perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
STRATEGI DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN BOYOLALI DALAM PENGEMBANGAN OBYEK WISATA PENGGING
SKRIPSI
Disusun Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Sarjana Sosial UniversitasSebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh: HARYANTO D0106063
ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2011
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Allah memberi mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan” (Q.S. Ali Imran : 148)
“There is a will, there is a way” (Rizal mallarangerng)
“Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, hari esok harus lebih baik dari hari ini” (Penulis)
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya kecilku ini aku persembahkan untuk: © ALLAH SWT atas semua hal terbaik yang diberikan untukku. © Bapak dan Ibuku, Wagimin Pono Sukarto dan Giyarni, atas semua doa, kasih sayang, pengertian dan pengorbanan yang diberikan untukku. © Kakakku, wahyudi dan Muladi, yang telah memberikan semangat dan nasehat terbaik untukku © Keluarga besarku, atas doa dan dukungan yang diberikan sehingga aku bisa melalui semua tantangan dalam meraih mimpiku. © Sahabat-sahabatku Terimakasih atas persahabatan yang tulus yang kalian berikan untukku. © Sahabatku terbaik dimasa-masa kuliah Di masa-masa kuliah ini, banyak hal yang kita lewati untuk mengerti tentang hidup. Mari kita raih sukses bersamasama teman. All is well. © Teman-teman Administrasi Negara angkatan 2006. Semoga kesuksesan selalu menyertai kita.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr, Wb, Dengan mengucap syukur kepada Tuhan yang telah melimpahkan kasih karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali dalam Pengembangan Obyek Pariwisata Pengging”. Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Program Studi Administrasi Negara, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak, maka pada kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan khusus kepada: 1. Drs. Sukadi. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Drs. Budiarjo, M.Si. selaku pembimbing akademis, atas bimbingan akademis yang telah diberikan selama ini. 3. Drs. Sudarto, M.Si. dan Drs. Agung Priyono, M.Si. selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Drs. Supriyadi SN., SU. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Ir. Rahmad Hadi Santoso, MM. selaku Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Ibu Dra Kristina Purwanti, Bapak Sri Hartono, Bpk Tubinu S.sos, Bpk Drs. Sutrisno M.Hum, Drs M. Basuni dan Ibu Dra Suciati MM, selaku Staf dinas pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali yang telah bersedia menjadi informan dalam penyusunan skripsi ini. 7. Bapak Rusmanto, Sholeh Abas dan Suratmin yang telah bersedia menjadi informan dalam penyusunan skripsi ini. 8. Dwi Santoso, S. Sos. yang banyak membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. 9. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini jauh dari kesempurnaan hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang menuju kearah perbaikan skripsi ini akan penulis perhatikan. Sebagai kata penutup, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan Program Studi Ilmu Administrasi Negara, serta bagi pihak-pihak yang memerlukannya. Surakarta, April 2011
Penulis
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL…………………………………………………….i HALAMAN PENGESAHAN……………………………………...…...ii HALAMAN PERSETUJUAN………………………………...……....iii HALAMAN MOTTO…………………………………………..….…..iv HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………..….…...v KATA PENGANTAR…………………………………………………vi DAFTAR ISI…………………………………………………………...vii DAFTAR TABEL………………………………………………….....viii DAFTAR GAMBAR………………………………………………........x ABSTRAK…………………………..…….………………………..…..xi ABSTRACT............................................................................................xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………………….……………….…..1 B. Rumusan Masalah…………………………….…………….....5 C. Tujuan Penelitian……...…………………….………………...5 D. Manfaat Penelitian………………………………………….....6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori..………………………………………............7 commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Kerangka Pemikiran…………………………………………30 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian………………………………………...........33 B. Lokasi Penelitian ....................................................................33 C. Sumber Data ………………………………….......………...34 D. Teknik Pengumpulan Data……………………………….....35 E. Teknik Sampling…..………………………………………...37 F. Validitas Data……………………………………………….38 G. Teknik Analisis Data……………………………………….38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali……......................................................42 B. Analisis Swot dan Strategi dalam Pengembangan Obyek Pariwisata Pengging Oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kabupaten Boyolali………………........................................56 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………. 123 B. Saran ..…………………………………………………… 126 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL 1.1 Tabel jumlah pengunjung Obyek Pariwisata Pengging……………...4 2.2 Tabel pedoman test limuts…………………………………………..23 2.3 Tabel pedoman matrik SWOT…………………………...…………25 4.1 Tabel potensi Obyek Pariwisata Pengging………………………….51 4.2 Tabel Tingkat Pendidikan Pegawai Disparbud……………………..58 4.3 Tabel Pegawai dan Tingkat pendidikan UPT Pengging…………….60 4.4 Tabel rincian Anggaran Non Rutin tahun 2006-2010………………62 4.5 Tabel Pendapatan Obyek Pariwisata Pengging……………………..63 4.6 Tabel Sarana dan Prasarana Disparbud……………………………..64 4.7 Tabel Sarana dan Prasarana Obyek Pariwisata Pengging…………..65 4.8 Tabel Jumlah Pengunjung…………………………………………..72 4.9 Tabel Analisis SWOT……………………………………………....81 4.10 Tabel Test limuts isu-isu startegis Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali……………………………………………….84 4.11 Tabel Peningkatan SDM………………………………………….114
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Judul Gambar
Halaman
2.1
Gambar Diagram Analisis SWOT……………………………..27
2.2
Bagan Kerangka Berfikir Strategi Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali Dalam Pengembangan Obyek pariwisata Pengging………………………………..................32
3.1
Model Analisis Interaktif …………...………………………..41
4.1
Bagan Susunan Organisasi DISPARBUD Kabupaten Boyolali ……………………………………………………...................55
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
HARYANTO. D0106063. STRATEGI DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN (DISPARBUD) KABUPATEN BOYOLALI DALAM PENGEMBANGAN OBYEK PARIWISATA PENGGING. Skripsi. Program Studi Administrasi Negara. Jurusan Ilmu Administrasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2011. 135 hal Pariwisata pada era otonomi daerah merupakan bidang yang sangat penting bagi daerah dalam konstribusinya terhada Pendapatan asli Daerah. Untuk Kabupaten Boyolali Pariwisata merupakan bidang yang mempunyai kontribusi yang sangat besar, hal itu dikarenakan bpyolali mempunyai bebrapa obyek pariwisata yang menarik, salah satunya obyek pariwisata Pengging. Pengging merupakan Obyek Pariwisata yang memiliki lebih dari satu obyek pariwisata yang mempunyai daya tarik tinggi, tetapi masih terdapat kendala tentang pengembanganya seperti terutama dalam pembangunan dan pengelolaanya yang kurang optimal . Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan strategi Pengembangan Obyek Pariwisata Pengging yang dilakukan Oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara dengan narasumber dan arsip/ dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Teknik penarikan sampel menggunakan purposive sampling dan snowball sampling. Purposive sampling digunakan ketika peneliti menetapkan narasumber yaitu pegawai Disparbud Kabupaten Boyolali. Snowball sampling digunakan untuk menentukan siapa narasumber selanjutnya yang mengetahui permasalahan penelitian setelah pegawai Disparbud Kabupaten Boyolali. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan wawancara, observasi, dan telaah dokumen. Validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode triangulasi data. Analisis data pada penelitian ini dengan menggunakan model analisis interaktif. Hasil penelitian yang dilakukan di Dinas Pariwisata dan kebudayaan Kabupaten Boyolali dapat diketahui bahwa Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali telah melaksanakan bebrapa kegiatan berdasarkan analisis SWOT tahun Anggaran 2006-2010 seperti strategi pengembangan infrastruktur, pengembangan promosi dan pemasaran, strategi kerjasama di bidang kepariwisataan, strategi peningkatan kualitassumberdaya manusia dan strategi pemberdayaan masyarakat Berdasarkan hasil penelitian juga dapat diketahui hambatan yang ditemui dalam implementasi strategi Dimnas Pariwisata dan kebudayaan Kabupaten Boyolali dalam Pengembangan obyek pariwisata Pengging yaitu ,terbatasnya anggaran, keterbatasan infrastruktur, masih rendahnya sumber daya Manusia yang commit to user ada, rendahnya investasi dan dukungan Stake holder
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT HARYANTO. D0106063.TOURISM AND CULTURE DEPARTMENT (DISPARBUD)STRATEGIC IN DEVELOPING TOURISM OBJECT.SCRIP STATE ADMINISTRATION DEPARMENT.SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE FACULTY SEBELAS MARET UNIVERSITY. SURAKARTA .2011.135 pages Tourism is regional authority era is a crucial section for the region in its contribution to the original income. For boyolali regency tourism is a section that gives a great contribution, because Boyolali owred several interesting tourism object, one of it is Pengging. Pengging is tourism object that has more than has more than are object of attraction , therefore thre are still obsctudes to develop. It is mainly on developing and maintainance that hasn’t been don’t optimally . this study is directed to describe development of Pengging Tourism Object that is done by Tourism and Culture Deparment Boyolali Method used in this study descriptive qualitative method. The data source is obtained by doing interview with informant and files or document related with the study. The obtaining the sample uses purposive sampling and snowball sampling. Purposive sampling was used when the writer determined the informant that is the DISPARBUD official in Boyolali. Snowball sampling was used to determine who is the next informant who has information about the object of the study after the DISPARBUD official in Boyolali. The technique in obtaining the data is by doing interview , observation and document study . the validity of the data used in this study is data triangulation method. The data analysis used in the study is interactive analysis data model The result of the study thas awas done by tourism and culture department Boyolali , regency can be seen that tourism and culture Department Boyolali has carried out several activities based on SWOT analysis 2006-2010 budget years as a strategy of developing infrastructure, promotion and marketing development , cooperation strategy in tourism section, human resources quality developing strategy an empowering society strategi Based on the result of the study can also be known the obstacles in implementing tourism and culture department strategy in developing tourism object in pengging. That is limitation of the budget, the limitation of infractructure, the lack of human sourse available the investation is low and the sfule holdy suppart is also low. commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Otonomi daerah memberikan implikasi pada peningkatan pendapatan daerah (PAD).
Dengan adnya otonomi daerah yang diatur dengan Undang-
Undang No 32 tahun 2004 memaksa bagi pemerintah daerah untuk mulai meninjau ulang pendekatan dan cara pandang mereka dalam mengelola pemerintahan daerah, di mana salah satunya adalah bidang kepariwisataan. Di era otonomi daerah ini pariwisata merupakan aset yang sangat berharga bagi pemerintahan daerah, dengan adanya pariwisata akan menambah pendapatan asli daerah ( PAD ) bagi pemerintah daerah. Selain berperan dalam menambah PAD suatu
pemerintahan
daerah,
industry
pariwisata
juga
berperan
dalam
pembangunan suatu pemerintah daerah. Untuk pembangunan, pariwisata merupakan bagian integral pembangunan nasional dan daerah yang menyumbang terhadap bidang-bidang strategis dalam pembangunan, diantaranya adalah nenciptakan dan memperluas lapangan usaha, menciptakan dan memperluas kesempatan kerja, meningkatkan pencapatan masyarakat dan pemerintahan daerah, mendorong pelestarian pengembangan dan pelestarian kebudayaan, mendorong peningkatan pembangunan di sector lainya dan, mendorong perkembangan daerah ( Hari karyono, 1997 : 89) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Boyolali merupakan Kabupaten, dimana berdasarkan Undang-undang no 32 tahun 2004 Pemerintaha Daerah Boyolali merupakan daerah otonomi, dimana Pemerintah Boyolali lebih mempunyai wewenamg untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri dengan bertumpu pada pendapatan asli daerah (PAD). Untuk itu
agar bisa mendapatkan
PAD yang dapat
menunjang pelaksanaan
Pemerintahan, Pemerintah Boyolali harus dapat mengembangkan potensi daerah yang dimiliki. Hal tersebut sesuai dengan pasal 1 butir 6 Undang-Undang no 32 tahun 2004 yang berbunyi pemerintah daerah mempunyai wewenang untuk mengembangkan sumberdaya produktif ( Tumar Sumiharjo, 2008; 29), hal itulah sebagai pijakan Pemerintah Daerah Boyolali untuk menggali dan meningkatkan pengembangan sumberdaya dan potensi lokal yang dapat dijadikan unggulan daerah. Bicara tentang potensi produktif yang dimiliki daerah Boyolali salah satunya adalah potensi bidang pariwisata. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang berkembang di Kabupaten Boyolali, pada saat ini sektor pariwisata bersama-sama sektor lain diharapkan menjadi andalan untuk menggerakkan seluruh ptensi ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan PAD Kabupaten Boyolali. Ditinjau dari segi pariwisata Boyolali mempunyai masa depan yang sangat baik, alasan yang pertama adalah mempunyai letak yang strategis yaitu terletak pada jalur arteri Solo Jakarta dan Solo Semarang. Kedudukan yang strategis ini memberikan dampak positif bagi Kabupaten Boyolali dalam perkembangan pembangunan dari segi ekonomi, sosial dan budaya. Hal itu merupakan peluang commit to Pariwisata user bagi pemerintah daerah khususnya Dinas dan Kebudayaan Boyolali
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang menaungi kepariwisataan untuk mendapatkan pasar ke luar daerah boyolali dalam upaya pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata ( ODTW) di Kabupaten Boyolali. Alasan yang kedua adalah Kabupaten Boyolali mempunyai beberapa obyek pariwisata yang menarik antara lain Obyek Pariwisata Tlatar sebagai obyek pariwisata pemandian, Obyek Pariwisata Merapi, Cepogo dan Selo sebagai pariwisata alam, serta Obyek Pariwisata Pengging sebagai obyek pariwisata air, pemandian dan budaya atau ritual. Selain itu masih beberapa obyek pariwisata lain yang dimiliki Kabupaten Boyolali. Dari obyek-obyek pariwisata tersebut yang paling menonjol adalah Obyek Pariwisata Pengging, karena di daerah obyek pariwisata Pengging merupakan obyek pariwisata yang mempunyai atraksi pariwisata cukup banyak antara lain adalah atraksi pariwisata air atau pemandian dengan beberapa kolam renang baik yang dibuat atau terbentuk secara alami, ataraksi pariwisata ziarah dengan adanya makam R. Ng. Yosodipuro, atraksi pariwisata pemancingan serta atraksi pariwisata budaya dengan beberapa event kebudayaan yang diselenggarakan. Dilihat sangat banyaknya atraksi pariwisata tersebut, pengging merupakan obyek daerah pariwisata yang potensial untuk dijadikan ikon pariwisata Boyolali. Di obyek Pariwisata pengging banyak wisatawan yang berkunjung, untuk wisata pemandian dan pemancingan biasanya pengunjung membludak pada hari-hari libur, sedangkan untuk wisata ziarah dan budaya membludak pada hari-hari tertentu yaitu malam jumat, khususnya malam jumat pahing. Walaupun dengan fasilitas yang terbatas dan ada beberapa dari commit user pengunjung obyek pariwisata bagian pariwisata yang rusak dan tidaktoterawat,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tidak berkurang, malah semakin lama-semakin meningkat. Hal tersebut terlihat dari tabel pengunjung Obyek Pariwisata Pengging tiga tahun terakhir Tabel 1.1 Jumlah Pengunjung Obyek Pariwisata Pengging no
tahun
Jumlah
ziarah
pemandian
pengunjung 1
2008
53.745 0rang
11.358 orang
42.387orang
2
2009
59.509 orang
14.638 orang
44.871 orang
3
2010
67.197orang
18,458 orang
49.739 orang
Sumber : kantor dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali, 2010
Akan tetapi di obyek pariwisata pengging masih terdapat beberapa kekurangan khususnya dalam sarana dan prasarana penunjang seperti penginapan atau hotel untuk para wisatawan khususnya dari luar daerah atau mancanegara. Semakin meningkatnya pengunjung serta kebutuhanya, maka diperlukan perbaikan dan pengembangan kawasan wisata Pengging sebagai upaya pemuasan para pengunjung dan untuk memaksimalkan pendapatan Asli Daerah dari sector pariwisata. Terdapatnya perpaduan atraksi pariwisata dan gairah masyarakat di sekitar obyek pariwisata Pengging dinilai menjadi aspek pendukung untuk mengembangkan dan memajukan Obyek Pariwisata Pengging, karena selain commit to user berkonstribusi sebagai penyumbang PAD, Obyek pariwisata Pengging juga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berkonstribusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar terutama melalui kegiatan perdagangan. Untuk itulah diperlukan strategi untuk pengembangan Obyek pariwisata Pengging agar dapat mendukung semua kegiatan wisata dan terpenuhinya semua kebutuhan sarana dan prasarana dari seluruh aspek pendukung pariwisata serta secara sosial ekonomi dapat meningkatkan PAD dan meningkatkan kesjahteraan masyakat Boyolali pada umumnya, dan masyarakat disekitar pariwisata Pengging pada khususnya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengajukan perumusan masalah sebagai berikut : Bagaiman strategi dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali dalam pengembangan obyek pariwisata Pengging ? C. Tujuan Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapakan penulis mampu mengetahui strategi yang dilakukanDinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali serta menganalisis kesesuaian antara strategi dengan kondisi internal dan eksternal dalam Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Manfaat penelitian 1. Dari penelitian ini diharapkan dapat member masukan kepada Pemerintah Boyolali
khususnya
Dinas
Pariwisata
dan
Kebudayaan
dalam
pengembangan Obyek Pariwisata Pengging. 2. Dapat menjadi tambahan sumbangan pemikiran dalam bidang lingkungan hidup, terutama dalam pengembangan obyek pariwisata Pengging. 3. Memberikan tambahan pustaka bagi siapapun yang ingin mengetahui, mempelajari dan meneliti lebih lanjut mengenai permasalahan ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bab II Tinjauan Pustaka dan Kerangka Berpikir
A. Tinjauan Pustaka 1. Strategi Kata strategi berasal dari bahasa Yunani strategos yang memiliki arti harfiah “jenderal”. Sehingga dapat pula diartikan sebagai seni perang para jenderal yang memimpin suatu peperangan (fitri Lukiastuti dan Muliawan, 2008:11). Sedangkan menurut Matloff (1967) dalam J. Salusu (2004;85) menerangkan strategy adalah the art of general (seni jenderal). Dalam yunani kuno jenderal dianggap bertanggung jawab pada peperangan, kalah atau menang. Dengan kata lain strategi adalah sebuah seni dalam berperang. Menurut Kamus besar bahasa Indonesia (1994:964) strategi memiliki beberapa arti yaitu siasat perang, ilmu siasat perang, tempat yang baik menurut siasat perang atau dapat pula diartikan sebagai rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Dari pengertian di atas maka pengertian strategi sangat berkaitan erat dengan perang. Saat ini istilah strategi banyak digunakan dalam organisasi. Strategi sangat diperlukan dalam perusahaan dalam pencapaian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
tujuan
digilib.uns.ac.id
organisasi.
menyeluruh
dan
Strategi terpadu
adalah
rencana
mengkaitkan
yang
disatukan
keunggulan
strategi
perusahaan dengan tantangan lingkungan dan dirancang
untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaaan. (R.Jauch, William F. Glueck 1999:2) dalam, skripsi Dwi Irawati 2008 Dalam Rangkuti (2006:4), Argyris (1985), Mintzberg (979), Steiner dan Miner (1977) menerangkan bahwa: “Stategi merupakan respon secara terus menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal yang dapat mempengaruhi organisasi.”
Sedangkan Chandler (1962) menjelaskan bahwa: “strategi merupkan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya” ( Rangkuti (2006:4).
Selain definisi strategi di atas ada juga pengertian strategi menurut Hamel dan Parlad (1995) dalam Husein Umar (2001: 31) mereka berdua mendefinisikan strategi yang terjemahan nya sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian strategi hampir selalu dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola consumen memerlukan kompetensi inti (core competencias). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti dalam bisnis yang dilakukan.” (Hamel dan Parlad dalam Husein Umar (2001: 31)). Sementara, Kennet Andrew dalam fitri Lukiastuti dan Muliawan, 2008 menjelaskan bahwa strategi sebagai upaya untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan perusahaan dibandingkan dengan peluang serta ancaman dalam lingkungan yang dihadapi. Namun secara umum strategi diartikan sebagai suatu cara yang digunakan oleh manager atau pimpinan puncak untuk mencapai tujuan orgnisasi. Strategi merupakan landasan awal bagi sebuah organisasi untuk menyusun langkah-langkah atau tindakan-tindakan dengan memperhitungkan faktor-faktor internal dan eksternal dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Strategi bisa juga digunakan untuk mengubah suatu budaya organisasi agar organisasi tersebut dapat bekerja lebih baik dari sebelumnya. Dari beberapa pendapat, definisi, pengertian dan penjelasan seperti yang tersebut di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa strategi merupakan suatu seni,siasat,ide dan rencana yang cermat untuk digunakan menghadapi tantangan atau permasalahan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang sedang di hadapi dengan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan organisasi dibandingkan dengan peluang serta ancaman yang dapat mempengaruhi organisasi. Strategi juga melihat perubahan lingkungan organisasi yang selalu berubah yang bertujuan untuk mencapai tujuan organisasi. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, konsep strategi berkembang sangat pesat dan memiliki arti yang lebih luas. Tidak terkecuali dalam berbagai bidang, seperti halnya dalam bidang organisasi. Dalam sebuah organisasi, upaya untuk mencapai tujuan organisasi tersebut dibutukan suatu strategi. Sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Hadari Nawawi (2000:147-148) strategi secara etiomolgi dalam
manajemen sebuah organisasi dapat diartikan
sebagai kiat, cara dan taktik utama yang dirancang secara sistematik dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen yang terarah pada tujuan strategi organisasi. Disadari atau tidak bahwa, strategi memiliki andil dalam setiap pengambilan keputusan manajerial dan juga secara teoritis menjadi suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dari setiap organisasi. Strategi sebagai perencanaan suatu organisasi dalam menjalankan kegiataannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sementara itu, Fauklner dan Johnson dalam bukunya Michael Amstrong (2003:38) strategi memperhatikan sungguh-sungguh arah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jangka panjang dan cakupan organisasi. Strategi juga secara kritis memperhatikan dengan sunguh-sungguh posisi organisasi itu sendiri dengan memperhatikan lingkungan dan secara khusus memperhatikan pesaingnya.
Strategi
memperhatikan
secara
sungguh-sungguh
pengadaan keunggulan kompetitif, yang secara ideal berkelanjutan sepanjang waktu, tidak dengan manuver teknis, tetapi dengan menggunakan perspektif jangka panjang secara keseluruhan. Pada dasarnya, strategi adalah mengenai penetapan tujuan (tujuan strategi) dan mengalokasikan atau menyesuaikan sumber daya dengan peluang (strategi berbasis dumber daya) sehingga dapat mencapai kesesuaian stratejik diantara mereka. Dalam bukunya, Michael Amstrong (2003:39) memberikan tiga konsep utama dalam strategi yakni: 1. Keunggulan kompetitif Konsep keunggulan kompetitif ini diformulasikan oleh Porter (1985). Keunggulan kompetitif, seperti yang dikatakannya timbul dari sebuah perusahaan yang menciptakan nilai untuk pelanggannya. Kemudian, dia mengembangkan kerangka kerjanya yang terkenal mengenai tiga strategi generik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk mendapatkan keunggulan kompetitif, ketiga hal tersebut adalah : a. Inovasi Menjadi produser yang unik. b. Kualitas Menyampaikan barang dan jasa yang berkualitas tinggi kepada pelanggan. c. Kepemimpinan biaya Hasil kebijakan yang direncanakan bertujuan kepada pengelolaan pengurangan pengeluaran. 2. Kapabilitas khusus Merupakan karakteristik yang tidak dapat ditiru oleh pesaing, atau sulit sekali ditiru. Kapabilitas khusus atau kompetensi inti, mendiskripsikan sesuatu yang secara khusus atau unik dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dilakukan oleh organisasi. Empat kriteria yang diusulkan oleh Barry dalam bukunya Michael Amstrong (2003:41) mengatakam dalam menentukan apakah sumber daya dapat dianggap sebagai kapabilitas khusus atau kompetensi khusus: a. Penciptaan nilai bagi pelanggan b. Memiliki sesuatu yang sangat langka c. Tidak dapat ditiru d. Tidak ada subsitusinya 3. Kesesuaian stratejik Menyatakan bahwa untuk memaksimalkan keunggulan kompetitif perusahaan, maka harus menyesuaikan kapabilitas dan sumber daya yang ada dengan peluang yang tersedia dalam lingkungan ekternal. Seperti halnya yang disimpulkan oleh Hofer dan Schendel (1986) dalam Michael Amstrong (2003:42): Bagian penting dari tugas manajemen puncak pada saat ini adalah memasukkan kompetensi organisasi yang sesuai (sumber daya internal; dan ketrampilan) dengan peluang dan resiko yang diciptakan oleh perubahan lingkungan sehingga akan efektif dan efisien sepanjang waktu seperti ketika sumber daya akan direncanakan. Sementara itu, dalam menetapkan suatu strategi dibutuhkan berbagai
informasi yang dapat
memperkaya organisasi dalam
menetapkan alternatif-alternatif. Sarah Kaplan dan Paula Jarzabkowski (2006:7-8) dalam AIM Working Paper Series: 047-August-2006 menegaskan bahwa: “Indeed, much of the information needed for making strategy may be unclear or conflicting. As strategy is about the future, there will always be an aspect that cannot be known, so that setting a strategy means deciphering existing information and deriving a point of view about what to do. Such uncertainty can result in myriad interpretations about what is going on and what should be done.” (Memang, sebagian besar informasi yang dibutuhkan untuk membuat strategi mungkin tidak jelas atau bertentangan. Seperti strategi adalah tentang masa depan, akan selalu ada sebuah aspek yang tidak dapat diketahui, sehingga penetapan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
strategi berarti mengartikan informasi yang ada dan menurunkan sudut pandang tentang apa yang harus dilakukan. Ketidakpastian tersebut dapat menghasilkan berbagai interpretasi tentang apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan).”
Dari pemikiran diatas, dijelaskan bahwa informasi yang dibutuhkan untuk membuat strategi mungkin tidak berhubungan bahkan bertentangan. Strategi merupakan sesuatu yang dilakukan organisasi di masa depan. Maka dalam membuat strategi, organisasi perlu menggali informasi yang ada tentang apa yang harus dilakukan organisasi. Sehingga akan didapatkan informasi yang lengkap tentang peluang dan ancaman yang dapat digunakan dalam menetapkan strategi. Sedangkan Hax dan Majluf (dalam Salusu,1998:100) mencoba menawarkan rumusan yang komprehensif tentang strategi sebagai berikut. Strategi: 1. Ialah suatu pola keputusan yang konsisten, menyatu dan integral; 2. Menentukan dan menampilkan tujuan organisasi dalam artian sasaran jangka panjang, program bertindak, dan prioritas alokasi sumber daya; 3. Menyeleksi bidang yang akan digeluti atau akan digeluti organisasi; 4. Mencoba mendapatkan keuntungan yang mampu bertahan lama, dengan memberikan respon yang tepat terhadap peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal oganisasi, dan kekuatan serta kelemahanya; 5. Melibatkan semua tingkat hierarki dari organisasi. Di lain pihak, Bryson (2005:189), mengemukakan bahwa strategi dapat dipandang sebagai pola tujuan, kebijakan, program, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tindakan, keputusan atau alokasi sumber daya yang mendefinisikan bagaimana organisasi itu, apa yang dikerjakan organisasi, dan mengapa organisasi melakukannya. Oleh karena itu strategi merupakan perluasan misi guna menjembatani organisasi dan lingkungannya. Strategi biasanya digunakan untuk mengatasi isu strategis, strategi menjelaskan respon organisasi terhadap pilihan kebijakan pokok. Lain halnya dengan J. Salusu (2004:101) mengatakan bahwa: Strategi adalah suatu seni yang menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk mencapai sasarannya melalui hubungan yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan.
Kotten (dalam Salusu, 1998:105) mencoba menjelaskan mengenai tipe-tipe strategi. Tipe-tipe strategi yang yang ia kemukakan berikut ini sering pula dianggap sebagai suatu hierarki. Tipe-tipe strategi yang dimaksud adalah sebagai berikut : a. Corporate Strategy (strategi organisasi) Strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, tujuan, nilai-nilai dan inisiatif-inisiatif stratejik yang baru. Pembatasan-pembatasan diperlukan, yaitu apa yang dilakukan dan untuk siapa. b. Program Strategy (strategi program) Strategi
ini
lebih
memberikan
perhatian
kepada
implikasi-implikasi stratejik dari program tertentu. Apa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kira-kira
dampaknya
apabila
program
tertentu
diperkenalkan, apa dampaknya bagi sasaran organisasi c. Resource Support Strategy (strategi pendukung sumber daya) Strategi ini memusatkan perhatian pada memaksimalkan sumber-sumber daya esensial yang tersedia guna meningkatkan kualitas kinerja organisasi. Sumber daya itu dapat berupa tenaga, keuangan, teknologi dan sebagainya. d. Institutional Strategy (strategi kelembagaan) Fokus
dari
strategi
ini
adalah
mengembangkan
kemampuan organisasi untuk melaksanakan inisiatifinisiatif stratejik. Setiap strategi yang disusun, diharapkan dapat secepatnya dilaksanakan agar dapat segera bisa mencapai tujuan organisasi. Untuk bisa mencapai tujuan organisasi, menurut Hatten dan Hatten (dalam Salusu, 1998:107) mengatakan bahwa terdapat prinsipprinsip agar strategi bisa sukses, yaitu : 1. Strategi haruslah konsisten dengan lingkungannya 2. Setiap organisasi tidak hanya membuat satu strategi 3. Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan menyatukan semua sumber daya tidak menceraiberaikan satu dengan yang lainnya 4. Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang merupakan kekuatannya dan tidak pada titik-titik yang justru adalah kelemahannya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Sumber daya adalah sesuatu yang kritis 6. Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang tidak terlalu besar 7. Strategi hendaknya disusun di atas landasan keberhasilan yang telah dicapai 8. Tanda-tanda dari suksesnya strategi ditampakkan dengan adanya dukungan dari pihak-pihak yang terkait, dan terutama dari para eksekutif, dari semua pimpinan unit kerja dalam organisasi Sama halnya Fuchs and his colleagues (Fuchs et al, 2000) dalam Gursoy, Guner (2009:214) mengemukakan bahwa: ”The key dimensions of effective strategy development and implementation as orchestrating all the elements of strategy around a powerful core theme and alignment of coherent product-market focus supported by operating capabilities and resources. (Dimensi kunci dari efektifitas pengembangan strategi dan implementasi seperti mengarang musik semua unsur-unsur strategi di sekitar kekuatan tema inti dan meluruskan fokus pasar produk yang padu didukung dengan operasi kemampuan dan sumber daya.)” (International Journal of Bussines and Emerging Market, 2009: 214) Dalam jurnal tersebut, dijelaskan bahwa dimensi kunci dari membangun dan implementasi strategi yang efektif itu seperti mengarang musik semua unsur disekitar inti tema yang kuat dan hubungan fokus produk pemasaran yang berurutan didukung oleh kemampuan beroperasi dan sumber daya. Strategi selayaknya merupakan respon terhadap harapanharapan masyarakat dan apa yang menjadi prioritas dalam kelompok masyarakat yang dilayani. Harapan dan kepentingan masyarakat itu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diseimbangkan dengan harapan dan kepentingan dari para eksekutif dan para karyawan organisasi. Jadi, diperlukan keserasian atau harmoni antara kepentingan organisasi dan kepentingan masyarakat. Strategi yang mengabaikan kepentingan masyarakat tidak akan memberikan hasil yang memuaskan dan dikehendaki oleh para eksekutif (Salusu, 1998:110). Dari berbagi definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, secara umum strategi dapat diartikan sebagai suatu cara yang digunakan oleh manajer atau manajemen puncak untuk mencapai tujuan organisasi. Strategi merupakan landasan awal bagi sebuah organisasi dan elemen-elemen di dalamnya untuk menyusun langkah-langkah atau tindakan-tindakan dengan memperhitungkan faktor-faktor internal dan eksternal dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dalam
keberhasilan
berjalanya
sebuah
strategi,
Bryson
menganggap sangat ditentukan oleh proses penyusunan strategi. Menurut Bryson, terdapat delapan tahapan dalam proses penyusunan strategi, yaitu : 1. Memprakarsai dan menyepakati suatu proses perencanaan strategi. 2. Mengidentifikasi mandat strategi. 3. Memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi. 4. Menilai lingkungan eksternal: peluang dan ancaman 5. Menilai lingkungan internal : kekuatan dan kelemahan. 6. Mengidentifikasi isu strategi yang dihadapi organisasi. 7. Merumuskan strategi untuk mengelola isu-isu 8. menciptakan visi organisasi yang efektif bagi masa depan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Delapan langkah diatas menurut Bryson harus mengarah kepada tindakan, hasil, dan evaluasi. Dan setiap tindakan, hasil dan evaluasi tersebut harus ada setiap langkah, dengan kata lain implementasi dan evaluasi tidak harus menunggu sampai akhir namun menjadi bagian yang menyatu dari proses dan terus menerus (Bryson, 2007:55). Selanjutnya dalam hal ini untuk melihat strategi yang ada di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali, peneliti mengacu pada langkah-langkah proses perencanaan strategis Bryson. Peneliti hanya membatasi pada empat langkah saja yaitu dimulai dari langkah menilai lingkungan eksternal (peluang dan ancaman), menilai lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan), mengidentifikasi isu strategis dan merumuskan strategi untuk mengelola isu-isu. Hal ini dikarenakan organisasi yang diteliti sudah mempunyai visi dan misi.
1) Menilai Lingkungan eksternal : Peluang dan Ancaman Lingkungan eksternal adalah suatu kekuataan yang berada diluar perusahaan dimana perusahaan tidak mempunyai pengaruh sama sekali trhadapnya (uncontrollable) sehingga perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan ini akan mempengaruhi kinerja semua perusahaani dalam industri tersebut (Agustinus Sri Wahyudi, 1995:47), jadi lingkungan eksternal meupakan lingkungan diluar organisasi yang tidak dikendalikan oleh organisasi, namun mempengaruhi organisasi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lingkungan ini terdiri atas dua variabel yaitu peluang dan ancaman. Peluang adalah berbagai situasi lingkungan yang menguntungkan bagi suatu organisasi, yaitu perubahan undang-undang yang membuka kesempatan baru dalam kegiatan usaha, identifikasi segmen pasar yang belum diperhatikan, perubahan dalam kondisi persaingan. Ancaman adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan organisasi, seperti : masuknya pesaing baru pertumbuhan ekonomi yang pesat, undang-undang yang terlalu membatasi, dan sebagainya (Siagian, 2004:173). Analisis lingkungan eksternal dalam penelitian ini dilakukan melalui: a) Identifikasi trhadap prubahan sistem politik, ekonomi, fenomena dan perkembangan teknologi yang dapat mempengaruhi aktivitas-aktivitas organisasi. b) Identifikasi pihak-pihak berkepentingan (stakeholder) yang meliputi:
1. Konsumen Konsumen yang dimaksud di sini adalah pengunjung yang merupakan kelompok sasaran organisasi, untuk itu perlu bagi organisasi mengetahui karakteristik dan minat pasien. 2. Kolaborator commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kolaborator adalah pihak-pihak yang bekerja sama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali dalam menjalankan aktivitasnya
3. Kompetitor Kompetitor adalah pesaing yang menjadi ancaman bagi organisasi dalam menjalankan aktivitasnya. Oleh karena itu, oganisasi perlu menyusun langkahlangkah strategis agar apa yang disajikan dapat menjadi daya tarik konsumen 2) Menilai Lingkungan Internal : Kekuatan dan Kelemahan Lingkungan internal adalah lebih pada analisis intern perusahaan dalam rangka menilai tau mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan (Agustinus Sri Wahyudi, 1995:49). Lingkungan internal merupakan situsi dan kondisi organisasi yang saling mempengaruhi serta terkait dengan misi, mandat, tugas dan fungsi organisasi tersebut dalam rngka pencapaian tujuan organisasi. Adapun variabel dari lingkungan internal adalah
kekuatan
dan
kelemahan.
Kekuatan
adalah
meupakan
kompetensi khusus yang tedapat dalam organisasi yang menjadi keunggulan komparatif organisasi tersebut. Kompetensi tersebut meliputi sumber daya, ketrampilan, produk andalan dan sebagainya yang membuat organisasi lebih kuat dari pesaingnya dalam memuaskan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kebutuhan pelanggan (pemilih). Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber daya, ketrampilan, dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi penampilan kinerja organisasi yang memuaskan (Siagian, 2004: 172-173). Hasil identifikasi terhadap lingkungan tersebut memberikan gambaran mengenai kekuatan (strenght), Kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (treath) yang dijabarkan sebagai berikut : a) Kekuatan (strenght) adalah keunggulan dalam sumber daya, ketrampilan atau keunggulan lainya yang dimiliki organisasi dan tidak dimiliki pesaing. b) Kelemahan
(weakness) adalah keterbatasan atau
kekurangan dalam hal sumber daya, ketrampilan dan kemampuan yang dapat menghambat pelaksanaan aktivitas organisasi. c) Peluang
(opportunity)
menguntungkan
adalah
organisasi,
kondisi
seperti
yang
perubahan
peraturan, perubahan teknologi, dan perubahan minat pemilih. d) Ancaman
(treath)
menguntungkan
adalah organisasi
commit to user
kondisi dan
yang
tidak
merupakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengganggu dalam kelancaran aktivitas organisasi, seperti perubahan dan munculnya pesaing. 3) Mengidentifikasi Isu Strategis Yang Dihadapi Organisasi Setelah pengidentifikasian lingkungan internal dan eksternal kemudian langkah selanjutnya adalah melakukan identifikasi terhadap isu-isu strategis. Isu-isu strategis adalah faktor-faktor lingkungan yang berasal dari lingkungan yang berasal dari dalam maupun luar organisasi yang akan memberikan pengaruh langsung terhadap kemampuan organisasi untuk mencapai tujuanya (Crown Dirgantoro, 2001:45). Indentifikasi isu organisasi adalah marupakan jantung dalam proses penyusunan strategi. Karena hal ini sangat terkait dengan pemilihan kebijakan pokok organisasi yang didasarkan pada kekuatan dan peluang yang dimiliki serta meminimalkan kelemahan dan ancaman yang ada. Setidaknya ada tiga macam isu strategis yang akan dihadapi organisasi: 1. Isu-isu yang tidak dibutuhkan tindakan sekarang, namun isu tersebut harus terus dipantau. 2. Isu-isu dapat ditangani sebagai bagian dari strategi reguler organisasi. 3. Isu-isu yang memerlukan tanggapan segera dan tidak dapat ditangani dengan strategi yang bersifat reguler. Mengidentifikasi isu-isu strategis merupakan tahapan yang paling menentukan dalam proses perencanaan strategi, identifikasi ini commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dilakukan dengan berdasarkan dari analisis SWOT. SWOT adalah merupakan akronim dari Strenght (kekuatan), Weakness (kelemahan), Oportunities
(peluang),
dan
Treaht
(ancaman).
Dalam
proses
perencanaan strategi model Bryson, langkah 4 dan 5 mengarsip peluang dan ancaman eksternal maupun kekuatan dan kelemahan internal. Dari hasil penilaian tersebut akan menjadi wahana untuk mengidentifikasi isu-isu strategi, sebab isu strategi berkenaan dengan bagaimana organisasi berhubungan dengan lingkungan yang lebih besar dimana organisasi menjadi penghuni. Manfaat menggunakan analisis SWOT (Bryson, 2007:147) adalah : Pertama, membantu berfikir logis para pengambil keputusan kunci, yaitu dalam memilih alternatif stategis. Kedua, dengan pendekatan ini akan diperoleh gambaran mengenai posisi organisasi atau perusahaan, yaitu dengan melihat perbandingan antara kekuatan dan peluang yang dimiliki juga kelemahan dan ancaman dimasa depan. Alat yang digunakan untuk mengidentifikasi isu-isu stategis adalah matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi suatu organisasi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Setelah diidentifikasi kemudian isu strategis tersebut harus diurutkan berdasarkan urutan prioritas, logis, atau aturan temporal commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebagai urutan temporal sebagai pendahuluan dalam pengembangan strategi dalam langkah berikutnya strategi dipandang sebagai pola tujuan, kebijakan program, tindakan, keputusan, alokasi sumber daya yang mendefinisikan bagaimana organisasi itu, apa yang dikerjakan, dan mengapa organisasi melakukanya. Untuk menentukan strategisnya sebuah isu dapat menggunakan teknik “Litmust Test” yaitu setiap isu strategis yang sudah teridentifikasi diberikan tiga belas pertanyaan. Dari setiap petanyaan kemudian diberikan penilaian. Isu yang memiliki skor tertinggi adalah isu yang benar-benar strategis dan isu operasional adalah yang memiliki skor terendah. Penentuan skor sebagai berikut : ·
Skor 1 untuk isu yang bersifat operasional.
·
Skor 2 untuk isu yang cukup strategis.
·
Skor 3 untuk isu yang sangat strategis.
Dari hasil peralian antara jumlah soal dan skor diperoleh nilai tertinggi 39 dan terendah 13. Sehingga ditrapkan kategorisasi sebagai berikut: · Nilai 13-21 untuk isu kurang strategis · Nilai 22-30 untuk isu cukup strategis · Nilai 31-39 untuk isu sangat strategis Untuk memperjelas akan peneliti sajikan dalam bentuk lembar kerja dibawah ini Tabel 2.2 Tes Litmus untuk Isu-Isu Strategis commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Operasional........................................Strategis Pertanyaan Kapan tantangan atau peluang isuisu strategis ada dihadapan anda? 2. Seberapa luas isu akan berpengaruh pada organisasi anda? 3. Seberapa banyak resiko/pluang keuangan organisasi anda? 4. Apakah strategi bagi pemecahan membutuhkan: a.Pengembangan saaran program? b.Perubahan signifikan dalam sumbersumber atau jumlah pajak c.Perubahan signifikan dalam ketepatan peraturan? d.Penambahan modifikasi fasilitas? e.Penambahan staff yang signifikan?
(1)
(2)
(3)
Sekarang
Tahun Depan
Dua Tahun atau lebih dari sekarang
Unit atau devisi tunggal
Beberapa devisi
Seluruh Departemen
Kecil
Sedang
Besar
1.
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
5. Bagaimana pendekatan Jelas, siap untuk terbaik bagi diemplementasikan pemecahan isu? commit to user
Parameter luas, agak terperinci
Terbuka luas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Tingkat manajemen manakah yang dapat Pengawas staff lini menetapkan bagaimana menanggulangi isu? 7. Konsekuensi apakah yang mungkin terjadi bila isu tidak Ada gangguan diselesaikan? efisiensi
8. Seberapa banyak departemen lain dipengaruhi oleh isu ini dan harus dilibatkan dalam pemecahan? 9. Bagaimana sensitifitas isu ini terhadap nilai sosial, politik, religius, dan kultural?
Ketua Tim sukses
Ktua DPD
Kekacauan kinerja organisasi, kehilangan sumb er dana
Kekacauan kinerja organisasi jangka panjang, biaya besar, merosotnya perolehan suara
Tidak ada
Satu sampai tiga
Empat atau lebih
Lunak
sedang
keras
4) Merumuskan Strategi untuk mengelola isu-isu “Strategi dapat dipandang sebagai pola tujuan, kebijakan, program, tindakan, keputusan alokasi sumber daya yang mendefinisikan
bagaimana
organisasi
itu,
apa
yang
dilakukan, dan mengapa organisasi itu melakukanya”. (Bryson, 2005:189)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jadi, merumuskan trategi adalah merumuskan program-program strategis atau alternatif kebijakan mendasar yang akan dilakukan organisasi untuk mengelola isu. Pada tahap ini dirumuskan programprogram strategis, alternatif-alternatif kebijakan mendasar yang akan dilakukan organisasi untuk menanggapi isu strategis yang berada pada tahap sebelumnya. Untuk merumuskan strateginya digunakan analisis SWOT dengan melihat faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). Dengan menggunakan analisis SWOT tersebut akan diperoleh kemungkinan alternatif strateginya. Berikut ini Matriks analisis SWOT:
IFAS
EFAS OPPORTUNITIES (O) Tentukan 5-10 faktor yang menjadi peluang ekstrnal THREATS (T) Tentukan 5-10 faktor yang menjadi ancaman ekstrnal
Tabel 2.3 Matriks Analisis SWOT STRENGHTS (S) WEAKNESSES (W) Tentukan 5-10 Tentukan 5-10 faktorfaktor-faktor faktor kelemahan kekuatan internal internal STRATEGI (SO) Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI (ST) Ciptakan strategi yang menggunkan kekuatan untuk mengatasi ancaman commit to user
STRATEGI (WO) Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI (WT) Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber: Matriks Analisis SWOT (Freddy Rangkuti, 2001:31)
a. Strategi SO Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. b. Strategi ST Strategi yang dibuat dengan menggunakan kekuatan yang similiki untuk mengatasi ancaman. c. Strategi WO Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. d. Strategi WT Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yan ada serta menghindari ancaman. Dari Matrik SWOT diatas dapat digambarkan diagram SWOTnya sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.1 Diagram Analisisis SWOT Berbagai Peluang
1. Mendukung Strategi Agresif 3. Mendukung Strategi Turnaround Kekuatan Internal
Kelemahan Internal
4. Mendukung strategi defensif
2. Mendukung Strategi Diversifikasi Berbagai Ancaman
(Freddy Rangkuti, 2001:19) ·
Kuadran 1 Ini merupakan situasi yang menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan
dalam
kondisi
ini adalah
mendukung
kebijakan pertumbuhan yang agresif (Groth Orinted System) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
·
digilib.uns.ac.id
Kuadran 2 Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan ipeluang jangka panjang dengan cara strategi diversivikas (produk/pasar)
·
Kuadran 3 Perusahaan menghadapi peluang pasar yang besar, tetapi dilain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Kondisi bisnis pada kuadran 3 ini mirip dengan Question Mark pada BCG matrik. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.
·
Kuadran 4 Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan terebut menghadapi ancaman dan kelemahan internal.
Ada beberapa cara juga untuk menentukan atau menyusun strategi menurut Hadari Nawawi, 2000:176-177, diantaranya adalah: 1. Strategi Agresif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Strategi ini dilakukan dengan membuat programprogram dan mengatur langkah-langkah atau tindakan mendobrak penghalang, rintangan, atau ancaman untuk mencapai keunggulan/prestasi yang ditargetkan. 2. Strategi Konsevatif Strategi ini dilakukan dengan membuat programprogram dan mengatur langkah-langkah atau tindakan dengan cara sangat berhati-hati disesuaikan dengan kebisasaan yang berlaku. 3. Strategi Difensif Strategi ini dilakukan dengan membuat programprogram dan mengatur langkah-langkah atau tindakan untuk mempertahankan kondisi keunggulan atau prestasi yang sudah dicapai. 4. Strategi Kompetitif Strategi ini dilakukan dengan membuat programprogram dan mengatur langkah-langkah atau tindakan untuk mewujudkan keunggulan yang melebihi organisasi non profit lainya yang sama posisi dan jenjangnya sebagai paratur pemerintah. 5. Strategi Inovatif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Strategi ini dilakukan dengan membuat programprogram, proyek dan mengatur langkah-langkah atau tindakan agar organisasi non profit selalu tampil sebagai pelopor pembaharuan dalam
bidang pemerintahan
khususnya dibidang tugas pokok masing-masing, sebagai suatu keunggulan. 6. Strategi Diversivikasi Strategi ini dilakukan dengan membuat programprogram, proyek dan mengatur langkah-langkah atau tindakan berbeda dari strategi yang biasanya dilakukan sebelumnya,
atau
berbeda
dari
strategi
yang
dipergunakanorganisasi non profit lainya dibidang politik dan dalam melaksanakan pembangunan.
7. Strategi Preventif Strategi ini dilakukan dengan membuat programprogram, proyek dan mengatur langkah-langkah atau tindakan untuk mengoreksi dan memperbaiki kekeliruan, baik yang dilakukan oleh organisasi sendiri maupun yang diperintahkan oleh organisasi diatasnya.
B. Kerangka Berpikir commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kerangka pemikiran adalah landasan berfikir seseorang tentang bagaimana ia menjelaskan suatu fakta atau hubungan antara faktor atau dapat juga menjelaskan antar variabel atau hubungan antar variabel dengan mengacu pada landasan teori. Untuk mempermudah memahami mengenai Strategi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali dalam pengembangan Obyek Pariwisata Pengging Kerangka berpikir ini berawal dari adanya otonomi daerah yang memaksa Pemerintah Daerah Boyolali untuk mengoptimalkan sumberdaya produktif dimana salah satunya adalah sektor pariwisata. Kabupaten Boyolali merupakan daerah tingkat dua yang mempunyai banyak potensi pariwisata, salah satunya adalah Obyek Pariwisata Pengging. Obyek Pariwisata Pengging merupakan potensi pariwisata yang sangat potensial untuk berkontribusi dalam peningkatan PAD, Namun di dalam potensi yang besar tersebut belum
bisa dioptimalkan
oleh
Pemerintah
Boyolali untuk
meningkatkan PAD. Dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan yang memayungi urusan pariwisata yang bertujuan untuk terwujudnya Kabupaten Boyolali sebagai tujuan wisata yang kompetitif dan peningkatan PAD melalui kegiatan pariwisata dituntut untuk memiliki strategi untuk merespon hal tersebut. Sehingga mampu untuk mencapai tujuan tersebut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam
digilib.uns.ac.id
menentukan
strategi
tersebut
tentunya
Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali akan menghadapi lingkungan organisasi, baik yang ada dalam organisasi (internal) dan yang ada diluar organisasi (eksternal). Namun Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali juga dihadapkan pada hambatanhambatan dan tantangan-tantangan. Oleh karena itu, dalam menghadapi berbagai kondisi tersebut Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali perlu membuat strategi untuk pengembanagn Obyek Pariwisata Pengging dengan menggunakan analisis SWOT dimana dalam melakukan analisis SWOT ini langkah yang dilakukan yakni menganalisis lingkungan eksternal dan internal Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali, langkah selanjutnya mengidentifikasi isu-isu strategis kemudian menentukan strategi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali dalam pengembangan Obyek Pariwisata Pengging Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dilihat pada bagan kerangka berfikir dibawah ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
Mandat, Visi, dan Misi DISPARBUD Kab. Boyolali
Lingkungan Eksternal DISPARBUD Kab. Boyolali
Lingkungan Internal DISPARBUD Kab. Boyolali
Analisis SWOT DISPARBUD. Boyolali
Identifikasi Isu Strategi DISPARBUDr Kab. Boyolali
Strategi DISPARBUD kab. Boyolali dalam Pengembangan Obyek Pariwisata Pengging
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Mengacu pada perumusan masalah dan tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang berusaha memecahkan masalah dengan memaparkan, menggambarkan serta menganalisa keadaan atau fenomena sosial masyarakat berdasarkan fakta-fakta yang ada. Menurut H. B. Sutopo (2002:111), deskriptif kualitatif adalah metode yang digunakan untuk memecahkan masalah dengan cara mendeskripsikan secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan. Jadi penelitian deskriptif kualitatif digunakan untuk menyusun gambaran mengenai objek apa yang diteliti dengan terlebih dahulu peneliti mengumpulkan data di lokasi penelitian, lalu data itu diolah dan diartikan untuk kemudian dianalisa dari data yang telah disajikan. B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali. Pemilihan lokasi penelitian ini didasari atas pertimbangan bahwa instansi inilah yang commit to user
mempunyai tugas pokok
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melaksanakan urusan rumah tangga daerah di bidang pariwisata di lingkungan
Pemerintah
Kabupaten
Boyolali,
termasuk
didalamnya
pengembangan Obyek Pariwisata Pengging. C. Sumber Data Lofland
dan
Lofland
dalam
Lexy
J.
Moleong
(2000:112)
mengungkapkan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti arsip, dokumen, dan lain-lain. Pencatatan sumber data utama melalui wawancara atau pengamatan merupakan hasil gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan bertanya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sumber data sebagai berikut : a.
Informan.
Dalam penelitian kualitatif posisi sumber data manusia (informan/ narasumber) sangat penting perannya sebagai individu yang memiliki informasi. Peneliti dan narasumber memiliki posisi yang sama dan narasumber bukan sekedar memberikan tanggapan pada yang diminta peneliti, tetapi narasumber lebih memilih arah dan selera dalam menyajikan informasi yang ia miliki (H.B. Sutopo, 2002:50). Informan dalam penelitian ini terdiri dari: commit to user Kabupaten Boyolali 1. Staf Seksi pengembangan Pariwisata
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Staf UPT Pengging Kabupaten Boyolali 3. Masyrakat b. Dokumen atau arsip Dokumen atau arsip merupakan bahan tertulis yang bergayutan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Banyak peristiwa yang telah lama terjadi bisa diteliti dan dipahami atas dasar kajian dari dokumen atau arsip-arsip yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti (H.B. Sutopo, 2002:54). Dalam penelitian ini dokumen atau arsip yang digunakan, antara lain : Profil Dinas Pariwisata Kabupaten Boyolali dan Obyek Pariwisata Pengging, Laporan Berkala pengunjung dan pendapatan dari Obyek Pariwisata Pengging Tahun 2009, Laporan Akhir Tahun Seksi UPT Pengging
Tahun
2009,
Laporan
Kegiatan
Pengembangan
dan
Pembangunan Obyek Pariwisata Pengging Tahun 2009 D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Wawancara mendalam Wawancara adalah percakapan yang dilakukan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara commit to pertanyaan user (interviewer) yang mengajukan dan yang diwawancarai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Lexy J. Moleong, 2000:135). Tujuan utama melakukan wawancara adalah untuk menyajikan konstruksi saat sekarang dalam suatu konsep mengenai pribadi, peristiwa, aktivitas, organisasi, perasaan, persepsi, tingkat dan bentuk keterlibatan dan sebagainya, untuk merekonstruksi beragam hal seperti itu sebagai bagian dari masa lampau, dan memproyeksikan hal-hal itu dengan harapan yang bisa terjadi di masa yang akan datang (H.B Sutopo, 2002:58). Dalam penelitian ini peneliti bertanya langsung kepada informan dalam bentuk wawancara mendalam dengan menggunakan kerangka atau daftar pertanyaan sebagai pedoman mengenai apa yang akan ditanyakan supaya lebih
terarah.
Peneliti
melakukan
wawancara
dengan
Staf
Seksi
pengembangan Obyek Pariwisata Kabupaten Boyolali dan Staf Seksi UPT Pariwisata Pengging Kabupaten Boyolali 2. Observasi Kegiatan observasi meliputi melakukan pengamatan, pencatatan secara sistemik kejadian-kejadian, perilaku, objek-objek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan (Iskandar, 2009:121). Dalam hal ini peneliti mendatangi secara langsung Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali dan commit to user Kantor UPT Pengging yang berada di Lokasi Objek Pariwisata untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap objek yang diteliti. 3. Telaah Dokumen Teknik pengumpulan data dengan cara analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen baik yang berada di tempat penelitian ataupun yang berada di luar tempat penelitian, yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut (Iskandar, 2009:134). Peneliti mengumpulkan dan memahami data-data yang diperoleh dari dokumen dan arsip sebagai pendukung dan pelengkap data penelitian yang ada di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali Kabupaten Boyolali. E. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan snowball sampling dimana pemilihan informan berdasarkan petunjuk dari informan sebelumnya dan seterusnya sehingga didapatkan data yang lengkap dan akurat. Seperti yang diungkapkan Susanto (2006:121) bahwa : “Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih temantemannya untuk dijadikan sampel. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak. Jadi penarikan sampel dilakukan melalui beberapa tahap, ibarat bola salju yang bila menggelinding, makin lama makin besar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Validitas Data Pengembangan validitas data dapat digunakan dengan pemilihan teknik trianggulasi. Trianggulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah trianggulasi data. Patton (dalam H.B Sutopo, 2002:79) menyatakan bahwa dalam trianggulasi data, peneliti menggunakan beberapa sumber data yang berbeda untuk mengumpulkan data yang sama. Dalam penelitian ini, trianggulasi data dilakukan dengan menggunakan sumber data yang berbedabeda sehingga sumber data yang satu dan yang lainnya dapat saling melengkapi untuk kemudian dapat dibandingkan dan diuji.
G. Teknik Analisis Data Dalam proses analisis terdapat tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan dan menentukan hasil akhir, tiga komponen tersebut menurut H. B. Sutopo (2002:91-94) adalah : a. Reduksi Data Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi data dari fieldnote. Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penelitian. Bahkan prosesnya diawali sebelum pelaksanaan pengumpulan data. Artinya, rreduksi data sudah berlangsung sejak peneliti mengambil keputusan tentang kerangka kerja konseptual, melakukan pemilihan kasus, menyusun pertanyaan penelitian, dan juga waktu cara menentukan cara commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengumpulan data yang akan digunakan. Pada waktu pengumpulan data berlangsung, reduksi data dilakukan dengan membuat ringkasan dari catatan data yang diperoleh dilapangan. Dalam menyusun ringkasan tersebut peneliti juga membuat coding, memusatkan tema dan menentukan batas-batas permasalahan, dan juga menulis memo. Proses reduksi data berlangsung terus sampai laporan akhir penelitian selesai disusun.
b. Penyajian Data Penyajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian ini merupakan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis, sehingga bila dibaca, akan bias mudah dipahami berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan peneliti untuk berbuat sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pemahamannnya tersebut. Sajian data ini harus mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai petanyaan penelitian, sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan menjawab setiap permasalahan yang ada. Sajian data selain dalam bentuk narasi kalimat, juga dapat meliputi berbagai jenis matriks, gambar atau skema, jaringan kerja, kaitan kegiatan, dan juga table sebagai pendukung narasinya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Penarikan Simpulan Simpulan perlu diverifikasi agar cukup mantab dan benar-benar bias dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu perlu dilakukan aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali dengan cepat, mungkin sebagai akibat fikiran kedua yang timbul melintas pada peneliti pada waktu menulis sajian data dengan melihat kembali sebentar pada catatan lapangan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis ,yaitu: reduksi data, sajian data, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi berjalan bersama pada waktu kegiatan pengumpulan data sebagai satu siklus yang berlangsung sampai akhir penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat terlihat skema bagan model analisis interaktif berikut ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 3.1 Model Analisis Interaktif (H.B. Sutopo, 2002:96)
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Penyajian Data
Penarikan Simpulan / Verifikasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. DISKRIPSI LOKASI A.1
DINAS
PARIWISATA
DAN
KEBUDAYAAAN
KABUPATEN
BOYOLALI Boyolali merupakan Kabupaten yang memiliki beberapa potensi unggulan yang perlu dikembangkan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, salah satu potensi tersebut adalah potensi pariwisata yang siap untuk dikembangkan. di Boyolali Potensi Pariwisata belum berkembang secara optimal, hal itu tampak masih sedikitnya jumlah wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan mancanegara yang berkunjung ke obyek-obyek wisata di kabupaten Boyolali. Padahal pariwisata di Kabupaten Boyolali mempunyai peranan Strategis antara lain peningkatan PAD Kabupaten Boyolali, peningkatan taraf hidup masyarakat sekitar obyek pariwisata melalui kegiatan perekonomian, serta mengurangi pengangguran. Banyak usaha selama ini yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali dalam mengembangkan Pariwisata Boyolali baik dalam unsur internal kelembagaan maupun unsur eksternal dalam kelembagaan. Dalam menjalankan fungsinya sebagai Dinas yang memayungi kepariwisataan dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
kebudayaan
digilib.uns.ac.id
daerah
Kabupaten
Boyolali,
Dinas
Pariwisata
dan
Kebudayaan Boyolali mempunyai Visi dan Misi: 1. VISI Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali “Terwujudnya Kabupaten Boyolali sebagai daerah tujuan Wisata yang Kompetitif melalui Pengembangan “. Sedangkan Misinya adalah : 1. Meningkatkan kualitas produk pariwisata dan deversifikasi produk wisata serta pemberdayaan masyarakat dan dunia usaha pariwisata 2. Menguatkan SDM pariwisata melalui pelatihan yang relevan dan Berkelanjutan. 3. Meningkatkan upaya konservasi Budaya 4. Meningkatkan pemasaran dan 5. Meningkatkan jaringan kerja sama antar daerah dalam bidang promosi pariwisata
2. Tujuan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali 1. Meningkatkan dan promosi daerah tujuan pariwisata serta bertambahnya kerjasama antar daerah dalam bentuk paket-paket wisata 2. Meningkatkan
kerjasama
antar
daerah
se-
SUBOSUKOWONOSRATEN antara lain Surakarta, Boyolali, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, dan Klaten sesuai dengan keputusan bersama 3. Meningkatkan mutu pelayanan dan deversifikasi produk wisata yang dapat menaikkan daya tarik obyek wisata 4. Meningkatkan kualitas pelayanan pada setiap obyek wisata 5. Melestarikan budaya daerah Kabupaten Boyolali hingga mampu dijadkan salah satu daya tarik wisata.
3. Struktur Organisasi Struktur organisasi merupakan suatu rangka yang menunjang dan menunjukkan alur distribusi fungsi, tugas, dan wewenang dari seluruh sumber daya manusia yang ada dalam sebuah organisasi. Tugas dan wewenang masing-masing jabatan sesuai dengan tingkatan dalam struktur organisasi. Berdasarkan Perda Nomor 2 Tahun 2001. Struktur organisasi dan Kebudayaan Boyolalali Kabupaten Boyolali sebagai berikut : 1. Kepala Dinas 2. Bagian Tata Usaha; a. Sub Bagian Umum b. Sub Bagian Kepegawaian dan Keuangan c. Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan 3. Bidang Obyek dan daya tarik Wisata terdiri : commit user Wisata a. Seksi Obyek dantoAtraksi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Seksi Usaha Rekreasi dan Hiburan 4. Bidang Sarana Pariwisata Terdiri dari : a. Seksi Tenaga Kerja b. Seksi Akomodasi c. Seksi Restoran dan Makanan 5. Bidang Pemasaran Terdiri dari: a. Seksi Promosi b. Seksi Informasi c. Seksi Bimbingan Wisata 6. Bidang Kebudayaan terdiri dari: a. Seksi Kesenian, bahasadan satra daerah b. Seksi Akomodasi c. Seksi Bimbingan Wisata 7. Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD) terdiri dari : a. UPTD Obyek Wisata Kawasan Pengging b. UPTD Arga Merapi Merbabu c. UPTD obyek Wisata Tlatar d. UPTD Pengeloal Lapangan dan Olahraga Berikut ini adalah uraian tugas pokok dan fungsi dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali : 1. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali Tugas pokok Dinas pariwisata dan Kebudayaan Boyolali melaksanakan kewenagna otonomi daerah di bidang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pariwisata
dan
tanggungjawabnya
Kebudayaan berdasarkan
yang
peraturan
menjadi perundang-
undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Bupati. Untuk melaksanakan sebagaimana yang dimaksud di atas Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali mempunyai fungsi : a. Perumusan
Teknis
pemberian
bimbingan
dan
pembinaan terhadap urusan objek wisata, pramuwisata khusus, penginapan remaja, urusan rumah makan restoran, usaha rekreasi dan hiburan umumserta atraksi pariwisata, promosi pariwisata serta urusan kebudayaan b. Perencanaan teknis operasional dan pengembangan urusan-urusan kepariwisataan dan kebudayaan yang menjadi
tanggungjawabnya
sesuai
dengan
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Bupati berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. c. Pelaksanaan tugas pokok sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh bupati berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku d. Pemberian perijinan sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan
oleh
Bupati
berdasarkan
perundang-undangan yang berlaku commit to user
peraturan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Pengawasan dan pengendalian teknis atas pelaksanaan tugas pokok sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan
oleh
Bupati
berdasarkan
peraturan
Perundang-Undangan yang berlaku f. Penyusunan dan pelsksanaan tugas administrasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. 2. Bagian Tata Usaha Bagian tata usaha mempunyai tugas melaksanakan urusan rumah tangga, perencanaan dan pelaporan keuangan dan umum. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, bagian tat usaha mempunyai fungsi : a. Pengelolaan perencanaan dan pelaporan b. Pengelolaan kepegawaian c. Pengelolaan keuangan d. Pengelolaan urusan umum 3. Sub Dinas Obyek dan Daya Tarik Wisata Sub Dinas Obyek dan Daya Tarik Wisata mempunyai tugas pemimpin dan membina kegiatan penyiapan bahan pembinaan, pengembangan dan pemantauan obyek wisata, atraksi wisata, rekreasi dan hiburan umum. Dalam melaksanakan tugasnya di atas sub dinas obyek dan daya tari wisata mempunyai fungsi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Perumusan perencanaan dan pelaksanaan penyiapan bahan pembinaan, pengembangan , dsn pemantauan obyek wisata dan atraksi wisata, rekreasi dan hiburan umum b. Penyiapan perijinan di bidang pengembangan obyek wisata, atraksi wisata rekreasi dan hiburan c. Pengawasan
dan
pengendalian
kegiatan
obyek
wisata,atraksi wisata, rekrasidan hiburan umum 4. Sub Dinas Sarana Pariwisata Sub dinas sarana pariwisata mempunyai tugas memimpin dan membina kegiatan penyiapan bahan pembinaan, pengembangan dan pemantauan pengusaha akomodasi rumah makan dan restoran serta tenaga kerja pariwisata Dalam melaksanakan tugasnya diatas sub dinas sarana pariwisata mempunyai fungsi a. Perumusan perencanaan dan pelaksanaan penyiapan bahan pembinaan pengembangan perijinan dan pemantauan pengusaha akomodasi, rumah makan dan restoran serta tenaga kerja pariwisata b. Pengawasan pengembangan
dan
pengendalian
perijinan
dan
atas
pembinaaan
pemantauan pengusaha
akomodasi, rumah makan dan restoran serta tenaga kerja pariwisata commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Sub Dinas Pemasaran dan Penyuluhan Sub dinas pemasaran dan penyuluhan mempunyai tugas memimpin
dan membina penyiapan
bahan pembinaan,
pengembangan dan pemantauan pemasaran dan penyuluhan wisata Dalam melaksanakan tugasnya di atas Sub dinas pemasaran dan penyuluhan mempunyai fungsi : a. Perumusan perencanaan dan pelaksanaan penyiapan bahan pembinaaan pengembangan pemasaran dan penyuluhan pariwisata b. Pengawasan dan pengandalian dan pelaporan kegiatan pemasaran dan penyuluhan pariwisata 6. Sub Dinas kebudayaan Sub dinas Kebudayaan mempunyai tugas memimpin dan membina penyiapan bahan pembinaan , pengembangan pelestarian dan pengelolaan kebudayaan Dalam melaksanakan tugasnya di atas sub dinas Pemasran dan Penyuluhan mempunyai fungsi : a. Perumusan perencanaan dan pelaksanaan penyiapan bahan kegiatan
pembinaan, pengembangan, pelestarian
pengelolaan kebudayaan
commit to user
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Pengawasan dan pengendalian dan pelaporan kegiatan pembinaan, pengembangan pelestarian dan pengeloalaan kebudayaan 7. Unit Pelaksana Tekhnik Dinas Unit pelaksana Teknis Dinas mempunyai tugas melaksanakan perencanaan, pengelolaaan obyek, pengawasan obyek dan memberikan informasi kepariwisataan serta melaksanakan evaluasi dan melaporkan hasil evaluasi. A.2 Obyek wisata pengging Obyek Wisata Pengging dterletak di Desa Dukuh Kecamatan Banyudono 12 KM sebelah timur Kota Boyolali atau 17 Km sebelah barat Kota Surakarta. Obyek Pariwisata Pengging merupakan Obyek Pariwisata Tirta, Ziarah dan Kebudayaan. Di dalam pengelolaannya Parwisata Pengging dikelola oleh UPTD Obyek Pariwisata Pengging yang merupakan bagian dari Sub Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali. Didalam UPT Bidang Obyek dan Daya Tarik Wisata mempunyai tugas memimpin dan membina kegiatan penyiapan bahan pembinaan, pengembangan, dan pemantauan Atraksi Wisata, Rekreasi dan Hiburan Umum. Dibawah ini merupakan potensi wisata yang dimiliki oleh Obyek Pariwisata Pengging
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.1 Daftar potensi yang dimilkiki oleh Obyek Pariwisata Pengging Jenis Obyek Pariwisata
Obyek Pariwisata
1. Pariwisata tirta
Umbul
Penganten,
Umbul
Ngabean, Umbul Dudo, Umbul Sungsang,
Umbul
Ngendad,
Kolam ikan besar dan kecil 2. Pariwisata Ziarah
Makam
Sri
Hadayaningrat,
Amangkurat Makam
R.Ng
Yosodipuro, Makam Dyah Ayu Retno Kedaton (Roro Kendad), makam R.Ng kebo Kenongo 3. Atraksi /Pariwisata budaya
Sebaran
Apem,
Padusan,
pertunjukkan Wayang Kulit dan keroncong. 4. Bangunan Yang mempunayi Masjid Unsur Budaya
bangunan
besar
tirto
Umbul
mulya, Nganten,
Bangunan Umbul Ngabean,
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali 2010
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A.2.1 Fungsi UPT Obyek Pariwisata Pengging Dalam pelaksanaan tugas pokok UPT Obyek Pariwisata Pengging mempunyai fungsi : a. Pelaksanaan teknis penerimaan jenis pendapatan yang berada di obyek wisata di wilayah kerjanya. b. Pemeliharaan kekayaan yang berada di obyek wisata di wilayah kerjanya. c. Pengaturan dan pengawasan pemanfaatan obyek wisata di wilayah kerjanya A.2.2 Tugas UPT Pengging 1. Kepala UPT Obyek Pariwisata Pengging Untuk kepala UPT Obyek Wisata mempunyai tugas pokok memimpin
dan
mengkoordinasikan
pelaksanaan
sebagian
kegiatan operasional dan kegiatan teknis penunjang dalam urusan pengeloalan obyek wisata Penjabaran tugas pokok sebagaimana dimaksud sebagai berikut a. Merumuskan kebijaksanaan teknis pada unit kerjanya b. Menyusun rencana, program kerja, kegiatan, laporan kinerja dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas. c. Memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas pada unit kerjanya d. Memberikan saran, pendapat dan pertimbangan kepada atasan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Mendistribusikan tugas, memberikan petunjuk dan arahan kepada bawahan f. Menyiapkan sarana dan prasarana bagi pengunjung obyek wisata g. Melaksanakan
pungutan
retribusi
pengadministrasian
retribusi pengunjung dan penyetoran hasil pendapatan ke kas daerah h. Melakukan pemeliharaan, perawatan dan pengamanan asset obyek wisata di wilayah kerjanya i. Pengaturan, pebgawasan dan pengendalian pemanfaatan asset obyek wisata di wilayah kerjanya j. Melakukan monitoring dan evaluasi kinerja di unit kerjanya k. Membina, mengawasi dan menilai kinerja bawahan serta memberikan DP3 1. Sub Bagian Tat Usaha UPT Obyek Pariwisata Pengging Sub bagian tata usaha pada UPT Obyek Wisata mempunyi tugas pokok untuk melaksanakan urusan kepegawaian
keuangan
umum,
rumah tangga ,
pengelolaan
barang,
perencanaan dan pelaporan Kepala Sub bagian Tata Usaha pada UPT Obyek Wisata mempunyai tugas pokok memimpin pelaksanaan urusan rumah tangga, kepegawaian, keuangan umum, pengeloalan barang, perencanaan dan pelaporan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penjabaran tugas pokok sebagaimana yang dimaksud sebagai berikut : a. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis pada unitnya b. Menyusun rencana program kerja, kegiatan , laporan kinerja dan pertanggungjawaban pelaksanaan kinerja c. Memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas sub bagian tat usaha unut kejanya d. Memberikan saran, pendapat dan pertimbangan kepada atasanya e. Mendistribusikan tugas, memberikan petunjuk dan arahan kepada bawahan f. Menyelenggarakan
urusan
umum
dan
kepegawaian,
keuangan dan pengelolaan barang serta perencanaan dan pelaporan g. Mengelola
administrasi
surat
menyurat,
pengarsipan
pemeliharaan rumah tangga kantor h. Melakuakan monitoring dan evaluasi kinerja sub bagian tat usaha unit kerjanya i. Membina, mengawasi dan menilai kinerja bawahan serta memberikan DP3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Analisis Swot dan Strategi Pengembangan Obyek Pariwisata Pengging oleh dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali Pariwisata
merupakan
salah
satu
sektor
strategis
bagi
perekonomian daerah Kabupaten boyolali yang apabila dikembangkan akan membuka peluang yang dapat mendorong kesejateraan masyarakat Kabupaten Boyolali khususnya pada masyarakat di dekat daerah obyek pariwisata. Dalam pembahasan ini akan dibahas strategi pengembangan Obyek Pariwisata Pengging. Dalam pengembangan Obyek Pariwisata Pengging pemerintahan kabupaten boyolali memberikan kewenangan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali, karena dinas ini yang berkompeten untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam bidang kepariwisataan seni, dan budaya termasuk dalam mengambil kebijakan dalam bidang kepariwisataan. Dalam upaya pengembangan Pariwisata Pengging dibutuhkan suatu strategi yang tepat yang didasarkan pada kondisi internal dan eksternal
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali dan
Obyek Pariwisata Pengging yang selalu berubah dengan cepat serta tidak terlepas dari misi dan visi yang diemban DISPARBUD . Sesuai dengan pendapat para ahli Argrys, minzberg, steiner dan miner yang menyatakan strategi merupakan respon terus menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi ( dikutip dari Freddy Rangkuti, 2008 :4). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa di dalam pengembangan obyek pariwisata pengging oleh dinas pariwisata dibutuhkan starategi dengan analisis lingkungan internal ( kelemahan /weaknesses(W)dan kekuatan / Strength(S)) serta lingkungan eksternal (peluang /Opportunity(O)dan ancaman /Threat(T)) atau sering disebut dengan analisis SWOT. B. 1 Analisis Factor Lingkungan DISPARBUD 1. Factor lingkungan Internal Lingkungan internal merupakan situasi dan kondisi dalam organisasi yang saling mempengaruhi dalam rangka mencapai tujuan dan tugas suatu organisasi. Analisa lingkungan internal ini bertujuan untuk mengidentifikasikelemahan dan kekuatan DISPARBUD yang merupakan aspek untuk membantu dan menghalangi pencapaian misi dan visi DISPARBUD. Factor internal DISPARBUD yang dianalisa adalah sebagai berikut a. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia dalam suatu organisasi merupakan hal yang komplek untuk dimiliki karena keberadaan SDM merupakan sebagai pelaku utama dalam melaksanakan aktifitas dalam organisasi . Dalam analisa SDM DISPARBUD dapat dilakukan pada dua aspek yaitu segi kualitas dan segi kuantitas yang dimiliki. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Segi kualitas SDM Kualitas pegawai umumnya diukur dari tingkat pendidikan dan pengalaman kerja pegawai. Untuk kualitas dari SDM DISPARBUD Kabupaten boyolali belum optimal jika dilihat dari segi pendidikan akan tetapi jika dilihat dari pengalaman kerja ada sebagian pegawai yang mempunyai masa kerja yang lebih dari lima tahun. Sesuai dengan bapak Tubinu S. Sos selaku kepala sub bagian umum dan kepegawaian “ memang mas jika dilihat dari tingkat pendidikan SDM yang kita miliki mempunyai kualitas yang kurang karena masih banyak terdapat dari pegawai kita yang berpendidikan rendah dan walaupun ada yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi masih banyak terdapat yang tidak sesuai dengan lulusan dan penempatanya ( wawancara 12 oktober 2010)” Hal tersebut didukung oleh data tentang tingkat pendidikan pagawai DISPARBUD. Berikut ini perincian Pegawai Disparbud Tabel 4.2 Tingkat pendidikan Pegawai DISPARBUD Status
SD SMP
SMA/
D3
S1
S2
5 4
29 1
4 -
SMK a. PNS/CPNS b. PTT
1 3
1 15
21 42
Jumlah Pejabat Struktural 18 orang terdiri dari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
· Esselon IIb : 1 orang · Eselon III a : 5 orang · Eselon IV a : 18 orang Dari table diatas dapat dilihat bahwa jumlah pegawai yang mempunyai pendidikan sebagian besar adalah SMA atau SMK sebanyak 63 orang dan disusul dengan S1 yang berjumlah 30 orang. Tetapi dari sekian bnayak pegawai tersebut semua jabatan struktural dijabat oleh pegawai yang berpendidikan sarjana dan untuk yang berpandidikan
SD-SMK/SMA
hanya
pegawai
yang
bersifat
operasional. Semua itu termasuk staf UPT Pengging, untuk lebih rincinya dapat dilihat dalam table sebagai berikut
commit to user Tabel 4.3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel Pendidikan Staf UPT PEngging
no
nama
pendidikan
1
Sri Waliyanto Msi
S2
2
Siti Kostiyah SE
Si
3
Saptono SE
SI
4
Supriyadi SE
S1
5
Purwadi
SMA
6
Sutiman
SMA
7
Joko Mulyono
SMA
8
Kirman
SMA
9
Sri Suwarni
SMA
10
Mardiningsih
SMA
11
Priyono
SMP
12
Slameto
SMP
S2
S1
SMA SMP Jabatan Kepala UPT Kasi TU Staf Staf Staf STaf Staf Staf Staf Staf Staf Staf
1
3
6
2
12
Dilihat dari tingkat pendidikanya dapat dikatakan bahwa kualitas SDM yang dimiliki oleh DISPARBUD dan UPT Pengging masih kurang baik.
2) Segi Kuantitas SDM
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jumlah pegawai DISPARBUD Kabupaten Boyolali sebanyak Jumlah SDM dinas Pariwisata dan Kabupaten Boyolali terdiri dari 136 orang dengan komposisi PNS 57 orang, CPNS 4 orang, PTT 65 orang. Dari jumlah pegawai yang 136 orang tersebut dirasakan sudah sangat mewadai mengingat tugas-tugas dan tujuan yang ada b, Sumber daya Keuangan sumber daya keuangan merupakan sumber daya pendukung yang sangat penting dalam berjalanya organisasi di dalam membiayai aktivitas organisasi dan program-program kerja yang disusun oleh DISPARBUD. Sumber daya keuangan Disparbud diperoleh sepenuhnya dari APBD Kabupaten Boyolali. hal ini dikemukakan oleh Dra. Kristiana Purwanti selaku Sekretariat DISPARBUD “selama ini alokasi dana yang diterima DISPARBUD memang berasal dari Alokasi APBD kabupaten Boyolali saja mas, untuk sumber dana yang lain selama ini memang belum adamas, sehingga dengan dana yang terbatas harus dapat manfaatkan tepat dengan sasaran”(wawancara 12 Oktober 20100). Hasil dari wawancara terebut didukung dengan rincian table sebagai berikut
Tabel 4.4 Rincian Anggaran Non Rutin Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali untuk Obyek Pariwisata commit Penggingtotahun user 2006-2010
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
no
Rincian Penggunaaan
tahun
Biaya
1
Saparan Pengging
2006
21.828.000
2
Padusan
2006
12.260.000
3
Rehailitasi obyek pariwisata
2006
100.000.000
4
Pengembangan obyek wisata pengging
2007
800.000.000
5
Pemasyarakatan sapta pesona
2007
10.000.0000
6.
Saparan Pengging
2007
22.500.000
7.
Padusan
2007
20.000.000
8
Rehabilitasi padmanegara
2008
150.000.000
9
Pengadaan alat kesenian
2008
25.000.000
10
Saparan Pengging
2008
23.500.000
11
Padusan
2008
25.000.000
12
Pemberdayaan peran masyarakat pengging
2009
30.000.000
2009
25.000.000
2009
23.500.000
2009
100.000.000
2010
25.000.000
2010
21.000.000
13 14 15 16 17
Saparan Pengging Padusan Rehabilitasi makam pamonegoro Padusan Saparan
jumlah
1.425.088.0000
Memang hal tersebut sangatlah memprihatinkan dengan hanya dana dari APBD tidaklah mungkin cukup untuk membiayai terhadap commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kebutuhan DISPARBUD dan pengembangan obyek Pariwisata terutama Obyek Paeriwisata Pengging. Akan tetapi hal tersebut bukan berarti DISPARBUD tidak memiliki penerimaan dana. Disparbud sebenarnya memiliki penerimaan dana yang berasal dari retribusi tempat rekreasi, akan tetapi dana tersebut tidak dikelola langsung oleh DISPARBUD melainkan disetorkan langsung dan dikelola oleh DIPENDA Kabupaten Boyolali . berikut ini adalah pendapatan dari Pariwisata Pengging tiga tahun terakhir Tabel 4. 5 Table pendapatan Obyek Pariwisata Pengging
no
Tahun
Target
Realisasi
Persentase
1
2008
140.500.000
151.152.000
111,85
2
2009
152.000.000
155.354.000
100,21
3
2010
156.000.000
159.000.000
100,25
c. Sarana dan Fasilitas Sarana dan fasilitas merupakan pendukung bagi kelancaran aktifitas organisasi. Sarana yang memadai akan mempelancar aktifitas organisasi dan sebaliknya sarana yang tidak memadai akan menghambat jalanya proses organisasi, hal itupun juga akan terjadi dalam Disparbud. commitdapat to user Sarana yang dimiliki Disparbud dilihat dalam table sebagai berikut
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.6 Sarana dan Prasara DISPARBUD no
Barang
tidak Jumlah Barang bergerak
jumlah
bergerak Tanah
8
Alat-alat besar
5
Bangunan air
4
Alat-alat angkutan
15
Instalasi
38
Alat kantor dan rumah 1014
Jaringan
3
tangga
Bangunan gedung
43
Alat studio
61
Alat kedokteran
4
Alat keamanan
78
Dari sarana yang dimiliki Disparbud diatas masih terdapat sarana yang masih kurang di dalam mendukung aktivitas organisasi, seperti yang diungkapkan ibu Kristiana Puwanti “ memang mas kami memiliki sarana kantor dan rumah tangga sebanyak 1014 unit tapi itu sebagian besar berupa sarana yang tidak dapat mendukung aktifitas para pegawai disini, dan untuk sarana yang penting bagi jalanya aktifitas masih terdapat kekurangan seperti computer mas, kami hanya memilki kurang dari sepuluh computer mas, dan itu hanya terdapat satu computer yang dapat digunakan bagi internet. Dan semua computer itu hanya terdapat dim kantor pusat sedangkan untuk kantor UPT seperti Kantor UPT pengging tidak ada computer jadi semuanya masih manual , hal itu sangat menghambat kerja pegawai terutama dalam dokumentasi atau pengarsipan” Sedangkan untuk sarana di dalam Objek Pemandian Pengging to useraktifitas para wisatawan hal itu sendiri sebenarnya sudahcommit mendukung
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dapat terlihat dari kondisi sarana dan fasilitas yang ada sangatlah mencukupi akan tetapi dalam perawatanya sangat memprihatinkan. Hal itu diungkapkan oleh bapak Sri Waliyanto “ sarana dan fasilitas pariwisata di Pengginng sebenarnya sudah memadai mas setelah adanya revitalisasi dan rehabilitasi akan tetapi kuarngnya perawatan dari sarana dan fasilitas tersebut membuat terdapat sarana dan fasillitas yang rusak sehingga tidak dapat digunakan” Pernyataan tersebut didukung dengan data sebagai berikut Tabel 4.7 Tabel sarana dan Prasarana obyek Pemandian Pengging no
jenis
1
Kamar mandi
2
Jumlah
a. Umbul sungsang
4
b. Umbul ngabean
6
c. Umbul nganten
6
d. Umbul ngendad
-
e. Makam Yosodipuro
5
Tempat ganti pakaian a. Umbul sungsang
2
b. Umbul ngabean
3
c. Umbul siramandalem
3
d. Umbul ngendad
-
4
Tempat aula pertunjukkan
1
5
Tempat olahraga
2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Budaya Organisasi Budaya organisasi merupakan salah satu aspek internal yang kadang tidak diperhatikan keberadaanya, padahal budaya organisasi merupakan
sangat
berpengaruh
terhadap
organisasi.
Di
dalam
DISPARBUD kabupaten Boyilali akan dianalisa mengenai etos kerja para pegawai. Semangat etos kerja dapat diukur dari tingkat kehadiran dan disiplin pegawai dalam menjalankan tugasnya. Secara umum semangat kerja pegawai DISPARBUD cukup baik , hal itu diungkapkan oleh Ibu Kristina Purwanti “ semangat kerja para pegawai relative sudah baik mas, hal itu dapat dilihat dari tingkat kedisiplinan dan intensitas kehadiran pegawai. Kalaupun ada pegawai yang keluar dan tidak masuk pasti ijin dahulu atau ada kerja lapangan yang diberikan oleh dinas” (wawancara 12 oktober 2010) Hal itu sesuai dengan yang diungkapkan bapak Sri Waliyanto selaku Kepala UPT Pengging “ untuk staf UPT Pengging Sendiri juga mempunyai semangat kerja yang tinggi hal itu dilihat dari tingkat kehadiran para staf setiap hari padahal dalam UPT ini tidak ada hari libur, dan apabila tidak bisa datang pasti selalu meminta ijin kepada dinas dan kemudian memberitahu saya sebagai kepala UPT di sini, selain absen di dinas di UPT sini pun juga saya adakan absen sebagai laporan ke dinas, hal itu saya lakukan untuk menghindari ketidakdisiplinan pegawai”
e. Kegiatan Pemasaran dan Promosi Pariwisata Kegiatan
pemasaran
pariwisata
meliputi
kegiatan
untuk
mempengaruhi , menghimbau dan merayu wisatawan atau konsumen agar datang ketempat pariwisata. tujuan dari pemasran adalah agar para commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
wisatawan membeli produk industry pariwisata baik berupa jasa atau barang. Unttuk pemasaran obyek pariwisata pengging penulis membatasi pemasaran pariwisata menjadi dua yaitu promosi pariwisata pengging serta pelayanan dan informasi pariwisata. hal ini seperti yang djelaskan Drs. M Basuni selaku seksi Promosi dan Informasi “ untuk pemasaran obyek wisata pengging kami hanya melakukan promosi dan memberikan informasi pariwisata obyek pengging maupun even-even yang akan dilaksanakan di obyrek pariwisata Pengging” (wawncara 13 Oktober 2010) Kegiatan promosi sangatlah penting untuk memperkenalkan obyek pariwisata pengging ke seluruh masyarakat luas baik itu di dalam kabupaten Boyolali maupun di luar kabupaten boyolali. di dalam melaksanakan kegiatan promosi pariwisata pengging DISPARBUD telah menyiapkan bahan-bahan informasi pariwisata pengging. Untuk promosi sendiri diakui promosi pariwisata Pengging kurang optimal karena masih terbatas ruang dan waktunyamasih terbatas.
f. Pengelolahan Obyek Pariwisata Pengging Salah satu kewenangan Disparbud adalah mengelola obyek pariwisata termasuk obyek pariwisata pengging. Di dalam pengelolahanya diserahkan kepada UPT Pemandian dan Ziarah Pengging yang berkantor commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Di pengging tetapi masih berinduk pada Disparbud. Pengging merupakan obyek pariwisata yan mempunyai keunggulan dalam segi atraksi dan variasi obyek pariwisata di banding dengan obyek lain yang ada di boyolali. Pariwisata pengging di dalam pengelolahanya sebenarnya sudah cukup baik akan tetapi karena masih terganjal dalam keterbatasan infrastruktur, sarana serta factor pendukung lain sedangkan jumlah dana untuk pengembanganya sangatlah terbatas,
maka pariwisata pengging
masih kalah pendapatnya dari obyek pariwisata lain baik itu yang ada di boyolali maupun yang ada di luar kabupaten boyolali. hal itu dapat dilihat dari beberapa obyek pariwisata pengging yang belum dikembangkan. Untuk masalah lokasi obyek pariwisata pengging sangat strategis karena terletak diantara jalan SOLO- Semarang-Jakarta serta Solo – Jogja dan telah memiliki jaringan transportasi udara , darat serta medan yang ditempuh sangatlah mudah. Dari segi itulah pengging merupakan Obyek Pariwisata yang sebenarnya sangat startegis dan potensial. 2. Faktor Lingkungan eksternal Lingkungan eksternal merupakan lingkungan diluar organisasi yang tidak dikendalikan oleh organisasi tapi sangat berpengaruh terhadap organisasi. Lingkungan eksternal DISPARBUD kabupaten Boyolali sangatlah komplek serta selalu berubah-ubah, agar DISPARBUD tidak mengalami kemunduran maka harus dapat mengikuti perkembangan dan bias beradaptasi dengan keadaan lingkungan eksternal . Lingkungan commit to user Eksternal ini dapat menimbulkan ancaman dan peluang.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Factor eksternal yang dihadapi DISPARBUD Kabupaten Boyolali meliputi a. Faktor politik DISPARBUD sebagai organisasi public sangatlah dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan politik dari pemerintahan di atasnya. Factor politik yang mempengaruhi DISPARBUD salah satunya adalah dinamika kewenangan penyelenggaraan kewenangan pemerintah daerah di bidang pariwisata. sejalan dengan dilaksanakanya UndangUndang No 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah , semua sector pariwisata juga diserahkan kepada pemerintahan kabupaten atau kota . hal tersebut didasarkan pada PP No 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi otonom
yang salah
satunya untuk mengurusi
sebagai daerah urusan dan
penyelenggaraan kepariwisataan Dengan pemberlakuan UU No 22 tahun 1999 dan PP No 25 tahun 2000
merupakan
peluang
bagi
Kabupaten
Boyolali
melalui
DIPARBUD dalam pengembangan pariwisata salah satunya dalam pengembangan obyek pariwisata pengging sebagai asset Kabupaten boyolali di dalam bidang pariwisata terutama untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hal itu seperti yang diungkapkan ibu Dra. Kristiana Purwanti commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“ dengan adanya otonomi daerah ini kami selaku dinas yang diberikan wewenang dari PEMDA biasa bergerak lebih bebas dan leluasa untuk menentukan kebijakan-kebijakan dalam pengembangan pariwisata, salah satunya pengging mas. Pengging merupakan objek wisata yang sangat potensial bagi Boyolali, dengan adanya otonomi daerah ini maka kami lebih leluasa untuk mengambil program-program di dalam pengembangan pengging walaupun ada sebagian di dalam pengembangan pengging masih ikut dengan kebijakan pemerintah pusat seperti program revitalisasi. ( 12 Oktober 2010) b. Faktor Sosial Masyarakat
Boyolali
khususnya Pengging
dikenal
dengan
keramahanya . sopan santun, berbudi pekerti hal itu dikarenakan pengging pada sejarahnya merupakan dekat denga keluarga keratin . hal di atas merupakan keunggulan yang dapat dijadikan modal bagi kesiapan
pengembangan
obyek
pariwisata
pengging
dengan
meningkatkan peran serta masyarakat bagi kegiatan kepariwisataan. Namun seiring dengan perkembangan jaman dan era globalisasi nilainilai tersebut lama-lama luntur. Bahkan menurut DISPARBUD sikap masyarakat terhadap sadar wisata sangat rendah khusunya pada anakanak remaja. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan bapak Sri Waliyanto S.sos.Msi selaku kepala UPT obyek wisata Pengging “ di dalam lingkungan wisata Pengging kami sadari tingkat kesadaran pariwisatanya sangat rendah, tapi kami juga berusaha untuk pembentukan sadar wisata di masyarakat pengging ini melalui sapta pesona dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya dan manfaat pariwisata dalam kesehjateraan rakyat.” ( 14 oktober 2010) c. Pihak-Pihak Berkepentingan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DISPARBUD merupakan birokrasi dalam lingkungan yang sangat kompleks dengan berbagai pihak yang berkepentingan . pihak-pihak yang berkepentingan dalam DISPARBUD antara lain 1, Konsumen Konsumen dalam industri pariwisata adalah wisatawan yang membeli produk baik itu jasa maupun barang hasil dari produksi. Pengenalan dan identifikasi terhadap konsumen sangatlah penting dalam rangka memperoleh segmentasi pasar. Dengan segmentasi yang luas maka akan memberikan peluang bagi obyek pariwisata pengging dalam pangsa pasar pariwisata di Boyolali dan daerah lainya. Permintaan wisatawan yang berkunjung disayangkan hanya wisatawan domestik saja hal itu dikarenakan kurangnya optimal promosi dan kinerja yang dilakukan. Padahal pariwisata pengging mempunyai potensi pariwisata budaya, untuk lebih jelasnya jumlah pengunjung dapat dilihat dalam table berikut
Tabel 4.8 Jumlah Pengunjung obyek Pariwisata Pengging commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
No
digilib.uns.ac.id
tahun
Jumlah
ziarah
pemandian
pengunjung 2008
53.745 0rang
11.358 orang
42.387orang
2009
59.509 orang
14.638 orang
44.871 orang
2010
67.197orang
18,458 orang
49.739 orang
2. KOLABOLATOR Kegiatan pariwisata tidak mungkin oleh satu pihak saja oleh DISPARBUD , melainkan membutuhkan keterlibatan dari pihak lain di dalam pengembangan obyek pariwisata Pengging . DISPARBUD melibatkan kolaborator antara lain kolaborator internal dan kolabarator eksternal. Kolabolator internal meliputi keterlibatan antar instansi pemerintah boyolali di dalam pengembangan obyek pariwisata Penngging . Instansi-Instansi tersebut antara lain Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan, Dinas Perdagangan dan Industri. Sedangkan Kolabarator eksternal meliputi kerjasama dengan kelompok-kelompok lain di luar kabupaten boyolali antara lain dengan menyusun paket wisata yang melibatkan daerah lain di luar kabupaten Boyolali dan menitipkan brosur kepada dinas pariwisata lain diluar daerah Boyolali. 3. Kompetitor
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kompetitor utama obyek pariwisata Pengging terbagi menjadi dua yaitu competitor yang berasal dari obyek pariwisata boyolali lainya baik itu yang dikelola swasta maupun DISPARBUD sendiri seperti Tlatar, Waterboom, pemancingan janti yang semuanya ini merupakan obyek pariwisata sejenis, tapi dalam hal ini Pengging masih mempunyai keunggulan yaitu pengging mempunyai obyek wisata ziarah, kebudayaan dan event-even pariwisata. sedangkan untuk competitor dari luar daerah meliputi obyek pariwisata yang berada di luar kabupaten Boyolali sepaerti daerah Surakarta, Klaten, Magelang, Semarang memiliki obyek pariwisata yang hampir sama dengan obyek pariwisata Pengging.
C. Analisa Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan
Ancaman
(Analisis Swot) Dari berbagai analisa factor lingkungan DISPARBUD baik factor lingkungan internal
yang menimbulkan kekauatan dan kelemahan
maupun lingkungan eksternal yang berupa peluang dan ancaman akan dilakukan analisi swot yaitu membuat daftar kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman a. Analisis Kekuatan-Kekuatan Disparbud 1) Struktur organisasi yang baik commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Struktur organisasi yang dimiliki oleh Disparbud mulai dari hierarki kepala staf dan tenaga operasional memiliki tugas masing-masing sesuai dengan Keputusan Bupati Nomor 512 tahun 2001 ( Rencana Strategis DISPARBUD 2006-2010) , hal tersebut menjadi kekuatan bagi DISPARBUD dalam menjalankan tugasnya di bidang pariwisata
yang sangat
komplek dan bertambahnya beban tugas sebagai implikasi dari pelimpahan kewenangan di bidang pariwisata 2) Kuantitas Pegawai yang cukup memadai Dari data menunjukkan bahwa jumlah pegawai DISPARBUD yang cukup banyak yaitu sejumlah 136 orang dengan komposisi PNS 57 orang, CPNS 4 orang, PTT 65 orang. Dari jumlah pegawai yang 136 orang tersebut dirasakan sudah sangat mewadai mengingat tugas-tugas yang ada baik tugas structural, fungsional maupun operasional.
3) Etos Kerja dilihat dari intensitas kerja dan disiplin kerja
semangat
pegawai DISPARBUD relative cukup baik, hal tersebut merupakan suatu kekuatan bagi DISPARBUD dalam upaya pengembangan obyek pariwisata Pengging commit to user 4) Lokasi pariwisata Pengging yang Strategis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lokasi merupakan salah satu factor penting di dalam pariwisata untuk menarik wisatawan, hal itu juga dimiliki oleh obyek pariwisata pengging dengan letak di antara jalan Solo-Jakarta dan Solo Yogyakarta maka obyek pariwisata pengging mempunyai letak yang strategis yang menjadi modal kekuatan untuk pengembanganya. b. Analisa Kelemahan DISPARBUD 1) Kualitas Sumber Daya manusia Yang masih rendah dari data menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai DISPARBUD berpendidikan SMA sederajat yaitu sebanyak 63 orang dan terdapat pendidikan SD sampai SMP sebanyak 20 orang. Hal ini menunjukkan
bahwa kualitas pegawai
DISPARBUD masih rendah, karena dengan kemajuan jaman dan persaingan yang semakin ketat ini tugas dibidang pariwisata semakin kompleks pula sehingga dibutuhkan pegawai-pegawai yang berpendidikan tinggi
2) Sumber Daya Keuangan Terbatas Berdasarkan pembahasan mengenai sumber daya keuangan kegiatan-kegiatan pengembangan pariwisata tergantung pada APBD
Kabupaten
Boyolali
yang
jumlahnya
relatif
terbatas.padahal dana yang dibutuhkan untuk pengembangan obyek pariwisata pengging sangatlah banyak mengingat masih commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
banyaknya obyek pariwisata yang belum dikembangkan di daerah obyek pariwisata Pengging. 3) Fasilitas kantor masih kurang memadai Dari data menunjukkan bahwa jumlah sarana yang penting dalam menunjang kegiatan organisasi seperti halnya computer , namu dalam hal ini pegawai berusaha dengan baik untuk memanfaatkan fasilitas yang ada guna menunjang aktivitas kerjanya. 4) Pemasaran dan Promosi yang dilakukan belum optimal Berdasarkan anlisa bahwa yang dilakukan DISPARBUD dalam promosi dan pemasaran obyek pariwisata pengging kurang optimal Karen ahanya menjangkau wisatawan domestic itupun sebagian besar hanyalah wisatawan yang bertempat tinggal di boyolali ataupun sekitar boyolali saja.
c. Analisi peluang DISPARBUD 1) Diterapkan Undang-Undang No 22 Tahun 1999 yang diperbarui dengan UU no 32 tahun 2004 dan PP No. 25 tahun 2000 Dengan ditetapkanya Undang—Undang no 22 tahun 1999 dan no 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berimplikasi pada penyerahan wewenang sector pariwisata pada Pemerintah Kabupaten Boyolali
memberikan peluang
bagi DISPARBUD dalam pengembangan Pariwisata Pengging dengan
mengambil
kebijakan-kebijakan
dalam
pengembanganya sesuai dengan karakteristik daerah obyek pariwisata Pengging.sedangkan dengan diterapkan PP no 25 tahun 2000 memberikan batasan-batasan yang jelas mana yang menjadi wewnwngpemerintah kabupaten, provinsi dan pusat sehingga tidak terjadi tumpang tindih. 2) Medan yang mudah ditempuh Medan yang mudah ditempuh oleh semua kendaraan darat sangatlah memberikan peluang bagi Pariwisata Pengging di dalam pengembanganya. Dengan medan yang mudah akan memudahkan bagi para pengunjung untuk mendatanginya dengan kendaraan pribadi maupun dengan kendaraan umum, sehingga pengunjung tidak susah mencapai Obyek Pariwisata Pengging. d. Analisi Ancaman DISPARBUD 1) Sadar Wisata Masyarakat Masih rendah Salah satu factor sosial yang mempengaruhi pengembangan Wisata Pengging adalah sikap masyarakat terhadapa pariwisata. menurut
penilaian
Disparbud
sadar
wisata
masyarakat
pengging masih rendah ini menjadi salah satu ancaman bagim commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
upaya pengembangan pariwisata , karena upaya pengembangan pariwisata tidak akan berhasil tanpa dukungan masyarakat sekitar 2) Kompetisi dari obyek pariwisata lain Adanya persaingaan industri pariwisata yang pesat, Pengging mengalami dampaknya yaitu terdapat persaingan dari obyek pariwisata lain yang sejenis dengan Obyek Pariwisata Pengging baik itu berasal dari dalam Daerah Boyolali maupun yang berada diluar Daerah Boyolali. Hal ini akan menjadi ancaman bagi obyek pariwisata pengging jika tidak bisa memperbaiki dalam segi pelayanan, pengelolaan serta pembangunan hal ini memerlukan pengembangan lebih lanjut.
Dari analisa diatas dapat dibuat analisis swot sebagai berikut berdasarkan rencana strategis Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali Tahun Anggaran 2006-2010
D. Analisis SWOT a. Kekuatan / Strenght : - Obyek Pariwisata Pengging sangat vareatif (pemandian,budaya, ziarah,buatan)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- Struktur organisasi dinas pariwisata dan kebudayaan yang baik - letak kantor yang strategis - semangat dan etos kerja yang baik - Kuantitas SDM yang cukup memadai - Letak obyek pariwisata yang starategis b. Kelemahan / Weakness : - Kualitas SDM kurang memadai - Sarana prasarana kurang memadai - Pemasaran Obyek pariwisata pengging kurang efektif Anggaran kecil - anggaran terbatas c. Peluang / Opportunity : - Adanya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah - Pengembangan obyek wisata sangat luas - Komitmen Pemerintah Daerah tenteng Dikeluarkannya Undang – undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerinthan Daerah - Dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang penyerahan Sebagaian wewenang pemerintah pusat ke commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pemerintah daerah sebagai daerah otonom Untuk menangani urusan dan penyelengaraan kepariwisataan. - Jaringan kerja sama antar daerah dan pusat sangat mendukung d. Ancaman / Threat : - Persaingan industri pariwisata yang sangat luas - Stabilitas politik - Sadar wisata masyarakat rendah Untuk
mengetahui
keterkaitan
antara
kedua
lingkungan
yang
menimbulkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, berikut disajikan bagan Matrik SWOT
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari analisi SWOT tersebut maka dapat diidentifikasi isu-isu strategis yang dihadapi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali berkaitan dengan pengembangan Obyek Pariwisata Pengging Isu starategis yang diperoleh dari kekuatan dan peluang ( SO) adalah sebagai berikut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Peningkatan manajemen dan pengelolaan obyek dan daya tarik wisata (pembangumnan infrastruktur, sarana dan prasarana obyek pariwisata) Isu Strategis yang diperoleh dari kelemahan dan peluang (WO) adalah sebagai berikut 2. Peningkatan manajemen pemasaran dan promosi obyek pariwisata Pengging Isu strategis yang diperoleh dari kekuatan dan ancaman (ST) adalah sebagai beriku 3. Peningkatan kemitraan dengan unsur pelaku pariwisata antar daerah Isu Strategis yang diperoleh dari kelemahan dan ancaman (WT) adalah sebagai berikut 4. Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) 5. Optimalisasi peningkatan sadar wisata masyarakat guna nmendukung penegembangan potensi pariwisata Identifikasi Isu-isu Strategis Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali Untuk menetapkan strategi, maka isu-isu strategi yang telah didentifikasi harus diuji terlebih dahulu dengan menggunakan test limuts. Setiap isu yang diidentifikasi dikenai 13 pertanyaan dan kemudian diberikan penilaian atas commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jawaban dari berbagai pertanyaan tersebut. Isu dengan nilai tertinggi adalah isu yang strategis. Penentuan skor sebagai berikut : ·
Skor 1 untuk yang bersifat operasional
·
Skor 2 untuk isu yang cukup strategis
·
Skor 3 untuk isu yang sangat startegis
Dari hasil peralian antara jumlah soal dan skor diperoleh nilai tertinggi 35 dan terendah 28 sehingga diterapkan kategorisasi sebagai berikut : ·
Nilai 13-21 untuk isu kurang strategis
·
Nilai 22-30 untuk isu cukup strategis
·
Nilai 31-39 untuk isu yang sangat strategis
Tabel 4.10 Tes Litmus No. 1 2 3
Pertanyaan Kapan tantangan atau peluang isu-isu strategis ada dihadapan anda? Seberapa luas isu akan berpengaruh pada organisasi anda? commit to user Seberapa banyak resiko/pluang keuangan
Isu 1 1
Isu 2 1
Isu 3 1
Isu 4 1
Isu 5 1
2
3
2
2
1
3
3
1
1
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
organisasi anda? Apakah strategi bagi pemecahan membutuhkan:
4
a Pengembangan sasaran program? Perubahan signifikan dalam sumber-sumber b atau jumlah pajak
3
1
3
3
1
1
1
1
1
1
Perubahan signifikan dalam ketepatan c peraturan?
1
1
1
1
1
Penambahan modifikasi fasilitas?
1
3
1
3
1
Penambahan staff yang signifikan?
1
3
3
3
1
Bagaimana pendekatan terbaik bagi pemecahan isu? Tingkat manajemen manakah yang dapat menetapkan bagaimana menanggulangi isu? Konsekuensi apakah yang mungkin terjadi bila isu tidak diselesaikan? Seberapa banyak departemen lain dipengaruhi oleh isu ini dan harus dilibatkan dalam pemecahan? Bagaimana sensitifitas isu ini terhadap nilai sosial, politik, religius, dan kultural?
2
1
1
1
2
2
3
3
2
3
3
2
3
1
1
3
2
2
2
2
2
3
1
3
2
25
27
23
24
20
d e 5 6 7 8 9
Jumlah
Dari hasil test limuts diatas dapat diketahui kesetrattegian masing-masing sebagai berikut 1. Isu strategis pengembangan infrastruktur , sarana dan prasarana memiliki nilai total 25 berarti isu ini merupakan isu yang cukup starategis, strategis karena di dalam peningkatan daya tarik dan pelayanana pada konsumen dibutuhkan pengembangan dan pembangunan infrastruktur, sarana dan prasarana
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Isu strategis pengembangan pemasaran dan promosi obyek pariwisata pengging mendapatkan nilai total 27 berarti isu ini cukup strategis karena untuk pengembangan pariwisata sangatalah penting dibutuhkan pemasaran dan promosi merupakan hal yang utama yang harus dilakukan. Dalam hal ini penyajian isi dalam pemasaran dan promosi sangat berpengaruh secara signifikan terhadapa pembaca untuk mengunjungi obyek pariwisata. 3. Isu strategis kerjasama di bidang kepariwisataan mendapatkan skor total 23, isu ini dikatakan cukup strategis. Dengan kerjasama di bidang kepariwisataan dapat besama-sama dengan stakeholder untuk saling membantu dan mendorong dalam pengembangan Obyek Pariwisata Pengging 4. Isu peningkatan sumber daya manusia mendapatkan nilai total 24, ini menunjukkan isu ini cukup strategis. Karena di dalam pelaksanaan pengembangan Obyek pariwisata Pengging sangat dibutuhkan SDM yang berkualitas selain Sumber daya yang alain. Hal itu dikarenakan SDM merupakan pengegrak dari Sumber Daya yang lain 5. Isu peningkatan Pemberdayaan masyarakat Setempat mendapatkan nilai total 20, berarti isu ini kurang strategis. Isu ini dikatakan kurang strategis karena di dalam prosesnya tergantung dari kesaaran masyarakat masingmasing. Walaupun dengan demikaian isu ini harus perlu diperhatikan, karena pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu tujuan penegembangan pariwisata commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. Strategi yang dilakukan Dinas Pariwista dan Kebudayaan Boyolali 1. Pengembangan
Infrastruktur, sarana dan prasarana Obyek
pariwisata Pengging a. Pengembangan Infarsturktur Pariwisata Di dalam pengembangan infrastuktur pariwisata Pengging terbagi menjadi dua, yaitu yang dilakukan oleh dinas pariwisata dan kebudayaan dan yang dilakukan Oleh pemerintahan pusat. 1. Pengembangan Infrastruktur yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali Untuk yang dilakukan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali berupa pemugaran obyek pariwisata dan penataan obyek-obyek pariwisata serta sarana rekreasi pariwisata di lokasi pariwisata pengging. Obyek pariwisata yang terdapat di Pengging telah mengalami pemugaran dan pembagunan di dalam pengembanganya baik itu pariwisata yang sudah dikelola oleh Dinas Pariwisata maupun yang belum dukelola oleh Dinas Pariwisata dengan maksud ke depanya obyek pariwisata yang belum dikelola tersebut akan dikelola oleh dinas. Bentuk pengembangan infrastruktur Obyek Pariwisata Pengging yang dilakukan oleh dinas sebagai berikut.
1.1 Obyek pemandian NGABEAN Kolam ini pada jaman sri paduka susuhuna Pakubuwono X khusus commit to user hanya dipergunakan mandi para keluarga kasunanan Surakarta. Untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menjaga ketertiban dan keamanan serta kebersihan juga keindahan oleh raja ditugaskan seorang berpangkat Ngabehi sebagai penjaganya. Yang akhirnya umbul tersebut sampai sekarang disebut dengan nama umbul Ngabean Umbul ini adalah suatu kolam pemandian berpagar tembok berbentuk bulat dengan garis tengah sepanjang 26 meter dengan kedalaman 1,5 meter, dilengkapi dengan aula, panggung, ruang ganti pakean serta WC dan kamar mandi. Sebelum diadakan pengembangan kondisi umbul ini sangatlah memprihatinkan sebagai obyek tujuan pariwisata, dimana untuk tembok pagarnya yang banyak coretanya, kamar mandinya antara laki-laki dan perempuan menjadi satu dan lantainya berlubang dan kolam yang berlumut. Selain itu masih terdapat beberapa fasilitas yang rusak seperti pintu masuk umbul dan atap aula yang rusak dan tidak terawat. Dari kondisi inilah maka Dinas pariwisata dan kebudayaan boyolali mengambil stategi untuk melakukan pemugaran demi menarik para wistawan, upaya yang dilakukan
adalah
dengan
memperbaiki
kondisi
tembok
dan
mengecatnya putih bersih. Memperbaiki kamar mandi yang sudah ada serta membangun kamar mandi lagi guna memisahkan antara kamar mandi perempuan dan laki-laki dan mengganti ubin aula dari yang dulu hanya biasa menjadi keramik. Sedangkan untuk pintu dan genteng yang dulu berkesan tradisional diganti dengan pintu dan genteng yang lebih modern. Untuk mendukung keindahan sekarang di sekitar kolam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diberi tempat duduk dan ditanami pohon perdu dan rumput, sehingga terkesan terdapat taman di sekitar kolam Hal itu sesuai dengan yang dipaparkan oleh Bapak Sutanto sebagi Kepala UPT obyek pariwisata pengging “ kondisi umbul Ngabean sebelum ada pemugaran memang memprihatinkan dan banyak pengunjung yang mengeluh tentang fasilitas yang kami sediakan, menurut saya kondisi tersebut tidak layak bagi tujuan pariwisata, sebenarnya kami sebagai pengelola langsung obyek pariwisata pengging berusaha untuk menjaganya, akan tetapi karena pengunjung kadang tidak mempunyai kesadaran untuk menjaga fasilitas tersebut diluar sepengetahuan kami mereka merusak fasilitas yang ada dan mencoret-coret tembok yang dapat merusak keindahan umum, tapi setelah pemugaran yang dilakukan keadaan berbalik 180 derajat, kondisi yang sekarang menjadi nyaman dan asri, untuk penggantian pintu dan atap sebenarnya sangat disayangkan, karena peninggalan yang mempunyai nilai budaya yang dapt menjadi daya tari tersendiri, akan tetapi hal itu tidak dapat dihindarkan karena pintu dan atap sudah terlalu rusak. Untuk bentuk bangunan tetap dipertahankan karena agar nilai kebudayaan yang ada tidak hilang”( wawancara 13 oktober 2010) Dari wawancara tersebut dapat diketahui sebelum adanya pengembangan Umbul Ngabean kurang terawat dan belum sebagus sekarang. Dalam melakukan pengembanganya dinas pariwisata melakukan pemugaran dengan mempertahankan bentuk bangunan yang telah ada serta perbaikan fasilitas yang ada dan membangun fasilitas guna melengkapi fasilitas yang sudah ada.
1.2 UMBUL PENGANTEN Umbul Nganten pada awalnya terdapat dua buah umbul yang pada commit to user Paku Buwono X di Sabda atau saat kunjungan Sri Paduka Susuhunan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dicipta menjadi satu dan ternyata benar-benar menjadi satu. Karena dua
umbul
telah
menjadi
satu,
sehingga
umbul
tersebut
diibaratkansebagai sepasang mempelai yang hidup rukun menjadi satu. Sehingga akhirnya umbuk tersebut sampai sekarang dikenal dengan nama umbul penganten Umbul ini adalah suatu kolam pemandian yang berpagar tembok dengan ukuran lebar 24 meter, dan panjang 33 meter dengan kedalaman berturut-turut dari 0,7 m, 1,40 m, dan 1,80 m. fasilitas yang ada dalam umbul ini adalah bangunan ruang tungu, ruang ganti pakean, WC dan kamar mandi. Umbul ini tidak terlepas dari pemugaran yang dilakukan oleh dinas pariwisata dan kebudayaan boyolali walaupun sebenarnya keadaan umbul ini tidak terlalu parah akan tetapi dari segi keamanan kondisi umbul ini kurang menjanjikan, karena tembok pagar yang sudah rapuh dan alas dari kolam renang yang masih berupa kerikil.
Kegiatan
yang
dilakukan
adalah
dengan
melakukan
pembangunan pagar tembok yang mengelilingi umbul dan mengganti ubin kolam renangnya dengan keramik. Hal itu dilakukan dinas dengan alasan keamanan, keindahan seta kenyamanan para pengunjung umbul Penganten. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Slameto sebagai salah satu staf UPT obyek pariwisata pengging yang bertugas dalam tiket masuk umbul penganten “ saya sebagai petugas yang menjaga tiket masuk umbul to user Penganten sangat commit merasakan perbedaan kondisi umbul anten yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sekarang terutama pada segi keamanan, dimana yang dulu pagarnya sangat rapuh dimana seolah-olah tinggal menunggu waktu untuk runtuhnya saja, sampai-sampai adsa larangan agar tidak dekat-dekat dengan pagar untuk menghindari kalau sewaktuwaktu akan roboh, tetapi dengan adanya pemugaran di Umbul Penganten ini hal kekahawatiran tersebut jadi hilang, emang disayangkan dengan adanya pemugaran ini tembok yang mempunyai nilai sejarah diganti, akan tetapi dinas di dalam pembangunan tersebut membagun sesuai bentuk sepeti seperti awalnya walupun sudah tidak asli lagi, yang terpenting keamanan dan kenyamanan pengunjung tercukupi”( wawncara 13 Oktober 2010) Dari wawancara tersebut umbul penganten dilakukan pemugaran dengan alasan utama keamanan bagi para pengunjung, dengan pemugaran yang dilakuakn diharapkan agar keamanan di umbul penganten dapat terjamin, sehingga akan timbul kenyamanan. 1.3 Umbul Dudo Awal mulanya terjadi umbul dudo adalah diketemukan seekor kura-kura ( Bulus dalam bahasa jawa) cukup besar yang berjenis kelamin jantan. Oleh karena itu karena hanya diketemukan seekor kura-kura jantan
diumbul tersebut, maka sampai sekarang dikenal
dengan nama umbul dudo ( sebutan sesorang yang laki-laki yang telah ditinggal istrinya) Umbul ini adalah suatu kolam pemandian, dengan ukuran lebar 8 m, panjang 12 m. dengan kedalaman 0.70 m yang di dalamnya terdapat sebuah batu yoni yang terbalik. Umbul dudo pada awalnya merupakan tempat untuk mencuci pakaian oleh warga setempat, tetapi setelah diadakan pemugaran umbul dudo dialihkan fungsi menjadi pemandian, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan kelilingnya dibangun pagar dari besi yang tngginya Cuma 1, 5 m. untuk fasilitas yang lain di umbul ini tidak dilengkapi Seperti yang diungkapkan Bpk Sri Waliyanto “ umbul dudo merupakan peralihan fungsi setelah terjadi pemugaran, tetapi pemugaran yang dilakukan hanyalah sebatas pembangunan pagar dan fasilitas kamar mandi yang sederhana, pengelolahan yang dilakukan di umbul ini berbeda sendiri karena tidak dipunguti karcis masuk.Hal itu dikarenakan yang menggunakan umbul ini merupakan warga sekitar. Jadi pada intinya umbul ini merupakan obyek pelengkap umbul-umbul lain “(wawancara 13 oktober 2010) Berdasarkan hasil wawancara di atas pemugaran umbul dudo merupakan peralihan fungsi dari yang semula untuk tempat mencuci warga sekarang dijadikan tempat pemandian yang pengelolaanya belum dikenakan biaya masuk karena hal tertentu.
1.4 Kolam ikan kecil dan Besar dan panggung kesenian Kolam ikan kecil berukuran lebar 14 m, panjang 33 m, dengan kedalaman air 0,80 m. sedang kolam ikan besar berukuran lebar 45 m, panjang 65 m dengan kedalaman 2 m yang sumber airnya pelimpahan dari umbul penganten dan umbul Dudo. Dimana di tengah kolam ikan besar terdapat panggung kesenian yang berukuran 7x7 m. Kolam ini disediakan untuk umum dan sebagai tempat rekreasi pemancingan Setelah adanya pemugaran terjadi penataan di dalam fungsi kolam besar dan kecil tersebut, yaitu dinas pariwisata dan kebudayaan boyolali bekerjasama dengan pihak swasta dalam pengelolaanya. Dimana kolam tersebut sekarang dialih fungsikan dari tempat untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
umum sekarang sebagai restoran dan tempat pemancingan yang dikelola swasta. Seperti yang diungkapkan bapk Sri Waliyanto “ untuk pengalihfungsian kolam tersebut karena merupakan tuntutan kebutuhan obyek pariwisata akan fasilitas pendukung yaitu rumah makan. Untuk hal ini kami bekerjasama dengan pihak swasta sebagai mitra dalam pengembangan dan pengelolaanya dan pihak swasta pun juga memberikan semacam pajak kepada dinas setiap tahun sekali sebesar 5 juta”( wawancara 13 oktober 2010) Sedangkan pengelola rumah makan mengemukakan “ dinas pariwisata dan kebudayaan Boyolali menyerahkan pengelolaan kola mini sebagai rumah makan kepada kami, hal itu dikarenakan agar fasilitas tertuma dalam rumah makan dapt terpenuhi, sehingga dapat menarik wisatawan. Namun dalam hal ini kami dengan dinas pariwisata mengadakan perjanjian yaitu enyerahkan pendapatan yang kami peroleh kepada dinas sebesar 5.0000.000 setiap tahunya. Pengelolaan yang kami lakukan nantinya akan dievaluasi dan diberi penyuluhan setiap satu tahun sekali” Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa pemugaran kolam besar dan kolam kecil dengan pengalih fungsian dikarenakan tuntutan peningkatan pemenuhan fasilitas para pengunjung akan runmah makan demi menambah daya tarik pariwisata. Dengan adanya pengalihfungsian ini akan menambah pendapatan yang diperoleh dari obyek pariwisata Pengging. Karena dengan pengelolaanya yang diserahkan kepada pihak swasta akan terjadi kemitraan yang saling menguntungkan antara dinas dan pihak swata. Dan untuk pemantauan pengelolaan yang dilakukan pihak swasta maka setiap satu tahun sekali Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali mengadakan evaluasi . commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengembangan potensi pariwisata yang belum dikelola dinas pariwisata dan kebudayaan boyolali berupa pembabangunan secara bekesinambungan dengan maksud apabila sudah memenuhi syarat sebagai obyek pariwisata akan dikelola oleh dinas pariwisata dan kebudayaan boyolali, Seperti yang diungkapkan oleh bapak Sri hartono , BA selaku kepala Sub Bagian Perencanaan, Penelitian, dan Pelaporan “ dinas pariwisata boyolali telah mengupayakan pembangunan potensi-potensi yang ada di pengging yang selama ini belum dikelola oleh dinas dengan cara pembangunan yang secara berkala, hal itu kita ketahui mas terdapat kendala yaitu keterbatasan anggaran yang diberikan pemerintahan Boyolali kepada dinas untuk pengembangan obyek Pariwisata. sedangkan syrat obyek wisata adalah harus mempunyai kaulitas baik dari segi keindahan, fasilitas, kebersihan serta kenyamana pengunjung pariwisata. sedangkan untuk membangun itu semua membutuhkan dana yang tidak sedikit (wawancara 14 oktober 2010) Bapak menambahkan “ untuk potensi yang belum dikelola karena letaknya yang sedikit jauh dan berpisah dengan obyek utama pariwisata pengging, maka dinas pariwsata berencana untuk membangun sebuah jalan yang menghubungkan antara Umbul Ngendad, makam Kebo Kenongo, Makam Roro Kendad dan makam Sri Amangkurat Hadayaningrat,walupun sampai skarang belum terlaksana tapi rencana tersebut sudah diajukankepada pemerintahan daerah. Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa di dalam pengembangan potensi pariwisata yang belum dkelola oleh dinas dengan melakukan pembangunan secara berkala. Hal itu dikarenakan keterbatasan anggaran yang diberikan oleh pemerintah daerah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
Pengembangan Infarstruktur yang dilakukan oleh pihak diluar dinas Pariwisata dan kebudayaan Boyolali melalui revitalisasi Revitalisasi pada obyek pariwisata pengging merupakan program pengembangan yang dilakukan oleh pemerintah pusat dengan anggaran dana dari APBN. Dalam hal ini dinas pariwisata hanyalah sebagai penerima program saja di dalam pelaksanaanya. Ha ini seperti yang diungkapkan ibu Dra. Kristitiana Purwanti selaku sekretaiat dalm DInas pariwisata dan kebudayaan “didalam pengembanganya kami hanya melakukan pemugaran sebagian tempat pariwisata di pengging saja dan untuk revitalisasi kami hanyalah sebagai penerima program saja, karena revitalisasi ini pertama kali di usulkan oleh bpak Djoko Kirmanto sebagai Menteri paekerjaan Umum dan kemudian ditindak lanjuti dari pusat dan dengan anggaran dari pusat juga”.( wawancara 14 Oktober 2010) Dari wawancara diatas dapat diketahui revitalisasi merupakan bentuk kerjasama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali dengan pemerintah pusat khusunya Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Nergara Republik Indonesia walaupun ini merupakan bantuan dari menteri pekerjaan umum yaitu Djoko Kirmanto yang merupakan warga asli Pengging. Dari revitalisasi tersebut sangat membantu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali dalam proses Pengembangan. Revitalisasi Obyek Pariwisata Pengging meliputi, pembangunan pasar local pengging, penataan tata ruang obyek pariwisata pengging, perbaikan jalan dan sarana menuju obyek pariwisata pengging,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Revitalisasi yang dilakukan di Obyek Pariwisata Pengging 2.1. Pembangunan pasar local Pengging Pembangunan pasar lokal Pengging merupakan pasar yang terletak kurang lebih 50 meter dan merupakan pusat perbelanjaan bagi warga dan pariwisatawan yang sedang berkunjung di Obyek Pariwisata Pengging, karena di dalam pasara ini terdapat kebutuhan-kebutuhan yang dibuthkan oleh para pengunjung, seperti makanan tradisional, pernak-pernik dan kebutuhan yang lain. Akan tetapi dikarenakan kondiai
tempat
yang
kurang
memnuhi
persyaratan
tempat
perbelanjaan maka sebagian wisatawan kurang tertarik untuk memasuki pasar local tersebut. Mengingat Pasar local yang sangat penting di dalam dunia kepariwisataan pengging dan pusat perputaran uag penduduk maka pada tahun 2006 Pasar Pengging mengalami revitalisasi, dalam hal ini pasar pengging dirombak secara keseluruhan dan dibangun dalam bentuk dan bangunan yang permanen dimana dulu Pasar Pengging cuma bangunan yang terdiri dari pagar tembok yang sudah tua, sehingga menimbulkan kesan kumuh. Setelah adanya revitalisasi pasar pengging dibangung dengan dua lantai dan berbentuk bangunan modern sehingga menambah keindahan obyek pariwisata pengging dan daya tarik tersendiri bagi para pengunjung Pariwisata Pengging commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hal itu dibenarkan oleh bapak Sri waliyanto “Revitalisasi yang dilakukan pada pasar pengging merupakan suatu keuntungan tersendiri untuk pariwisata pengging, karena dengan adanya revitalisasi yang dilakukan tersebut suasana di daerah pariwisata terlihat lebih indah dan mempunyai tempat perbelanjaan yang telah memnuhi syarat, akan tetapi yang disayangkan masih terdapat kios-kios di pasar pengging yang masih belum ditempati karena factor harga yag dinilai terlalu mahal. Itu yang menjadi pekrjaan rumah bagi pemerintah daerah agar optimalisasi kios dapat tercapai”(wawancara 13 Oktober 2010) Dari wawancara diatas dapat diketahui dengan adanya revitalisasi yang dilakukan di pasar pengging akan mempengaruhi langsung atau tidak langsung dalam peningkatan daya tarik wisata khususnya dalam hal produk wisata yang dihasilkan seperti pernakpernik, makanan khas dan tradisional.
2.2 Pentataan tata ruang Pariwisata Pengging Di obyek pariwisata pengging tersebut juga dilengkapi dengan sarana olahraga yaitu dua buah lapangan tenis yang terdapat di dalam lokasi utama obyek pariwisata Pengging. Dengan adanya revitalisasi maka terdapat panataan lokasi dimana lapangan tenis yang dahulu sekarang dibangun panggung pertunjukkan dan lapangan tenisnya diganti diluar lokasi tetapi masih di dalam pengelolaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali. hal ini dikarenakan tuntutan dari keterlengkapan panggung terbuka untuk acara-acara kesenian dan pertunjukkan lainya. Dengan adanya panggung terbuka maka dapt digelar acara kesenian dan hiburan yang nantinya akan menjadi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
daya tarik tersendiri untuk para wisatawan, sedangkan sarana olahraga yang berupa lapangan tenis dibangun di lokasi lain yang jaraknya hanya 10 meter dari lokasi pariwisata. Lapangan tenis tersebut merupakan sarana rekreasi olahraga yang direvitaliasasi guna menambah sarana yang dimiliki oleh obyek pariwisata pengging Seperti yang dikatakan bapak Sri Waliyanto “ revitalisasi yang dilakukan terhadap lapangan tenis berupa panataan tata ruang dan pembangunan kembali terhadap panggung pertunjukkan dan lapangan tenis, kedua sarana rekreasi tersebut merupakan sarana yang dimiliki Obyek Wisata Pengging yang berguna untuk menambah daya tarik pariwisata. kami sebagai pengelola obyek pariwisata pengging sangatlah setuju dengan penataan ruang tersebut dan pembangunan kembali panggung pertunjukkan yang dulu sempat dihilangkan, dengan panggung pertunjukkan tersebu kami dpat menambah atraksi pariwisata seperti pertunjukkan kesenian dan hiburan guna menambah daya tari kepada para wisatawan, dan biasanya kami selenggarakan pada hari minggu, libur dan hari-hari tertentu,” (wawancara 13 Oktober 2010) Bapak menambahkan “untuk rekreasi lapangan tenis biasanya Cuma digunakan oleh warga sekitar untuk melakukan olahraga. Akan tetapi dalam pelaksanaanya siapa yang menggunakan jasa lapangan tenis maka mereka akan dipunguti biaya yang nantinya akan masuk dalam pendapatan obyek pariwisata pengging” Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwa revitalisasi yang dilakukan adalah dengan penataan ruang dan pembangunan kembali panggung pertunjukkan dan pengalihan lapangan tenis. Hal itu dikarenakan guna menambah atraksi pariwisata di pengging demi meningkatkan daya tarik pariwisata pengging Hasil wawancara bapak Suyamto salah satu dari pengunjung commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“dengan adanya panggung terbuka ini kami selaku pengunjung sangat merasakan perbedaan suasana yang terjadi, selain obyek pariwisata pengging yang lebih indah kami juga mendapat hiburan lain dengan adanya pementasan baik itu kesenian dan hiburan lain yang diselenggarakan seperti band dan dangdutan”( wawancara 13 oktober 2010) Dengan adanya penataan tersebut Pengging mempunyai atraksi pariwisata yang baru yang dapat dinikmati oleh pengunjung pariwisata sehingga menambah daya tarik obyek pariwisata pengging. Dengan bertambahnya atraksi pariwisata tersebut maka Pariwisata Pengging merupakan salah satu daerah Obyek Pariwisata di Kabupaten Boyolali yang mempunyai atraksi wisata yang lengkap.
2.3 Pembangunan dan rehabilitasi umbul sungsang Umbul Sungsang ini terdiri dari dua kolam dimana pada awalnya yang satu merupakan pemandian untuk keluarga Sri Pakubuwono dan yang satu untuk pemandian umum, itu merupakan sedikit sejarah umbul sungsang dan sesudah itu umbul ini dilanjutkan pemugaranya oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali dengan dibangun kembali menjadi lebih indah dan malakukan penataan taman pembangunan tempat parkir yang semula belum ada. Pada tahun 2006 tepatnya umbul sungsang pun mengalami revitalisasi dimana umbul direhab lagi menjadi lebih indah dan dibangun satu lagi kolam dimana pada awalnya hanyalah sungai yang mempunyai sumber air. Selain pembangunan kolam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
revitalisasi juga membuat taman di sekitar umbul tersebut dengan didukung dengan adanya sungai yang mengalir disampingnya taman tersebut tampak indahDengan adanya revitalisasi tersebut umbul sungsang tampak lebih indah dengan bangunan dan penataan taman yang berada di samping kolam
2.4 Pembangunan dan rehabilitasi makam R.ng Yosodipuro Makam ini merupakan makam seorang pujangga kasunanan Surakarta yang bernama R.Ng. Yosodipuro. Makam ini terletak sekitar 200 meter sebelah utara obyek wisata pemandian Pengging. Makam ini setiap malam jumat pahing mencapai ribuan peziarah yang berasal dari berbagai kota seperti Surakarta, Yogyakarta, purwokerto, semarang, Cirebon, indramayu, tasikmalaya dan sekitarnya. Dilihat dari pengunjungya makam R.ng yosodipuro sangat dikenal diluar boyolali. Pada tahun 2006 makam ini mengalami revitalisasi, karena dianggap keadaan makam ini kurang mendukung sebagai tempat ziarah, untuk itu dalam revitalisasi makam ini mulai dipugar agar tampak lebih indah dan dibangun bebarapa fasilitas pendukung. Pemugaran
itu
dilakukan
dengan
pembangunan
tempat
pasanggrahan bagi para peziarah dan pembangunan jalan setapak yang dulunya hanyalah dari tanah sekarang dibangun dengan alas batako, untuk fasilitas pendukung dibangun beberapa kamar kecil, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sedangkan untuk memperindah area pemakaman di bangun pagar makam dan penanaman pohon di sekitar makam
Menurut bapak Priyanto SE “revitalisasi yang diakukan memang baik mas karena dengan revitalisasi ini pamakaman yosodipuro dan umbul sungsang tampak lebih indah dan nyaman bagi para peziarah makam dan pengunjung wisata, akan tetapi yang saya sesalkan di dalam perawatan setelah revitalisasi ini mas, mungkin karena kuantitas staf upt kami yang sedikit mas sehingga di dalam perawatan kami kuarang optimal. Dengan luas daerah yang dimiliki tidak sebanding staf upt yang kami miliki” Bapak menambahkan “Sebenarnya untuk masalah kontribusi dalam PAD pemakaman dan umbul sungsang ini dapat berbicara banyak, akan tetapi tedapat kendala bagi kami yaitu karena lokasi umbul sungsang dan pemakaman ini terletak di tengah pemukiman masyarakat kami sangat sulit untuk menjaga akses masuk dengan staf yang sedikit ini mas, bebeda dengan obyek pariwisata umbul nganten dan Ngabeaan yang diberi pagar tinggi dengan satu pimtu masuk” ( wawncara 14 Oktober 2010)
3
Melakukan fasilitas Pengembangan Obyek Pariwisata Pengging Upaya pengembangan Obyek pariwisata Pengging diperlukan fasilitas terhadap pengembangan obyek dan daya tarik pariwisata. fasilitas
yang
dimaksud
meliputi
kualitas
sarana
prasarana,
kelengkapan sarana dan prasarana, dan kapasitas sarana dan prasarana. Sampai sekarang keterbatasan keterbatasan kualitas sarana dan prasarana atau fasilitas pendukung menjadi hambatan dalam melayani aktifitas wisatawan. Keterbatsan kualitas sarana dan prasarana dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengurangi potensi dan daya tarik wisata untuk berkunjung. Oleh karena itu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali harus memfasilitasi pengembangan terhadap potensi obyek pariwisata pengging Sesuai dengan perynyataan Bapak Drs Sutrisno, M. Hum sebagai kepala Bidang Sarana Pariwisata “di dalam pengembangan pariwisata kebutuhan fasilitas sangatlah penting, karena untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pengembangan jaringan sarana yang meliputi jaringan jalan, sarana transportasi, jaringann air bersih, jaringan air kotor,jaringan listrik, jaringan komunikasi, serta jaringan sound system (wawancara 14 Oktober 2010) Fasilitasisasi pengembangan pariwisata meliputi bebrapa kegiatan sebagai berikut 1) Jaringan Prasarana a. Jaringan jalan Kondisi prasarana jalan yang menuju obyek pariwisata Pengging pada umumnya sudah baik akan tetapi dalam hal ini belum terdapat jalan dan petunjuk jalan yang menghubungkan antara lokasi utama obyek pariwisata pengging dengan potensi pariwisata lain yang terpisah, sehingga masih terdapat potensi pariwisata yang tidak diketahui oleh pengunjung pariwisata. dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali telah mengajukan perencanaan ke Pemda Boyolali untuk pembuatan jalan yang menghubungkan antar lokasi utam obyek pariwisata commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengging dengan potensi wisata lain yang berada di lokasi pengging,
untuk
sarana
pengunjung semakin
parkiran
bertambah
yang
mengingat
maka pola parkir
diperluas dengan penataan agar lalu lintas kendaraan yang keluar masuk pada area wisata dapat lancar dan tertib. b. Sarana Transportasi Sarana transportasi untuk pencapaian menuju lokasi untuk pengunjung biasa menggunakan kendaraan pribadi. Akan tetapi didalam transportasi ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali bekerjasama dengan para Kusir Andong dan Becak. Untuk Andong yang merupakan alat transportasi tradisional dan sudah langka untuk ditemukan pada masa sekarang ini, dinas Pariwisata dan Kebudayaan selalu membina agar andong tidak punah dari peredaran di pariwisata pengging. Karena Andong merupakan daya tarik tersendiri bagi Pariwisata Pengging. Seperti yang diungkapkan oleh.Bapak Sri Hartono. “ Andong merupakan alat transportasi yang sangat sulit ditemui sekarang ini, untuk itu kami akan berusaha melestarikan keberadaanya guna meningkatkan daya tarik pariwisata Pengging. Dalam hal ini kami selalu memberikan pembinaan dan bantuan kepada kusir Andong. Selain itu guna menambah daya tarik pariwisata kami memberikan pakain batik dan tupluk pakaian tradisional jawa untuk dipakai pada hari-hari libur dan hari tertentu” (wawancara 14 Oktober 2010) to user c. Jaringan commit air bersih
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam obyek pariwisata jaringan air bersih sangatlah penting, di pengging mempunyai keuntungan dalam hal ini dikarenakan pengging merupakan salah satu daerah di boyolali yang kaya akan air. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dalam penyediaan air bersih menggunakan air sumur yang dialirkan dengan pompa air dalam kamar mandi dan tempat cuci tangan
d. Jaringan Air Kotor Jaringan air kotor yang digunakan dalam obyek Pariwisata Pengging menggunakan kolam filtrasi yang menampung sampah,
debu,
pasir
dan
sebagaimana
kemudian
dibersihkan secara berkala agar tidak mencemari, untuk limbah cair yang berasal dari kamar mandi disalurkan ke bak control dan septytank dengan peresapan.
e. Jaringan Listrik Jaringan Listrik yang digunakan dari PLN disalurkan pada panel keseluruh kawasan obyek wisata Pengging. Untuk mengatasi gangguan pada pelayanan PLN dinas pariwisata dan kebudayaan menyediakan generator yang berfungsi sebagai sumber listrik cadangan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f. Jaringan Komunikasi Dalam hal ini kami bekerjasama dengan pihak lain dalam penyediaanya. Dimana pihak tersebut menyediakan telpon umum di dekat pariwisata obyek pariwisata pengging. Dengan begitu para pengunjung dengan mudah untuk mencari alat komunikasi
g. Jaringan Sound Sistem Untuk jaringan sound system pariwisata pengging sangatlah kurang, karena hanya ada ada dua pengeras suara saja sehingga tidak semuanya bias dengar mengingat lokasi pariwisata pengging sangat luas, tapi dalam hal ini dinas pariwisata pada awal tahun 2011 ini akan menambah sarana tersebut demi lancarnya informasi dan tatasuara petunjuk bagi para pengunjung obyek pariwisata
4
Pengembangan Promosi Pariwisata Obyek Wisata Pengging Promosi pariwisata merupakan faktor penting yang menjadi kunci sukses di dalam penjualan produk pariwisata. Begitupun halnya dengan Obyek Pariwisata Pengging. Sesuai dengan perkataan Bpk Drs. M. Basuni selaku seksi promosi dan informasi “ di dalam upaya pengembangan obyek pariwisata itu tidak lepas dari bagaimana strategi yang dilakukan dinas di dalam melakukan promosi obyek pariwisata. untuk pengging yaw mas mulai dari user tahun 2006 kamicommit mulai tomelakukan promosi-promosi ke luar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
daerah boyolali terutama pada daerah Solo, Wonogiri,sragen, Klaten, Magelang yogyakarta dan daerah-daerah lain. Memang sebelum tahun 2006 khusunya sebelum ada pengembangan kami hanya melakukan promosi di daerah kabupaten boyolali saja, hal itu dikarenakan pengging pada sebelum ada pengembangan belum siap untuk dipasarkan keluar dari boyolali, karena kami anggap masih ada banyak kekurangan sebagai obyek pariwisata unggulan untuk dipasarkan keluar daerah. Setelah ada revitalisasi dan pengembangan tersebut kami anggap pengging merupakan obyek pariwisata yang mempunyai pasar yang tinggi dan sudah siap sehingga kami mulai memasarakanya secara lebih luas”. Selain itu bapak menambahkan ”juga menambahkan promosi pariwisata yang kami lakukan juga agar tambah luas kami menggunakan media internet, dengan memasukkan obyek pariwisata pengging dalam obyek wisata unggulan di boyolali di situs www. Dinas pariwisata dan kebudayaan kabupaten boyolali.com” Promosi-promosi yang dilakukan adalah
1)
Melakukan pengadaan barang-barang promosi seperti pembuatan baliho, leaflet, spanduk, terbangunya gapura dan papan penunjuk Pengging. Bapak M Basuni mengungkapkan “letak pariwisata Pengging yang strategis diantara jalan solosemarang jakrta, memudahkan kami dalam melakukan promosi melewati baliho dan semacamnya. Kami memasang baliho tersebut di pinggir jalan sehingga orang yang berpergian yang melewati tersebut akan melihat baliho tersebut dan kami berharap akan tertarik untuk mengunjunginya” Dari hasil wawncara tersebut dapat diketahui dalam melakukan promosi melwati baliho, leaflet, spanduk dan lainya memiliki keunggulan dimana letak pariwisata Pengging yang sangat
startegis.
commit to user Dengan letak
Pengging
yang
Strategis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mempermudah dinas Pariwisata dan kebudayaan Boyolali dalam melakukan promosi melewati Baliho, Leaflet, panduk, gapuro dan papan petunjuk pengging, karena orang yang membaca akan langsung mengetahui dimana lokasi pengging. a) Melakukan promosi melalui jaringan elektronik dan media cetak seprti radio, website, Koran, promosi multi media. Promosi pariwisata membutuhkan jaringan yang luas agar dikenal dan diketahui banyak orang. Untuk mencapai pada tempat yang luas maka harus dilakuka dengan media cetak dan elektronik. Begitupun apa yang dilakukan dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali dalam melakukan promosi melewati beberapa media Seperti yang diungkapkan bapak M Basuni “ ada bebrapa upaya yang kami lakukan untuk melakukan promosi salah satunya adalah melewati media elektronik dan cetak, selain menghemat waktu dan biaya promosi melewati media cetak maupun elektronik merupakan promosi yang kami anggap praktis. Karena denganpromosi tersebut objek pariwisata dapa diakses orang tanpa batas sehingga pariwisata pengging lebih banyak diketahui oleh orang” Dari wawancara tersebut dapat diketahui dalam melakukan promosi dinas pariwisata dan Kebudayaan Boyolali melakukan promosi melalui media cetak dan elektronik. Hal itu dilakukan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
agar promosi mencakup daerah yang lebih luas dengan cara yang praktis. Upaya-upaya yang dilakukan adalah
a.1)Promosi lewat media cetak seperti Koran, majalah Promosi yang dilakukan ini biasanya memuat akan event-even yang akan dilaksanakan di pariwisata Pengging seperti padusan, sebaran apem dan pengging fair. Dinas Pariwisata dan Boyolali melakukan promosi biasanya melewati jasa media massa local daerah boyolali dan media massa local daerah lain seperti boyolali tersenyum, media massa SOLOPOS dan media massa yg lain. a.2) Promosi melewati media elektronik Promosi melewati media elektronik merupakan promosi yang lebih luas jangkauanya. Dalam promosi ini
dinas
pariwisata
dan
kebudayaan
Boyolali
melakukan melewati radio, satsiun televise dan web. Untuk radio dan televisi dinas pariwisata memakai jasa radio solo FM, JPI FM sedangkan untuk WEB dinas mempunyai web tersendiri untuk dinas pariwisata dan boyolali di dalam melakukan promosi. Dengan promosi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lewat web dinas maka promosi yang dilakukan tanpa batas dan seangat luas.
b) Mengikuti pekan-pekan promosi di tingkat nasional maupun regional Seperti yang diungkapkan bapak Bapak Basuni “Dalam mengikuti pekan-pekan ini memang tidak hanya pengging saja untuk dipromosikan, tetapi semua obyek pariwisata yang ada diboyolali, akan tetapi salah satunya yang kami masukkan adalah Pengging dalam upaya pengembanganya yang kami promosikan sebagai wisata tirta budaya dan ziarah. Di dalam melakukan promosi pengging kami memasukkan sejarahnya terbentuknya pengging yang dulu merupakan bekas suatu kerajaan dan even-even budaya yang sering diadakan oleh pengging seperti sebaran apem dan lainya, hal itu merupakan salah satu keunggulan pengging, mengingat kedua hal tersebut merupakan pasar yang potensial pada saat ini selain keindahan alam” Yang dilakukan dinas pariwisata dan kebudayaan Boyolali adalah a. Mengikuti pameran produk wisata di jateng expo b. Mengikuti pameran di boyolali expo di Boyolali c. Mengikuti produk pariwisata di bengawan Solo fair di Surakarta d. Promosi Wisata di festival Mojopahit di Yogyakarta e. Mengikuti pameran produk wisata di BSFdi Surakarta commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f. Mengikuti pameran produk wisata di festival Nusa Dua di jakarta g. Mengikuti pameran Produk wisata di Gebyar Wisata Nusantara di bali h. Promosi bersama dengan 14 kabupaten / kota yag dilakukan bersama java promo di Jakarta, Yogyakarta, dan Bali. Ke 14 kabupaten atau kota tersebut adalah Kabupaten wonosobo, Kabupaten Temanggung, Kota Magelang, kabupaten Klaten, Kabupaten magelang, Kabupaten Purworejo, kabupaten kebumen, Kota Yogyakarta, kabupaten Gunung kidul, kabupaten Sleman, dan Kabupaten Boyolali
5.
Melakukan Kerja Sama Dibidang Pariwisata Pengembangan pariwisata sangatlah perlu melibatkan
beberapa pihak di dalamnya baik itu pemerintah dalam hal ini dinas pariwisata dan kebudayaan maupun pihak swasta serta masyarkat. Bahkan untuk kedepanya pemerintah mendorong peran serta swasta dan masyarakat sebagai actor utama pembangunan, sementara pemerintah lebih ditekankan sebagai fasilitator dan regulator dengan menciptakan peran dimasing-masing stake holder. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam mengembangkan Pariwisata Pengging ini Dinas Pariwasata dan kebudayaan boyolali tidak
hanya melakukan
kerjasama di dalm internal saja tetapi juga eksternal dinas pariwisata dan kebudayaan boyolali. kerjasama yang dilakukan antar dinas dikabupaten Boyolali di dalam pengembangan obyek wisata pengging adalah
a. BAPPEDA Kabupaten Boyolali Kerjasama dinas pariwisata dan kebudayaan
dengan Bappeda
merupakan dalam bidang pembanguna obyek wisata pengging, seperti program revitalisasi obyek pariwisata penggig. Dinas Pariwsata dan pariwisata dalam hal ini hanyalah penerima program sedangkan pembangunan dilakukan oleh Bappeda. b. Dinas Perhubungan Kabupaten Boyolali Kerjasama dengan dinas ini menyangkut program pemasaran yang dilakukan dinas pariwisata dan kebudayaan boyolali. dinas pariwisata dan kebudayaan boyolali bekerjasama dengan dinas perhubungan untuk memasarkan daerah wisata pengging melalui penyuluhanpenyuluhan yang dilakukan kepada biro perjalanan serta pemasran yang melewati baleho atau poster-poster yang dipasang dipinggir jalan. Atas ijin dinas perhubungan Kabupaten Boyolali promosi yang dilakukan akan berjalan lebih mudah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selain di tingkat daerah dinas pariwisata dan kebudayaan boyolali juga melakuakan kerjasama dengan dinas pariwisata propinsi jawa tengah khususnya pada daerah SUBOSUKAWONOSRATEN dengan pemerintah pusat yaitu departemen pariwisata dan kebudayaan dan departemen dalam negeri. Ini dibenarkan oleh Ibu Kristiana Purwati “di dalam pengembangan obyek pariwisata pengging ini kami melakukan kerjasama dalam dinas pariwisata saja tetapi kami juga bekerjasma dengan dinas-dinas lain yang ada di boyolali maupun diluar kota boyolali serta semua pihak yang mempunyai kepentingan dalam pengembangan pariwisata di obyek pariwisata pengging. Dalam melakukan pengembanganya kami telah berhasil bekerjasama dengan pemerintah pusat khusunya departemen pariwisata dan kebudayaan dengan terlaksananya program revitalisasi obyek pariwisata pengging, program tersebut merupakan hasil dari kerjasama kami dengan pemerintah pusat walaupun kami dinas pariwisata dan kebudayaan boyolali hanya sebagai penerima program saja” 1.
Peningkatan manajemen Dan Sumber Daya Manusia Dinas Pariwisata Kabupaten Boyolali Potensi yang dimiliki pengging merupakan kelebihan dari kabupaten Boyolali untuk dikembangkan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali, akan tetapi telah diakuai potensi yang dimiliki
oleh
Pengging
tidak
diimbangi
dengan
kualitas
kemampuan sumberdaya manusia (SDM) dalam pengelolaanya. Hal itu terlihat dari susunan kepegawaian dinas pariwisata dan kebudayaan Kabupaten Boyolali commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari susunan kepegawaian dapat diketahui di dalam pengelolaanya Potensi yang dimiliki pengging belum dilakukan oleh tenaga ahli di bidang kepariwisataan, maka Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali harus meningkatkan kualitas manajemen dan Sumber Daya Manusia. Ini dilakukan dengan melakukan pembinaan,
pelatihan
atau
DIKLAT,
sebagaimana
yang
diungkapkan oleh bapak Tubinu S.sos “ dalam melakukan pengembangan tidak hanya melakukan pengembangan fisik saja,tetapi pengambangan non fisik juga sangat menentukan keberhasilan pengembangan, seperti peningkatan kualitas sumberdaya manusia dengan melakukan pelatihan, training, diklat. Ini difokuskan pada semua stakeholder yang terlibat dalam pariwisata terutama pimpinan dan staf dinas pariwisata dan kebudayaan boyolali, selain itu pengembangan SDM juga harus melibatkan kepada pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dalam pengembangan obyek wisata seperti pedagang sekitar pariwisata pengging, masyarakat sekitar dan pengelola pariwisata pengging.” (wawancara 14 Oktober 2010) Yang dilakukan untuk meningkatkan manajemen dan kualitas Sumber Daya Manusia dalam rangka pengembangan Pariwisata boyolali khusunya pariwisata pengging adalah a. Peningkatan aparat pemerintah melalui pelatihan, pemagangan, studi banding guna mendorong sebagai fasilitator, motivator serta regulator, b. Peningkatan kualitas SDM dilingkungan industry dan sector swasta melalui kerjasama usaha besar kecil dan penyediaan jasa dan produk terkait di bidang pariwisata commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Peningkatan pemantauan implementasi
kapasitas dan
masyarakat
control
kegiatan
terhadap
kepariwisataan
dalam
melakukan
pembangunan pengging
serta
melalui
keikutsertaanya dalam proses perencanaan, pemograman, dan evalusai kegiatan Berikut ini
Tabel 4.11 Kegiatan atau Program Peningkatan SDM DISPARBUD Program/ kegiatan
Sumber dana
lokasi
1. Lomba Pordakwis
APBD kabupaten
Boyolali
2. Studi banding Pordakwis
APBD kabupaten
Jateng
3. Pengajuan Lisensi Pramuwisata APBD kabupaten muda dan madya 4. Diklat Bahasa Asing
Boyolali
APBD kabupaten APBD kabupaten commit to user
Boyolali
perpustakaan.uns.ac.id
5. Diklat Aparatur dan pegawai 6. Meningkatkan kualitas pendidikan
digilib.uns.ac.id
APBD kabupaten
Boyolali Bali
khusus 7. Studi banding produk wisata
2. Pemberdayaan Masyarakat setempat Pengembangan pariwisata pengging adalah meningkatkan taraf hidup masayarakat, khususnya masyarakat di sekitar obyek pemandian pengging. Dari tujuan tersebut maka pengembangan pariwisata obyek pengging tidak terlepas dari peran masyarakat sekitar. Hal itu dikarenakan masyarakat merupakan salah satu pilar utama dalam pengembangan pariwisata pengging , karena pada dasarnya pilar to user pariwisata itu terdiri daricommit pertama pemerintah, kedua swasta dan ketiga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masyarakat, yang sering disebut tiga pilar utama pariwisata. Dalam hal ini tugas masyarakat adalah selain senantiasa membangkitkan kesadaran tentang pentingnya pariwisata juga menumbuh-kembangkan kreatifitas yang melahirkan berbagai kreasi segar yang mengundang perhatian untuk kemudian menjadi daya pikat pariwisata. Menggingat betapa pentingnya masyarakat dalam pengembangan pariwisata pengging maka dinas pariwisata dan kebudayaan Boyolali meningkatkan pemberdayaan masyarakat setempat. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali bekerjasama dengan masyarakat setempat dalam beberapa hal guna meningkatkan daya tari pariwisata di pengging. Untuk melangkah kearah itu masyarakat dapat memulainya dari rumah dan halamannya. Bagaimana rumah itu ditata secara rapi baik mulai dari ruang tamu maupun semua bagiannya siap menyambut dan menerima tamu yang datang agar merasa enak dan betah. Begitu pula halaman rumahnya dibikin demikian asri sehingga enak dipandang, dalam hal ini masyarakat harus terus dibina dan dikembangkan. Tentu agar tamu itu (baca wisman atau wisnus) dapat tinggal lebih lama dan betah maka perlu disuguhi aneka makanan yang enak dan khas, begitu pula agar menyenangkan kiranya perlu ditampilkan hiburan yang unik tetapi menyenangkan, begitu pula agar tinggal lebih lama perlu melihat berbagai koleksi khazanah yang ada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan Dra. Suciati, MM selaku seksi peran serta masyarakat dan Sumber daya “masyarakat pengging merupakan tuan rumah di obyek pariwisata ini mas, maka di dalam pengembanganya kami juga harus menyertakan dan memberdayakan masyarakat setempat guna menambah daya tarik pariwisata, kami dalam hal ini bekerjasama dengan masyarakat pengging dan hal itu sudah berjalan misalnya dalam hal jajanan, kami bkerjasama dengan Paguyuban Glendoh dimana paguyuban ini merupakan paguyubang pedagang daerah pengging. Dalam kerjasama ini paguyuban ini menyediakan pariwisata kuliner yang berada di pinggir-pinggir jalan dekat pariwisata pengging, dengan hal ini akan menambah daya tarik pariwisata pengging. Selain bekerjasama di bidang kuliner kami juga bekerjasama dengan Paguyuban Sopir andong, masyrakat yang bertugas parkir, serta orkes kesenian dan yang lainya dan biasanya kami mengadakan penyuluhan pada masyarakat tersebut, “(wawancara 14 Oktober 2010) Sedangkan bapak Darminto selaku ketua RT Di daerah pengging berpendapat “ masyarakat pengging dalam kesadaran wisata memang diakui sangat kurang mas, karena kita ketahui sendiri mas kebanyakan masyarakat disini adalah masyarakat awam yang kurang tau akan pentingnya pariwisata di dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat, sehingga perlu diberikan penyuluhan oleh pihak-pihak yang berwenang ”( wawancara 14 Oktober 2010) Dari hal tersebut maka masyarakat pengging merupakan unsure yang sangat penting dalam pengembangan obyek pariwisata pengging. Untuk itu kami selaku dinas pariwisata melakukan sebagai berikut a. Pembinaan dan penataan pedagang di sekitar obyek wisata pengging b. Pembinaan sopir andong c. Pembinaan tukang becak d. Pembinaan kelompok seni penduduk seperti kesenian campur sari, reog dan kesenian lain commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Pembinaan rumah makan f. Pemasyarakatan sapta pesona di masyarakat pengging D. Analisis antara strategi yang dilakukan Dinas Pariwisata dan kebudayaan dengan analisis SWOT Dalam strategi yang dilakukan DISPARBUD Kabupaten Boyolali yaitu membuat beberapa program sesuai dengan RENSTRA yang ada yang dibuat berkelanjutan. Program pengembangan yang dilaksanakan antara lain adalah 1. Pengembangan infrastruktur, sarana dan prasarana Obyek Pariwisata Pengging 2. Pengembangan Promosi dan pemasaran Pariwisata 3. Kerjasama di bidang kepariwisataan 4. Peningkatan Manajemen dan Sumber daya manusia (SDM) 5. Pemberdayaan Masyarakat setempat Strategi
pengembangan
yang
yang
dilaksanakan
oleh
DISPARBUD pada umumnya sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan visi, misi dan target yang dibuat . melihat dari analisi lingkungan internal dan eksternal sebenarnya permasalahan yang dihadapi dari tahun ke tahun adaah sama, sehingga hanya pelu optimalisasi terhadap strategistrategi
yang
telah
dilaksanakan
oleh
DISPARBUD
dan
perlu
menambahkan strategi-strategi yang baru guna menunjang strategi yang telah dilaksanakan. Untuk pengoptimalisasian strategi yang ada dibtuhkan kerjsama dari semua stakeholder dan pengawasan di dalam pelaksanaan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sedangkan utuk strategi yang perlu dilaksanakan guna menunjang strategi yang sudah dilaksanakan.
F. Faktor-faktor penghambat Dalam Pengembangan Obyek Wisata pengging Dalam pengembanganya obyek wisata pengging tentu saja terdapat factor-faktor penghambat di dalam pelaksanaanya. Factor-faktor tersebut antara lai a. Keterbatasan Infratruktur Terdapatnya potensi yang dimiliki oleh obyek pariwisata pengging
menyebabkan
konsentrasi
pembangunan
terpecah.
Ditambahkan keterbatasan dana dari APBD dalam pembiayaan infrastruktur, Hal tersebut seperti yang dungkapkan oleh Ibu Kristiana Purwanti “pengembangan infrastruktur di daerah obyek pariwisata pengging memang selama ini kurang dalam hal infrastruktur, hal itu dikarenakan anggaran dari APBD yang tidak mencukupi untuk pembagunan infrastruktur, untung saja pada tahun 2006 ada bantuan dana dari pusat untuk revitalisasi, sehingga terbantu dalam pembangunan infrastruktur, wlaupun demikian masih banyak nfrastruktur yang perlu dibangun khususnya pada obyek pariwisata yang belum dikelola oleh dinas, karena ada rencana obyek pariwisata yang belum dikelola tersebut akan dikelola oleh dinas sehingga membutuhkan pembanguna infrastruktur yang banyak dengan dana yang banyak guna menjadi obyek pariwisata yang menarik” commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari pembnagunan
hasil
wawncara
infrastruktur
tersebut
terkendala
dapat dari
disimplkan
APBD
yang
dianggarkan untuk pembangunan di obyek Pariwisata Pengging, karena itu dibutuhkan dukungan dari stakeholder dalam mengatasi keterbatasan infrastruktur tersebut guna menambah daya tarik pariwisata
a. Masih rendahnya Sumberdaya Manusia Kepariwisataan Terdapatnya potensi yang terdapat di obyek pariwisata pengging yang tidak diimbangi dengan dengan kemampuan Sumber Daya Manusia menyebabkan tidak optimalnya potensi obyek pariwisata yang ada. Hal itu sesuai dengan pendapat Bapak Tubinu , S.Sos “ pengembangan obyek pariwisata harus didukung SumberDaya MAnusia yang berkualitas, hal itulah yang masih mengalami kekurangan dalam diri kami mas, kami menyadari hal itu mas, hal tersebut dikarenakan staf yang kami punya sebagian besar merupakan staf angkatan dulu,sehingga dalam Kualitas SDM nya pun juga kurang, selain itu staf yang kami punya sebagian besar tidak berasal dari lulusan sekolah pariwisata. sehingga kurang mengetahui semua hal tentang pariwisata, untuk mengurangi kelemahan ini kami adakan diklat, studi banding dan sebagainya guna menambah kualitas SDM kami” Dari wawancara diatas kurangnya kualitas SDM dikarenakan kebanyakan staf merupakan angkatan tua dan bukan lulusan dari bidang kepariwisataan, hal itu dapat diatasi dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berbagai diklat
dan studi banding untuk staf agar bias
meningkatkan kualitas SDM yang ada. b. Rendahnya investasi dan dukungan stakeholder Sedikitnya investasi yang masuk dan dukungan dari stake holder terutama pihak swasta dalam pengembangan obyek pariwisata. Terutama dalam mengatasi kekurangan dana dalam pengembangan obyek wisata. Kemitraan yang dijalin dinas pariwisata dan kebudayaan boyolali selama ini kurang sesuai dengan harapan, karena dapat diliat dari investasi yang masuk dalam pengembangan obyek pariwisata Pengging. Hanya terdapat 2 pihak swasta yaitu pengelalaan rumah makan Win-Win yang bertempat di Kolam besar dan kecil dan Water Boom yang dikelola pihak swasta Bapk Sri waliyanto berpendapat “ di dalam pegembangan obyek pariwisata pengging memang selama ini campur tangan dari pihak swasta sangatlah sedikit, semua anggaran 90% dari pemerintah daerah, hal itu dikarenakan pemerintah daerah kurang dapat meyakinkan pihak swasta untuk menjadi mitra dalam pengembangan pariwisata pengging, sehingga iklim investasi dalam pengembangan obyek pariwisata pengging sangatlah tidak mendukung dikarenakan pihak sawasta menganggap pengging tidak memberikan masa depan yang menjanjikan kepada pengusaha,”(wawancara 13 Oktober 2010) Bapak menambahkan “Di Obyek Pariwisata pengging ini hanyalah ada dua investasi yang dipegang swasta yaitu pengelolaan Kolam besar dan kecil yang dijadikan rumah makan serta water boom, memang pengelolaan penembahan fasilitas seperti rumah makan Win-Win menambah daya tarik sendiri terhadap pariwisata pengging dan juga menguntungkan kedua belah pihak karena dalam hal ini kami dan win-win mengadakan perjanjian untuk win-win memberikan commit user tapi untuk water boom adalah uang sebesar 5 juta per totahun
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
senjata boomerang bagi kami karena dalam pengelolaanya water boom sepenuhnya adalah pihak swasta yang tidak ada perjanjian dengan dinas, hal itu adalah kesalahan dari pemda yang yang meberikan ijin pada pihak swasta untuk membangun dan mengelola water boom secara pribadi, memang dengan adanya waterboom daya tarik pariwisata di pengging semakin bertambah akan tetapi tidak memberikan kontribusi PAD di bidang pariwisata terhadap kabupaten boyolali. hal itu dikarenakan water boom tersebut tidak ada perjanjian untuk berbagi hasil dengan dinas dan hanya memberikan permintaan ijin mendirikan bangunan dan atraksi. Water boom merupakan saingan tersendiri bagi potensi pariwisata pengging dan kerugian bagi kami dinas pariwisata” Dari wawancara tersebut iklim investasi kurang baik karena dukungan stake holder dari pemerintahan yang sangat kurang dalam
menyakinkan
para
investor
di
dalam
pelaksanaan
pengembangan di obyek pariwisata pengging, serta kesalahan bagi pemda yang kurang selektif memberikan ijin kepada pihak asing dalam
memberikan
ijin
bangunan
dan
usaha daya tarik
pariwisataSehingga perlu diupayakan pendekatan-pendekatan yang lebih kooperatif dan selektif agar dapat menyakinkann para investor dan saling bias memberikan kepada dua belah pihak.. c. Lamanya tinggal Wisatawan yang relative singkat Wisatawan yang relative singkat berkunjung, maka peningkatan PAD dari obyek pariwisata pengging berkurang, maka peningkatan PAD berkurang dari hasil penerimaan obyek pariwisata Pengging Seperti yang dikemukakan oleh bapak Sri waliyanto “selama ini banyak pengunjung yang melakukan kunjungan di obyek pariwisata hanya satu hari, hal itu dikarenakan masih banyak fasilitas yang kurang terutama tempat penginapan yang commitpengging, to user dan biasanya para pengunjung dekat dengan pariwisata
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kalau berkunjung lebih dari satu hari hanya menginap dalam kendaraan, mungkin ini salah satu factor yang menyebabkan kunjungna pariwisata yang singkat” (wawancara 13 oktober 2010) Bapak menembahkan “obyek dipengging bisa dinikmati hanya dalam satu hari saja selesai, sebenarnya jika obyek-obyek pariwisata yang lain sudah dikelola mungkin hasilnya akan beda mas, masih banyak terdapat potensi yang belum dikelola tapi sudah dalam tahap pengembangan oleh dinas Dari hasil kedua wawancara tersebut dapat disimpulkan ada bebarapa factor yang menyebabkan wisatawan berkunjung dalam waktu yan singkat, untuk hal ini maka perlu pembangunanpembangunan fasilitas baru yang menunjang untuk wisatawan tinggal lebih lama dan pembangunan serta pengembangan potensi wisata yang lain guna menambah obyek pariwisata yang tersedia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Melihat
rumusan di atas
serta berdasarkan
hasil penelitian
dapat
diambilkesimpulan bahwa program pengembangan obyek pariwisata pengging yang dilakukan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali sebagi berikut 1 Pengembangan
Infrastruktur, sarana dan prasarana Obyek pariwisata
Pengging Pengembanga ibrastruktur sarana dan fasilitas dalam obyek pariwisata pengging terbagi menjadi dua yaitu yangdlakukan pariwisata dan yang dilakukan pemerintah pusat. Untuk yamh dilakukan oleh dinas pariwisata dan kebudayaan antara lain adalah pemugaran obyek pariwisata dan sedangkan untuk yang dilakukan oleh pemerintah pusat berupa revitalisasi obyek pariwisata Pengging. 1. Pengembangan Promosi Pariwisata Obyek Wisata Pengging Pengembangan yang dilakukan dinas pariwisata dalam promosi obyek pariwisata pengging adala sebagai berikut Melakukan pengadaan barangbarang promosi seperti pembuatan baliho, leaflet, spanduk, terbangunya gapura dan papan penunjuk Pengging, Melakukan promosi melalui jaringan elektronik dan media cetak seprti radio, website, Koran, promosi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
multi media. Mengikuti pekan-pekan promosi di tingkat nasional maupun regional 2. Melakukan Kerja Sama Dibidang Pariwisata Kerjasama yang dilakukan dalam pengembangan obyek pariwisata pengging terdiri dari kerjasam dengan dinas dilingkungan internal kabupaten Boyolali seperti kerjas ama yang dilakukan dengan BAPPEDA dan dinas perhubungan kabupaten Boyolali, sedangkan yang kedua yaitu kerjasama dengan daerah lain yaitu daerah yang sering disebut SUBOSUKAWONOSRATEN 3. Peningkatan manajemen Dan Sumber Daya Manusia Dinas Pariwisata Kabupaten Boyolali Untuk meningkatkan manajemen dan kualitas Sumber Daya Manusia dalam rangka pengembangan Pariwisata boyolali khusunya pariwisata pengging adalah a. Peningkatan aparat pemerintah melalui pelatihan, pemagangan, studi banding guna mendorong sebagai fasilitator, motivator serta regulator, b. Peningkatan kualitas SDM dilingkungan industry dan sector swasta melalui kerjasama usaha besar kecil dan penyediaan jasa dan produk terkait di bidang pariwisata c. Peningkatan kapasitas masyarakat dalam melakukan pemantauan dan control terhadap pembangunan serta implementasi kegiatan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kepariwisataan pengging melalui keikutsertaanya dalam proses perencanaan, pemograman, dan evalusai kegiatan 4. Pemberdayaan Masyarkat Pengging masyarakat pengging merupakan unsure yang sangat penting dalam pengembangan obyek pariwisata pengging. Untuk itu kami selaku dinas pariwisata melakukan sebagai berikut a Pembinaan dan penataan pedagang di sekitar obyek wisata pengging a. Pembinaan sopir andong b. Pembinaan tukang becak c. Pembinaan kelompok seni penduduk seperti kesenian campur sari, reog dan kesenian lain d. Pembinaan rumah makan e. Pemasyarakatan sapta pesona di masyarakat pengging Pada umumnya program pelaksanaan strategi yang dilakukan oleh dinas kabupaten Boyolali sudah baik, sehingga hanya perlu pengoptimalan strategistrategi yang ada megingat dari lingkungan
internal dan eksternal
permasalahan yang muncul dari tahun ketahun adalah permasalahan yang sama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. SARAN ·
Perlu adanya upaya intensif pemerintah kabupaten Boyolali untuk terus dapat menarik investor guna mengatasi masalah anggaran di dalam pengembangan obyek pariwisata Pengging
·
Perlu dikembangkanya paket wisata yang dapat dijadikan suatu ciri khas dari pariwisata pengging sehingga akan menjadi magnet bagi para wisatawan.
·
Perlu perhatian lebih dari pemerintah boyolali dalam promosi dan pengembangan terhadap potensi-potensi pariwisata pengging yang belum dikelola oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali
·
Untuk pengembangan pariwisata yang paling utama adalah strategi promosi dan pemasaran, dalam hal ini dinas pariwisata perlu mengemas isi promosi Obyek pariwisata Pengging secara menrik. Dalam hal ini Pengging mempunyai cerita atau sejarah yang terkenal mungkin sejarah tersebut dapat dimasukkan dalam promosi dan pemasaran Obyek Pariwisata Pengging .
·
Dinas Pariwisata dan Pariwisata perlu mengangkat sejarah dari Pengging untuk dijadikan muatan lokal. Dengan menjadikanya menjadi muatan lokal maka Obyek Pariwisata Pengging dapat lebih dimengerti oleh setiap orang mulai dari anak kecil sampai orang dewasa. Yang diperlukan disini adalah kerjasama dengan stake holer lain seperti dengan Dinas Pendidikan Boyolali, DISPARBUD dapat bekerja sama mengangkat Sejarah yang commit to user untuk dikenalakan ke siswa dimiliki Oleh Obyek Pariwisata Pengging
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan dimasukkan sejarahnya dalam bahan ajar yang mengajarkan tentang muatan lokal. Dengan begitu secara tidak langsung membantu dalam mempromosikan Obyek Pariwisata Pengging dan akan lebih efektif untuk menarik Konsumen
commit to user