USULAN PERBAIKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. BINTANG TOEDJOE TAHUN 2008
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Akademik Dalam Menempuh Program Sarjana Satu { S1 } Jurusan Teknik Industri Universitas Mercu Buana
Disusun Oleh : BUDI PURWANTO 41606110044
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2009
TUGAS AKHIR i
LEMBAR PERYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama
: Budi Purwanto
N.I.M
: 41606110044
Jurusan
: Teknik Industri
Fakultas
: Teknologi Industri
Judul Skripsi
: ” Usulan Perbaikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Di PT. Bintang Toedjoe tahun 2008 ”.
Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya buat ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila teryata di kemudian hari penulisan Skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di Universitas Mercu Buana. Demikian, peryataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan. Penulis,
{ Budi Purwanto }
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR ii
LEMBAR PENGESAHAN USULAN PERBAIKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. BINTANG TOEDJOE TAHUN 2008
Disusun Oleh :
Budi Purwanto 41606110044
Mengetahui Dosen Pembimbing
{ Ir. Muhammad Kholil, MT }
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
Koordinator TA / KaProdi
{ Ir. Muhammad Kholil, MT }
41606110044
TUGAS AKHIR iii
ABSTRAK
Usulan Perbaikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Di PT. Bintang Toedjoe Tahun 2008
Masalah keselamatan dan kecelakaan kerja pada umumnya sama tua dengan kehidupan manusia. Demikian juga, keselamatan kerja dimulai sejak manusia bekerja. Dimana dari semakin seringnya kecelakaan akibat kerja terjadi maka dari padanya berkembang pengetahuan tentang bagaimana cara mencegah agar kecelakaan tidak terulang. Kasus berulangnya kecelakaan akibat kerja ini juga menjadi masalah yang sangat penting yang wajib dipecahkan oleh PT. Bintang Toedjoe, dimana Perusahaan Farmasi ini mempunyai potensi – potensi bahaya yang bisa menyebabkan kecelakaan kerja yang sangat tinggi. Kecelakaan kerja yang terjadi diperusahaan tersebut rata – rata dua kali dalam setiap bulannya. Untuk menekan jumlah kecelakaan tersebut maka perlu diadakan penelitian tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Penelitian dilakukan dengan Menghitung nilai dari ratio kekerapan { Frekuensi } cidera dan keparahan { severity } kecelakaan kerja untuk mengetahui nilai Kekerapan dan Keparahan kecelakaan kerja tiap bulan, nilai Kekerapan dan Keparahan pada bagian yang sering mengalami Kecelakaan, dan nilai Kekerapan dan Keparahan menurut jenis kecelakaan yang sering terjadi. Kemudian dengan data tersebut ditambah dengan hasil pengumpulan data dilakukan analisa pemecahan masalah dengan menggunakan Alat Statistik untuk peningkatan mutu berbasis computer guna mengidentifikasi faktor – faktor penyebab kecelakaan kerja yang sering terjadi pada bagian yang sering mengalami kecelakaan kerja tersebut, setelah ditemukan
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR iv
penyebab masalah, kemudian dari hasil tersebut digunakan untuk memberikan usulan perbaikan keselamatan dan kesehatan kerja pada PT. Bintang Toedjoe. Dari hasil perhitungan ratio kekerapan dan keparahan cidera yang dihitung tiap bulan diperoleh nilai rata – rata ratio kekerapan kecelakaan 10,66 = 11 korban, yang artinya 11 kecelakaan terjadi setiap juta Man-Hours Kerja dan hasil perhitungan ratio keparahan cedera diperoleh nilai rata – rata keparahan cidera yaitu 4,93 yang berarti bahwa perusahaan tersebut dalam waktu 1.000.000 jam waktu produktif terdapat 4,93 hari atau sekitar 118,57 jam waktu produktif yang hilang. Hasil perhitungan tingkat kekerapan dan keparahan kerja berdasarkan jenis kecelakaan kerja setahun diperoleh jenis kecelakaan kerja Tergores yang mempunyai nilai Kekerapan dan Keparahan paling tinggi yaitu 4 korban dan 2,8 hari hilang, sedangkan dari hasil perhitungan kecelakaan kerja yang paling sering terjadi dalam hal ini jenis kecelakaan Tergores menurut bagian yang sering mengalami diperoleh bagian Filling Proses dengan nilai Kekerapan cidera sebanyak 2 korban dan nilai Keparahan cidera selama 1,2 hari hilang, berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh juga keterangan bahwa bagian Filling Proses yang mempunyai nilai kekerapan dan keparahan paling tinggi berdasarkan bagian yang paling sering mengalami kecelakaan yaitu 3 korban dan 1,6 hari hilang. Selain itu dari hasil pengumpulan data diperoleh keterangan bahwa jenis kecelakaan yang paling sering terjadi adalah Tergores dengan 157,9 Manhours hilang dengan jumlah kecelakaan sebanyak 10 orang, dimana bagian yang paling sering mengalami kecelakaan tersebut adalah Filling Proses. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisa data dapat dievaluasi Keselamatan dan Kesehatan kerja perusahaan berdasarkan Zero Accident { 0% }. Usulan perbaikan yang harus dilakukan oleh perusahaan adalah membuat dan menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja { SMK3 } berdasarkan peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 5/1996 serta mengaudit SMK3
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR v
tersebut secara periodik. Karyawan diberikan traning mengenai K3 agar kesadaran dalam melaksanakan aturan K3 dipatuhi, dan karyawan harus berperan aktif dalam menciptakan suasana kerja yang aman dan sehat.
ABSTRACT
The Proposal of Health and Safety Work Improvement At PT. Bintang Toedjoe in 2008
The problem of health and safety work is as old as the human existence. From the frequent of the work accident cause the human knowledge of how to prevent it become develop. The repetation of the work accident become the important problem which must be solve by Pt. Bintang Toedjoe, because this Farmacy Manufactory has a great potency of work accident. In general, the work accident which is happened in this manufactory is two times a month. To decrease the number needs an observation about health and safety work. It did by count the number of the frequency ratio and the severity level of the work accident, to know the frequency ratio and the severity level a month, to know the department which had a high number of it and to know the value of what kind of accident which is happened. This with the observation and collecting data did the problem solving analysis by using the statistic tool of improvement quality computer basis to identification the cause of the work accident factors. And then it will used to give a proposal of health and safety work improvement to Pt. Bintang Toedjoe. From the result of the frequency ratio and the severity level which is count in month it showed an average value of the frequency ratio is 10,66 = 11 victims, it mean that 11 accident happened per one billion man hours. Work and the result
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR vi
of the ratio account severity level is 4,93. It means that the manufactory in one billion man hours there are 4,93 days or about 118,57 hours which are missing. From the result of the frequency ratio and the severity level which is count in a year, it showed that the kind of accident happened is scratched which had a high number of frequency ratio and severity level, it showed that there are 4 victims and 2,8 days missing. From the observation it showed the filling process department had a high number of the scratched accident, it showed that there are 2 victims and the value of the severity level is 1,2 days are missing. Based on the result it also that the filling process department had 3 victims and 1,6 days are missing which showed the high number of the frequency ratio and severity level. And from the collecting data, it showed that the kind of accident which is often happened is scratched with 157,9 Mans-hours missing with 10 victims, and the department which is often had the accident is the filling process department. Based on the count and analysis of the data, it can be evaluated the health and safety work based on the zero accident ( 0 % ). The improvement proposal which has to do by the manufactory is make and use the health and safety work management it based on the Menteri Tenaga Kerja Regulation No. 5/1996 and by auditing the heath and safety work management periodictely. The employees give the training about the health and safety work management to give them encourage to by the rules and participate in making a health and safety work enviroment.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR vii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat-nya yang telah dianugrahkan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir yang berjudul “Usulan Perbaikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Di PT. Bintang Toedjoe tahun 2008”. Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat wajib untuk memperoleh gelar Sarjana pada jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Mercu Buana. Tugas ini berguna bagi penulis dalam mengaplikasikan teori yang di dapat dari bangku kuliah dengan keadaan sebenarnya di Perusahan. Dalam menyelesaiakan pembuatan Tugas Akhir ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Kedua orangtua, yang terus memotivasi penulis dalam menyelesaikan pendidikan yang penulis tempuh. 2. Bapak Ir. Muhammad Kholil, MT, selaku dosen pembimbing yang senantiasa membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR viii
3. Bapak Ir. Muhammad Kholil, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri. 4. Rekan – rekan mahasiswa Universitas Mercu Buana. 5. Bapak Agus Setyawan selaku Manager dan team Quality, Health & safety, Evironment { QSHE }System PT. Bintang Toedjoe, yang secara tidak langsung telah membantu dalam proses pengumpulan data – data yang terkait. Penulis menyadari, Tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan – kekurangan yang terdapat dalam penyusunan Tugas Akhir ini, baik karena keterbatasan sumber referensi dan wawasan maupun dalam cara penyajian penyusunan Tugas Akhir ini. Untuk itu perlu perbaikan – perbaikan agar lebih dapat disempurnakan. Semoga Tugas Akhir ini dapt bermanfaat bagi kita semua dan sebagai masukan bagi pihak – pihak yang berkepentingan.
Jakarta, 14 Juni 2009
Penulis
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
2.2.2
LEMBAR PERYATAAN………………………………………………...…….
Klas
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………...
ifikas
ABSTRAKSI………………………………………………………………..
i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….
Kecel
DAFTAR ISI…………………………………………………………………...…
akaan
DAFTAR TABEL………………………………………………………….
Akib
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………
at
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………….
Kerja
1.1
Latar Belakang Masalah……………………………………..
……
1.2
Perumusan Masalah…………………………………………
……
1.3
Tujuan Penelitian…………………………………………….
……
1.4
Pembatasan Masalah…………………………………………..
……
1.5
Sistematika penulisan……………………………………….
….
BAB II
LANDASAN TEORI………………………………………..
2.2.3
2.1
Keselamatan dan Kesehatan Kerja……………………………
2.1.1
Tujuan Keselamatan Kerja………………………………….
ber
2.1.2
Keselamatan Kerja dan Perlindungan Tenaga Kerja……………
Peny
2.1.3
Keselamatan Kerja Terkait Penigkatan Produktivitas……….
ebab
2.2
Kecelakaan Akibat Kerja…………………………………….
Dasar
2.2.1
Kerugian – kerugian yang Disebabkan Kecelakaan Akibat
Kecel
Kerja……………………………………………………………….
akaan
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
Sum
41606110044
TUGAS AKHIR x
Akibat Kerja………….. 2.2.4
Pencegahan Terhadap Kecelakaan Kerja……………………
2.3
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja………………
24 2.3.1 Man faat
i
Pener
ii
apan
iii
Siste
vii
m
ix
Mana
xiii
jeme
xiv
n
1
K3…
1
……
3
……
4
……
4
…
5
2.3.2
7
Lan
7
gkah
10
–
12
Lang
12
kah
13
Pener apan
14
Siste
15
m
20
Mana
22
jeme
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR xi
n K3……..
26
2.3.3
Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja……………….. 29
2.4
Peraturan Perundangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja……36
2.5
Statistik Kecelakaan Akibat Kerja………………………….
2.5.1
Pengumpulan Statistik Kecelakaan………………………….. 43
2.5.2
Tingkat Kepercayaan Suatu Statistik Kecelakaan……………. 43
2.5.3
Perhitungan Angka – Angka Kecelakaan……………………. 45
2.6
Alat Kontrol Statistik…………………………………………… 47
2.6.1
Statistik Deskriptif………………………………………….. 51
2.6.2
Diagram Pareto…………………………………………………51
2.6.3
Diagram Sebab – Akibat……………………………………….63
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN………………………………..67
3.1
Penelitian Pendahuluan……………………………………… 72
3.2
Identifikasi Masalah…………………………………………. 73
3.3
Studi Pustaka…………………………………………………. 75
3.4
Tujuan Penelitian………………………………………………75
3.5
Pengumpulan dan Pengolahan Data…………………………. 75
3.5.1
Pengumpulan Data…………………………………………… 76
3.5.2
Pengolahan Data……………………………………………… 76
3.6
Analisa Hasil…………………………………………………. 76
3.7
Usulan Perbaikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja……….. 77
3.8
Kesimpulan dan Saran…………………………………………77
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA………..
78
4.1
Pengumpulan Data Perusahaan……………………………… 79
4.1.1
Sejarah Singkat Perusahaan………………………………… 79
4.2
Data Kecelakaan Kerja……………………………………… 79
4.3
Data Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja………………….
84
4.4
Pengolahan Data…………………………………………….
91
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR xii
92
4.4.8.1 4.4.1
Statistik Deskriftif…………………………………………
Perh
4.4.2
Grafik Data Kecelakaan Kerja……………………………
itung
4.4.2.1 Grafik Jumlah Kecelakaan Berdasarkan Bagian…………..
an
4.4.2.2 Grafik Jumlah Kecelakaan Berdasarkan Jenis Kecelakaan..
Kecel
4.4.2.3 Grafik Jumlah Kecelakaan Berdasarkan Bagian Pekerjaan..
akaan
4.4.3
Perhitungan Ratio Kekerapan { Frekuensi } Cedera……….
Kerja
4.4.4
Perhitungan Ratio Keparahan { Severity } Cedera…………
Pada
4.4.5
Perhitungan Tingkat Kekerapan dan Keparahan Dalam
Fillin
Satu Tahun…………………………………………………..
g
Perhitungan Tingkat Kekerapan dan Keparahan Kerja
Prose
Berdasarkan Jenis Kecelakaan Kerja Selama Tahun 2008...
s…
4.4.6
4.4.6.1 Perhitungan Kecelakaan Kerja Terjepit Tahun 2008……....
…….
4.4.6.2 Perhitungan Kecelakaan Kerja Tergores Tahun 2008………
. 4.4.8.2
4.4.6.3 Perhitungan Kecelakaan Kerja Tertimpa Tahun 2008…….. 4.4.6.4 Perhitungan Kecelakaan Kerja Luka Bakar Tahun 2008…..
Perh
4.4.6.5 Perhitungan Kecelakaan Kerja Keseleo Tahun 2008……….
itung
4.4.6.6 Perhitungan Kecelakaan Kerja Terlilip Tahun 2008……….
an
4.4.6.7 Perhitungan Kecelakaan Kerja Terpotong Tahun 2008…….
Kecel
4.4.7
Perhitungan Kecelakaan Kerja Paling Sering Terjadi
akan
Menurut Bagian……………………………………………...
Kerja
4.4.7.1 Perhitungan Kecelakaan Tergores Pada Filling Proses…….….
Pada
4.4.7.2 Perhitungan Kecelakaan Tergores Pada Office Boy……….
Pack
4.4.7.3 Perhitungan Kecelakaan Tergores Pada General Affair…….
aging
4.4.7.4 Perhitungan Kecelakaan Tergores Pada Packaging Proses….
Prose
4.4.7.5 Perhitungan Kecelakaan Tergores Pada Engineering……….
s…
4.4.8
…
Perhitungan Nilai Kekerapan dan Keparahan Kecelakaan Menurut Bagian…………………………………………….
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
92
41606110044
TUGAS AKHIR xiii
95
4.4.8.3
95
Perh
96
itung
97
an
98
Kecel
106
akaan Kerja Pada
114
Engi 115
neeri
115
ng…
116
……
117
…..
118 119
4.4.8.4
120
Perh
121
itung an
123
Kecel
123
akaan
124
Kerja
125
Pada
126
Offic
127
e Boy
129
……
129
……
130
…
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR xiv
4.4.8.5 Perhitungan Kecelakaan Kerja Pada General Affair……….
132
4.4.8.6 Perhitungan Kecelakaan Kerja Pada Coumpoding Proses…
133
4.4.8.7 Perhitungan Kecelakaan Kerja Pada Bagian PPIC………...
134
BAB V 5.1
ANALISA HASIL…………………………………………
135
Analisa Hasil Perhitungan Ratio Kekerapan dan Keparahan
137
Cidera……………………………………………………… 5.1.1
Analisa Hasil Perhitungan Ratio Kekerapan Cidera….…….
137
5.1.2
Analisa Hasil Perhitungan Ratio Keparahan Cidera………..
137
5.2
Analisa Kecelakaan Kerja………………………………….
139
5.2.1
Analisa Terhadap Jenis Kecelakaan………………………… 141
5.2.2
Analisa Terhadap Bagian Pekerjaan………………………..
141
5.3
Analisa Berdsarkan Diagram Pareto………………………..
143
5.4
Analisa Berdasarkan Diagram Sebab – Akibat……………..
146
5.5
Usulan Pebaikan Keselamatan dan Kesehatan……………..
147
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN…………………………….
152
6.1
Kesimpulan…………………………………………………
153
6.2
Saran………………………………………………………..
153 154
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… LAMPIRAN
155
131
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Kehilangan Hari Kerja Akibat Cacat………………………
Tabel 2.2
Data Produk Rusak / Cacat………………………………...
49
Tabel 2.3
Statistik Deskriptif Produk Rusak / Cacat………………...
52
Tabel 2.4
Jenis dan Jumlah Keluhan Pelanggan……………………..
54
Tabel 2.5
Kategori Sebab Borosnya Pemakaian Bahan Bakar………
65
Tabel 4.1
Data Kecelakaan Kerja…………………………………….
69
Tabel 4.2
Jumlah Kecelakaan Kerja……………………………........
84
Tabel 4.3
Jumlah Kecelakaan Kerja………………………………….
90
Tabel 4.4
Data Statistik Deskriptif Jumlah Kecelakaan……………… 91
Tabel 4.5
Statistik Deskriptif Jumlah Karyawan dan Jam Kerja…….
92
Tabel 4.6
Data Kecelakaan Kerja Tahun 2008………………………
93
Tabel 4.7
Hasil Perhitungan Ratio Kekerapan Cedera Perbulan…….,. 94
Tabel 4.8
Hasil Perhitungan Ratio Keparahan Kerja Perbulan……….
Tabel 4.9
Hasil Perhitungan Kecelakaan Kerja Selama Setahun…….. 113
Tabel 4.10
Hasil Perhitungan Kecelakaan Kerja yang Paling Sering….
122
Tabel 4.11
Hasil Perhitungan Kecelakaan Kerja Berdsarkan Bagian…
128
Tabel 5.1
Nilai Rata – rata Jumlah Kecelakaan Kerja Berdasarkan
136
105
Tingkat Kekerapan…………………………………………. Tabel 5.2
Nilai rata – rata Hari Kerja Hilang…………………………
138 140
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Bagan Pedoman Penerapan Sistem Manajemen K3………..
Gambar 2.2
Diagram Pareto Custemert Complain………………………
Gambar 2.3 Diagram Cause and Effect Pemakaian Bahan Bakar yang
Gambar 3.1
Gambar 5.2 Grafik Hasil
Boros……………………………………………………….
Perhitungan
Diagram Aliran Metode Penelitian…………………………
Nilai
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Perusahaan…………………….............. Keparahan…… Gambar 4.2
Grafik Jumlah Kecelakaan Kerja……………………...........
Gambar 4.3
Grafik Jumlah Karyawan…………………………………… Gambar 5.3
Gambar 4.4
Grafik Jumlah Jam Kerja……………………………………
Gambar 4.5
Grafik Jumlah Kecelakaan Berdasarkan Bagian……………
Gambar 4.6
Grafik Jumlah kecelakaan Berdasarkan Jenis Kecelakaan….. Kecelakaan dan
Gambar 4.7
Grafik Jumlah Kecelakaan Kerja Tergores Berdasarkan
Manhours
Bagian Pekerjaan……………………………………………
Hilang
Gambar 4.8
…………..
Grafik Jumlah
Grafik Frekuensi Kecelakaan Kerja Hasil Perhitungan Ratio Kekerapan Cedera Perbulan………………………….
Gambar 4.9
Berdas
Grafik Hasil Perhitungan Ratio Keparahan Kerja Perbulan… arkan Jenis
Gambar 4.10 Grafik Hasil Perhitungan Tingkat Kecelakaan Kerja
Kecelakaan……
Selama Satu Tahun………………………………………….. ……………… Gambar 4.11 Grafik Hasil Perhitungan Tingkat Kecelakaan Kerja
………
Menurut Kecelakaan Tergores Selama Setahun……………. 30 Gambar 4.12 Grafik Hasil Perhitungan Tingkat Kecelakaan Kerja
66
Berdasarkan Bagian……………………………………….. Gambar 5.1
Grafik Hasil Perhitungan Ratio Kekerapan Cidera………..
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
71
41606110044
TUGAS AKHIR xvii
74 83 90 91 91 95 96
97
105 113
122
128
136 138 140
141 Gambar 5.4
Grafik Jumlah Pekerja Celaka dan Mainhours Hilang Berdasarkan Bagian……………………………………
Gambar 5.5
Diagram Pareto Kecelakaan Tergores Berdasarkan
143
Bagian Pekerjaan……………………………………… Gambar 5.6
Diagram Cause-and-Effect Kecelakaan Kerja Tergores
146
Diarea Filling Tinggi…………………………………..
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR xviii
147
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG MASALAH
Kecelakaan dan Sakit di tempat kerja membunuh dan memakan banyak korban jika dibandingkan dengan perang dunia. Riset yang dilakukan badan dunia ILO menghasilkan kesimpulan, setiap hari rata – rata 6000 orang meninggal dimana setara dengan satu orang setiap 15 detik, atau 2.2 juta orang per tahun akibat sakit atau kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan mereka.
Jumlah pria yang meninggal dua kali lebih banyak ketimbang wanita, karena mereka lebih mungkin melakukan pekerjaan berbahaya. Secara keseluruhan kecelakaan kerja telah menewaskan 350.000 orang, sisanya meninggal karena sakit yang diderita dalam membongkar zat kimia beracun { ILO 2003 }.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 2
Kecelakaan kerja tidak harus dilihat sebagai takdir karena kecelakaan itu tidaklah terjadi begitu saja. Kecelakaan pasti ada penyebabnya. Perusahaan yang semata – mata memusatkan diri pada keuntungan dan kegagalan pemerintah untuk meratifikasi konvensi keselamatan internasional atau melakukan pemeriksaan buruh merupakan dua penyebab besar kematian terhadap pekerja. Negara kaya sering mengekspor pekerjaan berbahaya ke negara miskin dengan upah buruh yang lebih murah dari standar keselamatan kerja yang lebih rendah. Selain itu, di negara – negara berkembang seperti Indonesia undang – undang keselamatan kerja yang berlaku tidak secara otomatis meningkatkan kondisi di tempat kerja, disamping hukuman yang ringan bagi yang melanggar aturan, padahal meningkatkan standar keselamatan kerja yang lebih baik akan menghasilkan keuangan yang lebih baik. Pengeluaran biaya akibat kecelakaan dan sakit yang berkaitan dengan kerja merugikan ekonomi dunia lebih dari seribu miliar dolar { 850 million uero } di seluruh dunia, atau 20 kali jumlah bantuan umum yang diberikan pada negara berkembang. Di Amerika Serikat kecelakaan kerja merugikan pekerja puluhan miliar dolar karena meningkatnya premi Asuransi, konpensasi dan mengganti staff pengganti. Angka keselamatan dan kesehatan kerja { K3 } di Indonesia secara umum ternyata masih rendah, berdasarkan data organisasi buruh Internasional di bawah PBB { ILO }, padahal kalau kita menyadari secara nyata bahwa volume kecelakaan kerja juga menjadi kontribusi untuk melihat kesiapan daya saing. Jika volume ini masih terus tinggi, Indonesia bisa kesulitan dalam Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 3
menghadapi pasar global, jelas ini akan merugikan semua pihak termaksuk perekonomian kita dimana terdapat ketidakefisienan sehingga tidak bisa bersaing. Jadi berdasarkan fakta – fakta sebagaimana dikemukakan dapat disimpulkan perkembangan dan pertumbuhan suatu bangsa, baik sekarang maupun yang akan datang tentunya tidak lepas dari peranan proses Industrialisasi. Maju mundurnya suatu Industri sangat ditunjang oleh peran tenaga kerja. Untuk membangun tenaga kerja yang produktif, sehat dan berkualitas perlu adanya manajemen yang baik, terutama yang terkait dengan masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja { K3 }. 1.2
PERUMUSAN MASALAH PT. Bintang Toedjoe salah satu perusahaan farmasi yang sedang
berkembang dalam hal ini juga tidak luput dari masalah yang terkait dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja { K3 } para karyawan, dimana permasalahan ini pada dasarnya sangat berpengaruh terhadap menurunnya tingkat produktifitas perusahaan. Korban kecelakaan kerja yang terjadi diperusahaan tersebut rata – rata satu kali dalam setiap bulannya. Untuk menekan jumlah kecelakaan kerja tersebut maka perlu diadakan penelitian tentang keselamatan dan kesehataan kerja, dimana didalam penelitian ini dapat dihitung kinerja perusahaan berdasarkan ratio kekerapan kerja dan ratio keparahan kerja. Selain itu perlu diketahui faktor – faktor penyebab kecelakaan kerja sehingga dapat dilakukan usulan
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 4
perbaikan yang diharapkan dapat mengurangi banyaknya korban akibat kecelakaan kerja di perusahaan tersebut.
1.3
TUJUAN PENELITIAN Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui jumlah ratio kekerapan { frekuensi } cedera dan keparahan { severity } cedera pada kasus kecelakaan kerja di PT. Bintang Toedjoe. 2. Mengidentifikasi faktor – faktor penyebab kecelakaan kerja pada PT. Bintang Toedjoe. 3. Memberikan usulan perbaikan keselamatan dan kesehatan kerja pada PT. Bintang Toedjoe.
1.4
PEMBATASAN MASALAH Mengingat berbagai keterbatasan yang ada dan luasnya permasalahan
yang ada maka penelitian ini dibatasi sebagaimana berikut ini : 1. Data yang digunakan adalah data kecelakaan kerja pada tahun 2008. 2. Penyebab kecelakaan kerja diambil berdasarkan teori akar kecelakaan kerja. 3. Usulan yang diberikan tidak mencangkup biaya yang dikeluarkan.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 5
1.5
SISTEMATIKA PENULISAN Dalam penyusunan Tugas Akhir ini diberikan uraian bab demi bab yang
berurutan untuk mempermudah pembahasan, sebagaimana berikut ini : BAB I
PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang hal – hal yang menjadi pengantar masalah yang akan di bahas dimana meliputi latar belakang masalah, pokok permasalahan, batasan masalah, tujuan penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam hal ini akan dibahas mengenai dasar – dasar teori yang berkaitan dan mendukung penelitian yang diperlukan meliputi pengertian dan pembahasan tentang ilmu keselamatan dan kesehatan kerja.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai langkah – langkah yang dilakukan dalam pemecahan masalah meliputi ; Penelitian Pendahuluan, Identifikasi Masalah, Studi Kepustakaan, Tujuan Penelitian,
Pengumpulan
dan
Pengolahan
Data,
Analisa
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Kesimpulan dan Saran. Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 6
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada
bab ini akan dijelaskan lebih lengkap mengenai sejarah
PT. Bintang Toedjoe, Struktur organisasi dan data – data yang dibutuhkan dalam pengolahan data serta pengolahan data yang diperlukan.
BAB V
ANALISA HASIL Pada bab ini dianalisa mengenai keselamatan dan kesehatan kerja berdasarkan hasil pengolahan data serta menganalisa faktor – faktor penyebab kecelakaan. Dari hasil analisa kemudian dibuat usulan perbaikan keselamatan dan kesehatan kerja.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini, kesimpulan merupakan hasil akhir dari analisa pemecahan masalah dan akan menjawab tujuan penelitian yang sudah dilakukan dengan memberikan beberapa saran dan masukan berisi usulan perbaikan tentang keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Bintang Toedjoe.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 7
BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pemanfaatan sains dalam bidang teknologi yang manifestasinya banyak diaplikasikan dalam berbagai aspek kehidupan manusia didalam memenuhi tuntutan kehidupan telah banyak dirasakan manfaatnya. Kebutuhan yang terus semakin meningkat cenderung merupakan suatu fenomena yang kehadirannya secara global sulit untuk dibendung. Kecepatan perubahan skala dan perkembangan industri yang sedemikian pesat belakangan ini telah mengakibatkan tingginya resiko yang dihadapi manusia sebagai bentuk sumberdaya yang digunakan oleh pihak industri sebagai tenaga kerja. Resiko paling dominan yang dirasakan tenaga kerja saat ini adalah tingginya tingkat kecelakaan kerja dan sakit akibat kerja yang dialami di tempat kerja.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 8
Riset yang dilakukan badan dunia ILO menghasilkan kesimpulan, setiap hari rata – rata 6000 orang meninggal, setara dengan satu orang setiap 15 detik, atau 2.2 juta orang per tahun akibat sakit atau kecelakaan kerja yang terkait dengan pekerjaan mereka { ILO 2003 }. Perkembangan dan pertumbuhan suatu industri baik sekarang maupun yang akan datang tentunya tidak terlepas dari peranan tenaga kerja, dimana maju mundurnya suatu industri sangat ditunjang oleh peranan tenaga kerja yang digunakan. Untuk dapat membangun tenaga kerja yang produktif, sehat, dan berkualitas perlu adanya manajemen yang baik, terutama yang terkait dengan masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara – cara melakukan pekerjaan. Untuk memberikan batasan definisi tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain : Dr. Suma”mur PK, Msc { Suma”mur, 1976,h.2 } memberikan definisi keselamatan kerja sebagai berikut : “ Sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja “. Drs. A. S Moenir { Suma”mur 1981,h 3 }memberikan definisi keselamatan kerja sebagai berikut :
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 9
“ Suatu keadaan dalam lingkungan atau tempat kerja yang dapat menjamin secara maksimal keselamatan orang – orang yang berada di daerah atau ditempat tersebut, baik orang tersebut pegawai ataupun bukan pegawai dari organisasi tersebut”. DR. Santoso, MS { Suma”mur 1976,h 4 } pada forum seminar Keselamatan dan kesehatan Kerja di Surakarta pada tanggal 28 Februari 1986 memberikan definisi mengenai keselamatan kerja sebagai berikut : “ Pengetahuan tentang upaya pencegahan kecelakaan kerja yang bertalian dengan penggunaan mesin pesawat, alat perkakas, bahan dan proses pengolahannya”. Dari definisi mengenai keselamatan kerja yang diberikan oleh ahli diatas sangat jelas bahwa keselamatan kerja memegang peranan yang sangat penting didalam lingkungan kerja, karena tenaga kerja menginginkan lingkungan kerjanya aman, sehat dan nyaman. Selain itu keselamatan dan kesehatan karyawannya dapat menambah semangat dan ketenangan para karyawan, sehingga hasil kerja dapat maksimal. Disamping keselamatan kerja yang memberikan perlindungan dari resiko bahaya yang dapat terjadi akibat kerja, kesehatan kerja juga membutuhkan perhatian khusus untuk memberikan jaminan akan kondisi fisik para karyawannya. Untuk memberikan batasan definisi kesehatan kerja, dibawah ini disajikan beberapa tentang kesehatan antara lain : Drs. Suma”mur PK Msc { Suma”mur, 1976,h 1 } memberikan definisi kesehatan kerja sebagai : “ Spesialisai dalam ilmu kesehatan / kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja atau masyarakat pekerja memeperoleh derajat kesehatan
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 10
yang setinggi – tingginya baik fisik, mental, maupun sosial, dengan kesehatan yang diakibatkan faktor – faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit – penyakit umum”. Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan dapat dilihat bahwa kemampuan seorang tenaga kerja tergantung dari keadaan kesehatannya, sebab derajat kesehatan seorang tenaga kerja bukan suatu hal yang bersifat statis melainkan berkembang secara dinamis sesuai dengan perkembangan kemajuan masyarakat. Program higine perusahaan dan kesehatan kerja didalam sebuah perusahaan mempunyai dua tujuan utama, yaitu sebagai alat mencapai derajat kesehatan kerja dari tenaga kerja yang setinggi – tingginya dan sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi dan daya produktivitas faktor manusia dalam produksi { Suma”mur, 1976,h.2 }.
2.1.1
Tujuan Keselamatan Kerja Tujuan keselamatan kerja diantaranya adalah untuk melindungi tenaga
kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional, juga untuk menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja serta terjaga dan terpeliharanya sumber produksi agar dapat dipergunakan secara aman dan efisien.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 11
Sasaran – sasaran utama keselamatan kerja adalah tempat kerja, yang padanya: 1. Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan. 2.
Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau disimpan bahan atau barang yang dapat meledak, mudah terbakar, mengigit, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi.
3. Dikerjakan bongkar muat barang muatan di dok, stasiun, atau gudang. 4. Dilakukan pekerjaan dibawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah. 5. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan, terkena plantingan benda, terjatuh, atau terperosok, hanyut, atau terpelanting. 6. Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran. 7. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah. 8. Dilakukan pendidikan atau pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset 9.
{ penelitian }yang menggunakan alat teknis.
Dibangkitkan, diubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi – bagikan atau disalurkan listrik, gas , minyak atau air.
10. Dilakukan pekerjaan – pekerjaan lain yang berbahaya.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 12
2.1.2
Keselamatan Kerja Dan Perlindungan Tenaga Kerja Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek – aspek yang cukup luas, yaitu
perlindungan keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. Perlindungan tersebut bermaksud, agar tenaga kerja secara aman melakukan pekerjaanya sehari – hari untuk meningkatkan produksi dan produktivitas nasional. Tenaga kerja harus memperoleh perlindungan dari pelbagai soal di sekitarnya dan pada dirinya dapat menimpa dan menggangu dirinya serta pelaksanaan pekerjaannya. Jelas, bahwa keselamatan kerja adalah satu segi penting dari perlindungan tenaga kerja,dimana dalam hubungan ini bahaya yang dapat timbul dari mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, keadaan tempat kerja, lingkungan, cara melakukan pekerjaan, karakteristik fisik dan mental daripada pekerjaannya, harus sejauh mungkin diberantas dan atau dikendalikan. 2.1.3
Keselamatan Kerja Terkait Peningkatan Produksi Dan Produktivitas Keselamatan kerja erat bersangkutan dengan peningkatan produksi dan
produktivitas.
Produktivitas
adalah
perbandingan
diantara
hasil
kerja
{ = output }dan upaya yang dipergunakan { = input }. Keselamatan kerja dapat membantu peningkatan produksi dan produktivitas atas dasar :
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 13
1. Dengan tingkat keselamatan kerja yang tinggi, kecelakaan yang menjadi sebab sakit, cacat dan kematian dapat dikurangi atau ditekan sekecil – kecilnya, sehingga pembiayaan yang tidak perlu dapat dihindari. 2. Tingkat keselamatan yang tinggi sejalan dengan pemeliharaan dan penggunaan peralatan kerja dan mesin yang produktif dan efisien dan bertalian dengan tingkat produksi dan produktivitas yang tinggi. 3. Pada berbagai hal, tingkat keselamatan yang tinggi menciptakan kondisi – kondisi yang mendukung kenyamanan serta kegairahan kerja, sehingga faktor manusia dapat diserasikan dengan tingkat efisiensi yang tinggi pula. 2.2
Kecelakaan Akibat Kerja Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan. Tak
terduga, oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih – lebih dalam bentuk perencanaan. Maka dari itu, peristiwa sabotase atau tindakan kriminal diluar ruang lingkup kecelakaan yang sebenarnya. Tidak diharapkan, oleh karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubung
dengan
hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti, bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Maka dalam hal ini , terdapat dua permasalahan penting yaitu :
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 14
1. Kecelakan adalah akibat langsung pekerjaan, atau 2. Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan. Terkadang kecelakaan akibat kerja diperluas ruang lingkupnya, sehingga meliputi juga kecelakaan – kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan atau transport ke dan dari tempat kerja, sedangkan kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat rekreasi atau cuti dan lain – lain adalah diluar makna kecelakaan akibat kerja, sekalipun pencegahannya sering dimasukkan program keselamatan perusahaan. Kecelakaan demikian termasuk kepada kecelakaan umum hanya saja menimpa tenaga kerja di luar pekerjaannya. Sedangkan bahaya kecelakaan adalah faktor – faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut disebut potensial, jika
faktor – faktor tersebut belum mendatangkan kecelakaan. Jika
kecelakaan telah terjadi, maka bahaya tersebut sebagai bahaya nyata. 2.2.1 Kerugian – Kerugian Yang Disebabkan Kecelakaan Akibat Kerja Kecelakaan menyebabkan beberapa jenis kerugian diantaranya adalah kerusakan, kekacauan organisasi, keluhan, kesedihan, kelainan, cacat dan bahkan kematian. Pada bagian mesin, pesawat, alat kerja, bahan, proses, tempat dan lingkungan kerja juga kemungkinan dapat rusak akibat kecelakaan tersebut, akibat itu pula terjadi kekacauan organisasi dalam proses produksi. Orang yang ditimpa kecelakaan mengeluh dan menderita, sedangkan keluarga dan kawan – kawan sekerja akan bersedih hati, kecelakaan juga tidak jarang berakibat luka – luka, terjadi kelainan
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 15
tubuh dan cacat. Bahkan tidak jarang kecelakaan merenggut nyawa dan berakibat kematian. Kerugian – kerugian tersebut dapat diukur dengan besarnya biaya yang dikeluarkan bagi terjadinya kecelakaan. Biaya tersebut dibagi menjadi biaya langsung dan tersembunyi. Biaya langsung adalah biaya pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan, pengobatan, biaya perawatan, biaya rumah sakit, biaya angkutan, upah selama tak mampu bekerja, kompensasi cacat, dan biaya perbaikan alat – alat mesin serta biaya atas kerusakan bahan – bahan.sedangkan biaya tersembunyi adalah biaya yang meliputi segala sesuatau yang tidak terlihat pada waktu atau beberapa waktu setalah kecelakaan terjadi, biaya ini meliputi biaya berhentinya proses produksi oleh karena pekerja – pekerja lain menolong atau tertarik oleh peristiwa kecelakaan tersebut. Biaya yang harus diperhitungkan untuk mengganti orang yang sedang menderita oleh karena kecelakaan dengan orang baru yang belum biasa bekerja di tempat itu, dan
lain – lain lagi. Atas dasar
penelitian – penelitian, di negara – negara yang industrinya maju perbandingan diantara biaya langsung dan biaya tersembunyi adalah satu banding empat, sedang di negara berkembang satu banding dua. 2.2.2
Klasifikasi Kecelakaan Akibat Kerja Klasifikasi kecelakaan akibat kerja menurut Organisasi Perburuhan
Internasional tahun 1962 adalah sebagai berikut :
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 16
1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan a) Terjatuh b) Tertimpa benda jatuh c) Tertumbuk atau terkena benda- benda, terkecuali benda jatuh d) Terjepit oleh benda e) Gerakan – gerakan melebihi kemampuan f) Pengaruh suhu yang terlalu tinggi g) Terkena arus listrik h) Kontak dengan bahan – bahan berbahaya atau radiasi i) Jenis – jenis lain, termaksuk kecelakaan – kecelakaan yang data – datanya tidak cukup atau kecelakaan – kecelakaan lain yang belum masuk klasifikasi tersebut 2. Klasifikasi menurut penyebab A. Mesin 1. Pembangkit tenaga, terkecuali motor – motor listrik 2. Mesin penyalur { = transmisi } 3. Mesin untuk mengerjakan logam 4. Mesin pengolah kayu 5. Mesin Pertanian 6. Mesin Pertambangan 7. Mesin – mesin lain yang tidak termaksuk klasifikasi tersebut.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 17
B. Alat angkut dan alat angkat 1. Mesin angkat dan peralatannya 2. Alat angkutan diatas rel 3. Alat angkut lain yang beroda, terkecuali kereta api 4. Alat angkutan udara 5. Alat angkutan air 6. Alat – alat angkut lainnya C.
Peralatan lain 1. Bejana bertekanan 2. Dapur pembakar dan pemanas 3. Instalasi pendingin 4. Instalasi
listrik,
termaksuk
motor
listrik,
tetapi
dikecualikan alat – alat listrik { tangan } 5. Alat – alat listrik { tangan } 6. Alat – alat kerja dan perlengkapannya, kecuali alat listrik 7. Alat – alat kerja dan perlengkapannya, kecuali alat listrik 8. Tangga 9. Perancah { = steger } 10. Peralatan lain yang belum termaksuk klasifikasi tersebut
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 18
D. Bahan – bahan, zat – zat dan radiasi 1. Bahan Peledak 2. Debu, gas, cairan, dan zat kimia, terkecuali bahan peledak. 3. Benda – benda melayang 4. Radiasi 5. Bahan – bahan dan zat – zat lain yang belum termasuk golongan tersebut. E. Lingkungan Kerja 1. Di luar bangunan 2. Di dalam bangunan 3. Di bawah tanah F. Penyebab yang belum termasuk golongan tersebut 1. Hewan 2. Penyebab lain 3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan a. Patah tulang b. Dislokasi / keseleo c. Regang otot / urat d. Memar dan luka dalam yang lain e. Amputasi f. Luka – luka lain
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 19
g. Luka di permukaan h. Gegar dan remuk i. Luka bakar j. Keracunan – keracunan mendadak k. Akibat cuaca, dan lain – lain l. Mati lemas m. Pengaruh arus listrik n. Pengaruh radiasi o. Luka – luka yang banyak dan berlainan sifatnya 4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh a. Kepala b. Leher c. Badan d. Anggota atas e. Anggota bawah f. Banyak tempat g. Kelainan umum h. Letak lain yang tidak dapat dimasukkan klasifikasi tersebut Klasifikasi tersebut yang bersifat jamak adalah pencerminan kenyataan, bahwa kecelakaan akibat kerja jarang sekali disebabkan oleh sesuatu, melainkan oleh berbagai faktor. Penggolongan menurut jenis menunjukkan peristiwa yang langsung mengakibatkan kecelakaan dan menyatakan bagaimana suatu benda atau
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 20
zat sebagai penyebab kecelakaan menyebabkan terjadinya kecelakaan, sehingga sering dipandang sebagai kunci bagi penyelidikan sebab lebih lanjut. Klasifikasi menurut penyebab dapat dipakai untuk menggolong – golongkan penyebab menurut kelainan atau luka – luka akibat kecelakaan atau menurut jenis kecelakaan terjadi yang diakibatkannya. Keduanya membantu dalam usaha pencegahan kecelakaan, tetapi klasifikasi yang disebut terakhir terutama sangat penting. Penggolongan menurut sifat dan letak luka atau kelainan ditubuh berguna bagi penelaahan
tentang
kecelakaan lebih lanjut. 2.2.3
Sumber Penyebab Dasar Kecelakaan Akibat Kerja Penyebab dasar dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu yang pertama
adalah faktor perorangan, antara lain kurangnya pengetahuan, kurangnya keterampilan, motivasi kurang baik, masalah fisik, dan mental. Faktor pekerjaan, antara lain standar kerja yang kurang baik, standar perencanaan yang kurang tepat, standar perawatan yang kurang tepat, standar pembelian yang kurang tepat, aus dan retak akibat pemakaian setelah lama dipakai, pemakaian abnormal. Dari penyebab dasar inilah timbul keadaaan yang disebut substandard {unsafe }, yang berupa gejala – gejala dari kondisi dan perbuatan substandard. Dengan memakai istilah standar kita dapat memberikan suatau ukuran tertentu yang standar, ukuran yang digunakan. Yang tidak memenuhi standar tersebut dinamakan substandard.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 21
Kondisi dan perbuatan substandard ini timbul sebagai akibat dari adanya penyebab dasar { basic causes }. Perbuatan substandard yang sering dijumpai, antara lain : •
Menjalankan
yang
bukan
tugasnya,
gagal
memeberikan
peringatan. •
Melepas alat pengaman atau membuat alat pengaman tidak berfungsi
•
Membuat peralatan yang rusak
•
Tidak memakai alat pelindung diri
•
Memuat sesuatu secara berlebihan
•
Menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya
•
Mengangkat berlebihan
•
Posisi yang tidak tepat
•
Melakukan perbaikan pada saat mesin masih berjalan
•
Bersenda gurau
•
Bertengkar
•
Berada dalam pengaruh alkohol atau obat – obatan
Kondisi substandard yang sering dijumpai, antara lain : •
Pengamanan tidak sempurna
•
Alat pelindung diri yang tidak memenuhi syarat
•
Bahan atau peralatan kerja yang telah rusak
•
Gerak yang tidak leluasa karena tumpukan benda
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 22
•
System tanda bahaya yang tidak memenuhi syarat
•
House keeping dan layout yang jelek
•
Lingkungan kerja yang mengandung bahaya antara lain : iklim kerja, panas/dingin, penerangan tidak memenuhi syarat, ventilasi kurang baik, tingkat kebisingan tinggi, pemaparan terhadapradiasi.
2.2.4
Pencegahan terhadap kecelakaan kerja Pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung jawab
para manajer penyelia, mandor kepala dan juga kepala urusan. Fungsionaris ini wajib memelihara kondisi kerja yang selamat sesuai dengan ketentuan pabrik panduan Praktek Pembikinan yang baik { Good Manufacturing Practice }. Dilain pihak, para urusan wajib senantiasa mencegah jangan sampai terjadi kecelakaan. Kedua macam fungsionaris ini kelihatan mempunyai tanggung jawab berbeda, tapi sebenarnya tidak. Pemeliharaan ini keadaan tidak selamat dan pencegahan kecelakaan adalah satu fungsi yang sama. Pencegahan kecelakaan dari aspek manusia harus bermula pada hari pertama ketika semua karyawan mulai bekerja. Setiap karyawan harus diberitahukan secara tertulis uraian mengenai jabatannya yang mencangkup fungsi, hubungan kerja, wewenang dan tanggug jawab, tugas dan tanggung jawab, serta syarat – syarat kerjanya. Selain itu harus dipegang prinsip bahwa kesalahan utama sebagian besar kecelakaan, kerugian atau kerusakan terletak pada karyawan yang kurang
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 23
bergairah, kurang trampil, kurang tepat, terganggu emosinya, yang pada umumnya menyebabkan kecelakaan dan kerugian. Kecelakaan – kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan : •
Peraturan perundangan, yaitu ketentuan – ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi – kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, kontruksi, perawatan dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan industri, tugas –tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, PPPK, dan pemeriksaan kesehatan.
•
Standarisasi, yaitu penetapan standar – standar resmi, setengah resmi atau tak resmi mengenai misalnya konstruksi yang memenuhi syarat – syarat keselamatan, jenis – jenis peralatan industri tertentu, praktek – praktek keselamatan dan higens umum, atau alat – alat pelindung diri.
•
Pengawasan,
yaitu
pengawasan
tentang
dipatuhinya
ketentuan – ketentuan perundang – undangan yang diwajibkan. •
Penelitian bersifat teknik, yang meliputi sifat dan ciri – ciri bahan – bahan yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat – alat perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas, dan debu, atau penelaahan tantang bahan – bahan dan desain paling tepat untuk tambang pengangkat dan peralatan pengangkat lainnya.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 24
•
Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja. Pada perusahaanlah kecelakaan terjadi, sedangkan pola kecelakaan pada suatu perusahaan sangat tergantung kepada tingkat kesadaran akan keselamatan kerja oleh semua pihak yang bersangkutan.
Jelaslah, bahwa untuk pencegahan kecelakaan akibat kerja diperlukan kerjasama aneka keahlian dan profesi seperti pembuat undang – undang, pegawai pemerintah,
ahli – ahli teknik, dokter, ahli ilmu jiwa, ahli statistik, guru – guru,
dan sudah barang tentu pengusaha dan buruh. 2.3
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dalam pasar bebas yang marak dengan berbagai persaingan, penerapan
manajemen. K3 sangat penting untuk dijalankan dengan baik dan terarah. Proses Industrialisasi merupakan syarat mutlak untuk membangun negeri ini. Pengalaman di negara – negara lain menunjukan bahwa tren suatu pertumbuhan dari system manajemen K3 adalah melalui fase – fase, yaitu fase kesejahteraan, fase produktivitas kerja, dan fase toksiologi industri. Sekarang ini K3 sebagaimana halnya aspek – aspek tentang pengaturan tenaga kerja, sedang berada pada fase “kesejahteraan”, terutama umumnya para buruh. Mungkin setelah tercapainya kestabilan politik, hokum, dan ekonomi, kita bisa memulai menginjakkan kaki ke fase “produktivitas” kerja. Sedang fase “toksiologi industri” cepat atau lambatnya dicapai tergantung kepada kemampuan untuk mengembangkan perindustrian pada umumnya.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 25
Penerapan peraturan perundang – undangan dan pengawasan serta perlindungan para buruh merupakan prinsip dasar dalam system manajemen ini. Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang disesuaikan dengan system ergonomi { penyesuaian beban kerja / alat kerja dengan kemampuan dan fisik pekerja } merupakan salah satu usaha untuk mencetak para buruh yang produktif dengan peningkatan SDM yang professional dan andal. Agar para buruh { buruh pabrik, misalnya } barada dalam kondisi keselamatan dan produktivitas kerja yang setinggi – tingginya, maka mereka perlu mendapatkan keseimbangan yang menguntungkan dari faktor beban kerja, dan beban tambahan akibat lingkungan kerja dan kapasitas kerja. Setiap pekerjaan bisa menjadi beban bagi pelakunya. Beban yang dimaksud mungkin fisik, mental, atau sosial. Faktor – faktor tersebut tentu bisa menggangu daya kerja seorang buruh, misalnya, penerangan yang cukup itensitasnya biasanya akan melelehkan mata. Suara gaduh dan bising berpengaruh pula pada daya ingat, termaksuk konsentrasi pikiran akibatnya terjadi kelelahan psikologi, bahkan dapat menyebabkan tuli. Lingkungan kesehatan tempat kerja yang buruk dapat menurunkan derajat kesehatan dan juga daya kerja para buruh. Dengan demikian sangat perlu adanya upaya pengendalian untuk dapat mencegah, mengurangi, bahkan menekan agar hal demikian tidak terjadi.Gangguan – gangguan pada kesehatan dan daya kerja akibat berbagai faktor dalam pekerjaan dapat dihindari. Asal saja pekerja dan pihak pengelola perusahaan punya kemauan untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan kerja. Tentu perundangan tidak akan ada faedahnya, bila pemimpin perusahaan
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 26
atau industri tidak melaksanakan ketetapan – ketetapan perundangan itu. Dengan adanya perhatian dari para pengusaha berkaitan dengan masalah kesehatan dan adanya jaminan keselamatan kerja, maka secara langsung hal tersebut ikut membantu
mensejahterakan
para
buruh,
disamping
tingkat
pendapatan
{ upah }yang diberikan pihak perusahaan. 2.3.1
Manfaat Penerapan Sistem Manajamen K3 Di bentuknya satu system manajemen kesehatan dan keselamatan kerja
tentunya akan berdapak positif baik dari sisi pekerja maupun pengusaha. Keuntungan – keuntungan dari penerapan system tersebut dapat berupa : Perlindungan Karyawan Tujuan inti penerapan system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 adalah memberi perlindungan kepada pekerja. Bagaimanapun, pekerja adalah asset perusahaan yang harus dipelihara dan dijaga keselamatannya. Pengaruh positif terbesar yang dapat diraih adalah mengurangi angka kecelakaan kerja. Kita tentu menyadari, karyawan yang terjamin keselamatan dan kesehatannya akan bekerja lebih optimal dibandingkan karyawan yang terancam K3-nya. Dengan adanya jaminan keselamatan, keamanan, dan kesehatan selama bekerja, mereka tentu akan memberikan kepuasan dan meningkatkan loyalitas mereka terhadap perusahaan.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 27
Memperhatikan kepatuhan pada peraturan dan undang - undang Banyak
organisasi
yang
telah
mematuhi
peraturan
menunjukan
eksistensinya dalam beberapa tahun. Kita bisa saksikan bagaimana pengaruh buruk yang didapat bagi perusahaan yang melakukan pembangkangan terhadap peraturan dan undang – undang, seperti citra yang buruk, tuntutan hokum dari badan pemerintah, seringnya menghadapi permasalahan dengan tenaga kerjanya. Semua itu tentunya akan mengakibatkan kebangkrutan. Dengan menerapkan system manajemen K3, setidaknya sebuah perusahaan telah menunjukkan itikad baiknya dalam mematuhi peraturan dan perundang – undangan sehingga mereka dapat beroperasi normal tanpa menghadapi kendala dari segi ketenagakerjaan. Mengurangi biaya Tidak berbeda dengan falsafah dasar system manajemen pada umumnya, system manajemen K3 juga melakukan pencegahan terhadap ketidaksesuaian dengan menerapkan system ini, kita dapat mencegah terjadinya kecelakaan, kerusakan atau sakit akibat kerja. Dengan demikian kita tidak perlu mengeluarakan biaya yang ditimbulkan akibat kejadian tersebut. Memang dalam jangka pendek kita akan mengeluarkan biaya yang cukup besar dalam system manajemen K3, apabila jika kita juga melakukan proses sertifikasi dimana setiap enam bulannya akan dilakukan audit yang tentunya juga merupakan biaya yang harus dibayar. Akan tetapi penerapan system manajemen K3 dapat dilaksanakan secara efektif dan penuh komitmen, nilai uang yang dikeluarkan tersebut jauh lebih kecil dibandingkan biaya yang ditimbulkan akibat kecelakan kerja. Salah satu biaya
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 28
yang dapat dikurangi dengan penerapan system manajemen K3 adalah biaya premi asuransi. Banyak perusahaan
- perusahaan yang mengeluarkan biaya premi
asuransi jauh lebih kecil dibandingkan sebelum menerapkan system manajemen K3. Membuat system manajemen yang efektif Tujuan perusahaan beroperasi adalah mendapatkan keuntungan yang besarnya. Hal ini akan dapat dicapai dengan adanya system manajemen perusahaan yang efektif. Banyak variable yang ikut membantu pencapaian sebuah system manajemen yang efektif, disamping mutu, lingkungan, keuangan, teknologi informasi dan K3. Salah satu bentuk nyata yang bisa kita lihat dari penerapan system manajemen K3 adalah adanya prosedur terdokumentasi, dengan adanya prosedur, maka segala aktivitas dan kegiatan yang terjadi akan terorganisasi,terarah dan berada dalam koridor yang teratur. Rekaman – rekaman sebagai bukti penerapan system disimpan untuk memudahkan pembuktian dan identifikasi akar masalah ketidaksesuaian. Persyaratan perencanaan, evaluasi dan tindak lanjut merupakan bentuk bagaimana system manajemen yang efektif. Pengendalian dan pemantauan aspek penting menjadi penekanan dan ikut memberikan nilai tambah bagi organisasi. Penerapan system manajemen K3 yang efektif akan mengurangi rapat – rapat yang membahas ketidaksesuaian. Dengan adanya system maka hal itu dapat dicegah sebelumnya disamping kopetensi personal yang semakin meningkat dalam mengetahui potensi ketidaksesuaian.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 29
Dengan demikian organisasi dapat berkonsentrasi melakukan peningkatan terhadap system manajemennya dibandingkan malakukan perbaikan terhadap permasalahan – permasalahan yang terjadi.
2.3.2
Langkah Langkah Penerapan Sistem Manajemen K3 Setiap jenis Sistem Manajemen K3 mempunyai elemen atau persyaratan
tertentu yang harus dibangun dalam suatau organisasi. System Manajemen K3 tersebut harus dijaga dalam operasinya untuk menjamin bahwa system itu punya peranan dan fungsi dalam manajemen perusahaan. Dalam melakukan penerapan system manajemen K3, kita dapat mengacu pada bagan sebelumnya. Untuk lebih memudahkan penerapan standar Sistem Manajemen K3, berikut ini dijelaskan mengenai tahapan – tahapan dan langkah – langkah dalam penerapan system tersebut, diman terdapat dua tahapan besar pada langkah tersebut yaitu:
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 30
Factor eksternal
Factor internal
Kaji Awal
Factor internal Kebijakan
Pengelolaan
Audit
Rencana dan penerapan
Pengukuran kinerja
= Link Informasi = Link Kontrol Gambar 2.1 Bagan pedoman Penerapan Sistem Manajemen K3
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 31
a.
Tahap Persiapan Merupakan tahapan atau langkah awal yang harus dilakukan suatu
organisasi/perusahaan. Langkah ini melibatkan lapisan manajemen dan sejumlah personel, mulai dari menyatakan komitment sampai dengan menetapkan kebutuhan sumber daya yang diperlukan. Adapun, tahapan persiapan ini, antara lain :
b.
•
Komitmen manajemen puncak
•
Menentukan ruang lingkup
•
Menetapkan cara penerapan
•
Membentuk kelompok penerapan
•
Menetapkan sumber daya yang diperlukan
Tahapan Pengembangan dan Penerapan system dalam tahapan ini berisis langkah – langkah yang harus
dilakukan oleh organisasi/perusahaan dengan melibatkan banyak personal, mulai dari menyelengarakan penyuluhan dan melaksanakan sendiri kegiatan audit internal serta tindakan perbaikannya sampai dengan melakukan sertifikasi. Langkah 1.
Menyatakan Komitmen
Peryataan komitmen dan penetapan kebijakan untuk menerapkan sebuah Sistem Manajemen K3 dalam organisasi/manajemen harus dilakukan oleh manajemen puncak. Penerapan Sistem Manajemen K3 tidak akan berjalan tanpa
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 32
adanya komitmen terhadap system manajemen tersebut. Manajemen herus benar – benar menyadari bahwa merekalah yang paling bertanggung jawab terhadap keberhasilan atau kegagalan penerapan Sistem Manajemen K3. Komitmen manajemen puncak harus dinyatakan bukan hanya dalam kata – kata tetapi juga harus dengan tindakan nyata agar dapat diketahui, dipelajari, dihayati, dan dilaksanakan oleh seluruh staf dan karyawan perusahaan. Seluruh staf dan karyawan perusahaan harus mengetahui bahwa tanggung jawab dalam penerapan Sistem Manajemen K3 bukan urusan Manajemen K3 saja, tetapi merupakan tanggung jawab seluruh personel dalam perusahaan mulai dari manajemen puncak sampai karyawan terendah. Langkah 2.
Tinjauan Awal K3
Penijauan awal kondisi keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan saat ini dilakukan dengan jalan : •
Mengidentifikasi kondisi yang ada dan dibandingkan dengan ketentuan pedoman yang ada
•
Mengidentifikasi sumber bahaya yang berkaitan dengan kegiatan ditempat kerja
•
Penilaian tingkat pengetahuan, pemenuhan peraturan perundangan dan standar keselamatan dan kesehatan kerja.
•
Membandingkan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dengan tempat kerja dan sektor lain yang lebih baik
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 33
•
Meninjau sebab akibat dari kegiatan yang membahayakan dan hal – hal lain yang terkait dengan K3
•
Menilai efisiensi dan efektifitas dari sumber daya yang telah tersedia
Langkah 3.
Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu peryataan tertulis yang ditandatangani oleh pengusaha dan atau pengurus yang memuat keseluruhan visi dan tujuan perusahaan, komitmen dan tekad melaksanakan keselamatan kerja, kerangka dan program kerja yang mencangkup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat umum dan atau operasional. Kebijakan tersebut dibuat melalui proses konsultasi antara pengurus dan wakil tenaga kerja yang kemudian harus dijelaskan dan disebarluaskan kapada semua tenaga kerja, pemasok dan pelanggan. Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja bersifat dinamik dan selalu ditinjau ulang dalam rangka peningkatan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja. Langkah 4.
Perencanaan
Perusahaan haruslah membuat perencanaan yang efektif guna mencapai keberhasilan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur. Perencanaan harus memuat tujuan, sasaran, dan indikator kinerja yang diterapkan dengan pertimbangan identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian resiko dengan persyaratan
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 34
perundangan yang berlaku serta hasil pelaksanaan tinjauan awal terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam perencanaan secara lebih rinci terbagi menjadi beberapa hal, diantaranya : •
Perencanaan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko.
•
Pemenuhan akan peraturan perundang – undangan dan persyaratan lainnya.
•
Menetapkan tujuan dan sasaran dari kebijakan K3 yang harus dapat diukur, menggunakan satuan/indikator pengukuran, dan sasaran pencapaian.
•
Menetapkan sistem pertanggung jawaban dan sarana untuk pencapaian kebijakan K3.
•
Menggunakan indikator juga sebagai informasi keberhasilan.
Langkah 5.
Implementasi
Setelah membuat komitmen dan perencanaan maka tahapan penting selanjutnya
adalah
langkah
Implementasi
penerapan
Sistem
Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dimana yang perlu diperhatikan pada tahapan ini adalah : •
Adanya jaminan kemampuan
•
Kegiatan pendukung
•
Identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian resiko
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 35
Langkah 6.
Pengukuran / Evaluasi
Pengukuran dan evaluasi ini berguna untuk mengetahui keberhasilan penerapan Sistem Manajemen Kesalamatan dan Kesehatan Kerja, melakukan identifikasi tindakan perbaikan, dan juga untuk mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Dan untuk menjaga tingkat kepercayaan terhadap data yang akan diperoleh maka beberapa proses harus dilakukan seperti kalibrasi alat, pengujian peralatan dan contoh piranti lunak dan perangkat keras. Ada tiga hal kegiatan dalam melakukan pengukuran dan evaluasi yang diperkenalkan oleh peraturan ini, yaitu : •
Inpeksi dan Pengujian Harus ditetapkan dan dijaga konsistensi dari prosedur inpeksi, pengujian dan pemantauan yang berkaiatan dengan kebijakan K3.
•
Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dilakukan
untuk
mengetahui
keefektifan
dari
penerapan
Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, hal yang perlu diperhatikan adalah : a. Sistematika dan Independen b. Frekuensi Audit berkala c. Kemampuan dan Keahlian petugasnya d. Metodologi yang digunakan
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 36
e. Berdasarkan hasil Audit sebelumnya dan sumber bahaya yang ada. f. Hasilnya dijadikan sebagai bahan tinjauan manajemen dan jika diperlukan ditindak lanjuti dengan tindakan perbaikan. •
Tindakan Perbaikan dan pencegahan Merupakan hasil temuan dari audit dan terus serta harus disetujui oleh pihak manajemen dan dijamin pelaksanaannya secara sistematik dan efektif.
Langkah 7.
Peninjauan Ulang dan Perbaikan
Peninjauan ulang ini harus meliputi : •
Evaluasi terhadap penerapan Kebijakan K3
•
Tujuan, sasaran dan kinerja K3
•
Hasil temuan Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
•
Evaluasi efektifitas penerapan SMK3
•
Kebutuhan untuk mengubah SMK3
2.3.3
Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kebijakan adalah satua arah yang ditentukan untuk dipatuhi dalam proses
kerja dan organisasi perusahaan. Kebijakan yang ditetapkan oleh manajemen menuntut partisipasi dan kerjasama dari semua pihak. Setiap peserta diberikan arahan dan pemikiran yang akan membantunya dalam mencapai sasaran hasilnya. Setiap kebijakan mengandung sasaran jangka panjang dan ketentuan yang harus
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 37
dipatuhi oleh setiap kategori fungsionaris perusahaan { Direksi, Manajer, Penyelia, Mandor } Susunan organisasi perusahaan yang mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja mencerminkan keterlibatan semua pihak, baik staf maupun lini. Fungsional lini bertanggung jawab akan pemeliharaan kondisi kerja yang aman, sedangkan fungsionaris staf wajib melibatkan diri dalam pencegahan kecelakaan. Perusahaan harus menjunjung tinggi keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan karyawan. Bekerja dengan selamat lebih diutamakan dibandingkan hasil produksi, berdasarkan hal itu dan sejalan dengan manajemen modern, maka hal berikut ini dijadikan sasaran dari setiap kegiatan : 1. Pemeliharaan kondisi kerja yang aman 2. Mentaati azas Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan setiap prosedur operasional yang dirancang untuk mencegah luka dan penyakit. 3. Mematuhi peraturan undang – undang pokok keselamatan dan kesehatan kerja
No. 1/1970 dan seluruh peraturan yang berkaitan
dengan K3. 2.4
Peraturan Perundangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sebagai landasan peraturan perundangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
bersumber dari undang – undang dasar 1945 pasal 27 ayat { 2 }, yang menyatakan bahwa “ tiap – tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Bila pasal ini dikaitkan dengan sumber daya manusia,
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 38
maka pekerjaan tersebut tidak lain adalah pekerjaan yang manusiawi dan memungkinkan tenaga kerja untuk tetap sehat dan selamat guna dapat mengembangkan diri sebagai manusia, sehingga dapat hidup dengan layak sesuai dengan harkat dan martabat manusia. Dengan kata lain, kematian, cacat, cedera, penyakit, dan lain – lain sebagai akibat dari kecelakaan dalam melakukan pekerjaan bertentangan dengan dasar kemanusiaan. Maka dari itu, atas landasan UUD 1945 tersebut lahirlah Undang – Undang dan ketentuan – ketentuan lain yang mengatur pelaksanaan dari landasan hukum tersebut. A.
Undang – Undang No. 14 Tahun 1969 Undang – Undang ini berisi tentang ketentuan – ketentuan pokok tenaga
kerja, disebutkan bahwa tenaga kerja sebagai pelaksana pembangunan harus dijamin haknya, diatur kewajibannya serta dikembangkan daya gunanya. Pasal 3 :” Tiap tenaga kerja berhak atas pekerjaaan dan penghasialan yang layak bagi kemanusiaan. “ Pasal 9
:” Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas
keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril kerja, serta perlakuan yang sesuai dengan mertabat manusia dan moral agama.” Pasal 10 :” pemerintah membina norma perlindungan tenaga kerja yang meliputi : Norma keselamatan kerja 1. Norma kesehataan kerja dan higien perusahaan 2. Norma kerja
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 39
3. Pemberian ganti rugi, perawatan, dan rehabilitas dalam hal kecelakaan kerja. B.
Undang – Undang No. 1 Tahun 1970 Undang – Undang ini biasa disebut dengan Undang – Undang Keselamatan
Kerja karena merupakan undang – undang yang memuat aturan – aturan dasar atau ketentuan – ketentuan umum mengenai keselamatan kerja dalam semua tempat kerja baik di darat, di dalam tahan, di permukaan air, maupun di udara yang berada di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Dalam Undang – Undang ini disebutkan bahwa tenaga kerja dan orang lain yang berada ditempat kerja berhak untuk mendapatkan jaminan keselamatan dan kesehatan. Selain itu juga disebutkan bahwa sumber produksi yaitu peralatan, material, manusia { tenaga kerja }, metode kerja harus dipergunakan secara aman. Bagi pemerintah disebutkan bahwa berkewajiban untuk melaksanakan segala upaya norma – norma perlindungan kerja yang dibutuhkan. Berkaitan dengan ini maka pemerintah melalui Departemen Tenaga Kerja mengeluarkan sejumlah peraturan yang berkenaan dengan keselamatan dan kesehataan kerja, antara lain ; 1. Keputusan Presiden No. 22 tahun 1993 tentang penyakit yang timbul akibat kerja, dimana dalam peraturan ini tercantum berbagai jenis penyakit yang ada kaitannya dengan jenis kerja. 2. Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 tahun 1964 tentang syarat – syarat kesehatan, kebersihan, dan penerangan di tempat kerja.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 40
Persyaratan ini dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kebakaran, keracunan, penularan penyakit atau timbulnya penyakit yang disebabkan gangguan debu, gas, uap, dan bau – bauan yang tidak menyenangkan serta untuk meningkatkan kebersihan dan ketertiban, syarat – syarat penerangan, suhu, dan peredaran udara yang cukup. 3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 01 tahun 1976 tentang Kewajiban Pelatihan Hiperkes bagi Dokter Perusahaan. Latihan Hiperkes ini merupakan syarat mutlak untuk dapat dibenarkan atau disahkan sebagai dokter periksa kesehatan tenaga kerja seperti dimaksudkan oleh Undang – undang No. 1 tahun 1970
pasal 8.
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 1 tahun 1970 tentang Kewajiban Pelatihan Hiperkes bagi Tenaga Paramedis Perusahaan. Latihan ini merupakan
syarat
bagi
tenaga
kerja
paramedis
untuk
dapat
menyelengarakan pelayanan Hiperkes di Perusahaan atas petunjuk dan bimbingan dokter perusahaan. 5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 01 tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja. Pemeriksaaan yang dimaksud disini dibagi dalam : Pemeriksaan sebelum bekerja { awal } Pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter kepada seorang tenaga kerja sebelum melakukan pekerjaan.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 41
Pemeriksaan kesehatan berkala { periodik } Pemeriksaan pada waktu – waktu tertentu terhadap tenaga kerja yang dilakukan sekurang – kurangnya 1 tahun sekali kecuali ditentukan Dirjen Binawas. Pemeriksaan Khusus Pemeriksaan kesehataan yang dilakukan oleh dokter secara khusus terhadap tenaga kerja bila akan dietempatkan pada tempat kerja tertentu atau untuk keperluan 6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 01 tahun 1981 tentang kewajiban melapor penyakit akibat kerja. Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Setiap penyakit akibat kerja yang ditemukan dalam pemeriksaan kesehataan secara berkala atau khusus wajib dilaporkan secara tertulis ke Departement Tenaga Kerja setempat selambat – lambatnya 2 x 24 jam setelah penyakit itu dibuat diagnosanya. 7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 03 tahun 1983 tentang pelayanan kesehatan kerja. Pelayanan kesehatan kerja adalah suatu usaha yang dilakukan dengan tujuan : Memberukan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik fisik maupun mental, terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan tenaga kerja.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 42
Melindungi tenaga kerja terhadap segala gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan dan lingkungan kerja. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental { rohani } bagi tenaga kerja yang menderita sakit. 8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 02 tahun 1985 tentang keselamatan dan kesehatan kerja pemakai Asbes 9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 02 tahun 1986 tentang keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja mengelola Pestisida. Undang – Undang No. tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja menyebutkan unsur – unsur K3 meliputi : ¾ Tempat kerja ¾ Tenaga kerja ¾ Sumber bahaya ¾ Alat produksi ¾ Lingkungan ¾ Sifat pekerjaan ¾ Cara kerja ¾ Proses produksi Dilihat
dari
keterkaitan
antara
muatan
yang
terdapat
dalam
Undang – Undang No. 1 tahun 1970 dan peraturan perundangan yaqng menjadi deveriatnya tampak bahwa pengaturan mengenai pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja masih bersifat parsial, sebab peraturan – peraturan perundangan
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 43
tersebut belum mengintegrasikan pengelolaan unsur – unsur K3 kedalam system manajemen yang diterapkan oleh masing – masing tempat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja masih belum ditetapkan sebagai bagian dari tujuan yang harus dicapai oleh manajemen. 2.5
Statistik Kecelakaan Akibat Kerja Statistik kecelakaan akibat kerja meliputi kecelakaan yang dikarenakan
oleh atau diderita pada waktu menjalankan pekerjaan, yang berakibat pada kematian atau kelainan – kelainan, dan meliputi penyakit – penyakit akibat kerja. Selain itu, statistik industri dapat pula mencangkup kecelakaan yang dialami tenaga kerja selama dalam perjalanan ke atau dari perusahaan. Satuan perhitungan kecelakaan untuk statistik adalah peristiwa kecelakaan, sehingga untuk seorang tenaga kerja yang menderita dua atau lebih kecelakaan dihitung banyaknya peristiwa kecelakaan tersebut. 2.5.1
Pengumpulan Statistik Kecelakaan Statistik kecelakaan mungkin dikumpulkan pada suatu perusahaan, pada
perusahaan – perusahaan di suatu daerah, pada perusahaan – perusahaan dari suatu jenis industri atau untuk seluruh perusahaan pada suatu negara. Statistik – statistik khusus mungkin pula dikumpulkan mengenai jenis – jenis kecelakaan tertentu { misalnya kecelakaan oleh karena arus listrik atau kecelakaan oleh karena tangga }, tentang golongan – golongan tenaga kerja tertentu { misalnya tenaga kerja muda } atau untuk memperoleh keterangan lain.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 44
Statistik mengenai hal yang sama untuk tahun – tahun yang berlainan sangat berguna untuk menilai apakah kecelakaan – kecelakaan tersebut bertambah atau berkurang dan berapa efektif tidaknya usaha pencegahannya. Statistik mengenai berbagai perusahaan dengan kondisi – kondisi yang kira – kira serupa dimana dimaksudkan untuk menilai yang lebih baik dan keadaan – keadaan positif yang dapat diterapkan bersama untuk pencegahan yang lebih baik. Keterbatasan pokok mengenai sifat perbandingan statistik kecelakaan terletak pada maksud ganda pengumpulannya, yaitu penggunaanya untuk pencegahaan kecelakaan dan dalam konpensasi kecelakaan. Dalam rangka pencegahaan kecelakaan, statistik harus memberikan keterangan lengkap tentang sebab, frekuensi, perusahaan dan pekerjaan, serta juga faktor – faktor lain yang mempengaruhi resiko kecelakaan kerja. Sebaliknya, dalam hubungan konpensasi, statistik digunakan terutama untuk keperluan administrasi dan mesti menunjukkan banyaknya kecelakaan menurut tingkat beratnya, lamanya cacat dan besarnya uang dibayar untuk kompensasi. Kegagalan untuk membedakan kedua maksud pengumpulan satistik tersebut terbukti menghambat usaha pencegahan kecelakaan. Statistik untuk pencegahan kecelakaan tidak boleh dibuat perencanaannya untuk memenuhi persyaratan statistik bagi keperluan kompensasi kecelakaan. Pokok – pokok pikiran dibawah ini sangat perlu untuk memenuhi sifat perbandingan yang diharapkan bagi statistik yang maksudnya adalah pencegahan kecelakaan ;
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 45
1. Statistik kecelakaan harus disusun atas dasar definisi yang seragam mengenai kecelakaan – kecelakaan dalam industri, dalam kerangka tujuan pencegahan pada umumnya dan sebagai ukuran resiko – resiko kecelakaan pada khususnya. Semua kecelakaan yang didefinisikan demikian harus dilaporkan dan ditabulasikan secara beragam. 2. Angka – angka frekwensi dan beratnya kecelakaan harus dikumpul atas dasar cara seragam. Harus ada pembatasan seragam tentang kecelakaan, cara seragam untuk mengukur waktu menghadapi resiko,dan cara seragam untuk menyatakan besarnya resiko. 3. Klasifikasi industri dan pekerjaan untuk keperluan statistik kecelakaan harus selalu seragam. 4. Klasifikasi kecelakaan menurut keadaan – keadaan terjadinya dan menurut sifat dan letak luka atau kelainan harus seragam, dan dasar – dasar yang dipakai untuk menetapkan kriteria pemikiran harus selalu sama. 2.5.2
Tingkat Kepercayaan Suatu Statistik Kecelakaan Tidaklah selalu mungkin untuk memperoleh statistik kecelakaan yang
memenuhi 100% ketelitian. Ada pengusaha – pengusaha yang tidak melaporkan kecelakaan kepada pihak yang berwenang, oleh karena ketidak – tahuannya, terlupakan, atau tak terpenuhinya persyaratan – persyaratan keselamatan, sehingga peristiwa kecelakaan disembunyikan terhadap pengawas keselamatan kerja. Pengusaha kadang – kadang mau melaporkan peristiwa kecelakaan kerja yang
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 46
terjadi kepada dana kompensasi, tetapi tidak pada pengawas, maka dari itu kerjasama antara dana tersebut dengan pengawas harus berjalan dengan baik. Seringnya hanya kecelakaan berat saja yang dilaporkan, sedangkan kecelakaan ringan cukup diobati di klinik – klinik perusahaan. Tidak jarang pula, kecelakaan dan kompensasinya diselesaikan oleh pihak pengusaha dan buruh secara diam – diam.Hal ini sangat merugikan usaha pencegahan kecelakaan yang sesungguhnya. Tingkat kepercayaan suatu statistik kecelakaan juga sangat tergantung kepada standar – standar statistik kecelakaan yang dipakai secara seragam. Dalam hal ini diperlukan pembatasan yang tegas misalnya mengenai jenis kecelakaan menurut akibatnya, misalnya kecelakaan dengan : 1.
Kematian, yaitu kecelakaan – kecelakaan yang menyebabkan kematian.
2.
Cacat menetap, yaitu kecelakaan – kecelakaan yang berakibat pembatasan atau gangguan fisik atau mental yang menetap.
3.
Cacat
sementara,
yaitu
kecelakaan
–
kecelakaan
yang
menyebabkan tidak mampu bekerja sekurang – kurangnya satu hari setelah hari terjadinya kecelakaan. 4.
lain – lain, yaitu kecelakaan – kecelakaan yang tidak termaksuk ketiga golongan tersebut diatas.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 47
2.5.3
Perhitungan Angka – Angka Kecelakaan American National Standard Institute {ANSI} menerbitkan metode standar
untuk mengukur kinerja dengan menggunakan Ratio Kekerapan Cidera {injury
frequenc
rate}
dan
pengukuran
Ratio
Keparahan
Cidera
{injury severity rate}. Kedua angka ini membandingkan jumlah kejadian kecelakaan dan jumlah hari hilang karena kecelakaan dengan jumlah jam orang bekerja. Kedua ratio ini distandarisasi
sehingga
kinerja
yang
diukur
dengan
ratio
ini
dapat
diperbandingkan. Dengan menggunakan ratio ini kinerja perusahaan untuk kurun waktu yang berbeda bisa pula dibandingkan. Ratio Kekerapan Cidera Menurut standar ANSI ratio kekerapan cidera ialah jumlah cidera yang penyebabnya tidak bisa bekerja per sejuta orang pekerja, dengan rumus : Jumlah Korban x 1.000.000 Ratio Kekerapan Cidera
= Jumlah Man – Hours Kerja
Ratio Keparahan Cidera Sedang ratio keparahan cidera ialah jumlah hari kerja yang hilang per sejuta jam pekerja dengan rumus : Hari Kerja yang Hilang x 1.000.000 Ratio Keparahan Cidera
= Jumlah Man – Hours Kerja
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 48
Yang dimaksud dengan hari kerja yang hilang terdiri dari hari kerja hilang yang aktual yaitu jumlah hari kerja pekerja tidak dapat masuk bekerja karena cidera dan hari kerja sebagai nilai dari beratnya cacat tetap yang dibebankan sebagai hari kerja hilang. Misalnya sesuai standar ANSI tabel 2.1, mati dinilai dan dibebankan 6000 hari kerja demikian pula cacat tetap total. Cacat tetap sebagian dinilai sesuai dengan berat cacatnya misal kehilangan tangan dinilai 600 hari kerja. Nilai yang dibebankan lebih besar dari kehilangan hari kerja yang sesungguhnya sebagai
konpensasi
turunnya
kemampuan
kerja
karena
cacat
tetapnya
{ Sahab MS, 1997, h 95 }. Untuk menghitung jumlah man – hours kerja yang digunakan dalam perhitungan ratio cedera adalah jumlah total jam kerja karyawan dalam setahun atau sebulan dikurangi jumlah absensi pekerja dalam setahun atau sebulan { ILO, 1982, h 32 }.Memperhitungkan hari kerja yang hilang karena cedera akibat kerja, yang sebenarnya adalah hari seorang pekerja tidak bisa masuk kerja, yang diperhitungkan mulai shift hari berikutnya. Pada cacat anatomis atau cacat fungsi digunakan konversi nilai cacat kedalam hari kerja yang hilang sesuai tabel 2.1 dibawah ini { Sahab MS, 1997, h 100 }.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 49
Kehilangan Hari Kerja Akibat Cacat
Tabel 2.1
A. Kerugian Anggota Badan Karena Cedera atau Pembedahan 1. Tangan dan Jari Amputasi seluruh
Ibu jari
Telunjuk
Jari
Jari
Kelingking
atau sebagian tulang
{ Hari }
{ Hari }
tengah
manis
{ Hari }
{ Hari }
{ Hari }
Ruas ujung
300
100
75
60
50
Ruas tengah
-
200
150
120
100
Ruas bawah
600
400
300
240
200
Bagian telapak
900
600
500
450
400
2. Kaki dan Jari Jari kaki { Hari }
Ibu jari { Hari }
Jari lain { Hari }
Ruas ujung
150
35
Ruas tengah
-
75
Ruas bawah
300
150
Bagian telapak
600
350
Pergelangan : 3000
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 50
3. Lengan { Hari } Tiap bagian dari pergelangan sampai siku
3600
Tiap bagian dari siku sampai sendi bahu
4500
4. Tungkai { Hari } Tiap bagian dari atas mata kaki sampai lutut
3000
Tiap bagian dari atas lutut sampai pangkal paha
5400
B. Kehilangan Fungsi { Hari } Satu mata
1800
Dua mata
6000
Satu telinga tidak berfungsi
600
Dua telinga tidak berfungsi
3000
Lumpuh total
6000
Meninggal dunia
6000
C. lumpuh Total atau Mati { Hari } Lumpuh total menetap
6000
Mati
6000
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 51
2.6
Alat Kontrol Statistik Pengumpulan statistik kecelakaan bukanlah hanya semata – mata untuk
keperluan research dan study dengan maksud pencegahan kecelakaan. Walaupun hal ini merupakan alasan utama namun demikian statistik kecelakaan penting juga untuk memberikan informasi kepada semua orang tentang situasi kecelakaan, dengan ini akan memberi peringatan kepada mereka akan bahaya kecelakaan yang terlihat dalam statistik tersebut agar mereka berusaha terhindar dari kecelakaan dengan menjaga keselamatan kerja. Maka diinginkan pula data statistik yang disajikan tidak hanya berupa angka – angka tetapi berupa gambar – gambar atau grafik, sehingga akan lebih mudah dibaca dan diamati. Dalam penelitian ini, peralatan statistik yang digunakan untuk menganalisa permasalahan kecelakaan kerja yang terjadi menggunakan beberapa alat kontrol statistik yang sering dipakai untuk program perbaikan dan peningkatan kualitas, seperti diagram pareto, histogram, diagram sebab akibat, diagram penyebaran, dan uji kelinieran regresi. 2.6.1
Statistik Deskriptif Alat bantu Descriptive Statistic menyediakan sebuah tabel statistic
deskriptif untuk satu kumpulan nilai masukan atau lebih. Analisis data statistic paling sederhana adalah analisis statistic deskriptif, dimana inti dari analisis dari analisa satatistik ini adalah mengumpulkan, meringkas, dan menyajikan data dalam bentuk yang mudah dibaca. Analisa ini menghitung beberapa statistic sederhana seperti Rata – rata, Standar Deviasi, Kuartil, Median, Nilai terbesar, dan Nilai
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 52
terkecil. Dibawah ini penulis akan memberikan contoh membuat Analisa Deskriptif dengan Microsoft Excel 2007. Tabel 2.2 Data produk rusak / cacat
SATTISTIK DESKRIPTIF DATA PRODUK RUSAK/CACAT
GRUP
PIMPINAN GROUP
PRODUK RUSAK
A
Agus
6 Buah
B
Hendry
8 Buah
C
Edward
7 Buah
D
Eko
16 Buah
E
Dudung
6 Buah
F
Pupung
8 Buah
G
Haris
4 Buah
H
Hermawan
7 Buah
I
Doni
3 Buah
J
Diana
2 Buah
K
Eri
17 Buah
L
Ali
9 Buah
Berdasarkan data diatas, dengan menggunakan Descriptive Statistics di Microsoft Excel 2007 akan ditampilkan hasil pengolahan beberapa data yang dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam menganalisa data lebih lanjut. Tahapan pembuatan Analisa Deskriptif kasus diatas adalah sebagai berikut : Langkah Pertama ; Klik tombol Data Analysis yang terdapat dalam group Analysis pada ribbon Data. Jendela atau kotak dialog data analysis ditampilkan. Pilih dan klik ganda Deskriptive Statistics dan tekan tombol OK pada kotak dialog Data Analysis. Jendela / kotak dialog Descriptive Statistic ditampilkan.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 53
Langkah Kedua
:
Melakukan pemilihan dan pengisian data seperti
dibawah ini. Input Range ; Isi data yang akan diolah, dengan memblok atau sorot range. Grouped By : Klik salah satu tombol pilih Columns untuk mengelompokan data berdasarkan kolom atau Rows jika data dikelompokan berdasarkan baris. Label in First row : Tandai kotak periksa jika input range termaksuk judul pada baris pertama atau dibiarkan kosong jika anda tidak menyertakan judul dalam input range. Output Options : kilk salah satu tombol pilihan untuk menempatkan hasil olah data yaitu, Output Range ; ( dalam lembar kerja yang sama, selanjutnya tentukan posisi alamat sel awal ) atau New worksheet Ply ( hasil ditempatkan dalam sheet baru ) atau New Workbook ( hasil ditempatkan dalam buku kerja baru ). Berikan tanda contreng pada Summary statistic, Confidence level for mean dengan default 95% atau tingkat signifikasi 5%. Lalu klik tombol perintah OK, tunggu sejenak program aplikasi Excel akan memproses data dan hasil, dapat dilihat melalui gambar berikut.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 54
Tabel 2.3 Statistik Deskriptif Produk Cacat / Rusak STATISTIK DESKRIPTIF PRODUK CACAT/RUSAK Mean Standard Error
7,75 1,326450036
Median
7
Mode
6
Standard Deviation
4,594957711
Sample Variance
21,11363636
Kurtosis
0,835919499
Skewness
1,117010436
Range
15
Minimum
2
Maximum
17
Sum
93
Count
12
Largest(1)
17
Smallest(1) Confidence Level(95,0%)
2 2,919496842
Analisa Berdasarkan hasil olah data tersebut, dapat dilakukan analisa sebagai berikut ini : Rata – rata ( Mean / Average ) Istilah “ rata – rata ( Average ) ” ini sebenarnya meliputi beberapa ukuran pemusatan. Rata – rata ( average ) adalah nilai khas yang mewakili sifat tengah, atau posisi pusat dari suatu kumpulan nilai data. Dalam prakteknya seringkali istilah “ rata – rata “ mengacu pada mean aritmetika atau mean. Mean aritmatika dirumuskan sebagai berikut :
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 55
Data Tidak Terkelompok
=
∑
( untuk suatu sampel )
∑N
=
( untuk suatu populasi )
N
Data Terkelompok
= =
∑
, ∑
∑K ∑K
f , f
= =
∑
∑
,
, N
( untuk suatu sampel )
( untuk suatu populasi )
Dimana : = Mean aritmetika dari suatu sampel = Mean aritmetika dari suatu populasi xi
= Nilai dari data ( variabel x )
k
= Jumlah interval kelas dalam suatu sampel
K
= Jumlah interval kelas dalam suatu populasi
n
= Banyaknya data x dalam suatu sampel
N
= Banyaknya data x dalam suatu populasi
fi
= Frekuensi atau jumlah pengamatan dalam sebuah interval kelas
x m,i = Nilai tengah dari interval kelas Mean diatas sebesar 7,75 yang berarti rata – rata produk cacat adalah 8 produk.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 56
Median Median menyatakan posisi tengah dari nilai data terjajar ( data array ). Secara geometris, median merupakan niali dari absis – x yang bertepatan dengan garis vertical yang membagi daerah di bawah polygon menjadi dua daerah yang luasnya sama. Median dihitung dengan rumusan berikut. Uraian yang di jabarkan hanya untuk data sampel saja. Data Tidak Terkelompok Nilai tengah atau mean aritmetika dari dua nilai tengah suatu jajaran data ( array ) Data terkelompok
Median =
= Li +
n 2
∑f l
( prinsip interpolasi )
Dimana : Li
= Batas bawah nyata kelas dari kelas median ( kelas yang memuat median )
n
= Banyaknya data ( jumlah seluruh frekuensi
∑
= Jumlah frekuensi seluruh kelas yang lebih rendah dari kelas
Median median =
c
Frekuensi kelas median
= Lebar interval kelas median
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 57
Modus / Mode Modus dari sekumpulan nilai data adalah nilai yang paling sering muncul atau yang frekuensinya terbesar. Dalam suatu kumpulan nilai data, modus ini mungkin ada mungkin juga tidak, dan kalaupun ada tidak selalu unik ( tunggal ). Modus ditentukan dengan rumusan berikut ( agar lebih ringkas, uraian yang diberikan hanyalah untuk sampel saja ). Data tidak terkelompok Nilai data yang paling sering muncul ( frekuensinya paling besar ) Data terkelompok
Modus =
= Li +
c
( prinsip interpolasi )
Dimana : Li
c
= Batas bwah nyata kelas dari kelas modus (kelas berfrekuensi terbesar) 1
= Selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sebelumnya
2
= Selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sesudahnya = lebar interval kelas median
Nilai modus pada soal diatas terdapat tiga angka yang munculnya sama banyak tapi diambil nilai terkecil dari nilai yaitu 6.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 58
Deviasi Standard / Simpangan Baku Deviasi standard ( standard deviation ) atau simpangan baku merupakan
ukuran penyebaran yang paling sering digunakan. Mayoritas nilai data cenderung berada dalam satu deviasi standard dari mean, dan hanya sebagian kecil saja yang terletak diluar dari tiga deviasi standard dari meannya. Data tidak terkelompok :
s×
σ×
∑
– ²
=
=
∑N
– ² N
∑
=
∑
²
=
∑N
²
( Sampel )
²
μx²
N
( Populasi )
Data terkelompok
s×
σ×
=
=
∑
∑K
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
, – ²
=
, – µ ² N
∑
∑
² ,
=
∑K
(Sampel )
² , N
, ²
μx²
( Populasi )
41606110044
TUGAS AKHIR 59
Dimana : Sx
= Deviasi standard dari suatu sampel
Σx
= Deviasi standard dari sampel = Mean aritmetika dari suatu sampel
μx
= Mean aritmetika dari suatu populasi Nilai dari data variabel x
i
Frekuensi atau jumlah pengamatan dalam sebuah interval kelas
, i k
Nilai tengah dari interval kelas Jumlah interval kelas dalam suatu sampel
K
= Jumlah interval kelas dalam suatu populasi
n
= Banyaknya data x dalam suatu sampel
N
= Banyaknya data x dalam suatu populasi
Nilai Deviasi Standard atau simpangan baku dari soal di atas adalah 4,594
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 60
Varians Merupakan kuadrat dari deviasi standard, sehingga untuk sampel dinyatakan sebagai s
² dan untuk populasi dinyatakan sebagai σ
².
Sifat penting mengenai varians adalah varians kombinasi
combined/pooled variance .
Nilai Sample variance dari soal diatas adalah S ² 21,1136. Kurtosis Kurtosis adalah derajat keruncingan ( peakednes ) atau keceperan
( flatnes ) dari suatu distribusi relative terhadap distribusi normal. Sebuah distribusi yang memiliki puncak relative tinggi disebut kurva leptokurtic, sedangkan kurva yang puncaknya ceper / rata ( flat – topped ) disebut kurva platykurtic. Kurva normal yang tidak terlalu runcing atau ceper disebut kurva mesokurtic. Salah satu ukuran kurtosis menggunakan momen simpangan terhadap mean keempat dalam bentuk tidak berdimensi yang didefinisikan sebagai Koefisienan Momen Keruncingan ( Kurtosis )
a4,x =
4, x
⁴
=
4, x
²₂,
Kurtosis atau tingkat keruncingan distribusi 0,8359195
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 61
Skewness Skewness ( kemencengan ) adalah derajat ketidaksimetrisan atau penyimpangan dari kesimetrisan suatu distribusi. Jika kurva frekuensi ( polygon frekuensi yang dimuluskan ) dari sebuah distribusi mempunyai ekor yang lebih panjang kearah kanan dari maksimum di pusat dibandingkan dengan yang kearah kiri, dikatakan bahwa distribusi itu menceng ke kanan, atau memiliki kemencengan positif ( positif skewness ), sebaliknya disebut menceng ke kiri, atau memiliki kemencengan negative ( negatif skewness ). Dalam ke banyak aplikasi tehnik, suatu ukuran kemencengan yang paling banyak digunakan adalah dengan menggunakan momen simpangan terhadap mean ketiga dalam bentuk tak berdimensi yang dinyatakan sebagai Koefisien Momen Kemencengan :
a3,x =
⁄
,x
3
=
,x
√ ₂,
=
, ⁄√
³,
Nilai Skewness atau tingkat kemencengan dari data diatas adalah sebesar 1,1170104
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 62
Range / ( Jangkauan / Kisaran ) Jangkauan atau kisaran menyatakan perbedaan dari nilai terbesar dan terkecil dari suatu jajaran data.
R = Xmax - Xmin Dimana : R
= Jangkauan / Kisaran ( Range )
Xmax
= Nilai data terbesar
Xmin
= Nilai data terkecil
Simpangan / Kisaran dari data diatas adalah 15. Max & Min Min adalah produk cacat terkecil dalam prose propduksi sebanyak 2 buah dan maximum sebesar 17 buah. Sum & Count Sum adalah jumlah produk cacat, Count adalah banyak data yang dianalisa sebanyak 12. Confidence Level Confidence Level pada 95% didapat angka 2,92, berarti tingkat keyakinan 95% rata – rata produk cacat berada diantara 7,75 ± 2,92
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 63
2.6.2
Diagram Pareto Diagram Pareto diperkenalkan oleh seorang ahli yaitu Alfredo Pareto
{ 1848 }. Diagram Pareto ini merupakan suatu gambar yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut urutan rangking tertinggi hingga terendah. Hal ini dapat membantu menemukan permasalahan yang paling penting untuk segera diselesaikan { ranking tertinggi } sampai dengan masalah yang tidak harus segera diselesaikan { rangking terendah }. Diagram Pareto juga dapat mengidentifikasi masalah yang paling penting yang mempengaruhi usaha perbaikan kualitas dan memberikan petunjuk dalam mengalikosikan sumber daya yang terbatas untuk menyelesaikan masalah {Mitra, 1993} Selain itu, Diagram Pareto juga dapat digunakan untuk membandingkan kondisi proses, misalnya ketidaksesuaian proses. Penyusunan Diagram Pareto sangat sederhana. Menurut Mitra { 1993 } dan Besterfield { 1998 }, proses penyusunan Diagram Pareto meliputi enam langkah, yaitu : 1. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikaisan data, misalnya berdasarkan masalah, penyebab, jenis ketidaksesuaian, dan sebagainya. 2. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan karakteristik tersebut, misalnya rupiah, frekuensi, unit, dan sebagai. 3. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan. 4. Merangkum data dan membuat rangking kategori data tersebut dari yang terbesar hingga yang terkecil.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 64
5. Menghitung frekuensi kumulatif atau persentasi kumulatif yang digunakan. 6. Menggambar diagram batang, menunjukkan tingkat kepentingan relatif masing – masing masalah. Mengidentifikasi beberapa hal yang penting untuk mendapat perhatian. Vilfredo Pareto, menemukan aturan 80/20 dengan melakukan studi akan distribusi kekayaan dari berbagai Negara. Ia menyimpulkan bahwa 20% minoritas menguasai 80% kekayaan masyarakat. Aturan ini tetap relevan untuk diterapkan pada berbagai bidang, termaksuk dalam inisiatif pengembangan kualitas ; 20% dari kecacatan akan menyebabkan 80% dari masalah. Penelitian lebih lanjut oleh Dr. Juran dalam manajemen kualitas menyatakan aturan Vital few and trial many atau 20% dari sesuatu bertanggung jawab akan 80% hasil – hasilnya. Aturan ini juga berarti sesuatu yang sedikit ( 20% ) adalah vital dan yang banyak adalah sepele. Contoh pada suatu bisnis cepat saji, salah satu bauran produknya adalah melayani pesanan rumah. Bisnis berkembang dengan cepat, seiring dengan itu banyak keluhan pelanggan yang muncul. Perusahan ingin berbenah namun bingung mana yang harus ditangani terlebih dahulu. Berikut daftar keluhan yang terjadi.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 65
Tabel 2.4 Jenis dan jumlah Keluhan pelanggan
No 1 2 3 4 5 6 7
Macam Keluhan ( kecacatan ) Rasa tidak standart Masakan sudah dingin Tidak sesuai pesanan A B C D
Jumlah 10 25 5 30 1 2 1
8
E
3
Langkah – langkah dalam melakukan diagram Cause & effect : 1. Transfer data dalam Minitab 2. Pilh Stat > Quality tools > Pareto Chart, layar monitor akan memperlihatkan kotak dialog Pareto Chart. 3. Dalam kotak dialog, pilih Chart defect table. Kemudian, masukan variabel masalah dalam labels in dan variabel kehilangan dalam Frequencies in. 4. Klik OK. Setelah itu akan muncul tampilan yang menunjukan output diagram Pareto yang dihasilkan oleh Minitab. Diagram Pareto tidak berbeda jauh dengan Histogram, yang membedakan Pareto mempunyai urutan dalam kategori cacat mulai dari jenis cacat yang memiliki frekuensi paling banyak hingga paling sedikit.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 66
ParetoChartof Kecacatan 80
100
70
80 Percent
60
Jumlah
50
60
40
40
30 20
20
10
Kecacatan
0
b d a in ar nan g m d al n idn a a es st an ah p m d ak uai u d igri s ti es n n a s e a s p ak Ra dak s tku a Ti a M W Jumlah 30 25 10 5 3 2 Percent 39,0 32,5 13,0 6,5 3,9 2,6 Cum% 39,0 71,4 84,4 90,9 94,8 97,4
r ht e O
0
2 2,6 100,0
Gambar 2.2 Diagram Pareto Custemert complain
Dari diagram pareto terlihat 84,5% masalah vital terjadi pada : waktu pengiriman ( 39% ), masakan dingin ( 32,5% ), dan rasa tidak standart ( 13% ). Masalah tersebut harus mendapatkan prioritas penyelesaian terlebih dahulu.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 67
2.6.3
Diagram Sebab – Akibat Diagram sebab – akibat dikembangkan oleh Dr. Ishikawa pada tahun 1943,
sehingga sering disebut dengan diagram Ishikawa. Diagram sebab – akibat menggambarkan garis dan symbol – symbol yang menenjukkan hubungan antara akibat dan penyebab suatu masalah. Diagram tersebut memang digunakan untuk mengetahui akibat dari suatu masalah untuk selanjutnya diambil tindakan perbaikan. Dari akibat tersebut kemudian dicari beberapa kemungkinan penyebabnya. Penyebab masalah ini pun dapat berasal dari berbagai sumber utama, misalnya metode kerja, bahan, pengukuran, karyawan, lingkungan, dan seterusnya. Selanjutnya, dari sumber – sumber utama tersebut diturunkan menjadi beberapa sumber yang lebih kecil dan mendetail, misalnya dari metode kerja dapat diturunkan menjadi pelatihan, pengetahuan, kemampuan, karakteristik fisik, dan sebagainya. Untuk mencari berbagai penyebab tersebut dapat digunakan teknik brainstorming dari seluruh personil yang terlibat dalam proses yang sedang dianalisis. Manfaat diagram sebab – akibat tersebut antara lain : 1.
Dapat menggunakan kondisi yang sesungguhnya untuk tujuan perbaikan kualitas produk atau jasa, lebih efisien dalam penggunaan sumber daya, dan dapat mengurangi biaya.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 68
2. Dapat
mengurangi
dan
menghilangkan
kondisi
yang
menyebabkan
ketidaksesuaian produk atau jasa dan keluhan pelanggan. Dapat membuat suatu standarisasi operasi yang ada maupun yang direncanakan. Dapat memberikan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan dalam kegiatan pembuatan keputusan dan melakukan tindakan perbaikan. 3. Selain digunakan untuk mencari penyebab utama suatu masalah, diagram sebab – akibat juga dapat digunakan untuk mencari penyebab minor yang merupakan bagian dari penyebab utamanya. Selain itu diagram Cause & Effect digunakan untuk mengorganisasikan informasi hasil brainstorming sebab – seba suatu masalah. Diagram ini sering disebut juga dengan diagram fishbone atau Ishikawa. Disebut diagram fishbone karena bentuknya yang mirip dengan tulang ikan dan disebut Ishikawa untuk menghormati sang penemu. Hasil brainstorming masalah dikelompokkan ke dalam beberapa tema sebab utama penggunaan diagram affinity dan tree sangat membantu dalam pengelompokan tersebut. Tidak ada aturan baku pengelompokan pada suatu pola tertentu. Secara default, minitab menggunakan enam pola sebab utama, yaitu Personal, Material, Methods, Measurement, dan Evironment. Pada Minitab, cabang tulang
ikan
bagian
atas
merupakan
variabel
bernomor
ganjil
( Personal, Material, dan Measurement ). Sedangkan cabang tulang ikan bagian bawah merupakan variabel bernomor genap ( Mechine, Methods, da Eviroment ).
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 69
Contoh dalam penggunaan pola : Orang, Mesin, Material, dan Metode. Perusahaan menghadapi masalah akan borosnya pemakaian bahan bakar pada kendaraan bermotor. Setelah dilakukan brainstorming terhadap sebab – sebab masalah dan pemakaian diagram affinity maka didapat hasil sebagai berikut : Ada empat kategori sebab utama borosnya pemakaian bahan bakar pada kendaraan bermotor, yaitu sebab orang, mesin, material, dan methode.
Tabel 2.5 Kategori sebab borosnya pemakaian bahan bakar
Orang
Mesin
Kebiasaaan
Setelan
menyetir
yang salah
Material
Metode
karburator Tingkat oktan yang tidak Mengendarai sesuai
terlalu cepat
yang buruk
Perawatan
Tekanan ban yang tidak Pemberian pelumas yang Menggunakan
yang buruk
sesuai
tidak sesuai
gear yang salah
Selanjutnya gunakan diagram tree untuk melihat gambaran kasar masing – masing tulang sirip ikan pada diagram Fishbone / cause and effect.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 70
Langkah – langkah dalam membuat diagram cause & effect : 1. Transfer data dalam Minitab 2. Klik Stat => Quality Control => Cause and Effect sehingga akan muncul kotak dialog Cause and Effect Diagram. 3. Klik baris pertama pada kolom Causes. Hal itu akan mengakibatkan seluruh variabel masalah muncul pada kotak pojok kiri. Pilih variabel Orang dan tekan Select sehingga variabel tersebut akan masuk pada kolom Causes baris pertama. Klik tombol Sub maka akan muncul kotak dialog Causes and Effect Sub Branches. Pada kolom label secara otomatis akan terdaftar sub – sub masalah dan orang. 4. Lakukan langkah yang sama untuk variabel Mesin, Material, dan Metode. Selanjutnya ketik Pemakaian bahan bakar yang boros pada kotak Effect dan beri tanda Check pada Do not display empty branches. 5. Klik OK sehingga akan diperoleh diagram berikut :
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 71
Cause-and-Effect Diagram Material
Personnel
Tingkat oktan yang tidak sesuai
Kebiasaan menyetir buruk
Pemberian minyak pelumas yang tidak sesuai
Perawatan yang buruk
menggunakan gear yang salah Mengendarai terlalu cepat Methods
tekanan ban yang tidak sesuai
Pemakai an Bahan bakar yang boros
Setelan karburator yang salah Machines
Gambar 2.3 Diagram Cause and Effect Pemakaian Bahan Bakar yang Boros
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 72
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian dilakukan berangkat dari masalah. Sedangkan masalah itu, merupakan “kesenjangan” dari apa seharusnya dengan apa yang terjadi, kesenjangan antara rencana dengan pelaksanaan, kesenjangan antara antara teori dengan praktek, dan kesenjangan antara aturan dengan pelaksanaan. Masalah itu muncul pada ruang, tempat dan waktu yang berbeda.
Penelitian dilakukan dengan satu proses yang panjang yang terdiri dari berbagai tahapan. Tahapan – tahapan dalam suatu penelitian merupakan proses yang kompleks dan terkait secara sistematik. Pada setiap tahapnya, penelitian harus memenuhi kaidah ilmiah, sehingga perlu dikerjakan secara cermat, kritis dan sistematis. Teori – teori yang disajikan adalah dasar untuk melakukan penelitian, sehingga dapat memperkuat hasil penelitian dan pencapaian tujuan penelitian.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 73
Metodologi penelitian mencakup tahapan – tahapan yang dilakukan dalam penelitian yang dimulai dari perumusan masalah sampai dengan penarikan kesimpulan dan saran, sehingga penelitian ini dapat dilakukan dengan terarah dan memudahkan dalam menganalisa permasalahan yang ada.
3.1
Penelitian Pendahuluan Dalam penelitian pendahuluan ini data diambil secara langsung ke
PT. Bintang Toedjoe dan meminta keterangan dari pihak yang bersangkutan. Tujuan dari tahap ini adalah untuk mengetahui situasi dan kondisi perusahaan tersebut. Data yang diambil tersebut digunakan untuk mengetahui masalah yang dihadapi perusahaan tersebut, latar belakang timbulnya masalah – masalah tersebut dan hal – hal lain yang terkait dengan masalah yang ada.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 74
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian Pendahuluan Studi pustaka Identifikasi Masalah
Tujuan Penelitian
Pengumpulan Data - Data Umum Perusahaan - Data Penelitian
-
Pengolahan Data Statistik Deskriptif jumlah kecelakaan kerja Statistik deskiptif jumlah karyawan dan jam kerja tahun 2008 Perhitungan ratio Kekerapan ( Frekuensi ) Cedera / bulan Perhitungan ratio Keparahan ( Severity ) Cedera / bulan Perhitungan Tingkat Kekerapan & Keparahan Kecelakaan Kerja dalam setahun Perhitungan Tingkat Kekerapan & Keparahan Kecelakaan Kerja berdasarkan jenis kecelakaan Perhitungan Kecelakaan Kerja paling sering terjadi ( Tergores ) menurut bagian dalam setahun Perhitungan Tingkat Kekerapan & Keparahan Kecelakaan Kerja menurut Bagian dalam setahun
-
Analisa Analisa statistic Deskriptif ratio Kekerapan dan Keparahan Kerja Analisa Hasil Perhitungan Ratio Kekerapan Kecelakaan Kerja Analisa Hasil Perhitungan Ratio Keparahan Kecelakaan Kerja Analisa Kecelakaan Kerja Terhadap Jenis Kecelakaan Kerja Selama Tahun 2008 Analisa Kecelakaan Kerja Terhadap Bagian Pekerjaan Analisa Kecelakaan Kerja yang sering terjadi dengan Diagram Pareto Analisa Kecelakaan Kerja Tergores pada Bagian Filling Proses dengan Diagram Sebab - Akibat
Usulan Perbaikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Kesimpulan dan Saran Gambar 3.1
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
Diagram Aliran Metode Penelitian
41606110044
TUGAS AKHIR 75
3.2
Identifikasi Masalah Dari penelitian pendahuluan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
letak permasalahaan yang terjadi pada PT. Bintang Toedjoe adalah pada tingginya tingkat Kecelakaan Kerja yang terjadi. Dari permasalahan tersebut akan coba dianalisa tentang bagaimana cara penanggulangannya, penanganannya, maupun pencegahannya yang bertujuan untuk meminimumkan jumlah kecelakaan kerja yang terjadi guna meningkatkan produktivitas kerja.
3.3
Studi Pustaka Studi kepustakaan dilakukan untuk mencari teori – teori pendukung sebagai
landasan dan acuan untuk memecahkan masalah yang terjadi. Studi pustaka ini dilakukan dengan membaca buku – buku referensi yang hubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
3.4
Tujuan Penelitian Setelah melakukan identifikasi masalah dan studi pustaka yang berkaitan
dengan masalah yang ada, langkah berikutnya adalah menentukan tujuan yang akan dicapai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat ratio kekerapan dan keparahan cedera, mengidentifikasi fakctor – faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja serta memberikan usulan proses perbaikan keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Bintang Toedjoe. Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 76
3.5
Pengumpulan dan Pengolahan Data
3.5.1
Pengumpulan data Pengumpulan data yang dilakukan adalah pengumpulan data umum
perusahaan dan data penelitian. Pengumpulan data umum perusahaan meliputi : •
Sejarah perusahaan
•
Struktur organisasi perusahaan
•
Mesin, perlengkapan dan peralatan kerja yang digunakan
•
Proses Produksi
•
Kebijakan K3 perusahaan
Sedangkan pengumpulan data penelitian meliputi : •
Data kecelakaan kerja bulan Januari sampai dengan Desember 2008
•
Data jumlah karyawan bulan Januari sampai dengan Desember 2008
3.5.2
Pengolahan data Perhitungan ini berdasarkan data yang ada di perusahaan yang kemudian
diolah untuk perhitungan ratio kekerapan { frekuensi } cedera kecelakaan kerja, ratio tingkat keparahan { severity } cedera kecelakaan kerja.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 77
3.6
Analisa Hasil Analisa ini merupakan satu bentuk perolehan hasil data yang didapat baik
itu berupa informasi mengenai keadaan perusahaan yang terkait dengan kondisi perusahaan terhadap faktor penyebab kecelakaan kerja, dimana data ini diambil dari hasil wawancara maupun diskusi oleh pihak perusahaan. Selain itu analisa ini juga meliputi hasil perhitungan, dimana didapat dari hasil pengolahan data kecelakaan kerja yang terdiri dari jumlah kecelakaan kerja yang terjadi, jumlah karyawan, dan jenis kecelakaan kerja yang terjadi. Hasil perhitungan itu sendiri meliputi :
3.7
•
Analisa hasil perhitungan ratio kekerapan cidera kecelakaan kerja
•
Analisa hasil perhitungan ratio keparahan cidera kecelakaan kerja
Usulan Perbaikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dari hasil pengolahan data dan hasil analisa hubungan antara perhitungan
kuantitatif dengan perhitungan kualitatif maka diperoleh faktor yang memiliki hubungan yang sangat kuat terhadap kecelakaan kerja. Dari faktor penyebab ini kemudian usulan perbaikan dapat diajukan untuk memperbaiki sistem keselamatan kerja yang diharapkan dapat mengurangi kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan terkait.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 78
3.8
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan didapatkan berdasarkan hasil pengolahan data dan hasil
pembahasan atau analisa. Dari kesimpulan akan dijelaskan hasil akhir dari penelitian ini yang digunakan untuk menjawab tujuan yang telah ditetapkan. Dan saran – saran juga diberikan untuk perusahaan yang mungkin berguna.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 79
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data Perusahaan 4.1.1
Sejarah Singkat Perusahaan PT. Bintang Toedjoe didirikan di Garut, Jawa Barat, pada tanggal 29 April
1946 oleh Tan Jun She { seorang sinshe }, Tjia Pu Tjien dan Hioe On Tjan. Dipilihnya nama Bintang Toedjoe didirikan karena jumlah anak perempuan yang dimiliki oleh Tan Jun She yaitu 7 orang. Pada waktu itu, dengan alat – alat yang sederhana dan mempekerjakan beberapa orang karyawan, PT. Bintang Toedjoe berhasil memproduksi obat – obatan yang dijual bebas guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan obat. Salah satu obat yang diproduksi sejak berdirinya perusahaan adalah Puyer No.16 {Obat Sakit Kepala No.16}.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 80
Yang sampai saat ini masih banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dan di ekspor ke beberapa negara. Empat tahun sejak didirikan, PT. Bintang Toedjoe pidah dari Garut ke kawasan Krekot, Jakarta dan pada tahun 1974, PT. Bintang Toedjoe kembali pindah ke kawasan Cempaka Putih, Jakarta. Pada tahun 1970-an ini PT. Bintang Toedjoe mulai memproduksi obat resep dokter. Pada tahun 1985, PT. Bintang Toedjoe dibeli oleh Kalbe Group dan berkembang dengan pesat, tahun 1990 produk – produk PT. Bintang Toedjoe mulai diekspor ke mancanegara. Sejalan dengan peningkatan produksinya, lokasi di kawasan Cempaka Putih sudah tidak memadai lagi sehingga pada tahun 1993 PT. Bintang Toedjoe pindah ke Kawasan Industri Pulogadung, menempati area seluas ±12.000 meter persegi. Bulan Juni – July 2002 pabrik di Pulomas mulai beroperasi dan bulan September 2002, Head Office pindah ke Pulomas, PT. Bintang Toedjoe merupakan salah satu perusahaan farmasi terbesar di Indonesia yang tidak hanya memproduksi obat – obatan, melainkan juga memproduksi suplemen makanan.
Visi, Misi dan Core Value Visi Menjadi
produsen
produk
–
produk
kesehatan
terkemuka
yang
mendominasi pasar di Indonesia dan Asia.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 81
Misi Menyediakan produk – produk kesehatan yang terpercaya kepada setiap orang untuk kehidupan yang lebih baik. Core Value •
Kami peduli terhadap pelanggan
•
Kami sukses atas dasar semangat kerjasama
•
Kami senantiasa berinovasi dan berjuang untuk mencapai yang terbaik
•
Kami peka dan selalu menyesuaikan diri terhadap perubahan
•
Kami selalu bekerja dengan penuh semangat dalam lingkungan yang menyenangkan dan harmonis
Jenis Hasil Produksi Beberapa jenis hasil produksi di PT. Bintang Toedjoe yaitu berupa Suplemen minuman kesehatan “Extra Joss”. Ada beberapa produk lainnya seperti Obat sakit kepala { Puyer No. 16 }, Obat batuk { Komik }, Obat Maag { Waisan }, yang di produksi di PT. Bintang Toedjoe Pulogadung.
Jenis Mesin Produksi Beberapa jenis mesin utama yang digunakan oleh PT. Bintang Toedjoe, antara lain adalah :
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 82
1.
Mesin SIG RVS Mesin ini adalah buatan Swizerland, digunakan untuk proses memasukkan serbuk Extra Joss yang sudah jadi ke foil yang kemudian disebut Sachet jumlah mesin yang digunakan sebanyak 14 mesin SIG RVS.
2.
Mesin Cartoning PAMPAC Type CP – 120 Mesin ini buatan India, digunakan untuk proses memasukkan Sachet kedalam Pack. Terdapat 12 mesin Cartoning Pampac yang digunakan.
3.
Mesin Over Wraiping CHIMEI Type PM – 808C Mesin ini buatan Taiwan, digunakan untuk proses memasukkan pack
kedalam 4.
satu OPP yang berisi 10 pack Extra Joss.
Mesin FBD { Fluid Bad Driyer } Mesin ini buatan Taiwan, digunakan untuk proses pengeringan serbuk Extra Joss dengan bantuan udara panas { steam } dari mesin Boiler, jumlah mesin yang digunakan untuk proses pengeringan ini sebanyak 8 mesin FBD.
5.
Mesin Super Mixer Mesin ini buatan Taiwan, digunakan untuk proses pengadukan serbuk Extra Joss, dimana pengadukan serbuk dilakukan pada bahan- bahan pokok dasar yang dipakai sebagai formula Extra Joss. Masih ada banyak mesin lain yang digunakan sebagai mesin pendukung
dalam proses pembuatan minuman suplemen Extra Joss yang tidak disebutkan, dimana fungsi mesin tersebut juga tidak kalah penting dalam satu siklus proses.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
CONSUNMER INSIGHT
PPIC
QA AND QC
PLANT { PRODUCTION
PRODUCT DEVELOPMENT
PROCUMENT { PURCHASING }
MANUFAKTUR
LEGAL
INFORMATION TECHNOLOGI
FINANCE AND ACCOUNTING
FLANT { FINANCE, ACCOUNTING, IT, LEGAL }
Gambar 4.1 Struktur Organisasi perusahaan
MARKETING AND SALES SUPPORT
BRAND MANAGEMENT SBU I I
REGISTRATION
QUALITY, HEALTH & SAFETY EVIRONMENT { QSHE }
BRAND MANAGEMENT SBU I
INTERNATIONALB BUSINESS
SALES MANAGEMENT
MARKETING AND SALES
PRODUK DEVELOPMENT
BUSINESS DEVELOPMENT
PRESIDEN DIREKTUR
HUMAN CAPITAL
ORGANIZATION DEVELOPMENT
CONPENSATION AND BENEFIT
LEARNING AND EDUCATION
EMPLOYMENT AND DEVELOPMENT
INDUSTRIAL RELATION
INTERNAL COMPLANCE
TUGAS AKHIR 83
41606110044
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
Maret
3.
April
Februari
2.
4.
Januari
Bulan
1.
No
16
20
11
29
Tgl
Supriyatna
Yulianto
Teguh
Novi. Riyanto
Amin . W
Nama
Perawatan luka dengan betadine dan diverban.
pada bagian pipi / wajah
Tergores, Pecahan kaca pada bagian tangan.
tercecer dilantai.
Menabrak kaca pintu hingga kaca pecah.
Coridor Area Conference Office
{ GA }
Affair
General
Office Boy
09.05
16.00
41606110044
Rujuk ke RS
kaca pada bagian
mengangkat kaca
GA
{ jempol }
tangan
Stanza 3x1,
Tergores, Terluka saat Workshop
rujuk ke RS
Stanza 3x 1,
Betadine,
luka dengan
baku yang
Perawatan
Area proses
Proses
09.45
Effervescent
Operator
handel pintu
Tangan.
mesin .
Tergores,
pada bagian
memperbaiki
akibat bahan
mesin
saat
Mesin Chimei
Betadin
Kompres
Terpeleset
komponen
pusher pada
Pengobatan
Effervescent
Terjepit,
Tangan terjepit
Kecelakaan
Kecelakaan
Efervesent
Jenis
Sebab
R. Kemas
Lokasi
R. Filling
10.00
Jam
13 jam
6.45 Jam
24.5 Jam
1.15 Jam
Hilang
Kerja yang
Mans Hours
Pengobatan & Hari Hilang
Terjadi Kecelakaan
Filling
Engineering
Bagian
Jenis Kecelakaan ,
4.2
Lokasi & Sebab
REKAP KECELAKAAN KERJA PT. BINTANG TOEDJOE BULAN JANUARI – DESEMBER 2008
TUGAS AKHIR 84
Data Kecelakaan Kerja Tabel 4.1 Data Kecelakaan Kerja
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
April
7.
Mei
April
6.
8.
April
Bulan
5.
No
12
24
24
18
Tgl
Jupriadi
Ujang. S
Triyanta
Budi purwanto
Nama
41606110044 Area Proses.
Pacakaging
Operat.or
Engineering
Engineering
Engineering
Bagian
23.00
12.30
Betadine, Stanza 3x 1,
Tertimpa , pada jari telunjuk, akibat kejatuhan besi.
bengkak, akibat kejatuhan besi.
WorkShop Engineering
luka dengan betadine dan H202. obat
Saat memperbaiki mesin.
tergores saat memperbaiki mesin.
Effervesent
Stanza 3x1, Rujuk ke RS
Tergores, pada jari tangan karena pemotong
Ceroboh pada saat memasang perekat pada mesin carton
R. Kemas Efervesent
Clavamox.
Stanza 3x1,
Perawatan
Tergores, Jari tangan kiri
R. Kemas
rujuk ke RS.
luka dengan
kepala. Perawatan
rawat jalan.
Jari telunjuk
pada bagian
pada kepala { bocor }.
mesin
berakibat luka
suntik TS dan
Dibersihkan,
Pengobatan
R.
panel
panel yang
3
10.00
Tegores, ujung
Kepala terbentur
R. Panel Lt.
08.00
Kecelakaan
Kecelakaan
Lokasi
Jam
Jenis
15.5 jam
18.5 Jam
15 Jam
31 Jam
Hilang
Kerja yang
Mans Hours
Pengobatan & Hari Hilang
Terjadi Kecelakaan
Sebab
Jenis Kecelakaan ,
Lokasi & Sebab
REKAP KECELAKAAN KERJA PT. BINTANG TOEDJOE BULAN JANUARI – DESEMBER 2008
TUGAS AKHIR 85
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
Juni
11.
Juni
Mei
10.
12.
Mei
Bulan
9.
No
19
13
30
28
Tgl
Asrofi
Suciati
Area Proses.
Pacakaging
Operat.or
Area Proses.
Pacakaging
Operat.or
Area Proses.
17.30
07.15
07.00
Effervesent
R. Kemas
Effervesent
R. Kemas
Effervesent
R. Kemas
pangkal jari
terkena conveyor.
Terjepit, ujung piston pada bagian tangan { jempol }
Terkena piston mesin pada saat mengoperasikan mesin.
tangan.
Perawatan Terjepit, pada
Pangkal jari tangan
41606110044
penjahitan 6.
betadine &
dgn H202,
Rawat luka
Stanza 3x1,
gel.
trombopop
alkohol dan
luka dengan
felden.
luka dengan
Perawatan
yang jatuh.
mesin packaging
Pacakaging
Rahmawati
dan dioles
penghisap pack.
Tangan terjepit
Operat.or
Dwi
diverban.
Betadine,
Terjepit , pipa besi
aqua galon
Proses
mengambil pack
telapak tangan.
gerobak yang berisi
Effervesent
Betadin dan
Kompres
Pengobatan
pada saat
pada bagian
laundry.
Koridor dekat
Terjepit, tembok
17.00 saat menaiki
Compouding
Operator
Menabrak tembok
Aris Tirta. P
Kecelakaan
Lokasi Kecelakaan
Jam
Jenis
Bagian Sebab
Nama
Jenis Kecelakaan Pengobatan & Hari Hilang
Lokasi & Sebab Terjadi Kecelakaan
REKAP KECELAKAAN KERJA PT. BINTANG TOEDJOE BULAN JANUARI – DESEMBER 2008
13.5 Jam
1.45 Jam
6.48 Jam
6.45 Jam
Hilang
yang
Kerja
Hours
Mans
TUGAS AKHIR 86
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
Agustus
15.
Agustus
Juli
14.
16.
Juli
Bulan
13.
No
15
10
25
13
Tgl
Slamet
Emi handayani
M. Taufan. R
M. Tito
Nama
pada area muka antara bibir atas dan hidung. Tergores, pisau belah pada bagian tangan.
panas pada saat membersihkan Tanga n terkena cutter pisau belah saat
R. Filling Effervescent Area proses
Filling Effervescent
wudhu. Dekat R. Sup.
Area Proses.
Office Boy
13.00
lutut kanan.
ambil air Lt.1
Pacakaging
41606110044
debu yang menempel pada plastik.
debu yang menempel pada plastik pada
RM Penimbangan.
bagian mata.
Terlilip, bekas
Terkena sisa Area Preparasi
Kemas
Dilakukan Keseleo, pada
Terpeleset saat Mushollah
Operat.or
tetes mata
xedocitrol
therapy;
eye fountain,
mata dengan
Pencucian
urut.
rujuk ahli
pengurutan,
rujuk ke RS,
Proses
Stanza 3x 1,
Betadine,
luka dengan
Perawatan
baut pengunci. 17.00
16.30
Rujuk ke RS
luka bakar.
beri salep
Dibersihkan,
Pengobatan
mengencangkan
Operat.or
Area Proses.
09.30
Luka bakar,
Pacakaging
Operat.or cipratan lem
Jenis Kecelakaan
Sebab Kecelakaan
Terkena
Lokasi
Efervesent
Jam
R. Kemas
Bagian
Hours
Mans
11 Jam
30 Jam
16.5 Jam
23 Jam
Hilang
Kerja yang
Jenis Kecelakaan , Pengobatan & Hari Hilang
Lokasi & Sebab Terjadi Kecelakaan
REKAP KECELAKAAN KERJA PT. BINTANG TOEDJOE BULAN JANUARI – DESEMBER 2008
TUGAS AKHIR 87
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
Agustus
19.
September
Agustus
18.
20.
Agustus
Bulan
17.
No
4
23
13
21
Tgl
Ahmad Dahlan
Ratna Suminar
Karyana
Imam Tantowi
Nama
41606110044
Area Proses
Effervescent Proses
Effervescent
R. Filling
Filling
Operat.or
tutup luka. Rujuk ke RS
kiri. Tergores cukup panjang
pembelah foil saat masang foil.
betadine,
luka dengan
Telapak tangan
Perawatan terkena pisau
bagian kiri
cleaning mesin.
Proses
betadine.
Tergores, pada
jempol tangan
guarding saat
Area Proses
Effervescent
luka dengan
Perawatan
Telapak tangan
guarding pada
8.20
Terjepit, pintu kiri terjepit
Effervescent
Filling
R. Filling
Jempol tangan
15.00
Operat.or
Betadine,.
memotong plastik.
Area Proses
Perawatan luka dengan
Tergores, pisau
Betadine.
dengan
Rawat luka
Pengobatan
saat akan
Terkena pisau
Proses
Effervescent
R. Filling
mengambil
besi }.
sampah gram {
besi
Engineering } saat
serpihan
serpihan sampah
Workshop { Gram
Tegores,
Kecelakaan
Kecelakaan
Terkena
Jenis
Sebab
Area
Lokasi
Effervescent
13.00
13.30
Jam
Filling
Operat.or
Office Boy
Bagian
yang
Kerja
Hours
23.45 Jam
2.5 Jam
3.4 Jam
5.5 Jam
Jenis Kecelakaan , Pengobatan & Hari Hilang
Lokasi & Sebab Terjadi Kecelakaan
REKAP KECELAKAAN KERJA PT. BINTANG TORDJOE BULAN JANUARI – DESEMBER 2008
TUGAS AKHIR 88
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
Oktober
November
22.
23.
Desember
Ooktober
21.
24.
Bulan
No
7
14
29
11
Tgl
Mumarto
Samsul Bahri
bagian mata.
besi sisa bubut
memar pada bagian tangan.
mesin pompa air saat ingin
air { parkir motor depan }
Terpotong, ± 1 ruas pada jari tengah.
Jari tanagan terjepit handpallet
R. PPIC Effervesent Area Proses.
Area Proses
8.35
PPIC
Operator
{ GA }
dan rujuk ke
luka dengan
Perawatan
Rujuk ke RS
Stanza 3x1,
Keseleo, dan
Terkena engkol
Area pompa
General Affair
rujuk ke RS.
Keluarga.
telunjuk.
mesin.
RS. Mitra
bagian jari
horizontal
Proses
Proses
Betadine,
luka dengan
pompa air.
mesin pada
pisau
Effervescent
Effervescent
Perawatan
mata.
diberi tetes
Dibersihkan,
Pengobatan
menghidupkan
pisau horizontal
ruas terpotong
Filling
Filling
15.15
Terpotong,
Operat.or
Jari telunjuk ± 1
11.25
sisa bubut pada
serbuk serpihan
Engineering
saat supervisi.
Terlilip, serbuk
Mata terkena
R. Workshop
Kecelakaan
Kecelakaan
10.45
Jenis
Sebab
Lokasi
Jam
Operat.or
Engineering
Sumarno
Supervisor
Anggraito
Bagian
Voppy
Nama
yang
Kerja
Hours
22.25 Jam
64 Jam
19.75 Jam
5.5 Jam
Jenis Kecelakaan , Pengobatan & Hari Hilang
Lokasi & Sebab Terjadi Kecelakaan
REKAP KECELAKAAN KERJA PT. BINTANG TOEDJOE BULAN JANUARI – DESEMBER 2008
TUGAS AKHIR 89
41606110044
TUGAS AKHIR 90
Tabel 4.2
Jumlah Kecelakaan Kerja
JUMLAH KECELAKAAN KERJA
Dari rekap data tentang No
Bulan
Jumlah Kecelakaan { Kejadian }
1
Januari
1
2
Februari
1
3
Maret
1
4
April
4
5
Mei
3
6
Juni
2
7
Juli
2
8
Agustus
5
9
September
1
10
Oktober
2
11
November
1
12
Desember Jumlah
1 25
kecelakaan kerja yang terjadi di PT. Bintang Toedjoe selama periode Januari Desember
2008 2008
sampai diatas,
dengan didapat
jumlah kecelakaan kerja selama satu tahun tersebut adalah.
JUMLAH KECELAKAAN 5
5
4
4
3
3 2 1
1 1 1
2 2
2 1
JUMLAH KECELAKAAN
1 1
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
0
Gambar 4.2 Grafik Jumlah Kecelakaan Kerja
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 91
4.3
Data Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja Tabel 4.3
Jumlah Kecelakaan Kerja
DATA JUMLAH KARYAWAN DAN JAM KERJA Jumlah
Jumlah
Karyawan
Jam Kerja
Januari
315
59521.35
2
Februari
315
54012.12
3
Maret
317
58712.51
No
Bulan
1
4
April
317
53256.00
5
Mei
325
60215.33
JUMLAH KARYAWAN
Juni
324
65322.02
7
Juli
324
58221.36
8
Agustus
324
62208.36
9
September
322
60887.10
10
Oktober
311
52658.54
11
November
309
59025.32
12
Desember
309
51912.20
FEBRUARI MARET
311
6
JANUARI
APRIL
309 309 315 315
322
317
324 324
317 324 325
MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOPEMBER DESEMBER
Gambar 4.3 Grafik Jumlah Karyawan
JAM KERJA 250000 200000 150000 100000 50000 0
JAM KERJA
Gambar 4.4 Grafik Jumlah Jam Kerja
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 92
4.4
Pengolahan Data
4.4.1
Statistik Deskriptif Statistik Deskriptif jumlah kecelakaan kerja Pengolahan data diawali dengan membuat Statistic Deskriptif dari data jumlah
kecelakaan kerja pada tahun 2008 untuk mendapatkan nilai rata-rata kecelakaan, nilai tengah dan data lainnya, dimana alat bantu Descriptive Statistics menyediakan tabel statistic deskriptif untuk satu kumpulan nilai masukan atau lebih sebagai bahan evaluasi
Tabel 4.4 Data Statistik Deskriptif jumlah kecelakaan STATISTIK DESKRIPTIF DATA KECELAKAAN KERJA TAHUN 2008
JUMLAH KECELAKAAN
NO
BULAN
JUMLAH KECELAKAAN
1
Januari
1
2
Februari
1
Mean
3
Maret
1
Standard Error
4
April
4
Median
5
Mei
3
Mode
6
Juni
2
Standard Deviation
7
Juli
2
Sample Variance
8
Agustus
5
Kurtosis
9
September
1
Skewness
10
Oktober
2
Range
4
11
Nopember
1
Minimum
1
12
Desember
1
Maximum
5
0,38925 1,5 1 1,3484 1,81818 0,924 1,33492
Sum
24
Count
12
Largest(1)
5
Smallest(1)
1
Confidence Level(95,0%)
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
2
0,85673
41606110044
TUGAS AKHIR 93
Statistik Deskriptif Jumlah Karyawan dan Jam Kerja
Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Jumlah Karyawan dan Jam Kerja STATISTIK DESKRIPTIF DATA JUMLAH KARYAWAN DAN JAM KERJA TAHUN 2008 NO BULAN 1 JANUARI 2 FEBRUARI 3 MARET 4 APRIL 5 MEI 6 JUNI 7 JULI 8 AGUSTUS 9 SEPTEMBER 10 OKTOBER 11 NOPEMBER 12 DESEMBER
JUMLAH KARYAWAN 315 315 317 317 325 324 324 324 322 311 309 309
JAM KERJA 196560 181440 197808 182592 210600 202176 186624 171072 200928 194064 192816 177984
JUMLAH KARYAWAN
Mean
317,666667 Mean
Standard Error
1,74656951 Standard Error
Median
317 Median
Mode
324 Mode
191222 3308,3504 193440 #N/A
Standard Deviation 6,05029426 Standard Deviation
11460,462
Sample Variance
131342186
36,6060606 Sample Variance
Kurtosis
‐1,5131211 Kurtosis
‐0,582736
Skewness
‐0,1964767 Skewness
‐0,159958
Range
16 Range
39528
Minimum
309 Minimum
171072
Maximum
325 Maximum
210600
Sum
3812 Sum
Count Largest(1) Smallest(1) Confidence Level(95,0%)
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
JAM KERJA
41606110044
12 Count 325 Largest(1) 309 Smallest(1) Confidence 3,84417357 Level(95,0%)
2294664 12 210600 171072 7281,6301
TUGAS AKHIR 94
DATA KECELAKAAN KERJA TAHUN 2008 Tabel 4.6 Data Kecelakaan Kerja Tahun 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Bagian Engineering Filling Proses Office Boy General Affair Engineering Engineering Engineering Packaging Proses Compouding Proses Packaging Proses Packaging Proses Packaging Proses Packaging Proses Filling Proses Packaging Proses Office Boy Office Boy Filling Proses Filling Proses Filling Proses Engineering Filling Proses General Affair PPIC Proses
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
Jenis Kecelakaan Terjepit Tergores Tergores Tergores Tergores Tertimpa Tergores Tergores Terjepit Terjepit Terjepit Terjepit Luka Bakar Tergores Keseleo Terlilip Tergores Tergores Terjepit Tergores Terlilip Terpotong Keseleo Terpotong
Manshours yang hilang 1,15 24,5 6,45 13 31 15 18,5 15.5 6,45 6,48 1,45 13,5 23 16.5 30 11 5,5 3,4 2,5 23.45 5,5 19,75 64 22,25
Keterangan Jumlah Kecelakaan Berdasarkan Bagian No Bagian Jumlah 1 Engineering 5 2 Filling Proses 6 3 Office Boy 3 4 General Affair 2 5 Packaging Proses 6 6 Compouding Proses 1 7 PPIC Proses 1 Jumlah Kecelakaan Berdasarkan Jenis Kecelakaan No Jenis Kecelakaan Jumlah 1 Tergores 10 2 Terjepit 6 3 Tertimpa 1 4 Luka Bakar 1 5 Keseleo 2 6 Terlilip 2 7 Terpotong 2 Kecelakaan Kerja Tergores Berdasarkan Bagian Pekerjaan No Bagian Jumlah 1 Filling Proses 4 2 Office Boy 2 3 General Affair 1 4 Packaging Proses 1 5 Engineering 2
41606110044
TUGAS AKHIR 95
4.4.2 Grafik Data Kecelakaan Kerja 4.4.2.1 Grafik Jumlah Kecelakaan berdasarkan Bagian
Keterangan Jumlah Kecelakaan Berdasarkan Bagian No Bagian
Jumlah
1 Engineering
5
2 Filling Proses
6
3 Office Boy
3
4 General Affair
2
5 Packaging Proses
6
6 Compouding roses
1
7 PPIC Proses
1
6 5 4 3 2 1 0
6 5
Jumlah (Orang) 6 3
2 1
1 Jumlah (Orang)
Jumlah (Orang)
Gambar 4.5 Grafik Jumlah Kecelakaan Berdasarkan Bagian
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 96
4.4.2.2 Grafik Jumlah kecelakaan Berdasarkan Jenis Kecelakaan Kerja
Jumlah (Orang)
Jumlah Kecelakaan Berdasarkan Jenis Kecelakaan
10 8 6
10 6
4 2 0
Gambar 4.6
1
Jumlah (Orang) 1
2
2
2
No
Jenis Kecelakaan
Jumlah
1
Tergores
10
2
Terjepit
6
3
Tertimpa
1
4
Luka Bakar
1
5
Keseleo
2
6
Terlilip
2
7
Terpotong
2
Grafik Jumlah Kecelakaan Berdasarkan Jenis Kecelakaan Kerja
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 97
4.4.2.3 Grafik Jumlah kecelakaan Berdasarkan Bagian Pekerjaan
Kecelakaan Kerja Tergores Berdasarkan Bagian Pekerjaan Jumlah
Kecelakaan Kerja Tergores Berdasarkan Bagian Pekerjaan No
Bagian
Jumlah
1
Filling Proses
4
2
Office Boy
2
1 Filling Proses
2
2 Office Boy
4 1 3 General Affair
3
General Affair
1
4 5
Packaging Proses Engineering
1 2
1 2
4 Packaging Proses
5 Engineering
Gambar 4.7 Grafik Jumlah Kecelakaan Kerja Tergores Berdasarkan Bagian Pekerjaan
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 98
4.4.3 Perhitungan Ratio Kekerapan { frekuensi } Cedera Perhitungan Bulan Januari 2008 Diketahui dari data penelitian ¾ Jumlah karyawan : 315 Orang Karyawan ¾ Jumlah kecelakaan kerja bulan Januari 2008 : 1 orang karyawan ¾ Jumlah man-hours kerja { nyata } : 196560 Jam ¾ Perhitungan Ratio Kekerapan { frekuensi } cedera : Jumlah Korban x 1.000.000 Ratio Kekerapan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja 1
x
1.000.000
Ratio Kekerapan Cedera =
= 5.08 = 5 196560
Jadi Ratio Kekerapan Cedera menunjukan bahwa pada bulan Januari 2008, 5 korban kecelakaan terjadi setiap juta Man – Hours kerja. Perhitungan Bulan Februari 2008 Diketahui dari data penelitian ¾ Jumlah karyawan : 315 Orang Karyawan ¾ Jumlah kecelakaan kerja bulan Januari 2008 : 1 orang karyawan ¾ Jumlah man-hours kerja { nyata } : 181440 Jam ¾ Perhitungan Ratio Kekerapan { frekuensi } cedera :
Jumlah Korban x 1.000.000 Ratio Kekerapan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 99
1
x
1.000.000
Ratio Kekerapan Cedera =
= 5.5 = 6 181440
Jadi Ratio Kekerapan Cedera menunjukan bahwa pada bulan Februari 2008, 6 korban kecelakaan terjadi setiap juta Man – Hours kerja. Perhitungan Bulan Maret 2008 Diketahui dari data penelitian ¾ Jumlah karyawan : 317 Orang Karyawan ¾ Jumlah kecelakaan kerja bulan Januari 2008 : 1 orang karyawan ¾ Jumlah man-hours kerja { nyata } : 197808 Jam ¾ Perhitungan Ratio Kekerapan { frekuensi } cedera : Jumlah Korban x 1.000.000 Ratio Kekerapan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja 1
x
1.000.000
Ratio Kekerapan Cedera =
= 5 197808
Jadi Ratio Kekerapan Cedera menunjukan bahwa pada bulan Maret 2008, 5 korban kecelakaan terjadi setiap juta Man – Hours kerja. Perhitungan Bulan April 2008 Diketahui dari data penelitian ¾ Jumlah karyawan : 317 Orang Karyawan ¾ Jumlah kecelakaan kerja bulan Januari 2008 : 4 orang karyawan ¾ Jumlah man-hours kerja { nyata } : 182592 Jam ¾ Perhitungan Ratio Kekerapan { frekuensi } cedera :
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 100
Jumlah Korban x 1.000.000 Ratio Kekerapan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja 1
x
1.000.000
Ratio Kekerapan Cedera =
= 21,9 = 22 182592
Jadi Ratio Kekerapan Cedera menunjukan bahwa pada bulan April 2008, 22 korban kecelakaan terjadi setiap juta Man – Hours kerja. Perhitungan Bulan Mei 2008 Diketahui dari data penelitian ¾ Jumlah karyawan : 325 Orang Karyawan ¾ Jumlah kecelakaan kerja bulan Januari 2008 : 3 orang karyawan ¾ Jumlah man-hours kerja { nyata } : 210600 Jam ¾ Perhitungan Ratio Kekerapan { frekuensi } cedera : Jumlah Korban x 1.000.000 Ratio Kekerapan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja 1
x
1.000.000
Ratio Kekerapan Cedera =
= 14,2 = 14 210600
Jadi Ratio Kekerapan Cedera menunjukan bahwa pada bulan Meii 2008, 14 korban kecelakaan terjadi setiap juta Man – Hours kerja. Perhitungan Bulan Juni 2008 Diketahui dari data penelitian ¾ Jumlah karyawan : 324 Orang Karyawan ¾ Jumlah kecelakaan kerja bulan Januari 2008 : 2 orang karyawan Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 101
¾ Jumlah man-hours kerja { nyata } : 202176 Jam ¾ Perhitungan Ratio Kekerapan { frekuensi } cedera : Jumlah Korban x 1.000.000 Ratio Kekerapan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja 1
x
1.000.000
Ratio Kekerapan Cedera =
= 9.8 = 10 202176
Jadi Ratio Kekerapan Cedera menunjukan bahwa pada bulan Juni 2008, 10 korban kecelakaan terjadi setiap juta Man – Hours kerja. Perhitungan Bulan Juli 2008 Diketahui dari data penelitian ¾ Jumlah karyawan : 324 Orang Karyawan ¾ Jumlah kecelakaan kerja bulan Januari 2008 : 2 orang karyawan ¾ Jumlah man-hours kerja { nyata } : 186624 Jam ¾ Perhitungan Ratio Kekerapan { frekuensi } cedera : Jumlah Korban x 1.000.000 Ratio Kekerapan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja 1
x
1.000.000
Ratio Kekerapan Cedera =
= 10,8 = 11 186624
Jadi Ratio Kekerapan Cedera menunjukan bahwa pada bulan Juli 2008, 11 korban kecelakaan terjadi setiap juta Man – Hours kerja.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 102
Perhitungan Bulan Agustus 2008 Diketahui dari data penelitian ¾ Jumlah karyawan : 324 Orang Karyawan ¾ Jumlah kecelakaan kerja bulan Januari 2008 : 5 orang karyawan ¾ Jumlah man-hours kerja { nyata } : 171072 Jam ¾ Perhitungan Ratio Kekerapan { frekuensi } cedera : Jumlah Korban x 1.000.000 Ratio Kekerapan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja 1
x
1.000.000
Ratio Kekerapan Cedera =
= 29,2 = 29 171072
Jadi Ratio Kekerapan Cedera menunjukan bahwa pada bulan Agustus 2008, 29 korban kecelakaan terjadi setiap juta Man – Hours kerja. Perhitungan Bulan September 2008 Diketahui dari data penelitian ¾ Jumlah karyawan : 322 Orang Karyawan ¾ Jumlah kecelakaan kerja bulan Januari 2008 : 1 orang karyawan ¾ Jumlah man-hours kerja { nyata } : 200928 Jam ¾ Perhitungan Ratio Kekerapan { frekuensi } cedera : Jumlah Korban x 1.000.000 Ratio Kekerapan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja 1
x
1.000.000
Ratio Kekerapan Cedera =
= 4,9 = 5 200928
Jadi Ratio Kekerapan Cedera menunjukan bahwa pada bulan September 2008, 5 korban kecelakaan terjadi setiap juta Man – Hours kerja. Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 103
Perhitungan Bulan Oktober 2008 Diketahui dari data penelitian ¾ Jumlah karyawan : 311 Orang Karyawan ¾ Jumlah kecelakaan kerja bulan Januari 2008 : 2 orang karyawan ¾ Jumlah man-hours kerja { nyata } : 194064 Jam ¾ Perhitungan Ratio Kekerapan { frekuensi } cedera : Jumlah Korban x 1.000.000 Ratio Kekerapan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja 1
x
1.000.000
Ratio Kekerapan Cedera =
= 10,3 = 10 194064
Jadi Ratio Kekerapan Cedera menunjukan bahwa pada bulan Oktober 2008, 10 korban kecelakaan terjadi setiap juta Man – Hours kerja. Perhitungan Bulan November 2008 Diketahui dari data penelitian ¾ Jumlah karyawan : 309 Orang Karyawan ¾ Jumlah kecelakaan kerja bulan Januari 2008 : 1 orang karyawan ¾ Jumlah man-hours kerja { nyata } : 192816 Jam ¾ Perhitungan Ratio Kekerapan { frekuensi } cedera : Jumlah Korban x 1.000.000 Ratio Kekerapan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja 1
x
1.000.000
Ratio Kekerapan Cedera =
= 5,1 = 5 192816
Jadi Ratio Kekerapan Cedera menunjukan bahwa pada bulan November 2008, 5 korban kecelakaan terjadi setiap juta Man – Hours kerja. Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 104
Perhitungan Bulan Desember 2008 Diketahui dari data penelitian ¾ Jumlah karyawan : 309 Orang Karyawan ¾ Jumlah kecelakaan kerja bulan Januari 2008 : 1 orang karyawan ¾ Jumlah man-hours kerja { nyata } : 177984 Jam ¾ Perhitungan Ratio Kekerapan { frekuensi } cedera : Jumlah Korban x 1.000.000 Ratio Kekerapan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja 1
x
1.000.000
Ratio Kekerapan Cedera =
= 5,6 = 6 177984
Jadi Ratio Kekerapan Cedera menunjukan bahwa pada bulan Desember 2008, 6 korban kecelakaan terjadi setiap juta Man – Hours kerja.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 105
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Ratio Kekerapan Cedera Per Bulan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan
Jumlah Kecelakaan 5 6 5 22 14 10 11 29 5 10 5 6
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
Jumlah Kecelakaan Desember Nopember Oktober September Agustus Juli Juni Mei April Maret Februari Januari
Jumlah Kecelakaan
0
Gambar 4.8
10
20
30
40
Grafik Frekuensi Kecelakaan Kerja hasil Perhitungan Ratio Kekerapan Cedera Per Bulan
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 106
4.4.4
Perhitungan Ratio Keparahan { Severity } Cedera Kecelakaan Kerja
Perhitungan Ratio Keparahan Cedera Bulan Januari 2008 Diketahui dari data penelitian ¾ Jumlah Man – hours yang hilang : 1.15 Jam ¾ Jumlah Man-hours kerja { nyata } : 196560 Jam ¾ Perhitungan Ratio Kekerapan { frekuensi } cedera : Jumlah Man-Hours Hilang x 1.000.000 Ratio Keparahaan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 1.15
x
1.000.000
Ratio Keparahan Cedera =
= 5.8 = 0.24 196560
Jadi angka Ratio Keparahan Cedera yang diperoleh adalah sebesar 5.6 jam atau 0.24 hari, yang berarti bahwa pada perusahaan tersebut dalam waktu 1.000.000 jam waktu produktif akan mengalami 0.24 hari hilang. Perhitungan Ratio Keparahan Cedera Bulan Februari 2008 Diketahui dari data penelitian ¾ Jumlah Man – hours yang hilang : 24.5 Jam ¾ Jumlah Man-hours kerja { nyata } : 181440 Jam ¾ Perhitungan Ratio Kekerapan { frekuensi } cedera : Jumlah Man-Hours Hilang x 1.000.000 Ratio Keparahaan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 24.5 x 1.000.000 Ratio Keparahan Cedera = Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
= 135 = 5.6 41606110044
TUGAS AKHIR 107
181440 Jadi angka Ratio Keparahan Cedera yang diperoleh adalah sebesar 135 jam atau 5.6 hari, yang berarti bahwa pada perusahaan tersebut dalam waktu 1.000.000 jam waktu produktif akan mengalami 5.6 hari hilang. Perhitungan Ratio Keparahan Cedera Bulan Maret 2008 Diketahui dari data penelitian ¾ Jumlah Man – hours yang hilang : 6.45 Jam ¾ Jumlah Man-hours kerja { nyata } : 197808 Jam ¾ Perhitungan Ratio Kekerapan { frekuensi } cedera : Jumlah Man-Hours Hilang x 1.000.000 Ratio Keparahaan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 6.45 x
1.000.000
Ratio Keparahan Cedera =
= 32.6 = 1.3 197808
Jadi angka Ratio Keparahan Cedera yang diperoleh adalah sebesar 32.6 jam atau 1.3 hari, yang berarti bahwa pada perusahaan tersebut dalam waktu 1.000.000 jam waktu produktif akan mengalami 1.3 hari hilang. Perhitungan Ratio Keparahan Cedera Bulan April 2008 Diketahui dari data penelitian ¾ Jumlah Man – hours yang hilang : 77.5 Jam ¾ Jumlah Man-hours kerja { nyata } : 182592 Jam ¾ Perhitungan Ratio Kekerapan { frekuensi } cedera : Jumlah Man-Hours Hilang x 1.000.000 Ratio Keparahaan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata }
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 108
77.5
x
1.000.000
Ratio Keparahan Cedera =
= 424.4 = 17.6 182592
Jadi angka Ratio Keparahan Cedera yang diperoleh adalah sebesar 424.4 jam atau 17.6 hari, yang berarti bahwa pada perusahaan tersebut dalam waktu 1.000.000 jam waktu produktif akan mengalami 17.6 hari hilang. Perhitungan Ratio Keparahan Cedera Bulan Mei 2008 Diketahui dari data penelitian ¾ Jumlah Man – hours yang hilang : 28.43 Jam ¾ Jumlah Man-hours kerja { nyata } : 210600 Jam ¾ Perhitungan Ratio Kekerapan { frekuensi } cedera : Jumlah Man-Hours Hilang x 1.000.000 Ratio Keparahaan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 28.43
x
1.000.000
Ratio Keparahan Cedera =
= 134.9 = 5.6 210600
Jadi angka Ratio Keparahan Cedera yang diperoleh adalah sebesar 134.9 jam atau 5.6 hari, yang berarti bahwa pada perusahaan tersebut dalam waktu 1.000.000 jam waktu produktif akan mengalami 5.6 hari hilang. Perhitungan Ratio Keparahan Cedera Bulan Juni 2008 Diketahui dari data penelitian ¾ Jumlah Man – hours yang hilang : 14.95 Jam ¾ Jumlah Man-hours kerja { nyata } : 202176 Jam ¾ Perhitungan Ratio Kekerapan { frekuensi } cedera :
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 109
Jumlah Man-Hours Hilang x 1.000.000 Ratio Keparahaan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 14.95
x
1.000.000
Ratio Keparahan Cedera =
= 73.9 = 3.08 202176
Jadi angka Ratio Keparahan Cedera yang diperoleh adalah sebesar 73.9 jam atau 3.08 hari, yang berarti bahwa pada perusahaan tersebut dalam waktu 1.000.000 jam waktu produktif akan mengalami 3.08 hari hilang. Perhitungan Ratio Keparahan Cedera Bulan Juli 2008 Diketahui dari data penelitian ¾ Jumlah Man – hours yang hilang : 39.5 Jam ¾ Jumlah Man-hours kerja { nyata } : 186624 Jam ¾ Perhitungan Ratio Kekerapan { frekuensi } cedera : Jumlah Man-Hours Hilang x 1.000.000 Ratio Keparahaan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 39.5 x 1.000.000 Ratio Keparahan Cedera =
= 211.6 = 8.8 186624
Jadi angka Ratio Keparahan Cedera yang diperoleh adalah sebesar 211.6 jam atau 8.8 hari, yang berarti bahwa pada perusahaan tersebut dalam waktu 1.000.000 jam waktu produktif akan mengalami 8.8 hari hilang.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 110
Perhitungan Ratio Keparahan Cedera Bulan Agustus 2008 Diketahui dari data penelitian ¾ Jumlah Man – hours yang hilang : 52.4 Jam ¾ Jumlah Man-hours kerja { nyata } : 171072 Jam ¾ Perhitungan Ratio Kekerapan { frekuensi } cedera : Jumlah Man-Hours Hilang x 1.000.000 Ratio Keparahaan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 52.4
x
1.000.000
Ratio Keparahan Cedera =
= 306.3 = 12.7 171072
Jadi angka Ratio Keparahan Cedera yang diperoleh adalah sebesar 306.3 jam atau 12.7 hari, yang berarti bahwa pada perusahaan tersebut dalam waktu 1.000.000 jam waktu produktif akan mengalami 12.7 hari hilang.
Perhitungan Ratio Keparahan Cedera Bulan September 2008 Diketahui dari data penelitian ¾ Jumlah Man – hours yang hilang : 23.45 Jam ¾ Jumlah Man-hours kerja { nyata } : 200928 Jam ¾ Perhitungan Ratio Kekerapan { frekuensi } cedera : Jumlah Man-Hours Hilang x 1.000.000 Ratio Keparahaan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 23.45 x
1.000.000
Ratio Keparahan Cedera =
= 116.7 = 4.8 200928
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 111
Jadi angka Ratio Keparahan Cedera yang diperoleh adalah sebesar 116.7 jam atau 4.8 hari, yang berarti bahwa pada perusahaan tersebut dalam waktu 1.000.000 jam waktu produktif akan mengalami 4.8 hari hilang. Perhitungan Ratio Keparahan Cedera Bulan Oktober 2008 Diketahui dari data penelitian ¾ Jumlah Man – hours yang hilang : 25.25 Jam ¾ Jumlah Man-hours kerja { nyata } : 194064 Jam ¾ Perhitungan Ratio Kekerapan { frekuensi } cedera : Jumlah Man-Hours Hilang x 1.000.000 Ratio Keparahaan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 25.25
x
1.000.000
Ratio Keparahan Cedera =
= 130.1 = 5.4 194064
Jadi angka Ratio Keparahan Cedera yang diperoleh adalah sebesar 130.1 jam atau 5.4 hari, yang berarti bahwa pada perusahaan tersebut dalam waktu 1.000.000 jam waktu produktif akan mengalami 5.4 hari hilang. Perhitungan Ratio Keparahan Cedera Bulan November 2008 Diketahui dari data penelitian ¾ Jumlah Man – hours yang hilang : 64 Jam ¾ Jumlah Man-hours kerja { nyata } : 192816 Jam ¾ Perhitungan Ratio Kekerapan { frekuensi } cedera : Jumlah Man-Hours Hilang x 1.000.000 Ratio Keparahaan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata }
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 112
64
x
1.000.000
Ratio Keparahan Cedera =
= 331.9 = 13.8 192816
Jadi angka Ratio Keparahan Cedera yang diperoleh adalah sebesar 331.9 jam atau 13.8 hari, yang berarti bahwa pada perusahaan tersebut dalam waktu 1.000.000 jam waktu produktif akan mengalami 13.8 hari hilang. Perhitungan Ratio Keparahan Cedera Bulan Desember 2008 Diketahui dari data penelitian ¾ Jumlah Man – hours yang hilang : 22.25 Jam ¾ Jumlah Man-hours kerja { nyata } : 177984 Jam ¾ Perhitungan Ratio Kekerapan { frekuensi } cedera : Jumlah Man-Hours Hilang x 1.000.000 Ratio Keparahaan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 2.25
x
1.000.000
Ratio Keparahan Cedera =
= 125.1 = 5.2 177984
Jadi angka Ratio Keparahan Cedera yang diperoleh adalah sebesar 125.1 jam atau 5.2 hari, yang berarti bahwa pada perusahaan tersebut dalam waktu 1.000.000 jam waktu produktif akan mengalami 5.2 hari hilang.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 113
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Ratio Keparahan Kerja Per bulan. No
Bulan
1
Januari
Jumlah Hari Hilang 0.24
2
Februari
5.6
3
Maret
1.3
4
April
17.6
5
Mei
5.6
6
Juni
3.08
7
Juli
8.8
8
Agustus
12.7
9
September
4.8
10
Oktober
5.4
11
Nopember
13,8
12
Desember
5,2
Hari Kerja Hilang Desember Nopember Oktober September Agustus Juli Juni Mei April Maret Februari Januari
Hari Kerja Hilang
0
5
10
15
20
Gambar 4.9 Grafik hasil perhitungan ratio keparahan kerja per bulan
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 114
4.4.5
Perhitungan Tingkat Kekerapan dan Keparahan dalam Setahun Perhitungan terhadap tingkat kekerapan { frekuensi } kecelakaan kerja
dengan tingkat keparahan yang berdampak pada hari hilang Selama satu tahun dapat diakumulasikan sehingga dapat diperoleh nilai rata – rata tingkat kekerapan dan tingkat keparahan kerja selama tahun 2008. Dimana diketahui ; •
Jumlah kejadian kelakaan kerja
: 24
•
Man-hours kerja yang hilang
: 379,83 Jam
•
Jumlah Man-Hours kerja setahun
: 2.294.664
•
Jumlah Jam hilang dalam setahun
:
Total Jumlah Man-Hours setahun
: 2.294.284.17 Jam
Jam
379.83 Jam =
Perhitungan tingkat Kekerapan { Frekuensi } kecelakaan Kerja dalam Setahun Jumlah Kecelakaan Kerja x 1.000.000 Ratio Kekerapan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 24
x
1.000.000
Ratio Kekerapan Cedera =
= 10.8 = 11 2.294.284.17
Berarti dalam satu tahun terjadi kira – kira 11 kecelakaan kerja dalam setiap 1.000.000 Man – hours kerja.
Perhitungan tingkat Keparahan kecelakaan Kerja dalam Setahun
:
Jumlah Man-Hours Hilang x 1.000.000 Ratio Keparahaan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 379.84
x
1.000.000
Ratio Keparahan Cedera =
= 165.5 = 6.8 2.294.284.17
Berarti dalam
setahun kira – kira 6.8 hari yang hilang setiap 1.000.000
Man – hours kerja. Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 115
4.4.6
Perhitungan Tingkat Kekerapan dan Keparahan Kerja Berdasarkan Jenis Kecelakaan selama tahun 2008
4.4.6.1 Perhitungan Kecelakaan Kerja Terjepit selama tahun 2008 Diketahui dari data penelitian, dimana ; •
Jumlah kejadian kelakaan kerja
:6
•
Man-hours kerja yang hilang
: 34,85 Jam
•
Jumlah Man-Hours kerja setahun
: 2.294.284.17 Jam
•
Jumlah Jam hilang dalam setahun
:
Total Jumlah Man-Hours setahun
: 2.294.249.3
34.85 Jam = Jam
Perhitungan tingkat Kekerapan { Frekuensi } kecelakaan Kerja dalam Setahun Jumlah Kecelakaan Kerja x 1.000.000 Ratio Kekerapan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 6
x
1.000.000
Ratio Kekerapan Cedera =
= 2.6 = 3 2.294.249.3
Berarti dalam satu tahun terjadi kira – kira 3 kecelakaan kerja dalam setiap 1.000.000 Man – hours kerja.
Perhitungan tingkat Keparahan kecelakaan Kerja dalam Setahun : Jumlah Man-Hours Hilang x 1.000.000 Ratio Keparahaan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 34,85
x
1.000.000
Ratio Keparahan Cedera =
=15.4 = 0.6 2.294.249,3
Berarti
dalam
setahun
kira – kira 0.6 hari yang hilang setiap 1.000.000
Man – hours kerja.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 116
4.4.6. 2 Perhitungan Kecelakaan Kerja Tergores selama tahun 2008 Diketahui dari data penelitian, dimana ; •
Jumlah kejadian kelakaan kerja
: 10
•
Man-hours kerja yang hilang
: 157.9 Jam
•
Jumlah Man-Hours kerja setahun
: 2.294.284.17 Jam
•
Jumlah Jam hilang dalam setahun
:
Total Jumlah Man-Hours setahun
: 2.294.091.4
157.9
Jam = Jam
Perhitungan tingkat Kekerapan { Frekuensi } kecelakaan Kerja dalam Setahun Jumlah Kecelakaan Kerja x 1.000.000 Ratio Kekerapan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata }
10
x
1.000.000
Ratio Kekerapan Cedera =
= 4.3 = 4 2.294.091.4
Berarti dalam satu tahun terjadi kira – kira 4 kecelakaan kerja dalam setiap 1.000.000 Man – hours kerja.
Perhitungan tingkat Keparahan kecelakaan Kerja dalam Setahun
:
Jumlah Man-Hours Hilang x 1.000.000 Ratio Keparahaan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 157.9
x
1.000.000
Ratio Keparahan Cedera =
= 68.8 = 2.8 2.294.091,4
Berarti
dalam
setahun
kira – kira 2.8 hari yang hilang setiap 1.000.000
Man – hours kerja. Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 117
4.4.6.3 Perhitungan Kecelakaan Kerja Tertimpa selama tahun 2008 Diketahui dari data penelitian, dimana ; •
Jumlah kejadian kelakaan kerja
:1
•
Man-hours kerja yang hilang
: 15 Jam
•
Jumlah Man-Hours kerja setahun
: 2.294.284.17 Jam
•
Jumlah Jam hilang dalam setahun
:
Total Jumlah Man-Hours setahun
: 2.294.233.2
15
Jam = Jam
Perhitungan tingkat Kekerapan { Frekuensi } kecelakaan Kerja dalam Setahun Jumlah Kecelakaan Kerja x 1.000.000 Ratio Kekerapan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 1
x
1.000.000
Ratio Kekerapan Cedera =
= 0. 4 = 0 2.294.233.2
Berarti dalam satu tahun terjadi kira – kira 0 kecelakaan kerja dalam setiap 1.000.000 Man – hours kerja.
Perhitungan tingkat Keparahan kecelakaan Kerja dalam Setahun
:
Jumlah Man-Hours Hilang x 1.000.000 Ratio Keparahaan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 15
x
1.000.000
Ratio Keparahan Cedera =
= 6.5 = 0.27 2.294.233.2
Berarti dalam setahun kira – kira 0.27 hari yang hilang setiap 1.000.000 Man – hours kerja.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 118
4.4.6.4 Perhitungan Kecelakaan Kerja Luka Bakar selama tahun 2008 Diketahui dari data penelitian, dimana ; •
Jumlah kejadian kelakaan kerja
:1
•
Man-hours kerja yang hilang
: 23 Jam
•
Jumlah Man-Hours kerja setahun
: 2.294.284.17 Jam
•
Jumlah Jam hilang dalam setahun
:
Total Jumlah Man-Hours setahun
: 2.294.226,2 Jam
23
Jam =
Perhitungan tingkat Kekerapan { Frekuensi } kecelakaan Kerja dalam Setahun Jumlah Kecelakaan Kerja x 1.000.000 Ratio Kekerapan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 1
x
1.000.000
Ratio Kekerapan Cedera =
= 0.4 = 0 2.294.226,2
Berarti dalam satu tahun terjadi kira – kira 0 kecelakaan kerja dalam setiap 1.000.000 Man – hours kerja.
Perhitungan tingkat Keparahan kecelakaan Kerja dalam Setahun
:
Jumlah Man-Hours Hilang x 1.000.000 Ratio Keparahaan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 23
x
1.000.000
Ratio Keparahan Cedera =
=10.0 = 0.4 2.294.226,2
Berarti dalam
setahun kira – kira 0.4 hari yang hilang setiap 1.000.000
Man – hours kerja.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 119
4.4.6.5 Perhitungan Kecelakaan Kerja Keseleo selama tahun 2008 Diketahui dari data penelitian, dimana ; •
Jumlah kejadian kelakaan kerja
:2
•
Man-hours kerja yang hilang
: 94 Jam
•
Jumlah Man-Hours kerja setahun
: 2.294.284.17 Jam
•
Jumlah Jam hilang dalam setahun
:
Total Jumlah Man-Hours setahun
: 2.294.190.2
94
Jam = Jam
Perhitungan tingkat Kekerapan { Frekuensi } kecelakaan Kerja dalam Setahun Jumlah Kecelakaan Kerja x 1.000.000 Ratio Kekerapan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 2
x
1.000.000
Ratio Kekerapan Cedera =
= 0.8 = 1 2.294.190.2
Berarti dalam satu tahun terjadi kira – kira 1 kecelakaan kerja dalam setiap 1.000.000 Man – hours kerja.
Perhitungan tingkat Keparahan kecelakaan Kerja dalam Setahun
:
Jumlah Man-Hours Hilang x 1.000.000 Ratio Keparahaan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 94
x
1.000.000
Ratio Keparahan Cedera =
= 40.9 = 1.7 2.294.190.2
Berarti dalam setahun kira – kira 1.7 hari yang hilang setiap 1.000.000 Man – hours kerja.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 120
4.4.6.6 Perhitungan Kecelakaan Kerja Terlilip selama tahun 2008 Diketahui dari data penelitian, dimana ; •
Jumlah kejadian kelakaan kerja
:2
•
Man-hours kerja yang hilang
: 16.5 Jam
•
Jumlah Man-Hours kerja setahun
: 2.294.284.17 Jam
•
Jumlah Jam hilang dalam setahun
:
Total Jumlah Man-Hours setahun
: 2.294.267,7 Jam
16,5 Jam =
Perhitungan tingkat Kekerapan { Frekuensi } kecelakaan Kerja dalam Setahun Jumlah Kecelakaan Kerja x 1.000.000 Ratio Kekerapan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 2
x
1.000.000
Ratio Kekerapan Cedera =
= 0.8 = 1 2.294.267,7
Berarti dalam satu tahun terjadi kira – kira 1 kecelakaan kerja dalam setiap 1.000.000 Man – hours kerja.
Perhitungan tingkat Keparahan kecelakaan Kerja dalam Setahun
:
Jumlah Man-Hours Hilang x 1.000.000 Ratio Keparahaan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 16,5
x
1.000.000
Ratio Keparahan Cedera =
= 7.1 = 0.2 2.294.267.7
Berarti dalam
setahun kira – kira 0.2 hari yang hilang setiap 1.000.000
Man – hours kerja.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 121
4.4.6.7 Perhitungan Kecelakaan Kerja Terpotong selama tahun 2008 Diketahui dari data penelitian, dimana ; •
Jumlah kejadian kelakaan kerja
:2
•
Man-hours kerja yang hilang
: 42 Jam
•
Jumlah Man-Hours kerja setahun
: 2.294.284.17 Jam
•
Jumlah Jam hilang dalam setahun
:
Total Jumlah Man-Hours setahun
: 2.294.242.2 Jam
42
Jam =
Perhitungan tingkat Kekerapan { Frekuensi } kecelakaan Kerja dalam Setahun
Jumlah Kecelakaan Kerja x 1.000.000 Ratio Kekerapan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 2
x
1.000.000
Ratio Kekerapan Cedera =
= 0.8 = 1 2.294.242.2
Berarti dalam satu tahun terjadi kira – kira 1 kecelakaan kerja dalam setiap 1.000.000 Man – hours kerja.
Perhitungan tingkat Keparahan kecelakaan Kerja dalam Setahun
:
Jumlah Man-Hours Hilang x 1.000.000 Ratio Keparahaan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 42
x
1.000.000
Ratio Keparahan Cedera =
=18.3 = 0.7 2.294.242.2
Berarti
dalam
setahun
kira – kira 0.7 hari yang hilang setiap 1.000.000
Man – hours kerja.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 122
Hasil Perhitungan Tingkat Kekerapan & Keparahan Kerja Berdasarkan Jenis Kecelakaan Kerja Selama Tahun 2008 Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Kecelakaan Kerja Selama Tahun 2008. No
Jenis Kecelakaan
Perhitungan Tingkat Kekerapan
Tingkat Keparahan
1
Terjepit
3
0,6
2
Tergores
4
2.8
3
Tertimpa
0
0,2
4
luka Bakar
0
0,4
5
Keseleo
1
1,7
6
Terlilip
1
0,2
7
Terpotong
1
0,7
.
Nilai
Perhitungan Tingkat Kecelakaan Selama Tahun 2008 5 4 3 2 1 0
1
2
3
4
5
6
7
Perhitungan Tingkat Kekerapan
3
4
0
0
1
1
1
Perhitungan Tingkat Keparahan
0,6
2,8
0,2
0,4
1,7
0,2
0,7
Gambar 4.10 Grafik Hasil Perhitungan Tingkat Kecelakaan Kerja Selama Tahun 2008
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 123
4.4.7
Perhitungan Kecelakaan Kerja Paling Sering Terjadi Menurut Bagian
4.4.7.1 Perhitungan Kecelakaan Tergores Pada Bagian Filling Proses Diketahui dari data penelitian, dimana ; •
Jumlah kejadian kelakaan kerja
:4
•
Man-hours kerja yang hilang
: 67.85 Jam
•
Jumlah Man-Hours kerja setahun
: 2.294.284.17 Jam
•
Jumlah Jam hilang dalam setahun
:
Total Jumlah Man-Hours setahun
: 2.294.216,3
67.85 Jam = Jam
Perhitungan tingkat Kekerapan { Frekuensi } kecelakaan Kerja dalam Setahun Jumlah Kecelakaan Kerja x 1.000.000 Ratio Kekerapan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 4
x
1.000.000
Ratio Kekerapan Cedera =
= 1.7 = 2 2.294.216,3
Berarti dalam satu tahun terjadi kira – kira 2 kecelakaan kerja dalam setiap 1.000.000 Man – hours kerja.
Perhitungan tingkat Keparahan kecelakaan Kerja dalam Setahun
:
Jumlah Man-Hours Hilang x 1.000.000 Ratio Keparahaan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 67.85
x
1.000.000
Ratio Keparahan Cedera =
= 29.5 = 1.2 2.294.216,3
Berarti dalam setahun kira – kira 1.2 hari yang hilang setiap 1.000.000 Man – hours kerja.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 124
4.4.7.2 Perhitungan Kecelakaan Tergores Pada Bagian Office Boy Diketahui dari data penelitian, dimana ; •
Jumlah kejadian kelakaan kerja
:2
•
Man-hours kerja yang hilang
: 11.95 Jam
•
Jumlah Man-Hours kerja setahun
: 2.294.284.17
•
Jumlah Jam hilang dalam setahun
:
Total Jumlah Man-Hours setahun
: 2.294.272,2
Jam
11 .95 Jam = Jam
Perhitungan tingkat Kekerapan { Frekuensi } kecelakaan Kerja dalam Setahun Jumlah Kecelakaan Kerja x 1.000.000 Ratio Kekerapan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 2
x
1.000.000
Ratio Kekerapan Cedera =
= 0.87 = 1 2.294.272,2
Berarti dalam satu tahun terjadi kira – kira 1 kecelakaan kerja dalam setiap 1.000.000 Man – hours kerja.
Perhitungan tingkat Keparahan kecelakaan Kerja dalam Setahun
:
Jumlah Man-Hours Hilang x 1.000.000 Ratio Keparahaan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 11.95
x
1.000.000
Ratio Keparahan Cedera =
= 5.2 = 0.2 2.294.272,2
Berarti dalam setahun kira – kira 0.1 hari yang hilang setiap 1.000.000 Man – hours kerja.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 125
4.4.7.3 Perhitungan Kecelakaan Tergores Pada Bagian General Affair Diketahui dari data penelitian, dimana ; •
Jumlah kejadian kelakaan kerja
:1
•
Man-hours kerja yang hilang
: 13 Jam
•
Jumlah Man-Hours kerja setahun
: 2.294.284.17 Jam
•
Jumlah Jam hilang dalam setahun
:
Total Jumlah Man-Hours setahun
: 2.294.271.2
13
Jam = Jam
Perhitungan tingkat Kekerapan { Frekuensi } kecelakaan Kerja dalam Setahun Jumlah Kecelakaan Kerja x 1.000.000 Ratio Kekerapan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 1
x
1.000.000
Ratio Kekerapan Cedera =
= 0.4 = 0 2.294.271.2
Berarti dalam satu tahun terjadi kira – kira 0 kecelakaan kerja dalam setiap 1.000.000 Man – hours kerja.
Perhitungan tingkat Keparahan kecelakaan Kerja dalam Setahun
:
Jumlah Man-Hours Hilang x 1.000.000 Ratio Keparahaan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 13
x
1.000.000
Ratio Keparahan Cedera =
= 5.6 = 0.2 2.294.271.2
Berarti dalam setahun kira – kira 0.2 hari yang hilang setiap 1.000.000 Man – hours kerja.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 126
4.4.7.4 Perhitungan Kecelakaan Tergores Pada Bagian Packaging Proses Diketahui dari data penelitian, dimana ; •
Jumlah kejadian kelakaan kerja
:1
•
Man-hours kerja yang hilang
: 15.5 Jam
•
Jumlah Man-Hours kerja setahun
: 2.294.284.17 Jam
•
Jumlah Jam hilang dalam setahun
:
Total Jumlah Man-Hours setahun
: 2.294.268.7
15.5 Jam = Jam
Perhitungan tingkat Kekerapan { Frekuensi } kecelakaan Kerja dalam Setahun Jumlah Kecelakaan Kerja x 1.000.000 Ratio Kekerapan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 1
x
1.000.000
Ratio Kekerapan Cedera =
= 0.4 = 0 2.294.268.7
Berarti dalam satu tahun terjadi kira – kira 0 kecelakaan kerja dalam setiap 1.000.000 Man – hours kerja.
Perhitungan tingkat Keparahan kecelakaan Kerja dalam Setahun
:
Jumlah Man-Hours Hilang x 1.000.000 Ratio Keparahaan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 15.5
x
1.000.000
Ratio Keparahan Cedera =
= 6.7 = 0.3 2.294.268.7
Berarti dalam setahun kira – kira 0.3 hari yang hilang setiap 1.000.000 Man – hours kerja.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 127
4.4.7.5 Perhitungan Kecelakaan Tergores Pada Bagian Engineering Diketahui dari data penelitian, dimana ; •
Jumlah kejadian kelakaan kerja
:2
•
Man-hours kerja yang hilang
: 49.5 Jam
•
Jumlah Man-Hours kerja setahun
: 2.294.284.17 Jam
•
Jumlah Jam hilang dalam setahun
:
Total Jumlah Man-Hours setahun
: 2.294.234,7
49.5 Jam = Jam
Perhitungan tingkat Kekerapan { Frekuensi } kecelakaan Kerja dalam Setahun Jumlah Kecelakaan Kerja x 1.000.000 Ratio Kekerapan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 2
x
1.000.000
Ratio Kekerapan Cedera =
= 0.8 = 1 2.294.234.7
Berarti dalam satu tahun terjadi kira – kira 1 kecelakaan kerja dalam setiap 1.000.000 Man – hours kerja.
Perhitungan tingkat Keparahan kecelakaan Kerja dalam Setahun
:
Jumlah Man-Hours Hilang x 1.000.000 Ratio Keparahaan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 49.5
x
1.000.000
Ratio Keparahan Cedera =
= 21.5 = 0.8 2.294.234.7
Berarti dalam setahun kira – kira 0.8 hari yang hilang setiap 1.000.000 Man – hours kerja.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 128
Hasil Perhitungan Kecelakaan Kerja yang Paling Sering Terjadi ( Tergores ) Menurut Bagian
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Kecelakaan Kerja yang Paling Sering Terjadi. No Bagian Perhitungan Tingkat Kekerapan Tingkat Keparahan 1
Filling Proses
2
1.2
2
Office Boy
1
0,2
3
General Affair
0
0,2
4
Packaging Proses
0
0,3
5
Engineering
1
0,8
Kecelakaan Kerja Tergores ( Paling Sering ) 2,5
Value
2
2
1,5 1
1,2
1
0,5
1 0,03
0,2
0
0
0,3 0
0,8
Perhitungan Tingkat Kekerapan Perhitungan Tingkat Keparahan
Gambar 4.11 Grafik Hasil Perhitungan Tingkat Kecelakaan Kerja Selama Tahun 2008 yang Sering terjadi ( Tergores )
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 129
4.4.8
Perhitungan Nilai Kekerapan dan Keparahan Kecelakaan Menurut Bagian
4.4.8.1 Perhitungan Kecelakaan Kerja Pada Bagian Filling Proses Diketahui dari data penelitian, dimana ; •
Jumlah kejadian kelakaan kerja
:6
•
Man-hours kerja yang hilang
: 90.1 Jam
•
Jumlah Man-Hours kerja setahun
: 2.294.284.17 Jam
•
Jumlah Jam hilang dalam setahun
:
Total Jumlah Man-Hours setahun
: 2.294.194,1
90.1
Jam = Jam
Perhitungan tingkat Kekerapan { Frekuensi } kecelakaan Kerja dalam Setahun Jumlah Kecelakaan Kerja x 1.000.000 Ratio Kekerapan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 6
x
1.000.000
Ratio Kekerapan Cedera =
= 2.6 = 3 2.294.194,1
Berarti dalam satu tahun terjadi kira – kira 3 kecelakaan kerja dalam setiap 1.000.000 Man – hours kerja.
Perhitungan tingkat Keparahan kecelakaan Kerja dalam Setahun
:
Jumlah Man-Hours Hilang x 1.000.000 Ratio Keparahaan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 90.1
x
1.000.000
Ratio Keparahan Cedera =
= 39.2 = 1.6 2.294.194.1
Berarti dalam setahun kira – kira 1.6 hari yang hilang setiap 1.000.000 Man – hours kerja.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 130
4.4.8.2 Perhitungan Kecelakaan Kerja Pada Bagian Packaging Proses Diketahui dari data penelitian, dimana ; •
Jumlah kejadian kelakaan kerja
:6
•
Man-hours kerja yang hilang
: 85.93 Jam
•
Jumlah Man-Hours kerja setahun
: 2.294.284.17 Jam
•
Jumlah Jam hilang dalam setahun
:
Total Jumlah Man-Hours setahun
: 2.294.198,2
85.93 Jam = Jam
Perhitungan tingkat Kekerapan { Frekuensi } kecelakaan Kerja dalam Setahun Jumlah Kecelakaan Kerja x 1.000.000 Ratio Kekerapan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 6
x
1.000.000
Ratio Kekerapan Cedera =
= 2.6 = 3 2.294.198.2
Berarti dalam satu tahun terjadi kira – kira 3 kecelakaan kerja dalam setiap 1.000.000 Man – hours kerja.
Perhitungan tingkat Keparahan kecelakaan Kerja dalam Setahun
:
Jumlah Man-Hours Hilang x 1.000.000 Ratio Keparahaan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 85.93
x
1.000.000
Ratio Keparahan Cedera =
= 37.4 = 1.5 2.294.198,2
Berarti dalam setahun kira – kira 1.5 hari yang hilang setiap 1.000.000 Man – hours kerja.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 131
4.4.8.3 Perhitungan Kecelakaan Kerja Pada Bagian Engineering Diketahui dari data penelitian, dimana ; •
Jumlah kejadian kelakaan kerja
:5
•
Man-hours kerja yang hilang
: 75.5 Jam
•
Jumlah Man-Hours kerja setahun
: 2.294.284.17 Jam
•
Jumlah Jam hilang dalam setahun
:
Total Jumlah Man-Hours setahun
: 2.294.208,7 Jam
75.5 Jam =
Perhitungan tingkat Kekerapan { Frekuensi } kecelakaan Kerja dalam Setahun Jumlah Kecelakaan Kerja x 1.000.000 Ratio Kekerapan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 5
x
1.000.000
Ratio Kekerapan Cedera =
= 2.1 = 2 2.294.208,7
Berarti dalam satu tahun terjadi kira – kira 2 kecelakaan kerja dalam setiap 1.000.000 Man – hours kerja.
Perhitungan tingkat Keparahan kecelakaan Kerja dalam Setahun
:
Jumlah Man-Hours Hilang x 1.000.000 Ratio Keparahaan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 75.5
x
1.000.000
Ratio Keparahan Cedera =
= 32.9 = 1.3 2.294.208,7
Berarti dalam setahun kira – kira 1.3 hari yang hilang setiap 1.000.000 Man – hours kerja.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 132
4.4.8.4 Perhitungan Kecelakaan Kerja Pada Bagian Office Boy Diketahui dari data penelitian, dimana ; •
Jumlah kejadian kelakaan kerja
:3
•
Man-hours kerja yang hilang
: 22.95 Jam
•
Jumlah Man-Hours kerja setahun
: 2.294.284.17 Jam
•
Jumlah Jam hilang dalam setahun
:
Total Jumlah Man-Hours setahun
: 2.294.261.2
22.95 Jam = Jam
Perhitungan tingkat Kekerapan { Frekuensi } kecelakaan Kerja dalam Setahun Jumlah Kecelakaan Kerja x 1.000.000 Ratio Kekerapan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 3
x
1.000.000
Ratio Kekerapan Cedera =
= 1.3 = 1 2.294.261,2
Berarti dalam satu tahun terjadi kira – kira 1 kecelakaan kerja dalam setiap 1.000.000 Man – hours kerja.
Perhitungan tingkat Keparahan kecelakaan Kerja dalam Setahun
:
Jumlah Man-Hours Hilang x 1.000.000 Ratio Keparahaan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 22.95
x
1.000.000
Ratio Keparahan Cedera =
= 10.0 = 0.4 2.294.216,2
Berarti dalam setahun kira – kira 0.4 hari yang hilang setiap 1.000.000 Man – hours kerja.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 133
4.4.8.5 Perhitungan Kecelakaan Kerja Pada Bagian General Affair Diketahui dari data penelitian, dimana ; •
Jumlah kejadian kelakaan kerja
:2
•
Man-hours kerja yang hilang
: 79 Jam
•
Jumlah Man-Hours kerja setahun
: 2.294.284.17 Jam
•
Jumlah Jam hilang dalam setahun
:
Total Jumlah Man-Hours setahun
: 2.294.205.2
79
Jam = Jam
Perhitungan tingkat Kekerapan { Frekuensi } kecelakaan Kerja dalam Setahun Jumlah Kecelakaan Kerja x 1.000.000 Ratio Kekerapan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 2
x
1.000.000
Ratio Kekerapan Cedera =
= 0.8 = 1 2.294.205.2
Berarti dalam satu tahun terjadi kira – kira 1 kecelakaan kerja dalam setiap 1.000.000 Man – hours kerja.
Perhitungan tingkat Keparahan kecelakaan Kerja dalam Setahun
:
Jumlah Man-Hours Hilang x 1.000.000 Ratio Keparahaan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 79
x
1.000.000
Ratio Keparahan Cedera =
= 34.4 = 1.4 2.294.205.2
Berarti dalam setahun kira – kira 1.4 hari yang hilang setiap 1.000.000 Man – hours kerja.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 134
4.4.8.6 Perhitungan Kecelakaan Kerja Pada Bagian Coumpoding Proses Diketahui dari data penelitian, dimana ; •
Jumlah kejadian kelakaan kerja
:1
•
Man-hours kerja yang hilang
: 6.45 Jam
•
Jumlah Man-Hours kerja setahun
: 2.294.284.17 Jam
•
Jumlah Jam hilang dalam setahun
:
Total Jumlah Man-Hours setahun
: 2.294.277,7
6.45 Jam = Jam
Perhitungan tingkat Kekerapan { Frekuensi } kecelakaan Kerja dalam Setahun Jumlah Kecelakaan Kerja x 1.000.000 Ratio Kekerapan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 1
x
1.000.000
Ratio Kekerapan Cedera =
= 0.4 = 0 2.294.277.7
Berarti dalam satu tahun terjadi kira – kira 0 kecelakaan kerja dalam setiap 1.000.000 Man – hours kerja.
Perhitungan tingkat Keparahan kecelakaan Kerja dalam Setahun
:
Jumlah Man-Hours Hilang x 1.000.000 Ratio Keparahaan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 6.45
x
1.000.000
Ratio Keparahan Cedera =
=2.8 = 0.1 2.294.277,7
Berarti dalam setahun kira – kira 0.1 hari yang hilang setiap 1.000.000 Man – hours kerja.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 135
4.4.8.7 Perhitungan Kecelakaan Kerja Pada Bagian PPIC Proses Diketahui dari data penelitian, dimana ; •
Jumlah kejadian kelakaan kerja
:1
•
Man-hours kerja yang hilang
: 22.25 Jam
•
Jumlah Man-Hours kerja setahun
: 2.294.284.17 Jam
•
Jumlah Jam hilang dalam setahun
:
Total Jumlah Man-Hours setahun
: 2.294.261,9
22.25 Jam = Jam
Perhitungan tingkat Kekerapan { Frekuensi } kecelakaan Kerja dalam Setahun Jumlah Kecelakaan Kerja x 1.000.000 Ratio Kekerapan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 1
x
1.000.000
Ratio Kekerapan Cedera =
= 0.4 = 0 2.294.261.9
Berarti dalam satu tahun terjadi kira – kira 0 kecelakaan kerja dalam setiap 1.000.000 Man – hours kerja.
Perhitungan tingkat Keparahan kecelakaan Kerja dalam Setahun
:
Jumlah Man-Hours Hilang x 1.000.000 Ratio Keparahaan Cedera = Jumlah Man – Hours Kerja { Nyata } 22.25
x
1.000.000
Ratio Keparahan Cedera =
= 9.6 = 0.40 2.294.261.9
Berarti dalam setahun kira – kira 0.40 hari yang hilang setiap 1.000.000 Man – hours kerja.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 136
Perhitungan Nilai Kekerapan & Keparahan Kecelakaan Berdasarkan Bagian Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Kecelakaan Kerja berdasarkan Bagian No
Perhitungan
Bagian
Tingkat Kekerapan
Tingkat Keparahan
1
Filling Proses
3
1.6
2
Packaging Proses
3
1.5
3
Engineering
2
1.3
4
Office Boy
1
0.4
5
General Affair
1
1.4
6
Coumpoding Proses
0
0,1
7
PPIC
0
0,4
5 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0
1,6
1,5
3
3
1,3 1,4 2
0,4 1
1
0,1 0
0,4 0
Perhitungan Tingkat Keparahan Perhitungan Tingkat Kekerapan
Gambar 4.12 Grafik Hasil Perhitungan Tingkat Kecelakaan Kerja berdasarkan Bagian Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 137
BAB V ANALISA HASIL
5.1 5.1.1
Analisa Hasil Perhitungan Ratio Kekerapan dan Keparahan Cidera Analisa Hasil Perhitungan Ratio Kekerapan Cidera Berdasarkan perhitungan ratio kekerapan cidera kecelakaan kerja pada
PT. Bintang Toedjoe diperoleh angka ratio kekerapan cidera yang paling tinggi yaitu : pada bulan Agustus sebesar 29, karena pada bulan inilah banyak terjadi kecelakaan yaitu 5 orang korban kecelakaan kerja. Nilai rata – rata kekerapan adalah 10,66 = 11 korban, yang berarti 11 kecelakaan terjadi setiap juta Man-hours kerja. Perbedaan ratio kekerapan ini disebabkan oleh adanya perbedaan jumlah korban kecelakaan kerja, jumlah jam kerja dan jumlah karyawan.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 138
Jumlah Kecelakaan
10
5
11
10 6
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
5
Mei
22 April
5 Maret
6
Februari
5
29
14
Januari
35 30 25 20 15 10 5 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Jumlah Kecelakaan Gambar 5.1 Grafik Hasil Perhitungan Ratio Kekerapan Kecelakaan Kerja
Tabel 5.1 Nilai Rata – rata Jumlah Kecelakaan Kerja Berdasarkan tingkat Kekerapan
Jumlah Kecelakaan Mean Standard Error Median Mode Standard Deviation Sample Variance Kurtosis Skewness Range Minimum Maximum Sum Count Largest(1) Smallest(1) Confidence Level(95,0%)
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
10,66666667 2,216786281 8 5 7,679172935 58,96969697 2,06889057 1,619628855 24 5 29 128 12 29 5 4,879113704
41606110044
TUGAS AKHIR 139
5.1.2
Analisa Hasil Perhitungan Ratio Keparahan Cidera Perhitungan ratio keparahan cidera ( severity rate ) untuk memperoleh
gambaran situasi yang lebih baik daripada perhitungan ratio kekerapan cidera yang hanya menghitung jumlah korban kecelakaan dan bukanlah merupakan ukuran yang tepat terhadap pengaruh dari kecelakaan ( ILO,1982 ). Perhitungan ratio keparahan cidera mengacu pada jumlah hari yang hilang dihitung dalam jumlah dari waktu setiap juta Man-Hours kerja. Pada PT. Bintang Toedjoe, ratio keparahan cidera yang paling tinggi terjadi pada bulan November yaitu 13.8, yang berarti bahwa perusahaan tersebut dalam waktu 1.000.000 jam waktu produktif terdapat 13.8 hari atau sekitar 331,9 jam waktu produktif yang hilang. Jumlah hilangnya waktu produktif pada periode tersebut dikarenakan jenis kecelakan kerja yang cukup berat yang menimbulkan cacat atau cidera berat. Untuk nilai rata – rata ratio keparahan adalah sebesar 4.93, dimana perbedaaan ratio keparahan ini disebabkan oleh adanya perbedaan jumlah korban kecelakaan kerja, jenis cidera, jumlah jam kerja dan jumlah karyawan.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 140
Hari Kerja Hilang 16 14
13,8
12,7
12 10
8,5
8 6
5,08
5,2
4,5 3,08
4
Hari Kerja Hilang 2,3
0,7
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
1,3
1,5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
2
0,5
0
Gambar 5.2 Grafik Hasil Perhitungan Nilai Keparahan
Tabel 5.2 Nilai rata – rata Hari Kerja Hilang Hari Kerja Hilang
Mean Standard Error Median Mode Standard Deviation Sample Variance Kurtosis Skewness Range Minimum Maximum Sum Count Largest(1) Smallest(1) Confidence Level(95,0%)
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
4,93 1,305216805 3,79 #N/A 4,521403644 20,44309091 0,14220864 1,105963731 13,3 0,5 13,8 59,16 12 13,8 0,5 2,872762818
41606110044
TUGAS AKHIR 141
Tabel 5.2 Nilai rata – rata Hari Kerja Hilang
5.2 Analisa Kecelakaan Kerja 5.2.1 Analisa Terhadap Jenis Kecelakaan
157,9
160 140 120 100
94 Jumlah (Orang)
80
Manshours hilang ( Jam)
60 40 20
34,85 42 6
15
10
0
23
1
16,5 1
2
2
2
Gambar 5.3 Grafik jumlah pekerja celaka dan manhours hilang berdasarkan jenis kecelakaan kerja
Seperti pada apa yang ditampilkan Grafik diatas bahwa data yang diambil berdasarkan jumlah kecelakaan kerja yang terjadi selama 2008, dimana jenis kecelakaan kerja yang sering terjadi berdasarkan klasifikasi jenis kecelakaan adalah jenis kecelakaan tergores dimana jenis kecelakaan tersebut memberikan dampak pada hilangnya waktu kerja Produktif sebanyak 157.9 jam disusul oleh Keseleo dan terpotong. Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 142
Umumnya
terjepit
disebabkan
oleh
factor
pekerja
itu
sendiri
( Unsafe Actions ) dimana pekerja kurang hati – hati dan kurang cekatan, serta bekerja dengan mengabaikan prinsip keselamatan kerjanya dan tidak sesuai dengan Work instruction ( WI ) yang telah dibuat. Sebagai contoh, pada kasus Novi Riyanto dimana kecelakaan terjadi akibat dari sisa – 0sisa bahan baku yang tercecer dilantai hingga membuat lantai licin yang akhirnya berdampak terpeleset hingga jatuh dan membuat bagian wajah ( pipi ) tergores, kejadian ini timbul akibat dari mengabaikan prinsip – prinsip keselamatan kerja dan kurang cekatan, serta tidak hati - hati dalam bekerja. Hal lain yang menyebabkan kejadian kecelakaan tergores terjadi akibat dari mengabaikan prinsip keselamatan kerja, dimana yang menjadi factor dominan adalah factor pekerja itu sendiri yaitu pada kasus Supriyatna kejadian pada bulan April Jenis kecelakaan Keseleo merupakan jenis kecelakaan nomor dua yang sering terjadi, hal ini disebabkan juga karena kecerobohan dan kurang hati – hati pekerja pada setiap aktifitas yang mereka kerjakan sehingga mengakibatkan celaka.Sedangkan jenis kecelakaan terpotong, terjepit, luka bakar dan terlilip merupakan jenis kecelakaan yang cukup jarang terjadi sepanjang tahun 2008.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 143
5.2.2
Analisa Terhadap Bagian Pekerjaan
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
90,1
22,95
5
85,93
79
75,5
6
3
22,25
1 6,45
2
6
Jumlah (Orang) Manshours hilang (Jam)
1
Gambar 5.4 Grafik jumlah pekerja celaka dan manhours hilang berdasarkan bagian
Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa bagian Filling Proses merupakan bagian yang paling banyak atau sering mengalami kecelakaan kerja, dimana terlihat pada grafik bagian ini terdapat 6 orang tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja dengan Man-hours yang hilang sebesar 90,1. Hasil dari pengamatan terlihat bahwa bagian Filling Proses merupakan bagian yang mempunyai resiko terhadap kecelakaan yang cukup tinggi dimana pada bagian ini adalah bagian yang cukup penting pada ratai sebuah proses dalam pembuatan Produk. Pada bagian ini mesin yang digunakan terdiri dari beberapa system Cutting untuk memutus alumunium foil menjadi beberapa bagian dan juga memotong alumunium foil menjadi bentuk sachet, dimana Operator mesin dalam Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 144
kesehariannya pasti berkutat dengan masalah settingan cutting guna mendapatkan potongan yang diaggap sesuai. Masalah inilah yang akhirnya menimbulkan satu peluang yang berdampak pada terjadinya salah satu bentuk kecelakaan
kerja
seperti jenis kecelakaan tergores pisau Cutting yang ratio timbulnya kecelakaan jenis ini sering muncul hingga jumlah kecelakaan jenis ini paling banyak dialami oleh bagian Filling Proses, tingginya kecelakaan yang timbul juga tidak terlepas akibat dari factor kecerobohan, kurangnya keterampilan dan kecekatan dari operator serta penyuluhan dan rambu – rambu peringatan yang dianggap kurang mendukung langkah pencegahan timbulnya Kecelakaan pada bagian ini. Bagian Engineering juga mempunyai peluang cukup besar yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja tergores yang
berdampak pada meningkatnya
jumlah kejadian kecelakaan yang berkorelasi pada tingginya manhours yang hilang. Seperti halnya pada bagian Filling Proses dimana factor yang berpotensi paling besar adalah factor pekerja itu sendiri ( Unsafe Actions ). Potensi yang cukup tinggi juga ditunjukan pada bagian Packaging yang dalam hal ini berpeluang meningkatnya jumlah kecelakaan kerja yang terjadi dengan bentuk atau jenis kecelakaan kerja yang sangat bervariasi dimana dapat dilihat jumlah kecelakaan kerja dalam satu tahun sama dengan bagian Filling Proses yaitu 6 orang dan manhours yang hilang juga diperingkat kedua yaitu 85,93. Berdasarkan fakta diatas, bahwa jenis kecelakaan yang sering terjadi adalah tergores dan bagian yang paling sering mengalami kecelakaan tersebut adalah Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 145
Filling Proses, maka pada penulisan tugas akhir ini penulis akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kecelakaan kerja tergores di bagian Filling Proses. Data hasil dari pengamatan, perhitungan analisa kekerapan dan keparahan kerja serta diagram pareto dibuat untuk menentukan dan mengurutkan data jenis kecelakaan dari kiri ke kanan menurut urutan rating tertinggi yang menjadi permasalahan yang harus terlebih dahulu diselesaikan. Diatas telah di paparkan mengenai data jumlah pekerja yang celaka dan manhours yang hilang berdasarkan jenis kecelakaan dan bagian, dimana Filling proses merupakan bagian yang paling tinggi tingkat kecelakaannya dan dominasi jenis kecelakaan tergores pada bagian ini juga cukup tinggi. Penguatan mengenai penelitian ini lebih lanjut dibuktikan oleh hasil perhitungan ratio tingkat kekerapan kecelakaan kerja dan ratio tingkat keparahan kecelakaan kerja yang diulas pada bab sebelumnya, dimana berdasarkan jenis kecelakaan kerja selama tahun 2008 kecelakaan kerja tergores menempati rating pertama yang menghasilkan nilai kekerapan dan keparahan kecelakaan kerja paling tinggi yaitu terdapat sekitar 4 orang tenaga kerja yang celaka dan 2,8 hari hilang dalam setiap 1.000.000 manhours kerja. Sedangkan perhitungan nilai kekerapan dan keparahan kecelakaan kerja berdasarkan bagian Filling proses juga merupakan bagian yang mempunyai nilai paling tinggi yaitu 3 tenaga kerja celaka dan 1,6 hari hilang setiap 1.000.000 manhours kerja dalam satu tahun. Dan perhitungan nilai kekerapan dan keparahan kecelakaan kerja berdasarkan jenis kecelakaan tergores bagian Filling proses juga Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 146
mempunyai rating tertinggi yaitu 2 tenaga kerja celaka dan 1,2 hari hilang setiap 1.000.000 manhours kerja dalam satu tahun.
5.3
Analisa berdasarkan Diagram Pareto
Dari keterangan diatas diambil salah satu data terkait yang berhubungan dengan kecelakaan kerja tergores pada bagian Filling proses yang akan akan digunakan untuk menemukan penyebab dominan mengapa jenis kecelakaaan tersebut sering terjadi pada bagian Filling proses. Penulis akan menampilkan data dalam bentuk diagram pareto kecelakaan tergores berdasarkan bagian pekerjaan untuk membuktikan dan menentukan bahwa kecelakaan tergores dibagian Filling proses cukup tinggi dan harus segera dicari akar penyebab masalah yang sering timbul tersebut.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 147
10
100
8
80
6
60
4
40
2
20
0 Bagian g l lin Fi
Jumlah Percent Cum %
Pr
es os
4 40,0 40,0
e ne i g En
g r in
2 20,0 60,0
e fic Of
y Bo
al er n Ge
A
2 20,0 80,0
ir ffa
Pa 1 10,0 90,0
ng gi a ck
s se o Pr
Percent
Jumlah
Pareto chart of Jumlah Kecelakaan Berdasarkan Bagian
0
1 10,0 100,0
Gambar 5.5 Diagram Pareto Kecelakaan Tergores Berdasarkan Bagian
5.4
Analisa Berdasarkan Diagram Sebab Akibat
Dari faktor – faktor penyebab terjadinya kecelakaan seperti yang telah disebutkan diatas dapat dianalisa lebih lanjut hal – hal yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja, seperti yang akan penulis lampirkan dalam bentuk diagram “fish – bone” dibawah ini
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 148
Cause-and-Effect DiagramKcelakaan kerja Tergores di Area Filling Proses Tinggi Evironment/Lingku
Personal/Manusia
ngan
Kurangnya pemahaman akan K3 & Ketrampilan kerja
r Ku an
Keadaan yang rusak Seperti; kasar, tajam, licin, longgar, bengkok
g Su pe i rv si
Tidak menggunakan APD
Penyusunan, penimbunan, penyimpanan, tata ruang, rancangan, muatan yang berlebih
"Kecelakaan Kerja Ceroboh dan terburu buru
em st ng Si ti t se
Tergores di Area Filling Proses Tinggi"
ng ba ak ny
Penyimpangan
ti
Tidak adanya pengawasan langsung trhdp setiap tenaga kerja atas perlindungan K3
t Cu
Tidak mematuhi peraturan untuk mengenakan alat pelindung diri yang disediakan
Sistem Cutting dalam keadaan terbuka
Bekerja menggunakan Mesin dengan sistem Cutting
Machines/Mesin
Kebijakan K3
Gambar 5.6 Diagram Fishbone Kecelakaan tergores diarea Filling Proses Tinggi
Faktor – faktor yang menjadi penyebab tingginya tingkat kecelakaan diarea filling Proses seperti yang telah ditampilkan pada diagram Cause-and-effect diatas bahwa terdapat empat factor dominan yang menyebabkan tingginya tingkat kecelakaan kerja diarea itu yaitu : 1. Manusia Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 149
Penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja salah satunya adalah manusia, dimana dalam hal ini dapat disebabkan karena : Kurangnya pemahaman akan K3 dan keterampilan kerja. Keterampilan kerja meliputi pengetahuan tentang cara kerja dan prakteknya serta pengenalan
aspek – aspek pekerjaan secara terperinci sampai dengan
hal – hal yang detil termaksuk keselamatannya. Tingkat keterampilan kerja yang tinggi berkaitan dengan praktek keselamatan yang diharapkan dan mengecilnya kemungkinan terjadinya kecelakaan. Sebaliknya kecelakaan mudah sekali terjadi pada tenaga kerja yang tidak terampil. Keterampilan dan keselamatan adalah proses belajar, dengan meningkatkan keterampilan atas pengalaman kerja bahaya – bahaya kecelakaan mendapatkan perhatian dari tenaga kerja yang bersangkutan. Keterampilan yang tinggi adalah cermin koordinasi yang effisien diantara pikiran, fungsi alat indra, dan otot – otot tubuh. Efisiensi fungsi otot – otot tubuh seperti itu serasi dengan usaha keselamatan kerja. On the job traning dapat diterapkan dalam permasalahan ini. Untuk pemilihan skill yang perlu dilatih bisa digunakan konsep CBT ( Competency Based Traning ),
dimana selain memberikan pelatihan kepada pekerja juga dapat menilai skill secara langsung dari pekerja itu sendiri. Tidak menggunakan APD yang diwajibkan dalam melakukan pekerjaannya juga merupakan salah satu factor manusiawi dari suatu kecelakaan kerja. Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 150
Kurangnya komitmen dalam penggunaan APD ini turut pula berpengaruh dalam hal ini, untuk itu diperlukan suatu kebijakan yang disertai dengan peraturan serta sanksi bagi pelanggaran terhadap penggunaaan APD ini. Ceroboh dan terburu – buru dalam melakukan pekerjaan tentunya juga dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Hal ini merupakan unsafe actions yang sering dilakukan oleh pekerja, baik karena diburu waktu, malas maupun dapat pula karena kelelahan. Untuk itu sangat penting dalam hal ini supervisi seorang atasan terhadap para pekerjanya, yang tidak hanya mengejar target dengan mengorbankan segalanya
termaksuk
factor
keselamatan
kerja
tetapi
juga
turut
meperhatikan juga kondisi fisik maupun mental dari pekerja itu sendiri. Kurangnya supervisi seorang atasan menyebabkan pekerja bekerja semaunya dengan tidak mematuhi aturan – aturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan, termaksuk penggunaan APD.
2. Mesin Desain mesin yang disesuaikan dengan fungsi utamanya yaitu sebagai wadah atau tempat dari produk dalam bentuk serbuk yang telah diproses, maka desain mesin ini tidak terlepas dari system Cutting dan Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 151
heating unit. Dengan desain mesin yang seperti ini maka operator dalam hal ini yang dalam kesehariannya mengopersiakan mesin ini selain harus memiliki skill yang cukup juga mempunyai tingkat kecekatan dan ketelitian serta kesadaran terhadap resiko kecelakaan yang tinggi guna menghidari tingginya resiko celaka diarea tersebut. Untuk itu diperlukan satu bentuk penyuluhan dan traning yang continue dan berulang mengenai pentingnya keselamatan kerja bagi operator itu sendiri.
3. Lingkungan Pengaruh lingkungan yang
juga dianggap berperan terjadinya
kecelakaan kerja dalam hal ini juga harus menjadi perhatian serius, karena terdapat beberapa kejadian kecelakaan yang diakibatkan keadaan Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 152
lingkungan yang kurang baik seperti; kasar, tajam, licin, ambruk, berkarat, longgar, bengkok. Selain itu bentuk penyusunan, penimbunan, penyimpanan, gang, pintu keluar, tata ruang, rancangan, muatan yang berlebih, dan penjajaran yang berbahaya juga berdampak pada keadaan yang mengakibatkan bahaya. Untuk itu diperlukan peninjauan kembali terhadap keadaan lingkungan yang diaggap dapat menimbulkan kecelakaan kerja. 4. Penyimpangan Kebijakan K3 Tidak adanya pengawasan langsung terhadap setiap tenaga kerja atas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
juga harusnya menjadi
perhatian pihak Manajemen untuk mengontrol dan memantau sejauh mana tingkat kesadaran para pekerja dalam hal mengutamakan keselamatan kerja pada setiap aktifitas yang mereka lakukan. Tingkat kesadaran ini nantinya digunakan untuk menjadi bahan evaluasi dan bahan pertimbangan apabila tingkat kesadaran yang dimilki para pekerja tentang pentingnya mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja masih rendah, dimana dapat dilihat dari pemantauan dan pengontrolan dari setiap aktifitas pekerja ditiap – tiap area kerja maka harus dlakukan penjadwalan untuk memberikan traning para pekerja tentang pentingnya keselamatan kerja. Selain itu berikan satu bentuk teguran lisan maupun tulisan berupa sanksi apabila terdapat pelanggaran oleh para pekerja dalam hal mengabaikan keselamatan kerja. Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 153
5.5
Usulan Perbaikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisa hubungan sebab akibat
terdapat empat faktor yang berpengaruh terhadap tingginya jumlah kecelakaan tergores di Area Filling Proses yaitu faktor Manusia, Mesin, Lingkungan, dan Penyimpangan kebijakan K3. Tetapi terdapat dua faktor yang sangat berpengaruh yang menjadi penyebab tingginya kecelakaan di area tersebut selain Mesin dan Lingkungan yaitu Faktor Manusia dan Penyimpangan Kebijakan K3 ini dilihat dari rata – rata jumlah kecelakaan yang timbul selama tahun 2008 terutama di area filling Proses disebabkan oleh faktor Manusia dalam hal ini unsafe actions yang dilakukan oleh Pekerja pada saat melakukan aktifitas kerja yang mereka lakukan dan juga terdapat banyaknya pelanggaran dan penyimpangan terhadap kebijakan K3 yang dilakukan oleh pekerja. Faktor Manusia dalam kecelakaan merupakan konsepsi klasik dalam usaha keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan kerja. Pada pelaksanaanya terdapat beberapa pendekatan. Pendekatan pertama berkaitan dengan ciri – ciri psikologis, fisik, dan kelaianan faal perseorangan yang cendrung mempunyai pengaruh terhadap kecelakaan. Pendekatan demikian menjurus kepada konsep predisposisi atau kencenderungan untuk celaka dan menekan perlunya seleksi dan latihan bagi tenaga kerja. Pendekatan kedua bersangkutan dengan faktor – faktor manusia yang dikaitkan terhadap situasi pekerjaan. Melakukan cara pendekatan hubungan perseorangan yang dijalin pihak management dengan kelompok kerja, yang menandatangani Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 154
permasalahan komunikasi, kewajiban – kewajiban dan penyesuaian sosial guna membicarakan dan membahas mengenai sikap – sikap terhadap pekerjaan, proses produksi, dan persyaratan keselamatan, penghargaan dan hari depan pekerjaan. Pendekatan ketiga dengan cara menilai bagaimana tingkat keserasian tenaga kerja terhadap proses pekerjaan. Dalam hubungan ini, terdapat hubungan keserasian manusia dengan keadaan lingkungan kerja seperti panas, penerangan dan kebisingan, hubungan manusia dan mesin serta hubungan manusia dengan organisasi kerja. Faktor penyimpangan kebijakan K3 dapat dilakukan dengan memperbaiki dan menambah kebijakan yang ada disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi perusahaan yang bersangkutan. Dalam hal penyimpangan dan pelanggaran terhadap kebijakan K3 maka usulan yang tepat adalah dengan membuat dan menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( SMK3 ) berdasarkan peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 5/1996 dan mengaudit SMK3 secara periodik setiap 3 sampai dengan 6 bulan. Dimana keduanya berpengaruh didalam mengatur pekerjaan para pegawai yang diharapkan dapat dapat mengurangi kecelakaan kerja. Unsur – unsur yang terkait didalam membuat dan menetapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( SMK3 ) berdasarkan perarturan Menteri Tenaga Kerja No. 5/1996 dan mengaudit SMK3 secara periodik setiap 1 – 6 bulan, sebagai berikut : Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 155
A. Membuat dan menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( SMK3 ) berdasarkan Peraturan Menteri tenaga Kerja No. 5/1996. 1. Komitmen dan Kebijakan perencanaan. 2. Penerapan, Pengukuran, dan Evaluasi. 3. Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak Manajemen. B. Mengaudit SMK3 secara Periodik setiap 3 – 6 bulan. 1. Pembangunan dan pemeliharaan Komitmen 2. Strategi Pendokumentasian 3. Peninjauan ulang rencana perancanagan ( design ) dan kontrak. 4. Pengendalian Dokumen 5. Pembelian 6. Keamanan bekerja berdasarkan Sistem manajemen K3 7. Standar Pemantauan 8. Pelaporan dan Perbaikan Kekurangan 9. Pengelolaan Material dan Penggunaan Data 10. Pengumpulan dan Penggunaan Data 11. Audit System manajemen K3 12. Pengembangan Keterampilan dan Kemampuan Adapun keseluruhan pedoman didalam membuat, menerapkan, dan Melaksanakan Sistem Manajemen Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 ) dapat dilihat pada lembar lampiran. Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 156
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan 1)
Berdasarkan perhitungan ratio kekerapan cidera diperoleh angka ratio kekerapan cidera yang paling tinggi yaitu pada bulan Agustus sebesar 29 Korban dengan nilai rata – rata kekerapan adalah 10,66 = 11, yang berarti 11 kecelakaan terjadi setiap satu juta Man-Hours kerja.
2)
Hasil perhitungan ratio keparahan cidera diperoleh keparahan cidera paling tinggi terjadi pada bulan November yaitu 13,8 yang berarti bahwa perusahaan tersebut dalam waktu 1.000.000 jam waktu produktif terdapat 13,8 hari atau sekitar 331,9 jam waktu produktif yang hilang, dan nilai rata – rata ratio keparahan adalah 4,93.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 157
3)
Hasil perhitungan tingkat kekerapan dan keparahan cedera berdasarkan bagian pekerjaan yang paling sering mengalami kecelakaan selama tahun 2008 diperoleh bahwa bagian Filling Proses adalah bagian yang paling sering mengalami kecelakaan, kerja dimana, hasil perhitungan tingkat kekerapan diperoleh 3 kejadian kecelakaan dengan tingkat keparahan kecelakaan sebesar 1,6 hari hilang .
4)
Hasil perhitungan tingkat kekerapan dan keparahan cedera berdasarkan jenis kecelakaan kerja selama tahun 2008 diperoleh bahwa kecelakaan jenis Tergores adalah jenis kecelakaan yang paling sering terjadi dimana, hasil perhitungan tingkat kekerapan diperoleh jenis kecelakaan Tergores mempunyai peluang terjadi 4 kejadian kecelakaan dengan hari hilang sebesar 2,8 hari selama tahun 2008.
5)
Hasil perhitungan tingkat kekerapan dan keparahan cedera berdasarkan bagian yang paling sering mengalami kecelakaan jenis { Tergores } selama tahun 2008 diperoleh bahwa bagian Filling Proses adalah bagian yang paling sering mengalami jenis kecelakaan ini dimana, peluang terjadinya jenis kecelakaan ini adalah 2 kejadian dengan tingkat keparahan kerja 1,2 hari hilang selama tahun 2008.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044
TUGAS AKHIR 158
6.2
Saran 1)
Manajemen PT. Bintang Toedjoe harus menekankan bahwa keselamatan pekerja bukan hanya menjadi tanggung jawab manajemen perusahaan, tapi juga tanggung jawab pekerja hal ini dapat dilakukan dengan cara diadakannya pertemuan untuk mendiskusikan hal – hal keselamatan dalam bekerja antara level pimpinan dengan level pekerja secara berkala.
2)
Perusahaan sebaiknya mengadakan program – program pembinaan dan pelatihan K3 bagi para pekerja, sehingga pengetahuan mereka akan pentingnya K3 semakin bertambah. Dengan meningkatnya pengetahuan dan kesadaran akan K3 pekerja akan selalu berhati – hati dan disiplin terhadap kebijakan K3 yang berlaku.
3)
Semua pekerja harus berperan aktif dalam menciptakan suasana kerja yang aman dan sehat. Kesadaran pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja tidak saja menjadi tugas dari pengawas, tetapi merupakan tugas dari semua karyawan yang ada didalam perusahaan tersebut.
4)
PT. Bintang toedjoe sebaiknya melakukan evaluasi hasil pelaksanaan penyelidikan kecelakaan secara berkala untuk mengetahui kekurangan – kekurangan yang masih ada sehingga dapat dicari solusinya.
Budi Purwanto
[email protected] 081808002281 / {021} 94239152
41606110044