Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
THE EFFECT OF WORK CULTURE PEDAGOGIC COMPETENCE AND WORK COMMITMENT TOWARD TASK PERFORMANCE TEACHER VOCATIONAL HIGH SCHOOL BANDAR LAMPUNG EFA* ABSTRACT The objective of this research is to get about the effect of work culture, pedagogic competence and work commitment toward task performance at teacher vocational high school Bandar Lampung. The research was conducted using survey method with quantitative approach. The reach population in this research is 510 at teacher vocational high school. Research sample were selected as mush as 84 teacher using proportional random sampling technique. The data obtained with questionnaires and analyzed using pasth analysis tecniques. The finding show that work culture, pedagogic competence and work comitment have positive direct effect toward tast performance. Work culture have positive direct effect toward work commitment, and pedagogic competence have positive direct effect toward work commitment. Keywords: Task performance, work culture, pedagogic competence and work commitment PENDAHULUAN 1 Pendidikan merupakan aspek penting dalam pembangunan bangsa dan negara . Hal ini ditegaskan dalam Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yakni Pendidikan adalah: ” Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak serta keterampilan yang diperlukan dirinya , masyarakat, bangsa dan negara”. Diperkuat dengan lahirnya UndangUndang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, yang mengangkat status guru dan dosen profesional. Guru dan dosen profesional harus memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Undang-Undang tersebut menjadi landasan yang kuat agar guru mempunyai kinerja yang baik. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang dimaksud maka dibutuhkan guru-guru yang memiliki kemampuan yang optimal agar
dapat menampilkan kinerja sesuai yang diharapkan. Menurut Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Peningkatan Mutu Pendidikan menurutnya mutu dan kualitas guru ditanah air saat ini masih rendah, disebabkan “Hasil uji kompetensi yang dilakukan selama 3 tahun terakhir ini menunjukkan kualitas guru di Indonesia masih sangat rendah, buruknya hasil Ujian Nasional (UN) pada beberapa provinsi juga sebagai salah satu indikator rendahnya kualitas guru”. Selain itu dari sisi kualifikasi pendidikan, hingga saat ini dari 2,92 juta guru, baru sekitar 51 persen yang berpendidikan S-1 atau lebih, sedangkan sisanya belum berpendidikan S-1. Begitu pun dari persyaratan sertifikasi hanya 2,06 juta guru atau sekitar 70,5 persen guru yang memenuhi syarat . Sedangkan 861.67 guru lainnya belum memenuhi syarat sertifikasi, yakni sertifikat yang menunjukkan guru tersebut profesional dan memiliki kompetensi. Hal tersebut yang menjadi problem pendidikan. Rendahnya prestasi pendidikan atau daya saing pendidikan Indonesia posisi Negara Indonesia terletak pada urutan ke 44
Guru SMKN 3 Bandar Lampung
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1177
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
tahun 2011 turun menjadi urutan 46 tahun 2012 dari 142 negara. Daya saing pendidikan Indonesia rendah dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya seperti singapura, Malaysia dan Thailand. Daya saing pendidikan ini merupakan salah satu indikator penting yang menggambarkan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia terutama rendahnya kinerja guru. Kinerja guru berpengaruh langsung terhadap kualitas pendidikan setiap peserta didik. Semakin baik kinerja guru maka akan semakin baik kualitas pendidikan yang dihasilkan. Kinerja tugas.menurut Sthepen P Robbins,Timothy A, Judge,( 2011: 599) “Task performance is performing the duties and responsibilities that contribute to the production of a good or service or to administrasive tasks. This includes most of the tasks in a conventional job description” Kinerja tugas yaitu menampilkan tugastugas, tanggungjawab yang menghasilkan barang atau jasa secara langsung atau berupa tugas-tugas administratif yang bersifat mendukung. Ini termasuk sebagian besar tugas dalam deskripsi pekerjaan konvensional. Lebih lanjut (Seppen P. Robbins, Timothy A. Judge, 2011: 599) juga mengatakan “ task performance is the combination of effectiveness and efficiency at doing your core job tasks”. Kinerja tugas adalah perpaduan antara efektifitas dan efisiensi dari tugas-tugas pokok kerja. Faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja tugas adalah Budaya Kerja. Budaya kerja merupakan salah satu aspek penting yang akan menentukan sikap dan perilaku seseorang dalam bekerja. Secara sederhana budaya kerja dapat dipandang sebagai implementasi konsep budaya dalam melakukan suatu pekerjaan didalam suatu kelompok. Dalam konteks pekerjaan, (Evi Lotze, 2004 : 11) menjelaskan budaya kerja “ Work culture is the common sense that a worker brings to work, the work culture consists of the shared attitudes toward work, the shared beliefs not about this work place, but work in general, the common expectations about behavior, the rituals of
work, the traditions of work, the way things have always been done”. Mengamati lebih jauh tentang realitas kompetensi guru saat ini berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi oleh LPMP (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan) Propinsi Lampung dan pengumuman hasil test kompetensi guru SMK Negeri Bandar Lampung secara online berdasarkan hasil test tersebut masih belum optimal dan cenderung rendah rata-rata tidak sampai 47% soal yang dapat dikerjakan. Selain itu berdasarkan data hasil monitoring Tim Pengawas Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung bahwa berdasarkan hasil Monitoring dan observasi Tim Pengawas SMK terhadap 29 guru yang menjadi sampel dari 7 SMK se Kota Bandar lampung memberikan gambaran ketercapaian kinerja dalam melaksanakan tugas sebagai berikut:
Grafik 11: Rata-rata pencapaian kinerja dalam melaksanakan tugas guru SMK tahun 2014/2015 (Sumber: Tim Monitoring dan Evaluasi (Monev) Pengawas SMP,SMA dan SMK Kota Bandar Lampung tahun 2014/2015). Secara umum rata –rata pencapaian kinerja 29 guru yang menjadi sampel dari 7 SMK Negeri se Kota Bandar Lampung belum ada satupun yang mencapai kualifikasi Amat baik yaitu 86 sd 100. Rata-rata capaian komponen kelengkapan administrsi baru mencapai 75 dengan kualifikasi baik. Untuk komponen RPP baru mencapai 85 dengan kualifikasi baik, sedangkan untuk pelaksanaan pembelajaran dan melaksanakan tugas rutin serta melaksanakan tugas tepat waktu mencapai 82 dengan kategori baik. Secara
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1178
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
keseluruhan kinerja tugas guru dalam melaksanakan tugas sebagai guru baru mencapai 80 dengan kualifikasi baik. Undang-Undang Guru dan Dosen Pasal 10 ayat (1) yang menyebutkan kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. (Undang-Undang Guru dan Dosen no 14 tahun 2005) Guru harus sungguh-sungguh dalam menguasai empat kompetensi tersebut agar tujuan pendidikan bisa tercapai. Salah satu yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah kompetensi pedagogik. Menurut (Panda Srutirupa, 2012: 46) “Pedagogical competency of science teacher means ability and capacity to apply as well as use knowledge, skills, attitude effectively by adopting new circumtances for correct intructive strategies in science in a genuine teaching learning situation with perseverance. Kompetensi Pedagogik dapat digambarkan sebagai kemampuan dan kemauan untuk secara teratur menerapkan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang mempromosikan pembelajaran guru kepada siswa, harus berlangsung sesuai dengan tujuan yang sedang diarahkan sesuai dengan kerangka kerja dengan desain pembelajaran yang benar. Kemampuan guru mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Berdasarkan uraian data tersebut di atas dari hasil monitoring dan observasi Tim pengawas SMK Negeri Bandar Lampung tahun 2014/2015 serta hasil wawancara pengawas kepala sekolah, dan guru SMK Negeri Bandar Lampung yang diwawancarai peneliti sebagai bahan pertimbangan dalam penulisan latar belakang penelitian ini, berbagai sumber tersebut menginformasikan bahwa kurang baiknya kinerja tugas guru
disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya sebagai berikut. (Sumber: Tim Monep Pengawas SMK Negeri Dinas Pendidikan kota Bandar lampung tahun 2014/2015); Pertama, sebagian guru belum memiliki kinerja tugas sehingga untuk peningkatan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi yang diharapkan sulit terwujud dalam melaksanakan kinerja tugas yang akan dicapai. Motivasi kerja yang masih rendah, terlihat dari cara beberapa guru menghadapi anak didiknya yang tidak antusias. Kedua, Frekuensi kehadiran guru di kelas untuk mengajar masih tergolong rendah, hal ini dapat presentasi kehadiran guru yang hanya mencapai merata kurang dari 60% pada semester genap tahun 2014, Ketiga, terdapat sejumlah guru kurang mampu menyusun perencanaan yang dibuat oleh guru, baik yang berstatus PNS maupun non PNS cenderung asal jadi. Keempat, sejumlah guru kurang menguasai kompetensi sebagai pendidik. Guru seyogyanya menguasai kompetensi sehingga dapat menjalankan proses pembelajaran dengan baik. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Kompetensi yang harus dikuasai guru yang berkaitan dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran adalah kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Masih terdapat guru yang mengajar tidak sesuai dengan kompetensi produktif kejuruan yang dimiliki, contoh guru normatif mengajar mata pelajaran produktif (praktik) tetapi tidak memiliki kompetensi yang sesuai bidang keahliannya. Kelima, guru kurang berinisiatif memanfaatkan dan menggunakan media pembelajaran. Keenam, Guru kurang memiliki komitmen kerja yang dimiliki. Masih terdapat guru yang mengajar tidak sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Ketujuh, budaya kerja juga belum berjalan dengan baik. Nilai-nilai dan kebiasaan yang baik seperti disiplin kerja, kejujuran, empati, kerjasama, serta
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1179
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
kesopanan saat ini sudah mulai sulit ditemukan dalam suatu organisasi sekolah. METODE Penelitian dilaksanakan terhadap guru SMK Negeri Bandar Lampung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dengan pendekatan kuantitatif dan tehnik analisis jalur (path analisys). Populasi penelitian ini sebanyak guru. 510 guru. Sampel penelitian dipilih sebanyak 84 guru menggunakan tehnik proportional random sampling. Data penelitian dikumpukan dengan menggunakan instrumen dalam bentuk kuesioner yang dikembangkan sendiri oleh peneliti. Analisis data dilakukan menggunakan tehnik statistik desktiptif serta statistik inferensial. Tehnik statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data skor setiap variabel penelitian. Statistik inferensial dengan menggunakan tehnik analisis jalur (path analysis) diterapkan untuk menjelaskan besarnya pengaruh antara variabel penelitian (variabel budaya kerja (X1), kompetensi pedagogik (X2) komitmen kerja (X3) dan variabel kinerja tugas (y). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji hipotesis sub -struktur 1 Hasil hipotesis sub struktur 1 mengukur Pengaruh Budaya Kerja (X1) terhadap Komitmen Kerja (X3) p31 = 0,248. Hasil uji signifikansi koefisien jalur diperoleh thitung = 2,692 > dari ttabel = 2,63 pada α = 0,01. Hasil uji tersebut menunjukkan koefisien jalur sangat signifikan. Atas dasar itu dapat dikemukakan bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan budaya kerja berpengaruh langsung positip terhadap komitmen kerja diterima. Hasil uji hipotesis kedua perhitungan koefisien jalur menunjukkan besarnya pengaruh langsung kompetensi pedagogik (X2) terhadap komitmen kerja (X3) p32 = 0,495. Hasil uji signifikansi koefisien jalur diperoleh thitung = 5,370 > dari ttabel = 2,63 pada α = 0,01. Hasil uji tersebut menunjukkan koefisien jalur
sangat signifikan. Atas dasar itu dapat dikemukakan bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan kompetensi pedagogik berpengaruh langsung positip terhadap komitmen kerja diterima. Hasil uji hipotesis sub-struktur 2 menunjukkan besarnya pengaruh langsung budaya kerja terhadap kinerja tugas pyx1 = 0,317. Hasil uji signifikansi koefisien jalur diperoleh thitung = 3,792 > ttabel = 2,63 pada α = 0,01. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa koefisien jalur sangat signifikan. Atas dasar hasil uji yang telah diuraikan tersebut diatas bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan budaya kerja berpengaruh langsung positif terhadap kinerja tugas diterima. Hasil perhitungan koefisien jalur menunjukkan besarnya pengaruh langsung kompetensi pedagogik terhadap knerja tugas pyx2 = 0,288. Hasil uji signifikansi koefisien jalur diperoleh thitung = 3,106 > dari ttabel = 2,63 pada α = 0,01. Hasil uji tersebut menunjukkan koefisien jalur sangat signifikan. Atas dasar tersebut dapat dikemukakan bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan kompetensi pedagogik berpengaruh langsung positif terhadap kinerja tugas diterima. Hasil perhitungan koefisien jalur menunjukkan besarnya pengaruh langsung komitmen kerja terhadap kinerja tugas pyx3 = 0,310. Hasil uji signifikansi koefisien jalur diperoleh thitung = 3,323 > dari ttabel = 2,63 pada α = 0,01. Hasil uji tersebut menunjukkan koefisien jalur sangat signifikan. Atas dasar itu dapat dikemukakan bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan komitmen kerja berpengaruh langsung positip terhadap kinerja tugas diterima. Hasil uji hipotesis pertama pada penelitian ini menunjukkan budaya kerja berpengaruh langsung positif terhadap kinerja tugas didukung pendapat Osbome dan Plastrik menerangkan bahwa budaya kerja adalah seperangkat perilaku perasaan dan kerangka psikologis yang terinternalisasi sangat mendalam dan memiliki bersama oleh anggota organisasi. (osborne dan plastik
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1180
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
1998 :23) Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Harvard Business School oleh Kotter dan Heskett, yang menemukan bahwa budaya kerja mempunyai dampak yang kuat terhadap prestasi kerja suatu organisasi (Jhon P. Kloter,1992:123). Sejalan dengan pendapat peneliti Wirijadinata yang menyatakan bahwa budaya kerja adalah sistem untuk mengikut sertakan seluruh karyawan atau yang dipimpin secara gotong royong, kekeluargaan dan musyawarah untuk mufakat dalam rangka meningkatkan kualitas hasil pekerjaan, sehingga memberikan kepuasaan pada pemakai dan untuk meningkatkan produktifitas kerja (Wirjadiinata 2012:3). Menurut Schermerhorn “task performance is quality and quality of work produced” bahwa kinerja tugas adalah jumlah dan kualitas dari hasil kerja. Menurut (Jhon A. Weigner, 2010: 98) mengatakan “Task performance is widely believed to be a requirement for effektives leadership”. Kinerja tugas adalah berhubungan dengan kemampuan kerja karyawan. Kinerja mengidentifikasikan apakah seorang karyawan mempunyai kerja yang baik atau tidak apabila memiliki kemampuan kerja yangbaik akan meningkatkan budaya kerja. Menurut pendapat (Steven L. Mc. Shane, Marry Ann Von Glinow, 2005 :42) “The most obvious category of individual behaviors in the workplace are thoose that support the organization’s objektives. Goaldirected behaviors under the individual’s control that support organizational object physives are know as task performance”. Kinerja tugas perilaku individu di tempat kerja adalah prilaku yang mendukung tujuan organisasi. Perilaku yang diarahkan pada tujuan organisasi dan dibawah kontrol individu sebagai kinerja tugas. Budaya kerja yang terbentuk secara positif akan bermanfaat bagi setiap anggota dalam suatu organsasi karena mereka membutuhkan sumbang saran, dan pendapat bahkan kritik yang sifatnya membangun untuk perbaikan demi kemajuan dalam ruang lingkup pekerjaannya. Dengan
membiasakan loyalitas kerja yang tinggi, bertanggung jawab, kerjasama, disiplin, jujur, tekun, bersemangat, mutu kerja yang baik, berkeadilan, dan integritas kepribadian yang tinggi, yang diwujudkan dalam budaya kerja guru yang positif maka guru menjadi tenaga pendidik dan pengajar, yang berdedikasi tinggi dalam meningkatkan mutu pendidikan disekolah. Berdasarkan pembahasan diatas agar kekuatan budaya kerja yang ada dilingkungan sekolah sehat dalam sesuai dengan sistem dan manajemen sekolah yang baik, maka dipastikan akan meningkatkan kinerja tugas yang menjadi tanggung jawab sebagai guru disekolah. Hasil uji hipotesis kedua menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik berpengaruh langsung positip terhadap kinerja tugas. Hasil penelitian ini didukung oleh Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dan Dosen menegaskan bahwa guru dan dosen wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Salah satu kompetensi guru dalam Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 yaitu kompetensi pedagogik. Kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikiinya. Kompetensi pedagogik tersebut berkaitan dengan penilaian kinerja guru (PKG). Kontribusi kompetensi pedagogik terhadap kinerja tugas guru adalah; (a) penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual, (b) penguasaan terhadap teori belajar dan prinsi-prinsip pembelajaran yang mendidik, (c) mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu, (d) menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik, (e)
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1181
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik, (f) memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, (g) berkomunikasi secara efektif, empirik, dan satun dengan peserta didik, (h) melakukan penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, (i) melakukan tindaan reflektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Tugas tersebut harus dilakukan sebagai seorang guru diperkuat dengan pendapat (Colquit, Le Pine Wesson, 2008:38) “Routine task performance involves well-known responses to demands that occur in a normal, routine, or otherwise predictable way. In these cases, employees tend to act in more or less habitual or programmed way that vary litte from one instance to another”. Kinerja tugas rutin melibatkan respon yang sudah dikenal sesuai dengan tuntutan kerja rutin dan bisa diramalkan hasilnya, didukung pendapat Schermerhorn “task performance is quantity and quality of work produced” kinerja tugas jumlah dan kualitas hasil kerja. Berdasarkan pembahasan diatas agar kekuatan kompetensi pedagogik dan kinerja tugas tinggi dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan yang diharapkan dalam melaksanakan kinerja tugas tersebut dengan karakteristik kinerja tugas seperti penuh rasa tanggung jawab, memenuhi standar kualitas kerja, melaksanakan tugas rutin, dan menyelesaikan tugas tepat waktu. Dengan demikian kompetensi pedagogik berpengaruh positif terhadap kinerja tugas guru. Hasil pengujian hipotesis ketiga, menunjukkan bahwa komitmen kerja berpengaruh langsung positip terhadap kinerja tugas guru, Guru yang mempunyai komitmen kerja yang baik, akan mengeluarkan seluruh energi positifnya untuk mendapatkan hasil sesuai yang efektif dalam sebuah pekerjaan yang ditanganinya. Komitmen kerja adalah sebuah spirit atau
kekuatan yang lahir dari nurani yang paling dalam yang dimiliki oleh seorang guru. Stephen P. Robbins, mengatakan “Task perpormance is the combination of effectiveness and efficiency at doing your core job tasks”. kinerja tugas adalah perpaduan antara effektifitas dan effisiensi dari tugas-tugas pokok kerja. (Stephen P. Robbins,Timothy, 2011: 599). Menurut (Colquit, Le Pine Wesson, 2008: 38), “task performance is the set of explicit obligations that an employee mush fulfill to receive compensation and continued employmen”. Kinerja tugas adalah seperangkat kewajiban ekplisit bahwa seorang guru harus memenuhi kewajibannya untuk menjalankan tugas dan akan menerima kompensasi dan pekerjaan lanjutan. Selanjutnya Colquitt mengatakan kinerja tugas meliputi prilaku karyawan yang secara langsung terlibat dalam transpormasi sumber daya organisasi kedalam barang atau jasa yang dihasilkan untuk kepentingan organisasi. Hasil penelitian ini diperkuat tentang pentingnya komitmen kerja dalam sebuah organisasi, Luthans mengatakan bahwa “A wilingness to exert high levels of effor on behalf of the organization” artinya komitmen kerja adalah kemampuan untuk melakukan usaha yang tinggi demi nama perusahaan /organisasi. Selanjutnya menurut Luthans (2011: 147) bahwa komitmen terhadap pekerjaan menurut Allen dan meyer (1990:16) terdiri dari tiga komponen, yaitu komitmen afektif, komitmen berkelanjutan, komitmen normatif. Komitmen afektif merujuk kepada adanya ikatan emosional pegawai dengan organisasi, identifikasi dengan organisasi dan keterlibatan secara aktif dalam organisasi, komitmen berkelanjutan merujuk kepada kesadaran tentang konsekuen pembiayaan dengan tindakan meninggalkan organisasi. Sedangkan komitmen normatif menggambarkan tentang tanggungjawab untuk menyelesaikan tugas/pekerjaan. Berdasarkan pembahasan diatas bahwa komitmen kerja yang tinggi dapat secara langsung positif mempengaruhi
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1182
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
peningkatan kinerja tugas guru dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab sebagai guru. Dari hasil pengujian hipotesis keempat, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh langsung positif budaya kerja terhadap komitmen kerja seorang guru. Budaya kerja yang baik adalah kondisi yang harmonis dalam melakukan pekerjaan. Ketika budaya kerja tercipta dan lahir dengan kondisi yang harmonis, maka dipastikan setiap individu dalam organisasi tersebut akan mempengaruhi komitmen kerjanya dalam melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Artinya bahwa budaya kerja yang baik dan kondusip akan melahirkan komitmen kerja yang tinggi pula. Menurut Jeff Cartwright, budaya kerja adalah penentu yang kuat dari keyakinan, sikap dan perilaku orang dan pengaruhnya dapat diukur melalui bagaimana orang termotivasi untuk merespon pada lingkungan budaya mereka (Jeff Cartwight, 1999:11). Menurut Wibowo budaya merupakan pola kegiatan manusia yang secara sistematis diturunkan dari generasi ke generasi melalui proses pembelajaran untuk menciptakan cara hidup tertentu yang paling cocok dengan lingkungannya. (Wibowo: 2011:16). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan lahirnya tentang keterikatan budaya dengan komitmen yang menunjukkan bahwa komitmen afektif berhubungan dengan budaya kondusif, komitmen continueance berhubungan dengan budaya pasif/defensif dan budaya agresif/defensif, walaupun pada demensi lain komitmen normatif tidak berhubungan dengan salah satu pola budaya. (Lahiry, 2010:2) Budaya kerja yang berkembang serta diyakini oleh seorang guru sejalan dengan tumbuhnya komitmen terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Budaya kerja menjadi salah satu faktor penting untuk meningkatkan komitmen kerja. Disamping itu budaya kerja dapat membantu menciptakan komitmen untuk sesuatu yang lebih besar dari pada
kepentingan individu. Lebih lanjut dijelaskan. (Stephen P.Robbins, Nancy Langton, 2007:358) “A strong culture demonstrates high agreement among members about what the organization stands for. Such unanimity of purpose builds cohesiveness, loyalty, and organizational comitment. These qualities, in turn, lessen employess’ tendency to leave the organization”. Penjelasan tersebut menunjukkan kekuatan budaya akan mengarah pada kesepakatan yang tinggi di antara anggota tentang kedudukan organisasi. Kesepakatan ini berpotensi membangun kekompakan, loyalitas dan komitmen yang kuat terhadap organisasi. Kekuatan budaya dapat mengurangi kecenderungan meninggalkannya. Berdasarkan pembahasan di atas, kekuatan budaya kerja sehat akan mengakibatkan komitmen kerja yang tinggi. Karakteristik budaya kerja seperti kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku, orientasi pada tujuan pekerjaan, strategi pemecahan masalah, ketaatan pada prosedur kerja, kebersamaan kelompok, serta interaksi komunikasi merupakan faktor-faktor penting yang berpotensi mendukung komitmen kerja guru. Jadi budaya kerja berpengaruh langsung positif terhadap komitmen kerja seorang guru. Dari hasil pengujian hipotesis kelima, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh langsung positif kompetensi pedagogik terhadap komitmen kerja seorang guru. Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi Pedagogik merupakan kompetensi khas, yang akan membedakan guru dengan profesi lainnya dan akan menentukan tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran peserta didiknya. ini terdiri dari 7 aspek kemampuan, yaitu; (1) mengenal karakteristik anak didik, (2) menguasai prinsip-prinsip pembelajaran, (3) mampu mengembangan kurikulum, (4) kegiatan pembelajaran yang mendidik, (5) Memahami dan mengembangkan potensi peserta didik, (6) Komunikasi dengan
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1183
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
peserta didik, (7) Penilaian dan evaluasi pembelajaran. Hasil penelitian ini juga relevan dengan pendapat (Panda Srutirupa 2012 :29) yang menyatakan: “Pedagogical competency of science teacher Means ability and capacity to apply as well as use knowledge, skill, attitude affectively by adopting new circumtances for correctintructive strategis in science in a genuine teaching learning situation with perseverance”. (Orisson A, Ryegard, et al, 2010:272) menyatakan: Kompetensi pedagogik dapat digambarkan sebagai kemampuan dan kemauan untuk secara teratur menerapkan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang mempromosikan pembelajaran guru kepada siswa yang harus berlangsung sesuai dengan tujuan yang sedang diarahkan sesuai dengn kerangka kerja dengan desain pembelajaran yang benar Dari definisi tersebut memiliki kesamaan bahwa Kompetensi Pedagogik merupakan kemampuan seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran peserta didik. Selain itu kemampuan pedagogik juga ditunjukkan dalam hal membantu, membimbing dan memimpin peserta didik. Oleh sebab itu untuk mewujudkan kemampuan dan kemauan dalam mengelola proses pembelajaran peserta didik harus memiliki komitmen yang tinggi sebagai guru sehingga dapat terwujud apa yang diharapkan. Menurut pendapat (Frestone dan Rosenblum S.1988: 286) yang berkaitan dengan komitmen dalam kalangan guru adalah berkaitan dengan keberhasilan sekolah, kepuasan guru, prestasi kerja guru, kehadiran guru, dan pencapaian hasil belajar siswa. Tingkah laku guru akan berubah bergantung kepada komitmen mereka. Komitmen terhadap pengajaran, komitmen terhadap sekolah, dan komitmen terhadap peserta didik/pelajar merupakan bentukbentuk komitmen. (Chan kwik-wai, 2008:14) komitmen kerja bergantung pada ikatan guru untuk meluangkan waktu untuk
persiapan mengajar, aktivitas pembelajaran di kelas dan keterlibatan pelajar secara konsisten dan prestasi belajar. Berdasarkan pembahasan di atas apabila guru memiliki kekuatan kompetensi pedagogik yang tinggi maka akan berpengaruh positip terhadap komitmen kerja guru. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian terhadap guru SMK Negeri Bandar Lampung dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut; (1) budaya kerja berpengaruh langsung positif terhadap kinerja tugas guru SMK Negeri Bandar Lampung. Artinya budaya kerja sehat akan mengakibatkan peningkatan kinerja tugas guru SMK Negeri Bandar Lampung, (2) kompetensi pedagogik berpengaruh langsung positif terhadap kinerja tugas guru SMK Negeri Badar Lampung. Artinya kompetensi pedagogik tinggi akan meningkatkan kinerja tugas guru SMK Negeri Bandar Lampung, (3) komitmen Kerja berpengaruh langsung positif terhadap kinerja tugas guru SMK Negeri Bandar lampung. Artinya komitmen kerja tinggi akan mengakibatkan peningkatan kinerja tugas guru SMK Negeri Bandar Lampung, (4) budaya kerja berpengaruh langsung positif terhadap komitmen kerja guru SMK Negeri Bandar Lampung. Artinya budaya kerja sehat akan mengakibatkan peningkatan komitmen kerja guru SMK Negeri Bandar Lampung, (5) kompetensi pedagogik berpengaruh langsung positif terhadap komitmen kerja guru SMK Negeri Bandar Lampung. Artinya kompetensi pedagogik tinggi mengakibatkan peningkatan komitmen kerja guru SMK Negeri Bandar Lampung. DAFTAR PUSTAKA Colquitt, Le Pine, Wesson, Organizational Behavior, Inproving Performance and Commitment in the WorkPlace ,New York: Mcgraw-Hill International Edition, 2008
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1184
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016
Kwik-wai “In-service Teachers” Motives and Commitment in teaching “ Hong kong Teachers’ Journal vol.5,2008
Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi, (Alih bahasa Tim Indeks, Edisi Indonesia, PT. Indeks Gramedia Group, Jakarta, 2003,
Evi Letzioni, Work Culture Transformation, Munchen: K.G. Saur Verlag, 2004
Stephen P.Robbins, Timothy A Judge, Organizational Behavior, Fourteenth Edition England: Pearson Education Limited, 2011
Chan
Frestone dan Rosenblum S. “ Building Commitment in Urban high Schools” Educational Evaluation and Policy Analysis, Vol. 10.1988 John B. Miner, Industrial-Organizational Psychology New York: McGraw-Hill, Inc.,1992 John R Schermerthon,JR, Management, John Willey: New York 2005 Koswara,Deni D.& Halimah , Bagaimana Menjadi Guru Kreatif (Bandung,Pribumi Mekar, 2008 Orisson A, Ryegard, T A pelgren, k erikson K, A Swedish, Perspectives on pedagogical competence sweden ;Uppsala university, Division of Depelopment of teaching and Learning, 2010 Osborndan Plastrik, Manajemen Sumber Daya Manuasia (BPFE Yogyakarta, 2002) Panda . Srutirupa , Mappy Pedagogical Competency of Secondari School Science Teacher: An :Attempt and Analysis “ International Education EJournal,( Quarterly ISSN 2277-2456 Volume -1, Issue –IV , Juli- Agustus – Sept 2012 Schermerhorn, Hunt Osborn ,Uhl-Bien, Organization Behavior, eleventh edition Hoboken :John Wiley & Sons, 2011
S.Panctja Djati & Khusaini, Kajian terhadap kepuasan kompensasi, komitmen organisasi, dan prestasi kerja , Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, vol.5. no.1 Maret 2003 Tim Monitoring dan Evaluasi Dinas Pendidikan kota Bandar Lampung 2014/2015 Brown, Barbara B. “Employees’ Organizational Commitment and Their Perception of Supervisors’ Relations-Oriented and TaskOriented Leadership Behaviors.” Dissertation, Faculty of the Virginia Polytechnic Institute and State University, 2003. Colquitt,Jason A. Jeffery A. Lepine & Michael J Wesson. Organizational Behaviour, Improving and commitment in the workplace. New York: Mc-Graw Hill, 2009. Chughtai, Aamir Ali dan Zafar, Sohail “Antecedents and Consequences of Organizational Commitment Among Pakistani University Teachers,” Applied H.R.M. Research, Vol. 11, No. 1. Pakistan: Lahore School of Economics, 2006. Gibson, James L. John M. Ivanchevich, dan James H. Donnelly. Organizations Behavior-Strucktur-
© 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1185
Jurnal Ilmiah Educational Management Volume 7 Nomor 1 Desember 2016 ProcessesI 5th Edition. Texas: Business Publication, INC, 1985. Theoretical Framework, Situation Analysis of Save the Children Country Offices, and Recommended Strategies.” Save the Children (SC) Country Office, Spring 2011.
Schermerhorn, John R. Management 7th Edition (New York: John Wiley & Sons, Inc., 2002.Science+Business Media, LLC., 2009.
Griffin, Ricky W. dan George Moorhead. Organizational Behavior: Managing People and Organizations, 8th Edition. New York: Houghton Mifflin Company, 2007. Kreitner, Robert & Angelo Kinicki. Organizational Behavior, Seventh Edition. New York: Mc-Graw-Hill, Irwin, 2007. Luthans, Fred. Organizational Behavior. New York: The McGraw-Hill Companies, 2002. Meyer, John P. & Natalie J. Allen, Human Resource Management Review VOLUME 1. Canada: JAI Press, Inc., 1991. Prihantoro, Agung. “Peningkatan Kinerja Sumber Daya Manusia Melalui Motivasi, Disiplin, Lingkungan Kerja, Dan Komitmen (Studi Kasus Madrasah di Lingkungan Yayasan Salafiyah, Kajen, Margoyoso, Pati),”. http://jurnal.unimus.ac.id (diakses 08 Maret 2013). Saha, Lawrence J..& Dworkin, A. Gary. International Handbook of Research on Teachers and Teaching Part One. New York: Springer © 2016 Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana UNJ
1186