TEROR DARI SEGALA PENJURU: NAMA BARU IMAM PASYHUR (Yer. 20:3) Joni Tapingku
Membaca Kembali Teks Teks Yeremia 20:3 versi Terjemahan Baru (TB-LAI) berbunyi: Tetapi ketika Pasyhur keesokan harinya mengeluarkan Yeremia dari pasungan itu, berkatalah Yeremia kepadanya: “TUHAN akan menyebut namamu bukan Pasyhur, melainkan Kegentarandari-segala-jurusan”. Kata “Tetapi” diterjemahkan dari kata yhiy>w: yang berasal dari kata
dasar hyh dalam bentuk qal imperfek konsekutif orang ketiga tunggal maskulin, dan seharusnya diterjemahkan dengan “Tetapi terjadilah”.30Terjemahan Baru LAI tidak lengkap menerjemaahkan kata yhiy>w: karena tampaknya mengikuti teks Yunani asli yang tidak menerjemahkan kata tersebut bersama dengan kata tr'x\M'mi. Berdasarkan tata bahasa Ibrani, saya mengusulkan agar kata tersebut diterjemahkan dengan “Tetapi terjadilah” tanpa merujuk kepada subyek tertentu, karena dalam konteks kalimat tidak ada kata benda dalam bentuk tunggal maskulin yang dapat menerangkan siapa atau apa yang terjadi. Kata “akan menyebut” merupakan terjemahan dari kata ar'q', 30
Kata kerja hyh yang dibubuhi waw konsekutif diterjemahkan dengan “dan terjadilah”. T.G.R. Boeker, Bahasa Ibrani, jilid 2 (Malang: Sekolah Tinggi Theologia “1-3”, 1993), h. 3-4.
yakni kata kerja bentuk qal perfek orang ketiga tunggal maskulin. Berdasarkan tata bahasa Ibrani, kata ar'q diusulkan agar diterjemahkan dengan “telah menyebut”31 seperti yang tampak pada terjemahan NEB, KJV, dan RSV. Penggunaan perfek dalam nubuat ini mencakup bukan hanya perbuatan yang sudah selesai pada masa pemerintahan Yoyakim, tetapi juga sudah menjadi kenyataan pada waktu yang akan datang, masa ketika terjadi pembuangan ke Babel. Frasa “Kegentaran-dari-segalajurusan” merupakan terjemahan dari kata Ibrani bybiS'mi rAgm' (mägôr missäbîb). Terjemahan Septuaginta (LXX) mengusulkan kata Мέτοικον (“pembuangan”) sebagai ganti frase ini karena kata bybiS'mi tidak ada dalam teks Yunani asli. Namun tidak satu pun terjemahan yang mengikuti versi tersebut. Oleh karena itu diusulkan agar frase ini diterjemahkan dengan “teror dari segala penjuru” seperti yang tampak pada terjemahan New International Version (NIV) dengan “terror on every side”. Terjemahan yang sama juga berlaku untuk bybiS'mi rAgm'. Kata “teror” mempunyai pengertian
31
Kata kerja bentuk perfek menyatakan perbuatan yang sudah selesai, sempurna dan tidak selalu dalam arti waktu lampau. T.G.R. Boeker, Bahasa Ibrani, jilid 1 (Malang: Sekolah Tinggi Theologia “1-3”, 1993), h. 79.
yang lebih luas dari pada kata “kegentaran”.32 Dengan demikian usulan terjemahan teks Yeremia 20:3 adalah: Tetapi terjadilah keesokan harinya ketika Pasyhur sudah mengeluarkan Yeremia dari pasungan itu, berkatalah Yeremia kepadanya: “TUHAN telah menyebut namamu bukan lagi Pasyhur, melainkan Teror dari segala jurusan”. Teror dari Segala Jurusan: Nama Baru Imam Pasyhur Teks Yeremia 20:3 tidak dapat dipisahkan dari ayat-ayat sebelumnya (ay. 1-2) dan sesudahnya (ay. 4-6). Dalam rangka memahami secara utuh maksud perubahan nama Imam Pasyhur 32
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “teror” berarti usaha menciptakan ketakutan, kengerian, dan kekejaman oleh seseorang atau golongan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed. 2, cet. ke10 (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 1185. Juga menurut kamus bahasa Latin, kata “teror” mengandung arti “menakuti”, “menggentarkan”, “menghalangi”, “menahan”, dan “mengenyahkan”. K. Prent, J. Adisubrata dan W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Latin – Indonesia (Jogjakarta: Kanisius, 1969), h. 859860. F. Budi Hardiman mengatakan mendefinisikan teror itu sebagai kekerasan politis (political violence), seperti: kerusuhan, huru-hara, pemberontakan, revolusi, perang saudara, gerilya, pembantaian, dll. Bagi Hardiman, teror adalah fenomena yang cukup tua dalam sejarah. Menakut-nakuti, mengancam, memberi kejutan kekerasan atau membunuh dengan maksud menyebabkan rasa takut adalah taktik-taktik yang sudah melekat dalam perjuangan kekuasaan. Teror itu mempunyai ragam fenomena: dari bom yang meledak di tempat-tempat publik sampai dengan kemiskinan dan kelaparan. F. Budi Hardiman, “Terorisme: Paradigma dan Definisi”, dalam Terorisme: Definisi, Aksi, dan Regulasi (ed. Rusdi Marpaung & Al Araf) (Jakarta: Imparsial, 2003), h. 3-5.
pada ayat 3, maka ayat-ayat tersebut juga sangat penting untuk ditafsirkan. Tampaknya nama Pasyhur merupakan nama yang bersifat umum.33 Para sarjana sudah berusaha mencari suatu etimologi nama “Pasyhur” dalam hubungannya dengan bahasa Semit, tetapi usaha mereka tidak sepenuhnya berhasil dan tidak ada kesepahaman. Orelli bahkan sudah menyimpulkan kalau nama itu tidak bisa dijelaskan secara etimologis.34 Di satu sisi sebagian ahli menganggap nama Pasyhur berasal dari dua kata bahasa Aram: פשח, “menjadi tenang”, “berkembang” atau “meluas”, “berhasil” dan סחור, “di mana-mana”.35 Pada sisi lain sebagian ahli menganggap nama itu berasal dari bahasa Mesir p‟sry(n) Hr, “Anak laki-laki dewa Horus”.36 33
J.A. Thompson, The Book of Jeremiah: The New International Commentary on the Old Testament (Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing Company, 1980), h. 454; R.K. Harrison, Jeremiah & Lamentations: An Introduction & Commentary (London: Tyndale Press, 1973), h. 112; Frank E. Gaebelein (ed.), The Expositor‟s Bible Commentary, vol. 6 (Grand Rapids: Zondervan, 1986), h. 500. 34 Gaebelein, ibid., h. 501. 35 Lihat G.A. Buttrick (ed.), The Interpreter‟s Dictionary of the Bible, vol. 3 (New York: Abingdon Press, 1962), h. 662; John Calvin, Commentaries on the Book of the Prophet Jeremiah and Lamentations (tr.). (Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing Company, 1950), h. 19; W.L. Holladay, “The Covenant with the Patriarchs Overturned: Jeremiah‟s Intention in „Terror on Every Side‟ (Jer. 20:1-6)”, dalam JBL 91, 1972, h. 305-320. 36 Ludwig Koehler dan Walter Baumgartner mendukung penjelasan Ahituv dan Gorg dengan menjelaskan kata Pasyhur sebagai p‟sry(n) Hr, “Anak laki-laki Horus”. Lihat Ludwig Koehler dan Walter Baumgartner, The Hebrew & Aramaic of the Old Testament, vol. 3 (tr.) (Leiden; New York; Koln: 1996), h. 980; Leon Epzstein mengatakan bahwa dalam kisah
Terlepas dari dua pandangan berbeda di atas, saya berpendapat bahwa siapa pun Pasyhur pada ayat ini, yang jelas ia adalah seorang tokoh penting. McKane37 membenarkan pendapat Ahituv dan Spiegelberg dengan mengatakan bahwa nama Pasyhur mengandung nama ilahi (theophoric). Pentingnya tokoh Pasyhur di sini juga tergambar dari terjemahan yang sering digunakan selama ini, yakni nama Pasyhur berarti “ketenteraman”, “kedamaian atau ketenangan”,38 “keamanan atau kebahagiaan di manamana”.39 Meskipun Calvin40 ragu-ragu, namun ia terus-menerus mengekspresikan nama itu sebagai tokoh terhormat yang menyatakan terang. Korelasi antara pengertian Aram dan Mesir dengan pengertian Yeremia terletak pada tugas dan tanggung jawab untuk menyatakan kedamaian, keamanan, dan kebaikan. Jika nama Pasyhur mengandung unsur nama atau gelar ilahi, maka hal itu menunjukkan bahwa dalam diri Pasyhur terkandung tugas dan tanggung jawab untuk menyatakan kehendak Allah di dunia ini. Horus diceritakan tentang kesadarannya untuk mewujudkan Sang Penguasa (dewa Maat) di bumi demi terwujudnya kebaikan bagi sesama dan lingkungan sekitarnya. Tugas dan tanggung jawab itu harus nampak dalam memperjuangkan persamaan hak sosial dan rasa solidaritas bagi sesama, terutama bagi kaum miskin dan yang tertindas. Leon Epzstein, Sosial Justice in the Ancient Near East and the People of the Bible (London: SCM Press, 1986), h. 30. 37 W. McKane, A Critical and Exegetical Commentary on Jeremiah, vol. 1 (Edinburgh: T. & T. Clark, 1986), h. 463-464. 38 Gaebelein, Expositor‟s ..., h. 501. 39 Ibid.; McKane, A Critical and Exegetical, h. 463; 40 Calvin, Commentaries ..., h. 19.
Dua jabatan Pasyhur yang dikemukakan pada ayat 1: !heKoh;, “imam itu”, dan dygIn" dyqip', “kepala pengawas”, semakin memperjelas kedudukannya sebagai tokoh penting. Dengan penggunaan kata !heKoh; berarti Pasyhur adalah seorang imam pilihan Allah.41 Sebagai seorang imam berarti Pasyhur adalah hamba yang harus tunduk kepada Allah, yang telah memilihnya. Meskipun kedudukannya bukan sebagai imam kepala, namun Pasyhur termasuk penguasa dalam Bait Allah.42 Hal ini dapat dipahami, karena munculnya frase dygIn" dyqip', “kepala pengawas”, menunjukkan bahwa Pasyhur memiliki jabatan rangkap dalam Bait Allah.
41
Roland de Vaux menyatakan dua istilah yang digunakan untuk imam dalam Perjanjian Lama, yakni kohen dan kemarim. Terdapat perbedaan prinsipil dari kedua istilah ini. Menurut de Vaux, kata kemarim hanya tiga kali muncul dalam teks Ibrani dan menunjuk kepada imam-imam dewa asing (II Raj. 23:5; Hos. 10:5; Zef. 1:4). Sedangkan kohen dalam bahasa Akkad, berhubungan dengan kata kerja kanu, dari akar kata k‟n, “membungkuk, memberi penghormatan”. Terjemahan bahasa Ibrani yang lebih umum dengan kwn, akar kata kohen, adalah “berdiri tegak lurus”. Dari pengertian ini de Vaux kemudian memahami bahwa imam adalah seorang yang berdiri di hadapan Allah seperti seorang hamba. Lihat Roland de Vaux, Ancient Israel, vol. II (London: Darton, Longman & Todd, 1961), 345-346. 42 H. Freedman, Jeremiah: Hebrew Text & English Translation with An Introduction and Commentary (London; Jerusalem; New York: Soncino Press, 1985), h. 135. Freedman berpendapat bahwa Pasyhur adalah pejabat deputi imam kepala. Calvin juga berpendapat bahwa Pasyhur bukan hanya petinggi bagi kaum Lewi, tetapi juga petinggi bagi para imam dalam pemerintahannya. Calvin, Commentaries ..., h. 14.
Di samping kedudukannya sebagai imam, Pasyhur juga menjabat sebagai dygIn" dyqip', “kepala pengawas”. Meskipun tidak jelas mana jabatan yang utama dan mana yang tambahan dari dygIn" dyqip', 43 namun kedua jabatan itu jelas menunjuk kepada fungsi dan kedudukan Pasyhur untuk menjaga aturan dan ketertiban dalam Bait Allah. Cornill, Rudolph, dan yang lainnya melihat jabatan Pasyhur itu sebagai polisi Bait Allah.44 Craigie menyebutnya sebagai kepala 45 keamanan. Ia bertanggung jawab untuk menjaga ketertiban masyarakat, dan bertanggung jawab untuk menjaga hukum dan aturan dalam lingkungan
43
C.F. Keil menyatakan bahwa nagid, “kepala”, adalah nama resmi, sedangkan paqid, “pengawas”, adalah lampiran untuk menjelaskan nagid. Lihat C.F. Keil, The Prophecies of Jeremiah: Biblical Commentary on the Old Testament, vol. 1 (tr.) (Grand Rapids: Wm. Eerdmans Publishing Company, 1956), h. 312; Peter C. Craigie, Page H. Kelley, and Joel F. Drinkard, Jr. Jeremiah 1-25: Word Biblical Commentary, vol. 26 (Dallas: Word Books, Publisher, 1991), h. 264. Craigie dkk. mencatat pandangan Cornill yang menyatakan bahwa paqid adalah jabatan utama, sedangkan nagid sebagai jabatan tambahan. Holladay (Jeremiah …, 541) menyatakan bahwa kata paqid, “pengawas”, tidak hanya digunakan dalam konteks militer (Yer. 52:25), tetapi juga dalam konteks keimaman seperti dalam ayat ini. Sedangkan kata nagid, “kepala”, adalah istilah yang menunjuk kepada pemimpin di antara para imam (2Taw. 31:13). 44 Craigie dkk., ibid.. Bahkan ada yang menyebutnya sebagai kepala polisi dalam Bait Allah. Lihat Clifton J. Allen (ed.), Jeremiah – Daniel: The Broadman Bible Commentary, vol. 6 (London: Broadman Press, 1971), h. 109. 45 Craigie dkk., ibid., h. 267.
Bait Allah. Robert Davidson bahkan menyebut sebagai “Tuan Hukum”.46 Dengan ini jelas kepada kita bahwa Pasyhur adalah aparat hukum dan alat penegak hukum dalam Bait Allah dan lingkungan masyarakat. Ia mempunyai kedudukan yang sama dengan kedudukan imam Amazia di Betel (Am. 7:10-17), yakni menentukan bahwa kelakuan setiap orang adalah cocok dan baik di Bait Allah dan sekitarnya serta menghukum orangorang yang mengganggu kesejahteraan di sana (bnd. Yer. 29:26). Ia bertugas memberi perlindungan bagi setiap orang yang membutuhkan perlindungan hukum dan undang-undang.47 Sebuah paradoks dilakukan Imam Pasyhur (ay. 2). Imam Pasyhur memukul Nabi Yeremia dengan keras. Pemakaian bentuk hifil di sini bukan hanya berarti bahwa Pasyhur memukul Yeremia dengan keras, tetapi juga dapat menunjuk kepada Pasyhur sebagai inisiator dan sekaligus pelaksana tindakan kekerasan itu. Pasyhur tidak hanya mempersalahkan Yeremia, tetapi juga memperlakukannya secara berlebihan dengan memukul dan memperlakukannya dengan tidak manusiawi.48 46 Robert Davidson, Jeremiah: The Daily Study Bible, vol. 1 (Philadelphia: Westminster Press, 1983), 158. 47 Ibid. 48 Meskipun bentuk asli tk,P,h.M;h; (mahpeketh) tidak jelas, namun alat ini memaksa badan menjadi tidak lurus, dan menempatkan posisi badan sangat tidak menyenangkan dan sangat menyakitkan. Dengan alat inilah Yeremia telah diperlakukan secara kejam dan tidak manusiawi. Dengan alat itu Yeremia menderita kesakitan dan hatinya direndahkan, karena tubuhnya dipaksakan ke dalam posisi yang sangat tidak wajar. McKane, A Critical and Exegetical, h. 460.
Tindakan kekerasan Pasyhur jelas bertentangan dengan kedudukannya sebagai imam, aparat hukum dan alat penegak hukum. Pasyhur tidak memproses lebih dahulu kasus Yeremia secara hukum lalu kemudian menghukumnya. Malahan ia memperlakukan Yeremia secara berlebihan dengan menangkap, menganiaya dan menjebloskannya ke dalam tahanan. Menurut Calvin,49 meskipun dengan dalih keadilan, namun tindakan Pasyhur adalah kemunafikan dan kebohongan belaka. Ia mau menutupi kemunafikan dan kebohongannya, karena ia telah dibutakan oleh sejumlah kekerasan. Ia menghina Allah dengan jalan memadukan terang dan kegelapan. Ia menutupi ketidakpercayaannya dengan memakai jubah panjang dan kemudian memasung Yeremia. Karena itu, tindakan Pasyhur bukanlah tindakan seorang imam, aparat hukum dan alat penegak hukum, melainkan tindakan seorang lalim, bajingan, sangat kejam, dan bahkan tindakan setan. Tindakannya bukan saja menghina nabi Yeremia, tetapi juga menghina Allah. Ia menghina Allah dengan jalan memadukan kuasa terang dan kuasa kegelapan. Ia menutupi ketidakpercayaannya dengan memakai jubah panjang dan kemudian menempatkan Yeremia di atas pasungan.50 Ada juga yang melihat tindakan kekerasan Pasyhur itu sebagai pencemaran terhadap hal yang dianggap suci, karena Yeremia adalah seorang nabi Tuhan.51
49
Calvin, Commentaries ..., h. 14. Ibid. 51 Gaebelein, Expositro‟s ..., h. 500. 50
Tindak kekerasan yang dialami Yeremia tidak berakhir sampai di situ. Hal itu masih berlanjut di tempat di mana pasungan itu berada. Para ahli mengatakan bahwa letak pasungan itu mengarah ke dalam Bait Allah atau menuju halaman Bait Allah, dan kemungkinan sama dengan Pintu Gerbang Atas di rumah Tuhan yang didirikan oleh Raja Yotam (2 Raj. 15:35; 2 Taw. 20:5; band. Yeh. 9:2).52 Di tempat inilah Yeremia menerima tindakan kekerasan dalam bentuk lain, yakni penghinaan masyarakat. Itu dapat dipahami, karena pasungan tersebut terletak di tempat umum, pintu gerbang menuju Bait Allah.53 Dengan demikian, tindakan kekerasan Pasyhur di atas jelas sangat bertolak belakang dengan kedudukannya sebagai hamba pilihan Allah. Sebagai aparat hukum dan alat penegak hukum, yang oleh Davidson sebagai “Tuan Hukum”, Pasyhur seharusnya menegakkan hukum dengan adil dan benar, baik dalam lingkungan Bait Allah maupun lingkungan sekitarnya. Namun yang dilakukan Imam Pasyhur justru sebaliknya. Sebuah nama baru diberikan kepada Imam Pasyhur: bybiS'mi rAgm', “Teror dari segala jurusan” (ay. 3). Para ahli sudah berusaha menjelaskan arti Magor Missabib berdasarkan permainan 52
J. Philip Hyatt, “The Book of Jeremiah”, dalam The Interpreter‟s Bible, vol. V (ed. G.A. Buttrick) (New York: Abingdon Press, 1956), h. 970; Ernest W. Nicholson, The Book of the Prophet Jeremiah: Chapter 1-25 (Cambridge: The University Press, 1973), h. 167. 53 Ada juga yang mengatakan tempat itu merupakan salah dari tempat-tempat yang menarik perhatian di kota itu. Gaebelein, Expositor‟s ..., h. 500.
kata dari Pasyhur, tetapi tampaknya tidak ada kesepahaman dan tidak jelas.54 54
Holladay mencatat pendapat beberapa ahli, antara lain: Rashi mengemukakan dua usulan: (a) Nama Pasyhur tidak harus dipahami sebagai ps hwr, “seorang tokoh besar dan bebas”, melainkan sebagai psh, “menanggalkan”, yaitu, “ia akan ditelanjangi”, atau (b) sebagai pas sehor (Aram), “banyak disekelilingmu yang binasa”. Rashi mendefinisikan mgr di satu sisi dengan “takut” dan pada sisi lain membandingkannya dengan megure ‟el-hereb, “mereka yang dikumpulkan dengan pedang terhunus” (Yeh. 21:17). Calvin ragu-ragu tentang asal usul nama itu, yakni psh, “berkembang” atau “meluas”, dan sr, “tokoh”, sehingga Pasyhur berarti “ia yang menyatakan terang” (lih. juga Calvin, Commentaries ..., h. 19). Johann David Michaelis, termasuk bapaknya, Christian Benedikt Michaelis, menganjurkan tiga etimologi Pasyhur, yakni bahasa Aram pws, “berkembang”, tambah hwr, “kemuliaan”, dan kemudian menjelaskannya: bahasa Arab fusuha, “menjadi luas”, dan bahasa Aram sehor, “di segala penjuru”,sehingga “teror di segala penjuru” (magor missabib) bertentangan dengan “kebahagiaan dan keamanan di segala penjuru” (Pasyhur). Ewald menyatakan pws sebagai kata kerja tambah hwl, “sekeliling”. Duhm menerima pws-nya Ewald, dan menambah bahasa Aram sehor. Eberhard Nestle menyatakan pas-sehor sebagai frase bahasa Aram, berarti “tetap (untuk selamanya) di segala penjuru”, yang bertentangan dengan magor (akar kata gwr, “tinggal [untuk sementara]”) missabib, “berdiam, berkeluyuran, berkeliling”. A.A. Honeyman menyatakan bahwa kata Pasyhur merupakan permainan kata psh, “kehancuran”, tambah sehor, “semuanya”, sehingga dua kata itu mempunyai arti yang sama. Ia menghilangkan missabib dengan alasan bahwa kata tersebut tidak muncul dalam terjemahan LXX, dan kata itu sudah dijelaskan dalam istilah magor, “kehancuran” (= sama dengan akar kata pertama dari Pasyhur) (lih. juga A.M. Honeyman, “Magor Missabib and Jeremiah‟s Pun”, VT 4 (1954), 424-426). Volz menyatakan bahwa permainan kata itu sama bunyi dan bukan sama arti, dan bahwa seluruh usaha untuk menemukan asal usul bahasa Aramnya tidak akan berhasil. Condamin menyatakan bahwa tidak satu pun pendapat-
Kesimpulan dari para komentator modern juga tergambar dari pernyataan Bright yang menyatakan bahwa permainan kata pada nama Pasyhur tidaklah begitu jelas.55 Terlepas dari ada tidaknya permainan kata Pasyhur pada Magor Missabib itu bukanlah hal yang terpenting, melainkan makna yang terkandung dalam pembalikan nama itu. Berdasarkan kajian-kajian dewasa ini, Holladay56mengemukakan makna magor dalam tiga homonim – “teror”, “permusuhan”, dan “persinggahan di pembuangan”; makna missabib dengan “musuh dari utara”, “bangsa dari jauh”, dan “dari segala arah”. Tetapi ada kemungkinan kata ini lebih kuat mengandung arti metafora dengan “dari segala sudut pandang” - “magor dari segala sudut pandang”, suatu indikasi bahwa magor mengandung banyak makna. Dengan demikian, saya berpendapat bahwa pembalikan nama Pasyhur menjadi magor missabib seharusnya dilihat dari realitas kekerasan yang terjadi saat itu. Menurut Brueggemann dan Thompson,57 nama baru itu menunjukkan realitas yang baru pula. Perubahan nama Pasyhur menempatkannya untuk bertanggung jawab atas keadaan yang sedang berubah. Pemberian nama baru ini pendapat terkini yang memuaskan, dan ia menyerah dalam hal ini. Weiser dan Eissfeldt menyatakan bahwa tidak ada penjelasan yang meyakinkan. Holladay, JBL 91, h. 305-320. 55 John Bright, Jeremiah: The Anchor Bible (New York: Doubleday, 1965), h. 132. 56 Holladay, JBL 91, h. 305-320. 57 Walter Brueggemann, “Jeremiah: Intense Criticism/Thin Interpretation”, dalam Int 42, 1988, h. 268-280; Thompson, NICOT, h. 455.
sangat berhubungan erat dengan tradisi Israel dalam penamaan seseorang atau sesuatu. Roland de Vaux58 mengatakan bahwa nama mendefinisikan karakter atau nasib yang memakainya. Ia mencontohkan perubahan nama Abram menjadi Abraham (Kej. 17:5); Yakub menjadi Israel (Kej. 35:10); dst. (lihat pembahsan selanjutnya pada bagian 2.6). Pemberian nama baru bagi Pasyhur jelas merupakan pembalikan dari nama positif menjadi nama negatif. Craigie59 menyebut pemberian nama baru itu sebagai pembalikan dari “berhasil dari segala penjuru” menjadi “teror dari segala penjuru”. Jika selama ini Pasyhur adalah “Tuan Hukum dari segala jurusan”, maka sekarang ia menjadi “Tuan Teror dari segala jurusan”. Menurut Thompson, jika selama ini Pasyhur adalah orang yang menjatuhkan hukuman bagi orang lain, maka sekarang ia sendiri yang akan mengalami penghukuman Allah, ketika teror mengelilinginya dan mengelilingi bangsa itu. 60 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberian nama baru bagi Pasyhur (“Teror dari segala jurusan”) sangat berhubungan dengan konteks sosial yang dihadapi Yeremia saat itu. Teror itu bukan hanya karena hukuman Tuhan melalui bangsa Babel, yang akan menimpa Pasyhur dan seluruh bangsa Yehuda, tetapi juga merupakan realitas kejahatan Imam Pasyhur dan seluruh penguasa Yehuda 58
Roland de Vuax, Ancient Israel, 2 vol. (New York: McGraw-Hill Book Company, 1961), h. 43-44; lihat juga John Bracke, Jeremiah 1-29 (Westminster: John Knox Press, 2000), h. 161. 59 Craigie dkk., WBC 26, h. 267. 60 Thompson, NICOT, h. 455.
saat itu. Penggunaan kata kerja bentuk qal pada kata ar'q' mengindikasikan kalau teror itu merupakan realitas yang sudah, sedang dan akan terjadi. Menurut Brueggemann, Bait Allah yang seharusnya membawa salom ternyata membawa teror (bnd. Yer. 6:25). Tidak ada lagi tempat yang aman bagi umat untuk berlindung, karena Bait Allah (yang diwakili oleh imam Pasyhur) dan kota sekarang sudah ditandai dengan teror, dan di mana-mana tidak ada lagi kedamaian. Bait Allah dapat menyebut syalom, tapi hal itu berwujud teror. Menurut Calvin,61 teror sudah menyebar ke berbagai arah, sehingga tidak ada lagi yang membuka terang, dan tidak seorang pun yang luput dari teror itu (ay. 4-6). Kesimpulan Yeremia mengganti nama Pasyhur menjadi “Teror dari segala penjuru” karena di mata Yeremia sudah terjadi pembalikan teologi perjanjian oleh Imam Pasyhur. Menurut Holladay, apa yang dimaksudkan Yeremia dengan magor missabib adalah pembalikan seluruh kepercayaan terhadap perjanjian kuno: janji penciptaan (Yer. 4:23-26), perjanjian Sinai, dan janji kepada bapa leluhur Israel. Bagi Holladay, meskipun peristiwa Abraham dan Yakub tidak berhubungan langsung dengan Yeremia, namun hal itu nyata dalam nubuatnubuatnya. Sebagai contoh, perjanjian dengan Yakub dalam Kejadian 35:10-12 dapat dibandingkan dengan Yeremia 20:3-4. Firman Allah kepadanya: “Namamu Yakub; dari sekarang namamu bukan lagi Yakub, melainkan Israel, itulah yang akan
61
Calvin, Commentaries ..., h. 20.
menjadi namamu”. Maka Allah menamai dia Israel. Lagi firman Allah kepadanya: “Akulah Allah Yang Mahakuasa Beranakcuculah dan bertambah banyak; satu bangsa, bahkan sekumpulan bangsa-bangsa, akan terjadi dari padamu dan raja-raja akan berasal dari padamu. Dan negeri ini yang telah Kuberikan kepada Abraham dan kepada Ishak, akan Kuberikan kepadamu dan juga kepada keturunanmu”. (Kej. 35:10-12).62
Dengan ini jelas kaum bapa leluhur Israel mendengar nama mereka diubah akan menjadi bangsa yang besar; mereka akan bertambah banyak, dan suatu perjanjian akan dibuat dengan mereka dan keturunan mereka setelahnya; dan secara khusus bagi Abraham dan keturunannya akan diberikan tempat persinggahan, tanah Kanaan. Tetapi dalam penglihatan Yeremia terdapat suatu kegagalan besar yang sedang terjadi. Yakub/Israel tidak lagi berkembangbiak atau berhasil menjadi bangsa yang besar, menjadi berkat, menjadi bahagia dan aman, melainkan yang terjadi adalah kejahatan: teror, permusuhan, dan pembuangan (magor) dari segala sudut pandang (missabib). Dusta dan ketidakbenaran merajalela di negeri Yehuda dan Yerusalem. Para pemimpin dan seluruh bangsa melangkah dari kejahatan yang satu ke kejahatan yang lain, karena mereka tidak mengenal
Tuhan. Perjanjian Allah sungguh merupakan surat mati, dan Allah menarik kembali kesuburan umat-Nya. Sekarang Pasyhur menjadi simbol teror dari segala sudut pandang. C.R. North63 menyatakan Yeremia 9:3 sebagai sorotan Yeremia tentang pembalikan perjanjian bapa leluhur, khususnya perjanjian bagi Yakub: Mereka melenturkan lidahnya seperti busur; dusta dan bukan kebenaran merajalela dalam negeri; sungguh, mereka melangkah dari kejahatan kepada kejahatan, tetapi TUHAN tidaklah mereka kenal.
Apa yang terjadi masa Yeremia sama dengan yang terjadi masa Yehezkiel, Amos dan Habakuk. Weiser64 melihat kesejajaran kejahatan yang terjadi pada masa Yeremia dan pada masa Yehezkiel, Amos dan Habakuk dari ungkapan berikut: Seperti mata air meluapkan airnya, demikianlah kota itu meluapkan kejahatannya. Kekerasan dan aniaya terdengar di dalamnya, luka dan pukulan selalu ada Kulihat. (Yer. 6:7). Beginilah firman Tuhan ALLAH: “Cukuplah itu, hai raja-raja Israel, jauhkanlah kekerasan dan aniaya, tetapi lakukanlah keadilan dan kebenaran; hentikanlah kekerasanmu yang mengusir umat-Ku dari tanah miliknya, demikianlah firman Tuhan ALLAH”. (Yeh. 45:9). “Mereka tidak tahu berbuat jujur”, demikianlah firman TUHAN, “mereka itu yang menimbun kekerasan dan aniaya di dalam purinya”. (Am. 3:10).
62
Holladay, JBL 91, h. 305-320. Holladay mencatat beberapa refleksi yang lain tentang tradisi bapa leluhur dalam nubuatnubuat Yeremia, antara lain Yeremia 4:2, “maka bangsa-bangsa akan saling memberkati di dalam Dia” (bnd. Kej. 12:2); Yeremia 15:8, “Jandajanda di antara mereka Kubuat lebih besar jumlahnya dari pada pasir di laut” (bnd. Kej. 22:17; 32:12).
63
C.R. North, The Old Testament Interpretation of History (London: Epworth, 1946), h. 42. 64 McKane, ICC I, h. 471.
Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kejahatan, sehingga aku memandang kelaliman? Ya, aniaya dan kekerasan ada di depan mataku; perbantahan dan pertikaian terjadi. (Hab. 1:3).
Yehuda saat itu penuh dengan kekerasan dan berada pada puncak kekerasan, karena raja dan para fungsionaris Bait Allah: para imam dan para nabi (Yer. 26:10-11) telah menghancurkan nilai-nilai keadilan dan kebenaran yang terkandung dalam hukum perjanjian Allah. Refleksi
Dalam sejarah keimaman Israel, baik periode sebelum pembuangan maupun sesudah pembuangan, menunjukkan kalau jabatan dan fungsi seorang imam mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan umat Israel. Dari sudut lembaga keagamaan, imam berfungsi sebagai mediator antara Allah dan manusia. Imam mewakili Allah di hadapan manusia, dan mewakili manusia di hadapan Allah. Menurut Eichrodt, imam adalah mediator yang sangat dibutuhkan untuk memasuki dunia ilahi dan menafsirkan kehendak Allah bagi dunia. Imam adalah instrumen perjanjian Allah. Kewajiban imam yang sangat penting ialah menasehati dan mengajarkan hukum perjanjian Allah. Hukum perjanjian yang dimaksud bukan hanya mengatur pelaksanaan ritual, tetapi juga menyangkut kehidupan etissosial umat Tuhan.65 Pada periode paling awal, tugas seorang imam ialah menjadi pemimpin dan penasehat untuk semua jenis kegiatan keagamaan. Ia mempunyai
tugas yang sama dengan hakim. Seperti dijelaskan oleh de Vaux,66 seorang hakim “lebih merupakan pembela keadilan ketimbang penghukum kejahatan. Ia adalah seorang wasit yang adil”. Dalam pemberkatan Lewi (Ul. 33:8-11), kehendak Allah yang dimaksud adalah peraturan (miswot) dan hukum (mispatim). Kewajiban kaum Lewi berulang-ulang disebutkan: “Mereka mengajarkan peraturanperaturan-Mu kepada Yakub, hukumMu kepada Israel”. Dalam hubungan dengan perjanjian Sinai, perjanjian Daud, dan perjanjian Nuh, juga terdapat perjanjian khusus kepada imam-imam orang Lewi. Maleakhi 2:4-9, Yeremia 33:19-22, dan Nehemia 13:29, memberitakan tentang kekhususan “perjanjian orang Lewi”, yakni “kehidupan” (hayyim) dan “damai sejahtera” (salom).67 Perbedaannya ialah bahwa orang Lewi berfungsi untuk mengajarkan kehidupan dan damai sejahtera sebagaimana yang terkandung dalam peraturan dan hukum Tuhan (Ul. 33:8-11). Sesudah masa pembuangan kedudukan imam sebagai mediator tidak berubah. Imam tetap menjadi tempat bertanya untuk hal-hal yang kudus dan yang tidak kudus. Bahkan sesudah masa pembuangan mulai ada kesadaran baru kalau imam adalah pemimpin keagamaan dan pengajar Hukum Taurat.68 Hal ini dapat dipahami karena Bait Allah yang selama ini menjadi pusat pengajaran sudah hancur. Hancurnya Bait Allah adalah sebagai akibat ketidaktaatan para pemimpin
66
De Vaux, Ancient ..., 157. Preuss, OTT II, 59. 68 Eichrodt, TOT I, 402. 67
65
Ibid., 396.
umat Allah terhadap hukum perjanjian Allah. Dengan gambaran di atas, kita dapat memahami betapa pentingnya kedudukan Pasyhur dalam komunitas umat Allah. Ia bukan hanya sebagai imam dan kepala pengawas Bait Allah, tetapi juga sebagai hakim. Ia adalah mediator antara Allah dan manusia. Karena itu, ia seharusnya menyampaikan dan memelihara hukum perjanjian Allah. Tetapi yang dilakukan oleh Pasyhur justru sebaliknya. Ia menghancurkan hukum perjanjian itu dengan melakukan tindakan kekerasan: pemukulan, penyiksaan, dan bernubuat palsu. Dengan menghancurkan hukum perjanjian berarti imam Pasyhur lebih memilih kehancuran dari pada keselamatan dan kehidupan. Sebab taat berarti berkat, dan ketidaktaatan berarti kutuk. Menurut Bracke, Pasyhur dan para pemimpin Yerusalem lebih memilih kutukan perjanjian, pembuangan dan kematian dari pada berkat perjanjian.69 Bait Allah sebagai pusat pengajaran mispatim dan torah, sudah menjadi pusat kedustaan. Bait Allah bukan lagi sumber kehidupan (hayyim) dan damai sejahtera (salom), melainkan sumber teror di mana-mana. Bait Allah sudah menjadi penghalang bagi umat untuk mengetahui kebenaran Allah. Sebagai akibat kebutaan para pemimpin umat terhadap hukum perjanjian Allah, maka yang terjadi hanyalah kekerasan di segala bidang kehidupan umat Allah. Tindakan kekerasan para pemimpin telah menyebabkan penderitaan yang luar biasa bagi mereka yang justru taat terhadap perjanjian Allah. 69
Bracke, Jeremiah …, 160.
Para pemimpin lebih mementingkan otoritas jabatannya dari pada otoritas ketetapan, peraturan dan hukum Allah; para pemimpin lebih cenderung memimpin dengan kekerasan dari pada menjadi pemimpin yang penuh kasih menuntun umat kepada kehidupan; para pemimpin lebih suka melindungi tindakan yang tidak menghormati Allah dari pada melindungi mereka yang memperjuangkan kebenaran hukum Allah; mereka lebih memilih kekerasan dan kehancuran dari pada kehidupan dan damai sejahtera.