Seminar Nasional Pangan 2012 UPN ”Veteran” Yogyakarta, 13 November 2012
Marida Santi YIB dan Apri Sulistyo
TINGKAT SERANGAN Melanagromyza sojae Zehnt. (Diptera: Agromyzidae) PADA PLASMA NUTFAH KEDELAI Marida Santi YIB* dan Apri Sulistyo Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Jl. Raya Kendalpayak KM 8 KP 66 Malang *email:
[email protected]
Abstract Attack Level of Melanagromyza Sojae Zehnt. (Diptera: Agromyzidae) on Soybean Germplasm. Melanagromyza sojae (stem borer flies) is one of species of pests that attack soybean in Indonesia. Attack of M. sojae on soybean will cause yield loss reached 66%. In Taiwan, Attack of M. sojae is relatively high in the dry season than in the rainy season. Attack of M. sojae that occurs in the vegetative phase causes the core damage and yield loss greater than in the generative phase. Until now there is no soybean variety in Indonesia known resistance to M. sojae. Therefore, the research conducted at the Experimental Farm Kendalpayak and Laboratory of Entomology, Balitkabi in May-August 2010. The study was conducted by planting 133 germplasm each planted in plots measuring 1.6 mx 3.5 m. From each germplasm were taken by two rows of plants that serve as replicates, and each line consists of 10 stem to be observed in the laboratory at the time of harvest. Observations made by splitting the stem and observe the pith and the presence of larvae, pupae and parasitoid M. sojae contained in the pith. The results showed that M. sojae attacks all germplasm conserved by the percentage of infected plants ranged from 95% - 100%. The average attack of M. sojae on segment of germplasm varied range between 25.04% - 80.56%. The percentage of infected plants of the lowest segment occupied by germplasm MLGG 180 and the highest occupied by MLGG 759 germplasm. Symptoms of M. sojae assessed by damage to the pith is brown which is a result of the host larvae and sections of soybean stems also found the exit hole imago. Keywords: Melanagromyza sojae, germplasm, and soybean PENDAHULUAN Kedelai merupakan komoditas penting di Indonesia karena merupakan sumber protein, lemak, vitamin, dan mineral bagi masyarakat. Kebutuhan kedelai dari tahun ke tahun terus meningkat tetapi produksinya masih saja tetap rendah (Djuwarso, 1992). Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan produksi kedelai namun selalu ada kendala, salah satunya yaitu berupa serangan hama. Di Indonesia tercatat ada 111 jenis serangga hama tanaman kedelai (Okada et al., 1988; Tengkano et al., 1992). M. sojae (lalat penggerek batang) adalah salah satu jenis hama yang menyerang pertanaman kedelai di Indonesia (Tengkano dan Soehardjan, 1993). M. sojae juga dilaporkan menjadi hama penting pada tanaman kedelai di Jepang, Taiwan, dan China (Sepswasdi, 1976) termasuk di India (Gain and Kundu, 1986). Serangan M. sojae pada tanaman kedelai akan menyebabkan kehilangan hasil yang mencapai 66% (Abdullah, 1998). M. sojae umumnya menyerang tanaman kedelai disepanjang musim (Berg et al., 1995). Serangan M. sojae relatif tinggi pada musim kemarau dibandingkan dengan musim penghujan. Tanaman yang terserang pada fase pembibitan akan menyebabkan kematian tanaman (Sing and Beri, 1973). Lalat atau imago M. sojae meletakkan telur pada keping biji bagian bawah daun pertama (daun tunggal). Van der Goot (1930) mengamati bahwa daun trifoliet pertama terpilih untuk diteluri oleh M. sojae. Setelah telur menetas, larva akan merusak dan mengorok keping biji serta daun tunggal tersebut, selanjutnya larva menuju ke batang melalui pangkal kotiledon atau tangkai daun (Lee, 1976). M. sojae akan masuk ke dalam empulur batang dan menggerek atau menembus jaringan floem dan xylem. Selanjutnya, larva akan merusak empulur, mengerek sampai pangkal batang dan pangkal akar. Sebelum membentuk pupa, larva akan menggerek batang hipokotil untuk membuat lubang keluar bagi imago (Singh and Chhibber, 1969; Luckmann, 1971; Kalshoven, 1981; Iman dan Tengkano, 2002). Umumnya hanya ada satu ekor larva yang II-54
Seminar Nasional Pangan 2012 UPN ”Veteran” Yogyakarta, 13 November 2012
Marida Santi YIB dan Apri Sulistyo
berkembang pada satu batang tanaman muda (Spencer, 1973). Gejala serangan M. sojae adalah adanya lubang gerek pada ruas-ruas batang dan tinggi tanaman yang terserang lebih pendek dari ukuran normal (Jackai et al., 1990). Serangan M. sojae mulai terjadi sejak minggu pertama setelah tanam hingga menjelang panen. Laju peningkatan serangan yang cepat terjadi pada 16 - 22 hari setelah tanam (HST) (Abdullah, 1998). Singh and Singh (1990), melaporkan bahwa serangan M. sojae mulai meningkat sejak minggu ketiga di bulan Agustus dan akan meningkat lagi pada minggu pertama di bulan September, serangan tertinggi terjadi pada minggu pertama bulan Oktober yaitu bisa mencapai 100%. Serangan M. sojae yang terjadi pada fase vegetatif menyebabkan tingkat kerusakan empulur dan kehilangan hasil yang lebih besar dari pada serangan yang terjadi pada fase generatif. Peningkatan kerusakan empulur menyebabkan penurunan jumlah ruas batang, tinggi tanaman, dan jumlah cabang. Serangan M. sojae yang lebih lanjut akan mengakibatkan berkurangnya jumlah polong dan bobot kering biji per tanaman (Talekar, 1980; Abdullah, 1998). Meskipun M. sojae telah dinyatakan sebagai hama tanaman kedelai (Lee, 1965; Kalshoven, 1981; Jackai et al., 1990), namun penelitian mengenai hama ini masih sangat terbatas termasuk pengujian ketahanan plasma nutfah kedelai terhadap serangan M. sojae juga belum dilakukan. Hingga saat ini belum ada varietas kedelai di Indonesia yang diketahui tahan terhadap M. sojae. Oleh karena itu, menarik untuk diamati mengenai tingkat serangan M. sojae pada berbagai plasma nutfah kedelai yang dikonservasi di Kebun Percobaan Kendalpayak, Balitkabi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi apakah ada harapan untuk mendapatkan plasma nutfah kedelai yang tahan terhadap serangan M. sojae dari 133 plasma nutfah kedelai yang dikonservasi oleh staf peneliti pemuliaan tanaman, Balitkabi. METODE PENELITIAN Sebanyak 133 plasma nutfah kedelai ditanam di kebun percobaan Kendalpayak pada tanggal 1 Mei 2010. Setiap plasma nutfah ditanam pada plot berukuran 1,6 m x 3,5 m dengan jarak tanam 40 cm x 15 cm. Setiap plasma nutfah terdiri dari 4 baris, 1 baris terdiri atas 35 rumpun dan setiap rumpun terdiri dari 2 batang kedelai. Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan pemupukan yang diberikan pada saat tanam yaitu menggunakan pupuk Phonska dengan dosis 300 kg/ha. Pengairan dilakukan pada saat tanam dan setiap 10 hari sekali. Penyiangan dilakukan pada saat tanaman berumur 14 dan 28 HST. Pengendalian hama dilakukan pada 14 – 70 HST yaitu dengan aplikasi insektisida interval 1 minggu disertai pengendalian secara mekanis. Untuk hama daun digunakan insektisida Sihalotrin dan untuk hama polong digunakan insektisida Deltametrin dengan dosis sesuai rekomendasi. Tanaman dipanen pada 85 HST sesuai dengan umur tanaman masingmasing plasma nutfah. Pertanaman ini tidak khusus untuk penelitian M. sojae, sehingga pengambilan tanaman contoh untuk diamati hanya dapat dilakukan pada saat panen. Pengamatan dilakukan terhadap 20 batang tanaman kedelai per plasma nutfah yang diambil secara acak dalam 2 baris tanaman per plasma nutfah. Barisan tanaman yang diambil sebagai sampel berperan sebagai ulangan, masing-masing baris/ulangan terdiri atas 10 batang. Rancangan yang digunakan adalah acak kelompok (RAK). Pengamatan populasi dan tingkat serangan M. sojae dilakukan terhadap populasi larva dan pupa M. sojae di dalam empulur, banyaknya ruas terserang per batang tanaman dan jumlah tanaman terserang M. sojae per plasma nutfah berdasarkan tanda serangan di empulur. Peubah yang diamati adalah tinggi batang, jumlah ruas per batang, panjang ruas, banyaknya ruas terserang M. sojae dan jumlah tanaman terserang M. sojae per plasma nutfah. Selain itu juga diamati populasi larva dan pupa M. sojae, serta parasitoid larva M. sojae yang terdapat di dalam empulur. Pengamatan dilakukan dengan cara mengukur tinggi tanaman dari pangkal akar atau pangkal batang sampai pucuk tanaman. Untuk mengetahui adanya serangan M. sojae, populasi larva, populasi pupa, dan populasi parasitoid dilakukan pembelahan batang dari pangkal batang sampai ke pucuk kemudian diamati ada tidaknya serangan pada empulur dengan menggunakan mikroskop binokuler. Tanda serangan M. sojae pada tanaman kedelai dicirikan oleh bagian empulur yang berubah warna dari putih menjadi coklat. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam pada taraf nyata 5 %.
II-55
Seminar Nasional Pangan 2012 UPN ”Veteran” Yogyakarta, 13 November 2012
Marida Santi YIB dan Apri Sulistyo
Persentase tanaman terserang M. sojae dihitung dengan menggunakan rumus : Intensitas serangan per plasma nutfah =
jumlah batang terserang x 100% jumlah batang yang diamati
Intensitas serangan M. sojae per batang diperoleh dengan menghitung jumlah ruas per batang & jumlah ruas terserang M. sojae per batang dengan menggunakan rumus : Intensitas serangan (%) =
jumlah ruas terserang per batang x 100% jumlah ruas yang diamati per batang HASIL DAN PEMBAHASAN
Tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan hama (termasuk M. sojae) pada tanaman kedelai sangat bervariasi ditentukan oleh berbagai faktor antara lain tinggi rendahnya populasi, bagian tanaman yang dirusak, fase pertumbuhan tanaman, tanggapan tanaman terhadap hama, varietas yang ditanam, serta tindakan pengendalian yang dilakukan. Hasil pengamatan yang dilakukan pada 133 plasma nutfah kedelai yang dikonservasi di KP Kendalpayak menunjukkan bahwa serangan M. sojae berkisar antara 95-100 % dengan intensitas ruas terserang yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa M. sojae dapat menginfestasi berbagai jenis plasma nutfah kedelai dan menyerang disepanjang musim (Berg et al., 1995). Rata2 ruas tanaman terserang M. sojae pada berbagai plasma nutfah kedelai bervariasi yaitu berkisar antara 25,04 % - 80,56 %. Persentase ruas tanaman terserang yang terendah yaitu pada plasma nutfah MLGG 180 dan yang tertinggi yaitu pada plasma nutfah MLGG 759 (Tabel 1). Gejala serangan M. sojae dilihat dari kerusakan pada empulur yaitu berwarna coklat yang merupakan kerusakan yang ditimbulkan larva. Selain itu pada ruas-ruas batang tanaman kedelai juga dijumpai lubang gerekan larva untuk tempat keluarnya imago. Lubang keluar imago yang terdapat pada ruas bawah menandakan bahwa M. sojae menginfestasi saat tanaman masih muda, sebaliknya lubang keluar yang terdapat pada ruas atas mengindikasikan bahwa M. sojae menyerang saat tanaman berumur lebih tua. Hal ini menunjukkan bahwa serangan M. sojae terjadi selama pertumbuhan tanaman (Abdullah, 1998). Pada umumnya, dalam satu batang tanaman hanya berkembang 1 ekor larva saja, namun keberadaannya sudah dapat merusak seluruh bagian empulur batang tanaman sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi terhambat. Serangan M. sojae yang hebat akan mengakibatkan berkurangnya jumlah dan bobot polong, jumlah dan bobot biji, serta tinggi tanaman yang mempengaruhi jumlah ruas dan panjang ruas (Abdullah, 1998). Namun, pada plasma nutfah yang diuji kali ini, serangan M. sojae tidak mempengaruhi tinggi tanaman karena serangan M. sojae hanya terjadi di dalam empulur dan tidak mencapai pucuk tanaman atau titik tumbuh tanaman sehingga tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Hal ini terbukti dari pengamatan tinggi batang tanaman sehat dengan tinggi batang tanaman terserang yang tidak ada perbedaan. Tabel 1. Persentase ruas tanaman terserang pada 133 plasma nutfah kedelai yang dikonservasi di Kebun Percobaan Kendalpayak No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Plasma nutfah kedelai pada berbagai kelompok berdasarkan ruas tanaman terserang M. sojae 36,15-47,25 47,26-58,36 58,37-69,47 69,48-80,58 25,04-36,14 (A) (B) (C) (D) (E) MLGG 115 MLGG 117 MLGG 148 MLGG 130 MLGG 331 MLGG 178 MLGG 127 MLGG 161 MLGG 159 MLGG 759 WILIS MLGG 128 MLGG 162 MLGG 165 MLGG 801 MLGG 180 MLGG 143 MLGG 201 MLGG 230 MLGG 183 MLGG 151 MLGG 223 MLGG 239 MLGG 189 MLGG 152 MLGG 228 MLGG 276 MLGG 198 MLGG 158 MLGG 236 MLGG 316 MLGG 279 MLGG 160 MLGG 266 MLGG 400 MLGG 317 MLGG 163 MLGG 275 MLGG 417 MLGG 611 MLGG 164 MLGG 277 MLGG 587 II-56
Seminar Nasional Pangan 2012 UPN ”Veteran” Yogyakarta, 13 November 2012
Marida Santi YIB dan Apri Sulistyo
No
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 Total
Plasma nutfah kedelai pada berbagai kelompok berdasarkan ruas tanaman terserang M. sojae 36,15-47,25 47,26-58,36 58,37-69,47 69,48-80,58 25,04-36,14 (A) (B) (C) (D) (E) MLGG 629 MLGG 169 MLGG 290 MLGG 712 MLGG 685 MLGG 170 MLGG 292 MLGG 762 MLGG 721 MLGG 175 MLGG 295 MLGG 768 MLGG 800 MLGG 181 MLGG 302 DIENG MLGG 190 MLGG 374 MLGG 191 MLGG 357 MLGG 193 MLGG 372 MLGG 213 MLGG 532 MLGG 231 MLGG 533 MLGG 238 MLGG 534 MLGG 240 MLGG 535 MLGG 250 MLGG 553 MLGG 265 MLGG 582 MLGG 274 MLGG 588 MLGG 278 MLGG 591 MLGG 293 MLGG 592 MLGG 294 MLGG 593 MLGG 297 MLGG 602 MLGG 298 MLGG 612 MLGG 300 MLGG 613 MLGG 330 MLGG 636 MLGG 376 MLGG 695 MLGG 377 MLGG 715 MLGG 381 MLGG 731 MLGG 394 MLGG 757 MLGG 536 MLGG 760 MLGG 537 MLGG 839 MLGG 552 GEPAK KUNING MLGG 554 RINGGIT MLGG 559 DIENG MLGG 563 MLGG 565 MLGG 580 MLGG 595 MLGG 597 MLGG 675 MLGG 699 MLGG 713 MLGG 717 MLGG 743 MLGG 744 MLGG 745 MLGG 758 MLGG 763 MLGG 771 MLGG 772 MLGG 773 MLGG 786 MLGG 796 MLGG 806 MERAPI GEPAK IJO 14 62 40 14 3
II-57
Seminar Nasional Pangan 2012 UPN ”Veteran” Yogyakarta, 13 November 2012
Marida Santi YIB dan Apri Sulistyo
Tabel 2. Populasi larva dan parasitoid M. sojae pada 133 plasma nutfah kedelai yang dikonservasi di Kebun Percobaan Kendalpayak No Genotype MLGG 115 MLGG 117 MLGG 127 MLGG 128 MLGG 130 MLGG 143 MLGG 148 MLGG 151 MLGG 152 MLGG 158 MLGG 159 MLGG 160 MLGG 161 MLGG 162 MLGG 163 MLGG 164 MLGG 165 MLGG 169 MLGG 170 MLGG 175 MLGG 178 WILIS MLGG 180 MLGG 181 MLGG 183 MLGG 189 MLGG 190 MLGG 191 MLGG 193 MLGG 198 MLGG 201 MLGG 213 MLGG 223 MLGG 228 MLGG 230 MLGG 231 MLGG 236 MLGG 238 MLGG 239 MLGG 240 MLGG 250 MLGG 265 MLGG 266 MLGG 274 MLGG 275 MLGG 277 MLGG 278 MLGG 279 MLGG 290 MLGG 292 MLGG 293 MLGG 294 MLGG 295
Rataan populasi (ekor/batang/genotipe) Larva Parasitoid 0,00 1,00 2,00 0,00 3,00 0,50 1,50 0,00 0,50 1,00 2,00 0,50 1,50 1,50 3,50 0,00 0,50 0,50 1,00 0,50 2,00 1,00 1,00 0,50 1,50 1,00 0,00 0,00 1,50 0,00 1,50 0,00 2,50 0,00 0,50 1,00 0,50 2,00 3,50 1,50 2,00 0,00 1,00 1,00 2,50 0,00 2,50 0,00 0,50 0,50 4,50 0,00 0,00 1,00 0,50 0,00 2,00 0,00 0,50 0,50 3,00 0,50 1,00 0,00 3,50 1,00 4,50 0,50 1,50 0,50 0,50 0,00 1,00 0,50 0,00 0,00 1,50 1,00 0,50 0,00 2,00 0,50 0,50 0,00 0,50 0,00 0,50 1,00 1,00 0,00 2,00 0,00 0,50 0,00 0,50 3,00 1,50 0,00 1,00 2,50 1,50 0,00 1,00 1,00 2,00 1,00
No Genotype MLGG 381 MLGG 394 MLGG 400 MLGG 417 MLGG 532 MLGG 533 MLGG 534 MLGG 535 MLGG 536 MLGG 537 MLGG 552 MLGG 553 MLGG 554 MLGG 559 MLGG 563 MLGG 565 MLGG 580 MLGG 582 MLGG 587 MLGG 588 MLGG 591 MLGG 592 MLGG 593 MLGG 595 MLGG 597 MLGG 602 MLGG 611 MLGG 612 MLGG 613 MLGG 629 MLGG 636 MLGG 675 MLGG 685 MLGG 695 MLGG 699 MLGG 712 MLGG 713 MLGG 715 MLGG 717 MLGG 721 MLGG 731 MLGG 743 MLGG 744 MLGG 745 MLGG 757 MLGG 758 MLGG 759 MLGG 760 MLGG 762 MLGG 763 MLGG 768 MLGG 771 MLGG 772 II-58
Rataan populasi (ekor/batang/genotipe) Larva Parasitoid 2,50 0,50 0,50 0,50 1,50 0,50 3,00 1,00 0,50 0,00 0,00 0,50 0,50 1,00 1,50 0,50 0,50 0,50 3,50 0,00 3,00 1,00 1,00 0,50 2,50 3,00 2,00 2,00 0,00 0,00 2,00 1,50 1,50 0,50 0,50 0,00 0,00 0,00 2,50 0,00 2,00 2,00 2,50 0,50 0,50 0,00 0,00 0,00 2,00 3,50 2,00 0,50 3,00 0,00 2,50 0,00 3,00 1,50 1,50 1,00 0,50 0,00 4,50 1,00 0,50 1,00 0,00 0,00 2,50 1,00 0,00 1,00 1,00 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,00 2,50 1,00 0,00 3,50 0,50 0,50 0,50 0,50 1,00 2,00 3,50 2,50 0,00 1,00 0,00 3,50 0,50 0,50 0,00 1,00 1,50 2,00 0,50 2,50 0,00 2,00 0,00
Seminar Nasional Pangan 2012 UPN ”Veteran” Yogyakarta, 13 November 2012
Marida Santi YIB dan Apri Sulistyo
MLGG 276 MLGG 297 MLGG 298 MLGG 300 MLGG 302 MLGG 316 MLGG 317 MLGG 374 MLGG 330
Rataan populasi (ekor/batang/genotipe) Larva Parasitoid 0,50 0,50 2,50 1,00 1,00 1,50 2,50 0,00 0,00 0,00 2,00 0,00 0,50 2,50 2,00 2,00 2,50 0,50
MLGG 331 MLGG 357 MLGG 372 MLGG 376 MLGG 377
0,50 1,00 0,00 0,50 4,50
No Genotype
No Genotype MLGG 773 MLGG 786 MLGG 796 MLGG 800 MLGG 801 MLGG 806 MLGG 839 MERAPI GEPAK IJO GEPAK KUNING RINGGIT DIENG TIDAR
1,00 1,00 0,00 1,00 1,50
Rataan populasi (ekor/batang/genotipe) Larva Parasitoid 1,00 0,00 0,00 1,00 1,50 1,00 0,00 0,50 0,50 1,00 3,50 1,00 0,50 0,50 0,50 0,00 3,00 2,00 3,00 2,50 1,00 1,00
0,00 1,00 0,50 0,50
Tanaman kedelai yang terserang M. sojae umumnya hanya diinfestasi oleh satu ekor larva atau pupa per batang tanaman, namun tidak menutup kemungkinan ada juga yang diinfestasi lebih dari satu ekor larva/pupa. Hal ini dapat dilihat pada saat batang dibelah, larva yang telah menggerek empulur akan membuat lubang keluar bagi imago pada ruas-ruas batang, sehingga ketika larva telah memasuki stadia pupa dan selanjutnya akan menjadi imago, imago dapat keluar melalui lubang yang telah dibuat saat stadia larva. Populasi larva M. sojae yang tertinggi tercatat pada plasma nutfah MLGG 164 yaitu 1,5 ekor. Populasi pupa M. sojae tertinggi tercatat pada plasma nutfah MLGG 189, MLGG 228, MLGG 377, dan MLGG 675 yaitu masing-masing sebanyak 4,5 ekor. Di dalam batang tanaman kedelai yang terserang oleh M. sojae juga ditemukan parasitoid. Populasi parasitoid M. sojae yang tertinggi tercatat pada plasma nutfah MLGG 597 dan MLGG 757 yaitu masingmasing sebanyak 3,5 ekor/batang. Parasitoid ini menyerang larva M. sojae. Parasitoid masuk melalui lubang yang dibuat oleh larva M. sojae sebelum menjadi imago dan menginfestasi larva sebelum larva menyelesaikan perkembangannya. Parasitoid yang ditemukan kali ini belum dapat diidentifikasi. Ada 4 jenis parasitoid yang menyerang M. sojae, semuanya tergolong dalam ordo Hymenoptera, yaitu Gronotoma sp. (Eucoilidae), Eurytoma sp. (Eurytomidae), Sphegigaster sp. (Pteromalidae), dan Euderus sp. (Eulophidae). KESIMPULAN 1. 2. 3.
Semua plasma nutfah kedelai (133 plasma nutfah) yang dikonservasi rentan terhadap serangan M. sojae dengan tingkat serangan 95-100% per plasma nutfah. Intensitas ruas tanaman terserang M. sojae yang terendah terdapat pada plasma nutfah kedelai MLGG 180 sebesar 25,04 % dan yang tertinggi pada plasma nutfah kedelai MLGG 759 sebesar 80,56 %. Gejala serangan M. sojae dapat terlihat dengan adanya lubang gerekan pada ruas-ruas batang tanaman serta keadaan empulur pada saat dibelah yaitu berwarna coklat kemerahan. UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Ir. Wedanimbi Tengkano, MS., yang telah memberikan bantuan moril maupun materiil dalam terlaksananya penelitian ini hingga selesai. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, T. 1998. Perkembangan serangan Melanagromyza sojae Zehnt. (Diptera: Agromyzidae) dan hubungannya dengan kehilangan hasil pada tanaman kedelai. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 32 hlm. Berg, H., Ankashah, D., Hassan, K, Muhammad, A. Widayanto, H.B. and Wirasto, H.B. 1995. Soybean stem fly, M. sojae on Sumatera: Seasonal incidence and the role of parasitism. International Journal of Pest Management, 41 (3): 127-133. II-59
Seminar Nasional Pangan 2012 UPN ”Veteran” Yogyakarta, 13 November 2012
Marida Santi YIB dan Apri Sulistyo
Djuwarso, T. 1992. Bioekologi, serangan, dan pengendalian lalat kacang. hlm 66-80. Dalam: Risalah Lokakarya Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Kedelai. Balittan Malang, 8-10 Agustus 1991. 183 hlm. Gain, D. and Kundu, G.G. 1986. Seasonal incidence of the bean stem miner, Melanagromyza sojae Zehnt. In soybean at Delhi. Journal of Entomological Research, 10(2): 152-154. Iman, M., dan W. Tengkano. 2002. Buku pegangan hama-hama kedelai di Indonesia. Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 45 hlm. Jackai, L.E.N., A.R. paniizi, G.G. Kundu, and K. Srivastava. 1990. Insect pests of soybean in the tropics, p. 91–156. In: Singh (Ed.). Insect pests of tropical food legumes. John Wiley & Sons, Chichester, New York, Brisbane, Toronto, Singapore. Kalshoven, L.G.E. 1981. Pests of Crops in Indonesia. (revised and translated from Dutch). PT. Ichtiar Baru van Houve. Jakarta Indonesia, 701 p. Lee, S.Y. 1965. Notes on some agromyzid flies destructive to soybean in Taiwan. Taiwan Agric. Res. Inst. Luckmann, W.H. 1971. The insect pests of soybean. World Earm, 13(5): 18-22. Marwoto, N. Saleh, Sunardi, dan A. Winarto. 1992. Risalah Lokakarya Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Kedelai. Balittan Malang, 8-10 Agustus 1991. Balittan Malang. 183 hlm. Sepswasdi, P. 1976. Control of soybean insect pests in Thailand. In: R.M. Goodman (Ed.). Expanding the use of soybean, INTOSY Series No. 10. University of Illinois. Urban Champaign USA. pp: 104-107. Singh, J.P. and Chhibber. 1969. Insect enemies of soybean and their control. Indian Farmers Digest, 11(18): 13-16. Singh, S. and Beri, S.K. 1973. Studies on the immature stages of Agromyzidae from India: Notes on the biology and description of immature stages of Melanagromyza. Journal of national History, 5: 241250. Singh, O.P. and Singh, K. J. 1990d. Seasonal incidence an damage of M. sojae on soybean. Indian Journal of Plant Protection. 18: 271-275. Spencer, K.A. 1973. Agromyzidae (Diptera) of Economic Important Series Entomologia. Vol 9: Dr. W. Junk, B.V. The Hague, Nedherland. P.418. Talekar, N.S. 1980. Search of bean fly resistance in soybean, mungbean, and snapbean. In: Proceedings of Legumes in the Tropics. Faculty of Agriculture. University Pertanian Malaysia. Sedang. Glengor. Malaysia. Pp: 293-295. Tengkano, W. Dan M. Soehardjan. 1993. Jenis hama utama pada berbagai fase pertumbuhan tanaman kedelai. hlm 295-318. Dalam: Somaatmadja, S., M. Ismunadji, Sumarno, M. Syam, S.O. Manurung, dan Yaswadi (Eds). Kedelai. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor. Van der Goot, P. 1930. Agromyzid flies of some native legume crop in java. Original in Dutch, translation published by Tropical vegetable Information Service. Asian Vegetable Research and Development Centre. Sanhua. Taiwan. Republic of China. 98 p.
II-60