22
KERANGKA PEMIKIRAN
Program konversi minyak tanah ke LPG yang dilakukan sejak tahun 2007 telah mengubah pola perilaku keluarga dari menggunakan minyak tanah menjadi menggunakan LPG. Sebagai suatu kebijakan, program konversi minyak tanah ke LPG mengalami pro dan kontra. Melalui penelitian ini ingin diketahui bagaimana tingkat kesejahteraan, sikap keluarga contoh terhadap program, perilaku penggunaan keluarga contoh, dan perubahan alokasi pengeluaran serta tingkat kepentingan dan kepuasan keluarga contoh terhadap program. Karakteristik sasaran (pendidikan kepala keluarga, pendapatan keluarga, pekerjaan kepala keluarga, usia kepala keluarga dan besar keluarga), sikap keluarga contoh, diduga akan mempengaruhi perilaku penggunaan LPG oleh keluarga contoh. Sikap akan memberikan suatu pola kecenderungan perilaku yang akan dilakukan seseorang. Dalam kasus konversi minyak tanah ke LPG, sikap negatif terhadap program belum tentu akan diikuti dengan perilaku tidak mengikuti program tersebut. Kondisi ini diduga dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang akan dianalisis secara deskriptif dan statistik berupa uji faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku penggunaan LPG. Perilaku penggunaan ini diduga akan mempengaruhi pola alokasi pengeluaran, terutama alokasi untuk bahan bakar. Karaktersitik sosial ekonomi, sikap dan perubahan alokasi pengeluaran diduga akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga contoh. Analisis tingkat kepuasan dilakukan untuk mengetahui tingkat kepuasan sasaran terhadap pelaksanaan program oleh pemerintah. Buttle (2007) mengemukakan cara yang paling lazim ditempuh dalam mengoperasionalkan kepuasan adalah membandingkan persepsi sasaran mengenai suatu pengalaman (atau sebagian kecil dari pengalaman itu) dengan harapan mereka. Metode pengukuran kepuasan konsumen ini disebut “model diskonfirmasi harapan”. Pada dasarnya, model tersebut menunjukkan bahwa jika sasaran (menurut persepsi mereka) merasa harapannya telah terpenuhi, maka mereka merasa puas. Jika harapan mereka tidak sepenuhnya tercapai maka kondisi ini disebut diskonfirmasi negatif dan mereka menjadi tidak puas. Analisis ini dapat memberikan gambaran
24
tingkat kepentingan dan kepuasan sasaran serta keluaran atribut yang harus ditingkatkan pemerintah dan instansi terkait dalam pelaksanaan program ini.
2524
Kerangka Pikir
Sikap terhadap program
Karakteristik rumah tangga sasaran • Pendidikan suami dan Istri • Pendapatan Keluarga • Pekerjaan suami dan Istri • Besar Keluarga
Perilaku sasaran
Pola Pengeluaran Rumah Tangga
: Variabel pengaruh
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Strategi perbaikan Program
Tingkat kepuasan dan kepentingan terhadap program
Kesejahteraan keluarga
25
METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi. Kecamatan Bekasi Timur dipilih secara purposive karena merupakan kecamatan yang merupakan daerah program konversi minyak tanah ke LPG, memiliki kepadatan penduduk tertinggi dan memiliki persentase keluarga Pra-KS tertinggi di Kota Bekasi. Pengambilan data dilakukan selama 2 bulan yaitu pada bulan Mei-Juni 2009, namun secara keseluruhan, penelitian ini dilakukan selama enam bulan yaitu pada bulan meliputi pengambilan data, pengolahan data, serta penyusunan skripsi.
Jenis dan Cara Pengambilan Data Penelitian yang dilakukan adalah penelitian survei dengan cara pengambilan data menggunakan kuesioner dan pencarian pustaka. Penggunaan kuesioner dilakukan untuk menjawab tujuan penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapat dari wawancara, sedangkan data sekunder didapat dari instansi yang terkait. Pada penelitian ini data mengenai karakteristik keluarga contoh (umur suami, umur istri, besar keluarga, pekerjaan suami, pekerjaan istri, tingkat pendidikan suami, tingkat pendidikan istri, pendapatan keluarga), alokasi pengeluaran, sikap, perilaku, tingkat kepuasan dan kepentingan contoh, dan tingkat kesejahteraan keluarga contoh merupakan data primer. Sementara itu, data sekunder diperoleh dari BPS, Departemen ESDM RI, Disperindag Kota Bekasi, Kecamatan Bekasi Timur, Kelurahan Duren Jaya, dan Kelurahan Margahayu. Sebaran jenis, cara, bahan dan alat pengumpulan data tergambar pada Tabel 2.
26
Tabel 2. Jenis, Cara, Bahan dan Alat pengumpulan Data No
Data
1
8
Karakteristik sosial demografi dan ekonomi Pendidikan suami dan istri, umur suami dan istri, Pekerjaan suami dan istri, jumlah anggota keluarga, pendapatan keluarga, dan pengeluaran keluarga, Tingkat kepentingan dan kepuasan terhadap program Sikap terhadap program Perilaku penggunaan LPG Jumlah penerima program konversi minyak tanah ke LPG di Kota Bekasi Profil Kota Bekasi dan Kecamatan Bekasi Timur
Sekunder
9
Profil program konversi minyak tanah ke LPG
Sekunder
2 3 5 7
Jenis Data Primer
Primer Primer Primer Sekunder
Cara Pengumpulan wawancara
wawancara wawancara wawancara Disperindag Kota Bekasi Kecamatan Bekasi Timur dan BPS Kota Bekasi Blueprint program oleh kementerian ESDM
Contoh dan Metode Penarikan Contoh Populasi penelitian ini adalah seluruh keluarga di Kota Bekasi yang menerima program konversi minyak tanah ke LPG. Contoh adalah keluarga yang merupakan sasaran program konversi minyak tanah ke LPG. Penentuan lokasi dilakukan secara secara gugus bertahap dan pengambilan contoh dilakukan secara acak proporsional. Pemilihan Kecamatan dilakukan secara
purposive. Dari
kecamatan tersebut dipilih dua kelurahan yaitu Kelurahan Margahayu dan Kelurahan Duren Jaya. Kedua kelurahan tersebut dipilih sebagai lokasi penelitian secara purposive dikarenakan keduanya memiliki keluarga miskin terbanyak dan merupakan kelurahan sasaran program konversi minyak tanah ke LPG. Selanjutnya, dari masing-masing kelurahan dipilih RW sasaran. Pemilihan dilakukan secara purposive berdasarkan RW yang memiliki keluarga miskin terbanyak. Dikarenakan keterbatasan peneliti untuk menjangkau wilayah RW yang masih cukup luas, kerangka sampling penelitian dipersempit dengan mengacak pemilihan contoh pada tingkat RT. Pemilihan RT juga dilakukan secara purposive didasarkan pada jumlah keluarga miskin terbanyak. Komposisi jumlah RT pada kedua Kelurahan dilakukan berbeda yaitu pada Kelurahan Margahayu 2 RT dan kelurahan Duren Jaya 3 RT. Perbedaan perlakuan ini disebabkan pada Kelurahan Margahayu jumlah keluarga miskin 1 RT mencapai 110 keluarga
27
sedangkan pada Kelurahan Duren jaya tidak ada yang melebihi 70 keluarga. Sehingga mengambil 2 RT di kelurahan Margahayu sudah cukup mewakili. Dari masing-masing kelurahan diambil 30 contoh yang metode pengambilannya dilakukan secara acak proporsional pada masing-masing RT. Proporsional yang dimaksud adalah didasarkan pada jumlah keluarga miskin yang ada di RT terpilih. Sehingga total seluruhnya adalah 60 keluarga contoh. Alur pengambilan contoh dalam penelitian ini tersaji pada Gambar 2. Kota Bekasi Purposive Kecamatan Bekasi Timur
Kelurahan Margahayu
Purposive
Kelurahan Duren Jaya
RW 09
Purposive
RW 06
RT 04
RT 06
Purposive
RT 03
RT 04
RT 05
n=16
n=14
Acak Proporsional
n=10
n=7
n=13
n = 30
n = 30
Gambar 2. Kerangka Sampling Penelitian
28
Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh terlebih dahulu diedit, ditabulasikan dan diberi kode. Data yang telah dikumpulkan dianalisa secara statistik inferensia dan deskriptif. Pengolahan data dilakukan dengan bentuan komputer menggunakan program Microsoft Office Excel dan SPSS 12.0 for windows. Data program konversi secara umum, karakteristik, sikap, perilaku serta alokasi pengeluaran keluarga contoh dianalisis secara deskriptif. Analisis statisik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji korelasi Pearson, Spearman, uji beda Mann-Whitney dan T-Test, serta regresi linear berganda dan logistik. Analisis data yang digunakan untuk menjawab masing-masing tujuan adalah sebagai berikut :
1. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh dianalisis menggunakan statistika deskriptif, hal ini dilakukan untuk memberi makna terhadap data. Untuk menganalisis kondisi ekonomi dilakukan dua pendekatan yaitu pendapatan per kapita dan pengeluaran per kapita. Untuk melihat perbedaan karakteristik social ekonomi antara dua perilaku penggunaan LPG digunakan statistic inferensia uji beda Mann-Whitney dan t-Test. 2.
Tingkat kesejahteraan diukur menggunakan pendekatan pendapatan per kapita yang dibandingkan dengan garis kemiskinan Kota Bekasi yaitu sebesar Rp233 535.00 (BPS Kota Bekasi, 2007). Jika nilai model diatas nilai cut off yang ada maka sebuah keluarga dikatakan tidak miskin, namun jika sebaliknya maka keluarga dikatakan miskin. Untuk menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi kesejahteraan digunakan analisis regresi logistik dengan rumus :
e α+β1x1+ β2x2+β3x3+β4D1+β5x5+ β6x6+ β7x7 1 + e α+β1x1+ β2x2+β3x3+β4D1+β5x5+ β6x6+ β7x7
P(y) = X1 X2 X3 D1 X5 X6 X7 P(y)
: : : : : : : :
Jumlah anggota keluarga Umur suami Umur istri Pekerjaan istri Pendidikan istri Sikap terhadap program Penurunan persentase bahan bakar Peluang tingkat Kesejahteraan
29
3.
Sikap diukur dengan menggunakan sepuluh pernyataan yang masing-masing pernyataan mewakili komponen sikap antara lain komponen kognitif, afektif dan konatif. Skala yang digunakan adalah skala Likert yang terdiri dari empat peringkat, jawaban sangat setuju diberi bobot 4, jawaban setuju diberi bobot 3, jawaban tidak setuju diberi bobot 2, dan jawaban sangat tidak setuju diberi bobot 1. Untuk melihat sikap contoh, penelitian ini mengoperasionalkannya menjadi dua kategori yang interval kelasnya dibuat dengan rumus sebagai berikut (Slamet, 1993) : Interval kelas (I) = Nilai tertinggi (NT) – Nilai terendah (NR) Jumlah kelas
Sehingga didapat hasil selang sikap yaitu sikap positif (26 – 40) dan sikap negatif (10 – 25). Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga contoh terhadap program maka digunakan analisis regresi linera berganda dengan rumus : y= X1 X2 X3 D1 D2 y
4.
: : : : : :
α+β1x1+ β2x2+β3x3+β4D1+β5D2 Umur suami Pendidikan suami Pendidikan istri Pekerjaan suami (1= bekerja, 0=tidak bekerja) Pekerjaan istri (1= bekerja, 0=tidak bekerja) Sikap terhadap program
Perilaku keluarga contoh terhadap program konversi minyak tanah ke LPG dianalisis secara deskriptif dan dilakukan pengkategorian. Perilaku adalah perilaku penggunaan LPG yaitu perilaku terkait dengan bagaimana contoh menerima program dan menggunakan produk program yang dikategorikan menjadi perilaku A (menerima program konversi dan mengggunakan produk program), perilaku B (menerima program konversi, namun contoh tidak mengunakan produk program). Analisis dilakukan secara deskriptif untuk mengetahui jumlah contoh yang memiliki kategori perilaku tersebut. Hal yang sama juga dilakukan terhadap analisis alasan terjadinya perilaku tersebut. Selain perilaku penggunaan LPG, perilaku penggunaan lain yang dianalisis yaitu perilaku mengkonsumsi atau menggunakan produk
30
program, yang mencakup beberapa atribut seperti tempat pembelian, cara pembelian, dan cara bertransaksi. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku penggunaan LPG digunakan analisis regresi logistik dengan rumus : P(y) = X1 X2 X3 D1 D2 X6 P(y)
: : : : : : :
e α+β1x1+ β2x2+β3x3+β4D1+β5D2+ β6x6 1 + e α+β1x1+ β2x2+β3x3+ β4D1+β5D2+ β6x6 Besar keluarga Umur suami Umur istri Pekerjaan suami (1= bekerja, 0=tidak bekerja) Pekerjaan istri (1= bekerja, 0=tidak bekerja) Sikap terhadap program Peluang Perilaku Penggunaan LPG
5. Tingkat kepuasan dan kepentingan keluarga contoh terhadap Program Konversi Minyak Tanah ke LPG dianalisis menggunakan dua metode. Untuk menganalisis tingkat kepuasan responden dengan menilai tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan program digunakan metode Importance-Performance Analysis (IPA), sedangkan untuk menentukan tingkat kepuasan pelanggan secara menyeluruh dengan mempertimbangkan tingkat kepentingan dari atribut-atribut kualitas jasa dan produk digunakan Costumer Satisfation Index (CSI).
Importance and performance Analysis, IPA digunakan dengan bantuan Microsoft Excel berfungsi untuk menganalisis tingkat harapan/kepentingan contoh dan tingkat kepuasan contoh terhadap atribut dalam program. Hasil analisis kemudian dijelaskan dengan matriks Importance-Performance untuk melihat kedudukan atribut-atribut pelayanan yang dianalisis ke dalam empat kuadran. Hasil penelitian tingkat kepentingan dan hasil penilaian kinerja maka akan menghasilkan suatu perhitungan mengenai tingkat kesesuaian antara tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaanya. Tingkat kesesuaian adalah hasil perbandingan skor kinerja/pelaksanaan dengan skor kepentingan. Tingkat kesesuaian inilah yang akan menentukan urutan prioritas peningkatan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen atau pemakai jasa. Skala yang digunakan pada tingkat kepentingan
31
adalah skala Likert yang terdiri dari 4 peringkat, jawaban sangat penting diberi bobot 4, jawaban penting diberi bobot 3, jawaban netral kurang penting diberi bobot 2 dan jawaban tidak penting diberi bobot 1. Pada tingkat kinerja skala yang digunakan juga skala likert yang terdiri dari 4 peringkat, jawaban sangat baik diberi bobot 4, jawaban baik diberi bobot 3, jawaban kurang baik diberi bobot 2, jawaban jelek sekali diberi bobot 1. Adapun persamaan yang digunakan adalah :
TKi = dengan : TKi
: Tingkat kesesuaian responden
Xi
: Skor penilaian kinerja program
Yi
: Skor penilaian kepentingan responden
Dalam penelitian ini terdapat dua buah variabel yang diwakilkan oleh huruf X dan Y, dimana X merupakan tingkat kinerja perusahaan yang dapat memberikan kepuasan kepada responden, sedangkan Y merupakan tingkat kepentingan responden. Sumbu mendatar (X) akan diisi oleh skor tingkat kinerja, sedangkan sumbu tegak (Y) akan diisi oleh skor tingkat kepentingan. Dalam penyederhanaan rumus, maka untuk setiap faktor yang mempengaruhi kepuasan responden digunakan persamaan sebagai berikut :
Xi =
Yi =
dengan : Xi = skor rata-rata tingkat kinerja responden pada atribut ke-i Yi = Skor rata-rata tingkat kepentingan responden pada atribut ke-i n = jumlah responden
Masing-masing atribut akan dijabarkan dalam diagram kartesius yang terbagi ke dalam emapt kuadran, yaitu :
32
Kuadran 1 (prioritas utama) Menunjukkan
atribut-atribut
yang
dianggap
sangat
penting,
namun
manajemen belum melaksanakan sesuai keinginan contoh, sehingga contoh tidak puas. Atribut-atribu yang masuk dalam kuadran ini harus ditingkatkan kinerjanya. Kuadran 2 (pertahankan prestasi) Menunjukkan atribut-atribut yang dianggap sangat penting dan manajemen telah berhasil melaksanakannya, hal itu wajib dipertahankan. contoh menjadi sangat puas. Kuadran 3 (prioritas rendah) Menunjukkan beberapa atribut-atribut yang kurang penting pengaruhnya bagi contoh, pelaksanaanya oleh pembuat program ataupun stakeholder yang berkaitan biasa-biasa saja, dianggap kurang penting sehingga pembuat program ataupun stakeholder yang berkaitan tidak perlu melakukan perbaikan. Kuadran 4 (berlebihan) Menunjukkan atribut yang mempengaruhi contoh kurang penting, akan tetapi pelaksanaanya
berlebihan,
dianggap
kurang
penting
tetapi
sangat
memuaskan. Pembuat program dan stakeholder yang berkaitan perlu menurunkan kinerja agar dapat mengefisienkan sumberdaya.
Costumer Satisfaction Index (CSI). CSI digunakan untuk menentukan tingkat kepuasan pelanggan secara menyeluruh dengan mempertimbangkan tingkat kepentingan dari atribut-atribut kualitas jasa dan produk yang diukur. Menurut Irawan (2003) dalam Amalia (2005), pengukuran terhadap CSI diperlukan karena pertama, hasil dari pengukuran dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan sasaran-sasaran ditahun mendatang. Tanpa adanya CSI top management atau pemerintah dan instansi terkait dalam hal program konversi minyak tanah ke LPG akan sulit menentukan goal dalam peningkatan kepuasan sasaran terhadap program dan merancang program
33
yang acepptable dan berkelanjutan. Kedua, indeks diperlukan karena proses pengukuran kepuasan bersifat kontinyu. Menurut Stratford (2005) dalam Amalia (2005) metode pengukuran CSI ini meliputi tahap-tahap sebagai berikut: 1.
Menghitung weighting factors, yaitu mengubah nilai rata-rata tingkat kepentingan menjadi angka persentase dari total nilai rata-rata tingkat kepentingan untuk seluruh atribut yang diuji, sehingga didapatkan total weighting factors 100%
2.
Menghitung weighted score, yaitu nilai perkalian antar nilai rata-rata tingkat kinerja/kepuasan masing-masing atribut dengan weighting factors masing-masing atribut
3.
menghitung weighted total, yaitu menjumlahkan weighted score dari semua atribut
4.
Menghitung satisfaction index, yaitu weighted total dibagi skala maksimal yang digunakan (dalam penelitian ini skala maksimal adalah 4) kemudian dikali 100%. Aditiawarman (2005) dalam Amalia (2005) menunjukkan bahwa
tingkat kepuasan responden secara menyeluruh dapat dilihat dari kriteria tingkat kepuasan pelanggan/konsumen. Adapun kriterianya sebagai berikut : 0,00 – 0,34
: Tidak puas
0,35 – 0,50
: Kurang puas
0,51 – 0,65
: Cukup puas
0,66 – 0,80
: Puas
0,81 – 1,00
: Sangat Puas
6. Strategi yang dirumuskan untuk memperbaiki pelaksanaan program konversi minyak tanah ke LPG diperoleh dari keadaan sikap keluarga sasaran dan beberapa dimensi penting dari perhitungan
CSI dan IPA serta dilakukan
pengembangan sesuai pelaksanaan program. Beikut
adalah
ringkasan
kategorinya yang disajikan pada Tabel 3.
masing-masing variabel
berdasarkan
34
Tabel 3 Klasifikasi dan rincian variabel penelitian No 1
Variabel Besar Keluarga
2
Umur kepala keluarga (suami dan istri)
2
Pendidikan kepala keluarga (suami dan istri)
3
Pekerjaan kepala keluarga (suami dan istri)
4
Pendapatan perkapita
5
Pengeluaran perkapita
6
Tingkat kesejahteraan
7
Sikap
8
Perilaku Penggunaan
kategori 1= kecil (≤ 4 orang) 2= sedang (5 – 7 orang) 3= besar ( > 7 orang) 1= dewasa muda (19-29 tahun) 2= dewasa menengah (30-49 tahun) 3= dewasa akhir (50-64 tahun) 4= ≥ 65 tahun 1= tidak sekolah 2= tidak tamat SD 3= tamat SD 4= tamat SMP 5= tamat SMA 6= tamat PT 1= pedagang/wiraswasta 6= karyawan swasta 2= PNS/ABRI 7= buruh pabrik 3= buruh lepas 8= honorer 4= supir angkot/tukang ojek 9= pensiunan 5= pegawai BUMN 10= tidak bekerja 1= ≤ Rp149 999.00 2= Rp150 000.00 - Rp299 999.00 3= Rp300 000.00 - Rp499 999.00 4= ≥ Rp 500 000.00 1= Rp104 167.00 - Rp589 906.00 2= Rp589 907.00 - Rp892 500.00 0= Miskin ( ≤ Rp233 535.00) 1 =Tidak Miskin (> Rp233 535.00) 1= sikap positif (26 – 40 dari skor total) 2= sikap negatif (10 – 25 dari skor toatl) 1= Menggunakan LPG 0= tidak menggunakan LPG
Definisi Operasional
Populasi adalah seluruh penduduk Kota Bekasi yang menjadi sasaran program konversi minyak tanah ke LPG oleh pemerintah Contoh adalah keluarga yang mempunyai legalitas penduduk,yang terkena program konversi miyak tanah ke LPG 3 kg dan ditentukan secara acak. Karakteristik sosial keluarga adalah karakteristik keluarga contoh yang meliputi : 1. Besar keluarga 2. Umur kepala keluarga (suami dan istri) 3. Pendidikan terakhir kepala keluarga (suami dan istri) 4. Pekerjaan kepala keluarga (suami dan istri)
35
Karakteristik ekonomi keluarga meliputi : 1. Pendapatan
keluarga,
menunjuk
pada
besarnya
penerimaan
dan
pemasukan gaji, upah dan barang yang diperoleh anggota keluarga yang dapat disertakan dalam rupiah baik pokok maupun sampingan dalam kurun waktu satu bulan terakhir yang dinyatakan dalam Rp/bulan. 2. Pengeluaran keluarga, menunjuk pada jumlah biaya yang dikeluarkan keluarga contoh untuk konsumsi komoditi pangan dan non pangan dalam satuan rupiah selama satu bulan terakhir. 3. Pengeluaran per kapita keluarga, menunjuk pada rata-rata pengeluaran perkapita keluarga setiap bulan (Rp/kapita/bulan). 4. Pengeluaran bahan bakar, menunjuk pada biaya yang dikeluarkan contoh untuk konsumsi bahan bakar untuk memasak dan penerangan dalam satuan rupiah. Sikap adalah evaluasi umum keluarga contoh terhadap program Konversi Minyak Tanah ke LPG yang diukur menggunakan tiga komponen sikap meliputi komponen kognitif, afektif dan konatif. Masing-masing komponen merupakan gambaran mengenai evaluasi keluarga contoh terhadap kebijakan program Konversi Minyak Tanah ke LPG, perubahan penggunaan bahan bakar, kenyamanan menggunakan LPG, produk program, dan kecenderungan beralih kembali ke bahan bakar minyak tanah. Perilaku adalah tindakan langsung terlibat dalam proses menggunakan produk atau tidak menggunakan poduk program seperti atribut pembelian dan perilaku penggunaan. Perilaku pengunaan dioperasionalkan menjadi perilaku menggunakan LPG dan perilaku tidak menggunakan LPG. Kepuasan adalah kondisi dimana persepsi aktual sasaran terhadap program melebihi harapan mereka terhadap program yang dibedakan dari sisi produk, pelayanan jasa agen dan pelayanan jasa pemerintah.