SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN 2005-2014 Sri Hidayah1) Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Uniersitas Siliwangi
[email protected] Unang2) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] Enok Sumarsih3) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] ABSTRAK Tujuan dari penelitian untuk menentukan sub sektor pertanian unggulan wilayah Kabupaten Tasikmalaya sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam perencanaan pembangunan ekonomi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa runtun waktu (time series) dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tasikmalaya dan Provinsi Jawa Barat tahun 2005 – 2014. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tipologi Klassen dan analisis Location Quotient (LQ). Berdasarkan analisis Tipologi Klassen diketahui bahwa sektor potensial adalah sub sektor kehutanan, sub sektor tanaman perkebunan dan sub sektor peternakan. Hasil analisis Location Quotient menunjukkan sub sektor tanaman perkebunan, sub sektor kehutanan dan sub sektor perikanan merupakan sektor basis di Kabupaten Tasikmalaya. .Hasil analisis per sub sektor berdasarkan kedua alat analisis menunjukkan bahwa sub sektor yang merupakan sub sektor pertanian unggulan di Kabupaten Tasikmalaya dengan kriteria sektor potensial dan sektor basis adalah sub sektor kehutanan dan sub sektor tanaman perkebunan. Kata Kunci : Sub Sektor Unggulan, Tipologi Klassen dan Location Quotient ABSTRAC This research is conducted in Tasikmalaya Regency West Java Province. The aim of this research is focused to determine the leading agriculture sub sector of Tasikmalaya Regency as the information and considerations in planning economic development in the region. The method used in this research is a case study. Secondary data such as time series of Gross Regional Domestic Product (GRDP) of Tasikmalaya Regency and West Java Province in the period 2005 - 2014 were applied. Klassen Tipology and Location Quotient (LQ) are tools of analysis. Klassen Tipology indicates that the developing sector were sub sector forestry, sub sector plantation and sub sector livestock. Location Quotient analysis indicates sub sector forestry, sub sector plantation and sub sector fishery were base sectors in the Tasikmalaya Regency. The result of the analysis based on the two analysis tools indicated that the leading agriculture sub sector with the criterian developing sector and base sector were sub sector forestry and sub sector plantation. Keywords : The Leading Sub Sector, Klassen Tipologi and Location Quotient.
1
PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses peralihan dari tingkat ekonomi yang sederhana menuju tingkat ekonomi yang lebih modern demi tercapainya kesejahteraan masyarakat. Dalam melakukan proses peralihan tersebut harus memperhatikan pembangunan ekonomi pada masing-masing daerah yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan di masing-masing daerah (Iqbal & Hendry, 2013). Melalui otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut kreatif dalam mengembangkan perekonomian, peranan investasi swasta dan perusahaan milik daerah sangat diharapkan sebagai pemicu utama pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Investasi akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dan dapat menimbulkan pengaruh ganda (multiplier effect) terhadap sektor-sektor lainnya. Kabupaten Tasikmalaya mempunyai keunggulan yang cukup, baik ditinjau dari aspek geografis maupun sumberdaya. Secara geografis berada pada jalur transportasi utama Pulau Jawa bagian selatan yang terhubung dengan pusat-pusat pertumbuhan seperti Bandung - Cilacap - Yogyakarta. Demikian juga potensi sumberdaya
ekonomi
Kabupaten
Tasikmalaya
cukup
memadai
untuk
pengembangan investasi baik sumberdaya alam maupun sumber daya manusia. Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang memiliki potensi sumber daya manusia (SDM) yang besar. Tercatat jumlah penduduk Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2014 lebih dari 1,7 juta jiwa dengan tingkat partisipasi angkatan kerja sebesar 45,12 persen. Jumlah angkatan kerja yang besar diharapkan akan menambah jumlah tenaga kerja produktif, sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi. Potensi sumber daya alam (SDA) yang dimiliki oleh Kabupaten Tasikmalaya diantaranya potensi pertanian yang meliputi bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan, juga potensi pertambangan dan bahan galian tambang yang tersebar di beberapa wilayah kecamatan (BPS Kabupaten Tasikmalaya, 2014). Sektor Pertanian memiliki peran strategis dalam pembangunan ekonomi, selain masih menempati posisi penting sebagai penyumbang PDRB, sektor ini juga merupakan sektor yang banyak menyerap tenaga kerja. Selama empat tahun 2
terakhir yaitu dari tahun 2011 sampai tahun 2014 sektor pertanian menempati urutan pertama penyumbang PDRB hal tersebut bisa kita lihat pada Tabel 1 di bawah.. Tabel 1.Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tasikmalaya Tahun 20112014 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha (Milyar Rupiah) Lapangan Usaha 1.Pertanian 2.Pertambangan&Penggalian 3.Industri Pengolahan 4.Listrik,Gas&Air Bersih 5.Bangunan 6.Perdagangan,Hotel&Restoran 7.Pengangkutan&Komunikasi 8.Keuangan,Persewaan&Jasa Perusahaan 9.Jasa-jasa
2011 2.483,93 12,37 406,255 57,032 40,291 1.198,961 268,082
2012 2.536,219 13,096 423,919 58,149 40,909 1.286,595 282,627
2013 2.505,563 12,685 465,057 60,921 42,615 1.414,164 286,178
2014 2.569,262 12,912 490,764 63,908 44,621 1.516,891 300,126
211,460
224,201
241,017
254,862
838,326
889,430
967,199
1.009,565
Sumber : BPS Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015
Untuk meningkatkan pertumbuhan , peran pemerintah diperlukan yaitu dalam pembuatan strategi dan perencanaan pembangunan daerah, dengan memperhatikan pergeseran sektor ekonomi yang terjadi dari tahun ke tahun. Pemerintah daerah harus mengetahui bagaimana pengaruh terjadinya perubahan sub sektor pertanian pada pertumbuhan sektor pertanian daerah. Sehingga diharapkan dalam penetapan kebijakan pada sektor pertanian akan lebih terarah antar sektor dengan perencanaan efisien dan efektif menuju tercapainya kemandirian daerah. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mendukung hal tersebut adalah dengan menganalisis perubahan dan pertumbuhan sektoral dalam perekonomian, serta menentukan sub sektor pertanian unggulan sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan di Kabupaten Tasikmalaya METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Kabupaten Tasikmalaya agar hasil penelitian ini berupa klasifikasi pertumbuhan dan sub sektor unggulan perekonomian yang dapat digunakan sebagai informasi dan dapat diprioritaskan dalam perencanaan pembangunan Kabupaten Tasikmalaya. Pendekatan analisis menggunakan analisis Tipologi Klassen dan Location Quotient (LQ). Analisis Tipologi Klassen 3
digunakan untuk memperoleh klasifikasi pertumbuhan perekonomian sub sektor pertanian Kabupaten Tasikmalaya. Sedangkan Analisis Tipologi Kalssen menghasilkan empat klasifikasi sektor dengan karakteristik yang berbeda sebagai berikut (Sjafrizal, 2008) : 1. Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (developed sector) (Kuadran I). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sub sektor tertentu dalam PDRB (Si) yang lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan sub sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (S) dan memiliki nilai kontribusi sub sektor terhadap PDRB (Ski) yang lebih besar dibandingkan kontribusi sub sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (Sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan Si > S dan Ski > Sk. 2. Sektor maju tapi tertekan (stagnant sector) (Kuadran II). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sub sektor tertentu dalam PDRB (Si) yang lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan sub sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (S), tetapi memiliki nilai kontribusi sub sektor terhadap PDRB (Ski) yang lebih besar dibandingkan kontribusi sub sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (Sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan Si < S dan Ski > Sk. 3. Sektor potensial atau masih dapat berkembang (developing sector) (Kuadran III). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sub sektor tertentu dalam PDRB (Si) yang lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan sub sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (S), tetapi memiliki nilai kontribusi sub sektor terhadap PDRB (Ski) yang lebih kecil dibandingkan kontribusi sub sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (Sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan Si > S dan Ski < Sk. 4. Sektor relatif tertinggal (underdeveloped sector) (Kuadran IV). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sub sektor tertentu dalam PDRB (Si) yang lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan sub sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (S) dan sekaligus memiliki nilai kontribusi sub sektor terhadap PDRB (Ski) yang lebih kecil dibandingkan kontribusi sub sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (Sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan Si < S dan Ski < Sk. 4
Tabel 2. Klasifikasi Sektor PDRB menurut Tipologi Klassen Kuadran I
Kuadran II
Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (developed sector) Si > S dan Ski > Sk
Sektor maju tapi tertekan (stagnant sector) Si < S dan Ski > Sk
Kuadran III
Kuadran IV
Sektor potensial atau masih dapat berkembang (developing sector) Si > S dan Ski < Sk
Sektor relatif tertinggal (underdeveloped sector) Si < S dan Ski < Sk
Sumber : Sjafrizal, 2008 : 180
Teknik analisis Location Quotient (LQ) merupakan cara permulaan untuk mengetahui kemampuan suatu daerah dalam sektor kegiatan tertentu atau salah satu teknik
analisis perencanaan
pembangunan
yang
digunakan
untuk
menganalisis sektor potensial disuatu wilayah atau sektor basis perekonomian suatu daerah dengan cara mengukur konsentrasi suatu sektor pertanian dalam suatu daerah, yaitu dengan membandingkan peranan sektor tersebut dalam perekonomian di Kabupaten dengan sektor yang sama di Provinsi. Perbandingan relatif ini dinyatakan secara matematika sebagai berikut (Suwardjoko,1980) : LQi =
Si / Ni Si / S = S/N Ni / N
Keterangan : LQi
= Index Location Quotient
Si
= PDRB sektor i di Kabupaten Tasikmalaya
S
= PDRB total di Kabupaten Tasikmalaya
Ni
= PDRB sektor i di Provinsi Jawa Barat
N
= PDRB total di Provinsi Jawa Barat
Berdasarkan formulasi yang ditunjukkan dalam persamaan diatas, maka ada tiga kemungkinan LQ yang diperoleh yaitu : 1. Nilai LQ = 1. Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor i di Kabupaten Tasikmalaya adalah sama dengan sektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat
5
2. Nilai LQ > 1. Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor i di Kabupaten Tasikmalaya lebih besar dibandingkan dengan sektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat. 3. Nilai LQ < 1. Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor i di Kabupaten Tasikmalaya lebih kecil dibandingkan dengan sektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat. HASIL DAN PEMBAHASAN Klasifikasi Pertumbuhan Sektor Perekonomian Wilayah Kab. Tasikmalaya Metode Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui pengelompokkan sektor ekonomi Kabupaten Tasikmalaya menurut sektor pertumbuhannya. Dengan menggunkan matriks klassen dapat dilakukan empat pengelompokkan sektor dengan memanfaatkan laju pertumbuhan dan nilai kontribusi. Tabel 3.
No
1 2 3 4 5
Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sub Sektor Pertanian Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2005-2014 Jawa Barat Kab. Tasikmalaya Rata-Rata Rata-Rata Rata-Rata Rata-Rata Sub Sektor
Tan Bahan Makanan Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan Sumber : BPS (diolah)
Pertumbuhan (S) 2,46 2,54 1,17 (3.,1) 4,05
Kontribusi (Sk) 29.531.455,61 2.192.956,27 5.485.064,45 401.801,62 1.984.527,41
Pertumbuhan (Si) 1,99 4,12 2,56 2,94 2,81
Kontribusi (Ski) 1.555.328,09 305.127,76 186.136,75 169.099,92 130.695,92
Tabel 3 menyajikan hasil pengolahan data berupa rata-rata laju pertumbuhan dan rata-rata kontribusi PDRB sub sektor pertanian Kabupaten Tasikmalaya dimana sub sektor tanaman bahan makanan dan sub sektor perikanan memiliki rata-rata pertumbuhan yang lebih kecil dibandingkan rata-rata pertumbuhan di Provinsi Jawa Barat dan memiliki rata-rata kontribusi PDRB yang lebih kecil dibandingkan rata-rata kontribusi PDRB di provinsi Jawa Barat. Sub sektor tanaman perkebunan dan sub sektor peternakan memiliki rata-rata pertumbuhan lebih besar dibandingkan rata-rata pertumbuhan di provinsi Jawa Barat dan memiliki rata-rata kontribusi PDRB lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata kontribusi PDRB provinsi Jawa Barat. Sub sektor kehutanan memiliki rata-rata
pertumbuhan
yang
lebih
kecil
dibandingkan
dengan
rata-rata
pertumbuhan di provinsi Jawa Barat dan memiliki rata-rata kontribusi PDRB lebih besar dibandingkan dengan rata-rata kontribusi PDRB provinsi Jawa Barat. 6
Tabel 4.
Klasifikasi Sub Sektor Pertanian Kabupaten Tasikmalaya Tahun 20052014 Berdasarkan Tipologi Klassen Kuadran I Kuadran II Sektor yang maju dan tumbuh dengan Sektor maju tapi tertekan (stagnant pesat (developed sector) sector) Si > S dan Ski > Sk Si < S dan Ski > Sk Kuadran III Kuadran IV Sektor potensial atau masih dapat Sektor relatif tertinggal berkembang (developing sector) (underdeveloped sector) Si > S dan Ski < Sk Si < S dan Ski < Sk - Sub Sektor Kehutanan - Sub Sektor Tanaman Perkebunan - Sub Sektor Peternakan
- Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan - Sub Sektor Perikanan
Sumber : Data Diolah Dari Tabel 3
Sub sektor kehutanan, sub sektor tanaman perkebunan dan sub sektor peternakan masuk ke dalam sektor potensial atau masih dapat berkembang. Daerah ini pada dasarnya memiliki potensi pengembangan sangat besar, tetapi masih belum diolah secara baik. Oleh karena itu, walaupun tingkat pertumbuhan ekonominya tinggi namun tingkat pendapatan perkapitanya rendah, yang mencerminkan tahap pembangunan yang telah dicapai sebenarnya masih relatif rendah dibanding dengan daerah-daerah lain. Karena itu dimasa mendatang daerah ini diperkirakan mampu berkembang dengan pesat untuk mengejar ketertinggalannya dengan daerah maju. Produksi dari hasil kehutanan memang tidak sebanyak produksi sub sektor lain tetapi produksi hasil hutan memiliki harga yang lebih tinggi daripada sub sektor lain. Permasalahan kehutanan yang terjadi belakangan ini telah mengkhawatirkan dan memberikan pengaruh terhadap pasokan kayu dari hutan negara. Pasokan kayu dari hutan negara mengalami penurunan, sedangkan kebutuhan akan kayu mengalami peningkatan sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk. Ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan kayu saat ini mendorong berbagai pihak untuk mencari alternatif lain guna mencukupi kebutuhan kayu saat, salah satu nya adalah dengan pengembangan dan pengelolaan hutan rakyat yang lestari. Beberapa dari komoditas perkebunan memang merupakan komoditas ekspor tetapi kebanyakan para petani masih banyak yang mendapat harga yang jauh dibanding dengan harga dipasaran 7
sehingga pendapatan mereka masih rendah. Pemerintah hendaknya bisa melakukan kebijakan harga untuk menolong para petani dalam mendapatkan harga yang lebih layak dan tidak merugikan petani, karena komoditas perkebunan yang di ekspor lebih banyak berasal dari perkebunan rakyat. Berdasarkan analisis Tipologi Klassen ternyata ada dua sub sektor pertanian yang berada dalam kuadran IV yaitu sektor yang relaif tertinggal. Daerah ini mempunyai tingkat pertumbuhan dan pendapatan per kapita yang berada dibawah rata-rata dari seluruh daerah. Ini berarti bahwa, baik tingkat kemakmuran masyarakat maupun tingkat pertumbuhan ekonomi di daerah ini masih relatif rendah. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa di daerah ini tidak akan berkembang di masa mendatang. Melalui pengembangan sarana dan prasarana perekonomian daerah berikut tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat setempat diperkirakan daerah ini secara bertahap akan dapat pula mengejar ketertinggalannya. Analisis Location Quotient (LQ) Analisis LQ bertujuan untuk mengetahui suatu sektor telah dapat memenuhi kebutuhan wilayah itu sendiri, kurang atau justru lebih. Disini analisis LQ digunakan untuk mengetahui sektor-sektor ekonomi dalam PDRB yang dapat digolongkan ke dalam sektor basis dan non basis. LQ merupakan suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor di Kabupaten Tasikmalaya terhadap besarnya peranan sektor tersebut di tingkat Provinsi Jawa Barat. Tabel 5.
Hasil Perhitungan Indeks Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2005-2014 2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
LQ ratarata
0,94
0,97
0,91
0,89
0,86
0,83
0,86
0,87
0,88
0,83
0,88
1,5 0,94 1,29 1,38
2,11 0,48 5,35 1,08
2,45 0,57 8,89 1,09
2,67 0,5 8,5 2
2,54 0,58 8,93 1,05
2,43 0,58 8,84 0,98
2,43 0,57 9,27 0,97
2,3 0,5 7,8 0,83
2,29 0,57 7,18 1,16
Tahun No 1 2 3 4 5
Sub Sektor Tan. Bahan Makanan Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan
2,33 0,48 6,13 1,11
2,11 0,52 6,81 1,09
Sumber : BPS Kabupaten Tasikmalaya (diolah)
Berdasarkan Tabel 5 dari hasil perhitungan indeks Location Quotient PDRB sub sektor pertanian Kabupaten Tasikmalaya selama periode pengamatan tahun 2005-2014, maka dapat teridentifikasikan sektor-sektor basis dan non basis. Kontribusi sektor pertanian sangat besar terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya, 8
sehingga terdapat tiga sektor basis yaitu sub sektor tanaman perkebunan, sub sektor kehutanan dan sub sektor perikanan. Sedangkan sub sektor tanaman bahan makanan dan sub sektor peternakan termasuk ke dalam sektor non basis. Analisis Sub Sektor Pertanian Unggulan Berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisis Tipologi Klassen dan analisis Location Quotient (LQ), maka dapat ditentukan sub sektor pertanian yang menjadi sub sektor unggulan di Kabupaten Tasikmalaya. Pada Tabel 6 disajikan hasil analisis penentuan sub sektor pertanian unggulan pada Kabupaten Tasikmalaya. Tabel 6. No 1 2 3 4 5
Analisis Sub Sektor Pertanian Kabupaten Tasikmalaya Tahun 20052014 Sub Sektor
Tipologi Klassen
Parameter Makna Tan Bahan Makanan Kudran IV Sektor relatif tertinggal Perkebunan Kudran III Sektor potensial Peternakan Kudran III Sektor potensial Kehutanan Kudran III Sektor potensial Perikanan Kudran IV Sektor relatif tertinggal Sumber : Data Diolah dari Tabel 4 dan Tabel 5
Location Quotient Parameter LQ< 1 LQ> 1 LQ< 1 LQ> 1 LQ> 1
Makna Non Basis Basis Non Basis Basis Basis
Hasil analisis per sub sektor PDRB menunjukkan bahwa di Kabupaten Tasikmalaya hanya terdapat dua sub sektor yang merupakan sub sektor pertanian unggulan, yaitu sub sektor kehutanan dan sub sektor tanaman perkebunan. Kesimpulan 1. Klasifikasi pertumbuhan perekonomian sub sektor pertanian di Kabupaten Tasikmalaya yaitu sektor potensial atau masih dapat berkembang adalah sub sektor kehutanan, sub sektor tanaman perkebunan dan peternakan. Sementara itu yang termasuk ke dalam sektor relatif tertinggal adalah sub sektor tanaman bahan makanan dan perikanan. 2. Sektor basis di Kabupaten Tasikmalaya adalah sub sektor tanaman perkebunan, sub sektor kehutanan dan sub sektor perikanan. Sementara yang termasuk dalam sektor non basis adalah sub sektor tanaman bahan makanan dan sub sektor peternakan. 3. Berdasarkan hasil perhitungan kedua alat analisis menunjukkan bahwa seb sektor yang merupakan sub sektor pertanian unggulan adalah sub sektor kehutanan dan sub sektor tanaman perkebunan. 9
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan maka disarankan : 1. Pemerintah
Kabupaten
Tasikmalaya
harus
lebih
memfokuskan
pada
pengembangan sub sektor kehutanan dan sub sektor perkebunan dengan cara pelaksanaan kebijakan hutan rakyat. Agar pelaksanaannya dapat berjalan sesuai dengan harapan maka Dinas Perkebunan dan Kehutanan perlu memberikan pelatihan dalam menyusun rencana kerja dan pembuatan laporan kegiatan pemanfaatan hutan rakyat serta harus merevisi Peraturan Menteri Kehutanan tentang hutan rakyat, di dalam peraturan tersebut pemerintah harus memasukkan anggaran dana dari APBN atau APBD untuk pelaksanaan kebijakan hutan rakyat sehingga tidak terjadi kekurangan anggaran, agar proses implementasi dapat berjalan dengan lancar dan optimal. 2. Untuk sub sektor pertanian yang termasuk pada sektor non basis hendaknya mengembangkan industri kecil dan sedang agar sumber daya alam yang dihasilkan dapat dikelola dengan baik sehingga kontribusi dari sub sektor tersebut dapat meningkat juga. 3. Penelitian ini masih terbatas pada tahapan menentukan sub sektor unggulan, kepada peneliti lainnya disarankan untuk melanjutkan penelitian ini sampai pada tahapan menentukan komoditi unggulan.
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2014. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2010-2014. Tasikmalaya : Kerjasama Badan Pusat Statistik dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Badan Pusat Statistik. 2009. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2007-2009. Tasikmalaya : Kerjasama Badan Pusat Statistik dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Badan Pusat Statistik. 2006. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2005-2006. Tasikmalaya : Kerjasama Badan Pusat Statistik dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah..
10
Iqbal, Muhammad & Cahyono,Hendry. 2013. Analisis Penentuan Sektor Basis Dan Sektor Potensial Di Kabupaten Lamongan. Jurnal Fakultas Ekonomi Unesa Kampus Ketintang Surabaya. Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Padang : Baduose Media. Suwardjoko, Warpani. 1980. Analisis Kota dan Daerah. Bandung : ITB.
11