perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
TINDAK TUTUR MENGELUH DALAM RUBRIK ASPIRASI, KRIIING SOLOPOS, DAN RAKYAT BICARA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh INAS ADILA C0208026
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Perlahan tapi pasti, sederhana tapi nyata. Dia yang mengeluh adalah dia yang tak pernah bisa bersyukur, padahal tanpa ia sadari, karunia Tuhan telah ia nikmati setiap hari. Berhenti bertanya bagaimana cara mendapatkan apa yang kamu inginkan, karena jawaban yang kamu temukan hanyalah berusaha. Gunakan syukurmu, dan buang keluhmu, karena cobaan adalah proses pemuliaan. Tuhan tidak pernah terlambat, Dia juga tidak tergesa-gesa, Dia selalu tepat waktu.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya tulis ini penulis persembahkan kepada:
Kedua orang tuaku, Ayah Abdul Kadir dan Ibu Saidah yang senantiasa memotivasi dan mendoakanku.
Kedua adikku, Lalla Malika dan Nu’man Adabi.
Almamater UNS.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Tindak Tutur Mengeluh dalam Rubrik Aspirasi, Kriiing Solopos, dan Rakyat Bicara. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra di Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis sangat berterima kasih atas segala bantuan, dukungan, dan dorongan yang telah diberikan oleh semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung demi tersusunnya skripsi ini. Untuk itu, dengan ketulusan hati penulis menyampaikan terimakasih kepada: 1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag. Selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang telah memberi izin dalam penulisan skripsi ini. 3. Dra. Chattri Sigit Widyastuti, M.Hum. selaku pembimbing akademis selama masa kuliah. 4. Miftah Nugroho, S.S, M.Hum. selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang penuh kesabaran, keuletan, dan motivasi dalam memberikan bimbingan dan petunjuk pada penulis dalam mengerjakan skripsi ini. 5. Drs. Hanifullah Syukri, M.Hum. selaku dosen penelaah skripsi penulis yang telah bersedia memberi pengarahan dalam penulisan skripsi ini. commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
6.
digilib.uns.ac.id
Bapak dan Ibu dosen serta seluruh staf pengajar Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret atas semua ilmu dan fasilitas yang telah penulis terima.
7.
Staf UPT Perpustakaan Universitas Sebelas Maret dan staf Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang telah membantu dan memberikan kemudahan pada penulis dalam mendapatkan buku-buku referensi untuk penyusunan skripsi ini.
8.
Ayah dan Ibu yang sangat penulis sayangi, terimakasih atas doa tulus, dukungan sepenuh hati, dan motivasi yang luar biasa selama ini.
9.
Adik-adik tercinta, Lalla dan Nono terimakasih atas bantuannya dalam menyelesaikan skripsi terutama klasifikasi data dan lampiran.
10. Ali Marwa Alfarizi yang selalu memberikan dukungan dan semangat tiada henti untuk menyelesaikan skripsi. 11. Teman-teman SMA (Wima, Halimah, Naomi, Fatma) yang selalu meluangkan waktu dan memberikan keceriaan selama pertemanan kita. 12. Teman-teman dekat penulis (Siti, Hana, Angga, Kusnul, Riana) terimakasih atas kebersamaan selama kuliah. Semoga pertemanan ini akan tetap terjalin selamanya. 13. Semua teman Sastra Indonesia angkatan 2008. Pengalaman, pelajaran, dan keceriaan kita adalah cerita indah dalam perjalanan hidupku. 14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan segala bantuan dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Semoga segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun untuk perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Terima kasih.
Surakarta,
Juli 2012
Penulis,
Inas Adila
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................
i
LEMBAR PERSETUJUAN .....................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................
iii
LEMBAR PERNYATAAN .....................................................................
iv
MOTTO ....................................................................................................
v
PERSEMBAHAN .....................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ..............................................................................
vii
DAFTAR ISI ............................................................................................
x
DAFTAR SINGKATAN .........................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
xiv
ABSTRAK ...............................................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................
1
B. Pembatasan Masalah ...............................................................
6
C. Rumusan Masalah ...................................................................
7
D. Tujuan Penelitian ....................................................................
7
E. Manfaat Penelitian .................................................................
7
F. Sistematika Penulisan ............................................................
8
BAB II STUDI TERDAHULU DAN LANDASAN TEORI ...............
10
A. Studi Terdahulu .....................................................................
10
B. Landasan Teori ......................................................................
13
commit to user 1. Pragmatik .......................................................................
13
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Aspek-Aspek Situasi Tutur .............................................
15
3. Tindak Tutur ...................................................................
17
4. Tindak Tutur Langsung dan Tidak Langsung ................
19
5. Tindak Tutur Literal dan Tidak Literal ...........................
20
6. Tindak Tutur Mengeluh ...................................................
21
7. Rubrik ..............................................................................
24
C. Kerangka Pikir ........................................................................
26
BAB III METODE PENELITIAN .........................................................
27
A. Jenis Penelitian .......................................................................
27
B. Sumber Data dan Data ...........................................................
27
C. Metode Pengumpulan Data ....................................................
28
D. Klasifikasi Data ......................................................................
29
E. Metode Analisis Data .............................................................
30
F. Metode Penyajian Data ...........................................................
31
BAB IV ANALISIS DATA ....................................................................
33
A. Strategi Tindak Tutur Mengeluh ............................................
33
1. Petunjuk (Hints) ..............................................................
33
2. Ekspresi kekesalan (Annoyance)......................................
36
3. Konsekuensi yang menyakitkan (Ill Consequences) ......
40
4. Tuduhan tidak langsung (Indirect) ..................................
42
5. Tuduhan langsung (Direct) ..............................................
45
6. Menyalahkan yang disamarkan (Modified blame) ..........
48
7. Menyalahkan secara eksplisit (sikap) (Explicit blame commit to user (behaviour))......................................................................
51
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Menyalahkan secara eksplisit (orang) (Explicit blame (Person))...........................................................................
54
B. Perspektif Tindak Tutur Mengeluh .........................................
57
1. Perspektif penutur saya (I) ...............................................
57
2. Perspektif penutur kita (We) ............................................
59
3. Perspektif mitra tutur kamu (You) ...................................
62
4. Perspektif mitra tutur keadaan (It) ...................................
65
BAB V PENUTUP ..................................................................................
72
A. Simpulan..................................................................................
72
B. Saran........................................................................................
73
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
74
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR SINGKATAN
RA
: Rubrik Aspirasi
RKS
: Rubrik Kriiing Solopos
RRB : Rubrik Rakyat Bicara
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 Tabel Strategi Tindak Tutur Mengeluh.........................
68
Lampiran 2 Tabel Perspektif Tindak Tutur Mengeluh.....................
70
Lampiran 3 Data Penelitian..............................................................
76
commit to user
xiv
Tindak Tutur Mengeluh dalam Rubrik Aspirasi, Kriiing Solopos, dan Rakyat Bicara Inas Adila¹ Miftah Nugroho, S.S., M.Hum.² ABSTRAK 2012. Permasalahan dalam penelitian ini, yaitu (1) Bagaimana strategi tindak tutur mengeluh dalam RA, RKS, dan RRB? (2) Bagaimana perspektif tindak tutur mengeluh dalam RA, RKS, dan RRB? Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan strategi tindak tutur mengeluh dalam RA, RKS, dan RRB. (2) Mendeskripsikan perspektif tindak tutur mengeluh dalam RA, RKS, dan RRB. Metode penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini adalah Rubrik Aspirasi, Kriiing Solopos, dan Rakyat Bicara. Data dalam penelitian ini adalah tuturan dalam rubrik yang mengandung tindak tutur mengeluh dalam rubrik suara pembaca yang ada di tiga surat kabar, yaitu Radar Solo, Solopos dan Joglosemar pada bulan Januari 2012. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pustaka, dan teknik simak dan catat. Teknik analisis yang digunakan adalah kontekstual dan means-end. Penelitian ini menyimpulkan 2 hal: Pertama, dalam rubrik Kriiing Solopos, Aspirasi, dan Rakyat Bicara ditemukan 8 strategi tindak tutur mengeluh, yaitu: strategi petunjuk (hints), ekspresi kekesalan (annoyance), konsekuensi yang menyakitkan (ill consequences), tuduhan tidak langsung (indirect), tuduhan langsung (direct), menyalahkan yang disamarkan (modified blame), menyalahkan secara eksplisit (sikap) (explicit blame (behaviour)), dan menyalahkan secara eksplisit (orang) (explicit blame (person)).
¹Mahasiswa, Jurusan Sastra Indonesia dengan NIM C0208026 ²Dosen Pembimbing
Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa strategi tindak tutur mengeluh yang paling banyak digunakan oleh pengeluh untuk mengungkapkan ketidakpuasan adalah strategi ‘tuduhan langsung (direct)’ dan strategi ‘menyalahkan secara eksplisit (sikap) (explicit blame (behaviour)). Kedua, dalam rubrik Kriiing Solopos, Aspirasi, dan Rakyat Bicara ditemukan 4 perspektif tindak tutur mengeluh, yaitu (a) perspektif penutur saya “i”, (b) perspektif penutur kami/kita “we”, (c) perspektif mitra tutur kamu “you”, (d) perspektif mitra tutur keadaan “it”. Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa perspektif tindak tutur mengeluh yang paling banyak digunakan oleh pengeluh adalah perspektif mitra tutur ‘kamu (you)’.
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bahasa dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peran sebagai alat komunikasi. Hal ini tidak terlepas dari keharusan manusia untuk berinteraksi dengan orang lain. Dalam berinteraksi tersebut seseorang mengutarakan pendapat dan pandangannya dalam suatu bahasa yang saling dimengerti. Itulah sebabnya tidak mengherankan apabila sekarang ini bahasa mendapat perhatian luas dari berbagai kalangan, tidak saja dari para ahli bahasa tetapi juga ahli-ahli di bidang bahasa lainnya. Dengan bahasa, segala ide, gagasan, perasaan, keinginan, dan pengalaman dapat tertuang (Samsuri, 1982:4). Jadi perlu disadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh tanpa bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008:24) bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Dengan bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan sesama untuk memenuhi keinginannya sebagai makhluk sosial yang saling berhubungan untuk menyatakan pikiran dan pendapat, baik yang dilakukan secara tertulis maupun lisan. Komunikasi dapat terjadi jika dalam proses itu terjadi pergantian peran antara penutur dan petutur. Proses komunikasi tersebut sangat dipengaruhi oleh peristiwa atau konteks tertentu. Artinya, makna yang terdapat di balik tuturan penutur tidak dapat dipisahkan dari situasi tuturnya. I Dewa Putu Wijana (1996:2) menjelaskan bahwa pragmatik adalah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana kebahasaan dipakai dalam komunikasi. Jadi, makna yang dikaji pragmatik adalah makna yang terikat konteks. Konteks ini sangat penting dalam kajian pragmatik yang kemudian didefinisikan oleh Geoffrey Leech (dalam F. X. Nadar, 2009:6) sebagai background knowledge assumed to be shared by s and h which contributes to h’s interpretation of what s means by a given utterance (“Latar belakang pemahaman yang dimiliki oleh penutur maupun lawan tutur sehingga lawan tutur dapat membuat interpretasi mengenai apa yang dimaksud oleh penutur pada waktu membuat tuturan”) (s berarti speaker “penutur”; h berarti hearer “lawan tutur”). Jadi dalam hal ini jelas bahwa pragmatik memerlukan sebuah konteks untuk dapat menafsirkan tuturan yang diujarkan dan dapat membantu mitra tutur menafsirkan makna tuturan. Penelitian terhadap pragmatik dapat dilakukan pada segala macam pemakaian bahasa yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Pemakaian bahasa dalam aktivitas sehari-hari dapat dijumpai dalam dunia pers dan media cetak. Media cetak yang memuat berbagai macam informasi secara tertulis salah satunya adalah surat kabar. Surat kabar dalam menyampaikan informasi dapat berbentuk head line, reportase, artikel, opini, rubrik, kolom, tajuk rencana, suara pembaca, tulisan pojok, kartun dan sebagainya. Berbagai rubrik tersebut tidak terlepas dari bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi. Pemakaian bahasa di media cetak khususnya dalam suara pembaca merupakan pemakaian bahasa ragam lisan yang dituliskan. Ragam bahasa ini memiliki gaya tuturan yang khas dan maksud-maksud tertentu yang sesuai konteks tuturan serta memerlukan konteks situasi untuk memahaminya. Pragmatik commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
tidak hanya mengkaji bahasa yang dituturkan tetapi juga makna dan maksud yang terkandung dalam tuturan tersebut. Pemakaian bahasa selalu terikat pada konteks dan situasi yang melingkupinya. Demikian halnya dengan pemakaian bahasa dalam suara pembaca di media cetak yang tidak bisa lepas dari fungsi dan tujuan bahasa. Oleh karena itu, untuk memahami makna secara keseluruhan perlu ditinjau secara pragmatik. Bahasa di media cetak terutama dalam rubrik suara pembaca memliki kekhasan tersendiri. Kekhasan tersebut yakni berupa tuturan lisan yang dituliskan. Tuturan ini memuat apresiasi masyarakat yang berupa gagasan dan pendapat dalam bentuk keluhan, laporan, gagasan, ucapan terimakasih dan sebagainya. Selain itu rubrik ini sebagai jembatan penghubung antara pembaca dengan masyarakat dan instansi-instansi tertentu. Dalam penelitian ini, penulis memilih tiga surat kabar di salah satu kota yang ada di Jawa Tengah sebagai bahan penelitian. Kota Surakarta dipilih penulis sebagai lokasi penelitian karena di kota ini ditemukan adanya penggunaan bahasa yang bervariasi. Penggunaan bahasa yang bervariasi di Kota Surakarta ini dapat dilihat dari adanya warna lokal daerah yang kental dan memiliki budaya yang beragam. Budaya adalah salah satu aspek yang dikaji dalam pragmatik sehingga cocok dipakai untuk bahan kajian. Ketiga surat kabar tersebut adalah Solopos dengan suara pembaca bernama Kriiing Solopos, Radar Solo dengan suara pembaca Aspirasi, dan Joglosemar dengan suara pembaca Rakyat Bicara. Solopos merupakan salah satu surat kabar yang wilayah pembacanya berada di Surakarta, Wonogiri, Sukoharjo, Boyolali, Klaten, Karanganyar, dan Sragen. Solopos menempatkan diri sebagai surat kabar daerah yang terbit di commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
daerah. Pasalnya, surat kabar ini ingin menjadi besar di daerah bersama dengan kian meningkatnya dinamika masyarakat Surakarta yang bakal menjadi kota Internasional (http://www.Solopos.com/perihal). Berbeda dengan surat kabar lain di wilayah Surakarta, Radar Solo merupakan anak cabang dari surat kabar nasional Jawa Pos. Meskipun hanya cabang dari surat kabar Jawa Pos, tetapi surat kabar Radar Solo tetap konsisten memberikan informasi aktual yang mengungkap fakta
dan
keberpihakan
pada
kepentingan
yang
lebih
luas
(http://www.anneahira.com/jawa-pos-415.htm). Joglosemar secara resmi hadir di tengah-tengah masyarakat, ikut berkiprah dan meramaikan jagat persuratkabaran di wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sejak awal, Harian Joglosemar berupaya menjadi media pencerahan, kontrol sosial, motor penggerak sekaligus menjadi agen perubahan (agent of change) bagi masyarakat ke
arah
kemajuan
(http://www.harianjoglosemar.com/tentang-joglosemar-
192.html). Rubrik Kriiing Solopos, Aspirasi dan Rakyat Bicara yang selanjutnya disingkat RA, RKS, dan RRB ini muncul setiap hari. Di RA, RKS, dan RRB masyarakat bebas mengungkapkan gagasannya melalui tuturan-tuturan mereka yang dimuat dalam SMS. Pesan SMS tersebut berisikan macam-macam ungkapan. Salah satu ungkapan tersebut yaitu ejekan, kritikan dan keluhan kepada seseorang atau lembaga tertentu. Sebagian besar ungkapan yang dimuat dalam RA, RKS, dan RRB merupakan keluhan. Keluhan-keluhan tersebut banyak dialamatkan pada pemerintah dan operator telepon seluler sehingga hal tersebut menarik untuk dikaji. Contoh ungkapan yang berupa keluhan dalam RKS adalah sebagai berikut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
Kepada Indosat, kok kemarin saya beli pulsa Rp 10.000 tidak dapat bonus free talk, tapi kok malah dapat bonus bicara 10 menit doang, bikin pelangganmu kecewa. (Avy, Mojosongo, 085642339xxx). SMS tersebut berisi ungkapan kekecewaan kepada operator telepon seluler Indosat mengenai bonus freetalk yang tidak ia dapat. Ungkapan tersebut termasuk jenis tindak tutur ekspresif mengeluh karena terdapat penanda kecewa dalam ungkapan tersebut. Tindak tutur mengeluh sendiri merupakan tindak tutur yang bernuansa kecaman atau celaan sehingga secara sosial sulit diterima. Ketika keluhan disampaikan secara langsung, yaitu ketika penutur membuat pertuturan mengeluh berkenaan dengan seseorang atau sesuatu yang hadir pada saat pertuturan, tindak tutur mengeluh mengancam wajah mitra tutur. Bukan hanya wajah mitra tutur yang menjadi cedera, hubungan di antara pelaksana tutur pun bisa jadi rusak. (R. Dian D. Muniroh 2011:247). Berbagai permasalahan yang ada dalam komunikasi sangat dipengaruhi oleh peristiwa dan situasi tertentu. Begitu pula penelitian dalam RA, RKS, dan RRB ini. RA, RKS, dan RRB merupakan salah satu jenis tindak tutur lisan yang dituliskan. Hal yang melatarbelakangi tuturan yang disampaikan dalam RA, RKS, dan RRB patut dijadikan sebagai bahan kajian. Apalagi sebagian tuturan tersebut mengandung maksud dan tujuan tertentu. Tujuan dan maksud dari tuturan dapat diketahui melalui analisis tindak tutur yang disertai konteks dari tuturan-tuturan tersebut. Penelitian ini difokuskan pada masalah pemakaian bahasa dalam RA, RKS, dan RRB yang terbatas pada masalah tindak tutur ekspresif mengeluh. Dalam menganalisis fenomena tindak tutur ekspresif mengeluh dalam RA, RKS, commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan
RRB
juga
mempertimbangkan
melatarbelakanginya.
Dengan
aspek-aspek
demikian
penelitian
peristiwa ini
tutur
mencoba
yang untuk
mendeskripsikan wujud strategi dan perspektif tindak tutur ekspresif mengeluh dalam RA, RKS, dan RRB. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk mengkaji penelitian ini dengan judul Tindak Tutur Mengeluh pada Rubrik “Aspirasi, Kriiing Solopos, dan Rakyat Bicara”.
B. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah diperlukan dalam rangka mempermudah pembahasan masalah dan menghindari agar penelitian ini tidak terlepas dari sasarannya. Adanya pembatasan masalah diharapkan tidak mengurangi arti penting dari sebuah penelitian. Pembatasan masalah juga diperlukan untuk menghindari penguraian yang terlalu luas dan permasalahan yang dikaji dalam masalah ini tidak melebar, sehingga penelitian ini tidak terbawa oleh masalah lain di luar objek penelitian. Adapun yang menjadi lingkup permasalahan penelitian ini adalah pemakaian bahasa dalam RA, RKS, dan RRB yang terbatas pada masalah tindak tutur ekspresif mengeluh. Penulis memilih permasalahan ini dengan tinjauan ilmu pragmatik. Dalam menganalisis fenomena tindak tutur ekspresif mengeluh dalam RA, RKS, dan RRB juga mempertimbangkan aspek-aspek peristiwa tutur yang melatarbelakanginya.
Dengan
demikian,
penelitian
ini
mencoba
untuk
mendeskripsikan strategi dan perspektif tindak tutur ekspresif mengeluh dalam RA, RKS, dan RRB. commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, masalah-masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimana strategi tindak tutur mengeluh dalam RA, RKS, dan RRB? 2. Bagaimana perspektif tindak tutur mengeluh dalam RA, RKS, dan RRB?
D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang bersifat keilmuan berkaitan erat dengan perumusan masalah yang merupakan pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang ingin dicapai dari hasil penelititan (D. Edi Subroto, 2007:98). Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini mempunyai dua tujuan yang hendak dicapai yaitu. 1. Mendeskripsikan strategi tindak tutur mengeluh dalam RA, RKS, dan RRB. 2. Mendeskripsikan bentuk perspektif tindak tutur mengeluh dalam RA, RKS, dan RRB.
E. Manfaat Penelitian Sebuah penelitian yang dilakukan haruslah memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun praktis. Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Manfaat Teoretis Manfaat
teoretis
merupakan
manfaat
yang
berkenaan
dengan
pengembangan ilmu dan dalam hal ini kebahasaan (linguistik). Hasil penelitian ini commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diharapkan dapat memberikan tambahan khazanah pengetahuan mengenai studi tindak tutur, khususnya tindak tutur mengeluh. b. Manfaat Praktis Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti lain di dalam usahanya untuk memperkaya wawasan ilmu pragmatik dan mengetahui hal-hal yang terungkap dalam tindak tutur, khususnya ekspresif mengeluh dalam Rubrik Aspirasi, Kriiing Solopos, dan Rakyat Bicara.
F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada hakikatnya akan mempermudah dan mengarahkan hasil penelitian agar tidak menyimpang dari pembahasan yang akan diteliti. Sistematika menjadikan penulisan hasil penelitian menjadi lebih terarah, jelas, mendetail, dan sistematis. Penulisan yang sistematis banyak membantu pembaca dalam memahami hasil penelitian. Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini tersusun atas lima bab. Kelima bab itu adalah sebagai berikut. Bab pertama merupakan pendahuluan. Bab ini mencakup latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab kedua adalah tinjauan pustaka dan landasan teori. Bab ini terdiri atas tinjauan pustaka, landasan teori, dan kerangka pikir. Tinjauan pustaka merupakan tinjauan dari penelitian-penelitian sebelumnya yang sejenis dan relevan dengan penelitian ini, sedangkan landasan teori, berisi teori yang secara langsung berhubungan dengan masalah yang hendak diteliti dan dikaji sebagai landasan atau acuan dalam penelitian yakni melalui pendekatan pragmatik. Kerangka pikir commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berisi gambaran secara jelas kerangka yang digunakan penulis untuk mengkaji dan memahami permasalahan yang diteliti. Bab ketiga adalah metode penelitian. Bab ini terdiri atas jenis penelitian, sumber data dan data, teknik pengumpulan data, klasifikasi data, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis data. Bab keempat adalah analisis data. Bab ini menjabarkan analisis terhadap data-data yang menjadi objek penelitian berdasarkan data yang tersedia. Dari analisis ini akan didapatkan hasil penelitian yang akan menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam bab pertama. Bab kelima penutup. Bab ini berisi simpulan hasil penelitian dan saran.
commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Studi Terdahulu Beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh penulis sebelumnya yang sejenis dan relevan dengan penelitian yang dilakukan penulis dalam upaya menyusun skripsi adalah sebagai berikut. Skripsi Devi Andriyani (2009) dengan judul “Tindak Tutur Ekspresif dalam Reality Show John Pantau” Berdasarkan analisisnya, ditemukan 20 tindak tutur ekspresif. Pengelompokan 20 jenis tindak tutur ekspresif tersebut, yaitu tindak tutur berterima kasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh,
menyindir,
mengungkapkan
rasa
mengkritik,
meminta
heran, mengungkapkan
maaf, rasa
kaget
menyayangkan, atau
terkejut,
mengungkapkan rasa jengkel, mengungkapkan rasa marah, mengungkapkan rasa bangga, mengungkapkan rasa malu, mengungkapkan rasa takut, mengungkapkan rasa simpati, mengungkapkan rasa kecewa. Selain itu, juga dijelaskan mengenai 23 tuturan yang mengandung efek perlokusi. Dari 23 tuturan tersebut terbagi menjadi 9 efek perlokusi, yaitu menyenangkan mitra tutur, melegakan, membujuk, menjengkelkan mitra tutur, mendorong, membuat mitra tutur tahu bahwa, membuat mitra tutur berpikir tentang, membuat mitra tutur melakukan sesuatu, dan mempermalukan mitra tutur. Skripsi Dian Purnamasari A. Dalam skripsinya yang berjudul “Tindak tutur direktif dan ekspresif dalam acara drama relity show termehek-mehek” Dari analisis ini dapat disimpulkan beberapa : (1) bentuk tindak tutur direktif yang commithal to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terdapat dalam acara DRST di Trans Tv meliputi tindak tutur: mengajak yang berarti meminta (menyilakan, menyuruh, dsb) mempersilakan, mengajak, mengundang dengan hormat, meminta, memohon, menyuruh, menyarankan, melarang, dan mendesak. Adapun tindak tutur direktif „menyuruh‟ paling banyak ditemukan dalam acara DRST ini. (2) bentuk tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam acara DRST di Trans Tv meliputi tindak tutur: mengucapkan terima kasih, meminta maaf, mengungkapkan rasa takut, menyalahkan, mengungkapkan rasa heran,
mengungkapkan
rasa
kaget,
mengungkapkan
rasa
marah,
dan
mengungkapkan rasa kecewa. Adapun tindak tutur ekspresif yang paling banyak ditemukan dalam acara DRST di Trans Tv ini adalah tindak tutur mengucapkan terima kasih dan tindak tutur meminta maaf. (3) implikatur yang terdapat dalam acara DRST di Trans Tv meliputi implikatur menyatakan menolak, kerahasiaan, meminta, menenangkan, kritikan, larangan, mengancam, tawaran, kekhawatiran, memaksa, dan mengajak. Skripsi Jamilatun (2010) dengan judul “Tindak tutur direktif dan ekspresif pada rubrik kriiing Solopos” Berdasarkan analisis data, dalam RKS ditemukan 12 jenis tindak tutur direktif. Tindak tutur direktif itu meliputi tindak tutur mengajak, mengingatkan, melarang, menasihati, meminta, memohon, menyarankan, menyuruh, mengharap, mengusulkan, memperingatkan, dan mempertanyakan. Wujud tindak tutur direktif yang paling banyak ditemui adalah tindak tutur meminta dan memohon. Dalam RKS ditemukan 43 jenis tindak tutur ekspresif. Tindak tutur ekspresif itu meliputi tindak tutur memprotes, mengkritik, mendukung, menyetujui, menyindir, menyayangkan, berterima kasih, mengeluh, membenarkan,
memuji,
mencurigai, meminta commit to user
maaf,
mengklarifikasi,
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
mengungkapkan rasa iba, mengungkapkan rasa bangga, mengungkapkan rasa salut, mengungkapkan rasa malu, mengungkapkan rasa kecewa, mengungkapkan rasa jengkel, mengungkapkan rasa prihatin, mengungkapkan ketidaksetujuan, mengungkapkan rasa heran, mengungkapkan rasa khawatir, mengungkapkan rasa ketidakpedulian, mengungkapkan rasa yakin, mengungkapkan rasa bingung, mengungkapkan rasa sakit hati, mengungkapkan rasa senang, mengungkapkan rasa simpati, mengungkapkan rasa marah, mengungkapkan rasa muak, mengungkapkan rasa resah, mengungkapkan rasa ngeri, mengungkapkan rasa sedih, mengungkapkan rasa syukur, mengucapkan selamat, mengejek, menghina, menyesal, menolak, mengevaluasi, mengungkapkan rasa berduka cita, dan mengumpat. Wujud tindak tutur ekspresif yang paling banyak ditemui adalah tindak tutur berterima kasih dan mengkritik. Penelitian Dian D. Muniroh (2011) dengan judul “Agresifitas Tuturan Penutur Bahasa Indonesia dalam Mengungkapkan Ketidakpuasan. (Studi Kasus Pada Rubrik Surat Pembaca di Laman www.kompas.com)”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam mengungkapkan ketidakpuasannya, penutur bahasa Indonesia cenderung agresif. Hal ini terlihat dari banyaknya penggunaan strategi secara langsung terutama dalam kategori blame; tingginya prosentase penggunaan perspektif penutur dibandingkan mitra tutur yang direalisasikan dalam pronomina “saya” untuk mengacu pada diri penutur dan nomina diri untuk mengacu pada mitra tutur. Penelitian Dian D. Muniroh dan E. Aminudin Aziz (2012) dengan judul “Dari Genre ke Tindak Tutur: Menyibak Strategi Mengeluh dalam Wacana Tulis”. Dari analisis ini dapat disimpulkan bahwa terdapat lima strategi yang merentang commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dari yang paling tak langsung sampai dengan yang paling langsung, yaitu (1) ekspresi kekesalan, (2) tuduhan tak langsung, (3) keluhan langsung, (4) pelabelan, dan (5) penghinaan. Penjelasan di atas merupakan kajian studi pendahulu atau studi yang pernah ada mengenai kajian analisis pragmatik. Keempat penelitian tersebut membahas mengenai tindak tutur direktif dan ekspresif sedangkan, penelitian yang kelima dan keenam memfokuskan pembahasan pada salah satu sub tindak tutur dalam tindak tutur ekspresif yaitu tindak tutur mengeluh. Untuk itu, dengan menggunakan analisis yang sama yaitu kajian pragmatik, penulis mencoba meneliti dari segi yang berbeda. Jika dalam penelitian keempat membahas strategi dan perspektif tindak tutur mengeluh dalam laman website, dalam penelitian ini, penulis memfokuskan penelitian pada strategi dan perspektif tindak tutur mengeluh dalam suara pembaca di tiga surat kabar yang ada di Surakarta, yaitu Aspirasi, Kriiing Solopos, dan Rakyat Bicara.
B. Landasan Teori 1.
Pragmatik Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah pragmatik secara berbeda-
beda. Levinson (1985) mendefinisikan pragmatik sebagai studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya. Konteks yang dimaksud tergramatisasi dan terkodifikasi sehingga tidak dapat dilepaskan dari struktur bahasanya. Dalam buku Prinsip-Prinsip Pragmatik (edisi terjemahan oleh M.D.D. Oka), Leech mengatakan “pragmatik adalah studi tentang makna ujaran di dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
situasi-situasi ujar (speech situation)” (1993:8). Leech melihat pragmatik sebagai bidang kajian dalam linguistik yang mempunyai kaitan erat dengan semantik. Keterkaitan ini ia sebut semantisisme, yaitu melihat pragmatik sebgai bagian dari semantik; pragmatisme, yaitu melihat semantik sebagai bagian dari pragmatik; dan komplementarisme, atau melihat semantik dan pragmatik sebagai dua bidang yang saling melengkapi. Jenny Thomas (1995) dalam bukunya yang berjudul Meaning in Interaction: an Introduction to Pragmatics juga memberikan batasan dalam ilmu pragmatik. Menurut Thomas (1995:22) pragmatik adalah bidang ilmu yang mengkaji makna dalam interaksi atau meaning in interaction. Pengertian tersebut dengan mengandaikan bahwa pemaknaan merupakan proses dinamis yang melibatkan negosiasi antara pembicara dan pendengar serta antara konteks ujaran (fisik, sosial, dan linguistik) dan makna potensial yang mungkin dari sebuah ujaran. George Yule (1996: 3) mengartikan bahwa pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Sebagai akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. menurutnya pula (1996:4) ilmu pragmatik mempunyai empat batasan: 1. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang maksud penutur. 2. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang makna kontekstual. 3. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang bagaimana agar lebih commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan. 4. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang ungkapan jarak hubungan. Menurut Asim Gunarwan (1994:83-84), pragmatik adalah bidang linguistik yang mempelajari maksud ujaran, bukan makna kalimat yang diujarkan. Pragmatik mempelajari maksud ujaran atau daya (force) ujaran. Pragmatik juga mempelajari fungsi ujaran, yakni untuk apa suatu ujaran itu dibuat atau diujarkan. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat ditegaskan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi. Pragmatik menyelidiki makna yang terikat pada konteks yang mewadahi dan melatarbelakangi bahasa itu. Jadi dapat dikatakan bahwa hubungan antara bahasa dengan konteks merupakan dasar dalam memahami pragmatik. 2.
Aspek-Aspek Situasi Tutur Menurut Leech (1993:19-20), situasi tutur mencakupi lima komponen,
yaitu penutur dan mitra tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tindak tutur sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. a. Penyapa dan Pesapa Konsep penutur dan lawan tutur ini juga mencakup penulis dan pembaca bila tuturan bersangkutan dikomunikasikan dengan media tulisan. Aspek-aspek yang berkaitan dengan penutur dan lawan tutur ini adalah usia, latar belakang sosial-ekonomi, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan tingkat keakraban. b. Konteks sebuah tuturan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
Leech mengartikan konteks sebagai suatu pengetahuan latar belakang yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan mitra tutur dan yang membantu mitra tutur menafsirkan makna tuturan. Konteks tuturan penelitian linguistik adalah konteks semua aspek fisik atau setting sosial yang relevan dari tuturan bersangkutan. Konteks yang bersifat fisik lazim disebut koteks (cotext), sedangkan konteks setting sosial disebut konteks. Di dalam pragmatik, konteks itu pada hakikatnya adalah semua latar belakang pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur. c. Tujuan sebuah tuturan Bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan tertentu. Tujuan tuturan adalah sesuatu yang ingin dicapai oleh penutur dengan melakukan tindakan bertutur. Di dalam peristiwa tutur, bermacam-macam tuturan dapat diekspresikan untuk menyatakan suatu tuturan, dan bermacam-macam tujuan dapat dinyatakan dengan tujuan yang sama. d. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan: tindak ujar Tata bahasa berurusan dengan wujud-wujud statis yang abstrak (abstract static entities), seperti kalimat dalam (dalam sintaksis), dan proposisi (dalam semantik), sedangkan pragmatik berurusan dengan tindaktindak verbal yang terjadi dalam situasi dan waktu tertentu. Dengan demikian pragmatik menangani bahasa pada tingkatan yang lebih konkret daripada tata bahasa. e. Tuturan sebagai produk tindak verbal Selain sebagai tindak ujar atau tindak verbal itu sendiri, dalam commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pragmatik kata „tuturan‟ dapat digunakan dalam arti yang lain, yaitu, sebagai produk suatu tindak verbal (bukan tindak verbal itu sendiri) 3.
Tindak Tutur Seorang ahli bahasa yang bernama J.L. Austin menelusuri hakikat tindak
tutur. Austin mengemukakan konsep mengenai Act of Utterance (tindak ujar). Pidato kuliah Austin dikumpulkan dalam sebuah buku berjudul How to Do Things with Words (1968). Melalui buku itu, Austin mengemukakan pandangan bahwa bahasa tidak hanya berfungsi untuk mengatakan sesuatu. Berkaitan dengan tindak tutur, Austin (dalam Leech, 1993: 280) mengemukakan dua terminologi, yaitu tuturan konstatif (constative) dan tuturan performatif (performative). Tuturan konstatif dapat dievaluasi dari segi benar dan salah yang tradisional. Sedangkan tuturan performatif dapat dievaluasi sebagai tepat atau tidak tepat. Tindak tutur yang dilangsungkan dengan kalimat performatif oleh Austin (dalam Leech, 1993: 316) dirumuskan sebagai tiga peristiwa tindakan yang berlangsung yaitu, tindak tutur lokusi „locutionary act‟ yaitu tindak tutur menyatakan sesuatu. Tindak tutur ilokusi „illocutionary act‟ adalah melakukan tindakan
dalam
menyatakan
sesuatu.
Ketiga
adalah
tindak
perlokusi
„perlocutionary act‟ yaitu melakukan tindakan dengan menyatakan sesuatu. Menurut Searle, inti dari tindak tutur adalah tindak ilokusi. Menurutnya, dalam tindak ilokusi, penutur dalam mengatakan sesuatu juga melakukan sesuatu. Sehubungan dengan itu, Searle menggolongkan tindak tutur ilokusi ke dalam lima bentuk tuturan yang masing-masing memiliki fungsi komunikatif. Kelima jenis tindak tutur tersebut yaitu tindak tutur assertif, tindak tutur direktif, tindak tutur commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
18 digilib.uns.ac.id
komisif, tindak tutur ekspresif, dan tindak tutur deklarasi. Searle (dalam Martinich (ed), 1996a: 147-149) mengklasifikasikan tindak tutur ilokusi menjadi lima jenis. Kelima jenis tindak tutur adalah sebagai berikut. a) Asertif (Assertives) Tindak tutur asertif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya akan kebenaran proposisi atas hal yang dikatakannya. Termasuk dalam jenis tindak tutur ini misalnya seperti tuturan menyatakan, melaporkan, memprediksi, menunjukkan, dan menyebutkan. b) Tindak Tutur Direktif (Directives) Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dilakukan oleh penuturnya dengan maksud agar lawan tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu, misalnya menuntut, menuyurh, meminta, dan menantang. c) Tindak Tutur Komisif (Commisives) Tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya pada suatu tindakan yang dilakukannya pada masa mendatang dan melaksanakan segala hal yang disebutkan dalam tuturan. Termasuk dalam tindak tutur ini adalah berjanji, bersumpah, menawarkan, menyatakan kesanggupan, dan mengancam. d) Tindak Tutur Ekspresif (Ekspresives) Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang dilakukan dengan maksud agar tuturannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan dalam tuturan untuk mengungkapkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Tuturan yang termasuk dalam tindak tutur ekspresif commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
yaitu, memuji, mengucapkan terima kasih, meminta maaf, mengkritik, dan mengeluh. e) Tindak Tutur Deklarasi (Declaration) Tindak tutur deklarasi adalah tindak tutur yang dilakukan si penutur dengan maksud untuk menciptakan hal (status, keadaan dan sebagainya) yang baru. Misalnya tuturan yang memutuskan, membatalkan, melarang, dan mengizinkan. 4.
Tindak Tutur Langsung dan Tidak Langsung Dewa Putu Wijana (1996: 30) menyatakan bahwa secara formal,
berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat berita (deklarasi), kalimat tanya (interogatif), dan kalimat perintah (imperatif). Secara konvensional kalimat berita digunakan untuk memberitakan sesuatu, dan kalimat perintah untuk menyatakan perintah, ajakan, permintaan atau permohonan. Apabila kalimat berita difungsikan secara konvensional untuk mengatakan sesuatu, kalimat tanya untuk bertanya, dan kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak, memohon dsb., tindak tutur terbentuk adalah tindak tutur langsung (direct speech act). Contoh:
Ratna memiliki dua ekor kelinci
Ambilkan buku saya Disamping itu untuk berbicara secara sopan, perintah dapat diutarakan
dengan kalimat berita atau kalimat tanya agar orang yang diperintah tidak merasa dirinya diperintah. Apabila hal ini terjadi, terbentuk tindak tutur tidak langsung (indirect speech act). Tuturan yang diutarakan secara tidak langsung, tetapi harus commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
segera dilaksanakan maksud yang terimplikasi didalamnya. 5.
Tindak Tutur Literal dan Tidak Literal Dewa Putu Wijana (1996: 32) mengatakan bahwa tindak tutur literal
(literal speech act) adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna katakata yang menyusunnya, sedangkan tindak tutur tidak literal (nonliteral speech act) adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya. 1) Tindak Tutur Langsung Literal Tindak tutur langsung literal (direct literal speech act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengutaraanya. Maksud memerintah disampaikan dengan kalimat perintah, memberitakan dengan kalimat berita, menanyakan sesuatu dengan kalimat tanya. 2) Tindak Tutur Tidak Langsung Literal Tindak Tutur tidak langsung literal (indirect literal speech act) adalah tindak tutur yang diungkapkan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud pengutaraannya, tetapi makna kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan apa yang dimaksudkan penutur. Dalam tindak tutur ini maksud memerintah diutarakan denghan kalimat berita atau kalimat tanya. 3) Tindak Tutur Langsung Tidak Literal Tindak tutur langsung tidak literal (direct nonliteral speech act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturan, tetapi kata-kata yang menyusunnya tidak memiliki makna yang sama dengan maksud penuturnya. Maksud memerintah diungkapkan commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan kalimat perintah, dan maksud menginformasikan dengan kalimat berita. 4) Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal Tindak tutur tidak langsung tidak literal (indirect nonliteral speech act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang hendak diutarakan. 6.
Tindak Tutur Mengeluh Tindak tutur mengeluh, dalam taksonomi yang diajukan Searle, termasuk
ke dalam kategori tuturan ekspresif karena memiliki daya ilokusi berupa pengungkapan keadaan psikologis penutur terhadap mitra tutur. Oleh karena itu, berdasarkan daya ilokusinya, tindak tutur mengeluh didefinisikan oleh Trosborg (1995:312) sebagai tindak ilokusi yang memuat ungkapan pendapat/perasaan negatif penutur terhadap sesuatu yang termuat dalam proposisi (hal yang dikeluhkan) dan oleh karenanya mitra tutur harus bertanggung jawab baik secara langsung atau tidak langsung. Dalam tindak tutur mengeluh, pendapat atau perasaan negatif berupa ketidakpuasan atau kekecewaan penutur tersebut timbul sebagai reaksi terhadap aksi atau tindakan yang sudah atau sedang diterima (Olshtain & Weinbach, 1987 dalam Dian D. Muniroh 2012:62) Terkait tindak tutur mengeluh, Trosborg (1995:315) mengklasifikasikan tuturan mengeluh ke dalam empat kategori yang direalisasikan ke dalam delapan strategi, mulai dari yang paling tak langsung sampai yang paling langsung. Nama Kategori No explicit
Nama Strategi 1. hints
Penjelasan Penutur menggunakan isyarat, hal yang commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
reproach
(Petunjuk)
dikeluhkan tidak dijelaskan dalam tuturan
(tidak ada teguran
sehingga kemungkinan mitra tutur tidak
secara eksplisit)
menyadari bahwa keluhan itu dialamatkan padanya.
Expression of
2. Annoyance
Penutur mengekspresikan keluhan dengan
disapproval
(Ekspresi
menyampaikan kejengkelan/
(ekspresi
kekesalan)
kekecewaannya dengan menunjuk
mencela)
langsung suatu hal/benda yang menurutnya tidak sesuai/jelek, tanpa menyebutkan bahwa mitra tutur adalah orang harus yang bertanggung jawab atas hal yang dikeluhkan. 3. Ill
Penutur menyebutkan dampak dari
consequences
perilaku mitra tutur yang tidak
(Konsekuensi
mengenakkan baginya.
yang menyakitkan) Accusation
4. Indirect
Untuk menuduh mitra, penutur
(tuduhan)
(Tuduhan tidak
menggunakan kalimat tanya mengenai
langsung)
situasi yang dekat dengan hal yang dikeluhkan.
5. Direct (Tuduhan
Penutur secara langsung menuduh mitra tutur atas perilakunya yang telah commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
langsung)
merugikan penutur.
Blame
6. Modified
Mitra tutur adalah orang yang harus
(menyalahkan)
blame
bertanggung jawab atas yang dikeluhkan
(Menyalahkan
penutur. Untuk kenyamanannya, penutur
yang disamarkan) mengungkapkan alternatif tindakan yang seharusnya dilakukan mitra. 7. Explicit blame Tanpa basa-basi, penutur langsung (behavior)
menyatakan bahwa tindakan yang
Menyalahkan
dilakukan mitra tutur tidak sesuai/ jelek.
secara eksplisit (sikap) 8. Explicit blame Penutur menyatakan secara eksplisit (person)
bahwa mitra sebagai tertuduh ialah
Menyalahkan
seorang yang tak bertanggung jawab.
secara eksplisit (orang)
Selain dapat diidentifikasi dari pemilihan-pemilihan strategi yang dikemukakan dalam tabel di atas, pemilihan penggunaan perspektif pun bisa menentukan kelangsungan tuturan mengeluh. Trosborg dengan mengadopsi pendapat Haverkate (dalam Dian D. Muniroh 2011: 250) membedakan perspektif mengeluh ke dalam perspektif penutur (terbuka dan tersembunyi) dan mitra tutur (terbuka dan tersembunyi).
commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Perspektif penutur “I” – terbuka Penutur mengidentifikasi dirinya secara terbuka dengan menggunakan pronomina persona orang pertama “saya” atau menggunakan nomina umum dan nomina nama diri seperti “paman Sam”. 2) Perspektif penutur “We” – tersembunyi Penutur menyembunyikan identitas dan mengidentifikasi dirinya sebagai “kami/kita”. Hal ini dilakukan penutur untuk meminimalkan perannya sebagai pengeluh dan menghindari menyerang langsung mitra tutur secara personal. 3) Perspektif mitra tutur “You” – terbuka Penutur
secara
eksplisit
menyatakan
mitranya
sebagai
agen
penanggungjawab keluhan. Selain menggunakan pronomina persona dua “kamu/anda”, perspektif ini bisa juga direalisasikan dalam nomina umum seperti Susan/my daughter”. 4) Perspektif mitra tutur “It” – tersembunyi Penutur memilih menggunakan perspektif ini untuk mengalihkan fokus atau menyembunyikan agen penanggung jawab keluhan dan lebih mengangkat keadaan atau sesuatu yang dikeluhkan. 7.
Rubrik Rubrik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah media cetak
yang berupa surat kabar, tabloid atau majalah. Menurut Onong Uchjana Effendi dalam Kamus Komunikasi, rubrik adalah istilah bahasa Belanda yang berarti commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ruangan pada halaman surat kabar, majalah atau media cetak lainnya mengenai suatu aspek atau kegiatan dalam kehidupan masyarakat (1989:316). Rubrik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai kepala karangan atau ruangan tetap dalam surat kabar, majalah, dan sebagainya (2008:1186). Pengertian rubrik dalam Himpunan Istilah Komunikasi (Djonaesih S. Sunarjo, 1983: 112) adalah sebuah kepala karangan atau ruangan di dalam surat kabar atau majalah yang digunakan sebagai tempat opini, berita, atau semua bentuk tulisan khususnya di dalam media cetak. Ada beberapa jenis rubrik menurut Dja‟far H. Assegaff dalam buku Jurnalistik Masa Kini, yaitu : a. Rubrik Informatif : Rubrik ini mencakup perihal keluarga, kesejahteraan karyawan, pengumuman pimpinan perusahaan, peraturan, surat keputusan, dan pertemuan. b. Rubrik Edukatif : Rubrik ini meliputi tajuk rencana, artikel-artikel dan kutipan pendapat para tokoh. c. Rubrik Kreatif : Rubrik ini mencakup berita pendek atau bersambung, anekdot, kisah minat insani dan pojok atau sentilan (1983:38). RA, RKS, dan RRB merupakan salah satu rubrik yang terdapat dalam surat kabar Solopos, Radar Solo dan Joglosemar. RA, RKS, dan RRB termasuk dalam jenis rubrik kreatif. Di RA, RKS, dan RRB mengekspresikan
gagasannya
melalui
berbagai
masyarakat bebas
ungkapan
kebahagiaan,
kekecewaan, gagasan, keluhan, terimakasih, dan kritikan yang disampaikan lewat SMS.
commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Kerangka Pikir Kerangka pikir adalah sebuah cara kerja yang dilakukan oleh peneliti untuk menyelesaikan permasalahan yang akan diteliti. Kerangka pikir yang terkait dengan penelitian ini secara garis besar dapat dilukiskan pada bagan di bawah ini.
Rubrik Suara Pembaca
Pengeluh Strategi Tindak Tutur Mengeluh Ketidakpuasan
Tindak Tutur Mengeluh Perspektif Tindak Tutur Mengeluh
Sumber data dalam penelitian ini adalah suara pembaca dalam RA, RKS, dan RRB. Tuturan disampaikan oleh para pengirim pesan yang selanjutnya disebut pengeluh dalam RA, RKS, dan RRB . Pengeluh mengungkapkan ketidakpuasan terhadap kegiatan yang sudah atau sedang diterimanya. Ketidakpuasan tersebut masuk dalam kategori tindak tutur ekspresif mengeluh. Dari tuturan mengeluh tersebut dapat diidentifikasi menurut strategi dan perspektif tindak tutur mengeluh.
commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Suatu penelitian tertentu, berdasarkan teknik pendekatannya dapat dikaji melalui 2 cara yakni melalui metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah diuraikan, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Edi Subroto, metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang tidak di desain atau dirancang menggunakan prosedur-prosedur statistik (2007:5) Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian ini mencatat secara teliti semua fenomena kebahasaan yang senyatanya ada, meneliti, dan memerikan sistem bahasa berdasarkan data yang sebenarnya (Edi Subroto, 2007:8). Sudaryanto menerangkan bahwa istilah deskriptif berarti bahwa penelitian yang dilakukan semata-mata hanya didasarkan fakta atau fenomena yang ada, sehingga hasilnya adalah varian bahasa yang mempunyai sifat pemaparan apa adanya (Sudaryanto, 1992:62). Dengan demikian, hasil analisisnya akan berbentuk deskripsi fenomena tuturan-tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif mengeluh pada RA, RKS, dan RRB.
B. Sumber Data dan Data Sumber data merupakan asal muasal data penelitian itu diperoleh (Sudaryanto, 1990:33). Dari sumber itu peneliti dapat memperoleh data yang dimaksud dan yang diinginkan. commit Adapuntosumber user data penelitian ini adalah RA
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada surat kabar harian Radar Solo, RKS pada surat kabar harian Solopos, dan RRB pada surat kabar harian Joglosemar. Data merupakan bahan jadi penelitian, bukan bahan mentah penelitian. Data sebagai objek penelitian secara umum adalah informasi atau bahasa yang disediakan oleh alam yang dikumpulkan dan dipilih oleh peneliti. Data adalah semua informasi atau bahan yang disediakan dan (dalam arti luas) yang harus dicari dan disediakan dengan sengaja oleh peneliti yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti (Sudaryanto, 1993:34). Data dalam penelitian ini adalah tuturan pada RA, RKS, dan RRB yang mengandung tindak tutur ekspresif mengeluh edisi bulan Januari 2012.
C. Metode Pengumpulan Data Kualitas data sangat ditentukan oleh alat pengambilan datanya. Metode pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh data-data yang berkualitas. Pemerolehan data pada penelitian ini menggunakan sumbersumber tertulis. Penelitian demikian sering disebut penelitian pustaka. “Teknik pustaka pada dasarnya merupakan teknik pemerolehan data yang bersumber pada bahan tertulis yang dibatasi oleh maksud dan tujuan penelitian” (Edi Subroto, 2007:48). Berdasarkan pengertian tersebut cara kerja penelitian ini adalah dengan mengamati dan memahami setiap tuturan dalam RA, RKS, dan RRB. Jenis penelitian kepustakaan akan lebih lengkap apabila menggunakan teknik simak dan catat sebagai teknik pengumpul datanya. “Teknik simak dan catat adalah mengadakan penyimakan dan pencatatan terhadap data relevan yang sesuai dengan sasaran dan tujuan penelitian” (Edi Subroto, 2007:47). Objek commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penelitian ini berupa bahan-bahan pustaka, jadi penyimakan dilakukan dengan cara membaca atau mempelajari objek, kemudian dilakukan inventarisasi data dengan mencatatnya sebagai bahan yang akan diolah pada tahap selanjutnya. Teknik simak dan catat tersebut digunakan untuk mengumpulkan data-data tertulis. Pada setiap data disertakan bulan, tahun terbit, dan nomor urut data.
D. Klasifikasi Data Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan klasifikasi data. Klasifikasi data adalah pengaturan data menurut asas-asas tertentu, pemberian arah atau tuntunan yang sekaligus memberikan isyarat-isyarat tahapan berikutnya dilakukan (Edi Subroto, 2007:51). Data yang telah disediakan dikelompok-kelompokkan terlebih dahulu dengan maksud untuk mendapatkan tipe-tipe data yang tepat dan cermat. Hal ini akan memberi arah serta gambaran mengenai langkah apa yang selanjutnya dilakukan penulis sehingga mempermudah proses analisis data pada tahapan-tahapan selanjutnya. Tahap klasifikasi data adalah kelanjutan dari pengumpulan data. Dalam klasifikasi data ini tidak tertutup kemungkinan satu data berada dalam beberapa klasifikasi. Adanya pengurutan data bermanfaat untuk mencocokkan data-data dengan analisisnya, yaitu memberikan isyarat tambahan apa yang akan dikerjakan berikutnya dan bagaimana tahapan ini dilakukan dengan mengurutkannya sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun ketentuan klasifikasi data yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah berdasarkan konteks tutur. Data-data ini dicatat dalam kartu data. Dalam penelitian ini klasifikasi dilakukan dengan mengurutkan data sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan disertakan juga tanggal, commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bulan, tahun terbit, dan nomor urut data. Sebagai contoh tampilan kartu data adalah sebagai berikut: Konteks Tuturan : Tuturan disampaikan oleh Halby di Klaten yang menyampaikan keluhannya mengenai pelayanan operator telepon seluler XL. Bentuk Tuturan : Saya kecewa dengan XL, saya sudah mengaktifkan paket gratis Facebook kok masak Facebook-an biayanya mahal sekali, percuma saja jadi pelanggan XL. Bravo SOLOPOS. (RKS/4 Januari 2012/74)
Keterangan : RKS
: Rubrik Kriiing Solopos
4 Januari 2012
: tanggal, bulan dan tahun terbit
74
: nomor urut data Kartu data yang berkode (RKS/4 Januari 2012/74) di atas dibaca sebagai
data nomor 74 yang diambil dari Rubrik Kriiing Solopos tanggal 4 Januari 2012. Tulisan ditebalkan adalah data yang akan dianalisis, yang dapat berupa tindak tindak tutur mengeluh. Deskripsi konteks yang dituliskan di atas data penelitian berupa aspek-aspek yang berkaitan dengan tuturan.
E. Metode Analisis Data Tahap analisis data merupakan salah satu tahap yang paling penting dan sentral. Analisis data merupakan upaya sang peneliti menangani langsung masalah yang terkandung dalam data (Sudaryanto, 1993:6). Penanganan itu tampak dari adanya tindakan mengamati, membedah atau mengurai, dan memburaikan masalah yang bersangkutan dengan cara khas tertentu. Dalam hal penganalisisan data, penelitian ini menggunakan metode commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kontekstual, dan means-end. Metode analisis kontekstual adalah cara analisis yang diterapkan pada data dengan mendasarkan, memperhitungkan, dan mengaitkan identitas konteks-konteks yang ada (Kunjana Rahardi, 2005:16). Konteks tersebut mengacu pada aspek-aspek konteks dari Leech (1993:19-21) yang meliputi penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tuturan sebagai bentuk tindakan, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Teknik merupakan jabaran metode yang ditentukan oleh alat yang dipakai untuk menganalisis data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis cara tujuan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa strategi pemecahan masalah oleh penutur dapat dilihat sebagai sebuah bentuk analisis cara-tujuan (means-end) (Leech, 1993:55). Penutur bertugas untuk menggunakan cara yang paling tepat agar tujuan tuturannya dapat tercapai dengan baik. Analisis cara-tujuan pada umumnya diterapkan pada penggunaan tuturan secara komunikatif. Dalam kerangka acuan analisis cara-tujuan, skala ketaklangsungan sebuah ilokusi digambarkan dengan panjang rantai cara-tujuan yang menghubungkan tindak ujar dengan tujuannya (Leech, 1993:57).
F. Metode Penyajian Data Sebagai tahap akhir dari penelitian ini adalah penyajian hasil analisis data. Teknik penyajian hasil analisis data disajikan dengan metode penyajian data secara formal dan informal. Penyajian hasil analisis data secara formal adalah penyajian hasil analisis data berupa perumusan dengan tanda dan lambanglambang (Sudaryanto, 1993:145). Adapun tanda yang digunakan dalam penelitian commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ini di antaranya tanda kutip („...‟), (“...”), tanda tanya ( ? ), tanda seru ( ! ), tanda titik dua ( : ), tanda titik koma ( ; ), tanda hubung ( - ), tanda garis miring tunggal ( / ), tanda kurung biasa ((...)). Penyajian hasil analisis data secara informal adalah penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993:145). Dalam penyajian ini rumus-rumus atau kaidah-kaidah disampaikan dengan menggunakan kata-kata biasa, kata-kata yang apabila dibaca dengan serta merta dapat langsung dipahami. Kedua teknik digunakan agar hasil analisis ini lebih mudah dipahami untuk kemudian ditarik simpulan.
commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV ANALISIS DATA
Analisis data merupakan tahap yang paling penting dalam sebuah penelitian. Tahap ini dilakukan untuk menemukan jawaban-jawaban yang berhubungan dengan perumusan masalah. Analisis dalam RA, RKS, dan RRB ini meliputi 2 hal, yaitu (a) strategi tindak tutur mengeluh dalam RA, RKS, dan RRB dan (b) perspektif tindak tutur mengeluh dalam RA, RKS, dan RRB.
A. Analisis Strategi Tindak Tutur Mengeluh Berdasarkan analisis data dalam RA, RKS, dan RRB penulis menemukan 8 strategi tindak tutur mengeluh. Strategi tindak tutur mengeluh tersebut meliputi strategi „petunjuk (hints)‟, „ekspresi kekesalan (annoyance)‟, „konsekuensi yang menyakitkan (ill consequences)‟, „tuduhan tidak langsung (indirect)‟, „tuduhan langsung (direct)‟, „kesalahan yang disamarkan (modified blame)‟, „menyalahkan secara eksplisit (sikap) (explicit blame (behaviour))‟ dan „menyalahkan secara eksplisit (orang) (explicit blame (person))‟. Berikut uraian semua strategi tindak tutur mengeluh tersebut. 1.
Petunjuk (hints) Strategi petunjuk yaitu penutur menggunakan isyarat, yang dikeluhkan
tidak dijelaskan dalam tuturan sehingga kemungkinan mitra tutur tidak menyadari bahwa keluhan tersebut dialamatkan padanya. Strategi ini merupakan strategi keluhan yang lemah tetapi mungkin berhasil digunakan untuk mempersiapkan strategi yang lebih kuat (Trosborg: 1995 dan Dian D. Muniroh: 2011). Hal ini commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
34 digilib.uns.ac.id
dapat dilihat pada data (01) berikut (01) Konteks Tuturan : Tuturan disampaikan oleh Joko dari Polanharjo yang menyampaikan keluhannya mengenai nasib rakyat kecil. Bentuk Tuturan : Yang namanya sendal jepit tetap saja sandal jepit. Sudah kecil mungil, tipis. Biasa terjepit, kini semakin terjepit, terhimpit terinjak dan tertindas. Kepada para pembaca SOLOPOS, renungkan. (RKS/20 Januari 2012/01) Tuturan data (01) disampaikan oleh Joko dari Polanharjo. Joko menyampaikan keluhannya mengenai nasib rakyat kecil. Jenis tindak tutur disampaikan oleh Joko di atas tergolong ke dalam strategi tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak pada tuturan Joko yang menuturkan “Biasa terjepit, kini semakin terjepit, terhimpit, terinjak dan tertindas”. Dalam tuturan tersebut tersirat adanya keluhan atas nasib rakyat kecil yang semakin terpuruk. Tindak tutur yang disampaikan oleh Joko dilatarbelakangi oleh perasaan Joko yang merasakan nasibnya sebagai rakyat kecil semakin terpuruk. Menurut Joko keadaan warga miskin sekarang ini sungguh memprihatinkan karena pemerintah sepertinya sudah tidak lagi memperhatikan nasib rakyat kecil tetapi justru memikirkan kepentingan mereka sendiri. Ia mengisyaratkan keadaan tersebut dalam tuturannya “biasa terjepit, kini semakin terjepit, terhimpit, terinjak dan tertindas” Keluhan yang disampaikan Joko di atas termasuk dalam strategi tidak tutur mengeluh „petunjuk (hints)‟. Termasuk dalam tindak tutur mengeluh „petunjuk (hints)‟ karena dalam keluhan tersebut hanya menggunakan isyarat dan hal yang dikeluhkan tidak dijelaskan dalam tuturan sehingga kemungkinan mitra tutur tidak to userpadanya. menyadari bahwa keluhan tersebutcommit dialamatkan
perpustakaan.uns.ac.id
35 digilib.uns.ac.id
Bentuk tuturan yang termasuk dalam strategi „petunjuk (hints)‟ dapat pula ditunjukkan pada data (02) berikut. (02) Konteks Tuturan : Tuturan disampaikan oleh Tofik di Gompang yang menyampaikan keluhan dengan menggunakan isyarat wisata untuk off road, di sepanjang jalan Sukoharjo sampai Watukelir. Bentuk Tuturan : Buat crosser sepeda motor trail dan mobil double gardan ban besar, sekarang ada wahana wisata untuk off road anda, di sepanjang jalan sukoharjo sampai watukelir. Silahkan coba. (RKS/31 Januari 2012/03) Tuturan data (02) disampaikan oleh Tofik dari Gompang. Tofik menyampaikan keluhannya mengenai keadaan jalan di sepanjang jalan Sukoharjo sapai Watukelir. Jenis tindak tutur yang disampaikan oleh Tofik di atas tergolong tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak pada tuturan Tofik yang menuturkan “Sekarang ada wahana wisata untuk off road anda, di sepanjang jalan Sukoharjo sampai Watukelir”. Dalam tuturan tersebut tersirat adanya keluhan atas kondisi jalan Sukoharjo sampai Watukelir yang rusak parah. Tindak tutur yang disampaikan oleh Tofik dilatarbelakangi oleh perasaan kecewa terhadap kondisi jalan di sepanjang jalan Sukoharjo sampai Watukelir. Kondisi jalan yang rusak parah membuat Tofik mengungkapkan keadaan tersebut dengan menggunakan isyarat kata “off road”. Dinas Pekerjaan Umum (DPU) sepertinya tidak juga membenahi jalan si sepanjang jalan Sukoharjo sampai Watukelir yang sudah rusak parah. Keluhan yang disampaikan Tofik di atas termasuk dalam jenis tindak tutur mengeluh „petunjuk (hints)‟. Termasuk dalam tindak tutur mengeluh „petunjuk (hints)‟ karena dalam keluhan tersebut Tofik hanya menggunakan isyarat wahana wisata off road dan hal yang dikeluhkan yaitu kondisi jalan yang rusak parah tidak commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dijelaskan dalam tuturan sehingga kemungkinan mitra tutur atau Dinas Pekerjaan Umum (DPU) tidak menyadari bahwa keluhan tersebut dialamatkan padanya. 2. Ekspresi kekesalan (Annoyance) Strategi „ekspresi kekesalan (annoyance)‟ menurut Trosborg (1995) dan Dian
D.
Muniroh
(2011)
yaitu
penutur
dapat
mengungkapkan
kekesalan/kekecewaan dengan menunjuk langsung situasi yang dianggap buruk. Secara eksplisit penutur menegaskan keadaan menyedihkan di hadapan mitra tutur tersebut, tanpa menyebutkan bahwa mitra tutur adalah orang yang harus bertanggung jawab. Hal ini dapat dilihat pada data (03) berikut. (03) Konteks Tuturan : Tuturan disampaikan oleh Rini dari Solo menyampaikan keluhannya mengenai warga masyarakat yang membuang sampah sembarangan di pinggir jalan. Bentuk Tuturan : Saya warga sanggir, Paulan, Colomadu. Saya sangat prihatin dengan banyaknya warga perumahan yang dengan tanpa dosa membuang sampah di sepanjang pinggir jalan, seperti jalan dukuh Tegalrejo dan prapatan Sanggir ke utara, dan masih banyak lagi jalan yang beralih fungsi menjadi tempat pembuangan sampah! Saya sering menjumpai pada malam hari banyak warga melempar sampah dari dalam mobilnya ke pinggir jalan. Mau menyalahkan siapa, kalau di lingkungan kita. (RB/12 Januari 2012/04) Tuturan data (03) di atas disampaikan oleh Rini dari Solo. Rini menyampaikan keluhannya mengenai warga masyarakat yang membuang sampah sembarangan di pinggir jalan. Jenis tindak tutur yang disampaikan oleh Rini di atas tergolong ke dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak pada tuturan Rini yang menuturkan “Saya sangat prihatin dengan banyaknya warga perumahan yang dengan tanpa dosa membuang sampah di sepanjang pinggir jalan, seperti jalan dukuh Tegalrejo dan prapatan Sanggir ke user beralih fungsi menjadi tempat utara, dan masih banyak lagi commit jalan to yang
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembuangan sampah! Saya sering menjumpai pada malam hari banyak warga melempar sampah dari dalam mobilnya ke pinggir jalan”. Tindak tutur yang disampaikan Rini di atas dilatarbelakangi oleh perasaan prihatin dan kesal terhadap warga perumahan yang membuang sampah di sepanjang pinggir jalan. Kebiasaan warga yang membuang sampah sembarangan itu menyebabkan banyak jalan yang beralih fungsi menjadi tempat pembuangan sampah. Akibatnya, jalan tersebut menjadi tidak enak dipandang dan aromanya tidak sedap. Oleh karena itu, Rini menyampaikan kekesalannya dengan mengungkapkannya kepada publik melalui rubrik di media massa agar warga perumahan sadar akan keadaan tersebut. Jenis strategi yang disampaikan oleh Rini di atas tergolong dalam strategi keluhan „ekspresi kekesalan (annoyance)‟. Strategi keluhan „ekspresi kekesalan (annoyance)‟ tampak pada tuturan “Saya sangat prihatin dengan banyaknya warga perumahan yang dengan tanpa dosa membuang sampah di sepanjang pinggir jalan, seperti jalan dukuh Tegalrejo dan prapatan Sanggir ke utara, dan masih banyak lagi jalan yang beralih fungsi menjadi tempat pembuangan sampah! Saya sering menjumpai pada malam hari banyak warga melempar sampah dari dalam mobilnya ke pinggir jalan”. Rini juga tidak menyebutkan siapa mitra tutur yang harus bertanggung jawab. Hal itu tampak pada tuturan “Mau menyalahkan siapa, kalau
di
lingkungan
kita”.
Penutur
mengekspresikan
keluhan
dengan
menyampaikan kekesalannya dengan menunjuk langsung situasi yang buruk yaitu jalan yang beralih fungsi menjadi tempat pembuangan sampah. Bentuk tuturan yang termasuk ke dalam strategi keluhan „ekspresi kekesalan (annoyance)‟ dapat pula ditunjukkan pada data (04) berikut. commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(04) Konteks Tuturan
:
Tuturan disampaikan oleh Lala di Sragen yang mengeluhkan kondisi Jalan Raya Grompol Jambangan yang rusak parah. Bentuk Tuturan : Hai sahabat yang baik, saya minta tolong untuk dimuat jln raya grompol jambangan rusak parah tiada instalasi dari mana pun yang memperhatikan padahal itu jalan ramai. Jalan kok seperti di tengah hutan, becek dan berlobang-lobang. (RB/ 20 Januari 2012/05) Tuturan data (04) di atas disampaikan oleh Lala di Sragen. Lala menyampaikan keluhannya mengenai kondis jalan raya Grompol Jambangan yang rusak parah. Jenis tindak tutur yang disampaikan oleh Lala di atas tergolong dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟.
Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟
tampak pada tuturan Lala yang menuturkan “jln raya grompol jambangan rusak parah tiada instalasi dari mana pun yang memperhatikan padahal itu jalan ramai. Jalan kok seperti di tengah hutan, becek dan berlobang-lobang”. Tindak tutur yang disampaikan Lala di atas dilatarbelakangi oleh perasaan tidak puas terhadap kondisi Jalan Raya Grompol Jambangan yang rusak parah. Menurut Lala, tidak ada instansi pemerintah yang memperhatikan dan membenahi kondisi jalan tersebut. Keadaan jalan yang ramai dengan kendaraan seharusnya menjadi perhatian Dinas Pekerjaan Umum (DPU) karena kondisi jalan yang rusak parah sangat mengganggu aktifitas pemakai jalan. Hal inilah yang membuat Lala mengeluh. Jenis strategi yang disampaikan oleh Lala di atas tergolong dalam strategi keluhan
„ekspresi
kekesalan
(annoyance)‟.
Penutur
mengekspresikan
kekesalannya dengan menunjuk langsung situasi yang buruk. Hal itu tampak pada tuturan “Jalan kok seperti di tengah hutan, becek dan berlobang-lobang”. Lala commit to user juga tidak menyebutkan siapa mitra tutur yang harus bertanggung jawab.
perpustakaan.uns.ac.id
39 digilib.uns.ac.id
Bentuk tuturan yang termasuk ke dalam strategi keluhan „ekspresi kekesalan (annoyance)‟ dapat pula ditunjukkan pada data (05) berikut. (05) Konteks Tuturan : Tuturan disampaikan oleh Ahmad di Solo menyampaikan keluhannya mengenai mahalnya tarif parkir di Pasar Klithikan Notoharjo. Bentuk Tuturan : MAHALNYA TARIF PARKIR DI PASAR KLITHIKAN NOTOHARJO. Hari minggu kemarin saya pergi ke pasar klithikan notoharjo., betapa kagetnya saya waktu pulang ternyata tarif parkir motor di notoharjo Rp 2000, kalau para pedagang klithikan di pinggir jalan dipindah ke sana, tapi di pungut tarif parkir segitu, apa ada pengunjungnya? (RB/25 Januari 2012/06) Tuturan data (05) di atas disampaikan oleh Ahmad di Solo. Ahmad menyampaikan keluhannya mengenai mahalnya tarif parkir di Pasar Klithikan Notoharjo. Jenis tindak tutur yang disampaikan Ahmad di atas tergolong dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak pada tuturan Ahmad yang menuturkan “MAHALNYA TARIF PARKIR DI PASAR KLITHIKAN NOTOHARJO”. Penggunaan huruf besar pada tuturan tersebut juga untuk menyangatkan keluhan Ahmad. Tindak tutur yang disampaikan Ahmad di atas dilatarbelakangi oleh perasaan kecewa terhadap tarif parkir di Pasar Klithikan Notoharjo yang mahal. Pasar Klithikan Notoharjo merupakan pasar yang menjual segala macam barang antik dan barang bekas. Ada pula barang baru yang harganya lebih murah daripada harga di toko. Setiap pengunjung pasar yang membawa kendaraan baik itu mobil, sepeda motor dan sepeda diwajibkan untuk membayar biaya parkir yang mahal. Ahmad berpendapat jika tarif parkir pasar itu mahal, tidak akan ada pengunjung yang datang. Jenis strategi yang disampaikan oleh Ahmad di atas tergolong dalam commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
strategi keluhan „ekspresi kekesalan (annoyance)‟. Penutur mengekspresikan keluhan dengan menyampaikan kekesalannya dengan menunjuk langsung situasi yang buruk yaitu tampak pada tuturan “MAHALNYA TARIF PARKIR DI PASAR KLITHIKAN NOTOHARJO”. Ahmad juga tidak menyebutkan siapa mitra tutur yang harus bertanggung jawab. Penutur menyebutkan dampak perilaku mitra tutur yaitu Dinas Perparkiran yang tidak mengenakkan baginya. 3. Konsekuensi yang menyakitkan (Ill consequences) Strategi konsekuensi yang menyakitkan menurut Trosborg (1995:316) adalah penutur mengungkapkan dampak buruk dari perilaku mitra tutur yang tidak mengenakkan baginya. Hal ini dapat dilihat pada data (06) berikut. (06) Konteks Tuturan : Tuturan disampaikan oleh Eko di Sukoharjo yang menyampaikan keluhan mengenai parkir di hotel DANA yang tidak aman. Bentuk Tuturan : Parkir di depan hotel DANA tidak aman, tanggal 20 pas ada resepsi aku parkir di depan BRI, DVD saya di mobil hilang. (RB/ 30 Januari 2012/33) Tuturan data (06) di atas disampaikan oleh Eko di Sukoharjo. Eko menyampaikan
dampak
yang
menyakitkan
dari
keluhannya
mengenai
ketidakamanan parkir di hotel Dana. Jenis tindak tutur yang disampaikan Eko di atas tergolong dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak pada tuturan “Parkir di depan hotel DANA tidak aman”. Tindak tutur yang disampaikan Eko di atas dilatarbelakangi oleh perasaan kecewa terhadap pelayanan parkir di Hotel Dana yang tidak aman. Hotel Dana merupakan sebuah tempat penginapan dan terkadang digunakan untuk gedung pertemuan atau resepsi pernikahan. Pada waktu itu Eko sedang menghadiri acara resepsi di hotel Dana. Ketika pulang, termyata DVD di mobilnya telah hilang. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
41 digilib.uns.ac.id
Kejadian itulah yang membuat Eko mengeluhkan tentang pelayanan parkir di Hotel Dana. Jenis strategi yang disampaikan oleh Eko di atas tergolong dalam strategi keluhan „konsekuensi yang menyakitkan (ill consequences)‟. Hal tersebut tampak pada tuturan “Parkir di depan hotel DANA tidak aman” dan “DVD saya di mobil hilang”. Kedua tuturan di atas menyiratkan bahwa penutur terkena dampak perilaku mitra tutur yang tidak mengenakkan baginya yaitu DVD yang hilang. Bentuk tuturan yang termasuk dalam strategi keluhan „konsekuensi yang menyakitkan (ill consequences)‟ dapat pula ditunjukkan pada data (07) berikut. (07) Konteks Tuturan : Tuturan disampaikan oleh Lastri dari Kampung Sewu untuk menyampaikan keluhannya mengenai mahalnya tarif listrik pulsa. Bentuk Tuturan : Setelah dihitung-hitung ternyata benar. Tarif listrik pulsa lebih mahal. Katanya sama rus tanpa bea beban. Ini saya ganti pulsa listrik habisnya sama dengan meteran biasa 2200v kan 70rb an ya. Apa karena pemkot utang PLN, rus yang nanggung warga? Tolong PLN perhatiannya. (RB/3 Januari 2012/35) Tuturan data (07) di atas disampaikan oleh Lastri di Kampung Sewu. Lastri menyampaikan dampak yang menyakitkan dari keluhannya mengenai mahalnya tarif listrik pulsa. Jenis tindak tutur yang disampaikan Lastri di atas tergolong dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak pada tuturan “Setelah dihitung-hitung ternyata benar. Tarif listrik pulsa lebih mahal. Katanya sama rus tanpa bea beban. Ini saya ganti pulsa listrik habisnya sama dengan meteran biasa 2200v kan 70rb an ya”. Tindak tutur yang disampaikan Lastri di atas dilatarbelakangi oleh perasaan kecewa terhadap pelayanan PLN. Jika menggunakan listrik pulsa, commit user listrik meteran. Oleh karena itu, konsumen tidak akan dikenakan bea bebantoseperti
perpustakaan.uns.ac.id
42 digilib.uns.ac.id
Lastri mengganti listriknya dengan tarif pulsa. Tetapi setelah diganti, ternyata besaran konsumsi listrik Lastri menggunakan tarif pulsa dan tarif meteran sama besarnya. Oleh karena itu, Lastri merasa kecewa dan dirugikan PLN. Jenis strategi yang disampaikan oleh Lastri di atas tergolong dalam strategi keluhan „konsekuensi yang menyakitkan (ill consequences)‟. Hal tersebut tampak pada tuturan “Setelah dihitung-hitung ternyata benar. Tarif listrik pulsa lebih mahal”. Penutur menyebutkan dampak perilaku mitra tutur yang tidak mengenakkan baginya yaitu tarif listrik pulsa yang ternyata lebih mahal dibandingkan tarif meteran bulanan. 4. Tuduhan tidak langsung (Indirect) Trosborg (1995) dan Dian D. Muniroh (2011) menyatakan bahwa strategi tuduhan tidak langsung yaitu penutur dapat mengajukan pertanyaan kepada mitra tutur tentang situasi tertentu, bahwa mitra tutur melakukan pelanggaran dan menyatakan ia sebagai orang yang harus bertanggung jawab. Hal ini dapat dilihat pada data (08) berikut. (08) Konteks Tuturan : Tuturan disampaikan oleh Ikhsan di Sukoharjo yang menyampaikan keluhannya mengenai mahalnya renovasi toilet DPR yang mencapai miliaran rupiah. Bentuk Tuturan : Seperti apa sih bau toilet jika direnovasi pakai uang sebanyak itu? Harumkah atau malahan semakin busuk? (RB/ 20 Januari 2012/57) Strategi keluhan (08) di atas disampaikan oleh Ikhsan di Sukoharjo. Keluhan yang disampaikan oleh Ikhsan di atas tergolong dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak pada tuturan “Seperti apa sih bau toilet jika direnovasi pakai uang sebanyak itu? Harumkah user di atas, secara tuduhan tidak atau malahan semakin busuk?”.commit Dalamtotuturan
perpustakaan.uns.ac.id
43 digilib.uns.ac.id
langsung (indirect) tersirat adanya keluhan. Tindak tutur yang disampaikan Ikhsan di atas dilatarbelakangi oleh perasaan kecewa terhadap anggota DPR yang menganggarkan dana mencapai miliaran rupiah hanya untuk merenovasi toilet ruang DPR. Seharusnya uang sebanyak itu dapat dianggarkan untuk keperluan lain yang lebih penting. Ikhsan mengeluhkan keadaan tersebut secara tuduhan tidak langsung (indirect) dengan menanyakan kondisi toilet akan harum atau semakin busuk jika direnovasi dengan dana miliaran. Jenis strategi yang disampaikan oleh Ikhsan di atas tergolong dalam strategi keluhan „tuduhan tidak langsung (indirect)‟. Strategi keluhan „tuduhan tidak langsung (indirect)‟ tampak pada tuturan “Seperti apa sih bau toilet jika direnovasi pakai uang sebanyak itu? Harumkah atau malahan semakin busuk?”. Penutur mengajukan pertanyaan kepada mitra tutur tentang situasi tertentu, bahwa mitra tutur melakukan pelanggaran dan menyatakan ia sebagai orang yang harus bertanggung jawab. Penutur dalam hal ini Ikhsan yang mengajukan pertanyaan kepada DPR tentang bau toilet yang harum atau semakin busuk jika direnovasi dengan anggaran milyaran rupiah. Bentuk tuturan yang termasuk dalam strategi keluhan „tuduhan tidak langsung (indirect)‟dapat pula ditunjukkan pada data (09) berikut. (09) Konteks Tuturan : Tuturan disampaikan oleh Hendri di Totogan untuk menyampaikan keluhannya mengenai PKL gelap di daerah Kestalan. Bentuk Tuturan : Buat Lurah Kestalan, bagaimana itu dengan PKL di depan RRI, kok dibiarkan saja? Katanya Kestalan bebas PKL gelap? (RKS/4 Januari 2012/49) commit to user oleh Hendri di Totogan. Keluhan Strategi keluhan (09) di atas disampaikan
perpustakaan.uns.ac.id
44 digilib.uns.ac.id
yang disampaikan oleh Hendri di atas tergolong dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak pada tuturan “Buat Lurah Kestalan, bagaimana itu dengan PKL di depan RRI, kok dibiarkan saja? Katanya Kestalan bebas PKL gelap?”. Tindak tutur yang disampaikan Hendri di atas dilatarbelakangi oleh perasaan kesal atas janji Lurah Kestalan untuk membersihkan Pedagang Kaki Lima (PKL) gelap. Kestalan merupakan salah satu kelurahan yang berada di Solo. Di daerah RRI yang termasuk dalam kelurahan Kestalan banyak Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berjualan dan ternyata tanpa ijin. Keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) tersebut merusak pemandangan sehingga membuat warga sekitar merasa terganggu. Oleh karena itu, Lurah Kestalan berjanji untuk membersihkan daerah tersebut dari Pedagang Kaki Lima (PKL) gelap. Janji Lurah Kestalan untuk mengadakan pembersihan Pedagang Kaki Lima (PKL) ternyata belum ada realisasinya. Hal ini membuat Hendri kesal dan mempertanyakan janji Lurah Kestalan melalui media surat kabar. Jenis strategi yang disampaikan oleh Hendri di atas tergolong dalam strategi keluhan „tuduhan tidak langsung (indirect)‟. Strategi keluhan „tuduhan tidak langsung (indirect)‟ tampak pada tuturan “Buat Lurah Kestalan, bagaimana itu dengan PKL di depan RRI, kok dibiarkan saja? Katanya Kestalan bebas PKL gelap?”. Penutur dapat mengajukan pertanyaan atau mengisyaratkan kesalahan kepada mitra tutur tentang situasi tertentu, bahwa mitra tutur melakukan pelanggaran dan menyatakan ia sebagai orang yang harus bertanggung jawab. Penutur dalam hal ini yaitu Hendri mengajukan pertanyaan dan mengisyaratkan kesalahan kepada mitra tutur yaitu Lurah Kestalan mengenai janjinya untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
45 digilib.uns.ac.id
membersihkan Pedagang Kaki Lima (PKL) gelap yang berada di depan RRI. 5. Tuduhan langsung (Direct) Penutur secara langsung menuduh mitra tutur telah melakukan pelanggaran dan merugikan penutur (Trosborg, 1995:317). Hal ini dapat dilihat pada data (10) berikut. (10) Konteks Tuturan : Tuturan disampaikan oleh Halby di Klaten yang menyampaikan keluhannya mengenai pelayanan operator telepon seluler XL. Bentuk Tuturan : Saya kecewa dengan XL, saya sudah mengaktifkan paket gratis Facebook kok masak Facebook-an biayannya mahal sekali, percuma saja jadi pelanggan XL. Bravo SOLOPOS. (RKS/4 Januari 2012/74) Strategi keluhan (10) di atas disampaikan oleh Halby di Klaten. Halby menyampaikan keluhannya mengenai pelayanan operator telepon seluler XL. Keluhan yang disampaikan oleh Halby di atas tergolong dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak dalam tuturan “Saya kecewa dengan XL”. Tindak tutur yang disampaikan oleh Halby di atas dilatarbelakangi oleh perasaan kecewa mengenai pelayanan XL. XL adalah salah satu operator telepon seluler kartu komunikasi yang ada di Indonesia. Halby mengungkapkan kekecewaanya karena ketika ia telah mengaktifkan paket gratis facebook, tetapi setelah dipakai pulsa Halby terpotong banyak. Maka dari itu, Halby merasa dirugikan oleh operator telepon seluler XL. Jenis strategi yang disampaikan oleh Halby di atas tergolong dalam strategi keluhan „tuduhan langsung (direct)‟. Strategi keluhan „tuduhan langsung (direct)‟ tampak pada tuturan “Saya kecewa dengan XL, saya sudah mengaktifkan to userbiayannya mahal sekali, percuma paket gratis Facebook kok masakcommit Facebook-an
perpustakaan.uns.ac.id
46 digilib.uns.ac.id
saja jadi pelanggan XL”. Dalam tuturan tersebut, penutur secara langsung menuduh mitra tutur telah melakukan pelanggaran dan merugikan penutur. Pelanggaran yang dimaksudkan di sini yaitu layanan facebook XL yang merugikan padahal Halby telah mengaktifkan paket gratis facebook. Bentuk tuturan yang termasuk dalam strategi keluhan „tuduhan langsung (direct)‟ dapat pula ditunjukkan pada data (11) berikut. (11) Konteks Tuturan : Tuturan disampaikan oleh Ria di Solo yang menyampaikan keluhannya tentang pelayanan bioskop Grand 21 Solo. Bentuk Tuturan : Bioskop Solo terutama Grand 21 saiki ora mutu blas aku sebagai pelangganmu menjadi kecewa, Film Hollywood yang kutunggu malah yang datang film Indonesia ecek-ecek terus dan ora mutu.. (RB/13 Januari 2012/80) Tuturan data (11) di atas disampaikan oleh Ria di Solo. Ria menyampaikan keluhannya mengenai pelayanan bioskop Grand 21 Solo. Tindak tutur yang disampaikan oleh Ria di atas tergolong dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak pada tuturan “Bioskop Solo terutama Grand 21 saiki ora mutu blas aku sebagai pelangganmu menjadi kecewa, Film Hollywood yang kutunggu malah yang datang film Indonesia ecek-ecek terus dan ora mutu..”. Tuturan yang disampaikan oleh Ria di atas dilatarbelakangi oleh perasaan ketidakpuasan atas pelayanan bioskop Grand 21 Solo yang tidak lagi menayangkan film Hollywood. Masalah bermula dari adanya pajak baru yang dibebankan kepada para importir film. Pajak yang konon tidak pernah ada di seluruh dunia ini, membuat importir film Hollywood geram dan mengeluarkan ancaman yaitu tidak lagi menayangkan filmnya di Indonesia. Pajak baru memang commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bermula dari keprihatinan Presiden mengenai film Hollywood yang lebih banyak menghiasi layar bioskop Indonesia dan bukannya film nasional. Jenis strategi yang disampaikan oleh Ria di atas tergolong dalam strategi keluhan „tuduhan langsung (direct)‟. Strategi keluhan „tuduhan langsung (direct)‟ tampak pada tuturan “Bioskop Solo terutama Grand 21 saiki ora mutu blas aku sebagai pelangganmu menjadi kecewa, Film Hollywood yang kutunggu malah yang datang film Indonesia ecek-ecek terus dan ora mutu.”. Dalam tuturan tersebut, penutur secara langsung menuduh mitra tutur telah melakukan pelanggaran dan merugikan penutur. Pelanggaran yang dimaksud di sini adalah Bioskop Grand 21 yang sudah tidak menayangkan film Hollywood. Bentuk tuturan yang termasuk dalam strategi keluhan „tuduhan langsung (direct)‟ dapat pula ditunjukkan pada data (12) berikut. (12) Konteks Tuturan : Tuturan disampaikan oleh Naning di Solo yang menyampaikan keluhannya mengenai ketidakprofesionalan PDAM. Bentuk Tuturan : PDAM bisa profesional gak? Air di UNS Panggung Rejo mota mati wae? Mbok kalo denda sekali-sekali ya dimatikan, pelayanan nol denda jalan terus, atau lagi bisa tingkatkan mutumu, gak Cuma isane ningkatke denda aja !!! buat Joglosemar thank. (RB/13 Januari 2012/112) Tuturan data (12) di atas disampaikan oleh Naning di Solo. Naning menyampaikan keluhannya mengenai pelayanan PDAM yang tidak profesional. Tindak tutur yang disampaikan Naning di atas tergolong dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak pada tuturan “PDAM bisa profesional gak?Air di UNS Panggung Rejo mota mati wae? Dan pelayanan nol denda jalan terus, atau lagi bisa tingkatkan mutumu, gak Cuma isane ningkatke denda aja !!!”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
48 digilib.uns.ac.id
Tuturan keluhan yang disampaikan Naning dilatarbelakangi oleh perasaan kecewa dan tidak puas dengan pelayanan PDAM. PDAM merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara. PDAM mengurusi masalah air yang di distribusikan kepada warga. Menurut Naning, pelayanan PDAM sering kali mengecewakan. Air di daerah rumahnya yaitu Panggung Rejo kerap mati sedangkan kebutuhan air untuk rumahnya sangat banyak. Oleh karena itu, jika air sering mati akan sangat mengganggu aktivitasnya dirumah. Naning juga kesal karena jika ia telat membayar air akan dikenai denda dan itu tidak sebanding dengan pelayanan PDAM yang buruk. Jenis strategi yang disampaikan oleh Naning di atas tergolong dalam strategi keluhan „tuduhan langsung (direct)‟. Strategi keluhan „tuduhan langsung (direct)‟ tampak pada tuturan “PDAM bisa profesional gak? Air di UNS Panggung Rejo mota mati wae? Mbok kalo denda sekali-sekali ya dimatikan, pelayanan nol denda jalan terus, atau lagi bisa tingkatkan mutumu, gak Cuma isane ningkatke denda aja”. Dalam tuturan tersebut, penutur secara langsung menuduh mitra tutur telah melakukan pelanggaran dan merugikan penutur. Pelanggaran yang dimaksud di sini adalah pelayanan PDAM yang buruk karena air yang sering mati tiba-tiba dan merugikan konsumen dalam hal ini adalah Naning. 6. Menyalahkan yang disamarkan (Modified blame) Strategi menyalahkan yang disamarkan dinyatakan bahwa mitra tutur adalah orang yang harus bertanggung jawab atas hal yang dikeluhkan penutur. Untuk kenyamanannya, penutur mengungkapkan alternatif tindakan yang seharusnya dilakukan mitra tutur (Dian D. Muniroh, 2011:248). Hal ini dapat commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dilihat pada data (12) berikut. (12) Konteks Tuturan : Tuturan disampaikan oleh Riki di Kratonan yang menyampaikan keluhannya mengenai sikap Gubernur Bibit Waluyo yang melecehkan ESEMKA. Bentuk Tuturan : Kami selaku warga solo kecewa dengan anda, gubernur bapak Bibit Waluyo, seharusnya anda mendukung karya anak SMK, tapi kenapa anda malah melecehkannya dan malah membanggakan produk luar negri? (RB/15 Januari 2012/191) Tuturan data (12) di atas disampaikan oleh Riki di Kratonan. Riki menyampaikan keluhannya mengenai sikap Gubernur Jawa Tengah Bapak Bibit Waluyo yang melecehkan karya anak negeri. Tindak tutur yang disampaikan Riki di atas tergolong dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak pada tuturan “Kami selaku warga solo kecewa dengan anda, gubernur bapak Bibit Waluyo”. Tuturan keluhan yang disampaikan Riki dilatarbelakangi oleh perasaan kecewa atas sikap dan komentar Gubernur Bibit Waluyo yang melecehkan karya anak bangsa dan justru membanggakan produk luar negeri. ESEMKA merupakan mobil nasional buatan anak SMK di Solo. Bibit Waluyo sebagai gubernur seharusnya memberikan apresiasi besar terhadap karya anak bangsa, bukannya melecehkan dan malah membanggakan produk luar negri. Jenis strategi yang disampaikan oleh Riki di atas tergolong dalam strategi keluhan „menyalahkan yang disamarkan (modified blame)‟. Strategi keluhan „menyalahkan yang disamarkan (modified blame)‟ tampak pada tuturan “seharusnya anda mendukung karya anak SMK”. Mitra tutur adalah orang yang harus
bertanggung
jawab
atas
hal
yang
dikeluhkan
penutur.
Untuk
kenyamanannya, penutur mengungkapkan alternatif tindakan yang seharusnya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
50 digilib.uns.ac.id
dilakukan mitra tutur. Alternatif tindakan yang dimaksud di sini yaitu Gubernur Jawa Tengah seharusnya mendukung karya anak SMK dan bukan membanggakan produk luar negri. Bentuk tuturan yang termasuk dalam strategi keluhan „menyalahkan yang disamarkan‟ dapat pula ditunjukkan pada data (13) berikut. (13) Konteks Tuturan : Tuturan dari Ajex di Weru yang menyampaikan keluhannya mengenai Jalan Tawangsari sampai Weru yang seringkali jebol. Bentuk Tuturan : Kepada Pemkab dan DPU Sukoharjo, jalan Tawangsari-Weru kok jebol melulu? Daripada ditambal mending dibeton. Kalau musim hujan begini jalannya bisa buat budidaya ikan. Betonisaasi jadi program Pemkab. Mana buktinya? (RKS/18 Januari 2012/194) Tuturan data (13) di atas disampaikan oleh Ajex di Weru. Riki menyampaikan keluhannya mengenai Jalan Tawangsari sampai Weru yang seringkali jebol. Tindak tutur yang disampaikan Ajex di atas tergolong dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif mengeluh tampak pada tuturan ” Kepada Pemkab dan DPU Sukoharjo, jalan Tawangsari-Weru kok jebol melulu?”. Tuturan keluhan yang disampaikan Ajex dilatarbelakangi oleh perasaan kesal karena Jalan Tawangsari –Weru yang rusak parah. Jalan Tawangsari – Weru merupakan jalan utama di kota Sukoharjo. Hal ini terjadi karena kendaraan yang melewati jalan tersebut tidak hanya kendaraan kecil, tetapi juga kendaraan besar seperti bus dan truk. Keadaan tersebut membuat Ajex memberikan alternatif tindakan yang dapat dilakukan Pemkab. Alternatif tersebut adalah dengan membeton jalan dan bukan menambal agar jalannya tidak mudah rusak. Pemkab pun juga telah memiliki inisiatif memperbaiki jalan dengan program betonisasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
51 digilib.uns.ac.id
agar kondisi jalan tidak mudah rusak. Akan tetapi, janji Pemkab untuk program betonisasi tersebut sampai sekarang tidak juga terealisasi. Jenis strategi yang disampaikan oleh Ajex di atas tergolong dalam strategi keluhan „menyalahkan yang disamarkan (modified blame)‟. Mitra tutur adalah orang yang harus bertanggung jawab atas hal yang dikeluhkan penutur. Mitra tutur yang dimaksudkan penutur tampak pada tuturan “Kepada Pemkab dan DPU Sukoharjo”. Untuk kenyamanannya, penutur mengungkapkan alternatif tindakan yang seharusnya dilakukan mitra tutur. Alternatif yang diungkapkan penutur tampak pada tuturan “Daripada ditambal mending dibeton” 7. Menyalahkan secara eksplisit (sikap) (Modified blame (behaviour)) Strategi kemarahan secara eksplisit meyatakan bahwa penutur secara eksplisit menyatakan bahwa tindakan yang dilakukan mitra tutur tidak sesuai dan dimintai pertanggungjawaban (secara langsung) (Trosborg, 1995:318). Hal ini dapat dilihat pada data (14) berikut. (14) Konteks Tuturan : Tuturan disampaikan oleh Yohan di Joyontakan yang menyampaikan keluhannya mengenai tarif parkir semua tempat di Solo. Bentuk Tuturan : Semua tempat di solo sekarangnya parkirnya Rp 2000 di GWO Sriwedari Solo Square, Orient, Diamond semuanya sama. Kami butuh ketegasan dari pemkot untuk mengatur masalah perparkiran ini. Terimakasih. (RKS/24 Januari 2012/231) Strategi keluhan (14) di atas disampaikan oleh Yohan di Joyontakan. Yohan menyampaikan keluhannya mengenai tarif parkir semua tempat di Solo. Tindak tutur yang disampaikan Yohan di atas tergolong dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif mengeluh tampak pada tuturan ”Semua tempat di solo sekarangnya parkirnya Rp 2000 di GWO Sriwedari Solo commit to user Square, Orient, Diamond semuanya sama. Kami butuh ketegasan dari pemkot
perpustakaan.uns.ac.id
52 digilib.uns.ac.id
untuk mengatur masalah perparkiran ini”. Tuturan yang disampaikan oleh Yohan dilatarbelakangi oleh perasaan ketidakpuasan mengenai tarif parkir yang rata di semua tempat di Solo. Tarif parkir di Solo sejak awal tahun 2012 mengalami pembaharuan. Kenaikan tarif parkir tersebut sebesar Rp 500. Hal ini juga dibarengi dengan kebijakan adanya zona parkir di setiap wilayah yang akan menentukan biaya parkir. Kebijakan ini belum sepenuhnya dapat diikuti oleh tiap wilayah karena kurangnya sosialisasi dinas perparkiran. Oleh karena itu, Yohan meminta ketegasan dari Pemkot untuk mengatur masalah perparkiran. Jenis strategi yang disampaikan oleh Yohan di atas tergolong dalam strategi keluhan „menyalahkan secara eksplisit (sikap) (modified blame (behaviour))‟. Strategi keluhan „menyalahkan secara eksplisit (sikap) (modified blame (behaviour))‟ tampak pada tuturan “Kami butuh ketegasan dari pemkot untuk mengatur masalah perparkiran ini”. Penutur secara eksplisit menyatakan bahwa tindakan yang dilakukan mitra tutur tidak sesuai dan dimintai pertanggungjawaban (secara langsung). Tindakan yang dimaksud di sini adalah ketidaktegasan Pemkot Solo mengenai masalah perparkiran yang menyebabkan tarif parkir di hampir semua tempat di Solo sama yaitu Rp 2000. Bentuk tuturan yang termasuk dalam strategi keluhan „menyalahkan secara eksplisit (sikap) (modified blame (behaviour))‟ dapat pula ditunjukkan pada data (15) berikut. (15) Konteks Tuturan : Tuturan disampaikan oleh Suwarno di Semanggi yang mengeluhkan tentang pedagang bronjongan yang tidak rapi. Bentuk Tuturan : to user Tolong dong.. bagi ketua commit pengurus bronjongan pasar klithikan notoharjo
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
semanggi, mbok diatur itu para pedagang bronjongan yang tepate di depan pintu masuk tengah. Sampe’ pedagang lain masuk pasar aja kesulitan.. gara-gara jalannya kemakan sama pedagang lain.. mbok yang sportif dalam berdagang.. pikirkan pedagang lain jangan seenaknya manggon di tengah jalan.. kaya’ gitu juga gak ada penertiban. (RB/16 Januari 2012/237) Strategi keluhan (15) di atas disampaikan oleh Suwarno di Semanggi. Suwarno menyampaikan keluhannya mengenai pedagang bronjongan yang tidak rapi. Tindak tutur yang disampaikan Suwarno di atas tergolong dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif mengeluh tampak pada tuturan “Sampe’ pedagang lain masuk pasar aja kesulitan.. gara-gara jalannya kemakan sama pedagang lain”. Keluhan
yang
disampaikan
oleh
Suwarno
dilatarbelakangi
oleh
kekesalannya mengenai para pedagang bronjongan Pasar Klithikan Notoharjo Semanggi yang tidak rapi. Para pedagang tersebut meletakkan bronjongnya di sembarang tempat dan mengganggu pedagang lain yang ingin masuk ke pasar Klithikan. Ketiadaan penertiban dari Pemkot membuat pedagang bronjongan tidak merasa bersalah dan tetap meletakkan bronjongnya di sembarang tempat. Hal tersebut sangat mengganggu kenyamanan para pedagang lain. Oleh karena itu, Suwarno meminta ketua pengurus bronjongan Pasar Klithikan untuk menertibkan para anggotanya. Jenis strategi yang disampaikan oleh Suwarno di atas tergolong dalam strategi keluhan „menyalahkan secara eksplisit (sikap) (modified blame (behaviour))‟. Strategi keluhan „menyalahkan secara eksplisit (sikap) (modified blame (behaviour))‟ tampak pada tuturan “Sampe’ pedagang lain masuk pasar aja kesulitan.. gara-gara jalannya kemakan sama pedagang lain”. Penutur secara eksplisit menyatakan bahwa tindakan yang dilakukan mitra tutur tidak sesuai dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
54 digilib.uns.ac.id
dimintai pertanggungjawaban (secara langsung). Mitra tutur yang dimaksud oleh penutur di sini yaitu para pedagang bronjong. Tindakan yang tidak sesuai yang dimaksud adalah bronjong milik pedagang bronjongan yang diletakkan sembarangan yang membuat pedagang lain kesulitan masuk pasar. 8. Menyalahkan secara eksplisit (orang) (Modified blame (person)) Kemarahan secara eksplisit yaitu penutur menyatakan secara eksplisit bahwa mitra tutur adalah seseorang yang tidak bertanggung jawab (Trosborg, 1995:318). Hal ini dapat dilihat pada data (16) berikut. (16) Konteks Tuturan : Tuturan disampaikan oleh Feri di Gentan yang menyampaikan keluhannya mengenai mahalnya harga tiket pesawat Garuda Indonesia saat liburan akhir tahun. Bentuk Tuturan : GARUDA GILA-GILAAN. Saat liburan akhir tahun 2011 ternyata PT. GARUDA INDONESIA AIRWAYS “panen besar”. Harga tiket JOGJAJAKARTA mencapai 2,6jt sekali terbang, akhirnya AIRLINE pun pada ikutan, ada yang nyampai 700rb. Apa nggak ada standarisasi karak koq berlomba-lomba pasang kenaikan tarif. (RB/7 Januari 2012/289) Strategi keluhan (16) di atas disampaikan oleh Feri di Gentan. Feri menyampaikan keluhannya mengenai mahalnya harga tiket pesawat Garuda Indonesia saat liburan akhir tahun. Tindak tutur yang disampaikan Feri di atas tergolong dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif mengeluh tampak pada tuturan ”GARUDA GILA-GILAAN. Saat liburan akhir tahun 2011 ternyata PT. GARUDA INDONESIA AIRWAYS “panen besar”. Keluhan yang disampaikan oleh Feri dilatarbelakangi oleh perasaan kesal dan kecewa mengenai mahalnya harga tiket pesawat Garuda Indonesia saat libur akhir tahun. Garuda Indonesia merupakan salah satu maskapai penerbangan yang ada di Indonesia. Harga tiket pesawat memang tidak stabil pada harga tetap seperti commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
55 digilib.uns.ac.id
angkutan umum lainnya. Hal ini terjadi karena Begitu banyaknya maskapai penerbangan yang ada dan akhirnya dibuat sebuah sistem global yang menentukan harga tiket pesawat. Harga ini akhirnya dijadikan sebuah patokan minimal oleh setiap maskapai penerbangan. Tentunya maskapai penerbangan tidak mau merugi dengan hanya memberangkatkan satu dua orang seperti angkutan kota. Bila suatu rute pesawat bukanlah rute yang banyak di minta oleh penumpang maka harganya memang sangat murah sehingga dapat menarik orang untuk melalui rute ini. Bila rute ini sudah mulai menarik orang untuk melewatinya, harga tiket pesawat akan jauh lebih mahal. Tingginya minat penumpang yang akan menggunakan pesawat sebagai pilihan transportasi juga akan mempengaruhi melonjaknya harga tiket. Apalagi jika sudah masuk musim liburan, tentunya harga tiket pesawat akan semakin mahal. Ini memang sudah menjadi sebuah keputusan yang melegalkan setiap maskapai penerbangan untuk menaikan atau menurunkan harga tiketnya karena bila tidak demikian mereka tidak akan mendapatkan keuntungan untuk membiayai karyawan maupun untuk perkembangan maskapai penerbangan itu sendiri. Jenis strategi yang disampaikan oleh Feri di atas tergolong dalam strategi keluhan „menyalahkan secara eksplisit (orang) (modified blame (person))‟. Strategi keluhan „menyalahkan secara eksplisit (orang) (modified blame (person))‟ tampak pada tuturan “GARUDA GILA-GILAAN”. Penutur menyatakan secara eksplisit bahwa mitra tutur adalah seseorang yang tidak bertanggung jawab. Penutur yang dimaksudkan di sini yaitu Garuda Indonesia. Penggunaan huruf besar dalam tuturan untuk menyangatkan keluhan penutur. Bentuk tuturan yang termasuk dalam strategi keluhan „menyalahkan secara commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
56 digilib.uns.ac.id
eksplisit (orang) (modified blame (person))‟ dapat pula ditunjukkan pada data (17) berikut. (17) Konteks Tuturan : Tuturan disampaikan oleh Edi di Boyolali yang menyampaikan keluhannya mengenai perangkat desa yang berdemo. Bentuk Tuturan : Terulang lagi orang-orang bodoh berkoar-koar di tengah jalan mengganggu kepentingan umum. Mbok ya mikir dan belajar dari kejadian bodoh beberapa waktu lalu. Perangkat orang tua dan dituakan di desa masak melakukan demo tanpa mikir, sak penake dhewe ngebaki dalan. (RKS/24 Januari 2012/294) Strategi keluhan (17) di atas disampaikan oleh Edi di Boyolali. Edi menyampaikan keluhannya mengenai para perangkat desa yang berdemo. Tindak tutur yang disampaikan Edi di atas tergolong dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif mengeluh tampak pada tuturan ” Terulang lagi orang-orang bodoh berkoar-koar di tengah jalan mengganggu kepentingan umum dan Perangkat orang tua dan dituakan di desa masak melakukan demo tanpa mikir sak penake dhewe ngebaki dalan”. Keluhan yang disampaikan oleh Edi dilatarbelakangi oleh kekesalannya pada orang-orang bodoh yang berdemo hanya karena menginginkan kenaikan gaji. Orang-orang bodoh yang dimaksud adalah para perangkat desa. Demo yang dilakukan perangkat desa tersebut dianggap sangat mengganggu pengendara yang akan melewati jalan. Menurut Edi, para perangkat desa tersebut terkesan serakah karena selalu merasa kurang dengan apa yang telah diberi. Mereka hanya memikirkan kepentingannya sendiri tanpa memikirkan nasib orang kecil yang kadang tidak makan karena tidak memiliki uang. Jenis strategi yang disampaikan oleh Edi di atas tergolong dalam strategi commit to(orang) user keluhan „menyalahkan secara eksplisit (modified blame (person))‟.
perpustakaan.uns.ac.id
57 digilib.uns.ac.id
Strategi keluhan „menyalahkan secara eksplisit (orang) (modified blame (person))‟ tampak pada tuturan “Terulang lagi orang-orang bodoh berkoar-koar di tengah jalan mengganggu kepentingan umum”. Penutur menyatakan secara eksplisit bahwa mitra tutur adalah seseorang yang tidak bertanggung jawab. Seseorang yang tidak bertanggung jawab yang dimaksud adalah para perangkat desa.
B. Analisis Perspektif Tindak Tutur Mengeluh Berdasarkan analisis data dalam RA, RKS, dan RRB penulis menemukan 4 perspektif tindak tutur mengeluh. Perspektif tindak tutur mengeluh tersebut meliputi perspektif penutur Saya (I), perspektif penutur Kita (We), perspektif mitra tutur Kamu (You), perspektif mitra tutur Keadaan (It). Berikut uraian semua perspektif tindak tutur mengeluh tersebut. 1. Perspektif penutur Saya (I) Penutur mengidentifikasi dirinya secara terbuka dengan menggunakan pronomina persona orang pertama “saya” atau menggunakan nomina umum dan nomina nama diri seperti “paman Sam” (Trosborg, 1995:323). Hal ini dapat dilihat pada data (18) berikut. (18) Konteks Tuturan : Tuturan disampaikan oleh Rini dari Solo yang menyampaikan keluhannya tentang warga yang sering membuang sampah sembarangan. Bentuk Tuturan : Saya warga sanggir, Paulan, Colomadu. Saya sangat prihatin dengan banyaknya warga perumahan yang dengan tanpa dosa membuang sampah di sepanjang pinggir jalan, seperti jalan dukuh Tegalrejo dan prapatan Sanggir ke utara, dan masih banyak lagi jalan yang beralih fungsi menjadi tempat pembuangan sampah! Saya sering menjumpai pada malam hari banyak warga melempar sampah dari dalam mobilnya ke pinggir jalan. Mau menyalahkan siapa, kalau di lingkungan kita (RB/12 Januari 2012/04) commit to user Tuturan data (18) di atas disampaikan oleh Rini dari Solo. Rini
perpustakaan.uns.ac.id
58 digilib.uns.ac.id
menyampaikan keluhannya mengenai warga masyarakat yang membuang sampah sembarangan di pinggir jalan. Jenis tindak tutur yang disampaikan oleh Rini di atas tergolong ke dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak pada tuturan Rini yang menuturkan “Saya sangat prihatin dengan banyaknya warga perumahan yang dengan tanpa dosa membuang sampah di sepanjang pinggir jalan”. Tindak tutur yang disampaikan Rini di atas dilatarbelakangi oleh perasaan prihatin dan kesal terhadap warga perumahan yang membuang sampah di sepanjang pinggir jalan. Kebiasaan warga yang membuang sampah sembarangan itu menyebabkan banyak jalan yang beralih fungsi menjadi tempat pembuangan sampah. Akibatnya, jalan tersebut menjadi tidak enak dipandang dan aromanya tidak sedap. Jenis perspektif yang disampaikan oleh Rini di atas tergolong dalam perspektif keluhan „saya (I)‟. Perspektif keluhan saya dapat diindentifikasi dengan penggunaan kata „saya‟ yang berulang-ulang. Perspektif keluhan „saya (I)‟ tampak pada tuturan “Saya warga sanggir, Paulan, Colomadu”. Penutur mengidentifikasi dirinya sebagai si pengeluh secara terbuka dengan menggunakan pronomina persona orang pertama „saya‟. Bentuk tuturan yang termasuk dalam perspektif penutur “Saya (I)” dapat pula ditunjukkan pada data (19) berikut. (19) Konteks Tuturan : Tuturan disampaikan oleh Reza di Solo yang menyampaikan keluhannya mengenai layanan internet XL Bentuk Tuturan : Gimana sich XL, saya mau internetan, awalnya pulsa saya Rp 4550, saya internetan hanya sebentar (sekitar 1 menit), jadi pulsa saya masih utuh, commit userkatanya dapat gratisan internet 99 setelah itu saya dapat kiriman daritoXL,
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menit, lalu saya langsung cek pulsa, pulsa saya tau-tau jadi Rp 3550. Walaupun hanya Rp 1000, tapi kan juga merugikan pelanggan. Buat JS, semoga makin maju. (RB/15 Januari 2012/81) Tuturan data (19) di atas disampaikan oleh Reza dari Solo. Reza menyampaikan keluhannya mengenai layanan internet XL. Jenis tindak tutur yang disampaikan oleh Reza di atas tergolong ke dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak pada tuturan Ica yang menuturkan “Walaupun hanya Rp 1000, tapi kan juga merugikan pelanggan”. Tindak tutur yang disampaikan Ica dilatarbelakangi oleh perasaan kesal mengenai layanan interne operator telepon seluler XL. XL merupakan salah satu operator telepon seluler kartu komunikasi di Indonesia. Reza mengungkapkan kekesalannya karena pulsa internet yang baru ia pakai ternyata terpotong 1000 rupiah. Padahal sebelumnya Reza telah mendapat sms dari XL yang menyatakan bahwa ia mendapat gratis internet 99 menit. Menurut Reza, walaupun hanya Rp 1000 tetapi ia merasa dirugikan. Jenis perspektif yang disampaikan oleh Reza di atas tergolong dalam perspektif keluhan „saya (I)’. Perspektif keluhan saya dapat diindentifikasi dengan penggunaan kata „saya‟ yang berulang-ulang. Perspektif keluhan „saya (I)‟ tampak pada penggunaan kata “saya” di tiap tuturannya. Reza mengidentifikasi dirinya sebagai si pengeluh secara terbuka dengan menggunakan pronomina persona orang pertama „ku‟. 2.
Perspektif Penutur Kita (We) Trosborg (1995:323) menyatakan bahwa perspektif penutur kita yaitu
penutur ingin meminimalkan perannya dengan menggunakan kata ganti orang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
60 digilib.uns.ac.id
pertama jamak Kita. Hal ini untuk menghindari tanggung jawab pribadi ketika menyalahkan mitra tutur. Hal ini dapat dilihat pada data (20) berikut.
(20) Konteks Tuturan : Tuturan disampaikan oleh Suroyo dari Delanggu yang menyampaikan keluhannya mengenai pelayanan PLN. Bentuk Tuturan : Kenapa setiap turun hujan pada sore atau malam hari, listrik sering kali padam?? Kami sebagai warga pengguna listrik, tidak ingin hanya sekedar jawaban saja, tetapi sebagai konsumen butuhnya service pelayanan sebaik mungkin dari Perusahaan Milik Negara ini atau karya nyata dari PLN. Matur nuwun (RB/11 Januari 2012/47) Tuturan data (20) disampaikan oleh Suroyo di Delanggu. Suroyo menyampaikan keluhannya mengenai pelayanan PLN yang setiap turun hujan listrik seringkali mati. Jenis tindak tutur yang disampaikan oleh Suroyo di atas tergolong ke dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak pada tuturan Suroyo yang menuturkan “Kami sebagai warga pengguna listrik, tidak ingin hanya sekedar jawaban saja, tetapi sebagai konsumen butuhnya service pelayanan sebaik mungkin dari Perusahaan Milik Negara ini atau karya nyata dari PLN”. Tuturan keluhan yang disampaikan oleh Suroyo dilatarbelakangi oleh perasaan kecewa dan tidak puas mengenai pelayanan PLN. PLN merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara. PLN mengurusi masalah distribusi listrik untuk warga. Menurut Suroyo, pelayanan PLN seringkali mengecewakan. Setiap kali turun hujan di sore atau malam hari, listrik sering padam. Suroyo pun telah mengadukan masalah ini kepada PLN, tetapi hanya jawaban yang ia dapatkan dan bukan pelayanan yang maksimal dari PLN. Jenis perspektif yang disampaikan oleh Suroyo di atas tergolong dalam commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perspektif keluhan „kita (we)‟. Perspektif keluhan „kita (we)‟ tampak pada tuturan “Kami sebagai warga pengguna listrik, tidak ingin hanya sekedar jawaban saja, tetapi sebagai konsumen butuhnya service pelayanan sebaik mungkin dari Perusahaan
Milik
Negara
ini
atau
karya
nyata
dari
PLN”.
Suroyo
menyembunyikan identitas dan mengidentifikasi dirinya sebagai „kami‟. Hal ini untuk meminimalkan perannya sebagai pengeluh. Hal ini dimaksudkan bahwa tidak hanya Suroyo saja yang mengeluhkan tentang layanan listrik PLN. Bentuk tuturan yang termasuk dalam perspektif penutur “kita (we)” dapat pula ditunjukkan pada data (21) berikut. (21) Konteks Tuturan : Tuturan disampaikan oleh Dony di Solo yang menyampaikan keluhannya tentang susahnya membedakan pemerintah pro rakyat dan yang pura-pura pro rakyat. Bentuk Tuturan : Sekarang ini kita sangat sulit untuk bisa tau serta membedakan mana aparat pemerintah benar-benar pro rakyat & mana yang berkedok peduli pada nasib rakyat padahal tujuan sebenarnya hanyalah menjadikan rakyat sebagai umpan demi mendapat “ikan” yang lebih besar atau menyelamatkan diri sendiri dari berbagai kebusukan politik yang telah dilakukan. Saling cerca, saling tuding & mencari kambing hitam pun seolah menjadi hal biasa. Kenapa para aparat pemerintah begitu sulit bersikap JANTAN untuk mengakui setiap kesalahan & segera saja mengundurkan diri kalau memang merasa tidak mampu mengemban amanat yang telah diberikan oleh rakyat? Kenapa harus menunggu sampai rakyat bereaksi dengan melakukan unjuk rasa menuntut pengunduran diri aparat pemerintah? (RB/21 Januari 2012/192) Tuturan (21) di atas disampaikan oleh Dony di Solo yang mengeluhkan tentang susahnya membedakan pemerintah pro rakyat dan yang pura-pura pro rakyat. Jenis tindak tutur yang disampaikan oleh Dony di atas tergolong ke dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak dalam tuturan “Sekarang ini kita sangat sulit untuk bisa tau serta membedakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
62 digilib.uns.ac.id
mana aparat pemerintah benar-benar pro rakyat & mana yang berkedok peduli pada nasib rakyat padahal tujuan sebenarnya hanyalah menjadikan rakyat sebagai umpan demi mendapat “ikan” yang lebih besar atau menyelamatkan diri sendiri dari berbagai kebusukan politik yang telah dilakukan. Saling cerca, saling tuding & mencari kambing hitam pun seolah menjadi hal biasa”. Tuturan keluhan yang disampaikan Dony dilatarbelakangi oleh perasaan ketidakpuasan mengenai sikap pemerintah yang tidak sepenuh hati mengemban amanatnya untuk mendahulukan kepentingan rakyat. Terkadang rakyat hanya dijadikan umpan oleh para petinggi negara agar ia bisa medapat kekuasaan yang lebih tinggi. Bahkan tidak jarang pula rakyat dijadikan tameng agar para petinggi dapat lolos dari kebusukan politik yang telah ia ciptakan. Jenis perspektif yang disampaikan oleh Dony di atas tergolong dalam perspektif keluhan „kita (we)‟. Perspektif keluhan „kita (we)‟ tampak pada penggunaan kata “kita” dalam tuturan “Sekarang ini kita sangat sulit untuk bisa tau serta membedakan mana aparat pemerintah benar-benar pro rakyat & mana yang berkedok peduli pada nasib rakyat”. Eri menyembunyikan identitas dan mengidentifikasi dirinya sebagai „kita‟. Hal ini untuk meminimalkan perannya sebagai pengeluh. 3. Perspektif Mitra Tutur Kamu (you) Penutur secara jelas menyatakan mitra tutur sebagai agen penanggung jawab keluhan. Selain menggunakan kata ganti orang kedua „kamu/anda‟, perspektif ini juga direalisasikan dalam nomina umum seperti Susan/my daughter (Trosborg, 1995:325). Hal ini dapat dilihat pada data (22) berikut. (22) Konteks Tuturan : to user dari Solo yang menyampaikan Tuturan disampaikan olehcommit Y. Cristanto
perpustakaan.uns.ac.id
63 digilib.uns.ac.id
keluhannya mengenai pengendara motor yang ugal-ugalan ketika berkendara. Bentuk Tuturan : Joglosemar met pagi tolong sms saya ini dimuat makasih! Wah itu lho mas - mas yang lewat naik spm ngebut suara knalpot nyaring wah hebat banget lo itu mudah-mudahan selamat di jalan tidak sekarat di jalan hebat tenan itu anak saya tau pas lewat di depan polsek colomadu, bangga mungkin bisa naik motor seperti itu. BEYAYAKAN. (RB/27 Januari 2012/10) Tuturan data (22) disampaikan oleh Y. Cristanto di Solo. Cristanto menyampaikan keluhannya mengenai pengendara motor di Colomadu yang ugalugalan ketika berkendara. Jenis tindak tutur yang disampaikan oleh Y. Cristanto di atas tergolong ke dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak pada tuturan Y. Cristanto yang menuturkan “Wah itu lho mas - mas yang lewat naik spm ngebut suara knalpot nyaring wah hebat banget lo itu mudah-mudahan selamat di jalan tidak sekarat di jalan hebat tenan itu anak saya tau pas lewat di depan polsek colomadu, bangga mungkin bisa naik motor seperti itu. BEYAYAKAN”. Tuturan keluhan yang disampaikan Y. Cristanto dilatarbelakangi oleh perasaan kesal mengenai pengendara motor yang ugal-ugalan. Pengendara tersebut mengendarai motor dengan sangat cepat. Suara knalpot yang nyaring juga sangat mengganggu pengendara lain. Y. Cristanto menuturkan bahwa anaknya juga pernah melihat pengendara tersebut bahkan di depan polsek Colomadu. Hal inilah yang membuat Y. Cristanto sangat kesal. Jenis perspektif yang disampaikan oleh Y. cristanto di atas tergolong dalam perspektif keluhan „kamu (you)‟. Perspektif „kamu (you)‟ tampak pada tuturan “Wah itu lho mas - mas yang lewat naik spm ngebut suara knalpot nyaring wah hebat banget lo itu mudah-mudahan selamat di jalan tidak sekarat di jalan hebat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
64 digilib.uns.ac.id
tenan itu anak saya tau pas lewat di depan polsek colomadu”. Y. Cristanto menyatakan mitranya sebagai penanggung jawab keluhan dengan menyebutkan dalam nomina umum yaitu “mas-mas”. Bentuk tuturan yang termasuk dalam perspektif mitra tutur „kamu (you)‟ dapat pula ditunjukkan pada data (23) berikut. (23) Konteks Tuturan : Tuturan disampaikan oleh Mustam di Weru yang menyampaikan keluhannya mengenai rusaknya Jalan Sigrojog hingga Karangwuni. Bentuk Tuturan : Aspal Koyo Ampyang? Buat Pemborong /tender pengaspalan Jalan Sigrojog-Karangwuni Weru Sukoharjo. Kenapa baru 4 bulan pengerjaan jalannya dah mulai rusak lagi? Nek golek bathi jo akeh-akeh! Buat Joglosemar. Matur nuwun.. (RB/12 Januari 2012/110) Tuturan data (23) disampaikan oleh Mustam di Weru. Mustam menyampaikan keluhannya rusaknya Jalan Sigrojog-Karangwuni. Jenis tindak tutur yang disampaikan oleh Mustam di atas tergolong ke dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak pada tuturan “Aspal Koyo Ampyang?”. Tuturan keluhan yang disampaikan Mustam dilatarbelakangi oleh perasaan ketidakpuasan mengenai Jalan Sigrojog-Karangwuni yang rusak parah. Jalan Sogrojog hingga Karangwuni memang seringkali rusak, tetapi 4 bulan lalu DPU telah melakukan pembenahan agar jalan tersebut dapat digunakan kembali. Pembenahan yang dilakukan DPU memakai jasa tender/borongan dari pihak swasta. Pembenahan jalan yang baru 4 bulan tersebut ternyata tidak maksimal karena jalan sudah mulai rusak lagi. Oleh karena itu, Mustam curiga jika anggaran yang digunakan untuk memperbaiki jalan tidak digunakan sepenuhnya. Menurut user Mustam, pemborong mengambil commit banyaktokeuntungan dari anggaran tesebut dan
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memberikan kualitas yang buruk pada bahan baku yang digunakan untuk perbaikan jalan sehingga jalan yang baru saja diperbaiki sudah rusak kembali. Jenis perspektif yang disampaikan oleh Mustam di atas tergolong dalam perspektif keluhan „kamu (you)‟. Perspektif keluhan „kamu (you)‟ tampak pada tuturan “Buat Pemborong /tender pengaspalan Jalan Sigrojog-Karangwuni Weru Sukoharjo”. Mustam menyatakan mitranya sebagai penanggung jawab keluhan dengan
menyebutkan
dalam
pronomina
persona
umum
yaitu
“Buat
Pemborong/Tender”. 4.
Perspektif Mitra Tutur Keadaan (It) Penutur memilih menggunakan perspektif ‘it’ ini untuk lebih mengangkat
keadaan yang dikeluhkan dan menyembunyikan identitas agen yang bertanggung jawab atas keadaan yang tidak menyenangkan (Trosborg, 1995:325). Hal ini dapat dilihat pada data (24) berikut. (24) Konteks Tuturan : Tuturan disampaikan oleh Dissukarno di Solo yang menyampaikan keluhannya tentang keadaan tiga ruang kelas di SDN Pucang Sawit no 119 yang hampir roboh. Bentuk Tuturan : Ada ironi di kota Solo, kota Bengawan dengan gemerlap pembangunan disana-sini. Taman, beton-beton bangunan menjulang nyaris merata di sudut kota. Dibalik semua itu, ada ironi tentang kota ini adalah ihwal tiga ruang kelas SDN Pucang Sawit no 119 yang nyaris roboh. (RKS/25 Januari 2012/18) Tuturan data (24) disampaikan oleh Dissukarno di Solo. Dissukarno menyampaikan keluhannya mengenai kemegahan kota Solo dengan pembangunan dimana-mana, tetapi dibalik itu ada SDN Pucang Sawit no 119 dengan keadaan tiga ruang kelasnya yang hampir roboh. Jenis tindak tutur yang disampaikan oleh Dissukarno di atas tergolong ke dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
66 digilib.uns.ac.id
tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak pada tuturan “Dibalik semua itu, ada ironi tentang kota ini adalah ihwal tiga ruang kelas SDN Pucang Sawit no 119 yang nyaris roboh”. Tuturan keluhan yang disampaikan oleh Dissukarno dilatarbelakangi oleh perasaan kecewa mengenai kondisi bangunan ruang kelas di SDN Pucang Sawit no 119. Keluhan Dissukarno ini dikarenakan kondisi kota Solo sekarang dengan pembangunannya di berbagai sektor dan wilayah tidak sebanding dengan kondisi ruang kelas di SDN Pucang Sawit yang hampir roboh. Pemerintah juga seakan tidak peduli dengan keadaan ini. Jika mereka peduli, seharusnya ruang kelas ini sudah dibenahi dan tidak akan nyaris roboh. Jenis perspektif yang disampaikan oleh Dissukarno di atas tergolong dalam perspektif keluhan „keadaan (it)‟. Dissukarno memilih menggunakan perspektif ini untuk lebih mengangkat keadaan yang dikeluhkan dan menyembunyikan agen penanggung jawab keluhan. Semua tuturan yang terdapat dalam data (24) menunjukkan keadaan yang dikeluhkan dan termasuk dalam perspektif mitra tutur „keadaan (it)‟. Bentuk tuturan yang termasuk dalam perspektif mitra tutur „keadaan (it)‟ dapat pula ditunjukkan pada data (25) berikut. (25) Konteks Tuturan : Tuturan disampaikan oleh Luluk di Karanganyar yang menyampaikan keluhannya mengenai pembatas jalan di jalan raya Solo-Sragen tepatnya di sebelah selatan pom bensin Sroyo yang rusak. Bentuk Tuturan : Kepada dinas terkait, mohon pembatas jalan di jalan raya Solo-Sragen tepatnya di sebelah selatan pom bensin Sroyo segera diperbaiki, karena sangat menggangu kenyamanan pengendara. (RKS/7 Januari 2012/266) Tuturan data (25) disampaikan oleh Luluk di Karanganyar. Luluk commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyampaikan keluhannya mengenai kerusakan pembatas jalan di jalan raya Solo- Sragen yang mengganggu kenyamanan pengendara. Jenis tindak tutur yang disampaikan oleh Luluk di atas tergolong ke dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak pada tuturan “karena sangat menggangu kenyamanan pengendara”. Tuturan keluhan yang disampaikan Luluk dilatarbelakangi oleh perasaan tidaknyamannya mengenai pembatas jalan di Jalan Raya Solo-Sragen yang rusak. Jalan Raya Solo-Sragen merupakan jalan utama yang menghubungkan Solo dan Sragen. Jalan tersebut sangat ramai oleh pengendara yang melintas. Pembatas jalan sangat dibutuhkan oleh pengendara agar lalu lintas tetap nyaman dan teratur. Oleh karena itu, Luluk meminta dinas terkait untuk segera memperbaiki pembatas jalan tersebut. Jenis perspektif yang disampaikan oleh Luluk di atas tergolong dalam perspektif keluhan „keadaan (it)‟. Perspektif keluhan „keadaan (it)‟ tampak pada tuturan “kepada dinas terkait” Luluk memilih menggunakan perspektif ini untuk lebih mengangkat keadaan yang dikeluhkan dan menyembunyikan agen penanggung jawab keluhan dengan menggunakan “kepada dinas terkait”.
commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 1 Strategi Tindak Tutur Mengeluh
No. 1. 2.
Strategi Tindak Tutur Mengeluh Petunjuk (Hints) Ekspresi kekesalan (Annoyance)
Nomor Data
Jumlah
1, 2, dan3.
3 data
4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14,
27 data
15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, dan 30. 3.
4.
Konsekuensi yang menyakitkan (Ill consequences)
31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39,
Tuduhan tidak langsung (Indirect)
44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52,
13 data
40, 41, 42, dan 43. 30 data
53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, dan 73. 6.
Kesalahan yang disamarkan (Modified blame)
189. 190, 191, 192, 193, 194,
26 data
195, 199, 197, 198, 199, 200, 201, 202, 203, 204, 205, 206, 207, 208, 209, 210, 211, 212, 213, dan 214.
7.
Menyalahkan secara eksplisit (sikap) (Explicit blame (behaviour))
215, 216, 217, 218, 219, 220, 221, 222, 223, 224, 225, 226, 227, 228, 229, 230, 231, 232, 233, 234, 235, 236, 237, 238, 239, 240, 241, 242, 243, 244, commit to user
73 data
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
245, 246, 247, 248, 249, 250, 251, 252, 253, 254, 255, 256, 257, 258, 259, 260, 261, 262, 263, 264, 265, 266, 267, 268, 269, 270, 271, 272, 273, 274, 275, 276, 277, 278, 279, 280, 281, 282, 283, 284, 285, 286, dan 287. 8.
Menyalahkan secara eksplisit (orang) (Explicit blame (person))
288, 289, 290, 291, 292, 293, dan
7 data
294. 294 data.
commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2 Perspektif Tindak Tutur Mengeluh
No. 1.
Perspektif Tindak Tutur Mengeluh Penutur Saya (I)
Nomor Data
Jumlah
4, 5, 6, 7, 31, 32, 33, 34, 35, 44,
51 data
45, 46, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 189, 190, 215, 216, 217, 218, 219, 220, 221, 222, 223, 224,225, 226, 287, dan 288. 2.
Penutur Kami (We)
8, 47, 48, 97, 98, 99, 191, 192,
12 data
193, 227, 228, dan 229. 3.
Mitra tutur Kamu (You) 9, 10, 11, 36, 37, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 100, 101, 102, 103, 104, 105, 106, 107, 108, 109, 110, 111, 112, 113, 114, 115, 116, 117, 118, 119, 120, 121, 122, 123, 124, 125, 126, 127, 128, 129, 130, 131, 132, 133, 134, 135, 136, 137, 138, 139, 140, 141, 142, 143, 144, 145, 146, 147, 148, 149, 150, 151, 152, 153, 154, 155, 156, 157, 158, 159, 160, 161, 162, 163, 164, 165, 166, 167, commit to user
14 data
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
168, 194, 195, 196, 197, 198, 199, 200, 201, 202, 203, 204, 205, 206, 207, 208, 209, 210, 230, 231, 232, 233, 234, 235, 236, 237, 238, 239, 240, 241, 242, 243, 244, 245, 246, 247, 248, 249, 250, 251, 252, 253, 254, 255, 256, 257, 258, 259, 260, 261, 262, 263, 264, 265, 266, 289, 290, 291, 292, 293, dan 294. 4.
Mitra Tutur Keadaan
1, 2, 3, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18,
(It)
19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27,
91 data
28, 29, 30, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 169, 170, 171, 172, 173, 174, 175, 176, 177, 178, 179, 180, 181, 182, 183, 184, 185, 186, 187, 188, 211, 212, 213, 214, 267, 268, 269, 270, 271, 272, 273, 274, 275, 276, 277, 278, 279, 280, 281, 282, 283, 284, 285, dan 286. 294 data.
commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Dalam penelitian ini dapat disimpulkan dua hal yang merupakan jawaban dari rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya. Berikut merupakan simpulan dari penelitian ini. 1. Strategi tindak tutur mengeluh yang terdapat dalam RA, RKS, dan RRB sebanyak 8 strategi. Strategi tindak tutur mengeluh itu meliputi strategi ‘petunjuk (hints)’, ‘ekspresi kekesalan (annoyance)’, ‘konsekuensi yang menyakitkan (ill consequences)’, ‘tuduhan tidak langsung (indirect)’, ‘tuduhan langsung (direct)’, ‘menyalahkan yang disamarkan (modified blame)’,
‘menyalahkan
secara
eksplisit
(sikap)
(explicit
blame
(behaviour))’ dan ‘menyalahkan secara eksplisit (orang) (explicit blame (person))’. Hasil analisis data menunjukkan bahwa strategi tindak tutur mengeluh
yang paling banyak digunakan
oleh pengeluh
untuk
mengungkapkan ketidakpuasan adalah strategi ‘tuduhan langsung (direct)’ dan strategi ‘menyalahkan secara eksplisit (sikap). 2. Perspektif tindak tutur mengeluh yang terdapat dalam RA, RKS, dan RRB sebanyak 4 perspektif. Perspektif tindak tutur mengeluh itu meliputi perspektif penutur ‘saya (I)’, perspektif penutur ‘kita (we)’, perspektif mitra tutur ‘kamu (you)’, perspektif mitra tutur ‘keadaan (it)’.Hasil analisis data menunjukkan bahwa perspektif tindak tutur mengeluh yang paling banyak digunakan oleh pengeluh commit to adalah user perspektif mitra tutur ‘kamu
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(you)’.
B. Saran 1. Bagi masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman terhadap tuturan dalam media cetak terutama suara pembaca mengenai tuturan ketidakpuasan yang masuk dalam kategori tindak tutur ekspresif mengeluh. 2. Bagi peneliti selanjutnya Penulis berharap penelitian mengenai masalah kajian pragmatik, khususnya mengenai tindak tutur mengeluh dalam media cetak dapat dilakukan lebih lanjut dan mendalam lagi. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
commit to user