PENGARUH PENGETAHUAN, KESADARAN, DAN KEPUASAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEBERHASILAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PEDESAAN/PERKOTAAN (Studi Pada Wajib Pajak Pbb-P2 Di Kecamatan Talun Kabupaten Blitar) Tiara Ullfa Yanuesti Heru Susilo Yuniadi Mayowan PS Perpajakan, Jurusan Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya,
[email protected] ABSTRACT There are four main element of taxation success: Tax Law, Tax Administration, Tax Policy and Tax Payer. Tax payer is the uncontrollable element for fiscus because each other have any character which is determine for increasing success the tax revenue especially land and building tax rural-urban village (PBB-P2). This research aims to test empirically and describe the effect of taxpayer’s knowledge, taxpayer’s consciousness, and taxpayer’s satisfaction towards the success of revenue from PBB-P2 and also to find the dominant variable. The type of research used is quantitative approach.The research is conducted by survey method to the taxpayers from land and building tax rural-urban sectors (PBB-P2) at Talun district of Blitar regency, which is obtained in proportional sampling. Data collection method used questionnaires, and further data are analyzed using multiple regression analysis. The results of this research prove that each variables consist of taxpayer’s knowledge, taxpayer’s consciouseness, taxpayer’s satisfaction have a positive and significant impact on the success of tax revenue from PBB-P2, both partial and collective. Variable taxpayer’s satisfaction provides the greatest influence/dominant because it has the greatest value of beta. Keywords: Taxpayer’s Knowledge, Taxpayaer’s Consciciousness, Taxpayer’s Satisfaction, TheSuccess of Revenue from Land and Building Tax Rural-Urban Sectors (PBB-P2) ABSTRAK Ada empat elemen penting dalam keberhasilan perpajakan yaitu hukum pajak, administrasi pajak, kebijakan pajak, dan wajib pajak. Wajib pajak adalah elemen yang relatif tidak terkontrol bagi fiskus karena setiap wajib pajak memiliki karakteristik yang berbeda-beda yang dapat menentukan keberhasilan penerimaan pajak khususnya PBB-P2. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menjelaskan Pengaruh Pengetahuan, Kesadaran dan Kepuasan Wajib Pajak Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaaan/Perkotaan dan mengetahui variabel dominan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode survey kepada wajib pajak PBB-P2 di Kecamatan Talun Kabupaten Blitar dengan teknik pengambilan sampel proporsional. Alat pengumpul data adalah kuesioner, selanjutnya data dianalisa menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian menghasilkan bahwa masing-masing variabel yang terdiri dari Pengetahuan Wajib Pajak, Kesadaran Wajib Pajak, dan Kepuasan Wajib Pajak mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap Variabel Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan/Perkotaan secara parsial dan bersama-sama. Variabel Kepuasan Wajib Pajak mempunyai pengaruh terbesar/dominan karena mempunyai nilai beta paling besar. Kata Kunci: Pengetahuan, Kesadaran, Kepuasan Wajib Pajak, Keberhasilan Penerimaan PBB-P2
Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 6 No. 1 2015| perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
1
PENDAHULUAN
dari luas wilayah Kabuaten Blitar, telah tercatat
Pajak adalah iuran wajib yang diberikan
mempunyai tunggakan pokok PBB selama 3
oleh rakyat kepada pemerintah yang jumlahnya
(tiga) tahun terakhir sebelum diterapkannya UU-
sangat menentukan kapasitas anggaran dalam
PDRD
pembiayaan pengeluaran dan belanja negara,
menunjukkan 3,37% terhadap pembangunan
baik dalam pembangunan nasional maupun
dan pemeliharaan prasarana fisik.
pembiayaan rutin (Simanjuntak dan Mukhlis, 2012:9). Pajak di negara Indonesia dianggap sebagai salah satu sumber pendapatan terbesar 2010:9).
Tahun
2013
pendapatan
Negara yang berasal dari pajak sebesar Rp
berasal dari penerimaan negara bukan pajak (Departemen
Keuangan,
2014).
Pemerintah
berupaya meningkatkan pendapatan negara dengan tujuan mendanai pembangunan nasional yang bersumber dari dalam negeri yaitu dengan optimalisasi
penerimaan
pajakbaik
subjek
maupun objek pajak dari sektor pajak pusat dan daerah. Salah satu cara yang yaitu dengan melaksanakan
otonomi
daerah
di
bidang
perpajakan khususnya yang berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah. Peningkatan kapasitas fiskal daerah telah diwujudkan pemerintah salah satunya melalui Undang-undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UU PDRD) yang memuat adanya penambahan pajak baru
di
masing-masing
daerah
yang
menunjukkan bahwa daerah telah diberikan kewenangan untuk memungut pajak lokal (localtaxing
power).
Perubahan
UU-PDRD
memuat tentang penambahan jenis 4 (empat) jenis pajak baru, salah satunya adalah Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBBP2). Pengelolaan PBB-P2 merupakan bagian dari Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) seperti yang dilakukan oleh DPPKAD Kabupaten Blitar yang telah mengimplementasikan pengalihan PBB-P2 tahun 2014. Pemerintah Kabupaten Blitar setiap tahun memiliki
target
penerimaan,
diperlukan
adanya
strategi
sehingga
khusus
untuk
meningkatkan realisasi target penerimaan PBBP2. Terjadinya piutang pajak termasuk piutang PBB-P2 di beberapa daerah di Kabupaten Blitar menjadi penghambat kegiatan pemungutan PBBP2 seperti yang terjadi di Kecamatan Talun yang merupakan salah satu dari 22 Kecamatan di Kabupaten
Blitar.
Kecamatan
Talun
yang
mempunyai 10 desa dan 4 kelurahan secara luas wilayah sangat potensial jika di kelola dengan baik dari segi PBB nya, yaitu mencakup 3,13%
Blitar
dan
hanya
Uraian
2011
2012
(1)
(2)
(3)
(4)
Realisasi PBB
882,47
1.20,66
506,39
Pembangunan Prasarana Fisik
5.478,6
8.502,2
15.019,6
2013
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014.
1.193,0 triliun atau sekitar 78% dari total pendapatan negara Rp 1.529,7 triliun, sisanya
Kabupaten
Tabel 1. Realisasi Penerimaan PBB dan Pembangunan Prasarana Fisik (Jutaan Rupiah)
yang mencakup pajak pusat dan pajak daerah (Siahaan,
di
Data lain yang mendukung tentang menurunnya penerimaan PBB di Kecamatan Talun tahun 2011 sampai 2013 yaitu data dari Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Blitar (DPPKAD). Data tersebut memuat evaluasi penerimaan PBB sebelum PBB-P2 dialihkan ke daerah. Tabel 2. Evaluasi Penerimaan PBB Kecamatan Talun (Rp) Target Realisasi 1.029.977.205 887.162.810 1.267.595.637 638.992.640 1.278.804.546 496.863.992
Tahun 2011 2012 2013
% 86,1 50,4 38,9
(Rp) Tunggakan 142.814.395 628.672.997 781.940.642
% 13,9 49,6 61,1
Sumber: Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Blitar, 2015.
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2011 jumlah target pokok ketetapan Rp 1.029.977.205, sedangkan jumlah realisasi pokok Rp 887.162.810 dan prosentase tahun 2011 mencapai 86,1 % dengan total tunggakan
Rp
142.814.392
dan
prosentase
sebesar 13,9 %. Pada tahun 2012 menunjukkan bahwa jumlah target pokok ketetapan Rp 1.267.595.637, sedangkan jumlah realisasi pokok ketetapan Rp 638.992.640 dan prosentase tahun 2012 mencapai 50,4 % dengan total tunggakan Rp 628.672.997 dan prosentase sebesar 49,6 %. Data pada tahun 2013 jumlah target pokok ketetapan Rp 1.278.804.646, sedangkan jumlah realisasi pokok ketetapan Rp 496.863.922 dan prosentase tahun 2013 mencapai 38,9 % dengan total tunggakan
Rp
781.940.624
dan
prosentase
sebesar 61,1 %. Dari data tersebut disimpulkan bahwa jumlah target meningkat, jumlah realisasi penerimaan menurun, dan jumlah tunggakan meningkat. Hal ini menjadi acuan pentingnya peneliti untuk meneliti beberapa variabel dari wajib pajak yang diduga dapat mempengaruhi keberhasilan penerimaan PBB-P2 di Kecamatan Talun Kabupaten Blitar mulai tahun 2014 sejak berlakunya pengalihan PBB-P2 ke daerah. Setiap tunggakan/hutang PBB-P2 menimbulkan suatu piutang
bagi
pemerintah
daerah.
Piutang
tersebut dapat dilihat dari berapa jumlah pajak yang diterima (realisasi) dibandingkan dengan
Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 6 No. 1 2015| perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
2
jumlah pajak yang menjadi pokok ketetapan
menjelaskan
bahwa
pengetahuan
(target). Hal tersebut dapat dilihat dari SPPT
penyuluhan yang memadai penting untuk
yang masuk. Suatu penerimaan pajak dikatakan
membantu wajib pajak memahami landasan dan
berhasil dilihat dari realisasi terhadap target dan
falsafah perpajakan yang menjadi ciri sistem
ada tidaknya tunggakan.
perpajakan
Indonesia
dan
terutama
untuk
Peneliti bermaksud untuk meneliti tentang
meningkatkan keberhasilan pembayaran pajak,
variabel-variabel yang berpengaruh terhadap
tinggi rendahnya pengetahuan wajib pajak dapat
keberhasilan penerimaan PBB-P2 di Kecamatan
diukur dengan:
Talun
a.
Kabupaten
Blitar.
Pendapat
yang
Pengetahuan
prosedur
PBB-P2
sesuai
dikemukakan oleh Bawazier (2004:46), bahwa
Ketentuan Umum Perpajakan, Undang-
keberhasilan perpajakan dapat dipengaruhi oleh
undang, dan peraturaan yang berlaku.
beberapa hal diantaranya tax law (hukum
b.
Pengetahuan batas waktu pembayaran.
perpajakan), tax administration (administrasi
c.
Pengetahuan sanksi administrasi dan sanksi
perpajakan) dan tax payer (faktor yang dilihat dari sisi wajib pajak). Menurut Direktorat Jenderal
Pajak
faktor
tax
payer
relatif
uncontrollable, sedangkan tax law dan tax administration bersifat controllable (Fraternesi, 2002:4). Peneliti bermaksud menguji beberapa variabel yaitu dari segi tax payer (wajib pajak). Peneliti mengasumsikan bahwa berhasilnya penerimaan
perpajakan
secara
umum
dipengaruhi oleh pengetahuan wajib pajak, kesadaran wajib pajak, dan kepuasan wajib pajak terhadap
pelayanan
petugas.
Ketiiga
karakteristik tersebut dijadikan variabel bebas oleh peneliti serta diuji untuk membuktikan pengaruhnya dalam keberhasilan penerimaan PBB-P2
di
Kecamatan
Talun
pidana. Kesadaran Wajib Pajak Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2001: 847), kesadaran adalah keadaan tahu, keadaan mengerti dan merasa. Kesadaran wajib pajak adalah sikap mengerti wajib pajak badan atau perorangan untuk memahami arti, fungsi dan tujuan pembayaran pajak. Kesadaran wajib pajak merupakan faktor terpenting dalam sistem perpajakan
tersebut
menjadi
(2009:10)
alasan
pentingnya dilakukan penelitian ini, sehingga
a.
tentang
Kesadaran, Terhadap Bumi
dan
“Pengaruh
dan
Kepuasan
Keberhasilan Bangunan
Pajak
Penerimaan
Pajak
Kabupaten Blitar)”.
perpajakan
berkenaan
Kesadaran sebagai orang yang memperoleh
atas objek yang mereka miliki/manfaatkan. b.
Kesadaran dalam berkewajiban mematuhi peraturan yang berlaku yang dalam hal ini peraturan daerah Kabupaten Blitar No 6 tahun 2010 dan jika wajib pajak tidak melakukannya maka akan terkena sanksi baik sanksi administrasi sebesar 2% per
Pedesaan/Perkotaan
(Studi pada Wajib PBB-P2 di Kecamatan Talun
kesadaran
memiliki kewajiban dalam membayar pajak
Pengetahuan, Wajib
43).
manfaat atas bumi dan bangunan dan
peneliti bermaksud meneliti dan mengambil judul
2004:
dengan:
Kabupaten
suatu
(Harahap,
Menurut Atkinson (1994) dalam Kurniawan
Blitar.Berdasarkan hal yang telah dipaparkan tersebut
modern
bulan dari pajak yang terutang. c.
Kesadaran
untuk
turut
serta
dalam
pembangunan daerah, artinya mengerti bahwa pajak merupakan salah satu sumber
KAJIAN PUSTAKA Pengetahuan Wajib Pajak Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2013:18) berpendapat bahwa guna mewujudkan
(2001:975), pengetahuan adalah sesuatu yang
wajib pajak yang sadar danpeduli pajak, harus
diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran.
dilakukan dengan beberapa cara seperti:
Pengetahuanperpajakan meliputi segala sesuatu
1.
pendapatan daerah. Nasution (2006:62) dalam Pusponegoro
Penyuluhan pajak. Pada dasarnya setiap
yang diketahui mengenai ketentuan umum
petugas pajak (fiskus) adalah penyuluh
perpajakan.
pajak,
Pengetahuan
tersebut
berupa
wajib
pajak
mempunyai
hak
pengetahuan mengenai peraturan perpajakan,
mendapatkan pembinaan dan pengarahan
pengetahuan mengenai tata cara menghitung
dari fiskus. Sosialisasi peraturan menjadi
maupun melaporkan kewajiban perpajakan,
salah satu faktor keberhasilan mewujudkan
serta pengetahuan tentang fungsi dan peranan
wajib pajak yang sadar dan peduli pajak.
pajak (Waluyo dan Ilyas, 2007:10). Undang-
2.
Pemeriksaan pajak. Kegiatan pemeriksaan
undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
dalam rangka menguji kepatuhan wajib
Umum dan Tata
pajak itu sendiri. Harapan meningkatkan
Cara
Perpajakan (KUP)
Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 6 No. 1 2015| perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
3
3.
efektivitas law enforcement telah diwujudkan
3.
Kejelasan Petugas Pelayanan
melalui
pemeriksaan,
4.
Kedisiplinan Petugas Pelayanan
profesionalisme tenaga pemeriksa, metode
5.
Tanggung Jawab Petugas Pelayanan
dan prosedur pemeriksaandengan sistem
6.
Kemampuan Petugas Pelayanan
informasi manajemen pemeriksaan pajak
7.
Kecepatan Petugas Pelayanan
kualitas
melalui otomasi komputer.
8.
Kesopanan dan Keramahan Petugas
Penagihan. Upaya membangun wajib pajak
9.
Kewajaran Biaya Pelayanan
yang sadar dan peduli pajak dilakukan
10. Kepastian Biaya Pelayanan
melalui tindakan menagih utang pajak yang
11. Kepastian Jadwal Pelayanan
belum dilunasi wajib pajak.
12. Kenyamanan Lingkungan 13. Keamanan Pelayanan
Kepuasan Wajib Pajak Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia
(2001:334) “Kepuasan adalah puas; merasa senang;
perihal
kesenangan,
(hal
yang
kelegaan
bersifat
dan
puas,
sebagainya)”.
Kepuasan berarti perasaan puas, rasa senang dan kelegaan seseorang dikarenakan mengkonsumsi suatu produk atau jasa untuk mendapatkan pelayanan suatu jasa. Pendapat Oliver dan Barnes (2003:64) sebagaimana dikutip oleh Wijaya (2011:4) menyatakan bahwa kepuasan adalah tanggapan pelanggan atas terpenuhinya sebuah kebutuhan. Hal ini menandakan bahwa keistimewaan tertentu barang atau jasa atau pun barang/jasa itu sendiri memberikan tingkat kenyamanan yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan
tertentu.
Tingkat
kenyamanan
mencakup pemenuhan kebutuhan di bawah harapan atau pemenuhan kebutuhan yang melebihi harapan pelanggan. Kepuasan pelanggan merupakan ukuran spesifik untuk setiap transaksi, situasi atau interaksi yang bersifat jangka pendek, sedangkan kualitas jasa merupakan sikap yang dibentuk dari evaluasi menyeluruh terhadap kinerja sebuah
perusahaan
dalam
Berry (2001:124) ada lima dimensi kualitas pelayanan untuk mengukur kepuasan, yaitu bukti
fisik/berwujud
(tangibles),
keandalan
(reliability), ketanggapan (responsiveness), jaminan (assurance),
empati
(empathy).
Bukti
fisik/berwujud (tangibles) adalah kemampuan suatu instansi PBB-P2 yang meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, dan peralatan/teknologi yang digunakan, serta penampilan pegawai. Keandalan
(reliability),
adalah
kemampuan
instansi pengelola PBB-P2 untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Ketanggapan (responsiveness), suatu kemauan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada wajib pajak dengan menyampaikan informasi yang jelas. Jaminan (assurance) meliputi pengetahuan, sopan santun dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki pegawai PBB-P2, bebas dari bahaya, risiko atau keraguan serta empati (empathy) meliputi kemudahan dalam
hubungan
komunikasi
yang
baik,
perhatian pribadi dan memahami wajib pajak. Keberhasilan Penerimaan PBB-P2
panjang
Menurut Pasal 1 Angka 3 Undang-
(Parasuraman, et. al, 1985, Hoffman & Bateson,
Undang nomor 4 Tahun 2012 tentang Anggaran
1997) dalam Tjiptono dan Chandra (2005:195).
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun
Tujuan dari peningkatan kualitas layanan adalah
2012,
mewujudkan kepuasan wajib pajak. Apabila
penerimaan negara yang terdiri atas pajak
pelayanan yang diterima wajib pajak PBB-P2
dalam
(pelanggan) sesuai dengan harapanya, maka
internasional. Penerimaan pajak yang optimal
wajib pajak merasa puas, sebaliknya apabila
membutuhkan suatu sistem pengelolaan yang
pelayanan yang diberikan kepada pelanggan
baik.
tidak sesuai dengan harapan mereka maka
berhasil apabila tingkat penerimaan mencapai
pelanggan merasa tidak puas. Kepuasan tersebut
pokok ketetapan dan tunggakan pajak semakin
dapat menjadi evaluasi dalam melaksanakan
menurun. Keberhasilan juga dapat dilihat dari
pelayanan selanjutnya. Berdasarkan Undang-
kesediaan wajib pajak untuk melunasi hutang
undang Republik Indonesia No 25 Tahun 2009
pajaknya dan membayar pajak tepat waktu.
tentang pelayanan publik, pemerintah telah
Keberhasilan penerimaan PBB-P2 menandakan
menetapkan unsur minimal yang harus ada
keberhasilan administratif dari sistem yang
sebagai dasar pengukuran indeks kepuasan
dilaksanakan
masyarakat yaitu:
Keberhasilan
1.
Prosedur Pelayanan
2.
Persyaratan Pelayanan
jangka
Pendapat Parasuraman, Zeithhaml, dan
penerimaan negeri
Suatu
dan
pajak pajak
penerimaan
oleh
adalah
perdagangan
pajak
peraturan
penerimaan
semua
dikatakan
PBB-P2.
tersebut
juga
dipengaruhi oleh sikap pro-akif wajib pajak
Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 6 No. 1 2015| perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
4
terhadap pembayaran PBB-P2 dalam membayar
METODE PENELITIAN
pajak.
Jenis penelitian yang digunakan dalam Keberhasilan penerimaan PBB-P2 adalah
penelitian ini adalah explanatory research dengan
peningkatan sikap pro aktif wajib pajak terhadap
pendekatam kuantitatif dan metode survey.
PBB-P2. Sikap pro aktif wajib pajak merupakan
(Singarimbun dan Effendi, 2006:5). Populasi
salah satu elemen konatif (tindakan) dari sifat
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dan sikap wajib pajak yang berpengaruh
seluruh Wajib Pajak PBB-P2 yang tercatat
terhadap keberhasilan perpajakan. Keberhasilan
memiliki SPPT di Kecamatan Talun Kabupaten
penerimaan PBB-P2 dalam hal ini diasumsikan
Blitar.
sebagai kecenderungan berpikir positif oleh
Pengeloaan
wajib pajak atau bereaksi positif wajib pajak PBB-
Kabupaten Blitar, terdapat 37.299 SPPT PBB-P2
P2 dengan cara-cara tertentu yang dimiliki wajib
di Kecamatan Talun. Jumlah SPPT tersebut
pajak. Indikatornya adalah kepatuhan dan
mewakili populasi dalam penellitian ini. Sampel
berhasilnya kegiatan administrasi PBB-P2 yang
ditentukan
menyebabkan tingkat kelunasan PBB-P2. Setiap
menghasilkan 100 responden wajib pajak PBB-
daerah yang memiliki potensi penerimaan PBB-
P2.
P2 mempunyai suatu data perkiraan maupun
Propotional Samplingatau sampel proporsi, teknik
realisasi penerimaan PBB-P2. Penerimaan PBB-
pengambilan sampel dengan memperhatikan
P2 di suatu daerah dapat dikatakan berhasil
proporsi dalm sampel wilayah (Arikunto, 2010:
apabila jumlah yang masuk setiap tahun
134). Proporsi diambil dari wajib pajak yang
jumlahnya bertambah. Nilai tersebut juga dapat
mempunyai SPPT yang tersebar di 14 wilayah (10
dilihat dari berapa banyak SPPT yang masuk,
desa dan 4 kelurahan) di Kecamatan Talun.
yang menandakan setiap wajib pajak telah
Peneliti menggunakan kuesioner sebagai alat
melaksanakan kewajibannya.
pengumpulan data pokok.
HIPOTESIS
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data
dari
Dinas
Keuangan
dengan
Metode
Pendapatan
dan
Aset
rumus
pengambilan
daerah
slovin sampel
dan
yang adalah
Tabel 5. Hasil Uji Asumsi Klasik
PENGETAHUAN WAJIB PAJAK (X1)
H1 KEBERHASILAN
KESADARAN
PENERIMAAN
WAJIB PAJAK (X2)H2 KEPUASAN WAJIB PAJAK (X3)
Jenis Pengujian Normalitas
Alat Uji Kolmogorov– Smirnov
Multikolinearitas
VIF
Hasil Uji 0,294 X1 = 1,901 X2 = 2,424 X3 = 1,826
Sumber: Data Diolah, 2015
PBB-P2 (Y)
H3
Gambar 1. Model Hipotesis Sumber: Data diolah, 2015
:Pengaruh secara bersama-sama : Pegaruh secara parsial : Pengaruh secara dominan H1: Pengetahuan Wajib Pajak, Kesadaran Wajib Pajak, dan Kepuasan Wajib Pajak berpengaruh positif signifikan secara
Gambar 2 Hasil Uji Scatterplot Sumber: Data Diolah, 2015
Berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan menggunakan software SPSS versi 21.0,
bersama-sama terhadap Keberhasilan
diperoleh
Penerimaan PBB-P2.
sehingga distribusi dikatakan normal karena
H2: Pengetahuan Wajib Pajak, Kesadaran Wajib
nilai
nilai
signifikansi
signifikansinya
sebesar
>
0,294,
0,05.Hasil
uji
Pajak,
multikolinearitas dengannilai VIF untuk variabel
berpengaruh positif signifikan secara parsial
pengetahuan sebesar 1,901, variabel kesadaran
terhadap Keberhasilan Penerimaan PBB-P2.
sebesar 2,424
Pajak,
dan
Kepuasan
Wajib
1,826
H3: Kepuasan Wajib Pajak mempunyai
dapat
dan variabel kepuasan sebesar dinyatakan
tidak
terjadi
pengaruh dominan terhadap Keberhasilan
multikolinearitas antar variabel bebas karena
Penerimaan PBB-P2.
nilai
VIF
dibawah
10.
Hasil
pengujian
heteroskedastisistas dapat dilihat pada gambar hasil
uji
Scatterplot
yang
menunjukkan
penyebaran titik-titik yang secara acak diatas
Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 6 No. 1 2015| perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
5
angka 0 maupun dibawah angka 0 pada sumbu
dan kepuasan wajib pajak meningkat maka akan
yang sama yakni sumbu Y yang menyimpulkan
diikuti peningkatan Keberhasilan Penerimaan
bahwa tidak terjadi heterokedastisitas.
PBB-P2.
Tabel 6. Analisis Regresi Linier Berganda Variabel Terikat
Bebas
Y
(X1) (X2) (X3)
Konstan ta N = 100 R = 0,790a R2 = 0,624
Koef. Regresi (B)
Beta
t
Sig.
0,100 0,214 0,082
0,185 0,349 0,369
2,147 3,579 4,364
0,34 0,01 0,000
1,180
-
0,603
0,005
Keputus an terhadap H1 Diterima Diterima Diterima
0,214 X2 + 0,082 X3.Konstanta 1,180, artinya jika diasumsikan nilai variabel X1 (Pengetahuan Wajib Pajak), X2 (Kesadaran wajib Pajak), dan X3 (Kepuasan Wajib Pajak) adalah 0, maka Y bernilai
positif yaitu sebesaar 1,180.Nilai koefisien regresi untuk variabel pengetahuan wajib pajak (X1) bernilai positif yaitu sebesar 0,100. Artinya bahwa setiap ada peningkatan atau penurunan dari variabel pengetahuan wajib pajak (X1) sebesar 1 (satu), maka keberhasilan penerimaan PBB-P2 meningkat atau mengalami penurunan pula sebesar 0,100 dengan asumsi nilai koefisien regresi variabel bebas lainnya (kesadaran wajib pajak (X2) dan kepuasan wajib pajak (X3)) adalah tetap atau konstan. Nilai koefisien regresi untuk variabel kesadaran wajib pajak (X2) bernilai positif yaitu sebesar
0,214.
Artinya
bahwa
artinya terjadi korelasi/hubungan yang kuat variabel
pengetahuan,
keberhasilan penerimaan PBB-P2 karena nilai R
Persamaan regresi Y = 1,180 + 0,100 X1 +
PBB-P2)
Besar R dalam penelitian ini adalah 0,79
kesadaran, dan kepuasan wajib pajak terhadap
Sumber: Data primer diolah, 2015
Penerimaan
Uji Koefisien Determinasi (R2)
masing-masing
Adj. R2 = 0,612 F = 53,067 Ftabel = 2,70
(Keberhasilan
UJI HIPOTESIS
setiap
ada
peningkatan atau penurunan dari variabel kesadaran wajib pajak (X2) sebesar 1 (satu), maka keberhasilan penerimaan PBB-P2 meningkat atau mengalami penurunan pula sebesar 0,214 dengan asumsi nilai koefisien regresi variabel
mendekati 1.Koefisien determinasi R square (R2) adalah sebesar 0,624 = 62,4 %. Presentase sumbangan pengaruh variabel X1, X2, dan X3 terhadap variabel Y sebesar 62,4%, sisanya 37,6 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model ini.Setiap tambahan satu variabel bebas maka nilai R2akan meningkat tidak
peduli
apakah
variabel
tersebut
berpengaruh signifikan atau tidak.Nilai adjusted R2 square yang merupakan nilai R yang telah disesuaikan sebesar 0,612 = 61,2 %. Angka 61,2 % memiliki arti bahwa variabel pengetahuan wajib pajak, kesadaran wajib pajak, dan kepuasan wajib
pajak
mempengaruhi
keberhasilan
penerimaan PBB-P2 sebesar 61,2%. Angka 38,8% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar model regresi dalam penelitian ini. Koefisien korelasi (R) sebesar 0,612 masuk pada kategori kuat karena berada pada selang 0,6 – 0,799. Hubungan variabel Pengetahuan Wajib Pajak, Kesadaran Wajib Pajak, dan Kepuasan Wajib Pajak dengan Keberhasilan Penerimaan PBB-P2 bersifat positif, artinya jika variabel bebas semakin
ditingkatkan,
maka
Keberhasilan
Penerimaan PBB-P2 mengalami peningkatan.
lainnya (pengetahuan wajib pajak (X1) dan
Uji F
kepuasan wajib pajak (X3)) adalah tetap atau
Rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah
konstan.Nilai koefisien regresi untuk variabel
sebagai berikut:
kepuasan wajib pajak (X3) bernilai positif yaitu
Ha: variabel bebas pengetahuan wajib pajak,
sebesar
kesadaran wajib pajak, dan kepuasan wajib
0,082.
Artinya
bahwa
setiap
ada
peningkatan atau penurunan dari variabel
pajak mempunyai pengaruh signifikan
kepuasan wajib pajak (X3) sebesar 1 (satu), maka
secara bersama-sama terhadap variabel
maka keberhasilan penerimaan PBB-P2 akan
keberhasilan penerimaan PBB-P2 (Y).
meningkat atau mengalami penurunan pula
Uji F dilakukan dengan cara membandingkan
sebesar 0,082 dengan asumsi nilai koefisien
besarnya nilai Fhitung dengan Ftabelyaitu apabila:
regresi variabel lainnya (pengetahuan wajib
Fhitung ≤ Ftabel = Ha ditolak
pajak (X1) dan variabel kesadaran wajib pajak
Fhitung ≥ Ftabel= Ha diterima
(X2))
Pengujian dalam penelitian ini juga dilakukan
adalah
tetap
atau
konstan.Variabel
pengetahuan wajib pajak, variabel kesadaran
dengan
wajib pajak, dan variabel kepuasan wajib pajak
Signifikansi < 0,05= Ha diterima
berpengaruh
Signifikansi >0,05 = Ha ditolak
positif
terhadap
keberhasilan
membandingkan
nilai
signifikansi:
apabila
Diketahui bahwa Fhitung sebesar 53,067 >
pengetahuan wajib pajak, kesadaran wajib pajak,
Ftabel sebesar 2,70. Nilai df 1 (jumlah variabel-1)
penerimaan
PBB-P2,
artinya
yaitu 4-1= 3, dan df 2 (n-k-1) yaitu 100-3-1 = 96 Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 6 No. 1 2015| perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
6
dengan ignifikansi 0,000 < 0,05 yang artinya Ha
Talun Kabupaten Blitar dipengaruhi secara
diterima,
pengetahuan,
bersama-sama oleh pengetahuan wajib pajak,
wajib
pajak
kesadaran wajib pajak dan kepuasan wajib pajak,
berpengaruh secara bersama-sama signifikan
artinya bahwa semakin tinggi pengetahuan wajib
terhadap keberhasilan penerimaan PBB-P2.
pajak, sikap positif kesadaran wajib pajak, dan
kesadaran,
maka
variabel
dan
kepuasan
tingkat
Uji t (Uji parsial) Rumusan hipotes dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ha
≠
0
berpengaruh
variabel
bebas
signifikan
masing-masing
terhadap
variabel
terikat.Pengujian parsial dilakukan dengan cara membandingkan besarnya nilai thitung dengan ttabel yaitu:
kepuasan
pekayanan,
wajib
maka
pajak
semakin
terhadap
tinggi
pula
keberhasilan penerimaan PBB-P2. Pengaruh ketiga variabel bebas digolongkan kuat terhadap keberhasilan
penerimaan
PBB-P2,
hal
ini
membuktikan bahwa dalam mencapai target berhasilnya penerimaan PBB-P2 tidak terlepas dari kualitas diri masing-masing wajib pajak. DPPKAD Kabupaten Blitar dituntut tidak hanya
thitung< ttabel = Ha ditolak
mengejar target secara kuantitas, tetapi juga
thitung> ttabel = Ha diterima Pengujian dalam penelitian ini juga dilakukan dengan membandingkan nilai signifikansi: signifikansi< 0,05 = Ha diterima
harus
beriringan
memperhatikan
kualitas
Sumber Daya Manusia yang berperan baik dari segi petugas pajak di instansi DPPKAD maupun dari segi wajib pajak.
signifikansi> 0,05 = Ha ditolak. Nilai ttabel dengan taraf signifikansi 0,05 dan df = 96 adalah sebesar 1,985. Nilai df diperoleh dari n-k-1, dimana n merupakan banyaknya obesrvasi, k merupakan jumlah variabel bebas. Pengujian hipotesis masingmasing variabel adalah sebagai berikut:
Pencapaian keberhasilan tersebut tidak terlepas dari pengaruh secara bersama-sama dari pengetahuan yang dimiliki wajib pajak, dan kesadaran
dalam
melaksanakan
kewajiban
perpajakannya, sekaligus kepuasan wajib pajak terhadap pelayanan yang diterima. Hal tersebut dibuktikan dengan semakin lunasnya tunggakan
a). Variabel Pengetahuan Wajib Pajak (X1) Besarnya thitung variabel X1 terhadap Y adalah sebesar 2,147. Hal tersebut berarti bahwa t hitung > ttabel (2,147 > 1,985). Nilai signifikansi 0,034 < 0,05. Berdasarkan perhitungan tersebut maka Ha diterima, sehingga pengetahuan wajib pajak berpengaruh secara parsial signifikan terhadap keberhasilan penerimaaan PBB-P2.
PBB-P2 tahun 2014 di 14 desan dan kelurahan di Kecamatan Talun setelah tahun 2014 PBB-P2 dialihkan dan dikelola oleh DPPKAD Kabupaten Blitar, realisasi terpenuhi mencapai 89,4 % dan tunggakan berkurang menjadi 10,6% yang dapat dikatakan berhasil karena lebih baik dari tahun sebelumnya. Keberhasilan dapat diukur dari kepatuhan yaitu tercermin dari kesediaan wajib
b). Variabel Kesadaran Wajib Pajak (X2) Besarnya thitung variabel X2 terhadap Y adalah sebesar 1,985. Hal tersebut berarti bahwa t hitung > ttabel (3,579 > 1,985). Nilai signifikansinya 0,001 (< 0,05). Berdasarkan perhitungan tersebut maka Ha diterima, variabel kesadaran wajib pajak berpengaruh secara parsial signifikan terhadap keberhasilan penerimaan PBB-P2.
pajak dalam melunasi PBB-P2 terutangnya. Pengetahuan wajib pajak berpengaruh positif
Besarnya thitung variabel X3 terhadap Y adalah sebesar 4,364, artinya bahwa thitung > ttabel (4,364 > 1,985) dan signifikansi 0.000 (< 0,05) sehingga Ha diterima, maka variabel kepuasan wajib pajak berpengaruh secara parsialsignifikan terhadap keberhaasilan penerimaan PBB-P2. Variabel dominan dengan beta terbesar yaitu variabel kepuasan wajib pajak sebesar 4,364, sehingga variabel dominan dalam penelitian ini adalah variabel Kepuasan Wajib Pajak (X3).
Talun
signifikan
terhadap
Kabupaten
Blitar.
Undang-undang,
Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Keuangan, dan Surat Edaran Pajak
perhitungan
yang
secara
PBB-P2,
jelas
mengatur
pemerintah
telah
melakukan perubahan peraturan PBB-P2 dalam hal untuk penyederhanaan maupun penyesuaian perhitungannya agar wajib pajak dapat lebih mengetahui dan memahami dalam memenuhi kewajiban membayar pajak. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan yang cukup agarwajib pajak
dapat
mengetahui
semua
tentang
peraturan perpajakan. Kesadaran wajib pajak berpengaruh positif
PEMBAHASAN
parsial
keberhasilan penerimaan PBB-P2 di Kecamatan
Dirjen
c). Variabel Kepuasan Wajib Pajak (X3)
secara
secara
parsial
signifikan
terhadap
keberhasilan penerimaan PBB-P2 di Kecamatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Talun Kabupaten Blitar. Menurut Boediono
keberhasilan penerimaan PBB-P2 di Kecamatan Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 6 No. 1 2015| perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
7
(1996:45) kesadaran wajib pajak berkonsekuensi logis untuk para wajib pajak agar mereka rela memberikan
konstribusi
dana
untuk
pelaksanaan fungsi perpajakan, dengan cara membayar kewajiban pajaknya secara tepat waktu dan tepat jumlah. Kesadaran
masyarakat
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan 1.
perlu
adanya
transparansi hasil dari pemungutan PBB-P2 yang
bertambah
baik,
kesadaran
maka
dan
masyarakat
positif
secara
wajib
parsial
Talun
Kabupaten
Blitar
sekaligus
Talun
PBB-P2
Kabupaten
di Blitar
Wajib Pajak secara positif signifikan. 3.
Kepuasan Wajib Pajak telah berpengaruh dominan
terhadap
Keberhasilan
Penerimaaan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan
dan
Perkotaan
(PBB-P2)
di
Kecamatan Talun Kabupaten Blitar.
terhadap
keberhasilan penerimaan PBB-P2 di Kecamatan
Penerimaan
Pajak, Kesadaran Wajib Pajak, dan Kepuasan
berpengaruh
signifikan
oleh
dipengaruhi parsial oleh Pengetahuan Wajib
kesukarelaannya
pajak
Blitar
bersama-sama
Keberhasilan Kecamatan
dalam membayar PBB-P2 tanpa ditagih. Kepuasan
Kabupaten
di
positif signifikan. 2.
pajak merasa pajak yang mereka bayarkan tidak dengan
Talun
PBB-P2
Pajak, dan Kepuasan Wajib Pajak secara
pembangunan fasilitas umum, sehingga wajib
dikelola
dilakukan
Pengetahuan Wajib Pajak, Kesadaran Wajib
nantinya kembali ke masyarakat dalam bentuk
disalah gunakan. Hal demikian apabila PBB-P2
Penerimaan
dipengaruhi
di Kecamatan Talun Kabupaten Blitar. Petugas juga
Keberhasilan Kecamatan
sangat
dan realisasi keberhasilan penerimaaan PBB-P2 setempat
yang
maka dapat disimpulkan:
diperlukan demi mendukung tercapainya target
DPPKAD
penelitian
Saran Berdasarkan
menjadi
hasil
penelitian
yang
variabel dominan. Tercapainya keberhasilan
dilakukan, ada beberapa saran yang peneliti
penerimaan pajak dipengaruhi oleh tax payer
ajukan, diantaranya:
yang didominasi dari dalam diri individu
1.
Sanksi denda dan sanksi administrasi 2%
tersebut. Kemauan wajib pajak dalam membayar
sesuai Peraturan Bupati Blitar No 54 Tahun
pajak dipengaruhi oleh mutu pelayanan yang
2013 tentang Tata Cara Pemungutan PBB-P2
diberikan oleh petugas pajak kepada wajib pajak.
diterapkan
secara
Pelayanan
mengurangi
pengindaran
petugas
PBB-P2
memberikan
sekaligus PBB-P2
di
kalangan wajib pajak yang sudah menjadi
pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak yang
anggapan yang wajar dan umum.
diwujudkan dalam kelunasan pembayaaran 2.
PBB-P2.
tegas
PBB-P2 merupakan kategori pajak dengan
Kepuasan pelanggan (pengguna jasa
official assessment system, yang artinya wajib
pelayanan PBB-P2) yang dalam hal ini adalah
pajak tidak perlu menghitung sendiri jumlah
wajib pajak pada umumnya ditentukan oleh
pajak terutang karena sudah tertera dalam
tingkat penerimaan kualitas yang sesuai harapan
SPPT yang telah ditetapkan sejak awal
wajib pajak tersebut. Petugas PBB-P2/Dinas
berdasarkan
Pendapatan dan lembaganya adalah salah satu
masing wilayah tempat tanah dan atau
instansi
Dalam
bangunan tersebut didirikan (Fauziyah,
seharusnya
2008:15). Peneliti menyarankan agar wajib
pelayanan
melaksanakan
perpajakan.
pelayanan,
klasifikasi
masing-
memberikan pelayanan yang baik terhadap
pajak
wajib pajak agar tercapai suatu kepuasan.
instansi pengelola PBB-P2 yaitu terutama
Dengan adanya kepuasan yang didapat, maka
mengambil SPPT ke kantor pelayanan PBB-
wajib pajak termotivasi untuk membayar PBB-P2
P2 setempat dan segera melunasi kewajiban
terutang
PBB-P2 nya agar tidak menunggu jatuh
sehingga
meningkat
dan
bisa
penerimaan
PBB-P2
dikatakan
berhasil.
meningkatkan
NJOP
tempo
yang
kerjasama
menyebabkan
dengan
petugas
Penelitian ini membuktikan kepuasan wajib
mengedarkan SPPT ke rumah dan menagih
pajak atas pelayanan PBB-P2 mepengaruhi
PBB-P2 sehingga menghambat penerimaan.
keberhasilan
penerimaan
PBB-P2.Ukuran
3.
DPPKAD
diharakan
melaksanakan
keberhasilan penyelenggaraan pelayanan PBB-
penilaian kembali dan penyesuaian terkait
P2 ditentukan oleh tingkat kepuasan penerima
penetapan NJOP setelah PBB-P2 dialihkan
layanan (wajib pajak).
menjadi
pajak
daerah.
Hal
ini
dapat
mengurangi kecemburuan sosial sehingga wajib pajak merasakan keadilan apabila PBBP2 yang mereka bayarkan menyesuaikan Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 6 No. 1 2015| perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
8
dengan kondisi tanah dan atau bangunan 4.
Pendapatan
Intensitas sosialisasi melalui media lebih
go.id diakses pada 25 September 2014.
spanduk),
media
elektronik
(pemasangan iklan lewat reklame digital, penayangan di iklan layanan masyarakat di televisi
dan
radio
lokal).
Selain
itu
mengadakan kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan dan manfaat PBB-P2
Fauziyah, Laily. 2008. Pengaruh Karakteristik Pada Wajib Pajak TerhadapKeberhasilan Penerimaan PBB
di
Kantor
Pelayanan
PBB
Jakarta
SelatanSatu. Skripsi Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. Fraternesi. (2002). Pengaruh Faktor-faktor Yang
bagi daerah dan wajib pajak misalnya
Melekat Pada Wajib Pajak Terhadap Tingkat
pemilihan duta pajak daerah dan lauching
Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi Dan
Bulan Panutan Pembayaran Pajak (dikutip
Bangunan
dari majalah penataran Kabupaten Blitar,
Semarang; Universitas Diponegoro.
2015:30).
Di
Kota
Bengkulu.
Skripsi
Harahap, Abdul Asri. 2004. Paradigma Baru
Hasil dari pemungutan PBB-P2 benar-benar
Perpajakan
digunakan untuk pembangunan daerah
Yogyakarta.
yaitu
perbaikan
fasilitas
umum
dan
pembangunan. Penagihan
SPPT
PBB-P2
rumah
menyebabkan wajib pajak merasa tidak
Indonesia.
Penerbit
BPFE
Kurniawan, Dedi. 2009. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Skripsi Padang; Universitas Andalas.
nyaman. Solusi yang dapat peneliti sarankan
Parasuraman, A., Zethamal, Valarie, A., Berry,
adalah menambah fasilitas pelayanan yang
Leonard. 2001. Delivering Quality Service
sifatnya memudahkan wajib pajak sehingga
Balancing
wajib pajak merasa nyaman dan puas, yaitu
Expectations. New York: The Free Press.
dengan menambah jumlah mobil keliling 7.
2014.
Negara tahun 2013. www.anggaran.depkeu.
brosur,
6.
Keuangan.
saat ini. diperluas baik media cetak (majalah, baliho,
5.
Departemen
Customer
Perceptions
and
Penataran Kabupaten Blitar. 2015. Pemerintah
pelayanan PBB-P2 di setiap unit daerah.
Kabupaten Blitar Maksimalkan Pendapatan
Penelitian
Daerah, Launching Bulan Bayar Pajak.
selanjutnya
disarankan
menambah jumlah variabel yang dapat berpengaruh, misalnya sanksi denda, tax avoidance,
sistem
pembayaran,
penetapan
lokasi
penelitian,
menambah jumlah sampel, memakai alat uji analisis
statistik
Redaksi
Dinas
Perhubungan,
Komunikasi dan Informatika Blitar.
dan
kepatuhan dan memperluas ruang lingkup penelitian,
Blitar:
berbeda
dan
menyempurnakan kuesioner penelitian.
Peraturan Bupati Blitar Nomor 54 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Pemungutan PBB-P2. Pusponegoro, Suryo Wibowo. 2013. Pengaruh Kesadaran wajib pajak, pelayanan fiskus, dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Bandung Tegallega. Skripsi
DAFTAR PUSTAKA
Bandung; Universitas Pasundan. Alwi, Hasan. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Republik Indonesia. UU Nomor 28 Tahun 2009
Jakarta: Balai Pustaka.
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi). Jakarta:
Republik Indonesia. UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Rineka Cipta.
Perpajakan (KUP). Badan Pusat Statistik (BPS). 2014. Kecamatan Talun Dalam Angka. Blitar: BPS Kabupaten
Republik Indonesia.UU Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Blitar.
Negara (APBN). Bawazier, Fuad. dan M. Ali Kadir. 2004. Kebijakan Tax Reform 1994 dan Tax Reform 1997 dalam Subiantoro, H dan Riphat, S., Kebijakan Fiskal: Pemikiran,
Konsep
dan
Implementasinya.
Jakarta: Kompas.
Republik Indonesia. UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 2006. Metode
Boediono, B. 1996. Perpajakan Indonesia. Jilid I.
Penelitian
Survai.
Jakarta
Barat:
Pustaka LP3ES.
Jakarta: Kawula Indonesia.
Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 6 No. 1 2015| perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
9
Siahaan, P. Marihot. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. Simanjuntak, Timbul Hamonangan, dan Imam Mukhlis (2012). Dimensi Ekonomi Perpajakan dalam Pembangunana Ekonomi. Jakarta: Raih Asa Sukses. Taslim, D. (2011). Tax Specialist Sebagai Suatu Profesi? Diakses 7 April 2014, dari Ortax: http://www.ortax.org/ortax/?mod=issue& page=show&id=9. Tjiptono, Fandy dan Gregorius Chandra. (2005). Manajemen Kualitas Jasa. Yogyakarta: Andi. Waluyo dan Ilyas. 2007. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. Wijaya, Toni. (2011), Manajemen Kualitas Jasa: Desain Servqual, QFD, dan Kano disertai Contoh Aplikasi dalam Kasus Penelitian. Jakarta: Indeks.
Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB)|Vol. 6 No. 1 2015| perpajakan.studentjournal.ub.ac.id
10