STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. J : POST SECTIO CAESAREA DENGAN INDIKASI KETUBAN PECAH DINI DI RUANG CEMPAKA RSUD Dr. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN
DI SUSUN OLEH :
SUTAMI NIM. P. 10130
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2013
i
STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. J : POST SECTIO CAESAREA DENGAN INDIKASI KETUBAN PECAH DINI DI RUANG CEMPAKA RSUD Dr. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DI SUSUN OLEH :
SUTAMI NIM. P. 10130
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2013
i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. J : POST SECTIO CAESAREA DENGAN INDIKASI KETUBAN PECAH DINI
DI RUANG CEMPAKA RSUD dr. SOEHADI PRIJONEGORO
SRAGEN.” Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat: 1. Setiyawan, S.Kep.,Ns ,selaku Ketua Program studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta 2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, selaku Sekretaris Ketua Program studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. Tyas Ardi Suminarsis, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
v
4. Noor Fitriyani, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 5. Nurul Devi Ardiani, S.Kep.,Ns, selaku
dosen penguji yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 6. Semua dosen Program studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat. 7. Kedua orangtuaku, yang selalau menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan. 8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satupersatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual. Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta,12 Juni 2013
Penulis
vi
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL................................................................................... i PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN................................................... ii LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................ iii LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... iv KATA PENGANTAR................................................................................. v DAFTAR ISI............................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ x BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah................................................ 1 B. Tujuan penulisan............................................................ 5 C. Manfaat penulisan.......................................................... 6
BAB II
LAPORAN KASUS A. Identitas Klien................................................................ 8 B. Pengkajian...................................................................... 9 C. Perumusan Masalah Keperawatan............................... 16
vii
D. Perencanaan Keperawatan............................................. 16 E. Implementasi Keperawatan........................................... 17 F. Evaluasi Keperawatan................................................... 19 BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan.................................................................... 21 B. Simpulan dan Saran........................................................ 33
Daftar Pustaka Lampiran Daftar Riwayat Hidup
viii
DAFTAR GAMBAR
halaman Gambar 2.1 Genogram........................................................................
ix
10
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2
Log Book
Lampiran 3
Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data
Lampiran 4
Format Pendelegasian Pasien
Lampiran 5
AsKep
Lampiran 6
Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Persalinan merupakan suatu diagnosis klinis yang terdiri dari dua unsur, yaitu kontraksi uterus yang frekuensi dan intensitasnya semakin meningkat, serta dilatasi dan pembukaan serviks secara progresif (Norwitz, 2008:123). Persalinan merupakan sebagai proses ketika janin, plasenta, dan membran dikeluarkan melalui jalan lahir. Ada dua cara persalinan, yaitu persalinan lewat vagina dan persalinan dengan operasi sectio caesarea. Persalinan normal terjadi antara usia gestasi 37 dan 42 minggu. (Fraser, 2009:429). Menurut Norwitz, (2008), 133 sectio caesarea adalah kelahiran janin melalui jalur abdominal atau laparatomi yang memerlukan insisi ke dalam uterus atau histerotomi. Kelahiran sectio caesarea merupakan prosedur pembedahan kedua yang paling sering dilakukan mencakup 20-25% dari semua kelahiran di Inggris dan 28% dari semua kelahiran di AS. Indikasi dilakukan sectio caesarea dapat dikarenakan oleh faktor ibu dan janin. Indikasi dari ibu antara lain: Induksi persalinan yang gagal, proses persalinan tidak maju, disproporsi sefalopelvik, diabetes, kanker serviks, riwayat sectio caesarea yang klasik, riwayat ruptur uterus, obstruksi jalan lahir, plasenta previa, riwayat bedah uterus sebelumnya.
1
2
Indikasi dari janin antara lain: gawat janin, prolaps tali pusat,
posisi
melintang, malpresentasi janin, kelainan janin. Indikasi paling umum untuk bedah caesarea primer atau pertama adalah kegagalan proses persalinan (Norwitz, 2008:132). Ketuban pecah dini bisa dilakukan sectio caesarea karena induksi yang gagal dan lamanya peregangan pada pembukaan uterus, dan segera dilakukan tindakan pembedahan sectio caesarea untuk menghindari bahaya infeksi ketuban pecah dini (Puspasari, 2010). Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau sebelum inpartu pada pembukaan < 4 cm (Nugroho, 2012 : 113). Menurut pendapat Norwitz, (2008 : 119) Ketuban pecah dini (KPD) merupakan pecahnya selaput janin sebelum proses persalinan dimulai. Sebanyak 50% ibu yang mengalami KPD pada usia kehamilan cukup bulan (aterm) akan mulai mengalami proses persalinan dalam waktu 12 jam, 70% dalam waktu 24 jam, 85% dalam waktu 48 jam, dan 95% dalam waktu 72 jam. Insiden angka sectio caesarea di Amerika Serikat telah merekomendasikan dua patokan pada tahun 2010, angka sectio caesarea sebesar 15,5% pada wanita nulipara dengan usia kehamilan 37 minggu atau lebih dengan janin tunggal presentasi kepala, angka kelahiran pervagina dengan riwayat sectio caesarea sebesar 37% pada wanita dengan usia kehamilan 37 minggu atau lebih dengan janin tunggal presentasi kepala dan riwayat satu kali sectio caesarea. Sementara di
3
Indonesia terjadi peningkatan sectio caesarea dari tahun 2000 sampai tahun 2006. Jumlah sectio caesarea pada tahun 2006 sebesar 53,68% (Himatusujanah, 2008). Menurut wahyudi 2012, di Indonesia angka persalinan prevalensi dengan bedah caesar karena KPD berkisar antara 3-18% kasus. Saat aterm, 8-10 % wanita hamil datang dengan KPD dan 30-40% dari kasus KPD merupakan kehamilan preterm atau sekitar 1,7% dari seluruh kehamilan. KPD diduga dapat berulang pada kehamilan berikutnya, memperkirakan 21% rasio berulang, sedangkan penelitian lain yang lebih baru menduga rasio berulangnya sampai 32%. Hal ini juga berkaitan dengan meningkatnya risiko morbiditas pada ibu atau pun janin (Rasjidi, 2009:6). Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi, kejadian sectio caesarea indikasi ketuban pecah dini sebesar 5%-10% dari semua kehamilan (Rahayuningsih, 2008). Jumlah angka kejadian sectio caesarea atas indikasi ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen pada tahun 2012 sebesar 20,75% dari 65,67% angka kelahiran sectio caesarea di Rumah Sakit tersebut (Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah Sragen, 2013). Sectio caesarea dapat
menimbulkan rasa nyeri karena
disebabkan robeknya jaringan pada dinding perut dan uterus (kurniawan, 2007). Nyeri adalah rasa tidak enak akibat perangsangan ujung-ujung saraf khusus (Rukiyah, 2009:49). Nyeri dapat di klasifikasikan kedalam dua
4
golongan yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut umumnya terjadi secara tiba-tiba dan berkaitan dengan cedera spesifik. Sedangkan nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermitten yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri kronis berlangsung selama enam bulan atau lebih (Potter&perry, 2006 : 213). Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur
yang
dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan (Utaminoverima, 2012). Nyeri menjadi masalah utama karena menyatakan kenyamanan sebagai kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan (Potter&Perry, 2006 : 1502). Fisiologi nyeri, bagaimana nyeri merambat dan dipersepsikan oleh individu masih belum sepenuhnya dimengerti. Akan tetapi, bisa tidaknya nyeri dirasakan dan hingga derajat mana nyeri tersebut mengganggu dipengaruhi oleh interaksi antara sistem algesia tubuh dan transmisi sistem saraf serta interpretasi stimulus (Mubarak, 2007:204). Saat dilakukan pengkajian Ny.J mengatakan nyeri pada luka operasi sectio caesarea, nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk, nyeri pada perut bawah pusat, skala nyeri 7, dan nyeri terasa saat bergerak. Data objektif yang didapatkan adalah klien tampak meringis kesakitan dan terlihat lemah. Ada luka bekas operasi sectio caesarea sepanjang ±13cm di bawah pusat vertikal tertutup kassa, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80 kali/menit, suhu 36,5oc, respirasi 20 kali/menit.
5
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan studi kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan Nyeri Akut pada Ny.J: Post Sectio Caesarea dengan Indikasi Ketuban Pecah Dini di Ruang Cempaka RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen”.
B. Tujuan Penulisan Terdiri atas 2 (dua) hal yaitu Tujuan Umum dan Tujuan Khusus. 1. Tujuan Umum Melaporkan kasus nyeri Akut pada Ny.J dengan post sectio caesaria atas indikasi KPD di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro. 2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny.J dengan nyeri Akut post sectio caesaria atas indikasi KPD. b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny.J dengan nyeri Akut post sectio caesaria atas indikasi KPD. c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Ny.J dengan nyeri Akut post sectio caesaria atas indikasi KPD. d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny.J dengan nyeri Akut post sectio caesaria atas indikasi KPD. e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny.J dengan nyeri Akut post sectio caesaria atas indikasi KPD. f. Penulis mampu menganalisa kondisi nyeri Akut yang terjadi pada Ny.J dengan nyeri Akut post sectio caesaria atas indikasi KPD.
6
C. Manfaat Penulisan 1. Bagi penulis Menambah pengetahuan dan menerapkan asuhan keperawatan dengan nyeri Akut pada pasien post sectio caesaria indikasi ketuban pecah dini (KPD). 2. Instansi a. Pendidikan Diharapkan dapat memberikan manfaat yang positif bagi perkembangan
ilmu
dan
praktik
keperawatan
maternitas,
khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan pada ibu dengan post section caesaria indikasi ketuban pecah dini (KPD). b. Rumah sakit Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam pelaksanaan praktik pelayanan keperawatan khususnya pada kasus nyeri akut pada pasien post sectio caesaria dengan indikasi ketuban pecah dini (KPD). 3. Profesi keperawatan Dapat
dijadikan
sebagai
dasar
mengembangkan
ilmu
pengetahuan terutama dalam memberikan informasi mengenai penanganan masalah nyeri Akut pada pasien post sectio caesaria indikasi ketuban pecah dini (KPD).
7
4. Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai dasar penelitian selanjutnya tentang pemberian Asuhan keperawatan nyeri Akut dengan post sectio caesaria indikasi ketuban pecah dini (KPD).
BAB II LAPORAN KASUS
Pada bab ini penulis menjelaskan tentang ringkasan asuhan keperawatan yang dilakukan dengan cara auto anamnese dan allo anamnese pada Ny.J dengan post Sectio Caesarea atas indikasi ketuban pecah dini (KPD) . Dilaksanakan Asuhan keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi dari tanggal 22 April 2013 jam 14.00 WIB sampai 24 April 2013 jam 14.10 WIB. Asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, evaluasi. A.
Identitas Klien Identitas yang didapatkan penulis pada hari senin 22 April 2013, pukul 14.00 WIB, yaitu: inisial klien Ny. J, alamat Sekarjati Rt 03, Sekarjati, karanganyar, ngawi, umur 20 tahun, Jenis kelamin perempuan, pekerjaan petani, tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD). Diagnosa medis Ketuban Pecah Dini (KPD). Klien masuk Rumah Sakit pada tanggal 21 April 2013 jam 03.40 WIB. Penanggung jawab klien adalah Ny.M , umur 58 tahun, pekerjaan petani. Hubungan dengan klien adalah ibunya. Suaminya bekerja di luar Jawa.
8
9
B. Pengkajian 1. Riwayat Kesehatan Klien Keluhan utama klien saat dikaji mengatakan nyeri pada luka post operasi, nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk, vertikal di bawah pusat, nyeri terasa setiap bergerak, skala nyeri 7. Riwayat persalinan sekarang, Ibu dengan kehamilan pertama usia hamil 39 minggu, atas rujukan dari bidan dengan G1 (kehamilan pertama) diagnosa ketuban pecah dini (KPD) dan harus segera dilakukan operasi sectio caesarea. Pada tanggal 21 April 2013 pukul 20.00 WIB dilakukan operasi sectio caesarea, dengan tekanan darah 120/80 MmHg, nadi 80 kali/menit, suhu 36,5oc, respirasi 20 kali/menit. Operasi selesai pukul 20.40 WIB. Klien dipindahkan ke ruang Cempaka, klien terpasang infus Ringe Laktat 20 tetes permenit, terpasang kateter jumlah urine ±300cc, perdarahan ±200cc selama ±7 jam, dengan tekanan darah 110/80 MmHg, nadi 80 kali/menit, suhu 36,5oC, respirasi 20 kali/menit. Riwayat KB klien mengatakan sebelumnya pernah mengikuti program KB yaitu KB suntik 3 bulan lamanya 3 bulan. Riwayat kesehatan dahulu klien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus, asma maupun jantung. Riwayat kesehatan keluarga klien mengatakan dalam keluarganya tidak mempunyai riwayat penyakit menular dan tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi, diabetes melitus, dan
10
klien mengatakan tidak alergi obat. Klien mengatakan anak pertama dari dua bersaudara dan suami klien anak kedua dari tiga bersaudara, selama hamil klien mengatakan tinggal serumah dengan suami.
Gambar 2.1 Genogram Ny.J
Keterangan : : Perempuan
: Tinggal serumah
: Laki-laki
: Garis pernikahan
: Pasien (Ny.J)
: Garis keturunan
: Perempuan meninggal
: Laki-laki meninggal
11
2. Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional Pada pengkajian pola-pola fungsi kesehatan antara lain Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan selama hamil klien mengatakan kesehatan sangat penting dan memeriksakan kandungan teratur ke Dokter. Periksa hamil 1-2 kali/bulan. Setelah melahirkan klien mengatakan kesehatan sangat penting dan klien ingin cepat pulih setelah melahirkan. Pola nutrisi dan metabolisme selama hamil klien mengatakan makan 3x sehari, 1 porsi habis, jenis nasi, sayur dan lauk, minum air putih 7-8 gelas perhari ± 1600cc. Setelah melahirkan klien mengatakan belum makan atau minum karena masih dipuasakan pasca operasi. Pola eliminasi selama hamil klien mengatakan BAK sering ± 8 kali sehari, warna kuning, bau khas, BAB 1 kali sehari konsistensi lembek, warna kuning kecoklatan, bau khas. Setelah melahirkan klien mengatakan BAK melalui selang kateter, urine yang keluar selama 7 jam keluar 400cc dari jam 07.00-14.00 WIB, warna kuning jernih, bau khas, klien mengatakan setelah persalinan pasien belum bisa BAB. Pola aktivitas dan latihan selama hamil klien mengatakan semua aktivitas seperti makan/minum, toileting, berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah dan ambulasi secara mandiri (skor 0). Setelah melahirkan klien mengatakan aktivitas seperti makan atau minum, berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah dan ambulasi dibantu keluarga (skor 2), toiletting dibantu keluarga dan alat (skor 3).
12
Pola istirahat tidur selama hamil klien mengatakan dapat tidur selama 7-8 jam dari jam 21.00-05.00 WIB dengan nyenyak tanpa obat tidur, setelah melahirkan klien mengatakan dapat tidur selama 5-6 jam dimalam hari tidur siang bila mengantuk. Pola kognitif dan persepsi sensori selama hamil klien mengatakan indera penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan perasa masih berfungsi dengan baik. Setelah melahirkan klien mengatakan indera penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan perasa masih berfungsi dengan baik. Klien mengatakan nyeri pada luka operasi seperti tertusuk-tusuk, di bawah pusat, skala 7 dan nyeri dirasakan saat bergerak, klien tampak meringis kesakitan. Pola persepsi konsep diri harga diri klien mengatakan dihargai oleh tetangganya, suami, dan keluarganya. Ideal diri klien mengatakan ingin cepat pulih setelah melahirkan. Identitas diri klien merupakan seorang wanita, klien mengatakan masih dapat mengenal diri sendiri dan keluarga. Gambaran diri klien mengatakan dapat menerima perubahan yang terjadi pada dirinya. Peran diri klien mengatakan sebagai seorang istri dan ibu baru. Pola hubungan peran selama hamil klien mengatakan hubungan dengan suami, keluarga dan tetangga baik, setelah melahirkan klien mengatakan hubungan dengan perawat, bidan baik. Tetangga, kerabat, dan teman banyak yang menjenguk.
13
Pola seksual reproduksi selama hamil klien mengatakan berhubungan baik dengan suaminya, setelah melahirkan klien berperan sebagai ibu dari anak pertamanya yang baru saja lahir melalui sectio caesarea. Masalah ginekologi klien mengatakan tidak memiliki masalah ginekologi seperti sifilis, kista dan lain-lain. Klien mengatakan menstruasi pertama kali pada usia 12 tahun, siklus haid 28-30 hari, lama haid 5-7 hari, dalam sehari klien 3x ganti pembalut. Riwayat Keluarga Berencana (KB) klien mengatakan pernah mengikuti program KB yaitu KB suntik 3 bulan lamanya 3 bulan. Pola mekanisme koping klien mengatakan menerima keadaannya menjadi seorang ibu, dan akan memberikan ASI eksklusif pada bayinya dan akan merawatnya dengan penuh kasih sayang pada bayinya. Klien mengatakan senang dengan kelahiran anak pertamanya yang berjenis kelamin laki-laki, lingkar kepala 34 cm, lingkar dada 31 cm, panjang badan 47 cm, berat badan 2900 gram, Apgar score 8-1010. Pola nilai dan keyakinan klien mengatakan beragama Islam dan bersyukur karena telah melahirkan anak pertama dengan selamat. 3. Hasil pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan fisik ditemukan data: keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis (GCS=15), dengan tekanan darah 110/80 MmHg, nadi 80 kali/menit, suhu 36,5oC, respirasi 20 kali/menit, wajah tampak meringis kesakitan saat bergerak. Rambut
14
berwarna hitam panjang, kulit kepala bersih, tidak ada bekas luka. Mata simetris kanan dan kiri, reflek mata baik, penglihatan normal tidak menggunakan alat bentu pnglihatan, konjungtiva anemis. Hidung simetris, tidak ada polip, bersih, syaraf penciuman normal. Klien bisa membedakan bau makanan dan bau obat. Mulut simetris, tidak ada stomatitis, indra perasa baik klien dapat membedakan rasa manis, pahit dan asin. Telinga simetris kanan dan kiri, bersih tidak ada serumen, pendengaran normal. Gigi masih utuh, bersih, gusi berwarna kemerahan. Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, vena jugularis tidak ada pembesaran. Pada pemeriksaan jantung yaitu inspeksi ictus cordis tidak tampak, palpasi ictus cordis teraba di SIC V, perkusi pekak, auskultasi bunyi jantung I dan II murni. Pada pemeriksaan paru-paru dengan cara inspeksi bentuk dada simetris, palpasi pengembangan dada kanan–kiri sama, vocal premitus kanan dan kiri sama, perkusi sonor, auskultasi suara nafas vesikuler disemua lapang paru. Pada pemeriksaan payudara, puting susu menonjol, areola berwarna hitam, payudara terasa kencang, ASI belum keluar. Pada pemeriksaan abdomen yaitu inspeksi terdapat luka jahitan bekas operasi sepanjang ±13cm di bawah pusat, balutan tidak rembes, tertutup kassa, posisi luka vertikal; auskultasi: peristaltik usus 15 kali permenit; palpasi: ada nyeri tekan disekitar area pembedahan (dikuadran VIII: hypogastric); perkusi: tidak dilakukan karena ada
15
nyeri tekan disekitar luka post sectio caesarea. Perineum klien tidak ada bekas luka episiotomi. Kebersihan vagina kurang bersih, tidak ada oedema, lokhea rubra, bau amis, warna merah, 1 pampers tidak penuh, ganti pampers 3 kali sehari. Ekstremitas tidak ada oedema di tangan maupun di kaki klien. Tangan kanan terpasang infus RL ( Ringer Laktat) 20 tetes permenit, sejak tanggal 21 April 2013, dan ada keterbatasan gerak. Ekstremitas atas dan bawah kekuatan otot penuh (nilai 5). 4. Pemeriksaan penunjang Pada pemeriksaan laboratorium tanggal 22 April 2013 yaitu : HB 9,3 g/dl (normal 12,2-18,1), eritrosit 3,18 juta/mm3 (normal 4,046,13), Hematokrit 27,3% (normal 37,7-57,7), MCV 85,8 fL (normal 80-97), MCH 29,2 pg (normal 27-31,2), MCHC 34,1 g/dl (normal 31,8-35,4), leukosit 11,90/mm3 (4,5-11,5), Trombosit 172 U/L (normal 150-450), RDW-CV 15,3% (normal 11,5-14,5), MPV 8,4 fL (normal 0-99,9), neutrofil 76,4% (normal 37-80), MXD 10,4% (normal 4-18), limfosit 13,2% (normal 19-48). 5. Terapi Terapi yang diberikan pada tanggal 22 April 2013 antara lain : infus RL 20 tetes permenit, injeksi Intra vena (cefotaxime 1 gr/12jam), injeksi Intra vena (ketorolac 10 mg/8jam).
16
C. Daftar Perumusan Masalah Berdasarkan data hasil pengkajian dan observasi penulis menemukan diagnosa pada Ny. J yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik : luka post sectio caesarea. Data-data yang menunjang ditegakkan diagnosa di atas yaitu klien mengatakan nyeri pada bekas operasi seperti tertusuk-tusuk, pada perut di bawah pusat, skala nyeri 7, nyeri dirasakan ketika bergerak. Data objektif yang didapatkan adalah klien tampak meringis kesakitan, dan klien terlihat lemah. Ada luka bekas operasi sectio caesarea sepanjang ±13 cm di bawah pusat vertikal tertutup kassa.
D. Perencanaan Setelah ditemukan diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik: luka post sectio caesarea, penulis membuat intervensi dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam, masalah nyeri akut klien dapat teratasi dengan kriteria hasil : klien mengatakan skala nyerinya adalah 0-1, klien tampak rileks, nyeri berkurang atau hilang, tanda-tanda vital normal ( tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 60-100 kali/menit, respirasi 16-24 kali permenit). Penulis membuat intervensi yaitu kaji karakteristik nyeri (penyebab nyeri, kualitas nyeri, letak nyeri, skala nyeri dan waktu terjadinya nyeri) dengan rasional untuk mengetahui karakteristik nyeri yang dirasakan. Observasi tanda-tanda vital dengan rasional untuk mengetahui keadaan umum
17
pasien. Berikan posisi yang nyaman (tidur terlentang) dengan rasional untuk membantu mengurangi nyeri yang dirasakan. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
dengan rasional untuk merilekskan otot dan
mengalihkan perhatian dari sensasi nyeri. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik dengan rasional untuk mengurangi nyeri dan mempercepat penyembuhan.
E. Implementasi Tindakan keperawatan pada tanggal 22 April 2013, jam 14.20 WIB pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik: luka post
sectio
caesarea,
penulis
melakukan
tindakan
keperawatan
mengobservasi tanda-tanda vital dan didapatkan hasil tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 kali/menit, suhu 36,5oc, repirasi 20 kali/menit. Pada jam 14.30 WIB penulis melakukan tindakan keperawatan mengkaji karakteristik nyeri dan respon subyektif klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi, nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri pada perut bawah pusat, skala nyeri 7, nyeri saat digerakkan, respon obyektif klien tampak meringis kesakitan. Pada jam 14.40 WIB penulis melakukan tindakan keperawatan memberikan posisi yang nyaman (tidur terlentang) dan respon subyektif klien mengatakan posisi sudah nyaman, respon obyektif posisi klien tampak nyaman. Pada jam 15.05 WIB penulis melakukan tindakan keperawatan mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam dan
18
respon subyektif klien mengatakan memahami teknik yang disarankan oleh perawat, respon obyektif klien tampak kooperatif dan sedikit rileks. Tanggal 23 April 2013, Pada jam 08.00 WIB penulis melakukan tindakan keperawatan mengobservasi tanda-tanda vital, respon subyektif klien mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vital, respon obyektif didapatkan hasil tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 84 kali/menit, suhu 36,5oc, respirasi 20 kali/menit. Pada jam 08.15 WIB penulis melakukan tindakan keperawatan mengkaji karakteristik nyeri, respon subyektif klien mengatakan nyeri berkurang, nyeri pada luka bekas operasi, seperti tertusuk-tusuk, nyeri pada perut bawah pusat, skala nyeri 5, nyeri pada saat digerakkan miring kekanan atau kekiri, respon obyektif klien tampak sedikit rileks dan masih lemah. Pada jam 08.30 WIB penulis melakukan tindakan keperawatan memberikan obat injeksi cefotaxim 1 gr/12jam, ketorolac 10 mg/8 jam, respon subyektif klien mengatakan mau di injeksi lewat selang infus, respon obyektif klien tanpak diam, obat masuk lewat selang infus intra vena. Tanggal 24 April 2013, pada jam 08.00 penulis melakukan tindakan keperawatan mengobservasi tanda-tanda vital dan didapatkan hasil tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84 kali/menit, suhu 36,5oc, respirasi 20 kali/menit. Pada jam 08.30 WIB penulis melakukan tindakan keperawatan mengkaji karakteristik nyeri dan respon subyektif klien mengatakan nyeri sudah berkurang, nyeri post sectio caesarea, nyeri pada perut bawah pusat, skala nyeri 3, nyeri saat beraktifitas, respon obyektif
19
klien tampak sudah tidak lemah dan rileks. Pada jam 08.45 WIB penulis melakukan implementasi tambahan yaitu merawat luka post sectio caesarea, respon subyektif klien mengatakan mau dirawat luka post operasi sectio caesarea, respon obyektif klien tampak diam dan luka kelihatan bersih, tidak ada tanda-tanda infeksi.
F. Evaluasi Evaluasi yang penulis dapatkan setelah dilakukan tindakan keperawatan mulai tanggal 22 April 2013 – 24 April 2013 diperoleh hasil yaitu pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik. Pada tanggal 22 April 2013 jam 14.15 WIB diperoleh hasil yaitu klien mengatakan nyeri pada bekas operasi, seperti tertusuk-tusuk, nyeri pada perut di bawah pusat, skala nyeri 7, nyeri dirasakan setiap saat ketika bergerak, dan obyektifnya klien tampak meringis kesakitan dan terlihat lemah, tanda-tanda vital tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 kali/menit, suhu 36,5oC, respirasi 20 kali/menit, dapat disimpulkan diagnosa nyeri akut belum teratasi, dan intervensi dilanjutkan antara lain : kaji karakteristik nyeri, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik ( cefotaxim 1 gr/12jam, ketorolac 10 mg /8 jam ). Tanggal 23 April 2013 jam 14.05 WIB, diperoleh hasil yaitu klien mengatakan nyeri pada bekas operasi, seperti tertusuk-tusuk, nyeri pada perut bawah pusat, skala nyeri 5, nyeri dirasakan kadang-kadang dan
20
bertambah saat bergerak, data obyektifnya pasien tampak sedikit rileks dan masih lemah dapat disimpulkan masalah nyeri akut belum teratasi, dan intervensi yang dilanjutkan yaitu antara lain : kaji karakteristik nyeri, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik ( cefotaxim 1 gr/12 jam, ketorolac 10 mg/8 jam ). Tanggal 24 April 2013, jam 14.00 WIB, diperoleh hasil yaitu klien mengatakan nyeri pada bekas operasi sudah berkurang, nyeri pada perut bawah pusat , skala nyeri 3, nyeri dirasakan saat bergerak, data obyektifnya klien tampak lebih rileks dan sudah tidak lemah, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84 kali/menit, suhu 36,5oC, respirasi 20 kali/menit, dapat disimpulkan masalah nyeri akut sebagian teratasi, dan intervensi yang dilanjutkan yaitu antara lain : kaji karakteristik nyeri, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik.
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis akan menguraikan beberapa pembahasan tentang Asuhan Keperawatan nyeri Akut pada Ny. J post sectio caesarea dengan indikasi ketuban pecah dini di bangsal Cempaka Rumah Sakit Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Pembahasan tersebut seperti Pengkajian, Diagnosa keperawatan, Perencanaan, implementasi, evaluasi, yang dilakukan pada hari senin tanggal 22 April 2013 sampai 24 April 2013. Untuk pembahasan di atas akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Pengkajian Pengkajian adalah suatu proses mengumpulkan informasi secara keseluruhan untuk meyakinkan bahwa memiliki semua bagianbagian penting dari klien, sehingga memberikan gambaran yang jelas tentang status kesehatan klien (Deswani, 2009 : 36). Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, atau mengenali masalah-masalah yang dialami klien, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Hutahaean, 2010 : 87). Tujuan pengkajian adalah mengumpulkan data objektif dan subjektif dari klien. Pengumpulan
21
22
data adalah suatu proses pengkajian dengan mengumpulkan informasi tentang status kesehatan klien secara sistematis dan terus menerus. Pada pengkajian kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan data seperti riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan data sekunder lainnya seperti catatan, hal pemeriksaan diagnostik, dan literatur (Deswani, 2009 : 10). Persalinan merupakan sebagai proses ketika janin, plasenta, dan membran dikeluarkan melalui jalan lahir. Ada dua cara persalinan, yaitu persalinan lewat vagina dan persalinan dengan operasi sectio caesarea. Persalinan normal terjadi antara usia gestasi 37 dan 42 minggu. (Fraser, 2009:429). Sectio caesaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus ( Hakimi, 2010: 634). Menurut Norwitz, (2008), 133 sectio caesarea adalah kelahiran janin melalui jalur abdominal atau laparatomi yang memerlukan insisi ke dalam uterus atau histerotomi. Sectio caesarea merupakan suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 g, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (Prawirohardjo, 2006: 536). Indikasi dilakukan sectio caesarea dapat dikarenakan oleh faktor ibu dan janin. Indikasi dari ibu antara lain : Induksi persalinan yang gagal, proses persalinan tidak maju, disproporsi sefalopelvik, diabetes, kanker serviks, riwayat sectio caesarea yang klasik, riwayat ruptur uterus, obstruksi jalan lahir, plasenta previa, riwayat bedah
23
uterus sebelumnya. Indikasi dari janin antara lain: gawat janin, prolaps tali pusat, posisi melintang, malpresentasi janin, kelainan janin. Indikasi paling umum untuk bedah caesarea primer atau pertama adalah kegagalan proses persalinan (Norwitz, 2008:132). Ketuban pecah dini bisa dilakukan sectio caesarea karena induksi yang gagal dan lamanya peregangan pada pembukaan uterus, dan segera dilakukan tindakan pembedahan sectio caesarea untuk menghindari bahaya infeksi ketuban pecah dini (Puspasari, 2010). Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau sebelum inpartu pada pembukaan < 4 cm (Nugroho, 2012 : 113). Menurut pendapat Norwitz, (2008 : 119) Ketuban pecah dini (KPD) merupakan pecahnya selaput janin sebelum proses persalinan dimulai. Ketuban pecah dini didefinisikan pecah ketuban sebelum awitan persalinan pada usia kehamilan lebih dari 37 minggu (Dutton, 2011 : 165). Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung, disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intrauterin. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks (Prawirohardjo, 2006 : 218). Kebutuhan rasa nyaman atau terbebas dari nyeri merupakan kebutuhan dasar manusia secara fisiologis. Fisiologi nyeri, bagaimana nyeri merambat dan dipersepsikan oleh individu masih belum
24
sepenuhnya dimengerti. Akan tetapi, bisa tidaknya nyeri dirasakan dan hingga derajat mana nyeri tersebut mengganggu dipengaruhi oleh interaksi antara sistem algesia tubuh dan transmisi sistem saraf serta interpretasi stimulus (Mubarak, 2007:204). Nyeri adalah rasa tidak enak akibat perangsangan ujungujung saraf khusus (Rukiyah, 2009:49). Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Potter&perry, 2006 : 212). Menurut Smeltzer & Bare (2002), International Association for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori subyektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan (Judha, 2012 : 1). Pengalaman nyeri seseorang dipengaruhi oleh reaksi individu terhadap nyeri yaitu setiap orang memberikan reaksi yang berbeda terhdap nyeri. Ada orang yang menghadapinya dengan perasaan takut, gelisah, dan cemas, ada pula yang menanggapinya dengan sikap yang optimis dan penuh toleransi. Sebagian orang merespon nyeri dengan menangis, mengerang dan menjerit-jerit, meminta pertolongan, gelisah di tempat tidur, atau berjalan mondarmandir tak tentu arah untuk mengurangi rasa nyeri. Menurut teori ada tiga klasifikasi nyeri yang mengganggu aktivitas antara lain: Nyeri Perifer, nyeri sentral yakni nyeri yang muncul akibat stimulasi pada
25
batang otak, Nyeri psikogenik yakni nyeri ini timbul akibat pikiran dan nyeri ini muncul karena faktor psikologis (Mubarak, 2007 : 208). Karakteristik dari nyeri akut, yang ada dalam teori diantaranya: konsisten dengan respon stress simpatis, frekuensi jantung meningkat, tekanan darah meningkat, otot-otot menegang, saliva berkurang (Judha, 2012 : 11). Karakteristik nyeri dapat dilihat atau diukur berdasarkan lokasi nyeri, durasi nyeri (menit, jam, hari atau bulan), irama/periodenya (terus menerus, hilang timbul, periode bertambah atau berkurangnya intensitas) dan kualitas (nyeri seperti ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam atau superfisal) dan dapat juga dilihat nyeri berdasarkan metode PQRST, P Provocate, Q Quality, R Region, S severe, T Time (Judha, 2012 : 32). Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan dengan mengacu pada teori Gordon, antara lain: pola aktivitas dan latihan, setelah melahirkan semua aktivitas klien dibantu oleh keluarga karena nyeri menghambat aktifitas pasien. Nyeri yang dirasakan pasien setelah dilakukan tindakan pembedahan menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari, sehingga pergerakan pasien sangat terbatas, dan aktivitas dibantu orang lain (Potter & Perry, 2006). Pola istirahat tidur setelah operasi sectio caesarea, pasien mengatakan tidurnya sering terbangun karena nyeri yang dirasakan. Siklus tidur yang kurang terjaga mempengaruhi dan mengatur fungsi fisiologis dan respon perilaku (Potter & Perry, 2006).
26
Pada pola kognitif dan persepsi sensori setelah operasi sectio caesaria, Klien mengatakan nyeri pada luka operasi seperti tertusuktusuk, di bawah pusat, skala 7 dan nyeri dirasakan saat bergerak, klien tampak meringis kesakitan. Faktor-faktor fisiologis dan kognitif berinteraksi
dengan
faktor-faktor
neurofisiologis
dalam
mempersepsikan nyeri, terdapat tiga sistem interaksi persepsi nyeri sebagai sensori diskriminatif, motivasi afektif dan kognitif evaluatif, persepsi menyadarkan individu dan mengartikan nyeri itu sehingga individu dapat bereaksi (Potter & Perry, 2006). Pada tanggal 22 April 2013, klen mengatakan nyeri pada bekas operasi seperti tertusuk-tusuk, pada perut di bawah pusat, skala nyeri 7, nyeri dirasakan ketika bergerak. Saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, didapatkan hasil : tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80 kali/menit, suhu 36,5oc, respirasi 20 kali/menit. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan luka post sectio caesarea
jahitan sepanjang
±13cm di bawah pusat, tertutup kassa, posisi luka vertikal. Data yang ditemukan dalam pengkajian sudah sesuai dengan batasan karakteristik (Judha, 2012 ). 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisis data subjektif dan objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosis keperawatan. Selain itu, diagnosis keperawatan adalah seni dalam mengidentifikasi masalah dari tanda
27
dan gejala yang ada dan merupakan pernyataan atau kesimpulan yang berfokus pada sifat dasar dari kondisi atau masalah (Deswani, 2009 : 41).
Diagnosa
keperawatan
adalah
sebuah
label
singkat,
menggambarkan kondisi pasien yang diobservasi dilapangan. Kondisi ini dapat berupa masalah-masalah aktual atau potensial (Wilkinson, 2006). Diagnosis ditegakkan berdasarkan rumus yang telah ditentukan dan atas hasil pengkajian data yang diperoleh dari klien. Pembahasan dari diagnosa keperawatan : nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera fisik (luka post sectio caesarea), pada Ny.J adalah sebagai berikut : Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Potter&Perry, 2006 : 212). Nyeri Akut adalah pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dengan istilah seperti awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan (Wilkinson, 2011 : 530). Diagnosa ini penulis tegakkan pada Ny.J karena didapatkan data subjektif: Klien mengatakan nyeri pada bekas operasi seperti tertusuktusuk, pada perut di bawah pusat, skala nyeri 7, nyeri dirasakan ketika bergerak. Data objektif: terdapat luka post sectio caesarea di bawah pusat, sepanjang ±13 cm,
dan luka tertutup kassa, klien tampak
28
meringis kesakitan, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80 kali/menit, suhu 36,5oc, respirasi 20 kali/menit. Berdasarkan data klien tersebut, maka penulis mengangkat sebagai diagnosa aktual. Menurut teori, bahwa diagnosa aktual terdiri atas tiga bagian problem, etiologi, tanda dan gejala. Menggunakan kata penghubung berhubungan dengan (Deswani, 2009 : 49). Penulis memprioritaskan diagnosa ini, karena Kebutuhan rasa nyaman atau terbebas dari nyeri merupakan kebutuhan dasar manusia secara fisiologis. Rasa tidak nyaman ini ditunjukkan dengan tanda dan gejala seperti ketika ada nyeri, pasien menunjukkan perilaku protektif dan tidak tenang (Hidayat, 2004 : 172). Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi, karena jika tidak terpenuhi dapat berpengaruh terhadap kebutuhan yang lain. 3. Perencanaan Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari klien dan/ atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat, intervensi dilakukan untuk membantu klien mencapai hasil yang diharapkan. Intervensi keperawatan dapat dibagi menjadi dua, yaitu mandiri (dilakukan oleh perawat) dan kolaboratif (yang dilakukan bersama dengan pemberi perawatan lainnya). Tujuan dilakukannya
perencanaan
asuhan
keperawatan
antara
lain
meningkatkan komunikasi antara pemberi asuhan keperawatan, memberi asuhan secara langsung dan didokumentasikan, catatan dapat
29
digunakan untuk evaluasi, penelitian, dan aspek legal, sebagai dokumentasi bukti untuk layanan asuransi (Deswani, 2009 : 59). Penulis merencanakan tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan alasan, diharapkan nyeri klien akan berkurang skala nyeri 0-1, pasien tampak rileks dan tanda-tanda vital dalam batas normal tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 60-100 kali/menit, respirasi 16-24 kali/menit. Intervensi keperawatan difokuskan pada pemulihan kesehatan, pemeliharaan kesehatan, dan pencegahan penyakit. Keterlibatan klien dan keluarga dalam intervensi keperawatan sangat penting, karena dapat meningkatkan kerja sama antara perawat dan klien dalam pelaksanaan intervensi tersebut (Deswani, 2009 : 71). Intervensi tidak ada masalah, karena sudah sesuai teori. Intervensi yang dilakukan adalah 1) monitor tanda-tanda vital. Alasan dilakukan intervensi ini, untuk mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh dan untuk memantau perkembangan pasien. Adanya perubahan tanda vital, misalnya suhu tubuh dapat menunjukkan keadaan metabolisme dalam tubuh, denyut nadi di dapat menunjukkan perubahan pada sistem kardiovaskuler, frekuensi pernafasan dapat menunjukkan fungsi pernapasan, dan tekanan darah dapat menilai kemampuan sistem kardiovaskuler, yang dapat dikaitkan dengan denyut nadi (Hidayat, 2004 : 1). 2) Lakukan pengkajian karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T) secara komprehensif. Intervensi ini dilakukan karena nyeri dirasakan, dimanisfestikan, dan ditoleransi secara
30
individual (Judha, 2012 : 32). 3) Memberikan posisi yang nyaman. Alasan dilakukan intervensi ini, untuk mengurangi nyeri. Rasa ketidaknyamanan (nyeri) dapat disebabkan oleh terjadinya kerusakan saraf sensorik atau juga diawali rangsangan aktivitas sel T ke korteks serebri dan menimbulkan persepsi nyeri (Hidayat, 2004 : 173). 4) Ajarkan tentang teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri dengan mengajarkan: teknik relaksasi nafas dalam. Manfaat relaksasi dalam persalinan antara lain : mencegah otot-otot dari kelelahan, khususnya otot besar pada rahim dan menolong ibu mengatasi stress persalinan sehingga lebih menikmati pengalamannya. 5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgesik. Tujuan dari intervensi ini adalah untuk mengurangi nyeri (Judha, 2012). 4. Implementasi Pelaksanaan
merupakan
proses
keperawatan
dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang
telah
direncanakan.
Sebelum
melakukan
implementasi
keperawatan maka perlu dilakukan persiapan yang meliputi persiapan alat, klien serta pengkajian ulang. Dalam tahap pelaksanaan terdapat dua tindakan yaitu tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi (Deswani, 2009 : 93). Berdasarkan intervensi disusun mulai dari : melakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan/durasi, frekuensi, kualitas, keparahan nyeri, dan faktor presipitasinya (Judha, 2012 : 32). Monitor tanda-tanda vital,
31
observasi reaksi non verbal ketidaknyamanan, mengajarkan tentang teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri (teknik relaksasi nafas dalam), dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgesik (Wilkinson, 2006 : 343). Disini penulis berpedoman pada intervensi yang telah dibuat sebelumnya yaitu tentang nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik : luka post sectio caesarea. Implementasi yang dilakukan pada tanggal 22 April 2013 mengobservasi tanda-tanda vital untuk mengetahui keadaan umum pasien, mengkaji karakteristik nyeri (penyebab nyeri, kualitas nyeri, letak nyeri, skala nyeri dan waktu terjadinya nyeri) untuk mengetahui karakteristik nyeri yang dirasakan klien,
memberikan posisi yang nyaman (tidur terlentang) untuk
membantu mengurangi nyeri yang dirasakan, mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam untuk merilekskan otot dan mengalihkan perhatian dari sensasi nyeri. Tanggal 23 April 2013 yaitu mengobservasi tanda-tanda vital untuk mengetahui keadaan umum pasien, mengkaji karakteristik nyeri untuk mengetahui karakteristik nyeri yang dirasakan klien, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri dan mempercepat penyembuhan. Tanggal 24 April 2013 mengobservasi tanda-tanda vital untuk mengetahui keadaan umum pasien, mengkaji karakteristik nyeri untuk mengetahui karakteristik nyeri yang dirasakan klien dan klien mengatakan nyeri sudah berkurang dan tampak rileks, penulis
32
melakukan implementasi tambahan yaitu merawat luka untuk mencegah terjadinya infeksi. Tindakan yang dilakukan penulis sudah sesuai dengan intervensi yang ditegakkan. Sehingga penulis sudah melakukan tindakan yang direncanakan. 5. Evaluasi Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Adapun tujuan melakukan hasil evaluasi adalah menilai pencapaian kriteria hasil
dan
tujuan,
mengidentifikasi
variabel-variabel
yang
mempengaruhi pencapaian tujuan, membuat keputusan apakah rencana
asuhan
diteruskan
atau
dihentikan,
melanjutkan,
memodifikasi, atau mengakhiri rencana. Evaluasi dibagi menjadi dua jenis yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif ini menggambarkan hasil observasi dan analisis perawat terhadap respons
klien
segera
setelah
tindakan.
Evaluasi
sumatif
menggambarkan rekapitulasi dari observasi dan analisis status kesehatan klien dalam satu periode serta menjelaskan perkembangan kondisi dengan menilai apakah hasil yang diharapkan telah tercapai ( Deswani, 2009 : 101). Masalah nyeri akut sebagian teratasi. Diperoleh hasil yaitu klien mengatakan nyeri pada bekas operasi sudah berkurang, nyeri pada perut bawah pusat, skala nyeri 3, nyeri dirasakan saat bergerak, data obyektifnya klien tampak lebih rileks dan sudah tidak lemah, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84 kali/menit, suhu 36,5oC,
33
respirasi 20 kali/menit. Data yang didapat pada pasien belum sesuai dengan kriteria hasil yang penulis tentukan. Kriteria hasil pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (luka post sectio caesarea) antara lain tujuan yang dibuat penulis adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang atau hilang dengan kriteria hasil skala nyeri 0-1, klien tampak rileks, dan tanda-tanda vital dalam batas normal.
B. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Setelah penulis melakukan Asuhan Keperawatan dengan menggunakan berbagai sumber yang terkait mengenai nyeri Akut, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : a. Hasil pengkajian didapatkan nyeri yang dirasakan klien pada bekas operasi seperti tertusuk-tusuk, pada perut di bawah pusat, skala nyeri 7, nyeri dirasakan ketika bergerak. Saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, didapatkan hasil : tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80 kali/menit, suhu 36,5oc, respirasi 20 kali/menit. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan luka post sectio caesarea jahitan sepanjang ±13cm di bawah pusat, tertutup kassa, posisi luka vertikal.
34
b. Hasil pengkajian pada klien dengan nyeri Akut pada post sectio caesarea didapatkan diagnosa keperawatan yaitu nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera fisik (luka post sectio caesarea). c. Rencana Asuhan Keperawatan yang akan dilakukan pada klien dengan nyeri Akut pada post sectio caesarea yaitu kaji karakteristik nyeri untuk mengetahui penyebab nyeri, kualitas nyeri, letak nyeri, skala nyeri dan waktu terjadinya nyeri. Observasi tanda-tanda vital mencakup tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu. Berikan posisi yang nyaman kepada klien untuk membantu mengurangi nyeri yang dirasakan. Ajarkan tehnik relaksasi dilakukan untuk merilekskan otot dan mengalihkan perhatian dari sensasi nyeri. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri dan mempercepat penyembuhan. d. Tindakan yang dilakukan pada klien dengan nyeri Akut pada post sectio
caesarea
yaitu
mengkaji
karakteristik
nyeri
untuk
mengetahui penyebab nyeri, kualitas nyeri, letak nyeri, skala nyeri dan waktu terjadinya nyeri. Memonitor tanda-tanda vital mencakup tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu. Memberikan posisi yang nyaman kepada klien untuk membantu mengurangi nyeri yang dirasakan. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk merilekskan otot dan mengalihkan perhatian dari sensasi nyeri.
35
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri dan mempercepat penyembuhan. e. Evaluasi yang dilakukan pada klien dengan nyeri Akut post sectio caesarea, masalah nyeri akut sebagian teratasi. Diperoleh hasil yaitu klien mengatakan nyeri pada bekas operasi sudah berkurang, nyeri pada perut bawah pusat , skala nyeri 3, nyeri dirasakan saat bergerak, data obyektifnya klien tampak lebih rileks dan sudah tidak lemah, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84 kali/menit, suhu 36,5oC, respirasi 20 kali/menit. f. Analisa nyeri pada Ny.J adalah nyeri akut biasanya terjadi ketika terdapat luka atau kerusakan jaringan kulit yang sifatnya mendadak, kerusakan ini dapat berasal dari trauma atau ruda paksa, luka operasi. Nyeri pada klien karena adanya insisi pembedahan dan uterus menyebabkan terputusnya jaringan maka klien mengalami nyeri. Saat dilakukan evaluasi nyeri Ny.J pada bekas operasi sudah berkurang, nyeri pada perut bawah pusat, skala nyeri 3, nyeri dirasakan saat bergerak. masalah nyeri akut klien sebagian teratasi. 2. Saran Dengan memperhatikan kesimpulan di atas, penulis memberi saran sebagai berikut :
36
a. Bagi Institusi Pendidikan Dapat memberikan kesempatan waktu pengelolaan klien lebih banyak karena dengan waktu 3 hari tidak dapat melakukan pengelolaan secara maksimal. b. Bagi Rumah Sakit Diharapkan dapat lebih diperhatikan dalam melakukan asuhan keperawatan khususnya pada klien nyeri Akut post sectio caesarea dengan indikasi ketuban pecah dini (KPD). c. Bagi Penulis Penulis berharap bisa memberikan tindakan pengelolaan yang lebih maksimal pada klien post sectio caesarea dengan indikasi ketuban pecah dini (KPD). d. Bagi profesi Keperawatan Diharapkan selalu berkoordinasi dengan kesehatan lainnya dan meningkatkan kualitas pelayanan semaksimal mungkin khususnya pada pasien post sectio caesarea. Perawat juga diharapkan dalam melakukan profesional.
asuhan
keperawatan
dengan
pelayanan
secara
DAFTAR PUSTAKA
Damarati. (2012). Analisis Tentang Paritas Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Bersalin Di RSUD Sidoarjo. http://dknias3.com/2013/04/jurnal-kebidanan_6776.html. Diakses tanggal 07 Mei 2013 Deswani. (2009). Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Penerbit Salemba Medika. Jakarta. Dutton, Lauren A. Densmore, Jessica E. Turner, Meredith B. (2011). Rujukan Cepat Kebidanan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Fraser, Diane M. Cooper, Margaret A. (2009). Buku Ajar Bidan Myles. Ed 14. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hakimi, Mahammad. (2010). Human and Birth. Penerbit Andi. Yogyakarta. Hidayat, Aziz A. Uliyah, Musrifatul. (2004). Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hutahaean, Serri. (2010). Konsep dan Dokumentasi Proses Keperawatan. Penerbit Trans Infa Media. Jakarta. Judha, Mohammad. Sudarti. Fauziah, Afroh. (2012). Teori pengukuran Nyeri Persalinan. Penerbit Nuha Medika. Yogyakarta. Kurniawan, Andy. Indriawati, Ratna. (2007). Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Skala Nyeri Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea. http://publikasi.umy.ac.id/index.php/pend-dokter/article/view/4566/3890. Diakses tanggal 13 Juni 2013. Mubarak, W Iqbal. Chayatin, Nurul. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Tori dan Aplikasi Dalam Praktik. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Norwitz, Errol. Schorge, John. (2008). At a Glance Obstetri & Ginekologi. Ed 2. Penerjemah Diba Artisiyanti. Penerbit Erlangga. Nugroho, Taufan. (2012). OBSGYN: Obstetri dan Ginekologi Untuk Kebidanan Dan keperawatan. Penerbit Nuha Medika : Yogyakarta. Potter, Perry. (2006). Buku Ajar KeperawatanMaternitas. Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Ed 1.Cet 4. Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Prawirohardjo, Sarwono. (2006). Ilmu Kebidanan. Ed 3. Cet.8. Penerbit Yayasan Bina Pustaka. Jakarta. Puspasari, Nurbaeti, dan Komariah, 2010. Penatalaksanaan Perawatan Inpartu Klien Ketuban Pecah Dini. http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/PENATALAKSANAAN%20PERAWA TAN%20INPARTU%20KLIEN%20KETUBAN%20PECAH%20DINI%2 0DI%20RUANG%20BERSALIN%20RSUD%20SWADANA%20SUME DANG.PDF. Diakses tanggal 7 Mei 2013 Rasjidi, Imam. (2009). Manual Seksio Sesarea & Laparotomi Kelainan Adneksa Berdasarkan Evidence Based. Penerbit Sagung Seto. Jakarta. Rukiyah, Ai Yeyeh dkk. (2009). Asuhan Kebidanan 2 Persalinan. Penerbit Trans Info Media. Jakarta. Utaminoverima. (2012). Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. http://utaminoverima.wordpress.com/2012/11/28/konsep-kebutuhan-dasarmanusia-menurut-maslow-henderson/. Diakses tanggal 13 Juni 2013 Wilkinson, Judith. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi NIC Dan Kriteria Hasil NOC. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.