II.
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Teori-Teori 2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Simon Kuznet menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari suatu negara untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya yang ditentukan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi, institusional (kelembagaan), dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada (Todaro, 2003). Sementara Robinson Tarigan menekankan pertumbuhan ekonomi dalam sisi kewilayahan dimana pertumbuhan ekonomi wilayah merupakan pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu wilayah, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (value added) yang terjadi di wilayah tersebut. Menurut pandangan kaum historis, diantaranya Friedrich List dan Rostow, pertumbuhan ekonomi merupakan tahapan proses tumbuhnya perekonomian mulai dari perekonomian bersifat tradisional yang bergerak di sektor pertanian dimana produksi bersifat subsisten, hingga akhirnya menuju perekonomian modern yang didominasi oleh sektor industri manufaktur. Menurut pandangan ekonom klasik seperti Adam Smith, David Ricardo, Thomas Robert Malthus dan John Stuart Mill, maupun ekonom neo klasik, Robert Solow dan Trevor Swan, empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu (1) jumlah penduduk, (2) jumlah stok barang modal, (3) luas tanah dan kekayaan alam, dan (4) tingkat teknologi yang digunakan. Jumlah penduduk sangat erat kaitannya dengan
pertumbuhan
ekonomi
dimana
penduduk
sebagai
penggerak
perekonomian. Semakin banyak jumlah penduduk suatu daerah tidak berarti pembangunan di daerah tersebut menjadi lebih baik. Jumlah penduduk yang berlebihan justru akan menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Jumlah stok barang modal menjadi faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan produksi barang dan jasa yang selanjutnya akan diperjualbelikan. Sementaraluas tanah dan kekayaan merupakan pendukung kegiatan-kegiatan perekonomian. Tingkat teknologi tidak bisa
15
dilepaskan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dikarenakan teknologi dapat menentukan efektivitas dan efisiensi kegiatan ekonomi. Keempat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tersebut dapat menentukan perkembangan kegiatan perekonomian. Menurut Kuncoro, 2003 suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau berkembang apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi dari pada apa yang dicapai pada masa sebelumnya. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi menitik beratkan pada capaiaan yang lebih baik dari sebelumnya berkenaan dengan kualitas dan kuantitas kegiatan perekonomian suatu wilayah. Schumpeter
menyatakan
bahwa
faktor
utama
yang
menyebabkan
perkembangan ekonomi adalah proses inovasi, dan pelakunya adalah inovator atau wiraswasta (entrepreneur). Kemajuan ekonomi suatu masyarakat hanya bisa diterapkan dengan adanya inovasi oleh para entrepreneur. Inovasi yang diperlukan dalam perkembangan ekonomi adalah inovasi yang memberikan perbaikan dalam poses produksi sehingga tercipta efisiensi dan efektivitas kegiatan-kegiatan ekonomi. Menurut Todaro (2003: hal 92-98), ada tiga faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu : 1. Akumulasi modal “termasuk semua investasi baru yang berwujud tanah/(lahan), peralatan fiskal, dan sumber daya manusia (human resources). Akumulasi modal akan terjadi jika ada sebagian dari pendapatan sekarang di tabung yang kemudian diinvestasikan kembali dengan tujuan untuk memperbesar output di masa-masa mendatang. Investasi juga harus disertai dengan investasi infrastruktur, yakni berupa jalan, listrik, air bersih, fasilitas sanitasi, fasilitas komunikasi, demi menunjang aktivitas ekonomi produktif. Investasi dalam pembinaan sumber daya manusia bermuara pada peningkatan kualitas modal manusia, yang pada akhirnya dapat berdampak positif terhadap angka produksi.” 2. Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja. “Pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angka kerja (labor force) secara tradisional telah dianggap sebagai faktor yang positif
16
dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Artinya, semakin banyak angkatan kerja semakin produktif tenaga kerja, sedangkan semakin banyak penduduk akan meningkatkan potensi pasar domestiknya.” 3. Kemajuan Teknologi. “Kemajuan teknologi disebabkan oleh teknologi cara-cara baru dan cara-cara lama yang diperbaiki dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan tradisional. Ada 3 klasifikasi kemajuan teknologi, yakni : a. Kemajuan teknologi yang bersifat netral, terjadi jika tingkat output yang dicapai lebih tinggi pada kuantitas dan kombinasi-kombinasi input yang sama. b. Kemajuan teknologi yang bersifat hemat tenaga kerja (labor saving) atau hemat modal (capital saving), yaitu tingkat output yang lebih tinggi bisa dicapai dengan jumlah tenaga kerja atau input modal yang sama c. Kemajuan teknologi yang meningkatkan modal, terjadi jika penggunaan teknologi tersebut memungkinkan kita memanfaatkan barang modal yang ada secara lebih produktif.” 2.1.2 Modal Manusia dalam Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Manusia merupakan aset berharga dalam pembangunan dan juga merupakan subjek dari pembangunan itu sendiri. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan oleh Todaro dan Smith (2003) dimana pembangunan memiliki tiga nilai inti yaitu tercapainya kemampuan hidup (life sustenance), kemandirian (self esteem) dan kemerdekaan
atau
kebebasan
(freedom).
Kemampuan
hidup
diartikan
kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar. Kemandirian berarti mempunyai harga diri, bermartabat atau berkepribadian. Adapun kemerdekaan berarti memiliki kesanggupan untuk melakukan pilihan-pilihan dalam hidup. Menurut UNDP (1995), paradigma pembangunan manusia terdiri dari 4 (empat) komponen utama, yaitu : (1) Produktifitas, masyarakat harus dapat meningkatkan produktifitas mereka dan berpartisipasi secara penuh dalam proses memperoleh penghasilan dan pekerjaan berupah. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi adalah salah satu bagian dari jenis pembangunan manusia, (2) Ekuitas,
17
masyarakat harus punya akses untuk memperoleh kesempatan yang adil. Semua hambatan terhadap peluang ekonomi dan politik harus dihapus agar masyarakat dapat berpartisipasi di dalam dan memperoleh manfaat dari kesempatankesempatan ini, (3) Kesinambungan, akses untuk memperoleh kesempatan harus dipastikan tidak hanya untuk generasi sekarang tapi juga generasi yang akan datang. Segala bentuk permodalan fisik, manusia, lingkungan hidup, harus dilengkapi, (4) Pemberdayaan, pembangunan harus dilakukan oleh masyarakat dan bukan hanya untuk mereka. Masyarakat harus berpartisipasi penuh dalam mengambil keputusan dan proses-proses yang mempengaruhi kehidupan mereka.Dengan peningkatan kemampuan, kreatifitas dan produktifitas manusia akan meningkat sehingga mereka menjadi agen pertumbuhan yang efektif. Pertumbuhan ekonomi harus dikombinasikan dengan pemerataan hasil-hasilnya. Pemerataan kesempatan harus tersedia baik, semua orang, perempuan maupun laki-laki harus diberdayakan untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan keputusan-keputusan penting yang mempengaruhi kehidupan mereka. Pembangunan manusia merupakan paradigma pembangunan yang menempatkan manusia (penduduk) sebagai fokus dan sasaran akhir dari seluruh kegiatan pembangunan, yaitu tercapainya penguasaan atas sumber daya (pendapatan untuk mencapai hidup layak), peningkatan derajat kesehatan (usia hidup panjang dan sehat) dan meningkatkan pendidikan (kemampuan baca tulis dan keterampilan untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat dan kegiatan ekonomi). UNDP membahas pembangunan manusia dengan menghubungannyadengan model sosial dan reproduksi sosial. Pembangunan manusia merupakan model sosial, LSM, dan organisasi kemasyarakatan yang dapat mengembangkan kemampuan pekerja, petani dan pengusaha sehingga dapat menghasilkan produk yang berkualitas dengan teknologi dan penelitian serta pengembangan produk. Produk ini kemudian menjadi komposisi output yang berkualitas yang dapat diekspor. Kekuatan timbal balik antar pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan manusia tidak terlepas dari kebijakan institusi dan pemerintah. Kebijakan ini yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan menentukan distribusi sumberdaya
18
swasta dan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi disusun oleh tiga faktor penting yaitu tabungan luar negeri, modal fisik, dan tabungan dalam negeri. Makin baik tiga faktor ini akan menentukan pertumbuhan ekonomi yang tinggi sehingga dapat menguatkan kredibelitas institusi dan pemerintah. Komitmen pemerintah dalam pendistribusian sumber daya dilakukan melalui dua saluran, yakni dari kebijakan pengeluaran pemerintah yang ditujukan pada prioritas sosial seperti pembangunan infrastruktur dan melalui kegiatan pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan individu rumah tangga seperti pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Keduanya bermuara di tempat sama yakni model sosial yang selanjutnya dapat membangun manusia yang berkualitas. Pertumbuhan ekonomi dengan sasaran pengeluaran rumah tangga menggunakan pendekatan ketenagakerjaan yaitu dengan penyediaan lapangan pekerjaan yang merupakan jembatan antar pengeluaran pemerintah dan pengeluaran rumah tangga (Gambar 2.1). Model UNDP ini telah banyak digunakan dalam berbagai penelitian. Teori-teori bahwa pembangunan ditentukan oleh modal manusia banyak disebut-sebut oleh pakar-pakar ekonomi. Adam Smith tak hanya mengangkat tentang kebijakan laissez-faire, tetapi juga sangat memperhatikan tentang pembangunan. Smith pun berpendapat bahwa faktor penentu pembangunan adalah perkembangan penduduk. Penduduk yang bertambah akan memperluas pasar dan perluasan pasar akan meninggikan tingkat spesialisasi dalam perekonomian tersebut. Sebagai akibat dari spesialisasi yang terjadi, maka tingkat kegiatan ekonomi akan bertambah tinggi.
19
Pembangunan Manusia
Reproduksi Sosial
Model Sosial, LSM, dan Organisasi kemasyarakatan
Kemampuan Pekerja dan petani pengusaha Manajer
Produk R&D dan Teknologi
Pengeluaran prioritas sosial
Pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan dasar Kegiatan dan pengeluaran rumah tangga
Kebijaksanaan dan pengeluaran pemerintah
Distribusi sumber daya swasta dan masyarakat Komposisi output dan ekspor Institusi dan pemerintah
Ketenagakerjaan
Pertumbuhan Ekonomi
Tabungan Luar negeri
Modal Fisik
Tabungan dalam negeri
Gambar 2.1 Hubungan Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Sumber: UNDP (1996)
20
2.1.3 Pendidikan Menurut Schweke (2004), pendidikan bukan saja akan melahirkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas, memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, tetapi juga dapat menumbuhkan iklim bisnis yang sehat dan kondusif bagi pertumbuhan ekonomi. Karena itu, investasi di bidang pendidikan tidak saja berguna bagi perorangan, tetapi juga bagi komunitas bisnis dan masyarakat umum. Pencapaian pendidikan pada semua level niscaya akan meningkatkan pendapatan dan produktivitas masyarakat. Pendidikan merupakan jalan menuju kemajuan dan pencapaian kesejahteraan sosial dan ekonomi. Sedangkan kegagalan membangun pendidikan akan melahirkan berbagai problem krusial: pengangguran, kriminalitas, penyalahgunaan narkoba, dan welfare dependency yang menjadi beban sosial politik bagi pemerintah. Dalam upaya mencapai pembangunan ekonomi yang berkelanjutan (sustainable development), sektor pendidikan memainkan peranan yang sangat strategis khususnya dalam mendorong akumulasi modal yang dapat mendukung proses produksi dan aktivitas ekonomi lainnya. Secara definisi,World Commision on Environmental and Development, 1997 dalam McKeown (Satria, 2008), bahwa sustainable development adalah: “Sustainable development is development that meets the needs of thepresent without comprimising the ability of future generations to meet their ownneeds.” Dalam konteks ini, pendidikan dianggap sebagai alat untuk mencapai target yang berkelanjutan, karena dengan pendidikan aktivitas pembangunan dapat tercapai, sehingga peluang untuk meningkatkan kualitas hidup di masa depan akan lebih baik. Di sisi lain, dengan pendidikan, usaha
pembangunan
yang
lebih
hijau
(greener
development)
dengan
memperhatikan aspek-aspek lingkungan juga mudah tercapai. Analisis atas investasi dalam bidang pendidikan menyatu dalam pendekatan modal manusia. Modal manusia (human capital) adalah istilah yang sering digunakan oleh para ekonom untuk pendidikan, kesehatan, dan kapasitas manusia yang lain yang dapat meningkatkan produktivitas jika hal-hal tersebut ditingkatkan. Pendidikan memainkan kunci dalam membentuk kemampuan sebuah negara untuk menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan
21
kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan (Todaro, 2003). Memasuki abad ke-21, paradigma pembangunan yang merujuk knowledgebased economymenjadi semakin dominan. Paradigma ini menegaskan tiga hal:Pertama, kemajuan ekonomi dalam banyak hal bertumpu pada basis dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kedua, hubungan kausalitas antara pendidikan dan kemajuan ekonomi menjadi kian kuat dan solid. Ketiga, pendidikan menjadi penggerak utama dinamika perkembangan ekonomi, yang mendorong proses transformasi struktural berjangka panjang.1 2.1.4 Kesehatan Laporan Komisi Makroekonomi dan Kesehatan tahun 2001 dalam Atmawikarta(2002) menekankan pentingnya pembangunan manusia sebagai sentral pembangunan. Pada tingkat mikro yaitu pada tingkat individual dan keluarga, kesehatan adalah dasar bagi produktivitas kerja dan kapasitas untuk belajar di sekolah. Tenaga kerja yang sehat secara fisik dan mental akan lebih enerjik dan kuat, lebih produktif, dan mendapatkan penghasilan yang tinggi. Keadaan ini terutama terjadi di negara-negara sedang berkembang, dimana proporsi terbesar dari angkatan kerja masih bekerja secara manual. Pada tingkat makro, penduduk dengan tingkat kesehatan yang baik merupakan masukan (input) penting untuk menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan ekonomi jangka panjang. Beberapa pengalaman sejarah besar membuktikan berhasilnya tinggal landas ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi yang cepat didukung oleh terobosan penting di bidang kesehatan masyarakat, pemberantasan penyakit dan peningkatan gizi. Dengan demikian menurut Atmawikarta (2002), terdapat korelasi yang kuat antara tingkat kesehatan yang baik dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Secara statistik diperkirakan bahwa setiap peningkatan 10 persen dari angka harapan hidup (AHH) waktu lahir akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi minimal 0,3–0,4 persen pertahun, jika faktor-faktor pertumbuhan lainnya tetap. Dengan demikian, perbedaan tingkat pertumbuhan tahunan antara negara-negara 1
(Amich Alhumami- Kompas, 6/8/2004)
22
maju yang mempunyai AHH tinggi (77 tahun) dengan negara-negara sedang berkembang dengan AHH rendah (49 tahun) adalah sekitar 1,6 persen, dan pengaruh ini akan terakumulasi terus menerus. Peningkatan kesejahteraan ekonomi sebagai akibat dari bertambah panjangnya usia sangatlah penting. Dalam membandingkan tingkat kesejahteraan antar kelompok masyarakat, dapat merujuk pada angka harapan hidup. Di negaranegara yang tingkat kesehatannya lebih baik, setiap individu memiliki rata-rata hidup lebih lama, dengan demikian secara ekonomis mempunyai peluang untuk memperoleh pendapatan lebih tinggi. Keluarga yang usia harapan hidupnya lebih panjang, cenderung untuk menginvestasikan pendapatannya di bidang pendidikan dan menabung. Dengan demikian, tabungan nasional dan investasi akan meningkat, dan pada selanjutnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. 2.1.5 Pendapatan Per Kapita Pembangunan manusia dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita suatu masyarakat terus-menerus bertambah dalam jangka panjang. Menurut Sukirno (2006), pendapatan perkapita dapat digunakan untuk tiga tujuan berikut: (i) menentukan tingkat kesejahteraan yang dicapai suatu negara pada suatu tahun tertentu; (ii) menggambarkan tingkat kelajuan atau kecepatan pembangunan ekonomi dunia dan di berbagai negara; dan (iii) menunjukkan jurang pembangunan di antara berbagai negara. Merujuk pada penggunaan pendapatan perkapita tersebut, maka pendapatan per kapita dapat digunakan dalam mengukur daya beli masyarakat yang kemudian berkaitan dengan kesejahteraan yang dicapai dalam suatu negara. Pendapatan perkapita didefinisikan sebagai besarnya pendapatan rata–rata penduduk di suatu negara. Pendapatan perkapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Pendapatan perkapita juga merefleksikan Produk Domestik Bruto (PDB) perkapita. Produk domestik bruto per kapita atau produk domestik regional bruto per kapita pada skala daerah dapat digunakan sebagai pengukur pertumbuhan ekonomi yang lebih baik karena lebih tepat mencerminkan kesejahteraan penduduk suatu negara daripada nilai PDB atau PDRB saja. Produk domestik
23
bruto per kapita baik di tingkat nasional maupun di daerah adalah jumlah PDB nasional atau PRDB suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk di negara maupun di daerah yang bersangkutan, atau dapat disebut juga sebagai PDB atau PDRB rata-rata (Prastyo, 2010). Bank Dunia menggunakan Produk Nasional Bruto (PNB), bukan PDB sebagai alat ukur perkembangan ekonomi suatu negara, yaitu dengan memperhitungkan pendapatan bersih dan faktor produksi milik orang asing. Walaupun PDB atau PNB per kapita merupakan alat pengukur yang lebih baik, namun tetap belum mencerminkan kesejahteraan penduduk secara tepat, karena PDB rata-rata tidak mencerminkan kesejahteraan ekonomi yang sesungguhnya dirasakan oleh setiap orang di suatu negara. Dapat saja angka-angka rata-rata tersebut tinggi, namun sesungguhnya ada penduduk atau sekolompok penduduk yang tidak menerima pendapatan sama sekali. Oleh sebab itu, perlu diperhatikan unsur
distribusi
pendapatan
di
antara
penduduksuatunegara.
Dengan
memperhatikan unsur distribusi pendapatan itu, maka PDB atau PNB per kapita yang tinggi disertai distribusi pendapatan yang lebih merata akan mencerminkan kesejahteraan ekonomi yang lebih baik daripada bila pendapatan per kapitanya tinggi namun ada distribusi pendapatan yang tidak merata. Meskipun demikian, demi sederhananya pengukuran, pendapatan per kapita tetap merupakan alat pengukur yang unggul dibanding dengan alat-alat pengukur yang lain (Prastyo, 2010). 2.1.6 Indeks Pembangunan Manusia Perkembangan manusia secara berkelanjutan merupakan hal penting yang perlu diukur dengan pengukuran indikator komposit yang cukup representatif. Ukuran pembangunan manusia yang populer adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang diperkenalkan oleh UNDP dalam laporannya pada Human development Report tahun 1997. UNDP berupaya menggantikan ukuran kemiskinan “pendapatan” Bank Dunia dengan ukuran kemiskinan “manusia”. Satuan inilah yang kemudian dinamakan Indeks Kemiskinan Manusia (Human Poverty Indeks-HPI atau populer juga dengan Indeks Pembangunan Manusia. Menurut UNDP, kemiskinan manusia harus diukur dalam satuan hilangnya tiga
24
hal utama, yaitu kehidupan yang diukur dari harapan hidup penduduknya. Di negara-negara miskin lebih dari 30 persen penduduknya cenderung memiliki harapan hidup tidak lebih dari 40 tahun. Kemiskinan juga dihitung dari pendidikan dasar yang diukur melalui persentase penduduk dewasa yang buta huruf dan keseluruhan ketetapan ekonomi yang diukur oleh persentase penduduk yang tidak memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan dan air bersih ditambah persentase anak dibawah 5 tahun yang kekurangan berat badan. Angka HPI yang rendah berarti menunjukkan hal yang bagus (yakni, sedikitnya persentase penduduk yang mengalami kehilangan 3 hal tersebut). Sementara HPI yang lebih tinggi menunjukkan kehilangan yang lebih besar. Dengan kata lain Indeks pembangunan mencakup tiga komponen yang dianggap mendasar bagimanusia dan secara operasional mudah dihitung untuk menghasilkan suatu ukuranyang merefleksikan upaya pembangunan manusia. Ketiga aspek tersebut berkaitandengan peluang hidup (longevity), pengetahuan (knowledge), dan hidup layak(decent living). Peluang hidup dihitung berdasarkan angka harapan hidup ketika lahir; pengetahuan diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah angka melek hurufpenduduk usia 15 tahun keatas; dan hidup layak diukur dengan pengeluaran perkapita yang didasarkan pada Purchasing Power Parity (paritas daya beli dalamrupiah).Usia hidup diukur dengan angka harapan hidup atau e0 yang dihitungmenggunakan metode tidak langsung (metode Brass, varian Trussel) berdasarkan variabel rata-rata anak lahir hidup dan rata-rata anak yang masih hidup. Komponen pengetahuan diukur dengan angka melek huruf dan ratarata lama sekolah yang dihitung berdasarkan data Suseda. Sebagai catatan, UNDP dalam publikasi tahunan Human Development Report (HDR). Indikator angka melek huruf diperoleh dari variabel kemampuan membaca dan menulis, sedangkan indikator rata-rata lama sekolah dihitung dengan menggunakan dua variabel secara simultan; yaitu tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Komponen standar hidup layak diukur dengan indikator rata-rata konsumsi riil yang telah disesuaikan. Sebagai catatan, UNDP menggunakan indikator Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita riil yang telah disesuaikan (adjusted real GDP percapita) sebagai ukuran komponen tersebut karena tidak tersedia indikator lain yang lebih baik untuk
25
keperluan perbandingan antar negara. Secara singkat konsep IPM dapat digambarkan sebagai berikut: IPM
Dimensi
Umur Panjang dan Hidup Sehat Harapan Hidup saat lahir
Indikator
Dimension Indeks
Indeks Harapan Hidup
Pengetahuan
Standar Kehidupan Layak Tingkat Rata-rata Pengeluaran Melek lamanya riil perkapita Huruf bersekolah (PPP rupiah) Dewasa (MYS) (Lit) Indeks Pendapatan Indeks Pendidikan
Gambar 2.2Alur Konsep IPM Sumber: BPS, 2010
Indeks Pembangunan Manusia
BPS memberikan ilustrasi penghitungan IPM sebagai berikut: IPM = 1/3 (X(1) + X(2) + X(3))
(1)
Dimana: X(1)
: Indeks harapan hidup
X(2)
: Indeks pedidikan = 2/3 (indeks melek huruf) + 1/3 (indeks ratarata lama sekolah)
X(3)
: Indeks standar hidup layak
Masing-masing indeks komponen IPM tersebut merupakan perbandingan antara selisih nilai suatu indikator dan nilai minimumnya dengan selisih nilai maksimum dan nilai minimum indikator yang bersangkutan. Rumusnya dapat disajikan sebagai berikut: Indeks X(i) = (X(i) – X (i) min) / X(i)maks – X(i)min)
(2)
Dimana: X(i)
: Indikator ke-i
X(i)maks : Nilai maksimum X(i) X(i)min : Nilai minimum X(i) Nilai maksimum dan nilai minimum indikator X(i) disajikan pada tabel di bawah ini:
26
Tabel 2.1 Perhitungan Indeks Pembangunan Manusia Indeks Komponen Nilai Nilai Catatan IPM Maksimum Minimum (X(1)) (1) (2) (3) (4) Angka Harapan 85 25 Sesuai standar global Hidup (UNDP) Angka Melek 100 0 Sesuai standar global Huruf (UNDP) Rata-rata Lama 15 0 Sesuai standar global Sekolah (UNDP) Konsumsi per 732.720a) 300.000b) UNDP menggunakan PDB Kapita yang per kapita riil yang disesuaikan 1996 disesuaikan. Catatan: a) Proyeksi pengeluaran riil/ unit/ tahun untuk provinsi yang memiliki angka tertinggi (Jakarta) pada tahun 2018 setelah disesuaikan dengan formula Atkitson. Proyeksi mengasumsikan kenaikan 6,5 persen per tahun selama kurun 1993-2018 b) Setara dengan dua kali garis kemiskinan untuk provinsi yang memiliki angka terendah tahun 1990 di daerah pedesaan Sulawesi Selatan dan tahun 2000 di Irian Jaya. 2.1.7 Kemiskinan dan Pembangunan Manusia BPS mendefinisikan kemiskinan dengan kondisi kehidupan yang serba kekurangan yang dialami seseorang atau rumahtangga sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan minimal/yang layak bagi kehidupannya. Sementara Chambers mengartikan kemiskinan sebagai keadaan kekuranganuang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Dengan demikian, kemiskinan memiliki arti luas sebagai suatu konsep yang terintegrasi dengan memiliki lima dimensi, yaitu: 1) kemiskinan(proper),
2) ketidakberdayaan
(powerless), 3) kerentanan
menghadapi situasidarurat (state of emergency), 4) ketergantungan (dependence), dan 5) keterasingan(isolation) baik secara geografis maupun sosiologis. Hidup dalam kemiskinan bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain, seperti tingkat kesehatan dan pendidikan rendah, perlakuan tidak adil dalam hukum, kerentanan terhadap ancaman tindak kriminal, ketidak berdayaan dalam menentukan jalan hidupnya sendiri (Prasetyo, 2010). 27
Kemiskinan dibagi dalam empat bentuk, yaitu: a.
Kemiskinan absolut, kondisi dimana seseorang memiliki pendapatan di bawah garis kemiskinan atau tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang dibutuhkan untuk bisa hidup dan bekerja.
b.
Kemiskinan
relatif,
kondisi
miskin
karena
pengaruh
kebijakan
pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat, sehingga menyebabkan ketimpangan pada pendapatan. c.
Kemiskinan kultural, mengacu pada persoalan sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif meskipun ada bantuan dari pihak luar.
d.
Kemiskinan struktural, situasi miskin yang disebabkan oleh rendahnya akses terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial budaya dan sosial politik yang tidak mendukung pembebasan kemiskinan, tetapi seringkali menyebabkan suburnya kemiskinan. Sementara BPS menjabarkan kemiskinan melalui indikator dan dimensi
kemiskinan sebagai berikut:
28
Tabel 2.2 Dimensi dan Indikator Kemiskinan Kebutuhan Dasar 1. Konsumsi
Contoh Indikator a. Persentase penduduk dibawah Garis Kemiskinan b. Indeks Kedalaman Kemiskinan c. Indeks Keparahan Kemiskinan Persentase pengeluaran makanan d. Persentase penduduk dengan konsumsi energi < 2100 kkal perkapita perhari e. Persentase balita kurang gizi
2. Kesehatan
a. Persentase penduduk meninggal sebelum 40 tahun b. Persentase penduduk tanpa akses pada pelayanan kesehatan dasar c. Angka Kematian Bayi
3. Pendidikan Dasar
a. Persentase penduduk usia 7-15 tahun tidak sekolah b. Persentase penduduk dewasa buta huruf a. Persentase penduduk penganggur terbuka b. Persentase penduduk setengah penganggur c. Persentase pekerja sektor informal a. Persentase rumahtangga tanpa akses pada listrik b. Persentase rumahtangga dengan lantai tanah c. Persentase penduduk dengan luas lantai < 10 m2 a. Persentase penduduk tanpa akses pada air bersih b. Persentase penduduk tanpa jamban sendiri
4. Ketenagakerjaan
5. Perumahan
6. Air dan Sanitasi
Sumber: BPS (2004) 2.1.8 Kebijakan Pro Poor Growth
Pro poor growth merupakan hubungan timbal balik antara tiga unsur: pertumbuhan, kemiskinan, dan ketidakmerataan. Tingkat kemiskinan tidak hanya dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi tetapi juga dipengaruhi oleh level dan perubahan ketidakmerataan (Suparno, 2010).
29
Revalion (1998) mendefinisikan pro poor growth sebagai peningkatan PDB yang menurunkan kemiskinan. Menurut Zepeda (2004) definisi ini masih sangat luas, implikasinya sebagian besar pertumbuhan ekonomi di dunia tergolong sebagai pro poor growthselama terjadi penurunan kemiskinan walaupun distribusi pendapatan memburuk. Sedangkan badan-badan internasional seperti PBB, Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), UNDP, dan Bank Dunia lebih sering menggunakan pro poor growth sebagai pertumbuhan ekonomi yang lebih menguntungkan penduduk miskin dan memberikan mereka kesempatan untuk memperbaiki situasi ekonomi mereka seperti dikemukakan Kakwani (2004). 2.1.9 Pembangunan Infrastruktur dan Pembangunan Manusia Pembangunan ekonomi atau lebih tepatnya pertumbuhan ekonomi merupakan
prasyarat
bagi
tercapainya
pembangunan
manusia,
karena
pembangunan ekonomi terjamin peningkatan produktivitas dan peningkatan pendapatan
melalui
penciptaan
kesempatan
kerja.
Dengan
demikian,
pembangunan infrastruktur tidak dapat diabaikkan karena merupakan faktor utama dalam peningkatan produktivitas (Gambar 2.3). Aspek Pembangunan Manusia
Pendidikan
Kesehatan
Ekonomi (pendapatan) Infrastruktur Gambar 2.3 Hubungan Infrastruktur dengan Pembangunan Manusia Infrastruktur yang baik adalah sektor pendukung yang sangat penting dalam setiap aktivitas agar berlangsung efektif dan efisien. Pembangunan akan tercapai jika didukung oleh infrastruktur yang memadai yang diindikasikan dengan kualitas layanan sarana dan prasarana yang baik (Indratno, 2008).
30
Infrastruktur pembangunan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni infrastruktur ekonomi dan infrasturktur sosial. Infrastruktur ekonomi adalah infrastruktur fisik, baik yang digunakan dalam proses produksi maupun yang dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Dalam pengertian ini meliputi semua prasarana umum seperti tenaga listrik, telekomunikasi, perhubungan, irigasi, air bersih, dan sanitasi, serta pembuangan limbah. Sedangkan infrastruktur sosial antara lain meliputi prasarana kesehatan dan pendidikan (Ramelan, 1997). Ketersediaan infrastruktur, seperti jalan, pelabuhan, bandara, sistem penyediaan tenaga listrik, irigasi, sistem penyediaan air bersih, sanitasi, dan sebagainya yang merupakan social overhead capital, memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan tingkat perkembangan wilayah, yang antara lain dicirikan oleh laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari kenyataan bahwa daerah yang mempunyai kelengkapan sistem infrastruktur yang lebih baik, mempunyai tingkat laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik pula, dibandingkan dengan daerah yang mempunyai kelengkapan infrastruktur yang terbatas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penyediaan infrastruktur merupakan faktor kunci dalam mendukung pembangunan nasional (Bappenas, 2003). Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Fasilitas transportasi memungkinkan orang, barang dan jasa diangkut dari satu tempat ke tempat lain diseluruh penjuru dunia. Perannya sangat penting baik dalam proses produksi
maupun
dalam
menunjang
distribusi
komoditi
ekonomi.
Telekomunikasi, listrik, dan air merupakan elemen sangat penting dalam proses produksi dari sektor-sektor ekonomi seperti perdagangan, industri dan pertanian. Keberadaan infrastruktur akan mendorong terjadinya peningkatan produktivitas bagi faktor-faktor produksi. Sebagaimana teori Lewis, kondisi pareto optimal akan tercapai bila terjadi mobilitas faktor-faktor produksi (labour) tanpa hambatan untuk memacu pertumbuhan ekonomi (Jhingan, 2007). Daerah-daerah yang memiliki tingkat mobilitas faktor-faktor produksi antar daerah rendah akan menyebabkan pertumbuhan ekonominya rendah. Daerah-daerah dengan tingkat kemiskinan
31
tinggi menunjukkan bahwa faktor-faktor produksi di daerah yang bersangkutan memiliki mobilitas antar daerah yang rendah. Infrastruktur dapat digolongkan sebagai modal atau capital. Infrastruktur tergolong sebagai social overhead capital, berbeda dengan modal yang berpengaruh secara langsung terhadap kegiatan produksi, perluasan infrastruktur tidak hanya menambah stok dari modal tetapi juga sekaligus meningkatkan produktifitas perekonomian dan taraf hidup masyarakat luas. Teori Wagner menyebutkan adanya keterkaitan positif antara pertumbuhan ekonomi dan besarnya pengeluaran pemerintah untuk pembangunan infrastruktur. Teori ini menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah akan tumbuh lebih cepat dari GDP, dengan kata lain elastisitas pengeluaran pemerintah terhadap GDP lebih besar dari satu. Dalam, suatu perekonomian, apabila pendapatan perkapita meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintah akan meningkat. Dasar dari teori Wagner
ini
adalah
pengamatan
empiris
dari
negara-negara
maju
(Mangkoesoebroto, 2001). Pengeluaran pemerintah akan meningkat guna membiayai tuntutan masyarakat akan kemudahan mobilitas untuk mendukung kegiatan ekonomi. Dalam Yanuar (2006) dijelaskan ada dua kendala utama dalam pengadaan infrastruktur. Yang pertama adalah adanya kemungkinan terjadinya kegagalan pasar (market failure), dan yang kedua adalah menyangkut aspek pembiayaan. Dalam pengadaan infrastruktur dibutuhkan dana investasi yang besar dan pengadaan infrastruktur merupakan investasi jangka panjang. Kegagalan pasar terjadi, karena beberapa jenis infrastruktur memiliki manfaat yang tidak hanya dapat dinikmati atau dirasakan secara pribadi akan tetapi juga dapat dirasakan orang lain. Dengan adanya kendala tersebut, maka pengadaan infrastruktur dilaksanakan oleh pemerintah melalui pengeluaran pemerintah dengan dana yang terdapat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui pengeluaran pembangunan. 2.1.10
Analisis Panel Data
Ketersediaan data seringkali menjadi kendala dalam dalam suatu penelitian. Data dengan series yang pendek menjadi permasalahan dalam pengolahan data
32
time series karena akan mempengaruhi validitas analisis sebagai konsekuensi minimnya jumlah data. Permasalahan lain juga terjadi apabila penelitian memiliki jumlah unit cross section yang terbatas sehingga menyulitkan analisis prilaku dari model yang diteliti. Teori ekonometrika memberikan solusi untuk permasalah tersebut. Salah satunya dengan menggunakan data panel (Pooled data). Menurut Gujarati (2003) data panel (pooled data) atau yang disebut juga data longitudinal merupakan gabungan antara data cross section dan data time series. Data cross section adalah data yang dikumpulkan dalam satu waktu terhadap banyak individu. Metode data panel merupakan suatu metode yang digunakan untuk melakukan analisis empirik yang tidak mungkin dilakukan jika hanya menggunakan data time series atau cross section. Baltagi (2005) mengemukakan kelebihan yang diperoleh dari penggunaan data panel: 1. Dapat mengendalikan keheterogenan individu atau unit cross section; 2. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, mengurangi kolinearitas diantara variabel, memperbesar derajat bebas, dan lebih efisien; 3. Panel data lebih baik untuk studi dynamic of adjustment; 4. Dapat lebih baik untuk mengidentifikasi dan mengukur efek yang tidak dapat dideteksi dalam model data cross section maupun time series; 5. Lebih sesuai untuk mempelajari dan menguji model prilaku (behavioral models) yang kompleks dibandingkan dengan model data cross section atau time series. Analisis menggunakan data panel adalah kombinasi antara data deret waktu dan kerat lintang. Jika T adalah jumlah observasi dan n adalah jumlah unit cross section, maka panel data terjadi jika T 1 dan n 1. Jika observasi untuk setiap unit cross section sama banyaknya disebut balance panels sedangkan jika tidak sama banyak disebut unbalance panels (Johnston, 2000). Proses mengkombinasi data cross section dan time series untuk membentuk panel disebut pooling. Bentuk panel data dapat dinotasikan sebagai berikut: Yit=
Nilai variabel terikat (dependent variabel)
untuk setiap unit
individu (cross section) i pada periode t
33
dimana i = 1, 2, …. ,n dan t = 1, 2,… ,T j
Nilai variabel bebas (independent variabel) atau disebut juga
Xit =
variabel penjelas ke-j untuk unit individu (cross section) i pada waktu t. K merupakan indeks variabel penjelas j = 1,…,K Dalam bentuk matrik, cara umum dalam mengelompokkan data dalam unitunit sebagai berikut : y i1 y yi i 2 y iT
X I11 1 X X i i2 1 X iT
X i21 X i22 X iT2
X iK1 X iK2 X iTK
i1 ……..(3.1) i i 2 iT
Dimana it berarti disturbance term untuk unit ke-i pada waktu t. Seringkali data tersebut mempunyai bentuk sebagai berikut : y1 y y 2 yn
X1 X X 2 X n
1 2 n
...…….(3.2)
Dimana y = nT x 1, X = nT x k, dan = nT x 1. Sehingga Model linear standar dapat diperlihatkan sebagai berikut : y X
dimana
1 2 k
.………………………..(3.3) ………….……………(3.4)
Pada persamaan di atas secara sederhana dapat dilakukan perhitungan dengan mengasumsikan bahwa it ~ (0,2) untuk semua i dan t. Untuk semua individual yang ditentukan, observasi tidak terjadi serial korelasi. Dan lintas individu dan waktu terjadi homokedastisitas pada galatnya. Analisis panel data memiliki tiga pendekatan, yaitu pendekatan kuadrat terkecil (pooled least square), pendekatan efek tetap (fixed effect), dan pendekatan
34
efek acak (random effect). Ketiga pendekatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a.
Pendekatan Kuadrat Terkecil (Pooled Least Square) Pendekatan kuadrat terkecil merupakan pendekatan pengolahan panel data yag paling sederhana. Pendekatan ini biasa diterapkan pada data berbentuk pool.Jika efek individu konstan sepanjang waktu dan spesifik terhadap setiap unit cross section maka modelnya akan sama dengan model regresi biasa. Apabila nilai individunya sama untuk setiap unit cross sectionnya, maka OLS pendekatan kuadrat terkecil akan menghasilkan setimasi yang konsisten dan efisien untuk variabel-variabelnya.Persamaannya dapat ditulis seperti berikut: =∝ +
+
untuk i = 1,2,….,N dan t = 1,2,…,T
(3.5)
adalah jumlah unit cross section (individu) dan T adalah jumlah time series (periode waktu). Dengan mengasumsikan komponen error dalam pengolahan kuadrat terkecil biasa, maka proses estimasi secara terpisah untuk setiap unit cross sectiondapat dilakukan. b. Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect) Terdapat kasus dimana intersep dan slope dianggap konstan untuk tiap cross section dan time series. Oleh karena itu diperlukan metode dengan memasukkan variabel boneka (dummy variable) untuk mengizinkan terjadinya perbedaan nilai parameter yang berbeda-beda baik lintas cross section maupun time series. Pendekatan dengan memasukkan variabel boneka inilah yang disebut model efek tetap (fixed effect) atau sering disebut juga Least Square Dummy Variable atau Covariance model. Persamaan untuk pendekatan ini dapat ditulis: =∝ +
dimana:
+ ∑
∝
+
...................………………....(3.6)
= Variabel terikat di waktu t untuk unit cross section i ∝
= intercept yang berubah-ubah untuk antar cross section unit = variabel bebas j di waktu t untuk cross section i 35
= parameter untuk variabel ke j = komponen error di waktu t untuk unit cross section i Model telah ditambahkan sebanyak (N-1) variabel boneka (Di) dan menghilangkan satu sisanya untuk menghindari terjadinya kolinearitas sempurna antar variabel penjelas. Dengan menggunakan pendekatan ini akan terjadi degree of freedom sebesar NT-N-K. Namun pengurangan degree of freedom ini akan mempengaruhi keefisienan dari parameter yang diestimasi. Keputusan memasukkan variabel boneka harus berdasarkan pertimbangan statistik yaitu dengan menggunakan statistik F. Statistik F ini berusaha memperbandingkan antara nilai jumlah kuadrat dari error dari proses pendugaan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil dan efek tetap yang telah memasukkan variabel boneka. Rumusan uji F adalah sebagai berikut: =
,
/(
/(
)
)
………………………
(3.6)
dimana ESS1 dan ESS2 adalah jumlah kuadrat sisa dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa dan model efek tetap, sedangkan statistik F mengikuti distribusi F dengan derajat bebas NT-1 dan NT-N-K. Nilai statistik F uji inilah yang kemudian diperbandingkan dengan nilai statistik F tabel yang akan menentukan pilihan model yang akan digunakan. c.
Pendekatan Efek Acak ( Random Effect) Keputusan memasukkan variabel boneka dalam model efek tetap akan dapat menimbulkan konsekuensi. Penambahan ini akan mengurangi banyaknya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya akan mengurangi keefisienan dari parameter yang diestimasi. Dengan demikian, dalam model data panel diperkenalkan pendekatan ketiga yakni model efek acak (random effect). Dalam pendekatan ini, parameter-parameter yang berbeda antar daerah maupun antar waktu dimasukkan ke dalam error. Karena hal ini, model efek acak sering disebut juga model komponen error (error component model). Bentuk model efek acak adalah: =∝ + =
dimana:
+
+
+
……………………………………….(3.7) ………………………………………………
(3.8)
36
~
~
~
(0,
(0,
(0,
) = komponen cross section error ) = komponen time series error ) = komponen error kombinasi
Dengan menggunakan model efek acak ini, maka dapat menghemat pemakaian derajat kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya seperti yang terjadi di model efek tetap. Dengan demikian parameter akan menjadi lebih efisien. Pemilihan antara model efek tetap dengan efek acak dapat ditentukan secara teoritis. Menurut Gujarati (2003) beberapa pertimbangan untuk menentukan apakah FEM atau ECM adalah: a. Jika T (jumlah data deret waktu) adalah besar dan N (jumlah unit kerat lintang) adalah kecil, maka sedikit perbedaan dalam nilai parameter yang dihitung dengan FEM dan ECM. Oleh karena itu maka yang dipilih berdasarkan perhitungan yang tepat. Pada sebab ini maka FEM lebih disenangi. b. Ketika N besar dan T kecil, menghasilkan dua metode yang secara signifikan berbeda. Mengingat bahwa ECM 1i = 1 + i, dimana i adalah komponen acak dari kerat lintang, padahal di FEM kita memperlakukan 1i sebagai fixed
bukan acak (random). Pada kasus terakhir, statistik
inferen adalah merupakan kondisi pengamatan unit kerat lintang di dalam sampel. Hal ini tepat jika kita percaya bahwa individu atau kerat lintang, unit di dalam sampel bukanlah acak yang ditarik dari sampel yang besar. Pada kasus itu, FEM lebih tepat. Namun jika unit kerat lintang dalam sampel yang diperhatikan ditarik secara acak, maka ECM yang lebih tepat, untuk kasus statistik inferensia maka tidak bersyarat. c. Jika komponen galat individu i dan satu atau lebih regressors berkorelasi, kemudian estimator ECM akan bias, sebaliknya estimator FEM adalah tidak bias. d. Jika N besar dan T kecil, dan jika asumsi pokok yang mendasari bagi ECM dipegang, maka ECM lebih efisien dibandingkan FEM. Jika tidak dapat ditentukan secara teoritis dampak dari gangguannya, maka model efek acak dipilih jika data diambil dari sampel individu yang 37
merupakan sampel acak dari populasi yang lebih besar, dengan kata lain menarik kesimpulan suatu populasi atau hanya meliputi beberapa individu. Namun jika evaluasi meliputi seluruh individu dalam populasi atau hanya meliputi beberapa individu dengan penekanan pada individu-individu tersebut maka lebih baik digunakan model efek tetap. Cara lain dengan menggunakan ukuran relatif jumlah individu dan rentang waktu yang digunakan untuk jumlah individu yang tetap, semakin panjang waktu semakin kecil perbedaan hasil estimasi antara model efek tetap dan model efek acak, Jika jangka waktu cukup panjang maka dapat dipilih model efek tetap dengan alasan lebih mudah dikerjakan. d. Uji Chow Beberapa buku menyebut uji Chow dengan pengujian F statistik. Uji Chow digunakan untuk memilih model yang digunakan pooled least square atau fixed effect. Terkadang asumsi bahwa setiap cross section memiliki prilaku yang sama cenderung tidak realistis memingat bisa saja setiap unit cross section memiliki prilaku yang berbeda. Dalam pengujian ini dilakukan hipotesa sebagai berikut: H0= Model Pooled Least Square H1 = Model Fixed Effect (Unrestricted) Dasar penolakan terhadap hipotesis nol tersebut adalah dengan menggunakan F Statistik seperti yang dirumuskan oleh Chow (Baltagi, 2001): CHOW =
(
dimana: RRSS
/(
)/ (
)
)
………………………………………… (3.9)
= Restricted Residual Sum Square yaitu jumlah error kuadrat yang diperoleh dari estimasi data panel dengan metode Pooled Least Square
URSS
= Unrestricted Residual Sum Square yaitu jumlah error kuadrat yang diperoleh dari estimasi data panel dengan metode fixed effect
N
= Jumlah data cross section
T
= Jumlah data time series
K
= Jumlah variabel penjelas 38
Pengujian ini mengikuti distribusi F statistik yaitu FN-1,NT-N-K. Jika nilai Chow Statistics (F stat) hasil pengujian lebih besar dari F tabel, maka cukup bukti bagi kita untuk melakukan penolakan terhadap hipotesis nol sehingga model yang digunakan adalah model fixed effect, begitu juga sebaliknya. Pengujian ini disebut uji Chow karena memiliki kemiripan dengan uji Chow yang digunakan untuk menguji stabilitas dari parameter. e.
Uji Hausman Pengujian terhadap asumsi ada tidaknya korelasi antara regresor dan efek individu digunakan untuk memilih apakah fixed atau random effects yang lebih baik. Alat ujinya dapat digunakan Hausman Test. Dalam uji ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H0: E(τi xit) = 0
………………..(3.10)
atau REM adalah model yang tepat H1: E(τi xit)≠ 0
………………..(3.11)
atau FEM adalah model yang tepat Sebagai dasar penolakan H0 maka digunakan statistik Hausman dan membandingkannya dengan Chi square. Statistik Hausman dirumuskan dengan: H = (βREM – βfEM )’ (MFEM –MREM)-1 (βREM – βfEM )
~ χ2
(k)
………………………………………………………………..….(3.12) dimana: M= matriks kovarians untuk parameter β k = degrees of freedom Jika nilai H hasil pengujian lebih besar dari χ2 tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0 sehingga model yang digunakan adalah model fixed effects, begitu juga sebaliknya
39
2.2 Penelitian-Penelitian Terdahulu Penelitian tentang pembangunan manusia telah dilakukan oleh Cahyadi (2005). Cahyadi meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi indeks pembangunan manusia di provinsi Bali. Teknik pengolahan data yang dilakukan adalah dengan model ekonometrika OLS dengan data panel yang terdiri dari 9 kabupaten/ kota dengan tahun analisis 1996,1999, dan 2002. Variabel terikat yang digunakan adalah indeks pembangunan manusia, sedangkan untuk variabel bebas digunakan PDRB, investasi bruto,realisasi anggaran pembangunan sosial, rata-rata pengeluaran rumah tangga sebulan, jumlah penduduk miskin, rasio jumlah murid SD terhadap jumlah ruangan kelas SD, rasio jumlah sarana kesehatan terhadap jumlah penduduk, dan persentase rumah tangga yang mempunyai akses air bersih. Hasil dari penelitian tersebut adalah jumlah penduduk miskin berpengaruh signifikan negatif terhadap IPM, anggaran pembangunan sosial sebagai indikator pembiayaan pembangunan manusia dan persentase rumah tangga yang mempunyai akses air bersih sebagai indikator kesehatan yang juga digunakan sebagai proksi distribusi pendapatan berpengaruh signifikan secara positif terhadap IPM dan bersifat inelastis. Sedangkan rata-rata pengeluaran rumah tangga sebagai indikator pembiayaan pembangunan manusia, PDRB, investasi, rasio sarana prasarana pendidikan dan kesehatan berpengaruh signifikan secara positif terhadap IPM dan bersifat elastis. Kajian tentang IPM juga telah dilakukan oleh Alam (2006) dengan studi kasus Kabupaten Bekasi. Penelitian ini berfokus pada ketimpangan pendapatan antar kecamatan di Kabupaten Bekasi pada tahun 1996-2004, kemajuan ekonomi antar kecamatan, serta menganalisis faktor-faktor sosial dan ekonomi yang mempengaruhi IPM di Kabupaten Bekasi. Teknik analisis yang digunakan adalah dengan Analisis Weighted Coefficient Variation (CVw)atau Williamson (Iw) Nilai indeks berkisar antara nol dan satu. Alat Analisis yang kedua adalah TipelogiKlaasen dengan melihat perbandingan antara laju pertumbuhan ekonomi (LPE) dan PDRB per kapitakecamatan terhadap angka LPE dan PDRB perkapita rata-rata Kabupaten. Sedangkan alat Analisisselanjutnya adalah regresi data panel dengan IPM sebagai Variabel babas, dan variabel terikatnya terdiridari: PDRB per kapita kecamatan; Sarana pendidikan (jumlah gedung SD dan MI); Rasio guruSD
40
dan MI; ]umlah sarana kesehatan kecamatan; Rasio Tenaga Medis per 1000 penduduk; KepadatanPenduduk kecamatan; dan Akses penduduk terhadap air bersih. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan PDRB, rasio guru terhadap murid SD, kepadatan penduduk, dan rumah tangga yang memiliki akses terhadap air bersih signifikan mempengaruhi IPM di kabupaten Bekasi dan disparitas pendapatan yang tinggi di Kabupaten Bekasi tidak serta merta menyebabkan tingginya disparitas IPM. Muhammad
(2010)
juga
melakukan
penelitian
tentang
indeks
pembangunan manusia. Muhammad mengkaji pengaruh Foreign Direct Investment (FDI) terhadap indeks pembangunan manusia di Pakistan. Variabel yang dimasukkan dalam penelitian ini adalah FDI, IPM, Ekspor-impor dan real GDP. Penelitian ini menghasilkan FDI berpengaruh signifikan terhadap IPM dimana kenaikan IPM menyebabkan kesempatan kerja meningkat dan menaikkan standar hidup.
Ekspor impor atau balance of trade berpengaruh signifikan
terhadap HDI dimana standar hidup meningkat dikarenakan banyaknya ekspor. Sementara real GDP justru tidak berpengaruh terhadap IPM Peningkatan RGDP justru menyebakan makin tingginya kesenjangan sosial karena pergerakan sumber daya yang tidak efektif dan kegagalan pemerintah terhadap kebijakan fiskal. Penelitian tentang Indeks Pembangunan Manusia juga dilakukan oleh Yanuarta (2009). Penelitian Yanuarta mengaitkan alokasi anggaran pembangunan dengan peningkatan indeks pembangunan manusia di Kabupaten Lampung Barat. Metode analisis yang digunakan adalah dengan regresi berganda dengan memasukkan variabel-variabel berupa belanja pembangunan sektor pendidikan, belanja sektor kesehatan, dan belanja sektor perekonomian. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan Belanja pembangunan, belanja pendidikan, dan belanja kesehatan mempunyai pengaruh signifikan terhadap peningkatan IPM. Prioritas utama pembangunan sektor pendidikan adalah program sekolah gratis, rehabilitasi sekolah, pemerataan guru, peningkatan kompetisi guru, pengadaan sarana pendidikan, pembentukan PKBM, pembangunan sekolah, peningkatan insentif guru, dan pendidikan D2 bagi guru SD. Prioritas pembangunan dalam bidang kesehatan adalah pengobatan gratis, revitalisasi posyandu, dan pengadaan dokter danbidan.
41
Tabel 2.4 Ringkasan Penelitian Terdahulu No Nama Tahun Lokasi 1 Cahyadi 2005 Bali
Model Model 1: IPM = α10 + α11 LOGPDRB + α12 APSOS + α13 LOGPDDMISKIN + α14 RTAKSESAIR + ε 15 Model 2 : IPM = α20 + α21 LOGPENGLRT + α22 APSOS + α23 LOGPDDKMISKIN + α24 LOGSRPEN + α25 LOGSRNKES + α26 LOGINV + ε27 Model 3: IPM = α30 + α31APSOS + α32 LOGPDDKMISKIN + α33LOGSRNPEN + ε34
2
Alam, Jauharul
2006
Kabupaten Bekasi
IPM= f (PDRB per kapita, jumlah gedung SD/MI, rasio guru terhadap murid SD/MI, jumlah sarana kesehatan, rasio tenaga medis, rumah tangga yang dapat mengakses air bersih, kepadatan penduduk)
3
Muhammad, Sulaiman
2010
Pakistan
ΔHDI = α + β1 ΔFDI + β2 Δ (Ex-Im) + β3 ΔRGDP + β4µt-1 + εt
Hasil 1. Penduduk miskin berpengaruh signifikan negatif terhadap IPM 2. Anggaran pembangunan sosial sebagai indikator pembiayaan pembangunan manusia dan persentase rumah tangga yang mempunyai akses air bersih sebagai indikator kesehatan yang juga digunakan sebagai proksi distribusi pendapatan berpengaruh signifikan secara positif terhadap IPM dan bersifat inelastis. 3. Pengeluran rumah tangga, PDRB, investasi, sarana pendidikan, sarana kesehatan berpengaruh signifikan secara positif terhadap IPM dan bersifat elastis. 1. PDRB, rasio guru terhadap murid SD, kepadatan penduduk, dan rumah tangga yang memiliki akses terhadap air bersih signifikan mempengaruhi IPM di kabupaten Bekasi 2. Disparitas pendapatan yang tinggi di Kabupaten Bekasi tidak serta merta menyebabkan tingginya disparitas IPM 1. FDI berpengaruh signifikan terhadap HDI dimana kenaikan HDI menyebabkan kesempatan kerja meningkat dan menaikkan standar hidup.
42
4
Yanuarta, Hendra
2009
Lampung Barat
IPMt = β0 + β1Pendidikant-1 + β2Kesehatant-1 + β3Ekonomit-1 +εt IPt = β0 + β1Sarprast-1 + β2Buku t-1 + β3Gurut-1 + β4Oprst-1 + β5 iswat-1 + εt
2. (Ex-IM) atau balance of trade berpengaruh signifikan terhadap HDI dimana standar hidup meningkat dikarenakan banyaknya ekspor. 3. GDP riil tidak signifikan terhadap HDI. Peningkatan GDP riil justru menyebakan makin tingginya kesenjangan sosial karena pergerakan sumber daya yang tidak efektif dan kegagalan pemerintah terhadap kebijakan fiskal. 1. Belanja pembangunan, belanja pendidikan, dan belanja kesehatan mempunyai pengaruh signifikan terhadap peningkatan IPM. 2. Prioritas utama pembangunan sektor pendidikan adalah program sekolah gratis, rehabilitasi sekolah, pemerataan guru, peningkatan kompetisi guru, pengadaan sarana pendidikan, pembentukan PKBM, pembangunan sekolah, peningkatan insentif guru, dan pendidikan D2 bagi guru SD. Prioritas pembangunan dalam bidang kesehatan adalah pengobatan gratis, revitalisasi posyandu, pengadaan dokter dan bidan. Sementara prioritas utama bidang perekonomian adalah diklat angkatan kerja.
43
2.3 Kerangka Pemikiran Indeks pembangunan mencakup tiga komponen yang dianggap mendasar bagimanusia dan secara operasional mudah dihitung untuk menghasilkan suatu ukuranyang merefleksikan upaya pembangunan manusia. Ketiga aspek tersebut berkaitandengan peluang hidup (longevity), pengetahuan (knowledge), dan hidup layak(decent living). Dalam mencapai indeks pembangunan yang berkualitas terdapat faktorfaktor penghambat dan faktor pendukung. Faktor penghambat diantaranya adalah tingkat kemiskinan, sementara faktor pendukung adalah sarana infrastruktur. Dengan demikian kebijakan yang efektif sangat menentukan peningkatan IPM sehingga faktor penghambat tidak mempengaruhi laju IPM di suatu daerah. Kebijakan pemerintah terdiri dari pro growth dan pro poor, dimana tiap-tiap kebijakan tersebut mempunyai fokus yang berbeda. Kebijakan pro growth salah satunya adalah dengan melakukan perbaikan-perbaikan infrastruktur. Perbaikan infrastruktur ini akan meningkatkan investasi sehingga akan membuka lapangan pekerjaan yang selanjutnya akan meningkatkan pendapatan perkapita bagi masyarakat. Pendapatan perkapita ini akan memudahkan masyarakat mengakses pendidikan dan kesehatan yang selanjutnya meningkatkan indeks pembangunan manusia. Kebijakan pro poor terdiri dari jaminan sosial dan
pelayanan sosial.
Pelayanan sosial dilakukan dengan membangun sarana dan prasarana kesehatan dan pendidikan. Sementara Jaminan sosial lebih menekankan pada peningkatan pendapatan per kapita masyarakat. Dengan demikian jaminan sosial dan pelayanan sosial ini dapat meningkatkan pembangunan manusia. Pembangunan manusia menyatukan antara aspek produksi dan distribusi komoditas,
serta
peningkatan
dan
pemanfaatan
kemampuan
manusia.
Pembangunan manusia melihat secara bersamaan semua isu dalam masyarakat; pertumbuhan ekonomi, perdagangan, ketenagakerjaan, kebebasan politik ataupun nilai-nilai kultural dari sudut pandang manusia. Dengan demikian, pembangunan manusia tidak hanya memperhatikan sektor sosial, tetapi merupakan pendekatan yang komprehensif dari semua sektor.
44
Kesehatan
Pendidikan
Pendapatan
Indeks Pembangunan Manusia
Faktor Penghambat: Kemiskinan
Faktor Pendukung: Sarana Infrastruktur
Efektivitas Kebijakan
Pro Growth
Pembangunan Infrastruktur
Pro Poor
Jaminan Sosial
Pelayanan Sosial
Meningkatkan Investasi Membuka Lapangan Pekerjaan
Meningkatkan Pendapatan perkapita
Gambar: 2.3 Bagan Kerangka Pemikiran
45