Staf, Bekerjalah dengan Sifat Rasulullah: STAF UNAIR NEWS – Pengajian rutin bulanan Universitas Airlangga kali ini menghadirkan KH. Abdurrahman Navis, Lc, MHI. Acara yang digelar di Aula Garuda Mukti, Gedung Rektorat UNAIR, hari Kamis (28/1) itu mengangkat tema ”Momen Tahun Baru 2016 Guna Memotivasi Pegawai dalam Beribadah dan Bekerja.” “Makna momen tahun baru adalah keimanan, kinerja, dan prestasi harus lebih baik dari sebelumnya. Seperti yang disampaikan Sayyidina Ali: barang siapa hari ini sama dengan hari kemarin, ia termasuk orang yang merugi. Barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, ia termasuk orang yang celaka, dan barang siapa hari ini lebih baik dari hari kemarin, itulah orang yang beruntung,” ujar Ketua Bidang Fatwa MUI Jawa Timur tersebut membuka ceramahnya. Di depan ratusan jamaah para pegawai UNAIR, alumnus jurusan dakwah Universitas Riyadh ini mengingatkan agar selalu melihat ke atas dalam hal ibadah dan melihat ke bawah dalam hal harta. Dalam hal ibadah, kita harus melihat yang lebih baik dari kita sehingga semakin semangat melakukannya dan terhindar dari sikap sombong. Sementara dalam hal harta, kita harus melihat yang di bawah kita sehingga terhindar dari sikap tamak. Bagi orang-orang yang beriman, mereka menyadari bahwa mereka diciptakan semata-mata untuk beribadah kepada Allah, sesuai dengan firman-Nya dalam Q.S. Ad Dzariyat ayat 56. “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu.” Ibadah yang dimaksud disini sangat luas. Ada empat macam ibadah, yaitu ibadah qauliyah (dengan ucapan), fi’liyah (dengan perbuatan), maliyah (dengan harta), dan imsakiyah (dengan menahan diri). Segala hal yang diniatkan untuk Allah
adalah bentuk ibadah. Bekerja adalah ibadah jika diniatkan karena Allah dan tidak bertentangan dengan aturan Allah. Ustad Navis menuturkan, sebaik-baik motivasi bekerja adalah ikhlas karena Allah, nanti Allah yang akan memberikan rezeki. “Allah kasih rezeki kepada hamba-Nya dengan tiga cara. Pertama sesuai dengan pekerjaannya. Kedua, bonus bagi yang bersyukur, dan terakhir dari jalan yang tidak disangka-sangka,” papar Ustad Navis. Agar bisa bekerja dengan optimal, Ustad Navis berpesan agar staf UNAIR memiliki sifat STAF, yaitu seperti sifat Rasulullah, Siddiq (benar), Tabligh (menyampaikan), Amanah (bisa dipercaya), dan Fathonah (cerdas). Bekerja dengan benar, sesuai dengan tanggungjawab, dan inovatif akan membuat kinerja lebih optimal. “Staf harus berani menyapaikan inovasi kepada atasan, itu juga untuk mempercepat perbaikan,” jelas Ustad Navis. (*) Penulis : Inda Karsunawati Editor : Bambang Bes
Bantuan ke Masjid UNAIR Terus Mengalir UNAIR NEWS – Tenaga kependidikan (karyawan) Universitas Airlangga secara suka rela menyisihkan sebagian gajinya sebagai sodakoh amal jariyah untuk disumbangkan kepada panitia pembangunan Masjid “Asma’ul Husna” di Kampus C UNAIR Mulyorejo, Surabaya. Seperti yang disumbangkan bulan Januari 2016 ini jumlahnya mencapai Rp 10.813.000/bulan, hingga enam bulan kedepan.
Agus Haviludin, Staf Bagian Keuangan UNAIR yang menangani hal ini mengatakan, jumlah sebesar itu berasal dari 105 karyawan, termasuk karyawan honorer. Mereka mengisi pernyataan bahwa setiap bulan gajinya minta dipotong sekian rupiah untuk bantuan pembangunan masjid. Jadi sifatnya suka rela, yang meminta pun para karyawan, dengan besaran sumbangan juga bervariasi mulai Rp 50.000 hingga Rp 250.000. Bahkan ada yang lebih. “Hanya bedanya kalau langsung pada kami diserahkan kepada rekeningnya,” kata
yang berstatus honorer ia membayarkannya setiap awal bulan untuk bersama-sama panitia pembangunan masjid melalui Agus Haviludin kepada UNAIR NEWS.
Dikatakan, sumbangan amal jariyah seperti ini sudah merupakan “tradisi” sejak lama. Hanya saja sebelum adanya pembangunan masjid, dana karyawan tersebut disalurkan kepada sebuah yayasan Yatim Piatu di Kota Surabaya. Atas kemauan para karyawan pula minta untuk sementara dialihkan ke pembangunan masjid. Untuk itu pihak UNAIR juga sudah menghubungi yayasan tersebut dan pihak yayasan pun, kata Agus, juga memahami. “Nanti kalau pembangunan masjidnya sudah selesai, ya kembali disalurkan ke yayasan tersebut,” imbuh Agus. Ia yakin jumlah setiap bulannya akan melebihi dari sebesar itu, sebab banyak juga karyawan lain yang memilih berinfak langsung ke kotakkotak amal masjid. Seperti diketahui, meskipun masjid berlantai tiga tersebut belum selesai pembangunannya tetapi lantai dasar yang sudah ladi dan berlantai mulus, sudah digunakan untuk salat Jumat. Bahkan ketika kampus sedang libur dan sepi kuliah pun, salat Jumat tetap ramai. “Pada liburan jumat kapan hari itu masih dapat enam baris jemaah, lumayan,” kata Drs. Musa, ketua Takmir Mushala UNAIR. Seperti diberitakan selama ini, telah banyak para alumni perangkatan yang memberikan donasi sumbangannya untuk pembangunan masjid di kampus C UNAIR ini. Pernah juga panitia menerima
bantuan berupa perhgiasan dan sebuah mobil. Bantuan berupa uang pernah diterima mencapai Rp 1.624.573.085 yang berasal dari tujuh donatur. Misalnya dari para alumni UNAIR yang berdomisili di Jakarta, alumni FE ’87, Alumni FE’73, CSR PT Kelola Mina Laut (Gresik), IKA Fakultas Hukum UNAIR, Alumni FE ’85 (menyerahkan dua kali), alumni UNAIR yang bekerja di Bank Mandiri, dari lembaga Avian Influenza-Zoonosis Research Center (AIRC) UNAIR atau pengelola BSL3 (Bio Safety Level-3), dari IKA Farmasi, juga dari pengusaha nasional Chairul Tanjung. Donatur lain yang ingin menyumbang bisa disalurkan melalui Rekening Bank Mandiri Cabang Rungkut Megah Raya Nomor: 142.0031122012 atau ke Rekening Bank Mandiri Syariah KK UNAIR norek: 7076288504, semua atas nama Panitia Pembangunan Masjid UNAIR Kampus C Surabaya. (*) Penulis: Bambang Bes
Ajak Pustakawan Hadapi MEA
Inovatif
UNAIR NEWS – Tahun ini, masyarakat Indonesia telah dihadapkan pada iklim Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Dengan berlakunya pasar bebas ASEAN ini masyarakat harus bisa bersaing secara internasional, karena kemungkinan pesaing bukan hanya dari Indonesia, namun dari berbagai negara di ASEAN. Dalam rangka memberikan informasi mengenai peluang dan tantangan pustakawan menghadapi MEA, perpustakaan Universitas Airlangga mengadakan seminar bertajuk “Peluang dan Tantangan Karir Pustakawan Menghadapi AEC” pada Selasa, (26/1). Hadir sebagai pembicara dalam seminar ini yaitu Drs. Abimanyu Poncoatmojo I., M.M dari Badan Kepegawaian Daerah Provinsi
Jawa Timur, dan Juhaeri, SE., SS., Perpustakaan Provinsi Jawa Timur.
MM.,
dari
Badan
Seminar ini dibuka oleh kepala perpustakaan UNAIR, Prof. Dr. I Made Narsa, SE., M.Si., Ak., C.A, dan dihadiri kurang lebih 80 orang tenaga perpustakaan dari berbagai instansi dan lembaga. Bukan hanya dari Surabaya, namun juga dari beberapa daerah di Jawa Timur dan Bali. Menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Perpustakaan Nasiobal RI mencanangkan “Sertifikasi Pustakawan.” Adanya sertifikasi pustakawan ini salah satunya adalah untuk melindungi profesi pustakawan yang ada di Indonesia. “Pustakawan dari luar kalau tidak tersertifikasi tidak bisa menjadi pustakawan di sini. Harus ada batasan, untuk melindungi tenaga kerja yang ada di Indonesia. Tapi kalau kita bagus dan profesional, kita bisa bersaing dengan mereka,” papar Abimanyu. Banyak manfaat yang didapat dengan diadakannya sertifikasi pustakawan, diantaranya membantu perpustakaan meyakinkan kepada pemustaka bahwa pelayanan perpustakaan dilakukan oleh tenaga yang kompeten, membantu perpustakaan dalam rekruitmen dan mengembangkan tenaga berbasis kompetensi, memastikan perpustakaan mendapatkan tenaga yang kompeten, membantu perpustakaan dalam sistem pengembangan karir dan remunerasi tenaga berbasis kompetensi, serta memastikan dan meningkatkan produktivitas. Pada kesempatan ini Abimanyu mengajak para pustakawan untuk meningkatkan softskill dan hardskill yang terampil. Ia juga menyarankan agar para pustakawan di Indonesia menjalin kerjasama antar pustakawan se-ASEAN. Abimanyu juga menegaskan bahwa dengan adanya sertifikasi ini para pustakawan harus lebih profesional dan banyak-banyak berinovasi. “Kalau tenaga profesional tidak kita siapkan terlebih dahulu secara profesional, matilah kita. Profesionalisme pustakawan
harus digali yang sesuai dengan kompetensi dan keahlian,” tutur Abimanyu. Juhaeri, sebagai pembicara kedua, menerangkan kepada para peserta bahwa Indonesia merupakan negara yang banyak diincar oleh negara lain karena memiliki banyak potensi. Pustakawan Indonesia harus memiliki standar tertentu agar mampu bersaing secara internasional. “Standar menjadi alat yang berdaya guna untuk mengarahkan perubahan positif guna merespon isu-isu global yang menyentuh berbagai aspek kehidupan. Standar kata kunci persaingan,” ujar Juhaeri. Adanya sertifikasi pustakawan ini bertujuan untuk mencetak pustakawan yang kompeten di bidang pekerjaan dan keahlian, serta memastikan SDM yang disertifikasi mempunyai kualitas yang sama, sehingga mampu bersaing dan menjawab tantangan global. Perlu ditekankan bahwa sertifikasi pustakawan ini tidak seperti sertifikasi guru pada umumnya yang mendapatkan dana insentif khusus. Sertifikasi pustakawan dilakukan untuk mengukur dan melihat seseorang kompeten di bidangnya. Namun, ke depan akan diperhitungkan tentang insentif bagi mereka yang tersertifikasi. “Sekarang tidak ada. Tapi ke depan akan dipikirkan dan diperhitungkan,” ujar Juhaeri. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor : Inda Karsunawati