perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
POLA PENGEMBANGAN EKOWISATA BERBASIS MASYARAKAT DI DESA BERJO KECAMATAN NGARGOYOSO KABUPATEN KARANGANYAR
SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Disusun oleh : MUSLIH MUTTAQIN D 0306049
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
Telah Diuji dan Disahkan Oleh Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari
:
Tanggal
:
Panitia Penguji :
1. Prof. Dr.RB Soemanto, MA NIP. 1947090140 197612 1 001
(……………………)
2. Siti Zunariyah, S.Sos, M.Si NIP. 19770719 200801 2 016
(……………………)
3. Drs. Argyo Demartoto, M.Si NIP. 19650825 199203 1 003
(……………………)
Disahkan Oleh : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan,
Prof. Drs. Pawito, Ph.D commit to19850 user 3 002 NIP. 19540805
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id MOTTO
“Sesuatu yang dikerjakan dengan penuh perhitungan, tidak ada kata penyesalan untuk sesuatu yang dihasilkannya, walaupun mati adalah jawaban akhirnya” ( Penulis)
“Hidup ini seindah mimpi, dan menyegerakan melangkah adalah jalan terbaik menggapai mimpi ” (Penulis)
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK MUSLIH MUTTAQIN, 2011, D0306049, POLA PENGEMBANGAN EKOWISATA BERBASIS MASYARAKAT DI DESA BERJO KECAMATAN NGARGOYOSO KABUPATEN KARANGANYAR, Skripsi : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pariwisata merupakan sub sektor ekonomi merupakan industri besar yang memberikan dampak positif untuk berbagai elemen masyarakat. Satu kekayaan alam yang menjadi daya tarik di Kabupaten Karanganyar adalah potensi ekowisata yang ada di Desa Berjo. Tujuan penelitian dalam pengembangan ekowisata ini adalah untuk mengetahui partisipasi masyarakat Desa Berjo serta faktor pendorong dan penghambat masyarakat dalam pengembangan ekowisata. Dalam penelitian ini menggunakan teori aksi atau Action Theory dari paradigma definisi sosial. Didalam teori aksi ada individu sebagai aktor. Aktor mengejar tujuan dalam situasi dimana norma-norma mengarahkannya dalam memilih alternatif cara dan alat untuk mencapai tujuan. Lokasi penelitian ini yaitu di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Pemilihan lokasi dengan pertimbangan bahwa di Desa Berjo mempunyai potensi ekowisata yang dapat dikembangkan. Selain itu adanya tindakan sosial masyarakat Berjo untuk partisipasi dalam mengembangkan wisata di desanya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Untuk teknik pengambilan sampel digunakan teknik purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis model interaktif yang menggunakan tiga komponen utama, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan serta verifikasi. Untuk memperoleh data dengan tingkat validitas data yang digunakan adalah triangulasi sumber dan metode. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada tindakan sosial masyarakat Desa Berjo yang berpartisipasi dalam pengembangan ekowisata. Partisipasi tersebut meliputi partisipasi masyarakat dalam Perencanaan pengembangan ekowisata yaitu memberikan gagasan dan menentukan pengambilan keputusan. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pengembangan ekowisata yaitu dengan memberikan bantuan tenaga, waktu, dan pemikiran. Partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan yaitu dengan mendirikan usaha informal dalam bidang wisata dan jasa wisata. Selain itu hasil penelitian juga menunjukkan adanya faktor-faktor pendorong masyarakat dalam pengembangan ekowisata yaitu mulai pahamnya masyarakat tentang pariwisaata dan adanya perhatian dari pemerintah dalam mengembangkan ekowisata dan adanya kekurangan dana serta fasilitas penunjang pariwisata yang menjadikan faktor penghambat masyarakat Desa Berjo dalam berpartisipasi dalam pengembangan ekowisata . Kata Kunci: Ekowisata, Pengembangan Ekowisata, Masyarakat
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas karunianya yang tak terkira ini sehingga penulis dapat mengerjakan skripsi dengan judul: “POLA PENGEMBANGAN EKOWISATA BERBASIS MASYARAKAT DI DESA BERJO KECAMATAN NGARGOYOSO KABUPATEN KARANGANYAR” Skripsi ini disusun dan dipersiapkan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret. Rasa Syukur alhamdulillah atas nikmat yang diberikan kepada penulis serta Berbagai pihak telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini, maka dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Drs. H. Supriyadi SN, SU selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ibu Dra. Hj. Trisni Utami, M.Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi FISIP UNS 3. Bapak Drs.Argyo Demartoto,M.Si selaku pembimbing skripsi saya. 4. Bapak Dra. Suyatmi, M.S. selaku pembimbing akademik. 5. Terimakasih kepada Bapak Ibu Dosen Jurusan Sosiologi FISIP UNS atas ilmu dan pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis selama ini. Juga terimakasih kepada seluruh Staff FISIP atas bantuannya selama ini. 6. Terimakasih kepada Sekretaris Desa Berjo Bapak Supardi yang selalu mengarahkan penulis selama penelitian. 7. Terimakasih kepada Bapak-Ibu Marimo beserta keluarganya yang memberikan peneliti tempat menginap selama melakukan penelitian. 8. Terimakasih untuk seluruh responded dan informan yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam melengkapi data penelitian ini beserta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Terimakasih untuk kedua orangtua ku, kakak-kakak ku, serta adikku yang selalu mendoakanku. 10. Terimakasih kepada dik Rafa yang memberikan motifasi yang luar biasa kepadaku untuk menyelesaikan skripsiku. 11. Terimakasih untuk calon Bidadari dunia akhiratku yang sangat berjasa memberikan semangat untuk menyelesaikan studi ku. 12. Terimakasih kepada teman-teman satu angkatan jurusan Sosiologi Karena sedikit banyak memberikan warna dalam kuliah ku. 13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu selama proses penulisan skripsi ini berlangsung. Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan Kemampuan dan pengetahuan dalam penyusunan skripsi ini. Masukan dan kritik yang membangun sangat diharapkan guna perbaikan penelitian selanjutnya hingga menjadi lebih baik. Akhirnya penulis hanya bisa berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat, memberikan sumbangan pemikiran dan menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi pembaca. Surakarta, april 2011
Penulis
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Kepariwisataan di Indonesia akhir-akhir ini berkembang dengan pesat. Hampir seluruh daerah atau provinsi mengembangkan progam pariwisata dengan cara menjual atau menawarkan keindahan dan keunikan budaya serta lingkungan alamnya. Memang dalam kerangka yang besar atau nasional, kepariwisataan ini diharapkan dapat menyumbang devisa bagi negara (Fandeli,2005). Pariwisata sebagai sub sektor ekonomi merupakan industri besar dan cepat perkembangannya, namun perkembangan industri pariwisata tidak hanya terkait dengan bisnis perjalanan secara umum, tetapi juga pada tingkat kunjungan wisatawan secara nasional pada kawasan-kawasan yang dilindungi seperti taman nasional, cagar alam, dan sejenisnya (Hidayati,2003). Seiring dengan kesadaran wisatawan terhadap lingkungan dan isu-isu tentang pembangunan yang berwawasan lingkungan telah memberikan kontribusi terhadap pandangan pentingnya prinsip-prinsip ekowisata yang berkelanjutan. Prinsip ekowisata ini diharapkan mampu mempertahankan kualitas lingkungan, mempertahankan budaya, memberdayakan masyarakat lokal dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal. Menurut Undang-Undang Repubik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990 pasal 3 tentang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
pariwisata menyebutkan pada hakikatnya tujuan dari penyelenggaraan pariwisata sebagai berikut: 1. Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan mutu obyek dan daya tarik wisata. 2. Memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar bangsa. 3. Memperluas dan meratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja. 4. Meningkatkan
pendapatan
nasional
dalam
rangka
meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. 5. Mendorong pendayagunaan produksi nasional. Dalam kerangka kecil, pariwisata diharapkan oleh masyarakat dapat ikut serta berpartisipasi dalam pengembangan dengan melibatkan diri dalam perekonomian yang berkembang seiring dengan masuknya wisatawan. Idealnya apa yang dibelanjakan wisatawan merupakan keuntungan masyarakat setempat dari proyek pengembangan daerah wisata tersebut. Ada 3 aktor penting yang menggerakkan sistem pariwisata, yaitu masyarakat, pemerintah, dan swasta. Semua komponen itu berjalan secara bersamaan dan perlu adanya koordinasi bersama untuk dapat mengembangkan pariwisata. Dengan perkembangan suatu daerah menjadi daerah wisata ,berkembang pula peluang-peluang bisnis dari yang kecil sampai besar. Tentunya peluang itu cepat atau lambat akan terisi Salah satu kekayaan alam yang menjadi daya tarik di Kabupaten Karanganyar adalah potensi ekowisata yang ada di Desa Berjo. Desa tersebut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
mempunyai keindahan alam yang sangat luar biasa yang menjadikan daya tarik wisatawan untuk datang dan menikmati keindahan serta melepas kepenatan dari rutinitas sehari-hari. Diantara obyek wisata yang ada di Desa Berjo adalah Air Terjun Jumog yaitu air terjun yang memiliki ketinggian 40 m terletak di sebelah selatan Candi Sukuh tersebut memiliki panorama alam yang sangat luar biasa serta alam yang masih natural. Selain itu Desa Berjo juga mempunyai kekayaan alam yang lain yaitu Candi planggatan yang merupakan warisan budaya yang tak ternilai harganya.Ada juga Candi Sukuh. Candi Hindu ini berada pada ketinggian 910 mdpl yang berbentuk piramida yang dapat dinaiki hingga puncak candi. Candi yang dibangun sebagai tempat pemujaan ritual keagamaan saat ini lebih berfungsi sebagai tempat meditasi dan sesaji yang dianggap sakral. Kekhasannya adalah berada di tengah suasana desa serta dilatarbelakangi hutan pinus menjadikan tempat ini mempunyai daya tarik perpaduan kekayaan budaya dan kekayaan alami Indonesia. Di atas Candi Sukuh, terdapat Taman Hutan Rakyat ( TAHURA) yaitu wisata yang menyajikan keindahan serta kealamian alam yang sangat menantang untuk dijelajahi. Yang tidak kalah indah dan eksotik dari Desa Berjo adalah mulai dikembangkannya potensi wisata Telaga Madigda. Telaga ini mempunyai kealamian yang masih terjaga, sehingga obyek wisata ini sangat potensial untuk dikembangkan. Dalam pengembangan suatu daerah untuk menjadi suatu daerah tujuan wisata, agar dapat menarik untuk dikunjungi harus memenuhi syarat yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
1. Daerah tersebut harus memiliki apa yang disebut sebagai : “something to see”. Artinya di tempat tersebut harus memiliki obyek wisata,yang berbeda dengan apa yang dimiliki oleh daerah lain. 2. Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah ”something to do”. Artinya di tempat tesebut setiap banyak yang dapat dilihat dan disaksikan harus pula disediakan fasilitas rekreasi yang dapat membuat mereka tinggal lebih lama di tempat itu. 3. Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut ”something to buy”. Artinya
ditempat
tersebut
harus
ada
fasilitas-fasilitas
untuk
berbelanja(shooping), terutama barang-barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke tempat asal masingmasing (Yoeti, 1996: 177-178) Kalau melihat kerangka tersebut, sebenarnya penduduk setempat adalah pihak yang paling memahami dan untuk mengembangkan pariwisata di Desa nya. Pemberdayaan masyarakat dapat ditempuh dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada mereka (penduduk desa) sebagai subyek pembangunan untuk mengelola dirinya dengan SDA, SDM serta perangkat kelengkapan yang dimilikinya untuk kesejahteraan bersama (Demartoto,2009 : 125-126). Karena masyarakat setempat paling mengenal daerahnya dan sejarah yang terkandung dalam obyek wisata tersebut. Selain itu dengan lahan yang dimiliki penduduk setempat akan lebih memudahkan dalam melakukan pengembangan obyek wisata. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
Dalam pengembangan ekowisata di Kabupaten Karangayar ini penulis tertarik dengan pola masyarakat dalam pengembangan Desa Berjo karena potensi ekowisata di Desa Berjo ini sangat potensial untuk lebih dikembangkan, dan penulis ingin melihat secara jelas sejauh apa partisipasi masyarakat dalam pengembangan potensi ekowisata yang sudah berjalan ataupun yang masih dalam tahap pengembangan di Desa Berjo.
B. RUMUSAN MASALAH Dari latar belakang masalah diatas maka masalah pokok yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah “ Bagaimanakah pola pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar”.
C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tujuan Operasional a. Untuk mengetahui potensi ekowisata di Desa Berjo antara lain, kekayaan alam, kekayaan budaya lokal, aksesibilitas, sarana dan prasarana serta keterlibatan masyarakat yang ada di Desa Berjo dalam pengembangan ekowisata. b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pengembangan ekowisata di Desa Berjo. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
c. Untuk mengetahui pola masyarakat desa Berjo dalam kaitannya dengan pengembangan ekowisata. 2. Tujuan Fungsional Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai tambahan dan bahan masukan bagi masyarakat setempat, dinas terkait dan instansiinstansi yang terlibat dalam pengembangan ekowisata di Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar 3. Tujuan Individual Untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan guna mencapai gelar kesarjanaan Strata 1 (S1).
D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak yang terkait di dalam pengembangan ekowisata di Desa Berjo serta penduduk setempat. Manfaat penting lainnya adalah, penelitian ini diharapkan bisa membuka perspektif yang luas bagi para peneliti kualitatif, sebagai acuan tambahan bagi penelitian sejenis berikutnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
E. TINJAUAN PUSTAKA 1. LANDASAN TEORI Sosiologi
adalah
ilmu
yang
mempunyai
keragaman
dalam
pemikirannya. Pendekatan pakar sosiologi tentang pokok-pokok pikiran dalam ilmu sosiologi dalam perkembangannya melahirkan beberapa macam teori dan tergambarkan dalam berbagai paradigma. Menurut Ritzer ilmu sosiologi terdiri atas tiga paradigma yaitu paradigma fakta sosial, \paradigma definisi sosial, dan paradigma perilaku sosial. Dalam penelitian ini penulis menggunakan paradigma definisi sosial. (social action). Max Weber mengartikan sosiologi sebagai studi tentang tindakan sosial antar hubungan sosial. Tindakan sosial adalah tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. (Ritzer, 2004: 38). Berbalik dengan konsep tindakan sosial antar hubungan sosial tersebut, Weber mengemukakan lima ciri pokok yang menjadi sasaran dalam penelitian sosiologi yaitu: a. Tindakan manusia yang menurut si aktor mengandung makna yang subyektif ini meliputi tindakan nyata. b. Tindakan yang nyata dan bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat subyektif. c. Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam-diam. d. Tindakan ini diarahkan pada seseorang atau beberapa individu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
e. Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah pada orang lain. Menurut Weber, atas dasar rasionalitas, maka Weber secara garis besar menggolongkan tindakan sosial menjadi beberapa perbedaan yaitu: a. Zwerk rational yaitu tindakan sosial murni. Aktor tidak hanya sekedar menilai cara yang terbaik untuk mencapai tujuannya tetapi juga menentukan nilai dari tujuan itu sendiri. b. Werkrational action yaitu tindakan aktor tidak dapat dinilai apakah cara-cara yang dipilihnya itu merupakan yang paling tepat ataukah lebih tepat untuk mencapai yang lain. c. Affectual action yaitu tindakan yang dibuat-buat, dipengaruhi oleh perasaan emosi dan kepura-puraan si aktor. Tindakan aktor kurang dipahami dan tidak rasional. d. Traditional action atau tindakan tradisional.tindakan ini didasari atas kebiasaan-kebiasaan dalam mengerjakan sesuatu dimasa lalu saja. (Ritzer, 2004: 40-41) Di dalam paradigma definisi sosial terdapat tiga teori, yaitu teori aksi (Action theory), Interaksionisme simbolik (Simbolic interactionism), dan fenomenologi (Phenomenology). Selain Weber, tokoh lain yang ada dalam teori ini adalah Talcott Parsons. Dia adalah pengikut Weber yang utama. Teori Aksi yang dikembangkannya mendapat sambutan luas. Parsons seperti pengikut Teori aksi yang lainnya menginginkan pemisahan antara Teori Aksi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
dengan
digilib.uns.ac.id 9
aliran behaviorisme. Dipilihnya istilah “action” bukan
“behavior” secara tidak langsung menyatakan kesesuaian secara mekanik antara perilaku (respons) dengan rangsangan dari luar (stimulus). Sedangkan istilah “action”
menyatakan secara tidak langsung suatu
aktivitas, kreatifitas dan proses penghayatan diri individu. Parsons dengan hati-hati sekali membedakan antara Teori Aksi dengan Teori Behavior atau perilaku. Menurutnya suatu teori yang menghilangkan sifat-sifat kemanusiaan dan mengabaikan aspek subyektif tindakan manusia tidak termasuk ke dalam Teori Aksi. Behaviorisme menurut Parsons adalah seperti itu. Dari semula Parsons menjelaskan bahwa Teori Aksi tidak dapat menerangkan keseluruhan aspek kehidupan sosial. Walaupun Teori Aksi berurusan dengan unsur-unsur yang paling mendasar dari kehidupan sosial namun ia mengakui bahwa unsur-unsur mendasar itu tidaklah berurusan dengan keseluruhan struktur sosial (Ritzer, 2004 : 48). Parsons menyusun skema unit-unit dasar tindakan sosial dengan karakteristik sebagai berikut : a. Adanya individu selaku aktor. b. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan-tujuan tertentu. c. Aktor mempunyai alternatif cara, alat serta teknik untuk mencapai tujuannya. d. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan. Kendala tersebut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
berupa situasi dan kondisi, sebagian ada yang tidak dapat dikendalikan oleh individu. e. Aktor berada dibawah kendali dari nilai-nilai, norma-norma dan berbagai ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan menentukan tujuan serta tindakan alternatif untuk mencapai tujuan. Aktor mengejar tujuan dalam situasi dimana norma-norma mengarahkan pada pemilihan alternatif cara dan alat untuk mencapai tujuan. Pemilihan terhadap cara dan alat ini ditentukan oleh kemampuan
aktor
dalam
memilih,
kemampuan
itu
disebut
voluntarism. Di sini aktor mempunyai kemampuan bebas dalam menilai dan memilih alternatif tindakan walaupun disini juga dibatasi oleh tujuan yang hendak dicapai,kondisi dan norma serta situasi yang penting lainnya. Teori-teori diatas dapat dijadikan dasar untuk menganalisa sejauh mana pola masyarakat Desa Berjo dalam mengembangankan ekowisata didesanya
dan
sesuatu
yang
mempengaruhi
masyarakat
dalam
mengembangkan ekowisata tersebut. Dalam pengembangan ekowisata ini ditekankan pada partisipasi masyarakat setempat untuk bisa lebih mandiri, kreatif dan terampil dalam mengembangkan potensi ekowisata yang ada di desa mereka.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
2. KONSEP YANG DIGUNAKAN Adapun konsep-konsep yang ada dalam penelitian ini adalah: a. Pengembangan Pariwisata Pengertian pengembangan menurut J.S. Badudu dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah hal, cara, atau hasil kerja mengembangkan. Sedangkan mengembangkan berarti membuka, memajukan, membuat jadi maju dan bertambah baik. Sehingga dapat diartikan bahwa yang dimaksud dengan pengembangan adalah usaha untuk memajukan suatu obyek atau hal agar menjadi lebih baik dan mempunyai hasil guna bagi kepentingan bersama. Pengembangan pariwisata adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan berencana untuk memperbaiki obyek yang sedang dipasarkan, pengembangan pariwisata tersebut meliputi perbaikan obyek dan pelayanan kepada wisatawan semenjak berangkat dari tempat tinggalnya menuju tempat tujuan hingga kembali ke tempat semula (Yoeti, 1982: 52). Pengembangan pariwisata di suatu daerah pada umumnya didasarkan pada pola perencanaan pembangunan. Oleh karena itu konsep pembangunan kepariwisataan harus menjadi pertimbangan utama. Untuk lebih jelasnya, sesuai dengan Instruksi Presiden No. 9 Tahun 1969 dikatakan dalam Pasal 2, bahwa tujuan pengembangan kepariwisataan adalah sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
a. Meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan negara serta masyarakat pada umumnya, perluasan kesempatan serta lapangan kerja dan mendorong kegiatan-kegiatan industri penunjang dan industri sampingan lainnya. b. Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan Indonesia. c. Meningkatkan
persaudaraan/persahabatan
nasional
dan
internasional. (Yoeti, 1997: 42). Dalam
Jurnal
Internasional,
penelitian
mengenai
pengembangan pariwisata pernah dilakukan oleh Anne Torn, Anne Tolvanen, Pirkko Siikamaki, Pekka Kaupilla dan Jussi Ramet (2007). Penelitian tersebut berjudul “Local People, Natural Conservation, and Tourism in Northestern Finland (Penduduk Lokal, Konservasi Alam dan Pariwisata di Finlandia Timur)”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk meneliti apakah pendapatan dari penduduk lokal, konservasi alam dan pengembangan pariwisata dipengaruhi oleh faktor sosio ekonomi dan demografi. Data dikumpulkan melalui sebuah survey atas penduduk lokal mengenai konservasi alam dan pengembangan pariwisata alam tergantung pada latar belakang dan nilai-nilai sosio demografi. Ketika pemilik modal memberikan kesempatan kepada penduduk lokal untuk ikut serta dalam proses perencanaan sejak awal, mereka akan mempunyai pandangan dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
pendapat yang positif tentang pengembangan di daerah mereka dibandingkan dengan penduduk yang tidak ikut dalam proses perencanaan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa masyarakat di negara berkembang mempunyai perhatian dan keluhan tentang konservasi alam dan pengembangan pariwisata. Pendapat negatif dan kurangnya komitmen dari penduduk lokal terhadap proses perencanaan kemungkinan dapat menyebabkan gangguan terhadap konservasi alam dan pengembangan pariwisata di daerah tersebut. Pendapat dari penduduk lokal seharusnya merupakan komponen yang penting dalam perencanaan pariwisata, tetapi masih terdapat masalah mengenai bagaimana caranya untuk membuat semua pemilik modal terlibat. Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan pariwisata adalah kegiatan atau tindakan yang merupakan upaya untuk lebih meningkatkan nilai serta manfaat obyek wisata yang dikelola. b. Ekowisata Dalam hal definisi ekowisata atau wisata ekologi masih terdapat perbedaan dalam pengertian dan persepsinya. Berbagai pengamat mengartikan sebagai kegiatan wisata yang hanya dilakukan di kawasan-kawasan yang dilindungi saja, atau dilakukan di kawasan yang relatif masih alami. Di samping itu terdapat pandangan yang bersifat ekosentris yakni dimaksudkan untuk menunjang pelestarian sumber daya alam maupun budaya. Definisi operasional wisata alam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
(naturebased tourism) tidak dapat diartikan secara langsung sebagai ekowisata, meskipun wisata alam mempunyai sisi strategis sebagai entry point untuk memahami ekowisata. Etin Supriatin dalam tulisannya berjudul “Ada Lima Unsur Dalam Pengelolaan Ekowisata” yang dimuat dalam Berita Wisata tanggal 21 Oktober 1997 dalam Oka A. Yoeti (2000: 31) mengambil batasan tentang ekowisata dari (Ecotourism Society) sebagai berikut: “Purposeful travel to natural area to understand the culture and natural history of the environment, taking care not to alter the integrity of the ecosystem, while producing economic opportunities that make the conservation of natural beneficial to local people”. Secara bebas batasan itu dapat diartikan sebagai berikut: “Ekowisata merupakan suatu jenis pariwisata yang kegiatannya semata-mata menikmati aktivitas yang berkaitan dengan lingkungan alam dengan segala bentuk kehidupan dalam kondisi apa adanya dan berkecenderungan sebagai ajang atau sarana lingkungan bagi wisatawan dengan melibatkan masyarakat di sekitar kawasan proyek wisata”. Definisi di atas secara eksplisit dinyatakan bahwa fokus dari ekowisata lebih diarahkan untuk kawasan-kawasan alam seperti peninggalan sejarah dan arkeologis, perlindungan satwa liar seperti kawasan pengamat burung-burung. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun pada hakekatnya pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural area), memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat. Jadi bentuk ekowisata pada dasarnya merupakan bentuk gerakan konservasi yang dilakukan oleh penduduk dunia. Di samping itu berkembangnya ekowisata yang berbasis masyarakat menawarkan pembangunan ekologi yang berkelanjutan dan juga peningkatan hubungan sosial, ekonomi, politik dari masyarakat daerah setempat. Kalau dilihat dari batasan-batasan yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan suatu batasan yang lebih sederhana, yaitu: ekowisata adalah suatu jenis pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan aktivitas melihat, menyaksikan, mempelajari, mengagumi alam, flora dan fauna, sosial-budaya, etnis setempat, dan wisatawan yang melakukannya ikut membina kelestarian lingkungan alam di sekitarnya dengan melibatkan penduduk lokal. Semakin populernya kegiatan ekowisata dan sumbangansumbangan penting mendorong
PBB
yang diberikan bagi aktivitas konservasi lewan
Badan
Lingkungan
Hidup
(UNEP)
menetapkan tahun 2002 sebagai International Year of Ecotourism. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
Dari definisi tentang ekowisata di atas dapat disarikan bahwa terdapat unsur-unsur pokok yang mendasar dalam aktivitas ekowisata yaitu: a. Perjalanan ke kawasan alamiah Kawasan alamiah yang dimaksud adalah kawasan dengan kekayaan hayati dan bentang alam yang indah, unik, dan kaya. Kawasan ini dapat berupa taman nasional, cagar alam, suaka margasatwa, tanam hutan rakyat, taman laut, dan kawasan lindung lainnya. b. Dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan rendah Dampak yang ditimbulkan harus ditekan sekecil mungkin. Dampak dapat dihasilkan dari pengelola wisata, wisatawan, penginapan, dan sebagainya. Semua pihak dituntut untuk meminimalkan dampak yang mempunyai peluang, menyebabkan pencemaran dan penurunan mutu habitan atau destinasi wisata. c. Membangun kepedulian terhadap lingkungan Tujuan aktivitas ini pada dasarnya untuk mempromosikan kekayaan hayati di habitat aslinya dan melakukan pendidikan konservasi secara langsung. Seringkali kesadaran terhadap lingkungan hidup akan mudah dimunculkan pada pelajaranpelajaran di luar kelas, karena sentuhan-sentuhan emosional yang langsung dapat dirasakan. Dengan demikian, usaha ekowisata harus mampu membawa seluruh pihak yang terlibat dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
ekowisata mempunyai kepedulian terhadap konservasi lingkungan hidup. d. Memberikan dampak keuntungan ekonomi secara langsung bagi konservasi Dalam hal ini, ekowisata dengan sebuah mekanisme tertentu
harus
mampu
menyumbangkan
aliran
dana
dari
penyelenggaranya untuk melakukan konservasi habitat. Sebagai contoh di Griya SUA Bali salah satu bentuk ekowisata dimana semua turis yang tinggal di situ wajib menyumbangkan paling sedikit 1 dolar untuk kegiatan masyarakat sekitar dan pemeliharaan pura. e. Memberikan dampak keuangan dan pemberdayaan masyarakat lokal Masyarakat lokal harus mendapatkan manfaat dari aktivitas wisata yang dikembangkan, seperti sanitasi, pendidikan, perbaikan ekonomi, dan dampak-dampak lainnya. Unit-unit bisnis pendukung wisata seperti pusat penjualan cinderamata, usaha penginapan harus dikendalikan oleh masyarakat lokal. Hal ini untuk menjamin keiikutsertaan masyarakat lokal dalam pertumbuhan ekonomi setempat, karena aktivitas wisata. f. Adanya penghargaan terhadap budaya setempat Budaya masyarakat lokal, biasanya unik bagi wisatawan dan menjadi bagian dari atraksi wisata. Budaya ini telah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
berkembang dalam jangka waktu yang lama sebagai bagian dari strategi
masyarakat
lokal
untuk
hidup
dalam
lingkungan
sekitarnya. Budaya itu harus mendapatkan penghargaan dan pelestarian, agar kontribusinya bagi konservasi kawasan tetap memainkan peran. Harus diakui bahwa masyarakat lokal dengan budayanya, lebih mengetahui cara berinteraksi dan memanfaatkan sumber daya sekitarnya secara bijaksana dan lestari daripada pengambil keputusan, yang tinggal jauh dari kawasan hutan. g. Mendukung Hak Asasi Manusia dan Gerakan Demokrasi Pada dasarnya penduduk setempat merupakan masyarakat yang selama bertahun-tahun telah berinteraksi dengan lingkungan sekitar daerah tujuan wisata. Beberapa kelompok masyarakat secara tradisional masih tergantung kepada sumber daya hutan, pesisir, dan laut. Oleh karena itu, penetapan kawasan lindung tidak semata-mata “memagari kawasan dari pengaruh manusia”. Karena secara de facto, masyarakat sekitar mempunyai kekuatan untuk tetap memasuki kawasan dan menggunakan sumber daya alam. Oleh karena itu, melakukan sebuah regulasi dan diskusi-diskusi dengan masyarakat untuk menjamin pemanfaatan secara adil menjadi parameter yang tepat dan berguna untuk menilai keberhasilan ekowisata
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
c. Masyarakat Individu adalah bagian terkecil dari masyarakat. Sedangkan masyarakat sendiri memiliki beberapa definisi. Masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dan wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok dan penggolongan dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini kita namakan masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu berubah. Menurut Ralph Linton dalam buku The Study of Man (1936: 91), masyarakat merupakan suatu kelompok manusia yang hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dalam kuliah-kuliah Pengantar Sosiologi pada Fakultas Hukum dan Fakultas IPK UI tahun ajaran 1968, masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Sedangkan unsur-unsur dari masyarakat sendiri meliputi: 1) Manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tidak ada ukuran yang mutlak/angka yang pasti yang menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi secara teoritis angka minimnya adalah 2 (dua) orang yang hidup bersama. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
2) Bercampur aduk waktu yang lama. Dengan berkumpulnya manusia, maka akan timbul manusia-manusia baru melalui pemikiran-pemikiran. 3) Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan. 4) Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap angota kelompok merasa dirinya terikat satu sama lain. Dengan demikian, maka setiap masyarakat mempunyai komponen-komponen dasar, yaitu: 1. Populasi, yakni warga suatu masyarakat yang dilihat dari sudut pandang kolektif. Secara sosiologis, maka aspek-aspek sosiologis yang perlu dipertimbangkan yaitu Aspek-aspek genetik yang konstan diantaranya: 1) Variabel-variabel genetik 2) Variabel-variabel demografis 2. Kebudayaan yakni hasil karya, cipta karsa dari kehidupan bersama mencakup sistem lambang-lambang, dan informasi 3. Hasil-hasil kebudayaan material 4. Organisasi sosial, yakni jaringan hubungan antara warga-warga masyarakat yang bersangkutan, yang antara lain mencakup: a. Warga masyarakat secara individual b. Peranan-peranan c. Kelompok-kelompok sosial commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
d. Kelas-kelas sosial e. Lembaga-lembaga sosial dan sistemnya (Soekanto, 1990: 2021). Jadi masyarakat adalah suatu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang meliputi populasi, kebudayaan, hasil-hasil kebudayaan material, organisasi sosial serta lembaga-lembaga sosial dan sistemnya, dimana mempunyai suatu tujuan bersama dan tinggal dalam satu kawasan yang sama pula.
3. PENELITIAN TERKAIT TENTANG EKOWISATA a. Potensi Ekowisata Kawasan Karst Gunungkidul Penelitian mengenai ekoweisata pernah dilakukan Haerudin (2006) yang meneliti potensi yang dimiliki kawasan karst Gunungkidul yang mendukung untuk mengembangkan ekowisata. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan analisis kualitatif. Namun demikian, penelitian ini hanya untuk menggali potensi yang ada di dalam kawasan karst Gunumhkidul, tanpa meneliti kemampuan mayarakat setempat untuk berpartisipasi dalam pengembangan ekowisata. ( Haerudin, 2006 ) b. Research on Cmmunity Participation in Environmental management of Ecotorism Ecological environment is the material base of the development of ecotourism. The ecotourism cannot develop wellwithout high quali ecotourism environment. The goal of ecotourism development is to commit to user which is also the essential protect ecological environment,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
characteristic of ecotourism different from other kind of tourism. This paper tries to discuss the community participation in environmental management of ecotourism, aims to improve the awareness of participation and environmental protection among community residents and, to establish the mechanism of community participation in environmental management of ecotourism. In this way, can the community residents be benefit from ecotourism; and at the same time, the communities provide strong motive to protect the resources and environment of ecotourism well. ( Hongshu Wang & Min Tong School of Economics & Management Northeast Forestry University, China). www.ccsenet,org/journal.html Hongshu Wang & Min Tong (2009) dalam penelitiannya menjelaskan Lingkungan ekologi adalah bahan dasar pengembangan ekowisata. ekowisata tidak dapat berkembang dengan baik tanpa kualitas
lingkungan
ekowisata
tinggi.
Tujuan
pengembangan
ekowisata adalah untuk melindungi lingkungan ekologi, yang juga merupakan karakteristik penting dari ekowisata yang berbeda dari jenis lain pariwisata. Hongsu Wang mencoba membahas partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan ekowisata, bertujuanuntuk meningkatkan kesadaran partisipasi dan perlindungan lingkungan antara warga masyarakat dan, untuk mendirikan mekanisme komunitas partisipasi dalam pengelolaan lingkungan ekowisata. Dengan cara ini, bisa warga masyarakat akan manfaat dari ekowisata, dan pada saat yang sama, masyarakat memberikan motif yang kuat untuk melindungi sumber daya dan lingkungan ekowisata baik c. Ecotorism: A Consumption Perspective Over the last quarter century, both the supply of and demand for ecotourism have grown significantly. At the same time, ecotourism has, as a particular form of tourism development, become increasingly commit to recognised and legitimised as user a means of achieving sustainable
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
development in destination areas. Underpinning this wide-spread support for ecotourism is the assumption that tourists themselves are demanding more responsible, environmentally-appropriate forms of tourism yet, as this paper argues, there is little evidence to suggest that the growth in ecotourism has been demand led. Emphasising the key role of responsible behaviour on the part of tourists in the achievement of ecotourism, the paper highlights the characteristics of the ecotourist as compared to that of the mass tourist. These are then challenged by an exploration of the motivation, values and consumption practices of tourists which suggests that there is little distinction between the two. It concludes, therefore, I that the ecotourist label has become increasingly irrelevant and that ecotourism development remains elusive (Sharpley, R, 2006).www.uclan.ac.uk Sharpley, R (2006) menjelaskan bahwa Selama seperempat abad terakhir ekowisata telah tumbuh secara signifikan. Pada saat yang sama, ekowisata sebagai bentuk khusus dari pengembangan pariwisata, menjadi semakin diakui dan disahkan sebagai alat untuk mencapai pembangunan berkelanjutan di daerah tujuan. Ini mendasari dukungan nyata bahwa wisatawan dituntut lebih bertanggung jawab kepada alam
F. KERANGKA BERFIKIR Berdasarkan unit-unit dasar tindakan sosial seperti yang dikemukakan oleh Parsons, bahwa keterlibatan tiap individu sangat mendukung dalam pembangunan ekowisata Munculnya Pola pengembangan sebenarnya tergantung dari respon dan konsep seseorang mengenai suatu hal, sedangkan reaksi merupakan tingkah laku sebagai akibat dari stimulus sosial (gejala social) yang berupa perubahan nilai yang timbul ditengah-tengah masyarakat. Dalam hal ini nilai yang muncul tersebut menentukan respon yang diambil sebagai landasan pokok commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
perbuatan atau tindakan. Konsep respon berkaitan sekali dengan sikap dan ilmu psikologi yang terutama memfokuskan kepada kebudayaan yang merupakan lingkungan dari invidu tetsebut. Setiap kegiatan pembangunan dan pengembangan, keterlibatan masyarakat merupakan salah satu syarat mutlak dari suksesnya kegiatan tersebut. Masyarakat dianggap pihak yang paling mengetahui seluk-beluk dari pariwisata tersebut. Keterlibatan masyarakat dalam program pengembangan obyek wisata merupakan suatu bentuk pola perilaku masyarakat dalam setiap tahap kegiatan yang meliputi proses pembentukan keputusan, pelaksanaan program maupun pemanfaatan hasil-hasil dalam suatu program. Dengan ciri masyarakat desa biasanya digambarkan sebagai masyarakat yang tenang dan tentram serta konservatif dan kurang adaptif terhadap perubahan, maka pola masyarakat dalam pengembangan ekowisata di Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar perlu bekerjasama dengan pemerintah, dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karanganyar, Dinas Peerjaan Umum, dan Dinas Perindustrian. Akan tetapi kerjasama saja tidak cukup, perlu pengetahuan yang cukup bagi masyarakat dalam pengembangan potensi ekowisata di Desa Berjo. Karena
pengetahuan
adalah
dasar
mereka
dalam
bertindak
guna
pengembangan obyek wisata. Sehingga pengetahuan merupakan dasar dalam pencapaian tujuan, yakni pengembangan obyek wisata. Setelah itu, ketika masyarakat
sudah
mengetahui
seluk
beluk
commit to user
tentang
pariwisata
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
pengembangannya, maka mereka baru melakukan tindakan dengan mengacu pada pengetahuan yang mereka dapat dan hasilnya tujuan akan tercapai. Pola pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Desa Berjo berawal dari mengetahui potensi-potensi yang terkandung didalam pariwisata tersebut, kemudian pola pengembangan ekowisata dapat dikelompokkan kedalam tiga tahapan partisipasi yaitu pengembangan mereka dalam perencanaan (Idea Planing Stage). Pola masyarakat dalam perencanaan pengembangan ekowisata di Desa Berjo perlu ditumbuhkan dengan dibukanya perkumpulan
yang
memungkinkan
masyarakat
Desa
Berjo
untuk
berpastisiapasi langsung dalam program-program pembangunan di wilayah setempat. Tahap kedua adalah dalam pelaksanaan (Implementation Stage). Pola masyarakat dalam pelaksanaan pengembangan ekowisata adalah sebagai pemerataan sumbangan masyarakat dalam bentuk tenaga, uang, waktu, dan lain sebagainya. Secara fisik partisipasi masyarakat dapat dilihat dengan dibangunnya warung, homestay dan fasilitas lain. Pola masyarakat dalam pemanfaatan (Utilization). Pola pengembangan dalam pemanfaatan adalah memetik hasil ataupun memanfaatkan hasil pengembangan ekowisata tersebut. Pengembangan sesungguhnya
ekowisata
merupakan
syarat
berbasis utama
masyarakat
dalam
penyelenggaraan
arti
wisata.
Mengembangkan ekowisata seharusnya dipahami bukan saja sebagai menjalankan kewajiban tetapi juga memperoleh hak. Dengan kata lain ada korelasi keduanya. Dengan hal itu pengembangan ekowisata di Desa Berjo commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
dapat berkembang dan terjaga keasliannya serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Pola pengembangan ekowisata berbasis masyarakat dapat digambarkan sebagai berikut. Bagan 1 Pola Pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Desa Berjo
Potensi ekowisata
Perencanaan pengembangan ekowisata
Pelaksanaan pengembangan ekowisata Faktor Pendorong dan penghambat pengembangan ekowisata
Pemanfaatan pengembangan ekowisata
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
G. DEFINISI KONSEPTUAL Suatu konsep menyatakan suatu abstraksi yang dibentuk oleh generalisasi dari hal-hal khusus. Karena proses pembentukannya melalui proses abstraksi (mengabstrakkan hal-hal empiris) dan generalisasi (menarik kesimpulan dari hal-hal yang khusus) dengan demikian maka konsep bersifat umum. Konsep pada hakekatnya adalah suatu istilah yang mengandung pengertian tertentu yang membedakan pengertian yang satu dengan yang lain. Suatu konsep memerlukan definisi sehingga antara satu orang dengan yang lainnya tidak salah arti dengan konsep yang lainnya (Slamet, 2006 : 28). 1. Pengembangan Pariwisata Pengembangan Pariwisata adalah kegiatan atau tindakan yang merupakan upaya untuk lebih meningkatkan nilai serta manfaat obyek wisata yang dikelola. 2. Ekowisata Ekowisata adalah bentuk kegiatan pariwisata yang bertumpu pada lingkungan, serta kebudayaan dan bermanfaat secara ekologi, sosial, dan ekonomi bagi masyarakat lokal serta bagi kelestarian sumberdaya alam dan pemanfaatan yang berkelanjutan. 3. Masyarakat Masyarakat yaitu sebuah sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang meliputi populasi,kebudayaan, hasil-hasil kebudayaan material, organisasi sosial, serta lembaga-lembaga sosial dan sistemnya, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
dimana mempunyai suatu tujuan bersama dan tinggal dalam satu kawasan yang sama pula.
H. METODE PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Karanganyar merupakan kabupaten yang mempunyai keindahan alam yang sangat potensial untuk lebih dikembangkan wisata alamnya,salah satunya yaitu di Desa Berjo yang memiliki kondisi alam yang masih terjaga. 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, karena penulis merasa cocok dengan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif bermaksud untuk memberikan uraian mengenai suatu gejala sosial yang diteliti. Peneliti mendeskripsikan suatu gejala berdasarkan indikator-indikator yang dijadikan dasar dari ada tidaknya suatu gejala yang diteliti. 3. Sumber Data Analisa data yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari : a. Data Primer Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber pertama, yaitu Kepala Desa Berjo, masyarakat desa, wisatawan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
pengunjung wisata di Desa Berjo, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karanganyar. b. Data Sekunder Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh, melalui studi kepustakaan yaitu dari buku atau karya ilmiah, makalah serta arsip dan dokumen resmi. 4. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri – cirinya dapat diduga. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. b. Sampel Dalam logika penelitian kualitatif sampel yang diambil tidak mewakili populasi, tapi mewakili informasinya. Pada penelitian ini sampel yang diambil akan menyesuaikan dengan kebutuhan lapangan. Dalam pemilihan sampel yang lebih diutamakan adalah bagaimana menentukan sampel yang sevariatif mungkin dan berikutnya dapat dipilih untuk memperluas informasi yang telah diperoleh terlebih dahulu sehingga dapat dipertentangkan. Dengan demikian dapat mengisi kesenjangan informasi. Dalam penelitian ini sampel yang dianggap masyarakat
mewakili Desa
informasinya adalah Kepala Desa Berjo, wisatawan, commit to user
baik
domestik
Berjo, maupun
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
mancanegara yang berkunjung ke wisata di Desa Berjo dan DISBUDPAR Kabupaten Karanganyar 5. Teknik Sampling Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Hal ini dilakukan guna mendapatkan data yang tepat sasaran. ( Slamet, 2006 : 60 ). 6. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah : a. Teknik Observasi Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data dengan pengamatan dan pencatatan suatu obyek dari fenomena yang diselidiki. Observasi dapat dilakukan sesaat ataupun mungkin dapat diulang. Observasi
ini
mengarahkan
dilakukan peneliti
secara
untuk
informal
mendapatkan
sehingga sebanyak
mampu mungkin
informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian. b. Teknik Wawancara Mendalam ( indepth interview ) Teknik
wawancara
adalah
teknik
yang
dipakai
untuk
memperoleh informasi melalui percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancara ( interviewee)
yang
memberikan
jawaban
atas
pertanyaan
itu.
Wawancara mendalam mengarah pada kedalaman informasi, guna commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
menggali pandangan subjek yang diteliti tentang fokus penelitian yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian informasinya secra lebih jauh dan mendalam. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah penelitian terhadap benda-benda tertulis atau dokumen, digunakan untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penelitian. Penggunaan dokumentasi ini sebagai upaya untuk menunjang data-data yang telah didapatkan melalui observasi dan wawancara. 7. Validitas Data Untuk
menguji
keabsahan
data
yang
terkumpul,
perlu
menggunakan teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang diluar data itu. Teknik triangulasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber yaitu melakukan pengecekan dan pembandingan terhadap derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal ini dapat dicapai dengan jalan : a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi. c. Membandingkan apa yang dikatakan orang dengan situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat
dan
pandangan
orang
seperti
rakyat,
orang
yang
berpendidikan menengah, orang berada, orang pemerintahan dan sebagainya. e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan. ( Moleong, 2005 : 178 ). 8. Teknik Analisa Data Teknik analisa data yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data model interaktif, yang terdiri dari tiga komponen analisis, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. a. Reduksi Data Merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, proses ini
berlangsung
secara
terus-menerus
sepanjang
pelaksanaan
penelitian, yang dimulai sebelum pengumpulan data dilakukan. Data reduksi dimulai sejak peneliti mengambil keputusan dalm memilih kasus, pertanyaan yang diajukan, dan tentang cara pengumpulan data yang dipakai. b. Penyajian Data Kegiatan merakit informasi atau pengorganisasian data serta menyajikan dalam bentuk cerita agar dapat diambil suatu kesimpulan. c. Penarikan Kesimpulan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
Yaitu menarik kesimpulan dari hasil penelitian. Yang mana kesimpulan masih besifat sementara sampai penelitian berakhir baru dapat diambil kesimpulan yang sesungguhnya.(Sutopo, 2002 : 96 ).
Bagan 1 Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif Pengumpulan Data
Sajian Reduksi
Data
data
Penarikan simpulan/ verifikasi
(Sumber: Sutopo, 2002 : 187)
commit to user
34
BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanaan di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Karanganyar. Desa Berjo adalah salah satu tujuan wisata yang unik di Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar. Dalam banyak hal desa ini memiliki berbagai keistimewaan yang tidak dimiliki oleh desa-desa lain. Desa ini memiliki panorama alam yang begitu indah, beberapa situs peninggalan sejarah, dan tentunya keramahtamahan penduduk. Selain itu desa Berjo juga telah dilengkapi dengan fasilitasfasilitas yang dibutuhkan oleh wisatawan. Dalam Bab II ini penulis akan menyajikan beberapa hal yang berkaitan dengan Desa Berjo. A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Berjo Desa merupakan perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dengan lingkungannya. Hasil dari perpaduan tersebut adalah suatu wujud yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomi, dan kultural yang saling berinteraksi dan berhubungan satu dengan yang lainnya. Tiga elemen yang mendasari terbentuknya desa serta mempunyai arti penting bagi kelangsungan dan kemajuan desa adalah terdapatnya daerah atau lokasi pemukiman, penduduk yang menempati lokasi tersebut serta tata kehidupan masyarakat secara tidak tertulis maupun oleh pemeirntah resmi menurut Undang-Undang Negara yang sah. Letak desa yang strategis serta berbatasan dengan daerah lainnya akan menyebabkan terjadinya interaksi sosial
commit to user
35
antara masyarakat desa. Lingkungan perkotaan juga memberi pengaruh khususnya terhadap perkembangan bidang ekonomi bagi lingkungan desa terdekat. Modal dasar pembangunan dan kemajuan desa dapat dilihat dari kualitas perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id penduduk yang menempati suatu wilayah dengan adanya rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap kemajuan daerahnya. Kualitas penduduk suatu daerah dapat diukur dari tingkat pendidikan, ekonomi, maupun tingkat pendapatan penduduk di daerah tersebut. Sedangkan untuk memperlancar jalannya pemerintahan di suatu wilayah diperlukan tata kehidupan masyarakat dan pemerintahan sebagai saluran aspirasi masyarakat bagi pembangunan daerah yang berjalan seimbang dan saling melengkapi satu dengan yang lainnya. 1. Kondisi Geografis Wilayah dan masyarakat adalah unsur penting yang harus ada dalam terbentuknya suatu negara sebagai potensi yang utama dalam pembangunan. Wilayah mempunyai peranan penting terhadap perkembangan sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan karena merupakan tempat tinggal kumpulan masyarakat suatu daerah. Desa
Berjo
secara
administratif
termasuk
wilayah
Kecamatan
Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah. Menurut topografi, Desa Berjo terletak pada dataran tinggi dengan ketinggian kurang lebih 1.000 m dari permukaan air laut. Iklim tropis dan suhu udara rata-rata yang mencapai 23OC menjadikan Desa Berjo sangat cocok sebagai daerah pertanian, baik bagi pemenuhan kebutuhan hidup setiap hari maupun dijual
commit to user
36
keluar desa untuk menambah pendapatan masyarakat dalam upaya peningkatan kesejahteraan hidup. Selain sebagai daerah pertanian Desa Berjo juga memiliki potensi sebagai daerah tujuan wisata yang menjadi tujuan kunjungan wisata dalam maupun luar negeri. Hal ini dapat dilihat dari perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id berbagai obyek wisata yang ada di wilayah Desa Berjo antara lain: Kompleks Candi Sukuh, Telaga Mardirdo, dan Air Terjun Jumog. Berdasarkan monografi desa, letak Desa Berjo kurang lebih 16 km dari ibukota Kabupaten Karanganyar atau sekitar 37 km sebelah Timur Kota Solo. Luas wilayah Desa Berjo sekitar 1.623.865 Ha yang terbagi dalam tanah kas desa, sawah, ladang, pemukuman penduduk, jalan serta tanah yang belum dikelola. Wilayah Desa Berjo terbagi menjadi enam dusun meliputi Dusun Gandu, Berjo, Tagung, Gero, Tambak, dan Dusun Tlogo (lihat peta desa). Masing-masing dusun dipimpin oleh seorang Kepala Dusun (Kadus) yang bertugas membantu Kepala Desa dalam menjalankan fungsi pemerintahan desa serta mengatur tata tertib masyarakat bersama perangkat desa lainnya. Desa Berjo wilayahnya dibatasi oleh desa-desa disekitarnya. Adapun batas-batas Desa Berjo adalah sebagai berikut: a. Sebelah Utara dibatasi oleh Desa Girimulyo Kecamatan Ngargoyoso. b. Sebelah Selatan dibatasi oleh wilayah Tawangmangu. c. Sebelah Barat dibatasi oleh Desa Puntukrejo Kecamatan Ngargoyoso d. Sebelah Timur dibatasi oleh Hutan Lawu.
commit to user
37
Hubungan Desa Berjo dengan daerah lainnya dihubungkan dengan jalan beraspal dan cor jalan yang sudah cukup bagus. Sementara itu hubungan dengan
Kota
Karanganyar
sebagai
pusat
pemerintahan
Kabupaten
dihubungkan dengan jalur Solo – Tawangmangu yang merupakan jalan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sebagai jalur wisata yang ramai dengan tujuan berbagai obyek wisata seperti Obyek Wisata Grojogan Sewu, Balekambang, Pendakian Puncak Lawu yang berada di wilayah Tawangmangu termasuk obyek wisata Candi Sukuh, Canci Planggatan, Taman Hutan Rakyat, Grojogan Jumog, Perkebunan Teh Kemuning yang berada di wilayah Kecamatan Ngargoyoso. Kondisi jalan yang memadai sebagai sarana perhubungan sangat membantu mempermudah hubungan masyarakat Desa Berjo dengan daerah yang lainnya baik sektor perekonomian, pemerintahan, pendidikan, dan sebagainya. Kondisi jalan desa yang menghubungkan antara dusun sebagian besar merupakan jalan beraspal serta sebagian lainnya merupakan jalan yang dilakukan oleh pengecoran atas swadaya masyarakat. Hal ini memberikan kemudahan masyarakat melakukan hubungan komunikasi antar warga, serta kemudahan pemerintahan desa melakukan pembinaan terhadap warga serta masyarakat. Letak desa yang berdekatan dengan jalan raya (daerah wisata) berpengaruh terhadap perkembangan pola hidup masyarakatnya di daerah tersebut. Prasarana perhubungan berupa jalan desa yang memadai semakin mempermudah masyarakat Desa Berjo melakukan interaksi (hubungan) serta bersosialisasi dalam berbagai kegiatan desa sebagai upaya membangun
commit to user
38
kebersamaan antar warga termasuk menumbuhkan peran aktif masyarakat dalam pembangunan desanya. Tanah sebagai salah satu sumber penting bagi manusia merupakan tempat untuk tumpuan penghidupan manusia pada umumnya terutama perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan. Bagi desa yang merupakan daerah pertanian petani sangat bergantung pada kondisi kesuburan tanah untuk bercocok tanam. Desa Berjo memiliki luas tanah 1.623.865 Ha, dengan kondisi tanah yang subur. Wilayah seluas itu terdiri dari tanah sawah, pekarangan, tegalan, dan lain-lain seperti kuburan, lapangan, jalan dan saluran irigasi. Luas masing-masing areal tanah dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 1 Pembagian Tanah Menurut Kegunaan di Desa Berjo
No
Tanah
1. 2. 3. 4. 5.
Sawah dan ladang Pekarangan/bangunan Tegalan/ kebun Hutan negara Tanah keperluan sosial( masjid, sarana kesehatan, sarana sosial) Tanah keperluan umum( lapangan olahraga, pemakaman. Lain-lain (jalan, kuburan, dan lain-lain)
6.
7.
Jumlah Sumber: Monografi Desa Berjo Tahun 2010
commit to user
Luas Tanah (Ha) 20010 83,935 81,712 191,865 1236,000 5,177 91,950 25,176
13,74
1623,865
39
PETA DESA BERJO
U Dusun Gandu Dusun Tagung
perpustakaan.uns.ac.id
Dusun Berjo
KANTOR DESA BERJO
SKALA 1 : 5.000
digilib.uns.ac.id
Dusun Tambak
Dusun Gero
K ET E R A N GAN : Jalan D es a : B at as D es a : Jemba t a n
Dusun Tlogo
DESA B ER JO - KKN UGM 2006
Gambar. 1 Peta Desa Berjo
2. Kondisi Demografi Penduduk merupakan potensi pembangunan yang memegang peranan besar dalam membangun daerah. Ciri pokok dari sifat kependudukan di Indonesia antara lain kepadatan penduduk yang tinggi serta pertambahan penduduk yang cepat maupun keragaman masyarakatnya. Penduduk di Indonesia sebagian besar tinggal di wilayah pedesaan dengan jumlah terbesar di Pulau Jawa yang tingkat kepadatan tinggi dibanding pulau-pulau lainnya. Walaupun kenyataan tersebut tidak semua terjadi pada semua desa di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kepadatan jumlah penduduk Desa Berjo baik mengenai jumlah penduduk, mata pencaharian, tingkat pendidikan, dan lain-lain.
commit to user
40
a. Jumlah Penduduk Desa Berjo mempunyai potensi sumber daya manusia yang cukup besar. Berdasarkan statistik tahun 2010 penduduk Desa Berjo secara keseluruhan tercatat 5.842 jiwa dengan perincian terbagi dalam 1.355 KK perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Kepala Keluarga) meliputi jumlah penduduk laki-laki berjumlah 2.944 orang dan jumlah penduduk perempuan mencaai 2.898 orang.
Tabel 2 Pertumbuhan Jumlah Penduduk Desa Berjo Tahun 2010
No
Usia
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
0-04 05-09 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60 keatas
Jumlah Penduduk (orang) Laki-laki Perempuan 210 207 219 218 222 218 216 214 215 210 216 213 218 213 215 213 217 214 216 214 214 208 216 212 344 351
Jumlah 2944 2898 Sumber: Data Monografi Desa Berjo Tahun 2010
Menurut Widjaya Nitisastro, penduduk dapat dibedakan menjadi 3 golongan yaitu: penduduk usia belum produktif (umur 0-14 tahun), penduduk usia produktif (umur 15-65 tahun) dan penduduk usia reproduktif (umur 60 tahun ke atas).
commit to user
41
Penduduk yang termasuk usia produktif (kerja) di Desa Berjo sampai tahun 2010 mencapai 3853 jiwa. Sementara itu penduduk usia belum produktif mencapai 1294 jiwa dan jumlah penduduk yang bukan usia kerja mencapai 695 jiwa. Akan tetapi dalam praktiknya dapat dilihat banyak perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id penduduk usia belum produktif atau belum masuk usia kerja karena terdesak kebutuhan ekonomi keluarga mereka harus bekerja dan meninggalkan bangku sekolah untuk membantu orang tua menambah pendapatan keluarga seperti bekerja sebagai pembantu rumah tangga di luar daerah, buruh bangunan dan lainnya yang dapat kita temukan tenaga kerja anak-anak. Penduduk yang berusia 60 tahun ke atas termasuk dalam usia tidak produktif tetapi masih bekerja, baik sebagai petani, buruh tani dengan bekerja di lahan milik orang lain. Hal ini disebabkan mereka masih kuat untuk bekerja serta berupaya menambah ekonomi keluarga untuk kebutuhan sehari-hari. b. Mata Pencaharian Perkembangan
tingkat
kesejahteraan
penduduk
Desa
Berjo
menunjukkan grafik yang meningkat dengan dilihat dari pendapatan ratarata keluarga dan kemampuan daya beli penduduk yang bertambah. Perkembangan sosial ekonomi masyarakat Desa Berjo juga dilihat dari mata pencaharian penduduk yang beraneka ragam. Mata pencaharian penduduk Desa Berjo sebagian besar di sektor pertanian baik sebagai
commit to user
42
petani yang mengelola lahan sendiri maupun bekerja sebagai buruh di lahan orang lain. Dilihat dari komposisi jumlah penduduk Desa Berjo berdasarkan penggolongan jenis pekerjaan menurut mata pencaharian dapat dilihat perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam tabel di bawah ini: Tabel 3 Komposisi Jumlah Penduduk Desa Berjo Menurut Mata Pencaharian Tahun 2010
Mata 2010 Pencaharian 1 Karyawan a. Pegawai Negeri 55 b. TNI 1 c. Swasta 340 2 Wiraswasta 255 3 Petani 2942 4 Pertukangan 117 5 Buruh tani 115 6 Pensiunan 11 7 Angkutan 10 8 Jasa 10 Jumlah 3826 Sumber: Data Monografi Desa Berjo Tahun 2010 No
Berdasarkan tabel di atas pekerjaan terbesar dalam masyarakat Desa Berjo adalah tani. Hal ini disebabkan kondisi tanah yang subur ditambah iklim yang mendukung serta pengairan yang memadai sehingga cocok untuk pertanian sawah, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Sedangkan sebagian penduduk lainnya bekerja sebagai pedagang (wiraswasta), pertukangan, karyawan, baik sebagai pegawai negeri karyawan swasta,
commit to user
43
termasuk TNI, maupun bekerja di sektor jasa lainnya. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap perkembangan masyarakat Desa Berjo yang memiliki semangat kerja dan kebersamaan antar warga dalam membangun daerahnya. perpustakaan.uns.ac.id c. Pendidikan Pendidikan
digilib.uns.ac.id merupakan
sarana
utama
dalam
mencerdaskan
kehidupan bangsa yaitu untuk menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, keterampilan yang memadai serta berwawasan yang luas dalam membangun bangsa. Kehidupan masyarakat Desa Berjo yang mulai berkembang serta menuju daerah swasembada ditandai peran serta masyarakat yang cukup besar dalam pembangunan desanya. Program pembangunan pemerintah dan masyarakat Desa Berjo yang terarah tidak lepas dari pengaruh faktor pendidikan termasuk tumbuhnya kelompok-kelompok swadaya lokal yang timbul atas partisipasi masyarakat dalam upaya menjembatani upaya aspirasi warga masyarakat yang terus berkembangan. Perubahan pola pemikiran masyarakat termasuk kesadaran dalam membentuk kelompok masyarakat
merupakan pengaruh semakin
meningkatnya pendidikan dalam masyarakat Desa Berjo. Pendidikan dalam pengertian pengajaran adalah usaha sadar untuk mencapai tujuan dengan sistematika terarah pada perubahan tingkah laku yang menunjuk ada proses yang dilalui, sedangkan yang dimaksud dengan proses adalah proses pendidikan.
commit to user
44
Komposisi tingkat pendidikan masyarakat Desa Berjo dapat dijelaskan dalam tabel berikut: Tabel 4 Komposisi Jumlah Penduduk Desa Berjo Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id No
Pendidikan
digilib.uns.ac.id 2010
1
TK
80
2
Tidak tamat SD
380
3
Sekolah Dasar
1930
4
SLTP/sederajat
1355
5
SLTA/sederajat
890
6
Akademi/D1-D3
98
7
Sarjana/S1-S3
8
Pesanren
10
9
Kursus
15
Jumlah
4884
126
Sumber: Data Monografi Desa Berjo Tahun 2010
d. Agama dam Kepercayaan Masyarakat Agama merupakan faktor utama dalam kehidupan masyarakat dalam membentuk pribadi yang memiliki akhlak yang baik. Melaksanakan ibadah dengan benar sebagai landasan dasar dalam membangun manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan. Ajaran agama yang mengatur nilai-nilai hidup manusia haruslah tercermin dalam kehidupan sehari-hari sebagai dasar pegangan hidup manusia. Agama sebagai norma (aturan) dalam kehidupan bermasyarakat dapat tumbuh berkembang dengan baik serta dapat diterapkan dalam
commit to user
45
semua aspek kehidupan bergantung dari keadaan masyarakat serta pemerintah yang memberikan kebebasan masyarakatnya untuk memeluk suatu agama dan memberikan perlindungan dalam menjalankan aturan agamanya masing-masing. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Masyarakat Desa Berjo mayoritas penduduknya beragama Islam. Data terakhir tahun 2010 jumlah penduduk yang beragama Islam mencapai 5811 orang, sedangkan 2 orang beragama Kristen Katolik. Hal ini tentu berpengaruh terhadap kegiatan-kegiatan masyarakat terhadap pola perilaku kehidupan sehari-hari. Adapun komposisi penduduk Desa Berjo berdasarkan agama dan kepercayaan yang berkembang dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Tabel 5 Komposisi Jumlah Penduduk Desa Berjo Menurut Agama dan Kepercayaan Tahun 2010 No
Agama
2010
1
Islam
5811
2
Kristen Katolik
2
3
Kristen Protestan
-
4
Hindu
-
5
Budha
-
6 Kepercayaan lain
-
Sumber: Data Monografi Desa Berjo Tahun 2010
Berbagai kegiatan keagamaan di Desa Berjo cukup banyak dan berjalan dengan lancar antara lain: kegiatan TPA (Taman Pendidikan Al Qur’an) bagi anak-anak usia TK (Taman Kanak-Kanak) dan Sekolah
commit to user
46
Dasar serta Madrasah Diniyah bagi para remaja. Kegiatan keagamaan lain yang masih berjalan adalah pengajian rutin keliling yang diadakan di masing-masing dusun dengan diisi ceramah agama maupun kajian-kajian terhadap bidang ilmu tertentu seperti tafsir Al Qur’an, Fiqih (hukum perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Islam) dan sebagainya. Perkembangan kegiatan keagamaan yang semakin meningkat sebagai salah satu bentuk tumbuhnya kesadaran menjalankan aturan agama harus diimbangi dengan tersedianya sarana penunjang berjalannya kegiatan keagamaan seperti Masjid yang setiap dusun di Desa Berjo telah memiliki masjid sebagai pusat ibadah dan kegiatan umat Islam. Kegiatan pembinaan dan pendidikan agama dalam belajar Al Qur’an melalui wadah Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA) bertujuan menanamkan kecintaan anak terhadap Al Qur’an sejak dini serta membentuk generasi yang berakhlak mulia. Di samping itu juga terdapat kegiatan silaturahmi antar masjid di Desa Berjo dan Ikatan Remaja Masjid (IRMA) yang rutin mengadakan pertemuan setiap sebulan sekali untuk menyatukan gerak, tukar informasi serta merancang berbagai kegiatan termasuk dalam peringatan hari-hari besar Islam. Sebagian besar masyarakat Desa Berjo yang mayoritas agama Islam juga masih tetap melestarikan tradisi atau adat istiadat yang berlangsung secara turun menurun sebagai salah satu kekayaan budaya merupakan perpaduan antar unsur agama dan keyakinan masyarakat Desa Berjo.
commit to user
47
Tradisi yang berkembang di masyarakat Desa Berjo dibebankan menjadi dua yaitu tradisi Jawa yang bersifat religius (terdapat hubungan dengan nilai-nilai agama) dan tradisi yang bersifat non religius yang telah berakar lama di masyarakat sebagai budaya masyarakat Desa Berjo. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tradisi yang bersifat religius seperti tradisi Syawalan, Padusan menjelang datangnya bulan Ramadhan, upacara kematian yang dilakukan setiap 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1000 hari (nyewu), bersih desa (Rasulan), serta kendurian dan berkembang di masyarakat adalah gotong royong atau sambatan saat hajatan, perbaikan jalan dan kebersihan lingkungan.
B. Sarana-sarana Penunjang di Desa Berjo 1. Sarana Perhubungan dan Komunikasi Secara umum wilayah Desa Berjo memiliki sarana perhubungan yang memadai seperti jalan-jalan desa yang telah beraspal, termasuk adanya pengecoran jalan masuk ke perkampungan di sebagian dusun yang memudahkan kelancaran komunikasi dan transportasi masyarakat Desa Berjo. Sarana perhubungan yang sangat penting dalam perkembangan masyarakat adalah transportasi dan komunikasi. Sarana transportasi yang ada di Desa Berjo meliputi mobil angkutan penumpang maupun barang dagangan ke pasar yang mudah terjangkau masyarakat, truk angkutan pasir dan bahanbahan bangunan yang dimiliki orang perorangan maupun sarana transportasi oleh kendaraan lainnya maupun sarana ojek kendaraan bermotor yang telah tersedia di tiga lokasi dan satu lokasi di wilayah kawasan wisata Candi Sukuh.
commit to user
48
Berbagai sarana transportasi tersebut telah dikelola dengan baik, sehingga mempermudah kegiatan masyarakat serta semakin terbukanya hubungan antar warga masyarakat maupun dengan daerah lainnya. Berbagai sarana komunikasi yang terdapat di Desa Berjo seiring perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id perkembangan teknologi informasi adalah tersedianya sarana Warung Telepon (Wartel) maupun telepon seluler yang menggunakan tenaga satelit telah tersedia di Desa Berjo. Keberadaan sarana dan prasarana di Desa Berjo seperti jalan, jembatan, dan sarana transportasi lainnya dilihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 6 Sarana Perhubungan, Komunikasi dan Transportasi di Desa Berjo Tahun 2010
No A. 1 2 3 4 B 5 6 C 7 8 9 10 11
Sarana Perhubungan Jalan Desa Jalan Dusun Jalan Kabupaten Jembatan Telekomunikasi Wartel Pemancar Radio Transportasi Sepeda Sepeda Motor Mobil Pribadi Truk Lain-lain
1994 6 11 6 3 2 2 40 420 50 4 10
Sumber: Data Monografi Desa Berjo Tahun 2010
Tabel di atas menunjukkan keberadaan sarana jalan komunikasi dan transportasi yang kondisi dan jumlahnya cukup banyak di masyarakat Desa
commit to user
49
Berjo. Hal ini merupakan wujud pembangunan Desa Berjo yang terus berjalan didukung lancarnya hubungan dari dan ke daerah lain termasuk bertambahnya wawasan masyarakat dengan masuknya media informasi. 2. Sarana Perekonomian perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ketersediaan sarana perekonomian dalam masyarakat pedesaan sangatlah diperlukan, karena gerak kehidupan kegiatan ekonomi masyarakat tidak lepas dari tersedianya sarana perkonomian yang memadai. Kegiatan ekonomi berupa menghasilkan barang (produksi), membutuhkan barang (konsumsi) maupun memasarkan hasil produksi (distribusi) tentunya harus diimbangi dengan tersedianya pasar, toko, koperasi simpan pinjam dan sebagainya yang keberadaannya saling melengkapi untuk kelancaran kegiatan ekonomi masyarakat. Masyarakat Desa Berjo yang sebagian besar bekerja sebagai petani baik ladang maupun sawah menjadikan pasar sebagai tempat menjual hasil pertanian dan membeli berbagai keperluan pokok untuk keperluan sehari-hari. Masyarakat Desa Berjo sampai saat ini belum memiliki pasar desa sebagai pusat kegiatan ekonomi masyarakat namun telah ada pasar sebagai pusat jasa dan perdagangan yang letaknya dekat dengan wilayah Desa Berjo, seperti Pasar Kemuning, Pasar Gentungan, serta Pasar Karangpandan sebagai pasar terbesar di Karanganyar yang ditunjang sarana jalan dan transportasi yang memadai.
commit to user
50
Adapun sarana perekonomian masyarakat Desa Berjo yang terus bertambah dapat dilihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 7 Sarana Perekonomian Masyarakat Desa Berjo Tahun 2010 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id No 1
2
3
Sarana Perekonomian 2010 Perdagangan - Toko 25 - Warung 10 - Pasar Desa Jasa dan Koperasi - Koperasi Simpan Pinjam - Badan kredit - Lumbung Desa Industri - Sedang - Kecil 5 Jumlah 15 Sumber: Monografi Desa Berjo Tahun 2010
Sejalan berkembangnya sarana perekonomian masyarakat Desa Berjo, tumbuhnya industri kecil atas modal masyarakat sendiri seperti usaha penyulingan daun cengkeh, pembuatan tempe, pembuatan kripik singkong, dan lainnya sebagai wujud berkembangnya kegiatan ekonoi masyarakat Desa Berjo. 3. Sarana Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mendorong perubahan dalam masyarakat. Sebagai proses yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat. Pendidikan merupakan wahana untuk sumber daya manusia yang berpikiran maju dan bersifat bijak dalam mengambil keputusan serta terbuka
commit to user
51
terhadap hal-hal yang baru yang berguna bagi pengembangan pembangunan masyarakat. Tingkat pendidikan masyarakat pedesaan ini masih belum mendapat perhatian yang serius dari pemerintah. Hal ini dilatarbelakangi bahwa desa perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id hanya dianggap sebagai pelengkap pembangunan padahal desa seharusnya menjadi titik tolak pembangunan nasional karena sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di daerah pedesaan. Pendidikan yang berkembang di Desa Berjo meliputi pendidikan formal (umum) serta nonformal (khusus). Pendidikan formal (umum) yang ada meliputi jenjang pendidikan mulai dari Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah atau setingkat SLTP sedangkan untuk pendidikan lanjut seperti Sekolah Menengah Umum (SMU) dan kejuruan belum tersedia. Pendidikan non formal yang sedang digarap terus dikembangkan berupa Pendidikan Pesantren Al Hikmah beserta madrasahnya di Susun Tagung yang sarana gedung dan fasilitasnya sebagian telah selesai dikerjakan. Adapun sarana pendidikan yang ada di Desa Berjo dapat dilihat di dalam tabel berikut ini :
commit to user
52
Tabel 8 Sarana Pendidikan di Desa Berjo Tahun 2010 No 1 2 3 4 perpustakaan.uns.ac.id 5 6
Sarana Pendidikan 1994 Kelompok Bermain (Paud) 3 Taman Kanak-Kanak 4 SD/MI 4 SLTP/MTs 1 Pondok Pesantren Pusat Kegiatan Wanita Islam Kursus/Keterampilan Jumlah 11 Sumber: Monografi Desa Berjo Tahun 2010
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan tabel di atas jumlah bangunan untuk sarana pendidikan di Desa Berjo masih dirasa sangat kurang karena tidak sebanding dengan jumlah penduduk usia sekolah. Sarana pendidikan formal yang tersedia hanya sampai sekolah lanjutan pertama yang berupa Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang memadukan pendidikan umum dan pendidikan agama dengan pengelolaan dari pihak yayasan (swasta). Sementara untuk melanjutkan ke pendidikan negeri harus keluar dari daerah baik untuk wilayah administratif Kecamatan Ngargoyoso yang tersedia tiga buah sekolah lanjutan tingkat pertama negeri maupun ke daerah Karangpandan serta Karanganyar yang telah memiliki sarana pendidikan sampai ke tingkat Sekolah Menengah Umum maupun Sekolah Kejuruan. Adanya mereka yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi akan membawa nilai-nilai baru sebagai masukan bagi perkembangan dan kemajuan pembangunan Desa Berjo.
commit to user
53
4. Sarana Sosial Desa Sarana sosial desa dibangun untuk lebih mempermudah kegiatankegiatan sosial masyarakat desa. Sarana sosial yang terdapat di Desa Berjo meliputi kantor desa, balai desa, puskesmas, tempat ibadah, sarana olah raga, perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id maupun sarana pengairan. Berikut adalah tabel sarana-sarana sosial yang ada di Desa Berjo Tabel 9 Sarana Sosial di Desa Berjo Tahun 2010
No
Sarana Perekonomian
2010
1
Kantor Desa
1
2
Balai Desa
1
3
Posyandu
8
4
Puskesmas Pembantu
1
5
Rumah Bersalin
1
6
Sarana Ibadah
23
7
Sarana Olahraga
6
Jumlah
41
Sumber: Monografi Desa Berjo Tahun 2010
C. Ekowisata Di Desa Berjo Desa Berjo merupakan desa tujuan pariwisata yang terletak di lereng Gunung Lawu. Desa Berjo adalah sebuah desa wisata yang memiliki banyak daya tarik di dalamnya. Sebagai sebuah desa yang memiliki predikat desa wisata tentunya Desa Berjo memiliki banyak obyek wisata yang layak untuk dikunjungi
commit to user
54
dan dinikmati. Satu hal yang paling menarik dari Desa Berjo adalah panorama alam yang dimilikinya, dengan jalan yang naik-turun dan meliuk-liuk merupakan suatu keindahan. Obyek wisata yang ada di Desa Berjo diantaranya adalah: 1. Telaga Madirdo perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Telaga Madirdo merupakan danau kecil yang airnya bersumber dari mata air di lereng Barat Gunung Lawu. Danau yang juga disebut warga sebagai Telaga Wurung ini menjadi tumpuan kehidupan warga karena airnya tak pernah surut meski musim kemarau panjang melanda. Uniknya, air di danau ini tak pernah penuh meski musim penghujan, sehingga disebutlah sebagai telaga wurung atau telaga yang tidak sempurna. Nama Telaga Madirdo ini kemudian dijadikan nama dusun. Jarak telaga dari balai desa sekitar 4 km yang dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi dengan cukup mudah. Dilihat dari prospeknya, telaga ini memiliki potensi yang layak untuk dikembangkan menjadi wisata unggulan bagi Desa Berjo seperti yang diimpikan oleh Masyakat Desa Berjo pada umumnya.Telaga Madirdo juga sudah cukup dikenal oleh wisatawan yang memasuki Desa Berjo terutama turis asing karena telaga ini termasuk dalam jalur Tracking Sukuh-Grojogan Sewu. Apabila di kemudian hari telaga ini sudah dikemas sedemikian rupa menjadi obyek wisata seperti yang diimpikan masyarakat Desa Berjo, tentunya telaga ini akan memberikan sumbangsih yang besar pada peningkatan taraf hidup masyarakat Berjo. Menurut kisah dari sejumlah tokoh masyarakat serta beberapa catatan sejarah yang di publikasikan, awal keberadaan Telaga Madirdo ternyata mirip
commit to user
55
dengan salah satu bagian dari cerita Ramayana. Bermula dari kisah seorang resi yang memiliki ilmu kawruh sangat tinggi dan memiliki pusaka bernama Cupu Manik Astagina. Rasi bernama Gutama yang beristrikan Nyi Widardi ini dikaruniai tiga anak, yakni Guwarso, Guwarsi, dan Dewi Anjani. Suatu perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ketika Gutama gelisah karena anak-anaknya selalu bertengkar memperebutkan cincin Cupu Manik Astagina. Demi keadilan, Sang Resi membuang cincin pusaka ke Telaga Madirdo. Kepada anak-anaknya, Gutama mengatakan, pemilik pusaka itu adalah yang mampu mengambil cincin dari dasar telaga. Tapi ketiganya justru berkelahi di telaga, bukannya berlomba secara sportif memperoleh cincin yang dibuang ayah mereka. Keajaiban terjadi. Wajah Giwarso dan Guwarsi tiba-tiba berubah menjadi kera yang keduanya dijuluki Sugriwo dan Subali. Begitu pula Dewi Anjani, setiap kali melihat pantulan wajah
Gambar. 2 Wisata Telaga Madirdo
commit to user
56
2. Air Terjun Jumog Air terjun Jumog terletak di Dusun Berjo yang dibangun pada tanggal 7 Agustus 2004 atas kerjasama bapak Abdullah Faray Abdad dan pemerintahan Kabupaten Karanganyar. Bapak Abdullah adalah investor lokal perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id yang telah mengarahkan warga Jumog merebas semak-belukar, memunculkan pesona keindahan air terjun Jumog. Pada awalnya bapak Abdullah hanya memiliki sebidang tanah di Dusun Jumog, namun setelah menjelajah, secara tidak terduga dia menemukan air terjun ini. Kemudian dia mengajukan sewa lahan selama 20 tahun dengan opsi 20 tahun. Tiada sewa dikeluarkan, hanya bagi hasil dengan pemerintah daerah, warga setempat, dan bapak Abdullah sendiri. Sehingga bisa dikatakan bahwa Jumog merupakan milik masyarakat Desa Berjo, Kabupaten Karanganyar dan investor. Pengerjaannya hanya memakan waktu lima jam setelah terjadi kesepakatan dengan pejabat desa. Aliran air terjun Jumog memiliki tiga cabang , yaitu Klueng, Kusumajati dan Jubleg. Air murni yang berasal dari sumber mata air sepanjang tahun menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan asing maupun wisatawan domestik. Disamping itu akses jalan masuk yang datar juga sangat menguntungkan bagi para wisatawan. Keadaan di sekitar air terjun sangat asri dan sekitar pukul 09.45 WIB pelangi akan terlihat selama kurang lebih satu jam. Di tempat wisata ini para wisatawan dapat menikmati pemandangan dan pesona keindahan air tejun Jumog, sambil mencicipi sate kelinci yang dijual di dalam maupun di luar tempat wisata.
commit to user
57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar. 3 Wisata Air Terjum Jumog.
3. Candi Sukuh Candi Sukuh terletak di Dusun Sukuh yang dikategorikan sebagai candi Hindu karena ditemukannya obyek pujaan lingga dan yoni. Candi ini digolongkan kontroversial karena bentuknya yang kurang lazim dan karena banyaknya obyek-obyek lingga dan yoni yang melambangkan seksualitas. Candi Sukuh dibangun pada sekitar abad XV, dari permukaan air laut ketinggiannya sekitar 910 M. Kompleks Situs purbakala Candi Sukuh mudah dicapai dengan kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat, dengan jarak 27 km dari Kota Karanganyar. Didukung panorama alam yang sangat indah kawasan Candi Sukuh diharapkan mampu menjadi objek wisata andalan bagi Desa Berjo dan Kabupaten Karanganyar.
commit to user
58
Situs purbakala Candi Sukuh ini ditemukan oleh Residen Surakarta "Yohson" pada masa penjajahan Inggris. Mulai saat itu banyak kalangan sarjana yang mengadakan penelitian di Candi Sukuh antara lain Dr. Van der Vlis tahun 1842, Hoepermen diteruskan Verbeek tahun 1889, Knebel tahun perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1910, dan sarjana Belanda Dr. WF. Stutterheim. Untuk mencegah kerusakan yang
semakin
memprihatinkan,
Dinas
Purbakala
setempat
pernah
merehabilitasi Candi Sukuh pada tahun 1917, sehingga keberadaan Candi Sukuh seperti kondisi yang kita lihat sekarang. Usaha penyelamatan dan pengamanan terhadap candi Sukuh dilakukan oleh Dinas Purbakala sejak tahun 1971, sedangkan peresmian pemugarannya ditandatangani oleh Mendikbud Daoed Yoesoef pada tahun 1982. Selanjutnya beberapa peneliti bangsa Indonesia yang menaruh minat terhadap kekunoan Candi Sukuh diantaranya adalah : Ph. Soebroto, Riboet Darmosutopo, Y Padmopuspito, Harry Truman Simanjuntak dan lain-lain. Susunan Candi dibagi menjadi 3 trap, yaitu teras pertama, teras kedua, dan teras ketiga Setiap trap terdapat tangga dengan suatu gapura. Gapura-gapura itu amat berbeda bila dibandingkan dengan gapura umumnya candi di Jawa Tengah, apa lagi gapura pada trap pertama. Bentuk bangunannya mirip candi Hindu dipadu dengan unsur budaya asli Indonesia yang nampak begitu kentara, yakni kebudayaan megaliticum.
commit to user
59
a. Teras pertama candi Trap I Candi Sukuh menghadap ke Barat. Seperti yang sudah diutarakan, trap pertama candi ini terdapat tangga. Bentuk gapuranya amat unik yakni tidak tegak lurus melainkan dibuat miring seperti trapesium, perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id layaknya pylon di Mesir (Pylon : gapura pintu masuk ke tempat suci). Pada sisi gapura sebelah Utara terdapat relief "manusia ditelan raksasa" yakni sebuah "sengkalan rumit" yang bisa dibaca "Gapura buta mangan wong "(gapura raksasa memakan manusia). Gapura dengan karakter 9, buta karakternya 5, mangan karakter 3, dan wong mempunyai karakter 1. Jadi candra sengkala tersebut dapat dibaca 1359 Saka atau tahun 1437 M, menandai selesainya pembangunan gapura pertama ini. Pada sisi Selatan gapura terdapat relief raksasa yang berlari sambil menggigit ekor ular. Menurut KC Vrucq, relief ini juga sebuah Sangkalan rumit yang bisa dibaca : "Gapura buta anahut buntut "(gapura raksasa menggigit ekor ular), yang bisa di baca tahun 1359 Saka, seperti tahun pada sisi utara gapura. Menaiki anak tangga dalam lorong gapura terdapat relief yang cukup vulgar. terpahat pada lantai. Relief ini menggambarkan phallus yang berhadapan dengan vagina. Sepintas memang nampak porno, tetapi tidak demikian maksud si pembuat, sebab tidak mungkin di tempat suci yang merupakan tempat peribadatan terdapat lambang-lambang yang porno.
commit to user
60
Relief ini mengandung makna yang mendalam. Relief ini mirip lingga-yoni dalam agama Hindu yang melambangkan Dewa Syiwa dengan istrinya (Parwati). Lingga-yoni merupakan lambang kesuburan. Relief tersebut sengaja di pahat di lantai pintu masuk dengan maksud agar siapa perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id saja yang melangkahi relief tersebut segala kotoran yang melekat di badan menjadi sirna sebab sudah terkena "suwuk". Boleh dikata relief tersebut berfungsi sebagai "suwuk" untuk "ngruwat", yakni membersihkan segala kotoran yang melekat di hati setiap manusia. Dalam bukunya Candi Sukuh dan Kidung Sudamala Ki Padmasuminto menerangkan bahwa relief tersebut merupakan sengkalan yang cukup rumit yaitu : "Wiwara Wiyasa Anahut Jalu". Wiwara artinya gapura yang suci dengan karakter 9, Wiyasa diartikan daerah yang terkena "suwuk" dengan karakter 5, Anahut (mencaplok) dengan karakter 3, Jalu (laki-laki) berkarakter 1. Jadi bisa di temui angka tahun 1359 Saka. Tahun ini sama dengan tahun yang berada di sisi-sisi gapura masuk candi. b. Teras kedua Trap kedua lebih tinggi daripada trap pertama dengan pelataran yang lebih luas. Gapura kedua ini sudah rusak, dijaga sepaSang arca dengan wajah komis. Garapannya kasar dan kaku, mirip arca zaman pra sejarah di Pasemah. Di latar pojok belakang dapat dijumpai seperti jejeran tiga tembok dengan pahatan-pahatan relief, yang disebut relief Pande Besi. Relief sebelah Selatan menggambarkan seorang wanita berdiri di depan
commit to user
61
tungku pemanas besi, kedua tangannya memegang tangkai "ububan"( peralatan mengisi udara pada pande besi). Pada bagian tengah terdapat relief yang menggambarkan Ganesya dengan tangan yang memegang ekor. Inipun salah satu sengkalan yang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id rumit pula yang dapat dibaca : Gajah Wiku Anahut Buntut, dapat ditemui dari sengkalan ini tahun tahun 1378 Saka atau tahun 1496 M. Relief pada sebelah Utara menggambarkan seorang laki-laki sedang duduk dengan kaki selonjor. Di depannya tergolek senjata-senjata tajam seperti keris, tumbak dan pisau. c. Teras ketiga Trap ketiga ini adalah trap tertinggi yang merupakan trap paling suci. Candi Sukuh memang dibuat bertrap-trap semakin ke belakang semakin tinggi. Berbeda dengan umumnya candi-candi di Jawa Tengah, Candi Sukuh dikatakan menyalahi pola dari buku arsitektur Hindu Wastu Widya. Di dalam buku itu diterangkan bahwa bentuk candi harus bujur sangkar dengan pusat persis di tengah-tengahnya, dan yang di tengah itulah tempat yang paling suci. Sedangkan ikhwal Candi Sukuh ternyata menyimpang dari aturan-aturan itu, hal tersebut bukanlah suatu yang mengherankan, sebab ketika Candi Sukuh dibuat, era kejayaan Hindu sudah memudar dan mengalami pasang surut, sehingga kebudayaan asli Indonesia terangkat ke permukaan lagi yaitu kebudayaan prahistori zaman Megalithic, sehingga mau tak mau budaya-budaya asli bangsa Indonesia tersebut ikut mewarnai dan memberi ciri pada candi Sukuh ini.
commit to user
62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar.4 Candi Sukuh
4. Candi Planggatan Candi Planggatan terletak di dusun Tambak, berjarak sekitar 3 km arah Selatan Candi Sukuh. Tampaknya Candi Planggatan tidak begitu populer dibandingkan dengan Candi Sukuh ataupun Candi Cetho. Hal tersebut perlu dimaklumi mengingat kondisi Candi Planggatan tidak selengkap Candi Sukuh atau Cetho. Artinya jika kita mencoba membandingkan aspek arsitektur candi tersebut dengan Candi Sukuh atau Cetho jelas suatu hal yang sia-sia saja. Yang tersisa dari Candi Planggatan yang dibangun pada ketinggian 910 meter di atas permukaan laut kini hanyalah sisa-sisa candi berupa sekumpulan batu andesit tersusun berderet membentuk denah berukuran 30 x 30 meter, sedangkan bagian tengahnya berupa gundukan tanah setinggi satu meter saja. Dari tinggalan beberapa batu candi yang tersisa ini ada yang mempunyai relief. Relief yang dipahatkan pada sebuah batu sebagai bagian dari sebuah candi biasanya berfungsi sebagai penghias candi belaka atau dapat pula
commit to user
63
memuat cerita yang sesuai dengan sifat keagamaan candi tersebut. Tampaknya relief-relief yang tersisa di candi ini dahulunya merupakan rangkaian sebuah cerita tetapi mengingat jumlahnya yang terbatas (6 buah) tampaknya cerita yang ingin disampaikan dalam relief tersebut sukar untuk perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id diketahui kembali. Relief-relief tersebut antara lain relief seorang tokoh laki-laki yang merangkul pinggang tokoh lain (wanita) di bagian muka dan di bagian belakang tokoh terdapat tiga orang pengiring; relief seorang tokoh menunggang kuda sedang di bagian belakang tokoh tersebut ada dua orang pengiring membawa tombak dan pada bagian depan terdapat tiga orang bertubuh pendek; relief rumah panggung dan dua rumah berbentuk pendapa yang di bagian sampingnya terdapat seorang pengawal membawa tombak mengiring seorang tokoh menunggang kuda; relief beberapa orang membawa senjata; relief seorang tokoh menunggang kuda diiringi oleh beberapa wanita dan tiga punakawan. Dari sejumlah relief yang tersisa ini ada satu relief yang cukup menarik dan menjadi petunjuk kuat mengenai pertanggalan candi tersebut. Relief itu adalah relief seekor gajah yang digambarkan secara antropomorfis (setengah hewan-setengah manusia) dalam posisi berdiri dengan belalai ke bawah dan di bagian mulutnya terdapat gambar bulan sabit, seolah-olah gajah tersebut tengah memakan buah sabit. Gajah digambarkan memakai sorban seperti seorang wiku/pendeta. Pada bagian pinggang memakai ikat pinggang yang dibuat dari lipatan kain dan pada bagian pinggang sampai lutut tertutup
commit to user
64
kain pula. Relief ini merupakan sebuah sengkalan memet yang jika dibaca berbunyi "Gajah wiku mangan wulan" yang jika diartikan menjadi sebuah angka tahun 1378 caka atau sama dengan 1456 Masehi. Penggambaran Gajah Wiku ini sama dengan relief yang ditemukan di Candi Sukuh merupakan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id bagian dari relief pande besi, hanya saja relief Gajah Wiku di Candi Sukuh digambarkan tengah memakan buntut. Pada bagian kanan relief Gajah Wiku ini terdapat pahatan prasasti sebanyak empat baris. Bentuk pahatan huruf prasasti ini juga sama dengan prasasti batu yang ditemukan di Candi Cetho dan Sukuh. Hasil pembacaan Riboet Darmosoetopo, seorang dosen arkeologi Fakultas Sastra UGM, Yogyakarta menyebutkan: "padamel ira rama balanggadawang barnghyang punun dah nrawang" Terjemahannya
adalah:
"Pembuatannya
rama
Balanggadawang
bersamaan dengan Hyang Panunduh Nrawang" Selain relief di candi ini juga ditemukan sebuah yoni yang mempunyai tinggi 39 cm, lebar permukaan dan dasar 32 cm dengan panjang cerat 15 cm. Dengan temuan yoni ini maka dapat dipastikan bahwa sifat keagamaan Candi Planggatan adalah Hinduistik. Artinya baik Candi Planggatan, Sukuh maupun Cetho juga ditemukan lingga-yoni, ketiga candi ini mempunyai sifat keagamaan yang sama yakni Hinduistik.
commit to user
65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar.5 Peninggalan Candi Planggatan
5. Taman Hutan Raya Ngargoyoso Taman ini terletak di lereng Gunung Lawu tepatnya di Desa Berjo, luas hutan ini adalah 231,3 Ha merupakan kawasan yang strategis untuk ditingkatkan fungsinya menjadi taman hutan raya. Penetapan ini berdasarkan Surat Keputuan Menteri Kehutanan Nomor 849/ Kpts-II/1999 . Kawasan ini merupakan hutan pinus yang sangat cocok untuk kegiatan rekreasi alam dan perkemahan remaja dengan pemandangan yang indah dan sejuk. Di kawasan ini dapat dilakukan wisata lintas alam “jalan kaki atau berkuda” menuju Taman Wisata Grojogan Sewu melalui jalan hutan dan pedesaan sepanjang dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Di petak 9 terdapat air terjun dengan ketinggian sekitar 50-60 M.
commit to user
66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar.6 Taman Hutan Raya Ngargoyoso.
commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN Pengembangan masyarakat pada saat ini masih menjadi isu yang cukup relevan untuk dibicarakan seiring dengan menguatnya kesadaran masyarakat untuk mengambil peran secara lebih partisipatif dalam proses pembangunan. Sejalan dengan semangat pembangunan di era otonomi yang mengakui kesetaraan antara masyarakat, swasta dan negara sebagai stakeholders pembangunan, maka aksi-aksi pembangunan masyarakat menjadi signifikan untuk dilakukan. Hal ini didasari keyakinan bahwa apabila masyarakat menunjukkan tingkat partisipasi yang tinggi dalam pembangunan, maka secara tidak langsung mereka telah memperkuat kemampuan bangsanya sendiri dalam menghadapi dinamika perubahan pada lingkup regional, nasional maupun global. Oleh karena itu, upaya pengembangan masyarakat seharusnya menjadi bagian integral dari upaya suatu bangsa dalam rangka memperbaiki tingkat inisiasi dan partisipasi para warganya dalam proses pembangunan (Muslim, 2009 :1). Pariwisata adalah suatu gejala sosial yang sangat kompleks, yang menyangkut manusia seutuhnya dan memiliki berbagai aspek: sosiologis, psikologis, ekonomis, ekologis, dan sebagainya. Aspek yang mendapat perhatian yang paling besar dan hampir merupakan satu-satunya aspek yang dianggap penting ialah aspek ekonomisnya (Soekadijo, 1996: 25). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
68 digilib.uns.ac.id
Untuk mengadakan perjalanan orang harus mengeluarkan biaya, yang diterima oleh orang-orang yang menyelenggarakan angkutan, menyediakan bermacam-macam jasa, atraksi wisata, dan lain-lainnya. Keuntungan ekonomis untuk daerah yang dikunjungi wisatawan, itulah yang pertama-tama merupakan tujuan pembangunan pariwisata. Meskipun juga menyinggung tujuan budaya serta persahabatan internasional, Instruksi Presiden No. 9 Tahun 1969 juga menetapkan keuntungan ekonomis sebagai tujuan yang pertama dari pembangunan pariwisata di Indonesia (Soekadijo, 1996: 25-26). Pada suatu obyek wisata, pasti di tempat tersebut juga terdapat produk wisata setempat. Disinilah produk wisata ditawarkan pada wisatawan, ada konsumen, ada permintaan (demand) dan penawaran(supply). Ada produsen yang menghasilkan produk untuk memenuhi permintaan konsumen. Dalam hal ini sudah jelas bahwa konsumennya adalah wisatawan, wisatawanlah yang mempunyai kebutuhan permintaan-permintaan yang harus dipenuhi. Dan untuk itu wisatawan mengeluarkan uang. Motif wisata menuntut adanya atraksi wisata yang komplementer dengan motif itu. Jadi atraksi wisata itu termasuk yang diminta oleh wisatawan. Permintaan akan adanya atraksi wisata harus dipenuhi oleh hal-hal atau tindakan-tindakan yang menarik. Ketika wisatawan berada pada desa wisata akan disuguhi dengan pemandangan alam, permainan anak-anak, perkebunan, tarian daerah dan sebagainya. Permintaan lain dari konsumen wisata yang harus dipenuhi terletak di bidang jasa, yang berupa kegiatan-kegiatan dan fasilitas-fasilitas untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
69 digilib.uns.ac.id
memenuhi kebutuhan hidup wisatawan selama ia dalam perjalanan. Misalnya penginapan, rumah makan, pramuwisata, dan sebagainya. Selain atraksi wisata dan jasa wisata wisatawan dalam pariwisata juga diperlukan transferabilitas, yang berarti bahwa wisatawan memerlukan kondisi dan sarana untuk bergerak dari tempat kediamannya ke tempat tujuan wisata. Semua kebutuhan wisatawan dibidang ini dapat disebut kebutuhan akan transportasi. Kebutuhan ini harus dipenuhi dengan menyediakan sarana transportasi. Hal tersebut merupakan peluang bagi masyarakat setempat untuk mengembangkan potensi diri mereka untuk kemajuan wisata di daerah mereka, dan wisata tersebut akan menjadi industri pariwisata yang akan membantu perekonomian masyarakat. Industri pariwisata adalah industri yang kompleks, yang meliputi industri-industri lain. Dalam kompleks industri pariwisata terdapat industri penginapan, industri rumah makan, industri kerajinan/cindera mata, industri perjalanan, dan sebagainya. Dibawah ini dijelaskan bagaimana gambaran umum aktivitas informan pengunjung wisata serta kegiatan penduduk di Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar . 1. Karakteristik Informan Dari pengungkapan informan akan memperlihatkan ciri-ciri mereka seperti nama, umur, alamat, serta kegiatan yang telah dilakukan terkait dengan partisipasinya dalam pengembangan ekowisata di Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar. Selain itu juga bisa diketahui atraksi wisata dan aktivitas apa yang dilakukan pengunjung. commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari pengungkapan tersebut diharapkan dapat memperlihatkan gambaran umum dari para informan serta dapat digunakan untuk menjelaskan bagian analisa tersebut. Dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga komponen yang berpartisipasi dalam pengembangan ekowisata di Desa Berjo yaitu pemerintah, swarta, dan masyarakat. Untuk lebih mengetahui identitas informan, maka sebelumnya akan dilihat identitas informan dan responden sebagai berikut: a. Informan Pegawai Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar. 1) Ir. Sukarno, MT Bapak Ir. Sukarno,MT adalah pegawai Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar yang menjabat sebagai Kasubbab Perencanaan. Dalam kaitannya dengan penelitian atau riset ini, Ir. Sukarno, MT adalah orang yang memberikan ijin untuk melakukan penelitian serta memberi informasi tentang wisata di Desa Berjo. 2) Drs. Suparno Drs. Suparno adalah pegawai Dinas Kabupaten Karanganyar yang menjabat dibidang Pemasaran yang sekaligus yang menerima pertayaan- pertanyaan seputar kepariwisataan di Kabupaten Karanganyar. commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Sulardi, SE Bapak Sulardi, SE berusia 46 tahun adalah Sekretaris Desa Berjo yang telah bekerja kurang lebih 16 tahun di Pemerintah Desa Berjo. Sulardi adalah orang yang mengurusi
kegiatan yang
berkaitan dengan kepariwisataan di Desa Berjo. 4) Nanang Marwoto Nanang Marwoto berusia 32 tahun adalah pengurus dari BUMDES, adapun pekerjaannya adalah sebagai operator penunggu loket di wisata Air Terjun Jumog.
b.
Responden Masyarakat dan pihak Swasta di Desa Berjo Dalam penelitian ini pihak swasta yang menjadi informan adalah pihak yang melakukan aktifitas pekerjaannya berkaitan dengan kepariwisataan di Desa Berjo, dan informannya adalah: 1) Abdullah Faray Abbad Bapak Abdullah Faray Abbad adalah orang keturunan Arab yang telah lama bermukim di Desa Berjo.Setelah lama tinggal di Desa Berjo, masyarakat menganggap dia adalah orang yang mampu menjadi investor dalam pengembangan wisata di Desa Berjo. Beliau dulu adalah pemilik PT. Jumog Kreatif yang sekarang vakum, pindah dan membuka usaha di sekitar Candi Sukuh. commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Ibu Marimo Ibu Marimo berusia 52 tahun dan mempunyai pekerjaan yaitu sebagai pegawai di Pemerintah Desa Berjo. Selain menjadi pegawai, beliau juga mempunyai Homestay di sekitar Telaga Madirda yang pengelolaannya dibantu bersama suaminya yang merupakan pensiunan Polisi Hutan. 3) Suraji Suraji berusia 40 tahun adalah tokoh masyarakat di Desa Berjo yang menjabat sebagai Ketua RT dan aktif dalam kegiatan pertemuan- pertemuan di Desa Berjo. 4) Joko Joko, 23 tahun adalah Ketua Karang Taruna di dusun Berjo yang mengkoordinir pemuda dalam melaksanakan kegiatan perparkiran 5) Kastono Kastono yang berumur 48 tahun adalah tokoh masyarakat serta pengusaha di Desa Berjo. 6) Kasiem Ibu Kasiem 49 tahun adalah seorang wiraswasta yang memproduksi olahan makanan berbahan baku wortel. Dalam pelaksanaan
penjualannya,
Ibu
Kasiem
menjajakan
hasil
produksinya di sekitar obyek wisata. Hasil olahannya diantaranya commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
adalah serbuk minuman dari wortel, geplak wortel serta makanan lainnya yang bahan utamanya adalah wortel 7) Agung Agung yang berusia 25 tahun adalah pengurus latihan seni musik Lesung ”Tunggal Laras”di Desa Berjo. Dalam aktifitas pementasan seninya dilakukan di sekitar Candi Sukuh. 8) Aminah Ibu Aminah, 43 tahun adalah pedagang bunga yang menjajakan dagangannya di sekitar wisata Air Terjun Jumog. 9) Sutarso Bapak Sutarso, berusia 40 tahun adalah tukang ojek yang sering mangkal di jalan masuk Air Terjun Jumog. Sebelumnya, Bapak Sutarso adalah petani di Desa Berjo, namun karena melihat peluang usaha di desanya maka dia beralih menjadi tukang ojek. c.
Responden wisatawan di Desa Berjo 1) Rista Rista 21 tahun adalah wisatawan asal Solo yang berkunjung di obyek wisata Air Terjun Jumog 2) Fatih Siswa kelas 3 SMA, berumur 16 tahun dan berasal dari Kabupaten Sragen yang berkunjung di obyek wisata di Telaga Madirda commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Ajeng Ajeng adalah siswi kelas 3 SMA berasal dari Kabupaten Sragen yang berkunjung di wisata Air Terjun Jumog 4) Albert Albert 20 tahun adalah mahasiswa asal Yogyakarta, yang berkunjung ke Candi Sukuh 5) Tony Tony mahasiswa di Universitas swasta di Yogyakarta yang menikmati tahun baru di Taman Hutan Rakyat. Berdasarkan data mengenai informan di atas maka dapat disusun matriks sebagai berikut : Matriks. 1 Matriks Informan dan Responden No Nama Komponen 1 Ir. Sukarno.MT Pemerintah Daerah 2 Suparno Pemerintah Daerah 3 Sulardi. SE Pemerintah Desa 4 Nanang Marwoto Pemerintah Desa 5 Abdullah Swasta 6 Suraji Masyarakat 7 Joko Masyarakat 8 Marimo Masyarakat 9 Kastono Masyarakat 10 Kasiem Masyarakat 11 Agung Masyarakat 12 Aminah Masyarakat 13 Sutarso Masyarakat 14 Rista Wisatawan 15 Fatih Wisatawan 16 Ajeng Wisatawan 17 Albert Wisatawan 18 Tony Wisatawan Sumber : Data Primer, diolah Januari 2011
commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Potensi Ekowisata Di Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar. Desa Berjo adalah desa wisata yang berbasis wisata alam, namun selain mempunyai potensi wisata alam, Desa Berjo juga mempunyai potensi wisata kebudayaan. Dari potensi tersebut Desa Berjo mempunyai daya tarik tersendiri untuk dijadikan suatu obyek wisata dan dikunjungi oleh wisatawan. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Bapak Suparno, Pegawai Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar bagian Pemasaran, bahwa alasan pengembangan wisata di Desa Berjo adalah potensi alam yang sangat mendukung untuk dikembangkan, serta potensi budaya yang ada di Desa Berjo. Yang dimaksud dengan potensi wisata alam disini adalah seluruh keindahan yang ada di alam dan berkaitan dengan lingkungan alam dengan segala bentuk kehidupan dalam kondisi apa adanya. Sedangkan yang dimaksud dengan kebudayaan disini ialah kebudayaan dalam arti luas, tidak hanya meliputi ‘kebudayaan tinggi’ seperti kesenian atau perikehidupan keraton dan sebagainya, akan tetapi juga meliputi adat istiadat dan segala kebiasaan yang hidup di tengah-tengah suatu masyarakat : pakaiannya, caranya berbicara, kegiatannya di pasar, dan sebagainya. Pokoknya semua act dan artifact (tingkah laku dan hasil karya) sesuatu masyarakat, dan tidak hanya kebudayaan yang masih hidup, akan tetapi juga kebudayaan yang berupa commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
peninggalan-peninggalan atau tempat-tempat bersejarah. (Soekadijo, 1997 : 54 ). Dari pernyataan di atas maka dapat diketahui atraksi ekowisata di Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Atraksi wisata adalah atraksi yang diidentifikasikan dalam suatu penelitian tentang kegiatan yang ditawarkan dalam pariwisata, dan telah dikembangkan menjadi atraksi wisata yang berkualitas dan memiliki asesibilitas yang baik. Desa Berjo mempunyai kondisi pedesaan yang masih alami karena merupakan daerah pegunungan serta mempunyai warisan budaya yang sangat luar biasa, sehingga wisatawan dapat menikmati atraksi wisata yang ada di Desa Berjo. Berikut ini adalah atraksi wisata yang ditawarkan di Desa Berjo : a. Atraksi Wisata Alam Atraksi wisata alam adalah seluruh keindahan alam yang dijadikan daya tarik wisatawan untuk berwisata.Dalam Atraksi wisata alam di Desa Berjo diantaranya adalah 1) Air Terjun Air Terjun di Desa Berjo terletak di Obyek Wisata Jumog. Keindahan air terjunlah yang menjadikan wisatawan datang ke obyek wisata Jumog. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Nanang Marwoto : commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“ Tujuan utama wisatawan datang ke Obyek Wisata Jumog adalah air terjunnya mas, embun yang dihasilkan dari air terjun menjadi sensasi tersendiri bagi wisatawan. (Hasil wawancara tanggal 4 Januari 2011)
2) Telaga Alami Telaga yang ada di Desa Berjo airnya bersumber dari mata air di lereng Barat Gunung Lawu. Danau yang juga disebut warga sebagai Telaga Wurung ini menjadi tumpuan kehidupan warga karena airnya tak pernah surut meski musim kemarau panjang melanda. Keadaan telaga yang masih sangat terjaga kealamiannya, menjadikan obyek ini sangat disukai anak-anak muda untuk berlibur di telaga ini. Hal ini seperti diungkapkan Ibu Marimo : “ Telaga madirdo ini sangat disukai anak-anak muda mas, mereka biasanya datang bersama pacarnya atau rombongannya, terus bermalam di sekitar telaga. “ (Hasil wawancara tanggal 31 Januari 2011)
3) Taman Hutan Taman Hutan di Desa Berjo ini merupakan hutan pinus yang sangat cocok untuk kegiatan rekreasi alam dan perkemahan remaja dengan pemandangan yang indah dan sejuk. Hal ini juga diterangkan Bapak Sulardi : “ Hutan Raya biasanya wisatawan untuk jalanjalan menikmati suasana hutan yang sejuk, serta untuk berkemah di masa liburan. “ commit to user (Hasil wawancara tanggal 31 Januari 2011)
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Atraksi Wisata Budaya Atraksi wisata kebudayaan adalah semua ciri khas tradisional Desa Berjo yang menarik dan bisa membuat wisatawan untuk datang ke Desa Berjo, diantaranya adalah sebagai berikut : 1) Candi Sukuh Candi Sukuh merupakan candi peninggalan Agama Hindu yang mempunyai nilai budaya sangat tinggi. Bentuk Candi yang sangat unik membuat wisatawan lokal maupun mancanegara sangat tertarik
untuk menikmati dan mengkaji lebih dalam nilai-nilai
yang terdapat pada Candi. Hal ini seperti diungkapkan oleh Bapak Sulardi “ Bentuk Candi Sukuh yang unik mas, membuat banyak orang tertarik untuk menikmati keindahan serta mempelajari relief-relief yang ada di Candi. (Hasil wawancara tanggal 3 Januari 2011)
2) Candi Planggatan Candi Planggatan adalah situs yang sudah dimasukan ke dalam warisan peninggalan sejarah oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah. Keadaan Candi yang berada di tengah-tengah perkampungan, menjadikan suasana yang berbeda yang dirasakan oleh wisatawan. Hal ini juga diungkapkan oleh Bapak Suraji sebagai berikut : commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“ Candi Planggatan ini seperti rumah biasa mas, letaknya ditengah-tengah desa kami.” (Hasil wawancara tanggal 4 Januari 2011)
3) Kesenian lesung “Tunggal Laras” Peralatan pokok yang digunakan yaitu lesung dan alu sebagai penumbuknya. Namun, sekarang sudah divariasikan dengan gendang dan beberapa jenis alat musik gamelan lain untuk menambah keanekaragaman permainan musiknya. Hal ini juga dijelaskan Agung, pengurus seni di Desa Berjo : ” Kesenian lesung ini sangat menarik mas, alat-alat yang digunakan adalah lesung yang biasanya digunakan sebagai menumbuk, dan sering kami pentaskan di Candi Sukuh dalam suatu event- event tertentu” (Hasil wawancara tanggal 3 Januari 2011)
4) Kesenian Bambu “Mekar Sari” Semenjak berdiri alat yang dipergunakan hanya kentongan saja. Namun dengan bertambahnya waktu, alat yang digunakan semakin beragam, antara lain kentongan, gendang, dan angklung. Hal ini diungkapkan Sulardi, selaku wakil Pemerintah Desa yang ikut mengurusi seni Di Desa Berjo : ”Kami terus mengembangkan Seni Bambu dan Seni Lesung mas, karena ini juga menjadi daya tarik wisatawan” (Hasil wawancara tanggal 3 Januari 2011) commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Untuk lebih jelasnya mengenai atraksi wisata yang ada di Desa Berjo dapat dilihat melalui matriks berikut ini : Matriks. 2 Atraksi Wisata di Desa Berjo No 1
Kategori Alam
Atraksi Wisata 1. Air Terjun 2. Telaga Alami 3. Hutan Raya
2
Budaya
1.
Candi Sukuh
2.
Candi Planggatan
3.
Kesenian Lesung
4.
Kesenian Bambu
Sumber: Data Primer, diolah Januari 2011
commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. POLA
PENGEMBANGAN
EKOWISATA
BERBASIS
MASYARAKAT DI DESA BERJO Pola pengembangan ekowisata berbasis masyarakat merupakan suatu bentuk kepedulian masyarakat Desa Berjo untuk mencapai tujuan bersama, yaitu mewujudkan sebuah tujuan wisata yang baru dan alami serta dibarengi dengan usaha peningkatan pendapatan masyarakat sekitarnya menuju pada taraf kehidupan yang lebih baik. Keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh sumber-sumber pembangunan yang ada pada suatu tempat. Salah satu kunci keberhasilan dalam pembangunan adalah keikutsertaan masyarakat atau lebih tepatnya disebut dengan partisipasi masyarakat. Pola masyarakat dalam pengembangan ekowisata di Desa Berjo dibagi menjadi tiga tahapan partisipasi, yaitu: a. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pengembangan. b. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pengembangan. c. Partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan pengembangan. Untuk
lebih jelasnya akan
penulis
masyarakat dalam setiap tahapan berikut ini :
commit to user
uraikan
keikutsertaan
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.1
Partisipasi
Masyarakat
dalam
Perencanaan
Pengembangan
Ekowisata di Desa Berjo. Seperti diketahui bahwa perencanaan dalam arti seluas-luasnya tidak lain adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan perencanaan pembangunan sendiri adalah suatu pengarahan penggunaan sumber-sumber pembangunan yang terbatas adanya, untuk mencapai tujuan-tujuan keadaan sosial ekonomi yang lebih baik secara lebih efisien dan efektif. Sehingga, satu hal yang harus disadari disini bahwa perencanaan memiliki pengaruh yang besar dan keberhasilan suatu pembangunan sangat bergantung pada kecermatan perencanaan yang dibuat. Partisipasi
masyarakat
Desa
Berjo
dalam
perencanaan
pembangunan dan pengembangan ekowisata dapat dilihat secara langsung dari kenyataan di lapangan dan dapat dipahami dari pernyataan dan pengakuan masyarakat setempat, tentang keikutsertaan mereka dalam perencanaan dan pengembangan ekowisata di daerah tersebut. Partisipasi
masyarakat
Desa
Berjo
dalam
perencanaan
pembangunan dan pengembangan ekowisata diwujudkan dengan memberikan ide, gagasan, pendapat serta kegiatan pelatihan yang dilandasi keyakinan bahwa daerahnya memiliki keindahan alam pegunungan, serta peninggalan budaya yang perlu dilestarikan, commit to user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dikelola dan dikembangkan menjadi sebuah ekowisata yang menarik, sekaligus juga akan memberikan pengaruh sosial ekonomi yaitu akan membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Desa Berjo. Keberhasilan suatu program sangat dipengaruhi oleh keaktifan dari masyarakat dalam setiap kegiatan. Hal tersebut dapat diketahui dari pernyataan Bapak Sulardi, Sekretaris Desa Berjo berikut ini: "...Dalam pengembangan wisata di desa ini, sering diadakan perkumpulan rapat tokoh masyarakat Desa Berjo guna membahas pengembangan potensi wisata di desa kami ini ada juga penyuluhan- penyuluhan dari pemerintah ,hasilnya mas, Desa Berjo ini satu satunya desa yang mempunyai badan usaha milik desa ( BUM D E S). …Badan ini mempunyai fungsi menjalankan tugas yaitu mengelola wisata yang ada, dengan pertanggung jawaban pada desa " (Sumber: Wawancara. 3 Januari 2011)
Hal senada juga diungkapkan oleh Mas Nanang Marwoto, selaku anggota pengelola wisata dan anggota BUMDES: “….Di desa ini mas, tiap 1 bulan diadakan rapat khusus BUMDES dan tiap 3 bulan diadakan rapat yang membahas tentang wisata di Desa Berjo ini, baik laporan pendapatan, maupun perencanaan yang akan dilakukan, dan a (Sumber: Wawancara. 4 Januari 2011)
Kekayaan alam dari Desa Berjo itu sendiri merupakan salah satu nilai lebih, oleh karena itu warga masyarakat berinisiatif untuk berpartisipasi dalam mengembangkan commit to user obyek-obyek wisata yang ada di
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Desa Berjo dengan membentuk BUMDES
yang sebelumnya
dikembangkan oleh pihak luar desa diantaranya PT. Jumog Kreatif, serta dari Pengelola Taman Hutan Raya. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Pak Abdullah itu sendiri yang sekarang mengelola Out Bond serta Homestay di kawasan Candi Sukuh yaitu: "...saya disini sudah lama mas. Saya mengagumi wisata yang ada di desa Berjo ini. Dulu saya mengelola Jumog mas, tetapi berhubung sekarang di kelola BUMDES, saya ganti mengelola Out Bond di Candi Sukuh ini. (Sumber: Wawancara, 5 Januari 2011)
Selain itu juga diungkapkan Lilik S, pengelola Taman Hutan Rakyat (TAHURA) Dulu awalnya hutan ini tidak kami publikasikan, tetapi mulai tahun 2010 setelah mendapat bantuan dari pusat, kami memusyawarahkan bersama pemerintah daerah yaitu kalurahan guna mengelola bersama potensi wisata ini. (Sumber: Wawancara, 31 Januari 2011) Pengembangan ekowisata tersebut juga melibatkan masyarakat desa setempat. Hal ini ditunjukkan dengan pernyataan Bapak Suraji selaku Ketua RT Dukuh Tagung " Kalau ada rapat, saya aktif mas. Karena disini posisi saya sebagai wakil dari masyarakat desa, jadi apa yang diinginkan warga masyarakat saya harus benar-benar mengerti dan disampaikan di pertemuan-pertemuan seperti ini....," ( Sumber: Wawancara, 4 Januari 2011)
commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Selain itu, perencanaan pengembangan juga melibatkan Karang Taruna desa setempat guna lebih memberdayakan pemuda. Hal ini diungkapkan oleh Joko, selaku Ketua Karang Taruna Dukuh Berjo. ”...Kalau ada rapat, saya tidak jarang diundang mas, ya sebagai wakil karangtaruna yang nantinya ikut mengembangkan wisata gitu, lebih kongkritnya pemuda biasanya dikasih bagian parkiran.” (Sumber: Wawancara, 5 Januari 2011)
Hal ini juga diutarakan Mas Agung, selaku pimpinan dalam pelatihan seni musik Lesung Bambu yang difasilitasi oleh pemerintah desa ” Saya sering ikut rapat mas, selain rapat partisipasi kami selaku pemuda ya latihan seni ini, nantinya kami manggung di wisata pada saat ada event ” (Sumber: Wawancara, 5 Januari 2011)
Hal tersebut menunjukkan bahwa peran atau partisipasi masyarakat dalam perencanaan mempunyai pengaruh yang besar, tepatnya dalam suatu kegiatan. Dalam hal ini Bapak Sulardi. Sekretaris Desa Berjo memberi tanggapan sebagai berikut: " Dari awal tujuan pengembangan potensi wisata di Desa Berjo ini adalah memberdayakan masyarakat desa kami, agar warga kami lebih mendapatkan manfaat dari apa yang dimiliki mereka di desanya.. Hal ini dapat dilihal pada partisipasi masyarakat yang tinggi. Wong gak diundang tapi dengar saja mereka pasti datang kok. Ini karena rasa gotong royong dari masyarakat sinicommit masih totinggi, user mas. Mereka juga sadar akan
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dampak positif yang timbul dari pengembangan ini, karena nanti hasilnya buat masyarakat juga " (Sumber: Wawancara, 3 Januari 2011)
Partisipasi disini dapat dilihat bahwa masyarakat merupakan aktor utama dalam pembangunan. Sedangkan peran dari Pemerintah Desa sendiri sebagai media dan memegang peranan administratif, yaitu agar bisa mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Hal ini ditandai dengan antusiasme yang tinggi dari masyarakat dalam mengikuti semua program pengembangan setiap
pertemuan
yang
telah
ditetapkan
dalam
oleh Pemerintah Desa dan Dinas Pariwisata
Kabupaten Karanganyar. Hal ini persis di sampaikan oleh Bapak Ir. Sukarno, MT selaku Kasubbag Perencanaan Dinas Pariwisata Kabupaten Karanganyar: ” Peran Pemerintah Daerah sendiri dalam pengembangan ekowisata yang terdapat di Desa Berjo sangat penting. Peran Dinas Pariwisata sendiri adalah dengan meningkatkan SDM masyarakat Desa Berjo di bidang kepariwisataan.Seperti mengadakan pelatihan-pelatihan, sosialisasi tentang pariwisata, serta melakukan promosi ke daerah lain.” . (Sumber: Wawancara, 7 Januari 2011)
Adanya kegiatan untuk mrningkatkan SDM masyarakat Desa Berjo di bidang kepariwisataan dibuktikan dengan yang dikatakan Ibu Kasiem, perintis usaha serba wortel serta pemilik warung makan: commit to user
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
”Usaha saya ini dulunya ya dari pelatihan ini mas, saya ikut rapat dan pelatihan yang tidak lain tujuannya untuk lebih mengembangkan ibu-ibu di Desa Berjo ini. (Sumber: Wawancara, 5 Januari 2011)
Hal lain yang ikut mendasari warga masyarakat selalu datang pada setiap pertemuan-pertemuan adalah karena kepedulian pada daerahnya dan masyarakatnya sendiri yaitu untuk menaikkan taraf penghidupan dan kehidupan ekonomi masyarakat. Yang berarti menciptakan situasi dan kondisi, kekuatan dan kemampuan desa serta masyarakat desa dalam suatu tingkat yang lebih kuat dan nyata untuk tahap-tahap pembangunan selanjutnya. Hal ini didukung oleh sifat dari masyarakat desa sendiri yang masih menjunjung tinggi asas gotong royong. Seperti yang diungkapkan Ibu Marimo, pemilik usaha Homestay Orang daerah sini itu mas, kerja baktinya masih pada semangat, dulu itu ada kerja bakti pengecoran jalan, dana dari pusat tidak mencukupi, akhirnya warga swadaya patungan untuk menyelesaikan proyek itu, dan iurannya juga besar. Dan waktu pelaksanaannya, dari bapak-bapak sampe ibu-ibu keluar semua untuk membantu penyelesaian pengecoran jalan.Ada yang masak, bantu ngecor jalan...pokoknya pada semangat mas....” (Sumber: Wawancara, 31 Januari 2011)
Selain itu Bapak Kastono juga mengemukakan : “Kula tumut kegiatan ngoten niku mboten wonten pamrihe commit to user kok, mas. Wong niku niat kula piyambak. Amargi nggih kaitane
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kaleh warga mriki kiambak. Dados rnangke menawi hasile sae, wangsule nggih teng warga mriki kiambak, saged ndadosaken rejaning deso mriki. Mekanten , mas. " (Sumber: Wawancara, 5 Januari 2011)
(Saya ikut kegiatan seperti itu tidak ada pamrihnya, mas. itu semua niat saya sendiri. Sebab ada kaitannya dengan warga desa ini sendiri. Jadi apabila hasilnya baik, akan kembali pada warga sendiri, dapat memajukan bagi desa.)
Pada awal mulanya pengembangan potensi ekowisata di Desa Berjo ini merupakan rencana yang tertunda. Setelah dulu sekitar tahun 1992 dari warga desa telah berupaya untuk mengajak Pemerintah Daerah untuk bersama-sama membangun dan mengembangkan obyek wisata baru di sekitar Candi Sukuh dan Air Terjun Jumog. Tetapi rencana ini tidak mendapat respons dari Pemerintah Daerah dan akhirnya rencana itu tidak terlaksana. Setelah beberapa tahun tidak ditindak lanjuti, akhirnya rencana tersebut berlanjut pada tahun 2004. Hal itu bermula ketika salah seorang warga desa dan beberapa aparat Pemerintahan
Desa
berdiskusi
bagaimana
kalau
rencana
pengembangan air terjun itu dilanjutkan. Hal ini dilakukan setelah sebelumnya dilakukan survey bersama-sama di lokasi air terjun, yang memang kondisi alamnya sangat sulit dijangkau. Kemudian setelah itu baru diberitahukan kepada masyarakat desa dan akhirnya diadakan pertemuan yang mengikutsertakan semua komponen masyarakat yang commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ada di Desa Berjo. Hal tersebut dijelaskan oleh pernyataan Bapak Sulardi selaku Sekretaris Desa : "Sebenarnya pihak desa sudah lama ingin mernanfaatkan tanah kas desa ilu untuk dijadikan obyek wisata, karena tidak ada dana dan dukungan dari Pemerintah, ya jadinya menunggu ada investor masuk. Padahal pembangunan obyek tersebut akan memberi manfaat bagi masyarakat dan memberi tambahan bagi kas Desa. " (Sumber: Wawancara. 5 januari 2011)
Pada awalnya Pemerintah Desa sepakat agar wisata ini dapat dikelola sendiri yaitu bersama warga Desa Berjo sendiri. Sedangkan Pemerintah Desa menawarkan kepada masyarakat Desa Berjo yang mungkin bisa menjadi investor di dalam rencana tersebut. Tetapi dari masyarakat sendiri tidak ada yang sanggup. Kemudian Pemerintah Desa melihat ada seorang warga keturunan Arab yang memang telah lama bermukim di Desa Berjo dan memiliki potensi untuk menjadi investor. Setelah Pemerintah Desa mengutarakan maksudnya, ternyata dari pihak investor itu menyanggupi. Tetapi dari pihak Pemerintah Desa menginginkan investor adalah sebuah badan dan bukan individu. Warga keturunan Arab yang bernama Abdullah Faray Abdad itupun akhirnya membentuk sebuah badan untuk mengelola obyek wisata Air Terjun Jumog yang diberi nama PT. Jumog Kreatif. Setelah berjalan hampir tiga tahun, akhirnya pengelolaan wisata di Desa Berjocommit dilakukan sepenuhnya oleh BUMDES yaitu to user
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Badan Usaha Milik Desa yang bertanggung jawab mengelola wisata. Setelah 1 tahun berjalan, pemerintah desa mulai mengembangkan wisata-wisata lain yang ada di Desa Berjo ini, diantaranya yaitu Taman Hutan Rakyat ( TAHURA) yang letaknya di atas Candi Sukuh yang memiliki potensi wisata alam yang sangat luar biasa, Telaga Madirda yang memiliki pesona alam yang masih terlihat alami, serta Candi Planggatan peninggalan pubakala yang tercatat dalam Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Indonesia. Selain itu, ada juga potensi wisata yang lain yaitu Candi Sukuh. Akan tetapi dalam pelaksanaan pengelolaannya sepenuhnya dikelola Dinas
Pariwisata
Kabupaten
Karanganyar.
Sedangkan
warga
masyarakat berpartisipasi dalam menyediakan sarana bagi wisatawan diantaranya Home Stay,warung makan, serta fasilitas lain yang bermanfaat serta memberikan nilai ekonomi bagi warga. Dalam suatu pembangunan, proses perencanaan merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan sebelum melakukan kegiatan yang lain, dan perencanaan juga mempunyai arti yang strategis. Seperti dalam kasus ini dimana perencanaan yang matang sangat menentukan berhasil tidaknya pembangunan jangka panjang dan bertahap seperti dalam pengembangan ekowisata di Desa Berjo. Pada situasi seperti inilah masyarakat dilibatkan dan dituntut untuk bebas mengeluarkan ide-ide dan gagasan-gagasan yang dirasa perlu dan dibutuhkan dalam pengembangan wilayah mereka. commit to user
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pembangunan pariwisata yang seperti ini sesuai dengan misi yang telah dirumuskan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Karanganyar, yaitu: 1. Meningkatkan pengelolaan obyek dan daya tarik wisata, baik wisata alam
budaya dan buatan secara profesional yang
berwawasan lingkungan dan berbasis masyarakat. 2. Meningkatkan
kualitas
sarana
dan
prasarana
pariwisata
serta meningkatkan pelayanan pariwisata. 3. Meningkatkan peran serta swasta dan masyarakat dalam usaha kepariwisataan dan menjadikan industri pariwisata sebagai andalan untuk menciptakan kesempatan kerja. 4. Meningkatkan promosi pariwisata, meningkatkan kerjasama dengan daerah lain yang saling menguntungkan dalam rangka mendorong tumbuhnya pemasaran pariwisata. 5. Meningkatkan
kualitas
sumber
daya
manusia
di
bidang
kepariwisataan. Bentuk
partisipasi
masyarakat
dalam
perencanaan
pengembangan yaitu memberikan ide, gagasan dalam pertemuan yang diikuti, dan hal ini sesuai dengan skema unit-unit dasar tindakan sosial yang disusun Parsons yaitu individu selaku aktor, dipandang sebagai pemburu tujuan-tujuan tertentu, serta aktor mempunyai alternatif cara, alat serta teknik untuk mencapai tujuannya.Tipe tindakan informan berdasarkan rasionalitas tindakan sosial yang dikemukakan Weber commit to user
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
adalah tipe tindakan sosial Zwekrational Action, dimana informan mengetahui cara yang terbaik untuk mencapai tujuan dan menentukan nilai dari tujuan tersebut. Partisipasi
informan
dalam
perencanaan
pengembangan
ekowisata di Desa Berjo dapat dilihat dari matriks berikut.
commit to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Matriks. 3 Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pengembangan Ekowisata di Desa Berjo No 1
Status
Partisipasi dalam Perencanaan
Informan (Dinas
Pariwisata
Menyusun rencana program-program pengembangan ekowisata
Karanganyar, Aparat Desa Sebagai pihak pengundang dalam suatu pertemuan, serta memberikan masukan Berjo) gagasan serta pendapat. Sebagai pengelola yang memberikan masukan dalam rapat-rapat perencanaan pengembangan 4 Sebagai pihak swasta yang memberikan Responden masukan serta usulan guna lancarnya ( Masyarakat Desa, Pihak pengembangan wisata. Swasta, Pemuda, Memberikan usulan atau gagasan dari Pedagang) warganya serta menyampaikan program dari pemerintah dalam halnya pengembangan ekowisata di desanya. Menyampaikan masukan dan usulan dari pemuda kepada pemerintah, menjadi perantara dari pemerintah, serta memutuskan rencana kerja untuk pemuda dalam pelaksanaan pengembangan wisata Menghadiri rapat dalam kaitannya pengembangan ekowisata di Desa Berjo Menghadiri rapat Menghadiri rapat serta pelatihanpelatihan yang diadakan dalam kaitannya pengembangan wisata Sumber : Data primer, diolah Januari 2011 Berdasarkan matriks diatas dapat diketahui bahwa partisipasi masyarakat dalam pengembangan ekowisata di Desa Berjo khususnya dalam perencanaan ini bersifat aktif dimana pihak-pihak yang mewakili masyarakat
masyarakat
mampu
melakukan
sekaliguscommit memperjuangkan to user
hak
sosialisai dan
terhadap
kepentingan
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masyarakat dan mendorong masyarakat untuk terlibat langsung dalam setiap tahap partisipasi.
3.2 Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Pengembangan Ekowisata di Desa Berjo. Pada tingkatan pelaksanaan program ini pengukurannya bertitik pangkal pada sejauh mana masyarakat secara nyata terlibat di dalam aktivitas-aktivitas riil yang merupakan perwujudan program-program yang telah direncanakan. Dalam tahap pelaksanaan ini, partisipasi masyarakat ditunjukkan dengan memberikan sumbangan materi ataupun non-materi. Maksud dan tujuan dari pelaksanaan kegiatan pengembangan ekowisata di Desa Berjo ini sendiri seperti yang telah tertera dalam Surat Perjanjian Kerja Sama antara Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa dan Badan Usaha Milik Desa, yaitu: 1. Mengembangkan
kepariwisataan
Daerah
yang
berwawasan
lingkungan dan kebudayaan dan berbasis masyarakat. 2. Mengembangkan kerja sama antara Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa Berjo, dengan badan usaha milik desa dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Karanganyar. 3. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam sektor pariwisata. Dalam tahap pelaksanaan ini partisipasi masyarakat dapat dilihat secara nyata dimana penduduk laki-laki mendominasi dalam commit to user
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
setiap kegiatan fisik yang diadakan di daerah tersebut, namun peran wanita dalam pelaksanaan pengembangan wisata di Desa Berjo juga penting guna menunjang dalam pengembangan
wisata. Pada
pelaksanaan ini penduduk laki-laki yang berusia muda dan produktif mempunyai tanggung jawab dalam melaksanakan pembangunan yang bersifat fisik sesuai dengan kondisi yang ada dalam masyarakat. Sedangkan penduduk laki-laki yang usianya sudah tua, perannya lebih pada memberikan pengarahan dan motivasi pada penduduk yang lebih muda. Namun tidak jarang pula, ada penduduk yang sudah tua dan tidak layak dalam kegiatan fisik namun tetap mengikuti kegiatan yang seharusnya dikerjakan warga yang lebih muda. Hal ini merupakan salah satu bentuk sifat gotong royong dari warga yang aktif berpartisipasi dalam pembangunan terutama pembangunan di bidang pariwisata di daerahnya. Sarana fisik yang telah dibangun baik oleh warga maupun dari Pemerintah Daerah yaitu diantaranya adalah 1. Akses menuju lokasi Air Terjun Jumog yaitu jalan utama yang sudah diaspal dan jalan menuju lokasi air terjun yang sudah bisa dilewati. Seperti diketahui bahwa pada Januari 2010 telah terjadi longsor disekitar jalan masuk lokasi air terjun, selanjutnya dengan gotong royong warga membuat jalan baru di bawah jalan lama 2. Akses jalan menuju Tawangmangu yang sebelumnya hanya bisa dilewati oleh pejalan kaki. Dalam pembangunan ini menggunakan commit to user
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dana swadaya dari masyarakat desa Berjo yang jumlahnya sangat besar. 3. Pengembangan wahana di Telaga Madirdo oleh warga dengan gotong royong memperbaiki jalan masuk serta penambahan fasilitas umum seperti gapura selamat datang, tempat duduk wisatawan, arena bermain, serta toilet 4. Pembersihan Candi Planggatan yang banyak ditumbuhi ilalang. Dalam pelaksanaan program pembangunan dan pengembangan ekowisata di Desa Berjo ini, penulis mengkategorikan menjadi 2 jenis kegiatan, yaitu: a. Pelaksanaan pembangunan di dalam obyek wisata b. Pelaksanaan pembangunan di luar obyek wisata. Kegiatan masyarakat yang secara aktif berpartisipasi dalam pelaksanaan pembangunan dan semacam ini merupakan salah satu bentuk
penyaluran
ide
yang
aktif
dan
berinisiatif
untuk
mengembangkan daerahnya secara kolektif. Partisipasi tersebut ditunjukkan tidak hanya dengan memberikan sumbangan yaitu waktu dan tenaga, tetapi juga materi. Kesediaan masyarakat dalam kegiatan partisipasi semacam ini merupakan tanda adanya kemampuan awal masyarakat itu untuk berkembang dan mandiri. Penggolongan jenis kegiatan yang dilaksanakan di Desa Berjo, yaitu: a. Pelaksanaan Pembangunan di dalam Ekowisata. commit to user
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam pelaksanaan pembangunan di dalam lokasi wisata ini dari
awal
memang
sudah
mcnjadi
kesepakatan
bahwa
pembangunan fisik maupun non-fisik yang diadakan di dalam lokasi wisata adalah menjadi tanggungan dari pihak ketiga. Dalam hal ini yaitu BUMDES. Pembangunan fisik yang telah dibangun dalam lokasi obyek wisata itu antara lain: loket tiket untuk pembelian karcis masuk, restaurant, tempat permainan anak, dan pengeras suara yang diletakkan disudut-sudut lokasi wisata itu. Untuk pembangunan fisik dalam obyek wisata selama sekitar 3 tahun ini terbilang masih kurang jika dibandingkan dengan obyek wisata unggulan lain di Kabupaten Karanganyar. Tapi hal ini tidak mempengaruhi jumlah angka pengunjung di obyek wisata di Desa Berjo. Dari data yang diperoleh dari Dinas Pariwisata Kabupaten Karanganyar, angka pengunjung di salah satu obyek wisata Desa Berjo
yaitu obyek wisata Air Terjun Jumog ini menduduki
peringkat kedua setelah air terjun Grojogan Sewu yang berada di Tawangmangu. Hal itu juga diperjelas dari pernyataan Bapak Sulardi, selaku sekretaris Desa Berjo. "Memang pembangunan wisata di Desa Berjo ini masih kurang mas, warga dan pemerintah pun saya kira juga berpikiran sama. Pembangunan ini sebagian besar dari dana warga serta pemerintah desa, untuk dari pemerintah daerah masih sulit. Tapi kami sudah bangga ms dengan ini, buktinya commit to user
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kunjungan wisatawan di tempat kami terbanyak nomor 2 di daerah Karanganyar. (Sumber: Wawancara , 3 Januari)
Pembangunan dalam obyek wisata memang sepenuhnya menjadi tanggung jawab BUMDES selaku pengelola wisata. Akan tetapi masih ada ruang-ruang yang bisa dirnanfaatkan oleh warga sekitar. Hal ini ditandai dengan adanya pedagang yang bermukim di dalam obyek wisata. Pedagang sate kelinci, pedagang bunga, dan pedagang makanan lainnya yang merupakan warga lokal ini ingin ikut menikmati ramainya pengunjung air terjun sekaligus mencoba mencari rejeki dengan berjualan. Tapi sesuai ketentuan yang ada, setiap pedagang yang membuka stand di dalam obyek wisata diwajibkan membayar uang sewa sebesar Rp. 1.500.000 per bulan kepada pihak pengelola obyek wisata. Daya tarik obyek wisata ini memang dirasakan oleh masyarakat Desa Berjo. Hal ini dijelaskan oleh bapak Sulardi, selaku Sekretaris Desa Berjo. Beliau melihat bahwa jika pembangunan dan pengembangan di wisata ini dapat berjalan dengan baik, maka akan membawa manfaat yang besar bagi penduduk sekitar. Hal ini dipertegas dengan pernyataan Ibu Kasiem: ” Karena saya melihat benyaknya pengunjung di wisata ini mas, saya ya jadi berinisiatif mencari tambahan penghasilan commit to user dengan menjajakan produk saya di area wisata...”
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(Sumber: Wawancara, 5 januari 2011)
Hal senada juga diutarakan oleh Bapak Kastono, pedagang makanan di sekitar wisata Candi Sukuh "...Kalau saya melihat perkembangan obyek wisata ini yang terus bertambah, maka saya mengambil stand di sekitar Candi Sukuh ini mas..." (Sumber: Wawancara, 5 januari 2011)
Badan Usaha Milik Desa selaku pelaksana pengelola wisata di Desa Berjo memiliki 8 orang pegawai, dimana pegawai-pegawai tersebut terbagi dalam beberapa jenis pekerjaan. Semua pegawai dari BUMDES ini merupakan warga masyarakat sekitar yang sebelumnya memang tidak mempunyai pekerjaan. Semua ini memang merupakan salah satu kesepakatan antara BUMDES dengan Pemerintah Desa bahwa semua sumber daya manusia yang berhubungan dengan pengelolaan wisata harus berasal dari warga lokal. Semua ini merupakan salah satu bentuk partisipasi masyarakat dan juga proses pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan obyek wisata di Desa Berjo. Hal ini diperkuat dengan pernyataan dari Nanang Marwoto berikut ini: "Semua tenaga yang mengelola wisata di Desa Berjo berasal dari daerah sini. Karena ini mencpakan salah salu kesepakatan
dengan
Pemdes
yang
mengharuskan
mernberdayakan masyarakat desa, tentunya yang menjadi isi utama dari kesepakatan tersebut commit to user mengenai pembagian hasil, hak
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan kewajiban semua pihak dimana saya sebagai pengelola berkewjiban
membangun
dan
mengelola
obyek
dibawah
pengawasan Pemdes " (Sumber: Wawancara, 4 januari 2011)
Pada pelaksanaannya, obyek wisata di Desa Berjo yang sudah dikelola dengan serius baru dua obyek, dalam artian adanya pemanfaatan ekonomi yaitu penarikan biaya masuk untuk ke obyek wisata yang dikunjungi. Sedangkan wisata lain yang berada di Desa Berjo seperti Candi Planggatan, Telaga Madirdo, Taman Hutan Rakyat (TAHURA) pemanfaatan dalam hal ekonomi baru sekedar karcis parkir serta penginapan. Untuk pengunjung yang ingin melihat secara dekat obyek wisata. karcis atau tanda masuk obyek wisata itu harganya sebesar Rp. 3.000,00 untuk satu orang, baik dewasa maupun anak-anak, namun pada wisata Candi Sukuh,pengelolaan retribusi sepenuhnya dikelola pemerintah daerah. Penentuan harga tiket masuk Air Terjun Jumog ini diperoleh dari kesepakatan antara BUMDES dengan Pemerintah Daerah. Dimana dari pihak Pemerintah Daerah rnelibatkan Dinas Pariwisata, Dipenda dan juga Bappeda dalam hal ini. Sedangkan dari pengunjung yang berdomisili di Desa Berjo tidak dikenakan biaya masuk. Rata-rata penjualan karcis masuk untuk hari biasa sekitar 100 karcis, sedangkan hari Minggu dan hari libur nasional serta hari besar keagamaan bisa mencapai 400-500 karcis, bahkan commit to user
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk tahun baru 2011 kemarin penjualan mencapai 2000 tiket dalam 1 hari. Pembagian pendapatan dari hasil penjualan tiket atau karcis masuk sebagaimana disepakati bersama yaitu sebagai berikut: 1.
Pihak pertama Pemerintah Daerah mendapatkan 30% dari seluruh pendapatan bersih penjualan karcis tanda masuk.
2.
Pihak kedua Pemerintah Desa mendapatkan 30 % dari seluruh pendapatan bersih penjualan karcis tanda masuk.
3.
Pihak ketiga BUMDES
yang mengelola obyek wisata
mendapatkan 40 % dari seluruh pendapatan bersih penjualan karcis tanda masuk. 4.
Semua pendapatan yang diterima harus dipotong pajak sebesar 10%. Dalam pembagian hasil, pihak ketiga mendapatkan bagian
yang lebih besar dari pada pihak pertama dan kedua. Hal ini dikarenakan pihak ketiga merupakan pengelola yang berkewajiban membangun sarana pariwisata di dalam obyek wisata. Dalam perjanjian yang telah disepakati, pihak ketiga memiliki kewajiban: a. Memungut retribusi kepada pengunjung sesuai ketentuan Undang Undang yang berlaku. b. Menyetorkan pendapatan sebagaimana dengan porsi masingmasing pihak dan untuk bagian dari pihak pertama disetorkan ke Kas Daerah setiap bulannya selambat-lambatnya tanggal 10 commit to user
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bulan berikutnya setiap bulan hingga berakhirnya masa perjanjian ini. c. Mengirimkan laporan keuangan kepada pihak pertama yaitu Pemerintah Daerah setiap bulan selama perjanjian berlangsung. d. Membantu pelaksanaan proses audit yang dilakukan oleh pihak pertama terhadap laporan keuangan pihak ketiga BUMDES. e. Membuat rencana pengembangan obyek wisata baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang untuk dibahas bersama dengan pihak pertama. f. Membangun dan atau menyediakan fasilitas pendukung pengembangan
obyek
wisata
dengan
kesepakatan
dan
persetujuan pihak pertama. g. Menjaga kebersihan, keamanan, kenyamanan dan kelestarian lingkungan obyek wisata. h. Wajib menaati semua ketentuan yang ada dalam perjanjian. Selain itu, pengelolaan penyewaan lahan di dalam wisata yang digunakan untuk berjualan juga dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa yang pada pelaksanaannya juga diserahkan kepada dan warga Desa Berjo dengan melalui perjanjian terlebih dahulu. Dalam pelaksanaan pengembangan ekowisata di Desa Berjo, partisipasi lain dari masyarakat di dalam obyek wisata untuk lebih meningkatkan
minat wisatawan berkunjung yaitu dengan
mengadakan kegiatan seperti pementasan tari, dan seni lain seperti commit to user
103 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Reog Ponorogo, seni menumbuk lesung yang dipadukan dengan musik. Kegiatan tersebut dilakukan pemuda di Desa Berjo yang bekerjasama dengan pemuda dari daerah lain yang diadakan rutin tiap tahunnya, yang memberikan potensi baru dalam obyek tersebut untuk dikunjungi wisatawan. Dalam
pelaksanaan
tersebut
dapat
dilihat
bagaimana
partisipasi warga masyarakat Desa Berjo yang sekaligus pengelola dalam
pembangunan
dan
pengembangan
ekowisata
lewat
pembangunan fisik didalam obyek wisata dan pemberdayaan masyarakat lewat perekrutan tenaga kerja lokal. b. Pelaksanaan Pembangunan di luar Obyek Wisata Pada dasarnya pembangunan sarana dan prasarana di luar obyek wisata merupakan kewajiban dari Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Desa yang dibantu oleh masyarakat setempat. Dalam pembangunan fisik di luar obyek wisata ini ada beberapa pembangunan awal yang perlu dan secepatnya dilakukan, yaitu pembangunan jalan masuk menuju air terjun. Dalam pembangunan ini melibatkan partisipasi warga di dalamnya. Dimana warga masyarakat bersama-sama pamong desa bergotong royong untuk membuat akses menuju lokasi obyek wisata. Dalam pembangunan di luar obyek wisata ini, partisipasi masyarakat sangat terlihat sekali. Hal ini tidak lepas dari inisiatif dan keaktifan dari masyarakat untuk berupaya mengembangkan commit to user
104 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
daerahnya. Ini dapat dilihat dari tingkat kesukarelaan yang tinggi dan juga tingkat keterlibatannya yang tinggi pula dalam mengikuti setiap bentuk kegiatan pembangunan dan pengembangan. Dalam pembangunan fisik di luar obyek wisata, pembangunan fisik pendukung
kegiatan
pariwisata
di
obyek
inipun
juga
mengikutsertakan warga dalam pelaksanaannya. Seperti pada area parkir dan pengelolaannya. Pada awalnya setelah wisata yang ada di Desa Berjo berjalan yaitu Candi Sukuh, Air Terjun Jumog, Taman Hutan Rakyat dan Candi Planggatan, parkir menjadi salah satu sarana dalam sebuah obyek wisata. Sebelum Perda mengenai pengelolaan obyek ini dari Pemda belum turun, dari Pemerintah Desa, memberi amanat kepada BUMDES, yaitu bahwa parkir harus segera diadakan dan disepakati menggunakan sistem lelang. Untuk mengikuti sistem lelang ini lebih diutamakan pada warga dari Desa Berjo. Hal ini dibenarkan dengan pernyataan dari Bapak Nanang selaku pengurus lelang parkir : "...Menawi badhe tumut mboten wonten syarat khususipun, mas. Inggih ingkang pasti ingkang diutamaaken nggih tiyang Berjo mriki. Mboten angsal tiyang njawi. Inggih mangke setiap wulan nyelaki tanggal 14 dalu utcnva malem tanggal 15 inggih menika wayah lelangan, Ketua RT maringi pirso dhateng warganipun ingkang pengen tumut lelang. Lajeng mangke pas lelangan mlempak wonten daleme Pak Bayan. " commit to user
105 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(Apabila mau ikut, tidak ada syarat khusus. Yang diutamakan adalah orang Berjo saja. Tidak boleh ada orang dari luar. Nanti setiap bulan mendekati tanggal 14 yaitu waktu lelang, Ketua RT atau Ketua RW memberi informasi kepada warganya yang ingin mengikuti lelang Lalu waktu lelangan semua berkumpul di rumah Bapak Bayan.) (Sumber: Wawancara, 4 januari 2011)
Dalam mengikuti lelang, biasanya terdiri dari kelompokkelompok, tetapi waktu lelangan hanya diwakili 1 orang dari kelompok tersebut. Satu kelompok biasanya terdiri dari 4 atau 5 orang.
Sehingga
nanti
apabila
suatu
kelompok
berhasil
memenangkan lelang, dalam mengurusi parkir bisa bergantian setiap Minggu. Setiap bulan panitia membuka harga dasar lelang yang berbeda-beda. Harga dasar ditentukaan oleh kalender, yaitu apabila musim liburan, maka harga dasar yang dibuka tinggi begitu sebaliknya. Apabila sudah ada yang menawar paling tinggi maka lelang ditutup. Setiap pemenang lelang harus membayar uang muka sebesar setengah dari harga lelang. Lalu pelunasannya waktu lelangan bulan selanjutnya. Untuk pembagian hasil parkir, dibagi sesuai dengan kesepakatan awal yaitu 25% masuk kas desa, 20% untuk menyewa lahan parkir, 20% untuk kas Karang Taruna, dan 35% untuk biaya operasional parkir dan lain-lainnya seperti kerja sama dengan commit to user
106 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Polsek untuk membantu keamanan. Tarif untuk parkir di obyek wisata ini adalah sepeda motor Rp.1.000,00; untuk mobil Rp. 2.000,00; untuk minibus Rp. 3.000,00; dan untuk bus besar Rp. 6.000,00. Dampak lain dari kegiatan pariwisata semacam ini adalah munculnya pedagang sekitar obyek wisata. Hal ini merupakan fenomena yang muncul dengan sendirinya. Rata-rata pedagang yang
berjualan
merupakan
warga
lokal
yang
berusaha
memanfaatkan obyek wisata untuk mencari nafkah. Para pemilik warung harus membayar biaya sewa sebesar Rp. 700.000,00 pertahunnya kepada pemilik tanah, akan tetapi jika lokasinya milik Pemerintah Desa, maka pembayarannya diserahkan kepada BUMDES. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu Aminah, berikut: "... Yen manggen mriki niku kedah mbayar sewa kaleh ingkang gadah nggen, sewane Rp. 700.000,00 pertahun.. Menawi warung nggen kila niki mboten nyewo, amargi gadhahe wong tuwo kula kiambak. "
(Apabila berjuaian disini harus membayar sewa kepada pemilik tempat. Sewanya pertahun Rp. 700.000,00. Kalau warung tempat saya ini tidak menyewa, sebab punya orang tua saya sendiri.) (Sumber: Wawancara. 7 januari 2011)
commit to user
107 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Melihat keberadaannya, warung-warung tersebut belum terkoordinasi dengan baik sehingga kurang menarik jika diiihat dari sisi tata ruangnya. Selain itu belum adanya koperasi paguyuban antar pedagang juga menjadi kelemahan tersendiri untuk menuju kesejahteraan yang lebih baik. Pembangunan sarana dan prasarana dari Pemerintah Daerah sendiri sampai dengan saat ini sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari listrik yang sudah memadai, dan pengaspalan jalan yang telah dilaksanakan oleh DPU sepanjang jalan menuju ke lokasi wisata, namun sulitnya signal HP masih menjadi kendala tersendiri bagi warga dan wisatawan. Peran Pemerintah selain dalam hal infra struktur yaitu antara lain dalam hal promosi, karena promosi merupakan faktor terpenting dalam mempromosikan suatu obyek wisata yang bisa menarik minat wisatawan untuk datang, dan promosi ini merupakan tanggung jawab dari Dinas Pariwisata. Hal ini diungkapkan oleh Bapak Suparno pegawai Dinas Pariwisata Kabupaten Karanganyar Bagian Promosi berikut ini: "Dari Disparta sendiri telah mengikuti pameran-pameran, baik di tingkat propinsi maupun tingkat nasional. Lain membuat brosur-brosur,
kalender
event
yang
berisi
agenda-agenda
pariwisata tahunan dan long banner. Selain itu kami juga telah bekerja sama dengan Kabupaten lain, seperti Kab Sragen, Wonogiri, Sukoharj, Wonogiri dan daerah lain " commit to user(Sumber: Wawancara, 10 Januari 2011)
108 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hal ini juga sesuai dengan kewajiban Pemerintah Daerah dalam perjanjian kerja sama, yaitu dimana dalam rangka pengelolaan obyek wisata, Pihak Pertama wajib untuk: 1) Menyediakan, memperbaiki dan memelihara sarana jalan menuju obyek wisata. 2) Melaksanakan
pembinaan
terhadap
kelangsungan
dan
kelestarian lingkungan obyek wisata. 3) Melaksanakan pemasaran dan promosi wisata. 4) Bersama-sama Pihak Kedua (Pemerintah Desa) dan atau pihakpihak
terkait
ikut
menjaga
keamanan,
ketertiban
dan
ketentraman lingkungan di lokasi obyek wisata. 5) Mentaati semua ketentuan dalan perjanjian ini. Selain dari pembangunaan yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa pun juga terus berupaya untuk melakukan pembangunan-pembangunan baik yang secara fisik maupun non fisik yaitu diantaranya adalah rnelakukan kerja sama dengan mahasiswa dari UGM dan juga dari UNS yang rnelakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Berjo. Dalam hal ini, mahasiswa bisa memberikan pengarahan dan pembinaan tentang hal-hal pendukung kegiatan pariwisata. Seperti pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, kebersihan, sistem sanitasi yang baik dan lain-lainnya. Upaya rnelakukan pembinaan terhadap commit to user
109 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masyarakat lokal untuk menyiapkan masyarakat menuju ke konsep awal dari pembangunan Desa Berjo ini, yaitu menjadikan Desa Berjo sebagai "Desa Wisata", yang juga dilakukan oleh Pemerintah Desa Berjo dengan menjalin kerja sama dengan LPPM-UNS. Hal ini dibenarkan oleh Bapak Sulardi, sebagai berikut: " untuk menunjang pembangunan fisik air terjun agar cepal selesai sesuai rencana, pihak Pemdes sendiri melakukan kerja sama dengan LPPM-UNS, yaitu tujuannya untuk menyiapkan SDM di Desa Berjo ini agar nanti ke depannya siap untuk mewujudkan Desa Berjo sebagai "Desa Wisata". Dimana disini kita memilih pemuda-pemuda yang kita nilai cukup potensial, kemudian dibagi ke dalam Pokdawis/Kelompok Sadar Wisata" (Sumber: Wawancara, 3 Januari 2011)
Untuk mewujudkan Desa Berjo sebagai desa wisata, pihak LPPM-UNS melakukan pembinaan pada warga melalui program POKDARWIS untuk mewujudkan unsur-unsur SADAR WISATA bagi masyarakat setempat yang meliputi:
1. AMAN (KEAMANAN) Tujuan: Menciptakan lingkungan yang aman bagi wisatawan dan
berlangsungnya
kegiatan
commit to user
kepariwisataan,
sehingga
110 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
wisatawan
tidak
merasa
cemas
dan
dapat
menikmati
kunjungannya ke suatu wisata. Bentuk aksi: 1. Tidak mengganggu wisatawan. 2. Menolong dan melindungi wisatawan. 3. Bersahabat terhadap wisatawan. 4. Memelihara keamanan lingkungan. 5. Membantu memberi informasi kepada wisatawan. 6. Menjaga lingkungan yang bebas dari bahaya penyakit menular. 7. Meminimalkan resiko kecelakaan dalam penggunaan fasilitas publik.
2. TERTIB (KETERTIBAN) Tujuan: Menciptakan lingkungan yang tertib bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu memberikan layanan teratur dan efektif bagi wisatawan. Bentuk aksi:
1. Mewujudkan budaya antri. 2. Memelihara lingkungan dengan mentaati peraturan yang berlaku.
3. Disiplin waktu/tepat waktu. 4. Serba teratur, rapi dan lancar. commit to user
111 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Semua sisi kehidupan berbangsa dan bermasyarakat menunjukkan keteraturan yang tinggi.
3. BERSIH (KEBERSIHAN) Tujuan: Menciptakan lingkungan yang bersih bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu memberikan layanan higienis bagi wisatawan. Bentuk aksi:
1. Tidak membuang sampah/limbah sembarangan. 2. Turut menjaga kebersihan sarana dan lingkungan objek dan daya tarik wisata.
3. Menyiapkan sajian makanan dan minuman yang higienis. 4. Menyiapkan
perlengkapan
penyajian
makanan
dan
minuman yang bersih.
5. Pakaian dan penampilan petugas bersih & rapi.
4. SEJUK (KESEJUKAN) Tujuan: Menciptakan lingkungan yang nyaman dan sejuk bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan commit to user
yang
mampu
112 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menawarkan
suasana
yang
nyaman,
menimbulkan rasa "betah" bagi
sejuk,
wisatawan,
sehingga sehingga
mendorong lama tinggal dan kunjungan yang lebih panjang. Bentuk aksi: 1. Melaksanakan penghijauan dengan menanam pohon. 2. Memelihara penghijauan di objek dan daya tarik wisata serta jalur wisata. 3. Menjaga kondisi sejuk dalam ruangan umum, hotel, penginapan, restoran dan alat transportasi dan tempat lainnya.
5. INDAH (KEINDAHAN) Tujuan: Menciptakan lingkungan yang indah bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana yang menarik dan menumbuhkan kesan yang mendalam bagi wisatawan, sehingga mendorong promosi ke kalangan/ pasar yang lebih luas dan potensi kunjungan ulang. Bentuk aksi:
1. Menjaga keindahan objek dan daya tarik wisata dalam tatanan yang alami dan harmoni.
2. Menata tempat tinggal dan lingkungan secara teratur, tertib dan serasi serta menjaga karakter kelokalan. commit to user
113 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Menjaga keindahan vegetasi, tanaman hias dan peneduh sebagai elemen estetika lingkungan yang bersifat natural.
6. RAMAH (KERAMAH-TAMAHAN) Tujuan: Menciptakan lingkungan yang ramah bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana yang akrab, bersahabat serta seperti di "rumah sendiri" bagi wisatawan, sehingga mendorong minat kunjungan ulang dan promosi yang positif bagi prospek pasar yang lebih luas. Bentuk Aksi: 1. Bersikap sebagai tuan rumah yang baik dan rela membantu wisatawan. 2. Memberi informasi tentang adat istiadat secara sopan. 3. Para petugas bisa menampilkan sikap dan perilaku yang terpuji. 4. Menampilkan senyum dan keramahtamahan yang tulus
7. KENANGAN Tujuan: Menciptakan memori yang berkesan bagi wisatawan, sehingga pengalaman / kunjungan wisata yang commit toperjalanan user
114 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dilakukan dapat terus membekas dalam benak wisatawan, dan menumbuhkan motivasi untuk kunjungan ulang. Bentuk Aksi: 1. Menggali dan mengangkat keunikan budaya lokal. 2. Menyajikan makanan dan minuman khas lokal yang bersih, sehat dan menarik. 3. Menyediakan cinderamata yang menarik, unik/ khas serta mudah dibawa.
Dalam rangka pengelolaan ekowisata di Desa Berjo, Pemerintah Desa sebagai Pihak Kedua, berkewajiban untuk: a. Menyediakan lahan untuk obyek wisata. b. Ikut serta menjaga keamanan dan ketentraman lingkungan obyek wisata. c. Ikut serta menjaga dan memelihara lingkungan obyek wisata. d. Ikut serta mengembangkan dan mendukung seni budaya. e. Pihak kedua (Pemerintah Desa) wajib mentaati semua ketentuan dalam perjanjian ini. Pembangunan
yang
berorientasi
pada
pembangunan
manusia ini, dalam pelaksanaannya sangat mensyaratkan keterlibatan langsung pada masyarakat penerima program pembangunan
(partisipasi
pembangunan).
Karena
hanya
dengan partisipasi masyarakat penerima program, maka hasil commit to user
115 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembangunan ini akan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Dengan adanya kesesuaian ini maka hasil pembangunan akan memberikan manfaat yang optimal bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat. Adapun partisipasi masyarakat dalam tahap pelaksanaan dapat kita lihat melalui matriks berikut ini:
commit to user
116 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Matriks. 4 Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pengembangan Ekowisata di Desa Berjo
No 1
Status
Partisipasi Dalam Pelaksanaan Pembangunan fasilitas penunjang wisata
Informan (Dinas Pariwisata
umum
Karanganyar, Aparat Desa Berjo) Mengikuti pameran-pameran, baik di tingkat propinsi maupun tingkat nasional, membuat brosur-brosur, kalender event yang berisi agendaagenda pariwisata tahunan dan long banner. 2
Menyediakan fasilitas Homestay
Responden ( Masyarakat , Pihak Swasta, Pemuda, Pedagang)
Pembangunan fasilitas obyek wisata, Pengelolaan parkir Pementasan Seni di obyek wisata Menjual hasil kebun berupa bunga, sayuran di sekitar wisata
Menjajakan wisata
makanan
di
sekitar
Menjajakan Wisata
makanan
di
Obyek
Sumber: Data primer, diolah Januari 2011 commit to user
117 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.3
Partisipasi
Masyarakat
dalam
Pemanfaatan
Pengembangan
Ekowisata di Desa Berjo Tahap pemanfaatan ini adalah partisipasi masyarakat di dalam memanfaatkan
berbagai
hasil-hasil
dari
pembangunan
dan
pengembangan yang telah dilaksanakan sebelumnya. Partisipasi dalam pemanfaatan disini akan melibatkan berbagai kelompok dalam masyarakat karena pariwisata merupakan kegiatan industri yang melibatkan berbagai industri yang lain. Desa Berjo sebagai salah satu desa yang sedang menggalakkan pembangunan dan pengembangan di bidang pariwisata juga akan memperoleh manfaat yang timbul dari proses pembangunan ini, dan masyarakatlah yaang paling merasakan dampak positif dari pembangunan dan pengembangan ini, misalnya dengan dapat memanfaatkan hasil-hasil pembangunan untuk kemudian dapat membantu meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Artinya dengan partisipasi masyarakat dalam penerimaan program yaitu dalam hal ini adalah pemanfaatan, maka hasil pembangunan ini akan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Dengan adanya kesesuaian ini maka hasil pembangunan akan memberikan manfaat yang optimal bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat. Seperti yang diutarakan Bapak Sulardi: ” Hasil dari pengembangan wisata di Desa Berjo ini commit to user sangat nyata mas, untuk Pemerintah Daerah maupun Desa jelas
118 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mendapatkan penghasilan yang besar dari retribusi, sedangkan pemuda di Desa Berjo juga mendapatkan pemasukan dari pengelolaan
parkirnya,
dan
Masyarakat
Desa
Berjo
mendapatkan manfaat dari benyaknya kunjungan wisatawan sehingga usaha yang mereka tekuni berbuah hasil dengan baik.” (Sumber: Wawancara, 3 Januari 2011)
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Bapak Nanang Marwoto, sebagai berikut: " Warga masyarakat Desa Berjo mulai merasakan manfaat dikembangkannya wisata di Desa mereka, banyak dari mereka yang mendirikan warung maupun penginapan. Sedang bagi kami selaku pengurus BUMDES sendiri manfaat dari pengembangan yaitu
meningkatnya
kunjungan
wisatawan
yang
berarti
meningkatnya pemaasukan. Tetapi untuk terus meningkatkan kunjungan, kami terus mengembangkan wisata yaitu dengan jalan menambah fasilitas maupun meningkatkan kenyamanan bagi pengunjung yang nantinya akan menarik pengunjung untuk datang kembali, serta senantiasa menjaga kelestarian alam yang ada disini.. " (Sumber: Wawancara, 4 januari 2011)
Hal ini diperkuat oleh Rista, wisatawan yang berkunjung di Air Terjun Jumog: ” Saya sering kesini mas, ya sekitar 5x lah...,, saya lihat ada perkembangan dari obyek ini mas, seperti kebersihan, dan fasilitas umumnya” (Sumber: Wawancara, 4 januari 2011)
commit to user
119 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berbagai usaha baru yang tumbuh di Desa Berjo merupakan salah satu wujud dari partisipasi warga dalam memanfaatkan hasil pembangunan. Salah satunya adalah industri rumah tangga yang memproduksi makanan dan minuman berbahan baku wortel dan lainlain. Kondisi alam serta hasil sayuran yang melimpah menjadi faktor positif untuk mengembangkan industri berbahan baku wortel. Dengan usaha tersebut warga menilai bahwa wisatawan yang datang ke obyek wisata yang ada di Desa Berjo dapat dijadikan pangsa pasar yang baik untuk memasarkan hasil produksinya selain itu dengan adanya produk khas Desa Berjo akan memberi identitas yang membedakannya dengan obyek wisata di daerah lain. Hal ini secara tidak langsung juga akan membantu meningkatkan penghasilan mereka. Seperti yang diutarakan oleh Ibu Kasiem, berikut ini: "Kula ndamel usaha produk home industri ngeten niki pun 4 tahunan, mas. Tapi sak derenge nggih dereng kados sak niki. Sak niki pun lumayan, pun saged ngge nyangoni lare-lare sekolah. Sak suwene rame ingkang liburan..” (Saya membuat usaha produk home industry seperti ini sudah 4 tahun, mas. Tapi sebelumnya belum seperti sekarang, Kalau sekarang sudah lebih baik, bisa untuk memberi uang saku anakanak sekolah. Setelah banyak yang liburan.) (Sumber: Wawancara, 5 Januari 2011)
commit to user
120 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari kegiatan yang berawal dari PKK yang mendapat pelatihan dari pemerintah tersebut telah berhasil mendapat pengakuan dari Propinsi. adapun kendala yang masih ada yaitu cara pembuatan yang masih tradisional, masalah klasik dalam kegiatan home industry seperti ini yaitu kurangnya modal dan ijin dari Departemen Kesehatan serta hasil yang kurang tahan lama. Tetapi dari berbagai kekurangan tersebut, produk ini cukup terkenal dari Desa Berjo sendiri. Selain, dari kegiatan home industry dari pedagang-pedagang yang berada di sekitar lokasi wisata di Desa Berjo juga ikut merasakan manfaat dari pengembangan ini. Hal ini juga dirasakan oleh Ibu Aminah dalam pernyataannya di bawah ini: "Sak derenge mbikak warung niki, kula dodolan kembang keliling, mas tapi sak niki bar obyek wisata niki dibukak, kula nggih pilih dodolan mawon wonten mriki. Yen dodolan ngeten niki pas dinten biasa nggih mboten mesti, mas, nanging yen dinten Minggu rame sanget mas. Yen dina Minggu kula nggih dodolan biasane telase nggih antarane 20 biji.. " (Sebelum membuka warung ini, saya berjualan bunga keliling, tapi setelah obyek wisata ini buka, saya memilih berjualan disini. Kalau jualan disini pada hari biasa tidak pasti, Kalau hari Minggu ramai sekali. Kalau Minggu saya ya laku sampe 20 biji ) (Sumber: Wawancara. 7 Januari 2011)
Sementara itu, akomodasi yang berkaitan dengan wisatawan dalam hal ini penginapan yang dapat menunjang perkernbangan wisata di Desa Berjo juga merasakan manfaat dari pengembangan pariwisata commit to user
121 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ini. Penginapan-penginapan atau losmen-losmen yang berada di sekitar kawasan Sukuh/ Tahura,Air Terjun Jumog, Telaga Madirda mengalami peningkatan jumlah hunian walaupun hanya sedikit. Hal ini merupakan salah satu indikasi dari keberhasilan suatu pembangunan. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Marimo, pemilik penginapan di sekitar Telaga Madirda, berikut: "Kalau saya melihatnya ada peningkatan, mas. Tapi tidak lerlalu banyak. Hal itu lebih kurang karena obyek disini lumayan baru ada di sekitar sini.." (Sumber: Wawancara, 31 Januari 2011)
Sarana transportasi untuk menuju ke lokasi wisata merasakan keuntungan tersendiri dari kegiatan seperti ini. Karena bus hanya berhenti di pertigaan Sukuh atau pangkalan ojek Sukuh, dan untuk menuju obyek wisata Air Terjun Jumog, begitu juga jika mau ke Tahura dan Telaga Madirda. Pengunjung harus berganti alat transportasi berupa ojek atau kendaraan kecil yang langsung menuju kawasan obyek wisata tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang pengendara ojek yang bernama Mas Sutarso, demikian: "Pengunjung yang ingin naik ojek juga ada, mas tapi kebanyakan mereka membawa kendaraan sendiri. Kalau dikatakan meningkat kurang lebih meningkat tapi hanya kecil. Lumayan juga, sehari bersih kalau hanya Rp.40.000,00. untuk wisatawan lokal paling 5000, tapi untuk turis asing bisa Rp. 10.000,00." (Sumber: Wawancara: 9 Januari 2011)
commit to user
122 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Selain manfaat ekonomi yang timbul dari pengembangan wisata di Desa Berjo, manfaat lain dari pengembangan wisata di Desa Berjo adalah semakin dikenalnya keindahan alam serta kebudayaan yang ada di Desa Berjo, hal tersebut jga diucapkan Fatih, pengunjung Telaga Madirda: ” Saya baru tau lho mas, kalau disini juga ada obyek wisata lain, sangat bagus karena suasananya yang masih alami, jadi enak buat pacaran....” ( Sumber wawancara 4 januari 2011)
Hal ini juga diakui oleh Agung anggota sanggar tari yang ada di Desa Berjo ” Hasil dari pengembangan wisata di Desa Berjo ini buat kami adalah semakin banyaknya pengunjung yang datang saat kami melakukan pementasan seni, sehingga percaya diri kai semakin bertambah dan
kegiatan kita mementaskan
seni semakin
bertambah..” (Sumber wawancara 5 januari 2011)
Pernyataan
tersebut
diperkuat
Ajeng
wisatawan
yang
berkunjung ke Candi Sukuh ”Alasan saya ke Candi Sukuh karena saya tahu, tiap tahun baru disini diadakan kegiatan kebudayaan” ( Sumber wawancara 1 januari 2011)
Hal Senada diungkapkan Tony, yang juga sengaja menikmati tahun baru di Desa Berjo commit to user
123 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
” Karena saya tau kalau ada pagelaran seni, maka saya datang kesini (Candi Sukuh)... Nantinya saya sama teman-teman bermalam di TAHURA..” ( Sumber wawancara 31 Januari 2011)
Adanya inisiatif warga untuk memanfaatkan obyek wisata untuk meningkatkan pendapatan mereka dengan jalan menyediakan akomodasi maupun sarana penunjang lainnya maupun manfaat lainnya secara tidak langsung ikut mengembangkan kegiatan pariwisata itu sendiri. Karena pada dasarnya kegiatan yang dilakukan masyarakat itu merupakan pendukung utama kelangsungan dan keberhasilan obyek wisata dalam menarik wisatawan untuk datang berkunjung. Dari tahap pemanfaatan ini partisipasi masyarakat sangat diperlukan bagi kelangsungan ekowisata dikawasan Desa Berjo, partisipasi masyarakat tersebut dapat kita lihat melalui matriks dibawah ini:
commit to user
124 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Matriks. 5 Partisipasi Masyarakat Dalam Pemanfaatan Pengembangan Ekowisata di Desa Berjo No 1
Status
Partisipasi Dalam Pemanfaatan
Informan (Dinas Pariwisata Pemerintah mendapatkan tambahan pendapatan daerah dari Karanganyar, Aparat Desa pengembangan wisata. Berjo) Pemerintah Desa mendapatkan tambahan pendapatan daearah dari pengembangan Meningkatnya pendapatan usaha
2
Meningkatnya pengunjung
Responden
( Masyarakat , Pihak Swasta, Mendapatkan pendapatan Karang Pemuda, Pedagang, Tukang Taruna dari parkir ojek) Meningkatnya wisatawan yang menggunakan Home Stay Mengembangkan usaha Bertambahnya pendapatan berkembangnya usaha
serta
Seringnya muncul dalam Pagelaran Seni serta meningkatnya percaya diri karena banyaknya penonton
Meningkatnya penjualan Bunga Meningkatnya pendapatan dari wisatawan yang menggunakan jasanya. Sumber : Data primer, diolah Januari 2011 commit to user
125 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari matriks diatas kita juga dapat melihat dengan jelas apa yang
mendasari
masyarakat
untuk
ikut
memanfaatkan
hasil
pembangunan obyek wisata dimana sebagian besar masyarakat ikut berpartisipasi dengan alasan untuk mendapat keuntungan pribadi yang berupa tambahan pendapatan. Dari beberapa pernyataan di atas dapat dilihat pula bahwa program pembangunan dari pengembangan wisatawan memberikan manfaat kepada semua golongan masyarakat yang berada di sekitar lokasi pengembangan. Mereka dapat merasakan manfaat ini dari usaha masing-masing yang mereka dirikan dan mereka kembangkan seiring dengan perkembangan dari Desa Berjo itu sendiri. Dengan adanya partispasi masyarakat dalam setiap tahapan pembangunan, secara otomatis juga akan membantu Pemerintah dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan kesejahteran masyarakat lewat kegiatan kepariwisataan seperti ini.
commit to user
126 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. FAKTOR-FAKTOR
PENDORONG
DAN
PENGHAMBAT
PENGEMBANGAN EKOWISATA BERBASIS MASYARAKAT DI DI DESA BERJO KECAMATAN NGARGOYOSO KABUPATEN KARANGANYAR Masyarakat Berjo memiliki beberapa hambatan dan pendorong untuk berpartisipasi dalam pengembangan ekowisata. Faktor-faktor pendorong dan penghambat tersebut berasal dari faktor internal maupun dari faktor eksternal yang mempengaruhi masyarakat dalam berpartisipasi. Faktor-faktor pendorong dan penghambat merupakan sebuah realita sosial dimana aktor dalam hal ini masyarakat Desa Berjo baik secara individu maupun kelompok memiliki kemampuan yang terbatas untuk melakukan suatu tindakan sosial. Masyarakat Berjo berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan. Kendala tersebut berupa situasi dan kondisi di bawah kendali dari nilai-nilai, norma-norma yang mempengaruhinya dalam memilih dan menentukan tujuan serta tindakan alternatif untuk mencapai tujuan dimana sebagian ada yang dapat dikendalikan individu. 1. Faktor Pendorong Masyarakat Desa Berjo pada dasarnya sadar akan potensi yang dimiliki di daerah mereka. Hal tersebut menimbulkan sebuah kepercayaan diri bahwa daerah mereka dapat berkembang. Kondisi alam yang sangat indah, serta peninggalan kebudayaan di masa lampau yang sangat mengagumkan menjadikan Desa Berjo sangat potensial commit to user
127 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk lebih dikembangkan. Hal ini seperti yang diutarakan oleh Bapak Sulardi, berikut ini: " Masyarakat menyadari akan potensi wisata yang dimiliki oleh Desa Berjo ini mas, sehingga apabila dapat dikelola dengan baik maka akan dapat berkembang menjadi salah satu pariwisata yang potensial di Kabupaten Karanganyar. Apalagi setelah diadakan beberapa pertemuan yang membahas mengenai pengembangan pariwisata di Desa Berjo. " (Sumber wawancara: 3 Januari 2011)
Hal senada diutarakan oleh Nanang Marwoto sebagai berikut: ” Yang menjadikan saya ikut berpartisipasi dalam pengembangan wisata di Desa Berjo salah satunya adalah keyakinan saya dengan potensi wisata yang ada di Desa Berjo...,saya kira cuma di Desa Berjo yang mempunyai banyak obyek wisata di desanya,. (Sumber wawancara: 4 Januari 2011)
Hal itu juga diterangkan Ibu Aminah : ” Kalau saya pikir-pikir mas, daripada saya hanya mengandalkan penghasilan dari tani itu kurang, makanya saya usaha jualan bunga di obyek wisata ini (Sumber wawancara: 5 Januari 2011)
. Selain faktor internal dari dalam masyarakat, juga terdapat faktor pendorong eksternal, yaitu bantuan pembinaan kepada masyarakat untuk lebih berperan dalam mengembangkan pariwisata di Desa Berjo guna meningkatkan pendapatan masyarakat. Selain itu pemerintah juga memberikan bantuan berupa sarana dan prasarana untuk mendukung wisata seperti perbaikan jalan dan fasilitas umum lainnya. Hal ini dipertegas Bapak Ir. Sukarno commit to user
128 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
” Supaya masyarakat itu lebih terdorong untuk berpartisipasi, maka kami selaku pemerintah mengusahakan pembinaan- pembinaan untuk warga masyarakat di Desa Berjo (Sumber wawancara: 5 Januari 2011). Hal ini dipertegas mas Agung, selaku pengurus kesenian di Desa Berjo. ” Pada mulanya kami tidak begitu semangat mengembangkan kesenian ini, akan tetapi setelah ada bentuan dan pembinaan dari pemerintah, kami melihat ada prospek baik dari kegiatan kami. (Sumber wawancara: 5 Januari 2011)
Ibu Kasiem dalam hal ini juga mengungkapkan demikian : ”Saya pernah mendapatkan bantuan modal dari pemerintah mas, sehingga usaha yang saya dirikan menjadi berkembang” (Sumber wawancara: 5Januari 2011)
Pemerintah juga memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai Sapta Pesona dan Sadar Wisata. Dengan program tersebut diharapkan
dapat
menghidupkan
sektor
kepariwisataan
serta
meningkatkan kesiapan mental khususnya dalam SDM dan SDA agar tepat guna. Peran pemerintah dalam pengembangan ekowisata juga tidak hanya dalam bentuk bantuan sarana dan prasarana saja, tetapi juga dalam bentuk promosi. Bentuk promosi tersebut diwujudkan dengan diadakan kerjasama pariwisata antar daerah seperti kerjasama dengan Kabupaten Sragen, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, dan daerah lainnya. Seperticommit yang diungkapkan Bapak Suparno : to user
perpustakaan.uns.ac.id
129 digilib.uns.ac.id
” Kami sering mengadakan promosi guna pariwisata di Desa Berjo, dan hal itu guna meningkatkan kunjungan wisatawan dan meningkatkan kesadaran masyarakat guna mengembangkan pariwisata di daerah mereka ” (Sumber wawancara: 5 Januari 2011)
Walaupun pariwisata di Desa Berjo masih dalam tahap pengembangan dan pembenahan untuk menjadi daerah tujuan wisata yang menarik, tidak akan mampu berkembang tanpa dukungan dari masyarakat disekitarnya. Namun perlu disadari bahwa untuk mencapai sebuah tujuan, yaitu membuat daerah mereka berkembang menjadi daerah tujuan wisata dengan mempertahankan kelestarian lingkungan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat Desa Berjo, banyak menghadapi tantangan dan hambatan. 2. Faktor Penghambat Hambatan-hambatan yang dialami oleh masyarakat Desa Berjo dalam pengembangan ekowisata berasal dari berbagai faktor. Hambatan yang paling dirasakan adalah mengenai masyarakat itu sendiri. Adakalanya masyarakat belum mempunyai motivasi untuk maju, mereka belum mengerti dan mau belajar bagaimana pariwisata bisa meningkatkan perekonomian. Hal ini diterangkan Bapak Sulardi : ” Faktor penghambat dari pengembangan pariwisata di Desa Berjo ini adalah dari mental masyarakat Berjo itu sendiri, hal itu karena sebelumnya masyarakat itu adalah petani. Merubah pola kebiasaan masyarakat yang sebelumnya adalah masyarakat agraris menjadi masyarakat pariwisa menjadi kendala pemerintah untuk lebih mengikutsertakan masyarakat dalam proyek pariwisata ini. commit to user (Sumber wawancara: 3 Januari 2011)
130 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kemajemukan dari masyarakat di Desa Berjo terkadang juga menjadi
batu
sandungan
masyarakat
dalam
mengembangkan
pariwisata. Adakalanya program guna mengembangkan wisata budaya di Desa Berjo mendapat tentangan dari pihak lain yang tidak menyetujui diadakan pengembangan dengan alasan
tidak sesuai
dengan keyakinan masyarakat di Desa Berjo saat sekarang. Hal ini seperti yang diungkapkan Bapak Sulardi,SE demikian : ” Kalau kami ingin mengembangkan pariwisata dalam hal kebudayaannya mas, kami sangat berhati-hati, karena ada masyarakat di Desa Berjo ini ada yang tidak suka, alasannya karena itu menyimpang dari keyakinan masyarakat di Desa Berjo itu sendiri ” (Sumber wawancara: 3 Januari 2011)
Faktor dana yang kurang mencukupi merupakan kendala utama dalam lambatnya pengembangan ekowisata di Desa Berjo, karena selama ini masyarakat Berjo sering mengandalkan bantuan dari pemerintah dalam pembangunan sarana dan prasarana. Dana sangat diperlukan dalam pengembangan suatu daerah. Hal ini diterangkan oleh Bapak Kastono selaku tokoh masyarakat di Desa Berjo. ”Karena kurangnya dana, maka untuk lebih mengembangkan pariwisata di Desa Berjo ini jadi terhambat ” (Sumber wawancara: 5 Januari 2011)
commit to user
131 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hal ini juga diungkapkan Bapak Marimo, pemilik Homestay di kawasan Telaga Madirdo: ”Karena tidak adanya dana untuk membenahi jalan, maka akses ke Telaga Madirdo menjadi terkendala, sehingga wisatawan yang berkunjung juga tidak banyak.” (Sumber wawancara: 31 Desember 2010)
Sedangkan hambatan lainnya dalam mengembangkan pariwisata di Desa Berjo adalah kurangnya sarana telekomunikasi yaitu signal HP yang sangat sulit didapatkan. Hal ini diungkapkan Bapak Abdullah Faray yang mempunyai usaha Homestay dan Outbond di sekitar Candi Sukuh. ” Signal di Desa Berjo ini sulit mas, banyak wisatawan yang mengeluhkan tentang masalah ini. (Sumber wawancara: 3 Januari 2011)
Sedangkan hambatan yang berasal dari luar adalah mengenai kurangnya perhatian dari pemerintah untuk lebih memberikan pelayanan pariwisata pada masyarakat. Faktor pendorong dan penghambat partisipasi masyarakat Desa Berjo dalam pengembangan ekowisata dapat dilihat dalam matriks berikut ini:
commit to user
132 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Matriks. 6 Faktor-faktor Pendorong dan Penghambat Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar
Faktor Pendorong Faktor Internal 1.Kesadaran dari masyarakat akan potensi wisata di daerahnya yang perlu dikembangkan
Faktor Penghambat
Faktor Eksternal
Faktor Internal
1. Adanya sosialisasi mengenai kepariwisataan.
Faktor eksternal
1. Masyarakat 1.Kurangnya Desa Berjo perhatian pada mulanya pemerintah dalam adalah pelayanan masyarakat kepariwisatan tradisional yang kurang paham mengenai pariwisata. 2. Budaya 2. Adanya 2. Kurangnya 2.Kurang masyarakat pembinaan serta dana yang memadainya yang sudah bantuan modal dimiliki sarana transportasi mulai bagi pedagang masyarakat dan komunikasi di menerima dan usaha untuk Desa Berjo. perubahan menengah serta membangun sarana dan sarana prasarana pendukung pariwisata 3. Kerelaan 3. Adanya 3. Adanya mereka komunikasi , benturan mengorbankan diskusi yang keyakinan waktu, biaya melibatkan antar dan tenaga masyarakat dan masyarakat di pemerintah Desa Berjo, sehingga pengembanga n di sektor budaya terhambat. Sumber : Data primer, diolah Januari 2011 commit to user
133 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. PEMBAHASAN Pengembangan ekowisata di Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar merupakan suatu usaha dalam mengembangkan potensi wisata dengan pendekatan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Kalau dilihat dari syarat suatu daerah untuk dapat menjadi suatu daerah tujuan wisata dan dapat dikembangkan yang diutarakan Oka Yoeti, Desa Berjo memiliki syarat-syarat tersebut diantaranya adalah: 1. Desa Berjo memiliki apa yang disebut sebagai ”something to see” artinya memiliki obyek wisata yang berbeda dengan apa yang dimiliki daerah lain yaitu Candi Sukuh, Candi Planggatan, Telaga Madirdo, Air Terjun Jumog, dan Taman Hutan Rakyat. 2. Di Desa Berjo tersedia apa yang disebut ”something to do” artinya memiliki banyak yang dilihat, disaksikan dan fasilitas rekreasi yang dapat membuat wisatawan tinggal lebih lama yaitu Desa Berjo memiliki banyak atraksi wisata yaitu atraksi wisata alam dan atraksi wisata budaya, selain itu Desa Berjo juga mempunyai fasilitas Homestay untuk wisatawan dapat tinggal lebih lama di sekitar obyek wisata di Desa Berjo. 3. Desa Berjo menyediakan apa yang disebut ”something to buy” artinya fasilitas belanja untuk dijadikan oleh-oleh yaitu makanan yang terbuat dari wortel serta tanaman hias yang dijajakan disekitar obyek wisata. Menurut Mubyarto dalam buku Pembangunan Masyarakat Tinggal Landas
mengartikan
partisipasi
sebagai
kesediaan
untuk
membantu
berhasilnya setiap program sesuai kemampuan tanpa berarti mengorbankan commit to user
134 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kepentingan sendiri. Pendapat ini sesuai dengan pola pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Desa Berjo, yaitu masyarakat ikut serta dalam pengembangan ekowisata dengan cara mengikuti rapat desa, pembangunan sarana umum, dan kerja bakti lainnya tanpa berarti mengorbankan kepentingan sendiri yaitu dengan ikut andil dalam keputusankeputusan
yang disepakati
bersama serta memanfaatkan
hasil
dari
pengembangan ekowisata dengan cara membuka usaha di sekitar obyek wisata. Keikutsertaan masyarakat Desa Berjo mempunyai peranan yang penting dalam mengembangkan Desa Berjo untuk menjadi tujuan wisata yang diminati banyak wisatawan, karena partisipasi dalam arti sesungguhnya merupakan syarat utama penyelenggaraan pariwisata. Partisipasi semestinya dipahami bukan saja sebagai menjalankan kewajiban tetapi juga memperoleh hak. Memberdayakan masyarakat Desa Berjo dalam kegiatan pengembangan semacam ini merupakan suatu sarana untuk meningkatkan kemampuan masyarakat menjadi suatu masyarakat yang mandiri. Keikutsertaan dari masyarakat Desa Berjo secara mutlak diperlukan, karena mereka inilah yang pada akhirnya melaksanakan berbagai kegiatan pembangunan. Masyarakat banyak
memegang
peranan
sekaligus
sebagai
obyek
dan
subyek
pembangunan. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh penulis mengenai pola pengembangan ekowisata berbasis masyarakat, maka pendekatan yang relevan commit to user
135 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam pembahasan tersebut adalah pendekatan dari Max Weber. Keikutsertaan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan pembangunan merupakan tindakan sosial yang didasarkan pada tujuan bersama yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut Weber, atas dasar rasionalitas tindakan sosial maka tipe tindakan sosial masyarakat dalam berpartisipasi dapat dibedakan menjadi: 1. Zwekrational Action Yaitu tindakan sosial murni, aktor dalam hal ini masyarakat Desa Berjo tidak hanya sekedar menilai cara yang terbaik untuk mencapai tujuannya tapi juga menentukan nilai dari tujuan itu sendiri. Hal tersebut dapat dilihat dari partisipasi masyarakat yang ikut memikirkan dan merencanakan
cara
yang
terbaik
untuk
mencapai
keberhasilan
pengembangan dalam menjadikan daerah mereka sebagai daerah tujuan wisata yang diminati banyak wisatawan. 2. Werkrational Action Tipe tindakan ini adalah aktor tidak menilai apakah cara-cara yang dipilihnya itu merupakan tindakan yang paling tepat ataukah lebih tepat untuk mencapai tujuan yang lain. Tipe tindakan ini dapat dilihat dari tindakan masyarakat Desa Berjo yang berpartisipasi untuk bersama-sama bergotong-royong membangun sarana umum, bersama-sama mengelola sarana yang ada, serta aktif dalam berorganisasi dan ikut rapat walaupun mereka belum bisa memanfaatkan secara optimal kegiatan untuk kemajuan daerah mereka.
commit to user
136 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.
Traditional Action Tindakan
yang
didasarkan
atas
kebiasaan-kebiasaan
dalam
mengerjakan sesuatu di masa lalu saja. Masyarakat Desa Berjo yang berpartisipasi dalam pembangunan dan pengembangan masih menekankan sifat kegotongroyongan yang masih kuat. Hal ini dapat dilihat ketika mereka bersama-sama membangun sarana yang ada seperti perbaikan jalan, pembangunan gapura. Selain itu, mereka juga selalu bergotongroyong untuk kerja bakti membersihkan lingkungan. Pendekatan masyarakat dalam mengembangkan ekowisata dilakukan dengan melalui: 1. Partisipasi dalam perencanaan (Idea Planning Stage) Partisipsi masyarakat tumbuh ketika mulai dibukanya forum yang memungkinkan masyarakat untuk berpartisipasi langsung didalam proses pengambilan keputusan mengenai pembangunan dan pengembangan di daerah mereka. Dalam proses ini meliputi menerima dan memberi informasi, gagasan, tanggapan, saran dalam merencanakan pembangunan dan pengembangan di daerah mereka. 2. Partisipasi dalam pelaksanaan (Implementation Stage) Partisipasi dalam pelaksanaan pengembangan ekowisata di Desa Berjo adalah sebagai pemerataan sumbangan masyarakat dalam bentuk tenaga, uang, waktu dan lain sebagainya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
137 digilib.uns.ac.id
3. Partisipasi dalam pemanfaatan (Utilization Stage) Partisipasi dalam pemanfaatan adalah memetik hasil ataupun memanfaatkan pengembangan ekowisata di Desa Berjo dalam menjadikan daerah tujuan wisata. Partisipasi masyarakat Desa Berjo dalam pengembangan ekowisata dimana masyarakat adalah aktor utama dalam pengembangan ekowisaata diwujudkan dengan keikutsertaan mereka memberikan ide, gagasan, serta membangun fasilitas pendukung seperti warung makan, serta usaha informal lainnya serta memanfaatkan dampak positif dari pengembangan pariwisata di desanya. Partisipasi masyarakat Desa Berjo sesuai dengan pendekatan partisipasi oleh Verhangen yang menyatakan bahwa partisipasi merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang terkait dengan pembangunan kewenangan, tanggung jawab dan manfaat. Sehubungan dengan hal itu, berbagai kegiatan partisipasi masyarakat Desa Berjo meliputi : 1. Melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan desa untuk menggerakkan partisipasi masyarakat yang lain. 2. Melibatkan diri dalam kegiatan diskusi kelompok. 3. Mengambil bagian dalain proses pengambilan keputusan. 4. Memanfaatkan hasil-hasil yang dicapai dari kegiatan masyarakat. 5. Menggerakkan sumber daya masyarakat. Karena masyarakat Berjo pada mulanya merupakan masyarakat dengan commit to user pola kehidupan yang tradisional, mereka harus mengalami beberapa
138 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perubahan ketika harus menyesuaikan diri dengan pola pariwisata yang berkembang didesanya. Masyarakat Desa Berjo dituntut untuk lebih kreatif dalam mendesain desanya agar menjadi daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung. Selain itu, harus mulai terbiasa dengan orang asing yang datang di desaanya. Jika pada mulanya masyarakat Desa Berjo acuh tak acuh terhadap pengunjung yang datang, sekarang mereka harus bersikap ramah dan sopan terhadap wisatawan. Semua hal itu bertujuan agar pengembangan pariwisata di Desa Berjo dapat berjalan dengan baik. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Talcotl Parsons, sebagai pengikut Weber yang utama dia menyusun skema unit-unit dasar tindakan sosial dengan karakteristik sebagai berikut 1. Adanya individu sebagai aktor, dalam hal ini adalah masyarakat Desa Berjo 2. Masyarakat Desa Berjo dipandang sebagai pembawa bagian-bagian tertentu yang dalam hal ini adalah berpartisipasi dalam pengembangan ekowisata di Desa Berjo. 3. Masyarakat Desa Berjo mempunyai alternatif tindakan, cara, alat, serta teknik mencapai tujuannya. Ketika masyarakat Desa Berjo berpartisipasi dalam
pengembangan
mengikuti
ekowisata,
rapat,penyuluhan
masyarakat
ataupun
ikut
menggunakan berpartisipasi
cara dalam
pembangunan sarana umum di Desa Berjo. 4. Pada saat masyarakat Desa Berjo melakukan kegiatan pengembangan ekowisata, dihadapkan pada kondisi-kondisi situasional yang dapat commit to user
139 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan. Kendala tersebut berupa tindakan-tindakan yang tidak sejalan dengan kesepakatan rapat, serta tindakan pembangunan yang tidak sesuai dengan warga Desa Berjo sehingga adanya penolakan dari masyarakat Desa Berjo. 5. Masyarakat Desa Berjo melaksanakan pengembangan ekowisata dibawah kendali dari nilai-nilai, norma-norma yang berkembang di Desa Berjo serta ide abstrak yang mempengaruhi masyarakat Desa Berjo dalam menentukan tujuan serta tindakan alternatif untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini nilai-nilai atau norma-norma yang melarang pengembangan kebudayaan yaitu nilai-nilai agama yang berkembang di Desa Berjo. Konsep Voluntarisme Parsons dapat menjelaskan bagaimana masyarakat Desa Berjo sebagai aktor utama ikut andil serta berpartisipasi dalam pengembangan ekowisata dalam situasi yang terbatas dimana aturan dan norma mengarahkan dalam memilih alternatif cara dan alat untuk mencapai tujuan. Norma-norma yang berkembang di Desa Berjo adalah norma bagaimana masyarakat mengungkapkan pendapat pada saat rapat desa, serta norma bagaimana masyarakat melakukan pengembangan ekowisata yang tidak menyalahi nilai-nilai agama, serta nilai-nilai kebudayaan di Desa Berjo. Masyarakat menghadapi berbagai hambatan dalam pengembangan ekowisata, dimana dana untuk pembangunan seperti pelebaran jalan dan kurangnya sarana penunjang komunikasi seperti signal HP. Selain itu lemahnya Sumber Daya Masyarakat yang disebabkan karena minimnya commit to user
140 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengetahuan mengenai kepariwisataan untuk meningkatkan kualitas pelayanan wisata. Hambatan-hambatan yang dialami oleh masyarakat merupakan sebuah realita sosial dimana aktor dalam hal ini masyarakat Desa Berjo baik secara individu maupun kelompok memiliki kemampuan yang terbatas untuk melakukan suatu tindakan sosial. Masyarakat berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan. Kendala tersebut berupa situasi dan kondisi dibawah kendali dari nilainilai, norma-norma yang mempengaruhinya dalam memilih dan menentukan tujuan serta tindakan alternatif untuk mencapai tujuan. Kendala yang berupa situasi dan kondisi yang sebagian dapat dikendalikan dan kemudian memunculkan solusi bersama untuk keberhasilan tujuan bersama yaitu kemajuan Desa Berjo dalam mencapai keberhasilan pengembangan ekowisata menjadi daerah tujuan wisata dan menjadi masyarakat yang mandiri.
commit to user
141 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Matriks. 7 Temuan Hasil Penelitian No
Hasil Temuan a. Menghadiri rapat b. Memberikan ide, gagasan maupun pendapat c. Menghadiri pelatihan-pelatihan yang diadakan dalam kaitannya dengan pengembangan wisata 2. a. Pembangunan fasilitas umum b. Menyediakan fasilitas Home Stay c. Pementasan seni asli daerah d. Menjual berbagai makanan serta hasil alam Desa Berjo. e. Ikut bergotong royong dalam kegiatan kerja bakti lingkungan f. Ikut bergotong royong dalam kegiatan pembangunan sarana dan prasarana. 3. Partisipasi Masyarakat a. Meningkatnya pendapatan asli desa dalam Pemanfaatan b. Membuka warung makan Pengembangan Ekowisata c. Meningkatnya pendapatan Karang Taruna di Desa Berjo. d. Meningkatnya lapangan kerja di desa e. Membuka Home Stay f. Membuka usaha home industri g. Meningkatnya pementasan seni asli desa h. Meningkatnya jasa transportasi 4. Faktor Pendorong a. Adanya kesadaran masyarakat akan potensi wisata di Pengembangan Ekowisata daerahnya yang perlu dikembangkan Berbasis Masyarakat di b. Adanya sosialisasi dari pemerintah dan beberapa Desa Berjo pihak mengenai kepariwisataan, serta studi banding ke beberapa desa wisata lain. c. Adanya pelatihan yang diadakan pemerintah guna meningkatkan usaha masyarakat di Desa Berjo d. Kerelaan masyarakat Berjo untuk mengorbankan waktu, biaya dan tenaga dalam pengembangan wisata di desa mereka. 5. Faktor Penghambat a. Lemahnya Sumber Daya Masyarakat. Pengembangan Ekowisata b. Kurangnya perhatian pemerintah dalam pelayanan Berbasis Masyarakat di kepariwisatan Desa Berjo c. Kurangnya dana yang dimiliki masyarakat untuk membangun sarana dan prasana pendukung pariwisata. d. Adanya benturan keyakinan antar masyarakat di Desa Berjo, sehingga pengembangan di sektor budaya terhambat. commit to user Sumber: Data primer, diolah Januari 2011 1.
Aspek Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pengembangan Ekowisata di Desa Berjo. Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Pengembangan Ekowisata di Desa Berjo.
142 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN Dalam BAB VI ini penulis menyimpulkan beberapa hal yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan. Ada beberapa hal yang menarik untuk dibahas dalam bagian yang merupakan hasil refleksi dari BAB-BAB terdahulu. Untuk memudahkan dalam proses pemahaman, sajian di dalam BAB VI ini berisi pokok-pokok temuan yang merupakan rumusan dari berbagai hal yang telah dibahas pada BAB-BAB terdahulu. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, ekowisata di Desa Berjo sebenarnya dapat menjadi salah satu terobosan yang mampu mendukung sektor pembangunan daerah apabila dapat dikembangkan dan dikelola dengan baik oleh masyarakat Desa Berjo. Pola pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Desa Berjo dilakukan dengan melalui: 3 tahapan partisipasi yaitu: 1. Partisipasi dalam perencanaan (Idea Planning Stage). Partisipasi masyarakat tumbuh ketika mulai dibukanya forum yang memungkinkan masyarakat untuk berpartisipasi langsung didalam proses pengambilan keputusan mengenai pembangunan dan pengembangan di daerah mereka. Dalam proses ini meliputi menerima dan memberi informasi, gagasan, tanggapan, saran dalam merencanakan pembangunan dan pengembangan di daerah mereka. commit to user
143 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Partisipasi dalam pelaksanaan (Implementation Stage). Partisipasi dalam pelaksanaan pengembangan ekowisata di Desa Berjo adalah sebagai pemerataan sumbangan masyarakat dalam bentuk tenaga, uang, waktu dan lain sebagainya. 3. Partisipasi dalam pemanfaatan (Utilization Stage). Partisipasi dalam pemanfaatan adalah memetik hasil ataupun memanfaatkan pengembangan ekowisata di Desa Berjo dalam menjadikan daerah tujuan wisata. Dalam penelitian di lapangan, penulis memperoleh beberapa temuan, yaitu dalam pelaksanaan pengembangan ekowisata terdapat faktor-faktor yang mendorong
sekaligus
faktor-faktor
yang
menghambat.
Faktor-faktor
pendorong tersebut antara lain: 1. Adanya kesadaran masyarakat Desa Berjo akan potensi wisata di daerahnya yang perlu dikembangkan. 2. Adanya perubahan budaya masyarakat Desa Berjo yang sudah mulai menerima perubahan 3. Adanya pembinaan serta bantuan modal bagi pedagang dan usaha menengah serta sarana dan prasarana di Desa Berjo. 4. Kerelaan mereka mengorbankan waktu, biaya dan tenaga untuk berpartisipasi dalam pengembangan ekowisata di Desa Berjo.. Sedangkan faktor-faktor penghambat dalam pengembangan ekowisata di Desa Berjo antara lain: 1. Kurangnya dana yang diperlukan dalam pengembangan ekowisata, diantaranya adalah perbaikan akses menuju obyek wisata, serta beberapa commit to user
144 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sarana yang dapat mendukung dalam pengembangan ekowisata di Desa Berjo. 2. Adanya benturan keyakinan antar masyarakat di Desa Berjo, sehingga pengembangan di sektor budaya terhambat. 3. Masyarakat Desa Berjo pada mulanya adalah masyarakat tradisional yang kurang paham mengenai strategi pengembangan pariwisata. 4. Kurang memadai sarana transportasi dan komunikasi di Desa Berjo 5. Kurangnya perhatian pemerintah dalam pelayanan kepariwisatan
B. IMPLIKASI 1. Implikasi Teoritis Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma definisi sosial, dimana exemplar paradigma ini merupakan salah satu aspek yang khusus dari karya Max Weber, yaitu dalam analisanya tentang tindakan sosial (social action). Melalui paradigma definisi sosial peneliti berusaha menganalisis
tentang
partisipasi
masyarakat
Desa
Berjo
dalam
pengembangan ekowisata. (Ritzer, 2004 : 45 ) Teori yang dipakai peneliti dalam penelitian ini adalah teori aksi (Action Theory). Talcott Parsons dalam hal ini ia memilih istilah action dan bukan behavior, karena menurutnya memiliki konotasi yang berbeda. Behavior secara tidak langsung menyatakan kesesuaian secara mekanik antara perilaku (respons) dengan rangsangan (stimulus). Sedangkan istilah action menyatakan secara tidak langsung suatu aktivitas, aktivitas dan commit to user
145 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
proses penghayatan diri individu. Menurutnya, suatu teori yang menghilangkan sifat-sifat humanisme (kemanusiaan) dan mengabaikan sifat-sifat subyektif tindakan manusia tidak termasuk dalam teori aksi. (Ritzer, 2004 : 48) Di dalam teori aksi harus ada individu sebagai aktor. Di dalam penelitian ini, aktor yang dimaksud adalah masyarakat Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Sedangkan kondisi situasionalnya adalah pengembangan ekowisata di Desa Berjo, dimana masyarakat berpartisipasi didalamnya. Tindakan sosial (Social Action) masyarakat Desa Berjo diwujudkan dengan partisipasi, yaitu keterlibatan masyarakat baik secara fisik, material maupun non fisik yaitu berupa menyumbangkan waktu, tenaga dan pemikiran untuk mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan hasil baik secara bebas sukarela maupun karena terinduksi oleh bujukan dan arahan dari pihak lain untuk ke arah pencapaian tujuan pengembangan ekowisata di Desa Berjo. Masyarakat Desa Berjo selaku aktor sebagai pemburu tujuan-tujuan tertentu
yang
melakukan
tindakan
sosial
berpartisipasi
dalam
pengembangan akan berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional dimana norma-norma mengarahkannya dalam memilih alterniatif cara dan alat untuk mencapai tujuan, dimana kondisi situasional tersebut dapat membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan. commit to user
146 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Implikasi Empiris Dalam proses pergembangan ekowisata di Desa Berjo, terdapat adanya beberapa permasalahan. Permasalahan-permasalahan tersebut merupakan hambatan bagi masyarakat Desa Berjo untuk berpartisipasi dalam pengembangan ekowisata. Dari hasil penemuan di lapangan, permasalahan yang paling dominan adalah mengenai kurangnya dana yang digunakan masyarakat Desa Berjo guna melakukan perbaikan serta pengembangan sarana prasarana penunjang pariwisata di Desa Berjo. Selain permasalahan tersebut terdapat pula permasalahan yang lain, yaitu kurang pahamnya masyarakat Desa Berjo dalam hal kepariwisataan, karena masyarakat Desa Berjo merupakan masyarakat yang berasal dari pegunungan dengan pola kehidupan yang masih tradisional. Pada umumnya masyarakat Desa Berjo belum mengerti dan mau belajar bagaimana pariwisata bisa meningkatkan perekonomian. Sehingga pengetahuan mengenai kepariwisataan untuk meningkatkan kualitas pelayanan wisata sangat minim sekali. Dengan adanya permasalahan tersebut tentu saja berpengaruh terhadap perkembangan ekowisata, sehingga untuk kelancaran proses pengembangan
kedepannya
permasalahan
tersebut
harus
segera
diselesaikan. Sosialisasi dan komunikasi yang aktif antara pemerintah dengan masyarakat sangat diperlukan, terutama mengenai pembinaan kesiapan mental masyarakat Desa Berjo. commit to user
147 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Implikasi Metodologis Penelitian yang telah dilaksanakan ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai sifat-sifat, fakta-fakta dalam hal ini peneliti berusaha mendiskripsikan secara mendalam tentang partisipasi masyarakat dalam pengembangan ekowisata. Dengan metode deskriptif penulis lebih mungkin untuk mendiskripsikan potensi-potensi yang ada di Desa Berjo, partisipasi masyarakat dalam pengembangan ekowisata di Desa Berjo, serta faktor pendukung dan faktor penghambat pengembangan ekowisata di Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah informan, lokasi penelitian, serta dokumen dan arsip. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dengan wawancara mendalam (in-depth interview), observasi berperan pasif dan dokumentasi. Di dalam proses wawancara, peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan partisipasi masyarakat dalam pengembangan kepada informan
untuk
memperoleh
informasi
yang
diharapkan,
dan
kebenarannya dibuktikan melalui observasi atau pengamatan yang dilakukan. Dengan obbervasi tcrsebut diketahui kesesuaian antara informasi yang telah diperoleh dengan peristiwa yang terjadi secara nyata. Data yang diperoleh itu didukung pula oleh arsip-arsip dan dokumendokumen yang berkaitan, yang berasal dari Kecamatan, Kelurahan, dan commit to user
148 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
internet. Selain itu untuk menguji validitas data, peneliti mcnggunakan triangulasi sumber. Dalam mempergunakan metodologi ini peneliti menemukan kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya yaitu: a. Penelitan ini lebih sesuai dengan metode penelitian kualitatif, sehingga peneliti
bisa
menggambarkan
dan
mendeskripsikan
mengenai
partisipasi masyarakat dalam pengembangan ekowisata di Desa Berjo secara mendalam. b. Penggunanaan teknik purposive sampling memudahkan peneliti dalam memperoleh data yang jelas dan akurat. c. Dengan wawancara mendalam (in depth interview) sangat berguna dalam mendapatkan gambaran mengenai partisipasi masyarakat, sekaligus peneliti dapat menemukan
berbagai keluhan yang
dirasakan oleh informan saat itu. Kekurangan yang ada dalam penelitian ini adalah dalam hal pengumpulan data. a. Peneliti memperoleh kesulitan dalam menemui informan serta beradaptasi dengan informan maupun dengan masyarakat setempat. Hal ini menyebabkan terhambatnya peneliti dalam menggali informasi. b. Adanya kesulitan untuk menggali informasi secara mendalam dari warga masyarakat. Rata-rata jawaban yang diberikan oleh warga setempat seragam. Jadi untuk memperoleh data yang diperlukan, peneliti menggunakan pendekatan secara kekeluargaan, berhati-hati commit to user
149 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam berbicara dan berusaha menciptakan suasana yang santai agar informan lebih terbuka.
C. SARAN Dalam penelitian ini, menurut peneliti ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatlan dikarenakan adanya beberapa kenyataan yang dijumpai di lapangan yang seringkali tidak terlihat agar tidak menghambat kemajuan dan pengembangan ekowisata di Desa Berjo. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis memberikan beberapa masukan yang berupa pemikiran maupun saran. 1. Bagi PengelolaWisata Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelola ekowisata hanya melakukan upaya pengembangan di dalam obyek wisata saja, dan kurangnya perhatian terhadap pengembangan masyarakat guna lebih
meningkatkan
kualitas
masyarakat
dalam
berpartisipasi.
Pengelola ekowisata seharusnya juga melakukan pengembangan masyarakat melalui : a. Studi banding ke tempat wisata lain, karena dengan mengajak masyarakat ke tempat lain, maka masyarakat akan belajar tentang apa yang mungkin bisa diterapkan di Desa Berjo. b. Penyediaan buku-buku bacaan yang sesuai kebutuhan, karena melalui buku bacaan masyarakat dapat mengetahui sumber informasi yang lebih detail. commit to user
150 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Sosialisasi kepada masyarakat setempat, agar masyarakat lebih paham tentang suatu informasi yang berkaitan dengan desa wisata. 2. Bagi Masyarakat a. Mengikuti sosialisasi yang lebih intensif tentang kepariwisataan. b. Meningkatkan kegiatan-kegiatan yang positif yang berfungsi mengisi waktu luang bagi generasi muda. c. Pembentukan organisasi remaja dengan orientasi pada kegiatan yang bersifat membangun pariwisata. d. Melakukan penggalian dana melalui suatu kegiatan untuk kemajuan pariwisata. e. Penganekaragaman paket wisata supaya pengunjung tidak bosan. f. Menjaga kelestarian budaya yang ada di Desa Berjo. 3. Bagi Dinas Terkait a. Melakukan meningkatkan
penyuluhan kualitas
rutin
kepada
partisipasi
masyarakat
masyarakat
di
guna dalam
pengembangan ekowisata di Desa Berjo. b. Membentuk suatu program pemberdayaan masyarakat bagi penduduk sekitar obyek wisata. c. Mengadakan survei rutin ke masyarakat sekitar obyek wisata agar dapat memantau perkembangan partisipasi masyarakat dalam pengembangan ekowisata. d. Menambah alokasi dana untuk pengembangan pariwisata termasuk sarana dan prasarana penunjang wisata. commit to user
151 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Bagi Pengunjung Desa Wisata a. Memberikan kritik dan saran pada pengelola wisata setelah melakukan kunjungan wisata. b. Ikut menjaga kelestarian wisata c. Menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitar obyek wisata.
commit to user