UPAYA IMIGRASI DIY DALAM MENANGANI KEBERADAAN PENCARI SUAKA DAN PENGUNGSI DI DIY TAHUN 2014 Zuky Iriani dan Kodiran*
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran imigrasi dalam menangani keberadaan pencari suaka dan pengungsi di DIY pada tahun 2014. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data, adalah wawancara, dokumentasi, dan pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam menangani kehadiran pencari suaka dan pengungsi di DIY, Imigrasi DIY harus melibatkan pihak lain dalam garis koordinasi yang jelas, yaitu Kepolisian DIY, UNHCR, IOM, dan Dinas Sosial DIY. Ada beberapa kendala dalam menangani keberadaan pencari suaka dan pengungsi, baik secara internal maupun eksternal. Imigrasi DIY melakukan beberapa upaya untuk mengatasi adanya pencari suaka dan pengungsi dan untuk mengatasi hambatan yang muncul dalam penanganan. Upaya itu dilakukan, antara lain: (1) memperkuat hubungan dan kerja sama antara imigrasi DIY dan pihak lain yang terlibat dalam menangani keberadaan para pencari suaka dan pengungsi di DIY; dan (2) untuk mendekati masyarakat di sekitar daerah rawan transit dan perlintasan kelompok-kelompok imigran ilegal. Kata kunci: Imigrasi DIY, imigran ilegal, pencari suaka dan pengungsi.
This study aims to determine the role of DIY Immigration in handling the existence of asylum seekers and refugees in 2014. This study uses qualitative approach with data collection methods are interview, documentation, and observations. The results show that in handling the presence of asylum seekers and refugees in DIY, DIY Immigration must involve other institutions in fixed line coordination, i.e. police, UNHCR, IOM, and Social Service. There are several obstacles in handling the existence of asylum seekers and refugees, both internally and externally. DIY Immigration does several efforts to handle the presence of asylum seekers and refugees then to overcome the rising obstacles in the handling. The efforts are: (1) strengthen the relationship and cooperation between the DIY immigration and other institutions to handle the existence asylum seekers and refugees in DIY; and (2) approaching the communities around the transit prone areas and passing paths used by groups of illegal immigrants. Keywords: DIY Immigration, illegal immigrants, asylum seekers and refugees.
*
Zuky Iriani adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Pascasarjana Universitas PGRI Yogyakarta dan Kodiran adalah Guru Besar Program Pascasarjana Universitas PGRI Yogyakarta.
24
PENDAHULUAN Indonesia merupakan jalur yang dilewati oleh para pencari suaka yang hendak menuju ke Australia.Tujuan dari rombongan pencari suaka tersebut adalah untuk memperoleh suaka di Australia. Australia sebagai salah satu negara peserta Konvensi 1951 mengandung konsekuensi bahwa negara tersebut memiliki kewenangan sekaligus hak untuk memberikan suaka kepada orang-orang yang terkategori sebagai pencari suaka maupun pengungsi berdasarkan Konvensi Jenewa 1951 mengenai Kedudukan Pengungsi. Secara umum, imigran ilegal atau sering disebut dengan imigran gelap menunjuk kepada orang-orang yang memasuki suatu wilayah negara tanpa dilengkapi dengan dokumen-dokumen perjalanan resmi untuk masuk ke suatu wilayah negara, sebagai contoh tidak dilengkapi dengan visa (Phillips, 2011: 2). Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Direktur Jenderal Imigrasi Nomor IMI – 1489.UM.08.05 Tahun 2010 tentang Penanganan Imigran Ilegal, menyatakan bahwa imigran ilegal menunjuk pada orang asing yang masuk ke dan atau berada di wilayah Indonesia, yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Imigran ilegal adalah orang asing yang dipermasalahkan status ijin tinggalnya. Istilah pencari suaka dan pengungsi sering kali membinggungkan. Penggunaan kedua istilah tersebut bahkan sering tertukar atau diartikan secara salah. Komisi HAM Australia (Australian Human Rights Commission) menyatakan bahwa pencari suaka adalah seseorang yang menyatakan bahwa dia adalah pengungsi tetapi permohonannya belum disetujui. JSR mendefinisikan pencari suaka (asylum seekers) sebagai orang yang sedang mencari perlindungan untuk mendapatkan status sebagai pengungsi lintas batas (refugees). Mereka dalam hal ini tengah menunggu proses pengakuan akan klaimnya. Konvensi Jenewa 1951 tentang Kedudukan Pengungsi juga mendefinisikan istilah pengungsi. Pengungsi menurut Konvensi ini adalah orang yang memiliki ketakutan mendasar akan penganiayaan karena alasan-alasan ras, agama, kebangsaan, pandangan politik atau keanggotaan pada kelompok sosial tertentu yang berada di luar negara asal kewarganegaraannya dan tidak dapat–atau karena ketakutannya tersebut–tidak mau memanfaatkan perlindungan dari negara asalnya. Melihat definisi di atas, ini berarti orang-orang tersebut terpaksa meninggalkan negaranya karena alasan-alasan tertentu. Terdapat tiga kategori besar untuk menjelaskan mengapa orang terpaksa pergi dari tempat tinggalnya. Berikut ini adalah sebab-sebab orang berpindah paksa (JSR, 2013): 1. Perpindahan paksa akibat konflik, kekerasan, atau pertikaian sosial (bencana sosial). 2. Perpindahan paksa akibat kebijakan pembangunan dan ekspansi industri korporasi (bencana non-alam). 3. Perpindahan paksa akibat bencana alam. Indonesia termasuk jalur yang rawan dilalui oleh para pencari suaka untuk menuju ke Australia, terutama untuk wilayah perairan. DIY sebagai bagian dari NKRI tidak luput dari kondisi tersebut, apalagi rombongan pencari suaka sering tertangkap melintas maupun transit di wilayah Pantai Selatan DIY. Permasalah ini
25
tidak bisa diabaikan karena berkaitan dengan kedaulatan negara dan masalah Hak Asasi Manusia. Imigrasi DIY sebagai lembaga yang memiliki otoritas tunggal dalam hal keimigrasian di wilayah DIY merupakan kepanjangan tangan Ditjen Imigrasi Republik Indonesia dalam menangani permasalahan tersebut di tingkat daerah. Imigrasi DIY memiliki peran penting dalam menangani keberadaan pencari suaka dan pengungsi di wilayah kerjanya. Dalam penanganan yang dilakukan, Imigrasi DIY mengalami sejumlah hambatan baik yang bersifat intern maupun ekstern. Oleh karena itu, Imigrasi DIY mengambil berbagai upaya untuk mengatasinya.
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat segala fakta dan karakteristik mengenai bidang-bidang tertentu. Penelitian ini berusaha menggambarkan situasi atau kejadian (Azwar, 2012: 7). Disebut penelitian deskriptif kerena dalam penelitian ini menggambarkan situasi objek penelitian, yaitu menggambarkan pelaksanaan penanganan keberadaan pencari suaka dan pengungsi di wilayah DIY yang dilakukan oleh Imigrasi DIY. Imigrasi DIY meliputi Divisi Imigrasi, Kanwil Kemenkumham DIY dan Kantor Imigrasi Klas I DIY. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan metode kualitatif. “…penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah”. (Moleong, 2012: 6) Pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menjaring data atau informasi yang bersifat sewajarnya mengenai masalah, kondisi serta aspek yang berkaitan dengan objek penelitian. Teknik yang digunakan dalam penentuan subjek penelitian ini adalah dengan teknik purposive sampling dan teknik snowball. Dalam penelitian ini, yang menjadi key informan adalah Kepala Divisi Imigrasi, Kanwil Kemenkumham DIY. Penggunaan teknik snowball sampling dalam penelitian dilakukan setelah peneliti memperoleh informasi dari Kepala Divisi Imigrasi Kanwil Kemenkumham DIY yang menunjukkan informan lain. Jumlah keseluruhan subjek penelitian yang diperoleh adalah sepuluh informan. Dalam mengumpulkan data penelitian, dilakukan wawancara, dokumentasi, dan observasi. Dalam penelitian ini digunakan triangulasi sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data. Dalam penelitian ini jenis triangulasi yang digunakan adalah triangulasi dari sumber dan triangulasi dari teknik pengumpulan
26
data. Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah dengan analisis model Spradley, yakni analisis komponensial. Spradley membagi analisis data dalam penelitian kualitatif berdasarkan tahapan-tahapan. Analisis komponensial dilakukan dengan melewati beberapa tahapan yang mendahuluinya.Tahapan-tahapan tersebut secara berurutan dimulai dari melakukan analisis domain, analisis taksonomi, kemudian analisis komponensial (Sugiyono, 2013: 113). Analisis komponensial model Spradley dilakukan dengan cara menemukan kontras-kontras dalam penanganan keberadaan pencari suaka dan pengungsi di DIY yang dilakukan oleh Imigrasi DIY.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, maka diungkap bahwa dalam menangani keberadaan pencari suaka dan pengungsi di DIY, Imigrasi DIY harus bekerja sama dengan lembaga lain. Porsi Imigrasi DIY dalam upaya penanganan terbatas pada bidang-bidang tertentu karena Indonesia bukan sebagai negara anggota Konvensi Jenewa 1951. Namun demikian, langkah penanganan tetap bisa dilaksanakan dengan melibatkan lembaga lain dalam garis koordinasi tetap dengan porsi dan kewenangan masing-masing. Porsi dan kewenangan Imigrasi DIY dalam penanganan terhadap keberadaan pencari suaka dan pengungsi, antara lain: 1) pemeriksaan awal, 2) identifikasi terhadap pencari suaka dan pengungsi, 3) koordinasi dengan IOM dan UNHCR, 4) melakukan mediasi antara pencari suaka maupun pengungsi untuk penentuan status (RSD/Refugee Status Determination) dengan UNHCR, dan 5) memfasilitasi pengungsi yang berada di wilayah DIY dengan pembiayaan dari IOM dan penyediaan fasilitas hunian bagi pengungsi (community house) di Dinas Sosial DIY. Dalam melakukan setiap tahapan penanganan, Imigrasi DIY tidak bisa terlepas dari keterlibatan penting pihak-pihak yang termasuk dalam garis koordinasi tetap, antara lain: 1) Kepolisian DIY, 2) IOM, 3) UNHCR, dan 4) Dinas Sosial DIY. Ini dikarenakan Imigrasi DIY memiliki keterbatasan baik dalam kewenangan maupun ketersediaan fasilitas yang diperlukan dalam upaya penanganan. Diungkap pula bahwa penanganan yang dilaksanakan Imigrasi DIY terhadap keberadaan pencari suaka hanya sebatas pada tahap pemeriksaan awal kedatangan pencari suaka sampai pada pemindahan mereka ke rumah detensi imigrasi di daerah lain. Berbeda dengan penanganan terhadap pencari suaka, penanganan terhadap keberadaan pengungsi di DIY selain menyediakan fasilitas hunian, penanganan terhadap pengungsi bahkan sampai pada tahap penentuan durable solution oleh UNHCR. Terdapat tiga solusi tahan lama yang diberikan oleh UNHCR terhadap pengungsi, antara lain: 1) third country replacement, 2) voluntary home, 3) local integration. Untuk solusi yang terakhir tidak dapat diberlakukan di Indonesia. Pada bulan Maret 2014 yang lalu, Imigrasi DIY melalui perwakilannya melakukan escort terhadap Ali Merzaye untuk diberangkatkan ke Australia. Ali Merzaye sebelumnya merupakan pengungsi yang ditempatkan di community
27
house di Dinas Sosial DIY. UNHCR telah mengabulkan permohonan suaka Ali Mirzaye, sehingga yang bersangkutan memperoleh suaka di Australia. Selain mempererat hubungan kerja sama dengan pihak yang terlibat dalam garis koordinasi tetap, untuk mengoptimalkan penanganan, Imigrasi DIY juga melakukan edukasi pada masyarakat. Edukasi dilakukan dengan cara sosialisasi untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat terkait keberadaan pera pencari suaka dan pengungsi di wilayah DIY. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa masyarakat, terutama yang berada di kawasan pesisir pantai selatan DIY sering kali terlibat dalam usaha ‘membantu’ penyeberangan para pencari suaka menuju ke Australia. Sosialisasi yang diselenggarakan oleh Imigrasi DIY dilakukan empat kali dalam satu tahun. Sosialisasi terutama ditujukan pada masyarakat nelayan di Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Gunungkidul karena tiga daerah tersebut berbatasan langsung dengan kawasan pantai selatan DIY yang merupakan jalur favorit penyeberangan rombongan pencari suaka dan pengungsi. Dalam upaya pelarian tersebut, didapati bahwa ada keterlibatan jaringan penyelundupan manusia. Sosialisasi dimaksudkan agar masyarakat waspada dan tidak terlibat maupun turut membantu pelaku dalam tindak kejahatan tersebut. Dengan diselenggarakannya sosialisasi secara berkala, Imigrasi DIY berupaya agar kesadaran masyarakat untuk turut memberikan andil positif dalam permasalahan keberadaan pencari suaka dan pengungsi di wilayah DIY. Masyarakat diharapkan bersikap proaktif dan bersedia memberikan informasi kepada petugas baik Kepolisian maupun petugas Imigrasi DIY apabila masyarakat menemukan adanya aktivitas yang patut dicurigai sebagai bentuk penyelundupan orang.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa peran Imigrasi DIY dalam menangani keberadaan pencari suaka dan pengungsi di DIY masih terkendala beberapa hal, terutama keterbatasan porsi kewenangan dalam melakukan penanganan. Imigrasi DIY melakukan sejumlah upaya untuk mengatasi hambatan yang ada, seperti: 1. mengoptimalkan hubungan kerja sama dengan pihak-pihak yang terlibat dalam penanganan keberadaan pencari suaka dan pengungsi di DIY 2. melakukan sosialisasi pada masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran perlunya memberikan andil positif dalam menangani keberadaan pencari suaka dan pengungsi di wilayah DIY.
Saran Imigrasi DIY dalam melaksanakan penanganan terhadap keberadaan pencari suaka dan pengungsi memerlukan keterlibatan positif dari masyarakat. Imigrasi DIY sebaiknya merancang strategi pendekatan pada masyarakat tidak
28
hanya melalui jalur formal berupa sosialisasi yang kurang membumi dan kurang mampu menjangkau semua lapisan masyarakat. Pendekatan informal dengan cara terjun langsung di tengah masyarakat melalui jalur pembangunan ekonomi masyarakat maupun pendekatan sosial lain dirasakan akan lebih efektif untuk meminimalkan keterlibatan masyarakat dalam usaha penyelundupan manusia yang kerap kali mewarnai keberadaan rombongan pencari suaka. Keberhasilan pendekatan informal terhadap masyarakat di kawasan rawan imigran ilegal (dalam hal ini rombongan pencari suaka) juga akan memperingan langkah preventif Imigrasi DIY maupun lembaga terkait dalam menangani keberadaan imigran ilegal yang hendak menuju ke Australia melalui jalur yang dinilai rawan tersebut. Penelitia serupa diharapkan dapat dilanjutkan untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan penguatan pengetahuan pada masyarakat terkait keberadaan pencari suaka dan pengungsi. Hal ini dilakukan karena NKRI merupakan wilayah dengan luas peraiaran yang besar dan berada di antara benua besar, yaitu Asia dan Australia. Penguatan ini dapat mempermudah kerja pihak terkait dengan penanganan permasalahan pencari kuasa dan pengungsi di wilayah kedaulatan NKRI umumnya dan DIY khususnya.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2013. Protokol PBB Tahun 1967 tentang Kedudukan Pengungsi, diunduh dari http://www.unhcr.or.id/id/duham-pbb-unhcr, diakses pada 15 Mei 2013. _______. 2013. Konvensi Jenewa Tahun 1951 tentang Kedudukan Pengungsi, diunduh dari http://www.unhcr.or.id/id/geneva-convention-unhcr, diakses pada 15 Mei 2013. _______. 2013. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, diunduh dari http://www.kemenkumham.go.id/produk-hukum, diakses pada 25 Desember 2012. _______. 2013. Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia Tahun 1948, diunduh dari http://www.unhcr.or.id/id/duham-pbb-unhcr, diakses pada 15 Juni 2014. Australian Human Rights Commission, Government of Australia. 2012. Booklet: 2012 Face The Facts – Chapter 3. Bungin, Burhan. 2012. Analisis Data Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Djam’an, Satori & Aan Komariah. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Roskdakarya . Djunaidi, Ghony & Fauzan Almansyur. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Press Media. Husaini Usman. 2004. Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara.
29
International Organization for Migration (IOM) Indonesia. 2010. Brosur: Irregular Migration, 2010 Facts Sheet. International Organization for Migration (IOM) Indonesia. 2011. Newsletter: Lokakarya dan Pelatihan RMIM. International Organization for Migration (IOM) Indonesia. 2012. Brosur: Informasi Umum Mengenai IOM Indonesia. Jesuit Service for Refugees (JSR). 2013. Booklet: Pengungsi dan Pencari Suaka di Indonesia. Moleong, L.J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset. Phillips Janet. Departemen of Parliamentary Service, Parlement of Australia. 2011. Background Note: Asylum Seekers and Refugees. Sanapiah, Faisal. 1990. Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar dan Aplikasi. Malang: Yayasan Asah Asih Asuh, IKIP Malang. Starke, JG. 2008. Pengantar Hukum Internasional Jilid 2, Jakarta: Sinar Grafika. Suara Merdeka Online.Petugas Imigrasi DIY Buru 14 Imigran Gelap, diunduh dari http://suaramerdeka.com/v1/index.phpread/news/2011/10/21/99719/Petug as-imigran-Yogyakarta-Buru-14-Imigran-Gelap, diakses pada 31 Desember 2012. Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, Bandung: Alfabeta. Sullivan, TJ. 2009. Introduction to Social Problems, Michigan US: Allyn & Bacon Crearson. Sutopo. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, Dasar Teori & Terapannya Dalam Penelitian, Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Tempo Online.Indonesia Kebanjiran Imigran Gelap, diunduh dari http://www.tempo.co/read/news/2012/07/06/173415266/IndonesiaKebanjiran-Imigran-Gelap, diakses pada 31 Desember 2012. Tribun News Online.Polres Gunungkidul Masih Buru Otak Penyelundup Imigran Gelap, diunduh dari, http://jogja.tribunnews.com/2013/10/21/polresgunungkidul-masih-buru-otak-penyelundup-imigran-gelap, diakses pada 6 November 2013. UNHCR Official Site.Tentang UNHCR, diunduh dari http://www.unhcr.or.id/id/tentang-unhcr, diakses pada 15 Juni 2014. Viva News. Imigran Gelap Afganistan Ditangkap di DIY, diunduh dari http://nasional.news.viva.co.id/news/read/257187-17-imigran-gelapafganistan-ditangkap-di-diy, diakses pada 30 Desember 2012 Viva News. Puluhan Imigran Gelap Ditangkap di DIY, diunduh dari http://cangkang.vivanews.com/news/read/183387-puluhan-imigran-gelapditangkap-di-diy, diakses pada 30 Desember 2012
30