STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA NY. S DENGAN EFUSI PLEURA DI RUANG ANGGREK 1 RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
DI SUSUN OLEH:
SEPTIA PUTRI WAHYUNINGTYAS NIM. P.09100
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012
STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA NY.S DENGAN EFUSI PLEURA DI RUANG ANGGREK1 RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DI SUSUN OLEH:
SEPTIA PUTRI WAHYUNINGTYAS NIM.P.09100
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012
i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Septia Putri Wahyuningtyas
NIM
: P. 09100
Program Studi
: DIII Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah
: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA NY.S DENGAN EFUSI PLEURA DI RUANG ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku. Surakarta,
April 2012
Yang Membuat Pernyataan
SEPTIA PUTRI W. NIM. P. 09100
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh : Nama
: Septia Putri Wahyuningtyas
NIM
: P. 09100
Program Studi : DIII Keperawatan Judul
: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA NY. S DENGAN EFUSI PLEURA DI RUANG ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : ……………….. Hari/Tanggal : ………………..
Pembimbing : Erlina Windyastuti, S. Kep., Ns NIK. 201187065
iii
(…....………………….........)
HALAMAN PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh : Nama
: Septia Putri Wahyuningtyas
NIM
: P.09100
Progran Studi
: DIII Keperawatan
Judul
: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI PADA NY. S DENGAN EFUSI PLEURA DI RUANG ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Ditetapkan di : Surakarta Hari/Tanggal : 10 Mei 2012 DEWAN PENGUJI Penguji I
: Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns NIK : 201187065
(
)
Penguji II
: Oktavianus, S.Kep.,Ns NIK : 201086056
(
)
Penguji III
: Nurma Rahmawati, S.Kep.,Ns NIK : 201186076
(
)
Mengetahui, Ketua Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Setiyawan, S.Kep., Ns NIK. 201084050
iv
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA Ny. S DENGAN EFUSI PLEURA DI RUANG
ANGGREK
I RUMAH
SAKIT
RSUD
Dr.
MOEWARDI
SURAKARTA ”. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagi pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat : 1.
Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan petunjuk.
2.
Setiyawan, S. Kep., Ns, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3.
ErlinaWindyastuti, S. Kep., Ns, selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII Keperawatan, sekaligus dosen pembimbing dan penguji I yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan
nyaman
dalam
bimbingan
serta
memfasilitasi
demi
kesempurnaannya studi kasus ini. 4.
Oktavianus, S.Kep.,Ns selaku dosen penguji II yang telah memberikan saran,
kritik, masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
v
5.
Nurma Rahmawati, S.Kep.,Ns selaku dosen penguji III yang telah memberikan
saran,
kritik,
masukan-masukan,
inspirasi,
perasaan
nyaman
dalam
memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 6.
Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta, staf, maupun karyawan yang telah memberikan bimbingan, motivasi dengan sabar dan wawasanya serta ilmu yang bermanfaat.
7.
Pihak Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta beserta staf keperawatan, khususnya di ruang Anggrek 1 yang telah memberikan ijin dan kesempatan bagi penulis untuk pengambilan data guna penyelesaian karya tulis ini.
8.
Kedua orang tuaku, Bp. Sidiarto dan Ibu Hari Puji Hastuti yang selalu memberi dukungan, inspirasi, dan doa untuk menyelesaikan pendidikan.
9.
dr. Firma Nur R. dan Tegar Awan S. yang telah memberikan informasi mengenai materi, peminjaman buku serta selalu memberikan motivasi, semangat, dan dukungan hingga terselesaikannya tugas akhir ini.
10. Sahabat-sahabatku (Geng Bodrex) yang telah memberikan motivasi dan selalu berjuang bersama, satu tujuan untuk meraih sukses bersama. 11. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual. Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin. Surakarta,
April 2012
Penulis vi
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL …………………………………………....... PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ………………………. LEMBAR PERSETUJUAN ……………………………………… LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………… KATA PENGANTAR ……………………………………………. DAFTAR ISI ……………………………………………………… DAFTAR GAMBAR ……………………………………………... DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………
BAB I
BAB II
ii iii iv v vii ix x
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………………………………...
1
B. Tujuan Penulisan ……………………………...
3
C. Manfaat Penulisan …………………………….
4
LAPORAN KASUS A. Identitas Klien ………………………………...
7
B. Pengkajian …………………………………….
8
C. Perumusan Masalah Keperawatan ……………
12
D. Perencanaan Keperawatan ……………………
13
E. Implementasi Keperawatan …………………..
14
F. Evaluasi Keperawatan ………………………..
16
vii
i
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan …………………………………………..
18
B. Simpulan dan Saran ...……………………………….
30
Daftar Pustaka Lampiran Daftar Riwayat Hidup
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Gambar
2.1
Genogram Ny. S .....................................
ix
9
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1
Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran
2
Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data
Lampiran
3
Log Book Kegiatan Harian
Lampiran
4
Lembar Pendelegasian Pasien
Lampiran
5
Asuhan Keperawatan
x
LAMPIRAN
xi
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Prevalensi penyakit saluran pernafasan di Indonesia adalah sebesar 923 per 100.000 populasi, yang terdiri dari 537 Penyakit Paru Obstruksi Kronis dan 188 Asma (WHO, 2009). Pola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia tahun 2010 menurut Daftar Tabulasi Dasar (DTD) menunjukkan bahwa nampak tingkat kematian tertinggi pada 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit adalah pneumonia sebesar 7,6%. Pada pasien rawat jalan, gambaran 10 penyakit terbanyak menunjukkan pola yang sedikit berbeda. Infeksi saluran napas bagian atas akut lainnya memiliki jumlah kasus terbanyak sebesar 291.356 kasus (Kemenkes RI, 2011). Berdasarkan catatan medik Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang jumlah prevalensi penderita efusi pleura semakin bertambah setiap tahunnya yaitu terdapat 133 penderita pada tahun 2001. Dalam penelitian ini didapatkan 18 penderita efusi pleura, distribusi jumlah penderita perempuan 12 orang (66,7%) dan penderita laki- laki 6 orang (33,3%). Sebagian besar penderita yaitu 13 orang (72,2%) berasal dari luar kota Semarang, dan 5 orang (27,8%) dari kota Semarang. Sebanyak 10 orang (55,6%) penderita efusi pleura memerlukan perawatan antara 1-10 hari.
1
2
Penyebab efusi pleura terbanyak dalam penelitian ini adalah karena neoplasma yaitu didapatkan 5 penderita (27,8%). Penderita perempuan lebih banyak dari penderita laki-laki (Medikal Record, 2002). Efusi pleura adalah penimbunan cairan dalam rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Pada keadaan normal, rongga pleura hanya mengandung sedikit cairan sebanyak 10-20 ml yang membentuk lapisan tipis pada pleura parietalis dan viseralis, dengan fungsi utama sebagai pelicin gesekan antara permukaan kedua pleura pada waktu pernafasan. Penyakit- penyakit yang dapat menimbulkan
efusi
pleura
adalah
tuberculosis,
infeksi
paru
nontuberkulosis, keganasan, sirosis hati, trauma tembus atau tumpul pada daerah dada, infark pare, serta gagal jantung kongestif. Normalnya, dalam rongga pleura terdapat sedikit cairan yang berguna untuk melumasi pleura (visceral dan parietal) sehingga dapat bergerak. Pada gangguan tertentu, cairan dapat berkumpul dalam ruang pleural pada titik dimana penumpukan ini akan menjadi bukti secara klinis, dan hampir selalu merupakan signifikan patologi. Efusi pleura yang luas akan menyebabkan sesak napas yang berdampak pada pemenuhan kebutuhan oksigen, sehingga kebutuhan oksigen dalam tubuh kurang terpenuhi. Hal tersebut dapat menyebabkan metabolisme sel dalam tubuh tidak seimbang. Oleh karena itu, diperlukan untuk pemberian terapi oksigen (Smeltzer, 2001). Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia dan merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke dalam sistem
3
(kimia atau fisika). Oksigen (O2) merupakan gas tidak berawarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi, penambahan karbon dioksida (CO2) yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dapak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel. Kapasitas (daya mulut) udara dalam paru- paru adalah 4.500-5.000 ml (4,5-51). Udara yang diproses dalam paru- paru hanya sekitar 10% (±500 ml), yakni yang dihirup (inspirasi) dan yang dihembuskan (ekspirasi) pada pernapasan biasa. Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya kematian. Oleh karena itu berbagai upaya perlu selalu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik. Setiap perawat harus paham dengan manifestasi tingkat pemenuhan oksigen pada kliennya serta mampu mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tersebut (Mubarak, 2007). Berbagai modalitas pengobatan digunakan ketika merawat pasien dengan berbagai tipe gangguan pernapasan. Pilihan modalitas ini didasarkan pada gangguan oksigenasi jika terdapat masalah dengan ventilasi gas, difusi gas, atau keduanya. Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari yang ditentukan dalam atmosfir lingkungan. Pada ketinggian laut, konsentrasi oksigen dalam udara ruangan adalah 21%. Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam darah sambil
4
menurunkan upaya bernapas dan mengurangi stres pada miokardium. Transpor oksigen ke jaringan tergantung pada faktor- faktor seperti curah jantung, kandungan oksigen arteri, konsentrasi hemoglobin yang adekuat, dan kebutuhan metabolik. Semua faktor ini perlu diaplikasikan ketika mempertimbangkan terapi oksigen (Bruner& Suddarth, 2001). Berdasarkan observasi penulis pada tanggal 3 April 2012 di Ruang Anggrek 1 RSUD Dr. Moewardi diperoleh data bahwa pasien dengan efusi pleura 10 orang dari 48 pasien. Kasus ini menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh pada pasien dengan efusi pleura kurang terpenuhi. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah tentang asuhan keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada Ny. S dengan efusi pleura di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Melaporkan studi kasus tentang pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada Ny. S dengan Efusi Pleura di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny. S pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan efusi pleura. b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. S pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan efusi pleura.
5
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Ny. S pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan efusi pleura. d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny. S pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan efusi pleura. e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny. S pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan efusi pleura. f. Penulis mampu menganalisa kondisi nyeri yang terjadi pada Ny. S pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan efusi pleura.
C. Manfaat Penulisan 1.
Bagi Penulis Memperoleh dan memperluas wawasan untuk mengaplikasikan asuhan keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan oksigen pada pasien dengan efusi pleura, sehingga dapat dijadikan sumber ilmu dan wawasan oleh penulis.
2.
Bagi Pendidikan Sebagai bahan referensi tentang asuhan keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan oksigen pada pasien dengan efusi pleura, sehingga dapat digunakan bagi praktek mahasiswa keperawatan.
3.
Bagi Profesi Keperawatan Manfaat penulisan ini dimaksudkan memberikan kontribusi laporan kasus dengan pemenuhan kebutuhan oksigen pada pasien dengan efusi pleura bagi pengembangan praktik keperawatan dan pemecahan masalah khususnya dalam bidang/ profesi keperawatan.
6
4.
Bagi Rumah Sakit Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan secara komprehensif khususunya pemenuhan kebutuhan oksigen pada pasien dengan efusi pleura.
7
BAB II LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien Pengkajian dilakukan pada tanggal 3 April 2012 jam 07.30 WIB, kasus ini diperoleh dengan metode Auto dan Allo Anamnese, pengamatan, observasi langsung, pemeriksaan fisik, menelaah catatan medis, dan catatan perawat, dari data pengkajian tersebut didapat hasil identitas klien, bahwa klien bernama Ny. S, umur 60 tahun, agama Islam, alamat Karangasem RT 5/3 Wirosari, Grobogan, pendidikan SD, pekerjaan petani, nomor register 01120287, dirawat di Ruang Anggrek 1 kamar 1H RSUD Dr. Moewardi, sudah sejak tanggal 29 Maret 2012 klien menjalani perawatan dengan diagnosa oleh dokter Efusi Pleura. Yang bertanggung jawab kepada klien adalah Ny. H, umur 30 tahun, pendidikan SD, pekerjaan wiraswasta, yang beralamat di Karangasem RT 5/3 Wirosari, Grobogan dan hubungan dengan klien adalah anak.
B. Pengkajian Ketika dilakukan pengkajian tentang riwayat keperawatan, keluhan utama yang dirasakan oleh klien adalah sesak nafas. Riwayat penyakit sekarang Ny. S batuk sejak 3 bulan dengan dahak putih dan susah keluar, 2 minggu sebelumnya dahak kekuningan dan terkadang disertai bercak darah. Klien mengeluh sesak nafas dan pada saat masuk rumah sakit 7
8
pernah mengalami gagal nafas. Ny. S sebelum dirawat inap di RSUD Dr. Moewardi pernah dirawat di RS Panti Rahayu Purwodadi selama 5 hari tetapi menurut keluarga klien, kondisi klien tidak membaik, kemudian dirujuk ke RSUD Purwodadi selama 4 hari dan menurut hasil pemeriksaan klien dinyatakan sakit maag. Setelah dilakukan perawatan dan pemeriksaan akhirnya klien dirujuk ke RSUD Dr. Moewardi guna pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut. Selama dirawat di RS Dr. Moewardi Surakarta klien telah menjalani berbagai macam pemeriksaan dan penanganan secara komprehensif. Saat pengkajian kondisi klien tampak lemas dengan pemeriksaan tanda-tanda vital, tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 110 kali per menit, pernapasan 30 kali per menit, suhu badan 37,8º C. Pengkajian riwayat penyakit dahulu klien mengatakan belum pernah menderita penyakit dengan keluhan yang sama, klien tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makanan, minuman, maupun kondisi lingkungan/cuaca. Klien memiliki riwayat hipertensi stage 1, dan klien tidak memiliki riwayat penyakit Diabetes militus, Asma. Pengkajian riwayat kesehatan keluarga
Ny. S (60 th)
Gambar 2.1 Genogram Ny. S
9
Keterangan :
: laki – laki : perempuan : pasien
: meninggal : tinggal 1 rumah
Pada pengkajian riwayat kesehatan lingkungan, klien saat ini tingggal dan dirawat oleh anaknya di daerah Karangasem RT 5/3 Wirosari, Grobogan, daerahnya termasuk dalam lingkungan pedesaan yang jauh dari tempat pembuangan sampah akhir, pabrik yang memproduksi limbah industri, maupun saluran pembuangan. Klien mengatakan lingkungan sekitarnya bersih dan selalu dilakukan kerja bakti, dan dalam lingkungannya tidak banyak terdapat vektor (lalat/nyamuk). Pengkajian fungsi kesehatan menurut Gordon pada Ny. S untuk pola aktivitas dan latihan, sebelum sakit klien dapat melakukan aktivitas secara mandiri seperti makan/ minum, toileting, berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah, dan ambulasi/ ROM. Tetapi selama sakit klien merasa sesak nafas dan dada terasa ampeg pada saat beraktivitas dan memerlukan tambahan oksigen, aktivitas klien dengan cara dibantu oleh orang lain. Pada pola istirahat dan tidur, klien mengatakan mengalami gangguan yaitu kualitas tidur yang kurang nyenyak dan jam tidur yang kurang karena terganggu akibat sesak nafas yang dideritanya, yang
10
sebelumnya sewaktu sehat klien mampu mengoptimalkan waktu tidur dan kualitas tidur yang baik. Pengkajian pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak lemah, kesadaran composmentis, dan jumlah skor glasgow coma scale (GCS) untuk respon motorik 6, respon verbal 5, respon eyes 4. Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 110 kali per menit, pernapasan 30 kali per menit, suhu 37,6º C. Pemeriksaan dada ditemukan hasil ekspansi dada yang tidak simetris (pergerakan dada yang tertinggal pada sisi yang sakit), vokal fremitus pada paru kanan dan kiri tidak sama. Terkesan pada paru kanan lebih redup karena terdapat cairan dan massa tumor. Saat dilakukan perkusi pada lapang paru kiri sonor, dan pada lapang paru kanan adalah redup (terasa kurang bergetar). Ada suara tambahan pleural friction-rub (suara terdengar kering, seperti suara amplas pada kayu). Pemeriksaan penunjang yang dijalani oleh klien adalah radiologi, pemeriksaan darah rutin, kimia klinik, dan elektrocardiograf (EKG). Data penunjang dari pemeriksaan radiologi tanggal 30 Maret 2012, yaitu pemeriksaan multi Slice CT- Scan pada toraks didapatkan hasil pemeriksaan yang menyatakan kesan massa pulmo dekstralobus inferior segmen apical dengan pembesaran kelenjar getah bening stasiun 10R, efusi pleura bilateral, multiple nodul metastase pada pulmo bilateral, asites.
11
Pada pemeriksaan penunjang hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan pada tanggal 29 Maret 2012, yaitu
hemoglobin 11,6 g/dl
(normal : 12,0-15,6), hematokrit 35% (normal : 35-45), leukosit 10,3 ribu/uL (normal : 4,5-11,0), trombosit 264 ribu/uL (normal : 350-450), eritrosit 4,20 juta/uL (normal : 4,10-5,10), SGOT 33 U/L (normal : 0-35), SGPT 16 U/L (normal : 0-4), bilirubin total 0,29 mg/dl (normal : 0,001,00), protein total 7,3 g/dl (normal : 6,2-8,1), albumin 7,3 g/dl (normal : 3,2-4,6) kreatinin 10,5 mg/dl (normal : 0,6-1,1), ureum 38 mg/dl (normal kurang dari 50), natrium 130 mmol/L (normal : 132-146), kalium 3,0 mmol/L (normal : 3,3-5,1), klorida 98 mmol/L (normal : 98-106). Pada pemeriksaan kimia klinik didapatkan pada tanggal 31 Maret 2012, yaitu pH 7,450 (normal : 7,310-7.426), be -3,3 mmol/L (normal : -2 - +3), PCO2 30,0 mmHg (normal : 27,0-41,0), PO2 80,0 mmHg (normal : 60,0-100), total CO2 21,0 mmol/L (normal : 19,0-24,0), O2 saturasi 95,0% (normal : 94,0-98,0), HCO3 20,1 mmol/L (normal : 21,0-28,0). Interpretasi hasil elektrocardiograf (EKG) adalah sinus takikardi.
C. Analisa Data Analisa data yang didapat pada Ny. S, umur 60 tahun, nomor register 01120287, diagnosa medis Efusi pleura yaitu pada tanggal 3 April 2012, ditandai dengan data subyektif klien mengatakan sesak nafas, dada terasa ampeg pada saat beraktivitas ditunjukkan dengan ventilasi nafas dalam (hiperventilasi) nafas tidak teratur, dan badan terasa lemas. Data obyektif, pada pemeriksaan dada ditemukan hasil ekspansi dada yang tidak
12
simetris (pergerakan dada yang tertinggal pada sisi yang sakit), palpasi vokal fremitus redup (kurang bergetar), auskultasi suara napas pleural friction-rub (suara terdengar kering), pernapasan 30 kali per menit hasil radiologi efusi pleura bilateral. Ditemukan diagnosa keperawatan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi.
D. Intervensi Tujuan dari tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan sesak nafas pada Ny. S berkurang, dengan kriteria hasil menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal dan paru jelas/bersih, berpartisipasi dalam aktivitas/ perilaku meningkatkan fungsi paru, pernapasan dalam rentang normal (1624), suara nafas tambahan tidak ada. Intervensi keperawatan yang dilakukan penulis untuk mencapai tujuan
tindakan
keperawatan
adalah
kaji
keluhan
utama
untuk
mengobservasi keadaan klien, monitor tanda-tanda vital dan keadaan umum untuk indikator keadekuatan volume sirkulasi, observasi status pernapasan dan kedalaman pernapasan untuk mengetahui peningkatan dan kedalaman kerja napas, auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas tambahan untuk mengetahui adanya obstruksi jalan napas/ kegagalan pernapasan, berikan oksigenasi yang adekuat untuk memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas, beri posisi semi fowler untuk memudahkan ekspansi paru, modifikasi lingkungan yang nyaman untuk
13
memberikan kenyamanan pada klien, anjurkan kepada klien untuk bernafas secara efektif untuk memudahkan pernapasan, kolaborasi dengan dokter memberikan terapi sesuai program untuk mengurangi tanda-gejala yang muncul.
E. Implementasi Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 3 April 2012 jam 08.00, yaitu mengkaji keluhan utama dengan respon subyektif klien mengatakan sesak nafas, respon obyektif nafas klien dalam dan tidak teratur. Jam 08.15, yaitu memberikan oksigenasi yang adekuat dengan respon subjektif klien mengatakan seseg agak berkurang, respon obyektif klien tampak nyaman dengan pemberian oksigenasi 3 liter per menit. Jam 10.30, yaitu mengobservasi status pernapasan dan kedalaman pernapasan dengan respon subyektif klien mengatakan masih sesak nafas, respon obyektif nafas klien tampak terengah-engah dan pernapasan 30 kali per menit. Jam 11.10, yaitu memonitor tanda-tanda vital dengan respon subyek klien mengatakan bersedia, respon obyektif klien tampak lemas, tekanan darah 120/100 mmHg, pernapasan 30 kali per menit, nadi 84 kali per menit, suhu 35,2o C. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 4 April 2012 jam 08.00, yaitu mengobservasi keadaan klien dengan respon subyektif klien mengatakan masih seseg, respon obyektif klien tampak lemas dan pucat. Jam 08.15, yaitu mengobservasi status pernapasan dan kedalaman pernapasan dengan respon subyektif klien mengatakan masih sesak nafas,
14
respon obyektif nafas klien tampak terengah-engah, pernapasan 24 kali per menit. Jam 08.30, yaitu berkolaborasi dengan dokter memberikan terapi sesuai program dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia, respon obyektif mengganti infus ringer laktat (RL) dengan aminovel dan nebulizer 0,8 berotec + 0,2 mg atrofent. Pada jam 09.10, yaitu memberikan posisi semi fowler untuk memudahkan ekspansi paru respon subyektif klien mengatakan sedikit nyaman, respon obyektif klien tampak lemas. Pada jam 09.15, yaitu memodifikasi lingkungan dengan respon subyektif klien mengatakan tidak dapat beristirahat, respon obyektif meminta keluarga untuk memodifikasi lingkungan yang panas dan pengap dengan membuka jendela dan menghidupkan kipas angin. Jam 11.30, yaitu menganjurkan kepada klien untuk bernafas secara efektif (tidak cepat dan dangkal) dengan respon subyektif klien bersedia, respon obyektif klien kooperatif. Jam 12.05, yaitu memonitor tanda-tanda vital dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia, respon obyektif klien tampak lemas, tekanan darah 150/100 mmHg, pernapasan 20 kali per menit, nadi 80 kali per menit, suhu 35o C. Jam 12.25, yaitu mengauskultasi bunyi napas dan mencatat adanya bunyi napas tambahan dengan respon subyektif klien bersedia, respon obyektif klien terdengar suara tambahan pleural friction-rub (suara terdengar kering, seperti suara amplas pada kayu). Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 5 April 2012 jam 08.00, yaitu mengobservasi keadaan pasien dengan respon subyektif
15
klien mengatakan masih seseg, respon obyektif klien tampak lemas. Jam 08.30, yaitu berkolaborasi dengan dokter memberikan terapi sesuai program dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia, respon obyektif klien memberi infus aminovel dan nebulizer 0,8 berotec + 0,2 mg atrofent. Jam 09.15, yaitu mengobservasi status pernapasan dan kedalaman pernapasan dengan respon subyektif klien mengatakan masih sesak nafas, respon obyektif pernapasan 24 kali per menit. Jam 09.30, yaitu memberikan oksigenasi yang adekuat dengan respon subyektif klien mengatakan seseg agak berkurang, respon obyektif klien tampak nyaman dengan pemberian oksigenasi 3 liter per menit. Jam 11.45, yaitu memonitor tanda-tanda vital dan keadaan umum dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia, respon obyektif klien tampak lemas, tekanan darah 110/90 mmHg, pernapasan 24 kali per menit, nadi 96 kali per menit, suhu 36o C. Jam 12.10, yaitu mengauskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas tambahan dengan respon subyektif klien bersedia, respon obyektif terdengar suara tambahan pleural frictionrub (suara terdengar kering, seperti suara amplas pada kayu). Jam 12.30, yaitu modifikasi lingkungan yang nyaman dengan respon subyektif klien mengatakan tidak dapat beristirahat, respon obyektif meminta keluarga untuk memodifikasi lingkungan yang panas dengan membuka jendela dan menghidupkan kipas angin dan tenang. Keluarga klien meminta pulang atas permintaan sendiri karena ada suatu hal yang tidak dapat ditinggalkan.
16
F. Evaluasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan pada tanggal 3 April 2012 jam 13.30 WIB, dengan menggunakan metode SOAP yang hasilnya pada data subyektif klien mengatakan sesak nafas, obyektif klien tampak lemah dan pucat, nafas dalam dan tidak teratur, pernapasan 30 kali per menit. Hasil analisa, masalah pola nafas tidak efektif belum teratasi karena kriteria hasil yang ditentukan dalam tujuan sama sekali belum tercapai. Rencana selanjutnya, kaji keluhan utama, observasi status pernapasan dan kedalaman pernapasan, berikan oksigenasi yang adekuat, monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu) dan keadaan umum. Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan pada tanggal 4 April 2012 jam 13.30 WIB, dengan menggunakan metode SOAP yang hasilnya pada data subyektif klien mengatakan sesak nafas dan tidak dapat beristirahat, data obyektif klien tampak lemah dan pucat, nafas dalam dan tidak teratur, pernapasan 20 kali per menit. Hasil analisa masalah pola nafas tidak efektif belum teratasi karena masih ada beberapa kriteria hasil yang belum tercapai. Rencana selanjutnya, observasi status pernapasan dan kedalaman pernapasan, beri posisi semi fowler untuk memudahkan ekspansi paru, anjurkan kepada klien untuk bernafas secara efektif, monitor tanda-tanda vital dan keadaan umum, kolaborasi dengan dokter memberikan terapi sesuai program, auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas tambahan, modifikasi lingkungan yang nyaman.
17
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan pada tanggal 5 April 2012 jam 13.30 WIB, dengan menggunakan metode SOAP yang hasilnya pada data subyektif klien mengatakan masih seseg, data obyektif klien tampak lemah dan berbaring di tempat tidur, pernapasan 24 kali per menit. Hasil analisa masalah pola nafas tidak efektif belum teratasi karena masih ada beberapa kriteria hasil yang belum tercapai. Rencana selanjutnya, observasi keadaan klien, observasi status pernapasan dan kedalaman pernapasan, monitor tanda-tanda vital dan keadaan umum, kolaborasi dengan dokter memberikan terapi sesuai program, berikan oksigenasi yang adekuat, auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas tambahan, modifikasi lingkungan yang nyaman.
18
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan Pada bab ini penulis akan membahas proses keperawatan pada Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada tanggal 3-5 April 2012 di ruang Anggrek 1 RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Prinsip dari pembahasan ini dengan memperhatikan aspek kehidupan proses keperawatan yang terdiri dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan tindakan keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Efusi pleura, pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan viseral dan parietal, adalah proses penyakit primer yang jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15 ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Brunner and Suddart, 2002).
1. Pengkajian Pengkajian pada asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada Ny. S dengan Efusi Pleura di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Pengkajian dilakukan dengan metode auto dan allo anamnese, dimulai dari biodata, riwayat kesehatan, pengkajian pola
18
19
kesehatan, pengkajian fisik, dan didukung dengan hasil pemeriksaan penunjang. Pada pemeriksaan fisik terutama saat dilakukan pengkajian keluhan utama adalah sesak nafas dalam (hiperventilasi). Dispnea (kesulitan bernapas atau pernapasan labored, napas pendek) adalah gejala umum pada banyak kelainan pulmonal dan jantung, terutama jika terdapat peningkatan kekakuan paru dan tahanan jalan napas. Sesak napas mungkin merupakan suatu tanda klinis yang signifikan. Secara umum, penyakit paru- paru mengakibatkan tingkat dispnea yang lebih parah dibanding penyakit kronis. Efusi pleura yang luas akan menyebabkan sesak napas. Area yang mengandung cairan atau menunjukkan
bunyi
napas
minimal
atau
tidak
sama
sekali
menghasilkan bunyi datar, pekak saat diperkusi (Smeltzer & Bare, 2002). Cairan di rongga pleura dapat menyebabkan sesak napas dan kemampuan fisik yang menurun bergantung pada jumlah cairan serta kecepatan timbulnya cairan. Makin banyak cairan, makin jelas sesaknya dan makin cepat terbentuknya cairan, makin cepat dan jelas pula timbulnya keluhan (R. Sjamsuhidajat, 2005). Riwayat penyakit sekarang Ny. S batuk sejak 3 bulan dengan dahak putih dan susah keluar, 2 minggu sebelumnya dahak kekuningan dan terkadang disertai bercak darah. Klien yang batuk cukup lama hampir selalu membentuk sputum. Batuk hebat, berulang, atau tidak terkontrol yang tidak produktif akan sangat melelahkan dan berpotensi
20
membahayakan. Pembentukan sputum adalah reaksi paru- paru terhadap setiap iritan yang kambuh secara konstan. Batuk tersebut juga dapat berkaitan dengan rabas nasal. Jumlah sputum purulen yang sangat banyak (kental dan kuning atau hijau) atau perubahan warna sputum kemungkinan menandakan infeksi bakteri (Smeltzer & Bare, 2002). Pengkajian riwayat penyakit dahulu klien mengatakan belum pernah menderita penyakit dengan keluhan yang sama, klien tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makanan, minuman, maupun kondisi lingkungan/ cuaca. Beberapa penelitian menyebutkan efusi pleura merupakan proses penyakit primer yang jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain (Smeltzer & Bare, 2002). Pada riwayat kesehatan lingkungan tidak ditemukan riwayat paparan radiasi yang mendukung penegakkan diagnosa. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital Ny. S, yaitu tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 110 kali per menit, pernapasan 30 kali per menit, suhu 37,6 ºC. Penurunan difusi oksigen dari alveoli ke darah, seperti yang terjadi pada kasus pneumonia berpengaruh pada perubahan tanda vital meliputi peningkatan frekuensi nadi dan peningkatan frekuensi dan kedalaman pernapasan. Selama tahap awal hipoksia, tekanan darah meningkat, kecuali jika kondisi tersebut disebabkan syok. Peningkatan aktivitas metabolisme tubuh menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen. Saat sistem tubuh tidak mampu memenuhi peningkatan tubuh
21
ini, maka kadar oksigenasi menurun. Kerja pernapasan klien meningkat dan pada akhirnya klien akan memperlihatkan tanda dan gejala hipoksemia. Klien yang mengalami penyakit paru ini beresiko tinggi mengalami hipoksemia dan hiperkapnea. Dari hasil pengkajian diperoleh data-data, frekuensi dan kedalaman pernapasan yang meningkat, terdapat penggunaan otot bantu pernapasan, bernapas dengan mulut, dan penurunan toleransi aktivitas (Potter & Perry, 2006). Pemeriksaan dada ditemukan hasil ekspansi dada yang tidak simetris (pergerakan dada yang tertinggal pada sisi yang sakit), vokal fremitus pada paru kanan dan kiri tidak sama. Terkesan pada paru kanan lebih redup karena terdapat cairan dan massa tumor. Saat dilakukan perkusi pada lapang paru kiri sonor, dan pada lapang paru kanan adalah redup (terasa kurang bergetar). Pada pemeriksaan fisik didapatkan inspeksi gerak dada pada saat bernafas tampak adanya dinding dada kanan tertinggal pada saat bernafas. Palpasi gerak dinding dada saat bernapas juga tampak adanya dinding dada kanan tertinggal pada saat bernapas, vocal fremitus terasa kurang bergetar. Perkusi redup pada intra costa ke 4 dan sonor pada lapang paru kiri. Pada inspeksi ada hemitoraks kanan yang tertinggal, pada palpasi vocal fremitus melemah di basal paru kanan, pada perkusi didapatkan redup serta melemahnya suara dasar vesikuler pada paru kanan menunjukkan kemungkinan adanya penumpukan cairan pada kavum pleura yang disebut dengan efusi pleura (Sylvia A. & Wilson, 2005). Ada suara tambahan pleural
22
friction-rub (suara terdengar kering, seperti suara amplas pada kayu). Kelainan pada pemeriksaan klinis yang berhubungan dengan efusi pleura didapati jika volume melebihi 500 ml. Hal ini termasuk suara pernapasan yang menghilang, pekak pada perkusi, vokal fremitus yang melemah, dan pleural friction-rub (Aziz, 2006). Pemeriksaan penunjang yang dijalani oleh klien, data penunjang dari pemeriksaan radiologi tanggal 30 Maret 2012, yaitu pemeriksaan multi Slice CT- Scan pada toraks didapatkan hasil pemeriksaan yang menyatakan kesan efusi pleura bilateral. Pemeriksaan Radiografi dada merupakan sarana diagnostik digunakan untuk mendapatkan gambaran kasar anatomis paru dan jaringan sekitarnya. Rontgen paru dapat memberi informasi tentang seberapa besar masalah yang terjadi jika terdapat gejala yang berat (Tamsuri, 2008). Pada pemeriksaan penunjang hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan pada hemoglobin 11,6 g/dl (normal : 12,0-15,6) menurun, pH 7,450 (normal :7,310-7.426) meningkat, be -3,3 mmol/L (normal : -2-+3) menurun, PCO2 30,0 mmHg (normal : 27,0-41,0) normal, PO2 80,0 mmHg (normal : 60,0-100) normal, HCO3 20,1 mmol/L (normal : 21,0-28,0) menurun. Alkalosis respiratorik ditandai dengan penurunan PaCO2 dan penurunan konsentrasi ion hidrogen (peningkatan pH), diakibatkan oleh penghembusan karbondioksida yang berlebihan (pada waktu napas) atau oleh hiperventilasi (Potter & Perry, 2006). Interpretasi hasil elektrokardiograf (EKG) adalah sinus takikardi.
23
Mempunyai konsekuensi hemodinamika pada klien yang mengalami kerusakan jantung karena tidak mampu mempertahankan beban kerja yang meningkat (peningkatan konsumsi oksigen miokard) yang dibawa oleh peningkatan denyut jantung yang persisten (Potter & Perry, 2006). 2. Perumusan Masalah Keperawatan Perumusan masalah keperawatan yang diambil oleh penulis adalah pemenuhan kebutuhan oksigenasi : pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi yang ditunjukkan dengan data yang menunjang yaitu data subyektif klien mengatakan sesak nafas, dada terasa ampeg pada saat beraktivitas ditunjukkan dengan ventilasi nafas dalam (hiperventilasi) nafas tidak teratur, dan badan terasa lemas. Data obyektif, pada pemeriksaan dada ditemukan hasil ekspansi dada yang tidak simetris (pergerakan dada yang tertinggal pada sisi yang sakit), palpasi vokal fremitus redup (kurang bergetar), auskultasi suara napas pleural friction-rub (suara terdengar kering), pernapasan 30 kali per menit hasil radiologi efusi pleura bilateral, yang telah disesuaikan dengan diagnosa keperawatan NANDA. Pola nafas tidak efektif adalah ventilasi atau pertukaran udara inspirasi dan atau ekspirasi tidak adekuat. Batasan karakteristik : penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi, penurunan ventilasi per menit, dispnea, napas pursed-lip (dengan bibir), timing rasio, penyimpangan dada (NANDA, 2005). Penulis
memprioritaskan
diagnosa
gangguan
pemenuhan
kebutuhan oksigenasi : pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
24
hiperventilasi dengan alasan mengacu pada indikator ketidakefektifan pola napas yaitu memiliki frekuensi pernapasan dalam batas normal dibandingkan nilai dasar (8-24 kali per menit), mengekspresikan membaiknya perasaan sesak napas (Wahit, 2007).
3. Intervensi Secara umum, tujuan asuhan keperawatan untuk klien dengan masalah oksigenasi adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan kenyamanan dan kemudahan saat bernapas, mempertahankan dan meningkatkan ventilasi dan oksigenasi paru, meningkatkan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas fisik, serta mencegah berbagai risiko yang terkait dengan masalah oksigenasi (misal : kerusakan jaringan, gangguan keseimbangan asam-basa) (Mubarak, 2007). Intervensi yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan dengan kebutuhan dan respon klien, sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan spesifik (jelas), measurable (dapat diukur), acceptance, rasional dan timing. Di dalam buku Rencana Asuhan Keperawatan yang dikarang oleh Doengoes tahun 2000 pembahasan dari intervensi yang meliputi tujuan, kriteria hasil dan tindakan yaitu pada diagnosa pemenuhan kebutuhan oksigenasi : pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi mempunyai tujuan yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan sesak nafas pada Ny. S berkurang, dengan kriteria hasil menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang
25
normal dan paru jelas/bersih, berpartisipasi dalam aktivitas/ perilaku meningkatkan fungsi paru, pernapasan dalam rentang normal (16-24), suara nafas tambahan tidak ada. Intervensi yang dibuat sesuai dengan teori pada buku Rencana Asuhan Keperawatan yang dikarang oleh Doengoes mengacu pada pola pernapasan tidak efektif adalah kaji frekuensi, kedalaman pernapasan dan ekspansi dada, auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas tambahan, tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi, observasi pola batuk dan karakter sekret, dorong/bantu pasien dalam napas dalam dan batuk efektif, berikan oksigen tambahan, berikan humidifikasi tambahan misal nebuliser. Intervensi untuk pola pernapasan tidak efektif khususnya monitor tanda-tanda vital dan keadaan umum, modifikasi lingkungan yang nyaman tidak ada dalam teori tetapi penulis menambahkan intervensi tersebut karena didasarkan pada kebutuhan dasar klien. Monitor tandatanda vital dan keadaan umum untuk indikator keadekuatan volume sirkulasi (Doengoes, 2000). Modifikasi lingkungan yang nyaman untuk memberikan kenyamanan pada klien (Doengoes, 2000). Namun dalam kasus ini penulis tidak mencantumkan kriteria hasil pola napas belum dapat diukur karena memiliki manfaat klinis yang terbatas, yaitu pada situasi ketika perawat secara pasti dapat mengatasi masalah (Tamsuri, 2008). Sedangkan penentuan waktu pencapaian selama tiga hari mungkin terlalu singkat untuk dapat dicapai, mengingat pola nafas tidak efektif mungkin tidak akan hilang sepenuhnya dalam kurun waktu
26
tersebut. Penyusunan intervensi dalam kasus ini tidak sepenuhnya sesuai dengan teori, namun disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan klien. Intervensi untuk pola pernapasan tidak efektif khususnya observasi pola batuk dan karakter sekret, dorong/ bantu pasien dalam napas dalam dan batuk efektif terdapat dalam teori tetapi penulis tidak menambahkan intervensi tersebut karena pada saat penulis melakukan pengkajian pada klien tidak ditemukannya pola batuk dan karakter sekret.
4. Implementasi Penulis melakukan tindakan keperawatan sesuai rencana yang telah disusun sebelumnya. Tindakan keperawatan tersebut adalah mengkaji
keluhan utama
untuk
mengobservasi
keadaan
klien
(Doengoes, 2000). Mengobservasi status pernapasan dan kedalaman pernapasan untuk mengetahui peningkatan dan kedalaman kerja napas. Tindakan yang dilakukan diperlukan untuk mengetahui adanya frekuensi atau pola pernapasan dari kriteria standar/dasar dan adanya perubahan frekuensi nadi dari nilai standar/dasar (Tamsuri, 2008). Memberikan oksigenasi yang adekuat untuk memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas. Memberikan oksigen secara kontinu dengan aliran 1-6 liter per menit dengan konsentrasi 24% - 44%, aliran lebih dari 6 liter per menit dapat menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung, kateter mudah tersumbat (Harahap, 2005).
27
Memberi posisi semi fowler untuk memudahkan ekspansi paru, anjurkan kepada klien untuk bernafas secara efektif untuk memudahkan pernapasan. Diperlukan untuk memberikan kenyamanan dan membantu mempertahankan stabilitas kerja jantung, sedangkan pemantauan terhadap aliran oksigen merupakan hal yang penting karena peningkatan aktivitas metabolisme tubuh menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen. Saat sistem tubuh tidak mampu memenuhi peningkatan tubuh ini, maka kadar oksigenasi menurun, sehingga pemberian oksigen yang adekuat perlu dipertahankan untuk memenuhi kebutuhan tersebut (Doengoes, 2000). Memonitor tanda-tanda vital dan keadaan umum untuk indikator keadekuatan volume sirkulasi. Peningkatan pada tekanan darah sistem vaskular
paru,
kardiovaskuler
keadaan atau
ini
sering
pernapasan
yang
dijumpai
pada
serius
(Wolff,
penyakit 2005).
Berkolaborasi dengan dokter memberikan terapi sesuai program (ISO, 2010). Pemasukan cairan salah satunya adalah pemberian infus ringer laktat (RL) adalah isotonik yang berfungsi untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit pada dehidrasi. Terapi yang didapatkan untuk pemasukan cairan infus aminovel adalah vitamin dan elektrolit yang berfungsi pada gangguan saluran gastrointestinal, anorexia dan gangguan saluran gastrointestinal berat, peningkatan kebutuhan metabolik (ISO, 2010).
28
Terapi nebulizer 0,8 berotec + 0,2 mg atrofent adalah larutan inhalasi yang berfungsi untuk mengobati obstruksi kronis saluran napas yang reversibe, terutama bronkitis kronis disertai atau tidak emfisema paru (Mim’s, 2009). Terapi oksigen berfungsi untuk memenuhi kebutuhan oksigen di seluruh bagian tubuh. Klien mengalami nafas dalam dan dangkal menunjukan terjadinya asidosis atau pH darah menurun (asam). Terjadi peningkatan kadar PCO2 dalam darah sedangkan kadar oksigen (O2) menurun dalam darah. Klien akan bernafas dengan cepat yang berguna untuk kompensasi untuk mengeluarkan karbon dioksida (CO2) dalam darah. Terapi oksigen dibutuhkan untuk menyeimbangkan kadar oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2) dalam darah (Andry H, 2008). Mengauskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas tambahan untuk mengetahui adanya obstruksi jalan napas/kegagalan pernapasan. Terdengar suara tambahan pleural friction-rub (suara terdengar kering, seperti suara amplas pada kayu). Mengetahui bahwa pleural friction-rub terjadi karena peradangan pleura, terdengar sepanjang fase pernapasan (inspirasi sepenuhnya) (Aziz, 2006). Memodifikasi lingkungan yang nyaman untuk memberikan kenyamanan pada klien. Meminta keluarga untuk memodifikasi lingkungan yang panas dengan membuka jendela dan menghidupkan kipas angin dan tenang (Doengoes, 2000).
29
5. Evaluasi Tindakan keperawatan yang dilakukan selama tiga hari sudah dilakukan secara komprehensif dengan acuan Rencana Asuhan Keperawatan (Doengoes, 2000) serta telah berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya didapatkan data hasil evaluasi keadaan klien dengan kriteria hasil belum tercapai, maka gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi : pola napas tidak efektif pada Ny.S belum teratasi.
B. Simpulan Simpulan yang didapatkan pada asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada Ny. S dengan Efusi Pleura sebagai berikut: 1.
Pengkajian didapatkan Ny. S mengatakan sesak nafas, dada terasa ampeg pada saat beraktivitas ditunjukkan dengan ventilasi nafas dalam (hiperventilasi) nafas tidak teratur, dan badan terasa lemas. Pemeriksaan tanda-tanda vital, tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 110 kali per menit, pernapasan 30 kali per menit, suhu badan 37,8º. Pola aktivitas dan latihan, klien merasa sesak nafas pada saat beraktivitas dan memerlukan tambahan oksigen, aktivitas klien dibantu oleh orang lain. Pada pola istirahat dan tidur, klien mengatakan mengalami gangguan tidur akibat sesak nafas. Pemeriksaan dada ditemukan hasil ekspansi dada yang tidak simetris, palpasi vokal fremitus redup, auskultasi suara napas pleural friction-rub, pernapasan 30 kali per menit, hasil radiologi efusi pleura bilateral.
30
2.
Diagnosa keperawatan pada Ny. S yaitu pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi.
3.
Tujuan dilakukan intervensi keperawatan pada Ny. S adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan sesak nafas pada Ny. S berkurang, dengan kriteria hasil menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal dan paru jelas/ bersih, berpartisipasi dalam aktivitas/perilaku meningkatkan fungsi paru, pernapasan dalam rentang normal (1624), suara nafas tambahan tidak ada. Intervensi keperawatan yang dilakukan
yaitu
mengkaji
keluhan
utama,
observasi
status
pernapasan dan kedalaman pernapasan, berikan oksigenasi yang adekuat, beri posisi semi fowler, anjurkan kepada klien untuk bernafas secara efektif untuk memudahkan pernapasan, monitor tanda-tanda vital dan keadaan umum, kolaborasi dengan dokter memberikan terapi sesuai program, auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas tambahan, modifikasi lingkungan yang nyaman. 4.
Implementasi keperawatan pada Ny. S pada tanggal 3-5 April 2012 yang
dilakukan
penulis
adalah
mengkaji
keluhan
utama,
mengobservasi status pernapasan dan kedalaman pernapasan, memberikan oksigenasi yang adekuat, memberi posisi semi fowler, menganjurkan kepada klien untuk bernafas secara efektif, memonitor tanda-tanda vital dan keadaan umum, berkolaborasi dengan dokter memberikan terapi sesuai program, mengauskultasi bunyi nafas dan
31
catat adanya bunyi nafas tambahan, memodifikasi lingkungan yang nyaman. 5.
Evaluasi pada tanggal 3-5 April 2012 terhadap keberhasilan yang dilakukan selama tiga hari sudah dilakukan secara komprehensif dengan acuan Rencana Asuhan Keperawatan (Doengoes, 2000) serta telah berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya didapatkan hasil evaluasi keadaan klien dengan kriteria hasil belum tercapai, maka masalah pola nafas tidak efektif pada Ny. S dengan efusi pleura belum teratasi.
6.
Tanda dan gejala yang muncul pada Ny.S adalah klien mengatakan sesak nafas, dada terasa ampeg pada saat beraktivitas ditunjukkan dengan ventilasi nafas dalam (hiperventilasi) nafas tidak teratur, dan badan terasa lemas. Pemeriksaan dada ditemukan hasil ekspansi dada yang tidak simetris, palpasi vokal fremitus redup, auskultasi suara napas pleural friction-rub, pernapasan 30 kali per menit, hasil radiologi efusi pleura bilateral. Diagnosa medis pola napas tidak efektif pada Ny. S dengan efusi pleura dapat dipastikan karena tanda dan gejala yang ada pada Ny.S sesuai dengan konsep teori dan didukung dengan pemeriksaan rontgen dimana hasilnya terdapat efusi pleura bilateral.
32
C. Saran Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan Efusi Pleura, penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif khususnya dibidang kesehatan antara lain : 1.
Bagi Pendidikan Diharapkan dengan mengetahui kasus pemenuhan kebutuhan oksigenasi dapat dijadikan referensi dan daftar kepustakaan. Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas dan professional yang mampu memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh dan secara komprehensif berdasarkan kode etik keperawatan.
2.
Bagi Profesi Keperawatan Dapat digunakan sebagai referensi dan pengetahuan yang mampu dikembangkan untuk memberikan pelayanan pada klien dengan efusi pleura yang lebih berkualitas dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan.
3.
Bagi Rumah Sakit Bagi institusi pelayanan kesehatan, diharapkan Rumah Sakit khususnya RSUD Dr. Moewardi Surakarta dapat memberikan pelayanan dan mempertahankan hubungan kerja sama yang baik antara
tim
kesehatan
dengan
klien
yang
ditujukan
untuk
meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan klien efusi pleura pada khususnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Official Journal of The Indonesian Society of Respirology, Volume 30, No. 3, Jurnal Respirologi Indonesia Majalah resmi perhimpunan Dokter Paru Indonesia. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/Jtptunimus-gdlhandayaning-5251-3-bab3.pdf. Diakses tanggal 16 April. Ariyanti, Tatik. 2003. Karakteristik dan penyebab Efusi Pleura pada penderita yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Karyadi Semarang. http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/efusi%20pleura%20maligna.pdf. Diakses tanggal 16 April 2012. Aziz, M. Farid, Andrijono, Abdul Bari Saifuddin, 2006. Onkologi ginekologi : Buku acuan nasional/editor, Edisi 1, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Doengoes, E.Marilyn, Marry F.M., & Alice CM. Geissler, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Penerjemah I Made Kariasa, S.Kp, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hartono Andry. 2008. Rawat Ginjal, Cegah Cuci Darah, Penerbit Kanisius, Yogjakarta, Hal. 34. Harahap, Ikhsanuddin Ahmad. 2005. Oksigenasi dalam suatu Asuhan Keperawatan, Volume 1, Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30756/4/chapter%20II.pdf. Diakses tanggal 18 April 2012. ISO. 2010. ISO Informasi Spesialis Obat-obat Indonesia, Penerbit Ikatan Apoteker Indonesia, Jakarta. NANDA Internasional, (2010), Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2010, Penerjemah Made Sumarwati, dkk, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. MIMS. 2008/2009. Petunjuk Konsultasi, Penerbit PT. InfoMaster lisensi dari CMP Medica, Jakarta.
Mubarak, Wahid. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori dan Aplikasi dalam Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal 205-219. Pemerintah provinsi Jawa Tengah Dinas Kesehatan. 2006. Profil kesehatan provinsi Jawa Tengah. Potter, Patricia A. & Anne G. Perry, (2005), Fundamental of Nursing : Concepts, Process, and Practice, Penerjemah Renata Komalasari, S.Kp, dkk, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Price, Sylvia A dan Lorrine M. Wilson, 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Prosesproses Penyakit, Edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI, Jika Tidak Dikendalikan 26 Juta Orang Di Dunia Menderita Kanker,
[email protected],
[email protected],
[email protected] pkes.go.id. Diakses 6 April 2012. R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong, 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Smeltzer, Suzzane C., Brenda G. Bare, (2002), Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical Nursing, Vol. 2, 8th Ed, Penerjemah Esty Wahyuningsih, S.Kep., Ns., Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Tamsuri, Anas, S.Kp.,Ns. 2008. Klien gangguan pernapasan : seri asuhan keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Wolff, Hans P., (2005), Speaking of High Blood Pressure, Penerjemah Liliy Endang J., Penerbit PT. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta. World Health Organization. 2009. Organisation Mondiale de la Sante : Departement of Measurement and Health Information. Wilkinson, Judith M., (2007), Nursing Diagnosis Handbook with NIC Interventions and NOC Outcomes, 7th Ed, Penerjemah Widyawati, S.Kep., M. Kes., dkk, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama
: Septia Putri Wahyuningtyas
Tempat, tanggal lahir : Surakarta, 24 September 1991 Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat Rumah
: Perum Bumi Kencana Indah, Rt 01/ XVI, Colomadu, Karanganyar
Riwayat Pendidikan : - TK : TK Aishiyah, Ngabeyan, Kartasura (tahun 1996) Ͳ SD : SD Negeri Pucangan 04
(tahun 2003)
Ͳ SMP : SMP Negeri 1 Kartasura
(tahun 2006)
Ͳ SMA : SMA Negeri 1 Kartasura
(tahun 2009)
Riwayat Pekerjaan
: -
Riwayat Organisasi
: - Tahun2007: OSIS SMA Negeri 1 Kartasura (Sekretaris 2) Ͳ Tahun 2007 : Dewan Ambalan (Pembina SMP) Ͳ Tahun 2008 : ROHIS SMA Negeri 1 Kartasura (Bid.Humas) Ͳ Tahun 2008 : KAPA Anti Narkoba (Ka.2) Ͳ Tahun 2010 : IKM Kusuma Husada Surakarta (Bid. Pend) Ͳ Tahun 2010 : FORMAKEP Jawa Tengah (Bid. Pendidikan) Ͳ Tahun 2011 : KSR PMI Surakarta (Bidang Humas) Ͳ Tahun 2011 : BEM STIKES Kusuma Husada (Sekretaris 2)
Publikasi
: -