PENGEMBANGAN DIAGNOSIS PREPARAT HISTOLOGI UNTUK PENYAKIT KANKER/TUMOR DENGAN METODE SPEKTROSKOPI RAMAN (HANDHELD) Oleh Suryatika, I. M.B., Dewi Ratnayanti, I G.A., Widi Astuti, I M. Abstrak Telah dilakukan penelitian awal Pengembangan Diagnosis PreparatHistologiUntukKankerDenganSpektroskopi Raman (Handheld). Panjang gelombang laser yang digunakan dari 200/cm sampai 1800/cm. Laser yang ditembakkan dari spektroskopiraman ke arah preparat jaringan normal dan jaringan kanker secara acak , dihasilkan spektrum yang kemudian diolah dengan analisis cluster untuk mengelompokkan posisi-posisi disetiap sampel jaringan berdasarkan kedekatan spektrumnya dengan spektrum pada jaringan normal. Hasil analisa ini menggambarkan bahwa spektroskopi dapat digunakan untuk pengembangan diagnosis kanker, selain itu pada analisis cluster didapatkan bahwa jumlah posisi spektrum yang identik dengan spektrum jaringan normal dimasing-masing sampel jaringan kanker adalah berbeda. Semakin banyak posisi spektrum yang identik dengan spektrum jaringan normal pada suatu sampel jaringan maka dapat dikatakan jaringan tersebut mengarah ke jaringan normal, dengan kata lain sampel jaringan tersebut adalah jaringan sehat dan sebaliknya. Sedangkan untuk melihat tingkat keparahan (stadium) dimasing-masing jaringan kanker perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ekspresi protein dari jaringan tersebut dengan metode imunositokimia( tahun II) Kata kunci : kanker, diagnosa, deteksi dini, spektroskopiraman Abstract Has conducted a preliminary study Development Preparations Histology for Cancer Diagnosis with Raman Spectroscopy (Handheld). The wavelength of the laser used from 200 / cm to 1800 / cm. Laser fired from raman spectroscopy preparations towards normal tissue and cancerous tissue randomly, resulting spectrum is then processed by cluster analysis to classify positions in each tissue sample based on the proximity of the spectrum with the spectrum of normal tissue. Results of this analysis illustrate that spectroscopy can be used for the development of cancer diagnosis, in addition to the cluster analysis showed that the number of positions that are identical to the spectrum of the spectrum of normal tissue in each sample of cancerous tissue is different. The more positions are identical to the spectrum of the spectrum of normal tissue in a tissue sample, it can be said that network leading to normal tissue, in other words, the tissue sample is healthy tissue and vice versa. As for the severity (stage) in each cancer tissue needs to be done further research on the protein expression of these networks by the method of immunocytochemistry (year II) Keywords: cancer, diagnosis, early detection, raman spectroscopy
stadium 4. Pada tahap ini kanker sudah menyebar ke
1. Latar belakang Kanker
merupakan
penyakit
yang
bagian-bagian lain di dalam tubuh sehingga semakin
menakutkan bagi semua orang, hal ini karena angka
kecil peluang untuk sembuh dan pulih. Keadaan
kematian akibat kanker sangat tinggi. Tidak hanya di
tersebut menjadi salah satu penyebab meningkatnya
Indonesia melainkan juga di berbagai negara. Kanker
penyakit kanker di Indonesia. Sehingga diperlukan
adalah penyakit dengan kondisi dimana sel telah
suatu usaha untuk dapat mendeteksi secara dini
kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya
penyakit kanker atau resiko terserang kanker. Sampai
sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal,
saat ini belum ada pemanfaatan teknologi secara
cepat dan tidak terkendali. Penyakit ini bila dideteksi
optimal untuk melakukan deteksi dini atau diagnosa
secara dini maka penyakit kanker dapat dicegah,
penyakit kanker.
bahkan dapat disembuhkan dan perlu redefinisi dalam
Spektroskopi raman sudah lama digunakan
pelayanan kesehatan dari pengobatan ke promosi dan
ilmuwan dalam laboratorium, dan digunakan untuk
preventif. Namun, sebagian besar hasil diagnosa
menganalisa materi dan membedakan zat kimia yang
kanker menyatakan bahwa 80% penderita kanker
berbeda dengan mengidentifikasi molekulnya. Metode
ditemukan pada stadium lanjut yaitu stadium 3 dan
ini memanfaatkan hamburan dan dikenal dengan
hamburan raman, yang didapat dengan jalan meradiasi
2. Perumusan Masalah
sampel
1.
dengan
radiasi
sinar
tampak
yang
Apakah
metode
spektroskopi
raman
monokromatis dan mempunyai intensitas yang kuat.
(Handheld) dapat digunakan untuk diagonosa
Sebagi sumber radiasi dipakai busur merkuri dan saat
preparat histologi kanker?
ini yang terbaik dipakai sumber radiasi Laser (Light
2.
Bagaimanakah spektrum raman dari preparat
Amplification by Stimulated Emission of Radiation)
histologi
bentuk gas atau pada dengan intensitas yang kuat.
(stadium 1; stadium 2; stadium 3 dan
Raman menyediakan sidik jari molekular. Sehingga
stadium4)?
metode ini juga memungkinkan untuk mendeteksi
3.
tumor atau kanker. Dalam
kanker
pada
berbagai
stadium
Bagaimanakah spektrum raman dari preparat histologi pada jaringan normal/sehat?
penelitian
ini
akan
dilakukan
3. Tujuan
pengembangan metode untuk diagnosa penyakit
Pada tahun I, penelitian ini bertujuan untuk
kanker dengan harapan mampu mengurangi insidensi
mengembangkan
kematian akibat penyakit kanker melalui pendeteksian
spektroskopi raman (Handheld) dalam diagnosis
secara dini menggunakan metode spektroskopi raman
preparat histologi kanker dari stadium 1 hingga
(Handheld). Untuk itulah dalam penelitian ini akan
stadium 4 serta mengidentifikasi profil spektrum
pengembangan diagnosa preparat histologi kanker
raman
dengan
membandingkannya dengan profil spektrum raman
memanfaatkan
Handheld
Raman
preparat
dan
memvalidasi
histologi
kanker
metode
tersebut
Spectroscopy. Dalam penelitian ini akan dilakukan
dari preparat histologi dari jaringan normal/sehat.
penembakan
4. Preparat Histologi
(Handheld)
menggunakan terhadap
spektroskopi
preparat
histologi
raman
dan
kanker.
Histologi adalah ilmu yang mempelajari
Metode ini akan menghasilkan spektrum yang khas
tentang struktur jaringan secara detail menggunakan
dari kanker serta memberikan secara nyata profil sidik
mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis.
jari dari preparat histologi kanker. Sel ataupun
Histologi amat berguna dalam mempelajari fungsi
jaringan yang sehat / normal akan menghamburkan
fisiologi sel-sel dalam tubuh, baik manusia, hewan
cahaya secara berbeda dengan sel atau jaringan
serta tumbuhan dan berguna dalam penegakan
kanker.
diagnosis penyakit yang melibatkan perubahan fungsi Maka dalam penelitian Tahun I akan
dikembangkan
metode
Raman
Preaparat atau pembuatan sediaan dari suatu
Spectroscopy untuk menganalisa preparat histologi
jaringan dapat dimulai dari operasi, biopsi atau
kanker dari stadium 1 hingga stadium 4 serta
autopsi. Jaringan yang diambil kemudian diproses
dilakukan validasi terhadap metode yang digunakan.
dengan fiksatif yang akan menjaga agar sediaan tidak
Setelah
yang
akan rusak (bergeser posisinya, membusuk ataupun
dikembangkan, baru dilakukan identifikasi profil
rusak). Fiksatif yang paling umum digunakan untuk
spektrum raman preparat histologi kanker dari
jaringan hewan (termasuk manusia) adalah formalin.
stadium 1 hingga stadium 4 serta membandingkannya
Larutan bouin juga dapat digunakan sebagai fiksatif
dengan profil spektrum raman dari preparat histologi
alternatif meskipun hasilnya tidak akan sebaik
dari jaringan normal/sehat.
formalin karena akan meninggalkan bekas warna
dipastikan
Handheld
fisiologi dan deformasi organ.
validitas
metode
kuning dan artefak. Artefak adalah benda yang tidak terdapat dalam jaringan asli, namun tampak pada hasil
akhir sediaan. Artefak ini terbentuk karena kurang sempurnanya pembuatan sediaan (Muntiha, 2001). Sampel
yang
sebagai contoh molekul suspensi atau koloida.
direndam dalam cairan etanol (alkohol) bertingkat
Percikan hamburan pada larutan suspensi dan sistem
untuk proses menghilangkan air dalam jaringan
koloida panjang gelombangnya mendekati ukuran
(dehidrasi). Selanjutnya sampel dipindahkan ke dalam
partikel molekul suspensi atau sistem koloid tersebut.
toluen untuk menghilangkan alkohol (dealkoholisasi).
Radiasi hamburan rersebut dikenal sebagai hamburan
Langkah terakhir yang dilakukan adalah memasukkan
Tyndal atau hamburan mie yang melahirkan metode
sampel jaringan ke dalam parafin panas yang
turbidimetri. Suatu penelitian yang sulit dengan hasil
menginfiltrasi jaringan. Selama proses yang selama
temuan yang sangat berarti, dalam ilmu fisika telah
12-16 jam ini, jaringan yang awalnya lembek akan
dilakukan oleh Chandra Venkrama Raman seorang
menjadi keras sehingga lebih mudah dipotong
ahli fisika berkebangsaan India, pada tahun 1928.
mikrotom.
telah
molekul dengan diameter yang besar atau teragregasi
terfiksasi
menggunakan
jaringan
Demikian pula yang tejadi pada molekul-
Pemotongan
dengan
Menurut temuan Raman tampak gejala pada
mikrotom ini akan menghasilkan lapisan dengan
molekul dengan struktur tertentu apabila dikenakan
ketebalan 5 m. Lapisan ini kemudian diletakkan
radiasi infra merah dekat atau radiasi sinar tampak,
diatas kaca objek untuk diwarnai (Muntiha, 2001) .
akan memberikan sebagian kecil hamburan yang tidak
Perwarnaan perlu dilakukan karena objek
sama dengan radiasi semula. Hamburan yang berbeda
dengan ketebalan 5 m akan terlihat transparan
dengan radiasi semula (sumber radiasi) tersebut
meskipun dibawah mikroskop. Pewarna yang biasa
berbeda dalam hal panjang gelombang, frekuensi serta
digunakan
eosin.
intensitasnya dikenal sebagai hamburan Raman.
Hematoxylin akan memberikan warna biru pada
Hamburan Raman tersebut memberikan garis Raman
nukleus, sementara eosin memberikan warna merah
dengan intensitas tidak lebih dari 0,001% dari garis
muda pada sitoplasma (Muntiha, 2001)
spektra sumber radiasinya.
5. Spektroskopi Raman
Hamburan Raman
adalah
hematoxylin
dan
Hamburan Raman didapat dengan jalan Interaksi Radiasi Elektro Magnetik (REM)
meradiasi sampel dengan radiasi sinar tampak yang
dengan atom atau molekul yang berada dalam media
monokromatis dan mempunyai intensitas yang kuat.
yang transparan, maka sebagian dari radiasi tersebut akan dipercikkan oleh atom atau molekul tersebut.
Sebagai sumber radiasi dipakai busur Merkuri dan saat ini yang terbaik dipakai sumber radiasi Laser
Percikan radiasi oleh atom atau molekul tersebut
(Light Amplification by Stimulated Emission of
menuju ke segala arah dengan panjang gelombang dan
Radiation) bentuk gas atau padat dengan intensitas
intensitas yang dipengaruhi ukuran partikel molekul. Apabila
media
transparan
tersebut
mengandung hanya partikel dengan ukuran dimensi atom (permukaan 0,01 A2) maka akan terjadi percikan radiasi dengan intensitas yang sangat lemah. Radiasi percikan tersebut tidak tampak oleh karena panjang gelombangnya adalah pada daerah ultraviolet. Radiasi hamburan Rayleigh.
tersebut
dikenal
dengan
hamburan
yang
kuat.
Ada dua macam garis-garis hamburan Raman yang seolah-olah merupakan pergeseran terhadap posisi garis hamburan Rayleigh. Kedua garis hamburan Raman tersebut sangat berbeda intensitas, panjang gelombang dan frekuensinya. Hamburan menghasilkan
Raman spektrum
yang
sinambung Raman.
akan Untuk
menggambarkan spektrum Raman serta posisinya
terhadap hamburan Rayleigh diambil contoh radiasi
Rentang penentuan spektrum Raman berkisar pada
terhadap CCl4 (karbon tetra klorida).Radiasi sinar
daerah infra merah medium sampai infra merah jauh
tampak
(4000 sampai 25 cm-1).
monokromatis
terhadap
CCl4
akan
menghasilkan tiga macam hamburan dengan spektrum yang berbeda karena adanya perbedaan eksitasi. Kegunaan Spektroskopi Raman Spektroskopi Raman ditujukan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif terhadap komponen dengan kadar yang sangat kecil. Di samping itu spektroskopi Raman juga ditujukan untuk elusidasi struktur jarang Gambar 1. Spektrofotometer raman
dipakai untuk analisis kuantitatif. Jangkauan sampel yang dapat dianalisis adalah organik, anorganik dan biologi.
6. Metodologi Penelitian
Beberapa keunggulan spektroskopi Raman
A. Pada Tahun I, meliputi penyiapan preparasi
dibandingkan spektrofotometri IR adalah :
histologi kanker dari berbagai stadium serta preparat
Adanya pelarut air tidak akan mengganggu
histologi
jaringan
normal/sehat;
lalu
dilakukan
pencarian dan identifikasi spektrum raman dari
terhadap hamburan Raman. Dapat dipakai alat-alat gelas dan leburan silika
masing-masing
perlakuan
dengan
menggunakan
metode spektroskopi raman; analisa data spektrum
tanpa ada pengaruh pada spektrum Raman Dapat dipakai sumber radiasi laser yang jauh lebih
yang diperoleh baik itu kanker dari berbagai stadium
baik dibanding sumber radiasi lainnya
maupun jaringan sehat/normal menggunakan analisa
Instrumentasi Spektrofotometer Raman
kemometrik; dilakukan pengelompokan spektrum
Sistem
optik
spektrofotometer
Raman
berbeda dengan spektrofotometer IR dalam banyak
khas raman dengan analisa cluster. B.Identifikasi dengan spektroskopi raman
hal. Sistem optik spektrofotometer Raman berkas tunggal dengan peralatan optik dari gelas atau leburan silika. Sebagai sumber radiasi dipakai lampu uap Hg atau radiasi laser. Salah satu persyaratan sumber radiasi adalah intensitasnya harus tinggi, oleh sebab itu pada era modern ini dipakai lsdr He-Ne, laser ion Kr atau ion Hg.
jaringan normal nantinya dimasukkan ke dalam alat spektroskopi raman (Handheld) lalu ditembak sinar laser dan diatur panjang gelombang untuk eksitasinya. Diamati spektrum raman yang terdeteksi. Langkah ini dilakukan di laboratorium Forensik Universitas Udayana.
Monokromator berkemampuan
Preparat histologi baik kanker maupun
yang
memisahkan
dipakai
harus
hamburan
radiasi
Rayleigh yang intensitasnya tinggi dengan hamburan Raman yang intensitasnya rendah. Untuk itu perlu dipakai monokromator ganda sebagai pencegah radiasi sesatan dari hamburan Rayleigh. Diharapkan spektrofotometer Raman memberikan resolusi yang baik sekitar 0,2 cm-1. Spektrofotometer Raman memakai detektor PMT (Photo Multiplier Tube).
7. Analisis Hasil Tahun I
1.
Data spektrum yang didapat dianalisis profil
dan kharakteristiknya spektrum raman pada nilai gelombang tertentu yang menjadi ciri khas dari suatu sampel histologi kanker dari berbagai stadium kanker dan
jaringan
normal.
Data
dianalisis
secara
khemometrik menggunakan PCA. Keakuratan model dapat dilihat dari nilai kesalahan yang dihasilkan.
Model dapat digunakan bila memiliki nilai kesalahan
grafik panjang gelombang yang dihasilkan terhadap
(standar error calibration SEC, standar error of cross
intensitas spectrum untuk masing-masing sample dan
validation SECV atau standard error of prediction
jaringan normal.
SEP) rendah dan nilai korelasi dan koefisien determinasinya tinggi.
2.
Sampel dalam bentuk preparat histologi
ditembakan dengan laser dari spektroskopi Raman, dari panjang gelombang 200 /cm sampai 2000/cm, diperoleh seperti tabel di bawah ini. Tabel 1. spektrum dari jaringan normal
200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 . . . 2000
Spectrum_Intensity(Count) Normal 1 Normal 2 293 406 275 411 270 415 265 417 259 419 254 421 249 423 244 425 239 427 234 429 229 431 224 433 221 433 218 428 216 422 213 416 210 411 207 405 204 399 202 393 . . . . . . 570 875
Gambar 2 . grafik panjang gelombang Raman dengan spektrum jaringan normal dan sampel
4.
Hasil analisa Panjang Gelombang Dengan
Spektrum Raman pada jaringan normal dan Sampel Jaringan Kanker dengan Kode : 4629PP12FSV. Gambar 3 dan gambar- garmbar selanjutnya dibawah ini memperlihatkan antara jaringan normal dan sampel ada perbedaan cluster, ini berarti bahwa pada panjang gelombang tertentu ada perbedaan spektrum yang dipancarkan oleh jaringan normal dan sampel. Perbedaan ini berarti bahwa spektroskopi raman memberikan hasil yang baik untuk analisa selanjutnya sebagai dianose. Dendogram 4629PP12FSV dengan Sample Normal 1 dan 2 54,44
Similarity
Spectrum_Raman_Shift (cm^-1)
69,62
84,81
3.
Dari data spektrum Raman yang diperoleh
dibuata grafik perbandingan panjang gelombang dengan sptrum yang didapat. Gamber 2. memperlihat gambar yang sangat banyak sehingga sangat sulit
100,00 1 1 2 2 5 4 3 V V V V V al al FS FS FS FS FS m m 12 or or 12 12 12 12 P N N P P P P P P P P P e e 29 29 29 29 29 pl pl 46 46 46 46 46 am am S S
Variables
dibaca satu persatu. Untuk memudahkan pembahasan
Gambar 3. Hasil analisa Panjang Gelombang Dengan
hasil ini, dilakukan analisa Cluster. Berikut ini adalah
Spektrum Raman pada jaringan normal dan Sampel Jaringan Kanker dengan Kode : 4629PP12FSV
Gambar
3
menunjukkan
bahwa
hasil
Dendogram 3257PP13IV dengan Sample Normal 1 dan 2
penyinaran (spektrum) pada posisi pertama pada
66,95
cluster dengan hasil penyinaran pada sample normal dengan nilai kesamaan diatas 70%, ini berarti
Similarity
sample PP12FSV (PP12FSV1) berada dalam satu 77,97
88,98
spektrum yang dihasilkan pada posisi ini adalah identik dengan normal. Berbeda halnya dengan
100,00
spektrum pada posisi 2, 3, 4 dan 5 untuk sample
V 3I P1 7P 5 32
PP12FSV berada dalam cluster yang berbeda dengan
1
V 3I P1 7P 5 32
2
spectrum normal dengan nilai kesamaan dibawah
3 1 2 4 5 V V V al al 3I 3I 3I rm rm P1 P1 P1 o o P P P N N 57 57 57 e e pl pl 32 32 32 am am S S
Variables
70%. Dengan kata lain spektrum yang dihasilkan oleh 5. Hasil analisa Panjang Gelombang Dengan Spektrum
keempat posisi pada sample tersebut tidak identik
Raman pada jaringan normal dan Sampel Jaringan
dengan normal.
Kanker dengan Kode : 3257PP13IV
Gambar
5
menunjukkan
bahwa
hasil
penyinaran (spektrum) pada posisi 2 dan 3 pada
Dendogram 4511PP12II dengan Sample Normal 1 dan 2
sample PP13IV (PP13IV2 dan PP13IV3) berada
44,33
Similarity
dalam satu cluster dengan hasil penyinaran pada 62,88
sample normal dengan nilai kesamaan diatas 70%, ini berarti spektrum yang dihasilkan pada ketiga posisi ini
81,44
adalah identik dengan normal. Berbeda halnya dengan spektrum pada posisi 1, 4 dan 5 untuk sample PP13IV
100,00 1 II 12 PP 1 1 45
3 II 12 PP 1 1 45
2 II 12 PP 1 1 45
4 1 II al 12 m PP or 1 N 1 e 45 pl am S
5 2 II al 12 m PP or 1 N 1 e 45 pl am S
berada dalam cluster yang berbeda dengan spectrum normal dengan nilai kesamaan dibawah 70%. Dengan
Variables
kata lain spektrum yang dihasilkan oleh ketiga posisi
Gambar 4. Hasil analisa Panjang Gelombang Dengan
pada sample tersebut tidak identik dengan normal.
Spektrum Raman pada jaringan normal dan Sampel dendogram pengelompokan 335PP13V dengan Sample Normal 1 dan 2
Jaringan Kanker dengan Kode : 4511PP12II
Gambar
4
menunjukkan
bahwa
hasil
49,96
sample PP12II (PP12II2, PP12II4 dan PP12II5) berada dalam satu cluster dengan hasil penyinaran pada sample normal dengan nilai kesamaan diatas
Similarity
penyinaran (spektrum) pada posisi 2, 4 dan 5 pada 66,64
83,32
70%, ini berarti spektrum yang dihasilkan pada ketiga posisi ini adalah identik dengan normal. Berbeda halnya dengan spektrum pada posisi 1 dan 3 untuk
100,00 V 13 PP 5 33
1
V 13 PP 5 33
2
5 V 13 P 5P 33 S
sample PP12II berada dalam cluster yang berbeda
e pl am
al rm No
1
S
e pl am
rm No
al
2
V 13 PP 5 33
4
V 13 PP 5 33
3
Variables
dengan spectrum normal dengan nilai kesamaan dibawah 70%. Dengan kata lain spektrum yang dihasilkan oleh kedua posisi pada sample tersebut tidak identik dengan normal.
Gambar 6. Hasil analisa Panjang Gelombang Dengan Spektrum Raman pada jaringan normal dan Sampel Jaringan Kanker dengan Kode : 335PP13V
Gambar
6
menunjukkan
bahwa
hasil
penyinaran (spektrum) pada posisi 1, 2 dan 5 pada
sample PP13V (PP13V1, PP13V2 dan PP13V5)
spektrumnya berada dalam cluster dengan spektrum
berada dalam satu cluster dengan hasil penyinaran
jaringan normal adalah sebagai berikut.
pada sample normal dengan nilai kesamaan diatas
Tabel. 2 Keidentikan spektrum pada masing-masing
70%, ini berarti spektrum yang dihasilkan pada ketiga
posisi dengan spektrum jaringan normal
Jumlah posisi dengan
posisi ini adalah identik dengan normal. Berbeda halnya dengan spektrum pada posisi 3 dan 4 untuk
No
sample PP13V berada dalam cluster yang berbeda
Sampel jaringan
spectrum yang identik
kanker
dengan spektrum jaringan normal
dengan spectrum normal dengan nilai kesamaan dibawah 70%. Dengan kata lain spektrum yang dihasilkan oleh kedua posisi pada sample tersebut tidak identik dengan normal. Dendodgram 2206PP13 dengan Sample Normal 1 dan 2
Similarity
32,49
55,00
77,50
1
PP13V
3
2
PP13IX
2
3
PP13
2
4
PP13IV
2
5
PP13VIII
2
6
PP12IV
3
7
PP14III
3
8
PP12II
3
9
PP12V
4
10
PP12FSV
1
100,00 31 P1 6P 0 22
32 P1 6P 0 22 S
am
e pl
rm No
al
1
S
am
e pl
al rm No
2
33 P1 6P 0 22
34 P1 6P 0 22
35 P1 6P 0 22
Dari Tabel 2 terlihat bahwa jumlah posisi spektrum yang identik dengan spektrum jaringan
Variables
7. Hasil analisa Panjang Gelombang Dengan Spektrum
normal dimasing-masing sampel jaringan kanker
Raman pada jaringan normal dan Sampel Jaringan
adalah berbeda. Semakin banyak posisi spektrum
Kanker dengan Kode : 2206PP13
yang identik dengan spektrum jaringan normal pada
Gambar
8
menunjukkan
bahwa
hasil
suatu sampel jaringan maka dapat dikatakan jaringan
penyinaran (spektrum) pada posisi 1 dan 2 pada
tersebut mengarah ke jaringan normal, dengan kata
sample PP13 (PP131 dan PP132) berada dalam satu
lain sampel jaringan tersebut adalah jaringan sehat.
cluster dengan hasil penyinaran pada sample normal
Misalnya pada sampel jaringan PP12V, sampel ini
dengan nilai kesamaan diatas 70%, ini berarti
terdapat empat dari lima posisi penyinaran yang
spektrum yang dihasilkan pada ketiga posisi ini adalah
menghasilkan spektrum identik dengan sepktrum
identik dengan normal. Berbeda halnya dengan
jaringan normal, ini mengindikasikan bahwa sampel
spektrum pada posisi 3, 4 dan 5 untuk sample PP13
jaringan PP12V adalah jaringan normal. Namun hal
berada dalam cluster yang berbeda dengan spectrum
yang sebaliknya terlihat pada sampel jaringan
normal dengan nilai kesamaan dibawah 70%. Dengan
PP12FSV yang hanya memiliki satu posisi spektrum
kata lain spektrum yang dihasilkan oleh kedua posisi
yang identik dengan spektrum jaringan normal.
pada sample tersebut tidak identik dengan normal.
Sehingga sampel jaringan PP12FSV adalah jaringan
Berdasarkan analisis cluster yang dilakukan
kanker (sakit). Sedangkan untuk melihat tingkat
pada 10 sampel jaringan kanker yang dianalisis
keparahan (stadium) dimasing-masing jaringan kanker
masing-masing dengan jaringan normal, didapatkan
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
tabel yang menyatakan banyaknya posisi yang
ekspresi protein dari jaringan tersebut dengan metode imunositokimia (tahun kedua).
c. Dalam melihat perbedaan disetiap posisi pada
sampel
jaringan
diharapkan
menggunakan metode yang lebih baik, sehingga dapat dilihat lebih rinci pada
8. KESIMPULAN Dari hasil penelitian pada tahun I dapat
spektrum
raman
tertentu
yang
disimpulkan bahwa metode spektroskopi raman
menghasilkan spektrum intensity berbeda
(Handheld) dapat digunakan untuk diagnosa preparat
dengan spektrum intensity pada jaringan
histologi kanker. Dengan metode handheld ini, dapat
normal.
dilihat bahwa spektrum pada jaringan normal/sehat
d. Penentuan derajat keparahan (stadium)
adalah berbeda dengan spektrum jaringan kanker.
suatu jaringan kanker yang didapatkan
Untuk melihat stadium dimasing-masing jaringan
perlu dilakukan lebih mendalam dengan
kanker dapat dilihat dari banyaknya posisi dengan
melihat ekspresi protein dari jaringan
spektrum yang identik dengan spektrum jaringan
kanker
normal. Semakin sedikit posisi dengan spektrum yang
metode imunositokimia.
identik dengan spektrum jaringan normal maka stadium jaringan kanker tersebut makin besar (lanjut). Namun hasil ini belum sempurna sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ekspresi protein
dari
jaringan
tersebut
dengan
metode
imunositokimia (tahun kedua).
9. SARAN Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dalam penelitian berikutnya penulis menyarankan sebagi berikut a. Dalam penyinaran spektrum raman pada sampel jaringan diharapkan memilih posisiposisi yang lebih dekat satu sama lain. Hal
tersebut
dengan
menggunakan
10. DAFTAR PUSTAKA Baskar, N., Devi, B.P., and Jayakar, B., 2012, International Journal Of Research In (IJARP 3(4), Jul-Aug 2012. Chahar, M.K., Sharma, N., and Joshi, Y.C., 2011, , Flavonoids: A versatile source of anticancer drugs, Pharmacognosy Reviews, Jan-Jun; 5 (9): 1-12. Deng, L., Lin-Lee, Y.C., Claret, F.X. and Kuo, M.T., 2001, 2-Acetylaminofluorene Up-regulates Rat mdr1b Expression through Generating Reactive Oxygen Species That Activate NFκB Pathway, J. Biol. Chem., 276 (1), 413–420. DeVita, V.T., Theodore, S.L. and Steven A.R., 2011, Cancer Principles and Practice of Oncology, 9th edition., Wolters Kluwer, Lippinot Williams and Wilkins, USA.
ini bertujuan agar spektrum yang dihasil tidak berbeda jauh disetiap posisinya sehingga kesimpulan yang didapat bisa lebih baik. b. Jumlah posisi yang akan disinari pada masing-masing sampel jaringan kanker agar lebih banyak dari penelitian ini, hal ini
Frank, L.M. and Teich, N.M., 1997, Introduction to Celluler and Moleculer Biology of Cancer, Third Edition, 2-7, Oxford University Press, Oxford Fortugno, P., Wall, NR., Giodini, A., 2002, Survivin Exists in Immunochemically Distinct Subcellular Pools and is Involved in Spindle Microtubule Function, J Cell Sci. , 115: 85575.
untuk dapat menghasilkan perbandingan yang
signifikan
menentukan
sampel
sehingga jaringan
dalam adalah
jaringan kanker atau tidak dapat lebih mudah dilakukan.
Foster, James S., Henley, Donald C., Ahamed, Shamila., and Wimalasena, Jay., 2001, Estrogens and Cell Cycle Regulation in Breast Cancer, TRENDS in Endocrinology & Metabolism, 12 (7): 320-327.
Gibbs, J.B., 2000, Anticancer Drug Targets: Growth Factor and Growth Factor Signaling, J. Clin. Inves., 105 (1): 9-13.
Verheij, E.W.M. and Coronel, R.E, 1992, Edible Fruits and Nuts., Plant Resources of South East Asia 2, PROSEA, Bogor.
Givan, A.L., 2001, Flowcytometry First Principles, Second Edition, Wiley-Liss Inc, New York.
Wagner, H., & Bladt, S., 1996, Plant Drug Analysis The Thin Layer Chromatography Atlas, 2nd Edition, Springer Verlag, Berlin.
King, R. J. B., 2000, Cancer Biology, 2nd edition, Pearson Education Limited, London. Kitagawa, S., 2006, Inhibitory Effect of Polyphenols on P-Glycoprotein-Mediated Transport, Biol. Pharm. Bull., 29(1):1-6. Hanahan, D. and Weinberg, R.A., 2000, The Hallmark of Cancer, Cell, 100: 57-70. Reuter, S., Eifes, S., Dicato, M., Aggarwal, B.B., and Diederich, M., 2008, Modulation of Antiapoptotic and Survival Pathways by Curcumin as a Strategy to Induce Apoptosis in Cancer Cells, Biochemical Pharmacol., 76: 1340– 1351. Ricci,
M.S., and Zhong, W.X., 2006, Chemotherapeutic Approaches for Targetting Cell Death Pathways, The Oncologist, 11:342357.
Robinson, T., 1991, The Organic Constituent of Higher Plants, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, 1995, Penerbit ITB, Bandung. Ruddon, R.W., 2007, Cancer Biology, Fourth Edition, Oxford University Press. Sastrohamidjojo, H., 2001, Kromatografi, Edisi Kedua, Penerbit Liberty, Yogyakarta Sastrohamidjojo, H., 2007, Spektroskopi, Edisi Kedua, Penerbit Liberty, Yogyakarta Shan D. Z., Seng J. F., Pi C. N., Yuan L.G. and Gang Z. C., 2008, Isolation and Identification of an Anti-tumor Component from Leaves of Impatiens balsamina Molecules, 13, 220-229. Simstein, R., Burow, M., Parker, A., Weldon, C., and Beckman, B., 2003, Apoptosis, Chemoresistance, and Breast Cancer: Insights from the MCF-7 Cell Model System, Experimental Biology and Medicine, 228: 9951003. Singh, N., 2007, Apoptosis in Health and Disease and Modulation of Apoptosis for Therapy: An Overview, Indian J. of Clin. Biochemistry, 22 (2): 6-16.