STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT ADAT TORO Kajian Kelembagaan Lokal dalam Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya Hutan di Taman Nasional Lore Lindu Propinsi Sulawesi Tengah
Golar
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Strategi Adaptasi Masyarakat Adat Toro: Kajian Kelembagaan Lokal dalam Pengelolaan dan Permanfaatan Sumberdaya Hutan di Taman Nasional Lore Lindu Propinsi Sulawesi Tengah adalah karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Bogor, Mei 2007
Golar NIM E061030081
Abstract GOLAR. Adaptive strategy of Toro Community: A Study of Local Institution Strengthening for Managing and Utilizing forest resources in Lore Lindu National Park (LLNP). Under the Supervision of DUDUNG DARUSMAN, DIDIK SUHARJITO, and SAMBAS BASUNI. This research aims to explain how the local community manages interaction with the forest resources. The study presents a qualitative analysis, applied to better understanding the Toro’s institution strengthening, and analyze the strategy applied by the community in adaptation to environmental changes. This case study shows that Toro’s has developed real effort which addressed problems met in her interaction with forest resources, namely Lore Lindu National Park (LLNP). In these cases, Toro has revitalized the institution concerning the natural resources management. The Institution Revitalization is one of the Toro’s adaptive strategies to response the environmental changes (market intervention and politic influences). The adaptive strategy is realized in among others solving the problem of the areas boundaries arrangement among Toro and LLNP, to secure forest resources property right. As a whole the Toro institution has proved its adequate ability in managing and utilizing forest resource sustainably. This study recommends that the government could adopt the local institution as part of her policies concerning forest resources governance. Keywords: revitalization, local institution, adaptive strategy, forest sustainability
RINGKASAN Terdapat sejumlah kajian terdahulu tentang kemampuan masyarakat lokal dalam mengelola dan mempertahankan kelestarian sumberdaya hutan. Kajiankajian tersebut menunjukkan adanya perdebatan tentang kemampuan atau ketidakmampuan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya hutan. Hal tersebut dipandang oleh sebagian peneliti sebagai masalah adaptasi, yang terkait dengan kemampuan respon masyarakat terhadap perubahan lingkungan, yang disebabkan oleh tekanan penduduk, intervensi ekonomi pasar, dan dinamika politik (Alland 1975; Bennett 1967; Agrawal et al. 1997; Berkers et al. 2001; Suharjito 2002; Marks et al. 2005; Flint et al. 2005). Fokus penelitian ini menjelaskan tentang wujud respon masyarakat adat Toro terhadap perubahan lingkungan melalui revitalisasi kelembagaan adat, khususnya dalam mengatur pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan. Secara khusus bertujuan: (1) menjelaskan wujud revitalisasi kelembagaan adat yang terkait dengan pengelolaan sumberdaya hutan; (2) Menjelaskan performansi kelembagaan adat yang direvitalisasi; dan (3) Menjelaskan implikasi revitalisasi kelembagaan adat terhadap kelestarian sumberdaya hutan, utamanya terhadap integritas ekosistem dan kesejahteraan masyarakat. Konsep adaptasi dari Bennett (1967), digunakan sebagai kerangka teori utama dalam disertasi ini. Teori ini memandang adaptasi sebagai perilaku responsif masyarakat terhadap perubahan-perubahan lingkungan, agar dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang ada. Selain Teori Bennett, Secara operasional di lapangan digunakan pula konsep lain di antaranya: Turnbull (1992) dan Ostrom (1994), utamanya dalam menganalisis performansi kelembagaan terhadap kelestarian sumberdaya hutan. Penetapan lokasi penelitian dilakukan berdasarkan penelusuran hasil-hasil penelitian terdahulu, baik yang dilakukan oleh tim STORMA, maupun penelitipeneliti perorangan. Selain itu, dilakukan pula diskusi intensif dengan staf Balai Taman Nasional Lore Lindu. Melalui hasil penelusuran awal tersebut ditetapkan secara purposive Desa Toro sebagai lokasi penelitian. Penelitian berlangsung selama 10 (sepuluh) bulan, yang dimulai pada awal bulan Mei 2005 dan diselesaikan pada bulan Maret 2006. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, yang menggunakan metodologi studi kasus. Metode analisis yang digunakan terdiri atas: analisis sejarah (historical analysis); analisis hubungan sebab-akibat (causal relation analysis); analisis penilaian subjektif dan analisis perbandingan (comparative analysis). Intervensi ekonomi pasar berdampak langsung terhadap intensitas pemanfaatan lahan di Toro. Hal tersebut mulai dirasakan sejak tanaman kakao diminati dan mulai dikembangkan secara merata di Toro serta hadirnya pedagang-pedagang hasil bumi di Toro. Situasi tersebut berpengaruh terhadap perubahan preferensi ekonomi masyarakat, terutama terhadap keinginan untuk meningkatkan taraf hidupnya. Keinginan tersebut sedikit-banyak telah mempengaruhi masyarakat untuk “berpacu” meningkatkan produktifitas lahan, dengan menanami jenis-jenis komersil. Banyak lahan garapan yang dikonversi, untuk ditanami kakao, kopi, dan vanilli. Selain berpengaruh terhadap sektor pertanian, situasi tersebut berpengaruh pula terhadap sektor usaha nonpertanian, yang diindikasikan oleh munculnya ragam usaha masyarakat di Toro yang berorientasi komersil. Situasi tersebut mendorong meningkatnya laju konversi terhadap TNLL, dan berdampak terhadap kerusakan sumberdaya hutan.
Sementara itu, dinamika politik yang terjadi di Toro, internal maupun eksternal, didominasi oleh masalah-masalah ketidak-seimbangan hak penguasaan lahan di Toro. Kondisi tersebut erat kaitannya dengan semakin lemahnya fungsi dan peran lembaga adat di dalam mengatur pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam. Dominansi pihak otoritas TNLL terhadap pengelolaan sumberdaya hutan, termasuk di dalamnya wilayah adat Toro, menjadi salah satu penyebabnya. Dengan demikian fungsi kontrol lembaga adat terhadap pemanfaatan sumberdaya hutan semakin lemah, dan memicu munculnya pelanggaran-pelangaran terhadap aturan yang ditetapkan pemerintah, sebagai wujud protes terhadap kondisi “ketidak-seimbangan” yang dirasakan oleh masyarakat Toro. Perusakan-perusakan lingkungan tersebut direspon dalam bentuk revitalisasi kelembagaan. Revitalisasi kelembagaan adat di Toro diawali oleh proses-proses pendokumentasian terhadap sistem nilai, norma sosial, hukum adat, dan sejumlah pengetahuan lokal yang terkait dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan. Dari proses awal tersebut, berhasil dibuat peta partisipatif wilayah hukum adat Toro. Melalui peta ini masyarakat Toro memberikan penegasan kembali prihal asal-usul hak terhadap wilayah hukum adat mereka, yang selama ini diklaim sebagai wilayah TNLL. Pasca pengakuan yang diberikan pihak TNLL terhadap wilayah hukum adat di Toro, masyarakat merevitalisasi struktur dan hubungan kerja antar lembaga yang selama ini dinilai belum berjalan baik di Toro, serta menyusun sejumlah aturan formal terkait pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam di Toro. Dengan jelasnya struktur dan hubungan kerja antar lembaga serta adanya aturan main pengelolaan sumberdaya alam, maka semakin jelas pula fungsi dan peran lembaga yang ada di Toro, utamanya dalam mengatur pola pemanfaatan sumberdaya hutan dan mengendalikan perilaku menyimpang masyarakat, serta menghambat munculnya perilaku oportunistik, yang dapat merugikan ekosistem sumberdaya alam di Toro. Revitalisasi yang berlangsung di Toro tidak lepas dari peran kepemimpinan lokal. Dalam hal ini, peran kepala desa amat menentukan utamanya dalam mengadaptasikan aspek-aspek tradisi dan kelembagan tradisional ke dalam kondisi saat ini. Para totua ngata dan tokoh-tokoh pemuda juga berperan dalam proses penggalian aspek-aspek pengetahuan tradisional, utamanya terkait dengan pengetahuan ekologis pemanfaatan sumberdaya hutan. Demikian halnya dengan tokoh-tokoh perempuan, yang turut berjuang dalam menggali kembali fungsi dan peran perempuan adat Toro (tina ngata) dalam konteks kekinian. Hal penting yang dihasilkan melalui proses revitalisasi kelembagaan adat adalah sejumlah aturan-aturan tertulis, yang juga memuat sanksi-sanksi terhadap pelanggaran yang bersifat spesifik, di mana bentuk dan nilai dari sanksi atas pelanggaran ditetapkan menurut hukum adat dan melalui mekanisme musyawarah adat. Dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya hutan, Toro memiliki mekanisme pengawasan yang telah ada jauh sebelum Lore Lindu ditetapkan sebagai taman nasional. Salah satu faktor yang turut mendukung keberhasilan dalam menjaga kelestarian hutan di wilayah hukum adat adalah tingginya kepedulian dan komitmen masyarakat dalam membantu tugas tondo ngata. Perilaku yang ditunjukkan oleh masyarakat tersebut merupakan cerminan bahwa kontrol sosial di Toro masih berjalan dengan baik. Meskipun demikian, dalam perspektif emik terungkap bahwa kinerja kelembagaan adat yang direvitalisasi belum sepenuhnya baik, utamanya dalam hal pengaturan tentang kejelasan hak penguasaan lahan. Namun, secara umum kinerja kelembagaan adat Toro telah dinilai baik oleh masyarakat, khususnya dalam hal mengatur pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan di Toro.
Penilaian emik ini secara umum memiliki kesesuaian dengan penilaian yang menggunakan kriteria Ostrom. Berdasarkan prinsip, kriteria, dan indikator kelestarian sumberdaya hutan yang ditetapkan LEI, performansi kelembagaan adat memiliki kecenderungan mampu dalam mempertahankan kelestarian sumberdaya hutan di wilayah kelola adatnya. Beberapa hal yang mencirikan di antaranya: telah dilakukan penataan wilayah kelola adat; status dan batas lahan yang jelas; hak pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan yang telah didefenisikan; dimilikinya mekanisme resolusi konflik yang efektif; serta mekanisme pemantauan sumberdaya alam yang telah berjalan. Sementara itu, terkait dengan dimensi manajemen hutan utamanya pada komponen kelola produksi, masih dijumpai kelemahan di antaranya: tidak tersedianya informasi dan dokumentasi yang memadai terhadap dampak kegiatan produksi yang telah dilakukan; tidak tersedianya data potensi hutan yang dapat dipanen secara lestari; tidak jelasnya mekanisme pertangung-jawaban publik; rendahnya efisiensi pemanfaatan hasil hutan; belum tersedianya sistem informasi manajemen pengelolaan hutan; dan kurangnya tenaga terampil dan teknologi yang mampu memanfaatkan sumberdaya hutan secara efisien dan terkendali. Sementara itu, dimensi penataan kelembagaan (akuntabilitas publik, penatan organisasi, peningkatan sumberdaya manusia, dan manajemen keuangan), yang merupakan “syarat perlu” bagi pencapaian pengelolaan hutan yang lestari, belum dipenuhi oleh kelembagaan di Toro. Beberapa indikator dimaksud di antaranya: (a) tidak jelasnya mekanisme pertangung-jawaban publik, (b) rendahnya efisiensi pemanfatan hasil hutan, (c) belum tersedianya sistem informasi manajemen pengelolaan hutan; dan (d) masih kurangnya tenaga terampil, yang mampu memanfaatkan sumberdaya hutan secara efisien dan terkendali. Namun demikian, kekurangan-kekurangan tersebut terus diupayakan perbaikannya oleh masyarakat Toro. Hal ini nampak melalui usaha pemerintah desa dan lembaga adat di Toro untuk meningkatkan kemampuan manajerial melalui peningkatan intensitas kerjasama dengan pihak LSM, lembaga penelitian dalam dan luar negeri, serta peningkatan kemampuan sumberdaya manusianya melalui keikutsertaan dalam berbagai pelatihan dan pertemuan di tingkat regional, nasional, bahkan internasional. Secara menyeluruh, masyarakat Toro telah melakukan adaptasi terhadap perubahan lingkungan dalam bentuk penguatan kelembagaan. perubahan preferensi ekonomi masyarakat serta dinamika politik berimplikasi terhadap kestabilan sumberdaya hutan. Di satu sisi, eksisistensi sumberdaya hutan bagi masyarakat Toro sangat penting untuk dipertahankan. Hutan tidak saja menjadi sumber matapencaharian bagi masyarakat Toro, namun lebih jauh merupakan simbol harmonisasi hubungan antara masyarakat dan lingkungannya, yang tercermin pada nilai-nilai dan falsafah hidup mereka: “Mahintuwu mampanimpu katuwua toiboli Topehoi” (Melindungi kehidupan dan sumberdaya lingkungan yang telah dianugerahkan kepada kami oleh Tuhan YME). Hal tersebut menjadi salah satu alasan mengapa mereka memilih untuk melakukan revitalisasi terhadap kelembagaan pengelolaan sumberdaya alam di Toro. Dengan demikian, revitalisasi merupakan wujud adaptasi mereka dalam mengimbangi perubahan lingkungan, dan sebagai upaya mempertahankan kelestarian hutan.
Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya.
STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT ADAT TORO Kajian Kelembagaan Lokal dalam Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya Hutan di Taman Nasional Lore LinduPropinsi Sulawesi Tengah
Golar
Disertasi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007
Judul Disertasi
:
Nama NIM
: :
Strategi Adaptasi Masyarakat Adat Toro: Kajian Kelembagaan Lokal dalam Pengelolaan dan Permanfaatan Sumberdaya Hutan di Taman Nasional Lore Lindu Propinsi Sulawesi Tengah Golar E061030081
Disetujui Komisi Pembimbing
Prof Dr.Ir. Dudung Darusman, MA Ketua
Dr. Ir. Sambas Basuni, MS. Anggota
Dr. Ir. Didik Suharjito, MS. Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, MSc.F.
Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS.
PRAKATA Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesempatan dan kesehatan sehingga saya dapat merampungkan disertasi ini. Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu saya selama perkuliahan dan penyusunan disertasi ini. Ucapan terima kasih yang amat sangat saya haturkan kepada yang terhormat Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, MA selaku pembimbing utama, Dr. Ir. Didik Suharjito, MS dan Dr. Ir. Sambas Basuni, MS selaku pembimbing anggota. Beliau-beliau
telah mengarahkan, membukakan pikiran, dan meluangkan
waktunya untuk membimbing saya melalui pertanyaan-pertanyaan kritis dan saran-saran yang diajukan kepada saya. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada yang terhormat Dr. Satyawan Sunito, yang telah bersedia sebagai dosen penguji pada ujian tertutup saya dan Dr. Ir. Yetty Rusli, M.Sc dan Prof.Dr. Hadi Sukadi Alikodra, MS., selaku penguji luar komisi pada ujian terbuka saya, melalui saran-saran yang diajukan, telah memperkaya saya dengan konsep dan teori sehingga saya dapat menyusun disertasi ini lebih baik. Terimakasih saya kepada Rektor, Dekan Fakultas Pertanian, dan Ketua Jurusan Manajemen Hutan Universitas Tadulako, atas izin dan dorongannya sehingga saya dapat melanjutkan studi pada program doktor di IPB. Kepada Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi melalui beasiswa yang diberikan, Management Board program BMZ-STORMA atas bantuan dana penyelesaian studi, saya ucapkan banyak terimakasih. Kepada Keluarga besar komunitas adat Toro, Naftali B. Porentjo (kepala Ngata Toro), Tokoh Masyarakat Adat Toro; CH. Towaha, Ace Lagimpu, Andreas Lagimpu, Rukmini Rizal, Pdt. Ferdy Lumba, Sahid Tohola (Tondo Ngata Toro), dan Berwin P. Toheke (tokoh pemuda Toro) atas segala bantuannya selama penelitian ini dilakukan diucapkan banyak terimakasih. Demikian halnya dengan rekan-rekan yang saya tidak dapat sebutkan satu per satu, dan kepada semua pihak atas segala bantuan dan kerjasamanya yang telah diberikan kepada saya selama ini. Terakhir, ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus saya haturkan kepada ayahanda saya Baso AP dan ibunda saya Hj. Sitti Arifah (Alm), yang semasa hidupnya tak putus-putusnya selalu memanjatkan doa untuk kebahagian saya, dan berharap agar saya dapat menyelesaikan pendidikan ini dengan baik.
Semoga Allah mengampuni dosa-dosanya dan menerima semua amal ibadahnya, amin. Juga kepada istri saya tercinta, Hasriani Muis dan kedua anak saya Misykah Aulia Golar dan Ahmad Fadlan Golar, yang selalu mendampingi dalam suka dan duka, dan memberikan semangat kepada saya saat menempuh studi ini. Semoga Allah SWT membalasnya lebih baik. Saya berharap disertasi ini merupakan amalan sholeh, amin.
Bogor, Mei 2007 Golar
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 24 Pebruari 1973. Pendidikan Sekolah dasar hingga Sekolah Lanjutan Tingkat atas (SLTA) diselesaikan di Jakarta. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Pertanian dan Kehutanan Universitas Hasanuddin, lulus pada tahun 1996. Pada tahun 1997, penulis diterima di Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) pada Program Pascasarjana di universitas yang sama atas bantuan beasiswa pendidikan yang diperoleh dari program URGE-DIKTI, dan menamatkannya pada tahun 1999. Kesempatan untuk melanjutkan ke program doktor pada Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan Institutut Pertanian Bogor diperoleh pada tahun 2003, melalui bantuan beasiswa BPPS-DIKTI dan BMZ-STROMA. Penulis bekerja sebagai Staf Pengajar pada Program Studi Manajemen Hutan pada Jurusan Kehutanan di Universitas Tadulako-Palu sejak tahun 1999. Sebelumnya, penulis diperbantukan pada Pusat Kajian Perhutanan Sosial pada Lembaga Pusat Penelitian (LPM) UNHAS (periode 1997-1999).
Selama mengikuti program S3, penulis pernah menerima Piagam Man and Biosphere Indonesia dari LIPI-UNESCO pada tahun 2005, dengan karya Ilmiah yang berjudul Adaptasi Sosio-Kultural Komunitas Adat Toro dalam Mempertahankan Kelestarian Hutan, dan telah diterbitkan sebagai bagian dari buku yang berjudul Kearifan Tradisional dan Cagar Biosfer di Indonesia, tahun 2006 oleh LIPI dan bekerja sama dengan komite MAB-UNESCO. Selain itu, artikel yang berjudul Performansi Pengelolaan Hutan oleh Lembaga Adat di Sekitar Taman Nasional Lore Lindu telah diterbitkan pada jurnal nasional terakreditasi ”AGROLAND” pada volume 13 N0. 4: Desember 2006. Karyakarya ilmiah tersebut merupakan bagian dari program S3 penulis.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ....................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vii PENDAHULUAN Latar Belakang ............................................................................... Pertanyaan Penelitian .................................................................... Tujuan Penelitian ...........................................................................
1 4 4
TINJAUAN PUSTAKA Konsep Pengelolaan Hutan oleh Masyarakat (Community Forest Management) ................................................................................. Konsep Pengelolaan Sumberdaya Alam Milik Bersama ................ Konsep Pengelolaan Hutan yang Berkelanjutan ............................ Konsep Adaptasi ............................................................................
6 9 11 13
METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Teori ............................................................................... Pendekatan Penelitian ................................................................... Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... Pengumpulan Data ......................................................................... Metode Analisis ..............................................................................
18 21 22 23 26
TORO DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN Selintas Sejarah Toro ..................................................................... Kondisi Geografis dan Kependudukan ........................................... Struktur Sosial dan Kelembagaan .................................................. Tekanan Penduduk, Ekonomi Pasar, dan Dinamika Politik .............................................................................................. Ringkasan ......................................................................................
66 80
REVITALISASI KELEMBAGAAN ADAT DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM Dinamika Kolektif Komunitas Toro ................................................. Performansi Kelembagaan Adat .................................................... Ringkasan ......................................................................................
82 100 110
IMPLIKASI REVITALISASI KELEMBAGAAN ADAT TERHADAP KELESTARIAN SUMBERDAYA HUTAN Tipologi Hutan di Toro ................................................................... Kelestarian Fungsi Sosial .............................................................. Kelestarian Fungsi Produksi ........................................................... Kelestarian Fungsi Ekologis ........................................................... Penilaian terhadap Tingkat Kelestarian Hutan ............................... Ringkasan .....................................................................................
113 116 127 134 139 143
43 44 53
ii
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN ........................................ DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. LAMPIRAN-LAMPIRAN ...........................................................................
145 150 162
iii
DAFTAR TABEL Halaman 1
Kriteria dan indikator LEI untuk kelestarian fungsi sosial .....................
29
2
Kriteria dan indikator LEI untuk kelestarian fungsi produksi .................
29
3
Kriteria dan indikator LEI untuk kelestarian fungsi ekologi ...................
30
4
Uraian rasionalisasi penilaian kriteria kejelasan hak penguasaan dan pengelolaan lahan atau areal ...............................................................
31
Uraian rasionalisasi penilaian kriteria keterjaminan terhadap pengembangan dan ketahanan ekonomi Komunitas ...........................
32
Uraian rasionalisasi penilaian kriteria terbangun pola hubungan sosial yang setara dalam proses produksi .....................................................
33
Uraian rasionalisasi penilaian kriteria keadilan manfaat menurut kepentingan komunitas ........................................................................
34
8
Uraian rasionalisasi penilaian kriteria kelestarian sumberdaya ..........
35
9
Uraian rasionalisasi penilaian kriteria kelestarian hasil ........................
36
10
Uraian rasionalisasi penilaian kriteria kelestarian usaha ......................
38
11
Uraian rasionalisasi penilaian kriteria stabilitas ekosistem hutan dapat dipelihara dan gangguan terhadapnya dapat diminimalisir dan dikelola .................................................................................................
39
Uraian rasionalisasi penilaian kriteria sintasan spesies endemik dilindungi dan dipertahankan, serta gangguannya dapat diminimumkan........................................................................................
40
Jenis-jenis lahan yang dikuasai rumahtangga di Toro (tahun 2004).....................................................................................................
46
Jumlah penduduk di Toro menurut kelompok umur (tahun 2004).....................................................................................................
48
15
Rasio jumlah penduduk Toro berdasarkan mata pencaharian .............
49
16
Tingkat pendidikan penduduk Toro tahun 2004 ...................................
53
17
Bentuk-bentuk akses atas lahan komunitas adat Toro .........................
64
18
Tingkat rata-rata pertumbuhan penduduk di Toro 1978 – 2004 ...........
66
19
Karateristik demografi untuk tiap-tiap kecamatan di sekitar TNLL dan Toro periode tahun 1980 – 2002...........................................
67
Perbandingan antara masyarakat yang menggunakan pupuk dengan yang tidak menggunakan pupuk pada tanaman kakao di Toro ............
69
21
Ragam pekerjaan sampingan di Toro ...................................................
72
22
Komponen biaya pemanfaatan sumberdaya alam di Toro ...................
96
23
Penetapan kriteria umum dalam menilai kinerja kelembagaan adat dalam mengatur pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan di Toro ......................................................................................................
105
5 6 7
12
13 14
20
iv
24
Penilaian sikap pesponden terhadap kinerja kelembagaan adat dalam mengatur pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan di Toro ......................................................................................................
106
Skor kriteria kejelasan hak penguasaan dan pengelolaan lahan atau areal hutan ............................................................................................
117
Skor kriteria keterjaminan terhadap pengembangan dan ketahanan ekonomi komunitas ...............................................................................
119
27
Data pemilikan asset ekonomi keluarga di Toro tahun 2004 ................
122
28
Skor kriteria terbangunnya pola hubungan sosial yang setara dalam proses produksi ....................................................................................
124
29
Skor kriteria keadilan manfaat menurut kepentingan komunitas ..........
126
30
Skor kriteria kelestarian sumberdaya ..................................................
127
31
Skor kriteria kelestarian hasil ................................................................
130
32
Skor kriteria kelestarian usaha .............................................................
132
33
Skor kriteria stabilitas ekosistem hutan dapat dipelihara dan gangguan terhadapnya dapat diminimalisir dan dikelola ......................
135
34
Skor kriteria sintasan spesies endemik dilindungi dan dipertahankan, serta gangguannya dapat diminimumkan .............................................
137
35 36
Skor kriteria dan indikator LEI untuk kelestarian fungsi sosial .............. Skor kriteria dan indikator LEI untuk kelestarian fungsi produksi..........
140 140
37
Kriteria dan indikator LEI untuk kelestarian fungsi ekologi ...................
141
38
Skor total indikator pada tiap-tiap prinsip kelestarian hutan .................
142
25 26
v
DAFTAR GAMBAR Halaman 1
Struktur prinsip dan kriteria kelestarian hutan (LEI 2004) ..........................
12
2
Bagan alir kerangka pikir penelitian ............................................................
20
3
Transisi antara fenomena dan pengamatan yang berbeda ........................
22
4 5
Bagan alir tahapan metode analisis hubungan sebab-akibat ..................... Bagan alir tahapan penilaian internal terhadap performansi kelembagaan adat .............................................................................................................
26
6 7
Bagan alir penelitian ................................................................................... Letak lokasi penelitian ................................................................................
42 45
8
Rata-rata jumlah lokasi lahan masyarakat di Toro .....................................
47
9
Periodesasi pengkonversian menjadi lahan yang ditanami kakao di Toro ............................................................................................................
48
10
Komposisi etnis di Toro ..............................................................................
51
11
Periodesasi kedatangan penduduk di Toro ................................................
51
12
Peta penyebaran dusun di Toro .................................................................
52
13
Siklus pengolahan dan pemanfaatan lahan bergilir ....................................
63
14
Kelompok maromu dalam pengelolaan lahan sawah .................................
65
15
Kelompok maromu dalam kegiatan menenam padi di sawah ....................
65
16
Tanaman kopi masyarakat di bawah tegakan hutan ..................................
68
17
Tanaman kakao masyarakat di bawah tegakan hutan ...............................
68
18
Perbandingan penduduk yang menggunakan pestisida dengan yang tidak menggunakannya pada tanaman kakao di Toro ................................
70
27
19
Usaha pembuatan kusen masyarakat Toro ................................................
71
20
Usaha pembuatan meubel masyarakat Toro ...........................................
71
21
Persentase jumlah tenaga kerja upahan di Toro berdasarkan pembagian jenis kelamin ...............................................................................................
72
Lobo, bangunan adat Toro .........................................................................
22 23
Peta partisipatif wilayah adat Toro .............................................................
83 85
24
Keselarasan sistem zonasi TNLL dan kategorisasi lahan adat Toro
86
25
Salah seorang anggota Totua Ngata menyerahkan piagam kesepakatan kepada Kepala Balai TNLL ...................................................
87
26
Masyarakat Adat Toro berpose bersama di sekeliling prasasti pengakuan ..................................................................................................
87
27
Struktur hubungan antar lembaga hasil musyawarah I, tahun 2001 ..........
89
28
Struktur hubungan antar lembaga hasil musyawarah tahun 2005 .............
93
29
Skema mekanisme penjatuhan sanksi atas pelanggaran pemanfaatan sumberdaya lahan dan hutan di Toro .........................................................
98
30
Anggota Tondo ngata melakukan persiapan sebelum menjalankan tugasnya .....................................................................................................
102
31
Anggota Tondo ngata berangkat ke dalam hutan ......................................
102
vi
32
Diagram perbandingan antara nilai rata-rata belief dan evaluation ............
107
33
Peta Tata Guna Hutan Kesepakatan Propinsi Sulawesi Tengah
115
(1998), (Dishut 2000) ................................................................................. 34
Rapat penyelesaian sengketa lahan antar masyarakat Toro .....................
118
35
Makan bersama sebagai simbolisasi selesainya sengketa di antara mereka ........................................................................................................
118
36
Peluang akses masyarakat terhadap sumberdaya lahan dan hutan pasca revitalisasi ...................................................................................................
119
37
Bagan alir proses perizinan pemanfaatan kayu di Toro ..............................
125
38
Limbah kayu yang dihasilkan dalam proses penebangan pohon di Toro ...
131
39
Alat yang digunakan dalam melakukan kegiatan penebangan pohon di Toro ............................................................................................................
131
Perbandingan tingkat temuan jejak kotoran Anoa dan babi liar Sulawesi di 8 Lokasi ..................................................................................................
138
40
vii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1
Piagam kesepakatan konservasi sumberdaya alam masyarakat adat Ngata Toro .........................................................................................
162
2
Surat pernyataan Balai Taman Nasional Lore Lindu .......................
163
3
Darft peraturan Desa Toro Kabupaten Donggala, Propinsi Sulawesi Tengah ..............................................................................................
165
4
Aturan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Toro ...............................
175
5
Inisiatif dan aktifitas yang dilakukan komunitas adat Toro, phase perjuangan, pengakuan, dan diseminasi ....................................
181
6
Peta kawasan penyanggah Taman Nasional Lore Lindu .................
184
7
Curah hujan harian Kecamatan Kulawi 2003 ....................................
185