e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 1 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
TEKNIK KOREKSI DALAM EVALUASI HASIL BELAJAR MENULIS KARANGAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 KERAMBITAN Ni Putu Pande Trisna Yuni Paramitha, I Nyoman Seloka Sudiara, I Gede Nurjaya Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan mendeskripsikan (1) cara guru mempersiapkan pelaksanaan teknik koreksi dalam evaluasi hasil belajar menulis karangan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kerambitan, (2) teknik koreksi yang digunakan guru dalam mengevaluasi hasil belajar menulis karangan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kerambitan, dan (3) hambatan yang dialami guru dalam mengoreksi karangan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kerambitan. Teori yang digunakan yaitu teori teknik koreksi, evaluasi, menulis, dan kesalahan bahasa dalam karangan. Subjek penelitian adalah guru bahasa Indonesia kelas XI IPA, IPB, dan IPS SMA Negeri 1 Kerambitan. Data pertama dan kedua diperoleh melalui metode kuesioner, wawancara, dan dokumentasi. Data ketiga diperoleh melalui metode kuesioner dan wawancara. Melalui ketiga metode tersebut, data yang diperoleh diolah melalui empat tahapan, yaitu identifikasi data, klasifikasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil temuan dalam penelitian ini adalah (1) ketiga responden, mempersiapkan pelaksanaan koreksi dengan cara yang sama, yaitu menyediakan rubrik penilaian dalam RPP dan menyiakan waktu luang dalam mengoreksi karangan siswa; (2) teknik koreksi yang digunakan oleh guru yang mengajar di kelas XI IPB adalah teknik koreksi langsung, sedangkan guru atau responsden yang mengajar di kelas XI IPA dan IPS adalah teknik koreksi campuran (teknik koreksi langsung dan teknik koreksi tidak langsung), dan (3) hambatan yang dialami ketiga responsden adalah (1) kesulitan dalam membaca tulisan siswa, (2) membutuhkan waktu yang lama dalam melakukan pengoreksian, dan (3) memerlukan konsentrasi yang tinggi dalam mengoreksi. Hambatan yang berkenaan dengan kurang jelasnya tulisan siswa disebabkan oleh (1) tulisan siswa yang cenderung kurang rapi dan kurang bersih, (2) penulisan huruf atau kata yang terlalu rapat, dan (3) bentuk huruf yang sulit dibaca. Penyediaan waktu yang cukup lama juga menjadi kendala bagi guru dalam mengoreksi karangan siswa karena guru membutuhkan konsentrasi tinggi dalam mengoreksi karangan siswa, di samping karena guru membutuhkan kejelian dan ketelitian dalam mengoreksi karangan. Kata kunci: teknik koreksi, evaluasi, karangan
Abstract This qualitative descriptive study aims to describe (1) how teachers prepare for the implementation of the correction techniques in the evaluation of learning outcomes
1
e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 2 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
essay writing class XI student of SMA Negeri 1 Kerambitan, (2) correction techniques used by teachers in evaluating learning outcomes essay writing class XI student of SMA Negeri 1 Kerambitan, and (3) barriers experienced by teachers in correcting student essays in class XI SMA Negeri 1 Kerambitan. The theory used is the theory of correction techniques, evaluation, writing, and language errors in the article. Subjects were Indonesian teacher class XI Science, IPB, IPS and SMA Negeri 1 Kerambitan. The first and second data obtained through questionnaires, interviews, and documentation. The third data obtained through questionnaires and interviews. Through these three methods, the data obtained were processed through four steps, namely the identification of data, classification of data, presentation of data, and drawing conclusions. The findings in this study were (1) the third respondent, prepare for the implementation of the correction in the same way, which is to provide an assessment rubric in the RPP and gave free time for correcting student essays; (2) correction techniques used by the teacher in class XI IPB is a direct correction techniques, while the teacher or from those who have taught in class XI science and social studies is a mixture correction techniques (techniques immediate correction and correction techniques are not directly), and (3) barriers experienced by third responsden are (1) difficulty in reading the students, (2) take a long time to do the correction, and (3) require high concentrations in correcting. Barriers related to the students' lack of clarity caused by (1) writing students tend to be less neat and clean less, (2) writing letters or words that are too tight, and (3) the form of the letters difficult to read. Provision of a long time is also an obstacle for teachers in correcting student essays for teachers requires a high concentration in correcting student essays, as well as the teacher requires carefulness and accuracy in correcting essays.
Keywords: correction techniques, evaluations, essays
PENDAHULUAN Telah diketahui bahwa tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah siswa mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Itu berarti bahwa dalam komunikasi, siswa diharapkan mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan. Dalam situasi formal atau wacana ilmiah (teknis), pengertian bahasa Indonesia yang baik dan benar dapat disejajarkan dengan bahasa Indonesia yang baku. Kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar secara tertulis, dapat dibina dan dikembangkan secara formal melalui pembelajaran menulis atau mengarang di sekolah. Sudiara (2006:112) menyatakan, “Peranan bahasa yang utama adalah sebagai sarana komunikasi, sebagai alat penyampaian maksud, dan perasaan seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan).” Jadi, peran bahasa Indonesia yang baik dan benar sangatlah penting dalam penyampaian ide atau pendapat seseorang kepada orang lain, agar orang lain dapat mengerti yang disam paikan oleh komunikator. Tarigan
(1994:1) menyatakan, “Bahasa seseorang mencerminkan pikiran. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelaslah jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak pelatihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti melatih keterampilan berpikir”. Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa semua keterampilan bahasa, baik menyimak, ber bicara, membaca, maupun menulis merupakan proses pengembangan keterampilan berpikir. Dalam berbahasa, khususnya keterampilan menulis, hampir setiap orang pernah berbuat kesalahan-kesalahan atau penyimpangan. Dari kesalahan dan penyimpangan tersebut, seseorang akan belajar memperbaiki penyimpangan atau kesalahan untuk meningkatkan kualitas berbahasa, khususnya menulis. Seperti yang diketahui, keterampilan menulis merupakan salah satu aspek pembelajaran bahasa. Melalui tulisan, penulis dapat menyampaikan isi hati kepada orang lain. Ide yang ada dalam pikiran diurutkan secara logis dan sistematis, kemudian ditu angkan ke
2
e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 3 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
dalam tulisan-tulisan yang akan di baca oleh orang lain, dalam hal ini adalah pembaca. Kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar secara tertulis dapat dibina dan dikembangkan secara formal, melalui pembelajaran menulis di sekolah. Hal itu sudah dilakukan pemerintah Indonesia. Pembelajaran menulis sudah diajarkan dari TK sampai perguruan tinggi. Walaupun telah diajarkan, masih banyak kesalahan berbahasa yang ada dalam tulisan siswa. Kesalahan bahasa yang sering ditemui dalam tulisan siswa pada umumnya mengenai penggunaan EYD, hal ini sering peneliti temui saat melakukan PPL. Hal ini menandakan bahwa pengajaran bahasa di Indonesia belum berhasil secara maksimal. Oleh karena itu, kesalahan-kesalahan semacam itu hendaknya dikurangi, bahkan, kalau bisa, dihilangkan. Pada umumnya, kesalahankesalahan bahasa lebih jelas terlihat dalam bahasa tulis. Dikatakan demikian karena bahasa tulis merupakan wujud bahasa yang dapat dianalisis berkali-kali. Dalam proses karang-mengarang, diperlukan bahasa tulis sebagai medium untuk mengangkat gagasan dan pikiran seseorang kepada pembaca. Menulis atau mengarang adalah kegiatan yang kompleks. Kompleksitas menulis terletak pada tuntunan kemampuan untuk menata dan mengorganisasikan ide secara runtut dan logis, serta menyajikannya dalam ragam bahasa tulis dan kaidah menulis lainnya. Akan tetapi, di balik kerumitannya, menulis menjanjikan manfaat yang begitu besar dalam membantu mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas, kepercayaan diri dan keberanian, serta kebiasaan dan kemam puan dalam menemukan, mengumpulkan, mengelola, dan menata informasi. Sanata (2007:131) menyatakan bahwa dengan menu lis seseorang mampu menggali kemampuan dan potensi dari diri seseorang. Orang jadi tahu batasbatas pengetahuan seseorang. Dengan begitu, pembelajaran menulis, khususnya menulis karangan, sangat penting untuk meningkatkan kemampuan menulis
seseorang. Akan tetapi, dalam kegiatan menulis sering ditemui adanya kesalahan dalam ber bahasa yang menyangkut struktur, diksi atau pemilihan kata, dan ejaan. Kesalahan adalah bagian konversasi atau komposisi yang menyimpang dari beberapa norma bahasa dari perfomansi bahasa orang dewasa. Adanya kesalahan berbahasa Indonesia oleh subjek didik sering disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang kaidahkaidah bahasa Indonesia. Kesalahan berbahasa yang terjadi menandai pembelajaran bahasa belum berhasil, bahkan bisa dikatakan gagal. Maka dari itu, kesalahan berbahasa hendaknya diperbaiki, dikurangi, bahkan dihilangkan. Untuk mewujudkan hal tersebut, haruslah ada korek si untuk memperbaiki kesalahan ber bahasa pada peserta didik. Dalam memperbaiki kesalahan dalam pembelajaran menulis, peserta didik memerlukan arahan, rangsangan, bahkan teguran dari pendidik (guru). Pendidik, dalam hal ini guru bahasa Indonesia, setidaknya dapat memberikan respons baik untuk anak didiknya. Hal tersebut memang merupakan tugas utama pendidik (guru). Tanggung jawab guru berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik. Hal tersebut memerlukan bimbingan pendidik dalam membimbing peserta didik agar lebih baik lagi. Suryo Subroto (2002:18) menyatakan, “Pengajaran bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan, melainkan adanya kemampuan guru yang dinamakan tentang dasar-dasar meng ajar yang baik”. Guru yang kompeten akan mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengendalikan proses belajar mengajar yang efektif, sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang lebih optimal. Guru yang kompeten sudah dianggap memiliki berbagai teori pengajaran yang akan diterapkan untuk peserta didik demi mengoptimalkan bahasa siswa, khususnya dalam bidang menulis. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidik (guru) memerlukan teknik pembelajaran yang tepat, yang
3
e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 4 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
dikembangkan dalam proses belajar di kelas. Guru haruslah menumbuh kembangkan kemampuan bahasa siswa. Dalam memperbaiki kesalahan berbahasa siswa (dalam pembelajaran menulis), guru dapat melakukan evaluasi. Mencari kesalahan dan menganalisis secara terperinci, tanpa upaya mengadakan koreksi atau perbaikan, jelas merupakan kegiatan evaluasi yang belum sempurna, bila dipandang dari segi pendidikan dan pengajaran bahasa. Dengan kata lain, kesalahan bahasa itu haruslah dikoreksi atau diperbaiki. Mengoreksi kesalahan siswa dalam tulisan sangat perlu dilakukan oleh guru. Hal itu bertujuan memperbaiki kesalahan berbahasa yang dilakukan siswa, khususnya dalam menulis. Selain itu, tujuan guru mengoreksi karangan siswa adalah supaya siswa tahu letak kesalahan dan bisa langsung lebih tanggap memperbaiki kesalahan yang dila kukan. Dalam kegiatan mengoreksi atau memperbaiki kesalahan berbahasa siswa dalam pembelajaran menulis, guru dapat menggunakan berbagai teknik. Salah satu teknik tersebut adalah teknik koreksi. Dalam koreksi kesalahan bahasa tulis, dikenal dua teknik koreksi, yaitu teknik koreksi langsung dan tidak langsung. Tidak menutup kemungkinan guru mengolaborasikan kedua teknik koreksi (teknik koreksi langsung dan teknik koreksi tidak langsung) guna memperbaiki kesalahan berbahasa siswa dalam pembelajaran menulis. Penelitian ini bermaksud mengetahui teknik koreksi yang digunakan guru dalam mengevaluasi pekerjaan siswa (dalam hal menulis). Evaluasi yang dilakukan dapat digunakan sebagai umpan balik bagi upaya perbaikan. Evaluasi dapat dilakukan dengan cara mengoreksi pekerjaan siswa. Dengan melakukan koreksi, siswa dapat mengetahui penggunaan bahasa yang benar. Bila siswa telah mengetahui penggunaan bahasa yang baik dan benar, siswa dapat menghindarkan diri dari kesalahan yang sama. Untuk menjawab masalah mengenai persiapan guru dalam pelaksanaan teknik koreksi dalam evaluasi
belajar menulis, teknik koreksi yang digunakan guru, dan hambatan guru dalam melaksanakan teknik koreksi, peneliti perlu melakukan penelitian, karena kesalahan ber bahasa siswa (dalam bidang menulis) perlu dikoreksi oleh guru. Oleh karena itu, peneliti mengangkat masalah dengan judul “Teknik Koreksi dalam Evaluasi Hasil Belajar Menulis Karangan Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Kerambitan”. Peneliti memilih melakukan pe nelitian di SMA Negeri 1 Kerambitan. Alasan pemilihan penelitian di SMA Negeri 1 Kerambitan adalah karena selain peneliti merupakan alumnus SMA Negeri 1 Kerambitan, SMA Negeri 1 Kerambitan juga sedang mengalami masa perkembangan, baik itu per kembangan dalam bidang akademik maupun nonakademik. Peneliti melakukan penelitian di kelas XI, baik itu kelas bahasa (IPB), IPA, maupun IPS dengan guru yang berbeda. Hal tersebut sebagai bandingan hasil yang di peroleh siswa dalam penerapan teknik koreksi yang dilakukan oleh guru yang berbeda. Ada penelitian sejenis yang telah dilakukan oleh peneliti lain terkait dengan penelitian yang peneliti lakukan. Penelitian yang dimaksud yaitu penelitian yang dilakukan oleh Desak Kadek Widiadnyani yang berjudul “Penerapan Teknik Koreksi Langsung untuk Meningkatkan Kualitas Bahasa Tulis Siswa Kelas VIII.3 SMP Laboratorium Undiksha Singaraja”. Penelitian tersebut dirancang dalam bentuk penelitian tindakan kelas dengan melakukan dua siklus. Subjek dalam penelitian tersebut adalah kelas VIII.3 SMP Laboratorium Undiksha Singaraja. Penelitian tersebut bertujuan meningkatkan kualitas bahasa tulis siswa, menemukan langkah-langkah yang tepat dalam menerapkan teknik koreksi langsung dan mendeskripsikan respons siswa terhadap penerapan teknik koreks langsung. Selanjutnya, penelitin sejenis dari Kadek Endang Suryaningsih yang berjudul “Teknik Koreksi Guru dalam Memperbaiki Kesalahan Siswa dalam Pembelajaran Menulis pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Sawan”. Penelitian tersebut dirancang dalam bentuk
4
e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 5 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
penelitian deskriptif kualitatif sama dengan yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian ini mengaji teknik koreksi yang digunakan guru dalam memperbaiki kesalahan siswa dalam pembelajaran menulis. Penelitian ini, juga mengamati wujud kesalahan berbahasa siswa dalam pembelajaran menulis. Jadi, sudah jelas tergambar bahwa penelitian ini mempunyai perbedaan dengan penelitian sejenis. Letak perbedaan penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian sejenis adalah dari perumusan masalah yang peneliti teliti. Berdasarkan rumusan masalah yang peneliti rumuskan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara guru mempersiapkan pelaksanaan teknik koreksi dalam evaluasi hasil belajar menulis karangan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kerambitan, mengetahui teknik koreksi yang digunakan guru dalam mengevaluasi hasil belajar menulis karangan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kerambitan, dan mendeskripsikan hambatan yang dalami guru dalam mengoreksi karangan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kerambitan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik itu manfaat teoritis maupun manfaat praktis. Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dalam bidang bahasa Indonesia, khususnya dalam perkembangan, pengembangan, dan pengetahuan dalam bidang teknik koreksi dalam evaluasi hasil belajar menulis karangan. Bagi guru bahasa Indonesia, hasil penelitian dan temuan ini dapat dimanfaatkan sebagai bandingan atau pertimbangan guru dalam menerapkan teknik koreksi dalam evaluasi hasil belajar, khususnya dalam pembelajaran menulis karangan. Teknik koreksi dalam evaluasi hasil belajar sangat penting diterapkan oleh guru. Evaluasi hasil belajar dapat dijadikan bahan refleksi oleh siswa, untuk meningkatkan kualitas tulisan siswa. Hasil penelitian ini dapat membuka dan memperluas wawasan guru dalam setiap pembelajaran, khususnya pembelajaran menulis di sekolah. Bagi mahasiswa calon guru, mahasiswa calon guru dapat
menggunakan penelitian ini sebagai bahan masukan dalam melaksanakan teknik koreksi dalam evaluasi belajar di dalam kelas. Dengan demikian, penelitian ini memberikan bayangan dalam melaksanakan teknik koreksi baik itu teknik koreksi langsung maupun teknik koreksi tidak langsung dalam evaluasi pembelajaran yang akan dilakukan mahasiswa calon guru pada saat ataupun saat menjadi seorang pendidik. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat memberikan gambaran, bandingan, ataupun pedoman untuk melakukan penelitian sejenis. METODE PENELITIAN Metode penelitian ini mencakup (1) rancangan penelitian, (2) subjek dan objek penelitian, (3) metode pengumpulan data dan instrumen penelitian, dan (4) teknik analisis data. Berkenaan dengan permasalahan yang diangkat, yakni tentang teknik koreksi dalam evaluasi hasil belajar menulis karangan, penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpre-tasikan objek sesuai dengan apa adanya (Best dalam Sukardi, 2008:157). Tujuan penelitian deskriptif ini untuk menjelaskan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi. Penelitian deskriptif ini tergolong penelitian kualitatif karena data yang dikumpulkan dari objek alamiah dan berbentuk kata-kata atau gambar (Sugiyono, 2007:22). Dantes (2012:51) menyatakan bahwa penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu fenomena/peristiwa secara sistematis sesuai dengan apa adanya. Landasan teori yang disajikan dalam penelitian ini akan dijadikan pijakan yang menuntun peneliti dalam mendalami objek penelitian. Penelitian deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data yang berkaitan dengan persiapan guru, cara guru, dan hambatan guru dalam mengkoreksi evaluasi hasil belajar menulis karangan pada siswa kelas XI IPA, IPB, dan IPS di
5
e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 6 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
SMA Negeri 1 Kerambitan. Subjek penelitian merupakan benda, hal, atau orang tempat variabel melekat dan yang dipermasalahkan dalam penelitian (Suandi, 2008:31). Dalam subjek penelitian terdapat data tentang variabel yang diteliti. Subjek penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia di Kelas XI di SMA Negeri 1 Kerambitan (Ibu Ni Wayan Wiratningsih, S.Pd., Ibu Ni Wayan Suadi, S.Pd., dan Bapak I Ketut Suatra, S.Pd.). Sementara itu, Objek penelitian merupakan hal yan ingin dipahami secara mendalam tentang “apa yang terjadi” (Sugiyono, 2010:298). Objek penelitian dalam penelitian ini adalah pelaksanaan teknik koreksi dalam evaluasi hasil belajar menulis karangan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga metode pengumpulan data, yaitu (a) metode kuesioner, (b) metode wawancara, dan (c) metode dokumentasi. Metode kuesioner digunakan untuk menjawab masalah yang peneliti kemukakan dalam penelitian ini. Metode wawancara dalam penelitian ini bertujuan mengklarifikasi dan melengkapi data yang telah diperoleh dalam kuesioner. Metode dokumentasi untuk mengonfirmasi data hasil kuesioner. Peneliti mengumpulkan data berupa karangan siswa yang sudah dikoreksi oleh guru dan RPP yang berisi rubrik penilaian mengenai karangan siswa. Dengan demikian peneliti mengetahui teknik koreksi yang dilakukan guru dalam mengoreksi karangan siswa. Metode analisis data dalam penelitian harus disesuaikan dengan jenis data yang dikumpulkan. Mengingat penelitian ini adalah penelitian kualitatif, teknik analisis data yang dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data (Sugiyono, 2007:401). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif sebagai metode analisis data. Analisis data dengan menggunakan metode dekriptif kualitatif dilakukan dengan memberikan predikat kepada variabel yang diteliti sesuai dengan kondisi sebenarnya (Arikunto, 2005:269). Berdasarkan metode ini, peneliti dapat menggunakan teori-teori relevan yang telah dipaparkan dalam landasan teori sebagai acuan bagi peneliti
untuk mendalami objek penelitian. Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2007:337), aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Analisis data deskriptif kualitatif diarahkan pada identifikasi dan klasifikasi untuk mendapatkan deskripsi yang jelas, rinci, dan memadai, berkenaan dengan penggunaan teknik koreksi guru dalam menganalisis kesalahan bahasa siswa dalam bidang menulis karangan siswa kelas XI. Penelitian ini mengambil tiga sampel guru bahasa Indonesia dalam satu sekolah yaitu guru XI IPA, IPB, dan IPS, dengan kualitas siswa yang berbeda-beda. Teknik analisis data deskriptif kualitatif dapat dibagi menjadi empat langkah: identifikasi data, klasifikasi data, penyajian data, dan penarikan simpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian mencakup tiga hal, yaitu (1) cara guru mempersiapkan pelaksanaan teknik koreksi dalam evaluasi hasil belajar menulis karangan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kerambitan, (2) teknik koreksi yang digunakan guru dalam mengevaluasi hasil belajar menulis karangan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kerambitan, dan (3) hambatan yang dialami guru dalam mengoreksi karangan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kerambitan. Penelitian ini dilakukan sesuai dengan rancangan yang telah disusun sebelumnya. Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini didapat dengan metode kuesioner, metode wawancara, dan metode dokumentasi. Metode kuesioner digunakan untuk menjawab masalah yang peneliti kemukakan dalam penelitian ini. Masalah tersebut berupa persiapan guru dalam mengoreksi karangan siswa, teknik koreksi yang digunakan guru dalam mengoreksi karangan siswa (teknik koreksi langsung, teknik koreksi tidak langsung, atau menggabungkan teknik koreksi langsung dan tidak langsung), dan hambatan yang dialami guru dalam melaksanakan kegiatan koreksi tersebut. Metode
6
e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 7 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
wawancara digunakan untuk mengetahui hal-hal yang lebih mendalam dari responden. Wawancara dalam penelitian ini untuk mengklarifikasi data-data yang diperoleh dalam angket atau kuesioner. Metode dokumentasi dalam penelitian ini bertujuan mengonfirmasi data-data hasil kuesioner, terutama data yang berkaitan dengan persiapan teknik koreksi beupa rubrik penilaian yang ada dalam RPP dan teknik koreksi yang digunakan guru dengan cara mengumpulkan data berupa karangan siswa yang sudah dikoreksi oleh guru. Cara ketiga responden dalam mempersiapkan pelaksanaan koreksi yang dilakukan dapat dikatakan sama. Persiapan yang dilakukan ketiga responden saat akan mengoreksi karangan siswa adalah membuat rubrik penilaian yang dicantumkan dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Isinya, setelah dikonfirmasi lewat wawancara, berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut. Tabel Rubrik Penilaian Karangan Aspek yang No. Kriteria Dinilai sangat tepat cukup Struktur tepat 1. karangan kurang tepat tidak tepat sangat tepat cukup Kesesuaian isi tepat 2. dengan judul kurang tepat tidak tepat sangat tepat cukup Bahasa tepat 3. (struktur) kurang tepat tidak tepat
Skor
16−20 11−15 6−10 1−5
16−20 11−15 6−10 1−5
24−30 17−23 10−16 3−9
4.
Bahasa (diksi)
5.
Bahasa (ejaan)
sangat tepat cukup tepat kurang tepat tidak tepat sangat tepat cukup tepat kurang tepat tidak tepat
12−15 8−17 4−7 0−3
12−15 8−17 4−7 0−3
Selain itu, responden juga menyiapkan waktu khusus untuk mengoreksi karangan siswa guna mengetahui kemampuan mengarang siswa. Hasil penelitian kedua melalui wawancara dan data kuesioner, guru yang mengajar di kelas XI IPA, XI IPS, dan XI IPB, menyatakan bahwa mereka menggunakan teknik koreksi langsung. Akan tetapi, dalam dokumentasi karangan siswa, guru yang mengajar di kelas XI IPA dan IPS menggunakan dua teknik koreksi sekaligus, yakni teknik koreksi langsung dan teknik koreksi tidak langsung, sedangkan guru yang mengajar di kelas XI IPB hanya menggunakan teknik koreksi langsung. Jadi, berdasarkan data dari ketiga responsden yang diteliti, dapat di katakan bahwa teknik koreksi yang digunakan dalam mengevaluasi karangan siswa adalah koreksi langsung dan teknik koreksi tidak langsung. Hasil penelitian ketiga, mengenai hambatan yang dialami guru dalam mengoreksi karangan siswa adalah berdasarkan data hasil kuesioner dan wawancara dari ketiga subjek penelitian, dapat dikatakan bahwa ketiga subjek tersebut memiliki hambatan yang serupa. Sesuai dengan hasil kuesioner dan wawancara dari ketiga responden yaitu guru yang mengajar kelas XI IPA,IPS, dan IPB dapat dinyatakan bahwa hambatan yang responden alami dalam mengoreksi karangan siswa adalah sebagai berikut:
7
e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 8 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
(1) tulisan siswa cenderung susah dibaca; (2) tulisan siswa kurang memperhatikan aturan penulisan ejaan dalam EYD; (3) pengoreksian memerlukan waktu relatif banyak; dan (4) guru memerlukan konsentrasi yang tinggi. Alasan yang berkenaan dengan tulisan siswa yang kurang jelas. Tulisan siswa yang kurang jelas berpengaruh terhadap pengoreksian yang dilakukan oleh guru. Semakin kurang jelas tulisan siswa, semakin sulit guru mengetahui isi karangan siswa. Dalam dokumentasi karangan siswa, tulisan siswa yang dapat dikategorikan sebagai tulisan yang kurang jelas adalah tulisan siswa yang kecil-kecil, hurup yang tidak berbentuk, dan penulisan huruf yang sangat rapat. Yang kedua, mengenai tulisan siswa yang menyalahi aturan penulisan ejaan dalam EYD. Yang ketiga, guru memerlukan waktu yang relatif banyak. Sama seperti penjelasan di atas, guru dalam mengoreksi karangan siswa memang memerlukan waktu yang cukup panjang, karena harus mengetahui dan memahami isi tulisan pada karangan siswa. Yang keempat atau yang terakhir adalah guru memerlukan konsentrasi tinggi. Konsentrasi tinggi yang dimaksud adalah guru bersangkutan harus fokus dalam mengoreksi karangan siswa. Responden tersebut juga mengungkapkan bahwa tanpa konsentrasi dalam mengoreksi, penggoreksian karangan siswa bisa “amburadul” dan memungkinkan terjadinya kesalahan. Sesuai dengan hasil penelitian, temuan pertama berkaitan dengan cara guru mem persiapkan pelaksanaan teknik koreksi dalam evaluasi hasil belajar siswa kelas XI adalah sebagai berikut. Cara guru dalam mempersiapkan pelaksanaan koreksi yang dilakukan oleh ketiga guru tersebut, yaitu guru yang mengajar di kelas IPA, IPS, dan IPB, dapat dikatakan sama. Akan tetapi, rubrik peniliaian dalam menulis karangan milik responden (guru IPB), terdapat sedikit perbedaan dengan kedua guru yang mengajar di kelas XI IPA dan IPS. Perbedaan tersebut adalah guru IPB menambahkan aspek “penentuan judul karangan” dalam rubrik penilaiannya. Akan tetapi, setelah dikonfirmasi lewat
wawancara, yang beliau maksudkan adalah kesesuaian judul dengan isi karangan. Dengan demikian, cara guru mempersiapkan pelaksanaan teknik koreksi dalam evaluasi karangan siswa cenderung sama. Alasan dilakukannya penilaian atau evaluasi dalam kegiatan koreksi adalah agar siswa dapat mengetahui keberhasilan mereka dalam mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh guru. Hal ini sejalan dengan pendapat Arikunto (2012:14) yang menyatakan bahwa hasil yang diperoleh siswa dari pekerjaan menilai ini ada dua kemungkinan: memuaskan atau tidak memuaskan. Jika siswa memperoleh hasil yang memuaskan dan hal itu menyenangkan, tentu kepuasan itu ingin diperolehnya lagi pada kesempatan lain. Akibatnya, siswa akan mempunyai motivasi yang cukup besar untuk belajar lebih giat, agar kali lain mendapatkan hasil yang lebih memuaskan lagi. Apabila sebaliknya, siswa tidak puas dengan hasil yang diperoleh, ia akan berusaha agar kali lain keadaan itu tidak terulang lagi. Ia akan belajar lebih giat. Namun, keadaan sebaliknya dapat terjadi, siswa yang lemah kemampuannya akan menjadi putus asa dengan hasil kurang memuaskan yang telah diterimanya. Makna bagi guru dengan dilakukannya penilaian adalah (1) guru bisa mengetahui kemampuan siswanya, (2) guru mengetahui ketepatan materi yang diajarkannya, dan (3) guru mengetahui metode yang digunakan sudah tepat atau belum. Jadi, penilaian atau evaluasi penting dilakukan dan dsiapkan sebelum melaksanakan kegiatan pengoreksian (Arikunto, 2012:16). Pembahasan temuan yang kedua adalah yang berkenaan dengan teknik koreksi guru dalam evaluasi hasil belajar menulis karangan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kerambitan. Seperti yang sudah dijelaskan dalam hasil penelitian, teknik koreksi guru yang mengajar di kelas XI IPA, XI IPS, dan XI IPB menyatakan bahwa mereka menggunakan teknik koreksi langsung. Akan tetapi, dalam dokumentasi karangan siswa, guru yang mengajar di kelas XI IPA dan IPS
8
e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 9 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
menggunakan dua teknik koreksi sekaligus, yakni teknik koreksi langsung dan teknik koreksi tidak langsung, sedangkan guru yang mengajar IPB hanya menggunakan teknik koreksi langsung. Jadi, berdasarkan temuan yang diperoleh dalam penelitian ini, guru menggunakan dua macam teknik koreksi, yaitu koreksi langsung dan teknik koreksi tidak langsung. Cara guru kelas XI IPB dalam mengoreksi pekerjaan siswa adalah menggarisbawahi kalimat atau kata yang salah dan langsung memperbaikinya. Sesuai dengan teori teknik koreksi langsung, ternyata cara yang digunakan guru tersebut masuk ke dalam ciri teknik koreksi langsung. Penggarisbawahan kata serta memberikan suatu petunjuk digunakan oleh guru ketika terdapat kesalahan berupa kesalahan ejaan yang meliputi penggunaan huruf dan kesalahan penulisan kalimat. Kualitas hasil koreksi seperti ini cenderung membingungkan siswa jika dalam memberikan penggarisbawahan guru kurang cermat dan petunjuk guru kurang jelas. Akan tetapi, kualitas koreksi dengan cara penggarisbawahan akan bermanfaat jika peng garisbawahan tepat dilakukan dan disertai dengan petunjuk yang jelas pula. Hal ini sejalan dengan pendapat Tarigan (1988:189) yang menyatakan bahwa dalam teknik koreksi langsung, guru memperbaiki kesalahan yang terdapat pada karangan atau komposisi yang dibuat siswa, kemudian meminta mereka menulis kembali karangan (tulisan) dengan memasukkan ranah kesalahan serta menambah petunjuk tentang cara memperbaikinya. Cara guru kelas XI IPA dan IPS dalam mengoreksi karangan siswa adalah menggaris bawahi kalimat atau kata yang salah dan langsung memperbaikinya. Cara di atas sama dengan cara guru kelas XI IPB dalam mengoreksi karangan siswa, yaitu menggunakan teknik koreksi langsung. Akan tetapi, peneliti menemukan bahwa dalam pengaplikasiannya, kedua guru tersebut ternyata menggunakan dua teknik, yaitu teknik koreksi langsung dan teknik koreksi tidak
langsung. Hal tersebut dapat dilihat pada teks karangan siswa yang telah peneliti dokumentasikan. Sejalan dengan teori yang sudah peneliti paparkan dalam bab II, teknik koreksi tidak langsung hanya menggarisbawahi, melingkari, atau diberi tanda tanya tanpa mengisi perbaikan yang benar Tarigan (1988:189). Hasil penelitian ini ternyata memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kadek Endang Suryaningsih. Penelitian tersebut berjudul “Teknik Koreksi Guru dalam Memperbaiki Kesalahan Berbahasa Siswa dalam Pembelajaran Menulis pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Sawan”. Penelitian di atas hanya menggunakan dua subjek penelitian (dua guru bahasa Indonesia). Kedua guru tersebut masing-masing menggunakan teknik koreksi yang berbeda (guru yang satu menggunakan teknik koreksi langsung dan yang lain menggunakan teknik koreksi tidak langsung). Pembahasan temuan yang ketiga, yaitu yang berkenaan dengan hambatan yang dialami guru dalam mengoreksi karangan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kerambitan. Sesuai dengan hasil penelitian yang dipaparkan, hambatan yang dialami guru tersebut yakni (1) guru kesulitan dalam membaca tuli san siswa, (2) siswa kurang memperhatikan penggunaan ejaan, (3) waktu dalam melaku kan pengoreksian cukup lama, dan (4) memerlukan konsentrasi yang tinggi dalam mengoreksi. Menurut pendapat peneliti, pernyataan guru tentang “siswa kurang memperhatikan penggunaan ejaan”, tidak dapat dimasukkan ke dalam hambatan guru dalam mengoreksi karangan. Dalam hal ini, peneliti memandang bahwa kurangnya perhatian siswa dalam penggunaan ejaan yang sesuai dengan EYD, bukanlah merupakan suatu hambatan bagi guru dalam mengoreksi kara ngan siswa, melainkan hal itu merupakan kekurangpahaman siswa terhadap ejaan yang pada gilirannya menjadi faktor penyebab rendahnya kualitas karangan siswa. Oleh karena itu, peneliti tidak menyetujui dimasukkannya hal tersebut ke
9
e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 10 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
dalam hambatan guru dalam mengoreksi karangan siswa. Hambatan yang berkenaan dengan kurang jelasnya tulisan siswa, dapat dilihat melalui (1) tulisan siswa yang cenderung kurang rapi dan kurang bersih, (2) penulisan huruf atau kata yang terlalu rapat, dan (3) bentuk huruf yang sulit dibaca. Penyediaan waktu yang terbilang cukup lama, juga menjadi kendala bagi guru dalam mengoreksi karangan siswa. Guru juga membutuhkan konsentrasi tinggi dalam mengoreksi karangan siswa karena guru membutuhkan kejelian dan ketelitian dalam mengoreksi karangan. Dalam teori analisis kesalahan berbahasa, dikenal adanya dua istilah, yakni “kesalahan” dan “kekeliruan”. Kedua istilah ini kurang lebih memiliki makna yang sama (Tarigan, 1988:75). Bedanya, “kesalahan” disebabkan oleh faktor kompetensi, dalam arti subjek didik belum memahami sistem linguistik bahasa yang dipergunakan; bersifat sistematis dan permanen (berlangsung dalam waktu yang lama). Kesalahan berbahasa ditanggulangi atau diperbaiki dengan bantuan guru. Pada pihak lain, “kekeliruan” disebabkan oleh faktor perfomansi, seperti keterbatasan dalam mengingat sesuatu, kelupaan, atau oleh faktor kelelahan sehingga menyebabkan kekeliruan dalam menuliskan kata, urutan kata, kalimat, dan sebagainya. Kekeliruan berbahasa bersifat tidak sistematis, tidak permanen, hanya berlangsung sementara, dan dapat diperbaiki oleh peserta didik sendiri bila mereka mawas diri, lebih sadar atau memusatkan perhatiannya. Dalam kegiatan menulis sering ditemukan adanya kesalahan dalam ber bahasa yang menyangkut struktur, diksi atau pilihan kata, dan ejaan. Kesalahan adalah bagian konversasi atau komposisi yang menyimpang dari beberapa norma baku dari performansi bahasa orang dewasa (Dulay dkk., 1982:227). Adanya kesalahan berbahasa Indonesia oleh subjek didik sering diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai kaidah-kaidah bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa tidak akan pernah lepas dari kesalahan berbahasa. Kesalah-
an berbahasa yang terjadi menandakan pembelajaran bahasa belum berhasil, bahkan bisa dikatakan gagal. Oleh karena hal tersebut, kesalahan berbahasa hendaknya lekas diperbaiki, dikurangi, bahkan dihilangkan. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan, disam paikan beberapa simpulan sebagai berikut. 1. Cara guru yang mengajar di kelas XI IPA, IPS, dan IPB dalam mempersiapkan pelak sanaan koreksi terhadap karangan siswa dapat dikatakan sama. Sedikit perbedaan yang ada dalam jawaban kuesioner dari ketiga guru pengajar, setelah dikonfirmasi lewat wawancara, pada hakikatnya menunjukan hal-hal yang sama, yaitu menyiap-kan rubrik penilaian dalam RPP dan menyiapkan waktu luang dalam mengoreksi karangan siswa 2. Teknik koreksi yang digunakan guru dalam evaluasi hasil belajar menulis karangan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kerambitan adalah teknik koreksi langsung (untuk guru yang mengajar di kelas XI IPB) dan teknik koreksi langsungdan tidak langsung (untuk guru yang mengajar di kelas XI IPA dan IPS). 3. Hambatan guru dalam mengevaluasi hasil belajar menulis karangan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kerambitan hambatanguru berupa (1) kesulitan dalam membaca tuli san siswa, (2) waktu dalam melakukan pe ngoreksian cukup lama, dan (3) memer lukan konsentrasi yang tinggi dalam me ngoreksi. Berdasarkan simpulan di atas, dibawah ini disampaikan beberapa saran. 1. Guru bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Kerambitan, dalam melakukan persiapan mengoreksi karangan siswa, seharusnya benar-benar mempersiapkan rubrik pe nilaian secara tepat dalam RPP sehingga pada
10
e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 11 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
saat melakukan penilaian, guru bisa lebih konsisten. 2. Guru bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Kerambitan, dalam menerapkan teknik koreksi pada karangan siswa, seharusnya memberikan tanda koreksi yang jelas disertai petunjuk yang lengkap, supaya siswa tidak mengalami kebingungan. Se baiknya, guru memberi tanda koreksi dan petunjuk dengan menggunakan warna tinta yang berbeda dengan warna tinta dalam karangan siswa. 3. Sehubungan dengan hambatan berupa kesulitan dalam membaca tulisan siswa, guru SMA Negeri 1 Kerambitan, seharus nya memberikan pembimbingan yang ber kenaan dengan penulisan huruf dan spasi antar kata dalam kalimat. 4. Penelitian ini bersifat kasuistis, hanya berlangsung di kelas XI SMA Negeri 1 Kerambitan. Sehubungan dengan itu, pe neliti lain yang ingin mengadakan penelitian sejenis dapat memperluas wilayah pene litiannya sehingga menghasilkan data yang dapat digeneralisasi.
-------. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Badudu, J. S. 1990. Membina Bahasa Baku. Bandung: CV Pustaka Prima. Daryanto. 2005. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Dyden, Gardon dan Jeannete Vos.2006. Revolusi Cara Belajar. Bandung: Kaifan. Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi. Mulyasa, E. 2009. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung:Rosada Karya. Indriani, Sri. 2010. “Perencanaan Pembelajaran” Modul (tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
DAFTAR PUSTAKA Akhadiah, Sabarti. 1988. Evaluasi dalam Pengajaran Bahasa. Jakarta: Depdikbud. Akhaidah, Sabarti dkk. 1998. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Arikunto, Suharsimi. 1988. Prosedur Penelitian. Bandung: Bima Aksara. -------. 1990. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. -------. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. -------. 2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Keraf, Gorys. 2004. Komposisi. Ende: Nusa Indah. Koyan, I Wayan. 2011. Asesmen dalam Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Press. Parera, Daniel. 1993. Menulis Tertib dan Sistematis. Jakarta: Erlangga. Purwanto, Ngalim. 2000. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosdakarya. Ramlan, M. 1987. Morfologi Suatu Tinjauan Deskritif. Yogyakarta: CV. Karyano Sanjaya, Wina. 2009a. Kurikulum dan Pembelajaran (Teori dan Praktik
11
e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 12 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
Pengembangan KTSP). Jakarta: Kencana. Sudaryono, Ir. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta:Graha Ilmu. Sudiara, I Nyoman Seloka. 2006. “Pembinaan Bahasa Indonesia”. Modul (tidak diterbitkan). Singaraja: Undiksha. -------. 2008. “Antara yang Lazim dan yang Benar: Bahasa Indonesia Aplikasi”. Bahan Ajar (tidak diterbitkan). Singaraja: IKIP Negeri Singaraja. Suandi, I Nengah. 1988. Analisis Kesalahan dalam Bahasa Indonesia. Singaraja: Universitas Udayana. -------. 2008. Pengantar Metodologi Penelitian Bahasa. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Sawan”. Skripsi (tidak dierbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung Angkasa. -------. 1999. Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa. -------. 2009. Metodelogi Pengajaran Bahasa. Bandung Angkasa. Widiadnyani, Desak Kadek. 2007. “Penerapan Teknik Koreksi Langsung untuk Meningkatkan Kualitas Bahasa Tulis Siswa Kelas VIII.3 SMP Laboratorium Undiksha Singaraja”. Skripsi (tidak diterbithan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Winartaputra, Udin S. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. (Tanpa Kota): Universitas Terbuka
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D) Cetakan ketiga. Bandung: Alfabeta. -------. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D). Bandung: Alfabeta. -------. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D). Bandung: Alfabeta. Supriyadi, Dr. 2013. Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia.Gorontalo: UNG Press. Suryosubroto. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Suryaninggsih, Kadek Endang. 2012. “Teknik Koreksi Guru dalam Memperbaiki Kesalahan Berbahasa Siswa dalam Pembelajaran Menulis pada
12