STRATEGI PENDIDIKAN PESANTREN DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI PONDOK MODERN GONTOR 7 “RIYADHATUL MUJAHIDIN”
HASIL PENELITIAN Ditulis dan di ajukan sebagai Syarat untuk mengikuti Ujian Hasil Penelitian Pada Jurusan Administrasi Pendidikan Oleh:
Muhammad Rifqi Inani 21111079
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI 2015 ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING PENGESAHAN PEMBIMBING
Strategi Pendidikan Pesantren dalam mewujudkan Pendidikan Karakter di Pondok Modern Gontor 7 “Riyadhatul Mujahidin” Oleh:
Nama
: Muhammad Rifqi Inani
Stambuk
: 21111079
Program Studi
: Administrasi Pendidikan
Fakultas
: Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Telah diperiksa dan disetujui Untuk diajukan pada Ujian Hasil Penelitian Dihadapan tim Penguji Program Studi Administrasi Pendidikan
Menyetujui : Pembimbing I
Pembimbing II
( Dr. Rasid, S.Ag, M.Pd)
( Muh. Alamsyah, S.Pd, M.Hum)
Mengetahui: Prodi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah kendari
Halima, S.Ag, M.Pd NIP. 19640828 199303 1 002
iv
LEMBAR PERSETUJUAN TIM PENGUJI SKRIPSI STRATEGI PENDIDIKAN PESANTREN DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI PONDOK MODERN DARUSSALAM GONTOR KAMPUS 7 RIYADHATUL MUJAHIDIN Telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Kendari 183/ II.0/G.b/ 2015 Tanggal 7 Oktober 2015 Dan dinyatakan Lulus Susunan Tim Penguji
Tanda Tangan
Tanggal
1. Prof. Dr.H. Hilaluddin H, M.Pd. (Ketua)
.............................
................................
2. Dr. Rasid, M.Pd (Sekretaris)
.............................
................................
3. Drs. H. Muh. Natsir, M.Si (Anggota)
.............................
................................
4. Awaluddin, S.Pd, M.Pd (Anggota)
.............................
................................
5. Drs. Mudair, M.Pd (Anggota)
.............................
................................
Mengetahui, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiah Kendari
Awaludin, S.Pd, M.Pd NIP. 19780813 200312 1 001
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
A. MOTTO
1. Man jadda Wa jada (Barang siapa yang bersunggung-sunggung , maka akan tercapai cita-citanya). 2. Al-Waktu astmanu Mina ddzahabi (Waktu lebih mahal dari pada emas) 3. Ketika kemauan itu besar dan kesungguhan itu tertunjukkan dan ingatan untuk mengingat Allah terus-menerus maka kesuksesan bagi kita. 4. Dalam kehidupan kita tidak ada kata untuk bermalas-malasan dalam menggapai sebuah prestasi, tidak ada kata kebahagia sebelum merasakan kesusahan terlebih dahulu untuk menggapai kesuksesan. 5. Lambat tertinggal, malas tertindas yaitu tidak ada kata berleha-leha dalam mengapai sebuah prestasi.
B. PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada : 1. Kedua orang tuaku yang tercinta 2. Orang yang kusayang dan Sahabat-sahabatku 3. Pembaca yang berhati mulia 4. Almamaterku
vi
ABSTRAK Muhammad Rifqi Inani, Stb 21111079 “Strategi Pendidikan Pesantren Untuk Mewujudkan Pendidikan Karakter di Pondok Modern Gontor 7 Putra “ yang di bimbing oleh Dr. Rasid, S.Ag, M.Pd sebagai pembimbing I,dan Muh. Alamsyah, S.Pd, M.Hum sebagai pembimbing II Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi pengelolaan pendidikan di pondok modern gontor 7 dan mendalami kegiatan dan manajeman serta penerapannnya dalam pembentukan karakter di pondok Gontor 7 yang di lakukan oleh para guru dan santrinya selama 2 Rumusan masalah sebagai berikut 1. Bagaimana Strategi Pendidikan di Pondok Modern Gontor 7 Untuk Mewujudkan Pendidikan Karakter Kepada Peserta Didiknya. Adapun tujuannya adalah 1. Untuk mengetahui strategi pendidikan di Gontor 7 untuk mewujudkan pendidikan karakter kepada peserta didiknya Metode penelitian yang di gunakan adalah tipe deskriptif kualitatif Adalah menggambarkan dan mengamati pelaksanaan pendidikan karakter di pondok modern gontor 7 dengan mengambil data dan terjun mengamati jalannya pendidikan karakter di dalam pondok mencari data dan wawancara terhadap para guru. Hasil penelitian menunjukkan: Berdasarkan deskripsi hasil penelitian menegenai penerapan atau pelaksanaan pendidikan karakter yang ada di Gontor 7 sudah terlaksana sejak awal berdirinya dan semua sudah berjalan baik. Hal ini di ketahu berdasarkan observasi siswa,dan wawancara beberapa guru sebagian besar guru mengakui bahwa pendidikan karakter di Gontor sudah ditanamkan kepada santrinya sejak dulu dan dapat dilihat dari hasil penerapan pendidikan karakter para alumni gontor Adanya pemahaman di atas, menunjukkan bahwa adanya strategi dalam mewujudkan pendidikan karakter sangat diperlukan karena untuk menumbuhkan adanya karekter mereka. Kenyataan terlihat di atas, Pondok Modern Gontor sudah menerapkan pendidikan karakter dengan baik dan benar menurut ajaran islam semua kegiatan harus berlandaskan Al-Quran dan Hadist.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil „Alamin segala puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat Allah SWT, Shalawat dan Salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW dan keluarganya, sahabat serta pengikutnya yang setia sampai akhir zaman, berkat dan karunianya semata sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan hasil penelitian dengan judul “ Strategi Pendidikan Pesantren dalam Mewujudkan Pendidikan Karakter di Pondok Modern Gontor 7 “Riyadhatul Mujahidin” dapat terselesaikan seperti yang diharapkan. Hasil penelitian ini dibuat untuk memenuhi salah satu gelar sarjana pendidikan pada jurusan Administrasi di Fakultas ilmu pendidikan Universitas Muhammadiyah Kendari. Meskipun demikian penulis sadari, bahwa penulis ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala saran dan kritik yang positif untuk menyempurnakan hasil penelitian ini, maka pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bapak Dr. Rasid, S.Ag, M.Pd, selaku pembimbing I dan Bapak Muh. Alamsyah, S.Pd, M.Hum, selaku pembimbing II dalam penulisan hasil penelitian ini yang telah banyak meluangkan waktu dan kesempatan bagi penulis dalam memberikan arahan, petunjuk, bimbingan demi tercapainya kesempurnaan hasil penelitian ini.
viii
Untuk semuanya penulis sangat berterima kasih, kepada yang terhormat: 1. Bapak Muh. Nur, S.P, M. Si, selaku Rektor Universiotas Muhammadiyah Kendari. 2. Bapak Drs. H. M. Natsir, M. Si, selaku Dekan Administrasi Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Kendari. 3. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Adminisrtasi Pendidikan
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah mengajarkan berbagai disiplin ilmu serta pelayanan Administrasi kepada penulis baik di dalam maupun di luar kampus sampai selesainya masa perkuliahan ini. 4. Pimpinan Pondok Modern Gontor 7 Putra “Riyadhatul Mujahidin” Ustadz H. Agus Mulyana, S.Ag, beserta seluruh rekan-rekan dewan guru Pondok Modern Gontor 7, terima kasih atas dukungan dan bantuanya. 5. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda H. Imam Shobari, S.Ag, dan Ibunda Juarini yang telah membesarkan, mendidik, mengasuh mendorong, memberikan motivasi serta mendoakan sehingga dapat menyelesaikan studi dan hasil penelitian ini. 6. Rekan-rekan Mahasiswa Administrasi Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang selama ini telah banyak memberikan saran, masukan, dorongan sampai selesainya perkuliahan dan penulisan hasil penelitian ini.
ix
Akhirnya hanya Allah swt. yang mampu membalas semua kebaikan, kepada penulis dan semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang amien.
Kendari,
Juli 2015
Penulis
Muhammad Rifqi Inani
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... HALAMAN LOGO ................................................................................. LEMBARAN PENGESAHAN.............................................................. MOTTO ................................................................................................... ABSTRAK ............................................................................................... KATA PENGANTAR ............................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................................ DAFTAR TABEL ................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
i ii iii iv v vi vii x xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................ B. Rumusan Masalah....................................................................... C. Tujuan Penelitian ........................................................................ D. Manfaat Penelitian ...................................................................... E. Ruang Lingkup Penelitian.......................................................... F. Defenisi Istilah .............................................................................
1 4 5 5 6 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Strategi ........................................................................... B. Sejarah Gontor 1. Pondok Gontor Lama ........................................................... 2. Pondok Gontor Baru ............................................................ 3. Pondok Modern Gontor 7 “Riyadhatul Mujahidin” ......... C. Makna Pendidikan ...................................................................... D. Pengertian Pendidikan Pesantren ............................................. E. Arti Pendidikan Karakter .......................................................... F. Pentingnya Pendidikan Karakter .............................................. G. Kerangka Berfikir .......................................................................
7 10 11 14 15 16 20 22 24
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ............................................................................ B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... C. Populasi dan Sampel ................................................................... D. Sumber Data ................................................................................ E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ......................................
28 28 28 29 29 30
BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gontor Membangun Karakter Ummat Melalui Peradaban dan Pendidikan .................................................. Strategi Pengelolaan Pondok Pesantren ............................. B. Pembahasan .................................................................................
31 40 54
xi
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN ............................................................................ B. SARAN .........................................................................................
64 65
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
66
LAMPIRAN-LAMPIRAN .....................................................................
67
xii
DAFTAR TABEL
1. Data Populasi Penelitian ..............................................................
27
2. Data Laporan Hasil Observasi Lapangan .....................................
69
3. Data siswa kelas 1-6 tahun ajaran 2014/2015 .............................
76
4. Data guru-guru pengajar di Pondok Modern Gontor 7 ................
77
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Laporan Hasil Observasi Lapangan .........................................................
69
Panduan Wawancara ................................................................................
72
Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................
73
Data siswa kelas 1-6 tahun ajaran 2014/2015 ..........................................
76
Data guru-guru pengajar di Pondok Modern Gontor 7 .............................
77
Surat Keterangan Penelitian .....................................................................
78
Foto Bergambar.........................................................................................
79
xiv
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah pilar utama pembangunan bangsa. Keberhasilan pendidikan suatu bangsa, berkaitan erat dengan kemajuan yang dicapai. Karena itu adalah suatu keniscayaan bila pemerintah dan masyarakat memprioritaskan pembangunan bidang pendidikan secara menyeluruh. Terutama pendidikan yang membentuk karakter nasional bangsa. Pondok pesantren bukan sekedar lembaga pengajaran, yang hanya berorientasi pada tercapainya tujuan-tujuan akademis semata, tetapi pesantren adalah lembaga pendidikan yang berupaya menggali dan mengembangkan potensi anak didik dalam segala aspek kemanusiaannya, menuju kesempurnaan yang mungkin dicapai. Dalam perjalanannya yang panjang, lembaga pendidikan pesantren telah berkiprah secara signifikan pada setiap zaman yang dilaluinya, baik sebagai lembaga pendidikan dan pengembangan ajaran-ajaran Islam, sebagai kubu pertahanan Islam, sebagai lembaga perjuangan dan dakwah, maupun sebagai lembaga pemberdayaan dan pengabdian masyarakat. Karena itu, hingga kini eksistensi pesantren tetap dipertahankan dan bahkan terus dikembangkan agar dapat meningkat kualitas dan kuantitas peran dan kontribusinya bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa, lahirbatin dan dunia-akhirat.
2
Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) adalah salah satu dari sekian banyak pondok yang telah ikut andil dalam pembangunan bangsa ini. Andil Gontor ini terlihat dari peran para alumninya yang tersebar beragam dalam berbagai sektor kehidupan, baik dalam sekala regional, nasional, maupun internasional. Mereka ada yang menjadi ulama atau kyai, cendekiawan, pengusaha, pejabat sipil ataupun militer, politisi, da‟i, guru, dosen, seniman, budayawan, dll. Selain itu, kini telah banyak alumni PMDG ini yang mendirikan dan mengelola lembaga pendidikan pesantren di berbagai daerah di seluruh Indonesia. Saat ini tidak kurang dari 150 pondok pesantren besar dan kecil yang telah didirikan dan dikelola oleh alumni PMDG yang tesebar di seluruh Indonesia, dan bahkan di luar negeri. Pendidikan adalah inti dari potensi pondok, maka upaya-upaya untuk memajukan harus selalu ditempuh. Langkah-langkah untuk meningkatkan mutu pendidikan harus selalu ditempuh sehingga melontarkan santri –santri besar, mereka yang terpanggil untuk berjuang di tengah-tengah masyarakat, meskipun hanya di surau kecil, di desa terpencil dan mengajar anak-anak kecil. Masalah penddikan tidak pernah selesai, terus berkembang. Karena itu Pondok sebagai lembaga pendidikan tidak boleh statis dan stagnan, nanti bisa ketinggalan perkembangan. Kita tidak boleh berpuas diri, merasa yang terbaik, tetapi harus berupaya untuk berbuat yang terbaik. Pendidikan adalah investasi jangka panjang masa depan, keterpurukan bangsa ini diantaranya disebabkan oleh gagalnya sistem dan orientasi pendidikan di Indonesia, sebaliknya kebangkitan bangsa bisa dimulai dari pembangunan sistem
3
pendidikan yang berkualitas. Karena itu Gontor menjadikan pendidikan sebagai politik yang tertinggi. Hampir semua guru dan orang tua setuju bahwa pendidikan karakter merupakan bagian penting dalam sebuah proses pendidikan. Jika kita membaca bagaimana situasi sosial saat ini, seperti maraknya perkelahian antar pelajar dan dan mahasiswa, tindak kekerasan yang terjadi, baik jalanan maupun di sekolah, perilaku tidak jujur yang tercermin dalam tindak korupsi, pemanfaatatn jabatan, budaya mencontek, ketidakdewasaan pribadi seperti tercermin penyalahgunaan obat-obatan, penyimpangan perilaku seksual di kalangan remaja dan lain sebagainya, kita pasti akan sepakat bahwa
sudah saatnya pendidikan karakter dilaksanakan secara
sistematis, strategis, utuh dan menyeluruh di sekolah sehingga program pendidikan karakter menjadi semakin efektif. Sebagian besar santri, dalam berbuat di pondok, mencontoh seniornya. Puncakanya, kyai, Pimpinan Pondok sebagai sentral figur adalah contoh utama dalam segala hal: gerak-gerik, pola pikir, sikap, perilaku, cara bicara. Maka, tidak ada yang tidak bisa dikerjakan oleh santri di Gontor. Sebab kecuali dibimbing, dan juga adanya keteladanan. Itulah mengapa santri Gontor harus mondok 24 jam penuh, bukan hanya sekolah. Jika hanya sekolah, maka tidak akan mengalami hal di atas. Yang mereka ketahui hanyalah kelas, kelas, dan kelas. Bagaimana situasi di kamar, asrama, kamar mandi, lapangan olahraga, tempat kursus bahasa, keterampilan atau kesenian, tidak akan mereka alami. Selain khazanah, semua pengalaman dalam aktivitas yang banyak
4
dan beragam itu akan menjadi bekal mereka setelah tamat dan menjadi alumni, bahkan akan membentuk karakter dengan sendirinya, “karakter Gontor.” Berangkat dari latar belakang yang dikemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang bagaimana strategi pendidikan pesantren dalam mewujudkan pendidikan karakter di Pondok Modern Gontor 7 Putra. Maka dari itu penulis mengambil judul “Strategi Pendidikan Pesantren dalam Mewujudkan Pendidikan Karakter di Pondok Modern Gontor 7 Putra”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan yang hendak diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana Strategi Pendidikan di Pondok Modern Gontor 7 Untuk Mewujudkan Pendidikan Karakter Kepada Peserta Didiknya?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis, memahami, dan mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui strategi pendidikan di Gontor 7 untuk mewujudkan pendidikan karakter kepada peserta didiknya
5
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Bagi Peneliti, untuk memperluas wawasan dan cakrawala berfikir tentang penyelesaian masalah yang dihadapi seorang pemimpin mengenai strategi Pondok Pesantren untuk mewujudkan pendidikan karakter 2. Bagi Pelajar, sebagai bahan masukan dalam karya-karya ilmiah yang dapat dijadikan bahan literatur atau sumber acuan dalam penelitian yang akan datang ataupun ada relevannya dengan penelitian ini. 3. Bagi Peneliti Lain, menjadi bahan masukan bagi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian ini dan dapat dijadikan sebagai bahan informasi. E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini hanya berfokus pada strategi pendidikan pesantren dalam mewujudkan pendidikan karakter pada anak didiknya di Pondok Modern Gontor 7 putra “ Riyadhatul Mujahidin”.
F. Definisi Istilah 1. Strategi adalah pola-pola umum suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. 2. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi peserta didik.
6
3. Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan islam dengan sistem asrama, dimana kyai menjadi sentral figurnya dan masjid sebagai titik pusat yang menjiwainya. 4. karakter adalah tabiat atau kebiasaan. 5. Pendidikan karakter adalah suatu usaha mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerjasama.
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Definisi Strategi Strategi berasal dari bahasa Yunani strategia yang diartikan sebagai "the art of the general" atau seni seorang panglima yang biasanya digunakan dalam peperangan. Pengertian strategi ada beberapa macam sebagaimana dikemukakan oleh para ahli dalam buku karya mereka masing-masing. Pengertian strategi menurut Karl von Clausewitz adalah pengetahuan tentang penggunaan pertempuran untuk memenangkan peperangan.(Umar, Husain : 2013). Menurut Stephanie K. Marrus, strategi didefenisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai suatu penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. (Stephanie K. Marrus : 2102) Menurut Hamel dan Prahalad, strategi merupakan suatu tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Sedangkan menurut Siagian (2004) menyatakan bahwa strategi adalah serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi tersebut.
Dalam abad modern ini, penggunaan istilah strategi tidak lagi terbatas pada konsep atau seni seorang panglima dalam peperangan, tetapi sudah digunakan
8
secara luas hampir dalam semua bidang ilmu. Dalam pengertian umum, strategi adalah cara untuk mendapat kemenangan atau pencapaian tujuan. Anthony dan Govindarajan
juga menambahkan bahwa strategi merupakan suatu proses
manajemen yang sistematis yang didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan atas program-program yang akan dilaksanakan oleh organisasi dan perkiraan sumber daya yang akan dialokasikan dalam setiap program selama beberapa tahun mendatang.(Prasetyo dan Gomies, 2004 : 8). Bila kita ingin agar apa-apa yang kita canangkan dapat berhasil dengan baik, maka kita harus merancang strategi yang tepat. Strategi hendaknya disiapkan dengan menyiapkan sarana yang memadai, bahan yang dibutuhkan, instruktur yang handal dan cakap, pimpinan serta pengurus yang akan menjadi pelaksana strategi tadi. Dalam menggerakkan guru dan santrinya, strategi yang diterapkan adalah memerankan mereka sebagai subyek, bukan obyek. Mereka sebagai pelaksana yang mempunyai kasadaran dan keterpanggilan, mempunyai ide dan inisiatif, bahkan
idealism
yang
tinggi,
serta
mereka
merasa
memiliki
dan
bertanggungjawab akan kemajuan pondoknya. Dengan demikian para santri dan guru akan merasa dibina dan diayomi, sehingga akan tumbuhlah rasa memiliki. Mereka adalah kader yang sedang dibina dan disiapkan untuk menghadapi tantangan masa depan, mereka sama sekali bukan buruh yang dieksploitasi tenaganya dan dan diperlakukan sebagai pekerja semata. Dengan menjadikan mereka sebagai subyek, maka akan tumbuh kesamaan persepsi diantara mereka akan tugas dan tanggungjawab, sehingga mereka akan hidup denga dinamis
9
karena mempunyai self support. Yang terpenting dalam mensukseskan strategi adalah peranan instruktur dalam mewarnai sistem kerja, pola kerja, iklim kerja, dan mekanisme kerja. Sistem kerja, bagaimana suatu program dijalankan tahapan-tahapannya, siapa pelaksana, kalendernya, sarana yang dibutuhkan, dll. Sedangkan pola kerjanya, mekanik atau organisatorik, kolegiala (bersama-sama), atau sendiri-sendiri namun menuju satu tujuan. Kemudian iklim kerjanya, diciptakan supaya kondusif, nyaman namun tetap kompetitif, serta mekanisme kerjanya adalah bagaimana keterkaitan satu unsur dengan unsur yang lainnya dalam mensukseskan tujuan. Melihat peran strategis instruktur dalam mensukseskan suatu strategi, seperti yang dijelaskan di atas, maka instruktur wajib dibina, dikader, dan diarahkan, bahkan disupport.
B. Sejarah Gontor 1. Pondok Gontor Lama Gontor adalah sebuah desa yang terletak kurang lebih 3 km sebelah timur desa Tegalsari dan 12 km ke arah tenggara kota Ponorogo, pada saat itu Gontor masih merupakan hutan belantara yang tidak banyak didatangi orang. Pondok yang didirikan oleh Kyai Sulaiman Jamaludin ini berkembang pesat, khususnya ketika dipimpin oleh putra beliau yang bernama Kyai Areham Anom Beshari. Santrinya berdatangan dari berbagai daerah di jawa, konon banyak juga santri yang datang dari derah Pasundan Jawa Barat. Setelah Kyai Areham Anom Beshari wafat, pondok dilanjutkan oleh putra beliau yang
10
bernama Kyai Santoso Anom Beshari. Kyai Santoso adalah generasi ke-3 dari pendiri pondok gontor lama. Pada masa kepemoimpinan generasi ke-3 ini mulai surut, kegiatan pendidikan dan pengajaran di pondok mulai memudar. Diantara kemunduran ini adalah karena kurangnya perhatian terhadap kaderisasi. Setelah Kyai Santoso wafat, Pondok Gontor benar-benar mati. Saudarasaudara Kyai Santoso tidak ada yang sanggup menggantikannya untuk mempertahankan keberadaan pondok, yang ada hanyalah Ibu Kyai Santoso beserta ketujuh putra putrinya dengan peninggalan sebuah rumah sederhana dan masjid tua peninggalna nenek moyangnya. Tetapi rupanya sang ibu tidak ingin melihat PondokGontor hanyut dan lenyap ditelan sejarah. Karena itu beliau menginginkan tiga orang diantara putra putrinya belajar ke beberapa pesantren dan beberapa lembaga pendidikan lain untuk memperdalam ilmu agama. Ketiga putra itu adalah Ahmad Sahal (anak ke-5), Zaenuddin Fannanie (anak ke-6) dan Imam Zarkasyi (anak ke-7). 2. Pondok Gontor Baru Ketiga putra Ibu Nyai Santoso yang sering disebut sebagai “Trimurti” itulah yang menghidupkan kembali Pondok Gontor. Pembukaan Pondok Gontor itu secara resmi dideklerasikan pada senin kliwon, 20 september 1926 bertepatan dengan 12 robiul awwal 1345.
Pembukaan Tarbiyatu-l-Athfal(TA), 1926
11
Langkah pertama untuk menghidupkan kembali Pondok Modern Gontor adalah dengan membuka Tarbiyatu-l-Athfal (TA), suatu program pendidikan tingkaty dasar. Materi, sarana dan prasarana pendidikannya sangat sederhana. Tetapi berkat kesungguhan, keuletan, kesabaran, dan keikhlasan pengasuh Pondok GontorBaru, usaha ini berhasil membangkitkan kembali semangat belajar masyarakat desa gontor. Program TA pun pada berikutnya tidak hanya diikuti oleh anak-anaknya, tetapi juga orang dewasa. Peserta didiknya juga tidak terbatas pada masyarakat desa Gontor tetapi juga masyarakat desa sekitar. Minat belajar masyarakat desa sekitar Gontor yang semakin tinggi ini diantisipasikan dengan pendirian cabang-cabang TA di sekitar des Gontor. Madrasah-madrasah TA di desa-desa sekitar itu ditangani oleh para kader yang telah disiapkan secara khusus melalui kursus pengkaderan Pembukaan Sullamu-l-Muta’allim (SM), 1932 Telah 6 tahu TA berdiri. Ia disambut dengan kegairahan yang tinggi oleh para pecinta ilmu. Untuk itu mulailah dipikirkan upaya pengembngan TA dengan membuka program lanjutan yang diberi nama Sullamu-l-Muta‟allim (SM)tahun 1932. Pada tingkatan ini para santri diajari secara lebih dalam dan luas pelajaran fiqh, hadits, tafsir, terjemah Al qur‟an, cara berpidato, cara membahas suatu pesoalan dan juga diberi sedikit bekal untuk menjadi guru, berupa ilmu jiwa dan ilmu pendidikan. Di samping itu mereka juga diajarkan ketrampilan, kesenian, olahraga, gerakan kepanduan, dll. Pembukaan Kulliyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyyah (KMI), 1936
12
Kehadiran TA dan SM terasa membawa angin segar yang menggugah semangat belajar masyarakat. Perkembangan tersebut cukup menggembirakan hati dan benar-benar disyukuri pengasuh pesantren yang baru dibuka kembali ini. Kesyukuran tersebut ditandai dengan “Kesyukuran 10tahun Pondok Modern Gontor” Acara kesyukuran dan peringatan semakin menjadi sempurna dengan diikrarkannya pembukaan program pendidikan baru tingkat menengah pertama dan menengah atas yang dinamakan “Kulliyyatu-l-Mu‟allimin Al-Islamiyyah (KMI)” atau sekolah guru Islam, yang menandai kebangkitan sistem pendidikan modern di lingkungan pondok pesantren. Kulliyyatu-l-Mu‟allimin Al-Islamiyyah (KMI) adalah sekolah pendidikan guru islam, hamper sama dengan sekolah normal Islam, di Padang Panjang. Model ini kemudian dipadukan ke dalam sistem pendidikan di Pondok Pesantren. Pelajaran agama seperti yang diajarkan di beberapa pondok pesantren pada umumnya diberikan di kelas-kelas. Tetepi pada saat yang sama yang sama para santrui tinggal di asrama dengan mempertahankan suasana dan jiwa kehidupan pondok pesantren. Proses pendidikan berlangsung selama 24 jam, sehingga “ segala yang dilihat, didengar, dan diperhatikan santri di Pondok ini adalah untuk pendidikan”. Pelajaran agama dan umum diberikan secara seimbang dalam jangka 6 tahun. Pendidikan kesenian, ketrampilan, olahraga, organisasi, dan lain-lain merupakan bagian dari kegiatan kehidupan santri di Pondok.
13
Setelah perjalanan 3 tahun, pelajaran harus sudah ditingkatkan, maka dibukalah tingkatan yang lebih tinggi bernama BOVENBOW, lama belajar 2 tahun. Dalam peringatan 10 tahun ini pula pencetus nama baru untuk pondok Gontor yang baru dihidupkan kembali ini, yakni “Pondok Modern Gontor” nama ini merupakan sebutanmasyarakat yang kemudian melekat pada Pondok Gontor yang nama aslinya adalah “Darussalam” artinya Kampung Damai. 3. Pondok Modern Gontor 7 “Riyadhatul Mujahidin”. Berawal dari niat suci dan cita-cita besar gontor dalm pengembangan pendidikan di kawasan Indonesia Timur, Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur pada tahun 2002 menerima tawaran kerja sama dengan Pemerintah Daerah Sulawesi Tenggara yang dituangkan dalam MoU (Memorandum of Understanding) dalam pengembangan pendidikan pesantren dengan sistem gontor secara utuh dan total. Acara tersebut dihadiri oleh Gubernur beserta jajarannya, tokoh-tokoh masyarakat, alim ulama dan pimpinan Pondok Modern Gontor beserta pimpinan lembaga lainnya. Dan pada tahun yang sama,Gontor diresmikan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Dr. H. Hamzah Haz yang kemudian disebut dengan Gontor “ Riyadhatul Mujahidin”. Sebagai cabang Gontor pertama di luar pulau jawa. Sebagai konsekwensi MoU tersebut, Gontor mulai bergerak, berbenah dan menata kehidupan pesantren dengan mengirimkan pengasuh dan para guru untuk memulai proses pendidikannya dengan mengenalkan sistem Pesantren Gontor kepada masyarakat sekitar khususnya dan masyarakat Sulawasi
14
Tenggara pada umumnya melalui pengajian majlis ta‟lim, pertemuanpertemuaan dengan tokoh-tokoh masyarakat, serta komunikasi dengan para pejabat kabupaten maupun propinsi. Alhamdulillah dengan segla kekurangan dan segala keterbatasan Pondok Modern Gontor di Kendari mengalami perkembangan yang dibanggakan masyarakat Sulawesi Tenggara yang tentu tidak lepas dari peran dan dukungan pemerintah daerah Sulawesi Tenggara. Dalam hal ini Bapak Gubernur Sultra, H. Nur Alam, S.E. dan juga Pemda Konawe Selatan memberikan perhatian yang penuh. Dimana dengan niat yang suci dan kegigihan Gubernur Sultra. Pada tahun kedelapan , umur Gontor di Kendari telah disepakati dan disetujui oleh anggota dewan penyerahan tanah aset Provinsi Sultra kepada Gontor. C. Makna Pendidikan Kata education yang kita terjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan pendidikan merupakan kata benda keturunan dari kata kerja bahasa Latin educare. Bisa jadi, secara etimologis, kata pendidikan berasal dari dua kata kerja yang berbeda, yaitu, dari kata educare dan educere. Kata educare dalam bahasa latin memiliki konotasi melatih atau menjinakkan (seperti dalam konteks manusia melatih hewan-hewan yang liar menjadi semakin jinak sehingga bisa diternakkan), menyuburkan (membuat tanah tanah itu lebih menghasilkan banyak buah berlimpah karena tanahnya telah digarap dan diolah). Jadi pendidikan merupakan sebuah proses yang membantu menumbuhkan, mengembangkan, mendewasakan, membuat yang tidak tertata atau liar menjadi menjadi semakin tertata, semacam proses penciptaan sebuah kultur
15
atau tata kereraturan dalam diri atau diri orang lain. Selain merupakan semacam proses domestifikasi, pendidikan juga berarti proses pengembangan berbagai macam potensi yang ada dalam diri manusia, seperti kemampuan akademis, relasional, bakat-bakat, talenta, kemampuan fisik, atau daya-daya seni. Menurut Ayzumardi Azra (1999:3) pendidikan merupakan suatu proses penyiapan generasi untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidup secara lebih efektif dan efisien. Melaui pendidikan diharapkan akan lahir generasi muda yang berkualitas, memiliki wawasan yang luas, berkepribadian, dan bertanggungjawab untuk kepentingan masa depan. Pendidikan bukanlah kegiatan yang sederhana, melainkan kegiatan yang dinamis. Dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar atau terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembalajaran agar paserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spriritual keagamaan, pengandalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sejalan dengan paparan di atas, penyelenggaraan pendidikan diharapkan mampu memberikan kontribusi positif sehingga manusia menjadi cerdas, memiliki skill, sikap hidup yang baik, dan dapat bergaul di masyarakat (Engkoswara dan Komariah, 2011:1) pendidikan akan mendukung pembentukan kualitas manusia Indonesia apabila didukung manajemen sekolah yang berkualitas. D. Pengertian Pendidikan Pesantren
16
Secara umum pesantren atau pondok bisa didefinisikan sebagai “lembaga pendidikan Islam dengan sistem asrama, kyai sebagai sentral figurnya dan masjid sebagai titik pusat yang menjiwainya”. Definisi ini menunjukkan bahwa inti dari dunia pesantren adalah pendidikannya. Pendidikan di dunia pesantren yang berlangsung 24 jam dengan sistem asrama semacam itu tentu saja mencakup suatu bidang yang sangat luas, meliputi aspek-aspek spiritual, intelektual, moralemosional, sosial, dan termasuk juga aspek pendidikan fisik. Dalam perjalanannya yang panjang, lembaga pendidikan pesantren telah berkiprah secara signifikan pada setiap zaman yang dilaluinya; baik sebagai lembaga pendidikan dan pengembangan ajaran-ajaran Islam, sebagai kubu pertahanan Islam, sebagai lembaga perjuangan dan dakwah, maupun sebagai lembaga pemberdayaan dan pengabdian masyarakat. Karena itu, hingga kini, eksistensi pesantren tetap dipertahankan dan bahkan terus dikembangkan agar dapat meningkat kualitas dan kuantitas peran dan kontribusinya bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa, lahir-batin dan dunia-akhirat. Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) adalah salah satu dari sekian banyak pondok yang telah ikut andil dalam pembangunan bangsa ini. Andil Gontor ini terlihat dari peran para alumninya yang tersebar beragam dalam berbagai sektor kehidupan; baik dalam sekala regional, nasional, maupun internasional. Mereka ada yang menjadi ulama atau kyai, cendekiawan, pengusaha, pejabat sipil ataupun militer, politisi, da‟i, guru, dosen, seniman, budayawan, dll. Selain itu, kini telah banyak alumni PMDG ini yang mendirikan dan mengelola lembaga pendidikan pesantren di berbagai daerah di seluruh
17
Indonesia. Saat ini tidak kurang dari 150 pondok pesantren besar dan kecil yang telah didirikan dan dikelola oleh alumni PMDG yang tesebar di seluruh Indonesia, dan bahkan di luar negeri. Pada tahun-tahun sekitar berdirinya Pondok Gontor, terdapat dua sistem pendidikan Islam yang menonjol yang dikembangkan oleh para pengelola lembaga pendidikan Islam di negeri ini: lembaga pendidikan Islam tradisional yang lazim diwakili oleh dunia pesantren dan lembaga pendidikan Islam modern yang mengadopsi sistem pendidikan Belanda yang biasa diwakili oleh lembaga pendidikan/sekolah-sekolah Muhammadiyah. Setelah mengamati model-model lembaga pendidikan Islam di atas dan juga berbagai sistem pendidikan lain baik di dalam maupun di luar negeri, para pendiri Gontor akhirnya memilih untuk mengintegrasikan dua sistem pendidikan di atas, yakni integrasi antara sistem pendidikan pesantren dengan sistem pendidikan modern. Idealisme, jiwa, dan falasafah hidup berikut sistem asramanya tetap mengacu kepada khazanah dunia pesantren, tetapi penyelenggaraannya dilakukan secara efektif dan efisien yang menjadi kekhasan sistem pendidikan modern. Lebih lanjut, alasan mengapa sistem pendidikan pesantren menjadi pilihan untuk mewujudkan cita-cita luhur tersebut, antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Pesantren adalah sistem pendidikan berasrama di mana tri pusat pendidikan menjadi satu kesatuan yang terpadu. Sekolah, keluarga, dan masyarakat berada dalam satu lingkungan sehingga lebih memungkinkan penciptaan
18
suasan yang kondusif, yang terkait dengan peran ketiga pusat pendidikan tersebut, dalam mencapai tujuan pendidikan. b. Pesantren adalah sebuah masyarakat mini yang terdiri dari santri, guru, dan pengasuh/kyai. Ini adalah sebuah masyarakat kecil (a mini society) yang sesungguhnya. Dalam tradisi pesantren para santri merupakan subjek dari proses pendidikan, mereka mengatur kehidupan mereka sendiri (self government) melalui berbagai aktifitas, kreatifitas, dan interaksi sosial yang sangat penting artinya bagi pendidikan mereka. c. Pesantren adalah lembaga pendidikan yang berasal dari, dikelola oleh, dan berkiprah
untuk
masyarakat,
sehingga
paradigma
pendidikan
yang
berorientasi pada Community Based Education (CBE) bagi dunia pesantren sudah bukan lagi wacana. d. Orientasi pendidikan pesantren adalah kemasyarakatan. Lingkungan pesantren diciptakan untuk mendidik santri agar dapat menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan bermanfaat. Pendidikan ini menjadikan alumni pesantren tidak canggung untuk terjun dan berjuang ke masyarakat, sehingga, dalam bidang pekerjaan misalnya, dapat dikatakan tidak ada istilah nganggur (nunggu pekerjaan) bagi tamatan pesantren. e. Pesantren lebih mementingkan pendidikan daripada pengajaran. Pendidikan pesantren lebih mengutamakan pembentukan mental karakter yang didasarkan pada jiwa, falsafah hidup, dan nilai-nilai pesantren. Adapun pengetahuan yang diajarkan adalah sebagai tambahan dan kelengkapan.
19
f. Hubungan antara anggota masyarakat pesantren berlangsung dalam suasana ukhuwwah Islamiyyah yang bersumber pada tauhid dan prinsip-prinsip akhlak karimah. Suasana ini tertanam dalam jiwa santri dan menjadi bekal berharga untuk kehidupan di luar masyarakat pesantren. g. Pendidikan pesantren didasarkan pada prinsip-prinsip keikhlasan, kejuangan, pengorbanan, kesederhanaan, kemandirian, persaudaraan, dan kebebasan berpikir, sehingga bagi pesantren tidak ada masalah apapun dengan paradigma School Based Management (SBM). h. Dalam masyarakat pesantren, kyai atau pimpinan pesantren selain berfungsi sebagai central figure juga menjadi moral force bagi para santri dan seluruh penghuni pesantren. Hal ini adalah suatu kondisi yang mesti bagi dunia pendidikan, tetapi kenyataannya jarang didapati dalam sistem pendidikan selain pesantren. E. Arti Pendidikan Karakter Istilah karakter “Dalam Bahasa Yunani dan latin, character berasal dari kata charassien yang
artinya “mengukir corak yang tetap dan tidak terhapuskan;
Watak atau karakter merupakan perpaduan dari segala tabiat manusia yang bersifat tetap sehingga menjadi tanda. Khusus untuk membedakan orang yang satu dengan yang lain. Menurut Suyanto (2010) Karakter adalah cara berfikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.
20
Hal ini sebagaimana di tuturkan oleh Yaumi (2010), bahwa karakter menggambarkan kualitas moral seseorang yang tercermin dari segala tingkah lakunya yang mengandung unsur keberanian, ketabahan, kejujuran, dan kesetiaan, atau perilaku lingkungan, oleh karena itu perlu usaha membangun karakter dan menjaganya agar tidak terpengaruh oleh hal-hal yang menyesatkan dan terjerumuskan.
Menurut
Dewantara
(2009)
Karakter
itu
terjadi
karena
perkembanggan dasar yang telah terkena pengaruh ajar. Yang dinamakan „dasar‟ yaitu bekal hidup atau bakat anak yang berasal dari alam sebelum mereka lahir, serta sudah menjadi satu dengan kodrat kehidupan anak (biologis). Sementara kata „ajar‟ diartikan segala sifat pendidikan dan pengajaran mulai anak dalam kandungan ibu hingga akil baligh, yang dapat mewujudkan intllegiblle, yakni tabiat yang di pengaruhi oleh kematanggan berpikir.Jiwa anak yang baru lahir diumpamakan sehelai kertas yang sudah di tulis dengan tulisan yang agak suram. Dalam pengertian tersebut di atas
dapat diartikan bahwa karakter bangsa
merupakan unsur penting untuk dikembangkan dalam pendidikan yang berlangsung sepanjang hayat. Ki hajar Dewantara mengajarkan sistem Tri Pusat pendidikan, yakni sekolah, keluarga dan masyarakat. Konsep Tri Pusat ini tidak bisa diabaikan sistem pendidikan nasional ini tidak ditempatkan di alam lingkungan sekolah saja, akan tetapi ada keikutsertaan keluarga dan masyarakat yang membentuk sukses dan gagalnya pendidikan nasional . Di lingkungan sekolah pendidikan di berikan kepada anak didik dalam waktu terbatas, sehingga terbatas pula waktu para siswa untuk berkomunikasi dan
21
berinteraksi dengan guru. Oleh sebab itu, guru harus berkonsentrasi memberi perhatian kepada kepribadian dan fisik anak didik secara terbatas pula. Di dalam lingkungan keluarga, anak sesungguhnya sudah dididik sejak dalam kandungan. Setelah melewati tahap anak-anak, seseorang memiliki karakter, cara yang dapat diramalkan bahwa karakter seseorang berkaitan dengan perilaku yang ada disekitarnya. Maknanya dari pengertian pendidikan karakter yaitu merupakan berbagai usaha yang dilakukan oleh para personil sekolah, bahkan yang dilakukan bersamasama dengan orang tua dan anggota masyarakat untuk membantu anak-anak dan remaja
agar
menjadi
atau
memiliki
sifat
peduli,
berpendirian,
dan
bertanggungjawab. Lebih lanjut Williams (2000) menjelaskan bahwa makna dari pengertian pendidikan karakter tersebut awalnya digunakan oleh National Commision on Character Education di Amerika sebagai suatu istilah payung yang meliputi berbagai pendekatan, filosofi, dan program. Pemecahan masalah, pembuatan keputusan,
penyelesaian
konflik
merupakan
aspek
yang
penting
dari
pengembangan karakter moral. Oleh karena itu, di dalam pendidikan karakter semestinya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami sifat-sifat tersebut secara langsung. F. Pentingnya Pendidikan Karakter Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti: disorientasi dan belum dihayatinya
22
nilai-nilai Pancasila, keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai pancasila, bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa, ancaman disintegrasi bangsa, dan melemahnya kemandirian bangsa. Untuk
mendukung
perwujudan
cita-cita
pembangunan
karakter
sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 serta mengatasi permasalahan kebangsaan saat ini, maka Pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program prioritas pembanguna nasional. Semangat itu secara implisit ditegaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2015, dimana pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu “mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila. Terkait dengan upaya mewujudkan pendidikan karakter sebagaimana yang diamanatkan dalam RPJPN, sesungguhnya hal yang dimaksud itu sudah tertuang dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional, yaitu “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab” (Undangundang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional-UUSPN).
23
Dengan demikian, RPJPN dan UUSPN merupakan landasan yang kokoh untuk melaksanakan secara operasional pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai prioritas program Kementrian Pendidikan Nasional 2010-2014, yang dituangkan dalam Rencana Aksi Pendidikan Karakter (2010) : pendidikan karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Atas dasar itu, pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor). Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek “pengetahuan yang baik (moral knowing), akan tetapi juga “merasakan dengan baik atau loving good (moral feeling), dan perilaku yang baik (moral action). Pendidikan karakter menekankan pada habit atau kebiasaan yang terus-menerus dipraktikkan dan dilakukan. Berdasarkan alur piker pembangunan karakter bangsa, pendidikan merupakan salah satu strategi dasar dari pembangunan karakter bangsa yang dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara hororen dengan beberapa strategi lain. Strategi
tersebut
mencakup,
yaitu
sosialisasi/penyadaran,
pemberdayaan,
pembudayaan, dan kerjasama seluruh komponen bangsa. Pembangunan karakter
24
dilakukan dengan pendekatan sistematik dan integrative dengan melibatkan keluarga, satuan pendidikan, pemerintah, masyarakat sipil, anggota legislatif, media masa, dunia usaha, dan dunia industry. Sehingga satuan pendidikan adalah komponen penting dalam pembangunan karakter yang berjalan secara sistemik dan integrative bersama dengan komponen lainnya.
G. Kerangka Berfikir Pendidikan adalah pilar utama dalam pembangunan bangsa dan sebagai pembentuk watak dan karakter dari suatu bangsa. Lembaga pendidikan pesantren telah berkiprah secara signifikan pada setiap zaman yang dilaluinya. Pesantren menerapkan totalitas pendidikan dengan mengandalkan keteladanan, penciptaan lingkungan dan pembiasaan melalui berbagai tugas dan kegiatan. Sehingga seluruh apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan dikerjakan oleh santri adalah pendidikan. Strategi yang diwujudkan pesantren dalam upayanya membentuk karakter santri sangat diperlukan sebagai contoh permisalan kepada sekolah-sekolah lain yang ada di seluruh pelosok Indonesia. Karena apabila perilaku dan watak dari siswanya dapat terbentuk dengan baik, maka kualitas pendidikan yang ada di Indonesia pun akan dapat terlaksana dengan maksimal. Maka untuk mewujudkan upaya tersebut diperlukan kesungguhan sebuah sekolah-sekolah di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan sekolah agar memiliki strategi yang dibangun dengan manajemen sekolah. Sehingga anak-anak akan mendapatkan pendidikan yang layak dan sebagaimana mestinya yang diharapkan oleh orang tua di rumah.
25
BAB III METODE PENELITIAN Dalam usaha untuk mendapatkan data dan informasi, bahan keterangan lainya yang diperlukan peneliti dalam penyusunan penilitian, maka penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut: A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah tipe deskriptif kualitatif, yaitu dengan memberikan gambaran apa adanya tentang situasi pada lokasi penilitian dengan subjektif mungkin. Penelitian ini mempelajari masalah dalam dunia pesantren, tata cara yang berlaku dalam pesantren serta situasi-situasi, sikap, proses yang sedang berlangsung, dan pengaruh dari suatu fenomena. B. Waktu dan Tempat Penelitian Penilitian ini di laksanakan di Pondok Modern Gontor Putra 7 Pudahoa Kendari Sulawesi Tenggara. Waktu penelitian ini mulai dilaksanakan pada saat setelah bulan mei sampai juli tahun 2015. C. Populasi dan Sampel a. Populasi Yaitu sebagian pihak Pondok Modern Gontor 7 Kendari dari guru yang berada dalam ruang lingkup Gontor 7 Kendari dan ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari sebanyak 4.
26
Tabel 1. Data populasi penelitian Jabatan
No 1
Jumlah 1 orang
2
Pimpinan Pondok Modern Gontor 7 Riyadhatul Mujahidin Direktur KMI Gontor 7
3
Ketua Dewan Mahasiswa Pondok Gontor 7
1 orang
4
Ketua angkatan guru baru alumni 2014 Gontor 7
1 orang
Jumlah
4 orang
1 orang
D. Sumber Data a. Sumber data Sumber data penilitian di peroleh dari : 1.
Data primer, yaitu data yang memperoleh dari hasil wawancara dan observasi.
2. Data sekunder, yaitu data yang di peroleh dari komponen-komponen, catatan, laporan-laporan maupun arsip-arsip resmi serta bahan pustaka yang mendukung kelengkapan data primer.
E.
Teknik Pengumpulan Data Dalam rangka pengumpulan data primer, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: a. Wawancara
27
Yaitu melakukan tanya jawab kepada pihak sekolah khususnya Guru Pondok Gontor 7 Kendari serta siswa yang berada dalam ruang lingkup khususnya yang mewakili dalam satu kelas, yaitu kelas 6 di sekolah ini mengenai penerapan pendidikan karakter di Pondok Gontor 7. b. Observasi Suatu cara untuk mendapatkan bahan keterangan dan gambaran keadaan lingkungan dengan melakukan pengamatan secara lengkap di lapangan, disertai pengetahuan atau pengarahan tentang focus pengamatan sesuai dengan kebutuhan. c. Dokumentasi Metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dengan mencatat langsung mengenai dokumen-dokumen yang ada di kantor sekretariatan. F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif yakni setelah data diperoleh, kemudian dianalisis dan diuraikan secara kronologis, logis, dan sistematis untuk menjawab permasalahan penelitian selanjutnya ditarik kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan.
28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Gontor Membangun Karakter Umat Melalui Peradaban dan Pendidikan a. Gontor adalah sebuah Dunia Lain Gontor sengaja membuat dunia lain dari yang lainnya. Dunia yang direkayasa dengan diciptakan sebuah dinamika kehidupan mulai dari kepemimpinan dan aplikasinya, gerakan pendidikan dan kurikulum, gerakan ekonomi, gerakan moral spiritual sampai pada gerakan sosial masyarakat yang pada hal ini adalah pembinaan masyarakat. Dari gerakan inilah lahi sebuah potensi yang banyak sekali. Seluruh SDM Gontor digerakkan dengan berbagai macam cara. Ada penugasan, pengarahan, kegiatan sampai keteladanan. Adapun pembinaan seperti penataran pengasuh pondok cabang, penugasan guru senior ke pondok cabang untuk mengertikan mereka akan tugas, program dan
tanggung
kekurangannya
jawab dan
seorang kenyataan
pengasuh
serta
memang
kurang
tugas
mereka
seperti
tidak
akan bisa
mengendalikan dan mengotrol guru. Dalam pelaksanaan gerakan dan kegiatan inti selalu ditekankan untuk dikerjakan dengan penuh keikhlasan, kejujuran, tanggungjawab, kerja keras dan dilandasi dengan landasan perjuangan bahwa berjuang itu untuk maslahat yang lebih besar dan bukan untuk kepentingan pribadi. Akhirnya dengan dinamika tersebut, Gontor berarti menciptakan sebuah peradaban Gontori, bahkan pada tahap berikutnya membuat sebuah
29
kebudayaan Gontori Islami yang tidak dimiliki oleh orang lain. Termsuk tidak dimiliki oleh pondok salaf. Karena salaf mempunyai dunia sendiri dan potensi sendiri. Mereka hanya menekankan tentang keilmuan, akidah dan akhlak untuk menciptakan manusia yang alim dan sholeh dalam arti baik. Padahal sholeh bukan hanya memilki makna baik tapi juga berguna. Maka sholeh menurut gontor adalah memiliki dinamika. Dan itulah yang membedakan kita dengan yang lainnya dalam idealism.
b. Gontor Membangun kebudayaan dan peradaban Pengalaman Gontor secara idealis berangkat dari sebuah masjid yang merupakan pusat atmosfer
aktifitas. Masjid inilah yang mengeluarkan
pancaran dan setruman yang pada akhirnya menggerakkan dan memotivasi santri dan guru untuk berbuat maksimal, sungguh-sungguh dan ikhlas. Masjid inilah kemudian berkembang menjadi sebuah lembaga pendidikan yang memiliki berbagai macam gerakan
yang ditimbulkan oleh santri, guru,
pengasuhan, KMI, organisasi, disiplin dan lain sebagainya. Gerakan-gerakan tersebut akhirnya menjadi sbuah kebudayaandan bahkan peradaban. Pada mulanya, kebudayaan dan peradaban gontor ini tidak diterima oleh masyarakat bahkan mereka mambenci Gontor. Kebencian mereka terhadap Gontor lebih banyak disebabkan karena ketidak mengertiannya yang mudah diadu domba serta belum adanya pembinaan terhadap meeka. Untuk itu Gontor berusaha membangun citra dan mengelola pendidikannya dengan baik. Melalui berbagai macam proses dan dengan
30
menggunakan soft power akhirnya kebudayaan Gontor dapat diterima dan berkembang di masyarakat bahkan mandapatkan penghargaan tinggi. Meraih gelar DR CH, bintang jasa dan dunia internasional, dilibatkan dalam kepentingan bangsa dan lain sebagainya. Pondok cabang sebagai pembantu Gontor harus mampu menggerakkan di dalam maupun di luar untuk menciptakan kebudayaan dan mentransfernya kepada masyarakat. Pondok cabang didirikan juga untuk menciptakan budaya dan tatanan kehidupan, maka peran dan fungsi pengasuh bukan penguasa. Gontor harus ditiru oleh pondok cabang karena pengalamanpengalamannya mulai dari mendidik anak, menerapkan disiplin, mengurus organisasi, menatur organisasi, mengatur guru, mengatur fasilitas dan lain sebagainya, “jangan sampai tampil beda” itu akan menyebabkan penyakit. Untuk itu pengasuh harus selalu memperbaharui motivasinya dengan selalu ingat peran dan fungsinya. Gontor berdiri dan menjadi sebuah lembaga pendidikan. Untuk efektifitas pelaksanaan dan kegiatannya, maka dibentuklah lembaga pengasuhan dan KMI. Dua lembaga ini dibentuk untuk merekayasa dinamika kehidupan melalui kegiatan dan gerakan. Adapun proses belajar mengajar, disiplin, pramuka, khutbatul „arsy, organisasi, gerakan mencari dana, kegiatan mengatur santri dan lain sebagainya, dengan kegiatan dan gerakan tersebut Gontor mendapatkan tajarub-tajarub penemuan-penemuan sistem pelaksanaan kegiatan.
31
Kegiatan dan gerakan serta sistem-sistem pelaksanaan tersebut akhirnya menimbulkan sebuah kristalisasi kekuatan yang kemudian disebut dengan tsaqofah hadharah madaniah. 1. Tasqofah adalah sebuah gerakan dan kegiatan yang tidak bisa dilihat sendiri seperti: a. Sistem yang melipui pengasuhan santri, guru, administrasi, mengajar dan lain sebagainya. b. Ilmu, akhlak, dan seni. 2. Hadharah adalah sebuah gerakan yang dapat dilihat seperti pembangunan gedung, alat-alat transportasi, jalan dan lain sebagainya.
Kebudayaan dan peradaban gontor ditransfer kepada masyarakat melalui: a. Alumni-alumninya b. Guru-guru pengabdian c. Waki Santri d. Tamu yangpernah datang ke Gontor Kenyataannya, masyarakat mau menerima kebudayaan dan peradaban Gontor (sistem, nilai, ajaran). Buktinya bahwa santri masuk dan balajar cenderung meningkat. Banyak tamu baik masyarakat maupun masyarakat maupun pejabat yang yang datang ke Gontor. Juga pemerintah mengakui
32
gontor dan bahka memberikan penghargaan dengan melibatkannyadalam menyelesaikan masalah bangsa. Keberhasilan transformasi kebudayaan dan peradaban Gontor dalam masyarakat lebih disebabkan karena pendekatan yang digunakan adalah soft power bukan hard power. Gontor tidak memusuhi pemerintah. Namun demikian bukan berarti Gontor terlalu dekat atau jauh dengan pemerintah. Gontor dalam posisi jarak tembak. Pendekatan soft power lebih efektif daripada pendekatan hard power. Selain pendekatan soft power juga diperlukan kualifiksi pemimpin untuk transformasi budaya secara totalitas. Proses penciptaan kebudayaan dan pengembangan bukan berarti tidak mengalami kendala. Pada mulanya banyak orang yang tidak senang dengan Gontor dengan gerakan dan aktifitasnya. Nama baik lembaga dan kyainya dihancurkan seperti pernah terjadi pada peristiwa yang dikenal dengan Persemar ‟67. Tapi justru peristiwa tersebut menjadi pupuk kemajuan. Ibaratnya Gontor memainkan filternya untuk mendapatkan barang yang berkualitas tinggi. Seperti orang nginteri beras. Gontor
dengan
kebudayaannya
akhirnya
mampu
menciptakan
masyarakat yang tsaqafi madani yang akan menghadang kebudayaan barat yang kontra nilai islam. Untuk itu diharapkan upaya alumninya mampu menghadang mereka dan jangan sampai masuk dalam arus mereka. Jangan sampai pulang dari Gontor berubah mentalnya, perilaku agamanya, etika dan moralnya.
33
c. Gontor Membangun sebuah kekuasaan lewat pendidikan Gontor merupakan lembaga pendidikan yang memiliki banyak potensi akademis, sosial, budaya, religiusitas. Potensi-potensi tersebut dapat hadir karena lembaga ini memiliki pola dan sistem pendidikan dan pembinaan terpadu. Mulai dari sistem asrama, penerapan disiplin, pengawalan dan pelaksanaan program, pembaedayaan SDM, kepemimpinan, kaderisasi sampai pada isitem transformasi nilai keteladanan. Penggalian potensi tersebut melibatkan seluruh SDM dan dalam rangka untuk mendidik dan membinanya. Apalagi pola pendidikan Gontor adalah subyektifitas dimana guru, santri, seluruh komunitasnya terlibat langsung dalam gerakan pendidikan yang menghasilkan potensi-potensi di atas. Dan dengan pendidikan subyektifitas ini pula seluruh SDM terbina dan terdidik dengan sendirinya. Gerakan pendidikan Gontor yang menghasilkan potensi dahsyat ini akhirnya membangun sebuah kekuatan dahsyat pula. kekuatan Gontor yang terbangun melalui pendidikan ini harus terjaga terus-menerus bahkan proses peningkatan peningkatan kualitas kekuatan itu harus diwujudkan. Dan lebih penting lagi bahwa kekuatan yang melahirkan produktifitas yang berupa: a. Sumber daya manusia tangguh dan tahan banting b. Sistem-sistem yang teruji karena proses pengalaman dan sekaligus sistem-sistem itu mampu membuat potensi.
34
c. Ajaran-ajaran yang mampu member motivasi dan melahirkan keterpanggilan untuk mengeluarkan puncak.
D. Gontor Meningkatkan kemampuan ekonomi Gontor memiliki potensi ekonomi yang besar, karena adanya kebutuhan hidup secara materiil: sandang, pangan, dan papan. Potensi pasarpun sangat besar yang meliputi: guru, santri, keluarga, dan masysrakat. Potensi ekonomi ini harus digali dan dimanfaatkan da diproteksi untuk kepentingan pribadi. Adapun sistem penggalian ekonomi yang diterapkan adalah sistem kemandirian, yaitu: semua kebutuhan hidup dibuat dan disuplai sendiri, sehingga roda perputaran ekonomi hanya terjadi di dalam Gontor. Dan inilah yang disebut proteksi ekonomi. Demikianlah gerakan di Gontor yang membuat potensi dan akumulasinya membuat sebuah kekuatan. Kekuatan tersebut dapat digerakkan kemana saja asal gerakan baik dan benar. Kalu tidak akan sakit dan menyakitkansementara itu bahwa potensi-potensi dan gerakan tersebut juga dapat membuat potensi lainnya asal baik dan benar. Syaratnya, Gontor ada pantai yang besar dengan aliran yang besar pula dan dapat menjadi bengawan yang memiliki potensi yang besar. Ada perahunya, ikannya, pelabuhannya, dan sebagainya. Untuk itu jangan berbuat neko-neko dalam arus yang besar itu, karena bisa jadi hanyut dalam arus. Jangan sampai hanyut dalam arus tapi harus pandai memenfaatkannya.
35
E. Pendidikan adalah Politik Tertinggi Gontor bukan saja sebagai lembaga pendidikan keilmuan, tetapi juga sebagi lembaga kaderisasi dan kepemimpinan. Pada kenyataannya, Gontor dengan segala kekurangannya masih eksis dan selalu berkembang dengan memiliki cabang di beberapa tempat. Tidak mudah untuk mengendalikan gerakan dan aktifitas yang dilakukan di masing-masing tempat. Apalagi potensi dan karakteristik SDM yang heterogen. Bisa jadi masing-masing memiliki obsesi untuk mewarnai lingkungan, baik nilai dan sistem-sistemnya sesuai dengan kepentingan, kebutuhan, dan selera masing-masing. Bila hal ini terjadi maka akan muncul persaingan dan salah persepsi sehingga akhirnya kelangsungan hidup Gontor akan terancam. Disinilah dibutuhkan sosok pemimpin yang mempunyai kemampuan mengatur yang menyeluruh dan totalitas, seperti memanange lingkungan, SDM ( Guru, santri, keluarga, dan pembantu-pembantu pondok), sarana, prasarana, dan sebagainya. Dengan bahasa lain, bahwa pemimpin harus memiliki strategi politik untuk mengatur ritme kehidupan di pondok secara menyeluruh. Aplikasi pendidikan politik di Gontor tercermin pada kemampuan seorang pemimpin dalam : a. Mendelegasikan tugas kepada pembantunya b. Menempatkan personil sesuai dengan potensinya c. Mengontrol (pelaksanaan
seluruh
aktifitas
sunnah-sunnah
akademis pondok,
dan
non
akademis
administrasi,
keuangan,
yayasan, kepengasuhan, KMI, ISID dan sebagainya)
36
d. Mengendalikan seluruh SDM dan aktifitas dalam satu bendera yaitu Gontor. e. Membuat keseimbangan antara ukhuwah islamiyah dan persaingan dalam rangka Fastabiqu-l-Khoiraat. Tidak mudah untuk mewujudkan keseimbangan ini. Dan yang termasuk dalam hal ini adalah budaya dan tradisi mutasi guna menghindari sifat sektoral. Banyak resiko yang harus dihadapi pada saat diterapkannya sistem ini, seperti: a. Terjadinya konflik b. Hilangnya rasa kebersamaan c. Munculnya sikap superitas Di sinilah dibutuhkan pemimpin yang mampu menyelesaikan problem tersebut secara totalitas. Hal ini telah dibuktikan secara relaitas oleh pimpinan Gontor dalam gerak langkahnya di seluruh lini dan denyut kehidupan di Gontor. Untuk menyelesaikan seluruh problematika pondok, pimpinan Gontor tidak pernah menggunakan teori ilmiah siapapun, tetapi lebih banyak berdasarkan pengalaman dan ijtihad batini. Dan dalammengatur dinamika pondok, pimpinan memiliki kekuasaan penuh. Tak heran jika pimpinan selalu dinamis, karea sebenarnya yang mendidik dinamika pondok itu adalah dinamika Kyai atau Pimpinan.
37
Dengan berdasarkan adanya realita aktifitas dan kompleksitas problem di Gontor, maka pendidikan politik dalam paradigm di atas merupakan sebuah keniscayaan. Pendidikan poitik memiliki tujuan jauh kedepan, diantaranya: a. Efektifitas Kegiatan Pondok Dengan adanya control, arahan, pengendalian langsung dari pimpinan diharapkan seluruh aktifitas pondok baik di pusat maupun di cabang mengarah pada satu persepsi, yaitu misi, visi, nilai, dan sistem Gontor. Dan juga dapat dihindari dari kegiatan yang berdasarkan pada kepentingan dan selera pribadi. b. Menghindari Konflik Otoritas pimpinan dan ketegasannya dalam mengatur ritme kehidupan pondok dengan segala aktifitasnya merupakan sebuah upaya mencegah, konflik antar individu atau sektor dalam berbagai macam permasalahan, tugas dan ekonomi kesejahteraan keluarga. c. Legitimasi Person Seseorang tidak akan bisa melaksanakan tugas dan amanah dengan baik kecuali mendapat legitimasidari pimpinan. Dengan legitimasi tersebut, seseorang akan mendapatkan kekuatan. Pengasuh pondok cabang misalnya, mampu menjalankan tugas dengan baik, mampu
mengatur
dan
mengendalikan
guru
dan
santri
serta
mendapatdukungan masyarakat karena mendapatkan kekuatan dari pimpinan Gontor, bukan karena pribadinya.
38
F. Pengembangan Masyarakat Wilayah kerja yang baik untuk mendukung pondok membuat gerakan di Masyarakat sekitar pondok harus menjadi pagar dan bolo (teman bela) bagi pondok, maka seorang pimpinan pondoktidak hanya memikirkan urusan internal pondok tetapi harus mampu menggerakkan masyarakat disekitar pondok dengan berbagai gerakan sehingga dapat mewarnai mereka. Gerakan masyarakat ini bukan sekedar menunggu undangan dakwah tabligh. Karena tidak banyak hasil yang diharapkan dari kegiatan tabligh tersebut, tetapi harus mampu menggerakkan masyarakat untuk berbuat baik, tidak memusuhi pondok, tetapi mendukung pondokdengan mengembangkan budaya islami. Gerakan itu harus sistematis dan bersifat homogenesis yang dapat menumbuhkangerakan-gerakan lainnya. Memobilisir masyarakat untuk kegiatan-kegiatan kemasyarakatan sekali waktu diperlukan, seperti undangan berbuka puasa bersama dengan mendatangkan tokoh nasional, sowan missal pada hari-hari lebaran ke Pondok, dll. Potensi mereka sangat ampuh untuk meningkatkan hubungan Pondok dengan pemerintah dalam menyukseskan aspirasi ummat, juga sangat efektif untuk membendung gerakan kristenisasi umpamanya. Gerakan kemasyarakatan adalah bagian dari seni kepemimpinan, masing-masing pemimpin mempunyai gaya tersendiri. Mereka yang tidak mempunyai kecenderungan sulit untuk dipaksa manangani masyarakat. Tentu saja ada kaedah yang tidak bias dilupakan bahwa gerakan kemasyarakatannya ini jangan sampai menghabiskan energy kita, harus dengan cara-cara yang
39
efektif dan gerakan yang strategis, dengan memanfaatkan para alumni atau tokoh masyarakat yang mempunyai jama‟ah pengajian di masjid, bersama mereka dibangun jaringan kerja ekonomi dan pendidikan yang saling menguntungkan dengan pondok, semacam bantuan pupuk pertanian dan pembelian gabah, memajukan TPA, pembangunan masjid dengan mencarikan dana bantuan Luar Negeri, dll.
2. Strategi Pengelolaan Pondok Pesantren Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang memiliki sejarah tersendiri dan mengalami pasang surut dalam perkembangan dan kemajuan. Bentuk pendidikan yang menjadi pilihan Gontor adalah pesantren, karena pesantren mempunyai banyak keunggulan dibanding dengan bentuk pendidikan yang lainnya. Dalam pesantren tercipta tripusat pendidikan (pendidikan rumah tangga, sekolah dan masyarakat) . pesantren bukan hanya mengasah kecerdasan otak dan ketrampilan tangan tetapi juga kekuatan mental dan kecerdasan spiritual. Dengan bentuk pesantren inilah, Gontor sangat konsisten menerapkan disiplin berasrama bagi para penghuninya. Asrama penuh dengan program pendidikan bukan sekedar tempat tidur santri. Dengan sistem asrama para santri bisa berinteraksi dengan para guru lebih efektif dan produktif. Dengan sistem asrama, santri 100% terwarnai oleh program-program pendidikan pondok sehingga steril dari pengaruh kultur masyarakat sekitar yang kurang edukatif dan islami. Dengan sistem asrama santri bisa belajar kemandirian,
40
leadership, ukhuwah dan bersosialisasi dengan teman-temannya yang mempunyai latar belakang budaya serta adat istiadat yang beraneka ragam. Selain hal-hal tersebut yang juga istimewa, Gontor mengutamakan pada metode keteladanan dengan menjadika kyai dan guru-gurunya sebagai sentral figure serta penciptaan miliu yang kondusif dengan masjid sebagai pusat kegiatan yang menjiwainya. Perkembangan dan kemajuan Gontor terletak pada tingkat kemampuan memenej dan menyelesaikan problematika ayang dating silih berganti. Problematika tersebut merupakan konsekwensi logis dari sebuah dinamika dan gerakan yang sengaja diciptakan dalam pondok tersebut. Dari problematika sumber daya manusia (pimpinan, instruktur dan santri) pemahaman dan aplikasi dari sebuah nilai, system, misi dan visi. Serta problem pengadaan sarana dan fasilitas, dana operasional, serta problemproblem akademis seperti kurikulum, proses, belajar mengajar dan sebagainya. Dalam semua kegiatan di Pondok Modern Gontor harus mengandung nilai – nilai kehidupan dan filsafat hiduplah yang menjadi kunci semua kehidupan yang ada di dalam Pondok Modern Gontor. Adapun kegiatan siswa dalam sehari hari terlampir di tabel 4.1 bawah ini: Tabel 4.1 Kegiatan Sehari – hari Santri Gontor Putra 7 Jam 03.45
Nama kegiatan Bangun shubuh
41
04.00-04.30
Membaca Al-Quran
04.30-04.45
Sholat shubuh berjamaah
04.45-05.15
Membaca Al-Quran
05-15-06.00
Pemberian Kosakata
06-00-07.00
Makan pagi dan Persiapan Masuk kelas
07-00-12.30
Belajar efektif di dalam kelas
12- 30
Shalat Dzuhur berjamaah
13.00-14.45
Makan siang
14-00-14. 45
Kursus Sore
15-00
Shalat Ashar Berjamaah
15.15-15-45
Baca Alquran
16-00 –17-00
Kegiatan Ekstrakurikuler dan olahraga
17- 00
Persiapan ke masjid
17 -30-18.00
Membaca Al,Quran
18.00
Shalat Maghrib Berjamaah di Masjid
18.15-18.45
Membaca Alquran
18.45-19.30
Makan malam
19.30 20.00-21.30 22-00
Shalat Isya Berjamaah Belajar Malam Terbimbing Istirahat {dalam Pengawasan Pengurus}
42
Dalam semua kegiatan pendidikan dan pembentukan watak para santri di Pondok Modern Gontor semua akan terbentuk dalam seluruh kegiatan yang di programkan Untuk membangun loyalitas dan dedikasi santri dan guru maka perlu diambil langkah sebagai berikut: 1. Dengan memberikan penugasan-penugasan. 2. Selalu mengadakan cek dan ricek terhadap tugas yang telah diberikan. 3. Berusaha terjun langsung bersama mereka dalam rangka tut wuri handayani dan qudwah hasanah. 4. Dengan banyak memberikan pengarahan-pengarahan kepada mereka. 5. Memberikan kepercayaan dan kesempatan untuk berkembang Guru dan santri adalah partner yang baik merealisasikan programprogram pondok. Maka diperlukan dari mereka loyalitas dan dedikasi yang tinggi. Untuk itu perlu diambil langkah-langkah untuk membangun loyalitas guru dan santri. Gontor selalu berusaha mencari strategi pengelolaan pondok secara totalitas, termasuk strategi pengelolaan pendidikan dalam upayanya mewujudkan peserta didik yang berkarakter, dan pengalaman merupakan rujukan utama dalam membangun strategi pengelolaan pondok bukan referensi dari tokoh dan ahli pendidikan. a. Memahamkan Orientasi Aktifitas Gontor Salah satu strategi pengelolaan Gontor adalah menanamkan sekaligus memahamkan nilai bahwa orientasi Gontor secara holistis bukan sekedar
43
akademis dan keilmuan saja tetapi juga berorientasi pada pendidikan. Bahkan porsi pendidikan di Gontor lebih besar dari porsi akademis. Hal ini dimungkinkan karena sistem asrama. Pendidikan di Gontor meliputi: mental, spiritual, disiplin, skill, dsb. Dalam kacamata Gontor bahwa sebuah keberhasilan yang diraih itu bukan terletak pada akademis saja tetapi 80% terletak pada pendidikan ala mahzab Gontor yang dilandasi dengan “apa yang dibaca, dilihat, dikerjakan dan dirasakan harus mengandung unsur pendidikan”. Dan prinsip pendidikan ini membawa konsekwensi bahwa semua komponen di lingkungan pondok baik pengasuh, direktur, guru, santri dan keluarga harus mampu menjadi teladan dan bukan sekedar mampu member teladan. Menurut hasil wawancara dengan Pimpinan Pondok Modern Gontor 7 Putra Al-Ustadz H. Agus Mulyana, S.Ag, diperoleh gambaran bahwa: “ Pendidikan dan pengajaran di Gontor tidak menekankan orientasi yang hanya dalam penguasaan materi saja, tetapi lebih menekankan pada orientasi pada ilmu alat dan pola pikir untuk memahami segala ilmu dan pendidikan, sehingga meraka akan mendapatkan ilmu yang lebih matang dan bisa lebih produktif. Salah satu caranya adalah dengan memperbanyak aktifitas, latihan kepemimpinan, memberi kesempatan kepada santri untuk berkreasi, dan sebagainya.” Dalam semua kegiatan di Pondok Modern Gontor harus mengandung nilai – nilai kehidupan dan filsafat hiduplah yang menjadi kunci semua kehidupan yang ada di dalam Pondok Modern Gontor. Pendidikan dan pembentukan watak para santri di Pondok Modern Gontor semua akan terbentuk dalam seluruh kegiatan yang di programkan. Orientasi pendidikan tersebut mampu membawa Gontor berkembang dan
44
maju pesat baik secara fisik, kwalitas dan kwantitas. Kenyataan fisik dapat dilihat dari derap pembangunan bahkan sampai saat ini Gontor mampu membuka cabangnya diberbagai daerah. Kenyataan kwantitas dapat dilihat dari sekmakin bertambahnya santri sampai menembus angka 15.000. Ini membuktikan bahwa santri kerasan dengan pola dan strategi pengelolaan Gontor. Akhirnya mereka bercerita tentang Gontor kepada orang lainnya yang pada akhirnya mereka tertarik kemudian dating ke Gontor. Jadi kesimpulannya bahwa yang mendatangkan santri itu adalah santri itu sendiri. Kenyataan kwalitas dapat dilihat dari prestasi Gontor dalm berbagai macam bidang dan mendapat pengakuan dan penghargaan dunia internasional dan nasional serta pengakuan ijazah. Dilibatkannya Gontor dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan bangsa, peran alumni dalam masyarakat, dsb. b. Melaksanakan Total Quality Qontrol Gontor berusaha menciptakan dan merekayasa dinamika kehidupan secara totalitas untuk mencapai tujuan dan cita-citanya, baik totalitas kehidupan santri maupun totalitas kehidupan pondok. Totalitas kehidupan ini merupakan salah satu objek yang menjadi sarana tembak dari strategi pengelolaan pondok pesantren. Karena memiliki urgensi, maka totalitas kehidupan tersebut perlu penataan yang komprehensif. Dan penataan ini perlu strategi diantaranya: pengarahan, pemaksaan, pembiasaan, dan penyadaran.
45
Dalam kehidupan santri, mereka harus selalu diarahkan tentang ajaran Gontor yang meliputi nilai, visi, dan sistem agar mampu memahami pondok yang pada akhirnya ikhlas secara total dalam beraktifitas, berjuang dan berkorban. Selain pengarahan santri perlu dipaksa untuk memiliki disiplin tinggi: disiplin akademis, masuk kelas, belajar, disiplin keamanan, disiplin sholat, disiplin bahasa dsb. Disiplin ini diterapkan untuk membentuk karakter dan kepribadian. Proses pemaksaan ini diharapkan mampu melahirkan sikap pembiasaan diri dan pada giliranya menciptakan sebuah kesadaran untuk beraktifitas secara totalitas. Sementara itu totalitas kehidupan pondok memaksa seluruh komponen dalam komunitas pondok ini untuk memahami ajaran Gontor dan beraktifitas dalam berbagai macam bidang dan sektor dengan membangun sebuah prinsip “kepentingan pondok diatas kepentingan lainnya”. Menurut hasil wawancara dengan Direktur KMI (Sekolah) Pondok Modern Gontor 7 Putra Al-Ustadz H. Arif Irfanuddin, Lc., diperoleh gambaran bahwa: ”Gontor berusaha dengan maksimal untuk mendidik santri-santri untuk berkarakter sesuai ajaran Gontor melaui berbagai cara, salah satunya dengan diterapkannya sistem berasrama. Dengan sistem asrama ini, harapan kita adalah mereka mendapatkan transfer nilai pendidikan secara menyeluruh dari guru dan kakak kelasnya untuk berbuat baik dalam melakukan kegiatan sehari-hari selama 24 jam sehingga kehidupan mereka akan terkontrol mulai dari bangun pagi hingga mereka tidur kembali.” Untuk memudahkan proses penataan ini, sekaligus sebagai pengendali dan kontrol, dibentuklah wadah berupa organisasi-organisasi dan lembagalembaga organisasi tersebut meliputi: OPPM, Koordinator, Konsulat, Klub
46
olahraga, Kursus, dsb. Adapun lembaga meliputi: KMI, Pengasuhan, IKPM, Yayasan, Perguruan Tinggi, dsb. Penataan totalitas kehidupan dalam pondok
melelui
organisasi
dan
kelembagaan
memiliki
nilai-nilai
pendidikan, diantaranya: unsur koordinasi, ide-ide, inisistif, kontrol, evaluasi, dsb. Penataan totalitas kehidupan dalam pondok melelui organisasi kelembagaan memiliki nilai-nilai pendidikan, diantaranya: unsur koordinasi, ide-ide, inisiatif, kontrol, evaluasi, dsb. c. Menerapkan Pola Pendidikan Subjektif Pendidikan memiliki komponen-komponen diantaranya: guru, santri, kurikulum, sarana, fasilitas, dsb. Dalam komponen tersebut, guru merupakan pelaku utama pendidikan untuk mencapai kesuksesannya. Untuk itu guru dan santri terlibat dan melibatkan diri dalam gerakan dan aktifitas pendidikan yang tidak terbatas pada pendidikan akademis intelektual saja tapi juga pendidikan mental spiritual bahkan skill. Menurut hasil wawancara Ketua Dewan Mahasiswa di Pondok Modern Gontor 7 Putra Al-Ustadz Heri Sarwanto, diperoleh gambaran bahwa: “Dalam setiap kegiatan yang berlangsung di Gontor guru dan santri selalu dituntut untuk dijadikan sebagai subyek, bukan obyek semata. Jadi mereka semua akan terlibat langsung dalam semau kegiatan, selain itu mereka akan memperoleh ilmu dan pengalaman secara menyeluruh dan bukan setengah-setengah”. Karena peran dan fungsi guru dan santri yang memiliki urgensi sebagai pelaku utama, maka mereka ditempatkan pada posisi subjek bukan objek. Akhirnya mereka dituntut untuk berbuat dan bekerja maksimal serta
47
memiliki kreatifitas dan inisiatif tinggi. Kreatifitas dan inisiatif yang datang dari diri mereka inilah yang dinamakan dengan self support. Self support tidak muncul tidak muncul begitu saja, namun melalui proses motivasi dari seseorang dalam hal ini pimpinan. Dengan demikian pimpinan dituntut untuk memiliki untuk memiliki kemampuan memberikan arahan dan motivasi bukan sekedar memberikan tugas. Pimpinan jangan sekedar mempekerjakan guru atau santri. Karena mereka itu pada hakekatnya kader yang harus dipikirkan, dibina, dan didekati, dan bukan pembantu. Pola pendidikan yang menempatkan guru atau santri sebagai pelaku pendidikan utama inilah yang disebut dengan pola pendidikan subjektif. Pola pendidikan seperti ini memiliki dampak positif bagi pimpinan, guru, santri, dan lembaga. Bagi pimpinan mendapatkan dukungan sehingga dapat menjalankan program dengan baik. Bagi lembaga akan memperoleh eksistensi sehingga dapat maju dan berkembang. Sedangkan bagi guru dan santri akan merasa terdidik dan terbina sehingga pada akhirnya merasa memiliki. Selain guru dan santri komponen pendidikan lainnya adalah sarana dan fasilitas. Meskipun keduanya bagian dari pelaksanaan pendidikan, namun perlu dicatat bahwa keduanya tidak dapat menjamin sebuah keberhasilan. Untuk itu janganlah mengejar kebesaran melalui sarana dan fasilitas. d. Menciptakan Keikhlasan
48
Keikhlasan tidak akan muncul dengan sendirinya, harus didesain agar bisa terwujud dalam kehidupan pondok pesantren, melalui keteladanan dan pembentukan miliu yang kondusif untuk menciptakan keikhlasan. Agar ikhlas mendasari seluruh aktifitas seluruh penghuni pondok, maka langkah pertama yang harus ditempuh adalah upaya penyamaan persepsi akan visi, misi dan orientasi pondok, bahwa pondok adalah lapangan perjuangan, tempat beribadah kepada Allah, lembaga pendidikan kaderisasi pemimpin umat yang akan berjuang di masyarakat kelak untuk membentuk masyarakat madani di negri ini. Dengan demikian mereka semua bergerak atas dasar kasadaran dengan tujuan yang sama dengan bahasa perjuangan dan keikhlasan. Upaya yang dilakukan untuk menanamkan keikhlasan dalam berbuat di pondok kepada para penggerak aktifitas pondok adalah dengan mengadakan beberapa model pendekatan kepada mereka, seperti pendekatan manusiawi (pendekatan yang bertujuan untuk menyentuh sisi-sisi batin manusia akan makna persaudaraan, kebersamaan, dan tanggungjawab) yang bisa dilakukan dengan mengajak makan bersama, bepergian bersama, saling berkunjung, memberi hadiah, saling membantu dan meringankan serta perlakuan
yang
penanggungjawab
lebih
hangat
pondok.
dan
akrab
Berikutnya
dengan adalah
semua
lapisan
pendekatan
program(pendekatan yang menjadikan program bersama pondok sebagai media), menumbuhkan tanggungjawab akan perlunya menuntaskan program-program yang sudah dicanangkan dengan seoptimal mungkin,
49
membicarakan strategi aplikasi agar berhasil, pembagian tugas dan wewenang serta mengadakan evaluasi bersama. Dan ketiga adalah pendekatan idealis (pendekatan dengan idealisme kita yang luhur yang menjadi landasan dan cita-cita dalam mendirikan pondok).
e. Menggunakan Metode-Metode dalam Pendidikan Agar kegiatan-kegiatan di dalam Pondok dapat mencapai sasaran dan tujuan yang telah dicanangkan secara efektif dan efisien, maka diperlukan adanya metode pengajaran pendidikan yang benar dan tepat. Ada sebuah ungkapan arab yang berbunyi: At-thoriqotu ahammu min almaaddah (metode itu lebih penting daripada materi). Menurut hasil wawancara Ketua angkatan guru baru alumni 2014 di Pondok Modern Gontor 7 Putra Al-Ustadz Ardiansyah, diperoleh gambaran bahwa: “Dengan menggunakan sistem pengarahan, penugasan, dan pengawalan seluruh tugas yang diberikan kepada pimpinan Pondok Modern Gontor 7 Putra, pemimpin Pondok Modern Gontor 7 telah mengawal seluruh kegiatan yang diberikan kepada instrukturnya agar tidak banyak terjadi kesalahan dilapangan dalam melaksanakan tugas-tugas”. Dalam pengalaman di Gontor, pendidikan itu lebih banyak ditanamkan dan ditularkan secara tidak formal, melalui pembiasaan, keteledanan, dan pengkondisian atau penciptaan lingkungan yang kondusif untuk mencapai tujuan pendidikan. Berikut ini adalah metode pendidikan yang diterapkan di Gontor, yang meliputi:
50
1. Keteladanan 2. Penciptaan Lingkungan 3. Pengarahan. 4. Penugasan 5. Pengajaran 6. Pembiasaan
f. Menanamkan Jiwa Berlandaskan Jiwa Islami Penanaman nilai-nilai dan pola hidup yang di tanamkan di dalam Pondok Modern Gontor dengan nilai panca jiwa, yaitu: 1. Keikhlasan 2. Kesederhanaan 3. Berdikari 4. Jiwa Ukhuwah Islamiyah 5. Kebebasan
1. JIWA KEIKHLASAN Sepi ing pamrih rame ing gawe (tidak di dorong oleh keinginan memperoleh keuntunggan tertentu ),semata – mata karena untuk IBADAH. Hal ini meliputi segenap suasana kehidupan di Pondok. Kyai ikhlas dalam mengajar, para santri ikhlas dalam belajar.
51
Segala gerak – gerik dalam Pondok berjalan dalam suasana keikhlasan yang mendalam dan nilai keikhlasan yang di tanamkan dengan proses penugasan dan pembiasaan dalam setiap kegiatan. Dengan demikian, maka seorang santri atau setiap santri mengerti dan meyadari arti LILLAH, arti BERAMAL, arti BERTAQWA, dan arti IKHLAS. 2. JIWA KESEDERHANAAN Kehidupan dalam Pondok di liputi Susana kesederhanaan,tetapi agung. Sederhana bukan bererti pasif (bahasa jawa = narimo)
dan
bukanlah artinya itu karena kemelaratan atau kemiskinan, bukan! Tetapi mengandung unsur kekuatan atau ketabahan hati, penguasaaan diri dalam menghadapi perjuangan dengan segala kesulitan. Maka di balik kesederhanaan itu terpancarlah jiwa besar, berani maju terus dalam menghadapi perjuangan hidup, dan pantang mundur dalam
segala
keadaan.
Bahkan
di
sinilah
hidup
tumbuhnya
mental/karakter yang kuat yang menjadi syarat bagi suksesnya perjuangan dalam segala segi kehidupan. 3. BERDIKARI (Berdiri di Atas Kaki Sendiri) Didikan inilah yang merupakan senjata hidup ampuh. Berdikari bukan saja dalam arti bahwa santri selalu belajar dan berlatih mengurus kepentinggannya dirinya sendiri tetapi juga Pondok itu sendiri sebagai Lembaga pendidikan tidak pernah menyandarkan kehidupannya kepada
52
bantuan atau belas kasihan orang lain. Itulah Zelp berdruifing system (Sama- sama memberikan iuran dan sama - sama di pakai). 4. JIWA UKHUWAH ISLAMIYAH Kehidupan di Pondok diliputi suasana persaudaraan akrab, sehingga segala kesenangan di rasakan bersama dengan jalinan perasaan keagamaan. Ukhuwah(persaudaraan) ini, bukan saja selama di dalam Pondok itu sendiri, tetapi juga mempengaruhi ke arah persatuan ummat dalam masyarakat sepulangnya dari Pondok itu .
5. JIWA BEBAS Bebas dalam berfikir dan berbuat, bebas dalam menentukan masa depannya, dalam memilih jalan hidup di dalam masyarakat kelak bagi para santri, dengan berjiwa besar optimis dalam menghapi kehidupan. Kebebasan itu bahkan sampai kepada bebas dari pengaruh asing. Semua terpadu dalam penerapan pendidikan karakter untuk para santri semua dari pak kyai dan para penghuni Gontor bertanggung jawab perkembangan watak dan perilaku anak maka dari itu setiap akhir semester para santri di beri rapot mental guna para santri bisa mengetahui perkembangan apa yang ada di dalamnya dirinya seharihari yang dinilai oleh para pengurus asrama dan guru-guru.
53
Menanamkan kepada mereka bahwa tugas-tugas yang diberikan kepada mereka bukan sekedar kewajiban. Tetapi harus dihayati dan dimengerti bahwa itu adalah sarana pendidikan bagi mereka, semakin mereka aktif bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya, akan semakin mendapat banyak manfaat, wawasan, pengalaman, ilmu, kematangan serta kedewasaan. Mereka adalah kader-kader ummat yang kelak akan terjun ke masyarakat dan bukan pesuruh ataupun pegawai. Karena itu tidak semestinya kalau mereka diperlakukan semena-mena. Mengontrol dan mengecek terhadap tugas-tugas, merupakan sarana efektif untuk membina mereka, sehingga kita dapat mengarahkan mereka, sehingga terjalin komunikasi, konsultasi, dan konsolidasi yang baik. Selain daripada itu, terjun langsung dalam mengenai berbagai masalah juga dapat membangun loyalitas, seperti ketika menugaskan kepada santri untuk kerja bakti, kita ikut berbaur dengan mereka sehingg mereka merasa bahwa kita tidak sekedar memerintah tetapi ikut terjun langsung. Yang tidak kalah pentingnya adalah memberikan kepercayaan kepada mereka untuk menangani banyak hal, pemimpin yang tidak percaya dengan stafnya, sehingga segala sesuatu ditangani sendiri adalah egoistis, tidak akan berhasil mengkader dan hanya akan menumbuhkan kesenjangan antara dirinya dengan para pembantunya. Mengkader yang baik adalah dengan memberikan kesempatan kepada para kader untuk
54
mengembangkan diri agar bisa berkembang dan berbuat serta berprestasi lebih baik dari kita. B. PEMBAHASAN Pesantren
menerapkan
totalitas
pendidikan
dengan
mengandalkan
keteladanan, penciptaan lingkungan dan pembiasaan melalui berbagai tugas dan kegiatan. Sehingga seluruh apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan dikerjakan oleh santri adalah pendidikan. Selain menjadikan keteladanan sebagai metode pendidikan utama, penciptaan miliu juga sangat penting. Lingkungan pendidikan itulah yang ikut mendidik. Semuanya mempunyai pengaruh yang tidak kecil dalam pembentukan karakter anak didik. Pemberian tugas tersebut disertai pemahaman akan dasardasar filosofisnya, sehingga anak didik akan mengerjakan berbagai macam tugas dengan kesadaran dan keterpanggilan. Berikut ini akan dibahas metode pendidikan yang diterapkan di Gontor, yang
meliputi
metode
keteladanan,
penciptaan
lingkungan,
pengarahan,
penugasan, penyadaran, pengajaran dan pembiasaan. 1. Keteladanan Keteladanan(uswah hasanah) merupakan metode pendidikan yang efektif dan efisien. Penanaman nilai-nilai keikhlasan, perjuangan,
pengorbanan,
kesungguhan,
kesederhanaan,
tanggungjawab, dan lainnya akan lebih mudah melalui keteladanan. Penanaman nilai-nilai semacam di atas tidak bisa hanya dilakukan melalui pengarahan, pengajaran, diskusi, dan sejenisnya. Karena hal
55
tersebut lebih menyangkut masalah perilaku, bukan semata-mata masalah keilmuan. Keteladanan tidah hanya terbatas pada bidang moral, tetapi juga, dalam produktifitas berkarya. Di Gontor, keteladanan dalam bidang terakhir ini di tunjukkan melalui pembukaan Pondok-pondok cabang yang berjumlah 20 baik putra maupun putri, pendirian Universitas Darussalam, pembukaan usaha ekonomi dalam berbagai bidang, perluasan jaringan kerja dengan berbagai pihak, peningkatan pembinaan alumni, dsb.
2. Penciptaan Lingkungan Lingkungan memainkan peran penting dalam pendidikan. Dengan sistem asramanya, pesantren telah memiliki kesadaran mengenai betapa pentingnya peran lingkungan dalam proses pendidikan. Dengan berada dalam lingkungan yang sama antara guru dan santri, lebih dimungkinkan terjadi interaksi dan proses pendidikan dan pembelajaran yang berlangsung secara terus menerus. 3. Pengarahan. Sebelum menjalankan suatu program ataupun tugas, seseorang harus mengerti terlebih dahulu mengenai apa, bagaimana, dan mengapa suatu kegiatan itu dilakukan. Untuk mengerti semua ini maka diperluka adanya pengarahan. 4. Penugasan
56
Semua lembaga, organisasi, unit-unit usaha, dan koperasi di Gontor diurus dan dikelola oleh para guru dan santri sendiri. Jadi seorang guru selain mengajar juga mengurusi sawah, organisasi, toko, dan sebagainya. Hal yang sama juga berlaku bagi para santri, termasuk juga menjaga kebersihan lingkungan paodok. Semua dilakukan oleh para guru dan santri secara mandiri. Pendidikan kepemimpinan, kemasyarakatan, kewirausahaan, dan berbagai ketrampilan dapat dicapai secara lebih efektif efisien melaui penugasan, praktek atau semacam itu.
5. Pengajaran Sejak awal berdirinya, pondok tidak menerapkan metode sorogan atau yang umum dipakai di pesantren pada saat itu. Kegiatan belajar mengajar di Gontor dilakukan secara klasikal dengan perjenjangan ke dalam kelas-kelas sesuai dengan tingkat kemampuan. Sekarang ini hampir semua pesantren telah menerapkan metode ini dalam pendidikan formal, meskipun metode lama juga masih digunakan. Metode-metode yang dilakukan dalam kegiatan belajar
mengajar
secara
terus-menerus
dikembangkan
agar
pencapaian tujuan pendidikan lebih mungkin diwujudkan. 6. Pembiasaan Seluruh keluarga pondok dibiasakan dapat menikuti kegiatankegiatan pondok dengan disiplin yang tinggi, penetapan disiplin
57
tidak hanya untuk santri tetapi juga untuk guru-guru dan keluarga. Santri juga dibiasakanuntuk bersosialisasi dalam masyarakat pondok, baik di masjid, di kelas, di asrama maupun di tempat lain. Santri harus dibiasakan berdisiplin dan mentaati peraturan-peraturan, baik tertulis maupun yang tidak tertulis.
Seperti halnya yang telah dijelaskan di atas, bahwa setiap kegiatan mengandung
unsur-unsur
pendidikan,
sebagai
contoh
dalam
kegiatan
kepramukaan, terdapat pendidikan kesederhanaan, kemandirian, kesetiakawanan dan kebersamaan, kecintaan pada lingkungan dan kepemimpinan. Dalam kegiatan olahraga terdapat pendidikan kesehatan jasmani, penanaman sportivitas, kerja sama (team work) dan kegigihan untuk berusaha. Pengaturan kegiatan dalam pendidikan Pesantren ditangani oleh Organisasi Pelajar yang terbagi dalam banyak bagian, seperti bagian Ketua, Sekretaris, Bendahara, Keamanan, Pengajaran, Penerangan, Koperasi Pelajar, Koperasi Dapur, Kantin Pelajar, Bersih Lingkunan, Pertamanan, Kesenian, Ketrampilan, Olahraga, Penggerak Bahasa, dll. Kegiatan Kepramukaan juga ditangani oleh Koordinator Gerakan Pramuka dengan beberapa andalan; Ketua Koordinator Kepramukaan, Andalan koordinator urusan
kesekretariatan,
Andalan
koordinator
urusan
keuangan,
Andalan
koordinator urusan latihan, Andalan koordinator urusan perpustakaan, Andalan koordinator urusan perlengkapan, Andalan koordinator urusan kedai pramuka, dan Pembina gugusdepan.
58
Pendidikan organisasi ini sekaligus untuk kaderisasi kepemimpinan melalui pendidikan self government. Sementara itu pada level asrama ada organisasi sendiri, terdiri dari ketua asrama, bagian keamanan, penggerak bahasa, kesehatan, bendahara dan ketua kamar. Setiap club olah raga dan kesenian juga mempunyai struktur organisasi sendiri, sebagaimana konsulat (kelompok wilayah asal santri) juga dibentuk struktur keorganisasian. Seluruh kegiatan yang ditangani organisasi pelajar ini dikawal dan dibimbing oleh para senior mereka yang terdiri dari para guru staf pembantu pengasuhan santri, dengan dukungan guru-guru senior yang menjadi pembimbing masing-masing kegiatan. Secara langsung kegiatan pengasuhan santri ini diasuh oleh Bapak Pimpinan Pondok yang sekaligus sebagai Pengasuh Pondok. Pengawalan secara rapat, berjenjang dan berlapis-lapis ini dilakukan oleh para santri senior dan guru, dengan menjalankan tugas pengawalan dan pembinaan, sebenarnya mereka juga sedang melalui sebuah proses pendidikan kepemimpinan, karena semua santri, terutama santri senior dan guru adalah kader yang sedang menempuh pendidikan. Pimpinan Pondok membina mereka melalui berbagai macam pendekatan; 1. Pendekatan program 2. Pendekatan manusiawi (personal) dan 3. Pendekatan idealisme. Mereka juga dibina, dibimbing, disupport, diarahkan, dikawal, dievaluasi dan ditingkatkan. Demikianlah pendidikan karakter yang diterapkan Pondok Modern Gontor melalui berbagai macam kegiatannya. Kegiatan yang padat dan
59
banyak akan menumbuhkan dinamika, dinamika yang tinggi akan membentuk militansi dan militansi yang kuat akan menimbulkan etos kerja dan produktivitas. Pada akhirnya anak didik akan mempunyai kepribadian yang dinamis, aktif, dan produktif dalam segala kebaikan. Berdasarkan
deskripsi
hasil
penelitian
menegenai strategi pendidikan di Gontor untuk mewujudkan pendidikan karakternya yang ada di Gontor 7 sudah terlaksana sejak awal berdirinya dan semua sudah berjalan baik. Hal ini di ketahui berdasarkan observasi siswa, dan wawancara beberapa guru sebagian besar guru mengakui bahwa pendidikan karakter di Gontor sudah di tanamkan kepada santrinya sejak dulu dan dapat dilihat dari hasil penerapan pendidikan karakter para alumni Gontor. Pemahaman di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar guru senantiasa melakukan dan menerapkan sistem pendidikan karakter pada tiap kegiatan dan proses belajar. Hal ini dapat terlaksana dengan baik karena adanya strategi untuk menjadikan anak berkarakter. Kenyataan terlihat diatas, Pondok Modern Gontor sudah menerapkan pendidikan karakter dengan baik dan benar menurut ajaran islam semua kegiatan harus berlandaskan Al-Quran dan Hadist semua kegiatan dan penerapannya sudah terlampir dalam table hasil wawancara di atas semua tersusun rapi santri terdidik dan terawasi selama 24 jam. Kalau kita lihat penerapan pendidikan karakter di Gontor sudah di jalankan oleh semua guru. Namun semua pasti ada kendala dalam penerapnnya contohnya saja watak anak yang berbeda-beda dan dari berbagai daerah Indonesia bahkan luar negeri semua mempunya watak berbeda.
60
Seluruh kehidupan di Pondok Modern Gontor dalam menerapkan pendidikan karakter di dasarkan pada nilai-nilai yang dijiwai oleh suasana-suasana yang dapat disimpulkan dalam Panca Jiwa sebagai berikut :
1. Jiwa Keikhlasan Keikhlasan para santri di bentuk untuk mempunyai jiwa yang ikhlas dengan cara di paksa dan di biasakan dengan kegiatan contohnya (Piket Rayon,dan Kegiatan Lainnya ) semua jiwa keihlasan untuk melatih para santri memiliki rasa tanggung jawab dalam pekerjaannya. Makna keikhlasan bila di cari akar katanya, berasal dari akhlasayukhlishu-ikhlashun yang berarti bersih,suci,murni,tidaka ada campurannya, atau cocok dan pantas. Menurut istilahnya, ikhlas berarti menghadirkan niat hanya karena Allah dengan upaya kuat dan sungguh-sungguh dalam berfikir, bekerja dan berbuat untuk kemajuan usahanya dengan selalu menharap ridloNya.Sebagai contoh ungkapan dalam kehidupan sehari-hari;”Saya berbuat, bekerja keras untuk kemajuan umat ini karena Allah semata”. Ikhlas yang di maksud di atas disini adalah ikhlas aktif yang diwujudkan dengan berbagai gerakan dan kegiatan dalam kehidupan kita,yang dimotivasi dengan penuh kesungguhan kerja keras, berfikir keras, bersabar keras dan berdoa keras. Dan inilah ihklas yang melahirkan cita-cita besar dan karya-karya yang bermanfaat untuk masyarakat untuk masyarakat, agama dan bangsa. 2. Jiwa Kesederhanaan
61
Arti dari kesederhanaan tersebut bukan artinya miskin tapi kita harus bangga apa yang kita miliki dan mensyukuri nikmat Tuhan, contoh dalam penerapannya dengan pakaian dan gaya kehidupan dalam masuk kelas santri, berpakaian kemeja rapi dan bersepatu sedang para guru bedanya memakai dasi dan kemeja panjang dalam Pondok Modern Gontor tidak mengenal jabatan dari golongan atau anak jabatan semua sama adalah santri Gontor. Kesederhanaan
di
Gontor
juga
tidak
hanya
dalam
berpakaian,makan,atau mencari uang saja melainkan juga dalam segala aspek kehidupan,cara berpergian,cara memilih hiburan, potong rambut jenis pakaian, bahkan cara berfikir misalnya. Bagi Gontor, yang benar itu makan untuk hidup, bukan hidup untuk makan, dalam hal berfikir adalah sistematis , runtut: mengerjakan sesuatu dari yang mudah menuju yang paling sulit. Atau melakukan yang biasa dilakukan, dan meninggalkan yang tidak bisa dikerjakan. 3. Berdikari Artinya berdiri di atas kaki sendiri para santri didik untuk hidup mandiri, penanaman nilai – nilai mandiri tersebut dengan melalui kegiatan dalam asrama para santri dituntut untuk mengurus diri masing-masing dari hal mencuci, dan merapikan lemarinya serta tempat tidurnya semua kehidupan yang ada di Pondok Modern Gontor di lakukan dengan mandiri dari hal usaha dengan membuat usaha untuk mensejahterakan para penghuni Pondok dengan dikelola sendiri dan kembalinya untuk Pondok serta sebagai pelatihan unutk santri dalam bidang ekonomi. 4. Ukhuwah Islamiyah
62
Berbagai macam suku dan bangsa terdapat dalam diri para santri dari sabang sampai merauke semua menjadi satu kata santri Gontor di dalam satu asrama dan kelas serta kelompok kegiatan di dalam ada beberapa suku dan watak para santri di tuntut untuk saling menghormati sesama teman karena setiap suku dan bagsa sangatlah berbeda di Pondok Modern Gontor juga ada beberapa bangsa contohnya dari Amerika, Singapura, Malaysia, dan lainnya yang ada dari belahan dunia semua menjadi satu di dalam asrama.
5. Kebebasan Bukan artinya kita bebas lepas para santri, tetap di arahkan kepada hal yang baik tetapi seluruh santri berhak memilih apa yang dia mau dalam hal apapun tidak ada pemaksaan harus mengikuti kursus apa saja dalam kata mutiara terdapat di Gontor “Pondok memberi kail bukan memberi ikan “Maksudnya Pondok hanya memberi fasilitas para santri lah yang memanfaatkannya “sebesar itu keinsafaanmu sebesar itu pulah keberuntungganmu “kata – kata mutiara inilah yang menjadi motivasi dalam semua kegiatan yang ada dalam Pondok. Semua terpadu dalam penerapan pendidikan karakter untuk para santri semua dari pak kiyai dan para penghuni Gontor bertanggung jawab perkembangan watak dan perilaku anak maka dari itu setiap akhir semester para santri di beri rapot mental guna para santri bisa mengetahu perkembanggan apa yang ada di dalamnya dirinya sehari-hari yang di nilai oleh para pengurus asrama dan guru-guru.
63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan uraian hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa: Dalam mewujudkan pendidikan karakter di Pondok Modern Gontor diperlukan adanya metode-metode di dalam pendidikan tersebut seperti: Keteladanan, penciptaan lingkungan,
pengarahan, penugasan, pengajaran,
dan
adanya
pembiasaan. Sehingga para santri akan mendapatkan pendidikan secara optimal dan menyeluruh. Hal-hal inilah yang menjadi landasan pendidikan karakter dalam pendidikan yang ada di pondok Untuk memperoleh hal-hal di atas, maka Pondok Pesantren Gontor menerapkan pendidikan dengan sistem berasrama, yaitu pendidikan selama 24 jam. Jadi pendidikan yang mereka yang mereka dapatkan dalam mengaplikasikan hal-hal tersebut untuk lebih efektif dan efisien. Pesantren
menerapkan
totalitas
pendidikan
dengan
mengandalkan
keteladanan, penciptaan lingkungan dan pembiasaan melalui berbagai tugas dan kegiatan. Sehingga seluruh apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan dikerjakan oleh santri adalah pendidikan. Selain menjadikan keteladanan sebagai metode pendidikan utama, penciptaan miliu juga sangat penting. Karena lingkungan pendidikan itulah yang ikut mendidik keberhasilan siswa untuk memperoleh pendidikan karakter.
64
B. Saran 1. Bagi para guru dituntut untuk sabar, tawakkal, dan jangan pernah berputus asa ketika melaksanakan kewajiban dalam mendidik para santrinya. 2. Dalam mendidik santri para guru wajib memperhatikan sikap dan perilaku, menegur kesalahan santrinya dengan baik dan benar. 3. Kualitas kegiatan lebih ditingkatkan, dengan tujuan untuk meningkatkan bakat para santri.
65
DAFTAR PUSTAKA
Koesoema, Doni. 2012, Pendidikan Karakter Utuh dan Menyeluruh KANISIUS PRESS,Yogyakarta Maisah. 2013, Manajemen Pendidikan , Referensi (Gauang Persada Press Group). Ciputat Badrudin. 2014, Manajemen Peserta Didik, PT. INDEKS, Jakarta Barat Staf Sekretariat Pondok. 1997, Serba Serbi Pondok Modern Gontor: Pekan Perkenalan Tingkat II, Percetakan Darussalam, Balai Pendidikan Pondok Modern Gontor Syukri Zarkasyi, KH. Abdullah. Gerakan Dan Pemikiran Dalam Mengembangkan Pondok Modern Gontor, Pondok Modern Darussalam Gontor Sekretariat Pondok Modern Gontor, 2004. Booklet Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo. Ponorogo: Darussalam Press Lanny Octavia, Ibi Syatibi, Mukti Ali, Roland Gunawan, Ahmad Hilmi, 2014. Pendidikan Karakter Berbasis Tradisi Pesantren,Jakarta Selatan:Rumah Kitab Daryanto, Suryanti Darmatun, 2013. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah, Yogyakarta:Penerbit Grava Media Koesoema, Doni. 2007, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, Jakarta: PT. Grasindo Jamal Ma‟mur Asmani.2013.Buku Panduan Interalisasi Pendidika Kartakter Di Sekolah.DIVA PRESS YOGYAKARTA. Hasbullah.2010.Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan PT RAJA GRAFINDO
66
PERSADA YOGYAKARTA Doni Koesoema 2007.Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global.PT GRASINDO JAKARATA Dr .KH.Abdullah Syukri Zarkasyi M.A2011.Bekal Pemimimpin Pengalaman Memimpin Gontor.TRIMURTI PRESS PONOROGO KH.Imam Zarkasyi 1980 .Kepondok Modernan TRIMURTI PRESS PONOROGO KH.Imam Zarkasyi 1980.Etiquet TRIMURTI PRESS PONOROGO KH.Abdullah Syukri Zarkasyi M.A 2002.Manajeman Pendidikan Pesantren TRIMURTI PRESS PONOROGO Al-Ghalayaini, 1949, Idhatun Nasyiin, Beirut: Dar al-Fikr. Attas, Naquib, 1984, Konsep Pendidikan Islam, Bandung, Mizan Adisusilo, Sutarjo, 2012, Pembelajaran Nilai Karakter: Konstruktivisme dan VCT sebagai Inovasi Pembelajaran Afektif, Jakarta: Rajagrafindo Aqib, Zainal, dan Sujak,2011 Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter, Bandung: Yrama Widya Kementerian Pendidikan Nasional,2010 Rencana aksi Nasional Pendidikan Karakter, Jakarta Kementerian Pendidikan Nasional,2010 Strategi Membangun Moralitas Anak Secara Efektif, Jakarta Kementerian Pendidikan Nasional,2010 Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa,Jakarta Kementerian Pendidikan Nasional, 2010 Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa, Jakarta KH.Samsul Abdan S.ag Gontor Ponorogo Manajeman KMI Darussalam Press Ponorogo Lanny Octavianny,Ilbi Syatibi,Mukti Ali ,Roland Gunawan,Ahmad Hilmi Pendidikan Karakater Berbasis Pesantren Rumah Kitab Jakarta 2014
67
Tim Penyusun, 2004. Butir-butir Mutiara Perjuangan sebagai Bekal Kepemimpinan di Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo. Ponorogo: Tim Penyusun Muslich, Masnur, 2011. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, Jakarta: PT Bumi Aksara Zarkasyi, Dr. KH. Abdullah Syukri. 2011. Bekal Pemimpin Pengalaman Memimpin Gontor. TRIMURTI PRESS PONOROGO Heru Wahyudi, Tahun 2012. Profil Pondok Modern Gontor 7 Membangun Pusat Pendidikan Islam Indonesia Timur. Kendari Sekretariat Pondok Modern Gontor 7 Kendari.
68
69
HASIL OBVERVASI Nama
: Muhammad Rifqi Inani
Pukul
Nim
: 21111079
Tempat Penelitian: Gontor 7
Tgl Observasi : 11 Juni 2015
: 08.00
Fak/Prodi
: FKIP/Adm
Pendidikan
NO
Tabel 2. Hasil Observasi Lapangan Aspek yang diamati Deskripsi Hasil Penelitian Strategi perwujudan pendidikan karakter Seluruh kegiatan selama 24 jam sudah tersusun secara rinci dari waktu dan penangung jawab, sehingga seluruh guru 1. Kegiatan sehari-hari dan santri dapat mengikuti seluruh kegiatan dengan layaknya hidup di masyarakat kecil. Dengan diawali adanya koordinasi dan
A perencanaan, maka seluruh kegiatan dalam kepanitiaan dapat berjalan dengan lancar karena di dalamnya terlaksananya 2. Acara kepanitiaan
strategi
yang
mendidik
seperti
pengarahan, keteladanan, penugasan dan pelatihan,
sehingga
memperoleh pendidikan.
mereka
dapat
70
Proses Pendidikan di luar kelas Siswa melaksanakan kegaiatan yang diprogramkan pondok dengan baik dan dengan dibarengi adanya keteladanan 1. Keteladanan dari
masing-masing
individu,
maka
semua akan berjalan lebih efektif dan efisien. Dengan
sistem
yang
berasrama,
lingkungan yang mereka dapatkan lebih 2. Penciptaan Lingkungan
efektif dan terkontrol . Selain itu, antara guru dan santri, lebih dimungkinkan
B terjadi interaksi dan proses pendidikan Seluruh kegiatan di Gontor akan diawali dengan adanya pengarahan, sehingga 3. Pengarahan
mereka melakukan kegiatan tersebut dengan baik dan akan merasa terbina karenanya.
Siswa dan guru selalu diberikan banyak 4. Penugasan
tugas oleh yang lebih atas, bahkan mereka akan berlomba-lomba untuk mendapatkan tugas darinya, agar mereka
71
dapat arahan dan dapat ilmu dari pekerjaan tersebut Dengan
adanya
melakukan
pembiasaan
kegiatan
untuk
yang
ringan
maupun yang berat, seluruh kegiatan umum
maupun
dalam
beribadah
5. Pembiasaan yang semula merasa terpaksa dalam melakukannya, semakin
maka
ringan
akan
terasa
karena
sudah
terbiasa. Siswa
dan
guru
selalu
dalam
melaksanakan
dalam
pondok,
berdisiplin
kegiatan
sehingga
di
kegiatan
6. Penggunakan Waktu dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien. Karena disiplin adalah kunci dari keberhasilan pekerjaan. Di dalam asrama anak-anak di arahkan oleh pengurus guna pembelajaran bagi Metode penerapan pembentukan
semua santri.Didalam asrama para santri
karakter di dalam asrama
terdidik selam 24 Jam dan di bimbing
C
oleh pengurus dari kakak kelas dan dewan guru.
72
Guru dan para pengurus memakai baju yang berpendidikan dan memakai bahasa D
Contoh (Public figure ) arab dan ingris dalam sehari-hari,gaya berbicara sangat berpendidikan.
73
PEDOMAN WAWANCARA Nama : Kelas : Daerah : Pertanyaan dalam wawancara dalam pendidikan karakter 1. Bagaimana pendapat anda tentang pendidikan kareakter pada zaman sekarang ? 2. Menurut anda apa yang di maksud dengan karakter itu ? 3. Bagaimana cara penerapan pendidikan karakter yang ada di pondok modern Gontor ? 4. Apa saja yang di terapkan gontor dalam pendidikan karakter dalam pembentukan para santri ? 5. Menurut anda bagaimana pendidikan karakter menurut islam itu ? 6. Nilai – nilai apa yang di tanamkan kepada para santri dalam pendidikan karakter yang di terapkan di Gontor ? 7. Apakah Displin itu bisa membentuk karakter siswa? 8. Apa sajakah yang membentuk karakter seseorang ? 9. Bagaimana sikap seorang guru itu dalam mendidik seorang siswa ? 10. Apa itu kegiatan intrakulikuler dan bagaimana unsur pendidikan di dalamnya dalam pembentukan karakter siswa?
(
)
74
LAMPIRAN GAMBARAN SEKOLAH 1. Keadaan Lokasi Pondok Pondok Modern Gontor 7 adalah salah satu cabang dari pondok modern Darussalam Gontor pusat di Ponorogo Jawa Timur, Pondok Modern Gontor 7 resmi didirikan pada tahun 2002 dan diresmikan oleh wakil presiden Bapak KH. Hamza Haz, Pondok Modern Gontor 7 memiliki santri 308 dan Guru berjumlah 72 untuk lebih jelasanya dapat di lihat table berikut ini : Tabel 1.1 Data Guru Menurut Tingkatannya AWALTAHUN NO TAHUN PENGABDIAN 2014-2015 1 Guru Tahun Ke 1 40 2 Guru Tahun Ke 2 3 3 Guru Tahun Ke 3 2 4 Guru Tahun Ke 4 2 5 Guru Tahun Ke 6 3 6 Guru Tahun Ke 7 3 7 Guru Tahun Ke 8 2 8 Guru S1 6 9 Guru berkeluarga 4 JUMLAH 65 Sumber: Dokumentasi sekertaris Pondok Modern Gontor 7 Tabel 1.2 Data Guru Menurut Daerah Asal AWAL TAHUN NO DAERAH 2014-2015 1 Sumatra 2 2 DKI Jakarta 14 3 Jawa Barat 2 4 Jawa Tengah 14 5 Jawa Timur 18 6 Kalimantan 2 7 Banustra 2 8 Sulawesi 10 9 Papua 1 JUMLAH 65 Sumber: Dokumentasi sekertaris Pondok Modern Gontor 7
75
2. Jadwal Kegiatan Santri Menurut hasil wawancara dan observasi, bahwa kegiatn yang ada di pondok Modern Gontor 7 sudah tersusun rapi disertai penangungjawabnya dan jam pelaksanaannya. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat tabel berikut : Tabel 2.1 Kegiatan – Kegiatan yang ada dalam pondok No Jam Nama kegiatan 1 04-00,05-00 Bangun shubuh 2 Membaca Al-Quran 3 05-05,05,50 Pemberian Kosakata 4 06-00 Persiapan Masuk kelas 5 07-00 Masuk kelas 6 08-30 Istirahat
7 09-00 Masuk Kelas 8 10- 30 Istirahat 9 12- 30 Keluar kelas 10 12- 30 Shalat Dzuhur berjamaah 11 14-00 Kursus Sore 12 15-00- 16-05 Shalat Ashar 13 Baca Alquran 14 16-05 –17-00 Kegiatan Bebas 15 17- 00 Persiapan ke masjid 16 17 -30 Membaca Al,Quran 17 17-50 Shalat Maghrib Berjamaah 18 18-30 Membaca Alquran 19 18-30,19-30 Makan ,persiapan Shalat Isya 20 19-30 Shalat Isya 21 20-00 Bimbingan Belajar Malam Istirahat {dalam Pengawasan 22 22-00 Pengurus} Sumber: Dokumentasi sekertaris Pondok Modern Gontor 7
Petugas Pengurus Rayon Bagian Ta‟mir Pengurus Rayon Pengasuhan Staff KMI Staff KMI Staff KMI Staff KMI Staff KMI Pengurus Rayon Staff PUSDAC Pengurus Rayon Pengurus Rayon Staff Pengasuhan Staff Pengasuhan Staff Pengasuhan Staff Pengasuhan Staff Pengasuhan Staff KMI Pengurus Rayon
76
Tabel 2.2 Kegiatan Mingguan No Hari Kegiatan 1 Minggu Malam Latihan Pidato 2 Kamis Siang 11-00,12-30 Latihan Pidato 3 Kamis Siang 14-00,15-30 Latihan Pramuka 4 Kamis Malam Latihan Pidato 5 Jumat Pembersihan Umum 6 kursus 7 Jumat Libur Sumber: Dokumentasi sekertaris Pondok Modern Gontor 7
Petugas Staff PUSDAC Staff PUSDAC Staff Mabikori Staff PUSDAC Pengasuhan Santri Pengasuhan Santri
3. Keadaan Asrama Hasil dari observasi dan wawancara penulis, maka asrama di Pondok Modern terbagi menjadi tiga golongan. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat sebagai berikut: Tabel 3.1 Golongan Asrama No Golongan Jumlah Asrama 1 Anak Baru 3 2 Anak lama Shighor 2 3 Anak lama Kibar 1 4 OPPM 1 Jumlah 7 Sumber: Dokumentasi sekertaris Pondok Modern Gontor 7