STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK PADA NY. M DENGAN POST SECTIO CAESAREA INDIKASI DISPROPORSI SEFALO PELVIK DI RUANG KENANGA RSUD KARANGANYAR
DISUSUN OLEH :
YUNITASARI NIM. P.09119
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012
STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK PADA NY. M DENGAN POST SECTIO CAESAREA INDIKASI DISPROPORSI SEFALO PELVIK DI RUANG KENANGA RSUD KARANGANYAR Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH :
YUNITASARI NIM. P.09119
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012 i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama
: Yunitasari
NIM
: P. 09119
Proram Studi
: D III Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN
KEPERAWATAN
GANGGUAN
MOBILITAS FISIK PADA NY. M DENGAN POST SECTIO CAESAREA INDIKASI DISPROPORSI SEFALO PELVIK Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, April 2012 Yang Membuat Pernyataan
YUNITASARI NIM. P.09119
ii
LEMBAR PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh : Nama
: Yunitasari
NIM
: P. 09119
Program Studi : D III Keperawatan Judul
: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK PADA NY. M DENGAN POST SECTIO CAESAREA INDIKASI DISPROPORSI SEFALO PELVIK.
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di
: Surakarta
Hari/ Tanggal
: Sabtu, 28 April 2012
Pembimbing : Tyas Ardi Suminarsis, S.Kep., Ns NIK. 201185077
iii
(...............................)
HALAMAN PENGESAHAN Karya Tulis ini diajukan oleh : Nama
: Yunitasari
NIM
: P. 09119
Program Studi : D III Keperawatan Judul
: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK PADA NY. M DENGAN POST SECTIO CAESAREA INDIKASI DISPROPORSI SEFALO PELVIK.
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Ditetapkan di
: STIKes Kusuma Husada Surakarta
Hari/ Tanggal
: Selasa, 1 Mei 2012
DEWAN PENGUJI
Penguji 1 : Tyas Ardi Suminarsis, S.Kep., Ns NIK. 201185077
(.....................................)
Penguji II : Diyah Ekarini, S.Kep.,Ns NIK. 200179001
(.....................................)
Penguji III : Noor Fitriyani, S.Kep,. Ns NIK. 201187085
(.....................................)
Mengetahui, Ketua Program Studi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Setiyawan, S.Kep., Ns NIK. 201084050
iv
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul ASUHAN
KEPERAWATAN GANGGUAN
MOBILITAS FISIK PADA NY. M DENGAN POST SECTIO CAESAREA INDIKASI DISPROPORSI SEFALO PELVIK. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat: 1. Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku Ketua Program studi D III Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, selaku Sekretaris Ketua Program studi D III Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. Tyas Ardi Suminarsis, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukanmasukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 4. Diyah Ekarini, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
v
5. Noor Fitriyani, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 6. Semua dosen Program studi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat. 7. Kedua orangtuaku dan kakakku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan. 8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satupersatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu penulis sangat berterima kasih jika ada kritik saran yang sifatnya membangun. Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, April 2012
Penulis
vi
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .........................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN ...........................................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN ...............................................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................
iv
KATA PENGANTAR .........................................................................
v
DAFTAR ISI ........................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................
x
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...........................................................
1
B. Tujuan Penulisan ........................................................
4
C. Manfaat Penulisan ......................................................
5
LAPORAN KASUS A. Identitas Klien ............................................................
6
B. Pengkajian ...................................................................
6
C. Perumusan Masalah Keperawatan ............................... 12 D. Perencanaan Keperawatan ........................................... 13 E. Implementasi Keperawatan .......................................... 13 F. Evaluasi Keperawatan .................................................. 15
vii
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan .................................................................. 17 B. Simpulan ....................................................................... 23
Daftar Pustaka Lampiran Daftar Riwayat Hidup
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Gambar
2.1
Genogram
8
ix
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Asuhan Keperawatan 2. Lampiran 2 Log Book 3. Lampiran 3 Pendelegasian 4. Lampiran 4 Surat Keterangan Selesai Penggambilan Data 5. Lampiran 5 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Melahirkan merupakan puncak dari serangkaian proses kehamilan. Oleh karena itu wanita hamil merasa khawatir, cemas dan gelisah saat kelahiran tiba. Setiap wanita menginginkan persalinannya berjalan lancar dan dapat melahirkan bayi yang sempurna. Seperti yang telah diketahui, ada 2 cara persalinan normal yaitu persalinan pervaginam yang lebih dikenal dengan persalinan normal atau alami dan persalinan dengan operasi Caesar disebut juga dengan bedah sesar atau sectio caesarea. Sectio caesarea merupakan operasi tertua dalam ilmu Kebidanan yang menurut sejarah operasi caesarea, bayi terpaksa dilahirkan melalui cara ini apabila persalinan alami sudah tidak dianggap efektif. Ibu-ibu melahirkan karena mengalami kelainan dalam kehamilan. Bedah Caesar yang kerap juga disebut “sectio caesarea” saat ini telah dikenal sebagai metode persalinan operatif, kebanyakan cara ini ditempuh akibatnya adanya hambatan yang dialami oleh janin maupun ibu sehingga persalinan normal tidak mungkin dilakukan. Bedah sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat diatas 500 gram, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (Sarwono, 2002 : 536). Indikasi dilakukan sectio caesarea pada ibu adalah disproporsi sefalo pelfik, placenta previa, tumor jalan lahir, hidroamnion, kehamilan gameli, sedangkan pada janin adalah janin besar, mal presentasi, letak lintang, 1
2
hidrocepalus. Salah satu indikasi persalinan sectio caesarea diantaranya Disproporsi Sefalo Pelvik yang kejadiannya semakin meningkat. Pernyataan Akhmat (2008) juga menyebutkan apabila kepala bayi tidak mengalami penurunan dan diperkirakan bayinya relatif kecil atau kurang dari 2,5 maka dapat dicurigai disprioporsi sefalo pelvik. Disproporsi sefalo pelvik yaitu suatu keadaan yang timbul karena tidak adanya keseimbangan antara panggul ibu dengan kepala janin. Bila sudah dipastikan panggul sempit maka tidak ada jalan lain kecuali operasi sectio caesarea dengan catatan kehamilan cukup bulan. Peningkatan angka bedah caesar terjadi diseluruh dunia, WHO (World Health Organization) dilakukan atas indikasi antara lain : disporsisi 25%, gawat janin 14%, plasenta previa 11%, pernah SC 11%, pre-eklamsia dan hipertensi 7%. Indonesia terjadi peningkatan sectio caesarea dimana tahun 2000 sebesar 47,22%, tahun 2001 sebesar 45,19%, tahun 2002 sebesar 47,13%, tahun 2003 sebesar 46,87%, tahun 2004 sebesar 53,22%, tahun 2005 sebesar 51,59%, tahun 2006 sebesar 53,68% (Grace, 2007 : 3).Menurut data Rekam Medik RSUD Karanganyar pada tahun 2011 terjadi kelahiran secara sectio caesarea dengan indikasi disproporsi sefalo pelvik sesebesar 2,94%. Menurut Herdman, 2011 : 143, gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh, satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah.Prioritas diagnosa keperawatan yang pertama adalah gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik. Menurut pasien masalah ini menyebabkan kesulitan membolak-balik posisi dan
3
bergerak. Bila mobilisasi tidak diatasi maka akan menghambat pengeluaran darah dan sisa plasenta sehingga menyebabkan terganggunya kontraksi uterus. Dengan mobilisasi, kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras, maka resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan, karena kontraksi menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang terbuka (Purtanti, 2011 : 57). Gangguan mobilitas fisik ini dapat menyebabkan pasien tidak dapat memenuhi ADL (Activity Daily Living). Kesenjangan antara teori dengan lahan adalah jika pada teori mobilisasi fisik dilakukan secara bertahap dengan tahap: setelah operasi pada 6 jam pertama pasca sectio caesarea ibu harus tirah baring dan melakukan mobilisasi dini (menggerakkan ekstremitas), pada jam ke 6-12 pasca sectio caesarea pasien dianjurkan untuk berlatih miring kanan dan kiri, setelah 24 jam pasca sectio caesarea pasien diajarkan untuk duduk. Setelah pasien benar-benar bisa duduk pasien dilatih berjalan (Kasdu, 2003 : 1).Pada kenyataanya pasien hanya dibiarkan tirah baring tanpa diberi penjelasan tentang mobilisasi dini. Sehingga pasien bisa miring kanan kiri pada hari kedua dan duduk pada hari ketiga. Berdasarkan data di atas, penulis tertarik untuk melakukan studi kasus tentang sectio caesarea, serta cara penatalaksanaanya. Dengan adanya berbagai data, maka penulis melaporkan studi kasus Asuhan Keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik Pada Ny. M Dengan Post Sectio Caesarea Indikasi Disproporsi Sefalo Pelvik Di Ruang Kenanga RSUD Karanganyar.
4
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Melaporkan kasus gangguan mobilitas fisik pada Ny. M dengan post sectio caesarea indikasi Disproporsi Sefalo Pelvik (CPD) di Ruang Kenanga RSUD Karanganyar. 2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian Ny. M dengan gangguan mobilitasfisik postsectio caesarea indikasi disproporsi sefalo pelvik. b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. M dengan gangguan mobilitas fisik post sectio caesarea indikasi disproporsi sefalo pelvik. c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Ny. M dengan gangguan mobilitas fisik postsectio caesarea indikasi disproporsi sefalo pelvik. d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny. Mdengan gangguan mobilitas fisik postsectio caesarea indikasi disproporsi sefalo pelvik. e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny. M gangguan mobilitas fisik postsectio caesarea indikasi disproporsi sefalo pelvik. f. Penulis mampu menganalisa gangguan mobilitas yang terjadi pada pasien dengan postsectio caesarea indikasi disproporsi sefalo pelvik.
C. Manfaat Penulisan
5
1. Penulis Melatih kemampuan penulis untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapat dari institusi pendidikan yaitu penyusunan laporan asuhan keperawatan dan melatih kemampuan secara kritis dan analis. 2. Institusi a. Rumah sakit Dapat memberikan manfaat dan meningkatkan kinerja khususnya dalam memberikan asuhan keperawatan gangguan mobilitas fisik pada pasien postsectio caesarea indikasi disproporsi sefalo pelvik. b. Pendidikan Sebagai bahan referensi untuk melakukan asuhan keperawatan gangguan mobilitas fisik pada pasien postsectio caesarea indikasi disproporsi sepalo pelvik.
3. Profesi Keperawatan Menjadi bahan masukan bagi tenaga kesehatan lainya dalam melakukan asuhan keperawatan gangguan mobilitas fisik pada pasien post sectio caesarea indikasi disproporsi sefalo pelvik.
BAB II LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada hari Kamis pada tanggal 5 April 2012 jam 11.15 WIB di ruang Kenanga RSUD Karanganyar. Pada kasus ini data diperoleh dengan cara wawancara dengan pasien dan keluarga pasien, mengadakan pengamatan langsung, melihat catatan medik dan catatan perawatan, serta bekerja sama dengan tim kesehatan lain yang bersangkutan dalam mengelola pasien. Hasil pengkajian didapatkan nama Ny. M, dengan alamat Karanganyar Rt 02 Rw 03 Karanganyar, umur 21 tahun, jenis kelamin perempuan, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, tingkat pendidikan terakhir SMA, masuk rumah sakit pada tanggal 4 April pukul 13.30 WIB dengan diagnosa indikasi Disproporsi sepalo pelvik. Penanggung jawab Ny. M adalah Tn. M yang merupakan suami dari Ny. M.
B. Pengkajian 1. Keluhan Utama Keluhan yang dirasakan pasien setelah dilakukan operasi sectio caesarea pasien mengatakan bahwa belum bisa bergerak karena pasien merasakan tidak ada tenaga, lemas, dan masih merasa kaku bagian perutnya.
6
7
2. Riwayat persalinan sekarang Pada tanggal 4 April 2012 pukul 13.30 WIB pasien datang ke Poli Obsgyn RSUD Karanganyar karena merasa usia kehamilan 41 minggu 6 hari belum merasakan tanda-tanda mau melahirkan. Pasien dianjurkan untuk operasi caesarea pada tanggal 5 April 2012 karena indikasi Disproporsi sepalo pelvik. Pada pukul 14.30 WIB pasien dibawa ke ruang Kenanga untuk mendapatkan terapi sebelum persiapan operasi besok pagi. Bayi lahir secara sectio caesarea pada tanggal 5 April 2012 pukul 09.30 WIB, di ruang operasi. Placenta lahir per abdominal lengkap. Bayi lahir laki-laki, berat badan 3300 gram, panjang badan 50 cm, lingkar kepala 35 cm, lingkar dada 33 cm. Luka bekas operasi ditutup kassa sepanjang 15 cm. Riwayat kesehatan dahulu pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit hipertensi, diabetes melitus dan asma. Pasien mengatakan tidak ada keluarganya yang melahirkan secara sectio caesarea dengan indikasi disproporsi sefalo pelvik. Ny. M merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara. Hanya Ny. M saja yang mengalami operasi sectio caesarea pada kelahiran anak pertamanya.
Ny. M Gb. 2.1 Genogram
8
Keterangan: : Laki-laki
: pasien
: Perempuan -------
: tinggal serumah
: garis perkawinan : garis keturunan
3. Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional Pola aktivitas dan latihan pasien saat sebelum dirawat di rumah sakit dapat berakivitas secara mandiri dan melakukan kegiatan sebagai ibu rumah tangga. Setelah dilakukan operasi sectio caesarea
pasien mengatakan
bahwa belum bisa bergerak karena pasien merasakan tidak ada tenaga, lemas, dan masih merasa kaku bagian perutnya. Untuk kebutuhan makan dan berpakaian masih dibantu keluarga. Pasien juga mengatakan belum bisa untuk bergerak, kebutuhan toileting pasien mengatakan masih dibantu keluarga dan alat (penggunaan kateter) dengan score 3, mobilitas ditempat tidur pasien mengatakan pasien belum bisa menggerakkan badannnya, pada aktifitas berpindah pasien mengatakan dibantu oleh keluarga, pada pengkajian ambulasi/ ROM (Range of motion) pasien mengatakan mampu menggerakan pergelangan tangan dan pergelangan kaki dengan nilai score 3 pada pola aktivitas dan latihan. Pola persepsi dan manajemen kesehatan, menurut pasien kesehatan merupakan kebutuhan hidup yang penting dan paling utama, pasien juga mengatakan selama kehamilan kemarin jika terjadi sesuatu dengan kehamilannya pasien langsung membawanya ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan. Pola nutrisi dan metabolisme sebelum di rumah
9
sakit pasien mengatakan makan 3x sehari dengan menu nasi, sayur, dan lauk. Minum sehari 6 gelas (1200 cc). Disaat pengkajian pasien belum makan karena diharuskan puasa. Pola eliminasi sebelum di rumah sakit pasien mengatakan BAB (buang air besar) 1x sehari dengan konsistensi padat, berbau khas, berwarna kuning dan BAK (buang air kecil) 5x sehari dengan warna kuning jernih, berbau khas. Selama di rumah sakit pasien belum BAB (buang air besar) dan BAK (buang air kecil) lancar terpasang selang DC(Dower Cateter) sebanyak 900 cc/6 jam setelah operasi). Pola istirahat tidur pasien saat belum sakit pasien tidur kurang lebih 8 jam dari jam 21.00 - 05.00 WIB tidak mengalami gangguan tidur. Namun saat di rumah sakit pasien mengatakan belum tidur setelah operasi sectio caesareakarena sectio caesarea dilakukan pada pagi hari dan pengkajian dilakukan pada siang hari. Pola kognitif dan persepsi sebelum dan setelah melahirkan pasien mengatakan tidak mengalami gangguan fungsi sensori (pendengaran, penglihatan, perasa, pembau, peraba). Setelah melahirkan pasien merasa tidak nyaman dan nyeri pada luka operasi sectio caesarea pada perut bagian bawah. Dengan karakteristik nyeri pada luka bekas operasi sectio caesarea. Pasien mengatakan nyeri seperti teriris-iris pada perut bagian bawah dengan skala nyeri 4 dan pasien mengatakan nyeri saat bergerak. Pola persepsi konsep diri tentang body image pasien mengatakan menerima kondisi sakit dengan ikhlas. Pada identitas diri, pasien adalah
10
seorang istri dan ibu dari anak yang baru saja dilahirkannya. Pada pola peran, pasien melakukan kegiatan sehari-hari sebagai ibu rumah tangga. Ideal diri, pasien berharap ingin cepat sembuh dan bertemu dengan anaknya. Harga diri, pasien menerima keadaannya apa adanya dan tetap mensyukuri. Pada pola hubungan peran, pasien mengatakan bahwa hubungan dengan keluarga dan tetangga baik tidak ada masalah. Hubungan dengan pasien lain dalam satu ruangan, pasien mengatakan baik dan saling bertukar cerita dengan apa yang mereka rasakan saat hamil dan setelah melahirkan. Pola seksualitas reproduksi, pasien mengatakan sudah menikah 1 tahun dan baru saja melahirkan. Pasien mengatakan haid mulai pada umur 14 tahun, lama 7 hari, siklus 30 hari. Pada riwayat obstetri umur kehamilan 41 minggu 6 hari. Riwayat hamil dan persalinan sekarang pasien mengatakan hamil yang pertama, melahirkan yang pertama dan belum pernah aborsi. Pasien mengatakan ANC (Antenatal Care) ke Poli Obsgyn RSUD Karanganyar, vaksin TT 2x. Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah memakai KB karena baru 1 tahun menikah. Setelah Ny. M melahirkan berencana untuk memakai KB suntik. 4. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum pasien composmentis. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah pasien 100/60 mmHg, nadi 76x/menit, pernapasan 22x/menit, suhu 36,8 oC. Pemeriksaan mata hasilnya mata simetris, pupil isokor, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik. Pada pemeriksaan hidung hasilnya, hidung simetris, tidak ada polip
11
dan tidak ada sekret. Pemeriksaan mulut pasien hasilnya mulut simetris, bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi, gigi yang tanggal ada satu yaitu gigi geraham. Pada pemeriksaan telinga, telinga simetris, tidak terdapat serumen, tidak ada gangguan pendengaran. Leher pasien tidak ada pembesaran kelenjar thyroid. Pada pemeriksaan dada (paru-paru), hasil inspeksinya simetris, pengembangan dada kanan dan kiri sama, hasil palpasi focal fremitus kanan kiri sama, perkusinya sonor, tidak ada suara nafas tambahan dan pada auskultasi suara vesikuler di seluruh lapang paru. Pada pemeriksaan jantung dengan cara inspeksi didapatkan hasil ictus cordis tidak tampak, palpasi ictus cordis teraba paling kuat di SIC 5, perkusi pekak, auskultasi bunyi jantung I = bunyi jantung II. Pada pemeriksaan payudara hasilnya, payudara simetris kanan kiri, areola hitam dan melebar, puting susu menonjol, ASI (air susu ibu) belum keluar. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan hasil, inspeksi terdapat luka bekas operasi yang ditutup kassa sepanjang 15 cm di bawah pusat, auskultasi terdengar bising usus 5x/menit, palpasinya TFU (tinggi fundus uteri) 2 jari di bawah pusat. Pada pemeriksaan perineum tidak terdapat luka episiotomi, terpasang DC (Dower Cateter)sejak tadi pagi pukul 08.30 WIB, pada vagina keluar darah. Pemeriksaan lochea dengan hasil lochea rubra (cruenta), bau anyir, jumlah 120cc. Pada pemeriksaan ekstremitas pasien, ekstremitas atas bagian kiri terpasang infus assering 30 tpm. Sedangkan ekstremitas bawah, tidak ada indikasi oedema, dengan kekuatan otot 4.
12
5. Pemeriksaan Penunjang Pada pemeriksaan laboratorium tanggal 4 April 2012 didapatkan hasil hemoglobin 10,4 gr/dl normalnya 12-16 gr/dl, eritrosit 3,77 106/ul normalnya 4,2-5,4 106/ul, hematokrit 31,7 % normalnya 37-47 %, leukosit 11,2 103/ul normalnya 4,8-10,8 103/ul, trombosit 251 103/ul normalnya 150450 103/ul, GDS 79 mg/dl, HbSAg Negatif, golongan darah A.
6. Terapi Terapi yang didapatkan pasien saat pengkajian antara lain, infus assering 30 tpm berfungsi untuk terapi cairan pengganti kehilangan cairan secara akut. Injeksi gentamicin 80 mg/12 jam berfungsi untuk infeksi kulit atau jaringan lunak. Injeksi alinamin F 25 mg/ 12 jam berfungsi sebagai suplemen untuk kebutuhan harian Vit B1 dan B2. Injeksi Ranitidine 50 mg/12 jam untuk indikasi tukak pasca operasi. Injeksi ketorolac 100 mg/12 jam berfungsi untuk terapi jangka pendek nyeri post operasi akut sedang hingga berat. Injeksi cefotaxim 1gr/12 jam berfungsi sebagai profilaksis peri operasi dan terhadap infeksi dengan imunitas yang menurun.
C. Perumusan Masalah Keperawatan Prioritas diagnosa keperawatannya adalah gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kelemahan fisik. Data yang diperoleh dari pasien, pasien mengatakan bahwa belum bisa bergerak karena pasien merasakan tidak ada tenaga, lemas, dan masih merasa kaku bagian perutnya.Untuk
13
kebutuhan makan dan berpakaian masih dibantu keluarga,pasien juga mengatakan belum bisa untuk bergerak, kebutuhan toileting pasien mengatakan masih dibantu keluarga dan alat (penggunaan kateter), mobilitas
ditempat
tidur
pasien
mengatakan
pasien
belum
bisa
menggerakkan badannnya, pada aktifitas berpindah pasien mengatakan dibantu oleh keluarga, pada pengkajian ambulasi/ROM (Range of motion) pasien mengatakan mampu menggerakan pergelangan tangan dan pergelangan kaki. Dengan nilai score 3 pada pola aktivitas dan latihan pasien.Pasien tampak lemas dan hanya terbaring di tempat tidur .
D. Perencanaan Keperawatan Tujuan yang dibuat penulis adalah setelah dilakukan tindakan keperawatanselama 3x24 jam, gangguan mobilitas fisik dapat teratasi dengan kriteria hasil mampu untuk kekuatan otot 5, pasien dapat memenuhi ADL secara mandiri. Intervensi yang dilakukan untuk gangguan mobilitas fisik adalah kaji pola aktivitas pasien, observasi TTV (tanda-tanda vital), ajarkan pasien dalam latihan mobilisasi/gerak, anjurkan pasien untuk mengubah posisi, anjurkan keluarga untuk membantu aktivitas pasien, kolaborasi dengan fisioterapi.
E. Implementasi Keperawatan Tindakan keperawatan pada hari pertama tanggal 5 April 2012 yang dilakukan adalah pada pukul 11.15 WIB mengkaji pola aktivitas pasien
14
mengatakan bahwa belum bisa bergerak karena pasien merasakan tidak ada tenaga, lemas, dan masih merasa kaku bagian perutnya. Pukul 11.20 WIB mengobservasi tanda-tanda vital pasien, respon pasien bersedia dilakukan tanda-tanda vital, dengan hasil tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 76x/ menit, suhu 36,8 oC, pernafasan 22x/ menit. Pukul 11.25 WIB mengajarkan pasien untuk latihan gerak, respon pasien mengatakan berani untuk menggerak kaki dan tangan secara fleksi, pasien tampak berbaring di tempat tidur. Pukul 11.35 WIB menganjurkan pasien untuk merubah posisi, pasien mengatakan belum berani untuk mengubah posisi karena perutnya masih merasa kaku/nyeri. Pada pukul 11.35 WIB menganjurkan keluarga dalam membantu aktifitas pasien. Tindakan keperawatan pada hari kedua tanggal 6 April 2012 yang dilakukan adalah pukul 11.15 WIB mengkaji pola aktivitas, pasien mengatakan bahwa sudah bisa bergerak (miring kanan dan miring kiri), badan masih lemas, dan masih merasa kaku bagian perutnya. Pukul 11.20 WIB mengobservasi vital sign pasien, respon pasien bersedia dilakukan tandatanda vital, dengan hasil tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 78x/ menit, suhu 37 oC, pernapasan 22x/ menit. Pukul 11.25 WIB mengajarkan pasien untuk latihan gerak, respon pasien mengatakan berani untuk bergerak memiringkan badannya kekanan dan kekiri, pasien tampak berbaring ditempat tidur terkadang memiringkan badannya. Tindakan keperawatan pada hari ketiga tanggal 7 April 2012 yang dilakukan adalah pada pukul 11.00 WIB mengkaji pola aktivitas pasien
15
mengatakan badan masih sedikit lemas dan bagian perut sedikit kaku. Pukul 11.05 WIB mengobservasi tanda-tanda vital pasien, respon pasien bersedia dilakukan tanda-tanda vital, dengan hasil tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80x/ menit, suhu 37,3 oC, pernapasan 22x/ menit. Pada pukul 11.15 WIB mengajarkan pasien untuk latihan gerak (duduk), respon pasien mengatakan berani untuk latihan duduk, pasien tampak berlatih duduk dibantu oleh ibu pasien.
F. Evaluasi Keperawatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada hari pertama pada tanggal 5 April 2012 pukul 14.00 WIB, hasil evaluasinya adalah respon pasien mengatakan belum bisa bergerak karena merasa tidak ada tenaga dan merasa lemas dan merasa kaku pada bagian perut. Dari pemeriksaan tandatanda vitaldidapatkan hasil tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 76x/ menit, suhu 36,8 oC, pernafasan 22x/ menit. Masalah gangguan mobilitas fisik belum teratasi, maka intervensi dilanjutkan dengan kaji pola aktivitas pasien, observasi tanda-tanda vital, ajarkan pasien untuk latihan gerak, anjurkan pasien untuk merubah posisi, anjurkan keluarga dalam membantu aktivitas pasien, tidak ada kolaborasi dengan fisioterapi. Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada hari kedua tanggal 6 April 2012 pukul 14.00 WIB, hasil evaluasinya adalah
respon pasien
mengatakan sudah bisa menggerakkan badannya untuk miring kanan dan kiri.Dari pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah
16
110/70 mmHg, nadi 78x/ menit, suhu 37 oC, pernapasan 22x/ menit. Masalah gangguan mobilitas fisik teratasi sebagian, maka intervensi dilanjutkan dengan kaji pola aktivitas pasien, observasi tanda-tanda vital, anjurkan keluarga dalam membantu aktivitas pasien. Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada hari ketiga tanggal 7 April 2012 pukul 14.00 WIB, hasil evaluasinya adalah respon pasien mengatakan sudah bisa berlatih untuk duduk dengan bantuan ibu pasien. Dari pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80x/ menit, suhu 37,3 oC, pernapasan 22x/ menit. Masalah gangguan mobilitas fisik teratasi sebagian, maka intervensi dilanjutkan dengan kaji pola aktivitas pasien,observasi tanda-tanda vital, anjurkan keluarga untuk membantu aktivitas pasien.
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan Pada bab ini penulis akan membahas proses keperawatan yang dilakukan pada tanggal 05-07 April 2012 di ruang Kenanga RSUD Karanganyar. Prinsip dari pembahasan ini dengan memperhatikan aspek tahapan proses keperawatan yang terdiri dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan. Pengkajian adalah merupakan salah satu dari komponen dari proses keperawatan yaitu suatu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan dari klien meliputi usaha pengumpulan data tentang status kesehatan seorang klien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan (Muttaqin, 2010 : 2). Pengkajian pada Asuhan Keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik Dengan Post Sectio caesarea Indikasi Disproporsi Sefalo Pelvik, pengkajian dilakukan dengan metode auto anamnesa dan allo anamnesis pada pasien, pemeriksaan fisik, pengkajian pemeriksaan diagnostik, serta pengkajian penatalaksanaan medis (Muttaqin, 2010 : 2). Sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat diatas 500 gram, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (Prawirohardjo, 2002 : 536). Sectio caesarea merupakan prosedur operatif, yang dilakukan dibawah anestesia sehingga janin, plasenta dan ketuban yang dilahirkan melalui insisi dinding abdomen dan uterus ( Fraser, 2009 : 567).
17
18
Indikasi dilakukan sectio caesarea pada ibu adalah disproporsi sefalo pelvik, placenta previa, tumor jalan lahir, hidroamnion, kehamilan gameli, sedangkan pada janin adalah janin besar, mal presentasi, letak lintang, hidrocepalus (Sarwono, 2002 : 536-537). Disproporsi sefalo pelvik adalah ketidaksesuaian antara ukuran pelvis ibu dan janin yang menghalangi kelahiran pervagiam (Fraser, 2009 : 533). Disproporsi sefalo pelvik terjadi karena bayi terlalu besar atau pelvis kecil (Wiknjosastro, 2002 : 187). Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian, maka dari itu ibu tetap harus didorong untuk melakukan mobilisasi segera setelah operasi untuk mengurangi risiko terjadinya masalah sirkulasi. Meskipun ibu memerlukan penjelasan bahwa mobilitas bermanfaat setelah persalinan, salah satu bagian perawatan yang paling penting adalah mengenali saat ibu mencapai batas aktivitasnya dan membutuhkan istirahat (Fraser, 2009 : 632). Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh, satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah (Herdman, 2011 : 143). Prioritas diagnosa keperawatan yang pertama adalah gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik. Bila mobilisasi tidak diatasi maka akan menghambat pengeluaran darah dan sisa plasenta sehingga menyebabkan terganggunya kontraksi uterus. Dengan mobilisasi, kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras, maka resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan, karena kontraksi menyebabkan penyempitan pembuluh darah
19
yang terbuka (Purwanti, 2011 : 57). Gangguan mobilitas fisik ini dapat menyebabkan pasien tidak dapat memenuhi ADL (Activity Daily Living). Pada Ny. M gejala yang dirasakan pasien setelah dilakukan operasi sectio caesarea pasien mengatakan bahwa belum bisa bergerak karena pasien merasakan tidak ada tenaga, lemas, dan masih merasa kaku bagian perutnya. Untuk kebutuhan makan dan berpakaian masih dibantu keluarga. Pasien juga mengatakan belum bisa untuk bergerak, kebutuhan toileting pasien mengatakan masih dibantu keluarga dan alat (penggunaan kateter), mobilitas ditempat tidur pasien mengatakan pasien belum bisa menggerakkan badannnya, pada aktifitas berpindah pasien mengatakan dibantu oleh keluarga, pada pengkajian ambulasi/ ROM (Range of motion) pasien mengatakan mampu menggerakan pergelangan tangan dan pergelangan kaki. Dengan nilai score 3 pada pola aktivitas dan latihan pasien. Dalam teori menurut (Herdman, 2011 : 143), kesulitan membolak-balik posisi, melakukan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan (misal, meningkatkan perhatian pada aktivitas orang lain, mengendalikan perilaku, fokus pada ketunadayaan/aktivitas sebelum sakit), perubahan cara berjalan, keterbatasan rentang pergerakan sendi,pergerakan lambat, pergerakan tidak terkoordinasi, penurunan reaksi, keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan motorik kasar, keterbatasan kemampuan untuk melakukan ketrampilan motorik halus, ketidakstabilan postur. Dalam mendokumentasikan analisa data, pada diagnosa gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik maka dilakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
20
keperawatan. Data yang menurut teori ada dalam kasus nyata adalah kesulitan membolak-balik posisi karena pasien merasakan tidak ada tenaga, lemas, dan masih merasa kaku bagian perutnya. Pasien juga mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehingga pasien bergantung pada keluarganya dalam memenuhi ADL (Activity Daily Living). Diagnosis
keperawatan
menjadi
dasar
bagi
seleksi
intervensi
keperawatan untuk mencapai hasil yang dipertanggungjawabkan oleh perawat. Diagnosis keperawatan adalah penilaian yang dibuat setelah pengumpulan data yang sistematis dan menyeluruh ( Kozier, 2011 : 379) Dari hasil pengkajian yang dilakukan penulis, penulis merumuskan masalah
keperawatan gangguan
mobilitas fisik
berhubungan
dengan
kelemahan fisik. Masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik tersebut lebih diprioritaskan penulis dari beberapa masalah keperawatan yang muncul pada pasien. Alasan penulis memprioritaskan gangguan mobilitas fisik karena dengan mobilisasi maka kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras, maka resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan. Perencanaan adalah proses keperawatan yang penuh pertimbangan dan sistematis yang mencakup pembuatan keputusan dan penyelesaian masalah. Sedangkan intervensi keperawatan adalah setiap tindakan, berdasarkan penilaian klinis dan pengetahuan, yang perawat lakukan untuk meningkatkan hasil pada pasien atau klien (Kozier, 2011 : 398). Penulis memberikan intervensi keperawatan pada pasien dalam diagnosa gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kelemahan fisik
21
yaitu yang pertama kaji pola aktivitas pasien karena pola aktivitas pasien mempengaruhi pilihan intervensi selanjutnya. Kemudian mengobservasi tandatanda vital pasien untuk memberikan informasi tentang derajat keadekuatan perfusi atau sirkulasi dan membantu menentukan kebutuhan intervensi selanjutnya.
Intervensi
yang
ketiga
mengajarkan
pasien
latihan
mobilisasi/gerak untuk mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi atau posisi normal ekstermitas. Dengan mengajarkan pasien mobilitas maka akan merangsang
otot-otot
sehingga
mengurangi
resiko
kekakuan
atau
perenggangan otot dan mempertahankan system saraf, otot dan skeletal harus tetap utuh dan berfungsi dengan baik (Potter & Perry, 2006 : 31). Untuk selanjutnya menganjurkan pasien untuk mengubah posisi agar meningkatkan fungsi pernapasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk mengurangi resiko kerusakan jaringan. Anjurkan keluarga untuk membantu aktivitas pasien agar penyembuhan terjadi aktivitas dibatasi dan ditingkatkan dengan perlahan sesuai dengan intoleransi individu. Kolaborasi dengan fisioterapi untuk strategi atau peralatan khusus mungkin diperlukan untuk meningkatkan kemampuan untuk aktivitas (Doenges, 2000 : 286, 333). Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi keperawatan. Implementasi merupakan proses keperawatan yang bertujuan untuk melaksanakan dan mendelegasikan tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan dan respon klien terhadap tindakan tersebut (Kozier, 2011 : 429).
22
Tindakan keperawatan yang dapat terlaksana karena ketersediaan tenaga medis yang berkompeten, alat yang memadai, dan pasien yang kooperatif saat dilakukan tindakan keperawatan. Kolaborasi dengan fisioterapi tidak dilaksanakan karena dibangsal tersebut tidak bekerjasama dengan fisioterapi untuk melakukan mobilisasi pada pasien, di ruang Kenanga latihan mobilisasi diajarkan oleh perawat. Setelah melakukan tindakan keperawatan selama 3 hari, penulis melakukan implementasi dan mengevaluasi keadaan pasien setiap harinya dan hasilnya pasien dapat melakukan mobilisasi secara bertahap serta tanda-tanda vital pasien dalam keadaan normal. Evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah ketika klien dan profesional kesehatan menentukan kemajuan klien menuju pencapaian tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan. Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi
menentukan
apakah
intervensi
keperawatan
harus
diakhiri,
dilanjutkan, atau diubah (Kozier, 2011 : 432). Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada hari pertama pada tanggal 5 April 2012 pukul 14.00 WIB, hasil evaluasinya adalah intervensi dilanjutkan karena pasien belum mampu menggerakkan tubuhnya, pasien hanya mampu menggerakkan ekstremitasnya fleksi dan ekstensi itupun dengan kondisi pasien yang masih lemas dan pasien mengatakan tidak nyaman serta nyeri pada luka post sectio caesarea. Tindakan keperawatan pada hari kedua tanggal 6 April 2012 pukul 14.00 WIB, hasil evaluasinya adalah teratasi sebagian karena pasien sudah mampu untuk menggerakkan badannya miring kanan dan kiri.
23
Tindakan keperawatan pada hari ketiga tanggal 7 April 2012 pukul 14.00 WIB, hasil evaluasinya adalah intervensi dilanjutkan karena pasien baru bisa duduk dan belum bisa berlatih berjalan.
B. Simpulan dan Saran Setelah penulis melaksanakan Asuhan Keperwatan Pada Ny. M dengan Post Operasi Sectio caesarea Indikasi Disproporsi Sefalo Pelvik dapat disimpulkan : 1. Setelah dilakukan operasi sectio caesarea pasien mengatakan bahwa belum bisa bergerak karena pasien merasakan tidak ada tenaga, lemas, dan masih merasa kaku bagian perutnya. Untuk kebutuhan makan dan berpakaian masih dibantu keluarga. Pasien juga mengatakan belum bisa untuk bergerak, dengan tingkat aktivitas 2. Kebutuhan toileting pasien mengatakan masih dibantu keluarga dan alat (penggunaan kateter), dengan tingkat aktivitas 3. Mobilitas
ditempat
tidur
pasien
mengatakan
pasien
belum
bisa
menggerakkan badannnya, dengan tingkat aktivitas 2. Pada aktifitas berpindah pasien mengatakan dibantu oleh keluarga. Dengan tingkat aktivitas 2. 2. Penulis merumuskan diagnosa keperawatan gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik.
24
3. Intervensi keperawatannya adalah kaji pola aktivitas pasien, observasi TTV (tanda-tanda vital), ajarkan pasien dalam latihan mobilisasi/gerak, anjurkan pasien untuk mengubah posisi, anjurkan keluarga untuk membantu aktivitas pasien. 4. Pada implementasi penulis tidak melakukan semua tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah direncanakan sebelumnya. 5. Maka pada tahap akhir penulis mengevaluasi keadaan pasien setelah tindakan keperawatan dilakukan, hasilnya masalah gangguan mobilitas fisik pasien teratasi sebagian. Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien Post Sectio caesarea Indikasi Disproporsi Sefalo Pelvik, penulis akan memberikan saran dan masukan yang positif khususnya dibidang kesehatan yaitu : 1. Bagi institusi pendidikan, dapat meningkatkan mutu pendidikan yang lebih berkualitas dan profesional sehingga tercipta peserta didik perawat yang profesional, terampil, inovatif dan bermutu sehingga mampu memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan yang berlaku. 2. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat, diharapkan selalu berkoordinasi dengan kesehatan lainnya dan meningkatkan kualitas pelayanan semaksimal mungkin khususnya pada pasien post sectio caesarea. Perawat juga diharapkan dalam melakukan asuhan keperawatan dengan pelayanan secara profesional.
25
3. Bagi institusi pelayanan kesehatan RSUD Kabupaten Karanganyar dapat memberi pelayanan kesehatan dan meningkatkan kinerja dalam memberikan khususnya pada pasien post sectio caesarea. Diharapkan rumah sakit mampu menyediakan fasilitas serta sarana dan prasarana yang mendukung kesembuhan pasien.