perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
STUDI IMPLEMENTASI MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROYEK PEMBANGUNAN HOTEL BROTHERS SOLO BARU PT WIJAYA KARYA BANGUNAN GEDUNG Implementation Study of Occupational Health and Safety Management on Brothers Hotel Solo Baru Development PT Wijaya Karya Building SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh:
GADIS ROSITA SARI NIM I1110026
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Setiap penyakit itu pasti ada obatnya, setiap kesulitan itu pasti ada kemudahan, maka janganlah engkau cepat berputus asa apa yang telah menimpamu saat ini. Mungkin itu akan menjadi kebaikanmu di masa yang akan datang.
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk Ayah, Ibu, Kakakkakak tercinta dan Teman-temanku
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Abstrak Gadis Rosita Sari 2013. ” STUDI IMPLEMENTASI MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROYEK PEMBANGUNAN HOTEL BROTHERS SOLO BARU PT WIJAYA KARYA BANGUNAN GEDUNG”. Skripsi, Jurusan Teknik Sipil fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret. Penerapan prinsip K3 dimaksudkan untuk meminimalkan risiko kecelakaan kerja dalam pelaksanaan konstruksi bangunan gedung. PT Wijaya Karya Bangunan Gedung sebagai kontraktor pembangunan Hotel Brothers belum mengetahui sejauh mana pemahaman para pekerja dengan penerapan K3 tersebut.. Penelitian ini menggunakan pendekatan Safety passport 7 Rules merupakan suatu pendekatan untuk menganalisis sistem keselamatan dan kesehatan kerja dari aspek pekerja dengan cara mengukur pemahaman pekerja (responden) dalam sistem keselamatan dan kesehatan dan kerja yang diterapkan oleh perusahaan.
Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja berdasarkan safety passport 7 rules pekerja (responden) pada rule 1,rule 2, rule 3, rule 4, rule 5 dan rule 7 dengan kategori baik, tetapi pada rule 6 dengan kategori buruk. Faktor yang menyebabkan program keselamatan dan kesehatan kerja menjadi terhambat pada rule 6 yaitu pekerja beranggapan keselamatan bersifat membatasi, keselamatan membutuhkan banyak uang dan keselamatan bukan sesuatu yang harus dikhawatirkan
Kata kunci : Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, safety passport 7 ,
PT Wijaya Karya
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Abstract Gadis Rosita Sari of 2013. "IMPLEMENTATION STUDY OF OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY MANAGEMENT ON BROTHERS HOTEL SOLO BARU DEVELOPMENT PT WIJAYA KARYA BUILDING". Thesis, Department of Civil Engineering, Faculty of Engineering, Sebelas Maret University. The application of the principle of K3 is intended to minimize the risk of accidents in the construction of the building. PT Wijaya Karya Building, as contractors Hotel Brothers do not know the extent of understanding of the workers with the K3 application . This research use approach of Safety passport 7 Rules. It is an approach to analyze the safety and health system of workers by measuring aspects of understanding workers (respondents) in the safety and health system of work that implemented by the company. Implementation of safety and health management systems based on safety passport 7 rules of workers (respondents) in rule 1, rule 2, rule 3, rule 4, rule 5 and rule 7 with good category, but in rule 6 with the bad category. Factors that caused safety and health program to be hampered is in rule 6,because the workers assumed that safety have the hamper characteristic, safety requires a lot of money and safety is not something to be feared.
Key words :
Occupational Health and Safety Management Systems, safety passport 7 Rules, PT Wijaya Karya
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat, aman serta nyaman merupakan hal yang diinginkan oleh semua pekerja. Lingkungan fisik tempat kerja dan lingkungan organisasi merupakan hal yang sangat penting dalam mempengaruhi sosial, mental dan fisik dalam kehidupan pekerja. Kesehatan suatu lingkungan tempat kerja dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap kesehatan pekerja, seperti peningkatan moral pekerja, penurunan absensi dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya, tempat kerja yang kurang sehat dapat meningkatkan angka sakit akibat kerja dan kecelakaan kerja, rendahnya kualitas kesehatan pekerja, meningkatnya biaya kesehatan dan banyak lagi dampak negatif lainnya. Perkembangan di dunia konstruksi semakin meningkat baik jumlah maupun jenisnya, sehingga potensi bahaya akan lebih besar akibat penggunaan peralatan tersebut. Peralatan yang semakin tua dan tidak layak dioperasikan menimbulkan potensi bahaya apabila masih dipergunakan di lapangan. Secara keseluruhan,
konstruksi
bangunan
harus
menerapkan
prinsip-prinsip
manajemen secara lengkap dan utuh, dimana prinsip ini akan mencakup aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3). PT. Wijaya Karya Bangunan Gedung (WIKA Gedung) didirikan pada tanggal 24 Oktober 2008, merupakan perusahaan yang besar dan berpengalaman dalam hal konstruksi bangunan gedung. Saat ini sedang membangun sebuah hotel yaitu Hotel Brothers di daerah Solo Baru. Solo Baru merupakan daerah pengembangan dari wilayah kotamadya Surakarta, namun secara administratif termasuk dalam kabupaten Sukoharjo. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pelaksanaan sudah menerapkan prinsip K3 untuk meminimalisir kecelakaan kerja. Segala kegiatan konstruksi yang sifatnya berbahaya telah dirancang agar dapat meminimalisir risiko kecelakaan, contohnya seperti pada saat melakukan pekerjaan setiap pekerja yang bekerja di lapangan telah diberikan standar APD (alat pelindung diri), safety induction, safety morning talk, safety patrol dan rambu-rambu yang sesuai pada tempatnya. Serta para pekerja telah terjamin akan keselamatannya setiap terjadi kecelakaan yang telah diatur pada PERMENAKER
No.05/Men/1996.
Namun
dengan
adanya
peraturan
pemerintah yang ada dan manajemen yang terstruktur, tidak seluruh pekerja dapat mengerti dengan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di perusahaan, dikarenakan pekerja yang bekerja di proyek sebagian besar tidak terbiasa dengan adanya suatu sistem yang digunakan oleh perusahaan dan pada umumnya pekerja yang bekerja di lingkungan proyek tidak mempunyai pengetahuan
atau
pemahaman
tentang
pentingnya
K3
dan
hanya
mengandalkan keahlian tanpa menghiraukan keselamatannya.
Dengan manajemen yang baik, perusahaan harus bisa mengetahui atau mengukur setiap pekerjanya apakah paham dengan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja yang diterapkan di perusahaan dan tidak hanya memberikan penerapan begitu saja, tanpa melihat apakah pekerja tersebut mengerti atau tidak dengan penerapan itu. Studi ini mengukur pemahaman pekerja dan penerapan sistem keselamatan dan kesehatan kerja yang diterapkan pada perusahaan dengan menganalisis setiap pekerja menggunakan analisis pendekatan
yang belum pernah digunakan pada penelitian
keselamatan dan kesehatan kerja sebelumnya yaitu safety passport 7 rules.
commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja berdasarkan safety passport 7 rules pada Pembangunan Hotel Brothers oleh PT. WIKA Bangunan Gedung (WIKA Gedung) ? 2. Apakah faktor yang menyebabkan program keselamatan dan kesehatan kerja menjadi terhambat? 3. Apa saja usulan perbaikan berdasarkan safety paspport 7 rules untuk meminimalisir risiko kecelakaan kerja pada Pembangunan Hotel Brothers oleh PT. WIKA Bangunan Gedung (WIKA Gedung) ?
1.3. Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi oleh hal – hal sebagai beerikut : 1. Data-data penelitian yang digunakan yaitu pada tahap pekerjaan finishing yang meliputi pekerjaan pasangan bata, pekerjaan plesteran dan pekerjaan acian dengan 2. Data diperoleh dari kuesioner dan wawancara. 3. Jumlah keseluruhan responden 60 orang pada pekerjaan finishing dengan menganalisis setiap pekerja menggunakan pendekatan safety paspport 7 rules 4. Batasan ruang lingkup yang diamati dalam penelitian dengan pembagian kategori sebagai berikut: Jawaban benar 67-100%
: Baik
Jawaban benar 34-66%
: Sedang
Jawaban benar kurang dari 34% : Buruk
commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui penerapan sistem keselamatan dan kesehatan kerja berdasarkan safety passport 7 rules pada Pembangunan Hotel Brothers oleh PT. WIKA Bangunan Gedung (WIKA Gedung). 2. Untuk mengetahui faktor penghambat dalam pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja. 3. Mengetahui usulan perbaikan berdasarkan safety paspport 7 rules untuk meminimalisir risiko kecelakaan kerja pada Pembangunan Hotel Brothers oleh PT. WIKA Bangunan Gedung (WIKA Gedung).
1.5. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Memberikan gambaran pada masyarakat tentang hasil studi pada perusahaan kontraktor PT. WIKA Bangunan Gedung (WIKA Gedung) dalam implementasi program keselamatan dan kesehatan kerja ( K3 ). 2. Memberikan perbaikan pada sistem keselamatan dan kesehatan kerja untuk pekerjanya dengan cara mengukur pemahaman pekerja dalam sistem keselamatan dan kesehatan kerja yang diterapkan oleh perusahaan dengan melakukan analisis dengan pendekatan safety passport 7 rules. Menambah motivasi mahasiswa teknik sipil untuk lebih mempersiapkan diri yang nantinya akan terjun dalam dunia konstruksi sehingga mahasiswa akan peka terhadap beberapa kasus yang akan ditemui dalam proyek konstruksi
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1.6. Kerangka Pikir Kerangka pikir dalam penyusunan skripsi ini digambarkan sebagai berikut:
1. Bagaimana
penerapan
sistem
manajemen
keselamatan
kesehatan kerja berdasarkan safety passport 7 rules .
dan pada
Pembangunan Hotel Brothers oleh PT. WIKA Bangunan Gedung (WIKA Gedung) ? 2. Apakah faktor yang menyebabkan program keselamatan dan kesehatan kerja menjadi terhambat? 3. Apa saja usulan perbaikan berdasarkan safety paspport 7 rules untuk meminimalisir risiko kecelakaan kerja pada Pembangunan Hotel Brothers oleh PT. WIKA Bangunan Gedung (WIKA Gedung)?
Data diperoleh dari proyek pembangunan Hotel Brothers Solo Baru antara lain: 1. Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja 2. Penyebab kurang diterapkannya peraturan keselamatan dan kesehatan kerja
Menilai Kesesuaian faktor – faktor kselamatan dan kesehatan kerja: 1. Penerapan keselamatn dan kesehatan kerja 2. Menganalisis setiap pekerja menggunakan pendekatan safety paspport 7 rules 3. Usulan perbaikan berdasarkan safety paspport 7 rules
commit to user
5
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka Konstruksi termasuk salah satu sektor industri yang mempunyai tingkat risiko kecelakaan tinggi. Salah satu indikatornya dapat dilihat pada angka kecelakaan kerja. Berdasarkan data Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi sektor jasa konstruksi berada pada daftar teratas penyumbang kecelakaan kerja secara nasional. Sebanyak 32% dari seluruh kecelakaan kerja yang mencapai 58.600 kasus pada tahun 2008. Padahal sektor jasa konstruksi hanya memperkerjakan sekitar 4,5 juta orang atau 5% dari jumlah pekerja secara nasional. Selama 2009, terdapat 54.398 kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia. Meski mengalami penurunan dibanding 2008 sebanyak 58.600 dan 2007 sebanyak 83.714, namun angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tinggi
dibanding
negara-negara
lainnya,
khususnya
di
Asia
(depnakertrans.go.id,2010) Pada penelitian Hendra (2012) tentang Studi Kasus Implementasi Program Keselamatan Kerja pada Perusahaan Jasa Kontraktor Konstruksi di Surakarta menunjukakan alasan pentingnya perusahaan kontraktor menerapkan program keselamatan kerja dikarenakan alasan kemanusiaan 26%, alasan ekonomi 25%, alasan nama baik perusahaan 24% dan adanya Undang-undang dan Peraturan yang ada serta dikenai sanksi apabila tidak menjalankan program keselamatan kerja 25%. Pada tahun 1889 dilakukan kongres internasional mengenai pencegahan dan kompensasi ini terbagi atas tiga bagian, pertama masalah teknis, kedua statistik dan administrasi, dan ketiga masalah ekonomi. Hasil kongres yang didapatkan adalah sebuah panitia tetap internasional yang dibentuk pada tahun 1890 yang salah satu tugas khususnya adalah berusaha menemukan dasar commit to user penyusunan statistik kecelakaan internasional. Pada tahun 1891, dibentuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebuah sekretariat dan 600 rekanan koresponden di berbagai negara, dan itu dimaksudkan untuk menjadi kantor kecelakaan industri internasional (International Industries Accident Office). Langkah maju lain dari organisasi pencegahan kecelakaan internasional tampak dengan dibentuknya asosiasi internasional untuk perlindungan hukum pekerja (International association for the legal protection of workers) pada tahun 1898. Dengan bantuan asosiasi ini, dibentuk kantor buruh internasional (International Labour Office). Kerangka peraturan-perundangan (regulatory framework) K3 Indonesia mempunyai lingkup yang luas. Kendati demikian, sampai sekarang masih terus berlanjut perdebatan mengenai apakah kerangka peraturan tersebut cukup memadai untuk melindungi pekerja. ILO mengusulkan supaya UU No.1/1970 tentang Keselamatan Kerja direvisi dan disesuaikan dengan perkembangan terakhir sehingga menjadi Undang-Undang K3 yang dengan lebih jelas mencerminkan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Konvensi ILO No. 155/ 1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Beberapa perkembangan positif telah terjadi di Indonesia sejak dijalankannya misi K3 ILO pada bulan Januari 1995, yang telah menghasilkan suatu laporan lengkap dengan rekomendasi-rekomendasi. Indonesia adalah satu-satunya negara di Asia yang telah secara hukum mewajibkan dilaksanakannya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di perusahaanperusahaan besar. Pelaporan dan penyebarluasan data kecelakaan telah mengalami perbaikan. Suatu tempat penyimpanan informasi K3 Indonesia telah dibentuk dan tersedia untuk umum melalui ASEAN OSHNET (ASEAN OSHNET = Jejaring Kerja di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja antara Negara-Negara ASEAN). Inspeksi atau pengawasan K3 telah didesentralisasikan sejak tahun 1984 sehingga pemerintah provinsi dapat melakukan inspeksi secara independen dan otonom, tanpa dibimbing dan diawasi oleh Pemerintah Pusat secara ketat. Beberapa pihak menyambut commit inisiatiftoini userdengan baik. Tetapi, pihak-pihak
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lainnya memperdebatkan kalau hal tersebut akan membuat inspeksi K3 menjadi terlalu terdesentralisasi sehingga akan mendatangkan lebih banyak kerugian dari pada kemajuan dalam situasi lingkungan kerja Indonesia secara keseluruhan. Diakui oleh banyak unsur ILO bahwa selama krisis ekonomi, langkah penghematan yang pertama-tama ditempuh oleh banyak perusahaan Indonesia adalah mengurangi investasi K3. Dalam perundingan bersama pun, perhatian yang diberikan terhadap masalah K3 masih amat terbatas bila dibandingkan dengan perhatian yang diberikan pada hal-hal yang sering kali menjadi pokok perundingan seperti masalah pengupahan dan pemberian tunjangan kepada karyawan atau masalah lapangan kerja dan pengangguran (Markkanen , 2004). 2.2. Dasar Teori 2.2.1
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pengertian sehat digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan melainkan juga menunjukkan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya, sementara itu pencegahan kecelakaan kerja sangatlah perlu, yang mana merupakan menyangkut semua masalah dan perilaku manusia.
Keselamatan kerja dalam istilah-istilah sehari-hari sering disebut safety, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil budaya dan karyanya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Untuk meyakinkan penerapan K3 pada perusahaan maka pemerintah mensyaratkan setiap perusahaan yang mempekerjakan 100 orang karyawan commit to user atau lebih atau sifat proses atau bahan produksinya mengandung bahaya
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
karena dapat menybabkan kecelakaan kerja berupa ledakan, kebakaran, pencemaran, dan penyakit akibat kerja, diwajibkan menerapkan dan melaksanakan sistem manajemen K3. Perusahaan perlu berpartisipasi aktif dalam masalah K3 dengan menyediakan rencana yang baik, yang dikenal dengan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
Menciptakan tenaga kerja yang produktif, sehat dan berkualitas membutuhkan suatu Sistem Manajemen yang khusus mengatur mengenai K3. Hal ini bertujuan : 1. Sebagai alat untuk mencapai derajad kesehatan tenaga kerja yang setinggitingginya, baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, atau pekerjapekerja bebas. 2. Sebagai upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit dan kecelakaankecelakaan akibat kerja, pemeliharaan, dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja, perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas tenaga manusia dan penglipat ganda kegairahan serta kenikmatan kerja.
Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengkajian, tanggung jawab, prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan dalam pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisiensi dan produktif (Suardi, 2005). Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja terdiri dari beberapa subsistem, yaitu penetapan kebijakan, subsistem perencanaan K3, subsistem pelaksanaan K3, subsistem pengukuran dan evaluasi, serta
subsistem
peninjauan ulang dan perbaikan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja oleh manajemen. Manajemen memiliki kewenangan dalam mengontrol setiap aktivitas kerja. Namun seringkali aktivitas tersebut tidak terkontrol dengan baik. Hal ini commit to user disebabkan oleh:
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Manajemen K3 yang kurang terencana dengan baik 2. Kurang cepat atau kurang mendalamnya standar perencanaan 3. Pelaksanaan standar yang tidak tepat Perencanaan manajemen K3 meliputi: 1. Kepemimpinan dan administrasinya 2. Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja terpadu 3. Pengawasan 4. Analisis pekerjaan dan procedural 5. Penelitian dan analisis pekerjaan 6. Latihan bagi tenaga kerja 7. Penyediaan alat pelindung diri (APD) 8. Peningkatan kesadaran terhadap keselamatan dan kesehatan kerja 9. Sistem pemeriksaan dan pendataan Penerapan sistem manajemen keselataman dan kesehatan kerja dalam Bab III pada pasal 4 Permenaker No. PER05/MEN/1996 maka perusahaan wajib melaksanakan lima prinsip dasar system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yaitu: 1. Menetapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap penerapan SMK3 2. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan K3 3. Menerapkan kebijakan K3 secara efektif dengan mengembangkan kemampuan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan, dan sasaran K3 4. Mengukur secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK3 secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja K3 5. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK3 secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja K3 Pejelasan yang lebih terinci mengenai lima prinsip dasar SMK3 adalah sebagai berikut:
commit to user
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Komitmen dan Kebijakan Perusahaan
perlu
mendefinisikan
kebijakan
K3
serta
menjamin
komitmennya terhadap SMK3, yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah:
a. Kepemimpinan dan komitmen Komitmen sangatlah penting dalam penerapan SMK3 di tempat kerja dari seluruh pihak yang ada di tempat kerja, terutama dari pihak pengurus dan tenaga kerja dan peran serta pihak-pihak lain dalam penerapan ini. Wujud komitmen dalam bentuk: –
Membentuk organisasi-organisasi tempat kerja untuk mendukung terciptanya SMK3
–
Menyediakan anggaran dan personil
–
Melakukan perencanaan K3
–
Melakukan penilaian atas kinerja K3
b. Tinjauan awal K3 Tempat kerja harus melakukan peninjauan awal K3 dengan cara –
Mengidentifikasi kondisi yang ada
–
Mengidentifikasi sumber bahaya
–
Menetapkan pemenuhan pengetahuan dan peraturan perundangan
–
Membandingkan pemenuhan penerapan K3 dengan perusahaan dan sektor lain yang baik
–
Meninjau sebab akibat dari kejadian yang membahayakan
–
Menilai efisiensi dan efektifitas sumber daya
c. Kebijakan K3 Kebijakan K3 dari suatu organisasi merupakan pernyataan yang disebarluaskan kepada umum dan ditandatangai oleh manajemen senior sabagai bukti pernyataan komitmennya dan kehendaknya untuk bertanggung jawab tehadap K3 commit to user
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Perencanaan Perencanaan yang dibuat oleh perusahaan harus efektif dengan memenuhi kebijakan, target dan sasaran K3. Perencanaan tersebut meliputi perencanaan manajemen risiko, pemenuhan dan penyebarluasan peraturan perundangan dan persyaratan lainnya, menetapkan tjuan dan sasaran k3, dan menggunakan indicator kinerja sebagai penilaian kinerja K3. Kegiatan lainnya adalaha menetapkan system pertanggungjawaban dan sasaran untuk pencapaian kebijakan K3, meningkatkan motivasi dan kesadaran semua pihak tentang SMK3, mengadakan pelatihan untuk terus menunjang sistem manajemen yang diterapkan perusahaan.
3. Penerapan dan Operasi Manajemen harus menyediakan sumber daya yang penting untuk penerapan, pengendalian dan peningkatan sistem manajemen. Pada penerapan dan operasi meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Struktur dan tanggung jawab Peranan, tanggung jawab dan kewenangan personil, yang mengatur, melaksanakan dan memeriksa aktivitas yang mempunyai dampak resiko-resiko K3 dalam aktivitas organisasi, fasilitas dan proses harus ditentukan,didokumentasikan dan dikominukasikan untuk pelaksanaan manajemen. Tanggung jawab tertinggi dalam keselamatan dan kesehatan kerja berada pada manajemen puncak. Organisasi harus menunjuk seorang anggota dewan direksi dengan tanggung jawab untuk menerapkan dan melaksanakan persyaratan dengan benar di lokasi dan tempat kegiatan di dalam organisasi. Anggota manajemen yang ditunjuk harus mempunyai peran dan tanggung jawab: –
Menjamin persyaratan SMK3 dibuat, diterapkan dan dipelihara sesuai dengan persyaratan
–
Melaporkan kinerja SMK3 kepada manajemen untuk dikaji dan sebagai dasar peningkatan SMK3 commit to user
11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Pelatihan, kepedulian dan kompetensi Personil
harus
kompeten
untuk
melakukan
tugas-tugas
yang
mempunyai dampak K3 dalam pekerjaan. Kompetensi harus ditentukan sesuai atas dasar pendidikan, pelatihan, dan pengalaman. Perusahaan
harus
membuat
dan
memelihara
prosedur
untuk
memastikan semua karyawan dari setiap fungsi dan tingkat peduli kepada: –
Pentingnya kesesuaian dengan kebijakan dan prosedur K3
–
Konsekuensi K3, yang berpotensi dari kegiatan kinerjanya serta manfaat K3 dari kinerja perorangan
–
Peranan dan tanggung jawabnya dalam mencapai kesesuaian dengan kebijakan dan prosedur K3 dengan
persyaratan SMK3
termasuk persyaratan kesiagaan dan tanggap darurat –
Konsekuensi potensial dari penyimpangan terhadap prosedur operasi ditentukan.
c. Konsultasi dan komunikasi Perusahaan
harus
membuat
dan
memelihara
prosedur
untuk
memastikan informasi K3 yang sesuai dikomunikasikan dari karyawan dan kepada pihak-pihak terkait lainnya. Pengaturan informasi mengenai keterlibatan dan konsultasi harus didokumentasikan dan diberikan kepada pihak-pihak terkait. Untuk itu karyawan harus: –
Terlibat dalam pengembangan dan tujuan kebijakan dan prosedur untuk pengendalian risiko
–
Dikonsultasikan apabila ada perubahan berdampak pada K3
–
Menjadi wakil dalam hal K3
–
Diinformasikan kepada wakil K3 dan wakil manajemen yang dipilih
commit to user
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Dokumentasi Perusahaan harus membuat dan memelihara informasi dalam media cetak maupun elektronik untuk menerangkan inti manajemen dan interaksinya dan memberikan petunjuk dokumentasi yang terkait
e. Pengendalian dokumen dan data Perusahaan
harus
membuat
dan
memelihara
prosedur
untuk
menegndalikan semua dokumen yang disyaratkan oleh peraturan untuk menjamin bahwa: –
Dokumen dapat ditempatkan pada lokasi yang sudah ditentukan
–
Dokumen secara berkala ditinjau, dirubah apabila diperlukan dan disetuji kecekupannya oleh personil yang diberi wewenang
–
Dokumen mutakhir yang relevan tersedia di seluruh lokasi operasi yang penting bagi berfungsinya SMK3 secara efektif
–
Dokumen kadaluarsa segera dimusnahkan dari semua penerbitan dan penggunaan
–
Setiap dokumen kadaluarsa yang disimpan untuk keperluan perundang-undangan
atau
untuk
keperluan
pemeliharaan
pengetahuan diidentifikasi secara tepat
f. Pengendalian operasional Perusahaan harus mengidentifikasi kegiatan yang berkaitan dengan identifikasi risiko, dimana kendali pengukuran perlu dilakukan. Perusahaan
harus
merencanakan
kegoatan
ini
termasuk
pemeliharaanya untuk menjamin bahwa kegiatan ini dilaksanakan pada kondisi tertentu yaitu dengan: –
Membuat dan memelihara prosedur yang terdokumentasi untuk mengatasi situasi ketiadaan prosedur yang dapat menyababkan penyimpangan dari kebijakan dan tujuan K3
–
Menetapkan criteria operasi di dalam prosedur
–
Membuat dan memlihara prosedur yang berkaitan dengan identifikasi risiko commit K3 daritobarang, user peralaatn, dan jasa yang dibeli
13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
oleh perusahaan dan mengkomunikasikan prosedur persyartan yang relevan kepada pemasok dan kontraktor –
Membuat dan memelihara prosedur untuk mendesain tempat kerja, proses, instalasi, mesin, prosedur operasi dan organisasi kerja termasuk adaptasinya terhadap kemampuan manusia untuk menghilangkan atau mengurangi risiko K3
g. Kesiagaan dan tanggap darurat Perusahaan harus membuat dan memelihara rencana dan prosedur untuk mengidentifikasi adanya potensi dan tanggap kepada insiden dan situasi darurat serta mencegah dan mengurangi terjadinya sakit dan luka yang mungkin berkaiatan dengannya. Perusahaan harus meninjau prosedur kesiagaan dan tanggap darurat khususnya sesudah terjadi kecelakaan atau situasi darurat.
4. Pengukuran dan Evaluasi Perusahaan perlu mengukur, memantau, dan mengevaluasi kinerja K3 serta melakukan tindakan prefentif dan korektif. Pemgukuran dan evaluasi ini merupakan alat yang berguna untuk mengetahui keberhasilan penerapan SMK3, melakukan identifikasi untuk tindakan perbaikan dan mengukur, memantau, dan mengevaluasi kinerja SMK3.
Ada 3 kegiatan dalam melakukan pegukuran dan evaluasi yaitu: a. Inspeksi dan pengujian Harus ditetapkan dan dijaga konsistensinya dari prosedur inspeksi, pengujian, dan pemantauan yang berkaiatan dengan kebijkana K3. Prosedur inspeksi, pengujian dan pemantauan meliputi: –
Personil harus kompeten
–
Mencatat inspeksi, pengujian dan pemantauan yang sedang berlangsung
–
Peralatan dan metode yang memadai untuk menjamin dipenuhinya standar K3
commit to user
14
perpustakaan.uns.ac.id
–
Tindakan perbaikan yang harus segera dilakukan
–
Penyelidikan insiden
–
Menganalisis dan meninjau ulang dari hari temuan
digilib.uns.ac.id
b. Audit SMK3 Audit adalah pemeriksaan secara sistematik dan independen untuk menentukan suatu kegiatan dan hasil-hasil yang berkaiatan sesuai dengan pengaturan yang direncanakan dan dilaksanakan secra efektif dan cocok untuk mencapai kebijakan dan tujuan perusahaan.
c. Tindakan perbaikan dan pencegahan Temuan, kesimpulan dan saran-saran yang dicapai dari hasil pemantauan, audit dan tinjauan tentang SMK3 perlu didokumentasikan serta tindakan perbaikan dan pencegahan perlu diterapkan. Manajemen harus menjamin bahwa tindakan perbaiakan dan pencegahan tersebut telah dilaksanakan dan juga terdapat suatu tindak lanjut secara sistematis untuk menjamin efektivitasnya.
5. Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen Perusahaan perlu secara rutin meninjau ulang dan terus menerus menerapkan SMK3 dengan tujuan meningkatkan K3 secara keseluruhan. Tinjauan ulang SMK3 mencakup: a. Evaluasi terhadap penerpan kebijakan K3 b. Tinjauan ualng terhadap tujuan, sasarn, dan kinerja K3 c. Hasil temuan audit SMK3 d. Evaluasi efektivitas penerapan SMK3 dan kebutuhan untuk mengubah SMK3 sesuai dengan: –
Perubahan perundangan
–
Perubahan harapn dan tuntutan dari pihak yang berkepentingan
–
Perubahan dalam produk atau kegiatan perusahaan
–
Perubahan dalam struktur perusahaan
–
Kemajuan dalam ilmu teknologi commit to user
15
perpustakaan.uns.ac.id
2.2.2
–
Pengalaman yang didapat dari insiden K3
–
Umpan balik
–
Tuntutan pasar
–
Pelaporan dan komunikasi
digilib.uns.ac.id
Sertifikasi SMK3
Untuk menjamin pelaksanaan program K3 berjalan dengan baik, maka kalangan industry melakukan sertifikasi tentang penerapan K3 sesuai dengan standar internasional antara ISO dan OHSAS. Pasa saat ini standar SMK3 yang berlaku secara internasional antara lain: 1. BS8800;1996 Guide to Occoputional Health and Safety Management Systems 2. DNV Standar for Certification of Occupational Health and Safety Management Systems (OHSMS):1997 3. Technical Report NPR 5001: 1997 Guide to on occupational health and safety management system 4. Draft LRQA SMS 8800 Health and Safety Management Systems Assessment Criteria 5. SGS & ISMOL ISA 2000:1997 Requirements for Safety and Health Management Systems 6. BVQI Safety Cert: Occupational Safety and Health Management Standard 7. Draft AS/NZ 4801 Occupational Safety and Health Management Specification with guidance for use 8. Draft BSI PAS 088 Occupational Health Safety Management Systems 9. UNE 81900 series of pre-standards on the Prevention of occupational risks 10. Draft NSAI SR 320 Recommendation for Occupational Health and Safety (OH and S) Management System OHSAS atau singakatn dari Occupational Health and Safety Assesment Series, adalah suatu standar internasional untuk menjalankan suatu sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Lingkungan Kerja di perusahaan. commit to user Dimana keuntungan dari penerapan OHSAS 18001 adalah terintegrasi dengan
16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sistem manajemen lain yaitu ISO 9000 ( standarisasi sistem manajemen mutu) dan ISO 14000 (standarisasi sistem manajemen lingkungan), meminimalisasi resiko, meningkatkan performa bisnis dan meningkatkan citra perusahaan. Pada tanggal 1 Juli 2007, telah terbit standar baru OHSAS 18001:2007 yang menggantikan OHSAS 18001:1999. OHSAS mendiskripsikan praktek manajemen yang baik tetapi mengatur bagaimana prosedur dan pengawasan.
2.2.3
Pentingnya Penerapan Program K3
Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting dalam dunia industri untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan nyaman dalam lingkungan kerja. Sistem ini akan membantu meningkatkan hubungan kerja antara pengusaha dan pekerja untuk memudahkan selama proses produksi berjalan. Menurut John Ridley (1986), dalam usaha menciptakan lingkungan kerja yang aman, maka kontraktor perlu asas yang kuat bagi implementasi program keselamatan dan kesehatan kerja, yaitu: 1. Dari segi kemanusianaan, membiarkan terjadinya kecelakaan kerja tanpa berusaha melakukan sesuatu untuk memperbaikinya merupakan suatu tindakan yang tidak manusiawi karena kecelakaan kerja yang terjadi tidak hanya akan menimbulkan penderitaan bagi korban (misalkan kematian, luka/cedera), tetapi juga mengakibatkan penderitaan batin bagi keluarga korban, jika korban menderita cacat atau bahkan hingga meninggal. Maka dari itu, perusahaan kontraktor memiliki kewajiban untuk melindungi pekerjanya dengan cara menyediakan lapangan kerja yang aman melalui program keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Dari segi ekonomi, setiap kecelakaan kerja yang terjadi akan menimbulkan kerugian ekonomi seperti kerusakan mesin, peralatan, material, biaya pengobatan, biaya santunan, dan sebagainya. Oleh karena itu dengan melakukan langkah-langkah pencegahan kecelakaan maka perusahaan kontraktor dapat menghemat biayatoyang commit userharus dikeluarkan.
17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Nama baik perusahaan juga merupakan asas yang kuat bagi implementasi penerapan K3. Perusahaan kontraktor yang memiliki citra baik dalam keselamatan kerja dapat mempengaruhi kemampuan untuk bersain dengan perusahaan lain. Menurut Barri dan Paulson (1984), tercapainya citra baik suatu perusahaan sangat didudkung oleh prestasi kerja perusahaan tersebut. Jadi, apabila suatu perusahaan tercatat memiliki angka kecelakaan kerja rendah, maka perusahaan tersebut menjadi sangat kompetitif dalam hal persaingan tender.
4. Undang-Undang dan Peraturan yang berlaku, yang artinya Pemerintah mengeluarkan regulasi berupa Undang-Undang dan Peraturan menteri Tenaga Kerja yang mewajibkan para kontraktor untuk menyediakan suatu lapangan pekerjaan yang memenuhi syarat keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja.
2.2.4
Hambatan Implementasi Program K3
Dalam beberapa kasus implementasi K3 sering tidak dapat berjalan dengan efektif. Menurut Ruskiawan (2009), faktor yang dapat menghambat penerapan K3 dalam proyek, antara lain: 1. Belum adanya kepedulian dalam penerapan K3 pada proyek konstruksi bangunan, baik dari pihak manajemen dan tenaga kerja (dalam proyek pembangunan). 2. Belum ada acuan peraturan atau pedoman untuk penetapan anggaran biaya K3 di konstruksi. 3. Korban kecelakaan dibidang konstruksi bangunan pada umumnya adalah tenaga harian lepas, sehingga kurang terkontrol oleh perusahaan. Menurut Ratna dan Hardy (1997), hambatan yang dihadapi oleh kontraktor untuk mengimplementasikan program keselamatan kerja, yaitu : 1. Kurangnya tingkat pendidikan dan pengetahuan pekerja karena pendidikan yang rendah/hanya tamat SD commit to user
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Kurangnya kesadaran pekerja akan keselamatan kerja 3. Kurangnya kedisiplinan pekerja terhadap keselamatan kerja misalkan kedapatan tidak memakai helm pada saat bekerja 4. Kurang membudayakan tentang keselamatan kerja pada para pekerja 5. Bahasa komunikasi antar atasan dan pekerja yang terkadang berbeda asal daerahnya, misalkan pekerja berasal dari sunda sedangkan atasan berasal dari jawa.
2.2.5
Istilah-istilah Umum dalam K3
Beberapa istilah yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagi berikut (Ariyanto, 2008) 1. Bahaya Adalah sumber atau situasi yang mengandung potensi sehingga dapat menimbulkan cidera atau sakit, kerusakan harta benda atau lingkungan dan juga gabungan dari semuanya. 2. Identifikasi bahaya Adalah proses untuk mengenal bahaya yang ada dan mengidentifikasikan karakteristiknya. 3. Risiko Adalah kombinasi dari frekuensi, kemungkinan terjadi, dan akibat yang ditimbulkan dari suatu kejadian yang berbahaya atau dapat juga dikatakan sebagai kondisi terdapat kemungkinan akan timbulnya kecelakaan atau penyakit akibat kerja karena adanya suatu bahaya. 4. Identifikasi Insiden Adalah setiap kejadian yang tidak direncanakan yang dapat mengarah pada kecelakaan atau berpotensi menyebabkan kecelakaan. 5. Kecelakaan Adalah kejadian yang tidak direncanakan yang dapat menyebabkan kematian, sakit akibat kerja, cedera, kerusakan, dan kerugian lain. 6. Sakit akibat kerja Adalah sakit yang dianggap ditimbulkan atau bahkan diperburuk oleh commit to user kegiatan kerja yang dilakukan seseorang atau lingkungannya.
19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Keselamatan Adalah keadaan dimana risiko yang menimbulkan kerusakanan baik terhadap manusia maupun harta benda dibatasi pada tingkat yang dapat diterima atau kebebasan dari risiko yang tidak dapat diterima dari keadaan yang dapat membahayakan. 8. Kebijakan K3 Adalah pernyataan yang dibuat oleh organisasi dan di dalamnya mencakup maksud prinsip-prinsip yang berhubungan dengan keseluruhan kinerja K3 serta memberikan kerangka kerja untuk bertindak dan menetapkan sasarn target K3. Pencegahan kecelakaan adalah ilmu dan seni, karena menyangkut masalah sikap dan perilaku manusia, pada masalah teknis seperti peralatan dan mesin serta masalah lingkungan (Zayadi, 1979). Sebelum melakukan usaha pencegahan kecelakaan rangkaian kejadian dan faktor penyebab kejadian kecelakaan harus dapat diidentifikasi, agar dapat menentukan faktor penyebab terjadinya kecelakaan. Rangkaian atau deretan faktor-faktor penyebab kejadian kecelakaan menurut Frank Bird’s Jr. (1980) : 1. Lemahnya dalam pengawasan oleh manajemen (Lack of control management). Pengawasan bisa diartikan sebagaimana fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisaian kepemimpinan (pelaksana) dan pengawasan. Partisipasi aktif manajemen sangat menentukan keberhasilan usaha pencegahan kecelakaan, Seseorang pimpinan unit disamping memahami program pencegahan kecelakaan, memahami standard, mencapai
standard,
mengukur
dan
mengevaluasi
performance
bawahannya. 2. Sebab dasar Pada hakikatnya ini merupakan sebab yang paling mendasar terhadap kejadian kecelakaan yang meliputi: a. Kebijaksanaan dan keputusan manajemen b. Faktor manusia atau pribadi, commitmisalnya: to user
20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- Kurang pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman - Tidak adanya motivasi - Masalah fisik dan mental c. Faktor Lingkungan atau pekerjaan, misalnya: - Kurang atau tidak adanya standar - Desain dan pemeliharaan yang kurang memadai - Pemakaian yang abnormal 3. Sebab yang merupakan gejala (symptom) Ini disebabkan masih adanya substandard practices and conditions yang mengakibatkan terjadinya keselamatan. Dalam hal ini kita kenal dengan tindakan tidak aman. 4. Kecelakaan Jadi ketiga urutan di atas tercipta, maka besar atau kecilnya akan timbul peristiwa atau kejadian yang tidak diinginkan dan tidak direncanakan yang dapat mengakibatkan kerugian dalam bentuk cedera dan kerusakan akibat kontak dengan sumber energi yang melebihi nilai ambang batas badan dan struktur. Status kesehatan seseorang, menurut Blum (1981), ditentukan oleh empat faktor yaitu: 1. Lingkungan,
berupa
(organic/anorganik,
lingkungan
logam
berat,
fisik debu),
(alami,buatan) biologi
(virus,
kimia bakteri,
mikroorganisme) dan social budaya (ekonomi, pendidikan, pekerjaan). 2. Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan, dan tingkah laku. 3. Pelayanan kesehatan: promotif, perawatan, pengobatan, pencegahan kecacatan, rehabilitasi. 4. Genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.
2.2.6
Metode-Metode yang berkaitan dengan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja
Dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja terdapat sebuah metode atau standar yang digunakan oleh beberapa perusahaan, standar commit to user tersebut digunakan sebagai acuan sebuah perusahaan untuk mengelola sistem
21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Di India dan Malaysia peraturan K3 yang dibuat dalam istilah umum hanya menyebutkan bahwa pengusaha bertanggung jawab dalam mengelola K3, sedangkan di Australia telah melakukan kesepakatan normal untuk membuat sebuah organisasi dunia yang dikenal dengan The Joint Accreditation System Of Australia And New Zealand (JAS-NZ). Cina dan Thailand membuat sebuah standar Sistem Manajemen K3 yang dikenal dengan OHSMS Trial Standard dan TIS 18001 series. Standar keselamatan dan kesehatan kerja yang terdapat di Indonesia ialah OHSAS 18001:1999 dan Permenaker/ 05/MEN/1996 (Suardi, 2005). Metode yang dibahas dalam sistem keselamatan dan kesehatan kerja yang terdapat di Indonesia yaitu: 1. OHSAS 18001:1999, 2. Permenaker/ 05/MEN/1996. OHSAS 18001 yang sekarang kita kenal memiliki struktur yang mirip dengan ISO 14001:1966. Dengan demikian OHSAS 18001 lebih mudah di intergrasikan dengan ISO 14000, walau dapat juga diintergrasikan dengan ISO 9000. Indonesia sendiri juga telah mengembangkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sejenis yang dikenal Permenaker 05/Men/1996. Berbeda dengan dengan OHSAS 18001 yang sistem auditnya hampir sama dengan ISO 14000 atau ISO 9000 yang diaudit oleh badan sertifikasi manapun, maka khusus Permenaker 05/Men/1996 yang merupakan penilaian-penilaian kinerja hanya bisa diaudit oleh Sucofindo. Perbedaan lain dari OHSAS 18001 dan Permenaker 05/Men/1996 adalah Permenaker 05/Men/1996 memiliki pembagian jumlah/jenis elemen untuk jenis perusahaan yang tergantung pada besar kecilnya perusahaan yang bersangkutan. Sedangkan persyaratan OHSAS 18001 berlaku untuk semua jenis organisasi tanpa memperlihatkan besar kecilnya perusahaan itu. Penerapan Permenaker 05/Men/1996 dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu: 1. Perusahaan kecil atau perusahaan dengan tingkat resiko rendah commit to user 2. Perusahaan sedang atau perusahaan dengan tingkat resiko menengah
22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Perusahaan besar atau perusahaan dengan tingkat resiko tinggi. Penerapan OHSAS 18001 sesuai untuk berbagai organisasi yang berkeinginan untuk: 1. Membuat sebuah Sistem Manajemen K3 yang berguna untuk mengurangi atau menghilangkan tingkat risiko yang menimpa karyawan atau pihak terkait yang terkena dampak aktivitas organisasi. 2. Menerapkan, memelihara, dan melakukan perbaikan berkelanjutan sebuah SMK3. 3. Melakukan sertifikasi atau melakukan penilaian sendiri.
Walaupun OHSAS 18001 dan PERMENAKER 05/Men/1996 memiliki sistem penilaian yang berbeda akan tetapi sistem penerapan, dokumentasi dan tujuannya memiliki kesamaan. Beberapa perusahaan di Indonesia mencoba mengintegrasikan
penerapan
OHSAS
18001
dan
PERMENAKER
05/Men/1996 sekaligus.
Hal yang harus diingat baik terhadap OHSAS 18001 ataupun PERMENAKER 05/Men/1996 bukan standar kualitas produk atau jasa yang dijual, akan tetapi sebuah sistem manajemen yang mengatur bagaimana K3 diterapkan pada aktifitas-aktifitas perusahaan. Jadi penerapan OHSAS merupakan suatu terapan yang cakupannya bersifat makro (luas) bukan bersifat mikro (sempit) (Suardi, 2005).
Perusahaan perlu berpartisipasi aktif dalam masalah K3 dengan menyediakan rencana yang baik, sebagaimana didefinisikan dalam peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi yang mana sistem manajemen secara keseluruhan meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan
prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan dalam pengembangan, diterapkan, mencapai, serta mengkaji dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja untuk pengendalian risiko kerja guna tercapainya tempat kerja yang safety, terkontrol, dan produktif selama pekerjaan berlangsung. commit to user
23
perpustakaan.uns.ac.id
2.2.7
digilib.uns.ac.id
Analisa Kecelakaan Kerja
Analisa kecelakaan kerja dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi, menetukan penyebab kecelakaan, mengukur resiko kecelakaan, menentukan kecenderungan kecelakaan serta mengembangkan pengawasan yang harus dilakukan. Analisis ini sangat diperlukan sehingga kecelakaan yang sama tidak terulang kembali. Kecelakaan yang perlu dianalisis : 1. Setiap kecelakaan, baik yang membawa kerugian maupun tidak membawa kerugian 2. Keadaan nyaris celaka (near miss) Di Indonesia setiap terjadi kecelakaan kerja wajib melapor kepada departemen tenaga kerja selambat-lambatnya 2 (dua) kali 24 jam setelah kejadian tersebut terjadi. Ada dua undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja dan undang-undang No.3 tahun 1992 tentang jaminan social tenaga kerja. Kecelakaan kerja yang wajib dilaporkan adalah kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja maupun kecelakaan dalam perjalanan yang terkait dengan hubungan kerja. Tujuan dari kewajiban melaporkan kecelakaan kerja adalah : 1. Agar pekerjaan yang bersangkutan mendapatkan haknya dalam bentuk jaminan dsn tunjangan. 2. Agar dapat dilakukan penyelidikan dan penelitian serta analisa untuk mencegah terulangnya kecelakaan kerja serupa. Laporan kecelakaan kerja umumnya ringkasan dan mengikuti bentuk atau formulir tertentu yang
menggambarkan
kejadian
kecelakaan
tersebut
disertai
rekomendasi langkah pencegahan. Laporan kejadian disertai suatu analiss terhadap faktor kondisi yang membahayakan. Mengingat bahwa kecelakaan kerja maupun disfungsi sistem unit, dengan demikian objek analisis tidak hanya unsure manusia atau pekerja lingkungan, namun harus menelusuri kembali kejadian kecelakaan commit to user (Near accidenta or accident). Analisa kejadian kecelakaan kerja
24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
merupakan kilas balik langkah demi langkah sesudah terjadinya kecelakaan (Depnakertrans, 1994). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam analisis kecelakaan kerja menurut departemen tenaga kerja dan transmigrasi: 1. Tujuan analisis Analisis kecelakaan kerja yang efektif harus dapat: a. Menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi b. Menetukan sebab yang sebenarnya c. Mengukur resiko d. Mengembangkan tindakan control e. Menetukan kecenderungan (trend) f. Menunjukan peran serta 2. Hal yang dianalisis a. Setiap kcelakaan yang terjadi, termasuk yang tidak membawa kerugian b. Setiap kcelakaan yang membawa kerugian c. Keadaan celaka dan keadaan hampir celaka 3. Petugas Analisis a. Petugas yang berwenang dan mempunyai kemampuan dan keahlian untuk tugas tersebut b. Pengawasan kerja langsung (line supervisor) c. Dapat dilakukan oleh manajemen madya 4. Langkah-langkah analisis a. Tanggap terhadap keadaan darurat dengan cepat dan positif segera ambil langkah pengamanan dan pengendalian ditempat kerja b. Kumpulan informasi yang terkait c. Analisa semua fakta penting d. Mengembangkan dan mengambil tindakan perbaikan e. Membuat laporan analisis Menganalisis kecelakaan kerja dengan mengumpulkan informasi sehingga commit to user dapat menerapkan dengan jelas dan runtutan kejadian kecelakaan secara tepat,
25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jelas dan objektif menyusun sejumlah fakta yang mendahului (antesennden) kecelakaan tanpa interpretasi atau menyatakan pendapat pribadi (NSC, 1980). Ada 2 hal karakteristik anteseden, yaitu: 1. Antesenden tidak tetap, hanya terjadi sekali-kali atau tidak tetap. 2. Antesenden tetap, merupakan penyebab penting dengan atau antesenden tidak tetap. Mengumpulkan informasi ditempat kejadian segera setelah terjadi kecelakaan. Penyidikan dan analisis sebaiknya dilakukan oleh petugas yang terlatih atau petugas yang telah mengenal dengan baik tempat kerja tersebut. Informasi diperoleh dari korban, saksi mata, teman kerja, pengawas kerja dan lain-lain. Informasi dapat dilengkapi dengan laporan teknis untuk mendukung analisis. Analisis kecelakaan kerja di atas merupakan usaha mencari penyebab kecelakaan, mencegah kecelakaan serupa, juga sangat diperlukan dalam sistem statistik kecelakaan (Suma’mur, 1989). Oleh karena itu menulis laporan analisis kecelakaan harus dapat menggambarkan hal-hal sebagai berikut: 1. Bentuk kecelakaan, tipe cedera pada tubuh 2. Anggota badan yang cedera akibat kecelakaan 3. Sumber cedera misalnya objek, pemaparan cedera 4. Tipe kecelakaan, peristiwa yang menyebabkan cedera 5. Kondisi berbahaya, kondisi fisik yang menyebabkan kecelakaan 6. Sub penyebab kecelakaan, bagian khusus dari mesin, atau peralatan yang berbahaya 7. Perbuatan tidak aman, sesuatu perbuatan atau tindakan yang menyimpang dari prosedur aman Menyusun semua analisa secara sistematis, mengumpulkan data, mencatat untuk mendorong pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja yang lebih baik.
commit to user
26
perpustakaan.uns.ac.id
2.2.8
digilib.uns.ac.id
Safety Passport 7 Rules
Safety passport merupakan sebuah dasar seseorang dapat terjun/menjalankan sebuah sistem keselamatan dan kesehatan kerja dan langkah-laangkah yang harus diperhatikan dalam sebuah pekerjaan, baik dari segi karyawan, produk, waktu yang dapat merugikan perusahaan (Seminar Balai K3,2010)
Kegunaan dari safety passport itu sendiri, yaitu: 1. Cara mengetahui atau mengidentifikasi bahwa seorang pekerja layak. 2. Pengganti untuk penilaian risiko.
Adapun manfaat dan keuntungan dalam safety passport, yaitu: 1. Dapat membantu mengurangi kecelakaan dan sakit akibat bekerja. 2. Dapat membantu melihat dampak yang signifikan dan mengurangi, meminimalkan dan kontribusi terhadap lingkungan. 3. Dapat menghemat waktu dan biaya. 4. Dapat membantu perusahaan dalam memperkerjakan seorang karyawan.
Disamping
itu
juga
safety
passport
mempunyai
alat
yang
dapat
mengindentifikasi dan atau yang dapat membantu sebuah perusahaan atau instansi dalam meminimalkan risiko kerja yaitu dengan safety passport 7 rules. Safety passport 7 rules merupakan sebuah alat untuk menganalisis sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dari aspek setiap pekerja. Safety passport 7 rules dapat juga disebut sebagai manajemen risiko yang mampu mengidentifikasi, mengevaluasi dan memilih prioritas risiko dan mengendalikan risiko dengan melakukan pendekatan pada pekerja atau karyawan.
Kelebihan dari safety passport 7 rules, yaitu: 1. Sistem keselamatan dan kesehatan kerjanya hanya pada aspek pekerja/ pegawai, 2. Penggunaan dan atau implementasinya lebih cocok kepada perusahaan commit to user konstruksi.
27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kekurangan dari safety passport 7 rules, yaitu: 1. Hasil yang didapat dalam proses pengolahan data tidak akurat, 2. Tidak dapat diterapkan pada proses perakitan (assembly).
SPIE (Security Profesionals Information Exchange) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang bisnis salah satunya pada dunia konstruksi. Dengan hampir 400 lokasi di 30 negara dan 29.000 karyawan, SPIE menyediakan layanan dan solusi teknis efisien yang merespon pelanggan sekarang, dan masa depan, baik lokal maupun internasional. Prinsip dari SPIE itu sendiri “ambisi bersama” yaitu menciptakan bisnis yang berkelanjutan dalam pelayanan dunia yang berkelanjutan. Dalam penyelesaian dalam melakukan proyek, SPIE mempunyai sepuluh prinsip panduan, keyakinan, dan terlibat Group pendekatan terstruktur, diantaranya: -
Perilaku etika
-
Perlindungan lingkungan
-
Pengawasan kesehatan dan keselamatan
-
Menghormati karyawan
-
Pelatihan dan investasi
-
Mempertimbangkan keragaman
-
Lokal komitmen
-
Fokus pelanggan
-
Rasa tanggung jawab
-
Manajemen resiko
Dibawah ini merupakan 7 aturan SPIE yang dapat digunakan dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Menjalankan setiap perubahan suatu perilaku dengan menggunakan “7 aturan”, diantaranya: 1. Saya harus mencari keadaan tempat yang berpotensi bahaya. Bahaya, risiko, keadaan bahaya/ waspada/ bunyi/ jalan bahaya/ ergonomi/ pemeliharaan-daya angkat/ ruang tertutup/ zat berbahaya/ api/ bahaya commit to user
28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
listrik/ membatasi tempat/ pelindung dada/ bekerja diketinggian/ penggunaan peralatan. 2. Saya harus berpikir sebelum melakukan tindakan. 3. Saya harus melindungi diri dengan menggunakan PPE (Personal Protect Equipment). 4. Saya harus mengikuti aturan dan prosedur. 5. Menjaga kebersihan lingkungan kerja. 6. Saya harus menolak ide-ide lama. 7. Saya harus segera bertindak dan menginformasikan kepada atasan saya.
1. Saya harus mencari keadaan tempat yang berpotensi bahaya. Sudahkah Supervisor menunjukan kepada anda break-down dari risiko tempat kerja dan risiko yang saat ini ada ditempat kerja?
·
Bahaya, risiko, situasi bahaya
Gambar 2.1 Peristiwa Timbulnya Bahaya Selalu waspada terhadap bahaya dan berhati-hatilah terhadap situasi yang disebut “tidak penting” atau “normal”.
commit to user
29
perpustakaan.uns.ac.id
·
digilib.uns.ac.id
Kewaspadaan Ingat, beberapa daftar di bawah ini yang biasanya menurunkan kewaspadaan
anda: •
Perceraian
•
Kematian dari seorang temen atau kerabat
•
Kekhawatiran
•
Berita baik
•
Penyakit
•
Perbedaan pendapat
•
Konsumsi obat-obatan, narkoba dan alkohol.
Apakah sebelumnya kamu pernah mengatakan atau memikirkan? □ Saya baru saja mendapatkan berita buruk □ Saya lelah, punggung saya terluka, saya tidak dapat melihat dengan baik □ Saya telah memberi tahu mereka mengenai ini, tapi tidak ada perubahan □ Saya tidak terlalu mengerti, tapi saya tidak mau bertanya kembali □ Beginilah kita selalu bekerja, saya tidak melihat alasan yang tepat kenapa saya harus merubah cara kerja saya □ Saya melakukan ini semua untuk menghemat waktu, walaupun saya mengetahui ini tidak boleh dilakukan □ Saya tidak tidur dengan baik tadi malam Jika kamu menemukan diri kamu mengatakan salah satu dari pertanyaan diatas, maka kamu telah mengambil risiko. ·
Kebiasaan
Apakah sebelumnya kamu pernah mengatakan atau memikirkan? □ Saya kira itu sudah dimatikan □ Saya kira pelindung yang saya pakai sudah digunakan dengan baik, saya selalu melakukan itu seperti biasanya □ Saya melakukan itu setiap waktu, tidak seorang pun yang mengomentari apa yang saya kerjakan □ Saya melakukan itu tanpa berpikir commit to user
30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tetaplah waspada sehingga tidak ada satu risiko pun yang luput dari perhatian kamu ·
Kebisingan
Anda dan kebisingan : □ Apakah saya ingat untuk mematikan mesin yang sudah tidak digunakan? □ Apakah saya menggunakan pengaman untuk kebisingan yang saya buat dan atau kebisingan yang ada dilingkungan saya? □ Apakah saya mengetahui seberapa besar kebisingan yang dibuat oleh peralatan saya? ·
Risiko di jalan
Mengemudi dengan baik …Bersikap dengan baik □ Apakah saya menggunakan sabuk pengaman saya, walaupun dalam perjalanan singkat? □ Apakah saya menggunakan telepon pada saat mengemudi? □ Apakah saya mematuhi batas kecepatan, jarak berhenti, dan rambu lalu lintas? □ Apakah saya selalu parkir pada tempatnya, walaupun itu artinya saya harus berjalan ke tempat tujuan? □ Apakah saya menaruh perhatian terhadap blind spots (titik buta)? □ Apakah saya mengetahui berapa beban yang dibawa oleh kendaraan saya? □ Kapan terakhir kali saya merapikan dan mencuci kendaraan saya? □ Apakah saya pernah kembali ke kantor SPIE karena saya lupa terhadap sesuatu? □ Sudahkan tekanan ban saya diperiksa secara rutin? □ Apakah beban yang saya bawa selalu aman? □ Apakah saya selalu membawa material yang berbahaya atau botol gas?
commit to user
31
perpustakaan.uns.ac.id
·
digilib.uns.ac.id
Ergonomi
Gambar 2.2 Posisi Penggangkatan (sumber: www.SPIE.com) ·
Penanganan
Anda dan penanganan □ Apakah saya mengetahui aturan pengakatan barang dan saya melakukannya dengan benar? □ Apakah tali pengaman dalam kondisi baik? □ Apakah truk forklift dan truk derek telah memenuhi standard dan telah diperiksa? □ Sudahkan tali, rantai, kait, dan yang lainnya telah diperiksa? □ Sudahkan prosedur pengikatan diperiksa secara sistematis? □ Apakah saya selalu menggunakan helm dan sarung tangan? ·
Ruang tertutup
Apakah anda sedang menuju ke arah yang benar? □ Apakah saya selalu merapikan tempat kerja saya? □ Apakah saya selalu mengikuti peraturan yang telah ditentukan? □ Apakah saya menggunakan sepatu pengaman? □ Apakah saya pernah terburu-buru dalam menuruni tangga dengan membawa barang banyak? □ Apakah saya harus berpengang pada pengangan tangan saat menggunakan tangga? □ Apakah jalur yang ada selalu dibersihkan secara teratur? □ Apakah saya secara otomatis selalu berpikir untuk membersihkan segala sesuatu commit to user yang dapat menyebabkan bencana? 32
perpustakaan.uns.ac.id
·
digilib.uns.ac.id
Zat berbahaya
Jika kecelakaan terjadi. – Jika zat tertelan atau terhirup •
Yang utama, jangan memberikan minuman pada seseorang atau memberikan produk yang dapat menyebabkan muntah saat produk itu diminum
– Seandainya terjadi kontak dengan kulit •
Segera bilas bagian yang terkena dampak dengan air dalam jumlah yang
besar •
Lepaskan pakaian yang terkena kontak dengan produk
Anda dan produk □ Apakah saya selalu membaca aturan pakai sebelum menggunakan produk kimia? □ Apakah saya mengetahui produk yang saya gunakan? ·
Api
Gambar 2.3 Tiga Elemen Api (sumber: www.SPIE.com)
Jangan bermain dengan api! □ Apakah dibutuhkan izin terlebih dahulu apabila anda akan bermain dengan api? □ Apakah saya harus melihat disekeliling saya sebelum melakukan pengelasan? □ Sudahkan saya memeriksa tempat percikan api mendarat?
commit to user
33
perpustakaan.uns.ac.id
·
digilib.uns.ac.id
Bahaya listrik
Listrik: banyak tak terlihat.. □ Apakah saya mempunyai otorisasi yang benar untuk pekerjaan yang saya lakukan? □ Apakah peralatan listrik yang saya gunakan dalam kondisi baik? □ Saat mematikan peralatan, apakah saya menarik steker atau kabelnya? □ Apakah saya berhati-hati terhadap instalasi yang sudah lama? ·
Ruang khusus
Tanyakan kepada diri anda mengenai hal – hal di bawah ini: □ Siapa yang memberitahukan isu kepada saya mengenai izin untuk memasuki ruang khusus? Klien anda? Manajer anda? □ Siapa yang mengukur kadar oxygen? □ Apakah alat pengukur tersebut dapat diandalkan? □ Apakah saya mengetahui gejala keracunan carbon monoxide? Ingat : jika anda mengalami, sakit kepala, mual atau pusing, segera keluar dari ruangan tersebut. ·
Penggalian Tanyakan kepada diri anda mengenai hal – hal di bawah ini:
□ Apakah saya bekerja didekat jaringan listrik atau saluran air? □Perlukah
saya
mengganti
lapisan
tanah
atas
ketika
saya
selesai
mengerjakaannya? □ Apakah ada akses (jalan) menuju galian tersebut? ·
Bekerja diketinggian
□ Pernahkan saya berimprovisasi saat bekerja diatas ketinggian? □ Apakah tangga selalu diposisikan dengan baik dan mempunyai penahan yang baik? □ Pada saat saya menurunin tangga, apakah saya selalu melihat anak tangga? □ Apakah saya menepatkan tangga dengan keadaan stabil? commit to user
34
perpustakaan.uns.ac.id
·
digilib.uns.ac.id
Penggunaan alat
Pernahkah saya? □ Memegang alat dengan satu tangan yang seharusnya dipegang oleh dua tangan? □ Melakukan perbaikan cepat pada peralatan listrik? □ Menghadapi alat ketika sedang berjalan? □ Menempatkan lengan saya dekat dengan peralatan? □ Melewati fitur keamanan? □ Menggunakan peralatan yang belum diperiksa?
2. Saya harus berpikir sebelum melakukan tindakan -
Mengeliminasi atau mengurangi resiko
-
Yakinkan kamu berfikir dan menggunakan akal sehat kamu untuk menghindari kecelakaan.
-
Pikir di depan: menempatkan barang yang dibutuhkan sebelum melakukan sesuatu.
-
Tinjau kembali situasi kapan faktor baru sedang digunakan.
-
Memelihara suatu pemikiran kritis untuk membedakan antara praktek baik dan kebiasaan kurang baik.
-
Pikirkan secara berulang kali apa yang sedang kamu kerjakan dipikiran kamu, walaupun tugas tersebut sudah dilakukan setiap hari.
-
Jangan menjalankan “auto-pilot ” Tanyakan pada diri anda:
□ Dimana saya bekerja? □ Apakah saya bekerja sendirian/ berkelompok? □ Apakah saya bekerja ditempat ketinggian? □ Bagaimana saya melakukan pekerjaan saya? □ Apakah saya harus bertanya jika saya tidak mengerti bagaimana cara mengerjakannya/ bekerjanya? □ Surat izin apa yang diperlukan? □ Apakah saya mempunyai kekuasaan yang benar? □ Apakah saya harus meminta balasan atas surat izin yang diperlukan? □ Risiko apa yang ada untuk diri sendiri? commit to user
35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
□ Risiko apa yang ada untuk orang lain? □ Risiko apa yang ada untuk lingkungan? □ Alat apa yang digunakan disana? □ Apa mereka mengikuti standar? □ Dimana penempatan alat tersebut? □ Pelindung diri apa yang digunakan disana? -
Pada saat datang Supervisor anda harus menunjukan kepada anda keadaan tempat bekerja. Jangan ragu-ragu untuk menanyakan sesuatu yang kamu butuhkan sebelum mulai untuk bekerja.
-
Waktu bekerja Tetap waspada, khususnya pada pekerjaan yang berulang Beritahukan
kepada
supervisior
jika
kamu
berpikir
apapun
dapat
menyebabkan bahaya. -
Pada akhir pekerjaan Bersihkan tempat kerja anda dan sampaikan informasi penting kepada yang bekerja setelah anda.
3. Saya harus melindungi diri dengan menggunakan PPE (Personal Protect Equipment) -
Utamakan penggunaan pelindung bersama first and foremost tapi ingat itu tidak selalu mencukupi
-
Pakailah PPE yang tepat/baik, mereka disediakan untuk melindungi kamu dari bahaya.
-
PPE yang tidak sesuai atau tidak tepat dipakai tidak berguna.
commit to user
36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.4 Alat Pelindung Diri (APD) (sumber: www.SPIE.com)
Personal Protect Equipment (Alat Pelindung Diri) □ Apakah saya sudah tepat menggunakan PPE? □ Sudahkah saya diberitahu mengenai PPE yang harus saya pakai? □ Apakah PPE yang saya gunakan layak digunakan?
4. Saya harus mengikuti aturan dan prosedur Definisi prosedur: -
Urutan dari operasi
-
Cara yang benar untuk melakukan sesuatu
-
Metodologi yang digunakan Jika kamu tidak mengikuti aturan dan tetap melakukan aktivitas terlarang, kecelakaan akan terjadi Setiap aturan dibuat karena ada alasan:
1. Jika anda berpikir kalau aturan tersebut harus dikembangkan, beritahu supervisor anda 2. Kunci dan beri label, menghilangkan energi, yang berhubungan dengan bahaya Aturan dan prosedur: □ Apakah saya sudah mengikuti aturan yang ada? □ Apakah peraturan yang dibuat saya sudah mengerti?
commit to user
37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Menjaga kebersihan lingkungan kerja Anda dan organisasi tempat kerja □ Apakah saya pernah meninggalkan peralatan kerja saya berserakan dimana saja? □ Apakah tempat kerja saya rapi? □ Apakah sampah yang berserakan sudah dibersihkan? □ Kapan terakhir kali saya membersihkan area tempat kerja saya? Apakah saya melakukan ini secara teratur? Yang dilakukan SPIE • Adopsi sikap yang bertanggung jawab (hemat energi, air, dll) • Pisahkan sampah anda –
Ikuti pola pemisahan sampah di tempat anda
–
Selalu pisahkan sampah yang berbahaya (peralatan elektronik, filter, pengemasan, produk berbahaya yang sudah kosong) dari sampah yang tidak berbahaya (sampah rumah tangga, box, besi tua, dll)
Yang tidak dilakukan SPIE •
Membakar sampah
•
Membuang sampah dimana saja (kayu, di galian, di got)
6. Saya harus menolak ide-ide lama Apakah anda pernah berkata atau memikirkan? □ Keselamatan membutuhkan banyak waktu □ Keselamatan bersifat membatasi □ Keselamatan baik untuk orang lainnya □ Keselamatan membutuhkan banyak uang □ Keselamatan bukan sesuatu yang harus saya khawatirkan □ Keselamatan untuk pemula, bukan untuk pekerja yang sudah berpengalaman
7. Saya harus segera bertindak dan menginformasikan kepada kolega saya ·
Pertemuan “Toolbox” adalah kesempatan terbaik untuk menyampaikan isu terbaru mengenai keselamatan, jadi segeralah terlibat. commit to user
38
perpustakaan.uns.ac.id
·
digilib.uns.ac.id
Saat anda dihadapkan dengan sesuatu yang dapat menyebabkan kecelakaan, beritahukan supervisor anda, jadi risiko tersebut bisa dihindari.
·
Laporkan kerusakan mesin atau peralatan: jangan ada perbaikan cepat.
Apa yang harus saya lakukan jika kecelakaan terjadi Jawab : Lindungi, Waspada, Berikan bantuan •
Lindungi : bawa korban ke tempat aman dan mencegah kecelakaan memburuk.
•
Waspada : Sesuai dengan prosedur tempat kerja anda, gunakan nomor telepon penting yang telah disediakan, sediakan informasi penting yang dibutuhkan (jangan pernah menutup telepon terlebih dahulu) : lokasi, jumlah korban, kondisi korban, dll, pada setiap kasus segera informasikan kepada manajer.
•
Gunakan pertolongan pertama pada kecelakaan bila anda mengetahuinya.
Apa yang saya lakukan pada pencemaran? □ Saya harus melindungi diri saya □ Saya harus memotong sumber pencemaran (menutup katup yang terbuka,dll) □ Saya harus membersihkan cairan yang tumpah, dimulai dari bagian terluar □Saya harus mengumpulkan sampah dan menempatkannya pada tempat pembuangan sampah Komitmen pribadi •
Saya sadar akan bahaya
•
Saya tahu bahwa saya dapat menilai risiko sendiri
•
Saya bertekad untuk mengambil tindakan dimulai dari tugas harian saya
commit to user
39
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian Penelitian studi implementasi sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja ini dilakukan dengan metode pendekatan analisis deskriptif. Analisis deskriptif adalah penelitian yang melakukan penuturan, analisis, dan mengklasifikasikan data dan informasi yang diperoleh dengan berbagai teknik survey, wawancara, observasi, angket, studi kasus dan lain-lain. Data-data tersebut
kemudian
dianalisis
dan
diinterpretasikan
untuk
menjawab
permasalahan dan hipotesis penelitian.
3.2 Jenis Data Dalam penelitian diperlukan data yang baik, yaitu data yang akurat, relevan dan uptodate. Data yang diperlukan adalah sebagai berikut : 1. Data Primer Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama yang meliputi data administrasi proyek, metode kerja, fasilitas K3, pelaksanaan kerja, instruksi-instruksi kerja yang berkaitan dengan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dan lain-lain. Secara umum gambaran proyek Pembangunan Hotel Brothers Solo Baru adalah sebagai berikut:
a. Nama proyek
: Pembangunan Hotel Brothers Solo Baru
b. Lingkup pekerjaan
: Struktur
c. Lokasi proyek
: Cross Pandawa Jalan Raya
d. Pemilik proyek
Solo Baru commit to user : PT. Brothers Graha Pratama
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Konsultan perencana
: PT. Indosaka Prima
f. Konsultan pengawas
: PT. Tri Eka Visi Pratama
g. Kontraktor
: PT. Wijaya Karya Bangunan Gedung
h. Waktu pelaksanaan
: 328 hari kalender
i. Jumlah lantai
: 7 lapis + atap tangga
j. Luas tanah
: ± 3000 m2
k. Luas tapak hotel
: ± 1115 m2
l. Luas bangunan hotel
: ± 7800 m2
U Lokasi Proyek Hotel Brothers Solo Baru
Gambar 3.1. Peta lokasi proyek
2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang didapat dari pihak lain yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Data-data ini dapat diperoleh dari buku-buku bacaan, browsing melalui internet.
commit to user
41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3.3 Alur Penelitian 3.3.1 Studi Literatur Studi literatur yang didapat dari kajian, informasi-informasi, serta fakta-fakta mengenai materi yang dibutuhkan tentang permasalahan yang ada dan sebagai bahan penelitian. Teori yang ada, diambil melalui pengetahuan mengenai sistem keselamatan dan kesehatan kerja, pelatihan safety passport, dan literatur yang dapat membantu dalam penyelesaian masalah dalam penelitian 3.3.2 Pengumpulan Data Pada tahap ini akan menjelaskan mengenai sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang ada di perusahaan, data-data jenis pekerja, dan pengelompokan jenis pekerja. Pengumpulan data baik data primer maupun data sekunder menggunakan cara sebagai berikut: 1. Field Research, data diperoleh langsung dari proyek yang menjadi obyek penelitian, dengan metode antara lain : a. Metode interview, yaitu dengan mengadakan wawancara langsung dengan pihak-pihak yang bersangkutan yaitu dengan pimpinan dan pegawai lain yang diperlukan di lingkungan perusahaan selain pekerja.
b. Metode observasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung untuk mencari kebenaran dari jawaban-jawaban hasil di atas, dengan melihat sendiri keadaan di lapangan
2. Library research, dimana penelitian dilaksanakan dengan buku-buku bacaan, brosur-brosur, literatur-literatur juga catatan-catatan untuk mengetahui/ mencari dasar-dasar teori dari penulisan tugas akhir dan melengkapi data-data dalam memecahkan masalah.
commit to user
42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3.3.3 Tahap Penguraian Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Perusahaan Pada tahap ini dilakukan identifikasi fasilitas K3 yang digunakan serta metode kerja pekerjaan pada proyek Hotel Brothers Solo Baru. Pada umumnya sistem keselamatan dan kesehatan kerja yang diterapkan pada PT.Wijaya Karya (WIKA) sudah mengikuti standard yang telah ada. Peraturan-peraturan pemerintahan telah dijalankan oleh perusahaan, seperti PERMENAKER No.3 Tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja dan perusahaan juga telah mengikuti pelatihan-pelatihan mengenai K3 dan berbagai penerapan telah dijalankan di dalam perusahaan. Misalnya manajemen mutu yang telah diterapkan oleh perusahaan yang berbasiskan ISO 9001:2008, ISO 14001:2004/ SNI 19-14001:2005, dan OHSAS 18001:2007. 3.3.4 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data Proses ini dilakukan dengan cara analisis pendekatan safety passport 7 rules dimana setiap jenis pekerja dan dilakukan dengan cara wawancara pada setiap pekerja. Untuk mengetahui atau penilaian setiap pekerja yang dilakukan pada proses diatas, dengan melihat kondisi setiap pertanyaannya. Misalkan, apabila dalam rules 1 terdapat jawaban “Ya”, maka seorang pekerja tersebut telah mengambil risiko pada pekerjaannya. Sebaliknya apabila terdapat jawaban “Tidak”, maka seorang pekerja tersebut telah mengikuti aturan dan tidak mengambil
risiko
pada
pekerjaannya.
Hal
tersebut
tidak
menutup
kemungkinan jawaban “Ya”, seorang pekerja telah mengambil risiko atau menjawab “Tidak”, seorang pekerja telah mengikuti aturan atau tidak mengambil risiko. Dikarenakan setiap rules atau pertanyaan berbeda-beda dan ada nilai positif dan negatifnya. Misalkan, apabila seorang pekerja menjawab “Ya”, maka pekerja tersebut telah mengikuti aturan dan tidak mengambil risiko. Sebaliknya apabila seorang pekerja menjawab “Tidak”, maka pekerja tersebut telah mengambil risiko atau tidak mengikuti aturan. Kemudian dilakukan proses analisis kelompok jenis pekerja berdasarkan safety passport 7 rules. Dimana setiap pekerja di analisis berdasarkan pekerjaan yang commit to user dikerjakan atau dilakukan dengan menggunakan alat atau safety passport 7
43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
rules. Tingkat pengetahuan diukur dengan kuesioner dengan skala Guttmann dengan model jawaban benar dan salah. Dengan sistem penilaian sebagai berikut : 1. Kalimat positif: Jika jawaban benar diberi nilai 1 Jika jawaban salah diberi nilai 0 2. Kalimat negatif: Jika jawaban benar diberi nilai 0 Jika jawaban salah diberi nilai 1
Menginterpretasikan nilai prosentase yang diperoleh maka nilai tersebut dimasukkan ke dalam standar kriteria objektif dengan batasan ruang lingkup yang diamati dalam penelitian dengan pembagian kategori sebagai berikut: Jawaban benar 67-100%
: Baik
Jawaban benar 34-66%
: Sedang
Jawaban benar kurang dari 34% : Buruk
3.3.5. Pembahasan Pada tahap ini pembahasan hasil dilaksanakan dari seluruh rangkaian kegiatan analisis data. 3.3.6. Kesimpulan dan Saran Tahap yang terakhir yaitu melakukan kesimpulan dan saran dalam melakukan penelitian. Kesimpulan didapatkan dari hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian dan usulan perbaikan atau rekomendasi untuk diberikan kepada perusahaan.
commit to user
44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Mulai
Studi Literatur
Pengumpulan data
SMK3 Perusahaan
Jenis Pekerjaan : pekerjaan pasangan bata, pekerjaan plesteran dan pekerjaan acian
Analisis Kondisi SMK3 Saat ini
Pengumpulan data Menurut Safety Passport 7 Rules
Analisis Safety Passport 7 Rules Berdasarkan Jenis Pekerja
Pembahasan
Kesimpulan
Selesai
commit to Tahapan user Gambar 3.2 Bagan Alir Penelitian
45
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1
Analisis Data
Pada tahap ini menjelaskan mengenai analisis hasil kuesioner seluruh jumlah pekerja yang telah didapat dari pengolahan data dengan pendekatan safety passport 7 rules dan analisis kondisi sistem manajemen keselamatan dan kesehatan perusahaan pada proses proyek pembangunan Hotel Brothers Solo Baru oleh PT Wijaya Karya Bangunan Gedung.
4.1.1
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Perusahaan/ Proyek
Pada umumnya sistem keselamatan dan kesehatan kerja yang diterapkan pada PT Wijaya Karya (WIKA) sudah mengikuti standard peraturan pemerintah yang telah ada dan penerapan keselamatan kerja bukan K3 lagi, melainkan Safety Health and Enviroment (SHE). Penerapan tersebut harus sudah diterapkan pada proyekproyek WIKA dan anak perusahaannya dengan toleransi zero.
Sistem manajemen yang diterapkan oleh PT Wijaya Karya (WIKA) atau diproyek pembangunan Hotel Brothers Solo Baru oleh PT Wijaya Karya Bangunan Gedung. ada 4, yaitu: 1.
Manajemen Mutu Manajemen mutu yang telah diterapkan oleh WIKA banyak jenisnya dari mulai ISO
9001:2008,
ISO
14001:2004/
OHSAS18001:2007. commit to user
SNI
19-14001:2005,
dan
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
Manajemen Safety Health and Enviroment (SHE) Dalam aplikasi SHE yang penting adalah kepedulian dan tindakan hatihati. Dibawah ini merupakan kegiatan safety pada proyek pembangunan Hotel Brothers adalah : a. Safety Induction Suatu komunikasi yang dilakukan oleh Safety Officer mengenai penjelasan K3 kepada pihak yang berkepentingan dan pekerja sebelum malakukan pekerjaan. Hal-hal yang wajib diketahui seperti pemakaian ID Card, APD, jangan buang sampah dan tindakan apa apabila terjadi keadaan darurat. Gambar 4.1 menunjukan kegiatan safety induction.
Gambar 4.1 Kegiatan Safety Induction
b. Safety Morning Talk Suatu komunikasi yang dilakukan oleh Safety Officer mengenai penjelasan K3 kepada pihak yang berkepentingan dan pekerja. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada setiap bulan pertama dan bulan terakhir sekali dan penjelasaan yang diberikan hampir sama dengan safety induction. Gambar 4.2 menunjukan kegiatan safety morning.
commit to user 47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.2 Kegiatan Safety Morning Talk
c. Safety Tool Box Meeting Suatu komunikasi yang dilakukan oleh Safety Officer mengenai penjelasan K3 kepada pihak yang berkepentingan dan pekerja. Biasanya penjelasaan mengenai pekerjaan-pekerjaan yang baru akan dilakukan. Gambar 4.3 menunjukan kegiatan safety tool box meeting.
Gambar 4.3 Safety Tool Box Meeting
d. Safety Meeting Suatu komunikasi yang dilakukan oleh Manejer Proyek dan Safety Officer mengenai penjelasan K3 kepada pihak yang berkepentingan. Seperti Owner, Badan K3, dll. Gambar 4.4 menunjukan kegiatan safety meeting.
commit to user 48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.4 Kegiatan Safety Meeting
e. Pelatihan SHE Berkala Pelatihan ini merupakan pelatihan penanganan kecelakaan dan jalur evakuasi. Seperti pencegahan kebakaran, simulasi keadaan darurat.
f. Up date Papan Info Pemasangan rambu-rambu mengenai keselamatan dan kesehatan kerja. Gambar 4.5 rambu-rambu mengenai K3.
commit to user 49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.5 Rambu-rambu K3
3.
Manajemen Sistem Pengamanan/Penanganan Apabila terjadi kecelakaan kerja sistem penanganan yang dilakukan sangat terstruktur, dimulai terjadinya kecelakaan, pertolongan pertama, klinik atau rumah sakit terdekat, pengarahan, pembinaan dan pelaksanaan K3 lebih lanjut lalu menganalisis penyebab kecelakaan dan solusi untuk menghindari terulang kembali kecelakaan. Gambar 4.6 menunjukan penaganan dalam terjadinya kecelakaan.
commit to user
Gambar 4.6 Penanganan Kecelakaan Kerja
50
perpustakaan.uns.ac.id
4.
digilib.uns.ac.id
Manajemen 5R 5R diantaranya, ringkas, rapih, resik, rawat, dan rajin. Manajemen ini biasanya lebih kepada kebersihan lingkungan dan selalu dilakukan inspeksi terhadap lingkungan proyek.
4.1.2 Jenis Pekerjaan
Pada studi kasus yang ada pada konstruksi pembangunan Hotel Brothers, terdapat jenis pekerjaan yang sedang dilakukan pada pembangunan itu. Diantaranya : 1. Pekerjaan pasangan bata 2. Pekerjaan plesteran dan acian
1.
Pekerjaan pasangan bata
Batu bata yang digunakan dalam proyek pembangunan Hotel Brothers ini menggunakan bata ringan citicon dengan dimensi lebar 7,5 cm dan 10 cm, panjang 60 cm dan tinggi 20 cm. Pekerjaan pemasangan batu bata harus terkontrol waterpass baik dari arah horizontal maupun vertical. Pada pelaksanaan batu bata, luas maksimal pemasangan batu bata ± 12 m2. Setiap 12 m2 harus dilakukan pengecoran kolom praktis agar pasangan batu bata tidak roboh. Berikut adalah Gambar 4.7. menunjukan gambar pemasangan bata
Gambar 4.7 commit Pekerjaan Bata toPasangan user
51
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
Pekerjaan Plesteran dan Pekerjaan Acian
Permukaan bata yang sudah siap diplester disiram dengan air untuk mempermudah ikatan semen dengan bata. Adukan plesteran tidak boleh terlalu encer untuk mempermudah menempelnya plesteran pada dinding bata. Plesteran dinding bata maupun dinding kolom dipasang dengan tebal ± 2 cm sesuai dengan rencana kerja dan syarat yang ditentukan, kemudian diratakan menggunakan alat perata. Agar plesteran dinding bata menjadi rata, maka dipasang kepala plesteran. Pasangan kepala plesteran dibuat pada jarak 1,5 sampai dengan 2 m, dipasang tegak dan menggunakan kayu yang sudah diserut dengan ukuran secukupnya untuk patokan kerataan bidang. Sebagai bahan plesteran menggunakan MU 301 dan acian menggunakan MU 250. Berikut adalah gambar pekerjaan plesteran dan acian.
Gambar 4.8 Pekerjaan Plesteran
commit to user 52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.9 Pekerjaan Acian
4.1.3 Pengumpulan Data Berdasarkan Safety Passport 7 Rules
Pengambilan data dilakukan dengan cara kuesioner yang dilakukan pada tanggal 26 Desember 2012 – 4 Januari 2013. Jumlah keseluruhan responden 60 orang pada pekerjaan finishing yang meliputi pekerjaan pasangan bata, pekerjaan plesteran dan pekerjaan acian.
4.2
PEMBAHASAN
Berdasarkan safety passport 7 rules, rules 1 merupakan keadaan kondisi tempat yang berpotensi bahaya. Dimana setiap pekerja harus mengetahui risiko yang akan terjadi pada pekerjaan yang dilakukan. Pada rules 2, pekerja diharuskan wajib mempunyai pemikiran yang kritis untuk membedakan kondisi pekerjaan yang baik dilakukan sebagai mestinya dan kebiasaan kurang baik. Ini bertujuan agar setiap pekerjaan yang dilakukan tidak hanya dikerjakan begitu saja tanpa memikirkan resiko apa yang akan terjadi apabila tidak memikirkan bahaya yang terjadi pada pekerjaan yang akan sedang dilakukan. Pada rules 3, mewajibkan pekerja menggunakan pelidung diri pada saat bekerja. Rules ini bertujuan agar pekerja dapat terlindungi dari bahaya. Pada rules 4, setiap pekerja harus mengikuti commit to user peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan atau disesuaikan oleh perusahaan, 53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
agar kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan dapat tercapai dengan menghindari risiko kecelakaan. Pada rules 5, pekerja harus bertanggung jawab atas kebersihan lingkungan sekitarnya atau pekerjaannya, agar pekerja dalam melakukan pekerjaannya nyaman dalam melakukan pekerjaannya. Pada rules 6, pekerja diwajibkan
atau
mengutamakan
keselamatan,
sebab
keselamatan
dalam
melakukan pekerjaan sangat penting. Dan yang terakhir yaitu pada rules 7, pekerja harus mengetahui kondisi apabila terjadi kecelakaan atau bahaya yang akan terjadi, agar pekerja mengetahui bagaimana cara menanggulanggi kecelakaan tersebut. Berikut adalah deskripsi responden dari semua pekerja.
Tabel 4.1 Hasil Kuesioner Rule 1 ke I Sudah belum Sudahkah Supervisor menunjukan kepada anda break-down dari 100% 0% risiko tempat kerja dan risiko yang saat ini ada ditempat kerja Berdasarkan data tabel diatas diketahui bahwa 100 % karyawan mendapatkan informasi tentang break-down dari resiko tempat kerja dan resiko yang saat ini ada di tempat kerja.
Tabel 4.2 Hasil Kuesioner Rule 1 ke II apakah sebelumnya anda pernah mengatakan atau memikirkan
Pernah Tidak Pernah a. Saya baru saja mendapatkan berita buruk 57% 43% b. Saya lelah, punggung saya terluka, saya tidak dapat melihat 63% 37% dengan baik c. Saya telah memberi tahu mereka mengenai ini, tapi tidak ada 63% 37% perubahan d. Saya tidak terlalu mengerti, tapi saya tidak mau bertanya 52% 48% kembali e. Beginilah kita selalu bekerja, saya tidak melihat alasan yang 65% 35% tepat kenapa saya harus merubah cara kerja saya f. Saya melakukan ini semua untuk menghemat waktu, walaupun 67% 33% saya tahu ini tidak boleh dilakukan g. Saya tidak tidur nyenyak tadi malam 47% 53% Berdasarkan
tabel di atas ditemukan bahwa 57% karyawan baru saja
mendapatkan berita buruk, 63 % karyawan merasa lelah, punggungnya terluka commit to user 54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
maupun tidak dapat melihat dengan baik. Bahkan ada 47% karyawan pernah merasakan tidak nyenyak tidurnya. Berikut ini rekapitulasi rule 1 ke II.
Tabel 4.3 Rekapitulasi Rule 1 ke II Frekuensi Kategori Prosentase (orang) Buruk 10 17% Sedang 22 37% Baik 28 47% Total 60 100% Secara keseluruhan dapat disimpulkan dari segi kesehatan 17 % karyawan merasakan kondisi kesehatan yang buruk, 37% merasakan kondisi kesehatan sedang. Sedangkan sisanya 47% karyawan kondisinya baik. Hal ini patut menjadi perhatian pemilik perusahaan dan juga karyawan dalam bekerja di perusahaan tersebut karena hanya setangahnya saja yang merasakan kondisi kesehatannya baik.
Tabel 4.4 Hasil Kuesioner Rule 1 ke III Apakah sebelumnya anda pernah mengatakan atau Pernah Tidak memikirkan Pernah a. Saya kira itu sudah dimatikan 50% 50% b. Saya kira pelindung yang saya pakai sudah digunakan 62% 38% dengan baik, saya selalu melakukan itu seperti biasanya c. Saya melakukan itu setiap waktu, tidak seorang pun yang 67% 33% mengomentari apa yang saya kerjakan d. Saya melakukan itu tanpa berpikir 73% 27% Dari tabel diatas diketahui bahwa dalam penggunaan alat 50% karyawan tidak mematikan alat yang digunakan. Dalam penggunaan alat pelindung masih ada 38% karyawan yang menggunakannya dengan baik. Hal ini perlu dicermati karena alat pelindung merupakan hal yang penting dalam keberlangsungan kerja. Dalam hal kebiasaan sehari-hari 67% karyawan melakukan kebiasaan tanpa mengalami komentar macam-macam. Selain itu 73% karyawan melakukan kebiasaan di tempat kerja tanpa berpikir sebanyak 73%. Secara keseluruhan dalam hal kedisiplinan dapat dilihat dalam tabel berikut ini: commit to user 55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.5 Rekapitulasi Rule 1 ke III Kategori Frekuensi prosentase Buruk 8 13% Sedang 20 33% Baik 32 53% Total 60 100% Secara singkat bahwa tingkat kedisiplinan karyawan kategori buruk ada 13%, kategori sedang sebanya 33%, dan kategori baik sebanyak 53%. Tingkat kedisiplinan karyawan masih perlu ditingkatkan karena masih cukup besar karyawan yang tingkat kedisiplinannya buruk yaitu 13%. Kedisiplinan tersebut masih perlu diperbaiki karena dapat mengganggu kinerja keseharian karyawan baik diri sendiri maupun orang lain. Dalam kuesioner juga ditemukan bahwa 50% karyawan tidak mematikan alat yang seharusnya dimatikan.
Tabel 4.6 Hasil Kuesioner Rule 1 ke IV anda dan kebisingan Ya a. Apakah saya ingat untuk mematikan mesin yang sudah tidak digunakan? b. Apakah saya menggunakan pengaman untuk kebisingan yang saya buat dan atau kebisingan yang ada dilingkungan saya? c. Apakah saya mengetahui seberapa besar kebisingan yang dibuat oleh peralatan saya?
Tidak
73%
27%
65%
35%
65%
35%
Hasil pengamatan mengenai kebisingan diperoleh bahwa 27% tidak mematikan mesin yang sudah tidak digunakan. Selain itu menggunakan
alat
pengaman
kebisingan
baru
belum semua karyawan 65%
karyawan
yang
menggunakannya hal ini setara dengan temuan bahwa 65% karyawan mengetahui seberapa besar kebisingan yang dibuat oleh peralatan yang digunakan. Secara keseluruhan dalam hal kebisingan dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 4.7 Rekapitulasi Rule 1 ke IV kategori frekuensi prosentase Buruk 16 27% Sedang 20 33% Baik 24 40% Total 60 100%commit to user 56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan tabel di atas dalam hal penanganan kebisingan karyawan perusahaan masih kurang baik hal ini diketaui dari besarnya prosentase buruknya penanganan kebisingan yaitu sekitar seperempat karyawan atau 1 dari 4 karyawan cenderung buruk dalam menangani kebisingan. Sisanya 73 %(sedang dan baik) karyawan sudah sesuai menangani kebisingan. Tabel 4.8 Hasil Kuesioner Rule 1 ke V: anda dan penanganan Sudah Belum a. Apakah saya mengetahui aturan pengakatan barang dan saya 92% 8% melakukannya dengan benar? b. Apakah tali pengaman dalam kondisi baik? 98% 2% c. Apakah truk forklift dan truk derek telah memenuhi standard 100% 0% dan telah diperiksa? d. Sudahkan tali, rantai, kait, dan yang lainnya telah diperiksa? 100% 0% e. Sudahkan prosedur pengikatan diperiksa secara sistematis? 92% 8% f. Apakah saya selalu menggunakan helm dan sarung tangan? 82% 18% Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa hampir semua prosedur dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat dilihat hampir semua prosedur dilaksanakan dengan baik lebih dari 90 % kecuali dalam pemakaian helm dan sarung tangan. Tabel 4.9 Rekapitulasi Rule 1 ke V : karyawan dan penanganan kategori frekuensi prosentase Buruk 0 0% Sedang 0 0% Baik 60 100% Total 60 100% Hasil ringksasan mengenai penanganan karyawan melakukan penanganan dengan baik yaitu 100%. Meskipun dalam pemaikaian helm dan sarung tangan masih dibawah 90% namun secara keseluruhan dalam hal penanganan, karyawan melakukannya dengan cermat.
commit to user 57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.10 Hasil Kuesioner Rule 1 ke VI: apakah anda sedang menuju ke arah yang benar? Ya Tidak a. Apakah saya selalu merapikan tempat kerja saya? 88% 12% b. Apakah saya selalu mengikuti peraturan yang telah 93% 7% ditentukan? c. Apakah saya menggunakan sepatu pengaman? 95% 5% d. Apakah saya pernah terburu-buru dalam menuruni tangga 50% 50% dengan membawa barang banyak? e. Apakah saya harus berpengang pada pengangan tangan saat 73% 27% menggunakan tangga? f. Apakah jalur yang ada selalu dibersihkan secara teratur? 82% 18% g. Apakah saya secara otomatis selalu berpikir untuk 83% 17% membersihkan segala sesuatu yang dapat menyebabkan bencana? Hasil dari kuesioner pertanyaan tentang karyawan sedang menuju ke arah yang benar menunjukkan bahwa hampir semua karyawan melakukannya dengan baik yaitu lebih dari 80%. Namun dalam kaitannya dengan naik turun tangga, karyawan melakukannya kurang baik yakni sebanyak 50% masih terburu-buru dalam menuruni tangga meskipun barang yang dibawa cukup banyak, dan masih ada 27% karyawan yang tidak berpegangan pada pegangan tangan saat mengunakan tangga. Hasil ringkasan dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4.11 Rekapitulasi Rule 1 ke VI : apakah karyawan sedang menuju ke arah yang benar kategori frekuensi Prosentase Buruk 2 3% Sedang 5 8% Baik 53 88% Total 60 100% Hasil ringkasan tentang apakah karyawan sedang menuju ke arah yang benar dapat dikatakan sudah baik. Hal ini dapat dilihat bahwa hanya 3 % karyawan yang tidak mengikuti aturan.
commit to user 58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.12 Hasil Kuesioner Rule 1 keVII: anda dan produk Ya Tidak a. Apakah saya selalu membaca aturan pakai sebelum 85% 15% menggunakan produk kimia? b. Apakah saya mengetahui produk yang saya gunakan? 92% 8% Dalam kaitannya dengan produk, karyawan cenderung membaca aturan pakai sebelum menggunakan produk kimia yaitu sebanyak 85%, selain itu mereka juga mengetahui produk yang digunakan yaitu sebanyak 92%. Secara keseluruhan dalam kaitannya dengan produk dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.13 Rekapitulasi Rule 1 ke VII Kategori frekuensi Prosentase Buruk 0 0% Sedang 30 50% Baik 30 50% Total 60 100% Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dalam kaitannya dengan produk, karyawan melakukannya dengan baik. Hal ini dapat dilihat tidak ada karyawan yang dikategorikan buruk dalam kaitannya dengan produk.
Tabel 4.14 Hasil Kuesioner Rule 1 Ke IX: bahaya listirk Ya Tidak a. Apakah saya mempunyai otorisasi yang benar untuk 85% 15% pekerjaan yang saya lakukan? b. Apakah peralatan listrik yang saya gunakan dalam kondisi 92% 8% baik? c. Saat mematikan peralatan, apakah saya menarik steker atau 68% 32% kabelnya? d. Apakah saya berhati-hati terhadap instalasi yang sudah lama? 93% 7% Dalam hal penanganan bahaya listrik karyawan sudah melakukannya dengan baik kecuali dalam hal mematikan peralatan. Hal ini dapat dilihat bahwa lebih dari 80% karyawan melakukan prosedur otorisasi pekerjaan, peralatan yang sudah baik, dan kehati-hatian dalam intalasi. Namun masih ada 32 % karyawan setelah mematikan alat, tidak mencabut stekernya. commit to user 59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.15 Rekapitulasi Rule 1 ke IX: bahaya listrik kategori frekuensi Prosentase Buruk 0 0% sedang 2 3% Baik 58 97% Total 60 100% Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dalam kaitannya dengan bahaya listrik, karyawan sudah melakukannya sesuai prosedur. Yaitu tidak ada kategori buruk dalam kaitannya dengan bahaya listrik.
Tabel 4.16 Hasil Kuesioner Rule 1 ke XI: bekerja di ketinggian Ya Tidak a. Pernahkan saya berimprovisasi saat bekerja diatas ketinggian? 55% 45% b. Apakah tangga selalu diposisikan dengan baik dan 93% 7% mempunyai penahan yang baik? c. Pada saat saya menuruni tangga, apakah saya selalu melihat 93% 7% anak tangga? d. Apakah saya menepatkan tangga dengan keadaan stabil? 100% 0% Dalam hal kaitannya dengan ketinggian karyawan sudah melakukannya dengan baik kecuali dalam hal improvisasi saat di ketinggian. Hal ini dapat dilihat dari lebih dari
90% karyawan
melakukannya
sesuai
prosedur dalam
hal
memposisikan tangga, menuruni tangga, dan menempati tangga. Meskipun demikian hampir separuh karyawan berimprovisasi saat berkeja diatas ketinggian. Secara keseluruhan dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Tabel 4.17 Rekapitulasi Rule 1 ke XI bekerja di ketinggian kategori frekuensi Prosentase buruk 0 0% sedang 3 5% baik 57 95% total 60 100% Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dalam kaitannya dengan bekerja di ketinggian, karyawan sudah melakukannya sesuai prosedur. Yaitu tidak ada kategori buruk dalam kaitannya dengan commitbekerja to user di ketinggian. 60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.18 Hasil Kuesioner Rule 1 ke XII :pernahkah saya? Pernah Tidak Pernah a. Memegang alat dengan satu tangan yang seharusnya dipegang 50% 50% oleh dua tangan? b. Melakukan perbaikan cepat pada peralatan listrik? 38% 62% c. Menghadapi alat ketika sedang berjalan? 57% 43% d. Menempatkan lengan saya dekat dengan peralatan? 73% 27% e. Melewati fitur keamanan? 50% 50% f. Menggunakan peralatan yang belum diperiksa? 52% 48% Berdasarkan hasil observasi pada tabel diatas dapat dilihat bahwa faktor maupun prosedur vital tidak dilakukan secara baik oleh karyawan. Hal ini dapat dilihat bahwa pada semua prosedur/faktor vital tidak lebih dari 80% karyawan yang melakukannya dengan baik.
Tabel 4.19 Rekapitulasi Rule 1 ke XII Kategori frekuensi Prosentase Buruk 16 27% Sedang 29 48% Baik 15 25% Total 60 100% Berdasarkan tabel diatas dalam hal prosedur/faktor vital, karyawan perusahaan masih kurang baik hal ini diketahui dari besarnya prosentase buruknya penanganan kebisingan yaitu sekitar seperempat karyawan atau 1 dari 4 karyawan cenderung buruk dalam menangani kebisingan. Sisanya 73 %(sedang dan baik) karyawan sudah sesuai menangani kebisingan. Gambaran secara umum keadaan tempat yang berpotensi bahaya (rule 1) ditampilkan dalam tabel di bawah ini: Tabel 4.20 Rekapitulasi Rule 1 kategori frekuensi Prosentase buruk 0 0% sedang 12 20% baik 48 80% total 60 100% commit to user 61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Rule 1 0, 0% 12, 20% buruk sedang baik 48, 80%
Gambar 4.10 Prosentase Rule 1 Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa 80% karyawan memiliki keadaan yang baik, dan sisanya 20% memiliki keadaan yang sedang, dan tidak ada yang keadaannya buruk. Rule 2. Saya Harus Berpikir Sebelum Melakukan Tindakan Tabel 4.21 Hasil Kuesioner Rule 2 Tanyakan pada diri anda :
Apakah anda tahu?
Item Pertanyaan - Dimana saya bekerja? - Apakah saya bekerja sendirian/ berkelompok? - Apakah saya bekerja ditempat ketinggian? - Bagaimana saya melakukan pekerjaan saya? - Apakah saya harus bertanya jika saya tidak mengerti bagaimana cara mengerjakannya/ bekerjanya? - Surat izin apa yang diperlukan? - Apakah saya mempunyai kekuasaan yang benar? - Apakah saya harus meminta balasan atas surat izin yang diperlukan? - Risiko apa yang ada untuk diri sendiri? - Risiko apa yang ada untuk orang lain? - Risiko apa yang ada untuk lingkungan? - Alat apa yang digunakan disana? - Apa mereka mengikuti standar? - Dimana penempatan alat tersebut? - Pelindung diri apa yang digunakan disana? commit to user
Ya 100% 100% 100% 100% 100%
Tidak 0% 0% 0% 0% 0%
100% 100% 100%
0% 0% 0%
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berikut adalah rekapitulasi pada rule 2 Tabel 4.22 Rekapitulasi Rule 2 kategori buruk sedang baik total
frekuensi 0 0 60 60
prosentase 0% 0% 100% 100%
Rule 2 0, 0%
buruk sedang baik
60, 100%
Gambar 4.11 Prosentase Rule 2 Berdasarkan observasi di lapangan diperoleh bahwa 100% karyawan mematuhi prosedur pada rule 2 “saya harus berpikir sebelum melakukan tindakan”
Rule 3. Saya Harus Melindungi Diri Sendiri Dengan Menggunakan Personal Protect Equipment (PPE) Tabel 4.23 Hasil Kuesioner Rule 3 Personal Protect Equipment (Alat Pelindung Diri) Ya a. Apakah saya sudah tepat menggunakan PPE? 97% b. Sudahkah saya diberitahu mengenai PPE yang harus saya 100% pakai? c. Apakah PPE yang saya gunakan layak digunakan? 95%
Tidak 3% 0% 5%
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa lebih dari 97% karyawan sudah tepat menggunakan PPE dan juga PPE yang digunakan layak digunakan sebesar 95%. commitinformasi to user PPE apa yang harus digunakan. Selain itu karyawan 100% mendapatkan 63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.24 Rekapitulasi Rule 3 kategori buruk sedang baik total
frekuensi 0 5 55 60
prosentase 0% 8% 92% 100%
Rule 3 0, 0%
5, 8%
buruk sedang baik
55, 92%
Gambar 4.12 Prosentase Rule 3 Berdasarkan gambar diatas diketahui bahwa 92% karyawan dikategorikan baik dalam rule 3 ” Saya Harus Melindungi Diri Sendiri Dengan Menggunakan Personal Protect Equipment (PPE)”, dan hanya 8% karyawan yang dikategorikan sedang sesuai rule 3. Rule 4. Saya Harus Mengikuti aturan Dan Prosedur Tabel 4.25 Hasil Kuesioner Rule 4 Aturan dan prosedur Ya a. Apakah saya sudah mengikuti aturan yang ada? 98% b. Apakah peraturan yang dibuat saya sudah mengerti? 95% Berdarkan tabel diatas diketahui bahwa 98% karyawan sudah mematuhi
Tidak 2% 5% aturan
yang ada dan 95% karyawan sudah mengerti tentang peraturan yang telah dibuat. commit to user 64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.26 Rekapitulasi Rule 4 Kategori Buruk Sedang Baik Total
frekuensi 0 4 56 60
prosentase 0% 7% 93% 100%
Rule 4 0, 0%
4, 7%
buruk sedang baik
56, 93%
Gambar 4.13 Prosentase Rule 4 Berdasarkan gambar diatas diketahui bahwa 93% karyawan mengikuti rule 4 “Saya Harus Mengikuti aturan Dan Prosedur“, 7% karyawan dikategorikan sedang dalam mengikuti rule 4, dan tidak ada karyawan yang dikategorikan buruk dalam mengikuti rule 4.
Rule 5. Menjaga Kebersihan Lingkungan Kerja Tabel 4.26 Hasil Kuesioner Rule 5 Anda dan organisasi tempat kerja Ya a. Apakah saya pernah meninggalkan peralatan kerja saya 42% berserakan dimana saja? b. Apakah tempat kerja saya rapi? 88% c. Apakah sampah yang berserakan sudah dibersihkan? 90% d. Kapan terakhir kali saya membersihkan area tempat kerja 85% saya? Apakah saya melakukan ini secara teratur?
Tidak 58% 12% 10% 15%
commit to user 65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam kaitannya menjaga kebersihan lingkungan kerja diperoleh informasi bahwa 42% karyawan pernah meninggalkan peralatan kerjanya berserakan di mana saja. Dalam hal kerapian masih ada 12 % karyawan yang tidak rapi, dan masih ada 10 % karyawan yang membersihkan sampah yang berserakan. Mereka yang rutin membersihkan sampah ada 85%.
Tabel 4.27 Rekapitulasi Rule 5 Kategori frekuensi prosentase Buruk 1 2% Sedang 14 23% Baik 45 75% Total 60 100%
Rule 5 1, 2% 14, 23% buruk sedang baik 45, 75%
Gambar 4.14 Prosentase Rule 5
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa 75% mengikuti rule 5 “menjaga kebersihan lingkungan kerja”, 23% karyawan dikategorikan sedang dalam penangannya terhadap kebersihan lingkungan kerja, dan ada 2% karyawan yang buruk dalam penanganan kebersihan lingkungan kerja.
commit to user 66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Rule 6. Saya Harus Menolak Ide-ide Lama Tabel 4.28 Hasil Kuesioner Rule 6 Apakah anda pernah berkata atau memikirkan? Ya a. Keselamatan membutuhkan banyak waktu 60% b. Keselamatan bersifat membatasi 45% c. Keselamatan baik untuk orang lainnya 82% d. Keselamatan membutuhkan banyak uang 47% e. Keselamatan bukan sesuatu yang harus saya khawatirkan 47% f. Keselamatan untuk pemula, bukan untuk pekerja yang sudah 67% berpengalaman
Tidak 40% 55% 18% 53% 53% 33%
Berdasarkan tabel diatas bahwa cara pandang karyawan terhadap karyawan belum sepenuhnya. Hal ini dapat dilihat dari tidak lebih dari 80% mengikuti aturan yang ada pada rule 6 kecuali pada pertanyaan keselamatan baik untuk orang lainnya.
Tabel 4.29 Rekapitulasi Rule 6 Kategori Buruk Sedang Baik Total
frekuensi 11 36 13 60
prosentase 18% 60% 22% 100%
Rule 6 11, 18%
13, 22%
buruk sedang baik
36, 60%
Gambar 4.15 Prosentase Rule 6 commit to user 67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa hanya ada 22% karyawan yang mengikuti rule 6”saya harus menolak ide-ide lama”. Ada 60 % karyawan yang dikategorikan sedang dalam menolak ide-ide lama. Dan masih ada 18% karyawan yang menolak ide-ide lama tentang keselamatan.
Rule 7. Saya Harus Segera Bertindak Dan Menginformasi Kepada Kolega Saya Tabel4.30 Hasil Kuesioner Rule 7 Apa yang saya lakukan pada pencemaran? Ya a. Saya harus melindungi diri saya 100% b. Saya harus memotong sumber pencemaran (menutup katup 97% yang terbuka dll) c. Saya harus membersihkan cairan yang tumpah, dimulai dari 88% bagian terluar d. Saya harus mengumpulkan sampah dan menempatkannya pada 90% tempat pembuangan sampah
Tidak 0% 3% 12% 10%
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa 100% karyawan sadar bahwa mereka harus melingungi dirinya. Hal ini sejalan yang dilakukan mereka yaitu 97% karyawan memotong sumebr pencemara, 88% membersihkan cairan yang tumpah dimulai dari bagian terluar, dan sebanyak 90% karyawan mengumpulkan sampah lalu menempatkannya di tempat pembuangan sampah. Tabel 4.31 Rekapitulasi Rule 7 Kategori frekuensi prosentase Buruk 0 0% Sedang 2 3% Baik 58 97% Total 60 100%
commit to user 68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Rule 7 0, 0% 2, 3% buruk sedang baik
58, 97%
Gambar 4.16 Prosentase Rule 7 Berdasarkan gambar diatas diketahui bahwa sudah 97% karyawan mengikuti rule 7 ” Saya Harus Segera Bertindak Dan Menginformasi Kepada Kolega Saya” dan hanya ada 3% yang dikategorikan sedang dalam mengikuti rule 7.
Berdasarkan safety passport 7 rules yang diperoleh pada rules 1, rules 3, rules 4, rules 5, rules 6, dan rules 7 kondisi pekerja masih melakukan risiko yang berbahaya walaupun perusahaan telah memberitahukan kepada pekerja potensi bahaya yang dapat terjadi pada setiap pekerjaan dan segala sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya atau risiko kerja.
Pada pekerjaan pasangan bata masih dijumpai pekerja yang tidak menggunakan helm. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran akan pentingnya keselamatan dalam bekerja.
Pada pekerjaan plesteran dan acian pekerja telah menggunakan alat pelindung diri, akan tetapi untuk kelayakan alat pelindung diri yang terdapat di perusahaan sangat minim. Seperti sepatu yang digunakan pada pekerja masih ada sepatu yang tidak layak digunakan/pakai.
commit to user 69
perpustakaan.uns.ac.id
4.3
digilib.uns.ac.id
Usulan Perbaikan
Usulan perbaikan merupakan tujuan meningkatkan kinerja sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja pada perusahaan/proyek yang dilakukan, untuk meminimalisir risiko terjadinya kecelakaan akibat pekerjaan yang dilakukan pada proyek. Berikut merupakan usulan yang dapat diberikan kepada perusahaan sebagai bahan pertimbangan untuk meminimisasi risiko kecelakaan dan keselamatan kerja diperusahaan atau proyek.
Berdasarkan analisis yang didapat dari penelitian dengan ini peneliti dapat memberikan usulan berdasarkan safety paspport 7 rules yang dihasilkan dari analisis, yaitu: Ø
Rules 1 Saya Harus Mencari Keadaan Tempat yang Berpotensi Bahaya
Pada rules ini pekerja harus mengetahui atau lebih waspada dan berhati-hati terhadap potensi bahaya pada masing-masing pekerjaannya, agar kemungkinan terjadinya bahaya pada saat melakukan pekerjaan dapat dihindari dan di minimisasi. Ø
Rules 2 Saya Harus Berpikir Sebelum Melakukan Tindakan
Pada rules ini pekerja dituntut setiap melakukan pekerjaan harus memikirkan potensi bahaya yang akan terjadi pada pekerjaannya, agar kemungkinan terjadinya potensi bahaya pada saat melakukan pekerjaan dapat dihindari dan diminimalisir. Ø
Rules 3 Saya Harus Melindungi Diri Dengan Personal Protect Equipment
Pada rules ini pekerja wajib menggunakan alat pelindung diri, agar kemungkinan terjadinya bahaya pada saat melakukan pekerjaannya dapat dihindari rules ini juga pekerja telah menggunakan alat pelindung diri dan telah menggunakan dengan baik. Ø
Rules 4 Saya Harus Mengikuti Aturan dan Prosedur
Pada rules ini pekerja wajib mengikuti peraturan dan prosedur yang telah dibuat atau dirancang oleh perusahaan, agar tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud dan tanpa ada satu kejadian yang dapat merugikan pekerja dan perusahaan. Pada rules ini juga pekerja telah mengikuti aturan dan prosedur yang telah dirancang oleh perusahaan.
commit to user 70
perpustakaan.uns.ac.id
Ø
digilib.uns.ac.id
Rules 5 Menjaga Kebersihan Lingkungan Kerja
Pada rules ini pekerja tidak dapat menjaga kebersihan lingkungan kerjanya. Dengan lingkungan yang bersih dan nyaman pekerja dapat terhindar dari penyakit dan bahaya yang dapat merugikan pekerja. Oleh karena itu, pekerja dituntut bertanggung jawab dengan keadaan lingkungan kerjanya, agar pekerjaan yang sedang dikerjakan atau dilakukan dapat terhindar dari segala bahaya yang dapat menimbulkan kerugian bagi pekerja. Ø
Rules 6 Saya Menolak Ide-ide Lama
Pada rules ini pekerja mengganggap keselamatan dan kesehatan kerja pada saat bekerja masih kurang mengerti atau paham mengenai keselamatan dan kesehatan kerja. Oleh karena itu, pada rules ini pekerja dituntut untuk memahami tentang keselamatan dan kesehatan kerja, agar pada waktu bekerja, pekerja tidak hanya memikirkan “saya harus bekerja dan mendapatkan uang”, melainkan dituntut harus memikirkan keselamatan dan kesehatannya juga. Ø
Rules 7 Saya Harus Segera Bertindak dan Menginformasikan Kepada Kolega Saya
Pada rules ini pekerja dituntut untuk melakukan tindakan yang sifatnya dapat mengakibatkan kecelakaan atau merugikan orang lain, agar pekerja sewaktuwaktu pada saat melakukan pekerjaannya dihadapkan dengan bahaya pekerja dapat mengatasinya dan menginformasikan kepada Atasannya atau perusahaan.
Dengan demikian, kesimpulan yang dapat diambil dari rules-rules diatas berupa usulan yang dapat diberikan kepada perusahaan sebagai bahan pertimbangan, dapat dijelaskan dibawah ini.
commit to user 71
perpustakaan.uns.ac.id
4.3.1
digilib.uns.ac.id
Usulan Menumbuhkan Kesadaran Terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pada dasarnya melakukan atau menumbuhkan kesadaran terhadap keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting. Berikut ini usulan untuk menumbuhkan kesadaran terhadap keselamatan dan kesehatan kerja, diantaranya dengan cara: 1.
Menumbuhkan rasa tanggung jawab kepada pekerja Pada umumnya para pekerja harus budayakan “selamat” dalam setiap pekerjaannya, dengan membudayakan hal tersebut maka akan timbul rasa tanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan kerja. Berikut merupakan usulan untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab seorang pekerja, diantaranya: a. Menginformasikan bahaya yang dapat terjadi pada setiap jenis pekerjaan. Dengan menginformasikan bahaya yang dapat terjadi pada setiap jenis pekerjaan, pekerja diharapkan bisa mengerti atau paham dengan kondisi bahaya dalam pekerjaannya, agar jika sewaktu-waktu bahaya timbul pada saat pekerja sedang bekerja maka pekerja tersebut dapat menghindarinya. b. Melaporkan hal-hal yang dapat menimbulkan kecelakaan Melaporkan hal-hal yang berpotensi dapat menimbulkan kecelakaan sangat penting, karena sangat menunjang dalam segala kegiatan pekerjaan. Contohnya: pada jalur yang telah dibuat untuk akses jalan memiliki risiko dapat menimbulkan bahaya seperti, jalan yang dapat mengakibatkan longsor dan jalan berlubang. Pekerja dapat melaporkan kepada atasan sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan jalur agar tidak terjadi kecelakaan pada pekerjaan lainnya. c. Membersihkan lingkungan kerja dan menempatkan peralatan kerja pada tempatnya. Dengan membersihkan lingkungan kerja dan menempatkan peralatan kerja pada tempatnya, ini pun dapat meminimisasi kecelakaan dan menggurangi risiko yang dapat terjadi dipekerjaan. Selain itu juga, dengan kondisi tersebut pekerja dapat juga meningkatkan produktivitas dalam bekerjanya. commit to user 72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Bekerja dengan aman Bekerja dengan aman menuntut para pekerja lebih teliti dalam melakukan kegiatan pekerjaannya dan berhati-hati dalam menggunakan peralatan, agar kemungkinan terjadinya kecelakaan dapat diminimisasi. e. Menggunakan personal protective equipment (PPE) yang sesuai Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai sangatlah penting bagi para pekerja. Hal ini merupakan salah satu budaya “selamat” dalam melakukan pekerjaan, agar risiko yang terjadi dalam pekerjaannya dapat dihindari. Selain dengan pemakaian alat pelindung diri yang sesuai, pekerja harus didukung dengan poin-poin a, b, c dan d atau telah dijelaskan diatas.
2.
Menumbuhkan
rasa
tanggung
jawab
perusahaan/proyek
terhadap
keselamatan dan kesehatan pekerja. Yang perlu dilakukan oleh perusahaan, yaitu: a. Evaluasi kerja disetiap jenis pekerjaan. Dengan dilakukan evaluasi kerja disetiap jenis pekerjaan, perusahaan dapat menggetahui risiko yang dapat terjadi pada setiap jenis pekerjaan dan perusahaan juga dapat meminimisasi bahaya yang dapat terjadi pada jenis pekerjaan tersebut. Dengan demikian, perusahaan dapat melakukan evaluasi setiap jenis pekerjaan seminggu sekali atau setiap selesai bekerja. b. Evaluasi tentang kinerja keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerja mulai dari melakukan pekerjaan sampai selesai bekerja. Hal ini bertujuan agar segala risiko yang akan terjadi pada setiap jenis pekerja dapat berkurang dan diminimisasi. Selain itu juga, dengan dilakukan evaluasi tentang kinerja keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerja, perusahaan dapat mengetahui pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja para pekerjanya. c. Menambahkan bagian Pengawas pada bagian K3. Dengan ditambahnya pengawas pada proyek akan meminimisasi risiko kerja yang dilakukan oleh pekerja. Selain itu juga, perusahaan dapat mengawas setiap pekerja-pekerja yang lalai dalam bekerja dan dapat memberikan warning.
commit to user 73
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Menambahkan alat pelindung diri (APD). Dengan penambahan jumlah alat pelindung diri, segala kemungkinan bahaya yang akan terjadi atau risiko terhadap pekerja didalam proyek dapat dihindari dan jika diperlukan penambahan jumlah pekerja, perusahaan tidak perlu khawatir dengan jumlah alat pelindung diri yang telah ada atau disediakan. e. Menambahkan jumlah rambu-rambu K3. Dengan penambahan jumlah rambu-rambu K3, segala kemungkinan bahaya yang akan terjadi atau risiko terhadap pekerja dapat dihindari dan jika suatu saat dapat menimbulkan bahaya dapat menggunakan ramburambu yang telah disediakan.
4.3.2. Usulan Memberikan Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan diberikan kepada para pekerja. Pelatihan ini berupa seminar atau penjelasan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja untuk menambah wawasan dalam lingkup keselamatan dan kesehatan kerja. Adapun tujuan dari pelatihan ini agar pekerja memiliki pengetahuan dan kemampuan mencegah kecelakaan kerja, mengembangkan konsep dan kebiasaan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja, memahami ancaman bahaya yang ada ditempat kerja dan menggunakan langkah pencegahan kecelakaan kerja.
commit to user 74
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pengolahan data, analisis dan usulan perbaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Penerapan
sistem
manajemen
keselamatan
dan
kesehatan
kerja
berdasarkan safety passport 7 rules, pekerja (responden) pada rule 1, rule 2, rule 3, rule 4, rule 5 dan rule 7 dengan kategori baik, tetapi pada rule 6 dengan kategori buruk.
2.
Faktor yang menyebabkan program keselamatan dan kesehatan kerja menjadi terhambat pada rule 6 adalah sebagai berikut: ·
Pekerja beranggapan keselamatan bersifat membatasi
·
Pekerja beranggapan keselamatan membutuhkan banyak uang
·
Pekerja beranggapan
keselamatan
bukan
sesuatu
yang harus
dikhawatirkan dan adapun faktor lain yaitu: ·
3.
Kurangnya rasa tanggung jawab pada diri sendiri
Usulan
perbaikan
berdasarkan
safety
paspport
7
rules
untuk
meminimalisir risiko kecelakaan kerja pada Pembangunan Hotel Brothers adalah sebagai berikut: ·
Menumbuhkan rasa tanggung jawab pekerja: a. Menginformasikan bahaya yang terjadi pada setiap jenis pekerjaan, b. Melaporkan hal-hal yang dapat menimbulkan kecelakaan, c. Membersihkan lingkungan kerja dan menempatkan peralatan kerja pada tempatnya, d. Bekerja dengan aman, e. Menggunakan personal protective equipment (PPE) yang sesuai, commit to user f. Menambahkan alat pelindung diri,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
g. Menambahkan rambu-rambu K3 ·
5.2.
Memberikan pelatihan K3
Saran
Adapun
saran
yang
diberikan
kepada
pihak
perusahaan
untuk
dapat
dipertimbangkan dari hasil penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1.
Untuk pembangunan atau pekerjaan selanjutnya perusahaan dapat menggunakan Safety Passport 7 Rules, sehingga dapat diketahui pemahaman setiap pekerja yang bekerja dipekerjaan selanjutnya.
2.
Evaluasi kerja pada setiap jenis pekerjaan
3.
Evaluasi tentang kinerja keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerja mulai dari melakukan pekerjaan sampai selesai bekerja
4.
Menambahkan bagian Pengawasaan pada bagian K3
5.
Menambahkan alat pelindung diri (APD).
6.
Menambahkan jumlah rambu-rambu K3.
commit to user
76