STUDI PENGARUH INTENSITAS HUJAN TERHADAP GENANGAN BANJIR DI BADAN JALAN (Studi Kasus di Sekitar Jalan Aksara – Medan) Jenlion Justinius Hutapea1 dan Terunajaya2 1
Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl.Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan Email:
[email protected] 2 Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl.Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan Email:
[email protected]
ABSTRAK Daerah Aksara Medan merupakan salah satu Kawasan di Kota Medan yang sering tergenang banjir. Penyebabnya adalah kondisi sarana-prasarana infrastruktur yang tidak memadai, salah satu sarana prasarana dimaksud adalah drainase. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor dan penyebab terjadinya genangan banjir di badan-badan jalan di sekitar Aksara-Medan. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan melakukan survei ke lokasi penelitian dan mengumpulkan data-data dari institusi-institusi terkait. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder kemudian dianalisis berdasarkan analisis hidrologi dan analisis hidrolika dan dievaluasi berdasarkan debit saluran eksisting dengan debit banjir. Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa terjadinya genangan banjir di badan-badan jalan di sekitar Aksara disebabkan beberapa faktor. Pertama, dimensi saluran drainase tidak sesuai di beberapa bagian. Kedua, sedimentasi dan sampah yang memperkecil dimensi saluran dan menghambat laju aliran air. Kata kunci: drainase, hujan, genangan banjir
ABSTRACT Area in Aksara Medan is one of area in Medan city that frequently flooded. It caused by inadequate infrastructures, one of the infrastructure that mean is drainage. The aim of this study is to know factors and the cause of flood inundation in highways in around of Aksara-Medan. The Research Method used is conducting survey in research location and collected data from related institutions. Data that used is primary data and secondary data then analizing according to hydrology and hydraulics and evaluated according to existing channel discharge to flood discharge. This Study concluded that floodwaters in highway in around of Aksara caused several factors. First, dimension of channel doesn’t fit in some part. Second, sedimentation and garbage in channel minimize channel discharge and obstruct the water flow. Keywords: drainage, rainfall, floodwater
1. PENDAHULUAN Kota Medan merupakan pusat pemerintahan provinsi Sumatera Utara, pusat pertumbuhan perekonomian dan pusat pertumbuhan pembangunan khususnya kawasan Sumatera Bagian Utara (Sumbagut), yang menuntut kota ini untuk terus berkembang dengan segala macam sarana dan prasarana infrastruktur penunjang kegiatannya. Pada penulisan yang diteliti adalah sistem jaringan drainase perkotaan yang merupakan salah satu sarana prasarana infrastruktur yang penting dalam pengembangan suatu daerah agar dapat menjadi kota yang terlihat lebih indah, tertata dan bebas banjir. Adapun daerah Aksara dipilih karena di daerah Aksara masih banyak terdapat genangan banjir, apalagi dengan intensitas hujan yang besar dan durasi yang lama. Jika diurut ke belakang, akar dari permasalahan banjir di daerah Aksara berawal dari perubahan tata guna lahan.Pertambahan penduduk yang tidak diimbangi dengan penyediaan prasarana dan sarana perkotaan yang memadai mengakibatkan pemanfaatan lahan perkotaan menjadi acak- acakan. Pemanfaatan lahan yang tidak tertib inilah yang menyebabkan persoalan drainase di perkotaan menjadi sangat kompleks.
Drainase seringkali diabaikan oleh para pengambil keputusan dan kontraktor di lapangan dan seringkali direncanakan seolah-olah bukan pekerjaan yang penting, dan atau paling tidak dianggap kecil dibandingkan dengan pekerjaan-pekerjaan pengendalian banjir.Padahal pekerjaan drainase merupakan pekerjaan yang rumit dan kompleks, bisa jadi memerlukan biaya, tenaga, dan waktu yang lebih besar dibandingkan dengan pekerjaan pengendalian banjir.Secara fungsional, kita sulit memisahkan secara jelas antara sistem drainase dan pengendalain banjir.Namun, secara praktis kita dapat mengatakan bahwa drainase menangani kelebihan air sebelum masuk ke alur- alur besar atau sungai. Hal yang paling mempengaruhi perencanaan drainase antara lain adalah besarnya intensitas curah hujan di daerah pengaliran dan bagaimana tataguna lahan di daerah pengaliran tersebut. Jika diketahui intensitas curah hujan besar dan daerah resapannya kecil, maka dimensi drainase direncanakan lebih besar dan demikian juga sebaliknya.
1.1 Dasar Teori Air hujan yang jatuh di suatu daerah harus dapat segera dibuang. Untuk keperluan itu harus dibuatkan saluransaluran guna menampung air hujan yang mengalir di permukaan tanah dan mengalirkannya ke dalam saluran pembuangan.Saluran pembuangan ini mengalirkan air tadi lebih lanjut ke sungai atau tempat pembuangan air lainnya. Besarnya saluran-saluran penampung dan saluran pembuangan harus cukup untuk mengalirkan debit air berasal dari daerah alirannya masing-masing. Demikian juga bangunan-bangunan yang harus dibuat pada saluran itu, seperti gorong-gorong, jembatan, dan lain sebagainya harus cukup besar untuk mengalirkan debit saluran. Untuk suatu daerah yang penting, misalnya daerah perkantoran, daerah industri di dalam kota, lapangan terbang, umumnya dikehendaki pembuangan air hujan secepat-cepatnya agar jangan ada gengangan air yang berarti di daerah itu. Untuk memenuhi tujuan itu, saluran-saluran harus dibuat cukup besar sesuai dengan banjir rencana. Berhubungan dengan itu, ukuran saluran dan bangunan-bangunan menjadi besar dan mahal, tetapi sering hal ini merupakan suatu keharusan. Sering keadaan tanah di daerah perkotaan tidak memungkinkan untuk membuat saluran-saluran besar. Sehubungan dengan itu, kita terpaksa membuat ukuran saluran (beserta bangunanbangunannya) lebih kecil daripada ukuran menurut hujan rencana. Dalam hal ini, kalau terdapat curah hujan yang menyamai atau melebihi hujan rencana, saluran-saluran akan meluap dan air bah menggenangi halaman-halaman di daerah rendah disekitarnya.
1.1.1 Analisis Frekuensi Curah Hujan Sistem hidrologi kadang-kadang dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa yang luas biasa (ekstrim), seperti hujan lebat, banjir dan kekeringan. Besaran peristiwa ekstrim berbanding terbalik dengan frekuensi kejadiannya, peristiwa yang luar biasa ekstrim kejadiannya sangat langka. Tujuan dari analisis frekuensi data hidrologi adalah berkaitan dengan besaran peristiwa-peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan frekuensi kejadiannya melalui penerapan distribusi kemungkinan.Data hidrologi yang dianalisis tidak tergantung (independent) dan terdistribusi secara acak dan bersifat stokastik. Parameter penting dalam Log Pearson Type III yaitu harga rata-rata, simpangan baku dan koefisien kemencengan. Jika koefisien kemencengan sama dengan nol maka distribusi kembali ke distribusi Log Normal (1) dengan K = variabel standar (standardized variable) yang besarnya tergantung koefisien kemencengan G, s = standar deviasi.
1.1.2 Waktu Konsentrasi Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air dari titik yang paling jauh pada daerah aliran ke titik control yang ditentukan di bagian hilir suatu saluran. Pada prinsipnya waktu konsentrasi dapat dibagi menjadi 1. Inlet time (to), yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di atas permukaan tanah menuju saluran drainase. 2. Conduit time (td), yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di sepanjang saluran sampai titik control yang ditentukan di bagian hilir.
Waktu konsentrasi dapat dihitung dengan rumus berikut ini: tc = to + td
(2)
dengan tc= waktu konsentrasi (jam), to = inlet time, waktu yang diperlukan air hujan mengalir di permukaan tanah dari titik terjauh ke saluran terdekat (jam), td = conduit time, waktu yang diperlukan air hujan untuk mengalir di dalam saluran sampai ke tempat pengukuran (jam).
1.1.3 Analisa Intensitas Hujan Intensitas curah hujan didefinisikan sebagai ketinggian curah hujan yang terjadi pada kurun waktu dimana air hujan berkonsentrasi.Analisa intensitas curah hujan ini dapat diproses berdasarkan data curah hujan yang telah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Perhitungan besarnya intensitas curah hujan dapat dipergunakan beberapa rumus empiris dalam hidrologi. Rumus Mononobe dipakai apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia, yang ada hanya data hujan harian. (3) dengan I = intensitas curah hujan (mm/jam), t = lamanya curah hujan (jam), R24 dalam 24 jam (mm)
= curah hujan maksimum
1.1.4 Limpasan (runoff) Koefisien pengaliran (runoff coefficient) adalah perbandingan antara jumlah air hujan yang mengalir atau melimpas di atas permukaan tanah (surface run-off) dengan jumlah air hujan yang jatuh dari atmosfir (hujan total yang terjadi).
1.1.5 Debit Rencana Debit rencana adalah debit maksimum yang akan dialirkan oleh saluran drainase untuk mencegah terjadinya genangan. Untuk drainase perkotaan dan jalan raya, sebagai debit rencana ditetapkan debit banjir maksimum periode ulang 5 tahun. Pemikiran secara rasional ini dapat dinyatakan secara aljabar dengan: Q = 0,00278 C. I. A m3/det3 dengan A = luas daerah pengaliran, I = intensitas hujan, C
(4)
= angka pengaliran.
1.1.6 Dimensi Saluran Dimensi saluran harus mampu mengalirkan debit rencana atau dengan kata lain debit yang dialirkan oleh saluran (Qs) sama atau lebih besar dari debit debit rencana (Qp). Hubungan ini ditunjukkan sebagai berikut: Qs ≥ Qp
(5)
Debit suatu penampang saluran (Qs) dapat diperoleh dengan menggunakan rumus seperti di bawah ini: Qs = As. v
(6)
dengan As = luas penampang, V = kecepatan aliran (m/det), Qs = debit saluran drainase (m3/det), Qp = debit puncak/ rencana (m3/det) Kecepatan rata-rata aliran di dalam saluran dapat dihitung dengan menggunakan Rumus Manning sebagai berikut: (7) (8) dengan v = kecepatan aliran m/det), n = koefisien kekasaran manning, R= jari-jari hidrolis (m), S = kemiringan dasar saluran, A = luas penampang, P = keliling basah saluran (m)
Tabel 1. Nilai Koefisien Manning Tipe Saluran Koefisien manning (n) a. Baja 0.011 – 0.014 b.Baja permukaan 0.021 – 0.030 gelombang c. Semen 0.010 – 0.013 d. Beton 0.011 – 0.015 e. Pasangan batu 0.017 – 0.030 f. Kayu 0.010 – 0.014 g. Bata 0.011 – 0.015 h. Aspal 0.013
1.1.7 Tinggi Jagaan Tinggi jagaan atau free-board pada saluran ditentukan oleh kapasitas saluran atau dapat berdasarkan tinggi air (h), yaitu berkisaran antara 5 sampai 30 % dari ketinggian air (h).
2. METODOLOGI Dalam penelitian, data merupakan hal yang memiliki peranan penting sebagai alat penelitian hipotesis pembuktian untuk mencapai tujuan penelitian.Data yang dibutuhkan pada dasarnya dibagi dalam dua kelompok yaitu data primer dan data sekunder. Data primer ini diperoleh dengan cara melakukan pengamatan/ pengukuran langsung di lapangan. Sedangkan data sekunder diperloleh dari instansi-instansi terkait atau badan-badan tertentu.
2.1 Analisis Data Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dalam suatu perhitungan untuk memperoleh hasil penelitian yang selanjutnya akan diambil kesimpulan dari tujuan penulisan ini. Adapun cara analisis penelitian ini adalah: 1. Menganalisa curah hujan yaitu dengan mengambil data curah hujan maksimum tiap tahun. 2. Menganalisa frekuensi dan probabilitas curah hujan dengan menggunakan empat jenis distribusi yang digunakan dalam bidang hidrologi yaitu Distribusi Normal, Distribusi Log Normal, Distribusi Log Person III, dan Distribusi Gumbel. 3. Menguji hasil distribusi sampel data yang dipilih dengan uji kecocokan Chi-Kuadrat dan Smirnovv-Kolmogorov dengan tujuan persamaan distribusi frekuensi sampel data yang dipilih dapat diterima atau tidak. 4. Menghitung waktu konsentrasi, waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air dari titik yang paling jauh pada daerah aliran ke titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir suatu saluran. 5. Melakukan perhitungan intensitas hujan dengan metode mononobe. Ini dikarenakan data jangka pendek tidak tersedia, yang ada hanya data hujan harian maksimum. 6. Menghitung luas daerah genangan air/banjir. 7. Menghitung nilai C (runoff coefficient). Besaran ini dipengaruhi oleh tata guna lahan, kemiringan lahan, jenis dan kondisi tanah. 8. Menghitung debit rencana, yaitu penjumlahan antara debit air hujan dengan debit air kotor. 9. Menghitung debit saluran eksisting drainase. 10. Menganalisa apakah kapasitas saluran drainase tersebut cukup menampung debit rencana atau tidak. Jika tidak, perlu direncanakan saluran drainase yang baru. 11. Memberikan kesimpulan dan saran.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Analisa Frekuensi Curah Hujan Dalam penelitian ini, data curah hujan yang digunakan adalah data curah hujan dari tiga stasiun, yaitu stasiun Sampali, Polonia dan Bandar Khalipa yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika selama 10 tahun terakhir.
Tabel 2. Curah Hujan di Lokasi Pnelitian
Tahun
Sta. Aksara
Sta. Polonia
Sta.B Khalipa
Ratarata
2002
99
69
80
82.67
2003
151
98
105
118.00
2004
123
100
72
98.33
2005
116
88
85
96.33
2006
112
125
97
111.33
2007
135
88
70
97.67
2008
90
82
75
82.33
2009
103
115
80
99.33
2010
101
72
100
91.00
2011
98
83
80
87.00
3.2 Analisa Curah hujan Rencana Parameter Statistik Curah Hujan adalah sebagai berikut: Standard deviasi (Sx) = 0,051 Koefisien Kemencengan (Cs) = 0,0686 Log XT = + KT S Log X Tabel 3. Curah Hujan Periode Ulang Periode Ulang
log X
S Log X
KT
Log XT
XT (Curah Hujan)
(Tahun) 2
1.981
0.05119
-0.01
1.981
95.665
5
1.981
0.05119
0.837
2.024
105.72
10
1.981
0.05119
1.288
2.047
111.49
25
1.981
0.05119
1.773
2.072
118.05
3.3 Jaringan Drainase Adapun jaringan drianse di lokasi penelitian adalah seperti gambar dibawah:
Gambar 1. Jaringan Drainase di Lokasi Studi
3.4 Analisa Intensitas Hujan Sebelum mencari Intensitas hujan rancangan harus diketahui terlebih dahulu waktu konsentrasi (tc) yang dibutuhkan air hujan yang jatuh dari titik terjauh ke titik pengamatan (CP). Untuk Saluran Sejati I: diketahui: n = 0,013, Lo = 92,75 m, Ls = 296,5 m, So = 0,001, v = 0,4 m/s, R = 105,72 m = 2,093 menit
tc = 2,093 + 12,354 = 14,447 menit = 0,241 jam Maka, I
= 94,69 mm/jam
3.5 Analisa Debit Rencana Untuk Jalan Sejati I Debit air hujan: Diketahui: C = 0,69, I = 94,69 mm/jam, A = 2,32 Ha Qah = 0,00278 x 0,69 x 94,69 x 2,32 = 0,420 m3/det Debit air kotor: Sp = 330,53 jiwa/Ha, A = 2,32 Ha, Po = Sp x A = 330,53 jiwa/Ha x 2,32 Ha = 766,83 jiwa Jumlah penduduk periode ulang 5 Tahun dalam daerah pengaliran: = 838,37 jiwa Rerata buangan air limbah = 70 % kebutuhan air bersih. Pada Jalan Sejati sebagian besar adalah bangunan rumah tangga maka, rerata buangan air limbah adalah = 250 liter/orang/hari x 70 % = 175 liter/orang/hari = 2,025 x 10-6 m3/det/orang Debit yang dihasilkan pada periode ulang 5 Tahun adalah: Qak = rerata air buangan x Pn x fdp Qak = 2,025 x 10-6 x 838,37 x 4,5 Qak = 0,00764 m3/det Maka Debit Rencana (Qr) = Qah + Qah = 0,420 + 0,00764 = 0,4276 m3/det
3.6 Analisa Debit Saluran di Titik Pengamatan (CP) Menghitung debit di tiap titik Pengamatan (CP) bertujuan untuk mengetahui besar debit total di tiap titik pengamatan, yang selanjutnya digunakan sebagai evaluasi terhadap debit saluran drainase eksisting. Tabel 4. Evaluasi Debit Rencana Terhadap Debit Saluran Nama Jalan
Bentuk Inlet
Saluran
CP
Dimensi Saluran a
b
h
(Td)
Qs (1) 3
Qs(2) 3
Qr
Evaluasi
3
(m)
(m)
(m)
(m)
(m /det)
(m /det)
(m /det)
Sejati
Ia
CP
3
Trapesium
1.00
0.75
0.80
0.40
0.923
0.333
0.427
Not OK
Mandala
Ib
CP
1
Trapesium
1.00
0.75
0.80
0.20
1.073
0.691
0.669
OK
By Pass
Ie
CP
2
Trapesium
1.00
0.75
1.50
0.20
3.376
2.633
1.731
OK
Ic
CP
4
Persegi
-
0.60
0.50
0.30
0.293
0.087
0.377
Not OK
Id
CP
5
Persegi
-
0.60
0.50
0.30
0.293
0.087
0.452
Not OK
If
CP
6
Trapesium
1.00
0.75
0.80
0.40
0.923
0.333
0.509
Not OK
CP
7
Persegi
-
1.00
1.50
0.10
2.697
2.487
2.24
OK
CP
10
1.00
0.75
0.80
0.40
0.923
0.333
0.436
Not OK
Mandailing Letda Sudjono Goronggorong Sejati
IIa
Trapesium
Nama Jalan
Aksara
Mandailing Letda
Bentuk Inlet
Prof. M
Saluran
CP
a
b
h
(Td)
Qs (1)
Qs(2)
Qr
Evaluasi
(m)
(m)
(m)
(m)
(m3/det)
(m3/det)
(m3/det)
IIb IIe
CP CP
8 9
Persegi Persegi
-
0.70 0.70
0.80 1.50
0.10 0.10
0.755 1.942
0.642 1.796
0.689 1.884
Not OK Not OK
IIh
CP
16
Persegi
-
0.70
1.50
0.10
1.942
1.796
1.114
OK
IIc
CP
11
Persegi
-
0.60
0.50
0.30
0.293
0.087
0.42
Not OK
IId
CP
12
Persegi
-
0.60
0.50
0.30
0.293
0.087
0.467
Not OK
IIf
CP
13
Trapesium
1.00
0.75
0.80
0.40
0.923
0.333
0.488
Not OK
CP
14
Persegi
-
1.00
1.50
0.10
2.697
2.487
2.372
OK
IIg
CP
15
Persegi
-
0.60
0.70
0.35
0.442
0.186
0.374
Not OK
IIi
CP
17
Persegi
-
1.00
1.80
0.20
3.329
2.907
3.858
OK
Sudjono Goronggorong Ksatria
Dimensi Saluran
Yamin Keterangan Tabel: CP = Titik Pengamatan a = Lebar atas saluran b = lebar bawah saluran h = tinggi saluran
Td Qs (1) Qs (2) Qr
= tebal sedimen = Debit saluran bersih = Debit saluran dengan sedimen = Debit rencana total
3.7 Desain Saluran Drainase Baru Desain drainase yang diaplikasikan pada kasus ini adalah dengan memperdalam dan memperlebar dimensi saluran. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa teknis sesuai dengan kondisi saluran yang ada di lokasi studi. Pertimbangan-pertimbangan yang diambil yaitu: 1. Mempertimbangkan ketersediaan lahan di lokasi drainase. 2. Mempertimbangkan kecepatan minimum untuk mencegah terjadinya sedimentasi. Untuk Drainase di Jalan Mandala By Pass, Aksara dan Prof. M.Yamin merupakan saluran collector, sesuai fungsinya saluran ini merupakan saluran pengumpul. Oleh karena itu saluran ini memiliki resiko yang cukup besar terhadap sedimentasi. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka perlu dilakukan penambahan dimensi saluran kecil (setengah lingkaran) pada dasar saluran, dimana saluran ini sesuai konsepnya yaitu dengan debit yang lebih kecil dapat mengalirkan sedimentasi pada saat tidak terjadi hujan. Dimensi saluran ini dapat dicari sesuai dengan debit rumah tangga harian pada lokasi. Tabel 5. Rencana Dimensi Saluran Drainase Baru Nama Jalan
Inlet
CP
Dimensi Saluran baru
Bentuk
Debit
Saluran
Rencana
a
b
h
(m3/det)
(m)
(m)
(m)
Slope
Q sal
Evaluasi
Bersih
(Qs>Qs)
(m3/det)
Sejati
Ia
CP
3
Trapesium
0.427
1
0.75
0.8
0.00150
0.923
OK
Mandala By Pass
Ib
CP
1
Trapesium
0.669
1
0.75
0.8
0.00202
1.073
OK
Ie
CP
2
Trapesium
1.731
1
0.75
1.5
0.00310
3.376
OK
Ic
CP
4
Persegi
0.377
-
0.75
0.7
0.00150
0.504
OK
Id
CP
5
Persegi
0.452
-
0.75
0.7
0.00150
0.504
OK
Mandailing
Dimensi Saluran baru Nama Jalan
Inlet
Letda Sudjono Goronggorong
If
Sejati
CP
Bentuk Saluran
Debit Rencana (m3/det)
a (m)
b (m)
h (m)
Slope
Q sal
Evaluasi
Bersih (m3/det)
(Qs>Qs)
CP
6
Trapesium
0.509
1
0.75
0.8
0.00150
0.923
OK
CP
7
Persegi
2.24
-
1
1.5
0.00202
2.697
OK
IIa
CP
10
Trapesium
0.436
1
0.75
0.8
0.00150
0.923
OK
IIb
CP
8
Persegi
0.689
-
0.7
0.8
0.00202
0.755
OK
IIe
CP
9
Persegi
1.884
-
0.7
1.5
0.00310
1.942
OK
IIh
CP
16
Persegi
1.114
-
0.7
1.5
0.00310
1.942
OK
IIc
CP
11
Persegi
0.42
-
0.75
0.7
0.00150
0.504
OK
Mandailing
IId
CP
12
Persegi
0.467
-
0.75
0.7
0.00150
0.504
OK
Letda Sudjono Goronggorong
IIf
CP
13
Trapesium
0.488
1
0.75
0.8
0.00150
0.923
OK
CP
14
Persegi
2.372
-
1
1.5
0.00202
2.697
OK
Ksatria
IIg
CP
15
Persegi
0.374
-
0.6
0.7
0.00150
0.442
OK
Prof. M Yamin
IIi
CP
17
Persegi
3.858
-
1.2
1.8
0.00202
4.385
OK
Aksara
4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan di atas adalah sebagai berikut: 1. Dari analisa frekuensi curah hujan terdapat empat jenis distribusi yang dicoba. Setelah diuji distribusi yang dipakai untuk menganalisa intensitas curah hujan adalah distribusi Log pearson III. 2. Adapun besar curah hujan rencana dengan menggunakan distribusi Log Pearson III yang akan digunakan adalah tertentu adalah periode ulang 5 tahun yaitu sebesar 105,724 mm 3. Luas daerah pengaliran adalah 29,56 Ha, dengan jenis penutupan lahan seperti: pertokoan, perumahan, perkerasan (aspal), kawasan parkir (paving) dan halaman. 4. Dari hasil analisa debit, diperoleh 12 saluran yang tidak dapat menampung debit rencana (Qr>Qsal) dengan rincian sebagai berikut: a. Terdapat 5 (lima) saluran yang harus didesain ulang yaitu: - CP4, CP5, CP11 dan CP12 dengan debit rencana Qr = 0,467 m3/det dengan dimensi saluran persegi, h = 70 cm dan b = 75 cm - CP17 dengan debit rencana Qr = 3,858 m3/det dengan dimensi saluran persegi, h = 180 cm dan b = 120 cm, serta penambahan setengah lingkaran di dasar saluran dengan diameter 45 cm. b. Terdapat 7 (tujuh) saluran yang terpenuhi oleh sampah dan sedimentasi yang memperkecil daya tampung saluran drainase dan mengganggu laju air yaitu di CP3, CP6, CP8, CP9, CP10, CP13,CP15. 5. Untuk mengantisipasi sedimentasi pada saluran perlu dilakukan penambahan dimensi saluran kecil (setengah lingkaran) pada dasar saluran, dimana saluran ini sesuai konsepnya yaitu dengan debit yang lebih kecil dapat mengalirkan sedimen pada saat tidak terjadi hujan. Oleh sebab itu dalam perencanaan dimensi saluran setengah lingkaran ini, dicari sesuai dengan debit rumah tangga harian. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut: a. Untuk Jalan Mandala by pass dan jalan Aksara dengan diameter 40 cm. b. Untuk Jalan Prof. M.Yamin dengan diameter 45 cm. 6. Dari hasil analisa, penyebab genangan di badan-badan jalan di daerah aksara adalah saluran drainase yang tidak berfungsi dengan baik akibat sampah, sedimentasi dan rumput, selain itu dimensi saluran drainase di beberapa titik yang tidak memenuhi.
7. Dampak yang disebabkan oleh genangan banjir di badan-badan jalan sekitar Aksara adalah: a. Genangan air/banjir dapat merusak perkerasan jalan, yang mengakibatkan umur perkerasan lebih pendek dibandingkan umur rencana. b. Genangan air/banjir sangat mengganggu mobilitas pengguna jalan karena mengakibatkan macet, apalagi daerah genangan berada di persimpangan.
4.2 Saran Adapun saran yang diberikan untuk mengatasi genangan banjir di badan jalan sekitar Aksara adalah: 1. Mengubah penampang saluran drainase eksisting dengan memperbesar saluran drainase. 2. Perlu peran serta masyarakat agar peduli terhadap lingkungan hidupnya, salah satunya adalah dengan tidak membuang sampah ke saluran drainase. 3. Pemerintah Kota Medan seharusnya secara berkala mengeruk sedimentasi di saluran drainase, karena sudah memperkecil penampang saluran drainase.
DAFTAR PUSTAKA Dirjend. Pengairan Dept. Pekerjaan Umum,1986, Standar Perencanaan irigasi Kriteria Perencanaan Bagian Saluran (KP-03). CV. Galang Persada, Bandung Harto, Br Sri, 1993, Analisa Hidrologi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Haryono, Sukarto, 1999, Drainase Perkotaan, PT. Mediatama Saptakarya, Jakarta. Linsley, Ray K, 1986, Hidrologi Untuk Insinyur, Penerbit Erlangga, Jakarta. Hutapea, Jenlion, 2013, Studi Pengaruh Intensitas Hujan Terhadap Genangan Banjir di Badan Jalan (Studi Kasus di Sekitar Jalan Aksara - Medan), Tugas Akhir, Departemen Teknik Sipil USU, Medan. Seyhan, Ersin, 1990, Dasar-dasar Hidrologi, Gadjah Mada University press, Yogyakarta. Soemarto CD, 1993, Hidrologi Teknik, edisi kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta. Sosrodarsono, Suyono, 2003, Hidrologi untuk pengairan, Pradnya Paramita, Jakarta. Subarkah, Iman, 1980, Hidrologi Untuk Perencanaan Bangunan Air, Idea Dharma, Bandung. Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, Penerbit Andi, Yogyakarta. Wesli, 2008, Drainase Perkotaan, Graha ilmu, Yogyakarta. Zulkarnaen Iskandar, 2012, Evaluasi Sistem Drainase di Kawasan Jalan Bunga Kenanga Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang Kota Medan, Tugas Akhir, Departemen Teknik Sipil USU, Medan.