UPAYA BUNUH DIRI SEBAGAI BENTUK DEPRESI PADA REMAJA PUTRIKORBANTRAFFICKING Oleh Dinar Oktamiya Hayuningtyas
[email protected] Yoyon Supriyono, S.Psi.,M.Psi
[email protected] Sumi Lestari, S.Psi.,M.Si
[email protected]
[email protected] ABSTRACT
This study discusses about the effort to suicide as a depression of a girl who has an experience in trafficking, a case study in Surabaya regency police (Polrestabes Surabaya). A girl who identified as a trafficking victim tries to do a suicide. This study uses a depression etiology theory, clinical view, depression degree and diagnosis maintenance referring to PPDGJ III (Guide for Categorizing and Diagnosing Mental Disorders). Method of this study is qualitative approaching and data reduction. Technique of data exposure uses qualitative analysis. Result of this study is subject I and II having an effort to suicide with a depression tendency. The factor is the existence of physical, feeling, mind and habitual change of both subjects that is also the occurrence of the symptoms referring to PPDGJ III. A cause of the depression because of becoming trafficking victims, so the development of subject I is not running well and so is the subject II. Keywords: Suicide, depression in young women, trafficking ABSTRAK
Penelitian ini mengangkat tentang upaya bunuh diri sebagai bentuk depresi pada remaja putri korban trafficking, studi kasus di Polrestabes Surabaya. Remaja putri korban trafficking melakukan upaya bunuh diri. Penelitian ini menggunakan teori etiologi depresi, gambaran klinis, derajat depresi dan penegakan diagnosis yang mengacu pada PPDGJ III. Metode penelitian adalah pendekatan kualitatif dengan jenis metode reduksi data. Teknik pengambilan data pada penelitian ini menggunakan wawancara, observasi serta tes grafis. Analisis data menggunakan analisis kualitatif. Hasil penelitian ini adalah subjek I dan subjek II memiliki melakukan upaya bunuh diri dengan kecenderungan depresi. Faktor subjek I dan subjek II mengalami depresi adalah karena adanya perubahan fisik, perubahan perasaan, perubahan pikiran serta perubahan kebiasaan kedua subjek serta gejala-gejala yang mengacu pada PPDGJ III. Penyebab dari depresi ini karena kedua subjek remaja putri ini menjadi korban trafficking sehingga tugas perkembangan remaja pada subjek I tidak berjalan baik, dan gagal pada subjek II. Kata kunci: Bunuh diri, depresi pada remaja putri, trafficking 1
Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin maju membuat manusia semakin terdesak oleh berbagai kebutuhan dalam berbagai hal. Hal ini berbanding lurus dengan semakin tinggi jumlah penduduk yang mengakibatkan semakin tinggi pula tingkat persaingan kerja. Banyak cara yang dilakukan seseorang untuk bertahan hidup, terutama dengan cara yang tidak manusiawi, salah satu contoh yang ingin peneliti kaji adalah trafficking. Trafficking merupakan salah satu kasus yang sekarang sedang hangat diperbincangkan di masyarakat, biasanya pembahasan masalah trafficking dilakukan dengan mengundang para korban trafficking sebagai narasumber. Berdasarkan Kodir (2006) trafficking merupakan salah satu tindakan bentuk kejahatan yang sangat kompleks dan mengerikan, Trafficking tidak sekedar praktik pembudakan manusia oleh manusia sebagaimana telah terjadi pada masa lalu, melainkan prosesnya dilakukan dengan kekerasan fisik, mental, seksual, penindasan, sosial dan ekonomi, dengan modus yang sangat beragam, mulai dengan cara yang halus seperti bujukan dan penipuan sampai dengan cara yang kasar seperti paksaan dan perampasan.Secara umum, faktor-faktor yang mendorong terjadinya trafficking anak adalah kemiskinan, terbatasnya kesempatan kerja, konflik sosial, lemahnya penegakan hukum, rendahnya pendidikan dan kesehatan, kekerasan dalam rumah tangga, desakan ekonomi (Elin, 2008). Perdagangan orang (trafficking in persons) merupakan kejahatan yang keji terhadap Hak Asasi Manusia (HAM), yang mengabaikan hak seseorang untuk hidup bebas, tidak disiksa, kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, beragama, hak untuk tidak diperbudak, dan lainnya. Remaja adalah yang paling banyak menjadi korban perdagangan orang (trafficking in persons), menempatkan mereka pada posisi yang sangat berisiko khususnya yang berkaitan dengan kesehatannya baik fisik maupun mental spritual, dan sangat
2
rentan terhadap tindak kekerasan, kehamilan yang tak dikehendaki, dan infeksi penyakit seksual termasuk HIV/AIDS. Kondisi anak dan perempuan yang seperti itu akan mengancam kualitas ibu bangsa dan generasi penerus bangsa Indonesia (Gultom, 2010) Banyak korban kasus trafficking, umumnya perasaan malu pada lingkungan sosial mereka serta lebih sensitif terhadap orang yang baru dikenalnya. Pada kondisi ini remaja mengalami trauma serta depresi yang bersifat patologis bukan merupakan proses normal dalam kehidupan. Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertaannya termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri.Kaplan,(2010) penelitian ini penting dilakukan karena adanya korban Trafficking yang mengalami upaya bunuh diri perilaku ini merupakan bentuk dari patologis berupa depresi yang sangat berdampak buruk untuk kehidupan mendatang,mungkin subjek akan mengalami trauma yang berkepanjangan.Hal ini sangat mempengaruhi bagaimana kualitas penerus bangsa kususnya pada para korban trafficking yaitu perempuan dan anak, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Upaya Bunuh Diri Sebagai Bentuk Depresi pada Remaja Putri Korban Trafficking. A. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya, maka dapat penulis kemukakan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah bunuh diri sebagai bentuk dari depresi pada remaja putri korban trafficking? 2. Bagaimana depresi dapat terjadi pada remaja putri korban Trafficking? B. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui upaya bunuh diri sebagai bentuk depresi remaja putri Trafficking.
3
korban
Kajian Pustaka A. Bunuh Diri 1. Definisi Bunuh Diri Secara umum, bunuh diri berasal dari bahasa Latin “suicidium”, dengan “sui” yang berarti sendiri dan “cidium” yang berarti pembunuhan. Schneidman mendefinisikan bunuh diri sebagai sebuah perilaku pemusnahan secara sadar yang ditujukan pada diri sendiri oleh seorang individu yang memandang bunuh diri sebagai solusi terbaik dari sebuah isu. Dia mendeskripsikan bahwa keadaan mental individu yang cenderung melakukan bunuh diri telah mengalami rasa sakit psikologis dan perasaan frustasi yang bertahan lama sehingga individu melihat bunuh diri sebagai satu-satunya penyelesaian untuk masalah yang dihadapi yang bisa menghentikan rasa sakit yang dirasakan (dalam Maris dkk., 2000) Menurut Maris, Berman, Silverman, dan Bongar (2000), bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara lain: 1. Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional 2. Bunuh diri dilakukan dengan intensi 3. Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri 4. Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung (pasif), misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan kelangsungan hidup atau secara sengaja berada di rel kereta api. 2. Metode Bunuh Diri Richman menyatakan ada dua fungsi dari metode bunuh diri (Maris dkk., 2000). Fungsi pertama adalah sebagai sebuah cara untuk melaksanakan intensi mati. Sedangkan pada fungsi yang kedua, Richman percaya bahwa metode memiliki makna khusus atau simbolisasi dari individu.Secara umum, metode bunuh diri terdiri dari enam kategori utama adalah sebagai berikut: 4
a. Obat (memakan padatan, cairan, gas, atau uap) b. Menggantung diri (mencekik dan menyesakkan nafas) c. Senjata api dan peledak d. Menenggelamkan diri e. Melompat f. Memotong (menyayat dan menusuk)
3. Faktor Penyebab Bunuh Diri Berikut beberapa faktor penyebab bunuh diri yang didasarkan pada kasus bunuh diri yang berbeda-beda tetapi memiliki efek interaksi di antaranya (Maris dkk.,2000; Meichenbaum, 2008): a. Major-depressive illness, affective disorder b. Penyalahgunaan obat-obatan (sebanyak 50% korban percobaan bunuh memiliki level alkohol dalam darah yang positif) c. Memiliki pikiran bunuh diri, berbicara dan mempersiapkan bunuhdiri d. Sejarah percobaan bunuh diri e. Sejarah bunuh diri dalam keluarga f. Isolasi, hidup sendiri, kehilangan dukungan, penolakan g. Hopelessness dan cognitive rigidity h. 8.
Stresor atau kejadian hidup yang negatif (masalah pekerjaan,
pernikahan,
seksual, patologi keluarga, konflik interpersonal, kehilangan, berhubungan dengan kelompok teman yang suicidal) i. Kemarahan, agresi, dan impulsivitas j. Rendahnya tingkat 5-HIAA k. Key symptoms (anhedonia, impulsivitas, kecemasan / panik,insomnia global, halusinasi perintah) 5
l. Suicidality (frekuensi, intensitas, durasi, rencana dan perilaku persiapan bunuh diri) m. Akses pada media untuk melukai diri sendiri n. Penyakit fisik dan komplikasinya o. Repetisi dan komorbid antara faktor-faktor di atas
B. Depresi 1. Definisi Depresi Beck (McDowell dan Newel, 1996) mendefinisikan depresi sebagai keadaan abnormal organisme yang dimanifestasikan dengan tanda simptom- symptom seperti: menurunya mood subjektif, rasa pesimis dan sikap nihilistic, kehilangan kespontanan dan gejala vegetatif (seperti kehilangan berat badan dan gangguan tidur). Depresi juga merupakan kompleks gangguan yang meliputi gangguan afeksi, kognisi, motivasi dan komponen perilaku. Menurut Kaplan (2010) pengertian depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri. Menurut (Maslim, 2002) depresi adalah suatu kondisi yang dapat disebabkan oleh defisiensi relatif salah satu atau beberapa
aminergik
neurotransmiter
(noradrenalin,
sinapsneuron di SSP (terutama pada sistem limbik).
serotonin,
dopamin)
pada
Lebih lanjut Kaplan (2010)
mengatakan bahwa depresi merupakan salah satu gangguan mood yang ditandai oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat. Mood adalah keadaan emosional internal yang meresap dari seseorang, dan bukan afek, yaitu ekspresi dari isi emosional saat itu.
6
Menurut Sadock dan Sadock (2007) pengertian depresi merupakan suatu gangguan mood. Mood adalah suasana perasaan yang meresap dan menetap yang dialami secara internal dan yang mempengaruhi perilaku seseorang dan persepsinya terhadap dunia. Depresi adalah suasana perasaan tertekan (depressed mood) yang dapat merupakan suatu diagnosis penyakit atau sebagai sebuah gejala atau respons dari kondisi penyakit lain dan stres terhadap lingkungan.
2. Etiologi Depresi Menurut Kaplan (2010) bahwa faktor penyebab depresi dapat secara buatan dibagi menjadi faktor biologi, faktor genetik, faktor kognitif, faktor lingkungan,kepribadian dan faktor psikososial. a. Faktor biologi Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat kelainan pada amin biogenik, seperti: 5 HIAA (5-Hidroksi indol asetic acid), HVA (Homovanilic acid), MPGH (5 methoxy-0-hydroksi phenil glikol), di dalam darah, urin dan cairan serebrospinal pada pasien gangguan suasana hati. Neurotransmiter yang terkait dengan patologi depresi adalah serotonin dan epineprin. Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi, dan pada Utarapasien bunuh diri, beberapa pasien memiliki serotonin yang rendah. Pada terapi despiran mendukung teori bahwa norepineprin berperan dalam patofisiologi depresi (Kaplan, 2010). Selain itu aktivitas dopamin pada depresi adalah menurun. Hal tersebut tampak pada pengobatan yang menurunkan konsentrasi dopamin seperti Respirin, dan penyakit dimana konsentrasi dopamin menurun seperti parkinson, adalah disertai gejala depresi. Obat yang meningkatkan konsentrasi dopamin, seperti tyrosin, amphetamine, dan bupropion, menurunkan gejala depresi (Kaplan, 2010). Disregulasi neuroendokrin dan Hipotalamus merupakan pusat pengaturan aksis neuroendokrin, menerima input neuron 7
yang mengandung neurotransmiter amin biogenik. Pada pasien depresi ditemukan adanya disregulasi neuroendokrin. Disregulasi ini terjadi akibat kelainan fungsi neuron yang mengandung amin biogenik. Sebaliknya, stres kronik yang mengaktivasi aksis Hypothalamic-Pituitary-Adrenal (HPA) dapat menimbulkan perubahan pada amin biogenik sentral. Aksis neuroendokrin yang paling sering terganggu yaitu adrenal, tiroid, dan aksis hormon pertumbuhan. Sekresi CRH dipengaruhi oleh emosi. Emosi seperti perasaan takut dan marah berhubungan dengan Paraventriculer nucleus (PVN), yang merupakan organ utama pada sistem endokrin dan fungsinya diatur oleh sistem limbik. Emosi mempengaruhi CRH di PVN, yang menyebabkan peningkatan sekresi CRH (Landefeld, 2004). Pada orang lanjut usia terjadi penurunan produksi hormon estrogen. Estrogen berfungsi melindungi sistem dopaminergik negrostriatal terhadap neurotoksin seperti MPTP, 6 OHDA dan methamphetamin. Estrogen bersama dengan antioksidan juga merusak monoamine oxidase (Unutzer dkk, 2002). b. Faktor Genetik Faktor genetik. Depresi bisa disebabkan oleh faktor keturunan. Resiko untuk terjadinya depresi meningkat antara 20 – 40 % untuk keluarga keturunan pertama. Dapat dikatakan bahwa anak-anak dari orangtua yang depresi psikotik dan depresi nonpsikotik terdapat insiden yang tinggi dari gejala depresi ini. Memiliki satu orangtua yang mengalami depresi, meningkatkan resiko dua kali pada keturunannya. Resiko itu meningkat menjadi empat kali bila kedua orangtuanya sama-sama mengalami depresi. c. Lingkungan Lingkungan juga memainkan peran yang kuat dalam menyebabkan depresi. Faktorfaktor lingkungan, seperti stress, kehilangan, atau mengubah sering memicu episode depresi (Harun, 2010). Ada beberapa faktor yang menyebabkan depresi yaitu mulai
8
faktor genetik sampai dengan faktor nongenetik. Faktor genetik, ketidakseimbangan biogenik, gangguan neuroendokrin dan perubahan neurofisiologi, serta faktor psikologik seperti kehilangan objek yang dicintai, hilangnya harga diri, distorsi kognitif, ketidakberdayaan yang dipelajari dan faktor-faktor lain yang diduga berperan dalam terjadinya depresi (Nurmiati, 2005). d. Faktor psikososial Peristiwa kehidupan dan stressor lingkungan, kepribadian, psikodinamika, kegagalan yang berulang, teori kognitif dan dukungan sosial (Kaplan, 2010). Peristiwa kehidupan dan stresor lingkungan. Peristiwa kehidupan yang menyebabkan stres, lebih sering mendahului episode pertama gangguan mood dari episode selanjutnya. Para klinisi mempercayai bahwa peristiwa kehidupan memegang peranan utama dalam depresi, klinisi lain menyatakan bahwa peristiwa kehidupan hanya memiliki peranan terbatas dalam onset depresi. Stressor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu episode depresi adalah kehilangan pasangan (Kaplan, 2010).] e. Faktor kepribadian Beberapa ciri kepribadian tertentu yang terdapat pada individu, seperti kepribadian dependen, anankastik, histrionik, diduga mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya depresi. Sedangkan kepribadian antisosial dan paranoid (kepribadian yang memakai proyeksi sebagai mekanisme defensif) mempunyai resiko yang rendah (Kaplan, 2010). f. Faktor psikodinamika. Berdasarkan teori psikodinamika Freud, dinyatakan bahwa kehilangan objek yang dicintai dapat menimbulkan depresi (Kaplan, 2010). Dalam upaya untuk mengerti depresi, Sigmud Freud sebagaimana dikutip Kaplan (2010) mendalilkan suatu hubungan antara kehilangan objek dan melankolia. Ia menyatakan bahwa kekerasan yang dilakukan pasien depresi diarahkan secara internal karena identifikasi dengan
9
objek yang hilang. Freud percaya bahwa introjeksi mungkin merupakan cara satusatunya bagi ego untuk melepaskan suatu objek, ia membedakan melankolia atau depresi dari duka cita atas dasar bahwa pasien terdepresi merasakan penurunan harga diri yang melanda dalam hubungan dengan perasaan bersalah dan mencela diri sendiri, sedangkan orang yang berkabung tidak demikian. g. Faktor kognitif Adanya interpretasi yang keliru terhadap sesuatu, menyebabkan distorsi pikiran menjadi negatif tentang pengalaman hidup, penilaian diri yang negatif, pesimisme dan keputusasaan. Pandangan yang negatif tersebut menyebabkan perasaan depresi (Kaplan, 2010) 3. Gambaran Klinis Pada perempuan dan anak yang mengalami depresi rata – rata mengalami perubahan yang menonjol, yaitu perubahan fisik, perubahan pikiran, perubahan perasaan serta perubahan pada kebiasaan sehari- hari. a. Perubahan Fisik b. Perubahan Pikiran c. Perubahan Perasaan d. Perubahan pada Kebiasaan Sehari-hari 4. Derajat Depresi dan Penegakan Diagnosis Gangguan depresi pada usia lanjut ditegakkan berpedoman pada PPDGJ III (Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa III) yang merujuk pada ICD 10 (International ClassificationDiagnostic 10). Gangguan depresi dibedakan dalam depresi berat, sedang, dan ringan sesuai dengan banyak dan beratnya gejala serta dampaknya terhadap fungsi kehidupan seseorang (Maslim,2000). a. Gejala Utama
10
1) Perasaan depresif 2) Hilangnya minat dan semangat 3) Mudah lelah dan tenaga hilang b. Gejala Lain 1) Konsentrasi dan perhatian menurun 2) Harga diri dan kepercayaan diri menurun 3) Perasaan bersalah dan tidak berguna 4) Pesimis terhadap masa depan 5) Gagasan membahayakan diri atau bunuh diri 6) Gangguan tidur 7) Gangguan nafsu makan 8) Menurunnya libido
C. Trafficking 1. Devinisi Trafficking Trafficking merupakan perekrutan, pengangkutan, pemindahan, penampungan atau penerimaan seseorang dengan ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk-bentuk paksaaan lainnya, penculikan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, ataupun memberi atau menerima bayaran atau manfaat, untuk tujuan eksploitasi seksual, perbudakan atau praktik-praktik lain, pengambilan organ tubuh (Gultom, 2010).. Pengertian Trafficking yang pada umumnya paling banyak dipakai adalah pengertian yang diambil dari Protokol PBB untuk mencegah, menekan, dan menghukum pelaku Trafficking terhadap manusia, khususnya perempuan dan anak (selanjutnya disebut Protokol Trafficking). Dalam protokol ini pengertian Trafficking adalah perekrutan, pengangkutan, pemindahan, penyembunyian atau penerimaan seseorang, melalui 11
penggunaan ancaman atau tekanan atau bentuk-bentuk lain dari kekerasan, penculikan, penipuan, kecurangan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan atau memberi, menerima pembayaran atau memperoleh keuntungan kendali atas orang lain tersebut, untuk tujuan eksploitasi (Nasution, 2008). a) perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan dan penerimaan seseorang. b) Persetujuan korban perdagangan manusia terhadap eksploitasi yang dimaksud dalam subalinea. c) Perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan atau penerimaan seorang anak untuk tujuan eksploitasi dipandang sebagai perdagangan manusia sekalipun tindakan ini tidak melibatkan satu pun cara yang dikemukakan dalam subalinea (a) Pasal ini; d) Anak adalah setiap orang yang berumur di bawah delapan belas tahun. Kedua definisi ini sangat penting karena menyoroti tidak hanya pada proses perekrutan dan pengiriman yang menentukan bagi perdagangan, tetapi juga kondisi eksploitatif terkait kedalam mana orang diperdagangkan. 2. Faktor Trafficking Adanya faktor pendorong dan faktor penarik pada kasus trafficking (Lapian & Geru, 2010) 1) Faktor Pendorong a) Kurangnya pengetahuan tentang akibat dari trafficking b) Factor ekonomi (miskin) c) Keinginan untuk secara cepat mendapatkan uang (kerja tidak terlalu berat) d) Adanya izin dari orangtua e) Mudahnya mendapatkan izin dari pemerintah f) Adanya ikut perekembangan zaman (modern) g) Adanya masalah dalam keluarga dan ingin mencari pelarian.
12
2) Faktor Penarik a) Adanya iming – iming gaji ( pendapatan yang tinggi) b) Keinginan keluar daerah atau keluar negeri untuk mencari pengalaman kerja c) Adanya calo yang bertempat tinggal di desa korban d) Rayuan dari calo untuk bekerja jadi baby-sitter
D. Remaja Putri 1. Pengertian Remaja putri Menurut Soetjiningsih (2004) Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak yang dimulai saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu masa menjelang dewasa muda. Tugas pokok remaja adalah mempersiapkan diri memasuki usia dewasa. rentang usia masa remaja ini bervariasi terkait budaya dan historisnya. Menurut Santrock (2004), masa remaja pada usia 10 – 13 tahun sampai 18- 20 tahun. Menurut Hurlock (1990) mengkatagorikan masa remaja menjadi dua tahap, yaitu masa remaja awal (13-16) dan masa remaja akhir (16-22).
2. Kronologis Umur Remaja periode transisi dari masa anak – anak hingga masa awal dewasa, yang memasuki pada usia kira - kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 hingga 22 tahun.
3. Karakteristik Remaja Putri Masa remaja bermula dengan perubahan fisik yang cepat-pertambahan tinggi dan berat badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan dada, perkembangan pinggang. Pada masa perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol ; pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis; semakin banyak waktu diluangkan di luar keluarga. (Santrock, 2007) 13
1)
Perkembangan Fisik
a) Perubahan dalam proporsi tubuh b) Perubahan dalam tinggi dan berat badan. c) Perubahan puberitas d) Perubahan ciri-ciri seks primer e) Perubahan ciri-ciri seks sekunder Ciri-ciri seks sekunder adalah tanda-tanda jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan proses reproduksi, namun merupakan tanda-tanda yang membedakan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. 2)
Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget yang menyatakan bahwa merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal. Idealnya, seorang remaja sudah mempunyai pola pikir sendiri (Hanhan, 2010). Diantaranya digambarkan yaitu: a) Mulai bisa berfikir logis tentang suatu gagasan atau abstrak. b) Mulai bisa berencana, strategi, membuat keputusan, memecahkan masalah serta mulai memikirkan masa depan. c) Muncul kemampuan nalar secara ilmiah dan belajar menguji hipotesis atau permasalahan d) Belajar berintreospeksi diri. e) Wawasan berfikirnya semakin luas, bisa meliputi agama, keadilan, moralitas, jati diri atau identitas.
3)
Perkembangan Psikososial
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa masa remaja terjadi peubahan–perubahan yang dramatis, baik dalam fisik maupun dalam kognitif. Perubahan secara fisik dan kognitif itulah yang mempengaruhi terhadap perubahan perkembangan psikososial mereka. 14
a) Individusi dan Identitas Dalam konteks psikologi perkembangan, pembentukan identitas merupakan tugas utama dalam perkembangan kepribadian. b) Hubungan dengan orang tua Perubahan fisik dan kognitif yang terjadi pada remaja mempunyai pengaruh besar terhadap relasi dengan orang tua. Salah satu ciri yang menonjol dalam hal ini yang mempengaruhi relasinya dengan orang tua adalah perjuangan otonomi, baik secara fisik dan psikologis. Karena remaja meluangkan sedikit waktunya bersama orang tua dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk dunia luar. Maka mereka berhadapan dengan bermacam-macam nilai dan ide. c) Hubungan dengan teman sebaya Perkembangan kehidupan sosial remaja di tandai dengan gejala meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam kehidupan mereka. Sebagian banyak waktu dihabiskan bersama teman sebaya mereka. d) Seksualitas Terjadinya peningkatan perhatian remaja terhadap kehidupan seksual ini sangat dipengaruhi oleh faktor perubahan fisik selama masa pubertas. Untuk melepaskan ketegangan seksual tersebut remaja mencoba mengekspresikan dorongan seksualnya dalam berbagai tingkah laku seksual mulai dari melakukan aktifitas berpacaran, berkencan, bercumbu sampai dengan melakukan kontak seksual. e) Proaktivitas Perkembangan proaktivitas adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Stephen R. Covey mengnai manusia sebagai makhluk yang bertanggung jawab atas hidupnya sendiri. f) Resiliensi Kemampuan atau kapasitas insani yang dimiliki seseorang untuk meminimalkan atau bahkan menghilangkan dampak-dampak yang merugikan dari kondisi yang tidak 15
menyenangkan, atau bahkan mengubah kondisi kehidupan yang menyengsarakan menjadi suatu hal yang wajar untuk diatasi. Seriap individu terutama remaja pada dasarnya belajar menghadapi kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan dalam hidupnya.
4. Ciri-ciri masa remaja Menurut Hurlock (2009), remaja memiliki ciri-ciri khusus yang spesifik dalam diri seorang remaja, yaitu : 1) Masa remaja sebagai periode yang penting 2) Masa remaja sebagai periode peralihan 3) Masa remaja sebagai periode perubahan Tingkat perubahan tingkah laku remaja sama dengan perubahan fisiknya. Ada lima perubahan yang bersifat universal : a) Meningginya emosi b) Perubahan tubuh c) Perubahan minat dan peran dalam pergaulan social d) Perubahan pola nilai-nilai yang dianutnya e) Perubahan yang ambivalen, di mana masa remaja biasanya menginginkan perubahan, tetapi secara mental belum ada kesadaran tanggungjawab atas keinginannya sendiri. 4) Masa remaja sebagai usia bermasalah 5) Masa remaja sebagai masa mencari identitas 6) Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan 7) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistk 8) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa 5. Tugas perkembangan masa remaja Dalam buku Psikologi Perkembangan (2009), Hurlock memberikan rician tugas-tugas perkembangan masa remaja, yaitu: 16
1) Memperoleh hubungan-hubungan baru dan yang lebih matang dengan yang sebaya dari kedua pria maupun wanita. 2) Memperoleh peranan sosial pria dan wanita 3) Menerima fisik dari dan menggunakan badan secara efektif 4) Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggungjawab 5) Memperoleh kemandirian diri melepaskan ketergantungan diri dari orang tua dan orang dewasa lainya. 6) Mempersiapkan karier ekonomi 7) Persiapan perkawinan dan kehidupan berkeluarga 8) Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku Metode Penelitian Dalam metode penelitian dengan pendekatan kualitatif, peneliti berfungsi sebagai instrumen penelitian yang memiliki peranan penting. Instrumen atau alat yang dimaksud adalah semenjak awal hingga akhir penelitian, peneliti sendiri yang berfungsi penuh atau peneliti sendiri yang terlibat aktif dalam penelitian yang dilakukan, bukan orang lain atau asisten peneliti (Herdiansyah, 2010). Dalam penelitian kualitatif, peneliti bertindak sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan sekaligus sebagai pelapor hasil penelitiannya (Moleong, 2010). Jenis Penelitian adalah penelitian ini adalah studi kasus. Dalam Moleong (2010) studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar satu orang subjek dan satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu. Fokus penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu mengenai depresi pada korban Trafficking.Untuk pengumpul data sekunder, peneliti menggunakan alat perekam dan kamera, serta skala depresi.Lokasi penelitian ini dibatasi di sebuah instansi “Polrestabes Surabaya” yang ada di kota Surabaya. Alasan peneliti memilih instansi ini karena ini sebagai wadah para korban trafficking yang ada di
17
kota Surabaya dan sekitarnya.Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa wawancara primer, wawancara sekunder (orang-orang LSM yang bersangkutan), observasi partisipan, tes grafis,dan dokumentasi. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik pemilihan informan dengan cara sampel bertujuan (purposive sampling). informan yang dipilih berdasarkan criteria yaitu ; dua subjek remaja putri usia 1322 tahunyang menjadi korban trafficking, remaja putri yang berupaya bunuh diri, remaja putri yang mengalami depresi dan remaja putriyang berada dalam perlindungan hukum di Polrestabes Surabaya.Teknik analisis penelitian ini adalah data reduksi.Validitas Dan Reliabilitas Data penelitian adalah Rhizomatic Validity dan synchronic Reliability. Keabsahan data penelitian ini adalah dengan menggunakancredibility, transferability, dan objektivitas. HASIL Berdasarkan hasil pembahasan yang diuraikan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik dari temuan di lapangan berdasarkan hasil observasi, wawancara dan interpretasi dari tes grafis adalah sebagai berikut: 1. Pada kasus traffiking yang telah tercatat di Polrestabes Surabaya ada dua subjek korban traffickingyaitu kedua remaja putri yang melakukan percobaan bunuh diri sebagai bentuk dari depresi hal ini dapat dilihat dari hasil tes grafis dan gejala – gejala yang muncul dari gangguan depresi. 2. Depresi muncul dikarenakan adanya faktor lingkungan, faktor psikososial maupun faktor kognitif dari faktor inilah muncul gambaran klinis berupa perubahan fisik, perubahan perasaan, perubahan pikiran serta perubahan pada kebiasaan sehari – hari, Perubahan – perubahan inilah yang terjadi saat seorang individu mengalami depresi. 3. Tugas perkembangan pada remaja yaitu memperoleh hubungan-hubungan baru dan yang lebih matang dengan yang sebaya dari kedua pria maupun wanita, memperoleh peranan 18
sosial pria dan wanita, menerima fisik dari dan menggunakan badan secara efektif, mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggungjawab, memperoleh kemandirian diri melepaskan ketergantungan diri dari orang tua dan orang dewasa lainya, mempersiapkan karier ekonomi, persiapan perkawinan dan kehidupan berkeluarga, memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku. Disaat remaja merasa terancam dan mulai tidak nyaman pada lingkungan oleh tekanan dan beban yang memberatkan seorang remaja maka muncul keinginan serta upaya bunuh diri sebagai jalan keluar atas segala permasalahan yang terjadi pada dirinya. Keberhasilan pada setiap individu berbeda, hal ini dapat terjadi karena perbedaan prinsip serta motivasi hidup masing – masing individu dalam menghadapi segala permasalahan yang dapat mendewasakan individu,
sehingga keberhasilan tugas perkembangan remaja sangat
dipangaruhi oleh lingkungan individu tersebut berada. DISKUSI Penelitian studi kasus ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan tentang upaya bunuh diri sebagai bentuk depresi pada remaja putri korban Trafficking. Permasalahan yang dialami oleh kedua subjek tergolong berat karena tugas perkembangan remaja kedua subjek kurang berjalan baik, hal ini terkait dengan tugas perkembangan mereka dimana tugas subjek untuk melajutkan sekolah serta tanggung jawab anak terhadap orang tua. Kedua subjek merasa malu terhadap keluarga dan lingkungan, berbagai hal yang membuat kedua subjek merasa tertekan dan akhirnya muncul keinginan serta usaha untuk bunuh diri sebagai solusi dari permasalahan subjek. Kesulitan dalam penelitian ini adalah dalam proses pengambilan data pada subjek penelitian.
19
DAFTAR PUSTAKA
Ariza Cilvia Nora & Erlina Listyanti Widuri, (2011). Komunikasi Ibu dan Anak dengan Depresi pada Remaja. Jurnal.Dari http://www.journal.uad.ac.id/index.php/HUMANITAS/article/view/232/80 diunduh 11/05/ 2012 Afiliati Fitriakartikasari, (2003). Determinan Depresi Pada Anak dan Remaja. Tesis, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegorodari Http://eprints.undip.ac.id/12313/1/2003PPDS2909.pdf Aryafebrirahmadani(2008)Http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/156_07depresiparkinson.pdf /156_07depresiparkinson.html/22.08/29032012 Chaplin J.P. 2009. Kamus lengkap psikologi. Jakarta : Rajawali Pers. Desmita.2007. psikologi Perkembangan.Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Geru, Hetty dan Lapian, Gandhi. 2010. Trafficking Perempuan dan Anak. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hurlock, Elizabeth B., 1973. Adolescent Development. Tokyo: Mc Graw-Hill Kogakusha Ltd Hurlock, Elizabeth B., 1976 Developmental Psychology New Delhi: Tata Mc Graw-Hill Publishing Company Ltd Http://inalovered.blogspot.com/2010/12/tugas-perkembangan-anakInalovered (2010) hingga-dewasa.html/02/04/2012/21.45. Mardhiyah, Leo Prawirodihardjo And Eddy Tiro. 2011. Analisis Derajat Menggunakan Parameter Zung Selfrating Depression Scale. Dari Mihhibudiin (2010) manusia/26/03/10.10
Depresi
Http://edukasi.kompasiana.com/2010/09/13/masa-remaja-
Maslim R. 2003. Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta : PT Nuh Jaya. Meta Amelia Widya Saputri, Endang Sri Indrawati. (2011) http://www.ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article/view/2910/2592/07/11/20 12 Moleong, L.J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Moleong, L.J. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Moleong, L.J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya. 20
Kristi P. 2007. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Koentjoro. 2006. Teknik analisis data penelitian kualitatif. Materi perkuliahan.univ. gajahmada: tidak diterbitkan. Lestari.(2011)Http://www.surya.co.id/2011/12/08/70-kasus-human-trafficking-terjadi-disurabaya. Lubis Namora, M,. Sc. 2009. Depresi Tinjauan Psikologis. Jakarta . Kencana Pernada Media Group Universitas sumatra utara (2011) http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21410/4/Chapter%20II.pdf / 17/ 03/08.43 Pakpahan, R. (2011). Pemikiran Moral Narapidana Anak Kasus Pembunuhan berdasarkan Teori Kohlberg. Skripsi. Jurusan Psikologi Universitas Brawijaya Malang Reber Arthur & Reber Emily. 2010. Kamus Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sadock. BJ, Sadock.VA, Kaplan & Sadock, 2007. synopsis of psychiatry behavioral sciences/clinical psychiatry 10tn edition. Lippincott williams & wilkins. Dari http://www.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=uohbTtxCeYC&oi=fnd&pg=PR7&dq=kaplan+sadock+psychiatry+depression&ots=9g xzwjh4vX&sig=Cxbj9UCees0_6RBbgNpFOcBrLHw&redir_esc=y#v=onepage&q=k aplan%20sadock%20psychiatry%20depression&f=false. Diunduh pada tanggal 6 maret 2012 Sadock kaplan. 2009. Buku ajar psikiatri klinis edisi dua . jakarta Sarwono, S.W. 2010. Psikologi Remaja. Jakarta: Radja Grafindo Persada. Suntrock J.W.2002. life- Span Development Perkembangan Masa Hidup Edisi Lima Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Universitas sumatra utara (2011) http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21410/4/Chapter%20II.pdf / 17/ 03/08.43 Wijanarko 2011 http://wachjoe.wordpress.com/2011/03/10/integrasi-sosial-dan-angka-bunuhdiri/ 15/12/12
21