Validasi model
Uji tracking setpoint • Pengujian dilakukan dengan BOD konstan, yaitu 2200 mg/l. Untuk mencapai keadaan steady, sistem membutuhan waktu sekitar 30 jam. Sedangkan grafik kedua yang merupakan grafik kecepatan putar aerator yang menunjukkan bahwa pada saat t=15, putaran aerator sudah mencapai kondisi steady. Dapat dilihat bahwa kecepatan putar aerator berada pada steady pada kecepatan 600 rpm. Ini berarti untuk menurunkan konsentrasi BOD dari 2200 mg/l menjadi 1250 mg/l hanya diperlukan kecepatan putar aerator sebesar 600 rpm.
Uji noise 1% • Pada simulasi ini digunakan noise dengan nilai variance sebesar 1 % Berdasarkan hasil respon, dapat dilihat bahwa adanya tambahan noise tidak memberi pengaruh yang signifikan bagi respon sistem pengendalian ini. Respon sistem mengalami overshoot pada t=15 dengan nilai overshoot sebesar 25 mg/l. Hasil ini tidak jauh beda dengan uji sebelumnya.
Uji noise 10% • Respon sistem mencapai keadaan steady setelah t=20. Terlihat bahwa setelah t=20, tidak terdapat overshoot lagi. Pada grafik respon kecepatan aerator pun menunjukkan hal yang sama dengan grafik respon sistem. Kecepatan aerator naik dan turun mengikuti respon sistem pengendalian, akan tetapi masih berada dalam kisaran 600 rpm, sama seperti uji sebelumnya.
Uji beban naik • Dari hasil simulasi perubahan beban 22003000 mg/l, sistem supervisi menaikkan setpoint yang semula bernilai 1250 menjadi 1299 mg/l. Akibat adanya perubahan setpoint ini, maka kecepatan aerator pun juga berubah. Pada saat t=120, terjadi kenaikan konsentrasi BOD menjadi 3000 mg/l yang mengakibatkan aerator menaikkan kecepatannya. Dari kecepatan awal yang bernilai 600 rpm menjadi 800 rpm.
Uji beban turun • Dari hasil simulasi perubahan beban 3000-2200 mg/l, dapat dilihat pada awal sistem berjalan, aerator berada pada kecepatan 900 rpm. Hal ini terjadi karena konsentrasi BOD input sangat tinggi, yaitu 3000 mg/l, akan tetapi pada saat terjadi perubahan konsentrasi BOD input pada t=120 dapat dilihat bahwa kecepatan aerator yang tadinya berada pada nilai 900 rpm turun menjadi 600 rpm mengikuti perubahan konsentrasi BOD input
Uji beban naik-turun • Hasil uji perubahan beban naik-turun dengan nilai BOD 2200-2500-2100-2900-2000 mg/l.Pada saat proses awal, setpoint berada pada nilai 1250 mg/l, saat terjadi perubahan BOD menjadi 2500 mg/l, setpoint BOD berubah menjadi 1260 mg/l, saat BOD input turun menjadi 2100 mg/l, maka setpoint pun berubah menjadi 1210 mg/l, saat BOD input naik menjadi 2900 mg/l, setpoint proses naik menjadi 1290 mg/l, saat BOD input turun menjadi 2000 mg/l, setpoint BOD juga ikut turun hingga 1284 mg/l. Setpoint ini menjadi acuan bagi MPC dalam melakukan pengendalian sehingga kecepatan aerator dapat berubah-ubah.
Kesimpulan Terdapat beberapa kesimpulan yang didapat dalam pelaksanaan pengerjaan Tugas Akhir ini, diantaranya adalah sebagai berikut : •
• • • •
•
•
•
Sistem pengendali dengan menggunakan algoritma MPC mampu mengendalikan proses pengolahan limbah dengan baik. Hal ini terbukti pada saat MPC diberi inputan yang berubah-ubah dan saat diberi noise 1% hingga 10%. Controller MPC yang memberikan hasil pengendalian terbaik dalam simulasi ini menggunakan parameter-parameter kontrol sebagai berikut: control interval 2, prediction horizon 10, control horizon 2, bobot input 0, bobot laju 0.01, dan bobot output 1. Sistem pengendalian berpengawasan hasil perancangan mampu menghasilkan respon output proses yang baik dengan error steady state hanya sebesar 0.0009%. Parameter terbaik yang digunakan pada sistem pengawas adalah K = 2 untuk proses perhitungan dan -2 untuk proses perhitungan di mana kedua nilai ini didapatkan dari proses trial and error. Sistem pengawas mampu mendeteksi perubahan BOD input dengan selisih minimum sebesar 300 mg/l dan tidak dapat mendeteksi perubahan BOD input dengan selisih yang lebih kecil, misalnya 100 mg/l. Selain itu, setpoint hasil perhitungan sistem pengawas ini tidak sama saat diberikan input naik dan turun untuk konsentrasi yang sama. Hal ini dikarenakan terjadinya perbedaan deviasi antara nilai proses dengan setpoint yang ada pada saat input naik dan pada saat input turun. Sistem pengawas mampu bekerja dengan baik pada saat diberi noise sebesar 0.1% dan menjadi tidak stabil pada saat diberi noise sebesar 1% dan 10%. Hal ini disebabkan oleh pemilihan parameter sistem pengawas yang terlalu sensitif, sehingga batasan maksimum noise yang diperbolehkan bagi sistem pengendalian adalah 0.1%. Sistem pengendalian berpengawasan hasil perancangan mampu memberikan dampak ekonomis melalui penghematan daya hingga 223.56 kWh yang setara dengan Rp.134.136,00 untuk hasil uji dengan perubahan beban turun terbesar. Hasil simulasi selalu memenuhi kriteria air limbah ketetapan dari plant, yaitu 40-60% removal.
Saran • Algoritma sistem pengawas dengan menggunakan teknik cumulative of sum tidak mampu memberikan respon yang baik untuk beberapa kondisi khusus, karena itu untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk digunakan algoritma exponentially weighted moving average chart (EWMA) sebagai algoritma penentu setpoint.