ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOPERASI PERIKANAN MINA USAHA (Studi Kasus: Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis, Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa Tengah)
SKRIPSI
SULISTYO A14104691
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN SULISTYO. Analisis Kinerja Keuangan dan Strategi Pengembangan Koperasi Perikanan Mina Usaha (Studi Kasus: Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis, Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa Tengah). Sekripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (di bawah bimbingan RAHMAT YANUAR).
Keberadaan koperasi mempunyai manfaat bagi anggota khususnya dan masyarakat luas umumnya. Koperasi dapat memberikan manfaat dalam peningkatan skala usaha dan efisiensi anggota, peningkatan nilai tawar (bargaining position), dan manfaat sosial. Koperasi merupakan bangunan perusahaan yang sesuai dengan perekonomian yang disusun sebagai usaha bersama atas dasar kekeluargaan. Hal ini sesuai dengan prinsip koperasi menurut ICA (International Cooperation Alliance), dimana tujuan utama koperasi adalah anggota. Perkembangan koperasi di Indonesia mengalami pasang surut mulai dari jaman penjajahan Jepang, era kemerdekaan, orde baru, sampai era pasar bebas sekarang ini. Pada saat terjadi krisis tahun 1997, hampir semua sektor terkena imbasnya bahkan sampai ada yang gulung tikar. Meskipun tidak terkena imbas krisis secara telak, koperasi mampu bertahan bahkan diantaranya, terutama yang bergerak dalam komoditas ekspor justru menuai keuntungan akibat depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis telah memiliki strategi dalam upaya pengembangan usaha, akan tetapi strategi yang diperkirakan tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga masalah belum bisa diatasi. Jumlah hasil pendapatan unit waserda, pendapatan hasil dari jasa unit TPI (Tempat Pelelangan IKan) dan SHU (Sisa Hasil Usaha) menurun. Jumlah anggota dan hasil tangkapan nelayan pada tahun terakhir menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi cuaca akhir-akhir ini yang kurang menentu mengakibatkan nelayan tidak leluasa dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut. Tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis kinerja keuangan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis, (2) mengidentifikasi dan mengevaluasi faktor eksternal dan internal yang dapat mempengaruhi perkembangan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis, dan (3) merumuskan alternatif-alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis. Penelitian ini dilaksanakan di Koperasi Perinakan Mina Usaha Desa Jetis secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa lokasi penelitian merupakan daerah pesisir (pesisir Selatan Pulau Jawa) yang juga merupakan sentra produksi perikanan tangkap. Kegiatan usaha perikanan tangkap tersebut bisa dikembangkan melalui koperasi, yaitu salah satunya adalah Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis. Pembentukan koperasi ini benar-benar dilakukan atas inisiatif dari anggota yang sebagian besar adalah nelayan (bottom up). Aklamasi pembentukan koperasi tersebut juga merupakan modal sosial penting dalam pengembangan suatu usaha. Kelompok nelayan koperasi ini pernah memperoleh penghargaan juara II lomba INKAPI tingkat nasional. Pada saat ini Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis memiliki banyak kendala dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah: analisis kinerja keuangan yang terdiri dari analisis rasio (liquiditas, solvabilitas dan rentabilitas) dan analisis trend untuk mengetahui keadaan keuangan koperasi selama ini, analisis untuk merumuskan strategi digunakan analisis matriks SWOT (Strenght-Weakness-Opportunities-Threats) dengan terlebih dahulu dilakukan identifikasi faktor-faktor eksternal dan internal. Hasil penelitian terhadap kinerja keuangan menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis rasio, untuk rasio likuiditas (rasio lancar) rata-rata adalah 3,2. Artinya setiap Rp 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp 3,2 aktiva lancar yang dimilikinya. Sementara standardnya adalah 2 (200 persen). Dengan demikian, kemampuan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dalam menjamin hutangnya dengan aktiva lancar yang kuat. Rata-rata rasio solvabilitas untuk total hutang dengan total harta adalah 0,66. Artinya Rp 0,66 seluruh kewajiban dapat dijamin dengan Rp 1,00 dari seluruh harta yang dimiliki. Artinya kemampuan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dalam membiayai seluruh kewajibannya sudah cukup bagus (standar yaitu 0,5). Rasio solvabilitas total hutang dengan modal sendiri rata-rata adalah 3,41. Artinya setiap Rp 1,00 modal sendiri digunakan untuk menjamin Rp 3,41 total hutang koperasi. Standard maksimumnya adalah 1,00. Faktor-faktor yang menyebabkan adalah masih banyaknya jumlah piutang yang belum dibayar oleh peminjam. Nilai rasio rentabilitas untuk Return on Investmet (ROI) rata-rata sebesar 6,01 persen, dimana Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis akan memperoleh laba bersih setelah memperoleh SHU sebesar Rp 601 dari Rp. 10.000 total aktivanya. Rata-rata rentabilitas modal sendiri sebesar 16,04 persen menandakan koperasi mampu menghasilkan SHU sebesar Rp 16,04 dari modal sendiri sebesar Rp 100,00. Kondisi ini cukup, apabila standard yang dipakai >15 persen. Namun perkembangan nilai rentabilitas modal sendiri menunjukkan trend yang menurun. SHU yang menurun dikarenakan kurang produktifnya usaha dan manajemen koperasi dalam mengelola unit usaha. Sementara hasil analisis trend pada neraca menunjukkan hampir setiap pos mengalami kenaikan kecuali pada pos kekayaan bersih. Trend pada rugi laba beberapa pendapatan mengalami penurunan meskipun pendapatan secara keseluruhan mengalami kenaikan terutama dari pendapatan jasa simpan pinjam (simpi). Dimana dari pendapatan simpi ini juga memberikan konstribusi terhadap meningkatnya pos biaya yang naik setiap periode secara signifikan. Kondisi tersebut berakibat pada penurunan SHU yang diperoleh. Hasil strategi melalui analisis SWOT dengan mempertimbangkan kondisi keuangan sebagai salah satu faktor internal koperasi beserta variabel internal dan eksternal lainnya, rumusan strategi alternatif yang diperoleh adalah 1) Meningkatkan integritas/loyalitas dan jumlah anggota; 2) Peningkatkan produktivitas pengurus dan karyawan; 3) Kerjasama dengan pemerintah dan pihak lain dalam pengembangan daerah wisata; 4) Peningkatan kemampuan anggota dalam kegiatan penangkapan ikan; 5) Memperkuat modal dan peran bakul lokal untuk meningkatkan daya beli di TPI; 6) Meningkatkan hubungan dan pelayanan yang baik dengan nelayan sebagai pemasok sekaligus anggota dan dengan bakul sebagai pelanggan; 7) Perbaikan program evaluasi; dan 8) Mengupayakan penerapan tekhnologi pasca panen.
ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOPERASI PERIKANAN MINA USAHA (Studi Kasus: Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis, Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa Tengah)
SULISTYO A14104691
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul Skripsi : Analisis Kinerja Keuangan dan Strategi Pengembangan Koperasi Perikanan Mina Usaha (Studi Kasus: Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis, Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa Tengah) Nama : Sulistyo NRP : A14104691
Disetujui, Pembimbing
Rahmat Yanuar, SP., MSi NIP. 19760101 200604 010
Diketahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 19571222 198203 1002
Tanggal Lulus:
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Analisis Kinerja Keuangan dan Strategi Pengembangan Koperasi Perikanan Mina Usaha (Studi Kasus: Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis, Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa Tengah)” belum pernah diajukan sebagai karya tulis ilmiah pada suatu perguruan tinggi atau lembaga manapun untuk memperoleh gelar akademik tertentu. Saya juga menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri dan tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai rujukan yang dinyatakan dalam naskah.
Bogor, Januari 2010
Sulistyo A 14104691
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Temanggung pada tanggal 23 Maret 1976 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Mujiono dan Ibunda Marliyah. Penulis menamatkan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 1 Bulu tahun 1989 dan pendidikan menengah pertama tahun 1992 di SLTPN I Bulu, Temanggung. Pendidikan lanjutan menengah atas di Sekolah Teknologi Menengah (STM) Pembangunan dengan program khusus selama empat tahun, mengambil jurusan Agronomi diselesaikan tahun 1995. Pada tahun 1995 penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Diploma III Teknologi Usaha Ternak Daging (TUTD) Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan lulus tahun 1998. Selama mengikuti pendidikan penulis tercatat sebagai ketua dua panitia penerimaan mahasiswa baru Fakultas Peternakan tahun ajaran 1996/1997. Pada tahun 1997 penulis juga tercatat sebagai wakil ketua umum HIPROMATER (Himpunan Profesi Mahasiswa Pecinta Ilmu Peternakan) Fakultas Peternakan. Penulis pernah mengikuti pendidikan tingkat sarjana di Program Studi Bimbingan Konseling, Fakultas Ilmu Kependidikan, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Veteran Semarang selama hampir dua tahun (2000 – 2001), namun tidak selesai karena harus bekerja di Bogor. Pada tahun 2005, penulis kemudian melanjutkan studi ke Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Saat ini penulis bekerja di perusahaan konsultan yang bergerak dalam kajian lingkungan, yaitu PT EOS Consultants (INRR) di divisi sosial, ekonomi, dan budaya sejak akhir tahun 2001 sampai Sekarang.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanain pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Topik skripsi ini adalah “Analisis Kinerja Keuangan dan Strategi Pengembangan Koperasi Perikanan Mina Usaha (Studi Kasus: Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis, Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa Tengah). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja keuangan koperasi, identifikasi dan evaluasi faktor eksternal dan internal yang dapat memengaruhi perkembangan koperasi, dan merumuskan alternatif-alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam rangka pengembangan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis. Namun demikian, sangat disadari masih banyak terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun ke arah penyempurnaan skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Januari 2010 Sulistyo
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selama penulisan skripsi ini, penulis mendapat sumbangan pikiran, bimbingan, dukungan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Ramat Yanuar, SP., MSi, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, memberikan bimbingan, masukan dan arahan dengan sabar dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. 2. Ir. Lukman Muhammad Baga, MA. Ec, selaku dosen penguji utama pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan masukan dan kritikan yang berharga demi perbaikan skripsi ini. 3. Arief Karyadi Uswandi, SP, sebagai dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan masukan dan evaluasi dalam redaktur penulisan skripsi. 4. Ir. Netti Tinaprilla, MM, selaku dosen evaluator pada kolokium yang telah memberikan masukan yang berharga dalam penelitian ini. 5. Kedua orang tua tercinta yang menjadi sumber inspirasi dan teladan hidup, do’a dan pengorbananmu selalu terpatri dalam hati penulis. 6. Ananda tercinta Muhammad Hafizh Sulistyo dan istri tercinta Lia Mulyawati Sulistyo yang telah memberikan dukungan dan sebagai sumber motivasi dalam proses menuju penyelesaian sekripsi ini. 7. Para pengurus, pengawas, karyawan, dan anggota Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dalam pengumpulan dan pengolahan data. 8. Suharno, anggota komisi I DPRD Kabupaten Cilacap tahun 2009 – 2014 yang selalu memberikan tempat jika penulis berkunjung ke Desa Jetis dan juga kepada Saimun dan Saefulloh, semoga jiwa intepreneur kalian bagaikan tinta yang mewarnai lautan dalam membangun ekonomi keluarga dan warga setempat. 9. Keluarga besar PT Eos Consultants (INRR) atas bantuan, dukungan, dan kerjasamanya.
10. Sahabat-sahabat ekstensi; M. Zaenal Muttaqin, Okta, Anggra, Kudori, Zulfa, Agripa, Apip Wijaya, Wahyu dan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya. 11. Seluruh staf program sarjana ekstensi manajemen agribisnis, terima kasih atas bantuannya. Akhir kata penulis ucapkan semoga amal baik Bapak/Ibu dan rekan-rekan sekalian mendapat balasan pahala yang mulia dari Allah SWT. Amin.
Bogor, Januari 2010 Sulistyo
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ..................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................
xiv
I.
II.
PENDAHULUAN .......................................................................
1
1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5.
Latar Belakang ...................................................................... Perumusan Masalah ............................................................. Tujuan Penelitian ................................................................. Manfaat Penelitian ............................................................... Ruang Lingkup Penelitian ...................................................
1 4 6 7 7
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................
9
2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5. III.
IV.
Konsep Perkoperasian ......................................................... Konsep Koperasi Perikanan ................................................. Konsep Pengembangan Koperasi Perikanan ........................ Konsep Manajemen Strategi ................................................. Tinjauan Hasil-hasil Peneletian Terdahulu ...........................
9 12 12 14 15
KERANGKA PEMIKIRAN ......................................................
18
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................ 3.1.1. Kinerja Keuangan ..................................................... 3.1.2. Visi dan Misi Organisasi............................................. 3.1.3. Identifikasi Faktor-faktor Eksternal Organisasi ........... 3.1.4. Identifikasi Faktor-faktor Internal Organisasi.............. 3.1.5. Formulasi Strategi....................................................... 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ..........................................
18 18 21 21 24 27 27
METODOLOGI PENELITIAN ..................................................
31
4.1. 4.2. 4.3. 4.4.
31 31 32 33 33 33 37 37
Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian ............................... Jenis dan Sumber Data ......................................................... Metode Pengumpulan Data.................................................... Metode Pengolahan dan Analisis Data .................................. 4.4.1. Analisis Deskriptif ..................................................... 4.4.2. Analisis Finansial (Kinerja Keuangan) ...................... 4.4.3. Identifikasi Faktor Eksternal dan Internal................... 4.4.4. Formulasi Strategi......................................................
V.
GAMBARAN UMUM KOPERASI MINA USAHA .................
41
5.1. Kondisi Umum Desa Jetis ..................................................... 5.1.1. Kondisi Lingkungan Fisik............................................ 5.1.2. Profil Komunitas.......................................................... 5.2. Latar Belakang Pembentukan Koperasi Perikanan Mina Usaha 5.2.1. Pembentukan Kelompok Nelayan ............................... 5.2.2. Pembentukan Koperasi Perikanan Mina Usaha ............ 5.3. Struktur Organisasi Koperasi Perikanan Mina Usaha ............. 5.3.1. Rapat Anggota ............................................................. 5.3.2. Pengurus Koperasi ....................................................... 5.3.3. Badan Pengawas ......................................................... 5.3.4. Manajer dan Karyawan ............................................... 5.4. Kegiatan Usaha Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis .. 5.4.1. Unit Usaha Simpan Pinjam (Simpi) ............................. 5.4.2. Unit Tempat Pelelangan Ikan (TPI).............................. 5.4.3. Unit Waserda............................................................... 5.5. Anggota Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis .............
42 42 43 44 44 46 46 46 47 47 48 48 48 50 52 53
HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................
58
6.1. Analisis Finansial (Kinerja Keuangan) .................................. 6.1.1. Rasio Likuiditas........................................................... 6.1.2. Rasio Solvabilitas ........................................................ 6.1.3. Rasio Rentabilitas ........................................................ 6.1.4. Analisis Trend ............................................................. 6.2. Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis .......................................... 6.2.1. Analisis Lingkungan Eksternal .................................... 6.2.2. Analisis Lingkungan Internal ....................................... 6.2.3. Identifikasi Faktor- Faktor Strategis Internal dan Eksternal 6.3. Formulasi Strategi .................................................................
58 58 59 61 63
KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................
99
7.1. Kesimpulan ........................................................................... 7.2. Saran .....................................................................................
99 101
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................
104
LAMPIRAN.............................................................................................
106
VI.
VII.
65 65 74 83 93
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Keragaan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Selama Tiga Tahun Terakhir Periode Pembukuan .................................................
5
2. Matriks SWOT .................................................................................
38
3. Perkembangan Alokasi Pinjaman pada Koperasi Mina Usaha Desa Jetis
49
4. Perkembangan Produksi Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Empat Tahun Terakhir (2004 – 2007)................................................
50
5. Pendapatan Unit Waserda Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Empat Tahun Terakhir (2004 – 2007)................................................
52
6. Perkembangan Jumlah Anggota Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Selama Empat Tahun Terakhir Periode Pembukuan..........
54
7. Jenis dan Jumlah Kebutuhan Nelayan Rata-rata Setiap Tahun ...........
56
8. Rasio Lancar Koperasi Perikanan Mina Usaha Empat Tahun Terakhir Periode Pembukuan ............................................................
58
9. Rasio Hutang dengan Harta/Aktiva Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Selama Empat Tahun Terakhir Periode Pembukuan..........
59
10. Rasio Hutang dengan Modal Sendiri Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Empat Tahun Terakhir Periode Pembukuan ...........
60
11. Return on Investment (ROI) Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Desa Jetis Selama Empat Tahun Terakhir..................................
61
12. Rasio Rentabilitas Modal Sendiri Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Selama Empat Tahun Terakhir Periode Pembukuan..........
62
13. Trend Neraca Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Selama Empat Tahun Terakhir Periode Pembukuan ......................................
64
14. Trend Rugi Laba Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Selama Empat Tahun Terakhir Periode Pembukuan ..........................
65
15. Rincian Retribusi Lelang TPI Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis ..................................................................................................
79
16. Formulasi Strategi Berdasarkan Matriks SWOT................................
94
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Kerangka Pemikiran Operasional ...................................................
30
2.
Peta Lokasi Desa Jetis, Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap...........................................................................................
41
3.
Perahu Nelayan Desa Jetis dan Mesin Perahu.................................
43
4.
Kegiatan Unit Simpan Pinjam Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis.......................................................................................
50
Unit TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Koperasi Perimanan Mina Usaha Desa Jetis (Menjelang Kegiatan Lelang) ..............................
51
6.
Unit Waserda Koperasi Perimanan Mina Usaha Desa Jetis.............
53
7.
Perayaan Tradisi Sedekah Laut di Masyarakat Nelayan Desa Jetis.
68
8.
Kegiatan di TPI Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis...........
80
9.
Mekanisme Pelelangan di TPI Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis.......................................................................................
81
5.
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Struktur Organisasi Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis .....
109
2.
Hasil Analisis Trend Neraca Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Selama Empat Tahun Terakhir Periode Pembukuan.......
110
Laporan Rugi Laba Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Selama Empat Tahun Terakhir Periode Pembukuan .......................
112
Quesioner Informan Strategi Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis.......................................................................................
113
3.
4.
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Nelayan seringkali dipandang sebagai salah satu kelompok masyarakat yang identik dengan kemiskinan. Sebagian besar nelayan yang tergolong miskin merupakan nelayan yang memiliki keterbatasan kapasitas penangkapan baik dari penguasaan teknologi, metode penangkapan, maupun permodalan (masih tradisional). Beberapa pelaku usaha perikanan tangkap sejauh ini memang masih didominasi oleh usaha skala kecil atau bisa dikatakan sebagai nelayan tradisional; 85 persen nelayan tradisional, 13 persen nelayan semi tradisional, dan 2 persen nelayan semi modern-modern (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2004). Profil nelayan tradisional umumnya cukup terampil menggunakan peralatan yang dimiliki dengan sarana penangkapan ikan dan kemampuan yang sangat terbatas, namun seringkali sulit untuk ditingkatkan ke arah yang lebih modern. Nilai tawar/posisi ekonomi nelayan sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh modal yang terbatas, rendahnya produktivitas hasil tangkap yang tidak menentu akibat pengaruh musim yang disebabkan oleh pemanasan global akhirakhir ini, juga dengan jaminan pemasaran ikan yang tidak menentu karena masih terdapatnya berbagai kendala dalam penentuan harga jual. Hal lain adalah kondisi psikologis dan sosiologis masyarakat nelayan, umumnya berada dalam lingkungan hidup sosial yang cenderung tidak memikirkan hari depannya dan kurang kesadaran menyimpan sebagian pendapatan yang diperoleh terutama pada saat musim ikan. Nelayan masih cenderung konsumtif dengan membelanjakan hasil usaha penangkapan saat musim ikan dengan barang konsumsi bukan untuk peningkatan produktivitas usahanya dengan cara menabung atau membeli peralatan yang lebih modern. Untuk membangun kemampuan nelayan dalam hal penyediaan sarana dan permodalan serta meningkatkan nilai tawar/posisi ekonomi, maka keberadaan lembaga atau wadah ekonomi sangat diperlukan. Wadah bersama merupakan alternatif yang diharapkan dapat memberikan solusi bagi nelayan untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih baik. Salah satu wadah yang sesuai adalah koperasi.
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan (UU 25 tahun 1992). Menurut Pariaman, dkk (2008), peran koperasi dalam masyarakat adalah 1) Meningkatkan sekala usaha dan efisiensi. Dalam bidang kegiatan usaha rakyat, pada umumnya sering dijuluki usaha skala yang tidak besar bahkan kadang-kadang bersifat subsisten sehingga efisiensi usaha rendah. Oleh karena itu, dengan bergabung dalam koperasi skala kegiatan dapat diperbesar, seperti pengadaan sarana produksi, pengolahan hasil dan pemasaran. 2) Meningkatkan ’bargaining position’ (posisi tawar). Pada umumnya secara individu usaha masyarakat dihadapkan pada keterbatasan akses pasar, akses permodalan, akses teknologi dan akses pendidikan. Ditemukan pula bahwa asimetri informasi, kelompok yang lemah itu akan tereksploitasi.
Dengan bergabung dalam koperasi, kekuatan
berkelompok menjadi tumbuh dan dapat memperkuat posisi tawar yang kuat terhadap pasar. 3) Manfaat sosial. Saling memberikan dukungan terhadap sesama, mendorong kebersamaan di antara para anggota dan mampu meningkatkan sikap demokrasi serta loyalitas pada organisasi. Salah satu bentuk koperasi yang sudah ada adalah Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis, Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap. Koperasi Mina Usaha ini merupakan bentuk koperasi yang bergerak dalam sub sektor perikanan. Koperasi ini diharapkan dapat membantu anggotanya untuk meningkatkan pendapatan, melalui peningkatan produksi dan produktivitas, kesempatan kerja dan berusaha, serta perbaikan pemasaran. Keberadaan koperasi dengan tujuannya, secara umum di Indonesia masih jauh dari harapan. Secara empiris ada dua hal yang dapat menerangkan terjadinya kesenjangan antara harapan dan kenyataan tentang kurang berkembangnya perkoperasian di Indonesia, termasuk koperasi perikanan. Kusumastanto dalam
2
Akhmad Solihin (2003) menerangkan secara jelas kedua hal tersebut. Pertama aspek struktural. Kebijakan ekonomi di Indonesia selama orde baru bias kepada kepentingan pengusaha besar (konglomerat). Golongan ini yang diharapkan dapat berperan sebagai aktor-aktor kebijakan yang terlalu berpihak pada kaum konglomerat, maka pertumbuhan ekonomi berjalan tidak seimbang.
Dimana
kaum minoritas bangsa ini mengalami perkembangan yang sangat pesat, sementara disisi lain, kaum mayoritas rakyat Indonesia yang selalu termarginalkan hanya berjalan di tempat. Kedua aspek organisasional. Kentalnya muatan-muatan politik ditubuh keorganisasian koperasi Indonesia, maka pendekatannya pun bersifat topdown. Oleh karenanya, proses homogenisasi bentuk institusi koperasi di Indonesia tidak terelakkan lagi. Padahal masyarakat Indonesia berbeda-beda karakternya, baik secara sosial, ekonomi, politik, budaya bahkan kondisi geografis dan sumber daya alam yang dimilikinya. Akibatnya, organisasi koperasi seringkali kurang memenuhi tuntutan bisnis, mismanagement dan menyimpang dari misi awalnya. Kedua permasalahan di atas juga telah menyebabkan perkembangan koperasi perikanan menjadi terjebak dan sulit keluar dari perangkap tersebut. Selain itu, secara struktural permasalahan koperasi perikanan tidak hanya berkenaan dengan permasalahan koperasi secara umum, namun juga terkait dengan permasalahan klasik sektor kelautan dan perikanan, yaitu terciptanya marginalisasi pada sektor ini. Jadi secara umum, jikalau ingin menciptakan perkembangan koperasi di Indonesia yang kompetitif dan menjalankan doktrinnya,
termasuk
mewujudkan
koperasi
perikanan
yang
mampu
menghantarkan masyarakat nelayan menjadi masyarakat yang makmur, mandiri dan sejahtera maka koperasi harus melakukan introspeksi diri untuk melakukan pembenahan agar keluar dari permasalahan. Permasalahan dan kesulitan yang dihadapi koperasi diantaranya adalah dalam aspek usaha, permodalan, organisasi lingkungan dan manajemen. Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis merupakan salah satu koperasi mina yang masih menghadapi permasalahan dalam hal usaha, organisasi dan manajemen. Penilaian terhadap strategi pengembangan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis melalui analisis manajemen strategi perlu dilakukan sehingga
3
dapat diketahui keadaan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dan perkembangannya yang dilakukan dalam menjalankan perekonomian di wilayah kerjanya dalam membangun tatanan perekonomian baik lokal, regional, dan nasional serta agar peran dan manfaat koperasi bagi anggota bisa tercapai.
1.2. Perumusan Masalah Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Tujuan tersebut juga merupakan tujuan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis.
Selain itu,
Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis sebagai suatu organisasi ekonomi harus mampu menjalankan prinsip ekonomi yang sehat dan menciptakan keuntungan serta memiliki peran yang penting bagi kehidupan anggota, masyarakat sekitarnya dan pengembangan dirinya. Pengembangan koperasi perlu didukung dengan mengetahui keadaan lingkungan eksternal dan internal koperasi sehingga dapat diketahui apa yang menjadi peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan koperasi tersebut. Melalui analisis faktor internal dan eksternal diharapkan koperasi mampu menghadapi persaingan dalam era globalisasi. Selain itu koperasi diharapkan mampu tumbuh sebagai organisasi yang dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif. Dalam kondisi saat ini Koperasi Perikanan Mina Usaha memerlukan strategi pengembangan, baik dari segi organisasi maupun usaha.
Koperasi
Perikanan Mina Usaha Desa Jetis belum mampu merumuskan alternatif-alternatif strategi apa yang dapat diterapkan dalam rangka pengembangan koperasi. Hal tersebut dilihat dari penurunan pendapatan dari unit usaha, penurunan jumlah anggota yang berimplikasi pada penurunan iuran anggota baik wajib, pokok, maupun sukarela sebagai pemupukan modal usaha dan nilai Sisa Hasil Usaha (SHU) yang cenderung menurun. Selain itu, perubahan iklim akibat pemanasan global berpengaruh terhadap perubahan cuaca yang kurang menentu sangat memengaruhi kegiatan anggota koperasi yang berprofesi sebagai nelayan 4
sehingga produksi mengalami penurunan.
Sesuai tujuan yang ditetapkan,
Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis setiap tahunnya terus berusaha untuk mengembangkan usahanya.
Perkembangan usaha sangat ditentukan oleh
perkembangan modal dan akumulasi modal. Kondisi keragaan koperasi pada tiga tahun terakhir disampaikan pada tabel 1.
Tabel 1. Keragaan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Selama Tiga Tahun Terakhir Periode Pembukuan Tahun No.
Uraian Perkembangan I
1.
Pendapatan unit waserda (Rp)
2.
II
III
5.433.037
3.109.204
2.552.284
Pendapatan unit TPI (Rp)
81.950.709
96.330.998
64.492.931
3.
Pendapatan unit simpan pinjam (Rp)
12.855.400
18.947.640
74.167.688
4.
Modal (Rp)
232.352.277
455.685.658
491.557.665
5.
Jumlah anggota (org)
251
254
250
6.
Nilai raman produksi (Rp)
2.557.315.770
3.239.510.385
2.990.993.905
7.
Pengeluaran (beban/biaya)
90.523.585
114.093.989
135.174.469
8.
SHU (Rp)
18.634.359
8.980.356
5.343. 434
Sumber: Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis, 2009 (diolah)
Berdasarkan kondisi pada tabel 1, dapat dilihat bahwa SHU dan pendapatan dari unit warung serba ada (waserda) mengalami penurunan, sedangkan pendapatan unit TPI, jumlah anggota dan produksi mengalami fluktuatif. Namun pada tahun terakhir periode pembukuan, pendapatan TPI dan jumlah anggota menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya, begitu juga halnya dengan nilai produksi dari hasil tangkapan ikan oleh nelayan anggota. Angka produksi dipengaruhi oleh aktivitas penangkapan ikan oleh nelayan di laut yang sangat tergantung dengan kondisi cuaca. Pendapatan unit simpi dan modal mengalami peningkatan.
Peningkatan modal disebabkan karena adanya
peningkatan modal luar/pinjaman.
Modal yang bersumber dari pinjaman
memerlukan perhatian karena adanya beban biaya operasi yang salah satunya adalah dari bunga pinjaman. Selain itu, biaya operasi organisasi secara 5
keseluruhan juga perlu dikendalikan sehingga bisa lebih efektif dan efisien. Hal ini terlihat bahwa pengeluaran sebagai pos beban/biaya organisasi mengalami peningkatan setiap periode pembukuan. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap keragaan koperasi terutama yang berkaitan dengan kondisi keuangan koperasi. Kondisi koperasi yang kuat akan memberikan pengaruh yang positif bagi anggotanya dan mampu mendukung kegiatan usaha yang berujung pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan anggota sebagai tujuan utama keberadaan koperasi. Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis perlu melakukan penyusunan strategi manajemen yang terarah sehingga dapat diterapkan sesuai dengan perubahan yang selalu ditemui dalam pengembangan usahanya.
Strategi
manajemen yang baik adalah mampu mempertimbangkan dan memanfaatkan kondisi internal koperasi untuk memperoleh peluang yang ada serta mampu mengantisipasi ancaman dari kondisi eksternal koperasi. Agar diperoleh strategi yang tepat bagi koperasi, maka perlu diketahui faktor-faktor kesuksesan koperasi baik faktor lingkungan internal maupun eksternal koperasi. Berdasarkan uraian di atas, masalah-masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah: 1.
Bagaimana kinerja keuangan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis?
2.
Faktor lingkungan ekternal dan internal apa saja dalam pengembangan usaha di Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis?
3.
Strategi apa saja yang dapat diterapkan dalam pengembangan unit-unit usaha di Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis?
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini secara umum adalah mengetahui strategi manajemen dan pengembangan bagi Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk : 1.
Menganalisis kinerja keuangan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis.
2.
Mengidentifikasi dan mengevaluasi faktor eksternal dan internal yang dapat memengaruhi perkembangan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis.
6
3.
Merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis.
1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi: 1.
Pemangku jabatan/kepentingan (stake holder) Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis sebagai bahan masukan dalam strategi pengembangan unitunit usaha yang ada.
2.
Peneliti untuk melatih kemampuan dalam menganalisa masalah dan memberikan alternatif pemecahan masalah tersebut.
3.
Semua pihak khususnya kalangan akademisi sebagai referensi dalam kajian strategi pengembangan khususnya pengembangan koperasi.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian difokuskan pada tahap pertama proses manajemen strategi yaitu tentang analisis
strategi
pengembangan koperasi.
pengembangan
koperasi
dengan
tujuan untuk
Analisis strategi pengembangan koperasi dilakukan
dengan cara mengetahui peluang dan ancaman eksternal, menetapkan kekuatan dan kelemahan internal, dan merumuskan strategi alternatif untuk dilaksanakan dan dapat diterapkan oleh Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis. Manajemen strategis menurut David (2006) ada tiga tahapan, yaitu tahap input (pemasukan), tahap matching (penyesuaian), dan tahap decision (pengambil keputusan). Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, hampir sebagian besar manajemen strategis pada tahap input dengan metode yang dimulai dari identifikasi faktor-faktor eksternal-internal, analisis matriks IFE-EFE dan sampai pada matriks I-E, menempatkan kondisi perusahaan atau organisasi usaha termasuk koperasi berada pada kuadran V (strategi pertahankan dan pelihara atau hold and maintain).
Sementara pada tahap pengambil keputusan (decision),
merupakan tahap pemilihan alternatif strategi/prioritas. Namun demikian, bahwa pada tahap ini menurut Umar (2008) dan para ahli manajemen strategi lainnya, bahwa sangat dipengaruhi oleh faktor subyektifitas dan professional judgement. Analisis dua orang dalam organisasi yang sama bisa menghasilkan strategi yang 7
berbeda. Selain itu, alternatif strategi yang sudah terpilih, pada saat implementasi belum tentu strategi dengan pilihan peringkat pertama sebagai prioritas adalah yang berhasil.
Ada kemungkinan atau justru yang bukan menjadi prioritas
merupakan strategi yang paling memberikan konstribusi terhadap perkembangan usaha. Dengan demikian, pada penelitian ini mencoba untuk memosisikan bahwa hasil rumusan alternatif strategi dianggap semua penting sehingga tidak dilakukan pemilihan alternatif strategi prioritas (semua dianggap sama). Diharapkan pada saat implementasinya bisa memberikan jawaban strategi mana yang berhasil dari hasil rumusan strategi yang dilakukan. Penelitian ini juga melakukan analisis kinerja keuangan koperasi dengan metode analisis yang dipakai adalah analisis rasio dan analisis trend. Analisis rasio meliputi analisis likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas.
Analisis trend
dilakukan terhadap laporan neraca dan laporan rugi laba untuk beberapa periode pembukuan. Analisis rasio likuiditas digunakan untuk mengetahui kemampuan koperasi membayar hutang-hutang jangka pendeknya tepat pada waktunya. Analisis solvabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan koperasi membayar semua hutang-hutangnya baik jangka pendek maupun jangka panjang dengan harta yang dimiliki dan mengukur seberapa besar koperasi dibiayai oleh pihak luar. Rasio rentabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan koperasi dalam menghasilkan keuntungan dari kegiatan usaha melalui modal yang dimiliki. Analasis trend digunakan untuk melihat pergerakan pos-pos laporan keuangan koperasi selama periode akuntansi. Hasil analisis kinerja keuangan ini dijadikan salah satu identifikasi faktor internal koperasi yaitu dari variabel keuangan.
8
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Perkoperasian Koperasi singkatan dari kata ko/co dan operasi/operation. Kata koperasi berasal dari Bahasa Latin yaitu cooperere, sedangkan dalam Bahasa Inggris adalah cooperative yang berarti ’bekerjasama’ dan operation berarti ’bekerja’ atau to operate yang berarti ’berusaha’. Koperasi adalah suatu kumpulan orang-orang untuk bekerja sama demi kesejahteraan bersama. Menurut UU Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, bahwa yang dimaksud dengan koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
Dengan demikian,
koperasi merupakan kumpulan orang-orang bukan kumpulan modal.
Namun
demikian, banyak pihak mengatakan bahwa koperasi menurut undang-undang tersebut telah salah konsep dan kehilangan jati dirinya. Para founding father Bangsa Indonesia bercita-cita untuk menjadikan koperasi sebagai soko guru perekonomian Indonesia.
Kondisi yang terjadi, bahwa koperasi terbentuk
berdasarkan kesamaan yang mengakibatkan terjadinya perpecahan. Untuk itu, saat ini telah dan sedang berlangsung proses amandemen dari Undang-Undang No 25 Tahun 1992 tersebut.
Proses amandemen undang-undang tersebut untuk
mengembalikan konsep koperasi ke jati dirinya sebagai soko guru perekonomian. Konsep koperasi yang saat ini banyak dianut oleh beberapa negara adalah koperasi menurut Aliansi Koperasi Sedunia (International Cooperation Alliance/ ICA). Pengertian koperasi menurut ICA adalah perkumpulan otonom dari orang yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi aspirasi ekonomi, sosial, budaya melalui perusahaan yang mereka kendalikan secara demokratis. ICA bertindak sebagai lembaga yang menyatukan gerakangerakan koperasi di tiap-tiap negera di dunia agar terjadi keseragaman tertutama dalam hal cara memandang jati diri koperasi yang sejati agar dapat berjalan selaras dan sepadan antar negara. Koperasi bekerja berdasarkan beberapa prinsip. Prinsip ini merupakan pedoman bagi koperasi dalam melaksanakan nilai-nilai koperasi. Prinsip-prinsip koperasi menurut ICA adalah:
1) Keanggotaan sukarela dan terbuka (voluntery and open membership). Koperasi adalah organisasi yang keanggotaannya bersifat sukarela, terbuka bagi semua orang yang bersedia menggunakan jasa-jasanya, dan bersedia menerima tanggung jawab keanggotaan, tanpa membedakan gender, latar belakang sosial, ras, politik, atau agama. 2) Pengawasan oleh anggota secara demokratis (democratic member control). Koperasi adalah organisasi demokratis yang diawasi oleh anggotanya, yang secara aktif menetapkan kebijakan dan membuat keputusaan laki-laki dan perempuan yang dipilih sebagai pengurus atau pengawas bertanggung jawab kepada Rapat Anggota. Dalam Koperasi primer, anggota memiliki hak suara yang sama (satu anggota satu suara) dikelola secara demokratis. 3) Partisipasi
anggota
dalam
kegiatan
ekonomi
(member
economic
participation). Anggota menyetorkan modal mereka secara adil dan melakukan pengawasan secara demoktaris. Sebagian dari modal tersebut adalah milik bersama. Bila ada balas jasa terhadap modal, diberikan secara terbatas. Anggota mengalokasikan SHU untuk beberapa atau semua dari tujuan seperti di bawah ini: a) Mengembangkan Koperasi. Caranya dengan membentuk dana cadangan yang sebagian dari dana itu tidak dapat dibagikan. b) Dibagikan kepada anggota. Caranya seimbang berdasarkan transaksi mereka dengan koperasi. c) Mendukung keanggotaan lainnya yang disepakati dalam Rapat Anggota. 4) Otonomi dan kemandirian (autonomy and independence). Koperasi adalah organisasi otonom dan mandiri yang diawasi oleh anggotanya. Apabila koperasi membuat perjanjian dengan pihak lain, termasuk pemerintah, atau memperoleh modal dari luar, maka hal itu haarus berdasarkan persyaratan yang tetap menjamin adanya upaya: a) Pengawasan yang demokratis dari anggotanya. b) Mempertahankan otonomi koperasi.
10
5) Pendidikan, pelatihan dan informasi (education, training and information). Koperasi memberikan pendidikan dan pelatihan bagi anggota, pengurus, pengawas, manager, dan karyawan. Tujuannya, agar mereka dapat melaksanakan tugas dengan lebih efektif bagi perkembangan koperasi. Koperasi memberikan informasi kepada maasyarakat umum, khususnya orang-orang muda dan tokoh-tokoh masyaralat mengenai hakekat dan manfaat berkoperasi. 6) Kerjasamaa antar koperasi (co-operation among co-operatives). Dengan bekerjasama pada tingkat lokal, regional dan internasional, maka: a) Gerakan Koperasi dapat melayani anggotanya dengan efektif. b) Dapat memperkuat gerakan koperasi. 7) Kepedulian terhadap masyarakat (concern for community). Koperasi melakukan kegiatan untuk pengembangan masyarakat sekitarnya secara berkelanjutan melalui kebijakan yang diputuskan oleh Rapat Anggota. Sementara itu Prinsip Koperasi menurut UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian adalah: 1) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka. 2) Pengelolaan dilakukan secara demokratis. 3) Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota. 4) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal. 5) Kemandirian. 6) Pendidikan perkoperasian. 7) Kerja sama antar koperasi. Asosiasi berbeda dengan kelompok. Asosiasi terdiri dari orang-orang yang memiliki kepentingan yang sama yang menonjol adalah kepentingan ekonominya. Kelompok terdiri dari orang-orang yang belum tentu memiliki kepentingan yang sama yang menonjol adalah unsur sosialnya. ICA adalah gabungan gerakan koperasi internasional yang beranggotakan 700 juta orang lebih, berasal dari 70 negara, berpusat di Genewa, Swiss. Untuk wilayah Asia-Pasifik berkantor di New Dehli, India. Prinsip yang dianut oleh gerakan Koperasi internasional saat ini adalah yang dicetuskan pada kongres ICA
11
(International Cooperative Alliance) di Manchester, Inggris pada tanggal 23 September 1995.
2.2. Konsep Koperasi Perikanan Koperasi perikanan didirikan untuk menyatukan dan menggabungkan usaha-usaha nelayan yang umumnya masih miskin dan belum begitu maju tingkat pengetahuannya.
Dengan bersatu dan bekerja sama dalam sebuah koperasi
perikanan, para nelayan dapat mengumpulkan modal dan berusaha untuk memperbaiki usahanya dengan tidak menggantungkan nasibnya pada tengkulak atau kaum pemodal (sagimun dalam Trisya dalam Muyasaroh, 2004). Koperasi perikanan atau koperasi mina berfungsi sebagai pusat pelayanan berbagai kegiatan perekonomian nelayan di desa-desa pantai.
Usaha yang
dilakukan didasarkan kepada sarana-sarana, jasa-jasa dan kemudahan yang diperlukan untuk usaha perikanan para nelayan anggotanya (Departemen Koperasi dalam Muyasaroh, 2004). Tujuan koperasi mina sebagaimana tujuan koperasi pada umumnya, yaitu: 1) Untuk memajukan kesejahteraan anggotanya. 2) Untuk memajukan kesejahteraan masyarakat. 3) Turut serta membangun tatanan perekonomian nasional.
2.3. Konsep Pengembangan Koperasi Perikanan Perkembangan koperasi dipengaruhi oleh keadaan lingkungan baik eksternal maupun internal organisasi.
Faktor lingkungan eksternal koperasi
adalah faktor-faktor luar organisasi koperasi yang berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap perkembangan kemajuan koperasi. Faktor lingkungan internal koperasi adalah sarana dan sumber daya yang ada dalam koperasi yang secara langsung memengaruhi perkembangan dan kemajuan koperasi. Menurut Pariaman dkk (2008), bahwa stereotip terhadap keberadaan lembaga koperasi masih berkumandang di berbagai kalangan, dimana koperasi dinilai sebagai lembaga ekonomi yang hampir gagal, tidak efisien, dan tidak bersaing.
Selain itu, juga dipandang sebagai sarang kolusi, korupsi, dan
12
nepotisme (KKN).
Hal ini bisa dimaklumi karena sejarah perkoperasian di
Indonesia sarat dengan perjalanan traumatik dari sebuah impian tentang kesejahteraan ekonomi rakyat. Koperasi di masa jaman pendudukan Jepang berperan sebagai alat kekuasaan yang menekan rakyat.
Koperasi dimanfaatkan oleh Jepang untuk
membantu pendistribusian logistik, tetapi juga untuk memungut pajak dengan cara paksa yang kadang perlakuannya tidak manusiawi sehingga menimbulkan antipati masyarakat terhadap koperasi.
Suasana traumatik terhadap koperasi masih
melekat hingga zaman kemerdekaan sehingga saat itu kampanye terhadap pembangunan ekonomi rakyat melalui koperasi terasa sangat berat. Namun pada era kemerdekaan, semangat pemerintah membangun ekonomi rakyat melalui koperasi tidak pernah pudar. Berlanjut pada era orde baru, pembangunan koperasi sangat signifikan.
Diwarnai oleh gerakan para petani di pedaesaan yang
tergabung dalam koperasi unit desa (KUD). Koperasi tampil sebagai lokomotif perekonomian desa, antara lain sebagai penyaluran sarana produksi, pengolah hasil pertanian hingga pemasaran ke Badan Urusan Logistik (Bulog). Selain itu, koperasi juga telah mulai aktif dalam bidang usaha peternakan, perikanan, simpan pinjam, dan jasa ditribusi/konsumen. Ketika krisis moneter yang berlanjut pada krisis ekonomi pada pertengahan 1997, hampir semua pelaku ekonomi terkena imbasnya. Pukulan telak dialami oleh kalangan pengusaha besar (konglomerat) yang tidak sedikitnya diantaranya gulung tikar. Kendati tidak telak, lembaga koperasi pun mengalami nasib yang sama. Hanya saja koperasi mampu bertahan bahkan diantaranya, terutama yang bergerak dalam komoditas ekspor justru menuai keuntungan akibat depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika serikat. Sejalan dengan itu, Indonesia yang sudah menganut sistem ekonomi terbuka, juga menjadi tantangan sekaligus peluang bagi koperasi. Semangat otonomi daerah diharapkan membawa angin segar demi terciptanya iklim yang kondusif dalam pemerintahan Indonesia, termasuk pelaksanaan pengembangan koperasi perikanan di daerah-daerah. Hal ini dikarenakan, era otonomi daerah diharapkan menjadi penyelamat sektor-sektor yang berbasiskan sumber daya alam, seperti pertanian, perikanan, kehutanan dan
13
lain sebagainya, sehingga hambatan struktural bagi perkembangan koperasi perikanan menjadi berkurang. Namun demikian, di era otonomi daerah pun, hambatan-hambatan yang bersifat struktural kemungkinan dapat muncul kembali menjadi batu sandungan bagi perkembangan koperasi perikanan. Hal ini dapat terjadi pada daerah yang tidak mempunyai visi yang jelas tentang pembangunan ekonomi masyarakat lokal, karena pemerintah daerah terlalu memfokuskan diri pada usaha industri skala besar. Sementara itu, maraknya era pasar bebas menuntut profesionalitas koperasi-koperasi yang ada di Indonesia, termasuk koperasi perikanan. Mengingat visi bisnis perkoperasian masih sangat lemah, hal ini tercermin dengan tidak ditemukannya diversifikasi usaha perikanan pada beberapa koperasi perikanan yang ada di wilayah pesisir, seperti peningkatan mutu produk, pengolahan hasil tangkapan ikan, serta pemasaran. Umumnya koperasi-koperasi tersebut hanya berkutat dalam kegiatan sistem produksi yang terejawantahkan melalui penyediaan sarana produksi perikanan1.
2.4. Konsep Manajemen Strategi Pearce dan Robinson (1997) menyatakan bahwa strategi perusahaan berkaitan dengan keputusan untuk menentukan bisnis perusahaan seharusnya masuk dan ke luar serta bagaimana perusahaan seharusnya mengalokasikan sumber daya di antara bisnis-bisnis berbeda yang dimasukinya di masa mendatang. Strategi juga dapat diartikan bahwa perusahaan dan koperasi dapat mengenali secara keseluruhan faktor-faktor lingkungan internal maupun eksternal. Sementara itu, David (2004) menyatakan bahwa manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan dari perumusan (formulating), penerapan (implementing) dan evaluasi (evaluating) keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai tujuannya. Fokus manajemen strategi pada dasarnya adalah manajemen terpadu (integrated management) yang memadukan kegiatan manajemen, pemasaran, finansial, produksi dan operasi serta penelitian dan pengembangan. Manajemen strategi adalah sejumlah keputusan
1
Dikutip dari http://beta.tnial.mil.id, Pebruari 2009.
14
dan tindakan yang mengarah pada penyusunan suatu strategi atau sejumlah strategi yang efektif untuk membantu mencapai sasaran perusahaan. David (2004), menyusun tahapan kegiatan perencanaan kegiatan strategis ke dalam model.
Model ini dikenal dengan ’Manajemen Strategis’.
Model
tersebut memberikan pendekatan yang jelas dan praktis untuk merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi strategi. Dengan sifatnya yang dinamis dan mudah berubah, setiap perubahan dalam salah satu komponen utama dalam model manajemen strategis akan memaksa perubahan dalam satu atau bahkan keseluruhan komponen model. Dalam model tersebut, proses manajemen strategi terbagi menjadi tiga tahapan. Tahap pertama adalah tahapan perumusan strategi, termasuk mengembangkan pernyataan misi, audit eksternal dan internal menetapkan sasaran jangka panjang. Tahap kedua adalah tahapan implementasi strategi yaitu menuntut koperasi untuk menetapkan kebijakan dan sasaran tahunan dan alokasi sumberdaya sehingga strategi yang dirumuskan dapat dilaksanakan. Tahapan ketiga adalah tahapan evaluasi strategi, yaitu tahap akhir dalam proses manajemen strategi. Para manajer sangat perlu mengetahui kapan strategi tertentu tidak berfungsi dengan baik, evaluasi strategi terutama berarti usaha untuk mengetahui informasi ini.
Semua strategi dapat dimodifikasi di masa depan
karena faktor-faktor eksternal dan internal selalu berubah.
2.5. Tinjauan Hasil-hasil Penelitian Terdahulu Fadhli (2009), melakukan penelitian mengenai strategi pengembangan Koperasi Pegawai Republik Indonesia Sumodiwirjo’.
Institut Pertanian
Bogor ‘Teko
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lingkungan bisnis
koperasi, menganalisis kesenjangan (gap) kinerja aktual pengurus koperasi serta harapan dari pengurus dan anggota, menganalisis faktor internal dan eksternal, dan membuat rancangan strategi pengembangan dengan pendekatan arsitektur strategi. Metode penelitian/analisis yang dipakai adalah analisis lingkungan bisnis koperasi, analisis kesenjangan (gap), analisis SWOT dan arsitektur strategi. Ramadhan (2009), melakukan penelitian menganai analisis strategi pengembangan KUD (Koperasi Unit Desa) Giri Tani (Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan 15
keragaan koperasi, menganalisis faktor-faktor eksternal dan internal koperasi, dan merekomendasikan strategi yang dilakukan oleh KUD untuk menyelesaikan permasalahan internal dan eksternal organisasi. Metode penelitian/analisis yang dipakai adalah analisis deskriptif mengenai kondisi KUD, analisis matriks IFEEFE, analisis matriks I-E, analisis SWOT, dan arsitektur strategi. Junarto (2008), melakukan penelitian mengenai manajemen strategi pengembangan Koperasi Petani Organik Serikat Petani Indonesisa di Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor internal dan eksternal koperasi dan menganalisis, memformulasikan serta menentukan strategi terbaik dalam pengembangan koperasi. Metode penelitian/analisis yang dipakai adalah analisis IFE-EFE, analisis matriks I-E, analisis SWOT, dan analisis QSPM. Muyasaroh (2004) melakukan penelitian mengenai kajian strategi pengembangan KUD Mandiri Mina Karya Bhukti Desa Blanakan, Kabupaten Subang.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis tingkat perkembangan
koperasi, mengidentifikasi dan mengevaluasi faktor eksternal dan internal yang dapat memengaruhi perkembangan koperasi, dan merumuskan alternatif-alternatif dan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam rangka pengembangan koperasi. Metode penelitian/analisis yang dipakai adalah analisis IFE – EFE, matriks I-E, SWOT dan QSPM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses perumusan strategi KUD Mandiri Mina Karya Bhukti, Desa Blanakan, Kabupaten Subang, diawali dengan tahap input yaitu dengan mengidentifikasi faktor-faktor eksternal dan internal. Lismawati (2009), melakukan penelitian mengenai analisis kinerja keuangan dan pelayanan pengembangan KUD Sumber Alam (Studi Kasus: KUD Sumber Alam Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perkembangan usaha KUD Sumber Alam, menganalisis perkembangan kinerja keuangan KUD Sumber Alam sesuai dengan prinsip koperasi, menganalisis kemampuan pelayanan KUD Sumber Alam, dan menganalisis kebijakan bagi pengembangan KUD Sumber Alam.
Metode penelitian/alat analisis yang dipakai untuk analisis kinerja
keuangan adalah analisis trend, analisis persentasi per komponen, analisis rasio yang meliputi liquiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan rasio aktivitas usaha,
16
sedangkan untuk analisis kemampuan pelayanan KUD menggunakan metode Customer Satisfaction Index (CSI). Penelitian terdahulu lain yang berkaitan tentang analisis kinerja keuangan antara lain adalah Ramadhani (2004) tentang Analisis Laporan Keuangan Koperasi Perikanan Mina Jaya Propinsi DKI Jakarta
dengan metode
penelitian/alat analisis yang dipakai adalah analisis rasio (liquiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan aktivitas), analisis horisontal dan vertical; Novianti (2005) tentang analisis kinerja keuangan KUD Mina Sumitra Desa Karang Song, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu, Propinsi Jawa Barat dengan metode penelitian/alat analisis yang dipakai adalah analisis rasio (liquiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan aktivitas), analisis matriks IFE – EFE, matriks IE dan SWOT; Rachmawati (2003) melakukan penelitian mengenai Analisis Usaha Koperasi Unit Desa sebagai Organisasi Perekonomian Pedesaan KUD Sumber Alam dengan metode penelitian/alat analisis yang dipakai adalah analisis rasio (liquiditas, solvabilitas, dan rentabilitas) dan kemitraan. Penelitian terdahulu di atas yang berkaitan dengan analisis/kajian strategi sebagian besar menggunakan metode penelitian/analisis IFE-EFE, analisis matriks I-E dan SWOT. Selain itu, alat alat analisis tambahan lain yang dipakai dari masing-masing penelitian terdahulu tersebut adalah analisis kesenjangan, arsitektur strategi, dan ada juga yang menggunakan analisis QSPM. Sementara penelitian yang berkaitan dengan kinerja keuangan, sebagian besar menggunakan alat analis rasio. Penelitian ini mempunyai kemiripan dengan penelitian yang dilakukan oleh Junarto (2008) dan Muyasaroh (2004) mengenai pengembangan koperasi dari segi analisis strategi.
Kemiripan terletak pada metode yang
digunakan, yakni adanya penggunaan analisis SWOT. Sementara alat analisis yang dipakai untuk kinerja keuangan dalam penelitian ini adalah analisis rasio (liquiditas, solvabilitas dan rentabilitas) dan analisis trend. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada lokasi dan tujuan secara detail dari penelitian.
17
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Kinerja Kuangan Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (1999) dalam Lismawati (2009), kinerja keuangan adalah suatu penilian terhadap laporan keuangan perusahaan yang menyangkut posisi keuangan perusahaan serta perubahan terhadap posisi keuangan tersebut. Kinerja keuangan didefinisikan juga sebagai ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan, perlu mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut. Kondisi keuangan suatu perusahaan akan dapat diketahui dari laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan rugi laba, dan laporan-laporan lainya.
Analisis
terhadap pos-pos neraca akan dapat diketahui atau akan diperoleh gambaran tentang posisi keuanganya, sedangkan analisis terhadap rugi laba akan memberikan gambaran tentang hasil atau perkembangan usaha (Munawir, 2004). Laporan keuangan adalah informasi yang memuat informasi tentang posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan, begitu juga dengan koperasi.
Informasi ini diperlukan untuk melihat kinerja manajemen
dalam melaksanakan kewenangan yang diberikan oleh pemilik modal atau anggota koperasi.
Laporan keuangan juga berfungsi untuk mengurangi
kesenjangan informasi antara pihak manajemen (pengurus koperasi) dengan para anggota atau pemilik modal yang berada di luar organisasi (Darsono, 2005). Menurut Munawir (2004), laporan keuangan akan dapat digunakan oleh manajemen untuk: 1) Mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan. 2) Menentukan/mengukur efisiensi tiap-tiap bagian, proses atau produksi serta dan untuk menentukan derajad keuntungan yang dapat dicapai.
3) Menilai dan mengukur hasil kerja tiap-tiap individu yang telah diserahi wewenang dan tanggung jawab. 4) Menentukan perlu tidaknya digunakan kebijaksanaan atau prosedur yang baru untuk mencapai hasil yang lebih baik. Tujuan laporan keuangan pada koperasi (Lismawati, 2009) adalah untuk menyediakan informasi yang berguna bagi pemakai utama dan pemakai lainnya. Adapun tujuan atau kepentingan pemakai terhadap laporan keuangan koperasi adalah: 1)
Menilai pertanggungjawaban pengurus.
2)
Menilai prestasi pengurus.
3)
Menilai manfaat yang diberikan koperasi terhadap anggotanya.
4)
Menilai kondisi keuangan koperasi (rentabilitas, likuiditas, dan solvabilitas).
5)
Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan jumlah sumber daya dan jasa yang akan diberikan kepada koperasi Menurut Sitio dan Tamba dalam Lismawati (2009), laporan keuangan
koperasi mempunyai karakteristik tersendiri yang membedakanya dengan badan usaha lain, yaitu: 1)
Laporan keuangan merupakan bagian dari pertanggungjawaban pengurus kepada para anggotanya di dalam RAT.
2)
Laporan keuangan biasanya meliputi neraca, laporan sisa hasil usaha dan laporan arus kas yang penyajiannya dilakukan secara komparatif.
3)
Laporan keuangan yang disampaikan pada RAT harus ditandatangani oleh semua anggota pengurus koperasi.
4)
Laporan rugi laba menyajikan hasil akhir yang disebut SHU. SHU koperasi dapat berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota dan bukan anggota.
5)
SHU yang berasal dari usaha anggota dan bukan anggota didistribusikan sesuai dengan komponen-komponen pembagian SHU yang telah diatur dalam AD dan ART.
6)
Posisi keuangan koperasi tercermin pada neraca, sedangkan SHU tercermin pada perhitungan hasil usaha.
Istilah perhitungan hasil usaha sebagai
pengganti istilah laporan rugi laba pada perusahaan bukan koperasi
19
mengingat manfaat dari usaha koperasi tidak semata-mata diukur dari laba, tetapi lebih ditekankan pada manfaat bagi anggota.
3.1.1.1. Analisis Rasio Analisis rasio merupakan salah satu cara untuk mengetahui bagaimana menganalisis laporan keuangan baik berupa laporan rugi laba maupun laporan neraca.
Laporan rugi laba merupakan suatu laporan yang sistematis tentang
penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Neraca adalah laporan sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu.
Tujuan dari neraca adalah untuk
menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu dimana buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau tahun kalender (Munawir, 2002). Analisis rasio juga dapat menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan yang lain dalam suatu laporan keuangan. Kelompok rasio yang umum dipakai (Munawir, 2002) adalah likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas.
Mengggunakan analisis rasio dapat
menentukan tingkat likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas. Untuk dapat mengukur hal-hal tersebut diperlukan angka rasio yang disebut standard ratio. Standard rasio bukanlah merupakan angka pembanding yang ideal atau ukuran yang pasti, tetapi dapat digunakan sebagai pedoman atau pegangan penganalisa (Munawir, 2004).
3.1.1.2. Analisis Kecenderungan (Trend) Analisis trend digunakan untuk mengukur kemampuan koperasi dalam menjalankan usahanya dengan membandingkan pos-pos yang terdapat pada dua atau lebih daftar keuangan dengan menggunakan analisis dinamis yaitu menganalisa lebih dari satu periode. Analisis trend adalah suatu metode atau teknik analisis untuk mengetahui tendensi dari pada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun. Manurut Munawir (2004), analisis ini juga disebut dengan analisa naik turun.
20
3.1.2. Visi dan Misi Organisasi Visi adalah cara pandang yang menyeluruh dan futuristik terhadap keberadaan organisasi. Pernyataan visi menjawab pertanyaan akan menjadi sosok organisasi seperti apa dalam beberapa tahun ke depan. Menurut Umar (2008), visi yang dimiliki oleh sebuah perusahaan merupakan suatu cita-cita tentang keadaan di masa datang yang diinginkan untuk terwujud oleh seluruh personal perusahaan, mulai dari jenjang atas sampai yang paling bawah. Misi menjelaskan pernyataan jangka panjang mengenai tujuan yang membedakan sebuah bisnis organisasi dari organisasi lain yang sejenis. Sebuah misi mengidentifikasikan cakupan dari operasi organisasi dalam istilah produk dan pasar (David, 2004).
Umar (2008) menambahkan bahwa misi adalah
penjabaran secara tertulis mengenai visi agar visi menjadi mudah dimengerti atau jelas bagi seluru staf perusahaan.
3.1.3. Identifikasi Faktor-faktor Eksternal Organisasi Faktor eksternal merupakan faktor-faktor di luar organisasi yang bisa memengaruhi arah dan tindakan suatu organisasi.
Analisis eksternal
mengidentifikasi peluang dan ancaman yang menjadi landasan strategi organisasi. Menurut Pearce dan Robinson (1997), peluang adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Analisis lingkungan eksternal merupakan proses mengidentifikasi peluang dan ancaman dari luar organisasi.
Lingkungan eksternal meliputi faktor
lingkungan jauh dan industri.
1) Lingkungan Jauh Lingkungan jauh tediri dari faktor-faktor yang bersumber dari luar, biasanya tidak berhubungan dengan situasi operasional organisasi. Lingkungan jauh terdiri atas faktor ekonomi, sosial, politik (kebijakan), teknologi dan lingkungan.
21
Ekonomi.
Faktor ekonomi berkaitan dengan sifat dan arah sistem
ekonomi tempat organisasi beroperasi. Faktor ekonomi mempunyai daya tarik langsung pada daya tarik potensial dari berbagai strategi. Faktor ekonomi yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan usaha adalah pola konsumsi, laju inflasi, suku bunga primer (Pearce dan Robinson, 1997). Faktor ekonomi ini dapat membantu atau menghambat upaya mencapai tujuan organisasi dan menyebabkan keberhasilan atau kegagalan organisasi. Sosial.
Keyakinan, nilai, sikap, opini dan gaya hidup masyarakat di
lingkungan luar organisasi merupakan faktor sosial yang dapat memengaruhi kinerja. Faktor sosial berkembang dari kondisi kultural atau budaya, lingkungan, dan pendidikan. Perubahan faktor sosial dapat mengubah sikap dan permintaan konsumen terhadap produk organisasi.
Atau keyakinan dan nilai sosial
masyarakat memengaruhi sikap dan tindakan dalam melakukan usaha atau kegiatan ekonominya. Kebijakan pemerintah dan politik. Kebijakan pemerintah dan politik dapat memberikan ancaman dan peluang bagi dunia usaha. Kebijakan pemerintah dan politik tersebut dapat berupa undang-undang baik di tingkat pusat, provinsi, maupun kabupaten yang menentukan beroperasinya suatu usaha.
Kebijakan
pemerintah dan politik merupakan pertimbangan penting bagi para pemimpin dalam merumuskan strategi organisasi. Teknologi.
Teknologi ini digunakan menghindari keusangan dan
mendorong inovasi, organisasi harus mewaspadai perubahan teknologi yang mungkin memengaruhi.
Perubahan teknologi secara dramatis akan memberi
dampak organisasi. Kekuatan teknologi menggambarkan peluang dan ancaman utama yang harus dipertimbangkan dalam merumuskan strategi.
Kemajuan
teknologi dapat menciptakan pasar baru, menghasilkan perkembangan produk baru dan lebih baik, menciptakan rangkaian produksi yang lebih baik dan lebih pendek (David, 2004). Ekologi. Faktor ekologi atau lingkungan merupakan hubungan timbal balik antara aktivitas bisnis organisasi dengan makhluk hidup dan lingkungan abiotik di sekitarnya.
22
2) Lingkungan Industri Menurut Porter dalam David (2004), lingkungan industri meliputi ancaman pendatang baru, ancaman produk substitusi, kekuatan tawar menawar konsumen, kekuatan tawar menawar pemasok dan pesaing.
Sifat persaingan
dalam suatu industri dapat dilihat sebagai gabungan dari lima kekuatan tersebut. Suatu perusahaan dalam jangka panjang akan mampu bertahan jika berhasil mengembangkan strategi untuk menghadapi lima kekuatan yang membentuk suatu struktur persaingan dalam industri yang terdiri dari ancaman pendatang baru, kekuatan daya tawar menawar pemasok, kekuatan daya tawar pembeli, ancaman produk substitusi dan persaingan diantara anggota industri. Ancaman pendatang baru. Ancaman pendatang baru ke suatu industri membawa masuk kapasitas baru, keinginan untuk merebut bagian pasar dan sumberdaya yang cukup besar. Besarnya ancaman dengan masuknya pendatang baru ini tergantung pada hambatan masuk yang ada dan reaksi dari peserta persaingan yang sudah ada. Menurut David (2004), sumber utama hambatan masuk industri diantaranya skala ekonomis, diferensiasi produk, kebutuhan modal, biaya beralih pemasok dan akses saluran distribusi. Kekuatan tawar menawar konsumen. Konsumen selalu menginginkan kualitas prduk yang tinggi, pelayanan yang baik dan harga yang murah. Menurut Pearce dan Robinson (1997), kekuatan tawar menawar konsumen menjadi kuat apabila konsumen terkonsentrasi atau jumlahnya besar, membeli dalam jumlah banyak, produk tersebut standar, dan konsumen memiliki biaya pengalihan kecil. Konsumen yang kuat sering dapat menegosiasi harga jual dengan memaksa harga turun, melakukan tawar menawar untuk mutu yang lebih tinggi dan pelayanan yang lebih baik. Kekuatan tawar menawar pemasok. Kakuatan menawar dari pemasok memengaruhi intensitas persaingan dalam suatu isndustri, terutama kalau jumlah pemasok sedikit, pemasok tidak menghadapi produk pengganti lain (substitusi) untuk dijual kepada industri, produk kelompok pemasok tidak standar, industri bukan merupakan pelanggan penting bagi pemasok (Pearce dan Robinson, 1997). Ancaman produk substitusi. Perusahaan-perusahaan yang berada dalam suatu industri tertentu akan bersaing pula dengan produk substitusi.
Produk
23
substirttusi dapat memberikan fungsi atau jasa yang sama walaupun karakteristiknya berbeda. Menurut Pearce dan Robinson (1997), produk substitusi ini akan menjadi ancaman apabila kualitasnya sama bahkan lebih tinggi dari produk-produk suatu industri dan dihasilkan oleh industri yang menikmati laba tinggi. Pesaing. Persaingan diantara perusahaan yang bersaing biasanya paling berpengaruh diantara lima kekuatan. Strategi yang dijalankan oleh salah satu perusahaan dapat berhasil hanya sejauh strategi itu menyediakan keunggulan bersaing atas strategi yang dijalankan oleh perusahaan pesaing. Persaingan ini terjadi karena satu atau lebih pesaing melihat peluang untuk memperbaiki posisi. Intensitas persaingan cenderung meingkat kalau jumlah pesaing bertambah karena perusahaan yang bersaing menjadi setara dalam ukuran dan kemampuan (David, 2004).
3.1.4. Identitias Faktor-Faktor Internal Organisasi Faktor internal organisasi merupakan faktor yang memengaruhi arah dan tindakan organisasi yang berasal dari intern organisasi.
Analisis internal
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang menjadi landasan bagi strategi organisasi. Menurut Pearce dan Robinson (1997), kekuatan adalah sumberdaya, keterampilan atau keunggulan-keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani atau ingin dilayani perusahaan. Kelemahan adalah kekurangan atau keterbasan dalam sumberdaya, keterampilan dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif perusahaan. Menajemen. Fungsi manajemen terdiri dari lima aktivitas dasar yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penunjukkan staf dan pengendalian (David, 2004). Perencanaan terdiri dari semua aktivitas manajerial yang berkaitan dengan persiapan menghadapi masa depan. Tugas spesifik dari perencanaan ini meliputi
meramalkan,
menetapkan,
sasaran,
menetapkan
strategi
dan
mengembangkan kebijakan. Pengorganisasin berkaitan dengan semua aktivitas manajerial yang menghasilkan struktur tugas dan hubungan wewenang. Fungsi pengorganisasi ini berkaitan dengan desain organisasi, spesialisasi pekerjaan, uraian pekerjaan, spesifikasi pekerjaan, rentang kendali, kesatuan komando, 24
desain pekerjaan dan analisis pekerjaan. Pemotivasian merupakan usaha yang diarahkan untuk membentuk tingkah laku manusia.
Fungsi pemotivasian
berkaitan dengan kepemimpinan, komunikasi, kerjasama, delegasi wewenang, kepuasan pekerjaan, pemenuhan kebutuhan, perubahan organisasi, moral karyawan dan moral manajerial. Penunjukkan staf berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya yaitu adminsitrasi gaji dan upah, tunjangan karyawan, wawancara, penerimaan, pemecatan, pelatihan, pengembangan manajemen, keselamatan karyawan, tindakan pembenaran, peluang kerja yang sama, pengembangan karier, riset personalia, kebijakan disiplin, prosedur menyatakan keluhan dan hubungan masyarakat.
Pengendalian ini terdiri dari semua aktivitas manajerial yang
diarahkan untuk memastikan hasil konsistensi dengan yang direncanakan. Bidang kunci yang diperhatikan termasuk pengendalian mutu, pengendalian keuangan, pengendalian penjualan, pengendalian persediaan, pengendalian biaya, analisis penyimpanan, penghargaan dan sanksi. Pemasaran. Pemasaran merupakan proses menetapkan, mengantisipasi, menciptakan dan memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan akan produk dan jasa. Menurut Kotler (1997), pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Keputusan yang mendasar dalam pemasaran adalah bauran pemasaran. Menurut Kotler (1997), bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya. McCarthy dalam Kotler (1997), memperkenalkan bauran pemasaran yaitu produk, harga, tempat dan promosi. Sumberdaya manusia. Masalah sumberdaya manusia sering menjadi fokus utama dalam perusahaan.
Kegiatan mengelola orang-orang yang
merupakan unsur dasar organisasi seringkali menjadi masalah bagi perusahaan. Keberhasilan pengelola organisasi sangat ditentukan oleh kegiatan pendayagunaan sumberdaya manusia.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen
sumberdaya manusia adalah jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan tenaga kerja, tingkat upah dan produktivitas tenaga kerja. Sebagai pelaksana kegiatan-kegiatan
25
usaha perusahaan, diperlukan sumberdaya manusia yang bertanggungjawab dan professional. Produksi dan operasi.
Produksi terdiri dari semua aktivitas yang
mengubah masukan menjadi barang dan jasa. Menurut David (2004), menyatakan bahwa manajemen produksi terdiri dari lima fungsi atau bidang keputusan, yaitu proses, kapasitas, sediaan, tenaga kerja dan mutu. Proses menyangkut desain dari sistem produksi fisik.
Keputusan spesifik termasuk peramalan, perencanaan
fasilitas, perencanaan anggaran, penjadwalan, dan perencanaan kapasitas. Sediaan mencakup mengelola banyaknya bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi. Keputusan spesifik termasuk apa yang dipesan, kapan memesannya, berapa yang dipesan dan penanganan material. Tenaga kerja berkenaan dengan mengelola tenaga kerja terampil, tidak terampil dan manajerial.
Keputusan
spesifik termasuk desain pekerjaan, pengukuran kerja, standard kerja dan teknik motivasi.
Mutu bertujuan untuk memastikan bahwa barang dan jasa yang
bermutu tinggi yang dihasilkan.
Keputusan spesifik termasuk kendali mutu,
mengambil sampel, pengujian, pemastian mutu dan kendali biaya. Kekuatan dan kelemahan dalam lima fungsi produksi dapat berarti sukses atau gagalnya dari suatu usaha. Keuangan. Kondisi keuangan sering dianggap ukuran tunggal terbaik dari posisi bersaing organisasi atau perusahaan dan daya tarik keseluruhan bagi investor. Menetapkan kekuatan keuangan dan kelemahan amat penting untuk merumuskan alternatif strategi secara efektif. Indikator keuangan yang sering digunakan antara lain adalah likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas. Fungsi keuangan terdiri dari tiga keputusan, yakni keputusan investasi, finansial dan deviden.
Keputusan investasi juga disebut anggaran modal
merupakan alokasi dan realokasi modal dan sumberdaya untuk proyek, produk, harta dan divisi dari status organisasi. Keputusan keuangan berkaitan dengan menggunakan struktur modal terbaik untuk perusahaan dan termasuk meneliti berbagai metode yang dapat meningkatkan modal. Keputusan deviden berkaitan dengan isu seperti persentase penghasilan yang dibayarkan kepada pemegang saham (dalam koperasi adalah anggota), stabilitas deviden yang dibayarkan dalam periode tertentu, dan pembelian kembali atau penerbitan saham (David, 2004).
26
3.1.5. Formulasi Strategi Formulasi strategi dilakukan dengan menggunakan analisis matriks SWOT.
Menurut Rangkuti (2008), analisis SWOT (strengths-weaknesses-
opportunity-threats) adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi.
Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunity), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Koperasi Mina Usaha Desa Jetis mempunyai visi sebagai wadah perekonomian yang dapat membantu kehidupan masyarakat nelayan khususnya bagi para nelayan anggota. Dalam usaha pengembangan usaha sesuai misi dan visinya saat ini mengalami permasalahan yang ditunjukkan oleh penurunan pendapatan usaha waserda, hasil tangkapan yang berkurang yang memengaruhi pendapatan jasa TPI, penurunan jumlah anggota dan penurunan SHU. Kondisi tersebut dapat memengaruhi koperasi dalam melakukan pengembangan usaha. Penurunan laba yang ditunjukkan oleh nilai SHU tidak terlepas dari pendapatan unit-unit usaha koperasi dan biaya operasional koperasi itu sendiri. Penurunan hasil unit usaha waserda tidak terlepas dari jumlah transaksi barang yang dijual oleh waserda. Para pembeli barang waserda sebagian besar adalah nelayan yang juga sebagai anggota koperasi. Pemenuhan kebutuhan perlengkapan alat tangkap oleh nelayan saat ini, bukan hanya ke waserda. Nelayan bisa membeli ke tempat lain terutama ke ibukota kabupaten. Hal tersebut berpengaruh pada jumlah barang yang dijual oleh waserda. Selain itu, adanya beberapa pihak swasta perorangan yang memberikan modal ke nelayan dapat memberikan pengaruh terhadap hubungan dan kontribusi nelayan sebagai anggota koperasi.
27
Sebagian besar anggota koperasi adalah nelayan penangkap ikan. Dalam melakukan usaha penangkapan ikan di laut tidak terlepas dari pengaruh kondisi cuaca termasuk alat tangkap yang digunakan. Kondisi cuaca akhir-akhir ini yang tidak menentu berpengaruh terhadap kegiatan penangkapan ikan di laut. Himbauan dari badan meteorologi tentang larangan melakukan kegiatan di beberapa lokasi perairan laut Indonesia menjadi perhatian termasuk nelayan Desa Jetis khususnya yang juga sebagai anggota koperasi. Analisis kinerja kuangan diperlukan untuk mengetahui kondisi keuangan dan juga perkembangan usaha koperasi. Kinerja keuangan merupakan salah satu aspek penting dalam memperlihatkan prestasi yang dicapai oleh suatu koperasi selama periode tertentu. Hasil analisis kinerja keuangan dapat digunakan oleh para pengambil keputusan untuk mengambil langkah, baik yang berkaitan langsung ataupun tidak langsung dengan keuangan. Untuk mengatahui kinerja keuangan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jatis, dapat dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan melalui analisis rasion dan trend. Analisis rasio meliputi analisis likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas. Analiis trend untuk melihat pergerakan setiap pos selama waktu tertentu apakah menunjukkan kenaikan atau penurunan. Analisis kinerja keuangan berkaitan dengan kondisi keuangan koperasi, dimana kondisi keuangan merupakan salah satu variabel kondisi lingkungan internal koperasi. Hasil analisis kinerja keuangan juga dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi internal koperasi dari variabel keuangan. Tindakan manajemen strategi perlu dilakukan untuk mempertahankan dan mengembangkan usaha maupun organisasi Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis.
Tahapan yang dilakukan adalah meformulasikan strategi melalui
pengembangan misi dan visi, identifikasi faktor internal dan eksternal dan merumuskan alternatif strategi. Proses formulasi strategi dalam pengembangan usaha terdiri dari tahap pengumpulan data (input stage), pencocokan (matching stage) dan pengambilan keputusan (decision stage). Pada proses ini tahapan dilakukan hanya sampai pencocokan. Tahap pengumpulan data (input stage) dilakukan melalui identifikasi faktor internal dan eksternal dan tahap pencocokan (matching stage) dilakukan dengan SWOT.
28
Identifikasi faktor-faktor eksternal dan internal dilakukan pada tahap pengumpulan data (input stage). Faktor internal yang diidentifikasi adalah aspek manajemen, keuangan (dari hasil analisis kinerja keuangan), pemasaran, produksi dan operasi serta sumber daya manusia. Identifikasi faktor eksternal meliputi yang memengaruhi perkembangan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis juga perlu dilakukan. Pada tahap ini dilakukan analisis faktor eksternal dan internal untuk menetapkan strategi pengembangan koperasi agar dapat meningkatkan daya saingnya.
Analisis lingkungan eksternal berguna untuk
mengidentifikasikan peluang dan ancaman yang dihadapi koperasi.
Analisis
internal berguna untuk mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki koperasi. Langkah selanjutnya setelah identifikasi faktor eksternal dan internal sebagai tahap pengumpulan data, dilanjutkan dengan tahap pencocokan (matching stage). Pada tahap pencocokan ini digunakan analisis SWOT yang merupakan salah satu matching tool dalam pengembanagn strategi.
Secara keseluruhan,
analisis SWOT menunjukkan peran penting dari identifikasi kekuatan dan kelemahan intern dalam pencarian strategi yang efektif. Pencocokan yang cermat antara peluang dan ancaman yang dihadapi dengan kekuatan dan kelemahannya merupakan saripati dari formulasi strategi yang tepat. Strategi yang dihasilkan dari analisis ini adalah empat tipe strategi yang meliputi; strategi SO (strength – opportunity), WO (weakness – opportunity), ST (strength – threat), dan WT (weakness – threats). Secara skematis kerangka pemikiran operasional disajikan pada gambar 1.
29
Visi dan Misi Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis
Permasalahan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis: Penurunan pendapatan waserda, SHU, hasil tangkap nelayan anggota, pendapatan jasa TPI, dan jumlah anggota
Analisis Kinerja Keuangan
Analisis Faktor Lingkungan Internal
Analisis Faktor Lingkungan Eksternal
Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan
Identifikasi Peluang dan Ancaman
Formulasi Strategi (Matriks SWOT) Rumusan Strategi (Alternatif Strategi) Pengembangan Usaha Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
30
IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Kajian dilakukan di Koperasi Perikanan Mina Usaha yang berlokasi di Desa Jetis, Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode studi kasus yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara rinci tentang latar belakang, sifat-siat serta karakter yang khas dari kasus (Nazir 1999 dalam Muyasaroh 2004). Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu didasarkan pada pertimbangan bahwa lokasi penelitian merupakan daerah pesisir (pesisir Selatan Pulau Jawa) yang perikanan tangkap.
juga merupakan sentra produksi produk
Kegiatan perikanan tersebut bisa dikembangkan melalui
koperasi, yaitu salah satunya adalah Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis. Pembentukan koperasi ini benar-benar dilakukan atas inisiatif dari anggota yang sebagian besar adalah nelayan (bottom up). Aklamasi pembentukan koperasi tersebut juga merupakan modal sosial yang sangat penting dalam pengembangan suatu usaha. Kelompok nelayan koperasi ini pernah memperoleh penghargaan juara II lomba INKAPI tingkat nasional. Pada saat ini Koperasi Perikanan Mina Usaha
Desa
Jetis
memiliki
mengembangkan usahanya.
banyak
kendala
dalam
menjalankan
dan
Pengumpulan data untuk penelitian ini telah
dilakukan sejak Maret 2008 sampai Januari 2009.
4.2. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif
maupun
kuantitaif.
Data
primer
diperoleh
dari
hasil
pengamatan/observasi langsung di lapang, wawancara dengan pihak-pihak koperasi. Wawancara dilakukan terhadap beberapa elemen yang berpengaruh terhadap berkembang atau majunya koperasi, yaitu dua orang pengurus, dua orang karyawan, satu pengawas, satu anggota, dan satu orang pihak luar sebagai penyeimbang.
Alasan pemilihan para responden tersebut adalah orang-orang
yang ahli dan mengerti dinamika usaha yang sedang dijalani koperasi. Salah satu
pengurus juga merangkap sebagai pengurus di Pusat Koperasi Unit Desa (PUSKUD) se Kabupaten Cilacap, pengawas yang dipilih adalah orang yang bertugas di Dinas Koperasi Kabupaten Cilacap, dan seorang pihak luar saat ini merupakan warga Desa Jetis yang menjabat sebagai ketua koperasi kerajinan se Kabupaten Cilacap juga merangkap sebagai anggota dewan perwakilan daerah Kabupaten Cilacap periode 2009 – 2014. Hasil wawancara digunakan untuk analisis lebih jauh (SWOT). Analisis tersebut digunakan untuk menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi koperasi.
Dalam
analisis ini tidak ditentukan jumlah informan yang diperlukan, sepanjang mereka yang dipilih merupakan orang yang tahu kondisi dan permasalahan koperasi atau bisa dikatan mereka adalah informan kunci (key informant) atau informan setrategi. Informan strategi adalah orang yang bertanggung jawab atas sukses atau gagalnya suatu organisasi (David, 2004). Sementara data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen koperasi dengan mencatat dan menyalin dokumen serta mengintepretasikan data-data tersebut. Dokumen tersebut antara lain adalah laporan selama empat tahun yang bersumber dari buku Laporan Rapat Anggota Tahunan (RAT) dan laporan keuangan pendukung lainnya di Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis. Data sekunder ini digunakan untuk analisis rasio dan kecenderungan (trend). Selain itu, data sekunder juga diperoleh dari literatur-literatur yang relevan termasuk dari penelitian-penelitian sebelumnya sebagai rujukan.
4.3. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara: 1) Studi kepustakaan (eksplorasi), 2) Pengamatan langsung (observasi) dengan cara mempelajari berbagai dokumen dan proses usaha serta semua aspek pendukungnya yang dilakukan oleh koperasi; 3) Membuat daftar pertanyaan (kuesioner) dan wawancara terhadap pihak-pihak yang berhubungan dengan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis.
32
4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh merupakan data kualitatif dan kuantitatif yang diolah dengan bantuan aplikasi microsoft excel, disajikan dalam bentuk tabulasi untuk menyusun sasaran yang merupakan prioritas bagi koperasi. Langkah-langkah analisis data yang dilakukan adalah: 1. Mengidentifikasikan secara deskriptif data dan informasi yang disajikan dalam bentuk pertanyaan atau hasil wawancara. 2. Menganalisis kinerja keuangan dengan menggunakan bahan-bahan laporan keuangan yang dimiliki koperasi. 3. Menganalisis situasi koperasi secara internal dan eksternal dengan mengilustrasikan bagaimana peluang dan ancaman yang merupakan faktorfaktor eksternal yang dihadapi koperasi dapat dipertemukan dengan kekuatan dan kelemahan yang merupakan faktor-faktor internal koperasi, sehingga dapat diketahui posisi koperasi saat ini. 4. Merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan bagi koperasi dalam pengembangan usaha.
4.4.1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan misi, tujuan koperasi, karakteristik produk yang dihasilkan, tingkat pencapaian target usaha, data internal seperti personalia, produksi, penelitian dan pengembangan serta sistem informasi manajemen yang diterapkan koperasi. Analisis deskriptif juga bertujuan untuk memberikan gambaran secara umum tentang kondisi eksternal koperasi meliputi politik, ekonomi, lingkungan dan sosial budaya.
4.4.2. Analisis Rasio Finansial (Kinerja Keuangan) Analisis rasio finansial/kinerja kuangan suatu usaha yang dilakukan oleh badan usaha baik oleh perusahaan termasuk juga koperasi dimaksudkan untuk menilai dan mengevaluasi tujuan perusahaan/koperasi.
Pengukuran kinerja
merupakan suatu perhitungan tingkat efektifitas dan efisiensi suatu perusahaan dalam kurun waktu tertentu untuk mecapai hasil yang optimal. Dalam penelitian ini, pengukuran kinerja keuangan dilakukan dengan menganalisis rasio-rasio 33
keuangan yang terdapat pada laporan keuangan koperasi yang diterbitkan. Adapun
analisi
keuangan
yang
bertujuan
untuk
melaporkan
posisi
perusahaan/koperasi pada suatu waktu tertentu. Rasio yang sering digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan adalah rasio liquiditas, solvabilitas dan rentabilitas (Munawir, 2002).
1) Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) Likuiditas adalah kemampuan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dalam membayar hutang-hutang jangka pendeknya tepat pada waktunya. Tujuan rasio ini adalah untuk mengukur kemampuan koperasi memenuhi kewajibankewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang dimiliki. Termasuk rasio ini adalah Rasio Lancar (Current Ratio). Rumus yang digunakan adalah: Rasio lancar
Harta lancar Hutang lancar
Rasio lancar merupakan perbandingan antara harta lancar dengan hutang lancar. Batas minimum adalah 2 : 1, artinya setiap 1 satuan hutang lancar (Rp 1) harus diimbangi minimum 2 satuan aktiva lancar (Rp 2). Batasan tersebut bukan merupakan satu syarat mutlak tetapi merupakan keadaan umum yang masih perlu dilihat dari posisi keuangan secara keseluruhan.
2) Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas adalah kemampuan koperasi untuk membayar semua hutang-hutangnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang dengan harta yang dimiliki dan mengukur seberapa besar koperasi dibiayai oleh pihak luar. Tujuan rasio ini adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan koperasi dalam melunasi seluruh hutangya (jangka pendek maupun jangka panjang). Standar miminum adalah 0,5 artinya posisi yang baik adalah setiap satu satuan total hutang diimbangi oleh mimimum dua total satuan harta yang dimiliki. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Rasio solvabilitas
Total hutang Total harta
34
Untuk mengetahui besarnya modal pinjaman yang dipakai dalam usaha koperasi dengan modal sendiri bisa dilihat dengan menggunakan analisis rasio total hutang dengan modal sendiri.
Rasio ini berguna bagi kreditur dalam
mempertimbangkan pemberian hutang/kredit.
Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut: Rasio total hutang sendiri dengan modal sendiri
Total hutang Modal sendiri
3) Rasio Rentabilitas Rentabilitas adalah ukuran kemampuan koperasi dalam menghasilkan keuntungan dari kegiatan usahanya melalui modal yang dimilikinya yang dinyatakan dalam persentase. Tujuan rasio ini adalah untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen pengelolaan koperasi. Nilai yang baik pada rasio ini adalah >6%. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Return on investment
SHU x 100% Total Aktiva
Untuk mengetahui produktivitas yang dicapai dari penggunaan modal sendiri adalah rentabilitas modal sendiri. Semakin besar nilai rentabilitas modal sendiri menunjukkan penggunaan modal sendiri yang semakin baik. Nilai yang baik untuk rasio ini adalah lebih dari 15%. Hal ini dapat dipergunakan sebagai penilaian terhadap penggunaan modal sendiri oleh pengelolan koperasi dalam menunjang kegiatan usaha.
4) Analisis Kecenderungan (Trend) Analisis trend dilakukan dengan cara melihat pergerakan pos-pos laporan keuangan koperasi selama periode akuntansi.
Dalam analisis ini, pos-pos
(perkiraan-perkiraan) dalam laporan keuangan tahun terakhir diperbandingkan dengan laporan keuangan tahun terakhir dipertimbangkan dengan laporan keuangan pada tahun-tahun sebelumnya dengan memilih salah satu tahun sebagai
35
tahun dasar (base year). Periode yang akan ditampilkan adalah selama empat tahun. Pemilihan tahun dasar ini diperlukan sebagai dasar perhitungan yang akan dibuat dalam bentuk persentase (trend percentage). Biasanya data atau laporan dari tahun ke tahun yang paling awal dari deretan laporan keuangan yang akan dianalisis, dianggap sebagai tahun dasar.
Namun, perlu diperhatikan kondisi
internal maupun eksternal koperasi, dimana pemilihan tahun dasar diasumsikan pada tahun yang paling stabil/normal atau representatif sebagai tahun dasar. Sedapat mungkin periode atau laporan keuangan yang digunakan sebagai tahun dasar adalah tahun yang paling normal diantara tahun-tahun yang dianalisis. Tiap-tiap pos yang terdapat dalam laporan keuangan yang dipilih sebagai tahun dasar diberikan angka index 100, sedangkan pos-pos yang sama dari periode-periode yang dianalisa dihubungkan dengan pos yang sama dalam laporan keuangan tahun dasar dengan cara membagi jumlah rupiah tiap-tiap pos dalam periode yang dianalisa dengan jumlah rupiah dari pos yang sama dalam laporan keuangan tahun dasar. Jadi trend yang dimaksud adalah menunjukkan hubungan antara masing-masing pos suatu tahun dengan tahun dasarnya (Munawir, 2004). Dengan demikian akan terlihat trend dari pos-pos laporan keuangan tersebut, apakah menunjukkan kecenderungan yang tetap, naik atau menurun. Untuk menilai naik turunya jumlah tersebut, perlu diperhaitan faktor penyebabnya.
Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan tersebut perlu
dijalaskan berdasarkan fakta-fakta kuantitatif dan kualitatif yang sebenarnya terjadi tiap-tiap tahun bersangkutan. Rumus yang digunakan menurut Munawir (1996) dalam Muyasaroh (2004) adalah sebagai berikut:
Px
Hx x 100% Ho
Keterangan: Px
= nilai persentase untk tahun ke-t
Hx
= pos-pos dalam laporan keuangan yang akan dianalisis
Ho
= pos-pos dalam laporan keuangan sebagai tahun dasar
36
4.4.3. Identifikasi Faktor Eksternal dan Internal Langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi dan membuat daftar critical succes factor (faktor-faktor utama yang mempunyai dampak penting pada kesuksesan atau kegagalan usaha). Untuk aspek eksternal mencakup perihal peluang (opportunities) dan ancama (threats) bagi koperasi, sedangkan aspek internal mencakup kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses). Untuk aspek eskternal, pertama didaftarkan peluang dahulu kemudian ancaman, sedangkan untuk aspek internal koperasi kekuatan didaftarkan terlebih dahulu kemudian dilanjut kelemahan. Dalam penelitian ini, identifikasi faktor eksternal dan internal koperasi dilakukan oleh peneliti. Selanjutnya, dilakukan diskusi dengan pihak manajemen koperasi untuk menentukan apakah faktor-faktor tersebut telah sesuai dengan kondisi eksternal dan internal koperasi saat ini atau tidak. Pihak manajemen koperasi dapat menambahkan dan mengurangi faktor-faktor yang telah ditentukan, apabila hal tersebut relevan serta memiliki alasan dan data yang mendukung.
4.4.4. Formulasi Strategi Formulasi strategi dilakukan dengan menggunakan metode analisi SWOT (Strengths-Weakness-Opportunities-Threats).
Analisis SWOT merupakan alat
pencocokan (matching tool) yang digunakan dalam mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi koperasi. Matriks ini menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi koperasi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks SWOT memerlukan key success factor. Penentuan key success factor dilakukan pada saat identifikasi faktor eksternal dan internal. Proses penetuan factor-faktor tersebut untuk aspek lingkungan eksternal dan internal merupakan bagian yang sulit sehingga dibutuhkan judgement yang baik. Namun demikian, tidak ada satu pun matching tool yang dianggap paling baik. Model matriks SWOT dapat dilihat pada tabel 2.
37
Tabel 2. Matriks SWOT Faktor Internal
Kekuatan-S
Kelemahan-W
Tuliskan Kekuatan
Tuliskan Kelemahan
Strategi SO
Strategi WO
Atasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang
Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Strategi ST
Strategi WT
Gunakan kekuatan untuk menghindari ancaman
Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Faktor Eksternal Peluang–O Daftar Peluang
Ancaman-T Daftar Ancaman
Sumber: David (2006)
Matriks SWOT menghasilkan empat tipe strategi, yaitu: 1) Strategi SO (Strength – Opportunity) 2) Strategi WO (Weakness – Opportunity) 3) Strategi ST (Strength – Threat), dan 4) Strategi WT (Weakness - Threat) Strategi SO (Strength – Opportunity). Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar koperasi.
Pada umumnya, organisasi usaha termasuk koperasi berusaha
melaksanakan strategi-strategi WO, ST, atau WT untuk menerapkan strategi SO. Oleh karena itu, jika organisasi usaha memiliki banyak kelemahan, mau-tidak mau harus mengatasi kelemahan itu agar menjadi kuat. Jika menghadapi banyak ancaman, koperasi harus berusaha menghindarinya dan berusaha berkonsentrasi pada peluang-peluang yang ada. Strategi WO (Weakness – Opportunity). Strategi ini bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan internal dengan memanfaatkan peluangpeluang eksternal.
Kadangkala pemanfaatan peluang-peluang mengalami
kesulitan karena adanya kelemahan-kelemahan internal. Misal adanya permintaan yang tinggi tetapi teknologi yang dimiliki tidak mendukung untuk memenuhi permintaan tersebut.
38
Strategi ST (Strength – Threat).
Strategi ini merupakan setrategi
menggunakan kekuatan internal untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal. Strategi WT (Weakness - Threat). Strategi ini merupakan taktik untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman. Kondisi yang bahaya apabila berada pada posisi yang dihadapkan pada sejumlah kelemahan internal dan ancaman eksternal. Dalam kondisi tersebut harus tetap berjuang untuk tetap dapat bertahan. Langkah dalam membuat matriks SWOT adalah: 1. Hasil identifikasi peluang eksternal kunci perusahaan, ancaman eksternal kunci perusahaan, kekuatan internal kunci perusahaan, dan kelemahan internal kunci perusahaan. 2. Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan catat hasil strategi SO dalam sel yang ditentukan. 3. Cocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan catat hasil strategi WO dalam sel yang ditentukan. 4. Cocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan catat hasil strategi ST dalam sel yang ditentukan. 5. Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat hasil strategi WT dalam sel yang ditentukan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalan analisis SWOT antara lain adalah: 1. Analisis SWOT bisa sangat-sangat sobyektif. Bisa saja terjadi dua orang menganalisa satu perusahaan yg sama menghasilkan SWOT yg berbeda. Dengan demikian, hasil analisa SWOT hanya boleh digunakan sebagai arahan dalam memecahkan masalah. 2. Pembuat analisa harus sangat-sangat realistis dalam menjabarkan kekuatan dan kelemahan internal. Kelemahan yang disembunyikan atau kekuatan yang tidak terjabarkan akan membuat arahan strategi menjadi tidak bisa digunakan. 3. Analisa harus didasarkan atas kondisi yang sedang terjadi dan bukan situasi yang seharusnya terjadi. 4. Hindari ”grey areas” atau variabel yang kurang jelas untuk memudahkan dalam membedakan antara kekuatan dan kelemahan.
39
5. Hindari kerumitan yang tidak perlu dan analisa yang berlebihan dengan membuat analisa SWOT sesingkat dan sesederhana mungkin untuk memperoleh rumusan strategi yang dapat diterapkan.
40
V GAMBARAN UMUM KOPERASI PERIKANAN MINA USAHA DESA JETIS
Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis terletak di Desa Jetis Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap, Provpnsi Jawa Tengah. Lokasi Desa Jetis dapat di lihat pada gambar 2.
Gambar 2. Peta Lokasi Desa Jetis, Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap
5.1. Kondisi Umum Desa Jetis 5.1.1. Kondisi Lingkungan Fisik Desa Jetis merupakan satu-satunya desa komunitas nelayan di wilayah paling timur Kabupaten Cilacap Jawa Tengah. Secara fisik, desa ini berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Kebumen. Dengan demikian wilayah Desa Jetis merupakan salah satu gerbang masuk menuju wilayah Kabupaten Cilacap melalui jalur selatan. Desa Jetis juga merupakan salah satu desa yang berada di sepanjang pantai selatan Laut Jawa.
Mata pencaharian sebagai nelayan
merupakan bidang mata pencaharian yang penting dilakukan oleh sebagian warga komunitas Desa Jetis. Luas Desa Jetis mencapai sekitar 606 hektar, bertopografi pantai dengan ketinggian tempat sekitar 3 meter dari permukaan laut (Kantor Desa Jetis, 2008). Curah hujan Desa Jetis rata-rata dalam setahun mencapai 35 mm dengan suhu udara rata-rata 23oC. Secara administratif Desa Jetis masuk wilayah Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap. Desa Jetis terdiri dari 41 Rukan Tangga (RT) dan delapan Rukun Warga (RW)/dusun yaitu; Sitara, Pajaten, Sikudik, Jetis, Simerak, Simerak Lor, Sirendeng dan Mertangga. Desa Jetis dipimpin oleh seorang kepala desa yang pada tahun 2009 ini, kepala desa yang bersangkutan juga merupakan ketua Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis. Batas wilayah Desa Jetis sebelah utara berbatasan dengan Desa Banjareja Kecamatan Nusawungu, sebelah selatan berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia, sebelah barat berbatasan dengan Desa Banjarsari Kecamatan Nusawungu dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Ayah Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen yang merupakan bagian dari Karisidenan Kedu Propinsi Jawa Tengah. Letak Desa Jetis dari Pusat Pemerintahan Kecamatan berjarak 9 km, jarak dari Pusat Pemerintahan Kota Administrasi mencapai 20 km, jarak dari ibukota Kabupaten mencapai 50 km, jarak dari ibukota Propinsi Jawa Tengah mencapai 206 km dan jarak dari ibukota RI mencapai sekitar 488 km.
42
5.1.2. Profil Komunitas Bila membandingkan jenis komunitas nelayan di Desa Jetis dengan nelayan lainnya di wilayah Kebupaten Cilacap Jawa Tengah, nelayan Desa Jetis memiliki ciri unik yaitu sebagai nelayan tradisional yang seluruhnya menggunakan jenis-jenis perahu kecil bermotor bertipe jukung dengan bahan fiber. Jenis perahu ini maksimal hanya dapat diawaki oleh empat orang. Warga komunitas nelayan Jetis berangkat melaut pada pagi hari (subuh) dengan beramairamai mendorong perahunya ke tengah laut melawan ombak besar Laut Selatan. Secara berkelompok, mereka bahu-membahu dan saling menolong untuk mengantisipasi bila salah satu perahu mereka ada yang terbalik dalam menembus ombak, sebab ombak yang terdapat di wilayah perairan mereka termasuk ombak yang cukup tinggi/besar bila dibandingkan dengan jenis perahu yang mereka gunakan. Jenis perahu yang digunakan disampaikan pada Gambar 3.
1
3
2
4
Gambar 3. Perahu Nelayan Desa Jetis (Perahu Jukung, Gambar 1, 2 dan 3) dan Mesin Perahu (Gambar 4)
43
Berdasarkan daerah jelajah penangkapan nelayan warga komunitas Jetis, teridentifikasi bahwa mereka dapat menangkap ikan hingga ke wilayah perairan Jogyakarta dan Pangandaran dengan jenis ikan tangkapan berupa ikan-ikan laut dalam maupun udang. Sebagai komunitas nelayan yang masih tergolong tradisional, ciri yang tidak terlepas dari warga komunitas Jetis secara umum, yaitu sebagai warga komunitas yang masih bersifat homogen.
Homogenitas komunitas Jetis ini
ditunjukkan dengan kesamaan kondisi sosial ekonomi, golongan etnik maupun sifat keterbukaan mereka dengan warga komunitas yang berasal dari luar Jetis. Rasa kolektifitas diantara mereka untuk saling membantu dan tolong menolong, masih cukup tinggi.
5.2. Latar Belakang Pembentukan Koperasi Perikanan Mina Usaha Latar belakang pembentukan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis tidak terlepas dari latar belakang pembentukan kelompok nelayan di Desa Jetis. Setelah kelompok nelayan terbentuk dan selama kelompok nelayan tersebut aktif melakukan kegiatan, maka atas dasar kepentingan kelompok, dibentuklah koperasi.
5.2.1. Pembentukan Kelompok Nelayan Kegiatan nelayan Desa Jetis sudah di mulai sejak jaman dahulu, bahkan umur kegiatan nelayan sama dengan umur Desa Jetis itu sendiri. Pada awal kegiatannya di Desa Jetis, para nelayan masih menggunakan peralatan yang sederhana, ramah lingkungan dalam menggali potensi sumber daya alam kelautan dengan menggunakan jala, jaring pinggir, serta waring (alat penangkap larong) dan belum menggunakan mesin. Pada tahun 60-an Desa Jetis terkenal sebagai sentra produksi terasi karena produksi rebon sebagai bahan baku terasi cukup tinggi. Sampai sekarang jenis rebon dan atau udang tidak pernah sepi dari hasil tangkapan nelayan. Perkembangan sarana nelayan Jetis mengalami kemajuan dari perahu getek kayu tak bermesin mejadi perahu getek kayu yang bermesin sebanyak 10 perahu pada tahun 80 sampai 90-an. Masuknya nelayan Cilacap ke Jetis dan 44
sebagian mereka menetap di Jetis, merubah perahu getek menjadi perahu jukung dari bahan baku fiber yang bersayap dengan mesin dua tak (dua langkah pembakaran) yang berbahan bakar bensin. Indikasi perkembangan kemajuan nelayan di Desa Jetis adalah tumbuhnya kesadaran perlunya dibentuk suatu wadah.
Maka pada tanggal 10 Maret 1992
bertempat di Balai Desa Jetis yang dihadiri 54 orang nelayan serta dihadiri instansi terkait, diadakan musyawarah pembentukan kelompok. Pada waktu itu terbentuklah Kelompok Nelayan ‘Mina Usaha’ yang mengangkat: 1. Bapak Gunawan sebagai Ketua Kelompok. 2. Ibu Turiah sebagai Sekretaris. 3. Bapak Ahmadi sebagai Bendahara. 4. Bapak Slamet Juli dari Dinas Perikanan sebagai Pembina. Dalam kondisi normal, kebiasaan melaut dimulai pada pagi hari, sedangkan dalam kondisi paceklik (sepi) para nelayan biasanya berangkat lebih awal sekitar pukul 03.00 sampai 04.00 WIB untuk mengejar areal tangkap yang lebih jauh seperti ke Jogyakarta atau Pangandaran. Jika kondisi ikan di laut berlimpah, para nelayan berangkat pagi hari sekitar pukul 05.30 - 06.00 WIB. Kegiatan melaut dilakukan sampai pukul 13.00 atau 14.30 WIB. Hasil tangkapan langsung dilelang setibanya di TPI. Pelelangan dimulai pada pukul 13.00 sampai 16.00 dan disesuaikan dengan kepulangan nelayan dari laut. Kebiasaan melaut yang dilakukan kelompok nelayan Mina Usaha Jetis, libur pada hari Selasa dan Jum’at Kliwon. Kebiasaan ini dilakukan berdasarkan kepercayaan para sesepuh setempat bahwa pada hari-hari tersebut sangat keramat untuk wilayah laut Pantai Selatan. Pantangan melaut ini sangat diyakini para nelayan mengingat berbagai kejadian kecelakaan jika pantangan tersebut dilanggar. Berdasarkan ritual kejawen, puncaknya akan terjadi pada Bulan Suro hari Jumat Kliwon yang diwujudkan melalui sedekah laut.
Sedekah laut ini
dilakukan dengan mengadakan acara selamatan di darat dan pertunjukkan kesenian wayang kulit pada malam harinya. Peran sesepuh, selain memberikan ramalan tentang ritual Jawa juga selalu mengiringi pemberangkatan para nelayan dengan berdiri di pinggir pantai. Dalam hal ini sesepuh seolah-olah memberi pamit kapal para nelayan dan menunggu
45
nelayan pulang.
Bila suatu saat terjadi kecelakaan, dengan kekuatan dan
kemampuan indera keenamnya (menurut nelayan), sesepuh akan memberikan informasi tentang terjadinya kecelakaan dan dimana korban berada.
5.2.2. Pembentukan Koperasi Perikanan Mina Usaha Pada tahun 2000 dilaksanakan rapat anggota kelompok nelayan yang dihadiri oleh lebih dari 250 anggota kelompok. Pada rapat anggota ini disepakati untuk membentuk koperasi dan dihasilkan keputusan sebagai berikut:
Nama Lembaga
:
Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis
Pengawas
:
1). Solihin Haryanto, 2). Sairan H., 3). Slamet
Ketua Umum
:
Saimun
Ketua I
:
Saiman Saifulloh
Ketua II
:
Waluyo
Sekretaris I
:
Samingin
Sekretaris II
:
Fuad Rosadi
Bendahara I
:
Amin Mapon
Bendahara II
:
Sumardjo Sirin
Pembina
:
Ibu Sumarni dari Dinas Koperasi Kabupaten Cilacap.
Badan Hukum
:
No. 94/BH/KDK.11.16/XII/2000 tanggal 16 Desember Tahun 2000
5.3. Struktur Organisasi Koperasi Perikanan Mina Usaha Perkembangan kehidupan suatu koperasi sangat tergantung dan berfungsi atau tidaknya alat perlengkapan organisasi. Perlengkapan organisasi meliputi rapat anggota, pengurus, pengawas dan manajer. Struktur organisasi Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dapat dilihat pada lampiran 1.
5.3.1. Rapat Anggota Rapat anggota merupakan kekuasaan tertinggi dalam tata kehidupan koperasi. Rapat anggota melibatkan seluruh anggota koperasi dan dilaksanakan setiap satu tahun sekali. Rapat Anggota ini dikenal dengan Rapat Anggota
46
Tahunan (RAT) yang merupakan rapat tutup tahun. RAT ini adalah wujud pertanggungjawaban koperasi sebagai suatu organisasi ekonomi atau badan usaha. Dalam Rapat Anggota. pengurus menampung saran-saran dan kritik. serta ide-ide untuk perkembangan koperasi. dan pengurus memberikan kesempatan pada anggota dalam forum tanya jawab berkenaan dengan keinginan anggota terhadap koperasinya. Koperasi Mina Usaha Desa Jetis mengadakan Rapat Anggota sesuai dengan undang-undang. yaitu satu tahun sekali. Rapat anggota dilakukan untuk meminta pertanggung jawaban pengurus terhadap anggota. Dalam Rapat Anggota ini juga dibahas dan dipilih tentang susunan kepengurusan tahun berikutnya.
5.3.2. Pengurus Koperasi Perikanan Usaha Desa Jetis Pengurus koperasi adalah salah satu alat perlengkapan organisasi yang diberi kuasa oleh anggota atau oleh Rapat Anggota koperasi untuk melaksanakan program koperasi sehingga pengurus bertanggung jawab atas organisasi koperasi yang
bersifat
operasional.
Sedangkan
wewenang
pengurus
diantaranya
memutuskan penerimaan atau penolakan anggota baru. serta pemberhentian anggota yang tidak memenuhi syarat keanggotaan yang telah ditetapkan oleh/dalam Anggaran Dasar. Koperasi Mina Usaha Desa Jetis juga melakukan tindakan untuk kepentingan dan manfaat koperasi sesuai dengan tanggung jawabnya. misalnya dengan melakukan kegiatan sedekah laut yang dilakukan rutin setiap tahun bersama warga desa dan kegiatan sosial lainnya.
5.3.3. Badan Pengawas Badan pengawas koperasi adalah salah satu alat perlengkapan organisasi koperasi di samping pengurus dan rapat anggota. Pengawas dipilih oleh dan untuk anggota koperasi dalam rapat anggota dan bertanggung jawab kepada rapat anggota. Pengawas mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk memberikan informasi mengenai koperasi kepada anggota yang meliputi: keadaan organisasi. keuangan dan administrasi yang dijalankan oleh pengurus serta perkembangan kegiatan usaha koperasi. Informasi tersebut diperoleh dengan jalan memeriksa 47
pembukuan yang sedang berjalan yang dilakukan sewaktu-waktu baik secara langsung maupun tidak langsung. Badan Pengawas bertugas melakukan pemeriksaan terhadap tata kehidupan koperasi yang meliputi organisasi dan usaha koperasi. Koperasi Mina Usaha Desa Jetis memiliki Badan Pengawas yang melakukan pemeriksaan dan hasil pemeriksaan dilaporkan secara khusus dalam lembaran tersendiri yang merupakan laporan pertanggung jawaban. Adapun susunan pengawas terdiri dan ketua dan dua orang anggota.
5.3.4. Manajer dan Karyawan Manager bertugas sebagai pengelola kegiatan usaha koperasi. Manager atau pelaksana usaha diangkat dan bertanggung jawab pada pengurus. Manajer mempunyai tugas dan tanggung jawab meliputi bidang perecanaan usaha, pelaksanaan usaha, administrasi atau keuangan, pengawasan dan laporan. Karyawan mempunyai tugas untuk menjalankan usaha yang ada di Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dengan pembagian tugas yang jelas pada masing-masing karyawan.
5.4. Kegiatan Usaha Koperasi Mina Usaha Desa Jetis Kegiatan usaha yang dilakukan oleh Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis merupakan usaha yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan anggota khususnya dan masyarakat sekitar pada umumnya.
Kegiatan usaha yang
dilakukan sampai saat ini adalah:
Unit usaha simpan pinjam
Unit pelelangan ikan
Unit warung serba ada (waserda)
5.4.1. Unit Usaha Simpan Pinjam (Simpi) Usaha simpan pinjam dalam pelaksanaan operasionalnya senantiasa berupaya sesuai dengan PP No. 9 tahun 1995 tentang Pelaksanaan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi, yaitu dengan memberikan status otonom yang artinya
48
pengelolaan simpi dilakukan secara terpisah dari usaha lainnya dan unit ini diperuntukkan bagi anggota dan juga calon anggota. Sistem pinjaman yang terdiri dari pinjaman harian, pinjaman mingguan dan pinjaman bulanan yang memudahkan para nasabah untuk memilih sistem pinjaman yang sesuai dengar kemampuan membayar. Anggota merasa keberadaan simpi ini sangat diperlukan jika sewaktu-waktu anggota memerlukan dana pinjaman untuk modal usaha. Perkembangan alokasi pinjaman dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Perkembangan Alokasi Pinjaman pada Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Selama Lima Tahun Terakhir Periode Pembukuan Tahun
Alokasi Pinjaman (Rp)
Pertumbuhan Alokasi
2002
477.141.150
-
2003
496.441.150
Naik
2004
256.214.400
Turun
2006
476.189.100
Naik
2007
591.163.100
Naik
Sumber: Unit Simpi Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis, 2009
Berdasarkan tabel 3, dapat dilihat perkembangan alokasi pinjaman pada simpi Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis mengalami fluktuasi. Pada tahun 2004 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, kemudian setelah itu meningkat.
Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain adalah adanya
sumber modal dari luar, yaitu dari program pinjaman Kompensasi Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM) dan Modal Awal Padanan (MAP). Pola subsidi PKPS-BBM dilakukan sejak tahun 2000-2003. Pola MAP disalurkan melalui KSP dan telah dilaksanakan sejak tahun 2000-2004 dengan besaran plafon Rp 150 sampai Rp 250 juta. Kegiatan pada unit simpi disajikan pada Gambar 4.
49
Gambar 4. Kegiatan Unit Simpan Pinjam Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis
5.4.2. Unit Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kegiatan unit usaha ini sampai sekarang adalah yang paling dominan dan utama karena unit TPI ini memberikan masukan atau pendapatan yang besar untuk Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis. Unit usaha TPI berperan sebagai perantara antar nelayan dan bakul selaku pembeli hasil tangkapan serta sebagai penetap harga melalui juru tawar. Perkembangan produksi di TPI Koperasi Mina Usaha Desa Jetis pada tahun terakhir mengalami fluktuasi yang berpengaruh pada pendapatan unit pelelangan ikan di tempat pelelangan ikan (TPI) yang dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Perkembangan Produksi Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Empat Tahun Terakhir (2004 – 2007) Jumlah Produksi/ Hasil Tangkap (kg)
Nilai Raman (Rp)
Pendapatan Jasa TPI (Rp)
2004
316,649
2,478,512,710.00
111,491,618
2005
523,583
2,557,315,770.00
81,950,709
2006
650,656
3,239,510,385.00
96,330,998
2007
604,027
2,990,993,905.00
64,492,931
Tahun
Sumber: TPI Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis, 2009
50
Pendapatan jasa TPI mengalami penurunan selain karena diberlakukan peraturan daerah yang berkaitan dengan retribusi daerah dan pos-post lainnya terutama sejak tiga tahun terakhir yang juga disebabkan oleh penurunan produksi hasil tangkap Saat ini pelaksanaan kegiatan TPI mengacu pada Perda No. 10 tahun 2000 tentang Pasar Grosir ikan. TPI sebagai jasa pemasaran produk dari anggota melalui proses pelelangan. Sistem pembayaran di Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dilakukan secara tunai, langsung kepada anggota yang melelangkan hasil tanggapananya. Para anggota menerima uang yang telah dipotong sebesar delapan persen. Produksi hasil perikanan pada wilayah kerja Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis adalah dari hasil tangkapan nelayan di laut (perikanan tangkap). Kondisi Unit TPI disajikan pada gambar 5.
Gambar 5. Unit TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Koperasi Perimanan Mina Usaha Desa Jetis (Menjelang Kegiatan Lelang)
51
5.4.3. Unit Waserda Kegiatan unit waserda saat ini masih mengutamakan pelayanan bagi kebutuhan para nelayan baik anggota maupun bukan anggota (calon anggota). Keberadaan waserda sangat membantu para nelayan dalam pemenuhan kebutuhan khususnya alat tangkap. Selain menjual kebutuhan alat tangkap, waserda juga melayani kebutuhan rumah tangga dan lainnya. Khusus untuk alat tangkap yang dibeli di waserda dibayar dengan sistem tunai atau kredit.
Sumber barang
waserda sendiri diperoleh dengan membeli bahan alat tangkap dari Ibu Kota Kabupaten Cilacap. Selain itu juga diperoleh langsung dari agen atau distributor agar harga yang dijual lebih murah dan terjangkau oleh nelayan. Kondisi cuaca akhir-akhir ini yang kurang menentu membuat kegiatan penengkapan ikan di laut cenderung menurun. Hal ini juga berdampak pada kemampuan dan keinginan nelayan membeli keperluan alat tangkap. Nelayan lebih
cenderung
melakukan
perawatan
alat
tangkap
nelayan
dengan
memanfaatkan waktu senggang sambil menunggu kondisi cuaca membaik. Pendapatan unit usaha waserda ini dari tahun ke tahun cenderung menurun. Pendapatan unit waserda beberapa tahun terakhir disampaikan pada tabel 5.
Tabel 5.
Pendapatan Unit Waserda Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Empat Tahun Terakhir (2004 – 2007) Tahun
Pendapatan (Rp)
2004
5,524,850
2005
5,433,037
2006
3,109,204
2007
2,552,284
Sumber: Koperasi Mina Usaha Desa Jetis (diolah), 2009
Lokasi waserda berada pada tempat yang strategis yaitu di pinggir jalan menuju lokasi TPI. Kondisi unit waserda disampaikan pada gambar 6.
52
Gambar 6. Unit Waserda Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis
5.5. Anggota Koperasi Mina Usaha Desa Jetis Keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka bagi setiap warga negara Indonesia yang didasari atas persamaan kepentingan. Keanggotaan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis terdiri dari anggota dan calon anggota. Anggota adalah orang yang mendapatkan pelayanan koperasi dan telah memenuhi kewajiban sebagai anggota, yaitu membayar simpanan wajib dan simpanan pokok. Calon anggota adalah orang yang mendapatkan pelayanan koperasi namun belum memenuhi kewajiban sebagi anggota, dalam hal ini membayar simpanan pokok dan wajib. Perbedaan status tersebut menjadikan adanya perbedaan hak antara anggota dan calon anggota. Perkembangan jumlah anggota selama empat tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 6.
53
Tabel 6.
Perkembangan Jumlah Anggota Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Empat Tahun Terakhir Periode Pembukuan
Tahun
Anggota
I
228
II
251
III
254
IV
250
Sumber: Koperasi Mina Usaha Desa Jetis, 2009
Berdasarkan tabel 6, jumlah keanggotaan mengalami fluktuatif dan pada akhir tahun menurun, hal ini disebabkan karena adanya anggota yang meninggal dan memang keluar dari keanggotan koperasi. Keberadaan koperasi dapat memberikan tiga manfaat utama bagi anggota, yaitu berupa manfaat ekonomi, sosial dan teknologi (Saefudin, 1993 dalam Muyasaroh 2004). Ketiga macam manfaat ini diberikan dalam bentuk pelayanan dari unit-unit usaha yang ada di koperasi kepada konsumen. Manfaat ekonomi yang akan dirasakan apabila terjadi perbaikan ekonomi yang ditandai dengan meningkatnya taraf hidup anggota. Jenis kegiatan atau pelayanan koperasi yang berkaitan dengan manfaat ekonomi dapat berupa pemenuhan kebutuhan anggota melalui pembelian sarana produksi yang bersaing/murah, kepastian menjual hasil produksi dan memperoleh harga jual dan harga beli produk serta pelayanan pinjaman modal untuk menunjang kegiatan usaha. Manfaat sosial dapat dirasakan apabila terjadi kerjasama antara anggota dalam menjalankan kegiatan usaha dan masyarakat dalam koperasi. Manfaat teknologi koperasi yang dirasakan anggota, mulai dari pengenalan sampai pengembangan teknologi usaha baru. Proses adopsi teknologi dapat disebarkan melalui kegiatan berupa kursus, pelatihan. dan studi banding ke daerah lain. Menurut Bayu Krisnamurti, 2002, setidaknya terdapat tiga tingkat bentuk eksistensi koperasi bagi masyarakat: 1) Koperasi dipandang sebagai lembaga yang menjalankan suatu kegiatan usaha tertentu, dan kegiatan usaha tersebut diperlukan oleh masyarakat. Kegiatan usaha dimaksud dapat berupa pelayanan kebutuhan keuangan atau perkreditan, atau kegiatan pemasaran, atau kegiatan lain. Pada
54
tingkatan ini biasanya koperasi penyediakan pelayanan kegiatan usaha yang tidak diberikan oleh lembaga usaha lain atau lembaga usaha lain tidak dapat melaksanakannya akibat adanya hambatan peraturan. Peran koperasi ini juga terjadi jika pelanggan memang tidak memiliki aksesibilitas pada pelayanan dari bentuk lembaga lain. Hal ini dapat dilihat pada peran beberapa Koperasi Kredit dalam menyediaan dana yang relatif mudah bagi anggotanya dibandingkan dengan prosedur yang harus ditempuh untuk memperoleh dana dari bank. Juga dapat dilihat pada beberapa daerah yang dimana aspek geografis menjadi kendala bagi masyarakat untuk menikmati pelayanan dari lembaga selain koperasi yang berada di wilayahnya. 2) Koperasi telah menjadi alternatif bagi lembaga usaha lain. Pada kondisi ini masyarakat telah merasakan bahwa manfaat dan peran koperasi lebih baik dibandingkan dengan lembaga lain. Keterlibatan anggota (atau juga bukan anggota) dengan koperasi adalah karena pertimbangan rasional yang melihat koperasi mampu memberikan pelayanan yang lebih baik. Koperasi yang telah berada pada kondisi ini dinilai berada pada ‘tingkat’ yang lebih tinggi dilihat dari perannya bagi masyarakat. Beberapa koperasi untuk beberapa kegiatan usaha tertentu diidentifikasikan mampu memberi manfaat dan peran yang memang lebih baik dibandingkan dengan lembaga usaha lain, demikian pula dengan Koperasi Kredit. 3) Koperasi menjadi organisasi yang dimiliki oleh anggotanya.
Rasa memilki ini dinilai telah menjadi faktor utama yang
menyebabkan koperasi mampu bertahan pada berbagai kondisi sulit, yaitu dengan mengandalkan loyalitas anggota dan kesediaan anggota untuk bersama-sama koperasi menghadapi kesulitan tersebut. Sebagai ilustrasi, saat kondisi perbankan menjadi tidak menentu dengan tingkat bunga yang sangat tinggi, loyalitas anggota koperasi membuat anggota tersebut tidak memindahkan dana yang ada di koperasi ke bank. Pertimbangannya adalah bahwa keterkaitan dengan koperasi telah berjalan lama, telah diketahui kemampuannya melayani, merupakan organisasi ‘milik’ anggota, dan ketidak-pastian dari dayatarik bunga bank. Berdasarkan ketiga kondisi diatas, maka wujud peran yang diharapkan sebenarnya adalah agar koperasi dapat menjadi organisasi milik anggota sekaligus mampu menjadi alternatif yang lebih baik dibandingkan dengan lembaga lain.
55
Peranan
dan
tugas
koperasi
Indonesia
adalah
mempersatukan
mengarahkan, membina dan mengembangkan usaha koperasi atau potensi, daya kreasi dan daya usaha. Hal itu untuk meningkatkan produksi dan mewujudkan tercapainya masyarakat adil dan makmur yang merata. Anggota Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis pada umumnya terdiri dari nelayan dan bakul. Hal ini disebabkan karena keadaan masyarakat di Desa Jetis yang sebagian besar adalah nelayan dan petani. Namun selain itu ada juga yang bermata pencaharian sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), karyawan dan sebagainya. Keberadaan koperasi sangat besar manfaatnya bagi komunitas nelayan Jetis.
Manfaat yang paling dirasakan terutama oleh anggota adalah dengan
terbentuknya warung serba ada (waserda) yang melayani alat-alat tangkap ikan dengan pembayaran tunai atau kredit. Sebagai gambaran komposisi kebutuhan kegiatan penangkapan ikan dalam setiap tahun disajikan pada tabel 7.
Tabel 7. Jenis dan Jumlah Kebutuhan Nelayan Rata-rata Setiap Tahun N o
Jenis Kebutuhan
1
Jumlah Kebutuhan
Rata-rata
Musim Ramai
Musim Sedang
Musim Paceklik
Perahu
98
98
98
98
2
Sirang
98
98
98
98
3
Ciker
98
98
98
98
4
Kantong
62
62
62
62
5
Arad
98
98
98
98
6
Pintur
98
98
98
98
7
Cuduk
87
87
87
87
8
Pancing
51
51
51
51
9
Bensin
10
350.800 ltr
352.800 ltr
147.000 ltr
284.200 ltr
Oli
10.022 ltr
10.080 ltr
4.200 ltr
8.100 ltr
11
Es
300 balok
250 balok
200 balok
250 balok
12
Garam
2,7 ton
2 ton
1,5 ton
2 ton
Sumber : Kelompok Nelayan Mina Usaha Jetis
56
Tabel 7 menunjukkan bahwa, nelayan Jetis setiap tahun dalam melakukan usaha penangakan ikan mengalami tiga musim, yaitu musim ramai, sedang dan paceklik.
Namun demikian, tidak semua kebutuhan tersebut dipenuhi oleh
waserda, sperti bensin dan es yang disuplai oleh pihak lain (SPBU Pertamina dan usaha perorangan).
57
VI HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1. Analisis Kinerja Keuangan Analisis kinerja kuangan (finansial) ini bertujuan untuk menilai tingkat kemampuan dan pengelolaan modal dan usaha Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis berdasarkan perhitungan beberapa tahun terakhir periode pembukuan. Analisis yang dilakukan meliputi analisis likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas serta analisis trend.
6.1.1. Rasio Likuiditas Pengukuran likuiditas dilakukan dengan menggunakan rasio lancar. Rasio lancar bertujuan untuk mengukur kemampuan koperasi dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva/kekayaan lancar yang dimiliki. Hasil perhitungan rasio lancar pada empat tahun terakhir periode pembukuan dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8.
Rasio Lancar Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Selama Empat Tahun Terakhir Periode Pembukuan
Tahun
Aktiva Lancar (Rp)
Hutang Lancar (Rp)
Rasio Lancar
I
148.773.304
55.483.495
2,68
II
170.054.420
33.213.210
5,12
III
378.998.684
136.697.486
2,77
IV
408.856.803
176.521.276
2,32
Rata-rata
3,2
Sumber: Laporan Keuangan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis (diolah), 2009
Berdasarkan tabel 8, dapat diketahui bahwa angka rata-rata rasio lancar adalah 3,2. Artinya setiap Rp 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp 3,2 aktiva lancar yang dimilikinya. Sementara standardnya adalah 2 (200 persen). Dengan demikian, kemampuan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dalam menjamin hutangnya dengan aktiva lancar yang kuat. Peningkatan hutang pada
dua tahun terakhir periode pembukuan disebabkan adanya aliran modal pinjaman dari luar yaitu dari program MAP.
Sedangkan tahun sebelumnya, modal
pinjaman terbesar dari luar adalah dari program kompensasi BBM yang sudah mulai berkurang karena telah dicicil setiap tahunya. Perkembangan aktiva lancar setiap tahunnya cenderung meningkat, namun demikian perhitungan rasio lancar dua tahun terakhir cenderung menurun dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini tidak terlepas dari peningkatan kewajiban lancar yang juga meningkat, yaitu terutama dari program MAP.
6.1.2. Rasio Solvabilitas Analisis rasio solvabilitas dilakukan terhadap analisis rasio hutang dengan harta total yang dimiliki koperasi dan rasio hutang dengan modal sendiri. Analisis rasio hutang dengan total harta/aktiva/kekayaan untuk mengetahui perbandingan antara jumlah hutang dengan total kekayaan yang dimiliki dan kemampuan koperasi membayar semua kewajiban dengan total kekayaan yang dimiliki. Sementara, analisis rasio hutang dengan modal sendiri untuk mengetahui kemampuan koperasi dalam membayar semua kewajiban dengan kekayaan yang sumbernya hanya dari kekayaan yang dimiliki koperasi (modal sendiri).
6.1.2.1. Rasio Total Hutang dengan Total Harta/Aktiva (Debt Ratio) Hasil perhitungan rasio hutang dengan harta Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9.
Rasio Hutang dengan Harta/Aktiva Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Selama Empat Tahun Terakhir Periode Pembukuan
Tahun
Total Hutang (Rp)
Total Harta (Rp)
Rasio
I
105.483.495
185.689.963
0,57
II
83.213.210
232.352.277
0,36
III
386.697.486
455.685.708
0,85
IV
426.521.276
495.557.665
0,86
Rata-rata
0,66
Sumber: Laporan Keuangan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis (diolah), 2009
59
Berdasarkan tabel 9, dapat diketahui bahwa angka rata-rata rasio total hutang dengan total harta adalah 0,66. Artinya Rp 0,66 seluruh kewajiban dapat dijamin dengan Rp 1,00 dari seluruh harta yang dimiliki. Meskipun rata-rata rasio ini sedikit diatas standar yang sering digunakan, yaitu 0,5, namun kecenderungan dua tahun terakhir periode pembukuan mengalami peningkatan di atas standar tersebut. Sebelumnya rasio cukup kuat, yaitu hanya 0,33. Peningkatan rasio dua tahun terakhir tersebut dikarenakan adanya penambahan jumlah pinjaman terutama dari program MAP. Dengan demikian kenaikan total harta masih kurang mengimbangi tingkat kenaikan pinjaman/hutang.
6.1.2.2. Rasio Total Hutang dengan Modal Sendiri (Debt Equity Ratio) Hasil perhitungan rasio hutang dengan modal sendiri dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Rasio Hutang dengan Modal Sendiri Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Selama Empat Tahun Terakhir Periode Pembukuan Tahun
Total Hutang (Rp)
Total Modal Sendiri (Rp)
Rasio
I
105.483.495
80.503.999
1,32
II
83.213.210
149.139.067
0,56
III
386.697.486
68.988.222
5,60
IV
426.521.276
69.036.389
6,18
Rata-rata
3,41
Sumber: Laporan Keuangan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis (diolah), 2009
Berdasarkan tabel 10, dapat diketahui bahwa angka rata-rata rasio total hutang dengan modal sendiri adalah 3,41. Artinya setiap Rp 1,00 modal sendiri digunakan untuk menjamin Rp 3,41 total hutang koperasi. Standar maksimumnya adalah 1,00. Faktor-faktor yang menyebabkan jumlah hutang lebih besar daripada modal sendiri adalah masih banyaknya jumlah piutang yang belum dibayar oleh peminjam, baik di unit usaha simpan pinjam maupun unit TPI.
60
Modal sendiri dapat ditingkatkan dengan cara menambah jumlah anggota dan meningkatkan kinerja usaha koperasi melalui peningkatan pelayanan koperasi pada anggota sehingga dengan meningkatnya pelayanan yang diberikan diharapkan akan dapat meningkatkan jumlah keuntungan koperasi setiap tahunnya.
6.1.3. Rasio Rentabilitas Rasio rentabilitas menggambarkan kemampuan koperasi memperoleh laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada selama periode tertentu. Rasio rentabilitas dilakukan terhadap rasio tingkat pengembalian investasi (return on investment) dan rasio tingkat pengembalian modal sendiri (return on equity).
6.1.3.1. Rasio Tingkat Pengembalian Investasi (Return on Investmen/ROI) Hasil perhitungan rasio laba atau sisa hasil usaha atas modal dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Return on Investment (ROI) Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Selama Empat Tahun Terakhir Periode Pembukuan Tahun
SHU (Rp)
Total Aktiva (Rp)
Rasio (%)
I
23.739.546
185.689.963
12,78
II
18.634.359
232.352.277
8,02
III
8.980.356
455.685.708
1,97
IV
6.343.434
495.557.665
1,28
Rata-rata
6,01
Sumber: Laporan Keuangan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis (diolah), 2009
Rasio ini mengukur kemampuan koperasi menghasilkan SHU atas seluruh investasi yang ada dalam koperasi dan melihat efektivitas dan keseluruhan operasi. Nilai rata-rata ROI sebesar 6,01 persen di mana Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis akan memperoleh laba bersih setelah memperoleh SHU sebesar Rp 601 dari Rp. 10.000,00 total aktivanya. Standardnya adalah >6 persen, namun
61
semakin besar akan semakin baik.
Kondisi yang semakin menurun setiap
tahunnya perlu mendapat perhatian. Penurunan pada dua tahun terakhir cukup signifikan karena penurunan SHU yang diperoleh koperasi.
Penurunan SHU
dikarenakan adanya penurunan dari pendapatan jasa TPI yang terpengaruh oleh penurunan produksi hasil tangkap nelayan dan juga penurunan hasil usaha dari unit waserda.
Selain itu, biaya operasi pada tahun-tahun terakhir meningkat
secara signifikan. Hal ini tentu merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi koperasi terutama pada dua tahun terkahir periode pembukuan tersebut.
6.1.3.2. Rasio Tingkat Pengembalian Modal Sendiri (Return on Equity) Rasio rentabilitas modal sendiri Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 12. Rasio Rentabilitas Modal Sendiri Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Selama Empat Tahun Terakhir Periode Pembukuan Tahun
SHU (Rp)
Modal Sendiri (Rp)
Rasio (%)
I
23.739.546
80.503.999
29,49
II
18.634.359
149.139.067
12,49
III
8.980.356
68.988.222
13,02
IV
6.343.434
69.036.389
9,19
Rata-rata
16,04
Sumber: Laporan Keuangan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis (diolah), 2009
Nilai rata-rata
rentabilitas modal sendiri sebesar
16,04
persen,
menandakan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis mampu menghasilkan SHU sebesar Rp 16,04 dari modal sendiri sebesar Rp 100,00. Standar yang digunakan adalah 15 persen.
Perkembangan nilai rentabilitas modal sendiri
menunjukkan trend yang menurun.
SHU yang menurun dikarenakan kurang
produktifnya usaha dan manajemen koperasi dalam mengelola unit usaha. Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis sebagai suatu lembaga ekonomi pedesaan harus mampu untuk berproduksi lebih besar lagi dalam 62
perkembangan usahanya. sebab dengan meningkatnya SHU maka dana cadangan akan bertambah besar sehingga dapat menguatkan posisi modal sendiri yang dinilai kecil dalam usahanya. Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis perlu melakukan efisiensi, sebab beban usaha yang ditanggung oleh koperasi dinilai sangat besar jika dibandingkan dengan hasil usahanya. Untuk itu eksploitasi sumber daya manajemen harus dilakukan untuk memulai strategi penjualan produk koperasi, terutama pada unit waserda karena unit usaha ini memberikan kontribusi SHU yang kecil setiap tahunnya.
6.1.4. Analisis Trend Analisis dilakukan terhadap trend neraca dan rugi laba. Analsis trend neraca bertujuan untuk melihat kecenderungan pos-pos keuangan pada laporan neraca dari pos pasiva (kewajiban) dan pos aktiva (kekayaan). Analisis trend rugi laba untuk mengetahui kecenderungan pergerakan pos-pos pada laporan rugi laba yang didasarkan dari pos penjualan, pendapatan dan SHU.
6.1.4.1. Analisis Trend Neraca Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Hasil analisis trend neraca Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis secara garis besar dapat dilihat pada tabel 13, sedangkan secara rinci disampaikan pada lampiran 2. Dilihat dari trend neraca (tabel 13), menunjukkan sebagian besar adanya peningkatan.
Pos yang cenderung menurun adalah pada pasiva yaitu pada
kekayaan bersih (modal sendiri). Pada pos aktiva yang perlu menjadi perhatian adalah peningkatan piutang.
Piutang ini terdiri dari piutang dari kegiatan di
waserda dan di unit jasa TPI. Piutang di waserda adalah adanya nelayan yang belum membayar atau melunasi sarana produksi/alat tangkap yang dibeli di waserda, sedangkan di TPI adalah piutang yang berasal dari bakul. Piutang di TPI ini mempunyai jumlah yang relatif besar, yaitu mencapai sekitar 30 persen dari aktiva lancar secara keseluruhan pada tahun terakhir. Kondisi ini perlu mendapat perhatian agar tidak menjadi kendala terutama untuk kegiatan usaha lainnya.
63
Pos penyertaan pada koperasi, seperti simpanan pokok, wajib, dan berjangka puskopin tetap perlu ditingkatkan. Pos ini mengalami peningkatan yang berarti meskipun nilai nominalnya belum terlalu besar.
Tabel 13. Trend Neraca Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Selama Empat Tahun Terakhir Periode Pembukuan
Pos
Perkembangan (Tahun) I
II
III
IV
Aktiva Aktiva Lancar
39,25
44,87
100
107,88
Invet Jk Panjang
0,00
0,00
100
200,00
Aktiva Tetap
50,79
85,71
100
108,27
40,75
50,99
100
108,75
Kew. Jk. Pendek
40,59
24,30
100
129,13
Kew.Jk Panjang
20,00
20,00
100
100,00
Kekayaan Bersih
116,26
216,18
100
100,07
40,75
50,99
100
108,75
Total aktiva Pasiva
Total pasiva
Sumber: Laporan Keuangan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis (diolah), 2009
6.1.4.2. Analisis Trend Rugi Laba Koperasi Perikanan Mina Usaha Hasil analisis trend Rugi Laba Koperasi Mina Usaha Desa Jetis secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 14, sedangkan secara rinci disampaikan pada lampiran 3. Hasil analisis trend rugi laba, menunjukkan pendapatan dari unit waserda mengalami penurunan, unit TPI mengalami fluktuatif, sedangkan simpi mengalami peningkatan. Selain unit usaha inti, selama proses usaha berjalan, pendapatan juga diperoleh dari sumber kegiatan lainnya yang tidak kontinyu. Seperti hadiah dari keikutsertaan lomba, fee dari bakul, jasa bunga dari bank dan fee motor dari pengadaan kredit motor yang tidak dilakukan rutin dalam setiap tahunnya.
64
Pos pendapatan mengalami peningkatan, namun peningkatan biaya juga mengalami peningkatan yang cenderung lebih besar. Tren Sisa Hasil Usaha yang ada pada rugi laba tidak berbeda dengan tren neraca Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis, yaitu mengalami pnurunan.
Tabel 14. Trend Rugi Laba Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Selama Empat Tahun Terakhir Periode Pembukuan
Pos
Perkembangan (Tahun) I
II
III
IV
Pendapatan Waserda
178
175
100
82
74
85
100
67
-
68
100
391
24
13
100
0
Administrasi SIMPI
-
30
100
0
Fee sepeda motor
-
-
100
108
65
86
100
116
Laba kotor dan pendapatan
68
89
100
115
Jumlah pengeluaran (beban/biaya dan operasional)
43
79
100
118
381
208
100
71
Jasa pelelangan TPI Jasa unit SIMPI Jasa Bank (Bunga BPD)
Jumlah pendapatan
SHU
Sumber: Laporan Keuangan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis (diolah), 2009
6.2. Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis
6.2.1. Analisis Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal merupakan analisis dari faktor-faktor luar yang tidak berhubungan dengan kegiatan operasional koperasi tetapi secara tidak langsung dapat berpengaruh pada keberhasilan koperasi itu sendiri. Faktor-faktor eksternal tersebut dapat memberi peluang maupun ancaman terhadap keberhasilan koperasi dalam melakukan aktivitas usahanya. 65
Analisis lingkungan bisnis atau lingkungan eksternal dimaksudkan mengidentifikasi
peluang
bisnis
yang
perlu
mendapat
perhatian
dan
mengidentifikasi ancaman bisnis yang perlu mendapat antisipasi. Analisis lingkungan bisnis hanya diarahkan untuk mengidentifikasi sejumlah faktor-faktor pokok di luar kendali koperasi dan diperkirakan memiliki pengaruh nyata terhadap Koperasi Perikanan Minas Usaha Desa Jetis. Faktor ini mencakup lingkungan jauh dan industri. Faktor eksternal tersebut tidak dapat dikontrol oleh Koperasi Perikanan Minas Usaha Desa Jetis.
6.2.1.1. Lingkungan Jauh Peluang dan ancaman eksternal lingkungan jauh antara lain meliputi faktor ekonomi, teknologi, sosial-budaya dan lingkungan dan kebijakan pemerintah (hukum dan politik).
1) Ekonomi Variabel ekonomi seperti tingkat konsumsi masyarakat, daya beli masyarakat dan permintaan terhadap komoditi perikanan akan memberikan pengaruhnya secara tidak langsung. Variabel tersebut memberikan pengaruh yang nyata bagi kegiatan nelayan sebagai anggota begitu juga bagi bakul khusunya bakul lokal yang juga merupakan anggota koperasi. Seperti tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi akan meningkatkan usaha nelayan untuk meningkatkan hasil tangkapannya sehingga permintaan masyarakat akan kebutuhan ikan maupun udang dan jenis tangkapan lainnya secara tidak langsung terpenuhi. Pembelian komoditi perikanan hasil tangkap nelayan anggota koperasi yang dilakukan oleh bakul pada saat lelang tergantung atas permintaan masyarakat. Permintaan terhadap komoditi perikanan tersebut dipengaruhi oleh tingkat konsumsi dan tingkat pendapatan masyarakat serta daya beli yang dimilikinya. Terjadinya peningkatan konsumsi masyarakat dan peningkatan pendapatan yang diikuti dengan peningkatan daya beli akan meningkatkan permintaan komoditi perikanan. Menurut Nihono (2009), potensi dan peluang pasar hasil laut dan ikan cukup baik. Pada tahun 1994, impor dunia hasil perikanan sekitar 52,492 juta ton. 66
Indonesia termasuk peringkat ke-9 untuk ekspor ikan dunia. Permintaan ikan panda tahun 2010 diperkirakan akan mencapai 105 juta ton. Di samping itu, peluang dan potensi pasar dalam negeri juga masih baik. Total konsumsi ikan dalam negeri tahun 2001 sekitar 46 juta ton dengan konsumsi rata-rata 21,71 kg/kepala/tahun. Dengan elastisitas harga 1,06 berarti permintaan akan ikan tidak akan banyak berubah dengan adanya perubahan harga ikan.
2) Sosial-Budaya dan Lingkungan Kondisi sosial budaya masyarakat yang kondusif akan mendukung kegiatan usaha yang ada. Apabila permasalahan banyak timbul dari segi sosial budaya
masyarakat,
tentu
hal
ini
akan menjadi
permasalahan dalam
pengembangan usaha tersebut. Ikatan sosial budaya masyarakat yang kuat akan mendorong usaha lebih produktif. Nilai-nilai sosial budaya masyarakat bisa juga dijadikan acuan oleh anggota masyarakatnya, dalam hal ini sebagai modal sosial (social capital). Dari segi lingkungan, posisi geografis dan keunggulan komparatif akan sangat memengaruhi kegiatan usaha yang ada. Kegiatan usaha yang didukung oleh kondisi geografis dan komparatif akan lebih kompetitif dengan usaha yang tidak memiliki potensi tersebut. Selain lokasi Desa Jetis yang berada di pesisir Pantai Selatan, juga berada di kawasan wisata Pantai Ayah. Beberapa lokasi wisata lain antara lain adalah kawasan wisata gua (Jatijajar, Semar, Petruk, dan beberapa gua lainya) yang masuk wilayah Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Kawasan wisata tersebut selalu ramai dikunjungi wisatawan terutama pada hari-hari libur. Masyarakat Desa Jetis terutama nelayan, juga melakukan kegiatan yang memadukan unsur budaya dan sosial dalam bentuk kegiatan sedekah laut. Kegiatan ini rutin dilakukan satu tahun sekali dan juga didukung oleh koperasi. Kegiatan sedekah laut disajikan pada gambar 7.
67
Gambar 7. Perayaan Tradisi Sedekah Laut di Masyarakat Nelayan Desa Jetis
Di sisi lain, usaha yang berbasis pada bidang agribisnis sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan terutama iklim dan cuaca. Hal ini terkait dengan sifat komoditi pertanian dan perikanan yang mudah rusak. Proses penangkapan ikan di laut terpengaruh oleh faktor lingkungan ini, terutama keadaan cuaca akhirakhir ini yang kurang menentu. Keadaan lingkungan yang kurang mendukung kegiatan penangkapan ikan dapat memengaruhi produksi yang masuk ke Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis, yaitu menurunkan produksi hasil tangkap atau terganggunya kegiatan penangkapan ikan karena cuaca yang kurang mendukung. Hal tersebut menjadi ancaman bagi koperasi dalam pengembangan unit-unit usahanya.
3) Faktor Kebijakan Pemerintah (Politik dan Hukum) Semangat otonomi daerah diharapkan bisa mengeluarkan kebijakan yang terarah bagi daerah yang bersangkutan dalam pembangunan wilayahnya. Kebijakan tersebut termasuk juga produk hukum yang dibuat, diharapkan langsung memberikan manfaat bagi pelaku ekonomi di daerah yang bersangkutan, termasuk hal ini juga adalah koperasi. Namun demikian, kebijakan dan produk hukum dari pemerintah pusat masih sangat dominan menjadi acuan. Pemerintah dengan kebijakan yang dikeluarkan mempunyai kepentingan khususnya bagi keberadaan dan kegiatan koperasi. Kepentingan pemerintah yang juga bisa dikatakan sebagai keinginan poilitik (political will) terhadap koperasi antara lain adalah untuk membangun dan membesarkan gerakan perkoperasian di masyarakat agar kegiatan ekonomi khususnya masyarakat pedesaan dapat 68
berkembang. Kepentingan lain adalah tentu berkaitan dengan adanya sumber pendapatan bagi pemerintah terutama pemerintah daerah yang bersangkutan dengan diberlakukannya undang-undang otonomi daerah. Menurut muyasaroh (2004), disebutkan bahwa pemerintah telah mengeluarkan peraturan yang secara khusus mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan KUD (koperasi) Mina.
Hal ini seperti dalam Rakornas
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) pada tahun 2000 yang mengatur tentang kebijakan untuk mengadakan pelatihan dan pembinaan kepada karyawan dan anggota yang ada di koperasi mina.
Program tersebut bertujuan untuk
meningkatkan produktivitas karyawan dan anggota. Program-program pelatihan telah digulirkan baik pada tingkat pusat, provinsi maupun di kabupaten. Hal ini menjadi peluang bagi koperasi dalam memperoleh kesempatan untuk peningkatan kemampuan bagi karyawan dan anggotanya. Selain kebijakan yang berkaitan dengan pelatihan, pemerintah juga mengeluarkan program dana bergulir.
Program dana bergulir dikembangkan
melalui Kementerian KUKM (Kredit Usaha Kecil dan Menengah). Sampai saat ini program yang bisa dirasakan oleh Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis ada dua yaitu Kompensasi Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM) dan Modal Awal Padanan (MAP). Pola subsidi program kompensasi pengurangan BBM (PKPS-BBM) dilakukan sejak tahun 2000-2003. Pola MAP disalurkan melalui KSP dan telah dilaksanakan sejak tahun 2000-2004 dengan besaran plafon Rp 150 sampai Rp 250 juta. Program pemerintah melalui Kementerian KUKM tersebut menjadi peluang dalam pengembangan usaha bagi koperasi terutama untuk mendorong koperasi dalam memajukan usaha yang akhirnya bisa berdampak pada kesejahteraan anggota.
4) Faktor Teknologi Teknologi anggota koperasi dalam penangkapan ikan masih tradisional. Kegiatan penangkapan sendiri masih dominan tergantung musim dan cuaca. Teknologi penangkapan ikan nelayan Desa Jetis masih sederhana yaitu berupa perahu ketinting/jukung dengan motor penggerak yang dilengkapai dengan alat tangkap jaring. Jenis alat tangkap nelayan bisa dikatakan satu jenis (homogen),
69
yaitu berupa perahu jukung (bermotor) dan jaring. Hal tersebut berpengaruh terhadap jumlah dan jenis tangkapan. Hal ini menjadi kelemahan bagi koperasi sendiri terutama dalam menghadapi peluang daya serap pasar terhadap produksi perikanan yang tinggi.
6.2.2.2. Analisis Lingkungan Industri Menurut Porter (1993), sifat dan tingkat persaingan dalam suatu industri dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu: 1. Potensi dan ancaman masuknya pendatang baru 2. Kepercayaan pemasok kepada koperasi dalam proses penawaran produk 3. Kekuatan tawar menawar pembeli 4. Daya substitusi 5. Persaingan di antara perusahaan yang ada dalam industri
1) Potensi dan Ancaman Masuknya Pendatang Baru Menurut Pearce dan Robinson (1997), struktur ditentukan oleh empat variabel, yaitu: a) skala ekonomi, b) permodalan, c) biaya beralih pemasok, d) akses distribusi serta e) diferensiasi produk. Ancaman pendatang baru bagi industri distribusi udang dan ikan dapat dianalisis sebagai berikut: a) Skala Ekonomi Pendatang baru yang berproduksi dengan skala kecil akan menghasilkan biaya per unit yang lebih besar. Apalagi jika diusahakan dengan manajemen usaha. Biaya per unit yang lebih besar ini akan menyebabkan harga jual produk yang dihasilkan menjadi tinggi. Akibatnya pendatang baru sulit untuk masuk industri distribusi udang dan ikan yang sudah ada. b) Permodalan Pendatang baru memerlukan modal yang besar untuk memulai usahanya agar dapat bersaing. Modal diperlukan untuk pembangunan sarana prasarana seperti tempat pelelangan ikan, unit waserda dan juga kentor koperasi. Selain itu, agar bisa bersaing dengan koperasi yang sudah ada harus beroperasi pada skala usaha yang lebih besar. Untuk itu pendatang baru memerlukan modal yang tidak sedikit. Modal tersebut bisa didapatkan dari pinjaman bank. Pada 70
kondisi ekonomi saat ini, suku pinjaman bank masih jadi kendala, maka masalah modal merupakan hambatan bagi pendatang baru. c) Biaya Beralih Pemasok Pendatang baru akan kesulitan memengaruhi pemasok yang ada saat ini terutama untuk pemasok udang dan ikan (nelayan). Pemasok yang ada saat ini sudah menjalin hubungan yang cukup lama dengan koperasi.
Selain itu,
ikatan sosial antar nelayan anggota koperasi sangat tinggi. Kepedulian mereka terhadap koperasi sangat tinggi dengan ditunjukkan untuk tetap setia memasok hasil tangkap ikan dan udang sebagai produk yang didistribusikan dalam proses pelelangan di TPI. Bagi nelayan anggota yang ketahuan menjual hasil tangkapan nelayan di luar TPI Jetis, mendapat sanksi sosial dengan dikucilkan, baik di kehidupan sosial masyarakat maupun dalam kegiatan usaha penangkapan ikan di laut maupun sebagai anggota koperasi. d) Akses Distribusi Akses ke saluran distribusi bagi pendatang baru masih rendah. Saluran distribusi yang ada saat ini sebagian besar masih dikuasai oleh koperasi. Cukup sulit bagi pendatang baru untuk masuk ke saluran distribusi kecuali jika memiliki modal yang kuat. e) Diferensiasi Produk Produk-produk yang dihasilkan oleh nelayan anggota koperasi sebagai produsen udang dan ikan dari hasil tangkapan di laut, sebagian besar memiliki karakteristik dan jenis yang sama dengan produk yang dihasilkan oleh nelayan lain, baik nelayan tersebut sebagai anggota koperasi lain atau sebagai nelayan individu yang bebas memasarkan hasilnya. Hal ini menunjukkan diferensiasi terhadap produk udang dan ikan masih rendah. Melihat hasil analisis tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ancaman masuknya pendatang baru tidak begitu besar.
2) Kepercayaan Pemasok kepada Koperasi dalam Proses Penawaran Produk (Kekuatan Tawar Menawar Pemasok) Produk ikan dan udang yang didistribusikan hanya berasal dari produk udang dan ikan yang berasal dari hasil tangkapan nelayan anggota koperasi. Bagi
71
koperasi fungsi anggota yaitu nelayan sangat penting karena koperasi tidak perlu mencari produk dari sumber lainnya untuk mengumpulkan udang dan ikan dengan berbagai jenis dan ukuran. Selain itu, anggota adalah orang yang sudah dikenal oleh koperasi sehingga lebih mudah mengadakan pendekatan. Koperasi Mina Usaha Desa Jetis dalam pengadaan stok mengandalkan nelayan dengan tujuan memberikan kesempatan kepada nelayan untuk mengembangkan usahanya. Harga yang ditawarkan pun merupakan harga hasil negosiasi. Dari uraian di atas terlihat bahwa pemasok ikan dan udang yang merupakan nelayan mempunyai bargaining power yang tinggi terhadap koperasi. Dalam transaksi dagang dengan pemasoknya, penentuan harga dikontrol oleh koperasi melalui mekamisme lelang. Hal ini disebabkan pemasok telah percaya terhadap koperasi. Koperasi merupakan pelanggan yang penting bagi pemasok dan kelompok pemasok tidak menunjukkan ancaman yang meyakinkan.
3) Kekuatan Tawar Menawar Pembeli Pembeli atau bakul ikan dan udang rata-rata berjumlah 10 – 15 orang. Pembeli tersebut berasal dari warga Desa Jetis, dari daerah sekitar satu kecamatan dan luar daerah (beda kecamatan dan kabupaten). Hal ini menggambarkan bahwa kelompok pembeli tidak terkonsentrasi pada satu wilayah. Namun demikian, diantara mereka mengenal satu sama lainnya. Apabila keberadaan para pembeli tersebut tidak melakukan transaksi lelang dengan sehat, maka hal tersebut akan memberikan dampak terhadap proses lelang untuk mendapatkan harga yang bersaing. Pasar yang kompromistis tentu tidak membuat harga menjadi kompetitif, melainkan harga relatif dapat dikendalikan terutama oleh pembeli/bakul sebagai konsumen. Pengendalian harga yang hanya menguntungkan pembeli merupakan ancaman yang perlu diperhatikan terutama dalam pengembangan usaha koperasi khsusnya jasa TPI. Hal ini juga berdampak pada pendapatan nelayan dari pemasaran hasil tangkapan laut di TPI karena harga yang tidak kompetitif.
72
4) Daya Substitusi Komoditi perikanan laut secara umum memiliki produk substitusi dari komoditi perikanan darat. Sifat produk substitusi ini memberikan pengaruh secara langsung bagi koperasi. Saat ini, usaha perikanan darat yang dilakukan di sekitar Desa Jetis baru mengalami kegagalan, yaitu sebelumnya berupa tambak udang. Beberapa tambak sudah beralih fungsi bahkan ada yang dibiarkan terbengkalai. Namun demikian, ada beberapa tambak yang sudah beroperasi kembali terutama di daerah Kebumen. Jika suatu saat didapatkan adanya kecenderungan masyarakat untuk beralih berbudidaya udang dan ikan hal ini bisa menjadi ancaman dalam distribusi/pemasaran ikan dan udang hasil tangkapan nelayan anggota koperasi.
5) Pesaing dalam Iindustri serta Tingkat Persaingannya Secara kewilayahan binaan perkoperasian Kabupaten Cilacap, posisi Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis berada di wilayah timur Cilacap. Dalam wilayah tersebut terdapat koperasi mina, yaitu Koperasi Adipala. Namun koperasi tersebut sekarang sudah tidak aktif. Koperasi mina lain yang ada adalah di luar Kabupaten Cilacap, yaitu Koperasi Mina Pawurni yang terletak di Desa Pedalen, Kecamatan Gombong Kabupaten Kebumen. Koperasi tersebut berada di daerah pesisir selatan yang merupakan koperasi mina terdekat dengan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis.
Sementara itu, koperasi mina terbesar di
Kabupaten Cilacap adalah Koperasi Mino Saroyo yang terletak di pusat Kota Cilacap dengan jarak yang relatif jauh dari Desa Jetis. Menurut informasi dari pengurus Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis, Koperasi Mina Pawurni relatif lebih kecil dilihat dari anggota jumlah anggota dan kegiatan transaksi di tempat pelelangan ikan yang dikelola.
Sementara Koperasi Mino Saroyo
mempunyai kegiatan transaksi yang lebih besar, namun relatif tidak berpengaruh karena ikatan anggota Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis yang kuat dan tidak ada interaksi antara anggota Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dengan koperasi lain (semua hasil tangkapan nelayan anggota koperasi di jual ke TPI Jetis milik Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis). Posisi pesaing ada dua, yaitu pesaing kopentitor dan substitor. Pesaing Kompetitor adalah pesaing yang bergerak dalam industri yang sama dan memiliki
73
produk yang sama. Pesaing substitor adalah pesaing yang bergerak dalam industri yang sama dengan produk yang berbeda, misal koperasi petambak, atau ikan budidaya. Pada wilayah terdekat Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis tidak teridentifikasi pesaing substitor. Selain koperasi mina lain sebagai pesaing. Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis juga memiliki pesaing berupa pihak swasta dalam distribusi udang dan hasil tangkapan ikan. Pesaing terbesar saat ini yaitu pihak swasta yang berlokasi di Desa Ayah. Pihak swasta ini sudah lama bergerak dalam distribusi udang dan ikan terutama untuk tujuan ekspor. Selain itu, adanya pihak perorangan yang memberikan modal kepada nelayan yang dapat memengaruhi proses penjualan di TPI karena nelayan yang dipinjami akan menjual hasil tangkapannya kepada pemberi modal, meskipun proses penjualannya dilakukan melalui pelelangan di TPI. Apabila hal ini tidak dijadikan perhatian bisa mempegaruhi proses distribusi produk yang sudah ada. Kekhawatiran dari pihak lain bagi koperasi adalah pihak perorangan yang memberikan modal kepada nelayan terutama anggota. Hal ini dikarenakan akan dapat mengganggu sistem yang sudah dibangun oleh koperasi, mulai dari permodalan sampai pada pemasaran hasil tangkap di TPI. Meskipun sampai saat ini semua nelayan masih tetap menjual hasil tangkapan di TPI. Kondisi sumber daya yang ada pada Koperasi Mina Usaha Desa Jetis telah memadai untuk menghadapi pesaing yang ada. Hal ini ditandai dengan adanya karyawan yang berpengalaman dalam pemasaran produk perikanan, ikatan sosial yang kuat antar nelayan anggota dan dengan koperasi, serta sejarah kelompok nelayan dan koperasi yang sudah lama terjalin. Namun demikian, kondisi di atas tetap perlu diantisipasi dan diwaspadai.
6.2.2. Analisis Lingkungan Internal Analisis lingkungan internal dilakukan terhadap beberapa variabel di dalam koperasi yang dapat menjadi sumber kekuatan dan kelemahan bagi Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis. Analisis ini memfokuskan pada peidentifikasian dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan koperasi di bidangbidang fungsional, termasuk manajemen, pemasaran, keuangan, produksi/operasi. penelitian dan pengembangan serta sistem informasi komputer (David, 2004). 74
6.2.2.1. Manajemen Pelaksanaan manajemen yang haik sangat mendukung keberhasilan setiap organisasi dalam pencapaian tujuannya. Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dalam mengendalikan kegiatan usahanya berdasarkan pada pelaksanaan sistem manajemen. yang meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan. Fungsi-fungsi manajemen yang diterapkan oleh Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis secara garis besarnya adalah sebagai berikut:
1) Perencanaan Penyusunan perencanaan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis secara langsung oleh anggota melalui mekanisme Rapat Anggota Tahunan (RAT). Realisasi dan perencanaan tersebut dapat dikatakan kurang baik. Hal ini terlihat dengan belum diadakannya RAT dalam beberapa periode akhir-akhir tahun ini selama masa kepengurusan yang ada. Hal tersebut dikarenakan ketua pengurus sekarang juga menjabat sebagai kepala desa sehingga selain RAT rapat-rapat rutin juga terhambat. Akan tetapi tidak adanya RAT, proses perencanaan dan kegiatan di semua unit tetap berjalan sebagaimana mestinya.
2) Pengorganisasian Penerapan fungsi ini dapat dilihat dari struktur organisasi Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis. Struktur organisasi mengatur secara terperinci tugas dan wewenang setiap unsur. Pembagian tugas tersebut memudahkan pelaksanaan aktivitas koperasi.
3) Pergerakan Penerapan fungsi ini meliputi kegiatan memimpin, memberikan petunjuk dan instruksi serta memotivasi karyawan. Usaha-usaha yang dilakukan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dalam menggerakkan karyawannya antara lain:
Melakukan komunikasi dua arah antara karyawan dan pengurus secara efektif.
Menampung aspirasi dan karyawan dan anggota untuk dibandingkan dalam rapat.
75
Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi pengurus, karyawan dan anggota untuk memperoleh pelatihan dan pendidikan.
4) Pengawasan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis berdasarkan program kerja akan melakukan pengawasan secara periodik. Pengawasan yang semestinya dilakukan adalah sebagai berikut: a) Pengawasan dari dalam (internal). Pengawasan ini dilakukan dengan memfungsikan semua media komunikasi. Media komunikasi yang digunakan tersebut adalah:
Rapat pengurus yang dilaksanakan oleh pengurus lengkap dan diadakan sekurang-kurangnya satu bulan sekali.
Rapat pengurus dan pengawas, dilaksanakan untuk evaluasi pengawasan. Dihadiri oleh pengurus dan pengawas dan diadakan sekurang-kurangnya tiga bulan sekali.
Rapat pengurus dan manajer. Rapat ini membahas hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan usaha, dihadiri oleh pengurus dan manajer dan diadakan sekurang-kurangnya satu bulan sekali.
Rapat pengurus dan karyawan yang dilakukan sekurang-kurangnya satu bulan sekali. Rapat-rapat tersebut semestinya dilakukan sebagai pengawasan dan evaluasi periodik dan teratur secara internal. Namun, posisi ketua koperasi yang merangkap sebagai kepala desa mengakibatkan proses tersebut berjalan kurang baik.
b) Pengawasan dari luar (eksternal). Pengawasan ini dilakukan oleh Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Cilacap dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cilacap. Pengawasan ini beberapa tahun terakhir tidak berjalan karena fungsi kepengurusan terutama oleh ketua yang mempunyai jabatan ganda di pemerintah desa.
76
6.2.2.2. Sumberdaya Manusia Karyawan yang ada pada Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis saat ini berjumlah 11 orang dengan pembagian tugas dan wewenang masing-masing yang jelas dan tercantum dalam struktur organisasi. Karyawan tersebut terdiri dari:
Karyawan bagian umum : 1 orang
Karyawan unit SIMPI
Karyawan unit Waserda : 1 orang
Karyawan unit TPI
: 3 orang
: 6 orang
Perekrutan karyawan dilakukan melalui tes seleksi sebelum terpilih menjadi karyawan dengan keahlian masing-masing. Seleksi dilakukan juga dengan melihat latar belakang pendidikan, pengalaman kerja dan keterampilan yang mendukung sesuai dengan pekerjaan yang akan diemban (perekrutan dilakukan sesuai dengan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan).
Dengan
adanya perekrutan seperti itu, dapat dihindari sistem kekeluargaan yang akan merugikan pihak koperasi sendiri.
Keahlian yang ada pada karyawan bisa
dikatakan sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan, yaitu kecepatan dalam menghitung hasil pelelangan, kegiatan kas di simpan pinjam dan pembelian serta penjualan barang di waserda. Begitu juga dengan para karyawan bagian umum di kantor koperasi dalam membantu operasional pengurus/manajamen koperasi.
6.2.2.3. Pemasaran Pemasaran ikan dan udang ditujukan untuk bakul lokal (sebagai bakul pengecer di beberpa lokasi pasar daerah sekitar), bakul pengumpul dan bakul pengolah (dalam jumlah sedikit). Pemasaran produk dilakukan melalui sistem lelang di Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Kegiatan pemasaran di TPI dimaksudkan untuk menciptakan kondisi harga yang stabil dan diusahakan tercapainya harga yang kompetetif. Pada saat pelelangan dimulai, kerja sama antar karyawan dalam TPI sangat mutlak diperlukan. Hal ini untuk menghindari kekeliruan dalam menimbang, menawarkan harga serta pencatatan pihak penjual dan pembeli. TPI merupakan tempat yang ditunjuk untuk memasarkan hasil-hasil tangkapan ikan dan udang nelayan anggota dengan cara lelang. 77
1) Peranan TPI dalam Menetapkan Harga Jual Melalui Sistem Lelang Harga adalah salah satu faktor yang penting dalam pemasaran, karena harga adalah satu-satunya dalam bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan. Dalam sistem lelang di TPI Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis, setelah adanya tawar menawar, harga kemudian ditetapkan oleh pembeli pemenang (harga tertinggi), yaitu oleh bakul. Sedangkan penjual adalah juru lelang dari karyawan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis. Hal-hal yang menentukan harga adalah jenis udang dan ikan, harga di tempat lain, harga yang telah lalu dan mutu udang dan ikan. Harga yang terjadi di TPI melalui sistem lelang lebih menguntungkan dibandingkan dijual di luar TPI, karena nelayan tidak mengeluarkan biaya lain.
2) Mekanisme Lelang di Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Proses pelelangan dilakukan setiap hari secara rutin kecuali pada hari-hari tertentu dimana nelayan Desa Jetis tidak melaut. Peserta pelelangan adalah nelayan yang menjadi anggota maupun bukan anggota yang memasarkan hasil tangkapnya di TPI. Setiap hari bisa mencapai seratus nelayan yang menjual hasil tangkapanya. Tidak ada sarat tertentu untuk mengikuti proses pelelangan ini, kecuali ada potongan biaya retribusi untuk jasa pelelangan sebesar 8 persen dengan rincian disajikan pada tabel 15. Pembeli di TPI adalah orang yang mengadakan penawaran yang disebut bakul yang merupakan warga Desa Jetis dan warga luar Desa Jetis. Jumlah bakul rata-rata sebanyak 10 – 15 bakul setiap harinya. Adanya nelayan dan bakul tersebut menjadikan proses pelelangan terjadi secara kontinu. Prosedur pelelangan udang dan ikan yang terjadi di TPI Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dimulai dari hasil tangkap nelayan yang dibawa oleh nelayan dari laut ke TPI (biasanya telah dipisahkan berdasarkan jenis ikan hasil tangkapan oleh nelayan), jenis ikan dan udang kemudian ditimbang. Setelah itu pelelangan dibuka oleh juru lelang. Para bakul akan melakukan penawaran harga secara terbuka.
Pada harga tertinggi bakul yang kemudian tidak ada yang
melakukan penawaran lagi, maka bakul tersebut dianggap sebagai pemenang untuk membeli ikan atau udang hasil tangkap tersebut.
Selanjutnya, nelayan
78
pemilik ikan dan udang tersebut mendapat kuitansi untuk pencairan dana. Sementara bakul akan melakukan pembayaran dari seluruh ikan yang dibeli selama pelelangan pada hari itu, sesuai bukti pembelian yang diberi oleh juru lelang TPI.
Tabel 15. Rincian Retribusi Lelang TPI Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis No.
Rincian Retribusi
Jumlah Alokasi (%)
1.
Kas Desa
0,25
2.
Kas Dati II
0,75
3.
Kas DKP
0,10
4.
Peng Kop
0,85
5.
Perawatan TPI
0,10
6.
BPL
1,00
7.
Tabungan Nelayan
2,50
8.
Tabungan Bakul
1,25
9.
Simpanan Modal Nelayan
0,10
10.
Dana Sosial
0,25
11.
Dana Asuransi nelayan
0,25
12.
Dana Paceklik
0,40
13.
Dana HNSI
0,10
14.
Dana SAR
0,10
Sumber: Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis, 2009
Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dalam pelelangan ini membayar tunai kepada anggota yang menjual hasil tangkapanya di TPI. Sementara para bakul membayar kepada koperasi secara tunai maupun kredit. Sistem pembayaran dengan kredit ini terkadang menjadi masalah bagi koperasi. Oleh karena ada beberapa dari bakul tersebut yang sulit dalam pembayaran kreditnya, maka pihak koperasi terpaksa memberikan sanksi pada bakul tersebut untuk tidak mengikuti pelelangan sampai dapat melunasi kreditnya. Tenaga kerja di TPI terdiri dari juru lelang, juru timbang, juru bayar dan juru angkat/angkut yang juga merangkap sebagai petugas kebersihan baik sebelum
79
dan sesudah pelelangan dilakukan. Kegiatan di TPI disajikan pada gambar 8, sedangkan mekanisme pelelangan disajikan pada gambar 9.
Gambar 8. Kegiatan di TPI Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis 80
Produk ikan dan udang hasil tangkapan nelayan
TPI Pemisahan jenis hasil tangkapan dan penimbangan
Proses lelang oleh juru lelang di TPI kepada para bakul
Kuitansi Hasil Lelang
Nelayan pemilik ikan/udang
Bakul pemenang
Kasir TPI
Gambar 9. Mekanisme Pelelangan di TPI Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Sumber: TPI Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis (diolah)
6.2.2.4. Penelitian dan Pengembangan Organisasi melakukan investasi dalam penelitian dan pengembangan karena investasi tersebut akan mengarah pada produk atau jasa superior dan mereka mendapat keunggulan bersaing. Anggaran litbang diarahkan pada pengembangan produk baru sebelum pesaing melakukannya. Memperbaiki mutu produk atau memperbaiki proses manufaktur perlu dilakukan untuk menekan biaya. Selama ini koperasi belum melakukan litbang dalam rangka mencari alternatif-alternatif pengembangan unit usahanya. Meskipun memiliki karyawan 81
yang berpengalaman dalam hidang distribusi udang dan ikan, namun belum ditemukan alternatif- alternatif pemasok udang dan ikan agar produk yang masuk ke TPI semakin banyak. Selain itu, ketika musim panen, koperasi belum mampu melakukan kegiatan yang dapat mengatasi ketersediaan stok hasil tangkap yang memengaruhi harga.
Hal ini memang menjadi masalah pada produk-produk
pertanian dan perikanan.
6.2.2.5. Sistem Informasi Komputer Tujuan dan sistem informasi komputer adalah memperbaiki prestasi perusahaan dengan memperbaiki mutu keputusan manajerial. Sebuah sistem informasi yang efektif mengumpulkan, memberi kode, menyimpan, melakukan sintesis dan menyajikan informasi sedemikian rupa sehingga dapat menjawab pertanyaan operasional dan strategis yang penting. Koperasi dalam aktivitasnya sehari-hari telah menggunakan perangkat komputer untuk menganalisis dan mengolah data yang ada. Hanya saja masih terbatas pada hidang kesekretariatan yang berguna untuk mengolah data semua unit bisnis yang ada sehingga bisa dikatakan teknologi komputer yang digunakan masih sederhana.
Selain itu, penguasaan jejaring informasi seperti jaringan
internet juga belum tersedia.
6.2.2.6. Keuangan Koperasi Mina Usaha Desa Jetis membiayai kegiatan usahanya dengan menggunakan dana swadaya anggota yang berasal dan simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela. Sumber keuangan lain selain dari anggota yang berasal dari simpanan juga diperoleh dari penghasilan uni-unit usaha tetap seperti unit waserda, TPI dan simpan pinjam. Pendapatan lain berasal dari kegiatankegiatan yang tidak teratur seperti pernah memperoleh hadiah dari keikutsertaan sebuah lomba, bunga bank, jasa penjualan sepeda motor, dan lainnya. Selain sumber keuangan dari dalam juga diperoleh dari pinjaman pihak luar, seperti program BBM dan MAP dari pemerintah. Kondisi keuangan ditinjau dari kinerja keuangan yang kurang baik adalah rata-rata rasio hutang dengan modal sendiri yang cukup besar, yaitu sebesar 3,41
82
(standar yang biasa dipakai adalah 1, artinya setiap satu satuan modal untuk menjamin 1 satuan hutang). Dengan angka tersebut menunjukkan bahwa setiap satu satuan modal sendiri digunakan untuk menjamin 3,41 hutang. Kondisi ini disebabkan karena adanya piutang yang belum dibayar oleh peminjam terutama dalam hal ini adalah para bakul ketika melakukan transaksi di TPI.
6.2.2.7. Produksi/Operasi Produksi hasil perikanan anggota nelayan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis adalah dari hasil tangkapan nelayan di laut. Kondisi cuaca akhir-akhir ini yang tidak menentu berpengaruh pada hasil tangkapan nelayan yang cenderung menurun.
Hasil tangkapan nelayan dari laut dibawa ke TPI untuk proses
pelelangan. Dari proses pelelangan tersebut koperasi memperoleh pendapatan dari jasa/retribusi yang ditetapkan.
Pendapatan tersebut kemudian dijadikan
modal usaha untuk kegiatan operasi koperasi termasuk juga unit-unit usaha lainnya.
6.2.3. Identifikasi Faktor- Faktor Strategis Eksternal dan Internal Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal, selanjutnya diidentifikasi faktor-faktor kunci (key succes factor) yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang berpengaruh terhadap koperasi. Diperoleh beberapa variabel yang dapat dijadikan sebagai faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal, yaitu:
1) Faktor eksternal a) Peluang:
Pangsa pasar ikan dan udang yang luas. Sesuai yang disampaikan Nirhono (2009), bahwa peluang pasar hasil laut dan ikan cukup baik.
Pada tahun 1994, impor dunia hasil perikanan
sekitar 52,492 juta ton. Indonesia termasuk peringkat ke-9 untuk ekspor ikan dunia. Permintaan ikan panda tahun 2010 diperkirakan akan
83
mencapai 105 juta ton. Dengan demikian pada tahun-tahun berikutnya juga akan mengalami peningkatan.
Posisi tawar menawar nelayan (anggota) sebagai pemasok yang tinggi. Produk ikan dan udang yang didistribusikan di TPI hanya berasal dari hasil tangkapan nelayan anggota koperasi. Fungsi nelayan anggota koperasi sangat penting karena koperasi tidak perlu mencari sumber lainnya untuk mengumpulkan udang dan ikan dengan berbagai jenis dan ukuran. Anggota adalah orang yang sudah dikenal sehingga lebih mudah mengadakan pendekatan. Pengadaan stok dengan mengandalkan nelayan anggota juga bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada nelayan untuk mengembangkan usahanya. Harga yang ditawarkan pun merupakan harga hasil negosiasi sehingga pemasok ikan dan udang yang merupakan nelayan anggota koperasi mempunyai bargaining power yang tinggi terhadap koperasi.
Dana bergulir (BBM dan MAP) dari pemerintah. Program dana bergulir dari pemerntah berupa dana pinjaman dari Kompensasi Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM) dan Modal Awal Padanan (MAP). Pola subsidi program kompensasi pengurangan BBM (PKPS-BBM) dilakukan sejak tahun 2000-2003. Pola MAP disalurkan melalui unit simpan pinjam telah dilaksanakan sejak tahun 2000-2004 dengan besaran plafon berkisar Rp 150 sampai 250 juta. Adanya dana yang dikelola menambah modal usaha koperasi untuk mendukung kegiatan usahanya, terutama pada unit simpan pinjam.
Kebijakan pemerintah untuk mengadakan pelatihan dan pembinaan kepada pengurus/karyawan dan anggota. Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan yang secara khusus mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan koperasi mina. Kebijakan tersebut disampaikan dalam Rakornas DKP tahun 2000 tentang kebijakan untuk mengadakan
pelatihan
dan
pembinaan
karyawan
dan
anggota
KUD/Koperasi Mina untuk peningkatan produktivitas karyawan dan anggota. Kebijakan tersebut telah diikuti oleh pemerintah daerah melalui dinas terkait baik tingkat provinsi maupun kabupaten dan kota. Hal ini
84
telah dirasakan oleh beberapa karyawan dan anggota Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis yang pernah mengikuti kegiatan sejenis pelatihan baik di tingkat pemerintah daerah maupun pusat. Selain pelatihan juga pernah mengiuti kegiatan pameran produk pertanian dan perikanan. Kegiatan-kegiatan pelatihan berkala dan pembinaan rutin bagi koperasi menjadi peluang bagi koperasi dalam rangka pengembangan, peningkatan keterampilan dan produktivitas yang berujung bagi kesejahteraan anggota.
Permintaan/konsumsi ikan dan udang yang tinggi. Total konsumsi ikan dalam negeri tahun 2001 sekitar 46 juta ton dengan konsumsi rata-rata 21,71 kg/kepala/tahun. Dengan elastisitas harga 1,06 berarti permintaan akan ikan tidak akan banyak berubah dengan adanya perubahan harga ikan (Nirhono, 2009).
Upaya pemerintah untuk
mendorong tingkat konsumsi ikan bagi masyarakat tentu menjadi peluang bagi koperasi dalam menyediakan produk perikanan dari hasil tangkapan ikan para nelayan anggotanya. Permintaan produk ikan dan udang yang tinggi akan berpengaruh pada peningkatan penghasilan yang berdampak pada pendapatan dan kesejahteraan nelayan anggota.
Lokasi usaha berada dekat dengan kawasan wisata. Lokasi usaha Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis yang meliputi kegiatan jasa TPI, waserda dan kantor koperasi berada di wilayah Desa Jetis yang merupakan salah satu desa pesisir Selatan Pulau Jawa. Desa Jetis berbatasan langsung dengan lokasi wisata Pantai Ayah yang masuk wilayah Kabupaten Kebumen. Selain wisata pantai, di lokasi lain yang masih masuk wilayah Kabupaten Kebumen tersebut, banyak terdapat lokasi wisata gua, diantaranya Gua Jati Jajar yang juga ramai dikunjungi wisata termasuk gua-gua wisata lainya. Lokasi wisata Pantai Ayah ini hampir setiap hari dikunjungi wisatawan, terlebih lagi pada hari libur sekolah, wisatawan dari luar daerah banyak yang berkunjung ke lokasi wisata Pantai Ayah. Lokasi kegiatan koperasi yang berdekatan dengan lokasi wisata bisa dijadikan peluang untuk pengembangan wisata bahari yang bisa diciptakan oleh koperasi. Selama ini, juga sudah ada beberapa wisatawan di sela-sela
85
kunjungan ke Pantai Ayah, menyempatkan diri berkunjung ke TPI Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis. Wisatan tersebut kadang tidak hanya melihat-lihat kegiatan pelelangan di TPI, tetapi juga membeli ikan dengan mengikuti pelelangan langsung maupun dengan membeli ke bakul yang memenangkan proses lelang di TPI. Kegiatan wisata yang sudah dikembangkan oleh koperasi adalah tradisi sedekah laut. Kegiatan ini merupakan
pengembangan
usaha
koperasi yang
didasarkan
atas
keunggulan komparatif lokasi usaha. b) Ancaman:
Adanya pihak swasta dalam distribusi udang dan ikan. Ancaman pihak swasta yang saat ini menjadi perhatian koperasi adalah pihak swasta perorangan yang memberi modal kepada para nelayan anggota koperasi. Pemberi modal ini umumnya adalah juga para bakul lokal. Meskipun para pemberi modal ini mengikuti proses lelang dari hasil tangkapan para nelayan anggota koperasi di TPI, ada indikasi bahwa sebagian besar nelayan anggota peminjam modal menjual hasil tangkapan kepada pemberi modal tersebut. Harga yang berlaku adalah harga lelang. Namun demikian, dikhawatirkan bahwa ada permainan harga atau biaya lainnya yang dibebankan kepada nelayan peminjam.
Hal ini bisa
mengarah ke ikatan kerjasama yang tidak sehat (patron klien), dimana pemberi modal sebagai penentu.
Jika nelayan terbelit ikatan tersebut,
maka mereka menjadi lemah. Selain itu, menjadi ancaman hubungan dan pelayanan bagi koperasi terhadap para anggotanya.
Sistem dan
mekanisme serta tujuan koperasi untuk menyejahterakan anggota dan juga dalam rangka pengembangan koperasi bisa terganggu karena ada pihakpihak lain yang juga membuat pola hubungan yang bisa merugikan nelayan anggota dan koperasi. Pihak swasta lain selain pihak perorangan adalah adanya pembeli ikan baik untuk tujuan pasar dalam negeri maupun ekspor yang berada di Pantai Ayah.
Meskipun semua nelayan anggota koperasi menjual hasil
tangkapan di TPI Mina Usaha, suatu saat keberadaan pihak swasta tersebut bisa menjadi ancaman bila hubungan koperasi dan anggotanya lemah.
86
Koperasi perikanan lain sebagai pesaing. Koperasi mina lain yang terdekat dengan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis yang masuk satu wilayah Kabupaten Cilacap adalah koperasi Adipala. Namun koperasi tersebut sekarang sudah tidak aktif. Namun demikian terdapat koperasi mina di luar kabupaten Cilacap, yaitu Koperasi Mina Pawurni yang terletak di Desa Pedalen, Kecamatan Gombong Kabupaten Kebumen. Koperasi tersebut berada di daerah pesisir Selatan yang merupakan koperasi mina terdekat dengan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis. Koperasi mina terbesar di Kabupaten Cilacap adalah Koperasi Mino Saroyo yang terletak di pusat Kota Cilacap dengan jarak yang relatif jauh dari Desa Jetis.
Meskipun saat ini hubungan antara
anggota dengan koperasi cukup kuat, namun keberadaan koperasi-koperasi tersebut
tetap
perlu mendapat
perhatian
dalam
persaingan
dan
pengembangan usaha koperasi.
Adanya produk substitusi. Produk utama yang dipasarkan oleh koperasi terutama melalui jasa pelelangan TPI adalah produk ikan dan udang hasil tangkapan nelayan anggota. Produk tersebut mempunyai produk substituasi terutama dari komoditi perikanan darat. Sifat produk substitusi ini memberikan pengaruh secara langsung bagi koperasi. Saat ini, usaha perikanan darat yang dilakukan di sekitar Desa Jetis baru mengalami kegagalan, yaitu berupa tambak udang. Beberapa tambak sudah beralih fungsi bahkan ada yang dibiarkan terbengkalai, meskipun ada beberapa tambak yang sudah beroperasi kembali terutama di daerah Kebumen. Jika suatu saat didapatkan adanya kecenderungan masyarakat untuk beralih berbudidaya udang dan ikan hal ini bisa menjadi ancaman.
Kondisi cuaca yang kurang menentu akhir-kahir ini. Kondisi cuaca yang kurang mendukung akhir-akhir ini terutama karena perubahan iklim dari dampak pemanasan global, sangat berdampak pada kegiatan penangkapan ikan oleh nelayan di laut khusunya bagi nelayan anggota koperasi. Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) pusat dan daerah, bahkan beberapa kali mengeluarkan larangan untuk tidak melaut di
87
beberapa lokasi perairan Indonesia. Kondisi tersebut juga mencemaskan para nelayan Desa Jetis.
Gelombang pasang air laut yang tinggi di
perairan Pantai Selatan yang cenderung sering terjadi, membuat urung nelayan Jetis untuk melaut. Kondisi tersebut tentu berdampak pada kegiatan nelayan anggota yang juga berpengaruh terhadap volume produk yang dipasarkan di TPI. Hal ini tentu bisa mengancam kegiatan usaha TPI dan penghasilan nelayan anggota.
Posisi tawar menawar konsumen (pembeli/bakul) yang tinggi. Kekuatan tawar menawar bakul yang tinggi akan berpengaruh terhadap harga produk ikan dan udang yang dilelang di TPI. Apabila kekuatan pembeli lebih kuat, maka harga bisa tertekan sehingga nilai tawar produk bisa menurun. Para pembeli/bakul di TPI Mina Usaha sebagian besar mengenal satu sama lain. Apabila para pembeli/bakul tersebut melakukan kompromi dalam penentuan harga produk, maka hal tersebut menjadi ancaman bagi proses lelang yang bertujuan memperoleh harga yang bersaing untuk memberikan keuntungan yang optimal bagi nelayan anggota koperasi dari penjualan hasil tangkapannya di laut.
2) Faktor internal a) Kekuatan
Program kerja yang jelas. Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis telah menyusun program kerja yang berdasarkan pada perencanaan manajemen yang meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan.
Program
kerja tersebut telah tersusun berdasarkan tata waktu dan fungsi dari masing-masing pihak/unit yang telah ditentukan. Sebagai contoh untuk program kerja pengawasan yang dilakukan secara periodik terutama oleh unsur internal (pengawas). Program kerja untuk peningkatan mutu sumber daya manusia dengan memberikan kesempatan bagi pengurus, karyawan dan anggota mengikuti pelatihan. Program kerja juga telah diturunkan ke fungsi-fungsi teknis seperti pada unit TPI untuk tetap kreatif mencari bakul yang kompetitif agar harga pelelangan juga bersaing yang memberikan keuntungan bagi nelayan anggota.
88
Struktur organisasi yang tersusun dengan baik Struktur organisasi yang ada telah tersusun dengan baik.
Struktur
organisasi telah disusun secara terperinci tugas dan wewenang setiap unsur. Pembagian tugas tersebut memudahkan pelaksanaan aktivitas koperasi. Seperti fungsi pengawas, fungsi organisasi tingkat manajemen (pengurus), dan tingkat operasional (karyawan serta unit-unit usaha).
Ikatan sosial nelayan (anggota) yang kuat Nelayan anggota koperasi mempunyai ikatan sosial yang kuat. Kebersamaan diantara mereka terlihat baik saat mulai berangkat melaut, kegiatan penangkapan ikan di laut bahkan sampai pulang dari melaut. Pada saat berangkat melaut, para nelayan Jetis bahu-membahu bergotong royong untuk bisa bersama-sama berangkat menuju ke laut.
Hal ini
dikarenakan perahu yang digunakan adalah perahu jukung sehingga harus berhati-hati ketika akan menyeberangi pecahan ombak laut selatan. Anak buah kapal yang satu dengan yang lainnya saling mengawasi apabila ada perahu lain yang gagal menerjang ombak sehingga bisa dengan segera memberikan pertolongan.
Oleh karena telah berpengalaman bertahun-
tahun, saat ini jarang terjadi kecelakaan. Namun demikian, mereka tetap melakukan pengawasan bersama-sama setiap akan berangkat ke laut dan memastikan tidak ada yang celaka. Sesampai di tengah laut, para nelayan saling berkomunikasi memberikan informasi rencana penangkapan ikan sehingga diketahui arah tujuan lokasi penangkapan ikan masing-masing perahu. Selain itu, juga apabila salah satu perahu mengalami kerusakan mesin atau alat tangkap, maka mereka saling membantu. Setelah selesai melakukan penangkapan ikan, para nelayan pulang menuju TPI. Apabila ada perahu nelayan yang terlambat pulang, maka satu sama lain akan saling memberikan informasi kira-kira dimana posisi nelayan tersebut. Apabila sampai batas waktu normal ada nelayan yang tidak pulang, maka para nelayan Jetis melaporkan ke Tim SAR untuk segera melakukan pencarian. Kebersamaan lain adalah para nelayan akan selalu menjual hasil tangkapan ke TPI Jetis. Apabila ada yang ketahuan menjual di luar TPI, maka nelayan tersebut akan dikucilkan sebagai bentuk sanksi sosial.
89
Keahlian karyawan/pegawai sesuai kualifikasi yang dibutuhkan Perekrutan tenaga kerja terutama untuk karyawan telah dilakukan dengan cara selesktif diantaranya dengan cara tes dan mempertimbangkan latar belakang, pengalaman dan keterampilan yang dimiliki.
Mekanisme
pererutan ini mampu meberikan tenaga kerja (karyawan/pegawai) sesuai kualifikasi yang dibutuhkan. Keahlian karyawan yang ada bisa dikatakan sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan, yaitu kecepatan dalam menghitung hasil pelelangan, kegiatan kas di simpan pinjam dan pembelian serta penjualan barang di waserda. Begitu juga dengan para karyawan bagian umum di kantor koperasi dalam membantu operasional pengurus.
Pelatihan dan pendidikan berkala bagi pengurus, karyawan dan anggota. Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis telah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi pengurus, karyawan dan anggota untuk memperoleh pelatihan dan pendidikan. Pelatihan dan pendidikan tersebut telah diikuti oleh sebagian besar pengurus dan karyawan serta beberapa anggota baik di tingkat kabupaten, provinsi dan bahkan pernah untuk di tingkat nasional. Koperasi sangat menyadari bahwa pelatihan dan pendidikan tersebut sangat penting bagi pengembangan dan kemajuan sumber daya manusia.
b) Kelemahan
Ketergantungan dengan pemasok/nelayan/anggota dalam pengadaan udang dan ikan. Selama ini koperasi belum melakukan penelitian dan pengembangan dalam rangka mencari alternatif-alternatif pengembangan unit usahanya. Meskipun memiliki karyawan yang berpengalaman dalam hidang distribusi udang dan ikan, namun belum ditemukan alternatif-alternatif pemasok udang dan ikan agar produk yang masuk ke TPI semakin banyak. Selama ini produk ikan dan udang yang dipasarkan melalui TPI hanya berasal dari nelayan anggota sebagai pemasok tunggal dari hasil penangkapan ikan di laut. Namun apabila akan dilakukan pengembangan untuk mencari alternatif agar tetap mempertimbangkan bagi kepentingan
90
nelayan anggota sebagai tujuan utama koperasi dan pengembangan koperasi sendiri.
Akses informasi dan teknologi yang masih kurang termasuk dalam hal lemahnya penanganan pasca panen pada saat kelebihan produksi. Koperasi dalam aktivitasnya sehari-hari telah menggunakan perangkat komputer untuk menganalisis dan mengolah data yang ada. Namun demikian, masih terbatas pada hidang kesekretariatan yang hanya berguna untuk mengolah data semua unit bisnis yang ada sehingga bisa dikatakan teknologi komputer yang digunakan masih terbatas.
Selain itu,
penguasaan jejaring informasi seperti jaringan internet juga belum tersedia. Aplikasi informasi dan teknologi sangat diperlukan untuk mendukung kegiatan usaha dan mengatasi kelemahan yang ada. Berkaitan dengan aplikasi teknologi, koperasi juga masih mempunyai kelemahan untuk mengatasi hasil tangkap yang melimpah saat musim ikan tiba. Ketersediaan produk yang lebih tinggi dari permintaan pasar akan terjadi hukum ekonomi (suply and demend) yang berakibat pada penurunan harga. Hal ini memang menjadi masalah pada produk-produk pertanian dan perikanan pada umumnya.
Evaluasi yang kurang teratur/tidak periodik (faktor ketergantungan pada ketua koperasi) Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis berdasarkan program kerja akan melakukan pengawasan secara periodik. Pengawasan direncanakan akan dilakukan secara internal dan eksternal. Pengawasan internal akan dilakukan dengan memfungsikan semua media komunikasi. Media komunikasi yang digunakan tersebut adalah rapat pengurus, rapat pengurus dan pengawas, rapat pengurus dan manajer, dan rapat pengurus dan karyawan. Rapat-rapat tersebut direncanakan sesuai program kerja bisa dilakukan sekurang-kurangnya satu bulan sekali. Rapat-rapat tersebut semestinya dilakukan sebagai pengawasan dan evaluasi periodik dan teratur secara internal. Namun, posisi ketua koperasi yang merangkap sebagai kepala desa mengakibatkan proses tersebut berjalan kurang baik.
91
Bahkan sudah beberapa periode ini koperasi belum melakukan Rapat Anggota Tahunan (RAT).
Kondisi tersebut juga berpengaruh pada
komunikasi evaluasi dengan pihak luar yang juga tidak berjalan dengan yang direncanakan.
Kualitas SDM anggota yang masih rendah. Kondisi nelayan anggota koperasi secara umum hampir sama dengan kondisi nelayan tradisional di Indonesia.
Mereka mempunyai latar
belakang kualitas sebagai sumber daya manusia yang perlu mendapat perhatian. Dari segi pendidikan, hampir sebagian besar nelayan anggota koperasi berpendidikan rendah, yaitu sekolah dasar. Meskipun ada yang sampai sekolah lanjutan atas, namun masih ada yang tidak tamat sekolah. Selain itu, pola konsumtif mereka juga merupakan ciri masyarakat nelayan tradisional Indonesia pada umumnya.
Mereka kurang mempunyai
pemikiran ke depan dengan menambah modal untuk meningkatkan kapasitas usaha dengan inovasi alat tangkap yang lebih modern. Sifat konsumtif tersebut terlihat pada nelayan Jetis ketika musim panen ikan atau memperoleh penghasilan lebih. Uang tersebut lebih banyak dialokasikan ke pembelian barang konsumstif, tidak untuk menambah modal kegiatan penangkapan ikan.
Alat tangkap nelayan yang masih tradisional dan sejenis. Kondisi alat tangkap nelayan Jetis adalah homogen, yaitu berupa perahu jukung dengan ukuran lebar sekitar 50 – 60 cm panjang mencapai sekitar 8 – 9 meter. Kapasitas angkut maksimal untuk tiga orang anak buah kapal. Mesin penggerak yang digunakan rata-rata 5 – 6 PK.
Alat tangkap
sebagian besar berupa jaring insang hanyut. Berdasarkan jenis armada dan alat tangkap yang dimiliki nelayan Jetis sebagai anggota koperasi, mempunyai keterbatasan jangkuan daerah penangkapan (fishing ground), jenis dan jumlah hasil tangkapan. Meskipun daerah penangkapan bisa mencapai pantai Pangandaran dan daerah Jogjakarta, namun untuk menempuh daerah tersebut diperlukan waktu tempuh yang lebih lama.
92
Rasio hutang dan modal sendiri yang masih tinggi. Kondisi keuangan yang perlu mendapat perhatian koperasi adalah rasio solvabilitas antara hutang dengan modal sendiri.
Angka rasio
menunjukkan sebesar 3,41. Rasio tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp 1,00 modal sendiri digunakan untuk menjamin Rp 3,41 total hutang koperasi. Angka rasio yang umum dijadikan acuan (standar) adalah 1, yaitu setiap satu satuan huang dijamin dengan modal sendiri sebesar satu satuan modal. Dengan demikian bahwa hutang koperasi lebih besar bila dibandingkan dengan kepemilikan modal yang bersumber dari modal koperasi sendiri.
Kondisi ini disebabkan karena adanya piutang yang
belum dibayar oleh peminjam terutama dalam hal ini adalah para bakul ketika melakukan transaksi di TPI. Kondisi ini sangat perlu mendapat perhatian agar tidak semakin tinggi sehingga kinerja keuangan koperasi akan semakin membaik.
6.3. Formulasi Strategi Hasil dari identfifikasi faktor eksternal dan internal yang dilakukan berupa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, bertujuan untuk menyusun formulasi strategi melalui matriks SWOT.
Matriks ini disusun untuk mengembangkan
empat strategi alternatif, yaitu:
Strategi S-O (Strenght – Opportunities)
Strategi W-O (Weakness – Opportunities)
Strategi S-T (Strenght – Threats), dan
Strategi W-T (Weakness – Threats).
Hasil formulasi strategi berdasarkan matriks SWOT disampaikan pada Tabel 16.
93
Tabel 16. Formulasi Strategi Pengembangan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Berdasarkan Matriks SWOT Faktor Internal
Kekuatan (Strenght-S) 1. Program kerja yang jelas. 2. Struktur organisasi yang tersusun dengan baik. 3. Ikatan sosial nelayan anggota yang kuat 4. Keahlian karyawan/pegawai sesuai kualifikasi yang dibutuhkan 5. Pelatihan dan pendidikan berkala bagi pengurus, karyawan, dan anggota.
Faktor Eksternal Peluang (Opportunities-O) 1. Pangsa pasar ikan dan udang yang luas. 2. Posisi tawar menawar pemasok yang tinggi. 3. Dana bergulir (BBM dan MAP) dari pemerintah. 4. Kebijakan pemerintah mengadakan pelatihan dan pembinaan kepada pengurus/karyawan dan anggota. 5. Permintaan/konsumsi ikan dan udang yang tinggi. 6. Lokasi usaha koperasi berada dekat dengan kawasan wisata Acaman (Threats-T) 1. Adanya pihak swasta dalam distribusi udang dan ikan 2. Koperasi perikanan lain sebagai pesaing. 3. Adanya produk substitusi. 4. Kondisi cuaca yang kurang menentu 5. Posisi tawar menawar konsumen yang tinggi
Strategi S-O: 1.Meningkatkan integritas/loyalitas dan jumlah anggota koperasi (S3, 5 ; O1, 2, 4,5) 2.Peningkatkan produktivitas pengurus dan karyawan (S2, 4, 5 ; O4). 3.Kerjasama dengan pemerintah dan pihak lain dalam pengembangan wisata (S1, 2, 3, 4 ; O4, 6).
Strategi S-T: Meningkatkan hubungan dan pelayanan yang baik dengan nelayan sebagai pemasok sekaligus anggota dan dengan bakul sebagai pelanggan (S3 ; T1, 2, 3, 5).
Kelemahan (Weakness-W) 1. Ketergantungan dengan pemasok dlm pengadaan udang dan ikan 2. Akses informasi dan teknologi yang masih kurang termasuk lemahnya penanganan pasca panen. 3. Evaluasi yang kurang teratur dan periodik 4. Kualitas SDM anggota masih rendah 5. Alat tangkap nelayan yang masih tradisional 6. Rasio hutang dengan modal yang masih tinggi Strategi W-O: 1. Peningkatan kemampuan anggota dalam kegiatan penangkapan ikan (W5 ; O1, 4, 3, 5) 2. Memperkuat modal dan peran bakul lokal untuk meningkatkan daya beli di TPI (W2 ; O1, 3, 5). .
Strategi W-T: 1. Perbaikan program evaluasi (W3 ; T1,2). 2. Mengupayakan penerapan tekhnologi pasca panen (W2 ; T3, 4, 5).
94
Berdasarkan hasil formulasi identifikasi alternatif strategi dengan menggunakan analisis SWOT dapat disusun tujuh alternatif strategi yaitu: 1. Meningkatkan integritas/loyalitas dan jumlah anggota. 2. Peningkatkan produktivitas pengurus dan karyawan. 3. Kerjasama dengan pemerintah dan pihak lain dalam pengembangan daerah wisata. 4. Peningkatan kemampuan anggota dalam kegiatan penangkapan ikan. 5. Memperkuat modal dan peran bakul lokal untuk meningkatkan daya beli di TPI. 6. Meningkatkan hubungan dan pelayanan yang baik dengan nelayan sebagai pemasok sekaligus anggota dan dengan bakul sebagai pelanggan. 7. Perbaikan program evaluasi. 8. Mengupayakan penerapan tekhnologi pasca panen. Uraian formulasi masing-masing strategi adalah sebagai berikut: 1) Strategi meningkatkan integritas/loyalitas dan jumlah anggota koperasi. Strategi ini merupakan formulasi strategi S-O (strenght – opportunities), untuk menggunakan kekuatan-kekuatan yang dimiliki dan meraih peluang-peluang di luar koperasi. Strategi tersebut hasil formulasi dari variabel kekuatan: ikatan sosial masyarakat anggota/nelayan yang tinggi/kuat dan variabel pelatihan dan pendidikan berkala khususnya bagi anggota dengan variabel peluang: pasar udang dan ikan yang luas; posisi tawar menawar pemasok yang tinggi; kebijakan pemerintah mengadakan pelatihan dan pembinaan; dan konsumsi udang dan ikan yang tinggi. Strategi ini diharapkan sebagai arahan untuk mempertahankan dan meningkatkan ikatan sosial nelayan anggota yang sudah terjalin kuat. Ikatan sosial tersebut bisa dijadikan modal sosial dalam membangun koperasi termasuk dalam peningkatan jumlah anggota. Peningkatan jumlah anggota tentu akan memperkuat posisi koperasi itu sendiri. Strategi tersebut juga perlu didukung dengan pemanfaatan secara optimal peluang-peluang yang ada dari luar, seperti peluang pasar, kebijakan pemerintah maupun posisi tawar nelayan sendiri. Dengan demikian, nelayan anggota akan sangat merasakan manfaat keberadaan koperasi dalam mendukung usaha dan peningkatan penghasilan
95
maupun pendapatan nelayan anggota.
Kondisi tersebut tentu akan
berimplikasi pada perkembangan usaha koperasi. 2) Peningkatkan produktivitas pengurus dan karyawan. Strategi ini merupakan formulasi strategi S-O (strenght – opportunities). Merupakan formulasi strategi dari variabel kekuatan (strenght): struktur organisasi yang tersusun dengan baik, keahlian karyawan/pegawai sesuai kualifikasi yang
dibutuhkan, dan pelatihan dan pendidikan berkala bagi
pengurus, karyawan, dan anggota dengan variabel peluang (opportunities): kebijakan pemerintah dalam mengadakan pelatihan dan pembinaan kepada koperasi. 3) Kerjasama dengan pemerintah dan pihak lain dalam pengembangan wisata. Merupakan formulasi strategi S-O (strenght – opportunities) dari formulasi variabel kekuatan: program kerja yang jelas; struktur organisasi yang tersusun dengan baik; ikatan sosial masyarakat anggota/nelayan yang tinggi/kuat; dan keahlian karyawan/pegawai sesuai kualifikasi yang dibutuhkan dengan variabel
peluang:
kebijakan
pemerintah
mengadakan
pelatihan
dan
pembinaan; dan lokasi usaha berada dekat dengan kawasan wisata. Strategi ini juga sebagai arahan untuk menggunakan kekuatan dan peluang seoptimal mungkin untuk perkembangan koperasi dan anggota. 4) Peningkatan kemampuan anggota dalam kegiatan penangkapan ikan. Merupakan formulasi strategi W-O (weakness – opportunities) untuk memperkecil kelemahan-kelemahan internal dengan memanfaatkan peluangpeluang eksternal. Strategi tersebut merupakan formulasi variabel kelemahan (weakness): alat tangkap nelayan yang masih tradisional dengan variabel peluang (opportunity): pasar udang dan ikan yang luas; dana bergulir BBM dan MAP dari pemerintah; kebijakan pemerintah (pelatihan dan pembinaan koperasi); dan Konsumsi udang dan ikan yang tinggi.
Strategi ini dapat
dijadikan arahan untuk meningkatkan kemampuan anggota dalam kegiatan penangakapan ikan. Hal ini dikarenakan, armada dan alat tangkap nelayan anggota masih tradisional dan mempunyai keterbatasan yang berpengaruh pada kapasitas produksi. Peningkatan kemampuan anggota dalam kegiatan penangkapan ikan, akan berimplikasi pada peningkatan hasil tangkapan untuk
96
meningkatkan pendapatan. Bagi koperasi akan meningkatkan volume produk dalam memanfaatkan peluang yang ada, baik permintaan pasar dan konsumsi ikan yang didukung oleh program permodalan. 5) Memperkuat modal dan peran bakul lokal untuk meningkatkan daya beli di TPI. Merupakan formulasi strategi W-O (weakness – opportunities) dari formulasi variabel kelemahan:
koperasi belum mengadakan diversifikasi produk,
termasuk akses informasi yang masih kurang dengan variabel peluang: pasar udang dan ikan yang luas; dana bergulir BBM dan MAP dari pemerintah, dan konsumsi udang dan ikan yang tinggi.
Peran baku lokal diharapkan
mempunyai kemampuan yang kuat dalam menyerap produk ikan dan udang yang dilelang di TPI. Para bakul lokal sebagian besar adalah anggota koperasi sehingga lebih dikenal oleh koperasi dan nelayan dibandingkan dengan bakul yang berasal dari luar daerah. Hal ini bukan berarti untuk kepentingan kolosi atau kompromi pasar, tetapi lebih untuk bisa membuat proses lelang berjalan dengan harga pasar yang bersaing. Selain itu, bakul lokal adalah sebagian besar merupakan anggota koperasi. 6) Meningkatkan hubungan dan pelayanan yang baik dengan nelayan sebagai pemasok sekaligus anggota dan dengan bakul sebagai pelanggan. Strategi ini merupakan formulasi strategi S-T (strenght –threats) untuk menggunakan kekuatan internal dalam menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal.
Strategi ini merupakan formulasi dari
variabel kekuatan (strenght): ikatan sosial masyarakat anggota/nelayan yang tinggi/kuat dengan variabel ancaman (threats): adanya pihak swasta dalam distribusi udang dan ikan; koperasi perikanan lain sebagai pesaing; adanya produk substitusi; dan posisi tawar menawar konsumen yang tinggi. Strategi ini sebagai arahan untuk menghadapi ancaman pesaing dari koperasi lain, pihak swasta, produk substitusi, dan posisi tawar menawar konsumen yang tinggi. Hubungan yang baik akan memperkokoh hubungan kerjasama yang saling mengungtungkan.
97
7) Perbaikan program evaluasi. Strategi ini merupakan formulasi strategi W-T (weakness – Threats) untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman. Strategi ini formulasi dari variabel kelemahan (weakness): evaluasi yang kurang teratur dan periodik dengan varianel ancaman (threats): adanya pihak swasta dalam distribusi udang dan ikan; dan koperasi perikanan lain sebagai pesaing. Strategi perbaikan program evaluasi sebagai arahan untuk melaksanakan program-program evaluasi yang sudah dibuat. Hal ini perlu dilakukan agar kondisi koperasi bisa diketahui perkembangannya dengan melakukan evaluasi yang teratur dan periodik dalam menghadapi ancaman berupa adanya pihak swasta yang melakukan distribusi udang dan ikan, dan koperasi lain sebagai pesaing. 8) Mengupayakan penerapan tekhnologi pasca panen. Merupakan formulasi strategi W-T (weakness – Threats).
Strategi ini
formulasi dari variabel kelemahan (weakness): koperasi belum mengadakan diversifikasi produk termasuk akses informasi yang masih kurang dengan varianel ancaman (threats): adanya produk substitusi; kondisi cuaca; dan posisi tawar menawar konsumen yang tinggi.
Strategi ini sebagai arahan
untuk mengontrol ketersediaan produk pada saat over suply karena musim ikan dan bisa didistribusikan pada saat musim paceklik ikan. Strategi ini diharapkan mampu memberikan nilai tambah dari produk yang dihasilkan.
98
VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka berikut ini penulis akan menyajikan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1) Hasil analisis kinerja keuangan menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis rasio, untuk rasio likuiditas (rasio lancar) rata-rata adalah 3,2. Rasio lancar tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp 3,2 aktiva lancar yang dimilikinya. Sementara standarnya adalah 2 (200 persen). Dengan demikian, kemampuan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dalam menjamin hutangnya dengan aktiva lancar yang kuat. Rata-rata rasio solvabilitas untuk total hutang dengan total harta adalah 0,66. Artinya Rp 0,66 seluruh kewajiban dapat dijamin dengan Rp 1,00 dari seluruh harta yang dimiliki. Artinya kemampuan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dalam membiayai seluruh kewajibannya sudah cukup bagus (standar yaitu 0,5). Rasio solvabilitas total hutang dengan modal sendiri rata-rata adalah 3,41. Artinya setiap Rp 1,00 modal sendiri digunakan untuk menjamin Rp 3,41 total hutang koperasi. Standar maksimumnya adalah 1,00, yaitu satu satuan hutang dijamin dengan satu satuan modal sendiri yang dimiliki. Faktor-faktor penyebabnya adalah masih banyaknya jumlah piutang yang belum dibayar oleh peminjam.
Nilai rasio rentabilitas untuk Return on
Investmet (ROI) rata-rata sebesar 6,01 persen di mana Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis akan memperoleh laba bersih setelah memperoleh SHU sebesar Rp 601 dari Rp 10.000 total aktivanya. Rata-rata rentabilitas modal sendiri sebesar 16,04 persen menandakan Koperasi Mina Usaha Desa Jetis mampu menghasilkan SHU sebesar Rp 16,04 dan modal sendiri sebesar Rp 100,00. Kondisi ini cukup, apabila standar yang dipakai >15 persen. Namun perkembangan nilai rentabilitas modal sendiri menunjukkan trend yang menurun. SHU yang menurun dikarenakan kurang produktifnya usaha dan manajemen koperasi dalam mengelola unit usaha.
Sementara hasil
analisis trend pada neraca menunjukkan hampir setiap pos mengalami kenaikan kecuali pada pos kekayaan bersih. Trend pada rugi laba beberapa
pendapatan mengalami penurunan meskipun pendapatan secara keseluruhan mengalami kenaikan terutama dari pendapatan jasa simpan pinjam. Dimana dari pendapatan simpi ini juga memberikan konstribusi terhadap meingkatnya pos biaya yang naik setiap periode secara signifikan.
Kondisi tersebut
berakibat pada penurunan Sisa Hasil Usaha yang diperoleh. 2) Hasil identifikasi dan evaluasi faktor eksternal dan internal yang dapat mempengaruhi perkembangan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis adalah: a) Faktor eksternal Peluang:
Pangsa pasar ikan dan udang yang luas.
Posisi tawar menawar nelayan (anggota) sebagai pemasok yang tinggi.
Dana bergulir (BBM dan MAP) dari pemerintah.
Kebijakan pemerintah untuk mengadakan pelatihan dan pembinaan kepada pengurus/karyawan dan anggota.
Permintaan/konsumsi ikan dan udang yang tinggi.
Lokasi usaha berada dekat dengan kawasan wisata. Ancaman:
Adanya pihak swasta dalam distribusi udang dan ikan.
Koperasi perikanan lain sebagai pesaing.
Adanya produk substitusi.
Kondisi cuaca yang kurang menentu akhir-kahir ini.
Posisi tawar menawar konsumen (pembeli/bakul) yang tinggi.
b) Faktor internal Kekuatan:
Program kerja yang jelas.
Struktur organisasi yang tersusun dengan baik.
Ikatan sosial nelayan (anggota) yang kuat.
Keahlian karyawan/pegawai sesuai kualifikasi yang dibutuhkan.
Pelatihan dan pendidikan berkala bagi pengurus, karyawan dan anggota.
100
Kelemahan
Ketergantungan dengan pemasok/nelayan/anggota dalam pengadaan ikan dan udang
Akses informasi dan teknologi yang masih kurang termasuk dalam hal lemahnya penanganan pasca panen pada saat kelebihan produksi
Evaluasi yang kurang teratur/tidak periodik (faktor ketergantungan pada ketua koperasi)
Kualitas SDM anggota yang masih rendah.
Alat tangkap nelayan yang masih tradisional dan sejenis.
Rasio hutang dan modal sendiri yang masih tinggi.
3) Hasil strategi melalui analisis SWOT dengan mempertimbangkan kondisi keuangan sebagai salah satu faktor internal koperasi beserta variabel internal dan eksternal lainnya, rumusan strategi yang diperoleh adalah: 1) Meningkatkan integritas/loyalitas dan jumlah anggota. 2) Peningkatan produktivitas pengurus dan karyawan. 3) Kerjasama dengan pemerintah dan pihak lain dalam pengembangan wisata. 4) Peningkatan kemampuan anggota dalam kegiatan penangkapan ikan. 5) Memperkuat modal dan peran bakul lokal untuk meningkatkan daya beli di TPI. 6) Meningkatkan hubungan dan pelayanan yang baik dengan nelayan sebagai pemasok sekaligus anggota dan dengan bakul sebagai pelanggan. 7) Perbaikan program evaluasi, dan 8) Mengupayakan penerapan tekhnologi pasca panen.
7.2. Saran 1) Jumlah modal sendiri perlu ditingkatkan untuk menaikkan rasio dan kinerja keuangan yang positif terutama untuk rasio solvabilitas hutang dengan modal sendiri yang relatif tinggi. Peningkatan modal sendiri bisa dengan menambah jumlah anggota dan tetap mengupayakan agar para anggota berdisiplin dalam melakukan pembayaran simpanan wajib dan sukarelanya. Mekanisme dalam pemberian dan penagihan piutang terutama bakul perlu dibuat dan disepakati bersama dengan para bakul. Hal ini untuk mengontrol ketersediaan modal sendiri akan lebih kuat.
Pemberian sanksi kepada bakul yang terlambat
melakukan pembayaran hutang dari hasil lelang di TPI bisa diterapkan dengan 101
membatasi jumlah pembelian dan tidak memberikan pinjaman lagi, sampai pinjaman dilunasi. Sanksi terberat bisa diterapkan dengan tidak membolehkan bakul tersebut mengikuti proses pelelangan. Namun demikian, mekanisme ini perlu disosialisasikan terlebih dahulu agar para bakul mengetahui dan sebagai antisipasi mereka melakukan manajemen usahanya dengan baik.
Jangan
sampai mekanisme ini justru membuat bakul tidak berkembang. 2) Hubungan sosial anggota/nelayan yang sudah tinggi agar tetap dipertahankan sebagai modal sosial dalam mendukung kegiatan pengembangan koperasi. Koperasi tetap berperan dalam kegiatan-kegiatan baik yang terkait dengan koperasi secara langsung atau tidak langsung untuk mendukung hubungan sosial tersebut. Diantaranya adalah kegiatan tradisi sedekah laut yang sudah rutin dilakukan agar koperasi tetap berperan dalam penyelenggaraan tradisi tersebut. Selain itu, tradisi tersebut bisa dijadikan salah satu bentuk kegiatan wisata yang bisa lebih dijual. Hal ini juga bisa diarahkan untuk bekerjasama dengan pihak pemerintah setempat maupun pihak lain yang berminat dalam pengembangan wisata. Salah satunya yang bisa dikembangkan adalah wisata bahari dengan nuansa kegiatan penangkapan ikan dan proses lelang di TPI dengan melibatkan para wisatawan. 3) Penerapan teknologi pasca panen akan dapat menambah nilai jual hasil produksi ketika musim panen tiba, sehingga masalah kelebihan produksi dan harga yang rendah pada saat musim panen bisa diatasi. Penerapan teknologi yang bisa dijadikan pilihan diataranya adalah menambah umur simpan dan pakai produk hasil tangkap sehingga produk dapat dijual pada saat tidak musim panen/paceklik. Beberapa diantaranya yang bisa dilakukan adalah dengan pengawetan sistem kering (pengeringan) atau pengasapan dan pengasinan. 4) Koperasi bisa mengupayakan peningkatan jenis alat tangkap yang ada, baik dari segi jenis maupun kapasitas. Jenis armada nelayan anggota semua masih sama yaitu berupa perahu jukung dengan alat tangkap jaring. Kondisi tersebut beimplikasi pada jelajah area tangkap (fishing gorund) dan jumlah hasil tangkap. Peningkatan kapasitas bisa dengan menambah ukuran kapal dan kekuatan mesin yang dipakai serta jenis dan jumlah alat tangkap. Hal ini
102
nantinya akan berimplikasi pada peningkatan hasil tangkap/produktivitas tangkapan anggota. 5) Program evaluasi yang sudah dibuat agar bisa dilaksanakan secara rutin dan periodik. Rapat anggota tahunan (RAT) agar segera dilakukan. Hal ini juga terkait fungsi ketua yang kurang optimal karena juga menjabat sebagai Kepala Desa sehingga program evaluasi tidak berjalan dengan semestinya. Fungsi evaluasi yang juga berkaitan dengan pengawasan memegang peran penting untuk melihat kinerja setiap bagian dan unit usaha yang ada. Hasil evaluasi akan dijadikan dasar pertimbangan dalam mengambil langkah dan tindakan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Pertimbangan tersebut bisa atas dasar kondisi internal maupun eksternal koperasi. Untuk lebih melengkapi hasil penelitian ini, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengkaji kelayakan dan langkah operasional yang diperlukan dalam implementasi prioritas strategi. Diharapkan dari peneltian lebih lanjut tersebut nantinya akan mendapatkan suatu usulan dalam tingkatan yang lebih terperinci dalam pelaksanaan strategi.
103
DAFTAR PUSTAKA Darsono dan Ashari. 2005. Pedoman Praktir Memahami Laboran Keuangan. Penerbit Andi. Yagyakarta. David, F. R. 2004. Manajemen Strategis. Konsep. Versi Bahasa Indonesia. Edisi Ketujuh. PT Prehalindo. Jakarta. David, F. R. 2006. Manajemen Strategis. Konsep. Edisi Bahasa Indonesia. PT Prehalindo. Jakarta. Departemen Kelautam dan Perikanan. www.dkp.go.id/content.php. (Juni 2008).
Pebruari,
2007.
Departemen Koperasi. 1992. Undang-Undang koperasi No. 25. Departemen Koperasi Ripublik Indonesia. Jakarta. Hendra. R. 2003. Perumusan Strategi Pengembangan Koperasi Pegawai Negeri Widya Bharana Dinas Pendidikan Kota Bogor. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. ICA.
2009. International Co-operative http://www.ica.coop/al-ica. (2009)
Aliiance
–
Rules.
Junarto, TA. 2008. Manajemen Strategi Pengembangan Koperasi Petani Organik Serikat Petani Indonesia di Bogor. Program Sarjana Eksteni, Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetia. 2008. Laporan Tahunan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis. Kotler. 1993. Manajemen Pemasaran. Analisis, Perencanaan, dan Pengendalian. Jilid I. Erlangga. Jakarta. Lismawati. 2009. Analisis Kinerja Kuangan dan Pelayanan KUD Sumber Alam. Program Sarjana Eksteni, Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Munawir. S. 1996. Analisa Laporan Keuangan. Liberty. Yogyakarta. Muyasaroh, S. 2004. Kajian Strategi Pengembangan KUD Mandiri Mina Karya Bhukti Desa Blanakan, Kabupaten Subang. Dapertemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Institut Pertanian Bogor Nirhono (2009). Budidaya Ikan Kerapu. http://ww6.yuwie.com/blog (18 Oktober 2009).
Pearce. J. A. Dan Robinson, R. B. 1997. Manajemen Strategi: Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian. Binarupa Aksara. Jakarta Porter. M.E. 1997. Strategi Bersaing. Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing. Erlangga. .Jakarta. Sinaga, Pariaman. Dkk. 2008. Berlayar Mengarungi Sejuta Tantangan Koperasi di Tengah Lingkungan yang Berubah. Rajawali Pers. Jakarta. Solihin, A. 2003. Quo Vadis Koperasi Perikanan Indonesia. Majalah Cakrawala TNI-AL RI. Edisi 376/2003. Di dalam http://ikanbijak.wordpress.com (Oktober, 2008) Umar, H. 2008. Strategic Management in Action – Konsep, Teori, dan Teknik Menganalisis Manajemen Strategis Strategic Business Berdasarkan Konsep Michael R. Porter, Fred R. David, dan Wheelen-Hunger. Kanisius, Yogyakarta. Baswir, R. 2009. "Workshop Nasional Ekspose Hasil Pemberdayaan Ekonomi dan UMKM", Selasa (15/9) di Yogyakarta. Di dalam http://regional.kompas.com/read/xml/2009/09/15/19043753mengangkat.u mkm. (15 September 2009)
105
LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Rapat Anggota
Pengurus
BPP
Pengawas
Manajer
Unit TPI
Unit Simpi
Unit Waserda
Anggota
106
Lampiran 2. Hasil Analisis Trend Neraca Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Selama Empat Tahun Terakhir Periode Pembukuan POS
Perkembangan (Tahun) I
II
III
IV
Kas
33.22
33.98
100
56.92
Bank
314.16
41.18
100
45.36
Piutang Bakul
67.65
103.76
100
131.23
Simpan Pinjam
0.00
0.00
100
115.75
149.24
79.02
100
42.75
0.00
90.56
100
100.00
39.25
44.87
100
107.88
Simpanan Pokok Puskospin
0.00
0.00
100
100.00
Simpanan Wajib Puskospin
0.00
0.00
100
400.00
Simpanan Berjangka Puskospin
0.00
0.00
100
200.00
0.00
0.00
100
200.00
0.00
100.00
100
100.00
Bangunan
92.30
93.20
100
104.16
Peralatan Kantor
36.44
57.82
100
115.54
AKTIVA AKTIVA LANCAR
Piutang Waserda Piutang TPI
Persediaan Barang Penyisihan Piutang Tak Tertagih Jumlah Aktiva Lancar INVESTASI JANGKA PANJANG
Jumlah Invet Jk Panjang AKTIVA TETAP Tanah
Kendaraan
0.00
88.51
100
191.95
45.93
69.13
100
161.51
50.79
85.71
100
108.27
40.75
50.99
100
108.75
17.51
47.49
100
100.25
0.00
88.97
100
96.30
Hutang Puskopin
0.00
0.00
100
73.53
Hutang INRR
0.00
0.00
100
100.00
Dana Kas Desa
0.00
46.29
100
126.00
Dana Pemda dan Diskanla
0.00
0.00
100
209.84
Akumulai Penyuutan Jumlah Aktiva Tetap TOTAL AKTIVA PASIVA KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Simpanan Suka Rela Simpanan Wajib Pinjam Simpanan wajib khusus
Hutang Motor Hutang usaha
107
POS
Perkembangan (Tahun) I
II
III
IV
Dana Tim SAR
0.00
0.00
100
131.32
Dana HNSI
0.00
0.00
100
241.92
Dana Asuransi
0.00
0.00
100
203.17
107.20
0.00
100
177.16
Dana Saving Nelayan
0.00
0.00
100
49.14
Dana Saving Bakul
0.00
0.00
100
259.72
Dana Paceklik
0.00
0.00
100
123.82
Dana Simpanan Nelayan
0.00
0.00
100
313.63
300.47
30.23
100
93.41
Dana Pengurus
0.00
0.00
100
148.19
Dana Karyawan
0.00
0.00
100
146.83
Dana Pendidikan
0.00
0.00
100
199.41
Dana PDK
0.00
0.00
100
117.15
50.00
62.50
100
40.59
24.30
100
129.13
Dana Bergulir BBM
100.00
100.00
100
100.00
Dana Bergulir MAP
0.00
0.00
100
100.00
20.00
20.00
100
100.00
Simpanan Pokok
90.23
99.21
100
99.21
Simpanan Wajib
61.83
91.54
100
107.52
Dana Sosial
Dana Bagian SHU Anggota
Cdangan penyisihan dr anggota Cadangan Biaya RAT Jumlah Kew. Jk. Pendek KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Jumlah Kew.Jk Panjang KEKAYAAN BERSIH
Donasi Cadangan PMK Cadangan Umum SHU Berjalan Jumlah Kekayaan Bersih TOTAL PASIVA
0.00
100.00
100
100.00
174.01
461.07
100
100.00
0.00
0.00
100
117.15
264.35
207.50
100
70.64
116.26
216.18
100
100.07
40.75
50.99
100
108.75
108
Lampiran 3. Laporan Rugi Laba Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Selama Empat Tahun Terakhir Periode Pembukuan Perkembangan (Tahun)
Uraian
I
I
I
I
Penjualan barang-barang waserda
92,080,300
72,440,500
44,417,200
60,915,275
HPP barang-barang waserda
86,555,450
67,007,463
41,307,996
58,362,991
5,433,037
3,109,204
2,552,284
Pendapatan Penjualan
Laba kotor penjualan 5,524,850 Pendapatan Jasa pelelangan TPI
71,491,618
81,950,709
96,330,998
64,492,931
Jasa unit SIMPI
-
12,855,400
18,947,640
74,167,688
Jasa lainya penyisihan naggota
5,624,142
Jasa Bank (Bunga BPD)
532,036
288,998
2,263,393
-
Administrasi SIMPI
-
638,000
2,140,100
-
Jasa bakul
-
2,741,800
-
-
5,250,000
-
-
Lomba INKAPI Fee sepeda motor
-
Jumlah pendapatan 77,647,796 Laba kotor + pendapatan
-
-
0
283,000
305,000
103,724,907 119,965,131 138,965,619
83,172,646
109,157,944 123,074,335 141,517,903
Biaya unit waserda
5,051,300
4,502,175
2,962,000
-
Biaya unit TPI
43,889,032
19,656,309
18,004,095
-
Biaya unit SIMPI
-
9,882,950
34,817,600
Biaya lomba INKAPI
-
5,840,350
Biaya penyisihan piutang tak tertagih
-
1,393,230
145,211
Biaya penyusutan aktiva
2,844,276
2,796,452
3,719,833
Pengeluaran (beban/biaya)
-
Biaya organisasi/operasional: > Biaya adminnistrasi
673,575
> Biaya operasional & transport
4,736,375
> Honor & THR
40,310,000
> Biaya perawatan inv & spd motor
1,795,000
109
Uraian
Perkembangan (Tahun) I
I
I
> Biaya lain-lain; konsumsi, sewa, lembur
4,608,300
> Biaya rapat
1,572,000
> Biaya audit
750,000
I
Jumlah biaya organisasi
7,648,492
46,452,119
54,445,250
Jumlah pengeluaran
48,940,332
90,523,585
114,093,989 135,174,469
SHU
34,232,314
18,634,359
8,980,346
6,343,434
110
Lampiran 4. Quesioner Informan Strategi Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis
TUJUAN : Mendapatkan informasi dari para responden mengenai faktor-faktor strategis (key success factor) internal maupun eksternal koperasi, yaitu dengan cara identifikasi faktor-faktor eksternal dan internal yang dapat mempengaruhi atau menentukan keberhasilan analisa untuk merumuskan alternatif strategi usaha.
PETUNJUK: 1. Identifikasi faktor-faktor eksternal dan inetrnal koperasi dilakukan dengan ceck list wawancara faktor-faktor internal dan eksternal apa saja yang dimiliki koperasi.
Faktor internal meliputi kekuatan dan kelemahan,
sedangkan faktor eksternal meliputi peluang dan ancaman. 2. Responden diperbolehkan menambah, mengurangi atau mengganti faktorfaktor yang diajukan sesuai pendapat masing-masing responden.
Faktor Internal No. A. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Uraian Kekuatan Program kerja yang jelas Struktur organisasi yang tersusun dengan baik Evaluasi yang teratur & periodik Keahlian karyawan/pegawai sesuai kualifikasi yg dibutuhkan Adanya kesempatan memperoleh pelatihan & pendidikan bagi karyawan & anggota ………….. ………….. ………….. ………….. …………..
B. 1. 2.
Kelemahan Ketergantungan dg pemasok/anggota dalam pengadaan udang & ikan Koperasi belum mengadakan diversifikasi produk
3. 4. 5.
Rasio solvabilitas masih lemah Kualitas SDM anggota masih rendah Alat tangkap nelayan yang masih tradisional
111
No. 6. 7. 8. 9. 10.
Uraian Ketergantungan dg pemasok/anggota dalam pengadaan udang & ikan ………….. ………….. ………….. …………..
Faktor Eksternal No. A. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Uraian Peluang Pasar udang & ikan yang luas Posisi tawar menawar pemasok yg tinggi Dana bergulir BBM dari pemerintah Kebijakan pemerintah unk pelatihan & pembinaan kepada pengurus/karyawan & anggota konsumsi udang & ikan yang tinggi ………………. ………….. ………….. ………….. …………..
B. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Ancaman Adanya pihak swasta dalam distribusi udang & ikan Koperasi perikanan lain sbg pesaing Adanya produk substitusi Kondisi cuaca Posisi tawar menawar konsumen yang tinggi ………….. ………….. ………….. ………….. …………..
3. Formulasi strategi dengan melakukan wawancara dan diskusi dengan manajer untuk menentukan rumusan strategi dengan menggabungkan variabel-variabel strategis internal dan eksternal, yang meliputi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Formulasi strategi ini dilakukan menggunakan analisis matriks SWOT. Langkah dalam membuat matriks SWOT adalah:
112
1) Hasil identifikasi peluang eksternal kunci koperasi, ancaman eksternal
kunci koperasi, kekuatan internal kunci koperasi, dan kelemahan internal kunci koperasi. 2) Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan catat hasil
strategi SO dalam sel yang ditentukan. 3) Cocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan catat hasil
strategi WO dalam sel yang ditentukan. 4) Cocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan catat hasil
strategi ST dalam sel yang ditentukan. 5) Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat
hasil strategi WT dalam sel yang ditentukan.
Analisis Matrik SWOT: Faktor Internal
Kekuatan (Strenght-S) 1. Program kerja yang jelas 2. Struktur organisasi yang tersusun dengan baik 3. ................ 4. ............... dst
Kelemahan (Weakness-W) 1. Ketergantungan dengan pemasok/anggota dalam pengadaan udang ikan 2. .............. dst
Peluang (Opportunities-O) 1. Pasar udang dan ikan yang luas 2. Posisi tawar menawar pemasok yang tinggi 3. ............... 4. ................ dst
Strategi S-O: 1. ...(Sx, ....; Ox.., ...) 2..... (Sx, ....; Ox.., ...) dst
Strategi W-O: 1. …… (Wx, ....; Ox.., ...) 2. ....... (Wx, ....; Ox.., ...) dst
Acaman (Threats-T) 1. Adanya pihak swasta dalam distribusi udang dan ikan 2. Koperasi perikanan lain sbg pesaing 3. 4. ............. 5. .............. dst
Strategi S-T: 1. ....... (Sx, ....; Tx.., ...) 2. ...... (Sx, ....; Tx.., ...) dst
Strategi W-T: 1. ....... (Wx, ....; Tx.., ...) 2. ....... (Wx, ....; Tx.., ...) dst
Faktor Eksternal
113