STRATEGI PENGEMBANGAN TABUNGAN KESEHATAN MASYARAKAT (BUNGKESMAS) DI SOCIAL TRUST FUND (STF) UIN JAKARTA
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syari’ah ( SE.Sy)
Oleh FARIZ ABDUL ROHMAN NIM : 1110046100218
KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M/ 1436 H
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, Penguasa Alam semesta Yang berkat segala limpahan rahmat, taufik, inayah dan hidayah-Nya, alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan proses penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya. Semoga kita mendapatkan syafaa’at nya di hari akhir nanti. Skripsi ini dapat diselesaikan berkat dorongan semangat dan bantuan dari berbagai pihak yang sangat penulis hargai. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga serta penghargaan yang setinggi-tingginya terutama kepada : 1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak A.M. Hasan Ali., M.A. Ketua Program Studi Muamalat Fakultas Syari’ah dan Hukum. 3.
Bapak Abdurrauf, MA. Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syari’ah dan Hukum.
4. Ibu Yuke Rahmawati, M.A. Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa mengingatkan penulis selama mengikuti perkuliahan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
i
5. Dr. H. Abdurrahman Dahlan, M.A. Pembimbing skripsi yang telah membimbing,, mengarahkan, mengoreksi, dan memberikan saran-saran yang amat berharga kepada penulis selama menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. 6. Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si sebagai Penguji skripsi penulis yang telah memberikan bimbingan dan arahannya sehingga penulis bisa menyelesaikan proses revisi skripsi. 7. Seluruh dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang amat bermakna selama penulis mengikuti perkuliahan di FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 8. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda H.A.Rafe’i dan Ibunda Hj. Bai Supliah yang selalu mendukung, memotivasi, dan mendo’akan tanpa kenal lelah kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi. 9. Kepada teteh Neng, Yanah, Tati, Khusnul. Empat kaka perempuan tercinta penulis yang selalu memberikan dorongan, dukungan , dan motivasi kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi. 10. H. Endang Hamdani, dan Abanganda Ali Syamsudin. Dua kaka ipar yang tanpa henti mendukung dan memberikan dukungan materi dan non materi kepada penulis.
ii
11. Kepada Ayahanda Drs. H. Tumidjan Soepono, B.A M.Si dan Adinda Denayu Swami Vevekananda yang telah mendukung dan memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis untuk lebih bersemangat menyelasaikan skripsi ini. 12. Kawan-kawan “HMI Cabang Ciputat” yang telah berjuang bersama, dan memberikan kesempatan penulis dalam mengkader diri di organisasi ekstra kampus. terkhusus kepada Kanda Ridho Akmal Nst, Kanda Asep Sholahuddin dan Kanda Dhani Ramdhany 13. Kawan-kawan HMI Komisariat Fakultas Syariah dan Hukum Cabang Ciputat. Tempat
awal
penulis
mengkader
diri
dan
diberi
amanah
untuk
mengembangakan potensi di luar kampus. Terkhusus kepada M. Rois, Ade Septiawan Putra, S.Sy, M. Caesal Regia, M. Ibnu Taslim, S.Sy, dan MPKPK HMI Komfaksy Humaedullah Irpan, Abiyudin, SH, Abdurrahman dan Kanda Moh Tohir SE, Sy. Yakin Usaha Sampai! 14. Kawan-kawan IKDAR (Ikatan Keluarga Alumni Daarur Rahman) Ciputat yang selalu mendukung dan tempat bertukar pikiran bersama penulis. 15. Kawan, sahabat, dan
tempat bersandar penulis. A.Zakial Fajri Nas dan
Husnul Qari. Terimakasih dan selamat berjuang lagi kawan. 16. Kawan dan mentor skripsi penulis, Ismail, SE, Sy, Nisrina Mutiara Dewi SE,Sy, Dea Hilyatul Aulia, SE, Sy, Sena Siti Arafiah. S.Sy dan Zaki Halim, SE,Sy
iii
17. Untuk staf PF dan PU, terimakasih atas fasilitas dan referensi yang diberikan kepada penulis sehingga mempermudah dalam menyelesaikaan skripsi ini. 18. Semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu, terima kasih atas segala bantuan dan sumbangsihnya, baik moril ataupun materil dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini. Semoga bantuan yang telah diberikan oleh berbagai pihak tersebut mendapat balasan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Jakarta, 06 Oktober 2015
FARIZ ABDUL ROHMAN
iv
ABSTRAK Fariz Abdul Rohman NIM 1110046100218. Strategi Pengembangan Tabungan Kesehatan Masyarakat di Social Trust Fund (STF) UIN Jakarta, Program Studi Muamalat, Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1436 H / 2015 M, vi + 82 halaman. Penelitian ini menggunakkan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode kepustakaan, wawancara langsung, dan studi dokumentasi di mana penulis melakukan pengidentifikasian secara sistematis dari sumber yang berkaitan dengan objek kajian yaitu STF UIN Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bentuk Strategi Pengembangan Bungkesmas di STF UIN Jakarta dan merumuskan alternatif strategi yang tepat bagi STF UIN Jakarta dalam mengembangkan Bungkesmas dengan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threats). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa STF UIN Jakarta masih kesulitan dalam mengembangkan Bungkesmas. Maka STF UIN Jakarta harus mengambil langkah strategi berupa penguatan visi dan misi lembaga, penguatan produk, peneterasi pasar, dan pengembangan pasar. Kata kunci : Strategi Pengembangan, Bungkesmas, STF UIN Jakarta, Analisis SWOT. Pembimbing :Dr. Abdurrahman Dahlan, M.A Daftar pustaka :Tahun1985 s/d tahun 2015
v
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR
i
ABSTRAK
v
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1
B. Identifikasi Masalah
6
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
8
E. Kajian Pustaka (Review Studi terdahulu)
9
F. Kerangka Teori dan Konseptual
11
G. Metode Penelitian
14
H. Sistematika Penulisan
18
BAB II : KONSEP TABUNGAN PLUS KESEHATAN A. Konsep Strategi Pengembangan a. Strategi Pengembangan
22
b. Proses Pengembangan Produk Baru
25
B. Konsep Tabungan Plus Asuransi Kesehatan a. Pengertian Tabungan
27
b. Pengertian Asuransi
30
c. Pengertian Ausransi Kesehatan
32
C. Konsep Analisis SWOT Sebagai Formulasi Strategi a. Analisis Lingkungan
34
b. Perumusan Strategi
36
c. Implementasi Strategi
37
d. Evaluasi Strategi
39
BAB III : PROFIL LEMBAGA STF UIN JAKARTA A. Gambaran Umum Social Trust Fund (STF) UIN Jakarta a. Sejarah Social Trust Fund (STF) UIN Jakarta
41
b. Visi Misi STF UIN Jakarta
42
c. Fokus STF UIN Jakarta
43
d. Aktifitas STF UIN Jakarta
43
e. Struktur STF UIN Jakarta
43
f. Program STF UIN Jakarta
44
B. Konsep Bungkesmas STF UIN Jakarta
48
C. SOP Bungkesmas STF UIN Jakarta
50
D. Strategi STF UIN Jakarta dalam Mengembangkan Program Tabungan Kesehatan Masyarakat
57
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Strategi Pengembangan Bungkesmas STF UIN Jakarta B. Analisis
Alternatif
Strategi
Dengan
Menggunakan
Pengembangan Bungkesmas STF UIN Jakarta
59 SWOT
dalam 67
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan
80
B. Saran
81
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR GAMBAR
83
Gambar 2.1
Tahap-Tahap Strategi
13
Gambar 2.2
Kerangka Konseptual
14
Gambar 2.3
Dana Talangan Pendidikan STF
45
Tabel 1.1
LKM/BMT Provider Bungkesmas
49
Tabel 1.2
Syarat dan Ketentuan Bungkesmas
52
Tabel 1.3
Manfaat Jaminan Asuransi Bungkesmas
54
Tabel 1.4
Tambahan Manfaat Jaminan Asuransi Bungkesm
66
Tabel 1.5
Matriks Analisis SWOT
76
DAFTAR TABEL
1
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia dalam melakoni hidup dan kehidupannya selalu dihadapkan pada berbagai macam resiko, terutama resiko yang tak disenangi dan bersifat merugikan (pure risk), seperti resiko bisnis, resiko kecelakaan, dan resiko sakit, jika ketidakpastian yang mendatangkan kerugian tersebut menimpa seseorang, misalnya meninggal dunia, ahli waris akan kehilangan pendapatan. Atau orang yang terkena penyakit akan kehilangan uang untuk biaya pengobatannya. 1 Segala musibah dan bencana merupakan ketentuan (qadha dan qadar) Allah SWT, namun manusia (muslim) wajib berikhtiar dalam menghadapi resiko ini setiap manusia dapat berikhtiar dengan pilihan alternatif menanggung sendiri, membagi resiko dengan pihak lain, atau menyerahkan resiko sepenuhnya kepada pihak lain. Bila sebuah resiko ditanggung sendiri, salah satu upayanya bisa dengan menabung, namun ikhtiar ini seringkali tidak mencukupi, karena resiko yang terjadi melebihi dari yang diperkirakan, atau resiko terjadi namun dana tabungan tidak mencukupi. Sedangkan bila resiko tersebut dibagi atau dialihkan, diharapkan pada saat terjadi musibah, maka berkurangnya nilai ekonomi atau kesejahteraan keluarga dapat terjamin
1
6
Khoirul Anwar, Asuransi Syariah Halal dan Maslahat, (Jakarta: Tiga Serangkai 2007), h.
2
(tergantikan), begitu pula dengan hilangnya fungsi sebuah benda dapat tergantikan juga. Dalam konsep islam, asuransi islami bukanlah semata profit oriented, tetapi ia mengandung nilai social oriented, jadi perpaduan antara dua kepentingan inilah yang dibangun oleh asuransi syariah dalam menjalankan roda bisnisnya. Asuransi sebagai sebuah perlindungan merupakan langkah yang tepat bagi seseorang dalam membagi atau mengalihkan suatu resiko, karena asuransi menjawab kebutuhan rasa aman bagi setiap orang. 2 Namun pada kenyataannya banyak sekali masyarakat Indonesia khususnya masyrakyat miskin yang tidak mengerti tentang konsep asuransi dan bagaimana cara menjadi peserta asuransi, hal ini juga diperparah dengan kurang sadarnya masyarakat miskin untuk menyisihkan uang nya untuk kejadian yang tidak diduga-duga seperti jatuh sakit. Dalam hal kesehatan, ketika berhadapan dengan kemiskinan seperti yang terjadi pada masa krisis ekonomi, reaksi masyarakat bermacammacam, seperti orang miskin cenderung menghindari fasilitas rawat jalan, menunda pelayanan rumah sakit, menghindari penggunaan jasa spesialis yang mahal, cenderung memperpendek rawat inap, membeli separuh atau bahkan sepertiga obat yang diresepkan sihingga tidak menjalani pengobatan total, mencari pengobatan lokal yang kadang-kadang dapat menimbulkan efek berbahaya , para ibu cenderung melahirkan di rumah 2
Cacan S. Agis, Modul Pengetahuan Dasar Takaful (Jakarta: PT. Syarikat Takaful Indonesia 2005), h. 9-10
3
dengan bantuan dukun yang memperbesar resiko persalinan, penyakit menjadi kronis karena menghindari pengobatan yang mahal. Pasien gagal ginjal cendrung menunda, membatalkan atau dibatalkan dari pengobatan, pasien cenderung mengobati sendiri yang berakibat terjadi komplikasi, tingkat pengguguran kandungan meningkat karena karena biaya dan implikasi sosial ekonomi, pasien menolak atau menunda prosedur operasi karena ketiadaan biaya. 3 Untuk memberikan perlindungan kesehatan kepada masyarakat pemerintah pemerintah di tahun 2014 menggulirkan program
JKN
(Jaminan Kesehatan Nasional) dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Program telah memberikan angin segar untuk masyarakat Indonesia. Kemudian disempurnakan dengan adanya BPJS Kesehatan yang dijalankan oleh BPJS. Dengan adanya program tersebut semua masyarakat mendapaatkan pelayanan sosial kesehatan dari pemerintah. Namun, pengeluaran yang tidak terduga apabila seseorang terkena penyakit, apalagi tergolong penyakit berat yang menuntut stabilisasi yang rutin atau biaya operasi yang sangat tinggi. Hal ini berpengaruh pada penggunaan pendapatan seseorang dari pemenuhan kebutuhan hidup pada umumnya menjadi biaya perawatan di rumah sakit, obat-obatan, operasi, dan lain-lain. Hal ini tentu menyebabkan kesukaran ekonomi bagi diri sendiri maupun keluarga.Sehingga munculah istilah “SADIKIN”, sakit sedikit jadi miskin. 3
Soendoro T, Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan: Tindakan Strategis Untuk Mengurangi Dampak Krisis di Sektor Kesehatan. Medika. Edisi Khusus September 1999
4
Social
Trust
Fund
UIN
Syarif
Hidayatullah
Jakarta
mengembangkan sebuah program pelayanan kesehatan bagi masyarakat tidak mampu.Program ini bertujuan untuk mendidik dan memberikan pemahaman bahwa kesehatan merupakan elemen penting dalam peningkatan produktifitas kerja dan pendapatan mereka. Program ini didesain dengan memadukan tabungan dan asuransi kesehatan dan kecelakaan.4 Sebagai program pemberdayaan dan advokasi masyarakat miskin, Bungkesmas coba didisein untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat yang sering diabaikan yaitu kesehatan. Karenanya ketika program ini digulirkan, banyak masyarakat yang kemudian tertarik dan menganggap program ini penting bagi mereka. Bungkesmas mendorong masyarakat untuk dapat menyisihkan pendapatan mereka untuk keperluan kesehatan melalui tabungan, dan jaminan asuransi murah dan mandiri melalui jaminan asuransi kesehatan dan kecelakaan. Dengan program Bungkesmas, masyarakat diharapkan dapat bekerja lebih tenang karena memiliki dana cadangan kesehatan dan jaminan asuransi kesehatan dan kecelakaan selama satu tahun penuh. Program Bungkesmas ini dilaksanakan oleh Baitul Mal WatTamwil (BMT)/Koperasi atau lembaga sejenis sebagai provider utama. Pemilihan BMT/Koperasi sendiri disasarkan karena lembaga keuangan ini memang berorientasi pada pengembangan dan pemberdayaan masyarakat 4
Laporan Kegiatan Pengembangan Bungkesmas 2012-2013
5
miskin di mana BMT/koperasi fungsi sosial (maal) selain profit oriented (tamwil). Saat
diinisiasi
pada
tahun
2010,
Bungkesmas
hanya
diimplimentasikan di wilayah Sulawesi Selatan, bekerjasama dengan 4 (empat) Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) dan hanya memilik 100 (seratus) anggota. Dalam tiga tahun program Bungkesmas telah dikembangkan di wilayah Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Jabodetabek, dengan bekerja sama dengan 66 BMT dan memiliki 3000 anggota Bungkesmas 5. Dengan adanya penambahan wilayah pengembangan, pertambahan jumlah BMT sebagai provider Bungkesmas dan penambahan jumlah peserta menjadi bukti bahwa program ini diterima dengan baik oleh masyarakat kecil. Sebagai
program
pendukung
dari
program
pemerintah,
Bungkesmas diharapkan dapat lebih berkembang pada masa yang akan datang dimana manfaatnya dapat dirasakan tidak hanya pada masyarakat petani, pedagang kecil tetapi juga kaum kaum pekerja, buruh pabrik, ibu rumah tangga biasa dan lainnya. Karenanya, perlu ada sinergi dari banyak pihak dalam menjalankan dan mengembangkian program Bungkesmas ini.6 Dengan keunikan program Bungkesmas ditinjau dari manfaat dan kegunaann serta karakteristiknya sebagai pelengkap jaminan kesehatan milik 5
6
pemerintah,
serta
masih
kurang
berkembangnya
program
Laporan Kegiatan Bungkesmas Tahun 2012-2013 Hasil Wawancara dengan Ibu Sri Hidayati, M.Ed pada tanggal 06 Agustus 2015
6
Bungkesmas, maka saya tertarik untuk meneliti tentang program Tabungan Kesehaatan di Social Trust Fund (STF) UIN Jakarta dengan judul “Strategi Program Tabungan Kesehatan Masyarakat (Bungkesmas) Social Trust Fund (STF) UIN Jakarta”
A. IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka diidentifikasikan masalahmasalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Strategi Pengembangan Bungkesmas yang sudah dijalankan oleh STF UIN Jakarta ? 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi Strategi Pengembangan Bungkesmas di STF UIN Jakarta ? 3. Apa saja faktor-faktor pendukung dari Bungkesmas STF UIN Jakarta? 4. Bagaimana tantangan dan kendala STF UIN Jakarta dalam mengembangkan Program Bungkesmas?
B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH 1. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah merupakan usaha untuk menetapkan batasanbatasan dari masalah penelitian yang akan diteliti. Pembatasan
7
masalah berguna untuk mengidentifikasikan faktor mana saja yang tidak termasuk dalam ruang lingkup masalah penelitian.7 Berdasarkan uraian latar belakang di atas, agar penelitian dalam skripsi ini terfokus pada permasalahan yang ingin dibahas, penulis membatasi masalah pada uraian yang telah dipaparkan pada identifikasi masalah di atas, penulis merasa perlu untuk membatasi permasalahan sebagai berikut: a. Objek yang diteliti hanya Social Trust Fund (STF) Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta. b. Masalah yang diteliti pada masalah bagaimana strategi dan kebijakan STF UIN Jakarta dalam pengembangan Program Bungkesmas, ditinjau melalui perspekif formulasi strategi, implementasi strategi, pengendalian strategi, dan melalui perspektif
strengths
(kekuatan),weaknesses
(kelemahan),
opportunities (peluang), dan threats (tantangan). 2. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, agar mempermudah penulis menyusun skripsi ini, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: a. Bagaimanakah bentuk Strategi Pengembangan yang dilakukan STF UIN Jakarta dalam program Bungkesmas?
7
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 2006) h. 23
8
b. Bagaimanakah Alternatif Strategi yang tepat untuk dilakukan oleh STF UIN Jakarta dengan menggunakan Analisis SWOT? C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian Tujuan utama yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui strategi bisnis yang dijalankan STF UIN Jakarta pada program Bungkesmas Jakarta melalui pendekatan SWOT b. Untuk mengetahui alternatif strategi yang tepat dalam pengembangan program Bungkesmas 2. Manfaat Penelitian a. Bagi Penulis Mendapat pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas mengenai strategi pemasaran dan pengembangan program asuransi plus jaminan kesehatan Bungkesmas STF UIN Jakarta b. Bagi STF UIN Jakarta Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif strategi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengimplementasian program Bungkesmas STF UIN Jakarta. c. Bagi Program Studi Muamalat/Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah khazanah ilmu pengetahuan, melengkapi informasi yang berharga khsususnya
9
dalam pengenalan program-program jaminan dan asuransi sosial. d. Bagi Masyarakat Umum Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau masukan informasi tentang pentingnya tabungan kesehatan bagi keberlangsungan hidup serta cara dan mekanisme pengajuan menjadi peserta program Bungkesmas STF UIN Jakarta di BMT-BMT yang sudah bekerja sama sebagai provider.
D. KAJIAN PUSTAKA (REVIEW TERDAHULU) 1. Analisis SWOT Terhadap Produk Asuransi Unit Link (Studi Pada PT. Asuransi Takaful Keluarga) oleh Siti Muyasarah, Konsentrasi Asuransi Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syari‟ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010. Dalam skripsi ini membahas bagaimana perkembangan asuransi unit link pada Asuransi Takaful Keluarga, dan bagaimana hasil prosedur analisis SWOT terhadap produk unit link Asuransi Takaful Keluarga. Perbedaannya dengan skripsi saya pada objek penelitian sebelumnya mengenai analisis SWOT produk asuransi Unit Link yang merupakan pengembangan dari produk asuransi konvensional
dan
asuransi
syariah.
Strategi
pengembangan
pemasarannya, dan bagaimana produk asuransi Unit Link
dan
dianalisa
10
dengan SWOT. Namun yang peneliti lakukan lebih kepada Analisa SWOT terhadap perkembangan Program Bungkesmas. 2. Strategi Pengembangan Binsis Waralaba Lembaga Pendidikan Primagama oleh Dewi Irma Fitrianti, Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syari‟ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2009. Dalam skripsi ini membahas bagaimana strategi bisnis waralaba Primaraga dan pengembangannya, bagaimana alternatif strategi untuk mengembangkan bisnis waralaba dengan menggunakan SWOT, dan bagaimana tinjauan kesesuaian strategi pengembangan bisnis waralaba dengan prinsip syariah. Perbedaannya dengan skripsi saya ada pada objek penelitian sebelumnya mengenai strategi pengembangan lembaga Primaraga yang merupakan bisnis waralaba, sedangkan yang penulis lakukan lebih spesifik kepada pengembangan produk/program Bungkesmas dengan analisis SWOT. 3. Pendekatan Analisis SWOT Terhadap Produk Tabungan Haji Arafah (Studi Kasus Pada Bank Muamalat Indonesia) oleh Cipta Kurnia Aji, Konsentrasi Perbankan Syari‟ah, Program Studi Muamalah, Fakultas Syari‟ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2009. Skripsi ini membahas Analisis SWOT produk Tabungan Haji Arafah, bagaimana rancangan strategi Bank Muamalat Indonesia mengenai Tabungan Haji Arafah. Perbedaannya dengan skripsi saya adalah hanya pada objek penelitiannya saja, penulis sebelumnya meneliti produk Tabungan Haji Arafah di Bank Muamalat Indonesia dengan
11
Analisa SWOT, sedangkan saya meneliti pengembangan program Bungkesmas di STF UIN Jakarta. 4. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Wakaf Uang oleh M. Nur Rianto AlArif, Jurnal Asy-Syir‟ah Fakultas Syari‟ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2010. Di dalam jurnal ini Menjadikan waqaf uang sebagai instrumen alternatif pemberdayaan masyarkat, sehingga bisa menjadi daya gerak ekonomi rakyat miskin. Sedangkan perbedaannya dengan skripsi saya adalah pada instrumen yang dijadikan penulis sebagai alternatif pemberdayaan masyarakat miskin. Saya fokus pada program Bungkesmas yang merupakan instrumen bagi masyarakat miskin untuk lebih mandiri bagi kesehatannya dan program pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin.
E. KERANGKA TEORI DAN KONSEPTUAL 1. Kerangka Teori. Apapun bentuk organisasi itu ia memerlukan manajemen. Suatu kelembagaan seperti institusi pemerintah atau perusahaan bahkan rumah tangga sekalipun akan berjalan dengan baik jika dikelola dengan baik (teratur, rapi, benar tertib, dan sistematis). 8. Sistem manajemen yang dipilih untuk diterapkan harus mampu melakukan proses transformasi yang efisien dan kompetitif dengan organisasi lain yang mempunyai tujuan sejenis. Lebih jauh sistem 8
Didin Hafidhuddin-Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktek, (Jakarta: Gema Insani 2003) h.4
12
manajemen yang diterapkan oleh sebuah organisasi harus sedemikian rupa sehingga organisasi responsif atau peka terhadap perubahan lingkungan.
Kepekaan
sistem
manajemen terhadap
perubahan
lingkungan diharapkan dapat mengantisipasi tantangan dan ancaman, melakukan penilaian pengaruh ancaman ancaman tadi terhadap organisasi, mengambil keputusan langkah langkah yang akan diambil dan melakukan implementasi terhadap keputusan yang diambil. Karenanya, manajemen menghadapi dua masalah yang mendasar, yaitu: 1. Setiap perusahaan atau organisasi perlu mengenal tantangan , ancaman dan peluang yang dimasa depan yang harus dihadapinya 2. Setiap perusahaan atau organisasi harus mampu merencanakan serta mengimplementasikan reaksi terhadap tantangan yang secara spesifik dihadapi setiap perusahaan.9 Untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan diperlukan adanya strategi-strategi yang merupakan analisis langkah-langkah terukur organisasi dalam mengembangkan produk atau jasa nya. Dalam proses pengembangan, setiap produk/jasa yang dipasarkan oleh perusahaan atau organisasi harus lah mempunyai landasan yang kuat apakah langkah penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk sudah sesuai dengan kemampuan yang dimiiki oleh perusahaan atau organisasi ini sehingga perusahaan dapat 9
M. Ma’ruf Abdullah, Manajemen Berbasis Syaria’ah, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo 2013) h. 281
13
mengambil langkah strategi pengembangan yang benar-benar tepat sasaran untuk produk/jasa nya. 10. Pengarahan secara strategis meliputi mengenali peluang dan ancaman dari lingkungan luar serta analisis yang tepat terhadap kelemahan dan kekuatan dari sumber daya internal. Secara bersamaan harus pula diperhitungkan dan dikembangkan keterlibatan dari stakeholder, termasuk diantaranya pemasok, pelanggan, pemasok, keuangan dan anggota masyarakat. Untuk dapat bertahan dalam lingkungan yang sangat bersaing perusahaan atau organisasi harus dapat membangun model manajemen strategis yang sesuai dengan skala yang di hadapi, mengikuti model dasar seperti pada gambar di bawah ini11 Gambar 2.1 Tahap-tahap Strategi Environmental Scanning
Strategy Formulation
Strategy Implementation
Evaluation And Control
2. Kerangka Pemikiran Konseptual
10
Fred R. David, Manajemen Strategis, Konsep-Konsep, (Jakarta: Selemba Empat, 2012), Edisi-12. h. 257 11
Manajemen Strategi https://phia12.wordpress.com/tag/manajemen-strategi/ diakses pada tanggal 10 Juni 2015
14
Untuk menjabarkan kerangka teori dalam penelitian ini, maka perlu kiranya dibuat kerangka pemikiran konseptual guna mempermudah dan memperjelas alur penelitian penulis sebagai berikut : Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
Program Tabungan Kesehatan Masyarakat (Bungkesmas) STF UIN Jakarta
Konsep, Manajemen, dan Implementasi Program Bungkesmas STF UIN Jakarta
Strategi Pengembangan Program Bungkesmas UIN Jakarta
Analisis SWOT Sebagai Bentuk Formulasi Strategi
F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskritif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif yaitu jenis
15
pendekatan penelitian yang menghasilkan deskritif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari fenomena yang dikaji.12 Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.13 2. Data Penelitian Adapun data yang digunakan penulis dalam skirpsi ini menggunakan dua jenis sumber data, yaitu: a. Data Primer Data yang diporeleh langsung dari wawancara dengan pihak STF UIN Jakarta, yaitu hasil pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti seperti bagaimana strategi program Bungkesmas STF UIN Jakarta dikembangkan dengan metode analisis SWOT. b. Data Sekunder Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari literatur-literatur kepustakaan yang berkaitan dengan materi judul yang dibahas, baik itu berupa buku, laporan kegiatan program Bungkesmas STF UIN Jakarta, jurnal, Undang-Undang, surat kabar atau sumbersumber lain yang relevan dengan pokok permasalahan yang diangkat penulis pada skripsi ini. 3. Teknik pengumpulan data
12
Subhana.Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), h.26
13
Moh.Nazir.Metode penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), h.54
16
Dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam skripsi ini, penulis menggunakan jenis pengumpulan data berikut: a. Wawancara Wawancara mendalam dan terbuka dengan berpedoman dengan pedoman wawancara yang penulis buat .Data yang diperoleh terdiri dari kutipan langsung dari orang tentang pengalaman, pendapat, perasaan
dan
pengetahuannya. 14
Dalam
Hal
ini,
penulis
mewawancarai Ibu Sri Hidayati, M.Ed selaku Maneger program Bungkesmas STF UIN Jakarta. b. Studi Dokumentasi Penulis mengumpulkan data berdasarkan data atau laporan tentang laporan kegiatan program Bungkesmas STF UIN Jakarta. c. Library Research (Penelitian Kepustakaan) Penelitian kepustakaan
ini, penulis mendapatkan dari literatur
berupa buku-buku tentang strategi pengembangan program. manajemen strategik,, asuransi sosial, asuransi kesehatan, artikel, internet
yang
membahas
tentang
strategi
pemasaran
dan
manajemen pemasaran dan tulisan-tulisan yang berkaitan dengan judul skirpsi yaitu Strategi Pengembangan Tabungang Kesehatan Masyarakat di Social Trust Fund (STF) UIN Jakarta. 4. Objek Penelitian Objek Penelitian ini adalah Social Trust Fund (STF) UIN Jakarta. 14
Suryanto.Bagong, dan Sutisna.Metode Penelitian Sosial: berbagai alternatif pendekatan Ed. Rev. Cet. VI. (Jakarta:Kencana,2011). h.186
17
5. Metode Analisis Data Penelitian dalam skripsi ini seluruhnya menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis SWOT yaitu penelitian yang menghasilkan deskripsi berupa kata-kata lisan dari fenomena yang diteliti dari orang yang berkompeten di bidangnya. Penelitian ini bersifat deskriptif analisis, yakni penelitian yang mengambarkan data- data informasi yang berdasarkan pada fakta yang diperoleh di lapangan. Analisis dari penelitian ini menggunakan Matriks SWOT dan tujuan dari penelitian itu sendiri yaitu untuk mengetahui strategi dan alternatif strategi STF UIN Jakarta dalam mengembangkan Program Tabungan Kesehatan Masyarakat. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perushaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliknya. 15 Matriksini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis, yaitu: a. Strategi SO (Strenght, Opportunity) Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan dan manfaat peluang sebesarbesarnya.16Hal ini sejalan dengan Diagram Matriks SWOT milik
15
Freddy Rangkuti, ANALISIS SWOT, Tekhnik Membedah Kasus Bisnis Berorientasi Konsep Perencanaan Strategi Untuk menghadapi Abad 21 (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 20114), h.31 16 Freddy Rangkuti, ANALISIS SWOT, Tekhnik Membedah Kasus Bisnis Berorientasi Konsep Perencanaan Strategi Untuk menghadapi Abad 21 (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 20114), h.31
18
Kearns17 yang menjelaskan dalam matriknya Sel A berisikan Stategi Comparative Advantage (Keunggulan Komparatif) yang berarti pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang sehingga organisasi harus segera
memperkuatnya
dengan
perencanaan
yang
mampu
mendukungnya. b. Strategi ST (Strenght, Threats) Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.Sedangkan dalam Matriks SWOT Kualitatif Kearns dijelaskan bahwa Sel B dalamMatriks ini berada pada isu stategis Mobilization (mobilisasi) yaitu kotak interaksi dan pertemuan antara ancaman dari luar yang diidentifikasikan dengan kekuatan organisasi.Di sini organisasi harus melakukan mobilisasi sumber
daya
yang
meryupakan
kekuatan
organisasi
untuk
memperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan jika mungkin organisasi dapat mengubahnya menjadi peluang.18 c. Staregi WO (Weakness, Oportunity) Strategi ini diterapkan beedasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara minimalkan kelemahan yang ada.Sedangkan dalam Matriks
SWOT
dalamMatriks
ini
Kualitatif berada
Kearns pada
isu
dijelaskan stategis
bahwa
Sel
Investment
C atau
Divestmentyang memberikan pilihan pada isu yang kabur.Peluang 17
Muhammad Yusanto dan Muhammad Karebet Widjadjakusuma, Manajemen Strategis Perspektif Syariah, (Jakarta: Khairul Bayaan, 2003), h. 31 18 Muhammad Yusanto dan Muhammad Karebet Widjadjakusuma, Manajemen Strategis Perspektif Syariah, (Jakarta: Khairul Bayaan, 2003), h. 33
19
yang tersedia sangat meyakinkan, namun organisasi tidak memiliki kemampuan untuk menggarapnya. 19 d. Strategi WT (Weakness, Threats) Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindarkan ancaman.sedangkan Kearns menjelaskan dalam Matriks SWOT Kualitatif miliknya bahwa SEL D dalam matriks ini adalah kotak yang paling lemah dari semua sel karena merupakan titik temu dua sisi yang masing-masing lemah. Dan karenanya keputusan yang salah akan membawa bencana bagi organisasi. Strategi yang harus diambil adalah Damage Control (mengendalikan kerugian) yang diderita sehingga tidak menjadi lebih parah dari yang diperkirakan.20
6. Teknik Penulisan Adapunteknik penulisan dalam skripsi ini menggunkan buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.
G. SISTEMATIKA PENULISAN BAB I: PENDAHULUAN
19
Muhammad Yusanto dan Muhammad Karebet Widjadjakusuma, Manajemen Strategis Perspektif Syariah, (Jakarta: Khairul Bayaan, 2003), h. 33 20
Muhammad Yusanto dan Muhammad Karebet Widjadjakusuma, Manajemen Strategis Perspektif Syariah, (Jakarta: Khairul Bayaan, 2003), h. 33
20
Sebagaimana penulisan karya ilmiah dalam bentuk skripsi yang biasa, penulisan skripsi ini mempunyai prosedur yang baku sesuai pedoman skripsi pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta 2012. Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, kerangka teori dan konseptual, metode penelitian, dan sistematika penulisan sebagai pengantar dan pembentukan kerangka penelitian skripsi ini.
BAB II: LANDASAN TEORI Untuk memudahkan penulis dalam mengantarkan penelitian kepada pokok penelitian, perlu kiranya penulis memaparkan teori dasar yang menghantarkan variabel-variabel penelitian kepada pokok penelitian, maka pada bab ini membahas tentang teori konsep strategi pengembangan, konsep tabungan plus asuransi kesehatan, dan konsep analisis SWOT sebagai formulasi strategi.
BAB III: METODE PENELITIAN Setelah dipaparkan teori-teori dasar pengantar penelitian, perlu kiranya penulis memaparkan gambaran umum objek yang akan diteliti yaitu lembaga Social Trust Fund (STF) UIN Jakarta. Maka pada bab ini berisikan sejarah Social Trust Fund UIN Jakarta, Visi dan misi STF UIN Jakarta, Fokus dan aktivitas STF UIN Jakarta, Struktur lembaga STF UIN Jakarta, dan program-program yang dijalankan STF UIN Jakarta, Standart
21
Operational Procedure (SOP) Bungkesmas STF UIN Jakarta, dan Strategi Pengembangan Bungkesmas oleh STF UIN Jakarta.
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN Setelah membahas objek yang akan diteliti, untuk menghasilkan jawaban dari rumusan masalah sangat perlu kiranya menganalisis masalah yang akan diteliti pada penelitian ini. Maka bab IV ini berisikan tentang analisis data antara lain tentang analisis SWOT terhadap pengembangan program Bungkesmas, dan juga rekomendasi alternatif strategi bagi STF UIN Jakarta dalam pengembangan Program Bungkesmas.
BAB V : PENUTUP Dalam penutup, setelah analisis dan pembahasan data telah diteliti, bab V ini memuat kesimpulan dan saran yang merupakan jawaban dari rumusan permasalahan yang telah dibahas sebelumnya.
22
BAB II LANDASAN TEORITIS
A.
KONSEP STRATEGI PENGEMBANGAN a. Strategi Pengembangan Menurut Fred. R. David, strategi pengembangan menjadi bagian dalam strategi intensif, yakni strategi yang terdiri atas penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk. Peneterasi pasar adalah strategi yang mengusahakan peningkatan pangsa pasar untuk produk atau jasa yang ada di pasar saat ini melalui upaya-upaya pemasaran yang lebih besar.21 Ada lima pedoman tentang kapan peneterasi pasar dapat menjadi sebuah yang sangat efektif, yang pertama ketika pasar saat ini belum jenuh dengan produk atau jasa tertentu, kedua ketika tingkat pemakaian konsumen saat ini dapat dinaikan secara signifikan, ketiga ketika pangsa pasar pesaing utama menurun secara sementara total penjualan industri meningkat, keempat ketika korelasi antara pengeluaran penjualan mata uang asing dan pemasaran nya secara historis tinggi, dan yang kelima ketika meningkatnya skala ekonomi memberikan keunggulan kompetitif yang besar.22 Adapun pengembangan pasar (market development strategy) adalah merupakan cara yang digunakan dalam memperkenalkan produk atau jasa ke
21
Fred R. David, Manajemen Strategis, Konsep-Konsep, (Jakarta: Selemba Empat, 2012), Edisi-12. h. 257 22
Fred R. David, Manajemen Strategis, Konsep-Konsep, (Jakarta: Selemba Empat, 2012), Edisi-12. h. 258
23
wilayah baru. Enam pedoman tentang kapan pengembangan pasar dapat menjadi strategi yang efektif adalah pertama ketika saluran-saluran distribusi baru yang tersedia dapat diandalkan, kedua ketika organisasi sangat berhasil dalam bisnis yang dijalankannnya, ketiga ketika pasar baru yang belum dikembangakan dan belum jenuh muncul, keempat ketika organisasi mempunyai modal dan sumber daya manusia yang cukup, ketika organisasi memiliki kapasitas produksi yang berlebih, dan keenam ketika industri dasar organisasi dengan cepat berkembang global dalam cakupannya.23 Selanjutnya
strategi
pengembangan
produk
(product
development
strategy) yaitu strategi yang mengupayakan peningkatan penjualan dengan cara memperbaiki atau memodifikasi produk atau jasa yang ada saat ini. Ada lima pedoman tentang kapan pengembangan produk dapat menjadi sebuah strategi yang efektif. Pertama ketika organisasi memiliki produk berhasil yang berada di tahap kematangan dari siklus hidup produk, kedua ketika organisasi berkompetisi di industri yang ditandai oleh perkembangan teknologi yang cepat, ketiga ketika pesaing utama menawarkan produk berkualitas lebih baik dengan harga kompetitif, keempat ketika organisasi bersaing dalam industri dengan tingkat pertumbuhan tinggi, dan kelima ketika organisasi memiliki kapabilitas penelitian dan pengembangan yang sangat kuat.24
23
Fred R. David, Manajemen Strategis, Konsep-Konsep, (Jakarta: Selemba Empat, 2012), Edisi-12. h. 258 24
Fred R. David, Manajemen Strategis, Konsep-Konsep, (Jakarta: Selemba Empat, 2012), Edisi-12. h. 258
24
Strategi ini biasanya memerlukan penilitian yang luas dan tajam serta membutuhkan biaya yang cukup besar. Jadi tujuan strategi ini adalah untuk memperbaiki dan mengembangkan produk yang sudah ada. Hal ini dapat dilakukan jika produk sudah berada pada tahapan jenuh, pesaing menawarkan produk sejenis yang lebih baik dan lebih murah, memiliki kemampuan untuk mengembangkan produk, dan berada pada industri yang tumbuh 25 Biasanya strategi ini dilaksanakan dengan jalan mengganti atau memformulasi ulang produk yang sudah ada, atau memperluas lini produk. Pengembangan produk merupakan alternatif yang cocok untuk situasi dimana perubahan kebutuhan dan selera mengakibatkan munculnya segmen baru atau jika ada perubahan persaingan dan teknologi yang memotivasi perusahaan untuk memodifikasi lini produk mereka.26 Sebelum membahas proses pengembangan produk baru, kita harus mengupas konsep produk baru terlebih dahulu. Terdapat dua perspektif konsep „baru‟ yaitu: a. Baru bagi pasar (new to market) yang berarti belum ada perusahaan yang memproduksi atau memasarkan produk tersebut. b. Baru bagi perusahaan yang bersangkutan (new to the firm), artinya perusahaan-perusahaan lain sudah memasarkan produk tersebut, tetapi perusahaan yang bersangkutan belum memasarkannya.
25
Kotler dikutip dari http://elib.unikom.ac.id diakses pada tanggal 3 Juni 2015
26
Kotler dikutip dari http://elib.unikom.ac.id diakses pada tanggal 3 Juni 2015
25
Dengan demikian, istilah „baru‟ di sini masih mengandung pengertian relative (a matter of degree). Secara garis besar, aktivitas perkembangan produk baru dapat menghasilkan 5 macam tipe produk baru, yaitu : a. Produk baru bagi dunia (new to the world products) b. Lini produk baru (new product line) c. Perluasan lini (Improvement to existing product) d. Repositioning, yaitu pengembangan teknis yang memungkinkan suatu produk menawarkan aplikasi baru dan melayani kebutuhan baru. e. Pengurangan biaya (cost reductions), yaitu versi dari produk yang ada dan yang dapat memberikan kinerja setara tingkat harga yang lebih murah.27 a. Proses Pengembangan Produk Baru Kotler
berpendapat
organisasi
atau
perusahaan
harus
mempertimbangkan apakah harus menciptakan produk baru dan mengembangakan produk baru yang dapat memberikan keunggulan potensial bagi pasar yang ada.28 Sebagian besar perusahaan memiliki sistem dan proses formal untuk mengelola program pengembangan produk baru. Sequential model berusaha untuk menekan resiko kegagalan produk dengan jalan melakukan riset pasar ekstensif guna menyeleksi sejumlah besar ide menjadi menjadi beberapa ide yang mungkin dianggap sukses. Secara umum, proses-proses 27
Kotler dikutip dari http://elib.unikom.ac.id diakses pada tanggal 3 Juni 2015
28
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, (Indonesia: PT. Indeks 2009) h. 58
26
tersebut memiliki kesamaan dalam enam hal pokok,29 selaras dengan apa yang dikemukakan oleh Kotler enam proses pengembangan produk baru terdiri dari :30 Tahap I : Pemunculan Ide Pengembangan baru dimulai dengan penelitian terhadap berbagai gagasan produk baru. Pemunculan gagasan baru harus sesuai dengan jenis usaha perusahaan dan konsumen sebagai salah satu sumber yang paling logis untuk mencari gagasan-gagasan produk baru. Tahap II : Penyaringan Ide Tujuan penyaringan ide adalah mengurangi banyaknya gagasan dengan mencari dan menghilangkan gagasan buruk sedini mungkin. Tahap III : Pengembangan Produk Bila konsep produk lolos dari uji analisis usaha, konsep itu lalu menuju riset dan pengembangan dan/atau rekayasa untuk dikembangkan menjadi produk fisik. Bagian riset dan pengembangan membuat satu atau beberapa versi bentuk fisik dari konsep produk agar bisa menemukan sebuah prototipe yang memenuhi konsep produk dan dapat diproduksi dengan biaya produksi yang telah dianggarkan. Tahap IV : Pengujian Pasar/Produk Pengujian pasar ialah keadaan dimana produk dan program pemasaran diperkenalkan kepada kalangan konsumen yang lebih otentik 29
30
Gregorius Chandra. Strategi Program Pemasaran, (Yogyakarta: ANDI 2002), h.123
Kotler (1987) dikutip dari dari http://kasusmanajemen.files.wordpress.com/2011/09/npd.png diakses pada tanggal 3 Juni 2015
27
untuk mengetahui bagaimana konsumen dan penyalur mengelola, memakai, dan membeli-ulang produk itu dan seberapa luas pasarnya. Tahap V : Analisis Bisnis Bila manajemen telah menentukan konsep produk dan strategi pemasaran, perusahaan bisa mengevaluasi daya tarik usulan usaha itu. Manajemen harus menilai penjualan, biaya, dan perkiraan laba untuk menentukan apakah mereka telah memenuhi tujuan perusahaan. Jika telah memenuhi, produk bisa bergerak maju ke langkah pengembangan produk. Tahap VI : Komersialisasi Tahap komersialisasi menyangkut perencanaan dan pelaksanaan strategi peluncuran (launching strategy) produk baru ke pasar. Dalam melemparkan suatu produk, perusahaan harus memutuskan: kapan, dimana, pada siapa, dan bagaimana. Jadi yang dimaksud dengan Analisis Strategi Pengembangan produk menurut peneliti adalah suatu proses perencanaan dengan menganalisa data-data dan informasi yang diperoleh untuk merancang suatu strategi untuk mengembangkan suatu produk baru yang sesuai dengan perubahan kebutuhan dan selera konsumen.
B. KONSEP TABUNGAN PLUS ASURANSI KESEHATAN a. Pengertian Tabungan Tabungan merupakan salah satu produk penghimpunan dana masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
28
yang berlaku, bahwa sumber dana bank yang dihimpun dari masyarakat teridiri dari simpanan giro, deposito, dan tabungan.31 Secara terminologi, tabungan atau saving adalah jumlah uang yang ditanamkan seorang individu pada bank atau tempat lain.32 Adapun pengertian tabungan menurut UU Nomor 10 tahun 1998 pasal 1 ayat 5 tentang perbankan, adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.33 Tabungan sebagai salah satu produk yang disediakan dalam suatu lembaga keuangan dan sebagaimana produk yang lain, mempunyai manfaat yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Manfaat suatu produk dapat dikategorikan dengan manfaat utilitarian merupakan atribut produk finansial yang objektif. Sedangkan manfaat hedonik mencakup respon emosional, kesenangan panca indera, mimpi serta timbangan etetis.34
31
Hal ini sejalan dengan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Pasal 6 ayat (a), yang menyatakan bahwa usaha Bank Umum meliputi menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan/ataubentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. 32
Save M, Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan(Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, 1997) Cet Ke-2 , h. 1091 33
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2001), Cet. Ke-5, h.74 34
Faisal Basri, Indonesia Pasca Kritis: catatan positif dan ekonomi. (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2004), h. 270
29
Dengan demikian tabungan juga memberikan manfaat fungsional, praktis serta emosional untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah. Sedangkan menabung adalah tindakan yang dianjurkan dalam islam,35 karena dengan menabung berarti seorang muslim mempersiapkan diri untuk pelaksanaan perencaan masa yang akan datang sekaligus untuk menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan, dalam ayat al-Quran terdapat ayat-ayat yang secara tidak langsung telah memerintahkan kaum muslimin untuk mempersiapkan hari esok secara lebih baik, seperti dalam surat alBaqarah ayat 266:
“Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawah nya sungai-sungai; Dia mempunyai dalam kebunitu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah. Demikiannlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya” Ayat tersebut memerintahkan kita untuk bersiap siap dan mengantisipasi masa depan keturunan , baik secara rohani (iman/taqwa) maupun
secara
ekonomi,
harus
dipikirkan
langkah-langkah
perencanaannya. Salah satu langkah perencanaan adalah dengan menabung. 35
Muhamad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), h. 153
30
b. Pengertian Asuransi Kata asuransi berasal dari bahasa Belanda, assurantie, yang dalam hukum Belanda disebut dengan Verzekering yang artinya pertanggungan. Dari peristilahan assurantie kemudian timbul istilah assuradeur bagi penanggung, dan geassureerde bagi tertanggung.36 Banyak definisi tentang asuransi konvensional, salah satu definisi dari asuransi adalah a device for reducing risk by combining a sufficient number of exposure units to make their individual losses collectively predictable. The predictable loss in then shared by or distributed proportionately among all units in the combination (suatu alat untuk mengurangi resiko untuk menggabungkan sejumlah unit-unit yang beresiko agar kerugian individu secara kolektif dapat diprediksi. Kerugian yang dapat diprediksi tersebut kemudian dibagi dan didistribusikan secara proporsional di antara semua unit-unit dalam gabungan tersebut).37 Kemudian definisi asuransi selanjutnya adalah sebagai an economic institution that reduces risk by combining under one management and group of objects so situated that the aggregate accidental losses to which the group is subject become predictable within narrow limits (institusi ekonomi yang mengurangi resiko dengan menggabungkan di bawah satu
36
KH. Alie Yafie, Asuransi Dalam Pandangan Syariat Islam, Menggagas Fiqih Sosial, (Bandung, Mizan 1994) h.205-206 37
Robert I Mehr dikutip oleh Muhammad Syakir Sula dalam buku Asuransi Syariah (Life And General), (Jakarta,Gema Insani Press, 2004) h.26
31
manajemen dan kelompok objek dalam satu kondisi sehingga kerugian besar yang terjadi yang diderita oleh suatu kelompok tadi dapat diprediksi dalam lingkup yang lebih kecil)38 Definisi asuransi sebetulnya bisa diberikan dari berbagai sudut pandang ekonomi, hukum, bisnis, sosial, ataupun berdasarkan pengertian matematika. Itu berarti bisa lima definisi bagi asuransi. Tidak ada satu definisi yang bisa memenuhi masing-masing sudut pandang tersebut. Asuransi merupakan bisnis yang unik, yang didalamnya terdapat kelima aspek tersebut, yaitu aspek ekonomi, hukum, sosial, bisnis, dan aspek matematika.39 Secara baku, definisi asuransi di Indonesia telah ditetapkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian “ Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan. Atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti; atau untuk memberikan suatu
38
Mark R. Greene dikutip oleh Muhammad Syakir Sula dalam buku Asuransi Syariah (Life And General), (Jakarta, Gema Insani Press, 2004.) h.26-27 39
Herman Darmadi, Manajemen Asuransi, (Jakarta, Bumi Aksara, 2000), h. 2-3
32
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”. 40 Sedangkan ruang lingkup usaha asuransi yaitu usaha jasa keuangan yang dengan menghimpun dana masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi, memberikan perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup dan meninggalnya seseorang.41
c. Pengertian Asuransi Kesehatan Asuransi Kesehatan adalah suatu sistem pengelolaan dana yang diperoleh dari uang iuran secara teratur oleh anggota, suatu bentuk organisasi guna membiayai pelayanan kesehatan yang dibutuhkan anggota.42 Dari segi ekonomi, asuransi kesehatan juga merupakan usaha bersama untuk menghindari adanya kesulitan ekonomi dari para anggotanya apabila mereka sakit, atau suatu usaha untuk memungkinkan seseorang membayar terlebih dahulu biaya kesehatannya atas dasar spekulasi dari sebagian atau seluruh biaya kesehatannya yang mungkin
40
Dewan Asuransi Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 dan Peraturan Pelaksanaan Tentang Usaha Perasuransian, Edisi 2003, DAI. H. 2-3 41
Dewan Asuransi Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 dan Peraturan Pelaksanaan Tentang Usaha Perasuransian, Edisi 2003, DAI. H. 2-3 42
12.
Wirjono Prodjodikoro, 1986, Hukum Asuransi di Indonesia, PT. Intermasa, Jakarta. h.
33
terjadi pada masa yang akan datang.43 Sistem asuransi kesehatan bagi banyak negara merupakan bagian dari sistem jaminan sosial yang semakin lama semakin berkembang. Yang termasuk di dalam jangkauan asuransi sosial meliputi: Tabungan hari tua, jaminan hari tua, jaminan kesehatan,jaminan kecelakaan, dan jaminan kematian.44 Dengan demikian asuransi kesehatan ini dapat digolongkan sebagai asuransi sosial. Pada asuransi kesehatan dikenal asas mempertimbangkan kemampuan membayar premi dari para pesertaasuransi. Karena itu dikenal azas yang kaya membayar yang lebih besar dari yang kurang mampu (miskin). Biasanya dipakai presentase tertentu dari pendapatan mereka. Sekaligus ini mencerminkan adanya sifat solidariras sosial atau kegotong-royongan.45 Health Insurance Association of America (HIAA) atau Asosiasi Asuransi Kesehatan Amerika mendefinisikan asuransi kesehatan sebagai berikut : “Coverage that provide for payment of benefit as a result of sickness or injury includes insurance for losses from accident medical expense,
43
disability
or
accidental
death
and
dismemberment”.46
Wirjono Prodjodikoro, 1986, Hukum Asuransi di Indonesia, PT. Intermasa, Jakarta. h.
12. 44
Sri Rejeki Hartono, 1985, Asuransi dan Hukum Asuransi, IKIP Semarang Press. Semarang. h. 35 45
Sri Rejeki Hartono, 1985, Asuransi dan Hukum Asuransi, IKIP Semarang Press. Semarang. h. 35 46
Harriet E. Jones dan Dani L. Long, Prinsip-prinsip Asuransi : Jiwa, Kesehatan dan Anuitas. (Georgia, FLMI, 1999). h.213
34
(Cakupan/kumpulan yang menyediakan pembayaran manfaat sebagai akibat dari sakit atau cedera termasuk asuransi kerugian dari kecelakaan , biaya pengobatan, cacat, atau meninggal karena kecelakaan dan pemotongan) Definisi HIAA ini menjelaskan bahwa asuransi kesehatan memberikan jaminan manfaat karena terjadinya suatu penyakit atau kecelakaan, serta kerugian-kerugianlain yang timbul menyertainya misalnya biaya rumah sakit, disabilitas,kematian karena kecelakaan dan cacat. Asuransi kesehatan di dalam pelaksanaannya tetap berpedoman pada azas-azas sebagai berikut:47 1) Azas usaha bersama berdasarkan kekeluargaan 2). Azas adil dan merata 3). Azas keseimbangan dan kepentingan 4). Azas berdaya guna dan hasil guna 5). Azas musyawarah dan mufakat 6). Azas percaya diri 7). Azas tidak mencari keuntungan semata. a. KONSEP ANALISIS SWOT SEBAGAI FORMULASI STRATEGI a. Analisis Lingkungan Analisis lingkungan merupakan proses awal dalam manajemen. Tahapan ini berintikan pada analisis lingkungan internal dan analisis 47
124
Tarsis Tarmudi, Wawasan Perasuransian, (Semarang: IKIP Semarang Press 1990) h.
35
lingkungan eksternal. Aktivitas analisis ini kerap digabung dalam suatu kesatuan aktivitas yang lebih dikenal sebagai Analisis SWOT (Strength, Weakness, Oppurtunity and Treath). Hasil analisis SWOT akan menunjukkan kualitas kuantifikasi posisi organisasi yang kemudian memberikan rekomendasi berupa pilihan strategi generik serta kebutuhan atau modifikasi sumberdaya organisasi. 48 Berikut dijelaskan tentang analisis SWOT: 1) Strength (kekuatan) adalah kekuatan yang dapat diandalkan oleh lembaga.Dengan adanya kekuatan ini suatu lembaga dapat memahami danmengetahui cara tepat dalam menyusun rencana global 2) Weakness (kelemahan) adalah keterbatasan dan kekurangan yang dimilikisebuah lembaga. Dengan mengetahui kelemahan, lembaga yang diharapkandapat mengantisipasi agar kelemahan itu tidak menjadi penghalang dalammencapai rencana global 3) Opportunity
(peluang)
lembaga.Dengan
adalah
mengetahui
situasi
peluang
yang
lembaga
menguntungkan diharapkan
dapat
memanfaatkannya menjadi potensi yang dapat mengantarkan tujuan utama. 4) Treath (ancaman) adalah suatu keadaan yang tidak menguntungkan lembaga. Ancaman ini perlu diketahui oleh lembaga dengan baik.
48
Ismail Yusanto & M Karebet, Manjemen Strategis Perspektif Syariah, (Jakarta: Khairul Bayan, 2003), h. 11 .
36
Denganmengetahui ancaman lembaga diharapkan dapat mengambil langkah-langkah awal agar ancaman tersebut tidak menjadi kenyataan.49 Tujuan utama dilakukannya analisis lingkungan internal dan eksternal suatu lembaga adalah mengidentifikasi peluang (opportunity) yang harus segera mendapat perhatian serius dan pada saat yang sama lembaga menentukan beberapa kendala dan ancaman yang perlu diantisipasi50 Dari uraian di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa dengan analisis internal maupun eksternal, maka suatu lembaga akan mengetahui aspek mana yang berpengaruh terhadap kemampuan lembaganya. Sehingga lembaga tersebut dapat mengidentifikasi peluang-peluang yang ada dengan begitu kelemahan yang dimiliki dapat menjadi kekuatan yang dapat mengokohkan lembaga. b. Perumusan Strategi Perumusan strategi dalam hal ini adalah pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman eksternal, menetapkan kekuatan, kelemahan secara internal, menetapkan suatu objektivitas, menghasilkan strategi alternatif dan memilih strategi tertentu yang akan dihasilkan.51
49
Mulia Nasution, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Djambatan, 1996), h. 30-31.
50
Amirullah & Sri Budi Cantika, Manajemen Strrategik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2002), Cet. Ke-1, h. 127 51
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhard Lindo, 2002), h. 15
37
Kriteria yang harus diperhatikan dalam merumuskan atau memilih suatu strategi, yaitu:52 1. Strategi tersebut harus berkontribusi untuk kinerja perusahaan yang lebih tinggi, 2. Strategi melibatkan keunggulan kompetitif, 3. Strategi harus sejalan dengan strategi yang lainnya yang terdapat didalam organisasi, 4. Strategi menyediakan keluwesan yang tepat terhadap bisnis dan organisasi strategi harus dengan misi organisasi dan tujuan jangka panjang, 5. Strategi tersebut harus sesuai dengan keseluruhan situasi yang ada. Oleh karena itu, penulis menyimpulkan bahwa perumusan strategi memiliki peran besar dalam suatu lembaga. Dengan memiliki tujuan, maka lembaga dapat merefleksikan target yang akan dicapai. Strategi yang dirumuskan hendaknya harus melihat kearah depan terhadap suatu lembaga agar suatu lembaga dapat mencapai tujuannya. c. Implementasi Strategi Setelah strategi ditentukan, maka strategi harus dipadukan ke dalam kegiatan organisasi sehari-hari. Strategi yang paling canggih dan kreatif sekalipun tidak dapat menguntungkan organisasi kecuali bila
52
Fana Jodie, Pentingnya Analisa Situasi untuk Perumusan Strategi, Jurnal diakses pada tanggal 24 mei 2015 dari http://vibizmanagement.com/column/index/category/strategic_management/2313
38
dilaksanakan dengan baik. Implementasi strategi bertumpu pada alokasi dan pengorganisasian sumber daya manusia yang ditampakkan melalui penetapan struktur organisasi, mekanisme kepemimpinan yang dijalankan berikut budaya perusahaan dan organisasi.53 Perumusan strategis yang berhasil tidak menjamin penerapan strategis yang berhasuil juga. Melakukan sesuatu (implementasi strategi) selalu lebih sulit dari pada mengatakan akan melakukan sesuatu (perumusan strategi).54 Secara mendasar implementasi strategi berbeda dari perumusan strategi. Perumusan dan implementasi strategi berbeda dalam hal-hal berikut:55 1. Perumusan strategi memposisikan kekuatan sebum tindakan. 2. Implementasi strategi mengelola kekuatan selama tindakan. 3. Perumusan strategi berfokus pada keefektifan. 4. Perumusan strategi terutama merupakan proses intelektual. 5. Implementasi strategi terutama merupakan proses operasinal 6. Perumusan strategi membutuhkan keterampilan intuitif dan analisis yang bagus.
53
Ismail Yusanto dan M Kerebet Widjajakusuma, Mnajemen Straegis dalam Perspektif
Syariah, h. 92 54
Fred R. David, Manajemen Strategis, Konsep-Konsep, (Jakarta: Selemba Empat, 2012), Edisi-12. h. 386 55
Fred R. David, Manajemen Strategis, Konsep-Konsep, (Jakarta: Selemba Empat, 2012), Edisi-12. h. 386-387
39
7. Implementasi strategi membutuhkan keterampilan motivasi dan kepemimpinan yang khusus 8. Perumusan strategi membutuhkan koordinasi antar beberapa individu. 9. Implementasi strategi membutuhkan koordinasi antar banyak individu Oleh karenanya penulis menyimpulkan bahwa implementasi strategi dibutuhkan untuk mempraktekkan strategi. Langkah implementasi strategi sebagian tergantung pada tujuan dari strategi lembaga. Selain itu implementasi juga tergantung pada struktur organisasi. Keberhasilan implementasi dapat dihambat oleh kendala-kendala internal lembaga seperti struktur lembaga yang kaku ataupun budaya organisasi tidak sesuai. Hal ini dikarenakan budaya organisasi mempengaruhi interaksi internal. d. Evaluasi Strategi Evaluasi strategi adalah tahap final dalam menejemen strategis. Manajer sangat ingin mengetahui kapan strategi tidak dapat berjalan seperti diharapkan; evaluasi srtategi adalah alat utama untuk mendapatkan informasi ini. Semua strategi dapat dimodifikasi dimasa datang karena faktor internal dan eksternal secara konstan berubah. Tiga aktivitas dasar evaluasi strategi adalah (1) meninjau ulang faktor eksternal dan internal
40
yang menjadi dasar strategi saat ini, (2) mengukur kinerja, dan (3) mengambil tindakan korektif. 56. Evaluasi dibutuhkan karena kesuksesan hari ini tidak menjamin kesuksesan hari esok. Umpan balik yang memadai dan tepat waktu merupakan batu pertama evaluasi strategi yang efektif.
56
Fred R. David, Manajemen Strategis, Konsep-Konsep, (Jakarta: Selemba Empat, 2012), Edisi-12. h. 500
41
BAB III PROFIL LEMBAGA A. Gambaran Umum Social Trust Fund (STF) UIN Jakarta a. Sejarah Social Trust Fund (STF) UIN Jakarta 57 Keinginan untuk mencontoh perguruan tinggi besar di dunia seperti Harvard University membuat UIN Jakarta mempunyai mimpi besar yaitu bagaimana UIN Jakarta bisa menjadi ikon kebanggaan umat Islam Indonesia. Salah satu caranya adalah dengan memiliki dana abadi yang sangat besar. Dana abadi itu bisa menopang biaya operasional dan pengembangan pendidikan di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. menjadi motivasi tersendiri. Harvard, juga universitas besar lainnya di dunia, seperti Yale, Stanford, Princeton, dan MIT, memiliki dana abadi (endowment) yang sangat besar. Harvard misalnya, data terakhir yang dirilis pada tahun 2013 menyebutkan, dana abadi yang berhasil dihimpun sebesar USD 32,3 milyar. Maka wajar, banyak mahasiswa di universitas-universitas tersebut yang mendapat beasiswa. Lebih dari itu, kualitas pendidikan universitas itu juga sangat tinggi. Peringkat mereka tak pernah keluar dari 10 universitas terbaik dunia. Mimpi besar itu kemudian dirajut melalui langkah-langkah sederhana, menghimpun dan mengoptimalkan kedermawanan masyarakat. Potensi kedermawanan yang sangat besar di masyarakat itu harus bisa didayagunakan
57
http://www.socialtrustfund-uinjkt.org/index.php?module=mission diakses pada tanggal 05 April 2015
42
agar dapat membawa manfaat untuk masyarakat luas. Untuk tahap awal, kolega terdekat dari dosen dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah diajak untuk menyisihkan sebagian rezekinya melalui STF. Ada yang berdonasi Rp 50 ribu, Rp 100 ribu, dan seterusnya. Agar pengelolaan dana dilakukan secara professional, transparan, dan akuntabel, maka STF harus diresmikan melalui badan hukum resmi. Pada 20 Juli 2012, STF mendaftarkan diri sebagai lembaga sosial dan kemanusiaan dengan bentuk yayasan melalui notaris. Tepat pada 15 Februari, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia mengesahkan badan hukum STF. Eksistensi STF juga diperkuat dengan SK Rektor bernomor Un.001/R/HK.00.5/47/2012, sebagai lembaga non-struktural di bawah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Visi dan Misi STF UIN Jakarta Dalam menjalankan aktivitas dan kegiatan kemanusiaan yang bersifat filantropis, STF UIN Jakarta memiliki visi dan misi yang jelas sebagai acuan dalam menjalankan aktifitas-aktifitasnya. Adapun visi dari STF UIN Jakarta adalah: “Mewujdukan aktivitas filantropi demi terciptanya dunia yang lebih baik bagi misi kemanusiaan”58. Sedangkan misi STF UIN Jakarta adalah sebagai berikut: (1) Menghimpun dan mengelola dana sosial secara transparan dan akuntabel, (2) menyediakan lebih banyak kesempatan bagi masyarakat miskin dan orang-orang yang kurang beruntung, 58
(3) mendukung peningkatan fasilitas dan kualitas
http://www.socialtrustfund-uinjkt.org/index.php?module=mission diakses pada tanggal 05 April 2015
43
pendidikan, (4) mendukung segala bentuk inisiasi kemanusiaan, dan (5) mempromosikan kesetaraan dan perbedaan59 c. Fokus STF UIN Jakarta Untuk menerjemahkan aktifitas sosial dan kemanusiaan sebagaimana yang diamanatkan dalam SK Rektor, STF UIN Jakarta mendedikasikan kerja nya pada penguatan sektor pendidikaan, penguatan pesantren, pendidikan kewirausahaan, dan penelitian.60
d. Aktifitas STF UIN Jakarta Sebagai upaya pengejawantahan dari visi dan misi nya, STF UIN Jakarta mencoba fokus pada empat pilar kegiatan besar, yaitu: (1) amal, (2) advokasi, (3) riset dan penelitian, (4) dan wakaf. 61 e. Struktur62 STF UIN Jakarta memiliki struktur lembaga meliputi Dewan Pembina, Dewan Pengawas, Direktur, Wakil Direktur, Program Manager, dan Manager Program Bungkesmas. Untuk Dewan Pembina STF UIN Jakarta adalah: Prof. Dr. Komarudin Hidayat, Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA, Prof Dr. Quraish Shihab, dan Drs.
59
http://www.socialtrustfund-uinjkt.org/index.php?module=mission diakses pada tanggal 05 April 2015 60
http://www.socialtrustfund-uinjkt.org/index.php?module=mission diakses pada tanggal 05 April 2015 61
http://www.socialtrustfund-uinjkt.org/index.php?module=mission diakses pada tanggal 05 April 2015 62
http://www.socialtrustfund-uinjkt.org/index.php?module=structure dikses pada tanggal 06 April 2015
44
Ahmad Syadali. Kemudian untuk Dewan Pengawas STF UIN Jakarta adalah: Prof. Dr. MK. Tajudin, SP. And, dan Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, MA. Selanjutnya, dalam struktur operasional, Direktur STF UIN Jakarta adalah Prof. Dr. Jamhari Makruf, MA. Sedangkan Wakil Direktur nya adalah Dr. Amelia Fauzia, Program Manager STF UIN Jakarta adalah Emi Ilmiah, MA, dan Manager Program Bungkesmas adalah Sri Hidayati, M.Ed. f. Program STF UIN Jakarta STF UIN Jakarta memiliki beberapa program yang sudah dijalankan, antara lain : Beasiswa, Dana Talangan Pendidikan, Tabungan Kesehatan Masyarakat (Bungkesmas), Charity Store, dan Endowment. Program beasiswa adalah program yang bertujuan untuk memberikan beasiswa bagi pelajar, santri dan mahasiswa dari berbagai latar belakang yang sedang belajar di dalam maupun luar negeri terutama mereka yang tidak mampu dan berprestasi. Selain memberikan beasiswa, kami juga melakukan kegiatan pendampingan dan pemberdayaan bagi mereka. Adapun jenis-jenis beasiswa yang dijalankan adalah : 1) Beasiswa Prestasi 2) Beasiswa Bagi Mereka Yang Kurang Beruntung 3) Beasiswa Bagi Pelajar di Daerah Terpencil 4) Beasiswa Calon Guru dan Da'i 5) Beasiswa Bagi Santri 6) Beasiswa Calon Dokter dan Perawat
45
7) Beasiswa Penggerak Pembangunan Desa63 Selanjutnya, program yang dilakukan oleh STF UIN Jakarta adalah Dana Talangan Pendidikan. Dana Talangan Pendidikan ini dimaksudkan untuk membantu mahasiswa yang tidak memiliki dana tunai akan tetapi memiliki kemampuan untuk mengangsur biaya pendidikan. Dana talangan ini bebas bunga dan biaya administrasi. Pada Tahun 2014, total ada 30 mahasiswa yang mendapat fasilitas pinjaman ini dengan nilai total Rp65.420.000. Dari 30 mahasiswa yang mendapat dana talangan, 19 di antaranya telah melunasi pinjamaan, 5 orang masih proses mencicil, dan 6 orang lainnya mengalami kemacetan. Total dana yang telah kembali sebanyak Rp42.870.000, sedangkan dana yang masih tertahan berjumlah Rp22.550.00064 Gambar 2.3 Dana Talangan Pendidikan STF UIN Jakarta
63
http://www.socialtrustfund-uinjkt.org/index.php?module=mission diakses pada tanggal 05 April 2015 64
http://www.socialtrustfund-uinjkt.org/index.php?module=mission diakses pada tanggal 05 April 2015
46
Kemudian program selanjutnya adalah Tabungan kesehatan Masyarakat (Bungkesmas). Bungkesmas STF UIN Jakarta adalah program advokasi dan edukasi yang dilakukan Social Trust Fund (STF) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta guna meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan. Program ini didesain dengan memadukan unsur tabungan dan asuransi kesehatan dalam satu paket produk. STF menggandeng Koperasi Jasa Keuangan Syariah atau BMT sebagai mitra atau provider. Pemilihan BMT dan koperasi sebagai pelaksana program ini karena lembaga ini bekerja di level akar rumput.65 Melalui program ini masyarakat miskin diajarkan untuk menyisihkan pendapatan sebagai cadangan jika sewaktu-waktu mengalami musibah, sakit, atau kecelekaan. Cadangan tabungan ini penting, agar mereka tak perlu menjual asset ekonomi karena musibah yang dialami. Dengan begitu mereka bisa melwati masa-masa sulit dengan mengandalkan tabungan kesehatan yang dimiliki. Program ini memang menyasar masyarakat miskin, atau kelas ekonomi rendah. Program ini digulirkan berangkat dari data bahwa sepertiga penduduk Indonesia, atau 77 juta orang, tidak memiliki simpanan yang dapat diandalkan apabila terkena musibah. Lebih-lebih masyarakat miskin yang bekerja di sektor informal dan kondisi keuangannya sangat rentan. Program mikro asuransi
65
Laporan Kegiatan Bungkesmas 2012-2013
47
Bungkesmas ini adalah terobosan agar masyarakat miskin atau kelangan ekonomi rendah dapat terproteksi.66 Program selanjutnya adalah Charity Store. Adalah layanan donasi yang disiapkan bagi para donatur yang ingin mendermakan barang-barangnya, baik berupa pakaian, aksesoris, elektronik, maupun perlengkapan hobi. Barangbarang yang didonasikan ini akan dijual, dan hasilnya akan digunakan untuk program beasiswa.67 Sejak diluncurkan pada Juni 2013, bertepatan dengan puncak perayaan Milad UIN, pertumbuhan Charity Store bisa dibilang menggembirakan. Jumlah barang donasi yang berhasil dihimpun Charity Store mencapai 2.269 pcs, yang terdiri dari pakaian, aksesoris, buku, dan peralatan elektronik.68 Program yang terakhir adalah Endowment. Endowment adalah program yang bertujuan untuk menggalang dana abadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan Endowment diharapkan universitas memiliki dana cadangan yang digunakan sepenuhnya untuk peningkatan kualitas pendidikan Indonesia69
B. KONSEP TABUNGAN PLUS ASURANSI KESEHATAN MASYARAKAT (BUNGKESMAS) STF UIN Jakarta. 66
http://www.socialtrustfund-uinjkt.org/index.php?module=mission diakses pada tanggal 05 April 2015 67
http://www.socialtrustfund-uinjkt.org/index.php?module=mission diakses pada tanggal 05 April 2015 68
http://www.socialtrustfund-uinjkt.org/index.php?module=mission diakses pada tanggal 05 April 2015 69
http://www.socialtrustfund-uinjkt.org/index.php?module=mission diakses pada tanggal 05 April 2015
48
Social Trust Fund UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengembangkan sebuah program pelayanan kesehatan bagi masyarakat tidak mampu. Program ini bertujuan untuk mendidik dan memberikan pemahaman bahwa kesehatan merupakan elemen penting dalam peningkatan produktifitas kerja dan pendapatan mereka. Program ini didesain dengan memadukan tabungan dan asuransi kesehatan dan kecelakaan. Program ini dibuat untuk masyarakat Indonesia khususnya pekerja formal seperti pegawai swasta, pengusaha kecil, pedagang, asisten rumah tangga, guru honor, buruh pabrik dan lain sebagainya. 70
Melalui program ini masyarakat miskin diajarkan untuk menyisihkan pendapatan mereka untuk kesehatan. Cadangan tabungan dan fasilitas asuransi dalam program ini sangat bermanfaat bagi masyarakat miskin untuk menghindari mereka menjual aset ekonomi dikarenakan sakit atau mengalami kecelakaan. Dengan begitu, mereka bisa melewati masa-masa sulit dengan mengandalkan tabungan kesehatan yang mereka miliki. Oleh karenanya, sangatlah perlu mengembangkan program yang langsung menyentuh akar rumput khususnya rakyat miskin seperti Tabungan kesehatan Masyarakat (Bungkesmas) ini.71 Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwasanya Bungkesmas adalah gerakan advokasi dalam bentuk inovasi produk simpanan/tabungan kesehatan masyarakat yang memadukan unsur tabungan kesehatan masyarakat yang
70
Laporan Kegiatan Bungkesmas 2012-2013
71
Laporan Kegiatan Bungkesmas 2012-2013
49
memadukan unsur tabungan dan asuransi mikro yang dikelola melalui Lembaga Keuangan Mikro (LKM)/BMT.72 Secara teknis, Bungkesmas terdiri dari dua komponen utama yaitu Tabungan dan asuransi mikro. Tabungan dikelola oleh LKM/BMT sebagai provider, sedangkan asuransi mikro dikelola oleh provider asuransi yang difasilitasi oleh STF. Berikut adalah daftar LKM/BMT provider Bungkesmas yang diambil dari Laporan Kegiatan Bungkesmas STF UIN Jakarta: NO
Daerah
Nama Lembaga
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan
KSSU BMT Anjir Muara Sejahtera KJKS BMT Rantau Badauh Sejahtera LKM BMT Wanaraya Unit 100 KSSU BMT Sejahtera Kalsel LKM BMT BKPRMI Tapin LKM BMT Wanita Syariah KJKS BMT Tapin Tengah Sejahtera BMT Al-Falah BMT Agro Buana BMT Khoirul Ikhwan Martapura BMT Khoirul Amin Martapura BMT Amanah Banjarmasin BMT KS 036 Makasar BMT Ar-Rahmah BMT Al-Birry BMT Insan Madani BMT Sinar Surya BMT Al-Azhar BMT Kube 033 BMT As‟adiyah Sengkang BMT Amanah Ummat BMT Fauzan Aziima BMT Saadatul Birry BMT Al-Amanah
72
Teknis Pengelolalaan Bungkesmas (didapat dari wawancara dengan IBu Sri Hidayati M.Ed) pada tanggal 06 Agustus 2015
50
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53
Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Jabodetabek Jabodetabek Jabodetabek Jabodetabek Jabodetabek Jabodetabek Jabodetabek Jabodetabek Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara
KJKS BMT Al-Markaz BMT Fastabiqul Khairat BMT Al-Amanah BMT Sinergi Karya BMT Mitra Sejahtera BMT Asy Syabaab KSP Global BMT Al-Ikhlas BMT Berkah Sakinah BMT Sinar Surya KSP Baji Gau Smada BMT Insan Madani BMT Al-Fath IKMI Ciputat BMT Ibu Mandiri Serpong BMT Prima Syariah Kospin SMS Ciputat BMT RBMS BMT Taman Surga BMT UMJ Puskop Wanita Islam BMT Al-Syifa BMT Mandiri BMT Bonggoeya BMT Lapulu BMT Muamalah BMT Insan BMT Balaikota BMT Baruga BMT Kota Tabel 1.1
Daftar LKM/BMT Provider Bungkesmas
C. STANDART OPERATING PROCEDURE (SOP) BUNGKEMAS STF UIN JAKARTA73 Tabungan Kesehatan Masyarakat (Bungkesmas) STF UIN Jakarta adalah simpanan plus asuransi kesehatan dan kecelakaan yang didisein khusus untuk
73
Panduan Teknis Bungkesmas (didapat dari wawancara dengan IBu Sri Hidayati M.Ed) pada tanggal 06 Agustus 2015
51
BMT, Koperasi dan/atau lembaga sejenis. Adapun komponen Bungkesmas terdiri dari: (1) Tabungan Kesehatan dan/atau pendidikan, dan (2) Asuransi Kesehatan dan Kecelakaan. Keuntungan yang didapat dari program Bungkesmas ini dibagi berdasarkan keuntungan bagi BMT/Koperasi dan/atau lembaga sejenis, dan keuntungan bagi peserta. Keuntungan Bungkesmas ditinjau dari BMT/Koperasi dan/atau lembaga sejenis adalah: Tambahan anggota BMT/Koperasi baru, tambahan dana tabungan, marketing fee, dapat meringankan dan mengamankan asset BMT jika anggota mengalami musibah sakit dan/atau kecelakaan.74 Adapun
keuntungan
bagi
peserta
Bungkesamas
adalah: Proses
pembukaan tabungan mudah dan cepat, tabungan dapat diantar dan dijemput petugas, peserta memiliki dana cadangan kesehatan, peserta memiliki dana cadangan pendidikan, peserta memiliki jaminan kesehatan dan kecelakaan selama satu tahun penuh, premi sangat murah dan terjangkau, premi dapat dicicil, tidak ada masa tunggu, jaminan asuransi Bungkesmas berlaku sesaat setelah mendaftar, proses klaim mudah dan cepat, dan tidak memerlukan medical check up.75 a) Ketentuan Pendaftaran Bungkesmas
74
Panduan Teknis Bungkesmas (didapat dari wawancara dengan IBu Sri Hidayati M.Ed) pada tanggal 06 Agustus 2015 75
Panduan Teknis Bungkesmas (didapat dari wawancara dengan IBu Sri Hidayati M.Ed) pada tanggal 06 Agustus 2015
52
Ketentuan pendaftaran Bungkesmas dibagi menjadi dua, yaitu Ketentuan bagi BMT/Koperasi dan/atau lembaga sejenis, dan ketentuan bagi peserta. Adapun ketentuan bagi BMT/Koperasi dan/atau lembaga sejenisnya adalah: Memiliki semangat pemberdayaan bagi masyarakat miskin, bersedia mendorong peserta program Bungkesmas untuk menabung minimal Rp. 2.000/hari, bersedia menerima cicilan atau member pembiayaan pembelian premi asuransi Bungkesmas jika peserta tidak mampu, berbadan hukum dan terdaftar pada dinas terkait, dinilai sehat keuangan maupun menejemen, bersedia menanggung segala resiko yang ditimbulkan, dan mentaati segala peraturan yang ditetapkan oleh STF UIN Jakarta.76 Adapun ketentuan Bungkesmas bagi peserta antara lain: Warga Negara Indonesia, anggota BMT, Koperasi dan sejenisnya, berusia 18-64 tahun dan/atau 17 tahun jika sudah menikah, memiliki penghasilan, bersedia menabung
minimal
Rp.
2.000/hari,
bersedia
membayar
premi
Rp.
100.000/tahun atau sebesar Rp. 165.000 untuk pasangan suami istri, pembukaan rekening Rp. 20.000, menyerahkan dokumen yang diperlukan dapat dilihat di tabel.
Peserta
Tabel 1.2 Syarat dan Ketentuan Bungkesmas Mengisi Formulir FC KTP FC KK
FCSurat Nikah
Perorangan Pasangan Suami-istri
76
Panduan Teknis Bungkesmas (didapat dari wawancara dengan IBu Sri Hidayati M.Ed) pada tanggal 06 Agustus 2015
53
b) Ketentuan layanan77 Untuk layanan tabungan, secara umum ketentuannya adalah sebagai berikut: Pertama peserta wajib menabung sesuai dengan ketentuan yang sudah dibahas sebelumnya Adapun untuk ketentuan penyetoran dan penarikan dana tabungan adalah sebagai berikut: Pertama penarikan tabungan dapaat dilakukan langsung di konter BMT setiap hari kerja selama kas buka atau dijemput oleh petugas BMT, kedua setoran awal minimal Rp. 10.000,- dan setoran selanjutnya minimal Rp. 2.000, ketiga peruntukan penarikan tabungan hanya untuk transportasi berobat, obat-obatan dan laboratorium di luar tanggungan Jamkesmas/Jamkesda, dan asuransi kesehatan penjamin, dan untuk biaya dokter spesialis, keempat saldo yang tersisa pada saat penarikan dana tabungan minimum Rp. 20.000 di luar dana dana Rp. 100.000 yang dibayarkan peserta, dan yang kelima setiap penyetoran dan penarikan penabung wajib menunjukan buku tabungan dan kartu identitas.78 b. Asuransi Bungkesmas79 Asuransi Bungkesmas adalah program asuransi kesehatan, kecelakaan, dan meninggal dunia yang diperuntukan khusus bagi nasabah Bungkesmas.
77
Panduan Teknis Bungkesmas (didapat dari wawancara dengan IBu Sri Hidayati M.Ed) pada tanggal 06 Agustus 2015 78
Panduan Teknis Bungkesmas (didapat dari wawancara dengan IBu Sri Hidayati M.Ed) pada tanggal 06 Agustus 2015 79
Panduan Teknis Bungkesmas (didapat dari wawancara dengan IBu Sri Hidayati M.Ed) pada tanggal 06 Agustus 2015
54
Kemudian jenis manfaat dan jumlah uang pertanggungan yang akan didapatkan oleh peserta asuransi Bungkesmas adalah sebagaimana yang tertulis di tabel. 80 Tabel 1.3 Manfaat Jaminan Asuransi Bungkesmas
No #1
#2
3 4 5
6
Jenis Manfaat Santunan harian rwat inap rumah sakit *) akibat sakit ataupun kecelakaan Penggantian biaya bedah/operasi, (akibat sakit atau kecelakaan **) Santunan meninggl dunia karena kecelakaan Santunan cacat tetap karena kecelakaan Santunan pendapatan keluarga jika Tertanggung meninggal karena kecelakaan Santunan pemakaman akibat kecelakaan
Nilai Pertanggungan Rp. 100.000/hari maksimum 90 hari/tahun Maksimum Rp. 2.500.000,dalam setahun Maksimum Rp. 5.000.000,-
Rp. 12.000.000,-
Rp. 2.500.000,-
Sekanjutnya usia masa kepesertaan peserta dalam asuransi Bungkesmas adalah sebagai berikut: minimal usia peserta masuk kepesertaan 16 tahun jika sudah menikah dan memiliki KTP, maksimal usia masuk kepesertaan 64 tahun, dan masa kepesertaan peserta berlaku 1 tahun sejak menjadi nasabah Bungkesmas.81
80
Brosur Tabungan Kesehatan Masyarakat (diberikan ketika wawancara dengan Ibu Sri Hidayati, M.Ed) pada tanggal 06 April 2015 81
Panduan Teknis Bungkesmas (didapat dari wawancara dengan IBu Sri Hidayati M.Ed) pada tanggal 06 Agustus 2015
55
c. Ketentuan Asuransi Bungkesmas82 Ketentuan asuransi Bungkesmas adalah sebagai berikut (1) Tidak ada masa tunggu (waiting periode) untuk klaim dana asuransi. Seketika peserta dapat mendaftarkan namanya sebagai peserta Bungkesmas di BMT mereka bisa mengajukan klaim meskipun namanya belum terdaftar. (2) Klaim diajukan oleh tertanggung atau ahli warisnya tidak lebih dari 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal terjadinya resiko yang dijamin, (3 )Permohonan pengajuan klaim harus melengkapi dokumen-dokumen yang diperlukan sebagai berikut: a. Asli dari salinan informasi rekening nasabah. b. Fotokopi bukti kepesertaan. c. Asli formulir klaim d. Serta kelengkapan yang sesuai dengan jenis klaim sebagai berikut: Tabel 1.4 Tabel Permohonan Klaim Jenis Santunan
Kuitansi RS
KTP Pese rta
Kuitansi Operasi
Ket. Kemat ian
KTP Ket. Pengaju Dokter Klaim
Santunan rawat inap rumah sakit *) Santunan pembedahaan akibat kecelakaan dan penyakit Santunan menoinggal dunia karena kecelakaan Santunan cacat tetap karena kecelakaan
82
Panduan Teknis Bungkesmas (didapat dari wawancara dengan IBu Sri Hidayati M.Ed) pada tanggal 06 Agustus 2015
56
Santunan pendapatan bulanan keluarga karena meninggal disebabkan oleh kecelakaan Santunan pemakaman karena kecelakaan
Adapun prosedur pengajuan klaim adalah sebagai berikut: (1) Nasabah akan mengajukan klaim kepada petugas BMT, dengan mengisi Form Pengajuan Klaim (form 003). (2) Petugas BMT akan memeriksa kelengkapan dokumentasi pengajuan klaim sesuai dengan klaim yang diajukan. (3) Apabila dokumen sudah lengkap, maka petugas BMT akan segera mengirimkan pengajuan klaim tersebut kepada kantor perusahaan asuranis. (4) BMT akan mengirimkan scan dokumen kelengkapan klaim melalui email ke perusahaan asuransi, (5) Setelah petugas menerima klaim tersebut, petugas perushaan asuransi akan memeriksa kembali dokumen yang ada, apabila belum lengkap, maka petugas di BMT pengaju akan segera dihubungi, akan tetapi apabila pengajuan klaim sudah lengkap dan benar, maka proses pembayaran premi segera dilakukan. (6) Adapun prose pembayaran klaim tersebut akan ditransfer ke rekening masing-masing BMT yang mengajukan. (7) BMT pengaju akan mengkreditkan dana klaim ke rekening nasabah maksimum 14 hari.83 Selanjutnya dalam SOP ada beberapa resiko yang dikecualikan. Asuransi kesehatan dan kecelakaan Bungkesmas tidak dapat menanggung 83
Panduan Teknis Bungkesmas (didapat dari wawancara dengan IBu Sri Hidayati M.Ed) pada tanggal 06 Agustus 2015
57
resiko yang terjadi dalam situasi sebagai berikut: (1) Melukai diri sendiri secara sengaja, bunuh diri atau percobaan bunuh diri, pada saat pikiran waras atau tidak waras atau dengan sengaja membiarkan diri berada dalam keadaan berbahaya (kecuali dalam usaha menyelamatkan jiwa manusia),
(2)
Tertanggung terbunuh akibat dari percobaan kejahatan atau criminal yang dilakukan oleh ahli waris Tertanggung. (3) Kehamilan, melahirkan atau komplikasi lain daripadanya meskipun pristiwa tersebut mungkin dipercepat atau disebabkan oleh suatu kecelakaan, (4) Terjadinya perang dimana perang tersebut harus dideklarasikan oleh pemerintah Indonesia, dan (5) Penyakit yang disebabkan oleh virus HIV84
D. STRATEGI STF UIN JAKARTA DALAM MENGEMBANGKAN PROGRAM TABUNGAN KESEHATAN MASYARAKAT Dalam mengembangkan Bungkesmas, STF UIN Jakarta telah melakukan langkah-langkah strategis sebagai berikut: 1. Menjadikan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) atau Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) sebagai Provider Bungkesmas. 2. Fundrising ke lembaga-lembaga sosial untuk pendanaan pengembangan Bngkesmas 3. STF
UIN
Jakarta
Mendorong
LKM/BMT
untuk
memasarkan
Bungkesmas sesuai dengan konteks masyarakat dan daerah. 4. Melakukan training-training pengembangan program Bungkesmas 84
Panduan Teknis Bungkesmas (didapat dari wawancara dengan IBu Sri Hidayati M.Ed) pada tanggal 06 Agustus 2015
58
5. Sosialisasi Bungkesmas langsung ke masyarakat 6. Membantu BMT dengan menyediakan alat kampanye Bungkesmas. 7. Penelitian Kebutuhan Pengembangan Wilayah Bungkesmas (Need Assessment) 8. Menambah Benefit Jaminan Bungkesmas 85
85
Hasil Wawancara dengan Ibu Sri Hidayati, M. Ed pada tanggal 06 Agustus 2015
59
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. STRATEGI PENGEMBANGAN BUNGKESMAS DI STF UIN JAKARTA Dalam mengembangkan program Bungkesmas STF UIN Jakarta menerapkan
strategi
pengembangan,
menurut
Fred.
R
David
Strategi
pengembangan adalah strategi intensif yang terdiri dari penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk.86 Adapun upaya strategis yang dilakukan oleh STF UIN Jakarta yaitu dengan pengembangan pasar dan pengembangan produk-produk. Dalam pengembangan pasar, strategi yang dilakukan oleh STF UIN Jakarta yaitu: 1. Menjadikan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) atau Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) sebagai Provider Bungkesmas Sebagai upaya dalam mengembangkan pasar Bungkesmas, STF UIN Jakarta menjalankan program Bungkesmas dengan dikerjasamakan dengan LKM/BMT. Pemilihan LKM/BMT sebagai provider pelaksana program ini didasarkan karena lembaga ini bekerja di level akar rumput dan menurut visi dan misi nya memiliki orientasi dan semangat membela kepentingan masyarakat miskin87. Hal ini sejalan dengan fungsi dari BMT
86
Fred R. David, Manajemen Strategis, Konsep-Konsep, (Jakarta: Selemba Empat, 2012), Edisi-12. h. 257 87
Laporan Kegiatan Bungkesmas Tahun 2012-2013 h. 2
60
selain memiliki fungsi maal (profit oriented) juga fungsi tamwil (social oriented)88 2. Fundrising
89
ke lembaga-lembaga sosial untuk pendanaan pengembangan
Bngkesmas Pada proses pengembangan Bungkesmas, STF UIN Jakarta banyak melakukan
kegiatan-kegiatan
pengembangan
Bungkesmas
yang
memerlukan anggaran untuk melakukannya, maka STF UIN Jakarta sebagai lembaga sosial banyak melakukan pencarian dana (fundrising) kepada lembaga-lembaga sosial lainnya demi mewujudkan pemberdayaan ekonomi masyarakat kecil. Dari awal dibentuknya Program Bungkesmas pada tahun 2010-sekarang,90funding(penyandang dana) untuk kegiatankegiatan pengembangan Bungkesmas adalah Ford Foundation 91 3. Melakukan training-training pengembangan program Bungkesmas Tentu untuk bisa mengajak kerjasama LKM/BMT menjadi provider dari Bungkesmas tidak hanya dengan mengenalkan produk nya saja tetapi STF UIN Jakarta juga harus memberikan pengayaan dulu
88
Wawancara dengan Ibu Sri Hidayati, M. Ed pada tanggal 06 Agustus 2015
89
Fundraising adalah kegiatan menghimpun dana dan sumber daya lainnya dari masyarakat (baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan ataupun pemerintah) yang akan digunakan untuk membiayai program dan kegiatan operasional lembaga yang pada akhirnya adalah untuk mencapai misi dan tujuan dari lembaga tersebut. Hendra Sutisna, Fundraising Database, (Depok: 2006) Cet 1, h. 1 90
91
Hasil Wawancara dengan Ibu Sri Hidayati, M. Ed pada tanggal 06 Agustus 2015
Ford Fundation adalah Lembaga Sosial yang bergerak untuk menciptakan kesempatan ekonomi dan menawarkan akses serta partisipasi pada tingkat pemerintah local bagi kelompok masyarakat miskin dan komunitas yang secara sosial terpinggirkan.www.fordfoundation.org, diakses pada tanggal 25 Juli 2015
61
kepada mereka, pengayaan beupa aspek manajemen, manajerialnya. Kemudian STF UIN Jakarta juga harus bisa meningkatkan kapasitas SDM mereka, terutama dalam pengelolaan program ini. Kita juga berusaha untuk mendukung misalnya kita memberikan training Bungkesmas dan lain-lain.92 Artinya pengembangan pasar yang dilakukan oleh STF UIN Jakarta harus diiringi dengan kapasitas dan kapabilitas Sumber daya manusia nya. Adapun training-training yang telah dilakukan oleh STF UIN Jakarta untuk pengembangan Bungkesmas adalah:93 1) Training manajemen dan Strategi pemasaran Bungkesmas untuk pemberdayaan masyarakat miskin. Training ini dilaksanakan pada tanggal 4-5 Desember 2015 di Guest House Sultan Sulaiman Martapura, Kalimantan Selatan. Peserta training tersebut sebanyak 24 orang. 2) Training Pengembangan Bungkesmas di Jabodetabek yang diadakan pada tanggal 21 Februari 2013di UIN Syarif Hidayatulah Jakarta. Dihadiri oleh 14 orang pengurus/pengeola BMT di Jabodetabek. 3) Training Pengembangan Bungkesmas di Sulawesi Selatan. Training yang dihadiri oleh 22 orang peserta ini diadakan di BMT al-Azhar Maros, Sulawesi Selatan pada tanggal 12 April 2013.
92
Hasil wawancara dengan Ibu Sri Hiayati, M.Ed pada tanggal 06 Agustus 2015
93
Laporan kegiatan Bungkesmas Tahun 2012-2013 h. 4
62
4) Training Bungkesmas pada Unit Pemberdayaan Keuangan (UPK) Jombang, Jawa Timur. Diadakan di Jombang pada tanggal 31 Maret 2013, dengan jumlah peserta sebanyak 17 orang. 5) Training Pengembangan Bungkesmas di Sulawesi Tenggara diadakan di Balai Kota Kendari Sulawesi Selatan pada tanggal 19 Juni 2013. Acara ini dihadiri oleh 23 orang. 6) Training pengembangan Bungkesmas di Sulawesi Tenggara pada tanggal 9-10 Oktober 2013. Training yang dilaksanakan di Hotel Aden, Kendari, Sulawesi Tenggara. Training lainnya adalah Training Pengayaan untuk pengurus/pengelola BMT/Koperasi
yang
ingin
merefresh
pengetahuaannya
tentang
Bungkesmas serta mencharge motivasi mereka untuk pengembangan Bungkesmas. Dua Training tersebut adalah: b. Refereshing Training Bungkesmas yang dilaksanakan pada tanggal 20 Maret 2013 di BMT Al-Azhar Maros, Sulawesi Tenggara yang dihadiri oleh 30 orang peserta c. Bungkesmas Sharing and Learning Meeting (BSLM), yang diadakan di Jakarta pada tanggal 28-30 Oktober 2013 yang khusus dihadiri oleh 21 orang pimpinan BMT d. BSLM lanjutan akan diadakan di Jakarta Oktober 2015 ini di Jakarta.94 e. 4. Sosialisasi Bungkesmas langsung ke masyarakat 94
Hasil Wawancara dengan Ibu Sri Hidayati, M.Ed pada tanggal 06 Agustus 2015
63
STF UIN Jakarta melakukan kegiatan sosialisasi dengan beragam pendekatan. STF UIN Jakarta mencoba menjajaki dan memperkenalkan program Bungkesmas di wilayah baru Yaitu Sulawesi Tenggara, Kalimantan Selatan, Jabodetabek, DIY, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Kegiatan di willayah ini meliputi sosialisasi langsung ke masyarakat berupa pertemuan dengan masyarakat di sekitar pasar atau mendatangi komunitas-komunitas
baik
sifatnya
keagamaan
maupun
paguyuban95.Kegiatan sosialisasi ini tidak hanya dilakukan oleh STF tetapi juga oleh BMT langsung yang turun ke masyarakat.96 5. Membantu BMT dengan menyediakan alat kampanye Bungkesmas. Untuk membantu BMT menyebarluaskan informasi Bungkesmas dan
memudahkan
mereka
mengimplementasikannya,
STF
telah
menyediakan alat-alat kampanye produk atau media campaignseperti brosur, banner, pulpen berlogo, famplet, serta logistik Bungkesmas berupa buku tabungan dan buku panduannya.97 Selain itu untuk menyebarluaskan program Bungkesmas dan memudahkan masyarakat maupun BMT mengakses informasi tentang
95
Paguyuban adalah perkumpulan yang bersifat kekeluargaan, didirikan orang-orang yang sepaham (sedarah) untuk membina persatuan (kerukunan) diantara para anggotanya. Kamus Besar Bahasa Indonesia Android Girfa eSuite 2015 96
Laporan kegaiatan Bungkesmas Tahun 2012-2013 h. 61
97
Laporan Kegiatan Pengembangan Bungkesmas 2012-2013 h. 5
64
program ini digunakan juga media sosial sebagai media campaign seperti Facebook, blog dan Whatsapp.98 6. Penelitian Kebutuhan Pengembangan Wilayah Bungkesmas (Need Assessment) Kegiatan Need Assessment merupakan bagian utama dalam pengembangan Bungkesmas di wilayah baru.Mulai akhir 2012, wilayah baru yang ditargetkan untuk pengembangan Bungkesmas adalah Sulawesi Tenggara dan Kalimantan Selatan. Kegiatan need assessment ingin memotret
kultur
masyarakat
setempat,
sebaran
BMT
dan
perkembangannya (kondisi fisik, asset, dan manajemennya), mengetahui ada tidaknya asuransi jiwa dan kesehatan gratis bagi keluarga dengan pendapatan rendah. Metode yang dilakukan dalam need assessment tersebut adalah wawancara mendalam, dan observasi langsung ke lapangan, dimana tim STF UIN Jakarta mendatangi langsung wilayahwilayah tersebut.99 Kegiatan Need Assessment yang sudah dilakukan antara lain : 1. Need Assessment pada tanggal 28 November – 01 Desember 2012, dilakukan di wilayah Kalimantan Selatan. 2. Need Assessment pada tanggal 10-11 April 2013, dilakukan di Sulawesi Tenggara.
98
Laporan Kegiatan Pengembangan Bungkesmas 2012-2013 h. 73
99
Laporan Kegiatan Pengembangan Bungkesmas 2012-2013 h.6
65
Hasil
dari
penelitian
kebutuhan
pengembangan
wilayah
Bungkesmas ini biasanya menjadi acuan untuk STF UIN Jakarta dalam upaya melakukan strategi peenetrasi pasar dan strategi pengembangan pasar. Adapun strategi pengembangan produk yang sudah dilkakukan oleh STF UIN Jakarta dalam mengembangkan Bungkesmas adalah sebagai berikut: 7. STF UIN Jakarta Mendorong LKM/BMT untuk memasarkan Bungkesmas sesuai dengan konteks masyarakat dan daerah. Strategi yang dilakukan dalam pengembangan Bungkesmas itu berbeda-beda di setiap LKM/BMT, hal ini dikarenakan kebutuhan dan corak masyarakat daerah masing-masing yang juga berbeda satu dengan lainnya. Pada perjalanannya, banyak sekali contoh kasus LKM/BMT mensiasti dengan strategi yang unik. Seperti melibatkan tokoh masyarakat dan agama sekitar yang dilakukan di Sulawesi Tenggara 100 dan menjual Bungkesmas dengan Kombinasi skema permodalan, peminjaman, atau pembiyaan di daerah lain.101 8. Menambah Benefit Jaminan Bungkesmas
100
Laporan Kegiatan Bungkesmas Tahun 2012-2013 h. 122
101
Hasil wawancara dengan Ibu Sri Hidayati, M.Ed pada tanggal 06 Agustus 2015
66
Benefit jaminan bungkesmas yang ditambah oleh STF UIN Jakarta untuk peserta Bungkesmas adalah santunan meninggal karena sebab apapun sebesar Rp. 2.500.000,- yang sebelumnya hanya ada jaminan meninggal karena kecelakaan102. Tabel 1.4 Tambahan Manfaat Jaminan Asurasnis Bungkesmas No #1
Jenis Manfaat Nilai Pertanggungan Santunan harian rwat inap Rp. 100.000/hari maksimum 90 rumah sakit akibat sakit hari/tahun ataupun kecelakaan #2 Penggantian biaya Maksimum Rp. 2.500.000,bedah/operasi, (akibat sakit dalam setahun atau kecelakaan) 3 Santunan cacat tetap Total Rp. 7.500.000,4 Santunan meninggal dunia Rp. 20.000.000,karena kecelakaan 5 Santunan meninggal dunia Rp. 2,500.000,sebab apapun Sumber : Brosur Tabungan Kesehatan Masyarakat (Bungkesmas) yang baru Penulis menilai penambahan benefit pada jaminan Bungkesmas berupa santunan meninggal karena sebab apapun ini merupakan suatu daya tarik dan upaya penyempurnaan produk dengan menambahkan pelayanan kepada peserta Bungkesmas. Hal ini dapat dinilai positif oleh pasar sehingga dapat meningkatkan penjualan Bungkesmas. 9. Meringankan harga premi asuransi mikro Bungkesmas Dengan biaya asuransi Bungkesmas yang hanya Rp.100.000 per/tahun dan atau Rp.165.000 untuk suami-istri per/tahun maka 102
Hasil wawancara dengan Ibu Sri Hidayati, M. Ed pada tanggal 06 Agustus 2015
67
menunjukan bahwa STF UIN Jakarta telah melakukan upaya pengurangan biaya (cost reductions), yaitu memodifikasi versi dari produk yang ada dan yang dapat memberikan kinerja setara tingkat harga yang lebih murah. Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa strategi yang dilakukan oleh STF UIN Jakarta dalam pengembangan Bungkesmas sudah sesuai dengan teori Fred. R David tentang strategi pengembangan, yaitu terciptanya strategi dengan melalui proses fornulasi strategi, implementasi strategi dengan melakukan kegiatan dan training dengan steakholder Bungkesmas, dan megevaluasi strategi dengan melakukak kegiatan monitor dan evaluasi (Monev)
B. ANALISIS
ALTERNATIF
STRATEGI
DENGAN MENGGUNAKAN
SWOT DALAM PENGEMBANGAN BUNGKESMAS
a. Analisis SWOT dan Matriks Analisis Kualitatif Peluang Bisnis. Kekuatan (Strenght) Penulis mengidentifikasi kekuatan (strength) dari program Bungkesmas adalah sebagai berikut: (1) Program untuk pemberdayaan masyarakat miskin, (2) Program yang mensinergikan pemberdayaan ekonomi melalui program edukasi menabung dan perlindungan sosial keksehatan berupa asuransi mikro, (3) Asuransi mikro yang ditawarkan sangat murah dan terjangkau, (4) Memiliki banyak benefit dalam jaminan kesehatan, (5) Melengkapi program yang dimiliki pemerintah (BPJS/Jamkesmas/jamkesda), (6) Pemberdayaan koperasi, dan (7) Peningkatan kapasitas koperasi
68
Kelemahan (Weakness) Sedangkan untuk kelemahan dari program Bungkesmas adalah sebagai berikut: (1) Kurang dikenal masyarakat, (2) Belum mempunyai hak paten produk, (3) STF bukan lembaga/perusahaan asuransi, (4) Steakholder untuk Asuransi Mikro Bungkesmas tidak tetap, (5) SDM STF masih sangat kurang, (6) SDM Koperasi/BMT kurang percaya diri dalam memasarkan program Bungkesmas karena Produk baru, (7) SDM Koperasi dan BMT kurang cakap teknologi., (8) Modal sedikit sekali untuk operasional Peluang (Opportunity) Selanjutnya penulis mengidentifikasi peluang bagi program Bungkesmas adalah sebagai berikut: (1) Masih Tingginya angka kemiskinan di Indonesia, (2) Indonesia merupakan Negara berkembang, (3) Adanya Funding tetap dari Ford Foundation, (4) Sinergitas dengan Pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat miskin, (5) Peluang pasar yang besar di Provinsi Sulawesi, (6) Kepercayaan masyarakat terhadap BMT/Koperasi semakin kuat, dan (6) Jaringan Ancaman (Threats) Sedangkan ancaman yang harus diwaspadai oleh program Bungkesmas adalah sebagai berikut: (1) Perekonomian Indonesia yang sedang buruk, (2) Ketatnya aturan OJK dalam mengembangkan Program seperti Bungkesmas, (3) Kompetensi dengan produk lain yang serupa, (4) Masyarakat Ekonomi Asean, (5)
69
Resistensi masyarakat terhadap Asuransi karena pengalaman buruk, (6) Doktrin Agama terkait larangan asuransi.103 Setelah pemetaan Kondisi Internal perusahaan (kekuatan pengan kelemahan) dan juga kondisi internal perusahaan (peluang dan tantangan). Kemudian penulis akan menganalisa strategi yang tepat berdasarkan kondisi internal dan eksternal Program Bungkesmas di STF UIN Jakarta menggunakan Matriks SWOT Kualitatif. Berdasarkan data hasil analisis wawancara, dokumen, dan pengamatan penulis tentang kekuatan, kelemahan, pelung dan tantangan Program Bungkesmas, maka STF UIN Jakarta dapat mengambil empat strategi berikut: 1) Strategi SO (Strenght, Opportunity)
Stategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang. 104 Adapun kekuatan program Bungkesmas di STF UIN Jakarta adalah: (1) Program untuk pemberdayaan masyarakat miskin, (2) Program yang mensinergikan pemberdayaan ekonomi melalui program edukasi menabung dan perlindungan sosial keksehatan berupa asuransi mikro, (3) Asuransi mikro yang ditawarkan sangat murah dan terjangkau, (4) Melengkapi program yang dimiliki pemerintah (BPJS/Jamkesmas/jamkesda), (5) Pemberdayaan Koperasi, (6)
103
Sayid Sabiq, Abdullah Al-Qalafid, dan Muhammad Yusuf Qardawi adalah sebagian ulama yang mengharamkan segala bentuk asuransi. Baik asuransi jiwa maupun asuransi kerugian. Lihat : Asuransi Syariah Halal &Maslahat (Tiga Serangkai 2010) 104
Freddy Rangkuti, ANALISIS SWOT, Tekhnik Membedah Kasus Bisnis Berorientasi Konsep Perencanaan Strategi Untuk menghadapi Abad 21 (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 20114), h.34
70
Peningkatan kapasitas Koperasi, (7) Memiliki banyak benefit dalam jaminan kesehatan.
Adapun peluang dari pada Bungkesmas ini adalah: (1) Masih Tingginya angka kemiskinan di Indonesia, (2) Indonesia merupakan Negara berkembang, (3) Adanya Funding tetap dari Ford Foundation, (4) Sinergitas dengan Pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat miskin, (4) Peluang pasar yang besar di Jawa dan Jabodetabek. (5) Kepercayaan masyarakat terhadap BMT/Koperasi semakin kuat, (6) Jaringan. Untuk itu STF UIN Jakarta bisa mengambil strategi:
1. Penguatan jaringan dan dukungan Steakholder selain Ford Foundation sebagai funding. Hal ini diperlukan untuk menambah modal operasional yang dapat digunakan oleh STF UIN Jakarta dalam mengembangkan program Bungkesmas. 2. Penguatan pangsa pasar Bungkesmas di daerah lain khususnya Jawa dan Jabodetabek. Dengan melihat peluang pasar yang besar di Jawa dan Jabodetabek, dan semakin tingginya kepercayaan masyarakat terhadap BMT/Koperasi,
perlu
kiranya
bungkesmas
mulai
dikembangkan di Jawa dan Jabodetabek dengan catatan dapat menyeleksi Bungkesmas.
BMT/Koperasi
yang
akan
dijadikan
provider
71
3. Berafiliasi pemerintah sebagai partner. Dengan corak Bungkesmas yang hampir sama dengan program BPJS Kesehatan milik pemerintah, perlu kiranya STF UIN Jakarta mencoba mendekatkan diri kepada pemerintah atau instansi terkait agar mendapatkan bantuan berupa materi dan non materi untuk pengembangan Bungkesmas. 2) Stategi ST (Strength, Threats) Ini adalah strategi untuk menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan dengan cara menghindari ancaman105.Adapun kekuatan program Bungkesmas di STF UIN Jakarta adalah: (1) Program untuk pemberdayaan masyarakat miskin, (2) Program yang mensinergikan pemberdayaan ekonomi melalui program edukasi menabung dan perlindungan sosial keksehatan berupa asuransi mikro, (3) Asuransi mikro yang ditawarkan sangat murah dan terjangkau,
(4)
Melengkapi
program
yang
dimiliki
pemerintah
(BPJS/Jamkesmas/jamkesda), (5) Pemberdayaan Koperasi, (6) Peningkatan kapasitas Koperasi, (7) Memiliki banyak benefit dalam jaminan kesehatan.
Sedangkan ancaman dari pada program Bungkesmas adalah: (1) Perekonomian Indonesia yang sedang buruk, (2) Ketatnya aturan OJK dalam mengembangkan Program seperti Bungkesmas, (3) Kompetensi dengan produk lain yang serupa, (4) Masyarakat Ekonomi Asean, (5) Resistensi
105
Freddy Rangkuti, ANALISIS SWOT, Tekhnik Membedah Kasus Bisnis Berorientasi Konsep Perencanaan Strategi Untuk menghadapi Abad 21 (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 20114), h.34
72
masyarakat terhadap Asuransi karena pengalaman buruk, (6) Doktrin Agama terkait larangan asuransi. Dari urian di atas, STF UIN Jakarta dapat mengambil langkah strategis sebagai berikut: 1. Penguatan SDM Koperasi/BMT Sebagai Provider utama. Sumber daya manusia yang baik adalah keharusan dalam sebuah organisasi profit dan non profit, sehingga baik atau buruk kinerja sebuah organisasi banyak bergantung kepada kualitas SDM nya, maka perlu
kiranya
STF
UIN
Jakarta
lebih
konsisrten
dalam
mengedukasi dan mengadvokasi SDM BMT/Koperasi dengan kegiatan-kegiatan. 2. Marketing berorientasi konteks lokal daerah. Dengan banyaknya pengalaman buruk masyarakat terhadap asuransi, maka perlu kiranya STF UIN sJakarta memakai strategi pemasaran berdasarkan konteks lokal daerah masing-masing. 3. Mengupayakan Bungkesmas lebih bercorak syariah. Dengan masih banyaknya stigma agama tentang asuransi, maka STF UIN Jakarta harus mengupayakan Bungkesmas lebih bercorak syariah lagi, minimal mensiasati dengan melakukan pendekatan pemasaran dengan melibatkan okoh agama. 3) Strategi WO (Weakness, Opportunity)
73
Straegi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada, dengan cara mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki106. Program Bungkesmas di STF UIN Jakarta memiliki kelemahan-kelemahan sebagai berikut: (1) Kurang dikenal masyarakat, (2) Belum mempunyai hak paten produk, (3) STF bukan lembaga/perusahaan asuransi, (4) Steakholder untuk Asuransi Mikro Bungkesmas tidak tetap, (5) SDM STF masih sangat kurang, (6) SDM Koperasi/BMT kurang percaya diri dalam memasarkan program Bungkesmas karena Produk baru, (7) SDM Koperasi dan BMT kurang cakap teknologi, (8) Modal sedikit sekali untuk operasional. Adapun
peluang-peluang
yang
dimiliki
oleh
STF dalam
mengembangkan program Bungkesmas adalah: (1) Masih Tingginya angka kemiskinan di Indonesia, (2) Indonesia merupakan Negara berkembang, (3) Adanya Funding tetap dari Ford Foundation, (4) Sinergitas dengan Pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat miskin, (4) Peluang pasar yang besar di Provinsi Sulawesi.(5) Kepercayaan masyarakat terhadap BMT/Koperasi semakin kuat, (6) Jaringan. Dari pertemuan antara kelemahan-kelemahan dan peluang-peluang dari Program Bungkesmas, maka STF UIN Jakarta dapat mengambil langkah strategis sebagai berikut:
106
Freddy Rangkuti, ANALISIS SWOT, Tekhnik Membedah Kasus Bisnis Berorientasi Konsep Perencanaan Strategi Untuk menghadapi Abad 21 (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 20114), h.34
74
1. STF UIN Jakarta Membuat BMT atau LKM lainnya sebagai lembaga pusat pengelolaan Bungkesmas secara bisnis Bungkesmas dengan keunikannya yang memadukan antara tabungan kesehatan dan asuransi mikro dapat lebih dikembangkan oleh STF UIN Jakarta dengan membuat BMT/LKM mandiri di bawah STF. Karena STF hanya memiliki badan hukum yayasan yang tidak berhak mengadakan aktivitas bisnis. 2. Membuat Hak Paten Produk. Dana funding dari ford foundation dan dari lembaga lain dapat digunakan untuk membuat hak paten produk Bungkesmas. Hal ini harus dilakukan untuk mengantisipasi ada perusahaan lain yang meniru produk Bungkesmas STF UIN Jakarta.107 3. Penguatan modal Bungkesmas dari pemerintah dan swasta sebagai funding. Dengan melihat peluang yang masih sangat besar untuk mengembangkan Bungkesmas dan kondisi pendanaan yang hanya dari Ford Foundation, maka perlu kiranya STF UIN Jakarta melakukan fundrising kepada lembaga swasta lain dan pemerintah dalam mengembangkan Bungkesmas. 4) Strategi WT (Weakness, Threats) Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif yang ditujukan untuk meminimalkan kelemahan yang adaserta menghindari ancaman. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa program
107
Hasil wawancara dengan Ibu Sri Hidayati, M. Ed pada tanggal 06 Agustus 2015
75
Bungkesmas di STF UIN Jakarta memiliki kelemahan-kelemahan sebagai berikut: (1) Kurang dikenal masyarakat, (2) Belum mempunyai hak paten produk, (3) STF bukan lembaga/perusahaan asuransi, (4) Steakholder untuk Asuransi Mikro Bungkesmas tidak tetap, (5) SDM STF masih sangat kurang, (6) SDM Koperasi/BMT kurang percaya diri dalam memasarkan program Bungkesmas karena Produk baru, (7) SDM Koperasi dan BMT kurang cakap teknologi, (8) Modal sedikit sekali untuk operasional. Sedangkan ancaman-ancaman untuk program Bungkesmas adalah: (1) Perekonomian Indonesia yang sedang buruk, (2) Ketatnya aturan OJK dalam mengembangkan Program seperti Bungkesmas, (3) Kompetensi dengan produk lain yang serupa, (4) Masyarakat Ekonomi Asean, (5) Resistensi masyarakat terhadap Asuransi karena pengalaman buruk, (6) Doktrin Agama terkait larangan asuransi. Maka strategi defensif yang dapat diambil oleh STF adalah: 1. Efesiensi modal dari funding. Efisiensi
modal
untuk pengembangan Bungkesmas adalah
keniscayaan yang harus dilakukan oleh STF UIN Jakarta demi kelangsungan Bungkesmas. 2. Lebih memudahkan persyaratan menjadi peserta Bungkesmas. Dengan masih banyaknya kelemahan pada program Bungkesmas, perlu kiranya STF UIN Jakarta selalu berinovasi salah satunya dengan lebih memudahkan persyaratan Bungkesmas.
76
Setelah diidentifikasikan kondisi internal dan kondisi eksternal Bungkesmas maka, penulis mencoba memetakan dalam matriks kualitatif SWOT sebagai berikut: Tabel 1.5
Matriks Analisis SWOT STRENGTHS (S) INTERNAL -
-
-
EKSTERNAL
-
OPPORTUNITIES (O)
Program untuk pemberdayaan masyarakat miskin Program yang mensinergikan pemberdayaan ekonomi melalui program edukasi menabung dan perlindungan sosial keksehatan berupa asuransi mikro. Asuransi mikro yang ditawarkan sangat murah dan terjangkau Memiliki banyak benefit dalam jaminan kesehatan Melengkapi program yang dimiliki pemerintah (BPJS/Jamkesmas/ jamkesda) Pemberdayaan koperasi juga. Peningkatan kapasitas koperasi
STRATEGI SO
WEAKNESSES (W) -
Kurang dikenal masyarakat - Belum mempunyai hak paten produk - Database Peserta Bungkesmas belum baik. - STF bukan lembaga/perusaha an asuransi. - Steakholder untuk Asuransi Mikro Bungkesmas tidak tetap - SDM STF masih sangat kurang - SDM Koperasi/BMT kurang percaya diri dalam memasarkan program Bungkesmas karena Produk baru. - SDM Koperasi dan BMT kurang cakap teknologi. - Modal sedikit sekali untuk operasional STRATEGI WO
77
-
-
-
-
-
-
-
Masih Tingginya angka kemiskinan di Indonesia Indonesia merupakan Negara berkembang Adanya Funding tetap dari Ford Foundation Sinergitas dengan Pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat miskin Peluang pasar yang besar di Provinsi Sulawesi. Kepercayaan masyarakat terhadap BMT/Koperasi semakin kuat Jaringan
-
-
-
-
Penguatan jaringan dan dukungan Steakholder selain Ford Foundation sebagai funding Penguatan Partner lokal pemberdayaan peserta dari pemerintah yaitu PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil) Penguatan Market Share Bungkesmas di daerah lain khususnya Jawa dan Jabodetabek. Berafiliasi pemerintah sebagai partner.
-
-
Membuat BMT/LKM di bawah STF UIN Jakarta Membuat Hak Paten Produk Penguatan modal Bungkesmas dari pemerintah dan swasta sebagai funding
THREATS (T) -
-
-
-
-
Perekonomian Indonesia yang sedang buruk. Ketatnya aturan OJK dalam mengembangkan Program seperti Bungkesmas Kompetensi dengan produk lain yang serupa Resistensi masyarakat terhadap asuransi karena pengalaman buruk Doktrin Agama terkait larangan asuransi.
STRATEGI ST -
-
-
Penguatan SDM Koperasi/BMT Sebagai Provider utama Marketing berorientasi konteks lokal daerah Mengupayakan Bungkesmas lebih bercorak syariah.
STRATEGI WT -
Efesiensi modal dari funding Lebih memudahkan persyaratan menjadi peserta Bungkesmas
78
Berdasarkan pendekatan analisis SWOT Kualitatif tersebut, dapat ditentukan langkah alternatif strategis yang dapat diambil oleh STF UIN Jakarta dalam pengembangan program Bungkesmas, penulis menganalisis sebaga berikut:
1. Mempertahankan Visi dan Misi STF sebagai lembaga sosial non profit dalam pemberdayaan masyarakat melalui program Bungkesmas. Visi dan misi STF UIN Jakarta sebagai lembaga sosial non profit harus terus dipertahankan untuk terus mendapatkan kepercayaan, funding, provider dan tentunya masyarakat dalam pengembangan Bungkesmas. 2. Menguatkan pangsa pasar (market share) di daerah yang sudah sukses dalam mengembangkan Bungkesmas.
Ini adalah langkah dan upaya dari penetrasi pasar dengan terus melakukan inovasi dan penguatan pangsa pasar yang sudah berkembang.
3. Pengembangan pasar Bungkesmas di Jawa dan Jabodetabek, karena peluang pasar masih besar. Salah satu langkah yang harus dilakukan adalah pengembangan pasar di Jawa dan Jabodetabek dengan melihat peluang disana dengan cara memperkenalkan produk ke wilayah baru dengan diikut dengan penguatan produk. 4. Melakukan promosi, edukasi, dan advokasi dengan memanfaatkan sosial media karena tidak memerlukan biaya yang banyak.
79
STF UIN Jakarta adalah lembaga non profit yang tidak mempunyai funding jelas, sehingga aktifitas pemasaran dan promosi harus lebih efektif dan tepat sasaran guna meminimalisir kerugian finansial. 5. Memasarkan
program
Bungkesmas
memodifikasi, atau melakukan
dengan
memperbaiki,
inovasi sesuai dengan strategi
pemasaran LKM masing-masing dan kondisi masyarakat daerah tertentu. Hal ini harus dilakuakan mengingat kondisi sosial, budaya, dan agama yang berbeda pada daerah masing-masing. Dengan begitu proses pengembangan Bungkesmas akan maksimal dan minim hambatan. 6. Penguatan jaringan steakholder Bungkesmas melalui swasta dan pemerintah sebagai funding STF UIN Jakarta harus sudah mencoba melakukan fundrising ke lembaga swast lain dan pemerintah. Ini didukung dengan manfaat Bungkesmas sebagai produk pemberdayaan masyarakat miskin.
80
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisa dan pembahasan serta uraian-uraian sebelumnya mengenai strategi pengembangan Bungkesmasdi STF UIN Jakarta. Maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Strategi Pengembangan STF UIN Jakarta dalam mengembangakan Program Bungkesmas adalah: 1) Menjadikan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) atau Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) sebagai Provider Bungkesmas. 2) Fundrising
ke
lembaga-lembaga
sosial
untuk
pendanaan
pengembangan Bngkesmas 3) STF UIN Jakarta Mendorong LKM/BMT untuk memasarkan Bungkesmas sesuai dengan konteks masyarakat dan daerah. 4) Melakukan training-training pengembangan program Bungkesmas 5) Sosialisasi Bungkesmas langsung ke masyarakat 6) Membantu BMT dengan menyediakan alat kampanye Bungkesmas. 7) Penelitian Kebutuhan Pengembangan Wilayah Bungkesmas (Need Assessment) 8) Menambah Benefit Jaminan Bungkesmas
81
b. Alternatif Strategi Pengembangan program Bungkesmas Berdasarkan analisis SWOT Berdasarkan metode analisis SWOT, dapat ditentukan langkah alternatf strategis yang dapat diambil oleh STF UIN Jakarta dalam pengembangan program Bungkesmas, Penulis menganalisis sebagai berikut:
1. Mempertahankan Visi dan Misi STF sebagai lembaga sosial non profit dalam pemberdayaan masyarakat melalui program Bungkesmas. 2. Menguatkan pangsa pasar (market share) di daerah yang sudah sukses dalam mengembangkan Bungkesmas. 3. Peneterasi pasar Bungkesmas di Jawa dan Jabodetabek, karena peluang pasar masih besar. 4. Melakukan promosi, edukasi, dan advokasi dengan memanfaatkan sosial media karena tidak memerlukan biaya yang banyak. 5. Memasarkan program Bungkesmas dengan memperbaiki, memodifikasi, atau melakukan inovasi sesuai dengan strategi pemasaran LKM masingmasing dan kondisi masyarakat daerah tertentu. 6. Penguatan jaringan steakholder Bungkesmas melalui swasta dan pemerintah sebagai funding 7. Penguatan pengawasan LKM dalam pengimplementasian Bungkesmas
B. SARAN Pengembangan Bungkesmas memang baru dilakukan mulai tahun 20112015. Proses pengembangan produk baru sebaiknya dilakukan oleh STF UIN
82
Jakarta dengan konsisten dan efisien. Maka dengan itu penulis memberikan saran kepada STF UIN Jakarta dalam pengembangan Bungkesmas sebagai berikut: 1. Membuat LKM/BMT di bawah STF UIN Jakarta sebagai pusat pengelolaan Bungkesmas. 2. Melakukan peneterasi pasar yang sudah sukses dikembangkan Bugkesmas 3. Melakukan perluasan pasar yang masih memiliki peluang besar. 4. Melakukan pengembangan produk Bungkesmas dengan inovasi-inovasi.
83
DAFTAR PUSTAKA A. Buku
Abdullah, M. Ma‟ruf, 2013, Manajemen Berbasis Syaria’ah, Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Agis, Cacan S, 2005, Modul Pengetahuan Dasar Takaful, Jakarta: PT. Syarikat Takaful Indonesia. Antonio, Syafi‟i, Muhammad, 2002, Bank Syariah dari Teori ke Praktik,, Jakarta: Gema Insani Press. Anwar, Khoirul, 2007, Asuransi Syariah Halal dan Maslahat, Jakarta: Tiga Serangkai. Basri, Faisal, 2004, Indonesia Pasca Kritis: catatan positif dan ekonomi, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Brosur Tabungan Kesehatan Masyarakat (diberikan ketika wawancara dengan Ibu Sri Hidayati, M.Ed) pada tanggal 06 April 2015 Cantika, Sri Budi, dan Amirullah, 2002, Manajemen Strrategik, Yogyakarta: Graha Ilmu. Chandra, Gregorius, 2002, Strategi Program Pemasaran, Yogyakarta: ANDI. Dagun, Save M, 1997 Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara. Darmadi, Herman, 2000, Manajemen Asuransi, Jakarta: Bumi Aksara. David, Fred R, 2012, Manajemen Strategis, Konsep-Konsep, Jakarta: Salemba Empat.
84
Dewan Asuransi Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 dan Peraturan Pelaksanaan Tentang Usaha Perasuransian, Edisi 2003. Hartono, Rejeki, Sri, 1985, Asuransi dan Hukum Asuransi, Semarang: IKIP Semarang Press. http://elib.unikom.ac.id\ http://kasusmanajemen.files.wordpress.com/2011/09/npd.png http://www.socialtrustfund-uinjkt.org. https://phia12.wordpress.com/tag/manajemen-strategi/ Jodie,
Fana,
Pentingnya Analisa Situasi untuk Perumusan Strategi, Jurnal
diaksesdarihttp://vibizmanagement.com/column/index/category/strategic_m anagement/2313 Jurnal, Artikel, Website, dan lainnya. Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2015, Android Girfa eSuite. Karebet Widjadjakusuma, Muhammad, Yusanto, Muhammad, 2003, Manajemen Strategis Perspektif Syariah, Jakarta: Khairul Bayaan. Kasmir, 2001 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Kotler, Philip, 2004, Marketing Insight From A to Z, Jakarta: Erlangga. Kotler, Philip, 2009, Manajemen Pemasaran, Indonesia: PT Indeks. L. Long, Dani, dan E. Jones Harriet, 1999, Prinsip-prinsip Asuransi : Jiwa, Kesehatan dan Anuitas. Georgia: FLMI. Laporan Kegiatan Pengembangan Bungkesmas 2012-2013 Nasution, Mulia, 1996, Pengantar Manajemen, Jakarta: Djambatan.
85
Nazir, Moh, 2005, .Metode penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia. Panduan Teknis Bungkesmas (didapat dari wawancara dengan IBu Sri Hidayati M.Ed) pada tanggal 06 Agustus 2015 Prodjodikoro, Wirjono, 1986, Hukum Asuransi di Indonesia, Jakarta: PT. Intermasa. Rangkuti, Freddy, 2006, ANALISIS SWOT, Tekhnik Membedah Kasus Bisnis Berorientasi Konsep Perencanaan Strategi Untuk menghadapi Abad 21, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Setiady, Purnomo, Usman, Husaini, 2003, Metodologi Sosial, Jakarta: Bumi Aksara. Subhana, 2005, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia. Sula, Syakir, Muhammad, 2004, Asuransi Syariah (Life And General), Jakarta: Gema Insani Press. Sutisna, Bagong Suyanto, 2011.Metode Penelitian Sosial: berbagai alternatif pendekatan, Jakarta:Kencana. Sutisna, Hendra, 2006, Fundraising Database, Depok. T, Soendoro, 1999,
Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan: Tindakan
Strategis Untuk Mengurangi Dampak Krisis di Sektor Kesehatan. Medika, Edisi Khusus. Tanjung, Hendri, Hafidhuddin, Didin, 2003, Manajemen Syariah dalam Praktek,, Jakarta: Gema Insani. Tarmudi, Tarsis, 1990, Wawasan Perasuransian, Semarang: IKIP Semarang Press.
86
www.fordfoundation.org, Yafie, Alie, 1994, Asuransi Dalam Pandangan Syariat Islam, Menggagas Fiqih Sosial, Bandung: Mizan.
Pedoman Wawanara Faktor Internal -
Strenght
-
Weakness 1. Bagaimana bentuk produk? 2. Bagaimana mengenai keahlian SDM yang ada? 3. Bagaimana profil perusahaan? 4. Bagaimana posisi pasar berdasakan produk?
Faktor Eksternal -
Opportunity
-
Treats 1. Bagaimana kondisi persaingan yang ada? 2. Bagaimana keahlian manajemen yang dimiliki? 3. Bagaimana perencanaan, pengendalian, dan sistem yang dimiliki? 4. Bagaimana dengan masalah yang dihadapi?
“STRATEGI PENGEMBANGAN TABUNGAN KESEHATAN MASYARAKAT (BUNGKESMAS) DI STF UIN JAKARTA”
Wawancara
: Ibu Sri Hidayati, M.Ed
Jabatan
: Direktur Program Bungkesmas
Hari dan Tanggal
: Kamis, 06 Agustus 2015
Waktu
: 15.00 WIB
Daftar Pertanyaan Wawancara Analisis Pengembangan Program Tabungan Kesehatan Masyarakat: 1. Mohon jelaskan apa yang dimaksud dengan Program Tabungan Kesehatan Masyarakat (Bungkesmas) di STF UIN Jakarta dan apa kegunaannya ? Jawab: Bungkesmas adalah sebuah inovasi produk simpanan/tabungan kesehatan masyarakat yang memadukan unsur tabungan dan asuransi mikro melalui LKM (Lembaga Keuangan Mikro) 2. Kapan Program Bungkesmas Mulai disosialisasikan ? Jawab: Diinisiasi sejak 2010, mulai disosialisasikan 2011
3. Apa yang melatarbelakangi Social Trust Fund (STF) UIN Jakarta bisa membuat Program Bungkesmas? Jawab: - Jumlah masyarakat miskin masih tinggi - lingkaran keimiskinan di Indoensia seputar pendidikan, ekonomi dan kesehatan.
- Banyak masyarakat miskin yang sulit mendapatkan akses ke kesehatan, belum banyak yang belum mendapatkan perlindungan sosial.
-STF ingin berkontribusi dalam penyelesaian probelm kemiskinan. Utamanya di bidang kesehatan dan peningkatan ekonomi.
4. Siapa saja Stakeholder yang bertanggung jawab dalam Program Bungkesmas? Jawab: Program Bungeksmas melibatkan 3 stakehokders utama, yaitu STF UIN jakarta, Koperasi/BMT/instistusi keuangan mikro lainnya, dan lembaga/perusahaan asuransi.
5. Bagaimana Program Bungkesmas disosialisasikan dan dipasarkan oleh STF UIN Jakarta? Jawab: STF disosialisasikan melalui koperasi atau lembaga sejenisnya. Bungkesmas didesain untuk menjadi produk tambahan koperasi yang akan dipasarkan oleh koperasi ke anggotanya atau masyarakat. Maka langkah pertama yang dilakukan adalah mencari koperasi yang dapat menjadi mitra/provider bungkesmas. Setelah itu dibuat kerjasama. Koperasi atau lembaga sejenis diberi pembekalan berupa training bungkesmas (SOP dan strategi pemasaran) terlebuh dahulu. Setelah itu mereka akan bergerak sendiri untuk mendapatkan peserta.
6. Apa Jawab:
syarat-syarat
untuk
dapat
menjadi
peserta
Program
Bungkesmas?
1. Berusia 17-64 tahun 2. Bersedia menabung minimal Rp. 2.000/hari 3. Bersedia membayar mengikuti program asuransi 4. Bersedia membayar administrasi sesuai ketentuan di masing-masing Koperasi/BMT 5. Menyerahkan dokumen yang diperlukan 7. Kriteria masyarakat seperti apa yang bisa menjadi peserta Program Bungkesmas? Jawab: - Kriteria utama adalah masyarakat miskin. Target peserta adalah: masyarakat miksin tapi produktif. Mereka yang memiliki pekerjaan dan usaha. Seperti pedagang kecil/kaki lima, buruh/karyawan/ pekerja informal seperti PRT, guru honorer dll 8. Bagaimanakah mekanisme operasional Program Bungkesmas? Jawab: Lihat ppt
9. Bagaimanakah bentuk strategi bisnis dan proses pengembangan yang dilakukan STF UIN Jakarta dalam program Bungkesmas? Mohon jelaskan langkah-langkahnya? Berkaca pada pengalaman pilot project di Sulawesi Selatn, program pengembangan Bungkesmas harus dilakukan secara bertahap, sistematis dan memperhatikan konteks local. Mulai dari persiapan (perencanaan), penyeleksian wilayah, Provider, dan lain2. Maka dari itu, STF mempunyai Srategi untuk mengawal perkembangan Program Bungkesmas dengan membuat kegiatan-kegiatan yang didisein dan dimaksudkan untuk program pengembangan Program Bungkesmas. Diantaranya adalah 1. Training Bungkesmas
- Training manajemen dan Strategi pemasaran Bungkesmas untuk pemberdayaan masyarakat miskin. Training ini dilaksanakan pada tanggal 4-5 Desember 2015 di Guest House Sultan Sulaiman Martapura, Kalimantan Selatan. Peserta training tersebut sebanyak 24 orang. - Training Pengembangan Bungkesmas di Jabodetabek yang diadakan pada tanggal 21 Februari 2013di UIN Syarif Hidayatulah Jakarta. Dihadiri oleh 14 orang pengurus/pengeola BMT di Jabodetabek. - Training Pengembangan Bungkesmas di Sulawesi Selatan. Training yang dihadiri oleh 22 orang peserta ini diadakan di BMT al-Azhar Maros, Sulawesi Selatan pada tanggal 12 April 2013. - Training Bungkesmas pada Unit Pemberdayaan Keuangan (UPK) Jombang, Jawa Timur. Diadakan di Jombang pada tanggal 31 Maret 2013, dengan jumlah peserta sebanyak 17 orang. - Training Pengembangan Bungkesmas di Sulawesi Tenggara diadakan di Balai Kota Kendari Sulawesi Selatan pada tanggal 19 Juni 2013. Acara ini dihadiri oleh 23 orang. - Training pengembangan Bungkesmas di Sulawesi Tenggara pada tanggal 9-10 Oktober 2013. Training yang dilaksanakan di Hotel Aden, Kendari, Sulawesi Tenggara. Dua Training lainnya adalah Training Pengayaan untuk pengurus/pengelola BMT/Koperasi yang ingin merefresh pengetahuaannya tentang Bungkesmas serta mencharge motivasi mereka untuk pengembangan Bungkesmas. Dua Training tersebut adalah:
- Refereshing Training Bungkesmas yang dilaksanakan pada tanggal 20 Maret 2013 di BMT Al-Azhar Maros, Sulawesi Tenggara yang dihadiri oleh 30 orang peserta - Bungkesmas Sharing and Learning Meeting (BSLM), yang diadakan di Jakarta pada tanggal 28-30 Oktober 2013 yang khusus dihadiri oleh 21 orang pimpinan BMT - BSLM lanjutan akan diadakan di Jakarta Oktober 2015 ini di Jakarta. 2. Implementasi Pengembangan Program Bungkesmas; yang merupakan kegiatan sosialisasi yang dilakukan dengan beragam pendekatan. Sejak sosialisasi Bungkesmas periode Grant ke-2 dimulai, yaitu Desember 2012. STF UIN Jakarta mencoba menjajaki dan memperkenalkan program Bungkesmas di wilayah baru Yaitu Sulawesi Tenggara, Kalimantan Selatan, Jabodetabek, DIY, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Kegiatan di willayah ini meliputi sosialisasi langsung ke masyarakat berupa pertemuan dengan masyarakat di sekitar pasar atau mendatangi komunitas-komunitas baik sifatnya keagamaan maupun paguyuban Kegiatan sosialisasi ini tidak hanya dilakukan oleh STF tetapi juga oleh BMT langsung yang turun ke masyarakat. Sementara itu, untuk membantu BMT menyebarluaskan informasi Bungkesmas dan memudahkan mereka mengimplementasikannya, STF telah menyediakan alat-alat kampanye produk atau media campaign seperti brosur, banner, pulpen berlogo, famplet, serta logistik Bungkesmas berupa buku tabungan dan buku panduannya. Selain itu untuk menyebarluaskan program Bungkesmas dan memudahkan masyarakat maupun BMT mengakses informasi tentang
program ini digunakan juga media sosial sebagai media campaign seperti Facebook, blog dan Whatsapp. 3. Monitoring dan Evaluasi Program Bungkesmas Monitoring dan Evaluasi (Monev) pada program Bungkesmas adalah kegiatan yang dilakukan di akhir program. Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi,
memetakan
dan
mengukur
keberhasilan
program
Bungkesmas serta melihat kendala dan tantangan yang dihadapi di lapangan1 Hasil dari monitoring ini penting untuk menentukan langkah pengembangan program Bungkesmas ke depan. Dari kegiatan ini diharapkan munculnya inovasi-inovasi yang diperlukan untuk promosi pemasaran produk ini, beberapa kebjakan perlu untuk ditambah atau dikurangi disesuaikan dengan kebutuhan lapangan, sistem koordinasi juga penting untuk dievaluasi dan dimodifikasi untuk efisiensi dan kemudahan prosedur operasional Bungkesmas.Monitoring dan Evaluasi ini seluruhnya menggunakan metode Focus Grup Discussion (FGD). Kegiatan Monev yang sudah dilakukan adalah: 1. MONEV pada tanggal 27-28 Agustus 2013, di kantor PINBUK Sulawesi Selatan dan BMT Al-Azhar Maros. Diikuti oleh 44 peserta. 2. MONEV pada tanggal 17 Desember 2013, diadakan di Hotel Horison Kendari Sulawesi Tenggara. Peserta yang hadir sebanyak 17 orang. 3. MONEV dilaksanakan pada tanggal 19 Desember 2012 di Hotel Rodhita Banjarmasin dengan jumlah peserta sebanyak 19 peserta. 4. Need Assessment
1
Hal ini sejalan dengan uraian tentang konsep manajemen ………
Kegiatan Need Assessment merupakan bagian utama dalam pengembangan Bungkesmas di wilayah baru. Mulai akhir 2012, wilayah baru yang ditargetkan untuk pengembangan Bungkesmas adalah Sulawesi Tenggara dan Kalimantan Selatan. Kegiatan need assessment ingin memotret kultur masyarakat setempat, sebaran BMT dan perkembangannya (kondisi fisik, asset, dan manajemennya), mengetahui ada tidaknya asuransi jiwa dan kesehatan gratis bagi keluarga dengan pendapatan rendah. Metode yang dilakukan dalam need assessment tersebut adalah wawancara mendalam, dan observasi langsung ke lapangan, dimana tim STF UIN Jakarta mendatangi langsung wilayah-wilayah tersebut. Kegiatan Need Assessment yang sudah dilakukan antara lain : 1. Need Assessment pada tanggal 28 November – 01 Desember 2012, dilakukan di wilayah Kalimantan Selatan. 2. Need Assessment pada tanggal 10-11 April 2013, dilakukan di Sulawesi Tenggara. 5. Coordinatotion Meeting Kegiatan ini dilakukan untuk melihat komitmen dan kesiapan BMT dalam melaksanakan program Bungkesmas. Kegiatan ini dilaksanakan sebanyak dua kali, antara lain : 1. Coordination meeting tanggal 03 Desember 2013 di Guest Hotel Sultan Sulaiman, Martapura, Kalimantan Selatan. 2. Coordination Meeting pada tanggal 18 Juni 2013 yang dilaksanakan di Balai Pelatihan Kesehatan Kendari, Sulawesi Tenggara.. Tidak hanya untuk mengukur komitmen BMT dalam melaksanakan program Bungkesmas, kegiatan Coordination meeting juga untuk membahas persoalan atau
kendala-kendala yang muncul selama proses implementasi Bungkesmas di masyarakat dan solusinya. Sementara untuk strategi-strategi setiap BMT itu macam-macam ya, ada yang misalnya mereka itu mengkombine Bungkesmas dengan skema permodalan dan peminjaman dan pembiayaan misalnya. Kalo ada yang mau pinjam modal harus ikut jadi peserta Bungkesmas. Karena apa? Karena missal mereka sakit dan tidak bisa mengembalikan pinjaman, bisa dikover dari dana yang diklaim dari Bungkesmas itu.
10. Bagaimana perkembangan Program Bungkesmas dari tahun ke tahun di setiap daerah Bu? Jawab: Perkembangan Program : - 6.000 orang menjadi nasabah dengan jumlah tabungan mencapai Rp. 510.000.000,00 - 72 Koperasi dan BMT aktif sebagai Provider di 16 Kota 6 Provinsi di Indonesia. - 500 Staff BMT sudah menjalani Training Bungkesmas. - 20.000 orang miskin sudah di edukasi terkait program pemberdayaan ini. Wilayah : TAHUN 2010-2011 2011-2012
2012-2015
JANGKAUAN WILAYAH Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Selatan, JABODETABEK, Maluku Tengah, Seram Bag. Barat, Ambon Sosialisasi: Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Aceh, Yogyakarta, Jabodetabek
Capaian Bungkesmas: Tahun LKM 2010-2011 4 2011-2012 23 2012-2013 71 April 2015 72
Peserta 100 225 3.313 6.000
Tabungan 7.000.000 81.000.000 326.492.098 ±510.000.000
Klaim 1 4 22 98
11. Apa faktor pendukung dan penghambat dari program Bungkesmas ini ? Jawab: Faktor Pendukung : 1. Produk seperti Bungkesmas yang menyatukan unsur tabungan dengan asuransi mikro kesehatan belum ada di Indonesia 2.
Harga asuransi yang murah, dengan hanya 100 ribu per tahun, peserta bisa mendapatkan yang banyak sekali.
3. Support penuh dari Lembaga Ford Foundation untuk pengembangan Program Bungkesmas. 4. Mempunyai tujuan untuk pemberdayaan masyarakat miskin dan menyadarkan untuk terbiasa menabung untuk kesehatan mereka dan pengembangan ekonomi. 5. Kepercayaan masyarakat yang tinggi terhadap STF untuk mengelola Program Bungkesmas 6. Koperasi/BMT lembaga keuangan dan sosial yang mempunyai prinsi kekluargaan dan gotong royong dengan anggotanya, sehingga walaupun SDM sedikit bisa solid. 7. Keuntungan dari Dana Tabungan dan Asuransi kembali kepada Anggota Koperasi/BMT itu sendiri.
Faktor Penghambat : 1. Sulitnya deal dengan Perusahaan Asuransi yang bisa setuju dengan benefit yang STF pinta. 2. Mempuyai kasus “Bad Story” dengan Perusahaan Asuransi Takaful 3. Sedikit nya Lembaga Asuransi yang bergerak di bidang asuransi mikro. 4. Kompetensi dengan provider lain yang menawarkan asuransi yang sama. 5. Jaringan Bungkesmas adalah Koperasi/BMT yang Frejal, yaitu tergantung kekuatan dan kelemahan anggotanya, dan SDM nya masih minim. 6. Banyak Koperasi/BMT yang kolaps dan tidak komitmen dalam menjalankan Program Bungkesmas 7. Resistensi masyarakat terhadap asuransi. 8. Doktrin larangan agama terhadap asuransi. 9. Sulitnya memetakan Koperasi/BMT yang sehat karena ukurannya tidak jelas. 10. Kondisi Koperasi/BMT cendrung up and down. 11. Sedikitnya modal Koperasi/BMT dalam menjalankan program Bungkesmas 12. Ketergantungan yang sangat tinggi Koperasi/BMT terhadap STF untuk mensupport Koperasi/BMT. 13. Banyak yang hanya tertarik dengan asuransi nya saja, tidak dengan tabungannya. 12. Bagaimana pendapat ibu tentang prospek perkembangan Program Bungkesmas sejak diadakan sampai saat ini? - Bungeksmas punya prosepek besar. 13. BPJS Kesehatan milik pemerintah telah dikritik Majelis Ulama Indonesia (MUI) karena tidak sesuai syariah, bagaimana pendapat ibu?
- sudah tidak ada masalah lagi sekarang di MUI 14. Apakah Program Bungkesmas menurut ibu sudah sesuai dengan prinsip syariah? Mohon jelaskan analisis ibu? Jawab: Awalnya pengelolaan Bungkesmas kita kombinasikan dengan prinsip filontropi islam berupa zakat kepada peserta, tetapi akhirnya kita rubah karena itu menimbulkan ketergantungan kepada peserta. Dan STF pun agak kesulitan mencari dana CSR untuk peserta Bungkesmas. Dan diawal perjalanannya STF juga mengembangkan Bungkesmas dengan memakai Provider PT Takaful yang merupakan perusahaan asuransi syariah, tapi karena ada “bad story” yaitu keterlambatan pembayaran klaim untuk peserta akhirnya kita stop. Kemudian, terkait dana tabungan Bungkesmas itu sepenuhnya dikelola oleh Koperasi/BMT yang keuntungannya kembali lagi untuk kebutuhan dan kesejahteraan anggota. Apalagi BMT memang memakai cara-cara operasional yang sesuai syariah dalam mengelola dana, yaitu dengan akad Mudharabah. Kalau dari unsur syariahnya mungkin secara nyata tidak terlihat jelas. Tetapi secara simbolis bisa dilihat dari kesukarelaan, saya kira itu sudah syar’i ya meskipun tidak tertulis secara akad. Kemudian bahwa program in tidak merugikan masyarakat, bahkan menguntungkan untuk membantu mereka, dan mereka juga menabung dan berasuransi berdasarkan kesadaran dan kerelaan saya kira itu sudah syar’i.
Hormat Saya,
Fariz Abdul Rohman