JURNAL Pendidikan Jasmani. Volume 1 Nomor 1. April 2013
Profil Rasa Percaya Diri Antara Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Pecinta Alam Dan Ekstrakurikuler Bulutangkis Di Sman 2 Bandung
Rachman Hadi Permana, Yusup Hidayat & Sufyar Mudjianto
Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRAK Skripsi berjudul: “Profil Rasa Percaya Diri antara Siswa yang Mengikuti Ekstrakurikuler Pecinta Alam dan Ekstrakurikuler Bulutangkis di SMAN 2 Bandung” bertujuan untuk meneliti tingkat percaya diri di antara siswa yang mengikuti ekstrakurikuler Pecinta Alam dan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler Bulutangkis di SMAN 2 Bandung. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Deskriptif untuk menjawab hipotesis yang diajukan penulis. Data dikumpulkan dari 40 angket yang diisi oleh 20 siswa yang mengikuti ekstrakurikuler Pecinta Alam dan 20 siswa yang mengikuti ekstrakurikuler Bulutangkis, diolah dengan menggunakan bantuan IBM SPSS 20, dideskripsikan, dan diinterpretasikan berdasarkan karakteristik masing-masing ekstrakurikuler. Hasil analisis menunjukan bahwa tingkat kepercayaan diri siswa rata-rata mencapai persentase sebesar 78%. Berdasarkan hasil uji independent sample tes terbukti bahwa ada perbedaan yang signifikan tingkat kepercayaan diri antara siswa yang mengikuti ekstrakurikuler pecinta alam dan ekstrakurikuler bulutangkis di SMAN 2 Bandung. Tingkat kepercayaan diri siswa yang mengikuti ekstrakurikuler pecinta alam lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bulutangkis. Kata Kunci: Percaya Diri, Pecinta Alam, Bulutangkis
PENDAHULUAN Kegiatan ekstrakurikuler merupakan sebuah wadah kegiatan yang menampung minat dan bakat para peserta didik, yang kegiatannya dilakukan di luar jam belajar wajib (intrakurikuler). Kegiatan ekstrakurikuler ini adalah lanjutan dari kegiatan intrakurikuler, dimana peserta didik mengembangkan potensi yang ada pada dirinya melalui kegiatan yang ada di ekstrakurikuler. Dalam kegiatan ekstrakurikuler juga, peserta didik dapat menjaga dan meningkatkan kebugaran jasmani, menyalurkan kebutuhan gerak, hobi, mengisi waktu luang, dan juga sebagai alat penunjang pencapaian tujuan yang diharapkan oleh sekolah (Lutan, 1986). Dalam kegiatan ekstrakurikuler terdapat jenis dan karakteristik yang berbeda-beda. Keragaman ekstrakurikuler ini bertujuan agar dapat menampung bakat dan minat siswa yang tidak sama. Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1995:3), jenis kegiatan ekstrakurikuler yang dapat diprogramkan di sekolah adalah sebagai berikut: (a) Pendidikan Kepramukaan, (b) Pasukan Pengibar Bendera (PASKIBRA), (c) Palang Merah Remaja (PMR), (d) Gema Pencinta Alam, (e) Filatel, (f) Koperasi Sekolah, (g) Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), (h) Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), (i) Olahraga, (j) Kesenian. Dari sekian banyak ekstrakurikuler yang ada di SMA Negeri 2 Bandung, tempat penulis melakukan penelitian, penulis tertarik dengan Ekstrakurikuler Bulutangkis dan Pecinta Alam, 55
JURNAL Pendidikan Jasmani. Volume 1 Nomor 1. April 2013
dan akan melakukan penelitian pada kedua ekstrakurikuler tersebut. Bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga permainan populer yang sudah dikenal baik. Masyarakat Indonesia maupun masyarakat Internasional sudah sangat mengenal permainan bulutangkis ini. Cabang olahraga bulutangkis telah menjadi olahraga yang mendunia, dapat dilihat dari beberapa pertandingan yang diselengarakan tiap tahunnya, seperti Olimpiade, ASIAN Games dan SEA Games, dll. Sedangkan, Pecinta alam sekarang mulai digemari di masyarakat. Masyarakat mulai kembali mencari kegiatan yang berhubungan dengan alam. Di kehidupan kota yang sangat sulit mencari udara bersih membuat masyarakat ingin mencoba berpetualang ke alam. Bahkan sejak dini anak-anak mulai dikenalkan kepada kegiatan pecinta alam melalui outbound-outbound yang diselenggarakan sekolah maupun swasta. Dalam kegiatan tersebut, untuk mendapatkan performa yang optimal kepercayaan diri menjadi salah satu aspek yang diperhitungkan. Kepercayaan diri diyakini sebagai salah satu parameter psikologis yang sangat penting dalam partisipasi olahraga (Adegbesan; Hidayat:2011). Kepercayaan diri merupakan salah satu keterampilan mental yang mempengaruhi perlaku individu dalam berbagai konteks, termasuk dalam konteks pendidikan jasmani dan olah raga. Kepercayaan diri adalah sebuah parameter psikologis yang memberikan kontribusi besar terhadap keberhasilan belajar dan perilaku, termasuk dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga (Hidayat:2011). Kepercayaan diri menjadi sesuatu yang wajib dimiliki dan dilatih oleh tiap individu karena dengan memiliki kepercayaan diri diharapkan pelaku dapat bermain/berkegiatan sesuai dengan kemampuan terbaik mereka. Karena itu, dalam pelaksanaanya, siswa harus memiliki rasa percaya diri yang baik, karena rasa percaya diri amat penting sebagai penopang kegiatan kedua ektrakurikuler tersebut. Kepercayaan diri sering dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari dan menjadi sesuatu yang sangat penting dalam hampir setiap aspek kehidupan kita. Kepercayaan diri dapat membuat seseorang yakin untuk berbuat atau melakukan suatu tindakan, yang mana tidak setiap orang memiliki kadar kepercayaan diri yang sama atau bahkan sedang mencari rasa kepercayaan diri tersebut. Dari pemaparan latar belakang diatas, penulis ingin mengetahui gambaran “Profil Rasa Percaya Diri diantara Siswa yang Mengikuti Ekstrakurikuler Pecinta Alam dan EKstrakurikuler Bulutangkis di SMA Negeri 2 Bandung” METODE Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif dikarenakan penelitian ini ingin mengungkapkan masalah yang terjadi pada masa sekarang dan aktual (Furchan, 2011), yaitu bagaimana gambaran kepercayaan diri siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Bulutangkis dan Pecinta Alam di SMA Negeri 2 Bandung. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN Populasi yang diteliti dalam penelitian ini ialah siswa-siswi SMA Negeri 2 Bandung kelas 1, 2, atau 3 yang terdaftar sebagai anggota atau mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bulutangkis dan pecinta alam. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampling jenuh pada non-probability sampling dimana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. INSTRUMEN PENELITIAN Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2010:148). Dalam sebuah penelitan dibutuhkan instrumen yang 56
JURNAL Pendidikan Jasmani. Volume 1 Nomor 1. April 2013
tepat karena instrumen merupakan alat untuk pengumpulan data dalam suatu penelitian.Instrumen yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah pengukuran tingkat kepercayaan diri. Untuk mengukur tingkat kepercayaan diri, peneliti menggunakan instrumen yang disusun sendiri dan dikembangkan dalam bentuk kuesioner dengan pola jawaban skala Likert. HASIL Deskriptif Statistik Didapatkan nilai rata-rata tingkat kepercayaan diri dari siswa yang mengikuti ekstrakurikuler Bulutangkis sebesar 145,55 dengan standar deviasi 19,922, dan nilai rata-rata tingkat kepercayaan diri dari siswa yang mengikuti ekstrakurikuler Pecinta Alam sebesar 159,20 dengan standar deviasi 8,895. Persentase tingkat kepercayaan diri siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bulutangkis sebesar 74,64%, dan persentase tingkat kepercayaan diri siswa yang mengikuti ekstrakurikuler pecinta alam sebesar 81,64%. Tingkat kepercayaan diri siswa rata-rata mencapai persentase sebesar 78,14%. Dari hasil perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa tingkat kepercayaan diri siswa yang mengikuti ekstrakurikuler Pecinta Alam lebih tinggi dari siswa yang mengikuti ekstrakurikuler Bulutangkis. 1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas Data yang ditujukan dari hasil perhitungan Kolmogorov-smirnov memperlihatkan nilai signifikansi dari siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bulutangkis adalah 0,214, dan nilai signifikansi dari siswa yang mengikuti ekstrakurikuler Pencinta Alam adalah 0,301. Distribusi ini terbukti normal karena diindikasikan dengan nilai signifikansinya > 0,05 (Priyatno, 2010:58) b. Uji Homogenitas Walaupun berdasarkan tes diatas data terdistribusi normal, namun berdasarkan uji levene statistic variansi data tidak bersifat homogen. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata (based on mean) yang nilai signifikansinya adalah 0,000. Karena nilai 0,000 < α (0,05), maka diketahui data berasal dari variansi bersifat tidak homogen 2. Uji Hipotesis Dalam penelitian ini, penulis mengajukan satu hipotesis yang akan diuji kebenarannya, dimana pegujian ini akan menggunakan Independent samples T-test yang dimana penghitungannya akan dibantu oleh IBM SPSS 20. Prosedur independent sample T-test digunakan untuk membandingkan rata-rata dari dua grup atau dua sample yang diteliti. Adapun hipotesis yang diajukan ialah: Terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kepercayaan diri siswa yang mengikuti ekstrakurikuler Bulutangkis dengan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler pecinta alam di SMA Negeri 2 Bandung. Metode pengambilan keputusan pada uji Independent Sample test menggunakan metode signifikansi dengan taraf kesalahan (α) = 0,05, yaitu ketika nilai signifikansinya > 0,05, maka hipotesis nol diterima. Sebaliknya, jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka hipotesis nol ditolak (Uyanto, 2006:120). Nilai signifikansi dari data sampel yang diteliti dapat dilihat pada kolom equal variance not assumed karena pada perhitungan sebelumnya data memiliki variance yang tidak sama. Nilai signifikansi sebesar 0,010. Karena nilai signifikansinya lebih kecil (0,010 < 0,05) maka Hipotesis nol ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan 57
JURNAL Pendidikan Jasmani. Volume 1 Nomor 1. April 2013
yang signifikan antara tingkat kepercayaan diri siswa yang mengikuti ekstrakurikuler Bulutangkis dengan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler pecinta alam di SMA Negeri 2 Bandung. Jika perhatikan lebih mendetail, dilihat dari nilai rata-rata tiap ekstrakurikuler, data menunjukkan dengan jelas bahwa tingkat kepercayaan diri siswa yang mengikuti ekstrakurikuler Pecinta Alam lebih tinggi dari siswa yang mengikuti ekstrakurikuler Bulutangkis. Nilai rata-rata tingkat kepercayaan diri siswa yang mengikuti ekstrakurikuler Pecinta Alam sebesar 159,20 dan rata-rata tingkat kepercayaan diri siswa yang mengikuti ekstrakurikuler Bulutangkis sebesar 145,55, dimana 159,20 > 145,55. PEMBAHASAN Dilihat dari hasil angket, secara keseluruhan baik siswa Bulutangkis maupun Pecinta Alam memiliki tingkat kepercayaan diri yang bagus. Hal ini bisa dilihat dari jawaban para siswa (78%) yang menyatakan percaya diri dari setiap pertanyaan yang diajukan. Hal ini mengindikasikan bahwa baik siswa yang mengikuti ekstrakurikuler Bulutangkis maupun Pecinta Alam sudah mampu membangun kepercayaan dirinya masing-masing. Namun, jika dilihat lebih mendetail, ada perbedaan dalam hal tingkat kepercayaan diri siswa yang mengikuti ekstrakurikuler Bulutangkis dan siswa yang memgikuti ekstrakurikuler Pecinta Alam. Hal ini didasarkan pada hasil perhitungan independent sample T-test, dimana nilai signifikansinya < 0,05. Nilai signifikansi tingkat kepercayaan diri di atas menunjukkan angka 0,01, yang mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan tingkat kepercayaan diri yang signifikan di antara siswa yang mengikuti ekstrakurikuler Bulutangkis dari pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler Pecinta Alam. Dan dilihat dari nilai rata-rata tingkat kepercayaan masing-masing siswa yang mengikuti ekstrakurikuler Bulutangkis dan Pecinta Alam, dapat disimpulkan bahwa siswa yang mengikuti ekstrakurikuler Pecinta Alam lebih lebih memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi dibandingkan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler Bulutangkis, Nilai rata-rata tingkat kepercayaan diri siswa yang mengikuti ekstrakurikuler Pecinta Alam ialah 159,20 dengan persentase total 81,64% dan nilai rata-rata siswa yang mengikuti ekstrakurikuler Bulutangkis ialah 145,55 dengan persentase total 74,64%. Fakta yang secara implisit menyatakan mengapa tingkat kepercayaan diri siswa yang mengikuti ekstrakurikuler Pecinta Alam lebih tinggi dari siswa yang mengikuti ekstrakurikuler Bulutangkis ialah Hidayat (2011) yang menyatakan bahwa kepercayaan diri secara implisit memiliki makna kesadaran individu terhadap kemampuannya. Kesadaran ini tumbuh dan berkembang berdasaran akumulasi pengalaman individu dalam berbagai aktivitas yang dilakukannya, dan pada gilirannya akan memunculkan harapan-harapan khusus tentang keberhasilan dari aktivitas yang dilakukannya. Kegiatan, pengalaman, pengetahuan yang didapatkan siswa dalam ekstrakurikuler Pecinta Alam lebih banyak dibandingkan dalam ekstrakurikuler bulutangkis yang hanya berlatih dilapangan. Hal ini bisa dilihat dari jenis-jenis kegiatan yang dilakukan oleh Pecinta Alam itu sendiri seperti mendaki gunung, hiking, navigasi, orientering, caving, canyoning, arung jeram, yang membuat akumulasi pengalaman individu tersebut lebih berkembang dan individu tersebut lebih menyadari kemampuannya sehingga merasa lebih percaya diri. Begitupun dengan yang dilakukan ekstrakurikuler Pecinta Alam SMA Negeri 2 Bandung. Karakteristik kegiatan ekstrakurikuler Pecinta Alam di SMA Negeri 2 Bandung seperti disebutkan dalam buku pedoman pendidikan GPA SMAN 2 Bandung tahun 2000, seperti mendaki gunung, navigasi darat, olahraga arus deras (ORAD), panjat tebing, caving, canyoning, orientering, dll. 58
JURNAL Pendidikan Jasmani. Volume 1 Nomor 1. April 2013
Fakta ini didukung oleh sebuah institusi besar di Australia Land’s Edge yang bergerak dibidang Outdoor Education; “Land’s Edge aims to empower young people by developing and strengthening their self-confidence and personal competence through meaningful and innovative programming that is at once stimulating, challenging and enjoyable.” (Butcher 2013), yang dimana kegiatannya mengembangkan pengetahuan, skill, perilaku untuk mempersiapkan diri sipelakunya menghadapi tantangan di dunia ini (Butcher, 2013). Kegiatannya menikmati alam, lingkungan urban, tertantang secara mental, fisikal, dan spiritual, dan untuk merefleksikan pengalaman mereka di dalamnya. Ia menyatakan bahwa program yang bermakna, inovatif, menstimulasi, menantang, dan menyenangkan itu bisa meningkatkan tingkat kepercayaan diri pelakunya. Outdoor Education sama halnya dengan Pecinta Alam yang melakukan kegiatan di Alam bebas, melakukan hal-hal yang menantang dan menyenangkan. Dalam kegiatannya, ekstrakurikuler Pecinta Alam di SMA Negeri 2 Bandung sangat erat kaitannya dengan kegiatan olahraga seperti Navigasi darat, panjat tebing, olahraga arus deras, dll. Kegiatan-kegiatan tersebut membutuhkan kondisi fisik yang bagus & optimal, apabila kondisi fisik dari siswa kurang bagus, maka kegiatan-kegiatan tersebut tidak akan berjalan dengan baik. Hal ini selaras dengan yang diungkapkan oleh Adegbesan dalam Hidayat (2011) yaitu “dalam olahraga, untuk mendapatkan performa yang optimal kepercayaan diri menjadi salah satu aspek yang diperhitungkan. Kepercayaan diri diyakini sebagai salah satu parameter psikologis yang sangat penting dalam partisipasi olahraga.” Kepercayaan diri merupakan salah satu keterampilan mental yang mempengaruhi perilaku individu dalam berbagai konteks, termasuk dalam konteks pendidikan jasmani dan olahraga. Kemudian, kegiatan ekstrakurikuler Bulutangkis di SMA Negeri 2 Bandung hanya terbatas pada kegiatan di dalam ruangan saja (gor olahraga), seperti jenis latihan fisik dan teknik yang dilakukan secara terus menerus dan tidak bervariasi seperti kegiatan yang dilakukan esktrakurikuler pecinta alam. Kegiatan yang monoton bisa menimbulkan kejenuhan pada siswa, dan dapat menimbulkan perasaan tidak menikmati kegiatan yang ada pada ekstrakurikuler tersebut. Bisa jadi ini menjadi salah satu penyebab tingkat kepercayaan diri siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bulutangkis lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler pecinta alam. Dilihat dari hasil data yang diperoleh peneliti, secara umum tingkat kepercayaan diri siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bulutangkis dan pecinta alam sudah cukup bagus, karena setiap siswa memiliki persentase sekitar 78%. Gambaran ini menunjukan bahwa kegiatan ekstrakurikuler bulutangkis & pecinta alam dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa yang mengikuti kegiatannya. KESIMPULAN Berdasarkan pengolahan dan analisi data, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kepercayaan diri antara siswa yang mengikuti ekstrakurikuler Bulutangkis dengan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler Pecinta Alam. Hal ini sesuai dengan hasil uji independent sample test, didapat signifikansi sebesar 0,01. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,01 < 0,05) berarti ada perbedaan yang signifikan antara siswa yang mengikuti esktrakurikuler bulutangkis dengan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler pecinta alam. Bahkan dilihat dari nilai mean dan persentase total, kepercayaan diri siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bulutangkis sebesar 145,55 dengan persentase 74,64%, sedangkan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler pecinta alam sebesar 159,20 dengan persentase 81,64%. Jadi kesimpulannya adalah ada perbedaan tingkat kepercayaan diri antara siswa yang mengikuti
59
JURNAL Pendidikan Jasmani. Volume 1 Nomor 1. April 2013
ekstrakurikuler bulutangkis dengan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler pecinta alam di SMA Negeri 2 Bandung. Berarti Hipotesis yang diajukan peneliti diterima.
60
JURNAL Pendidikan Jasmani. Volume 1 Nomor 1. April 2013
DAFTAR PUSTAKA
Afriani. (2012). Jurnal, Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa yang Berekonomi Rendah Kelas VII SMPN 1 SIAK HULU. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Riau. Pekanbaru. Alhusin, S. (2007). Gemar Bermain Bulutangkis. Surakarta: CV “Seti-Aji”. Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. (2010). Prosuder Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. (2010). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Butcher, A. (2013). Outdoor Education: At the 21st Century. [Online]. Tersedia di: http://www.landsedge.com.au/outdoor-education/index.htm. Diaksespada 5 Oktober 2013. Daryanto, H. M. (2005). Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Depdikbud. (1998). Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Sebagai Salah Satu Jalur Pembinaan Kesiswaan. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjend Dikdasmen. Depdikbud. (2008). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tentang Pembinaan Kesiswaan. Jakarta. Depdikbud. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum, Pedoman Kegiatan Ekstrakurikuler. Jakarta. Dewan Pengurus X GPA. (2001). Program Pendidikan GPA SMAN 2 Bandung. Biro Diklat Dewan Pengurus X GPA SMAN 2 Bandung. Bandung: Tidak Diterbitkan. Furchan, H. A. (2011). Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gefniwati. (2012). Kegiatan Ekstrakurikuler di SMPN2 Padang Panjang. [Online]. Tersedia di: http://www.gefniwati.wordpress.com/2013/02/20/manfaat-ekstrakurikuler diakses pada 22 Juni 2013 Grice, T. (2007). Bulutangkis, Petunjuk Praktis Untuk Pemula dan Lanjut. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Hambali, B. (2011). Daya Prediksi Kepercayaan Diri Dalam Penguasaan Keterampilan Teknik Dasar Bermain Bulutangkis Berdasarkan Jenis Kelamin. Bandung. Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak Diterbitkan. Hidayat, Y. (2010). Pengantar Psikologi Olahraga. Bandung: Bintang Warli Artika. Hidayat, Y. (2010). Jurnal Kepelatihan Olahraga, Persamaan Struktural Teoritis Sport Performance: Analisis-Sintesis Perspektif Psikologis Dalam Cabang Olahraga Bulutangkis. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. Hidayat, Y. (2011). Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga, Model Konseptual Kepercayaan Diri Dalam Aktivitas Olahraga. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. Husdarta, H. J. S. (2010). Psikologi Olahraga. Bandung: Alfabeta. Ibrahim, R. & Komarudin (2007). Modul Psikologi Kepelatihan. Bandung: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia.
61
JURNAL Pendidikan Jasmani. Volume 1 Nomor 1. April 2013
Ibrahim, R. (2008). Modul Psikologi Olahraga. Bandung: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia. Komarudin. (2012). Psikologi Olahraga, Latihan Mental Dalam Olahraga Kompetitif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Lutan, R. (1986). Pengelolaan Interaksi Belajar Mengajar Intrakurikuler, Kokurikuler, dan Ekstrakurikuler. Jakarta: Universitas Terbuka. Nainggolan, T. (2011). Jurnal Penelitian, Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan Kecemasan Sosial pada Pengguna Napza. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial. Kementrian Sosial Republik Indonesia. Jakarta. Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Prasenja. (2012). Karakteristik & Aspek Pecinta Alam. http://lifestyle.kompasiana.com/hobi/2012/04/11/hakikat-pencinta-alam/ Priyatno, D. (2010). Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian dengan Menggunakan SPSS. Yogyakarta: Gava Media. Riduwan & Kuncoro, E.A. (2012). Cara Menggunakan Path Analisis (Analisis Jalur). Bandung: Alfabeta. Riskomar, D. (2004). Pedoman Praktis Pelaksanaan Outdoor & Fun Games Activities. Jakarta: PT. Mandar Utama Tiga Books Divison. Rosita, H. (2010). Hubungan Antara Perilaku Asertif dengan Kepercayaan Diri pada Mahasiswa. Jakarta. Skripsi Universitas Guna Dharma: Tidak Diterbitkan. Sudijono, A. (2011). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Sudjana & Ibrahim. (2001). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2009). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta. Sagala, S. (2009). Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta. Singh, Kultar. (2007). Quantittave Social Research Methods. SAGE: India Subarjah, H. & Hidayat, Y. (2007). Bahan Ajar Permainan Bulutangkis. Bandung: FPOK UPI. Suryosubroto, B. (2009). Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Sutonda, A. dkk. (2010). Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga, Hubungan Tingkat Partisipasi dalam Ekstrakurikuler Olahraga dengan Keterampilan Sosial Siswa di SMP Negeri 1 Cisolok. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. Uyanto, S. S. (2006). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu. Yulianto, F. & Nashori, F. (2006). Jurnal Psikologi, Kepercayaan Diri dan Prestasi Atlet Tae Kwon Do Daerah Istimewa Yogyakarta. Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya. Universitas Diponegoro. Semarang.
62