Pengaruh Rasio Keuangan Current Asset Turnover, Net Profit Margin, Fixed Asset Turnover, Account Receivable Turnover, Account Payable Turnover dan Inventory Turnover Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012 Triprawatya Fitri Sisthasari dan Lisa Fitriyanti Akbar Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia E-mail:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan Asset Turnover, Net Profit Margin, Fixed Asset Turnover, Account Receivable Turnover, Account Payable Turnover dan Inventory Turnover terhadap profitabilitas yang diukur menggunakan Return On Asset (ROA). Penelitian dilakukan terhadap 42 perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam bursa efek Indonesia periode 2008-2012 yang dikelompokan menjadi 3 sektor yaitu: 1. Perusahaan manufaktur sektor Miscellaneous, 2. Perusahaan manufaktur sektor Basic industry and Chemicals, 3. Perusahaan manufaktur sektor Consumer Goods. Metode penelitian menggunakan pengujian regresi data panel dengan variabel independen CATO, NPM, FATO, ARTO, APTO dan ITO, dan variabel dependen ROA sebagai proksi profitabilitas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat signifikansi dari pengelompokan perusahaan manufaktur berdasarkan kategori tersebut. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa rasio keuangan NPM memiliki perngaruh yang signifikan terhadap ROA. Sedangkan APTO dan ARTO tidak memiliki pengaruh terhadap ROA. FATO memiliki perngaruh yang signifikan terhadap ROA, namun pada perusahaan manufaktur sektor Basic industry and Chemicals FATO tidak memiliki pengaruh terhadap ROA. Sedangkan pada ITO dan CATO tidak memiliki pengaruh terhadap ROA, namun pada perusahaan manufaktur sektor Miscellaneous ITO dan CATO memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA.
The Impact of Financial Ratios Current Asset Turnover, Net Profit Margin, Fixed Asset Turnover, Account Receivable Turnover, Account Payable Turnover and Inventory Turnover In The Manufacturing Company Listed On The Indonesia Stock Exchange Period 2008-2012 Abstract This research aims to determine the impact of financial ratios Current Asset Turnover, Net Profit Margin, Fixed Asset Turnover, Account Receivable Turnover, Account Payable Turnover and Inventory Turnover on profitability as measured by ROA. The study was conducted on 42 Manufacturing Company listed on Indonesia Stock Exchange during the period 2008 to 2012 were grouped into 3 categories, namely: 1. Manufacturing company sector Miscellaneous, 2. Manufacturing company sector Basic industry and Chemicals, 3. Manufacturing company sector Consumer Goods. Research methods using panel data regression testing with the independent variable CATO, NPM, FATO, ARTO, APTO and ITO and the dependent variables ROA as a proxy for profitability. The purpose of this study to determine whether there are differences in the level of significance of the grouping categories based on manufacturing company. The results of this study concluded that the financial ratios NPM has a significant effect on ROA. While APTO and ARTO has no effect on ROA. FATO has a significant effect on ROA, but on Manufacturing company sector Basic industry and Chemicals FATO has no effect on ROA. While on ITO and CATO has no effect on ROA, but on Manufacturing company sector Miscellaneous ITO and CATO has a significant effect on ROA.
Pengaruh Rasio…, Triprawatya Fitri Sisthasari, FE UI, 2014
Keywords: Financial Ratios, Profitability, Manufacturing Company
Pendahuluan Keuangan dianggap sebagai darah kehidupan bisnis. Manajemen keuangan yang efektif sangat penting bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan bisnis. Dengan demikian hampir semua keputusan mengenai manajemen kas dianggap lebih penting karena mereka berhubungan dengan sumber daya yang paling berharga dari dunia bisnis. Keputusan manajemen keuangan perusahaan pada dasarnya berkaitan dengan tiga bidang utama, yaitu : struktur modal, penganggaran modal, dan working capital management (manajemen modal kerja). Diantara ketiga bidang utama tersebut, working capital management penting bagi setiap perusahaan, karena working capital management hampir mempengaruhi profitabilitas dan likuiditas secara keseluruhan (Appuhami, 2008). Working capital management berperan penting dalam keberhasilan atau kegagalan perusahaan dalam kegiatan usahanya. Untuk mencapai penggunaan working capital management yang optimal manajer perusahaan harus mengontrol timbal balik antara profitabilitas dan likuiditas dengan akurat. Kebanyakan perusahaan menitik-beratkan pada pengelolaan likuiditas yang diwakili oleh rasio likuiditas yaitu current ratio dan quick ratio. Rasio ini mewakili pandangan statis (Lancaster et al., 1999; Hutchison et al, 2002; Moss dan Stine, 1993) tentang manajemen likuiditas dimana perubahan pada rasio ini akan mempunyai akibat terhadap profitabilitas dan risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Kelangsungan hidup perusahaan dipengaruhi oleh banyak hal antara lain profitabilitas perusahaan itu sendiri. Menurut Brigham, et al (2005) “profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan”. Pentingnya profitabilitas dapat dilihat dengan mempertimbangkan dampak yang berasal dari ketidakmampuan perusahaan dalam mendapatkan laba yang maksimal untuk mendukung kegiatan operasionalnya. Ada beberapa ukuran yang dipakai melihat kondisi profitabilitas suatu perusahaan, antara lain dengan menggunakan tingkat pengembalian asset (return on asset). Rasio ini mengukur tingkat pengembalian total aktiva setelah beban bunga dan pajak (Brigham et al, 2005). Rasio ini diukur dengan membandingkan antara net income after tax terhadap total asset. Semakin tinggi perbandingan net income terhadap total asset maka akan semakin baik bagi perusahaan. Rasio profitabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau seberapa efektif pengelolaaan perusahaan oleh manajemen.
Pengaruh Rasio…, Triprawatya Fitri Sisthasari, FE UI, 2014
Terdapat beberapa pengukuran terhadap profitabilitas suatu perusahaan yang masing-masing dihubungkan dengan total asset, modal sendiri maupun nilai penjualan (sales) yang dicapai. Net income mengindikasikan profitabilitas perusahaan. Net income mencerminkan pengembalian kepada pemegang ekuitas untuk periode bersangkutan. Laba perusahaan yang tinggi belum tentu menunjukkan profitabilitas yang tinggi, akan tetapi profitabilitas yang tinggi sudah dapat dipastikan bahwa laba yang dihasilkan tinggi. Rasio profitabilitas yang dipakai dalam penelitian ini adalah return on asset (ROA). Berdasarkan Grafik 1.1 dapat kita lihat perkembangan return on asset (ROA) pada 42 perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia periode tahun 2008-2012. Perusahaan manufaktur ini pun akhirnya di bagi menjadi 3 sektor usaha, yaitu : sektor Basic industry and Chemicals, sektor Consumer Goods dan sektor Miscellaneous. Gambar 1 Nilai Return on Asset Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 20.0% 18.0% 16.0% 12.0%
Basic industry and Chemicals
10.0%
Consumer Goods
14.0%
8.0% 6.0%
Miscellaneous
4.0% 2.0% 0.0% 2008
2009
2010
2011
2012
Pada dasarnya setiap perusahaan atau organisasi akan melakukan berbagai aktivitas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan. Dalam hal ini peranan modal sangat penting karena dibutuhkan perusahaan untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari. Begitu pula dengan kemajuan perusahaan akan seiring dengan kebutuhan modal yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya, dimana semakin besar suatu perusahaan akan semakin besar pula modal yang dibutuhkannya dan tidak mungkin dapat dipenuhi oleh perusahaan sendiri tanpa ada bantuan atau menarik modal dari luar perusahaan. Dalam penelitian ini peneliti memproxy-kan working capital dalam arti current asset turnover (CATO), net profit margin (NPM), fixed asset turnover (FATO), account receivable turnover (ARTO), account payable turnover (APTO), dan inventory turnover (ITO). Adanya working capital yang berlebihan menunjukkan bahwa working capital turnover yang rendah
Pengaruh Rasio…, Triprawatya Fitri Sisthasari, FE UI, 2014
disebabkan oleh rendahnya account receivable turnover, inventory turnover atau adanya saldo kas yang terlalu besar yang berarti adanya dana tersedia yang tidak dipergunakan secara efektif dalam kegiatan perusahaan. Sebaliknya kekurangan working capital menunjukkan working capital turnover yang tinggi yang disebabkan tingginya account receivable turnover, inventory turnover atau adanya saldo kas yang terlalu kecil sehingga jumlah current asset tidak mampu menutupi current liabilities, hal inilah yang merupakan sebab utama kegagalan perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya. Penelitian Khalifa dan Shafii (2013) menunjukkan bahwa current ratio (CR), quick ratio (QR) dan account receivable turnover (ARTO) menggambarkan pengaruh signifikan dengan arah negatif terhadap return on asset (ROA), sedangkan net working capital (NWC) dan inventory turnover (ITO) menggambarkan pengaruh signifikan positif dengan return on asset (ROA). Penelitian Ajanthan (2013) menunjukkan bahwa cash conversion cycle (CCC) dan net profit margin (NPM) mempunyai pengaruh signifikan negatif dengan return on asset (ROA) dan return on equity (ROE). Sial dan Chaudhry (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh working capital management terhadap profitabilitas perusahaan di Pakistan. Sial dan Chaudhry (2010) menggunakan 100 perusahaan yang terdaftar di Karachi Stock Exchange selama 10 tahun pada periode 1999-2008 sebagai sampel penelitian. Variabel working capital yang digunakan meliputi Average collection period, Inventory turnover (ITO), Average payment period dan cash conversion cycle (CCC). Current ratio, Size dan debt ratio digunakan sebagai variable kontrol. Hasil penelitian tersebut menunjukkan terdapat hubungan negatif antara Average collection period, Inventory turnover in days, Average payment period dan cash conversion cycle (CCC) terhadap profitabilitas perusahaan. Berdasarkan dari hasil penelitian sebelumnya, penelitian ini melanjutkan penelitian sebelumnya, yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara current asset turnover (CATO), net profit margin (NPM), fixed asset turnover (FATO), account receivable turnover (ARTO), account payable turnover (APTO), dan inventory turnover (ITO) dengan profitabilitas pada perusahan manufaktur yang tercatat di bursa efek Indonesia. Adapun masalah-masalah yang akan diteliti pada penelitian ini adalah: 1. Apakah Current Asset Turnover mempengaruhi Return on Asset pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012? 2. Apakah Net Profit Margin mempengaruhi Return on Asset pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012?
Pengaruh Rasio…, Triprawatya Fitri Sisthasari, FE UI, 2014
3. Apakah Fixed Asset Turnover mempengaruhi Return on Asset pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012? 4. Apakah Account Receivable Turnover mempengaruhi Return on Asset pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012? 5. Apakah Account Payable Turnover mempengaruhi Return on Asset pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012? 6. Apakah Inventory Turnover mempengaruhi Return on Asset pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012?
Tinjauan Teoritis 1. Working Capital Working capital management (manajemen modal kerja) diyakini sangat berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas suatu perusahaan. Berdasarkan working capital management ini, para analis atau investor dapat menilai kinerja suatu perusahaan efektif atau efisien dalam melakukan aktivitas operasionalnya. Ross, et al. (2008) memberikan pengertian “Working capital also gives investors an idea of the company's underlying operational efficiency. Money that is tied up in inventory or money that customers still owe to the company cannot be used to pay off any of the company's obligations. So, if a company is not operating in the most efficient manner (slow collection), it will show up as an increase in the working capital.” 2. Profitabilitas Menurut Hanafi (2004) profitabilitas adalah rasio yang melihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profitabilitas). Sedangkan menurut Munawir (2004) profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh laba. Menurut Gitman (1974) “profitability is the relationship between revenues and costs generated by using the firm’s asset-both current and fixed in poductive activitiers“. 3. Return On Asset Menurut Syamsuddin (2007) return on asset (ROA) adalah pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Dengan mengetahui return on asset (ROA), kita dapat menilai apakah perusahaan telah efisien dalam menggunakan aktivanya untuk kegiatan operasi yang menghasilkan keuntungan. Sedangkan menurut Munawir (2004), return on asset (ROA) merefleksikan seberapa banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas sumber daya keuangan yang ditanamkan oleh perusahaan.
Pengaruh Rasio…, Triprawatya Fitri Sisthasari, FE UI, 2014
4. Du Pont Analysis Menurut Wikipedia (http://en.wikipedia.org/wiki/DuPont_analysis) tanggal akses 22 Juni 2014), “Du Pont analysis (also known as the dupont identity, Du Pont equation, Du Pont Model or the Du Pont method) is an expression which breaks ROE (Return On Equity) into three parts. The name comes from the Du Pont Corporation that started using this formula in the 1920s.” Salah satu dari beberapa alat ukur atau analisis yang dapat digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan adalah sistem Du Pont. Analisis ini menggabungkan antara rasio aktivitas dengan profit margin dan menunjukkan bagaimana rasio-rasio tersebut berinteraksi untuk menentukan profitabilitas yang dimiliki perusahaan. Sistem Du Pont pada dasarnya digunakan untuk dapat mengevaluasi efektifitas perusahaan dengan melihat bagaimana pengembalian atas investasi perusahaan tersebut. 5. Total Asset Turnover Menurut Van Horne, et al (2005) total assets turnover (TATO) menunjukkkan efisiensi relatif penggunaan total aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan. Semakin tinggi rasio total assets turnover berarti semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva didalam menghasilkan penjualan. Total assets turnover (TATO) menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva bank di dalam menghasilkan penjualan/pendapatan tertentu. Semakin tinggi total assets turnover (TATO) berarti semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva di dalam menghasilkan pendapatan (Syamsuddin, 2007). 6. Net Profit Margin Menurut Prihadi (2008) net profit margin (NPM) adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memberikan return kepada pemegang saham. Net profit margin (NPM) dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi bank dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan pendapatan. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa net profit margin (NPM) adalah rasio yang mengukur profitabilitas yang berkaitan dengan penjualan yang dihasilkan. 7. Current Asset Turnover Riyanto (2008) mendefinisikan current asset (aktiva lancar) sebagai berikut: “Current asset (aktiva lancar) adalah aktiva yang habis dalam satu kali berputar dalam proses produksi dan proses perputarannya adalah dalam jangka waktu pendek (umumnya kurang dari satu tahun)”. Untuk dapat melihat current asset turnover (perputaran aktiva lancar) dalam suatu perusahaan, maka dapat digunakan perbandingan indikator antara current assetdengan total aktiva. Seperti yang diungkapkan Riyanto (2008), “Bahwa tingkat working capital turnover
Pengaruh Rasio…, Triprawatya Fitri Sisthasari, FE UI, 2014
(perputaran modal kerja) atau current asset (aktiva lancar) dapat pula dihitung dari neraca dan perhitungan laba-rugi (income statement) pada suatu saat tertentu” 8. Fixed Asset Turnover Rasio fixed asset turnover digunakan oleh manajemen perusahaan untuk mengukur efisiensi penggunaan fixed asset dalam menunjang kegiatan penjualan perusahaan. Menurut Munawir (2004), mengemukakan bahwa : “Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turn Over) yaitu rasio antara penjualan dengan aktiva tetap (fixed asset) bersihnya.” Sedangkan menurut Sartono (2001), menjelaskan bahwa : ”Perputaran aktiva tetap adalah rasio antara penjualan dengan net fixed asset. Rasio ini menunjukan bagaimana perusahaan menggunakan fixed asset-nya seperti gedung, kendaraan, mesin-mesin, perlengkapan kantor.” 9. Account Receivabel Turnover Riyanto (2008) menyatakan bahwa piutang merupakan elemen working capital yang juga selalu dalam keadaan berputar secara terus menerus dalam rantai working capital turnover, dan piutang timbul karena adanya penjualan kredit. Account receivable turnover adalah besarnya rasio total penjualan kredit terhadap saldo piutang rata-rata selama periode tertentu. Periode dimaksud biasanya untuk satu tahun. Walaupun demikian, untuk kepentingan analisis dapat digunakan satuan waktu berdasarkan kuartalan, bulanan dan seterusnya (Kuswandi, 2006). 10. Account Payable Turnover Berapa lama waktu yang dibutuhkan bagi perusahaan untuk membayar hutang usahanya sendiri untuk barang yang diterimanya. Rasio aktivitas ini disebut accounts payable turnover. Rumus untuk accounts payable turnover adalah untuk membagi pembelian yang dilakukan secara kredit oleh akun saldo rata-rata hutang. Seperti piutang, perusahaan jarang mengungkapkan berapa banyak dari pembelian mereka dibuat secara kredit. Oleh karena itu, jalan pintas yang biasa dilakukan adalah dengan mengasumsikan bahwa semua pembelian adalah pembelian kredit. 11. Inventory Turnover Menurut Horngren (2002) “perputaran persediaan (inventory turnover) adalah rasio antara cost of goods sold terhadap persediaan rata-rata menunjukkan seberapa cepat persediaan tersebut dapat dijual”. Syamsuddin (2007) mengemukakan persediaan merupakan investasi yang paling besar dalam aktiva lancar untuk sebagian besar perusahaan industri. Syamsuddin (2007) juga mengemukakan bahwa semakin tinggi perputaran yang diperoleh, maka semakin efisien perusahaan di dalam melaksanakan operasinya. Umur rata-rata persediaan adalah berapa hari secara rata-rata persediaan berada di dalam perusahaan.
Pengaruh Rasio…, Triprawatya Fitri Sisthasari, FE UI, 2014
Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan menguji hipotesis untuk menjelaskan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan data kuantitatif. Penelitian ini merupakan penelitian data panel yang menggunakan data lebih dari satu perusahaan dalam rentang waktu tertentu (Sekaran, 2003). Seluruh proses perhitungan dan pengujian data diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel dan Eviews 6. Populasi atas penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang ada di Indonesia dalam seluruh rentang waktu. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode judgemental atau purposive sampling. Judgemental atau purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan kriteria tertentu. Kriteria tersebut antara lain: a. Perusahaan di Indonesia yang menjalankan kegiatan usaha secara penuh selama tahun 2008-2012; b. Perusahaan di Indonesia dengan Laporan Keuangan Tahunan yang telah dipublikasi oleh Bursa Efek Indonesia; c. Perusahaan di Indonesia yang bergerak dalam bidang industri manufaktur; d. Perusahaan di Indonesia yang memiliki seluruh komponen variabel yang diperlukan dalam penelitian. Dari kriteria-kriteria diatas, maka didapat total sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 42 Perusahaan manufaktur. Tabel 1 Ringkasan Operasionalisasi Variabel Variabel dependen
Notasi
Return on Assets
ROA
Perhitungan !"# !"#$%& !"#$% !""#$
Variabel Independen Current Asset Turnover
CATO
Net Profit Margin
NPM
Fixed Asset Turnover
FATO
Account ReceivableTurnover
ARTO
Account Payable Turnover
APTO
Inventory Turnover
ITO
!"#$% !"##$%& !""#$ !"# !"#$%& !"#$% !"#$% !"# !"#$% !""#$ !"#$% !""#$%& !"#"$%&'(" !"#$ℎ!"# !""#$%& !"#"$%& !"#$ !" !""#$ !"#$ !"#$"%&'(
Sumber: Hasil Olah Data Penulis (2014)
Pengaruh Rasio…, Triprawatya Fitri Sisthasari, FE UI, 2014
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linier berganda. Model regresi linier berganda ini disusun untuk mengetahui pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. Persamaan regresi linier dalam penelitian ini, yaitu: !"#!" = ! + !1!"#$!" + !2!"#!" + !!"…………….(1) !"#!" = ! + !1!"#$!" + !2!"#$!" + !3!"#!" + !!"…………….(2) !"#!" = ! + !1!"#$!" + !2!"#$!" + !3!"#!" + !4!"#!" + !!"…………….(3) Teknis analisis data penelitian ini adalah analisis deskriptif. Terdapat beberapa teknik dalam mengestimasi model data panel ini, yaitu: (1) Ordinary Least Square, (2) Fixed Effect Model dan (3) Random Effect Model. Untuk pemilihan model estimasi data panel dilakukan uji chow dan uji hausman. Uji asumsi klasik yang dilakukan adalah uji heteroskedastisitas, autokorelasi dan multikolinearitas. Penelitian ini menggunakan Generalized Least Square (GLS). Menurut Gujarati (2003), estimasi yang dihasilkan dengan metode Generalized Least Square (GLS) sudah bersifat BLUE. Sehingga permasalahan seperti heteroskedastisitas, multikolinearitas, dan autokorelasi telah teratasi. Pengujian hipotesis yang dilakukan adalah uji R2, uji Statistik F, dan uji statistik t. Software yang digunakan untuk mengolah data dalam penelitian ini adalah Microsoft Excel dan Eviews 6.0.
Hasil Penelitian Dan Pembahasan a. Pemilihan Model Tabel 2 Hasil Uji Chow Model Penelitian 1 Model 1
Effects Test
Statistic
d.f.
Prob.
Cross-section F
16.282119
(41,166)
0.0000
338.882490
41
0.0000
4.210856
(10,42)
0.0004
38.194133
10
0.0000
11.283825
(16,66)
0.0000
112.019322
16
0.0000
11.787430
(13,54)
0.0000
94.141391
13
0.0000
Cross-section Chisquare Miscellaneous
Cross-section F Cross-section Chisquare
Basic Industry
Cross-section F
and Chemicals
Cross-section Chisquare
Consumer
Cross-section F
Goods
Cross-section Chisquare
Sumber: Hasil olahan penulis menggunakan eviews 6.0
Pengaruh Rasio…, Triprawatya Fitri Sisthasari, FE UI, 2014
Tabel 3 Hasil Uji Chow Model Penelitian 2 Model 2
Effects Test
Statistic
d.f.
Prob.
Cross-section F
21.805257
(41,165)
0.0000
390.421405
41
0.0000
3.759706
(10,41)
0.0012
35.791922
10
0.0001
13.191757
(16,65)
0.0000
122.932128
16
0.0000
9.582363
(13,53)
0.0000
84.635390
13
0.0000
Cross-section Chisquare Miscellaneous
Cross-section F Cross-section Chisquare
Basic Industry
Cross-section F
and Chemicals
Cross-section Chisquare
Consumer
Cross-section F
Goods
Cross-section Chisquare
Sumber: Hasil olahan penulis menggunakan eviews 6.0 Tabel 4 Hasil Uji Chow Model Penelitian 3 Model 3
Effects Test
Statistic
d.f.
Prob.
Cross-section F
19.327627
(41,164)
0.0000
370.302237
41
0.0000
4.232425
(10,40)
0.0005
39.698243
10
0.0000
11.828105
(16,64)
0.0000
116.916890
16
0.0000
15.908197
(13,52)
0.0000
112.338603
13
0.0000
Cross-section Chisquare Miscellaneous
Cross-section F Cross-section Chisquare
Basic Industry
Cross-section F
and Chemicals
Cross-section Chisquare
Consumer
Cross-section F
Goods
Cross-section Chisquare
Sumber: Hasil olahan penulis menggunakan eviews 6.0
Hasil uji Chow ini menunjukkan bahwa pada ketiga model penelitian diatas, nilai probabilitas cross-section F lebih kecil dibandingkan dengan tingkat signifikansi 5%, sehingga H0 ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan intercept pada tiap variabel dan penggunaan cross section dengan fixed disarankan, sehingga permodelan data panel dapat dilakukan dengan fixed effects model pada model penelitian 3.
Pengaruh Rasio…, Triprawatya Fitri Sisthasari, FE UI, 2014
Tabel 5 Hasil Uji Hausman Model Penelitian 1 Effects Test
Model 1
Miscellaneous
Basic industry
Consumer
and Chemicals
Goods
Cross-section random Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
26.944750
3.249139
5.081136
50.490464
2
2
2
2
0.0000
0.1970
0.0788
0.0000
Sumber: Hasil olahan penulis menggunakan eviews 6.0
Tabel 6 Hasil Uji Hausman Model Penelitian 2 Effects Test
Model 2
Miscellaneous
Basic industry
Consumer
and Chemicals
Goods
Cross-section random Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
6.943011
2.712387
0.090417
48.017091
3
3
3
3
0.0737
0.4381
0.9930
0.0000
Sumber: Hasil olahan penulis menggunakan eviews 6.0
Tabel 7 Hasil Uji Hausman Model Penelitian 3 Effects Test
Model 3
Miscellaneous
Basic industry
Consumer
and Chemicals
Goods
Cross-section random Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
16.128880
7.246500
3.458107
24.301997
4
4
4
4
0.0029
0.1234
0.4843
0.0001
Sumber: Hasil olahan penulis menggunakan eviews 6.0
Kriteria Judge et al. dalam Gujarati (2003) menyatakan beberapa pertimbangan berikut dalam pemilihan kedua model tersebut, yaitu : a. Apabila T > N maka penggunaan fixed effects model atau random effects model akan memberikan estimasi parameter yang tidak jauh berbeda. b. Apabila T < N maka akan menunjukkan perbedaan yang signifikan. Jika pemilihan sampel tidak dilakukan secara acak, maka penggunaan fixed effects model lebih tepat, Jika pemilihan sampel dilakukan secara acak, penggunaan random effects model lebih tepat. Dari pertimbangan tersebut, model yang digunakan adalah Fixed Effect Model.
Pengaruh Rasio…, Triprawatya Fitri Sisthasari, FE UI, 2014
b. Hasil Regresi Tabel 8 Ringkasan Hasil Regresi Model Penelitian 1 dan Model Penelitian 2 Koefisien
t-stat
Interpretasi
C
0.025728
5.944606
CATO
0.000970
-1.127888
Tidak Signifikan
NPM
1.006205*
19.33845
Signifikan
C
-0.011019
-1.600854
CATO
0.009950*
3.736139
Signifikan
NPM
1.097816*
39.79568
Signifikan
Model Penelitian 1
Miscellaneous
Basic industry and Chemicals
C
0.014749
2.057600
CATO
-0.001044
-0.478062
Tidak Signifikan
NPM
0.958574*
24.86207
Signifikan
C
0.054335
3.276372
CATO
-0.000353
-0.078930
Tidak Signifikan
NPM
1.087918*
12.32491
Signifikan
C
0.018579
5.578826
FATO
0.001665*
3.201670
Signifikan
CATO
8.61E-06
0.643008
Tidak Signifikan
NPM
1.003092*
88.59116
Signifikan
C
-0.015906
-2.295381
FATO
0.002823**
2.217909
Signifikan
CATO
0.006081**
2.579148
Signifikan
NPM
1.082248*
48.16821
Signifikan
Consumer Goods
Model Penelitian 2
Miscellaneous
Basic industry and Chemicals
C
0.013544
3.003117
FATO
-5.96E-05
-0.129486
Tidak Signifikan
CATO
-1.49E-05
-1.225428
Tidak Signifikan
NPM
0.951212*
27.09405
Signifikan
C
0.000514
0.025785
FATO
0.010373*
5.480572
Signifikan
CATO
0.001530
0.284992
Tidak Signifikan
NPM
0.994815*
11.64326
Signifikan
Consumer Goods
Sumber: Hasil olahan penulis menggunakan eviews 6.0
Pengaruh Rasio…, Triprawatya Fitri Sisthasari, FE UI, 2014
Tabel 10 Ringkasan Hasil Regresi Model Penelitian 3 Koefisien
t-stat
C
0.018207
4.097356
ARTO
-1.59E-05
-0.069676
Tidak Signifikan
APTO
0.000186
0.639098
Tidak Signifikan
ITO
0.001783*
2.811081
Signifikan
NPM
1.000320*
66.01050
Signifikan
C
0.001940
0.323880
ARTO
-0.000254
-0.714754
Tidak Signifikan
APTO
0.001003
0.913383
Tidak Signifikan
ITO
0.002436**
2.481417
Signifikan
NPM
1.047101*
58.51890
Signifikan
Interpretasi
Model Penelitian 3
Miscellaneous
Basic industry and Chemicals C
0.010641
1.197241
ARTO
0.000641
1.182262
Tidak Signifikan
APTO
-0.001538***
-1.883904
Signifikan
ITO
0.000375
0.325611
Tidak Signifikan
NPM
0.890820*
58.51890
Signifikan
C
0.040370
2.923295
ARTO
0.000208
0.593171
Tidak Signifikan
APTO
0.000438
0.947472
Tidak Signifikan
ITO
0.003679***
1.950189
Signifikan
NPM
0.985892*
11.47256
Signifikan
Consumer Goods
Sumber: Hasil olahan penulis menggunakan eviews 6.0
Dari hasil estimasi dengan menggunakan fixed effect model didapatkan persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: Model Penelitian 1 : ROAit = 0.025728 + 0.000970*CATOit + 1.006205*NPMit + εi ............(4) Model Penelitian 2 :
Pengaruh Rasio…, Triprawatya Fitri Sisthasari, FE UI, 2014
ROAit = 0.018579 + 0.001665*FATOit + 8.61E-06*CATOit + 1.003092*NPMit + εi ..........(5) Model Penelitian 3 : ROAit = 0.018207 - 1.59E-05*ARTOit + 0.000186*APTOit + 0.001783*ITOit + 1.000320*NPMit + εi ............(6) c. Pembahasan Pada hasil analisis Model 1, Model 2, pada perusahaan manufaktur sektor usaha Basic industry and Chemicals dan perusahaan manufakktur sektor usaha Consumer Goods, current asset turnover (CATO) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return on asset (ROA), sedangkan pada perusahaan manufaktur sektor usaha Miscellaneous, current asset turnover (CATO) berpengaruh secara signifikan positif dengan return on asset (ROA). Hal ini terjadi mungkin dikarenakannya kurang panjangnya periode yang di teliti, atau tidak samanya jumlah sampel yang digunakan dalam tiap sektor usaha perusahaan manufaktur. Namun, tidak berpengaruhnya current asset turnover (CATO) terhadap return on asset (ROA) kemungkinan dikarenakan tidak adanya manajemen kas yang baik. Pada hasil analisis Model penelitian 1, Model penelitian 2 dan Model Penelitian 3, net profit margin (NPM) secara konstan berpengaruh positif terhadap return on asset (ROA). Baik dari segi perusahaan manufaktur sektor usaha Basic industry and Chemicals, perusahaan manufaktur sektor usaha Miscellaneous maupun dari segi perusahaan manufakktur sektor usaha Consumer Goods, net profit margin (NPM) memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap return on asset (ROA). Hal ini dikarenakan Semakin tinggi net profit margin (NPM) maka semakin baik operasi suatu perusahaan karena menampakkan keberhasilannya dalam meningkatkan penjualan (sales) / pendapatan (income). Sehingga hubungan antara net profit margin (NPM) dengan tingkat profitabilitas yaitu return on asset (ROA) adalah positif. Pada hasil analisis Model 2, perusahaan manufaktur sektor usaha Miscellaneous dan perusahaan manufakktur sektor usaha Consumer Goods, fixed asset turnover (FATO) memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap return on asset (ROA), sedangkan pada perusahaan manufaktur sektor usaha Basic industry and Chemicals, fixed asset turnover (FATO) tidak berpengaruh secara signifikan dengan return on asset (ROA). Tidak berpengaruh secara signifikannya fixed asset turnover (FATO) terhadap return on asset (ROA) bisa dikatakan adalah hal yang bagus bagi perusahaan, karena dengan begitu tidak terjadi tambahan pembelian aktiva tetap. Pada hasil analisis Model 3, pada perusahaan manufaktur sektor usaha Miscellaneous, perusahaan manufaktur sektor usaha Basic industry and Chemicals dan perusahaan
Pengaruh Rasio…, Triprawatya Fitri Sisthasari, FE UI, 2014
manufakktur sektor usaha Consumer Goods, account receivable turnover (ARTO) tidak berpengaruh secara signifikan dengan return on asset (ROA). Hal ini mungkin dikarenakan dalam kurun waktu tertentu, account receivable turnover (ARTO) tidak berubah secara signifikan. Maka saran yang dapat diberikan kepada perusahaan guna mengefektifkan account receivable turnover (ARTO) seperti dengan memperpendek jangka waktu pengumpulan piutang, dan mengusahakan tepat waktu administrasi penagihan piutang, nantinya hal ini meningkatkan profitabilitas, karena semakin tinggi account receivable turnover (ARTO) maka seharusnya semakin tinggi pula tingkat pengembalian asetnya. Pada hasil analisis Model 3, pada perusahaan manufaktur sektor usaha Miscellaneous, dan perusahaan manufakktur sektor usaha Consumer Goods, account payable turnover (APTO) tidak berpengaruh secara signifikan dengan return on asset (ROA). Hal ini mungkin dikarenakan dalam kurun waktu tertentu, account receivable turnover (ARTO) tidak berubah secara signifikan. Sedangkan pada perusahaan manufaktur sektor usaha Basic industry and Chemicals account payable turnover (APTO) berpengaruh secara signifikan dengan return on asset (ROA) dengan arah negatif. Hal ini mungkin berarti apabila account payable turnover (APTO) mengalami kenaikan, return on asset (ROA) akan mengalami penurunan. Pada hasil analisis Model 3, perusahaan manufaktur sektor usaha Miscellaneous, dan perusahaan manufakktur sektor usaha Consumer Goods mempengaruhi Inventory turnover (ITO) secara signifikan dengan arah positif terhadap return on asset (ROA). Sedangkan, perusahaan manufaktur sektor usaha Basic industry and Chemicals, tidak mempengaruhi Inventory turnover (ITO) secara signifikan terhadap return on asset (ROA). Inventory turnover (ITO) mempengaruhi return on asset (ROA) secara signifikan pada perusahaan manufaktur sektor usaha Miscellaneous dan pada
perusahaan manufakktur sektor usaha Consumer Goods karena
semakin tinggi tingkat inventory turnover (ITO) berarti perusahaan memperoleh kas dalam jumlah yang semakin tinggi yang berasal dari kegiatan penjualan (sales) perusahaan. Penjualan (sales) merupakan kegiatan perusahaan yang akan menghasilkan laba bagi perusahaan.
Kesimpulan Dari pembahasan dari bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan: 1. Berdasarkan hasil analisis, current asset turnover (CATO) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return on asset (ROA) pada perusahaan manufakktur sektor usaha Basic industry and Chemicals dan perusahaan manufakktur sektor usaha Consumer Good. Sedangkan, pada perusahaan manufaktur baik pada perusahaan manufaktur sektor usaha Miscellaneous, current asset turnover (CATO) memiliki pengaruh yang signifikan
Pengaruh Rasio…, Triprawatya Fitri Sisthasari, FE UI, 2014
terhadap return on asset (ROA). Hal ini terjadi mungkin dikarenakannya kurang panjangnya periode yang di teliti, atau tidak samanya jumlah sampel yang digunakan dalam tiap sektor usaha perusahaan manufaktur. Namun, perusahaan tetap harus memperhatikan current asset-nya, dan mengelolanya dengan lebih baik. 2. Berdasarkan hasil analisis, net profit margin (NPM) memiliki pengaruh signifikan yang positif terhadap return on asset (ROA) pada perusahaan manufaktur baik pada perusahaan manufaktur sektor usaha Miscellaneous, perusahaan manufakktur sektor usaha Basic industry and Chemicals dan perusahaan manufakktur sektor usaha Consumer Good. Hal ini berarti, apabila net profit margin (NPM) naik, mana return on asset (ROA) juga akan ikut naik. 3. Berdasarkan hasil analisis, pada perusahaan manufaktur sektor usaha Miscellaneous, fixed asset turnover (FATO) mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap return on asset (ROA). Sedangkan, pada perusahaan manufakktur sektor usaha Basic industry and Chemicals dan perusahaan manufakktur sektor usaha Consumer Good kedua rasio tersebut mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap return on asset (ROA). Hal ini kemungkinan dikarenakan peningkatan penerimaan kas yang berasal dari penjualan (sales) perusahaan manufakktur sektor usaha Basic industry and Chemicals dan perusahaan manufakktur sektor usaha Consumer Good tidak diiringi dengan peningkatan laba. 4. Berdasarkan hasil analisis, account receivable turnover (ARTO) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return on asset (ROA). Hal ini mungkin dikarenakan dalam kurun waktu tertentu, account receivable turnover (ARTO) tidak berubah secara signifikan. Apabila perusahaan ingin mengefektifkan account receivable turnover (ARTO) seperti dengan menerapkan sistem manajemen piutang yang baik adalah dengan pengelolaan piutang sedemikian rupa sehingga kebijakan kredit dicapai secara optimal 5. Berdasarkan hasil analisis, pada perusahaan manufaktur sektor usaha Miscellaneous dan pada perusahaan manufakktur sektor usaha Consumer Goods, account payable turnover (APTO) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return on asset (ROA). Sedangkan pada perusahaan manufaktur sektor usaha Basic industry and Chemicals account payable turnover (APTO) berpengaruh secara signifikan dengan return on asset (ROA) dengan arah negatif. Hal ini mungkin berarti apabila account payable turnover (APTO) mengalami kenaikan, return on asset (ROA) akan mengalami penurunan. 6. Berdasarkan hasil analisis, pada perusahaan manufaktur sektor usaha Miscellaneous, inventory turnover (ITO) mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap return on
Pengaruh Rasio…, Triprawatya Fitri Sisthasari, FE UI, 2014
asset (ROA). Sedangkan, pada perusahaan manufakktur sektor usaha Basic industry and Chemicals dan perusahaan manufakktur sektor usaha Consumer Good
kedua rasio
tersebut mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap return on asset (ROA). Jika suatu perusahaan memiliki inventory turnover (ITO) yang tinggi dan positif dalam perusahaannya yang berarti perusahaan tersebut mampu mengelola aktivanya dengan efisien, maka perusahaan akan dapat meningkatkan return on asset (ROA) perusahaan tersebut.
Saran 1. Bagi Investor Sebelum memutuskan berinvestasi di saham perusahaan manufaktur, sebaiknya investor perlu untuk memperhatikan rasio-rasio keuangan perusahaan tersebut dan
juga
memperhatikan tingkat ROA dan ROI perusahaan tersebut. 2. Bagi Pengusaha Sektor Manufaktur harus lebih berhati-hati dalam pengelolaan kas, piutang dan juga stock nya. Karena ketiga hal itu sangat berpengaruh terhadap rasio-rasio keuangan perusahaan yang nantinya akan berdampak kepada rentabilitas perusahaan tesebut. 3. Bagi Penelitian Selanjutnya Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk pengembangan penelitian ini selanjutnya antara lain: a. Menambah jumlah sampel yang ada seperti memasukkan seluruh perusahaan manufaktur yang ada di Indonesia, baik yang terdaftar dalam Bursa Efek maupun yang tidak terdaftar dalam bursa efek. b. Memasukkan variabel kinerja atau karakteristik perusahaan manufaktur lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini. c. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan data periode yang lebih panjang. Dengan mengambil periode yang lebih panjang diharapkan dapat menggambarkan kondisi yang sebenarnya dari pengaruh variable-variabel yang digunakan secara lebih baik dan konsisten.
Pengaruh Rasio…, Triprawatya Fitri Sisthasari, FE UI, 2014
Kepustakaan Ahmad, Mufidah. (2012). Variabel Penelitian. Surabaya. Appuhami, B.A Ranjith (2008). The Impact of Firms’ Capital Expenditure on Working Capital Management: An Empirical Studyacross Industries in Thailand. International Management Review Vol. 4 No. 1 Ajanthan, A (2013). Working Capital Management (WCM) And Corporate profitability (CP): A Study Of Selected Listed Companies In Sri Lanka. The International Journal Of Business & Management (ISSN 2321 –8916) www.theijbm.com 10 Vol 1 Issue 2 August, 2013 Ang, Robert (1997), Buku Pintar Pasar Modal Indonesia, Jakarta, Mediasoft Indonesia. Beams, Floyd A., Jusuf, Abadi, Amir, 2000. Akuntansi Keuangan Lanjutan di Indonesia, Salemba Empat, Jakarta Besley, S., and Brigham, E., 2005, Essentials of Managerial Finance, 13th Edition,Thomson. Bramasto, Ari. (2009) Analisis Perputaran Aktiva Tetap Dan Perputaran Piutang Kaitannya Terhadap Return On Asset Pada PT POS (Persero) Indonesia Bandung Brigham, E. F., & Joel, F. H. (2010). Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Brigham, E.F., and Ehrhardt, M.C. 2005. Financial Management, Theory and Practice, (13th edition). New York: Thomson Learning, Inc. Brooks, C. (2008). Introductory Econometrics for Finance (2nd ed.). Cambridge University Press. Ghozali, Imam. (2009). Ekonometrika Teori, Konsep Dan Aplikasi Dengan SPSS 17. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gitman, LJ 1974, 'Estimating Corporate Liquidity Requirements: A Simplified Approach', The Financial Review, vol 9, pp. 79-88. Gujarati, Damodar N. (2003). Basic Econometrics (4th Ed.). New York: McGraw-Hill. Hanafi, Mamduh M. 2004, Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE Harahap, Sofyan Syafri. 2008. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Horngren, C.T., Harrison, W.T., & Bamber, L.S. (2002). Accounting (edisi 5). New Jersey, Penerbit Prentice Hall, Inc.
Pengaruh Rasio…, Triprawatya Fitri Sisthasari, FE UI, 2014
Hutchison, P. D., Farris II, M. T. and Anders, S. B. 2007. Cash-to-cash analysis and management, The CPA Journal, 77 (8):42–47. Jordan, R. W., (2003). Fundamentals of Corporate Finance, 6th ed., McGraw-Hill Companies, Boston. Kasmir, S.E., MM. 2008. Manajemen Perbankan Edisi Revisi 2008. Jakarta: Rajawali Pers. Keown, A. J., Martin, J. D., Petty, J. W. and Scott, D. F., 2003. Foundations of Finance, 4th ed., Pearson Education, New Jersey. Khalifa, Mohamed Khalifa, Zurina Shafii. (2013). Factors Affecting The Financial Performance Of Non-Oil Industrial Companies Listed On Libyan Stock Market (LSM). Journal of Business And Economic Research 04 - 05 March 2013. ISBN: 978-967-570510-6. Kuswandi, 2006, Rasio-Rasio Keuangan, Jakarta :Elex Media Komputerindo. Kasmir, S.E., MM. 2008. Manajemen Perbankan Edisi Revisi 2008. Jakarta: Rajawali Pers. Lancaster, C., Stevens, J.L., and Jennings, J.A. 1999. Corporate liquidity and the significance of earnings versus cash flow: an examination of industry effects. Journal of Applied Business Research. 15 (3): 37–46. Maness, Terry S. and John T. Zietlow. (2005). Short-Term, Financial Management, 3rd ed., Thomson South Western. Moss, J.D., and Stine, B. 1993. Cash conversion cycle and firm size: a study of retail firms. Managerial Finance. 19 (8): 25–34. Munawir, S.,. 2004. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty. Nachrowi,D. & Usman, H. (2006). Pendekatan Populer Dan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Padachi, K. 2006. Trends In Working Capital Management and Its Impact on Firms’ Performance: An Analysis of Mauritian Small Manufacturing Firms. International Review of Business Research Papers.2 (2):45–58. Prihadi, Toto. Deteksi Cepat Kondisi Keuangan : Tujuh Analisis Rasio Keuangan. Jakarta: PPM, 2008 Rehman A (2006), “Working Capital Management and Profitability: Case of Pakistani Firms”, Unpublished Dissertation, COMSATS Institute of Information Technology, Islamabad, Pakistan..
Pengaruh Rasio…, Triprawatya Fitri Sisthasari, FE UI, 2014
Riyanto, Bambang., 2008. Dasar –Dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi Keempat. BPFE: Yogyakarta. Ross, S., Westerfield, R., and Jordan, B., 2008, Corporate Finance Fundamentals, 8th Edition, Mcgraw Hill. Ross S. A, Westefield R. W., Jaffe J., 2010, Corporate Finance, Ninth Edition, Mc. Graw Hill Sartono, R. Agus. 2001. Manajemen Keuangan (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: BPFE Sawir, Agnes, 2009, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2003. Research Method For Business: A Skill Building Approach, 4th edition, John Wiley & Sons. Sen, Mehmet, Eda Oruc. 2009. Relationship between Efficiency Level of Working Capital Management
dan
Return
on
Total
Asset
in
Ise
http://www.ccsenet.org/journal/index.php/ijbm/article/viewFile/2544/3495. Shulman, Joel M. and Raymond A. K. Cox, “Ann Integrative Approch To Working Capital Management,” Journal of Cash Management, 5 (6) (1985), pp. 64-67 Sial, M.S., dan A. Chaudhry. (2010). Relationship between Working Capital Management and Firm Profitability Manufacturing Sector of Pakistan. Siamat, Dahlan. (2004). Manajemen Lembaga Keuangan Edisi Keempat. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Syamsuddin, Lukman. 2007. Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep Aplikasi dalam Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Van Horne, James C. and John M. Wachowicz, Jr. (2005). Financial Times. Prentice Hall. Wild, John J., K. R. Subramanyam, dan Robert F. Halsey. 2005. Financial Statement Analysis. Jakarta: Salemba Empat. www.idx.co.id
Pengaruh Rasio…, Triprawatya Fitri Sisthasari, FE UI, 2014