UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA KLIEN SIROSIS HEPATIS DI RUANG RAWAT PENYAKIT DALAM MELATI ATAS RSP PERSAHABATAN JAKARTA
KARYA ILMIAH AKHIR
PUTRI MEUTIA 1106130040
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS DEPOK JULI 2014
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA KLIEN SIROSIS HEPATIS DI RUANG RAWAT PENYAKIT DALAM MELATI ATAS RSP PERSAHABATAN JAKARTA
KARYA ILMIAH AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memeperoleh gelar ners keperawatan
PUTRI MEUTIA 1106130040
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS DEPOK JULI 2014
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas pertolongan dan bimbingannya saya akhirnya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir. Karya Ilmah Akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Profesi Ners keperawatanpada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia . Saya menyadari bahwa, tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak saya tidak dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir ini, dengan judul “Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Pada Klien
Sirosis Hepatis di Ruang Rawat Penyakit Dalam Melati Atas RSP
Persahabatan Jakarta ”.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini kepada; 1. Dosen pembimbing Bapak I Made Kariasa, S.Kp.,M.M.,M,Kep. selaku pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan arahan dan masukan yang berharga dalam penyusunan Karya ilmiah Akhir ini 2. Ibu Ns.Azraini, S.Kep selaku Pembimbing Klinik di RSP Persahabatan yang telah menyediakan waktu, tenaga serta pikiran untuk membimbing penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini. 3. Seluruh staf pengajar dan Dewan Dosen yang telah memberikan Ilmu Keperawatan dari mulai perkuliahan hingga penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini. 4. Kepada seluruh aparatur Pemerintah daerah Aceh Timur yang terkait yang telah memberikan izin dan tugas Belajar menempuh pendidikan di Universitas Indonesia 5. Kepada kedua Almarhum Orang Tua tercinta yang selalu mendo’akan dan memberikan dorongan serta semangat dalam menempuh pendidikan walaupun mereka telah tiada “ I love you both more than anything;
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
6. Seluruh keluarga besar yang telah turut memberi dukungan kepada peneliti dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir . 7. Kepada teman-teman sejawat seperjuangan dan seangkatan yang selalu memberi motivasi kepada penulis dalam Praktik Profesi Ners 8. Seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini
Dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang membangun penulis sangat harapkan guna perbaikan dalam penyusunan di masa yang mendatang.
Depok, Juli 2014 Penulis
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
ABSTRAK
Siros hepatis adalah suatu keadaan terjadi akumulasi dari matriks atau jaringan parut sebagai respon terhadap jejas hati akut atau pun kronis. Penyebabnya adalah infeksi virus A, B, C, dan D, malnutrisi, alkoholisme, dan penyakit bawaan hemakromatosis. Terapi pada sirosis hepatis salah satunya adalah pembatasan cairan yang bertujuan untuk mengurangi penimbunan cairan dalam rongga abdomen (acites). Apabila ini tidak dipatuhi akan mengakibatkan kekambuhan kembali. Kata kunci; Acites, cairan sirosis hepatis
ABTRACS Liver Chirrosis is a state of the accumulation of extracellular matrixs or scar tissue in respone to acute or chronic liver injury. The causes is infection virus A, B, C, and D, malnutrition ,alcoholic,and kongenital desease hemakromatosis. Theraphy of fluid retrictions to goal to reduce fluid intra abdomen ( acites). If it not obey theaphy can be relaps. Keys; acites , fluid, adn chirrosiss liver.
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI HALAMAN COVER …………………………………………………………….i HALAMAN JUDUL……………………………………………………………...ii LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS…………………………………...iii LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………iv KATA PENGANTAR…………………………………………………………….v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ……………………………………………………………………………………vii ABSTRAK ……………………………………………………………………...viii ABSTRAC ……………………………………………………………………...viii DAFTAR ISI ……………………………………………………………………...x DAFTAR BAGAN ………………………………………………………...…....xii DAFTAR TABEL ………………………………………………………............xiii DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………….xiv BAB 2. PENDAHULUAN ……………………………………………………... 1 1.1. Latar Belakang .……………………………………………………...1 1.2. Tujuan Penulisan ……………………………….....………...............2 1.3. Manfaat Penulisan …………………………………………………...3 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………4 2.1. Konsep dasar Sirosis Hepatis......…...………………………………...4 2.1.1. Pengertian..............................…….…………...………………….....4 2.1.2. Klasifikasi Sirosis hepatis.......................….………...…………...... 5 2.1.3. Faktor Resiko ...................................................................................6 2.1.4. Etiologi sirosis hepatis ......................................................................6 2.2.5. Pathofisiologi ..................... ...................................... …….…..…. .7 2.1.6. Tanda dan gejala..............………………..……………….……… 8 2.1.7. Asuhan Keperawatan ...................................................................... 9 2.1.7.1. Pengkajian .....................................................................................9 2.1.7.2. Diagnosa Keperawatan ................................................................10 2.1.7..3. Rencana Keperawatan ................................................................10 2.2. Mekanisme asites................................................................................16 BAB 3 TINJAUAN KASUS............................... ………………………….... ...17 3.1. Pengkajian kasus ……….…………………………………………...17 3.1.2.Anamnesis ........................................................................................17 3.1.3. Riwayat kesehatan..........................................................................17
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
3.1.5 Pemeriksaan Penunjang .................................................................21 3.2. Analisa Data ...................................................................................... 25 3.3. Diagnosa Keperawatan ...................................................................... 29 3.4. Rencana Asuhan Keperawatan dan Implementasi Keperawatan........29 3.5. Evaluasi Keperawatan.........................................................................34 BAB 4 ANALISIS KASUS …………………………………………... ............37 4.1.Analisa Kasus terkait Keperawatan Kesehatan ……………… ...... ..37 4.2. Analisis Kasus......... ……………....……………………………… ..37 4..3 Analisis Intervensi , Implementasi dan konsep Penelitian terkait .....41 4.4. Alternatif Pemecahan Masalah ..........……………………….……...42 BAB 5 PENUTUP.................. ……………………………….………………..44 5.1. Kesimpulan ………………………………………….....................44 5.2. Saran...................................................................................................44 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………....46 LAMPIRAN
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit Hati menahun dan sirosis merupakan salah satu penyakit hati dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal pada dekade keempat atau kelima kehidupan mereka akibat penyakit hati ini. (kusumobroto, 2007). Di negara maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar pada pasien yang berusia 45 – 46 tahun (setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker).
Diseluruh dunia sirosis menempati urutan ke tujuh penyebab kematian. Sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit ini. Apabila diperhatikan, laporan di negara maju, maka kasus sirosis hati yang datang berobat ke dokter hanya kira-kira 30% dari seluruh populasi penyakit ini dan umumnya disebabkan karena gagal hati fulminan, dan lebih kurang 30% lainnya ditemukan secara kebetulan ketika berobat untuk penyakit lain, sisanya ditemukan saat atopsi. Mortalitas gagal hati fulminan sangat tinggi sebesar 50-80% kecuali bila ditolong dengan transplantasi hati. (Kusumobroto, 2007 dan Mariyani, 2003)
Sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di amerika serikat. Pada tahun 2007 prevalensi sirosis hati di Australia sebesar 2 % dan di Jepang sebesar 2,7 %. Prevalensi sirosis hati di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 1,7%. Di Indonesia penyakit hati ini menempati urutan ketiga setelah penyakit infeksi dan paru. (Kusumobroto, 2007
dan Mariyani, 2003). Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia ( PPHI)- INA ASL (2013) dalam artikelnya menyimpulkan berdasarkan laporan rumah sakit umum pemerintah di indonesia rata-rata prevalensi serosis hati adalah 3,5 % dari seluruh klien yang dirawat di bangsal penyakit dalam atau rata-rata 47,4% dari seluruh penyakit hati yang di rawat dan perbandingan prevalensi sirosis pada pria dan wanita adalah 2,1: 1 dan usia rata-rata 44 tahun
1
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
2
Angka kejadian sirosis hati yang paling sering muncul adalah akibat alkoholisme. Namun tidak menutup kemungkinan penyebab lainnya seperti kekurangan gizi, defesiensi protein, hepatitis dan jenis lain dari proses infeksi, penyakit saluran empedu, dan racun kimia. Gejala atau masalah yang ditimbulkan sirosis hepatis akibat perubahan morfologi dapat menggambarkan kerusakan yang terjadi. Menurut Price dan Wilson (2005), tanda dan gejala utama maupun lanjut dari sirosis hepatis terjadi akibat dua tipe gangguan fisologis yaitu gagal sel hati dan hipertesi porta. Manifestasi gagal sel hati berupa timbulnya ikterus, edema perifer kecenderungan perdarahan, eritema palmaris( telapak tangan merah), angioma laba-laba fetor hepatikum, dan ensefalopati hepatik. Sedangkan manifestasi dari hipertensi portal adalah splenomegali, varises esofagus dan lambung serta manifestasi sirkulasi kolateral lainnya. Asites merupakan tanda dan gejala dari gagal sel hati dan hipertensi portal.
Berdasarkan masalah yang muncul diatas, asites yang merupakan tanda dan gejala dari kedua manifestasi utama dari sirosis hepatis sehingga penulis tertarik membahas masalah ini untuk di tangani yang terjadi pada klien dan pada klien kelolan kasus juga yang paling menonjol masalah asites. Penulis juga akan membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit sirosis hepatis untuk memudahkan kita sebagai perawat dalam merawat pasien dengan penyakit sirosis hepatis dengan penanganan tepat dan asuhan keperawatan yang komprehensif dengan teknik pengkajian yang dimodifikasi antara nursing model dan medical model .
1.2. Tujuan Penulisan 1.3.1. Tujuan umum Setelah membaca karya tulis ini, mahasiswa diharapkan dapat memperoleh pengetahuan mengenai sirosis hepatis dan komplikasinya dan mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif kepada pasien.
1.3.2. Tujuan Khusus Tujuan khuss dari penulisan ini adalah sebagai berikut; melakukan analisis masalah Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP),
Melakukan analisis
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
3
masalah keperawatan terkait dengan kasus sirosis hepatis dan konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan, Melakukan asuhan keperawatan kepada klien kelolaan dengan masalah sirosis Hepatis dan melakukan analisis evidence based practice mengenai pembatasan cairan dalam mengatasi masalah asites
1.4. Manfaat Penulisan Manfaat dari penulisan ini antara lain: 1.4.1. Pelayanan Keperawatan Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan inspirasi kepada para perawat untuk lebih memodifikasi lagi dalam menyusun asuhan keperawatan. Khususnya dalam memberikan intervensi keperawatan kepada penderita sirosis hepatis. Intervensi tersebut dilakukan sesuai dengan penelitian yang sudah ada.
1.4.2. Pendidikan Hasil penulisan ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran dan mengembangkan ilmu yang berkaitan dengan sistem metabolisme khususnya mengenai penyakit hati dengan klien yang mengalami sirosis hepatis dengan asites sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kekambuhan atau terjadinya penyakit sirosis hepatis dengan memasukkan dalam materi perkuliahan secara terperinci dan membuat standar asuhan keperawatan dan standar operasional tindakan keperawatan.
1.4.3. Penulis selanjutnya Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk melakukan evidence based practice yang serupa dengan kasus yang lain sesuai dengan penelitian terbaru.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Perkembangan zaman serta keadaan demografi suatu perkotaan sangat mempengaruhi masalah kesehatan pada lingkungan tersebut. Perkembangan tersebut meliputi banyaknya pembangunan gedung-gedung bertingkat, pusat perbelanjaan, dan padatnya trasnportasi. Fenomena ini juga terjadi kota Jakarta yang merupakan salah satu megacity di Asia. Perkembangan kota yang semakin pesat ini mempengaruhi kesehatan lingkungan yang ada di daerah perkotaan. Kesehatan lingkungan adalah inti dari kesehatan masyarakat. WHO (2008) mendefiniskan kesehatan lingkungan meliputi faktor fisik, kimia, dan biologi di luar manusia serta memengaruhi perilaku manusia, menekankan analisis dan kontrol faktor-faktor lingkungan yang berpotensi memengaruhi kesehatan (Achmadi, 2010). Kesehatan lingkungan meliputi delapan area yaitu gaya hidup, risiko kerja, kualitas udara, kualitas air, rumah tempat tinggal, kualitas makanan, kontrol sampah, dan risiko radiasi (McEwen & Nies, 2007).
2.1. Konsep Dasar Sirosis Hepatis 2.1.1. Pengertian Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati kronis yang tidak diketahui penyebabnya dengan pasti. Telah diketahui bahwa penyakit ini merupakan stadium terakhir dari penyakit hati kronis dan terjadinya pengerasan dari hati (Sujono H, 2002). Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut (Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2001).
4
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
5
Menurut Baradero (2008), sirosis hepatis adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan fibrosis hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilangnya sebagian fungsi hepar.
sirosis Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati menahun yang difus, ditandai dengan adanya pembentukan jaringan disertai nodul. Dimulai dengan proses peradangan, nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. (Iin Inayah, 2004).
2.1.2. Klasifikasi. Secara klinis chirrosis hati dibagi menjadi; chirrosis hati kompensata, yang berarti belum adanya gejala klinis yang nyata. Chirrosis hati dekompensata yang ditandai gejala-gejala dan tanda klinik yang jelas. Chirrosis hati kompensata merupakan kelanjutan dari proses hepatitis kronik dan pada satu tingkat tidak terlihat perbedaanya secara klinis, hanya dapat dibedakan melalui biopsi hati
Secara morfologi Sherrlock membagi chirrosis hati bedasarkan besar kecilnya nodul, yaitu; makronoduler (Ireguler, multilobuler), mikronoduler (reguler, monolobuler), kombinasi antara bentuk makronoduler dan mikronoduler. Menurut Gall seorang ahli penyakit hati, membagi penyakit chirrosis hati atas; chirrosis postnekrotik, atau sesuai dengan bentuk sirosis makronoduler atau sirosis toksik atau subcute yellow, atrophy chirrosis yang terbentuk karena banyak terjadi jaringan nekrose. Kedua nutrisional chirrosis, atau sesuai dengan bentuk sirosis mikronoduler, chirrosis alkoholik, laennec´s cirrhosis atau fatty cirrhosis, sirosis terjadi sebagai akibat kekurangan gizi, terutama faktor lipotropik. Berikutnya chirrosis post hepatic, chirrosis yang terbentuk sebagai akibat setelah menderita hepatitis.
Shiff dan Tumen dalam Price dan Wilson (2005) secara morfologi sirosis hepatis dibagi atas: chirrosis portal laennec (alkoholik nutrisional), dimana jaringan parut secara khas mengelilingi daerah portal. Sering disebabkan oleh alkoholis kronis. Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
6
Berikutnya pasca nekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya. Selanjutnya chirrosis bilier dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran empedu. Terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis). Bagian hati yang terlibat terdiri atas ruang portal dan periportal tempat kanalikulus biliaris dari masing-masing lobulus hati bergabung untuk membentuk saluran empedu baru. Dengan demikian akan terjadi pertumbuhan jaringan yang berlebihan terutama terdiri atas saluran empedu yang baru dan tidak berhubungan yang dikelilingi oleh jaringan parut.
2.1.3. Faktor Risiko Sirosis Hepatis Menurut Doengoes, dkk (2005), faktor pencetus dari serosis hepatis ini yaitu makanan, rokok, alkohol penggunaan obat-obat tertentu ( salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stressor psikologis. Barandero (2008) juga berpendapat yang sama faktor pencetus serosis hepatis dari alkoholisme dan malnutrisi. Penyalahgunaan alkohol minum sebanyak 2 gelas perhari pada wanita atau pada laki-laki empat gelas perhari yang dikonsumsi lebih dari 10 tahun dapat menyebabkan sirosis hepatis. Faktor risiko lain dari serosis hepatis ini yaitu hubungan seksual yang tidak aman. Pada penderita hepatitis B dan C infeksi mudah menular melalui hubungan seksual tanpa pelindung. Penggunaan obat intra vena merupakan tranmisi hepatitis B dan C melalui penggunaan narkoba dengan suntikan juga faktor resiko dari sirosis hepatis. Selanjutnya penyakit hati kronis karena keturunan atau didapat setelah lahir berupa hemokromatosis , penyakit wilson,dan hepatitis autoimun merupakan faktor resiko kuat untuk sirosis hepatis ( www.shutterstock.com )
2.1.4. Etiologi Secara morfologis, penyebab sirosis hepatis tidak dapat dipastikan. Tapi ada dua penyebab yang dianggap paling sering menyebabkan Chirrosis hepatis adalah: a. Hepatitis virus Hepatitis virus terutama tipe B sering disebut sebagai salah satu penyebab chirrosis hati, apalagi setelah penemuan Australian Antigen oleh Blumberg pada Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
7
tahun 1965 dalam darah penderita dengan penyakit hati kronis , maka diduga mempunyai peranan yang besar untuk terjadinya nekrosa sel hati sehingga terjadi chirrosisi. Secara klinik telah dikenal bahwa hepatitis virus B lebih banyak mempunyai kecenderungan untuk lebih menetap dan memberi gejala sisa serta menunjukan perjalanan yang kronis, bila dibandingkan dengan hepatitis virus A.
b. Zat hepatotoksik atau Alkoholisme. Beberapa obat-obatan dan bahan kimia dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada sel hati secara akut dan kronis. Kerusakan hati akut akan berakibat nekrosis atau degenerasi lemak, sedangkan kerusakan kronis akan berupa sirosis hati. Zat hepatotoksik yang sering disebut-sebut ialah alcohol. Sirosis hepatis oleh karena alkoholisme sangat jarang, namun peminum yang bertahun-tahun mungkin dapat mengarah pada kerusakan parenkim hati.
c. Hemokromatosis Bentuk chirrosis yang terjadi biasanya tipe portal. Ada dua kemungkinan timbulnya hemokromatosis, yaitu: sejak dilahirkan si penderita menghalami kenaikan absorpsi dari Fe dan kemungkinan didapat setelah lahir (acquisita) misalnya dijumpai pada penderita dengan penyakit hati alkoholik dengan bertambahnya absorpsi dari Fe menyebabkan timbulnya sirosis hati.
2.1.5. Patofisiologi. Infeksi hepatitis viral tipe B/C menimbulkan peradangan sel hati. Peradangan ini menyebabkan nekrosis meliputi daerah yang luas (hepatoseluler), terjadi kolaps lobulus hati dan ini memacu timbulnya jaringan parut disertai terbentuknya septa fibrosa difus dan nodul sel hati, walaupun etiologinya berbeda, gambaran histologi sirosis hati sama atau hampir sama, septa bisa dibentuk dari sel retikulum penyangga yang kolaps dan berubah jadi parut. Jaringan parut ini dapat menghubungkan daerah porta dengan sentral. Beberapa sel tumbuh kembali dan membentuk nodul dengan berbagai macam ukuran dan ini menyebabkan distorsi percabangan pembuluh hepatik dan gangguan aliran darah porta, dan menimbulkan hipertensi portal. Hal demikian dapat pula terjadi pada sirosis Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
8
alkoholik tapi prosesnya lebih lama. Tahap berikutnya terjadi peradangan pada nekrosis pada sel duktules, sinusoid, retikulo endotel, terjadi fibrinogenesis dan septa aktif. Jaringan kolagen berubah dari reversible menjadi ireversibel bila telah terbentuk septa permanen yang aseluler pada daerah porta dan parenkim hati. Gambaran septa ini bergantung pada etiologi sirosis. Pada sirosis dengan etiologi hemokromatosis, besi mengakibatkan fibrosis daerah periportal, pada sirosis alkoholik timbul fibrosis daerah sentral. Sel limposit T dan makrofag menghasilkan limfokin dan monokin, mungkin sebagai mediator timbulnya fibrinogen. Mediator ini tidak memerlukan peradangan dan nekrosis aktif. Septal aktif ini berasal dari daerah porta menyebar ke parenkim hati.
2.1.6. Tanda dan gejala Gejala chirrosis hati mirip dengan hepatitis, karena terjadi sama-sama di liver yang mulai rusak fungsinya, yaitu: kelelahan, hilang nafsu makan, mual-mual, badan lemah, kehilangan berat badan, nyeri lambung dan munculnya jaringan darah mirip laba-laba di kulit (spider angiomas). Pada chirrosis terjadi kerusakan hati yang terus menerus dan terjadi regenerasi noduler serta ploriferasi jaringan ikat yang difus. Tanda-tanda klinik yang dapat terjadi yaitu; adanya ikterus (penguningan) pada penderita chrirosis. Timbulnya ikterus (penguningan ) pada seseorang merupakan tanda bahwa ia sedang menderita penyakit hati. Kekuningan pada kulit dan mata terjadi ketika liver sakit dan tidak bisa menyerap bilirubin. Ikterus dapat menjadi penunjuk beratnya kerusakan sel hati. Ikterus terjadi sedikitnya pada 60 % penderita selama perjalanan penyakit
Timbulnya asites dan edema pada penderita chirrosis. Ketika liver kehilangan kemampuannya membuat protein albumin, air menumpuk pada kaki (edema) dan abdomen (ascites). Faktor utama asites adalah peningkatan tekanan hidrostatik pada kapiler usus . Edema umumnya timbul setelah timbulnya asites sebagai akibat dari hipoalbuminemia dan resistensi garam dan air.
Pembesaran hati dapat ke atas mendesak diafragma dan ke bawah. Hati membesar sekitar 2-3 cm, dengan konsistensi lembek dan menimbulkan rasa nyeri bila Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
9
ditekan dan terjadi hipertensi portal yang merupakan peningkatan tekanan darah vena portal yang memetap di atas nilai normal. Penyebab hipertensi portal adalah peningkatan resistensi terhadap aliran darah melalui hati.
2.1.7. Asuhan Keperawatan 2.3.1. Pengkajian. Pengkajian pada klien dengan chirrosis hepatis dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari. Hal yang perlu dikaji pada klien degan chirrosis hepatis : Aktivitas dan istirahat; kelemahan, kelelahan, terlalu lelah, letargi, penurunan massa otot/tonus. Sirkulasi ; riwayat Gagal jantung koroner kronis, perikarditis, penyakit jantung, reumatik, kanker (malfungsi hati menimbulkan gagal hati), Distrimia, bunyi jantung ekstra (S3, S4). Eliminasi ; flatus, Distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali, asites), penurunan atau tidak ada bising usus, Feces warna tanah liat, melena, urin gelap, pekat. Nutrisi ; anoreksia, tidak toleran terhadap makanan/tidak dapat menerima, Mual, muntah, Penurunan berat badan atau peningkatan cairan penggunaan jaringan, Edema umum pada jaringan, Kulit kering,Turgor buruk, Ikterik, angioma spider, Nafas berbau/fetor hepatikus, perdarahan gusi. Neurosensori; orang terdekat dapat melaporkan perubahan keperibadian, penurunan mental, perubahan mental, bingung halusinasi, koma bicara lambat/tak jelas. Nyeri; nyeri tekan abdomen/nyeri kuadran atas, Pruritus, Neuritis Perifer, Perilaku berhati-hati/distraksi, Fokus pada diri sendiri. Respirasi; dispnea Takipnea, pernapasan dangkal, bunyi napas tambahan, Ekspansi paru terbatas (asites), Hipoksia.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
10
Keamanan; pruritus, Demam (lebih umum pada sirosis alkoholik), Ikterik, ekimosis, petekia. Angioma spider/teleangiektasis, eritema palmar. Seksualitas; gangguan menstruasi/impoten, Atrofi testis, ginekomastia, kehilangan rambut (dada, bawah lengan, pubis).
2.3.2. Diagnosa Keperawatan 2.3.2.1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual muntah 2.3.2.2. Kelebihan
volume cairan dan elektrolit b/d gangguan mekanisme
regulasi, retensi natrium, hematemesis, melena 2.3.2.3. Resiko pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intra abdomen (asites) 2.3.2.4. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan: gangguan sirkulasi/status metabolic. adanya edema, asites.
2.3.3. Rencana Asuhan Keperawatan a.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Anoreksia, mual, muntah Tujuan; Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat Kriteria Hasil; Menunjukkan peningkatan berat badan (keseimbangan pemeriksaan nutrisi) mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal. Nafsu makan meningkat. INTERVENSI 1.
Ukur masukan diet harian 1.
dengan jumlah kalori.
2.
RASIONAL Memberikan
informasi
tentang
kebutuhan pemasukan/defisiensi.
Timbang sesuai indikasi. 2. Mungkin sulit untuk menggunakan BB
Bandingkan perubahan status sebagai indikator langsung status nutrisi cairan, riwayat berat badan, karena ada gambaran edema/asites. Lipatan ukuran kulit trisep.
kulit
trisep
berguna
dalam
mengkaji
perubahan massa otot dan simpanan lemak subcutan.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
11
3.
Bantu dan dorong pasien 3.
Diet
yang
tepat
penting
untuk
untuk makan, jelaskan alasan penyembuhan. Pasien mungkin makan lebih tipe diet. Bantu pasien makan baik bila keluarga terlibat dan makanan bila pasien mudah lelah, atau yang disukai sebanyak mungkin. biarkan
orang
terdekat
membantu
pasien.
Pertimbangkan pilihan makanan yang disukai 4.
Berikan tambahan garam 4.
Tambahan garam meningkatkan rasa
bila diizinkan; hindari yang makanan dan membantu meningkatkan mengandung amonium.
selera makan; amonia potensial resiko ensefalopati.
5.
Berikan makanan halus, 5.
Perdarahan dari varises esofagus dapat
hindari makanan kasar sesuai terjadi pada siriosis berat. indikasi. 6.
Berikan perawatan mulut 6.
sering dan sebelum makan.
Pasien cenderung mengalami luka
atau perdarahan gusi dan rasa tak enak pada mulut dimana menambah anoreksia.
7.
Tingkatkan periode tidur 7.
tanpa
gangguan,
sebelum makan.
8.
Awasi
Penyimpanan energi menurunkan
khususnya kebutuhan
metabolik
pada
hati
dan
meningkatkan regenerasi seluler.
pemeriksaan 8.
Glukosa menurun karena gangguan
laboratorium, contoh glukosa glikogenesis,
penurunan
simpanan
serum, albumin, total protein, glikogen, atau masukan takadekuat. Protein menurun karena gangguan metabolisme,
amonia.
penurunan sintesis hepatik, atau kehilangan kerongga peritonial (asites). Peningkatan kadar amonia perlu pembatasan masukan protein untuk mencegah komplikasi serius. 9.
Pertahankan status puasa 9.
bila diindikasikan.
Pada awalnya, pengistirahatan GI
diperlukan untuk menurunkan kebutuhan Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
12
pada hati dan produksi amonia/urea GI. 10. Kolaborasi ahli diit untuk 10. Makanan tinggi kalori dibutuhkan pada memberikan diet tinggi dalam kebanyakan pasien yang pemasukannya kalori
karbohidrat dibatasi, karbohidrat memberikan energi
dan
sederhana, rendah lemak, dan siap pakai. Lemak diserap dengan buruk tinggi protein sedang; batasi karena
disfungsi
hati
dann
mungkin
natrium dan cairan bila perlu. memperberat ketidaknyamanan abdomen. Berikan tambahan cairan sesuai Protein diperlukan pada perbaikan kadar protein serum untuk menurunkan edema
indikasi.
dan untuk meningkatkan regenerasi sel hati. 11.
Berikan
indikasi, vitamin,
sesuai 11. Pasien biasanya kekurangan vitamin
obat
misal:
tambahan karena diet yang buruk sebelumnya. Juga
tiamin, besi,
asam hati tidak dapat menyimpan vit. A, B
fosfat zink, enzim pencernaan, Komplek, D, dan K. Juga dapat terjadi contoh: pankreati
kekurangan besi dan asam fosfat yang menimbulkan anemia.Meningkatkan rasa kecap/bau yang dapat merangsang napsu makan, meningkatkan pencernaan lemak dan dapat menurunkan steatore/diare.
12. Antiemetik.
12. Digunakan dengan hati-hati untuk menurunkan
mual/muntah
dan
meningkatkan masukan oral.
b. Kelebihan volume cairan dan elektrolit b/d gangguan mekanisme regulasi, retensi natrium, hematemesis, melena Tujuan: pemulihan balance cairan dan elektrolit adekuat Kriteria Hasil: tidak terjadi kelebihan cairan, Tanda-tanda vital stabil, Asupan dan haluaran seimbang, Edema bekurang, Tonus otot membaik, CRT <2 detik Intervensi
Rasional
1.Ukur masukan dan haluaran, 1. Menunjukkan status volume sirkulasi, catat
keseimbangan
positif. terjadinya/perbaikan perpindahan cairan, dan Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
13
Timbang berat badan tiap hari dan respon terhadap terapi. Peningkatan berat catat peningkatan lebih dari 0,5 badan sering menunjukkan retensi cairan lanjut.
kg/hari 2. Auskultasi
paru,
catat 2. Peningkatan
kongesti
penurunan /tak adanya bunyi mengakibatkan napas
dan
terjadinya
pulmonal
konsolidasi,
dapat
gangguan
bunyi pertukaran gas, dan komplikasi, contoh:
tambahan.
edema paru.
3. Ukur lingkar abdomen per hari
3. Menunjukkan akumulasi cairan (asites) diakibatkan
oleh
kehilangan
protein
plasma/cairan kedalam area peritoneal. 4. Awasi
albumin
dan 4. Penurunan albumin serum mempengaruhi
serum
elektrolit (kalium & natrium).
tekanan
osmotik
mengakibatkan
koloid
plasma,
pembentukan
edema.
Penurunan aliran darah ginjal menyertai peningkatan ADH dan kadar aldosteron dan penggunaan diuretik dapat menyebabkan berbagai perpindahan/ketidak seimbangan elektrolit. 5. Batasi
natrium
dan
cairan 5. Natrium
mungkin
dibatasi
untuk
meminimalkan retensi cairan dalam area
sesuai indikasi.
ekstravaskuler.
Pembatasan
cairan
perlu
untuk memperbaiki/mencegah hiponatremi. pemberian 6. Albumin
6. Kolaboraasi albumin
bebas
mungkin
diperlukan
untuk
garam/plasma meningkatkan tekanan osmotik koloid dalam
ekspander sesuai indikasi.
kompartemen
vaskuler,
sehingga
meningkatkan volume sirkulasi efektif dan penurunan terjadinya asites. 7. Kolaborasi
pemberian
obat 7. Digunakan untuk mengontrol edema dan
sesuai indikasi: misal diuretik asites.
Mengambat
efek
aldosteron,
(spironolakton/aldscton;
meningkatkan eksresi air sambil menghemat
furosemid/ lasix.
kalium, bila terapi konservatif dengan tirah baring
dan
pembatasan
natrium
tidak
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
14
mengatasi.
c. Resiko pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intra abdomen (asites). Tujuan: perbaikan status pernafasan Kriteria Hasil: Mempertahankan pola pernapasan efektif, Pasien akan bebas dispnea dan sianosis, dengan nilai BGA dan kapasitas vital dalam rentang normal. Intervensi
Rasional
1. Awasi frekuensi, kedalaman, 1. Pernapasan dan upaya pernapasan
dangkal
cepat/dispnea
mungkin ada sehubungan dengan hipoksia dan atau akumulasi cairan dalam abdomen.
2. Auskultasi bunyi napas, catat 2.Menunjukkan krekels, mengi, ronkhi.
contoh:
terjadinya
adanya
komplikasi,
bunyi
tambahan
menunjukkan akumulasi cairan/sekresi, tak ada
/menurunnya
bunyi
atelektasis),
meningkatkan resiko infeksi. 3. Selidiki perubahan tingkat 3. Perubahan mental dapat menunjukkan hipoksemia dan gagal pernapasan, yang
kesadaran.
sering disertai koma hepatik.
4. Pertahankan kepala tempat 4. Memudahkan tidur tinggi. Posisi miring.
pernapasan
dengan
menurunkan tekanan pada diafragma dan meminimalkan ukuran aspirasi sekret.
5. Ubah posisi dengan sering, 5. Membantu
ekspansi
paru
dan
dorong napas dalam, latihan dan memobilisasi sekret. batuk. 6. Awasi
seri
BGA,
nadi 6. Menyatakan
perubahan
status
oksimetri, ukur kapasitas vital, pernapasan, terjadinya komplikasi paru. foto dada. 7. Berikan tambahan oksigen 7. Untuk
pengobati/mencegah
hipoksia.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
15
sesuai indikasi.
Bila pernapasan /oksigenasi tidak adekuat, ventilasi mekanik sesuai kebutuhan.
8. Siapkan untuk/bantu untuk 8. Kadang-kadang prosedur, contoh: parasintesis.
dilakukan
untuk
membuang cairan asites bila keadaan pernapasan tidak mebaik dengan tindakan
d. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan: gangguan sirkulasi/status metabolic. adanya edema, asites. Kriteria Hasil : mempertahankan integritas kulit, Pasien akan mengidentifikasi faktor resiko dan menunjukkan perilaku/tehnik untuk mencegah kerusakan kulit. Intervensi
Rasional
1. Lihat permukaan kulit/titik 1. Edema jaringan lebih cenderung untuk tekan
secara
rutin.
Pijat mengalami
kerusakan
dan
terbentuk
penonjolan tulang atau area dicubitus. Asites dapat meregangkan kulit yang tertekan terus menerus. sampai pada titik robekan pada sirosis berat Gunakan losion minyak. 2. Ubah posisi pada jadwal 2. Pengubahan posisi menurunkan tekanan teratur, saat di kursi/tempat pada jaringan edema untuk memperbaiki tidur, bantu dengan latihan sirkulasi. Latihan meningkatkan sirkulasi dan rentang gerak aktif/pasif.
perbaikan/mempertahankan mobilitas sendi.
ekstrimitas 3. Meningkatkan aliran balik vena dan
3.Tinggikan
menurunkan edema pada ekstrimitas.
bawah.
4.Pertahankan sprei kering dan 4. Kelembaban meningkatkan pruritus dan bebas lipatan.
meningkatkan resiko kerusakan kulit.
5. Gunting kuku jari hingga 5. Mencegah pasien dari cedera tambahan pendek; berikan sarung tangan
pada kulit khususnya bila tidur.
bila diindikasikan. 6. Berikan perawatan perineal 6. Mencegah ekskoriasi kulit dari garam Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
16
setelah berkemih dan defekasi
empedu.
7. Gunakan kasur bertekanan 7. Menurunkan tekanan kulit, meningkatkan tertentu, kasur karton telur, sirkulasi
dan
menurunkan
resiko
kasur air, kulit domba, sesuai iskemia/kerusakan jaringan. indikasi. 2.2.Mekanisme Asites Asites adalah penimbunan cairan serosa dalam rongga peritoneum. Asites merupakan manifestasi kegagalan hepatoseluler dan hipertensi portal serta salah satu bentuk berat penyakit hati. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi asites pada serosis hepatis yaitu hipertensi portal, hipoalbunemia,meninggkatnya pembentukan dan aliran limfe , retensi natrium, serta gangguan ekskresi air.
Mekanisme primer asites menginduksi hipertensi porta menyebabkan resistensi terhadap aliran darah melalui hati yang mengakibatkan peningkatan tekanan hidrostatik dalam jaringan pembuluh darah interstinal. Hipoalbunemia terjadi karena penurunan sintesis yang dihasilkan oleh sel-sel hati yang terganggu, sehingga menyebabkan menurunnya tekanan osmotik koloid. Kombinasi antara tekanan hidrostatik yang meningkat dengan tekanan osmotik yang menurun dalam jaringan pembuluh darah interstinal menyebabkab terjadinya transudasi cairan dari ruang intravaskular ke ruang intertial sesuai hukum gaya starling.
Hipertensi porta kemudian meningkatkan pembentukan limfe hepatik yang menyeka dari hati kedalam rongga peritoneum. Mekanisme ini dapat mengakibatkan tingginya protein dalam cairan asites, sehingga meningkatkan tekanan osmotik koloid dalam cairan rongga peritoneum dan memicu terjadinya transudasi cairan dari rongga intravaskular ke ruang peritoneum. Yang terakhir retensi natrium dan gangguan ekskresi air merupakan faktor penting terjadinya asites , retensi natrium dan air disebabkan oleh hiperaldoteronisme sekunder. Tidak aktif aldosteron sirkulasi oleh hati juga dapat terjadi akibat kegagalan hepatoseluler.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
17
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
BAB 3
TNJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian. 3.1.1. Identitas Pasien Klien bernama Bp. I (38 thn) dengan nomor Rekam Medik 02.11.00.32 datang ke Rumah Sakit Tanggal 30 Mei 2014 jam 19.00 Wib dengan keluhan perut membesar tiga hari sebelum masuk rumah sakit, klien mengeluh nyeri perut bagian kanan atas dan terasa begah sehingga susah bernafas. Klien merupakan karyawan swasta dalam keluarga tidak memiliki anak, beragama islam dan klien tinggal Cipinang Lontar I RT 09/09 Kel.Cipinang Kec. Pulo Gadung Jakarta Timur. Klien berpendidikan SLTA dengan suku Melayu- sunda . klien datang ke Rumah sakit di bawa oleh keluarganya. 3.1.2. Anamnesis Keluhan utama saat dirawat Klien mengeluh perut semakin membesar, susah bernafas, nyeri tekan pada perut kanan atas di rasakan semakin memberat sejak tiga hari sebelum di rawat, Nyeri yang di rasakan hilang timbul seperti tertusuk-tusuk dan tidak menjalar. Klien juga mengatakan BAK berwarna kuning pekat kecoklatan,tidak ada nyeri saat BAK. BAB lancar tidak ada perubahan warna namun klien mengatakan selama dirawat BAB cair. 3.1.3. Riwayat kesehatan masa lalu Klien mengatakan 20 tahun yang pernah menderita hepatitis B dan dirawat sampai sembuh, setelah itu klien mengatakan tidak pernah kambuh lagi. Sejak 2 minggu yang lalu klien mengeluh timbul kekuningan pada kulit dan mata serta urin berwarna kuning pekat.
17
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
18
Klien juga menderita Diabetes mellitus sejak 5 tahun yang lalu dan dalam 6 bulan terakhir ini klien juga di diagnosis TB- paru dan klien mendapatkan OAT. Klien meminum OAT selama 5 bulan kemudian di stop karena timbul keluhan kuning, nyeri perut dan kembung. 3.1.4. Riwayat kesehatan keluarga Menurut klien dalam keluarga yaitu kedua orang tuanya menderita diabetes mellitus dan hipertensi tetapi tidak ada dalam keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien. Aktivitas/ istirahat Klien bekerja sebagai karyawan swasta dan juga sekaligus kepala rumah tangga. Klien bekerja pada pagi hari dan pulang pada sore hari kadang- kadang klien juga lembur kerja. Klien tidur atau istirahat selama ± 6 jam sehari dan jarang tidur siang karena bekerja. Saat dilakukan pengkajian tanda- tanda vital yaitu tekanan darah 100/ 60 mmHg, nadi 74 x/menit, pernafasan 18 x/ menit, suhu 37,2 º C. Klien sangat kooperatif dan klien tampak mampu berjalan ke kamar mandi pelan-pelan namun kadang-kadang dibantu keluarga. Sirkulasi Klien mengatakan tidak ada tanda- tanda dada berdebar dan pusing. Klien juga mengatakan tidak ada riwayat hipertensi dan nyeri dada. Tanda-tanda vital menunjukkan tekanan darah 100/ 60 mmHg, nadi 74 x/menit kuat teratur. Pada ekstremitas suhu 37.2 ºC dengan capilary refill time ≥ 3 detik. Tidak ada varises, penyebaran rambut merata,mukosa lembab bibir tampak kering, konjungtiva pucat, sklera ikterik dan tidak ada diaforesis. Intergritas Ego Klien mengatakan bingung jika perut membesar semakin susah untuk bernafas, klien tidak dijelaskan penyebab sesak dan cara menangani sesaknya sehingga klien dan keluarga cemas jika timbul sesak. Masalah finansial klien selama
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
19
dirawat menggunakan Jaminan Kesehatan Nasional ( JKN) . selama dirawat klien di dukung oleh keluarganya hal ini tampak klien sehari-hari ditunggu oleh keluarganya secara bergantian dan iniyang membuat klien senang dan merasa kuat serta semangat untuk sembuh. Eliminasi Klien mengatakan BAK 10- 12 kali sehari volume tidak teridentifikasi, warna kuning jernih, tidak keluhan saat BAK, tidak ada riwayat hematuria dan penyakit ginjal. Saat dilakukan pengkajian tidak ada nyeri pinggang dan tidak ada massa dengan bising usus 4-5 kali permenit.
BAB 1-2 kali sehari menurut klien
kosistensi cair, berwarna kuning dan bau khas, klien juga mengatakan tidak ada keluhan selama BAB dan terakhir BAB pagi sebelum dilakukan pengkajian tidak ada riwayat perdarahan, hemoroid. Makanan / cairan Klien makan nasi lunak DM 1900 kkal dengan pola 3 kali sehari yang disediakan rumah sakit. Tidak ada mual dan muntah serta tidak ada nyeri ulu hati. Klien mengatakan tidak ada alergi makanan. Tampak klien mampu mengunyah dan menelan dengan baik. Berat Badan saat masuk 63 kg dengan tinggi badan 175 cm. Bentuk tubuh tegak. Turgor kulit elastis, kelembaban agak kering. Tidak ada edema dan distensi vena jugularis. Tidak ada gigi yang berlubang, penampilan lidah lembab. Kebersihan / hygiene Aktivitas sehari-hari seperti mandi dan berpakaian, klien dapat melakukan dengan mandiri dan bantuan minimal oleh keluarga, ini tampak kekamar mandi klien berjalan sendiri dengan dibantu di awasi oleh keluarga. Penampilan umum klien tampak rapi dan menggunakan baju yang sesuai, saat dilakukan pengkajian klien tidak ada bau badan.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
20
Neurosensori Klien tidak mengalami rasa ingin pingsan dan tidak mengalami kesemutan pada kedua ektremitas bawah. Menurut klien tidak pernah mengalami stroke dan kejang. Penglihatan dan pendengaran berespon baik dan normal. Status mental klien saat ini terorientasi baik dengan kesadaran peuh atau compos mentis, kooperatif. Memori saat ini dan masa lalu klien masih mampu mengingat dengan baik. Tidak ada tanda-tanda facial drop dan reflek menelan tidak mengalami gangguan. Nyeri / ketidaknyamanan Klien mengeluh nyeri tekan pada abdomen area kwadran kanan atas dengan skala nyeri 3-4, frekwensi dan kondisi nyeri bila dilakukan penekanan pada area tersebut. Nyeri yang di rasakan tidak menjalar. Ekspresi yang tampak pada saat dilakukan pengkajian yaitu wajah meringis dan melindungi area yang sakit. Respon yang tampak klien tidak marah- marah dan tenang saat dilakukan pengkajian. Pernafasan Klien mengatakan sekarang tidak pernah batuk dan sesak, klien juga pernah mengalami TB paru 6 bulan yang lalu dan telah minum obat OAT selama 5 bulan kemudian di hentikan karena timbul keluhan kuning seluruh badan dan nyeri perut serta kembung. Klien juga mengatakan bahwa
sebelumnya perokok dengan
menghabiskan kurang lebih satu bungkus perhari dan merokok sejak klien berusia ± 25 tahun namun selama diagnosis TB paru klien telah berhenti merokok. Klien menggunakan oksigen jika sesak saja dan frekuensi nafas saat pengkajian 25 kali permenit. Bentuk dada klien simetris tidak menggunakan otot bantu pernafasan dengan bunyi nafas ronchi halus di basal kiri dan klien juga tidak mengalami sianosis.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
21
Keamanan Klien tidak ada riwayat alergi dan tidak pernah mengalami kecelakaan. Klien juga tidak ada jaringan parut, leserasi, ulserasi dan kemerahan pada kulit. Cara berjalan klien tegak lurus tegap dan agak perlahan, rentang pergerakan sendi aktif ,tonus otot 5555 5555 5555 5555 Interakasi sosial Klien merupakan kepala keluarga tanpa memiliki anak dan juga berperan sebagai suami. Tampak klien saling berinteraksi baik dengan keluarga yang menunggu di rumah sakit dan keluarga memberi perhatian dengan baik. Menurut klien sebelum sakit salaing bersilaturrahmi dengan sanak keluarga yang lain. Klien mampu berbicara dengan sangat jelas dan dapat dimengerti dan klien juga mampu menerima informasi dengan baik. Dalam berinteraksi sehari- hari klien menggunakan bahasa indonesia. 3.1.5. Pemeriksaan Penunjang. 3.1.5.1.Pemeriksaan Laboratorium Tanggal
Jenis Pemeriksaan
30-5-2014
Hematologi
Nilai
Satuan
Nilai normal
Leukosit
9,27
Ribu/mm³
5-10
Netrofil
78,4
%
50-70
Limfosit
11,0
%
25-40
Monosit
8,3
%
2-8
Eosinofil
1,9
%
2-4
Basofil
0,4
%
0-1
Eritrosit
2,88
Juta/µL
4,5-6,5
Haemoglobin
10,1
g/dL
13,0-18,0
Hematokrit
27
%
40-52
MCV
92,7
fL
80-100
MCH
35,1
pg
26-36
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
22
Tabel 3.1. Hasil Pemeriksaan darah Tanggal
Jenis pemeriksaan
Nilai
Satuan
nilai normal
30-5-2014
MCHC
37,8
%
32 – 36
RDW-CV
14,8
%
11,5 - 14,5
Trombosit
161
Ribu /mm³ 150 – 440
Glukosa darah Sewaktu
172
mg/ dL
˂ 180
Natrium
136,0
mmol/L
135 – 145
Kalium
3,30
mmol/L
3,5 - 5,5
Klorida
101,0
mmol/L
98 – 109
SGOT
204
U/L
0 – 37
SGPT
123
U/L
0 – 40
Ureum
20
mg/dL
20 – 40
Creatinin
0,9
mg/dL
0,8 – 1,5
Tanggal
Jenis Pemeriksaan
Nilai
Satuan
Nilai normal
1-6-2014
Hematologi Leukosit
7,80
Ribu/mm³
5-10
Netrofil
75,0
%
50-70
Limfosit
13,5
%
25-40
Monosit
8,6
%
2-8
Eosinofil
2,4
%
2-4
Basofil
0,5
%
0-1
Eritrosit
3,03
Juta/µL
4,5-6,5
Haemoglobin
10,5
g/dL
13,0-18,0
Hematokrit
29
%
40-52
MCV
94,4
fL
80-100
MCH
34,7
pg
26-36
MCHC
36,7
%
32 – 36
RDW-CV
15,2
%
11,5 - 14,5
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
23
Jenis Pemeriksaan
Nilai
Satuan
Nilai normal
Trombosit
147
Ribu/mm³
150 -440
Natrium
135,0
mmol/L
135 – 145
Kalium
3,60
mmol/L
3,5 - 5,5
Klorida
99,0
mmol/L
98 – 109
Protein total
7,1
g/dL
6–8
Albumin
2,1
g/dL
3,4 – 5
Globulin
5,0
g/dL
1,3 – 2,7
Bilirubin total
11,7
mg/dL
0,1 – 1,1
Bilirubin Direk
9,56
mg/dL
0,1 – 0,4
Bilirubin Indirek
2,14
mg/dL
0,1 – 0,7
Gamma GT
108,0
U/L
29 - 41
Alkali phosphat
117
U/L
40 – 110
Serum Iron ( Fe)
120
ug/dL
35 – 150
TIBC
121
ug/dL
250 – 450
Saturasi Tranferin
99,2
%
20 – 45
Tanggal
Jenis Pemeriksaan
Nilai
Satuan
Nilai normal
03-06-2014
Haemostasis Masa Protrhombin (PT )
17,2
Detik
10 – 14
INR
1,48
Control
13,5
Detik
12 – 16
APTT OS
40,7
Detik
28 – 40
Control
35,1
Detik
26 – 37
Tanggal
1-6-2014
PT INR 0,83 – 1,16
APTT
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
24
3.1.5.2. Pemeriksaan Ultrasonografi Kesimpulan dari pemeriksaan USG adalah Serosis Hepatis dengan Splenomegali, hipertensi portal, asites minimal, Cholesistetis kronis, pelebaran CBD ec susp obstruktif 3.1.6. Balance Cairan Tabel 3.2. Balance cairan Tanggal
Input ( cc )
Out Put ( cc )
Balance Cairan
31-5-2014 1800 cc
1500cc
+ 300 cc
1-6-2014
1800 cc
1600cc
+ 200 cc
2-6-2014
1900 cc
1700cc
+ 200 cc
3-6-2014
1800 cc
1600 cc
+200 cc
4-6-2014
1600 cc
1450 cc
+ 150 cc
3.1.7. Daftar Therapy Medikasi Nama obat
Dosis
Waktu
Rute
Indikasi
Oksigen
1-3 liter
Jika
Nasal
Oksigenasi
sesak
kanul
Comufusin Hepar
500 mg
1x1
IV
Omeprazole
40 mg
1x1
IV
Lasix
20 mg
1x2
IV
Cefepime
1 gr
2x1
IV
Aldacton
100 mg
1x1
PO
KSR
600 mg
3x1
PO
Propanolol
3x1
PO
Curcuma
3x1
PO
Nutrisi
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
25
Lanjutan Nama obat
Dosis
Waktu
Rute
Indikasi
Flumucyl
Cth
3 x cth
PO
Batuk ( bila
Syr
batuk)
Domperidon
10mg
3x1
PO
Lactulac
Cth
3x cth
PO
Suralfat Syr
Cth
3 x cth
Po
Glikuidon
30 mg
2X 1
Po
Pencahar
Susp
Analisa Data Tabel 3.5. Analisa Data No 1.
Data
Masalah Keperawatan
Data subjektif Klien mengatakan nyeri tekan Nyeri perut kanan atas Klien
mengatakan nyeri terasa
bila ditekan dan tidak menjalar. Klen
juga
mengatakan
nyeri
seperti ditusuk-tusuk Data objektif Klien tampak meringis pada saat dilakukan
pengkajian
palpasi
dalam Tampak klien melindungi area yang sakit Skala nyeri 3-4 Nyeri timbul bila di tekan
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
26
No
Data
Masalah Keperawatan
Data subjektif
Kelebihan
volume
Klien mengatakan perut nya membesar cairan sehingga susah buat bernafas Klien mengatakan perutnya terasa begah Data objektif Klien tampak perut membesar Ballotement dan Lingkar perut 90 cm Acites Edema tungkai Pitting edema Hasil USG ; Hipertensi Portal Hematokrit 29 % Hb 10,5 g/dL
dan Trombosit 147
ribu/mm³ Suara nafas Rhonchi halus di basal paru Berat badan 68 kg Klien tampak pucat dan ikterik
3.
Data subjektif
Resiko perubahan Klien mengatakan selama sakit turun berat nutrisi kurang dari badan, dulu saya gemuk kebutuhan tubuh Klien mengatakan dulu
berat badannya
pernah 85 kg
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
27
No
Data
Masalah Keperawatan
Data objektif : BB 68 kg TB 175 cm IMT = normal Albumin 2,1 gr/ dL Hb 10,5 gr/dL TIBC 121 ug/L Bising usus 4-5 kali permenit Klien tampak pucat Protein total 7,1 gr/dL SGPT 123 U/L SGOT 204 U/L Klien tampak lemah 4.
Ketidak efektifan pola
Data subjektif Klien mengatakan susah bernafas
nafas
dan sesak bila bernafas Data Objektif Klien tampak perut membesar Lingkar perut 90 cm RR 25 x/menit, dangkal Acites Suara nafas ronchi halus di basal paru Terpasanng oksigen 3 liter/ menit
Resiko infeksi
Data subjektif 5.
Klien mengatakan kulitnya kuning selama 6 bulan terakhir ini. Data objektif Protein total 7,1 gr/dL Masa prothrombin 17,2 detik
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
28
No
Data
Masalah Keperawatan
APTT os 40,5 detik Trombosit 147 ribu/mm³ Hb 10,5 gr /dL Asites ikterus dan tampak pucat Hasil usg : Splenomegali dan asites minimal 6.
Resiko Cedera
Data subjektif Klien mengatakan lemas, cepat lelah Data objektif Masa prothrombin 17,2 detik Serum Iron ( Fe) 120 ug/L TIBC 121 ug/L Saturasi Tranferin 99,2 % Hasil USG : serosis hepatis, splenomegali dan pelebaran CBD
7.
Data Subjektif Klien
mengatakan
lemas
dan
Keletihan
mudah lelah Data objektif Klien tampak pucat Konjuntiva anemis, sklera ikterus Hb 10,5 gr /dL
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
29
3.2. Diagnosa Keperawatan. 3.2.1. Nyeri akut berhubungan dengan asites dan pembesaran hati 3.2.2. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan pada diagfragma 3.2.3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan hipertensi porta 3.2.4. Resiko infeksi
berhubungan dengan pembesaran limpa dan gangguan
metabolisme. 3.2.5. Resiko
ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan dengan penurunan absorpsi dan penyimpanan larut lemak dan gangguan metabolisme lemak, glukosa, protein 3.2.6. Keletihan berhubungan dengan proses penyakit 3.2.7. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan prothrombin dan faktor koagulasi. 3.3. Rencana Asuhan Keperawatan dan Implementasi keperawatan 3.3.1. Nyeri akut berhubungan dengan asites dan pembesaran hati Tujuan ; setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 8 jam di harapkan nyeri hilang di tandai dengan Kriteria hasil -
wajah klien tidak meringis lagi
-
skala nyeri 1-2, tidak ada nyeri tekan
-
tanda-tanda vital dalam batas normal
-
klien melaporkan nyeri berkurang.
Intervensi ; - Kaji intensitas, karateristik, lokasi, durasi, , frekuensi dan tempat serta pejalaran nyeri - Kaji faktor penyebab nyeri - Observasi isyarat nonverbal ketidak nyamanan - Berikan posisi yang nyaman dan lingkungan yang tenang. - Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
30
- Ajarkan teknik relaksasi. - Ajarkan untuk kompres hangat dan masase ringan - Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik bila perlu. 3.3.2. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan pada diagfragma Tujuan ; Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 8 jam di harapkan pola nafas dapat kembali efektif di tandai dengan Kriteria hasil; - Tidak suara nafas tambahan - Respirasi Rate dalam batas normal - Irama nafas dan kecepatan dalam batas normal - Asites berkurang lingkar perut berkurang Intervensi -
Pantau adanya tanda-tanda kepucatan
-
Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan upaya pernafasan
-
Pantau adanya bunyi nafas seperti medengkur
-
Perhatikan pergerakan dinding dada amati kesimetrisan dan penggunaan otot bantu
-
Pantau pola nafas bradipnea,takipnea.
-
Auskultasi suara nafas
-
Pantau peningkatan kegelisahan, ansietas klien
-
Atur posisi klien untuk mengoptimalkan pernafasan
-
Pertahankan oksigen dengan aliran rendah kanula nasal
-
Kolaborasi untuk pemberian obat untuk mengoptimalkan pernafasan
3.3.3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan hipertensi porta Tujuan ; Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 8 jam di harapkan kelebihan volume cairan dapat di kurangi di tandai dengan
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
31
Kriteria hasil; - Tanda-tanda vital dalam batas normal - Tidak mengalami nafas pendek - Hematokrit dalam batas normal - Acites berkurang - Lingkat perut berkurang setiap hari Intervesi - Pantau secara teratur lingkar abdomen - Timbang berat badan setiap hari - Pertahankan catatan asupan dan haluaran yang adekuat - Pantau penurunan hematokrit - Ajarkan klien tentang penyebab dan cara mengatasi edema dengan alokasi pembatasan cairan klien dan garam - Kolaborasi dengan medis untuk pemberian di uretik parasintesis. 3.3.4. Resiko infeksi
berhubungan dengan pembesaran limpa dan gangguan
metabolisme. Tujuan ; Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 8 jam di harapkan resiko infeksi tidak terjadi di tandai dengan Kriteria hasil; - Nilai lab yang berhubungan dalam batas normal - Tidak ada muncul tanda- tanda infeksi - Tanda- tanda vital dalam batas normal Intervensi - Pantau adanya tand-tanda infeksi - Pertahankan teknik aseptic pada pada prosedur invasif - Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan pada semua orang yang berhubungan dengan klien dan termasuk klien sendiri
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
32
- Kolaborasi untuk mendapatkan antibiotik yang sesuai 3.3.5. Resiko
ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan dengan penunurunan absorpsi dan penyimpanan larut lemak dan gangguan metabolisme lemak, glukosa, protein Tujuan; Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 8 jam diharapkan resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi. Di tandai dengan Kriteria hasil - Mempertahankan Berat badan sekrang - Mempertahankan asupan makanan secara adekuat - Melaporkan tingkat energi yang adekuat - Mempertahankan massa tubuh dan berat badan
dalam batas normal
- Memiliki nilai laboratorium yang berkaitan dalam batas normal Intervensi - Tentukan motivasi klien untuk mengubah kebiasaan makan - Timbang berat badan pada interval yang tepat - Buat perencanaan makan dengan klien yang masuk dalam jadwal makan , lingkungan makan, kesukaan dan ketidak sukaan klien serta suhu makanan. - Hindari prosedur invasif sebelum makan - Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan. - Ajarkan makan sedikit tapi sering. - Kolaborasi pemberian albumin intra venous. 3.3.6. Keletihan berhubungan dengan proses penyakit Tujuan ; Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 8 jam di harapkan keletihan berkurang di tandai dengan
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
33
Kriteria hasil; - Mempertahankan nutrisi yang adekuat - Kesimbangan antara aktivita dan istirahat - Melaporkan ketahanan yang adekuat untuk aktivitas. Intervensi - Kaji dampak keletihan pada kualitas hidup - Pantau respon kardiorespirasi terhadap aktivitas. - Pantau dan catat pola tidur klien dan jumlah jam tidurnya. - Pantau asupan nitrisi klien - Jelaskan hubungan antara keletihan dan proses penyakit - Dukung klien untuk dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan, sehubungan dengan perubahan hidup yang disebabkan oleh keletihan. - Bantu klien untuk mengidentifikasi
tindakan yang dapat menyebabkab
keletihan - Bantu aktivitas kehidupan sehari-hari sesuai kebutuhan - Kurangi aktivitas yang prioritasnya rendah - Batasi stimulus lingkungan misalnya kebisingan dan pengunjung jika perlu 3.3.7. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan prothrombin dan faktor koagulasi. Tujuan ; Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 8 jam di harapkan resiko cedera tidak terjadi di tandai dengan Kriteria hasil; - Perdarahan tidak terjadi - Nilai laboratorium yang berhubungan dalam batas normal - Tanda- tanda vital dala batas normal
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
34
Intervensi - Kaji adanya tanda- tanda perdarahan gantro interstinal - Observasi adanya petekie, ekimosis, dan perdarahan dari sati atau lebih sumber bagian lain - Monitor tanda- tanda vital - Perhatiakan perubahan tingkat kesadaran - Berikan informasi untuk menggunakan sikat gigi yang halus - Monitor hasil laboratorium terkait faktor pembekuan darah - Kolaborasi dengan tim medis mendapatkan anti koaagulan dan obat- obat pencahar Rencana asuhan keperawatan yang lengkap bisa dilihat di lampiran 2 dan implementasi keperawatan bisa dilihat di lampiran 3.
3.4. Evaluasi Keperawatan. Hasil dari tindakan keperawatan yang sudah dilakukan sesuai dengan masalah keperawatan yang muncul ialah sebagai berikut ; 3.4.1. Nyeri akut berhubungan dengan asites dan pembesaran hati Pada hari pertama klien mengatakan nyeri perut bagian kanan atas. Skala nyeri 34. Nyeri timbul bila dilakukan penekanan pada area perut kanan atas dan klien juga mengatakan nyerinya seperti di tusuk- tusuk. Kondisi ini berkurang dengan teknik relaksasi nafas dalam dan kompres hangat. Skala nyeri menjadi 2-3 dalam waktu 3 hari. Pada akhir intervensi klien mengatakan nyeri sudah sangat berkurang. 3.4.2. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan pada diagfragma Setelah di lakukan tindakan selama 3 hari, klien mengatakan perasaan sesak berkurang, dan perut yang membesar berkurang.hal ini di buktikan respirasi tidak dangkal lagi, RR 18 x/menit, lingkar perut dari 90 cm menjadi 88 cm. Bentuk
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
35
dadanya simetris, lien tampak tidak gelisah, oksigen 3 liter permenit jika sesak saja diberikan. 3.4.3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan hipertensi porta Pada hari pertama diberikan asuhan keperawatan klien mengatakan perutnya membesar sehingga sesak buat nafas dengan lingkar abdomen 90 cm, berat badan 68 kg. Klien mengatakan minum belum diukur saat minum jadi minum saja. Kemudian setelah 3 hari rawatan klien mengatakan perutnya agak mengecil. Ini dibuktikan dengan lingkar abdomen menjadi 88 cm , berat badan 62 kg. Balance cairan + 300 cc. Ht 29 % belum di evaluasi pada asuhan keperawatan. Klien tampak mengerti penjelasan perawat tentang penyebab asites dan mengerti cara pembatasan cairan. Klien juga mendapatkan lasix 1x 40 mg. 3.4.4. Resiko infeksi
berhubungan dengan pembesaran limpa dan gangguan
metabolisme. Asuhan keperawatan yang telah diberikan selama 3 hari, klien tidak mengalami atau tidak tampak adanya tanda-tanda infeksi, klien tampak pucat, dan tampak keluarga klien tampak selalu mencuci tangan bila masuk ke kamar klien lien juga mendapatkan injeksi cepepime 2 x 1gr secara intravenous. 3.4.5. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dengan penunurunan absorpsi dan penyimpanan larut lemak dan gangguan metabolisme lemak, glukosa, protein Setelah dilakukan tindakan- tindakan keperawatan klien mengatakan nafsu makan semakin hari semakin membaik dan tambah nafsu makannya. Hal ini tam klien menghabiskan porsi makanan yang disediakan, berat badan 62 kg, IMT 18,95 ( normal), kebutuhan kalori klien 2025 kkal per 24 jam. Klien rencana tranfusi albumin. 3.4.6. Keletihan berhubungan dengan proses penyakit Hari pertama pelaksanaan tindakan keperawatan klien mengeluh cepat lelah dan lemas. Setelah dilakukan intervensi setelah 3 hari klien mengatakan rasa cepat
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
36
lelah sudah berkurang tidak terasa sekali sekarang. Tampak klien lebih segar dan mampu kekamar mandi tanpa dibantu oleh keluarga. Klien juga mengatakan klien tidur malam 5 jam terbangun pagi terasa segar. Klien masih tampak pucat. Klien juga tampak istirahat di tempat tidur pada siang hari. Tanda- tanda vital TD 110/70 mmHg, Nadi 80 kali per menit. 3.4.7. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan prothrombin dan faktor koagulasi. Selama tindakan perawatan tidak adanya timbul tanda- tanda perdarahan, BAB tidak berdarah (kehitaman), petekie tidak ada. Tanda- tanda vital dalam batas normal, kesadaran klien composmentis. Klien rencana ditranfusi albumin.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
BAB 4 ANALISA KASUS
4.1. Analisa kasus terkait keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP) Masalah kesehatan yang paling sering terjadi daerah perkotaan terkait penyakit hati adalah hepatitis A, hepatitis B, sirosis hati, kanker hati, abses hati. Dari data WHO (2007), penyakit hati kronik dan sirosis hati merupakan penyebab kematian peringkat keduabelas pada tahun 2007 di Amerika Serikat dengan jumlah 29.165 5
(1,2%). Pada tahun 2007 prevalensi sirosis hati di Australia sebesar 2 % dan di Jepang sebesar 2,7 %. Prevalensi sirosis hati di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 1,7%. Penyakit hati ini menempati urutan ketiga setelah penyakit infeksi dan paru.
Berdasarkan data rikesdas (2013), prevalensi hepatitis 2013 adalah 1,2 persen, dua
kali lebih tinggi dibandingkan 2007 . Lima provinsi dengan prevalensi hepatitis tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (4,3%), Papua (2,9%), Sulawesi Selatan (2,5%), Sulawesi Tengah (2,3%) dan Maluku (2,3%). Bila dibandingkan dengan Riskesdas 2007, Nusa Tenggara Timur masih merupakan provinsi dengan prevalensi hepatitis tertinggi. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, kelompok terbawah menempati prevalensi hepatitis tertinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya. Prevalensi semakin meningkat pada penduduk berusia diatas 15 tahun. Jenis hepatitis yang banyak menginfeksi penduduk Indonesia adalah hepatitis B (21,8 %) dan hepatitis A (19,3 %). Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia ( PPHI)- INA ASL (2013) dalam artikelnya menyimpulkan berdasarkan laporan rumah sakit umum pemerintah di indonesia rata-rata prevalensi serosis hati adalah 3,5 % dari seluruh klien yang dirawat di bangsal penyakit dalam atau rata-rata 47,4% dari seluruh penyakit hati yang di rawat.
4.2. Analisis Kasus. Klien dengan serosis hepatis dapat terjadi karena berbagai penyebab yaitu hepatitis virus, zat hepatotoksik atau alkoholisme, dan hemokromatosis. Dari hasil analisa didapatkan riwayat penyakit hepatitis B kronis dan hepatotoksik yaitu klien mengkonsumsi OAT. 37
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
38
Usia klien juga merupakan kelompok usia yang rentan terinfeksi penyakit hati, hal ini di buktikan berdasarkan data rikesdas (2013)
prevalensi semakin
meningkat pada penduduk berusia diatas 15 tahun. Menurut Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI) –INA ASL (2013), berpendapat perbandingan prevalensi sirosis pada pria dan wanita adalah 2,1: 1 dan usia rata-rata 44 tahun. Hal ini dibuktikan oleh Tn I yang berusia 38 tahun.
Penyebab umum terjadinya serosis hepatis ada beberapa penyebab yaitu alkohol dan infeksi virus hepatitis C. Sel hati yang yang berfungsi mengurai alkohol, tetapi terlalu bnayak alkohol dan infeksi virus dapat merusak sel-sel hati sedangkan infeksi virus hepatitis C mengakibatkan peradangan jangka panjang dalam hati yang dapat menyebabkan sirosis hati. Hal ini terjadi setelah sekitar 20 tahun atau lebih dari infeksi awal, infeksi virus hepatitis C terjadi sekitar 1 dari 5 penderita berkembang menjadi sirosis ( Salma, 2010).
Penyebab lain dari sirosis ini meliputi infeksi kronis virus hepatitis B , hepatitis autoimu, penyakit yang menyebabkan penyumbatan saluran empedu, lemak yang menunpuk dihati, reaksi parah dari obat tertentu, dan beberapa racun dan polusi lingkungan. Gagal jantung parah yang dapat menyebabkan tekanan balik darah dan kemacetan di hati dan beberapa penyakit warisan seperti hemokromatasis dan penyakit wilson merupakan penyebab umumlainnya dari serosis hepatis ( Salma, 2010).
Tn I yang sudah pernah menderita hepatitis B dan ditambah mengkonsumsi OAT dan berdasarkan hasil USG adanya cholistitis kronik merupakan penyebab terjadinya sirosis hati. Berbagai penyebab dari sirosis hati di atas menimbulkan beberapa masalah keperawatan terkait penyakit yang di derita klien. Penegakan masalah keperawatan didasari dari pengkajian, pemeriksaan fisik dan data-data penunjang. Dari hasil pengkajian didapatkan klien berjenis kelamin laki-laki umur 38 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan perut semakin membesar, susah bernafas, nyeri tekan pada perut kanan atas di rasakan semakin memberat sejak tiga hari sebelum di rawat, nyeri yang di rasakan hilang timbul seperti tertusuk
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
39
tusuk dan tidak menjalar. Klien juga mengatakan BAK berwarna kuning pekat kecoklatan,tidak ada nyeri saat BAK. BAB lancar tidak ada perubahan warna namun klien mengatakan selama dirawat BAB cair.
Selain itu klien mengatakan 20 tahun yang pernah menderita hepatitis B dan dirawat sampai sembuh, setelah itu klien mengatakan tidak pernah kambuh lagi. Sejak 2 minggu yang lalu klien mengeluh timbul kekuningan pada kulit dan mata serta urin berwarna kuning pekat. Klien juga menderita Diabetes mellitus sejak 5 tahun yang lalu dan dalam 6 bulan terakhir ini klien juga di diagnosis TB- paru dan klien mendapatkan OAT. Klien meminum OAT selama 5 bulan kemudian di stop karena timbul keluhan kuning, nyeri perut dan kembung.
Gejala yang muncul pada klien antara lain kelelahan, mual pada pagi hari, ikterus, splenomegali, dan asites. Menurit Wilson dan Price ( 20005), menifestasi utama dan lanjutan dari sirosis terjadi akibat dua tipe gangguan fisiologis, yaitu gagal sel hati dan hipertensi porta. Manifestasi klinis dari gagal sel hati berupa ikterus, edema perifer, kecenderungan perdarahan, eritema palmaris ( telapak tangan merah), angioma laba-laba, fetor hepatikum, dan ensefalopati hepatik. Gambaran klinis berkaitan dengan hipertensi porta adalah splenomegali, varises usifagus dan lambung, serta manifestasi kolateral lain seperti asites.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan nyeri pada klien bersifat akut dan akan dirasakan bila di tekan pada area kwadran kanan atas dengan intensitas sedang dan tidak menjalar. Masalah keperawatan yang kedua dari Tn I adalah ketidakefektifan pola nafas terjadi pada Tn I karena adanya penekanan diafragma oleh acites sehingga pola nafas nafas jadi tidak teratur. Masalah terakait pola nafas
biasanya
terjadi
tachypnea,
bradypnea,
kusmaul,hiperventilas,
hipoventilasidan masalah lainnya. Hal yang terjadi pada klien ini hanya mengalami sesak akibat tekanan diafragma tersebut.
Klien juga mengalami kelebihan volume cairan karena hipertensi porta sehingga pembuluh- pembuluh darah mengalami penurunan tekanan di intravaskuler
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
40
sehingga terjadi penurunan perfusi ke ginjal yang mengakibatkan aktifitas plasma renin sehingga aldosteron meningkat. Aldosteron yang berfungsi dalam mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit terutama natrium, bersamaan terjadi retensi cairan ( Ilmu penyakit dalam ,2000).
Menurut Corwin ( 2005)
hipertensi porta menyebabkan peningkatan tekanan
pada vena porna sehingga pembuluh- pembuluh darah terjadi sistem kolateral. Kelebihan volume cairan juga dapat di akibatkan oleh serum albumin plasma yang rendah. Penyebab dari albumin rendah ini adalah hati yang mengalami gangguan fungsi nya maka pembentukan albumin juga terganggu. Pada kondisi albumin rendah sehingga tekana koloid osmotik akan terganggu. ( Ilmu penyakit dalam ,2000).
Masalah keperawatan berikutnya adalah resiko infeksi. Resiko infeksi dapat terjadi karena penurunan daya tahan tubuh, pembesaran limpa dan penimbunan zat-zat yang dihasilkan dalam tubuh atau di luar tubuh klien karena hati tidak mampu melakukan fungsinya dengan baik dan dari hasil USG klien juga menagalami splenomegali. Ini terlihat dari hati yang berfungsi sebagai metabolisme dan penimbunan vitamin, lemak, besi dan tembaga serta detoksifikasi sejumlah zat endogen dan zat eksogen ( Wilson dan Price, 2005) .
Fungsi detoksifikasi sangat penting dan dilakukan oleh enzim hati melalui oksidasi, reduksi dan hidrolisis, atau konyugasi zat- zat yang berbahaya. Zat-zat endogen dapat berupa indol, skatol dan fenol yanf dihasilkan oleh kerja bakteri pada asam amino dalam usus besar ( Wilson dan Price, 2005)
Resiko ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah masalah keperawatan selanjutnya. Masalah ini karena gangguan fungsi hati dalam memetabolisme karbohidrat, glukosa, protein dan lemak. Ini dibuktikan berdasarkan Wilson dan Price (2005), hati berperan penting dalam metabolisme tiga makronutrien yang dihantarkan oleh vena porta pasca absorpsi di usus. Bahan makanan tersebut adalah karbohidrat, protein dan lemak.
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
41
Masalah keperawatan selanjutnya adalah keletihan. Keletihan ini juga berkaitan denngan fungsi hati yang tidak dapat mensintesis vitamin dan zat- zat makronutrien yang mengakibatkan anemia sehingga seluruh otot penurunan perfusi jaringan dan otot tidak menghasilkan energi yang akhirnya menimbulkan kelemahan
Masalah keperawatan terakhir yang timbul pada klien adalah resiko cedera, dan masalah ini berhubungan dengan fungsi hati yang mengalami gangguan juga karena hati tidak dapat memetabolisme protein. Semua plasma protein (kecuali gama globulin) di sintesis di hati. Salah satu protein yang di hasil adalah prothrombin, fibrinogen,dan faktor- faktor pembekuan lainnya ( Wilson dan Price, 2005)
4.3. Analisis Intervensi, implementasi dan konsep penelitian terkait. Berdasarkan dari pengkajian klien yang mengalami kelebihan volume cairan sehingga penulis tertarik untuk mengatasi kelebihan volume cairan yang terjadi pada klien. Intervensi yang dilakukan pada klien
berdasarkan keluhan yang
paling spesifik yaitu perut yang membesar, sehingga penulis memutuskan untuk mengatasi kelebihan volume cairan klien.
Intervensi antara lain memantau secara teratur lingkar abdomen, menimbang berat badan setiap hari. Hal ini dibuktikan oleh Wilson dan Price ( 2005), suatu tanda asites
adalah
meningkatnya
lingkar
abdomen,
penimbunan
ini
yang
mengakibatkan nafas pendek karena diafragma meningkat. Intervensi lainnya memantau dan mencatat asupan dan haluaran yang adekuat dan memantau hasil laboratorium terkait. Dengan pecatatan asupan dan haluaran atau pembatasan cairan akan menurunkan asites klien. Pemantauan hasil laboratorium terutama albumin serum. Menurut Wilson dan Price ( 2005) albumin di perlukan untuk mempertahankan tekanan osmotik koloid.
Adapun fungsi albumin adalah mempertahanakan tekanan onkotik plasma agar tidak terjadi asites, membantu metabolisme dan tranportasi berbagai obat-obatan
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
42
dan senyawa endogen terutama substansi lipofilik, anti inflamasi, dan membantu keseimbangan
asam
basa.
Anti
oksidan,
mempertahankan
integritas
mikrovaskuler, memiliki efek koagulan dan inhibisi agregasi trombosit ( Irsan dan Tities, 2008). Pada Tn I hasil laboratorium albumin 2,1 gr/dL. Sedangkan normal albumin 3,4 – 5 gr/dL. Hematokrit klien 29% yang harusnya normal 40 -52 %. Penurunan hematokrit ini terjadi pada klien yang mengalami anemia, malnutrisi, kekurangan
vitamin
B
dan
C
serta
penyakit
tukak
lambung(
www.infolaboratoriumkesehatan.wordpress.com ).
Menurut Morton( 2003), Kadar hematokrit dibawah normal menunjukkan kehilangan darah, hemolisis, hemodulisi. Menjelaskan dan mengajarkan tentang penyebab dan cara mengatasi edema( asites) dengan alokasi pembatasan cairan dan garam. Pembatasan garam adalah metode utama pengobatan asites (Wilson dan Price, 2005). Kolaborasi dengan timmedis untuk pemberian antidiuretik. Ini dibuktikan pada klien dapat menurunkan lingkar abdomen.
Parasintesis interversi kolaborasi berikutnya. Parasintesis adalah tindakan memasukkan suatu kanula kedalam rongga peritoneum untuk mengeluarkan cairan asites (Wilson dan Price, 2005). Tindakan ini dilakukan pada klien untuk diambil cairan asitesnya untuk pemeriksaan kultur. Pemberian albumin secara intra venoeus selama penulis praktik belum pernah dilakukan.
4.4. Alternatif Pemecahan Masalah Asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien memiliki beberapa kendala. Langkah yang diambil mahasiswa adalah mencari alternatif solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah keperawatan yang dilakukan. Solusi yang dimaksud dapat bersumber dari perawat dengan peran utamanya sebagai pemberi asuhan keperawatan, fasilitas layanan kesehatan, peran kolaborasi dengan profesional kesehatan
lain,
ataupun
pelibatan
pasien
dan
keluarga
dalam
proses
pemberianasuhan keperawatan. Dengan adanya alternatif penyelesaian masalah, diharapkan intervensi keperawatan yang diperlukan dapat menyelesaikan masalah keperawatan pasien dengan efektif. Masalah keperawatan yang masih harus
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
43
memerlukan perawatan sesuai dengan analisis diatas adalah mengenai asites yang muncul lagi setelah pasien pulang beberapa hari dirumah klien kembali degan keluhan perut membesar kembali sehingga menyebabkan susah bernafas.
Terapi yang sudah dilakukan adalah terapi cairan yaitu pembatasan cairan dan mengajarkan pembatasan cairan dan garam. Hal ini akan efektif apabila keluarga atau klien patuh terhadap anjuran ini, tetapi berbeda pada klien menurut keluarga klien dan keluarga tidak melakukan pembatasan cairan. Menurut Mistiean (2001), ketidak patuhan ditemukan pada semua aspek akan tetapi ketidak patuhan terhadap pembatasan intake cairan adalah aspek yang paling sulit dilkukan untuk sebagian besar pasien.
Alternatif pemecahan masalah penulis membuat konsekuensi dan kesepakatan dalam pembatasan cairan serta menjelaskan proses penyakit apabila tidak di batasi cairan. Ada beberapa kekurangan dalam melakukan intervensi pembatasan cairan ini yaitu penulis merasa referensi terkait evidance based practice yang sesuai kasus ini sangat terbatas. Selain itu kesibukan keluarga untuk dilakukan intervensi ini sangat sulit sehingga hanya dengan klien saja. Harapannya untuk klien yang lain yang mengalami kebihan volume cairan ini dapat dengan tegas dan patuh terhadap therapi yang di rencanakan sehingga kemungkinan berhasil terapi lebih besar.
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB 5 PENUTUP
5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan pada klien sirosis hepatis di ruang melati atas RSP Persahabatan adalah sebagai berikut ; 5.1.1. Penyakit hati yang sering dapat di perkotaan adalah adalah hepatitis A, hepatitis B, sirosis hati, kanker hati, abses hati. Sirosis hepatis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A,B, dan C, alkoholik, dan obat-obatan serta hemokromatosis 5.1.2. Penyebab lain dari serosis hati yaitu hepatitis autoimu, penyakit yang menyebabkan penyumbatan saluran empedu, lemak yang menunpuk dihati, reaksi parah dari obat tertentu, dan beberapa
racun dan polusi lingkungan. Gagal
jantung parah yang dapat menyebabkan tekanan balik darah dan kemacetan di hati. 5.1.3. Kondisi asites yang muncul lagi setelah pasien pulang beberapa hari dirumah klien kembali degan keluhan perut membesar kembali sehingga menyebabkan susah bernafas, karena klien tidak patuh pada pada pembatasan cairan yang telah di ajarkan oleh perawat.
5.2. Saran Berdasarkan keterbatasan dan pembahasan hasil penulisan ini, maka penulis memberikan beberapa rekomendasi kepada penulis selanjutnya dalam melakukan asuhan keperawatan pada; 5.2.1. Penulis selanjutnya dapat lebih tegas dalam menentukan pembatasan cairan dan garam kepada klien sehingga menghindari kambuh kembali asites. 5.2.2. Dalam bidang keperawatan khususnya perawat yang merawat klien-klien dengan sirosis hepatis atau yang berhubungan dengan pembatasan cairan lebih tegas dan membuat pencatatan khusus secara konsekuen serta penyuluhan kepada klien tentang perawatan dan diet klien dengan sirosis hepatis.
44
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
45
5.2.3. Institusi pendidikan harusnya memberikan tambahan-tambahan informasi kepada mahasiswa terkait asuhan keperawatan pada klien serosis hepatis dengan pembahasan yang terperinci dalam materi perkuliahan dan membuat standar prosedur tindakan keperawatan serta. Hal ini dengan harapan dapat menurunkan angka kejadian sirosis hepatis.
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
Daftar Pustaka Achmadi U. F. (2010). Manajemen penyakit berbasis wilayah. Jakarta: Universitas Indonesia. Brunner and Suddart. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC Clark, Mary Jo. (1998). Nursing in community: dimension of community health nursing. Third Edition. USA: Appleton & Lange. Corwin, E.J (2005). Pathofisiologi. Jakarta. EGC Herdman, T.H. (2012-2014). NANDA International Nursing diagnoses: definitions and classification. Oxford: Wiley Blackwell Irsan, H & Tities, A.I( 2008). Majalah medicinus vol 21 no.2 edisi April – Juni 2008. Jakarta; Devisi Hepatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI / RSCM Lancaster, J & Stanhope, M. (2000). Community public health nursing. Fifth Edition. St.Louis: Mosby. Morton, P.G (2003). Panduan pemeriksaan kesehatan dengan dokumentasi soapie (ed.2). Jakarta : EGC McEwen,M & Nies,M.A. (2007). Community/public health nursing: promoting the health of populations. Fourth edition. USA: Saunders Elsevier. Mistien (2001) Nephrologi Nursing Journal Desember 2001 vol.28. no 6. Diperoleh http//;www.ncbi.nlm.nih.sov/pubmed/12143470 tanggal 5 juli 2014 Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI) ( 2013). Artikel umum sirosis hati . Jakarta. Smeltzer, S & Bare, B.G (2001) Keperawatan Medikal Bedah 2 (ed. 8). Jakarta: EGC. Soeparman (2004). Ilmu penyakit dalam Jakarta: balai penerbit FKUI. Sulaiman & Lesmana dkk. (2007). Buku ajar Ilmu penyakit Hati. Jakarta: Jaya Abadi. World Health Organization (WHO). (2008). Environmental Health. 5 Juli 2014.
46
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
www.litbangdepkes.go.id Laporan Rikesdas 2010.unduh 29 Juni 2014 ; jam
14.30 Wib. www.Bppsdmkdepkes.go.id Penyakit menular indonesia 2013 . unduh 29 Juni 2014 jam 14.55. wib www.Infonilailaboratoriumkesehatan.com di unggah 5 Juli 2014 jam 12.30 Wib http//; majalah kesehatan serosis hepatis oleh dr. Salma 21 Desember 2010 di unduh 5 Juli 2014 jam 05.00 Wib Wilson, L.M & Price, S.A (2005) Patofisiologi :konsep klinis proses-proses penyakit Jakarta: EGC
47
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
3.1.Rencana Asuhan Keperawatan Tabel 3.6 Rencana Asuhan Keperawatan Perencanaan
No Diagnosa Tujuan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 8 jam di 1 harapkan nyeri hilang di tandai dengan Kriteria hasil; 1. Wajah klien tidak meringis lagi 2. Skala nyeri 1-2 3. Tidak ada nyeri tekan 4. Tanda-tanda vital dalam batas normal 5. Klien melaporkan nyeri berkurang
Intervensi 1. Kaji intensitas, karateristik, lokasi, durasi, , frekuensi dan tempat serta pejalaran nyeri 2. Kaji faktor penyebab nyeri 3. Observasi isyarat nonverbal ketidak nyamanan 4. Berikan posisi yang nyaman dan lingkungan yang tenang. 5. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri 6. Ajarkan teknik relaksasi.
7. Ajarkan untuk kompres hangat dan masase ringan 8. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik bila perlu.
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
No Perencanaan Diagnosa Tujuan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 8 jam di harapkan 2. pola nafas dapat kembali efektif di tandai dengan Kriteria hasil; 1. Tidak suara nafas tambahan 2. Respirasi Rate dalam batas normal 3. Irama nafas dan kecepatan dalam batas normal 4. Asites berkurang lingar perut
Intervensi 1. Pantau adanya tanda-tanda kepucatan 2. Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan upaya pernafasan 3. Pantau adanya bunyi nafas seperti medengkur 4. Perhatikan pergerakan dinding dada amati kesimetrisan dan penggunaan otot bantu 5. Pantau pola nafas bradipnea,takipnea. 6. Auskultasi suara nafas 7. Pantau peningkatan kegelisahan, ansietas klien
8. Atur posisi klien untuk mengoptimalkan pernafasan 9. Pertahankan oksigen dengan aliran rendah kanula nasal 10. Kolaborasi untuk pemberian obat untuk mengoptimalkan pernafasan
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
No Perencanaan Diagnosa Tujuan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 8 jam di harapkan 3. kelebihan volume cairan dapat di kurangi di tandai dengan Kriteria hasil; 1. Tanda-tanda vital dalam batas normal 2. Tidak mengalami nafas pendek 3. Hematokrit dalam batas normal 4. Acites berkurang 5. Lingkat perut berkurang setiap hari
Intervensi 1. Pantau secara teratur lingkar abdomen 2. Timbang berat badab setiap hari 3. Pertahankan catatan asupan dan haluaran yang adekuat
4. Pantau penurunan hematokrit 5. Ajarkan klien tentang penyebab dan cara mengatasi edema dengan alokasi pembatasan cairan klien 6. Kolaborasi dengan medis untuk pemberian di uretik
4.
.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 8 jam di harapkan resiko infeksi tidak terjadi di tandai dengan Kriteria hasil; 1. Nilai lab yang berhubungan dalam batas normal 2. Tidak ada muncul tanda- tanda infeksi 3. Tanda- tanda vital dalam batas normal
1. Pantau adanya tand-tanda infeksi 2. Pertahankan teknik aseptic pada pada prosedur invasif 3. Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan pada semua orang yang berhubungan dengan klien dan termasuk klien sendiri 4. Kolaborasi untuk mendapatkan antibiotik yang sesuai
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
No Perencanaan Diagnosa Tujuan 5. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 8 jam diharapkan resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi. Di tandai dengan Kriteria hasil 1. Mempertahankan Berat badan sekrang 2. Mempertahankan asupan makanan secara adekuat 3. Melaporkan tingkat energi yang adekuat 4. Mempertahankan massa tubuh dan berat badan batas normal 5.
dalam
Memiliki nilai laboratorium yang berkaitan dalam batas normal
Intervensi 1. Tentukan motivasi klien untuk mengubah kebiasaan makan 2. Timbang berat badan pada interval yang tepat
3. Buat perencanaan makan dengan klien yang masuk dalam jadwal makan , lingkungan makan, kesukaan dan ketidak sukaan klien serta suhu makanan. 4. Hindari prosedur invasif sebelum makan 5. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan. 6. Ajarkan makan sedikit tapi sering.
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
No Diagnosa 6.
Perencanaan Tujuan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 8 jam di harapkan keletihan berkurang di tandai dengan Kriteria hasil; 1. Mempertahankan nutrisi yang adekuat 2. Kesimbangan antara aktivita dan istirahat 3. Melaporkan ketahanan yang adekuat untuk aktivitas.
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
Intervensi 1. Kaji dampak keletihan pada kualitas hidup 2. Pantau respon kardiorespirasi terhadap aktivitas. 3. Pantau dan catat pola tidur klien dan jumlah jam tidurnya. 4. Pantau asupan nitrisi klien 5. Jelaskan hubungan antara keletihan dan proses penyakit 6. Dukung klien untuk dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan, sehubungan dengan perubahan hidup yang disebabkan oleh keletihan. 7. Bantu klien untuk mengidentifikasi tindakan yang dapat menyebabkab keletihan 8. Bantu aktivitas kehidupan sehari-hari sesuai kebutuhan 9. Kurangi aktivitas yang prioritasnya rendah 10. Batasi stimulus lingkungan misalnya kebisingan dan pengunjung jika perlu
No Perencanaan Diagnosa Tujuan 7. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 8 jam di harapkan resiko cedera tidak terjadi di tandai dengan Kriteria hasil; 1. Perdarahan tidak terjadi 2. Nilai laboratorium yang berhubungan dalam batas normal 3. Tanda- tanda vital dala batas normal
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
Intervensi 1. Kaji adanya tanda- tanda perdarahan gantro interstinal 2. Observasi adanya petekie, ekimosis, dan perdarahan dari sati atau lebih sumber bagian lain 3. Monitor tanda- tanda vital 4. Perhatiakan perubahan tingkat kesadaran 5. Berikan informasi untuk menggunakan sikat gigi yang halus 6. Monitor hasil laboratorium terkait faktor pembekuan darah 7. Kolaborasi dengan tim medis mendapatkan anti koaagulan dan obatobat pencahar.
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
3.7. Catatan Keperawatan Tabel 3.8. Catatan perkembangan Tanggal 2-6-2014
Diagnosa Implementasi Evaluasi keperawatan Ketidak efektifan Memantau adanya tanda-tada S ; pola nafas sianosis klien mengatakan susah bernafas karena perut berhubungan dengan semakin besar Menghitung frekwensi pernafasan, penekanan pada Klien mengatakan nyeri seperti di tusuk – tusuk. kecepatan, irama dan mendengar diagfragma adanya suara tambahan Klien mengatakan bernafas tersengal-sengal Memantau adanya kegelisan pada klien Mengatur posis klien pada posis O ; nyaman Terpasang oksigen nasal kanul 1-3 liter/ menit Mempertahankan oksigen Tampak klien mampu melakukan tarik nafas dalam dan tersengal-sengal ( dangkal ) Memberikan injeksi lasix 4 gr/ 12 jam RR 24x/menit Lingkar perut 90 cm A ; Masalah belum teratasi P; 1. 2. 3. 4. 5.
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
Pantau adanya sianosis Pertahankan posisi Pertahankan oksigen Ukur lingkar perut setiap hari Pantau tanda-tanda kegelisahan
Tanggal 2-6-2014
Diagnosa keperawatan Nyeri akut
Implementasi
Evaluasi
Mengkaji lokasi nyeri , durasi S ; nyeri, frekuensi, kualias dan skala klien menagatakan nyeri perut kanan atas dan nyeri bila ditekan nyeri klien Klien mengatakan nyeri seperti di tusuk – tusuk. Mengatur posisi klien pada posisi yang nyaman Klien mengatakan nyeri berkurang dengan tarik nafas dalam dan kompres hangat Mengajarkan teknik relaksasi tarik nafas dalam Menjelaskan pada klien penyebab O; nyeri Skala nyeri 3 -4 nyeri sedang Mengajurkan kompres hangat bila nyeri Tampak klien mampu melakukan tarik nafas dalam Tampak keluarga melakukan kompres hangat A ; Masalah nyeri teratasi P; 1. Perthanakan teknik relaksasi
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
Tanggal 2-6-2014
Diagnosa Implementasi Evaluasi keperawatan Kelebihan volume Mengukur lingkar perut, S ; menimbang berat badan, dan TB klien mengatakan susah bernafas karena perut cairan berhubungan semakin besar Mempertahankan asupan cairan dengan hipertensi klien dengan mengukur intake dan Klien mengatakan nyeri seperti di tusuk – tusuk. out put Klien mengatakan minum tidak di ukur porta Memantau hasil laboratorium ( Hematokrit ) Memberikan injeksi lasix 40 gr/ 12 O; jam Lingkar perut 90 cm Memberikan comufusin hepar 500cc/ 24 jam BB 68 kg Balance cairan + 300 cc Ht 29 % A ; Masalah belum teratasi P; 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Pertahankan oksigen Ukur lingkar perut setiap hari Pantau tanda-tanda kegelisahan Timbang berat badan setiap hari Pertahankan medikasi Panttau hasil laboratorium Jelaskan tentang proses penyakit
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
Tanggal 3-6-2014
Diagnosa Implementasi keperawatan Resiko infeksi Memantau adanya tanda-tanda infeksi berhubungan dengan Mempertahankan teknik aseptik pembesaran limpa setiap kontak dengan klien Mengajarkan cara mencuci tagan 6 dan gangguan lagkah pada klien dan keluarga metabolisme. Memberikan antibiotik cepepime 2x 1 gr
Evaluasi S ; klien mengatakan kulit menguning dalam 6 bulan terakhir O;
Tanda- tanda infeksi Klien tampak pucat Hb 10,5 gr/dl Konjungtiva anemis Sklera ikterus Masa prothrombin memanjang ( 17,2 detik )
A ; Masalah belum teratasi P; 1. Pertahankan teknik aseptik 2. Pertahankan antibiotik
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
Tanggal 3-6-2014
Diagnosa keperawatan Resiko
Implementasi
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
berhubungan dengan penurunan absorpsi dan
penyimpanan
larut
lemak
dan
gangguan metabolisme lemak, glukosa, protein
Mengukur lingkar perut, menimbang berat badan, dan TB Mempertahankan asupan makanan dan memotivasi klien makan dengan makan makanan kesukaan Memantau hasil laboratorium ( Hb, ferasitin, ) Memberikan IV line comufusin hepar 500 cc/ 24 jam Memberikan ondansetron Menganjurkan keluarga untuk makan bersama klien untuk meningkatkan nafsu makan klien Memberikan curcuma tab 3x 1
Evaluasi S;
O;
klien mengatakan kurang nafsu makan Klien mengatakan nyeri seperti di tusuk – tusuk.
Lingkar perut 90 cm BB 68 kg Hb 10, 5 gr/ dl Albumin 2,2gr / dl
A ; Masalah belum teratasi P; 1. 2. 3. 4.
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
Pertahan nafsu makan sekarang Hitung kebutuhan kalori klien Pantau hasil laboratorium Kolabrasi untuk tranfusi albumin
Tanggal 4-6-2014
Diagnosa Implementasi keperawatan Resiko infeksi Memantau adanya tanda-tanda infeksi berhubungan dengan Mempertahankan teknik aseptik pembesaran limpa setiap kontak dengan klien Mengajarkan cara mencuci tagan 6 dan gangguan lagkah pada klien dan keluarga metabolisme. Memberikan antibiotik cepepime 2x 1 gr
Evaluasi S ; klien mengatakan kulit menguning dalam 6 bulan terakhir O;
Tanda- tanda infeksi Klien tampak pucat Hb 10,5 gr/dl Konjungtiva anemis Sklera ikterus Masa prothrombin memanjang ( 17,2 detik )
A ; Masalah belum teratasi P; 3. Pertahankan teknik aseptik 4. Pertahankan antibiotik
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
Tanggal 3-6-2014
Diagnosa Implementasi Evaluasi keperawatan Ketidak efektifan Memantau adanya tanda-tada S ; pola nafas sianosis klien mengatakan susah bernafas karena perut berhubungan dengan semakin besar Menghitung frekwensi pernafasan, penekanan pada kecepatan, irama dan mendengar Klien mengatakan nyeri seperti di tusuk – tusuk. diagfragma adanya suara tambahan Klien mengatakan bernafas tersengal-sengal Memantau adanya kegelisan pada klien Mengatur posis klien pada posis O ; nyaman Terpasang oksigen nasal kanul 1-3 liter/ menit Tampak klien mampu melakukan tarik nafas dalam Mempertahankan oksigen dan tersengal-sengal ( dangkal ) Memberikan injeksi lasix 4 gr/ 12 RR 20x/menit jam Lingkar perut 90 cm A ; Masalah belum teratasi P; 1. 2. 3. 4. 5.
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
Pantau adanya sianosis Pertahankan posisi Pertahankan oksigen Ukur lingkar perut setiap hari Pantau tanda-tanda kegelisahan
Tanggal 3-6-2014
Diagnosa Implementasi Evaluasi keperawatan Kelebihan volume Mengukur lingkar perut, S ; menimbang berat badan, dan TB klien mengatakan susah bernafas karena perut cairan berhubungan semakin besar Mempertahankan asupan cairan dengan hipertensi klien dengan mengukur intake dan Klien mengatakan nyeri seperti di tusuk – tusuk. out put Klien mengatakan minum tidak di ukur porta Memantau hasil laboratorium ( Hematokrit ) Memberikan injeksi lasix 40 gr/ 12 O; jam Lingkar perut 90 cm Memberikan comufusin hepar 500cc/ 24 jam BB 68 kg Balance cairan + 300 cc Ht 29 % A ; Masalah belum teratasi P; 8. Pertahankan oksigen 9. Ukur lingkar perut setiap hari 10. Pantau tanda-tanda kegelisahan 11. Timbang berat badan setiap hari 12. Pertahankan medikasi 13. Panttau hasil laboratorium 14. Jelaskan tentang proses penyakit
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
Tanggal 4-6-2014
Diagnosa Implementasi Evaluasi keperawatan Ketidak efektifan Memantau adanya tanda-tada S ; pola nafas sianosis klien mengatakan susah bernafas karena perut berhubungan dengan semakin besar Menghitung frekwensi pernafasan, penekanan pada kecepatan, irama dan mendengar Klien mengatakan nyeri seperti di tusuk – tusuk. diagfragma adanya suara tambahan Klien mengatakan bernafas tersengal-sengal Memantau adanya kegelisan pada klien Mengatur posis klien pada posis O ; nyaman Terpasang oksigen nasal kanul 1-3 liter/ menit Tampak klien mampu melakukan tarik nafas dalam Mempertahankan oksigen dan tersengal-sengal ( dangkal ) Memberikan injeksi lasix 4 gr/ 12 RR 20x/menit jam Lingkar perut 90 cm A ; Masalah belum teratasi P; 6. Pantau adanya sianosis 7. Pertahankan posisi 8. Pertahankan oksigen 9. Ukur lingkar perut setiap hari 10. Pantau tanda-tanda kegelisahan
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
Tanggal 4-6-2014
Diagnosa Implementasi Evaluasi keperawatan Kelebihan volume Mengukur lingkar perut, S ; menimbang berat badan, dan TB klien mengatakan susah bernafas karena perut cairan berhubungan semakin besar Mempertahankan asupan cairan dengan hipertensi klien dengan mengukur intake dan Klien mengatakan nyeri seperti di tusuk – tusuk. out put Klien mengatakan minum tidak di ukur porta Memantau hasil laboratorium ( Hematokrit ) Memberikan injeksi lasix 40 gr/ 12 O; jam Lingkar perut 90 cm Memberikan comufusin hepar 500cc/ 24 jam BB 68 kg Balance cairan + 300 cc Ht 29 % A ; Masalah belum teratasi P; 15. Pertahankan oksigen 16. Ukur lingkar perut setiap hari 17. Pantau tanda-tanda kegelisahan 18. Timbang berat badan setiap hari 19. Pertahankan medikasi 20. Panttau hasil laboratorium 21. Jelaskan tentang proses penyakit
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
Tanggal 4-6-2014
Diagnosa keperawatan Keletihan berhubungan dengan proses penyakit
Implementasi Memantau tanda- tanda vital setelah aktivitas dan sebelum aktivitas Memantau asupan nutrisi klien Mengkaji pola tidur klien Menjelaskan hubungan antara keletihan dengan kondisi penyakit Anjurkan klien dibantu keluarga saat melakukan aktivitas Memotivasi klien dan keluarga untuk melakukan aktivitas ringan dan batasi aktivitas berat dan yang menyebabkan keletihan Mambatasi pengunjung
Evaluasi S ; klien mengatakan mudah lelah dan capek
O;
Klien tampak berbaring di tempat tidur Konjuntiva anemis RR 20x/menit Td 100/ 80 mmhg Hb 10,5 gr/ dl
A ; Masalah belum teratasi P; 1. Pantau penyebab keletihan klien 2. Pertahankan asupan nutrisi 3. Batasi aktivitas yang memperberat keletihan
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
Tanggal 4-6-2014
Diagnosa Implementasi Evaluasi keperawatan Resiko cedera Mengkaji adanya tanda-tanda S ; perdarahan sistem pencernaan klien mengatakan lemepat lelah cas dan berhubungan dengan Memantau adanya perdarahan penurunan lambung atau melena Memonitor tanda- tanda vital prothrombin dan Memantau perubahan tingkat faktor koagulasi O; kesadaran Masa prothrombin 17,2 detik Menganjurkan penggunaan sikat gigi yang lembut untuk Serum Iron ( Fe) 120 ug/L menghindari perdarahan gusi TIBC 121 ug/L Memonitor hasil laboratorium Memberikan obat omeprazole 1X Saturasi Tranferin 99,2 % 40 mg Hasil USG : serosis hepatis, splenomegali dan Memberikan KSR 3 x 600mg pelebaran CBD A ; Masalah belum teratasi P; 1. Pantau adanya tanda- tanda perdarahan G I 2. Pantau dan monitor perubahan tingkat kesadaran 3. Pertahan kan therapy
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
Tanggal 5-6-2014
Diagnosa keperawatan Keletihan berhubungan dengan proses penyakit
Implementasi Memantau tanda- tanda vital setelah aktivitas dan sebelum aktivitas Memantau asupan nutrisi klien Mengkaji pola tidur klien Menjelaskan hubungan antara keletihan dengan kondisi penyakit Anjurkan klien dibantu keluarga saat melakukan aktivitas Memotivasi klien dan keluarga untuk melakukan aktivitas ringan dan batasi aktivitas berat dan yang menyebabkan keletihan Mambatasi pengunjung
Evaluasi S ; klien mengatakan lelah dan capek mulai berkurang
O; Klien tampak berbaring di tempat tidur kadang duduk di teras Rs Konjuntiva anemis RR 18x/menit Td 100/ 80 mmhg Hb 10,5 gr/ dl A ; Masalah mulai teratasi P; 1. Pantau penyebab keletihan klien 2. Pertahankan asupan nutrisi 3. Batasi aktivitas yang memperberat keletihan
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
Tanggal 5-6-2014
Diagnosa Implementasi Evaluasi keperawatan Kelebihan volume Mengukur lingkar perut, S ; menimbang berat badan, dan TB klien mengatakan susah bernafas karena perut cairan berhubungan semakin besar sudah tidak terjadi lagi Mempertahankan asupan cairan dengan hipertensi klien dengan mengukur intake dan out put porta Memantau hasil laboratorium ( O; Hematokrit ) Lingkar perut 88 cm Memberikan injeksi lasix 40 gr/ 12 BB 62 kg jam Balance cairan + 200 cc Memberikan comufusin hepar 500cc/ 24 jam Ht 29 %
A ; Masalah mulai teratasi P; 1. 2. 3. 4.
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
Ukur lingkar perut setiap hari Timbang BB setiap hari Pertahankan asupan cairan Pertahan theraphy
Tanggal 5-6-2014
Diagnosa keperawatan Keletihan berhubungan dengan proses penyakit
Implementasi Memantau tanda- tanda vital setelah aktivitas dan sebelum aktivitas Memantau asupan nutrisi klien Mengkaji pola tidur klien Menjelaskan hubungan antara keletihan dengan kondisi penyakit Anjurkan klien dibantu keluarga saat melakukan aktivitas Memotivasi klien dan keluarga untuk melakukan aktivitas ringan dan batasi aktivitas berat dan yang menyebabkan keletihan Mambatasi pengunjung
Evaluasi S ; klien mengatakan mudah lelah dan capek
O;
Klien tampak berbaring di tempat tidur Konjuntiva anemis RR 18 x/menit Td 100/ 80 mmhg Hb 10,5 gr/ dl
A ; Masalah belum teratasi P;
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
1. Pantau penyebab keletihan klien 2. Pertahankan asupan nutrisi 3. Batasi aktivitas yang memperberat keletihan
Tanggal 5-6-2014
Diagnosa keperawatan Resiko
Implementasi
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
berhubungan dengan penurunan absorpsi dan
penyimpanan
larut
lemak
dan
gangguan metabolisme lemak,
Mengukur lingkar perut, menimbang berat badan, dan TB Mempertahankan asupan makanan dan memotivasi klien makan dengan makan makanan kesukaan Memantau hasil laboratorium ( Hb, ferasitin, ) Memberikan IV line comufusin hepar 500 cc/ 24 jam Memberikan ondansetron Menganjurkan keluarga untuk makan bersama klien untuk meningkatkan nafsu makan klien Memberikan curcuma tab 3x 1
Evaluasi S;
klien mengatakan nafsu makan sudah Klien mengatakan menghabiskan satu porsi yang di sediakan .
O;
Lingkar perut 88 cm BB 62 kg Hb 10, 5 gr/ dl Albumin 2,2gr / dl
A ; Masalah mulai teratasi P; 1. 2. 3. 4.
glukosa, protein
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014
Pertahan nafsu makan sekarang Hitung kebutuhan kalori klien Pantau hasil laboratorium Rencana untuk tranfusi albumin
Tanggal 5-6-2014
Diagnosa keperawatan Resiko infeksi berhubungan dengan pembesaran dan
limpa
gangguan
metabolisme.
Implementasi
Evaluasi
Memantau adanya tanda-tanda S ; klien mengatakan kulit menguning dalam 6 bulan terakhir infeksi Mempertahankan teknik aseptik O; setiap kontak dengan klien Tanda- tanda infeksi Mengajarkan cara mencuci tagan 6 Klien tampak pucat lagkah pada klien dan keluarga Hb 10,5 gr/dl Memberikan antibiotik cepepime 2x 1 gr Konjungtiva anemis Sklera ikterus Masa prothrombin memanjang ( 17,2 detik ) A ; Masalah mulai teratasi P; 1. Pertahankan teknik aseptik 2. Pertahankan antibiotik
Analisis praktik ..., Putri Meutia, FIK UI, 2014