perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
TINDAKAN PENGANCAMAN MUKA DAN STRATEGI KESOPANAN DALAM RUBRIK ”PEMBACA MENULIS” DI HARIAN JAWA POS (SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh DAMIS AMAROH C0206014
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2010
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
TINDAKAN PENGANCAMAN MUKA DAN STRATEGI KESOPANAN DALAM RUBRIK ”PEMBACA MENULIS” DI HARIAN JAWA POS (SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK)
Disusun oleh Damis Amaroh C0206014
Telah disetujui oleh pembimbing
Pembimbing
Drs. Hanifullah Syukri, M.Hum. NIP 196806171999031002
Mengetahui Ketua Jurusan Sastra Indonesia
Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag. NIP 196206101989031001 commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
TINDAKAN PENGANCAMAN MUKA DAN STRATEGI KESOPANAN DALAM RUBRIK ”PEMBACA MENULIS” DI HARIAN JAWA POS (SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK) Disusun oleh DAMIS AMAROH C0206014 Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada tanggal ....................................
Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Ketua Penguji
Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag NIP 196206101989031001
(………………)
Sekretaris Penguji
Dra. Chattri S. Widyastuti, M.Hum. NIP 196412311994032005
(………………)
Penguji I
Drs. Hanifullah Syukri, M.Hum. NIP 196806171999031002
(………………)
Penguji II
Dr. Dwi Purnanto, M.Hum. NIP 196111111986011002
(………………)
Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Drs. Sudarno, M.A. commit to user NIP 195303141985061001
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Nama : DAMIS AMAROH NIM : C0206014 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Tindakan Pengancaman Muka dan Strategi Kesopanan dalam Rubrik ”Pembaca Menulis” di Harian Jawa Pos (Sebuah Kajian Pragmatik) adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.
Surakarta,
November 2010
Yang membuat pernyataan
DAMIS AMAROH C0206014
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya Allah beserta dengan orang-orang yang sabar”. (QS Al-Baqarah:153)
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk: Allah SWT, tempatku memohon dan memanjatkan doa. Bapak, Ibu (Danuri Sugiarto - Sri Suratmi) terima kasih atas kasih sayangnya yang tak akan pernah usai dan ketulusan cintanya yang tak akan mampu terbalaskan. Kedua kakakku tercinta Hengky Sudarmawan, S.S. dan Rano Wandana, S.Hum., akhirnya adikmu tersayang ini telah berhasil menyusun skripsi guna mengikuti jejakmu. commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Al–hamduli ‘l-lahi rabbi ‘l-alamin, segala puji hanya bagi Allah Rabb seru sekalian alam atas segala limpahan rahmat, hidayah, dan taufik-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Tindakan Pengancaman Muka dan Strategi Kesopanan dalam Rubrik ”Pembaca Menulis” di Harian Jawa Pos (Sebuah Kajian Pragmatik) dengan baik. Selawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan orang-orang yang tetap istikamah di atas petunjuk-Nya. Amin Penulisan skripsi sebagai syarat memperoleh gelar sarjana tidak akan berjalan dengan baik
tanpa bantuan, dukungan, dan dorongan yang telah
diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Drs. Sudarno, M.A., Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret, yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 2. Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag., Ketua Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan izin serta kemudahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. 3. Dra. Chattri S. Widyastuti, M.Hum., Sekretaris Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret, yang selalu penuh perhatian dan memberi kemudahan commit to user dalam penulisan skripsi ini.
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Drs. Hanifullah Syukri, M.Hum., Dosen Pembimbing skripsi yang senantiasa sabar dan teliti dalam memberikan bimbingan serta pengarahan kepada penulis. Terima kasih atas limpahan waktu yang selalu diluangkan untuk penulis. 5. Rianna Wati, S.S., Pembimbing Akademik yang selalu memberikan motivasi kepada penulis. 6. Seluruh dosen pengajar yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan berlangsung. 7. Bapak dan Ibu yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian, dan semangat yang tiada pernah usai. 8. Teman-teman Seperjuangan Sastra Indonesia UNS angkatan 2006: Nikmah, Icha, Tiara, Nurul, Farida, Rike, Ririn, Coyik, Dwi, Mila, Norma, Amel, Rina, Rohma, Lia, Dian, Nita, Yuyun, Muhammad Afin, Om Zan, Toetoe, Mami Yuli, Ina, Mumung, Arum, Widya, Wendy, Hafidz, Tony, Pakdhe, Pak Dim, Aji, Demas, Tantra, Ema, Budi, Harry, Jekek dan Nugroho. Terima kasih atas segala doa, semangat, bantuan dan kenangan yang telah diberikan kepada penulis. 9. Teman-teman Sastra Indonesia angkatan atas dan bawah. Terima kasih atas segala doa, semangat, bantuan, dan kenangan yang telah diberikan kepada penulis. 10. Teman-teman terbaik penulis, khususnya DERPIA (Erni, Rini, Puput, Ima, Ayu), Dedy, si L, Sandy, Petrik, Londo, Intip, Rumanto, Ika, Diah, Portin, Solikah, Kembar, Farid, Rahman, Puji, Angga, mz I, dan Tomi. Terima kasih untuk doa dan dukungan kalian. commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11. Kakak iparku Dwi Lestari, S.HI., yang telah memberikan semangat, nasihat, bimbingan, bantuan, dan doa kepada penulis. Keponakanku dedek Ro’uf yang lucu, imut dan gemesin. Terima kasih membuat penulis menjadi senang dan tertawa setiap melihat tingkah lakumu yang lucu. 12. Niko Wahyu Indrianto, A.Md., terima kasih atas doa, bimbingan, nasihat, dan semangat yang tak henti-hentinya dialirkan kepada penulis. Di samping itu, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu. Semoga Allah SWT membalas kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta,
November 2010
Penulis
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….........i HALAMAN PERSETUJUAN …… …………………………………………….ii HALAMAN PENGESAHAN ……..……………………………………………iii HALAMAN PERNYATAAN …… ……………………………………………iv HALAMAN MOTTO ……. …………………………………………………….v HALAMAN PERSEMBAHAN ….. ……………………………………………vi KATA PENGANTAR ……. …………………………………………………....vii DAFTAR ISI …………………………………………………………………….x DAFTAR TABEL ……………………………………………………………...xiv DAFTAR SINGKATAN …………………………………………………… ...xv DAFTAR AKRONIM ..……………………..…………………………….........xvi ABSTRAK ………..…………………………………………………………...xvii BAB I PENDAHULUAN .. …………………………………………………….1 A.
Latar Belakang Masalah …...…………………………………………….1
B.
Pembatasan Masalah ………..……………………………………………6
C.
Perumusan Masalah ……….……………………………………………..6
D.
Tujuan Penelitian ………………………………………………………...7
E.
Manfaat Penelitian ………..……………………………………………...7
F.
Sistematika Penulisan ……………………………………………………8
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ………………….....10 A.
Tinjauan Penelitian Terdahulu …………..………………………………10
B.
Landasan Teori ………………………………………………………….13 1. Definisi Pragmatik ……………...……………………………………13 commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Definisi Konteks ……………………………………………………...14 3. Teori Tindakan Pengancaman Muka (FTA) dan Strategi Kesopanan Brown dan Levinson …………………………………………………15 a. Konsep tentang muka dan tindakan pengancaman muka …………15 b. Strategi kesopanan berbahasa ……………………………………18 1. Melakukan tindak tutur secara apa adanya (on record).......……19 2. Kesopanan positif ………………………………………………23 3. Kesopanan negatif ……………………………………………...26 4. Melakukan tindak tutur secara tidak langsung (off record) .……28 4 Definisi Kata “Adu” ………………………………………………….32 5 Pengertian Rubrik “Pembaca Menulis” di Harian Jawa Pos ………...33 6 Struktur Wacana pada Surat Aduan dan Tanggapannya …………….33 C.
Kerangka Pikir …………………………………………………………..35
BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………….....38 A.
Jenis Penelitian ………………………………………………………….38
B.
Sampel ……………………………………………………………….....39
C.
Data dan Sumber Data ………………………………………………... .39
D.
Teknik Pengumpulan Data ….………………………………………......40
E.
Teknik Klasifikasi Data ………………………………………................41
F.
Teknik Analisis Data ………………………………………....................42
G.
Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ………………………………......44
BAB IV ANALISIS DATA ……….….……………………………………… .45 A. Analisis Pengancaman Muka dan Strategi Kesopanan Pengadu dalam Surat Aduan beserta Tujuannya ................................................................47 commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Tindakan yang mengancam muka negatif lawan tutur dan strategi kesopanan dalam surat aduan..................................................................48 1. Tindakan ’memerintah’ dan strategi kesopanan negatif ...................48 2. Tindakan ’meminta’ dan strategi kesopanan negatif .......................56 3. Tindakan ’memberi saran’ dan strategi kesopanan negatif ..............61 4. Tindakan ’memberi nasihat’ dan strategi kesopanan negatif............64 5. Tindakan ’bertanya’ dan strategi kesopanan negatif, on record .......66 6. Tindakan ’menuntut’ dan strategi on record ....................................73 7. Tindakan ’menagih janji’ dan strategi kesopanan negatif .................80 8. Tindakan ’marah’ dan strategi kesopanan negatif, on record ...........82 b. Tindakan mengancam muka positif lawan tutur dan strategi kesopanan dalam surat aduan ..................................................................89 1. Tindakan ’menuduh’ dan strategi kesopanan positif, on record, off record ...........................................................................................89 2. Tindakan ’mengeluh’ dan strategi kesopanan positif, on record.......94 3. Tindakan ’mengkritik’ dan strategi on record ..............................104 4. Tindakan ’menghina’ dan strategi off record .................................106 B. Analisis Pengancaman Muka dan Strategi Kesopanan Teradu dalam Surat Tanggapan beserta dengan Tujuannya ..............................................108 a. Tindakan yang mengancam muka negatif penutur yaitu teradu dalam surat tanggapan .........................................................................110 1. Tindakan ’ucapan terima kasih’ dan strategi on record ....................110 2. Tindakan ’pembelaan’ dan strategi off record, on record .........................................................................................117 commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Tindakan ’melakukan janji’ dan strategi on record, off record ........124 b.
Tindakan yang mengancam muka positif penutur yaitu teradu dalam surat tanggapan ..................................................................... ..128 1. Tindakan ’meminta maaf’ dan strategi on record ...........................128 2. Tindakan ’mengakui kesalahan’ dan strategi on record, off record .........................................................................................134
BAB V PENUTUP ………………………………………………………...…150 A.
Simpulan ………….…………………………………………………...150
B.
Saran ……………………………………………………………….......155
DAFTAR PUSTAKA ……..…………………………………………………..156 LAMPIRAN ……………………………………………………………………158
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Tindakan yang Mengancam Muka Negatif Lawan Tutur dan Strategi yang Digunakan Pengadu dalam Surat Aduan Tabel 2
Tindakan yang Mengancam Muka Positif Lawan Tutur dan Strategi yang Digunakan Pengadu dalam Surat Aduan
Tabel 3 Tindakan yang Mengancam Muka Negatif Penutur dan Strategi yang Digunakan Teradu dalam Surat Tanggapan Tabel 4 Tindakan yang Mengancam Muka Negatif Penutur dan Strategi yang Digunakan Teradu dalam Surat Tanggapan
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR SINGKATAN
AC
: Air Conditioner
ACA
: Asuransi Central Asia
ATM
: Anjungan Tunai Mandiri
BAF
: Bussan Auto Finance
BCA
: Bank Central Asia
CCTV
: Closed Circuit Television
CS
: Customer Service
FTA
: Face Threatening Act
H
: Hearer
HET
: Harga Eceran Tertinggi
ICB
: International Commersial Bank
LCD
: Liquid Crystal Display
PBB
: Pajak Bumi Bangunan
PCP
: Peduli Cepat Terpercaya
PT KA
: Perseroan Terbatas Kereta Api
RPM
: Rubrik Pembaca Menulis
RSUD
: Rumah Sakit Umum Daerah
S
: Speakers
SMS
: Short Message Service
SPBU
: Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum
STNK
: Surat Tanda Nomor Kendaraan
SWDKLU
: Sumbang Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Umum commit to user : United Overseas Bank
UOB
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR AKRONIM
Samsat
: Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap
Jatim
: Jawa Timur
Humas
: Hubungan Masyarakat
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Damis Amaroh, C0206014, 2010, Tindakan Pengancaman Muka dan Strategi Kesopanan dalam Rubrik ”Pembaca Menulis” di Harian Jawa Pos (Sebuah Kajian Pragmatik), Skripsi: Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu (1) Bagaimana tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan yang dilakukan oleh pengadu dalam rubrik “Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos dan apa tujuannya? (2) Bagaimana tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan yang dilakukan oleh teradu dalam rubrik “Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos dan apa tujuannya? Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan yang dilakukan oleh pengadu dalam rubrik “Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos beserta tujuannya. (2) Mendeskripsikan tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan yang dilakukan oleh teradu dalam rubrik ”Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos beserta tujuannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan pragmatik. Sampel dalam penelitian ini berupa tuturan-tuturan beserta konteksnya yang mengandung tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan yang terdapat dalam rubrik ”Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos yang terbit mulai 2 Januari sampai 31 Maret 2010. Sampel penelitian ini adalah sampel bertujuan. Sumber data penelitian ini adalah rubrik ”Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos yang terbit mulai 2 Januari sampai 31 Maret 2010. Data dalam penelitian ini adalah tuturan beserta konteksnya yang mengandung tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan yang terdapat dalam sumber data yang diperoleh dengan menggunakan teknik pustaka. Dari analisis ini dapat disimpulkan beberapa hal: (1) dalam surat aduan rubrik ”Pembaca Menulis” diperoleh 8 jenis tindakan yang mengancam muka negatif lawan tutur (memerintah, meminta, memberi saran, memberi nasihat, bertanya, menuntut, menagih janji, dan marah) dan 4 jenis tindakan yang mengancam muka positif lawan tutur (menuduh, mengeluh, mengkritik, dan menghina). Pengadu menggunakan strategi on record, off record, kesopanan negatif, dan kesopanan positif. Tujuan pengadu melakukan tindakan ini bertujuan untuk segera mendapat tanggapan dan penyelesaian dari pihak teradu. (2) dalam surat tanggapan rubrik “Pembaca Menulis” diperoleh 3 jenis tindakan yang mengancam muka negatif penutur (ucapan terima kasih, melakukan pembelaan, dan melakukan janji) dan diperoleh 2 jenis tindakan yang mengancam muka positif penutur (tindakan meminta maaf dan mengakui kesalahan). Teradu menggunakan strategi on record, off record, kesopanan negatif, dan kesopanan positif. Tujuan dari tindakan teradu dalam menanggapi surat aduan adalah untuk memperoleh kesan sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap suatu persoalaan yang dihadapi antara commitpengadu to user dan teradu sehingga dapat mempertahankan citra lembaga sekaligus mempertahankan pelanggan.
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bahasa di dalam penggunaannya berfungsi sebagai sarana pikir, ekspresi, dan sarana komunikasi. Sebagai sarana pikir, bahasa menuntun masyarakat penuturnya untuk bertindak tertib dan santun. Sebagai sarana ekspresi, bahasa membawa penggunanya kepada suasana kreatif karena bahasa sebagai sarana pengungkap pemikiran tentang ilmu, teknologi, dan seni membentuk kecerdasan. Sebagai sarana komunikasi, bahasa menciptakan suasana keakraban dan kebersamaan yang pada akhirnya dapat memupuk rasa kekeluargaan dan kesetiakawanan dalam masyarakat (Dendy Sugono, 2007:36). Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji bagaimana bahasa dipergunakan untuk berkomunikasi pada konteks tertentu (Nadar, F.X., 2009:255). Bahasa sebagai media untuk komunikasi dan mengungkap pikiran sekaligus penyampai pesan mengenai pengaduan, ekspresi emosi, dan permintaan informasi baik yang dilakukan secara tertulis maupun lisan di media-media komunikasi, misalnya media cetak dan media elektronik. Seorang penutur mengutarakan suatu pesan kepada lawan tutur. Lawan tutur dapat memahami pesan tersebut. Selanjutnya, memberikan tanggapan atau respon yang relevan sehingga dapat diterima dengan baik pada waktu penyampaian pesan, maka penutur mengunakan strategi. Kata “strategi” dalam strategi kesopanan berbahasa tidak selalu mengandung arti usaha sadar untuk commit to user
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berperilaku sopan, melainkan juga merujuk pada ungkapan-ungkapan berbahasa yang bersifat runtut serta mengacu pada upaya berbicara secara sopan. Melalui bahasa, setiap penutur berinteraksi dengan lawan tutur yang lain yang senantiasa menjaga dan bekerjasama untuk menghormati muka masingmasing. Penutur menyadari bahwa muka tersebut dimiliki oleh lawan tuturnya. Dikatakan oleh Brown dan Levinson (1987:65-68) bahwa konsep tentang muka ini bersifat universal, dan secara alamiah terdapat berbagai tuturan yang cenderung merupakan tindakan yang tidak menyenangkan yang disebut Face Threatening Acts (tindakan yang mengancam muka) dan disingkat menjadi FTA. Sehubungan dengan itu, penutur seharusnya menggunakan strategi kesopanan tertentu untuk mengurangi risiko atau akibat kurang menyenangkan dari tuturannya. Muka ‘face’ menurut Brown dan Levinson (1987) dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu muka negatif dan muka positif. Dalam bukunya Brown dan Levinson yang berjudul Politiness Some in Universals in Language Usage menjelaskan bahwa sejumlah tindakan memang dapat mengancam baik muka negatif maupun positif lawan tutur. Note that there is an overlap in this classification of FTA, because some FTA intrinsically threaten both negative and positive face (e.g. complaints, interruptions, threats, strong expressions of emotion, requests for personal information) (Brown and Levinson, 1987:67). Harap diperhatikan bahwa ada kerancuan dalam klasifikasi FTA karena sejumlah FTA secara intrinsik mengancam muka baik muka negatif maupun muka positif (misalnya pengaduan, interupsi, ancaman, ungkapan emosional yang kuat, permintaan informasi yang bersifat pribadi). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
“Pembaca Menulis”, merupakan salah satu rubrik di harian Jawa Pos yang berisi surat pengaduan dari pembaca kepada dewan redaksi. Dewan redaksi dalam rubrik itu sebenarnya hanya sebagai mediator karena surat sebenarnya ditujukan kepada individu atau lembaga tertentu. Rubrik sendiri dapat diartikan sebagai bagian dari surat kabar atau pun majalah, misalnya seni, sastra: rubrik pikiran pembaca, bagian atau ruangan dalam surat kabar yang memuat pendapat dari pembaca tentang apa saja (Badudu dan Zain, 1994:1118). Pada umumnya surat yang dikirimkan kepada ”Pembaca Menulis” berisi pengaduan yang berkenaan dengan rasa kecewa, tidak puas, dirugikan, dan pengalaman yang tidak menyenangkan terhadap suatu lembaga, perusahaan, maupun individu. ”Pembaca Menulis” ini mencerminkan emosi negatif pengadu karena memiliki masalah dengan teradu yang belum terselesaikan. Melalui surat aduan, pengadu berharap masalah yang dihadapi diketahui oleh masyarakat sehingga teradu memiliki inisiatif untuk menyelesaikan masalah tersebut. Berdasarkan pengamatan pada aduan, diperoleh emosi negatif yang diungkapkan dalam tindak tutur memerintah, memberi nasihat, mengeluh, mengkritik, menuduh, menghina, marah, meminta penyelesaian, bertanya, menuntut, menagih janji, dan memberi saran. Secara umum struktur wacana surat aduan terdiri atas dua bagian, yaitu bagian yang berisi tindakan aduan dan bagian yang berisi penceritaan masalah atau peristiwa dan upaya penyelesaian yang telah dilakukan oleh pengadu yang melatari munculnya tindak aduan tersebut. Pemberian tanggapan atas surat aduan memiliki kepentingan untuk mempertahankan nama baik. Aduan yang tidak ditanggapi akan membangun suatu interpretasi bahwa aduan itu benar. Hal tersebut akan merugikan teradu, terlebih commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
apabila teradu adalah lembaga yang menempatkan masyarakat umum sebagai konsumen, seperti bank, lembaga, sekolah, perusahaan, dan layanan masyarakat lain. Pemberian tanggapan yang tepat akan membangun kesan yang baik bagi konsumen. Seorang pengadu dalam mengutarakan masalahnya dalam bentuk surat terbuka mengharapkan masalahnya segera ditanggapi dan mendapatkan suatu penyelesaian yang diinginkan. Tindakan tersebut berpotensi menganggu kebebasan penulis sendiri atau orang lain, dan dikatakan sebagai tindakan yang mengancam muka. Berdasarkan pengamatan awal, sebagian surat aduan tersebut mendapat tanggapan dari individu atau lembaga yang diadukan, dan sebagian tidak mendapat tanggapan. Pengungkapan aduan dan tanggapan berpotensi mengancam muka pengadu dan teradu. Tindakan pengadu mengadukan masalahnya dalam bentuk surat terbuka secara dominan mengancam muka positif teradu, karena tindakan pengadu tersebut menyebabkan keinginan teradu agar dihargai atau disenangi orang lain terganggu. Sebaliknya, menanggapi aduan merupakan upaya untuk membela diri agar kepercayaan konsumen tetap terjaga. Tindakan tersebut berpotensi mengancam muka positif dan negatif teradu. Sebuah lembaga atau individu yang diadukan secara terbuka dalam “Pembaca Menulis” mukanya terancam, baik muka positif maupun negatif. Secara umum, muka yang terancam adalah muka positif karena melalui surat tersebut masyarakat umum menjadi tahu bahwa individu atau lembaga tersebut bermasalah. Dalam konteks tersebut, mereka mempunyai dua pilihan, yaitu tidak menanggapi atau menanggapi aduan tersebut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
Jika cara pertama yang dilakukan, mereka tidak melakukan ancaman muka, tetapi membiarkan masyarakat menyetujui aduan tersebut. Khusus untuk lembaga layanan masyarakat, kondisi seperti itu akan merugikan karena kepercayaan masyarakat terhadap lembaga tersebut dapat berkurang. Sebaliknya, jika cara kedua yang dilakukan, mereka dapat melakukan klarifikasi untuk membela diri, tetapi ada kemungkinan tanggapan akan mengancam muka teradu sendiri. Risiko yang diterima dari cara kedua ini dapat dikurangi apabila pengungkapan surat tanggapan dilakukan dengan menggunakan strategi kesopanan tertentu. Oleh karena itu, sebagian surat aduan yang ditujukan kepada suatu lembaga memperoleh tanggapan. Penelitian ini menganalisis tindakan komunikasi yang dilakukan oleh pengadu dan teradu yang mengandung unsur pengancaman muka dan strategi kesopanan dalam rubrik “Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos. Penulis tertarik meneliti ini dikarenakan: (1) rubrik “Pembaca Menulis” ini berisi permasalahan mengenai pengaduan yang diterbitkan setiap hari Senin sampai Sabtu pada halaman 6 dengan melampirkan alamat lengkap disertai fotokopi identitas diri dan nomor telepon; (2) penulis menganggap bahwa seseorang menulis surat pembaca yang berkenaan dengan pengaduan ini dikarenakan kesulitan mengungkapkan masalah secara langsung kepada suatu lembaga atau individu, yang sudah berusaha berkali-kali mengungkapkan masalahnya, tetapi tidak mendapat tanggapan sehingga pengaduan ini diungkapkan dalam rubrik ”Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos; (3) melakukan pengaduan dan menanggapi pengaduan merupakan persoalan yang menarik untuk dikaji karena berpotensi mengancam muka antara pengadu dan teradu. Tindakan komunikasi tersebut, baik pengadu commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
maupun teradu dapat menggunakan strategi kesopanan tertentu untuk mencapai tujuan masing-masing. Oleh sebab itu, penulis mengambil topik Tindakan Pengancaman Muka dan Strategi Kesopanan dalam Rubrik ”Pembaca Menulis” di Harian Jawa Pos dengan Kajian Pragmatik.
B. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dimaksudkan agar penelitian lebih terarah dan mempermudah penulis dalam menentukan data yang diperlukan. Ruang lingkup penelitian ini penulis fokuskan pada tuturan yang mengandung tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan antara pengadu dan teradu yang terdapat dalam rubrik ”Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos yang terbit mulai tanggal 2 Januari sampai 31 Maret 2010.
C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penelitian ini mengajukan dua permasalahan yaitu: a. Bagaimana tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan yang dilakukan oleh pengadu dalam rubrik ”Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos dan apa tujuannya ? b. Bagaimana tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan yang dilakukan oleh teradu dalam rubrik ”Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos dan apa tujuannya ? commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Tujuan Penelitian Suatu penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas, sehingga hasil penelitiannya dapat diketahui. Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan yang dilakukan oleh pengadu dalam rubrik ”Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos beserta tujuannya. 2. Mendeskripsikan tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan yang dilakukan oleh teradu dalam rubrik ”Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos beserta tujuannya.
E. Manfaat Penelitian Sebuah penelitian yang dilakukan haruslah memberikan manfaat baik secara teoretis maupun praktis. Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain: 1. Manfaat Teoretis Manfaat teoretis merupakan manfaat yang berkenaan dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan dalam hal ini ilmu linguistik atau kebahasaan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai tuturan yang mengandung tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan secara umum, dan khususnya yang terdapat dalam rubrik “Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos dengan pendekatan pragmatik. Selain itu, penelitian ini dapat memberikan sumbangan keilmuan terutama commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bagi studi face threatening act (tindakan yang mengancam muka) yang disingkat FTA dan strategi kesopanan Brown dan Levinson. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis penelitian ini adalah dapat memberikan kontribusi yang
berarti dalam
hal pemahaman mengenai
tuturan tindakan
pengancaman muka dan strategi kesopanan, terutama untuk memahami tujuan dari tuturan-tuturan yang terdapat dalam ungkapan pengaduan. Selain itu, bermanfaat juga untuk menambah pengetahuan bagi pembaca mengenai tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan yang dilakukan antara pengadu dan teradu yang terdapat dalam rubrik “Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos.
F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan sangat diperlukan dalam sebuah penelitian karena dapat mengarahkan seseorang penulis pada cara kerja yang runtun dan jelas. Adapun sistematika dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Bab I merupakan bagian pendahuluan. Dalam bab ini penulis menguraikan latar belakang penelitian yang menjelaskan tentang alasan pemilihan data dan judul penulisan. Pembatasan masalah diutarakan dalam bab ini untuk memberikan batasan pada penelitian. Dari pembatasan masalah yang diutarakan, penulis memperoleh beberapa perumusan masalah. Bab I juga menguraikan tujuan dan manfaat penelitian. Selain itu, sistematika penulisan juga diuraikan untuk menggambarkan urutan penulisan skripsi. commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bab II berisi kajian pustaka, landasan teori, dan kerangka pikir. Dalam kajian pustaka penulis memaparkan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan. Di dalam landasan teori, penulis menguraikan beberapa konsep serta teori yang berkaitan dengan penelitian, meliputi: definisi pragmatik, definisi konteks, teori tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan Brown dan Levinson, definisi kata “adu”, definisi rubrik “Pembaca Menulis” pada harian Jawa Pos, dan struktur wacana dalam tindak komunikasi pada surat aduan dan tanggapan. Metode penelitian pada Bab III menguraikan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian. Sampel, data dan sumber data, serta teknik pengumpulan data diuraikan dalam bab ini. Teknik analisis data akan dipaparkan dalam bab III untuk memberikan gambaran tentang cara-cara menganalisis data dalam penelitian ini dan teknik penyajian hasil analisis data. Bab IV merupakan tahap analisis. Dalam analisis data penulis akan menganalisis: (1) tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan yang dilakukan oleh pengadu yang terdapat dalam rubrik ”Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos
beserta tujuannya; (2) tindakan pengancaman muka dan strategi
kesopanan yang dilakukan oleh teradu yang terdapat dalam rubrik ”Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos beserta tujuannya. Dari analisis data ini akan di dapat hasil dari penelitian yang telah dilakukan sehingga akan terjawab semua permasalahan yang telah dirumuskan dalam perumusan masalah di bab I. Bab V penutup, yang berisi simpulan dan saran. Simpulan merupakan jawaban dari rumusan masalah yang telah dipaparkan.
commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
Dalam bab II ini dikemukakan kajian pustaka, landasan teori, dan kerangka pikir. Kajian pustaka memaparkan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan yang berhubungan dengan tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan pada khususnya dan pragmatik pada umumnya. Penelitian-penelitian tersebut masih berupa makalah-makalah. Dalam landasan teori dijelaskan mengenai definisi pragmatik, definisi konteks, teori tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan Brown dan Levinson, definisi kata “adu”, definisi rubrik wacana “Pembaca Menulis”, dan struktur wacana dalam tindakan komunikasi pada surat aduan dan tanggapan.
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian dengan menggunakan pendekatan pragmatik sudah pernah dilakukan. Sejauh penelusuran penulis tentang penelitian sejenis atau yang mempunyai korelasi dengan penelitian mengenai kesopanan Brown dan Levinson masih jarang. Selama ini hanya beberapa saja yang sudah dijumpai penulis yang masih berupa makalah. Beberapa studi terdahulu yang penulis temukan dan masih relevan dengan penelitian ini disajikan sebagai berikut: Penelitian makalah “Kesopanan Berbahasa” dengan judul “Tindak Tutur Melarang di Kalangan Dua Kelompok Etnis Indonesia ke Arah Kajian Etnopragmatik”, yang dibahas oleh Asim Gunarwan (1999) mendeskripsikan analisisnya berupa: (1) mitra commit bicara to dan userlatar komunikasi yang menjadi
perpustakaan.uns.ac.id
11 digilib.uns.ac.id
pertimbangan penutur sebelum bertutur. Bersumber dari kesopanan berbahasa yang berlaku di dalam masyarakat tutur atau masyarakat bahasa yang si penutur adalah anggotanya; (2) kelompok etnis Jawa dan Batak sebagai objek penelitian. Perilaku berbahasa orang Batak itu lebih langsung (dalam arti lebih berterus terang) daripada orang Jawa. Tujuan penelitian ini membuktikan atau membantah kebenaran bahwa orang Batak cenderung lebih berterus terang daripada orang Jawa di dalam bertutur; (3) di dalam penelitian ini satuan analisis yang dipakai adalah tindak tutur melarang. Penalaran pemilihan tindak tutur ini sebagai satuan analisis ialah bahwa tindak tutur ini mempunyai potensi besar untuk mengancam muka (yakni muka orang yang dilarang), dan karena itu si penutur dituntut untuk mempertimbangkan berbagai hal sebelum mengujarkannya; (4) dari hasil komputasi statistik, perbedaan perilaku melarang di antara kedua kelompok responden ini ternyata maknawi (signifikan). Hal ini berarti hipotesis penelitian ini diterima perbedaan perilaku pengungkapan tindak melarang di antara kedua suku ini maknawi, dengan derajat kemaknawian yang cukup tinggi. Penelitian lain dilakukan oleh Nurhayati (2009) dalam makalahnya yang berjudul
“Strategi Pengancaman Muka antara Pengadu dan Teradu dalam
Rubrik Redaksi YTH”. Penelitian tersebut mendeskripsikan analisis tindak komunikasi yang dilakukan oleh pengadu dan teradu dalam rubrik „Redaksi YTH‟. Hasil analisis data menunjukkan bahwa tindak pengaduan pada umumnya mengancam muka positif dan muka negatif teradu. Pengadu mengunakan strategi bold on record dalam menuturkan hal yang diadukan. Cara tersebut menghasilkan interpretasi bahwa tujuan pengaduan lebih penting daripada mempertahankan muka teradu. Namun, pengadu juga menggunakan strategi kesopanan positif dan commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
negatif untuk melindungi muka pengadu. Strategi yang digunakan oleh teradu dalam menanggapi surat aduan terdiri atas enam cara, yaitu menindaklanjuti aduan sesuai keingginan pengadu, menanggapi aduan dengan taksa tanpa terperinci, teradu menyelesaikan masalah terlebih dahulu sebelum mengirim surat tanggapan, teradu mengirim surat tanggapan terlebih dahulu baru masalahnya diselesaikan, tanggapannya teradu melakukan pembelaan diri, dan melakukan pengancaman muka secara langsung. Penelitian yang penulis lakukan kali ini berbeda dengan penelitianpenelitian di atas. Perbedaan ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada sumber data, wujud atau bentuk penelitian, dan kajiannya. Penelitian terdahulu masih berupa makalah-makalah. Penelitian ini merupakan penelitian mengenai Tindakan Pengancaman Muka dan Strategi Kesopanan dalam Rubrik “Pembaca Menulis” di Harian Jawa Pos yang berwujud dan berbentuk skripsi. Dari beberapa tinjauan kajian di atas terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan. Penelitian yang telah dilakukan oleh Nurhayati sebelumnya lebih difokuskan pada strategi pengancaman muka secara umum, dan khususnya yang terdapat dalam rubrik „Redaksi YTH‟, dan tindak tutur melarang dua kelompok etnis Indonesia dengan kajian etnopragmatik yang dilakukan oleh Asim Gunarwan yang lebih difokuskan pada kesopanan berbahasa, sedangkan dalam penelitian ini lebih mefokuskan pada pendeskripsian tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan secara umum, dan khususnya yang terdapat dalam rubrik „Pembaca Menulis‟ di harian Jawa Pos dengan kajian pragmatik.
commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Landasan Teori 1. Definisi Pragmatik Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang semakin dikenal pada masa sekarang dengan cakupan kajian yang luas. Pragmatik sendiri tidak dipisahkan dari pemikiran-pemikiran para ahli yang salah satunya adalah Brown dan Levinson (1987) dalam bukunya yang berjudul Politeness Some Universals in Language Usage yang membicarakan mengenai konsep tentang muka „face’. Ahli bahasa seperti Thomas (1995) dalam buku yang berjudul Meaning in Interaction an Introduction to Pragmatics memberikan batasan dalam ilmu pragmatik. Menurut Thomas (1995:22), pragmatik adalah bidang ilmu yang mengkaji makna dalam interaksi atau meaning in interaction. Pengertian tersebut mengandaikan bahwa pemaknaan merupakan proses dinamis yang melibatkan negoisasi antara pembicara dan pendengar serta antara konteks ujaran (fisik, sosial, dan linguistik) dan makna potensial yang mungkin dari sebuah ujaran. Yule dalam bukunya yang berjudul Pragmatics (edisi terjemahan oleh Indah Fajar Wahyuni dan Rombe Mustajab) menyebutkan beberapa batasan ilmu pragmatik. Menurutnya (2006:3-4) ilmu pragmatik mempunyai empat batasan, yaitu: a. Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). b. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang makna kontekstual. c. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
d. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang ungkapan jarak hubungan. Pragmatik mengungkapkan maksud suatu tuturan di dalam peristiwa komunikasi, oleh karena itu analisis pragmatis berupaya menemukan maksud penutur, baik yang diekspresikan secara tersurat maupun yang diungkapkan secara tersirat di balik tuturan. Maksud tuturan dapat diidentifikasikan dengan mempertimbangkan komponen situasi tutur yang mencakupi penutur, lawan tutur, tujuan, konteks, tuturan sebagai hasil aktivitas, dan tuturan sebagai tindakan verbal (Rustono, 1999:17).
2. Definisi Konteks Istilah “konteks” didefinisikan oleh Mey (dalam Nadar, F.X., 2009:3-4) sebagai situasi lingkungan dalam arti luas yang memungkinkan peserta pertuturan untuk dapat berinteraksi, dan yang membuat ujaran mereka dapat dipahami. Menurut Rustono (1999:19) konteks adalah sesuatu yang menjadi sarana pemerjelas suatu maksud. Sarana itu meliputi dua macam, yang pertama berupa bagian ekspresi yang dapat mendukung kejelasan maksud dan yang kedua berupa situasi yang berhubungan dengan suatu kejadian. Hymes dalam Rustono (1999:20) menjelaskan bahwa faktor-faktor peristiwa tutur berjumlah delapan, yaitu: (1) setting atau scene, tempat dan suasana peristiwa tutur; (2) participant, penutur, lawan tutur; (3) end atau tujuan; (4) act, atau tindakan; (5) key, yaitu nada suara dan ragam bahasa yang digunakan di dalam mengekspresi tuturan dan cara mengekspresinya; (6) instrument, yaitu alat atau sarana untuk mengeskpresi tuturan, apakah secara lisan, tulis, melalui commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
telepon atau bersemuka; (7) norm atau norma, yaitu aturan permainan yang harus ditaati oleh setiap peserta tutur; dan (8) genre, yaitu jenis kegiatan seperti wawancara, diskusi, kampanye, dan sebagainya. Konfigurasi fonem awal nama kedelapan faktor itu membentuk kata speaking.
3. Teori Tindakan Pengancaman Muka (FTA) dan Strategi Kesopanan Brown dan Levinson a. Konsep tentang Muka dan Tindakan Pengancam Muka (FTA) Dalam bukunya Brown dan Levinson (1987) yang berjudul Politeness Some Universals in Language Usage menjelaskan tentang konsep muka ‟face’ penting dalam kajian penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi. Brown dan Levinson memberikan batasan tentang konsep muka. Muka adalah ‟face’ atau citra diri yang dimiliki oleh setiap warga masyarakat yang senantiasa dijaga dihormati dan tidak dilanggar dalam proses pertuturan antarpeserta tutur. Tindakan pengancaman muka adalah tindak tutur yang secara alamiah berpotensi untuk melukai citra atau muka ‟face’ lawan tutur dan oleh karena itu dalam pengutaraannya harus digunakan strategi-strategi tertentu. Face, the public self-image that every member wants to claim for himself, consisting in two relatec aspects: (a.) Negative face: the basic claim to territories, personal proserves, right to non-distraction – i.e. to freedom of action and freedom from imposition. (b.) Positive face: the positive consistent self-image or ’personality’ (crucially including the desire that this self-image be appreciated and approved of) claimed by interactants (Brown and Levinson, 1987:61). Muka, citra diri yang bersifat umum yang ingin dimiliki oleh setiap warga masyarakat, meliputi dua aspek yang saling berkaitan, (a) muka negatif, yang commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
merupakan dari gangguan, yaitu kebebasan bertindak dan kebebasan dari kewajiban melakukan sesuatu, dan (b) muka positif, yakni citra diri atau kepribadian positif yang konsisten yang dimiliki oleh warga yang berinteraksi. Dengan demikian, ada dua tipe muka yaitu muka negatif dan muka positif. Muka negatif, yaitu keinginan individu agar setiap keinginannya tidak dihalangi oleh pihak lain, sedang muka positif yaitu keinginan setiap penutur agar dia dapat diterima atau disenangi oleh pihak lain. Secara alamiah terdapat berbagai tuturan yang cenderung merupakan tindakan yang tidak menyenangkan yang disebut Face Threatening Act (tindakan yang mengancam muka) dan disingkat menjadi FTA. Brown dan Levinson (1987:65-68) membuat kategori FTA berdasarkan dua kriteria, yaitu tindakan yang mengancam muka negatif lawan tutur, dan tindakan yang mengancam muka positif lawan tutur. FTA yang mengancam muka negatif lawan tutur, menurut Brown dan Levinson (1987:66), antara lain meliputi: (i)
tindakan yang mengakibatkan lawan tutur menyetujui atau menolak melakukan sesuatu, seperti ungkapan mengenai: orders and requests, suggestions, advice, remindings threats, warnings, deres (memerintah, meminta, memberi saran, memberi nasihat, mengingatkan, mengancam, memperingatkan, dan menentang);
(ii)
tindakan yang mengungkapkan upaya penutur melakukan sesuatu terhadap lawan tutur dan memaksa lawan tutur untuk menerima atau menolak tindak tersebut, seperti ungkapan mengenai offers, promises (menawarkan dan berjanji); commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
(iii)
17 digilib.uns.ac.id
tindakan yang mengungkapkan keinginan penutur untuk melakukan sesuatu terhadap lawan tutur atau apa yang dimiliki oleh lawan tutur, seperti ungkapan mengenai compliments, expressions of strong (negative) emotions toward H-e.g. hatred, anger (pujian atau memberi ucapan selamat, mengagumi, membenci, dan marah). Sementara itu, FTA yang mengancam muka positif lawan tutur, menurut
Brown dan Levinson (1987:66-67), antara lain meliputi: (i)
tindakan yang memperlihatkan bahwa penutur memberi penilaian negatif terhadap lawan tutur, seperti ungkapan mengenai disapproval, criticism, contempt or ridicule, complaints and reprimands, accusations, insults (mengungkapkan sikap tidak setuju, mengkritik, tindakan merendahkan atau yang mempermalukan, keluhan, kemarahan, dakwaan, penghinaan);
(ii)
tindakan yang memperlihatkan sikap tidak peduli penutur terhadap muka positif lawan tutur, seperti ungkapan mengenai contradictions or disagreements, challenges, emotions, irreverence, mention of taboo topics, including those that are inappropriate in the context (pertentangan, ketidaksetujuan atau tantangan, emosi, ungkapan yang tidak sopan, membicarakan hal yang dianggap tabu atau pun yang tidak selayaknya dalam suatu situasi, yaitu penutur menunjukkan bahwa penutur tidak menghargai nilai-nilai lawan tutur dan juga tidak mau mengindahkan halhal yang ditakuti oleh lawan tutur. Berdasarkan kriteria kedua, FTA dikelompokkan menjadi dua, yaitu FTA
yang mengancam muka lawan tutur dan yang mengancam muka penutur. Kelompok pertama pada dasarnya adalah sudah dirinci di atas. Kelompok kedua, commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dirinci lagi menjadi menjadi dua subkelompok, yaitu FTA yang mengancam muka negatif penutur dan yang mengancam muka positif penutur. Brown dan Levinson (1987:67-68) menjelaskan bahwa FTA yang berpotensi mengancam muka negatif penutur antara lain meliputi tindak mengungkapkan
dan menerima ucapan terima kasih, melakukan pembelaan,
menerima tawaran, merespon perbuatan lawan tutur yang memalukan, dan melakukan janji atau tawaran yang tidak diinginkan penutur. Sementara itu, tindakan yang mengancam muka positif penutur, menurut Brown dan Levinson (1987:68) antara lain terdiri atas tindakan meminta maaf, menerima ucapan selamat, melakukan tindakan fisik yang memalukan, merendahkan diri, dan mengakui kesalahan. b. Strategi Kesopanan Berbahasa Kesopanan berbahasa yaitu kesantunan berbahasa yang diambil penutur untuk mengurangi derajat perasaan tidak senang atau sakit hati sebagai akibat tuturan yang diungkapkan oleh penutur. Strategi kesopanan berbahasa adalah cara atau strategi yang secara sadar maupun tidak sadar dipergunakan oleh seorang penutur dalam rangka mengurangi akibat tidak menyenangkan dari tuturannya terhadap lawan tuturnya (Nadar, F.X., 2009:251). Kata ”strategi” dalam strategi kesopanan berbahasa tidak selalu mengandung arti usaha sadar untuk berperilaku sopan, melainkan juga merujuk pada ungkapan-ungkapan berbahasa yang bersifat rutin serta mengacu pada upaya berbicara secara sopan. Oleh karena itu, seorang penutur menghadapi sejumlah pilihan sebelum membuat tuturan yang melanggar muka negatif atau pun muka positif lawan tutur.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
Peserta tutur berkepentingan untuk saling menjaga muka masing-masing terutama karena sejumlah tindak tutur tertentu secara alamiah mempunyai potensi mengancam muka lawan tutur, sehubungan dengan itu, penutur mempunyai semacam keharusan menggunakan strategi kesopanan tertentu untuk mengurangi risiko atau akibat kurang menyenangkan dari tuturannya. Dengan demikian, pada akhirnya seorang penutur akan dihadapkan pada pilihan untuk menggunakan strategi tertentu yaitu strategi kesopanan positif yang ditujukan pada muka positif lawan tutur, dan strategi kesopanan negatif yang ditujukan pada muka negatif lawan tutur. Brown dan Levinson (1987:69) menyatakan bahwa dalam melakukan FTA, seorang dapat menggunakan salah satu atau lebih lima strategi yang ditawarkan, yaitu: melakukan FTA secara langsung (on record), melakukan FTA secara tidak langsung (off record), menggunakan strategi kesopanan positif, menggunakan strategi kesopanan negatif, dan tidak melakukan FTA. Strategi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Melakukan tindak tutur secara apa adanya, tanpa basa-basi (on record). Seorang pelaku dapat dikatakan bertanggung jawab terhadap tindakan A yang dilakukannya, seandainya jelas bagi semua peserta tujuan tuturan apa yang menyebabkan pelaku melakukan tindakan A yaitu hanya ada satu tujuan tuturan yang pada situasi pertuturan tersebut dipahami oleh peserta pertuturan. Misalnya saya mengatakan. ”Saya dengan ini berjanji bahwa saya akan datang besok” dan seandainya para peserta tutur samasama memahami bahwa dengan mengatakan itu jelas-jalas saya mengatakan commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keinginan saya bertanggung jawab untuk melakukan hal tersebut. Brown dan Levinson dalam Nadar, F.X. (2009:38) menjelaskan bahwa melakukan tindakan secara on record seorang penutur memperoleh berbagai keuntungan sebagai berikut. a. he can enlist public pressure againt the addresse or in support of himself (yang bersangkutan dapat memperoleh bantuan berupa tekanan terhadap lawan tutur atau pun memperoleh dukungan bagi dirinya dari peserta pertuturan yang lain), b.
he can get credit for honesty, for indicating that he trusts the addressee (yang
bersangkutan
dapat
memperoleh
kepercayaan
mengenai
kejujurannya dengan menunjukkan bahwa dirinya mempercayai lawan tuturnya); c. he can get credit for outspokenness (yang bersangkutan dapat memperoleh kepercayaan karena keterbukaannya); d. avoiding the danger of being seen to be a manipulator (menghindari bahaya dianggap sebagai seorang manipulator); e. he can avoid the danger of being misunderstood (yang bersangkutan dapat menghindari kemungkinan kesalahpahaman); f. and he can have the opportunity to pay back in face whatever he potentially takes away by FTA (terkait dengan muka, yang bersangkutan dapat memperbaiki kembali apa yang telah dilanggar oleh tindakan yang mengancam muka). Seandainya penutur memutuskan memilih membuat tuturannya secara on record maka penutur masih harus menentukan apakah penutur commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
21 digilib.uns.ac.id
harus membuat tuturan secara lugas tanpa usaha menyelamatkan muka lawan ‟baldly without redress’, ataukah dengan pertimbangan langkahlangkah penyelamatan muka lawan ’redressive action’. Definisi mengenai baldly without redress adalah sebagai berikut: Doing an act baldly, without redress, involves doing it in the most direct, clear, unambiguous and concise way possible (for example, for doing a request, saying ’Do X!). Normally, an FTA will be done in this way only if the speaker does not fear retribution from the addressee, for example, in circumstances where (a) S and H both tacitly agree that the relevance of face demands may be suspended in the interests of urgency or efficiency; (b) where the danger to H’s face is very small, as in offers, requests, suggestions that are clearly in H’s interest and do not require great sacrifices of S (e.g. ’Come in’ or ’Do sitdown’); and (c) where S is vastly superior in power to H, or can enlist audience support to destroy H’s face without losing his own (Brown and Levinson, 1987:69) Melakukan tindakan secara lugas, tanpa usaha penyelamatan muka berarti melakukan tindakan tersebut dengan cara yang paling langsung, jelas, tegas dan ringkas (misalnya untuk meminta seseorang, cukup mengatakan ‟Kerjakan X‟). Tidakan semacam ini biasanya dilakukan manakala penutur tidak mempedulikan akan adanya sanksi pembalasan dari lawan tutur, misalnya dalam situasi di mana (a) penutur dan lawan tutur sama-sama menyadari bahwa karena hal-hal yang bersifat mendesak maka hal-hal yang terkait dengan muka dapat ditangguhkan terlebih dahulu; (b) bilamana ancaman terhadap muka lawan tutur sangatlah kecil, misalnya untuk tindakan terkait dengan penawaran, permintaan, saran dan lain sebagainya yang jelas-jelas mengacu pada kepentingan lawan tutur dan tidak memerlukan pengorbanan yang besar pada pihak penutur; dan (c) dimana commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
22 digilib.uns.ac.id
penutur mempunyai kekuasan yang jauh lebih tinggi dibandingkan lawan tutur, atau penutur memperoleh dukungan luas untuk melakukan tindakan yang mengancam muka lawan tutur tanpa harus kehilangan mukanya sendiri. Seandainya penutur memutuskan bahwa dirinya menghendaki perlunya mengurangi perasaan kurang senang lawan tuturnya maka penutur tersebut harus melakukan redressive action ‟tindakan penyelamatan muka‟. Tindakan penyelamatan muka lawan tutur ini diperlukan karena penutur biasanya berkeinginan untuk menjaga kelangsungan hubungan yang harmonis dengan lawan tuturnya. Brown dan Levinson mendefinisikan tindakan penyelamatan muka muka ‟redressive action’ sebagai berikut: By redressive action we mean action that ’gives face’ to the addressee, that is, that attempts to counteract the potential face damage of the FTA by doing it in such a way, or with such modifications or addition, that indicate clearly that no such face threat in intended or desired, and that S in general recognizes H’s face wants and himself wants them to be achieved. Such redressive action takes one of two forms, depending on which aspect of face (negative or positive) is being stressed (Brown and Levinson, 1987:69-70). Tindakan penyelamatan muka adalah tindakan yang ‟memberikan muka‟ kepada lawan tutur, yang berusaha untuk menangkal rasa kurang senang lawan tutur akibat dari tindakan yang kurang menyenangkan dengan cara melakukan penambahan dan perubahan tuturan sedemikian rupa yang dapat menunjukkan secara jelas kepada lawan tutur bahwa keinginan untuk melakukan tindakan yang kurang menyenangkan tersebut sebenarnya tidak dikehendaki atau tidak dimaksudkan sama sekali oleh penutur, dan bahwa commit to user lawan tutur dan penutur sendiri penutur sebenarnya memahami keinginan
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menginginkan keinginan lawan tutur tersebut dapat tercapai. Tindakan penyelamatan muka tersebut terwujud dalam dua bentuk tergantung aspek muka (negatif atau positif) yang diberi tekanan S=Penutur, H=Lawan Tutur. Tindakan penyelamatan muka
lawan tutur adalah tindakan
kesopanan yang pada prinsipnya ditujukan untuk mengurangi akibat yang tidak menyenangkan terhadap muka lawan tutur baik muka positif maupun muka negatif. Kesopanan yang ditujukan terhadap muka positif lawan tutur disebut kesopanan positif ’positive politeness’, sedangkan kesopanan yang diarahkan untuk muka negatif lawan tutur disebut kesopanan negatif ’negative politeness’. Dengan demikian, redressive actions dapat berbentuk kesopanan positif atau kesopanan negatif. Brown dan Levinson (1987:70) memberikan batasan kesopanan positif dan kesopanan negatif. 2. Kesopanan positif Brown dan Levinson (1987) dalam buku yang berjudul Politeness Some Universals in Language Usage memberikan batasan mengenai kesopanan positif. Kesopanan positif adalah kesopanan yang diasosiasikan dengan muka positif lawan tutur, yaitu keinginan agar penutur dihargai dan dipahami keinginannya. Positive politeness is oriented toward the positive face of H, the positive self-image that he claims for himself. Positive politeness is approach-based; it ’anoints’ the face of the addressee by indicating that in some respects, S wants H’s wants (e.g by treating him as a member of an in group, a person whose wants and personality traits are known and liked) (Brown and Levinson, 1987:70). Pada hakikatnya kesopanan positif ditujukan terhadap muka positif lawan to user tutur, yaitu citra positif yangcommit dianggap dimiliki oleh lawan tutur, yaitu citra
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
positif yang dianggap dimiliki oleh lawan tutur. Kesopanan positif berupa pendekatan yang menorehkan kesan pada muka lawan tutur bahwa pada halhal tertentu penutur juga mempunyai keinginan yang sama dengan lawan tutur (yaitu dengan memperlakukannya sebagai anggota kelompok, sahabat, sebagai seseorang yang keinginannya maupun seleranya dikenal dan disukai). Kesopanan positif ini biasanya untuk menunjukkan kedekatan, dan hubungan baik antara penutur dan
lawan tutur. Untuk mengurangi
kekecewaan lawan tutur, Brown dan Levinson (1987:103-129) menawarkan strategi-strategi sebagai berikut: 1. Strategi 1: notice; attend to H (his interests, wants, deeds, goods (memperhatikan minat, keinginan, keperluan, atau segala sesuatu yang menjadi milik lawan tutur). Contoh: ”Wah, baru saja potong rambut ya..... Omong-omong saya datang untuk meminjam sedikit beras.” 2. Strategi 2: exaggerate interest, approval, sympathy with H (membesarbesarkan rasa ketertarikan, persetujuan, dukungan, dan simpati kepada lawan tutur). Contoh: ”Rumah Anda betul-betul luar biasa bagusnya.” 3. Strategi 3: intensity interest to H (meningkatkan rasa tertarik terhadap lawan tutur). Contoh: ”Anda mengerti kan?” 4. Strategi 4: use in-group identity markers (menggunakan bentuk-bentuk identitas kelompok).
commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Contoh: ”Bantu saya membawa buku ini ya nak?” 5. Strategi 5: seek agreement (mencari kesepakatan). Contoh: ”Oke, lah. Nanti kita bicarakan lagi hal ini.” 6.
Strategi 6: avoid disagreement (menghindari ketidaksepakatan). Contoh: ”Ideku kan hampir sama dengan idemu.”
7. Strategi 7: presuppose/raise assert common ground (mempresuposisikan atau menimbulkan persepsi persamaan penutur dan lawan tutur). Contoh: ”Ah, nggak apa-apa. Kita kan sudah seperti saudara.” 8. Strategi 8: joke (berkelakar membuat lelucon). Contoh: ”Nah, kalau cemberut, makin cakep aja kamu.” 9. Strategi 9: assert or presuppose S’s knowledge of and concern for H’s wants (mempresuposisikan atau membuat persepsi bahwa penutur memahami keinginan lawan tuturnya). Contoh: ”Ya, saya tahu kamu tidak suka pesta, tetapi pesta ini betulbetul baik. Datanglah!” 10. Strategi 10: offer, promise (membuat penawaran dan janji). Contoh: ”Saya akan singgah kapan-kapan minggu depan.” 11. Strategi 11: be optimistic (bersikap optimistik). Contoh: ”Anda pasti dapat meminjamkan mesin pemotong rumput akhir pekan ini.” 12. Strategi 12: include both S and H in the activity (berusaha melibatkan lawan tutur dan penutur dalam suatu kegiatan). Contoh: ”Kalau begitu, mari makan kue.” commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
13. Strategi 13: give (or ask for) reasons (memberikan atau meminta alasan). Contoh: ”Bagaimana kalau saya bantu membawa koper Anda.” 14. Strategi 14: assume or assert reciprocity (menyiratkan atau menyatakan hal yang timbal balik). Contoh: ”Saya akan meminjamkan buku novel saya kalau Anda meminjami saya artikel Anda.” 15. Strategi 15: give sympathy to H (memberikan rasa simpati kepada lawan tutur). Contoh: ”Kalau ada yang dapat saya lakukan untuk Anda, mohon saya diberitahu.” 3. Kesopanan negatif Dalam bukunya Brown dan Levinson (1987) yang berjudul Politeness Some Universals in Language Usage memberikan batasan mengenai kesopanan negatif. Kesopanan negatif adalah keinginan yang diasosiasikan dengan muka negatif lawan tutur, yaitu keinginan agar penutur tidak dilanggar hak-haknya oleh lawan tutur. Negative politeness, on the other hand, is oriented mainly toward partially satisfying (redressing) H’s negative face, his basic want to maintain claims of territory and self determination. Negative politeness, thus, is essentially avoidance based, and realizations of negative-politeness strategies consist in assurances that the speaker recognizes and respects the addressee’s negative-face wants and will not (or will only minimally) interfere with the addressee’s freedom of action (Brown and Levinson, 1987:70). Kesopanan negatif pada hakikatnya ditujukan terhadap bagaimana memenuhi atau menyelamatkan sebagian muka negatif lawan tutur, yaitu user keinginan dasar lawan tuturcommit untuk tomempertahankan apa yang dia anggap
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebagai wilayah dan keyakinan dirinya. Jadi, pada dasarnya, strategi kesopanan negatif mengandung jaminan dari lawan tutur bahwa penutur mengakui, menghormati dan seandainya terpaksa melakukan, akan sedikit mungkin melakukan pelanggaran (keinginan muka negatif lawan tutur dan tidak akan mencampuri atau pun melanggar kebebasan bertindak lawan tutur). Kesopanan negatif (mengacu ke muka negatif) untuk menunjukkan jarak sosial antara penutur dan lawan tutur. Untuk mengurangi pelanggaran terhadap muka negatif lawan tutur Brown dan Levinson (1987:132-210) menawarkan sepuluh strategi-strategi sebagai berikut: 1. Strategi 1: be conventionally indirect (mengunakan tindak tutur tak langsung, seperti membuat perintah). Contoh: ”Tolong pintunya ditutup.” 2. Strategi 2: question, hedge (mengunakan pertanyaan, dengan partikel tertentu). Contoh: ”Saya minta tolong, bisa kan?” 3. Strategi 3: be pessimistic (bersikap pesimistik). Contoh: ”Mungkin Anda dapat membantu saya.” 4. Strategi 4: minimise the imposition (kurangi kekuatan atau daya ancaman terhadap muka lawan tutur). Contoh: ”Sebentar saja, ya.” 5. Strategi 5: give deference (beri penghormatan). Contoh: ”Maaf, pak, apakah bapak keberatan kalau saya menutup jendela ?”
commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6. Strategi 6: apologize (gunakan permohonan maaf). Contoh: ”Maafkan saya, tetapi.........” 7. Strategi 7: impersonalize S and H (menghindari penggunaan kata ”saya” atau penutur dan ”anda” atau lawan tutur). Contoh: ”Mohon kerjakan ini untuk saya.” 8. Strategi 8: state the FTA as a general rule
(nyatakan tindakan
mengancam muka sebagai ketentuan sosial yang umum berlaku). Contoh: ”Para penumpang dimohon tidak menyiram toilet dalam kereta ini.” 9.
Strategi 9: nominalize (nominalkan pernyataan). Contoh: Prestasi Anda dalam ujian sangat mengesankan kami.”
10. Strategi 10: go on record as incurring a debt, or as not indebting H (nyatakan secara jelas bahwa penutur telah memberikan kebaikan (hutang) atau tidak kepada lawan tutur). Contoh: ”Saya selamanya akan berterima kasih seandainya Anda ..........” 4. Melakukan tindak tutur secara tidak langsung (off record) Realisasi linguistik dari tindakan off record antara lain meliputi penggunaan metafora dan ironi, pertanyaan retoris, penyederhanaan masalah, tautologi, dan semua ungkapan yang dikemukakan secara tidak langsung oleh penutur sehingga membuka peluang untuk diinterpretasikan secara berbeda-beda. Tindakan off record seorang penutur memperoleh keuntungan antara lain:
commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. he can credit for being tactful, non-coercive (yang bersangkutan dipercayai seorang yang bijaksana dan tidak memaksakan kehendak terhadap lawan tutur); b. he can run less risk of his act entering the ’gossip biography’ that others keep of him (yang bersangkutan dapat menghindari kemungkinan akan menjadi bahan pergunjingan atau perbincangan orang lain terhadap dirinya), c. he can avoid responsibility for the potentially face-damaging interpretation
(terkait
dengan
muka,
yang
bersangkutan dapat
menghindar dari tanggung jawab sebagai seorang yang diinterpretasikan telah mengancam muka lawan tuturnya), d. he can give (non-overtly) the addressee an opportunity to be seen to care for S (yang bersangkutan secara tidak langsung memberi kesempatan pada lawan tutur untuk memperhatikan kepentingannya). Brown dan Levinson (1987:213-227) menawarkan lima belas strategi-strategi secara tidak langsung off record sebagai berikut: 1. Strategi 1: give hints (memberi isyarat). Contoh: ”Wah, saya haus sekali.” (= Berikan saya minum) 2. Strategi 2: give association clues (memberi petunjuk asosiasi). Contoh: ”Kamu pulang lewat Pasar Minggu, nggak?” (= Kamu bawa mobil. Aku mau numpang sampai Pasar Minggu) 3. Strategi 3: presuppose (menggunakan prasuposisi). Contoh: ”Aku nraktir lagi, nih.” (= Sebelumnya sudah mentraktir temannya).
commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Strategi 4: understate (menggunakan ungkapan yang lebih halus). Contoh: ”Dia kurang pandai di sekolah.” (= Dia bodoh, tidak pandai). 5. Strategi 5: overstate (menggunakan ungkapan yang berlebihan). Contoh: ”Aku telepon ratusan kali, kok nggak jawab!” 6. Strategi 6: use tautologies (mengunakan tautologi). Tautologi adalah pengulangan gagasan, pernyataan, atau kata yang berlebih atau tidak diperlukan (KBBI, 2007:1149) Contoh: ”Kamu kemarin kok nggak datang, sih. Janji tinggal janji.” 7. Strategi 7: use contradictions (mengunakan kontradiksi). Kontradiksi adalah pertentangan antara dua hal yang sangat berlawanan atau bertentangan (KBBI, 2007:591) Contoh: ”Ah, saya nggak apa-apa. Kecewa, tidak. Nggak kecewa, juga tidak.” 8. Strategi 8: use ironic (menggunakan ironi). Menurut Gorys Keraf (2000:143), ironi atau sindiran adalah suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-kata. Contoh: ”Kamu selalu datang tepat waktu, ya.” (= Kamu selalu datang terlambat). 9. Strategi 9: use metaphors (menggunakan metafora). Menurut Gorys Keraf
(2000:139),
metafora
adalah
semacam
analogi
yang
membandingkan dua hal secara langsung. Contoh: ”Wah, kamu ini kuda, ya.” (= Kamu tidak mengenal lelah). commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
10. Strategi 10: use rhetorical questions (menggunakan pertanyaan retorik). Retorika adalah keterampilan berbahasa secara efektif, studi pemakaian bahasa secara efektif di dalam karang-mengarang (KBBI, 2007:953). Contoh: ”Aku harus ngomong apa lagi?” (= Sudah aku jelaskan panjang lebar, kamu tetap tidak mengerti) 11. Strategi 11: be ambiguous (menggunakan ungkapan yang ambigu). Ambigu adalah makna lebih dari satu (sehingga kadang-kadang menimbulkan keraguan, pekaburan, ketidakjelasan, dsb), bermakna ganda (KBBI, 2007:36). Contoh: ”Wah, ada yang baru menang lotere, nih!” (= Tak jelas maknanya, tergantung konteks). 12. Strategi 12: be vague (mengunakan ungkapan yang samar-samar). Contoh: ”Kamu tahu kan, aku pergi ke mana.” 13. Strategi 13: over generalize (menggunakan generalisasi yang berlebihan). Contoh: ”Kamu itu gampang sekali nangis. Orang dewasa kan nggak begitu!” 14. Strategi 14: displace H (tidak mengacu ke lawan tutur secara langsung). Contoh: ”Tito, bawakan koper Ayah, ya.” (= Tito masih balita, Istrinya yang datang, membawakan koper). 15. Strategi 15: be incomplete, use ellipsis (menggunakan ungkapan yang tidak lengkap).
commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Contoh: ”Aduh panasnya ......” (= Aduh panasnya ruangan ini. Tolong AC dinyalakan). Pilihan atas strategi tertentu dalam melakukan FTA juga dipengaruhi oleh faktor lain, seperti imbalan yang akan diperoleh (payoff) oleh penutur dan variabel sosiologis yang melatari dilakukannya FTA tersebut. Menurut Brown dan Levinson (1987:74), variabel sosiologis itu meliputi jarak sosial antara penutur dan lawan tutur, siapa yang berkuasa, dan tingkat pengenaan FTA.
4. Definisi kata adu Pengertian dari kata “adu” (KBBI, 2007:9) sebagai berikut: adu v, beradu v. (1) berlanggaran, bertumbukan; (2) berlaga, bersabung; (3) bertanding berebut menang (perandingan, perlombaan, dsb). aduan n. (1) perlombaan, pertandingan; (2) barang yang diadukan; (3) perihal atau perkara yang diadukan, hal yang mengadukan. pengadu n. (1) orang yang suka mengadu; (2) orang yang mengadukan; (3) orang yang membuat pengaduan dengan mengajukan permohonan untuk penuntutan atas diri seseorang melalui prosedur hukum. teradu v, orang yang diadukan. pengaduan v. (1)
penyabungan; (2)
proses, cara, perbuatan mengadu; (3)
ungkapan rasa tidak senang atau tidak puas akan hal: hal yang tidak begitu penting, tetapi perlu diperhatikan.
commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Pengertian Rubrik “Pembaca Menulis” pada Harian Jawa Pos Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:965), rubrik adalah kepala atau ruangan karangan dalam surat kabar, majalah, dan sebagainya, misalnya surat kabar membuka untuk menampung pendapat pembaca. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian rubrik “Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos adalah suatu kepala atau ruangan karangan dalam harian surat kabar yang memuat mengenai pengaduan dari surat pembaca ke dewan redaksi yang diterbitkan setiap hari Senin sampai Sabtu pada halaman 6 dengan melampirkan alamat lengkap disertai fotokopi identitas diri dan nomor telepon.
6. Struktur Wacana dalam Tindak Komunikasi pada Surat Aduan dan Tanggapan Definisi wacana dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:1266), adalah sebagai berikut: (1) komunikasi verbal (percakapan); (2) keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan; (3) satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan utuh, seperti novel, buku, artikel, pidato, atau khotbah. Surat aduan merupakan wacana dari tindak komunikasi yang dilakukan oleh penulis (penutur) kepada pembaca (lawan tutur). Secara umum struktur wacana surat aduan terdiri atas dua bagian, yaitu bagian yang berisi tindakan aduan dan bagian yang berisi penceritaan masalah atau peristiwa dan upaya penyelesaian yang telah dilakukan oleh pengadu yang melatari munculnya tindakan aduan tersebut. commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Struktur surat aduan dan tanggapannya dapat dilihat dalam contoh berikut:
(i)
(ii)
(iii)
(iv)
(v)
(vi) (vii) (viii) (ix) (x)
Senin, 4 Januari 2010 Kecewa Pelayanan Apartemen Java Paragon (i) Kami pelanggan Apartemen Java Paragon, Jl Mayjend Sungkono, Surabaya. Pada 3 Minggu lalu, dengan menggunakan promosi Mandiri 2 night, free 1, kami memesan dua kamar apartemen tersebut. Satu malam untuk 3 Desember dan satu lagi untuk 4 Desember. Saat saya memesan, resepsionis mengatakan bahwa tarif per malam adalah Rp. 1.150.000. (ii) Ternyata, saat cheeck out pada 6 Desember (untuk kamar 3 Desember), resepsionis men-charge Rp. 1.400.000 per malam. (iii) Tentu saja kami komplain. Tetapi, resepsionis bersikeras Rp. 1.400.000. Setelah berdebat beberapa menit, sangat beruntung, kami teringat waktu kami mencatat persetujuan 2 minggu lalu, yaitu Rp. 1.150.000. Setelah kami tunjukkan catatan tersebut dan setelah tetap bersikeras, resepsionis akhirnya dengan terpaksa menyetujui 1.150.000. (iv) Tidak sampai di situ, keesokan harinya, pada saat kami check out kamar satunya, kami memerlukan 45 menit untuk check out karena charge yang dikenakan tiga malam, bukan dua malam, gratis satu. Setelah 30 menit, sistem komputer dan resepsionis tetap men-charge kami tiga malam. Setelah berdebat, hal lucu terjadi, resepsionis menggunakan kalkulator manual untuk menghitung bill kami. (v) Saran kami kepada Java Paragon, jangan menggunakan komputer jika belum siap. Bagi calon pelanggan, catatlah semua kesepakatan agar tidak tidak mengalami seperti kami.
Kamis, 7 Januari 2010 Java Paragon Minta Maaf (i) SEHUBUNGAN dengan keluhan yang disampaikan oleh Bapak Adi Prasetyo melalui surat pembaca yang dimuat Jawa Pos pada 4 Januari 2010 menggenai pelayanan Java Paragon Hotel & Residences. (ii) Kami menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi. Kami sudah menghubungi beliau serta menyelesaikan permasalahan tersebut. (iii) Atas nama manajemen Java Paragon Hotel & Residences, sekali lagi kami mohon maaf atas ketidaknyamanannya. Kami mengucapkan terima kasih atas semua masukan, kepercayaan, dan kesetiaan Bapak Adi Prasetyo terhadap Java Paragon Hotel & Residences. Atas perhatiannya, kami ucapkan banyak terima kasih.
ADI PRASETYO Margorejo, Surabaya 08180310XXXX
commit to user
SANTI MANURUNG Public Relation Manager Java Paragon Hotel & Residences
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Surat aduan di atas diawali dengan penceritaan rangkaian peristiwa secara kronologis, tuturan (i) sampai dengan (v). Penceritaan tersebut dilakukan agar pembaca memperoleh informasi bahwa apa yang telah dilakukan oleh pengadu sudah sesuai prosedur. Tuturan (iii) merupakan tindakan mengeluh yang dilakukan oleh pengadu komplain atas tindakan resepsionis. Di dalam surat tanggapan pihak yang diajak berkomunikasi secara langsung bapak Adi Prasetyo juga pembaca umum dalam tuturan (i), isi surat berupa pengungkapan tindakan penyelesaian masalah atau memenuhi apa yang dikeluhkan pengadu dan tindakan permohonan maaf. Surat tanggapan dari teradu pada umumnya berisi tanggapan teradu terhadap masalah yang terdapat dalam surat aduan. Tanggapan tersebut antara lain berupa klarifikasi, upaya penyelesaian masalah, pembelaan diri, dan permohonan maaf. Seperti halnya di dalam surat aduan, tanggapan yang dilakukan oleh teradu pada umumnya memiliki struktur yang serupa, yaitu diawali dengan alasan menuliskan surat tanggapan, yaitu menanggapi surat aduan yang ditujukan kepada teradu.
C. Kerangka Pikir Kerangka pikir adalah sebuah cara kerja yang dilakukan oleh penulis untuk menyelesaikan permasalahan yang akan diteliti. Dalam penelitian terhadap rubrik “Pembaca menulis” di harian Jawa Pos ini digunakan pendekatan pragmatik. Teori yang digunakan dalam pendekatan pragmatik ini adalah teorinya Brown dan Levinson (1987), yaitu FTA (Face Threatening Act) dan strategi kesopanan. Penulis merasa dengan teori tersebut commit to user
dapat
menyelesaikan
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
permasalahan yang akan dikaji, yaitu tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan antara pengadu dan teradu yang terdapat dalam rubrik “Pembaca Menulis” sehingga kerangka pikir yang terkait dengan penelitian ini secara garis besar dapat dilukiskan pada bagan di bawah ini.
Rubrik “Pembaca Menulis"
Tindakan Pengancam Muka dan Strategi Kesopanan antara Pengadu dan Teradu
Teori Brown dan Levinson (1987), yaitu FTA (Face Threatening Act) dan Strategi Kesopanan
Strategi pengancaman muka dalam surat aduan Strategi pengancaman muka dalam surat tanggapannya
Konteks Peristiwa
Tujuan melakukan strategi pengancaman muka
Simpulan commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sumber data dalam penelitian ini, adalah rubrik “Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos lalu dilakukan pemahaman sungguh-sungguh terhadap rubrik tersebut. Dalam proses pemahaman tersebut ditemukan bahwa dalam rubrik ini terkandung banyak tindakan-tindakan yang dapat mengancam muka sehingga diperlukan strategi kesopanan untuk mengurangi ancaman tersebut. Tahap selanjutnya adalah menentukan teori dan pendekatan yang akan digunakan untuk menganalisis permasalahan-permasalahan tersebut. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan pragmatik dan teori FTA (Face Threatening Act) dan strategi kesopanan Brown dan Levinson (1987). Penelitian ini difokuskan pada tuturan-tuturan yang dilakukan pengadu dan teradu yang mengandung tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan. Tuturantuturan yang terdapat dalam rubrik “Pembaca Menulis” dianalisis dengan metode kontekstual, yaitu mendasarkan, memperhitungkan, dan mengaitkannya dengan konteks-konteks yang ada. Tahap terakhir adalah simpulan, yaitu menyimpulkan tindakan-tindakan apa saja yang dapat mengancam muka dan strategi kesopanan yang digunakan untuk mengurangi ancaman serta dengan tujuan-tujuannya.
commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab III ini dikemukakan metode penelitian yang dipakai. Metode dalam penelitian lingustik mencakup kesatuan dari serangkaian proses penentuan jenis penelitian, penentuan sampel, penentuan data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik klasifikasi data, dan teknik analisis data (Edi Subroto, 2007:35).
A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian ini mencatat secara teliti semua fenomena kebahasaan yang senyatanya ada, meneliti dan memerikan sistem bahasa berdasarkan data yang sebenarnya. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif yaitu metode penelitian yang tidak didesain atau dirancang menggunakan prosedur-prosedur statistik (Edi Subroto, 2007:5). Dalam penelitian ini, penulis mencatat dengan teliti dan cermat data-data yang berwujud tuturan-tuturan yang mengandung tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan yang terdapat dalam rubrik “Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos. Dengan demikian, hasil analisisnya akan berbentuk deskripsi fenomena tuturan-tuturan yang mengandung tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan yang terdapat dalam rubrik “Pembaca Menulis”. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan pragmatik. Pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang mendasarkan diri pada commit to user reaksi atau tanggapan lawan tutur (Edi Subroto, 2007:65). Dalam penelitian ini,
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pendekatan
pragmatik
digunakan
untuk
menjawab
permasalahan
dan
menginterpretasikan maksud dari tuturan yang dituturkan oleh pengadu dan teradu yang mengandung tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan yang dianalisis dengan mempertimbangkan faktor-faktor konteks.
B. Sampel Dalam penelitian ini, pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel bertujuan (purposive sample), dalam artian pengambilan sampel disesuaikan dengan tujuan penelitian ini sendiri. Menurut Hadari Nawawi (1991:157), ukuran dalam sampel jenis ini tidak menjadi masalah, hanya saja sampel yang dihubungi dan disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan tuturantuturan mengandung tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan yang terdapat dalam rubrik ”Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos mulai tanggal 2 Januari sampai 31 Maret 2010.
C. Data dan Sumber Data a. Data Suatu penelitian selalu berhubungan dengan apa yang disebut data. Data adalah semua informasi atau bahan yang disediakan oleh alam (dalam arti luas) yang harus dicari atau dikumpulkan dan dipilih oleh peneliti (Edi Subroto, 2007:38).
commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Data penelitian ini adalah tuturan-tuturan beserta konteks yang mengandung tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan yang terdapat dalam sumber data. b
Sumber data Sumber data merupakan asal muasal data penelitian itu diperoleh. Dari
sumber itu penulis dapat memperoleh data yang dimaksud dan yang diinginkan. Adapun sumber data penelitian ini adalah rubrik “Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos mulai tanggal 2 Januari sampai 31 Maret 2010.
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik pustaka dan teknik catat. Teknik pustaka pada dasarnya merupakan teknik pemerolehan data yang bersumber pada bahan tertulis yang dibatasi oleh maksud dan tujuan penelitian (Edi Subroto, 2007:47). Di samping teknik pustaka, penulis juga melakukan pencatatan pada kartu data yang segera dilanjutkan dengan klasifikasi. Pencatatan semacam ini dapat dipandang sebagai teknik catat (Sudaryanto, 1993:135-136). Jenis penelitian kepustakaan akan lebih tepat apabila menggunakan metode simak. Metode simak adalah metode yang berupa penyimakan atau dilakukan dengan menyimak (Sudaryanto, 1993:133). Penelitian ini berupa tindakan yang mengandung pengancaman muka, jadi penyimakan dilakukan dengan cara membaca atau mempelajari strategi kesopanan, kemudian dilakukan inventarisasi data dengan mencatatnya sebagai bahan yang akan diolah pada tahap selanjutnya. Metode simak tersebut digunakan untuk mengumpulkan data tertulis. commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Teknik Klasifikasi Data Teknik klasifikasi data dilakukan setelah semua data yang diperoleh telah terkumpul. Klasifikasi data berarti pengaturan data menurut asas-asas tertentu, pemberian arah atau tuturan yang sekaligus memberikan isyarat-isyarat tahapan tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana tahapan berikutnya dilakukan (Edi Subroto, 2007:51). Data yang telah disediakan dikelompok-kelompokkan terlebih dahulu dengan maksud untuk mendapatkan tipe-tipe data yang tepat dan cermat, yang selanjutnya diharapkan akan dapat memberi arah serta gambaran mengenai langkah penelitian sehingga mempermudah proses analisis data pada tahapan-tahapan selanjutnya. Klasifikasi data pada penelitian ini dilakukan berdasarkan tujuan penelitian yaitu dengan cara memperhatikan wacana berdasarkan data pada konteksnya. Dengan begitu makna dan tujuan tuturan-tuturan yang mengandung tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan dapat diketahui, begitu pula dengan aspek kebahasaan yang membentuk wacana surat aduan dan tanggapannya yang terdapat dalam rubrik “Pembaca Menulis”. Dalam klasifikasi data ini tidak tertutup kemungkinan satu data terdapat beberapa FTA. Adanya pengurutan data bermanfaat untuk mencocokkan data-data dengan analisisnya, yaitu memberikan isyarat tambahan apa yang akan dikerjakan berikutnya dan bagaimana tahapan ini dilakukan dengan mengurutkannya sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun penomoran data disesuaikan menurut nama surat kabar, (hari, tanggal, bulan, tahun), dan nomor urut contoh. Contoh : 1. (RPM/Sabtu/02/Januari/2010/001). commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
RPM
: Rubrik Pembaca Menulis
Sabtu
: hari penerbitan.
02/Januari/2010
: tanggal, bulan dan tahun terbit
01
: no urut data.
2. (RPM/Senin/25/Januari/2010/021a), (RPM/Senin/25/Januari/2010/021b). 21a
: satu konteks terdapat lebih dari satu FTA sehingga penulis memberikan tambahan poin a untuk no urut data 21.
21b
: satu konteks terdapat lebih dari satu FTA sehingga penulis memberikan tambahan poin b untuk no urut data 21.
F. Teknik Analisis Data Pengerjaan analisis data dalam hal ini adalah mengumpulkan dan mengatur serta mengklasifikasikan berdasarkan unsur-unsur tertentu (Edi Subroto, 2007:59). Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 1990:103). Metode yang dapat digunakan dalam upaya menemukan kaidah dalam tahap analisis data ada dua, yaitu metode padan dan metode agih (Sudaryanto, 1993:13). Penelitian ini tepat dianalisis dengan menggunakan metode padan. Metode padan ialah yang alat penentunya sesuatu bersifat luar bahasa atau yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
tidak terkait dengan bahasa.
43 digilib.uns.ac.id
Alat penentu metode itu ialah kenyataan yang
ditunjuk oleh bahasa atau referent bahasa, organ atau alat ucap tertentu, bahasa atau lingua lain, perekam atau pengawet bahasa (tulisan), dan lawan bicara (Edi Subroto, 2007:66). Teknik merupakan jabaran metode yang ditentukan oleh alat yang dipakai untuk menganalisis data. Penulis akan menganalisis data dengan menggunakan metode padan dengan teknik analisis heuristik. Metode padan ini diterapkan dengan menggunakan pendekatan kontekstual yang mengacu pada konsep bentuk tuturan-tuturan yang mengandung tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan dalam rubrik “Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos. Metode analisis kontekstual adalah cara analisis data dengan mendasarkan, memperhitungkan, dan mengaitkan identitas konteks-konteks yang ada (Kunjana Rahardi, 2005:16). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis heuristik. Pragmatik sebagai pemecahan masalah dapat dilihat dari sudut pandang penutur dan lawan tutur. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan Brown and Levinson (1987). Pemecahan masalah dalam penelitian ini dapat dilihat dari sudut pandang penutur dan lawan tutur karena masalah yang ada di sini adalah masalah interpretasi tuturan. Berdasarkan makna tuturan informasi latar belakang konteks dan asumsi-asumsi dasar, penutur membuat hipotesis mengenai tujuan-tujuan tuturan terhadap masalah interpretasi tuturan tersebut (Leech, 1993:62). Jenis teknik pemecahan masalah yang dihadapi penutur dalam menginterpretasikan tuturan disebut tugas heuristik. Teknik heuristik di sini berusaha mengidentifikasi daya pragmatik sebuah tuturan dengan merumuskan hipotesis-hipotesis dan commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kemudian mengujinya berdasarkan data-data yang tersedia. Bila hipotesis tidak teruji akan dibuat hipotesis yang baru (Leech, 1993:61). Bila semua konsekuensi ini selaras dengan evidensi konteks, maka hipotesis dapat diterima. Kalau salah satu konsekuensi ini (atau lebih), bertentangan dengan konteks, hipotesis harus ditolak dan harus dipertimbangkan seperangkat kemungkinan lain. Interpretasi Default (default interpretation), yakni interpretasi yang diterima karena tidak ada evidensi yang bertentangan dengan hipotesis tersebut (Leech, 1993:64). Dengan demikian penelitian tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan dalam rubrik “Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos akan penulis teliti dengan menggunakan teknik heuristik.
G. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Penyajian hasil analisis data dalam penelitian adalah penyajian informal, yakni berupa kata-kata dan penyajian formal, yakni berupa tanda dan lambang (Sudaryanto, 1993:145). Adapun tanda dan lambang yang dimanfaatkan dalam penelitian ini diantaranya adalah tanda titik (.), tanda koma (,), tanda garis miring (/), tanda kurung biasa ((…)), tanda titik dua (:), tanda petik (“…”), tanda hubung (-), tanda tanya (?), serta lambang huruf singkatan (misalnya, RPM, SPBU, FTA, ATM, CCTV, KBBI, BAF, ACA, UOB, ICB, CS, RSUD, RSU, PCP, PBB, SMS, STNK, BCA, dan LCD).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV ANALISIS DATA
Analisis data merupakan tahap yang paling penting dalam sebuah penelitian. Analisis surat aduan dan tanggapannya ini meliputi (a) tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan yang dilakukan oleh pengadu yang terdapat dalam rubrik ”Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos beserta tujuannya; (b) tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan yang dilakukan oleh teradu yang terdapat dalam rubrik ”Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos beserta tujuannya. Tahap analisis pada surat aduan dan tanggapannya akan didapat hasil dari penelitian yang telah dilakukan sehingga akan terjawab semua permasalahan yang telah dirumuskan dalam perumusan masalah.
Tindakan yang Mengancam Muka dan Strategi Kesopanan dalam Surat Aduan dan Tanggapannya Menurut Brown and Levinson (1987:61), semua warga masyarakat memiliki muka positif, yaitu citra diri yang berupa keinginan agar dihargai dan disenangi oleh orang lain, dan muka negatif, yaitu citra diri yang berupa keinginan untuk melakukan sesuatu secara bebas tanpa dikendalikan oleh orang lain. Sebagian tindakan, tuturan-tuturan, maupun tindak tutur yang dilakukan warga masyarakat berpotensi mengancam muka lawan tutur maupun penutur. Tindakan yang demikian dinamakan tindakan yang mengancam muka (Face Threatening Acts atau FTA). commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Brown and Levinson (1987:65-68) membuat kategori FTA atau tindakan yang mengancam muka berdasarkan dua kriteria. Kriteria pertama, ada dua kategori FTA, yaitu tindakan yang mengancam muka negatif lawan tutur dan tindakan yang mengancam muka positif lawan tutur. Kriteria kedua, FTA dikelompokkan menjadi dua, yaitu tindakan yang mengancam muka negatif penutur dan mengancam muka positif penutur. Sehubungan dengan tindakan pengancaman muka itu, maka penutur seharusnya menggunakan strategi-strategi kesopanan tertentu untuk mengurangi risiko atau akibat kurang menyenangkan dari tuturannya. Strategi-strategi itu meliputi bald on record, kesopanan positif, kesopanan negatif, dan off record. Penulis menganalisis tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan pengadu dan teradu dalam surat aduan dan tanggapannya rubrik ”Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos beserta tujuannya. Surat aduan rubrik ”Pembaca Menulis” ini berisi tindakan pengaduan dan bagian yang lain berisi penceritaan masalah atau peristiwa yang kurang menyenangkan, rasa kecewa, dan rasa tidak puas terhadap suatu produk, perusahaan, rumah sakit, bank, atau individu. Sebaliknya, surat tanggapan dari teradu pada umumnya berisi tanggapan teradu terhadap masalah yang terdapat dalam surat aduan. Tanggapan tersebut antara lain berupa klarifikasi, upaya penyelesaian masalah, pembelaan diri, dan permohonan maaf. Pengungkapan pengaduan dan tanggapan berpotensi mengancam muka pengadu, dan teradu. Tindakan pengadu mengadukan masalahnya dalam bentuk surat terbuka secara dominan mengancam muka positif dan muka negatif teradu. Sebaliknya, menanggapi aduan merupakan upaya untuk membela diri agar commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kepercayaan konsumen tetap terjaga. Tindakan tersebut berpotensi mengancam muka positif dan negatif pengadu dan teradu. Maksud dari tindakan di sini mengacu pada kita berbicara atau mengeluarkan ujaran, (baik itu berupa kalimat, frase atau kata). Apapun yang keluar dari mulut kita itu yang diungkapkan lewat surat aduan dan tanggapannya itu dapat dianggap sebagai tindakan. Tindakan itu dapat disebut sebagai tindakan berbicara, tindakan berujar, atau tindakan bertutur. Istilah yang sekarang lazim dipakai untuk mengacu ke tindakan itu ialah tindak tutur, yang merupakan terjemahan dari istilah Inggris speech act. Melakukan tindakan atau tindak tutur atau speech act itu, penutur tidaklah asal bicara. Maksudnya, sebelum melakukan suatu tindak tutur, penutur perlu mempertimbangkan beberapa hal, misalnya bagaimana hubungan sosial di antara penutur dan lawan tutur, di mana peristiwa itu berlangsung, untuk apa tindak tutur itu dilakukan, tentang apa tindak tutur itu.
A. Analisis Pengancaman Muka dan Strategi Kesopanan Pengadu dalam Surat Aduan beserta Tujuannya Surat aduan rubrik ”Pembaca Menulis” ini berisi tindakan pengaduan dan bagian yang lain berisi penceritaan masalah atau peristiwa yang berkenaan dengan rasa kecewa, rasa tidak puas, dan pengalaman yang kurang menyenangkan terhadap suatu produk, perusahaan, rumah sakit, bank, atau individu. Tindakan pengadu mengadukan masalahnya dalam bentuk surat terbuka secara dominan mengancam muka positif dan muka negatif teradu. Berikut ini analisis tindakan yang mengancam muka dan strategi kesopanan pengadu dalam surat aduan beserta tujuannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
48 digilib.uns.ac.id
a. Tindakan yang Mengancam Muka Negatif Lawan Tutur beserta Strategi Kesopanan yang Dilakukan oleh Pengadu dalam Surat Aduan Berdasarkan analisis data, dalam surat aduan rubrik ”Pembaca Menulis” diperoleh 8 jenis tindakan yang mengancam muka negatif lawan tutur yaitu teradu yang diungkapkan dalam tindak tutur sebagai berikut memerintah, meminta, memberi saran, memberi nasihat, bertanya, menuntut, menagih janji, dan marah. Strategi kesopanan negatif digunakan dalam melakukan tindak tutur yang mengancam muka negatif teradu. Pengadu mengunakan strategi kesopanan negatif ini untuk meminimalkan ancaman muka negatif teradu. Berikut ini akan diuraikan 8 jenis tindakan yang mengancam muka negatif teradu beserta strategi kesopanan pengadu dalam surat aduan. 1. Tindakan ’Memerintah’ dan Strategi Kesopanan Negatif Jenis tuturan-tuturan yang mengandung tindakan mengancam muka negatif teradu yang terdapat dalam surat aduan rubrik ”Pembaca Menulis” berupa tindakan ‟memerintah‟. Memerintah adalah menyuruh kepada lawan tutur untuk melakukan sesuatu (KBBI, 2007:859). Maksud dari tindakan memerintah adalah tindakan untuk menyuruh teradu untuk melakukan sesuatu. Tindakan ini dapat mengancam muka negatif teradu. Karena hal tersebut dapat mengganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu. Oleh karena itu, pengadu menggunakan strategi-strategi tertentu untuk mengurangi ancaman muka negatif teradu. Tindakan memerintah ini termasuk fungsi tindak tutur direktif. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada contoh berikut. commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Konteks Peristiwa : Bapak Suroyo mengadukan kepada Lion Air, bahwa penumpang yang bernama Ibu Sri Rejeki kehilangan kopernya di pesawat Lion Air saat mau pergi ke Balikpapan dari Bandara Juanda. Bentuk tuturan : Mohon tanggapan dan penyelesaian lebih lanjut dari Lion Air. (RPM/Rabu/06-01-2010/07b) Tuturan bapak Suroyo ini termasuk tindakan „memerintah‟. Maksudnya adalah Bapak Suroyo sebagai pengadu menyuruh teradu yaitu pihak Lion Air untuk melakukan sesuatu. Hal ini dapat dibuktikan pada tuturan Bapak Suroyo
yang
berbunyi “Mohon tanggapan dan
penyelesaian lebih lanjut dari Lion Air …….”. Pengadu menyuruh teradu untuk menanggapi dan menyelesaikan permasalahan yang telah dihadapi oleh Ibu Sri Rejeki, istri Bapak Suroyo. Tindakan ini membuat muka negatif teradu terancam. Karena hal tersebut dapat menganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu. Tindakan memerintah ini mengakibatkan pihak Lion Air menyetujui atau menolak untuk menanggapi dan penyelesaian persoalan yang dialami oleh Ibu Sri Rejeki yaitu kopernya hilang sewaktu pergi ke Balikpapan menggunakan jasa Lion Air dari Bandara Juanda, Surabaya. Guna mengurangi ancaman muka negatif teradu. Pengadu mengunakan strategi kesopanan negatif khususnya, pada strategi 3, yaitu: pessimistic (bersikap pesimistik) dengan menggunakan kata “mohon”. Strategi tersebut dipilih karena dalam konteks sehari-hari teradu lebih commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berkuasa daripada pengadu. Pengadu hanya penumpang biasa yang tidak punya status sosial yang tinggi, sedangkan Lion Air adalah perusahaan penerbangan yang cukup terkenal di kalangan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu untuk menghormati pihak teradu, pengadu menggunakan kata mohon sehingga dapat mengurangi ancaman muka negatif teradu. Tujuan Bapak Suroyo menulis persoalan ini untuk mendapatkan tanggapan dan penjelasan dari pihak Lion Air mengenai kopernya yang hilang. 2) Konteks Peristiwa : Hermin merasakan ketidaknyamanan saat melewati Jl. Panglima Sudirman tepatnya trotoar sepanjang arah Jl. Sonokembang sampai depan gedung Intilan Tower Surabaya. Bentuk Tuturan : Saya mohon pihak yang terkait dengan masalah ini segera memperbaiki trotoar yang tinggal beberapa meter saja. Supaya pejalan kaki semakin nyaman dan aman untuk melewati trotoar sepanjang Jl. Panglima Sudirman ini. (RPM/Senin/11-01-2010/15b) Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Hermin sebagai pengadu termasuk tindakan „memerintah‟, ini dibuktikan pada tuturannya yang berbunyi “Saya mohon pihak yang terkait dengan masalah ini segera menperbaiki trotoar yang tinggal beberapa meter saja ….”. Tindakan memerintah ini dilakukan oleh pengadu yaitu Bapak Hermin terhadap pihak teradu, yaitu Pemerintah Daerah. Pihak terkait ini maksudnya adalah Pemerintah Daerah untuk memperbaiki trotoar supaya pejalan kaki semakin nyaman dan aman untuk melewati trotoar sepanjang Jl. Panglima Sudirman. commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tindakan memerintah ini membuat muka negatif teradu terancam. Karena hal tersebut dapat menganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu. Maksudnya adalah tindakan memerintah ini mengakibatkan teradu untuk menyetujui atau menolak melakukan sesuatu. Tindakan memerintah ini mengakibatkan pihak teradu, yaitu Pemerintah untuk menyetujui atau menolak perintah yang diajukan oleh pengadu, yaitu Bapak Hermin mengenai perbaikan jalan trotoar akibat dari selokan yang menganga, paving yang hilang, dan jalan yang tidak rata supaya pejalan kaki semakin nyaman dan aman untuk melewati trotoar sepanjang Jl. Panglima Sudirman. Tindakan memerintah ini dapat mengancam muka negatif teradu, sehingga untuk mengurangi ancaman muka negatif teradu. Pengadu mengunakan strategi kesopanan negatif khususnya, pada strategi 3, yaitu: pessimistic (bersikap pesimistik) dengan menggunakan kata “mohon”. Strategi tersebut dipilih karena dalam konteks sehari-hari teradu lebih berkuasa daripada pengadu. Pengadu hanya masyarakat biasa, sedangkan Pemerintah memiliki kekuasaan. Oleh karena itu pengadu menggunakan kata mohon untuk mengurangi ancaman muka negatif teradu. Tujuan Bapak Hermin menulis persoalan ini untuk mendapatkan tanggapan dan penjelasan dari pihak Pemerintah, supaya segera diperbaiki jalan yang rusak demi kenyamanan pengguna jalan. 3) Konteks Peristiwa : Bapak Tedjo Santoso kehilangan paket barang yang berupa tas melalui jasa pengiriman Tiki tujuan dari Surabaya ke Bekasi. commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bentuk Tuturan : Kami mohon pertanggungjawaban Tiki. (RPM/Jumat/08-01-2010/11c) Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Tedjo Santoso adalah sebagai pengadu termasuk kategori tindakan „memerintah‟. Ini dibuktikan pada tuturannya yang berbunyi “… Kami mohon pertanggungjawaban Tiki”. Tindakan memerintah ini dilakukan oleh pengadu yaitu Bapak Tedjo Santoso terhadap pihak teradu, yaitu pihak jasa pengiriman barang Tiki. Bapak Tedjo Santoso ini menyuruh pihak Tiki untuk bertanggung jawab atas hilangnya paket barang yang berupa tas karena ini sangat merugikan pihak pengadu. Tindakan memerintah ini membuat muka negatif teradu terancam. Karena hal tersebut dapat menganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu. Akibat dari tindakan ini, pihak perusahaan Tiki untuk menyetujui atau menolak perintah yang diajukan oleh Bapak Tedjo Santoso mengenai kehilangan paket barang berupa tas yang dikirimkan lewat jasa pengiriman Tiki, semua ini disebabkan oleh kelalaian kurir Tiki, tapi beban kerugian ditanggungkan oleh pihak pengirim. Oleh Karena itu pihak Tiki diharapkan bertanggung jawab atas kejadian tas yang hilang itu. Tindakan memerintah ini dapat mengancam muka negatif teradu, sehingga untuk mengurangi ancaman muka negatif teradu. Pengadu mengunakan strategi kesopanan negatif khususnya, pada strategi 3, yaitu: pessimistic (bersikap pesimistik) dengan menggunakan kata “mohon”. Strategi tersebut dipilih karena dalam konteks sehari-hari teradu lebih commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berkuasa daripada pengadu. Oleh karena itu pengadu menggunakan kata mohon untuk mengurangi ancaman muka negatif teradu. Tujuan Bapak Tedjo Santoso adalah untuk mendapatkan pertanggungjawaban dari pihak Tiki atas barang yang telah hilang. 4) Konteks Peristiwa : Bapak Rachmat Agustono dari Bentul Merisi Selatan, Surabaya menyuruh penjelasan dari pihak BAF dan ACA atas nasib kendaraan yang hilang pada 4 Desember 2009. Bentuk Tuturan : Ibu Lutfi (asuransi) menawarkan opsi, tidak apa-apa tidak membayar, tapi saya masih kena denda karena terhitung menunggak pembayaran. Mohon penjelasan pihak BAF dan asuransi ACA. Sebab, saya sebagai konsumen merasa rugi. Terima kasih. (RPM/Jumat/08-01-2010/12b) Tuturan bapak Rachmat
Agustono ini termasuk tindakan
„memerintah‟. Maksudnya adalah Bapak Rachmat Agustono sebagai pengadu menyuruh teradu yaitu pihak BAF dan asuransi ACA untuk melakukan sesuatu. Hal ini dapat dibuktikan pada tuturan Bapak Rachmat Agustono yang berbunyi “Mohon penjelasan pihak BAF dan asuransi ACA …….”. Pengadu menyuruh teradu untuk menanggapi dan menyelesaikan permasalahan yang telah dihadapi oleh Bapak Rachmat Agustono. Dari tindakan ini membuat muka negatif teradu terancam. Karena hal tersebut dapat menganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu. Tindakan memerintah ini mengakibatkan pihak BAF dan ACA untuk menyetujui atau menolak untuk menanggapi dan penyelesaian persoalan Bapak Rachmat Agustono mengenai nasib motornya yang commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hilang, sehingga pengadu ingin mendapat kejelasan dari pihak BAF dan asuransi ACA. Guna mengurangi ancaman muka negatif teradu. Pengadu mengunakan strategi kesopanan negatif khususnya, pada strategi 3, yaitu: pessimistic (bersikap pesimistik) dengan menggunakan kata “mohon”. Strategi tersebut dipilih karena dalam konteks sehari-hari teradu lebih berkuasa daripada pengadu. Pengadu hanyalah konsumen biasa, sedangkan BAF dan asuransi ACA adalah sebuah perusahaan kredit motor dan asuransi sehingga diharapkan persoalannya dapat diselesaikan oleh kedua perusahaan itu dengan baik. Oleh karena itu untuk menghormati pihak teradu, pengadu menggunakan kata mohon sehingga dapat mengurangi ancaman muka negatif teradu. Tujuan Bapak Rachmat Agustono menulis persoalan ini untuk mendapatkan tanggapan dan penjelasan dari pihak BAF dan asuransi ACA. 5) Konteks Peristiwa : Ibu Ester Lilik Wahyuni mengkomplain bank UOB dikarenakan kartu kredit UOBnya tidak bisa ditutup. Bentuk Tuturan : Mohon tanggapan bank UOB, syukur-syukur ada penyelesaian yang baik. (RPM/Selasa/12-01-2010/17b) Pada tuturan yang disampaikan oleh Ibu Ester Lilik Wahyuni sebagai pengadu termasuk tindakan „memerintah‟, ini dibuktikan pada tuturannya yang berbunyi “Mohon tanggapan bank UOB, syukur-syukur ada penyelesaian yang baik ….”. Tindakan memerintah ini dilakukan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
55 digilib.uns.ac.id
oleh pengadu yaitu Ibu Ester Lilik Wahyuni terhadap pihak teradu, yaitu Bank UOB. Tindakan memerintah ini membuat muka negatif teradu terancam. Karena hal tersebut dapat menganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu. Maksudnya adalah tindakan memerintah ini mengakibatkan teradu untuk menyetujui atau menolak melakukan sesuatu. Tindakan memerintah ini mengakibatkan pihak teradu, yaitu Bank UOB untuk menyetujui atau menolak perintah yang diajukan oleh pengadu, yaitu Ibu Ester Lilik Wahyuni mengenai kartu kreditnya yang tidak bisa ditutup dan total tagihannya menjadi Rp 1.281.212. Tindakan memerintah ini dapat mengancam muka negatif teradu, sehingga untuk mengurangi ancaman muka negatif teradu. Pengadu mengunakan strategi kesopanan negatif khususnya, pada strategi 3, yaitu: pessimistic (bersikap pesimistik) dengan menggunakan kata “mohon”. Strategi tersebut dipilih karena dalam konteks sehari-hari teradu lebih berkuasa daripada pengadu. Oleh karena itu pengadu menggunakan kata mohon untuk mengurangi ancaman muka negatif teradu. Tujuan Ibu Ester Lilik Wahyuni menulis persoalan ini untuk mendapatkan tanggapan dan penjelasan dari pihak Bank UOB.
Data lain yang menunjukkan tindakan „memerintah‟ adalah data dengan nomor kode sebagai berikut: (RPM/Sabtu/02-01-2010/01),
(RPM/Kamis/14-01-2010/20b),
(RPM/Jumat/15-01-2010/22b), (RPM/Kamis/28-01-2010/29), commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(RPM/Sabtu/13-02-2010/37),
(RPM/Jumat/19-02-2010/45b),
(RPM/Sabtu/20-02-2010/51),
(RPM/Selasa/23-02-2010/53b),
(RPM/Selasa/02-03-2010/56b),
(RPM/Selasa/02-03-2010/57b),
(RPM/Rabu/03-03-2010/58c),
(RPM/Sabtu/20-02-2010/61b),
(RPM/Jumat/12-03-2010/63),
(RPM/Senin/15-03-2010/67c),
(RPM/Rabu/17-03-2010/68a).
2. Tindakan ’Meminta’ dan Strategi Kesopanan Negatif Tindakan meminta termasuk tindakan yang dapat mengancam muka negatif teradu. Meminta adalah berkata-kata supaya diberi atau mendapat sesuatu (KBBI, 2007:745). Maksud dari tindakan meminta ini adalah mengharap supaya perkataan pengadu ini mendapat sesuatu atau respon dari teradu. Akibat dari tindakan meminta ini teradu terganggu kebebasannya untuk melakukan sesuatu. Tindakan ini dapat mengancam muka negatif teradu sehingga pengadu menggunakan strategi kesopanan negatif untuk menyelamatkan muka negatif teradu. Tindakan meminta ini termasuk fungsi tindak tutur direktif. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada contoh berikut. 6) Konteks Peristiwa : Pengaduan yang dilakukan oleh Bapak R. Hari Purwanto terhadap Telkomsel mengenai tagihan flash Rp 800.000 padahal tidak pernah memakainya. Bentuk tuturan : Saya minta penjelasan dan penyelesaian bahwa saya tidak mengunakan program Flash Rp 800.000. commit to user
(RPM/Sabtu/02-01-2010/02)
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tuturan yang disampaikan oleh pengadu yaitu Bapak R. Hari Purwanto merupakan tindakan „meminta‟. Ungkapan itu dituturkan dalam kata-kata “Saya minta penjelasan dan penyelesaian ….”. Tindakan meminta ini dilakukan pengadu untuk mendapatkan penjelasan dan penyelesaian kepada pihak teradu yaitu perusahaan telekomunikasi Telkomsel perihal tagihan program Flash Rp 800.000. Tindakan tersebut membuat pihak teradu terancam muka negatifnya. Hal ini dikarenakan pengadu meminta penjelasan dan penyelesaian sehingga menganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu. Pengadu mengunakan strategi kesopanan negatif khususnya pada strategi 8, yaitu: menggunakan tindak tutur yang mengancam muka (FTA) yang sudah lazim atau sudah menjadi ketentuan sosial yang umum berlaku dengan menggunakan kata “minta”. Hal ini dapat dibuktikan pada tuturan pengadu yaitu: Bapak Hari Purwanto yang hanya meminta pihak Telkomsel untuk memberi penjelasan dan menyelesaian persoalan ini. Tindakan ini sudah dianggap biasa oleh masyarakat. Tujuan Bapak Hari Purwanto mengadukan persoalan ini supaya perusahaan telekomunikasi Telkomsel
ini
mengetahui
permasalahannya
dan
mendapatkan
penyelesaian yang baik. 7) Konteks Peristiwa: Bapak Tedjo Santoso kehilangan paket barang yang berupa tas melalui jasa pengiriman Tiki tujuan dari Surabaya ke Bekasi.
commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bentuk Tuturan : Kami meminta ganti rugi sesuai dengan harga barang, tapi tidak ditanggapi, malah dipingpong. (RPM/Jumat/08-01-2010/11a) Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Tedjo Santoso adalah termasuk tindakan „meminta‟, ungkapan tuturannya, yaitu: “Kami meminta ganti rugi sesuai dengan harga barang, tapi tidak ditanggapi, malah dipingpong”. Tindakan meminta ini yang dilakukan oleh Bapak Tedjo Santoso kepada perusahaan pengiriman barang Tiki mengenai pengiriman barang yang berupa tas hilang. Meminta ini dapat mengancam muka negatif teradu, yaitu perusahaan Tiki. Karena hal tersebut mengganggu kebebasan perusahaan Tiki yaitu untuk menyetujui aduan Bapak Tedjo Santoso mengenai barang yang berupa tas hilang saat pengiriman lewat Tiki tujuan Surabaya ke Bekasi sehingga pihak Tiki diminta mengganti tas Bapak Tedjo Santoso sesuai dengan harga barang tersebut. Pengadu mengunakan strategi kesopanan negatif khususnya pada strategi 8, yaitu: menggunakan tindak tutur yang mengancam muka (FTA) yang sudah lazim atau sudah menjadi ketentuan sosial yang umum berlaku dengan menggunakan kata “meminta”. Hal ini dapat dibuktikan pada tuturan pengadu yaitu: meminta ganti rugi atas barang Bapak Tedjo Santoso yang berupa tas hilang, lewat perusahaan pengiriman Tiki. Tujuan Bapak Tedjo Santoso ini adalah meminta agar perusahaan jasa Tiki segera bertanggung jawab atas pengirimannya yang tidak sampai di tujuan. commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8) Konteks Tuturan : Bapak Budi Sinaga membeli rumah di Hero Property Nusantara tapi uang mukanya dipotong 15 persen, dengan alasan kena denda kerugian. Bentuk Tuturan : Saya minta penyelesaian dari Hero Property secepatnya. Saya tidak mau hal ini terkatung-katung kembali. Kalau tidak, persoalan akan saya bawa ke pihak yang berwajib. (RPM/Senin/25-01-2010/27b) Tuturan yang disampaikan oleh pengadu yaitu Bapak Budi Sinaga di atas merupakan tindakan „meminta‟. Ungkapan itu dituturkan dalam kata-kata “Saya minta penyelesaian dari Hero Property secepatnya ….”. Tindakan meminta ini dilakukan pengadu untuk mendapatkan penjelasan dan penyelesaian kepada pihak teradu yaitu perusahaan Hero Property Nusantara. Tindakan tersebut membuat pihak teradu terancam muka negatifnya. Hal ini dikarenakan pengadu meminta penjelasan dan penyelesaian sehingga menganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu. Pengadu mengunakan kesopanan negatif khususnya pada strategi 8, yaitu: menggunakan tindak tutur yang mengancam muka (FTA) yang sudah lazim atau sudah menjadi ketentuan sosial yang umum berlaku dengan menggunakan kata “minta”. Hal ini dapat dibuktikan pada tuturan pengadu yaitu: Bapak Budi Sinaga yang hanya meminta pihak Hero Property Nusantara untuk memberi penjelasan dan menyelesaian persoalan potongan uang muka rumah. Tindakan ini sudah dianggap biasa oleh masyarakat. Tujuan Bapak Budi Sinaga mengadukan persoalan ini supaya commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perusahaan Hero Property Nusantara ini agar segera menanggapi dan penyelesaian persoalan dengan baik. 9) Konteks Peristiwa : Bapak Budi Santoso pada tanggal 14 Februari 2010 membeli notebook merek Acer sampai di rumah notebook-nya bermasalah ada sebuah dot (titik) di dekat pojok kanan atas. Bentuk Tuturan : Saya minta diganti notebook baru karena notebook yang saya beli cacat produksi. (RPM/Jumat/19-02-2010/49a) Pada tuturan yang diungkapkan oleh Bapak Budi Santoso sebagai merupakan tindakan „meminta‟. Hal ini dibuktikan pada tuturnnya yang berbunyi “Saya minta diganti notebook baru karena notebook yang saya beli cacat produksi.” Tindakan meminta ini yang dilakukan oleh Bapak Budi Santoso perihal meminta diganti notebook yang baru dibeli cacat produksi, yaitu ada dot (titik) di dekat pojok kanan atas. Tindakan meminta ini dapat mengancam muka negatif teradu, yaitu perusahaan notebook merek Acer. Karena hal tersebut mengganggu kebebasan teradu untuk menyetujui atau menolak aduan Bapak Budi Santoso mengenai notebook yang baru dibelinya cacat produksi sehingga perusahaan Acer diminta untuk melakukan sesuatu, yaitu mengganti yang baru. Pengadu mengunakan kesopanan negatif khususnya pada strategi 8, yaitu: menggunakan tindak tutur yang mengancam muka (FTA) yang sudah lazim atau sudah menjadi ketentuan sosial yang umum berlaku dengan menggunakan kata “minta”. Hal ini dapat dibuktikan pada tuturan commit to usermeminta perusahaan Acer untuk pengadu yaitu Bapak Budi Santoso
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bertanggung jawab atas barang yang berupa notebook barunya cacat produksi. Tujuan Bapak Budi Santoso ini adalah agar perusahaan Acer segera mengganti notebook yang cacat produksi. Data lain yang menunjukkan tindakan „meminta‟ adalah data dengan nomor kode (RPM/Senin/22-02-2010/52b), (RPM/Jumat/26-032010/75), (RPM/Selasa/30-03-2010/78).
3. Tindakan ’Memberi Saran’ dan Strategi Kesopanan Negatif Tindakan memberi saran merupakan salah satu tindakan yang dapat mengancam muka negatif teradu dalam surat aduan rubrik ”Pembaca Menulis”. Memberi saran adalah menyampaikan sesuatu pendapat yang dikemukakan untuk pertimbangan (KBBI, 2007:999). Jadi maksud dari tindakan memberi saran itu adalah pengadu menyampaikan suatu pendapat (mengusulkan, menganjurkan) kepada teradu. Tindakan ini dapat mengancam muka negatif teradu. Teradu sebenarnya
ingin melakukan sesuatu secara bebas tanpa dikendalikan
orang lain. Karena tindakan memberi saran ini mengancam muka negatif teradu. Maka pengadu menggunakan strategi-strategi tertentu untuk mengurangi anacaman muka teradu. Pemberian saran dikategorikan ke dalam tindak tutur direktif. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada contoh berikut. 10) Konteks Peristiwa : Bapak Adi Prasetyo mengungkapkan rasa kecewanya terhadap Apartemen Java Paragon mengenai promosi Mandiri 2 night free 1.commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bentuk Tuturan : Saran kami kepada Java Paragon, jangan menggunakan komputer jika belum siap. (RPM/Senin/04-01-2010/03) Tuturan yang disampaikan oleh Bapak Adi Prasetyo merupakan tindakan yang ‟memberi saran‟ kepada teradu. Tuturan Bapak Prasetyo ini menyarankan kepada pihak Apartemen Java Paragon jangan menggunakan komputer jika belum siap. Tuturan Bapak Prasetyo ini disebabkan oleh pengalamannya yang tidak menyenangkan terhadap pelayanan Apartemen Java Paragon, sehingga pengadu ini memberikan saran. Dibuktikan pada tuturannya pada kalimat ”Saran kami kepada Java Paragon, jangan menggunakan komputer jika belum siap” Tindakan memberi saran itu membuat teradu terancam muka negatifnya. Karena pengadu mengungkapkan pendapat sehingga dapat menganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu. Oleh sebab itu pengadu mengunakan strategi kesopanan negatif untuk mengurangi ancaman muka negatif teradu khususnya pada strategi 8, yaitu: menggunakan tindak tutur yang mengancam muka (FTA) yang sudah lazim atau sudah menjadi ketentuan sosial yang umum berlaku. Tindakan memberi saran ini sudah dianggap biasa oleh masyarakat karena pengadu menggunakan kata yang biasa yaitu: “saran kami”. Tujuan Bapak Adi Prasetyo dalam mengadukan aduan ini untuk memberi saran supaya Apartemen Java Paragon dapat meningkatkan pelayanannya. commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
11) Konteks Peristiwa : Bapak Mashud menyarankan agar Samsat Bojonegoro membuka cabang di Kecamatan Padangan. Bentuk Tuturan : Saya menyarankan agar Samsat Bojonegoro membuka cabang di Kecamatan Padangan atau di Kecamatan Purwosari. Tujuannya, wajib pajak tidak perlu jauh-jauh mengurus surat-surat kendaraannya. (RPM/Selasa/02-02-2010/31) Tuturan yang disampaikan oleh Bapak Mashud sebagai pengadu merupakan tindakan yang ‟memberi saran‟ kepada teradu yaitu Samsat. Tuturan Bapak Mashud ini menyarankan agar Samsat Bojonegoro membuka cabang di Kecamatan Padangan atau di Kecamatan Purwosari. Tujuannya, wajib pajak tidak perlu jauh-jauh mengurus surat-surat kendaraannya sehingga mempermudah, tidak berbelit-belit, dan lebih dekat. Tuturan Bapak Mashud ini tuturan yang memberikan saran, ini dibuktikan pada tuturannya pada kalimat ”Saya menyarankan agar Samsat Bojonegoro membuka cabang di Kecamatan Padangan atau di Kecamatan Purwosari”. Dari tindakan memberi saran itu membuat teradu terancam muka negatifnya. Karena pengadu mengungkapkan pendapat sehingga dapat menganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu. Maksudnya adalah tindakan memberi saran ini mengakibatkan teradu menyetujui atau menolak apa yang telah diadukan oleh pengadu, yaitu memberi saran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
64 digilib.uns.ac.id
Oleh sebab itu pengadu mengunakan strategi kesopanan negatif untuk mengurangi ancaman muka negatif teradu khususnya pada strategi 8, yaitu: menggunakan tindak tutur yang mengancam muka (FTA) yang sudah lazim atau sudah menjadi ketentuan sosial yang umum berlaku. Tindakan memberi saran ini sudah dianggap biasa oleh masyarakat karena pengadu menggunakan kata yang biasa yaitu: “saya menyarankan”. Tujuan Bapak Mashud dalam mengadukan aduan ini untuk memberi saran supaya Samsat Bojonegoro meningkatkan pelayanan dan membuka cabang di Kecamatan Padangan atau Kecamatan Purwosari sehingga membayar wajib pajak kendaraan bermotor mudah, tidak berbelit-belit, dan lebih dekat.
4. Tindakan ’Memberi Nasihat’ dan Strategi Kesopanan Negatif Surat aduan dalam rubrik ”Pembaca Menulis” ini terdapat tuturantuturan pengadu yang memberi nasihat kepada teradu. Tindakan ‟memberi nasihat‟ ini mengancam muka negatif teradu. Memberi nasihat adalah menyampaikan ajaran atau pelajaran baik (anjuran, petunjuk, maupun teguran) yang baik (KBBI, 2007:775). Jadi maksud dari tindakan memberi nasihat adalah pengadu menyampaikan ajaran atau pelajaran baik (anjuran, petunjuk, maupun teguran) yang baik kepada teradu. Tuturan memberi nasihat ini dapat mengganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu. Oleh karena itu tindakan memberi nasihat dapat mengancam muka negatif teradu, maka pengadu mengungkapakan tuturan-tuturannya mengenai memberi nasihat kepada teradu dengan commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menggunakan strategi-strategi tertentu untuk mengurangi ancaman muka negatif teradu. Memberi saran dikategorikan ke dalam tindak tutur direktif. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada contoh berikut. 12) Konteks Peristiwa : Bapak Suroyo mengadukan kepada Lion Air, penumpang yang bernama Ibu Sri Rejeki kehilangan kopernya di pesawat Lion Air saat mau pergi ke Balikpapan dari Bandara Juanda Bentuk Tuturan : Kami percaya dan yakin barang tersebut tidak hilang begitu saja. Andai pihak Lion Air atau petugasnya bekerja secara amanah dan professional, tentu hal tersebut tidak akan menimpa keluarga kami. Kami menganjurkan pada pihak Lion Air dan petugasnya yang bekerja harus lebih bertanggung jawab terhadap barang bawaan para penumpang. Perlu diketahui oleh Lion Air, barang kami adalah sebuah koper hitam merek Polo. Salah satu pegangan koper tersebut putus pada posisi vertikal, bertali pita merah yang di dalamnya berisi pakaian ganti, dan notebook merek Axioo TVS612PX yang berisi sejumlah dokumen penting.
(RPM/Rabu/06-01-2010/07a) Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Suroyo mengenai permasalahan Ibu Sri Rejeki ini termasuk tindakan yang ‟memberi nasihat‟, yaitu: Kami menganjurkan pada pihak Lion Air dan petugasnya yang bekerja harus lebih bertanggung jawab terhadap barang bawaan para penumpang”. Tindakan memberi nasihat ini membuat teradu terancam muka negatifnya. Karena pengadu memberi nasihat kepada teradu, sehingga dapat menganggu kebebasan teradu untuk melakukan apa yang sudah dianjurkan oleh Bapak Suroyo mengenai pihak Lion Air dan petugasnya yang bekerja harus lebih bertanggung jawab commit to user terhadap barang bawaan serta amanah dan profesional.
perpustakaan.uns.ac.id
66 digilib.uns.ac.id
Pengadu mengunakan strategi kesopanan negatif khususnya pada strategi 8, yaitu: menggunakan tindak tutur yang mengancam muka (FTA) yang sudah lazim atau sudah menjadi ketentuan sosial yang umum berlaku. Tindakan memberi nasihat ini sudah dianggap biasa oleh masyarakat karena pengadu menggunakan kata yang biasa yaitu: “kami menganjurkan”. Tujuan Bapak Suroyo mengadukan permasalahannya ini untuk menyampaikan teguran dan anjuran supaya pihak Lion Air dan petugasnya yang bekerja harus lebih bertanggung jawab terhadap barang bawaan para penumpang.
5. Tindakan ’Bertanya’ dan (Strategi Kesopanan Negatif dan On Record) Surat aduan dalam rubrik ”Pembaca Menulis” ini terdapat tuturantuturan pengadu yang bertanya kepada teradu. Tindakan bertanya ini dapat mengancam muka negatif teradu. Bertanya adalah meminta keterangan (penjelasan), meminta supaya diberitahu tentang sesuatu (KBBI, 2007:1142). Jadi maksud dari tindakan bertanya adalah pengadu meminta keterangan atau penjelasan supaya diberitahu tentang sesuatu kepada teradu. Tindakan bertanya ini dapat mengganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu. Oleh karena itu tindakan bertanya dapat mengancam muka negatif teradu. Pengadu mengungkapkan tuturan-tuturannya mengenai bertanya kepada teradu dengan menggunakan strategi kesopanan negatif untuk menyelamatkan muka ancaman teradu dan menggunakan strategi on record tanpa usaha menyelamatkan muka teradu. Bertanya commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dikategorikan ke dalam tindak tutur direktif. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada contoh berikut. 13) Konteks Peristiwa: Minggu, 4 Januari 2010, Ibu Erma Diah P. mengambil uang di ATM sobek. Bentuk Tuturan: Tapi, saya heran, mengapa uang sobek sampai nomor serinya ikut hilang bisa sampai lolos? Bukankah sebelum dimasukkan ke boks ATM sudah dicek? (RPM/Rabu/06-01-2010/08) Pada tuturan yang disampaikan oleh Ibu Erma Diah P adalah tindakan ‟menanyakan‟. Hal ini dibuktikan pada tuturannya, yaitu ....., mengapa uang sobek sampai nomor serinya ikut hilang bisa sampai lolos? Bukankah sebelum dimasukkan ke boks ATM sudah dicek?. Tuturan itu dilakukan oleh pengadu untuk menanyakan kepada teradu mengenai uang di ATM BCA sobek sampai nomor serinya ikut hilang, bukannya sebelum dimasukkan ke boks ATM sudah dicek oleh pihak BCA. Tindakan menanyakan ini mengakibatkan muka negatif teradu terancam. Karena hal tersebut dapat mengganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu, yaitu menyetujui atau menolak aduan yang diungkapkan oleh Ibu Erna Diah P. mengenai pertanyaan uang sobek bisa lolos masuk ke boks ATM. Pengadu menggunakan strategi kesopanan negatif untuk mengurangi ancaman negatif teradu, khususnya pada strategi 2, yaitu menggunakan pertanyaan, dengan partikel tertentu. Pertanyaan commit to user pengadu untuk mengungkapkan “mengapa” dan “bukankah” digunakan
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tindakan bertanya. Hal ini dilakukan oleh pengadu untuk menyelamatkan muka negatif teradu. Selain itu, ungkapan bertanya yang dilakukan oleh Ibu Erna Diah P ini adalah untuk meminta keterangan atau penjelasan supaya diberitahu tentang uang sobek di ATM BCA ini bisa terjadi. 14) Konteks Peristiwa : Bapak Tedjo Santoso kehilangan paket barang yang berupa tas melalui jasa pengiriman Tiki tujuan dari Surabaya ke Bekasi. Bentuk Tuturan : Bagaimana perlindungan terhadap konsumen yang dirugikan? (RPM/Jumat/08-01-2010/11b) Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Tedjo Santoso ini termasuk tindakan ‟bertanya‟, hal ini dibuktikan pada tuturannya yang berbunyi
”Bagaimana
perlindungan
terhadap
konsumen
yang
dirugikan?........”. Pengungkapan aduan mengenai pertanyaan yang diungkapkan oleh pengadu tentang permasalahannya dengan teradu membuat muka negatif teradu terancam. Hal ini dikarenakan dapat mengganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu yaitu memaksa teradu untuk menjawab pertanyaan yang disampaikan pengadu mengenai perlindungan konsumen yang dirugikan. Tuturan
bertanya
ini
dalam
bentuk
on
record
untuk
mengungkapkan tindakan bertanya. Tindakan tersebut mengakibatkan orang lain mengetahui kondisi teradu seperti yang dipertanyakan oleh pengadu, yaitu: bagaimana perlindungan terhadap konsumen. Strategi on commit to user record dipilih oleh pengadu karena kekuasaan konsumen lebih tinggi
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
daripada produsen. Alasannya produsen berkewajiban melindungi hak-hak konsumen, hal ini dikarenakan sebuah produk tanpa konsumen tidak ada artinya.
Di samping
menyelamatkan
itu,
muka
penggunaan on
teradu,
dianggap
record, lebih
tanpa upaya efisien
untuk
mengungkapkan bahwa Bapak Tedjo Santoso ini merasa kesal atas barang yang berupa tas hilang lewat pengiriman perusahaan jasa Tiki. Pengadu beranggapan bahwa melalui cara tersebut pihak Tiki akan berupaya memenuhi keinginan Bapak Tedjo Santoso sebab, jika tidak, kepercayaan konsumen terhadap teradu akan berkurang. 15) Konteks Peristiwa : Bapak Budi Sinaga membeli rumah di Hero Property Nusantara tapi uang mukanya dipotong 15 persen, dengan alasan kena denda kerugian. Bentuk Tuturan : Tapi, kenapa kok malah uang saya dipotong? (RPM/Senin/25-01-2010/27a) Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Budi Sinaga ini termasuk tindakan ‟bertanya‟, hal ini dibuktikan pada tuturannya yang berbunyi ”Tapi, kenapa kok malah uang saya dipotong?.......”. Bapak Budi Sinaga sebagai pengadu ini mengadukan persoalannya dengan teradu, yaitu Hero Property Nusantara mengenai dananya yang ditransfer hanya Rp 17.570.000, dengan alasan, pengadu terkena denda 15 persen. Pengungkapan aduan mengenai pertanyaan yang diungkapkan oleh pengadu tentang permasalahannya dengan teradu membuat muka negatif teradu terancam.
commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hal ini dikarenakan dapat mengganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu, yaitu pihak teradu disuruh untuk menjawab atau menanggapi pertanyaan yang disampaikan oleh Bapak Budi Sinaga mengenai dananya dari pihak Hero Property Nusantara terkena potongan denda 15 persen. Pengadu menggunakan strategi kesopanan negatif untuk mengurangi ancaman negatif teradu, khususnya pada strategi 2, yaitu menggunakan pertanyaan, dengan partikel tertentu. Pertanyaan “kenapa kok malah” digunakan pengadu untuk mengungkapkan tindakan bertanya. Hal ini dilakukan oleh pengadu untuk menyelamatkan muka negatif teradu. Tujuan Bapak Budi Sinaga ini menuliskan aduannya untuk segera mendapatkan penyelesaian dari pihak teradu, yaitu Hero Property Nusantara. 16) Konteks Tuturan : Ibu Dwi Andriyani kecewa atas pelayanan Bank Bumiputera yang tak kunjung mengirim pengganti kartu kredit ICB. Bentuk Tuturan : Tapi, mengapa sampai detik ini kartu pengganti belum saya terima? Sampai kapan saya harus menunggu? Yang ingin saya tanyakan, kalau billing statement, kenapa datangnya selalu on time? Sedangkan kalau kartu yang alamatnya sama seperti yang tertera di billing, datangnya lama sekali? Saya sudah mencantumkan nomor ponsel, bahkan surat kuasa kepada CS kantor saya. (RPM/Selasa/26-01-2010/28c) Pada tuturan yang disampaikan oleh Ibu Dwi Andriyani adalah tindakan ‟bertanya‟. Hal ini dibuktikan pada tuturannya, yaitu mengapa sampai detik ini kartu pengganti belum saya terima? Sampai kapan saya user saya tanyakan, kalau billing harus menunggu?..... “.commit Yang toingin
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
statement, kenapa datangnya selalu on time?”. Tindakan menanya ini mengakibatkan muka negatif teradu terancam. Karena hal tersebut dapat mengganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu, yaitu memaksa teradu untuk menjawab pertanyaan dari surat aduan yang diungkapkan oleh Ibu Dwi Andriyani mengenai pengganti kartu kredit yang baru belum diterima dan saat penagihan selalu datang tepat waktu. Tuturan bertanya tersebut dalam bentuk on record untuk mengungkapkan tindakan bertanya. Tindakan ini mengakibatkan orang lain mengetahui kondisi teradu seperti yang diungkapkan oleh pengadu, yaitu: Ibu Dwi Andriyani yang mempertanyakan kenapa pihak bank Bumiputera yang tak kunjung mengirim pengganti kartu kredit ICB. Strategi on record dipilih karena dalam dunia bisnis kekuasaan konsumen lebih tinggi daripada yang memproduksi suatu produk. Hal ini dikarenakan suatu produk seperti kartu kredit ICB yang keluarkan Bank Bumiputera sangat tergantung pada para konsumen contohnya Ibu Dwi Andriyani, karena produk tanpa konsumen tidak ada artinya. Di
samping
menyelamatkan
itu,
muka
penggunaan teradu,
on
dianggap
record, lebih
tanpa
upaya
efisien
untuk
mengungkapkan aduan Ibu Dwi Andriyani. Pengadu beranggapan bahwa melalui cara tersebut pihak Bank Bumiputera akan berupaya memenuhi keinginan Ibu Dwi Andriyani sebab, jika tidak, kepercayaan konsumen terhadap teradu akan berkurang. Tujuan Ibu Dwi Andriyani ini dalam menanyakan suatu persoalan dengan pihak Bank Bumiputera adalah untuk segera mendapat jawaban dan penyelesaian dengan baik. commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
17) Konteks Peristiwa : Ibu Nurul Hayati kecewa pada Minggu 14 Februari 2010, membeli obat di Apotek Tengger 3, tapi harga obat di atas harga eceran tertinggi (HET). Bentuk Tuturan : Saya jadi binggung sendiri apa guna HET kalau harganya tetap saja tidak bisa terkontrol? (RPM/Selasa/16-02-2010/41a) Pada tuturan yang disampaikan oleh Ibu Nurul Hayati ini termasuk tindakan ‟bertanya‟, hal ini dibuktikan pada tuturannya yang berbunyi ”...... apa guna HET kalau harganya tetap saja tidak bisa terkontrol?”. Pengungkapan aduan mengenai pertanyaan yang diungkapkan oleh pengadu yaitu Ibu Nurul Hayati tentang permasalahannya dengan teradu, yaitu Apotek Tengger 3, mengenai harga eceran obat di atas HET. Tindakan bertanya ini membuat muka negatif teradu terancam. Hal ini dikarenakan dapat mengganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu, yaitu teradu disuruh untuk menjawab sehingga pihak teradu terpaksa menyetujui atau menolak aduan yang disampaikan oleh Ibu Nurul Hayati mengenai pertanyaan harga obat yang melampui harga HET. Tuturan Ibu Nurul Hayati dalam bentuk on record untuk mengungkapkan tindakan bertanya. Tindakan tersebut mengakibatkan orang lain mengetahui kondisi teradu seperti yang dipertanyakan oleh pengadu, yaitu: kenapa harga obat jauh di atas HET, kalau diteruskan sebaiknya HET dihapus saja karena konsumen sangat dirugikan. Strategi on record dipilih karena dalam dunia perdagangan konsumen lebih tinggi commit to user konsumen memiliki hak yang daripada produsen. Hal ini dikarenakan
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dilindungi oleh lembaga perlindungan konsumen. Di samping itu, penggunaan on record, tanpa upaya menyelamatkan muka teradu, dianggap lebih efisien untuk mengungkapkan bahwa Ibu Nurul Hayati ini merasa kesal karena apa gunanya HET kalau harganya tetap saja tidak bisa terkontrol. Pengadu beranggapan bahwa melalui cara tersebut pihak teradu akan berupaya memenuhi keinginan Ibu Nurul Hayati sebab, jika tidak, kepercayaan konsumen terhadap teradu akan berkurang. Data lain yang menunjukkan tindakan „bertanya‟ adalah data dengan nomor kode sebagai berikut. (RPM/Jumat/19-02-2010/45a),
(RPM/Jumat/19-02-2010/49b),
(RPM/Selasa/02-03-2010/57b),
(RPM/Rabu/03-03-2010/58b),
(RPM/Selasa/09-03-2010/62b),
(RPM/Jumat/12-03-2010/64),
(RPM/Sabtu/13-03-2010/66b),
(RPM/Senin/15-03-2010/67a),
(RPM/Kamis/18-03-2010/69a),
(RPM/Jumat/19-03-2010/71),
(RPM/Selasa/23-03-2010/73),
(RPM/Jumat/26-03-2010/74),
(RPM/Selasa/30-03-2010/77),
(RPM/Rabu/31-03-2010/79b).
6. Tindakan ’Menuntut’ dan Strategi On Record Tindakan yang dapat mengancam muka negatif teradu adalah tindak tutur menuntut. Menuntut adalah meminta dengan keras (setengah mengharuskan supaya dipenuhi) atau berusaha keras mendapat hak atas sesuatu (KBBI, 2007:1227). Jadi tindakan menuntut dalam surat aduan adalah pengadu meminta dengan keras kepada teradu supaya dipenuhi atau commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mendapat hak atas sesuatu. Tuturan menuntut ini dapat mengganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu. Oleh karena itu tindakan menuntut pengadu dapat mengancam muka negatif teradu. Pengadu dalam mengungkapkan tuturannya mengenai tuntutannya kepada teradu harus menggunakan strategi-strategi tertentu untuk mengurangi ancaman muka negatif teradu atau dengan menggunakan strategi on record tanpa usaha menyelamatkan muka teradu dengan melakukan tindakan secara lugas, tegas dan ringkas. Menuntut dikategorikan ke dalam tindak tutur direktif. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada contoh berikut. 18) Konteks Peristiwa : Ibu S. Ardhyarini kecewa terhadap layanan tiket online KA yang kursinya sudah diduduki orang lain padahal tiket nomor seri EQ 4417 atas namanya. Bentuk Tuturan : Dari pengalaman pribadi ini, saya berharap petugas tiket online PT KA bisa lebih professional lagi supaya penumpang tidak dirugikan dan berkurang kenyamanannya. (RPM/Selasa/12-01-2010/19) Pada tuturan Ibu S. Ardhyarini termasuk tindakan ‟menuntut‟, hal ini dibuktikan pada tuturannya yang berbunyi ”...... saya berharap petugas tiket online PT KA bisa lebih professional lagi supaya penumpang tidak dirugikan dan berkurang kenyamanannya”. Tindakan menuntut ini dapat mengancam muka negatif teradu. Karena hal tersebut dapat mengganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu, yaitu memaksa teradu untuk to user memenuhi atau menolakcommit tuntutan yang diungkapkan oleh Ibu S.
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ardhyarini mengenai tuntutannya supaya PT KA bisa lebih professional lagi sehingga penumpang tidak dirugikan dan rasa kenyamanannya ditingkatkan. Strategi on record dipilih oleh pengadu karena dalam tindakan menuntut tersebut kekuasaan Ibu S. Andhyarini selaku penumpang lebih tinggi daripada PT KA. Alasan ini dikarenakan di dalam dunia bisnis pihak konsumen sangatlah penting di atas segalanya maka dari itu hak-hak konsumen harus tetap dijaga dengan baik. Di samping itu, penggunaan on record, tanpa upaya menyelamatkan muka teradu, dianggap lebih efisien untuk mengungkapkan bahwa Ibu S. Ardhyarini ini merasa kecewa terhadap layanan tiket online. Kata “saya berharap” ini membuktikan bahwa pengadu menuntut secara langsung kepada pihak teradu. Pengadu beranggapan bahwa melalui cara tersebut pihak PT. KA akan berupaya memenuhi keinginan Ibu S. Ardhyarini sebab, jika tidak, kepercayaan konsumen terhadap teradu akan berkurang. 19) Konteks Peristiwa : Bapak M.Irfan kecewa dan malu saat beli bensin di SPBU Foxstar diteriaki belum bayar oleh petugas SPBU. Bentuk Tuturan : Terus terang, sebagai pelanggan SPBU Foxstars, saya sangat kecewa atas kejadian tersebut. Saya berharap petugas SPBU Foxstars lebih berkonsentrasi dan teliti saat melayani pelanggan supaya kejadian seperti ini tidak terulang pada pelanggan lain. (RPM/Kamis/21-01-2010/25) Pada tuturan Bapak M. Irfan termasuk tindakan ‟menuntut‟, hal ini commit user ”...... Saya berharap petugas dibuktikan pada tuturannya yang to berbunyi
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
SPBU Foxstars lebih berkonsentrasi dan teliti saat melayani pelanggan supaya kejadian seperti ini tidak terulang pada pelanggan lain.” Tindakan menuntut ini dapat mengancam muka negatif teradu. Karena hal tersebut dapat mengganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu, yaitu mengakibatkan pihak SPBU untuk memenuhi atau menolak tuntutan dari Bapak M. Irfan mengenai mengharapnya pada pihak petugas SPBU untuk lebih berkonsentrasi dan teliti saat melayani pelanggan. Strategi
on
record
digunakan
oleh
Bapak
Irfan
dalam
mengungkapkan tindakan menuntut. Hal ini dibuktikan pada kata “saya berharap”. Pengadu menggunakan strategi ini dikarenakan tanpa upaya menyelamatkan muka teradu, yang dianggap lebih efisien untuk mengungkapkan bahwa Bapak M. Irfan merasa kecewa dan malu terhadap layanan petugas SPBU yang meneriaki belum bayar, padahal sebelum mengisi Bapak M. Irfan sudah menyerahkan uang Rp 15.000. Pengadu beranggapan bahwa melalui cara tersebut pihak SPBU akan berupaya memenuhi keinginan Bapak M.Irfan, yaitu berharap petugas lebih konsentrasi dan teliti saat melayani pelanggan supaya kejadian seperti ini tidak terulang pada pelanggan lain. Sebab, jika tidak, kepercayaan konsumen terhadap teradu akan berkurang. 20) Konteks Peristiwa : Bapak Masukap, sejak 5 Februari 2009 menjadi pasien RSUD dr Soetomo tapi mendapat pelayanan yang kasar dari seorang perawat. Bentuk Tuturan : Saya berharap, pelayanan RSU dr Soetomo ke depan commit totanpa user menunggu dikomplain. harus lebih baik lagi,
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(RPM/Selasa/09-02-2010/35b) Pada tuturan Bapak Masukap di atas termasuk tindakan ‟menuntut‟, hal ini dibuktikan pada tuturannya yang berbunyi ”Saya berharap, pelayanan RSU dr Soetomo ke depan harus lebih baik lagi, tanpa menunggu dikomplain”. Bapak Masukap sebagai pengadu, mengungkapkan persoalannya mengenai RSU dr Soetomo yaitu sebagai teradu untuk selalu dituntut meningkatkan pelayanannya tanpa harus menunggu dikomplain. Tindakan menuntut ini dapat mengancam muka negatif teradu. Karena hal tersebut dapat mengganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu, yaitu memksa pihak RSUD dr Soetomo untuk memenuhi atau menolak tuntutan dari Bapak Masukap mengenai mengharapnya pada pihak RSUD dr Soetomo ke depan harus lebih baik lagi, karena Bapak Masukap sebagai pasien yang pernah menginap di RSUD sejak 5 Februari mendapatkan layanan yang kasar dari seorang perawat. Dalam tuntutannya Bapak Masukap memilih strategi on record ini dapat dibuktikan pada kata “saya berharap”. Strategi ini dipilih karena pengadu menganggap kekuasaan pasien lebih tinggi daripada RSUD dr Soetomo. Hal ini dikarenakan Bapak Maukap sebagai pasien memiliki hak untuk diberi pelayanan yang penuh dan baik oleh RSUD dr Soetomo. Di
samping
menyelamatkan
itu,
muka
penggunaan teradu,
on
dianggap
record, lebih
tanpa
upaya
efisien
untuk
mengungkapkan bahwa Bapak Masukap merasa kecewa terhadap layanan commit to user seorang perawat wanita yang kurang hati-hati dan cenderung kasar saat
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengganti perban di lengan kanannya yang terluka. Pengadu beranggapan bahwa melalui cara tersebut pihak RSUD dr Soetomo akan berupaya memenuhi keinginan Bapak Masukap, yaitu berharap pihak RSUD dr Soetomo agar lebih baik, sabar, dan selalu meningkatkan pelayanannya terhadap pasiennya. 21) Konteks Peristiwa : Ibu Titik Endayani mengeluhkan tak punya kartu kredit tapi ada tagihan Bentuk Tuturan : Saya mengharap tanggapan dari penerbit kartu credit dan memblokir transaksi dari kartu kredit tersebut. (RPM/Selasa/16-03-2010/43) Pada tuturan Ibu Titik Endayani di atas termasuk tindakan ‟menuntut‟, hal ini dibuktikan pada tuturannya yang berbunyi ”...... Saya mengharap tanggapan dari penerbit kartu credit dan memblokir transaksi dari kartu kredit tersebut. Tindakan menuntut ini dapat mengancam muka negatif teradu. Karena hal tersebut dapat mengganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu, yaitu memaksa pihak teradu untuk memenuhi atau menolak tuntutan yang diungkapkan oleh Ibu Titik Endayani mengenai harapnya untuk mendapatkan tanggapan dari penerbit kartu kredit dan memblokir transaksi dari kartu kredit. Strategi on record yang digunakan dalam mengungkapkan tuntutan, ini dibuktikan pada kata “saya mengharap”. Tindakan tuntutan ini mengakibatkan orang lain mengetahui kondisi Bank BCA seperti yang dituntutkan oleh Ibu Titik Endayani. Strategi on record dipilih karena commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kekuasaan Ibu Titik Endayani selaku konsumen lebih tinggi daripada Bank BCA yang memproduksi produk kartu kredit Carrefour BCA. Hal ini dikarenakan sebuah produk itu sangatlah tergantung pada konsumennya, produk tanpa konsumen tidak akan ada artinya. Di samping itu, penggunaan on record, tanpa upaya menyelamatkan muka teradu, dianggap lebih efisien untuk mengungkapkan tindakan menuntut. Tindakan menuntut yang dilakukan oleh Ibu Titik Endayani untuk mengharap mendapat tanggapan dari penerbit kartu credit Carrefour yaitu Bank BCA sehingga dapat memblokir transaksi dari kartu kredit tersebut. 22) Konteks Peristiwa : Ibu Elisa pemilik butik online merasa gregetan dengan pelayanan PCP yang tidak memuaskan. Bentuk Tuturan : Saya tidak berharap mendapat permintaan maaf atau penjelasan apa pun dari PCP. Saya hanya berharap kepala cabang PCP Surabaya mengetahui kinerja pegawainya. (RPM/Jumat/19-02-2010/47c) Pada tuturan yang disampaikan oleh Ibu Elisa sebagai pemilik butik online ini merupakan tindakan „menuntut‟. Hal ini dibuktikan pada tuturannya yang berbunyi “saya hanya berharap kepala cabang PCP Surabaya mengetahui kinerja pegawainya.”
Tindakan menuntut ini
dapat mengancam muka negatif teradu. Karena hal tersebut dapat mengganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu, yaitu memaksa pihak PCP untuk memenuhi atau menolak tuntutan dari Ibu Elisa. Tuturan
menuntut
ini
dalam
bentuk
on
record
untuk
commit user mengungkapkan tuntutannya inito dibuktikan pada kata “saya hanya
perpustakaan.uns.ac.id
80 digilib.uns.ac.id
berharap”. Pengadu mengharapkan pihak PCP untuk meningkatkan layanannya karena akhir-akhir ini terjadi penurunan layanan bahkan membuat Ibu Elisa gregetan karena pengiriman paket selalu terlambat bahkan sampai hilang. Oleh karena itu Ibu Elisa sebagai pengadu menuntut agar kepala cabang PCP Surabaya mengetahui kinerja pegawainya. Tindakan menuntut tersebut mengakibatkan orang lain mengetahui kondisi teradu seperti yang dituntutkan oleh pengadu. Strategi on record dipilih karena kekuasaan Ibu Elisa selaku konsumen lebih tinggi daripada pihak PCP yang memberikan pelayanan jasa pengiriman. Di samping itu, penggunaan on record, tanpa upaya menyelamatkan muka teradu, dianggap lebih efisien untuk mengungkapkan bahwa Ibu Elisa ini merasa kecewa terhadap layanan PCP. Pengadu beranggapan bahwa melalui cara tersebut pihak PCP akan berupaya memenuhi keinginan Ibu Elisa
sebab, jika tidak, kepercayaan konsumen terhadap teradu akan
berkurang.
Data lain yang menunjukkan tindakan „menuntut‟
adalah data
dengan nomor kode (RPM/Jumat/19-02-2010/49b), (RPM/Kamis/18-032010/69c). 7. Tindakan ’Menagih Janji’ dan Strategi Kesopanan Negatif Surat aduan rubrik ”Pembaca Menulis” ini terdapat tuturan-tuturan pengadu yang berisi menagih janji kepada teradu. Tindakan menagih janji ini dapat mengancam muka negatif teradu. Menagih janji adalah menagih commit to user atau mendesak ucapan yang menyatakan kesediaan dan kesanggupan
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk berbuat atau membuat sesuatu (KBBI, 2007:458). Jadi maksud dari tindakan menagih janji adalah pengadu menagih atau mendesak ucapan yang menyatakan kesediaan dan kesanggupan teradu untuk berbuat atau membuat sesuatu kepada pengadu. Ungkapan menagih janji ini dapat mengganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu. Oleh karena itu tindakan menagih janji ini dapat mengancam muka negatif teradu, maka pengadu mengungkapkan tuturantuturannya mengenai menagih janji kepada teradu dengan menggunakan strategi-strategi tertentu untuk mengurangi ancaman muka negatif teradu. Pemberian saran dikategorikan ke dalam tindak tutur direktif. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada contoh berikut. 23) Konteks Peristiwa
:
Menagih janji kampanye pilkada Pakde Karwo yang dilakukan oleh seorang warganya yang ada di Kediri yaitu Bapak Sunarto. Bentuk Tuturan
:
Pakde Karwo sudah setahun memimpin Jawa Timur .......... Sayang, masih ada yang terlewatkan. Yakni, jalan provinsi mulai Kecamatan Papar,............. Karena itu, saya mohon jalan dari Papar hingga Kertosono segera diperbaiki sesuai dengan janji Pakde Karwo waktu kampanye pilkada tahun lalu. (RPM/Selasa/05-01-2010/05) Tuturan (23) mengandung tindakan yang mengancam muka negatif teradu yaitu tindakan „menagih janji‟. Hal ini terbukti pada kalimat “….. sesuai dengan janji Pakde Karwo waktu kampanye pilkada tahun lalu. Tindakan menagih janji ini yang dilakukan oleh pegadu yaitu Bapak commit to userjalan dari Papar hingga Kertosono Sunarto yang menginginkan perbaikan
perpustakaan.uns.ac.id
82 digilib.uns.ac.id
sesuai dengan janji kampanye pilkada Bapak Karwo selaku gubernur Jawa Timur. Tindakan menagih janji ini membuat teradu terancam muka negatifnya. Karena pengadu menagih atau mendesak ucapan yang menyatakan kesediaan dan kesanggupan teradu untuk memperbaiki jalan Papar hingga Kertosono waktu pilkada tahun lalu, sehingga membuat terganggu kebebasannya untuk melakukan sesuatu. Oleh sebab itu pengadu mengunakan strategi kesopanan negatif untuk mengurangi ancaman muka negatif teradu khususnya pada strategi 3, yaitu: bersikap pesimistik. Strategi tersebut dipilih karena dalam konteks sehari-hari teradu yaitu Bapak Karwo sebagai Gubernur Jawa Timur lebih berkuasa dari pengadu yaitu Bapak Sunarto hanya warga masyarakat biasa. Tujuan Bapak Sunarto dalam mengadukan aduan ini untuk menagih janji apa yang sudah dijanjikan waktu berkampanye.
8. Tindakan ’Marah’ dan (Strategi Kesopanan Negatif dan On Record) Tindakan yang dapat mengancam muka negatif teradu adalah tindak tutur marah. Marah adalah sangat tidak senang (karena diperlakukan dengan tidak menyenangkan), mengeluarkan kata-kata yang menunjukkan rasa marah (KBBI, 2007:715). Jadi tindakan pengadu marah dalam surat aduan adalah tindakan sangat tidak senang pengadu kepada teradu karena diperlakukan dengan tidak menyenangkan sehingga mengeluarkan kata-kata yang menunjukkan rasa marah. Tindakan ini dapat mengganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu. commit to user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Oleh karena itu tindakan marah pengadu dapat mengancam muka negatif teradu. Pengadu dalam mengungkapkan tindakan kemarahannya kepada teradu harus dengan menggunakan strategi-strategi tertentu untuk mengurangi ancaman muka negatif teradu dan menggunakan strategi on record tanpa usaha menyelamatkan muka teradu dengan melakukan tindakan secara lugas, tegas dan ringkas. Marah dikategorikan ke dalam tindak tutur ekspresif. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada contoh berikut. 24) Konteks Peristiwa : Bapak Prasodjo setiap hari menerima SMS dari 909012 pulsa langsung terpotong tanpa digunakan. Bentuk Tuturan : .
Ini jelas-jelas sangat merugikan saya. Apabila hal ini dibiarkan terus, berapa puluh juta rupiah yang dirugikan oleh 909012 setiap hari dari pengguna Flexi se-Surabaya khususnya dan seluruh Indonesia pada umumnya. (RPM/Kamis/07-01-2010/09)
Tuturan yang disampaikan oleh Bapak Prasodjo terhadap pihak Flexi ini termasuk tindakan „marah‟. Hal ini dibuktikan pada tuturan Bapak Prasodjo, yaitu yang berbunyi, “Ini jelas-jelas sangat merugikan saya”. Rasa marah ini dilakukan oleh pihak pengadu perihal setiap hari dirugikan SMS dari
909012 produk Flexi. Dari tindakan marah ini
membuat teradu terancam muka negatifnya. Hal tersebut dapat mengganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu. Karena tindakan marah ini mengungkapkan keinginan Bapak Prasodjo terhadap pihak commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Fleksi untuk melakukan sesuatu mengenai aduan pulsanya, yang setiap hari berkurang setelah menerima SMS dari 909012. Pengadu mengurangi ancaman muka negatif teradu dengan mengunakan strategi kesopanan negatif, khususnya pada strategi 1, yaitu: menggunakan tindak tutur tak langsung seperti mengungkapkan rasa marah, tapi secara tidak langsung membuat tindakan itu seolah-olah memerintah. Hal ini dibuktikan pada tuturan Bapak Prasodjo yang marah tetapi secara tidak langsung memerintah pihak Flexi untuk menghentikan SMS dari 909012 karena merugikan pengguna Flexi se-Surabaya khususnya dan seluruh Indonesia pada umumnya. Tindakan ini dapat mengurangi akibat yang tidak menyenangkan terhadap muka negatif teradu, sehingga rasa marah dapat digunakan untuk memerintah secara tidak langsung. Tujuan Bapak Prasodjo ini adalah untuk menyelesaikan persoalannya dengan pihak Flexi cepat di respon dengan baik. 25) Konteks Peristiwa : Bapak Hendro, S membeli dua kavling tanah sudah dilunasinya tapi sertifikat tanah belum diterimanya. Bentuk Tuturan : Sialnya, atas ajakan saya, mertua juga membeli dua kavling tahap 1 dan sampai saat ini beliau hanya menerima PBB. (RPM/Kamis/07-01-2010/10) Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Hendro, S termasuk tindakan „marah‟, hal ini dibuktikan pada kata “Sialnya……”, ungkapan itu mencerminkan keadaan pengadu yaitu Bapak Hendro, S marah. commitmuka to user Tindakan marah ini membuat negatif teradu terancam. Pengadu
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menggunakan strategi on record . Tindakan tersebut mengakibatkan orang lain mengetahui kondisi pengadu yang sedang marah. Strategi on record dipilih karena dalam tuturan yang diungkapkan oleh Bapak Hendro, S selaku konsumen yang membeli rumah lebih tinggi daripada pihak CV Cahaya Purnama selaku pengembang bisnis dibidang property. Alasannya karena konsumen itu segalanya yang harus dijaga kepuasannya dalam pemakaian produk yang
ditawarkan. Di samping itu, penggunaan on
record, tanpa upaya menyelamatkan muka teradu, dianggap lebih efisien untuk mengungkapkan rasa kesal. Pengadu beranggapan bahwa melalui cara tersebut teradu akan berupaya memenuhi keinginan pengadu sebab, jika tidak, kepercayaan konsumen terhadap teradu akan berkurang. 26) Konteks Peristiwa : Bapak Imanuel mengkomplain pada kartu Matrik yang memotong pulsa sepihak. Bentuk Tuturan : Ternyata, pada 8 Januari, saya terima beberapa SMS dari 808 lagi yang memberi tahu bahwa I-RING diperpanjang sampai Februari. Saya jengkel sekali, lalu saya ketik UNREG, dikirim ke 888. Tapi datang lagi dua SMS dari 808, menawarkan ganti lagu dengan biaya Rp 7.000 (RPM/Senin/11-01-2010/14a) Pada tuturan yang dituturkan oleh Bapak Imanuel ini termasuk ungkapan rasa „marah‟, hal ini dibuktikan pada tuturannya yang berbunyi, “….. Saya jengkel sekali, ….”. Tindakan marah ini dapat mengancam muka negatif teradu. Karena hal tersebut dapat menganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu. Maksudnya tindakan rasa marah ini commit to useruntuk melakukan sesuatu, yaitu mengungkapkan keingginan pengadu
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pihak Matrik untuk segera menyetop SMS dari 808, karena merugikan pihak konsumen yang pulsanya tiap hari terpotong terus sehingga membuat rasa jengkel konsumen, sehingga tindakan ini menganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu. Pengadu menggunakan strategi on record. Tindakan tersebut mengakibatkan orang lain mengetahui kondisi pengadu yang marah. Strategi on record dipilih karena dalam tuturan yang disampaikan oleh Bapak Imanuel selaku konsumen lebih tinggi daripada pihak Indosat. Alasannya karena produk tanpa konsumen tidak ada gunanya. Di samping itu, penggunaan on record, pengadu tanpa berupaya menyelamatkan muka teradu, strategi on record ini dianggap lebih efisien untuk mengungkapkan rasa jengkel. Pengadu beranggapan bahwa melalui cara tersebut teradu akan berupaya memenuhi keinginan pengadu sebab, jika tidak, kepercayaan konsumen terhadap teradu akan berkurang. Bapak Imanuel menggunakan strategi on record bertujuan untuk mengungkapkan rasa marahnya sehingga para konsumen lain mengetahui aduannya dan membuat Matrik segera merespon untuk menghentikan SMS dari 808. 27) Konteks Tuturan : Sdri. Rizma Nur Rusliana pada 7 Januari 2010 merasakan pengalaman yang kurang menyenangkan terhadap perlakuan sopir dan kernet bus Restu yang tidak ramah. Bentuk Tuturan : “Mbak-mbak, sudah naik dari Segon, turun depan BCA Apollo lagi. Tau gitu tadi gak usah tak ambil.” (RPM/Senin/11-01-2010/16) commit to user
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada tuturan yang diungkapkan oleh Sdri. Rizma Nur Rusliana, sebagai pengadu termasuk tindakan rasa marah, hal ini dibuktikan pada tuturannya “….. Tau gitu tadi gak usah tak ambil…. ”. Ungkapan yang dituturkan oleh Sdri Rizma Nur Ruslina ini merupakan tindakan rasa marah akibat dari kernet yang menginginkan Sdri Rizma Nur Rusliana turun depan BCA Apollo padahal perjalanannya masih jauh. Pengadu menggunakan strategi on record. Tindakan tersebut mengakibatkan orang lain mengetahui kondisi pengadu yang marah. Strategi on record dipilih karena dalam konteks tersebut kekuasaan pengadu selaku penumpang lebih tinggi daripada teradu sebagai sopir atau kernet, karena kernet dan sopir harus memperlakukan penumpangnya dengan baik dan ramah. Di samping itu, penggunaan on record, pengadu tanpa berupaya menyelamatkan muka teradu, strategi on record ini dianggap lebih efisien untuk mengungkapkan rasa jengkel. Tindakan rasa marah yang dituturkan oleh Sdri. Rizma Nur Rusliana diungkapkan secara tegas, lugas, spontan, dan terus terang. Sdri. Rizma Nur Rusliana beranggapan bahwa melalui cara tersebut akan berupaya memenuhi keinginannya sebab, dari tuturannya Sdri. Rizma Nur Rusliana ini kernet dan sopir akan merasa tersingung sehingga dapat meningkatkan pelayanannya lagi, yaitu lebih ramah terhadap penumpangnya. Sdri. Rizma menggunakan strategi on record ini bertujuan untuk mengungkapkan rasa marahnya sehingga para penumpang lain mengetahui aduannya membuat pihak sopir dan kernet dapat meningkatkan pelayanannya. commit to user
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
28) Konteks Peristiwa : Bapak Masukap, sejak 5 Februari 2009 menjadi pasien RSUD dr Soetomo tapi mendapat pelayanan yang kasar dari seorang perawat. Bentuk Tuturan : Beberapa pelayanan memang ada yang membuat saya sewot, tapi masih bisa saya toleransi. Tapi, pada Senin pagi (8/2), saya sangat marah dengan seorang perawat wanita yang kurang hati-hati dan cenderung kasar saat mengganti perban di lengan kanan saya yang terluka. (RPM/Selasa/09-02-2010/35a) Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Masukap merupakan tindakan „marah‟. Hal ini dibuktikan pada tuturnnya yang berbunyi “….. membuat saya sewot, tapi masih bisa saya toleransi …..”. Tindakan marah ini dapat mengancam muka negatif teradu. Karena hal tersebut dapat menganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu. Maksudnya tindakan rasa marah ini mengungkapkan keinginan Bapak Masukap agar pihak RSUD dr Soetomo melakukan sesuatu, yaitu supaya meningkatkan layanannya terutama perlakuan perawatnya yang kasar dan kurang hatihati dalam menanggani pasiennya, sehingga tindakan ini menganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu. Pengadu menggunakan strategi on record. Tindakan tersebut mengakibatkan orang lain mengetahui kondisi pengadu yang marah. Strategi
on record
dipilih karena dalam konteks tersebut kekuasaan
pengadu selaku konsumen lebih tinggi daripada teradu. Di samping itu, penggunaan on record, pengadu tanpa berupaya menyelamatkan muka commit to user teradu, strategi on record ini dianggap lebih efisien untuk mengungkapkan
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
rasa jengkel. Pengadu beranggapan bahwa melalui cara tersebut teradu akan berupaya memenuhi keinginan pengadu sebab, jika tidak, kepercayaan konsumen terhadap teradu akan berkurang. Bapak Masukap menggunakan strategi on record ini bertujuan untuk mengungkapkan rasa marahnya sehingga para konsumen lain mengetahui aduannya dan membuat RSUD meningkatkan pelayanannya terutama perlakuan perawat yang kasar. Data lain yang menunjukkan tindakan „marah‟ adalah data dengan nomor kode
(RPM/Selasa/23-02-2010/54),
(RPM/Selasa/09-03-
2010/62a).
b. Tindakan yang Mengancam Muka Positif Lawan Tutur (Teradu) beserta Strategi Kesopanan yang Dilakukan oleh Pengadu dalam Surat Aduan Berdasarkan analisis data, dalam surat aduan rubrik “Pembaca Menulis” ditemukan 4 jenis tindakan yang mengancam muka positif teradu di antaranya menuduh, mengeluh, mengkritik, dan menghina. Berikut ini akan diuraikan 4 jenis tindakan yang mengancam muka positif teradu beserta strategi pengadu melakukan pengancaman muka. 1. Tindakan ’Ungkapan Menuduh’ dan (Strategi Kesopanan Positif, on record, dan Off Record) Dalam surat aduan rubrik ”Pembaca Menulis” ini terdapat tuturantuturan pengadu yang menyatakan ‟menuduh‟. Menuduh adalah menunjuk dan mengatakan bahwa seseorang berbuat kurang baik, menunjuk dan mengatakan bahwa seseorang melakukan perbuatan yang melanggar commit user menuduh ini adalah tindakan hukum (KBBI, 2007:1215). Jadi totindakan
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengadu yang menunjuk dan mengatakan bahwa teradu berbuat kurang baik, menunjuk dan mengatakan bahwa teradu melakukan perbuatan yang melanggar hukum. Tindakan
menuduh ini dapat mengancam muka positif teradu,
maka pengadu mengungkapkan tuturan-tuturannya mengenai tindakan menuduh kepada teradu dengan menggunakan strategi kesopanan positif tertentu untuk mengurangi ancaman muka positif teradu. Pengadu menggunakan tindak tutur secara on record, yaitu dengan melakukan tindakan secara lugas, tegas dan ringkas tanpa usaha menyelamatkan muka teradu. Selain itu, pengadu itu bisa melakukan dengan cara off record (samar-samar). Menuduh dikategorikan ke dalam tindak tutur ekspresif. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada contoh berikut. 29) Konteks Peristiwa : Bapak Ardiyan Tirta Basuki menuduh tukang parkir menyalahi aturan tarif parkir pada Bab IX pasal 14 ayat Ib adalah Rp 600. tapi petugas seenaknya menarik Rp 1.000. Bentuk Tuturan : . Tapi, dengan seenaknya, petugas parkir mengutip uang bukan berdasar aturan tersebut. Aturan tarif yang tertera sesuai dengan Bab XI pasal 14 ayat 1b adalah Rp 600. …………….. Saya tidak mempermasalahkan jumlah uang tersebut, namun bentuk pungli dan penyelewengan seperti itu meresahkan masyarakat dan pengguna jasa parkir di tempat tersebut (RPM/Jumat/08-01-2010/13) Tuturan yang dikemukakan oleh Bapak Ardiyan Basuki termasuk tindakan ‟menuduh‟, ini dibuktikan pada tuturannya, yaitu: ”..... dengan seenaknya, petugas parkir mengutip uang bukan berdasar aturan commit to user
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tersebut…..”. Tindakan menuduh ini termasuk tindakan yang dapat mengancam muka positif teradu. Karena tindakan pengadu tersebut menyebabkan keinginan teradu agar dihargai atau disenangi orang lain terganggu.
Maksudnya
adalah
tindakan
menuduh
ini
dapat
memperlihatkan bahwa pengadu memberi penilaian negatif terhadap teradu., yaitu Bapak Ardiyan Tirta menuduh tukang parkir mengutip uang seenaknya yang tidak sesuai dengan aturan yang sudah berlaku. Oleh karena itu, untuk menyelamatkan muka positif teradu ini biasanya pengadu berusaha untuk menangkal rasa kurang senang teradu dengan mencari kesepakatan antara pengadu dan teradu. Pada tuturan pengadu yang berusaha menyelamatkan muka positif teradu dengan menggunakan strategi 5, yaitu mencari kesepakatan. Hal ini dapat dibuktikan pada tuturan pengadu yang berbunyi “………. Saya tidak mempermasalahkan jumlah uang tersebut,……..”. Dari tuturan-tuturan yang diungkapkan oleh Bapak Ardiyan Tirta Basuki ini bertujuan untuk menindaklanjuti permasalahan perihal para petugas parkir mengutip, sehingga para penegak hukum untuk menindaklanjuti masalah ini, karena sangat meresahkan masyarakat dan pengguna jasa parkir. 30) Konteks Peristiwa : Bapak Imanuel mengkomplain pada kartu Matrik yang memotong pulsa sepihak. Bentuk Tuturan : Mereka menjarah pulsa secara sepihak tanpa konsumen bisa menolak. Tahu-tahu sudah dibebankan ke tagihan berikutnya. Mungkin Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia perlu menertibkan cara-cara tersebut. commit to user
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(RPM/Senin/11-01-2010/14b) Pada tuturan (30) merupakan tindakan ‟menuduh‟, hal ini dibuktikan pada tuturan yang berbunyi ”.... Mereka menjarah pulsa secara sepihak tanpa konsumen bisa menolak …..”. Tuturan tersebut adalah tindakan yang dapat mengancam muka positif teradu. Hal ini dikarenakan tindakan pengadu tersebut menyebabkan keinginan teradu agar dihargai atau disenangi orang lain terganggu. Maksudnya adalah tindakan tersebut telah memperlihatkan bahwa pengadu memberi penilaian negatif terhadap teradu, yaitu Bapak Imanuel telah menuduh secara langsung mengenai aduannya terhadap perusahaan Telekomunikasi Matrik. yang menjarah pulsa secara sepihak. Pengadu menggunakan strategi on record ini dibuktikan pada kata “mereka menjarah” Tindakan tersebut mengakibatkan orang lain mengetahui kondisi pengadu yang menuduh pihak teradu tanpa berupaya menyelamatkan muka teradu. Karena strategi on record ini diungkapkan oleh teradu secara lugas, terus terang, dan jelas. Penggunaan strategi on record ini, pengadu tanpa berupaya menyelamatkan muka teradu, karena dianggap lebih efisien untuk mengungkapkan bahwa tuduhan tersebut memberi penilaian negatif oleh teradu, akibat perbuatannya yang selalu menjarah pulsa pengadu. Pengadu beranggapan bahwa melalui cara tersebut teradu akan berupaya memenuhi keinginan pengadu sebab, jika tidak, kepercayaan konsumen terhadap teradu akan berkurang. Pengadu menggunakan strategi on record ini bertujuan untuk mengungkapkan penilaian negatifnya commit to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terhadap teradu sehingga para konsumen lain mengetahui hal tersebut secara terang-terangan. Dari tuturan diharapkan teradu segera merespon dan meningkatkan pelayanannya. 31) Konteks Peristiwa : Ibu Ester Lilik Wahyuni mengkomplain bank UOB dikarenakan kartu kredit UOBnya tidak bisa ditutup. Bentuk Tuturan : Kenapa kesannya seperti ada paksaan untuk membayar annual fee yang besar Rp 1.050.000 (annual fee kartu kredit platinum lain hanya Rp. 700.000/th maks) dan tetap harus menggunakan/mempunyai kartu kredit UOB. (RPM/Selasa/12-01-2010/17a)
Pada tuturan yang disampaikan oleh Ibu Ester Lilik Wahyuni merupakan tindakan ‟menuduh‟, ini terbukti pada tuturannya yang berbunyi ” ...... Kenapa kesannya seperti ada paksaan untuk membayar annual fee yang besar Rp 1.050.000 (annual fee kartu kredit platinum lain
hanya
Rp.
700.000/th
maks)
dan
tetap
harus
menggunakan/mempunyai kartu kredit UOB …..”. Tindakan menuduh ini dapat mengancam muka positif teradu. Hal ini dikarenakan tindakan pengadu tersebut menyebabkan keinginan teradu agar dihargai atau disenangi orang lain terganggu. Maksudnya adalah tindakan tersebut telah memperlihatkan bahwa pengadu memberi penilaian negatif terhadap teradu. Kata “kesannya” digunakan untuk mengaburkan tuduhan pengadu terhadap teradu karena tuturan tersebut mengandung makna presuposisi „belum tentu pihak Bank UOB memaksa Ibu Lilik Wahyuni Ester untuk commit user membayar annual fee sebesar Rp. to 1.050.000. Strategi off record digunakan
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengadu dalam mengungkapkan tuduhannya terhadap teradu. Hal ini dibuktikan pada ungkapan dari pengadu, yaitu pada kata “kesannya”. Tepatnya pada strategi 3, yaitu presuposisi. Tujuan dari tuturan-tuturan pengadu ini untuk menyamarkan tuduhannya atau untuk menyelamatkan muka teradu secara langsung akibat dari tuduhan itu.
2. Tindakan ’Mengeluh’ dan Strategi Kesopanan Positif dan On Record) Tindakan yang dapat mengancam muka positif teradu adalah tindak tutur mengeluh. Mengeluh adalah menyatakan susah karena penderitaan, kesakitan, kekecewaan (KBBI, 2007:536). Jadi tindakan mengeluh dalam surat aduan rubrik ”Pembaca Menulis” ini adalah pengadu menyatakan kesusahannya karena penderitaannya, kesakitannya, dan kekecewaannya terhadap teradu. Tindakan mengeluh ini dapat mengancam muka positif teradu. Tindakan pengadu mengadukan masalahnya dalam bentuk surat terbuka secara dominan mengancam muka positif teradu. Maka dari itu tindakan pengadu tersebut menyebabkan keinginan teradu agar dihargai atau disenangi orang lain terganggu. Tindakan mengeluh tersebut dapat mengancam muka positif teradu, maka pengadu mengungkapakan tuturan-tuturannya mengenai tindakan mengeluh kepada teradu dengan menggunakan strategi-strategi tertentu untuk mengurangi ancaman muka positif teradu. Selain itu, pengadu juga menggunakan strategi on record yaitu melakukan tindakan secara lugas, tegas dan ringkas
tanpa
usaha
menyelamatkan commit to user
muka
teradu.
Mengeluh
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dikategorikan ke dalam tindak tutur ekpresif. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada contoh berikut. 32) Konteks Peristiwa : Bapak A. Rizal membeli tiket masuk wahana Indoor Jatim Park pada tanggal 25 Desember 2009 yang mahal tapi wahana tidak bisa digunakan. Bentuk Tuturan : Ternyata, tak satu pun wahana indoor bisa dinikmati, tidak ada pemberitahuan bahwa semua wahana ditutup, sehingga pengunjung di dalam dibiarkan begitu saja. Banyak pengunjung yang merasa kecewa saat itu atas pelayanan Jatim Park. Wajar karena kita telah membayar mahal, tapi tidak mendapat hiburan apa-apa (RPM/Rabu/06-01-2010/06) Tuturan-tuturan yang diungkapkan oleh Bapak A. Rizal adalah ‟keluhan‟. Beliau mengeluhkan bahwa wahana indoor tak satu pun bisa dinikmati, sehingga pengunjung kecewa dan dibiarkan begitu saja oleh pihak Jatim Park. Mengeluh di sini menyatakan suatu kesusahan dan kekecewaan terhadap teradu yaitu Jatim Park. Ungkapan mengeluh ini membuat teradu terancam muka positifnya. Karena tindakan pengadu tersebut menyebabkan keinginan teradu agar dihargai atau disenangi masyarakat luas terganggu. Tuturan mengeluh yang disampaikan oleh pengadu menggunakan strategi on record. Hal ini buktikan pada kalimat: “Ternyata, tak satu pun wahana indoor bisa dinikmati….”. Tindakan tersebut mengakibatkan masyarakat mengetahui kondisi teradu yang dikeluhkan. Strategi on record ini dipilih karena dalam konteks tersebut kekuasaan pengadu selaku commit toteradu. user Hal ini dikarenakan pengadu konsumen lebih tinggi daripada
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebagai pengunjung memiliki kekuasaan atas hak sebagai konsumen yang harus dipenuhi oleh pihak teradu sehingga teradu harus memenuhi kewajibannya atas pelayanan yang baik dan memuaskan sehingga tidak terjadi lagi kekecewaan yang dialami pengunjung di Jatim Park. Disamping itu, penggunaan on record, tanpa upaya menyelamatkan muka teradu, dianggap lebih efisien untuk mengungkapkan bahwa pengadu merasa kesal. Pengadu beranggapan bahwa melalui cara tersebut teradu akan memenuhi keinginan pengadu. Sebab jika tidak kepercayaan konsumen terhadap teradu akan berkurang. 33) Konteks Peristiwa : Bapak Rachmat Agustono dari Bentul Merisi Selatan, Surabaya meminta penjelasan BAF dan ACA atas nasib kendaraan yang hilang pada 4 Desember 2009. Bentuk Tuturan : Selama proses tersebut, saya masih diwajibkan membayar cicilan untuk Januari dan Februari. Secara logika, konsumen kok masih diwajibkan membayar motor yang jelas sudah hilang karena masih menunggu proses. (RPM/Jumat/08-01-2010/12a) Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Rachmat Agustono adalah termasuk tindakan ‟mengeluh‟, hal ini dapat dibuktikan pada tuturan Bapak Rachmat Agustono yang mengeluhkan, “……. konsumen kok masih diwajibkan membayar motor yang jelas sudah hilang ….”. Tindakan mengeluh ini termasuk tindakan yang dapat mengancam muka positif teradu. Karena tindakan pengadu tersebut menyebabkan keinginan teradu agar dihargai atau disenangi oleh masyarakat luas terganggu. commitmengeluh to user Maksudnya adalah tindakan mengenai konsumen yang
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
motornya hilang masih diwajibkan untuk membayar, sehingga tindakan ini memperlihatkan bahwa pengadu memberi penilaian negatif terhadap teradu. Guna menyelamatkan muka teradu, pengadu menggunakan strategi kesopanan positif, khususnya pada strategi 13, yaitu memberikan atau meminta alasan. Ini dibuktikan pada tuturan pengadu yang meminta alasan konsumen kok masih diwajibkan membayar jelas kendaraan hilang. Tujuan pengadu mengungkapkan tindakan penyelamatan muka adalah untuk mengurangi perasaan kurang senang terhadap teradu. Tindakan penyelamatan muka teradu ini diperlukan karena pengadu biasanya berkeinginan untuk menjaga kelangsungan hubungan yang harmonis dengan teradu. 34) Konteks Peristiwa : Hermin merasakan ketidaknyamanan saat melewati Jl. Panglima Sudirman tepatnya trotoar sepanjang arah Jl. Sonokembang sampai depan gedung Intilan Tower Surabaya. Bentuk Tuturan : Alangkah tidaknyamannya pejalan kaki di jalan tersebut. Sebab, masih banyak selokan yang menganga, paving yang hilang, serta jalan yang tidak merata. Kondisi itu sangat berbeda dengan sisi jalan di seberangnya. (RPM/Senin/11-01-2010/15a) Pada tuturan (34) merupakan tindakan yang dapat mengancam muka positif teradu, karena tindakan tersebut merupakan tindakan „mengeluh‟. Tindakan mengeluh ini dapat dibuktikan pada tuturan yang berbunyi “Alangkah tidaknyamannya pejalan kaki di jalan tersebut. commit to menganga, user Sebab, masih banyak selokan yang paving yang hilang, serta
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
jalan yang tidak merata …..”. Pengadu mengeluhkan kondisi jalan yang tidak nyaman dilewati pengguna jalan, hal ini dikarenakan banyak selokan yang menganga, paving yang hilang, serta jalan yang tidak rata. Tindakan mengeluh ini dapat mengancam muka positif teradu. Karena tindakan pengadu tersebut menyebabkan keinginan teradu agar dihargai atau disenangi orang lain terganggu. Maksudnya adalah tindakan Bapak Hermin ini mengeluhkan Jl. Sonokembang rusak parah akibat selokan yang mengangga, paving yang hilang, serta jalan yang tidak merata sehingga tindakan ini memperlihatkan bahwa pengadu memberi penilaian negatif terhadap teradu, yaitu pemerintah yang terkait dengan pembangunan jalan kurang perhatian. Pengadu menggunakan strategi on record
dalam
mengungkapkan
keluhannya.
Tindakan
tersebut
mengakibatkan masyarakat luas mengetahui secara langsung kondisi teradu yang dikeluhkan oleh pengadu. Keluhan itu diungkapkan secara tegas, lugas, terus terang tanpa berupaya menyelamatkan muka teradu. Strategi on record ini dipilih oleh pengadu karena dalam konteks tersebut kekuasaan pengadu selaku masyarakat lebih tinggi daripada teradu yang menjadi pengayom masyarakat. Penggunaan strategi on record ini, pengadu tanpa berupaya menyelamatkan muka teradu, karena dianggap lebih efisien untuk mengungkapkan bahwa keluhannya tersebut memberi penilaian negatif terhadap teradu, akibat dari kurang perhatiannya pemerintah terhadap masyarakat. commit to user
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengadu beranggapan bahwa melalui cara tersebut pemerintah akan berupaya memenuhi keinginan pengadu sebab,
jika tidak,
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah akan berkurang. Pengadu menggunakan strategi on record ini bertujuan untuk mengungkapkan penilaian negatifnya terhadap pemerintah sehingga masyarakat luas mengetahui hal tersebut secara terang-terangan. Dari tuturan diharapkan pemerintah segera merespon dan menanggapi keluhan masyarakat. 35) Konteks Tuturan : Bapak Djadi Pranoto mengkomplain Puri Surya Jaya yang tidak memenuhi janji kontrak yang sudah ditandatangani. Bentuk Tuturan : Kami sangat kecewa terhadap kualitas bangunan dan pelayanan purnajual yang diberikan oleh Puri Surya Jaya. Pelayanan seperti itu kepada customer sangat kami sayangkan, seakan apa yang kami alami tidak berarti apa-apa, bahkan mungkin tidak pernah tersampaikan kepada pimpinan sehingga kami diabaikan begitu saja. (RPM/Kamis/14-01-2010/20a) Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Djadi Pranoto merupakan ungkapan ‟keluhan‟. Hal ini dibuktikan pada tuturannya Bapak Djadi Pranoto yang berbunyi ”Kami sangat kecewa terhadap kualitas bangunan dan pelayanan purnajual yang diberikan oleh Puri Surya Jaya.” Dari tuturan itu diketahui bahwa pengadu merasa kecewa atas kualitas bangunan rumah di Puri Surya Jaya serta pelayanannya yang kurang. Tindakan mengeluh ini dapat mengancam muka positif teradu. to user Karena tindakan pengaducommit tersebut menyebabkan keinginan teradu agar
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dihargai atau disenangi orang lain terganggu. Maksudnya adalah tindakan Bapak Djadi Pranoto ini mengeluhkan pihak Puri Surya Jaya atas kualitas bangunan dan pelayanannya yang tidak penuhi janji sehingga membuat pihak Puri Surya Jaya ini terganggu untuk disenangi dan dihargai oleh pengadu akibat dari tindakan mengeluh ini. Pengadu menggunakan strategi on record dalam mengungkapkan keluhannya. Tindakan tersebut mengakibatkan masyarakat luas mengetahui kondisi pengadu yang mengeluhkan pihak Puri Surya Jaya yang tidak penuhi janji kontrak yang sudah ditandatangani keduabelah pihak. Keluhan itu diungkapkan secara tegas, lugas, terus terang tanpa berupaya menyelamatkan muka teradu. Strategi on record ini dipilih oleh pengadu karena dalam konteks tersebut kekuasaan pengadu selaku konsumen lebih tinggi daripada teradu. Penggunaan strategi on record ini, pengadu tanpa berupaya menyelamatkan muka teradu, karena dianggap lebih efisien untuk mengungkapkan bahwa keluhannya tersebut memberi penilaian negatif terhadap teradu, akibat tidak penuhi janji kontrak yang sudah ditandatangani dan kecewa terhadap kualitas bangunan. Pengadu beranggapan bahwa melalui cara tersebut pihak Puri Surya Jaya akan berupaya memenuhi keinginan pengadu sebab, jika tidak, kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan Puri Surya Jaya akan berkurang. 36) Konteks Peristiwa : James Lim sebagai penumpang Sriwijaya Air merasa dirugikan karena jadwal untuk Surabaya-Semarang (PP) berkali-kali ditunda. commit to user
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bentuk Tuturan : Saya mengalami hal tidak menyenangkan dengan Sriwijaya Air. Saya pesan tiket dengan kode booking HXBNV untuk Sby-Smrg PP. Semula, saya pesan untuk Rabu-Kamis PP (13-14 Januari 2010). Tetapi, sebelum pergi, Selasa (12/1) saya di-SMS Sriwijaya bahwa ada reschedule untuk Kamis (dimajukan). Saya lantas mengatur jadwal agar bisa pulang Jumat. Kemudian, pada Rabu pagi saya ke Bandara Juanda. Tetapi, lagi-lagi Sriwijaya menunda penerbangannya. Semula dijadwal berangkat pukul 09.40, tapi ditunda menjadi pukul 12.00. Oke, saya sabar menunggu. Namun, beberapa jam kemudian, penerbangan ditunda lagi menjadi pukul 14.00. Padahal, saya memiliki janji berobat dengan dokter di Semarang pukul 15.00. Saya merasa dirugikan waktu dan materi mengingat saya juga sudah booking hotel di sana. (RPM/Jumat/15-01-2010/22a) Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak James Lim merupakan ungkapan „keluhan‟. Hal ini dibuktikan pada tuturannya yang berbunyi “Saya mengalami hal tidak menyenangkan dengan Sriwijaya Air.” ………” Saya merasa dirugikan waktu dan materi mengingat saya juga sudah booking hotel di sana.” Tindakan mengeluh ini dapat mengancam muka positif teradu. Karena tindakan pengadu tersebut menyebabkan keinginan teradu agar dihargai atau disenangi orang lain terganggu. Maksudnya adalah tindakan Bapak James Lim ini mengeluhkan bahwa pihak Sriwijaya Air berkali-kali menunda penerbangan sehingga merugikan pengadu karena merasa dirugikan waktu dan materi yang sudah booking hotel sehingga tindakan ini memperlihatkan bahwa pengadu memberi penilaian negatif terhadap teradu, yaitu pihak Sriwijaya Air dianggap merugikan konsumen akibat dari jadwal penerbangan berkalikali ditunda.
commit to user
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengadu menggunakan strategi on record dalam mengungkapkan keluhannya.
Tindakan
tersebut
mengakibatkan
masyarakat
luas
mengetahui kondisi pengadu yang dirugikan oleh pihak teradu. Keluhan itu diungkapkan secara tegas, lugas, terus terang tanpa berupaya menyelamatkan muka teradu. Strategi on record ini dipilih oleh pengadu karena dalam konteks tersebut kekuasaan pengadu selaku konsumen lebih tinggi daripada teradu. Kekuasaan ini dapat diukur dari hak yang dimiliki oleh pengadu sebagai konsumen harus dipenuhi oleh teradu sebagai produsen yang menyediakan jasa penerbangan seperti Sriwijaya Air. Penggunaan
strategi
on
record
ini,
pengadu
tanpa
berupaya
menyelamatkan muka teradu, karena dianggap lebih efisien untuk mengungkapkan bahwa keluhannya tersebut memberi penilaian negatif terhadap teradu, akibat dari penundaan penerbangan sehingga merugikan waktu dan materi pengadu. Pengadu beranggapan bahwa melalui cara tersebut Sriwijaya Air akan berupaya memenuhi keinginan pengadu sebab, jika tidak, kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan penerbangan khususnya Sriwijaya Air akan berkurang. 37) Konteks Peristiwa : Bapak Hedi Pramuktiono mengalami hal-hal yang yang tidak menyenangkan karena tagihan dibebani biaya overlimit. Bentuk Tuturan : Saya mengalami hal-hal sangat tidak menyenangkan karena tagihan dibebani biaya overlimit. Namun, alangkah terkejut saya, pada billing Januari 2010 saya dikenai overlimit fee Rp 50.000 atas tagihan bulan lalu sejumlah Rp 2.971.000, padahal tertulis pemakaian masih di bawah limit. Saya telepon call Mandiri, dijawab overlimit commit to bertransaksi user dikenakan karena kami di hari yang sama.
103 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Oke, saya bayar billing pada tanggal jatuh tempo, yaitu 11 Januari, plus overlimit fee dengan hati gondok. (RPM/Kamis/04-02-2010/33) Pada tuturan yang sampaikan oleh Bapak Hedi Pramuktiono adalah ungkapan ‟mengeluh‟, yaitu mengeluhkan tagihannya telah dibebani biaya overlimit. Tindakan mengeluh ini termasuk tindakan yang dapat mengancam muka positif teradu. Karena tindakan pengadu tersebut menyebabkan keinginan teradu agar dihargai atau disenangi orang lain terganggu. Maksud dari tindakan mengeluh ini memperlihatkan bahwa pengadu memberi penilaian negatif terhadap teradu. Guna menyelamatkan muka teradu, pengadu menggunakan strategi kesopanan positif, khususnya pada strategi 5, yaitu mencari kesepakatan. Ini dibuktikan pada tuturan pengadu yang mencari kesepakatan yaitu dapat dibuktikan pada tuturannya yang berbunyi “Oke, saya bayar billing pada tanggal jatuh tempo, yaitu 11 Januari, plus overlimit fee dengan hati gondok. Tujuan pengadu mengungkapkan tindakan penyelamatan muka adalah untuk mengurangi perasaan kurang senang terhadap teradu. Tindakan penyelamatan muka teradu ini diperlukan karena pengadu biasanya berkeinginan untuk menjaga kelangsungan hubungan yang harmonis dengan teradu.
Data lain yang menunjukkan tindakan „mengeluh‟ dapat dilihat pada nomor kode sebagai berikut. (RPM/Senin/04-01-2010/3a),
(RPM/Kamis/28-01-2010/29a),
commit to user (RPM/Selasa/2-02-2010/30), (RPM/Jumat/19-02-2010/47a),
104 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(RPM/Selasa/23-02-2010/53a),
(RPM/Selasa/02-03-2010/56a),
(RPM/Rabu/03-03-2010/58a),
(RPM/Sabtu/06-03-2010/59),
(RPM/Sabtu/20-02-2010/61a),
(RPM/Sabtu/13-03-2010/66a),
(RPM/Senin/15-03-2010/67b),
(RPM/Rabu/17-03-2010/68b),
(RPM/Kamis/18-03-2010/69).
(RPM/Senin/22-02-2010/52a),
(RPM/Rabu/31-03-2010/79a).
3. Tindakan ’Mengkritik’ dan Strategi On Record Dalam surat aduan rubrik ”Pembaca Menulis” ini terdapat tuturantuturan pengadu yang menyatakan mengkritik. Mengkritik adalah menyatakan kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya atau pendapat, mengemukakan kritik (KBBI, 2007:601). Jadi tindakan mengkritik ini adalah tindakan pengadu menyatakan kecaman atau tanggapan, kadangkadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya atau pendapat, mengemukakan kritik kepada teradu. Tindakan mengkritik ini dapat mengancam muka positif teradu. Karena tindakan pengadu mengadukan masalahnya dalam bentuk surat terbuka secara dominan mengancam muka positif teradu. Hal ini dikarenakan tindakan pengadu tersebut menyebabkan keinginan teradu agar dihargai atau disenangi orang lain terganggu. Maka dari itu tindakan mengkritik tersebut dapat mengancam muka positif teradu, maka pengadu mengungkapkan tuturan-tuturannya mengenai tindakan mengkritik kepada teradu dengan menggunakan strategi-strategi commit to user
105 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tertentu untuk mengurangi ancaman muka positif teradu. Mengkritik dikategorikan ke dalam tindak tutur ekspresif. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada contoh berikut. 38) Kontek Peristiwa : Ibu Nurul Hayati kecewa pada Minggu 14 Februari 2010, membeli obat di Apotek Tengger 3, tapi harga obat di atas harga eceran tertinggi (HET) Bentuk Tuturan : Kalau ini diteruskan mending HET dihapus saja karena konsumen sangat dirugikan. Toh, tidak ada sanksi lagi mereka yang melanggar (kalau saya tidak salah). (RPM/Selasa/16-02-2010/41b) Pada tuturan yang disampaikan oleh Ibu Nurul Hayati merupakan tindakan ‟mengkritik‟. Hal ini dibuktikan pada tuturannya yang berbunyi ”Kalau ini diteruskan mending HET dihapus saja karena konsumen sangat dirugikan. Toh, tidak ada sanksi lagi mereka yang melanggar (kalau saya tidak salah).” Tindakan mengkritik ini menyatakan kecaman terhadap harga obat yang jauh di atas harga HET, yang disertai dengan uraian bahwa konsumen dirugikan dan tidak ada sanksi mereka yang melanggar maka Ibu Nurul Hayati mengkritik supaya HET dihapus saja. Tindakan mengkritik ini dapat mengancam muka positif teradu. Karena tindakan pengadu tersebut menyebabkan keinginan teradu agar dihargai atau disenangi orang lain terganggu. Pengadu menggunakan strategi on record dalam mengungkapkan kritikannya. Tindakan tersebut mengakibatkan masyarakat luas mengetahui kondisi pengadu yang dirugikan oleh pihak teradu. Kritikan ini diungkapkan secara tegas, lugas, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
106 digilib.uns.ac.id
terus terang tanpa berupaya menyelamatkan muka teradu. Strategi on record ini dipilih oleh pengadu karena dalam konteks tersebut kekuasaan pengadu selaku konsumen lebih tinggi daripada teradu. Penggunaan strategi on record ini, pengadu tanpa berupaya menyelamatkan muka teradu, karena dianggap lebih efisien untuk mengungkapkan bahwa kritikannya memberi penilaian negatif terhadap teradu, akibat dari harga obat di atas HET. Akibat dari harga obat di atas harga eceran tertinggi ini membuat konsumen dirugikan. Oleh karena itu pengadu membuat kritikan supaya harga eceran tertinggi dihapus saja karena ini sama saja menipu konsumen dan tidak ada sanksi mereka yang melanggarnya. Pengadu beranggapan bahwa melalui cara tersebut pihak teradu akan berupaya memenuhi keinginan pengadu sebab, jika tidak, kepercayaan konsumen akan berkurang.
4. Tindakan ’Menghina’ dan Strategi Off Record Tindakan yang dapat mengancam muka positif teradu adalah tindak tutur menghina. Menghina adalah merendahkan, memandang rendah (hina) nama baik orang, menyingung perasaan orang seperti memaki-maki atau menistakan (KBBI, 2007:402). Jadi tindakan menghina dalam surat aduan rubrik ”Pembaca Menulis” ini adalah pengadu menyatakan dan memandang rendah (hina) nama baik teradu, sehingga menyingung perasaan teradu seperti memaki-maki. Tindakan menghina ini dapat mengancam muka positif teradu. Hal ini dikarenakan tindakan pengadu tersebut menyebabkan keinginan teradu commit to user
107 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
agar dihargai atau disenangi orang lain terganggu. Dalam tindakan menghina tersebut dapat mengancam muka positif teradu, maka pengadu mengungkapakan tuturan-tuturannya mengenai tindakan menghina kepada teradu dengan menggunakan strategi-strategi tertentu untuk mengurangi ancaman muka positif teradu. Menghina dikategorikan ke dalam tindak tutur ekspresif. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada contoh berikut. 39) Konteks Peristiwa : Rombongan dari Club Vespa Pecinta Alam yang bermaksud melihat dari dekat koleksi tanaman di Kebun Raya Purwodadi. Loketnya dalam keadaan buka, tapi pengujung dilarang masuk. Bentuk Tuturan : Saat kami menanyakan alasannya, di jawab tutup begitu saja. Jadi, saat itu Kebun Raya Purwodadi dalam keadaan “buka, tapi tutup”. Kebun Raya yang semestinya menjadi wahana menambah ilmu pengetahuan menjadi terkesan “angker” sekaligus “tertutup”. (RPM/Selasa/19-01-2010/24) Pada tuturan yang diungkapkan oleh Bapak Puji Wahyono merupakan tindakan ‟menghina‟. Pengadu memandang rendah kalau kebun Raya Purwodadi ini angker. Kata angker ini diungkapkan oleh pengadu untuk menyalurkan rasa kekesalannya terhadap kebun Raya Purwodadi yang seenaknya menolak mentah-mentah rombongan Club Vespa Pencinta Alam yang ingin berkunjung di kebun Raya Purwodadi dengan alasan sudah tutup. Tindakan menghina tersebut dapat mengancam muka positif commit to user pengadu tersebut menyebabkan teradu. Hal ini dikarenakan tindakan
perpustakaan.uns.ac.id
108 digilib.uns.ac.id
keinginan teradu agar dihargai atau disenangi orang lain terganggu. Maksudnya adalah tindakan penghinaan tersebut telah memperlihatkan bahwa pengadu memberi penilaian negatif terhadap teradu yaitu menganggap kebun Raya Purwodadi ini terkesan “angker”. Kata terkesan digunakan pengadu untuk mengaburkan penghinaan terhadap teradu karena tuturan tersebut mengandung makna presuposisi yaitu „belum tentu kebun Raya Purwodadi ini angker karena kebun Raya ini sering kali digunakan wahana menambah ilmu pengetahuan‟. Strategi off record digunakan pengadu dalam mengungkapkan penghinaannya terhadap teradu. Hal ini dibuktikan pada ungkapan dari pengadu, yaitu pada kata “terkesan”. Tepatnya pada strategi 3, yaitu presuposisi. Tujuan dari tuturan-tuturan pengadu ini untuk menyamarkan penghinaan dan untuk menyelamatkan muka teradu secara langsung akibat dari penghinaannya itu.
B. Analisis Pengancaman Muka dan Strategi Kesopanan Teradu dalam Surat Tanggapan beserta dengan Tujuannya Sebuah lembaga, perusahaan, bank, rumah sakit atau individu yang diadukan secara terbuka dalam rubrik ”Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos citra diri atau mukanya akan terancam, baik muka positif maupun muka negatif. Secara umum, muka yang terancam adalah muka positif karena melalui surat tersebut masyarakat umum menjadi tahu bahwa lembaga, perusahaan, bank, rumah sakit atau individu tersebut bermasalah. Dalam konteks tersebut, mereka mempunyai dua pilihan, yaitu tidak menanggapi commit to user atau menanggapi aduan tersebut.
109 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jika cara pertama yang dilakukan, mereka tidak terancam mukanya, tetapi membiarkan masyarakat menyetujui aduan tersebut. Lembaga layanan masyarakat seperti bank, rumah sakit, perusahaan swasta, kondisi seperti itu akan merugikan karena kepercayaan masyarakat atau konsumen terhadap lembaga layanan masyarakat dapat berkurang. Sebaliknya, jika cara kedua yang dilakukan, mereka dapat melakukan klarifikasi untuk membela diri, tetapi ada kemungkinan tanggapan itu akan mengancam muka penutur sendiri yaitu teradu. Berdasarkan pada data yang diperoleh, ada beberapa cara yang ditempuh oleh teradu dalam melakukan tanggapan antara lain sebagai berikut. Cara pertama adalah menindaklanjuti aduan sesuai dengan yang diinginkan oleh pengadu. Struktur wacana surat tanggapan tersebut terdiri atas pengakuan bahwa masalah itu telah diselesaikan, rincian penyelesaian masalah, dan beberapa dilengkapi dengan permohonan maaf. Cara kedua yang ditempuh oleh teradu adalah menanggapi masalah yang diadukan tanpa perincian penyelesaian masalah sehingga pembaca umum tidak memperoleh informasi bagaimana penyelesaian masalah itu. Cara ketiga adalah teradu menyelesaikan masalah terlebih dahulu sebelum mengirim surat tanggapan. Bentuk wacana ini seperti yang terdapat dalam cara pertama, tetapi di dalam cara ini teradu menambahi bahwa penyelesaian telah dilakukan pada tanggal tertentu. Berdasarkan hubungan antara tanggal pemuatan aduan dan tanggal penyelesaian masalah, tampak bahwa penyelesaian masalah dilakukan segera setelah teradu membaca surat aduan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
110 digilib.uns.ac.id
Tiga cara yang digunakan teradu untuk menanggapi surat aduan dari pengadu di atas dapat diperinci dan dianalisis sesuai dengan persoalan tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan yang dilakukan oleh teradu sebagai berikut. a. Tindakan yang Mengancam Muka Negatif Penutur Yaitu Teradu dalam Surat Tanggapan Berdasarkan analisis data, dalam surat tanggapan rubrik “Pembaca Menulis” diperoleh 3 jenis tindakan yang mengancam muka negatif penutur yaitu teradu yang diungkapkan dalam tindak tutur sebagai berikut antara lain meliputi: tindakan ucapan terima kasih, melakukan pembelaan, dan melakukan janji. 1. Tindakan ’Ucapan Terima Kasih’ dan Strategi On Record Jenis tuturan-tuturan yang mengandung tindakan mengancam muka negatif penutur yaitu teradu yang terdapat dalam surat tanggapan rubrik ”Pembaca Menulis” berupa tindakan ‟ucapan terima kasih‟. Terima kasih adalah rasa syukur, mendapat (memperoleh) sesuatu, salah mengaku bahwa sudah bersalah, atau mengucap syukur, melahirkan rasa syukur atau membalas budi setelah menerima kebaikan (KBBI, 2007:1183). Tindakan mengucap rasa terima kasih ini dapat mengancam muka negatif penutur sendiri, yaitu teradu. Maka dari itu tindakan teradu dalam menanggapi surat aduan dari pengadu ini telah menganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu, yaitu mengungkapkan rasa terima kasih terhadap pengadu atas surat aduannya. Mengucapkan rasa terima kasih ini dapat mengancam muka negatif teradu, maka teradu mengungkapkan tuturan-tuturannya mengenai commit to user
111 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
rasa terima kasih kepada pengadu dengan menggunakan strategi-strategi tertentu untuk menjaga kepercayaan pengadu terhadap teradu tetap terjaga. Rasa terima kasih ini dikategorikan ke dalam tindak tutur ekpresif. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada contoh berikut.
40) Konteks Peristiwa : Permohonan maaf pihak Java Paragon yang diwakili oleh Public Relation Manager Java Paragon Hotel & Residences yaitu Ibu Santi Manurung terhadap keluhan yang disampaikan oleh Bapak Adi Prasetyo melalui surat pembaca yang dimuat Jawa Pos pada 4 Januari 2010. Bentuk Tuturan : Atas perhatiannya, kami ucapkan banyak terima kasih”. (RPM/Kamis/07-01-2010/04c)
Pada tuturan yang disampaikan oleh pihak Java Paragon yang diwakili oleh Ibu Santi Manurung yaitu sebagai penutur merupakan tindakan mengucapkan terima kasih. Tindakan ini dilakukan secara on record yang mengakibatkan muka negatif teradu terancam. Hal ini dikarenakan dapat menganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu, yaitu untuk menjaga kesetiaan dan kepercayaan konsumen tetap terjaga. Dalam konteks ini jarak sosial antara pengadu dan teradu yang lebih berkuasa adalah pengadu selaku konsumen lebih tinggi, karena konsumen merupakan raja yang harus dijaga kesetiaannya untuk tetap menggunakan produk-produk yang dikeluarkan pihak Java Paragon Hotel & Residences dalam setiap penginapan. Oleh karena itu penutur yaitu commit to muka user negatifnya, demi untuk menjaga teradu tanpa upaya menyelamatkan
112 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kepercayaan dan kesetiaannya terhadap konsumen bahwa pihak Java Paragon Hotel & Residences merespon keluhan dan mengucapkan rasa terima kasih kepada Bapak Adi Prasetyo atas masukan, kepercayaan, dan kesetiaanya terhadap Java Paragon Hotel & Residences. 41) Konteks Peristiwa : Pengelola SPBU Foxstars yang diwakili oleh Bapak Taufan telah menjawab dan mengucapkan permohonan maaf kepada Bapak M. Irfan atas keluhannya saat sedang mengisi bensin di SPBU Foxstar Bentuk Tuturan : Kami pengelola SPBU Foxstars mengucapkan terima kasih kepada Bapak M. Irfan, Sepanjang, Sidoarjo, atas keluhan yang ditujukan kepada kami. (RPM/Rabu/27-01-2010/26a) Pada tuturan yang disampaikan oleh pengelola SPBU Foxstars yang diwakili oleh Bapak Taufan merupakan tindakan yang mengucap terima kasih kepada pengadu atas keluhannya saat mengisi bensin di SPBU Foxstars. Hal ini terbukti pada tuturannya yang berbunyi “… kami pengelola SPBU Foxstars mengucapkan terima kasih kepada Bapak M. Irfan.” Tindakan mengungkapkan rasa terima kasih ini dilakukan secara on record yang mengakibatkan muka negatif teradu terancam. Hal ini dikarenakan dapat menganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu, yaitu untuk menjaga kepercayaan konsumen tetap terjaga atas kesalahan petugas SPBU Foxstars yang kurang kosentrasi dan teliti saat melayani pelanggan
sehingga
terjadi
kesalahan
dipermalukan. commit to user
yang
membuat
pengadu
113 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam konteks ini jarak sosial antara pengadu dan teradu yang lebih berkuasa adalah pengadu selaku konsumen lebih tinggi, karena konsumen merupakan raja yang harus dijaga supaya tetap setia menjadi pelanggannya. Oleh karena itu penutur yaitu teradu tanpa upaya menyelamatkan muka negatifnya, demi untuk menjaga kepercayaan dan kesetiaannya terhadap konsumen bahwa pihak pengelola SPBU Foxstars telah merespon dan mengucapkan rasa terima kasih kepada Bapak M. Irfan atas keluhannya. 42) Konteks Peristiwa : Tanggapan Samsat Bojonegoro yang disampaikan oleh Bapak H.M. Muchlas Kepala Unit Pelaksana Teknis mengenai keluhan Bapak Mashud yang menginginkan ada cabang Samsat di Kecamatan Padangan. Bentuk Tuturan : Pada kesempatan ini, kami sampaikan terima kasih atas perhatiannya. Kami jelaskan bahwa kami telah membangun Samsat Payment Point Padangan yang berlokasi di halaman Kantor Kecamatan Padangan. Fisik bangunan sudah selesai, tinggal perbaikan-perbaikan kecil yang insya Allah dalam waktu dekat segera beroperasi. (RPM/Rabu/03-02-2010/32) Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak H.M. Muchlas selaku Kepala Unit Pelaksana Teknis merupakan tindakan rasa terima kasih, ini dibuktikan pada tuturannya, yaitu “Pada kesempatan ini, kami sampaikan terima kasih atas perhatiannya”. Teradu ini mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada pengadu atas keluhannya mengenai keinginan ada cabang Samsat di Kecamatan Padangan. commit to user
114 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tindakan mengungkapkan rasa terima kasih ini dilakukan secara on record yang mengakibatkan muka negatif penutur yaitu teradu terancam. Hal ini dikarenakan tindakan teradu dalam menanggapi surat aduan dari pengadu ini telah menganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu, yaitu mengungkapkan rasa terima kasih terhadap pengadu atas surat aduannya. Mengucapkan rasa terima kasih ini bertujuan untuk menjaga kepercayaan pengadu sebagai konsumen terhadap teradu tetap terjaga. Dalam konteks ini jarak sosial antara pengadu dan teradu yang lebih berkuasa adalah pengadu selaku konsumen lebih tinggi, karena konsumen merupakan pelanggan yang harus dijaga kesetiaannya untuk tetap mengunakan layanan Samsat Payment Point yang merupakan salah satu produk unggulan publik Pemerintah Provinsi Jatim dalam memberikan kemudahan bagi pembayaran pajak kendaraan bermotor, pengesahan STNK, dan SWDKLU di Jawa Timur. Oleh karena itu teradu tanpa upaya menyelamatkan muka negatifnya, demi untuk menjaga kepercayaan dan kesetiaannya terhadap konsumennya. 43) Konteks Peristiwa : Penjelasan Bank Mandiri yang disampaikan oleh Bapak Sukoriyanto Saputro sebagai Corporate Secretary PT Bank Mandiri (Pesero) atas keluhan Bapak Hedi Pramuktiono. Bentuk Tuturan : Kami mengucapkan terima kasih atas masukan yang disampaikan oleh Bapak Hedi Pramuktiono di Jawa Pos pada 4 Februari 2010 berjudul Bayar Full, Malah Kena Denda. commit to user (RPM/Kamis/11-02-2010/34a)
115 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada tuturan yang Bapak Sukoriyanto Saputro sebagai Corporate Secretary PT Bank Mandiri (Pesero) merupakan tindakan mengungkapkan rasa terima kasih, ini dibuktikan pada tuturannya, yaitu: “Kami mengucapkan terima kasih atas masukan yang disampaikan oleh Bapak Hedi Pramuktiono di Jawa Pos pada 4 Februari 2010 berjudul Bayar Full, Malah Kena Denda”. Tindakan mengungkapkan rasa terima kasih ini dilakukan secara on record yang mengakibatkan muka negatif penutur yaitu teradu terancam. Hal ini dikarenakan tindakan teradu dalam menanggapi surat aduan dari pengadu ini telah menganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu, yaitu mengungkapkan rasa terima kasih terhadap pengadu atas surat aduannya. Mengucapkan rasa terima kasih ini bertujuan untuk menjaga kepercayaan pengadu sebagai konsumen terhadap teradu tetap terjaga. Dalam konteks ini jarak sosial antara pengadu dan teradu yang lebih berkuasa adalah pengadu selaku konsumen lebih tinggi, karena konsumen merupakan pelanggan yang harus dijaga kesetiaanya untuk tetap menggunakan kartu kredit Mandiri. Oleh karena itu teradu tanpa upaya menyelamatkan muka negatifnya, demi untuk menjaga kepercayaan dan kesetiaannya terhadap konsumennya. 44) Konteks Peristiwa : Penjelasan RSUD dr Soetomo yang diwakilkan oleh Bapak Slamet R. Yuwono selaku Direktur RSUD dr Soetomo. Bentuk Tuturan : Kami mengucapkan terima kasih atas perhatian, kritik, commit toatas userpelayanan RSUD dr Soetomo. dan saran Saudara
116 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Setelah kami telusuri dan mengadakan rapat yang dihadiri semua dokter serta perawat terkait, kami simpulkan bahwa perawat yang bertugas saat itu kurang komunikasi. (RPM/Jumat/12-02-2010/36) Pada tuturan yang disampaikan oleh pihak RSUD dr Soetomo yang diwakilkan oleh Bapak Slamet R. Yuwono selaku Direktur RSUD dr Soetomo yaitu sebagai penutur merupakan tindakan mengucapkan rasa terima kasih. Rasa terima kasih ini ditujukan kepada pengadu yaitu Bapak Masukap yang telah memberikan perhatian, kritik, dan saran atas pelayanan RSUD dr Soetomo. Tindakan rasa terima kasih ini dilakukan oleh teradu dengan menggunakan strategi on record yang mengakibatkan muka negatif teradu terancam. Hal ini dikarenakan dapat menganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu, yaitu untuk menerima atau menolak aduan yang disampaikan oleh Bapak Masukap mengenai aduannya sehingga untuk menjaga kesetiaan dan kepercayaan konsumen tetap terjaga maka pihak teradu tetap mengucap rasa terima kasih. Dalam konteks ini jarak sosial antara pengadu dan teradu yang lebih berkuasa adalah pengadu selaku konsumen lebih tinggi, karena konsumen merupakan raja yang harus dijaga kesetiaannya untuk tetap mempercayai RSUD dr Soetomo sebagai rumah sakit yang telah memberikan pelayanan yang baik bagi para pasiennya. Oleh karena itu teradu tanpa upaya menyelamatkan muka negatifnya, demi untuk menjaga kepercayaan dan kesetiaannya terhadap pasiennya bahwa pihak RSUD dr Soetomo merespon keluhan dan mengucapkan rasa terima kasih kepada Bapak Masukap atas perhatian, commit to user
117 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kritik, dan sarannya Bapak Masukap atas pelayanan RSUD dr Soetomo. Setelah pihak RSUD dr Soetomo menelusuri dan mengadakan rapat yang dihadiri semua dokter serta perawat terkait, menyimpulkan bahwa perawat yang bertugas saat itu kurang komunikasi.
Data lain yang menunjukkan tindakan yang mengungkapkan rasa „terima kasih‟ adalah nomor kode sebagai berikut: (RPM/Senin/15-02-2010/38a),
(RPM/Senin/15-02-2010/38b),
(RPM/Kamis/18-02-2010/40a),
(RPM/Selasa/02-03-2010/42),
(RPM/Jumat/05-03-2010/44a),
(RPM/Selasa/23-02-2010/46),
(RPM/Kamis/4-03-2010/48b),
(RPM/Kamis/18-03-2010/65c),
(RPM/Jumat/26-03-2010/72a),
(RPM/Selasa/27-03-2010/76c).
2. Tindakan ’Pembelaan’ dan (Strategi Off Record, On Record) Jenis tuturan-tuturan yang mengandung tindakan mengancam muka negatif penutur yaitu teradu yang terdapat dalam surat tanggapan rubrik ”Pembaca Menulis” berupa tindakan ‟pembelaan‟. Pembelaan adalah proses, cara, perbuatan merawat atau menjaga baik-baik, melindungi dan mempertahankan (KBBI, 2007:123). Tindakan melakukan pembelaan ini dapat mengancam muka negatif penutur sendiri, yaitu teradu. Hal ini dikarenakan tindakan teradu dalam menanggapi surat aduan dari pengadu ini telah menganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu, yaitu melakukan pembelaan atas berbagai pengaduan yang dilakukan oleh pengadu untuk menyelamatkan citra diri teradu. Melakukan commit to user
118 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelaan ini dapat mengancam muka negatif teradu, maka teradu mengungkapkan tuturan-tuturannya mengenai pembelaan atas aduan kepada pengadu dengan menggunakan strategi-strategi tertentu untuk menjaga kepercayaan pengadu terhadap teradu sehingga tetap terjaga. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada contoh berikut. 45) Konteks Peristiwa : Permohonan maaf pihak Java Paragon yang diwakili oleh Public Relation Manager Java Paragon Hotel & Residences yaitu Ibu Santi Manurung terhadap keluhan yang disampaikan oleh Bapak Adi Prasetyo melalui surat pembaca yang dimuat Jawa Pos pada 4 Januari 2010. Bentuk Tuturan : Kami sudah menghubungi beliau serta menyelesaikan permasalahan tersebut. (RPM/Kamis/07-01-2010/04b) Pada tuturan yang disampaikan teradu yaitu pihak Public Relation Manager Java Paragon Hotel & Residences yang diwakili oleh Ibu Santi Manurung dalam menanggapi keluhan Bapak Adi Prasetyo merupakan tindakan pembelaan. Dalam surat tanggapan ini teradu melakukan pembelaan diri. Tindakan ini dapat mengancam muka negatif penutur yaitu teradu sekaligus mengancam muka positif pengadu yang telah mengeluhkan dan memberi saran terhadap layanan Apartemen Java Paragon. Dalam
menanggapi
masalah
yang
diadukan
ini
teradu
menggunakan strategi off record tepatnya pada strategi 12, yaitu be vague (menggunakan ungkapan yang samar-samar). Pada tuturan yang user yang berbunyi “kami sudah disampaikan oleh pihakcommit teraduto yaitu
119 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menghubungi beliau serta menyelesaikan permasalahan tersebut” merupakan surat tanggapan yang tidak diperinci penyelesaian masalah sehingga pembaca umum tidak memperoleh informasi bagaimana penyelesaian tersebut. Pembelaan tersebut dilakukan teradu untuk menjaga nama baik perusahaan dan menjaga hubungan baik dengan konsumen. 46) Konteks Peristiwa : Bapak Arif Yulianto sebagai Kepala Divisi Kualitas Pelayanan PT Bank UOB menjelaskan dan menanggapi pengaduan yang dilakukan Ibu Ester Lilik Wahyuni tentang kartu kredit UOB tidak bisa ditutup. Bentuk Tuturan : Kami juga telah menghubungi Ibu Ester untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. UOB Buana berkomitmen memberikan layanan berkualitas dan sangat menghargai masukan yang diberikan. Nasabah UOB Buana biasa menghubungi kantor cabang UOB Buana terdekat atau menghubungi call center kami di nomor 14008 untuk mendapat layanan. (RPM/Rabu/27-01-2010/18b) Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Arif Yulianto sebagai Kepala Divisi Kualitas Pelayanan PT Bank UOB merupakan tindakan pembelaan. Hal ini dibuktikan pada tuturannya yang berbunyi “kami juga telah menghubungi Ibu Ester untuk menyelesaikan permasalahan tersebut”. Tindakan pembelaan ini dilakukan oleh penutur dengan menggunakan strategi off record tepatnya pada strategi 12, yaitu be vague (menggunakan ungkapan yang samar-samar). Surat tanggapan ini tidak diperinci
penyelesaian
masalah
sehingga
pembaca
umum
tidak
memperoleh informasi bagaimana penyelesaian tersebut. Pembelaan user tersebut dilakukan teraducommit untuktomenjaga nama baik perusahaan dan
120 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menjaga hubungan baik dengan konsumen sehingga dilakukan dengan strategi off record. Dalam tindakan pembelaan tersebut dapat mengancam muka negatif penutur yaitu teradu sekaligus mengancam muka positif pengadu. Hal ini dikarenakan dapat menganggu kebebasan penutur yaitu teradu untuk melakukan sesuatu. Maksud dari kebebasan melakukan sesuatu di sini adalah kebebasan teradu untuk membela diri supaya nama perusahaan terjaga dari tindakan pengaduan yang dilakukan oleh Ibu Ester Lilik Wahyuni mengenai kartu kredit UOB tidak bisa ditutup. 47) Konteks Peristiwa : Bapak Petrush sebagai kepala bagian purnajual Puri Surya Jaya telah menanggapi dan menjelaskan kepada Bapak Djadi Pranoto mengenai surat perjanjian jual beli rumah di Puri Surya Jaya. Bentuk Tuturan : Mengenai keberatan tertulis yang diajukan, tidak benar bahwa keberatan itu tidak mendapat tanggapan. Beberapa hari setelah keberatan tertulis disampaikan, kami mengundang Bapak Djadi untuk memeriksa bersama komplain di lokasi rumah yang dimaksud. Kami juga telah menghubungi Bapak Djadi untuk penyelesaian komplain yang bersangkutan dan telah di terima dengan baik. (RPM/Sabtu/16-01-2010/21b) Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Petrush sebagai kepala bagian purnajual Puri Surya Jaya merupakan tindakan pembelaan diri terhadap Bapak Djadi Pranoto sebagai pengadu yang mempermasalahkan mengenai surat perjanjian jual beli rumah di Puri Surya Jaya dan keberatan tertulis yang diajukan tidak ditanggapi. Tuturan yang membuktikan bahwa commit to user
121 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
teradu mengungkapkan pembelaannya adalah “mengenai keberatan tertulis yang diajukan, tidak benar bahwa keberatan itu tidak mendapat tanggapan.” Tindakan pembelaan ini dilakukan penutur secara off record. Hal ini bertujuan untuk menjaga nama baik perusahaan Purnajual Puri Surya Jaya mengenai pengaduan konsumennya. Selain itu terdapat tuturan pembelaan diri yang diungkapkan secara off record. Hal ini dibuktikan pada tuturannya yang berbunyi ”kami juga telah menghubungi Bapak Djadi untuk penyelesaian komplain yang bersangkutan dan telah di terima dengan baik.” Tindakan pembelaan ini dilakukan oleh penutur dengan menggunakan strategi off record tepatnya pada strategi 12, yaitu be vague (menggunakan ungkapan yang samarsamar, yaitu telah diterima dengan baik). Surat tanggapan ini tidak diperinci
penyelesaian
masalah
sehingga
pembaca
umum
tidak
memperoleh informasi bagaimana penyelesaian tersebut. Pembelaan tersebut dilakukan teradu untuk menjaga nama baik perusahaan dan menjaga hubungan baik dengan konsumen sehingga dilakukan dengan strategi off record. Dalam tindakan pembelaan tersebut dapat mengancam muka negatif penutur yaitu teradu sekaligus mengancam muka positif pengadu. Hal ini dikarenakan dapat menganggu kebebasan penutur yaitu teradu untuk melakukan sesuatu. Maksud dari kebebasan melakukan sesuatu di sini adalah kebebasan teradu untuk membela diri supaya nama perusahaan terjaga dari tindakan pengaduan yang dilakukan oleh Bapak Djadi Pranoto. commit to user
122 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
48) Konteks Peristiwa : Pihak Sriwijaya Air menjelaskan dan menanggapi keluhan Bapak James Lim yang diwakili oleh Bapak Ery Soehaeri sebagai Distric Manager Sriwijaya Air. Bentuk Tuturan : Izinkan kami menyampaikan penjelasan atas tulisan Bapak di harian Jawa Pos, 15 januari 2010. Pada 14 Januari 2010, kami melaksanakan perubahan jadwal terbang karena faktor cuaca di Bandara Udara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar, yang menghentikan sementara seluruh kegiatan penerbangan sampai pukul 11.30 Wita. (RPM/Jumat/23-01-2010/23b) Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Ery Soehaeri sebagai Distric Manager Sriwijaya Air merupakan tindakan pembelaan diri terhadap Bapak James Lim sebagai pengadu yang mengadukan persoalan penundaan penerbangan pesawat Sriwijaya Air sehingga pengadu ini merasa dirugikan waktu dan materi. Tuturan yang membuktikan bahwa teradu
mengungkapkan
pembelaannya
adalah
“Izinkan
kami
menyampaikan penjelasan atas tulisan Bapak di harian Jawa Pos, 15 januari 2010.” Tindakan pembelaan ini dilakukan penutur secara on record. Tindakan ini dilakukan secara on record yang mengakibatkan muka negatif teradu terancam. Hal ini dikarenakan dapat menganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu, yaitu untuk menjaga nama baik perusahaan sehingga pihak Sriwijaya Air melakukan pembelaan secara on record maka akan diperoleh kepercayaannya mengenai kejujurannya perihal faktor cuaca di Bandara Udara Internasional Sultan Hasanuddin, to userditunda. Dalam konteks ini jarak Makassar maka kegiatan commit penerbangan
123 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sosial antara pengadu dan teradu yang lebih berkuasa adalah pengadu selaku konsumen lebih tinggi, karena konsumen harus dijaga kesetiaannya untuk tetap menggunakan jasa penerbangan Sriwijaya Air. Oleh karena itu teradu tanpa upaya menyelamatkan muka negatifnya, demi untuk menjaga kepercayaan dan kesetiaannya terhadap penumpang Sriwijaya Air sehingga merespon pengaduan dan menjelaskan sebab akibat dari penundaan penerbangan sekaligus melakukan pembelaan. 49) Konteks Peristiwa : Penjelasan Bank Central Asia sehubungan dengan keluhan Ibu Titik Endayani yang diwakili oleh Senior Manager PT Bank Central Asia yaitu Ibu Dwi Narini. Bentuk Tuturan : Dapat kami informasikan bahwa petugas BCA telah menjelaskan permasalahan yang disampaikan oleh Ibu Titik pada 16 Februari 2010 dan permasalahan telah diselesaikan dengan baik. (RPM/Jumat/05-03-2010/44b) Pada tuturan yang disampaikan teradu yaitu pihak Bank Central Asia yang diwakili oleh Senior Manager PT Bank Central Asia yaitu Ibu Dwi Narini mengenai keluhan Ibu Titik Endayani yang tidak punya kartu kredit tapi ada tagihannya. Dalam surat tanggapan ini teradu melakukan pembelaan diri. Tindakan ini dapat mengancam muka negatif penutur yaitu teradu sekaligus mengancam muka positif pengadu yang telah mengeluhkan bahwa ada tagihan rekening kartu kredit sebanyak dua kali padahal pengadu belum pernah menerima, mengaktifkan, dan melakukan transaksi. commit to user
124 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam
menanggapi
masalah
yang
diadukan
ini
teradu
menggunakan strategi off record tepatnya pada strategi 12, yaitu be vague (menggunakan ungkapan yang samar-samar). Pada tuturan yang disampaikan oleh pihak teradu yaitu yang berbunyi “petugas BCA telah menjelaskan permasalahan yang disampaikan oleh Ibu Titik pada 16 Februari 2010 dan permasalahan telah diselesaikan dengan baik”. Tindakan pembelaan ini merupakan surat tanggapan yang tidak diperinci penyelesaian masalah dengan jelas sehingga pembaca umum tidak memperoleh informasi bagaimana penyelesaian tersebut. Pembelaan tersebut dilakukan teradu untuk menjaga nama baik perusahaan dan menjaga hubungan baik dengan konsumen.
Data lain yang menunjukkan tindakan „pembelaan‟ adalah data dengan nomor kode sebagai berikut. (RPM/Kamis/4-03-2010/48a),
(RPM/Kamis/04-03-2010/55a),
(RPM/Sabtu/10-04-2010/60),
(RPM/Kamis/18-03-2010/65b),
(RPM/Kamis/25-03-2010/70a),
(RPM/Selasa/27-03-2010/76b).
3. Tindakan ’Melakukan Janji’ dan (Strategi On Record,, Off Record) Melakukan janji adalah mengerjakan (menjalankan) ucapan yang menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat, persetujuan antara kedua pihak (masing-masing menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu (KBBI, 2007:458). Tindakan melakukan janji ini dapat mengancam muka negatif penutur sendiri, yaitu commit to user teradu. Maka dari itu tindakan teradu dalam menanggapi surat aduan dari
125 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengadu ini telah menganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu, yaitu melakukan janji terhadap pengadu atas surat aduannya. Melakukan janji ini dapat mengancam muka negatif teradu, maka teradu mengungkapkan tuturan-tuturannya mengenai janji-janji kepada pengadu dengan menggunakan strategi-strategi tertentu untuk menjaga kepercayaan pengadu terhadap teradu tetap terjaga. Melakukan janji ini dikategorikan ke dalam tindak tutur komisif. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada contoh berikut. 50) Konteks Peristiwa : Kantor Pos Jombang menjawab keluhan Bapak M. Zakki yang diwakili oleh Humas Kantor Pos yaitu Bapak Zainal Hamid. Bentuk Tuturan : Prinsipnya, Bapak Zakki sangat mendukung sistem pola antrean karena berdampak pada ketertiban. Hanya, beliau menyarankan untuk lebih meningkatkan kecepatan proses per transaksi, sehingga pelanggan tidak harus menunggu terlalu lama. Saran itu merupakan komitmen kami untuk terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan demi kepuasan pelanggan. (RPM/Kamis/18-02-2010/40b) Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Zainal Hamid selaku Humas Kantor Pos merupakan tindakan melakukan janji, yaitu menyatakan kesanggupan dan kesediaan untuk melakukan sesuatu. Kesanggupan dan kesediaan yang akan dilakukan teradu ini adalah kesanggupan untuk meningkatkan kualitas pelayanan demi kepuasan pelanggan. Tindakan teradu ini yang melakukan janji kepada pengadu atas pengaduannya mengenai pelayanan Kantor Pos yang mengecewakan commit to user
126 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sehingga pihak Kantor Pos membuat janji untuk berupaya meningkatkan kualitas pelayanan demi kepuasan pelanggan. Ini dibuktikan pada tuturan teradu yaitu pihak Kantor Pos yang diwakili oleh Bapak Zainal Hamid yang berbunyi “komitmen kami untuk terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan demi kepuasan pelanggan”. Tindakan melakukan janji ini dilakukan secara on record yang mengakibatkan muka negatif penutur yaitu teradu terancam. Hal ini dikarenakan tindakan teradu dalam menanggapi surat aduan dari pengadu ini telah menganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu, yaitu melakukan kesanggupan dan kesediaan meningkatkan pelayanan Kantor Pos bertujuan untuk menjaga kesetiaan dan kepercayaan konsumen tetap terjaga sehingga tetap memilih jasa pengiriman barang lewat Kantor Pos Jombang. Dalam konteks ini jarak sosial antara pengadu dan teradu yang lebih berkuasa adalah pengadu selaku konsumen lebih tinggi, karena konsumen memiliki hak perlindungan konsumen dan suatu produk tanpa konsumen tak ada gunanya, jadi konsumen dianggap lebih tinggi daripada teradu. Oleh karena itu pelanggan harus dijaga kesetiaanya untuk tetap mengunakan layanan Kantor Pos Jombang dalam jasa pengiriman barang sehingga pihak Kantor Pos berupaya meningkatkan kualitas pelayanan demi kepuasan pelanggan. 51) Konteks Peristiwa : Bapak Agus selaku Owner Elite Cell telah menjawab keluhan Bapak Sujarwo mengenai proses garansi servis HP Nexcom yang memerlukan waktu lama. commit to user
127 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bentuk Tuturan : Itu dapat kami jadikan masukan untuk meningkatkan pelayanan kami kepada pelanggan.
lebih
(RPM/Kamis/18-03-2010/65d) Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Agus selaku Owner Elite Cell merupakan tindakan melakukan janji, ini dibuktikan pada tuturannya, yaitu: “kami jadikan masukan untuk lebih meningkatkan pelayanan kami kepada pelanggan.” Tindakan melakukan janji ini mengakibatkan muka negatif penutur yaitu teradu terancam. Hal ini dikarenakan tindakan teradu dalam menanggapi surat aduan dari pengadu ini telah menganggu kebebasan teradu untuk melakukan sesuatu, yaitu melakukan janji untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada pelanggan. Bentuk tuturan yang disampaikan teradu adalah off record, tepatnya pada strategi 12, yaitu be vague (menggunakan kata-kata samar). Dari tuturan teradu tersebut dilakukan secara samar-samar dalam melakukan janjinya yaitu secara tidak langsung teradu mengucapkan kalau saran dan kritik dari pengadu ini dijadikan kesediaan atau kesanggupan teradu untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada pelanggan. Tindakan melakukan janji ini untuk menjawab keluhan pengadu atas surat aduannya yang merasa kecewa terhadap pelayanan servis HP Nexcom. Melakukan janji kepada pengadu ini bertujuan untuk menjaga kepercayaan pengadu sebagai konsumen terhadap teradu tetap terjaga. Jarak sosial antara pengadu dan teradu yang lebih berkuasa adalah pengadu selaku konsumen, karena konsumen merupakan pelanggan yang committetap to user harus dijaga kesetiaannya untuk menggunakan Hp Nexcom.
128 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Tindakan yang Mengancam Muka Positif Penutur Yaitu Teradu dalam Surat Tanggapan Berdasarkan analisis data, dalam surat tanggapan rubrik “Pembaca Menulis” diperoleh 2 jenis tindakan yang mengancam muka positif penutur antara lain terdiri atas tindakan meminta maaf, dan mengakui kesalahan. 1. Tindakan ’Meminta Maaf’ dan Strategi On Record Jenis tuturan-tuturan yang mengandung tindakan mengancam muka positif penutur yaitu teradu yang terdapat dalam surat tanggapan rubrik ”Pembaca Menulis” berupa tindakan ‟meminta maaf‟. Meminta maaf adalah mudah-mudahan, moga-moga diberi maaf atau berkata-kata supaya diberi atau mendapatkan maaf (KBBI, 2007:746). Tindakan meminta maaf ini dapat mengancam muka positif teradu sendiri sebagai penutur. Hal ini dikarenakan tindakan teradu ingin dihargai atau disenangi orang lain terganggu akibat dari tindakan meminta maaf. Dalam tindakan meminta maaf tersebut dapat mengancam muka positif teradu,
maka
teradu
mengungkapkan
tuturan-tuturannya
dengan
menggunakan strategi-strategi tertentu untuk menjaga kepercayaan pengadu terhadap teradu. Meminta maaf dikategorikan ke dalam tindak tutur ekspresif. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada contoh berikut. 52) Konteks Peristiwa : Permohonan maaf pihak Java Paragon yang diwakili oleh Public Relation Manager Java Paragon Hotel & Residences yaitu Ibu Santi Manurung terhadap keluhan yang disampaikan oleh Bapak Adi Prasetyo melalui surat pembaca yang dimuat Jawa Pos pada 4 Januari 2010. commit to user
129 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bentuk Tuturan : “…… kami menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi.” (RPM/Kamis/07-01-2010/04a) Pada tuturan (52) yang diungkapkan oleh pihak Java Paragon merupakan tindakan permohonan maaf kepada pengadu yaitu Bapak Adi Prasetyo. Tindakan permohonan maaf ini dapat mengancam muka positif teradu sendiri. Hal ini dikarenakan tindakan meminta maaf teradu tersebut menyebabkan keinginannya untuk dihargai atau disenangi orang lain terganggu. Tindakan permohonan maaf ini dilakukan oleh teradu dengan on record. Tuturan
dalam
bentuk
on
record
ini
dilakukan
untuk
mengungkapkan tindakan meminta maaf lebih efisien. Karena teradu beranggapan bahwa dengan cara itu dapat berupaya memenuhi keinginan pengadu atas keluhannya. Pada tuturan meminta maaf yaitu “…… kami menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi” . Tindakan permohonan maaf ini dilakukan oleh teradu yang bertujuan untuk menjaga kepercayaan konsumen. 53) Konteks Peristiwa : Bapak Arif Yulianto sebagai Kepala Divisi Kualitas Pelayanan PT Bank UOB menjelaskan dan menanggapi pengaduan yang dilakukan Ibu Ester Lilik Wahyuni tentang kartu kredit UOB tidak bisa ditutup. Bentuk Tuturan : Kami menyampaikan permohonan maaf kepada Ibu Ester atas ketidaknyamanan yang dialami. commit to user
(RPM/Rabu/27-01-2010/18a)
130 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Arif Yulianto sebagai Kepala Divisi Kualitas Pelayanan PT Bank UOB ini merupakan tindakan permohonan maaf terhadap Ibu Ester Lilik Wahyuni sebagai pengadu perihal kartu kredit UOBnya tidak bisa ditutup. Tindakan permohonan maaf ini dapat mengancam muka positif teradu sendiri. Hal ini dikarenakan tindakan meminta maaf teradu tersebut menyebabkan keinginannya untuk dihargai atau disenangi orang lain terganggu. Tindakan permohonan maaf ini dilakukan oleh teradu dengan on record. Tuturan
dalam
bentuk
on
record
ini
dilakukan
untuk
mengungkapkan tindakan meminta maaf lebih efisien. Karena teradu beranggapan bahwa dengan cara itu dapat berupaya memenuhi keinginan pengadu atas pengaduannya mengenai kartu kredit UOBnya tidak bisa ditutup. Hal ini dibuktikan pada tuturan permohonan maaf yang berbunyi ”.... kami menyampaikan permohonan maaf kepada Ibu Ester atas ketidaknyamanan yang dialami”. Permohonan maaf ini dilakukan untuk menjaga kepercayaan dan kenyamanan konsumen. Oleh karena itu pihak teradu secara langsung mengungkapkan permohonan maaf terhadap pengadu. 54) Konteks Peristiwa : Pihak Sriwijaya Air menjelaskan dan menanggapi keluhan Bapak James Lim yang diwakili oleh Bapak Ery Soehaeri sebagai Distric Manager Sriwijaya Air. Bentuk Tuturan : Kami sekaligus menyampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya atas penundaan penerbangan rute commit to user Surabaya-Semarang-Surabaya pada 13-14 Januari 2010.
131 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(RPM/Jumat/23-01-2010/23a) Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Ery Soehaeri selaku Distric Manager Sriwijaya Air ini merupakan tindakan permohonan maaf terhadap Bapak James Lim sebagai pengadu perihal keluhan penundaan penerbangan rute Surabaya-Semarang-Surabaya pada 13-14 Januari 2010. Tindakan permohonan maaf ini dapat mengancam muka positif teradu sendiri. Hal ini dikarenakan tindakan meminta maaf teradu tersebut menyebabkan keinginannya untuk dihargai atau disenangi orang lain terganggu. Tindakan permohonan maaf ini dilakukan oleh penutur dengan on record. Tuturan
dalam
bentuk
on
record
ini
dilakukan
untuk
mengungkapkan tindakan meminta maaf lebih efisien. Karena teradu beranggapan bahwa dengan cara itu dapat berupaya memenuhi keinginan pengadu atas keluhannya mengenai penundaan penerbangan. Hal ini dibuktikan pada tuturan permohonan maaf
yang berbunyi “kami
sekaligus menyampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya atas penundaan penerbangan rute Surabaya-Semarang-Surabaya pada 1314 Januari 2010.” Permohonan maaf ini dilakukan untuk menjaga kepercayaan dan kenyamanan konsumen. Oleh karena itu pihak teradu secara langsung mengungkapkan permohonan maaf terhadap pengadu. 55) Konteks Peristiwa : Pengelola SPBU Foxstars yang diwakili oleh Bapak Taufan elah menjawab dan mengucapkan permohonan maaf kepada Bapak M. Irfan atas keluhannya saat sedang mengisi bensin di SPBU Foxstar commit to user
132 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bentuk Tuturan : Dengan tanggapan ini, kami selaku pengelola SPBU Foxstars mohon maaf yang sebesar-besarnya dan semoga masukan Bapak M. Irfan bisa menjadi cermin bagi kami untuk melayani lebih baik sesuai misi dan visi SPBU kami. (RPM/Rabu/27-01-2010/26c) Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Taufan ini merupakan tindakan permohonan maaf terhadap Bapak M. Irfan sebagai pengadu atas keluhannya mengenai rasa kecewa dan malu saat beli bensin di SPBU Foxstar diteriaki belum bayar oleh petugas SPBU. Tindakan permohonan maaf ini dapat mengancam muka positif teradu sendiri. Hal ini dikarenakan tindakan meminta maaf teradu tersebut menyebabkan keinginannya untuk dihargai atau disenangi orang lain terganggu. Tindakan permohonan maaf ini dilakukan oleh teradu dengan on record. Tuturan
dalam
bentuk
on
record
ini
dilakukan
untuk
mengungkapkan tindakan meminta maaf lebih efisien. Karena teradu beranggapan bahwa dengan cara itu dapat berupaya memenuhi keinginan pengadu atas keluhannya mengenai beli bensin di SPBU Foxstar diteriaki belum bayar. Teradu melakukan tindakan permohonan maaf guna menjaga kepercayaan terhadap konsumennya. Hal ini dibuktikan pada tuturan permohonan maaf yang berbunyi ”dengan tanggapan ini, kami selaku pengelola SPBU Foxstars mohon maaf yang sebesar-besarnya”. Permohonan maaf ini dilakukan untuk menjaga kepercayaan dan kenyamanan konsumen. Oleh karena itu pihak teradu secara langsung mengungkapkan permohonan maaf terhadap pengadu. commit to user
133 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
56) Konteks Tuturan : Kantor Pos Jombang menjawab keluhan Bapak M. Zakki yang diwakili oleh Humas Kantor Pos yaitu Bapak Zainal Hamid. Bentuk Tuturan : Kami atas nama manajemen PT Pos Indonesia (Persero), kantor Pos Jombang mohon maaf atas ketidaknyamanan (RPM/Kamis/18-02-2010/40c) Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Zainal Hamid selaku Humas Kantor Pos ini merupakan tindakan permohonan maaf terhadap Bapak M. Zakki sebagai pengadu yang mengeluhkan kekecewaannya terhadap layanan Kantor Pos yang tidak bersahabat dan tidak memuaskan sama sekali. Tindakan permohonan maaf ini dapat mengancam muka positif teradu sendiri. Hal ini dikarenakan tindakan meminta maaf teradu tersebut menyebabkan keinginannya untuk dihargai atau disenangi orang lain terganggu. Tindakan permohonan maaf ini dilakukan oleh teradu dengan on record. Tuturan dalam bentuk on record
ini dilakukan untuk
mengungkapkan tindakan meminta maaf lebih efisien. Karena teradu beranggapan bahwa dengan cara itu dapat berupaya memenuhi keinginan pengadu atas keluhannya mengenai pelayanan Kantor Pos Jombang yang sangat mengecewakan sehingga teradu melakukan tindakan permohonan maaf guna menjaga kepercayaan terhadap konsumennya. Hal ini dibuktikan pada tuturan permohonan maaf yang berbunyi ”kami atas nama manajemen PT Pos Indonesia (Persero), kantor Pos Jombang commit to user Permohonan maaf ini dilakukan mohon maaf atas ketidaknyamanan”.
134 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk menjaga kepercayaan dan kenyamanan konsumen. Oleh karena itu pihak teradu secara langsung mengungkapkan permohonan maaf terhadap pengadu.
Data lain yang menunjukkan tindakan „meminta maaf‟ adalah data dengan nomor kode sebagai berikut. (RPM/Jumat/05-03-2010/44c),
(RPM/Kamis/04-03-2010/55b),
(RPM/Kamis/18-03-2010/65a),
(RPM/Kamis/25-03-2010/70b),
(RPM/Jumat/26-03-2010/72b),
2.
(RPM/Selasa/27-03-2010/76a).
Tindakan ‟Mengakui Kesalahan’ dan Strategi On Record Jenis tuturan-tuturan yang mengandung tindakan mengancam muka positif penutur yaitu teradu yang terdapat dalam surat tanggapan rubrik ”Pembaca Menulis” adalah berupa tindakan ‟mengakui kesalahan‟. Mengakui kesalahan adalah mengakui perihal salah, kekeliruan, kealpaan (KBBI, 2007:983). Tindakan mengakui kesalahan ini dapat mengancam muka positif teradu sendiri sebagai penutur. Hal ini dikarenakan tindakan teradu ingin dihargai atau disenangi orang lain terganggu akibat dari tindakan mengakui kesalahannya. Tindakan mengakui kesalahan tersebut dapat mengancam muka positif teradu, maka teradu mengungkapkan tuturantuturannya dengan menggunakan strategi-strategi tertentu untuk menjaga kepercayaan pengadu terhadap teradu. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada contoh berikut. commit to user
135 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
57) Konteks Peristiwa : Bapak Petrush sebagai kepala bagian purnajual Puri Surya Jaya telah menanggapi dan menjelaskan kepada Bapak Djadi Pranoto mengenai surat perjanjian jual beli rumah di Puri Surya Jaya. Bentuk Tuturan : Betul bahwa dalam surat perjanjian pengikatan jual beli tercantum bahwa masa pembangunan rumah adalah 10 bulan. Serah terima rumah baru dapat dilakukan 14 bulan kemudian (bukan 16 bulan seperti yang ditulis Bapak Djadi) karena terkendala banyaknya permintaan perubahan desain dan kerja tambah yang diminta pembeli sendiri. Misalnya, perubahan struktur atap, perubahan tampak depan rumah, perubahan kloset (sampai 3 kali perubahan), dan permintaanpermintaan perubahan lain. Kontraktor tidak bisa melanjutkan pembangunan rumah sebelum mendapatkan persetujuan mengenai perubahan tersebut dari pembeli. (RPM/Sabtu/16-01-2010/21a) Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Petrus ini merupakan tindakan mengakui kesalahan, ini dibuktikan pada tuturannya “betul bahwa dalam surat perjanjian pengikatan jual beli tercantum bahwa masa pembangunan rumah adalah 10 bulan”. Kata „betul‟ ini secara langsung membenarkan tuturan Bapak Djadi Pranoto yang mengeluhkan surat perjanjian pengikatan jual beli tercantum bahwa masa pembangunan rumah adalah 10 bulan tapi dalam kenyataannya pihak Puri Surya Jaya ingkar janji. Tindakan mengakui kesalahan yang dilakukan oleh teradu dapat mengancam muka positif penutur sendiri. Hal ini dikarenakan tindakan mengakui kesalahan penutur yaitu teradu menyebabkan keinginan dirinya untuk dihargai atau disenangi orang lain terganggu. Karena teradu dianggap telah berbuat salah terhadap pengadu. commit to user
136 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tindakan mengakui kesalahan ini dilakukan oleh penutur dengan on record. Tuturan dalam bentuk on record ini dilakukan untuk mengungkapkan tindakan mengakui kesalahan ini lebih mudah untuk menarik perhatian konsumennya. Teradu beranggapan bahwa dengan cara itu dapat berupaya memenuhi keinginan pengadu atas keluhannya mengenai pihak Puri Surya Jaya telah mengingkari kesepakatan yang telah dibuat sehingga teradu mengungkapkan kesalahannya ini berguna untuk menjaga kepercayaan terhadap konsumennya. Oleh karena itu pihak teradu secara langsung mengungkapkan pengakuan bersalahnya terhadap pengadu. 58) Konteks Peristiwa : Pihak Sriwijaya Air menjelaskan dan menanggapi keluhan Bapak James Lim yang diwakili oleh Bapak Ery Soehaeri sebagai Distric Manager Sriwijaya Air. Bentuk Tuturan : Pesawat yang kami gunakan untuk tujuan Semarang adalah pesawat dari Makassar. Kami sangat merasakan kekecewaan dan ketidaknyamanan Bapak atas penundaan tersebut, sehingga merugikan Bapak. Demikian kami sampaikan penjelasan ini. Atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima kasih. (RPM/Jumat/23-01-2010/23c) Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Ery Soehaeri sebagai Distric
Manager
Sriwijaya
Air,
merupakan
tindakan
„mengakui
kesalahan‟, ini dibuktikan pada tuturanya yang berbunyi “kami sangat merasakan kekecewaan dan ketidaknyamanan Bapak atas penundaan tersebut, sehingga merugikan Bapak”. Seolah-olah pihak Sriwijaya Air to user telah mengakui kesalahancommit mengenai penundaan penerbangan sehingga
137 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pihak pengadu merasakan kekecewaan, ketidaknyamanan, dan merugikan Bapak James Lim. Tindakan pengungkapan rasa bersalah ini dapat mengancam muka positif teradu. Hal ini dikarenakan tindakan mengakui kesalahan penutur yaitu teradu menyebabkan keinginan dirinya untuk dihargai atau disenangi orang lain terganggu. Karena teradu dianggap telah berbuat salah terhadap pengadu. Tindakan mengakui kesalahan ini dilakukan oleh teradu dengan on record. Tuturan dalam bentuk on record
ini dilakukan untuk
mengungkapkan tindakan mengakui kesalahan ini lebih efisien. Teradu beranggapan bahwa dengan cara itu dapat berupaya memenuhi keinginan pengadu atas keluhannya mengenai pihak Sriwijaya Air telah melakukan penundaan penerbangan berkali-kali sehingga pihak pengadu merasakan kekecewaan, dan rasa tidak nyaman. Mengakui kesalahan ini berguna untuk menjaga kepercayaan terhadap konsumennya. Oleh karena itu pihak teradu secara langsung mengungkapkan rasa bersalahnya terhadap pengadu. 59) Konteks Tuturan : Pengelola SPBU Foxstars yang diwakili oleh Bapak Taufan telah menjawab dan mengucapkan permohonan maaf kepada Bapak M. Irfan atas keluhannya saat sedang mengisi bensin di SPBU Foxstar Bentuk Tuturan : Setelah kami konfirmasikan pada operator yang bersangkutan, memang benar pada Selasa 19 Januari 2010, operator kami menerima uang Bapak M. Irfan dengan bukti rekaman CCTV di area SPBU. commit to user
(RPM/Rabu/27-01-2010/26b)
perpustakaan.uns.ac.id
138 digilib.uns.ac.id
Pada tuturan yang disampaikan oleh Bapak Taufan selaku pengelola SPBU Foxstar ini merupakan tindakan „mengakui kesalahan‟, ini dibuktikan pada tuturannya yang berbunyi “memang benar pada Selasa 19 Januari 2010, operator kami menerima uang Bapak M. Irfan dengan bukti rekaman CCTV di area SPBU”. Dari pernyataan ini disimpulkan bahwa pihak pengelola SPBU Foxstar telah mengakui kesalahannya yaitu ditegaskan dengan penggunaan kata „memang benar‟. Kata „memang benar‟ ini diungkapkan untuk meluruskan persoalan kalau pihak operator SPBU telah menerima uang dari Bapak M. Irfan dengan bukti rekaman CCTV di area SPBU. Tindakan mengakui kesalahan ini dapat mengancam muka positif teradu. Hal ini dikarenakan tindakan mengakui kesalahan penutur yaitu teradu menyebabkan keinginan dirinya untuk dihargai atau disenangi orang lain terganggu. Karena teradu dianggap telah berbuat salah terhadap pengadu. Tindakan mengakui kesalahan ini dilakukan oleh penutur dengan on record. Tuturan dalam bentuk on record ini dilakukan untuk mengungkapkan tindakan mengakui kesalahan ini lebih mudah. Teradu beranggapan bahwa dengan cara itu dapat berupaya memenuhi keinginan pengadu atas keluhannya mengenai pengelola SPBU Foxstar telah melakukan kesalahan yaitu meneriaki pengadu belum bayar sehingga membuat pengadu malu. Padahal sebelumnya pengadu sudah bayar, hal ini dapat dibuktikan dengan CCTV maka dengan bentuk on record teradu telah mengakui kesalahannya. Mengakui kesalahan ini berguna untuk menjaga kepercayaan terhadap konsumennya sehingga dapat tetap setia commit to user
139 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan SPBU Foxstar. Oleh karena itu pihak teradu secara langsung mengungkapkan rasa bersalahnya terhadap pengadu. 60) Konteks Peristiwa : Merespon keluhan Bapak Budi Santoso mengenai LCD Acer yang bermasalah. Tanggapan itu disampaikan oleh PR Spesialist Acer Group Indonesia yaitu Ibu Astrid Warsito Bentuk Tuturan : Kami sampaikan bahwa Acer akan mengganti LCD jika terdapat lebih dari empat cacat piksel pada layar setelah dibagi menjadi sembilan bagian atau jika terdapat satu cacat piksel pada bagian tengah layar. Semakin tinggi resolusi LCD display, semakin tinggi jumlah minimum cacat piksel yang berlaku. Cacat produksi itu dapat disebabkan oleh proses manufaktur: saat itu sangat dimungkinkan terjadi cacat piksel atau gagal tidak dapat diperbaiki dan dapat terjadi pada siklus hidup/umur dari LCD itu sendiri. (RPM/Senin/22-02-2010/50) Pada tuturan yang disampaikan oleh Ibu Astrid Warsito selaku PR Spesialist Acer Group merupakan tindakan „mengakui kesalahan‟, hal ini dapat dibuktikan pada tuturannya yang berbunyi “kami
sampaikan
bahwa Acer akan mengganti LCD jika terdapat lebih dari empat cacat piksel pada layar setelah dibagi menjadi sembilan bagian atau jika terdapat satu cacat piksel pada bagian tengah layar”. Dari pernyataan dalam surat tanggapan tersebut dijelaskan bahwa pihak Acer secara tidak langsung bertanggung jawab atas kesalahannya yaitu mengganti LCD akibat dari cacat produksi tapi dengan syarat terdapat lebih dari empat cacat piksel pada layar setelah dibagi menjadi sembilan bagian atau jika terdapat satu cacat piksel pada bagian tengah layar. Tindakan mengakui kesalahan ini dapat mengancam muka positif teradu. Hal ini dikarenakan commit to user
140 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tindakan mengakui kesalahan penutur yaitu teradu menyebabkan keinginan dirinya untuk dihargai atau disenangi orang lain terganggu. Karena teradu dianggap telah berbuat salah terhadap pengadu. Bentuk tuturan yang disampaikan teradu adalah off record, tepatnya pada strategi 12, yaitu be vague (menggunakan kata-kata samar). Dari tuturan teradu tersebut dilakukan secara samar-samar dalam mengungkapkan rasa bersalahnya dengan menuturkan kalau teradu akan bertanggung jawab atas kerusakan LCD akibat dari cacat produksi. Tindakan mengakui kesalahan ini untuk menjawab keluhan pengadu atas surat aduannya yang merasa kecewa terhadap LCD yang baru dibelinya cacat produksi. Mengakui kesalahan bertujuan untuk menjaga kepercayaan pengadu sebagai konsumen terhadap teradu tetap terjaga. Jarak sosial antara pengadu dan teradu yang lebih berkuasa adalah pengadu selaku konsumen lebih tinggi, karena konsumen merupakan pelanggan yang harus dijaga kesetiaanya untuk tetap menggunakan produk Acer.
Keseluruhan analisis data wacana tuturan dalam penelitian ini, secara sistematis dapat dilihat dalam penomoran data pada tabel-tabel berikut. Tabel 1 No.
Tindakan yang
Strategi yang Digunakan Pengadu
Nomor
Mengancam Muka
dalam Surat Aduan
Data
Negatif Lawan Tutur
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
1.
141 digilib.uns.ac.id
Memerintah → kata a. Strategi kesopanan negatif khususnya, “mohon”.
(01)
pada strategi 3, yaitu: pessimistic
(07b),
(bersikap pesimistik) sebagai contoh
(15b),
dengan menggunakan kata “mohon”.
(11c),
Tujuannya adalah untuk mengurangi
(12b),
ancaman muka negatif dan dapat
(17b),
menunjukkan bahwa pengadu dapat
(20b),
bersikap sopan dalam berkomunikasi.
(22b), (29b), (37), (45b), (51), (53b), (56b), (57b), (58c), (61b), (63), (67c), (68a).
2.
Meminta → kata a. Strategi kesopanan negatif, khususnya
(02),
“minta, meminta”.
pada strategi 8, yaitu menggunakan
(11a),
tindak tutur yang sudah lazim atau
(27b),
sudah menjadi ketentuan sosial yang commit to user
(49a),
142 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
umum berlaku sebagai contoh dengan kata
“minta”.
menggunakan
Tujuan strategi
(52b),
pengadu
(75),
untuk
(78).
ini
mengurangi ancaman muka negatif teradu dan mengharapkan apa yang diminta dapat disetujui oleh pihak teradu. 3.
Memberi saran → a. Strategi kesopanan negatif, khususnya kata “menyarankan,
pada strategi 8, yaitu: menggunakan
(03),
saran”.
tindak tutur yang mengancam muka
(31).
(FTA) yang sudah lazim atau sudah menjadi ketentuan sosial yang umum berlaku dengan contoh menggunakan kata
“saran”.
Tujuannya
untuk
mengurangi ancaman muka negatif teradu
dan
dapat
meningkatkan
layanannya sesuai saran yang telah diungkapkan oleh pihak pengadu. 4.
Memberi nasihat→ a. Strategi kesopanan negatif khususnya “menganjurkan”.
pada strategi 8, yaitu: menggunakan tindak tutur yang mengancam muka (FTA) yang sudah lazim atau sudah menjadi ketentuan sosial yang umum berlaku dengan contoh menggunakan commit to user
(07a)
143 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kata “menganjurkan”. Tujuan pengadu menggunakan
strategi
ini
untuk
mengurangi ancaman muka negatif teradu dan apa yang sudah dianjurkan oleh
pengadu
dapat
dilaksanakan
dengan baik oleh teradu. 5.
Bertanya → kata “apa,
bagaimana,
kapan, mengapa”.
a. Strategi
kesopanan
negatif,
khususnya pada strategi 2, yaitu
(08),
menggunakan
(27a).
partikel
pertanyaan
tertentu
sebagai
dengan contoh
“bagaimanakah”. Tujuannya adalah untuk mengurangi ancaman muka negatif teradu sehingga apa yang ditanyakan segera mendapat jawaban dari teradu. b. Strategi on record. Tujuannya pengadu menggunakan
strategi
ini
(11b),
tanpa
(28c),
berupaya menyelamatkan muka teradu
(41a),
karena pengadu menganggap dengan
(45a),
cara ini lebih efisien.
(49b), (57b), (58b), (62b),
commit to user
(64),
144 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(66b), (67a), (69a), (71), (73), (74), (77), (79b). 6.
Menuntut → kata “berharap”.
a. Strategi on record. Tujuannya pengadu
(19),
menggunakan strategi on record tanpa
(25),
berupaya menyelamatkan muka teradu
(35b),
karena pengadu menganggap dengan
(43),
cara ini lebih efisien.
(47c), (49b), (69c).
7.
Menagih janji →
a. Strategi kesopanan negatif, khususnya
“sesuai dengan
strategi 3. menggunakan pessimistic
janji”.
(bersikap pesimis), yaitu meragukan janji-janji sebelumnya.
yang
sudah Tujuannya
(05)
dijanjikan untuk
menyelamatkan muka negatif teradu. 8.
Marah → “ini jelas- a. Strategi kesopanan negatif, khususnya jelas merugikan
pada strategi 1, yaitu
menggunakan
saya, sialnya, saya
tindak tutur tak langsung. Tujuannya commit to user
(09),
145 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
jengkel sekali,
adalah untuk mengurangi ancaman
membuat saya
muka negatif teradu sehingga apa yang
sewot”.
dikesalkan mengaburkan kemarahan teradu. b.Strategi on record. Tujuannya pengadu menggunakan
strategi
ini
(10),
tanpa
(14a),
berupaya menyelamatkan muka teradu
(16),
karena pengadu menganggap dengan
(35a),
cara ini lebih efisien.
(54), (62a).
Tabel 2 No.
Tindakan yang
Strategi yang Digunakan Pengadu
Nomor
Mengancam Muka
dalam Surat Aduan
Data
Positif Lawan Tutur 1.
Menuduh →
a. Strategi kesopanan positif, khususnya
”dengan seenaknya,
pada
mereka menjarah,
kesepakatan,
kesannya seperti
ancaman muka positif teradu.
dipaksakan”.
strategi
5,
yaitu
tujuannya
mencari
(13)
mengurangi
b. Strategi on record. Tujuannya tanpa berupaya menyelamatkan muka teradu karena pengadu menganggap dengan cara ini lebih efisien commit to user
(14b)
146 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Strategi off record. tepatnya pada strategi 3, yaitu presuposisi dengan menggunakan
kata
(17b)
”kesannya”
tujuannya untuk mengaburkan tuduhan. 2.
Mengeluh →
a. Strategi on record. Tujuannya pengadu
(06),
”merasa kecewa,
menggunakan
tanpa
(15a),
alangkah
berupaya menyelamatkan muka teradu
(20a),
tidaknyamannya,
karena pengadu menganggap dengan
(22a),
saya mengalami
cara ini lebih efisien.
(29a),
strategi
ini
hal-hal yang tidak
(30),
menyenangkan”.
(47a), (52a), (53a), (56a), (58a), (59), (61a), (66a), (67b), (68b), (69b), (79a). b. Strategi Kesopanan positif, khususnya pada strategi 13, yaitu memberikan atau commit to user
(12a)
147 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
meminta
alasan,
menggunakan
tujuan
strategi
pengadu
ini
untuk
mengurangi ancaman muka positif c. Strategi kesopanan positif, khususnya pada
strategi
kesepakatan,
5,
yaitu
mencari
tujuannya
untuk
(33)
mengurangi ancaman muka positif teradu. 3.
Mengkritik → ”kecaman”.
4.
Menghina → ”angker”.
a. Strategi on record, tujuannya tanpa berupaya menyelamatkan muka teradu.
(41b)
a. Strategi off record, tepatnya pada strategi 3, yaitu presuposisi dengan menggunakan tujuannya
kata untuk
‟terkesan”
(24)
,
mengaburkan
penghinaan terhadap teradu.
Tabel 3 No.
Tindakan yang
Strategi yang Digunakan Teradu dalam
Nomor
Mengancam Muka
Surat Tanggapan
Data
a. Strategi on record. Tujuannya pengadu
(04c),
Negatif Penutur 1.
Ucapan terima kasih → kata
menggunakan
tanpa
(26a),
”terima kasih”.
berupaya menyelamatkan muka teradu
(32),
karena pengadu menganggap dengan commit to user
(34),
strategi
ini
148 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
cara ini lebih efisien.
(36), (38a), (38b), (40a), (42), (44a), (46), (48b), (65c), (72a), (76c).
2.
Melakukan Pembelaan
a. Strategi off record, tepatnya pada →
vague
(18b),
”menghubungi
(menggunakan ungkapan samar-samar),
(21b),
pengadu dan sudah
tujuannya untuk membela diri penutur.
(44b).
menyelesaikan masalah”.
strategi
12,
yaitu
be
(04b),
b. Strategi on record. Tujuannya pengadu menggunakan
strategi
ini
(23b),
tanpa
(48a),
berupaya menyelamatkan muka teradu
(55a),
karena pengadu menganggap dengan
(60),
cara ini lebih efisien.
(65b), (70a), (76b).
3.
Melakukan janji
a. Strategi on record, tujuannya tanpa berupaya menyelamatkan muka teradu. commit to user
(40b)
149 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Strategi off record. tepatnya pada strategi
12,
yaitu
be
vague
(65d)
(menggunakan kata-kata samar).
Tabel 4 No.
Tindakan yang
Strategi yang Digunakan Teradu dalam
Nomor
Mengancam Muka
Surat Tanggapan
Data
a. Strategi on record. Tujuannya pengadu
(04a),
Negatif Penutur 1.
Meminta maaf → ”permohonan maaf,
menggunakan
tanpa
(18a),
mohon maaf”.
berupaya menyelamatkan muka teradu
(23),
karena pengadu menganggap dengan
(26c),
cara ini lebih efisien.
(40c),
strategi
ini
(44c), (55b), (70b), (72b), (76a). 2.
Mengakui
a. Strategi on record, tujuannya tanpa
(21a),
Kesalahan →
berupaya menyelamatkan muka teradu
(23c),
“betul, memang
karena dengan cara ini lebih efisien.
(26b).
benar”.
b. Strategi off record, tepatnya pada strategi
12,
yaitu
be
vague
(menggunakan kata samar-samar). commit to user
(50)
150 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
150 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
Dalam Bab V ini dikemukakan simpulan dan saran. Dalam simpulan merupakan jawaban dari rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya. Berikut merupakan simpulan dari penelitian ini.
A. Simpulan Sehubungan dengan perumusan dan pembahasan masalah yang telah disajikan pada bab sebelumnya, maka diperoleh beberapa simpulan. Berikut ini beberapa yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini. 1. a. Analisis surat aduan dalam rubrik “Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos terdapat 8 jenis tindakan yang mengancam muka negatif lawan tutur, yaitu: (a) tindakan memerintah terdapat 20 data. Pengadu menggunakan strategi kesopanan negatif khususnya pada strategi 3, yaitu: pessimistic (bersikap pesimis) tujuannya adalah untuk mengurangi ancaman muka negatif dan dapat
menunjukkan bahwa pengadu dapat
berkomunikasi;
(b)
tindakan
meminta
bersikap sopan dalam
terdapat
7
data.
Pengadu
menggunakan strategi kesopanan negatif khususnya pada strategi 8, yaitu menggunakan tindak tutur yang sudah lazim atau sudah menjadi ketentuan sosial yang umum berlaku. Tujuan pengadu menggunakan strategi ini untuk mengurangi ancaman muka negatif teradu dan mengharapkan apa yang diminta dapat disetujui oleh pihak teradu; (c) tindakan memberi saran terdapat 2 data. Pengadu menggunakan strategi kesopanan negatif commit to user
151 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
khususnya pada strategi 8, yaitu menggunakan tindak tutur yang sudah lazim atau sudah menjadi ketentuan sosial yang umum. Tujuan pengadu menggunakan strategi ini untuk mengurangi ancaman muka negatif teradu dan.dapat meningkatkan layanannya sesuai saran yang telah diungkapkan oleh pihak pengadu; (d) memberi nasihat terdapat 1 data. Pengadu menggunakan strategi kesopanan negatif khususnya pada strategi 8, yaitu menggunakan tindak tutur yang sudah lazim atau sudah menjadi ketentuan sosial yang umum berlaku. Tujuan pengadu menggunakan strategi ini untuk mengurangi ancaman muka negatif teradu dan apa yang sudah dianjurkan oleh pengadu dapat dilaksanakan dengan baik oleh teradu; (e) tindakan bertanya terdapat 19 data. Dalam data itu, strategi yang digunakan adalah strategi kesopanan negatif terdapat 2 data dan on record terdapat 17 data. Pengadu menggunakan strategi kesopanan negatif khususnya pada strategi 2, yaitu menggunakan pertanyaan dan partikel tertentu. Tujuannya adalah untuk mengurangi ancaman muka negatif teradu sehingga apa yang ditanyakan segera mendapat jawaban dari teradu sedangkan on record tanpa berupaya menyelamatkan muka teradu karena pengadu menganggap dengan cara ini lebih efisien; (f) tindakan menuntut terdapat 7 data. Pengadu menggunakan strategi on record. Tujuannya tanpa berupaya menyelamatkan muka
negatif
teradu
karena
ini
dianggap
lebih
efisien
dalam
mengungkapkan tuntutannya; (g) tindakan menagih janji terdapat 1 data. Pengadu menggunakan strategi kesopanan negatif khususnya strategi 3, menggunakan pessimistic (bersikap pesimis), yaitu meragukan janji-janji yang sudah dijanjikan tapi sampai saat ini belum dilaksanakan oleh teradu; commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
152 digilib.uns.ac.id
(h) tindakan marah terdapat 7 data. Dalam data itu, strategi yang digunakan adalah strategi kesopanan negatif terdapat 1 data dan on record terdapat 6 data. Pengadu menggunakan strategi kesopanan negatif khususnya pada strategi 1, yaitu menggunakan tindak tutur tak langsung Tujuannya adalah untuk mengurangi ancaman muka negatif teradu sehingga apa yang dikesalkan mengaburkan kemarahan teradu sedangkan on record tanpa berupaya menyelamatkan muka teradu karena pengadu menganggap dengan cara ini lebih efisien. b. Analisis surat aduan dalam rubrik “Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos terdapat 4 jenis tindakan yang mengancam muka positif lawan tutur, yaitu: (a) tindakan menuduh terdapat 3 data. Dalam data itu, strategi yang digunakan adalah strategi kesopanan positif terdapat 1 data, on record terdapat 1 data, off record terdapat 1 data. Pengadu menggunakan strategi kesopanan positif khususnya pada strategi 5 yaitu mencari kesepakatan, tujuannya untuk mengurangi ancaman muka positif teradu. Strategi on record tanpa berupaya menyelamatkan muka teradu karena pengadu menganggap dengan cara ini lebih efisien sedangkan strategi off record tepatnya pada strategi 3, yaitu presuposisi tujuannya untuk mengaburkan tuduhan terhadap teradu; (b) tindakan mengeluh terdapat 20 data. Dalam data itu, strategi yang digunakan adalah on record terdapat 18 data dan strategi kesopanan positif terdapat 2 data. Strategi on record tanpa berupaya menyelamatkan muka teradu karena pengadu menganggap dengan cara ini lebih efisien. Pengadu menggunakan strategi kesopanan positif gunanya untuk mengurangi ancaman muka positif teradu khususnya pada strategi 13, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
153 digilib.uns.ac.id
yaitu memberikan atau meminta alasan dan strategi 5, yaitu mencari kesepakatan; c) tindakan mengkritik terdapat 1 data. Pengadu menggunakan strategi on record tanpa berupaya menyelamatkan muka teradu karena dengan cara ini dianggap lebih efisien dalam mengungkapkan kritikan; (d) tindakan menghina terdapat 1 data. Pengadu menggunakan strategi off record tepatnya pada strategi 3, yaitu presuposisi dengan menggunakan kata terkesan tujuannya untuk mengaburkan penghinaan terhadap teradu. 2. a. Analisis surat tanggapan dalam rubrik “Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos terdapat 3 jenis tindakan yang mengancam muka negatif penutur, yaitu (a) ucapan terima kasih terdapat 15 data. Teradu menggunakan strategi on record. Tujuannya tanpa berusaha menyelamatkan muka dirinya sendiri karena dengan cara ini dianggap lebih efisien dalam mengungkapkan rasa terima kasih kepada teradu atas surat aduaanya; (b) tindakan melakukan pembelaan terdapat 11 data. Strategi yang digunakan teradu adalah strategi off record terdapat 4 data dan strategi on record terdapat 7 data. Strategi off record tepatnya pada strategi 12, yaitu be vague (mengaburkan ungkapan samar-samar) tujuannya untuk mengurangi ancaman muka negatif teradu dalam melakukan pembelaan; (c) tindakan melakukan janji terdapat 2 data. Teradu menggunakan strategi off record terdapat 1 data tepatnya pada strategi 12, yaitu be vague (mengaburkan ungkapan samar-samar) tujuannya untuk mengurangi ancaman muka negatif teradu dan strategi on record terdapat 1 data tujuannya tanpa menyelamatkan muka teradu sendiri. b. Analisis surat tanggapan dalam rubrik “Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos terdapat 2 jenis tindakan yang mengancam muka positif penutur, yaitu: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
154 digilib.uns.ac.id
(a) tindakan meminta maaf terdapat 11 data. Teradu menggunakan strategi on record. Tujuannya tanpa berupaya menyelamatkan muka teradu sendiri sehingga tindakan minta maaf ini diharapakan dapat menyelamatkan kepercayaan pengadu terhadap teradu; (b) tindakan mengakui kesalahan terdapat 4 data. Teradu menggunakan strategi on record terdapat 3 data tujuannya tanpa menyelamatkan muka teradu sendiri dan strategi off record terdapat 1 data tepatnya pada strategi 12, yaitu be vague (mengaburkan ungkapan samar-samar) tujuannya untuk mengurangi ancaman muka negatif teradu. Dari penelitian ini dapat ditarik inferensi mengapa strategi on record banyak dijumpai dalam rubrik ”Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos daripada strategi-strategi lain seperti strategi off record, kesopanan negatif, dan kesopanan positif. Hal ini dikarenakan dalam tindakan pengaduan warga Surabaya dan sekitarnya secara umum dalam bertutur cenderung berterus terang (apa adanya tanpa basa-basi) ini dipengaruhi oleh koran harian Jawa Pos terletak di Jawa Timur. Dari temuan-temuan di atas dapat dilihat bahwa hasil-hasil penelitian ini ternyata signifikan, hal ini berarti hipotesis penelitian ini diterima bahwa cara mengungkapkan tindakan pengaduan ini lebih berterus terang tanpa berupaya menyelamatkan muka dan dianggap dengan strategi ini lebih efisien. Perilaku pengaduan ini jika dikaitkan ke perilaku berbahasa, ke tata perilaku, ke kebiasaan, ke struktur sosial, ke kebudayaan, dan ke pandangan hidup terlihat, walaupun tidak terlalu jelas. Hal ini tampaknya menunjukkan bahwa pandangan dunia suatu masyarakat itu secara tidak langsung tercermin pada perilaku berbahasa warganya. commit to user
155 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Saran Penelitian ini berusaha menyajikan tentang tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan dalam rubrik “Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos. Penulis sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki dalam melakukan penelitian ini karena keterbatasan waktu, ruang, dan pengetahuan. Maka dari itu kajian pragmatik belum bisa penulis kaji secara mendalam. Penulis mengharapkan yang akan datang dapat dilakukan penelitian lanjutan yang lebih mendalam dan bervariasi mengenai FTA atau tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan Brown dan Levinson.
commit to user