SUPLEMEN MATERI KULIAH LOGIKA PENALARAN INDUKSI YUSUF SISWANTARA., S.S ., M. Hum 1. Dalam Logika, ada logika Deduksi dan Induksi. 2. Induksi adalah sebuah cara penarikan kesimpulan dengan bertolak dari proposisi partikular atau potongan fakta-fakta. 3. Apa beda dengan Deduksi? Berikut beberapa indikasi perbedaan Deduksi & Induksi: No 1. 2. 3 4 5
DEDUKSI Kualifikasinya adalah Validitas
INDUKSI Kualifikasinya adalah “benar sesuai kenyataan.” Kesimpulan ditarik dari premis-premis Kesimpulan ditarik dari data-data. (proposisi) Supaya valid, argumentasi harus memiliki Argumentasi terdiri dari proposisi/premis minimal satu proposisi universal (yang di partikular atau singular (tidak ada yang dalamnya sudah tersirat) universal) Hubungan antara premis dan kesimpulan Hubungan antar premis dan kesimpulan adalah substitusi adalah probabilitas. Kepastiannya adalah mutlak Kepastiannya adalah ‘mungkin’.
4. Essensi dari Induksi adalah ‘ANALOGI”, yaitu membandingkan dua hal atau lebih mencari kesamaan-kesamaan dari dua hal atau lebih tersebut membuat kesimpulan berdasarkan kesamaan-kesamaan. 5. ANALOGI ini dapat berupa: Tindakan: Kita sering mengambil tindakan atau membuat keputusan tertentu dengan melakukan pembandingan. Contohnya adalah bersalaman, sapaan, dll (yang kita lakukan karena kita diajari demikian) Deskriptif: Analogi digunakan saat menjelaskan sesuatu. Contohnya: “Dalam tarian itu, badannya berputar dan tangan mengayun berombak. Dengan wajah bulat telornya, ia melirik elang dan berlari bagai anak panah. Melesat! Terbang!...” Eksplanatif: Analogi digunakan saat menjelaskan sesuatu yang belum ada atau abstrak dengan bentuk yang sudah ada. Contohnya: “Cinta itu seumpama rumah yang lantainya harus dibersihkan dan jendelanya dibuka. Sinar matahari masuk dan menghangatkan ruangan.” “Persahabatan” itu seumpama/bagai kepompong, merubah yang biasa menjadi indah. Argumentatif: Analogi saat penarikan kesimpulan. 6. Induksi dibedakan dalam dua jenis: Analogikal Induksi & Generalisasi Induksi.
1. Argumentasi Analogikal adalah penalaran yang berupa penarikan kesimpulan dengan bertolak dari kesamaan antara dua atau lebih hal dalam satu atau lebih aspek. Sturktur bakunya adalah Dari sejumlah kesamaan ciri atau sifat pada dua atau lebih hal (objek/kejadian), dapat ditarik kesimpulan adanya kesamaan ciri atau sifat yang lain pada hal-hal yang bersangkutan. A,B,C,D semua mempunyai sifat P & R A,B,C semua mempunyai sifat Q Jadi, D pasti mempunyai sifat Q CONTOH: Si A membeli baju jenis B di toko C dan ternyata kuat dan awet. Maka jika si A akan membeli baju lagi dan kalau ingin baju yang kuat dan awet, si A akan membeli baju yang jenis dan tokonya sama. Alasannya? Karena berdasarkan pengalamannya, baju yang terdahulu ia beli adalah kuat dan awet. 2. Generalisasi Induksi adalah penarikan kesimpulan dalam proposisi universal yang ditarik dari premis partikular. Yang terjadi dalam proses generalisasi adalah berdasarkan sifat atau ciri yang sama dari sejumlah hal atau kejadian, disimpulkan bahwa semua hal atau kejadian mempunyai sifat atau ciri yang sama. Sesuatu yang beberapa kali terjadi dalam kondisi tertentu, dapat diharapkan akan ‘selalu’ terjadi apabila kondisi yang sama itu terpenuhi. Generalisasi Induksi yang sering terjadi adalah enumerasi sederhana (Induction by simple Enumeration). Bentuknya adalah sebagai berikut: Kejadian 1: sifat A diikuti oleh kejadian B Kejadian 2: Sifat A diikuti oleh kejadian B Kejadian 3: Sifat A diikuti oleh kejadian B Jadi, SEMUA sifat A selalu diikuti oleh kejadian B Contoh konkritnya: Hari senin mendung dan kemudian hujan. Hari Selasa juga mendung & lalu hujan. Hari Rabu mendung lagi dan lalu hujan. Jadi, digeneralisasikan bahwa jika hari mendung pasti hujan; atau Semua hari, sebelum hujan, pasti akan ada mendung. (Analogi Induksi: Kamis…? Jawab: Kamis jika mendung, akan hujan. Hari Jum’at? Jumat jika mendung, akan hujan.
Perbedaan antara Argumentasi Analogikal dan Generalisasi Induksi terletak pada kesimpulannya. Jika Argumentasi Analogikal selalu dirumuskan dalam proposisi partikular atau singular. Jika Argumentasi Generalisasi selalu dirumuskan dalam proposisi universal. PENILAIAN ‘VALIDITAS’ ANALOGIKAL “Apa yang mempengaruhi derajat probabilitas?” 1. KRITERIA 1 : Derajat probabilitas dipengaruhi oleh jumlah data yang menjadi premis.“SEMAKIN BANYAK DATA SEMAKIN MEYAKINKAN (tingkat probabilitasnya besar)” HARI DATA NO
Unsur DATA
1 Makan bakso Enak
2 Makan bakso Enak
3 Makan bakso Enak
4 Makan bakso Enak
5 Makan bakso Enak
6 ..... .......
kesimpulan Makan bakso Enak
2. KRITERIA 2: Derajat probabilitas dipengaruhi oleh unsur data. “SEMAKIN BANYAK UNSUR DATA YANG SAMA, SEMAKIN BESAR DERAJAT PROBABILITASNYA” CONTOH: 1. Kesimpulan kita bahwa Sepatu A (baru) sama kuatnya dengan Sepatu B (Lama), akan benar-benar terjadi jika terdapat banyak kesamaan unsur dari sepatu A dan 2. Pada saat kita akan membeli HP dengan harapan tertentu (bagus, menarik, perform canggih dll), kita akan mencari informasi tentang segala hal teknologi HP yang up date. Singkatnya, kita akhirnya memilih merk tertentu. Merk mewakili unsur-unsur dari HP (material, penampilan, kecanggihan, dll) (Bandingkan dengan kriteria 4) 3. KRITERIA 3: Derajat probabilitas dipengaruhi oleh “KEKUATAN DARI KESIMPULAN DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PREMIS”. Artinya, “Data mengatakan apa? Dan Kesimpulan mengatakan apa? Apa yang dikatakan kesimpulan tidak boleh terlalu jauh dari data!” CONTOH: Penelitian dibuat dengan tujuan untuk mengetahui seberapa banyak orang bisa makan bakso sampai kenyang. Data penelitian menunjukkan minimal 1 mangkok dan maksimal 3 mangkok. Jika kesimpulan yang ditarik adalah ‘orang makan bakso ratarata 7 mangkok, tentunya kesimpulan itu aneh, tidak bisa diterima, atau tidak bisa dipercaya. Artinya, kesimpulan itu tidak meyakinkan; daya kekuatan dari kesimpulan kecil karena hubungannya dengan premis jauh.
4. KRITERIA 4: Derajat probabilitas dipengaruhi oleh Disanalogi (=ketidak-samaan unsur data yang diperhitungkan dan mengurangi derajat probabilitas). “SEMAKIN BANYAK DISANALOGI, SEMAKIN KECIL DERAJAT PROBABILITASNYA” CONTOH: Kesimpulan (harapan) bahwa sepatu A (baru) sama kuatnya dengan Sepatu B (Lama), kemungkinannya tidak terjadi (sangat diragukan) (jika) karena banyaknya perbedaan antara sepatu A dan sepatu B. 5. KRITERIA 5: Derajat probabilitas dipengaruhi oleh Dissimilasi (Perbedaan unsur data yang memperkuat). “SEMAKIN BANYAK DISSIMILASI DI ANTARA KEJADIAN YANG DISEBUTKAN DALAM PREMIS, ARGUMENTASI SEMAKIAN KUAT.” Atau “SEMAKIN BANYAK ASPEK/UNSUR DATA YANG BERBEDA YANG DISEBUTKAN DALAM PREMIS, MAKA ARGUMENTASI SEMAKIN KUAT. Contoh: a. Kesimpulan bahwa “Semakin rajin bekerja semakin kaya” semakin kuat saat kita melihat semakin banyaknya orang yang memberi kesaksian; misalnya: o Anton rajin bekerja semakin kaya o Anita rajin bekerja semakin kaya o Anino rajin bekerja semakin kaya b. Kesimpulan bahwa Toserba YOGYA murah, akan semakin terbukti dan kuat jika ada kesaksian (data) dari berbagai pembeli (beda usia, suku, strata ekonomi, jenis kelamin, dll). 6. KRITERIA 6 Derajat kesimpulan juga ditentukan dari RELEVANSI UNSUR-UNSUR YANG SAMA DARI PREMIS DAN KESIMPULAN Contoh: Banjir terjadi di bandung dan bogor. Mengapa? Banjir terjadi karena sampah menumpuk (tepat); bukan karena kedua kota sama-sama ada di pulau jawa. Tentunya, relevansi sebab akibat antara banjir dan sampah lebih logis dibandingkan dengan banjir dan pulau jawa. Kita melakukan penelitian dan mencari data. Maka, data yang kita cari harus berhubungan dengan penelitian.
YANG PERLU DIPERHATIKAN 1. DISIMILASI: perbedaan-perbedaan yang diperhitungkan dan memperkuat kesimpulan. Contoh: Kesimpulan bahwa SMU St. Aloysius adalah sekolah baik, 1. Ditunjukkan dengan data berikut: Si A, B, C, dan D masuk St. Aloysius dan lulus dengan nilai baik. 2. Diperkuat dengan data berikut: si A anak orang miskin, harus bekerja. Si B anak orang petani dan ngekost di Bandung. Si C anak pak Camat dan tinggal di rumah bersama keluarga. Si D adalah anak pejabat tinggi, manja, dan tidak mandiri. Dengan memperhitungkan perbedaan orang, kesimpulannya semakin meyakinkan. 2. DISANALOGI adalah perhitungan perbedaan dan mengurangi probabilitas kesimpulan. Saya membeli sepatu A di toko B dan sepatunya kuat-awet. Anino juga membeli sepatu yang sama di Toko yang sama, tetapi: Saya memakai sepatu itu hanya sebulan sekali. Sedangkan Anino memakainya setiap hari. Kalau disimpulkan sepatu A di toko B itu awet dan kuat, lemah
Selanjutnya, KAUSALITAS dan METODE MILL