UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PERBANDINGAN KADAR DAN PROFIL DISOLUSI SERTA MUTU FISIK TABLET GLIMEPIRID 2 MG GENERIK DAN GENERIK BERMERK
SKRIPSI
ZAENAB SALSABILA AL-KAFF 1112102000084
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA JULI 2016
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PERBANDINGAN KADAR DAN PROFIL DISOLUSI SERTA MUTU FISIK TABLET GLIMEPIRID 2 MG GENERIK DAN GENERIK BERMERK
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
ZAENAB SALSABILA AL-KAFF 1112102000084
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA JULI 2016
ii
ABSTRAK
Nama Program Studi Judul
: : :
Zaenab Salsabila Al-kaff Farmasi Perbandingan Kadar dan Profil Disolusi serta Mutu Fisik Tablet Glimepirid 2 mg Generik dan Generik Bermerek
Glimepirid merupakan senyawa golongan sulfonilurea generasi ketiga yang digunakan untuk pengobatan diabetes melitus tipe II yang pada dosis rendah dapat memberikan onset cepat, durasi kerja yang lama dan efek samping hipoglikemia yang kecil. Glimepirid termasuk dalam Biopharmaceutical Classification System (BCS) kelas II, yaitu permeabilitas tinggi namun kelarutannya rendah. Penelitian ini dilaksanakan untuk membandingkan mutu sediaan glimepirid. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Sampel yang digunakan berjumlah 4 sampel, yaitu satu tablet glimepirid generik dan tiga generik bermerek. Terhadap keempat sampel tersebut dilakukan uji penetapan kadar, uji disolusi dan kualitas fisik berupa organoleptis, kekerasan dan keseragaman kandungan. Penetapan kadar dilakukan dengan menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dan uji disolusi menggunakan alat tipe II (bentuk dayung) yang berkecepatan 75 rpm dalam medium dapar fosfat pH 7,8. Hasil dari penetapan kadar tablet glimepirid generik, generik bermerek A, B dan C secara berturut-turut yaitu 98,19%, 99,69%, 98,92% dan 101,79%. Hasil dari uji disolusi menunjukkan bahwa keempat sampel tablet memiliki pola profil disolusi yang sama dengan persen kumulatif tablet glimepirid generik, generik bermerek A, B dan C secara berturut-turut adalah 93,79%, 96,34%, 95,17% dan 98,75%. Hasil uji kekerasan tablet glimepirid generik, generik bermerek A, B dan C yaitu 4,46 Kg, 7,33 Kg, 2,34 Kg dan 8,35 Kg. Hal ini menunjukkan bahwa tablet glimepirid generik bermerek B tidak memenuhi persyaratan, namun hal ini tidak mutlak karena tidak ada syarat baku dari buku resmi Farmakope Indonesia untuk uji kekerasan. Berdasarkan data yang diperoleh tidak ada perbedaan mutu dalam hal terpenuhinya syarat baku yang tercantum dalam Farmakope Indonesia edisi V. Kata kunci: Tablet glimepirid, Profil disolusi, KCKT, Penetapan kadar, Mutu fisik
vi
ABSTRACT
Name Program Study Title
: : :
Zaenab Salsabila Al-kaff Pharmacy Comparison of Assay, Dissolution Profile and Physical Quality of Generic and Branded Generic of 2 mg Glimepiride Tablet
Glimepiride is a third generation of sulfonylurea type compound that was used on Type II Diabetes Mellitus on a low dosage that can give a fast onset, long duration of action and small hypoglycemia side effect. Glimepiride was included in Class 2 of Biopharmaceutical Classification System (BCS), which means that it has a low level of solubility. This study was performed to test the quality of glimepiride tablet. The sampling method used in this research was purposive sampling. There were 4 samples that used in this study. 1 sample was a generic glimepiride, while the other 3 were branded generic glimepirides. Four of the samples were given assay test, dissolution profile and physical quality form of organoleptic, hardness and content similarity test. Methods that were used in this study were High Performance Liquid Chromatography (HPLC) method for assay and dissolution test using by type 2 (paddle shape) with 75 rpm speed in a medium of pH 7,8 phosphate buffer. Results from generic glimepiride, branded generic A, B and C tablets assay sequentially are 98,19%, 99,69%, 98,92% dan 101,79%. The dissolution test shows that all samples have the same dissolution profile, with cumulative percentage generic glimepiride, branded generic A, B and C sequentially are 93,79%, 96,34%, 95,17% and 98,75%. Results from hardness test of generic glimepiride and branded generic A, B and C tablets sequentially are 4,46 Kg, 7,33 Kg, 2,34 Kg dan 8,35 Kg. This result shows that branded generic B do not meet the requirement that was needed, however this result is not absolute due to the absence of standard requirement from Indonesian Pharmachopoeia. Based on data that was obtained, there was noquality difference in compliance requirement of the fifth edition ofIndonesianPharmachopoeia.
Keywords
: Glimepiride Tablets, Dissolution Profile, HPLC, Assay, Physical Quality
vii
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, rasa syukur serta pujian senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang melimpah rahmat dan hidayah-Nya serta segala anugrah-nya berupa kesehatan, pemikiran dan ide sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan pengikutnya yang senantiasa mengikuti sunnahnya hingga akhir zaman. Skripsi ini penulis susun untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian akhir guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Imu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun judul skripsi ini adalah “Perbandingan Kadar dan Profil Disolusi serta Mutu Fisik Tablet Glimepirid 2 mg Generik dan Generik Bermerk” Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt selaku pembimbing I dan Yuni Anggraeni M.Farm., Apt selaku pembimbing II, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta dengan sabar membimbing dan mengajari sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt selaku ketua Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Dr.Azrifitria, M.Si., Apt selaku Penasehat Akademik yang telah membimbing dan memberikan saran dalam perkuliahan selama 4 tahun. 5. Ibu dan bapak Dosen serta Staf Akademik Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Staf laboran : Kak Eris, Mba Rani, Kak Lisna, Kak Yaenab, Kak Walid, Kak
Ramadi,
Kak
Tiwi
yang telah
membantu
penulis
dalam
menyelesaikan skripsi ini. 7. Ayahanda tercinta, Ja’far Ahmad Al-kaff dan Ibunda tercinta, Ida Farida Al-attas beserta kakak-kakak Kak Zahra, Kak Shihab dan Kak Radhi viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...................................... iii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... iv HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... v ABSTRAK ................................................................................................... vi ABSTRACT ................................................................................................ vii KATA PENGANTAR ............................................................................... viii HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................. x DAFTAR ISI ................................................................................................ xi DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvi BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 3 1.3 Hipotesa ........................................................................................ 3 1.4 Tujuan Penelitian.......................................................................... 3 1.5 Manfaat Penelitian........................................................................ 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 4 2.1 Uraian Zat Aktif ........................................................................... 4 2.1.1 Monografi Zat Aktif ........................................................... 4 2.1.2 Efek Farmakologis ............................................................. 4 2.1.3 Penggunaan Terapeutik ...................................................... 4 2.1.4 Mekanisme Kerja ............................................................... 5 2.1.5 Farmakokinetik................................................................... 5 2.1.6 Efek Samping ..................................................................... 6 2.2 Pengertian Generik dan Paten ...................................................... 6 2.2.1 Obat Generik ...................................................................... 6 2.2.2 Obat Paten .......................................................................... 7 2.3 Tablet ............................................................................................ 8 2.4 Penetapan Kadar ......................................................................... 10 2.5 Disolusi....................................................................................... 12 2.6 Spektrofotometri Ultraviolet ...................................................... 17 2.7 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) ............................... 18 2.7.1 Cara Kerja KCKT............................................................. 18 2.7.2 Komponen KCKT ............................................................ 19 2.7.2.1 Pompa .................................................................. 19 2.7.2.2 Injektor ................................................................. 19 2.7.2.3 Kolom .................................................................. 19 2.7.2.4 Detektor ............................................................... 20 2.7.2.5 Wadah Fase Gerak ............................................... 20 2.7.2.6 Fase Gerak ........................................................... 20 2.8 Validasi Metode ....................................................................... 21 2.8.1 Akurasi ........................................................................... 21 xi
2.8.2 Linearitas ....................................................................... 21 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 23 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 23 3.2 Alat dan Bahan ......................................................................... 23 3.2.1 Alat................................................................................. 23 3.2.2 Bahan ............................................................................. 23 3.3 Prosedur Penelitian .................................................................. 23 3.3.1 Pengambilan sampel ...................................................... 23 3.3.2 Sifat Fisik ....................................................................... 25 3.3.2.1 Uji Organoleptis ................................................ 25 3.3.2.2 Uji Kekerasan .................................................... 25 3.3.2.3 Keseragaman Kandungan .................................. 26 3.3.3 Penetapan Kadar ............................................................ 26 3.3.3.1 Pembuatan Dapar fosfat .................................... 26 3.3.3.2 Pembuatan Fase Gerak ...................................... 26 3.3.3.3 Pembuatan Larutan Induk Glimepirid ............... 26 3.3.3.4 Penetapan Panjang Gelombang ......................... 26 3.3.3.5 Verifikasi Metode .............................................. 27 3.3.3.5.1 Linearitas ............................................ 27 3.3.3.5.2 Akurasi................................................ 27 3.3.3.6 Penetapan Kadar ................................................ 27 3.3.4 Uji Disolusi .................................................................... 27 3.3.4.1 Pembuatan Larutan Induk ................................. 27 3.3.4.2 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum...... 28 3.3.4.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi............................... 28 3.3.4.4 Uji Disolusi Sampel Tablet Glimepirid ............. 28 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 29 4.1 Hasil Evaluasi Sifat Fisik Tablet.............................................. 29 4.1.1Organoleptik ................................................................... 29 4.1.2 Uji Kekerasan ................................................................ 29 4.1.3 Keseragaman Kandungan .............................................. 30 4.2 Penetapan Kadar ...................................................................... 31 4.2.1 Panjang Gelombang Maksimum dalam Medium Fase Gerak ................................................................................ 31 4.2.2 Kurva Kalibrasi .............................................................. 31 4.2.3 Akurasi ........................................................................... 31 4.2.4 Penetapan Kadar ............................................................ 32 4.3 Uji Disolusi .............................................................................. 33 4.3.1 Panjang Gelombang Maksimum dalam Medium Fosfat pH 7,8 ............................................................................ 33 4.3.2 Kurva Kalibasi ............................................................... 34 4.3.3 Uji Disolusi .................................................................... 34 4.3.4 Analisa Statistik Uji Disolusi ......................................... 36 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 39 5.1 Kesimpulan .............................................................................. 39 5.2 Saran ........................................................................................ 39
xii
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 40 DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. 43
xiii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Kriteria Penerimaan Hasil Uji Disolusi ..........................................15 Tabel 3.1 Tablet Glimepirid Generik Bermerek yang Beredar di Pasaran .....24 Tabel 3.2 Tablet Glimepirid Generik yang Beredar di Pasaran ......................25 Tabel 4.1 Hasil Uji Organoleptis ....................................................................29 Tabel 4.2 Hasil Uji Kekerasan ........................................................................30 Tabel 4.3 Hasil Uji Keseragaman Kandungan ................................................30 Tabel 4.4 Hasil Uji Akurasi ............................................................................32 Tabel 4.5 Hasil Penetapan Kadar ....................................................................33 Tabel 4.6 Hasil Uji Disolusi Tablet.................................................................35 Tabel 4.6 Hasil Uji Analisa Statistik ...............................................................37
xiv
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Struktur Glimepirid .......................................................................4 Gambar 2.2 Pengaduk Tipe 1 (Bentuk Keranjang ..........................................13 Gambar 2.3 Pengaduk Tipe 2 (Bentuk Dayung) .............................................14 Gambar 4.1 Profil Disolusi Tablet Glimepirid ................................................35
xv
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Alat Uji Disolusi ...................................................................... 43 Lampiran 2. Spektrofotometri UV-VIS ....................................................... 43 Lampiran 3. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ........................................... 44 Lampiran 4. Sonikator .................................................................................. 44 Lampiran 5. Hardness Tester ....................................................................... 45 Lampiran 6. Bagan Alur Penelitian .............................................................. 45 Lampiran 7. Sertifikat Analisis Natrium Dihidrogen Fosfat ........................ 46 Lampiran 8. Sertifikat Metanol Grade HPLC .............................................. 47 Lampiran 9. Sertifikat Analisis Standar Glimepirid .................................... 48 Lampiran 10. Kromatogram Hasil Analisa Standar Glimepirid .................. 50 Lampiran 11. Kromatogram Hasil Analisa Sampel ..................................... 51 Lampiran 12. Kurva Kalibrasi Glimepirid Dalam Metanol: Fosfat ............. 53 Lampiran 13. Kurva kalibrasi Glimepirid Dalam Fosfat pH 7,8 ................. 53 Lampiran 14. Data Kurva Kalibrasi Dalam Metanol: Fosfat ....................... 54 Lampiran 15. Data Kurva Kalibrasi Dalam Fosfat pH 7,8 .......................... 54 Lampiran 16. Prosedur Pembuatan larutan yang Digunakan ....................... 55 Lampiran 17. Hasil Uji Akurasi ................................................................... 56 Lampiran 18. Hasil Uji Kekerasan Tablet.................................................... 56 Lampiran 19. Data Penetapan Kadar ........................................................... 57 Lampiran 20. Keseragaman Kandungan Tablet Generik dan Generik Bermerek A ............................................................................. 58 Lampiran 21. Keseragaman Kandungan Tablet Bermerek A dan B ............ 59 Lampiran 22. Hasil Persen Pelepasan Kumulatif Tablet Inovator ............... 60 Lampiran 23. Hasil Persen Pelepasan Kumulatif Tablet Generik................ 61 Lampiran 24. Hasil Persen Pelepasan Kumulatif Tablet Bermerek A ......... 62 Lampiran 25. Hasil Persen Pelepasan Kumulatif Tablet Bermerek B ......... 63 Lampiran 26. Analisa Statistik Pelepasan Glimepirid ................................. 64 Lampiran 27. Perhitungan Persen Kadar Uji Penetapan Kadar ................... 77 Lampiran 28. Perhitungan Persen Kadar Uji Keseragaman Kandungan ..... 77 Lampiran 29. Perhitungan Jumlah Kumulatif Pelepasan Glimepirid .......... 77
xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Saat ini jenis obat yang beredar di pasaran terbagi atas obat generik dan
obat inovator atau paten. Obat generik ini pun dibagi lagi menjadi 2, yaitu obat generik dan obat generik bermerk. Obat generik merupakan obat dengan nama resmi International Nonpropietary Names (INN) yang telah ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. Obat generik bermerek atau bernama dagang merupakan obat generik dengan nama dagang yang menggunakan nama milik produsen obat yang bersangkutan. Obat inovator atau paten merupakan obat yang masih memiliki hak paten dalam jangka waktu tertentu (Permenkes, 2010). Setelah habis masa patennya, obat yang dulunya paten dengan merk dagangnya kemudian masuk ke dalam kelompok obat generik bermerk atau obat bermerk (Idris dan Widjajarta, 2006). Dalam sudut pandang masyarakat biasanya mutu obat generik kurang baik dibandingkan dengan obat bermerk. Harga obat generik yang terbilang relatif murah membuat masyarakat tidak percaya bahwa obat tersebut memiliki kualitas. Kurangnya informasi seputar obat generik adalah salah satu faktor penyebab obat generik dipandang sebelah mata oleh masyarakat (Idris dan Widjajarta, 2006). Mutu dijadikan dasar acuan untuk menetapkan kebenaran khasiat (efikasi) dan keamanan (safety). Mutu suatu sediaan obat dapat ditinjau dari berbagai aspek antara lain aspek teknologi yang meliputi stabilitas fisik dan kimia dimana sediaan obat (tablet, kapsul dan sediaan lainnya) harus memenuhi kriteria yang dipersyaratkan Farmakope (Harianto dkk, 2006). Mutu obat yang berbeda antara produk-produk obat dari zat berkhasiat sama bisa jadi karena perbedaan formula yang digunakan, metode dari produk pabrik pembuat yang digunakan, kerasnya prosedur kontrol kualitas dalam proses pembuatan, dan bahkan metode penanganan, peralatan, pengemasan dan penyimpanan (Ansel dkk, 1999). Maka dari itu kontrol kualitas terhadap obat generik sangat penting untuk membantu kesejahteraan masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan. 1 UIN Syarif Hidayatullah
2
Menurut Riskesdas (2013), masyarakat Indonesia yang mengetahui tentang obat generik yaitu sebesar 31,9%. Dimana hanya 14,1% yang memiliki pemahaman mengenai obat generik yang benar, sedangkan 85,9% masih memiliki pemahaman yang salah mengenai obat generik. Sumber informasi tentang obat generik sendiri paling banyak diperoleh dari tenaga kesehatan, yaitu sebesar 63,1%. Oleh karena itu, masih sangat dibutuhkan informasi mengenai obat generik secara strategik terutama di era Jaminan Kesehatan Nasional. Salah satu obat generik yang beredar dipasaran adalah tablet Glimepirid (GMP). Glimepirid adalah senyawa golongan sulfonilurea generasi ketiga yang digunakan untuk pengobatan diabetes melitus tipe II yang pada dosis rendah dapat memberikan onset cepat, durasi kerja yang lama dan efek samping hipoglikemia yang kecil. Glimepirid termasuk dalam Biopharmaceutical Classification System (BCS) kelas II, yaitu permeabilitas tinggi namun kelarutannya rendah (Ammar, 2006). Untuk obat yang mempunyai kelarutan rendah laju disolusi merupakan tahap penentu pada proses absorpsi obat (Shargel & Yu, 1999; Leuner & Dressman, 2000). Oleh karena itu dilakukan uji disolusi untuk mengetahui seberapa banyak persentase zat aktif yang terlarut dan memberikan efek terapi di dalam tubuh (Syamsuni, 2007). Parameter penting lain untuk menentukan mutu obat adalah penetapan kadar zat aktif, yang bertujuan untuk mengetahui apakah kadar zat aktif yang terkandung di dalam suatu sediaan sesuai dengan yang tertera pada etiket dan memenuhi syarat seperti yang tertera pada masing-masing monografi. Bila zat aktif obat tidak memenuhi syarat maka obat tersebut kemungkinan tidak akan memberikan efek terapi yang optimal, sehingga kedua uji ini merupakan faktor penting dalam menentukan efektivitas suatu obat dalam tubuh manusia. Hal ini tidak hanya dapat digunakan sebagai alat utama untuk memantau konsistensi dan stabilitas produk obat tetapi juga sebagai teknik yang relatif cepat dan murah untuk memprediksi penyerapan suatu sediaan obat (Zhang et. al, 2010). Harga tablet Glimepirid generik adalah Rp. 945,- per tablet. Harga tablet glimepirid inovator adalah Rp. 5.600,- per tablet, Glimepirid generik bermerk A adalah Rp. 4.500,- per tablet dan generik bermerk B adalah Rp. 4.114,- per tablet. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa harga tablet glimepirid generik bermerk lebih mahal dibanding obat generik yang beredar dipasaran.
UIN Syarif Hidayatullah
3
Harga obat generik yang lebih murah tersebut dikarenakan perusahaan pembuat obat tidak perlu menanggung biaya yang tinggi untuk melakukan riset dan promosi. Sedangkan pada obat generik bermerk atau obat paten memiliki biaya riset dan operasional yang tinggi dari biaya kemasan hingga promosi sehingga harganya bisa jauh lebih mahal dari obat generik. Penetapan harga obat generik sepenuhnya ditentukan pemerintah. Sementara harga obat bermerk dan paten masih diserahkan pada mekanisme pasar karena di Indonesia belum ada mekanisme regulasi harga obat (Anwar, 2010). Untuk memastikan bahwa kualitas produk tablet glimepirid generik tidak lebih rendah dari kualitas tablet glimepirid bermerek, maka dilakukan penelitian perbandingan mutu fisik, profil disolusi serta penetapan kadar tablet glimepirid generik dan generik bermerk. 1.2
Rumusan Masalah Bagaimana perbandingan kadar, profil disolusi serta mutu fisik sediaan
tablet glimepirid generik dan generik bermerek?
1.3
Hipotesa Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dikemukakan suatu hipotesis
bahwa kadar, profil disolusi serta mutu fisik sediaan tablet glimepirid generik dan generik bermerek tidak memiliki perbedaan bermakna.
1.4
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan kadar, profil
disolusi serta mutu fisik tablet glimepirid generik dan generik bermerek.
1.5
Manfaat Penelitian Manfaat Penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada
masyarakat, apoteker, dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain tentang kualitas produk sediaan tablet glimepirid generik dan generik bermerek.
UIN Syarif Hidayatullah
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Uraian Zat aktif
2.1.1
Monografi Zat Aktif
Zat aktif
: Glimepirid
Rumus molekul
: C24H34N4O5S
Berat Molekul
: 490,62
Struktur kimia
:
Gambar 2.1 Struktur Glimepirid (Sumber: Pharmawiki, 2007) Pemerian
: Serbuk; putih sampai hampir putih
Kelarutan
: Larut dalam dimetilformamida; sukar larut dalam metanol; agak sukar larut dalam metilen klorida; praktis tidak larut dalam air (Ditjen POM, 2014).
2.1.2
Efek farmakologis Glimepirid adalah senyawa golongan sulfonilurea generasi ketiga yang
digunakan untuk pengobatan diabetes melitus tipe II yang pada dosis rendah dapat memberikan onset cepat, durasi kerja yang lama dan efek samping hipoglikemia yang kecil.
2.1.3
Penggunaan Terapeutik Glimepirid merupakan obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea
derivat sulfonamide. Obat ini digunakan sebagai terapi farmakologik pada 4 UIN Syarif Hidayatullah
5
Diabetes Melitus Tipe 2. Pada DM tipe 2 terjadi defek sekresi insulin dari pankreas, resistensi insulin di perifer dan gangguan regulasi produksi glukosa hati. Terapi DM tipe 2 meliputi modifikasi gaya hidup termasuk di dalamnya diet dan latihan jasmani serta terapi farmakologik berupa obat hipoglikemik oral (OHO) dan insulin.
2.1.4
Mekanisme Kerja Glimepiride memiliki efek pankreatik dan ekstrapankreatik. Efek
pankreatik berupa sekresi insulin, terjadi setelah obat ini berikatan dengan reseptornya di sel Beta dan menyebabkan penutupan KATP channel yang menimbulkan depolarisasi membran sel dan pelepasan insulin. Meskipun bekerja melalui mekanisme yang sama, glimepiride terikat pada reseptor yang berbeda dengan obat golongan sulfonilurea lainnya. Glimepiride terikat pada protein dengan berat molekul 65 kD sedangkan sulfonilurea berikatan dengan protein berberat molekul 140 kD. Perbedaan ini menyebabkan glimepiride lebih spesifik terhadap sulfonilurea receptor (SUR1) pada sel Beta dibandingkan glibenclamide. Implikasinya
adalah
turunnya
risiko
iskemia
miokardium.
Glimepiride
membutuhkan konsentrasi 3 kali lebih besar dibandingkan glibenclamide untuk dapat menghambat KATP channel miokardium. Berbeda dari golongan sulfonilurea lainnya yang meningkatkan sekresi insulin pada fase akut, glimepiride dikatakan dapat memperbaiki baik fase akut maupun fase lambat sekresi insulin. Meskipun demikian, dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk memperjelas mekanisme aksi ini (Paulus W, Ignatia SM., 2004).
2.1.5
Farmakokinetik Glimepiride diabsorpsi hampir sempurna melalui saluran cerna. Kadar
glimepiride darah akan menurun bila diberikan bersama-sama dengan makanan. Volume distribusi glimepiride adalah 8,8 L dan berikatan dengan protein plasma lebih dari 95%. Glimepiride mengalami metabolisme oksidasi di hati terutama oleh enzim sitokrom P450 II C9. Metabolit glimepirid diekskresi melalui urin sebesar 80-90% dan sisanya melalui feses.
UIN Syarif Hidayatullah
6
2.1.6
Efek Samping Gejala saluran cerna dan sakit kepala. Gejala hematologik termasuk
trombositopenia, agranulositosis, dan anemia aplastik dapat terjadi walau jarang sekali. Glimepirid dapat meningkatkan Anti Diuretik Hormon (ADH), dan dengan frekuensi sangat jarang menyebabkan hiponatraemia dan fotosensitivitas. Hipoglikemia dapat terjadi bila dosis tidak tepat atau diet terlalu ketat; juga pada gangguan fungsi hati atau ginjal atau pada orang usia lanjut (Sukandar, 2008).
2.2
Pengertian Generik dan Paten
2.2.1
Obat Generik Obat
Generik
menurut
Peraturan
Menteri
Kesehatan
No.
HK.02.02/MENKES/068/I/2010 adalah obat dengan nama resmi International Nonpropietary Names (INN) yang telah ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. Nama generik ini ditempatkan sebagai judul dari monografi sediaan obat yang mengandung nama generik tersebut sebagai zat tunggal. Ada dua macam Obat generik yaitu obat generik tanpa merek dagang dan obat generik dengan merek dagang. Obat generik bermerek atau bernama dagang merupakan obat generik dengan nama dagang yang menggunakan nama milik produsen obat yang bersangkutan (Permenkes, 2010). Satu nama generik dapat diproduksi berbagai macam sediaan obat dengan nama dagang yang berlainan. Produksi obat generik merupakan salah satu upaya penyediaan obat yang bermutu dengan harga yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Obat generik umumnya memiliki harga yang lebih murah, beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut, antara lain: 1. Dalam harga obat nama dagang, terdapat komponen biaya promosi yang cukup tinggi mencapai sekitar 50% dari HET (Harga Eceran Tertinggi) baik melalui iklan untuk obat bebas/obat bebas terbatas dan melalui detailer untuk obat keras, sedangkan obat generik tidak dipromosikan secara khusus (Yunarto N., 2010).
UIN Syarif Hidayatullah
7
2. Harga obat dengan nama dagang biasanya ditetapkan berdasarkan mekanisme pasar dengan memperhitungkan harga kompetitor, sedangkan harga obat generik lebih didasarkan pada biaya kalkulasi nyata (Yunarto N., 2010). 3. Harga obat dengan nama dagang biasanya mengikuti harga inovator dari obat yang sama, sedang obat generik di Indonesia ditetapkan oleh pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Yunarto N., 2010). Di Indonesia, pembuatan obat generik maupun obat bermerek oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) diatur dalam Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Persyaratan registrasi obat sangat ketat, BPOM baru akan menyetujui obat generik mendapatkan nomor registrasi dan beredar jika sudah memenuhi syarat seperti: produsen memiliki sertifikat CPOB dari BPOM, obat tersebut sudah tervalidasi baik proses, maupun analisanya, serta mesin dan peralatan yang digunakan untuk produksi dan analisa sudah terkualifikasi. Selain itu produk obat juga harus memenuhi seluruh standar yang digunakan dalam identitas, kekuatan, kualitas dan kemuraian (Yunarto N., 2010). Contoh obat generik antara lain Paracetamol, Diazepam, Dekstrometorfan, Difenhidramin, Chlorpheniramin maleat, Amoksisilin, Eritrnomisin, dan lain lain. Sedangkan contoh obat generik bermerek antara lain Amoxsan (amoksisilin), Voltadex (Natrium diklofenak), dll. 2.2.2
Obat Paten Menurut
Peraturan
Menteri
Kesehatan
No.
HK.02.02/MENKES/068/I/2010 obat paten merupakan obat yang masih memiliki hak paten. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001, paten diberikan untuk jangka waktu selama 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu itu tidak dapat diperpanjang. Selama masa 20 tahun itulah, perusahan farmasi pemegang hak paten memiliki hak eksluksif di Indonesia untuk memproduksi obat yang dimaksud. Setelah habis masa patennya, obat yang dulunya paten dengan merk dagangnya kemudian masuk ke dalam kelompok obat generik bermerk atau obat bermerk. Meskipun masa patennya sudah selesai, merk dagang dari obat yang
UIN Syarif Hidayatullah
8
dipasarkan selama 20 tahun pertama tersebut tetap menjadi milik perusahaan yang dulunya memiliki hak paten atas obat tersebut. Contoh dari obat paten antara lain Norvasc®, Actic®, Imitrex®, Zymar® dan lain-lain. 2.3
Tablet Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata
atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengikat, zat penghancur, dan zat pelicin (Anief, 1994). Untuk menjaga mutu tablet tetap sama, dilakukan uji-uji sebagai berikut: 1. Uji Sifat Fisik 1.) Uji keseragaman sediaan Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari 2 metode yaitu: a. Keragaman bobot Pengujian Keragaman bobot dilakukan jika tablet yang diuji mengandung 50 mg atau lebih zat aktif tunggal yang merupakan 50% atau lebih dari bobot satuan sediaan. b. Keseragaman kandungan Pengujian keseragaman kandungan dilakukan jika jumlah zat aktif kurang dari 50 mg per tablet atau kurang dari 50% dari bobot satuan sediaan (Siregar, 2008). 2.) Uji Keseragaman Ukuran Diameter tablet tidak lebih dari 3X dan tidak kurang dari 1⅓ tebal tablet (Anonim, 1979).Alat yang digunakan adalah jangka sorong. Sebuah tablet diletakkan pada ujung alat dengan posisi horizontal, digerakkan jangka sorongnya hingga menyentuh tablet, kemudian diameter tablet dibaca pada skala. 3.) Uji kekerasan tablet Pada umumnya tablet harus cukup keras dan tahan pecah waktu dikemas, dikirim dan waktu penyimpanan tetapi tablet juga harus cukup lunak untuk hancur dan melarut dengan sempurna begitu digunakan atau
UIN Syarif Hidayatullah
9
dapat dipatahkan dengan jari bila tablet perlu dibagi dalam pemakaiannya. Tablet diukur kekuatannya dalam kg, pound atau dalam satuan lainnya. Alat yang digunakan sebagai pengukur kekerasan tablet biasanya adalah hardness tester (Ansel, 1989). 4.) Uji keregasan tablet Keregasan tablet dapat ditentukan dengan menggunakan alat friabilator. Pengujian dilakukan pada kecepatan 25 rpm, tablet dijatuhkan sejauh 6 inci pada setiap putaran, dijalankan sebanyak 100 putaran. Tablet ditimbang sebelum dan sesudah diputar, kehilangan berat yang dibenarkan yaitu lebih kecil dari 0,5% sampai 1% (Lachman, dkk, 1994). 5.) Uji Waktu hancur Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan tablet pecah menjadi partikel-partikel kecil atau granul sebelum larut dan diabsorbsi. Peralatan uji waktu hancur terdiri dari rak keranjang yang mempunyai 6 tabung yang terletak vertikal di atas ayakan mesh nomor 10. Selama percobaan, tablet diletakkan pada tiap lubang keranjang, kemudian keranjang tersebut bergerak naik turun dalam larutan transparan(Ansel H.C., 1989). Masingmasing sediaan tablet mempunyai prosedur uji waktu hancur dan persyaratan tertentu. Uji waktu hancur tidak dilakukan jika pada etiket dinyatakan tablet kunyah, tablet isap, tablet dengan pelepasan zat aktif bertahap dalam jangka waktu tertentu (Siregar, 2008). 2. Uji penetapan kadar zat berkhasiat Uji penetapan kadar zat berkhasiat dilakukan untuk mengetahui apakah tablet tersebut memenuhi syarat sesuai dengan etiket. Bila kadar obat tersebut tidak memenuhi syarat maka obat tersebut tidak memiliki efek terapi yang baik dan tidak layak dikonsumsi. Uji penetapan kadar dilakukan dengan menggunakan cara-cara yang sesuai pada masing-masing monografi antara lain di Farmakope Indonesia (Dirjen POM, 1995). 3. Uji disolusi Obat yang telah memenuhi persyaratan kekerasan, waktu hancur, keregasan, keseragaman bobot, dan penetapan kadar, belum dapat menjamin bahwa suatu obat memenuhi efek terapi, karena itu uji disolusi harus
UIN Syarif Hidayatullah
10
dilakukan pada setiap produksi tablet. Disolusi adalah proses pemindahan molekul obat dari bentuk padat kedalam larutan pada suatu medium (Dirjen POM, 1995). 2.4
Penetapan Kadar Tablet Penetapan kadar zat aktif bertujuan untuk mengetahui apakah kadar zat
aktif yang terkandung di dalam suatu sediaan sesuai dengan yang tertera pada etiket dan memenuhi syarat seperti yang tertera pada masing-masing monografi. Bila zat aktif obat tidak memenuhi syarat maka obat tersebut tidak akan memberikan efek terapi dan juga tidak layak untuk dikonsumsi. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) paling sering digunakan untuk menetapkan kadar senyawa-senyawa tertentu seperti asam-asam amino, asamasam nukleat, dan protein-protein dalam cairan fisiologis; menentukan kadar senyawa-senyawa aktif obat, produk hasil samping proses sintesis, atau produkproduk degradasi dalam sediaan farmasi; memonitor sampel-sampel yang berasal dari lingkungan; memurnikan senyawa dalam suatu campuran; memisahkan polimer dan menentukan distribusi berat molekulnya dalam suatu campuran; kontrol kualitas; dan mengikuti jalannya reaksi sintetis. Dalam penetapan kadar zat aktif untuk glimepirid dapat dilakukan dengan berbagai macam metode, antara lain: 1. Farmakope Indonesia edisi V (2014) Metode penetapan kadar untuk tablet glimepirid dilakukan dengan cara kromatografi cair kinerja tinggi. Dengan menggunakan fasa gerak natrium fosfat monobasa P yang dilarutkan dalam air dan kemudian diatur pH nya hingga 2,1-2,7 dengan penambahan asam fosfat 10%, serta penambahan
500
ml
asetonitril
P.
Pengencer
dibuat
dengan
mencampurkan asetonitril P-air (9:1). Larutan standar: sejumlah glimepirid dilarutkan dalam pengencer hingga kadar lebih kurang 0,1 mg/ml. Larutan uji: 5 tablet dimasukkan ke dalam labu ukur yang sesuai untuk memperoleh kadar 0,1 mg/ml, berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. Tambahkan air lebih kurang 10 % dari volume labu, kocok hingga semua tablet larut. Tambahkan asetonitril P lebih kurang 70% volume labu dan goyangkan. Sonikasi pada suhu tidak lebih dari 200 selama 5 sampai 10
UIN Syarif Hidayatullah
11
menit, dengan sesekali dikocok. Biarkan hingga suhu ruang, tambahkan asetonitril P sampai tanda dan saring. Sistem KCKT yang digunakan pada metode ini dilengkapi dengan detector 228 nm dan kolom 4 mm x 12,5 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1 ml/menit. 2. Kumar et al (2015) dalam Journal of Chemical and Pharmaceutical Research Metode penetapan kadar untuk tablet gilmepirid dilakukan dengan cara kromatografi cair kinerja tinggi. Fasa gerak yang digunakan merupakan dapar fosfat 25% (7,0 g kalium dihidrogen orto-fosfat dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 ml, dilarutkan dengan air. Adjust dengan asam fosfat hingga pH 3.0) dan metanol (Grade HPLC) 75%. Fasa gerak juga dapat digunakan sebagai pengencer. Larutan standar: 10 mg glimepirid dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, ditambahkan 70 ml pengencer dan sonikasi. Tambahkan dengan pengencer yang sama hingga garis tanda. Dari larutan tersebut dipipet 1,0 ml dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml, ditambahkan dengan pengencer hingga garis tanda untuk mendapatkan konsentrasi akhir. Larutan uji:
10 mg glimepirid
dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml, ditambahkan 7 ml pengencer dan sonikasi. Tambahkan dengan pengencer yang sama hingga garis tanda.pipet 1,0 ml dari larutan dan masukkan ke dalam labu ukur 10 ml, tambahkan dengan pengencer hingga garis tanda untuk mendapatkan konsentrasi akhir. Sistem kromatografi yang digunakan dilengkapi dengan detektor 254nm dan kolom 4,6 x 150 mm; 5 µm. Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. Volume injeksi 20 µl.
2.5
Disolusi Kadar obat dalam darah pada sediaan peroral dipengaruhi oleh proses
absorpsi dan kadar obat dalam darah ini menentukan efek sistemiknya. Obat dalam bentuk sediaan padat mengalami berbagai tahap pelepasan dari bentuk sediaan sebelum diabsorpsi. Tahapan tersebut meliputi disintegrasi, deagregasi dan disolusi. Efektivitas dari suatu tablet dalam melepas obatnya untuk absorpsi sistemik agaknya bergantung pada laju disintegrasi dari bentuk sediaan dan deagregasi dari granul-granul tersebut. Tetapi yang biasanya lebih penting adalah
UIN Syarif Hidayatullah
12
laju disolusi dari obat padat tersebut. Seringkali disolusi merupakan tahapan yang membatasi atau tahap yang mengontrol laju bioabsorpsi obat-obat yang mempunyai kelarutan rendah, karena tahapan ini seringkali merupakan tahapan yang paling lambat dari berbagai tahapan yang ada dalam penglepasan obat dari bentuk sediaannya dan perjalanannya ke dalam sirkulasi sistemik (Martin, 2008). Proses disolusi merupakan langkah penentu dari proses absorbsi, maka faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi akan mempengaruhi kecepatan absorbsi bahan obatnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi tersebut adalah : 1. Sifat-sifat fisika kimia obat Sifat-sifat fisika kimia yang mempengaruhi laju disolusi meliputi : kelarutan, betuk kristal, dan kompleksasi serta ukuran partikel (Shargel dan Yu, 1999). 2. Faktor formulasi sediaan Berkaitan dengan bentuk sediaan, bahan pembantu dan pengolahan (processing). Pengaruh bentuk sediaan pada laju disolusi tergantung pada kecepatan pelepasan zat aktif yang terkandung di dalamnya (Shargel dan Yu, 1993). 3. Faktor alat uji disolusi dan parameter disolusi Dapat meliputi : wadah, suhu, media pelarutan dan alat disolusi yang digunakan,
dan
faktor-faktor
lain
seperti
bentuk
sediaan,
lama
penyimpanan dan kondisi penyimpanan produk (Shargel dan Yu, 1993). Ada 2 macam alat yang digunakan untuk uji disolusi yaitu jenis alat uji disolusi dengan pengaduk berbentuk keranjang dan pengaduk berbentuk dayung. a. Pengaduk Bentuk Keranjang Alat ini terdiri dari sebuah wadah bertutup yang terbuat dari kaca atau bahan transparan lain yang inert, suatu motor, suatu batang logam yang digerakkan oleh motor dan keranjang berbentuk silinder. Sebagian wadah tercelup di dalam suatu tangas air yang berukuran sedemikian sehingga dapat mempertahankan suhu dalam wadah pada 37oC ± 0,5 selama
UIN Syarif Hidayatullah
13
pengujian berlangsung dan menjaga agar gerakan air dalam tangas air halus dan tetap (Dirjen POM, 1995).
Gambar 2.2 Pengaduk Tipe 1 (Bentuk Keranjang)
b. Pengaduk Bentuk Dayung Alat ini sama seperti alat pertama, bedanya pada alat ini digunakan dayung yang terdiri dari daun dan batang sebagai pengaduk. Sejumlah volume media disolusi seperti yang tertera dalam masing-masing monografi dimasukkan ke dalam wadah, pasang alat, biarkan media disolusi hingga suhu 37oC ± 0,5o, dan angkat termometer. Masukkan 1 tablet atau 1 kapsul ke dalam alat, hilangkan gelembung udara dari permukaan sediaan yang diuji dan alat dijalankan pada laju kecepatan sesuai dengan yang tertera pada masing-masing monografi. Dalam interval waktu yang ditetapkan atau pada tiap waktu yang dinyatakan, cuplikan yang diambil adalah cuplikan yang berada di daerah pertengahan antara permukaan media
UIN Syarif Hidayatullah
14
disolusi dan bagian atas dari keranjang berputar atau daun dari alat dayung.
Gambar 2.3 Pengaduk Tipe 2 (Bentuk Dayung)
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, persyaratan dipenuhi bila jumlah zat aktif yang terlarut dari sediaan yang diuji sesuai dengan tabel penerimaan. Pengujian dilanjutkan sampai tiga tahap kecuali bila hasil pengujian memenuhi tahap S1 atau S2. Harga Q adalah jumlah zat aktif yang terlarut seperti yang tertera dalam masing-masing monografi, dinyatakan dalam persentase kadar pada etiket, angka 5% dan 15% dalam tabel adalah persentase kadar pada etiket, dengan demikian mempunyai arti yang sama dengan Q (Dirjen POM, 1995).
UIN Syarif Hidayatullah
15
Tabel 2.1. Kriteria Penerimaan Hasil Uji Disolusi
S1
Jumlah yang diuji 6
S2
6
Tahap
Kriteria Penerimaan Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q+5% Rata-rata dari 12 unit (S1+ S2) adalah sama dengan atau lebih besar dari Q dan tidak satu unit sediaan yang lebih kecil dari Q-15%
S3
12
Rata-rata dari 24 unit (S1+ S2+S3) adalah sama dengan atau lebih besar dari Q, tidak lebih dari 2 unit sediaan yang lebih kecil dari Q-15% dan tidak satu unit pun yang lebih kecil dari Q-25%
Beberapa metode uji disolusi yang dapat digunakan untuk zat aktif glimepirid, antara lain: 1. U.S. Pharmacopeia a. Metode 1 Pada metode ini digunakan medium dapar fosfat dengan pH 7.8 (0.58 g Kalium fosfat and 8.86 g Natrium fosfat anhidrat dalam 1000 ml aquadest, adjust dengan 10% asam fosfat atau 1 N NaOH hingga pH 7,8. Tipe pengaduk 2 (bentuk dayung) dengan kecepatan 75 rpm selama 15 menit. Fasa gerak: 0.5 g Natrium fosfat anhidrat dilarutkan dalam 500 ml aquadest. Adjust dengan 10% asam fosfat hingga pH 2,1-2,7. Tambahkan 500 ml asetonitril. Larutan pengencer: metanol dan air (1:1). Larutan standar di preparasi dengan campuran asetonitril : air (90:10) dengan kosentrasi 0,125 mg/ml, diambil 4,0 ml dari larutan dan dimasukkan ke dalam labu ukur 200 ml, encerkan dengan medium dan aduk, diambil 15 ml dari larutan dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml, encerkan dengan larutan pengencer hingga garis tanda dan aduk. Sehingga didapatkan konsentrasi akhir glimepirid yaitu 0,00075 mg/ml.
UIN Syarif Hidayatullah
16
Larutan sampel: diambil sekitar 10 ml larutan uji dan dipindahkan ke tabung sentrifuge. Sentrifuge selama 5 menit pada 2500 rpm. Dipipet 3,0 ml dari supernatan dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml, encerkan dengan larutan pengencer hingga garis tanda, dan aduk. Sistem kromatografi yang digunakan dilengkapi dengan detektor UV 228 nm. Kolom: 4.0-mm × 12.5-cm; L1. Laju alir 1,0 ml/menit. Volume injeksi 50 µL. b. Metode 2 Jika produk sesuai dengan tes ini, pada pelabelannya menunjukkan bahwa memenuhi disolusi USP metode 2. Medium: pH 7,8 dapar fosfat (tambahkan 250 mL 0,2 M Kalium fosfat ke dalam 223 ml 0,2 M NaOH, encerkan dengan aquadest hingga 1 L, adjust dengan 0,2 M NaOH atau asam fosfat hingga pH 7,8 ; 900 ml. Tipe pengaduk 2 dengan kecepatan 75 rpm selama 45 menit. Dapar pH 5,3: 4,0 g/L amonium asetat dalam aquadest, adjust dengan asam asetat hingga pH mencapai 5,3. Fase gerak: asetonitril dan dapar pH 5,3 (1:1). Pengencer: metanol dan asetonitril (1:1). Larutan induk standar: 0,22 mg/ml glimepirid dalam pengencer. Larutan standar: (L/1000) mg/ml dalam medium, dari larutan induk standar. Dimana L adalah berat (mg) tablet dalam label. Dari larutan uji diambil beberapa ml larutan kemudian disaring dengan penyaring yang cocok. Sistem kromatografi yang digunakan dilengkapi dengan detektor UV 225 nm. Kolom: 4.6-mm × 10-cm; 5- µm; L1. Laju alir 1,3 ml/menit. Volume injeksi 100 µL. 2. Induri M., et al dalam Journal of Chemistry Dalam jurnal ini uji disolusi dilakukan dengan menggunakan medium 900 ml dapar fosfat pH 7,8. Tipe pengaduk 2 dengan kecepatan 75 rpm selama 30 menit. Larutan induk standar: 10,0 mg standar dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, sejumlah 30 ml NaOH ditambahkan kedalam labu dan sonikasi. Tambahkan metanol hingga garis tanda. Larutan sampel: Dari larutan uji diambil beberapa ml larutan kemudian diencerkan dengan medium disolusi. Absorbansi
UIN Syarif Hidayatullah
17
diamati di spektrofotometri UV-VIS yang diukur pada panjang gelombang 225 nm.
2.6
Spektorfotometri Ultraviolet Spekrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi, spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi panjang gelombang (Khopkar, 2008). Bila cahaya (monokromatik maupun campuran) jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan sebagian diserafp dalam medium itu, dan sisanya diteruskan (Basset, dkk., 1994). Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual, yang dengan studi lebih mendalam dari absorpsi energi radiasi oleh macam-macam zat kimia sehingga dilakukannya pengukuran ciri-ciri serta kuantitatifnya dengan ketelitian yang lebih besar (Day dan Underwood, 1983). Dalam aspek kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan (larutan sampel) dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya. Radiasi yang diserap oleh cuplikan ditentukan dengan membandingkan intensitas sinar yang diteruskan dengan intensitas sinar yang diserap jika tidak ada spesies penyerap lainnya (Sudjaji dan Rohman, 2007). Pengukuran serapan cahaya oleh larutan molekul diatur dengan hukum Lambert- Beer, yang ditulis sebagai berikut: Log I0/It = A = ε bc Dengan I0 adalah intensitas radiasi yang masuk, It adalah intensitas radiasi yang ditransmisikan, A dikenal sebagai absorbans dan merupakan ukuran jumlah cahaya yang diserap oleh sampel, ε adalah tetapan yang dikenal sebagai koefisien ekstingsi molar dan merupakan absorbans larutan 1 M analit tersebut, b adalah panjang jalur sel dalam cm, biasanya 1 cm, dan c adalah konsentrasi analit dalam mol per liter (Watson, 2010).
UIN Syarif Hidayatullah
18
Dalam produk farmasi, konsentrasi dan jumlah biasanya dinyatakan dalam gram atau miligram dan bukan dalam mol sehingga untuk keperluan analisis produk ini, hukum Lambert-Beer ditulis dalam bentuk berikut ini: A = A (1%, 1cm) bc A adalah absorbans yang diukur, A (1%, 1cm) adalah absorbans larutan 1% b/v (g/100 ml) dalam satu sel berukuran 1 cm, b adalah panjang jalur dalam cm, dan c adalah konsentrasi sampel dalam g/100 ml. Karena pengukuran biasanya dibuat dalam sel berukuran 1 cm (Watson, 2010).
2.7
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Kromatografi cair kinerja tinggi atau KCKT atau sering disebut dengan
HPLC (High Performance Liuid Chromatography) dikembangkan pada akhir tahun 1960-an dan pada awal tahun 1970-an. Saat ini, KCKT merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas dan paling cepat berkembang untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel. Kegunaan umum KCKT adalah untuk: pemisahan sejumlah senyawa organik,
anorganik,
maupun
senyawa
biologis;
analisis
ketidakmurnian
(impurities); analisis senyawa-senyawa tidak mudah menguap (non-volatil); penentuan molekul-molekul netral, ionik, maupun zwitter ion; isolasi dan pemurnian senyawa; pemisahan senyawa-senyawa yang strukturnya hampir sama; pemisahan senyawa-senyawa dalam jumlah sekelumit (trace elements), dalam jumlah banyak dan dalam skala proses industri. KCKT merupakan metode yang tidak destruktif dan dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif (Gandjar & Rohman, 2007 ; Harmita, 2006). 2.7.1
Cara Kerja KCKT Kromatografi merupakan teknik dimana solut atau zat-zat terlarut terpisah
oleh perbedaan kecepatan elusi, dikarenakan solut-solut ini melewati suatu kolom kromatografi. Pemisahan solut-solut ini diatur oleh distribusi solut dalam fase gerak dan fase diam. Penggunaan kromatografi cair secara sukses terhadap suatu masalah yang dihadapi membutuhkan penggabungan secara tepat dari berbagai macam kondisi operasional seperti jenis kolom, fase gerak, panjang dan diameter kolom, kecepatan alir fase gerak, suhu kolom, dan ukuran sampel.
UIN Syarif Hidayatullah
19
Pada dasarnya, instrumentasi KCKT terdiri atas delapan komponen pokok, yaitu: wadah fase gerak, sistem penghantaran fase gerak, alat untuk memasukkan sampel, kolom, detektor, wadah penampung buangan fase gerak, tabung penghubung, dan suatu komputer atau integrator atau perekam (Gandjar & Rohman, 2007). 2.7.2
Komponen KCKT
2.7.2.1 Pompa Pompa atau sistem penghantaran fase gerak pada KCKT bertujuan untuk menjamin berlangsungnya proses penghantaran fase gerak secara tepat, reprodusibel, konstan dan bebas dari gangguan. Pompa yang digunakan untuk KCKT harus memenuhi syarat sebagaimana syarat wadah pelarut, yaitu pompa harus inert terhadap fase gerak. Bahan pompa ang digunakan harus terbuat dari bahan yang tahan terhadap eluen, seperti gelas, baja tahan karat, teflon dan batu nilam (Gandjar & Rohman, 2007).
2.7.2.2 Injektor Cuplikan harus dimasukkan ke dalam pangkal kolom (kepala kolom) dengan cara diinjeksikan secara langsung ke dalam fase gerak yang mengalir dibawah tekanan tertentu menuju kolom dengan menggunakan suntikkan yang terbuat dari bahan tembaga tahan karat dan katup teflon yang dilengkapi dengan keluk sampel (sample loop) internal dan eksternal. Diusahakan agar sesedikit mungkin terjadi gangguan pada kemasan kolom (Gandjar & Rohman, 2007 : Johnson & Stevenson, 1991).
2.7.2.3 Kolom Kolom merupakan jantung kromatograf yang berfungsi untuk memisahkan masing-masing komponen. Untuk menahan tekanan tinggi, kolom dibuat dari bahan yang kokoh seperti stainless steel atau campuran logam dengan gelas (Gandjar & Rohman, 2007).
UIN Syarif Hidayatullah
20
2.7.2.4 Detektor Detektor berfungsi untuk mendeteksi atau mengidentifikasi adanya komponen cuplikan yang ada dalam eluat dan mengukur jumlahnya. Detektor pada KCKT dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu: detektor universal (mampu mendeteksi zat secara umum, tidak bersifat spesifik dan selektif) seperti detektor indeks bias dan detektor spektrometri massa; dan golongan detektor spesifik yang hanya akan mendeteksi analit secara spesifik dan selektif, seperti UV-Vis, detektor fluoresensi dan elektrokimia (Gandjar & Rohman, 2007 : Harmita, 2006).
2.7.2.5 Wadah Fase Gerak Wadah fase gerak harus bersih dan lembam (inert). Adah pelarut kosong ataupun labu laboratorium dapat digunakan sebagai wadah fase gerak. Wadah ini biasanya dapat menampung fase gerak antara 1 sampai 2 liter pelarut. Sebelum digunakan, fase gerak ini harus dilakukan degassing (penghilangan gas), karena adanya gas pada fase gerak akan berkumpul dengan komponen lain terutama di pompa dan detektor sehingga akan mengacaukan analisis. Sedangkan adanya partikel yang kecil dapat terkumpul dalam kolom atau dalam tabung yang sempit, sehingga dapat mengakibatkan suatu kekosongan pada kolom atau tabung tersebut. Oleh karena itu, fase gerak sebelum digunakan harus dsaring terlebih dahulu untuk menghindari partikel-partikel kecil tersebut (Gandjar & Rohman, 2007).
2.7.2.6 Fase Gerak Fase gerak merupakan suatu peubah yang dapat mempengaruhi proses pemisahan dalam sistem KCKT. Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponen-komponen sampel. Untuk fase normal (fase diam lebih polar daripada fase gerak), kemampuan elusi meningkat dengan meningkatnya polaritas pelarut. Sementara untuk fase terbalik (fase diam kurang polar daripada fase gerak), kemampuan elusi menurun dengan
UIN Syarif Hidayatullah
21
meningkatnya polaritas pelarut (Gandjar & Rohman, 2007 : Johnson & Stevenson, 1991). Fase gerak yang paling sering digunakan untuk pemisahan dengan fase terbalik adalah campuran larutan bufer dengan metanol atau campuran air dengan asetonitril. Untuk pemisahan dengan fase normal, fase gerak yang paling sering digunakan adalah campuran pelarut-pelarut hidrokarbon dengan pelarut yang terklorisasi atau menggunakan pelarut-pelarut jenis alkohol. Pemisahan dengan fase normal ini kurang umum dibanding dengan fase terbalik (Gandjar & Rohman, 2007). 2.8
Metode Validasi Validasi metode analisis menurut United States Pharmacopeia (USP)
dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis yang dilakukan akurat, spesifik, reprodusibel dan tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis.
2.8.1
Akurasi Akurasi adalah kedekatan hasil penetapan yang diperoleh dengan hasil
sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai hasil perolehan kembali dari analit yang ditambahkan. Untuk pengujian senyawa obat, akurasi diperoleh dengan membandingkan hasil rujukan dengan bahan rujukan standar. Syarat akurasi yang baik yaitu 98-102%. % 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑚𝑏𝑎𝑙𝑖 =
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑎𝑛𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎 𝑋 100% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎
(Harmita, 2006 : Johnson&Stevenson, 1991). 2.8.2
Linearitas Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon
yang secara langsung atau dengan bantuan transportasi matematik yang baik, proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang metode adalah pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang sudah ditunjukkan dapat ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan dan linearitas yang dapat diterima. Dalam
prakteknya,
digunakan
satu
seri
larutan
yang
berbeda
konsentrasinya antara 50-150% kadar analit dalam sampel. Didalam pustaka, UIN Syarif Hidayatullah
22
sering ditemukan rentang konsentrasi yang digunakan antara 0-200%, jumlah sampel yang dianalisis sekurang-kurangnya delapan buah sampel. 𝑆𝑋𝑜 =
𝑆 𝑏
Sxo : Standar deviasi dari fungsi
Parameter lain yang harus dihitung adalah simpangan baku residual (Sy) 𝑆𝑌 =
√(Σ(𝑦1 − 𝑦1)2) 𝑛−1
Dimana Y1 : a+bx (Harmita, 2006)
UIN Syarif Hidayatullah
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian II dan laboratorium
Formulasi Sediaan Padat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Januari – Juni 2016.
3.2
Alat dan Bahan
3.3.1
Alat Alat-alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah Dissolution Tester
(ERWEKA),
Spektrofotometer
Ultraviolet
(HITACHI
U-2910),
High
Performance Liquid Chomatoghraphy (Dionex), membran filter, sonicator (Elmasonic), Stopwatch, Neraca analitik (KERN
ACJ/AC5),
pH meter (HORIBA),
mikro pipet, alat-alat gelas dan alat laboratorium lainnya.
3.3.2
Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metanol (grade
HPLC), aquadest, aquabidest, asam fosfat, potassium dihydrogen ortho phosphate, Dibasic sodium phosphate anhidrat, sodium dihydrogen phosphate dihydrate (grade analisis), standar glimepirid, tablet glimepirid generik (Dexa Medica), Amaryl (Aventis), Amadiab (LAPI) dan Metrix (Kalbe Farma).
3.3
Prosedur Penelitian
3.3.1
Teknik Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling. Teknik purposive sampling merupakan cara pengambilan sampel sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu penarikan sampel yang didasari pada keperluan penelitian (Sugiyono, 2012). Sampel yang digunakan untuk penelitian sebanyak 4 sampel, di mana terdapat 1 generik dan 3 generik bermerek. Sampel diperoleh dari beberapa apotek di Jakarta Timur, di mana dipilih berdasarkan pertimbangan kelengkapan tersedianya tablet glimepirid 2 mg dengan 23 UIN Syarif Hidayatullah
24
tahun kadaluarsa yang sama yaitu tahun 2017. Tempat pengambilan sampel dipilih sesedikit mungkin atas alasan meminimalkan perbedaan faktor kesalahan luar yang dapat menurunkan mutu obat begitu pula dengan pemilihan tahun kadaluwarsa yang sama. Sampel yang digunakan adalah tablet glimepirid generik dan tablet glimepirid generik bermerk dengan tahun kadaluarsa yang sama yang diambil dari apotek di Jakarta Timur. Sampel yang digunakan yaitu tablet glimepirid generik yang diproduksi oleh Dexa Medica, sedangkan untuk tablet glimepirid generik bermerek yaitu Amaryl yang diproduksi oleh Sanovi Aventis, Metrix yang diproduksi oleh Kalbe Farma dan Amadiab yang diproduksi oleh LAPI. Berikut adalah tablet glimepirid yang beredar dipasaran: Tabel 3.1 Tablet Glimepirid Generik Bermerek yang Beredar di Pasaran No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Nama Actaryl Amadiab Amaryl Anpiride Diaglime Friladar Glamarol Gluvasc Glimetic Glimexal Gliperid Glucoryl Metrix Paride Relide 2 Solosa Velacom
Pabrik Actavis LAPI Sanovi Aventis Sanbe Kalbe Farma Interbat Guardian Pharmatama Dexa Medica Hexapharm jaya Sandoz Merck Bernofarm Kalbe Farma Pharos Fahrenheit Sanovi Aventis Novell Pharma
UIN Syarif Hidayatullah
25
Tabel 3.2 Tablet Glimepirid Generik yang Beredar di Pasaran No. 1. 2. 3.
Nama Glimepirid Glimepirid Glimepirid
Pabrik Hexapharm jaya Kimia farma Dexa Medica
Menurut Gay, jumlah sampel minimal yang dapat diterima yaitu 10% dari populasi, namun untuk populasi yang sangat kecil diperlukan minimal 20% dari populasi (Husein, 2005). Berikut adalah perhitungan jumlah sampel yang digunakan terdapat dari nelitian: 20
Generik = 3 x 100 = 0,6 atau = 1 sampel generik 20
Generik Bermerek = 17 x 100 = 3,4 atau = 3 sampel generik bermerek Pemilihan sampel generik (1 dari 3) atau generik bermerek (3 dari 17) ini dipilih berdasarkan pertimbangan kelengkapan tersedianya tablet glimepirid 2 mg yang beredar di beberapa apotek di Jakarta Timur dengan kecocokkan tahun kadaluarsa yang sama atau mendekati sama satu sama lain. 3.3.2
Sifat Fisik
3.3.2.1 Uji Organoleptis Tablet diamati secara visual meliputi : warna (homogenitas), bentuk (bundar, permukaan rata/cembung), cetakan (garis patah, tanda, logo, pabrik), dll.
3.3.2.2 Uji Kekerasan Uji kekerasan dilakukan dengan mengambil masing-masing 10 tablet dari tiap sampel, yang diukur dengan memberi tekanan terhadap diameter tablet. Alat yang biasa digunakan adalah hardness tester. Alat ini diharapkan dapat mengukur berat yang diperlukan untuk memecahkan tablet. Persyaratan kekerasan tablet umumnya berkisar 4-8 kg, bobot tersebut dianggap sebagai batas minimum untuk menghasilkan tablet yang memuaskan (Soekemi, A. R., 1987).
UIN Syarif Hidayatullah
26
3.3.2.3 Keseragaman Kandungan Dilakukan penetapan keseragaman sediaan yaitu keseragaman kandungan, dengan cara ditimbang 10 sediaan satu per satu dan dihitung rata-ratanya, kemudian ditetapkan kadar zat aktifnya dari masing-masing sediaan sesuai dengan metode penetapan kadar. Kecuali dikatakan lain dalam masing-masing monografi persyaratan keseragaman kandungan dipenuhi jika kadar zat aktif antara 85,0% 115,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatifnya kurang dari atau sama dengan 6,0% (Dirjen POM, 1995).
3.3.3
Penetapan Kadar
3.3.3.1 Pembuatan Dapar Fosfat Ditimbang seksama sejumlah 7,0 gram potassium dihydrogen ortho phosphate, dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 ml. Dilarutkan dengan aquadest hingga garis tanda. Adjust pH akhir pada buffer hingga mencapai 3,0 menggunakan asam fosfat (Kumar et al., 2015).
3.3.3.2 Pembuatan Fase Gerak Fase gerak dipreparasi dengan campuran 250 ml (25%) buffer dan 750 ml (75%) metanol (grade HPLC) kemudian dihilangkan gelembungnya dengan sonicator selama 10 menit. Kemudian larutan disaring menggunakan membran filter 0,45 µ. Fase gerak dapat digunakan juga sebagai pelarut (Kumar et al., 2015).
3.3.3.3 Pembuatan Larutan Induk Glimepirid Ditimbang saksama sejumlah 50,0 mg standar glimepirid, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml. Ditambahkan pelarut fase gerak ke dalam labu hingga garis tanda dan sonikasi (Kumar et al., 2015).
3.3.3.4 Penentuan Panjang Gelombang Dibuat larutan standar glimepirid dengan konsentrasi 3 µg/mL, kemudian dilakukan pemindaian dengan spektrofotometri UV-VIS pada panjang gelombang 200-400 nm, ditentukan panjang gelombang maksimumnya (Kumar et al., 2015).
UIN Syarif Hidayatullah
27
3.3.3.5 Verifikasi Metode 3.3.3.5.1 Uji Linearitas Dibuat larutan standar glimepirid dengan konsentrasi 1, 2, 3, 4, 5 µg/mL, kemudian masing-masing konsentrasi disuntikkan sebanyak 20 µl ke sistem KCKT pada kondisi kolom C18 (4,6x150 mm, 5 µm), pH 3,0, laju alir 1,0 ml/menit dan panjang gelombang 254 nm. Lalu dicatat luas puncaknya yang ditunjukkan pada kromatogram dan dibuat kurva kalibrasi serta dihitung persamaan regresinya (y = a + bx). Dihitung koefisien korelasi (r) dari kurva tersebut (Kumar et al., 2015). 3.3.3.5.2 Akurasi Dibuat larutan glimepirid dengan konsentrasi 1 µg/mL, 3 µg/mL dan 5 µg/mL. Kemudian disuntikkan ke KCKT dengan volume penyuntikan 20 µl. Dilakukan sebanyak tiga kali. Kemudian dihitung persentase akurasi (% diff) dari masing-masing konsentrasi larutan tersebut (Kumar et al., 2015).
3.3.3.6 Penetapan Kadar Ditimbang dan serbukkan tidak kurang dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih kurang 10 mg glimepirid, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml. Pelarut fase gerak ditambahkan kedalamnya hingga garis tanda dan sonikasi. Dipipet 125 µl dari larutan tersebut dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml, kemudian ditambahkan pelarut hingga garis tanda. Diinjeksikan lebih kurang 20 µl ke sistem KCKT dan dideteksi pada panjang gelombang 254 nm dengan laju alir 1 mL/menit (Kumar et al., 2015).
3.3.4
Uji Disolusi
3.3.4.1 Pembuatan Larutan Induk Dibuat larutan induk standar glimepirid dengan menimbang 50,0 mg standar glimepirid, masukkan ke dalam labu ukur 25 ml, sejumlah 7,5 ml NaOH 0,1 M ditambahkan ke dalam labu dan sonikasi. Tambahkan metanol hingga garis tanda (Induri M. et al., 2012).
UIN Syarif Hidayatullah
28
3.3.4.2 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Dibuat larutan dengan konsentrasi 2 µg/mL dari larutan induk, kemudian dideteksi dengan spektrofotometri UV-VIS pada panjang gelombang 200-400 nm. Dicatat panjang gelombang maksimumnya (Induri M. et al., 2012).
3.3.4.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Dibuat larutan dengan konsentrasi 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5 dan 4 µg/mL dari larutan
induk.
Masing-masing
konsentrasi
diamati
absorbansinya
di
spektrofotometri UV-VIS yang diukur pada panjang gelombang maksimum. Digunakan metanol sebagai blanko (Induri M. et al., 2012). 3.3.4.4 Uji Disolusi Sampel Tablet Glimepirid yang Dijual di Apotek Sebanyak 6 tablet glimepirid sampel dimasukkan ke dalam alat disolusi dengan alat disolusi tipe 2 yang berisi medium dapar fosfat pH 7,8 sebanyak 900 ml pada suhu 37oC. Dengan kecepatan pengadukan 75 rpm selama 20 menit. Pengambilan cuplikan sampel sebanyak 5 ml dilakukan pada detik ke 30, menit ke 1, 2, 3, 5, 10, 15, dan 20. Setiap pengambilan sampel diganti dengan media disolusi dengan volume yang sama
(Induri M. et al., 2012). Apabila hasil
pengujian tidak memenuhi tabel penerimaan untuk S1 yaitu tiap unit sediaan tidak kurang dari Q+15%, maka pengujian dilanjutkan ke tahap S2 yaitu dengan menguji kembali 6 tablet glimepirid lainnya. Rata-rata dari 12 unit tersebut (S1+S2) adalah sama dengan atau lebih besar dari Q dan tidak satu unit pun yang lebih kecil dari Q-15%. Apabila hasil pengujian tidak pula memenuhi tabel penerimaan untuk S2, maka pengujian dilanjutkan sampai tahap S3. Tahap S3 dilakukan dengan menguji kembali 12 tablet glimepirid lainnya dengan rata-rata dari 24 unit tersebut (S1+S2+S3) adalah sama dengan atau lebih besar dari Q, tidak lebih dari 2 unit sediaan yang lebih kecil dari Q-15% dan tidak satu unit pun yang lebih kecil dari Q-25% (Ditjen POM, 1995).
UIN Syarif Hidayatullah
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Evaluasi Sifat Fisik Tablet Glimepirid
4.1.1
Hasil Uji Organoleptis Pada pemeriksaan fisik berupa organoleptis tablet diamati secara visual.
Keempat sampel tablet memiliki warna, bentuk dan cetakan yang berbeda-beda. Namun apabila dilihat dari sisi rabaan, keempat sampel tablet memiliki permukaan yang halus tidak ada permukaan yang berlubang ataupun cacat. Tabel 4.1 Hasil Uji Organoleptis Sampel
Warna (Homogenitas)
Generik
Hijau muda, homogen
Generik bermerek A Generik bermerek B Generik bermerek C
Hijau muda, homogen Hijau muda, homogen Merah muda, homogen
4.1.2
Bentuk (Bundar, permukaan rata/cembung) Bulat, permukaan rata
Oval, permukaan cembung Oval, permukaan rata Oval, permukaan rata
Cetakan (Garis patah, tanda, logo pabrik) Garis patah ditengah, logo pabrik (DX) & (GL) Garis patah ditengah, logo pabrik (LAPI) Garis patah, logo pabrik (KALBE) Garis patah ditengah, tanda pabrik (NMM)
Kekerasan Tablet Tablet yang baik harus cukup keras untuk dapat tahan, tidak pecah dan tidak
rapuh selama proses pengemasan, distribusi, penyimpanan, hingga saat digunakan. Untuk itu, dilakukan uji kekerasan tablet. Berdasarkan literatur, kekerasan tablet yang dianggap baik ialah minimal 4-10 Kg (Sulaiman, 2007). Uji kekerasan dilakukan terhadap keempat sampel yang masing-masingnya menggunakan 10 tablet uji. Pada tablet glimepirid generik bermerek B memiliki nilai kekerasan di bawah persyaratan, yaitu 2,34 Kg. Ketiga sampel lain memiliki kekerasan rata-rata yang berkisar antara 4,46 - 8,35 Kg, sehingga dapat dikatakan bahwa ketiganya memenuhi persyartan uji kekerasan.
29 UIN Syarif Hidayatullah
30
Tabel 4.2 Hasil Uji Kekerasan Tablet
Generik
Bobot rata-rata (mg) 168,55
Kekerasan (Kg) 4,46
Generik Bermerek A
171,00
7,33
Generik Bermerek B
51,12
2,34
Generik Bermerek C
170,42
8,35
Sampel
Menurut Lachman dkk (1994), perbedaan kekerasan dapat terjadi karena beberapa faktor seperti perbedaan tekanan kompresi yang diberikan atau perbedaan massa granul yang mengisi die pada saat pencetakan tablet. Selain itu, berbedanya nilai kekerasan juga dapat diakibatkan oleh variasi jenis dan jumlah bahan tambahan yang digunakan pada formulasi. Bahan pengikat adalah contoh bahan tambahan yang bisa menyebabkan meningkatnya kekerasan tablet bila digunakan terlalu banyak.
4.1.3
Keseragaman Kandungan Hasil uji Keseragaman kandungan menunjukkan bahwa sepuluh tablet
generik, generik bermerek A, B, dan C memiliki kadar yang masuk dalam persyaratan keseragaman kandungan yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia V yaitu kadar glimepirid terletak antara 90% hingga 110% dari yang tertera pada etiket, dan simpangan baku rekatif tidak lebih dari 6%. Tabel 4.3 Hasil Uji Keseragaman Kandungan Tablet Glimepirid Generik dan Generik Bermerek Kadar (%) No Generik Generik Generik Generik Bermerek A Bermerek B Bermerek C 1 99,16 100,40 99,80 100,59 2 97,41 96,24 100,10 98,61 3 97,79 100,00 98,83 102,82 4 100,10 100,67 100,82 103,54 5 102,39 99,32 98,31 103,33 6 96,94 99,42 95,06 98,31 7 99,53 101,98 98,08 99,69 8 98,62 99,63 99,76 99,36 9 96,55 103,10 99,36 101,12 10 98,20 98,01 99,51 100,98 Ratarata 98,67±1,73 99,88±1,92 98,90±1,60 100,83±1,90 RSD (%) 1,75 1,92 1,61 1,89 UIN Syarif Hidayatullah
31
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa hasil uji keseragaman kandungan tablet glimepirid yang paling besar yaitu tablet glimepirid generik bermerek C sebesar 100,83±1,90, disusul dengan tablet glimepirid generik A sebesar 99,88±1,92, kemudian tablet glimepirid generik B sebesar 98,90±1,60 dan yang terakhir tablet glimepirid generik sebesar 98,67±1,73. Hal ini berarti bahwa baik tablet glimepirid generik maupun generik bermerek semuanya memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi V. Uji keseragaman kandungan ini dilakukan karena jumlah zat aktif tablet glimepirid kurang dari 50 mg per tablet atau kurang dari 50% dari bobot satuan sediaan, sehingga dapat menjamin bahwa setiap tablet mengandung jumlah zat aktif sesuai spesifikasi dengan variasi yang kecil dalam batch. Selain itu, untuk memastikan apabila uji disolusi memberikan hasil yang tidak semestinya hal itu bukan dikarenakan jumlah kadar dari zat aktif yang dikandung dalam masing-masing tablet. 4.2
Penetapan Kadar
4.2.1
Penentuan Panjang Gelombang pada Medium Fase Gerak (Metanol:Fosfat) Penentuan panjang gelombang maksimum dalam medium fase gerak
(metanol:fosfat) terdeteksi pada panjang gelombang 254 nm. Menurut Kumar et al., dalam medium fase gerak (metanol:fosfat) glimepirid memberikan panjang gelombang maksimum 254 nm. Hal ini sesuai dengan rujukan yang digunakan dalam penelitian. Panjang gelombang maksimum dipilih karena pada panjang gelombang tersebut zat akan memberikan respon yang maksimum, terutama apabila konsentrasi analit yang akan dianalisis kecil konsentrasinya. 4.2.2
Kurva Kalibrasi Kurva kalibrasi standar glimepirid dalam fase gerak metanol:dapar fosfat
(75:25) dihasilkan garis lurus dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,9996, nilai tersebut memenuhi syarat linearitas yaitu r ≥ 0,999 (Synder, Kirkland dan Glajch, 1997). Persamaan regresi linear yang diperoleh adalah y = 0,1665x + 0,1686. Berdasarkan persamaan y = a + bx, maka diperoleh nilai a (intercept) = 0,1686 dan b (slope) = 0,1665.
UIN Syarif Hidayatullah
32
4.2.3
Akurasi Uji Akurasi dilakukan pada 3 konsentrasi sampel, yaitu pada 1 µg/mL, 3
µg/mL dan 5 µg/mL dilakukan sebanyak 3 kali untuk masing-masing konsentrasi. Untuk pengujian senyawa obat, akurasi diperoleh dengan membandingkan hasil rujukan dengan bahan rujukan standar. Syarat akurasi yang baik yaitu 98-102%. Hasil uji rata-rata dapat dilihat pada tabel 4.4 dan data hasil percobaan selengkapnya tercantum pada lampiran 17 halaman 56.
Tabel 4.4 Hasil Uji Akurasi C (µg/mL) 1
Rata-rata Puncak (µAU) 0,334
Rata-rata Uji Akurasi (%) 99,14±0,45
RSD (%) 1,358
3
0,662
98,71±0,61
0,924
5
1,006
100,63±0,42
0,419
*Keterangan: Rata-rata diperoleh dari 3 data
Uji Akurasi dilakukan untuk mengetahui kedekatan hasil penetapan yang diperoleh dengan hasil sebenarnya. Akurasi diperiksa dengan membandingkan konsentrasi standar glimepirid yang di dapat dengan konsentrasi standar glimepirid sesungguhnya dikalikan dengan 100%. Nilai uji akurasi pada konsentrasi 1 µg/mL berkisar 99,139%, konsentrasi 3 µg/mL berkisar 98,712% , dan pada konsentrasi 5 µg/mL berkisar 100,629%. Sehingga, dapat dikatakan bahwa hasil uji akurasi ini telah memenuhi persyaratan. 4.2.4
Penetapan Kadar Penetapan kadar bertujuan untuk menjamin efikasi, keamanan dan mutu obat
yang beredar. Penetapan kadar ini merupakan salah satu syarat yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia V. Menurut Farmakope Indonesia edisi V, tablet glimepirid mengandung tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Dari hasil penetapan kadar pada tabel 4 dapat dilihat bahwa semua tablet glimepirid baik generik maupun generik bermerek memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi V.
UIN Syarif Hidayatullah
33
Tabel 4.5 Data Hasil Penetapan Kadar Tablet Glimepirid Merk Generik
Generik Bermerek A
Generik Bermerek B
Generik Bermerek C
Kadar (%) 99,34 97,39 97,83 98,85 101,48 98,74 97,71 99,32 99,74 100,83 102,03 102,52
Rata-rata (%)
RSD (%)
98,19±1,02
1,09
99,69±1,55
1,55
98,92±1,07
1,09
101,79±0,87
0,81
Dari tabel 4.3 terlihat bahwa kadar glimepirid dalam tablet berkisar antara 98,19% sampai 101,79% dimana kadar terendah diperoleh pada tablet glimepirid generik dan kadar tertinggi pada tablet glimepirid generik bermerek C. Data kadar tablet dapat dilihat pada lampiran 19 halaman 58 dan contoh perhitungan dapat dilihat pada lampiran 27 halaman 77. 4.3
Uji Disolusi
4.3.1
Panjang Gelombang Maksimum dalam Medium Fosfat pH 7,8 Panjang gelombang maksimum dari standar glimepirid dalam medium fosfat
pH 7,8 terdeteksi pada 225,8 nm. Menurut Induri M. et al (2011), glimepirid dalam dapar fosfat memberikan panjang gelombang maksimum 225 nm. Sedangkan menurut Farmakope Indonesia edisi V (2015) dan USP (2010), glimepirid dalam dapar fosfat memberikan panjang gelombang maksimum 228 nm. Jika merujuk pada FI V dan USP, maka panjang gelombang yang diperoleh mengalami pergeseran batokromik
sebesar 3,4 nm. Pergeseran tersebut dapat terjadi karena adanya
pengaruh dari pelarut yang digunakan. Pada FI V atau USP sebelum glimepirid standar dilarutkan dalam medium fosfat pH 7,8, standar glimepirid dilarutkan terlebih dahulu di dalam campuran asetonitril:air (90:10), sedangkan pada Induri M. et al., glimepirid standar dilarutkan terlebih dahulu di dalam campuran metanol:NaOH (70:30). Dan jika merujuk pada Induri M. et al., maka panjang gelombang yang diperoleh mengalami pergeseran batokromik sebesar 0,8 nm. Hal UIN Syarif Hidayatullah
34
ini juga dimungkinkan karena adanya pengaruh dari pelarut yang digunakan, karena pelarut sering memberikan pengaruh yang besar pada kualitas dan bentuk dari spektrum, hal ini dikaitkan dengan perubahan pH dari pelarut yang digunakan (Moffat et al., 2005). 4.3.2
Kurva Kalibrasi Kurva kalibrasi standar glimepirid dalam medium fosfat pH 7,8 dihasilkan
garis lurus dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,9993, nilai tersebut memenuhi syarat linearitas yaitu r ≥ 0,999 (Synder, Kirkland dan Glajch, 1997). Persamaan regresi linear yang diperoleh adalah y = 0,0682x + 0,0052. Berdasarkan persamaan y = a + bx, maka diperoleh nilai a (intercept) = 0,0052 dan b (slope) = 0,0682.
4.3.3
Uji Disolusi Pelarutan merupakan proses dimana suatu bahan kimia atau obat menjadi
terlarut dalam suatu pelarut. Dalam sistem biologis, pelarutan obat dalam media cair merupakan suatu bagian penting sebelum kondisi absorpsi sistemik. Dalam hal ini uji pelarutan dapat digunakan untuk meramalkan bioavabilitas dan dapat digunakan untuk membedakan faktor-faktor formulasi yang mempengaruhi bioavabilitas obat. Uji disolusi diperlukan untuk semua produk obat oral padat yang disetujui U.S Food and Drug Administration (Shargel et al., 2004). Menurut M.Induri et al., bahwa uji disolusi dilakukan dengan menggunakan alat disolusi tipe 2 yang berisi medium dapar fosfat pH 7,8 sebanyak 900 ml pada suhu 370 C, dimana pada waktu 15 menit glimepirid terlarut tidak kurang dari 80% (Q) +5% dari jumlah yang tertera pada etiket. Dari hasil pengujian ternyata semua tablet glimepirid baik generik maupun generik bermerek memenuhi persyaratan uji disolusi. Data uji disolusi dapat dilihat pada lampiran 22-25 halaman 60-63 dan contoh perhitungan pada lampiran 29 halaman 77.
UIN Syarif Hidayatullah
35
Tabel 4.6 Data Hasil Uji Disolusi Tablet Glimepirid Generik dan Generik Bermerek Jumlah Kumulatif Tablet Glimepirid yang Terlepas (%) Waktu 30”
30,21
Generik Bermerek A 23,31
1’
52,97
48,10
49,23
40,46
2’
67,24
67,93
65,56
65,60
3’
78,27
81,78
79,00
80,35
5’
83,12
87,15
85,85
90,51
10’
89,39
94,51
91,09
97,3
15’
93,79
96,34
95,17
98,75
20’
95,25
97,55
96,02
99,11
Generik
Generik Bermerek B 27,58
Generik Bermerek C 19,36
Dari tabel 4.5 dapat dilihat baha persen kumulatif yang terlepas pada menit ke-15 untuk tablet glimepirid generik sebesar 93,79%, tablet glimepirid generik bermerek A sebesar 96,34%, tablet glimepirid generik bermerek B sebesar 95,17% dan tablet generik glimepirid C sebesar 98,75%. Tablet glimepirid generik bermerek C memiliki persen kumulatif yang paling besar yaitu 99,11% dibandingan dengan tablet lainnya. Jika dilihat dari kecepatan melarutnya, pencapaian Q + 5% yaitu 80% + 5% dari tablet tersebut berbeda-beda. Tablet glimepirid generik pada menit ke- 10, sedangkan tablet glimepirid generik bermerek A, B dan C pada menit ke 5. Gambar grafik persen kumulatif rata-rata dari hasil uji disolusi tablet glimepirid generik dan generik bermerek dapat dilihat pada gambar 4.1: Kadar Pelepasan Tablet (%) 120
Tablet Generik
100 Tablet Generik Bermerek A
80 60
Tablet Generik Bermerek B
40 20 0 0
5
10 15 Waktu (Menit)
20
25
Tablet Generik Bermerek C
Gambar 4.1 Profil Disolusi Tablet Glimepirid Generik dan Generik Bermerek UIN Syarif Hidayatullah
36
Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa semua tablet glimepirid telah terlarut dan melepaskan bahan aktifnya dalam 15 menit. Waktu yang diperlukan setiap tablet glimepirid untuk terlarut dan melepaskan bahan akifnya sebanyak 50% berbedabeda. Pada tablet glimepirid generik melepaskan 50% kadar aktifnya pada menit ke1, sedangkan tuntuk tablet glimepirid generik bermerek A, B dan C pada menit ke-2. Secara farmasetik jika dilihat dari profil disolusi, keempat tablet memiliki pola profil disolusi yang sama dan berhimpitan. Laju disolusi tablet glimepirid yang paling cepat dapat memberikan timbulnya efek terapi yang cepat. Begitu pula sebaliknya, Laju disolusi yang membutuhkan waktu lebih lama akan memberikan efek terapi yang lama. 4.3.4
Analisa Statistik Disolusi Glimepirid Hasil uji yang diperoleh kemudian dilakukan analisa statistik untuk melihat
apakah terdapat perbedaan profil pelepasan glimepirid dari keempat merek obat. Analisa statistik dilakukan dengan membandingkan persen yang terdisolusi tiap waktunya. Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa data persen kadar glimepirid yang terdisolusi terdistribusi normal (p ≥ 0,05). Setelah dilakukan uji normalitas, dilakukan uji homogenitas. Hasil uji homogenitas menghasilkan data yang homogen untuk persen kadar glimepirid yang terdisolusi pada menit ke-1, 2, 3, 10 dan 15 (p ≥ 0,05), sedangkan untuk detik ke-30 dan menit ke-5 dan 20 memiliki data persen kadar glimepirid yang tidak homogen (p ≤ 0,05). Dengan demikian, data persen kadar glimepirid yang terdisolusi pada detik ke-30 dan menit ke-5 dan 20 tidak dapat dianalisis dengan menggunakan Anova, melainkan dilanjutkan dengan uji non-parametik Kruskal-Wallis. Data uji disolusi yang homogen kemudian dilanjutkan dengan menggunakan uji parametik one way anova. Hasil uji anova yang dilakukan terhadap persen kadar glimepirid yang terdisolusi tiap waktu menunjukkan nilai signifikansi kurang dari 0,05 (p ≤ 0,05), yang artinya persen kadar yang terdisolusi tiap waktu dari ketiga merek obat memiliki perbedaan yang bermakna. Untuk mengetahui letak perbedaan tersebut, maka dilanjutkan uji DNT jenis LSD.
UIN Syarif Hidayatullah
37
Tabel 4.7 Hasil Uji LSD dan Mann-Whitney Data Persen Disolusi Glimepirid dari Obat A, B, C dan D Tiap Waktu Penyuplikan Waktu Detik 30
Menit 1
Menit 2
Menit 3
Menit 5
Menit 10
Menit 15
Menit 20
Berbeda Secara Bermakna (p ≤ 0,05) A dengan B A dengan C A dengan D B dengan C B dengan D C dengan D A dengan B A dengan C A dengan D B dengan C B dengan D C dengan D A dengan B A dengan C A dengan D B dengan C B dengan D A dengan B A dengan C A dengan D B dengan C B dengan D C dengan D A dengan B A dengan C A dengan D B dengan C B dengan D C dengan D A dengan B A dengan D B dengan C B dengan D C dengan D A dengan B A dengan C A dengan D B dengan C B dengan D C dengan D A dengan B A dengan D B dengan C B dengan D C dengan D
Tidak Berbeda Secara Bermakna (p ≥ 0,05)
C dengan D
A dengan C
A dengan C
UIN Syarif Hidayatullah
38 *Keterangan
: A (Tablet Glimepirid Generik) B (Tablet Glimepirid Generik Bermerek A) C (Tablet Glimepirid Generik Bermerek B) D (Tablet Glimepirid Generik Bermerek C)
Data uji disolusi yang menunjukkan ketidakhomogenan, yaitu data persen glimepirid yang terdisolusi pada detik ke-30 dan menit ke-5 dan 20 dilanjutkan dengan uji non-parametrik Kruskal-Wallis. Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p ≤ 0,05), artinya persen kadar yang terlepas pada detik ke-30 dan menit ke-5 dan 20 dari keempat obat memiliki perbedaan yang bermakna, namun hal ini tidak memiliki arti yang bermakna karena pada dasarnya semua sampel memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi V dalam hal uji disolusi. Untuk mengetahui letak perbedaan tersebut, maka dilanjutkan uji MannWhitney. Data hasil uji Mann-Whitney dapat dilihat pada lampiran 26.
UIN Syarif Hidayatullah
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
1.
Hasil pemeriksaan yang dilakukan terhadap tablet glimepirid generik dan generik bermerek dengan parameter penetapan kadar, uji disolusi dan keseragaman kandungan, memenuhi persyaratan untuk semua tablet sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalama Farmakope Indonesia edisi V.
2.
Hasil pemeriksaan mutu yang dilakukan terhadap tablet glimepirid generik dan generik bermerek dengan parameter uji kekerasan memenuhi persyaratan. Nilai kekerasan tertinggi pada tablet glimepirid bermerek C dengan 8,35 Kg, disusul oleh tablet glimepirid generik bermerek A dengan 7,33 Kg dan yang terendah tablet glimepirid generik 4,46 Kg. Untuk tablet glimepirid generik bermerek B tidak memenuhi persyaratan, yaitu 2,34 kg. Namun hal ini tidak mutlak, karena tidak ada persyaratan baku dari buku resmi Farmakope Indonesia.
3.
Tidak ada perbedaan dalam hal terpenuhinya syarat baku yang tercantum dalam Farmakope Indonesia edisi V antara tablet glimepirid 2 mg generik dan generik bermerek, dengan demikian masyarakat diharapkan tidak meragukan lagi mutu dari glimepirid generik.
5.2
Saran Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan uji in vivo untuk
mengetahui ketersediaan hayati tablet glimepirid generik dan generik bermerek di dalam tubuh. Bila memungkinkan dapat pula menggunakan sampel tablet glimepirid yang lebih banyak atau sampel tablet glimepirid lain yang beredar di Indonesia.
39 UIN Syarif Hidayatullah
40
DAFTAR PUSTAKA
Ammar, H.O, H.A. Salam, M. Ghorab, A. Mahmoud. (2006). Formulation and Biological Evaluation of Glimepirid Cyclodextrin Polymer Systems. International Journal Pharmacy, 309: 129-138. Anief, M. (1994). Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Anonim. (1979). Farmakope Indonesia: Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Anonim. (1989). Obat Generik Meringankan Beban Pasien. Variasi Farmasi, 20-24. Ansel, H. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi: Edisi 4. Jakarta: UI Press. Ansel, H.C, Allen, L.V.Jr, and Popovich, N.G. (1999). Pharmaceutical Dosage Form And Drug Delivery System 7 th ed. Basset, J., dkk. (1994). Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Convention, The United States Pharmacopeia. (2010, December 1). The united States Pharmacopeia (USP): Glimepiride Tabets. Revision Bulletin Official. Day, R. A. (1983). Analisa Kimia Kuantitatif: Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga. Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia: Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Ditjen POM. (2014). Farmakope Indonesia: Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Gandjar, G. D. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Harianto, Sabarijah, W., dan Transitawuri, F. (2006). Perbandingan Mutu dan Harga Tablet Amoxicilin 500 mg Generik dengan Non Generik yang Beredar di Pasaran. Majalah Ilmu Kefarmasian, Volume III, No.3: 127-148. Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian, Volume I (3): 117-135. Husein, U. (2005). Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Idris, F. d. (2006). Obat Generik Harga Murah Tapi Mutu Tidak Kalah. Retrieved Maret 21, 2016, from www.medicastore.com
UIN Syarif Hidayatullah
41
Indonesia, R. (2001). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2001 Tentang Paten. Jakarta: Sekretariat Negara. Johnson, E. d. (1991). Dasar Kromatografi Cair. Bandung: Penerbit ITB. Khopkar, S. (2008). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI press. Kumar Ashutosh et al. (2015). Simultaneous estimation of Metformin, Pioglitazone and Glimepiride in bulk samples and in tablet dosage forms by using RPHPLC in an Isocratic Mode. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research, 7 (1): 941-951. Lachman l., L. H. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri diterjemahkan oleh Suyatni S. : Edisi II. Jakarta: UI Press. Leuner, C. A. (2000). Improving Drug Solubility for Oral Delivery Using Solid Dispersions. Eur. J. Pharm. Biopharm, 50: 47-60. Martin, A. S. (2008). Farmasi Fisik: Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press Hal: 1012-1017. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: Hk.02.02/Menkes/068/I/2010 tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Moffat, A. e. (1986). Clarke's Isolation and Identification of Drugs: Second Edition. London: The Pharmaceutical Press. Rohman, S. d. (2007). Analisis Kuantitatif Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Shargel L., a. Y. (1993). applied Biopharmaceutics and Pharmacokinetics, 3rd ed. Norwalk: Appleton & lange. Shargel, L. a. (Applied Biopharmaceutics and Pharmacokinetics, 4th ed). 1999. New York: McGraw-Hill. Siregar, C. J. (2008). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet: Dasar- Dasar Praktis. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Soekemi. (1987). Tablet. Medan: PT. Mayang Kencana. Suchitra M., e. a. (2013). Method Development and Validation of Metformin, Glimepiride and Pioglitazone in Tablet Dosage Form by RP-HPLC. Int. Res. J. Pharm, 201: 4 (8). Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R& B. Bandung: Alfabeta. Sukandar, E. d. (2008). Iso Farmakoterapi. Jakarta: PT.ISFI Penerbitan Hal: 28-29. UIN Syarif Hidayatullah
42
Sulaiman, T. (2007). Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet: Cetakan Pertama. Yogyakarta: Mitra Communications Indonesia. Hal: 149-153. Syamsuni, H. (2007). Ilmu Resep. Jakarta: EGC. Watson, D. (2010). Analisis Farmasi. Jakarta: EGC. Wiyono, P. d. (2004, April-Juni). Dexa Media. Glimepiride: Generasi Baru Sulfonilurea, hal. No.2, Vol:17. Yunarto, N. (2010). Media litbang Kesehatan. Revitalisasi Obat Generik: Hasil Uji Dsiolusi Obat Generik Tidak Kalah Dengan Obat Bermerek, p. Volume XX No.4.
UIN Syarif Hidayatullah
43
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Alat Uji Disolusi (ERWEKA)
Lampiran 2. Spektrofotometri UV-VIS (HITACHI U-2910)
UIN Syarif Hidayatullah
44
Lampiran 3. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (DIONEX-Ultimate 3000)
Lampiran 4. Sonikator (Elmasonic)
UIN Syarif Hidayatullah
45
Lampiran 5. Hardness Tester (ERWEKA)
Lampiran 6. Alur Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah
46
Lampiran 7. Sertifikan Analisis Natrium Dihidrogen Fosfat
UIN Syarif Hidayatullah
47
Lampiran 8. Sertifikat Analisis Metanol Grade HPLC
UIN Syarif Hidayatullah
48
Lampiran 9. Sertifikat Analisis Standar Glimepirid
UIN Syarif Hidayatullah
49
Lampiran 9. (Con’t)
UIN Syarif Hidayatullah
50
Lampiran 10. Kromatogram Hasil Analisa Standar Glimepirid
Kromatogram Standar Glimepirid 1 ppm
Kromatogram Standar Glimepirid 5 ppm
UIN Syarif Hidayatullah
51
Lampiran 11. Kromatogram Hasil Analisa Sampel
Kromatogram Sampel Generik
Kromatogram Sampel Generik Bermerek A
UIN Syarif Hidayatullah
52
Kromatogram Sampel Generik Bermerek B
Kromatogram Sampel Generik Bermerek C
UIN Syarif Hidayatullah
53
Lampiran 12. Kurva kalibrasi Glimepirid dalam Fase Gerak Metanol : Dapar fosfat (75:25) 1.2 1
y = 0,1665x + 0,1686 R² = 0,9994 R=0,9996
Luas area
0.8 0.6
area Linear (area)
0.4 0.2 0 0
1
2
3
4
5
6
Konsentrasi (ppm)
Lampiran 13. Kurva Kalibrasi Glimepirid dalam Fosfat pH 7,8 0.3 y = 0,0682x + 0,0052 R² = 0,9988 R= 0,9993
Absorbansi
0.25 0.2 0.15
Luas area
0.1
Linear (Luas area)
0.05 0 0
1
2
3
4
5
Konsentrasi (ppm)
UIN Syarif Hidayatullah
54
Lampiran 14. Data Kurva kalibrasi Glimepirid dalam Fase Gerak Metanol:Dapar Fosfat (75:25) Konsentrasi (ppm) 1,00
Luas Area
2,00 3,00
0,510 0,659
4,00 5,00
0,834 1,003
0,332
Lampiran 15. Data Kurva Kalibrasi Glimepirid dalam Fosfat pH 7,8 Konsentrasi (ppm) 0,50
Absorbansi
1,00
0,076
1,50 2,00
0,112 0,141
2,50
0,174
4,00
0,277
0,041
UIN Syarif Hidayatullah
55
Lampiran 16. Prosedur Pembuatan Larutan yang Digunakan Dalam Penelitian Larutan
Prosedur
Fosfat pH 7,8
0,58 g kalium dihidrogen fosfat (monobasic potassium phosphate) dan 8,86 g Na2HPO4 (dibasic sodium phoshate anhydrous) ditimbang, kemudian dilarutkan dengan aquadest sebanyak 1000 ml. Ditambahkan asam fosfat 1 N atau NaOH hingga pH mencapai 7,8 ± 0,05
Fosfat pH
Sebanyak 7,00 g potassium dihydrogen ortho phosphate ditimbang, kemudian dilarutkan dengan aquabidest sebanyak 1000 ml
Larutan Induk*
Ditimbang sebanyak 50,00 mg standar glimepirid, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, ditambahkan pelarut hingga garis tanda dan sonikasi
Panjang Dipipet 60 µl dari larutan induk, dimasukkan ke dalam labu gelombang max* ukur 10 ml, ditambahkan pelarut hingga garis tanda. Kemudian dideteksi dengan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 200-400 nm. Seri Dipipet sebanyak 20 µl, 40 µl, 60 µl, 80 µl dan 100 µl dari Konsentrasi* larutan induk, masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml, ditambahkan pelarut hingga garis tanda. Larutan Induk**
Panjang gelombang max** Seri Konsentrasi** Keterangan:
Ditimbang sbanyak 50,00 mg standar glimepirid, dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml, ditambahkan 7,5 ml NaOH dan metanol hingga garis tanda, kemudian sonikasi. Dipipet 1,25 ml dari larutan tersebut dan dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml, tambahkan pelarut hingga garis tanda. Dipipet 200 µl dari larutan induk, dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml, ditambahkan pelarut hingga agris tanda. Kemudian dideteksi dengan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 200-400 nm. Dipipet sebanyak 50 µl, 100 µl, 150 µl, 200 µl, 250 µl dan 400 µl dari larutan induk, masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml, ditambahkan pelarut hingga garis tanda
* Larutan yang digunakan untuk penetapan kadar ** Larutan yang digunakan untuk uji disolusi
UIN Syarif Hidayatullah
56
Lampiran 17. Data Hasil Uji Akurasi
C (µg/mL)
Luas Puncak (µAU)
1 1 1 3 3 3 5 5 5
0,331 0,337 0,333 0,659 0,661 0,665 1,003 1,010 1,006
Rata-rata Puncak (µAU)
0,334
0,662
1,006
Uji Kadar Perolehan (µg/mL) Kembali (%) 0,975 1,011 0,987 2,945 2,957 2,981 5,011 5,053 5,029
Rata-rata Uji Perolehan Kembali (%)
SD
RSD (%)
99,139
0,453
1,358
98,712
0,612
0,924
100,629
0,422
0,419
97,538 101,141 98,739 98,178 98,579 99,379 100,228 101,069 100,589
Lampiran 18. Hasil Uji Kekerasan tablet No
Generik
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Ratarata
4,1 4,7 4,7 4,7 4,4 4,7 4,3 4,0 4,3 47 4,46
Kekerasan (Kg) Generik Generik Bermerek A Bermerek B 6,7 2,6 7,2 2,5 7,5 2,4 7,5 2,1 8,3 2,4 6,9 2,4 8,1 2,6 7,8 2,7 7,4 2,2 5,9 1,5 7,33 2,34
Generik Bermerek C 6,0 8,5 8,5 8,4 8,8 8,4 8,6 8,8 9,6 7,9 8,35
UIN Syarif Hidayatullah
57
Lampiran 19. Data Penetapan Kadar dari Keempat Tablet Glimepirid
Merk Generik Generik bermerek A Generik Bermerek B Generik Bermerek C
Luas Area 0,9956 0,9794 0,983 0,9915 1,0134 0,9906 0,982 0,9954 0,9989 1,008 1,018 1,0221
Konsentrasi (ppm) 4,97 4,87 4,89 4,94 5,07 4,94 4,89 4,97 4,99 5,04 5,10 5,13
Kadar (mg) 1,987 1,948 1,957 1,977 2,030 1,975 1,954 1,986 1,995 2,017 2,041 2,050
Kadar (%) 99,34 97,39 97,83 98,85 101,48 98,74 97,71 99,32 99,74 100,83 102,03 102,52
Ratarata (%)
SD (%)
RSD (%)
98,19
1,02
1,09
99,69
1,55
1,55
98,92
1,07
1,09
101,79
0,87
0,81
UIN Syarif Hidayatullah
58
Lampiran 20. Data Keseragaman Kandungan Tablet Glimepirid Generik A dan Generik Bermerek B
No
Generik Bermerek A Luas Kadar Kadar Area (ppm) (%)
Generik Bermerek B Luas Kadar Kadar Area (ppm) (%)
1
1,0044
5,020
100,40
0,9994
4,990
99,80
2
0,9698
4,812
96,24
1,0019
5,005
100,10
3
1,0011
5,000
100,00
0,9914
4,942
98,83
4
1,0067
5,034
100,67
1,0079
5,041
100,82
5
0,9954
4,966
99,32
0,987
4,915
98,31
6
0,9963
4,971
99,42
0,96
4,753
95,06
7
1,0176
5,099
101,98
0,9851
4,904
98,08
8
0,998
4,981
99,63
0,9991
4,988
99,76
9
1,0269
5,155
103,10
0,9958
4,968
99,36
10 ratarata
0,9845
4,900
98,01
0,997
4,975
99,51
99,88
98,90
SD
1,92
1,60
RSD %
1,92
1,61
UIN Syarif Hidayatullah
59
Lampiran 21. Data Keseragaman Kandungan Tablet Glimepirid Generik Bermerek C dan Generik
No
Glimepirid Generik C Luas Kadar Kadar Area (ppm) (%)
Luas Area
Generik Kadar (ppm)
Kadar (%)
1
1,006
5,029
100,59
0,9941
4,958
99,16
2
0,9895
4,930
98,61
0,9795
4,870
97,41
3
1,0246
5,141
102,82
0,9827
4,889
97,79
4
1,0306
5,177
103,54
1,0019
5,005
100,10
5
1,0288
5,166
103,33
1,021
5,120
102,39
6
0,987
4,915
98,31
0,9756
4,847
96,94
7
0,9985
4,984
99,69
0,9972
4,977
99,53
8
0,9958
4,968
99,36
0,9896
4,931
98,62
9
1,0104
5,056
101,12
0,9724
4,828
96,55
10 Ratarata
1,0093
5,049
100,98
0,9861
4,910
98,20
SD RSD (%)
100,83
98,67
1,90
1,73
1,89
1,75
UIN Syarif Hidayatullah
60
Lampiran 22. Hasil Persen Pelepasan Glimepirid dari Tablet Generik dalam Medium Fosfat pH 7,8 Kadar (%) Waktu
Tablet 1
2
3
Ratarata 4
5
SD
RSD (%)
6
30"
30,330 29,520 30,060 30,780 31,410 29,205
30,218
0,811
2,683
1'
53,482 53,383 53,974 52,947 51,919 52,165
52,978
0,799
1,509
2'
66,718 67,653 68,565 67,122 66,397 67,006
67,243
0,772
1,148
3'
77,934 78,474 79,037 78,027 78,375 77,775
78,270
0,460
0,588
5'
82,246 82,973 83,226 82,656 83,682 83,976
83,126
0,642
0,772
10'
89,477 89,852 89,253 89,621 88,769 89,382
89,392
0,368
0,412
15'
93,314 93,827 94,751 93,954 93,633 93,307
93,798
0,536
0,571
20'
96,462 96,216 95,530 94,770 94,490 94,071
95,256
0,968
1,016
UIN Syarif Hidayatullah
61
Lampiran 23. Hasil Persen Pelepasan Glimepirid dari Tablet Generik Bermerek A dalam Medium Fosfat pH 7,8 Kadar (%) Waktu
Tablet
SD
RSD (%)
Rata-rata 1
2
3
4
5
6
30"
22,005 24,840 22,635 23,940 22,995 23,895
23,385
1,030
4,404
1'
48,755 48,246 47,187 48,551 47,821 48,056
48,102
0,560
1,164
2'
67,519 67,229 68,408 67,808 67,879 68,792
67,939
0,574
0,845
3'
82,255 81,287 81,805 81,152 82,575 81,607
81,780
0,552
0,675
5'
87,067 86,718 87,512 86,897 87,210 87,537
87,157
0,329
0,377
10'
94,758 94,630 94,847 94,315 94,317 94,242
94,518
0,259
0,274
15'
96,853 96,274 96,674 96,046 96,768 95,432
96,341
0,543
0,564
20'
98,511 97,430 97,204 97,829 97,254 97,118
97,558
0,531
0,544
UIN Syarif Hidayatullah
62
Lampiran 24. Hasil Persen Pelepasan Glimepirid dari Tablet Generik Bermerek B dalam Medium Fosfat pH 7,8 Kadar (%) Waktu
Tablet 1
2
3
Ratarata 4
5
SD
RSD (%)
6
30"
28,305 27,585 27,135 27,486 27,536 27,450
27,583
0,388 1,405
1'
48,510 49,042 49,667 48,770 49,941 49,490
49,236
0,553 1,123
2'
65,200 66,503 65,560 65,824 65,252 65,067
65,568
0,534 0,815
3'
78,650 79,383 79,104 78,876 79,468 78,560
79,007
0,376 0,476
5'
85,402 86,322 85,636 85,810 86,183 85,806
85,860
0,342 0,398
10'
90,689 91,214 90,520 91,011 91,479 91,637
91,092
0,438 0,481
15'
95,259 95,430 94,909 94,820 95,338 95,273
95,171
0,247 0,259
20'
96,180 96,307 95,735 95,556 96,169 96,194
96,023
0,302 0,315
UIN Syarif Hidayatullah
63
Lampiran 25. Hasil Persen Pelepasan Glimepirid dari Tablet Glimepirid Generik Bermerek C dalam Medium Fosfat pH 7,8 Kadar (%) Waktu
Tablet 1
2
Ratarata
3
4
5 19,26
SD
RSD (%)
6
30"
19,755 18,675
19,707
19,845
1'
41,214 40,572
40,59
39,775 40,399 40,215 40,461 0,476 1,175
2'
65,79
64,961
64,665
65,505 66,450 66,265 65,606 0,706 1,076
3'
80,778 79,760
80,37
79,590 81,131 80,494 80,354 0,590 0,734
5'
90,120 90,666
89,685
91,619 91,287 89,698 90,513 0,819 0,905
10'
96,586 97,319
96,705
97,742 97,856 97,599 97,302 0,540 0,555
15'
99,423 98,994
98,235
98,837 98,798 98,243 98,755 0,457 0,463
20'
99,355 99,957
98,01
99,393
99,07
18,945 19,365 0,482 2,491
98,882 99,111 0,651 0,657
UIN Syarif Hidayatullah
64
Lampiran 26. Analisa Statistik Pelepasan Glimepirid dari Tablet
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test DETIK_30 N Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
MENIT_1
MENIT_2
MENIT_3
MENIT_5
MENIT_10
MENIT_15
MENIT_20
24
24
24
24
24
24
24
23
Mean
25.11221
4.76108E1
6.66823E1
7.98533E1
8.66644E1
92.65637
96.01212
97.01826
Std. Deviation
4.314425 4.593103E0 1.322017E0 1.447487E0 2.765102E0
3.497730
1.909925
1.662744
Absolute
.180
.225
.117
.114
.125
.280
.159
.109
Positive
.139
.168
.117
.114
.125
.280
.159
.109
Negative
-.180
-.225
-.102
-.103
-.113
-.176
-.128
-.086
Kolmogorov-Smirnov Z
.884
1.101
.574
.560
.611
1.372
.779
.524
Asymp. Sig. (2-tailed)
.415
.177
.897
.912
.849
.046
.579
.946
a. Test distribution is Normal.
Keterangan: Signifikansi > 0,05, kesimpulan data terdistribusi normal
UIN Syarif Hidayatullah
65
(Lanjutan)
Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic
df1
df2
Sig.
DETIK_30
8.269
3
20
.001
MENIT_1
2.680
3
20
.075
MENIT_2
.591
3
20
.628
MENIT_3
.375
3
20
.772
MENIT_5
3.445
3
20
.036
MENIT_10
.982
3
20
.421
MENIT_15
.793
3
20
.512
MENIT_20
3.263
3
20
.043
Keterangan :
Signifikansi menit 1, 2, 3, 10 dan 15 > 0,05, data terdistribusi homogen sehingga bisa dilanjutkan dengan uji Anova. Signifikansi detik 30, menit 5 dan menit 20 < 0,05, data tidak terdistribusi homogen sehingga analisa statistik dilanjutkan dengan analisis nonparametrik Kruskal Wallis
UIN Syarif Hidayatullah
66
(Lanjutan)
ANOVA Sum of Squares MENIT_1
Between Groups
3
158.691
9.149
20
.457
485.222
23
32.250
3
10.750
7.948
20
.397
Total
40.198
23
Between Groups
43.198
3
14.399
4.992
20
.250
48.190
23
277.434
3
92.478
3.950
20
.198
281.385
23
79.668
3
26.556
4.232
20
.212
83.900
23
Total Between Groups Within Groups
MENIT_3
Within Groups Total MENIT_10
Between Groups Within Groups Total
MENIT_15
Between Groups Within Groups Total
Keterangan:
Mean Square
476.072
Within Groups
MENIT_2
df
F
Sig.
346.895
.000
27.051
.000
57.687
.000
468.222
.000
125.497
.000
Signifikansi <0,05, data berbeda secara bermakna
UIN Syarif Hidayatullah
67
(Lanjutan) Multiple Comparisons LSD Dependent Variable MENIT_1
(I) MerekObat GENERIK
(J) MerekObat
.000
3.72894
5.35806
3.408833
.390496
.000
2.59427
4.22339
GENERIK BERMEREK C
12.184000
*
.390496
.000
11.36944
12.99856
GENERIK
-4.543500
*
.390496
.000
-5.35806
-3.72894
-1.134667
*
.390496
.009
-1.94923
-.32011
7.640500
*
.390496
.000
6.82594
8.45506
-3.408833
*
.390496
.000
-4.22339
-2.59427
1.134667
*
.390496
.009
.32011
1.94923
8.775167
*
.390496
.000
7.96061
9.58973
-12.184000
*
.390496
.000
-12.99856
-11.36944
-7.640500
*
.390496
.000
-8.45506
-6.82594
-8.775167
*
.390496
.000
-9.58973
-7.96061
GENERIK BERMEREK A
-1.070167
*
.363960
.008
-1.82937
-.31096
GENERIK BERMEREK B
1.675500
*
.363960
.000
.91629
2.43471
GENERIK BERMEREK C
1.636833
*
.363960
.000
.87763
2.39604
GENERIK
1.070167
*
.363960
.008
.31096
1.82937
2.745667
*
.363960
.000
1.98646
3.50487
2.707000
*
.363960
.000
1.94779
3.46621
-1.675500
*
.363960
.000
-2.43471
-.91629
GENERIK BERMEREK A
-2.745667
*
.363960
.000
-3.50487
-1.98646
GENERIK BERMEREK C
-.038667
.363960
.916
-.79787
.72054
-1.636833
*
.363960
.000
-2.39604
-.87763
GENERIK BERMEREK A
-2.707000
*
.363960
.000
-3.46621
-1.94779
GENERIK BERMEREK B
.038667
.363960
.916
-.72054
.79787
GENERIK GENERIK BERMEREK C GENERIK GENERIK BERMEREK A GENERIK BERMEREK B
GENERIK
GENERIK BERMEREK A
GENERIK BERMEREK B GENERIK BERMEREK C GENERIK BERMEREK B
GENERIK BERMEREK C
Upper Bound
.390496
GENERIK BERMEREK A
MENIT_2
Lower Bound
*
GENERIK BERMEREK C
GENERIK BERMEREK C
Sig.
4.543500
GENERIK BERMEREK A
GENERIK BERMEREK B GENERIK BERMEREK B
Std. Error *
GENERIK BERMEREK B GENERIK BERMEREK A
95% Confidence Interval
Mean Difference (I-J)
GENERIK
GENERIK
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
UIN Syarif Hidayatullah
68
(Lanjutan) Multiple Comparisons LSD Dependent Variable MENIT_3
(I) MerekObat GENERIK
(J) MerekObat
-4.11503
-2.91164
.288449
.019
-1.33819
-.13481
-2.084000
*
.288449
.000
-2.68569
-1.48231
3.513333
*
.288449
.000
2.91164
4.11503
2.776833
*
.288449
.000
2.17514
3.37853
1.429333
*
.288449
.000
.82764
2.03103
*
.288449
.019
.13481
1.33819
-2.776833
*
.288449
.000
-3.37853
-2.17514
-1.347500
*
.288449
.000
-1.94919
-.74581
2.084000
*
.288449
.000
1.48231
2.68569
-1.429333
*
.288449
.000
-2.03103
-.82764
1.347500
*
.288449
.000
.74581
1.94919
GENERIK BERMEREK A
-5.129333
*
.239566
.000
-5.62906
-4.62961
GENERIK BERMEREK B
-1.699500
*
.239566
.000
-2.19923
-1.19977
-7.909333
*
.239566
.000
-8.40906
-7.40961
5.129333
*
.239566
.000
4.62961
5.62906
3.429833
*
.239566
.000
2.93011
3.92956
-2.780000
*
.239566
.000
-3.27973
-2.28027
1.699500
*
.239566
.000
1.19977
2.19923
GENERIK BERMEREK A
-3.429833
*
.239566
.000
-3.92956
-2.93011
GENERIK BERMEREK C
-6.209833
*
.239566
.000
-6.70956
-5.71011
7.909333
*
.239566
.000
7.40961
8.40906
GENERIK BERMEREK A
2.780000
*
.239566
.000
2.28027
3.27973
GENERIK BERMEREK B
6.209833
*
.239566
.000
5.71011
6.70956
GENERIK
GENERIK GENERIK BERMEREK A GENERIK BERMEREK C GENERIK GENERIK BERMEREK A GENERIK BERMEREK B
GENERIK
GENERIK BERMEREK C GENERIK BERMEREK A
GENERIK GENERIK BERMEREK B GENERIK BERMEREK C
GENERIK BERMEREK B
GENERIK BERMEREK C
Upper Bound
.000
GENERIK BERMEREK C
MENIT_10
Lower Bound
.288449
GENERIK BERMEREK B
GENERIK BERMEREK C
Sig.
*
GENERIK BERMEREK A GENERIK BERMEREK C
GENERIK BERMEREK B
Std. Error *
GENERIK BERMEREK B GENERIK BERMEREK A
95% Confidence Interval
Mean Difference (I-J)
GENERIK
GENERIK
-3.513333 -.736500
.736500
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
UIN Syarif Hidayatullah
69
(Lanjutan) Multiple Comparisons MENIT_15 LSD (I) MerekObat
(J) MerekObat
GENERIK
GENERIK BERMEREK A
Lower Bound
Upper Bound
.265689
.000
-3.10072
-1.99228
-1.374500
*
.265689
.000
-1.92872
-.82028
-4.957667
*
.265689
.000
-5.51188
-4.40345
GENERIK
2.546500
*
.265689
.000
1.99228
3.10072
GENERIK BERMEREK B
1.172000
*
.265689
.000
.61778
1.72622
-2.411167
*
.265689
.000
-2.96538
-1.85695
1.374500
*
.265689
.000
.82028
1.92872
-1.172000
*
.265689
.000
-1.72622
-.61778
-3.583167
*
.265689
.000
-4.13738
-3.02895
4.957667
*
.265689
.000
4.40345
5.51188
GENERIK BERMEREK A
2.411167
*
.265689
.000
1.85695
2.96538
GENERIK BERMEREK B
3.583167
*
.265689
.000
3.02895
4.13738
GENERIK BERMEREK C GENERIK GENERIK BERMEREK A GENERIK BERMEREK C GENERIK BERMEREK C
Sig.
*
GENERIK BERMEREK C
GENERIK BERMEREK B
Std. Error
-2.546500
GENERIK BERMEREK B GENERIK BERMEREK A
95% Confidence Interval
Mean Difference (I-J)
GENERIK
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Keterangan: Signifikansi < 0,05 data berbeda secara bermakna, signifikansi >0,05 data tidak berbeda bermakna
UIN Syarif Hidayatullah
70
(Lanjutan) Kruskal Wallis Test Ranks MerekObat DETIK_30
N
GENERIK
6
21.50
GENERIK BERMEREK A
6
9.50
GENERIK BERMEREK B
6
15.50
GENERIK BERMEREK C
6
3.50
Total MENIT_5
24
GENERIK
6
3.50
GENERIK BERMEREK A
6
15.50
GENERIK BERMEREK B
6
9.50
GENERIK BERMEREK C
6
21.50
Total MENIT_20
Mean Rank
24
GENERIK
6
5.33
GENERIK BERMEREK A
6
15.67
GENERIK BERMEREK B
6
7.67
GENERIK BERMEREK C
6
21.33
Total
24
a,b
Test Statistics DETIK_30 Chi-Square df Asymp. Sig.
MENIT_5
MENIT_20
21.600
21.600
19.533
3
3
3
.000
.000
.000
a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: MerekObat
Keterangan:
Signifikansi <0,05, data berbeda secara bermakna sehingga analisa statistik dilanjutkan dengan analisis nonparametrik Mann Whitney
UIN Syarif Hidayatullah
71
(Lanjutan) Mann Whitney
Ranks MerekObat DETIK_30
N
Mean Rank
GENERIK
6
9.50
57.00
GENERIK BERMEREK A
6
3.50
21.00
Total MENIT_5
12
GENERIK
6
3.50
21.00
GENERIK BERMEREK A
6
9.50
57.00
Total MENIT_20
Sum of Ranks
12
GENERIK
6
3.50
21.00
GENERIK BERMEREK A
6
9.50
57.00
Total
12
b
Test Statistics DETIK_30 Mann-Whitney U
MENIT_5
MENIT_20
.000
.000
.000
Wilcoxon W
21.000
21.000
21.000
Z
-2.882
-2.882
-2.882
.004
.004
.004
Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.002
a
.002
a
.002
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: MerekObat
Keterangan:
Signifikansi < 0,05, generik dan generik bermerek A berbeda bermakna
UIN Syarif Hidayatullah
72
(Lanjutan) Mann Whitney Ranks MerekObat DETIK_30
N
Mean Rank
GENERIK
6
9.50
57.00
GENERIK BERMEREK B
6
3.50
21.00
Total MENIT_5
12
GENERIK
6
3.50
21.00
GENERIK BERMEREK B
6
9.50
57.00
Total MENIT_20
Sum of Ranks
12
GENERIK
6
5.33
32.00
GENERIK BERMEREK B
6
7.67
46.00
Total
12
b
Test Statistics DETIK_30 Mann-Whitney U
MENIT_5
MENIT_20
.000
.000
11.000
Wilcoxon W
21.000
21.000
32.000
Z
-2.882
-2.882
-1.121
.004
.004
.262
a
a
Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.002
.002
.310
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: MerekObat
Keterangan:
Signifikansi pada detik ke 30 dan menit ke-5 < 0,05, generik dan generik bermerek B berbeda bermakna; pada menit ke-20 > 0,05, generik dan generik bermerek B tidk berbeda bermakna
UIN Syarif Hidayatullah
73
(Lanjutan) Mann Whitney Ranks MerekObat DETIK_30
N
Mean Rank
GENERIK
6
9.50
57.00
GENERIK BERMEREK C
6
3.50
21.00
Total MENIT_5
12
GENERIK
6
3.50
21.00
GENERIK BERMEREK C
6
9.50
57.00
Total MENIT_20
Sum of Ranks
12
GENERIK
6
3.50
21.00
GENERIK BERMEREK C
6
9.50
57.00
Total
12
b
Test Statistics DETIK_30
MENIT_5
MENIT_20
Mann-Whitney U
.000
.000
.000
Wilcoxon W
21.000
21.000
21.000
Z
-2.882
-2.882
-2.882
Asymp. Sig. (2-tailed)
.004
.004
.004
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.002
a
.002
a
.002
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: MerekObat
Keterangan:
Signifikansi < 0,05, Generik dan Generik bermerek C berbeda bermakna
UIN Syarif Hidayatullah
74
(Lanjutan) Mann Whitney Ranks MerekObat DETIK_30
N
Mean Rank
GENERIK BERMEREK A
6
3.50
21.00
GENERIK BERMEREK B
6
9.50
57.00
Total MENIT_5
12
GENERIK BERMEREK A
6
9.50
57.00
GENERIK BERMEREK B
6
3.50
21.00
Total MENIT_20
Sum of Ranks
12
GENERIK BERMEREK A
6
9.50
57.00
GENERIK BERMEREK B
6
3.50
21.00
Total
12
b
Test Statistics DETIK_30 Mann-Whitney U
MENIT_5
MENIT_20
.000
.000
.000
Wilcoxon W
21.000
21.000
21.000
Z
-2.882
-2.882
-2.882
.004
.004
.004
Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.002
a
.002
a
.002
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: MerekObat
Keterangan:
Signifikansi < 0,05, generik bermerek A dan generik bermerek B berbeda bermakna
UIN Syarif Hidayatullah
75
(Lanjutan) Mann Whitney Ranks MerekObat DETIK_30
N
Mean Rank
GENERIK BERMEREK A
6
9.50
57.00
GENERIK BERMEREK C
6
3.50
21.00
Total MENIT_5
12
GENERIK BERMEREK A
6
3.50
21.00
GENERIK BERMEREK C
6
9.50
57.00
Total MENIT_20
Sum of Ranks
12
GENERIK BERMEREK A
6
3.67
22.00
GENERIK BERMEREK C
6
9.33
56.00
Total
12
b
Test Statistics DETIK_30 Mann-Whitney U
MENIT_5
MENIT_20
.000
.000
1.000
Wilcoxon W
21.000
21.000
22.000
Z
-2.882
-2.882
-2.722
.004
.004
.006
a
a
Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.002
.002
.004
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: MerekObat
Keterangan:
Signifikansi < 0,05, generik bermerek A dan generik bermerek C berbeda bermakna.
UIN Syarif Hidayatullah
76
(Lanjutan) Mann Whitney Ranks MerekObat DETIK_30
N
Mean Rank
GENERIK BERMEREK B
6
9.50
57.00
GENERIK BERMEREK C
6
3.50
21.00
Total MENIT_5
12
GENERIK BERMEREK B
6
3.50
21.00
GENERIK BERMEREK C
6
9.50
57.00
Total MENIT_20
Sum of Ranks
12
GENERIK BERMEREK B
6
3.50
21.00
GENERIK BERMEREK C
6
9.50
57.00
Total
12
b
Test Statistics DETIK_30 Mann-Whitney U
MENIT_5
MENIT_20
.000
.000
.000
Wilcoxon W
21.000
21.000
21.000
Z
-2.882
-2.882
-2.882
.004
.004
.004
a
a
Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.002
.002
.002
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: MerekObat
Keterangan:
Signifikansi < 0,05, generik bermerek B dan C berbeda bermakna
UIN Syarif Hidayatullah
77
Lampiran 27. Perhitungan Persen Kadar Uji Penetapan Kadar Kadar (mg) = konsentrasi (ppm) x vol.larutan x faktor pengenceran 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 (𝑚𝑔)
Kadar (%) = 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑟𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑒𝑡𝑖𝑘𝑒𝑡 (𝑚𝑔) 𝑥 100% * Kadar yang tertera pada etiket yaitu 2 mg Contoh perhitungan kadar tablet glimepirid generik Kadar (mg) = 4,97 µg/ml x 0,01 L x 40 = 1,987 mg Kadar (%) =
1,98 𝑚𝑔 2 𝑚𝑔
𝑥 100% = 99,34 %
Lampiran 28. Perhitungan Persen Kadar Uji Keseragaman Kandungan Kadar (%) =
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 (𝑝𝑝𝑚) 𝑥 𝑣𝑜𝑙.𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑥 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑟𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑒𝑡𝑖𝑘𝑒𝑡 (𝑚𝑔)
x 100%
*Kadar yang tertera pada etiket yaitu 2 mg Contoh pehitungan keseragaman kandungan tablet glimepirid generik 4,958 𝑥 0,01 𝑥 40 Kadar (%) = x 100% = 99,16% 2 𝑚𝑔 Lampiran 29. Perhitungan Jumlah Kumulatif Pelepasan Glimepirid dari Tablet Faktor Koreksi (FK) =
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 (𝑝𝑝𝑚)𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔 (10𝑚𝑙) 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑢𝑚 𝑑𝑖𝑠𝑜𝑙𝑢𝑠𝑖 (900 𝑚𝑙)
mg terdisolusi = Konsentrasi (ppm) x volume medium disolusi (L) (Detik ke-30) mg terdisolusi = (Konsentrasi (ppm) + FK detik ke-30) x vol.Medium disolusi (L) (Menit ke-1) 𝑚𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑖𝑠𝑜𝑙𝑢𝑠𝑖
% Disolusi = 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑟𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑒𝑡𝑖𝑘𝑒𝑡 𝑥 100% *Kadar yang tertera pada etiket yaitu 2 mg Contoh perhitungan pelepasan tablet glimepirid generik mg terdisolusi = 0,629 x 0,9 L = 0,566 mg (Detik ke-30) Faktor koreksi (fk) = (Detik ke-30)
0,629 µg/ml 𝑥 10 𝑚𝑙 900 𝑚𝑙
= 0,006988
mg terdisolusi = (1,071 + 0,006988) x 0,9 L = 0,9701 (Menit ke-1) UIN Syarif Hidayatullah
78
% Disolusi =
0,566 𝑚𝑔 2 𝑚𝑔
𝑥 100% = 28,3 %
(Detik ke-30) % Disolusi =
0,9701 𝑚𝑔 2 𝑚𝑔
𝑥 100% = 48,509 %
(Menit ke-1)
UIN Syarif Hidayatullah