TINDAK TUTUR DALAM IKLAN BERBAHASA JAWA DI RADIO The Acts of Speech in Javanese Advertisement on The Radio oleh/by
Suryo Handono Balai Bahasa Jawa Tengah Jalan Elang Raya, Mangunharjo, Tembalang, Semarang Telepon 024-76744357 Faksimile. 024-76744358
[email protected]
ABSTRAK Iklan sebagai salah satu bentuk komunikasi memunyai peran penting untuk memperkenalkan suatu produk kepada masyarakat. Tuturan iklan merupakan fenomena menarik untuk diteliti dari berbagai aspek pragmatik, salah satunya adalah tindak tutur. Penelitian ini mengkaji tindak tutur pada wacana iklan berbahasa Jawa di radio. Penelitian bersifat deskriptif kualitatif ini memaparkan bentuk tindak tutur dan konteks tuturan dalam wacana iklan berbahasa Jawa di radio. Strategi yang digunakan adalah analisis isi. Berdasarkan analisis isi diperoleh hasil bahwa bentuk tuturan dalam wacana iklan berbahasa Jawa di radio meliputi tindak tutur representatif, direktif, ekpresif, komisif, dan deklaratif. Tindak tutur representatif digunakan dalam konteks memberi tahu, menyatakan, mengakui, melaporkan, menjelaskan, menyebutkan, dan memberikan kesaksian. Tindak tutur direktif digunakan dalam konteks menyuruh, mengajak, mengimbau, menyarankan, dan mengingatkan. Tindak tutur ekspresif digunakan sebagai evaluasi dalam konteks memuji, mengkritik, dan mengeluh. Tindak tutur komisif digunakan hanya dalam konteks memastikan. Tindak tutur deklaratif digunakan dalam konteks melarang, menegaskan, dan meyakinkan. Kata kunci: tindak tutur, konteks, iklan, bahasa Jawa, radio
ABSTRACT Advertising as one form of communication has an important role to introduce a product to the community. Advertising is an interesting phenomenon to be examined from various aspects of pragmatic, one of which is the act of speech. This study examines the acts of speech on the discourse of Javanese advertisement on the radio. This descriptive qualitative research describes the form of speech acts and the context of speech in the discourse of Javanese ad on the radio. The strategy used is content analysis. Based on the content analysis, it is found that the form of speech in the Javanese language advertising discourse in the radio includes the act of representative speech, directive, expressive, commissive, and declarative. Representative speech acts are used in the context of notifying, declaring, acknowledging, reporting, explaining, mentioning, and giving testimony. The directive speech acts are used in the context of commanding, referring, appealing, suggesting, and reminding. Expressive speech acts are used as evaluation in the context of praising, criticizing, and complaining. Commissive speech acts are used only in the context of making sure. Declarative speech acts are used in the context of prohibiting, asserting, and reassuring. Keywords: speech acts, context, advertisement, Javanese, radio
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017 PENDAHULUAN Iklan adalah pesan atau berita yang disampaikan untuk memberitahukan produk dan atau jasa kepada masyarakat atau khalayak ramai. Sebagai salah satu bentuk komunikasi, iklan harus hangat dan jelas karena memunyai peran penting untuk memengaruhi masyarakat agar mau membeli, memakai, atau memiliki suatu produk berupa barang atau jasa. Untuk itu, diperlukan perhatian khusus untuk menyajikan iklan yang terkini dan sesuai dengan konteks perhatian masyarakat sesuai dengan sasaran iklan. Beragam bentuk iklan menarik dan kreatif yang tersaji di media cetak dan media elektronik memunculkan fenomena tersendiri sehingga dapat menimbulkan gaya hidup baru bagi masyarakat. Fenomena tersebut dapat dipahami apabila dilihat dalam perspektif ideologi iklan. Hal itu dapat diartikan sebagai usaha pengiklan untuk selalu menonjolkan keunggulan produk yang diiklankan. Iklan merupakan salah satu wujud wacana yang menarik. Selain sarat informasi, iklan juga memuat unsur persuasif yang sangat tinggi, yaitu membujuk atau menggiring orang untuk mengambil tindakan yang menguntungkan pihak pembuat iklan dan menarik perhatian pembaca iklan agar memiliki atau memenuhi permintaan pemasang iklan. Karena lebih mementingkan aspek persuasif, bahasa yang digunakan pun bersifat persuasif dengan tingkat perlokusioner yang tinggi. Tuturan iklan merupakan fenomena menarik untuk diteliti dari berbagai aspek pragmatik, salah satunya adalah tindak tutur. Tindak tutur merupakan pijakan mendasar dalam kajian pragmatik (Rustono, 1999, hlm. 31). Tindak tutur menjadi dasar analisis aspek pragmatik yang lain seperti
praanggapan, perikutan, implikatur percakapan, prinsip kerja sama, dan prinsip kesantunan. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan pada tindak tutur, yaitu tindak tutur dalam iklan berbahasa Jawa di radio di Jawa Tengah. Penelitian pragmatik wacana iklan sebenarnya sudah dilakukan oleh para peneliti, seperti Ulfah (2003), Harahap (2008), Indriani (2012), Elmira (2013), Alfani (2014), dan Nissa (2014). Hasil penelitian tersebut lebih memfokuskan pada wacana iklan tertulis dan televisi. Iklan radio, khususnya yang berbahasa Jawa, belum diteliti. Oleh karena itu, penelitian ini relevan dilakukan untuk menjawab permasalahan bagaimanakah bentuk tindak tutur dan konteks tuturan dalam wacana iklan berbahasa Jawa di radio. Ketika mendengar ujaran penutur, mitra tutur tidak hanya berusaha memahami makna ujaran itu, tetapi juga makna yang dikehendaki penutur. Untuk memahami makna tersebut, mitra tutur perlu memperhatikan konteks yang ada. Dengan pemahaman itu, komunikasi akan berjalan lancar. Jika konteks tuturan tidak dipahami, akan terjadi kesalahpahaman sehingga komunikasi tidak akan berjalan lancar. Pragmatik berkaitan dengan konteks, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan maupun latar belakang pengetahuan bersama penutur dan mitra tutur yang membantu mitra tutur menafsirkan makna tuturan (Nadar, 2009, hlm. 6). Aspek-aspek lingkungan fisik dan sosial itu disebut sebagai unsur di luar bahasa yang dikaji dalam pragmatik. Menurut Nababan (1987: 2),pragmatik memiliki dua pengertian. Pertama, kajian dari hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari 2
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017 penjelasan pengertian bahasa. Pengertian bahasa menunjuk pada fakta bahwa untuk mengerti suatu ungkapan atau ujaran bahasa diperlukan pengetahuan di luar makna kata dan hubungannya dengan konteks pemakaiannya. Kedua, kajian tentang kemampuan pemakai bahasa mengaitkan kalimat dengan konteks yang sesuai. Pragmatik mengkaji makna kalimat yang dituturkan oleh penutur sesuai dengan konteks dan situasi. Kridalaksana (1993:177) menyatakan bahwa pragmatik adalah ilmu yang menyelidiki pertuturan, konteksnya, dan maknanya. Sementara itu, Leech (1993:9) menyatakan bahwa pragmatik adalah studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi ujar. Berdasarkan pendapat tersebut, pragmatik menekankan pada makna dan situasi ujar. Pragmatik tidak dapat lepas dari bahasa dan konteks. Jadi, pragmatik merupakan bidang yang mengkaji kemampuan penutur menyesuaikan kalimat yang dituturkan sesuai dengan konteksnya sehingga komunikasi berjalan lancar. Leech (1993:5—6) menyatakan bahwa pragmatik mempelajari maksud tuturan, yaitu untuk apa tuturan itu dilakukan dan apa maksudnya serta mengaitkan dengan siapa berbicara kepada siapa, di mana, dan bagaimana. Tindak tutur merupakan entitas yang bersifat sentral di dalam pragmatik dan merupakan dasar bagi analisis topiktopik lain, seperti praanggapan, perikutan, implikatur percakapan, prinsip kerja sama, dan prinsip kesantunan (Wijana, 1996:46). Ibrahim (1993:106) mengungkapkan bahwa sebagian tuturan bukanlah pernyataan tentang sesuatu, tetapi merupakan tindakan.
Menuturkan sesuatu dapat disebut sebagai tindakan atau aktivitas karena sebuah tuturan selalu memiliki maksud tertentu. Maksud itulah yang menimbulkan pengaruh tertentu terhadap orang lain, seperti halnya mencubit atau memukul. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tindak tutur adalah aktivitas menuturkan sesuatu dengan maksud tertentu. Sejalan dengan itu, Rustono (1999:24) mengemukakan bahwa aktivitas menuturkan sesuatu dengan maksud tertentu merupakan tindak tutur karena berpengaruh terhadap orang lain yang mendengarkan sehingga menimbulkan respons dan terjadilah peristiwa komunikasi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tindak tutur adalah suatu tindakan bertutur yang memiliki maksud tertentu yang dapat diungkapkan secara eksplisit maupun implisit. Tindak tutur yang memiliki maksud tertentu tersebut tidak dapat dipisahkan dari konsep situasi tutur. Konsep tersebut memperjelas pengertian tindak tutur sebagai suatu tindakan yang menghasilkan tuturan sebagai produk tindak tutur. Austin dan Searle membagi tuturan menjadi tiga jenis, yaitu tindak lokusioner, ilokusioner, dan perlokusioner atau biasa disebut dengan lokusi, ilokusi dan perlokusi. Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Dalam tindak tutur ini dihasilkan serangkaian bunyi bahasa yang berarti sesuatu (Ibrahim, 1993, hlm. 15). Tindak tutur lokusi merupakan tindak tutur yang relatif paling mudah diidentifikasi karena dapat dilakukan tanpa menyertakan konteks tuturan (Wijana, 1996:17—18). Dalam tindak lokusi fungsi tuturannya tidak dipermasalahkan karena maknanya terdapat dalam kalimat yang 3
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017 dituturkan. Tindak tutur ini merupakan tindak tutur yang paling mudah diidentifikasi karena tidak mengikutsertakan maksud. Berdasarkan kategori gramatikal, bentuk tindak tutur lokusi dibedakan menjadi tiga, yaitu (1) pernyataan (deklaratif) yang berfungsi memberitahukan sesuatu kepada orang lain agar menaruh perhatian, (2) pertanyaan (interogatif) yang berfungsi untuk menanyakan sesuatu sehingga pendengar memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan, dan (3) perintah (imperatif) yang memiliki maksud agar pendengar memberikan tanggapan berupa tindakan atau perbuatan yang diminta. Tindak ilokusi merupakan tindak tutur yang mengandung maksud dan daya tuturan. Tindak ilokusi tidak mudah diidentifikasi karena berkaitan dengan siapa bertutur kepada siapa, kapan, dan di mana tindak tutur itu dilakukan dan sebagainya. Tindak ilokusi ini merupakan bagian yang penting dalam memahami tindak tutur (Wijana, 1996:). Untuk mempermudah identifikasi, ada beberapa verba yang menandai tindak tutur ilokusi, antara lain melaporkan, mengumumkan, bertanya, menyaran-kan, berterima kasih, mengusulkan, mengakui, mengucapkan selamat, berjanji, dan mendesak (Rustono, 1999:38). Sejalan dengan pendapat tersebut, Cummings (2007:9) menyatakan bahwa tindak ilokusi adalah ujaran-ujaran yang memiliki daya tertentu, seperti memberi tahu, memerintah, mengingatkan, dan melaksanakan. Tindak tutur ilokusi biasanya diidentifikasikan dengan kalimat perfomatif yang eksplisit. Tindak tutur ini biasanya berkenaan dengan pemberian izin, mengucapkan terima kasih, menyuruh, menawarkan,
menjanjikan, dan sebagainya (Chaer dan Leonie, 2010:53). Nababan (1987:18) menyatakan bahwa ilokusi adalah pengucapan suatu pernyataan, tawaran, janji, pertanyaan. Menurut Wijana (1996:18) ilokusi adalah penuturan yang digunakan untuk melakukan sesuatu. Sementara itu, Chaer dan Leonie (2010, hlm. 54) berpendapat bahwa ilokusi adalah pernyataan, tawaran, janji dan lain-lain dalam pengujaran. Berdasarakan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa ilokusi adalah tindak bahasa yang dibatasi oleh konvensi sosial, misalnya menyapa, menuduh, mengakui, dan memberi salam. Dengan demikian, tindak ilokusi tidak hanya berfungsi untuk menginformasikan sesuatu, tetapi juga mengacu untuk melakukan sesuatu. Searle (Leech, 1993:165) mengelompokkan tindak ilokusi menjadi lima jenis, yaitu (1) asertif yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya menyatakan, menyarankan, membual, mengeluh, dan mengklaim; (2) direktif yang dimaksudkan untuk memengaruhi agar mitra tutur melakukan tindakan, seperti memesan, memerintah, memohon, menasihati, dan merekomendasi; (3) ekspresif yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan, seperti berterima kasih, memberi selamat, meminta maaf, menyalahkan, memuji, dan berbelasungkawa; (4) komisif yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran, seperti berjanji, bersumpah, dan menawarkan sesuatu; dan (5) deklaratif yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataannya, seperti berpasrah, memecat, membaptis, 4
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017 memberi nama, mengangkat, mengucilkan, dan meng-hukum. Tuturan yang diucapkan oleh penutur sering memiliki efek atau pengaruh bagi yang mendengarkannya. Efek atau daya pengaruh ini dapat terjadi karena disengaja ataupun tidak disengaja oleh penutur. Efek yang dihasilkan dengan mengujarkan sesuatu itulah yang disebut tindak perlokusi. Rustono (1999, hlm. 38) menyatakan bahwa perlokusi adalah tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk memengaruhi mitra tutur. Sementara itu, Tarigan (1984, hlm. 35) menyatakan bahwa ujaran yang diucapkan penutur bukan hanya peristiwa ujar yang terjadi dengan sendirinya, tetapi merupakan ujaran yang mengandung maksud dan tujuan tertentu yang dirancang untuk menghasilkan efek, pengaruh, atau akibat terhadap lingkungan mitra tutur. Pada sisi lain, Chaer dan Leonie (2010, hlm. 70) berpendapat bahwa perlokusi berhubungan dengan sikap dan perilaku nonlinguistik . Searle (1976, hlm. 59-82) mengklasifikasi tindak tutur menjadi lima, yaitu representatif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif. Tindak tutur representatif mengikat penuturnya terhadap kebenaran ujaran. Yang termasuk tuturan ini adalah tuturan yang memberikan pernyataan, seperti menyatakan, menuntut, mengakui, melaporkan, menunjukkan, menyebutkan, memberikan kesaksian, dan berspekulasi. Tindak tutur direktif memungkinkan penutur meminta mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan dalam tuturan itu. Tuturan memaksa, memohon, menyarankan, mengajak, meminta, menyuruh, menagih, mendesak, menyarankan, memerintah, memberi aba-aba dan
menantang termasuk ke dalam tindak tutur ini. Tindak tutur ekspresif adalah tuturan yang dapat diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam tuturan. Tuturan memuji, mengucapkan terima kasih, mengkritik, mengeluh, menyalahkan, mengucapkan selamat, menyanjung termasuk dalam tindak tutur ekspresif. Kemudian, tindak tutur komisif mengikat penutur untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturan, seperti berjanji, bersumpah, dan menyanggupi. Tindak tutur deklaratif dimaksudkan untuk menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru. Tuturan-tuturan dengan maksud mengesahkan, memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan, mengabulkan, mengangkat, menolong, mengampuni, memaaf-kan termasuk tindak tutur deklaratif. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan strategi analisis isi (content analysis), yaitu teknik penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik simpulan yang sahih (Peer dan Mary Nesbitt, 2004). Data penelitian berupa ujaran dalam wacana iklan berbahasa Jawa di radio. Sumber data dalam penelitian ini adalah iklan berbahasa Jawa di radio swasta niaga di Jawa Tengah yang disiarkan pada bulan April sampai dengan Juni 2016. Karena keterbatasan iklan berbahasa Jawa di radio, sumber data penelitian ini tidak dibatasi pada iklan dan radio tertentu. Penyediaan data dilakukan dengan teknik simak, rekam, dan catat (Sudaryanto, 2015:204—206). Analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif yang bersifat induktif, yaitu analisis berdasarkan data yang diperoleh. Data dianalisis, dibandingkan, dan dipadukan membentuk suatu 5
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017 kajian yang sistematis, padu, dan utuh (Sutopo, 2002:69—70). Penelitian kualitatif ini mengedepankan analisis induktif dengan menghadirkan uraianuraian mengenai bentuk tindak tutur diikuti dengan uraian pemaknaan konteks tuturan. Selanjutnya, pembahasan mengerucut dan mengkristal ke perumusan-perumusan singkat padat dan simpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tindak Tutur Representatif Tindak tutur representatif adalah tindak tutur yang mengikat penutur atas kebenaran tuturannya. Yang termasuk tindak tutur representatif dalam wacana iklan berbahasa Jawa di radio adalah tuturan dengan konteks memberi tahu, menyatakan, mengakui, melaporkan, menjelaskan, menyebutkan, dan memberikan kesaksian. Dengan tindak tutur representatif penutur mempresentasikan apa yang ia maksudkan. Tindak tutur tersebut terdapat pada data berikut ini. Data 1 Iklan Teh Cap Dandang Mila leres, Mbah, Teh Cap Dandang panci teh pilihan, arum, sedhep, kenthel, tur manteb ta. Teh Cap Dandang menika produksi Perusahaan Teh Kartini saking Pekalongan ingkang sampun kawentar tehipun. „Memang benar, Mbah, Teh Cap Dangang memang teh pilihan, harum, sedap, kental, lagi pula mantap. Teh Cap Dandang itu diproduksi oleh Perusahaan Teh Kartini dari Pekalongan yang sudah terkenal tehnya.‟
Data (1) merupakan tindak tutur representatif dengan konteks memberi tahu. Penutur memberi tahu dan meyakinkan mitra tutur bahwa Teh
Dandang benar-benar merupakan teh pilihan, harum, sedap, kental, dan mantap rasanya. Selain itu, penutur juga memberi tahu bahwa Teh Dandang itu diproduksi oleh Perusahaan Teh Kartini dari Pekalongan. Informasi tersebut disampaikan untuk meyakinkan pendengar bahwa Teh Dandang layak untuk dipilih. Untuk menguatkan keyakinan mitra tutur memilih teh itu, penutur juga memberitahukan bahwa Perusahaan Teh Kartini Pekalongan sudah terkenal dengan hasil olahan tehnya. Dengan demikian, mitra tutur diharapkan tidak ragu memilih dan mengonsumsi Teh Dandang. Tindak tutur representatif dengan konteks menyatakan memungkinkan penutur mengatakan, mengemukakan, atau mempermaklumkan perasaan atau maksud hatinya. Tindak tutur tersebut terdapat pada data berikut ini. Data 2 Iklan Tolak Angin Komplit Bapak: Adhuh bune awakku kok padha pegel kabeh. „Aduh, Bu, badanku pegal-pegal semua.‟ Ibu : Niki lho, Pakne, jamu Tolak Angin Komplit, obat herbal kangge masuk angin, mendhakake weteng kembung, weteng lara, nglegakake tenggorokan, njaga kasarasan awak sarta apik diunjuk nalika perjalanan, awak sayah lan kurang turu. Obat iki didamel saka bahan alami, kayata minyak adas, kayu ules, godhong cengkeh, meniran, jahe, lan madu. Ayo pakne diunjuk saniki supados enggal waras. „Ini lho, Pak, jamu Tolak Angin Komplit, obat herbal untuk masuk angin, menyembuhkan perut kembung, perut sakit, melegakan tenggorokan, menjaga kebugaran badan dan baik diminum ketika perjalanan jauh, badan capek dan kurang tidur. Obat ini dibuat dari
6
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017 bahan alami, seperti minyak adas, kayu ules, daun cengkih, meniran, jahe, dan madu. Ayo, Pak, diminum sekarang supaya cepat sembuh.
Pada data (2) terdapat tindak tutur representatif menyatakan, yaitu tuturan Ibu “Niki lho, Pakne, ... Ayo pakne diunjuk saniki supados enggal waras.” Pada tuturan itu Ibu menyatakan bahwa jamu Tolak Angin Komplit merupakan obat herbal untuk masuk angin yang juga dapat menyembuhkan perut kembung, perut sakit, melegakan tenggorokan, menjaga kebugaran badan, badan capek, dan kurang tidur. Obat itu baik diminum ketika perjalanan jauh. Selain itu, obat tersebut dibuat dari bahan alami, seperti minyak adas, kayu ules, daun cengkih, meniran, jahe, dan madu. Tuturan Ibu tersebut merupakan respons terhadap keluhan Bapak bahwa badannya pegal semuanya yang juga menggunakan tindak tutur representatif menyatakan, “Adhuh bune awakku kok padha pegel kabeh.” Tindak tutur representatif mengakui memungkinkan penutur mengakui kebenaran atau ketidakbenaran sesuatu. Tindak tutur tersebut terdapat pada data berikut ini. Data 3 Iklan Teh Pendawa Bapak: Hem, wis ra malih malah tambah manteb, wangi, rasane cles banget. „Hem, sudah tidak berubah justru bertambah mantap, wangi, rasanya cles sekali.” Anak : Wonten napa, Pak. Kok ngendikan piyambak? „Ada apa, Pak. Kok bicara sendiri?‟ Bapak: Iki, Nok, sing jenenge Teh Pendawa. Ora biyen ora saiki, rasane ki ora malih, malah tambah manteb. „Ini, Nok, yang namanya Teh Pendawa. Tidak dahulu tidak sekarang, rasanya tidak berubah, justru tambah mantap.‟
Pada data (3) terdapat tindak tutur representatif mengakui, yang tecermin pada tuturan Bapak, baik tuturan pertama maupun kedua. Pada tuturan pertama ia mengungkapkan pengakuan pada diri sendiri bahwa Teh Pendawa tidak berubah kualitasnya dan justru tambah mantap, wangi, dan cles rasanya. Pada tuturan kedua ia mengemukakan pengakuan kepada mitra tuturnya (anak) bahwa dari dahulu sampai sekarang rasa Teh Pendawa tidak berubah, tetapi justru semakin mantap. Melalui tuturan tersebut, pengiklan meyakinkan pendengar bahwa Teh Pendawa layak dipilih dan dinikmati karena rasanya sangat nikmat. Tindak tutur representatif juga digunakan dalam konteks melaporkan. Konteks melaporkan ini hampir sama dengan konteks memberi tahu, seperti data berikut ini. Data 4 Iklan Poldamik Ibu : Adhuh, Pak, sirahku kari separo. „Aduh, Pak, kepalaku tinggal sebelah.‟ Bapak: Lha sing separo meneh neng ngendi? „Lha yang sebelah lagi ke mana? Ibu : Lara. „Sakit.‟ Bapak: Oalah, sakit kepala sebelah kuwi. Iku merga migren. „Oalah, sakit kepala sebelah itu. Itu karena migren.‟ Ibu : Adhuh, sing penting obate. Aku wis nyoba obat sakit kepala biasa, nanging kumat maneh, kumat maneh. „Aduh, yang penting obatnya. Saya sudah mencoba obat sakit kepala biasa, tetapi kambuh lagi, kambuh lagi.‟ Bapak: Lha, ora usah panik, ngombe wae Poldamik! „Lha, tidak usah panik, minum saja Poldamik!‟
7
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017 Narator: Poldamik, obat sakit kepala sebelah sing pertama tanpa resep dokter. Poldamik marasake sakit kepala sebelah kanthi tepat lan bener. Poldamik wis sumadia ing apotek lan toko obat sacelak Panjenengan. „Poldamik, obat sakit kepala sebelah yang pertama tanpa resep dokter. Poldamik menyembuhkan sakit kepala sebelah dengan tepat dan benar. Poldamik sudah tersedia di apotek dan toko obat di dekat Anda.‟
Tuturan Ibu, Adhuh, Pak, sirahku kari separo „Aduh, Pak, kepalaku tinggal sebelah.‟, merupakan tindak tutur representatif melaporkan, yaitu memberi tahu Bapak bahwa ia sakit kepala sebelah. Karena sakit kepala itu memang benar dialaminya sendiri, tuturan Ibu tersebut dapat dikatakan sebagai melaporkan keadaan dirinya. Selain tuturan Ibu, tuturan narator juga merupakan tindak tutur representatif dalam konteks melaporkan. Pada tuturan itu Narator melaporkan kepada para pendengar bahwa Poldamik merupakan obat sakit kepala yang pertama dapat dibeli tanpa resep dokter. Poldamik menyembuhkan sakit kepala sebelah dengan tepat dan benar. Narator juga melaporkan bahwa Poldamik sudah tersedia di apotek dan toko obat di dekat tempat tinggal pendengar. Tindak tutur representatif dengan konteks menjelaskan memungkinkan penutur mempresentasikan sesuatu dengan cara menguraikan secara jelas, seperti data berikut ini. Data 5 Iklan Pengobatan Alternatif Haji Zulkifli Hasan Haji Zulkifli Hasan ngobati maneka penyakit, kados ta tumor kandhungan, kanker payudhara, hernia, ambeien, lemah syahwat, ginjal, kencing batu, asma, paru-paru, TBC.
Haji Zulkifli Hasan ngginakaken tiga metodhe penyembuhan terapi ilmiah dibantu ngginakaken ramuan sinse dikombinasi ramuan arak Tiongkok, Pakistan, lan India. Ampuh ugi ngobati dhiabetes, amandhel, reumatik, lumpuh, dharah tinggi, mah, eksim, usus buntu, sifilis, keputihan, lan sanes-sanesipun tanpa operasi. „Haji Zulkifli Hasan mengobati bermacam-macam penyakit, seperti tumor kandungan, kanker payudara, hernia, ambeien, lemah syahwat, ginjal, kencing batu, asma, paru-paru, TBC. Haji Zulkifli Hasan menggunakan tiga metode penyembuhan terapi ilmiah dibantu menggunakan ramuan sinse dikombinasi ramuan arak Tiongkok, Pakistan, dan India. Ampuh juga mengobati diabetes, amandel, reumatik, lumpuh, darah tinggi, mag, eksim, usus buntu, sifilis, keputihan, dan lain-lainnya tanpa operasi.‟
Tuturan narator tersebut merupakan tindak tutur representatif dalam konteks menjelaskan. Narator menjelaskan keampuhan Haji Zulkifli Hasan yang dapat mengobati berbagai macam penyakit tanpa operasi. Dalam melakukan pengobatan, Haji Zulkifli Hasan menggunakan tiga metode penyembuhan terapi ilmiah yang dipadukan dengan penggunaan ramuan dari sinse dan dikombinasikan dengan ramuan arak Tiongkok, Pakistan, dan India. Dengan tuturan representatif menjelaskan tersebut, penutur berharap mitra tutur percaya dan memanfaatkan jasa Haji Zulkifli Hasan dalam mengatasi penyakit yang dideritanya. Tindak tutur representatif juga memungkinkan penutur mempresentasikan maksud dengan menyebutkan apa, mengapa, dan bagaimana, seperti pada data berikut ini. 8
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017 Data 6 Iklan Tolak Angin Komplit Bapak: Apa iku, Bune? „Apa itu, Bu?‟ Ibu : Niki lho, Pakne, jamu Tolak Angin Komplit, obat herbal kangge masuk angin, mendhakake weteng kembung, weteng lara, nglegakake tenggorokan, njaga kasarasan awak sarta apik diunjuk nalika perjalanan, awak sayah lan kurang turu. Obat iki didamel saka bahan alami, kayata minyak adas, kayu ules, godhong cengkeh, meniran, jahe, lan madu. Ayo pakne diunjuk saniki supados enggal waras. „Ini lho, Pak, jamu Tolak Angin Komplit, obat herbal untuk masuk angin, menyembuhkan perut kembung, perut sakit, melegakan tenggorokan, menjaga kebugaran badan dan baik diminum ketika perjalanan jauh, badan capek dan kurang tidur. Obat ini dibuat dari bahan alami, seperti minyak adas, kayu ules, daun cengkih, meniran, jahe, dan madu. Ayo, Pak, diminum sekarang supaya cepat sembuh.‟ Bapak: Wah enak tenan, Bune. Awak krasa seger buger kaya lebar dipijeti wae. „Wah, benar-benar enak, Bu. Badan terasa segar bugar seperti habis dipijit saja.‟
Tuturan Ibu pada iklan tersebut mempresentasikan sebuah obat dengan menyebutkan nama, mengapa harus memilih obat itu, dan bagaimana obat itu dibuat. Dengan jelas Ibu menyebutkan nama obat yang dimaksud adalah Tolak Angin Komplit. Obat herbal itu harus dipilih karena berkhasiat untuk mengobati masuk angin, menyembuhkan perut kembung, perut sakit, melegakan tenggorokan, menjaga kebugaran badan dan baik diminum ketika perjalanan jauh, badan capek dan kurang tidur. Kemudian, disampaikan juga bahwa obat herbal itu dibuat dari bahan alami, seperti minyak adas, kayu ules, daun cengkih, meniran,
jahe, dan madu. Tuturan tersebut merupakan respons atau jawaban dari pertanyaan mitra tutur (Bapak) yang ingin mengetahui sesuatu yang akan diberikan kepadanya. Tindak tutur representatif juga memungkinkan penutur memberi kesaksian atas sesuatu. Tindak tutur tersebut terlihat pada data berikut ini. Data 7 Iklan Tolak Angin Komplit Bapak: Wah enak tenan, Bune. Awak krasa seger buger kaya lebar dipijeti wae. „Wah, benar-benar enak, Bu. Badan terasa segar bugar seperti habis dipijit saja.‟ Ibu : Bener ta omongku? Awak dadi seger buger amarga ngunjuk Tolak Angin Komplit. „Benar kan kataku? Badan jadi segar bugar karena minum Tolak Angin Komplit.‟
Tindak tutur representatif dalam konteks memberi kesaksian terdapat pada tuturan Bapak. Tuturan itu memberi kesaksian atas manfaat dan efek yang timbul setelah minum Tolak Angin Komplit. Kesaksian itu dikuatkan melalui respons ibu. Melalui tuturan kesaksian itu, pengiklan berharap pendengar yakin dan tergerak untuk menggunakan obat Tolak Angin Komplit. Tindak Tutur Direktif Tindak tutur direktif memungkinkan penutur memaksa, memohon, meminta, menyuruh, mengajak, mendesak, memerintah, melarang, dan memberi aba-aba agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu. Tindak tutur direktif dalam wacana iklan berbahasa Jawa di radio digunakan dalam konteks menyuruh, mengajak, mengimbau, menyarankan, dan mengingatkan. Tindak tutur direktif dalam konteks menyuruh memungkinkan 9
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017 penutur menyuruh mitra tutur melakukan tindakan yang dimaksudkan, seperti pada data berikut ini. Data 8 Iklan Antangin JRG Ndang ngunjuk sakdurunge masuk angin dadi flu! „Segera minum sebelum masuk angin menjadi flu!‟
Data (8) merupakan tindak tutur direktif dalam konteks menyuruh mitra tutur untuk melakukan tindakan sesuai dengan yang dimaksudkannya. Tuturan tersebut menyuruh untuk segera minum Antangin sebelum masuk angin yang dideritanya bertambah parah menjadi flu. Konteks menyuruh pada data itu ditandai dengan penggunaan frasa ndang ngunjuk „segera minum‟. Tindak tutur direktif dalam konteks mengajak memungkinkan penutur menganjurkan mitra tutur melakukan tindakan sesuai dengan yang dimaksudkannya, seperti pada data berikut ini. Data 9 Iklan Puyer Cap 19 Bapak-bapak lan Ibu-ibu boten sisah bingung menawi sirah ngelu, gerah waja, linu ing otot lan sendhi, utawi sakit bulanan, sumangga ngunjuk Puyer Obat Sakit Kepala Cap 19. Menawi putra-putri Panjenengan sakit benter, Puyer Cap 19 ugi saget ngandhapaken benter. Pramila saupami Panjenengan keganggu amargi sirah ngelu, sumangga ngunjuk Puyer Obat Sakit Kepala Cap 19. „Bapak-bapak dan Ibu-ibu tidak perlu bingung jika kepala pusing, sakit gigi, linu di otot dan sendi, atau sakit bulanan, silakan minum Puyer Obat Sakit Kepala Cap 19. Jika putra-putri Anda sakit panas (demam), Puyer Cap 19 juga dapat menurunkan panas. Oleh karena itu, seandainya terganggu karena kepala
pusing, silakan minum Puyer Obat Sakit Kepala Cap 19.‟
Pada data (9) terdapat tindak tutur direktif mengajak, sumangga ngunjuk Puyer Obat Sakit Kepala Cap 19. Tuturan itu mengajak pendengar melakukan tindakan yang dimaksudkannya, yaitu minum Puyer Obat Sakit Kepala Cap 19. Konteks mengajak pada tuturan tersebut ditandai dengan kata sumangga yang dapat diartikan sebagai „silakan‟ atau „mari‟. Tindak tutur direktif dalam konteks mengimbau memungkinkan penutur menyerukan permintaan kepada mitra tutur untuk melakukan tindakan yang dimaksudkannya. Tindak tutur itu tampak pada data berikut ini. Data 10 Iklan Parameks Pria : Adhuh, aja nganti sampeyan ngrasakke ngelu sing kaya ngene. Sirah rasane kaya pecah-pecaha. „Aduh, jangan sampai Anda merasakan sakit kepala seperti ini. Kepala rasanya seperti pecah saja.‟ Narator: Menawi Panjenengan boten kiyat ngraosaken ngelu ingkang mekaten, ngunjuk kemawon Parameks. Parameks kanthi formula efektif saged ngicalaken raos ngelu Panjenengan. „Jika Anda tidak kuat merasakan sakit kepala yang seperti itu, minum saja Parameks. Parameks dengan formula efektif dapat menghilangkan rasa pusing Anda.‟
Pada data (10), tindak tutur direktif mengimbau terdapat pada tuturan Menawi Panjenengan boten kiyat ngraosaken ngelu ingkang mekaten, ngunjuk kemawon Parameks. Tuturan itu dimaksudkan untuk mengimbau pendengar agar melakukan tindakan yang diminta dalam tuturan, 10
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017 yaitu minum Parameks. Konteks mengimbau pada tuturan itu ditandai oleh frasa ngunjuk kemawon. Tindak tutur direktif dalam konteks menyarankan memungkinkan penutur menyampaikan pendapat untuk dipertimbangkan dalam menentukan tindakan selanjutnya. Penggunaan tindak tutur direktif menyarankan itu terdapat pada data berikut ini. Data 11 Iklan Jamu Komplit 51 Ibu : Apa meneh, Pak? Mumpung isih neng kene. „Apa lagi, Pak? Senyampang masih di sini.‟ Bapak : Sik, sik, sik, Bu. Iki rokok, sabun, gula, kopi uwis. Jamu Enak Tenan. „Sebentar, sebentar, sebentar, Bu. Ini rokok, sabun, gula, kopi sudah. Jamu Enak Tenan.‟ Ibu : Jamu Enak Tenan? Wadhuh, Bapak ki kuna, ketinggalan jaman. Saiki ganti, Pak. Jamu 51, jamu susu siap sedhuh. „Jamu Enak Tenan? Aduh, Bapak itu kuno, ketinggalan zaman. Sekarang sudah ganti, Pak. Jamu 51, jamu susu siap seduh.‟ Bapak : Ana susune pa, Bu? „Apa ada susunya, Bu?‟ Ibu : U, Bapak ki. Pokoke luwih lengkap, tidak hanya susu. Ini lo dilihat, ada madu, telur, gingseng, kunyit asem, lan pil energi. „U, Bapak, Pokoknya lebih lengkap, tidak hanya susu. Ini lo dilihat, ada madu, telur, gingseng, kunyit asem, dan pil energi.‟ Narator: Sampun sembarangan ngunjuk jamu komplit. Kula aturi nyobi Jamu Komplit 51. Jamu susu siap sedhuh ingkang nikmat lan seger. „Jangan sembarang minum jamu komplit. Saya persilakan mencoba Jamu Kompit 51. Jamu susu siap seduh yang nikmat dan segar.‟
Data (11) menunjukkan adanya tindak tutur direktif dalam konteks menyarankan. Tindak tutur tersebut tecermin pada tuturan narator, Kula aturi nyobi Jamu Komplit 51. Konteks menyarankan pata tuturan itu ditandai dengan penggunaan frasa kula aturi nyobi. Tindak tutur direktif menyarankan itu diujarkan untuk memengaruhi sikap pendengar dalam melakukan tindakan sesuai dengan apa yang dikemukakan pada tindak tutur dialog antara Ibu dan Bapak di sebuah tempat belanja, yaitu mencoba minum Jamu Komplit 51. Tindak tutur direktif dalam konteks mengingatkan memungkinkan penutur mengingatkan pendengar agar sadar untuk melakukan tindakan sesuai dengan maksud penutur. Penggunaan tindak tutur tersebut tampak pada data berikut ini. Data 12 Iklan Srong Pass Ibu : Wingi-wingi kono sing kepenak terus. Yen ora piye, ta. Ya wis ning aja lali obat kuat Srong Pass Kapsul. Ben mengko bengi padha penake. „Kemarin-kemarin situ yang enak terus. Jika tidak bagaimana ta. Ya sudah, tetapi jangan lupa obat kuat Srong Pass Kapsul. Biar nanti malam sama enaknya.‟ Narator: Srong Pass Kapsul obat kuat terbuat dari ramuan pasak bumi dari Kalimantan dan gingseng asli Korea. Mengobati sakit pinggang, menambah kekuatan dan daya tahan pria. Ibu : Mas, sida pijetan ora? „Mas, jadi saling pijat apa tidak?‟ Bapak : Ya sida, wong wis ngombe Srong Pass Kapsul. „Ya, jadi, wong sudah minum Srong Pass Kapsul.‟ Narator: Minumlah setiap hari Srong Pass Kapsul obat khusus untuk pria.
11
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017 Pada data (12) terdapat tindak tutur direktif mengingatkan, yaitu tuturan Ya wis ning aja lali obat kuat Srong Pass Kapsul. „Ya sudah, tetapi jangan lupa obat kuat Srong Pass Kapsul‟. Tuturan itu diujarkan oleh Ibu untuk mengingatkan suami agar selalu minum obat kuat khusus pria Srong Pass Kapsul. Tuturan itu juga dimaksudkan agar pendengar pria juga melakukan tindakan yang sama. Konteks mengingatkan pada tuturan itu ditandai dengan penggunaan frasa ning aja lali „tetapi jangan lupa‟. Tindak Tutur Ekspresif Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam tuturan. Tindak tutur ekspresif ini disebut juga sebagai tindak tutur evaluatif. Dalam wacana iklan berbahasa Jawa di radio terdapat tindak tutur ekspresif dalam konteks memuji, mengkritik, dan mengeluh. Tindak tutur ekspresif memuji memungkinkan penutur menyampaikan kekaguman atau penghargaan pada sesuatu yang dianggap baik, indah, gagah berani, unggul dan sebagainya. Penggunaan tindak tutur tersebut tampak pada data berikut ini. Data 13 Iklan Antangin JRG Narator: Edan tenan, bareng ajeg ngombe Antangin JRG awak seger, kembung ya ra tau, males ya ilang. Jebul saiki ana sing wujud sirup. Praktis ta. „Gila benar, sesudah rutin minum Antangin JRG badan segar, kembung juga tidak pernah, malas juga hilang. Ternyata sekarang ada yang berbentuk sirup. Praktis kan?‟
Data 14 Iklan Minyak Param Cap Scorpio Narator: Minyak Param Cap Scorpio gambar kalajengking minyak gosok sing panase paling manteb, manjur kagem ngilangake pegel linu, encok, lan rematik. Cocok kanggo olahragawan utawa pekerja berat. Minyak Param Cap Scorpio gambar kalajengking sijisijine minyak parem sing awet panase. „Minyak Param Cap Scorpio gambar kalajengking minyak gosok yang panasnya paling mantap, manjur untuk menghilangkan pegal linu, encok, dan rematik. Cocok untuk olahragawan atau pekerja berat. Minyak Param Cap Scorpio gambar kalajengking satu-satunya minyak param yang awet panasnya. Bapak : Wah, jan enak lan entheng rasane. Bune ki jan bojoku sing puinter tenan. „Wah, benar-benar enak dan ringan rasanya. Ibu ini memang istriku yang benar-benar pandai.‟ Ibu : Berkat Minyak Param Cap Scorpio, Pakne. „Berkat Minyak Param Cap Scorpio, Pak.‟ Data 15 Iklan Salon Aries Bapak : Jan elok temenan putrane Pak Hadi ana ing resepsi Minggu wingi, Nok. „Benar-benar elok anaknya Pak Hadi di resepsi Minggu kemarin, Nok.‟ Ibu : Apane sing elok, Pak? „Apanya yang elok, Pak?‟ Bapak : Piye le ora? Dhasar dedeg piadege ya cukup, didandani modhel Solo, wis pantes banget. Jan, ketok anggun, mriyaneni pisan, nganti kaya ratu lan raja ngono kok, Nok. „Bagaimana tidak. Dasar tinggi badannya ya cukup, dirias model Solo, tentu pantas sekali. Benar-benar kelihatan anggun, berwibawa lagi,
12
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017
Ibu
seperti ratu dan raja begitu kok, Nok.‟ : Bapak nek wis ngendika karo ngelem wis ta. Ning nggih saemper kok, Pak. Wong dandane lan sing maesi mawon saking nggene Aries kok, pun menthi sae. „Bapak jika sudah berbicara sambil memuji pastilah. Tetapi memang benar kok, Pak. Dandanan dan yang merias aja dari Aries kok, sudah pasti bagus.‟
Data (13), (14), dan (15) tersebut memperlihatkan tindak tutur ekspresif dalam konteks memuji. Pada contoh (13), iklan Antangin JRG, tuturan ekspresif dalam konteks memuji ditandai oleh penggunaan frasa edan tenan „gila benar‟. Frasa edan tenan digunakan penutur untuk menyatakan ekspresi keheranan dan kepuasannya sekaligus pujian terhadap khasiat Antangin JRG. Pujian terhadap produk tersebut sebenarnya digunakan oleh pengiklan untuk memengaruhi pikiran pendengar agar ikut mengonsumsi Antangi JRG. Kemudian, pada contoh (14), iklan Minyak Param Cap Scorpio, tindak tutur ekspresif dalam konteks memuji diwujudkan melalui tuturan Bapak, Wah, jan enak lan entheng rasane. Bune ki jan bojoku sing puinter tenan. „Wah, benar-benar enak dan ringan rasanya. Ibu ini memang istriku yang benar-benar pandai.‟ Tuturan ekspresif dalam konteks memuji pada iklan tersebut ditandai oleh penggunaan kalimat wah, jan enak lan entheng rasane. Tuturan berupa kalimat itu digunakan penutur untuk menyatakan ekspresi kepuasannya sekaligus pujian terhadap khasiat Minyak Param Cap Scorpio yang telah dirasakannya. Pujian itu dimaksudkan oleh pengiklan untuk memengaruhi sikap pendengar untuk mengikuti atau melakukan tindakan
seperti tokoh Bapak pada iklan tersebut, yaitu menggunakan Minyak Param Cap Scorpio. Selanjutnya, pada contoh (15), iklan Salon Aries, tuturan ekspresif dalam konteks memuji ditandai oleh penggunaan frasa jan elok tenan „benarbenar elok‟. Tuturan itu digunakan untuk menyatakan kekagumannya terhadap penampilan seseorang yang dirias oleh Salon Aries. Secara tidak langsung, pujian itu ditujukan kepada Salon Aries. Melalui pujian terhadap salon tersebut, pengiklan berusaha mengarahkan pendengar untuk menggunakan jasa rias dari Salon Aries. Tindak tutur ekpresif mengkritik memungkinkan penutur menyatakan pendapat atau tanggapan terhadap sesuatu tindakan atau karya orang lain dengan disertai pertimbangan baik atau buruk. Tindak tutur tersebut dapat dicermati pada data berikut ini. Data 16 Iklan Sabun Claudia Orang 1: Ala ... wis adus kok ora nganggo body lotion. Mengko kulite besisik lo. Liyane padha nganggo body lotion.„Ala ... sudah mandi kok tidak memakai body lotion. Nanti kulitnya bersisik lo. Orang lain semua memakai body lotion.‟ Orang 2: Ya ben, liyane arep nganggo body lotion. Huh ... boros. Wong aku wis nganggo sabun Claudia je, dadi ora nganggo apa mau, body lotion. Ala ... lha mbok nggo tuku sabun Claudia meneh. „Biarlah, orang lain memakai body lotion. Huh ... boros. Saya sudah memakai sabun Claudia, jadi tidak memakai apa tadi, body lotion. Ala ... lebih baik untuk membeli sabun Claudia lagi.‟
Pada data tersebut terdapat tuturan ekspresif mengkritik, yaitu tuturan orang pertama, Ala ... wis adus kok ora 13
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017 nganggo body lotion. Mengko kulite besisik lo. Tuturan itu diujarkan kepada orang kedua yang tidak menggunakan body lotion setelah mandi, padahal orang lain menggunakan. Tuturan ekspresif mengkritik itu ditandai dengan penggunaan kata kok yang berfungsi menekankan atau menguatkan maksud. Contoh lain tindak tutur ekspresif dalam konteks mengkritik terdapat pada data iklan Jamu Jempol berikut ini. Data 17 Iklan Jamu Jempol Ibu : Kok kanan kiri jempol, kanan kiri jempol. „Kok kanan kiri jempol, kanan kiri jempol.‟ Bapak : O, iku mono bapak-bapak sing rondha dha ngombe Jamu Jempol. „O, itu bapak-bapak yang ronda semua minum Jamu Jempol.‟ Ibu : Oalah, apa pancen bener ta kuwi? „Oalah, apa memang benar itu?‟ Bapak : Ealah, genah ... kasiyate bubar mbok sabeti ngono kok. „Ealah, jelas ... khasiatnya habis kamu cambuki begitu kok.‟ Ibu : Ealah, Pakne jebul bakdane ngunjuk Jamu Jempol ta? „Ealah, Bapak ternyata habis minum Jamu Jempol ta?‟ Bapak : Ha ya jelas ta, Bune. „Ha ya jelas, Bu.‟ Ibu : E, Pakne. „E, Bapak.‟ Narator : Jamu Jempol sing lebih hebat dari jamu lainnya mengandung madu ekstra gingseng, obat kuat bagi pria dan wanita. Jamu Jempol jamu paling jos dan paling oke. Jamu Jempol tersedia dalam bentuk pil dan tablet. „Jamu Jempol yang lebih hebat dari jamu lainnya mengandung madu ekstra gingseng, obat kuat bagi pria dan wanita. Jamu Jempol jamu paling jos dan paling oke. Jamu Jempol tersedia dalam bentuk pil dan tablet.‟
Tindak tutur ekspresif mengkritik pada data (17) terdapat pada tuturan ibu, Kok kanan kiri jempol, kanan kiri jempol. Tuturan ekspresif mengkritik pada iklan jamu Jempol itu ditandai dengan penggunaan kata kok untuk menekankan atau menguatkan maksud penutur, yaitu mengkritisi tuturan yang didengarnya dari bapak-bapak yang melaksanakan ronda malam. Tindak tutur ekspresif dengan konteks mengeluh memungkinkan penutur menyatakan kekecewaannya terhadap sesuatu, baik itu keadaan, tindakan, maupun sikap. Tindak tutur ekspresif mengeluh pada wacana iklan berbahasa Jawa di radio didominasi oleh iklan obat. Hal itu dapat dicermati pada data berikut ini. Data 18 Iklan Procold Adhuh, Dhik. Iki lo sirahku cekotcekot, mumet, met, met. „Aduh, Dik. Ini lho kepalaku cekot-cekot, pusing, sing, sing.‟ Data 19 Iklan Poldamik Adhuh, Pak, sirahku kari separo. „Aduh, Pak, kepalaku tinggal sebelah.‟ Data 20 Iklan Sanaflu Wah, sengsara ya nek kenek flu. Irung meler lan buntet. Aku flu. „Wah, sengsara ya jika kena flu. Hidung meler dan tersumbat. Aku flu.‟ Data 21 Iklan Teh Cap Dandang Ealah, duwe putu wolu wae kok ora ana sing nyenengake mbahne ta ya. Kamangka senengane mbahne ki mung wedang teh nasgithel, panas legi kenthel. Haning bocah jaman saiki ki milih teh ora ana sing becus, wis endi sing kurang sedhep, kurang kenthel. „Ealah, punya cucu delapan saja kok tidak ada yang
14
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017 menyenangkan kakeknya. Padahal, kesukaan kakeknya hanya minuman teh nasgithel, panas manis kental. Tetapi, anak zaman sekarang ini memilih teh tidak ada yang bisa, mana yang kurang sedap, kurang kental.‟ Data 22
Iklan Minyak Kayu Putih Cap Scorpio Angger numpak kendaraan umum sirahku dadi mumet, wetengku gak kepenak. „Jika naik kendaraan umum kepalaku jadi pusing, perutku tidak enak.‟
Kelima data iklan tersebut merupakan tuturan ekspresif mengeluh, yaitu mengeluhkan suatu kondisi yang berkaitan dengan produk obat yang ditawarkan. Data (18), Adhuh, Dhik. Iki lo sirahku cekot-cekot, mumet, met, met. mengeluhkan kondisi seorang yang terserang sakit kepala. Keluhan itu ditandai dengan kata adhuh „aduh‟. Data (19) merupakan tuturan ekspresif mengeluh atas sakit kepala yang dideritanya yang juga ditandai dengan kata adhuh „aduh‟. Berbeda dengan data (18) dan (19) yang ditandai dengan kata adhuh, pada data (20), (21), dan (22) tidak menggunakan penanda. Keluhan dinyatakan dalam kalimat atau tuturan lengkap. Data (20) berisi keluhan tentang derita orang yang terserang flu. Keluhan itu disampaikan dalam bentuk kalimat tanpa ada penanda tertentu. Data (21) merupakan tuturan ekspresi keluhan seorang kakek tentang kondisi cucu yang tidak dapat membahagiakan kakeknya. Padahal, kesukaan sang kakek hanyalah minum teh panas, manis, dan kental. Selain itu, sang kakek juga mengeluh bahwa anak sekarang memang tidak mampu memilih teh. Ekspresi keluhan tersebut
juga dituturkan dalam beberapa kalimat tanpa penanda tertentu. Kemudian, data (22) mengekpresikan keluhan penutur yang selalu mengalami serangan sakit kepala (pusing) dan perut merasa tidak enak ketika naik kendaraan umum. Keluhan itu juga dinyatakan dalam bentuk satu kalimat tanpa penanda tertentu pula. Tindak Tutur Komisif Tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang mengikat penutur untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturan. Dalam wacana iklan berbahasa Jawa di radio hanya ditemukan tindak tutur komisif dalam konteks memastikan. Tindak tutur komisif dalam konteks memastikan memungkinkan penutur untuk menyatakan sesuatu yang berisi kepastian tentang sesuatu. Tindak tutur komisif memastikan terlihat pada data berikut ini. Data 23 (30) Iklan Antangin JRG Bapak : Adhuh, wetengku kembung, masuk angin. „Aduh, perutku kembung, masuk angin. Ibu : Ngunjuk Antangin. „Minum Antangin.‟ Bapak : Apa ya ngombe Antangin pendhak dina, Bu? ’Apa ya minum Antangin setiap hari, Bu? Ibu : We, piye ta, Antangin ki ora mung kanggo ngilangi masuk angin. Antangin bisa kanggo njaga kondisi badan, nambahi nafsu makan, ngilangi kesel, watuk, lan kembung. „We, bagaimana sih, Antangin itu tidak hanya untuk menghilangkan masuk angin. Antangin dapat juga untuk menjaga kondisi badan, menambah nafsu makan, menghilangkan capai, batuk, dan perut kembung.‟
15
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017 Narator (Perempuan) Antangin JRG aman kaunjuk pendhak dinten. Ngunjukipun kalih tablet menawi bibar dhahar. Kandhungan jahe, royal jeli, lan gingseng saking JRG ningkataken kesehataning badhan saengga langkung seger lan sehat. Menawi perlu saget kaunjuk sekawan tablet sepisan. Antangin JRG aman diminum setiap hari. Minumnya dua tablet setelah makan. Kandungan jahe, royal jeli, dan gingseng dari JRG meningkatkan kesehatan badan sehingga lebih segar dan sehat. Jika perlu, dapat diminum empat tablet sekali minum. Data 24 (31) Iklan Jamu Jempol Ibu : Kok kanan kiri jempol, kanan kiri jempol. „Kok kanan kiri jempol, kanan kiri jempol.‟ Bapak : O, iku mono bapak-bapak sing rondha dha ngombe jamu Jempol. „O, itu bapak-bapak yang ronda semua minum jamu Jempol.‟ Ibu : Oalah, apa pancen bener ta kuwi? „Oalah, apa memang benar itu?‟ Bapak : Ealah, genah ... kasiyate bubar mbok sabeti ngono kok. „Ealah, jelas ... khasiatnya habis kamu cambuki begitu kok.‟ Ibu : Ealah, Pakne jebul bakdane ngunjuk jamu Jempol ta? „Ealah, Bapak ternyata baru saja minum jamu Jempol ta?‟
Pada data (23) dan (24) terdapat tindak tutur komisif dalam konteks memastikan, yaitu memastikan kegunaan atau khasiat produk yang dikemukakan dalam tuturan. Pada data (23) tindak tutur komisif memastikan terdapat pada tuturan ibu, Antangin bisa kanggo njaga kondisi badan, nambahi nafsu makan, ngilangi kesel, watuk, lan kembung. dan tuturan narator, Antangin JRG aman kaunjuk pendhak dinten. ...
Menawi perlu saget kaunjuk sekawan tablet sepisan. Pada tuturan ibu, pengiklan (penutur) memastikan bahwa Antangin dapat digunakan untuk menjaga kondisi badan, menambah nafsu makan, serta menghilangkan capek, batuk, dan perut kembung. Kemudian, pada tuturan narator, pengiklan memastikan bahwa Antangin aman diminum setiap hari dan jika perlu dapat diminum empat tablet sekali minum. Semua itu dipastikan oleh pengiklan sebagai jaminan produk yang ditawarkan. Selanjutnya, pada data (24) tindak tutur komisif memastikan terdapat pada tuturan Bapak, Ealah, genah ... kasiyate bubar mbok sabeti ngono kok. Melalui tuturan itu pengiklan memastikan bahwa khasiat produk yang ditawarkan (Jamu Jempol) benar-benar nyata. Tindak Tutur Deklaratif Tindak tutur deklaratif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru. Tindak tutur deklaratif yang terdapat dalam wacana iklan berbahasa Jawa di radio adalah tuturan dengan konteks melarang, menegaskan, dan meyakinkan. Tindak tutur deklaratif melarang memungkinkan penutur menyatakan atau memerintah mitra tutur agar tidak melakukan suatu tindakan yang dituturkan, seperti pada data berikut ini. Data 25 Iklan Puyer Cap 16 Sakit kepala, ati-ati. Aja ngombe sembarang puyer, malah marahi puyeng. Yamung Puyer Cap 16 sing pasti good, good, good. „Sakit kepala, hati-hati. Jangan minum sembarang puyer, justru menyebabkan puyeng. Hanya Puyer Cap 16 yang pasti good, good, good.‟
16
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017 Data (25) merupakan tindak tutur deklaratif dalam konteks melarang, yaitu tuturan Aja ngombe sembarang puyer. Tuturan itu ditandai dengan kata larangan aja ngombe. Tuturan deklaratif melarang tersebut diujarkan penutur untuk menekankan bahwa produk yang ditawarkan (Puyer Cap 16) dapat diandalkan khasiatnya untuk menyembuhkan sakit kepala. Selain itu, penutur juga menekankan bahwa jika minum sembarang puyer tidak akan sembuh sakit kepalanya, tetapi justru bertambah pusing. Tindak tutur deklaratif menegaskan memungkinkan penutur menerangkan atau menjelaskan sesuatu yang dituturkan. Tuturan tersebut terlihat pada data berikut ini. Data 26 (33) Iklan Teh Pendawa Pramila leres bilih Teh Pendawa lan Pendawa Lima Pekalongan saestu pinitados dados pilihanipun masyarakat enem saha sepuh amargi raos ingkang sedhep manteb kanthi raos sekar melathi. Sumangga dipuncobi nikmatipun raos Teh Pendawa. Sumadya ing warungwarung sacelak Panjenengan. Sampun kesupen mriksani kedaluwarsa wonten bungkusipun. Produsen Teh Pendawa lan Pendawa Lima Pekalongan ngaturaken sugeng midangetaken atur giyaran kroncong ing wekdal menika. „Memang benar bahwa Teh Pendawa dan Pendawa Lima Pekalongan benar-benar dipercaya menjadi pilihan masyarakat muda dan tua karena rasa yang sedap mantap dengan rasa bunga melati. Silakan mencoba nikmatnya rasa Teh Pendawa. Tersedia di warung-warung di dekat Anda. Jangan lupa melihat (tanggal) kadaluwarsa pada bungkusnya. Produsen Teh Pendawa lan Pendawa Lima Pekalongan mengucapkan
selamat mendengarkan keroncong di waktu ini.‟
siaran
Data 27 Iklan Salon Aries Panci kasinggihan, Salon Aries kejawi nyawisaken kabetahan salon komplit, maesi temanten kanthi gaya menapa kemawon, ugi nyawisaken ageman dhomas, sinoman, lan upacara dinteng ageng. Kejawi menika, Salon Aries ugi nyetak undhangan, kartu nama, tiket, lan sanes-sanesipun kanthi cetak offset. Sumangga saged dipunbuktekaken. Rawuh kemawon ing Salon Aries. „Memang benar, Salon Aries selain menyediakan kebutuhan salon komplit, merias temanten dengan gaya apa saja, juga menyediakan pakaian domas, sinoman, dan upacara hari besar. Selain itu, Salon Aries juga mencetak undangan, kartu nama, tiket, dan sebagainya dengan cetak offset. Silakan dapat dibuktikan. Datang saja ke Salon Aries.‟
Pada data (26) dan (27) terdapat tindak tutur deklaratif dalam konteks menegaskan. Pada tuturan tersebut penutur menegaskan tentang produk atau penyedia jasa yang ditawarkan. Pada data (26) penutur menegaskan bahwa Teh Pendawa telah menjadi pilihan kaum muda dan tua karena rasa yang sedap mantap dengan aroma bunga melati. Penegasan itu ditandai dengan frasa pramila leres. Kemudian, pada data (27) penutur menegaskan tentang macam jasa yang disediakan Salon Aries. Selain itu, Salon Aries juga mencetak undangan, kartu nama, tiket, dan sebagainya. Penegasan jasa yang tersedia itu ditandai dengan frasa panci kasinggihan. Tindak tutur deklaratif meyakinkan memungkinkan penutur untuk menyatakan sesuatu agar mitra tutur 17
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017 meyakini apa yang dituturkan. Tuturan tersebut terlihat pada data berikut ini. Data 28 Iklan Jamu Enggal Sehat Pramila leres bilih Jamu Enggal Sehat produksi Enkasari Jamu Cilacap manjur mantunaken pegel linu, asam urat, flu tulang, wasir, lemah syahwat, liver, lan sesakit sanesipun. „Memang benar bahwa Jau Enggal Sehat produksi Enkasari Jamu Cilacap manjur menyembuhkan pegal linu, asam urat, flu tulang, wasir, lemah syahwat, liver, dan penyakit lainnya.‟ Data 29 (36) Iklan Jamu Dewa Sakti Pramila leres Jamu Dewa Sakti ampuh saha manjur mantunaken flu tulang, rematik, saha sakit pinggang. Jamu Dewa Sakti kadamel saking bahan-bahan traddisional Indonesia, tanpa efek samping. Jamu Dewa Sakti khusus kanggo flu tulang. „Memang benar Jamu Dewa Sakti ampuh dan manjur menyembuh-kan flu tulang, rematik, dan sakit pinggang. Jamu Dewa Sakti dibuat dari bahan-bahan tradisional Indonesia, tanpa efek samping. Jamu Dewa Sakti khusus untuk flu tulang.‟
Data (28) dan (29) merupakan tindak tutur deklaratif meyakinkan, yaitu meyakinkan mitra tutur (pendengar) tentang suatu produk yang ditawarkan. Pada data (28) penutur (pengiklan) meyakinkan mitra tutur bahwa Jamu Enggal Sehat benar-benar dapat menyembuhkan pegal linu, asam urat, flu tulang, wasir, lemah syahwat, liver, dan penyakit lainnya. Konteks meyakinkan pada data tersebut ditandai dengan frasa manjur mantunaken. Kemudian, pada data (29) penutur meyakinkan mitra tutur bahwa Jamu Dewa Sakti dapat menyembuhkan flu tulang, rematik, dan sakit pinggang. Selain itu, penutur juga meyakinkan bahwa jamu tersebut dibuat dari bahan-
bahan tradisional Indonesia sehingga tidak ada efek sampingnya. Konteks meyakinkan pada data tersebut ditandai dengan frasa ampuh saha manjur. SIMPULAN Tindak tutur merupakan tindakan berujar dengan maksud tertentu secara eksplisit maupun implisit. Tindakan berujar tersebut merupakan suatu gejala individual yang bersifat psikologis yang keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan berbahasa peserta tutur dalam menghadapi situasi tertentu. Demikian pula dalam wacana iklan berbahasa Jawa di radio. Tindak tutur dalam wacana tersebut sangat ditentukan oleh kemampuan berbahasa penutur (pengiklan). Bentuk tuturan dalam wacana iklan berbahasa Jawa di radio meliputi tindak tutur representatif, direktif, ekpresif, komisif, dan deklaratif. Tindak tutur representatif adalah tindak tutur yang mengikat penutur terhadap kebenaran tuturannya. Tindak tutur representatif digunakan dengan konteks memberi tahu, menyatakan, mengakui, melaporkan, menjelaskan, menyebutkan, dan memberikan kesaksian. Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang memungkinkan penutur memaksa, memohon, meminta, menyuruh, mengajak, mendesak, memerintah, melarang, dan memberi aba-aba agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan. Tindak tutur tersebut digunakan dalam konteks menyuruh, mengajak, mengimbau, menyarankan, dan mengingatkan. Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penutur agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam tuturan. Tindak tutur ekspresif digunakan dalam konteks memuji, 18
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017 mengkritik, dan mengeluh. Kemudian, tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang mengikat penutur untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturan. Dalam wacana iklan berbahasa Jawa di radio hanya ditemukan tindak tutur komisif dalam konteks memastikan. Selanjutnya, tindak tutur deklaratif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru. Tindak tutur deklaratif digunakan dalam konteks melarang, menegaskan, dan meyakinkan.
Ibrahim, A.S. (1993). Kajian Tindak Tutur (hlm. 15, 106). Surabaya: Usaha Nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Nababan, P.W.J. (1987). Pragmatik Teori dan Penerapannya (hlm. 2, 18). Jakarta: Gramedia.
Alfani, F.R. (2014). “Presuppositions in Green Campaign Stickers Issued by International Association of Students in Agriculture and Related Sciences of Brawijaya University”. Journal Diglossia. Malang: Universitas Brawijaya. (diunduh pada 5 Januari 2016) Chaer, A. dan Leonie A. (2010). Sosiolinguistik (hlm. 53, 54, 70). Jakarta: Rieneka Cipta. Cummings, L. (2007). Pragmatik, Sebuah Persektif Multidisipliner (hlm. 9). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Elmira, A.G. (2013). “Praanggapan dalam Tuturan Iklan Elektronik di Koran Suara Merdeka”. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Harahap, N. (2008). “Analisis Pragmatik Wacana Iklan Surat Kabar”. Tesis. Universitas Sumatra Utara Medan.
Indriani, D. (2012). “Pragmatic Presupposition on Television Commercial Utterances (Case Study on Djarum‟s Brand)”. Jurnal Humaniora. Semarang: Universitas Diponegoro. (diunduh pada 5 Januari 2016). Kridalaksana, Harimurti. (1993). Kamus Linguistik (hlm. 177). Jakarta: PT Gramedia. Leech, G. (1993). Prinsip-prinsip Pragmatik. Terjemahan M.D.D. Oka (hlm. 5—6, 163—65). Jakarta: Universitas Indonesia.
Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik (hlm. 6). Yogyakarta: Graha Ilmu. Nissa, Q. (2014). “Makna Praanggapan pada Headline Iklan Majalah Non-No Edisi Agustus 2010”. Semarang: Udinus. http://dinus.ac.id/ (diunduh pada 5 Januari 2016). Peer, L dan Mary Nesbitt, J. (2004). Content Analysis Methodology. http://www.readership.org/new_re aders/data/content_analysis_meth odology. pdf diunduh pada 11 Mei 2011. Rustono. (1999). Pokok-pokok Pragmatik (hlm. 24, 31, 38). Semarang: CV IKIP Semarang Press. Sudaryanto, (2015). Metode dan Teknik Analisis Bahasa (hlm. 204-206). 19
JALABAHASA, VOLUME 13, NOMOR 1 TAHUN 2017 Yogyakarta: Sanata University Press.
Dharma
Sutopo, H.B. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif (hlm. 69— 70). Surakarta: Sebelas Maret University Press. Tarigan, H.G. (1984). Pengajaran Wacana (hlm. 35). Bandung: Angkasa. Ulfah, Maria. (2003). “Wacana Iklan Produk Kecantikan pada Majalah Femina Edisi 2002 (Kajian Pragmatis)”. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Wijana, I D.P. (1996). DasarDasarPragmatik (hlm. 17, 18, 19, 46). Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.
20