18
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sistematika bahan tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) menurut Steenis
(2005)
ialah
:
Kingdom
:
Plantae,
Divisio:
Spermatophyta,
Subdivisio : Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo : Euphorbiales, Famili : Euphorbiaceae, Genus : Hevea, Spesies: Hevea brassiliensisMuell Arg. Tanaman karet adalah anggota famili Euphorbiaceae. Berbentuk pohon, tinggi 10-20 m, bercabang dan mengandung banyak getah susu. Daun berselangseling, tangkai daun panjang, tiga anak daun yang licin bertangkai, petiola pendek, hijau dan memiliki panjang 3.5-30 cm. Helaian anak daun bertangkai pendek dan berbentuk elips atau bulat telur, pangkal sempit dan tegang, ujung runcing, sisi atas daun hijau tua dan sisi bawah agak cerah, panjangnya 5-35 cm dan lebar 2.5-12.5 cm (Sianturi, 2001). Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi. Dibeberapa kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks (Budiman, 2012). Daun berselang-seling tangkai daun panjang, satu anak daun yang licin berkilat. Petiola tipis, hijau dan berpanjang 3.5-30 cm. Helaian anak daun bertangkai pendek dan berbentuk lonjong oblong atau oblong abovate, pangkal sempit dan tegang, ujung runcing, sisi atas daun hijau tua dan sisi bawah agak cerah, panjangnya 5-35 cm dan lebar 2.5-12.5 cm (Steenis, 2005). Bunganya bergerombol muncul dari ketiak daun (axillary), individu bunga bertangkai pendek, bunga betina terletak diujung. Proporsi bunga jantan lebih
19
banyak dibandingkan bunga betina (60-80 bunga jantan untuk 1 bunga betina). Bunga jantan dan waktu mekar hanya satu hari kemudian luruh. Bunga betina mekar selama 3-4 hari, pada waktu yang sama masih ada beberapa bunga jantan yang mekar (Syamsulbahri, 1996). Karet merupakan tanaman berbuah polong (diselaputi kulit yang keras) yang sewaktu masih muda buah berpaut erat dengan rantingnya. Buah karet dilapisi oleh kulit tipis berwarna hijau dan didalamnya terdapat kulit yang keras dan berkotak. Tiap kotak berisi sebuah biji yang dilapisi tempurung, setelah tua warna
kulit
buah
berubah
menjadi
keabu-abuan
kemudian
mengering
(Budiman, 2012). Biji karet besar sedikit padat, ukurannya 2-3.5 x 1.5-3 cm, mengkilat, bobot satu biji antara 2-4 gram. Perkecambahan biji karet terjadi 7-10 hari sesudah disemaikan. Bibit karet ataupun tanaman karet dewasa mempunyai pertumbuhan yang berperiodik, setiap pertumbuhan daun dinamakan mupus atau flush. Setiap periode pertumbuhan tunas juga dikenal sebagai pertumbuhan daun payung (Syamsulbahri, 1996). Kultur Jaringan Kultur jaringan atau dikenal dengan kultur in vitro merupakan teknik memisahkan bagian dari tanaman seperti tunas terminal, tunas aksilar, daun, batang atau embrio serta menumbuhkannya di dalam media buatan dalam kondisi aseptik sehingga membentuk tanaman lengkap. Hal ini didasari oleh adanya daya totipotensi sel. Terbentuknya tanaman lengkap dari eksplan potongan bagian tanaman dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain: kondisi fisiologi eksplan,
20
genotipe eksplan, media dasar, zat pengatur tumbuh serta lingkungan kultur seperti pencahayaan maupun kelembaban dan suhu ruangan (Pardal, 2012). Pada kultur jaringan callusatau struktur yang besar, regenerasi terutama menghasilkan keseragaman tanaman. Sebaliknya, regenerasi dari sel-sel tumbuhan yang tunggal atau proptoplast seringkali disertai dengan perubahan kecil atau besar pada fenotipe akhir tanaman. Keadaan ini diberi nama variasi somaklonal dan banyak dilakukan sebagai cara untuk memperbaiki tanaman, khususnya yang berhubungan dengan hasil serta ketahanan terhadap penyakit (Smith, 1995). Teknik kultur jaringan memberikan alternatif terhadap usaha perbanyakan tanaman secara vegetatif dalam skala yang lebih besar dalam upaya konservasi dan pengembangan tanaman gaharu dimasa yang akan datang. Ada beberapa kelebihan yang diperoleh dari perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan diantaranya adalah dapat menghasilkan tanaman yang homogen, berkualitas tinggi, jumlah yang tidak terbatas, bebas hama dan penyakit, menghasilkan klon yang lebih unggul, dapat diperbanyak dalam waktu yang relatif singkat, tidak dibatasi oleh waktu, tetapi membutuhkan keahlian khusus (Iskandaret al., 2006) Proses perbanyakan tanaman karetmelalui teknologi microcutting terdiri atasbeberapa
tahap,
yaitu
kultur
primer(primary
culture),
multiplikasi,
conditioning(hardening), induksi dan inisiasiperakaran serta aklimatisasi (Carron et al., 2005 ; Haris et al., 2009). Eksplan padatahap kultur primer merupakan potonganbatang tanaman karet muda yangdipelihara dalam polibeg di rumah kacadan eksplan tersebut memiliki minimal satu mata tunas aksilar (axillary bud). Dalam kondisi in vitro, eksplan yang bebas dari kontaminan dan tumbuh baik
21
dapat diperbanyak melalui subkultur berulang-ulang sehingga kultur primer merupakan tahap yang menentukan untuk keberhasilan dan keberlanjutan perbanyakan tanaman menggunakan teknologi tersebut (Haris et al., 2009). Organogenesis yaitu diferensiasi meristem unipolar, menghasilkan ujung tunas (shoot tip) yang akan menjadi tunas (caulogenesis) atau ujung akar (root tip) yang akan menjadi akar (rhizogenesis). Proses organogenesis memerlukan dua tahap induksi, masing-masing menggunakan media dengan zat pengatur tumbuh yang berbeda. Embrio somatik yaitu proses diferensiasi meristem bipolar yang berupa bakal tunas dan akar. Dua meristem diperlukan untuk pertumbuhan tanaman utuh. Embrio yang terbentuk selanjutnya akan tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh (Yuliarti, 2010). Organogenesis dan embriogenesis tanaman sangat tergantung ada kemampuan sel dalam bergenerasi. Peneliti-peneliti terdahulu memulai penelitian dan mengalami kegagalan dalam meregenerasikan suatu jaringan menjadi tanaman. Keterbatasan pengetahuan tentang zat pengatur tumbuh menjadi hambatannya. Setelah ditemukan auksin dan sitokinin serta zat pengatur tumbuh lainnya, sangat berperan dalam proses diferensiasi sel menjadi organ tertentu, maka kendala untuk organogenesis dan embriogenesis dapat dieliminir (Harahap, 2011). Penggandaan biakan dalamkultur jaringan dapat dilakukan melaluijalur organogenesis dan embriogenesissomatik. Cara embriogenesissomatik banyak mendapatBalitbiogenperhatian karena jumlah propagulayang dihasilkan tidak terbatas dandapat diperoleh dalam waktu yanglebih singkat. Di samping itu, untukmendukung
program
pemuliaan
tanamanmelalui
rekayasa
22
genetika,penggunaan
embrio
somatik
dapatmempercepat
keberhasilan
denganpeluang transformasi yang lebihtinggi karena embrio somatik dapatberasal dari satu sel somatik. Untukpenyimpanan jangka pendek maupunjangka panjang, embrio
somatikdianggap
disimpankarena
bila
merupakan
bahan
tanamanyang
diregenerasikan
dapat
membentuk
ideal bibit
untuk somatik
(Purnamaningsih, 2006). Eksplan Kultur meristem adalah kultur jaringan makanan dengan menggunakan eksplan (bahan tanaman). Bagian tanaman yang digunakan berupa jaringan merismatik, misalnya daun muda, ujung akar, ujung batang, keping biji. Dalam pelaksanaannya teknik kutur meristem, secara berurutan langkah kerja yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Pembuatan media kultur
: media preparasi
2. Pembuatan bahan eksplan
: inisiasi
3. Penanaman eksplan
: inokulasi
4. Penumbuhan tanaman kultur
: inkubasi
5. Pengadaptasian tanaman kultur
: aklimatisasi
(Nugroho dan sugito, 2000). Pada tanaman dikotil, pembelahan sel yang bertanggung jawab untuk pemanjangan terjadi didalam daerah meristematik tepat dibawah ujung dan bersamaan dengan diferensiasi jaringan pengangkut primer. Penebalan skunder berlanjut dalam jaringan batang yang lebih tua tetapi pertumbuhan membujur biasanya tidak nyata pada ruas-ruas yang memisahkan daun-daun yang telah mengembang (Goldsworthy dan fisher, 1996).
23
Dalam perbanyakan tanaman secara kultur jaringan, eksplan merupakan faktor penting penentu keberhasilan. Umur fisiologis, umur ontogenetik, ukuran eksplan, serta bagian tanaman yang diambil merupakan hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih eksplan yang akan digunakan sebagai bahan awal kultur. Umumnya, bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan adalah jaringan muda yang sedang tumbuh aktif. Jaringan tanaman yang masih muda mempunyai daya regenerasi lebih tinggi, sel-sel masih aktif membelah diri, dan relatif lebih bersih (mengandung lebih sedikit kontaminan) (Yusnita, 2003). Perbanyakan secara in vitro dapat menggunakanberbagai macam eksplan. Eksplan yang relatif mudahdiinduksi tunasnya adalah eksplan yang memiliki jaringanmeristem atau bakal tunas seperti tunas terminaldan bakal tunas pada buku. Untuk mengetahuieksplan yang paling mudah, paling cepat, dan palingtinggi faktor multiplikasinya, induksi tunas dilakukandengan menggunakan eksplan tunas terminal, bukusatu tunas dengan daun dan buku satu tunas tanpa daun (Kosmiatin et al., 2005) Beberapa genotipe bibit karet yang tersedia di rumah kaca akan digunakan sebagai eksplan dalam pembiakanmicrocutting tanaman karet. Bahan-bahan karet yang digunakan ini harus diberi perlakuan yang berbeda dalam poses microcutting. Sehubungan dengan itu hal ini untuk karakterisasi masing-masing genotipe untuk menentukan kualitas genotipe yang berkaitan dengan respon dan kemampuan pertumbuhan selama proses microcutting. Juga batang bawah yang digunakan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dan mengidentifikasi ciri-ciri morfologi untuk klon batang bawah yang menggunakan teknologi microcutting (Pratama, 2008).
24
Pembentukan kalus terjadi karena adanyapelukaan yang diberikan pada eksplan, sehinggasel-sel pada eksplan akan memperbaiki sel-selyang rusak tersebut. Pada awalnya terjadipembentangan dinding sel dan penyerapan air,sehingga
sel
akan
membengkak
selanjutnya
terjadipembelahan
sel
(Sitorus et al., 2011). Sel-sel pada jaringan atau organ tanaman tidak semua seragam. Berbagai tipe sel dapat dijumpai dalam jaringan tanaman. Proses dimana sel-sel tumbuh menjadi terspesialisasi disebut diferensiasi sedangkan proses pertumbuhan dan diferensiasi individu tanaman disebut perkembangan. Istilah lain yang berkaitan dengan perkembangan tanaman adalah morfogenesis (Lakitan, 1996). Tahap multiplikasi diharapkan tunas akan mengalami pemanjangan dengan demikian terjadi pertambahan ukuran tunas sebelum induksi akar, oleh karena itu perlu dicari jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh yang tepat untuk dapat merangsang pemanjangan tunas. Pemanjangan tunas disertai dengan membukanya primordia daun menjadi helaian daun. Terkadang pada tahap pemanjangan tunas diikuti pula dengan multiplikasi tunas. Pada tahapan pemanjangan tunas, terdapat dua zat pengatur tumbuh yang mempengaruhi yaitu sitokinin dan gibberelin (Ariyanti, 2014). Media Kultur Jaringan Keberhasilan dalam teknologi serta penggunaan metode in vitro terutama disebabkan pengetahuan yang lebih baik tentang kebutuhan hara sel dan jaringan yang dikulturkan. Hara terdiri dari komponen yang utama dan komponen tambahan. Komponen utama meliputi garam mineral, sumber karbon, vitamin dan zat pengatur tumbuh. Komponen lain seperti senyawa nitrogen organik, berbagai
25
asam organik, metabolit dan ekstrak tambahan tidak mutlak, tetapi dapat menguntungkan ketahanan sel dan perbanyakannya (Wetter dan Constabel, 1991). Media kultur merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan perbanyakan tanaman secara kultur jaringan. Berbagai komposisi media kultur telah diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kebutuhan nutrisi mineral untuk tanaman yang dikulturkan secara in vitro pada dasarnya sama dengan kebutuhan hara tanaman yang ditumbuhkan ditanah, meliputi hara-hara makro dan mikro (Yusnita, 2003). Medium yang digunakan untuk kultur in vitro tanaman dapat berupa medium padat atau cair. Medium padat digunakan untuk menghasilkan kalus yang selanjutnya diinduksi membentuk tanaman yang lengkap (plantlet), sedangkan medium cair biasanya digunakan untuk kultur sel. Medium yang digunakan mengandung lima komponen utama, yaitu: senyawa anorganik, sumber karbon, vitamin, zat pengatur tumbuh, dan suplemen organik (Yuwono, 2006). Medium
padat
dapat
digunakan
untukproliferasi
kalus
karena
mempercepatpembentukan kalus sekunder dan pembentukankalus embriogenik remah yanglebih banyak. Sementara pada SPS (sistem perendaman sesaat) danmedium
cair,
pembentukan
kalus
embriogenikremah
relatif
sedikit,
sehinggaterbentuk lebih banyak sel embriogenikyang menunjang proses pendewasaanmenjadi embrio somatik. Oleh karena itu, penggunaan medium cair dan
mediumSPS
(sistem
perendaman
sesaat)
dapat
direkomendasikan
sebagaimedium tumbuh untuk pendewasaan kalusembriogenik menjadi embrio somatik
(Kasi dan Sumaryono, 2008).
26
Hasil penelitian Nursetiadi (2008) media WPM (Woody Plant Medium) merupakan media yang mampu dioptimalkan oleh eksplan untuk pembentukan tunas. Muncul tunas tercepat yaitu pada media WPM (Woody Plant Medium) dengan konsentrasi BAP 0 ppm + IBA 0.5 ppm dan BAP 1 ppm + IBA 0.5 ppm dan pada konsentrasi BAP 2 ppm + IBA 0.5 ppm merupakan konsentrasi yang paling optimal pada panjang tunas dan jumlah daun. Lingkungan In vitro Pemuliaan tanaman in vitromencakup semua teknik kultur sel dan jaringan yang meliputi perbanyakan, pengamatan dan manipulasi genetik tanaman tanpa melibatkan siklus seksual. Pada dasarnya kultur in vitro merupakan suatu proses perbanyakan sel, jaringan, organ atau proptoplas dengan teknik steril (Nasir, 2002). Pekerjaan mengisiolasi dan mentransfer bahan tanaman biasanya diruangan
khusus
atau
didalam
lemari
dimana
mikroorganisme
dapat
dikecualikan. Lemari yang digunakan untuk isolasi dapat ditempatkan dalam rancangan laboratorium, tetapi jauh lebih baik di ruangan inokulasi atau transfer ruangan khusus yang disediakan. Pada saat ditempatkan di inkubator pencahayaan, suhu dan kelembaban dapat dikontrol. Laju pertumbuhan tergantung pada suhu dan juga pencahayaan yang diadopsi (George et al., 2007). Kondisi lingkungan yang menentukan keberhasilan dalam pembiakan tanaman dengan kulturjaringan meliputi cahaya, suhu, dan komponen atmosfer. Cahaya dibutuhkan untuk mengatur proses morfogenetik tertentu. Dalam teknik kultur jaringan, cahaya dinyatakan dengan dimensi lama penyinaran, intensitas, dan kualitasnya. Prof Murashige menyarankan untuk mengasumsikan lama
27
kebutuhan penyinaran pada kultur jaringan tanaman merupakan pencerminan dari kebutuhan periodisitas tanaman yang bersangkutan dilapangan. Kualitas cahaya mempengaruhi diferensiasi jaringan (Yusnita, 2003). Kualitas cahaya yang baik untuk perkembangan tanaman harus diperhatikan. Lampu flourescens jauh lebih baik dibandingkan lampu pijar, karena panasnya
relatif
rendah.
Intensitas
cahaya
yang
dibutuhkan
berkisar
1000-4000 lux. Intensitas cahaya diatur menempatkan lampu dengan kekuatan tertentu dengan jarak 40-50 cm dari tabung kultur untuk luas tertentu (Harahap, 2011). Suhu juga berpengaruh terhadap kesehatan tanaman yang dikulturkan. Suhu yang umum digunakan untuk pengkulturan berbagai jenis tanaman adalah 26±20C. Untuk kebanyakan tanaman, suhu yang terlalu rendah (kurang dari 200C) dapat menghambat pertumbuhan, dan suhu yang terlalu tinggi (lebih dari 320C) menyebabkan tanaman merana. Namun, pada kultur tanaman yang biasanya memerlukan suhu rendah untuk pertumbuhan terbaiknya (Yusnita, 2003). Plant Growth Regulator Sitokinin merupakan zat pengatur tumbuh yang mendorongpembelahan (sitokinesis), pertumbuhan danperkembangan kultur sel tanaman. Sitokininjuga menunda penuaan daun, bunga dan buahdengan cara mengontrol dengan baik proseskemunduran yang menyebabkan kematian sel-seltanaman. Pada tumbuhan, efek sitokinin seringdipengaruhi oleh keberadaan auksin, misalnyajumlah akar yang
banyak
akan
menghasilkan
sitokinin
dalam
jumlah
banyak.
Peningkatankonsentrasi sitokinin ini akan menyebabkansistem tunas membentuk cabang dalam jumlahyang lebih banyak(Lawalata, 2011).
28
Giberelin sebagai hormon tumbuh pada tanaman sangat berpengaruh terhadap
sifat
genetik
(genetic
dwarfism),
parthonecarphy, mobilisasi karbohidrat
pembungaan,
penyinaran,
selama perkecambahan (germination)
dan aspek fisiologi lainnya (Abidin, 1985). Pada banyak sistem, giberelin yang ditambahkan dapat menghalangi efek-efek dorman. Hal ini menyatakan bahwa peranan giberelin didalam meristem apikal mungkin hanyalah melindunginya dari efek-efek penghambat pertumbuhan endogen yang menghambat seperti misalnya dorman (Wilkins, 1989). Di antara hormon tumbuhan yang dikenal giberelin mempunyai kemampuan khusus memacu pertumbuhan tanaman utuh pada banyak spesies, terutama tumbuhan kerdil atau tumbuhan dwitahunan dalam fase roseta, giberelin biasanya lebih banyak mendorong pemanjangan batang utuh dari pada potongan batang,
sehingga
efeknya
berlawanan
dengan
efek
auksin
(Salisbury dan Ross, 1995). GA3 merupakan yang paling banyak dijumpai di dalam tanaman. Asam giberelat tidak begitu sering digunakan dalam kultur jaringan. Senyawa tersebut tidak tahan panas dan tidak dapat diautoklaf. Oleh karena itu, harus ditambahkan kedalam medium setelah diotoklaf dengan menggunakan filter milipore (sterilisasi filter). Secara umum peranan asam giberelat didalam tanaman adalah meningkatkan perkecambahan biji dan menginduksi pemanjangan ruas. Senyawa itu digunakan didalam media kultur untuk meningkatkan pemanjangan pucuk-pucuk yang sangat kecil dan merangsang pembentukan embrio dan kalus (Zulkarnain, 2009)
29
Menurut Wareing dan Phillips (1970) dalam Mudyantini (2008) efek fisiologis yang khas pada tanaman yangdiperlakukan dengan GA3 adalah terjadinya
pemanjanganbatang,
akibat
adanya
aktivitas
kambium
di
internodus,sehingga tanaman yang diperlakukan menjadi lebih tinggidaripada tanaman normal. Pemanjangan batang selaindipengaruhi oleh aktivitas kambium juga disebabkan olehpeningkatan mitosis di daerah meristem subapikal batang,sehingga
jumlah
sel
pada
masing-masing
internodusmeningkat.
Peningkatan jumlah sel menyebabkanpertumbuhan batang lebih cepat, sehingga dihasilkanbatang yang lebih panjang. Respon ini pada batangbiasanya hanya berupa peningkatan panjang internodus,dan umumnya tidak meningkatkan jumlah internodus yang terbentuk. Kebanyakan hormon endogen ditanaman terdapat pada jaringan meristem yaitu jaringan yang aktif tumbuh dan membelah. Sehingga pemberian hormon eksogen sangat mempengaruhi kerja hormon endogen sebagai fungsinya dalam proses cytokinesis(proses pembelahan sel) pada berbagai organ tanaman. Pemberian hormon eksogen dengan konsentrasi yang melebihi kebutuhan tanaman dapat menyebabkan pembentukan tunas terhambat (Azwin, 2007). Pemberian GA3 pada tempat yangdapat mengangkutnya ke apeks tajuk,peningkatan
pembelahan
dan
pembesaran
selakan
nampak
pada
pemanjangan danperkembangan daun muda, dengan terpacunyaperkembangan daun yang cepat ini fotosintesisakan terpacu yang dapat menghasilkanpeningkatan keseluruhan pertumbuhan.Perkembangan daun sangat penting padaproduksi tanaman budidaya agar dapatmemaksimalkan penyerapan cahaya dan asimilasi (Mubarok, 2003).
30
Pemberian NAA dan BAP terhadap regenerasi kentang hasil induksi mutasi EMS dapat dirumuskan. Tidak terdapat interaksi antara NAA dan BAP terhadap regenerasi kalus kentang menjadi planlet, waktu muncul rootlet, jumlah rootlet, diameter kalus dan bobot kalus. Pemberian NAA memberikan pengaruh berbeda nyata pada diameter kalus dan bobot kalus kentang. Warna kalus yang dihasilkan adalah hijau keputihan, hijau kekuningan, putih kecoklatan, coklat dan coklat kekuningan. Sedangkan tekstur kalus yang terbentuk adalah kompak (Wartina, 2011) Kajian Kultur Jaringan Tanaman Karet Kultur In vitro embrio tanaman karet yang dilakukan dengan menggunakan konsentrasi yang berbeda Benzil Amino Purin (BAP) 0.075 mg/l dan 0.01 mg/l konsentrasi Napthalen Asam Asetat (NAA) untuk melengkapi Murashige dan Skoog (MS) medium dengan 0.075 mg/l BAP dan 0.01 mg/l NAA. Perlakuan ini menghasilkan planlet karet dengan akar tunggang yang berkembang dengan baik. Konsentrasi yang sama dari NAA dan konsentrasi BAP sedikit lebih tinggi atau lebih dari 0.075 mg/l karet yang dihasilkan tunas dan akar lateral saja (Dickson et al., 2011). Pemberian
kombinasi
BAP
dan
NAA
pada
media
WPM
(Woody Plant Medium) terhadap persentase munculnya tunas, jumlah tunas, terbentuknya
daun
yang
terbaik
pada
kombinasi
konsentrasi
0.5 mg/l BAP + 0 mg/l NAA, sedangkan konsentrasi 0.5 mg/l BAP + 0.25 mg/l NAA memberikan respon panjang tunas yang terbaik (Sundari et al., 2015). Hasil penelitian (Harahap et al., 2015) Pemberian kombinasi BAP dan NAA terhadap persentase eksplan hidup tertinggi yaitu pada perlakuan
31
BAP 0.5mg/l + NAA 0 mg/l dan eksplan membentuk tunas pada perlakuan BAP 1.5 mg/l + NAA 0.25 mg/l. Semakin tinggi konsentrasi BAP yang diberikan maka jumlah tunas yang dihasilkan akan semakin tinggi, karena pemberian konsentrasi BAP yang tertinggi pada perlakuan masih bisa direspon oleh tanaman sehingga tanaman terdorong untuk melakukan pembelahan sel secara aktif (Sari, 2011). Eksplan tunas muncul pada media yang ditambahkan dengan 0.5 mg/l dan 4.0 mg/l BAP dan 0.005, 0.1, 0.5, 0.1 mg/l IBA. Pertumbuhan tunas ketiak ditemukan baik pada 0.5 mg/l BAP + 0.005 mg/l IBA, 0.5 mg/l BAP + 0.1 mg/l IBA dan 4.0 mg/l BAP + 0.05 mg/l IBA. Dengan konsentrasi BAP 7-10 mg/l BAP kultur menunjukkan jenis pertumbuhan dengan sejumlah besar tunas yang tumbuh berdekatan, ketika dipisahkan dan disubkultur gagal berkembang menjadi tunas normal (Gunnatilleke dan Chandra, 1988).