BAB I Pendahuluan 1.1.
Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Umum Meningkatnya kebutuhan akan rumah, terbatasnya lahan, serta tingginya nilai
lahan menjadi fenomena yang umum terjadi hampir di seluruh kota-kota besar di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah penduduk kota (baik yang berasal dari kota itu sendiri maupun dari luar kota atau pendatang) semakin bertambah, sehingga jumlah demand (permintaan) dan supply (penyediaan) akan rumah tinggal tidaklah seimbang. Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu propinsi terpadat di Indonesia. Secara administratif propinsi DIY mempunyai luas wilayah 3.185,8 km². Wilayah yang paling padat adalah kota Yogyakarta dengan kepadatan lebih dari 12.000 orang tiap kilometer persegi. Angka pertumbuhan penduduk propinsi berkisar antara 0.72 % tiap tahun. Hal ini disebabkan oleh para pendatang yang datang ke Yogyakarta dan juga oleh tingkat pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta.yang semakin tinggi. Data-data tersebut dapat dilihat pada tabel-tabel dibawah ini.
Tabel 1.1. Luas Lahan dan Kepadatan Penduduk Tiap Kabupaten / Kota di DIY Kabupaten / kota Area (km²) Kepadatan penduduk per km² 1990 2000 Kulonprogo 586.3 635.0 632.7 Bantul 506.9 1.357.0 1.540.9 Gunung Kidul 1.485.4 438.3 451.4 Sleman 574.8 1.357.5 1.568.1 Yogya 32.5 12.678.7 12.206.5 DIY 3.185.8 914.2 979.5 Sumber : Sensus penduduk 1980, 1990, 2000. Berdasarkan data statistik Kota Yogyakarta, penduduk Kota Yogyakarta pada tahun 2004 adalah 398.004 jiwa. Dengan tingkat pertumbuhan sebesar 0.72 % per tahun maka didapat jumlah penduduk Kota Yogyakarta pada tahun 2007 sebesar 406.602 jiwa atau sebesar 101650 KK (dengan asumsi 4 orang per KK).sehingga diperlukan lahan untuk pemukiman yang dapat menampung semuanya. Pada dasarnya, apartemen merupakan sebuah solusi dari permasalahan perumahan akibat kepadatan tingkat hunian dan keterbatasan lahan yang terjangkau
1
diperkotaan. Dari sinilah timbul apartemen atau rumah bersusun ke atas untuk mendapatkan hunian dengan lokasi yang luasannya terbatas, tetapi tetap mendapatkan kuantitas maksimal serta kualitas yang optimal. Dalam perkembangannya, tumbuhlah beberapa tipe atau jenis apartemen, seperti flat atau rumah susun sederhana, serta apartemen mewah yang lengkap fasilitasnya. Bentuk bangunan pun beragam, mulai dari bertingkat rendah sederhana sampai pada bangunan pencakar langit. Sasaran pasar apartemen yang dibangun pada umumnya adalah untuk kelas menengah atas berbeda dengan di Singapura yang pada mulanya membangun apartemen untuk kelas menengah bawah1. Masyarakat Indonesia berpenghasilan menengah cepat atau lambat harus membiasakan diri untuk tinggal di rumah susun vertikal mengingat makin terbatasnya lahan di daerah urban. Mengapa dipilih apartemen karena apartemen mampu memberikan solusi untuk memecahkan masalah tentang keterbatasan lahan. Selain itu, apartemen juga memberikan privasi yang lebih terhadap setiap penghuninya. Apartemen sangat memperhatikan kebutuhan akan privasi, dimulai pada unit hunian yang terbatas jumlahnya pada tiap lantai, koridor yang pendek, balkon yang tidak saling berhadapan atau tidak dapat saling melihat sesama penghuni. Untuk menimbulkan rasa aman dan nyaman di lingkungan apartemen, maka harus dirancang suasana lingkungan apartemen yang dapat membuat penghuni golongan menegah merasa aman, nyaman dan betah. Apartemen sebagai bangunan hunian maupun sebagai bangunan komersial banyak diminati oleh masyarakat kota terutama kalangan menengah ke atas. Banyak apartemen yang dikembangkan lebih lanjut menjadi bangunan multifungsi yang dilengkapi dengan fasilitas perbelanjaan, rekreasi maupun perkantoran yang semuanya ditujukan untuk memenuhi kenyamanan dan kebutuhan penghuni. Peminat apartemen di Yogyakarta bisa dibilang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan masyarakat Yogyakarta menilai bahwa apartemen dapat menghemat lahan pemukiman mengingat bahwa lahan pemukiman di kota Yogyakarta sudah semakin sempit, serta mereka menginginkan kenyamanan dan privasi tiap orang tidak terganggu. Mereka menginginkan bahwa letak apartemen haruslah dekat dengan pusat kegiatan dan mempunyai fasilitas yang lengkap. 2
1 2
Mungkinkah membangun apartemen murah ditengah kota?, Kompas, 6 Agustus 2004 Hasil analisis quisioner penulis pada tahun 2007
2
1.1.1 Latar Belakang Khusus Sebagian besar bangunan yang ada didunia saat ini tidak dirancang untuk hemat energi maupun tanggap terhadap kondisi iklim dan lingkungan lokal. Kondisi ini disebabkan oleh tuntutan pasar yang tidak memprioritaskan penghematan energi sebagai salah satu faktor utama penentu rancangan serta kurangnya pengertian bahwa penerapan konsep “environmental control system” dapat menciptakan lingkungan yang nyaman sekaligus hemat energi. Apartemen biasanya memiliki pemakaian energi yang cukup besar, mulai dari penghawaan, pengadaan air bersih hingga pencahayaan. Untuk itu, diperlukan perancangan yang matang agar bangunan yang dibuat dapat efisien dari segi pemakaian energi. Penurunan kualitas lingkungan secara global telah mencapai titik yang mengkhawatirkan. Salah satu penyebab dari penurunan kualitas lingkungan adalah konsumsi energi yang sebagian besar berasal dari enegi fosil yang tak terbarukan. Disamping cadangan sumber energi fosil ini yang semakin cepat terkuras, penggunaan jenis sumber energi ini mempunyai peran langsung pada polusi udara, terutama dikawasan urban. Saat ini mulai tampak beberapa tanda permasalahan energi, yang diakibatkan oleh beberapa faktor : •
Tingkat konsumsi yang tinggi.
•
Kecil cadangan minyak Indonesia.
•
Keterbatasan pembangkit listrik.
•
Ketergantungan minyak impor.
•
Melambungnya harga minyak dunia.
Permasalahan energi yang dihadapi dunia saat ini memiliki banyak faset. Transportasi, manufaktur, agrikulutur semuanya sangat tergantung pada sumber energi yang tak terbarukan dan semakin mahal. Di negara-negara maju, konsumsi energi untuk pencahayaan, cooling dan heating pada bangunan mencapai kurang lebih 25% dari total konsumsi energi dunia. Pada masing-masing negara maju konsumsi energi untuk operasional bangunan berkisar antara 20%-40% dari total konsumsi energi secara nasional. Meskipun konsumsi energi di negara berkembang, seperti Indonesia saat ini masih relatif kecil, kontribusinya terhadap total konsumsi energi dan akibatnya pada penurunan kualitas lingkungan dimasa mendatang tetap akan sangat substansial. Hal
3
ini disebabkan oleh kecenderungan adanya pertumbuhan konsumsi energi sebesar 2 sampai 3 kali pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, strategi penghematan energi merupakan prioritas yang harus diterapkan oleh hampir di semua negara. Apalagi dua pertiga dari total penggunaan energi berasal dari sumber energi yang tak terbarukan (non-renewable) yang akhirnya berdampak pada peningkatan emisi CO2. Tuntutan akan peran para arsitek dan perencana untuk ikut andil dalam melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan semakin kuat dengan munculnya paradigma baru yang lebih mementingkan pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan dari pada pengembangan ekonomi semata. Hal-hal yang perlu dibenahi •
Pertama, kesan bahwa hemat energi seolah-olah hanya berguna untuk
menghemat biaya(jumlah rekening yang harus dibayar). •
Kedua, kampanye hemat listrik cenderung ditujukan kepada pelanggan
rumah tangga. •
Ketiga, upaya menghemat listrik seolah-olah hanya dapat dilakukan
dengan mematikan alat-alat bertenaga listrik yang tidak diperlukan. Jadi bukan pemahaman tentang manfaat dari hemat listrik, namun lebih ditekankan pada menghemat pengeluaran (rekening yang harus dibayar). Maka keluarlah slogan “Hemat Listrik Hemat Biaya”
Seperti diketahui bahwa energi listrik berasal dari pembangkit listrik. Di seluruh Indonesia, jumlah daya yang dibangkitkan PLN dengan menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM), mencapai 34 juta mWH, batu bara 30,6 MWH, gas alam 20 juta mWH, panas bumi 3 juta mWH, dan hydro 9,1juta mWH. Dari data tersebut tampak bahwa presentase tenaga listrik yang dibangkitkan dari energi tidak terbarukan, khususnya BBM masih sangat besar. Oleh karena itu efisiensi panggunaan listrik merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditawar demi ketahanan energi nasional serta memberikan kesempatan kepada generasi mendatang untuk tetap dapat menikmati listrik. Umumnya kita berpikir tentang transportasi dan industri sebagai musuh linngkungan, padahal kenyataanya bangunan juga merupakan pemakai energi yang potensial. Bangunan tinggi memiliki porsi yang segnifikan karena skalanya yang
4
tergolong besar pada lahan yang relatif kecil. Apartemen biasanya memiliki pemakaian energi yang cukup besar, mulai dari penghawaan, air bersih, hingga pencahayaan. Untuk itu diperlukan perancangan yang baik agar bangunan yang dibuat dapat efisien dari segala pemakaian energi.
1.2.
Tinjauan Umum Kota Yogyakarta Yogyakarta sebagai salah satu kota besar di Jawa memiliki karakter khusus,
jika ditinjau dari aspek sejarah dan cultur sosial budaya masyarakatnya. Penduduk Yogyakarta sebagian besar merupakan kaum pendatang. Dalam rangka pelaksanaan Otonomi Daerah Yogyakarta berkaitan dengan status atau predikat kota pelajar dan wisata, kedua sektor ini perlu dikelola sebagai sumber pemasukan bagi pemerintah daerah, tentunya dengan undang-undang khusus yang mengatur kedua sektor tersebut. Pengembangan kedua sektor tersebut tidak hanya menarik bagi para pendatang domestik tetapi juga akan menarik pedagang dari manca negara, yang pada akhirnya akan mendorong kearah modernnisasi.
1.3.
Tinjauan Apartemen di Yogyakarta Di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini sendiri telah terdapat satu
apartemen yang terletak di Kabupaten Sleman. Apartemen yang ditawarkan disini memiliki 2 buah tower yang masing masing tower terdiri dari 6 dan 8 lantai. Tabel 1.2. Jumlah Unit Hunian Apartemen Sejahtera Apartemen Jumlah Blok Lantai Sejahtera Park 2 6 dan 8 Apartement Sumber : Brosur Apartemen Sejahtera, 2007
Unit 130
Kondisi Apartemen Sejahtera yang ada di Yogyakarta sekarang ini bisa dibilang tidak begitu bagus. Hal itu dilihat dari fasilitas yang ditawarkan oleh apartemen itu. Untuk fasilitas yang ditawarkan di Apartemen Sejahtera sangatlah terbatas yaitu hanya tersedia fitness center, kolam renang, sauna , laundry dan cafe (sudah tidak berfungsi). Sedangkan untuk fasilitas pendukung lainnya tidak ada. Rata-rata penyewa Apartemen Sejahtera berasal dari kalangan domestik dan asing. Dari kalangan domestik sebesar 85% dan dari kalangan asing sebesar 15%. Untuk kalangan domestik kebanyakan berasal dari Bandung, Jakarta, Surabaya, dll. Dari kalangan domestik sebagian besar merupakan rombongan tour. Sedangkan dari
5
kalangan asing berasal dari benua Asia, Eropa dan Amerika. Mereka rata-rata berprofesi sebagai ekspatriat, tenaga ahli, ingin belajar bahasa dan berasal dari LSM Internasional seperti dari PBB, UNICEF, dll.
Tabel 1.3. Rata-rata Hunian Penuh Rata-rata hunian penuh Januari Mei Oktober Februari Juni November Maret Juli Desember April Agustus September 30% 70% 100% Sumber : Wawancara penulis kepada Humas Apartemen Sejahtera Pada hari Jumat tanggal 9 Maret 2007 Tabel 1.4. Penghuni Apartemen Sejahtera Negara Asal Juli 2007 Agustus 2007 September 2007 Indonesia 83 103 85 Jerman 3 1 4 Jepang 2 4 2 Prancis 2 Australia 3 3 3 America 4 4 1 New Zealand 3 3 4 Total ( room ) 101 120 99 Sumber : Daftar Guest in The House Apartemen Sejahtera, 2007 Penghuni dari Apartemen Sejahtera ini rata-rata penghuni long stay atau penghuni apartemen yang menginap lebih dari 1 bulan dan penghuni wig yaitu penghuni yang kurang dari 1 bulan.
1.4.
Permasalahan 1.4.1. Permasalahan Umum Permasalahan umum yang dihadapi adalah makin terbatas dan mahalnya nilai
lahan di perkotaan serta permasalahan jarak ( bagi mereka yang bekerja di pusat kota ), padahal kebutuhan akan tempat tinggal terus meningkat seiring dengan makin bertambahnya jumlah penduduk, sehingga berntuk perumahan yang horisontal sangatlah tidak efisien sehingga dibutuhkan bentuk perumahan yang vertikal berupa apartemen yang dapat memecahkan masalah tersebut. Permasalahan umum lainnya
6
adalah adanya kebutuhan akan privasi bagi penghuni apartemen, sehingga diperlukan penataan ruang hunian yang memenuhi kebutuhan privasi penghuninya
1.4.2. Permasalahan Khusus Permasalahan khusus yang akan diatasi adalah apartemen biasanya memiliki pemakaian energi yang cukup besar, mulai dari penghawaan, pengadaan air bersih hingga pencahayaan sehingga perlu menghasilkan sebuah apartemen yang memenuhi tuntutan kenyamanan, hemat energi, dan ramah lingkungan.
1.5.
Tujuan dan Sasaran 1.5.1. Tujuan •
Merancang apartemen di Yogyakarta dengan memperhatikan aspek kenyamanan pada tiap ruang serta menggunakan prinsip-prinsip hemat energi pada bangunan apartemen
1.5.2. Sasaran •
Melakukan studi tentang apartemen dengan mengacu pada bangunan apartemen.
•
Melakukan studi tentang kenyamanan ruang
•
Melakukan studi tentang hemat energi pada bangunan.
•
Melakukan studi tentang prinsip-prinsip kenyamanan termal, tingkat kebisingan,
pencahayaan
dan
penghawaan
yang
mempengaruhi
kenyamanan ruang serta berkaitan dengan prinsip hemat energi. •
Melakukan studi tentang fungsi-fungsi pendukung yang sesuai dengan apartemen.
1.6.
Lingkup •
Apartemen berbagai jenis meliputi atau dibatasi pada tipe kepemilikan, ketinggian bangunan, jumlah ruang tidur dan luas hunian, berdasarkan sirkulasi dan pencapaian, berdasarkan jumlah lantai tiap unit, berdasarkan bentuk massa bangunan, dan berdasarkan layout denah.
•
Ruang unit apartemen dibatasi pada kenyamanan yang dipengaruhi oleh prinsip hemat energi pada tiap-tiap ruang hunian (ruang aktivitas).
7
•
Yogyakarta dibatasi pada hal yang berhubungan dengan pemilihan site untuk bangunan tersebut. Contoh : dekat dengan pusat kegiatan atau bisnis kota Yogyakarta, orientasi site, arah angin dan vegetasi.
•
Prinsip hemat energi pada bangunan meliputi penggunaan material, orientasi bangunan, bentuk bangunan dan penzoningan ruang.
•
Prinsip hemat energi yang mempengaruhi kenyamanan ruang hunian dan kenyamanan ruang fasilitas pendukung yang meliputi antara lain memaksimalkan pencahayaan alami, meminimalkan penghantaran panas, memaksimalkan penghawaan alami, dll.
1.7.
Metode 1.7.1. Metode mencari data •
Wawancara : ditujukan kepada bagian humas Apartemen Sejahtera dan bagian engineering Apartemen Sejahtera.
•
Quesioner : diberikan pada peminat dari kalangan mahasiswa dan dari kalangan ekonomi menengah keatas atau penghuni apartemen itu sendiri.
•
Observasi : pengamatan langsung pada aktifitas penghuni di Apartemen Sejahtera.
•
Studi pustaka atau literatur : mempelajari buku-buku tentang apartemen, kenyamanan ruang, penghawaan buatan.
•
Studi banding : melihat langsung bangunan sejenis yang ada di Yogyakarta, Apartemen Sejahtera Park serta dari pustaka.
1.7.2. Metode menganalisis data •
Kuantitatif : Temuan-temuan dikomunikasikan dengan angka-angka, misalnya tabel jumlah penduduk Yogyakarta, tabel tingkat kepadatan penduduk, tabel tingkat pertumbuhan penduduk Yogyakarta, tabel penduduk yang datang ke Yogyakarta.
•
Kualitatif : temuan-temuan dikomunikasikan secara naratif misalnya kesimpulan hasil dari kuesioner mengenai jumlah peminat apartemen, fasilitas yang diharapkan, jumlah orang yang setuju jika di kota Yogyakarta dibangun apartemen, dsb
8
1.7.3. Metode perancangan Apartemen adalah hunian yang terdiri dari tiap-tiap unit hunian sehingga pada tiap unit hunian tersebut perlu diperhatikan tingkat kenyamananya. Untuk mencapai kenyamanan tersbut dibutuhkan energi yang besar. Oleh karena itu, strategi penghematan energi merupakan prioritas yang harus diutamakan dalam menrancang. Penerapan prinsip hemat energi pada apartemen dapat dilihat dari penggunaan material, orientasi bangunan, bentuk bangunan dan penzoningan ruang didalam apartemen. Penerapan prinsip hemat energi pada tiap unit hunian di apartemen dapat berupa memaksimalkan pencahayaan alami, meminimalkan penghantaran panas, dan memaksimalkan penghawaan alami.
1.8.
Sistematika Penulisan •
Bab I : Pendahuluan Merupakan paparan awal yang menggambarkan isi tulisan secara keseluruhan. Berisi latar belakang, tinjauan apartemen di Yogyakarta, permasalahan, tinjauan dan sasaran, metode pembahasan serta sistematika penulisan.
•
Bab II : Tinjauan Teori Bangunan Apartemen dan Teori Hemat Energi Berisi tentang pengertian apartemen, fungsi dan kegiatan di apartemen, kriteria dasar apartemen, prasyaratan umum apartemen, kriteria lokasi apartemen, jenis dan tipe apartemen, tuntutan penghuni apartemen, sistem pencapaian atau hubungan vertikal dalam apartemen, dan juga studi kasus contoh-contoh bangunan apartemen yang bisa dijadikan bahan studi yang relevan.
•
Bab III : Tinjauan Umum dan Tinjauan Lokasi Apartemen di Yogyakarta
9
Mengungkapkan tentang beberapa pengertian umum tentang apartemen yang ada di Yogyakarta, mengungkapkan fakta-fakta mengenai keadaan cuaca kota Yogyakarta serta mengusulkan site yang cocok untuk pembangunan apartemen di Yogyakarta. •
Bab IV : Analisis Menuju Konsep Perencanaan dan Perancangan Apartemen di Yogyakarta Mengungkapkan tentang pendekatan konsep perencanaan ruang yang terdiri dari analisis kebutuhan ruang, pengelompokan ruang, besaran ruang, tuntutan ruang, dan hubungan ruang. Kemudian mengungkapkan tentang pendekatan konsep perencanaan bangunan melalui metode tertentu yang diaplikasikan pada site/lokasi tertentu. Contoh: pemilihan site (orientasi, view, vegetasi, penampilan bangunan, struktur dan utilitas)
•
Bab V : Konsep Perencanaan dan Perancangan Apartemen di Yogyakarta Mengungkapkan tentang konsep-konsep yang akan ditransformasikan kedalam rancangan fisik arsitektural. Contoh: mewujudkan hunian yang nyaman dengan mempertimbangkan konsep hemat energi sebagai dasar perancangan.
10