UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA KELAS IV MI DARUL MUTTAQIN PADA PELAJARAN IPS MATERI KOPERASI MELALUI METODE DISKUSI
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh Hafizoh NIM. 03000038000081
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M /1436 H
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA KELAS IV MI DARUL MUTTAQIN PADA PELAJARAN IPS MATERI KOPERASI MELALUI METODE DISKUSI
Skripsi Diajukan kepada Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
HAFIZOH NrM. 18090183000037
Di bawah bimbingan
$Q.-Q-!.I.L
:
-
DR. FAUZAI\I, MA
NIP.
197 61107200701 1013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GT]RU MADRASAH IBTIDAIYAII (PGMT) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAh[ KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAII
JAKARTA 2015
M
11436'IJ
PENGESAHAN PANITIA UJIAN skripsi berjudul upaya meningkatkan keaktifan siswa kelas IV MI Darul Muttaqin pada pelajaran IPS.materi koperasi melalui metode NIM. 180901830000_3j. diajukan kepada Fakultas ilkG disusun oleh Hafizoh, ri-" iu.uiyah dan Keguruan (FITK) universitas. Islam Negeri syarir Hidayatulrah-Jakarta pada tangg ar 23 Maret 2015 dinyatakan rulus aatam ria*g munaqasah dihadapan dewan penguji. Karena itu penulis bghak memperoreh q"ru, sarj;; sfi; l (s.pd) pada jurusan Kependidikan Islam Program Studi Pendidkan Guru vraaiasari Ibtidaiyah (PGMI) Jakarta, 30 Maret 2015
Panitia Ujian Munaqasah, Ketua Panitia (Ketua
Jurusav?rodi)
Tanggal
DR. FAUZAN, ]VfA NrP. 1 9761 t072007 0tt0t3
:11l
Sekretaris (Ketua prodi PGMI)
Tanggal
ASEF EDIANA LATIP, M.Pd NIP. i 98 10 6232009t21003 Penguji
I
DR. IWAN PURWANTO, M.Pd NIP. 1 9730 424200801t012 Penguji
II
ASEP EDIANA LATIP, M.Pd NrP. 1 98 10623200912 I 003
3
Tanda tangan
ts
Qg..u.l-Li_
Tanda tangan
tlu/eeE Tanggal
?/t /s tz Tanggal
?/t /aor a
ib Raya, M.A 1982031007
Tanda
_
PERTTYATAAIY KARYA SEIIDIRI
Saya yang bertanda tangan
di bawah rnl
:
Nama
TIAFIZOH
Tempat/Tanggal lahir
Jakarta,3l Mei 1966
NIM
18090183000037
Jurusan /
hodi
Judul Skripsi
PGMI / DMS Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa Kelas
IV MI Darul Muttaqin Pada Pelajaran
IPS
Materi Koperasi Melalui Metode Diskusi Dosen Pembimbing
DR. FAUZAN, MA
NIP.
r9761107200701 1013
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat adalah benar-benar
hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab socara akademis atas apa yang saya tulis didalamnya.
ABSTRAK
Hafizoh, NIM : 18090183000037, Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa Kelas IV MI Darul Muttaqin Pada Pelajaran IPS Materi Koperasi Melalui Metode Diskusi. Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kata Kunci: Keaktifan belajar, Materi koperasi, Metode diskusi Berdasarkan hasil kegiatan pembelajaran IPS prasiklus pada siswa kelas IV MI Darul Muttaqin, Jakarta Selatan, ditemukan beberapa permasalahan, yaitu [1] Guru merupakan figur sentral dan pengendali seluruh kegiatan belajar, [2] Cara mengajar guru sangat monoton dengan metode ceramah, [3] Materi yang disampaikan kepada siswa bersifat informatif dan hapalan, [4] Proses pembelajaran mengharuskan siswa duduk, dengar dan catat, dan [5] Pembelajaran meminimalkan peran dan keterlibatan siswa secara aktif. Untuk itu, perlu diadakannya tindakan perbaikan pembelajaran untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang ada. Perbaikan pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini melalui penerapan metode diskusi dalam kegiatan pembelajaran. Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas yang dalam pelaksanaannya dilakukan selama 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, analisis dan refleksi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan subjek yang diteliti yaitu siswa kelas IV MI Darul Muttaqin yang berjumlah 40 orang. Sedangkan, teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunkan teknik non tes berupa lembar observasi yang kemudian dianalisis secara deskriptif kuantitatif berupa angka yang diperoleh dari hasil observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya sebesar 45,75% siswa yang menunjukan keaktifan belajar pada kegiatan pembelajaan pra siklus. Kemudian pada kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I, keaktifan belajar siswa meningkat sebesar 25,25%, sehingga persentase rata-rata keaktifan belajar siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I mencapai 71,00%. Selanjutnya pada kegiatan penyempurnaan pembelajaran siklus II, keaktifan siswa kembali meningkat sebesar 12,85%, sehingga persentase rata-rata keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus II sebesar 83,85%. Dengan demikian, berdasarkan analisis data yang dilakukan menunjukkan bahwa adanya peningkatan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan diterapkannya metode dalam kegiatan pembelajaran siswa kelas IV MI Darul Muttaqin, Jakarta Selatan.
ABSTRACT Hafizoh, NIM: 18090183000037, Efforts to Improve Students activeness Class IV MI Darul Muttaqin At IPS Lesson Materials Cooperative Through discussion method. Thesis Teacher Education Program Government Elementary School (primary education) Department of Islamic Education Faculty Tarbiyah and teacher, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Keywords: Activeness learning, cooperative Materials, Methods discussion Based on the results of learning activities IPS prasiklus in grade IV MI Darul Muttaqin, South Jakarta, found several problems, namely [1] The teacher is the central figure and controlling all activities of learning, [2] The way teachers teach very monotonous with the lecture method, [3] The material is delivered to students is informative and memorizing, [4] The learning process requires students to sit, listen and record, and [5] Learning minimize the role and involvement of students actively. To that end, it should be holding learning corrective action to improve learning conditions that exist. Improvement of learning undertaken in this study through the application of methods of discussion. This research is a classroom action research which in practice is done for 2 cycles, each cycle consisting of planning, implementation, analysis and reflection. This study aims to increase students' activity in learning activities with the subjects studied were fourth grade students of Darul Muttaqin MI totaling 40 people. Meanwhile, data collection techniques in this research using the non-test techniques such as observation sheet which is then analyzed by descriptive quantitative numerical results obtained from observation. The results showed that only amounted to 45.75% of students who show learning activeness in pembelajaan pre-cycle activity. Then on the first cycle of learning improvement activities, students' learning activeness increased by 25.25%, so that the average percentage of the activity of students in the first cycle of learning activities reached 71.00%. Later in the second cycle of learning improvement activities, student activity again increased by 12.85%, so that the average percentage of active students in learning activities by 83.85% second cycle. Thus, based on the data analysis showed that the increased activity of students in learning activities with the implementation methods in learning activities grade IV MI Darul Muttaqin, South Jakarta.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa Kelas IV MI Darul Muttaqin Pada Pelajaran IPS Materi Koperasi Melalui Metode Diskusi” dengan baik. Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata 1 (S1) Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Program Studi Dual Mode System Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terwujud selain dari usaha serta kemampuan yang ada pada diri penulis sendiri, namun tak lepas dari dukungan dan bimbingan pihak-pihak terkait. Untuk itu, pada kesempatan yang baik ini penulis ingin berterima kasih kepada : 1.
Prof. DR. Ahmad Thib Raya, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
DR. Fauzan, MA. selaku ketua jurusan Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya dengan penuh ketelitian dan kesabaran..
3.
Seluruh dosen dan staff Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.
Staff dan karyawan perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta yang telah membantu peneliti dalam pencarian referensi skripsi.
5.
H. Ahmad Dahlan, selaku Kepala MI. Darul Muttaqin Pasar Minggu yang telah mengizinkan melakukan penelitian di lembaga yang dipimpinnya.
6.
Dewan Guru MI. Darul Muttaqin yang telah membantu dan memotivasi penulis dalam penyusunan skripsi.
7.
Teman-teman mahasiswa Dual Mode System Program studi Pendidikan Guru Madrasah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
8.
Suamiku tercinta Nain Evendi Alamsyah yang selalu memberikan motivasi dan doa serta kasih sayangnya.
9.
Buah hatiku Qatrunnada Agneza Mahardika dan Qarin Rayhana Mareta atas pengertiannya ketika peneliti memfokuskan waktu penyusunan skripsi.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi hingga akhir.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan. Oleh sebab itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi lembaga pendidkan dan para pembaca serta dapat dijadikan tambahan ilmu pengetahuan.
Jakarta, 3 Maret 2015 Penulis,
Hafizoh NIM. 18090183000037
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
iii
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI
iv
ABSTRAK
v
ABSTRACT
vi
KATA PENGANTAR
vii
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR DIAGRAM
xiii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah
1
B. Identifikasi area dan fokus penelitian
5
C. Pembatasan fokus peneliltian
6
D. Perumusan masalah penelitian
6
E. Tujuan dan kegunaan hasil penelitian
6
KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Acuan teori area dan fokus yang diteliti 1. Keaktifan siswa
8
a. Kadar keaktifan siswa dari proses perencanaan
10
b. Kadar keaktifan siswa dari proses pembelajaran
10
c. Kadar keaktifan siswa dari kegiatan evaluasi pembelajaran
10
2. Metode diskusi
11
a. Pengertian diskusi
11
b. Jenis-jenis diskusi
12
c. Tujuan metode diskusi
14
d. Manfaat metode diskusi
15
e. Prosedur metode diskusi
15
f. Kelebihan dan kelemahan metode diskusi
17
3. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
19
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
19
b. Tujuan ilmu pengetahuan sosial
20
c. Kompetensi pendidikan IPS sekolah dasar
21
4. Materi koperasi
21
a. Pengertian koperasi
21
b. Landasan dan asas koperasi
22
c. Prinsip koperasi
24
d. Tujuan koperasi
24
e. Fungsi dan peran koperasi
25
f. Aliran-aliran koperasi
25
g. Jenis-jenis koperasi
26
B. Hasil penelitian yang relevan
27
C. Kerangka berpikir
28
D. Hipotesis tindakan
29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian
30
B. Metode penelitian dan rancangan siklus penelitian
30
C. Subjek dan objek penelitian
31
D. Peran dan posisi peneliti dalam penelitian
32
E. Tahapan intervensi tindakan 1. Pelaksanaan pembelajaran prasiklus
32
2. Pelaksanaan pembelajaran siklus I
34
3. Pelaksanaan pembelajaran siklus II
36
F. Hasil intervensi tindakan yang diharapkan
38
G. Data dan sumber data
38
H. Instrumen pengumpul data
38
BAB IV
I. Teknik pengumpulan data
40
J. Indikator kinerja
41
K. Analisis data dan interpretasi data
41
DESKRIPSI, ANALISA DATA, DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi
BAB V
43
1. Deskripsi kegiatan pra siklus
43
2. Deskripsi kegiatan siklus I
45
3. Deskripsi kegiatan siklus II
48
B. Analisa data
51
C. Pembahasan
55
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN-SARAN A. Kesimpulan
60
B. Implikasi
60
C. Saran-saran
61
Lampiran-lampiran
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tahapan metde diskusi
16
Tabel 2.2
Kelebihan dan kelemahan metde diskusi
18
Tabel 2.3
Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS kelas IV
21
Tabel 3.1
Instrumen observasi kinerja guru
39
Tabel 3.2
Instrumen observasi kinerja siswa
39
Tabel 3.3
Indikator Kinerja Guru Dalam Proses Pembelajaran
40
Tabel 3.4
Indikator Keaktifan siswa Dalam Proses Pembelajaran
40
Tabel 3.5
Kriteria Kinerja Guru
41
Tabel 3.6
Kriteria Keaktifan Siswa
42
Tabel 4.1
Persentase rata-rata keaktifan siswa prasiklus
51
Tabel 4.2
Persentase rata-rata keaktifan siswa siklus I
52
Tabel 4.3
Persentase rata-rata keaktifan siswa siklus II
54
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 Persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran
55
pra siklus Diagram 4.2 Persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran
56
siklus I Diagram 4.3 Persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran
57
siklus II Diagram 44 Persentase peningkatan keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran prasiklus, siklus I dan siklus II
58
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan
potensi
dirinya
untuk
memiliki
kekuatan
spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa serta negara.1 Dengan demikian, pendidikan bukanlah kegiatan yang dilaksanakan secara asal-asalan tetapi kegiatan yang bertujuan karena dilakukan secara terencana sehingga segala sesuatu yang dilakukan dalam kegiatan tersebut diarahkan pada tujuan pencapaian siswa untuk dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal. Oleh karena itu, pendidikan harus dilakukan secara terarah, terpadu dan berkesinambungan. Namun, pendidikan merupakan suatu sistem. Sistem adalah satu kesatuan yang satu sama lain saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai tujuan yang telah ditetapkan.2 Suatu sistem selalu melibatkan berbagai komponen untuk mencapai tujuan tersebut. Oleh sebab itu, suatu sistem tidak mungkin hanya memiliki satu komponen saja melainkan memerlukan berbagai komponen yang saling berkaitan. Begitu banyak komponen yang dapat mempengaruhi kualitas pendidikan, namun tidak mungkin upaya tersebut dilakukan secara serempak. Komponen yang selama ini sering di tuding sebagai orang yang paling bertanggung jawab terhadap kualitas pendidikan adalah guru, karena guru merupakan komponen yang paling strategis dalam proses pendidikan. Sehingga, tidak mengherankan apabila banyak pihak yang menaruh harapan besar terhadap guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan mengingat bahwa kualitas pendidikan sangat menentukan mutu kehidupan bangsa. 1
Yahya Ismail, Ilmu Pendidikan Teoritis, (Ganeca Exact, 2008) h. 1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Ed. 1, (Jakarta:Kencana, 2010), Cet. 7, h. 49 2
1
2
Bagaimanapun idealnya kurikulum pendidikan, serta lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan tanpa diimbangi kemampuan guru dalam mengimplemantasikannya, maka semuanya akan kurang bermakna. Untuk itu, dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana belajar yang kondusif sehingga siswa mampu memaham materi pembelajaran dengan baik. Hal tersebut mengingat bahwa, pada hahekatnya pembelajaran merupakan upaya untuk mengarahkan siswa ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai yang diharapkan, dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham serta dari yang berperilaku kurang baik menjadi baik. Dengan demikian, dalam proses pembelajaran guru dituntut untuk melakukan usaha yang kreatif. Salah satu upaya kreatif guru dalam proses pembelajaran adalah mencari gagasan-gagasan baru dengan mencoba bermacam-macam metode pembelajaran dan mengupayakan pembuatan serta penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran. Modal kreatif merupakan sebuah keharusan bagi guru agar dapat membuat siswa aktif dalam kegiatan belajarnya. Siswa aktif dapat terlihat dari cara siswa mengikuti proses pmbelajaran, seperti siswa aktif bertanya dan aktif menjawab pertanyaan, serta dapat mengikuti jalannya proses pembelajaran dengan baik. Dengan kreatifitas guru dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran diharapkan terciptanya kondisi belajar yang efektif dan efisien. Belajar yang efektif dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan intruksional yang ingin dicapai. 3 Sedangkan belajar yang efisien tercapai apabila dapat menggunakan strategi belajar yang tepat. 4 Meskipun telah disadari bahwa dalam proses pembelajaran memerlukan kreatifitas guru serta keterlibatan siswa secara aktif, namun kenyataan tidaklah demikian. Seperti hasil pengamatan yang peneliti lakukan pada siswa kelas IV MI Darul Muttaqin yang menggambarkan bahwa selama ini peran guru dalam proses pembelajaran merupakan figur sentral dan pengendali seluruh kegiatan 3
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2003), h.74 4 Ibid., h.76
3
belajar, sehingga kedudukan dan fungsi guru dalam proses pembelajaran masih sangat dominan. Dengan demikian, proses pembelajaran yang selama ini dilakukan oleh guru cenderung meminimalkan peran dan keterlibatan siswa secara aktif, siswa lebih banyak menunggu sajian guru daripada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan dan keterampilan yang mereka butuhkan sehingga siswa kurang mendapatkan pengalaman belajarnya. Terlebih lagi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), materi pembahasan yang ada dalam pelajaran tersebut sangat menarik untuk dibahas karena berhubungan erat dengan masyarakat. Tetapi cara mengajar yang diterapkan guru sangat monoton dengan metode andalannya yaitu ceramah. Jamal Ma’mur Asmani menjelaskan bahwa “metode ceramah adalah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang umumnya diikuti secara pasif”. 5 Dengan demikian, materi yang disampaikan kepada siswa hanya bersifat informatif serta hapalan. Keadaan tersebut membuat siswa beranggapan bahwa pelajaran IPS sangat membosankan dikarenakan materi yang dipelajari adalah sesuatu yang sudah lama dan permasalahan yang selalu berkembang, ditambah lagi proses pembelajaran yang dilakukan mengharapkan mereka untuk duduk, dengar dan catat. Hal tersebut mengakibatkan proses pembelajaran IPS yang seharusnya terdapat proses, sikap dan aplikasi menjadi terabaikan. Dengan demikian, proses pembelajaran yang selama ini dilakukan menjadikan kondisi pembelajaran tidak proporsional yaitu guru aktif mengajar sedangkan siswa pasif belajar. Hal tersebut terlihat bahwa, siswa akan menjawab pertanyaan guru jika ditunjuk oleh guru untuk menjawab, sedangkan sebagian siswa lainnya berbicara dengan temannya. Sebagian siswa mengajukan pertanyaan apabila diberi kesempatan untuk bertanya, sedangkan sebagian siswa lainnya hanya diam. Sebagian siswa mencatat materi yang disampaikan guru apabila guru mengintruksikan untuk mencatat, sedangkan sebagian siswa lainnya sibuk sendiri. 5
Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatif (Jogyakarta: DIVA press, 2011), cet.IX, h. 139
4
Dengan memperhatikan kenyataan tersebut, maka dibutuhkan kreatifitas guru agar dapat menarik simpati siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran IPS sehingga tidak lagi beranggapan bahwa pembelajaran IPS sangat membosankan. Untuk itu, upaya memperbaiki proses pembelajaran tersebut diperlukan pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi pembelajaran. Maksud kondisi pembelajaran tersebut adalah tujuan bidang studi, kendala bidang studi dan karakteristik siswa. Pemilihan metode pembelajaran harus dibangun berdasarkan asumsi bahwa tidak ada satupun metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk semua bahan kajian, karena semua metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Metote tertentu hanya baik digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan metode lain baik digunakan untuk tujuan lain. Metode pembelajaran yang ditawarkan dalam penelitian ini adalah diskusi. Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Namun, metode diskusi bukanlah debat yang bersifat argumentasi tetapi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertuntu secara bersama-sama.6 Sedangkan Muhibbin Syah (2000) dalam Jamal Ma’mur Asmani mendefinisikan metode diskusi sebagai metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving).7 Pendapat tersebut senada dengan Suryosubroto (1997:179) yang menyatakan bahwa diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang tergabung dalam satu kelompok, untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau bersama-sama mencari pemecahan mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu masalah.8 Dengan demikian, metode diskusi adalah metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyumbangkan pikiran serta berbagi informasi guna pemecahan masalah atau pengambilan keputusan. 6
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Ed.1, (Jakarta:Kencana, 2010), Cet. 7, h. 154-155 7 Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatif, (Jogyakarta:DIVA Press, 2011), Cet. IX, h.140 8 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Ed.1, (Jakarta:Kencana, 2010), Cet.4, h.122
5
Dengan metode diskusi, diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sehingga dapat membantu siswa untuk semakin lebih memahami materi pelajaran. Keaktifan siswa yang diharapkan adalah siswa aktif mencatat materi pelajaran tanpa instruksi guru, aktif bertanya dan menjawab pertanyaan, aktif mengeluarkan ide atau gagasan yang dimilikinya, aktif mendengarkan serta menghargai pendapat orang lain. Untuk itu, peneliti mencarikan solusi untuk mengatasi permasalahan yang telah dipaparkan diatas dengan melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul ”Upaya Meningkatkan Keaktifan Beajar Siswa Kelas IV MI Darul Muttaqin Pada Pembelajaran IPS Semester II Tahun Ajaran 2013/2014”.
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian a. Fokus siswa 1. Siswa lebih banyak menunggu sajian guru daripada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. 2. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran sehingga mereka tidak mendapatkan pengalaman belajar. 3. Siswa akan menjawab pertanyaan guru jika ditunjuk oleh guru untuk menjawab, sedangkan siswa lainnya berbicara dengan temannya. 4. Sebagian siswa mengajukan pertanyaan apabila diberi kesempatan untuk bertanya, sedangkan siswa lainnya hanya diam. 5. Sebagian siswa mencatat materi yang disampaikan guru apabila guru mengintruksikannya, sedangkan siswa lainnya sibuk sendiri. b. Fokus guru 1. Guru merupakan figur sentral dan pengendali seluruh kegiatan belajar. 2. Peran dan fungsi guru dalam kegiatan belajar masih sangat dominan. 3. Cara mengajar guru sangat monoton dengan metode ceramah. c. Fokus pembelajaran 1. Materi yang disampaikan kepada siswa bersifat informatif dan hapalan. 2. Proses pembelajaran mengharuskan siswa duduk, dengar dan catat. 3. Pembelajaran meminimalkan peran dan keterlibatan siswa secara aktif.
6
C. Pembatasan Fokus Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti membatasi penelitian berupa keaktifan siswa dalam mengikuti jalannya proses pembelajaran berupa keaktifan mencatat materi pelajaran tanpa instruksi guru, keaktifan bertanya dan menjawab pertanyaan, aktif mengeluarkan ide atau gagasan yang dimilikinya, dan aktif mendengarkan serta menghargai pendapat orang lain.
D. Perumusan Masalah Peelitian 1. “Bagaimana mengggunakan metode diskusi agar dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas IV MI Darul Muttaqin dalam pembelajaran IPS?” 2. “Apakah melalui metode diskusi dapat meningkatkan keaktifan siswa siswa kelas IV MI Darul Muttaqin pada pelajaran IPS?”
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian 1. Tujuan pelitian a. Untuk menghidupkan suasana pembelajaran IPS yang selama ini dianggap membosankan dengan diterapkannya metode diskusi, b. Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran pada pelajaran IPS dengan diterapkannya metode diskusi. 2. Kegunaan penelitian a. Bagi guru 1.1
Menjadikan pertimbangan untuk meningkatkan keaktifan siswa melalui pemilihan dan penggunaan model pembelajaran untuk digunakan pada saat proses belajar mengajar.
1.2
Memberikan masukan dalam menentukan strategi belajar yang tepat, yang bisa menjadi alternatif lain dalam mata pelajaran IPS.
b. Bagi siswa 1.1
Meningkatkan keaktifan belajar siswa dengan diterapkannya pembelajaran melalui metode diskusi.
1.2
Meningkatkan
pemahaman
materi
pelajaran
diterapkannya pembelajaran melalui metode diskusi.
dengan
7
c. Bagi sekolah 1.1
Sebagai masukan dalam rangka mewujudkan pembelajaran aktif yang bermuara pada peningkataan hasil belajar siswa.
1.2
Meningkatkan proses pembelajaran yang berdampak pada peningkatan mutu pendidikan di MI Darul Muttaqin
BAB II KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN
A. AcuanTeori Area danFokus yang Diteliti 1. Keaktifan siswa Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan keaktifan siswa melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran, guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif mengajukan pertanyaan, mengemukakan gagasan dan mencari data dan informasi yang mereka perlukan untuk memecahkan masalah.1 Sehingga,keaktifan siswa dalam proses pembelajaran merupakan keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dan aktifitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses pembelajaran dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa lainnya. Sehingga, dengan adanya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan mengakibatkan suasana kelas menjadi kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Keaktifan siswa dalam belajar merupakan unsur dasar yang sangat penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Sebab, keaktifan siswa dalam kegiatan belajar tidak lain adalah untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman belajarnya serta keaktifan siswa tersebut sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif yaitu mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.Sehingga dengan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, siswa akan terlibat secara langsung dan mereka akan terus berusaha untuk mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal. 1
Dasim Budimansyah, PAKEM Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, (PT. Ganesindo, 2009), Cet.3, h.70
8
9
Dasim Budimansyah menegaskan bahwa, “jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar”.2 Karena, dalam pandangan psikologi modern, “belajar bukan hanya sekedar menghapal sejumlah fakta atau informasi akan tetapi peristiwa mental dan proses berpengalaman”.3 Namun, “keaktifan siswa dalam pembelajaran bukan berarti siswa dibuat aktif menggantikan peran guru sehingga guru tidak perlu memainkan perannya dalam pembelajaran. Tetapi, aktifitas belajar siswa diciptakan dan dikondisikan oleh guru sebagai mediator dan fasilitator belajar siswa”.4 Hal ini berarti pengajaran yang didesain guru harus berorient asi pada keaktifan siswa.Sehingga, baik guru maupun siswa sama-sama berperan secara penuh karena peran mereka sama-sama sebagai subjek belajar. Keaktifan siswa dalam pembelajaran diharapkan bertujuan untuk memperoleh hasil belajarberupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang. Dengan demikian, keaktifan siswa dalam pembelajaran tidak menghendaki pembentukan siswa yang secara intelektual cerdas tanpa diimbangi sikap dan keterampilan, akan tetapi membentuk siswa yang cerdas serta memiliki sikap positif dan keterampilan. Dalam hal ini, senada dengan ungkapan Wina Sanjaya bahwa “keaktifan siswa tidak hanya ditentukan oleh aktifitas fisik semata akan tetapi juga ditentukan oleh aktifitas nonfisik seperti mental, intelektual dan emosional”.5 Oleh sebab itu, aktif tidaknya siswa dalam belajar hanya siswa sendiri yang mengetahuinya secara pasti. Namun, untuk mengetahui proses pembelajaran memiliki kadar keaktifan yang tinggi, sedang atau lemah dapat dilihat dari keterlibatan siswa dalam
pembelajaran
baik
dalam
perencanaan
pembelajaran,
proses
pembelajaran maupun dalam mengevaluasi pembelajaran. Semakin siswa terlibat ketiga aspek tersebut, maka kadar keaktifan siswa semakin tinggi. 2
Ibid. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Ed.1 (Jakarta: Kencana,2010), Cet.7, h.136 4 Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalitas Guru, Ed.2, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), Cet. 5, h. 394 5 Op.cit.,141 3
10
.
a.Kadar keaktifan siswa dilihat dari proses perencanaan 1.1 Adanya keterlibatan siswa dalam merumuskan tujuan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan serta pengalaman dan motivasi yang dimiliki sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kegiatan pembelajaran. 1.2 Adanya keterlibatan siswa dalam meyusun rancangan pembelajaran. 1.3 Adanya keterlibatan siswa dalam menentukan dan memilih sumber belajar yang diperlukan. 1.4 Adanya keterlibatan siswa dalam menentukan dan mengadakan media pembelajaran yang akandigunakan. b. Kadar keaktifan siswa dilihat dari proses pembelajaran 1.1 Adanya keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, emosional maupun intelektual dalam setiap proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari tingginya perhatian serta motivasi siswa untuk menyelesaikan setiap tugas yang diberikan sesuai denganwaktu yang telah ditentukan. 1.2 Siswa belajar secara langsung(experiental learning). Dalam proses pembelajaran secara langsung, konsep dan prinsip diberikan melalui pengalaman nyata seperti merasakan, meraba, mengoperasikan, melakukan sendiri dan lain sebagainya. Demikian juga pengalaman itu bisa dilakukan dalam bentuk kerjasama dan interaksi dalam kelompok. 1.3 Adanya keinginan siswa untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif. 1.4 Keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan setiap sumber belajar yang tersedia yang dianggap relevan dengan tujuan pembelajaran. 1.5 Adanya keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa seperti menjawab dan mengajukan pertanyaan, berusaha memecahkan masalah yang diajukan atau yang timbul selama proses pembelajaran berlangsung. 1.6 Terjadinya interaksi yang multi arah, baik antara siswa dengan siswa atau antara guru dan siswa. Interaksi ini juga ditandai dengan keterlibatan semua siswa secara merata. Artinya, pembelajaran atau proses tanya jawab tidak di dominasi oleh siswa-siswa tertentu. c. Kadar keaktifan siswa dilihat dari kegiatan evaluasi pembelajaran 1.1 Adanya keterlibatan siswa untuk mengevaluasi sendiri hasil pembelajaran yang telah dilakukannya. 1.2 Keterlibatan siswa secara mandiri untuk melaksanakan kegiatan semacam tes dan tugas-tugas yang harus dikerjakannya. 1.3 Kemauan siswa untuk menyusun laporan baik tertulis maupun secara lisan berkenaan hasil belajar yang diperolehnya.6 Selanjutnya, Yuhdi Munadi (2011) mengemukakan ciri-ciri pokok pembelajaran aktif, antara lain adalah:
6
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Ed.1 (Jakarta: Kencana,2010), Cet.7, h.141-142
11
a. Interaktif yang ditandai dengan adanya dialog antara siswa dengan siswa dan dialog antara siswa dengan guru dan bisanya memanfaatkan sumbersumber belajar yang bervariasi (media pembelajaran). b. Memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif dengan sikap berikut: 1.1 Mendorong setiap siswa untuk ikut aktif memberi pendapat 1.2 Mendorong setiap siswa untuk ikut berbuat 1.3 Mendorong setiap siswa utuk ikut aktif mencari sumber c. Menantang, yakni ditandai dengan sikapsebagai berikut: 1.1 Mendorong kompetensi antar siswa 1.2 Mengundang siswa untuk terlibat penuh 1.3 Membangkitkan gairah belajar siswa.7 Selanjutnya, secara khusus Wina Sanjaya mengemukakan bahwa keaktifan siswa dalam proses pembelajaran bertujuan sebagai berikut: a. Meningkatkan kualitas pembelajaran agar lebih bermakna, artinya siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai sejumlah informasi tetapi juga bagaimana memanfaatkan informasi itu untuk kehidupannya. b. Mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya, artinya melalui keaktifan siswa diharapkan tidak hanya kemampuan intelektual saja yang berkembang tetapi juga seluruh pribadi siswa termasuk sikap dan mental.8 2. Metode Diskusi a. Pengertian diskusi Menurut Suryosubroto yang dikutip dalam Trianto, menjelaskan bahwa diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang tergabung dalam satu kelompok, untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau bersama-sama mencari pemecahan mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu masalah.9 Senada dengan pendapat tersebut, Nana Sudjana yang dikutip dalam Abdul Madjid menjelaskan bahwa diskusi pada dasarnya ialah tukar menukar informasi, pendapat dan pengalaman untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu.10 Sedangkan, Abdul Madjid sediri mengemukakan 7
Yudhi Munadi, Pembelajarn Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan menyenangkan, (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), Cet.2, h.33 8 Op.cit.,h.138 9 Trianto, Mendesain Model PembelajaranInovatif-Progresif, Ed.1, (Jakarta:Kencana, 2010), Cet.4, h.122 10 AbdulMadjid, PerencanaanPembelajaran, (Bandung:PT. RemajaRosdakarya, 2011), Cet. 8, h. 142
12
bahwa “metode diskusi merupakan salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya”.11 Namun, seperti yang diungkapkan oleh Wina Sanjaya bahwa “metode diskusi bukanlah debat yang bersifat mengsdu argumentasi tetapi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama”.12 Selanjutnya, Muhibbin Syah dalam Jamal Ma’mur Asmani mendefinisikan “metode diskusi sebagai metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving)”.13Lebih lanjut, Trianto yang menjelaskan bahwa “diskusi merupakan situasi dimana guru dan para siswa, atau antara siswa dengan siswa yang lain berbincang satu sama lain dan berbagi gagasan dan pendapat mereka”.14 Dalam hal ini, James Popham menegaskan bahwa “diskusi berbeda dengan ceramah, diskusi tidak diarahkan oleh guru; siswa-siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan ide-ide mereka sendiri”.15 Dengan demikian, berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa metodediskusi menyediakan tatanan sosial dimana guru membantu siswa menganalisis proses berpikir mereka. b. Jenis-jenis diskusi Terdapat bermacam-macam jenis diskusi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu: 1.1 Diskusi kelas Diskusi kelas atau disebut juga diskusi kelompok adalah proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi. 1.2 Diskusi kelompok kecil Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok-kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang. 11
Ibid., h. 141 WinaSanjaya, StrategiPembelajaranBerorientasiStandar Proses Pendidikan, Ed.1, (Jakarta:Kencana,2010), Cet.7, h.154-155 13 Jamal Ma’murAsmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, KreatifdanInovatif, (Jogyakarta:DIVA Press, 2011), Cet. IX, h.140 14 Ibid. 15 James Popham, Teknik Mengajar Secara Sistematis, (Jakarta:Rineka Cipta, 2008) Cet.4, h.84 12
13
1.3 Simposium Simposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian. Simposium dilakukan untuk memberikan wawasan yang luas kepada siswa. 1.4 Diskusi panel Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang dihadapan audiens. Diskusi panel berbeda dengan jenis diskusi lainnya. Dalam diskusi panel, audiens tidak terlibat secara langsung tetapi berperan sebagai peninjau para panelis yang sedang melaksanakan diskusi.16 Jenis apapun diskusi yang digunakan menurut Bridges (1979), dalam proses pelaksanaannya guru harus mengatur kondisi agar: 1.1 1.2 1.3 1.4
Setiap siswa dapat bicara mengeluarkan gagasan dan pendapatnya. Setiap siswa harus saling mendengarkan pendapat orang lain. Setiap siswa harus saling memberikan respons. Setiap siswa harus dapat mengumpulkan atau mencatat ide-ide yang dianggap penting. 1.5 Melalui diskusi setiap siswa harus dapat mengembangkan pengetahuannya serta memahami isu-isu yang dibicarakan dalam diskusi.17 Dengan demikian, metode diskusi dapat diterapkan dalam proses pembelajaran apabila guru hendak: 1.1 Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada (dimiliki) oleh siswa. 1.2 Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menyalurkan kemampuannya masing-masing. 1.3 Memperoleh umpan balik dari para siswa tentang apakah tujuan yang telah dirumuskan telah tercapai. 1.4 Membantu para siswa belajar berpikir teoritis dan praktis lewat berbagai mata pelajaran dan kegiatan sekolah. 1.5 Membantu para siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-temannya (orang lain). 1.6 Membantu para siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah yang di “lihat” baik dari pengalaman sendiri maupun dari pelajaran sekolah. 1.7 Mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut.18 16
Ibid.,h.157-158 WinaSanjaya, StrategiPembelajaranBerorientasiStandar Proses Pendidikan, Ed.1, (Jakarta:Kencana,2010), Cet.7, h.155-156 18 Trianto, Mendesain Model PembelajaranInovatif-Progresif, Ed.1, (Jakarta:Kencana, 2010), Cet.4, h.123 17
14
c. Tujuan metode diskusi Pembelajaran diskusi mempunyai arti yakni suatu kondisi dimana guru dengan siswa atau siswa dengan siswa lain saling bertukar pendapat secara lisan, saling berbagi gagasan dan pendapat. Sehingga, “tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa serta untuk membuat suatu keputusan (Killen,1998)”.19 Namun, secara khusus Tjokrodihardjo dalam Trianto menjelaskan bahwametode diskusi digunakan oleh para guru untuk setidaknya3 (tiga) tujuan pembelajaran, yaitu: pertama, meningkatkan cara berpikir siswa dengan jalan membantu siswa membangkitkan pemahaman isi pelajaran. Kedua, menumbuhkan keterlibatan dan partisipasi siswa. Ketiga, membantu siswa mempelajari keterampilan komunikasi dan proses berpikir.20Lebih
lanjut,
Mulyani
Sumantri
dalam
Abdul
Madjid
menjelaskan bahwa metode diskusi bertujuan untuk: (1) Melatih peserta didik mengembangkan keterampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan dan menyimpulkan bahasan;(2) Melatih dan membentuk kestabilan sosio-emosional; (3) Mengembangkan kemampuanberpikir sendiri dalam memecahkan masalah sehingga tumbuh konsep diri yang lebih positif; (4) Mengembangkan keberhasilan peserta didik dalam menemukan pendapat; (5) Mengembangkan sikap terhadap isu-isu kontroversial; dan (6) Melatih peserta didik untuk berani berpendapat tentang suatu masalah.21 Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa penerapan diskusi oleh guru bertujuan untuk memahami apa yang ada dalam pikiran siswa dan bagaimana memproses gagasan yang dimiliki melalui komunikasi yang multi arah. Dengan demikian, metode diskusi menyediakan tatanan sosial dimana guru membantu siswa menganalisis proses berpikir mereka.
19
Op.cit., 154 Trianto, Mendesain Model PembelajaranInovatif-Progresif, Ed.1, (Jakarta:Kencana, 2010), Cet.4, h.124 21 Abdul Madjid, PerencanaanPembelajaran, (Bandung:PT. RemajaRosdakarya, 2011), Cet. 8, h. 142 20
15
d. Manfaat metode diskusi Pada metode diskusi, materi pembelajaran tidak diorganisir serta tidak disajikan langsung kepada siswa, tetapi ditemukan dan diorganisir oleh siswa sendiri sehingga metode diskusi dapat menciptakan lingkungan belajar yang aktif karena membantu partisipasi siswa dalam kegiatan belajarnya sehingga kelas menjadi hidup. Dengan demikian, terdapat beberapa manfaat yang diperoleh jika metode diskusi ini dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran, yaitu: 1.1 Mendorong siswa berpikir kritis 1.2 Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas 1.3 Mendorong siswa menyumbahkan buah pikirnya untuk memecahkan masalah bersama. 1.4 Mengambil satu beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang saksama.22 e. Prosedur metode diskusi 1.1 Langkah persiapan 1.1.1 Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan khusus. Tujuan yang ingin dicapai mesti dipahami oleh siswa sebagai peserta diskusi. Tujuan yang jelas dapat dijadikan sebagai kontrol dalam pelaksanaan. 1.1.2 Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 1.1.3 Menetapkan masalah yang akan dibahas. Masalah dapat ditentukan dari isi materi pelajaran atau masalah-masalah yang aktual yang terjadi dilingkungan masyarakat yang dihubungkan dengan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang diajarkan. 1.1.4 Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi. 1.2 Langkah pelaksanaan 1.2.1 Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat memengaruhi kelancaran diskusi. 1.2.2 Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturanaturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan. 22
Jamal Ma’murAsmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, KreatifdanInovatif, (Jogyakarta:DIVA Press, 2011), Cet. IX, h.140-141
16
1.2.3 Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan. 1.2.4 Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya. 1.2.5 Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi melebar dan tidak fokus. 1.3 Langkah penutup 1.3.1 Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi. 1.3.2 Me-review jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.23 Lebih lanjut, Tjokrodihardjo merumuskan tahapan-tahapan kegiatan guru dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:
Tabel 2.1 Tahapan metode diskusi Tahapan
Kegiatan guru
Tahap 1 Menyampaikan tujuan dan mengatur setting
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran khusus dan menyiapkan siswa untuk berpartisipasi. Guru mengarahkan fokus diskusi dengan menguraikan aturan-aturan dasar, mengajukan pertanyaan awal, menyajikan situasi yang tidak dapat segera dijelaskan, atau menyampaikan isu diskus. Guru memonitor antar aksi , mengajukan pertanyaan, mendengarkan gagasan siswa, menanggapi gagasan, melaksanakan aturan dasar, membuat catatan diskusi, menyampaikan gagasan sendiri. Guru menutup diskusi dengan merangkum atau mengungkapkan
Tahap 2 Mengarahkan diskusi
Tahap 3 Menyelenggarakan
Tahap 4 Mengakhiri diskusi 23
WinaSanjaya, StrategiPembelajaranBerorientasiStandar (Jakarta:Kencana, 2010), Cet.7, h.158-159
Proses
Pendidikan,
Ed.1,
17
Tahap 5 Melakukan tanya jawab singkat tentang proses diskusi itu Tjokrodihardjo, (2003)24
makna diskusi yang telah diselengarakan kepada siswa. Guru menyuruh para siwa untuk memeriksa proses diskusi dan berpikir siswa.
f. Kelebihan dan kelemahan metode diskusi Semua metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri. yang membedakannya dengan yang lain. Untuk itu, Jamal Ma’mur Asmani mengemukakan beberapa kelebihan dari metode diskusi manakala diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu: 1.1 Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan. 1.2 Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi, mereka bisa saling mengemukakan pendapat secara konstrukif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik. 1.3 Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi. (Syaiful Bahri Jamarah, 2000).25 Wina Sanjaya juga merumuskan beberapa kelebihan dari metode diskusi manakala diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu: 1.1 Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide. 1.2 Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan. 1.3 Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Disamping itu, diskusi juga bisa melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain.26 Selain kelebihan, Jamal Ma’mur Asmani juga mengemukakan bahwa terdapat beberapa kelemahan apabila metode diskusi diterapkan dalam proses pembejaran, yaitu tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar, 24
Trianto, Mendesain Model PembelajaranInovatif-Progresif, Ed.1, (Jakarta:Kencana, 2010), Cet.4, h.131-132 25 Jamal Ma’murAsmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, KreatifdanInovatif, (Jogyakarta:DIVA Press, 2011), Cet. IX, h.141 26 WinaSanjaya, StrategiPembelajaranBerorientasiStandar Proses Pendidikan, Ed.1, (Jakarta:Kencana,2010), Cet.7, h.156
18
peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas dan apat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.27
Wina Sanjaya juga merumuskan beberapa kelemahan dari metode diskusi manakala diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu: 1.1 Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara. 1.2 Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas sehingga kesimpulan menjadi kabur. 1.3 Memerlukan waktu yang cukup panjang yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang dibicarakan. 1.4 Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya, kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran.28 Dengan demikian, secara umum dapat digambarkan kelebihan dan kelemahan metode diskusi seperti yang terangkum dalam tabel berikut ini: Tabel 2.2 Kelebihan dan Kelemahan Metode Diskusi Kelebihan
Kelemahan
a. Diskusi melibatkan semua siswa secara langsung dalam KBM. b. Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan bahan pelajarannya masing-masing. c. Diskusi dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah. d. Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi diharapkan para siswa akan dapat memperoleh kepercayaan akan kemampuan diri sendiri.
a. Suatu diskusi dapat diramalkan sebelumnya mengenai bagaimana hasilnya sebab tergantung kepada kepemimpinan dan partisipasi anggota-anggotanya. b. Suatu diskusi memerlukan keterampilan tertentu yang belum dipelajari sebelumnya. c. Jalannya diskusi dapat dikuasai (didominasi) oleh beberapa orang siswa yang menonjol. d. Tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi, tetapi hanya hal-hal yang bersifat
27
Loc.cit WinaSanjaya, StrategiPembelajaranBerorientasiStandar (Jakarta:Kencana,2010), Cet.7, h.156 28
Proses
Pendidikan,
Ed.1,
19
e. Diskusi dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis siswa.
problematis saja yang dapat di diskusikan. e. Diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak. f. Apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani mengemukakan buah pikiran mereka, maka biasanya sulit untuk dibatasi pokok masalah. g. Jumlah siswa yang terlalu besar di dalam kelas akan memengaruhi kesempatan setiap siswa untuk mengemukakan pendapatnya.
Trianto, (2009)29
3. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) MenurutAbu Ahmadi, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah bidang studi yang merupakan paduan (fusi) dari sejumlah mata pelajaran sosial.30 Sedangkan, menurut A. Kosasih Djahiri, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan.31 Dalam hal ini, Sapriya menegaskan bahwa: “Pengertian IPS ditingkat persekolahan itu sendiri mempunyai perbedaan makna khususnya antara IPS untuk sekolah dasar (SD) dengan IPS untuk sekolah menengah pertama (SMP) dan IPS untuk sekolah menengah atas (SMA). Pengertian IPS dipersekolahan tersebut ada yang berarti program pengajaran, ada yang berarti mata pelajaran yang berdiri sendiri, dan ada yang berarti gabungan (paduan) dari sejumlah mata pelajaran atau disiplin ilmu”.32 29
Trianto, Mendesain Model PembelajaranInovatif-Progresif, Ed.1, (Jakarta:Kencana, 2010), Cet.4, h.134 30 Abu Ahmadi, IlmuSosialDasar, (Jakarta:PT. Rineka Cipta,2003), Cet. 4, h. 3 31 Sapriya, dkk, Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS, Ed.1 (Bandung:UPI PRESS, 2006), Cet.1, h.7 32 Sapriya, dkk, Konsep Dasar IPS, Ed.1, (Bandung:UPI PRESS,2006), Cet.1 h.3
20
Lebih lanjut, Kurikulum 2006yang dikutip oleh Sapriya dalam buku yang berbeda dari sebelumnya menjelaskanbahwa: “IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji sperangkat isu sosial.Pada jenjang SD/MI/SDLB, mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokrasi dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.33
Namun, pada jenjang SD/MI/SDLB,materi pembelajaran IPS disajikan secara terpadu sehingga tidak menunjukan label dari disiplin ilmu sosial, serta disusun secara tematik dengan mengambil tema-tema sosial yang terjadi di lingkungan siswa. Demikian juga tema-tema sosial yang dikaji berangkat dari fenomena serta aktifitas sosial yang terjadi disekitar siswa.Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa ilmu-ilmu sosial merupakan dasar dari IPS tetapi tidak semua ilmu-ilmu sosial dapat menjadi pokok bahasan dalam IPS. tingkat usia, jenjang pendidikan dan perkembangan pengetahuan anak didik sangat menentukan materi-materi ilmusosial yang tepat menjadi pokok bahasan dalam IPS.Melalui substansi materi dalam pembelajaran IPS, siswa diharapkan tidak hanya mampu menguasai teori-teori kehidupan di dalam masyarakat tetapi mampu menjalani kehidupan nyata secara dewasa dan bijak di dalam masyarakat sebagai makhluk sosial.
b. Tujuan IlmuPengetahuanSosial (IPS) Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 Tahun 2006 yang dikutip oleh Sapriya, pembelajaran IPS dalam sistem pendidikan Indonesia diarahkan dengan tujuan: 1.1 Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. 1.2 Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 33
Ibid.
21
1.3 Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. 1.4 Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat majemuk, ditingkat lokal, nasional dan global.34
c. Kompetensi Pendidikan IPS SekolahDasar Untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS sebagaimana diatas, maka standar kompetensi dan kompetensi dasar pembelajran IPS untuk tingkat SD/MI kelas IV dikembangkan sebagai berikut:
Tabel 2.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi DasarIPS Kelas IV Semester II Standar Kompetensi 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi
Kompetensi Dasar 2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya 2.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya 2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya
Sapriya, (2008)
35
4. Materi Koperasi a. Pengertian koperasi Pada Bab I, Pasal I dalam UUPerkoperasian nomor 25 tahun 1992 tanggal 21 Oktober 1992, yang dikutip oleh Pandji Anoraga dijelaskan bahwa “koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang 34 35
Sapriya, Pendidikan IPS, (Bandung:UPI Press,2008), h.161 Ibid., h.163
22
atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan”.36 Menurut Pandji Anoraga sendiri, “koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badanbadan yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota dengan bekerjasama secara kekeluargaan menjalankan usaha, untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya”.37 Sedangkan, Kartasapoetra mendefinisikan “koperasi sebagai suatu badan usaha bersama yang bergerak dalam bidang perekonomian, beranggotakan mereka yang umumnya berekonomi lemah yang bergabung secara sukarela dan atas dasar persamaan hak, berkewajiban melakukan suatu usaha yang bertujuan untuk memebuhi kebutuhan-kebutuhan para anggotanya”.38 Lebih lanjut, Hendroyogi mendefinisikan “koperasi sebagai perkumpulan otonom dari orang-orang yang bergabung secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya mereka yang sama melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara demokratis”.39 Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa koperasi adalah suatu perkumpulan untuk mencapai kebutuhan ekonomi seluruh anggotanya yang mempunyai kemampuan ekonomi terbatas untuk mempertahankan diri dan membebaskan diri dari kesulitan. b. Landasan dan Asas Koperasi Untuk mendirikan koperasi, diperlukan adanya dasar atau landasan tempat koperasi tersebut berpijak yang memungkinkan koperasi untuk tumbuh dan berdiri serta berkembang dalam mencapai tujuan dan citacitanya. Landasan-landasan koperasi tersebut dapat dibagi atas 2 (dua) macam yaitu landasan idiil dan landasan struktural. Mengenai landasan idiil koperasi, Pandji Anoraga menjelaskan bahwa: 36
Pandji Anoraga, Dinamika Koperasi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), Cet.3, h.252 Ibid.h.1 38 Kartasapoetra, Koperasi Indonesia, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), Cet.7, h.1 39 Hendrojogi, Koperasi Azaz-Azaz, Teori dan Praktek, Ed.4, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2002), Cet.5 h.46 37
23
Landasan idiilkoperasi adalah dasar atau landasan yang digunakan dalam usaha untuk mencapai cita-cita koperasi. Koperasi sebagai kumpulan sekelompok orang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Gerakan koperasi sebagai organisasi ekonomi rakyat yang hak hidupnya dijamin oleh UUD 1945 akan bertujuan untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Jadi, tujuannya sama dengan apa yang dicita-citakan oleh seluruh bangsa Indonesia, karena itu landasan idiil Negara Republik Indonesia yaitu Pancasila.40 Lebil lanjut, Mochtar Effendy menambahkan bahwa: Kelima sila yang terjalin menjadi satu kesatuan dalam pancasila merupakan jiwa dan karakter koperasi Indonesia. Jadi, setiap langkah dan geraknya mendasarkan dari pada ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.41 Selanjutnya, Pandji Anoraga juga menjelaskan bahwa: Landasan strukturil koperasi adalah tempat berpijak koperasi dalam susunan hidup bermasyarakat. Tata kehidupan di dalam suatu negara diatur dalam Undang-Undang Dasar. Di Indonesia berlaku Undang-Undang Dasar 1945 yang merupakan ketentuan atau tata tertib dasar yang mengatur terselenggaranya falsafah hidup dan moral cita-cita suatu bangsa dan karena koperasi Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945.42 Lebil lanjut, Mochtar Effendy menambahkan bahwa: Landasan struktural koperasi dalam pengoperasiannya didasarkan atas Undang-Undang Dasar 1945, sebab cita-cita ekonominya dirumuskan di dalam pasal 33 UUD 1945. Penjelasan pasal 33 UUD 1945 menyatakan bahwa koperasilah yang dimaksud dengan cita-cita ekonomi bangsa Indonesia yang bunyinya sebagai berikut, Susunan ekonomi atas asas kekeluargaan dan kegotongroyongan.43 Dari penjelasan tersebut dapat diketahui pula bahwa koperasi Indonesia berasaskan kekeluargaan dan gotong royong.Asas kekeluargaan yang mencerminkan adanya kesadaran dari budi hati nurani manusia untuk bekerjasama dalam koperasi oleh semua untuk semua, dibawah pimpinan pengurus serta pemilikan dari para anggota atas dasar keadilan dan 40
Pandji Anoraga, Dinamika Koperasi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), Cet.3, h.8 Ek. Mochtar Effendy, Membangun Koperasi Di Madrasah dan Pondok Pesantren (Jakarta:PT. Bhratara Karya Aksara, 1986), Cet.1 h.10 42 Op.cit.,h.9 43 Loc.cit 41
24
kebenaran
serta
keberanian
berkorban
bagi
kepentingan
44
bersama. Sedangkan asas gotong royong yang berarti bahwa pada koperasi terdapat keinsyafan dan semangat bekerjasama, rasa bertanggung jawab bersama tanpa memikirkan diri sendiri melainkan selalu untuk kesejahteraan bersama.45Landasan-landasan serta asas-asas koperasi tersebut sesuai dengan yang tercantum padapasal 2 Bab II, dalam undangundang perkoperasian nomor 25 tahun 1992 tanggal 21 Oktober 1992 yang menjelaskan bahwa “koperasi berlandaskan pancasila dan Undangundang Dasar 1945 serta berdasar atas asas kekeluargaan”.46
c. Prinsip koperasi Pandji Anoraga menjelaskan bahwa prinsip-prinsip koperasi adalah pedoman-pedoman utama yang menjiwai dan mendasari setiap gerak langkah usaha dan bekerjanya koperasi sebagai organisasi ekonomi dari orang-orang yang terbatas kemampuan ekonominya.47 Selanjutnya, padapasal 5 Bab III undang-undang perkoperasian nomor 25 tahun 1992 tanggal 21 Oktober 1992 yang dikutip oleh Pandji Anoraga sendiri, menjelaskan bahwa koperasi melaksanakan prinsip sebagai berikut: [1] Keanggotan bersifat sukarela dan terbuka;[2] Pengelolaan dilakukan secara demokrasi;[3] Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota;[4] Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal; [5] Kemandirian.48 d. Tujuan Koperasi Padapasal 3 Bab II undang-undang perkoperasian nomor 25 tahun 1992 tanggal 21 Oktober 1992 yang dikutip Pandji Anoraga,menjelaskan bahwa koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan 44
Op.cit., h.18 Ibid. 46 Pandji Anoraga, Dinamika Koperasi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), Cet.3, h. 252 47 Ibid.,h. 10 48 Ibid., h. 253 45
25
perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar.49
e. Fungsi dan Peran Koperasi Pada pasal 4 Bab III, dalam undang-undang perkoperasian nomor 25 tahun 1992 tanggal 21 Oktober 1992 yang dikutip oleh Pandji Anoraga menjelaskan bahwa fungsi dan peran koperasi adalah sebagai berikut: 1.1
1.2 `
1.3
1.4
Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat. Memperkukuh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.50
f. Aliran-aliran koperasi 1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
49 50
Aliran sosialis Aliran ini yang menjadikan koperasi sebagai batu loncatan untuk mencapai sosialisme. Aliran persemakmuran koperasi Aliran ini mengingatkan agar koperasi menguasai kehidupan ekonomi. Walaupun usaha swasta masih dapat diterima namun swasta hanya menduduki tempat ke dua. Koperasi sebagai koreksi Aliran ini dimaksudkan untuk menghilangkan kejahatan-kejahatan yang ditimbulkan oleh sistem kapitalis apabila dirasakan sistem kapitalis ini merugikan konsumen dan merupakan bagian dari apa yang disebut “institusional economic balance theory”. Aliran antigonish Aliran ini menyatakan bahwa koperasi pertama-tama dimaksudkan untuk tujuan pendidikan, baru kemudian tujuan ekonomi. Aliran nimes Aliran ini didasarkan pada religi dan filsafat. Dalam aliran ini tidak terlalu menekankan pembagian sisa hasil menurut jasa dan mencakup semua golongan.
Ibid., h.252 Pandji Anoraga, Dinamika Koperasi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), Cet.3, h. 252-253
26
Bila dilihat dari tujuan dan tempat Koperasi Indonesia dalam struktur perekonomian negara, maka Koperasi Indonesia dapat digolongkan dalam aliran Persemakmuran Koperasi.51 g. Jenis-jenis Koperasi Secara umum, penjenisan koperasi di Indonesia telah diatur oleh undang-undang. Namun demikian, karena berbagai keperluan dan bermacam-macam cara untuk memperoleh kebutuhan hidup itu pulalah yang mendorong lahirnya koperasi yang beraneka ragam. Tetapi, secara garis besar, koperasi dapat dibagi menjadi 5 bagian, yaitu: 1.1
Koperasi konsumsi Koperasi konsumsi adalah barang yang diperlukan setiap hari, misalnya barang-barang pangan (seperti beras, gula, garam, dan minyak kelapa), barang-barang sandang (seperti kain batik, tekstil) dan barang pembantu keperluan sehari-hari (seperti sabun, minyak tanah dan lain sebagainya). Oleh seban itu, maka koperasi yang mengusahakan kebutuhan sehari-hari disebut koperasi konsumsi. Tujuan koperasi konsumsi ialah agar anggota-anggotanya dapat membeli barang-barang konsumsi dengan kualitas yang baik dan harga yang layak.52 Koperasi konsumsi mempunyai fungsi [1] sebagai penyalur tunggal barang-barang kebutuhan rakyat sehari-hari sehingga memperpendek jarak antara produsen dengan konsumen; [2] Harga barang sampai di tangan pemakai menjadi murah; dan [3] Ongkosongkos penjualan maupun ongkos pembelian dapat dihemat.53
1.2
51
Koperasi kredit atau koperasi simpan pinjam Koperasi kredit didirikan untuk memberikan kesempatan kepada anggota-anggotanya memperoleh pinjaman dengan mudah dan dengan ongkos (bunga) yang ringan. Itulah sebabnya koperasi ini disebut dengan koperasi kredit. Akan tetapi untuk dapat memberikan pinjaman atau kredit itu, koperasi memerlukan modal. Modal koperasi yang utama adalah simpanan anggota sendiri. Dari uang simpanan yang dikumpulkan bersama-sama itu, maka koperasi kredit lebih tepat disebut korasi simpan pinjam. Fungsi pinjaman di dalam koperasi adalah sesuai dengan tujuan-tujuan koperasi pada umumnya, yaitu untuk memperbaiki kehidupan para anggotanya.54
Ibid., h.57-58 Pandji Anoraga, Dinamika Koperasi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), Cet.3, h.20 53 Ibid., h.21 54 Ibid., h.22 52
27
1.3
1.4
Tujuan koperasi kreditadalah [1] membantu keperluan kredit para anggota yang sangat membutuhkan dengan syarat-syarat yang ringan; [2] mendidik kepada para anggota supaya giat menyimpan secara teratur sehingga membentuk modal sendiri; [3] mendidik anggota hidup berhemat dengan menyisihkan sebagian dari pendapatan mereka; dan [4] menambah pengetahuan tentang perkoperasian.55 Koperasi produksi Koperasi produksi adalah koperasi yang bergerak dalam bidang kegiatan ekonomi pembuatan dan penjualan barang-barang baik yang dilakukan oleh koperasi sebagai organisasi maupun orangorang aggota koperasi. Anggota koperasi produksi terdiri dari orangorang yang mampu menghasilkan suatu barang atau jasa. Orangorang tersebut adalah kaum buruh atau kaum pengusaha kecil. Oleh karena itu, kita mengenal dua macam koperasi produksi, yaitu: [1] koperasi produksi kaum buruh yang anggotanya orang-orang tidak mempunyai perusahaan sendiri; dan [2] koperasi produk kaum produsen yang anggotanya adalah orang-orang yang masing-masing mempunyai perusahaan sendiri.56 Koperasi jasa Koperasi jasa adalah koperasi yang berusaha dibidang penyediaan jasa tertentu bagi para anggota maupun masyarakat umum. Contohnya koperasi angkutan, koperasi perencanaan dan konstruksi bangunan, koperasi jasa audit, koperasi asuransi Indonesia, koperasi perumahan nasional (Kopernas), koperasi jasa untuk mengurus dokumen-dokumen seperti SIM, STNK, paspor, sertifikat tanah dan lain-lain.57
B. Hasil Penelitian yang Relevan No. 1.
55
Peneliti Luluk
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
Penerapan metode diskusi untuk meningkatkan aktivitas belajar geografi siswa kelas VIIIA SMPN 8 Pamekasan
Dari hasil analisis data diperoleh bahwa ada peningkatan aktivitas siswa dalam penerapan metode diskusi pada siklus I sebesar 71,43%, siklus II sebesar 79,17%, siklus III sebesar 82,74% dan jumlah rata-rata aktivitas aktif siswa sebesar 77,78%, sedangkan
Ibid., h.23 Pandji Anoraga, Dinamika Koperasi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), Cet.3, h.24 57 Ibid., h. 25 56
28
2.
3.
Rajif Hasan Ali
Penerapan metode diskusi untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas XI IPS semester II pada kompetensi menganilis pelestarian lingkungan hidup kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan di SMA terpadu Abdul Faidl Wonodadi Kabupaten Blitar Evy Agustina Penerapan metode Rokhmawati diskusi syndicate group untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas VII A SMPN 24 Malang pada materi kaitan antara kondisi geografis dengan keadaan penduduk
jumlah rata-rata siswa yang pasif adalah sebesar 22,22%.58 Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan keaktifan belajar siswa dalam diskusi dari 41,67% pada siklus I pertemuan ke-2 menjadi 66,67% pada siklus II pertemuan ke-1 dan menjadi 75% pada siklus II pertemuan ke-2.59
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan keaktifan belajar siswa yang ditunjukkan dengan peningkatan peningkatan keaktifan belajar siswa pada siklus I sebesar 58,04% (cukup) meningkat menjadi 81,71% (sangat baik) pada siklus II. 60
C. KerangkaBerpikir Berdasarkan kajian teoritis serta mengkaji laporan dari hasil penelitian sebelumnya sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, maka dalam penelitian ini dipandang perlu mengajukan kerangka pemikiran sebagai berikut: 1) Penggunaan
metode
diskusi
akan
melibatkan
siswa
dalam
proses
pembelajaran secara aktif. 2) Adanya keterkaitan antara penggunaan metode diskusidengan peningkatkan keaktifan belajar siswa.
58
http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=34889 http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=45715 60 http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=42472 59
29
D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan latar belakang masalah, landasan teori dan kerangka berfikir diatas, maka dapat dirumuskan bahwa penggunaan metode diskusi dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas IV MI Darul Muttaqin pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) materi koperasi.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan di MI Darul Muttaqin yang terletak di Gg. H. Abdul Wahid Rt. 08 Rw. 03 No. 30, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Alasan peneliti memilih MI Darul Muttaqin sebagai tempat penelitian adalah bahwa peneliti menjalani profesi sebagai salah satu guru MI Darul Muttaqin sehingga peneliti memiliki peluang waktu yang cukup luas dalam mencari dan mengolah data. Sedangkan, waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pada semester II tahun ajaran 2013/2014, dengan kata lain penelitian dilakukan selama 6 bulan, yaitu sejak bulan Januari 2014 sampai dengan Juli 2014. Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di MI Darul Muttaqin dimulai sejak pukul 07.00 sampai dengan pukul 13.00 WIB.
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus penelitian Dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode agar hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana yang ditentukan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) atau lebih dikenal dengan Classroom Action Research. Dari istilah penelitian tindakan kelas, terdapat tiga kata yang sangat penting untuk dibahas yaitu penelitian, tindakan dan kelas. Lebih lanjut, Rido Kurnianto menjelaskan pengertian dari ketiga kata tersebut, yaitu: 1. Penelitian menunjuk pada suatu kegiatan mencermati sebuah objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi, dengan tujuan dan bermanfaat dalam meningkatkan mutu bagi suatu hal yang diminati. 2. Tindakan menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa-siswi. 3. Kelas dalam hal ini tidak terikat pada ruang kelas, tetapi dalam pengertian pembelajaran yang lebih spesifik, yakni sekelompok siswa-siswi yang dalam waktu yang sama dari guru yang sama pula.1 1
Rido Kurnianto, dkk. Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: LAPIS PGMI, 2009), paket 3, h. 9.
30
31
Selanjutnya menurut Basrowi, “penelitian tindakan kelas adalah penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Upaya perbaikan ini dilakukan dengan melaksanakan tindakan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan sehari-hari di kelas”.2 Lebih lanjut Suhadi dalam Hufad menjelaskan bahwa “PTK adalah suatu penelitian ilmiah yang ditujukan untuk memecahkan masalah dengan menggunakan keterampilan baru yang diaplikasikan langsung ke dalam situasi kelas”.3 Adapun rancangan penelitian merupakan rancangan langkah kerja yang akan dilakukan dalam mengumpulkan informasi untuk menjawab permasalahan penelitian. Basrowi juga menjelaskan bahwa “rancangan penelitian berisi gambaran tentang kapan penelitian dilakukan, darimana data diperoleh, dalam kondisi bagaimana subjek yang diteliti dan bagaimana mengolah data dan melaporkannya”.4 Dengan demikian, dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain PTK yang menerapkan siklus yang masing-masing siklus meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Apabila pembelajaran siklus I sudah menunjukan indikator keberhasilan tindakan, maka tindakan tidak dilanjutkan. Tetapi, apabila pada siklus I belum menunjukkan indikator keberhasilan tindakan yang dilakukan, maka akan dilaksanakan pembelajaran pada siklus selanjutnya. Dengan demikian, siklus akan berhenti apabila indikator keberhasilan tindakan telah tercapai.
C. Subjek dan Objek Penelitian Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah siswa/siswi kelas IV MI Darul Muttaqin yang terdiri dari 18 siswa dan 22 siswi. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah penerapan metode diskusi sebagai upaya meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu keaktifan bertanya dan menjawab pertanyaan, aktif mengeluarkan ide atau gagasan yang dimiliki serta aktif mendengarkan serta menghargai pendapat orang lain. 2 3
H. M. Basrowi, Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, (Bogor:Ghalia Indonesia, 2008), Cet. 2, h. 25 Ahmad Hufad, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Dirjen Pendais Kemenag, 2009), h. 4.
32
D. Peran dan posisi peneliti dalam penelitian Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai observer yang akan mengobservasi kinerja guru dalam melaksanakan tindakan pembelajaran melalui metode diskusi serta mengamati aktivitas siswa dalam menjalani pembelajaran tersebut. Selanjutnya, peneliti akan berada pada posisi yang memudahkan subjek penelitian dapat dilihat dan dicermati sesuai keadaan yang sebenarnya terjadi pada waktu penelitian sehingga hasil penelitian tersebut benar-benar tepat dan data dapat diperoleh secara lengkap.
E. Tahapan Intervensi Tindakan 1. Pelaksanaan pembelajaran prasiklus a. Perencanaan Pada tahap ini guru membuat perencanaan sebelum dilaksanakannya tindakan berupa pembuatan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian, yaitu lembar observasi keaktifan siswa serta lembar observasi kinerja guru dalam proses pembelajaran. Selanjutnya menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) selama 2 kali pertemuan yang masingmasing pertemuan dilaksanakan selama 2 jam pelajaran. Metode pembelajaran yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran prasiklus masih menerapkan metode yang biasa dilakukan guru yaitu metode pembelajaran konvensional. Selanjutnya menyusun materi pelajaran yang akan digunakan dalam penelitian yaitu, pada pertemuan pertama mengenai pengertian dan prinsip koperasi sedangkan pada pertemuan kedua mengenai landasan dan asas koperasi. Materi tersebut sesuai dengan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). b. Pelaksanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan rencana pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Berikut ini merupakan salinan pelaksanaan kegiatan yang tertuang dalam RPP. 4
Op.cit., h. 59
33
(pertemuan pertama) 1.
Kegiatan awal 1.1 Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam 1.2 Guru mengajak siswa berdoa sebelum belajar 1.3 Guru mengisi daftar hadir siswa
2.
Kegiatan inti 2.1 Guru menunjuk beberapa orang siswa untuk membaca materi pengertian koperasi 2.2 Guru menunjuk beberapa orang siswa untuk membaca materi prinsip koperasi. 2.2 Guru menjelaskan materi pembelajaran secara kontekstual
3. Kegiatan akhir 3.1 Guru melakukan tanya jawab dengan siswa 3.2 Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
(pertemuan kedua) 1.
Kegiatan awal 1.1 Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam 1.2 Guru mengajak siswa berdoa sebelum belajar 1.3 Guru mengisi daftar hadir siswa
2.
Kegiatan inti 2.1 Guru menjelaskan materi pembelajaran secara kontekstual 2.2 Guru memberikan soal evaluasi kepada siswa
3. Kegiatan akhir 3.1 Guru melakukan tanya jawab dengan siswa 3.2 Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
c. Observasi Observasi dilakukan pada waktu pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Pengamatan tersebut bertujuan untuk mengetahui seberapa besar keaktifan selama proses pembelajaran berlangsung. Pada kegiatan
34
observasi, peneliti berada pada posisi yang memudahkan subjek penelitian dapat dilihat dan dicermati sesuai keadaan yang sebenarnya terjadi pada waktu penelitian sehingga hasil yang di dapat benar-benar tepat dan data dapat diperoleh secara lengkap. d. Refleksi Metode pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran prasiklus
masih
dengan
menggunakan
metode
pembelajaran
konvensional yang biasa dilakukakan oleh guru kelas guna mengetahui keberhasilan
atau
kegagalan
kegiatan
pembelajaran
dengan
diterapkannya metode diskusi pada kegiatan perbaikan pembelajaran.
2. Pelaksanaan pembelajaran siklus I a. Perencanaan Pada tahap ini peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan tujuan penelitian yaitu pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi dalam upaya meningkatkan keaktifan siswa. Setelah itu, menentukan indikator keaktifan siswa yang diharapkan dari metode tersebut yaitu keaktifan bertanya dan menjawab pertanyaan, aktif mengeluarkan ide atau gagasan yang dimiliki serta aktif mendengarkan serta menghargai pendapat orang lain. Kemudian, menyiapkan instrumen penilaian berupa lembar observasi keaktifan siswa dan
lembar
observasi
kinerja
guru
serta
menyusun
pedoman
penskorannya. Terakhir, menyusun materi pelajaran yang akan digunakan dalam penelitian yang sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD) dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). b. Pelaksanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan rencana pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Namun, perencanaan ini bersifat fleksibel artinya dapat dikondisikan sesuai kebutuhan proses pembelajaran yang berlangsung. Berikut ini merupakan salinan pelaksanaan kegiatan yang tertuang dalam RPP.
35
1.
Kegiatan awal 1.1 Guru mempersiapkan siswa sebelum memulai pembelajaran. 1.2 Guru melakukan apersepsi terkait dengan materi sebelumnya 1.3 Guru menjelaskan tujuan dan manfaat pembelajaran.
2.
Kegiatan inti 2.1 Guru memberikan materi pelajaran secara kontekstual 2.2 Guru menjelaskan metode dan prosedur diskusi 2.3 Guru membagi siswa dalam 8 kelompok secara random yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang siswa. 2.4 Guru membagi tugas kepada masing-masing kelompok untuk di diskusikan bersama kelompoknya. 2.5 Guru memberikan waktu kepada masing-masing kelompok untuk mendiskusikan tugasnya. 2.6 Guru memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. 2.7 Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk memberikan umpan balik terhadap hasil presentasi.
3. Kegiatan akhir 3.1 Guru melibatkan siswa bersama-sama menyimpulkan materi pelajaran yang telah dibahas. 3.2 Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya atau menanggapi proses pembelajaran yang berlangsung. 3.3 Guru menutup pembelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari kembali materi yang telah dibahas serta mempelajari materi selanjutnya.
c. Observasi Observasi dilakukan pada waktu pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Pengamatan tersebut bertujuan untuk mengetahui seberapa besar penerapan metode diskusi mampu merangsang siswa untuk berperan aktif selama proses pembelajaran berlangsung.
36
d. Refleksi Kegiatan refleksi dilakukan setelah pelaksanaan tindakan selesai. Hasil yang diperoleh dari pengamatan kemudian dianalisis untuk mengetahui keberhasilan atau kegagalan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Apabila hasil analisis siklus I sudah menunjukan indikator keaktifan siswa, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan pada siklus II.
3. Pelaksanaan pembelajaran siklus II a. Perencanaan Pada tahap ini peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan tujuan penelitian yaitu pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi dalam upaya meningkatkan keaktifan siswa. Kemudian, menyiapkan instrumen penilaian berupa lembar observasi keaktifan siswa dan lembar observasi kinerja guru serta menyusun pedoman penskorannya. Terakhir, menyusun materi pelajaran yang akan digunakan dalam penelitian yang sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD) dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). b. Pelaksanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan rencana pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Namun, perencanaan ini bersifat fleksibel artinya dapat dikondisikan sesuai kebutuhan proses pembelajaran yang berlangsung. Berikut ini merupakan salinan pelaksanaan kegiatan yang tertuang dalam RPP. 1.
Kegiatan awal 1.1 Guru mempersiapkan siswa sebelum memulai pembelajaran 1.2 Guru melakukan apersepsi terkait dengan materi sebelumnya 1.3 Guru menjelaskan tujuan dan manfaat pembelajaran
2. Kegiatan inti 2.1 Guru memberikan materi pelajaran secara kontekstual 2.2 Guru menjelaskan metode dan prosedur diskusi
37
2.3 Guru membagi siswa dalam 8 kelompok secara random yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang siswa. 2.4 Guru membagi tugas kepada masing-masing kelompok untuk di diskusikan bersama kelompoknya. 2.5 Guru memberikan waktu kepada masing-masing kelompok untuk mendiskusikan tugasnya. 2.6 Guru memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. 2.7 Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk memberikan umpan balik terhadap hasil presentasi. 3. Kegiatan akhir 3.1 Guru melibatkan siswa bersama-sama menyimpulkan materi pelajaran yang telah dibahas. 3.2 Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya atau menanggapi proses pembelajaran yang berlangsung. 3.3 Guru menutup pembelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari kembali materi yang telah dibahas serta mempelajari materi selanjutnya.
c. Observasi Observasi dilakukan pada waktu pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Pengamatan tersebut bertujuan untuk mengetahui seberapa besar penurunan siswa yang tidak aktif pada proses pembelajaran setelah tindakan siklus II dan seberapa besar peningkatan siswa yang aktif pada proses pembelajaran setelah tindakan siklus II
d. Refleksi Kegiatan refleksi dilakukan setelah pelaksanaan tindakan selesai. Hasil yang diperoleh dari pengamatan kemudian dianalisis untuk mengetahui keberhasilan atau kegagalan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Apabila hasil analisis siklus II sudah menunjukan indikator
38
keaktifan siswa, maka penelitian dihentikan. Adapun indikator keaktifan siswa yang dimaksudkan dalam penelitian ini berupa keaktifan berinteraksi dengan guru, keaktifan berinteraksi dengan siswa lain serta keaktifan terhadap materi pembelajaran. Tetapi apabila indikator keaktifan siswa tersebut belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan pada siklus III.
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan Dengan melakukan penelitian tindakan kelas melalui proses pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa pada mata pelajaran IPS. Adapun indikator untuk mengetahui keberhasilan peneliti ini ditetapkan sekurang-kurangnya 80% siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran seperti aktif bertanya dan menjawab pertanyaan, aktif mengeluarkan ide atau gagasan yang dimiliki serta aktif mendengarkan serta menghargai pendapat orang lain.
G. Data dan Sumber Data Dalam penelitian ini, data penelitian diperoleh dari kegiatan guru dan kegiatan siswa dalam melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi serta peningkatan keaktifan siswa setelah diterapkannya metode tersebut. Sedangkan, sumber data penelitian diperoleh dari siswa kelas IV MI Darul Muttaqin pada semester II, tahun ajaran 2013/2014.
H. Instrumen Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui teknik observasi, karena teknik observasi dalam penelitian tindakan kelas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tindakan di setiap siklusnya. Dengan observasi, peneliti dapat memusatkan perhatian untuk mengamati kinerja guru serta mengamati keaktifan siswa dalam melaksanakan pembelajaran melalui metode diskusi tanpa melalui perantara yang mungkin bisa melebihkan atau mengurangi data yang sebenarnya.
39
Selanjutnya,
Muhammad
Idrus
mengemukakan
bahwa
“observasi
merupakan aktifitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara sistematis”.5 Untuk itu, diperlukan instrumen observasi sebagai pedoman untuk mengamati kinerja guru serta mengamati keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Berikut ini adalah instrumen observasi kinerja guru serta instrumen observasi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi.
Tabel 3.1 Instrumen Observasi Kinerja Guru Langkah
Indikator
pembelajaran Kegiatan
Mempersiapkan siswa sebelum memulai pembelajaran.
Awal
Melakukan apersepsi terkait dengan materi sebelumnya. Menjelaskan tujuan dan manfaat pembelajaran.
Kegiatan Inti
Memberikan materi pelajaran secara kontekstual. Menjelaskan metode dan prosedur diskusi. Membentuk kelompok siswa secara random. Memfasilitasi siswa dalam pelaksanaan diskusi.
Kegiatan
Memberikan refleksi dan kesimpulan.
akhir
Memberikan tugas dan tindak lanjut.
Tabel 3.2 Instrumen Observasi Keaktifan Siswa Langkah
Indikator
pembelajaran Kegiatan pendahuluan
Mempersiapkan diri sebelum mengikuti pembelajaran. Menyimak penjelasan yang diberikan guru. Menanggapi apersepsi yang diberikan guru.
5
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Yogyakarta:2009), h. 84
40
Kegiatan Inti
Menyimak materi pelajaran yang diberikan guru. Membentuk kelompok dengan tertib. Melaksanakan kegiatan diskusi sesuai prosedur.
Kegiatan
Membuat rangkuman terhadap hasil diskusi.
Penutup
Mencatat tugas yang diberikan guru.
I. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara pemberian skor terhadap kinerja guru dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Pemberian skor kinerja guru diperoleh dari hasil observasi terhadap indikator kinerja guru dalam proses pembelajaran. Sedangkan, pemberian skor keaktifan siswa diperoleh dari hasil observasi terhadap indikator keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Masing-masing indikator kinerja guru dan indikator keaktifan siswa memiliki rentang skor 1 sampai 5.
Tabel 3.3 Indikator Kinerja Guru Dalam Proses Pembelajaran Skor
Keterangan
1
Kinerja guru dalam kriteria sangat rendah
2
Kinerja guru dalam kriteria rendah
3
Kinerja guru dalam kriteria sedang
4
Kinerja guru dalam kriteria baik
5
Kinerja guru dalam kriteria sangat baik
Tabel 3.4 Indikator Keaktifan siswa Dalam Proses Pembelajaran Skor
Keterangan
1
Keaktifan siswa dalam kriteria sangat rendah
2
Keaktifan siswa dalam kriteria rendah
3
Keaktifan siswa dalam kriteria sedang
41
4
Keaktifan siswa dalam kriteria baik
5
Keaktifan siswa dalam kriteria sangat baik
J. Indikator Kinerja Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah terjadinya peningkatan keaktifan siswa dalam pengikuti proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS melalui penerapan metode diskusi. Keaktifan siswa yang diharapkan dalam penelitian ini berupa aktif bertanya dan menjawab pertanyaan, aktif mengeluarkan ide atau gagasan yang dimiliki serta aktif mendengarkan serta menghargai pendapat orang lain. Untuk itu, penerapan metode diskusi dinyatakan efektif dalam meningkatkan keaktifan siswa apabila porsentase keaktifan siswa dalam pembelajaran sebesar ≥80% pada setiap siklusnya.
K. Analisis Data dan Interpretasi Data Analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif dalam bentuk prosentase, kemudian dilakukan deskripsi komparasi yaitu membandingkan hasil penelitian sebelum tindakan dengan hasil penelitian setelah tindakan, selanjutnya membuat kesimpulan berdasarkan hasil deskripsi tersebut. Deskriptif prosentase terhadap kinerja guru dan keaktifan siswa selama proses pembelajaran dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut: skor yang diperoleh % skor =
x 100 skor maksimal
Selanjutnya, hasil prosentasi terhadap kinerja guru dan keaktifan siswa tersebut ditafsirkan dengan rentang kualitatif sebagai berikut:
Tabel 3.5 Kriteria Kinerja Guru Prosentase 0% sampai dengan 20%
Keterangan Kinerja guru sangat rendah
42
21% sampai dengan 40%
Kinerja guru rendah
41% sampai dengan 60%
Kinerja guru sedang
61% sampai dengan 80%
Kinerja guru baik
81% sampai dengan 100%
Kinerja guru sangat baik
Tabel 3.6 Kriteria Keaktifan Siswa Prosentase 0% sampai dengan 20%
Keterangan Keaktifan siswa sangat rendah
21% sampai dengan 40%
Keaktifan siswa rendah
41% sampai dengan 60%
Keaktifan siswa sedang
61% sampai dengan 80%
Keaktifan siswa baik
81% sampai dengan 100%
Keaktifan siswa sangat baik
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data 1. Deskripsi Kegiatan Pembelajaran Prasiklus a. Perencanaan Pada
tahap
ini
guru
membuat
perencanaan
sebelum
dilaksanakannya tindakan berupa pembuatan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian, yaitu lembar observasi keaktifan siswa serta
lembar observasi kinerja guru dalam proses pembelajaran.
Selanjutnya menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) selama 2 kali pertemuan yang masing-masing pertemuan dilaksanakan selama 2 jam pelajaran. Metode pembelajaran yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran prasiklus masih menerapkan metode yang biasa dilakukan guru yaitu metode pembelajaran konvensional. Selanjutnya menyusun materi pelajaran yang akan digunakan dalam penelitian yaitu, pada pertemuan pertama mengenai pengertian dan prinsip koperasi sedangkan pada pertemuan kedua mengenai landasan dan asas koperasi. Materi tersebut sesuai dengan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). b. Pelaksanaan Kegiatan pembelajaran pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 26 Mei 2014. Adapun dalam pelaksanaannya, pada kegiatan awal guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa berdoa sebelum belajar serta mengisi daftar hadir siswa. Selanjutnya, guru menunjuk beberapa orang siswa untuk membaca materi pengertian dan prinsip koperasi kemudian dilanjutkan dengan kegiatan guru menjelaskan materi pembelajaran secara kontekstual. Pada kegiatan akhir pelajaran, guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai materi yang telah dipelajari dilanjutkan dengan menutup kegiatan pembelajaran.
43
44
Kegiatan pembelajaran pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu, 28 Mei 2014. Adapun dalam pelaksanaannya, pada kegiatan awal guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa berdoa sebelum belajar serta mengisi daftar hadir siswa. Selanjutnya, guru menjelaskan materi pembelajaran secara kontekstual yang dilanjutkan dengan pemberian soal evaluasi kepada siswa sebagai penguatan terhadap materi pelajaran yang telah dipelajari. Pada kegiatan akhir pelajaran, guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai materi yang telah dipelajari dilanjutkan dengan menutup kegiatan pembelajaran.
c. Observasi Observasi dilakukan pada waktu pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Pengamatan tersebut bertujuan untuk mengetahui seberapa besar penerapan metode diskusi mampu merangsang siswa untuk berperan aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Pada kegiatan observasi, peneliti berada pada posisi yang memudahkan subjek penelitian dapat dilihat dan dicermati sesuai keadaan yang sebenarnya terjadi pada waktu penelitian sehingga hasil yang di dapat benar-benar tepat dan data dapat diperoleh secara lengkap.
d. Refleksi Metode pembelajaran
pembelajaran prasiklus
yang
masih
digunakan dengan
dalam
menggunakan
kegiatan metode
pembelajaran konvensional yang biasa dilakukakan oleh guru kelas guna
mengetahui
ada
atau
tidak
adanya
perubahan
kondisi
pembelajaran setelah dilakukannya perbaikan pembelajaran melalui penggunaaan metode diskusi pada kegiatan pembelajaran siklus I. Untuk itu, kegiatan refleksi ini dilakukan untuk mengetahui keberhasilan
atau
kegagalan
kegiatan
pembelajaran
diterapkannya metode diskusi pada kegiatan pembelajaran.
dengan
45
2. Deskripsi Kegiatan Pembelajaran Siklus 1 a. Perencanaan Pada
tahap
ini
guru
membuat
perencanaan
sebelum
dilaksanakannya tindakan berupa pembuatan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian, yaitu lembar observasi keaktifan siswa serta
lembar observasi kinerja guru dalam proses pembelajaran.
Selanjutnya menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) selama 2 kali pertemuan yang masing-masing pertemuan dilaksanakan selama 2 jam pelajaran. Kandungan yang tertuang dalam RPP sesuai dengan tujuan penelitian yaitu pembelajaran IPS dengan menggunakan metode diskusi dalam upaya meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Selanjutnya menyusun materi pelajaran yang akan digunakan dalam penelitian yaitu, pada pertemuan pertama mengenai landasan dan asas koperasi sedangkan pada pertemuan kedua mengenai tujuan dan manfaat koperasi. Materi tersebut sesuai dengan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). b. Pelaksanaan Kegiatan pembelajaran prasiklus dilaksanakan pada hari Senin, 2 Juni 2014. Adapun dalam pelaksanaannya, pada kegiatan awal guru membuka
kegiatan
pembelajaran
dengan
mengucapkan
salam,
mengajak siswa berdoa sebelum belajar serta mengisi daftar hadir siswa. Kemudian, guru memberikan apersepsi yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari kemudian dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan dan manfaat mempelajari materi pembelajaran. Selanjutnya, guru memberikan stimulus pertanyaan terkait dengan materi pelajaran. Setelah itu, guru menyampaikan materi pelajaran secara kontekstual. Kemudian, guru mengajak siswa untuk mengamati barang-barang
yang
tersedia
di
koperasi
sekolah
selanjutnya
mempersilahkan siswa untuk berinteraksi dengan pengurus koperasi sekolah. Selanjutnya untuk memantapkan siswa mengenai materi yang
46
telah dipelajari, maka guru bersama-sama dengan siswa membahas hasil yang didapatkan dari kegiatan berinteraksi dengan pengurus koperasi sekolah. Pada kegiatan akhir pelajaran, untuk memantapkan siswa mengenai materi yang telah dipelajari, maka guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapat terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Kemudian, guru melibatkan siswa untuk bersama-sama menyimpulkan materi pelajaran yang telah dipelajari. Selanjutnya, guru bersama-sama dengan siswa melakukan tanya jawab mengenai materi pelajaran yang telah dipelajari. Kemudian, guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya mengenai materi pelajaran yang belum dipahami. Setelah itu, guru menutup kegiatan pembelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari kembali materi yang telah dipelajari kemudian diakhiri dengan salam penutup. Pelaksanaan pembelajaran pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 5 Juni 2014. Adapun dalam pelaksanaannya, sebelum memulai pembelajaran, guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa berdoa sebelum belajar serta mengisi daftar hadir siswa. Kemudian, guru memberikan apersepsi yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari kemudian dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan dan manfaat mempelajari materi pelajaran. Selanjutnya, guru memberikan materi pelajaran secara kontekstual. Kemudian, guru membagi siswa dalam 8 kelompok secara random yang masing-masing kelompok 5 orang siswa. Setelah itu, guru membagi tugas kepada masing-masing kelompok untuk didiskusikan bersama kelompoknya. Selanjutnya, guru memberikan waktu kepada masing-masing kelompok untuk mendiskusikan tugasnya. Kemudian, guru memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Selanjutnya, guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk memberikan umpan balik terhadap hasil presentasi. Pada kegiatan akhir pelajaran, untuk memantapkan
47
siswa mengenai materi yang telah dipelajari, maka guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapat terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Kemudian, guru melibatkan siswa untuk bersama-sama menyimpulkan materi pelajaran yang telah dipelajari. Selanjutnya, guru bersama-sama dengan siswa melakukan tanya jawab mengenai materi pelajaran yang telah dipelajari. Kemudian, guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya mengenai materi pelajaran yang belum dipahami. Setelah itu, guru menutup kegiatan pembelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari kembali materi yang telah dipelajari kemudian diakhiri dengan salam penutup. c. Observasi Observasi dilakukan pada waktu pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Pengamatan tersebut bertujuan untuk mengetahui seberapa besar penerapan metode diskusi mampu merangsang siswa untuk berperan aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Pada kegiatan observasi, peneliti berada pada posisi yang memudahkan subjek penelitian dapat dilihat dan dicermati sesuai keadaan yang sebenarnya terjadi pada waktu penelitian sehingga hasil yang di dapat benar-benar tepat dan data dapat diperoleh secara lengkap. d. Refleksi Refleksi merupakan kegiatan mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan untuk melihat apa yang sudah dihasilkan atau apa yang belum dihasilkan selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus I kemudian membandingkannya dengan kegiatan pra siklus. Refleksi tersebut dilakukan sebagai pengamatan akan keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai tujuan penelitian yaitu meningkatnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Apabila hasil analisis siklus I sudah menunjukan indikator keaktifan siswa, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila indikator keaktifan siswa tersebut belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan pada siklus II.
48
3. Deskripsi Kegiatan Pembelajaran Siklus II a. Perencanaan Pada
tahap
ini
guru
membuat
perencanaan
sebelum
dilaksanakannya tindakan berupa pembuatan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian, yaitu lembar observasi keaktifan siswa serta lembar observasi kinerja guru dalam proses pembelajaran. Selanjutnya menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) selama 2 kali pertemuan yang masing-masing pertemuan dilaksanakan selama 2 jam pelajaran. Kandungan yang tertuang dalam RPP sesuai dengan tujuan penelitian yaitu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan menggunakan metode diskusi dalam upaya meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Selanjutnya menyusun materi pelajaran yang akan digunakan dalam penelitian yaitu, pada pertemuan pertama mengenai fungsi dan peran koperasi sedangkan pada pertemuan kedua mengenai jenis-jenis koperasi. Materi tersebut sesuai dengan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). b. Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 9 Juni 2014. Adapun dalam pelaksanaannya, pada kegiatan awal guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa berdoa sebelum belajar serta mengisi daftar hadir siswa. Kemudian, guru memberikan apersepsi yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari kemudian dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan dan manfaat mempelajari materi pembelajaran. Selanjutnya, guru memberikan stimulus pertanyaan terkait dengan materi pelajaran. Setelah itu, guru menyampaikan materi pelajaran secara kontekstual. Kemudian, guru mempersilahkan siswa untuk berinteraksi dengan pengurus koperasi sekolah. Selanjutnya untuk memantapkan siswa mengenai materi yang telah dipelajari, maka guru bersama-sama dengan siswa membahas hasil yang didapatkan dari
49
kegiatan berinteraksi dengan pengurus koperasi sekolah. Pada kegiatan akhir pelajaran, untuk memantapkan siswa mengenai materi yang telah dipelajari, maka guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapat terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Kemudian, guru melibatkan siswa untuk bersama-sama menyimpulkan materi pelajaran yang telah dipelajari. Selanjutnya, guru bersama-sama dengan siswa melakukan tanya jawab mengenai materi pelajaran yang telah dipelajari. Kemudian, guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya mengenai materi pelajaran yang belum dipahami. Setelah itu, guru menutup kegiatan pembelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari kembali materi yang telah dipelajari kemudian diakhiri dengan salam penutup. Pelaksanaan pembelajaran pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 12 Juni 2014. Adapun dalam pelaksanaannya, sebelum memulai pembelajaran,
guru
membuka
kegiatan
pembelajaran
dengan
mengucapkan salam, mengajak siswa berdoa sebelum belajar serta mengisi daftar hadir siswa. Kemudian, guru memberikan apersepsi yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari kemudian dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan dan manfaat mempelajari materi pelajaran. Selanjutnya, guru memberikan materi pelajaran secara kontekstual. Kemudian, guru membagi siswa dalam 8 kelompok secara random yang masing-masing kelompok 5 orang siswa. Setelah itu, guru membagi tugas kepada masing-masing kelompok untuk didiskusikan bersama kelompoknya. Selanjutnya, guru memberikan waktu kepada masing-masing kelompok untuk mendiskusikan tugasnya. Kemudian, guru memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Selanjutnya, guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk memberikan umpan balik terhadap hasil presentasi. Pada kegiatan akhir pelajaran, untuk memantapkan siswa mengenai materi yang telah dipelajari, maka guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapat terhadap proses
50
pembelajaran yang berlangsung. Kemudian, guru melibatkan siswa untuk bersama-sama menyimpulkan materi pelajaran yang telah dipelajari. Selanjutnya, guru bersama-sama dengan siswa melakukan tanya jawab mengenai materi pelajaran yang telah dipelajari. Kemudian, guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya mengenai materi pelajaran yang belum dipahami. Setelah itu, guru menutup kegiatan pembelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari kembali materi yang telah dipelajari kemudian diakhiri dengan salam penutup. c. Observasi Observasi dilakukan pada waktu pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Pengamatan tersebut bertujuan untuk mengetahui seberapa besar penerapan metode diskusi mampu merangsang siswa untuk berperan aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Pada kegiatan observasi, peneliti berada pada posisi yang memudahkan subjek penelitian dapat dilihat dan dicermati sesuai keadaan yang sebenarnya terjadi pada waktu penelitian sehingga hasil yang di dapat benar-benar tepat dan data dapat diperoleh secara lengkap. d. Refleksi Refleksi merupakan kegiatan mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan untuk melihat apa yang sudah dihasilkan atau apa yang belum dihasilkan selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus II kemudian membandingkannya dengan kegiatan siklus I. Refleksi tersebut dilakukan sebagai pengamatan akan keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai tujuan penelitian yaitu meningkatnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Apabila hasil analisis siklus II sudah menunjukan indikator keaktifan siswa, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila indikator keaktifan siswa tersebut belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan pada siklus selanjutnya. Namun, peneliti akan berusaha secara optimal sehingga dalam dua siklus dapat menunjukkan indikator keberhasilan penelitian.
51
B. Analisis Kondisi pembelajaran prasiklus merupakan keadaan siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional yang biasa dilakukakan oleh guru sebelum dilakukannya tindakan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi. Kegiatan pembelajaran prasiklus sangat diperlukan untuk dijadikan landasan guna mengetahui ada atau tidak adanya peningkatan keaktifan siswa setelah dilakukannya tindakan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi. Setelah kegiatan pembelajaran prasiklus dilakukan terdapat data yang dihasilkan yaitu proses pembelajaran yang dilakukan masih didominasi oleh peran guru sebagai pusat pembelajaran sehingga guru merupakan figur sentral dan pengendali kegiatan belajar sehingga menyebabkan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Terlebih lagi penyampaian materi yang dilakukan oleh guru masih bersifat informatif dan hafalan sehingga mengharuskan siswa untuk duduk, dengar dan catat. Maka tidak heran apabila pada saat guru menyampaikan materi, hanya beberapa siswa saja yang memperhatikan sedangkan siswa lain melamun bahkan tertidur terutama siswa yang duduk paling belakang. Untuk lebih jelasnya, persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran prasiklus dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.1 Persentase rata-rata keaktifan siswa prasiklus Siswa Aktif
Indikator
Siswa Tidak Aktif
Frekuensi
Persentase
Frekuensi
Persentase
1
17
42,50%
23
57,50%
2
23
57,50%
17
42,50%
3
15
37,50%
25
62,50%
4
21
52,50%
19
47,50%
5
23
57,50%
17
42,50%
6
18
45,00%
22
55,00%
52
7
16
40,00%
24
60,00%
8
24
60,00%
16
40,00%
9
21
52,50%
19
47,50%
10
21
52,50%
19
47,50%
11
17
42,50%
23
57,50%
12
16
40,00%
24
60,00%
13
16
40,00%
24
60,00%
14
23
57,50%
17
42,50%
15
16
40,00%
24
60,00%
16
16
40,00%
24
60,00%
17
22
55,00%
18
45,00%
18
16
40,00%
24
60,00%
19
14
35,00%
26
65,00%
20
11
27,50%
29
72,50%
Rata-rata
45,75%
54,25%
Selanjutya, kegiatan penelitian dilanjutkan pada pelaksanaan pembelajaran siklus I dengan menerapkan metode diskusi. Setelah kegiatan pembelajaran siklus I dilakukan terdapat data yang dihasilkan yaitu siswa yang cenderung pendiam dan pemalu sudah mulai membaur dengan teman-temannya pada saat pelaksanaan diskusi walaupun terlihat sedikit kebingungan dan suasana kelas menjadi sedikit ramai, beberapa orang siswa yang duduk di bagian paling belakang pun sudah terlihat antusias memperhatikan penjelasan guru, terlebih lagi siswa sangat bersemangat untuk mempresentaskan hasil diskusinya serta berlomba-lomba untuk memberikan tanggapan terhadap hasil presentasi kelompok. Untuk lebih jelasnya, persentase rata-rata keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus 1 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.2 Persentase rata-rata keaktifan siswa siklus I
53
Siswa Aktif Indikator
Siswa Tidak Aktif
Frekuensi
Persentase
Frekuensi
Persentase
1
30
75,00%
10
25,00%
2
32
80,00%
8
20,00%
3
26
65,00%
14
35,00%
4
28
70,00%
12
30,00%
5
34
85,00%
6
15,00%
6
26
65,00%
14
35,00%
7
22
55,00%
18
45,00%
8
32
80,00%
8
20,00%
9
37
75,00%
13
32,50%
10
32
80,00%
8
20,00%
11
30
75,00%
10
25,00%
12
23
57,50%
17
42,50%
13
21
52,50%
19
47,50%
14
34
85,00%
6
15,00%
15
26
65,00%
14
35,00%
16
34
85,00%
6
15,00%
17
30
75,00%
10
25,00%
18
30
75,00%
10
25,00%
19
25
62,50%
15
37,50%
20
26
65,00%
14
35,00%
Rata-rata
71,00%
29,00%
Sedangkan, berdasarkan hasil observasi pada kegiatan pembelajaran siklus II menggambarkan bahwa hampir sebagian besar siswa antusias dalam memperhatikan penjelasan guru bahkan membuat catatan-catatan kecil mengenai penjelasan yang disampaikan guru, selain itu pada saat kelompok diskusi mempresentasikan hasil diskusinya pun siswa yang lain mendengarkan dengan baik kemudian berlomba-lomba untuk memberikan tanggapan terhadap
54
hasil presentasi kelompok. Pada kegiatan akhir pun, siswa saling merebut kesempatan dalam melakukan kegiatan tanya jawab dengan guru. Sehingga, persentase rata-rata keaktifan belajar siswa pada kegiatan pembelajaran siklus II mencapai 81,87%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.3 Persentase rata-rata keaktifan siswa siklus II Siswa Aktif Indikator
Siswa Tidak Aktif
Frekuensi
Persentase
Frekuensi
Persentase
1
37
92,50%
3
7,50%
2
35
87,50%
5
12,50%
3
31
77,50%
9
22,50%
4
34
85,00%
6
15,00%
5
34
85,00%
6
15,00%
6
31
77,50%
9
22,50%
7
38
95,00%
2
5,00%
8
36
90,00%
4
10,00%
9
31
77,50%
9
22,50%
10
34
85,00%
6
15,00%
11
32
80,00%
8
20,00%
12
29
72,50%
11
27,50%
13
27
67,50%
13
32,50%
14
37
92,50%
3
7,50%
15
39
97,50%
1
2,50%
16
38
95,00%
2
5,00%
17
31
77,50%
9
22,50%
18
34
85,00%
6
15,00%
19
39
97,50%
1
2,50%
20
31
77,50%
9
22,50%
Rata-rata
83,85%
16,15%
55
C. Pembahasan Berdasarkan observasi yang telah dilakukan pada kegiatan pembelajaran prasiklus dapat disimpulkan bahwa siswa lebih banyak menungggu sajian guru daripada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan yang dibutuhkan. Hal tersebut dikarenakan proses pembelajaran yang dilakukan masih didominasi oleh peran guru sebagai pusat pembelajaran sehingga guru merupakan figur sentral dan pengendali kegiatan belajar sehingga menyebabkan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram persentase keaktifan siswa berikut.
Diagram 4.1 Persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran prasiklus
Diagram tersebut menggambarkan bahwa persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran prasiklus hanya sebesar 45,75% sedangkan siswa yang belum aktif mencapai 54,25%. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa pada pembelajaran prasiklus termasuk kedalam kategori rendah, sehingga diperlukan perbaikan pembelajaran siklus I. Selanjutnya, setelah dilakukannya perbaikan pembelajaran pada siklus I terlihat bahwa keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran sudah mulai terlihat walaupun belum menyeluruh. Hal tersebut karena metode pembelajaran diskusi belum
56
pernah diterapkan sehingga masih terdapat siswa yang bingung saat mengikuti pembelajaran dengan metode diskusi, untuk itu guru banyak memberikan pengarahan kepada siswa sehingga waktu pembelajaran menjadi lebih lama. Guru pun terlihat sedikit bingung karena kondisi kelas pada saat itu terlihat ramai. Namun, pada akhirnya guru dapat mengendalikan proses pembelajaran sehingga tidak mengganggu iklim belajar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut.
Diagram 4.2 Persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I
Diagram tersebut menggambarkan bahwa persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I sebesar 71,00% sedangkan siswa yang belum aktif hanya sebesar 29,00%. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I termasuk ke dalam kategori baik, sehingga perlu ditingkatkan lagi agar siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran mulai menyeluruh, dengan demikian diperlukan adanya pelaksanaan pembelajaran siklus II sehingga keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran meningkat. Selanjutnya, berdasarkan observasi yang telah dilakukan pada kegiatan pembelajaran siklus II menunjukkan bahwa keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran sudah hampir menyeluruh. Hal tersebut
57
dikarenakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode diskusi yang dilakukan sudah berjalan dengan baik karena guru membimbing siswa pada kegiatan pembelajaran tersebut dengan baik pula. Siswa tidak lagi canggung dalam melaksanakan pembentukan kelompok melainkan sangat antusias dalam kegiatan pembelajaran. Keadaan tersebut membuat kegiatan pembelajaran pada siklus II lebih menarik perhatian siswa dan membuat siswa senang dalam menjalani kegiatan pembelajaran sehingga siswa penuh semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut.
Diagram 4.3 Persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus II
Diagram tersebut menggambarkan bahwa persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus II mencapai 83,85,00% sehingga siswa yang belum aktif hanya sebesar 16,15%. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus II termasuk ke dalam kategori amat baik, sehingga tidak diperlukan kegiatan pembelajaran siklus selanjutnya karena kegiatan pembelajaran pada siklus II sudah menunjukkan indikator keberhasilan penelitian yaitu meningkatnya keaktifan siswa dengan diterapkannya metode diskusi dalam kegiatan pembelajaran. Selanjutnya,
58
berikut adalah diagram keberhasilan penelitian berupa meningkatnya keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran dari pelaksanaan pembelajaran pra siklus, siklus I dan siklus II.
Diagram 4.4 Persentase peningkatan keaktifan siswa Pada kegiatan pembelajaran prasiklus, siklus I dan siklus II
Diagram tersebut menggambarkan bahwa adanya peningkatan keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran prasiklus, siklus I dan siklus II. Pada kegiatan pra siklus hanya sebesar 45,75% siswa yang menunjukan keaktifan belajar sesuai dengan lembar observasi penelitian, sehingga masih terdapat 54,25% siswa yang belum aktif. Sedangkan pada kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I keaktifan siswa meningkat sebesar 25.25%, sehingga persentase rata-rata keaktifan belajar siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I mencapai 71,00%. Selanjutnya pada kegiatan penyempurnaan pembelajaran siklus II, keaktifan siswa kembali meningkat sebesar 12.85%, sehingga persentase rata-rata keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus II sebesar 83,85%. Meningkatnya keaktifan siswa tersebut dikarenakan siswa merasa tidak bosan dalam kegiatan pembelajaran yang biasanya mengharuskan
59
mereka untuk duduk, diam, dengar dan catat melainkan dapat berinteraksi dengan guru dan siswa lain. Sehingga kegiatan pembelajaran lebih menarik perhatian siswa dan membuat siswa senang dalam menjalani kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, diagram tersebut menandakan keberhasilan penelitian berupa meningkatnya keaktifan siswa dengan diterapkannya metode diskusi dalam kegiatan pembelajaran yang peneliti lakukan pada mata pelajaran IPS materi koperasi terhadap siswa kelas IV MI Darul Muttaqin.
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN-SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data terhadap penelitian yang dilakukan peneliti dalam pembelajaran IPS materi koperasi pada siswa kelas IV MI Darul Muttaqin Tahun Pelajaran 2013/2014, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode diskusi dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran pra siklus, siklus I dan siklus II. Pada kegiatan pra siklus hanya sebesar 45,75% siswa yang menunjukan keaktifan belajar sesuai dengan lembar observasi penelitian, sehingga masih terdapat 54,25% siswa yang belum aktif. Sedangkan pada kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I keaktifan siswa meningkat sebesar 25.25%, sehingga persentase rata-rata keaktifan belajar siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I mencapai 71,00%. Selanjutnya pada kegiatan penyempurnaan pembelajaran siklus II, keaktifan siswa kembali meningkat sebesar 12.85%, sehingga persentase rata-rata keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus II sebesar 83,85%. Dengan demikian, perbaikan pembelajaran yang dilakukakan sudah mencapai indikator penelitian yaitu meningkatkan keaktian siswa dalam pembelajaran.
B. Implikasi Dari hasil penelitian menyatakan bahwa, meningkatnya keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran melalui metode diskusi. Dengan demikian, implikasi yang diharapkan dari penelitian ini yaitu dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi guru untuk memilih dan menerapkan metode diskusi dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman dalam mengajar. Selain itu implikasi praktis bagi siswa yaitu diharapkan siswa merasa tidak bosan dalam kegiatan pembelajaran yang biasanya mengharuskan mereka untuk duduk, diam, dengar dan catat melainkan dapat berinteraksi dengan guru dan siswa lain. Sehingga kegiatan
60
61
pembelajaran lebih menarik perhatian siswa dan membuat siswa senang dalam menjalani kegiatan pembelajaran sehingga dapat menambah pengalaman siswa dan meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Sedangkan implikasi praktis bagi sekolah yaitu diharapkan kepala sekolah selaku pimpinan dapat memberikan dukungan dalam pemilihan dan penerapan metode diskusi untuk perbaikan pembelajaran. Selain itu juga, melalui metode diskusi dapat menimbulkan variasi dalam proses belajar mengajar di sekolah.
C. Saran-saran Berdasarkan hasil yang didapatkan dari kegiatan penelitian, peneliti memberikan saran agar kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi dapat menarik perhatian siswa sehingga siswa memiliki semangat dan antusias dalam kegiatan belajarnya. 1.
Guru harus lebih memahami prosedur pelaksanaan metode diskusi sehingga pelaksanaan pembelajaran di kelas dapat berjalan dengan lancar dan siswa tidak lagi merasa kebingungan.
2.
Guru memberi penjelasan dengan jelas kepada siswa sebelum penerapan metode diskusi mengenai langkah-langkah pelaksanaannya agar siswa paham apa yang harus mereka lakukan nantinya.
3.
Guru harus membimbing siswa dengan baik dalam pelaksanaan metode diskusi agar siswa tidak lagi merasa kebingungan.
4.
Kepala sekolah selaku pimpinan dapat memberikan dukungan dalam pemilihan dan penerapan metode diskusi untuk perbaikan pembelajaran guna meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003. Anoraga, Pandji. Dinamika Koperasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999. Asmani, Jamal Ma’mur. Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatif. Jogyakarta: DIVA press, 2011. Basrowi. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor: Ghalia Indonesia, 2008. Budimansyah, Dasim. PAKEM Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Jakarta: PT. Ganesindo, 2009. Effendy, Mochtar. Membangun Koperasi Di Madrasah dan Pondok Pesantren. Jakarta: PT. Bhratara Karya Aksara, 1986. Hadeli. Metode Penelitian Kependidikan. Ciputat: Quantum Teaching, 2006. Hufad, Ahmad. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Dirjen Pendais Kemenag, 2009. Hendrojogi, Koperasi Azaz-Azaz, Teori dan Praktek. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002. Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: 2009. Ismail, Yahya. Ilmu Pendidikan Teoritis. Ganeca Exact, 2008. Kartasapoetra. Koperasi Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007. Kurnianto, Rido. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: LAPIS PGMI, 2009. Madjid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011. Munadi, Yudhi. Pembelajarn Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan menyenangkan. Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Popham, James. Teknik Mengajar Secara Sistematis. Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalitas Guru. Jakarta: Rajawali Pers, 2012. Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2010. Sapriya, dkk. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. Bandung: UPI PRESS, 2006.
Sapriya, dkk, Konsep Dasar IPS. Bandung: UPI PRESS, 2006. Sapriya. Pendidikan IPS. Bandung: UPI Press, 2008. Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003. Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana, 2010.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
:
Hafizoh
Tempat / Tanggal Lahir
:
Jakarta, 31 Mei 1966
Agama
:
Islam
Pekerjaan
:
Guru
Alamat Rumah
:
Jl. Kebagusan III Gg. Mawar Rt. 08.05 No. 21 A. Kelurahan Kebagusan, Kecamatan Pasar Minggu. Telp. 085813776045
Status
:
Menikah
:
SD Negeri Ragunan 02 Petang
PENDIDIKAN 1.
SD
Lulus tahun 1981 2.
SMP
:
Mts Negeri 1 Mampang Lulus tahun 1984
3.
SMA
:
SPG Al-Hidayah Cilandak Lulus tahun 1987
4.
Perguruan Tinggi
:
D2 Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Lulus tahun 2003
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS 1, Pertemuan Pertama
Sekolah
:
MI Darul Muttaqin
Mata Pelajaran :
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas I Semester :
IV/II
Alokasi Waktu :
2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten kota dan provinsi.
B. Kompetensi Dasar Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
C. Indikator 1. Mendeskripsikan pengertian koperasi 2. Menjelaskan landasan dan asas koperasi
D. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penjelasan terhadap landasan dan asas koperasi.
E. Materi Pembelajaran 1. Landasan koperasi 2. Asas koperasi
F. Model Pembelajaran 1. Ceramah 2. Diskusi 3. Tanya jawab
G. Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Awal a. Guru mengajak siswa untuk berdoa sebelum memulai pembelajaran. b. Guru mengisi daftar hadir siswa c. Guru menyampaikan apersepsi pembelajaran. d. Guru menjelasakan tujuan dan manfaat mempelajari materi pelajaran. 2. Kegiatan Inti a. Guru memberikan stimulus pertanyaan terkait dengan materi pelajaran. b. Guru menyampaikan materi pelajaran secara kontekstual. c. Guru mengajak siswa untuk mengamati barang-barang yang tersedia di koperasi sekolah. d. Guru mempersilahkan siswa untuk berinteraksi dengan pengurus koperasi sekolah. e. Guru bersama-sama dengan siswa membahas hasil yang didapatkan dari kegiatan berinteraksi dengan pengurus koperasi sekolah. 3. Kegiatan Akhir a. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapat terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. b. Guru melibatkan siswa bersama-sama menyimpulkan materi pelajaran yang dipelajari. c. Guru bersama-sama dengan siswa melakukan tanya jawab mengenai materi pelajaran yang telah dipelajari. d. Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya mengenai materi pelajaran yang belum dipahami. e. Guru menutup pembelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari kembali materi yang telah dipelajari.
H. Alat dan Sumber Belajar 1. Lembar observasi guru dan lembar observasi siswa 2. Buku paket Pendidikan Ilmu Sosial (IPS) kelas IV 3. Koperasi sekolah MI Darul Muttaqin
I. Penelitian Pembelajaran Lembar observasi kinerja guru dan aktifitas siswa
J. Analisis Penilaian 1. Kinerja guru dalam proses pembelajaran
Kinerja sangat baik
: bila rentang kinerja antara 81-100%
Kinerja baik
: bila rentang kinerja antara 61-80%
Kinerja sedang
: bila rentang kinerja antara 41-60%
Kinerja rendah
: bila rentang kinerja antara 21-40%
Kinerja sangat rendah
: bila rentang kinerja antara 0-20%
2. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
Keaktifan sangat baik
: bila rentang keaktifan antara 81-100%
Keaktifan baik
: bila rentang keaktifan antara 61-80%
Keaktifan sedang
: bila rentang keaktifan antara 41-60%
Keaktifan rendah
: bila rentang keaktifan antara 21-40%
Keaktifan sangat rendah
: bila rentang keaktifan antara 0-20%
Jakarta, 02 Juni 2014
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS 1, Pertemuan Kedua
Sekolah
:
MI Darul Muttaqin
Mata Pelajaran :
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas I Semester :
IV/II
Alokasi Waktu :
2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten kota dan provinsi.
B. Kompetensi Dasar Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
C. Indikator 1. Merumuskan tujuan koperasi 2. Merumuskan manfaat koperasi
D. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penjelasan terhadap tujuan dan koperasi.
E. Materi Pembelajaran 1. Tujuan koperasi 2. Manfaat koperasi
F. Model Pembelajaran 1. Ceramah 2. Diskusi 3. Tanya jawab
G. Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Awal a. Guru mengajak siswa untuk berdoa sebelum memulai pembelajaran. b. Guru mengisi daftar hadir siswa c. Guru menyampaikan apersepsi pembelajaran. d. Guru menjelasakan tujuan dan manfaat mempelajari materi pelajaran. 2. Kegiatan Inti a. Guru menyampaikan materi pelajaran secara kontekstual. b. Guru membentuk kelompok siswa secara random c. Guru membagi tugas kepada masing-masing kelompok untuk di diskusikan bersama kelompoknya. d. Guru memberikan waktu kepada masing-masing kelompok untuk mendiskusikan tugasnya e. Guru memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. f. Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk memberikan umpan balik terhadap hasil presentasi. 3. Kegiatan Akhir a. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapat terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. b. Guru melibatkan siswa bersama-sama menyimpulkan materi pelajaran yang dipelajari c. Guru bersama-sama dengan siswa melakukan tanya jawab mengenai materi pelajaran yang telah dipelajari d. Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya mengenai materi pelajaran yang belum dipahami. e. Guru menutup pembelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari kembali materi yang telah dipelajari
H. Alat dan Sumber Belajar 1. Lembar observasi guru dan lembar observasi siswa
2. Buku paket Pendidikan Ilmu Sosial (IPS) kelas IV
I. Penelitian Pembelajaran Lembar observasi kinerja guru dan aktifitas siswa
J. Analisis Penilaian 1. Kinerja guru dalam proses pembelajaran
Kinerja sangat baik
: bila rentang kinerja antara 81-100%
Kinerja baik
: bila rentang kinerja antara 61-80%
Kinerja sedang
: bila rentang kinerja antara 41-60%
Kinerja rendah
: bila rentang kinerja antara 21-40%
Kinerja sangat rendah
: bila rentang kinerja antara 0-20%
2. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
Keaktifan sangat baik
: bila rentang keaktifan antara 81-100%
Keaktifan baik
: bila rentang keaktifan antara 61-80%
Keaktifan sedang
: bila rentang keaktifan antara 41-60%
Keaktifan rendah
: bila rentang keaktifan antara 21-40%
Keaktifan sangat rendah
: bila rentang keaktifan antara 0-20%
Jakarta, 05 Juni 2014
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS 2, Pertemuan Pertama
Sekolah
:
MI Darul Muttaqin
Mata Pelajaran :
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas I Semester :
IV/II
Alokasi Waktu :
2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten kota dan provinsi.
B. Kompetensi Dasar Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
C. Indikator 1. Menjelaskan fungsi koperasi 2. Mengidentifikasi peran koperasi
D. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penjelasan terhadap fungsi dan peran koperasi.
E. Materi Pembelajaran 1. Fungsi koperasi 2. Peran koperasi
F. Model Pembelajaran 1. Ceramah 2. Diskusi 3. Tanya jawab
G. Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Awal a. Guru mengajak siswa untuk berdoa sebelum memulai pembelajaran. b. Guru mengisi daftar hadir siswa. c. Guru menyampaikan apersepsi pembelajaran. d. Guru menjelasakan tujuan dan manfaat mempelajari materi pelajaran. 2. Kegiatan Inti a. Guru memberikan stimulus pertanyaan terkait dengan materi pelajaran. b. Guru menyampaikan materi pelajaran secara kontekstual. c. Guru mempersilahkan siswa untuk berinteraksi dengan pengurus koperasi sekolah. d. Guru bersama-sama dengan siswa membahas hasil yang didapatkan dari kegiatan berinteraksi dengan pengurus koperasi sekolah. 3. Kegiatan Akhir a. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapat terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. b. Guru melibatkan siswa bersama-sama menyimpulkan materi pelajaran yang dipelajari. c. Guru bersama-sama dengan siswa melakukan tanya jawab mengenai materi pelajaran yang telah dipelajari. d. Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya mengenai materi pelajaran yang belum dipahami. e. Guru menutup pembelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari kembali materi yang telah dipelajari.
H. Alat dan Sumber Belajar 1. Lembar observasi guru dan lembar observasi siswa 2. Buku paket Pendidikan Ilmu Sosial (IPS) kelas IV 3. Koperasi sekolah MI Darul Muttaqin
I. Penelitian Pembelajaran Lembar observasi kinerja guru dan aktifitas siswa
J. Analisis Penilaian 1. Kinerja guru dalam proses pembelajaran
Kinerja sangat baik
: bila rentang kinerja antara 81-100%
Kinerja baik
: bila rentang kinerja antara 61-80%
Kinerja sedang
: bila rentang kinerja antara 41-60%
Kinerja rendah
: bila rentang kinerja antara 21-40%
Kinerja sangat rendah
: bila rentang kinerja antara 0-20%
2. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
Keaktifan sangat baik
: bila rentang keaktifan antara 81-100%
Keaktifan baik
: bila rentang keaktifan antara 61-80%
Keaktifan sedang
: bila rentang keaktifan antara 41-60%
Keaktifan rendah
: bila rentang keaktifan antara 21-40%
Keaktifan sangat rendah
: bila rentang keaktifan antara 0-20%
Jakarta, 09 Juni 2014
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS 2, Pertemuan Kedua
Sekolah
:
MI Darul Muttaqin
Mata Pelajaran :
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas I Semester :
IV/II
Alokasi Waktu :
2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten kota dan provinsi.
B. Kompetensi Dasar Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
C. Indikator Merumuskan jenis-jenis koperasi yang ada di Indonesia
D. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penjelasan terhadap jenis-jenis koperasi yang ada di Indonesia.
E. Materi Pembelajaran Jenis-jenis koperasi
F. Model Pembelajaran 1. Ceramah 2. Diskusi 3. Tanya jawab
G. Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Awal a. Guru mengajak siswa untuk berdoa sebelum memulai pembelajaran. b. Guru mengisi daftar hadir siswa c. Guru menyampaikan apersepsi pembelajaran. d. Guru menjelasakan tujuan dan manfaat mempelajari materi pelajaran. 2. Kegiatan Inti a. Guru menyampaikan materi pelajaran secara kontekstual. b. Guru membentuk kelompok siswa secara random c. Guru membagi tugas kepada masing-masing kelompok untuk di diskusikan bersama kelompoknya. d. Guru memberikan waktu kepada masing-masing kelompok untuk mendiskusikan tugasnya g. Guru memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. h. Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk memberikan umpan balik terhadap hasil presentasi. 3. Kegiatan Akhir a. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapat terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. b. Guru melibatkan siswa bersama-sama menyimpulkan materi pelajaran yang dipelajari c. Guru bersama-sama dengan siswa melakukan tanya jawab mengenai materi pelajaran yang telah dipelajari d. Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya mengenai materi pelajaran yang belum dipahami. e. Guru menutup pembelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari kembali materi yang telah dipelajari
H. Alat dan Sumber Belajar 1. Lembar observasi guru dan lembar observasi siswa
2. Buku paket Pendidikan Ilmu Sosial (IPS) kelas IV I. Penelitian Pembelajaran Lembar observasi kinerja guru dan aktifitas siswa J. Analisis Penilaian 1. Kinerja guru dalam proses pembelajaran
Kinerja sangat baik
: bila rentang kinerja antara 81-100%
Kinerja baik
: bila rentang kinerja antara 61-80%
Kinerja sedang
: bila rentang kinerja antara 41-60%
Kinerja rendah
: bila rentang kinerja antara 21-40%
Kinerja sangat rendah
: bila rentang kinerja antara 0-20%
2. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
Keaktifan sangat baik
: bila rentang keaktifan antara 81-100%
Keaktifan baik
: bila rentang keaktifan antara 61-80%
Keaktifan sedang
: bila rentang keaktifan antara 41-60%
Keaktifan rendah
: bila rentang keaktifan antara 21-40%
Keaktifan sangat rendah
: bila rentang keaktifan antara 0-20% Jakarta, 12 Juni 2014
LEMBAR OBSERVASI AKTIFITAS SISWA PRA SIKLUS
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Materi
: Koperasi
Kelas I Semester : IV/II Sekolah
: MI Darul Muttaqin
Petunjuk 1. Perhatikan kegiatan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung 2. Berilah skor pengamatan pada butir-butir indikator dengan cara memberi tanda check list (√) pada kolom (1,2,3,4) skor sesuai dengan kriteria sebagai berikut: 1
= jika indikator tersebut dilakukan oleh 0-20% siswa
2.
= jika indikator tersebut dilakukan oleh 21-40% siswa
3
= jika indikator tersebut dilakukan oleh 41-60% siswa
4
= jika indikator tersebut dilakukan oleh 61-80% siswa
5
= jika indikator tersebut dilakukan oleh 81-100% siswa
No 1.
Langkah kegiatan Kegiatan awal
Skor
Komponen yang di nilai
1
2
3
dan
√
2. Berdoa sebelum memulai proses
√
1. Mempersiapkan
sarana
4
prasarana pembelajaran.
pembelajaran. 3. Menanggapi
apersepsi
√
yang
diberikan guru. 4. Memperhatikan penjelasan guru
√
dengan seksama. 2.
Kegiatan inti 5. Memperhatikan penjelasan guru
√
5
dengan seksama. 6. Merespon
intruksi
yang
√
diberikan guru. √
7. Membuat catatan kecil mengenai materi pelajaran. sesuai
√
9. Menerima tugas guru dengan
√
8. Membentuk
kelompok
arahan guru dengan tertib
semangat dan antusias 10. Mendiskusikan
jawaban
dari
√
tugas kelompok yang diperoleh 11. Menunjukkan kerjasama dalam
√
kelompok belajarnya √
12. Mengemukakan pendapat dalam kelompok belajarnya 13. Membuat
kesimpulan
berdasarkan
√
diskusi
pertimbangan
anggota kelompok 14. Mempresentasikan hasil diskusi
√
kelompok 15. Mendengarkan ketika
dengan
kelompok
√
baik lain
mempresentasikan hasil diskusi √
16. Memberikan tanggapan terhadap hasil presentasi kelompok. 3.
Kegiatan akhir
17. Memberikan tanggapan terhadap
√
jalannya proses pembelajaran. 18. Menyimpulkan materi yang telah
√
dipelajari dengan bahasa sendiri. 19. Melakukan
tanya
jawab
√
mengenai materi pelajaran 20. Mengajukan pertanyaan terhadap
√
materi yang kurang jelas
Jakarta, 28 Mei 2014
LEMBAR OBSERVASI AKTIFITAS SISWA SIKLUS I
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Materi
: Koperasi
Kelas I Semester : IV/II Sekolah
: MI Darul Muttaqin
Petunjuk 3. Perhatikan kegiatan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung 4. Berilah skor pengamatan pada butir-butir indikator dengan cara memberi tanda check list (√) pada kolom (1,2,3,4) skor sesuai dengan kriteria sebagai berikut: 1
= jika indikator tersebut dilakukan oleh 0-20% siswa
2.
= jika indikator tersebut dilakukan oleh 21-40% siswa
3
= jika indikator tersebut dilakukan oleh 41-60% siswa
4
= jika indikator tersebut dilakukan oleh 61-80% siswa
5
= jika indikator tersebut dilakukan oleh 81-100% siswa
No 1.
Langkah kegiatan Kegiatan awal
Skor
Komponen yang di nilai
1
2
3
4
dan
√
2. Berdoa sebelum memulai proses
√
1. Mempersiapkan
sarana
5
prasarana pembelajaran.
pembelajaran. yang
√
4. Memperhatikan penjelasan guru
√
3. Menanggapi
apersepsi
diberikan guru.
dengan seksama. 2.
Kegiatan inti 5. Memperhatikan penjelasan guru
√
dengan seksama. √
6. Merespon intruksi yang diberikan guru. 7. Membuat catatan kecil mengenai
√
materi pelajaran. sesuai
√
9. Menerima tugas guru dengan
√
8. Membentuk
kelompok
arahan guru dengan tertib
semangat dan antusias 10. Mendiskusikan
jawaban
√
dari
tugas kelompok yang diperoleh √
11. Menunjukkan kerjasama dalam kelompok belajarnya 12. Mengemukakan pendapat dalam
√
kelompok belajarnya 13. Membuat
kesimpulan
berdasarkan
diskusi
√
pertimbangan
anggota kelompok √
14. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok 15. Mendengarkan ketika
dengan
kelompok
baik
√
lain
mempresentasikan hasil diskusi √
16. Memberikan tanggapan terhadap hasil presentasi kelompok. 3.
Kegiatan akhir
17. Memberikan tanggapan terhadap
√
jalannya proses pembelajaran. 18. Menyimpulkan materi yang telah
√
dipelajari dengan bahasa sendiri. 19. Melakukan
tanya
jawab
√
mengenai materi pelajaran 20. Mengajukan pertanyaan terhadap
√
materi yang kurang jelas
Jakarta, 05 Juni 2014
LEMBAR OBSERVASI AKTIFITAS SISWA SIKLUS II
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Materi
: Koperasi
Kelas I Semester : IV/II Sekolah
: MI Darul Muttaqin
Petunjuk 5. Perhatikan kegiatan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung 6. Berilah skor pengamatan pada butir-butir indikator dengan cara memberi tanda check list (√) pada kolom (1,2,3,4) skor sesuai dengan kriteria sebagai berikut: 1
= jika indikator tersebut dilakukan oleh 0-20% siswa
2.
= jika indikator tersebut dilakukan oleh 21-40% siswa
3
= jika indikator tersebut dilakukan oleh 41-60% siswa
4
= jika indikator tersebut dilakukan oleh 61-80% siswa
5
= jika indikator tersebut dilakukan oleh 81-100% siswa
No 1.
Langkah kegiatan Kegiatan awal
Skor Komponen yang di nilai 1
2
3
4
5
dan
√
2. Berdoa sebelum memulai proses
√
1. Mempersiapkan
sarana
prasarana pembelajaran.
pembelajaran. 3. Menanggapi
apersepsi
yang
√
diberikan guru. 4. Memperhatikan penjelasan guru
√
dengan seksama. 2.
Kegiatan inti
5. Memperhatikan penjelasan guru dengan seksama.
√
6. Merespon intruksi yang diberikan
√
guru. √
7. Membuat catatan kecil mengenai materi pelajaran. 8. Membentuk
kelompok
√
sesuai
arahan guru dengan tertib 9. Menerima tugas guru dengan
√
semangat dan antusias 10. Mendiskusikan
jawaban
√
dari
tugas kelompok yang diperoleh 11. Menunjukkan kerjasama dalam
√
kelompok belajarnya 12. Mengemukakan pendapat dalam
√
kelompok belajarnya 13. Membuat
kesimpulan
berdasarkan
diskusi
√
pertimbangan
anggota kelompok √
14. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok 15. Mendengarkan ketika
dengan
kelompok
√
baik lain
mempresentasikan hasil diskusi √
16. Memberikan tanggapan terhadap hasil presentasi kelompok. 3.
Kegiatan akhir
17. Memberikan tanggapan terhadap
√
jalannya proses pembelajaran. 18. Menyimpulkan materi yang telah
√
dipelajari dengan bahasa sendiri. 19. Melakukan
tanya
mengenai materi pelajaran
jawab
√
20. Mengajukan pertanyaan terhadap
√
materi yang kurang jelas
Jakarta, 12 Juni 2014
KEMENTERIAN /\GAMA UIN JAKARTA FITK
@ u&&6
u
JI l(. H. Juanda I'lo 95 CjDutal
I
No Dokumen
.
.r---
r
FORM (F R)
gt. I erbrt
I
SURA'T PERMOHONAN Nomor : Un.01ff.1/I(M.01.3/304912014
Lamp
Hal
Jakarta, 23 Mei 2014
: OutlinelProposal : Permohonan Izin Penelitian
Kepada Yth.
Kepala MI DarulMuttaqin Pasar Minggu, Jakarta Selatan
Di tempat As s alamu' alaikum w r. w b
Dengan hormat kami sampaikan bahwa,
Nama
Hafizoh
NIM
I 80901 83000037
Jurusan
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Semester
l0
Judul skripsi
Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa Kelas
IV MI Darul Muttaqin Pada
Pelajaran IPS Materi Koperasi Melalui Metode Diskusi
adalah benar mahasiswazT Fakultas Ilmu Tarbiyah damn Keguruan IIIN Jakarta yang sedang menyusun skripsi dan akan mengadakan penelitian (riset) di instansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin.
Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa.{ tersebut untuk melaksanakan penelitian dimaksud.
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih. W'as
s al amu'
alai kum
w
r.w b.
a.n.Dekan Kajur/tr(aprodi PGMI
sgQ!-\\ DR. Fauzan, MA
,
NrP. 19761t07 200701 Tembusan: l- Dekan FITK 2. Pembantu Dekan Bidang,Akademik
3.
Mahasiswa yang bersangkutan
l0r
YAYASAN PENSHNTKAN AL MUTTAQIN &4.I" DARUTM{JTTAQIN Jl. H. A. Wahid Jatipadang Pasar Minggu Jakarta Selatan Telp. : (021) 7890154
ST]RAT KNTERANGAI\I
Nomor : 041/YPA/IWIDM/VI/2014
Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala Madrasah Ibtidaiyah Muttaqin" Pasar Minggu Jakarta Selatan menerangkan bahwa:
Nama
HAFIZOH
Tempal tanggal lahir
Jakartq 31 Mei 1966
NIM
18090183000037
Jurusan
PGMI Dual Mode System
Judul skripsi
Upaya Meningkatkan Keaktifan SiswaKelas IV MI Darul
Muttaqin Pada Pelajaran IPS Materi Koperasi Melalui Metode Diskusi
Nama tersebut di atas adalah benar telah melaksanakan penelitian di MI
Darul Muttraqin, Pasar Minggu Jakarta Selatan dari tanggal 26 Mei 2014 s.d.
12
Juni 2014.
Demikian surat keterangan
ini
dibuat untuk dapat
dipergunakan
sebagaimana mestinya
Jakarta, Juni 2014
MI Darul Muttaqin
LEMBAR UJI REFERENSI
Nama NIM
: : Judul Skripsi :
HAFIZOH 18090183000037
Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa Kelas
IV MI Darul
Muttaqin Pada Pelajaran IPS Materi Koperasi Melalui Metode Diskusi
No.
Judul buku
Ilalaman
1
Yahya Ismail, IImu Pendidikan Teoritis,
I
Gt
(Ganeca Exact, 2008) 2.
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
1,4,9,l0, rl,l2 13,14,16,
Paraf
17
*t
Ed. 1, (Jakarta:Kencana, 2010), Cet. 7 3.
Slameto, Belajar dan Faktor-Fakfor yang
2
*t
Mempengaruhinya (Jakarta:PT. Rineka Cipta,2003) 4.
Jamal Ma'mur Asmani, Tips Menjadi Guru
Inspiratif, Kreatif dan
Inovatif
(Jogyakarta: DIVA press, 2011), cet. 5
3,4,12,15,17,18
4
IX
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Ed. 1, (Jakarta:Kencan4
4,
ll,
12,13,14, 16, 19
-t
2010), Cet.4 6.
Dasim Budimansyah, PAKEM Pembelajaran
Akti{ Kreatif, Efektif
Menyenangkan,
(gT. Ganesindo,
8,9
d
dan
2009),
CeL 3 7.
Rusman, Model-model
Pembelajaran
Mengembangkan Profesionalitas Guru, 8d.2, (Iakarta: Rajawali Pers, 2012), Cet,
5
I
t.
8.
Yudhi Munadi, Pembelajarn
Aktifi
Inovatif, Kreatil Efektif
ll
ft
dan
menyenangkan, (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 9.
Abdul Madjid,
20lI), Cet.2
PerencanaanPembelajaran,
@andung:PT. RemajaRosdakarya"
rl,12,
14
4
20ll),
Cet. 8 10
James Popham, Teknik Mengajar Secara
Sistematis, (Jakarta:Rineka
Cipta
l2
2008)
t
Cet.4
ll
Abu
Ahmadi,
IlmuSosialDasaq
l9
E
(Jakarta:PT. Rineka Cipta,2003), Cet. 4 12"
Sapriya, dkk, Pembelajaran dan Evaluasi
Hasil Belajar PS, Ed.l PRESS,2006), Cet. 13.
0,1
(Bandung:UPl
I
Saprtya, dklg Konsep Dasar IPS, Ed.1, (Bandung:UPl PRESS,2006), Cet.
14.
19,2A
I9
0{
1
Sapriy4 Pendidikan IPS, @andung:UPl
2I
01
Press,2008), 15.
Pandji Anoraga, Dinamika (Jakarta: PT. Rineka
16.
t7.
Cipta 1999), Cet. 3
Kartasapoetr4 Koperasi (Jakarta: PT. Rineka
Koperasi,
Indonesia,
22,23,24,25,26,
-l
27 22
01
Ciptq 2007),Cet.7
Hendrojogi, Koperasi Azaz-Azaz, Teori
dan Praktek, 8d.4,
(Jakarta:PT.
22
Raja
-f
Grafindo Persad4 2002), Cet. 5 18.
Ek. Mochtar Effendg Membangun Kopemsi Di Madrasah dan Pondok Pesantren (Jakarta:PT. Bhratara Karya Aksarq 1986),Cet. I
23
$l
19.
Rido Kurnianto, dkk Penelitian Tindakan
30
d
Kelas, (Jakarta: LAPIS PGMI, 20A9)
20.
Basrowi, Prosedur Penelitian Tindokan
31
oj
Kelaso @ogor:Ghalia Indonesi4 2008), Cet.2
2t.
Ahmad Hufad, Penelitian Tindalmn Kelas,
3t
(Jakarta: Diden Pendais Kemenag, 2009) 22.
Hadeli, Metode Penelitian Kependidiknn, (Ciputat:Quantum Teachng2006), Cet.
23.
S o s ial,
32
u4
1
Muhammad ldrus, Metode Penelitian llmu
sl
39
0l\
(Yogyakarta: 2009)
Jakartry 3 Maret 2015
Dosen Pembimbing,
DR.
FAUZAN,MA
NrP. r 9761 10'12007011013