TADBIR ; Jurnal Manajemen Pendidikan Islam
Volume 3, Nomor 2 ; Agustus 2015
Skala Pengukuran Dalam Penelitian Lian G. Otaya IAIN Sultan Amai Gorontalo ABSTRAK Skala merupakan hasil pengukuran yang terdiri atas beberapa jenis skala yang bervariasi. Pengukuran diartikan sebagai proses membedakan sesuatu (The process by which things are differentiated), sedang secara operasional, Pengukuran adalah penerapan aturan bilangan pada obyek atau fenomena tertentu, dalam suatu penelitian Kuantitatif pengukuran dikenakan pada variabel yang kita teliti. Dengan kata lain pengukuran bermakna menandai nilai-nilai suatu variabel dengan tanda bilangan tertentu secara sistematis. Maksud dari skala pengukuran ini untuk mengklasifikasikan apa yang akan diukur, agar tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data. Jenis-jenis skala pengukuran yang umumnya sering digunakan adalah: skala likert, skala guttman, skala diferensial semantic, rating scale, dan skala thurstone. Skala-skala ini dikenal dengan skala interval dan ratio yang sering digunakan untuk mengukur gejala dalam penelitian. Kata Kunci : Skala Pengukuran, Penelitian. secara operasional artinya harus mampu menjelaskan dengan langkah-langkah yang perlu sesuai dengan kemungkinankemungkinan untuk mengubah nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
A. Pengertian Skala Pengukuran Jika kita amati suatu objek di kehidupan sehari-hari apa yang kita lihat, kita dengar, kita rasakan mengalami perubahan dari waktu ke waktu, sehingga menimbulkan perbedaan antara objek yang satu dengan objek yang lainnya, maka semua itu dapat kita sebut dengan bervariasi. Dalam istilah statistik, objek yang bervariasi disebut variabel.
Contohnya: Variabel yang diteliti adalah tingkat pemahaman guru tentang asesmen kinerja pada pembelajaran PAI di SMP Kota Gorontalo. Definisi secara operasional terkait dengan pemahaman guru PAI di SMP Kota Gorontalo tentang asesmen kinerja adalah skor yang diperoleh dari jawaban yang diberikan guru terkait dengan pengertian asesmen kinerja, manfaat, kelebihan dan kelemahan asesmen kinerja, bentuk-bentuk asesmen kinerja, teknik dan langkah-langkah asesmen kinerja.
Variabel adalah karakteristik yang dapat diamati dari sesuatu (objek), dan memberikan bermacam-macam nilai atau beberapa kategori.1 Contohnya: berat badan setiap orang adalah variasi, tinggi badannya juga bervariasi, sebab semua objek beratnya tidak sama dan suatu objek dapat saja berubah dari waktu ke waktu. Demikian halnya dengan usia, jenis kelamin, hasil belajar, kecepatan, kekuatan, kemampuan, dan apa saja yang merupakan ciri-ciri suatu objek (orang atau benda), dapat diamati dan berbeda dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya disebut variabel. Dan variabel ini adalah sebagai data mentah untuk statistik. Apabila data dari suatu variabel akan dipergunakan dalam analisis statistik maka data itu harus tersusun dengan cara yang sistematis. Kita perlu mendefinisikan setiap variabel 1
Suwarno, Bambang. Pengantar Aplikasi Statistika dalam Penelitian Pendidikan.,h.1-2
108
TADBIR ; Jurnal Manajemen Pendidikan Islam
.No Variabel 1. Pemahaman guru tentang asesmen kinerja pada pembelajaran PAI
Volume 3, Nomor 2 ; Agustus 2015
Dimensi Indikator Memahami Menjelaskan arti dari pengertian asesmen asesmen kinerja kinerja Mengidentifikasi karakteristik asesmen kinerja Menentukan perbedaan utama asesmen kinerja dengan asesmen yang lain Memahami Mengidentifikasi manfaat manfaat, asesmen kinerja keuntungan dan Mengidentifikasi kekurangan keuntungan asesmen asesmen kinerja kinerja Mengidentifikasi kekurangan asesmen kinerja Memahami Mengidentifikasi bentuk bentuk-bentuk kegiatan asesmen kinerja asesmen kinerja dengan meminta responden untuk menunjukkan mana kalimat paling tepat Definisi seperti itu memerlukan menggambarkan dirinya atau sikapnya gambaran yang jelas dari ciri-ciri atau sifatterhadap membaca. Orang yang berbeda sifat yang akan diamati dan memerlukan mungkin memilih jawaban yang berbeda. spesifikasi dari kategori yang variasinya perlu Orang tersebut kemudian akan ditempatkan dicatat. Para ahli statistik menyebut prosedur pada posisi yang berbeda pada skala. Meskipun pendefinisian variabel secara operasional skala ini jarang hanya dalam satu dimensi, disebut dengan istilah scalling dan hasilnya skala dapat membedakan subjek dengan disebut scale atau skala. Skala merupakan hasil berbagai subjek lainya). pengukuran yang terdiri atas Hampir semua skala ditentukan oleh beberapa jenis skala yang bervariasi. kebiasaan yang berlaku. Usia anak setahun Menurut Dunn, dkk bahwa “scaling berarti dihitung dari ulang tahunnya yang consists of measuring and comparing objects pertama setelah lahir. Dan setelah hari ulang in some meaningful map. although there are tahunnya yang kedua, ia berusiar dua tahun dan several ways to score or place individuals, one seterusnya. Jadi untuk usia telah tersedia way is to ask a respondent to indicate which patokan atau ukuran baku untuk menyusun sentence best describes her or his attitude skalanya. Namun untuk mencatat skala suatu toward reading. different people might choose variabel bukan bagian dari variabel tetapi different answers. repondents would then be merupakan bagian dari definisi operasionalnya. placed at different positions on the scale. Meskipun banyak variabel yang telah although this scale is short and reading mempunyai nilai atau kategori (menurut interests are rarely in just one dimension, the kebiasaan) yang baku, akan tetapi dalam ilmu scale can differentiate subject with varying pendidikan yang sering dipakai misalnya untuk 2 reading interests”. (Skala terdiri dari menunjukkan hasil belajar peserta didik mengukur dan membandingkan benda-benda diskalakan menjadi tiga kategori “tinggidalam beberapa konsep yang bermakna. sedang-rendah”, yang terpenting adalah meskipun ada beberapa cara untuk individu penentuan skala hendaknya memperhitungkan skor atau tempat, salah satu cara misalnya dengan matang setiap variabel, terutama mengopersionalkannya sebelum dimasukkan sebagai data mentah dalam analisis statistiknya. 2 Dunn, Peter, dkk. Scalling Method. (London: Lawrence Erlbaum Inc.,Publishers, 2004), h.3-4
Associates,
109
TADBIR ; Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Dengan demikian dalam membuat skala harus merupakan definisi operasional suatu variabel dan sangat penting sebagai cara untuk mempersiapkan data dalam suatu statistik. Perlu diingat oleh kita semua, bahwa skala data itu bermacam-macam dari skala yang terdiri dari dua kategori tak berurutan hingga skala yang sangat kompleks yang didalamnya merupakan serangkaian kelas-kelas dengan jarak atau rentang yang sama dimulai dari titik nol.
Volume 3, Nomor 2 ; Agustus 2015 3, 5, 4, 4, 2, 1. Apabila kita jajarkan prestasi yang diukur dengan prestasi realita dari kedelapan siswa tersebut, maka dapat divisualisasikan pada gambar 2.1 berikut ini. 9 8 8 7 7 6 6 5 5 4 4 3 3 2 2 1 1 0 Realita Pengukuran
Sementara yang dimaksud dengan pengukuran diartikan sebagai proses membedakan sesuatu (The process by which things are differentiated), sedang secara operasional, Pengukuran adalah penerapan aturan bilangan pada obyek atau fenomena tertentu, dalam suatu penelitian Kuantitatif pengukuran dikenakan pada variabel yang kita teliti. Dengan kata lain pengukuran bermakna menandai nilai-nilai suatu variabel dengan tanda bilangan tertentu secara sistematis.
Hubungan isomorfis antara realitas dan ukuran Gambar di atas, menunjukkan beberapa kenyataan, yaitu: (1) hanya 3 kasus dari 8 ukuran yang sebenarnya cocok dengan realita, (2) sebuah kasus sangat menyimpang dari realita, dan (3) menurut realita, prestasi dari kedelapan siswa tersebut bergerak dari 0 sampai 9, sedangkan dalam pengukuran, prestasi murid mempunyai jangka dari 1 sampai 8. Dalam penelitian yang sebenarnya, peneliti tidak tahu tentang realita. Namun, seorang peneliti harus selalu mempertanyakan apakah prosedur pengukuran yang dipakainya isomorphik dengan realita? Walaupun realita tidak diketahui, peneliti harus menguji, tentunya dengan teknik tertentu, apakah pengukurannya mempunyai isomorphisme dengan realita.
Tiga kata kunci yang diperlukan dalam pengukuran adalah angka, penetapan, dan aturan. Angka tidak lain dari sebuah simbol dalam bentuk 1, 2, 3, dan seterusnya, atau I, II, III, dan seterusnya, yang tidak mempunyai arti, kecuali diberikan arti kepadanya. Jika pada angka telah dikaitkan arti kuantitatif, maka angka tersebut telah berubah menjadi nomor. Selanjutnya, penetapan atau pemberian adalah memetakan (mapping) dan aturan tidak lain dari panduan atau perintah untuk melaksanakan sesuatu. Pengukuran yang baik, harus mempunyai sifat isomorphism dengan realita artinya terdapat kesamaan yang dekat antara realita sosial yang diteliti dengan ”nilai” yang diperoleh dari pengukuran. Oleh karena itu, suatu instrumen pengukur dipandang baik apabila hasilnya dapat merefleksikan secara tepat realitas dari fenomena yang hendak diukur.
B. Jenis Skala Pengukuran Statistik bekerja dengan angka-angka, sedangkan angka-angka tersebut berasal dari perhitungan kuantitas atas suatu objek maupun penilaian yang bersifat kuantitatif atas suatu objek. Dengan demikian maka data yang akan dianalisis dengan statistik harus berbentuk angka-angka. Apabila data yang ditemui belum berbentuk angka, langkah awal yang harus dilakukan adalah melakukan perubahan data angka berbentuk angka dengan menggunakan skala pengukuran. Maksud dari skala pengukuran untuk mengklasifikasikan variabel yang akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data statistik. Jenis-jenis skala pengukuran ada empat, yaitu skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala ratio yang akan dijelaskan sebagai berikut.
Seorang guru misalnya, ingin mengukur prestasi 8 orang siswanya. Prestasi didefinisikan dalam hal ini sebagai kompetensi dalam ilmu hitung yang meliputi menambah, mengurangi, mengali, membagi, menarik akar, menggunakan pecahan, menarik logaritma, dan menggunakan desimal. Skor yang diberikan adalah dari 10 (yang terpandai) dan 1 (yang terendah). Pengukuran prestasi dari kedelapan siswa tersebut diperoleh nilai: 7, 7, 5, 4, 4, 3, 2, dan 1. Namun sebenarnya, secara realita prestasi kedelapan murid tersebut adalah: 9, 6,
1. Skala Nominal
109
TADBIR ; Jurnal Manajemen Pendidikan Islam
Volume 3, Nomor 2 ; Agustus 2015
Skala nominal adalah skala yang paling sederhana disusun menurut jenis (kategorinya) atau fungsi bilangan. Dengan kata lain skala nominal yaitu angka yang tidak mempunyai arti hitung. Angka yang diterapkan hanya merupakan simbol/tanda dari objek yang akan dianalisis.3
Misalnya: Hasil ujian akhir mata pelajaran PAI di Kelas IX di SMP menyatakan bahwa:
Misalnya:
Contoh data di atas, angka 1 mempunyai nilai lebih tinggi dari angka 2 maupun 3, tetapi sakla ini tidak bisa menunjukkan perbedaan antara siswa A, B, dan C secara pasti. Juara 1 tidak berarti mempunyai kemampuan dua kali lipat juara 2 maupun mempunyai kemampuan tiga kali lipat dari kemampuan juaran 3. Di samping itu perbedaan kemampuan antara siswa juara 1 dengan siswa juara 2, juga berkemungkinan besar tidak sama dengan perbedaan kemampuan siswa juara 2 dengan siswa juara 3. Dengan demikian rentangan kemampuan siswa untuk rentangan kemampuan masingmasing juara tidak selalu sama (tetap), walaupun angka yang dipakai sebagai pengganti mempunyai rentangan yang sama. Penggunaan angka-angka tidak selamanya berpedoman angka kecil adalah yang lebih baik, sehingga dapat menggunakan dasar bahwa angka yang lebih besar adalah yang lebih baik. Mengingat posisi angka sebagai pengganti baik buruk, besar kecilnya suatu data, maka dalam melakukan deskripsi atas hasil analisis statistik harus hati-hati. Sifat konsisten harus dijalankan mulai pemberian kode sampai deskripsi. Analisis statistik yang digunakan adalah statistik nonparametrik.
Seorang guru menghadapi data yang berkaitan dengan jenis kelamin (perempuan dan lakilaki). Agar guru dapat menggunakan data statistik dalam analisisnya, dituntut untuk melakukan perubahan data tersebut menjadi bentuk angka yaitu menggunakan angka 1 sebagai simbol siswa perempuan dan angka 2 sebagai simbol laki-laki, maka angka 1 dan 2 merupakan inisial dari jenis kelamin perempuan dan laki-laki. Dari contoh di atas, guru akan selalu berhadapan dengan angka 1 dan angka 2. Dalam hal ini angka 2 tidak berarti lebih besar daripada angka 1, karena angka-angka tersebut hanya sebagai simbol atau kode saja. Sepanjang angka-angka yang digunakan oleh guru di atas hanya sebagai simbol atau kode saja, maka angka tersebut dimasukkan sebagai kelompok data yang berskala nominal. Sehingga ciri-ciri skala nominal antara lain: hasil perhitungan tidak dijumpai bilangan pecahan, angka yang tertera hanya label saja, tidak mempunyai urutan rangking, tidak mempunyai ukuran baru, dan tidak mempunyai nol mutlak.4 Analisis statistik yang digunakan adalah statistik nonparametrik. 2. Skala Ordinal
1)
Siswa A Sebagai Juara 1
2)
Siswa B Sebagai Juara 2
3)
Siswa C Sebagai Juara 3, dst..
3. Skala Interval
Skala ordinal adalah skala yang didasarkan pada rangking diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi sampai jenjang terendah atau sebaliknya. Skala ordinal juga dikatakan sebagai suatu skala yang sudah mempunyai daya pembeda, tetapi perbedaan antara angka yang satu dengan angka yang lainnya tidak konsisten (tidak mempunyai interval yang tetap).5
Skala interval adalah skala yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama. Skala interval juga dikatakan sebagai suatuskala yang mempunyai rentangan konstan antara tingkat satu dengan yang aslinya, tidak mempunyai angka 0 mutlak.6 Misalnya: nilai siswa mempunyai rentangan 0 sampai dengan 10, atau 0 sampai dengan 100. Contoh:Mengurutkan kepuasan siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran PAI Sangat Puas Puas Cukup Puas Kurang Puas
3 Irianto, Agus. Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya.,h.18 4
Riduwan & Akdon. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika.,h.12 5
Irianto, Agus. Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya.,h.18
6
110
Ibid.,h.19
TADBIR ; Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Tidak Puas Memperlihatkan jarak (interval) Standar nilai mahasiswa PAI untuk mencapai IPK: Huruf A=4; Huruf B=3; Huruf C=2; Huruf D=1; dan Huruf E=1 Nilai intervalnya: A dengan B 4-3 =1 B dengan D 3-1 =2 A dengan D 4 - 1 = 3 dan seterusnya
Volume 3, Nomor 2 ; Agustus 2015 skala ini adalah sama yaitu statistik parametrik. Skala nominal mempunyai nilai yang paling lemah. Skala ordinal mempunyai nilai lebih tinggi daripada skala nominal, tetapi skala ini tidak dapat disamakan dengan skala interval. Jika data yang kita hadapi berskala nominal maupun ordinal, maka analisis statistik yang dapat digunakan adalah statistik nonparametrik. Menurunkan skala dimungkinkan, tetapi menaikkan skala tidak dapat dilakukan.
Nilai interval A dengan D, interval D dengan C adalah:
C. Skala Pengukuran dalam Penelitian
=(A-C) + (C-D)=(4-2)+((2-1)=3
Berbagai skala pengukuran yang sering digunakan dalam penelitian dan pengumpulan data statistik adalah: skala likert, skala guttman, skala diferensial semantic, rating scale, dan skala thurstone.
Dari contoh di atas, menunjukkan skala ini dapat memberi gambaran tentang objek yang dinilai secara konsisten. Sepanjang analisis skala tersebut didasarkan pada penjumlahan skor untuk setiap item, maka skor yang terkumpul dapat dikategorikan berskala interval. Analisis statistik yang digunakan adalah statistik parametrik
1. Skala Likert Skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial maupun atau fenomena pendidikan. Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel kemudian sub variabel dijabarkan menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikatorindikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrument yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain:
4. Skala Ratio Skala ratio adalah skala pengukuran yang mempunyai nilai nol mutlak dan mempunyai jarak yang sama. Misalnya umur seseorang dan ukuran timbangan berat badan badan seseorang keduanya tidak memiliki angka nol negatif. Artinya seseorang tidak dapat berumur di bawah nol tahun dan seseorang harus memiliki timbangan di atas nol pula. Jika berat badan seseorang adalah 0, maka orang tersebut benar-benar tidak mempunyai berat. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa angka 0 mempunyai arti tersendiri (0 adalah mutlak adanya). Siswa yang mempunyai tinggi badan 160 cm adalah ¾ tinggi badannya 120 cm. Jika ada siswa yang tingginya 0 cm, maka siswa tersebut benarbenar tidak mempunyai tinggi badan (kenyataannya tak ada orang yang mempunyai tinggi badan 0 cm). Analisis statistik yang digunakan adalah statistik parametrik.
a. Sangat baik b. Baik c. Ragu-ragu
Mengingat masing-masing skala mempunyai arti yang sangat berbeda, maka teknik analisis statistik yang dipakainya (yang sesuai dengan penggunaannya), juga berbedabeda. Dari keempat skala nilai tersebut, skala ratio mempunyai nilai yang lebih tinggi dari nilai skala lainnya. Skala interval menduduki posisi kedua, mengingat kondisi skala interval tidak jauh berbeda dengan skala ratio, maka teknik analisis yang bisa diterapkan pada kedua
d. Tidak baik e. Sangat tidak baik
1) Sangat setuju 2) Setuju 3) Ragu-ragu
a) Selalu
b) Sering c) Raguragu 4) Tidak d) Kadangsetuju kadang 5) Sangat e) Tidak tidak setuju pernah
Instrumen penelitian yang menggunakan skala likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda. 1) Contoh bentuk checklist:
111
TADBIR ; Jurnal Manajemen Pendidikan Islam
Volume 3, Nomor 2 ; Agustus 2015
Berilah jawaban pernyataan berikut sesuai pen dapat anda, dengan memberi tanda () pada kolom yang tersedia. No
Pertanyaan
1
Sekolah ini perlu menggunakan teknologi informasi dalam pelayanan administrasi dan akademik .................................
2
Jawaban SS ST
RG
Pertanyaan
Pilihan Jawaban 1
1. 2. 3.
4. 5.
STS
Jawabanmu jangan dipengaruhi oleh jawaban terhadap pernyataan lain. 4. Catat responmu pada lembar jawaban yang tersedia, dan ikuti petunjuk-petunjuk lain yang mungkin diberikan berkaitan dengan lembar jawaban. Terima kasih. Keterangan pilihan jawaban: 1 = Sangat Tidak Setuju 2 = Tidak Setuju 3 = Ragu-Ragu 4 = Setuju 5 = Sangat Setuju
Contoh : Angket Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Mata Pelajaran : …………… Kelas/ Semester : …………… Hari/tanggal : …………… Petunjuk : 1. Pada angket ini terdapat 5 pernyataan. Pertimbangkan baik-baik setiap pernyataan dalam kaitannya dengan materi pembelajaran yang baru selesai kamu pelajari, dan tentukan kebenaranya. 2. Berilah jawaban yang benar sesuai dengan pilihanmu. 3. Pertimbangkan setiap pernyataan secara terpisah dan tentukan kebenarannya.
No
TS
Saya merasa pembelajaran ini memberikan banyak kepuasan kepada saya Dalam pembelajaran ini, saya mencoba menentukan standar keberhasilan yang sempurna Saya berpendapat bahwa nilai dan penghargaan lain yang saya terima adalah adil jika dibandingkan dengan yang diterima oleh siswa lain Siswa di dalam pembelajaran ini tampak rasa ingin tahunya terhadap materi pelajaran Saya senang aktif dalam pembelajaran ini
112
2
3
4
5
TADBIR ; Jurnal Manajemen Pendidikan Islam
Volume 3, Nomor 2 ; Agustus 2015
2) Contoh bentuk pilihan ganda Berilah salah satu jawaban terhadap pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara memberi tanda silang pada nomor jawaban yang tersedia. Kurikulum 2013 perlu diterapkan di lembaga pendidikan anda? a.Sangat tidak setuju b.Tidak setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat setuju
Contoh: Bagaimana pendapat anda, kepala sekolah? a. Setuju b. Tidak setuju 3. Skala Diferensial Semantic Skala Semantic defferensial dikembangkan oleh Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban “sangat positifnya”terletak di bagian kanan garis, dan jawaban yang “sangat negatif” terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang.
2. Skala Guttman Skala ini dikembangkan oleh Louis Guttman. Skala guttman adalah skala kumulatif disebut juga sebagai skala scalogram yang sangat baik untuk meyakinkan peneliti tentang kesatuan dimensi dan sikap atau sifat yang diteliti, yang sering disebut atribut universal.Skala pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “yatidak”; “benar-salah”; “pernah-tidak”; “positifnegatif” dan lain-lain.
Contoh: Nilai gaya kepemimpinan Kepala Sekolah Bersahabat 5 4 3 2 1 Tidak bersahabat Tepatjanji 5 4 3 2 1 Lupa janji Bersaudara 5 4 3 2 1 Memusuhi Memberipujian 5 4 3 2 1 Mencela Mempercayai 5 4 3 2 1 Mendominasi
Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif). Jadi kalau pada skala Likert terdapat 3,4,5,6,7 interval, dari kata “sangat setuju” sampai “sangat tidak setuju”, maka pada skala guttman hanya ada dua interval yaitu “setuju” dan “tidak setuju”. Penelitian menggunakan skala guttman dilakukan bila ingin mmendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.
Responden yang memberi penilaian dengan angka 5, berarti persepsi responden terhadap Kepala Sekolah itu sangat positif, sedang bila memberi jawaban pada angka 3, berarti netral, dan memberi jawaban pada angka 1, maka persepsi responden terhadap Kepala Sekolah sangat negatif. Berikut ini contoh lain dari format skala diferensial semantic. Petunjuk: Berilah tanda cek () di atas tanda () sesuai dengan sikap Anda terhadap Mata Kuliah Stastistika.
Skala guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu dan terrendah nol. Misal untuk jawaban setuju diberi skor 1 dan tidak setuju diberi skor 0. NO 1 2 3 4
Pernyataan kiri Sulit dimengeti Tegang Ruwet Kurang contoh
Jawaban -------------------------
5
Contoh kurang relevan
-------
6
Pemberian contoh tidak menambah pengertian
-------
7
Pekerjaan rumah terlalu banyak
-------
Pembelajaran Mata Kuliah Stastistika Di Kelas Pernyataan kanan Mudah dimengerti Rileks Sederhana Contoh cukup banyak Contoh cukup relevan Pemberian contoh menambah pengertian Pekerjaan rumah cukup
113
TADBIR ; Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 8
Evaluasi kurang objektif
-------
Dengan demikian skala ini digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawabannya sangat positifnya terletak dikanan garis, dan jawaban yang sangat negatif terletak dibagian kiri garis atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval dan baisanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang. 4. Rating Scale Data-data skala yang diperoleh melalui tiga macam skala yang dikemukakan di atas adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan. Berbeda dengan rating scale, data yang diperoleh adalah data kuantitatif (angka) yang kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Seperti halnya skala lainnya, dalam rating scale responden akan memilih salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan. No. Item 1.
Pernyataan
2.
Penataan meja siswa dan guru sehingga komunikasi lancar Pencahayaan alam tiap ruang
3.
Kebersihan ruangan
Volume 3, Nomor 2 ; Agustus 2015 Evaluasi cukup objektif Rating scale lebih fleksibel, tidak saja untuk mengukur sikap tetapi dapat juga digunakan untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lingkungan, seperti skala untuk mengukur status sosial, ekonomi, pengetahuan, kemampuan, dan lain-lain. Dalam rating scale, yang paling penting adalah kemampuan menterjemahkan alternatif jawaban yang dipilih responden. Misalnya responden memilih jawaban angka 2, tetapi angka 2 oleh orang tertentu belum tentu sama dengan angka 2 bagi orang lain yang juga memiliki jawaban angka 2. Contoh: Seberapa baik ruang kelas di SMP Negeri 2 Gorontalo? Berilah jawaban dengan skor: 4 Bila tata ruang itu sangat baik 3 Bila tata ruang itu cukup baik 2 Bila tata ruang itu kurang baik 1 Bila tata ruang itu sangat tidak baik Jawablah dengan melingkari nomor jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Interval jawaban 4
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1
siswa, guru, dan lembaga pendidikan, juga lembaga non pemerintah. Yang merupakan ciri pokok metode ini adalah penggunaan panel yang terdiri dari 50-100 ahli untuk menilai sejumlah pertanyaan atau pernyataan guna mengukur variabel tertentu. Jenjang skala kemudian ditentukan atas dasar pendapat para ahli.
5. Skala Thurstone Skala ini dikembangkan oleh L.L. Thurstone tahun 1920an dari metode psikofisikal yang bertujuan untuk mengurutkan responden berdasarkan ciri, variabel atau kriteria tertentu, sehingga interval antara urutan tersebut dapat dibedakan sesuai dengan tingkatan penting/tidak penting. Skala Thurstone disusun dalam interval yang mendekati sama besar (equal appearing interval).
Skala Thursone dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Sebanyak mungkin mengumpulkan pertanyaan/ pernyataan yang dapat digunakan untuk mengukur suatu sikap. 2. Melalui suatu panel para ahli dibuatlah penilaian (antara nilai 1 sampai dengan 10) atas pertanyaan/ pernyataan tersebut. 3. Berdasarkan penilaian (yang memiliki penilaian yang merata) tersebut maka dapat ditentukan pertanyaan/ pernyataan mana yang dapat dijadikan kuisioner.
Skala Thursone menggunakan ukuran interval. Skala ini digunakan untuk menentukan pertanyaan-pertanyaan apa saja yang harus diajukan dalam kuisioner. Sejumlah item yang dianggap sebagai indikator diberikan kepada sekelompok penilai. Misalnya untuk mengukur kualitas sekolah, peneliti dapat melibatkan banyak pihak, mulai dari pemerintah, pengamat pendidikan, orang tua,
114
TADBIR ; Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Keuntungan Skala Thurstone:
Volume 3, Nomor 2 ; Agustus 2015 ()
1. Skala ini menurunkan skala yang memungkinkan peneliti membedakan responden yang besar jumlahnya berdasarkan posisi sikap mereka. Perbedaan diantara para responden dapat ditetapkan lebih tepat berdasarkan sikap yang mereka miliki
9. Saya merasa terasing jika ada teman membicarakan Statistika.
Misalkan pembuat angket menentukan bahwa skor yang akan dipakai untuk pernyataan yang kontribusinya paling tinggi adalah 9 dan untuk yang paling rendah diberi skor 1, sehingga skor tengahnya sama dengan 5. Hasil pertimbangannya, ia menyatakan bahwa pernyataan yang paling tinggi kontribusinya terhadap sikap positif untuk Statistika adalah pernyataan nomor 2 sehingga ia memberi bobot skor 9. Agar hasil pertimbangan itu lebih objektif, ia meminta bantuan kepada teman seprofesinya yang dianggap mampu atau lebih mampu daripada dirinya sendiri. Misalkan ada 4 orang yang diminta pertimbangan itu, hasil pertimbangan untuk butir nomor 2 dari keempat orang itu masing-masing 8, 8, 9dan 9. Dengan demikian skor untuk butir soal nomor 2 itu adalah
2. Para juri benar-benar dapat melakukan fungsinya untuk memilih atau menyaring soal yang digunakan. Karena mereka adalah para profesional. Kelemahan Skala Thursone: 1. Memerlukan waktu yang cukup lama karena harus menghubungi para juri untuk memilih soal. 2. Kemungkinan bisa diturunkan sejumlah skor yang identik berdasarkan pemahaman kesikapan yang sangat berbeda. 3. Tidak mungkin dapat mengontrol bias juri dalam memilih soal. 4. Berdasarkan pengalaman skala thustone kurang tepat dalam membuat ramalan tentang tingkah laku, jika dibanding skala likert.
9+8+8+9+9= 8,6 5 Untuk butir nomor 8 pembuat angket memberi skor 2 karena ia menganggap kontribusinya rendah terhadap sikap mahasiswa dalam belajar Statistika. Keempat teman lainnya masingmasing memberi skor 3, 4, 1, 2 sehingga skor untuk butir nomor 8 adalah
Berikut ini disajikan contoh angket yang disajikan dengan menggunakan model skala Thurstone.
2 + 3+ 4+ 1+ 2 = 2, 4 5
Petunjuk: Pilihlah 5 (lima) buah pernyataan yang paling sesuai dengan sikap Anda terhadap mata kuliah Statistika Pendidikan, dengan cara membubuhkan tanda cek () di depan nomor pernyataan di dalam tanda kurung. () 1. Saya senang belajar Statistika. () 2. Statistika adalah segalanya buat saya. () 3. Jika ada waktu luang,saya lebih suka belajar Statistika. () 4. Belajar Statistika menumbuhkan sikap kritis dan kreatif. () 5. Saya merasa pasrah terhadap ketidakberhasilan saya dalam Statistika. () 6. Penguasaan Statistika akan sangat membantu dalam mempelajari mata kuliah lain. () 7. Saya selalu ingin meningkatkan pengetahuan dan kemampuan saya dalam Statistika () 8. Mata kuliah Statistika sangat menjemukan dan membosankan.
Begitulah seterusnya cara pemberian skor untuk setiap butir pernyataan. Misalkan skor untuk setiap butir soal, berturut-turut dari butir soal nomor 1 sampai dengan nomor 9 adalah sebagai berikut : 9,0 ; 8,6 ; 8,2 ; 7,6 ; 4,5 ; 6,0 ; 7,6 ; 2,4 ; 4,0 ; 5,3 Setelah angket diberikan kepada responden (mahasiswa), misalkan untuk subjek A memilih butir-butir nomor 1, 4, 6, 7 dan 10. Rerata skor dari subyek A adalah 9,0+ 7,6 + 6,0 + 7,6 + 5,3 = 7,1 5 Ini berarti sikap A terhadap matematika positif, karena skornya lebih daripada skor tengah (= 5). Dibandingkan dengan skala Likert, skala Thurstone hanya menyajikan butir pernyataan yang sedikit sehingga aspek sikap yang bisa
115
TADBIR ; Jurnal Manajemen Pendidikan Islam diungkapkan relatif sedikit pula. Namun demikian skala Thurstone mempunyai kelebihan pada ketajaman pernyataan untuk mengungkapkan sikap tersebut, sehingga lebih sedikit kemungkinan responden untuk menjawab dengan cara menebak. Untuk mengurangi kelemahan di atas, di samping cara pemberian skor yang cukup rumit, untuk setiap aspek mengenai sikap bisa dibuat satu set (10 butir) pernyataan. Misalkan dari segi materi Statistika, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, sistem evaluasi, sarana dan prasarana, masing-masing 10 butir pernyataan sehingga seluruh aspek sikap terhadap Statistika bisa terungkap.
Riduwan
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suwarno, Bambang. 2005. Pengantar Aplikasi Statistika dalam Penelitian Pendidikan. Bandung: PPs Universitas Pendidikan Indonesia.
Agus, Irianto. 2009. Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Bungin, Burhani. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana. Dunn, Peter, dkk. 2004. Scalling Method. London: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.,Publishers. 2013. Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Hartono. 2004. Statistik untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Iqbal M, Hasan. Pokok-Pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif). Jakarta: Bumi Aksara. Mundir. 2013. Statistik Pendidikan (Pengantar Analisis Data Untuk Penulisan Skripsi & Tesis). Jember: STAIN Jember Press. Nar, Herryanto & Akib Hamid. 2009. Statistika Dasar. Jakarta: Universitas Terbuka. Riduwan.
& Sunarto. 2011. Pengantar Statistika (Untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi Komunikasi, dan Bisnis). Bandung: Alfabeta.
Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta; Raja Grafindo Persada.
DAFTAR PUSTAKA
Furqon.
Volume 3, Nomor 2 ; Agustus 2015
2010. Dasar-Dasar Statistika Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Riduwan & Akdon. 2010. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung: Alfabeta.
116