STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH "HAYATU MUHAMMAD" KARYA MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL DITINJAU DAR! SEGI RAGAM TERJEMAHAN DAN DIKSI
Skripsi Oiajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untllk Memenllhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Smjana Sastra
Oleh:
Ahmad Turmudzi NIM: 197024013504
Oi Bawal. Bimbingan
pemb~~----_··_._---'--
-::z
Drs. H. Didin ro'uddin AR M.A. NIP. 150.73 .507
Pembimbing II,
KarlinaHelmanita, M.Ag. NIP. 150.286.392
JURUSAN TARJAMAH FAKLTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2005 M / 1426 H
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul STUDT KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH "HAYATU MUHAMMAD" KARYA MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL DITINJAU DARI SEGI RAGAM TERJEMAHAN DAN DIKSI telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 3 Pebruari 2005. Skripsi ini telah diterima :;ebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra
Program Strata 1 (SI) pada Jurusan
Tarjamah.
Jakana, 21 Pebruari 2005 Sidang Munaqasyah
Sekretaris Merangkap Anggota,
-------
~L~· NIP. 150.268.589
Anggota:
~~---
X
H. Ahm Sya chuddio, M.Ar., __---Nrp-:-I-S(J.3"03:tlOl
D,·s. H. Didio· ira' uddin AR M.A. NIP. 150.73 .507
Karlina Helmaoita, M.Ag. NIP. J50.286.392
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur yang sedalam-dalamnya ke hadirat Allah S.W.T. yang telah memberikan kekuatan lahir batin dan membenkan kemudahan jalan, sehingga pcnulis dapat menyelesaikan tugas skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada baginda kita, Nabi besar Muhammad Saw. yang telah membimbing urnatnya menuju jalan kebaikan mencapai mardhatillah.
Walaupun sempat mengalami hambatan dan rintangan yang cukup berat, namun berkat dorongan dan berbagai pihak dan atas keteguhan hati sang penulis sendiri, al-hamdulillah semua itu dapat diatasi dengan mudah. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada: 1. Orang tua kami, terutama Ibuku yang tercinta yang telah memberikan
segalanya bagiku, baik berupa materi maupun immateri sehingga ah.'U dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 2. Juga kepada saudara-saudaraku semuanya yang telah
mt~mberikan
dukungan,
terutama dukungan moril yang amat berharga bagi penulis. 3. Bapak Prof. Dr. Azyumardi Azra selaku Rektor UIN Syanf Hidayatullah Jakarta 4. Bapak Dr. H. Badri Yatim M.A. selaku Dekan Fakultas Adab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta para Dosen dan Staff-nya.
Akhirnya kepada Allah-lah memohon perlindungan dan pengampunan, selia mencurahkan segala taufiq dan hidayah-Nya kepada lcami.
Jakarta, Pebruari 2005 UIN SyarifHidayatullah Jakarta
DAFTARISI
Hal.
LEMBAR PENGESAHAN
,
KATA PENGANTAR
,
DAFTAR lSI...
,
,
" ,
,
'"
III
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
BAB I
PENDAHULUAN
,
A. Latar Belakang Masalah
.
,
,
VI
,
'
IX
"
.
'
,
"
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah
,
,.
. 8
C. Tujuan Penelitian...
BAB 11
8
D. Metode Penelitian
,
E. Sistematika Penulisan
,
'" ,
9 ,
10
,.
DEFINISI DAN KARAKTERISTIK PENERJEMAHAN... A. Pengertian Peneljemahan
B. Karakteristik Peneljemahan I. Klasifikasi Penerjemahan
, ,. .. . .. .
... ... ,
II ... ... .
'
2. Ragam Teljemahan.... ,. a. Ragam Terjemahan Berdasarkan Keluasan Bahasanya.....
12 21 21 23 25
1) Terjemah Penuh
,
2) Terjemah Parsial...
,
,
'" .,
,
25 ,
26
, ... .. .
27
,
28
b. Ragam Terjemahan Berdasarkan Unsur-unsur Bahasanya
,
1) Terjemah Tuntas
,
2) TeIjemah Terbatas...
29
c. Ragam Terjemahan Berdasarkan Tataran Bahasanya..... 1) Terjemah Terikat...
, ~
2) TeIjemah Bebas
3. Prinsip - prinsip Dasar Penerjemahan
BAB III
30
,
38
,
,
,
44
BUKU HAYA-TU MUHAMMAD DAN BIOGRAFI SINGKAT ALl AUDAH
54
A. Buku Hayiitu 1vluhammad dan Pengarangnya...
54
B. Biografi Singkat Ali Audah
BAB IV
,
29
,
,
58
TINJAUAN KRITIS TERJEMAHAN HAYA-TU j\1[IHAMMAD DlPANDANG DAR! SEGl RAGAM TERJEMAHAN ..... , ..... , ..
63
A. Konsistensi Ragam Terjemahan
63
B. Penggunaan Diksi
_ , .. , ,
,
"
74
BAB VI PENUTUP...............
80
A. Kesimpulan...........................................................
80
B. Rekomendasi.........................................................
81
DAFTAR PUSTAKA..................................................................
82
LAMPIRAN............................................................................
85
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB - LATIN
Pedoman transliterasi Arab-Latin ini ditulis berdasa1Lkan surat keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, nomor: 158 tahun 1987 dan nomor: 0543b/U/1987.
Huruf Arab Nama
HurufLatin
Nama
alif
tidak.dilambangkan
tidak dilambangkan
'-I
ba
b
be
W
ta
t
te
~
sa
·s
es (dengan titik di atas)
(;:
JIm
J
Je
i: i:
ha
h
ha (dengan titik di bawah)
kha
kh
kadan ha
~
dal
d
de
~
zal
z
·
zet (dengan titik di atas)
.)
ra
r
er
.)
ZaI
Z
zet
lY'
sm
s
es
lY'
sym
sy
es dan ye
(.)"'"
sad
es (dengan titik di bawah)
u":' .b
dad
s • d • t ~
zet (dengal1 titik di bawah)
•
j;,
t t
ta za
·
' am .
gam
de (dengan titik di bawah) te (dengaIl titik di bawah)
koma terbalik (di atas) g
ge
U
-
fa
f
ef
c.j
qaf
q
ki
..cl
kaf
k
ka
J
lam
I
el
f
mlm
m
em
0
nun
n
en
J
wau
w
we
.A
ha
h
ha
....
harnzah
'-:f
ya
koma terbal:ik (di atas)
y
ye
Contoh:
kataba ..,9/= ....
.
~.lJ
~
yazhabu
.JI ?.J' ./
J~ .J /
yaqulu
//,,1 '1/
b..JJlJI
al-Munawwarah ar-r~ulu
fa aufii al-kaila wa-almIzan 'alan-nasi bil-ufuq al-mubIn
BABI PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Sebuah penerjemahan membutuhkan kemampuan ganda yang mau tidak
mau harns dimiliki oleh seorang peneJjemah (peneJjemah profesional). Ia harns mampu mengalihkan atau memindahkan satu bahasa (bahasa sumber) ke bahasa lain (bahasa sasaran). Seperti eli dalam tata bahasa Indonesia menggunakan pedoman Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).1 Umpamanya dalam mengalihkan bahasa Arab ke bahasa Indonesia, peneJjemah harns menguasai tata bahasa Indonesia, di samping tata bahasa Arab. Karena dengan menguasai tata bahasa kedua bahasa tersebut maka peneljemah akan mudah menempatkan kalimat sesuai dengan posisinya. Ketika penerjemah menerjemahkan dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia, maka penerjemah sebaiknya menggunakan tata bahasa Indonesia dalam memposisikan kalimat (hasil terjemahan), bukan dengan menggunakall tata bahasa Arab. Hal ini untuk memudahkan proses penerjemahan dan sekaligus untuk memudahkan pembaca dalam memahami hasil teJjemahall itu. Seperti eli dalam bahasa Indonesia, pedoman penulisalmya diatur dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Dengan EYD inilah kita mampu mellulis sebllah karya ilmiah secam benar, sistematis dan terarah. Ketika seseorang mengucapkan sesllatu terhadap lawan 1 Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Pedol1lan lJll/um FJaan Bahasa Indonesia Yang Disempumakan, (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), cet. ke-13
2
bicaranya, maka yang terbersit di dalam hati lawan bicaranya adalah apakah yang diucapkannya itu merupakan kalimat berita, kalimat tanya atau kalimat perintah. Hal ini dapat diketahui melalui
intona~i
(tekanan snara atau nada) dari pembicara tersebut;
keras atau Iembut, tinggi atau rendah, panjang atau pendek. Apabila ucapan itu dituangkan ke dalam bentuk tulisan, kaIimat itu dinyatakan mdaIui tanda baca ataU
pungtuasi. Penulis dapat memberikan contoh seperti berikut: Coba Ieatalean, Saudara, stapa namamu? DaIam ujaran yang wajar antara "katakan" dan "saudara" tidak terdapat perhentian, sebab itu sebarusnya koma di sana dihiIangkan. Namun karena kata "saudara" dan "siapa" ditempatkan koma, karena diberikan perhentian sebentar dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya karena intonasinya adalah intonasi tanya Dalam
hal
ini
penulis dapat memberikan satU'
contoh sederhana
peneljemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia sebagai berikut: "Bakar selalu berbuat baik,,2
,
/
Lafaz L. di atas termasuk L. l1aji (pengingkaran) yang artinya "tidak". /
/
Sedangkan Iafaz ~ .-
bermakna berhenti dari.. ./melupakan/menenangkan. J Maka
.- .- --lafilz ~ .- L. diteJjemahkan secara literal (harfiah) menjadi "tidak berhenti dari" atau
"tidak melupakan untuk". Dengan demikian dapat ditafsirkan menjadi "selalu".
2 Cbatibul Umam, Pedoml/n Dasar JIll/II Nahwu Terjema" Mllkhtashar Jiddan, (Jakarta: Daml Ulum Press, J 992), cet. ke-5, h. 142 3 AJunad Warson Munawir, AI-Mllnawir: KalJllls Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progress if, 1997), eet. ke-4, h. 1030
3
... Oleh karena itu salah llpabila L. (pada kalimat di atas) dikategorikan sebagai /
L. is! ifham, sebab artinya akan menjadi rancu, yaitu "Bakar berhenti dari berbuat baik apa?" Sering teJjadi bahwa unsur-unsur kalimat yang merupakan kesatuan ditampilkan daJam urutan yang terpisah, yaitu diintempsi okh unsur-unsur yang kurang esensil sifatnya. Dalam hal ini hams dipergunakan tanda baca agar hubungan itu tidak menjadi kabur. Misalnya kita tidak boleh memisahkan unsur-unsur yang merupakan kesatuan yang erat. Sebaliknya kita hams memisahkan anak-anak kalimat yang independen dan dalam sebuah kalimat majemuk, memisahkan subyek dari unsur-unsur pengantar predikat yang mendahului subyek, memisahkan unsur- unsur yang setara, dan lain sebagainya. 4 Berdasarkan contoh di atas membuktikan bahwa seorang penerjemah harus menguasai kedua bahasa tersebut (bahasa sumber dan bahasa sasaran). Karena bila hal ini tidak dimiliki, maka akibatnya peneJjemah akan menghasilkan teJjemahan yang bumk, dalam arti tidak sesuai atau menyimpang dari pesam yang disampaikan oleh penulis aslinya. Melihat fenomena semacam itu maka sebuah keniscayaan bagi seorang peneJjemah untuk menguasai secara benar kedua bahasa (baik bahasa sumber maupun bahasa sasaran). Sesuai dengan pernyataan Nurachman Hanafi5 tentang
4
Gorys Keraf, Komposisi. (Flores: Penerbit Nusa lndah, 1994 ), eel. k,,-lO. h. 14
4
peneIjemahan, bahwa terjemahan adalah penggantian naskah berbahasa sepadan. Artinya naskah bahasa sumber dialihkan kepada bahasa sasaran secara sepadan. Memang pengalihan bahasa tcrsebut tidak mungkin J00% bisa sepadan, akan tetapi paling tidak dapat lebih dekat maknanya. Oleh karena itu dibutuhkan kreatifitas yang baik dari peneIjemah untuk memilih kemungkinan padanan yang dekat dalam men/:,'1lIlgkapkan makna yang sesuai dengan situasinya. Sebuah teIjemahan akan terkait erat dengan ragam teIjemahan. Ketika seorang penerjemah ingin meneIjemahkan sebuah tulisan (teks sumber), maka yang perlu diperhatikan oleh peneljemah tersebut adalah maksuddan tujuan penulis (teks sumber) membuat buku atau naskah tersebut. Sehingga peneIjemah akan lebih mudah memilih objek yang akan dijadikan sasaran peneIjemahan serta memahami betul pendekatan apa yang sebaiknya dilakukan. Memang para ahli linguistik (ahli bahasa) berbeda pendapat mengenal ragam terjemahan. Nurachman Hanafi 6 mengatakan ada tiga ragam terjemahan dalam sebuah proses peneIjemahan, yaitu teIjemah kata per kata (word for word
translation), teIjemah terikat (literal translation) dan teIjemah bebas (free translation). Suhendra Yusuf7 menyebutkan terdapat dua ragam teIjemahan yang lazim digunakan oleh para penerjemah, yaitu terjemah terikat (literal translalion) dan
'Nuraehman Hallafi, Teori dan Seni Menerjemahkan, (Flores: Penerbit Nusa Indah, 1985), eel. ke-l, h. 24 6 Ibid,
h.54
7 Suhendra Yusuf, Teori Tetjemah Pengalltar ke Arah Pelldekatan Lillgllistik dall Sosiolingllistik, (Bandung PT Mandar Maju, 1994), h. 25
5
terjemah bebas (free translation). Sedang M.Rudolf Nababan 8 membagi ragam teljemah mel1iadi sepuluh ragam terjemah, yaitu ragam terje:mah kata demi kata, teIjemah bebas, terjemah harfiah, terjemah dinamik, teIjemah pragmatik, teIjemah estetik puitik, teIjemah etnografik, terjemah linguistik, terjemah komunikatif dan teIjemah semantik. Sekalipun mereka berbeda pendapat dalam menentukan ragam teIjemahan, namun apabila kita tarik kesimpulan baik Nurachman Hanafi, Suhendra Yusuf maupun M. Rudolf Nababan pada dasarnya setuju dan mengakui adanya ragam terjemahan yang populer yaitu terjemahan kata per kata (word for word). terikat (literal), dael bebas (fi·ee}.9 Berdasarkan ragam teljemahan yang terdiri dari tiga kategori tersebut maka penulis tertarik untuk mengkritisi sebuah buku terjemahan yang berjudul Hayiitu Muhammad karya Muhammad Husain Haekal yang diterjemahkan oleh Ali Audah
menjadi Sejamh Hidup Muhammad. Buku Hayalu Muhammad adalah salah satu buku terbaik karya Muhammad Husain Haeka!, karena gaya bahasanya yang indah yang didasarkan kepada pemikiran yang logis dan sistematis sehingga mudah dipahami dengan baik dan juga didukung oleh data-data otentik. Prof. Dr. Hamka lO mengatakan dalam sambutannya pada buku
• M. RudolfNababan, Teari Meneljemah Bahasa IlIggris, (Yogyakarta: Puslaka Pelajar, 1999), eel. ke-1, h.30-46 9
Ibid
10 Ali Audah, Sejarah Hidup Muhammad, leJjemahan, (Jakarta: PT Puslaka Lilera Anlar NusH, 1999), eet. ke-23, h.xxxvii
6
"Sejarah Hidup Muhammad" yaitu: "Apabila kita baca buku Hayiiiu Muhammad dalam ash bahasa Arabnya, leita belum akan berhenti membaca sebelum selesai sampai akhir, karena bahasa yang dipakai, keindahan susunannya, keluasan ilmunya dan keteguhan hujjahnya. Beliau adalah seorang pemikir Mesir yang gigih mempetjuangkan Islam melalui gerakan intelektllal, khususnya dalam upaya mengkounter pemikiran-pemikiran orientalis Barat. Tema yang diajukan Penulis dalam skripsi ini merupakan pengembangan dari skripsi yang disusun oleh Anita; mahasiswi Jurusan Terjemah Fakultas Adab dan Humaniora UlN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudlll Peneryemahan Arab-
Indonesia Dalam Perspektif Ali Audah, tahun 2002. Ia membahas mengenai pandangan Ali Audah tentang Penerjemahan Arab-Indonesia pada masalah definisi dan fungsinya di dalam peningkatan ilmu pengetahuan dan budaya bangsa. Sedangkan PenuIis berbeda dengan Anita, Penulis lebih menonjolkan "gaya (ragam) terjemahan" pada salah satu karya terjemahan Ali Audah yang sempat menjadi sorotan masyarakat luas, yaitu Hayiitu Muhammad karya Muhammad Husain HaekaI. Di sini Penulis berusaha menentukan ragam terjemahan apa yang digunakan Ali Audah tersebut, apakah ragam tetjemahan bebas ataukah ragam terjemahan terikat. Ketertarikan Penulis dalam memilih buku (Haytitu Muhammad) sebagai bahan skripsi ini adalah karena gaya tetjemahan Ali Audah dalam menetjemahkan buku Hayiitu Aluhammad ini cenderung menggunakan gaya bahasa modern, yang nota bene menghasilkan produk tetjemahan yang indah dibaca d:m mudah dimengerti, seperti terdapat di dalam produk terjemahannya "Sejarah Hidup Muhammad" yaitu:
7
"Hal ini baru terjadi sesudah ada akulturasi dan saling-hubungan dengan peradaban Islam.,,11 Kata akulturasi merupakan kata i1miah yang artinya percampuran dua kebudayaan atau lebih. 12 Akan tetapi di sisi lain Ali Audah t,:rkesan menggunakan gaya bahasa yang kaku sehingga mempengaruhi perubahan bentuk atau ragam teIjemahan tersebut. Seperti tercermin pada kalimat teIjemahannya yaitu: "Paham Masehi di Barat dan Majusi di Timur sekarang sudah berhadap-hadapan muka.,,13 Kata "berhadap-hadapan muka" menunjukkan kata yang tidak logis untuk diletakkan pada kalimat tersebut, dalam arti akan teljadi kerancuan makna. secara semantis. Hal inilah yang akan menjadi lahan penelitian Penulis. Selain dari itu sejauh pengamatan penulis melalui studi kepustakaan, belum menemukan sebuah karya tulis yang mengkritisi hasil teIjemahan Ali Audah. Dan juga kajian-kajian tentang teori dan praktek penerjemahan di Perguruan Tinggi UIN, khususnya peneljemahan Arab-Indonesia dirasakan kurang, sehingga perlu adanya terobosan-terobosan bam ke arah (kajian peneljemahan) itu dalam upaya mengangkat dan meningkatkan gairah studi penerjemahan. Penulis akan berusaha menggali metodologi yang digunakan Ali Audah dalam ll1eneIjemahkan Hayiitu Muhammad. Apakah beliau menggunakan ragall1 terjell1ahan terikat (literal translation) atau teIjell1ahan bebas (free translation).
11
Ibid, h.2
12 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamlls Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), ed. ke-3, eel. ke-2, h.24 13
Ali Audah, 0p. cit., h.3
8
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah Penulis tidak akan membahas tentang isi materibuku tersebut, akan tetapi Penulis membatasi permasalahan pada sisi ragam terjemahandan diksinya saja, yang terkait erat dengan tata bahasa dan gaya bahasanya. Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah : I. Ragam teIjemahan apakah yang digunakan oleh Ali Audah dalam menerjemahkan buku Hayiitu Muhammad, apakah ragam teIjemahan terikat (literal translation) ataukah teIjemahan bebas (fi"ee translation).
2. Apakah Penerjemah dapat melakukan penerapan pilihan kata (diksi) secara tepat ke dalam bahasa sasaran.
C. Tuj uan Penelitian
Karya tulis yang berjudul Studi Kritis Terhadap Terjemahan Ali Audah "Hayiitu Muhammad" Kmya Muhammad Husain Haekalditinjau dari Segi Ragam Terjemahan dan Diksi ini bertujuan untuk:
I. M"ngetahui
ragam
terjemahan
yang
digunakan
Ali
Audah
dalam
menerjemahkan Hayiitu Muhammad. 2. Mengetahui tepat atau tidaknya Penerjemah dalam menerapkan pilihan kata (diksi) ke dalam bahasa sasaran.
10
Adapun secara keseluruhan, teknik penulisan skripsi ini mengacu kepada buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi UlNJakarta 2002.
E. Sistematika Penulisan Setelah Penulis menentukan rumusan permasalahan dan tujuan yang akan dicapai, maka Penulis membuat sistematika penulisan pada karya tulis ini yaitu sebagai berikut: BAB I
Pendahuluan,
berisi
Latar Belakang' Masalah,
Perumusan
dan
Pembatasan Masalah, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan. BAB II
Definisi
dan
Karakteristik
PeneIjemahan,
berisi
Pengertian
PeneIjemahan, Klasifikasi Penerjemahan, Ragam Terjemah dan Prinsipprinsip Dasar Penerjemahan. BAB III
Buku Hayi'itu Muhammad dan Biografi Singkat Ali Audah, berisi Penjelasan Buku Hayi'itu Muhammad dan Pengarangnya, Sejarah Hidup Ali Audah sebagai Penerjemah Hayi'itu Muhammad.
BABIV
Tinjauan Kritis TeIjemahan Hayatu Muhammad Dipandang dari segi Ragam TeJjemahan, berisi Konsistensi Mut01jim (PeneJjemah) terhadap Ragam Terjemahan dan Penggunaan Diksi (Pilihan Kata)
BAB V
Penutup
DAFTARPUSTAKA LAMPIRAN
BABII DEFINISI DAN KARAKTERISTIK PENERJEMAHAN
Bagi penerjemah pemula proses menerjemahkan boleh dibilang lebih kompleks dari bentuk komunikasi intralinguaI. Dalam konteks komunikasi intralingual penerjemah (translator) sebagai perantara hams mmnpu mengungkapkan pesan (message) atau maksud (intent) dari naskah berbahasa sumber ke dalam bahasa penerima atau sasaran dengan tepat. Kerurnitan ini, disadari atau tidal., menurut Nurach;aman Hanafi I berasal dari adanya perbedaan sistem kebahasaan untuk menandai objek, mengungkapkan perasaan dan menyalurkan emosi. Adapun ketidaksamaan itu dilandasi oleh adanya perbedaan kebudayaan dari dua bahasa yang bersangkutan. Komunikasi dapat terjadi secara efektif apabila suatu pesan yang disampaikan komunikatof (pemberi pesan) itu menimbulkan dmnpak tertentu pada komunikan (penerima pesan). Menurut Onong Uchjana Effendl komunikasi dapat terjadi bila memenuhi lima unsur berikut, yaitu: komunikator (pemberi pesan), pesan, komunikan (penerima pesan), media dan efek (pengamh dari pesan yang disampaikan). Namull dalmn
I Nuniehman HanaH, Teori dOli Selli Mellerjemohkoll, (Flores: Penerbit Nusa lndah, 1985), eel. ke-I, h.22 2 Qnong Uehjana Effendy, Dil10mika Kom/lllikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), eet. ke-5, h. 6
12
kaitannya dengan penerjemahan mennrut Suhendra Yusuf seknrang-knrangnya ada tiga faktor yang harns diperhatikan oleh seorang peneJjemah yaitu sumber pesan, media dan penerima pesan (komunikan). Sumber pesan artinya teks asli yang ditulis oleh pengarang teks tersebut. Keadaan penulis pesan, keadaan lingkungan di mana penulis tinggal, keadaan sosial budaya masyarakat di mana penulis berada, status sosial pennlis, dan lain-lain, akan sangat mempengaruhi kualitas karya tulisnya. Sedangkan media yang dipergunakan adalah tentu sltia bahasa (penerima) yang berbentuk tulisan yang merepresentasikan seluruh maksud pengarang.
Seorang penerjemah yang baik selain harus mampu
mempertimbangkan faktor-faktor di atas, juga harus memperhatikan untuk siapa sebenamya tulisan-tulisan yang ia terjemahkan itu dipersembahkan. Apakah bagi khalayak umum atau tertentu, bagi pembaca dewasa atau anak-anak, bagi pembaca pria atau wanita, dan lain-lain. Setelah itu ia mencarikan padanan terjemahnya di dalam
bahasa sasaran yang komunikatif sebagai
media penyampai
pesan
teIjemalmuuya.
A. Pengertian Penerjemahan Secara luas, peneIjemahan dapat diartikan sebagai semua kegiatan manusia dalam mengalihkan seperangkat infonnasi alau pesan (message) baik verbal maupun
3 Suhendra Yusuf, Teori Terjemah Pellgantar ke Arah Pelldekalall Liligllislik dan Sosiolingllislik, (Bandung: PT Mandar Maju, 1994), h.2
13
non verbal, dari informasi asal litau informasi sumber (source information) ke dalam infonnasi sasaran (target information).4 Menurut pengertian yang sempit, penerjemahan (translation) dapat diartjkan sebagai suatu proses pengalihan pesan yang terdapat di dalam teks bahasa pertama atau bahasa sumber (Source Language) dengan padanatulya di dalam bahasa kedua atau bahasa sasaran (Target Language). Source Language biasa disingkat SL, sedang Target Lai1guage biasa disingkat TL.
Sebelum penulis meJ1jelaskan definisi peneljemahan atau terjemah seeara hlas atau detail, penulis akan memberikan pandangan sekilas mengenai "teks" dan "padanan". Hal ini dimaksudkan agar pemahaman atau persepsi pembaea terhadap makua teks dan padanan sarna atau seiring dengan persepsi penulis. Teks (text)' dalam pengertian di atas haruslah diartikan seeara agak luas. Teks dapat diartikan sebagai satuan bahasa yang paling lengkap dan dapat juga bersifat sangat abstrak, yang dapat diwujudkan baik dalam bahasa lisan maupun bahasa tulisan berupa kata-kata, serangkaian kata-katl!, frase, klausa, kalimat atau paragraf yang membawa dan memberikan pesan yang lengkap. Teks juga dapat diartikan sebagai wacana (discourse), yaitu kesatuan bahasa yang paling lengkap yang dapat berwujud karangan yang utuh berupa sebuah cerita pendek, sebuah novel, sebuah buku, sebuah ensiklopedia, sebuah volume, dan seterusnya. lntinya, teks itu adalah bahasa atau naskah yang akan "diteljemahkan". 'Ibid, h.8 , Ibid
14
Padanan (equivalent atau analoguel, agaknya harus diartikan secara lebih luas juga. Padanan di sini tidak saja menyangkut padanan secara fOffilal bahasa berupa padanan kata per kata, frase per frase, kalimat per kalimat, melainkan juga padanan makna, baik makna pusat (central meaning) dan makna lnas (extended
meaning atau situational meaning), makna denotatif dan makna konotatif, atau makna kiasan (figurative meaning) ataupun makna gramatikal, yang pada dasamya makna tersebut tidak merusak gagasan dan pesan yang terkandwlg di dltlam bahasa sumber. Setelah penulis menjelaskan tentang makna "teks" dan "padanan" yang sesungguhnya, berikut ini penulis akan melanjutkan pembahasan mengenai definisi penerjemahan menurut berbagai ahli atau pakar bahasa (linguistic) sehingga kita dapat menemukan titik kesamaan mengenai arti atau definisi peneIjemahan. Menurut Nurachman Hanafi7 setiap proses mengenai bahasa yang kita pergunakan dapat dijelaskan dengan menggunakan pengertian-pengertian yang mendalam tentang hakekat bahasa lewat teIjemahan. PeneIjemahan
adalah
penggantian naskah berbahasa sumber dengan naskah berbahasa sasaran secara sepadan. Melalui pendekatan Iinguistik ini, yang pertanJa dan utama yang hams dilakukan dalam kegiatan menetjemahkan adalah bagaimana kha dapat menemukan padanan terjemah berupa padanan kata, frase, klausa, kalimat dan unsur-unsur bahasa sumber di dalam bahasa sasarallllya.
6 Ibid, 7
h.9
Nurachman Hanafi, op. cit., h23
15
Dalam hal ini bahasa sumber dan bahasa sasaran sesungguhnya selalu mempunyai hubungan timbal balik meskipun hubungan itu tidak selalu simetris. Maksudnya, kedua bahasa itu -
betapapun sangat berbeda struktur bahasanya dan
juga budaya lllasyarakat pemakai bahasanya serta yang secm'a geobrrafis berada dalarn wilayah yang sangat berjauhan -
lllestilah lllelllpunyai padanan teIjemah, selmna
kedua bahasa itu bahasa lllanusia. Tetapi karena kedua bahasa itu tumbuh dan berkembang di dalarn dua wilayah kebudayaan yang berbeda, wajar saja apabila satu kata atau sekelolllpok kata bahasa sumber itu tidak lllendapat padanan terjelllah yang tepat makna di dalarn bahasa sasaran. Jika lllemang di dalarn bahasa sasaran tidak hadir padanan terjemah sebuah kata atau sekelompok kata tersebut, penerjelllah tidak perlu merasa khawatir terjemahannya itu akan dianggap terjemahan yang "buruk", sebab selain terdapat keterbatasan yang disebabkan oleh faktor kebudayaan atau cultural untranslatability, artinya "faktor keterbatasan budaya, yang menyebabkan kata atau kalimat pada bahasa sumber tidak memiliki padanan yang tepat untuk bahasa sasaran. Hal ini dapat dilihat pada contoh kata 'imamah; orang Indonesia mengartikannya sebagai "surban" berbentuk persegi empat yang diletakkan di bahu dan digunakan ketika shalat atau acara-acara ritual keagamaan; sedang orang Arab mengartikannya sebagai "surban" yang dilipat kemudian diikatkan di kepala sebagai penutup kepaIa atau udeng-udeng dan digunakan sebagai pakaian sehari-hari. Namun, karena kata 'imamah menurut bahasa Indonesia hampir lllirip dengan 'imamah dalalll pandangan bahasa Arab, maka PeneIjemah dapat mengambil kesilllpulan untuk
itu hanya dapat dilakukan satu arah saja; dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Menumt Suhendra Yusuf, II penerjemahan adalah semua kegiatan manusia dalam mengalihkan makna atau pesan, baik verbal ataupun non-verbal dari suatu bentuk ke dalam bentuk y(mg lainnya. Menumtnya, penerjemahan tidaldah hanls mempedulikan seeara detail (rinei) hal-hal yang berhubungan dengan bentuk bahasa. Yang penting, apakah penyajian teks di dalam bahasa sasaran itu menunjukkan pesan dan kesan yang sama atau JPlIling tidak mendekati dengan teks bahasa sumbernya, ataukah tidak. Jika sama, teljemahan itu pasti terjemahan yang baik dan jika tidak, terjemahan itu bisa dikategorikan sebagai terjemahan yang buruk. Namum demikian perlu diingat bahwa tidak ada terjemahan yang dapat menangkap seluruh pesan dan kesan bahasa sumber seeara penuh. Karya terjemahan yang baik adalah sebuah karya seni. 12 Terlebih lagi apabila teks bahasa sumber yang diterjemahkannya itu berupa teks karya sastra atau teks hasil perenumgan filsafat yang bemiJai tinggi. Teks demikian menumtut sootu padanan terjemah yang tidak saja harus bernilai etis melainkan juga bernilai estetis (keindahan). Oleh
karena
menerjemabkan
merupakan
suatu
seni
(art),
maka
menerjemahkan harus didukimg oleh kecintaan., kemauan dan dedikasi tinggi dari sang penerjemah. Sebagai suatu 11
Ibid
'2Ibid , h2 .
sem dalam menyampaikan pesan, baik makna dan
gaya bahasanya, penerjemah dituntut untuk kreatif dalam memilih salah satu dan sekian banyak alternatif padanan terjemahnya dengan memaksimalkan kemampuan estetisnya. Pekerjaan meneIjemahkan juga merupakan suatu keterall1pilan (skill) yang dapat dipelajari, ditingkatkan, dikell1bangkan dan diajarkan. Asalkan mereka yang berminat mau tekun dalam prakteknya setelah dibekali pengetahuan teoritis sebagai pegangan dasar. Hal ini sejalan dengan pendapat Nurachman Hanafi 13 yang mengatakan bahwa penerjemahan merupakan proses kreatif yang mell1berikan kebebasan kepada peneIjemah untuk memilih kemungkinan padanan yang dekat dalam mengungkapkan makna yang sesuai dengan situasinya. Menurutnya, sebagai suatu proses kreatif, pekeIjaan menerjemahkan memberikan kelonggaran bagi
pene~jemah
berupa kebebasan atau otonomi untuk
mencari padanan yang pantas disajikan berdasarkan konteks kalimatnya. Menerjemahkan juga tidak hanya merupakan seni tetapi juga keterampilan. Hal ini berarti peneIjemah ml~merlukan suatu latihan yang intensif dan inovatif untuk mewujudkan atau menciptakan suatu terjemahan yang baik dan berkualitas. Dalall1 hal ini berarti Nurachman Hanafi mengangkat dua hal yang penting bagi penerjemah sendiri, yaitu berupa latihan dan pesan tertulis. Karena menerjemahkan merupakan ajang latihan, maka penerjell1ah hams aktif melatih diri sehingga perbuatan itu nantinya bisa diandalkan sebagai suatu profesi. Latihan secara kontinyu amat diperlukan agar bisa menyelami peliknya tugas penerjemahan. 13
Ibid
20
Penerjemah
Arab-Indonesia Indonesia-Arab,
mengungkapkan bahwa (The
lJ'anslation is the replacement oftextual material in one language (8L) by equivalent textual material in another language (1'L)). "Penterjemahan adalah mengalihkan
makna teks (wacana) dari bahasa asa! (bahasa sumber) ke bahasa sasaran". M. Rudolf Nababan 17 di dalam bukunya Teori Menerjemah Bahasa Inggris mengatakan bahwa peneJjemahan adalah pemindahan suatu amanat dan bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan pertama-tama mengullgkapkan maknanya dan kemudian gaya bahasanya.
Menurutnya gaya bahasa dalam
konteks
peneJjemahan perlu dipertimbangkan oleh setiap peneJjemah. Hal ini perlu dikemukakall karena ada allggapan bahwa hallya penerjemah kmya-karya sastra saja yang perlu. mempertimballgkan gaya bahasa dalam teJjemahannya. Padahal tidak demikian, penerjemah kaJYa sastra maupun peneJjemah karya lainnya sangat perlu mempertimbangkan tidak hanya isi bentallya tetapi juga bentuk bahasa dalam terjemahannya, karena pada hakekatnya setiap bidang iImu mempunyai gaya bahasa tersendiri dalalll lllengungkapkan pesannya. Dalam hal ini M. Rudolf Nababan temyata pendapatnya sama dengan Nurachman Hanafi yang sangat lllenekankan makna dan gaya bahasa ketimballg unsur-unsur lainnya. Setelah penulis lllengemukakan berbagai pendapat dad para aWi bahasa (linguistic), kiranya dapat disimpulkan bahwa pada dasamya memben kesan kuat
pada kita, terjelllahan itu lebih menekankan pacta makna. Apakah hasil atau produk
17
M. RudolfNababan, Teor; Menerjemah Bahasa lllggris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
]999), Cel. ke-1, 11.19
21
itu setia pada bentuknya atau menY1mpang, bukanlah merupakan masalah yang pokok, yang paling penting bahwa produk teIjemahan itu benar-benar tepat makna. Artinya ada kesesuaian antara pesan penulis naskah asli dengan pesan yang diterima pembaca yang bukan masyarakatnya. Selain itu, bahwa teljemahan mempunyai ciri tertulis. Maksudnya berbentuk bahasa tulisan dan bukan lisan. Inilah yang membedakan antara interpretasi dan penerjemahan. Kalau interpretasi yaitu mengalihkan suatu bahasa (bahasa sumber) ke bahasa lain (bahasa sasaran) dengan cara lisan, sedangkan penerjemahan adalah mengalihkan satu bahasa ke bahasa lain dalam bentuk tulisan. Contoh sederhana seorang penyiar mewawancarai tamu asing yang tak bisa berbahasa Indonesia. HasH keterangan itu disampaikan oleh penyiar dalam bahasa Indonesia, inilah yang dikatakan interpretasi. Dan orang yang melakukan interpretasi itu disebut interpreter.
B. Karakteristik Penerjemahan Karakteristik PeneJjemahan terdiri dari tiga unsur, yaitu klasifikasi peneljemahan, ragam peneJjemahan serta prinsip-prinsip dasar penerjemahan.
1. Klasifikasi Penerjemaban Pada umumnya, kegiatan peneIjemahan dibagi menjadi dna bagian yaitu kegiatan peneIjemahan lisan dan tulisan. 18 PeneIj,:mahan lisan (live
translation) dan PeneJjemahan tulisan (written translation) adalah dua 18
Suhendra Yusuf, op. cit., h.D
22
kegiatan yang sangat berbeda yang memerlukan keterampilan kbusus yang berlainan pula. Pada peneljemahan lisan, sang peneljemah dituntut untuk terampil mengalihkan bahasa -
dari bahasa sumber (Source Language) ke dalam
bahasa sasaran (Target Language) -
secara langsung, cepat dan tepat, tanpa
diberi kesempatan sekejap pun llntuk memperbaiki unsur-nnsur bahasa ejaan yang salah atau tidak tepat benar padanan teljemahannya. Seorang penerjemah lisan disyaratkan memiliki kemampuan berbicara yang lancar dan fasih, baik dalam bahasa sumber
maupun dalam bahasa sasaran,
berpengetahuan Iuas dan mampu menafSirkan apa-apa yang diujarkan oleh penutur yang diterjemahkannya itu. Oleh karena itulah seorang penerjemah Iisan biasa dikenal dengan sebutan interpreter l9 diambil dari bahasa Inggris "to interprete " yang berarti menafsirkan atau menerjelllahkan, untuk dapat
menjadi penerjemah lisan yang baik diperlukan latihan yang lama dan pengalaman yang luas, karena tidak saja ia hams menjadi penerjemah yang handaI melainkan juga ia mesti menjadi penafsir yang mahir, dua kegiatan sempa tapi tak sama. Dalam teIjemahan tulisan, sang peneIjemah masih diberi kesempatan untuk memperbaiki kembaIi unsur-unsur bahasa yang salah atau yang menumt anggapannya kurang tepat padanan terjemahannya. Kefasihan (Iisan) seorang
19
Ibid, h.14
23
peneJjemah tulisan tidaklah menjadi syarat yang mutlak. Penguasaan kedua bahasa -
bahasa swnber dan bahasa sasaran -
secara pasif pun tidak
menjadi hambatan untuk menjadi penerjemah tulisan yang baik. Apabila kita melihat perbedaan antara teljemah Iisan dan terjemah tulisan, serta mempertimbangkan antara keduanya pada tingkat kesulitannya (difficulties), maka sepertinya teJjemah lisan itu lebih sulit dibanding terjemah tulisan. Karena pada teljemah Iisan, peneljemah dituntut memiliki kemampuan pengetahuan yang kuat serta kemampuan berbicara yang lancar dan fasih serta cepat dalam mengalihkan bahasa, dari bahasa
sumb(~r
sasaran, disamping harns menguasai kedua bahasa Language) dan bahasa sasaran (Target Language) -
ke dalam bahasa
b81hasa slunber (Source tersebut.
2. Rllgam Terjemahan Berdasarkan klasifikasi peneJjemahan yang terbal,.ri menjadi dua bagian yaitu terjemah lisan dan terjemah tulisan, yang keduanya memiliki karakteristik tersendiri dalam menghasilkan produk teljemahan. Di dalam terjemahan pun terdapat bentukl ragam teljemahan yang akan dijelaskan dalam bab ini. Di dalam membahas ragam teJjemah ini, berarti hal ini berkaitan erat dengan terjemah tulisan, bukan terjemah Iisan. Sebab di dalam terjemah tulisan membutuhkan pola-pola khusus yang digunakan peneljemah untuk menerjemahkan sebuah tulisanJkarya seseorang dengan mengungkapkannya
24
dalam bentuk tulisan dan dengan susunan kalimat yang baik dan benar. Sedang di dalam terjemah lisan tidak membutuhkan hal tersebut. Memang para ahli linguistik (ahli bahasa) berbeda pendapat mengenm ragmll terjel11aban. Nurachl11an Hanafi 20 l11engatakan ada tiga ragam terjemahan dalam sebuah proses peneljemahan, yaitu terjemah kata per kata
(wordfor word translation), teljemah terikat (literal translation) dan teljemah bebas (free translation). Suhendra Yusuf 1 l11enyebutkan terdapat dua ragam terjemahan yang lazil11 digunakan oleh para penerjemah, yaitu terjemah terikat
(literal translation) dan terjemah bebas (free translation). Sedang M.Rudolf Nababan22 l11embagi ragal11 terjemah l11enjadi sepuluh ragal11 terjemah, yaitu ragam terjel11ah kata del11i kata, terjel11ah bebas, terjel11ah harfiah, terjemah dinamik terjel11ah pragmatik, teljemah estetik puitik, terjemah etnOh'Tafik, terjel11ah linguistik, terjemah komunikatif dan teljemah semantik. Namun demikian apabila kita tarik kesimpulan baik Nurachman Hanafi, Suhendra Yusuf maupun M. Rudolf Nababan setuju dan mengetahui adanya ragam terjemahan kata per kata, terjemahan terikat dan terjemahan bebas. Pembagian ragam terjemahan dari ragam terjemahan kata per kata (wordfor
word translation), terjemab terikat (literal translation) sampai kepada terjemab bebas (free translation), ketiganya itu didasarkan kepada tataran
20
Nurachman Hanafi, op. cit., h. 54
21
Suhendra Yusuf, op.cit., h. 25
22
M. RudolfNababan, op.cit., h.30-46
25
bahasa (ranks linguistic). Hal ini sesuai dengan pernyataan Suhendra Yusuf
3
di dalam bukunya Teori Terjemah Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik dan Sosiolinguistik yang membagi ragam
te~iemahan
berdasarkan tiga unsur
yaitu: ragam terjemahan berdasarkan keluasan bahasanya, berdasarkan unsurunsur bahasanya, dan berdasarkan tataran bahasanya.
a. Ragam terjemahan berdasarkan keluasan bahasanya Penerjemahan yang didasarkan kepadakeluasaan bahasanya (bahasa sumber) dibagi menjadi dna bagian yaitu: terjemah penuh dan terjemah paJ·sial. I) Terjemah penuh Terjemah penuh (full translation), artinya keseluruhan naskah bahasa sumber sepenuhnya diterjemahkan. Maksudnya memindahkan semua unsur kebahasaan, yakni penggantian unsur tata bahasa dan kosa-kata bahasa sumber dengan padanan terjemah tata bahasa dan kosa-kata bahasa sasaran 24 Berikut ini contoh terjemah penuh (full translation):
/' /' /'
1'/ '"
/"
"I
///"
/,./~/~/
-'/'1/'7
I
u\.S ~ ~ ~};!I CJl..uUYI :).•.:.:a.:J1 ~. Ul ~ 49)J.. 11:jA
23
Suhendra Yusuf, op. cit., h.19
24
Ibid, h.21
26
Kenyataan ini ialah bahwa sumber peradaban manusia pertama baik Mesir, Funisia atau Asiria ada hubungannya dengan Laut Tengah. 26 Pada contoh terjemahan tersebut terlihat bahwa tidak adanya kalimat atau kata yang dibuang sehinggapembaca dapat memahami konteks kalimatnya secara utuh dan benar.
2) TeIjemah parsial Terjemah parsial (partial translation) artinya ada bagian atau beberapa bagian telientu dari bahasa sumber yang tidak diterjemahkan. 27 Seperti pada peneIjemaban kesenisastraan, penerjemah terkadang menemukan kosa-kata tidak ada
padanannya dalam bahasa sasaran, sehingga
penerjemah dengan inisiatifnya memindahkan begitu saja kata tersebut ke dalam terjemahannya. Misalnya kata management28 (Inggris), padanan dalam bahasa Indonesia menjadi managemen, manajemen, atau menejemen. Demikian pula pada kata complex menjadi kompleks;
25
Muhammad Husain Haekal, Hayafll Muhammad, (Kairo: Darul Ma'arif, 1935), h.53
26 Ali Audah., Sejarah HidupMuhammad, terjemahan, (Jakarta: PI Pustaka Litera Antar Nusa, 1999), cet.ke-23, h.l
27
Ibid.
28
Ibid., h.20
27
television menjadi televisi; ji'equency menjadi frekuensi; relative
menjadi relatif. Benkut ini contoh terjemah parsial (partial translation): /
/'/
'?
J.J~I ...
.,
... .,
t.::uu 0
//
./
'I
t"
./
/
~'x\
,., .....,,/""::;
./
...
J.JU11 ~ .we~.,JI, ·~<1 ~L..LJIJ
./
S .... .y""""....
,/'
J"' ..... .J ... / " .J
1,.,"'"
.,.",
.1/., 1'/
/'
-" .......
<1
"''J
d.J~\~'; ~ ~JilL..y...::.c,-,.!.u cA! ~ ).1.9"'1\ <2lt ~ ....
//
//
,iJY
/'
,/
/'."
Apa yang diperHhatkan oIeh Timur Jauh dalam penyelidikan tentang sejarah peradaban, tidak pemah memberi pengaruh jelas terhadap pengembangan peradaban-peradaban Fir'aun, Asiria atau Yunani,30 Pada kalimat di atas terdapat dna Iafaz yang tidak diterjemahkan oIeh ././
~
mutmjim yaitu lafaz ".,".
,
I.JJ yang artinya "dan sesungguhnya" serta
lafaz
""
).bliY\ ~ ~ artinya "di daIam sudut pandang tersebut". Oleh karena ./ ./
itu teJjemahan tersebut dinyatakan sebagai terjemahan parsial, karena ada beberapa Iafaz (kata) yang tidak diteJjemahkan secara implisit.
b. Ragam terjemahan berdasarkan unsur·unsur bahasanya Penerjemahan berdasarkan unsur-unsur bahasanya dibagi menjadi dna jenis, yaitu: terjemah tuntas dan teJjemah terbatas.
29
Muhammad Husain Haekal, loe. cit.
'0
Ali Audah., op. cit.. h.2
28
1) TeJjemah tuntas Terjemah tuntas (total translation) adalah jenis teJjemah yang memindahkan semua unsur kebahasaan, yaitu unsur tata bahasa, kosakata, fonologi dan unsur grafologi, ke-empat unsur bahasa tersebut dialihkan dari unsur-unsur bahasa sumber kepada unsur-unsur bahasa sasaran. Teljemah tuntas ini dapat kita lihat pada contoh penerjemahan bahasa Arab ke bahasa Indonesia berikut ini. Semua unsur kebahasaan bahasa Arab; dari mulai unsur tata bahasanya, kosa kata, fonologi sampai kepada unsur grafologinya dipindahkan ke dalam unsur tata bahasa, kosa kata, fonologi dan grafologi bahasa Indonesia. Berikut ini contoh terjemah tuntas: ...
./
~ . .,/
/'
01
. / " ' / ,,/'t
/
1
'?
?..J/'
./,,'"
.//-"
31.~.) ":1y. ....,w1 y >.,;,,; ~l ~ 1y..c.10:J~\ t3\~.J ./ ./,/ r~....../ ./.J'"
Mereka yang sudah beriman kepada Isa itu telah mengalami pengorbanan-pengorbanan yang besar, berada dalam ketakutan di bawah kekuasaan Vandal itu32 Pada contoh di atas seluruh unsur bahasa sumber diterjemahkan ke dalam unsur bahasa sasaran.
31
Muhammad Husain Haekal, op. cit., h.55
32
Ali Audah., op. cit., hA
29
2) Terj emah terbatas Terjemah terbatas (reslricled Iranslation) adalah jenis terjemah yang memindahkan salah satu unsur kebahasaan (tata bahasa, kosa-kata, fonologi, grafologi) saja dalam bahasa sumber dengan padanan bahasa sasaran. Dengan demikian terjemah terbatas ini dibagi menjadi em pat macam terjemah yaitu : le/jemah fonologi, lerjemah grafologi, le/jemah kosa kala dan leJjemah lala bahasa. Terjemahan terbatas ini biasanya terdapat pacla kamus-kamus atau dictionmy baik itu kamus Arab-Indonesia, atau Ingl,'Tis -Indonesia,
Jepang-Indonesia, dan lain-lain. Seperti contoh berikut yang terdapat di dalam kamus al-Munawwir Arab-Indonesia: artinya u!a?3 .
artmya asap
34
artinya Nama Allah (bahasa Ibranii 5
c. Ragam teIjemahan berdasarkan tataran bahasa PeneIjemah berdasarkan tataran bahasa (ranks linguistic) menjadi dua jenis yaitu terjemah terikat dan terjemah bebas. 33
Ahmad Warson Munawir, op. cil., h. 51
34
Ibid
35
Ibid.
In]
dibagi
30
I) Terjemah terikat TeIjemah terikat disebut juga sebagai rank-bound translation yaitu jenis terjemah yang terbatas tataran kata dan morfemnya. Artinya terjadinya penggantian kosa-kata dan morfem bahasa
sumbl~r
dengan padanannya
kosa-kata dan morfem bahasa sasaran. J6 Nurachman Hanafi37 dalam bukunya Teori dan Seni Meneljemahkan menyebutkan teIjemahan terikat (harfiah) sebagai faithfill translation (terjemahan setia), ini didasarkan padi konsepsi bahwa penerjemah hendaknya berJaku setia kepada naskah aslinya, atau sejaJan dengan bentuk naskah ashnya, artinya bentuk ash
bahasa sumber harus
dipertahankan. Terjemah terikat disebut juga sebagai literal translation artinya penerjemahan yang diJakukan dengan mengahhkan kosa-kata dan morfem bahasa sumber (Source Language) kepada padanannya kosakata dan morfem bahasa sasaran (Target Language). Terjemah terikat disebut juga sebagai terjemah harfiah yang dinyatakan oleh Moh. Mansoe~8 dalam bukunya Dall! Ktitib wa-alMutarjim yaitu penerjemahan yang memperhatikan peniruan teks ash dalam j umJah leata, susunan, dan urutannya. '6 Suhendra Yusuf, 01'. cil., h. 25 37
Nurachman Hanafi, 01'. cil., h.56
38
Moh. Mansoer dan Kustiwan, 01'. cil., h.21
31
Menurut M. Rudolf Nababan39 terjemah terikat ini terletak antara terjemah kata per kata dan terjemah bebas. Penerjemahan ini mungkin mula-mula clilakukan seperti peneljemahan kata per kata, tetapi kemudian penerjemah menyesuaikan susunan kata dalam kalimat terjemahannya yang sesuai dengan susunan kata dalam kalimat bahasa sasaran. Penerjemahan tipe ini biasanya diterapkan apabila struktur kalimat bahasa sumber berbeda dengan struktur kalimat bahasa sasaran. Pada jenis terjemah ini biasanya tidak terjadi penerjemahan pada tataran yang lebih tinggi dari tataran kata dan morfem. seperti terlihat pada contoh berikut: ~
., ,/
J.JAC'
,1,
..-1
./ -'
l>: ~~
'"
~./
~,/ ,/
.,'/
.1"",,'/" /.,,,,,../
.J / / "
/ / ,/
4...1. ~\ ("Y, j -fi"SJ b9:i 1... y yJ\ ~1.SJ
Orang-orang Arab masih selalu ingat kepada sumur Zamzam yang telah dicetuskan oleh Mudad bin Amr sejak beberapa abad yang lalu, menjadi harapan mereka selalu andaikata sumur itu masih tetap ada. 41 Pada contoh di atas, lafaz w.i\S tidak diterjemahkan, karena merupakan "I .""J ..
kata tambahan. Lafaz ~y,J1 pun tidak diterjemahkan oleh mutarjim
.-
(penerjemah). Kemudian lafaz .J 39
M. RudolfNababan. op. cil., h.32
40
Muhammad Husain Haekal, op. cit., h.73
·11
Ali Audah, op. cit., h.37
pada kalimat
~.J
tidak
32
diterjemahkan pula. Namun demikian, penerjemah tetap setia pada bahasa sumber yang menyebabkan sustman tata bahasa terjemahannya sarna dengan tata bahasa sumber sehingga tepatlah jika teIjemahan tersebut dikatakan terjemahan terikat. Demikian pula contoh teIjemah terikat berikut ini: //"
..... , / / / < ' / " " ......
.,
/";'"
//-.
~\ ~ L,y.:..YIH"'" c;~ b..J\ ~I_~\ /'
"/./
~ /,,;'oiI
,/
'J/
.,/
0:!.;.b.J;w.C..9 ~,. -,"
/ /.,//.,/
,."."/
./
/ / ) ' ...
","'/
:wt..a:ll\ ..;r--/ ..".j ~ J WI :..., ~;;.k. ; • ....../ . ." ...
~
~;
~Q:; \~
'"
.,///
u,).., ",19 ..../
a
~
Di tengah-tengah jalan kafilah yang berhadapan dengan Laut Merah antara Yaman dan Palestina membentang bukit-bukit barisan sejauh kira-kira delapan puluh kilometer dari pantai. 4J Pada contoh terjemahan tersebut terlihat bahwa tidak adanya kalimat atau kata yang dibuang sehingga pembaca dapat memahami konteks kalimatnya secara utuh dan benar. lni membuktikan bahwa peneIjemah benar-benar terikat pada bahasa sumber. Di dalam penetiemahan terikat ini penerjemah hams sadar bahwa ia itu penyadur. PeneIjemah khalayak medium yang menjadi jembatan
42
Muhammad Husain Haekal, 01'. cit., h.64
43
Ali Audah.,
op. cil.,
h.21
33
pemikiran orang lain. Dengan demikian, bentuk dan struktur kalimat bahasa sumber sedapat mungkin dipertimbangkan. Model lain dari teIjemah terikat adalah terjemah kata per kata. Sebagian Iinguis memandang bahwa terjemah terikat memiliki kemiripan dengan terjemah kata per kata, namun terdapat perbedaan mendasar di antara keduanya yaitu pada tataran bahasanya. M. Rudolf Nababan44 di dalam bukunya Teori Meneljemahkan Bahasa lnggris memberikan gan1baran bahwa penerjemahan kata per kata (word for word translation) adalah suatu jenis penerjemahan yang pada dasarnya masih sangat terikat pada tataran kata. DaJam melaksanakan tugasnya penerjemah hanya mencari padanan kata bahasa sumber dalam bal1asa sasaran, tanpa mengubah susunan kata dalam terjemahannya. Susunan kata dalam kalimat terjemahan sarna persis dengan susunan kata dalam kalimat aslinya (bahasa sumber). PeneJjemahan tipe ini bisa diterapkan hanya kalau bahasa sumber dan bahasa sasaran mempunyai struktur yang sarna. Sebaliknya, kalau struktur kedua bahasa itu berbeda satu sarna lain penerjemahan kata per kata seyogyanya dihindari karena hasilnya akan sulit dipahami dan struktur kalimatnya tentu saja menyalahi struktur kalimat bahasa sasaran. Perhatikan contoh berikut:
44
M. RudolfNababan, op. cil., h.30
34
Mubtada itu adalah isim marfu' yang bebas dari arnil-amillafziyah. Pada contoh kalimat di atas terlihat bahwa susull.an kata dalam bahasa sumber, sarna dengan susunan kata dalarn bahasa sasaran, karena antara bahasa sumber dan bahasa sasaran memiliki kesamaan struktur kalimat, sehingga dapat dilakukan terjemah kata per kata. Berbeda dengan contoh kalimat berikut yang susunan kalimat bahasa sumiber tidak sarna dengan susunan kalimat bahasa sasaran yang mengakibatkan rusaknya produk teIjemahan.
Anak saya di dalam enarn dari umur. Penutur asli bahasa sasaran (bahasa Indonesia) secara spontan akan rnengatakan bahwa struktur kalimat teIjemahan di atas salah dan makna kalimatnya pun sulit dipahami, karena peneIjemah tidak memperhatikan struktur kalimat bahasa sumber sehingga produk terjemahan tersebut akan terdengar rancu baik dari segi bahasanya maupun dari segi tata bahasanya karena diteIjemahkan secara kata per kata dan sangat tergantung pada tata bahasa sumber (Source Language). Dengan kata lain selalu mengikuti tata bahasa sumber (Source Language) dan tidak menyesuaikannya dengan struktur bahasa sasararl, yang pada akhimya
45
Chatibul Umam, op. cit., h.114
35
menghasilkan produk teJjemahan yang kaku dan juga merusak tata bahasa sasaran (Target Language). Padahal, jika kalimat tersebut diterjemahkan secara bebas yang didasarkan pada tata bahasa sasaran
(Target Language), bukan berdasarkan atau mengikuti tata bahasa sumber (Source Language), maka kalimat tersebut akan terasa indah, mudah dipahami dan sesuai dengau tata bahasa (sasaran)-nya, yaitu diartikau sebagai "Anak saya berumur enam tahun". Memang terjemah jenis (kata per kata) iIii tidak bauyak digunakan oleh para penerjemah buku pada umumnya, karena merupakau teJjemahau yang sangat sederhaua, namun teJjemah jenis ini sering digunakan untuk kepentingan
tertentu,
seperti
pada
peneJjemahan
puisi,
atau
peneIjemahan untuk usaha-usaha mempertunjukkan perbedaan antara bahasa sumber dan bahasa sasaran dalam proses belajar bahasa, atau juga peneJjemahan pacta kitab-kitab suci baik AI-Qur'an, IJ1jil, Taurat, •
dan sebagainya, yang dimaksudkan untuk menjagakeutuhau bahasa dau materinya. Hal ini dapat kita lihat pada contoh teIjemah tafsir al-Qur'an terbitan Departemen Agama RI berikut. ....
/
... ..,
( i_V,;; •.. 11) ~l ,~ . ~
-? .. ."
.,
/.1""
......9 ..J., ../ t.s;...;r-
Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)-nya. Maka dia berada dalam kehidupau yang memuaskan.(Q.S. Al-Humazah: 6-7)
36
Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)-nya. Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. (Q.S. AI-Humazah: 8-9) TeIjemahan jenis ini pun sering diajarkiUl oleh para kyiai dan menjadi hal yang wajib ditempuh oleh para santrinya di pondok pesantren tradisional (salafiah) dalam menetjemahkan
selurnh kitab-kitab
(kuning)-nya yang dipelajari di pesantren tersebut dan dengan makwd memudahkan dalam menguasai tata bahasa babasa Arab atau lebih dikenal di dunia pesantren disebut I1mu Nahwu Sharaf. Berikut contoh terjemahan kitab Riyadh al-Badi 'ah: 46
#
Ketahuilah bahwa sesungguhnya wajib atas tiap-tiap orang dan orangorang mukallaflbaligh 'aqil walupun ia adalah orang budak ('abid) bahwa ia harns mengetahui rukun-rukun Islam dan rukun Iman. Contoh kalimat di atas merupakan contoh terjemah kata per kata, karena diterjemahkan secara kata per kata. Untuk lebih lanjut kiranya perin dijabarkan perbedaan antara teIjemahan kata per kata dan terjemahan terikat, agar pembaca tidak keliru dalam 46 Syeikh Hasbullah, R;yadh ai-Bad; 'ah, leJjemahan K.H. Ahmad Makki bin H. Abdullah, (SukabumL Ma'had Salafiyah ai-Islami, 2002) Babakan Tipar Cisaal, eel. ke-I
37
memahami kedua jenis teIjemahan itu. Dalam hal ini penulis akan menyajikan satu contoh yang dapat membedakan keduanya. Berikut contoh pada terjemahan kitab Mukhtashar Jiddan yang diterjemahkan oleh Prof H.Chatibul Umam,47 beriikut : ""''',
//1/
,,/
,,""
~.,/.,-,/// 1-'
:iwUSJI L;','l/\.5. LJ,;"gj LY":I, •.t::. ~ J /..l!.J\ J , . , J;;, J . /
.'''''"
'f
/ w
""/,,
1.l.lL,· . ,.... - U \.5. \...,..l:.illL ,.e::~ ,
,
Terjemah terikat: Maka tidak bisa dikatakan lafaz sepcrti apa-apa yang
memberi
pcngertian tetapi tidak berupa lafaz seperti isyarat, tulisan, akal dan tugu. Maka hal-hal seperti itu tidak dinamakan "kalam" oleh aWi-ahli nahwu48 Terjemah kata per kata: Maka keluar dengan lafaz sesuatu adalah yang memberi pengertian dan tidak ada lafaz seperti isyarat dan tulisan dan akal dan tugu. Maka tidak dinamakan kalam oleh aWi-ahli nahwu. Pada teIjemahan di atas banyak teIjadi perbedaan mendasar antara terjemahan terikat dan teJjemahan kata per kata, yaitu terlihat ketika I'
,,"'"
menerjemahkan lafaz ~y..9 , pada terjemahan terikat mengandung arti "maka tidak bisa dikatakan", akan tetapi pada terjemahan kata per kata
47
Beliau adalah guru besar bahasa Arab Fakultas Adab UIN SyarifHidayatuUah Jakarta
48
Chatibul Umam, op. cit., h. 2
38
/
/
/
mengandung arti " maka keluar". Demikian pula pada lafaz ulS L. , pada terjemah terikat lafaz tersebut tidak diteIjemahkan karena merupakan kata tambahan, akan tetapi pada terjemahan kata per kata lafaz tersebut /
diterjemahkan menjadi "sesuatu adalah". Juga pada lafaz J (wau 'atat), pada teIjemahan terikat tidak diteIjemahkan, tetapi pada teIjemahan kata per kata lafaz tersebut diteIjemahkan menjadi "dan". Arti dan kedua terjemahan tersebut (teIjemaban tenkat dan teIjemahan kata per kata) sekalipun bisa teIjadi kesamaan makna, namun pada teIjemahan kata per kata tersebut akan sangat mempengaruhi nilai estetika bahasanya, dan terjadi kerancuan bahasa karena tidak sesuai dengan konteks kalimatnya.
2) TeIjemab bebas TeIjemah bebas (unbounded translation! free translation) adalah jenis terjemah tuntas yang tidak dibatasi oleh keterikatan pada penerjemah suatu tataran tertentu. Jenis teIjemab ini selalu berada pada tataran yang lebih tinggi dan tataran kata dan morfem, bahkan bisa lebih luas dan tataran kalimat. Para ahli linguistik dalam mengistilahkan terjemah bebas bermacammacam, ada yang mengatakan terjemab bebas sebagai unbounded translation atau free translation atau idiomatic translation, seperti yang
39
dikemukakan Nurachman Hanafi 49 yang mengistilahkan teJjemah bebas dengan istilah idiomatic translation. Menurutnya terjemahan idiomatik (idiomatic translation) adalah terjemahan yang berusaha untuk membebaskan diri dari bentuk dan struktur bahasa sumber dan lebih menj,'lltamakan pesan daripada bentuk terjemahannya, sehingga teks tersebut hams diterjemahan secara bebas. Disamping itu pula di daJam penerjemahan idiomatic, sering kita jumpai ungkapan yang mengandung idiom yang menurut para ahli linguistik sulit untuk mencari padanannya di dalam ba:hasa sasaran, karena ungkapan idiom itu pengertiannya bisa lebih dari satu.
Semua yang berada di bawah panji ker'\iaan Rumawi dan yang ingin mengadakan persahabatan dan hubungan baik dengan kerajaan Int, berada di bawah panji agama Masehi. 51 Contoh kalimat di atas menunjukkan terjernahan bebas karena terjemahan tersebut tidak terikat pada bahasa sumber. Di samping itu 49
Nurachman Hanafi, op. cit., h.S8
50
Muhammad Husain Haekal, op. cit., h.S4
5.
Ali Audah, op. cit., h.3
40
terdapat pula ungkapan idiom yang merupakan ciri teIjemahan idiomatik ~
yaitu pada kata ~ sesungguhnya
"
,
e.b
artinya sangat ingin. 52 Padahal arti
e.b adalah rakus alau tamak. Dikarenakan ada tambahan /
lafaz <..-9 maka artinya berubah menjadi "sangat ingin". /
Perbedaan terjemah terikat dan terjemah bebas dapat dilihat pada contoh berikut ini :
Terjemah terikat: Dan bahwa Mesir adalah pusat yang paling menonjol membawa peradaban pertama ke Yunani atau Rumawi. 54 Terjemah bebas: Mesir adalah pusat yang paling menonjol membawa peradaban pertama ke Yunani dan Romawi. Contoh di atas pada teIjemah terikat dapat dilihat begitu teIikatnya penerjemah pada bahasa sumber sehingga tidak menghilangkan katakala yang tidak perlu yang mengakibatkan kalimat tersebut menjadi
52
Ahmad Warson Munawwir, op. Cit., h. 866
53
Muhammad Husain Haekal, op. cit., h.53
54
Ali Audah, op. cit., h. I
41
rancu. Sedangkan pada teIjemah bebas penerjemah tidak terikat pada bahasa sumber sehingga hasilnya pun menjadi baik sesuai konteks kalil11atnya. Demikian pula contoh berikut:
Pada l11asa itu, di antara golongan-golongan Masehi itu ada yang l11engingkari bahwa Isa mempunyai jasad di samping bayangan yang tampak pada manusia. 56 Pada contoh di atas terlihat bahwa teIjemahan tersebut tidak terikat oleh bahasa sUl11ber. PeneIjemah menyesuaikan bahasa terjemahannya dengan bahasa sasaran. 01eh karena itu teIjel11ahan di atas merupakan terjemahan bebas. Terjemah terikat dan teIjemah bebas, bila diistilahkan ke dalam bahasa Arab disebut sebagai teIjemah harfiah dan teIjemah maknawiyah, hal ini seiring dengan pendapat Moh.Mansoer 7 dalam bukunya Dam al-Kiitib wa-aIMutarjim, menyebutkan pembagian terjemah itu ada dua yaitu
teIjemah hmjiah dan teIjemah maknawiyah. Telljemah harjiah adalah 55
Muhammad Husain Haekal, op. cit., h.55
56
Ali Audah, op.cit., h. 4
57
Muhammad Mansoer, op. cit., h.21
42
peneIjemahan yang memperhatikan peniruan teks ash dalam jumlah kata, susunan dan urutannya. Sedang terjemah maknawiyah/taftiriyah adalah penerjemahan yang dilakukan dengan eara menjelaskan makna/tafsiran bahasa sumber sambil memperhatikan kesepadanan makna serta kenetralan redaksinya, seolah-olah terjemahan itu tidak terlihat sebagai produk teIjemahan. Berikut ini eontoh lain dari teIjemah bebas (free translation): .J
/,J
~"/~.J-:://
".....
~~ ,#1 j ~I J ;,,"" 0.l.ll\
/'1/
/'",..).-'
...
/1'
t L.;,.) ,)}" J,;, JS! ... ).;'"J ~
."
Setiap golongan mempunyai pandangan dan dasar-dasar agama sendiri yang bertentangan dengan golongan lainllya. 59 Pada contoh tersebut bahasa Arab sebagai bahasa sumber (Source Language) sarna sekali berbeda sifat, karakter, dan strukturuya dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran (Target Language). Sekalipun demikian, peneljemah tidak terikat pada bahasa sumber dalam hal susullan bahasa dan strukturnya, maka penerjemah menyesuaikallnya dengan struktur bahasa sasaran, sehingga menghasilkan terjemahan yang baik.
5&
Muhammad Husain Haekal, op. cit., h.SS
59
Ali Audah, op. cit., h. 4
43
Demikian pula dengan eontoh berikut: //
I
-,'/~.J'. /"~/ /-'
//
}///<"
J~
/~
\
~\jj ~ l....lAia ~ -:.~ ...ii•• 1 ~lia ~:h.:G;i .../":"",,II,)~ ,/ 4"/. .../ //
.,/'//
d.l.l.
Mazhab-mazhab agama Masehi ini mulai peeah··belah. Dari zaman ke zaman mazhab-mazhab itu telah terbagi-bagi ke dalam sekta-sekta dan golongan-golongan. 61 Pada eontoh di atas peneJjemah tidak terikat oleh bahasa sumber, karena mengawali teIjemahannya dengan menyebut kata "mazhab-mazhab", bukan menyebut kata "mulai" sesuai kalimat pada sumber yaitu sehingga
te~jemahan
dol.!
tersebut mudah dibaea dan tidak raneu. Akan
berbeda jika teJjemahan tersebut meluadi teIjemahan terikat yang menjadikan kalimat tersebut dibaea kaku, yaitu sebagai berikut: Mulai agama Masehi ini terpeeah belah sehingga terbagi-bagi ke dalam sektasekta dan golongan dari zaman ke zaman. Kesimpulannya
bahwa
pada
terjemah
bebas
1111
tidak
dapat
diterjemahkan seeara parsial atau sebagian akan tetapi hams seeara keseluruhan, artinya teks atau naskah yang mengandung makna idiomatik ataupun tidak hams diteJjemahkan sesuai dengankonteks
60
Muhammad Husain Haekal. lac. cit.
61
Ali Audah, lac. cit.
44
kalimatnya, sehingga pesan yang ingin disampaikan penulis asli dapat dengan mudah dipahami oleh pembacanya karena menggunakan bahasa yang simple
(sederhana),
tidak berbeJit-beht/ tidak kaku dan
menggunakan tata bahasa yang baik dan benar sesuai dengan tata bahasa sasaran.
3. Prinsip-prinsip Dasar Penerjemahan Kompas dalam Tajuk Rencana-nya 62 menyebutkan bahwa untuk dapat
ml(nerjemahkan buku dengan baik, kita tidak hanya harns menguasai bahasanya (baik bahasa Indonesia maupun bahasa dari buku yang diterjemahkan itu), tapi juga harus menguasai materi itu. Dan dalan1 menanganinya dituntut pula ketelitian serta ketekunan.. Menerjemahkan buku adalah suatu keahlian, oleh karena im seorang penerjemah untuk dapat menghasilkan terjemahan yang baik, ia harus mengetahui dan memahami prinsip-prinsip dasar penerjemahan terJebih dahulu, sehingga ia tidak mengalami kesuJitan yang berat ketika mengadakan penerjemahan terhadap suatu teks. Karena ia (penerjemah) sangat memahami sekali tentang aturan main dalam meneIjemahkan suam teks. Beberapa abad yang lalu, sekitar tahun 834 M, Paus Damaskus memberikan tugas kepada Jerome untuk kembali meneIjemahkan kitab suci Perjanjian Baru oleh karena kitab suci yang terdahulu, yang diterjemahkan secara harfiah 62
Tajuk Rencana, Kompas, (Jakarta), 24 Februari 1982
45
oleh para pendahulunya, sangatlah dimengerti. Untuk itu Jerome mencoba melakukan penerjemahan dengan prinsip-prinsip penerjemahan bebas. Terjemahannya itu jauh lebih baik dari pada terjemahan pendahulunya. Namun, oleh karena di dalamnya terdapat penafsiran-penafsiran yang bebas, maka seumur hidupnya sang peneJjemah itu mendapat tantangan serta kecaman dari masyarakat pembaca. 63 Berikut ini beberapa pendapat para ahli lingustik mengenai prinsip-prinsip dasar peneJjemahan yang harus dimiliki oleh seorang penerjemah yang masing -masing memiliki perbedaan yang tidak terlalu signifikan, sehingga dapat dijadikan sebagai acuan bagi seorang
penerjemah dalam memilah-
milah prinsip peneJjemahan yang dijadikan pegangan dan sesuai dengan penerjemah (bersangkutan) ataukah sebaliknya, karena tidak semua penerjemah dapat memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut, disebabkan terbatasnya kemampuan (skill) dan ilmu yang dimilikinya. Para ahli linguistik itu di antaranya adalah Nurachman Hanafi, M. RudolfNababan, dan Suhendra Yusuf. Menurut Nurachman Hanafi64 ada tiga prinsip yang perlu dimiliki oleh seorang penerjemah dalam melakukan penerjemahan terhadap suatu teks, yaitu sebagai berikut: a. Mengenal materi 63
Suhendra Yusuf, 01'. cil., h., 63
64
Nurachman Hanafi, 01'. cit., h. 67
46
Seorang penerjemah yang pertama kali dilakukan adalah mengenal materi teks yang akan diterjemahkannya. Hal ini erat kaitannya dengan latar belakang pendidikan peneIjemah sendiri, yang perIu mengetahui berbagai disiplin ilmu walaupun tidak begitu mendalam, khususnya penguasaan disiplin ilmu dari teks bahasa sumber yang akan diterjemahkan. Sebab hal ini akan memberikan daya bayang untuk mengerti secara garis besar materi yang disanlpaikan di dalam teks tersebut, daripada sekedar perkiraan yang justru bisa mengakibatkan penyimpantgan.
b. Kecakapan mengungkapkan dalam bahasa penerima Selain
harns
mengenal
materi,
kemampuan
penerjemah
dalam
perh~tian
penuh.
mengungkapkan pesan pun seharnsnya mendapat Penerjemah
hams
menguasai
bahasanya
sendiri
dan
mengikuti
perkembangannya. Seandainya ia kurang mengikuti perkembangan bahasanya, bisa jadi dalam meneljemahkan ia akan cenderung lebih banyak menggunakan kata-kata afkir (ketinggalan zaman). Hal ini berarti fatal baginya sebab produk terjemahannya kurang begitu menarik dan selera pembaca-pun menjadi berkurang.
c. Memiliki pengetahuan cross-cultural understanding Kedua prinsip di atas kurang mencukupi untuk dapat menghasilkan terjemahan yang baik kalau tidak memiliki pengetahuan cross cultural
47
understanding yaitu memahami budaya luar. Hal ini dimaksudkan untuk
mengenal persamaan dan perbedaan budaya dari dua bahasa yang terlibat agar tidak selalu berprasangka buruk terhadap budaya orang lain. Di samping itu kita dapat menghargai segi-segi budaya yang bisa kita petik dalam memperkaya budaya kita. Secara langsung av.aupun tidak langsung, kita juga memperkenalkan budaya luar kepada masyarakat pembaca produk teIjemahan. Oleh karena itu citra buruk peneIjemah terhadap citra sastra berbudaya asing misalnya akan mempengaruhi responsi dirinya dan pembaca terhadap kualitas produk teIjemahannya. Berbeda dengan Nurachman Hanafi, M.RudolfNababan65 membagi prinsipprinsip peneIjemahan sebagai berikut: a. Prinsip pengetahuan Penerjemah merupakan pelaku utama dalam setiap proses penerjemahan, dan keberhasilan teIjemahannya sangat ditentukan oleh pengetahuannya. Jika peneIjemah tidak mempunyai pengetahuan atau wawasan yang luas tentang sistem linguistik dan konteks budaya penuHs teks bahasa sumber, ia tidak akan dapat memahami teks tersebut dengan baik. Demikian pula sebaliknya, dalam mengkomunikasikan pesan tek:; tersebut bergantung sepenuhnya pada pengetahuan peneIjemah tentang konteks budaya dan sistem linguistik bahasa sumber dan bahasa sasaran. Pengetahuan yang . dimaksud di sini mencakup berbagai aspek, di antaranya: 65
M. RudolfNahahan, op. cil., h. 88
48
1) Ekologi: iklim, tanah, flora, fauna, dan pola eksploitasi hasil alamo 2) Budaya materi dan teknologi: benda-benda rumah tangga, jenis-jenis tempat tinggal, bangunan, alat transportasi, dan pengetahuan tentang obat-obatan. 3) Organisasi sosial: tataran sosial, sistem kekerabatan, peran sosiallaldlaki dan wanita dalam masyarakat, sistem hukulll dan politik. 4) Pola mitos: kosmologi, hal-hal yang tabu dan konsep gaib. 5) Struktur linguistik: sistem bunyi, bimtuk kata, makna kata, dan sintaksis.
b.. Prinsip tujuan Setiap seseorang melakukan sesuatu pasti memiliki tujuan-tujuan tertentu. Demikian pula dengan peneIjemahan, ketika menerjemahkan suatu teks sudah tentu merniliki tujuan yang pasti. Adapun tujuan yang hendak dicapai oleh peneIjemah dalam meneIjemahkan suatu teks bahasa sumber menurut M. Rudolf Nababan66 hendaknya dapat ll1emberikan kepuasan yang besar kepada khalayak pembaca, sehingga ll1enghasilkan sebuah karya terjemahan yang sangat baik dan sangat diminati. Oleh karena itu ll1enurutnya, peneIjemah hams memperhatikan hal-hal berikut: Apakah pesan teks terjemahan setia dengan pesan teks bahasa sUll1ber? Apakah bahasa yang dil,\unakan sesuai dengan gaya bahasa teks bahasa snmber? 66
Ibid, h. 90
49
Apakah padanan yang digunakan sudah tepal? Apakah tingkatan keterbacaan teks terjemahan sesuai dengan tingkat kemampuan membaca para pengguna teljemahan? Apakah peneljemah perlu menambah atau mengurangi informasi tanpa mengaburkan pesan yang diahhkannya?
c. Prinsip Intuisi Peneljemahan adalah sebuah keterampilan yang membutuhkan seni. Di samping faktor pengetahuan dan tujuan, dalam penerjemahan juga diperlukan
kemampuan intuisi agar sebuah teks terjemahan dapat
dinikmati sebagai sebuah bacaan yang indah dan menarik, sehingga pembaca tidak mengaIami kejenuhan dalam membaca. Intuisi adalah sebuah nilai rasa atau imaginasi dalam mengungkapkan sebuah peristiwa atau bahasa sehingga dapat ditangkap oleh pendengar atau pembaca secara baik dan benar.
Sedangkan
Suhendra
YUSUt"7
memberikan
kategori
..
..
pnnslp-pnnslp
penerjemahan sebagai berikut: a. Memahami isi dan makud pengarang yang tertuang di dalam bahasa sumber. Di dalam menerjemahkan teks bahasa sumber yang pertama dilakukan oleh peneljemah adaIah memahami isi dan maksudpengarang ash, karena 67
Suhendra Yusuf, op. cit., h. 64
50
tanpa memahami isi dan maksud dari pengarang asH tersebut maka produk terjemahan itu akan sia-sia dan boleh jadi akan mellgalami pellyimpangall makna, hal illi seiring dengan pendapatllya Nurachman Hallafi68 yang menyebutkan prinsip dasar penetjemahan yang pertama adalah mengenal materi (yang telah dijelaskan sebelumnya).
b. Mempunyai pengetahuan bahasa yang sempuma, baik bahasa sumber maupun bahasa teIjemahannya. Seorang penerjemah mau tidak mau harus memiliki bahasa yang sempurna, dalam arti menguasai kedua bahasa yaitu bahasa sumber dan bahasa sasaran. Dengan menguasai kedua bahasa tersebut maka penerjemah akan lebih mudah menetjemahkan bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan baik, artinya peneJjemah akan dapat rnemperoleh padallan kata yang sesuai dengan konteks kalimatnya.
c. Menghindari kecenderungan menerjemahkan kata per kata, karena apabila teknik demikian dilakukan maka akan merusak makna kata ash lagi pula merusak keindahan ekspresi. Produk tetjemahan hendaknya benar-benar memperhatikan nilai estetis bahasa sehingga tidak merusak keindahan ekspresi dan tidak merusak
68
Nurachman Hanafi, op. cit., h. 67
51
makna kata aslinya. Oleh karena itu peneIjemah diharapkan untuk menghindari kecenderungan peneIjemahan kata per kata.
d. Mempergunakan ungkapan-ungkapan yang biasa dipergunakan seharihari. Dalarn
mengkomunikasikan
bahasa teIjemahan,
peneIjemah
perlu
menggunakan bahasa yang mudah dipahanli oleh masyarakat pembacanya sehingga pembaca dapat menikmati produk teIjemahan tersebut. Oleh karena itu hendaknya peneIjemah menggunakan bahasa sehari-hari agar mudah dipahami oleh pembaca.
e. Menyajikan nada (tune) dan warna asli bahasa sumber dalarn karya terjemahaffi1ya. Biasanya peneIjemah mengerti terhadap nada dan warna bahasa yang digunakan oleh pengarang asli, sehingga penerjemah mengetahui arah dan maksud pengarang asli dalam menuangkan tulisan atau gagasannya itu. Ini biasanya terlihat pada pungtuasi yang digunakan pengarang asli dalam bahasa sumber atau irama bahasa yang digunakannya. Oleh karena itu peneIjemah diharapkan dapat menyajikan nada dan warna asli bahasa sumber ke dalam karya teIjemahannya, agar karya terjemahannya itu tidak menyimpang dari maksud pengarang asli.
52
f. Memperhatikan kehalusan makna dan nilai emotiftertentu dari kosa-kata bahasa sumber serta gaya yang dapat menentukan cita rasa (flavour and
feel) pesan yang disampaikan. Suhendra Yusut 9 di dalam bukunya Teori Terjemah Pengantar ke Arah
Pendekatan Linguistik dan Sosiolinguistik mengatakan bahwa karya terjemahan itu hamslah memberikan suatu transkip yang lengkap dan buah karya aslinya, di samping itu gaya dan carapenulisannya hamslah berkarakter sarna seperti yang aslinya, serta teIjernahannya itu hamslah memberikan kemudahan-kemudahan
bagi mereka yang rnembacanya
seperti halnya kemudahan ketika membaca teks aslinya. Oleh karena itu peneIjemah seyogyanya dapat mencarikan padattan kata yang sesuai dengan makna kata-kata yang aslinya dan memperhatikan kehalusan . makna dan nilai emotif tertentu dari kosa-kata bahasa sumber serta gaya yang dapat menentukan cita rasa (flavour and jeel) pesan yang disampaikan, sehingga menambah keindahan ekspresi. Di samping pendapat ketiga ahli linguistik itu, ada pula pendapat yang dikemukakan oleh Ali Audah sebagai peneIjemah buku Hayi.itu Muhammad yang mengatakan bahwa sebuah peneIjemahan hams dilakukan dengan beberapa syarat 70 , diantaranya:
69 70
Suhendra Yusuf, op. cit., h. 65 Ali Audah, Penerjemah Arab-Indonesia, Wawancara Pribadi, Bogar, 20 Januari 2004
53
a. Memiliki kesamaan ide antara peneIjemah dengan pengarang, sehingga penerjemah mengetahui persis maksud pengarang. Misalnya, bila pengarang seorang noveJis, maka penerjemah pun seorang pecinta novel atau novelis. b. Penerjemah meminta izin pengarang sebelum menetiemahkan. Karena ini merupakan hak privacy pengarang atau disebut juga intelektual proverty. Sebagai seorang penerjemah profesional Ali Audah selalu meminta izin pengarang terlebih dahulu bila akan melakukan penerjemahan. c. lsi terjemahan tidak menyimpang dari maksudpengarang d. tidak menyimpang dari kaidah bahasa Indonesia atau bahasa sasaran (Target Language)
e. Penerjemah menguasai bahasa sumber (Source Language) dan bahasa sasaran (Target Language)
Demikianlah kegiatan terjemahan ternyata tidaklah semudah seperti yang sering diperkirakan. Persyaratan yang diajukan oleh para ahli teIjemah ini sepertinya sukar untuk dapat kita penuhi. Dari seJuruh persyaratan yang diajulcan itu, penerjemah tentunya akan mengalami kesulitan apabila hams menerapkan semua prinsip-prinsip itu yang dijadikan pedoman dalam meneIjemahkan. Meskipun tampak sulit, tentunya bukan hal yang rnustahil apabila pada akhirnya kita bisa meraih keterampilan rneneIjemahkan seperti apa yang rnereka syaratkan tersebut dengan belajar dan berlatih diri secara serius.
BABID BUKU HAYATU MUHAMMAD DAN BIOGRAFI SINGKAT ALI AUDAH
A. Buku Hayatu Muhammad dan Pellgarallgllya Buku Hayatu Muhammad ini ditulis olehMuhammad Husein Haikal dengan menggunakan Bahasa Arab yang ketebalan buku tersebut mellcapai 398 halaman; terdiri dari 31 bab; diterbitkan pada tahun 1935 oleh Penerbit Daml Ma'arifMesir. Buku ini mengisahkall tentang perjalanan hidup Nabi Muhammad Saw. yang dimulai sejak masa kelahirannya sampai denganmasa akhir hayatnya, bahkan dilengkapi pula dellgan sejarah peradaban sebelum Islam (sejarah pra Islam). Berdasarkan keterang~.n dari Buya Hamka 1, dalam sambutannya pada buku "Sejarah Hidup Muhammad", bahwa buku yang ditulis oleh Muhammad Husein Haikal ini adalah merupakan bagian dari upaya beliau untuk rnengkounter tulisantulisan para Orientalis Barat yang ingin mengaburkan pemikiran kaum muslimin melalui pemutarbalikkan (pembengkokan) sejarah yang pada akhimya akan merendahkan martabat Nabi Muhammad Saw. Oleh karena itu, Haikal melalui salah satu bukunya ini berusaha sekuat tenaga untuk meluruskan sejarah hidup Nabi Muhammad, yang selama ini kaum Orientalis menulis sejarah hidup Nabi tidak dengan fakta dan data yang otentik.
1 Ali Audah, S~iarah Hidu!' Muhammad, terjemahan, (Jakarta: Penerbit Pustaka Litera Antar Nusa, 1999), cet. ke- 23, hal. ix
55
Muhammad Husain Haekaf dilahirkan pada tanggal 20 Agustus 1888 di Kafr Ghanam bilangan distrik Sinbillawain, Propinsi Daqahlia, Delta Nil, Mesir. Haekalmemasuki sekolah dasar di Kairo yang sebelumnya belajar mengaji al-Qur'an di desanya. Lalu ia melanjutlean lee seleolah menengah sampai tahun 1905. Setelah itu ia meneruskan studi ke Fakultas Hulcum di Universite de Paris di Prancis tahun 1909 hingga mencapai licence di bidang huleum, dan melanjutkannya sampai ke tingkat dok'toral bidang ekonomi dan politile dan memperoleh Ph.D. tahun 1912 dengan disertasi La Delle Publique Egyptienne. Dalani tahun itu juga ia leembali lee Mesir dan bekerja sebagai pengacara di kota Mansura, kemudian di Kairo sampai tahun 1922. Sejak masa mudanya Haekal tidale pernah berhenti menulis, di samping masalah-masalah politik dan kritik sastra ia juga menulis beherapa biografi. Dari Cleopatra sampai kepada Mustafa Kamil di Timur; dari Shakespeare, Shelley, Anatoli France, Taine sampai kepada Jean Jacques Rousseau dengan gaya yang lehas dan sudah cukup dikenal. 3 Setelah mencapai lebih setengah abad usianya, perhatiannya dicurahkan kepada masalah-masalah Islam. Ditulisnya huku yang kemudian sangat terkenal, Haytitu Muhammad (Sejarah Hidup lvluhammad) dan F7 lvlanzit al-Wahy (Di Lembah Wahyu). Dua buleu yang sungguh indah dan barn seleali dalam cara menulis sejarah hidup Muhammad, yang leemudian dilanjutlean dengan studi lain tentang Abu Baler dan Umar. Suatu contoh bernilai, baik studinya ataupun cara 2
Ibid, Il.xxviii
3
Ibid
56
penulisannya. Ini merupakan masa transisi dalam hidupnya. Demikian antara lain orang menulis tentang Haekal 4 Syaikh Muhammad Mustafa al-Maraghi 5 (Rektor Magnificus Universitas AI-Azhar) dalam sambutannya pada buku Hayiilu Muhammad mengatakan: Di kalangan pembaca berbahasa Arab Dr. Haekal sudah cukup dikenal dengan karyakaryanya yang tidak sedikit jumlahnya, sehingga tidak perlu lagi rasanya diperkenaIkan. la adalah seOl'ang
sa~jana
hukum dan ahli filsafat. Posisi dan jabatannya
memungkinkan dia untuk mengadakan hubungan dengan kebudayaan lama dan kebudayaan modern. la sering bertukar pikiran dan berdiskusi mengenai masalahmasalah kepercayaan, pandangan hidup, kaidah-kaidah sosial, politik dan sebagainya. Dengan demikian ia berpikir lebih matang, pengalaman dan pengetahuannya pun makin luas, pandangannya cukup jauh pula. la dapat mempertahankan pendapatnya itu dengan logika dan argumentasi yang kuat, dengan gayanya yang khas dan cukup dikenal. Semasa masih mahasiswa sampai pada waktu menja.lankan pekerjaannya sebagai pengacara, ia terus aktif menulis dalam harian At-Jarlda, As-Sufiir, At-Ahriim. Juga ia memberikan kuliah dalam bidang ekonomi dan hukum perdata (1917-1922). Di tahun itu juga ia terpilih sebagai pemimpin redaksi harian As-Siiisa sebagai organ
4
Ibid
, Ibid, h.xxxiii
57
resmi Partai Liberal. Dan secara kultural harian ini besar sekali pengaruhnya terhadap seluruh negara-negara Arab. Ia aktif daIam bidang jurnalistik hingga tahun 1938.
6
Pilda tahun 1943 ia terpilih sebagai ketua Partai Konstitusi Liberal (Liberal Constitulional Parly), yang dipegangnya hingga tahun 1952. Tahun 1938 ia menjabat Menteri Negara, kemudian Menteri Pendidikan, lalu Menteri Sosial. Sesudah itu menjadi Menteri Pendidikan lagi tahun 1940 dan 1944. Pada pennulaan tahun 1945 ia terpilih sebagai Majelis Senat sampai tahun 1950 7 Bcrkali-kali mengetuai delegasi mewakili negaranya di PBB dan dalam konferensi-konferensi internasional, dalam Inler-ParlimenlaJJJ Union dan secara pribadi terpilih sebagai anggota panitia eksekutiflembaga tersebut 8 Karya-karya Haekal menduduki tempat penting dalam perpustakaanperpustakaan berbahasa Arab. Penulisan novel modern dimulai oleh Haekal. Kemudian ia menulis serangkaian sejarah Islam dan biografi di· samping sumber penting dalam studi keislaman. Penerbitan Kamus Besar Kata-kata al-Qur'an oleh akademi Bahasa Arab Mesir adalah atas usul Dr. Haekal, yang juga duduk dalam panitianya. Berikut ini karya-karya Haekal berdasarkan keterangan Ali Audah. 9 Zainab (novel) 1914, Jean Jacques Rousseau (dua jilid) 1921-1923, FT Auqat al-Firaq
6
Ibid., h.xxviii
7
Ibid., h.xxx
8
Ibid., h.xxix
9
Ibid., h.xxix
58
(1925),
'Asyarata AyyZim jis-SudZin 1927, TarZijim AI/ishriya wa-alGharZibiya
(Biografi orang-orang Mesir) 1929, WaladJ 1931, nlaurZit af.·AdZib 1933, HayZitu Muhammad (Sejarah Hidup Muhammad) 1935, Fi Manzil al-Wahy (Di Lembah
wahyu) 1937, As-SiddJq Abu Bakr 1942, AI-FZiruq 'Umar ('Umar ibn al-Khattab) (dua jilid) 1944-1945, MudzakkirZit jis-SiasZit al-Mishriya (Memoir tentang Politik Mesir) (dua jilid) 1951-1953), HZikadzZi Khuliqat 1955, Al-Imbraturia al-IslZimiya wa-alAmZikJn al-Jvfuqaddasahjisy-Syarq al-AusZit (Commonwealth Islam dan tempat-
tempat Suci di Timur Tengah) (kumpulan studi) 1960, Asy-Syarq al-JadJd (kumpulan studi) 1963, 'UtsmZin ibn 'Affiin 1964, AI-ImZin wa-alJvfa'rifat wal Falsafat (tentang Iman, Ma'rifat dan Filsafat) (kumpulan studi) 1965, QisZish Mishriya (cerpen-cerpen Mesir) 1969. Dr. Haekal adalah seorang pengarang yang produktif hingga tulisantulisannya dimuat di berbagai media massa. Namun masih banyak juga naskahnaskahnya yang belum diterbitkan. Ia wafat pada 8 Desember 1956. 10
B. Biografi Singkat Ali Audah
Ali Audah dilahirkan pada tanggal 14 Juli 1924 di Bondowoso, Jawa Timur. IlIa adalah tennasuk putra dad seorang yang berpengaruh di Bondowoso bernama Salim Audah. Sekitar umur 6 tahun ia memasuki sekolah madrasah setingkat sekolah dasar (SD) di daerahnya. Akan tetapi sangat disayangkan ketika menduduki 10
Ibid, h.xxx
11
Ali Audah, Dart KhasGnah Dunla Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999), cet ke-l
59
kursi kelas dua, Ali Audah berhenti sekolah dan tidak melanjutkannya sampaI seterusnya, sehingga ia tidak pernah mengenyam pendidikan formal sampai tingkat perguruan tinggi. Entah apa alasan beliau untuk berhenti sekolah dan tidak melanjutkan sekolah-nya tersebut, penulis tidak mendapatkan keterangan jelas. 12 Padahal secara intelegency, ia memiliki kecerdasan otak (IQ) yang cukup tinggi dibandingkan dengan anak-anak sebayanyalsekelasnya, ini terlihat pada prestasinya semenjak memasuki madrasah tersebut. la terpilih sebagai ketua kelas dan ia sering tampil dalaIll setiap kesempatan acaralkegiatan yang diadakan oleh sekolah tersebut, seperti pada suatu kesempatan ia tampil berpidato dengan
bahasa
Arab
- yang tidak semua siswa memiliki kemaIllpuan tersebut - yang membuat guru-guru dan hadirin semua terpukau melihatnya, padahal ia belwu bisa baca tulis ketika itu, akan tetapi kemaIllpuan hafalannya itu yang membuatnya bisa melakukan hal itu. Hal inilah mungkin yang membuatnya dapat percaya diri dan menjadi motivasi untuk semakin tekun dan ulet untuk mempelajari bahasa, hingga ia memperoleh kesuksesan dalam dunia pendidikan (non formal). Sehigga ia menjadi seorang semman, sastrawan dan penerjemah profesional. Telah disebutkan bahwa Ali Audah tidak pernah mengenyam pendidikan secara formal sampai tingkat perguruan tinggi, akan tetapi ia hanya sekolah di madrasah (SD) sampai kelas dua saja itu pun tidak sampai selesai. Namun kegigihan belajarnya dan kemajuannya untuk terus memperdalam bahasa dan sastra. Hal itu tidak membuatnya patah arang, karena hanya putus sekolah ia semakin gigih 12
Ali Audah, Penerjemah Arab-Indonesia, Wawancara Pribadi, Bogor, 20 Januari 2004
60
bersemangat untuk belajar walaupun tidak melalui jalur formal. la mendapatkan cara terbaik untuk mencapainya yaitu dengan belajar secara otodidak. Ia mencari sendiri buku-buku yang berkaitan dengan kebahasaan dan sastra, baik melalui perpustakaanperpustakaan umum, ataupun dengan cara membeli buku-buku yang di perlukan itu. Babkan ia menceritakan sendiri kepahitan perjaIanan "studinya" diantaranya setiap ia mendapatkan uang saku pemberian Ibunya, ia sisiWcan sebagian untuk dibelikan buku. Dan pemah pula pada saat orang tuanya memberikan nang untuk dibelikan baju (pakaian), malah uang tersebut ia belikan buku-buku sehingga ia sampai rela memakai baju (pakaian) yang sudah usang dan banyak sedikit tambalan-tambalan, kisahnya. J3 Selain itu - disamping belajar secara otodidak - ia pun belajar melalui kakak-kakaknya dan adik-adiknya tentang bahasa Arab maupun bahasa Inggris yang belum bisa dipahaminya baik dari segi tata bahasa, arti (makna) maupun segi-segi lainnya, sebab sebagian dari mereka adalah alumni Ponpes Gontor Ponorogo, sehingga tidak aneh apabila lingkungan keluarganya menjadi IJingkungan berbahasa Arab. Sosok Ali Audah adalah sosok pribadi yang tekun mel1lbaca dan l1lenulis. Dengan ketekunannya itu ia berhasil menjadi seorang penJ:Ijemah profesional, sehingga banyak karya-karya berbahasa Arab yang berhasil ia terjemahkan ke dalal1l
13
Ibid.
61
bahasa Indonesia,14 seperti Han-han Berlalu (Thoha Husain), Sejarah Hidup Muhammad (M. Husain Haekal) dan lain-lain. Selain itu ia juga menerjemahkan buku-buku berbahasa Inggris, seperti Theseus (Andre Gide), Marie Antoinette (Stefan Zweig), dan lain-lain. Di samping itu ia pun dijuluki sebagai sastrawan angkatan "66", karena ia banyak menelorkan karya-karya sastra di tahun 60-an. Salah satunya adalah novel "Jalan Terbuka" yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1971 oleh Lentera, Jakarta.
Jacob Sumardjol5 mengungkapkan pandangannya tentang Ali Audah dalam Pikiran Rakyat Bandung ketika mengkritisi kumpulan cerpennya Di Bawall Jembatan Gantung (Pustaka Firdaus 1983) yang mengisahkan tentang masa pemberontakan/
revolusi kemerdekaan masyarakat al-Jazair me1awan Perancis tahun 1954-1955 sebagai berikut: Sastra Arab Modem agak jarang kita baca dalam teIjemahan Indonesia. Salah satu sebabnya mungkin karena sastra Arab sendiri kurang banyak menaruh perhatian, sehingga jarang mereka meneIjemahkannya dalam salah satu bahasa Arab. Maka satu-satunya cara memperkena1kan sastra Arab Modem adalah lewat terjemahan 1angsung dan bahasa Arabnya. Dan untung bahwa kita memiliki tenaga demikian itu, yakni sastranya dan gaya terjemahannya tentu dapat kita harapkan mendekati otentiknya dalam kontek budaya. Pada tahun 1942 Ali Audah mulai mencintai sastra, yang diawali dengan menulis puisi dan drama. Namun, ia pun tidak berhenti sampai di situ, pada tahoo
i4 Supratman Abdul Rani dan Endang Sugriati, 115 Ikhtisar Roman Sastra Indonesia, (Bandung: CV. Pustaka Selia, 1999), cet. ke-I, h. 356
15 Jacob Sumardjo, "Kritik Cerpen di Bawah Jembatan Gantung", Pikiran Rakyal Bandllng, th.XX, no: 87, Rabu 26 Juni 1985, hal. 7 kol. 1 dan 3
62
1952 menjadi wartawan l6 dan menulis di beberapa harian, antara lain: Pedoman, Harian Abadi, Indonesia Raya, Kompas, Sinar Harapan, Republika, dan lain-lain. Kemudian pada 1966 menulis makalah, cerpen, novel, kritik sastra dan terjemahan yang dimuat di Majalah Mimbar Indonesia, Zenith, Gema Islam, Panji Masyarakat, Kib1at, Ulumul Qur'an, Horison, Tempo, dan lain-lain. BeHau pernah menjabat Direktur Penerbit Tintam2ls (1961-1978), Ketua Perhimpunan Penerjemah Indonesia (1874-1984), Rektor II Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogar, Dewan Penasehat Majalah Sastra Horison (1968-1985), dan lain-lain. Karya-karya terjemahan beliau yang terbaru yaitu Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Terang Be:nderang Masnawi Rumi (puisipuisi pilihan).
16 Biodata Ali Audah diambil dari Pusat Dokumentasi H.B. Yasin di PDS Taman Ismail Marzuki Jakarta pada tanggal 12 Januari 2003
BABN TINJAUAN KRITIS TERJEMAHAN HAYATU MUllAMJUAD DIPANDANG DARI SEGI RAGAM TERJEMAHAN
A. Konsistensi Ragam Terjemahan Berdasarkan kerangka teoritis yang dijabarkan di dalam bab II pada tulisan InI
menyebutkan bahwa ragam terjemahan yang populer dibagi menjadi tiga (3)
ragam, yaitu: ragam terjemah kata per kata (word jor word trans/ation), terjemah terikat (litera/trans/ation), dan ragam terjemah bebas (free translation). I Terjemah kata per kata (word for word translation) adalah ragam teljemahan yang menggunakan cara terjemahan kata demi kata, seperti pada kalimat berikut:
Adapun kalam adalah lafazh yang tersusun yang berfaedah dengan bahasa Arab. Terjemah kata per kata (word for word translation) merupakan terjemah yang terlihat kaku yang terkadang sulit untuk dimengerti oleh pembaca karena terjemahannya sangat terikat oleh kata atau kalimat tata bahasa sumber (Source
Language).
I Nurachman Hanafi, Teori dan Seni Meneljemahkan, (Flores: Penerbit Nusa Jndah, 1985 ), cet. ke-I, h. 54 2 Chatibul Umam, Pedo/llan Dasar flmll NalnvII Teljemah Mllkhtashar Jiddal/, (Jakarta: Daml Ulum Press, 1992), cet. ke-5, h.1
64
Sedangkan teIjemah terikat (literal translation) merupakan teIjemah yang terikat oleh tata bahasa sumber (Source Language), namun ada: sedikit kelonggaran
(flexible) bagi penerjemah (mutarjim) untuk menentukan sendill kata padanan yang sesuai dengan kalimat bahasa sumber (Source Language )-nya, sehingga teIjemahs.n ini tidak seperti terjemah kata per kata (word for word translation) yang menerjemahkan teks atau naskah bahasa sumber dengan cara menerjemahkan kata demi kata yang tidak ada satupun kata yang tertinggal, semua kata yang ada dalam kalimat tersebut masing-masing diterjemahkan. Dalam terjemahan terikat, seorang mutaIjim tidak meneIjemahkan teks atau naskah dengan cara kata demi kata, tetapi kalimat per kalimat, namun tetap berpegang teguh atau setia terhadap bahasa sumber
(Source Language). Hal ini dalam rangka menghindari teIjadinya peyimpangan terhadap niaksud (pesan ) pengarang. Berbeda dengan teIjemah kata per kata (word fill' word translation) dan terjemah terikat (literal translation), terjemah bebas (/i-ee translation) lebih menekankan kepada maksud (pesan) pengarang, yang dapat diterima oleh pembaca (penerima pesan) dengan baik atau clapat dimengerti, sehingga pembaca tidak mengalami' kesulitan
untuk
memahami
pesan
(maksud)
pengarang
secara
keseluruhan. Hal ini disebabkan oleh penggunaan bahasa penerj,emah yang lugas dan logis, yang mengacu kepada bahasa sasaran (Target Language), baik dari sisi gaya bahasa maupun tata bahasanya_ Artinya penerjemah
(muta~iim)
tidak lagi terikat oleh
bahasa sumber (Source Language) yang harus mengikuti pola atau susunan bahasa sumber (Source Language).
65
Pada ragam teIjemah ini peneIjemah (mutarjim) diberi kebebasan seluasluasnya untuk memilih dan menentukan padanan yang sesuai dengan teks!.naskah aslinya, asalkan tidak menyimpang dari maksud (pesan) pengarang. Berikut contoh sederhana untuk membedakan antara teIjemah bebas (free translation), terjemah terikat (literal translation), dan terjemah kata per kata (word for word translation): Q
J \
.
"I
~
./
9
.. "" /
/ /'
....::;
~/ ~
,/.,
"..
'7
//
'~'\ t.J::..gJ \ ".1_ 4..l;..\~\ J..,1-11 ~'1 ·\(\1 . \ 1 ....,):}. . J ~"., //Y..A ...... /0~.J /
/
Terjemah kata per kata (wordfor word translation) : Adapun i'rab ialah berubahnya akhir-akhir kalimat karena beda-bedanya amil yang masuk kepadanya baik secara lafaz ataupun secara kira-kira. Terjemah terikat (literal translation) : I'rab adalah berubahnya akhir-akhir kata karena berbedanya amil-ami! yang masuk kepadanya baik secara lafaz ataupun secara kira-kira. 4 Terjemah bebas (free tranlslation) : I'rab adalah perubahan akhir kata yang disebabkan oleh perbedaan faktor yang mendahuluinya, baik dalam ucapan ataupun perkiraan. Pada produk terjemahan di atas jelas menunjukkan adanya perbedaan diantara ketiga ragam teIjemahan, karena masing-masing memiliki karakieristik tersendiri, namun tidak menunjukkan suatu penyimpangan makna (semantik) yang 3
Ibid, h.14
·1
Ibid
66
mengakibatkan rusaknya produk teIjemahan suatu teks. Akan tetapi, hanya saja target pembaca (penerima pesan) akan sangat berbeda ruang lingkupnya. Dalam arti bahwa masyarakat pembaca pada teljemah kata per kata (word for word translation) akan berbeda dengan masyarakat pembaca pada terjemah terikat (literal translation). Juga masyarakat pembaca teIjemah bebas (free translation). Perhatikan penggalan kalimat berikut yang dikutip dari buku Hayiitu Muhammadhalaman 53 !
Penyelidikan mengenai sejarah peradaban manusia dan dari mana pula asal-usulnya, sebenarnya masih ada hubungannya dengan zaman kita seka:rang ini. Penyelidikan demikian sudah lama menetapkan bahwa surnber peradaban itu sejak lebih dari enam ribu tahun adalah Mesir. 6 Kalimat di atas menunjukkan ragam teIjemahan bebas, karena peneIjemah berusaha untuk menggunakan bahasa yang lugas atau tidak kaku, juga peneIjemah tidak terpaku atau berpegang teguh pada bentuk bahasa surnber (Source Language), sehingga produk teIjemahan tersebut nikmat untuk dibaca. Berbeda hall1ya apabila
5
Muhammad Husain Haekal, Hayti/u Muhammad. (Kairo Mesir: Daarul Ma'arif, 1935), h. 53
6 Ali Audah, Sejarah Hidup Muhammad, terjemahan, (Jakarta: PT Pustaka Litera Antar Nusa, 1999), eet ke-23, h. I
67
teks tersebut diteJjemahkan ke dalam ragam teJjemahan terikat (literal translation) yang dapat dilihat pada kalimat berikut: "Masih menyelidiki tentang sejarah peradaban manusla dan tentang dari mana pertumbuhannya berhubungan dengan zaman kita sekarang. Penyelidikan ini sungguh telah menetapkan waktu yang lama menurut suatu sumber bahwa Mesir adalah sumber peradaban ini sejak lebih dari enam ribu tahun yang lalu." Produk teJjemahan tersebut terasa kaku untnk dibaca, karena kalimat tersebut terkesan mempertahankan bentnk kalimat· aslinya sehingga ia harus .J
mengikuti bentuk atau gaya bahasa sumber. Terlihat pada lafaz
/""
JI ~i>L, tetap
diteJjemahkan menjadi "masih" dan posisinya diletakkan di awal kalimat, juga lafaz /' -,.I ""
\.A yAl.. yang diterjemahkan menjadi "pertumbuhannya". Lain halnya dengan produk ,..., "",;
teJjemahan bebas di atas, pada lafaz JI..i:!L, diterjemahkan melljadi "masih", tetapi kata tersebut diletakkan di tengah kalimat disesuaikan dengan konteks kalimat-nya. / " ' - ' '1,/
Sedang
lafaz
\.A yAl..
tidak
diteIjemahkan
kepada
makna
aslinya
yaitu
"pertumbuhannya", akan tetapi diterjemahkan menjadi "asal-usulnya". Teks tersebut akan terasa lebih kaku lagi apabila
pene~jemah
menggllnakan
ragam teIjemah kata per kata (wordfor word translation) yaitu sebagai belikut: "Masih membahas
di
dalam
sejarah
peradaban manusia dan dari
mana
pertumbuhannya yang berhubungan kepada masa kita sekarang. Dan adalah pembahasan ini sungguh telah menetapkan waktu yang lama menurut beberapa
68
perkataan bahwa Mesir adalah sumber peradaban ini sejak lebih dari enam ribu tahun yang lalu. " Pada terjemahan tersebut terasa kaku untuk dibaca karena bahasanya yang tidak memperhatikan pola kalimat bahasa sumber serta tidak memperhatikan cita rasa bahasa (jlavour and feel language). Hal ini tercermin pada pertengahan kalimat tersebut yaitu: " ... dan adalah pembahasan ini sungguh... ", seharusnya kata "adalah" dan "sungguh" tidak perlu ada, sebab hal itu merupakan pemborosan kata. Pada prinsipnya sebuah peneJjemahan akan dikatakan baik, jika produk teIjemahan tersebut tidak terlihat seperti sebuah terjemahan, karena pola dan gaya bahasa yang digunakan penerjemah adalah pola dan gaya bahasa sasaran (Target
Language), bukan pola dan gaya bahasa sumber (Source Language). Bila penerjemahan masih terikat oleh pola dan gaya bahasa sumber (Source Language), sehingga terjemahan yang dihasilkannya adalah setia pada struktur bahasa sumber
(Source Language), maka penerjemah dianggap tidak berhasil membuat produk terjemahan yang baik. Di dalam buku Hayat Muhammad karya Husain Haekal pada halaman 74, oleh Ali Audah diterjemahkan menjadi sebagai berikut: /.--'
,/ /
,/ ,/
W
/
.,
~
'J / '
JA 'J J ~ ': 'l! LJC
;
//
?
y yJI
/"
I
'7...'
/
""
~?/,/
/""
"..J,/ /
..
/
,/
/ /. , /
dl}~ 0i:! '~ ~4 ~ r y;,'.ll ~'y'i r\.AI J ... /
,/,/
//
7.
Muhammad Husain Haekal, op. cit., h.74
'f
rl_,.::..11 /
7
./
69
Abrahah al-Asyram membangun rumah suci di Yaman, tetapi bagi orang Arab itu tak dapat menggantikan rumah suci yang ada di Mekkah, juga tak dapat memalingkan mereka dari kota suci 8 Bila dilihat dari ragam terjemahan, maka teljemahan ini merupakan teljemahan bebas, sebab ada lafazh (kata) yang diartikan tidak sesuai dengan makna
.,
sebenamya, seperti kata LJiy /
/
iJ. diartikan "tidak dapat menggantikan", padahal arti
sebenamya adalah "tidak dapat dikayakan". Ali tidak meneljemahkan secara leterleg ",),,"
lafazh (kata) LJiy ~ ini merupakan lafazh (kata) idiom yang merujuk pada kata , ./
.. "
/
/
4..ic ~~ J
yang artinya "harus ada! tidak dapat dihindari,',9 Sehingga penerjemah
mengartikannya disesuaikan dengan konteks kalimat menjadi "tidak dapat menggantikan". Di samping itu pola kalimat yang digunakan penerjemah (mutG/jim) adalah pola kalimat bahasa sasaran (Target Language), bukan bahasa sumber (Source Language).
Demikian pula dengan kalimat berikut Ali Audah menerjemahkan teks dari
8
Ali Audah, Sejarah Hidup Muhammad, op. cit., h. 40
9 Ahmad Warson Munawwir, AI-Munffivwir Kamus Arab Indonesia, {Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), cet. ke-4, h. 1021
10
Muhammad Husain Haeka1, op. cil., h.57
70
Peradaban-peradaban itu sudah begitu berkembang dan tersebar ke pantai-pantai Laut Tengah atau sekitarnya, di Mcsir, di Asiria dan Yunani sejak ribuan tahun yang lalu. II
Mazhab-mazhab agama Masehi ini mulai pecah-belah. Dari zaman ke zaman mazhab-mazhab itu telah terbagi-bagi ke dalam sekta-sekta dan golongan-golongan. I3 Pada eontoh di atas peneJjemah tidak terikat oleh bahasa sumber, karena mengawali terjemahannya dengan menyebut kata "mazhab-mazhab", bukan menyebut Jeata "mulai" sesuai Jealimat
paoo sumber yaitu d..ll sehingga teJjemahan
tersebut muOOh dibaea dan tidak raneu. Oleh karena itu terjemahan tersebut dapat dikatakan sebagai teJjemahan bebas. Produk terjemahan Ali Audah ini juga ada yang menunjukkan ragam teJjemahan terikat (literal translation), diantaranya tereantum pada halaman 2, yaitu: .,
/.,":
I
.,"vi
.;'J-""J/J///I')/"/"
p~; J,....,\ ~~ l.JJ~~II\ ~)\
::::
/".,
1
:u.. ~ jL...:::..:.. W.llwJt ~\ ,4"J~I\ ~/~ ~ I4.f.~I ;b. ~~Y-JI l.JYhl ~IG)I ~6.:..:.\ L:;w , ' / '"
/'
/.;
II
Ali Audah, op. cit., h. 2
12
Mu~ad
13
Ali Audah, lac. cil.
14
Muhammad Husain Haekal, op. cil., h.53
Husain Haekal, loco cil.
/'
"
"' .. /
' I / ' / '
,.,.,. .....
71
Dalam lingkungan masyarakat ini, yang menyandarkan peradabannya sejak ribuan tahun kepada sumber agama dalam lingkungan itulah dilahirkan para rasul yang membawa agama-agama yang kita kenaI sampai saat ini.
15
Pada cOlltoh di atas dapat dilihat bahwa salah satu ciri ragam terjemahan terikat adalah setia terhadap bahasa sumber. Dan pada contoh tersebut memenuhi syarat tersebut. Dleh karenanya teJjemahan tersebut terasa kakl.l untuk di baca. Contoh lain dapat kita lihat pada halaman selanjutnya paragraf pertama, Ali Audah cenderung menggunakan kalimat inversi dalani mellerjemahkan teks tersebut. --'-:::
,.11 ....
,,1.,1/.,~
.,////
-'....
Of,,"/'·
~,,~
/.,.J/
4..u...~ ~J \A~.JiiJ .aJ)\ .. I) J1:. ~ w~\ • ~II ~ ... jl!l.J1 oL:;..:i ... / ~ ...../ '" -' ~ -' ".
,/...
/
./
Berhadapan dengan agama Masehi yang tersebar di bawah panji dan pengaruh Rumawi itu berdiri pula kekuasaan agama Majusi di Persia yang mendapat dukungan moril di Timur Jauh dan di India. 17 Kalimat inversi merupakan ciri khas yang sermg digunakan dalam penggunaan bahasa Arab. Di dalam tata bahasa Indonesia, kalimat inversi adalah kalimat yang menggunakan pola subjek, predikat, objek, dan pelengkap (jika ada). 18
15
Ali Audah, lac. cit.
16
Muhammad Husain HaekaI, 01'. cit., h.54
17
Ali Audah, 01'. cil., h.3
18 Hasan Alwi, et aI., Tala Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Edisi ke-3, cet. ke-I, h.363
72
Akan tetapi di dalam bahasa Arab tidak demikian, kalimat inversinya selalu didahului dengan predikat, kemudian subjek dan seterusnya. Kalimat inversi pada kalimat di atas ditunjukan pada kalimat pertama yang ditunjukkan oleh lafazh ot:;..:i yang merupakan kalimatfi 'il dalam bahasa Arab, kemudian diikuti oleh kalimat isim yaitu J{, " / ..
lafazh
'.1/,.1:;,.11.
Di dalam teJjemahan ini Ali Audah mendahuJukan predikat
daripada subjek. Pada teJjemahan di atas Ali Audah tetap setia terhadap pola kalimat bahasa sumber (Source Language) yang hal ini menunjukan bahwa Ali Audah menggunakan ragam terjemahan terikat (literal translation) di samping ragam terjemahan bebas (free translation) daJam meneJjemahkan buku Hayatu Muhammad.
DaJam struktur bahasa Indonesia, pola kalimat inversi adalah kaJimat yang mendahulukan predikat dari pada subjek, sinonim kalimat inversi dalam bahasa Arab ~ .. ,,)I' • .J
adalah jumlah fi 'liyah C'.1hll ;iJ,.,,;..) Contoh: Pergi mahasiswa ke kampus. Padahal Ali Audah mengemukakan bahwa sebuah terjemahan dikatakan baik apabila produk teJjemahan itu tidak terlihat seperti sebuah karya terjemahan sehingga dapat dinikmati oleh segenap pembacanya. Artinya, pembaca (penerima pesan) tidak merasakan bahwa yang dibacanya adalah produk teIjemahan, karena gaya bahasa yang digunakan serta struktur kalimatnya mengikuti bahasa sasaran
73
(Target Language) atau bahasa penerima pesan, sehingga rnudah dimengerti dan
tidak kelihatan kaku, tetapi mengapa Ali Audah masih menggunakan pola kalimat bahasa sumber (Source Language) ketimbang stmktur bahasa sasaran (Target Language) dalam menerjemahkan buku Hayatu Muhammad im.
Suhendra YUSUfl9 menyebutkan di dalam prinsip-prinsip penerjemahannya diantaranya babwa penerjemab haruslab memperhatikan kehalusan makna dan nilai emotif tertentu dari kosa kata bahasa sumber serta gaya bahasa yang dapat menentukan cita rasa (flavour andfeel) pesan yang disampaikal1. Hal ini secara tidak langsung memberikan gambaran kepada kita bahwa seorang peneIjemah tidaklah mesti terikat oleh bahasa sumber, namun halUs lebih kreatif dalam menentukan makna dan gaya bahasa yang akal1 disampaikan kepada pembaca (penerima pesan). Selanjutnya Ali Audah menjelaskan bahwa peneIjemahan yang ia lakukan terhadap
buku Haytitu Muhammad adalah
peneIjemahan
"apa adanya".20
Penerjemahan "apa adanya" adalab sebuab penerjemahan yang dilakukan apa adanya berdasarkan bahasa sumber (Source Language), daJam artian tetap berpegang teguh pada bahasa sumber (Source Language), namun lebih kreatif dalam menentukan padanan yang sesuai dengan bahasa sumber, dan memperhatikan budaya dan pola babasa sasaran (Target Language), sehingga terjemahan yang dihasilkan adalah 19 Suhendra Yusuf, Teori Teljemah Pengantar ke Arah Pendekafanl.ingllisfik dan Sosiolingllisfik. (Bandung: PT Mandar Maju, 1994), h.64
20
Ali Audah, Wawancara Pribadi, loc. cif.
74
terjemahan yang menarik dan mudah dibaca sesuai dengan bahasa masyarakat pembaca (penerima pesan). Dan produk terjemahan itu seolah-olah bukan merupakan produk terjemahan, karena dikemas dengan bahasa yang disesuaikan dengan struktur bahasa sasaran (Target Language). Hal ini pula yang menyebabkan
Ia
tidak mau mengatakan produk
teIjemahannya merupakan produk teIjemahan bebas (free translation) atan terjemahan terikat (literal translation), akan tetapi produk teIjemahannya adalah produk teIjemahan "apa adanya". Hal ini merupakanpemyataan yang belum pemah disampaikan oleh para penerjemah sebelumnya atau sekelasnya. Memang terdapat dua kemungkinan yang terjadi dalam peneIjemahan Ali Audah Hayatu Muhammad yaitu kemungkinan pertama rnerupakan teIjemahan terikat (literal translation) dan yang kedua merupakan teljemahan bebas (free translation).
Narnun demikian dengan melihat secara kesduruban hasil karya
teIjemahannya pada buku Hayatu Muhammad dan memperhatikan ciri-ciri khusus metode penerjemahan, peneIjemahan Ali Audah lebih mendekati ragarn teIjemahan bebas (free translation), karena struktur dan gaya bahasa yang digunakannya lebih banyak berpegang pada bahasa sasaran (Target Language). B. Penggunaan Diksi
Menurut Nurachman Hanafi bahwa setidak-tidaknya sebuah pr()duk terjemahan hendaknya mengandung dna aspek penting, yaitu aspek makna yang sepadan dan aspek gaya bahasa yang baik, gaya yang tercakup di dalarnya berupa
75
rasa bahasa sebagai pemanis, perindah dan pelembut suasana, yang akhimya dapat memikat pembacanya. Gaya bahasa yang baik akan sangat dipengaruhi oleh pilihan kata (diksi) dari penerjemah sendiri. Bila pilihan kata (diksi) yang dilakukan oleh penerjemah sangat tepat sasaran, maka gaya bahasanya pun akan terasa sangat baik dan indah. Sehingga produk teIjemahan yang dihasilkan peneIjemah (mutarjim) akan dianggap sebagai produk terjemahan yang baik. Ali Audah dalam menerjemahkan Hayiitu Muhammad masih berpegang teguh pada bahasa sumber (Source Language), terbukti pada beberapa kalimat terjemahannya yang setia pada bahasa sumber (Source Language) seperti telah diungkapkan sebelwnnya, yaitu dalam hal tata bahasa dan gaya bahasanya yang terkait dengan pilihan kata (diksi) yang kurang tepat (proposional). Pada penerjemahan ini Ali Audah terkesan kurang mempedulikan cita rasa bahasa (flavour and feel language) yang hal ini juga sebenamya mempengaruhi pembaca untuk memahami produk terjemahannya dan mempengaruhi minat baca pembaca. Faktor ini dapat kita lihat pada beberapa kalimat dari produk teIjemahannya "Sejarah Hidup Muhammad", diantaranya tertera pada halaman I: " .. ".
20.
""
-::;.J/.l J9 /
./ " .. /"
~,,,.,
/,,/.,.
,/
..1 .. ; "
.?I"//
~l.:J1 Ll~ ~! )l.....,,:;.. lA ylil. 0\S u.\ J ~L...l';ll :;) .....;".,JI ~).:; ~ ~I JI J:!L.. ,,/ " ... " .... ", ",'" .lc..,.", oJ'
Penyelidikan mengenai sejarah peradaban manusia dan dari mana pula asal-usulnya,
20
Muhammad Husain Hackal, op. cit.• h.53
76
sebenarnya masih ada hubungannya dengan zaman kita sekarang ini,21 Kata "dari mana pilla" dan "sebenarnya" , menurut hemat penillis sebaiknya tidak perlu ada, karena merupakan pemborosan kata, sehinggac kalimat tersebut tidak membingungkan pembaca untuk memahaminya dan tidak terkesan berbelit-belit. Altematif terjemahan di atas menurut Penulis yaitu: "penyeliclikan mengenai sejarah dan asal-usul peradaban manusia masih ada hubungannya dengan zaman kita sekarang". Kemudian dilanjutkan pacta kalimat berikutnya, yaitu.. I
/ .. ~
't//
..
;;: .....
"/"J/,,.-7"1'/
-#
~/ ......
/'
./
-'''''''''/1
... / /
~~ ~ Wj1.S~ (j~ y~\ ~)\.;-r \.j~j ~II ~ ~\\~ (j1.SJ .,
/
, _. 2_ .'
./
!, ... "
. / .... /
,/
./
....
"
,I"
/J
?,J ,
"","
- . '-ll,lS "f\ .w..... .'- l.Y'J"'" . .".<1"~ -0 j/ l,'....... II
./
/'
/
/
Penyelidikan demikian sudah lama menetapkan, bahwa sumber peradaban itu sejak lebih dari enam ribu tahun yang lalu adalah Mesir. 23 Disebabkan Ali Audah mempertahankan bentulc aslinya, maka produk terjemahannya pun terasa Icaku untuk dibaca. Menurut penulis, kalimat tersebut dapat dirubah posisinya menjadi: "Penyelidikan demikian sudah lama menetapkan, bahwa Mesir adalah sumber peradaban manusia sejak lebih dari enam ribu tahun yang lalu." Demikian pilla dengan kalimat selanjutnya:
21
Ali Audah, Sejarah Hidup Muhammad, op. cil., h.l
22
Muhammad Husain Haekal, lac. cil.
2J
Ali Audah, lac. cil.
77
"
juga tidak pemah menf,'Ilbah tujuan dan perkembangan peradaban-peradaban
tersebut. Hal ini baru terjadi sesudah ada akulturasi dan saling hubungan dengan peradaba!l Islam." 25 Di sini Ali Audah terlihat melakukan pemborosan kata juga yang justru dapat menghilangkan cita rasa (flavow- andfeel) bahasa pembaca, yaitu pada kalimat "Hal ini baru terjadi sesudah... ", padahal kalimat tersebut tidak perlu ada karena cukup disambung dengan kalimat sebelunmya. Sebab di dalam bahasa sumber pun tidak ada ~anda perhentian, melainkan disambung meqjadi satu rangkaian kalimat. Di samping itu terjadi pula pemborosan kata pada kalimat "akulturasi dan saling hubungan. Padahal kata "akulturasi" dan "saling hubungan" adalah dua kata yang sama artinya, sehingga cukup ditulis "akulturasi" saja alau "saling hubungan" saja. Maka menurut hemat Penulis terjemahan tersebut dapat dirubah menjadi : " ...juga tidak pemah mengubah tujuan dan perkembangan peradaban-peradaban tersebut sampai terjadinya akulturasi dengan peradaban Islam". Kemudian pada halaman selanjutnya Ali Audah menggunakan diksi yang kurang tepat.
24
Muhammad Husain Haekal, lac. cil.
25
Ali Audah, Sejarah Hidup MUhammad, op. cit., h.2
78
.. /'1
;.P/ F~
.. /
..J"}/
J.,/"
,//
//
,,/
/..
J/)I
./
J :;;/"-
(~YI~~j wi) ~~ Ji9:! 0JC~ 0\.S +~~~ ,,~L~~ ,;J~\ 0~1 /" .... "
26.
/
,,/
.J
/,)
\..J.g
.... /,,;
4.:.i~ LtJC j J~\.::..:J ~.J /
"
Setelah datang izin Tuhan kepadanya supaya ia membimbing umat di tengah-tengah Fir'aun yang berlaku kepada rakyatnya: "Akulah tuhanmu yang tertinggi", ia pun berhadapan dengan Fir'aun sendiri dan tukang-tukang sihimya. 27 Kalimat " ... di tengah-tengah Fir'aun yang berlaku kepada rakyatnya: "Akulah tuhanmu yang tertinggi" kurang logis diucapkan, sehingga lebih tepat diterjemahkan sebagai berikut: "Setelah datang izin Allah kepadanya untuk membimbing umat di negeri kekuasaan Fir'aun (yang menyatakan dirinya): "Akulah tuhanmu yang tertinggi", maka ia (Musa) pun berhadapan dengan Fir'aun dan tukang-tukang sihirnya." Selanjutnya kalimat berikut
merupa~an
kalimat yang kurang logis untuk
diterapkan, karena kalimat utama tidak sejajar dengan kalimat penjelasnya.
Paham Masehi di Barat dan Majusi di Timur sekarang sudah berhadap-hadapan muka. 29
26
Muhammad Husain Haekal, op. cit., h.54
27
Ali Audah, Sejarah Hidup Muhammad, op. cit., h.3
28
Muhammad Husain Haeka!, lac. cit.
29
Ali Audah, Sejarah Hidup Muhammad, lac. cit.
79
Kata "berhadap-hadapan muka" tidak sejajar, karena kurang logis. Sehingga kata "berhadap-hadapan sebaiknya diganti dengan "saling berhaclapan". Maka kalimat yang tepat adalah "paham Masehi eli Barat dan Majusi di Timur sekarang sudah saling berhadapan." Demikian contoh-contoh kalimat yang dapat Penulis persembahkan pada karya tulis ini sebagai bahan koreksi terhadap teJjemahan Ali Audah (Sejarah Hidup Muhammad). Penulis tidak dapat menuliskan selurubnya pada karya tulis ini karena terbatasnya ruang dan waktu yang dimiliki.
BABV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai penutup dari karya tulis ini, penulis dapat menyimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Ali Audah menerjemahkan buku Hayatu Muhammad menggunakan ragam
teIjemahan bebas (fi'ee
translation),
walaupun
ia menyebutkan bahwa
terjemahannya adalah terjemahan "apa adanya", akan tetapi dengan melihat ciriciri dan pola penerjemahan yang dilakukannya cenderung sarna dengan terjemahan bebas (free translation), sehingga Penulis rnenyimpulkan bahwa peneIjemahan Ali Audah (Sejarah Hidup Muhammad) terhadap buku Hayat Muhammad adalah peneIjemahan bebas (free translation). 2. Sekalipun Ali Audah menggunakan ragam terjemahan bebas (free translation) dalam meneIjemahkan Hayatu Muhammad, akan tetapi
Ja
masih terikat pada
bahasa sumber, karena tercermin pada beberapa kalimat teIjemahannya yang terlihat kaku untuk dibaca dan mempersulit pembaca untuk memahaminya. Hal ini disebabkan oleh karena kurangnya perhatian PeneIjemah terhadap pilihan kata (diksi) sebagai alat untuk memperhalus kata atau kalimat. Oleh karena itu Penerjemah tidak tepat dalam menerapkan pilihan kata atau diksi.
81
B. Rekomendasi
Penulis sadar bahwa penelitian ini masih jauh dali kesempumaan, oleh sebab itu Penulis berharap penelitian ini dapat dilanjutka:n dan diteliti secara mendalam oleh Peneliti berikutnya, khususnya pada masalah ketepatan makna dan gaya bahasa. Hal ini akan sangat membantu dalam menganalisa bentuk teIjemahan suatu buku atau teks.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rani, Supratman, dan Sugriyati, Endang, ii5 Ikhtisar Roman Sa~·tra Indonesia. Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999, Cet. ke-I Achmadi, Suminar Setiati, Penuntun Penulisan lImiah, Jakarta: Penerbit Ul Press, 1988 Alisyahbana, Sutan Takdir, Tata Bahasa Baku Bahasa indonesia, Jakarta: Penerbit Dian Rakyat, 1986, Jilid II AI-Maduri, Hasan Ahmad Baharun, MajmDat 'Asriyyat jif.-lugah al- 'Arabiyyah, Snrabaya: Darus-Saqaf, 1980 AI-Qur'an dan Terjemahannya, Proyek Pengadaan Kitab AI-Qur'an Depag Rl, Jakarta: 1980 Alwi, Hasan, et aI., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Jakarta: Penerbit Balai Pustaka, 2000, Edisi ketiga, Cet. ke-1 Aminuddin, Semantik Pengantar Studi Tentang Makna, Bandung: Penerbit Sinar Baru, 1985 Anwar, Muhammad, Terjemah Matan Aljiyah, Bandung: PI. AI-Ma'arif Bandung, 1996, Cet. ke-7
-------, Ilmu Balaghah Tmjamah Jauhar al-MaknDn, Bandung: PT. A1-Ma'arit: 1993, Cet. ke-4 Audah, Ali, Sejarah Hidup Muhammad, teJjemahan, Jakarta: PT. Pustaka Litera Antar Nusa, 1999, Cet. ke-23 Dahdah, Antoine, Mu 'jam Qawaid al-Lugah al- 'Arabiyyah Beirut: Percetakan Libnan, 1981, Cet. ke-I
fl
Jadwal wa LauMt,
Djadjasudarma, Fatimah, T, Metode Linguistik, Bandung: PT. Eresco, 1993, Cet. ke-l Effendy, Onong Uchjana, Dinamika Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002, Cet. ke-5 Ghulayini, Mustafa, JamT' ad-DurDs al- 'Arabiyyah, Beirut: Maktabah al-'Asriyah, 1965
Yusuf, Suhendra, Teari Teljemah Pengantar Ke Arah Pendekatan Studi Linguistik dan Sosialinguistik, Bandung: Mandar Maju, 1994
SURAT KETERANGAN
Bahwa saya yang bertandatangan eli bawah ini: Nama
:ALIAUDAH
Tempat/tgllahir
: Bondowoso, 14 Juli 1924
Menyatakan bahwa mahasiswa yang bernama Ahmad Tunnudzi ( 197024013504 ) Jurusan Terjemah Fakultas Adab telah mengadakan wawancara dengan saya pada tanggal 20 Januari 2004 di Bogor, Perumahan Bogor Baru C. III no.5, mengenai buku
Hayal Muhammad yang saya terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi "Sejarah Hidup Muhammad". Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sebenar-benarnya.
Bogor, 5 Juni 2004
ALI AUDAn---