151 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
STUDI TENTANG CITRA RAGA DAN PENYESUAIAN SOSIAL TERHADAP TEMAN LAKI-LAKI PADA SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN Sri Untari Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sahid Surakarta
Abstract This research aims to understand the correlations between body image with social adjustment for male friends in rural and urban high school students, especially for the social adjustment differences. The research sample was 100 students in 2nd grade SMUN 9 DIY, majority lived in the city, and 2nd grade from SMUN Ngemplak, majority lived in rural. Random sampling technique was used and questionnaire as a collecting data methods was used. Analysis method using product moment correlations. The following conclusions are body image does give a positive correlation and significantly with social adjustment of male friends, the body image give 37,67% effective contribution to social adjustment. It shows that social adjustment of male friends in urban highschool get higher score than rural high school.
Keywords : Body image, Rural and Urban high school, Social Adjustment
152 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
Abstrak Tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui hubungan antara citra raga dengan penyesuaian sosial terhadap teman laki-laki pada siswi SMA pedesaan dan perkotaan, untuk mengetahui perbedaan penyesuaian sosial terhadap teman laki-laki antara siswi SMA pedesaan dan perkotaan. Sampel penelitian adalah 100 siswi kelas II SMUN 9 Yogyakarta yang terletak di kota dan mayoritas siswinya bertempat tinggal di kota, dan siswi kelas II dari SMUN Ngemplak, yang terletak di desa dan mayoritas bertempat tinggal di desa. Teknik yang digunakan untuk mengambil sampel adalah teknik random sampling. Metode pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode angket. Metode analisis menggunakan korelasi product moment. Berdasarkan hasil analisis data, penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: citra raga berhubungan positif dan sangat signifikan dengan penyesuaian sosial terhadap teman laki-laki, citra raga memberikan sumbangan sebesar 37,67% terhadap penyesuaian sosial terhadap teman laki-laki, Penyesuaian sosial terhadap teman laki-laki pada siswi SMA perkotaan lebih tinggi daripada siswi SMA pedesaan.
Kata Kuci : Citra Raga, Penyesuaian Sosial, Pedesaan dan Perkotaan
153 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
dan
PENDAHULUAN
lingkungannya
dimasa-masa
selanjutnya. Masa
remaja
merupakan
masa peralihan dari masa anak ke dewasa. Masa remaja merupakan masa yang sangat penting karena kalau dilihat dari aspek-aspek yang berkembang,
masa
remaja
merupakan puncak perkembangan. Banyak sekali persoalan yang timbul pada masa ini yang tidak saja datang dari dirinya sendiri, akan tetapi juga datang
dari
lingkungan.
Permasalahan remaja pada dasarnya merupakan masalah yang kompleks. Younis dan Smollar (1985) mengatakan bahwa masa remaja merupakan periode sosialisasi kedua setelah periode sosialisasi pertama yang
terjadi
dalam
lima
tahun
pertama kehidupan. Remaja mulai memperluas
daerah
sosialisasinya
dan mempersiapkan tugas spesifik yang sesuai dengan dunia dewasa (Elder dalam Younis dan Smollar, 1985 ; Kelley dalam Sears dkk, 1988;
Hurlock,
1991).
Perkembangan pribadi, sosial dan
Mengingat besarnya arti dan manfaat penerimaan dari lingkungan, baik
masyarakat,
sebaya
maupun
remaja
diharapkan
mampu bertanggung jawab secara sosial (Hurlock, 1999; Monks dkk, 1988; Sears dkk, 1988). Tuntutan tanggungjawab sosial tersebut dapat dipenuhi
bila
kemampuan
ia
memiliki
untuk
memahami
berbagai situasi sosial dan kemudian menentukan perilaku yang sesuai dan tepat dalam situasi sosial tertentu, yang
biasa
kemampuan
disebut
dengan
penyesuaian
sosial.
Remaja yang dapat menyesuaikan diri dengan baik, tentunya akan melewati masa remajanya dengan lancar
dan
diharapkan
ada
perkembangan kearah kedewasaan yang optimal serta dapat diterima oleh
lingkungannya
(Prihartanti,
1989). Sebaliknya, apabila remaja mengalami gangguan penyesuaian, maka penyesuaian pada masa-masa selanjutnya akan terhambat.
moral yang telah dimiliki remaja menjadi dasar untuk memandang diri
teman
Berdasarkan dalam
kehidupan
pengamatan sehari-hari,
kenyataan memperlihatkan bahwa
154 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
tidak semua remaja berhasil atau
sendiri dan orang lain yang disebut
mampu
sebagai citra raga (Gardner, 1996).
melakukan
penyesuaian
sosial dalam lingkungannya. Hal ini tampak
dari
banyaknya
keluhan
Citra remaja terhadap dirinya dipengaruhi oleh cara kawan-kawan
remaja yang disampaikan dalam
memujinya
rubrik-rubrik
Retnowati (1984) mengemukakan
atau
dapat
konsultasi juga
psikologi
1979).
dari
bahwa citra terhadap fisik (citra raga)
berbagai berita atau ulasan mengenai
ditentukan melalui pola interaksi
masalah dan penyimpangan remaja
dengan orang lain. Para remaja
dalam
Banyak
memahami bahwa daya tarik fisik
diantaranya
yang ada pada dirinya mendatangkan
mengalami
perhatian
berbagai
masalah
diketahui
(Jersild,
media.
timbul
disebabkan
remaja
dari
orang
lain
dan
kesulitan dalam upaya penyesuaian
perbedaan daya tarik fisik yang
sosialnya.
dimiliki remaja menimbulkan respon
Remaja diri
dari
mulai
orang
melepaskan dan
temannya dan hal ini berhubungan
perhatiannya mulai lebih terarah
dengan popularitas dan penyesuaian
pada
sosial mereka.
lingkungan
tuanya
yang berbeda pula dari teman-
sosial
di
luar
keluarganya. Pada masa ini remaja
Perubahan fisik yang dialami
mulai menaruh perhatian pada jenis
oleh remaja dapat mengakibatkan
kelamin lain dan ingin menarik
gangguan
perhatian dan bertingkah laku sesuai
menyesuaikan diri dengan tubuhnya
dengan apa yang diharapkan oleh
(Jersild,
jenis kelamin lain. Sejalan dengan
menyatakan bahwa perubahan fisik
timbulnya
jenis
mempengaruhi perkembangan jiwa
kelamin lain maka remaja mulai
remaja, karena seringkali akibat-
memperhatikan
penampilannya.
akibat perubahan fisik, menimbulkan
Perhatian ini membentuk konsep
perasaan tidak puas pada diri remaja
tersendiri
terhadap
perhatian
mengenai
untuk
penampilan
fisiknya berdasarkan penilaian diri
yaitu
1979).
remaja
Sarwono
penampilan
Ketidakpuasan
terhadap
harus
(1989)
fisik. tubuh
menunjukkan citra raga yang rendah,
155 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
yang menjadi salah satu penyebab
dengan lingkungan sosial. Meichati
timbulnya konsep diri yang kurang
(1976)
baik dan kurangnya harga diri selama
kegagalan
masa remaja (Hurlock, 1991).
membuat
Penyesuaian Sosial
kepercayaan diri dan melemahkan
Page
bahwa
penyesuaian individu
akan
kehilangan
Prihartanti,
daya hidup. Penyesuaian sosial yang
1989) mendefinisikan penyesuaian
berhasil akan menimbulkan rasa puas
sebagai suatu proses mental dalam
dan
memecahkan persoalan penyesuaian
kepercayaan diri dan menambah
dan menuju keseimbangan tanpa
harga diri sehingga tercapai mental
menimbulkan masalah, baik terhadap
yang seimbang.
diri
(dalam
mengemukakan
sendiri
maupun
superior,
terhadap
lingkungannya.
menambah
Hurlock (1999) menegaskan bahwa individu yang berpenyesuaian
Penyesuaian
sosial
baik akan merasa puas dengan
merupakan salah satu bentuk dari
dirinya, meskipun pada suatu saat
penyesuaian. Keberhasilan individu
mengalami
dalam melakukan penyesuaian sosial
berusaha terus mencapai tujuannya.
berkaitan
Di
erat
dengan
kegagalan,
samping
itu,
ia
individu
yang
keberhasilannya dalam melakukan
berpenyesuaian
penyesuaian
hubungan yang harmonis dengan
sekolah,
baik dan
di di
rumah,
di
masyarakat
Menurut
Penyesuaian sosial bersifat relatif
Eysenck
dkk.
karena
harus
mengubah
sosial merupakan proses individu
tuntutan-tuntutan
atau
padanya,
kelompok
mencapai
dievaluasi
berdasarkan kapasitas individu dalam
(dalam Anantasri, 1997) penyesuaian
suatu
mempunyai
orang di sekitar mereka.
(Schneiders, dalam Andriyani, 1996 ; Hurlock 1999).
baik
tetap
atau
menemukan
yang
dan
dikenakan
kapasitas
ini
keseimbangan sosial dalam arti tidak
bergantung pada: (1) kepribadian dan
mengalami
konflik
dengan
tingkat
lingkungan,
dengan
demikian
individu mampu menyesuaikan diri
perkembangannya
(2)
masyarakat dan budaya setempat, dan
(3)
adanya
variasi-variasi
156 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
tertentu
yang
dimiliki
individu
tuntutan lingkungan sosial, maka
(Scheiders dalam Andriyani, 1996),
akan timbul konflik, frustrasi, dan
sedangkan
(1999)
stres. Bila tidak cepat teratasi, akan
keberhasilan
menimbulkan gejala perilaku yang
Hurlock
menyatakan individu
bahwa dalam
melakukan
maladjusted,
serta
penyesuaian sosial harus dievaluasi
ketidakstabilan
berdasarkan
berakibat
pola-pola
budaya
menimbulkan
mental
penyesuaian
yang sosialnya
setempat, nilai-nilai kelas sosial, dan
menjadi jelek (Schneiders dalam
berdasarkan nilai-nilai peran jenis.
Andriyani, 1996).
Pada dasarnya individu akan
Schneiders (dalam Andriyani,
menghindari adanya penolakan dari
1996) mengatakan bahwa individu
kelompok sosialnya, oleh karena
dikatakan mempunyai penyesuaian
itulah
yang baik bila mampu menyesuaikan
individu
penyesuaian
melakukan
sosial.
Dalam
diri
dalam
lingkungan
keluarga,
kenyataannya, kemampuan individu
sekolah, dan masyarakat secara baik.
untuk melakukan penyesuaian sosial
Kegagalan melakukan penyesuaian,
terhadap
baik
lingkungan
sosialnya
di
rumah,
sekolah
atau
berbeda-beda. Bila individu tersebut
masyarakat akan berakibat satu sama
dapat mengatasi hambatan-hambatan
lain.
atau
mengungkap
kenyataan-kenyataan
yang
Ada
lima
kriteria
penyesuaian
yang sosial
terjadi pada lingkungan sosialnya,
yang baik yaitu: (1) Mau mengakui
maka
dapat
dan menghormati hak orang lain, (2)
dikatakan mempunyai penyesuaian
Belajar untuk hidup bersama dan
sosial yan cukup baik, sehingga
menumbuhkan persahabatan dengan
terjadi penyesuaian antara dorongan
orang lain, (3) Mau berpartisipasi
kebutuhan dari dalam diri dengan
dalam
tuntutan
yang
memperhatikan kesejahteraan orang
menimbulkan perilaku normal pada
lain, dan (5) menghormati nilai,
individu tersebut. Sebaliknya, bila
hukum, kebiasaan, dan tradisi sosial
individu
yang ada di masyarakat.
individu
tersbut
lingkungan
gagal
menyelaraskan
kebutuhan-kebutuhannya
dengan
aktivitas
sosial,
(4)
157 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
Hurlock (1999) menggunakan empat
aspek
dengan
teman
sebagai
sebaya membuat remaja sadar akan
prediktor penyesuaian sosial yang
tekanan sosial dan pentingnya suatu
baik, yaitu: (1) Penampilan nyata,
hubungan sosial, sehingga remaja
yaitu perilaku sosial individu yang
harus
dinilai berdasarkan standar kelompok
aktivitas dengan teman sebayanya,
yang
dengan
dapat
sekaligus
Interaksi
memenuhi
harapan
lebih
banyak
demikian
melakukan
ikatan
dengan
kelompoknya, (2) Penyesuaian diri
orang tuanya menjadi longgar. Dari
terhadap berbagai kelompok, baik
aktivitas sosial dan interaksi dengan
teman sebaya maupun kelompok
teman sebaya, remaja mempelajari
orang dewasa, (3) Sikap sosial, yaitu
pola-pola perilaku sosial serta pola-
menunjukkan
yang
pola perilaku yang dapat digunakan
menyenangkan terhadap orang lain,
untuk menyesuaikan diri terhadap
terhadap
tuntutan
sikap
partisipasi
sosial,
dan
terhadap perannya dalam kelompok
sosial
(Hurlock,
1999;
Monks dkk, 1994).
sosial, dan (4) kepuasan pribadi,
Salah
satu
tugas
yaitu merasa puas terhadap kontak
perkembangan sosial yang tersulit
sosialnya dan terhadap peran yang
pada masa remaja berkaitan dengan
dimainkannya dalam situasi sosial,
penyesuaian
baik
(dalam
sebagai
pemimpin
maupun
sebagai anggota.
Andriyani,
Schneiders 1996)
menyebutkan bahwa remaja dituntut
Keberhasilan individu dalam melakukan
sosial.
penyesuaian
untuk dapat melakukan penyesuaian
sosial
sosial dalam keluarga, sekolah, dan
didukung oleh beberapa faktor, yaitu:
masyarakat. Selain itu, remaja juga
inteligensi, pengalaman sosial pada
diharapkan dapat menyesuaiakan diri
masa
karakteristik
dengan lawan jenis dan mampu
kepribadian, penampilan fisik, jenis
menyesuaikan diri dengan orang
kelamin, keadaan emosi, kondisi
dewasa di luar lingkungan keluarga
keluarga,
dan sekolah.
kanak-kanak,
masyarakat.
budaya,
lingkungan
Remaja
yang
tidak
mempunyai kemampuan yang baik
158 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
dalam menyelaraskan diri dengan
Pedesaan dan Perkotaan
lingkungannya seringkali membuat
Siswi SMA di pedesaan dan
pola-pola perilaku yang keliru atau
perkotaan
mempunyai
beberapa
maladjusted
perbedaan
karena
pengaruh
(Schneiders
dalam
Anantasari, 1997).
lingkungannya.
Citra Raga
dengan pendapat Soekanto (1990)
Menurut
Wolman
Hal
ini
sejalan
(dalam
yang mengatakan bahwa dilihat dari
Rusiemi, 1993) citra raga adalah
segi fisik, desa dan kota tampak
gambaran mental raga seseorang
berbeda. Perbedaan ini diperkirakan
yang berasal dari sensasi internal,
akan menimbulkan pengaruh tertentu
emosi-emosi,
terhadap
fantasi,
perawatan
tubuh serta pengalamannya dengan objek-objek
termasuk remajanya. Perbedaan antara masyarakat
Sconfeld (dalam Clarke dan Koch,
desa dan kota menurut Soekanto
1983) menambahkan bahwa citra
(1990) adalah sebagai berikut :
raga adalah konsep tentang fisik,
1.
tentang
berdasarkan
serta
penduduknya,
orang.
perasaan
luar
keadaan
hal
pengalaman
tersebut
fungsi
dari
mengemukakan
penerimaan merupakan
terhadap tugas
dasar
2.
benda
masyarakat
Masyarakat
kota
sedangkan
tubuh
individu
masyarakat
remaja,
atau keluarga. 3.
Masyarakat
kota
membentuk
pembatasan-pembatasan
berat, bentuk tubuh, penampilan
dalam pergaulan hidup.
dan
(Jersild,1979).
perubahan
suara
desa
lebih mementingkan kelompok
remaja ini meliputi perubahan tinggi,
fisik,
kota
lebih
mementingkan
bahwa
perubahan fisik yang terjadi pada
suatu
memandang penggunanya.
Havighurst (dalam Blyth dkk, 1985)
dari
sedangkan
tubuhnya yang lalu dan sekarang, yang nyata maupun fantasi.
Masyarakat desa mengutamakan
4.
Jalan masyarakat
pikiran
di
rasional perkotaan
menyebabkan interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan
159 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
pada
5.
faktor
kepentingan
dalam penelitian ini adalah metode
daripada faktor pribadi.
angket langsung, yaitu angket citra
Jalan kehidupan yang cepat di
raga dan angket penyesuaian sosial
kota, mengakibatkan pentingnya
terhadap teman laki-laki.
faktor
waktu,
sehingga
Teknik
korelasi
yang
pembagian waktu yang teliti
digunakan untuk menguji validitas
sangat
angket ini adalah korelasi product
penting,
mengejar
untuk
dapat
kebutuhan-
kebutuhannya.
moment
dari
Pearson.
Dalam
penelitian ini koefisien reliabilitas angket
akan
diperoleh
dengan
teknik
Alpha
menggunakan
METODE
Cronbach pada aitem-aitem yang Dalam penelitian ini variabel
sudah terseleksi.
Metode analisis
bebas yang digunakan adalah citra
menggunakan
raga dan daerah tempat tinggal,
moment seri paket program SPSS
sedangkan variabel tergantungnya
versi
adalah Penyesuaian sosial terhadap
Sebelumnya
teman
yang
dilakukan uji asumsi yang meliputi :
ini
(1) uji normalitas sebaran variabel
adalah siswi kelas II dari SMUN 9
bebas dan tergantung, dan (2) uji
Yogyakarta yang terletak di kota dan
linearitas hubungan antara variabel
mayoritas siswinya bertempat tinggal
bebas dan tergantung. Perbedaan
di kota, dan siswi kelas II dari
penyesuaian sosial terhadap teman
SMUN Ngemplak, yang terletak di
laki-laki antara siswi SMA pedesaan
desa dan mayoritas bertempat tinggal
dan
di desa. Sampel penelitian adalah
kuantitatif dengan menggunakan
100 siswi kelas II dari kedua SMUN
uji-t.
laki-laki.
digunakan
dalam
Populasi penelitian
tersebut. Teknik yang dugunakan untuk mengambil sampel adalah teknik random sampling. Metode pengumpul data yang digunakan
6.0
korelasi
for
perkotaan
product
windows
terlebih
dianalisis
97. dahulu
secara
160 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
untuk variabel citra raga
HASIL
maupun 1.
Hasil Analisis Data Penelitian Disimpulkan bahwa skor citra raga
yang
diperoleh
subjek
variabel
penyesuaian sosial terhadap teman
laki-laki
adalah
normal, dengan p > 0,05.
penelitian berada dalam kategori
Variabel
tinggi yang ditunjukkan oleh
menunjukkan K-S Z sebesar
Mean empirik sebesar 90,602.
0,9459
Skor
sedangkan
minimum
penyesuaian
sosial
untuk
citra
(p=
raga
0,3326) variabel
terhadap
penyesuaian sosial terhadap
teman laki-laki adalah 34 dan
teman laki-laki menunjukkan
skor maksimal sebesar 136.
K-S Z sebesar 1,1087 (p=
Rentang 102 tersebut dibagi
0,1710).
dalam satuan deviasi standar 102/6 = 17. secara
keseluruhan,
b. uji linearitas
dapat
Pengujian bertujuan untuk
skor
melihat apakah sebaran titik-
terhadap
titik yang merupakan nilai-
teman laki-laki subjek penelitian
nilai dari variabel penelitian
berada dalam kategori tinggi
dapat ditarik garis lurus yang
yang ditunjukkan oleh Mean
menunjukkan
empirik sebesar 105,388.
hubungan yang linear antara
disimpulkan penyesuaian
2.
Apabila dilihat
bahwa sosial
sebuah
variabel-variabel
tersebut.
Hasil Uji Asumsi
Hasil
linearitas
a. uji normalitas
memperlihatkan
Menggunakan
teknik
uji
hubugan
yang linear diantara dua
Kolmogorov-Smirnov
variabel yang ditunjukkan
dengan program SPSS 6.0
oleh harga p < 0,01.
for Windows 97. Hasil uji normalitas
sebaran
data
menunjukkan bahwa sebaran
161 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
3.
62,33%
Hasil Uji Hipotesis pengujian hipotesis dengan teknik korelasi product moment. Analisis
data
yang
penyesuaian
mempengarhi
sosial
terhadap
teman laki-laki.
menghasilkan
Hasil analisis data dengan uji-
korelasi ® sebesar 0,6138 (p<
t untuk variabel penyesuaian
0,01) yang berarti ada hubungan
sosial terhadap teman laki-laki
positif yang sangat signifikan
menghasilkan nilai t = -3,54 (p<
antara
dengan
0,01), dengan X kota = 108,1964
terhadap
dan X desa = 102,0426 (X kota
citra
penyesuaian teman
raga sosial
laki-laki.
menunjukkan
Hal
> X desa). Hal ini berarti ada
makin
perbedaan
tinggi citra raga makin tinggi
signifikan
pula penyesuaian sosial terhadap
penyesuaian
teman laki-lakinya. Koefisien
teman laki-laki
determinasi (r²) sebesar 0,6138
SMA pedesaan dan perkotaan
(p< 0,01) yang berarti ada
dimana
hubungan positif yang sangat
terhadap teman laki-laki siswi
signifikan
SMA perkotaan lebih tinggi
dengan
bahwa
ini
antara
citra
penyesuaian
raga sosial
yang
sangat
dalam sosial
hal terhadap
antara
penyesuaian
siswi
sosial
daripada siswi SMA pedesaan.
terhadap teman laki-laki. Hal ini menunjukkan
bahwa
makin
PEMBAHASAN
tinggi citra raga makin tinggi pula penyesuaian sosial terhadap
Hasil penelitian menunjukkan
teman laki-lakinya. Koefisien
bahwa ada hubungan yang positif
determinasi (r²) sebesar 0,3767.
antara citra raga dengan penyesuaian
Koefisien ini menunjukkan citra
sosial terhadap teman laki-laki pada
raga
sumbangan
siswi SMA pedesaan dan perkotaan
terhadap
diterima (r = 0,6138, p<0,01). Citra
terhadap
raga yang positif akan menghasilkan
teman laki-laki. Hal ini berarti
penyesuaian sosial terhadap teman
bahwa ada faktor lain sebesar
laki-laki yang baik pula, sebaliknya
memberikan
sebesar
37,67%
penyesuaian
sosial
162 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
citra
raga
yang
negatif
akan
penyesuaian
sosial
bukan berarti yang mempengaruhi
terhadap teman laki-laki yang kurang
penyesuaian sosial terhadap teman
baik. Hal ini sesuai dengan pendapat
laki-laki hanyalah citra raga saja,
Mojor dan Carrington (1984) yang
masih
mengatakan bahwa penampilan fisik
mempengaruhi. Hal ini ditunjukkan
mempunyai peranan yang penting
dengan koefisien determinasi (r²)
dalam mempengaruhi perilaku dan
sebesar 0,3767 yang memperlihatkan
kepribadian remaja.
bahwa
menghasilkan
terhadap
teman
ada
laki-laki,
faktor
citra
raga
lain
tetapi
yang
memberikan
Bagi siswi SMA, penampilan
sumbangan sebesar 37,67% untuk
fisik mempunyai banyak pengaruh
penyesuaian sosial terhadap teman
dibandingkan dengan kemampuan
laki-laki.
intelektualnya dikemukakan
seperti oleh
Gunarsa
yang dan
Faktor lain yang 62,23% itu diperkirakan
adalah
inteligensi
Gunarsa (1986) bahwa dibandingkan
(Schneiders dalam Andriyani, 1996;
dengan kemampuan intelektualnya,
Hurlock, 1999), pengalaman sosial
penampilan fisik mempunyai banyak
pada
pengaruh.
yang
dalam
dilakukan oleh Jersild pun (dalam
1999),
Hardy, 1985) menunujukkan bahwa
(Prihartanti, 1989; Hurlock, 1991),
saat ditanya mengenai apa yang tidak
jenis kelamin (Suryabrata, 1988;
disukai
itu
Prihartanti, 1989), keadaan emosi
sendiri, sangat sedikit remaja yang
(Andriyani, 1996), kondisi keluarga,
menyatakan
budaya,
Hasil
tentang
berhubungan mereka.
penelitian
diri
remaja
hal-hal dengan
kemampuan
Hurlock,
1999;
karakteristik
lingkungan
(Freud Hurlock,
kepribadian
masyarakat
(Hurlock, 1991). Hasil penelitian menunjukkan
menyebutkan beberapa hal mengenai
bahwa ada perbedaan yang sangat
penampilan fisiknya.
signifikan dalam hal penyesuaian
raga
dari
kanak-kanak
60%
Citra
Lebih
yang
masa
mempunyai
sosial terhadap teman laki-laki antara
hubungan yang positif dan sangat
siswi SMA pedesaan dan perkotaan
signifikan dengan penyesuaian sosial
(t = -3,54; p< 0,01; dengan X kota =
163 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
108,1964 dan X desa = 102,0426 (X
dibatasi tabu-tabu sosial tersebut
kota > X desa). Hal ini dapat
yang
dijelaskan bahwa nilai-nilai sosial
sosial terhadap teman laki-lakinya
budaya mempengaruhi pola pikir dan
lebih rendah daripada remaja putri
perilaku
perkotaan.
individu,
termasuk
penyesuaian sosial terhadap teman laki-lakinya.
Hurlock
(1991)
mengakibatkan
penyesuaian
Remaja putri perkotaan lebih diberi
kebebasan
untuk
menyatakan bahwa perilaku yang
dengan
teman
laki-lakinya
dapat diterima oleh masyarakat di
tuntutan-tuntutan
daerah perkotaan mungkin tidak
sosialnya lebih “longgar” dibanding
sesuai dengan standar perilaku yang
remaja putri pedesaan, sehingga
diterima oleh masyarakat di daerah
remaja putri perkotaan mempunyai
pedesaan.
penyesuaian sosial terhadap teman
Pada remaja putri pedesaan lebih
banyak
tuntutan
dari
frustrasi,
tabu-tabu
dibanding remaja putri pedesaan. Perlu digaris bawahi, bahwa
stress
perbedaan Mean penyesuaian sosial
(Schneiders dalam Andriyani, 1996)
terhadap teman laki-laki pada siswi
sehingga
SMA
berakibat
dan
dan
laki-laki yang sedikit lebih baik
lingkungan sosial yang menimbulkan konflik,
serta
bergaul
penyesuaian
pedesaan
hanyalah
lebih rendah dibanding remaja putri
keduanya termasuk dalam kategori
perkotaan. Remaja putri pedesaan
“tingi” dengan X kota = 108,1964
juga
kecenderungan
dan X desa = 102,0426, sehingga
lebih patuh dan menerima aturan-
perbedaan diantara keduanya tidak
aturan yang berlaku baik dalam
begitu jauh.
keluarga
maupun
(=
perkotaan
sosial terhadap teman laki-lakinya
mempunyai
kecil
dan
6,1539)
dan
masyarakat
(Prihartanti,1989). Pada masyarakat
SIMPULAN
pedesaan lebih banyak tabu-tabu sosial dibanding perkotaan, sehingga saat seorang remaja putri pedesaan bergaul dengan laki-laki, mereka
1.
Citra raga berhubungan positif dan sangat signifikan dengan
164 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
penyesuaian
terhadap
diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UG.
memberikan
Blyth, A,D., Simmons, G.R., & Zakin, F.D. 1985. Satisfaction with Body Image for Early Adolescence Female: The Impact of pubertal Timing within Different School Environment. Journal of Youth and Adolescence. 14. 207-223.
sosial
teman laki-laki. 2.
Citra
raga
sumbangan terhadap
sebesar penyesuaian
terhadap
teman
37,67% sosial laki-laki.
Dengan demikian masih ada faktor lain yang juga turut memberikan terhadap
sumbangan
penyesuaian
terhadap
teman
sosial laki-laki.
Kemungkinan faktor lain itu adalah inteligensi, pengalaman sosial pada masa kanak-kanak, karakteristik kepribadian, jenis kelamin, keadaan emosi, kondisi keluarga,
budaya,
dan
Penyesuaian
sosial
Gardner, R.M. 1996. Methodological Issues in Assesment of the Perceptual Component of Body Image Disturbance. British Journal of Psychology. 87, 327-337. Hardy,
lingkungan masyarakat. 3.
Clarke, S. & Koch, B. 1983. Children Development Through Adolescence. Chicago: John Wiley & Son.
terhadap
teman laki-laki pada siswi SMA perkotaan lebih tinggi daripada siswi SMA pedesaan. DAFTAR RUJUKAN Anantasari, M.L. 1997. Hubungan antara persahabatan dengan Penyesuaian Sosial pada Remaja. Skripsi. (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Andriyani, W.N. 1996. Peranan Kompetensi Sosial Terhadap Penyesuaian Sosial pada remaja. Skripsi (tidak
M. 1985. Pengantar Psikologi. Edisi kedua (terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Hurlock, E.B. 1991. Child Development. Tokyo: Mc. Graw-Hill, Kogakusha, Ltd. Hurlock, E.B. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi kelima (terjemahan oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo). Jakarta: Erlangga. Jersild, A.T. 1979. Psychology of Adolescence. New York: Mc. Millan Company.
165 TALENTA PSIKOLOGI Vol. 1 No. 2, Agustus 2012
Meichati, S. 1976. Tanggapan Remaja Mengenai Diri dan Kehidupannya. Jurnal Psikologi. Yoguakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Mojor, B., Carrington, P. 1984. Physical Attractiveness and Self Esteem: Attribution for Praise from an Evaluator. Personality and Sosial Psychology Bulletin. 10, 4349. Monks, F.J., Knoers, A.M.P. & Haditono, S.R. 1994. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Prihartanti, N. 1989. Perbedaan Penyesuaian Sosial antara Kepribadian Tipe Ekstravert dengan Kepribadian Tipe Introvert pada Remaja di SMA I IKIP. Intisari Skripsi. (tidak diterbitkan). Yogyakarta: fakultas Psikoogi UGM. Retnowati. 1984. Body Image pada Schizoprenia. Intisari Skripsi.
(tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Rusiemi, 1993. Peranan Citra Raga terhadap Penyesuaian Diri pada Remaja di SMAN I Lamongan Jawa Timur. Skripsi. (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Sarwono, S.w. 1989. Psikologi Remaja. Jakarta: CV Rajawali. Sears, D.O. Freedman, J.L. & Peplau, L.A. 1988. Psikologi Sosial. Jilid I (terjemahan oleh Adryanto). Jakarta: Erlangga. Soekanto, S. 1990. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: CV Rajawali. Suryabrata, S. 1997. Pengembangan Tes Hasil Belajar. Jakarta: CV Rajawali. Younis, J & Smollar, J. 1985. Adolescence Relation wiyh Mothers, Fathers and Riends. Chicago: The University of Chicago Press.