FORUM KAJIAN PERTAHANAN DAN MARITIM
Vol. 9, No. 1, Januari 2015
MENUJU MASYARAKAT INDONESIA BERKESADARAN MARITIM eknik sistem penalaran dan PAH dibahas singkat meski T timbul kesulitan bila meninggalkan bentuk, notasi dan tabel kuantitatif ‘tuk mengenalkan 2 teknik itu. Sistem
penalaran lebih komprehensif dan tidak mereduksi masalah. PAH ditawarkan mengingat daya gunanya sangat fleksibel dan kapabel mendemonstrasikan solusi terbaik. Kedua perangkat tersebut bisa membantu model “poros maritim”, dengan ilustrasinya. Bisa dikembangkan dan ditawarkan versus isu lain dan sebagai perangkat keputusan DPR atau kementerian, mengingat unsur kompromi, musyawarah, melekat di dalam kedua perangkat tersebut. Meski isu politik bisa diselesaikan dengan dialog, kompromi komunikasi, bargain, sandera menyandera, dll, bisakah terbantukan dengan teknik seperti sistem penalaran dan PAH? Abad 21 ini, isu akhir hegemoni Amerika dan kebangkitan kekuatan China semakin intens diperbincangkan. Amerika telah menunjukkan perilaku seolah-olah bersiap menyambut pesaing baru. Memang, kekuatan China yang terus meningkat berkat reformasi pasar 1978 lalu tidak dapat diabaikan. Dengan kekuatan ekonominya, China telah menggeser posisi Amerika sebagai pelaku perdagangan terbesar di dunia. Hal ini penting di era globalisasi, mengingat peran ekonomi dalam hubungan internasional semakin signifikan, meski bukan berarti ekonomi sudah segalanya. Bisakah China menggeser atau setara dengan posisi Amerika dengan menjadi mitra dagang terbesar bagi banyak negara? Bisakah China menjadi superpower dengan memberi banyak bantuan kepada negara berkembang? Mampukah China merubah sistem internasional yang selama ini dikuasai Amerika Serikat sejak Perang Dunia berakhir melalui kekuatan ekonomi? Artikel ini mencoba memaparkan analisa kebangkitan power China dalam sistem internasional dan kemungkinan China menjadi the next superpower. Dari tragedi AirAsia QZ8501, tim FKPM menganalisa tantangan Indonesia menyambut ASEAN Economic Community (AEC) yang dimulai pada 31 Desember 2015. Seiring berlakunya AEC, melekat pula peningkatan arus transportasi laut dan udara mengingat karakteristik AEC diantaranya adalah bebasnya aliran perpindahan barang, jasa, dan manusia. Ditambah kenyataan bahwa, Asia Tenggara adalah pasar aviasi dengan pertumbuhan paling cepat di dunia. Di-sisi lain, Asia Tenggara rentan terhadap bencana mengingat letak geografisnya. Secara khusus, berdasarkan penelitian sejak tahun 2000, Indonesia digolongkan sebagai tempat paling mematikan untuk naik perahu. Wajar menanggapi tantangan dan menyambut AEC 2015, kapabilitas apa yang disiapkan dan ditingkatkan, dalam hal ini TNI AL, dalam menjamin keselamatan masyarakat ASEAN dan kelancaran AEC? Pemimpin Redaksi : Robert Mangindaan Wakil Pemimpin Redaksi : Ir. Budiman D. Said, MM Sekretaris Redaksi : Willy F. Sumakul S.IP Staf Redaksi : Amelia Rahmawaty, S. H. Int Alamat Redaksi FKPM Jl. dr. Sutomo No. 10, Lt. 3 Jakarta Pusat 10710 Telp./Fax. : 021-34835435 www.fkpmaritim.org E-mail :
[email protected]
SISTEM PENALARAN (SYSTEM THINKING) DAN PROSES ANALITIK HIRARKHI/PAH (ANALYTIC HIERARCHY PROCESS) SEBAGAI PENGHANTAR ARSITEKTUR “POROS - MARITIM”? Oleh : Budiman Djoko Said Pendahuluan Impian Presiden; tentang poros maritim1, bahkan pendahulunya adalah proses yang mestinya dikerjakan diera lalu, mengingat daya hidup bangsa dan negara di republik ini sungguh ditakdirkan sebagai bangsa yang hidup di domain maritim. Domain maritim2 perekat nusantara ini sewajarnya dipromosikan ke dunia luar sebagai negara maritim---status yang pantas di promosikan sebagai muatan kepentingan nasional (raison d’etat) dengan katagori “survival extremely”3. Isu yang masih di dera dengan inkonsistensi kewenangan, regulasi dan kelemahan operasional di wilayah domain maritim dan belum terselesaikan (status quo?, pen), semisal 12 ajensi yang (merasa) berwenang dan legal framework mulai internasional (UNCLOS,TZMKO) sampai ke domestik (KUHAP)4. Inilah beberapa kerikil tajam pengelolaan semua entiti dan kandungan dalam wilayah domain maritim yang berpotensi besar mengangkat daya hidup bangsa dalam (perspektif) jangka panjang. Pengelolaan domain maritim dalam perspektif jangka panjang merupakan gelar strategik menuju optimalisasi produk elemen domain maritim. Pemahaman komprehensif strategik tentang elemen domain maritim tidak lepas dari konsep sistem penalaran (system 1
2
3
Redaksi menerima tulisan dari luar sesuai dengan misi FKPM. Naskah yang dimuat merupakan pandangan pribadi dan tidak mencerminkan pandangan resmi institusi. 4
Ti d a k d iju a l u n t u k u m u m
Treverton, Gregory F. dan Ghez, Jeremy J., RAND Corpt, 2012, “Making Strategic Analysis Matter“, halaman 1. ...Komentar Jim Dewar tentang perencanaan strategik ... if long term thinking doesn’t influence what you do today, it’s only entertainment. Impian Gus Dur, Mega, Habibie, bahkan Juanda, dengan Bunaken, Ambon, Sunda Kelapa, dll tidak berkembang, masalahnya selesai begitu selesai upacara. QD, vol # 8, no # 2, Agustus 2014, judul “Maritim: inikah kepentingan Nasional RI“. Maritim jarang sekali dalam literatur, banyak ragam kandungannya, area dan wilayah yang luas, kepentingan dan aktivitas yang terbentuk didalamnya. Lebih disukai dalam pengertian dimensi, liputan, ruang, atau ... domain. Periksa US Dept Of Homeland Security, Dec 2013, “US National Plan to Achieve Maritime Domain Awareness for The National Strategy for Maritime Security“, Dec, 2013. hal 1,... Maritime domain is all area or things, of, on, under, relating to, adjacent to, or bordering on a sea, ocean, rivers, straits, estuary, gulf, delta, or other navigable waterways, including all maritime related activities (injasmar, pariwisata, dll), infrastructures, people, cargo, and vessel and other conveyances. Periksa “Naval Operations Concept“ 2010, hal 8,... The Naval Service operates in the maritime domain, which consists of the oceans, seas, bays, estuaries, islands, coastal areas, and the airspace above these, including the littorals, dst. Kepentingan nasional menjadi acuan program nasional. Penting dikomunikasikan kepada parlemen sebagai salah satu muatan kepentingan nasional---parlemen dan pemerintah saling berkolaborasi menuju obyektif kepentingan nasional. Sejak tahun 2000 klasifikasi kepentingan nasional seperti survival, vital, dst, ditambah kata dibelakangnya dgn extremely— memudahkan pengambilan keputusan. Prof Yarger mengatakan---yg terbaik bagi daya hidup bangsa itulah kepentingan nasional. Bagaimana posisi kepentingan nasional RI, definisi kepentingan nasional berbeda jauh dengan tujuan nasional yang fundamental (pembukaan UUD 45). Bakamla adalah badan yang mensinergikan unsur yang ditunjuk Pemerintah untuk melakukan proses VBSS (visual, boarding, search and seizure) terhadap
Sistem Penalaran (System Thinking) Dan Proses Analitik Hirarkhi/PAH ... thinking). Perencanaan strategik melihat sistem ini tepat digunakan mengingat5 [1] kapabel menjadi petunjuk pemerintah dan pelibatan kementerian lain menuju “good maritime governance”. [2] Infrastruktur maritim sebagai produk sistem penalaran sanggup memonitor resim kerja strategi maritim dan strategi nasional untuk keamanan maritim. [3] Sebagai evaluator dan kontroler guna menilai6 performa proyek dan anggaran. [4] Memandang lebih dari satu (1) perspektif (komprehensif)---berpeluang memahami di-ruang lingkup yang lebih besar. PAH mencerminkan struktur organisasi dengan “goals” (ditingkat/eselon pertama) sebagai obyektif yang diburu oleh ketua, kepala, apapun namanya didukung oleh hirarkhi kedua yang merupakan himpunan pekerjaan berbobot guna mencapai obyektif/performa atau “goals”. PAH dan sistem penalaran adalah perangkat pengambilan keputusan; pantas menjadi perangkat profesional elit sipil dan militer versus obyektif tunggal atau ganda7 terkait isu strategik. Perkenalan kedua perangkat ini menemui kesulitan bila tidak menampilkan notasi, formula, statistik/matematik meskipun sedikit.
berpotensi mendekati situasi riil. Kedua, pendekatan holistik dan sistemik dianggap tepat menghadapi kompleksitas11, keruwetan dan situasi yang kaos (chaotic). Pendekatan ini berpeluang menemukan faktor kritik dan fenomena yang lebih menarik bahkan diluar dugaan (hiphotesa). Pendekatan holistik melalui sistem adalah cara memahami bobot pengaruh lingkungan, aktor yang terlibat, dan perilaku serta relasi para aktor12. Sistem ini membutuhkan kolaborasi pemikir yang kapabel memahami masalah dalam kontek hubungan mereka satu sama lain versus perkembangan lingkungan serta tidak semata-mata memandang masalah dalam bentuk linear atau dalam mata rantai kausatif (sebab-musabab) yang sederhana. Sistem penalaran adalah proses, cara pandang, dan kejernihan memahami sistem masalah itu sendiri serta dikembangkan untuk menemukan solusi terbaik. Keunikan dan perilaku sistem itu sendiri tercermin sewaktu sistem tersebut hadir dalam kesatuan yang utuh---bukan penjumlahan linear dari individu komponen itu. Sistem ini diakui [1] sebagai hubungan interkoneksi yang kuat antar komponen sistem, dan [2] berpeluang memunculkan perilaku dan konsekuensi yang tidak diharapkan dari interkoneksi ini. Contoh isu kemiskinan dengan “obat” kemiskinan tradisional seperti sembako, pembangunan mesjid, gereja, jalan, dll, bagi penduduk terpencil di pulau terluar (AMD, SBY). Modelnya adalah ~ Kemiskinan + Bantuan = Kemiskinan teratasi. Kenyataannya tidak realistik sebagai “obat” kemiskinan, bandingkan dengan fig#1 dibawah ini.
Sistem penalaran Sistem penalaran adalah integrator saran-saran yang memungkinkan dipilih sebagai model keputusan yang effektif dalam isu permanen dan kompleks. Sistem penalaran8 berkembang sebagai model perencanaan strategik, bantu keputusan (DSS) dan sanggup mengeksplor semua alasan yang memungkinkan. Sebagai methoda terbaik guna melakukan tes ide awal, dan pada saat yang sama bisa diuji dalam manajemen perencanaan strategik--sistem ini membantu operator keputusan memahami, menarik akar masalah dan mempertimbangkan sebagai sistem yang holistik serta sanggup mengkoreksi sistem perencanaan. “Mahalnya” koordinasi antar aspek manajemen dalam sistem perencanaan dibawah satu kontrol dan pertimbangan perspektif jauh kedepan bisa dijawab dengan baik oleh sistem ini. Sebaliknya analisis tradisional menyukai bagian kecil dari fenomena ekstrim dan menganggap mewakili semua elemen sistem yang terlibat didalam, tapi justru berpeluang menghilangkan masalah pokok. Cara tradisional dengan cara pintas dan mudah---barangkali belum menyentuh akar masalah9 (Polri versus TNI di Batam). Sistem ini bukan teknik yang sulit, namun bisa membongkar masalah dengan mudah dan menjamin kekuatan lebih besar untuk membongkar10 dengan dua alasan; pertama, perspesi masalah dalam suatu ruang yang sangat luas. Tidak melecehkan bobot sinergitas bagian kecil yang bekerja bersama-sama dengan komponen lainnya dan
5 6
7 8 9
Fig # 1. Siklus kemiskinan. Siklus kemiskinan ini bisa dipotong dengan pendidikan anak lebih baik, berpendapatan lebih tinggi dari ortu.
Fig # 1 diatas mendemonstrasikan “obat” yang lebih effektif. Aplikasi lain (misal) transportasi laut dengan obyektif menemukan “policy” biaya angkut yang relatif sama dan murah---harga jual di seluruh pelosok nusantara relatif sama. Butuh gabungan teknik programa linear dan simulasi untuk menemukan policy distribusi yang optimal versus variasi jarak tempuh antar pelabuhan, jenis komiditi, inventori dan ongkos, dll---harga jual komoditi
kapal di-wilayah yuridiksi negara maritim RI (sampai ZEE) bahkan “hot pursuit”? Legal framework international mengakui kapal perang atau kapal pemerintah yang ditunjuk (Coast Guard), berhak melakukan VBSS. Bagaimana legal framework domestic (KUHAP---Polri satu-satunya ajensi yang berhak melakukan VBSS?), bisakah mengejar sampai wilayah negara lain (hot pursuit?). Banyak predator di-laut, Suleman B Ponto (Purn TNI-AL), Jurnal Maritim, 17 Des, 2014, Adji Sularso (Purn TNI-AL), Kompas, 10 Des, 2014, hal 1, bahkan Freddy Numberi, mantan Menteri Kelautan bernada sama.Perlu penyelarasan UU yang mengatur kewenangan ajensi yang ada (penyidik-penyidik), dan memperbaiki UU yang sdh ada. Hodge, Richard, Senior Analyst, Defence Science & Technology Organization, Australia, November , 2000, “System Thinking for Defence Strategic Planning”, Slide # 3, dst. Performa dan anggaran seharusnya dua (2) pertanggungan jawab per setiap proyek/kegiatan (bukan 1 Pjk Keuangannya yang menanggung performa/benefit/manfaat kegiatan/proyek-- lebih transparan). Waktunya (barangkali) proyek besar mengait dengan isu kepentingan nasional dilakukan dengan pendekatan cost benefit sehingga terlihat seberapa manfaat/effektif/performanya dan seberapa besarnya (pantasnya) anggaran yang menjadi konsekuensi mendukung kegiatan---masalahnya siapa penjurunya yang memonitor dan mengevaluasi proyek dengan pendekatan cost benefit ini? Optimalisasi poros maritim jauh lebih rumit lagi mengingat kasusnya menjadi multiobjective decision making models. Mengingat elemen domain maritim begitu bayak ragam, kualifikasi, katagori dan kepentingan serta pemrosesan dalam kerangka waktu sangat berbeda satu sama lain--menciptakan obyektif ganda (mulitple objectives), perlu ditunjang dengan organisasi yang akan memprosesnya dengan effektif ---mengait dengan tujuan analitik PAH. DSS = decision support system. Polri vs TNI — benarkah klasik dan salah paham? Tembak menembak militer vs sipil (atau sebaliknya), penggunaan militer dimasa damai versus non militer,tanpa AP (aturan pelibatan)---premis yang sangat serius, lebih dari isu etika profesional. Mendidik dibawah satu atap, (pak Agus Widjoyo, periksa Kompas, Opini, tanggal 30 Des, 2014, “Reintegrasi TNI-Polri”)---mampukah meredam akar masalah dalam jangka pendek. Seabreg pertanyaan kunci bisa dibuat melengkapi dugaan akar masalah atau hiphotesa kajian komprehensif yang lebih serius. Menyangkut isu kepribadian individu yang terlibat---sosiolog, psikolog kedinasan lebih kapabel menjawab dalam kerangka perangkat tes ilmiah dan “treatment”. Sepakat komen Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnakri,dalam Kompas tanggal 6 Des, 2014, waktunya Kemhan,TNI, Polri melakukan
Vol. 9, No. 1, Januari 2015
2
Sistem Penalaran (System Thinking) Dan Proses Analitik Hirarkhi/PAH ... ditempat yang terpisah relatif tidak berbeda. Penalaran yang lebih komplikatif mengait kepadatan dan kecelakaan lalu lintas di kota besar dicontohkan dalam fig # 2 dibawah ini. Melalui perencanaan dengan alur pemikiran untuk menemukan; misi, obyektif masalah, melakukan analisis kebutuhan, mendapatkan akar masalah serta formulasi strategi pencapaian dan operasional tindakan korektif sebagai output, [1] perbaikan dan peningkatan mutu, [2] tetapan batas kecepatan pemakai jalan [3] larangan kendaraan berat melintas pada jam padat. Tindakan inipun dirasa belum memberikan “obat” yang cukup effektif.
Fig # 3. Solusi dengan pendekatan (model) sistem penalaran, ref: Arush Batra, et-all , SCMS Journal of Indian Mangement, Oct-Dec, 2010, “System Thinking : Strategic Planning“ , hal 8. Indonesia perlu rute tambahan; “ortu bangga anaknya dibawah 17 thn membawa 3 orang adiknya berkendaraan”, “tilang cukup dijalan“, dan “ujian SIM, 100% lulus”, menuju ke “no of accidents”.
Fig # 2. Korektif solusi, Arush Batra, et-all, SCMS Journal of Indian Mangement, Oct-Dec2010, “System Thinking: Strategic Planning“, halaman 8. Koreksi penalaran diatas versus isu kecelakaan lalu lintas14.
Proses analitik hirarkhi17 (PAH)
Fig # 3 dibawah lebih komprehensif; mencermati berbagai perspektif, mengerucut dalam jumlah kecelakaan serta koreksinya (semua mengarah ke “no. of accidents” dan anak panah berawal dari kebijakan pemerintah /govt policy). Solusinya; pertama15 meningkatkan pendidikan lalin. Kedua, perkuat sistem aparat pengadilan, kejaksaan, tidak tebang pilih, hukuman langsung dan lebih berat. Ketiga, perbaikan “kebijakan” bagi pengguna jalan, manajemen la-lin, menghindari serta mencegah lisensi ilegal pengguna jalan. Keempat, bangun mekanisme pencegahan kepadatan kendaraan, implementasinya serta perbaikan regulasi terus-menerus. Fig # 3 bisa diterapkan sebagai evaluator kebijakan “three-in-one” Jakarta mengait isu yang relatif sama. Sistem penalaran “bisa” mengklarifikasi masalah yang cenderung kompleks dan kaostik. Sistem penalaran membantu model poros maritim; berawal dari kebijakan pemerintah, berkembang dalam rute anak panah yang menunjukkan hal positif (ketegasan aturan, teguran langsung bagi negara pemilik kapal, dll) dan negatif (kongkalikong surat menyurat, kepemilikan dan kapasitas “bodong”, main mata aparat keamanan dilaut, dll)16 dan berujung menurunnya “pendapatan negara“. Solusi sistem memusat pada yakni jumlah kecelakaan (simpul tengah) dan semua simpul terevaluasi seperti fig # 3 diatas dan kelebihan sistem ini---sanggup memotret isu yang lebih kecil. Simpul kristis (dilingkari) menjadi kandidat perbaikan solusi strategik. Sistem penalaran ini berkembang menjadi sistem dinamik bila setiap rute diberi tanda positif/negatif untuk menunjukkan perilaku sumbangan tersebut kepada simpul (ujung anak panah) berikutnya.
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
History shows that the Churchills , The Rosevelts, The Hitler and The Stalins made almost as many mistakes as correct decisions in their designs, both good and evil 18. Basis poros maritim adalah arsitektur organisasi kemaritiman berorientasi “goals” yang dikejarnya19. Ihwal maritim20 (maritime affairs) selain strategi maritim dan strategi nasional untuk keamanan maritim, juga teknologi, sistem, lingkungan dan alokasi sumber daya dan anggaran. Keterbatasannya dihadapkan keinginan ganda (multi objectives/multifocus) pemerintah---melibatkan teknik kuantitatif, misal: sistem penalaran, sistem rekayasa, dan PAH guna memilih solusi optimum. Manajemen domain maritim dipusingkan pilihan yang sarat teknologi, ekonomik, rekayasa (engineering) yang melibatkan kalkulasi matematik---dibutuhkan individu dengan ketrampilan teknologi. Pemerintah21 menyadari kurangnya tenaga dan pakar teknologi, utamanya bidang maritim--dampak langkanya kebijakan dan strategi tentang distribusi keahlian produk perguruan tinggi oleh Diknas. Saaty sanggup menemukan arsitektur organisasi yang kokoh menunjang “goals”22 yang diemban sang Komandan, Kepala, dll atau yang setingkat itu. Bukan dengan cara tradisional dengan hirarkhi diawali siapa yang menjabat ketua, kepala atau komandannya dan seterusnya---yang lebih mementingkan jabatan dan tupoksi; bukan kualitas dan bobot penunjang goal yang dikejar. PAH membuat hirarkhi23 penalaran---from the goals-to-alternatives. PAH adalah teori umum pengukuran, berbasis ukuran
kajian ilmiah yang lebih serius dengan melibatkan para sosiolog dan psikolog (tim independen atau “out of the box”, bukan kajian dari dalam), mungkin hasilnya lebih transparan. Edson, Robert, Asyst Institute, 2008, “System Thinking. Applied, A Primier“, hal 1. Kompleksitas bisa diartikan rasio antara koneksi antar simpul dengan total jumlah koneksi antar keseluruhan simpul yang ada, semakin banyak total koneksi antar simpul semakin kompleks masalahnya. Ada 3 aspek kompleksitas: tehnikal, probabilistik, dan diversitas kepentingan (purposives). Ibid, halaman 4. Seandainya betul tidak effektif, dan bila dilakukan peningkatan pendidikan hasilnya lebih baik, betapa besarnya opportunity cost (biaya yang hilang) karena memilih kegiatan yang tidak effektif? Arush Batra, et-all , SCMS Journal of Indian Mangement, Oct-Dec, 2010, “System Thinking : Strategic Planning“ , halaman 8. Ibid, halaman 8. Kompas, tanggal 10 Desember, 2014, halaman 1,...pernyataan Adji Soelarso (Pati purn TNI-AL), mantan salah satu Dirjen Kelautan tentang aparat, instansi yang main mata dan membekingi kapal kapal ikan yang sinergik menghambat upaya pemerintah, senada diungkap mantan Menteri Kelautan Fredy Numberi beberapa hari berikutnya Dalam literatur disebut sebagai the AHP (The Analytic Hierarchy Process---sementara diterjemahkan PAH). Saaty,Thomas.L dan Vargas,Luis.G, Univ of Pittsburg, Springer Pub, 2001, “Models, Methods, Concepts & Applications of the Analytic Hierarchy Process“, halaman 2. Tupoksilah yang mendukung “goals” yang dibangun, jadi bangun dulu “goals”nya yakni apa saja yang kita inginkan, bukan sebaliknya. Contoh aplikasi PAH bagi TNI-AL dalam isu “World (total) Quality Navy“. Quality apa saja yang dibutuhkan sebagai kriteria dalam eselon kedua (komponen kriteria) dalam konsep PAH? (Mungkin)---“ Kapabilitas
3
Vol. 9, No. 1, Januari 2015
Sistem Penalaran (System Thinking) Dan Proses Analitik Hirarkhi/PAH ... skala dan rasio setiap pasangan yang dibandingkan (misal apel dan mangga, apel dan jeruk, sebaliknya jeruk dan apel, mangga dan apel, dst) agar ditemukan bobot, posisi yang sebenarnya (relatif satu sama lain, kriteria maupun alternatif) serta kuatnya preferensi dan konsistensi24 antar kriteria. PAH sanggup memodelkan arsitektur masalah dalam bentuk hirarkhi organisasi---organisasi yang kapabel menunjang “goals” yang dibangun. Ilustrasi PAH dengan “cost-benefit” didemonstrasikan dalam seminar krisis Falkland dihadiri selain partisipan, tim pakar internasional25 dan pakar pilihan (expert choice) yang bersama membangun alternatif CB. CB pertama; tidak berbuat apapun--Argentina kuasai Falklands. Kedua kirim Armada, paksa Argentina buka negosiasi. Ketiga kirim Armada, rebut Falklands. Model “benefit” yang dibangun adalah26: [1] selamatkan penduduk Falklands, [2] selamatkan karir Thatcher, [3] prestise nasional Inggris, [4] perdamaian, [5] tidak ada korban, [6] pertahankan kepulauan, [7] memberikan pelajaran kepada Argentina, [8] memelihara opsi - opsi lain. Model “cost“ (biaya) yang dibangun adalah: [1] biaya politik, [2] biaya bahan bakar & pemeliharaan, [3] kedaulatan Argentina, [4] kerusakan dan munisi, dan [5] potensi kekalahan Armada Angkatan laut. Bersamaan bergeraknya kekuatan Inggris ke Falkland; Saaty27 mengorganisir seminar dan memberikan dua (2) saran mengait keputusan Inggris; salah satunya adalah inkonsistensi taktis Inggris. Misal deploi pasukan di San Carlos butuh waktu kl dua (2) minggu menghadirkan kekuatan utama yakni Brigade Inf ke–V, idem deploi Resimen Para ke-II di Fitzroy tanpa perkuatan dan pertahanan---ternyata benar. Sinthesa rasio benefit dan cost dari fig # 4 a dan fig # 4b dalam tabel # 1 dibawah. Options:
Benefits:
Costs:
Benefits to Cost Ratio:
Do nothing
.307
.141
.307 + .141 = 2.18
Send fleet - negotiate
.375
.221
.375 + .221 = 1.70
Send fleet - retake isl
.318
.638
.318 + .638 = 0.50
Fig # 4 a.Orientasi Benefit
Fig # 4b. Orientasi Cost.
Aplikasi PAH lain adalah operasi pembebasan penyanderaan pasukan AS29, pemilihan desain ruang mesin, PIT dan tata letak peralatan dalam ruangan Fregat Australia, PIT Fregat Canada kelas Hallifax, dan kapal selam AS30, pemilihan Presiden, jabatan, personil, kenaikan pangkat, pemilihan jembatan; dam-dam raksasa, serta pemilihan kontraktor. Figur demi figur PAH didemonstrasikan agar diyakini manfaatnya membangun arsitektur kemaritiman. Penjelasan konsep hirakhi (model) PAH secara umum dan mendasar periksa figur # 5 dan fig # 6 dibawah, dan diawali dengan membangun blok “goals”. Contoh sederhana muatan “goal” adalah buah yang lezat. Tetapan kriteria (eselon kedua, berikut) misalnya rasa manis, aroma/harum, banyak/sedikitnya daging buahnya, dll, guna menetapkan buah yang satu ini lebih lezat (atau sebaliknya) dibandingkan yang lain dan ukuran relatifnya.
Tabel # 1. Rasio keuntungan – biaya isu konflik Falklands. Perhatikan alternatif pertama sebagai alternatif terbaik yakni “do nothing” (harga rasio tertinggi sebesar 2.18).
Munculnya dua (2) fig hirarkhi keputusan Inggris vs Falklands28, dengan dua (2) orientasi yakni benefit dan cost, periksa fig # 4 a dan b, sebagai berikut:
20 21 22 23 24
25
26
kekuatan“, “Kapasitas pelatihan“, dan “Kapasitas pendidikan“ dan “Logistik pemeliharaan dan kesiagaan“, dll, eselon kedua ini bisa ditest dengan perbandingan saling berpasangan (pairwise comparison) guna menemukan urutan bobot kepentingan relatif dan konsistensi masing-masing kriteria. Strategi maritim khusus menghadapi aktor negara dipandegani TNI-AL dan yang kedua lebih banyak menghadapi aktor non-negara atau asimetrik diwilayah domain maritim dipandegani pengawal pantai. Kekurangan ahli/pakar teknologi utamanya maritim, dirasakan Presiden baru-baru ini ---sebaiknya menjadi policy, Kemendikbud dan strategi pencapaiannya untuk membangun (operasional) terciptanya sejumlah besar ahli teknologi dan semacam itu di negeri ini (policy misal : cetak sarjana ilmu murni 30 %, engineering 50% dan sisanya sociology, dll). Periksa fig # 5 & 6. Saaty menyebut eselonisasi sebagai dekomposisi ~ analog dengan konsep strategi militer --- from strategy-to-task. Penugasan muncul setelah strategy dan strategy diturunkan dari policy---mungkinkah penugasan muncul tanpa strategi? Penugasan (task) tidaklah bisa djadikan pendekatan kalkulas kekuatan yang digunakan, strategilah yang dominan, periksa publikasi RAND, tentang “strategy-to-task”. Saaty, Thomas L., Univ of Pittsburgh, RWS Pub, 2000, “Fundamentals of Decision making and Priority Theory, With The Analytic Hirarchy Process“, Volume VI of the AHP series, halaman 16...bila seseorang lebih memilih apel dari mangga, dan lebih memilih mangga dari pisang, dan tentunya konsisten memilih apel lebih terhadap pisang. Konsistensi diperlukan, untuk menemukan harga prioritas yang dilakukan dengan normalisasi. Penjelasan ini mungkin kurang menarik karena agak mathematik, namun teori statistik mathematik bisa menjelaskan dengan baik, yang lebih penting dipahami kerangka fikirnya. Saaty, Thomas L. dan Vargas, Luis.G, Univ of Pittsburg, Springer Pub, 2001, “Models, Methods, Concepts & Applications of the Analytic Hierarchy Process “, halaman 7. Benefit adalah kondisi yang menguntungkan, cost adalah semua konsekuensi yang harus dikeluarkan guna mendukung setiap pilihan keputusan---a.l : uang, tenaga, korban, kerusakan, kehilangan, politik, ekonomi, dll, tergantung tingkat strategik, operasional atau taktik. Korosec, Barbara M., Paper, US Naval War Coll,1993, “The Analytic Hierarchy Process: Enhancing Operational Level Decision Making ”, halaman 6...April 1982, while two-thirds of the British Fleet was steaming or preparing to steam to the Falklands, Thomas Saaty (pengarang dan penulis buku AHP) was facilitating at the University of Pittsburgh’s six weeks seminar, attended by 25 participants, incl:Great Britain. Saaty decided to use AHP to determine what Britain course of actions (CB=cara bertindak) should be with regard to the Falklands.Tim ini (expert choice) ahli membangun model CB dan membuat analisis kepekaan (analysis sensitivity) yang sangat membantu sekali lebih memahami masalahnya. “Biaya“ (mungkin) lebih tepat diterjemahkan “ongkos” atau Cost bahkan tidak mencerminkan nominal rupiah. Definisi ini cenderung sebagai konsekuensi, risiko, upaya,
Vol. 9, No. 1, Januari 2015
4
Sistem Penalaran (System Thinking) Dan Proses Analitik Hirarkhi/PAH ...
Fig # 5. Bagan PAH standar31 atau seperti ini
Intensity of Importance
Definition
Explanation
Reciprocals of above
If activity i has one of the above nonzero numbers assigned to it when compared with activity j, then j has the reciprocal value when compared with i
A comparison mandated by choosing the smaller element as the unit to estimate the lager one as a multiple of that unit
Rationals
Ratios arising from the scale
If consistency were to be forced by obtaining n numerical values to span the matrix
1.1 - 1.9
For tied activities
When elements are close and nearly indistinguish-able; moderate is 1.3 and extreme is 1.9
Tabel # 2. Skala fundamental. Pawel Cabala, Journal Operations Research and Decisions, no.1, 2010, “Using The AHP in Evaluating Decision Alternatives“, halaman 10.
Contoh lain memilih rumah dengan ”goal” kepuasan kepemilikan rumah fig # 7 penjelasan singkat empat (4) kriteria (dari 8 kriteria) sebagai berikut:
Fig # 6. Tiga (3) tingkat hirarkhi (standar). Goal, citerion (kriteria), masing masing dengan sub-subnya dan alternatif - alternatifnya. Model empat (4) fokus Menko Maritim menjadi 4 sub model dengan masing masing goal adalah masing masing fokusnya. Fig # 7. Dekomposisi secara hirarkhi. “Goal” (eselon pertama) adalah kepuasan tentang rumah, kriterianya (eselon kedua): besarnya rumah, transportasi, tetangga, usia rumah, dst dan pilihan (eselon ketiga) adalah tiga jenis (3) rumah.
Saaty membangun gabungan preferensi dan perasaan mulai skor angka 9 sampai dengan 132. Blok alternatif pilihan (eselon tiga) ditulis apel, mangga, dan papaya. Sejak lama manusia berusaha mengukur preferensi fisik sekaligus perasaan. Fisik adalah sesuatu yang terukur (tangibles); kontras dengan psikologikal yakni sesuatu yang sulit diukur (intangibles) versus suatu yang subyektif/perasaan atau norma individu/masyarakat. PAH menggabungkan ukuran fisik33 dan perasaan sekaligus dalam perbandingan pasangan (pairwise comparison)---menilai preferensi apel terhadap mangga dan sebaliknya mangga terhadap apel, dst34, berbasis skala fundamental. Skala fundamental bisa mengukur35 penilaian fisik dan perasaan pada pasangan elemen homogen yang diperbandingkan berbasis skala intensitas kepentingan (intensity of importance) relatif (tabel # 2)---skala ini absah bagi aplikasi justifikasi dan kompromi. Intensity of Importance
Definition Equal Importance
Two activities contribute equally to the objective
3
Moderate tance
Experience and judgement slightly favour activity over another
5
Strong Importance
Experience and judgement strongly over another, its dominance demonstrated in practice
7
Very strong Importance
An activity is favoured very strongly over another, its dominance demonstrated in practice
9
Extreme Importance
The evidence favouring one activity over another is of the highest possible order of affirmation
2,4,6,8
For compromise between the above values
Sometimes one needs to interpolate a compromise judgement numerically because there is no good word to describe it
27 28 29 30 31 32 33
Berikut, membuat perbandingan dan penilaian relatif dalam tabel matriks---kearifan memperbandingkan (comparative judgment). Elemen eselon kedua diatur dalam suatu matrik dan anggota keluarga (tim) memberikan penilaian relatif satu demi satu pasangan kriteria kemudian dibandingkan keseluruhannya terhadap keinginan utama (goals) yakni kepuasan rumah tersebut. Prosedur ini dibuat guna menjawab dua alternatif yang diperbandingkan, pertama, pilihan yang lebih penting bagi keluarga dan kedua; berapa besarnya (bobot) kepentingan relatif terhadap kenyamanan rumah (total goals) terpilih. Matrik preferensi masing-masing pasangan kriteria yang ditetapkan pembeli dapat dilihat dalam tabel 3 dibawah--elemen matrik (isi sel matrik). Prioritas ditetapkan dengan menggunakan nilai (vector) Eigen. Vector ini memberikan
Explanation
1
Impor-
Penjelasan singkat empat (4) kriteria (dari 8 kriteria) sebagai berikut : 1. Ukuran besarnya rumah, dilihat dari ruang yang tersedia, besarnya masing masing ruangan, dan total area rumah. 2. Transportasi, dilihat dari kenyamanan dan ketersediaan bis umum angkutan dalam kota. 3. Tetangga; dilihat dari padatnya lalu lintas, keamanan, pajak, kondisi fisik bangunan. 4. Usia rumah (age of house) dari penglihatan fisik, empat (4) kriteria selanjutnya tidak dijelaskan lebih lanjut dalam makalah ini.
dll guna mendukung setiap pilihan. Bahwa di dalam parameter “biaya“ mengandung nominal rupiah/dollars itu bisa terjadi, misal bahan bakar dan pemeliharaan. Korosec, Barbara M., Paper,Journal US Naval War Coll,1993, “ The Analytic Hierarchy Process: Enhancing Operational Level Decision Making ”, halaman 22. Ibid, Ibid, halaman 26. ... The XO ,US Submarines uses AHP to determine the factors that drive the selection equipment that is installed on submarines. By using AHP to analyze factors critical to submarine missions and to analyze alternative solutions, the Navy highlights critical issues and reduces time frame to make equipment selections. Saaty,Thomas.L dan Vargas,Luis.G, Univ of Pittsburg , Springer Pub, 2001, “ Models, Methods, Concepts & Applications of the Analytic Hierarchy Process “, halaman 3. Ibid, Saaty menetapkan angka mulai 1 sd 9, tersebut sebagai patokan fisik dan psikologik (preferensi dan perasaan sekaligus). Ibid, halaman 3.
5
Vol. 9, No. 1, Januari 2015
Sistem Penalaran (System Thinking) Dan Proses Analitik Hirarkhi/PAH ... prioritas relatif yang terukur dalam skala rasio. Output mendemonstrasikan faktor finansial menempati prioritas utama atau tertinggi yakni 33 % (0.333) dari pengaruhnya (baris ke 8) dibawah kolom vector prioritas. 1
2
3
4
5
6
7
8
1
1
5
3
7
6
6
1/3
1/4
.173
2
1/5
1
1/3
5
3
3
1/5
1/7
.054
3
1/3
3
1
6
3
4
6
1/5
.188
4
1/7
1/5
1/6
1
1/3
1/4
1/7
1/8
.018
5
1/6
1/3
1/3
3
1
1/2
1/5
1/6
.031
6
1/6
1/3
1/4
4
2
1
1/5
1/6
.036
7
3
5
1/6
7
5
5
1
1/2
.167
8
4
7
5
8
6
6
2
1
.333
Berikut ilustrasi perencanaan operasi militer modern menggunakan tetapan MOE---memilih MOE (measures of effectiveness) pendukung “goals” operasi tersebut, melalui hirarkhi sederhana seperti fig # 9 dibawah.
priority vector
Fig # 9. Model keputusan dengan kriteria ukuran effektivitas (MOE).
Goal; misalnya mengeliminir suatu sasaran, pilih MOE sebagai kriteria suksesnya mendukung goal tersebut. MOE atau ukuran effektivitas yang bisa dicapai unit kekuatan militer versus misi-nya, memunculkan alternatif MOE dengan setiap “biaya” yang berbeda. Misal MOE #1, eliminasi area sebesar 80%, MOE #2 sbs 60%, dst. Konsekuensi sumber daya (baca biaya) yang digunakan setiap MOE tentu berbeda. Biaya dalam arti jumlah atrisi/ korban (misal) pasukan yang diterjunkan, rusak peralatan, jumlah hari, nominal rupiah, dll. Pilihan bentuk operasi dan kategori juga berbeda (hirarkhi eselon berikutnya). Alternatif yang muncul (eselon ketiga-3) misal : serbuan udara, darat, laut, pasukan khusus, atau linud, atau gabungan. Fig # 10 a. adalah prediksi bentuk pemerintahan Uni Soviet pasca perang dingin (tingkat strategik/nasional). Harapannya; teridentifikasi beberapa kegiatan (skenario) seperti fasilitas perdamaian atau hindari kekerasan yang tidak perlu atau formulasi bentuk kebijakan yang cerdas dan konsisten. Cakrawala waktu diisi dengan jangka pendek dan menengah.
λ max = 9.669 C.R. = .169
Tabel # 3. Matrik perbandingan berpasangan36.
Berikut aplikasi transfer teknologi (TT) bagi negara berkembang. Hadirnya keinginan kuat negara berkembang yang menyadari pentingnya teknologi dan ilmu guna mengatasi masalah di dalam negeri dan sebaliknya respon negara maju dengan suntikan kapital, meski bergeser menjadi suntikan teknologi ~ transfer teknologi37. Model PAH berikut seperti fig # 8 dibawah (isu yang sama QD, Juli 2014, hal 9) adalah isu TT (makalah lebih menekankan arsitektur keputusan TT). Transfer bilateral bukan hal mudah, konsekuensi “biaya” yang meledak terjadi bila tidak diperhitungkan manfaat (“benefit”) dan besarnya konsekuensi dukungan (“cost”)--transparansi dan effisiensi proyek.
Fig # 10 a. Masa depan Russia. Referensi: Ibid, halaman 219. Kerangka waktu (panjang tidak menjadi perhatian) dipilih hanya dua (2) sebagai eselon cakrawala waktu. Kriteria yang dibangun adalah Ekonomi, agama, dst. Skenario-nya muncul dalam fig # 10b (eselon akhir).
Dibawah eselon cakrawala waktu, hadir kekuatan (forces) sebagai kriteria yang mendorong dan menjamin terlaksananya masing-masing cakrawala, yakni urusan
Fig # 8. Hirarkhi Transfer Teknologi. 34
35 36
Kuantitatif sanggup membedakan dengan tajam hadirnya perbedaan alternatif.PAH menyelesaikan dengan konsep matrik dan konsistensi melalui nilai Eigen (Eigen vector). Proses matematika terbantukan s/w yang ada. Dunia mendatang lebih banyak dipenuhi angka-angka yang disodorkan ke pimpinan di bandingkan dengan kalimat kalimat panjang lebar (cara naluri,insting,tradisional) sebelum diputuskan. Analisis biaya (cost analysis--bukan akuntansi) sudah menjadi ketrampilan (state craft) wajib elite nasional era sekarang. Ibid, halaman 6. Skala ini menurut Saaty valid/absah guna mengukur tingkat efektivitas juga. Baris dihitung dari atas kebawah menjadi baris 1, 2, , dst, baris kelima 5. Sel bisa ditulis untuk baris pertama dari kolom pertama sd kolom ke delapan (1,1, 1,2, 1,3, dst 1,8), analog dari baris kedua dihitung dari kolom pertama sampai dengan kolom ke delapan (2, 1, 2, 2, 2, 3 dst 2,8). Contoh skor preferensi sel 1,1 adalah 1, sel 1,2 adalah 5, sel 1,3 adalah 3, sel 1,4 adalah 7, dan seterusnya. Sel (1,2) harga preferensi 5, maka sel (2,1) harga preferensinya menjadi 1/5, kebalikannya. Harga prinsip nilai Eigen ( λ maks) adalah 9.669. CR = CI/RI, CI adalah consistency index, dan RI adalah random index. CI = (λ maks - n)/n -1. Tim keluarga (yang menilai) tidak perlu merisaukan
Vol. 9, No. 1, Januari 2015
6
Sistem Penalaran (System Thinking) Dan Proses Analitik Hirarkhi/PAH ... ekonomi, agama, internasional, nasionalitas dan internal. Eselon berikut adalah aktor yang memberikan pengaruh kepada setiap kekuatan (elemen eselon “forces” di eselon kedua) yakni partai Komunis, M Gorbachev, Republik Rakyat Baltik, Rakyat Russia, dst. Fig # 10b dibawah ini adalah kelanjutan fig # 10a.
Sesi ini diakhiri dengan contoh aplikasi strategik yang dilakukan Finlandia, seperti fig # 12 di bawah ini38:
Fig # 12. Contoh struktur hirarkhi mengait kebijakan energi Finlandia. Sama rumitnya menciptakan empat (4) fokus negara maritim RI.
Kesimpulan Bappenas bisa diperankan sebagai lembaga uji proposal pemerintah dengan teknik benefit-cost, MenPAN uji organisasi dan kebijakan pemilihan serta jabatan personil, DPR memilih RUU prioritas atau kandidat pejabat publik39 dan Kementerian/ ajensi lainnya versus kompleksitas masalah,dll. PAH mengandung kompromi antar kriteria, pilihan, bobot, musyawarah (prioritas) dan alternatif terbaik. Sistem penalaran menemukan rute kritikal, dan PAH mempertajam program “poros maritim” yang prestitius serta penuh tantangan ini. Ilustrasi diatas bisa dijadikan ide/ arah “goals“ poros maritim yakni kesejahteraan ekonomi (economics well being) dengan kriteria masing masing mendukung 4 fokus sebagai goal (multiple objcetives)--goal1 (adalah fokus 1). Setiap fokus (goal) memiliki kelompok hirarkhi tersendiri berorientasi rasio cost benefit dan asumsi fokus benar-benar independen. Kedua perangkat keputusan tersebut semakin transparan bila berorientasi cost benefit. Sayangnya belum hadir format cost benefit dalam DUK/DIP untuk diproses per setiap proyek besar dinegeri ini40. PAH bisa mendesain model infrastruktur, organisasi, memilih jabatan strategik atau pimpinan serta skenario yang tepat. Keputusan versus ketidakpastian dengan kendala sumber daya mau tidak mau memerlukan pengetahuan, teknik keputusan modern dan dan ilmu berbasis matematika41. Goals (goals setting) negara maritim adalah optimalisasi semua elemen domain maritim (banyak goal) bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Economic-well being). Membangun poros maritim dilakukan melalui tahapan dengan kolaborasi tulus para pakar (expert team), pelaksana di lapangan42, operator strategi maritim dan strategi nasional untuk keamanan maritim, dan aktor didomain maritim lainnya.
Fig # 10b.Ibid, halaman 219. Gambaran kebijakan bagi masing-masing
aktor yang diturunkan dari masing-masing objektifnya—ke-policies--menuju masing-masing skenario (peaceful break up, power sharing, dan violent break up). Eselon teratas fig # 10b adalah kelanjutan gambaran eselon terbawah dari fig # 10 a (bersambung) .
Setiap aktor menurunkan obyektif, dan diturunkan lagi menjadi kebijakan (policy) masing masing (fig # 10 b) serta berorientasi pada rasio benefit cost. Tiga (3) skenario yang berbeda (fig # 10b, eselon akhir) tampil sebagai “outcome” yang memungkinkan. Skenario yang tampil bukan sekedar mengukur “apa” yang terjadi dimasa mendatang, tetapi lebih ke-pengembangan kerangka penilaian (model) dengan variabel yang terlibat didalam masalah yang kompleks itu teridentifikasi dan effek variabel tersebut masa mendatang terevaluasi serta keseluruhan “outcomes” bisa disimpulkan. Berikut contoh pemilihan tiga (3) kandidat pemimpin dengan empat (4) kriteria yang sangat sederhana dalam fig # 11.
Fig # 11. Akhirnya terpilih Dick, referensi: Paper, “Talk: Analytic Hierarchy Process/Example Leader“, contoh kriteria sangat sederhana sekali. Semakin strategik jabatan semakin kokoh (robust) kriterianya. Model ini bisa memproses beberapa kandidat. Syaratnya kriteria tidak bias (semacam konduite) dengan angka 81, 82 atau 83 pun, sulit mengindikasikan angka yang benar-benar mewakili absahnya preferensi PAH kapabel memilih pimpinan.
37
38 39 40 41 42
cara mendapatkan harga harga itu, software komputer akan menyelesaikannya dibantu Analis keputusan. Pengambil keputusan diharapkan cukup bisa membaca hasil dan alternatif keputusan. Saaty, Thomas.L dan Vargas,Luis.G, Univ of Pittsburg , Springer Pub, 2001, “Models, Methods, Concepts & Applications of the Analytic Hierarchy Process“, halaman 121 dan QD, vol 8, no.1, Juli 2014, halaman 9, “Revolusi urusan militer (RUM) dan teknologi transfer“,“,...model “ go-no-go” transfer teknologi sebelum diputuskan. Hasil studi TOT (transfer teknologi) dari satu asset ke asset lainnya dan dari tahun ke tahun bisa dijadikan pelajaran---biaya yang dikeluarkan membengkak atau tidak atau time frame-nya malah menjadikan biaya lebih besar(extra cost). Cabala,Pawel, Journal Operations Research and Decisions, no.1, 2010, “Using The AHP in Evaluating Decision Alternatives“ , halaman 7 . Solusi PAH , akan obyektif memberikan penilaian , bisa saja beda angka antara kandidat yang sangat sangat tipis sekali, barulah dilakukan “fit & proper test” ----transparan serta effisien bukan? Saaty, T.L, International Journal of Services Science,vol# 1, no # 1, 2008, “Decision Making With The Analytic Hierarchy Process”, halaman 84. Bagaimana dengan kebijakan Diknas mengatasi kekurangan produk pendidikan berkualifikasi teknologi ? Ibid, hal 84. ....sulit melakukan analisis apalagi test kepekaan tanpa suatu angka pembeda (kuantitatif). Ibid, halaman 3. Sudah bukan lagi era-nya untuk berfikir sektoral versus masalah yang kaostik dan komplek, seperti kata Saaty : ... we need a new process by which to determine which objective outweighs another , at least in the near term. Since we are concerned with the real life problems we must recognize the necessity for tradeoffs to best serve the common interest. Therefore, this new process (AHP) should also allow for consensus building and compromise, kata Saaty,Thomas. L dan Vargas, Luis.G.
7
Vol. 9, No. 1, Januari 2015
Kebangkitan Kekuatan China Di Awal Abad 21
KEBANGKITAN KEKUATAN CHINA DI AWAL ABAD 21 Oleh : Amelia Rahmawaty, S. H. Int Internasional. China adalah salah satu eksporter terbesar di dunia. Sejak reformasi pasar pada akhir tahun 70an, ekonomi China telah meningkat empat kali lipat dan diperkirakan akan berlipat ganda pada dekade berikutnya (Ikenberry, 2008). Pertumbuhan China tersebut merupakan salah satu yang tertinggi di dunia. Pada tahun 2009, runtuhnya pasar ekspor internasional yang disertai krisis finansial global telah berdampak pada China, tetapi ekonomi negara ini dengan segera tumbuh kembali (BBC, 2014). Diberitakan oleh Bloomberg, Washingtonpost, NYTimes, dan The Economist pada Agustus 2010, China akhirnya melampaui Jepang sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia, dan dengan demikian terbesar di Asia Timur. Jika China mampu melampaui ekonomi Amerika sebagai kekuatan ekonomi terbersar dunia 10 sampai 15 tahun mendatang, maka untuk pertama kalinya, ekonomi dunia akan dipimpin oleh negara non-barat, nondemokrasi, dan negara yang tidak menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa ibu (Johnson, 2014). Mengapa pemimpin ekonomi dunia menjadi begitu penting dalam hubungan internasional? Karena ekonomi (bersama dengan militer) adalah fundamental power dalam politik dunia. Berbeda dengan abad 18 hingga 19 dimana perluasan wilayah dan persaingan militer adalah hal krusial untuk menjadi negara yang powerful. Di abad 20 dan 21, perdagangan telah menjadi alat dalam politik dunia, baik sebagai instrument untuk memperkuat aliansi, sekaligus juga untuk memberikan sinyal kepada rival, atau menahan semakin meluasnya pengaruh potential emerging power (Froman, 2014). Sebagai contoh, Trans-Pacific Partnership (TPP) yang saat ini sedang dinegosiasikan oleh Amerika dengan 11 negara AsiaPasifik, tidak hanya sekedar untuk memperluas akses pasar Amerika ke kawasan pertumbuhan ekonomi paling cepat di dunia tersebut, tetapi juga mengirimkan sinyal-sinyal kepada China; pertama, menegaskan bahwa Amerika tidak tertinggal oleh China dalam persaingan ekonomi di kawasan vital dunia, kedua, untuk menekankan bahwa aturan sistem perdagangan global akan tetap berada dibawah nilai-nilai Amerika sehingga jika ingin terlibat didalamnya maka harus mengikuti aturan main Amerika, ketiga, mengabaikan China dalam perjanjian perdagangan-yang keuntungan ekonominya diperkirakan hampir mencapai US$ 1 triliun - melalui penerapan standar yang tinggi yang nampaknya belum dapat dipenuhi oleh China. Mengetahui bahwa dirinya tidak dapat (dan tidak mau) mengikuti standar tinggi yang diterapkan dalam TPP, pada Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Pacific Economic Cooperation (KTT APEC) November lalu, China memanfaatkan momen tersebut untuk mempromosikan bentuk lain perjanjian perdagangan Pasifik dimana China diikutsertakan dan menginisiasi pembentukan Asia Infrastructure Investment Bank (AIIB) untuk memuluskan strategi pengembangan ekonomi China, Maritime Silk Road (MSR). Namun sesungguhnya, isu utama dalam persaingan pakta perdagangan di Asia-Pasifik ini tidak hanya perihal kepentingan ekonomi, tetapi juga merefleksikan seberapa besar pengaruh masing-masing negara yang mana hal tersebut akan memengaruhi pengakuan status power Amerika dan China di kawasan vital ini. Bangunnya China, seperti yang dikatakan Bonaparte, juga
Pendahuluan Setiap kawasan memiliki karakteristik masing-masing, tapi bagi Asia, ekonomi adalah raja. Hubungan antar negara di kawasan ini diwarnai dengan ketegangan dan perselisihan, serta dibayangi sejarah pertarungan berdarah. Namun, hal tersebut dikesampingkan dan lebih mengedepankan kerjasama perdagangan dan investasi demi integrasi ekonomi negara masing-masing. Sebut saja Korea Selatan yang merupakan mitra dagang terbesar keempat bagi China, meskipun China adalah aliansi utama Korea Utara sejak lebih dari setengah abad lalu. Kemudian, meskipun belakangan ini, investasi perusahaan Jepang kepada China merosot hingga 45%, China adalah investor dan mitra dagang strategis bagi Jepang, disamping perselisihan kedua negara terhadap Pulau Senkaku/Diaoyu. Jika kawasan diperluas hingga Pasifik, kita mengetahui bahwa Amerika adalah mitra dagang terbesar China sekalipun hubungan keduanya diwarnai persaingan. Dalam teori ekonomi sendiri kita mengenal istilah The Asian Miracle yang menandakan progres pertumbuhan ekonomi Asia yang begitu cepat. Sebelumnya, di pertengahan abad 20, negara-negara di Asia menghadapi situasi yang benar-benar kacau dimana peperangan, kemiskinan, kelaparan melanda negara-negara di kawasan tersebut. China adalah salah satu negara yang tidak beruntung pada waktu itu karena mengalami peperangan, revolusi, dan kelaparan sekaligus. Pada tahun 1960, penghasilan satu orang Jepang sama dengan 1/8 pendapatan satu orang Amerika, Korea Selatan tidak lebih kaya daripada Sudan, Taiwan sama miskinnya seperti Zaire (Rohwer, 1995). Namun pada empat dekade terakhir, ekonomi Asia bertransformasi. Asia kini ialah kawasan dengan pertumbuhan ekonomi paling cepat dibandingkan seluruh kawasan di dunia. Bahkan sekalipun dihantam oleh krisis finansial dan resesi pada akhir 90an, Asia dengan cepat bangkit dan kini merupakan motor penggerak pertumbuhan ekonomi dunia. Fenomena The Asian Miracle ini tidak terlepas dari peran China sebagai ekonomi terbesar di Asia dan kedua di dunia setelah Amerika. China memperluas pengaruh dengan memanfaatkan kekuatan ekonominya melalui kerjasama perdagangan, bantuan infrastruktur, investasi, dan strategi ekonomi. Seiring dengan kekuatan ekonomi yang terus berkembang, China kini juga ingin memainkan peran yang lebih dominan dalam Hubungan Internasional. Sebagai emerging power, China mulai membuat inisiatif-inisiatif tatanan baru dimana China tidak hanya ada didalamnya, tetapi juga terlibat didalam proses pembuatan aturan-aturan sistem global yang selama abad modern ini hampir tidak pernah mengikutsertakan China. China Hari Ini Terhadap China, Napoleon Bonaparte pernah berkata, “Ici repose un géant endormi, laissez le dormir, car quand il s’éveillera, il étonnera le monde” (Disinilah seekor raksasa tertidur, biarkan dia tidur, karena ketika dia terbangun, ia akan mengejutkan dunia). Bagaimanapun, Bonaparte telah secara cermat memprediksikan China di masa depan. Saat ini, meskipun belum dapat disetarakan dengan Amerika, China adalah emerging power yang tak terbantahkan dalam Hubungan
Vol. 9, No. 1, Januari 2015
8
Kebangkitan Kekuatan China Di Awal Abad 21 next superpower menggantikan unipolar Amerika yang telah duduk sebagai penguasa tunggal dalam Hubungan Internasional sejak berakhirnya Perang Dingin, ataukah tidak. Namun untuk mencapai status tersebut, China akan menghadapi banyak tantangan. Bahkan sebelum menghadapi Amerika, China sendiri masih harus berbenah dengan masalah domestik. Disparitas ekonomi di China adalah salah satu masalah utama yang mengancam kestabilitasan dan menimbulkan kekacauan. Meskipun ekonomi China terus tumbuh, sejak reformasi pasar dibuka pada tahun 1978, kesenggangan pendapatan masih menjadi momok bagi China. Bahkan, pendapatan antara wilayah yang dekat dengan pantai dengan wilayah yang berada di daratan justru semakin timpang (Tobin, 2011). Padahal, keseimbangan pertumbuhan ekonomi di seluruh daratan China merupakan poin penting untuk menghindari kerentanan negara yang dapat menghambat pengembangan kekuatan China pada level internasional. Selain itu, secara geografi China tidak seberuntung Amerika yang memiliki akses langsung ke laut di sisi kiri dan kanannya. Akses laut China terbatas, dan China tidak menguasai akses laut yang menjadi gerbang masuk komoditas ekspor impornya; baik Laut China Selatan, maupun Samudera Hindia. Life line China dikuasai oleh kontrol Amerika Serikat dan dihadang oleh kekuatan angkatan laut India. Di Samudera Hindia, India tidak akan membiarkan China menjadi kekuatan dominan. India telah lama menempatkan Samudera Hindia sebagai kepentingan vitalnya dimana akses energi dan keamanan India bergantung pada kebebasan akses India terhadap Samudera Hindia. Sehingga kehadiran kekuatan China di Samudera Hindia sudah pasti bertentangan dengan kepentingan nasional India. Sedangkan di Laut China Selatan, China bersengketa dengan lima negara anggota ASEAN dan Taiwan. Amerika sendiri tidak akan membiarkan adanya perubahan status kepemilikan apapun terhadap Laut China Selatan. Kebebasan navigasi di Laut China Selatan adalah kepentingan Amerika, sehingga Amerika tidak akan membiarkan Laut China Selatan jatuh ke tangan China yang akan menyebabkan kontrol terhadap jalur perdagangan tersebut dikendalikan oleh China, atau menimbulkan suatu aturan baru yang merugikan kepentingan Amerika. Kontrol terhadap laut merupakan hal signifikan, dan justru semakin vital di era globalisasi. Tidak ada satu negarapun yang mampu memenuhi seluruh kebutuhannya tanpa mengimpor dari negara lain, selain juga hal ini dikarenakan penerapan nilai-nilai ekonomi yang dominan berlaku dalam sistem internasional. Dan seiring dengan semakin meningkatnya sistem pasar bebas dan menjamurnya perjanjian-perjanjian baik bilateral maupun multilateral yang mengacu pada nilai-nilai liberalisasi pasar, arus pengangkutan komoditas ekspor impor melalui laut juga semakin meningkat. Kelancaran aktivitas ekspor impor tersebut selalu menuntut keamanan rute perdagangan laut. Sepanjang sejarah, tidak ada negara yang mampu menguasai seluruh lautan. Memang, pada masa kejaannya, Inggris menguasai rute perdagangan. Ia mengamankan rute perdagangannya mulai dari Gibraltar, Malta, Port Said, India, Srilanka, Birma,
diutarakan oleh Presiden Xi Jinping dalam pidatonya pada peringatan 50 tahun hubungan diplomatik China – Perancis, “China, the (sleeping) lion, has woken up. But this is a peaceful, amiable, and civilized lion.” Hal tersebut diutarakan China untuk menghindari atau mengurangi sedikit kekhawatiran Amerika yang memandang China berpotensi menantang posisinya sebagai negara hegemon. Mungkin juga untuk menekankan kepada negaranegara tetangga bahwa kebangkitan China tidak dimaksudkan untuk mengintimidasi mereka. Namun yang terjadi di lapangan, perkembangan kekuatan China tersebut telah membuatnya lebih teguh dalam mempertahankan kepentingannya, terutama ketika hal tersebut berkaitan dengan kedaulatan teritori. Sikap agresif China di Laut China Timur dan di Laut China Selatan justru membuat negara-negara yang terlibat perselisihan merasa khawatir. Apalagi ditambah dengan modernisasi militer China yang terus menerus dilakukan tanpa transparansi. Pertumbuhan ekonomi yang progresif selalu diikuti dengan kebutuhan untuk meningkatkan kekuatan militer. Melalui perbaikan terus menerus, pada tahun 2000 saja, China telah memiliki pesawat terbang, misil, dan kapal selam berteknologi canggih. Serta 17 rudal balistik antarbenua, 70 rudal balistik menengah, dan 12 kapal selam yang mampu meluncurkan rudal. Rudal antarbenua China tersebut mampu menjangkau hingga 8,000 km, atau dengan kata lain, mampu mencapai hingga Moskow dan pantai barat Amerika (Hsu, 2000: 992). Sejak tahun 2010, China juga telah menyebarkan rudal balistik darat yang dapat diluncurkan dengan menggunakan truk dan mampu mencapai jarak hingga 1,500 km. Jika dahulu China tidak menyadari bila ada kapal perang Amerika yang berlayar 5 km dari negaranya, pada beberapa dekade terakhir, dengan menggunakan radar jarak jauh dan bentuk-bentuk pengintaian lainnya, China mampu secara jelas mengetahui apabila terdapat kapal perang Amerika sedang bernavigasi tidak jauh dari garis pantainya (Thompson, 2014). Kekuatan ekonomi yang diiringi dengan pembangunan kekuatan militer ini kemudian meningkatkan kepercayaan diri dan keinginan China untuk berperan lebih dominan dalam hubungan internasional. China memperluas pengaruh tidak hanya di kawasan Asia, tetapi juga Afrika, Timur Tengah, Eropa, dan Amerika Selatan. Hal ini terutama dilakukan untuk menghindari China tergantung hanya pada satu kawasan sumber penyuplai energy. Sehingga, jika salah satu kawasan mengalami instabilitas, pergerakan roda ekonomi China tetap aman. China juga telah lebih banyak terlibat dalam tatanan global yang selama ini didominasi oleh Amerika, sekaligus berupaya membuat sebuah tatanan baru yang sesuai dengan nilai-nilai dan kepentingan China. Salah satu indikasi tersebut terlihat dari sikap China yang menginisiasi AIIB untuk menyaingi World Bank yang nilai-nilai dan aturannya dikomando oleh Amerika. Kebangkitan China Versus Hegemoni Amerika Jika mengamati isu China, kita akan mengetahui bahwa terdapat pro dan kontra terkait apakah China mampu menjadi the
9
Vol. 9, No. 1, Januari 2015
Kebangkitan Kekuatan China Di Awal Abad 21 Singapura, hingga Hongkong. Pada puncak kejayaannya di tahun 1919, kehadiran Britania Raya yang berada di seluruh benua berpenghuni membuatnya dijuluki the empire on which the sun never sets. Tetapi, titik-titik yang dikuasai Inggris adalah rute perdagangan keamanannya, bukan seluruh jalur perdagangan. Sedangkan Amerika menguasai seluruh jalur perdagangan, sehingga pada Perang Dingin, ia mampu menawarkan kepada negara-negara dunia untuk memilih; bersama Uni Soviet dan mendapat bantuan militer, atau bergabung dengan Amerika dan mendapat akses perdagangan hampir di seluruh dunia (Friedman, 2009). Militer pada saat itu memang merupakan simbol kekuatan penting dalam politik dunia, akan tetapi, akses pasar dan jalur perdagangan berarti juga kemakmuran bagi banyak negara yang saat itu baru merdeka. Diawali dengan ambisi Theodore Roosovelt dan didukung oleh pemikiran Alfred Thayer Mahan, kekuatan Angkatan Laut Amerika jauh lebih maju dibandingkan Angkatan Laut manapun di dunia. Bahkan George Friedman, pendiri Stratfor, menyatakan, jikalaupun seluruh kekuatan laut di dunia digabungkan, masih tidak akan mampu menandingi kekuatan laut Amerika. Dengan kekuatan laut yang demikian besar tersebut, Amerika memiliki kemampuan dan sumber daya untuk melakukan kontrol seluruh rute perdagangan. Untuk dapat menyelenggarakan kekuatan laut diperlukan biaya yang mahal. Sehingga, negara-negara yang tidak memiliki kemampuan demikian akan bergantung kepada Amerika. Hal ini memberi keuntungan politik yang besar bagi Amerika, karena kekuatan lautnya mampu menjamin, mengizinkan, ataupun menolak pergerakan kapal di seluruh rute perdagangan dunia (ibid.). Sejarahnya, China memiliki dua pilihan; makmur melalui ekonomi terbuka seperti yang terjadi sejak reformasi pasar, atau miskin dengan ekonomi tertutup seperti yang dilakukan oleh Mao Tse-Tung. Dalam menjalankan ekonomi terbukanya, China banyak bergantung kepada ekspor yang mana akses China menuju mitra dagang utamanya dan pasar dunia adalah melalui laut. Dengan kenyataan bahwa seluruh rute perdagangan dunia berada dibawah kontrol kekuatan Angkatan Laut Amerika, maka dengan kata lain, pergerakan kapal-kapal dari dan menuju China berada dibawah pengawasan Amerika dan sewaktu-waktu aksesnya bisa saja ditolak oleh Angkatan Laut Amerika yang kehadiran dan kekuatannya di Asia bahkan semakin ditingkatkan sejak Presiden Obama mencanangkan strategi Pivot to Asia.
di Eropa. Ketika Jepang timbul dan ingin mendominasi Asia, Amerika juga bereaksi untuk menghindari kemenangan Jepang di kawasan tersebut (Huntington dalam Hsu, 2000: 994-995). Hal yang sama juga terjadi terhadap Uni Soviet pada Perang Dingin. Setelah keluar menjadi pemenang tunggal, tradisi ini tetap akan dilanjutkan. Hal ini wajar dilakukan oleh superpower untuk mempertahankan posisinya tersebut, meskipun ketika berhadapan dengan China, situasi menjadi sedikit lebih sulit bagi Amerika. Meskipun demikian, untuk merebut hegemoni Amerika hari ini, kekuasaan apapun yang berambisi demikian berarti harus menggeser Amerika. Di sisi lain, Amerika sebagai superpower tidak akan membiarkan satu kekuasaan pun lebih dominan daripada kekuatannya. Tetapi dengan menyandang status tersebut, Amerika juga harus aktif bermain dan menguasai seluruh kawasan. Jika China berhasil membuat atau mengubah aturan-aturan baru di Asia Pasifik, atau tingkat yang lebih luas, maka dalam beberapa hal harus diakui, bahwa posisi Amerika disusul oleh China. Sebagaimana tingkah laku superpower di masa lalu, Amerika pasti akan mempertahankan posisinya ini. Apalagi setelah setengah abad memimpin, nilai-nilai, aturan, dan budaya yang dipromosikan Amerika sudah terlanjur melekat dalam sistem internasional. Amerika sebagai superpower harus menjadi sumber utama dari nilai-nilai universal masyarakat internasional. Legitimasi Amerika sebagai superpower akan tergantung secara substansial pada kesuksesan mereka membangun legitimasi nilai-nilai tersebut (Buzan &Waever, 2003). Sejauh ini, China masih jauh dari diakui nilai-nilainya secara universal, tetapi Amerika juga harus memastikan bahwa nilainya selalu tertanam dan diakui oleh seluruh kawasan, atau membuatnya seolah-olah demikian. Dan meskipun saat ini kekuatan ekonomi maupun politik China sudah semakin meluas, tetapi kesempatan China untuk mengubah dan membuat suatu nilai-nilai yang sesuai dengan kepentingan China pasti akan selalu dirintangi Amerika. Tapi berbicara abad 21, China mungkin saja dapat mendominasi regional Asia Pasifik. Setelah berakhirnya Perang Dingin, isu ekonomi menjadi sentral dalam Hubungan Internasional. Dahulu senjata dijadikan alat untuk menaklukkan wilayah baru. Pada masa kejayaan Eropa, daerah kekuasaan penting demi kemakmuran negara penjajah. Negara yang mempunyai wilayah kekuasaan terluas (banyak) akan memiliki jumlah penduduk yang banyak dan stok hasil bumi yang besar. Pendapatan dihasilkan baik dari mengeruk sumber daya alam dari negara jajahan, maupun pungutan pajak. Karena dulu belum ada teknologi, maka untuk menjalankan perekonomian negara sangat bergantung pada tenaga manusia, dan dengan demikian, jumlah penduduk memberi keuntungan yang signifikan bagi produktivitas ekonomi negara. Peran senjata disini menjadi amat penting, yaitu memudahkan penjajah atau ekspansionis menundukkan wilayah baru. Pada era Perang Dingin, nilai senjata bahkan lebih signifikan daripada sebelumnya. Baik Amerika Serikat maupun Uni Soviet sama-sama membangun dan memiliki senjata yang paling mutakhir dan mematikan demi menghalangi lawan untuk menyerangnya, maupun menyerang negara aliansi. Senjata juga menjadi simbol untuk menunjukkan negara mana yang lebih powerful. Karena kepemilikan world mass destruction (WMD) dapat menangkal keinginan lawan melakukan penyerangan. Namun, setelah Perang Dingin berakhir dan Amerika menjadi power tunggal dalam sistem internasional, nilai ekonomi kini lebih dominan.
China: The Next Superpower? Faktor-faktor yang memungkinkan atau tidak memungkinkan China muncul sebagai pesaing Amerika masih bisa diperdebatkan. Tapi bagaimanapun, kekuatan China di era ini jelas tidak dapat diabaikan. Barry Buzan dan Ole Waever dalam buku mereka Regions and Powers, mengategorikan China sebagai great power yang mana berada setingkat lebih rendah dari Amerika. China digolongkan demikian karena dinilai memiliki potensi ekonomi, militer, dan politik yang mampu menyaingi Amerika sebagai superpower(2003: 35-36). Pengakuan status great power pada China ini penting untuk dapat menilai bagaimana tingkah laku China dalam hubungan internasional. Sepanjang sejarah sebagai superpower atau pun ketika masih menjadi cikal bakal superpower, Amerika telah menunjukkan betapa negara tersebut tidak mentolerir satu negara pun berusaha menjadi dominan apalagi berusaha menyaingi posisinya, baik di kawasan Eropa maupun Asia. Ketika Jerman muncul, Amerika mencegah dominasi Jerman
Vol. 9, No. 1, Januari 2015
10
Kebangkitan Kekuatan China Di Awal Abad 21 ekonomi China dapat menyebabkan kekacauan dan instabilitas di dalam negeri. Dan tantangan bagi China adalah bahwa ekonomi negara tersebut tidak merata. Kemiskinan masih menyebar di wilayah pedalaman China. Meskipun China adalah ekonomi terbesar kedua di dunia, namun China, berdasarkan data World Bank, tetap tergolong negara berkembang dikarenakan pendapatan per kapitanya yang masih jauh dibandingkan negara-negara maju. Selain itu, teknologi dan kekuatan militer China masih jauh berada dibawah Amerika. Dan jikalaupun China dalam beberapa dekade mendatang berhasil melakukan modernisasi, teknologi dan kekuatan laut Amerika juga pasti telah berkembang lebih maju (Friedman, 2009). Kemudian, aliansi Amerika di dunia ini kebanyakan bukanlah negara-negara lemah, tidak terkecuali di Asia. Amerika sudah membangun tali aliansi yang erat dengan negara-negara kuat Asia, seperti Jepang dan Korea Selatan. Lawatan Presiden Obama ke India yang menghasilkan terobosan jalinan kerjasama nuklir antara Amerika - India dan janji empat miliar dolar dalam investasi dan pinjaman dari Amerika kepada India tentu merupakan suatu perkembangan besar bagi hubungan Amerika dan India, dan pertanda penting dalam memahami isu kebangkitan power China. Hal-hal demikian lah yang akan dihadapi dan sekaligus menghambat China untuk menjadi superpower.
Negara-negara mulai menyadari, ekonomi merupakan hal utama untuk eksistensi negara dan pergaulan internasional. Senjata tidak dapat memberi makan rakyat, tetapi ekonomi dapat memakmurkan rakyat sekaligus membeli senjata untuk mengamankan negara. Negara-negara saat ini juga tidak perlu melakukan ekspansi wilayah jajahan. Dunia sudah berubah. Banyak batasan-batasan yang tidak mengizinkan negara lain untuk mengeskploitasi sumber daya alam negara lain tanpa persetujuan negara tersebut, seperti Hukum Internasional, maupun Organisasi Internasional. Selain itu, negara tidak perlu menjajah negara lainnya untuk mendapatkan akses pasar dan tenaga kerja. Liberalisasi pasar telah mengizinkan negara-negara untuk mendapatkan akses pasar yang luas. Prinsip-prinsip World Trade Organization telah memudahkan negara-negara untuk memasukkan barang-barangnya ke pasar di seluruh dunia. Globalisasi telah memungkinkan perpindahan tenaga kerja ke seluruh dunia. Beberapa kawasan bahkan membebaskan perpindahan tersebut, seperti yang disepakati negara-negara anggota ASEAN melalui ASEAN Economic Community yang akan dimulai secara efektif Januari 2016 mendatang. Sehingga, siapa yang memimpin ekonomi, maka juga memungkinkannya untuk memperluas pengaruh dan kepemimpinan di sistem internasional. Meskipun terdapat hal lain yang perlu diperhatikan. Di jaman seperti demikian, jika China dapat menjaga kekuatan ekonominya hingga beberapa dekade mendatang, bukan tidak mungkin China dapat membentuk aturan main, setidaknya di Asia. Sebagaimana telah dikatakan sebelumnya, ekonomi adalah raja di kawasan ini. Kepemimpinan dan pengaruh mengalir dari dompet, bukan dari senjata (Goodman & Ratner, 2014). China memiliki cadangan devisa terbesar di dunia. Pada quarter ketiga lalu, cadangan devisa China sebesar $3.89 triliun. Belakangan Presiden Xi menjanjikan memberi pinjaman dan investasi luar negeri kira-kira sebesar $100 miliar kepada ASEAN. Negara-negara di Asia Tenggara, terutama, sangat membutuhkan bantuan dana infrastruktur dan investasi untuk perkembangan ekonominya. Situasi tersebut akan memudahkan China memperluas pengaruhnha di kawasan ini. Akan tetapi, ekonomi bukan segalanya, baik untuk menjadi pemimpin di kawasan, apalagi menyaingi Amerika. Teknologi, kekuatan Angkatan Laut, nilai-nilai, lembaga-lembaga internasional yang diprakarsai Amerika, ketentuan-ketentuan yang sesuai dengan kepentingan Amerika dan tidak dengan China, termasuk pula aliansi Amerika yang tersebar di seluruh penjuru, sulit membuat China menyaingi posisi Amerika. Meskipun China digadang-gadang memiliki potensi demikian, akan tetapi China cenderung rentan. Kekuatan China amat bergantung pada ekonominya. Jika stagnansi pertumbuhan ekonomi terjadi, berkurangnya akses pasar, atau terjadi krisis finansial dunia, hal ini akan mengancam China. Lemahnya
Kesimpulan: Harus diakui bahwa kekuatan China di abad 21 ini sangat impresif. Ekonomi China yang terus tumbuh sejak 30 tahun terakhir telah membuat 500 miliar orang keluar dari kemiskinan, tetapi juga pada perluasan pengaruh di pergaulan internasional. China juga telah semakin percaya diri untuk terlibat dalam tatanan global, dan siap untuk membentuknya. Meskipun demikian, kekuatan China hingga beberapa dekade kedepan nampaknya belum mampu menyaingi hegemoni Amerika yang sudah terlalu maju hampir di seluruh sektor, terutama militer, teknologi, dan ekonomi. Nilai-nilai dan aturan yang dikomando Amerika juga sudah terlalu dalam melekat dalam sistem internasional. Aliansi Amerika juga tidak mungkin membiarkan China menjadi the next superpower. China juga masih harus berbenah dalam memperbaiki kesetaraan ekonomi di seluruh daratan negaranya. China, sebagaimana dikatakan oleh Hsu dalam bukunya The Rise of Modern China, memang terlalu besar untuk diisolasi, terlalu kuat untuk ditahan, terlalu penting untuk diasingkan, dan pasarnya terlalu berharga untuk dilewatkan. Namun demikian, tetap, ekonomi bukan satu-satunya alat mecapai status superpower. China masih jauh dari dapat menyaingi atau setara sekalipun dengan Amerika sehubungan dengan tantangan dari dalam, sekaligus hambatan yang siap menghadang dari luar.
Referensi: BBC (2014), ‘China Profile’, BBC News Asia, December 10, tersedia di: http://www. bbc.com/news/world-asia-pacific-13017877 [diakses 15 Januari 2015]. Buzan, B. & Waever, O. (2003) Regions and Powers: The Structure of International Security, Cambridge: Cambridge University. Friedman, G. (2009) The Next 100 Years, New York: Double Day Froman, M. (2014) The Strategic Logic of Trade: New Rules of the Road for the Global Market, Foreign Affairs, November/December 2014 Issue. Goodman, M. & Ratner, E. (2014) China Scores: and What the United States Should Do Next, Foreign Affairs, November/December Issue. Hsu, I. (2000) The Rise of Modern China, New York: Oxford University Press Inc. Ikenberry, G (2008) The Rise of China and The Future of The West: Can the Liberal System Survive?, Foreign Affairs, January/February Issue. Johnson, C. (2014) Decoding China’s Emerging “Great Power” Strategy in Asia, Center for Strategic & International Studies, June, tersedia di: http://csis.org/ files/ publication/140603_Johnson_DecodingChinasEmerging_WEB.pdf [diakses pada 18 Januari 2015]. Matos, R (2010) Chinese Economic Dragon, tersedia di: www.expresso.pt [diakses 23 Januari 2015]. Rowher, J. (1995), Asia Rising: Why America Will Prosper as Asia’s Economy Boom?, New York: Simon & Schuster. Thompson, M. (2014) ‘World In China’s Sight: A New Missile Threatens the U.S. Navy’s Biggest Warship – and stability in the Pacific’, TIME, 28 July, p. 28 – 32 Tobin, D. (2011) 29 June 2011 ‘Inequality in China: Rural Poverty persists as urban wealth balloons’, BBC News Business, 29 June, tersedia di: http://www.bbc. co.uk/ news/business-13945072 [diakses pada 24 Januari 2015].
11
Vol. 9, No. 1, Januari 2015
Air Asia QZ8501: Tantangan Bagi Indonesia Menyambut ASEAN Economic...
Air Asia QZ8501: Tantangan Bagi Indonesia Menyambut ASEAN Economic Community 2015 Disusun oleh: staf FKPM ini sebagai basis produksi tidak terlepas dari kebutuhan tenaga kerja yang menunjang industri-industri terkait. Tak pelak, hal ini kemudian menjadi bagian karakteristik AEC. Sebagai pasar tunggal, AEC tidak hanya membebaskan arus perpindahan lintas batas investasi dan modal, tetapi juga aliran perpindahan barang dan jasa. Konsekuensi aliran perpindahan barang dan jasa ini meningkatkan indeks intensitas kepadatan transportasi melalui laut. Transportasi maritim adalah moda transportasi yang efisien menunjang aktifitas AEC dan sebagai konektifitas intra-ASEAN. Peningkatan volume perdagangan berujung meningkatkan kepadatan lalu lintas armada niaga dan penumpang. Sehingga, kebutuhan untuk meningkatkan keamanan perpindahan barang dan manusia melalui laut menjadi tuntutan---terjaminnya keamanan dan selamatan maritim. Oleh karena itu keamanan dan keselamatan maritim menjadi premis AEC. Bagaimanapun, aktivitas perdagangan AEC ini merupakan bagian dari strategi ekonomi nasional. Negara harus menjamin keselamatan dan keamanan rute dan kapal yang berlayar di dalamnya. Sebagai response yang berkaitan dengan keselamatan manusia, properti, dan entitas lainnya di wilayah domain maritim dengan kesiagaan operasi SAR (search and rescue) gabungan1 atau mandiri, bila perlu harus dilakukan hingga di luar batas teritorial Indonesiamanakala terjadi insiden di wilayah domain maritim2.
Di penghujung tahun 2014, Presiden Jokowi memilih Laksamana Madya TNI Ade Supandi sebagai Kepala Staf Angkatan Laut (KASAL) menggantikan Laksamana TNI Marsetio yang memasuki masa pensiun. Laksdya TNI Ade Supandi yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Staf Umum (KASUM) TNI ini, merupakan putra dari tanah Sunda yang kedua setelah Laksamana TNI R. E. Martadinata yang memegang posisi pucuk pimpinan TNI AL. Pergantian KASAL ini dikatakan momen strategik. Pertama, dimulainya tahap kedua program Minimum Essential Force (MEF) yang berlangsung dari 2015 – 2019. Banyak alutsista baru yang masuk sebagai rangkaian dari Renstra II. Kapabilitas postur pertahanan Indonesia babak kedua ini bisa dikaitkan dengan momentum pasar tunggal ASEAN yang secara efektif akan dimulai 1 Januari 2016.Kedua, kesiapan RI menyambut ASEAN Economi Community yang akan dibentuk 31 Desember 2015 mendatang. Menyambut ASEAN Economic Community (AEC) Lebih dari lima puluh tahun yang lalu, anggota Association of Southeast Asia Nations (ASEAN) disibukkan dengan konflik internal, politik dan ekonomi kesepuluh negara tersebut masih carut marut. Jangankan mempromosikan regional sebagai kawasan ekonomi terintregasi, anggota ASEAN pada waktu itu masih disibukkan isu stabilitas dalam negeri. Beberapa baru dan belum merdeka, ada yang masih terpisah ideologi, bahkan beberapa di antara negara Asia Tenggara tersebut memiliki rasa saling curiga. Sejak 1950an, cita-cita menjadikan Asia Tenggara sebagai pasar tunggal masih jauh dari pikiran. Hari ini, pasar tunggal ASEAN sudah di depan mata melalui pembentukan ASEAN Economic Community (AEC). AEC merupakan pasar tunggal ciptaan ASEAN dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi kawasan. AEC memungkinkan flexibilitas penjualan barang dan jasa dari satu negara ASEAN ke negara-negara ASEAN lain. Peluang bagi Investor mudah mengakses pasar intra-ASEAN dengan potensi kelas menengah mencapai 600 juta konsumen. Angka ini tiga kali lipat dibandingkan jika sasaran investor hanya satu negara ASEAN saja. Melalui AEC, ASEAN bercita-cita menjadikan Asia Tenggara sebagai basis produksi. ASEAN ingin berperan dalam rantai produksi global, artinya AEC adalah usaha mensinergikan dan meningkatkan daya saing produksi negara-negara ASEAN sebagai pemasok bahan-bahan baku bagi industri-industri otomotif, teknologi informasi dan komunikasi, tekstil dan pakaian jadi, elektronik, agro, karet, perikanan, dan pengolahan kayu. Upaya menjadikan kawasan 1 2 3 4
What’s Next? Semua wadah yang ada kepentingannya dengan daya hidup (survival extremely) bangsa adalah objek vital yang bersifat strategik dan harus dilindungi. Meskipun belum terdokumentasikan sebagai muatan kepentingan nasional3 dengan kategori, klasifikasi atau tingkatan, biasanyayang tergolong strategik (nasional) dan menyangkut kedaulatan (teritori, pemerintah, penduduk dan sistem nilai) adalah substansi dari kepentingan nasional berkategori survival extremely4. Sama halnya dengan keselamatan warganegara RI adalah salah satu muatan kepentingan nasional. Dasarnya adalah pembukaan UUD 1945 alinea keempat, yang mewajibkan pemerintah dan seluruh instrumen kekuatan nasionalnya diberdayakan untuk melindungi. Berkaitandengan AEC ini, demonstrasi strategi maritim dan strategi nasional untuk keamanan dan keselamatan maritim menjadi konsekuensi negara maritim, seiring dengan ambisi Poros Maritim Dunia yang dicanangkan Presiden Joko Widodo. Termasuk didalamnya adalah performa operasi OMSP (ops militer selain perang/Military Operations Other Than War-
Operasi gabungan adalah operasi yang paling effisien, oleh karena itu doktrin ataupun Juklak operasi urusan sipil , operasi gabungan sipil-militer dan operasi gabungan militer selalu berbentuk gabungan. Definisi maritim, jarang sekali terdengar dan ada, megingat banyak ragamnya, kategori, volume, luasnya, dll, lebih banyak diartikan dalam pengertian dimensi, ruang, wilayah, dan paling banyak disebut sebagai domain~domain maritim. Seringkali kepentingan nasional dijadikan jargon pembicaraan, diskusi, dll, namun belum pernah dicatat dalam lembaran negara dan di komunikasikan dengan parlemen (DPR-RI), mengingat kepentingan nasional ini (raison d’etre) sebenarnya adalah atribut per periode kepemimpinan yang harus dicapai, sekaligus menjadi arah pembangunan dan strategi strategi nasional yang kemudian akan diturunkan lagi dalam kebijakan kebijakan dan program program nasional (rasionalisasi RPJP). Definisi terbaru DewanKomisi Kepentingan Nasional (evaluasi) AS , tahun 2006, yang menyebut tambahan kata extremely bagi kategori yang menyangkut survival ,
Vol. 9, No. 1, Januari 2015
12
Air Asia QZ8501: Tantangan Bagi Indonesia Menyambut ASEAN Economic... pesawat, diantaranya KRI Bung Tomo, KRI Sutedi Senoputra, KRI Todak, KRI Hasanuddin, KRI Pulau Rengat, KRI Yos Sudarso, dan KRI Banda Aceh. KRI Usman Harun dan KRI Frans Kaisiepo kemudian menggantikan KRI Bung Tomo yang sebelumnya telah melakukan tugas selama 7 hari 7 malam. Tragedi ini cepat mengundang respons internasional. Total hadir dua belas (12) negara yang membantu operasi SAR, yaitu Singapura, Malaysia, Australia, Selandia Baru, Korea Selatan, Prancis, Jepang, Inggris, Uni Emirat Arab, China, Amerika Serikat, dan Rusia. Sampai dengan kajian ini ditulis, masih ada empat negara lainnya yang saat ini dalam posisi siaga, antara lain India, Vietnam, Thailand, dan Kanada. Sembilan negara mengirimkan alutsista, sedangkan sisanya – Inggris, Uni Emirat Arab, dan Perancis – mengirimkan peralatan dan tim ahli yang membantu proses penyelidikan dan identifikasi korban kecelakaan. Sekian total negara yang membantu operasi SAR tersebut, dimanakah keberadaan ASEAN? Malaysia dan Singapura baru dua (2) dari sembilan (9) anggota ASEAN yang merespons segera dalam operasi SAR ini. Sisanya terkesan lambat, atau bahkan terkesan apatis merespon tragedi ini. Solidaritas memang merupakan unsur penting dalam Komunitas ASEAN, tapi persoalan yang lebih mendalam adalah, dari tragedi kemanusiaan ini kita belajar, bahwa ada kelemahan dalam search and rescue ASEAN. Tragedi MH370 sudah dilalui, sekarang QZ8501, apa yang didapat dari kehadiran komunitas ASEAN dengan peristiwa ini? Disadarinya kondisi alam maritim dan letak negara Asia Tenggara dalam Pacific Ring of Fire dan berada di kiri kanan khatulistiwayang rentan bencana maritim dan penerbangan. Tahun 2010 lalu, ASEAN telah berkomitmen untuk mengambil langkah serius dalam memperkuat kerjasama SAR untuk menolong manusia atau entiti atau properti apa saja yang ada di laut, bahkan di darat. Dalam deklarasi ini, ASEAN mendorong anggota untuk menunjuk pihak berwenang yang relevan sebagai Search Coordination Centres (SCC), meningkatkan sharing information untuk membantu operasi SAR, menyediakan fasilitas penyediaan bantuan, mengintensifkan kerjasama untuk membangun kapasitas negara anggota dalam menangani operasi SAR di laut, dan sebagainya. Tetapi kenyataannya saat krisis timbul, kerjasama operasi SAR negara-negara ASEAN di wilayah domain maritim sangatlah tidak responsif. Tragedi AirAsia ini memang suatu duka yang mendalam. Setidaknya kita belajar, bahwa ASEAN harus duduk bersama guna mendiskusikan lebih serius ketimbang sekedar berkomitmen. Hal-hal yang menyangkut kerjasama, manajemen, dan keselamatan maritim melalui rangkaian latihan gabungan–salah satu agendanya adalah SAR dimasa damai, penting untuk dilakukan demi menghadapi AEC Desember 2015 mendatang. Publik telah menyaksikan kapabilitas SAR TNI AL sebagai bagian dari operasi MOOTW, sebuah prestasi bagi TNI AL selama menjalankan operasi penyelamatan ini. Kedepan, bukan tidak mungkin TNI AL menghadapi tantangan yang
-MOOTW) di masa damai. Bagi TNI-AL, atribut kapabilitas SAR (non combat) gabungan adalah bagian dari MOOTW dan bagian dari operasi keselamatan maritim (maritime safety). Yang pertama tidak lepas dari kontrol operasi TNI dan yang terakhir tidak lepas dari kontrol operasi Bakamla. Keduanya merupakan kontrol pemerintah yang menjamin keselamatan dari setiap ancaman dan risiko serta bahaya diwilayah domain maritim RI. Keselamatan maritim ini tidak akan lepas dari kegiatan keamanan maritim. Keduanya adalah faktor kritisyang perlu diperhatikan menyambut AEC. Keselamatan di laut nampaknya akan menjadi perhatian utama mengingat meningkatnya intensitas lintas pelayaran, kepadatan komiditi, ancaman kejahatan transnasional dan terorisme maritim merupakan, serta iklim dan cuaca yang cepat sekali berubah menjadikan kawasan dan cuaca Asia Tenggara tidaklah ramah. Kondisi dan letak geografi Asia Tenggara rentan terhadap tsunami, gempa, badai tropis (siklon, tornado, topan, dan badai); Asia Tenggara diberikan stigma sebagai hotspot utama gempa bumi di dunia. Menanggapi tantangan tersebut, kapabilitas5 TNI AL harus didemonstrasikan setidaknya, menjamin keselamatan melalui operasi SAR6, dan memiliki kapabilitas dalam melaksanakan MOOTW dengan goals yang lebih lunak sesuai dengan kepentingan nasional dan kebijaksanaan luar negeri RI yang terpilih. Tragedi AirAsia QZ8501 di penghujung 2015 lalu seharusnya dapat dijadikan pelajaran berharga, tidak hanya bagi Indonesia, tetapi juga seluruh negara anggota ASEAN lainnya untuk meningkatkan kesiapan dalam kerjasama dan operasi searh and rescue. Tragedi AirAsia QZ8501 Tepat pukul 05.36 WIB, pesawat AirAsia QZ8501 lepas landas dari Bandara Juanda, Surabaya menuju Bandara Changi, Singapura. Pesawat yang diterbangkan oleh kapten pilot Irianto (wni) dan kopilot Remi Emmanuel Plesel (wn Perancis) membawa 155 penumpang dan 5 orang kru pesawat. Rute QZ8501 ini adalah lintas penerbangan internasional yang padat, tapi tergolong aman dan nyaman. Naas bagi AirAsia QZ8501 yang terbang Minggu, 28 Desember 2014. Jalur pesawat ini dihadang oleh awan kumolonimbus, berisi angin badai dengan es dan petir yang menyebabkan mesin pesawat mati. Pilot tak dapat menghindari komulunimbus dan terjebak didalamnya. Pesawat jatuh, menewaskan seluruh penumpang dan kru pesawat. Sesaat setelah dinyatakan hilang, radar Jakarta melapor ke BASARNAS. Namun, cuaca yang tidak bersahabat menghambat upaya pencarian korban. Hari ketiga pencarian, pesawat dipastikan jatuh di Selat Karimata. Pencarian dan evakuasi jenazah kemudian dilakukan dengan melibatkan unsur gabunganTNI AL, TNI AU, dan POLRI dibawah kontrol operasi BASARNAS. TNI AL sendiri menggelar tim penyelam (Paska, Kipam), KRI dan unsur penerbangan dalam pencarian ini. Delapan KRI dikerahkan untuk evakuasi jenazah dan
5 6
artinya dengan kata survival extremely tidak ada kompromi lagi bila terjadi gesekan dalam kepentingan nasional bilateral (kriteria dalam national security decision making). Capability menurut definisi MORS (military operations research society) sama dengan ability (kesanggupan) + “outcome”nya. Outcomenya adalah effectiveness, statistik hasil, performa, merits,dll yang teruji statistik dilapangan.Tidaklah mudah untuk mengatakan belum terujinya suatu sistem dengan kata - kata kemampuan apalagi kapabilitas. Whitcomb,Darrel.D,Col USAF(Ret), 2006,Air University, “ Combat Search and Rescue in Desert Storm ”,.halaman xv , ..SAR ,umumnya memerlukan kualifikasi dan ketrampilan khusus, hampir semua negara memperlakukan dan melatih tim SAR sebagai tim pasukan operasi khusus (special operations forces).
13
Vol. 9, No. 1, Januari 2015
Air Asia QZ8501: Tantangan Bagi Indonesia Menyambut ASEAN Economic... Militer, Constabulary dan Diplomasi atau lebih dikenal dengan istilah Trinitas AL serta ditambah dengan dua ayat yang lain. Karena itu dipandang perlu mengelaborasi UU no 34 kedalam peraturan-peraturan yang lebih rendah tingkatnya seperti Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden atau Keputusan Presiden dsb agar MOOTW lebih terkonsep dan terarah untuk dijadikan pegangan bagi pelaksanaan tugas tiap Angkatan. Dihadapkan situasi dan tantangan masa kini, maka Trinitas AL terasa agak ketinggalan jaman dalam arti bahwa ada tugas-tugas AL yang tak terelakkan, yang harus dilaksanakan diluar dari apa yang tercakup dalam konsep Trinitas tersebut. Angkatan Laut Inggris ( Royal Navy) sebagai contoh yang secara tanggap melakukan perobahan dari konsep diatas, yaitu mengakomodasikan tugas-tugas AL selain masa perang. Dalam buku British Maritime Doktrine baik edisi pertama maupun kedua, diadakan perobahan yang mendasar yakni pemisahan secara tegas antara tugas-tugas yang diemban menjadi: Tugas Militer/Pertahanan, Tugas Constabulary dan Tugas Benign. Wujud Trinitas tetap berlaku dan seolah-olah terdapat tugas baru yaitu Benign. Sedangkan tugas Diplomasi kemana? Ternyata tugas Diplomasi dimasukkan kedalam tugas Militer dengan asumsi bahwa Angkatan Laut bersifat mendukung Diplomasi negara yang berorientasi keluar. Hal ini sangat beralasan dengan ciriciri yang dimiliki oleh kapal perang yaitu fleksiblitas yakni dapat secara cepat berubah peran tugas militer/pertahanan ketugas diplomasi atau sebaliknya tanpa melakukan perobahan apa-apa terhadap Alut Sista bersangkutan. Sedangkan pada tugas Benign inilah sebenarnya tugas dalam MOOTW yang antara lain mencakup : Penanggulangan akibat bencana alam, Operasi penciptaan perdamaian, Pencarian dan penyelamatan (SAR), pengendalian polusi laut, Survei Hidrografik, pertolongan bawah air, dan lain sebagainya. Dewasa ini fungsi Benign menjadi sangat penting, dan stratanya setingkat dengan tugas Militer/Pertahanan dan tugas Constabulary. Dalam menangani Pencarian dan Penyelamatan korban musibah jatuhnya pesawat AirAsia diselat Karimata pada tanggal 28 Desember 2014 yang lalu Basarnas mendapat apresiasi dunia Internasional tentang respons dan kinerja menanggulangi bencana. TNI-AL dengan unsur-unsur kapal perang, patroli udara maritim (Maritime Patrol Aircraft), pangkalan, personil penyelam Kopaska,Taifib, Dislambair dan berbagai fasilitas di darat telah dikerahkan (kontrol operasional Basarnas), dalam upaya pencarian dan penyelamatan korban musibah pesawat terbang tersebut. Performa unsur TNI-AL dalam operasi ini cukup membanggakan dari berbagai keberhasilan yang dicapai. Sampai dengan tulisan ini dibuat, operasi SAR di perairan selat Karimata masih berlangsung.
lebih berat darikasus Air Asia ini dan dituntut kapabilitasnya untuk melakukan operasi gabungan SARtempur.7 Dalam hal ini, hal-hal yang menyangkut konsep operasi SAR yang baik, seperti teknologi, logistik, sumber daya manusia, termasuk komunikasinya, akan menjadi hal yang tidak terpisahkan demi mendukung kapabilitas TNI AL dalam melaksanakan operasi SAR di seluruh perairan Asia Tenggara. Dua (2) bahasan singkat mengenai operasi SAR dilanjutkan dalam sesi berikut ini. Konsep Operasi yang Adaptif Kekuatan Angkatan laut suatu negara dengan tugas embanannya dituntut selalu beradaptasi dengan lingkungannya, atau lebih spesifik lagi terhadap lingkungan keamanan (security environment) disekitarnya. Sebab jika tidak, dipastikan Angkatan Laut tersebut akan gagal melaksanakan tugasnya dengan baik. Sangat jarang terjadi pengembangan teknologi Alut Sista Angkatan laut, penentuan doktrin, serta penyusunan Strateginya mendahului keadaan situasi dan kondisi yang berkembang. Hal ini disebabkan karena situasi dan kondisi yang mencakup seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara yang bertumpu pada tiga pilar pokok yaitu Politik, Ekonomi dan Militer. Sangat sulit diprediksi dan bila terjadi perobahan, maka perobahan itu akan berlangsung dengan cepat. Demikian pula dengan keadaan lingkungan keamanan di regional Asia Tenggara (Indonesia terdapat didalamnya), akhir-akhir ini mengalami perobahan yang signifikan. Dalam tahun ini 2015 secara ekonomi perdagangan akan berlaku Asean Free Trade Area (AFTA) dan Kerjasama Ekonomi Asean (AEC). Dibidang politik, klim tumpang tindih kepemilikan wilayah di kawasan laut China Selatan oleh 6 (enam) negara berpotensi besar terjadi konflik bersenjata. Dibidang Militer disadari atau tidak ini sedang terjadi perebutan pengaruh oleh negara-negara maritim besar yang berakibat perobahan keseimbangan kekuatan (balance of power) diwilayah ini. Situasi ini sangat berpengaruh pada pelaksanaan tugas-tugas Angkatan Laut pada umumnya, tidak terkecuali TNI Angkatan Laut. Akibat lanjut dari hal ini, suka tidak suka TNI-AL harus cepat melakukan pembenahan diri dalam hal Doktrin, Strategi maupun konsep-konsep operasi agar dapat menjawab perkembangan lingkungan keamanan yang berkembang. Inilah sesunggguhnya tantangan TNI-AL masa kini dan kedepan agar dapat melaksanakan fungsinya sebagai salah satu kekuatan pertahanan negara yang handal. Uraian singkat situasi diatas telah “memaksa” kekuatan militer dimanapun, khususnya kekuatan Angkatan Laut melaksanakan tugas-tugas yang bersifat Non Militer. Banyak negara termasuk Indonesia kemudian melaksanakan Tugas operasi khusus yang disebut Military Operations Other Than War (MOOTW) atau Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Dasar pelaksanaan operasi ini ditetapkan dalam UU No 34 tahun 2004 tentang TNI, dimana pada pasal 7 dinyatakan bahwa TNI bertugas pokok melaksanakan tugas Operasi militer untuk perang dan Operasi militer selain perang. Sayangnya pada pasal 9 yang mengatur tentang tugas TNIAL, tidak terdapat uraian tugas mengenai MOOTW tersebut diatas. Pasal 9 tersebut pada dasarnya memuat tugas-tugas Angkatan laut yang dianut secara universal yaitu Tugas 7
Kajian ulang Operasi SAR, OMSP (operasi militer selain perang) gabungan yang dilaksanakan TNI-AL Operasi gabungan SAR damai dibawah kontrol operasional Basarnas adalah salah satu bagian OMSP gabungan, dhi SCC (search coordinator center) dan dimasa perang dibawah kontrol PangKogasgab. Kontrol operasi oleh SCC mengingat tidak satupun lembaga dinegeri ini yang memiliki peralatan SAR lengkap, disisi lain Basarnas lah yang dianggap paling
Prosedur taktik NATO ttg SAR non tempur ada di ATP 10, sdgkan untuk tempur atau operasi SAR yang dilakukan di tengah tengah zona pertempuran (combat zone) atau konflik dimuat dalam ATP 62.
Vol. 9, No. 1, Januari 2015
14
Air Asia QZ8501: Tantangan Bagi Indonesia Menyambut ASEAN Economic... memahami operasi penyelamatan insiden dan kecelakaan baik manusia, kapal atau barang di-wilayah domain maritim ini termasuk di daratan. Sebagai lembaga yang memiliki salah satu kewenangan penyelamatan maritim (maritime safety) nasional, Basarnas “boleh” mendayagunakan (enhance, util) semua aset milik ajensi lain guna sesegera mungkin menyelamatkan semua entiti, properti atau orang dilaut. Dari cakrawala waktu, operasi ini berada dalam masa damai dan operasi selain perang (MOOTW atau disingkat OTW saja, pen)8. Beberapa asumsi yang dibuat dalam kajian singkatini, pertama operasi tipikal gabungan SAR baik damai maupun tempur adalah sangat effisien, kedua; kewenangan nasional yang berhak menginisiasi operasi SAR hanyalah Basarnas9. Basis doktrinal juga sedikit diuraikan, sebagai pengantar hadirnya operasi SAR gabungan sebagai turunan dariOMSP. Memahami OMSP akan mudah memahami mengapa hadir SAR gabungan tempur dan non tempur. Berikut; membahas singkat konsep operasi SAR bukan tempur gabungan maupun SAR yang dilakukan TNI-AL. Akhir kajian singkat ini mencoba sedikit mengangkat isu BASARNAS dan BAKAMLA yang memiliki kemiripan tugas keamanan maritim (maritime safety atau keselamatan laut?) termasuk keselamatan maritim (atau laut?).10
Obyektif kajian Menemukan faktor kritikal dalam pelaksanaan Operasi SAR bagi TNI-AL (atau TNI) dan menemukan model untuk membangun rincian kegiatanOMSP gabungan, termasuk SAR11, utamanya SAR non tempur12 gabungan dimasa damai selama ini. Tentu saja (apabila ada) temuan ini dapat diteruskan ke Mabes TNI sebagi evaluasi doktrin, atau Juklak, atau aturan pelibatan khusus OMSP. Konsep OMSP Operasi gabungan Militer berbeda dengan operasi gabungan OMSP. Fokus OMSP adalah penangkalan perang, penyelesaian konflik, promosi perdamaian dan mendukung kewenangan sipil (civil authority) versus krisis domestik 13. Perang; fokus pada skala besar pelibatan kekuatan militer dalam format operasi tempur dalam rangka mengawal strategi instrumen kekuatan nasional (strategi keamanan nasional) mencapai obyektif kepentingan nasional. OMSP lebih sensitif bagi pertimbangan politikmaka aturan dan hirarkhi yang lebih terbatas diperlakukan dalam AP (ROE14). OMSP khususnya SAR gabungan di inisiasi 15 langsung oleh kewenangan badan nasional terkait dalam hal ini Basarnas (positive control). Untuk memudahkan gambaran bentangan OMSP, periksa gambar dibawah ini:
Referensi:JCS, US DoD, June 1995, “Joint Doctrine for Military Operations Other Than War”, halaman I-2. Model ini bisa dijadikan basis “review” kategori OMSP oleh TNI, khusus dari kolom yang “lebih lunak”. Munculnya kegiatan kolom paling kanan rasionalisasinya digenerik dari kolom sebelah kirinya. Kesulitan TNI mengisi goals dalam kolom sebelah kiri tersebut mengingat muatan “goals” berada dalam konsep strategi pertahanan nasional & strategi militer nasional (TNI)---belum hadir sampai sekarang, apalagi strategi maritim yang tentunya memuat pasal tentang operasi SAR di domain maritim.
8 9
10 11 12 13
14 15
Premisnya , meskipun dimasa damai , unsur unsur yang terlibat dalam OMSP tetap termasuk kategori siap tempur dan berklasifikasi siaga tinggi. National command authority tentang SAR di RI adalah Basarnas. Begitu Basarnas mengumumkan (designated) ada insiden dilaut, maka semua unsur udara, laut dan darat yang sanggup melakukan SAR harus komit dengan instruksi Koodinator SAR Pusat/KOSARPUS (SAR coord center), bisa saja KOSARPUS secara taktis mengatur unsur yang terdekat posisi insiden utk aksi sebagai On-Scene-Commander. Secara umum semua informasi publik ttg insiden dan perkembangannya hanya syah dikeluarkan oleh Basarnas, tidak ada ajensi lain, bahkan pejabat lainnya, kecuali Presiden. KOSARPUS bagi AS adalah US Coast Guard di semua wilayah yuridiksi nasional dan semua perairan yang bisa dilayari , periksa “ US Coast Guard Addendum to the US National Search and Rescue Supplement (RSS) to the International Aeronautical and Maritime Search and Rescue Mannual (IAMSAR) “ , Januari 2013, oleh Dept of Homeland Security and US Coast Guard, halaman 1-3. Definisi maritim sulit dijumpai di literatur manapun juga, karena luas, banyak kandungan didalamnya, dan wilayahnya juga luas dan mengait dengan entiti lainnya , maka selalu disebut dalam artian dimensi ,ruang,liputan, dan paling sering adalah domain~ domain Maritim. Laut adalah sebagian kecil elemen domain Maritim. TNI sepertinya tidak mengenal operasi gabungan urusan sipil (joint civil affairs operations), ada baiknya di fikirkan mengingat bisa menjadi wadah keterpaduan dan penggunaan kekuatan militer bagi kepentingan sipil saat krisis atau military support civil . Operasi OMSP --- sub Ops SAR, terbagi dua (2), yakni SAR non tempur dan SAR tempur (combat SAR). OMSP terjadi saat krisis domestik (internal affairs, homeland security, homeland crises), ini di atur dalam doktrin, Juklak. Sebaiknya UU mengatur bagaimana melaksanakan perang dan bukan perang secara garis besar saja (policy intents).OMSP diluar operasi gabungan militer sendiri, bisa “combined” dengan negara lain, bisa dilakukan gabungan dengan unsur diluar militer dalam format operasi gabungan urusan sipil (operasi ini juga berbeda dengan operasi perbantuan terhadap kewenangan sipil/civil authority atau supporting, dan militer bukan pemain utama), maupun gabungan sipil-militer dengan instrumen kekuatan nasional lainnya. Promosi perdamaian (Peace promotion) berbeda dengan keluarga PO (peace operation) seperti Peace Making, Peace Maintain,Peace Keeping atau Peace Enforcement. AP atau aturan pelibatan (ROE atau rule of engagements).Beberapa negara melakukan ROC (rule of conduct) sebagai hirarhi yang lebih atas dari ROE.ROE selama ini faktanya tidak memberikan kejelasan bagi komandan dilapangan, mengingat isinya yang sama mutlak mulai ROE yang dikeluarkan Mabes TNI,Pangkotama, dst sampai Komandan dilapangan.Muatan yang membuat ambigu keputusan Komandan di lapangan. Inisiasi oleh Basarnas, berupa telgram atau pengumuman kepada unsur SAR gabungan, akan diikuti pembentukan Satgas komponen laut (maritime component commander dari TNI-AL atau Bakamla, sebagai component commander task group ?), udara, termasuk area pencarian (search area) dan AP-nya, dll. Sambil berjalan Mabes TNI, dan Angkatan mengeluarkan gelar unsur komponen masing-masing Angkatan yang disiapkan bagi keperluan Basarnas. Inisiasi ini juga tidak tertutup kemungkinan hadirnya unsur udara atau maritim (TNI-AL atau Bakamla?) langsung di posisi Datum (sebelum inisiasi Basarnas) untuk melakukan operasi SAR (menunjuk komitmen dengan unsur yang mengalami kecelakaan via distress signal), dan PUKOSAR harus mengisyaratkan unsur tersebut sebagai “On-Scene-
15
Vol. 9, No. 1, Januari 2015
Air Asia QZ8501: Tantangan Bagi Indonesia Menyambut ASEAN Economic... pesawat dan direksi (haluan), berbagai varian benda tenggelam yang dipengaruhi kecepatan arus, angin, ombak, dll, sebagai vector yang berpeluang merubah posisi Datum. Datum sebagai “the last known position/target” memiliki banyak kesalahan hitung (error probability)---rancangan pola SAR sangat tergantung ketelitian kalkulasi staff ops Basarnas. Berbasis model probability posterior (awal) harus di update dari saat ke saat dengan teknik Bayesian---updating posisi “datum” sangat berperan sekali20. Belajar banyak dari US Coast Guard 21 yang sukses menemukan model simulasi (Monte Carlo) tentang SAR utamanya topik perbaikan Datum, konon kabarnya lebih baik dari model pencarian Datum versi IAMSAR Manual, vol –II.
OMSP ini membagi aktornya untuk berperan sebagai non-tempur namun tetap menyisakan kapabilitasnya sebagai unsur tempur, lebih-lebih saat melaksanakan tugas yang lebih berbahaya seperti penangkalan (deter war) dan penyelesaikan konflik (resolve conflict) --- masuk dalam kolom yang sedikit berbahaya dibandingkan kolom promote peace dan support civil authority16. Tabel diatas merupakan basis (model) mengembangkan rincian kegiatan perang maupun bukan perang. Hadirnya kriteria “goals”, maka rincian kegiatan (representative example) yang mendukung itu mudah digenerik. Contoh; hadirnya US Goals (general), maka kolom sebelah kanan bisa ditampilkan kegiatan apa saja guna mendukung “goal” tersebut. Kemunculan kegiatan dikolom sebelah kanan akan menampilkan mozaik kegiatan rinci, misal kegiatan SAR bisa digenerik dari humanitarian assistance, protection of shipping atau civil support. Masing masing kegiatan rinci masih berpeluang dimunculkan kegiatan lain yang lebih rinci lagi. Tabel ini bisa diadop guna merasionalisasikan kegiatan rinci atau kemunculan kegiatan OMSP bagi TNI-AL, yang sepertinya masih belum di cermati lagi keabsahan petunjuk (Juklak,Juknik,dll) yang ada dewasa ini. Perhatikan kolom sebelah kanan deter war and resolution conflict, akan bermunculan kegiatan yang lebih keras seperti peace enforcement, nation assistance (misal ops FID atau foreign internal defense bagi Passus), raid dan strike mungkin sulit dilaksanakan mengingat perilaku RI yang lebih cinta damai. Setidak-tidaknya model tabel diatas bisa digunakan merasionalisasikan kegiatan rinci OMSP yang dilaksanakan TNI dengan syarat muatan “goals” benar benar rasional (berbasis doktrin, juklak, uu, dll) bisa dihadirkan.
Kesimpulan Rincian kegiatan OMSP masih belum “clear”. TNI bisa mengadop tabel bentangan operasi militer NATO/US namun kelangkaan strategi pertahanan nasional dan strategi militer nasional (TNI) menyulitkan muatan “goals” dalam tabel. Perlu diskusi atau kajian komprehensif dengan data lapangan (fact oriented) yang lebih dalam dan melibatkan TNI-AL dengan ajensi lain yang terlibat dalam SAR gabungan tentang arsitektur keamanan maritim dan keselamatan maritim. Kedua fungsi tersebut nampak dimiliki oleh Bakamla dan Basarnas. Prasyarat Keamanan dan keselamatan maritim adalah pelaksanaan strategi maritim (TNI-AL penjurunya) dan strategi nasional untuk keamanan maritim (Coast Guard atau semacam itu penjurunya). Operasi SAR berawal dari informasi posisi terakhir kapal,orang yang mengalami bencana (Datum), dengan premis berjalannya prosedur monitor atau on line jejaring distress signal (posisi “on”) ke anjungan KRI bila perlu ke ruang Komandan. Evaluasi seberapa jauhnya kesalahan (error) hasil perhitungan staff operasi Basarnas, utamanya perhitungan berbasis Bayesian akan semakin menambah ketelitian posisi Datum berikutnya. Pengalaman US Coast Guard dengan software simulasi SAR mungkin membantu optimalisasi deteksi kapal atau pesawat yang mengalami musibah dari berbagai sensor. Negara lain menugaskan Coast Guard atau semacam itu memimpin operasi SAR nasional gabungan diwilayah yuridiksinya, dengan catatan semua ajensi yang kapabel melaksanakan SAR berada dibawah kontrol operasional (bukan command control) Coast Guard atau semacam itu. Distribusi yang seimbang untuk pelatihan dan pendidikan SAR bukan hanya bagi awak penerbangan TNI-AL juga akan tetapi juga bagi non penerbangnya.
Konsep SAR TNI-AL Melakukan SAR adalah pekerjaan yang mulia17, sewajarnya banyak negara yang langsung mengirimkan unsur unsur maritim dan udaranya ke TKP. Dari perspektif SAR tidaklah mengherankan kalau frekuensi bantuan negara lain begitu besarnya. Begitu mulianya sehingga kapal dan kapal Angk Laut dimana-mana selalu “on-line” frekuensi marabahaya di anjungan (distress signal)18. Operasi SAR sangat bergantung kepada response waktu dan updating posisi Datum19. Semakin lama unit SAR (SRU) masuk ke area pencarian semakin luas area tersebut. Tanpa memasukkan “lee-way”, koreksi angin relatif dekat permukaan, arus, koreksi benda jatuh dari suatu ketinggian tertentu dan kecepatan angin dari ketinggian terbang pesawat (terakhir) dan pengaruh kecepatan terakhir
16 17 18 19 20
21
Commander” untuk (memimpin kalau ada unsur individual lainnya) melakukan kegiatan pencarian sebelum gugus tugas masing masing komponen hadir di posisi Datum. Kenaapa kapabilitas OMSP tetap kapabilitas tempur, salah satu contoh OMSP adalah detterent war---karena bisa saja ekskalasi hubungan antar negara semakin buruk, dan pasukan atau unit yang terdekat adalah unit yang melakukan operasi penangkalan. Kredo sesama pelaut adalah “persaudaraan” (brotherhood) , maka menolong mereka yang celaka dilaut adalah mulia dan wajib, kalau sanggup. Pengalaman penulis dua (2) kali latber dengan Thailand dan Australia, kedua negara tersebut (kapal perangnya) mohon ijin ke Dan GT (KRI) untuk bermanuvra langsung ke posisi Datum, artinya distress signal selalu dalam posisi standby dianjungan mereka, dan tidak satupun KRI yang melaporkan hal yang sama . Perlu check ulang standar posisi standby distress signal (interational,local) dianjungan KRI dan pesawat terbang. Datum adalah the last known position , teorinya berbasis konsep probabilistik dan distribusi posisi Datum adalah circular standard normal distribution. Bagian dari konsep matematika probabilistik, yang terbukti efektif menemukan besarnya distribusi kesalahan posisi Datum.Periksa hal 2-1, teori pencarian (search theory) ditemukan oleh pok AKS (anti kapal selama AS) semasa PD-II, mereka direkrut dari pakar pakar matematika, juga periksa, Frost,J.R, et-all, US Coast Guard,1996,”Review on Search Theory : Advances and Applicationsto Search and Rescue Decision Support”, dan “ The Theory of Search , A Simplified Explanation “, US Coast Guard, 1996, bab –III. Aronica, Salvatre Aronica, et-all, (9 persons) , Journal SAR & OR, “ An Agent-Based System for Maritime Search and Rescue Operations “, halaman 1...Coast Guard of all around the world are responsible for monitoring safety at sea and operate all the search and rescue (SAR) operations when someone is in danger. Sesuai petunjuk role Coast Guard umumnya bertanggung jawab ttg Maritime Safety di AOR mereka. Berasumsi Bakamla berperan sama, bagaimana Basarnas ?
Vol. 9, No. 1, Januari 2015
16