STRATEGI PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BAITUL MAL WAT TAMWIL (BMT) GUNA LESTARI JEPARA JAWA TENGAH (periode 2013-2014)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata I
Disusun oleh: Eva Rusdiana NIM 11240093 Pembimbing : Hj. Early Maghfiroh Innayati, S.Ag., M.Si NIP. 19741025 199803 2 001
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2015
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya sederhana ini untuk: Jurusan Manajeman Dakwah Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
v
MOTTO
ان
ا
ة وان
ةا
ن
ة
وان آ ن ذ و
آ Artinya :
Dan jika ( orang berhutang itu ) dalam kesulitan, maka berilah tenggang waktu sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu menyedehkankan, itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui (QS. Al-Baqarah : 280)
& 'آ
%$" ! ا ا آ (" ل
! ا ا اذا ا# اا "( و
Artinya : Wahai orang – orang yang beriman, apabila kamu melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya, Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar (QS. Surat AlBaqarah : 282)
vi
KATA PENGANTAR ة
وا.ون
( )*+ ,و
ا
آ و آ
- وأ/
ا
ا
و! ( و
&ا .
ى ود
- ' ,
ما
! ر#!ي ار% ا ' ا& ا
*0 ( ا+ 1 ( اآ
!ر
م3 وا
ن ا34
Segala puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW. Akhirnya setelah melalui perjalanan dan perjuangan panjang skripsi yang berjudul “Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Pada Pembiayaan Mudharabah Di Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Guna Lestari Jepara Jawa Tengah ” mampu diselesaikan oleh penyusun. Dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, petunjuk serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terimakasih kepada: 1. Prof. Drs. H. Minjahi. MA., Ph.D selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2. Dr. Nurjanah, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 3. Drs. M. Rosyid Ridla, M.Si. selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 4. Achmad Muhammad, M.Ag. selaku sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
vii
5. Hj. Early Maghfiroh Innayati, S.Ag., M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah banyak berbagi ilmu dan meluangkan waktunya serta kesabaranya untuk memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 6. Aris Risdiana, S.Sos.I, MM. selaku dosen penasehat akademik yang telah memberikan bimbingan dan motivasi selama penyusun menyelesaikan perkuliahan. 7.
Seluruh dosen dan karyawan di lingkungan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah memberikan sumbangsih keilmuan dan selalu memotivasi penyusun.
8.
Muhammad Kamil Aziz, S.S selaku direktur Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Guna Lestari Jepara, Muhammad Agus Miftahul Huda, S.E, selaku Kabag Pembiayaan dan seluruh staff Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Guna Lestari Jepara atas bantuan dan kerjasamanya dalam menyelesaikan penelitian ini.
9.
Ayahanda Romaji dan Ibunda Susenik serta adik-adik ku yang kusayangi (taufik, nisa, faisal) dan seluruh keluarga besarku yang telah memberikan nasihat, kasih sayang, motivasi, semangat, dan doa yang tiada henti kepada penyusun.
10. KH. Mukhtar Azhari dan Nyai Hj. Siti Khodijah (Almarhum) terimakasih atas ilmu agamanya dan Simbah Nyai Hj. Hadiah Abdul Hadi, Drs. KH. Jalal Suyuti, Ibu Nyai Hj. Nelly Umi Halimah yang senantiasa penulis harapkan do’a dan nasihatnya.
viii
11. Sahabat-sahabatku di asrama Abdul Hadi Cetre (AHC) PP. Wahid Hasyim Yogyakarta. 12. Sahabat-sahabat MD angkatan 2011 yang tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu yang telah berjuang bersama mencari ilmu dan pengalaman di jurusan Manajemen Dakwah. 13. Keluarga baru di sapen dek tesy, dek diana dan dek tika terimakasih atas canda, ilmu, serta motivasi. 14. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberi masukan-masukan dan bantuan guna penyelesaian skripsi ini. Kemudian hanya kepada Allah SWT penyusun berdoa semoga kebaikan dan keikhlasan mereka mendapat balasan yang jauh lebih baik dari Allah SWT. Akhirnya, skripsi ini adalah buah dari berprosesnya penyusun yang masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak penyusun harapkan demi kebaikan di masa yang akan datang. Hanya kepada Allah lah kami mohon ampun dan hanya kepada-Nya kami mohon petunjuk. Semoga bermanfaat.
Yogyakarta, 7 Juni 2015 Penyusun
Eva Rusdiana
ix
ABSTRAK Eva Rusdiana (11240093), Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Pada Pembiayaan Mudharabah di Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Guna Lestari Jepara Jawa Tengah(periode tahun 2013-2014), Skripsi. Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2015. Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) sudah barang tentu memberikan pelayanan kredit atau pembiayaan kepada nasabah. Akan tetapi dengan perkembangan selanjutnya muncul permasalahan jika kemudian dana yang sudah di cairkan kepada nasabah atau debitur tersebut ternyata mengalami permasalahan atau kesulitan untuk mengembalikan dana yang sudah di pinjam dari BMT. Dari uraian permasalahan diatas sekiranya perlu diadakan sebuah penelitian tentang bagaimana strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah pada pembiayaan mudharabah yang mengalami permasalahan di Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Guna Lestari Jepara (periodebulan Januari – April tahun 20132014). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah pada pembiayaan mudharabah di BMT Guna Lestari Jepara. Penelitaian ini merupakan penelitian lapangan, dimana pengumpulan data diperoleh dengan cara observasi dan wawancara langsung kepada direktur, staff dan nasabah yang mengalami pembiayaan bermasalah di BMT Guna Lestari Jepara, observasi, dan dokumentasi dari lembaga tersebut. Analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kualitatif dengan tujuan untuk mendeskripsikan pengambaran serta menguraikan data yang terkumpul mengenai strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah pada pembiayaan mudharabah di Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Guna Lestari Jepara Jawa Tengah. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam penanganan terhadap nasabah yang mengalami pembiayaan bermasalah, Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Guna Lestari Jepara menggunakan strategi sebagai berikut, yaitu : rescheduling, reconditioning, restructuring dan sita jaminan tetapi strategi restructuring dan sita jaminan jarang di lakukan BMT terhadap nasabah yang mengalami pembiayaan bermasalah. Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) mempunyai Strategi sendiri yaitu apabila nasabahnya perempuan maka yang menagih angsuran dari pihak BMT laki-laki dan sebaliknya.
Kata kunci : Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah
x
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA Transliterasi yang dipakai dalam Skripsi ini adalah pedoman Transliterasi Arab-Indonesia Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988. A. Konsonan Tunggal Huruf Arab
Nama
Huruf Latin
Keterangan
ا
Alif
Tidak dilambangkan
ب
ba’
tidak dilambangka n B
ta’
T
Te
ṡa’
ṡ
es (dengan titik di atas)
ج
jim
J
Je
ح
ḥa
ḥ
ha (dengan titik di bawah)
خ
kha
Kh
ka dan ha
د
dal
D
De
ذ
żal
Ż
zet (dengan titik di atas)
ر
ra’
R
Er
ز
zai
Z
Zet
س
sin
S
Es
ش
syin
Sy
es dan ye
ص
ṣad
ṣ
es (dengan titik di bawah)
ض
ḍad
ḍ
de (dengan titik dibawah)
ط
ṭa’
ṭ
te (dengan titik dibawah)
ظ
ẓa’
ẓ
zet (dengan titik dibawah)
ع
‘ain
‘
koma terbaik di atas
غ
gain
G
Ge
ف
fa’
F
Ef
Be
xi
ق
qaf
Q
Qi
ك
kaf
K
Ka
ل
lam
L
El
م
mim
M
Em
ن
nun
N
En
و
wawu
W
We
ha’
H
Ha
hamzah
‘
Apostrof
ya’
Y
Ye
ي
B. Konsonan Rangkap karena Syaddah ditulis rangkap dituli
muta‘aqqidīn
s
‘iddah
dituli
C. Ta’ Marbutah 1.
Bila dimatikan ditulis
ditulis
hibbah
ditulis
jizyah
(ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti shalat, zakat, dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya). Bila diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan h.
karāmah al-auliyā’
Ditulis
2. Bila ta’ marbutah hidup atau dengan harkat, fathah, kasrah, dan dammah ditulis t.
xii
Ditulis
zakātul fiṭri
D. Vokal Pendek kasrah fathah dammah
ditulis ditulis ditulis
i a u
E. Vokal Panjang
fathah + alif fathah + ya’ mati kasrah + ya’ mati dammah + wawu mati
Ditulis
A
Ditulis
Jāhiliyyah
Ditulis
A
Ditulis
yas’ā
Ditulis
Ī
Ditulis
Karīm
Ditulis
U
Ditulis
Furūd
Ditulis
Ai
Ditulis
Bainakum
Ditulis
Au
Ditulis
Qaulum
F. Vokal Rangkap fathah + ya’ mati fathah + wawu mati
G. Vokal Pendek yang Berurutandalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof ditulis ditulis ditulis
a‘antum u‘idat la‘in syakartum
H. Kata Sandang Alif + Lam 1. Bila diikuti Huruf Qamariyah
xiii
al-Qura‘ān al-Qiyās
ditulis ditulis
2. Bila diikuti Huruf Syamsiyah ditulis dengan menggandakan huruf syamsiyyah yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf l (el)-nya.
as-Samā’ asy-Syams
ditulis ditulis
I. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat
ditulis ditulis
ẓawī al-furūẓ ahl as-sunnah
xiv
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................
ii
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI ...........................................................
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN.......................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................
v
HALAMAN MOTTO .................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ................................................................................
vii
ABSTRAK ..................................................................................................
x
PEDOAN TRANSLITERASI ARAB LATIN ...........................................
xi
DAFTAR ISI ..............................................................................................
xv
BAB I : PENDAHULUAN A. Penegasan Judul ..............................................................................
1
B. Latar Belakang Masalah ..................................................................
3
C. Rumusan Masalah ...........................................................................
9
D. Tujuan Penelitian ............................................................................
9
E. Kegunaan Penelitian........................................................................
9
F. Kajian Pustaka.................................................................................
10
G. Landasan Teori ................................................................................
12
xv
H. Metode Penelitian............................................................................
27
I. Sistematika Pembahasan .................................................................
31
BAB II : GAMBARAN UMUM BAITUL MAL WAT TAMWIL (BMT) GUNA LESTARI JEPARA A. Sejarah Berdirinya Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Guna Lestari Jepara Jawa Tengah........................................................................
34
B. Visi, Misi dan Tujuan didirikan Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Guna Lestari Jepara Jawa Tengah ...................................................
37
C. Struktur Organisasi Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Guna Lestari Jepara Jawa Tengah.........................................................................
39
D. Produk – Produk Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Guna Lestari Jepara Jawa Tengah ........................................................................
40
E. Syarat – syarat pengajuan pembiayaan Mudharabah .....................
41
F. Prosedur pengajuan pembiayaan Mudharabah ...............................
43
BAB III : ANALISIS STRATEGI PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PEMBIAYAAN MUDHARABAH A. Strategi Penyelesaian Pembiayaan Mudharabah ............................
50
B. Pencegahan Pembiayaan Bermasalah .............................................
58
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan .....................................................................................
xvi
77
B. Saran ................................................................................................ DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN CURICULUM VITAE
xvii
78
1
BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Untuk menghindari kesalah pahaman dalam memahami skripsi yang berjudul “Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah pada Pembiayan Mudharabah di Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Guna Lestari Jepara Jawa Tengah” maka peneliti perlu menegaskan istilah – istilah yang terdapat pada judul sebagai berikut : 1. Strategi Penyelesaian Strategi penyelesaian adalah upaya yang dilakukan bank dalam rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya, antara lain melalui penjadwalan (recsheduling), persyaratan kembali (reconditioning), dan penataan kembali (restructuring), dan penyitaan jaminan.1 Strategi penyelesaian yang dimaksud oleh peneliti adalah suatu strategi penyelesaian pembiayaan mudharabahyang kurang lancar yang ada di BMT Guna Lestari Jepara Jawa Tengah. 2. Pembiayaan Bermasalah Pembiayaan bermasalah adalah nasabah yang tidak bertanggung jawab atau melanggar perjanjian yang telah disepakati, sehingga terjadi pembiayaan bermasalah. Pembiayaan
1
A. Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syari’ah (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2012), hlm. 447
2
bermasalah ini dapat berupa: pembiayaan yang tidak lancar, diragukan, perhatian khusus dan macet.2 Pembiayaan bermasalah yang dimaksud peneliti dalam skripsi ini adalah pembiayaan bermasalah dalam kategori kurang lancar yaitu pembiayaan yang tidak masuk dalam kategori pembiayaan lancar, diragukan, macet, dan perhatian khusus, yaitu pembiayaan
yang
mengalami
tunggakan
angsuran
pokok
melampaui satu bulan atau sejak jatuh tempo menurut perjanjian yang telah disepakati. 3. Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan mudharabah adalah salah satu akad kerjasama kemitraan berdasarkan prinsip berbagi untung dan rugi (profit and lost sharing principle) dilakukan sekurang-kurangnya oleh dua pihak, dimana yang pertama memiliki dan menyediakan modal, yang disebut shahib al-mal, yang kedua memiliki keahlian (skill) dan bertanggung jawab atas pengelolahan dana atau manajemen usaha (proyek) halal tertentu, disebut mudharib.3 Pembiayaan yang dimaksud peneliti dalam skripsi ini adalah pembiayaan dimana keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi di tanggung pemilik modal selama kerugian 2
Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), hlm.
312 3
Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Keuangan Makro Keuangan Syari’ah, cet. Ke-1 (Yogyakarta: UII Press, 2002), hlm. 32
3
itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Modal yang diberikan oleh BMT Guna Lestari minimal dua puluh juta, tergantung dengan usaha yang akan di dirikan oleh si pengelolah. 4. Baitul Mal wat Tamwil (BMT) Guna Lestari Jepara Jawa Tengah Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Guna Lestari Jepara adalah merupakan lembaga keuangan yang didirikan dengan tujuan pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang beralamat di Jl. Wonosari Tahunan Jepara dengan akte notaris Badan Hukum No. 518/279/BH/XIV.10/V/2011. BMT Guna Lestari juga menawarkan berbagai produk kepada masyarakat baik di bidang pengumpulan dana maupun pembiayaan. BMT Guna Lestari merupakan salah satu upaya bagi masyarakat untuk meningkatkan perekonomian menengah kebawah. Jadi, yang dimaksud peneliti dengan judul “Strategi Penyelesaian Pembiayaan Mudharabah Kurang Lancar di BMT Guna Lestari” adalah untuk mengetahui strategi penyelesaian pembiayaan mudharabah yang terjadi pada pembiayaan kurang lancar di BMT Guna lestari. BMT Guna Lestari harus siap dengan resiko yang dihadapinya yaitu nasabah mengalami kesulitan dalam mengembalikan dana yang diperoleh kepada pihak BMT, atau adanya cidera janji nasabah kepada BMT yang menyebabkan pembiayaan bermasalah. Oleh sebab itu BMT harus siap dengan resiko tersebut dan mempersiapkan strategi apa saja yang akan digunakan apabila BMT mengalami hal tersebut.
4
B. Latar Belakang Masalah Sebuah lembaga keuangan konvensional maupun syari’ah harus mempunyai strategi untuk mengatasi permasalahan yang akan datang. Permasalahan yang sering kita jumpai di lembaga keuangan adalah pembiayaan kurang lancar.Lahirnya lembaga keuangan yang berbasis syari’ah mengalami proses yang panjang dan baru bisa dilegalkan oleh pemerintah menyusul dikeluarkannya undang-undang perbankan no. 7 tahun 1992 yang berisi tentang kebebasan untuk menentukan jenis imbalan yang
akan
diambil
oleh
perbankan.
Diperkuat
lagi
dengan
diberlakukannya undang-undang perbankan no. 10 tahun 1998, dimana industri perbankan Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu perbankan yang beroperasi berdasarkan bunga (bank konvensional) dan bank yang beroperasi berdasarkan bagi hasil (bank syari’ah).4 Hal ini yang mendorong menjamurnya lembaga keuangan syari’ah di Indonesia di samping lembaga perbankan konvensional. Antara pihak BMT dengan nasabah, sebelum melakukan transaksi pembiayaan selalu membuat kesepakatan yang di setujui oleh kedua belah pihak, dan kesepakatan tersebut tertuang dalam sebuah akad pembiayaan, baik untuk pembiayaan mudharabah, musyarakah, maupun murabahah. Dengan demikian secara otomatis keduanya telah terikat oleh perjanjian dan hukum yang telah di buat bersama.5
4 Muhammad “kesepakatan-kesepakatan dan implikasinya dalam kontrak mudharabah” mukadimah jurnal study Islam, no. 15 th, IX (2003), hlm. 210 5
Subekti, Hukum Perjanjian, cet. VI, (Jakarta: Intermesa, 1996), hlm. 1)
5
Banyaknya nasabah yang mengalami pembiayaan bermasalah di BMT Guna Lestari ini di karenakan usaha nasabah kurang lancar. Nasabah yang mengalami pembiayaan bermasalah di BMT Guna Lestari ini hampir semua nasabah usaha mereka meubel furniture. Mereka mengalami pembiayaan bermasalah dikarenakan barang jualan meubelnya belum di bayar 100% oleh atasannya yang bekerja sama dengan mereka. Dan pembayaran barang meubel mereka hanya di bayar ketika hari kamis 50%70% uang yang nasabah terima dari atasan yang membeli barang meubel furniture mereka. Sisa pembayaran 30% akan dibayar minggu depan ketika ada pesanan furniture. Kasus pembiayaan bermasalah terjadi tidak secara tiba-tiba, karena pada umumnya sebelum mengalami pembiayaan bermasalah terlebih dahulu tahap bermasalah. Pada tahap ini BMT akan memperingatkan secara kekeluargaan apabila tidak bisa maka akan diadakan akad ulang. Resiko umum yang dihadapi BMT adalah kegagalan peminjam dalam pengembalian angsuran pembiayaan. Pembiayaan yang telah diberikan kepada anggota harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur pemberian pembiayaan dan ketentuan intern BMT yang berlaku, oleh karena itu perlu adanya strategi khusus oleh account officer agar tidak terjadi asimetrik informasi antar BMT dan nasabah. BMT Guna Lestari perlu mengadakan upaya-upaya yang harus dilakukan agar tetap bertahan ditengah-tengah persaingan lembaga keuangan Islam. Upaya tersebut bisa berupa pencegahan dan penanganan
6
terhadap nasabah yang mengalami pembiayaan bermasalah dalam mengembalikan pinjaman. BMT Guna Lestari adalah salah satu BMT yang sudah berkembang di wilayah Jepara. Sebelum melakukan penelitian di BMT Guna Lestari, peneliti terlebih dahulu sudah melakukan interview kepada pegawai dan account officer di BMT Guna Lestari Jepara. Pada saat interview dilapangan, diperoleh informasi bahwa permasalahan yang sedang dihadapi adalah pada saat bank merealisasikan dana untuk pembiayaan, dimana para nasabah sulit mengembalikan dana pinjaman6, maka permasalahan tersebut masuk pada kategori pembiayaan bermasalah yang sesuai dengan masing-masing kolektabilitasnya. Salah satu bentuk pembiayaan yang cukup mendominasi di BMT Guna Lestari Jepara adalah pembiayaan mudharabah. Dari uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk membahasnya lebih lanjut, topik penelitian dengan menfokuskan masalah penelitian pada strategi penyelesaian pembiyaan mudharabah di Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Guna Lestari Jepara. C. Rumusan Masalah Bagaimana strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah pada pembiayaan mudharabah di Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Guna Lestari Jepara Jawa Tengah.
6
Wawancara ibu Asfiyah selaku Teller di BMT Guna Lestari, tanggal 23 Januari 2015, pukul 11.00
7
D. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui dan mendeskripsikan strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah pada pembiayaan mudharabah di Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Guna Lestari Jepara. E. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran secara teoritik maupun konseptual dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Manajemen Lembaga Keuangan Islam terkait dengan masalah strategi dalam menangani pembiayaan bermasalah. 2. Secara Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi lembaga keuangan Syari’ah (BMT), khususnya bagi BMT Guna Lestari agar dapat menyelesaikan suatu masalah, khususnya yang berhubungan dengan penyelesaian pembiayaan bermasalah, harus menggunakan strategi yang sesuai dengan kondisi nasabah. Serta diharapkan penelitian ini menjadi salah satu jawaban terhadap pandangan negatif sebagian anggota masyarakat terhadap lembaga keuangan islam. F. Kajian Pustaka Dalam perkembangan perekonomian di Indonesia banyak sekali tumbuh dan berkembang lembaga-lembaga perbankan syari’ah yang pada sistem operasionalnya didasarkan pada sistem syari’ah.
Upaya untuk
8
melihat posisi penelitian ini menjadi penting untuk dideskripsikan penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Dalam bukunya Syafi’i Antonio yang berjudul Bank Syari’ah dari Teori dan Praktek menjelaskan tentang prinsip-prinsip dasar perbankan syari’ah diantaranya adalah prinsip titipan, bagi hasil, jual beli, sewa menyewa, dan jasa. Selain itu juga mengupas sistem operasional dalam perbankan
yang
berhubungan
dengan
penghimpunan
dana
dan
pembiayaan.7 Skripsi yang membahas mengenai pembiayaan bermasalah yang ditulis oleh saudara Halimatul Azza yang berjudul “Teknik Penyelesaian Pembiayaan Mudharabah Di Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS) Mitra Cahaya Indonesia (MCI) Yogyakarta”. Skripsi tersebut menjelaskan bahwa
dalam
penanganan
terhadap
nasabah
yang
mengalami
pembiayaannya bermasalah, BPRS MCI menggunakan teknik sebagai berikut, yaitu : rescheduling, reconditioning, restructurisasi. Untuk sita jaminan, sejauh BPRS MCI beroperasi belum pernah menerapkan kepada nasabah yang pembiayaannya bermasalah, sekalipun pembiayaan nasabah tersebut sudah masuk tahap macet.8 Skripsi Evi Septi Hernawati dengan judul “Manajemen Resiko Pembiayaan Di Baitul Mall Wat Tamwil (BMT) Forsitama Kalitirto Bebah 7
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek (Gema Insani: Jakarta, 2001), hlm. 135 8
Halimatul Azzah, Teknik Penyelesaian Pembiayaan Murabahah yang Bermasalah di Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS) Mitra Cahaya Indonesia (MCI) Yogyakarta, skripsi, (tidak diterbitkan), (Fakultas Dakwah, UIN Sunan Kalijaga, 2012), hlm. 49
9
Sleman Yogyakarta”. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui manajemen resiko pembiayaan di BMT Forsitama telah dilaksanakan dengan baik. Terbukti dengan adanya pembiayaan macet 0,12% dari jumlah pembiayaan. Manajemen resiko pembiayaan yang digunakan dalam mengidentifikasi resiko pembiayaan yaitu dengan survei dan wawancara. Dalam pemantauannya BMT menggunakan beberapa cara seperti memantau pelunasan nasabah, rekening anggota, usaha nasabah dan lainlain dan untuk mengendalikan resiko BMT mempunyai cara yaitu penetapan prosedur dan kebijakan pembiayaan, asuransi, peningkatan SDM, dan penagihan intensif.9 Skripsi Dian Kusuma Wardani “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Di BMT Wilayah Sleman Yogyakarta”. Skripsi ini menjelaskan bahwa di BMT Wilayah Sleman Yogyakarta sudah sesuai dengan prinsip hukum Islam, dimana BMT-BMT di sleman selalu mengedepankan jalur musyawarah dalam setiap penyelesaiannya. Walaupun pada akhirnya akan di tempuh upaya-upaya penyelesaian yang lain seperti penjadwalan ulang, penghapusan hutang, bahkan melalui eksekusi jaminan, tetapi bisa dipastikan bahwa selalu ada musyawarah dalam setiap proses penyelesaiannya.10
9
Evi Septi Hernawat, “Manajemen Risiko Pembiayaan Di Baitul Mall Wat Tamwil (BMT) Forsitama Kalitirto Berbah Sleman Yogyakarta”, Skripsi (tidak diterbitkan), (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014) 10 Dian Kusuma Wardani, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Di BMT Wilaya Sleman Yogyakarta”, Skripsi (tidak diterbitkan), (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012)
10
Dari penelitian diatas, peneliti lebih tertarik untuk meneliti tentang strategi
yang
digunakan
di
BMT
Guna
Lestari
Jepara
dalam
menyelesaikan pembiayaan bermasalah. Sehingga ketika BMT Guna Lestari Jepara sudah meminjamkan dana untuk pembiayaan kepada nasabah, pada saat itulah BMT harus siap dengan resiko yang dihadapi dan mempersiapkan strategi apa saja yang hendak digunakan apabila permasalahan pembiayaan itu datang. G. Kerangka Teori 1. Tinjauan Umum Tentang Strategi Penyelesaian Bermasalah a. Pengertian strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah Strategi penyelesaian adalah upaya yang dilakukan bank dalam rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya, antara lain melalui penjadwalan (recsheduling), persyaratan kembali (reconditioning), dan penataan kembali (restructuring), dan penyitaan jaminan.11 Terdapat beberapa peraturan Bank Indonesia yang berlaku bagi Bank Umum Syari’ah (BUS) dan Unit Usaha Syari’ah (UUS) dalam melakukan strategi pembiayaan, yaitu: 1) Peraturan Bank Indonesia No. 10/18/PBI/2008 tanggal 25 September 2008 tentang stretegi pembiayaan Bank Umum Syari’ah dan Unit Usaha Syari’ah, sebagaimana
11
A. Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syari’ah (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2012), hlm. 447
11
telah diubah dengan FBI No. 13/9/PBI/2011 tanggal 8 Februari 2011. 2) Surat Edaran Bank Indonesia No. 10/34/DPbs tanggal 22 Oktober 2008 dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 10/35/DPbs tanggal 22 Oktober 2008 perihal Strategi Pembiayaan bagi Bank Umum Syari’ah dan Unit Usaha Syari’ah, sebagaimana telah diubah dengan SEBI No. 13/18/DPbs tanggal 30 Mei 2011. Dari ketentuan Bank Indonesia di atas dapat disimpulkan bahwa strategi adalah upaya yang dilakukan bank dalam rangka membantu nasabah yang masih mempunyai prospek usaha agar dapat menjalankan kegiatan usahanya kembali sehingga dapat menyelesaikan kewajibannya kepada bank.12 b. Macam-macam Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Dari ketentuan Bank Indonesia, strategi penyelesaian berdasarkan prinsip syari’ah dilakukan penyelamatan terhadap pembiayaan bermasalah dengan cara sebagai berikut, yaitu:13 1)
Rescheduling Yaitu
debitur
diberikan
keringanan
dalam
memperpanjang jangka waktu kredit dan jangka waktu
12
13
Ibid., hlm. 448
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syari’ah (Yogyakarta:UPP AMP YKPN, 2005), hlm. 165-167
12
angsuran. Sehingga debitur mempunyai waktu yang lebih lama untuk mengembalikannya dan angsuran pun menjadi mengecil seiring dengan penambahan jumlah angsuran. 2)
Reconditioning Yaitu mengubah berbagai persyaratan yang ada seperti : penundaan pembayaran sampai waktu tertentu, a) Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu, maksudnya
hanya
bunga
yang
dapat
ditunda
pembayarannya, sedangkan pokok pinjamnnya tetap harus dibayar seperti biasa. b) Penurunan suku bunga, maksudnya penurunan suku bunga akan mempengaruhi jumlah angsuran yang semakin
mengecil
sehingga
diharapkan
dapat
membantu meringankan nasabah. c) Pembebasan bunga yaitu diberikan kepada nasabah dalam pertimbangan nasabah sudah akan mampu lagi membayar kredit tersebut. Akan tetapi, nasabah tetap mempunyai
kewajiban
untuk
membayar
pokok
pinjaman sampai lunas. 3)
Restructuring Dengan menambah jumlah kredit dan equity yaitu dengan menyetor uang tunai dan uang tambahan dari pemilik.
13
4)
Penyitaan Jaminan Cara tersebut merupakan jalan terakhir apabila nasabah benar-benar tidak punya etikad baik maupun sudah tidak mampu lagi untuk membayar semua hutang-hutangnya. Masalah penyitaan jaminan di bank sangat tergantung pada kebijakan manajemen. Ada yang melakukan eksekusi, namun ada pula yang tidak melakukan eksekusi jaminan nasabah
yang
mengalami
kemacetan
pembiayaan.
Kalaupun dengan terpaksa harus dilakukan penyitaan, maka penyitaan dilakukan kepada nasabah yang memang nakal dan tidak mengembalikan pembiayaan. Namun tetap dilakukan dengan cara sebagaimana diajarkan menurut ajaran Islam, seperti :14 1) Simpati
: sopan, menghargai, dan focus ke tujuan
penyitaan. 2) Empati
: menyelami keadaan nasabah, bicara seakan
untuk kepentingan nasabah, membangkitkan kesadaran nasabah untuk mengembalikan utangnya. 3) Menekan : tindakan ini dilakukan jika dua tindakan sebelumnya tidak diperhatikan.
14
Ibid., hlm. 170
14
Apabila cara ketiga tetap tidak berhasil dilakukan , maka cara-cara yang ditempuh adalah dengan cara sebagai berikut, yaitu:15 1) Menjual barang jaminan Prosedur yang dijalankan dalam hal ini adalah jika sebelumnya telah diadakan perjanjian terlebih dahulu secara tertulis untuk menjual barang jaminan. Jika nilai jaminan tersebut tidak sebanding dengan nilai yang dipinjamkan maka salah satu kedua belah pihak harus menutupinya. Prosedur penjualan barang jaminan adalah dijual kemudian dikonversikan lalu ditutup. 2) Menyita barang senilai dengan nilai pinjaman Prosedur ini hanya dapat dilakukan jika sebelumnya telah ada perjanjian tertulis untuk menyita barang yang senilai dengan pinjaman. 2. Pembiayaan Bermasalah a. Pengertian Pembiayaan Bermasalah Bagi nasabah yang
tidak bertanggung jawab atau
melanggar perjanjian yng telah disepakati, biasanya mengalami pembiayaan bermasalah. Pembiayaan bermasalah ini dapat berupa:
15
Ibid., hlm. 171
15
pembiayaan yang tidak lancar, diragukan, perhatian khusus dan macet.16 b. Macam-macam pembiayaan bermasalah Ketidak lancaran nasabah dalam membayar angsuran pokok maupun bagi hasil/profit margin pembiayaan menyebabkan adanya kolektabilitas
pembiayaan.
Secara
umum
kolektabilitas
pembiayaan dikategorikan menjadi lima macam, yaitu:17 1)
Lancar atau kolektabilitas 1, adalah pembiayaan apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: a) Tidak terdapat tunggakan angsuran pokok. b) Terdapat tunggakan angsuran pokok tetapi belum melampaui 6 bulan. c) Terdapat cerukan rekening giro tetapi jangka waktunya belum melampaui 15 hari kerja.
2)
Kurang lancar atau kolektabilitas 2, adalah pembiayaan apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: a) Terdapat angsuran pokok yang melampaui batas 2 bulan bagi pembiayaan dengan angsuran kurang dari 1 bulan.
16
Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), hlm.
312 17
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syari’ah (Yogyakarta: AMP YKPN, 2005), hlm. 165
16
b) Melampaui 3 bulan dan belum melampaui 6 bulan bagi pembiayaan
yang
masa
angsurannya
ditetapkan
bulanan, dua bulan atau tiga bulanan. c) Melampaui 6 bulan tetapi belum melampaui 12 bulan bagi pembiayaan yang masa angsurannya ditetapkan 6 bulanan atau lebih. d) Terdapat tunggakan bagi hasil atau profit margin, tetapi melampaui 1 bulan, tetapi belum melampaui 3 bulan bagi pembiayaan dengan masa angsuran kurang 1 bulan. e) Melampuai 3 bulan, tetapi belum melampaui 6 bulan bagi pembiayaan yang masa angsurannya lebih dari 1 bulan. f) Terdapat cerukan karena penarikan jangka waktunya belum melampaui 15 hari kerja. 3)
Diragukan atau kolektabilitas 3, adalah pembiayaan yang bersangkutan tidak memenuhi kriteria lancar dan kurang lancar, seperti pada kriteria lancar dan kurang lancar dan tetapi berdasarkan penilaian dapat disimpulkan, bahwa: a) Pembiyaan dapat diselamatkan dan agunannya sekurangkurangnya 75% dari hutang peminjam termasuk bagi hasil atau profit margin.
17
b) Pembiayaan tidak dapat diselamatkan tetapi agunannya masih bernilai sekurang-kurangnya 100% dari hutang peminjam. 4)
Perhatian khusus atau kolektabilitas 4, pembiayaan yang apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: a) Terdapat tunggakan angsuran pokok atau bunga yang telah melampaui 90 hari b) Sering terjadi cerukan c) Frekuensi mutasi rekening relatif rendah d) Terjadi pelanggaran kontrak yang telah diperjanjikan selam 90 hari e) Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur f) Dokumentasi pinjaman yang lemah
5)
Macet atau kolektabilitas 5, pembiayaan yang apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: a) Tidak memenuhi kriteria lancar, kurang lancar dan diragukan. b) Memenuhi kriteria diragukan tersebut tetapi jangka waktu 21 bulan sejak digolongkan diragukan belum ada pelunasan atau usaha penyelamatan. c) Pembiyaan tersebut penyelesaiannya telah diserahkan kepada pengadilan negeri atau Badan Urusan Piutang Negara (BUPN) atau telah diajukan penggantian rugi
18
kepada perusahaan asuransi kredit di Badan Arbitrase Syari’ah. 3. Tinjauan Pembiayaan mudharabah a. Pengertian pembiayaan mudharabah Pembiayaan mudharabah adalah salah satu akad kerjasama kemitraan berdasarkan prinsip berbagi untung dan rugi (profit and lost sharing principle), dilakukan sekurang-kurangnya oleh dua pihak, dimana yang pertama memiliki dan menyediakan modal, yang disebut shahib al-mal, yang kedua memiliki keahlian (skill) dan bertanggung jawab atas pengelolaan dana atau manajemen usaha (proyek) halal tertentu, disebut mudharib.18 Dalam pembiayaan mudharabah bagi hasil merupakan perjanjian atau ikatan kedua belah pihak atau lebih dalam melakukan kegiatan usaha. Usaha tersebut diperjanjikan adanya pembagian hasil atau keuntungan yang akan di dapat antara kedua belah pihak atau lebih. Bagi hasil dalam sistem keuangan syari’ah merupakan ciri khusus yang ditawarkan kepada masyarakat dan di dalam aturan syari’ah yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan terlebih dahulu pada awal terjadinya kontrak (akad). Besarnya penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama dan harus terjadi dengan adanya kerelaan. 18
Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Keuangan Makro Keuangan Syariah, cet. Ke-1 (Yogyakarta: UII Press, 2002), hlm. 32
19
b. Syarat – syarat pembiayaan mudharabah Untuk keabsahan Mudharabah harus dipenuhi beberapa syarat yang berkaitan dengan ‘aqad, modal, dan keuntungan. 1) Syarat yang berkaitan dengan ‘aqad Adapun syarat-syarat yang berkaitan dengan ‘aqad adalah bahwa ‘aqad baik pemilik modal maupun pengelola (mudarib) harus
orang
yang
memiliki
kecakapan
hukum
untuk
memberikan kuasa dan melaksanakan wakalah.19Hal itu dikarenakan mudarib melakukan tasarruf atas perintah pemilik modal dan ini mengandung arti pemberian kuasa. Akan tetapi, tidak disyaratkan ‘Aqidain harus muslim. Dengan demikian, Mudharabah bisa dilaksanakan anatara muslim dan zimmi atau muata’man yang ada di negeri Islam.20 Disamping juga disyaratkan ‘aqidain harus cakap melakukan tasarruf. Oleh karena itu, Mudharabah tidak sah dilakukan oleh anak yang masih di bawah umur, orang gila, atau orang yang dipaksa.21
19
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional, No: 07/DSN-MUI/2000, tentang Pembiayaan Mudarabah. 20
21
Ibid., hlm. 374
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 374, dikutip dari Ali Fikr, Al-Maddiyah wa Adabiyah, Matba’ah Mustafa al-Babi al- Halabi, hlm. 163
20
2) Syarat- syarat yang berkaitan dengan modal Syarat-syarat yang berkaitan dengan modal adalah sebagai berikut: a. Modal harus berupa uang tunai, seperti dinar, dirham, rupiah, atau dolar, dan sebagainya, sebagaimana halnya yang berlaku dalam syirkah ‘inan. Apabila modal berbentuk barang, baik tetap maupun bergerak, menurut jumhur ulama Mudharabah
tidak
sah.
Karena
dengan
demikian
keuntungan menjadi tidak jelas ketika akan dibagi, dan akan menimbulkan perselisihan diantara pemilik modal dan pengelola.22 b. Modal harus jelas dan diketahui ukurannya. Apabila modal tidak jelas maka Mudharabah tidak sah.23 c. Modal harus ada dan tidak boleh berupa utang, tetapi berarti harus ada di majlis akad. d. Modal harus diserahkan kepada pengelola, agar dapat digunakan untuk kegiatan usaha. Karena modal tersebut merupakan amanah yang berada di tangan pengelola.
22
23
Ibid., hlm. 374., Juz. 4
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional, No: 07/DSN-MUI/2000, tentang Pembiayaan Mudharabah.
21
3) Syarat-syarat yang berkaitan dengan keuntungan Adapun syarat-syarat yang berkaitan dengan keuntungan adalah sebagi berikut: a. Keuntungan harus diketahui kadarnya. b. Keuntungan harus merupakan bagian yang dimiliki bersama dengan pembagian secara nisbah atau presentase, misalnya setengah-setengah, sepertiga dan dua pertiga, 40%, 60%, 35% , 65% dan seterusnya. c. Kegiatan usaha oleh pengelola (nasabah/anggota), sebagai perimbangan (muqabil) modal yang disediakan oleh penyedia dana harus memperhatikan hal-hal berikut: 1) Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudarib, tanpa campur tangan penyedia dana, tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan pengawasan. 2) Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola sedemikian rupa yang dapat menghalangi tercapainya tujuan mudharabah, yaitu keuntungan. 3) Pengelola tidak boleh menyalahi hukum Syari’ah Islam dalam
tindakannya
yang
berhubungan
dengan
mudharabah, dan harus mematuhi kebiasaan yang berlaku dalam aktifitas tersebut.
22
d. Karakteristik pembiayaan mudharabah Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang memiliki resiko cukup besar. Oleh karena itu, shohibul mal dalam menyalurkan dananya pada pembiayaan usaha harus berhati-hati. Untuk meminimalkan resiko maka shohibul mal harus memahami karakteristik
usaha
yang
prospeknya
bagus.
Karakteristik
pembiayaan mudharabah.24
24
1.
Presentasi praktik pembiayaan mudharabah
2.
Presentase praktik jenis mudharabah di BMT
3.
Presentase praktik pembiayaan mudharabah muthalaq
4.
Presentase praktik pembiayaan mudharabah muqayyadah
5.
Jangka waktu kontrak mudharabah
6.
Jumlah persen total portofolio
Ahmad Sumiyanto, Problem dan Solusi Transaksi Mudharabah, (Yogyakarta: Magistra Insani Press), hlm. 42
23
Gambar 1.1 Skema Pembiayaan Mudharabah
4. Tinjauan Umum Tentang Lembaga Keuangan Islam Lembaga keuangan merupakan tumpuan bagi para pengusaha untuk mendapatkan tambahan modal dalam usahanya dengan cara kredit dan menjadi tumpuan investasi melalui mekanisme saving. Tidak diragukan lagi bahwa lembaga keuangan baik bank maupun non bank telah memberikan peranan sangat penting dalam pengembangan perekonomian. Karena tidak mungkin perluasan produksi dengan kebutuhan modal yang besar mampu dipenuhi oleh pengusaha tanpa bantuan lembaga keuangan. Namun Islam memberikan penekanan tersendiri tentang mekanisme keuangan ini, yakni melalui sistem bagi hasil.
24
a. Pembentukan Bangun Usaha Ekonomi Islam 1) Baitul Mal wat Tamwil (BMT) BMT adalah lembaga yang melakukan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syari’ah dengan misi mendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil.
BMT di bawah jaringan ICMI
sedangkan BPRS tidak. Terdapat banyak kesamaan untuk tidak mengatakan persisi antara BMT dan BPRS terutama dari aspek operasional.25 2) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip Syari’ah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.26 3) Asuransi Takaful Pembentukan
asuransi
takaful
adalah
berdasarkan
kesepakatan antara ICMI, BMI, dan perusahaan Asuransi Tugu Mandiri untuk menyusun Tim Pembentukan Asuransi Takaful Indonesia (TEPATI) fungsi utama asuransi takaful untuk meningkatkan kerjasama dan partisipasi umat dalam rangka menumbuhkan lembaga keuangan syari’ah yang kuat.27
25
26
27
M. Nur Yasin, Hukum Ekonomi Islam (Malang : UIN Malang Press, 2009), hlm. 105 Ibid., hlm. 106 M. Nur Yasin, Hukum Ekonomi Islam (Malang: UIN Malang Press, 2009), hlm. 108
25
4) Badan Arbitrase Muamalah Indonesia Badan arbitrase Muamalah Indonesia (BAMUI) adalah sebuah badan atau lembaga yang bisa bertindak sebagai penengah atau wasit untuk menyelesaikan masalah jika terjadi perselisihan antara BMI, BPRS, BMT dan nasabah.28 5) Badan Amil Zakat Infaq dan Shodaqah (BAZIS) Secara operasional, BAZIS merupakan lembaga keuangan yang kemunculannya seiring dengan kedatangnnya Islam. Untuk konteks Indonesia modern, BAZIS telah mengalami evolusi yang panjang.29 6) Bank Muamalat Indonesia Lahirnya Bank Muamalat Indonesia adalah sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI. Pada awal pendirian Bank Muamalat Indonesia, keberadaan bank syari’ah ini belum mendapat perhatian yang optimal dalam tatanan industri perbankan nasional.30 H. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif-kualitatif yaitu jenis penelitian yang menggambarkan keadaan objek atau peristiwa tanpa 28
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek (Jakarta: Gema Insani, 2001), hlm. 215 29
M. Nur Yasin, Hukum Ekonomi Islam (Malang: UIN Malang Press, 2009), hlm. 111 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hlm. 26 30
26
suatu maksud untuk menggambil kesimpulan-kesimpulan yang berlaku umum.31
secara
Dalam
penelitian
ini,
dimaksudkan
untuk
mendeskripsikan tentang strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah kurang lancar yang dilakukan oleh BMT Guna Lestari Jepara Jawa Tengah. 2. Objek dan Subjek Penelitian a. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah menunjukkan pada orang atau individu atau kelompok yang dijadikan unit atau sasaran kasus yang diteliti. Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah: 1) Direktur Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Guna Lestari Jepara. 2) Staff Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Guna Lestari Jepara. 3) Nasabah yang mengalami pembiayaan bermasalah dalam kategori kurang lancar. b. Objek Penelitian Objek penelitian menunjukkan pada apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah kurang lancar pada pembiayaan mudharabah di Baitul Mall Wat Tamwil (BMT) Guna Lestari Jepara.
31
Masri Singarimbun, dan Setevan Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3S, 1989), HLM. 192
27
3. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari sumber utama. Penelitian ini sumber utamanya adalah seluruh anggota BMT Guna Lestari mulai dari direktur, karyawan serta nasabah. Data primer ini didapat melalui wawancara dengan para anggota BMT Guna Lestari. b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari literatur-literatur atau bacaan yang relevan, serta dokumentasi dari BMT Guna Lestari yang berkaitan dengan penelitian ini. 4. Metode Pengumpulan Data Untuk mempermudah didalam mengumpulkan data dan untuk mendapatkan fakta kebenaran yang terjadi pada subjek atau objek penelitian, maka peneliti menggunakan beberapa motede diantaranya: a. Metode Interview atau wawancara Wawancara adalah salah satu cara pengumpulan data, pencarian informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden.32 Secara umum metode wawancara ada dua yaitu terstruktur, pewawancara menggunakan daftar pertanyaan yang sudah dirumuskan dengan jelas, sedangkan tidak terstruktur
32
Ibid, hlm. 193
28
pewawacara tidak menyiapkan daftar pertanyaan terlebih dahulu.33 Peneliti menggunakan wawancara terstruktur yang mana peneliti menggunakan atau menyiapkan beberapa pertanyaan yang akan di berikan kepada direktur BMT Guna Lestari, staff BMT Guna Lestari dan nasabah BMT Guna Lestari yang mengalami pembiayaan bermasalah. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui data tentang strategi pembiayaan bermasalah kurang lancar pada pembiayaan mudharabah. b. Metode Dokumentasi Yang dimaksud dengan metode dokumentasi adalah penyelidikan yang ditujukan pada penguraian dan penjelasan apa yang telah lalu melalui sumber-sumber dokumen.34 Metode ini sebagai data pelengkap data yang ada kaitannya dengan penelitian ini. Berdasarkan metode ini atau hal-hal atau datadata yang peneliti perlukan adalah gambaran umum tentang BMT Guna Lestari Tahunan Jepara Jawa Tengah antara lain sejarah berdiri dan perkembangannya, letak geografis, struktur organisasi, sarana dan prasarana, serta keadaan karyawan dan nasabah.
33 Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung: CV Mandar MAJU, 1990), hlm. 183 34
Winarno Surahmat, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsito, 1985), hlm. 132
29
c. Metode Observasi Observasi sebagai metode ilmiah bisa diartikan sebagai pengamatan yang sistematis baik secara langsung maupun tidak langsung mengenai fenomena-fenomena yang diteliti.35 Secara umum observasi dapat dilaksanakan dengan partisipasi yaitu pengamat ikut menjadi peserta dalam kegiatan. Dalam penelitian ini observasi berguna untuk mengetahui bagaimana proses
terjadinya
pembiayaan
bermasalah.
Sedangkan
observasi non partisipasi berarti pengamat bertindak diluar kegiatan. 5. Teknik Analisis Data Dalam menganalisis data peneliti menggunakan teknik analisis kualitatif maksudnya adalah dari data yang telah dikumpulkan dan telah di cek keabsahannya serta dinyatakan valid, lalu diproses mengikuti langkah-langkah yang bersifat umum, yakni reduksi data, display data, dan mengambil kesimpulan.36 a. Reduksi data adalah data yang diperoleh dari lapangan ditulis atau di ketik dalam bentuk uraian atau laporan yang rinci.
35
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), hlm.
187 36
Patton dalam Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 129
30
b. Display data adalah data yang terkumpul dan telah direduksi dibuatkan berbagai macam matrik, grafik, networks dan charts, agar dapat dikuasai. c. Mengambil
kesimpulan,
data
yang
telah
terkumpul,
direduksi,didisplay, kemudian dicari maknanya. 6. Teknik Pengecekan Keabsahan Data Dalam
menguji
keabsahan
data
yang
ada
pada
peneliti
menggunakan teknik trianggulasi. Teknik trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data itu.37 Adapun triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui alat dan waktu yang berbeda dengan metode kualitatif yaitu dapat dilakukan dengan beberapa cara: (1) membandingkan apa yang dikatakan secara pribadi, (2) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (3) membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan penangan orang, (4) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Sedangkan trianggulasi dengan metode meliputi dua hal yaitu: (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa 37
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rodaskarya, 2006), hlm. 247
31
teknik pengumpulan data, (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data metode yang sama.38 Gambar 1.2 Trianggulasi Sumber Data Direktur
Staf
Nasabah
Gambar 1.3 Trianggulasi Pengumpulan Data Wawancara
Observasi
Dokumentasi I. Sistematika Pembahasan Untuk mempermudah memahami maksud dan tujuan dari penulisan skripsi ini, peneliti akan menjabarkan menjadi empat bab sebagai berikut: 1.
Bab pertama, berisi pendahuluan yang terdiri dari penegasan judul, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
38
Ibid., hlm. 330
32
penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. 2.
Bab kedua, pada bagian ini akan diuraikan mengenai gambaran umum BMT Guna Lestari Tahunan Jepara Jawa Tengah yang meliputi sejarah singkat berdirinya BMT Guna Lestari Tahunan Jepara Jawa Tengah.
3.
Bab ketiga, berisi hasil penelitian dan analisis data.
4.
Bab keempat, berisi kesimpulan, saran, dan penutup. Pada akhir skripsi ini akan dicantumkan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
77
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti
di
Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Guna Lestari Jepara mengenai strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah pada pembiayaan mudharabah, maka kesimpulan yang di dapat oleh peneliti adalah faktor
utama
nasabah
mengalami
pembiayaan
bermasalah
dikarenakan usaha nasabah mengalami ketidak lancaran dalam berbisnis, sehingga nasabah mengalami kesulitan dalam membayar angsuran ke BMT Guna Lestari. BMT Guna Lestari menerapkan semua keempat strategi pembiayaan
bermasalah
yaitu
rescheduling,
reconditioning,
resctructuring dan sita jaminan, tetapi hanya 2 yang berjalan sampai sekarang yaitu rescheduling dan reconditioning untuk mengatasi
pembiayaan
bermasalah.
Strategi
penyelesaian
resctructuring dan sita jaminan jarang dilakukan di BMT Guna Lestari. BMT Guna Lestari mempunyai strategi sendiri untuk menyelesaikan pembiayaan bermasalah yaitu apabila nasabah yang mengalami
pembiayaan
bermasalah
laki-laki
maka
yang
mengambil angsuran pembiayaan ke nasabah dari pihak BMT Guna Lestari perempuan dan begitu sebaliknya apabila nasabahnya perempuan maka yang mengambil angsuran pembiayaan ke
78
nasabah laki-laki. Pihak BMT melakukan strategi tersebut bertujuan untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan yang membuat emosi muncul ketika nasabah tidak memberi angsuran pembiayaan ke pihak BMT yang sudah datang kerumah nasabah untuk meminta angsuran. B. Saran 1.
Pengawasan yang dilakukan BMT Guna Lestari setelah adanya pencairan perlu ditingkatkan dengan cara sering mengunjungi dan memantau usaha nasabah, misalnya dengan 2 minggu 3 kali melakukan kunjungan dikarenakan setiap bulannya
mengalami
peningakatan
dalam
pembiayaan
akademik,
diharapkan
bermasalah kurang lancar. 2.
Sebagai
upaya
pengembangan
penelitian ini dapat dilanjutkan oleh penelitian lain dengan objek dan sudut pandang yang berbeda, yang tentunya terkait dengan tema skripsi ini. Sehingga dapat memperkaya khazanah ilmu Manejemen Lembaga Keuangan Islam bagi jurusan Manajemen Dakwah.
DAFTAR PUSTAKA Buku Abudin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999) Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat (Jakarta: Amzah, 2010) Ahmad Sumiyanto, Problem dan Solusi Transaksi Mudharabah, (Yogyakarta: Magistra Insani Press) Andi Soemitro, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010) A. Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syari’ah (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2012) Fatwa Dewan Syari’ah Nasional, No: 07/DSN-MUI/2000, tentang Pembiayaan Mudarabah. Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung: CV Mandar MAJU, 1990) Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2001) Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Keuangan Makro Keuangan Syari’ah, cet. Ke-1 (Yogyakarta: UII Press, 2002) Masri Singarimbun, dan Setevan Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3S, 1989) Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005) Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syari’ah (Yogyakarta:UPP AMP YKPN, 2005) Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek (Gema Insani: Jakarta, 2001) Muhammad “kesepakatan-kesepakatan dan implikasinya dalam kontrak mudharabah” mukadimah jurnal study Islam, no. 15 th, IX (2003)
Nur Yasin, Hukum Ekonomi Islam (Malang: UIN Malang Press, 2009), Patton dalam Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 1999) Subekti, Hukum Perjanjian, cet. VI, (Jakarta: Intermesa, 1996) Winarno Surahmat, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsito, 1985) Skripsi Dian Kusuma Wardani, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Di BMT Wilaya Sleman Yogyakarta”, Skripsi (tidak diterbitkan), (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012) Evi Septi Hernawat, “Manajemen Risiko Pembiayaan Di Baitul Mall Wat Tamwil (BMT) Forsitama Kalitirto Berbah Sleman Yogyakarta”, Skripsi (tidak diterbitkan), (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014) Halimatul Azzah, Teknik Penyelesaian Pembiayaan Murabahah yang Bermasalah di Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS) Mitra Cahaya Indonesia (MCI) Yogyakarta, skripsi, (tidak diterbitkan), (Fakultas Dakwah, UIN Sunan Kalijaga, 2012) Dokumentasi http://sobatbaru.blogspot.com/2011/09/eksekusi-hak-tanggungan.html. File://F:/langkah-penyelamatan-kredit-bermasalah.html.
LAMPIRAN
Tabel Anggota Nasabah Dari Tahun 2011-2013 Tahun
Jumlah
Presentase
2011-2012
25.672.416
90,02%
2012-2013
45.558.412
110.64%
2013-2014
94.245.735
163,88%
Tabel Jumlah Anggota Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan
Jumlah
Presentase
Swasta
2
3%
PNS
2
3%
Pedagang
6
14%
Wirausaha
36
68%
Anak Sekolah
4
12%
Jumlah
50
100%
Tabel Jumlah Anggota Pembiayaan (Periode 2013-2014) No
Nama Anggota Pembiayaan
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Sumarno Artiningsih Yoyok Nasikin Pristiyono Ahcmad S Suratmi Slamet Subiyanto Dwi H Sisca M
51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61
Nama Anggota Pembiayaan Surtini Sudarto Saeman Budi Supiyah Sumi Narni Kartini Sholiha Lela Fita R
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Juwanti Arum Hj. Sumedi Kanti S Subagio Supraktikto Suharti Sumarno Farid A Eko T Sri P Ning F Untung Isnain Sukrisnarso Sumadi Sukur Rahmad Nur K Adi S Sudiyati Rina Nur Naim Zaidah Budiyanto Iskroni Abdul W Siscawati A Yamin Abdullah Shodiq Budiarti Suyati Padi’ah Supri Ani Zuber Emi Fatin
62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100
Supeni Saeman Ristanto Gunawan Nurul Bambang Wati S Nilam Febri Yanti Puji Laila Hesti Leni Aisya Aminah Rodiyahtun Musirah Sumartini Arif Lesti Y Nova R Desi Dian Dwi A Putri Rista Dani Paenah Siti M Lasmuri Rustandi Yuzlar Arif K Suwondo Faris Supinah Manan Umi K
Curiculum Vitae
Nama
: Eva Rusdiana
Tempat Tanggal Lahir
: Lamongan 05 Oktober 1992
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Kewarganegaraan
: Indonesia
Alamat
: Ds. Duriwetan RT. 02 RW. 02 Maduran Lamongan Jawa Timur
Riwayat Pendidikan Formal : TK Dharma Wanita Duriwetan Lamongan SD Negeri Duriwetan Lamongan MTs. Negeri Model Babat Lamongan SMA Negeri 1 Jepara UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Pendidikan Non Formal
: Ponpes Al – Azar Babat Lamongan : Ponpes Langitan Tuban Ponpes Wahid Hasyim Yogyakarta
Nama Orang Tua Ayah
: Romaji
Ibu
: Susenik
Pekerjaan Orang Tua
: Wiraswasta
Alamat Orang Tua
: Ds. Duriwetan RT. 02 RW. 02 Maduran Lamongan Jawa Timur