UNIVERSITAS INDONESIA
TINDAK TUTUR MENGELUH DALAM BAHASA JEPANG
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora
GITA NURHASANAH 0606088274
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN DAN BUDAYA PROGRAM STUDI JEPANG KEKHUSUSAN LINGUISTIK DEPOK JULI 2010
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
UNIVERSITAS INDONESIA
TINDAK TUTUR MENGELUH DALAM BAHASA JEPANG
SKRIPSI
GITA NURHASANAH 0606088274
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN DAN BUDAYA PROGRAM STUDI JEPANG DEPOK JULI 2010
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Sayayang bertandatangan di bawahini menyatakanbahwaskripsi ini sayasusun tanpatindakanplagiarismesesuaidenganperaturanyang berlakudi Universitas Indonesia.
Jika di kemudianhari sayaterbukti melalarkantindakanplagiarisme,sayaakan bertanggungjawabsepenuhnyadan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh UniversitasIndonesiakepadasaya.
Jakarta,
W Gita Nurhasanah
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya sayasendiri, dan semuasumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan denganbenar.
Nama
: Gita Nurhasanah
NPM
t 0ffi088274
randa rangan 'fifffhf Tanggal
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
ill
: 21 Juli 2010
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang diajukan oleh Nama
: Gita Nurhasanah
NPM
:0606088274
Program Studi: SastraJepang
: TindakTutur MengeluhdalamBahasaJepang
Judul
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora dari program studi Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya,UniversitasIndonesia
DEWAN PENGUJI k-'
: Filia,S.S.,M.Si.
Pembimbing
( I#1.....
KetuaSidanglPenguji :YennySimulya,S.S.,M.A. ( :ErmahMandah,S.S.,M.A. (.
Penguji
Ditetapkandi : Depok Tanggal
:
Oleh Dekan FakultasIlmu Pengetahuan Budaya '. PEN(i
,r{t"
.&
[email protected] 4/b
9
lgasrcN1ee003 1002
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
)
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKIIIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagaisivitas akadernikaUniversitasIndonesia,saya yang bertandatangan di bawahini:
Nama
: GitaNurhasanah
NPM
:0606088274
ProgramStudi: Jepang Departemen :Linguistik Fakultas
: Ilmu Pengetahuan danBudaya
JenisKarya
: Skripsi
demi pengembanganilmu pengetahuan,menyetujui untuk memberikan kepada Universitas IndonesiaHak Bebas Royalti Noneksklusif Qr{on-exclusiveRoyaltyfree Right) ataskarya ilmiah sayayang berjudul:
TINDAK TUTUR MENGELUH DALAM BAHASA JEPANG
besertaperangkatyang ada (ika diperlukan).Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini, Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia atau memformatkan,mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagaipenulis atau pencipta tugas akhir sayaini dan sebagaipemilik Hak Cipta. Demikian pernyataanini sayabuat dengansebenarnya.
Dibuatdi: Depok Tanggal:2l Juli2010 Yangmenyatakan,
(GitaNurhasanah) Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010 vtl
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena berkat kuasa dan Rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Humaniora Program Studi Jepang pada Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Saya menyadari, bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
Ibu Filia, S.S.,M.Si. Selaku dosen pembimbing yang telah sabar membimbing saya. Juga telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran di tengah kesibukannya untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini;
Ibu Ermah Mandah, S.S.,M.A. selaku pembaca skripsi yang telah memberikan ilmu, nasehat, dan motivasi kepada saya;
Ibu Yenny Simulya, S.S.,M.A. selaku Ketua Sidang;
Bapak Jonnie R. Hutabarat, B.A.,M.A. selaku Koordinator Program Studi Sastra Jepang yang telah memberikan berbagai informasi akademik kepada saya;
Seluruh dosen yang telah mengajar dan berbagi ilmu kepada saya;
Ibu dan Bapak serta saudara-saudaraku tercinta yang selalu memberikan dukungan moril maupun materil. Terima kasih atas doa, semangat, kasih sayang yang kalian beri.
Semua sahabat di Program Studi Jepang atas semangat dan doanya, khususnya Fuji, Dini, Ayu, Ranti, Adit, Aya, Chuphe, Puput, Bunidh, Kara, Cuit, Yola, Ariana, Baim, Zaim, Jamil, Zaki, Galih, Ananta;
Teman-teman seangkatan 2006, khususnya Santi, Icha, Avi, Rida yang selalu mendukung dan menyemangati penulis, walaupun sudah tidak berada dalam satu lingkungan lagi.
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Semua sahabat di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya yang selalu mendoakan penulis setiap kali berpapasan di jalan, bertemu di perpustakaan, kantin, mushola, maupun di setiap gedung fakultas.
Enam Orang sahabat SMA (Yana, Yani, Winda, Zahra, Kiki, dan Mae) yang selalu memberikan semangat dan doa setiap kali bertemu.
Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Tanpa mengurangi rasa hormat, saya sangat berterima kasih atas bantuan dan dukungannya selama ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan saudara-saudara semua. Semoga skripsi ini memberi manfaat, baik bagi penulis maupun bagi pembelajar, pengajar, dan pemerhati dalam konteks bahasa dan ilmu bahasa Jepang.
Depok, 21 Juli 2010 Gita Nurhasanah
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Informasi mengenai Drama Shokojo Seira……………………....
51
Lampiran 2 Data-data Percakapan………………………………………….....
53
x Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………… SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME……………………….... LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS………………………………. LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………….. KATA PENGANTAR………………………………………………………. LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………………. ABSTRAK…………………………………………………………………… ABSTRACT…………………………………………………………………. DAFTAR ISI………………………………………………………………… DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………... 1. PENDAHULUAN………………………………………………………. 1.1 Latar Belakang………………………………………………………... 1.2 Perumusan Masalah…………………………………………………... 1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………... 1.4 Kerangka Teori……………………………………………………….. 1.5 Metodologi Penelitian………………………………………………… 1.6 Ruang Lingkup……………………………………………………….. 1.7 Sistematika Penulisan………………………………………………… 2. TEORI DAN KONSEP………………………………………………… 2.1 Tutur………………………………………………………………….. 2.2 Peristiwa Tutur……………………………………………………….. 2.3 Tindak Tutur………………………………………………………….. 2.4 Definisi Mengeluh……………………………………………………. 2.5 Strategi Mengeluh……………………………………………………. 2.6 Kekuasaan dan Solidaritas…………………………………………… 3. ANALISIS DATA………………………………………………………. 3.1 Keluhan dengan Isyarat………………………………………………. 3.2 Keluhan dengan Menyatakan Kekesalan…………………………….. 3.3 Keluhan dengan Cara Menyalahkan…………………………………. 4. KESIMPULAN…………………………………………………………. DAFTAR REFERENSI…………………………………………………….
ix Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
I ii iii iv v vii viii viii ix x 1 1 4 4 4 4 5 5 6 6 6 6 9 11 17 18 19 27 34 46 48
Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Gita Nurhasanah Program Studi : Sastra Jepang Judul : Tindak Tutur Mengeluh dalam Bahasa Jepang Skripsi ini menganalisis tindak tutur mengeluh dalam bahasa Jepang yang terdapat dalam drama seri Jepang yang berjudul Shokojo Seira. Tuturan mengeluh ini di teliti melalui pendekatan sosiopragmatik yang dikaitkan dengan konsep strategi mengeluh Anna Trosborg. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi-strategi yang digunakan oleh penutur jati bahasa Jepang dalam mengungkapkan keluhannya tersebut. Dari penelitian ini diperoleh tiga strategi mengeluh, yaitu keluhan dengan isyarat, keluhan dengan menyatakan kekesalan, dan keluhan dengan cara menyalahkan. Hasil analisis data menunjukkan hubungan sosial yang terjalin antar peserta tutur mempengaruhi strategi mengeluh yang digunakan. Kata kunci: Tindak tutur, mengeluh, strategi, hubungan
ABSTRACT Name : Gita Nurhasanah Study Program : Japanese Literature Title : The Japanese Speech Act of Complaint This Undergraduate thesis focuses on the Japanese Speech Act of Complaint that is used in dorama (Japanese soap operas) tittle Shokojo Seira. This complaining utterance is analyzed by using sociopragmatic approach which is connected of complaining strategies by Anna Trosborg. The aim of this Research is to know some strategies that are used by the native speaker of Japanese in expressing their complaining act. The result show that there are three strategies of complaining act which are giving hint, stating annoyance, and blaming. And this research show that the social relationship among the member of speakers influences the uses of complaining strategies. Keys Words: Speech Act, complain, strategy, relationship
viii Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri. Manusia membutuhkan manusia lain dalam menjalin hubungan dalam lingkungan masyarakat. Dalam berinteraksi dengan manusia lainnya, tentunya kita memerlukan sebuah alat komunikasi, yaitu bahasa. Bahasa yang dimaksud adalah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh para anggota kelompok
masyarakat
tertentu
dalam
bekerjasama,
berkomunikasi,
dan
mengidentifikasikan diri (Kushartanti et al, 2005:3). Bahasa digunakan untuk Bahasa
merupakan
alat
berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
untuk
menjalin
hubungan,
memelihara,
dan
memperlihatkan perasaan bersahabat, atau solidaritas sosial. Bahasa membantu manusia untuk mengekspresikan pikiran, pengalaman, dan perasaan kepada sesamanya. Bahasa yang dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, yaitu sarana dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa secara tertulis merupakan hubungan tidak langsung, sedangkan secara lisan adalah hubungan langsung. Dalam hubungan langsung akan terjadi sebuah percakapan antar individual atau kelompok. Percakapan yang terjadi mengakibatkan adanya peristiwa tutur dan tindak tutur. Pertuturan atau tindak tutur adalah perbuatan yang menghasilkan bunyi bahasa secara beraturan sehingga menghasilkan ujaran bermakna. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur adalah gejala individual, bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Kalau dalam peristiwa tutur lebih dilihat pada tujuan peristiwanya, tetapi dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya. Tindak tutur dan peristiwa tutur merupakan dua gejala yang terdapat pada satu proses, yakni proses komunikasi (Chaer dan Agustina 2004:50). Untuk dapat menyampaikan maksud dan tujuan kepada mitra tuturnya, seorang penutur harus dapat memilih dan menggunakan bahasa dengan tepat,
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
1
Universitas Indonesia
2
yaitu dalam bentuk kalimat. Ketepatan pemilihan ragam bahasa sangat berpengaruh terhadap kelancaran komunikasi. Dari kalimat-kalimat yang diucapkan oleh seorang penutur dapat diketahui apa yang dibicarakan dan diinginkan penutur sehingga dapat dipahami oleh mitra tutur. Dengan demikian, mitra tutur akan dapat menanggapi kalimat yang dibicarakan oleh penutur. Misalnya, kalimat yang mempunyai tujuan untuk memberitahukan saja, kalimat yang memerlukan jawaban, dan kalimat yang meminta lawan tutur melakukan suatu tindakan atau perbuatan. Tindak tutur menurut Asim Gunarwan (1999:1) adalah jika kita berbicara atau mengeluarkan ujaran (apakah ujaran itu berupa kalimat, frase, atau kata), apa yang keluar dari mulut kita itu dapat dianggap sebagai tindakan. Tindakan itulah yang sekarang dikenal dengan nama tindak tutur. Austin (1975:94-108) membedakan tiga jenis tindakan yang berkaitan dengan ujaran. Ketiganya adalah tindak lokusioner, tindak ilokusioner, dan tindak perlokusioner. Searle
mengembangkan
teori
tindak
tutur
Austin
dengan
mengelompokkannya menjadi lima kelompok fungsi makro, yaitu tindak tutur representatif, tindak tutur direktif, tindak tutur ekspresif, tindak tutur komisif, dan tindak tutur deklarasi (Asim Gunarwan 1992:11-12). Salah satu tindak tutur yang menarik perhatian penulis adalah tindak tutur ekspresif. Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang dilakukan dengan maksud agar ujarannya dapat diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam ujaran tersebut. Salah satu jenis tindak tutur yang termasuk dalam kelompok ini dan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah mengeluh atau complain. Mengeluh adalah ungkapan dari keadaan psikologi seseorang yang tidak puas atau tidak senang terhadap sesuatu. Tindakan mengeluh bisa terjadi ketika penutur merasa tidak senang atau kesal terhadap tindakan yang telah mempengaruhi dirinya dengan cara yang tidak menyenangkan. Diana Boxer dalam penelitiannya (1993:280) menyebutkan dua macam tindak tutur mengeluh, yaitu mengeluh secara langsung dan mengeluh secara tidak langsung.
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
3
Mengeluh secara langsung adalah Tindakan mengeluh yang dilakukan oleh penutur dalam mengungkapkan perasaan tidak senang, ketidaksetujuan, atau perasaan-perasaan negatif lainnya terhadap tindakan yang dianggap penutur mempengaruhi perasaannya. Keluhan ini ditujukan kepada mitra tutur yang dianggap penutur bertanggung jawab atas tindakan yang terjadi. Sedangkan yang dimaksud dengan mengeluh secara tidak langsung adalah tindakan mengeluh yang dilakukan oleh penutur kepada mitra tutur mengenai diri sendiri, sesuatu, atau seseorang yang tidak hadir pada saat berlangsungnya tindakan mengeluh tersebut. Dalam hal ini, mitra tutur bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap keluhan yang disampaikan oleh penutur . Dalam penelitian ini, penulis tertarik untuk mengkaji tindak tutur mengeluh secara langsung kepada mitra tutur karena tindak tutur ini adalah salah satu kegiatan dalam komunikasi yang membutuhkan perhatian dan kehati-hatian saat mengungkapkannya. Jika kita salah dalam menyampaikan keluhan tersebut, misalnya dengan cara dan waktu yang tidak tepat maka akan dapat merusak hubungan sosial di antara peserta tutur. Setiap bahasa di dunia ini memiliki ciri sendiri dalam penggunaanya, termasuk bahasa Jepang. Selain ketatabahasaan yang menjadi dasar terciptanya tuturan yang dapat berterima, bahasa Jepang juga mempertimbangkan faktor sosial yang melatari tuturan tersebut dipilih. Faktor sosial tersebut mengacu kepada hubungan masyarakat di dalam lingkungannya. Pada saat mengungkapkan keluhan, terdapat berbagai macam
strategi
yang dipakai oleh penutur untuk menyampaikannya kepada mitra tutur. Ada yang diungkapkan secara lugas dan
langsung, ada pula yang mengungkapkannya
secara tidak langsung. Penutur Jati Bahasa Jepang dikenal sebagai penutur bahasa yang mempunyai ciri khas, misalnya tidak berbicara secara lugas, tidak mau mengkritik orang lain, lebih baik menghindarkan diri dari pertentangan, dan tidak mau mengatakan sesuatu yang mereka tidak akan mau untuk mendengarkannya. Mereka melakukan itu untuk menjaga perasaan mitra tuturnya dan menghindari kesan tidak sopan dan kasar. Namun apakah benar penutur jati bahasa Jepang selalu menggunakan cara tidak langsung dalam berbicara kepada mitra tutur khususnya dalam mengeluh kepada mitra tutur yang telah melakukan tindakan
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
4
yang dianggap salah oleh penutur. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana strategi yang digunakan oleh penutur jati bahasa Jepang dalam mengungkapkan keluhannya tersebut kepada mitra tutur. Drama seri Jepang yang berjudul Shokojo Seira menjadi sasaran penelitian ini karena di dalamnya terdapat banyak percakapan yang mengandung makna mengeluh serta situasi masyarakat Jepang saat ini.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah yang akan diteliti dalam penulisan ini dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimana realisasi tindak tutur mengeluh dalam bahasa Jepang? 2. Bagaimana strategi mengeluh dalam Bahasa Jepang?
1.3 Tujuan Penelitian Penulisan ini bertujuan sebagai berikut: 1. Untuk memberikan informasi tentang realisasi tindak tutur mengeluh dalam bahasa Jepang. 2. Untuk mengetahui strategi-strategi yang digunakan dalam memilih tuturan atas keluhan dalam bahasa Jepang.
1.4 Kerangka Teori Di dalam bab 2 akan diuraikan mengenai teori dan konsep yang berkaitan dengan tindak tutur. Teori dan konsep yang menjadi landasan utama di dalam penelitian ini adalah teori tindak tutur, teori Olshtain dan Weinbach mengenai tindak tutur mengeluh, dan konsep strategi mengeluh Anna Trosborg.
1.5 Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode teknik kepustakaan, yaitu metode yang dilakukan dengan mengumpulkan referensi sebanyak-banyaknya yang berhubungan dengan penelitian. Sedangkan metode penulisan yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode eksposisi,
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
5
yaitu memaparkan ragam tindak tutur mengeluh dalam bahasa Jepang yang muncul dalam drama seri Shokojo Seira. Langkah-langkah pengolahan data yang saya lakukan adalah: 1. Mengamati sumber data, yaitu berupa drama seri Jepang. 2. Mencari skrip data melalui internet. 3. Menerjemahkan ujaran keluhan yang terdapat dalam drama seri Jepang tersebut. 4. Mengelompokkan data yang telah diterjemahkan tersebut. 5. Menganalisis data.
1.6 Ruang Lingkup Ruang lingkup dari penelitian ini hanya membahas tindak tutur mengeluh yang muncul dalam drama seri Jepang yang berjudul Shokojo Seira. Tindak tutur mengeluh dalam penelitian ini adalah hanya terbatas pada tindak tutur mengeluh secara langsung kepada mitra tutur yang dianggap melakukan tindakan yang mempengaruhi perasaan penutur.
1.7 Sistematika Penulisan Bab pertama pendahuluan, membahas latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, kerangka teori, metodologi penelitian, ruang lingkup dan sistematika penulisan. Adanya bab ini memudahkan pembaca dan penulis dalam memahami isi penelitian, Bab kedua, membahas tentang landasan teori yang dipakai penulis dalam menganalisa data. Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tindak tutur, teori Anna Trosborg mengenai strategi mengeluh, dan dikung dengan teori Olshtain dan Weinbach. Bab ketiga merupakan analisis data yang berisi pembahasan yang menguraikan pengamatan terhadap tindak tutur mengeluh dalam bahasa Jepang yang terdapat dalam drama seri Jepang. Terakhir, yaitu bab empat merupakan penutup yang berisi kesimpulan terhadap analisis data.
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
BAB 2 TEORI DAN KONSEP
2.1 Tutur Tutur merupakan ujaran lisan atau rentang perbincangan yang didahului dan diakhiri dengan kesenyapan pada pihak penutur. Sebuah tutur adalah penggunaan/pemakaian sepenggal bahasa, seperti rentetan kalimat, sebuah frase, sepatah kata, oleh seorang penutur (Parera 2004: 262). Dalam setiap komunikasi, manusia saling menyampaikan informasi yang dapat berupa pikiran, gagasan, dan maksud, perasaan, maupun emosi secara langsung, maka dalam setiap proses komunikasi inilah terjadilah apa yang disebut peristiwa tutur dan tindak tutur dalam satu situasi tutur.
2.2 Peristiwa Tutur Peristiwa tutur dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah speech event. Definisi speech event atau peristiwa tutur menurut Chaer dan Agustina (2004:47) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan mitra tutur, dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu. Sebuah percakapan dapat disebut sebagai sebuah peristiwa tutur jika pokok pembicaraan tetap, adanya tujuan, dilakukan oleh orang-orang yang sengaja untuk melakukan percakapan, dan menggunakan ragam bahasa yang tidak berganti-ganti. misalnya, dalam sebuah interaksi antara dosen dan mahasiswa dalam acara diskusi di ruang kuliah.
2.3 Tindak Tutur Teori tindak tutur atau speech act berawal dari ceramah yang disampaikan oleh filsuf berkebangsaan Inggris, John L. Austin, pada tahun 1955 di Universitas Harvard, yang kemudian diterbitkan pada tahun 1962 dengan judul “How to do things with words”. Pada bagian awal bukunya, Austin mengemukakan bahwa dengan mengujarkan sesuatu, berarti kita melakukan sesuatu (to say something is to do
6 Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
7
something). Beranjak dari pemikiran tersebut, Austin membedakan tuturan berdasarkan maknanya menjadi tuturan konstantif dan tuturan performatif. Tuturan konstantif adalah tindak tutur yang hanya berisi suatu pernyataan. Contohnya dalam tuturan "John is running” (Austin 1975:55). Tuturan ini hanya semata-mata menggambarkan suatu keadaan. Sedangkan tuturan performatif adalah tindak tutur yang diucapkan untuk melakukan suatu tindakan (ibid, 1-11). Contoh tindak tutur performatif adalah pada saat seseorang berkata “I apologize…,” “I promise…,” “I will…,” (pada saat pernikahan) penuturnya bukan hanya menuturkan sesuatu akan tetapi melakukan sesuatu, yaitu meminta maaf, berjanji, dan menikahi pasangannya. Austin mengemukakan bahwa tindak tutur berkaitan dengan analisis ujaran dalam kaitannya dengan prilaku penutur suatu bahasa dengan mitra tuturnya. Austin (1975: 98-108) membedakan adanya tiga macam tindak tutur, yakni lokusi, ilokusi dan perlokusi. Tindak lokusi adalah tindak penutur dalam menghasilkan ujaran yang mempunyai makna harfiah yang dapat ditarik secara langsung. Tindak ilokusi adalah tindakan menghasilkan ujaran yang mengandung maksud dan tujuan tertentu penutur yang disebabkan oleh daya ilokusi ujaran tersebut. Sedangkan tindak perlokusi adalah tindakan yang penampilannya menimbulkan pengaruh tertentu dalam diri pendengar. Pengaruh yang timbul tersebut dapat berupa rasa nyaman, takut, rasa bersalah, dan lain-lain. Dengan demikian, Tindak lokusi adalah tindak tutur yang semata-mata menyatakan sesuatu, tindak ilokusi adalah apa yang ingin dicapai oleh penuturnya pada waktu menuturkan sesuatu. Tindak perlokusi yaitu tindakan untuk mempengaruhi mitra tutur. (Nadar 2009:14-15 ) Dari ketiga macam tindak itu, tindak ilokusi atau singkatnya ilokusi kemudian memegang peranan penting di dalam studi pragmatik. Gunarwan (1994:43) menyatakan hal yang serupa bahwa tindak tutur mempunyai kedudukan penting di dalam pragmatik karena tindak tutur merupakan salah satu satuan analisisnya. Contoh verba tindak ilokusi ini adalah mengeluh, berjanji, menyatakan, meminta maaf, dsb.
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
8
Leech (1983:104) membedakan empat jenis ilokusi berdasarkan fungsi dan tujuannya untuk menciptakan atau mempertahankan hubungan sosial di antara pemakai bahasa. keempat jenis ilokusi tersebut adalah: 1. Fungsi kompetitif, yaitu fungsi yang bersaing dengan tujuan sosial. Tindakantindakan yang tergolong ke dalam fungsi ini adalah memerintah, melarang, memaksa, dan mengemis. 2. Fungsi konvival, yakni fungsi yang sejalan dengan tujuan sosial. Tindakantindakan yang tergolong di dalamnya adalah menjanjikan, menawarkan, menyarankan, mengundang, mengucapkan salam. 3. Fungsi kolaboratif, yaitu fungsi yang tidak berkaitan dengan tujuan sosial. Tindakan-tindakan yang termasuk kelompok ini adalah menyatakan, melaporkan, mengumumkan, dan meramalkan. 4. Fungsi konfliktif, yakni fungsi yang bertentangan dengan tujuan sosial. Tindakan-tindakan yang dapat digolongkan ke dalam fungsi ini adalah mengancam, menuduh, mengumpat, memarahi, dan menghina. Salah seorang murid Austin, Searle (1975) dalam Asim Gunarwan (1992:11-12), Searle mengelompokkan tindak tutur menjadi 5 jenis berdasarkan tujuan si penutur, yakni 1. Representatif, yaitu tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas
apa
yang
dikatakannya.
Misalnya
menyatakan,
melaporkan,
menunjukkan, menyebutkan. 2. Direktif, yaitu tindak tutur yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar si pendengar melakukan tindakan yang disebut kan di dalam ujaran itu. Misalnya menyuruh, memohon, menuntut, menyarankan, menantang. 3. Ekspresif, yaitu tindak tutur yang dilakukan dengan maksud agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam ujaran itu. Misalnya mengeluh, memuji, mengucapkan terima kasih, mengkritik. 4. Komisif, yaitu tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam ujarannya. Misalnya berjanji, bersumpah. Mengancam.
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
9
5. Deklarasi, yaitu tindak tutur yang dilakukan si penutur dengan maksud untuk menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru. Misalnya memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan, memberi maaf. Kemudian Searle (1975) dalam leech (1983:32) mengemukakan mengenai tindak tutur tidak langsung. Menurut linguis ini, tindak ilokusi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Tindak tutur langsung adalah tindak tutur yang diungkapkan secara lugas (terus terang) atau apa adanya, sedangkan tindak tutur tidak langsung bermakna sebaliknya, yakni tindak tutur yang diungkapkan melalui (bentuk) tuturan lain.
2.4 Definisi Mengeluh Pada bahasa Jepang terdapat dua istilah yang digunakan untuk complain, yaitu monku dan kujou. Kedua kata tersebut secara garis besar bermakna sama. Dalam kamus kanji modern Jepang – Indonesia, monku dan kujou bermakna こうじえん
keluhan, dan keberatan. arti monku dan kujou juga terdapat dalam kamus 広辞苑. にいむらでへん
だいよんばん
新村出編. 第四版. Monku (1991:2558 ), yaitu: ぶんしょうちゅう
ご
く
ぶんげん
1. 文 章 中 の語句。 文言。 „Kata-kata dan frase dalam kalimat. Keluhan‟ あいて
たい
ぶん
くじょう
2. 相手に対する分や苦情。 „Keluhan terhadap pihak lain‟ Arti kujou (728 ), yaitu: なんぎ
じじょう
1. 難儀な事情。 „Keadaan sulit‟ てん
じぶん
ほか
がい
う
じょうたい
ふへい
ふまん
2. 転じて、自分が他から害を受けている 状 態 にたいする 不平、不満 きもち
あらわ
ことば
の気持; またそれを 表 した言葉。 „Kata-kata yang mengungkapkan keluhan bahwa saya telah menerima kerugian dari suatu keadaan, perasaan ketidakpuasan dan sebagainya.‟
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
10
Kemudian dalam kamus Kenkyusha New Japanese – English Dictionary (1942:1101, 1260) ditegaskan bahwa monku dan kujou dapat disepadankan dengan complain. Definisi complain menurut Longman Dictionary of The English Language (1984:298 ) adalah to express feeling of discontent, pain, etc, esp continually: speak in an unhappy, dissatisfied
manner. „untuk mengungkapkan perasaan
ketidakpuasan, kesakitan, dll. secara terus menerus; berbicara dalam keadaan tidak bahagia, sikap tidak puas.‟ Makna yang sama juga ditemukan dalam New Webster’s and Thesaurus and Medical Dictionary (1991:86), complain adalah to express distress, grief, dissatisfaction; to lament; to grumble; to be ailing. „mengungkapkan penderitaan, kesedihan, ketidakpuasan; meratapi, menggerutu; menjadi sakit.‟ Kedua definisi di atas sejalan dengan definisi complain yang diungkapkan Collins Cobuild English Language Dictionary (1995:283) yaitu: you tell sameone about a situation affection you that you think is wrong or unsatisfactory and should be dealt with; You say that you are feeling pain or feeling ill; and You make a formal protest to sameone. „kamu memberitahu seseorang tentang situasi yang mempengaruhi kamu yang kamu anggap salah atau tidak memuaskan dan sebaiknya diselesaikan dengan; kamu memberitahu bahwa kamu sedang merasa sedih atau sakit; dan kamu membuat protes secara formal kepada seseorang.‟ Dalam penelitian Diana Boxer (1993:280) yang berjudul Complaint as Positive Strategies: What the Learner Needs to Know disebutkan bahwa terdapat dua macam tindak tutur mengeluh. Kedua tindak tutur mengeluh itu adalah mengeluh secara langsung (direct complain) dan mengeluh secara tidak langsung (indirect complain). Dalam mengeluh secara langsung, penutur mengungkapkan perasaan tidak senang/kekesalan, ketidaksetujuan, ketidakpuasan atau perasaan-perasaan negatif lainnya terhadap tindakan yang telah lalu atau yang sedang berlangsung sebagai reaksi dari tindakan yang dianggap penutur mempengaruhi perasaannya. Keluhan ini ditujukan kepada mitra tutur yang dianggap penutur bertanggung jawab atas tindakan yang terjadi. Tindakan yang dimaksud adalah tindakan yang berupa perkataan maupun perbuatan (Olshtain dan Weinbach 1993:108; Anna Trosborg
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
11
1995:312).
Olshtain
dan
Weinbach
(1987)
dalam
Abdul
(2006:14)
memaparkan pra –kondisi yang menyebabkan suatu tindakan mengeluh terjadi, yaitu:
Penutur mengharapkan suatu peristiwa yang menguntungkan terjadi (perjanjian, kembalinya hutang, pemenuhan janji, dll) atau peristiwa yang tidak menguntungkan yang harus dicegah agar tidak terjadi (sebuah kerusakan, penghinaan). Namun, semua harapan penutur tidak terjadi atau gagal mencegah peristiwa ofensif.
Penutur melihat bahwa tindakan tersebut memiliki konsekuensi yang tidak menguntungkan untuk dirinya sendiri.
Penutur memegang tanggung jawab mitra tutur atas tindakan tersebut.
Penutur memilih untuk mengekspresikan ketidakpuasan dan kekecewaannya secara verbal. Sedangkan dalam mengeluh secara tidak langsung, penutur menyampaikan
keluhannya kepada mitra tutur yang tidak ada hubungannya dengan isi keluhan yang disampaikan oleh penutur. Penutur bisa mengeluhkan mengenai dirinya sendiri, sesuatu atau seseorang yang tidak ada pada saat keluhan tersebut dituturkan. Penutur dapat menyampaikan keluhannya kepada orang ketiga (Diana Boxer, 1993:280)
2.5 Strategi Mengeluh Strategi
mengeluh
menurut
Trosborg
(1995:316-319)
dapat
dikelompokkan menjadi empat golongan besar dengan delapan substrategi. Pengelompokan tersebut dapat dibuat bagan sebagai berikut:
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
12
Keluhan Implisit
Isyarat
Ungkapan Kekesalan/Ketidaksetujuan Strategi
Kekesalan Konsekuensi buruk
Mengeluh Tuduhan
Tidak Langsung Langsung
Menyalahkan
Modifikasi Menyalahkan Secara Eksplisit (Tindakan) Secara Eksplisit (Orang)
Gambar 2.1 Strategi Mengeluh
1. Keluhan Implisit Dalam keluhan implisit (no explicit reproach), penutur menggunakan cara isyarat (hint) untuk menghindari konflik dengan mitra tutur. Dalam beberapa kasus, penutur tidak menyebutkan apa yang dikeluhkan dalam pernyataannya. Ciri dari strategi ini adalah pernyataan yang isinya berbeda dengan isi proposisi keluhan. Pernyataan tersebut menyiratkan bahwa penutur mengetahui tentang tindakan yang terjadi merupakan tanggung jawab dari mitra tutur. Namun penutur tidak mengatakan secara langsung bahwa sesuatu itu salah atau buruk, dan mitra tutur bisa saja tidak menyadari bahwa apakah suatu tindakan buruk yang terjadi telah disebut atau tidak. Strategi ini merupakan strategi yang lemah tapi hal ini mungkin sukses sebagai persiapan untuk strategi yang lebih baik lagi. Strategi ini digolongkan ke dalam “strategi kesatu”. Contohnya sebagai berikut: (1) Don‟t see much of you these days. Do I? Sudah lama aku tidak melihatmu, benarkan? (2) The kitchen was clean and orderly when I left it last. Dapur ini bersih dan teratur ketika aku meninggalkannya terakhir kali.
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
13
2. Ungkapan kekesalan atau ketidaksetujuan Ungkapan kekesalan atau ketidaksetujuan (expression of annoyance or disapproval) dibagi menjadi dua bagian, yaitu: a. Kekesalan Kekesalan
(annoyance)
merupakan
“strategi
kedua”.
Penutur
mengungkapkan kekesalannya, ketidaksukaannya, ketidaksetujuannya, dan lainlain tergantung pada keadaan yang dianggap buruk baginya. Secara eksplisit, penutur mengatakan keadaan buruk tersebut di hadapan mitra tutur. (3) You know I don‟t like dust, I‟m allergic to dust, didn‟t you know it? Kau tahu aku tidak suka debu. Aku alergi pada debu, tidakkah kau tahu itu? (4) Look at these things, all over the place. Lihat semua benda ini, di seluruh penjuru tempat ini.
b. Konsekuensi buruk Bagian ini merupakan “strategi ketiga”. Penutur mengungkapkan konsekuensi buruk (ill consequency) yang harus ia terima sebagai akibat dari tindakan yang sebenarnya menjadi tanggung jawab mitra tutur. (5) But look, I mean, try look at it from my point of view, I mean, I‟m here and the whole things falls back on me, I have got to live in this dump, you know, and it‟s not very nice sitting here night after night at home, you know, and just looking round at all the mess. Lihatlah, cobalah melihat dari sudut pandangku. Maksudku, aku disini dan semuanya mengarah padaku, aku harus tinggal disini, kau tahu dan sangat tidak menyenangkan duduk disini setiap malam dan melihat barang-barang berantakan seperti ini. (6) I have already spar, spa, I‟ve already spent ten minutes oh, quarter of an hour I think it was, cleaning up the bathroom itself. Aku sudah menghabiskan waktu hampir 10 menit, bahkan seperempat jam, membersihkan kamar mandi sendirian..
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
14
3. Tuduhan Ada 2 strategi dalam melakukan tuduhan (accusation), yaitu a. Tuduhan tidak Langsung Tuduhan tidak langsung (indirect accusation) merupakan “strategi keempat” dalam mengungkapkan keluhan. Dalam strategi ini, penutur dapat mengajukan pertanyaan kepada mitra tutur terkait situasi atau menyatakan bahwa dia ada hubungannya dengan peristiwa yang terjadi dan dengan demikian mencoba menentukan mitra tutur sebagai agen potensial terhadap apa yang dikeluhkan. Sebagai contoh: (7) Look at the mess, haven‟t you done any cleaning up for the last week? Lihat kekacauan ini, apa kau tidak bersih-bersih beberapa pekan ini? (8) Look what I just found in my cupboard, your dirty clothes. Lihat yang kutemukan dalam lemariku, baju kotormu.
b. Tuduhan Langsung Penutur menuduh langsung kepada mitra tutur yang dianggap telah melakukan kesalahan atau tindakan buruk. Strategi tuduhan langsung (direct accusation) tergolong kepada “strategi kelima”. (9) You don‟t even clean up after you when you‟ve been there, you used to do it, what‟s up with you now? Kamu bahkan belum merapikan apapun, semenjak kamu ada disana, padahal dulu kamu terbiasa melakukannya. Ada apa denganmu sekarang? (10) What about those clothes I found in the cupboard this morning, you just stuffed them in, all the dirty ones. Bagaimana dengan baju yang kutemukan dalam lemari pagi ini, kamu menaruh semuanya, semua yang kotor ini
4. Menyalahkan Dalam menyalahkan (Blame), penutur menyatakan bahwa mitra tuturlah yang bersalah terhadap tindakan buruk yang terjadi. Ada tiga bagian dalam mengungkapkan strategi ini, yaitu:
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
15
a. Modifikasi Ungkapan Menyalahkan Dalam melakukan strategi modifikasi ungkapan menyalahkan (modified blame), penutur menyampaikan modifikasi keluhannya atas tindakan yang mitra tuturlah sebagai pihak yang bertanggung jawab atau dia menyatakan pilihan terhadap pendekatan alternatif yang tidak diambil oleh mitra tutur. (11)
You could have said so, I mean, if you had so much to Kamu bisa mengatakannya sebenarnya, maksudku, jika kamu punya banyak pekerjaan menumpuk
(12)
It‟s boring to stay here, and I hate living in a mess, anyway you ought to clean up after you. Membosankan berada disini dan aku benci tinggal dalam kekacauan, ngomong-ngomong kamu harus membersihkan semua ini sendiri.
b. Menyalahkan Secara Eksplisit Terhadap Tindakan Dalam strategi Menyalahkan secara eksplisit terhadap tindakan (explicit blame (behavior)), penutur menyatakan secara eksplisit bahwa tindakan yang dituduhkan kepadanya merupakan tanggung jawab dari mitra tutur. (13)
You never clean up after you, I‟m sick and tired of it. Kamu tidak pernah merapikan barang yang sudah kau pakai. Aku sudah capek dan muak dengan semua ini.
(14) Ah, surely, I know but I think it‟s irritating, really irritating the way I have to clean up every time after you, especially now today I found dirty clothes in my cupboard, I don‟t find that fair. Oh, tentu saja. Aku paham tapi kupikir ini membuatku kesal, sangat kesal dengan semua barang-barangmu yang harus kurapikan khususnya hari ini ketika aku menemukan baju kotormu didalam lemari. Itu tidak adil.
c. Menyalahkan secara Eksplisit (Orang) Dalam strategi ini (explicit blame (person)), penutur menyalahkan kepada diri mitra tutur sebagai seorang manusia secara keseluruhan bukan pada tindakan yang telah dilakukan olehnya. (15)
Mette, really, one can never trust you a damn.
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
16
sumpah, sungguh semua orang tidak akan percaya padamu, bajingan.
Berikut ini skema strategi mengeluh menurut Trosborg (1995:319) Tabel 2.1 Strategi Mengeluh Strategi Mengeluh Situasi: Mobil rusak Mitra tutur yang meminjam mobil dan yang telah merusakkannya Penutur mengeluh 1.
Keluhan Implisit Str.1 Isyarat
My car was in perfect order when I last drow it. There was nothing wrong with my car yesterday.
2.
Ungkapan Ketidaksetujuan Str.2 Kekesalan
There‟s no horrible dent in my car. Oh dear, I‟ve just bought it.
Str.3 Konsekuensi Buruk
How terrible! Now I won‟t be able to get to work tomorrow. Oh, damn it. I‟ll lose my insurance bonus now.
3.
4.
Tuduhan Str.4 Tidak Langsung
You borrowed my car last night, didn‟t you?
Str.5 Langsung
Did you happen to bump into my car.
Menyalahkan Str.6 Modifikasi Menyalahkan
Honestly, couldn‟t you have been more careful. You should take more care with other people‟s cars.
Str.7 Menyalahkan (Tindakan)
It‟s really to bad, you know, going round wrecking other people‟s cars. How on earth did you manage to be stupid.
Str.8 Menyalahkan (Orang)
Oh no, not again! You really are thoughless. Bloody fool! You‟ve done it again.
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
17
2.6 Kekuasaan dan Solidaritas Dalam berkomunikasi, setiap peserta tutur hendaknya memperhatikan tidak hanya aspek gramatikal bahasa yang ia gunakan, tetapi juga perlu mempelajari aturan mengenai aspek-aspek di luar bahasa agar tuturan-tuturan yang diucapkan dapat dipahami secara tepat dan memuaskan bagi pra peserta tutur. hal ini perlu diperhatikan oleh para peserta tutur agar komunikasi dapat terjalin dengan baik dan terjadi interaksi yang komunikatif (Nurhadi, 1995:202) Setiap peserta tidak lepas dari hubungan peran terhadap mitra tutur, melalui suatu peristiwa tutur pula, kita dapat mengenali hubungan sosial antara peserta komunikasi.
Roger Brown dan Albert Gilman (2003:158-163)
mengungkapkan bahwa di dalam suatu peran terdapat dua faktor yang menentukan yaitu aspek kekuasaan dan aspek solidaritas. Kedua faktor ini dapat Jarak Vertikal
digambarkan dengan sumbu simetri, yaitu sebagai berikut:
Jarak Horizontal
Gambar 2.2. Faktor Hubungan Sosial
Sumbu vertikal mengukur kekuasaan yang dimiliki seorang pemeran atas pemeran yang lain. Kekuasaan yang dimaksud dapat berupa kekuatan fisik, kekayaan, usia, kekuasaan institusi, dan lain-lain. Kekuasaan dalam penelitian ini mengacu kepada status sosial antara penutur dan mitra tutur. Sumbu horizontal mengukur sebuah faktor yang dinamakan faktor solidaritas. Solidaritas adalah rasa yang timbul karena adanya persamaan atau kemiripan dalam cara berpikir dan tingkah laku, antara lain agama, profesi, jenis kelamin, tempat kelahiran, dan keluarga. Solidaritas juga timbul karena adanya kontak/hubungan yang terus-menerus, atau juga karena kesamaan tujuan. Solidaritas yang diteliti dalam penelitian ini mengacu kepada akrab atau tidaknya penutur dengan mitra tutur. Keakraban dilihat dari hubungan personal antara penutur dan mitra tutur.
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
BAB 3 ANALISIS DATA
Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari sebuah drama seri Jepang yang berjudul 小公女セイラ ( Shokojo Seira ) yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi A Little Princess. Drama seri ini diangkat dari sebuah novel yang berjudul sama dengan judul dalam terjemahan bahasa Inggris, yaitu A Little Princess karya Frances Hodgson Burnett (Perancis), yang kemudian novel ini dibuat menjadi sebuah skenario yang ditulis oleh Okada Yoshikazu dengan menerapkan nilai-nilai kebudayaan Jepang. Kisahnya berkisar tentang seorang anak pengusaha kaya Jepang yang dibesarkan dan tinggal di India, yang bernama Kuroda Seira. Di sana ia tinggal bersama ayahnya, ibunya telah meninggal dunia ketika ia masih kecil. Seira diminta ayahnya untuk melanjutkan pendidikan di Jepang, di sekolah khusus putri, tempat ibunya bersekolah dulu, yaitu Millenius Seminary. Meskipun ia hidup dalam kemewahan, Seira tidak sombong, sangat santun, dan seorang yang dermawan. Di sekolah ini, Seira tinggal dalam sebuah kamar yang mewah. Ada seseorang yang sangat membenci Seira, yaitu Chieko Sensei, seorang direktur sekolah. Chieko Sensei terpaksa menerima Seira karena dia adalah teman dari ibunya Seira dan sekolah ini sedang membutuhkan sumbangan yang besar dari orang tua murid agar tidak ditutup. Sekolah ini berdiri atas dasar sumbangan dari orang tua murid yang kaya raya. Ketika ulang tahun Seira yang ke-16 tahun, direktur memberitahu Seira bahwa ayahnya meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan, semua asset perusahaan dibekukan, sehingga Seira tidak mendapatkan uang sepeserpun dari ayahnya. Sebagai hasilnya, Seira terpaksa bekerja menjadi seorang pembantu sekolah dan tidak menjadi siswa lagi di sekolah tersebut, kamarnya pun pindah menjadi di loteng. Drama ini mengingatkan kita akan sebuah arti kerja keras dan kesabaran dalam menjalani kehidupan di dunia. 18
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
19
Hubungan antara drama seri Shokojo Seira dengan penelitian ini adalah di dalam drama seri tersebut terdapat percakapan-percakapan yang di dalamnya mengandung tuturan mengeluh khususnya tuturan mengeluh secara langsung kepada mitra tutur. Tuturan mengeluh tersebut akan dianalisis berdasarkan struktur gramatikal dan konteks yang terkandung dalam tuturan tersebut. Melalui analisis tersebut,
makna
ilokusi
dapat
diketahui
sehingga
tuturan
tersebut
dapat
dikelompokkan menurut strategi mengeluh Anna Trosborg. Data yang terdapat di dalam bab ini akan ditulis dalam bahasa Jepang dengan menggunakan huruf kanji, hiragana, katakana, dan romaji. Data juga akan disertakan arti dalam bahasa Indonesia untuk mempermudah pembaca dalam memahami makna tuturan. Penulisan data tindak tutur mengeluh yang terdapat di dalam percakapan ditulis dengan huruf tebal.
3.1 Keluhan dengan Isyarat Penutur mengeluh tanpa mengucapkan keluhannya secara langsung kepada mitra tutur di dalam pernyataannya agar tidak menyinggung perasaan mitra tutur. Isi dari keluhan tidak terdapat dalam pernyataan yang diucapkan oleh penutur. Mitra tutur mungkin bisa atau tidak menyadari maksud ucapan yang dituturkan oleh penutur.
Data (1) そんなものをムシャムシャ食べながらよく人がかわいそうだとか大変 だって話ができるわね。ムシャムシャムシャムシャ。 一体 さっき からいくつ食べれば気が済むんですか。 Sonna mono o musya musya tabenagara yoku hito ga kawaisou da toka taihen datte hanashi ga dekiruwa ne. musya musya musya musya, ittai sakki kara ikutsu tabereba ki ga sumundesuka? Sambil mengunyah makanan, kamu bisa ya membicarakan betapa berat dan kasihannya orang itu. Nyam nyam nyam, mau makan berapa banyak dari tadi baru kamu puas?
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
20
Data (1) dikutip dari percakapan dalam episode 2, menit 07.30: 笑美子先生 千恵子先生 笑美子先生 千恵子先生 笑美子先生 千恵子先生 笑美子先生 千恵子先生
笑美子先生 千恵子先生
:でもかわいそうよね。 :誰がかわいそうですって? :セイラさんよ。セイラさん かわいそう。 あの仕事大変だもの。本当に大変。 :この世の中で大変じゃないのはあなただけです、 笑美子。 :えッ? : 学院の経営が 苦しいということについてあなたはたとえ1秒でも考 えたことがあるんですか? :ごめんなさい。 :大体、そんなものをムシャムシャ食べながらよく人がかわいそうだと か大変だって話ができるわね。 ムシャムシャムシャムシャ 一体 さっきからいくつ食べれば気が済むんですか? :5つよ。 一日5つって決めてるから。 このクッキーなかなか手に入らないから大事に。 :そんなこと聞いてません。
Emiko Sensei : Demo, kawaisou yo ne Chieko Sensei : Dare ga kawaisoudesutte? Emiko Sensei : Seira san yo, seira san kawaisou. Ano shigoto taihen da mono. Hontouni taihen Chieko Sensei : Kono yo no naka de taihen janai no wa anata dake desu, Emiko. Emiko Sensei : E’? Chieko Sensei : Gakuin no keiei ga kurushii to iu koto ni tsuite anata wa tatoe ichibyou demo kangaeta koto ga arundesuka? Emiko Sensei : Gomennasai Chieko Sensei : Daitai, sonna mono o musya musya tabenagara yoku hito ga kawaisou da toka taihen datte hanashi ga dekiruwa ne, musya musya musya musya, ittai sakki kara ikutsu tabereba ki ga sumundesuka. Emiko Sensei : Itsutsu yo, ichi nichi itsutsutte kimeterukara, kono kukki naka naka te ni hairanai kara daiji ni. Chieko Sensei : Sonna koto kiitemasen. Emiko Sensei Chieko Sensei Emiko Sense Chieko Sensei
: : : :
Emiko Sensei : Chieko Sensei : Emiko Sense : Chieko Sensei :
Emiko Sensei :
Kasihan ya? Siapa yang kasihan? Seira, seira kasihan. Pekerjaan itu sangat berat untuknya, sangat berat. Di dunia ini, satu-satunya orang yang tidak memiliki kesulitan adalah kamu, Emiko. Hah? Aku sedang berbicara tentang rasa sakit yang datang dalam mengelola sekolah ini, apakah kamu pernah memikirkannya 1 detik saja. Maaf. Sebenarnya, sambil mengunyah makanan, kamu bisa ya membicarakan betapa berat dan kasihannya orang itu. Nyam nyam nyam. mau makan berapa banyak dari tadi baru kamu puas? 5 potong, saya telah memutuskan setiap hari makan 5 kue. Karena sangat sulit untuk mendapatkan kue ini.
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
21
Chieko Sensei :
Saya tidak mau mendengarnya.
Data pertama ini berasal dari sebuah percakapan antara Chieko Sensei dan Emiko Sensei di ruang direktur sekolah pada saat jam sekolah masih berlangsung. Emiko Sensei mengatakan rasa kasihannya terhadap Seira yang harus bekerja keras sebagai pelayan sambil mengunyah kue miliknya. Chieko Sensei yang telah memperhatikan Emiko Sensei sejak tadi mengeluhkan sikap Emiko Sensei yang demikian. Pada data (1), Hubungan yang terjalin antara Chieko Sensei (penutur) dan Emiko Sensei (mitra tutur) adalah hubungan kakak beradik dan hubungan atasan bawahan dalam pekerjaan. Chieko Sensei adalah kakak sekaligus atasan Emiko Sensei di Sekolah. Chieko Sensei adalah seorang direktur sekolah Milenius. Sedangkan Emiko Sensei adalah guru bahasa Jepang di sekolah itu. Hubungan mereka akrab. Chieko Sensei mengatakan sonna mono o musha musha tabenagara yoku hito ga kawaisouda toka taihen datte hanashi ga dekiruwane yang artinya „Sambil mengunyah makanan, kamu bisa ya membicarakan betapa berat dan kasihannya orang itu‟. Dalam tuturan tersebut terdapat verba dekiru. Makna gramatikal dari verba dekiru adalah „bisa‟. Verba ini mengacu kepada diri Emiko Sensei yang bisa melakukan dua perbuatan dalam satu waktu, yaitu berbicara sambil mengunyah makanan. Setelah verba dekiru terdapat partikel wa dan ne. Partikel wa ne adalah partikel akhir kalimat yang biasa digunakan oleh perempuan untuk menunjukkan sisi femininitas mereka. Gabungan partikel ini berfungsi untuk memberikan pujian atau perasaan kagum terhadap mitra tutur. Ketika Emiko Sensei mengatakan rasa kasihannya terhadap Seira sambil memakan kue kaleng, Chieko Sensei sedang pusing menghitung dan mencoret-coret anggaran dana sekolah yang sedang kritis, saat itu pula Chieko Sensei langsung menatap lekat-lekat Emiko Sensei. Pandangannya tersebut menyiratkan bahwa dia terkejut dengan ucapan Emiko Sensei. Chieko Sensei membalas ucapan Emiko Sensei dengan tuturan di atas dengan intonasi datar dan cepat. Dalam tuturan yang diucapkan oleh Chieko Sensei, terlihat bahwa dia sedang
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
22
menyindir Emiko Sensei. Hal ini terlihat dari penggunaan verba dekiru dan partikel wa ne yang diujarkannya. Partikel wa ne tersebut menunjukkan suatu kesan menyindir yang dikemas dalam bentuk tuturan memuji. Chieko Sensei menyindir melalui tuturan memuji kepada Emiko Sensei yang bisa melakukan tindakan berupa makan sambil membicarakan orang lain. Dalam ucapan Chieko Sensei tersebut tersirat perasaan kok bisa ya Emiko Sensei berpikir demikian mengenai Seira sambil mengunyah tanpa adanya beban, padahal Chieko Sensei sedang pusing memikirkan bagaimana caranya mendapatkan sumbangan agar dapat memenuhi kas sekolah yang kini sedang kritis. Kalimat selanjutnya yang diucapkan oleh Chieko Sensei adalah musya musya musya musya yang dapat diartikan dengan kata „nyam nyam‟. Kata musha musha adalah sebuah onomatope1. Ketika mengucapkan kata musha musha, Chieko Sensei meniru tindakan Emiko Sensei yang sedang makan sambil sedikit menggoyangkan kepalanya. Selain itu, dia mengucapkan kata tersebut sebanyak dua kali dengan adanya penekanan. Hal ini menandakan bahwa adanya suatu luapan perasaan Chieko Sensei yang tidak suka melihat sikap Emiko Sensei yang makan sambil berbicara. Berikutnya, Ia mengatakan sakki kara ikutsu tabereba ki ga sumundesuka yang artinya „mau makan berapa banyak dari tadi baru kamu puas?‟. Bentuk ndesuka berasal dari bentuk nodesuka, yang sering digunakan dalam bahasa percakapan. Bentuk ini berfungsi pada waktu penutur memastikan dugaan alasan atau dugaan sebab tentang hal yang ia lihat atau dengar. Kemudian Bentuk „ikutsu…ba’ yang diikuti dengan bentuk ndesuka menunjukkan kalimat yang menanyakan tingkat maksimal yang bisa dilakukan oleh seseorang. Dalam hal ini, penutur menanyakan seberapa kuat mitra tutur untuk memakan makanan. Tingkat maksimal mitra tutur dalam memakan makanan diterangkan dengan kata ki ga sumu. Pertanyaan yang ditujukan kepada Emiko Sensei ini bersifat retoris, yaitu suatu pertanyaan yang tidak
1
Onomatope adalah penamaan benda atau perbuatan dengan peniruan bunyi yang diasosiasikan dengan benda atau perbuatan itu, seperti berkokok, mendengkur, suara dengung, dan sebagainya.
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
23
ada kewajiban mitra tutur untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh penutur. Chieko Sensei tidak memerlukan jawaban dari Emiko Sensei atas pertanyaan yang dilontarkannya tersebut, yang ia harapkan adalah agar Emiko Sensei mengerti maksud yang terkandung dalam ucapannya. Makna ilokusi yang terkandung dalam ucapan Chieko Sensei ini adalah ia berharap agar Emiko Sensei menghentikan mengunyah makanan. Selain itu ia berharap supaya Emiko Sensei juga memikirkan nasib sekolah dan solusi yang dapat diambil, bukan malah memikirkan hal yang tidak penting apalagi memikirkan Seira, yang sudah jelas bahwa Chieko Sensei tidak menyukai Seira. Ini juga salah satu sebab yang menyebabkan Chieko Sensei bertutur seperti itu. Tanggapan dari Emiko Sensei terhadap pertanyaan tersebut adalah menjawab pertanyaan sesuai dengan apa yang ditanyakan oleh Chieko Sensei. Hal ini menandakan bahwa Emiko Sensei tidak menyadari maksud tuturan yang disampaikan oleh Chieko Sensei. Berdasarkan hasil analisis tersebut, tuturan yang diucapkan oleh Chieko Sensei merupakan tindak tutur mengeluh. Tindak tutur mengeluh terjadi karena adanya tindakan dari orang lain yang mempengaruhi diri penutur dan tindakan tersebut dianggap penutur merugikan dirinya. Tindakan Emiko Sensei yang berbicara sambil mengunyah mempengaruhi perasaan penutur terlihat dari penggunaan partikel wa ne dan kata musha musha yang digunakan oleh Chieko Sensei. Selain itu tindakan Emiko Sensei tersebut merugikan diri Chieko Sensei karena pekerjaan Chieko Sensei yang sedang menghitung anggaran dana harus terhenti sementara waktu sebab ia harus mendengarkan ocehan Emiko Sensei mengenai Seira. Hal ini menunjukkan bahwa tuturan yang diucapkan oleh Chieko Sensei adalah tuturan mengeluh. Tuturan tersebut dilakukannya dengan menggunakan strategi keluhan dengan isyarat. Chieko Sensei tidak menyatakan maksud keluhannya secara jelas dalam pernyataan yang ia tuturkan, melainkan membuat pertanyaan yang di dalamnya mengandung makna ilokusi.
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
24
Data (2) 納得できません 私, 私はずっと学院を代表する生徒としての、自覚 と誇を持ってやってきました。クラスもまとめてきたつもりです.フラ せい ンス語のスピーチだって私…精いっぱい頑張って考えて練習して な のに なのに たしかに私より黒田セイラさんの方がフランス語の力 は上かもしれません。それは認めます。 でもあの人は今もう ミレニ ウス女学院の生徒ではないはずです。 Nattoku dekimasen, watashi. Watashi wa zutto gakuin o daihyousuru seito toshite no. jikaku to hoko o motte yatte kimashita. Kurasu mo matometekita tsumori desu. Furansu go no supiichi datte watashi.. sei ippai ganbatte kangaete renshuushite. Nanoni nanoni tashikani watashi yori kuroda seira san no houga furansu go no chikara wa ue kamoshiremasen. Sore wa mitomemasu. Demo ano hito wa ima mou mireniusu jogakuin no seito dewa nai hazu desu. Aku selalu memiliki kesadaran diri dan kebanggaan sebagai murid yang mewakili sekolah. Aku pun bermaksud mengkoordinasikan kelasku. Untuk pidato bahasa Perancis pun, aku…berjuang, berpikir dan berlatih dengan sekuat tenaga, tapi mungkin kemampuan bahasa Perancis Kuroda Seira memang lebih baik daripada aku. Itu kuakui. Tapi sekarang dia bukan seorang siswa milenius lagi. Data (2) dikutip dari percakapan dalam episode 3, menit 03.42: マリア
: 納得できません、私。私はずっと学院を代表する生徒としての、自覚 と誇を持ってやってきました。クラスもまとめてきたつもりです。フ ランス語のスピーチだって 私…精いっぱい頑張って考えて練習して なのに なのに たしかに私より黒田セイラさんの方がフランス語の 力 上かもしれません。それは認めます。でもあの人は今もう、ミレ ニウス女学院の生徒じゃないはずです。 千恵子先生 : マリアさん。学院が決定したことに生徒が口をはさむことは許しませ ん。分かりますね? マリア : はい、 院長先生。 Maria
:
Nattoku dekimasen, watashi. Watashi wa zutto gakuin o daihyousuru seito toshite no, jikaku to hoko o motte yatte kimashita. Kurasu mo matometekita tsumori desu. Furansu go no supiichi datte watashi.. sei ippai ganbatte kangaete renshuushite. Nanoni nanoni tashikani watashi yori kuroda seira san no houga furansu go no chikara wa ue kamoshiremasen. Sore wa mitomemasu. Demo ano hito wa ima mou mireniusu jogakuin no seito dewa nai hazu desu.
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
25
Chieko Sensei : Maria san. Gakuin ga ketteishita koto ni seito ga kuchi o hasamu koto wa yurushimasen. Wakarimasu ne? Maria : Hai, Inchou sensei. Maria
:
Aku selalu memiliki kesadaran diri dan kebanggaan sebagai murid yang mewakili sekolah. Aku pun bermaksud mengkoordinasikan kelasku. Untuk pidato bahasa Perancis pun, aku…berjuang, berpikir dan berlatih dengan sekuat tenaga, tapi mungkin kemampuan bahasa Perancis Kuroda Seira memang lebih baik daripada aku. Itu kuakui. Tapi sekarang dia bukan seorang siswa milenius lagi. Chieko Sensei : Maria, saya tidak akan membiarkan seorang murid menyela terhadap keputusan yang telah dibuat oleh sekolah ini. Apa kamu mengerti? Maria : Baik, Direktur
Data ini merupakan sebuah percakapan yang terjadi antara Maria dan Chieko Sensei di ruang direktur sekolah. Maria mendatangi ruang direktur sekolah untuk menyampaikan keluhannya kepada Chieko Sensei karena Chieko Sensei telah menyuruh Seira untuk berpidato bahasa Perancis di depan duta dari Perancis secara tiba-tiba padahal sebelumnya Aran Sensei sebagai guru bahasa Perancis telah meminta dirinya untuk berpidato bahasa Perancis. Pada data (2), Hubungan yang terjalin antara Maria (penutur) dan Chieko Sensei (mitra tutur) adalah hubungan murid dengan guru. Maria adalah seorang murid sekolah Milenius sedangkan Chieko Sensei adalah seorang direktur sekolah juga seorang guru. Hubungan mereka tidak akrab. Maria mengawali tuturannya dengan mengatakan nattoku dekimasen yang memiliki arti „saya tidak mengerti‟. Nattoku dekimasen merupakan ungkapan rasa ketidakpuasan seseorang kepada orang lain terhadap suatu keadaan yang merugikan dirinya. Tuturan ini diucapkan Maria sebagai reaksi atas sikap Chieko Sensei yang memutuskan secara sepihak siapa yang harus berpidato bahasa Perancis menyambut duta Perancis yang datang ke sekolah padahal Maria telah terlebih dahulu dipilih oleh guru bahasa Perancis untuk melakukan pidato tersebut. Ia tidak puas dengan keputusan tersebut. Dengan adanya kata ini, tersirat bahwa Maria sebenarnya ingin meminta penjelasan dari Chieko Sensei mengapa dirinya secara tiba-tiba memutuskan kalau Seira yang harus berpidato bahasa Perancis.
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
26
Selanjutnya Maria mengatakan watashi wa zutto gakuin o daihyousuru seito toshite no. jikaku to hoko o motte yatte kimashita. Kurasu mo matometekita tsumori desu. Furansu go no supiichi datte watashi.. sei ippai ganbatte kangaete renshuushite. nanoni nanoni. Maria menyampaikan kepada Chieko Sensei mengenai apa yang ia rasakan dengan memfokuskan tuturannya mengenai dirinya sendiri. Ia memfokuskan tuturannya kepada dirinya sebagai seorang siswa yang mewakili sekolah yang selalu memiliki kebanggaan dan kesadaran diri dan mengenai pidato bahasa Perancis, ia telah berusaha sekuat tenaga mencurahkan seluruh kemampuannya untuk membuat pidato yang dapat membanggakan sekolah. Setelah itu, melalui kata nanoni yang diucapkan dengan nada sedih, terlihat adanya suatu perasaan kecewa yang muncul, yaitu suatu rasa ketidakpuasan Maria terkait dengan dengan suatu kejadian yang baru berlangsung, yaitu mengenai pidato bahasa Perancis, dimana ia tidak menjadi perwakilan sekolah untuk berpidato bahasa Perancis di depan duta Perancis yang datang ke sekolah padahal dirinya telah mempersiapkannya. Maria kemudian mengatakan tashikani watashi yori kuroda seira san no houga furansu go no chikara wa ue kamoshiremasen. Sore wa mitomemasu. Melalui tuturan ini, Maria mengakui akan kemampuan bahasa Perancis Seira yang lebih baik dari dirinya. Tuturan selanjutnya adalah Demo ano hito wa ima mou mireniusu jogakuin no seito dewa nai hazu desu. Kata demo bermakna „tetapi‟ digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang ada pada bagian berikutnya yang tidak sesuai, tidak pantas, atau bertentangan tentang sesuatu yang ada pada bagian sebelumnya. Maria membuat suatu pernyataan yang kontradiksi/ bertentangan dengan kalimat-kalimat dia sebelumnya. Dalam tuturan ini terkandung makna ilokusi, yaitu Maria tidak setuju kalau Seira yang harus berpidato bahasa Perancis karena dia bukan lagi sebagai siswa sekolah tersebut. Menurutnya yang berhak untuk berpidato bahasa Perancis adalah seorang siswa, dan siswa tersebut adalah dirinya karena dirinya yang telah dipilih oleh Aran Sensei untuk berpidato bahasa Perancis. Mengeluh adalah ungkapan ketidakpuasan seseorang terhadap sesuatu hal yang mempengaruhi dirinya dengan cara yang tidak menyenangkan. Tuturan di atas
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
27
dapat dikatakan sebagai tindak tutur mengeluh karena dalam tuturan tersebut terdapat kata-kata yang mengungkapkan ketidakpuasan seseorang kepada mitra tuturnya, yaitu kata nattoku dekimasen dan nanoni. Selain itu, tindakan Chieko Sensei yang memutuskan secara sepihak telah merugikan diri Maria. Dikatakan merugikan karena ia tidak jadi berpidato bahasa Perancis padahal ia telah mempersiapkan diri dengan sekuat tenaga untuk pidato tersebut. Maria sangat mengharapkan dirinya yang akan berpidato namun harapannya tersebut tidak terjadi. Dalam mengungkapkan keluhannya tersebut, Maria menggunakan strategi keluhan dengan isyarat. Isyarat yang dibuat Maria diawali dengan memfokuskan tuturannya mengenai diri sendiri, yaitu diri Maria sebagai seorang siswi perwakilan sekolah, dirinya yang telah berjuang dan berlatih keras dalam membuat pidato bahasa Perancis, dirinya yang mengakui kemampuan Seira, namun dalam tuturannya selanjutnya ia menggunakan kalimat kontradiksi yang berlawanan dengan tuturan diawal, yaitu ia mengatakan bahwa Seira bukanlah seorang siswa lagi. Isyarat yang dibuat oleh Maria mempunyai makna ilokusi bahwa dirinya tidak menyetujui jika Seira yang harus berpidato bahasa Perancis tersebut. Maria tidak secara gamblang mengatakan ketidaksetujuannya dan ia pun tidak menyebutkan nama Chieko Sensei atau pronomina persona yang menunjuk ke arah Chieko Sensei.
3.2 Keluhan dengan Menyatakan Kekesalan Penutur mengeluh dengan cara mengungkapkan semua rasa kesalnya, ketidaksukaannya, ketidaksetujuannya melalui tuturannya kepada mitra tutur. Arti kesal dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah mendongkol, sebal, kecewa (menyesal) bercampur jengkel, tidak suka lagi, dan jemu. Kesal mengacu kepada perasaan tidak senang dan tidak puas terhadap suatu hal. Dalam hal ini, penutur merasa tidak senang dan tidak puas atas perkataan maupun tindakan yang dilakukan oleh mitra tuturnya.
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
28
Data (3) 冗談じゃねえぞ。何がよろしくだ。 今までさんざんわがまま放題で 人バカにしてこき使ったくせに。 たっぷり働いてもらうからな 覚悟 してろ。 Joudan janeezo. Nani ga yoroshiku da. Ima made sanzan wagamama houdai de hito baka ni shite kokisukattakuseni. Tappuri hataraitemoraukarana kakugoshitero. Jangan bercanda. Apa maksudmu mohon bantuan? Padahal selama ini kamu bersikap sangat egois, mempermainkan dan memaksa orang untuk bekerja keras. Kamu harus bekerja keras, jadi bersiaplah. Data (3) dikutip dari Percakapan dalam episode 1, jam 01.21.34: 小沼
:
セイラ: Onuma :
Seira
:
Onuma :
Seira
:
冗談じゃねえぞ。 何がよろしくだ。今まで さんざん わがまま放題 で 人ばかにしてこき使ったくせに たっぷり働いてもらうからな 覚 悟してろ。 はい Joudan janeezo. Nani ga yoroshiku da. Ima made sanzan wagamama houdai de hito baka ni shite kokisukattakuseni. Tappuri hataraitemoraukara na, kakugoshitero. Hai. Jangan bercanda. Apa maksudmu mohon bantuan? Padahal selama ini kamu bersikap sangat egois, mempermainkan dan memaksa orang untuk bekerja keras. Kamu harus bekerja keras, jadi bersiaplah! Baik
Percakapan ini terjadi di dapur antara Onuma dan Seira. Hari pertama Seira menjadi pelayan sekolah. Seira memasuki dapur dengan wajah yang terlihat bingung kemudian ia mengucapkan salam kepada Onuma, Hideko, dan Kaito. Onuma tidak membalas salam Seira, malah mengeluarkan semua keluhannya kepada Seira. Onuma mengatakan tuturan ini karena ketika Seira masih menjadi seorang pelajar, Seira pernah membuat masakan di dapur pada waktu dini hari tanpa sepengetahuan Onuma dan Hideko selaku orang yang bertanggung jawab mengenai urusan dapur. Hal itu Seira lakukan karena ia sebagai seorang siswa baru ditantang oleh Maria untuk membuat makanan yang biasa dibuat oleh Onuma tanpa diketahui oleh Onuma dan
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
29
tanpa bantuan dari siapa pun dan rasa makanan harus diakui enak oleh direktur sekolah, tantangan Maria diterima oleh Seira dengan syarat jika ia berhasil melakukan tantangan tersebut maka Maria harus menjadi temannya. Onuma dan istrinya yang bangun kesiangan merasa bingung siapa yang membuat masakan tersebut. Pada data (3), Hubungan yang terjalin antara Onuma (penutur) dan Seira (mitra tutur) pada percakapan di atas adalah hubungan atasan dan bawahan dalam pekerjaan. Seira adalah staf pelayan Onuma. Sedangkan Onuma adalah seorang kepala koki dan pelayan sekolah Milenius. Hubungan mereka tidak akrab. Onuma mengawali tuturannya dengan mengatakan mengatakan joudan janeezo dan nani ga yoroshikuda. Tuturan ini bersifat tegas karena adanya partikel zo dalam tuturannya tersebut. Kata Joudan janeezo memiliki arti „jangan bercanda‟. Sedangkan kata nani ga yoroshikuda berarti „apa maksudmu mohon bantuan‟. Tuturan ini diucapkan oleh Onuma sebagai reaksi atas salam yang diucapkan oleh Seira. Onuma merasa bahwa Seira sedang bercanda mengatakan salam tersebut kepada semua orang yang berada di dapur khususnya kepada dirinya. kata-kata Seira tersebut hanyalah sebuah omong kosong bagi Onuma. Pengulangan kata yoroshiku yang diucapkan oleh Onuma menyiratkan bahwa Seira tidak pantas untuk mengucapkan salam tersebut kepada mereka karena Seira telah berbuat sesuatu yang tidak mengenakan pada saat dia masih menjadi seorang pelajar. Penjelasan dari katakata Onuma ini terlihat dari tuturan selanjutnya, yaitu dari kalimat Ima made sanzan wagamama houdai de hito baka ni shite kokisukattakuseni yang artinya „Padahal selama ini kamu bersikap sangat egois, mempermainkan dan memaksa orang untuk bekerja keras‟. Kata ‘ima made’ menunjukkan rasa kesal Onuma kepada Seira yang telah lama ia pendam sampai berlangsungnya tuturan ini. Onuma memendam kekesalannya karena pada saat itu status Seira masih sebagai seorang pelajar sehingga ia tidak berani untuk mengungkapkan rasa kesalnya kepada Seira, namun karena sekarang Seira sudah menjadi stafnya di dapur maka Onuma berani untuk mengeluarkan semua perasaan kesalnya kepada Seira. Yang dimaksud dengan kata sanzan wagamama houdai adalah sikap egois Seira yang tidak memikirkan perasaan
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
30
orang lain ketika ia dengan diam-diam memasak makanan pada tengah malam di dapur. Sebagai seorang kepala koki, ia merasa harga dirinya telah diinjak-injak oleh tindakan Seira tersebut. Hal ini terlihat dari kata hito baka ni shite dan kokisukatta. Ia merasa dipermainkan dan dipaksa bekerja keras oleh Seira. Mengapa Onuma bisa merasa hal demikian? Pada saat Seira mengucapkan salam, Onuma teringat dengan peristiwa yang membuatnya merasa sangat kesal, yaitu ketika Seira membuat makanan di dapur pada waktu tengah malam tanpa sepengetahuan dirinya. Onuma yang pada saat itu bangun kesiangan bersama istrinya langsung menuju ruang makan. Ketika sampai di sana, makanan sudah tersedia. Mereka bingung siapakah yang membuat makanan tersebut karena tidak mungkin dirinya dan istrinya yang membuat makanan tersebut sambil tidur. Pikiran-pikiran tersebut membuat dirinya merasa dipermainkan. Selanjutnya ia merasa dipaksa bekerja keras oleh Seira. Hal ini karena Masakan buatan Seira jauh lebih enak dari buatan Onuma. Chieko Sensei yang tidak mengetahui masakan tersebut adalah buatan Seira dan menganggap bahwa masakan tersebut adalah buatan Onuma lalu menegur Onuma supaya membuat makanan yang sama seperti itu setiap hari. Dengan adanya teguran dari Chieko Sensei tersebut maka dirinya harus lebih giat dalam berlatih memasak agar masakannya tersebut dapat menyamai/melebihi rasa masakan yang dibuat oleh Seira. Berdasarkan hasil analisis pada data di atas melalui tuturan joudan janeezo, nani ga yoroshiku dan Ima made sanzan wagamama houdai de hito baka ni shite kokisukattakuseni menunjukkan bahwa tuturan yang diucapkan oleh Onuma adalah tindak tutur mengeluh. Tuturan tersebut dilakukan dengan strategi keluhan dengan menyatakan kekesalan.
Data (4) 遅いわ。 もう飲みたくない。 Osoiwa, mou nomitakunai. Lambat sekali, aku sudah tidak ingin minum lagi
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
31
Data (4) dikutip dari percakapan dalam episode 3, menit 14.07: セイラ:どうぞ マリアさん。 まりあ:遅いわ。もう飲みたくない。 せいら:申し訳ありません。 Seira : Douzo, Maria san. Maria : Osoiwa, mou nomitakunai. Seira : Moushiwake arimasen. Seira : Silakan Maria Maria : Lambat sekali, aku sudah tidak ingin minum lagi Seira : saya minta maaf
Percakapan ini terjadi di kamar Maria antara Maria dengan Seira. Maria menyuruh Seira untuk membuatkan minuman untuknya. Karena Seira lama dalam membuat minuman, Maria kesal lalu ia mengeluhkan tindakan Seira yang lambat dalam membuatkan minuman untuknya. Pada data (4), hubungan yang terjalin antara Maria (penutur) dan Seira (mitra tutur) dalam situasi percakapan di atas adalah hubungan antara majikan dan pelayan. Dahulu Seira adalah seorang siswa sekolah Milenius namun pada percakapan ini, Seira telah menjadi pelayan sekolah dan pelayan khusus Maria. Hubungan mereka tidak akrab. Maria mengawali tuturannya dengan mengatakan osoiwa yang artinya „lambat sekali‟. Tuturan ini diucapkan oleh Maria setelah Seira masuk ke kamar Maria dan mempersilakan dirinya untuk minum. Partikel wa yang mengikuti kata osoi mengandung ungkapan perasaan kesal dari Maria. Maria menyuruh Seira sebagai pelayan Maria untuk membuatkan minuman untuknya, namun Seira begitu lama membuatkan minuman tersebut. Maria mengharapkan agar Seira membuatkan minuman untuknya dengan cepat agar ia dapat menghilangkan rasa hausnya dengan segera. Harapan setiap majikan terhadap pelayannya adalah pelayannya tersebut dapat melakukan semua pekerjaan dengan terampil, cekatan, cepat, dan memuaskan. Begitu pula dengan Maria, ia mengharapkan agar Seira melakukan setiap yang ia
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
32
perintahkan dengan baik dan cepat, namun harapan Maria tersebut tidak terjadi. Oleh karena itu, ia merasa kesal. Rasa kesalnya tersebut dituangkan melalui tuturan osoiwa. Kata selanjutnya yang diucapkan Maria adalah mou nomitakunai artinya „saya sudah tidak mau minum lagi‟. Kata ini menunjukkan bahwa Maria kesal atas tindakan Seira yang lama dalam membuat minuman untuknya. Tindakan Seira tersebut membuat dirinya harus menunggu lama. Karena dirinya harus menunggu lama membuat dirinya hilang rasa untuk minum sehingga ia tidak mau untuk meminum minuman buatan Seira. Berdasarkan hasil analisis pada data di atas melalui tuturan osoiwa dan Mou nomitakunai menunjukkan bahwa tuturan Maria merupakan tindak tutur mengeluh. Tuturan mengeluh tersebut dilakukan dengan strategi keluhan dengan menyatakan kekesalan.
Data (5) よしてよ、お姉様。 私がプレッシャーに弱いの…知ってるくせに! Yoshite yo, oneesama. Watashi ga pureshsha ni yowai no..shitteru kuseni. Hentikan itu kak! Saya lemah ketika berada di bawah tekanan. Padahal kamu tahu itu.
Data (5) dikutip dalam percakapan dalam episode 8, menit 20.20: 千恵子先生 :頑張ってください教師を続けたいならね 笑美子先生:よしてよ
お姉様 私がプレッシャーに弱いの…知ってるくせに!
Chieko Sensei : ganbatte kudasai, kyoushi o tsuzuketainara ne. Emiko Sensei : Yoshite yo, oneesama. Watashi ga pureshsha ni yowai no. shitteru kuseni. Chieko Sensei: Silakan lakukan yang terbaik jika ingin melanjutkan sebagai seorang guru. Emiko Sensei : Hentikan itu kak! Saya lemah ketika berada di bawah tekanan. Kamu tahu itu!
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
33
Percakapan ini terjadi di ruang direktur antara Chieko Sensei dan Emiko Sensei. Chieko Sensei memperingatkan Emiko Sensei agar tidak melakukan hal bodoh di depan orang tua murid pada waktu kunjungan orang tua ke sekolah. Emiko Sensei yang sedang ketakutan, mengeluhkan sikap kakaknya tersebut. Pada data (5), hubungan antara Emiko Sensei dan Chieko Sensei telah dijelaskan pada data (1). Emiko Sensei mengawali tuturannya dengan mengatakan yoshiteyo yang memiliki arti „hentikan‟. Kata yoshiteyo berasal dari kata kerja yosu ‟menghentikan‟ yang mengalami konjugasi ke bentuk te dengan penambahan partikel yo. Partikel yo yang diucapkan setelah kata kerja perintah bentuk te yang biasa diucapkan oleh perempuan menunjukkan suatu permintaan sedikit agak keras. Tuturan ini diucapkan oleh Emiko Sensei sebagai reaksi atas ucapan Chieko Sensei yang memperingatkan dirinya. Emiko Sensei yang sedang merasa ketakutan karena acara kunjungan orang tua murid ke sekolah akan segera berlangsung, semakin merasa takut mendengar ucapan Chieko Sensei. Emiko Sensei merasa takut karena acara kunjungan ini merupakan tanggung jawab dirinya. Ia juga takut karena selama ini setiap acara kunjungan orang tua murid, dirinya selalu melakukan kesalahan dan hal bodoh.
Kata-kata Chieko Sensei tersebut membuat dirinya kesal lalu ia
menuangkannya dengan mengatakan kata perintah tersebut. Ia kesal terhadap Chieko Sensei karena kakaknya telah mengetahui bahwa dirinya sedang merasa takut menghadapi acara kunjungan orang tua murid namun Chieko Sensei malah menambah rasa takutnya tersebut dengan memperingatkannya. Maksud Emiko Sensei mengatakan kata perintah tersebut adalah agar Chieko Sensei menghentikan ucapannya tersebut dan tidak melanjutkan memberikan kata-kata peringatan lagi kepada dirinya. Selanjutnya Emiko Sensei mengatakan watashi ga pureshsha ni yowai no..shitteru kuseni yang artinya „Saya lemah ketika berada di bawah tekanan, padahal kamu tahu itu.‟ Tuturan ini merupakan ungkapan rasa kesal Emiko Sensei yang memperingatinya. Kalimat ini memiliki makna ilokusi bahwa Emiko Sensei tidak akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan maksimal jika ia terus mendapat tekanan dari Chieko Sensei. Tekanan yang dimaksud oleh Emiko Sensei adalah
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
34
peringatan-peringatan yang diberikan Chieko Sensei kepada dirinya. Selanjutnya melalui tuturan shitteru kuseni yang memiliki arti „padahal kamu tahu itu‟ menandakan bahwa Emiko Sensei merasa kesal kepada Chieko Sensei atas tuturannya yang memperingatinya. Ia kesal karena Chieko Sensei masih saja menekan dirinya melalui tuturannya padahal kakaknya tersebut mengetahui bahwa dirinya tidak dapat bekerja di bawah tekanan. Berdasarkan analisis pada data di atas, tuturan Emiko Sensei merupakan tindak tutur mengeluh karena ucapan mitra tutur yang memperingatinya memberikan efek kepada diri penutur, yaitu Emiko Sensei merasa semakin takut menghadapi acara kunjungan orang tua ke sekolah. Strategi mengeluh yang digunakan oleh Emiko Sensei adalah strategi keluhan dengan menyatakan kekesalan.
3.3 Keluhan dengan cara Menyalahkan Penutur mengeluh terhadap suatu situasi yang terjadi dengan cara menyalahkan mitra tutur. Penutur menganggap bahwa mitra tutur adalah orang yang harus bertanggung jawab terhadap situasi yang tidak menyenangkan yang dirasakan oleh penutur. Dalam keluhan dengan cara menyalahkan, penutur dapat menyalahkan tindakan yang diperbuat oleh mitra tuturnya maupun menyalahkan pada diri orang yang telah melakukan tindakan tersebut. Penutur juga dapat melakukan berbagai cara sebelum menyalahkan orang tersebut.
Data (6) どうしたらそんなに鈍感に生きられるんですか ? 私がその話はした くないという空気を醸し出してることに、あなたはまったく気がつか ないんですか? Doushitara sonna ni donkan ni ikirarerundesuka? Watakushi ga sono hanashi wa shitakunai to iu kuuki o kamoshidashiterukoto ni, anata wa mattaku ki ga tsukanaindesuka?
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
35
Bagaimana kamu bisa hidup begitu tidak peka? Saya telah menciptakan suasana yang menyatakan “saya tidak mau bicara tentang hal itu”. Apakah kamu tidak bisa merasakan sama sekali?
Data (6) dikutip dari percakapan dalam episode 4, menit 10.39: 千恵子先生:笑美子 笑美子先生:はい 千恵子先生:どうしたらそんなに鈍感に生きられるんですか ?私が その話はした くないという空気を醸し出してることに、あなたはまったく気がつか ないんですか? 笑美子先生:そうだったの?ごめんなさい。 Chieko Sensei: Emiko. Emiko Sensei : Hai. ChiekoSensei : Doushitara sonna ni donkan ni ikirarerundesuka? Watakushi ga sono hanashi wa shitakunai to iu kuuki o kamoshidashiterukoto ni, anata wa mattaku ki ga tsukanaindesuka? Emiko Sensei : Soudattano? Gomennasai. Chieko Sensei : Emiko Emiko Sensei : Ya Chieko Sensei: Bagaimana kamu bisa hidup begitu tidak peka? Saya telah menciptakan suasana yang menyatakan “saya tidak mau bicara tentang hal itu”. Apakah kamu tidak bisa merasakan sama sekali? Emiko Sensei : Begitukah? Saya minta maaf.
Percakapan ini terjadi di ruang direktur antara Chieko Sensei dan Emiko Sensei. Di sekolah akan segera diadakan teater Romeo dan Juliet, yang diadakan setiap tahunnya dan dimainkan oleh siswa sekolah tersebut. Emiko Sensei yang bertugas untuk mengkoordinasikan dengan siswa karena dia adalah guru sastra Jepang. Ketika berada di ruang kerjanya, ia sangat menantikan acara tersebut, dan ia juga mengatakan kepada Chieko Sensei tentang dirinya yang tidak bisa melihat kakaknya dahulu ketika menjadi Juliet dan bertanya bagaimana perasaannya ketika mementaskan peran Juliet. Chieko Sensei yang tidak suka mengenang kembali masa lalunya saat ia memerankan Juliet, mengeluhkan sikap Emiko Sensei. Pada data tersebut, Chieko Sensei mengatakan Doushitara sonna ni donkan ni ikirarerundesuka yang artinya „Bagaimana kamu bisa hidup begitu tidak peka?‟.
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
36
Tuturan ini merupakan reaksi Chieko Sensei atas ucapan Emiko Sensei yang membahas mengenai peran Juliet yang pernah dimainkan oleh Chieko Sensei dahulu. Kalimat yang diucapkan Chieko Sensei ini merupakan kalimat pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban dari mitra tutur. Chieko Sensei mengatakan diri Emiko Sensei yang hidup tidak peka dijelaskan Chieko Sensei melalui tuturan selanjutnya, yaitu Watakushi ga sono hanashi wa shitakunai to iu kuuki o kamoshidashiterukoto ni. , anata wa mattaku ki ga tsukanaindesuka yang artinya „Saya telah menciptakan suasana yang menyatakan “saya tidak mau bicara tentang hal itu”. Apakah kamu tidak bisa merasakan sama sekali?‟. Kata sono hanashi mengacu kepada perkataan Emiko Sensei mengenai peran Juliet yang pernah Chieko mainkan ketika ia masih menjadi seorang siswa sekolah Milenius. Tuturan ini ditujukan kepada Emiko Sensei. Hal ini terlihat dari adanya pronomina persona anata yang diucapkan oleh Chieko Sensei. Chieko Sensei mengatakan adiknya tersebut dengan kata „hidup tidak peka‟ karena Emiko Sensei tidak bisa merasakan suasana yang telah dibuat oleh Chieko Sensei supaya tidak membicarakan masalah peran Juliet yang dimainkan oleh Chieko Sensei dahulu. Suasana yang diciptakan oleh Chieko Sensei adalah muka yang terlihat tidak suka, menghindari diri dari Emiko Sensei yang mendekatinya sambil membahas mengenai teater dengan mencoba mengambil buku di lemari. Emiko Sensei tidak bisa merasakan adanya suasana tersebut karena Emiko Sensei menganggap bahwa setiap siswa sekolah akan bangga jika mereka bisa memainkan peran sebagai juliet, begitu pula dengan Chieko Sensei pikirnya. Emiko Sensei tidak mengetahui bahwa kakaknya mempunyai kesan buruk dengan perannya sebagai juliet tersebut. Dalam tuturan yang diucapkan oleh Chieko Sensei terkandung makna ilokusi. Makna ilokusi yang terkandung dalam kalimat ini adalah agar Emiko Sensei menyadari kalau dirinya tidak suka jika ada seseorang yang membahas teater yang pernah Chieko Sensei perankan, ia pun berharap Emiko Sensei menghentikan ucapannya dan tidak membahasnya lagi. Dalam tuturan ini pula mengandung makna bahwa Chieko Sensei menyalahkan tindakan Emiko Sensei yang tidak bisa merasakan suasana yang telah dibuat oleh Chieko Sensei dengan mengungkit-ungkit dirinya yang pernah memainkan peran Juliet. Dengan kata lain, Chieko Sensei
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
37
menyalahkan tindakan Emiko Sensei yang bisa hidup tidak peka terhadap suasana yang telah diciptakan oleh Chieko Sensei. Berdasarkan hasil analisis, tuturan Emiko Sensei termasuk ke dalam tindak tutur mengeluh. Perkataan mitra tutur menyebabkan konsekuensi yang tidak menyenangkan bagi penutur. Oleh sebab itu, penutur menyampaikan keluhan secara verbal kepada mitra tuturnya. Konsekuensi yang tidak menyenangkan yang dirasakan oleh penutur adalah Ucapan Emiko Sensei tersebut membuat Chieko Sensei teringat akan kenangan pahit dirinya ketika memerankan peran Juliet. Dirinya pernah gagal memainkan peran tersebut dihadapan semua penonton. Jika ia mengingat hal tersebut, maka timbul rasa sakit di dalam hati Chieko Sensei. Tuturan mengeluh Chieko Sensei ini dilakukan dengan strategi keluhan dengan menyalahkan. Tuturan mengeluh dengan menyalahkan dilakukan Chieko Sensei dengan membuat kalimat pertanyaan retoris, yaitu pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban dari mitra tutur. Dari pertanyaan retoris tersebut terkandung makna ilokusi agar mitra tuturnya tersebut menghentikan membicarakan hal yang dianggap penutur menyakitkan dirinya.
Data (7) あなたさえいなければこんなことにはならなかったのです。 Anata sae inakereba, konna koto ni wa naranakatta no desu. Jika kamu tidak berada disini, semua ini tidak akan terjadi.
Data (7) dikutip dari percakapan dalam episode 9, menit 41.34: 千恵子先生 :あなたのおかげで終わりです。 セイラ :えッ? 千恵子先生:あなたのおかげでこの学院はおしまいです。消えてなくなるのです。 うれしいですか? セイラ。 セイラ :そんな… 千恵子先生 :あなたさえいなければ こんなことにはならなかったのです。 Chieko Sensei : Anata no okage de owari desu. Seira : E’?
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
38
Chieko Sensei : Anata no okage de kono gakuin wa oshimaidesu. Kietenaku naru no desu. Ureshi desuka? Seira. Seira : Sonna... Chieko Sensei : Anata sae inakereba, konna kotoni wa naranakatta no desu. Chieko Sensei : Berkat kamu, semua telah berakhir Seira : Eh? Chieko Sensei : Berkat kamu, sekolah ini akan berakhir, semua akan menghilang, apakah kamu bahagia, Seira? Seira : Itu... Chieko Sensei : Jika kamu tidak berada disini, semua ini tidak akan terjadi
Percakapan ini terjadi di ruang direktur antara Chieko Sensei dengan Seira. Chieko Sensei ditelepon oleh seseorang yang akan memberikan donasi untuk sekolah, tapi orang itu membatalkan niatnya karena dia telah mengirimkan seseorang untuk mencari tahu kondisi sekolah tersebut. Chieko Sensei menganggap Seira yang bersalah terhadap gagalnya sumbangan tersebut. Seira disalahkan karena ia lah yang diminta oleh Emiko Sensei untuk mengajak orang yang dikirim tersebut berkelilingkeliling sekolah. Pada data (7), hubungan sosial yang terjalin antara Chieko Sensei (penutur) dan Seira (mitra tutur) adalah hubungan antara direktur sekolah dengan karyawan sekolah. Seira adaah pelayan sekolah tersebut. Hubungan mereka tidak akrab. Chieko Sensei mengatakan Anata sae inakereba, konna koto ni wa naranakatta no desu yang artinya „Jika kamu tidak berada disini, semua ini tidak akan terjadi‟. Partikel sae yang diikuti dengan konjugasi ba berfungsi untuk menyampaikan kalau melaksanakan suatu hal tambahan, hasil positif akan terjadi. ‘sae....ba’ memiliki arti „kalau hanya‟. Bentuk ini bersifat pengandaian. Tuturan ini diucapkan Chieko Sensei kepada Seira setelah menerima telepon dari calon donatur yang akan memberikan sumbangan untuk sekolah namun ia membatalkannya. Kalimat ini merupakan kalimat pengandaian juga keluhan Chieko Sensei. Penutur mengandaikan jika mitra tutur tidak ada di sekolah tersebut maka semua kejadian buruk di sekolah tidak akan terjadi. Dalam tuturan ini terkandung makna ilokusi bahwa Chieko Sensei menganggap semua peristiwa buruk yang terjadi di sekolah, semua itu karena adanya Seira di sekolah tersebut. Kejadian buruk yang dimaksud adalah Sekolah tidak mendapatkan dana sumbangan dari donatur, karena calon
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
39
donatur secara tiba-tiba membatalkan. Calon donatur tersebut membatalkan sumbangannya karena ia telah mengirim seseorang untuk melihat kondisi sekolah. Pada saat orang yang diperintahkan itu datang ke sekolah, Chieko Sensei tidak berada di sekolah, sehingga Emiko Sensei yang menangani orang tersebut. Lalu Emiko Sensei meminta Seira untuk mengajak orang tersebut berkeliling-keliling sekolah. Karena Seira yang memandu orang tersebut, Chieko Sensei menganggap bahwa Seira yang telah membuat gagalnya sumbangan tersebut. Sehingga melalui tuturan ini jelas terlihat bahwa Chieko Sensei menyalahkan Seira. Dengan gagalnya sumbangan maka sekolah dalam keadaan kritis, tidak ada kas yang masuk sama sekali. Tidak adanya kas yang masuk maka tidak akan dapat membayar semua hal yang dibutuhkan oleh sekolah, tidak bisa membayar gaji guru-guru dan karyawan sekolah sehingga tidak akan ada lagi proses belajar mengajar. Sekolah akhirnya harus ditutup. Dengan demikian, Chieko Sensei pun tidak akan menjadi direktur sekolah tersebut lagi. Berdasarkan analisis pada data (7) tersebut menunjukkan bahwa tuturan yang dituturkan oleh Chieko Sensei merupakan tindak tutur mengeluh. Penutur sangat mengharapkan adanya sumbangan dari seorang donatur ke sekolah, namun harapan penutur tidak terjadi disebabkan oleh tindakan dari mitra tuturnya tersebut. Tindakan mitra tutur yang memandu orang yang dikirim oleh calon donatur dianggap penutur sangat merugikan dirinya bahkan semua hal yang berkaitan dengan sekolah. Oleh karena itu, penutur memilih untuk mengucapkan tuturan tersebut secara verbal. Tuturan verbal ini adalah tuturan mengeluh. Tuturan mengeluh tersebut dilakukan dengan strategi keluhan dengan cara menyalahkan.
Data (8) あなたのプライドなんかどうでもいい。何よ 人のプライドは今まで 平気で踏みにじってきたくせに。大体ね 今までのこと全部あなたの せいなのよ。全部 全部 全部あなたのせい。さんざんセイラさんに ひどい仕打ちして。私 ずっとずっと言ってましたからね。そこまで する必要ないんじゃないって言ってました。もうちょっと優しくして もいいんじゃないのとも言いました。全部無視。全部無視してきたん ですからね あなたは。セイラさんのお父さんが亡くなったとき、もう
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
40
ちょっと優しくしてあげてれば、今ごろ こんな学院の危機なんて軽 ~く乗り越えてたんじゃないの。えッ。どうなのよ、 三村千恵子。 Anata no puraido nanka dou demo ii. Nani yo. Hito no puraido wa ima made heiki de fumi ni jitte kita kuseni. Daitai ne ima made no koto zenbu anata no sei na no yo. Zenbu. Zenbu. Zenbu anata no sei desu. Sanzan Seira san ni hidoi shiuchishite. Watashi wa zutto zutto itte mashitakara ne. Soko made suru hitsuyounai janai tte ittemashita. Mou chotto yasashikute mo iin janai no to mo iimashita. Zenbu mushi, zenbu mushishite kitandesukara ne, anata wa. Seira san no otousan ga naku natta toki, mou chotto yasashikute agereba ima goro konna gakuin no kiki nante keiku nori koetetan janai no. e’? dou na no yo, Mimura Chieko? Siapa yang peduli dengan harga dirimu? Padahal selama ini kamu menginjak harga diri orang dengan tenangnya. Lagipula semua masalah selama ini salahmu. Semuanya salahmu. Aku selalu bilang kalau kamu memperlakukan Seira dengan sangat kejam. Sudah kubilang tak perlu sejauh itu dan ada baiknya memperlakukan dia lebih lembut. Kamu mengabaikan semua itu. Kalau saja kamu memperlakukan Seira lebih lembut saat ayahnya meninggal. Bukankah kamu bisa melalui krisis di sekolah ini dengan mudah? Eh? Bagaimana, Miura Chieko? Data (8) dikutip dari percakapan dalam episode 10, menit 18.59: 恵美子先生:あなたのプライドなんかどうでもいい。何よ 人のプライドは今まで 平気で踏みにじってきたくせに。だいたいね 今までのこと全部あな たのせいなのよ。全部 全部 全部あなたのせい。さんざんセイラさ んに ひどい仕打ちして、私 ずっとずっと言ってましたからね、そ こまでする必要ないんじゃないって言ってました。もうちょっと優し くしてもいいんじゃないのとも言いました。全部無視。全部無視して きたんですからね あなたは。セイラさんのお父さんが亡くなったと き、もうちょっと優しくしてあげてれば 今ごろこんな学院の危機なん ても 軽~く乗り越えてたんじゃないの。えッ、どうなのよ 三村千 恵子? 千恵子先生:お願いです。一人にしてくれませんか笑美子さん。お願いです。
Emiko Sensei :
Anata no puraido nanka dou demo ii. Nani yo. Hito no puraido wa ima made heiki de fumi ni jitte kita kuseni. Daitai ne ima made no koto zenbu anata no sei na no yo. Zenbu. Zenbu. Zenbu anata no sei desu. Sanzan Seira san ni hidoi shiuchishite. Watashi wa zutto zutto itte mashitakara ne. Soko made suru hitsuyounai janai tte ittemashita. Mou chotto yasashikute mo iin janai no to mo iimashita. Zenbu mushi, zenbu mushishite kitandesukara ne, anata wa. Seira san no otousan ga naku natta toki, mou chotto yasashikute agereba ima goro konna gakuin no
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
41
kiki nante keiku nori koetetan janai no. e’? dou na no yo, Mimura Chieko? Onegaidesu, hitorini shite kuremasenka, Emiko san.Onegai desu.
Chieko Sensei :
Emiko Sensei
:
Chieko Sensei
:
Siapa yang peduli dengan harga dirimu? Padahal selama ini kamu menginjak harga diri orang dengan tenangnya. Lagipula semua masalah selama ini salahmu. Semuanya salahmu. Aku selalu bilang kalau kamu memperlakukan Seira dengan sangat kejam. Sudah kubilang tak perlu sejauh itu dan ada baiknya memperlakukan dia lebih lembut. Kamu mengabaikan semua itu. Kalau saja kamu memperlakukan Seira lebih lembut saat ayahnya meninggal. Bukankah kamu bisa melalui krisis di sekolah ini dengan mudah? Eh? Bagaimana, Miura Chieko? Tolong, tolong tinggalkan saya sendiri Emiko Sensei, tolong.
Percakapan ini terjadi di ruang direktur antara Chieko Sensei dan Emiko Sensei. Chieko Sensei pergi ke rumah Tuan Chris untuk memastikan apakah Seira yang telah meninggalkan sekolah karena diusir olehnya, berada di rumah tuan Chris. Ketika berada di rumah Tuan Chris, Tuan Chris mengatakan bahwa seluruh asset perusahaan ayah Seira yang dibekukan telah dapat dicairkan, dan semuanya akan menjadi milik Seira. Chieko Sensei kaget mendengar hal itu. Ketika Chieko Sensei telah kembali ke sekolah dengan wajah lesu dan bingung, Emiko Sensei langsung menanyakan bagaimana hasil pertemuannya dengan Tuan Chris, Chieko Sensei mengatakan bahwa Seira telah kembali menjadi orang kaya. Emiko Sensei pun bertanya lagi, mengapa dia tidak meminta Seira untuk kembali ke sekolah ini. Chieko Sensei tidak berani mengajaknya karena gengsi. Emiko Sensei lalu mengeluhkan semua sikap Chieko Sensei kepada Seira. Pada data (8), yang perlu diperhatikan dari tuturan Emiko Sensei adalah ima made no koto zenbu anata no sei na no yo. Zenbu. Zenbu. Zenbu anata no sei desu yang artinya „semua masalah selama ini salahmu. Semuanya, semuanya, semuanya salahmu.‟ Tuturan ini merupakan reaksi terhadap tindakan Chieko Sensei yang tidak mengajak Seira kembali ke sekolah. Emiko Sensei adalah seorang adik yang jarang sekali melawan ucapan Chieko Sensei, ia selalu menyetujui setiap ucapan dan keputusan yang diambil oleh kakaknya, walaupun dalam hati, dirinya tidak merasa cocok atau bertentangan dengan keputusan Chieko Sensei. Namun dalam percakapan ini, Emiko Sensei berani untuk menyuarakan pendapatnya yang selama ini telah lama ia pendam. Hal ini ia lakukan karena permasalahan yang terjadi di sekolah sudah di
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
42
ambang batas kehancuran. Sekolah sedang krisis keuangan karena tidak berhasil mendapatkan donatur yang akan memberikan sumbangan untuk sekolah tersebut. Chieko Sensei yang telah mengetahui bahwa Seira telah kembali menjadi orang kaya pada saat ia datang ke rumah tuan Chris tidak mengajak Seira kembali untuk menjadi siswa Milenius karena dirinya merasa gengsi. Gengsi karena ia telah mengusir Seira dan ternyata Seira kini telah kembali menjadi orang kaya. Hal ini yang membuat Emiko Sensei geram dan langsung menyampaikan keluhannya kepada Chieko Sensei. Melalui tuturan zenbu anata no sei „semua salah kamu‟ yang diucapkan dengan pamanjangan nada pada kata zenbu menandakan bahwa Emiko Sensei benar-benar menyalahkan Chieko Sensei atas semua peristiwa yang terjadi di sekolah, menyalahkan prilaku Chieko Sensei yang telah menginjak-injak harga diri Seira dengan tanpa rasa bersalah. Sebelumnya Emiko Sensei pernah memberi saran kepada kepada Chieko Sensei agar memperlakukan Seira dengan baik namun Chieko Sensei selalu mengabaikannya karena Chieko Sensei menganggap semua perkataannya tidak penting. Selanjutnya Emiko Sensei membuat sebuah kalimat pengandaian yang ditandai dengan partikel ba dalam kalimat Seira san no otousan ga naku natta toki, mou chotto yasashikute agereba ima goro konna gakuin no kiki nante keiku nori koetetan janai no. Ia mengandaikan seandaikan dulu Chieko Sensei memperlakukan Seira lebih baik setelah ayahnya meninggal maka semua permasalahan sekolah tidak akan menjadi seperti ini. Emiko Sensei mengucapkan kata keiku dengan penekanan berupa pemanjangan nada pada suku kata awal kata tersebut. Hal ini menandakan adanya ungkapan perasaan kecewa darinya. Dari partikel ba yang menunjukkan bahwa tuturan tersebut merupakan kalimat pengandaian menandakan penutur yang mengucapkan tuturan ini merasa tidak puas dan ada rasa penyesalan di dalam dirinya. Emiko Sensei
menyesalkan tindakan Chieko Sensei tersebut. Selain itu, Emiko
Sensei menyebut kakaknya hanya dengan menyebut nama saja tanpa imbuhan kehormatan di belakang namanya. Hal ini juga menandakan bahwa dirinya merasa kecewa dan marah.
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
43
Berdasarkan analisis pada data tersebut, tuturan yang diucapkan oleh Emiko Sensei termasuk ke dalam tindak tutur mengeluh yang dilakukan dengan cara menyalahkan. Tuturan mengeluh dengan menyalahkan terlihat dari kata anata no sei yang diucapkan Emiko Sensei kepada Chieko Sensei.
Data (9) 寛子って呼ばないでって言ったでしょう?私はマリアに名前を変え たのよ, 二度と呼ばないで。何なの 寛子って何でそんな名前にしたの よ! Hirokotte yobanaide tteitta deshou. Watashi wa maria ni namae o kaeta no yo, Ni do to yobanaide. Nannano. Saya sudah bilang jangan panggil saya hiroko, kan?Jangan panggil saya itu lagi. Mengapa kalian memberi nama hiroko padaku, nama seperti itu?
Data (9) dikutip dari percakapan dalam episode 1, menit 51.49: マリア お父さん マリア お母さん マリア
:入学式には来ないでね :どうして? :年寄りで かっこ悪いからよ :寛子ちゃん そんなこと... : 寛子って呼ばないでって言ったでしょう?私はマリアに名前を変えた のよ, 二度と呼ばないで. 大体 何なの 寛子って何で そんな名前に したのよ! : それは パパの名前が寛で… : 聞きたくないわ。私は武田マリアです。ミレニウス女学院にいって生 まれ変わるの。入学案内のときにお話ししてくださった。三村院長の ように素敵な女性にね。絶対 誰にも負けない。だから 私の邪魔を
お父さん マリア
わたし
しないで。絶対に学院で1番になるのよ 私 は。 Maria Ayah Maria Ibu Maria
Ayah Maria
: : : : :
Nyuugakusiki ni wa konai de ne. Doshite? Toshiyori de kakko warui kara yo. Hirokochan, sonna koto... Hirokotte yobanaide tteitta deshou? Watashi wa maria ni namae o kaeta no yo, Ni do to yobanaide. Daitai nannano hirokotte nande sonna namae ni shita no yo? : Sore wa papa no namae ga hiroshi de... : Kikitakunaiwa. Watashi wa Takeda Maria desu. Mireniusu jogakuin ni tsuite umarekawaruno. Nyuugakuannai no toki ni ohanashishitekudasatta. Miura
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
44
Inchou no youni suteki na josei ni ne, zettai dare ni mo makenai. Dakara watashi no jama o sinaide. Zettai ni gakuin de ichiban ni naru no yo watashi wa. Maria Ayah Maria Ibu Maria
: : : : :
Tolong jangan datang ke acara penerimaan murid baru? Kenapa? Karena orang tua sangat tidak keren Hiroko, jangan bilang begitu... Saya sudah bilang jangan panggil saya hiroko, kan? Saya sudah mengganti nama dengan maria, jadi jangan panggil saya itu lagi. Mengapa kalian memberi nama hiroko padaku, nama seperti itu? Ayah : Itu karena nama papa hiroshi Maria : Saya tidak ingin mendengarnya, saya takeda maria. Saya akan pergi ke sekolah milenius dan akan dilahirkan kembali pada acara penerimaan murid baru. Saya ingin berbicara dengan wanita cantik seperti kepala sekolah mimura. Saya pasti tidak akan dikalahkan. Jadi jangan menghalangi saya. Saya akan menjadi nomor satu di sekolah itu.
Percakapan ini terjadi antara Maria dan orang tuanya di ruang keluarga rumah Maria. Maria meminta ayahnya untuk tidak menghadiri acara penerimaan murid baru di sekolah milenius karena ayahnya dianggap tidak keren. Kemudian ibunya Maria memanggil Maria dengan panggilan Hiroko, Maria tidak menyukai nama tersebut. Maria menyalahkan kedua orang tuanya karena memberi nama seperti itu. dan Maria menegaskan bahwa nama dia adalah Takeda Maria. Pada percakapan (9), Hubungan sosial yang terjalin antara penutur dan mitra tutur adalah hubungan anak dan orang tua. Hubungan mereka akrab. Maria mengatakan hirokotte nande sonna namae ni shitano yo yang artinya „Mengapa kalian memberi nama hiroko padaku,
nama seperti itu?‟. Partikel no yo dalam
kalimat tersebut menunjukkan bahwa kalimat yang dituturkan oleh Maria adalah sebuah pertanyaan dan dalam partikel ini juga terkandung kesan menyalahkan. Tuturan di atas merupakan reaksi Maria terhadap panggilan ibunya yang memanggil dirinya dengan nama Hiroko. Tuturan Maria ini merupakan pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban dari mitra tutur karena sebenarnya Maria telah mengetahui alasan ayahnya memberi nama Hiroko padanya. Hal ini terlihat dari kata kikitakunaiwa setelah ayahnya menjawab pertanyaan darinya. Melalui tuturan tersebut sebenarnya Maria hanya ingin memberi tahu orang tuanya bahwa dirinya tidak menyukai nama yang diberikan oleh mereka, Maria menganggap nama tersebut tidak keren, tidak memperlihatkan sosok remaja zaman sekarang, oleh karena itu, ia
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
45
mengganti namanya menjadi Maria. Kata-kata Maria tersebut menandakan bahwa Maria menyalahkan tindakan orang tuanya yang memberi nama Hiroko padanya. Berdasarkan dari analisis data di atas, tuturan Maria merupakan tuturan mengeluh. Perkataan ibunya yang memanggil dirinya dengan nama Hiroko membuat Maria merasa tidak senang. Perasaan tidak senang tersebut dituturkan secara verbal kepada ibunya. Tuturan ini disebut tindak tutur mengeluh. tindak tutur mengeluh dilakukan dengan strategi keluhan dengan menyalahkan. Tuturan menyalahkan yang dilakukan oleh Maria adalah dengan menggunakan pertanyaan retoris kepada orang tuanya, pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban dari mitra tuturnya tersebut.
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
BAB 4 KESIMPULAN
Pada bab ini, penulis akan mengemukakan kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan analisis pada bab 3. Dari seluruh analisis yang terdiri dari sembilan data yang terdapat dalam drama seri Jepang yang berjudul Shokojo Seira, ditemukan tiga strategi yang digunakan dalam mengungkapkan keluhan, yaitu keluhan dengan isyarat, keluhan dengan menyatakan kekesalan, dan keluhan dengan cara menyalahkan. Untuk lebih spesifiknya, dari Sembilan data tindak tutur mengeluh, terdapat 2 data yang menggunakan strategi keluhan dengan isyarat, 3 data yang menggunakan strategi keluhan dengan menyatakan kekesalan, dan 4 data yang menggunakan strategi keluhan dengan cara menyalahkan. Dengan demikian, pada penelitian dalam drama seri Jepang Shokojo Seira, strategi yang dominan ditemukan adalah strategi keluhan dengan cara menyalahkan. Dalam keluhan dengan Isyarat, penutur mengeluh dengan tidak mengatakan secara jelas kepada mitra tutur apa yang ia keluhkan. Isi keluhan umumnya tidak disebutkan dalam tuturan yang diucapkan oleh penutur. Dalam strategi ini, mitra tutur bisa/tidak mengetahui maksud keluhan yang terkandung dalam tuturan yang disampaikan oleh penutur. Keluhan dengan menyatakan kekesalan ditandai dengan tuturan yang mengandung ungkapan rasa kesal terhadap mitra tutur. Kekesalan tersebut diungkapan hanya ingin agar mitra tutur menyadari bahwa dirinya kesal akan tindakan yang telah dilakukan oleh mitra tutur. Sedangkan dalam strategi keluhan dengan cara menyalahkan, penutur menganggap bahwa tindakan yang terjadi merupakan salah mitra tutur dan mitra tutur harus bertanggung jawab terhadap tindakan tersebut. Tindak tutur mengeluh berkaitan dengan hubungan sosial yang terjalin antara peserta tutur. Hubungan sosial di dalam penelitian ini dilihat dari faktor kekuasaan dan factor solidaritas. Kekuasaan mengacu kepada status sosial antara peserta tutur, sedangkan solidaritas mengacu kepada akrab atau tidaknya penutur dengan mitra tutur.
46 Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
47
Strategi keluhan dengan Isyarat terdapat pada data (1) dan data (2). Pada data (1) tuturan mengeluh dilakukan oleh penutur yang status sosialnya lebih tinggi dari mitra tutur dan hubungan di antara mereka adalah akrab. Sedangkan pada data (2), tuturan mengeluh dilakukan oleh penutur yang status sosialnya lebih rendah dari mitra tutur dan hubungan mereka tidak akrab. Strategi keluhan dengan menyatakan kekesalan terdapat pada data (3), (4), dan data (5). Tuturan mengeluh pada data (3) dan data (4) dilakukan oleh penutur yang status sosialnya lebih tinggi dari mitra tutur dan hubungan keduanya tidak akrab. Sedangkan pada data (5), tuturan mengeluh dilakukan oleh penutur yang status sosialnya lebih rendah dari mitra tutur namun hubungan mereka akrab. Strategi keluhan dengan cara menyalahkan terdapat pada data (6), data (7), data (8), dan data (9). Pada data (6), tuturan mengeluh dilakukan oleh penutur dengan status lebih tinggi dari mitra tutur dan hubungan mereka akrab. Pada data (7), tuturan mengeluh dilakukan oleh penutur dengan status lebih tinggi dari mitra tutur dan hubungan mereka tidak akrab. Pada data (8) dan data (9), tuturan mengeluh dilakukan oleh penutur yang status sosialnya lebih rendah dari mitra tutur namun hubungan mereka akrab Berdasarkan analisis pada drama seri tersebut terlihat bahwa tindak tutur mengeluh cenderung dilakukan oleh penutur yang status sosialnya lebih tinggi dari mitra tutur baik hubungan di antara mereka akrab atau tidak akrab. Tuturan mengeluh yang mereka lakukan menggunakan strategi keluhan dengan isyarat, keluhan dengan menyatakan kekesalan, dan keluhan dengan cara menyalahkan. Sedangkan penutur yang status sosialnya lebih rendah dari mitra tutur melakukan tindak tutur mengeluh melakukannya dengan strategi isyarat, kekesalan, dan menyalahkan. Stategi keluhan dengan isyarat dilakukan karena hubungan di antara mereka tidak akrab. Sedangkan strategi keluhan dengan menyatakan kekesalan dan stategi keluhan dengan
cara menyalahkan dilakukan karena
hubungan yang terjalin di antara mereka akrab. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hubungan sosial yang terjalin antara penutur dan mitra tutur sangat mempengaruhi strategi mengeluh yang digunakan.
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
48
DAFTAR REFERENSI
Buku Austin,J.L. How To Do Things With Words. New york: Oxford University Press, 1975. Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. Sosiolinguistik Perkenalan Awal Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. 2004. Chino, Naoko. Partikel Penting Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc, 1993. Gunarwan, Asim. “Pragmatik: Pandangan Mata Burung.” Mengiring Rekan Sejati. Ed. Dardjowidjojo, S. Jakarta: Lembaga Bahasa Unika Atmajaya Jakarta, 1994. 37- 60. ------------. Tindak Tutur Melarang di Kalangan Dua Kelompok Etnis
Indonesia :
Ke Arah Kajian Sosiopragmatik. Makalah dalam Pellba 13. Jakarta : Pusat Kajian Bahasa dan Budaya Atma Jaya, 1999. ------------. Kesantunan Negatif di Kalangan Dwibahasawan Indonesia-Jawa di Jakarta: Kajian Sosiopragmatik. Makalah pada Pellba 7 Jakarta : Pusat Kajian Bahasa dan Budaya Atma Jaya, 1992. Halliday dan Ruqaiya Hasan. Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-aspek Bahasa Dalam Pandangan Semiotik Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1992. Henderson, Harold G. Handbook of Japanese Grammar . London: Columbia University, 1945. J.D Parere. Teori Semantik Edisi ke Dua. Jakarta: Erlangga, 2004. Kridalaksana, Harimurti, et al. Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia: Sintaksis (Naskah Kelima). Jakarta: Universitas Indonesia, 1999. Kushartanti, Untung Yuwono, dan Multamia RMT Lauder. Pesona bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum, 2005. Leech, Geoffrey. Principles of Pragmatics. London: Longman Group, 1983. Levinson, Stephen C. Pragmatics. Cambridge: Cambridge University Press, 1983. McClain, Yoko. Handbook of Modern Japanese Grammar. Tokyo: The Hokuseido Press, 1981.
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
49
Nadar, F.X. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009. Oktavianus. Analisis Wacana Lintas Bahasa. Padang: Andalas university press, 2006. Olshtain, E.& Weinbach, L. ”Interlanguage Features of the Speech Act of Complaining.” Interlanguage Pragmatics. Ed. Kasper, G dan Blum-Kulka, S. New York, Oxford University Press, 1993. Sudjianto dan Ahmad Dahidi. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc, 2004. Tanaka Yone, et al., ed. Minna No Nihon Go I: Terjemahan dan Keterangan Tatabahasa. Surabaya: PT Pustaka Lintas Budaya, 2000. --------------. Minna No Nihon Go II: Terjemahan dan Keterangan Tatabahasa. Tokyo, Jepang: 3A Corporation, 2001. Tokano, Yukiko. 1997. “How People Complain: A Comparison of the Speech Act of Complaining among Japanese and American Student.” Sophia Linguistics: Working Paper in Linguistics 41 (1997): 247-263 Trosborg, Anna. Interlanguage Pragmatics: Requests, Complaints and Apologies. Berlin: Mouton de Gruyter, 1995.
Kamus Collins Cobuild English Dictionary: Helping Learners With Real English. London: Collind Cobuild, 1995. Dictionary of Basic Japanese Usage for Foreigner. Bunka Chau: Agency For Cultural Affairs, 1971. Guruupu Jamashi. Nihongo Bunkei Jiten. Tokyo: Kurushio Shuppan, 2001. Harimurti Kridalaksana. Kamus Linguistik Edisi ke Tiga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia – Edisi ke Tiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2007. Longman Dictionary of The English Language. England: Longman, 1984. Makino, Seichi. The Dictionary of Intermediate Japanese Grammar. Tokyo: The Japan Times, 1994. Matsuura, Kenji. Kamus Jepang-Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005.
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
50
New Webster’s and Thesaurus and Medical Dictionary. Newyork: Book Essentials, Inc, 1991. Shimura, Izuru. Koujien Edisi ke Empat. Jepang: Kabushikigaisha Iwanami Shoten, 1991. Y, Takenobu. Kenkyusha New Japanese - Indonesia Dictionary. London: Lund, Humphries & co.ltd, 1942.
Film (Drama Seri Jepang) Fuminori, Kaneko , and Yoshida Akio, dir., Isoyama Aki, prod. Shokojo Seira. TBS, 2009
Publikasi Elektronik Boxer, Diana. “ Complaints as Positive Strategies: What the Learner Needs to Know.” TESOL Quarterly, Vol. 27, No. 2 (Summer, 1993), pp. 277-299. 3 Maret 2010. < http://www.jstor.org/stable/3587147> -------------. “Building Rapport Through Indirect Complaints: Implications for Language Learning.” 3 Maret 2010. < http://www.wpel.net/v5/v5n2Boxer.pdf > Felix, Cesar and Brasdefer. “Discourse Pragmatics”. Indiana University (2007). 29 Maret 2010 < http://www.indiana.edu/~discprag/spch_complaints.html > Mulyadi. “Wacana dan kebudayaan.” USU Digital Library. 2001. Fakultas Sastra Universitas Sumatra utara. 20 April 2010.
Rokonoko. “Shokojo Seira [Japanese Sub] (Complete).” 10 Maret 2010. D-Addict Forum Index -> Subtitles. Umar, Abdul Majeed Al-Tayib. “The Speech Act of Complaint as Realized by Advance Sudanese Learners of English.” Umm Al-Qura University., Vol. 18 No. 2 (2006). 29 Maret 2010. Universitas Indonesia (2009). Pedoman Teknis Penulisan Tugas Akhir Mahasiswa
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
51
Lampiran 1: Drama Shokojo Seira
Title Title (romaji) Also known as Format Episodes Viewership rating Broadcast network Broadcast period Air time Theme song
: 小公女セイラ : Shokojo Seira : A Little Princess : Renzoku : 10 : 8.1 (Kanto) : TBS : 2009-Oct-17 to 2009-Dec-19 : Saturday 20:00 : Kanashimi wa Kitto by UVERworld
Production Credits Original writing Screenwriter Producer Directors Music
: A Little Princess by Frances Hodgson Burnett : Okada Yoshikazu : Isoyama Aki : Kaneko Fuminori, Yoshida Akio : Muramatsu Takatsugu (村松崇継)
Tokoh Kuroda Seira Miura Kaito Aran Yukio Shoji Masami Mizushima Kaori Takeda Maria Kawahara Hinako Asahina Makoto Shimizu Naomi Honjo Kyoko
Shidai Mirai Hayashi Kento Tanabe Seiichi Okamoto Anri Kutsuna Shiori Kojima Fujiko Shinohara Tsugumi Takatsuki Sara Kikuzato Hikari Asaoka Mami
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
52
Yokoo Mamiko Jingu Rion Nakatani Misuzu Masuyama Kayano Kuroda Ryunosuke Onuma Seiichiro Kuroda Kaoruko Onuma Hideko Mimura Emiko Mimura Chieko
Aso Natsuko Sashide Mizuki Nishizaki Rima Yanaka Atsushi Owada Shinya Kurokawa Tomoka Hirooka Yuriko Saito Yuki Higuchi Kanako
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
53
Lampiran 2: Data Percakapan
Data Percakapan (1) 笑美子先生 :でもかわいそうよね。 千恵子先生 :誰がかわいそうですって? 笑美子先生 :セイラさんよ。セイラさん かわいそう。 あの仕事大変だもの。本当に大変。 千恵子先生 :この世の中で大変じゃないのはあなただけです、 笑美子。 笑美子先生 :えッ? 千恵子先生 :学院の経営が 苦しいということについてあなたはたとえ1秒 でも考えたことがあるんですか? 笑美子先生 :ごめんなさい。 千恵子先生 :大体、そんなものをムシャムシャ食べながらよく人がかわい そうだとか大変だって話ができるわね。 ムシャムシャムシ ャムシャ 一体 さっきからいくつ食べれば気が済むんです か? 笑美子先生 : 5つよ。 一日5つって決めてるから。 このクッキーなかなか手に入らないから大事に。 千恵子先生 :そんなこと聞いてません。
(Episode 2, menit 07.30)
Data Percakapan (2) マリア
:納得できません、私。私はずっと学院を代表する生徒としての、 自覚と誇を持ってやってきました。クラスもまとめてきたつ もりです。フランス語のスピーチだって 私…精いっぱい頑 張って考えて練習して なのに なのに たしかに私より黒田 セイラさんの方がフランス語の力 上かもしれません。それ は認めます。でもあの人は今もう、ミレニウス女学院の生徒 じゃないはずです。 千恵子先生:マリアさん。学院が決定したことに生徒が口をはさむことは許 しません。分かりますね? マリア :はい、 院長先生。
(Episode 3, menit 03.42)
Data Percakapan (3) 小沼
:
冗談じゃねえぞ。 何がよろしくだ。今まで さんざん わがま ま放題で 人ばかにしてこき使ったくせに たっぷり働いてもら うからな 覚悟してろ。 はい
セイラ: (Episode 1, jam 01.21.34)
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
54
Data Percakapan (4) セイラ: まりあ: せいら:
どうぞ マリアさん。 遅いわ。もう飲みたくない。 申し訳ありません。
(Episode 3, menit 14.07)
Data Percakapan (5) 千恵子先生:頑張ってください教師を続けたいならね 笑美子先生:よしてよ お姉様
私がプレッシャーに弱いの…知ってるくせ
に!
(Episode 8, menit 20.20)
Data Percakapan (6) 千恵子先生:笑美子 笑美子先生:はい 千恵子先生:どうしたらそんなに鈍感に生きられるんですか ?私が 話はしたくないという空気を醸し出してることに、 あなたはまったく気がつかないんですか 笑美子先生:そうだったの? ごめんなさい
その
(Episode 4, menit 10.39)
Data Percakapan (7) 千恵子先生:あなたのおかげで終わりです。 セイラ :えッ? 千恵子先生:あなたのおかげでこの学院はおしまいです。消えてなくなるの です。うれしいですか? セイラ。 セイラ :そんな… 千恵子先生:あなたさえいなければ こんなことにはならなかったのです。 (Episode 9, menit 41.34)
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
55
Data Percakapan (8) 恵美子先生:あなたのプライドなんかどうでもいい。何よ 人のプライドは 今まで平気で踏みにじってきたくせに。だいたいね 今まで のこと全部あなたのせいなのよ。全部 全部 全部あなたの せい。さんざんセイラさんに ひどい仕打ちして、私 ずっ とずっと言ってましたからね、そこまでする必要ないんじゃ ないって言ってました。もうちょっと優しくしてもいいんじ ゃないのとも言いました。全部無視。全部無視してきたんで すからね あなたは。セイラさんのお父さんが亡くなったと き、もうちょっと優しくしてあげてれば 今ごろこんな学院の 危機なんても 軽~く乗り越えてたんじゃないの。えッ、ど うなのよ 三村千恵子? 千恵子先生:お願いです。一人にしてくれませんか笑美子さん。お願いです。
(Episode 10, menit 18.59)
Data Percakapan (9) マリア お父さん マリア お母さん マリア
:入学式には来ないでね :どうして? :年寄りで かっこ悪いからよ :寛子ちゃん そんなこと... :寛子って呼ばないでって言ったでしょう?私はマリアに名前を 変えたのよ, 二度と呼ばないで. 大体 何なの 寛子って何で そんな名前にしたのよ! お父さん :それは パパの名前が寛で… マリア :聞きたくないわ 私は武田マリアです ミレニウス女学院にいって生まれ変わるの 入学案内のときにお話ししてくださった 三村院長のように素敵な女性にね 絶対 誰にも負けない だから 私の邪魔をしないで わたし
絶対に学院で1番になるのよ 私 は
(Episode 1, menit 51.49)
Tindak tutur..., Gita Nurhasanah, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia