BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 21/07/31/Th. XII, 1 Juli 2010
TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010 RINGKASAN
Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di DKI Jakarta pada bulan Maret 2010 sebesar 312,18 ribu (3,48 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2009 yang berjumlah 323,17 ribu (3,62 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 10,99 ribu. Hal ini disebabkan antara lain oleh: a) Kondisi ekonomi makro yang relatif stabil dimana pertumbuhan ekonomi triwulan 1 tahun 2010 mencapai angka 6,21 persen. b) Pada bulan Januari – Maret 2010 inflasi sebesar 0,92 persen. c) UMP di DKI Jakarta terjadi peningkatan dari 1.069.865 rupiah pada tahun 2009 menjadi Rp 1.118.009 pada 2010.
Garis Kemisknan (GK) tahun 2010 sebesar Rp 331.169 per kapita per bulan, lebih tinggi dibanding GK tahun 2009 yang sebesar Rp 316.936 per kapita per bulan.
Komposisi Garis Kemiskinan menunjukkan bahwa Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp 213.487 (64,46 persen) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan sebesar Rp 117.682 (35,54 persen).
Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan adalah beras, rokok kretek filter, daging ayam ras dan telur ayam ras. Komoditi Non-Makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan adalah biaya perumahan dan listrik, pemeliharaan kesehatan, dan pendidikan.
Keadaan tahun 2010 dibanding dengan keadaan tahun 2009 a. Angka kemiskinan (P0) turun 0,14 poin dari 3,62 persen menjadi 3,48 persen. b. Rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan (P1) menurun dari 0,57 menjadi 0,45. c. Ketimpangan pengeluaran penduduk miskin (P2) semakin menyempit yaitu dari 0,14 menjadi 0,11.
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 21/07/31/Th. XII, 1 Juli 2010
1
1.
Perkembangan Tingkat Kemiskinan Maret 2009-Maret 2010 Jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta pada bulan Maret 2010 sebesar 312,18 ribu orang (3,48 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2009 sebesar 323,17 ribu orang (3,62 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 10,99 ribu. Hal ini disebabkan antara lain oleh: b Kondisi ekonomi makro yang relatif stabil dimana pertumbuhan ekonomi triwulan 1 tahun 2010 mencapai angka 6,21 persen. c Pada bulan Januari–Maret 2010 inflasi sebesar 0,92 persen. d UMP di DKI Jakarta terjadi peningkatan dari 1.069.865 rupiah pada tahun 2009 menjadi 1.118.009 rupiah pada 2010
Tabel 1. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Di DKI Jakarta Maret 2009-Maret 2010 Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Tahun (1)
Makanan
Bukan Makanan
Total
(2)
(3)
(4)
Jumlah penduduk miskin (000)
Persentase penduduk miskin
(5)
(6)
Maret 2009
204.248 (64,44 %)
112.688 (35,56 %)
316.936 (100,00 %)
323,17
3,62
Maret 2010
213.487 (64,46 %)
117.682 (35,54 %)
331.169 (100,00 %)
312,18
3,48
Sumber: Diolah dari data Susenas Panel Maret 2009 dan Maret 2010
2.
Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2009-Maret 2010 Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Selama Maret 2009-Maret 2010, Garis Kemiskinan naik sebesar 4,49 persen, yaitu dari Rp 316.936 per kapita per bulan pada Maret 2009 menjadi Rp 331.169 per kapita per bulan pada Maret 2010. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada bulan Maret 2009, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 64,44 persen, dan pada bulan Maret 2010, peranannya relatif tidak berubah yaitu 64,46 persen.
2
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 21/07/31/Th. XII, 1 Juli 2010
Komoditi yang paling penting bagi penduduk miskin adalah beras. Pada bulan Maret 2010, sumbangan pengeluaran beras terhadap Garis Kemiskinan Makanan sebesar 29,09 persen. Selain beras, barang-barang kebutuhan pokok lain yang berpengaruh cukup besar terhadap Garis Kemiskinan adalah rokok kretek filter (13,46 persen), daging ayam ras (6,48 persen), telur ayam ras (5,53 persen), mie instan (4,83 persen), gula pasir (3,43 persen) dan tempe (3,06 persen). Untuk komoditi bukan makanan, biaya perumahan mempunyai peranan yang cukup besar terhadap Garis Kemiskinan Non-Makanan yaitu 34,76 persen. Biaya pemeliharaan kesehatan, listrik dan pendidikan mempunyai pengaruh yang cukup besar, yaitu masing-masing sebesar 14,52 persen, 9,77 persen dan 8,61 persen.
3.
Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan kemiskinan juga sekaligus dapat mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Pada periode Maret 2009-Maret 2010, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan menurun. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 0,57 pada keadaan 2009 menjadi 0,45 pada keadaaan 2010. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan menurun dari 0,14 menjadi 0,11 pada periode yang sama (Tabel 2). Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung meningkat dan mendekati garis kemiskinan, serta ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin mengecil.
Tabel 2 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di DKI Jakarta, Maret 2009- Maret 2010 Tahun
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
(1)
(2)
(3)
Maret 2009
0,57
0,14
Maret 2010
0,45
0,11
Sumber: Diolah dari data Susenas Panel Maret 2009 dan Maret 2010
4.
Penjelasan Teknis dan Sumber Data a.
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 21/07/31/Th. XII, 1 Juli 2010
3
4
b.
Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan, kecuali untuk DKI Jakarta yang seluruh wilayahnya merupakan daerah perkotaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.
c.
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkal per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dan lain-lain).
d.
Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar Non-Makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan.
e.
Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan tahun 2010 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Panel Modul Konsumsi bulan Maret 2010. Jumlah sampel Susenas di DKI Jakarta 3.072 rumah tangga sehingga data kemiskinan dapat disajikan hingga tingkat provinsi. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar), yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditi pokok bukan makanan.
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 21/07/31/Th. XII, 1 Juli 2010
BPS PROVINSI DKI JAKARTA Informasi lebih lanjut hubungi: Sri Santo Budi Muliatinah, M.A. Kepala Bidang Statistik Sosial Telepon : 021-42877301 Fax : 021-42877350 e-mail :
[email protected] Homepage: http://jakarta.bps.go.id
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 21/07/31/Th. XII, 1 Juli 2010
5