Summary
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA PERAWAT DI RS TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO Abstrak
I.
Pendahuluan Tenaga perawat yang merupakan “The caring ρrofession” mempunyai kedudukan penting dalam menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena pelayanan yang diberikannya berdasarkan pendekatan bio-psiko-sosial-spiritual merupakan pelayanan yang unik dilaksanakan selama 24 jam dan berkesinambungan merupakan kelebihan tersendiri dibanding pelayanan lainnya (Departemen Kesehatan RI, 2001). Tuntutan dan kebutuhan asuhan keperawatan yang berkualitas di masa depan merupakan tantangan yang harus dipersiapkan secara benar-benar dan ditangani secara mendasar, terarah dan sungguh-sungguh dari rumah sakit. Tanggung jawab ini memang berat mengingat bahwa keperawatan di Indonesia masih dalam tahap awal proses profesional. Kualitas pelayanan keperawatan suatu rumah sakit dinilai dari kepuasan pasien yang sedang atau pernah dirawat yang merupakan ungkapan rasa lega atau senang karena harapan tentang sesuatu kebutuhan pasien terpenuhi oleh pelayanan keperawatan yang bila diuraikan berarti kepuasan terhadap kenyamanan, kecepatan, pelayanan, keramahan dan perhatian. Sementara rasa puas sendiri mempunyai nilai yang relatif tergantung dari masing-masing individu (Wijono, 2003).
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan berbagai macam faktor yang mempengaruhinya yaitu tingkat pendidikan perawat, motivasi, fasilitas kerja, pelatihan kerja dan kepemimpinan. Hasil penelitian di ruang rawat inap RSUD Lasinrang Kabupaten Pinrang menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah memiliki kinerja pada kategori cukup (64,8%) yang memberikan gambaran tentang kemampuan tenaga perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan secara maksimal kepada pasien dan keluarganya. Kinerja pada kategori cukup pada penelitian ini dikategorikan dari kemampuan yang dimiliki oleh tenaga perawat dalam melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pasien yang ditinjau dari aspek pengetahuan perawat atas pelaksanaan asuhan keperawatan, melaksanakan dan mengikuti pelatihan terutama pelatihan bidang keperawatan, memiliki semangat kerja yang tinggi karena adanya motivasi kerja baik dari dalam diri sendiri tenaga perawat maupun dari luar dalam konteks kerumahsakitan dan adanya beban kerja yang dapat dilaksanakan oleh perawat seperti pemberian tugas tambahan namun perawat masih memiliki kemampuan yang maksimal untuk tetap melaksanakan tugas tambahan tersebut. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa masih terdapat responden dengan (tenaga perawat) pada kategori kurang (35,2%). Angka ini dapat dikatakan kecil namun dapat menjadi penghambat terhadap penciptaan pelayanan keperawatan di rumah sakit yang syarat akan kualitas dan kepuasan pasien dan keluarganya. Kinerja kurang juga dapat disebabkan karena adanya unsur dari luar diri tenaga perawat yang mempengaruhi psikologis sehingga menurunkan semangat kerja
dalam rangka pemenuhan pelayanan keperawatan di rumah sakit. Aspek yang berasal dari luar ini mencakup hubungan interpersonal dengan teman sejawat di tempat kerja, adanya konflik internal keorganisasiaan rumah sakit, kurangnya aspek motorik dari rumah sakit dalam rangka pemberian motivasi kepada tenaga perawat sehingga dapat melaksanakan tindakan asuhan keperawatan yang lebih berkualitas dan menjawab tuntutan masyarakat akan kebutuhan pelayanan.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat di RS Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Secara khusus, tujuan Penelitian ini adalah : 1.
Untuk mengetahui hubungan pelatihan kerja dengan kinerja perawat di RS Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango.
2.
Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan kinerja perawat di RS Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango.
3.
Untuk mengetahui hubungan motivasi kerja dengan kinerja perawat di RS Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango.
4.
Untuk mengetahui hubungan disiplin kerja dengan kinerja perawat di RS Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango.
5.
Untuk mengetahui hubungan fasilitas kerja dengan kinerja perawat di RS Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango.
6.
Untuk mengetahui hubungan kepemimpinan dengan kinerja perawat di RS Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango.
II. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di RS Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango selama lebih kurang 1 bulan yaitu pada bulan Mei-Juni 2013. Desain Penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui dinamika hubungan antara tingkat pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti dengan kinerja perawat. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di RS Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango yang berjumlah 97 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bertugas di RS Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango yang berjumlah 97 orang. Teknik pengambilan sampel adalah Total Samρling.
III. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian terdapat 3 orang responden dengan tingkat pendidikan akhir S1 yang memiliki kinerja cukup dengan persentase 100 %, sedangkan tidak ada responden dengan tingkat pendidikan akhir S1 yang memiliki kinerja kurang. Untuk responden yang pendidikan akhirnya D3 yang memiliki kinerja cukup terdapat 65 orang dengan persentase 70.7 %, sedangkan responden yang pendidikan akhirnya D3 yang kinerjanya masih kurang terdapat 27 orang dengan persentase 29.3 %. Untuk responden yang pendidikan akhirnya SPK dengan kinerja yang cukup tidak ada namun untuk yang kinerjanya masih kurang terdapat 2 orang dengan persentase 100 %.
Secara keseluruhan terdapat 68 orang responden yang kinerjanya cukup dengan persentase 70.1 % sedangkan responden yang kinerjanya masih kurang terdapat 29 orang dengan persentase 29.9 %. Dari hasil analisis ini didapatkan ρ Value 0.001. Terdapat 33 orang responden yang pernah mengikuti pelatihan dan memiliki kinerja kerja yang cukup baik, dengan persentase 70.2 %. Sedangkan di sisi lain terdapat 14 responden yang pernah mengikuti pelatihan namun kinerjanya masih kurang, dengan persentase 29.8 %. Untuk responden yang belum atau tidak pernah ikut pelatihan sebelumnya namun memiliki kinerja yang cukup baik terdapat 35 orang dengan persentase 70.0 %, sedangkan untuk responden yang belum atau tidak pernah ikut pelatihan sebelumnya dan kinerjanya masih kurang terdapat 15 orang dengan persentase 30.0 %. Dari hasil analisis ini didapatkan ρ Value yaitu 0.982. Terdapat 55 responden yang memiliki motivasi kerja yang cukup baik dengan kinerja yang cukup pula, dengan persentase 71.4 %. Di sisi lain terdapat 22 responden yang memiliki motivasi yang cukup baik namun kinerjanya masih kurang, dengan persentase 28.6 %. Untuk responden yang motivasinya kurang namun memiliki kinerja yang baik terdapat 13 orang, dengan persentase 65.0 %. Sedangkan untuk responden yang motivasinya kurang dan kinerjanya pun masih kurang terdapat 7 orang, dengan persentase 35.0 %. Dari hasil analisis ini didapatkan ρ Value yaitu 0.576. Terdapat 65 orang responden yang cukup disiplin dengan kinerja perawat yang cukup baik pula, dengan persentase 69.9 %. Sedangkan untuk responden yang cukup disiplin namun kinerjanya masih kurang terdapat 28 orang, dengan
persentase 30.1 %. Untuk responden yang kurang disiplin namun kinerjanya cukup baik terdapat 3 orang, dengan persentase 75.0 %. Sedangkan untuk responden yang kurang disiplin dan kinerjanya pun masih kurang terdapat 1 orang, dengan persentase 25.0 %. Dari hasil analisis ini didapatkan ρ Value yaitu 0.827. Terdapat 35 responden yang setuju bahwa fasilitas yang cukup memadai ada kaitannya dengan kinerja perawat yang cukup baik pula, dengan persentase 79.5 %. Sedangkan terdapat 9 orang responden yang setuju bahwa meskipun fasilitas cukup memadai namun hal tersebut tidak menjamin kinerja perawat, dengan persentase 20.5 %. Di sisi lain, terdapat 33 responden yang setuju bahwa meskipun fasilitas kurang memadai namun tidak ada hubungannya dengan kinerja yang ada, dengan persentase 62.3 %. Terdapat 20 responden yang setuju bahwa fasilitas yang kurang ada kaitannya dengan kinerja yang ada, dengan persentase 37.7 %. Dari hasil analisis ini didapatkan ρ Value yaitu 0.064. Terdapat 49 responden yang setuju bahwa ada hubungan antara kepemimpinan dengan kinerja perawat, dengan persentase 71.0 %. Sedangkan di sisi lain terdapat 20 orang responden yang setuju bahwa kepemimpinan tidak ada hubungan dengan kinerja perawat, dengan persentase 67.9 %. Terdapat 19 responden yang setuju bahwa kepemimpinan tidak ada hubungan dengan kinerja perawat yang cukup baik, dengan persentase 67.9 %. Sedangkan di sisi lain terdapat 9 orang responden yang setuju bahwa kepemimpinan tidak ada hubungannya dengan kinerja yang kurang baik, dengan persentase 32.1 %. Dari hasil analisis ini didapatkan ρ Value yaitu 0.758.
IV. Simpulan dan Saran a. Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan bermakna antara pendidikan perawat dengan kinerja perawat dengan ρ Value yaitu 0.001. 2. Tidak terdapat hubungan bermakna antara pelatihan kerja dengan kinerja perawat dengan ρ Value yaitu 0.982. 3. Tidak terdapat hubungan bermakna antara motivasi kerja dengan kinerja perawat dengan ρ Value yaitu 0.576. 4. Tidak terdapat hubungan bermakna antara disiplin kerja dengan kinerja perawat dengan Ρ Value yaitu 0.827. 5. Tidak terdapat hubungan bermakna antara fasilitas kerja dengan kinerja perawat dengan ρ Value yaitu 0.064. 6. Tidak terdapat hubungan bermakna antara kepemimpinan dengan kinerja perawat dengan ρ Value yaitu 0.758.
b.
Saran
1. Bagi Perawat Sebaiknya sebagai seorang insan yang bergelut dalam profesi yang mulia, perawat
senantiasa
melayani
mempertahankan profesionalitas.
dengan
setulus
hati
namun
tetap
2. Bagi Instansi terkait Sebaiknya pihak Rumah Sakit terkait lebih memperhatikan segala kebutuhan perawat terutama dalam menciptakan iklim kerja yang baik agar dapat tercapai kinerja yang baik dan maksimal demi kualitas pelayanan kesehatan yang prima. 3. Bagi Pemerintah setempat Sebagai pihak yang bertanggungjawab bagi kemaslahatan umat manusia, maka sebaiknya pemerintah sedikit meluangkan waktu dan kesempatan untuk lebih memperhatikan keperluan serta mengadakan solusi terbaik untuk instansi pelayanan kesehatan sebagai salah satu sarana pelayanan yang setia memberikan pelayanan terbaik bagi kebutuhan masyarakat.