAN KSU
DATA KSU
Page 1
Gambar III..2 Alur Proses Receiving-Storing
BAB III-PROFIL PERUSAHAAN
III-7
PROSES SHIPPING ADMIN
CETAK PICKING LIST
TIM PICKER
TERIMA PICKING LIST
CETAK SURAT JALAN
SIAPKAN UNIT
SURAT JALAN
TANDA TANGAN SURAT JALAN
KEMBALIK AN PICKING LIST KE ADMIN
SURAT JALAN
PENUNDAAN PENGIRIMAN
TIDAK
TIM EKSPEDISI
KELUARKA N UNIT
TIM CHECKER
CEK UNIT
TIM SCANNER
SCAN UNIT
KSU
MENYIAPK AN KSU SESUAI DO
PASANG SPONGE
PENYUSU NAN UNIT, PELANA, DAN BESI
AMBIL TALI, IKAT BESI, DAN KSU
PENGECEKAN OLEH KEAMANAN APAKAH AMAN?
YA
MENUJU DEALER
Gambar III.3 Alur Proses Shipping
III.2.4 Struktur Organisasi PT. DAM Setiap organisasi dalam PT. Daya Adicipta Mustika memiliki tugas yang berbeda. Dapat dilihat pada Gambar III.4, setiap divisi dikepalai oleh seorang kepala divisi. Setiap kepala bertanggung jawab atas setiap pekerjaan yang dilakukan divisinya. Komunikasi menjadi sangat penting untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan antar divisi. Evaluasi akan dilakukan secara rutin untuk memaksimalkan kinerja tiap divisi.
BAB III-PROFIL PERUSAHAAN
III-8
PRESDIR
MOTORCYCLE SALES MARKETING AND LOGISTIC DIVISION
TECHNICAL SERVICE DIVISION
PART SALES AND DISTRIBUTION DIVISION
HONDA CUSTOMER CARE DIVISION
FINANCIAL AND ACCOUNTING DIVISION
GENERAL SERVICE DIVISION
INDEPENDENT
Gambar III.4 Struktur Organisasi PT. DAM
Analisis penulisan fokus pada departemen logistik dalam divisi Motorcycle Sales Marketing and Logistic. Struktur organisasinya dapat terlihat pada Gambar III.5. Tujuan utama departemen ini adalah melakukan kegiatan bongkar dan muat aksesoris dan kegiatan pengambilan aksesoris berdasarkan delivery order. Berikut penjabaran tanggung jawab, wewenang dan ukuran keberhasilan departemen logistik:
Tanggung jawab: o Menerima dan menyimpan KSU dari tim ekspedisi (receiving) o PIC menyiapkan KSU sesuai Delivery Order (DO) o PIC menyusun, menghitung dan
mengelompokkan penerimaan
KSU sesuai dengan kode di rak penyimpanan o Membuat laporan transaksi dan stok harian o Membuat laporan kepada pihak adminstrasi KSU perihal yang berhubungan dengan kesesuaian atau ketidaksesuaian dalam perhitungan KSU
Wewenang: o Membongkar dan memuat barang aksesoris baik dari penerimaan dan pengeluaran o Menyusun, menghitung dan mengelompokkan sebagai dasar pengambilan aksesoris
Ukuran keberhasilan: o Barang tidak cacat o Perhitungan jumlah unit sesuai dengan delivery order
BAB III-PROFIL PERUSAHAAN
III-9
MOTORCYCLE SALES MARKETING AND LOGISTIC DIVISION
PROMOTIO N DEPT.
BUILDING AND INFRASTRU C-TUR DEPT.
LOGISTIC DEPT.
ADMINIST RASI
KSU
NETWORK AND DEVELOPM ENT
SUPPLY DEMAND PLANNING
SALES AND MARKET ING DEPT.
WH BANDUNG WH CIREBON WH KERAWANG
Gambar III.5 Motorcycle Sales Marketing and Logistic Division
III.2.5 Layout Warehouse Bandung PT. DAM Warehouse Bandung memiliki tempat penyimpanan unit sepeda motor dan Kelengkapan Standar Unit (KSU) yang terpisah. Kapasitas penyimpanan warehouse mencapai 10.000 unit. Setiap unit sepeda motor akan disimpan sesuai jenis, tipe dan usia produksi pada lokasi yang sudah ditentukan sistem. Masingmasing unit memiliki KSU yang berbeda. KSU akan disimpan di tempat penyimpanan KSU sesuai dengan kategori dan jenisnya. KSU terbagi atas helm, spion, accu, plat nomor, tool kit dan buku Service. Permasalahan terletak pada lamanya waktu penyiapan KSU untuk dimuat kedalam truk bersamaan dengan unit sepeda motor. Terkadang pekerja harus menunggu KSU saat unit sepeda motor sudah dimuat dalam truk. Setelah ditelaah, permasalahan terletak pada tempat penyimpanan KSU. Unit yang tidak disimpan sesuai urutan, terdapat gerakan berulang yang dilakukan petugas.
BAB III-PROFIL PERUSAHAAN
III-10
Gambar III.6 Layout KSU PT. DAM
Berikut penjabaran layout yang terdapat pada Gambar III.6: 1. Area trolley Seluruh trolley yang digunakan untuk mengangkut KSU akan diletakan pada area ini. Proses penyiapan dimulai dengan mengambil trolley yang kosong, dan meletakan seluruh KSU yang dibutuhkan pada trolley tersebut. Setelah proses selesai, trolley akan diletakan kembali pada area tersebut. 2. Area admin KSU Area ini merupakan area kerja admin KSU, dan area penyimpanan buku Service. Tim admin akan mengecap buku, menghitung buku, melakukan
BAB III-PROFIL PERUSAHAAN
III-11
konfirmasi KSU yang datang cacat kepada AHM, mencetak picking list, dan melakukan perhitungan persediaan pada area ini. Buku yang disimpan terbagi atas matic, bebek, dan sport. Buku yang disimpan sesuai dengan jenis sepeda motor. Dalam satu kolom rak buku, dapat memuat hingga 400 buku. Buku harus dicap dan dicek sebelum dapat didistribusikan. 3. Area accu Accu yang disimpan pada sebuah palet dapat mencapai 800 dus (satuan). Dalam satu dus terdapat 10 dus satuan accu. Seluruhnya dapat digunakan setelah melewati tahap pengecekan, karena terkadang accu mengalami kerusakan saat pengiriman atau cacat. 4. Area spion Terdapat berbagai macam spion yang disimpan, hanya spion khusus Scoopy memiliki karakteristik yang berbeda. Spion tersebut dipisahkan atas warna, sesuai dengan tipenya. Terdapat 240 dus spion yang dapat disimpan dalam satu kolom lemari. Satu dus berisi sepasang spion. 5. Area tool kit Tool kit merupakan rangkaian alat bantu reparasi motor yang sederhana. Umumnya terdiri atas obeng, kunci busi, dan kunci 14. Namun, tipe motor lain memiliki spesifikasi yang berbeda sehingga membutuhkan tool kit yang berbeda. Setiap tool kit yang disimpan pada sebuah keranjang penyiapan dapat mencapai 200 bungkus. 6. Area helm Helm terbagi atas full-face dan half-face. Full-face diperuntukan bagi motor sport atau bebek, sementara half-face diperuntukan bagi kebanyakan motor matic. Dalam satu dus terdapat satu buah helm. Dus-dus akan disimpan pada kolom-kolom yang sudah disediakan, Dalam satu kolom terdapat 540 dus. 7. Area plat nomor Seluruh jenis sepeda motor memiliki rangka plat nomor yang sama. Dalam satu kolom penyimpanan, terdapat 900 plat nomor. Dengan masing-masing dus berisi 20 keping plat.
BAB III-PROFIL PERUSAHAAN
III-12
8. Area buffer stock Merupakan area menyimpan stok tambahan dari seluruh unit yang baru datang dari AHM dan sudah didata sebelumnya. 9. Area temporary Area yang dapat digunakan jika ada keperluan tertentu, atau jika kapasitas semakin tinggi. Tabel III.1Kapasitas Maksimum Penyimpanan tiap KSU
KAPASITAS MAKSIMUM (PER SATUAN UNIT KSU) • • • • • •
BUKU = 400 buku/kolom lemari (MAX:28.800 buku) ACCU = 800 accu/palet (MAX:12.800) SPION = 240 spion/kolom lemari (MAX:9.600) TOOL KIT = 200 bks/keranjang (MAX:10.800) HELM = 540 dus/kolom (MAX:11.220) PLAT NO = 900 pcs/kolom (MAX:5.400)
-
Perhitugan termasuk area tambahan pada setiap area penyimpanan
BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS
IV.1
Data yang Dibutuhkan dalam Analisis ABC Analisis ABC membantu mengelompokkan barang sesuai dengan tingkat
kepentingan. Terkait dengan permasalahan yang terjadi pada penyimpanan KSU pada PT.DAM, analisis ABC membantu mengelompokkan KSU. KSU akan dikelompokkan dan disimpan sesuai klasifikasinya. Hal ini akan memudahkan jangkauan bagi pekerja, memaksimalkan tempat penyimpanan, dan mengurangi waktu penyiapan. Dalam perhitungan klasifikasi ABC dibutuhkan data KSU terkait permasalahan. Berikut data yang dibutuhkan untuk melakukan klasifikasi ABC:
Jumlah unit sepeda motor yang dikirimkan dari PT. AHM selama periode 6 bulan (Januari-Juni)
Jumlah frekuensi unit keluar dari warehouse menuju dealer selama periode 6 bulan (Januari-Juni)
Tipe sepeda motor yang disimpan selama periode 6 bulan
Jenis dan tipe KSU yang disimpan pada bulan Juni
Layout KSU (ukuran ruangan, rak/lemari penyimpanan, dan kapasitas maksimum setiap jenis KSU)
IV.2
Analisis ABC Terdapat beberapa tahapan dalam melakukan klasifikasi ABC, yaitu:
1. Melakukan pengumpulan data jumlah unit sepeda motor yang masuk dan jumlah frekuensi sepeda motor yang keluar selama periode 6 bulan. Data yang dikumpulkan digolongkan sesuai dengan tipe sepeda motor, seperti pada Tabel IV.1 dan Tabel IV.2.
BAB IV-PENGOLAHAN DATA
IV-2
Tabel IV.1 Data Jumlah Unit yang Digolongkan per Tipe Unit Jenis Motor Techno CBS Techno CBS ISS
Tipe Motor
TOT
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
1648
1633
15
0
0
0
0
1338
1286
52
0
0
0
0
153
3
69
45
36
0
0
406
88
111
166
41
0
0
637
183
14
265
175
0
0
344
61
39
116
128
0
0
150
24
21
53
52
0
0
256
81
51
36
88
0
0
228
55
0
91
82
0
0
232
59
0
78
95
0
0
263
0
0
0
0
20
243
206
0
0
0
0
3
203
72
0
0
0
0
4
68
300
0
0
0
0
75
225
228
0
0
0
0
108
120
220
0
0
0
0
41
179
80
80
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
ACH1M21B05 A/T
29
29
0
0
0
0
0
ACH1M21B05S
14
14
0
0
0
0
0
ACB2J21B02 A/T ACB2J22B03 A/T ACF1L21B06 A/T BC ACF1L21B06 A/T HW ACF1L21B06 A/T KC ACF1L21B06 A/T MK ACF1L21B06S A/T BC ACF1L21B06S A/T CR ACF1L21B06S A/T HM
Scoopy Series
ACF1L21B06S A/T MH C1C02N16M2 A/T HF C1C02N16M2 A/T KC C1C02N16M2 A/T LS C1C02N16M2S A/T HP C1C02N16M2S A/T MP C1C02N16M2S A/T WH ACH1M21B04A A/T
Beat CW FI
ACH1M21B04S A/T
Beat CBS FI
A/T
BAB IV-PENGOLAHAN DATA
Jenis Motor
IV-3
Tipe Motor
TOT
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
AFP12W21C03
14
0
0
0
14
0
0
389
165
82
109
15
18
0
803
101
169
143
120
270
0
525
40
25
35
0
162
263
2666
630
698
605
634
50
49
6233
3061
879
998
662
208
425
CB150RC IN M/T
0
0
0
0
0
0
0
CB15A1RRF M/T
0
0
0
0
0
0
0
CB15A1RRF1 M/T
1012
590
267
15
53
87
0
CB15A1RRF2 M/T
331
182
88
0
26
35
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
15
0
0
15
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
CBR250RF IN M/T
0
0
0
0
0
0
0
CB 500
CB500XAF ED
8
0
0
0
0
0
8
CB 650
CB650FAE ED
1
0
0
0
0
0
1
M/T Blade Series
AFP12W21C08 M/T AFP12W21C08A M/T AFX12U21C07 M/T
Supra X 125
AFX12U21C08 M/T
Vario 110
CB 150
ATI1I21B01 A/T
CBR250RAF 2IN M/T CBR250RAF 4IN M/T CBR250RAF 5IN CBR 250
M/T CBR250RF 2IN M/T CBR250RF 4IN M/T
New Techno
E1F02N11M2 A/T
9330
326
2090
1176
1954
1672
2112
125 Series
E1F02N12M2 A/T
5465
148
1156
928
1398
997
838
GL15B1CF1 M/T
2540
594
183
583
681
489
10
GL15B1DF1 M/T
164
38
65
21
22
17
1
GL15C21A07 M/T
392
115
101
50
2
80
44
K1H02N14L0 A/T
1812
0
1146
309
252
105
0
15211
1415
1497
2557
2977
2784
3981
0
0
0
0
0
0
0
205
90
115
0
0
0
0
Verza Series MegaPro
Techno 1500
K1H02N14L0M A/T
Beat Karburator Spacy
NC11BF1C A/T NC11D1CF2 A/T
BAB IV-PENGOLAHAN DATA
Jenis Motor Blade Series
Revo Series
Supra X 125 Helm-IN
IV-4
Tipe Motor
TOT
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
NF11C1CA M/T
0
0
0
0
0
0
0
NF11T11C01 M/T
3108
721
777
659
132
202
617
NF11T11C02 M/T
556
259
128
10
0
36
123
NF11T11C03 M/T
1126
196
296
109
79
137
309
NF13T13C01 M/T
0
0
0
0
0
0
0
NF13T13C02 M/T
0
0
0
0
0
0
0
NF13T11C03 M/T
0
0
0
0
0
0
0
296
32
66
68
98
21
11
1615
200
169
264
228
391
363
T5E02R11L0A M/T
942
140
138
183
166
168
147
T5E02R11L0B M/T
379
78
61
71
41
65
63
WWW150EXF IN
222
0
112
57
0
24
29
X1B02N04L0 A/T
42130
7436
3556
9759
5695
6622
9062
X1B02N04L0A A/T
5512
699
1127
1005
1121
785
775
X1B02R07L0 A/T
4408
1292
1378
422
747
0
569
Y1G02N02L0 A/T
13059
1593
1832
3574
1774
977
3309
2473
402
792
454
341
273
211
3595
451
1420
1088
579
57
0
133341
24590
20785
26117
20508
16983
24358
NF12A1CF3 M/T T5E02R11L0 M/T
CBR 150R
PCX Beat Sporty Series
Beat Pop Series
Y1G02N02L0A A/T Y1G02N15L0 A/T
TOTAL
Tabel IV.2 Data Jumlah Frekuensi yang Digolongkan per Tipe Unit Jenis Motor
Blade Series
Tipe Motor
TOT
AFP12W21C03 M/T
13
AFP12W21C08 M/T
293
AFP12W21C08A M/T
232
Jan
128
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
3
9
1
68
45
40
12
50
61
38
73
10
AFX12U21C07 M/T
27
5
8
6
5
2
1
AFX12U21C08 M/T
1046
225
196
171
92
181
181
Vario 110
ATI1I21B01 A/T
1842
358
348
251
262
319
304
SCOOPY
C1C02N16M2 A/T HF
137
64
73
C1C02N16M2 A/T KC
149
78
71
C1C02N16M2 A/T LS
42
3
39
C1C02N16M2S A/T HP
135
56
79
C1C02N16M2S A/T MP
122
58
64
C1C02N16M2S A/T WH
102
35
67
Supra X Series
BAB IV-PENGOLAHAN DATA
Jenis Motor
TOT
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
CB15A1RRF1 M/T
996
261
116
140
220
159
100
CB15A1RRF2 M/T
286
137
71
32
16
30
855
69
165
141
159
161
160
E1F02N12M2 A/T
995
86
240
170
202
179
118
GL15B1CF1 M/T
1076
242
123
147
206
197
161
GL15B1DF1 M/T
531
82
2
4
12
16
415
MegaPro
GL15C21A07 M/T
251
68
55
50
28
34
16
Techno 1500
K1H02N14L0 A/T
568
235
168
84
51
30
K1H02N14L0M A/T
971
163
162
162
162
158
164
NC11D1CF2 A/T
172
65
34
15
8
41
9
CB 150
CBR 250
Tipe Motor
IV-5
CBR250RF 4IN M/T
0
CBR250RF IN M/T
0
New Techno 125 E1F02N11M2 A/T
Series
Versa Series
Spacy Blade Series Revo Series
NF11C1CA M/T
1
1
NF11T11C01 M/T
873
193
148
185
159
186
2
NF11T11C02 M/T
317
138
51
70
26
31
1
NF11T11C03 M/T
799
206
116
130
110
126
111
304
70
41
20
19
43
111
T5E02R11L0 M/T
576
103
99
104
107
143
20
T5E02R11L0A M/T
372
45
61
67
68
58
73
T5E02R11L0B M/T
346
143
43
45
31
38
46
29
34
11
6
10
Supra X 125 NF12A1CF3 M/T
Helm-IN New CBR 150R
PCX
WWW150EXF IN
90 1333
251
244
104
243
245
246
X1B02N04L0A A/T
1188
133
231
227
185
214
198
X1B02R07L0 A/T
1699
462
271
279
188
261
238
Y1G02N02L0 A/T
974
161
162
163
162
162
164
Y1G02N02L0A A/T
873
155
206
119
140
166
87
1226
231
253
264
170
213
95
21812
4180
3828
3375
3156
3808
3466
Beat Sporty X1B02N04L0 A/T
Series
Beat Pop Series
Y1G02N15L0 A/T
2. Menjabarkan tipe KSU yang digunakan pada tiap tipe sepeda motor. Beberapa tipe sepeda motor dapat menggunakan tipe KSU yang sama. Seperti dapat dilihat pada Tabel IV.3.
BAB IV-PENGOLAHAN DATA
IV-6
Tabel IV.3Tipe KSU per Tipe Unit Sepeda Motor TIPE KSU TIPE MOTOR
Plat
Buku
No.
Service
AFP12W21C03 M/T Blade Series
AFP12W21C08 M/T AFP12W21C08A M/T
Blade Series
Helm
Ac cu
Tool Kit
Spion
TRX3
4V
KVY
K03S
TRX3
4V
KVY
K03S
TRX3
4V
KVY
K03S
Supra X
AFX12U21C07 M/T
Supra
TRX3
4V
SUPRA X
K03S
125
AFX12U21C08 M/T
X 125
TRX3
4V
125 FI
K03S
TRX3
4V
KVY
K25A
TRXS
6V
KVY
K16G BLACK
TRXS
6V
KVY
K16G KREM
TRXS
6V
KVY
K16G T-BL
TRXS
6V
KVY
K16G BLACK
TRXS
6V
KVY
K16G W-RD
TRXS
6V
KVY
K16G R-WH
TRXR
6V
TRXR
6V
CBR
CBR
6V
250
CBR
6V
TRX3
6V
Vario 110
Scoopy
ATI1I21B01 A/T
Vario 110
C1C02N16M2 A/T HF C1C02N16M2 A/T KC C1C02N16M2 A/T LS C1C02N16M2S A/T
Scoopy
HP C1C02N16M2S A/T MP C1C02N16M2S A/T WH CB15A1RRF1 M/T CB 150
CB15A1RRF2 M/T CBR250RF 4IN M/T
CBR 250
CB 150
CBR250RF IN M/T
CB 150
CBR250
K45A K45A K45A K45A
New E1F02N11M2 A/T
Techno
New
125
Techno
Series
125
New
Series
E1F02N12M2 A/T
Techno 125 Series
KZRA TECHNO 125 FI
TRX3
6V
KZRA
BAB IV-PENGOLAHAN DATA
IV-7
TIPE KSU TIPE MOTOR
GL15B1CF1 M/T Versa Series
Mega Pro
GL15B1DF1 M/T
GL15C21A07 M/T
K1H02N14L0 A/T Techno 1500
Spacy Blade Series
K1H02N14L0M A/T
NC11D1CF2 A/T
NF11C1CA M/T
NF11T11C01 M/T Revo Series
NF11T11C02 M/T
NF11T11C03 M/T
NF12A1CF3 M/T
Helm-IN
150R
No
Service Versa Series Versa Series Mega Pro Techno 1500 Techno 1500 Spacy Blade Series Revo Series Revo Series Revo Series
T5E02R11L0A M/T
T5E02R11L0B M/T
X 125 Helm-
Ac cu
Tool Kit
Spion
TRXR
5V
TRXR
5V
TRXR
5S
TRX3
6V
TRX3
6V
TRX3
4V
TRX3
4V
KVY
K03S
TRX3
4V
KVY
K03S
TRX3
4V
KVY
K03S
TRX3
4V
KVY
K03S
TRX3
4V
CBR
TRX3
150R
CBR
CBR
TRX3
150R
CBR
CBR
TRX3
150R
CBR
PCX
WWW150EXF IN
PCX
Beat
X1B02N04L0 A/T
Beat
Sporty
Helm
VERSA SERIES
MEGA PRO FI
TECHNO 1500
SPACY FI
K18A
K18A
GLS
KZRA
KZRA
KZLG
SUPRA X HELM IN
NF100T
IN T5E02R11L0 M/T
New CBR
Buku
Supra
Supra X 125
Plat
X1B02N04L0A A/T
TRX3
6V
K45A NEW
6V
CBR
K45A
150R 6V
K45A
6V
PCX
K36J
TRX3
4V
KVY
K25A
Sporty
TRX3
4V
KVY
K25A
Series
TRX3
6V
KVY
K25A
PCX
Series
X1B02R07L0 A/T
Beat Pop
Y1G02N02L0 A/T
TRX3
4V
KVY
K61A
Y1G02N02L0A A/T
TRX3
4V
KVY
K61A
Series
BAB IV-PENGOLAHAN DATA
IV-8
Beat Y1G02N15L0 A/T
Pop
TRX3
6V
KVY
K61A
Series
3. Mengurutkan tipe sepeda motor yang disimpan saat ini. 4. Menghitung data total jumlah unit sepeda motor yang masuk dan mengurutkannya dari yang terbesar ke yang terkecil, seperti pada Tabel IV.4. Tabel IV.4 Urutan Total Unit Masuk Jenis Unit Beat Sporty Series Techno 1500 Beat Pop Series New Techno 125 Series Vario 110 Beat Sporty Series Jenis Unit New Techno 125 Series Beat Sporty Series
Tipe Unit X1B02N04L0 A/T K1H02N14L0M A/T Y1G02N02L0 A/T E1F02N11M2 A/T ATI1I21B01 A/T X1B02N04L0A A/T Tipe Unit E1F02N12M2 A/T
X1B02R07L0 A/T
Total
42130
Jenis Unit Supra X 125
15211
MegaPro
13059
Blade Series New CBR
9330
150R
6233
CB 150
5512 Total
SCOOPY Jenis Unit Supra X 125
5465
4408
Helm-IN
Tipe Unit AFX12U21C07 M/T
Total
525
GL15C21A07 M/T
392
AFP12W21C08 M/T
389
T5E02R11L0B M/T CB15A1RRF2 M/T C1C02N16M2S A/T HP Tipe Unit NF12A1CF3 M/T
379 331
300 Total
296
SCOOPY
C1C02N16M2 A/T HF C1C02N16M2S A/T MP
228
WWW150EXF IN
222
263
Beat Pop Series
Y1G02N15L0 A/T
3595
SCOOPY
Revo Series
NF11T11C01 M/T
3108
PCX
Supra X 125
AFX12U21C08 M/T
2666
SCOOPY
C1C02N16M2S A/T WH
220
Versa Series
GL15B1CF1 M/T
2540
SCOOPY
C1C02N16M2 A/T KC
206
Y1G02N02L0A A/T
2473
Spacy
NC11D1CF2 A/T
205
GL15B1DF1 M/T
164
Beat Pop Series Techno 1500
K1H02N14L0 A/T
1812
Versa Series
New CBR 150R
T5E02R11L0 M/T
1615
SCOOPY
Revo Series
NF11T11C03 M/T
1126
CB 150
CB15A1RRF1 M/T
New CBR 150R
C1C02N16M2 A/T LS
72
Blade Series
AFP12W21C03 M/T
14
1012
CBR 250
CBR250RF 4IN M/T
0
T5E02R11L0A M/T
942
CBR 250
CBR250RF IN M/T
0
Blade Series
AFP12W21C08A M/T
803
Blade Series
NF11C1CA M/T
0
Revo Series
NF11T11C02 M/T
556
127802
5. Menghitung data total jumlah frekuensi sepeda motor yang keluar per bulan per jenis sepeda motor. Lalu mengurutkannya dari yang terbesar ke yang terkecil, seperti pada Tabel IV.5.
BAB IV-PENGOLAHAN DATA
IV-9
6. Urutan jumlah yang diperoleh disusun sesuai tipe KSU yang disimpan pada bulan Juni, seperti dapat dilihat pada Tabel IV.6. 7. Seluruh tipe KSU yang sama disatukan dan dijumlahkan untuk mencegah terjadinya pengulangan. Tabel IV.5Urutan Total Frekuensi Unit Keluar TIPE UNIT
JENIS UNIT
TOTAL
Vario 110
ATI1I21B01 A/T
1842
Beat Sporty Series
X1B02R07L0 A/T
1699
Beat Sporty Series
X1B02N04L0 A/T
1333
Beat Pop Series
Y1G02N15L0 A/T
1226
Beat Sporty Series
X1B02N04L0A A/T
1188
Versa Series
GL15B1CF1 M/T
1076
Supra X Series
AFX12U21C08 M/T
1046
CB 150
CB15A1RRF1 M/T
996
New Techno 125 Series
E1F02N12M2 A/T
995
Beat Pop Series
Y1G02N02L0 A/T
974
Techno 1500
K1H02N14L0M A/T
971
Revo Series
NF11T11C01 M/T
873
Beat Pop Series
Y1G02N02L0A A/T
873
New Techno 125 Series
E1F02N11M2 A/T
855
Revo Series
NF11T11C03 M/T
799
New CBR 150R
T5E02R11L0 M/T
576
Techno 1500
K1H02N14L0 A/T
568
Versa Series
GL15B1DF1 M/T
531
New CBR 150R
T5E02R11L0A M/T
372
New CBR 150R
T5E02R11L0B M/T
346
Revo Series
NF11T11C02 M/T
317
Supra X 125 Helm-IN
NF12A1CF3 M/T
304
Blade Series
AFP12W21C08 M/T
293
CB 150
CB15A1RRF2 M/T
286
MegaPro
GL15C21A07 M/T
251
Blade Series
AFP12W21C08A M/T
232
Spacy
NC11D1CF2 A/T
172
SCOOPY
C1C02N16M2 A/T KC
149
BAB IV-PENGOLAHAN DATA
TIPE UNIT
IV-10
JENIS UNIT
TOTAL
SCOOPY
C1C02N16M2 A/T HF
137
SCOOPY
C1C02N16M2S A/T HP
135
SCOOPY
C1C02N16M2S A/T MP
122
SCOOPY
C1C02N16M2S A/T WH
102
PCX
WWW150EXF IN
90
SCOOPY
C1C02N16M2 A/T LS
42
Supra X Series
AFX12U21C07 M/T
27
Blade Series
AFP12W21C03 M/T
13
Blade Series
NF11C1CA M/T
1
CBR 250
CBR250RF 4IN M/T
0
CBR 250
CBR250RF IN M/T
0 21813
Tabel IV.6Contoh KSU yang Digolongkan sesuai dengan Urutan Jumlah Unit JENIS
TIPE
TOT
ACCU
Blade Series
AFP12W21C03 M/T
13
4V
Blade Series
AFP12W21C08 M/T
293
4V
Blade Series
AFP12W21C08A M/T
232
4V
Supra X Series
AFX12U21C07 M/T
27
4V
Supra X Series
AFX12U21C08 M/T
1046
4V
Vario 110
ATI1I21B01 A/T
1842
4V
SCOOPY
C1C02N16M2 A/T HF
137
6V
SCOOPY
C1C02N16M2 A/T KC
149
6V
SCOOPY
C1C02N16M2 A/T LS
42
6V
SCOOPY
C1C02N16M2S A/T HP
135
6V
SCOOPY
C1C02N16M2S A/T MP
122
6V
SCOOPY
C1C02N16M2S A/T WH
102
6V
CB 150
CB15A1RRF1 M/T
996
6V
CB 150
CB15A1RRF2 M/T
286
6V
CBR 250
CBR250RF 4IN M/T
0
6V
CBR 250
CBR250RF IN M/T
0
6V
New Techno 125 Series
E1F02N11M2 A/T
855
6V
New Techno 125 Series
E1F02N12M2 A/T
995
6V
Versa Series
GL15B1CF1 M/T
1076
5V
Versa Series
GL15B1DF1 M/T
531
5V
MegaPro
GL15C21A07 M/T
251
5S
Techno 1500
K1H02N14L0 A/T
568
6V
BAB IV-PENGOLAHAN DATA
IV-11
JENIS
TIPE
TOT
ACCU
Techno 1500
K1H02N14L0M A/T
971
6V
Spacy
NC11D1CF2 A/T
172
4V
Blade Series
NF11C1CA M/T
1
4V
Revo Series
NF11T11C01 M/T
873
4V
Revo Series
NF11T11C02 M/T
317
4V
Revo Series
NF11T11C03 M/T
799
4V
Supra X 125 Helm-IN
NF12A1CF3 M/T
304
4V
New CBR 150R
T5E02R11L0 M/T
576
6V
New CBR 150R
T5E02R11L0A M/T
372
6V
New CBR 150R
T5E02R11L0B M/T
346
6V
PCX
WWW150EXF IN
90
6V
Beat Sporty Series
X1B02N04L0 A/T
1333
4V
Beat Sporty Series
X1B02N04L0A A/T
1188
4V
Beat Sporty Series
X1B02R07L0 A/T
1699
6V
Beat Pop Series
Y1G02N02L0 A/T
974
4V
Beat Pop Series
Y1G02N02L0A A/T
873
4V
Beat Pop Series
Y1G02N15L0 A/T
1226
6V
21813
IV.2.1 Analisis ABC Menurut Jumlah Setelah mendapatkan total data transaksi keluar per tipe sepeda motor per tipe KSU, maka perhitungan klasifikasi ABC dapat dilakukan dengan cara:
Klasifikasi A KSU yang dikategorikan dalam kelompok A adalah KSU yang total kumulasi transaksinya mencapai 80% dari total seluruh transaksi selama 6 periode sehingga rumus klasifikasi A = 80%*transaksi keluar seluruh KSU
Klasifikasi B KSU yang dikategorikan dalam kelompok B adalah KSU yang total kumulasi transaksinya mencapai 15% dari total seluruh transaksi selama 6 periode sehingga rumus klasifikasi C = 15%*transaksi keluar seluruh KSU
Klasifikasi C KSU yang dikategorikan dalam kelompok C adalah KSU yang total kumulasi transaksinya hanya sebesar 5% dari total seluruh transaksi selama 6 periode sehingga rumus klasifikasi C = 5%*transaksi keluar seluruh KSU
BAB IV-PENGOLAHAN DATA
IV-12
Berdasarkan Tabel IV.4, total unit yang masuk sejumlah 127.802 unit. Jumlah tersebut sama dengan jumlah masing-masing tipe KSU yang masuk dari PT. AHM. Setiap tipe yang sama akan dijumlahkan. Klasifikasi ABC per tipe KSU akan digolongkan menjadi: Tabel IV.7 Klasifikasi ABC Berdasarkan Jumlah F
ACCU
A
4V
B
F
SPION
79095
A
K25A
58283
A
6V
45611
A
KZRA
31818
A
Beat Pop Series
19127
C
5V
2704
A
K61A
19127
A
Techno 1500
17023
C
5S
392
B
K03S
9187
A
127802
B
K45A
4279
B
Vario 110
6233
C
K18A
2704
B
Revo Series
4790
TOT
C
K16G BLACK
563
C
119704
C
GLS
392
C
CBR 150R
2936
F
TOOL SET
TOT
TOT
F
BUKU SERVICE Beat Sporty Series
New Techno 125 Series
Supra X 125 Helm-IN
TOT 52050
14795
3191
KVY, TECHNO A
125, TECHNO 150, SUPRA 125 FI
B
NEW CBR 150R
2936
C
NF100T
296
B
Versa Series
2704
C
VERSA SERIES
2704
C
K16G W-RD
228
C
CB 150
1343
C
CB 150
1343
C
K36J
222
C
SCOOPY
1289
C
MEGA PRO FI
392
C
K16G R-WH
220
C
Blade Series
1206
C
SUPRA X HELM IN
296
C
K16G KREM
206
C
MegaPro
392
C
PCX
222
C
KZLG
205
B
Supra X 125
296
C
SPACY FI
205
C
K16G T-BL
72
C
PCX
222
127802
C
Spacy
205
C
CBR 250
127802
F
HELM
TOT
F
PLAT NOMOR
TOT
A
TRX3
118916
A
PLAT NOMOR
127802
B
TRXR
4439
C
CBR
2936
C
TRXS
1289
C
PCX
222 127802
0 127802
BAB IV-PENGOLAHAN DATA
IV-13
IV.2.2 Analisis ABC Menurut Frekuensi Data frekuensi unit yang dikeluarkan yang diperoleh akan diasumsikan keluar satu hari satu kali per unit, berapapun jumlah delivery ordernya. Seluruh data dijumlah secara kumulatif dan diklasifikasikan menjadi klasifikasi A, B, dan C yang masing-masingnya merupakan jumlah dari 1/3 total pengeluaran. Total pengeluaran adalah 8118 KSU. Klasifikasi frekuensi 1/3 merupakan hasil pembagian dari 6 periode dari data yang diambil. Hasil klasifikasi dapat terlihat pada Tabel IV.8. Tabel IV.8Klasifikasi ABC Berdasarkan Frekuensi F
HELM
TOT
F
BUKU SERVICE Beat Sporty
TOT
F
SPION
TOT
4220
A
K25A
6062
A
TRX3
16601
A
B
TRXR
3140
B
Beat Pop Series
3073
A
K03S
3601
B
CBR
1294
B
Revo Series
1989
B
KZRA
3389
B
TRXS
687
B
1850
B
K61A
3073
B
PCX
90
C
Vario 110
1842
B
K45A
2576
21812
C
Versa Series
1607
C
K18A
1607
TOT
C
Techno 1500
1539
C
NF100T
304
ACCU
Series
New Techno 125 Series
A
4V
10287
C
New CBR 150R
1294
C
K16G BLACK
272
B
6V
9667
C
CB 150
1282
C
GLS
251
C
5V
1607
C
Supra X Series
1073
C
KZLG
172
C
5S
251
C
SCOOPY
687
C
K16G KREM
149
21812
C
Blade Series
539
C
K16G W-RD
122
TOT
C
304
C
K16G R-WH
102
16812
C
MegaPro
251
C
K36J
90
C
K16G T-BL
42
F
TOOL KIT
Supra X 125 Helm-IN
KVY, TECHNO A
125, TECHNO 150, SUPRA 125 FI
B
VERSA SERIES
1607
C
Spacy
172
B
NEW CBR 150R
1294
C
PCX
90
B
CB 150
1282
C
CBR 250
B
SUPRA X HELM IN
304
B
MEGA PRO FI
251
B
SPACY FI
172
B
PCX
90 21812
21812
0
F
21812
A
TOT PELAT NO
21812
BAB IV-PENGOLAHAN DATA
IV-14
IV.2.3 Analisis ABC Menurut Jumlah dan Frekuensi Kedua klasifikasi berdasarkan jumlah unit dan jumlah frekuensi, dapat digabungkan menjadi satu. Klasifikasi frekuensi diletakan paling pertama, karena menggolongkan seberapa sering unit itu keluar. Sementara klasifikasi jumlah diletakan setelahnya untuk menunjukkan seberapa sering unit tersebut masuk. Keduanya membantu melihat kepentingan unit. Tabel IV.9 Klasifikasi ABC Berdasarkan Frekuensi dan Jumlah F
J
HELM
F
J
SPION
F
J
BUKU SERVICE
A
A
TRX3
A
A
K25A
A
A
Beat Sporty Series
B
B
TRXR
A
B
K03S
B
A
Beat Pop Series
B
C
CBR
B
A
KZRA
B
B
Revo Series
B
C
TRXS
B
A
K61A
B
A
B
C
PCX
B
B
K45A
C
B
Vario 110
C
C
K18A
C
B
Versa Series
New Techno 125 Series
F
J
ACCU
C
C
NF100T
C
A
Techno 1500
A
A
4V
C
C
K16G BLACK
C
C
CBR 150R
B
B
6V
C
C
GLS
C
C
CB 150
C
C
5V
C
C
KZLG
C
B
Supra X 125
C
C
5S
C
C
K16G KREM
C
C
SCOOPY
C
C
K16G W-RD
C
C
Blade Series
C
C
K16G R-WH
C
C
C
C
K36J
C
C
MegaPro
C
C
K16G T-BL
C
C
Spacy
C
C
PCX
C
C
CBR 250
F
J
TOOL KIT
A
A
B
C
VERSA SERIES
B
B
NEW CBR 150R
B
C
CB 150
F
J
PELAT NO
B
C
SUPRA X HELM IN
A
A
Pelat Nomor
B
C
MEGA PRO FI
B
C
SPACY FI
B
C
PCX
KVY, TECHNO 125, TECHNO 1500, SUPRA 125 FI
Supra X 125 HelmIN
BAB IV-PENGOLAHAN DATA
IV.3
IV-15
Safety Stock (SS) Safety Stock merupakan stok untuk persiapan menghadapi permintaan yang
berfluktuasi. Safety Stock membantu mengurangi resiko yang mungkin terjadi, contohnya lost sales. Safety Stock dapat dihitung dengan langkah-langkah berikut: a. Hitung standar deviasi dari total demand per tipe KSU dengan rumus IV.1.
(IV.1) Keterangan : s:
standard deviation
xi: data yang diketahui rata-rata (mean) n:
jumlah data
b. Mengetahui rata-rata lead time perusahaan c. Menentukan Service level pada perusahaan d. Menghitung Safety Stock (SS) dengan rumus IV.2
(IV.2) Keterangan: SS : Safety Stock Lt : lead time 𝝈D : standard deviation demand
BAB IV-PENGOLAHAN DATA
IV-16
IV.3.1 Safety Stock KSU Safety Stock dihitung untuk menentukan jumlah tiap jenis KSU yang harus disimpan per periode (hari) dengan tujuan memenuhi demand rata-rata harian (Tabel IV.10). Dibutuhkan data tambahan sebagai berikut untuk menghitung Safety Stock:
Rata-rata lead time perusahaan adalah 1 hari (inbound)
Service level perusahaan mencapai 99%, dengan Z=2,33 (Z diperoleh dari Tabel IV.11 Tabel IV.10 Safety Stock KSU Harian
F
J
TOOL KIT
A
A
KVY
B
C
B
SS
F
J
SPION
4573
A
A
K25A
VERSA SERIES
108
A
B
B
NEW CBR 150R
141
B
B
C
CB 150
114
B
C
SUPRA X HELM IN
B
C
B B
F
J
BUKU SERVICE
1978
A
A
Beat Sporty Series
K03S
408
B
A
Beat Pop Series
A
KZRA
1287
B
B
Revo Series
B
A
K61A
628
B
A
46
B
B
K45A
255
C
B
Vario 110
285
MEGA PRO FI
26
C
C
K18A
108
C
B
Versa Series
108
C
SPACY FI
10
C
C
NF100T
46
C
A
Techno 1500
673
C
PCX
33
C
C
K16G BLACK
117
C
C
CBR 150R
140
5051
C
C
GLS
26
C
C
CB 150
114
C
C
KZLG
10
C
B
Supra X 125
155 272
SS
SS
New Techno 125 Series
F
J
HELM
A
A
TRX3
4357
C
C
K16G KREM
46
C
C
SCOOPY
B
B
TRXR
248
C
C
K16G W-RD
44
C
C
Blade Series Supra X 125
SS 628 1693 169
614
84
B
C
CBR
141
C
C
K16G R-WH
43
C
C
B
C
TRXS
272
C
C
K36J
33
C
C
MegaPro
26
B
C
PCX
33
C
C
K16G T-BL
22
C
C
Spacy
10
5051
C
C
PCX
33
C
C
CBR 250
5051 F
J
ACCU
SS
A
A
4V
2653
B
B
6V
2264
C
C
5V
108
C
C
5S
26 5051
F
J
PELAT NO
A
A
Pelat Nomor
SS 5051
Helm-IN
46
1 5051
Tabel IV.11 Service Level
IV.4
Usulan Layout Berdasarkan Klasifikasi ABC Klasifikasi ABC telah dilakukan dan menghasilkan urutan tipe KSU.
Perhitungan Safety Stock juga telah diperoleh. Hal ini membantu perbaikan tata letak yang dapat diterapkan pada tempat penyimpanan KSU. Seperti terlihat pada Gambar IV.1, terdapat beberapa area penyimpanan tipe KSU. Sementara pada Gambar IV.2 terdapat usulan perubahan yang didasari atas klasifikasi ABC. Perubahan tata letak KSU yang diusulkan untuk diterapkan adalah sebagai berikut: 1. Area admin KSU a1
a2
a3
a4
a5
a6
a19
a20
a21
a22
a23
a24
a7
a8
a9
a10
a11
a12
a25
a26
a27
a28
a29
a30
a13
a14
a15
a16
a17
a18
a31
a32
a33
a34
a35
a36
b1
b2
b3
b4
b5
b6
b19
b 20
b21
b22
b23
b24
b7
b8
b9
b10
b11
b12
b25
b26
b27
b28
b29
b30
b13
b14
b15
b16
b17
b18
b31
b32
b33
b34
b35
b36
Gambar IV.1 Kolom Rak Buku Service
BAB IV-PENGOLAHAN DATA
IV-18
Kolom rak buku yang disimpan sebelumnya tidak teratur tiap jenisnya. Kolom terbagi atas matic (kolom a), sport, dan bebek (kolom b). Masing-masing kolom diurutkan sebagai berikut: Tabel IV.12 Usulan Perubahan Peletakan Buku Service Suggest
Keterangan
Beat Sporty Series
Kolom a1-a6
Beat Pop Series
Kolom a7-a12
New Techno 125 Series
Kolom a19-a24
Scoopy
Kolom a25-a27
Techno 1500
Kolom a28-a30
Vario 110
Kolom a13-a15
Spacy
Kolom a16-a17
PCX
Kolom a18
CBR 150R
Kolom b1-b6
Revo Series
Kolom b7-b12
CB 150
Kolom b19-b21
Blade Series
Kolom b22-b24
Supra X Series
Kolom b25-b27
Versa Series
Kolom b28-b30
MegaPro
Kolom b31-b32
Supra X 125 Helm-IN
Kolom b33-b34
CBR 250
Kolom b35
Gambar IV.2 Layout Area Buku Service dan Admin KSU
2. Area spion Spion ditempatkan pada rak seperti terdapat pada Gambar IV.2. Pada satu rak penyimpanan terdapat 2 sekat pembatas untuk membatasi kolom 1 dan 2, serta kolom 2 dan 3. Perubahan peletakan dapat dilakukan seperti pada Tabel IV.13.
BAB IV-PENGOLAHAN DATA
IV-19
a1 a2 a3 Gambar IV.3 Kolom Rak Spion Tabel IV. 13 Usulan Perubahan Peletakan Spion Suggest
Keterangan
K25A
Kolom a
K03S
Kolom c
KZRA
Kolom d
K61A
Kolom e
K45A
Kolom f
K18A
Kolom g
Scoopy K16G Black
Kolom h1
K16G Krem
Kolom h2
K16G W-RD
Kolom h2
K16G R-WH
Kolom h3
K16G T-BL
Kolom h3
GLS
Kolom i
NF100T
Kolom j1
K2LG
Kolom j2
K36J
Kolom j3
Awal
BAB IV-PENGOLAHAN DATA
IV-20
Usulan Gambar IV.3 Usulan Layout Area Spion (4) dan Tool Kit (5)
3. Area tool kit Tool kit yang sebelumnya tidak dimasukkan kedalam keranjang penyiapan, sebaiknya dimasukan kedalam keranjang sebelum penyiapan. Sementara plat nomor yang akan disatukan dengan tool kit diletakan pada palet dekat dengan area tool kit untuk mempermudah proses penyiapan. Pada kolong meja dapat disimpan dus tool kit yang merupakan Safety Stock. a
a
a
Gambar IV.4 Meja dan Keranjang Tool Set
Tabel IV.14 Usulan Perubahan Peletakan Tool Kit KVY, Techno 125,
Kolom a
Techno 1500, Supra 125 CBR 150R
Kolom b
CB 150
Kolom c
Versa Series
Kolom d
BAB IV-PENGOLAHAN DATA
IV-21
MegaPro
Kolom e
Supra
Kolom f
Spacy
Kolom g
PCX
Kolom h
4. Temporary area (Gambar IV.5, nomor 9) digunakan sebagai tempat penyimpanan plat nomor (Gambar IV.5, nomor 7). Dus plat nomor akan ditumpuk pada palet. Sebagian dari palet yang akan disiapkan bersamaan dengan tool kit, akan diletakan di area tool kit.
Awal
Usulan
Gambar IV.5 Usulan Layout Area Plat Nomor
5. Area penyimpanan plat nomor awal (Gambar IV.6, nomor 7) akan digunakan untuk menyimpan helm TRX-R (Gambar IV.6 e).
Awal
Usulan
Gambar IV.6 Usulan Layout Area Helm TRX-R
BAB IV-PENGOLAHAN DATA
Gambar IV.7 Layout Awal KSU
IV-22
BAB IV-PENGOLAHAN DATA
IV-23
Gambar IV.8 Usulan Perubahan Layout KSU
IV.5
Perubahan Setelah Usulan Diterapkan Perubahan tata letak setelah penerapan usulan yang diberikan menghasilkan
peningkatan persentase penyiapan unit yang dilakukan oleh tim ekspedisi. Data yang diperoleh pada bulan Mei 2015 terdapat 14.349 unit yang disiapkan dari 23.289 unit DO. Persentasenya adalah 62%. Sementara data penyiapan unit yang diperoleh bulan Juni 2015 seluruh total DO sejumlah 19.532 unit dapat disiapkan. Persentase penyiapan meningkat 36% dari bulan Mei 2015. Hal ini menunjukan bahwa usulan perubahan tata letak memberikan dampak efektifitas terhadap penyiapan unit.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1
Kesimpulan Dari keseluruhan analisis ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Klasifikasi ABC telah dihitung terhadap KSU dan menghasilkan pengelompokan sebagai berikut:
Tabel V.1 Tabel Klasifikasi ABC Berdasarkan Jumlah dan Frekuensi F
J
TOOL KIT
F
J
SPION
F
J
BUKU SERVICE
A
A
KVY
A
A
K25A
A
A
Beat Sporty Series
B
C
VERSA SERIES
A
B
K03S
B
A
Beat Pop Series
B
B
NEW CBR 150R
B
A
KZRA
B
B
Revo Series
B
C
CB 150
B
A
K61A
B
A
New Techno 125 Series
B
C
SUPRA X HELM IN
B
B
K45A
C
B
Vario 110
B
C
MEGA PRO FI
C
C
K18A
C
B
Versa Series
B
C
SPACY FI
C
C
NF100T
C
A
Techno 1500
B
C
PCX
C
C
K16G BLACK
C
C
CBR 150R
C
C
GLS
C
C
CB 150
F
J
HELM
C
C
KZLG
C
B
Supra X 125
A
A
TRX3
C
C
K16G KREM
C
C
SCOOPY
B
B
TRXR
C
C
K16G W-RD
C
C
Blade Series
B
C
CBR
C
C
K16G R-WH
C
C
Supra X 125 Helm-IN
B
C
TRXS
C
C
K36J
C
C
MegaPro
B
C
PCX
C
C
K16G T-BL
C
C
Spacy
C
C
PCX
C
C
CBR 250
F
J
ACCU
F
J
PELAT NO
A
A
4V
A
A
Pelat Nomor
B
B
6V
C
C
5V
C
C
5S
BAB V-KESIMPULAN DAN SARAN
V-2
Hasil perhitungan ABC membantu mengatur urutan peletakan KSU. KSU yang memiliki klasifikasi AA akan diletakan dekat dengan jangkauan pekerja, seperti dijelaskan pada Tabel V.1. Hal ini membantu mengurangi jarak jangkauan pekerja, sehingga waktu penyiapan akan lebih cepat dan jarang terjadi kelelahan akibat gerakan berulang. Layout KSU yang diterapkan saat ini sudah mendekati urutan dari hasil klasifikasi, sehingga perubahan yang diusulkan dapat diterapkan dengan mudah. Seluruh perubahan harus dikomunikasikan terlebih dahulu dengan para pekerja. Tabel V.2 Usulan Perubahan Penyimpanan Jenis KSU BUKU
Before Matic
Bebek&Sport
SPION
Suggest
Keterangan
Matic: Beat Sporty Series
Kolom a1-a6
Beat Pop Series
Kolom a7-a12
New Techno 125 Series
Kolom a19-a24
Scoopy
Kolom a25-a27
Techno 1500
Kolom a28-a30
Vario 110
Kolom a13-a15
Spacy
Kolom a16-a17
PCX
Kolom a18
Bebek&Sport: CBR 150R
Kolom b1-b6
Revo Series
Kolom b7-b12
CB 150
Kolom b19-b21
Blade Series
Kolom b22-b24
Supra X Series
Kolom b25-b27
Versa Series
Kolom b28-b30
MegaPro
Kolom b31-b32
Supra X 125 Helm-IN
Kolom b33-b34
CBR 250
Kolom b35
K25A
K25A
Kolom a
K61A
K03S
Kolom c
Scoopy
KZRA
Kolom d
GLS
K61A
Kolom e
K45A
K45A
Kolom f
BAB V-KESIMPULAN DAN SARAN
Jenis KSU
Before
Suggest
K03S
K18A
KZRA
Scoopy
K18A
TOOL KIT
V-3
Keterangan Kolom g
K16G Black
Kolom h1
K16G Krem
Kolom h2
K16G W-RD
Kolom h2
K16G R-WH
Kolom h3
K16G T-BL
Kolom h3
GLS
Kolom i
NF100T
Kolom j1
K2LG
Kolom j2
K36J
Kolom j3
KVY
Kolom a
CBR 150
CBR 150R
Kolom b
Spacy
CB 150
Kolom c
MegaPro
Versa Series
Kolom d
Supra FI
MegaPro
Kolom e
Versa
Supra
Kolom f
Spacy
Kolom g
PCX
Kolom h
KVY, Techno 125, Techno 1500, Supra 125
Temporary Area
Area plat motor
Area plat motor
Helm TRX-R
2. Safety Stock dihitung untuk membantu menentukan jumlah unit KSU yang harus disimpan untuk memenuhi rata-rata demand setiap harinya. Safety Stock juga membantu operator untuk berjaga-jaga atas DO yang berfluktuasi, seperti dapat dilihat pada Tabel IV.10. 3. Perubahan yang diusulkan diterapkan, dan menghasilkan peningkatan 36% untuk penyiapan unit antara bulan Mei dan Juli 2015. Perbaikan terhadap peletakan yang diusulkan belum disertai dengan penerapan penyimpanan sejumlah Safety Stock yang dihitung.
BAB V-KESIMPULAN DAN SARAN
V.2
V-4
Saran Dari hasil usulan perubahan, masih terdapat beberapa perbaikan yang dapat
dilakukan, yaitu: 1. Karena perubahan trend yang harus dilakukan setiap 6 bulan, maka perhitungan ini dapat diulang kembali per 6 bulan. 2. Analisis peletakan dus dengan memperhatikan dimensi dus yang digunakan tiap KSU akan membantu menghemat tempat penyimpanan. 3. Dalam analisis ini tidak dibahas bahwa proses penyiapan yang dilakukan oleh operator tidak berurutan dan seringkali tim ekspedisi salah mengambil trolley yang sudah disiapkan operator. Banyak gerakan yang tidak efektif, pengambilan yang tidak sesuai dengan picking list, komunikasi yang kurang, hal tersebut dapat dianalisis untuk diperbaiki. Perbaikan dilakukan untuk mempersingkat waktu penyiapan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bahagia, Senator Nur. 2006. Sistem Inventori. Bandung: Penerbit ITB. 2. Binnendijk, Hans. 2002. Transforming America’s Military. Washington, D.C.: National Defense University Press. 3. Bowersox J, Donald. 2006. Manajemen Logistik, Alih Bahasa Drs. A. Hasymi Ali. Jilid Satu, Cetakan Kelima. Jakarta: Bumi Aksara. 4. Cahyaningtyas, A., Setiawan. 2014. Pemodelan dan Peramalan Penjualan Sepeda Motor Honda di Surabaya dengan ARIMAX Variasi Kalender. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November. 5. Fogarty,et al. 1991. Production and Inventory Management 2nd ed. Cincinnati: South-Western Publishing Company. 6. Frazelle, Edward. 2002. World-Class Warehousing and Material Handling. United States: The McGraw-Hill Companies, Inc. 7. Goetschalckx, Mark, Gu, Jinxiang, and McGinnis, Leon F. 2010. Research on Warehouse Design and Performance Evaluation: A Comprehensive Review. European Journal of Operational Research 203, 539–549. 8. Heragu, Sunderesh S. 2006. Facilities Design 2nd ed. United States: Sundaresh Heragu. 9. Hugos, Michael. 2006. Essentials of Supply Chain Management 2nd edition. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. 10. Koch, Richard .2001. The Natural Laws of Business. New York: Doubleday. 11. Lembito, Hoetomo. 2014. UTS Training and Consulting”Inventory Management and Demand Planning”, Jakarta. 12. Priyambodo, B. 2001. Manajemen Farmasi Industri, Yogyakarta: Global Pustaka Utama. 13. Stock, James R., Douglas M. Lambert. 2014. Strategic Logistic Management 4th edition. New York: McGraw- Hill Companies Inc.
xii
14. Susanti, Angelin. 2014. Usulan Tata Letak Gudang PT X Menggunakan Metode ABC. Bandung: Departemen Teknik Industri Institut Teknologi Harapan Bangsa. 15. Yolanawati, Marla. 2014. Usulan Tata Letak Gudang Menggunakan Metode ABC pada PT. X. Bandung: Departemen Teknik Industri Institut Teknologi Harapan Bangsa.
LAMPIRAN A DOKUMENTASI
Area Trolley
Area Admin KSU
xiii
Lemari Buku dan Contoh Buku Service
Palet Penyimpanan Accu
Dus Accu Satuan
Lemari Spion
Area Tool Set
Meja Penyiapan Tool Set
Area Helm
Unit yang Sudah Disiapkan
LAMPIRAN B DATA PENYIAPAN UNIT
Data penyiapan unit bulan Mei 2015
xiv
Data penyiapan unit bulan Juli 2015